80
i ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN POST OP CRANIOTOMY POD I A/I MODERAT HEAD INJURY DI RUANG BEDAH SARAF GEDUNG KEMUNING LANTAI II RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna DISUSUN OLEH : ITA ARIANI NIM: 13.13.1104 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016

Kti ita ariani

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kti  ita ariani

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. N DENGAN GANGGUAN SISTEMPERSARAFAN POST OP CRANIOTOMY POD I A/I MODERAT HEAD

INJURY DI RUANG BEDAH SARAF GEDUNG KEMUNINGLANTAI II RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan PendidikanDiploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna

DISUSUN OLEH :

ITA ARIANINIM: 13.13.1104

PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN

RAHA2016

Page 2: Kti  ita ariani

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :

“Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. N dengan Gangguan Sistem

Persarafan : Post Op Craniotomy a/i Moderat Head Injury di Ruang Bedah

Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung”.

Telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan dewanpenguji.

Raha, Juni 2016

Pembimbing

ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.KesNIP. 19830123 200903 1 003

Mengetahui,

Direktur Akper Pemkab Muna

Santhy, S.Kep., Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

Page 3: Kti  ita ariani

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATAN

Jl.Poros Raha – Tampo Km.6 Raha Telp. 0403-2522945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal Juni 2016

DEWAN PENGUJI

1. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (......................)

2. HARNIA, S.Kep., Ns (......................)

3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (......................)

Karya tulis ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna

Raha, Juni 2016

Mengetahui :

Direktur Akper Pemkab Muna

Santhy, S.Kep., Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATAN

Jl.Poros Raha – Tampo Km.6 Raha Telp. 0403-2522945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal Juni 2016

DEWAN PENGUJI

1. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (......................)

2. HARNIA, S.Kep., Ns (......................)

3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (......................)

Karya tulis ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna

Raha, Juni 2016

Mengetahui :

Direktur Akper Pemkab Muna

Santhy, S.Kep., Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

iii

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATAN

Jl.Poros Raha – Tampo Km.6 Raha Telp. 0403-2522945

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada Tanggal Juni 2016

DEWAN PENGUJI

1. ALMAWIN SUSEN, S.Kep., Ns., M.Kes (......................)

2. HARNIA, S.Kep., Ns (......................)

3. FITRIA MARFI, S.Kep., Ns (......................)

Karya tulis ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikanPendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna

Raha, Juni 2016

Mengetahui :

Direktur Akper Pemkab Muna

Santhy, S.Kep., Ns., M.KepNIP. 19800212 200312 2 006

Page 4: Kti  ita ariani

iv

ABSTRAK

Ita Ariani, Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. N dengan Gangguan Sistem Persarafan :Post Op Craniotomy a/i Moderat Head Injury. Dibimbing Oleh Almawin Susen.

Latar belakang, berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Saraf Gedung KemuningLantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode Bulan Januari – Bulan Maret 2016 penyakitModerat Head Injury menempati urutan pertama dengan jumlah penderita 671 orang (49,44%)dari 10 jenis penyakit terbesar di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr.HasanSadikin Bandung.Tujuan, untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan keperawatan klien denganModerat Head Injury secara langsung pada situasi nyata dan komperhensif meliputi aspek bio,psiko, sosial dan spritual.Metode Telaahan, metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yaitu metodedeskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan teknikpengumpulan data meliputi, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studikepustakaan.Hasil, dari hasil asuhan keperawatan pada klien Tn. N diagnosa keperawatan yang ditemukan padastudi kasus adalah nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko infeksiberhubungan dengan adanya luka insisi bekas operasi, hambatan mobiitas fisik berhubungandengan kelemahan otot. Setelah dirawat selama 3 hari semua diagnosa keperawatan dapat teratasidengan baik.Kesimpulan dan Rekomendasi, disimpulkan bahwa tidak semua masalah yang terdapat dalamtinjauan teori baik secara medik maupun keperawatan didapatkan dalam tinjauan kasus. Hal inidisebabka oleh respon klien yang berbeda-beda dan pengaruh pengobatan yang diberikan sertaberat ringannya masalah keperawatan dapat diatasi.

Kata Kunci : Post Op Craniotomy a/i Moderat Head Injury.Tinjauan Literatur : 8 Kepustakaan (2000 – 2015)

Page 5: Kti  ita ariani

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. N

dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy a/i Moderat Head

Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Adapum maksud dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan baik dalam moril maupun material dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penilis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat

mendalam kepada:

1. Ibu dr. Hj. Ayi Djembarsari, M.ARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit

Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan

waktu dan kesempatan kepada penulis untuk praktek di Rumah Sakit Umum

Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

2. Ibu Santhy, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Direkrur Akper Pemkab Muna yang

telah memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan pada Akper Pemkab Muna.

3. Ibu Rustilah, AMK, selaku CI Lahan dan Penguji praktek di Ruang Bedah

Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung.

4. Bapak Almawin Susen, S.kep, Ns, M.Kes selaku penguji Institusi dan

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya

dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga karya tulis

ilmiah ini terselesaikan.

Page 6: Kti  ita ariani

vi

5. Ibu Harnia, S.kep. Ns, selaku penguji lahan praktek di Ruang Bedah Saraf

Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin

Bandung.

6. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan

dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

7. Klien Tn. N beserta keluarga yang telah bersedia menerima dan mau bekerja

sama dengan penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk

penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Teristimewa kedua orang tuaku serta saudara-saudaraku yang tercinta dan

seluruh keluarga yang tidak putus-putusnya memberikan doa, motivasi,

harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti

pendidikan.

9. Rekan-rekan Angkatan XIII dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang turut memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepda semua pihak

yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberi

manfaat bagi penulis, profesi keperawatan dan pembaca pada umumnya, kiranya

Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita untuk kemaslahatan. Amin.

Raha, Juni 2016

Penulis

Page 7: Kti  ita ariani

vii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN …………........................................................................

xi

xii

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................................

C. Tujuan ...................…………………….............................................

D. Manfaat ..............................................................................................

E. Metode Telaahan ...............................................................................

F. Waktu Pelaksanaan ............................................................................

G. Tempat Pelaksanaan ........................................................................

H. Sistematika Penulisan ........................................................................

1

3

3

4

5

6

6

6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

SISTEM PERSARAFAN POST OP CRANIOTOMY A/I MODERAT

HEAD INJURY

A. Konsep Dasar .....................................................................................

1. Pengertian ...................................................................................

2. Anatomi Fisiologi sistem persarafan...........................................

3. Etiologi .......................................................................................

4. Patofisiologi ................................................................................

5. Tanda dan Gejala ........................................................................

8

8

9

11

11

12

Page 8: Kti  ita ariani

viii

6. Pemeriksaan Penunjang ………………………………..............

7. Penatalaksanaan.……………………………..............................

8. Komplikasi ……………………………………………….........

9. Dampak Trauma Kepala Terhadap Sistem Tubuh Lainnya........

10. Penyimpangan KDM...................................................................

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan ........................…..

1. Pengkajian ……………………….............................................

2. Diagnosa Keperawatan ………………………………………...

3. Perencanaan ..……………………………………………..........

4. Implementasi …………………………………………..............

5. Evaluasi ………………………………………….....................

12

13

13

14

16

17

17

25

26

29

29

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus …………………………..........................................

1. Pengkajian …………………………………………………......

2. Diagnosa keperawatan ……………………………………........

3. Perencanaan...............................…………………………..........

4. Implementasi dan evaluasi ……………………………….........

5. Catatan perkembangan ……………………………..................

B. Pembahasan

1. Pengkajian ………………………………………….................

2. Diagnosa keperawatan …………………………........................

3. Perencanaan …………………………………………...............

4. Implementasi ………………………………….........................

5. Evaluasi …………………………….........................................

30

30

41

43

45

47

51

52

53

54

55

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

56

57

A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Rekomendasi .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 9: Kti  ita ariani

ix

DAFTAR TABEL

Hal

1.

2

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Saraf Gedung

Kemuning Lantai II ..................................................................................

Intervensi dan Rasional Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.............

Intervensi dan Rasional Pola Napas Tidak Efekttif..................................

Intervensi dan Rasional nyeri...................................................................

Intervensi dan Rasional Gangguan Mobilitas Fisik..................................

Intervensi dan Rasionl Resiko Tinggi Terhadap Infeksi..........................

Pola Aktivitas Sehari-hari Tn. N...............................................................

Data Penunjang Tn. N...............................................................................

Analisa Data..............................................................................................

Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................

Implementasi dan Evaluasi.......................................................................

Catatan Perkembangan.............................................................................

2

27

27

28

28

29

37

38

39

43

45

47

Page 10: Kti  ita ariani

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

2.

Anatomi Sistem Pernapasan …………………………………………..

Genogram Tiga Generasi.......................................................................

9

32

Page 11: Kti  ita ariani

xi

DAFTAR BAGAN

Halaman

1. Penyimpangan KDM ............................................................................. 16

Page 12: Kti  ita ariani

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

:

:

:

:

Satuan acara penyuluhan

Materi penyuluhan

Leaflet

Lembar konsultasi

Page 13: Kti  ita ariani

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Indonesia sebagai Negara berkembang ikut merasakan berbagai kemajuan di

segala bidaang, salah satunya adalah bidang transportasi. Dengan majunya

bidang traansportasi hal ini menimbulkan dampak positif yaitu mobilisasi

penduduk menjadi meningkat, tetapi disamping itu menimbulkan dampak

yang negatif yaitu semakin tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang sering

menyebabkan trauma kepala (Depkes RI, 2009).

Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan

utama oleh kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat

kecelakaan lalu lintas. Dampak dari trauma kepala adalah gangguan aktivitas

gerak, diantaranya disebabkan oleh trauma kepala berat yang menimbulkan

penurunan kesadaran. Disamping itu berdampak juga terhadap masalah

psikososial dan spritual berupa gangguan konsep diri (Depkes RI, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 cedera

akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai di beberapa Negara seperti

Amerika Latin (41,7%), Korea Selatan (21,9%) dan Thailand (21,0%).

Kepolisian RI menyebutkan bahwa pada tahun 2012 di Indonesia jumlah

kecelakaan di jalan raya mencapai 13.399 kejadian dengan jumlah kemantian

Page 14: Kti  ita ariani

2

mencapai 9.865 orang , 6.142 orang mengalami luka berat dan 8.694 orang

mengalami luka ringan.

Data yang diperoleh dari Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai

II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu tiga bulan yaitu dari

bulan Januari – Februari 2016, jumlah klien yang dirawat dengan gangguan

sistem persarafan sebanyak 1327 orang dan 671 (49,44%) diantaranya

mengalami cedera kepala. Adapun persentase penyakit pada sstem persarafan

yang dirawat di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr.

Hasan Sadikin Bandungdapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sepuluh Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning LantaiII RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung pada periode Bulan Januari sampaidengan Bulan Februari 2016

No Penyakit Jumlah Presentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

Injuri of HeadIntracranial of SOLHydrosephalusIntrakranial HaemorageSubdural HaemorageIntrakranal wouldEncephaloceleCSF shuntEssential (primary) HypertensionEncephalocele

67116011062615955545342

49,4414,008,104,564,494,344,054,973,903,09

Jumlah 1.357 100Sumber : Medical Record Ruang Bedah saraf Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Periode Bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2016

Melihat keadaan tersebut dan mengingat dampak yang ditimbulkan

pada klien, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. N dengan Gangguan Sistem

Persarafan : Post Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury di Ruang

Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”.

Page 15: Kti  ita ariani

3

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam melaksanakan studi kasus ini, penulis membatasi pembahasan

Asuhan Keperawatan Tn. N dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op

Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung

Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulis memperoleh pengetahuan secara nyata dalam melakukan asuhan

keperawatan Tn. N dengan Gangguan Persarafan : Post Op Craniatomy

POD I a/i Moderat Head Injury dan mampu melaksanakan asuhan

keperawatan dengan komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial

dan spritual yang didsarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan Tn. N dengan

Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy POD I a/i

Moderat Head Injury.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas masalah Tn. N dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post

Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury.

c. Penulis mampu menyusun asuhan keperawatan berdasarkan prioritas

masalah Tn. N dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op

Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury.

Page 16: Kti  ita ariani

4

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

asuhan keperawatan Tn. N dengan Gangguan Sistem Persarafan :

Post Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury.

e. Penulis mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan Tn. N

dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy POD I

a/i Moderate Head Injury.

f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan Tn. N

dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy POD I

a/i Moderat Head Injury.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawatan yang ada

di rumah sakit dalam langkah langkah mengambil kebijakan dalam

rangka meningkatkan pelayanan keperawatan Tn N dengan Gangguan

Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy POD I a/i Moderate Head

Injury

2. Bagi institusi

Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

3. Terhadap profesi keperawatan.

Sebagai acuan dalam mengembangkan profesi keperawatan khususnya

asuhan keperwatn Tn. N dengan Gangguans Sistem Persarafan : Post Op

Cranotomy POD I a/i Moderate Heat Injury.

Page 17: Kti  ita ariani

5

4. Bagi penulis

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma

III keperawatan dan sebagai bahan evaluasi tentang penetapan konsep

perawatan yang didapatkan selama pendidikan ke dalam praktek

keperawatan secara nyata.

E. Metode Telaahan

Dalam penyeusunan Karya Tulis ini penulis menggunakan metode

analitik deskriptif dengan bentuk studi kasus, dimana disusun berup laporang

penerapan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi

lisan secara langsung pada klien dan kelaurganya.

b. Observasi, yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi bio, psiko,

sosial dan spritual.

c. Pemeriksaan fisik dan data laboratorium yaitu pengumpulan datan

dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan data dari

masalah kesehatan klien meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan

palpasi serta pengambilan data pada hasil pemeriksaan laboratorium.

d. Studi kokumentasi, yaitu melakukan pengumpulan data atau informasi

melalui catatan, arsip dan medical record yang berhubungan dengan

status kesehatan klien.

Page 18: Kti  ita ariani

6

e. Studi kepustakaan, yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau

literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang

berhubungan dengan masalah klien

F. Waktu pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan pada Tanggal 23 – 25 Februari 2016.

G. Tempat pelaksanaan

Studi kasus ini dilaksanakan di ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning

Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

H. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, latar belakang, ruang lingkup pembahasan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode telahaan, waktu

dan tempat pelaksanaan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis asuhan keperawatan dengan Gangguan Sistem

Persarafan : post Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head

Injury yang meliputi konsep dasar yaitu, pengertian, anatomi

fisiologi sistem persarafan, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan

medis serta dampak terhadap sistem tubuh lainnya,

penyimpangan KDM dan tinjauan teoritis ftentang asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi

Page 19: Kti  ita ariani

7

Bab III : Tinjauan kasus tentang laporan asuhan keperawatan Tn. N

dengan Gangguan Sistem Persarafan : Post Op Craniotomy

POD I a/i Moderat Head Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung

Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan

Sadikin Bandung. Dan pembahasan yang menguraikan tentang

perbandingan antara fakta dan teoritis yang ada, dibahas secara

sistematis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi

Bab IV : Kesimpulan dan rekomendasi yang menguraikan kesimpulan

meliputi hasil pelaksanaan strudi kasus sedangkan rekomendasi

berupa alternatif yang bersifat operasional untuk mengtasi

masalah pada kasus yang sama

Page 20: Kti  ita ariani

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERSARAFAN POST OP CRANIOTOMI A/I

MODERAT HEAD INJURI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Moderat head injury adalah suatu trauma yang mengenai daerah

kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik

secara kangsung maupun tidak langsung pada kepala (Corwin, 2009).

Moderat head injury merupakan jumlah deformitas jaringan kepala

yang diakibatkan oleh suatu kekuatan mekanik (Ariani, 2013).

Moderat head injury adalah kerusakan neurologis yang terjadi

akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung

maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (Nurarif dan Kusuma,

2015).

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa

moderat head injury merupakan trauma jaringan pada jaringan otak yang

terjadi secara langsung yang disebabkan oleh kekuatan mekanis atau

kekuatan fisik eksternal yang dapat mengakibatkan deformitas jaringan

di kepala atau trauma neurologis yang dapat merubah tingkat kesadaran

serta gangguan kegiatan sehari – hari.

Page 21: Kti  ita ariani

9

2. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan

a. Anatomi Sistem Saraf

Penampang lateral lobus-lobus otak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Anatomi sisten persarafan (Ariani, 2013).

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf

sentral yang terletak di dalam rongga kranium (tengkorak)

dibungakus oleh selaput otak yang kuat. Fisura dan sulkus membagi

henisfer otak menjadi beberapa daerah yaitu :

Page 22: Kti  ita ariani

10

1) Serebrum (otak besar)

Serebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan yang

terbesar dari otak, yang berbentuk telur, mengisi penuh bagian

depan atas rongga tenggorak.

2) Batang otak (truns serebri)

Diensefalon keatas berhubungan dengan serebrum dan medula

oblongata kebawah dengan medula spinalis. Serebrum melekat

pada batang otak dibagian medula oblongata, pons varoli dan

mensefalon.

3) Serebelum (otak kecil)

Serebelum (otak kecil) terletak pada bagian bawah dan belakang

tengkorak yang dipisakan dengan serebelum oleh visura

transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medula

oblongata (Syaifuddin, 2006).

b. Fisiologi Sistem Saraf

Sistim saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

kontraksi otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat,

menerima ribuan informasi dari berbagai organ sensoris dan

kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang harus

dilakukan oleh tubuh. Membran sel bekerja sebagai suatu sekat

pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan ekstraseluler

dan cairan intraseluler. Di dalam ruangan ekstraseluler, disekitar

neuron, terdapat cairan dengan kadar ion natrium klorida. Sedangkan

Page 23: Kti  ita ariani

11

dalam cairan intraseluler terdapat kalium dan protein yang lebih

tinggi. Perbedaan komposisi dan ion-ion di dalam dan di luar sel

mengakibatkan timbulnya suatu potensial membran. Dalam keadaan

istrahat cairan ekstraseluler adalah elektro positif dan cairan

intraseluler adalah elektro negatif (Syaifuddin, 2006).

3. Etiologi

Penyebab moderat head injury adalah kecelakaan lalulintas,

perkelahian, jatuh dan cedera olahraga. Cedera kepala terbuka sering

sekali disebabkan oleh luka karena peluru atau pisau. Jatuh merupakan

penyebab utama cedera kepala pada anak-anak. Cedera kepala pada anak

usia toddler sering sekali berkaitan dengan jatuh dari tangga atau jatuh di

tempat bermain. Bayi atau anak kecel yang mengalami cedera kepala

harus diperiksa untuk mengetahui adanya cedera kepala non kecelakaan

yang sering disebut sebagai shaken-baby syndrome (Corwin, 2009).

4. Patofisiologi

Cedera yang terjadi pada waktu benturan dapat menimbulkan lesi,

robekan atau memar pada permukaan otak. Dengan adanya lesi, robekan,

memar tersebut akan mengakibatkan gejala defisit neurologis yang tanda

– tandanya adalah penurunan kesadaran yang progresif, kelumpuhan dan

bila kesadaran pulih kembali biasanya menunjukan adanya sindrom otak

organik.

Page 24: Kti  ita ariani

12

Akibatnya adanya edema, maka pembuluh darah otak akan

mengalami penekanan yang berakibat aliran darah ke otak berkurang,

sehingga akan terjadi hipoksia dan menimbulkan iskemia yang akhirnya

gangguan pernapasan asidosis respiratori (penurunana PH dan

peningkatan PCO2). Akibat lain dari adanya perdarahan otak dan edema

serebri yang paling berbahaya adalah terjadinya peningkatan tekanan

intrakranial yang timbul karena adanya proses desak ruang sebagai akibat

dari banyaknya cairan yang bertumpuk di dalam otak (Corwin, 2009).

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang sering terjadi akibat cedera kepala adalah

kesadaran menurun, pola napas dapat menjadi abnormal secara progresif,

respon pupil munkin tidak ada atau secara progresif mengalami

deteriorasi. Sakit kepala dapat terjadi dengan segera atau terjadi bersama

peningkatan tekanan intrakranial. Muntah dapat terjadi sebagai akibat

dari peningkatan tekanan intrakranial, perubahan perilaku, kognitif dan

fisik pada gerakan motorik dan berbicara dapat terjadi segera atau secara

lambat. Amnesia yang berhubunan dengan kejadian ini biasa terjadi

(Corwin, 2009).

6. Pemeriksaan Penunjang

Radiograf tengkorak dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau

perdarahan atau pembekuan darah yang terjadi. CT scan atau MRI dapat

dengan tepat menentukan letak dan luas cedera. CT scan biasanya

Page 25: Kti  ita ariani

13

merupakan perangkat diagnostik pilihan di ruang kedaruratan walaupun

hasil dari CT mungkin menyesatkan. MRI adalah perangkat yang sensitif

dan akurat, dapat mendiagnosis cedera akson difus, namun mahal dan

kurang dapat diakses disebagian besar fasilitas (Corwin, 2009)

7. Penatalaksanaan Medis

Cedera kepala ringan dan sedang biasanya diterapi dengan

observasi dan tirah baring. Diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah

melalui pebedahan dan evakuasi hematoma. Ventilasi mekanis dapat

dibutuhkan dan diperlukan debridement melalui pembedahan (pegeluaran

benda asing dan sel yang mati), terutama pada cedera kepala terbuka.

Dekompresi melalui pengeboran lubang di dalam otak yang disebut burr

hole, mungkin diperlukan (Corwin, 2009).

8. Komplikasi

a. Perdarahan di dalam otak yang disebut dengan hematoma

intralserebral, dapat menyertai cedera kepala tertutup yang berat atau

lebih sering cedera terbuka. Pada perdarahan di otak, tekanan

intrakranial di otak meningkat dan sel neuron dan vaskular tertekan.

Ini adalah jenis cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran

dapat menurun segera atau dapat menurun setelahnya ketika

hematoma meluas dan edema intertisial memburuk.

b. Perubahan perilaku yang tidak kentara dn defisit kogntif dapat terjadi

dan tetap ada (Corwin, 2009).

Page 26: Kti  ita ariani

14

9. Dampak Moderat Head Injuri terhadap Sistem Tubuh Lainnya

Adanya gangguan sistem persarafan akibat Moderat Head Injury

akan menggangu sistem tubuhn lainnya. Adapun gangguan menurut

Corwin 2009 adalah sebagai berikut :

a. Sistem kardiovaskuler

moderat head injury yang disertai dengan subdural hematoma, akan

terjadi perdarahan dan edema serebri seingga terjadi peningkatan

tekanan intrakranial.

b. Sistem pernapasan

Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokontriksi paru atau

hipertensi paru, menyebabkan hipernoe dan bronkhokontriksi.

c. Sistem pencernaan

Trauma kepala juga mempengaruhi system pencernaan, pada klien

Post Craniotomy pada hari pertama akakn didapatkan bising usus

yang menurun karena efek narkose. Setelah trauma kepala (3 hari)

terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan

stimulus gagal.

d. Sistem endokrin dan perkemihan

Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme yaitu

kecenderungannya retensi natrium dan air serta hilangnya sejumlah

nitrogen. Retensi natrium disebutkan karena adanya stimulus

terhadap hipotalamus yang menyebabkan pelepasan ACTH dan

sekresi aldosteron.

Page 27: Kti  ita ariani

15

e. Sistem Muskuloskeletal

Pada disfungsi hemister bilateral atau disfungsi pada tingkat batang

otak, terdapat kehilangan penghambatan serebral dari gerakan

involunter. Terdapat gangguan tonus otot dan penanpilan postur

abnormal, yang dapat membuat komplikasi seperti peningkatan

spastisitas dan kontraktur.

f. Sistem integument

Pada klien yang dilakukan Craniotomy tampak luka operasi pada

kepala bila penyembuhan luka tidak baik akan didapatkan tanda –

tanda rubor, tumor, dolor, kalor dan fungsiolesa dan bila infeksi akan

didapatkan gangguan interaksi kulit.

Page 28: Kti  ita ariani

16

10. Penyimpangan KDM

Penyimpangan KDM dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Trauma kepala

Terputusnya kontinuitas jaringan

Perdarahan, hemastoma

Perubahan sirkulasi CSS

Peningkatan TIK

Gilus medialis lobus temporalis tergeser

Herniasi unkus

Mesenfalon tertekan

Gangguan kesadaran

Imobilisasi

Gambar 2. Penyimpangan KDM

Hambatan mobilitas fisik

Resiko infeksi Nyeri akut

Page 29: Kti  ita ariani

17

B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mmengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Nursalam, 2013).

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam

mengumpulkan informasi yang sistemik tentang klien. pengumpulan

data ditunjukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang

penting dan akurat tentang klien (Asmadi, 2008).

1) Biodata

a) Identitas klien, yaitu meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, suku bangsa,

tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrek,

diagnosa medis dan alamat.

b) Identitas penanggung jawab, yaitu meliputi nama, umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan

klien dan alamat.

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Keluhan utama, yaitu keluhan yang dirasakan pasien

pada saat dilakukan pengkajian. biasanya keluhan

Page 30: Kti  ita ariani

18

utama pada klien dengan Moderat Head Injuri adalah

nyeri.

(1) Riwayat keluhan utama, yaitu menggambarkan keadaan

kesehatan klien dengan menggunakan simpton metode

PQRST.

P : (Provoaktive/palliative). Apa penyebab keluhan

tersebut ? Faktor apa saja yang memperberat

keluhan ?

Q : (Quality / Quanity). Bagamana keluhan tersebut

dirasakan ? Apakah terlihat, terdengar ? Seberapa

sering keluhan tersebur dirasakan ?

R : (Region / radiation ). Dimana keluhan tersebut

dirasakan ? Apakah menyebar ?

S : (Severity / scale ). Apakh keluhan tersebut dirsakan

? Apakah menyebar ?

T : ( Timming ). Kapan keluhan tersebut mulai muncul

? seberapa sering keluhan tersebut muncul ?

Apakah secara tiba-tiba atau bertahap ? (Asmadi,

2008).

b) Riwayat kesehatan dahulu : Perlu dikaji apakah klien

pernah mengalami Moderat Head Injuri atau penyakit

sistem saraf serta penyakit sistematik dan apakah klien

memiliki riwayat alergi.

Page 31: Kti  ita ariani

19

c) Riwayat kesehatan keluarga

(1) Kaji mengenai adanya penyakit keturunan, penyakit

menular, kebiasaan buruk dalam keluarga seperti

merokok atau keadaan kesehatan anggota keluarga.

(2) Genogram 3 generasi.

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : Mengkaji tingkat kesadaran dan tanda-

tanda vital klien

b) Sistem pernapasan, yaitu didapatkan adanya perubahan pola

napas baik irama, kedalaman maupun frekuensi yaitu cepat

dan dangkal, irama tidak teeratur (cheyne stokes, ataxia

breathing).

c) Sistem pengindraan, yaitu pada klien dengan post op

craniotomy kaji keadaan apakah bola mata simetris kiri dan

kanan, telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran normal

atau tidak, pada lidah reflex mengisap kuat dan

terkoordinasi.

d) Sistem kardiovaskuler, yaitu dalam pemeriksaan didapatkan

perubahan tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi

peningkatan tekanan intrakranial maka tekanan darah

meningkat, denyut nadi tachikardi, kemudian bradikardi

atau iramanya tidak teratur sebagai kompresi kerja jantung

untuk membantu mengurangi tekanan intrakranial.

Page 32: Kti  ita ariani

20

e) Sistem pencernaan, yaitu pada klien post craniotomy

biasanya didapatkan bising usus yang normal atau bisa juga

menurun apabila masih ada pengaruh anastesi, perut

kembung, bibir dan mukosa mulut tampak kering, klien

dapat mual dan muntah. Pada perkusi abdomen terdengar

timpani, nyeri tekan pada daerah epigastrium.

f) Sistem perkemihan, yaitu pada pengkajian akan didapatkan

retensi urine pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak

sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal.

g) Sistem musculoskeletal, yaitu pada klien post op

craniotomy biasanya ditemukan gerakan-gerakan

involunter, kejang, gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur,

kekuatan otot mungkin menurun atau normal.

h) Sistem integument, yaitu pada klien post craniotomy

tampak luka pada daerah kepala, suhu tubuh mungkin diatas

normal, banyak keringat. Pada hari ketiga dari operasi

biasanya luka belum sembuh karena masih agak basah /

belum kering.

i) Sistem endokrin, yaitu pada klien dengan Sepsis kaji apakah

penderita mengalami pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

j) Sistem imun, yaitu pada klien dengan post op craniotomy

perlu dikaji respon terhadap penyakit.

Page 33: Kti  ita ariani

21

k) Sistem reproduksi, yaitu kaji adanya kateterisasi dan

keaadaan kebersihan kateter dan kulit sekitar kateter seperti

adanya kemerahan, nyeri atau perasaan ketidaknyamanan.

l) Sistem persarafan

(1) Test fungsi serebral, yaitu klien mengalami penurunan

kesadaran maka dalam orientasi, daya ingat, perhatian,

dan perhitungan serta fungsi bicara klien hasil

pemeriksaan status mentalnya kurang dari normal

ditandai dengan amnesia, gangguan kognitif.

(2) Tingkat kesadaran, yaitu biasanya tingkat kesadaran

berkisar antara obtunded sampai lethargi.

(3) Pengkajian bicara, yaitu biasanya dapatkan kesulitan

mengucapkan kata-kata yang lebih dari satu kata

misalnya “sakit kepala” atau “rumah sakit”

(4) Test nervus kranial.

(a) Nervus 1 (Olfaktorius) : Nervus olfaktorius

merupakan saraf sensorik yang fungsinya hanya

satu yaitu mencium bau (menghidu). Tujuan

pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan

menghidu.

(b) Nervus II (Optikus) : Pengkajian pada nervus

optikus untuk mengukur ketajaman penglihatan

(visus) dan lapang pandang.

Page 34: Kti  ita ariani

22

(c) Nervus V (trigeminus) : Nervus trigeminus terdiri

dari 2 bagian yaitu bagian sensorik dan bagian

motorik. Bagian motorik mengurus otot-otot untuk

mengunyah dan bagian sensorik yaitu rasa raba dan

rasa suhu serta kornea.

(d) Nervus VII (Fasialis) : Nervus fasialis merupakan

saraf sensorik dan motorik. Fungsi motorik

mensarafi otot-otot wajah sedangkan fungsi

sensorik mensarafi pengecapan.

(e) Nervus VIII (Akustikus) : Saraf ini terdiri atas dua

bagian yaitu saraf vestibularis mengurus

keseimbangan.

(f) Nervus IX (Glosofaringeus) dan Nervus X (Vagus)

: Nervus ini diperiksa bersamaan karena kedua

saraf ini berhubungan erat satu sama lain. Dalam

memeriksa perhatikan kualitas suara klien apakah

suaranya normal, berkurang, serak (disfonis) atau

tidak bersuara sama sekali.

(g) Nervus XI (Aksesorius) : Nervus aksesorius

mensarafi otot-otot sternokleidomastoideus dan

otot trapezius.

(h) Nervus XII (Hypoglosus) : Saraf ini mengandung

somato-motorik yang menginversi otot ekstrinsik

Page 35: Kti  ita ariani

23

dan intrinsik lidah. Fungsi otot ekstrinsik lidah

menggerakan lidah dan otot intrinsik mengubah-

ubah bentuk lidah.

4) Data psikologi

Pasien yang mengalami penurunan kesadaran, maka data

psikologis tidak dapat dikaji. Sedangkan pada pasien yang

tingkat kesadarannya agak normal (GCS: 13-15) akan terlihat

adanyan gangguan emosi, perubahan tingkah laku, emosi yang

labil, iritabel, apatis, delirium.

5) Data sosial

Data yang diperlukan adalah bagaimana pasien

berhubungan dengan orang-orang terdekat dan yang lainnya.

Kemampuan berkomunikasi dan peranannya dalam keluarga.

Pada klien yang mengalami penurunan kesadaran data sosial

tidak dapat dikaji. Sedangkan pada klien yang tingkat

kesadarannya normal, pada klien trauma kepala akan didapatkan

kesulitan berkomunikasi bila area trauma pada lobus temporal.

6) Data spiritual

Data spritual pada klien dengan penurunan kesadaran

tidak dapat dikaji, sehingga data ketaatan klien terhadap

agamanya,semangat dan falsafah hidup serta Ketuhanan yang

diyakini klien tidak dapat terkaji.

Page 36: Kti  ita ariani

24

7) Pola aktivitas sehari-hari

a) Nutrisi, yaitu biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual,

muntah dan bila klien mengalami penurunan kesadaran,

refleks menelan akan terjadi penurunan sehingga klien

harus dipasang Naso Gastric Tube (NGT).

b) Eliminasi, yaitu pada umumnya klien dengan mengalami

penurunan kesadaran akan terjadi inkontinesia urine

sehingga harus dipasang dower kateter.

c) Istirahat dan tidur, yaitu pada umumnya istirahat dan tidur

terganggu akibat nyeri kepala hebat, sesak napas akibat

peningkatan tekanan intrakranial, hal ini merupakan

mecanoreceptor terhadap Reticular Actitivity System (RAS)

sebagai pusat tidur juga.

d) Personal hygiene, yaitu klien mengalami gangguan

pemenuhan Activity Day Living (ADL) termasuk personal

hygiene akibatnkelemahan otot terutama pada klien dengan

penurunan kesadaran.

e) Aktifitas Olahraga, yaitu pada klien dengan Moderat Head

Injuri terjadi kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan

melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penurana

kesadaran serta nyeri pada daerah kepala atau intoleransi

aktivitas.

Page 37: Kti  ita ariani

25

8) Data penunjang, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk

memastikan atau menegakkan diagnosa yang akan akan

dilakukan terhadap klien.

9) Pengobatan, yaitu kaji terhadap riwayat alergi terhadap

pemberian obat-obatan.

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi data adalah data-data klien atau keadaan tertentu

dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan

berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data dikelompokkan

maka perawat dapat mengindefikasi masalah keperawatan klien dan

memutuskannya (Nursalam, 2013).

c. Analisa Data

Analisa data adalah proses sintesis untuk menentukan adanya

hubungan pada data dan menemukan pola dari fakta dan

dilatarbelakangi tingkat pengetahuan, pengalaman dan konsep

keperawatan (Nursalam, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu oernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan (Nursalam, 2013).

Page 38: Kti  ita ariani

26

Adapun masalah yang sering timbul pada klien dengan gangguan

sistem persarafan (cedera kepala sedang) menurut Doenges, Moorhouse,

Geissler, 2000 yaitu :

a. Ketidakefetifan jalan nafas berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran.

b. Pola napas tidak efektif berhungan dengan kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat persarafan otak).

c. Nyeri berhubungan dengan cedera kepala.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya

kekuatan atau kemampuan motorik.

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan

trumatik.

3. Perencanaan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatn dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan, selama

perencanaan dibuat prioritas. Berdasarkan diagnosa keperawatn yang

mungkin terjadi pada klien maka perencanaan yang akan dilakukan untuk

masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berghungan dengan gangguan

tingkat kesadaran.

Tujuan : jaln nafas tetap berfungsi dengan baik

Page 39: Kti  ita ariani

27

Kriteria hasil : Analisa gas darah dalam batas normal, bunyi napas

bersih, frekuensi nafas 12-24 kali per menit, warna kulit normal.

Tabel 2. Intervensi da Rasional Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas.No Intervensi Rasional1.

2.

3.

Pantau keadaan neurologis 2-4 jam.

Pertahankan puasa sementara karenakesadaran terganggu.Lakukan tindakan segera bila terjadikejang.

1. Edema serebral dan perdarahanintrakranial memungkinkanmeningkatnya tekananintrakranial.

2. Untuk mencegah aspirasi.

3. Aktivitas kejang meningkatkanmetabolisme serebral.

Sumber : (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 2000).

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler (cedera pada pusat persarafan otak).

Tujuan : memprtahankan pola pernapasan normal atau efektif

Kriteria hasil : frekuensi pernapasan 12-24x/ menit.

Tabel 3. Intervensi dan Rasional Pola Napas Tidak EfektifNo Intervensi Rasional1.

2.

3.

Pantau frekuensi, irama dan kedalamanpernapasan.Angkat kepala tempat tidur sesuaiaturannya dan posisi miring sesuaiindikasi.

Anjurkan klien untuk melakukan napasdalam yang efektif jika klien sadar.

1. Perubahan dapat menandakanluasnya keterlibatan otak.

2. Untuk memudahkan ekspansiparu dan menurunkan adanyakemungkinan lidah jatuh yangmenyumbat jalan napas.

3. Mencegah atau menurunkanatelektasis.

Sumber : (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 2000).

c. Nyeri berhubungan dengan cedera kepala

Tujuan : menunjukkan terbebas dari rasa tidak nyaman

Kriteria hasil :m individu menyatakan tidak sakit kepala, ekspresi

wajah rileks, tidak ada merintih.

Page 40: Kti  ita ariani

28

Tabel 4. Intervensi dan Rasional NyeriNo Intervensi Rasional1.

2.

3.

Ajarkan latihan teknik relaksasi sepertilatihan napas dalam dan relaksasi otot.

Buat posisi kepala lebih tinggi (150-450).

Kolaborasi dengan tim medis untukpemberian obat-obatan.

1. Latihan napas dalam danrelaksasi otot dapat mengurangiketegangan saraf sehingga pasienmerasa lebih rileks danmengurangi rasa nyeri kepala.

2. Posisi kepala yang tinggi dapatmelancarkan aliran balikpembuluh darah vena dari kepalasehingga mengurangi edema.

3. Oabat analgetik untukmengurangi rasa nyeri.

Sumber : (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 2000).

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya

kemampuan motorik.

Tujuan : meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit

Kriteria hasil : klien bisa mandiri dalam memenuhi ADL.

Tabel 5. Intervensi dan Rasional Gangguan Mobilitas Fisik.No Intervensi Rasional1.

2.

3.

Periksa kembali kemampuan dankeadaan secara fungsional padakerusakan yang terjadi.Untuk menghindari kerusakan karenatekanan.

Bantu klien dengan program latihandan penggunaan alat mobilisasi.

1. Mengidentifikasi kemungkinankerusakan secara funfsional.

2. Perubahan posisi yang teraturmenyebabkan penyebaranterhadap berat badan danmeningkatkan sirkulasi padaseluruh bagian tubuh.

3. Proses penyembuhan yanglambat sering kali menyertaitrauma kepala.

Sumber : (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 2000).

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhungan dengan jaringan traumatik.

Tujuan : penyembuhan luka tepat waktu.

Kriteria hasil : bebas dari tanda-tanda infeksi.

Page 41: Kti  ita ariani

29

Tabel 6. Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi Terhadap InfeksiNo Intervensi Rasional1.

2.

3.

Berikan perawatan aseptik danantiseptik.Observasi daerah kulit yangmengalami kerusakan.

Observasi warna /kejernihan urine.

1. Cara pertama untuk menghindariterjadinya infeksi nosokomial.

2. Deteksi perkembangan infeksimemungkinkan untuk melakukantindakan dengan segera.

3. Sebagai indikator dariperkembangan infeksi padasaluran kemih yang memerlukantindakan segera.

Sumber : (Doengoes, Moorhouse, Geissler, 2000).

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditunjukan pada narsing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Rencana intervensi

yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun

tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan. Evaluasi

merupakan integral pada setap tahap proses keperawatan. Pengumpulan

data perlu direfisi untuk menentukan apakah informasi yang telah

dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi

sudah sesuai. Tujuan dan intervensi dievaluasi untuk menentukan apakah

tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif atau tidak (Nursalam, 2013).

Page 42: Kti  ita ariani

30

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

1) Biodata

a) Identitas klien

Nama : Tn. N

Umur : 34 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kiara sinarwangi

Tanggal masuk : 29 Januari 2016

Tanggal pengkajian : 23 Februari 2016

Ruang perawatan : Bedah saraf

No. Rekam medis : 06060104

Diagnosa medis : Moderat head injury

Page 43: Kti  ita ariani

31

b) Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. W

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kiara sinarwangi

Hubungan dengan klien: Istri

2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

(1) Keluhan utama : nyeri kepala

(2) Riwayat keluhan utama

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23

Februari 2016, klien mengatakan nyeri pada kepala

bagian kiri atas yang disebabkan oleh adanya luka

bekas operasi, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-

tusuk benda tajam dan hilang timbul dengan skala nyeri

5 (0-10). Klien juga mengatakan keluhan bertambah

berat apabila beraktifitas dan berkurang ketika ia

istirahat.

Page 44: Kti  ita ariani

32

b) Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit yang

sama dan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik

terhadap makanan maupun obat-obatan.

c) Riwayat kesehatan keluarga

(1) Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit keturunan seperti DM, hipertensi

dan penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

(2) Genogram

Genogram dapat digambarkan pada Gambar 3 :

Gambar 3. Genogram Tiga Generasi

X XXXX X X X

X ?

?

X X X

?

XX

? ?

?

34

? ???

32

13 9

Page 45: Kti  ita ariani

33

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

? : Umur tidak di ketahui

X : Sudah meninggal

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : lemah

b) Kesadaran : compos mentis GCS 15 (E4, M6, V5).

c) TTV :

TD : 110/70 mmHg

N : 83x/ menit

P : 21x/ menit

S : 36,50C

d) Sistem pernapasan

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan

cuping hidung, tidak ada sianosis, tidak ada sekret pada

hidung, tidak ada epitaksis, tidak ada massa atau benjolan

pada hidung, pergerakan dada simetris, tidak ada bunyi

pernapasan vesikuler.

Page 46: Kti  ita ariani

34

e) Sistem kardiovaskuler

Konjungtiva merah muda, tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 83x/ menit, auskultasi bunyi jantung S1, S2 (lup-dup),

tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT < 3 detik.

f) Sistem pencernaan

Bentuk bibir simetris, bibir nampak lembab, gigi lengkap,

lidah bergerak bebas, tidak ada caries gigi, tidak ada

stomatitis, bentuk perut merata, tidak ada nyeri tekan, pada

perkusi terdengar bunyi timpani, peristaltik 7x/ menit.

g) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri

tekan.

h) Sistem perkemihan

Nampak terpasang kateter, warna urin kuning jernih dan

tidak ada hambatan pada saat BAK

i) Sistem muskuloskeletal

(1) Ekstremitas atas, yaitu bentuk simetris kiri dan kanan,

kekuatan otot 4/4, tidak ada edema dan kuku tampak

bersih.

(2) Ekstremitas bawah, yaitu bentuk simetris kiri dan

kanan, kekuatan otot 5/5, tidak ada edema, nampak

luka lecet pada kaki kanan, adanya nyeri tekan pada

luka, kuku kaki nampak bersih dan pendek.

Page 47: Kti  ita ariani

35

j) Sistem integumen

Warna kulit gelap, akral teraba hangat dengan suhu 36,50C.

k) Sistem pengindraan

Klien tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan

dibuktikan dengan klien dapat membaca papan nama

perawat dengan jarak 30 cm, fungsi pendengaran normal

dibuktikan dengan suara gesekan rambut pada kedua

telinga, fungsi bicara baik dibuktikan dengan klien mampu

berkomunikasi dengan perawat.

l) Sistem reproduksi

Tidak dapat dilakukan pemeriksaan.

m) Sistem persarafan

(1) Tes fungsi saraf kranial

(a) Nerfus I (olfaktorius), yaitu tidak ada kelainan

pada fungsi penciuman dibuktikan dengan klien

bisa membedakan antara bau minyak kayu putih

dengan bau kopi.

(b) Nerfus II (optikus), yaitu fungsi lapang pandang

baik dibuktikan dengan klien mampu membaca

papan nama perawat dengan jarak 30 cm.

(c) Nerfus III, IV, VI (okulomotorius, troklearis,

abdusen), yaitu bola mata bisa digerakan kesegala

Page 48: Kti  ita ariani

36

arah, pupil isokor, kelopak mata dapat digerakan

ke atas dan ke bawah.

(d) Nerfus V (trigeminus), yaitu klien dapat

mengerutkan dahi dan membuka kelopak mata

pada kedua mata, dapat menggerakan rahang

dengan baik.

(e) Nerfus VII (vasialis), yaitu wajah klien nampak

simetris saat tersenyum dan klien dapat

mengangkat alis.

(f) Nervus VIII (auditorius), yaitu fungsi pendengaran

normal dibuktikan dengan klien mampu

mendengar bunyi gesekan rambut yang dilakukan

oleh perawat.

(g) Nerfus IX, X (glosovaringeus, Vagus), yaitu tidak

ada gangguan menelan dan dapat mengungkapkan

kata-kata dengan baik.

(h) Nervfus XI (aksesoria), yaitu klien dapat menoleh

ke kiri dan ke kanan.

(2) Tes fungsi saraf motorik, yaitu klien mengalami

gangguan dalam bergerak ditandai dengan klien lemah

saat beraktifitas dengan kekuatan otot 4/4 dan 5/5.

Page 49: Kti  ita ariani

37

4) Pola aktivitas sehari-hari

Tabel 7. Pola Aktivitas Sehari-hari Tn. NNO Jenis aktifitas Sebelum sakit Setelah sakit

1 a. NutrisiJenis makananFrekuensiPorsi.

b. CairanJenis minumanFrekuensi

Nasi, sayur dan ikan3 x sehariDihabiskan

Air putih dan tehmanis6-8 gelas sehari

Bubur dan telur3 x sehariPorsi tidak dihabiskan (1/2

porsi).

Air putih5-7 gelas sehari

2 Eliminasia. BAB

FrekuensiKonsistensiWarna

b. BAKFrekuensiWarnaBau

1x/ hariLunakKuning

5-6x/ hariKuning jernihKhas amoniak

Belum BAB selama post op

Nampak terpasang kateterKuning jernih-

3 Istirahat tidura. Siangb.Malam

13.00-15.0021.00-05.00

13.00-15.0022.00-05.00

4 Personal hygienea. Mandib.Cuci rambutc.Sikat gigi

2x/ hariSetiap kali mandiSetiap kali mandi

1x/ hariSetiap kali mandiSetiap kali mandi

5 Aktifitas Bekerja sebagaiburuh

Segala aktifitas dibantu olehkeluarga dan perawat

Sumber : Data Pengkajian di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning LantaiII RSUP dr. Hasan Sadiking Bandung Tanggal 23 Februari – 25Februari 2016.

5) Data psikologis, yaitu klien merasa cemas dengan keadannya

dan selalu menanyakan tentang keadaan penyakitnya.

6) Data sosial, yaitu orang terdekat klien adalah keluarga dan klien

dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

7) Data spritual, yaitu klien mengatakan sebelum sakit ia

menjalankan sholat 5 waktu, namun setelah sakit ia belum

pernah melaksanakannya.

Page 50: Kti  ita ariani

38

8) Data penunjang

Tabel 8. Data Penunjang Tn NJenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HematologiDarah rutinHemoglobinHematorikLekositTrombositKimia KlinikGlukosa darahsewaktuNaKCICa BebasMG

9,32710.000163.00

172

1363,6994,672,15

12-1635-473.800-10.6000150.000-144.00

< 140

1`35-1453,6-5,598-1084,7-5,21,70-2,55

g/dl%/mm3

/mm3

Mg/dl

mEq/LmEq/Lmg/dlmgldlmg/dl

Sumber : Data laboratorium RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, tanggal 21Februari 2016.

9) Penatalaksanaan medis

a) Ceftriaxone 1g / 12 jam / iv (sebagai antibiotik)

b) Ranitidin 50 mg / 12 jam / iv (menekan asam lambung)

c) Ketorolac 1 ampul / 8 jam / iv (sebagai antinyeri)

d) Vit. K 1 ampul / 12 jam / iv (sebagai vitamin)

b. Klasifikasi Data

1) Data Subyektif

a) Klien mengatakan nyeri kepala bagian kiri atas

b) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul

c) Klien mengatakan nyeri bertambah berat bila beraktrifitas

dan berkurang saat istirahat

d) Klien mengatakan lemah

Page 51: Kti  ita ariani

39

2) Data Obyektif

a) Klien nampak meringis sambil memegang kepalanya yang

nyeri.

b) Adanya nyeri tekan pada kepala bagian kiri atas

c) TTV :

TD : 110/70 mmHg

N : 83x/ menit

P : 21x/ menit

S : 36,50C

d) Nampak adanya balutan luka bekas operasi pada kepala

bagian kiri atas

e) Nampak luka masih basah

f) Klien nampak lemah dengan kekuatan otot 4/4 dan 5/5

g) Nampak segala aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

h) Hb 9,3 g/dl.

3) Analisa Data

Tabel 9. Analisa DataNo Data Etiologi Problem1 DS :

a. Klien mengatakan nyeripada kepala

b. Nyeri yang dirasakan hilangtimbul

c. Klien mengatakan nyeribertambah berat jika iaberaktivitas dan berkurangketika ia istirahat

DO :a. Klien nampak meringis

sambil memegangkepalanya yang sakit

b. Skala nyeri 5 (0-10)

Adanya faktor penyebab

Tindakan pembedahancraniotony

Terputusnya kontinuitasjaringan (sel saraf dan jaringan

ikat)

Merangsang sel sarafmengeluarkan mediator kimia

Nyeri akut

Page 52: Kti  ita ariani

40

c. TTV :TD : 110/70mmHgN : 83x/ menitP : 21x?menitS : 36,50C

(serotonin,histamin,bradikinin)

Dihantarkan ke hipothalamus

Nyeri dipresepsikan

nyeri

2 DS :-DO :a) Nampak adanya balutan

luka bekas operasi padakepala bagian kiri atas

b) Luka nampak masih basahc) Hb 9,3 g/dl.

Post op craniotomy

Luka insisi

Terputusnya kontinuitasjaringan kulitrt otot, vasikuler

dan jaringan otak

Memudahkan masuknyamikroganisme ke dalam

jaringan tubuh

Resiko infeksi

Resikoinfeksi

3 DS :Klien mengatakan lemahDO :a) Klien nampak lemah

dengan kekuatan otot 4/4dan 5/5

b) Nampak segala aktivitasdibantu oleh keluarga danperawat.

Post op craniotomy

Terputusnya kontuinitasjaringan

Merusak jareingan sekitar

Deformitas

Gangguan fungsi

Hambatan mobilitas fisik

Hambatanmobilitas

fisik

Page 53: Kti  ita ariani

41

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, ditandai

dengan :

DS :

1) Klien mengatakan nyeri pada kepala bagian kiri atas

2) Nyeri yang dirasakan hilang timbul.

3) Klien mengatakan nyeri bertambah berat jika ia beraktivitas dan

berkurang ketika istrahat.

DO :

1) Klien nampak meringis sambil memegang kepalanya yang sakit.

2) Skala nyeri 5 (0-10)

3) TTV :

TD : 110/70 mmHg

N : 83x/ menit

S : 21x/ menit

P : 36,5̊ C

b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bekas operasi,

ditandai dengan :

DS :-

DO :

1) Nampak adanya balutan luka bekas operasi pada kepala bagian

kiri atas.

2) Luka nampak masih basah.

Page 54: Kti  ita ariani

42

3) Hb 9,3 g/dl.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot,

ditandai dengan :

DS :

1) Klien mengatakan lemah.

DO :

1) Klien nampak lemas dengan kekuatan otot 4/4 dan 5/5.

2) Nampak segala aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat.

Page 55: Kti  ita ariani

43

3. Perencanaan

Nama : Tn. N Tanggal masuk : 29 Januari 2016

Umur : 34 Tahun Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2016

Alamat : Kiara sinarwangi Nomor register : 06060104

Tabel 10. Rencana Asuhan keperawatanNO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional1 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas

jaringan ditandai dengan :Ds :a. Klien mengatakan nyeri pada kepala bagian kiri

atas.b. Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul.c. Klien mengatakan nyeri bertambah berat jika

beraktifitas dan berkurang ketika ia istirahat.Do :a. Klien tampak meringis sambil memegang

kepalanya yang sakit.b. Skala nyeri 5 (0-10).

Tujuan :Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 3 hariklien akan terbebas dari rasanyeri dengan kriteria hasil :a. Wajah nampak rileksb. Tidak ada merintihc. Skla nyeri 0 (0-10)

1. Ajarkan latihan teknikrelaksasi seperti latihannapas dalam dan relaksasiotot.

2. Buat posisi kepala lebihtinggi (150-450).

3. Kolaborasi dengan timmedis untuk pemberianobat-obatan analgetik

1. Latihan napas dalam danrelaksasi otot dapat mengurangiketegangan saraf sehinggapasien merasa lebih rileks danmengurangi rasa nyeri kepala.

2. Posisi kepala dapatmelancarkan aliran balikpembulu darah vena dari kepalasehingga mengurangi edema.

3. Obat analgetik untukmengurangi rasa nyeri

2 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisibekas operasi , ditandai dengan :Ds :-Do :a. Nampak ada balutan luka bekas operasi pada

kepala bagian kiri atas.b. Luka nampak basah.c. Hb 9,3 g/dl.

Tujuan :Setelah dilakukan perawatanselama 3 penyembuhan lukatepat waktu dengan kriteriahasil :a. tidak terdapat tanda-

tandainfeksib. Keadaan luka nampak

1. Berikan perawatan aseptikdan antiseptik.

2. Observasi daerah kulityang mengalamikerusakan.

3. Observasi

1. Cara pertama untukmenghindari terjadinya infeksinosokomial.

2. Deteksi perkembangan infeksimemungkinkan untukmelakukan tindakan dengansegera.

3. Sebagai indikator dari

Page 56: Kti  ita ariani

44

kering warna/kejernihan urin perkembangan infeksi padasaluran kemih yangmemerlukan tindakan segera

3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengankelemahan otot, ditandai denganDs :Klien mengatakan lemah.Do :a. klien nampak lemas drngan kekuatan otot 4/3 dan

4/4.b. Nampak segala aktivitas klien dibantu oleh

keluarga dan perawat.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakanperawatan selama 3 haridiharapkan terjadipeningkatan pada kekuatandan fungsi pada bagian tubuhyang sakit, dengan kriteriahasil :a. Klien dapat mandiri

dalam memenuhi ADLb. Kekuatan otot 4/4

1. Periksa kembalikemampaun dan keadaansecara fungsional padakerusakan yang bterjadi.

2. Letakan klien pada posisitertentu untuk menghindarikerusakan karena tekanan.

3. Bantu klien denganprogram latihan danpenggunaan alatmobilisasi.

1. Menidentiufikasi kemungkinankerusakan secara fungsional.

2. Perubahan posis yang teraturmenyebabkan penyebaranterhadap berat badan danmeningkatkan sirkulasi padasaluran bagian tubuh.

3. Proses penyembuhan yanglambat sering kali menyertaitrauma kepala.

Page 57: Kti  ita ariani

45

4. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 11. Implementasi dan EvaluasiNo Hari/tgl Jam Diagnosa Implementasi Jam Evaluasi1 Jumat

23/02/201608.00

08.10

08.20

08.30

08.40

Nyeri berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringanDS :

a. Klien mengatakan nyeripada kepala bagian kiriatas.

b. Klien mengatakan nyeridirasakan hilang timbul.

c. Klien mengatakan nyeribertambah berat jikaberaktifitas dan berkurangketika ia istirahat.

DO :a. Klien tampak meringis

sambil memegangkepalanya yang sakit.

b. Skala nyeri 5 (0-10).

1. Mengajarkan latihan tehnikrelaksasi seperti latihan napasdalam dan relaksasi ototHasil :Klien masih belum nyaman dengantehnik yang dianjurkan perawat

2. Membuat posisi kepala klien lebihtinggi (150-450)Hasil :Posisi klien tampak semi fowler

3. Mengkolaborasikan dengan timmedis dalam pemberian obatanalgetik.Hasil :Injeksi ketorolac 1 ampul / 8 jam /iv

08.00

08.10

08.20

08.30

S : Klien mengatakan nyeri padakepala bagian kiri atas.

O :a. Klien tampak meringis

sambil memegangkepalanya yang sakit.

b. Skala nyeri 5 (0-10).

A : Tujuan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi1. Ajarkan latihan teknik

relaksasi seperti latihannapas dalam dan relaksasiotot

2. Buat posisi kepala lebihtinggi (150-450).

3. Kolaborasi dengan timmedis untuk pemberianobat-obatan analgetik

2 Jum’at23/02/2016

08.50

09.00

Resiko infeksi berhubungandengan adanya luka insisi bekasoperasiDS :-

DO:a. Nampak ada balutan luka

bekas operasi pada kepala

1. Memberikan perawatan aseptik danantiseptik.Hasil :Luka nampak bersih namun masihlembab.

2. Mengobservasi daerah kulit yangmengalami kerusakanHasil :

08.50 S : Klien mengatakan masih merasanyeri pada bekas luka operasi.

O :a. Nampak keadaan luka

masih basah.b. Disekitar luka nampak

kemerahan

Page 58: Kti  ita ariani

46

09.1009.20

bagian kiri atas.b. Luka nampak basah.c. Hb 9,3 g/dl.

Nampak kemerahan disekittar luka.3. Mengobservasi warna kejernihan

urineHasil :Urine nampak kuning jernih

09.00

09.10

09.20

A : Tujuan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi1. Berikan perawatan aseptik

dan antiseptik2. Observasi daerah kulit yang

mengalami kerusakan3. Observasi warna/kejernihan

uriune3 Jumat

23/02/201609.30

09.40

09.50

Hambatan mobilisasi fisikberhubungan dengan kelemahanotot.DS :

a. Klien mengatakan lemah.DO :

a. klien nampak lemasdrngan kekuatan otot 4/3dan 4/4.

b. Nampak segala aktivitasklien dibantu olehkeluarga dan perawat.

1. Memeriksa kemampuan dankeadaan secara fungsional padakerusakan yang terjadiHasil :Klien belum mampu melakukanaktifitasnya karena adanya lukayang belum sembuh.

2. Meletakan klien pada posisitertentu untuk menghindarikerusakan karena tekanan.Hasi :Klien dalam posisi semi fowler dansering membalikan badannya kekanan dan ke kiri.

3. Membantu klien dengan programlatihan dan penggunaan alatmobilisasiHasil :Klien belum bisa melakukanmobilisasi

09.30

09.40

09.50

10.00

S : Klien mengatakan belum bisamelakukan aktifitasnya denganmandiri.

O :a. Nampak segala aktifitas

klien dibantu oleh keluargab. Kekuatan otot 4/4 dan 5/5.

A : Tujuan belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi1. Periksa kembali

kemampuan dan keadaansecara fungsional padakerusakan yang terjadi

2. Letakkan kliern pada posisitertentu untuk menghindarikerusakan karena tekanan.

3. Bantu klien dengan programlatihan dan penggunaan alatmobilisasi.

Page 59: Kti  ita ariani

47

5. Catatan Perkembangan

Tabel 12. Catatan PerkembanganNo Hari/Tanggal Dx

KepJam Catatan Perkembangan

1 Sabtu24/02/2016

1 08.00

08.10

08.20

08.30

08.40

S : Klien mengeluh nyeri kepala bagian kiri atas

O :a. Klien tampak meringis sambil memegang kepalanya yang sakitb. Skala nyeri 5 (0-10)

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Mengajarkan latihan tehnik relaksasi seperti latihan napas dalam

dan relaksasi ototHasil :Klien masih belum nyaman dengan tehnik yang dianjurkanperawat

2. Membuat posisi kepala klien lebih tinggi (150-450)Hasil :Posisi klien tampak semi fowler

3. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian obatanalgetik.Hasil :Injeksi ketorolac 1 ampul/8 jam/iv

E : Masalah belum teratasi2 Sabtu

24/02/2016II 08.50

09.00

09.10

09.20

09.30

S : Klien mengatakan masih merasa nyeri pada bekas luka operasi

O :a. Nampak keadaan luka masih basahb. Disekitar luka nampak kemerahan

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Memberikan perawatan aseptik dan antiseptik

Hasil :Luka nampak bersih namun masih lembab

2. Mengobservasi daerah kulit yang mengalami kerusakanHasil :Nampak kemerahan disekitar luka

3. Mengobservasi warna kejernihan urineHasil :Urine nampak kuning jernih

E : Masalah belum teratasi

Page 60: Kti  ita ariani

48

3 Sabtu24/02/2016

III 09.40

09.50

10.00

10.10

10.20

S : Klien mengatakan belum bisa melakukannya aktifitasnya denganmandiri.

O : Klien tampak dibantu oleh keluarga dan perawat ketika melakukanaktivitasnya

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Memeriksa kemampuan dan keadaan secara fungsionalpada

kerusakan yang terjadiHasil :Klien belum mampu melakukan aktifitasnya karena adanya lukayang belum sambuh

2. Meletakkan klien pada posisi tertentu untuk menghindarikerusakan pada tekananHasil :Klien dalam posisi semi fowler dan sering membalikan badannyake kanan dan kekiri.

3. Membantu klien dengan program latihan dan penggunaan alatmobilisasiHasil :Klien belum bisa melakukan mobilisasi.

E : Masalah belum teratasi4 Senin

25/02/20161 08.00

08.10

08.20

08.30

08.40

S : Klien mengatakan nyerinya sudah mulai berkurang

O :a. Klien tampak sedikit tenangb. Skla nyerinya 3 (0-10)

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Mengajarkan latihan tehnik relaksasi seperti latihan napas dalam

dan relaksasi otot.Hasil :Klien kooperatif dan tampak sedikit tenang setelahmelakukannya

2. Membuat posisi kepala klien lebuh tinggi (15o-450)Hasil :Posisi klien tampak semi fowler

3. Mengolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian obatanalgetikHasil :Injeksi ketorolac 1 ampul/ 8 jam / iv

E : Masalah belum teratasi

Page 61: Kti  ita ariani

49

5 Senin25/02/2016

II 08.50

09.00

09.10

09.20

09.30

S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang

O :a. Luka nampak mulai berkurangb. Disekitar luka nampak tidak ada kemerahan

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Memberikan perawatan aseptik dan antiseptik

Hasil :Luka nampak bersih

2. Mengobservasi daerah kulit yang mengalami kerusakanHasil :Disekitar luka nampak bersih dan tidak dapat kemerahan

3. Mengobservasi warna kejernihan urineHasil :Urin namapak kuning jermih

E : Masalah belum teratasi6 Senin

25/02/2016III 09.40

09.50

10.00

10.10

10.20

S : Klien mengatakan sudah mulai bisa melakuakan aktifitasnyademgan mandiri namun tetap dilindungi dengan keluarga tau perawat

O : Klien tampak duduk-duduk diatasnya tyempat tidurnya

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

I :1. Memeriksa kemampuan dan keadaan secara fungsioanal pada

kerusakan yang tejadiHasil :Klien sedikitmandiri dala melakukan aktifitasnya

2. Meletakan klien pada posisi tertentu untuk menghindarikerusakan karena tekanan.Hasil :Klien dalam posisi semi fowler dan kadang-kadang klien duduk-duduk

3. Membantu klien dengan program latihan dan penggunaan alatmobilisasiHasil :Keluarga tampak aktif mengawasi segala aktifitas yang dilakukanklien.

E : Masalah belum teratasi7 Selasa

26/02/2016I 08.00 S : Klien mengatakan nyerinya sudah mulai hilang

O :a. Ekspresi wajah tampak tenangb. Skla nyeri 1 (0-10).

A : Tujuan tercapai

Page 62: Kti  ita ariani

50

08.10

08.20

08.30

08.40

P : Pertahankan intervensi

I :1. Mengajarkan latihan teknik relaksasi seperti latihan napas dalam

dan relaksasi otot.Hasil l :Klien kooporatif dan tampak terlihat tenang setelahmelakukannya.

2. Membuat posisi kepala klien lebih tinggi (150-450)Hasil :Posisi klien tampak semi fowler

3. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian obatanalgetik.Hasil :Pemberian dihentikan

E : Masalah teratasi8 Selasa

26/02/2016II 08.50

09.00

09.10

09.20

09.30

S : Klien mengatakan lukanya sudah kering

O : Luka nampak kering

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan intervensi

I :1. Memberikan perawatan aseptik dan anti septik

Hasil :Luka nampak bersih

2. Mengobservasi daerah kulit yang mengalami kerusakanHasil :Disekitar luka nampak bersih dan tidsk terdapat kemerahan

3. Mengobservasi warna kejernihan urineHasil :Urine nampak kuning jernih

E : Masalah teratasi9 Selasa

26/02/2016III 09.40

09.50

10.00

10.00

S : Klien mengatakan sudah biasa melakukan aktifitasnya denganmandiri

O : Klien nampak mandiri dalam melakukan aktifitasnya

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan intervensi

I :1. Memeriksa kemampuan dan keadaan secara fungsional pada

kerusakan yang terjadiHasil :Klien tampak mandiri dalam segala aktifitasnya

2. Meletakkan klien pada posisi tertentu untuk menghindarikerusakkan karena tekananHasil :Klien dalm posisi semi fowler dan kadang-kadang klien duduk-duduk

E : Masalah teratasi

Page 63: Kti  ita ariani

51

Page 64: Kti  ita ariani

51

B. Pembahasan

Pada pembahasan akan diulas mengenai kesenjangan antara tinjauan

teoritis dan tinjauan kasus. Kesenjangan yang ditemukan akan dibahas

berdasarkan tahapan asuhan keperawatan yaitu tahap pengkajian, tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi dan juga dokumentasi

keperawatan, sesuai dengan asuhan keperawatan Tn. N dengan gangguan

sistem persarafan : Post Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury di

Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat

dr. Hasan Sadikin Bandung.

1. Pengkajian

Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan

dengan tujuan memperoleh data-data untuk menentukan masalah

keperawatan yang tepat. Pengkajian dilakukan dengan namnesa dan

observasi guna mendapatkan data subjektif dan data objektif yang akurat.

Selama tahap ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup

berarti karena klien cukup kooperatif dan dapat diajak kerja sama dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Hanya masalah waktu yang terlalu

pendek yang menjadi hambatan penulis saat pengkajian.

Berdasarkan tinjauan teoritis pada data yang bisa ditemukan pada

klien dengan gangguan sistem persarafan : Post Op Craniotomy a/i

Moderat Head Injury adalah terdapat nyeri, perubahan pola nafas baik

irama, kedalaman maupun frekuensi, gangguan kesadaran, kesulitan

Page 65: Kti  ita ariani

52

menelan, kekuatan otot menurun, kesulitan melakukan aktifitas karena

kelemahan.

Setelah dilakukan pengkajian Tn. N ditemukan data sebagai

berikut: keadaan umum klien lemah, klien merasa nyeri pada kepala

bagian kiri atas. Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap

manusia dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spritual

terhadap stimulus yang berbeda-beda sehingga gejala dan karakteristik

yang didapatkan berbeda pula.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan teori diagnosa yang muncul pada klien

dengan gangguan sistem persarafan : Post Op Craniotomy a/i Moderat

Head Injury adalah sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

gangguan tingkat kesadaran.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan

neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan otak).

c. Nyeri berhubungan dengan cedera kepala.

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan menurunnya

kekuatan atau kemampuan motorik.

e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denga jaringan

traumatik.

Page 66: Kti  ita ariani

53

Sedangkan pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. N ditemukan

data dengan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bekas operasi.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.

Berdasarkan perbandingan antara diagnosa keperawatan yang ada

diteori dengan diagnosa keperawatan pada kasus adalah diagnosa yang

ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori adalah tidak

ada. Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam teori tetapi tidak

ditemukan dalam kasus adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran, pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat

pernafasan otak). Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis dikarenakan

pada saat dilakukan pengkajian tidak ada data yang menunjang diagnosa

tersebut.

3. Perencanaan

Dalam tahap ini penulis menerapkan perencanaan dengan baik

sesuai dengan keadaan klien yang diambil dari beberapa referensi. Dalam

penyusunan perencanaan tidak semua intervensi yang ada dalam teori

terdapat dalam kasus, kesenjangan ini terjadi karena tidak semua

diagnosa keperawatan yang ada dalam teori muncul dalam kasus, dan

juga intervensi dalam teori tidak semua dapat dipersiapkan di rumah sakit

tempat penulis praktek. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan

Page 67: Kti  ita ariani

54

muncul pada kasus pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena

perencanaan pada kasus penulis berpatokan pada tinjauan teoritis,

sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus dan tidak ada pada teori,

penulis membuat intervensi berdasarkan tinjauan teoritis yang

berhubungan dengan masalah yang dialami pada klien.

4. Implementasi

Pada tahap ini, pada dasarnya penulis melaksanakan tindakan

berdasarkan rencana yang telah dibuat. Tahap ini merupakan realisasi

dari perencanaan yang telah disusun sehingga dalam pelaksanaan ini

mengacu pada perencanaan yang merupakan suatu pendukung

berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja sama yang baik antara

perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan dalam setiap

tindakan. Selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari perawat

pembimbing.

Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam proses

pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat

diruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun

setiap intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada

klien.

Dalam teori, pelaksanaan adalah pengolahan dan perwujudan dari

rencana yang meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan,

melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan-ketentuan

rumah sakit serta melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana

Page 68: Kti  ita ariani

55

yang telah ditetapkan dengan harapan dapat mengatasi masalah yang

dihadapi klien. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus karena semua perencanaan dalam kasus yang disusun telah

dilaksanakan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Setelah

mengimplementasikan Asuhan Keperawatan yang telah direncanakan

selama 3 hari yang dimulai tanggal 23 Februari sampai dengan 25

Februari 2016. Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu

terdiri dari 3 diagnosa dan semua diagnosa dapat teratasi dengan baik.

Page 69: Kti  ita ariani

56

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses

keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Bedah Saraf Gedung

Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung

dari Tanggal 23 – 25 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin

dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan:

1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi

pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisa data yang kemudian

dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemerikasaan

fisik, studi dokumentasi, studi kepustakaan.

2. Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Klien Tn. N yaitu

nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, resiko

infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi bekas operasi, hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.

3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus.

Tetapi untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada

prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya

penulis berpatokan pada tinjauan teoritis, sendangkan intervensi yang

muncul pada kasus tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan

Page 70: Kti  ita ariani

57

keluarga membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki.

4. Pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun

sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang

merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja

sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga

memudahkan dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta

bimbingan dari perawat pembimbing.

5. Evaluasi merupakan menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan

dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang didetapkan.

6. Mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan pada Klien Tn. N

dengan Post Op Craniotomy POD I a/i Moderat Head Injury di Ruang

Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.

B. Rekomendasi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan Klien Tn. N dengan Post Op Craniotomy POD I a/i Moderat

Head Injury, penulis menyarankan :

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang

komprehensif yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan

menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang

pelaksanaan asuhan keperewatan dan menambah tenaga kesehatan

terampil.

Page 71: Kti  ita ariani

58

2. Bagi Institusi

Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku

referensi yang memadai, yang menyangkut ha-hal terbaru tentang

penatalaksanaan perawatan klien dengan Post Op Craniotomy POD I a/i

Moderat Head Injury, serta menyediakan waktu yang cukup untuk

pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk

penyusunan karya tulis ilmiah dimasa yang akan datang.

3. Bagi Keperawatan

Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang

komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang

lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga diperlukan adanya

kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat

proses kesembuhan klien.

4. Bagi Penulis

Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan

acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreaktifitas dalam

pemberian asuhan keperawatan klien dengan Post Op Craniotomy POD I

a/i Moderat Head Injury. Penulis jangan pernah puas dengan apa yang

telah dicapai dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tetapi perlu belajar

lebih giat lagi agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

memadai untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dimasa yang akan

datang.

Page 72: Kti  ita ariani

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, T.A. (2013). Sistem Neurobehaviour. Salemba Medika : Jakarta.

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. EGC : Jakarta.

Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi, ed 3. EGC : Jakarta

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan dan Data-data Kesehatan Provsu.

http://www.depkes.go.id/en/profit/prov%20sumut.com./2016/06/05.

Doenges, M.E, Moorhouse, M.F, Geissler, A.C. (2000). Rencana asuhan

keperawatan, ed 3. EGC : Jakarta.

Nurarif, A.H dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

nanda NIC-NOC, jilid 1. Mediaction : Jakarta.

Nursalam, M. (2013). Proses dan dokumentasi keperawatan, ed 2. Salemba

Medika : Jakarta.

Syaifuddin, H. (2006). Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan, ed 3.

EGC : Jakarta.

Wilkins, L.W. (2011). Nursing memehami berbagai macam penyakit, ed 1. PT

Indeks : Jakarta.

Page 73: Kti  ita ariani

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : Ita Ariani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Raha, 03 April 1995

Agama : Islam

Suku Bangsa : Muna / Indonesia

Alamat : Kel. Watonea

2. Riwayat Pendidikan

SDN 22 Katobu : Lulus Tahun 2007

SMPN 1 Raha : Lulus Tahun 2010

SMAN 2 Raha : Lulus Tahun 2013

Akper Pemkab Muna Tahun 2013 sampai sekarang

Page 74: Kti  ita ariani

MANAJEMEN NYERI

PENGERTIAN MANAJEMEN NYERI

Nyeri adalah suatu perasaan yang

menimbulkan ketegangan dan

siksaaan bagi yang mengalaminya

PENGERTIAN TEKHNIK MENGATASI

NYERI

Suatu hubungan untuk mengurangi

rasa tidak nyaman nyeri pada

seseorang

TUJUAN MANAJEMEN NYERI

1. Mengurangi rasa nyeri

2. Merelaksasikan ketegangan otot

3. Mengalihkan perhatian agar

nyeri tidak terasa atau hilang

4. Menghalangi sampainya

rangsangan nyeri ke otak agar

rangsangan nyeri tidak

dipersepsikan

5. Mengurangi kecemasan.

MANAJEMEN NYERI

1. Tekhnik Relaksasi

Tekhnik nafas dalam melalui

hidung kemudian

mengeluarkannya secara

perlahan melaui mulut dengan

gerakan lambat dan teratur

2. Tekhnik Distraksi

Memfokuskan perhatian diri

pada sesuatu selain pada nyeri

misalnya :

Mengobrol dengan orang lain

Mendengarkan musik

Page 75: Kti  ita ariani

Melakukan aktivitas atau

permainan seperti bermain

catur

Membaca dan menonton

3. Tekhik Imajinasi

Membayangkan sesuatu yang

menarik dan menyenangkan

4. Tekhnik rangsangan dan

masase (pijatan)

Maksudnya untuk menghalangi

sampainya rangsangan nyeri ke

otak agar rangsangan nyeri

tidak dipersepsikan, misalnya :

Menggosok kulit atau

mengusap-usap kulit

Kompres dengan air panas

atau hangat

MANAJEMEN NYERI

Disusun Oleh :

ITA ARIANI13.13.1104

AKADEMI KEPERAWATANPEMKAB MUNA

2016

Page 76: Kti  ita ariani

SATUAN ACARA PENYULUHANMANAJEMEN NYERI

DISUSUN OLEH :

ITA ARIANI13.13.1104

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2016

Page 77: Kti  ita ariani

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Kurangnya informasi mengenai teknik mengatasi nyeri

Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri

Sub Pokok Bahasan : Teknik mengatasi nyeri

Sasaran : Tn. N

Waktu : 15 Menit

Tanggal : 23 Februari 2016

Tempat : Ruang Beda Saraf

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami dan

mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :

1. Menyebutkan pengertian nyeri dengan benar tanpa melihat catatan/ leaflet

2. Menyebutkan pengertian teknik mengatasi nyeri dengan benar tanpa

melihat catatan/ leaflet

3. Menyebutkan tujuan mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catata/

leaflet

4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri dengan benar tanpa melihat catatan

leaflet

5. Mendemonstrasikan teknik mengatasi nyeri

III. Pokok Materi

1. Pengertian nyeri

2. Pengertian teknik mengatasi nyeri

3. Tujuan mengatasi nyeri

4. Cara mengatasi nyeri

Page 78: Kti  ita ariani

IV. Kegiatan Belajar Mengajar

- Metode : ceramah, tanya jawab dan demonstrasi

- Langkah – langkah kegiatan :

No

Kegiatan Pengajar Kegiatan Keluarga Klien

1 Pembukaan:

- Mengucapkan salam

- Memberikan informet consen

- Membagikan leaflet

- Mempersilahkan Klien dan

keluarganya untuk membaca leaflet

- Menjawab salam

- Mendengarkan dan memberikan

persetujuan

- Membaca leaflet

2 Isi

Pengertian nyeri

Manajemen nyeri

Cara mengatasi nyeri dengan teknik

napas dalam

Cara mengatasi nyeri dengan teknik

relaksasi

Memberikan kesempatan pada Klien

dan keluarganya untuk bertanya

Menjawab pertanyaan klien

- Mendengarkan dengan seksama

- Mengajukan pertanyaan

- Mendengarkan jawaban atas

pertanyaannya

3 Penutup

Mengucapkan terima kasih atas

kesediaan mengikuti pendidikan

kesehatan

Mengucapkan salam penutup

- Mendengarkan dengan seksama

- Menjawab salam

Page 79: Kti  ita ariani

Lampiran Materi

MANAJEMEN NYERI

A. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial yang menimbulkan

ketegangn dan siksaan bagi yang mengalaminya.

B. Pengertian teknik mengatasi nyeri

Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang

sampai tingkat yang dapat ditoleransi.

C. Tujuan mengatasi nyeri

1. Mengurangi rasa nyeri

2. Merelaksasikan ketegangan otot

3. Mengalihkan perhatin agar nyeri tidak terasa atau hilang

4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri

tidak dipersepsikan

5. Mengurangi kecemasan

D. Cara mengatasi nyeri

1. teknik relaksasi

Teknik nafas dalam melalui hidung kemudian mengeluarkannya secara

perlahan melalui mulut dengan gerakan lambat dan teratur.

2. Teknik distraksi

Memfokuskan perhatian diri pada sesuatu selain pada nyeri, misalnya :

a. Mengobrol dengan orang lain

b. Mendengarkan musik

c. Melakuakan aktivitas atau permainan seperti bermain catur

d. Membaca dan menonton

Page 80: Kti  ita ariani

3. teknik imajinasi

Membayangkan sesuatu yang menarik dan menyenangkan

2. Teknik rangsangan dan masase (pijatan)

Maksudnya untuk menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar

rangsangan nyeri tidak dipersepsikan, misalnya :

a. Menggosok kulit atau mengusap-usap kulit

b. Kompres dengan air hangat atau panas