of 23 /23
Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus (DM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah salah satunya diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus mungkin juga terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit. Dari tahun ketahun penderita Diabetes Melitus sangat meningkat. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Makin tua umur makin tinggi resiko terkena penyakit. Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik absolute maupun Relatif. Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus dengan asuhan keperawatan yang komprehensif. 1.2 Rumusan Masalah Apa konsep teori dari Diabetes Melitus dan bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan perikarditis?

DM LENGKAP

  • Upload
    unand

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of DM LENGKAP

Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus (DM)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan

terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia

bertambah tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan

demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit

yang mungkin muncul adalah salah satunya diabetes melitus.

Meskipun diabetes melitus mungkin juga terjadi pada usia anak dan

muda tergantung jenis DM yang menjangkit.

Dari tahun ketahun penderita Diabetes Melitus sangat

meningkat. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada orang dewasa.

Makin tua umur makin tinggi resiko terkena penyakit. Diabetes

Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa)

darah akibat kekurangan Insulin baik absolute maupun Relatif.

Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun

bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus

diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien

memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus

dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.

1.2  Rumusan Masalah

         Apa konsep teori dari Diabetes Melitus dan bagaimana asuhan

keperawatan pada klien dengan perikarditis?

1.3  Tujuan

1.      Tujuan Umum

      Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada

klien Diabetes Melitus

2.      Tujuan Khusus

      Mahasiswa mampu memahami definisi dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari Diabetes

Melitus

      Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostic yang

dibutuhkan untuk Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami prognosis dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari Diabetes Melitus

      Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari Diabetes

Melitus

  

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Definisi Diabetes melitus

  Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis

dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya

toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995)

  Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak

dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan

dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram;

1999, 532)

  Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan

neurologis (Barbara C. Long, 1996).

2.2  Klasifikasi Diabetes melitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data

Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and

Other Categories of Glucosa Intolerance:

1.            Klasifikasi Klinis

a.       Diabetes Mellitus

1)      Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I

2)      Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak

mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)

b.      Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)

c.       Diabetes Kehamilan (GDM)

2.            Klasifikasi risiko statistik

a.       Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b.      Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara

normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses

autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk

mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I

ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30

tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan

sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat

penurunan jumlah produksi insulin.

2.3 

Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO

tahun 1995 adalah :

a.        DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)

         Faktor genetik / herediter

Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan

sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah

perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi

mengarah pada penghancuran sel-sel beta.

         Faktor infeksi virus

Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan

pemicu yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka

secara genetik

b.       DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)

         Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi

obesitas pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor

insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi

membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan

efek metabolik yang biasa.

c.        DM Malnutrisi

         Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)

Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah

protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik

(Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta

menjadi rusak.

         Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)

Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi

sel Beta pancreas

d.       DM Tipe Lain

         Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll

         Penyakit hormonal

Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang

merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini

hiperaktif dan rusak

         Obat-obatan

  Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan

streptozerin

  Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide,

phenothiazine dll.

2.4 

Manifestasi Klinis

  Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita

Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

1)      Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan

berat badan.

2)      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl

3)      Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

  Menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada

penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia,

Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus

menurun, Bisul/luka, Keputihan.

2.5  Pemeriksaan Diagnostik

1.    Kadar glukosa darah

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode

enzimatiksebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)Kadar Glukosa Darah

Sewaktu

DM Belum Pasti

DMPlasma vena >200 100-200Darah kapiler >200 80-100

Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)Kadar Glukosa Darah

Puasa

DM Belum Pasti

DMPlasma vena >120 110-120Darah kapiler >110 90-110

2.    Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada

sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

  Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

  Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

  Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200

mg/dl).

3.    TES LABORATORIUM DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik,

tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksikomplikasi.

4.    TES SARING

Tes-tes saring pada DM adalah:

  GDP

  GDS

  Tes Glukosa Urin:

           Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

           Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase

5.    TES DIAGNOSTIK

Tes-tes diagnostik pada DM adalah:1.GDP2.GDS3.GD2PP (Glukosa

Darah 2 Jam Post Prandial)4.Glukosa jam ke-2 TTGO

6.    TES MONITORING TERAPI

Tes-tes monitoring terapi DM adalah:

  GDP : plasma vena, darah kapiler

  GD2 PP : plasma vena

  A1c : darah vena, darah kapiler

7.    TES UNTUK MENDETEKSI KOMPLIKASI

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:

a)      Mikroalbuminuria : urin

b)      Ureum, Kreatinin, Asam Urat

c)      Kolesterol total : plasma vena (puasa)

d)     Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)

e)      Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)

f)       Trigliserida : plasma vena (puasa)

2.6  Komplikasi

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999)

adalah

1.      Komplikasi Akut

a.       Hipoglikemia dan hiperglikemia

b.      Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler).

c.       Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati, nefropati.

d.      Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf

otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler

(Suddarth and Brunner, 1990).

2.      Komplikasi kronik

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

a)      Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai

sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.

b)      Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah

untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi

mikrovaskular maupun makrovaskular.

c)      Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan

autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada

kaki.

3.      Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

a.       Neuropati diabetik

b.      Retinopati diabetik

c.       Nefropati diabetik

d.      Proteinuria

e.       Kelainan koroner

f.       Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:

1)      Grade 0 : tidak ada luka

2)      Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

3)      Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4)      Grade III : terjadi abses

5)      Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

6)      Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah

distal

2.7  Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada

setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada

pola aktivitas pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

1.      Diet

a.       Syarat diet DM hendaknya dapat:

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

4) Mempertahankan kadar KGD normal

5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan

penderita.

7) Menarik dan mudah diberikan

b.      Prinsip diet DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/tidak

c.       Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan

dengan kandungan kalorinya.

1) Diit DM I : 1100 kalori

2) Diit DM II : 1300 kalori

3) Diit DM III : 1500 kalori

4) Diit DM IV : 1700 kalori

5) Diit DM V : 1900 kalori

6) Diit DM VI : 2100 kalori

7) Diit DM VII : 2300 kalori

8) Diit DM VIII : 2500 kalori

Keterangan :

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu

gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat

badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes

remaja, atau diabetes komplikasi.

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu:

J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi

atau ditambah

J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus

disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi

dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight

(BBR= berat badan normal) dengan rumus:

BB (Kg)

BBR = X 100 %

TB (cm) – 100

Keterangan Hasil:

      Kurus (underweight) : BBR < 90 %

      Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %

      Gemuk (overweight) : BBR > 110 %

      Obesitas, apabila : BBR > 120 %

      Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %

      Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %

      Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

      Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah:

     kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari

     Normal : BB X 30 kalori sehari

     Gemuk : BB X 20 kalori sehari

     Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2.      Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,

adalah:

a)      Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila

dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi

insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah

jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin

dengan reseptornya.

b)      Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore

c)      Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen

d)     Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

e)      Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan

akan dirangsang pembentukan glikogen baru

f)       Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3.      Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan

salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,

melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster,

TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4.      Obat

a.       Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

1)      Mekanisme kerja sulfanilurea

         kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas

         kerja OAD tingkat reseptor

2)      Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek

lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:

a)      Biguanida pada tingkat prereseptor ® ekstra pankreatik

  Menghambat absorpsi karbohidrat

  Menghambat glukoneogenesis di hati

  Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

b)      Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor

insulin

c)      Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek

intraseluler

b.      Insulin

  Indikasi penggunaan insulin

1)      DM tipe I

2)      DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan

OAD

3)      DM kehamilan

4)      DM dan gangguan faal hati yang berat

5)      DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

6)      DM dan TBC paru akut

7)      DM dan koma lain pada DM

8)      DM operasi

9)      DM patah tulang

10)  DM dan underweight

11)  DM dan penyakit Graves

  Beberapa cara pemberian insulin

a.       Suntikan insulin subkutan

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah

suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan

tergantung pada beberapa factor antara lain:

  lokasi suntikan

ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut,

lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah

dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan

setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi

setiap hari.

  Pengaruh latihan pada absorpsi insulin

Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam

waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan

otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah

suntikan.

b.      Pemijatan (Masage)

Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.

c.       Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat

absorpsi insulin.

         Dalamnya suntikan

Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.

Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya

daripada subcutan.

         Konsentrasi insulin

Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak

terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan

dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.

d.      Suntikan intramuskular dan intravena

Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau

pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.

Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi

koma diabetik.

  

BAB III

KASUS

Ibu D (45 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan luka di kaki

yang lama tidak sembuh, bahkan sekarang lukanya sangat dalam

sampai terlihat tulangnya. Klien mengatakan merasa lemas dan

sering kencing, padahal sering sekali minum, dan inginnya makan

terus. Dari hasil pengkajian sementara didapatkan: kondisi umum

klien: lemah, TTV TD: 170/90 mmHg, HR: 96x/menit, Suhu: 370C, RR:

20x/menit, sudah terjadi neuropati ekstremitas, kaki teraba

dingin dan terlihat pucat, gula darah sementara: 450 mg/dl, ada

riwayat DM pada anggota keluarganya (bapaknya ibu D meninggal

karena komplikasi DM), sejak kecil ibu D mengalami gizi lebih

(obesitas), BB sekarang: 45 kg, TB: 155 Cm, sebelum sakit-sakitan

BB nya pernah mencapai 80 Kg.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1    Pengkajian

1.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2.      Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat

terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah

teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk

menanggulangi penyakitnya.

3.      Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

4.      Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,

perubahan tekanan darah

5.      Integritas Ego

Stress, ansietas

6.      Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

7.      Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat

badan, haus, penggunaan diuretik.

8.      Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.

9.      Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10.  Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /

tidak)

11.  Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

12.  Pemeriksaan Diagnostik

a.       Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar

gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200

mg/dl.

b.      Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil

2 jam pp >200 mg/dl.

c.       Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi

daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh,

metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode

tanpa deproteinisasi.

d.      Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa

darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara

eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada

orang tua.

e.       Benda keton dalam urine.

f.       Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak

darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati,

antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody).

4.2    Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges

(2000), dan Brunner & Suddarth (2002) ditemukan diagnosa

keperawatan sebagai berikut:

1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan masukan oral/ mual.

3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).

4.3    Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perencanaan yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1.      Kekurangan volume cairan berhubuntgan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda

vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan

pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

      Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

      Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

      Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu

nafas

      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa

      Pantau masukan dan pengeluaran

      Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500

ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung

      Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

      Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan

BB, nadi tidak teratur

      Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau

tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).

  Rasional :

         Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

takikardia.

         Untuk mengetahui suara nafas

         Untuk mengetahui perubahan frekuensi dan kualitas pernafasan

klien

         Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume

sirkulasi yang adekuat.

         Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi

ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

         Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan masukan oral/ mual

  Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

  Kriteria Hasil :

         Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

         Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

  Intervensi :

      Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

      Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

      Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut

kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,

pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.

      Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan

elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya

melalui oral.

      Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai

dengan indikasi.

      Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat

kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka

rangsang, cemas, sakit kepala.

      Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.

      Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.

      Kolaborasi dengan ahli diet.

  Rasional :         Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi

dan utilisasinya)         Untuk mengetahui suara bising usus         Agar nutrisi klien terpenuhi         Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada

keluarga untuk memahami nutrisi pasien.         Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda hipoglikemia         Untuk mengetahui gula darah klien         Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan

cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.         Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan

terapeutik.3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik (neuropati perifer).

Tujuan :

gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan

penyembuhan.

Kriteria Hasil :

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak

terinfeksi

Intervensi :

      Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan

discharge, frekuensi ganti balut.

      Kaji tanda vital

      Kaji adanya nyeri

      Lakukan perawatan luka

      Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.

      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Rasional :      Untuk mengetahui luka, adanya epitelisas, perubahan warna,

edema , discharge dan frekuensi ganti balut.      Untuk mengetahui TTV klien      Untuk mengetahui lokasi nyeri dan kualitas nyeri      Agar klien merasa nyaman      Untuk mengatur kecepatan dan keefektifan gula darah      Untuk mengurangi neuropati perifer

  

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek

yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler

dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).

Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan

kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik absolute

maupun Relatif.

Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun

bisa dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus

diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien

memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus

dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.

5.2  Saran

Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan

keperawatan Diabetes Melitus, diharapkan kepada mahasiswa dapat

melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan profesional pada

pasien dengan Diabetes Melitus dan juga bagi setiap orang dapat

menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan selalu menjaga dan

membiasakan pola hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKAArjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untukPerencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa IMade Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.Guyton, Arthur C, dan Hall John E. 2006.Fisiologi Kedokteran.Edisi Ke-9.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC