Upload
khangminh22
View
2
Download
0
Embed Size (px)
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mutu
Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan
berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi yang sama baiknya.
Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang
memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara
kuantitatif dan kualitatif. Dalam pendidikan, mutu merupakan suatu keberhasilan proses
belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan. Pelanggan bisa mereka yang
langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau mereka yang nantinya akan
merasakan manfaat produk dan jasa tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan mengenai mutu yaitu cara dimana pelanggan bisa memperoleh kepuasan
atau manfaat dari produk dan jasa yang diperolehnya.
Mutu bagi produsen dapat diperoleh melalui produk atau layanan yang memenuhi
spesifikasi awal yang telah ditetapkan dalam gaya yang konsisten. Produsen menunjukkan
bahwa mutu memiliki sebuah sistem, yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality
assurance system), yang memungkinkan roda produksi menghasilkan produk-produk yang
secara konsisten yang sesuai dengan standar tertentu. Sebuah produk dikatakan bermutu
selama produk tersebut, secara konsisten, sesuai dengan tuntutan pembuatnya. Jadi mutu juga
dapat diartikan sebagai sistem produksi yang menghasilkan produk secara konsisten sesuai
dengan standarnya .
9
Peters dalam Sallis (2011:16) mengatakan jika mutu didefinisikan bagi para pelanggan
sangat penting dibandingkan harga yang ditentukan untuk permintaan barang atau jasa. Peters
mengemukakan dalam dunia nyata jika semua pelanggan berani membayar produk mutu yang
baik tanpa menghiraukan tipe-tipe pada setiap produk. Dia juga mengatakan karyawan akan
menjadi lebih semangat ketika para karyawan memiliki kesempatan guna memberikan
layanan yang menghasilkan mutu yang baik. Setiap individu sangat membutuhkan mutu yang
baik yang bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Sallis (2011:66)
pelanggan menilai mutu dengan cara membandingkan persepsi mereka tentang apa yang
mereka terima dan dengan apa yang mereka harapkan. Hal ini juga terjadi dalam konteks
pendidikan. Suatu sarana pendidikan yaitu sekolah harus memiliki mutu yang baik guna untuk
membuat sekolah mempunyai lulusan pendidikan yang baik. Mutu merupakan suatu definisi
pelanggan yang mampu membayar lebih untuk mendapatkan mutu yang baik.
Sani (2015:10) mutu adalah kesesuain dengan syarat dan standar yang telah ditetapkan,
dan pada umumnya terkait dengan tiga aspek, yakni: produk, layanan, dan harapan konsumen.
Pada bidang pendidikan, mutu produk sering mengacu pada ukuran pendidikan, yakni
kompetensi lulusan. Sedangkan mutu layanan pendidikan mengacu pada ukuran layanan
dalam proses pendidikan. Mutu layanan atau jasa pendidikan, serta mutu lulusan tersebut
dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan pengguna atau pelanggan
pendidikan.oleh sebab itu, mutu dalam aspek pendidikan sering mengacu pada aspek utama
yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu (a) hasil belajar (learning outcomes); (b) belajar
(learning); dan (c) pembelajaran (teaching). Jadi, penjaminan mutu pendidikan sangat terkait
dengan mutu proses pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar yang
10
diinginkan.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan suatu
produk yang memerlukan layanan guna memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
Sallis (2011:33) Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam mengahadapi tekanan-
tekanan eksternal yang berlebihan. Mutu adalah kunci menuju keunggulan yang kompetitif.
Gerakan mutu terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru. Dalam pendidikan harus ada
peningkatan mutu, karena dengan adanya peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi
institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya
sendiri.Jadi mutu merupakan sebuah kunci untuk menuju keunggulan dalam peningkatan
mutu pendidikan yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik.
Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan
pendidikan yang bermutu pada peserta didik. Kita hidup diera kompetisi yang serba tidak
jelas. Kita sekarang menemukan sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan kejuruan.
Perubahan lain terjadi di berbagai bidang pendidikan yang mencakup ekstensi pendidikan
tinggi. Deregulasi pendidikan memerlukan strategi-strategi kompetitif yang secara jelas
membedakan institusi-institusi dari para pesaingnya.
Dari berbagai definisi atau pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa mutu adalah cara
meningkatkan keunggulan kualitas suatu sekolah.
a. Filosofi Mutu
Secara klasik, pengertian mutu (quality) menunjukkan sifat yang menggambarkan
derajat “baik”-nya suatu barang atau jasa yang diproduksi atau dipasok oleh suatu
lembaga dengan kriteria tertentu. Sallis (2002) menyebut konsep semacam ini sebagai
konsep mutu yang bersifat mutlak (absolute). Pandangan secara klasik tentang mutu yang
11
bersifat absolut, membawa implikasi bahwa dalam memproduksi barang dan jasa
digunakan kriteria untuk menilai mutu, dan kriteria tersebut ditentukan oleh produsen.
Pada saat ini, filosofi tentang mutu telah berubah dan tidak lagi mengacu pada
pandangan klasik. Perubahan itu dapat dilihat dari orientasi mutu yang mengacu pada
kebutuhan dan kriteria konsumen. Filosofi mutu yang umum dianut saat ini, yaitu suatu
mutu produk bukan hanya ditentukan oleh produsen melainkan ditentukan oleh
konsumen (pelanggan).
b. Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu pendidikan diadopsi dari manajemen proses produksi yang
dilakukan oleh industri, ketika kegiatan penjaminan mutu produk merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan sejak awal proses produksi.
Pada dasarnya, penjaminan mutu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin proses produksi yang menghasilkan produk yang memenuhi kriteria tertentu.
Jadi, sebuah produk yang terjamin mutunya merupakan produk yang bebas dari cacat dan
kesalahan.
Mutu pendidikan merupakan kesesuaian antara kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dengan layanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan.
Kerangka filosofi pendidikan dalam pengembangan sekolah bermutu adalah kesesuaian
input, proses, dan hasil sekolah dengan kebutuhan para pemangku kepentingan.
Tenner dan Toro, 1992 dalam Sani (2015: 7) Setiap satuan pendidikan atau sekolah
seharusnya memenuhi standar yang telah ditetapkan atau menerapkan standar yang
dikembangkan oleh sekolah berdasarkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh
sebab itu, setiap satuan pendidikan hendaknya menerapkan manajemen mutu dalam
12
mengelola organisasi sekolah secara komprehensif dan terintegrasi dalam upaya
meningkatkan mutu sekolah secara sistemik, sistematik, dan berkelanjutan. Manajemen
mutu tersebut perlu adanya pengarahan dalam upaya: (a) untuk memenuhi kebutuhan
konsumen secara konsisten; dan (b) mencapai peningkatan mutu secara terus menerus
dalam setiap aspek aktivitas organisasi.
Sani (2015:7) Secara umum, mengenai orientasi manajemen mutu sekolah yang
dilakukanyaitu peningkatan mutu layanan pendidikan, memperbaiki produktivitas dan
efisiensi pendidikan melalui perbaikan kinerja yang adadisekolah, serta meningkatkan
mutu kinerja dalam upaya menghasilkan lulusan pendidikan yang memuaskan dan dapat
memenuhi kebutuhan stakeholders. Oleh sebab itu, manajemen mutu sekolah dapat
dikatakan sebagai cara mengelola seluruh sumber daya sekolah, dengan mengarahkan
seluruh orang yang terlibat di dalamnya untuk melaksanakan tugas sesuai standar,
dengan penuh semangat dan berpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat menghasilkan lulusan dan/atau jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi
kebutuhan pihak yang berkepentingan.
Perlu diperhatikan bahwa proses penjaminan mutu akan berhasil jika semua pihak
yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan ikut berperan untuk memberikan
layanan yang terbaik. Oleh karena itu, proses penjaminan mutu harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Mutu bukan hanya menjadi tanggung jawab pimpinan melainkan menjadi
tanggung jawab semua orang dalam suatu organisasi.
Melakukan tindakan yang benar pada tahapan pertama sehingga dapat mencegah
terjadinya kesalahan. Menunda pekerjaan dapat berakibat fatal pada seluruh
13
proses manajemen. Oleh sebab itu, pencegahan lebih baik dibanding dengan
menanggulangi dan memperbaiki kesalahan.
Kesuksesan dalam menjalankan manajemen pada suatu proses sangatlah
ditentukan oleh iklim organisasi, yaitu komunikasi serta tim kerja yang kompak.
Melalui komunikasi dan kerja sama, setiap individu dapat mengetahui apa yang
seharusnya dikerjakan, bagaimana mengerjakan, kapan waktu yang tepat, dimana
dan dengan siapa harus berhubungan/ berkomunikasi.
c. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan , dinyatakan bahwa mutu
pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan
Sistem Pendidikan Nasional. Penjaminan mutu pendidikan tersebut dibutuhkan untuk
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa.
Sistem manajemen mutu pendidikan yang diterapkan dipendidikan dasar dan
menengah adalah suatu proses pengelolaan untuk mengarahkan , dan mengendalikan
satuan pendidikan yang sesuai dengan kebijakan , sasaran, rencana dan prosedur mutu,
serta pencapaiannya secara berkelanjutan (continuous quality improvement). Tujuan
utama dari sistem manajemen mutu adalah menjamin mutu pada setiap tahapan kegiatan
sekolah, yaitu input, proses, dan output dari pengelolaan sekolah. Penerapan sistem
manajemen mutu , memungkinkan sekolah untuk menjamin mutu lulusan karena
pengendalian proses dilakukan secara ketat.
Sani (2015:20) Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang berlaku saat ini
merupakan tanggungjawab setiap pemangku kepentingan pendidikan untuk menjamin
14
dan meningkatkan mutu pendidikan. Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
terdiri atas rangkaian proses atau tahapan yang secara siklik dimulai dari : (1)
pengumpulan data; (2) analisis data; (3) pelaporan / pemetaan; (4) penyusunan
rekomendasi; dan (5) upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program
peningkatan mutu pendidikan. Implementasi SPMP (Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan) terdiri atas rangkaian proses/tahapan yang secara siklik dimulai dari: (1)
pengumpulan data; (2)analisis data; (3) pelaporan/pemetaan; (4) penyusunan
rekomendasi; dan (5) upaya pelaksanaan rekomendasi dalam bentuk program
peningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan secara
bersama-sama antara satuan pendidikan dengan pihak lain yang terkait, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan), yaitu penyelenggara satuan atau program
pendidikan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat.
B. Strategi
Istilah strategi pertama kali hanya dikenal dikalangan militer, khususnya strategi perang.
Strategi dalam pendidikan mengarah pada hal yang lebih spesifik, yaitu khusus pada proses
belajar mengajar. Kemp (1995) dalam Suyadi (2013:13) menjelaskan bahwa strategi belajar
adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untukmencapai
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berbeda dengan Kemp, Kozma dalam Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebagai
fasilitator) peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Senada dengan Kozma,
Gerlach dan Ely (2007) dalam Suyadi (2013:13) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
15
adalahberbagai cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada anak
didik dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Dari berbagai definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada,
guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
1. Istilah-istilah dalam Strategi Pembelajaran
Terdapat banyak istilah yang maknanya dapat disamakan dengan istilah “strategi”,
beberapa diantaranya adalah model, pendekatan, strategi, metode dan teknik. Menurut
Sanjaya (2007) dalam Suyadi (2013:14), istilah-istilah tersebut dapat dimaknai sebagai
strategi pembelajaran.
a. Model
Model adalah gambaran kecil atau miniatur dari sebuah konsep besar. Model
pembelajaran adalah gambaran kecil dari konsep pembelajaran secara keseluruhan.
Termasuk dalam hal ini adalah tujuan, sintaksis, lingkungan, dan sistem pengelolaan.
Dengan demikian, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
Definisi lain tentang model pembelajaran disampaikan juga oleh Soekamto dalam
Hamruni (2009) dalam Suyadi (2013:15) mengemukakan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis, dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar .
b. Pendekatan
16
Istilah lain yang maknanya dapat disamakan dengan strategi pembelajaran adalah
“pendekatan” (Sanjaya, 2007). Pendekatan yaitu sudut pandang guru terhadap proses
belajar mengajar. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
proses yang bersifat umum. Oleh sebab itu, strategi maupun metode pembelajaran
bersumber dari pendekatan tertentu.
Roy Killen dalam Hamruni (2009) menyebutkan bahwa strategi ataupun metode
bersumber pada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru dan pendekatan yang berpusat pada anak didik. Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, sedangkan pembelajaran yang
berpusat pada anak didik menurunkan strategi pembelajaran tidak langsung.
c. Metode
Menurut Pupuh Fathurrahman metode adalah cara. Dalam pengertian umum,
metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang ditempuh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Fathurrahman, 2007).
d. Teknik
Teknik merupakan satu istilah yang mempunyai arti sama dengan strategi. Dalam
konteks pembelajaran, teknik mengajar yaitu pejabaran dari metode pembelajaran.
Strategi peningkatan mutu sekolah dalam implementasinya tidak terlepas dari
manajemen peningkatan mutu sekolah. “Berkaitan dengan hal ini, Usman berpendapat
bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki lima prinsip yaitu (1) peningkatan mutu
yang harus dijalankan disekolah, (2) peningkatan mutu hanya bisa dilaksanakan dengan
adanya pimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada fakta baik
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus melibatkan semua unsur
17
yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memilki tujuan bahwa sekolah dapat
memberikan kepuasan kepada peserta didik.
Strategi peningkatan mutu pendidikan merupakan perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk memastikan bahwa tujuan dapat dicapai melaui
tindakan yang tepat. “Danim menyatakan bahwa untuk dapat mempertahankan mutu sekolah
maka perlu dilakukan perbaikan secara terus menerus karena tidak ada capaian yang bersifat
sempurna dan permanen upaya peningkatam mutu harus dilakukan secara
berkesinambungan”.
Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan menggunakan pendekatan secara
terbuka. ”“Manajemen Mutu Terpadu (Total QualityManagement) adalah sebuah filosofi
tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis
kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para
pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang”.
Menurut Sagala (2009: 171) Sekolah yang berhasil juga ditentukan oleh faktor-faktor yang
lainnya, seperti bagaimana kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, bagaimana kompetensi
guru dan tenaga kependidikan disekolah tersebut ditingkatkan , bagaimana fasilitas dan
perlengkapan pembelajaran disediakan sekolah apakah mencukupi dan layak pakai, termasuk
apakah sekolah dapat melaksanakan kegiatan ekstra kurikulernya dengan baik.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Edi Sujoko (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Peningkatan Mutu
Sekolah Berdasarkan Analisis SWOT di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang”.
18
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan faktor apa saja yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peuang dan ancaman dalam meningkatkan mutu di SMPN 1 Bawen,
Menyusun strateg yang perlu dilakukan untuk menigkatkan mutu SMPN 1 Bawen
berdasarkan analisis SWOT. Metode yang digunakan yaitu dengan wawancara,
observasi dan studi dokumen. Hasil dari penelitian tersebut yaitu peneliti menemukan
rencana strategis yang dibuat meliputi rencana strategis aspek input, proses dan output,
draft rencana strategis aspek input, proses, dan output diantaranya adalah:
mengembangkan lingkungan sekolah yang ideal, melalui program 7 K (kebersihan,
ketertiban, keindahan, kerindangan, keamanan, kenyamanan, dan kekeluargaan),
optimalisasi program pengembangan profesi guru, dan meningkatkan prestasi
akademk dan non akademis seoptimal mungkin.
2. Wicha Agustina (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “ Strategi Peningkatan
Mutu Sekolah pada SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang”. Tujuan dari
penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui strategi yang digunakan untuk
meningkatkan mutu sekolah pada SMP Negeri 2 Tuntang. Teknik pengumpulan data
yaitu observasi pasif, wawancara semi terstruktur, dokumentasi dan triangulasi. Hasil
dari penelitian tersebut yaitu peneliti menemukan rencana strategi integrasi
horizontal, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya guru dan dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan serta meningkatkan kerjasama dengan pihak dalam negeri maupun
luar negeri yang terkait dengan pendidikan.
19
D. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Menurut Sagala (2009: 171) Sekolah yang berhasil juga ditentukan oleh faktor-faktor
yang lainnya, seperti bagaimana kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, bagaimana
kompetensi guru dan tenaga kependidikan disekolah tersebut ditingkatkan , bagaimana
fasilitas dan perlengkapan pembelajaran disediakan sekolah apakah mencukupi dan layak
pakai, termasuk apakah sekolah dapat melaksanakan kegiatan ekstra kurikulernya dengan
baik.
Kegiatan ekstrakurikuler
Keberhasilan
pendidikan
Strategi
peningkatan
mutu belajar
Kegiatan belajar mengajar
Kompetensi guru dan tenaga kependidikan
Fasilitas dan perlengkapan pembelajaran