Upload
ui
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Sebuah rumah sakit dikatakan bermutu apabila layanan
yang diberikan sesuai standar, mempunyai tolok ukur, diakui
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Indikator mutu (centre of
exellence) mengandalkan pada mutu layanan yang berasal dari
perpaduan antara kompetensi sumber daya manusia berkualitas,
teknologi tinggi dan komitmen untuk menjadikannya sebagai
layanan yang terbaik.
Sharon Khrumm (2004), mengidentifikasi indikator mutu
dengan tiga elemen penting, yaitu adanya kelompok
dokter/spesialis/keahlian tertentu yang spesifik, adanya
program penelitian klinis dan medis, dan ditunjang fasilitas
yang difokuskan untuk keunggulan layanan pada pasien
(teknologi terkini dan perawat yang berkompetensi tinggi). Ada
pula yang mendefinisikan sebagai suatu program pemberian
layanan kesehatan dengan karakteristik utama yaitu tersedianya
layanan dengan kualitas tertinggi.
RS Jiwa dapat memilih dan mengembangkan indikator mutu
sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang didasarkan atas
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
banyaknya masalah, visi dan misi RS Jiwa atau karena kebutuhan
masyarakat di lingkungannya. Berbagai kendala yang dihadapi RS
Jiwa dalam mengembangkan indikator mutunya, antara lain sumber
daya dan kebanyakan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) yang
datang ke RS Jiwa bukan merupakan tujuan utama pengobatan.
Kecuali masalah tersebut telah menjadi gangguan jiwa yang
sudah tidak dapat diatasi secara alternatif maupun medis atau
dirujuk oleh fasilitas kesehatan lainnya.
Sehingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang banyak
berkunjung ke RS Jiwa adalah kasus-kasus akut dan kronis
tertentu, sedangkan untuk kasus lainnya kunjungannya terbatas.
Namun RS Jiwa yang merupakan akses pusat rujukan jiwa, harus
tetap mengembangkan indikator mutu rumah sakitnya sehingga
menjadi layanan unggulannya sebagai centre of excellence.
Dengan menjadi center of excellence, akan lebih mudah
menyatukan para dokter dan perawat dalam upaya peningkatan
mutu, menekan biaya melalui efisiensi besar-besaran,
menciptakan diferensiasi pasar melalui layanan klinis yang
unggul (excellent), dan mencapai kepuasan pasien yang tinggi.
Pada akhirnya akan meningkatkan citra dan pendapatan RS Jiwa
tersebut.
Untuk menyelenggarakan layanan kesehatan jiwa yang
bermutu, kendali mutu dan kendali biaya dalam layanan,
memerlukan indikator mutu yang disusun berdasarkan evidence based
nasional, yang akan menjadi pedoman untuk seluruh RS Jiwa di
Indonesia.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
KATA SAMBUTAN
Salam Sejahtera bagi kita semua,
Rumah sakit jiwa sebagai pusat rujukan layanan jiwa
dengan jumlah terbatas dan tidak semua provinsi memilikinya,
harus dapat memberikan layanan yang bermutu dikekhususannya
(good clinical governance dan good corporate governance). Disamping itu,
menjalankan pendidikan dan penelitian serta mengembangkan
layanan jiwa unggulan sebagai centre of excellence. Penyakit atau
gangguan yang berbasis jiwa dapat dirawat di rumah sakit jiwa,
baik jiwa sebagai diagnosis primer atau diagnosis sekunder.
Dengan demikian, sudah selayaknya standar/pedoman
indikator mutu bagi seluruh rumah sakit jiwa dipermenkeskan,
sehingga dapat memayungi indikator mutu yang ditargetkan oleh
rumah sakit jiwa sesuai kemampuannya. Diharapkan seluruh rumah
sakit jiwa dapat memberikan berbagai layanannya mengikuti
rambu-rambu yang telah dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan
RI.
Saya menyambut baik diterbitkannya buku standar/pedoman
indikator mutu RS Jiwa beserta instrumennya. Oleh karena dalam
rangka menjamin kendali mutu dan biaya, selaku Menteri
Kesehatan bertanggung jawab untuk melakukan penilaian
teknologi kesehatan (health technology assessment); pertimbangan
klinis (clinical advisory); manfaat jaminan kesehatan; perhitungan
standar tarif; monev sebagai pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan nasional yang
efektif dan efisien.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Diharapkan jangkauan akses rujukan layanan jiwa di RS
Jiwa turut membantu terwujudnya kepesertaan semesta (universal
health coverage) di tahun 2019. Oleh karena banyak orang dengan
gangguan jiwa yang tidak bekerja dengan status ekonomi buruk,
belum terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI). Hal ini
membutuhkan kerjasama dari lintas program dan sektor terkait
seperti Dinas kesehatan dan Dinas Sosial serta lintas
kementerian.
Saya berharap standar/pedoman indikator mutu rumah sakit
jiwa beserta instrumen penilaiannya dapat dimanfaatkan sebagai
acuan bagi rumah sakit jiwa dalam memberikan layanan dan
meningkatkan mutu pelayanan di kekhususannya.
Menteri Kesehatan RI
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Penetapan standar indikator mutu di rumah sakit yang
dalam hal ini di Rumah Sakit Jiwa, sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan mutu layanan terhadaporang
dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa.
Tentunya standar indikator mutu rumah di sakit jiwa agak lebih
spesifik karena tidak semua standar indikator mutu layanan di
rumah sakit bisa disamakan dengan rumah sakit jiwa.
Pada dasarnya dalam menilai standar indikator mutu di RS
Jiwa yang sesuai dengan standar, diperlukan instrumen yang
dapat mengukur indikator mutu rumah sakit jiwa, apakah sudah
sesuai sumber dayanya, standar pelayanan kedokteran yang
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
dijalankan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku saat
ini dengan tetap memberikan perlindungan terhadap pasien
(patient safety) agar terhindar dari pelanggaran hak azazi manusia
dan menurunkan antara lain angka kekambuhan dan lamanya rawat
inap di rumah sakit jiwa.
Sehingga standar indikator mutu di rumah sakit jiwa dapat
mengukur tingkat efisiensi RS melalui kendali mutu dan biaya.
Secara tidak langsung akan menurunkan stigma dan memberikan
kepuasan kepada pelanggan rumah sakit jiwa.
Diharapkan buku ini terdistribusi dengan baik bagi yang
berkepentingan untuk diketahui terutama ke seluruh RS Jiwa di
Indonesia. Harapan saya dapat segera diterapkan sebagai acuan
dalam menyelenggarakan layanan di rumah sakit jiwa. Indikator
ini selain sebagai acuan, akan digunakan pula untuk menilai
secara objektif pada saat tim pusat melakukan monitoring dan
evaluasi dengan menggunakan instrument monitoring dan
evaluasi.
Saya ucapkan terima kasih kepada para narasumber dan
kontributor yang telah berupaya menyediakan waktu untuk
memberikan pengetahuannya dengan penuh dedikasih bagi seluruh
RS Jiwa di Indonesia.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
DAFTAR PENYUSUN
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
DAFTAR ISI
HALKATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
DAFTAR PENYUSUN
DAFTAR KONTRIBUTOR
DAFTAR ISI
DEFINISI OPERASIONAL
BAB l PENDAHULUAN (Ditkeswa)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sasaran PedomanBAB II LAYANAN KESEHATAN JIWA DAN INDIKATOR MUTU LAYANAN
A. Konsep Layanan
1. Konsep , prinsip dan kriteria Layanan di
RS Jiwa
2. Jenis Layanan di RS Jiwa
B. Konsep Indikator Mutu Layanan
1. Konsep, Prinsip dan Kriteria Indikator
Mutu Layanan
2. Jenis-jenis Indikator mutu Layanan
3. Pengukuran Indikator mutu Layanan
C. Standar Indikator Mutu di RS Jiwa
D. Administrasi dan Manajemen
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
E. Pembinaan dan PengawasanBAB
III
STANDAR INDIKATOR MUTU LAYANAN RUMAH SAKIT JIWA
A. Layanan IGD
B. Layanan Rawat Jalan
C. Layanan Rawat Inap
D. Layanan Rehabilitasi
E. Layanan Keswamas
F. Layanan Farmasi
G. Layanan Laboratorium
H. Layanan Rekam Medik
I. Layanan Radiologi
J. Layanan Gizi
K. Layanan Binatu (Laundry)
L. Layanan Ambulans
M. Layanan Pemularasan Jenazah
N. Layanan security / keamananBAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN (Ditkeswa)
a. Pencatatan
b. PelaporanBAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (Ditkeswa)
A. Internal Rumah Sakit
B. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
C. PusatBAB VI PENUTUP (Ditkeswa)
LAMPIRAN
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
DEFINISI OPERASIONAL1. Rumah Sakit Jiwa termasuk Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) UU nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
adalah memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya;
2. Indikator adalah :
Variabel yang dapat menjadi tolok ukur atau petunjuk atau
keterangan
Variabel ukuran atau tolok ukur objektif untuk mengetahui
adanya perubahan/penyimpangan yang dikaitkan dengan
target/standar yang telah ditentukan dalam proses manajemen
dan luaran dalam bentuk kuantitas.
3. Mutu adalah kualitas atau bobot
Suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap jenis dan
mutu pelayanan dilihat dari akses, efektifitas, efesiensi,
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
keselamatan dan kenyamanan, keamanan, kesinambungan pelayanan,
kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan
standar WHO. Oleh karena itu mutu merupakan suatu proses
pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, baik internal maupun
eksternal juga dapat dikaitkan sebagai perbaikan yang bertahap
dan terus menerus (Al Assaf, 1998)
4. Pedoman:
Pernyataan para ahli yang menggambarkan prosedur yang
direkomendasikan atau dianjurkan yang fungsinya sebagai
referensi teknis yang dadpat disesuaikan dan menggambarkan apa
yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan pada kondisi tertentu
5. Standar adalah
Suatu pernyataan atau harapan pada sistim layana kesehatan
mulaid dari input, proses, perilaku, keluaran (output) dan
hasilnya (outcome) yang bertujuan untuk mencapai layanan
kesehatan yang bermutu tinggi. Sehingga standar merupakan
pedoman, protokol dan SOP. Secara singkat dapat diartikan
sebagai ukuran tertentu yang dipakai sebagai acuan yang harus
dicapai
6. Kriteria adalah
Ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan.
7. Indikator Mutu adalah
Ukuran tertentu pada suatu produk (barang maupun jasa) yang
dihasilkan dari suatu input, proses, dan outcome dari suatu
organisasi/institusi/lembaga
8. Standar Indikator Mutu Rumah Sakit Jiwa
Tolok ukur atau acuan klinis dan manajerial yang ditetapkan
untuk rumah sakit jiwa d
9. Layanan unggulan (Centre of Exellence) :
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Mengacu pada tim, fasilitas bersama atau badan yang
menyediakan kepemimpinan, evangelisasi, praktik terbaik,
penelitian, dukungan dan atau k fokus untuk area pelatihan(a
team, a shared facility or an entity that provides leadership, evangelization, best
practices, research, support and or training for a focus area).
10. Tata Kelola Klinis yang baik (Good Clinical Governance) adalah
Suatu pendekatan sistematis untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas perawatan pasien dalam sistem kesehatan
meliputi keselamatan pasien, pengalaman pasien, efektivitas
klinis dan hasil klinis.
11. Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) adalah
Rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi
yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan
suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga
mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder)
yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan
12. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes
RI, 2005).
RumusBOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat
tidur X Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%.
13. AVLOS (Average Length of Stay = Rata - rata lamanya pasien
dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
RumusAVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup
+ mati)
14. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus : TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari
perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +mati))
15. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005)
adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-
rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah
tempat tidur
16. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Rumus :NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam /Jumlah pasien
keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
17. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk
setiap
1000 penderita keluar.
Rumus :GDR = ((Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
18. Tingkat kepentingan dan relevansi: indikator harus
menggambarkan aspek-
aspek yang bermanfaat bagi penggunanya dan relevan dengan
konteks kesehatan saat ini. Kepentingan tersebut dapat
diperjelas dengan adanya kebijakan nasional ataupun
internasional (seperti WHO Health for All Framework). Indikator
klinis harus berfokus pada kejadian yang memiliki angka
prevalensi tinggi (high prevalence rate) dan memiliki beban berat
(high burden) Masuk di latar belakang
19. Berpotensi untuk dapat digunakan (dan disalahgunakan) dan
hasilnya dapat
ditindaklanjuti: rumah sakit harus dapat menindaklanjuti
permasalahan yang muncul dari indikator yang ada. Dengan
demikian, rumah sakit harus memiliki tanggung jawab, kontrol
substansial, dan kemampuan untuk mengimplementasikan strategi
untuk peningkatan kinerja masuk di latar belakang
20. Reliabilitas : Indikator diharapkan memiliki spesifikasi
yang detail dan jelas
untuk numerator dan denominatornya. Pengumpulan data yang
seragam mudah dipahami dan mudah untuk diimplementasikan.
Reliabilitas meningkat ketika pengukuran yang dilakukan hanya
sesedikit mungkin bergantung pada penilaian subyektif. Ini
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
juga termasuk konsep konsistensi internal, stabilitas
test/test ulang, dan kesepahaman antar pengukuran.
21. Face validity (juga dikenal sebagai akseptabilitas): terdapat
kesepakatan di
antara pengguna dan pakar bahwa pengukuran ini berhubungan
dengan dimensi (atau subdimensi) yang akan dijangkau.
22. Content validity: model teoritis mendukung bahwa pengukuran
ini berhubungan
dengan subdimensi kinerja yang akan dijangkau dan pengukuran
ini menjangkau seluruh domain dan tidak hanya sebagian aspek
spesifik saja.
23. Contruct validity: bukti empiris menunjukkan bahwa
pengukuran ini
berhubungan dengan pengukuran kinerja yang lainnya
24. Beban untuk pengumpulan data: ini termasuk juga pertimbangan
ketersediaan data,
biaya, ketepatan waktu sehingga didapatkan data yang
berkualitas, dan derajat kemudahan untuk pengumpulan data.
Indikator (misalnya kejadian sentinel) tidak harus dieksklusi
hanya karena data yang dibutuhkan tidak akurat atau sering
hilang. Justru adanya pengukuran ini dapat dipergunakan
sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi dan menanggapi
kebutuhan akan pendidikan dan peningkatan untuk menunjang
sistem informasi yang efektif. Demikian pula untuk indikator
yang berdasarkan data yang dikumpulkan secara manual tidak
harus dieksklusi karena malah dapat menjadi sarana latihan dan
belajar bagi staf dan meningkatkan kualitas pengumpulan data.
25. Face validity: Apakah kumpulan indikator tersebut dapat diterima
oleh para
penggunanya?
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
26. Content validity: Apakah semua dimensi dijangkau dengan tepat?
27. Construct validity: Bagaimana indikator-indikator tersebut saling
terkait satu
dengan yang lainnya? Apakah indikator dari dimensi yang
berbeda saling berhubungan (discrimination criteria)? Apakah
indikator dari dimensi yang sama saling berhubungan (convergence
kriteria)?
BAB I
PENDAHULUAN
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
A. Latar BelakangDalam menjalankan berbagai fungsinya, rumah sakit Jiwa
sebagai pusat layanan jiwa rujukan, sudah selayaknya berupaya
memberikan layanan jiwa yang bermutu diberbagai tingkatan
layanannya. Agar mampu melaksanakan fungsi tersebut, rumah sakit
jiwa harus memiliki sumber daya yang profesional di bidang teknis
medis maupun administrasi dan manajemen kesehatan disamping
kelengkapan sarana dan prasarana serta penilaian teknologi
kesehatannya (health technology assessment).
Menurut Juran dan Deming, mutu secara umum dapat diartikan
sebagai kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan atau pasar. Sedangkan Crosby berpendapat bahwa
mutu adalah sesuai dengan yang distandarkan. Dengan demikian,
untuk dapat terus meningkatkan dan mempertahankan mutu
layanannya, kinerja rumah sakit jiwa harus mempunyai tolak ukur
yang terstandardisasi di berbagai tingkatan layanannya. Indikator
merupakan fenomena yang dapat diukur.
Untuk mengukur mutu jasa layanan yang diberikan oleh RS
Jiwa, maka kinerja rumah sakit jiwa secara nyata dapat diukur
dengan menggunakan instrumen standar indikator mutu layanan yang
tercermin dari capaian tingkat akreditasinya. Instrumen ini dapat
digunakan pula untuk RSU dengan layanan jiwa.Untuk dapat memahami
hal tersebut diatas, perlu diketahui pengertian tentang
indikator, kriteria, dan standar.
Indikator merupakan tolak ukur / petunjuk / suatu ukuran
yang digunakan untuk menilai suatu perubahan dengan menggunakan
alat ukur (instrumen). Indikator mutu pelayanan rumah sakit ini
sangat bermanfaat bagi pengelola rumah sakit karena dapat:
1. Mengukur kinerja rumah sakit (self assessment)
2. Alat kendali manajemen
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
3. Mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan
kegiatan di masa yang akan datang
Meninjau dari tingkat kepentingan dan relevansi, indikator
harus menggambarkan aspek-aspek yang bermanfaat bagi penggunanya
dan relevan dengan konteks kesehatan saat ini. Kepentingan
tersebut dapat diperjelas dengan adanya kebijakan nasional
ataupun internasional (seperti WHO Health for All Framework).
Indikator klinis harus berfokus pada kejadian yang memiliki angka
prevalensi tinggi (high prevalence rate) dan memiliki beban berat (high
burden)
Indikator berpotensi untuk dapat digunakan (dan
disalahgunakan) dan rumah sakit harus dapat menindaklanjuti
permasalahan yang muncul dari hasil indikator yang diperoleh.
Dengan demikian, rumah sakit harus memiliki tanggung jawab,
kontrol substansial, dan kemampuan untuk mengimplementasikan
strategi untuk peningkatan kinerja
Indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat
mengacu pada aspek yang berkaitan dengan indikator struktur,
proses dan keluaran (outcome). Aspek indikator struktur meliputi
tenaga kesehatan profesional, perlengkapan dan peralatan
kedokteran.
Sedangkan indikator proses memberikan petunjuk tentang
pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
telah sesuai dengan prosedur standar pelayanan kedokteran (PPK
dan SPO), asuhan keperawatan (MPKP), perlindungan bagi
keselamatan pasien serta mengikuti peraturan perundangan yang
berlaku khususnya tentang rumah sakit jiwa.
Sehingga sebagai fasilitas pelayanan kesehatan jiwa tingkat
lanjut, dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
spesialistik dan sub spesialistik mempunyai prinsip kendali mutu
dan kendali biaya sesuai paket INA-CBGs. Selanjutnya indikator
keluaran (outcome) merupakan indikator hasilnya. Sebagai contoh
adalah BOR, LOS, TOI, angka waktu tunggu, angka kesembuhan
penyakit, angka kematian 48 jam, angka infeksi nosokomial, angka
komplikasi perawatan dan sebagainya.
Menurut pasal 42 pada Peraturan Presiden (Perpres) nomor 12
tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diamanatkan
bahwa pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan
pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien,
serta efisiensi biaya.
Oleh karena itu, RS Jiwa diharapkan mengembangkan layanan
sesuai dengan indikator mutu RS. Oleh karena itu perlu
diklarifikasi definisi operasional, jenis Indikator mutu dan
minimal kriteria yang diperlukan sehingga dapat dikembangkan
Indikator mutu di RS Jiwa. Untuk mendukung pengembangan Indikator
mutu di RS Jiwa, maka diperlukan standar Indikator mutu di RS
Jiwa yang dapat digunakan sebagai payung hukum dan acuan didalam
peningkatan dan pengembangan mutu layanan jiwa. Sehingga dengan
demikian akan didapatkan minimal kriteria dalam melaksanaan
Indikator mutu di RS Jiwa.
Saat ini belum tersusun NSPK Fasyankes tentang indikator
mutu untuk RS Jiwa secara nasional. Sehingga Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa memandang perlu untuk membuat program penyusunan
standar indikator mutu bagi RS Jiwa.
B. Tujuan
Tujuan Umum:
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Merupakan acuan standar indikator mutu layanan kesehatan jiwa di
rumah sakit jiwa Tujuan Khusus :
1. Tersedianya acuan mengenai standar indikator mutu di RS Jiwa
2. Terlaksananya layanan sesuai standar indikator mutu di RSJiwa
3. Tersedianya acuan layanan dalam pembinaan dan pengawasanstandar indikator mutu di RS Jiwa.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup standar indikator mutu di Rumah Sakit Jiwa
meliputi;
1. Konsep Layanan
a. Prinsip dan kriteria layanan
b. Jenis layanan
2. Konsep Indikator Mutu Layanan
a. Prinsip dan Kriteria Indikator Mutu
b. Jenis-jenis Indikator mutu layanan
c. Pengukuran Indikator mutu layanan
3. Standar Indikator Mutu di RS Jiwa
4. Administrasi dan Manajemen
5. Pembinaan dan Pengawasan
D. Sasaran
1. Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan yang bekerja di RS Jiwa
dalam memberikan layanan kesehatan jiwa
2. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota sebagai pemegang
program dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan jiwa
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
3. Para pemangku kebijakan di Provinsi, Kabupaten/ Kota dalam
perencanaan dan pengalokasian dana bagi peningkatan
kemampuan petugas dalam menangani pelayanan kesehatan jiwa
BAB II
LAYANAN KESEHATAN JIWA DAN INDIKATOR MUTU LAYANAN
A. Konsep Layanan
Rumah Sakit Jiwa harus memiliki layanan yang fokus dalam
bidang yang terkait dengan layanan jiwa. Layanan spesialistik dan
subspesialis rumah sakit ini diharapkan dapat lebih efektif dan
bermutu serta menjadi tolok ukur bagi rumah sakit lainnya. Mutu
layanan yaitu tingkat (level) layanan yang diberikan kepada
seseorang atau masyarakat sehingga luaran kesehatan yang didapat
sesuai dengan yang dinginkan dan juga sesuai dengan pengetahuan
profesional terkini (karena ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran berkembang sangat pesat, layanan yang diberikan
haruslah yang terkini)
Dalam mengembangkan layanan dan indikator mutu layanan,
ada prinsip dan kriteria yang perlu dipenuhi oleh rumah sakit
jiwa tersebut.
1. Prinsip Layanan
Layanan kesehatan yang diperlukan harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
Aman; layanan di fasilitas layanan kesehatan harus aman.
Efektif; ilmu dan bukti ilmiah yang melatarbelakangi
layanan kesehatan harus diaplikasikan dan dijadikan
standar dalam memberikan layanan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Efisien: layanan harus berdasarkan perhitungan efektif-biaya
(cost-effective) dan biaya yang dikeluarkan sesuai kebutuhan
Tepat waktu; pasien tidak menunggu atau tidak ada
penundaan dalam mendapatkan layanan
Berorientasi pasien; sistem layanan harus berpusar di sekitar
pasien, menghargai hak-hak pasien, dan menempatkan pasien
di dalam pengawasan. Keberadaan semua profesi pemberi
layanan kesehatan dan semua organisasi kesehatan adalah
untuk memberi layanan kepada pasien.
Terdapatnya persamaan; ketidaksamaan dalam pengobatan tidak
diperkenankan lagi atau disparitas dalam layanan harus
dihilangkan.
Availablity, ketersediaan akses bagi pengguna secara tepat
waktu dan tida ada kendala
Appropriateness, layanan yang disediakan sesuai dengan
kebutuhkan dan harapan pelanggan
Acceptability, layanan yang ada dapat diterima pelanggan
Affordable, biaya layanan terjangkau oleh pelanggan
Responsveness, institusi memberikan layanan secara cepat
tanggap
2. Jenis Layanan di RS Jiwa
Dalam rangka memberikan pelayanan bermutu, kualitas layanan
dapat diukur dengan menggunakan suatu indikator. Mutu layanan
yang diberikan seseorang dan atau masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan yang diinginkan sesuai dengan pengetahuan
profesional terkini. Adapun jenis layanan di RS Jiwa sesuai
dengan hasil revisi Permenkes No 340 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit serta mengacu pada permenkes no 56 thn 2014 ttg
klasifikasi dan perizinan RS.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Undang Undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
menyatakan upaya kesehatan jiwa dilakukan melalui kegiatan
promotif, preventif , kuratif dan rehabilitatif sehingga
rumah sakit harus mengembangkan jenis layanan yang sesuai
B. Konsep Indikator Mutu Layanan
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta semakin beragamnya
layanan kesehatan dan masalah kesehatan jiwa yang semakin
kompleks telah menuntut untuk terus meningkatkan kualitas
layanan dan memperluas cakupannya dengan harapan meningkatnya
kepuasan pelanggan internal (dokter, perawat dan pegawai lainnya)
dan pelanggan eksternal (pasien dan keluarga/masyarkat).
Rumah sakit Jiwa yang berkualitas adalah yang mampu menyediakan
layanan sesuai dengan harapan pengguna jasanya baik itu pemakai
internal maupun eksternal. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut
untuk terus melakukan perbaikan dalam berbagai sistem mulai dari
suplai input, proses, output dan outcomenya. Dalam rangka upaya
memberikan layanan terbaik, maka rumah sakit harus mempunyai
indikator mutu dapat diukur untuk mengukur kualitas layanannya
Indikator yaitu ukuran objektif suatu input, proses, output dan
luaran (outcome) dalam bentuk kuantitatif. Tolok ukur objektif
untuk mengetahui adanya perubahan/penyimpangan yang dikaitkan
dengan target/standar yang telah ditentukan dalam proses
manajemen dan luaran dalam bentuk kuantitas.
Indikator mencakup elemen-elemen penting dan tidak hanya catatan
sederhana yang mudah diukur. Data yang mendasari indikator harus
sahih dan handal, kuantitatif, tepat dan efektif. Mempunyai nilai
statistik yang mengindikasikan kondisi atau arah performa
sepanjang waktu. Indikator dibuat dengan jelas sehingga dapat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
digunakan sebagai tuntunan yang tidak berdiri sendiri, memberikan
bukti definitif tentang keberhasilan dan kegagalan serta harus
dapat membangkitkan pertanyaan bukan memberikan jawaban.Hasil-
hasilnya harus dipresentasikan dalam bentuk yang mudah dimengerti
dengantidak mengeluarkan biaya.Oleh karena itu, harus
diperhatikan prinsip dan kriteria indikator mutu.
a. Prinsip indikator mutu sebagai berikut :
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai
komponen atau sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan
dan departemen terkait yang secara rinci terlampir dalam
daftar tim penyusun;
2. Sederhana, indikatordisusun dengan kalimat yang mudah
dimengerti dan dipahami;
3. Nyata,indicator disusun dengan memperhatikan dimensi
ruang, waktu dan persyaratan atau prosedur teknis:
4. Terukur,seluruh indikator dapat diukur secara
kuantitatif;
5. Terbuka,indikator dapat diakses oleh seluruh warga atau
lapisan masyarakat:
6. Terjangkau, indikator dapat dicapai dengan menggunakan
sumber daya dan dana yang tersedia;
7. Akuntabel, indikator dapat dipertanggung gugatkan kepada
publik;
8. Bertahap,indikator mengikuti perkembangan kebutuhan dan
kemampuan keuangan, kelembagaan dan personil dalam
pencapaiannya.
Menurut WHO, kriteria Indikator layanan dinyatakan sebagai
berikut:
1. Sahih (valid)yaitu, benar-benar dapat dipakai untuk
mengukur aspek yang akan dinilai.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
2. Dapat dipercaya (reliable) yaitu, mampu menunjukkan hasil
yang benar pada penilaian yang dilakukan secara berulang
kali, artinya komponen indikatornya tetap.
3. Sensitif (sensitive) yaitu, peka untuk digunakan sebagai
bahan pengukur.
4. Spesifik (specific) yaitu, mampu memberikan gambaran
perubahan ukuran yang jelas pada suatu jenis kegiatan
tertentu dan
5. Dapat diukur secara kuantitatif.
b. Jenis Indikator Mutu Layanan
Jenis-Jenis Indikator Mutu dapat terbagi atas : 1. Struktur/ Input
Berkaitan dengan sumber daya manusia (man), anggaran (money),
manajemen (management), bahan (material) dan metode
(methode).Misalnya jumlah dokter yang melayani, bahan
habis pakai yang digunakan, metode pelayanan dan lain-
lain. Kualitas mutu terkait struktur selalu fokus
terhadap karakteristik individu yang memberikan layanan
dan tempat pemberian layanan. Karakteristik individu
meliputi pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi profesi
yang memberikan layanan. Karakteristik tempat pemberian
layanan meliputi adekuatnya fasilitas, peralatan, dan
organisasi layanan secara keseluruhan. Orang yang
berkualitas baik, bekerja dengan komitmen baik, di tempat
yang terorganisasi dengan baik, akan memberikan layanan
yang berkualitas baik.
2. Proses
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Merujuk kepada apa yang dilakukan (aktivitas yang
terjadi)selama memberikan layanan yang menjadi dasar
untuk mengevaluasi kualitas layanan.Kualitas proses
terdiri dari dua aspek: kepantasan (yaitu apakah tindakan
yang dilakukan sudah tepat), dan keterampilan (seberapa
baik suatu tindakan dilakukan dan berapa lama waktunya).
3. Hasil (Output)
Adalah sesuatu yang dihasilkan, bisa dalam bentuk barang
ataupun selesainya pekerjaan jasa. Misalnya jumlah pasien
yang dilayani.
4. Luaran (outcome)
Adalah pencapaian tujuan layanan kesehatan dan biasanya
merupakan ukuran sesuatu yang dirasakan oleh pelanggan
atau konsumen. Biasanya merupakan persepsi pelanggan
terhadap pemanfaatan layanan. ukuran luaran biasanya
meliputi dua hal yaitu biaya perawatan dan kepuasan
konsumer terhadap layanan.
5. Manfaat (Benefit)
Adalah ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan ataupun
bagi pemberi pelayanan.
6. Dampak (impact)
Adalah ukuran dampak dari suatu produk secara luas dan
biasanya jangka panjang.
c. Pengukuran Indikator Mutu
Pengukuran merupakan konsep sentral dalam peningkatan mutu.
Dengan pengukuran akan tergambarkan apa yang sebenarnya
sedang dilakukan di fasilitas layanan kesehatan dan
membandingkan dengan target sesungguhnya, atau harapan
tertentu dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesempatan
untuk adanya peningkatan mutu ( Shaw, 2003).
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Pembuatan dan penggunaan indikator harus disertai oleh proses
evaluasi yang teliti. Indikator pengukuran dapat dimasukkan
ke dalam sistem pencatatan
1. Keamanan; keamanan layanan dapat diukur berdasarkan
persentase angka kematian secara menyeluruh atau berapa
banyak pasien yang mengalami peristiwa-peristiwa yang
tidak dinginkan, kerusakan atau mengalami bahaya.
Misalnya, seberapa besar persentase pasien yang jatuh
atau dipukul oleh pasien lain selama perawatan.
2. Keefektifan layanan; diukur dengan seberapa baik diikuti
praktik berdasarkan bukti. Misalnya, seberapa lama waktu
yang diberikan terapis untuk pasiennya setiap visit atau
seberapa sering pasien dikunjungi selama perawatan. Ilmu
dan bukti ilmiah yang melatarbelakangi layanan kesehatan
harus diaplikasikan dan dijadikan standar dalam
memberikan layanan
3. Efisien layanan; diukur dengan menganalisis biaya perawatan
yang harus dibayar oleh pasien, asuransi, atau komunitas.
Efisiensi merujuk kepada seberapa baik sumber yang
digunakan dalam mencapai hasil. Efisiensi dikatakan baik
bila sumber yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang
baik hanya sedikit.Dengan kata lain, layanan harus
berdasarkan perhitungan efektif-biaya (cost-effective) dan
layanan yang merugikan harus dienyahkan dari sistem
layanan
4. Tepat waktu; diukur dengan lamanya waktu menunggu dan
lamanya penundaan dalam mendapatkan layanan yang
dibutuhkan, lamanya perawatan, lamanya mendapatkan hasil
pemeriksaan. Dalam hal ini, pasien tidak menunggu atau
tidak ada penundaan dalam mendapatkan layanan.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
5. Berorientasi pasien; diukur dengan kepuasan pasien dan
keluarga terhadap perawatan dan layanan. Sistem layanan
harus berpusar di sekitar pasien, menghargai hak-hak
pasien, dan menempatkan pasien di dalam pengawasan.
Keberadaan semua profesi pemberi layanan kesehatan dan
semua organisasi kesehatan adalah untuk memberi layanan
kepada pasien.
6. Persamaan layanan; dapat diukur dengan menilai perbedaan
dalam ukuran kualitas layanan (misalnya, mengukur
kefektifan dan keamanan) berdasarkan ras, suku, jender,
penghasilan, populasi berdasarkan demografi, atau faktor
sosioekonomi. Seharusnya tidak ada perbedaan layanan yang
diberikan terkait dengan status ekonomi, ras, suku,
jender, dan lain-lain.Jadi ketidaksamaan dalam pengobatan
tidak diperkenankan lagi atau disparitas dalam layanan
harus dihilangkan.Apalagi setelah diberlakukan sistim
jaminan kesehatan nasional bagi seluruh bangsa Indonesia
(universal health coverage).
d. Pendekatan Teknik Pengukuran Indikator Mutu
Pengakuan bahwa perencanaan pelayanan kesehatan mental dan
manajemen perlu untuk menyeimbangkan berbagai pertimbangan
ketika meningkatkan kualitas pelayanan. Langkah-langkah proses
perlu dipertimbangan untuk menentukan apakah seseorang dengan
gangguan mental telah terobati (berbasis bukti). Ukuran hasil
(outcomes) dapat menilai apakah orang sakit tersebut semakin
sembuh/baik,
Berdasarkan rancangan peta strategi Balanced scorecard yaitu
menggambarkan jalinan sebab akibat berbagai sasaran strategis
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
dalam kurun waktu periode tertentu, yang dikelompokan dalam
perspektif :
1.Perspektif pelanggan
Kemampuan institusi untuk menghasilkan nilai bagi pelanggan
baik internal dan eksternal
2.Perspektif Proses bisnis internal
Kemampuan institusi untuk membangun proses layanan yang
produktif, bermutu & cost effective
3.Perspektif pengembangan personil dan organisasi
Kemampuan institusi untuk membangun kapabilitas & komitmen
karyawan
4.Perspektif keuangan
Kemampuan institusi untuk menghasilkan nilai bagi
stakeholder
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
BAB III
INDIKATOR MUTU DI RUMAH SAKIT JIWA
A. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
856/Menkes/SK/IX/2009tentang standar pelayanan IGD
B. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Secara sederhana, pelayanan kedokteran
yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap
(hospitalization).
Jenis pelayanan rawat jalan di rumah sakit secara umum dapat
dibedakan atas 4 macam yaitu:
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk
menangani pasienyang butuh pertolongan segera dan
mendadak.
b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient
services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna
sesuai dengan kebutuhanpasien.
c. Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani
pasien-pasien rujukan oleh sarana kesehatan lain. Biasanya
untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan
selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang
merujuk.
C. Pelayanan Rawat Inap
Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan meliputi
observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi
medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana
kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas
perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya
penderita harus dirawat inap.
D. Pelayanan Rehabilitasi
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan
fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit,
penyakit, atau cedera melalui panduan intervensi medik,
keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai
kemampuan fungsi yang optimal.
Pelayanan rehabilitas medik meliputi:
1. Pelayanan fisioterapi
2. Pelayanan okupasi terapi
3. Pelayanan terapi wicara
4. Pelayanan ortotis-prostetis
5. Pelayanan psikologi
6. Pelayanan sosial medik
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
E. Pelayanan Keswamas
Adalah layanan di luar rumah sakit yang diberikan oleh tenaga
kesehatan rumah sakit kepada pasien yang membutuhkannya
F. Pelayanan Farmasi
Adalah waktu yang dibutuhkan dari menyerahkan resep obat jadi
dan atau resep obat racikan sampai obat diterima pasien
G. Pelayanan Laboratorium
Adalah waktu yang dibutuhkan sejak sampel diambil sampai hasil
laboratorium yang telah ditandatangani ekspertise diserahkan
kepada pasien
H. Pelayanan Rekam Medik
Adalah waktu yang dibutuhkan saat pasien mendaftar di loket
sampai status pasien diterima di emergensi atau poli rawat
jalan yang dituju
I. Pelayanan Radiologi
Adalah waktu tunggu yang dibutuhkan pasien sampai hasilnya
telah di tandatangani oleh ekspertise (radiolog)
J. Pelayanan Gizi
Adalah layanan yang diberikan sesuai nilai gizinya yang tepat
saji dan tepat waktu
K. Pelayanan Binatu (Laundry)
Umumnya dilakukan oleh binatu di luar rumah sakit, sehingga
waktu yang dibutuhkan sejak pakaian dicuci sampai selesai
dicuci.
L. Pelayanan Ambulans
Kebutuhan akan ambulans gawat darurat menjadi sangat penting
sebagai pilar utama dalam rantai pelayanan kesehatan dan
emergency respons plan baik di rumah sakit maupun public
service/perusahaan. Ambulans gawat darurat merupakan sarana
pelayanan medis darurat diluar rumah sakit (pra hospital)
dengan kata lain sarana kesehatan (gawat darurat) menghampiri
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
pasien/korban bukan pasien / korban yang menghampiri sarana
kesehatanan. Dengan demikian respons time pertolongan darurat
dapat terlaksana secara cepat dan tepat, dan terhindar dari
keterlambatan.
M. Pelayanan Pemularasan Jenazah
Waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien dinyatakan meninggal
sampai dengan jenazah mulai ditangani oleh petugas pemulasaran
jenazah
N. Pelayanan keamanan (Security)
Satpam yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan, adalah
satuan kelompok petugas yang dibentuk oleh
instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik
(physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan baik
itu keamanan barang milik pelanggan internal maupun eksternal
di lingkungan rumah sakit
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
TABEL :
Indikator dan Target setiap jenis pelayanan
NO UNITLAYANAN INDIKATOR TARGET PENANGGUNG
JAWAB PENILAIAN DEFENISIOPERASIONAL
1. Informasi Pelayanan Publik
1. Ketersediaan petugas Customer service 24 jam
100 % Bag Umum Apabila CS ada :- 1 shift : 40- 2 shift : 70- 3 shift : 100
Petugas khusus RS bertugas memberi informasi kepada Pasien/ Keluarga pasien, yang telah mendapat sosialisasi tentang alur pelayanan, serta administrasi yang bertugas secara shift24 jam di Rumah Sakit
Penanganankeluhanpelanggan
≥60% Bag Umum Jumlah pengaduan komplain tertulis yang dilaporkan ke unit Informasi Pelayanan Publik dan telah direspon dan ditindaklanjuti oleh manajemen rumah sakitdalam periode 1 tahun, dibandingkan dengan jumlah semua pengaduan atau complain atau complain tertulis
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
yang dilaporkan dalamperiode yang sama
1 Pendaftaran 1. Ketersediaan petugas Customer service 24 jam (Informasi Pelayanan Publik)
100 % Bag Umum Apabila CS ada :- 1 shift : 40- 2 shift : 70- 3 shift : 100
Petugas khusus RS bertugas memberi informasi kepada Pasien/ Keluarga pasien, yang telah mendapat sosialisasi tentang alur pelayanan, serta administrasi yang bertugas secara shift24 jam di Rumah Sakit
2.Petugas Pendaftaran terlatih
100% Inst RekamMedik
1. Buah standar terpenuhi = nilai 25
2. Buah standar terpenuhi = nilai 50
3. Buah standar terpenuhi = nilai 75
4. Buah standar terpenuhi = nilai 100
Point ke 3 standar : paham SPO pendaftaran
Point ke 4 standar : pendaftaran berbasis IT
Petugas khusus yang dimaksud adalah staf RS yang telah mendapatkan pelatihan/ sosialisasi untuk pendafataran pasien dan mampu menggunakanperangkat komputer dengan terampil.
3.Waktu tunggu registrasi<3 menit
100% Inst RekamMedik
Jumlah pasien yang menerima registrasi <3 menit dibagi dengan seluruh pasien yang mendaftar
waktu yang dibutuhkanpetugas dalam pembuatan registrasi yaitu sejak pasien mendaftar di loket sampai pasien
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
menerima lembar registrasi < 5 menit
2 Layanan Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD
1. Pelayanan IGD24 jam
100% Ka IGD Apabila :- Ada : 100- Tidak ada : 0
Sudah jelas
2. Adanya layanan triage di IGD
100% Ka IGD Apabila :- Ada : 100- Tidak ada : 0
Pemilahan kasus kegawat daruratan yang dilakukan oleh dokter di IGD
3. Waktu tanggappelayanan dokter IGD sejak pasien datang di IGD< 5 menit
100 % Ka IGDApabila :- < 5 menit : 100- > 5 menit : 0
Kecepatan pasien dilayani sejak datangsampai mendapat pelayanan dokter (menit)
4. Kompetensi menangani pasien gawat darurat (life saving)
100% - Komite Medis
- Komite Keperawatan
Apabila sertifikat :- Ada : 100- Tidak Ada : 0
Kompetensi dokter danperawat yang memberikan pelayanan kegawatdaruratan “bersertifikat” yang masih berlaku (ATLS/BCLS/PPGD/ACLS/Psychiatric Emergency)
2 LayananGawat
Darurat diInstalasiGawatDarurat(IGD)
1. Angka kematian di IGD < 8 jam
0 % Ka. IGD Dasar penilaian :≤ 2 per 1000 pasienJangka waktu : 1 tahun
Apabila :0– 2 : 0%3 – 5 :
Kematian ≤ 24 8 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode8 jam sejak pasien datang.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
≥ 6 :
2. Waktu Tenang pasien gaduh gelisah di IGD ≤ 4 Jam
≥ 90 % Ka. IGD Rumus Perhitungan :
Σ pasein tenang ≤ 4 jam x100%
Jumlah pasien datang ke IGD
Jangka waktu : 1 bulan
0 – 30 % : buruk 2531 – 60 % : kurang5061 – 89 % : cukup75
≥ 90 % : baik100
Pasien yang menjadi tenang dalam waktu ≤4 jam sejak datang diIGD
3.Ketersediaan Tim PenanggulanganBencana
1 TIM Komite Mutu Tidak ada : 0Ada : 100
Tim yang dibentuk di RS dengan tujuan untuk penanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadi sewaktu – waktu yang terdiri dari tenaga bersertifikat, yang terdiri dari : tenagakesehatan, psikolog klinis, pekerja sosial
4.Kepuasan Pelanggan
≥ 80 % Humas Numerator : Jumlah kumulatif rerata
pernyataan tentang persepsi pasien
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
terhadap pelayanan di IGD
penilaian kepuasan pasien Gawat Darurat yang di survey
Denominator : Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat
Jangka waktu : tiap bulan
≥ 80% : Sangat puas10061 – 79 % : Puas 7531 – 60 % : Tidak puas 500 – 30 % : Sangat tidak puas 25
terhadap pelayanan yang di berikan
3. LayananRawat Jalan
1.Pemberi Pelayanan dirawat jalan:Dokter Spesialis
100% Ka. Inst Rawat Jalan
Sesuai dengan tipe RS : 100 %
Tidak sesuai dengan tipe RS : 0 %
Periode penilaian : 1 tahun
Pelayanan rawat jalanspesialistik yang dilaksanakan di rumahsakit. Ketersediaan pelayanan rawat jalanuntuk rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi dari rumah sakit tsb.
2. Ketersediaan 6 Layanan Subspesialis utamaa. Psikiatri Anak
100% Ka. Inst Rawat Jalan
Sesuai dengan tipe RS : 100 %
Tidak sesuai dengan tipe RS : 0 %
Periode penilaian : 1
Pelayanan rawat jalanadalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang dilaksanakan di rumahsakit
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
dan Remajab. Psikiatri Dewasa
c. Psikogeriatri
d. Rehabilitasi
Psikososial/
Psikiatrie. Psikiatri Forensik
f. Napzag. Klinik (sesuai
kelas RSJ)h. Rehabilitasi
Napza
tahun
3.Waktu tunggu di poliklinik rawat jalan
≤ 60menit
Komite Mutu Cara perhitungan :Numerator : Jumlah
kumulatif waktu tunggu PASIEN rawat jalan yang disurvey
Denominator : Jumlah seluruh PASIEN rawat jalan yang disurvey
Standar penilaian :
Waktu yang diperlukanmulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
a. RADIOLOGI
> 120 menit = nilai 25
> 90 –120 menit = nilai 50
> 60 – 90 menit = nilai75
60 menit = nilai 100
4.Kepuasan pelanggan terhadap layanan rawatjalan
≥ 80 % Humas Cara penilaian :Numerator : Jumlah
kumulatif rerata penilaian kepuasanPASIEN rawat jalanyang disurvey
Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas0 – 30 % : Sangat tidak puas
Pernyataan tentangpersepsi
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
1.Waktu tunggu pelayanan radiologi
≤ 3 jam KaInstRadiologi
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah
kumulatif waktu tunggu pasien pelayanan radiologi yang
Waktu rata – rata yang dibutuhkan petugas radiografer dari mulai pasien dilakukan foto konvensional/CT Scan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
disurveyDenominator : Jumlah
seluruh pasien yang mendapatkan pelayanan radiologi yang disurvey
Standar penilaian :> 3 jam = nilai 02 – 3 jam = nilai 501 – 2 jam = nilai 100
sampai keluar hasil yang telah diekspertise oleh dokter spesialis radiologi
2.Tersediadokterspesialisradiologi /KetersediaanSDM pelaksanaekspertisihasilpemeriksaan
100 % Ka InstRadiologi
sudah jelas Ketersediaan dokter spesialis Radiologi yang mempunyai kompetensi untuk melakukan pembacaan foto rontgen/ hasil pemeriksaan radiologi.
3.SurveiKepuasanpelangganterhadaplayananradiologi
≥ 80% Humas Cara penilaian :Numerator : Jumlah
kumulatif rerata penilaian kepuasanpasien rawat jalanyang mendapatkan pelayanan yang disurvey
Denominator : Jumlah
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
seluruh pasien rawat jalan yang mendapatkan layanan radiologi yang disurvey
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas
0 – 30 % : Sangattidak puas
4.Kejadiankegagalanrontgen ≤ 2 %
< 2% KaInstRadiologi
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah foto
rontgen yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah foto rontgen yang dilakukan selama 1 bulan
Laporan : setiap bulanAnalisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :< 2% : 100> 2% : 0
Jumlah foto rontgen yang tidak dapat dibaca
b. LABORATORIUM
1.Waktu tunggupelayananlaboratorium
≤2 jam Ka Inst Lab Cara perhitungan :Numerator : Jumlah
kumulatif waktu
Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
tunggu PASIEN pelayanan laboratorium yangdisurvey
Denominator : Jumlah seluruh PASIEN yang mendapatkan pelayanan laboratorium yangdisurvey
Standar penilaian :> 2 jam = nilai 01 – 2 jam = nilai 50≤ 1 jam = nilai 100
adalah tenggang waktumulai pasien diambil sample sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi
2.Kesalahanpemeriksaan /pemberianhasilpemeriksaanlaboratorium
0% Ka Inst Lab Sudah jelas Pemberian hasil laboratorium pada orang yang salah
3.SurveiKepuasanPelanganterhadappelayanan dilaboratorium
≥ 80% Humas Cara penilaian :Numerator :Jumlah kumulatif rerata
penilaiankepuasan pasien yangmendapatkan pelayananlaboratorium yang disurveyDenominator :
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan laboratorium yang diberikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Jumlah seluruh pasien rawat jalan
yang mendapatkan pelayananlaboratorium yang disurvey
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas 0 – 30 % : Sangat tidak puas
4.Tersediadokterspesialispatologiklinik
100 % Ka.Inst Lab sudah jelas Ketersediaan dokterspesialis PK yang mempunyai kompetensi untuk melakukan pembacaanhasil pemeriksaan lab.
c. FARMASI 1.Waktu tungguresep obatjadi
≤ 30menit
Ka InstFarmasi
Cara perhitungan :Numerator :Jumlah kumulatif waktu
tunggupasien pelayanan farmasi
resepobat jadi yang disurveyDenominator :Jumlah seluruh pasien yangmendapatkan pelayanan
farmasiresep obat jadi yang
disurvey
Waktu saatpasien mulai menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Standar penilaian :> 60 menit = 25> 45 – 60 menit = 50> 30 – 45menit = 75≤ 30 menit = 100
2.Waktu tungguresep obatracikan
≤ 60 menit
Ka InstFarmasi
Cara perhitungan :Numerator :Jumlah kumulatif waktu
tunggupasien pelayanan farmasi
resepobat racik yang disurveyDenominator :Jumlah seluruh pasien yangmendapatkan pelayanan
farmasiresep obat racik yang
disurvey
Cara penilaian : > 120 menit = 25> 90 – 120 menit = 50> 60 – 90 menit = 75 ≤ 60 menit =
100
Waktu yang dibutuhkan saat pasien menyerahkan resep obat racikan sampai mendapatkan obat racikan.
3.Penulisan resep sesuai formularium RS/ nasional
100% Ka InstFarmasi
Cara perhitungan :Numerator :Jumlah resep yang diambil
sebagai
Formularium obat adalah standarisasiobat yang tersedia di rumah sakit pada
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
d. REHABILITASI
PSIKOSOSIAL
sample yang sesuai formularium
dalam satu bulan.
Denumerator :Jumlah seluruh resep yang
diambilsebagai sampel dalam satu
bulan
Cara penilaian :< 25 % = 25 25 – 50 % = 50 50 – 75 % = 7575 – 100 % = 100
tahun berjalan
4.Kejadiankesalahanpemberian obat
0% Ka InstFarmasi
Cara Perhitungan:Numerator:Pemberian obat tidak
sesuai resepDenumerator:Jumlah seluruh resep yang
diambilsebagai sampel dalam satu
bulan
Cara Penilaian:Kesalahan: 0Sesuai : 100
Kesalahan pemberian obat meliputi :1. Salah dalam memberikan
jenis obat2. Salah dalam memberikan dosis3. Salah orang4. Salah jumlah
5.Tersedianyatenagaapoteker/asist
100% Dirmed Sudah jelas Sudah jelas(indikatorutk manajerial)
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
apoteker(sesuai kelas)
1.Tim pemberi pelayanan rehabilitasi Psikososial terdiri dari :a. Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa
b.Dokter yang sudah mendapat sertifikat yang masih berlaku
c.Psikolog Klinis
d.Perawat bersertifikat
e.Pekerja sosial
f.Okupasi terapis
g.Instrukturlatihankerja
100% Ka.InstRehab
Psikososial
Apabila ada :- A, C, D :
25%- A, B, C, D, F : 50%- A, B, C, D, E, F : 75%Lengkap : 100%
Tim pemberi pelayanan rehabilitasi psikososial adalah petugas yang memiliki kompetensibersertifikat yang sesuai dengan profesi untuk pelayanan rehabilitasi mental
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
e.
2.Ketersediaan pelayananrehabilitasi psikososiala. Living skillb. Learning skill (keterampilan belajar)
c. Working skill
100% Ka.InstRehab
Psikososial
Apabila ada :- a : 30%- a, b : 70%- a, b, c : 100%
Pelayanan rehabilitasi psikososial adalah pelayanan yang meliputi :- Living skill
: ..... uraikan- Learning
skill : ..... uraikan
Working skill : ... uraikan
3. Pencapaian rehabilitasipsikososial
80% -Ka.Inst Rehab Psikososial
-KaInst Rajal
KaInstRanap
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah PASIEN
yang menyelesaikan paket rehabilitasi psikososial
Denumerator : Total PASIENyang mengikuti paket rehabilitasi psikososial
Laporan : setiap bulanAnalisa : setiap 3 bulan
Cara penilaian :
Jumlah pasien yang menyelesaikan tahapan rehabilitasi psikososial
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
REHABILITASI MEDIK
- Tercapai : 80
- Tidak tercapai : 0
h.Kepuasan pelanggan terhadap layanan rehabilitasi psikososial
≥ 80% Humas Cara penilaian :Numerator : Jumlah
kumulatif rerata penilaian kepuasanPASIEN yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi psikososial yang disurvey
Denominator : Jumlah seluruh PASIEN rawat jalan yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi psikososial yang disurvey (minimal n = 50)
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas- 0 – 30 % : Sangat
tidak puas
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
f.
1.Kejadian pasiendrop out daripelayananrehabilitasimedik
≤ 50 % Ka. UnitRehab Medik
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah pasien
yang tidak menyelesaikan paket rehabilitasi medik
Denumerator : Total pasienyang mengikuti paket rehabilitasi medik
Laporan : setiap bulanAnalisa : setiap 3 bulan
Cara penilaian :- ≤ 50 % : 1000 % : 0
Pelayanan rehabilitasi medik yang dimaksud adalah pelayanan rehabilitasi yang diberikan kepada pasien yang membutuhkan bantuan dalam melakukan kegiatan dasar sehari-hari-
2.Tidak adanyakesalahantindakanrehabilitasimedik
100% Ka. UnitRehab Medik
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah PASIEN
yang mengalami kesalahan tindakan rehabilitasi medik dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah seluruh PASIEN yang deprogram rehabilitasi
Kesalahan tindakan rehabilitasi medik adalah memberikan atau tidak memberikantindakan rehabilitasimedik yang Sudah direncanakan dalam terapi
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
g.
PSIKOLOGI
medik dalam 1 bulan
Laporan : setiap bulanAnalisa : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :-Tidak ada kesalahan : 100
Ada kesalahan : 0
3. Kepuasan pelanggan
≥ 80% - Humas- Ka. UnitRehab Medik
Cara penilaian :Numerator : Jumlah
kumulatif rerata penilaian kepuasanpasien yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medikyang disurvey
Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medikyang disurvey
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
h.
PSIKIATRI FORENSIK
31 – 60 % : Tidak puas0 – 30 % : Sangat tidak puas
1.Pemberi pelayanan minimal 1 psikolog klinis
100% - Ka Inst Rajal
Cara penilaian :- Sesuai :
100Tidak sesuai : 0
Sudah jelas
2.Ketersediaan instrumen
3.Waktu tungguhasilpemeriksaanpsikologi
<2harikerja
-
4.Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan psikolog
≥ 80% - Humas-
Cara penilaian :Numerator :Jumlah kumulatif rerata
penilaiankepuasan pasien yangmendapatkan pelayanan
psikologiyang disurveyDenominator :Jumlah seluruh pasien
rawat jalan
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
KESWAMAS
yang mendapatkan pelayananpsikologi yang disurvey
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas 0 – 30 % : Sangat tidak puas
1. Ketersediaanpelayananpsikiatriforensika. Surat
keteranganyang terkait Medikolegal
b. Surat keterangansehat jiwa
Surat keterangan bebas narkoba
100% - KaInst Rajal
- Psikiater- SpPK- Psikolog Klinis (b)
Cara penilaian :- Sesuai :
100Tidak sesuai : 0
Sudah jelas
2. Waktu tunggu hasil pemeriksaan Visum et
<14 harikerja
Psikiater &Dirut
<14 hari : 10015 – 21 hari : 7522 – 28 hari : 50≥ 28 hari : 0
Waktu yang dibutuhkan sejak pasien dilakukanpelayanan Visum et repertum psychiatricum
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
4.
repertum psychiatricum
sampai menerima hasil pemeriksaan
3. Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan psikiatri forensik
≥ 80% - Humas- KaInstRajal
Cara penilaian :Numerator : Jumlah
kumulatif rerata penilaian kepuasanklienyang mendapatkan pelayanan psikiatri forensikyang disurvey
Denominator : Jumlah seluruh klien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan psikiatri forensikyang disurvey (minimal n = 50)
Standar penilaian :≥ 80% : Sangat puas61 – 79 % : Puas31 – 60 % : Tidak puas
- 0 – 30 % : Sangat tidak puas
Pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
1.Pemberi pelayanan
100% Ka. InstKeswamas
Apabila ada :- A, C, D :
Tim pemberi pelayanankesehatan jiwa
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
LAYANAN UNIT PERAWATAN PSIKIATRI AKUT (PSYCHIATRIC ACUTE CARE UNIT=PACU)
kesehatan jiwa berbasis masyarakata. Dokter
Spesialis KedokteranJiwa
b. Dokter Umum yang sudah mendapat sertifikatyang masihberlaku
c. Psikolog /psikolog klinis
d.Perawat bersertifikat
e.Pekerja sosial
Sarjana Psikologi
30%- A, B, C, D, F : 70%- A, B, C, D, E, F : 100%
berbasis masyarakat adalah petugas yang memiliki kompetensi bersertifikat yang sesuai dengan profesi
2.Ketersediaanupayakesehatan jiwaberbasismasyarakat:a. Pembinaan
100% Ka. Inst Keswamas
Apabila ada :- a, b, d :
30%- a, b, c, d, e : 70%- lengkap : 100%
Kesehatan jiwa berbasis masyarakat adalah kegiatan pelayan kesehatan jiwa yang terintegrasi dan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
kepada Puskesmas dan sarana kesehatan lain
b.Program keswa berbasis masyarakat
c.Pelayanan penjangkauan(outreach)
d.Krisis intervensi
e.Program keswa berbasis sekolah
f.Program keswa berbasis tempat kerja
berbasis masyarakat.
3.Cakupan wilayah binaan
Sesuaidenganwilayahbinaan
Direktur Utama
Cara penilaian :- Cakupan 100 % : 100- Cakupan 75 % : 75- Cakupan 50 :
50Cakupan < 50% : 0
Jumlah institusi kesehatan dan non kesehatan yang termasuk dalam program pembinaan kesehatan jiwa berbasis masyarakat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
4.Frekuensi kegiatan upayakesehatan jiwaberbasis masyarakat
1x/kegiata
n/bulan
Ka. InstKeswamas
1 1 x sebulan : 252 2 x sebulan : 503 3 x sebulan : 75
- 4 x sebulan : 100
Sudah jelas
1.Jumlah pasiengaduh gelisahyang difiksasidi bangsalakut ≤ 4 jam
100% KaKeperawatan
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah waktu
kumulatif pasien gaduh gelisah yangdifiksasi di bangsal akut ≤ 4jam
Denominator : Jumlah pasien gaduh gelisah yang fiksasi di bangsal akut
Cara penilaian :≤ 4 jam : 100≥ 4 jam : 0
Lamanya Waktu pasien gaduh gelisah yang difiksasi untuk menjadi tenang ≤ 4 jam
2.Jumlah kejadian pasien gangguan jiwa cedera/trauma fisik akibat fiksasi
0% KaKeperawatan
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah pasien
edera/trauma fisikakibatfiksasi
Denumerator : Jumlah pasien ifiksasi diruangperawatan
Cedera/trauma fisikyang diakibatkan oleh tindakan fiksasi pada pasienyang mengalami kondisi gaduh gelisah di ruang
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Laporan : setiap bulanAnalisis : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :0% : 1001 - 2 % : 753 – 4% : 50≥ 5 % : 0
perawatan bangsal akut.
100 : tidak ada cedera/trauma fisikakibat fiksasi0 : terdapat >5% edera/trauma fisik akibat fiksasi
3.Jumlahkejadiankematianpasiengangguan jiwakarena bunuhdiri
0% KaKeperawatan
Cara perhitungan :Numerator : Jumlah PASIEN
yang bunuh diri selama perawatan dalam 1 bulan
Denominator : Jumlah PASIEN yang dirawat selama 1 bulan
Laporan : setiap bulanAnalisis : setiap 3 bulan
Cara Penilaian :0% : 1001 - 2 % : 753 – 4% : 50≥ 5 % : 0
Kematian yang terjadipada pasien gangguan jiwa selama berada didalam perawatan RSJ
4.Lama perawatan 80% Ka. Cara perhitungan : Waktu yang
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
pasien gangguan jiwa akut ≤ 10 hari
Keperawatan Numerator : Jumlah pasien yang dirawat di bangsal akut ≤ 10hari
Denominator : Jumlah pasien yang dirawat di bangsalakut selama 1 bulan
Laporan : Setiap bulanAnalisis : setiap 3 bulan
Cara penilaian≥ 80 % : 10061 – 79 % : 7541 – 60 % : 5021 – 40 % : 250 – 21 % : 0
dibutuhkanuntukmerawat pasien ≤ 10 hari sejak datang di bangsal akut
5.Kepuasan Pelanggan
II.
MANAJERIAL f.Struktur Organisasidan Tata Kelola tertuang dalam dokumen tertulis
100 % Manajerial a) Struktur organisasi pengelola dan tatakelola (SOTK) diuraikan dalam dokumentertulis, dan mereka yang bertanggungjawab untuk memimpin/mengendalikan dan mengelola diidentifikasi dengan jabatan atau nama
Dokumen kebijakan danprosedur yang dijadikan pedoman RSJdalam mempertanggungjawabkan akuntabilitas kinerja RSJ berdasarkan SOTK
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
(nilai25)b) Tanggungjawab dan
akuntabilitas pengeloladimuat dalam dokumen tersebut (nilai50)
c) Dokumen tersebut menjelaskan bagaimana kinerja pengelola dan para manajer dievaluasidengan kriteria yang terkait (nilai75)
d) Ada dokumentasi penilaian kinerja tahunan terhadap tata kelola/pengelolaan (nilai100)
Peraturan Internal RS (Hospital by law) tertuang dalam dokumen tertulis
100 % Manajerial a) Pengaturan Internal RS memuat seluruh komponenyang disyaratkan (nilai25)
b) Seluruh karyawan/petugas RSJ mengerti dan memahami Pengaturan Internal RS (nilai50)
c) Ada dokumentasi evaluasi dan review Pengaturan Internal RS secara berkala (nilai 75);
Peraturan Interanal RS (Hospital by law) memuat Visi, Misi, Tujuan, Pengaturan Governing body, pengorganisasian, mekanisme pengawasan,Direktur RS, mekanisme review dan revisi, pengaturan rumahsakit, SOP dan pengaturan internal staf medis.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Seluruh karyawan/petugas RSJ menerapkan/melaksanakanisi dari Pengaturan Internal RS (nilai 100)
Pelaporan kinerja telah dilakukan secara berkaladan berjenjang
100 Manajerial a) Apabila pelaporan telahdisampaikan kepada pimpinan RS tanpa ada periode waktu tertentu (tidakberkala) (nilai25)
b) Apabila pelaporan telahdisampaikan secara berjenjang(Internal) dalam periode waktu tertentu (berkala) (nilai50) ;
c) Apabila pelaporan telahdisampaikan kepada pihak eksternal terkaitdalam periode waktu tertentu (berkala) (nilai75)- Apabila pelaporan
telah ditindaklanjuti dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan /perencanaan (nilai100)
Dokumen pelaporan kinerja RSJ yang disampaikan secara berjenjangbaik di Internal RS maupun diEksternal RS (pihakterkait) dalam periode waktu tertentu (berkala)
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Ketersediaan SDM sesuai dengan kriteria kelasRSJ
100 % Manajerial a) Apabila SDM yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 40% (nilai25);
b) Apabila SDM yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ 40% - < 80% (nilai50);
c) Apabila SDM yang ada sesuai dengan kriteria kelas RSJ 80% - < 90% (nilai75);
4 Apabila SDM yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ 90 - 100% (nilai100);
Jumlah SDM RSJ sesuaikriteria kelas yangada dibandingkandengan jumlah SDM
yang sesuai kriteriakelas berdasarkanpermenkes 340
Layanan Unit Perawatan Psikiatri Akut (psychiatric acute care unit=PACU)
1) Persentase SDM yang mengikuti pelatihan/peningkatan kompetensi dalam 1 tahun
60% Manajerial a) Apabila persentase SDM yang mengikuti pelatihan / peningkatankompetensi dalam 1 tahun< 20 % (nilai25)
b) Apabila persentase SDM yang mengikuti pelatihan / peningkatankompetensi dalam 1 tahun>20% - 40 % (nilai50);
c) Apabila persentase SDM yang mengikuti pelatihan / peningkatan
Jumlah SDM yang mengikuti pelatihanminimal 30 JPL dalam 1 tahun dibandingkan denganjumlah seluruh SDM RS
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
kompetensi dalam 1 tahun>40% - 60 % (nilai75) ;
Apabila persentase SDM yang mengikuti pelatihan /peningkatan kompetensi dalam 1 tahun> 60 % (nilai100);
Audit Internaldan EksternalRS
100 Manajerial a) Apabila audit internal dan eksternal dalam 1 tahun frekuensinya kurang dan bulannya tidak sesuai (nilai25)
b) Apabila audit internal dan eksternal dalam 1 tahun frekuensinya kurang namun bulannya sesuai (nilai 50);
c) Apabila audit internal dan eksternal dalam 1 tahun frekuensinya sesuai namun bulannya tidak sesuai (nilai75)
Apabila audit internal daneksternal dalam 1 tahun dilaksanakanfrekuensi dan bulannya sesuai perencanaan (nilai100);
Jumlah frekuensi dan bulan audit internal dan eksternal dalam 1 tahun dibandingkan dengan jumlah dan bulan perencanaan seluruh audit internal dan eksternal
Ketersediaan 100 Manajerial a) SIM-RS telah SIM-RS yang telah
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
SistemManajemenInformasiRumahSakit
diselenggarakan sesuai standar (nilai25)
b) SIM-RS telahterintegrasisecara internal antarbagian/instalasi (nilai50)
c) SIM-RS telah diintegrasikan dengan program Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan (nilai75)
SIM-RS telah memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) (nilai100)
diselenggarakan dibandingkan denganSIM-RS yang interoperabilitas
2) Ikatan kerja sama dengan instansi lainuntuk menunjang pelayanan
100 a) Adakerjasama (nilai100)
Tidak Ada kerjasama (nilai0)
Adanya ikatan kerjasama dengan instansi lain untukmenunjang pelayanan
6.Kecelakaankerja petugas
0 % Ketua TimP2K3
kecelakaan dengan skalaresiko moderat keatasdibandingkan dengan ∑karyawan pada bulanberjalan
Pengukuran persentasekecelakaan yangterjadi dikarenakanoleh pekerjaan ataupada waktumelaksanakan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
pekerjaan yangmenimbulkan kematian,sakit, cedera padakaryawan sertamengakibatkankaryawan tidak masukkerja setelah 1x24jam terjadinyakecelakaan
3) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Dan Persyaratan K3 Lainnya
100 % Ketua TimP2K3
( Peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 lainnya yang terpenuhi / Seluruh peraturan ∑perundang-undangan dan persyaratan K3 yang ada ) x 100%
Pengukuran terhadap persentase kepatuhan RS kepada Peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 lainnya.
Manajemen dan Administrasi RS
4) Karyawan Dan Pengunjung Terevakuasi Pada Saat Drill Kebakaran
100 % Ketua TimP2K3
( Karyawan, pasien, danseluruh pengunjung yangterevakuasi /d) seluruh karyawan, ∑
pasien, dan seluruh pengunjung pada saat drill ) x 100 %
Pengukuran keberhasilan dalam melakukan evakuasi terhadap karyawan, pasien, dan seluruh pengunjung RS pada saat dilakukannya drill kebakaran menuju ke titik kumpul
5) Penyakit akibat kerja
0% Ketua TimP2K3
(karyawan yang dapatpenyakit akibat kerja/ ∑karyawan pada bulanberjalan) x 100 %
Suatu penyakit yg diderita atau didapatoleh karyawan akibat dari hubungan kerja.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
d) Atau penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
6) Petugas mengalami kekerasan pasien jiwa
0% Ketua TimP2K3
( kejadian petugas mendapat prilaku kekerasanfisik pasien psikiatri / total karyawan pada bulan berjalan ) x 100%d)
Pengukuran persentasekejadian petugas mendapat perilaku kekerasan fisik pasien psikiatri yangterjadi selama melakukan pekerjaan.
Ketersediaan tim penanggulangan kesehatan jiwa akibat bencana
1 Tim Ketua TimP2K3
d)
7) Ketersediaan Jenis Pelayanan sesuai dengankriteria kelas RSJ
100 Manajerial a) Apabila Jenis Pelayananyang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 40% (25);
b) Apabila 40% <Jenis Pelayanan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 80% (50);
c) Apabila 80% <Jenis Pelayanan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 90% (75);
Jumlah Jenis Pelayanan RSJ yang ada dibandingkan dengan jumlah Jenis Pelayanan yang sesuaikriteria kelas RSJ
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
d) Apabila 90% <Jenis Pelayanan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ <100% (100);
8) Ketersediaan Sarana Prasarana sesuai dengankriteria kelas RSJ
100 Manajerial a) Apabila Sarana Prasarana yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 40% (25);
b) Apabila 40% <Sarana Prasarana yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 80% (50);
c) Apabila 80% <Sarana Prasarana yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 90% (75);
d) Apabila 90% <Sarana Prasarana yang ada telahsesuai dengan kriteria kelas RSJ <100% (100);
Persentase Jumlah Sarana Prasarana RSJ yang ada dibandingkandengan jumlah Sarana Prasarana yang sesuai kriteria kelasRSJ
Ketersediaan Peralatan sesuai dengankriteria kelas RSJ
100 Manajerial a) Apabila Peralatan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 40% (25);
b) Apabila 40% <Peralatan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas
Persentase Jumlah Peralatan RSJ yang ada dibandingkan dengan jumlah Peralatan yang sesuai kriteria kelasRSJ
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
RSJ < 80% (50);c) Apabila 80% <Peralatan
yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ < 90% (75);
b) Apabila 90% <Peralatan yang ada telah sesuai dengan kriteria kelas RSJ <100% (100);
Rekam Medik 1.Kelengkapanpengisianrekam medis <24 jam setelahpelayanan
2.Pengembalianrekam medikrawat inap <24 jam setelahpasien pulang
3.Kelengkapanpengisianresume medisdi rawat inapsetelah pasienpulang
4.Waktupenyediaan
100 %
100%
100%
100 %
Instalasi Rekam Medik
Instalasi Rekam Medik
DPJP
Instalasi Rekam Medik
Jumlah rekam medis terisi lengkap dibagijumlah rekam medis pada bulan berjalan x100 %.
Jumlah rekam medic rawat inap yang dikembalikan pengelola rekam medicdalam waktu ≤ 24 jam setelah pasien pulang
Jumlah resume medis yang terisi lengkap oleh DPJP dibagi dengan total resume medis pada bulan berjalan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
dokumen rekammedikpelayananrawat jalan ≤10 menit
5.Waktupenyediaandokumen rekammedikpelayananrawat inap ≤15 menit
100%Instalasi Rekam Medik
Waktu yang dibutuhkandari pasien mendaftarsampai keluar rekam medis di rawat jalan
Waktu yang dibutuhkansejak pasien dinyatakan indikasi rawat inap sampai proses administrasi selesai
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
BAB IV
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
A. Pencatatan
Pencatatan merupakan kegiatan pendataan layanan di RS
Jiwa. Semua hal yang berkaitan dengan standar indikator
mutu di RS Jiwa mulai dari konsep layanan, jenis layanan,
tujuan layanan, alur dan prosedur layanan, keselamatan
pasien (patient safety) dan K3, konsep, prinsip dan kriteria
indikator Mutu, jenis-jenis indikator mutu, pengukuran
indikator mutu, pelayanan IGD, pelayanan Rawat Inap ,
pelayanan rawat jalan, pelayanan farmasi, pelayanan
laboratorium, pelayanan rekam medik, pelayanan radiologi,
pelayanan gizi, pelayanan binatu (Laundry), pelayanan
ambulans, pelayanan pemularasan jenazah, pelayanan
keamanan (Security)
B. Pelaporan
Pelaporan layanan standar indikator mutu di RS
Jiwa merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
di dalam proses pelayanan kesehatan jiwa di RS Jiwa.
Kegiatan pelaporan dilakukan untuk memberikan data dan
informasi yang cepat, tepat dan akurat kepada pemangku
kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan, sesuai
dengan kondisi yang terjadi serta penentuan kebijakan
yang relevan. Didalam pelaksanaannya, pelaporan dilakukan
secara berkala dan berjenjang.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Sistem ini dimaksudkan agar didapat informasi yang
mutakhir yang selanjutnya dipergunakan dalam perencanaan
kebijakan, program maupun kegiatan pembinaan.
Pencatatan dan pelaporan kasus gangguan jiwa dibuat untuk
kepentingan internal (RSJ) dan eksternal (ke Dinkes atau
Kemenkes) sebagai dasar pembinaan.
Hal-hal yang perlu dilaporkan sesuai dengan data
pelayanan dan format yang dikeluarkan oleh dinas
kesehatan/Kemenkes.
1. Jenis Laporan
Pelaporan yang dilakukan oleh rumah sakit jiwa
berdasarkan pelayanan yang diberikan, sesuai dengan
ketentuan laporan untuk pelayanan rehabilitasi
psikososial yaitu Sistem Informasi Kesehatan Jiwa
(SIK Kesehatan jiwa) yang memuat segala hal berupa
laporan tentang :
a.Pelayanan Rawat Inap (lampiran form 1)
b.Data Morbiditas Pasien rawat Jalan RSU (lampiran
form 2)
c.Data Pemakaian Obat (lampiran form 3)
d.Napza (lampiran form 4)
e.Data Kegiatan Rujukan (lampiran form 5)
f.Ketenagaan (lampiran form 6)
g.Data Morbiditas Pasien rawat Inap RSU (lampiran
form 7)
h.Data Sarana Prasarana (lampiran form 8)
i.Sumber Dana (lampiran form 9)
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Rekam medik pasien gangguan jiwa di RSJ tetap mengacu
pada rekam medik utama RSJ dan tidak terpisah.
2. Mekanisme Pelaporan
a. Internal
Setiap pelayanan standar indikator mutu di RS Jiwa
melaporkan penyelenggaraan pelayanan standar
indikator mutuyang telah dilakukan setiap bulannya
kepada Direktur RS Jiwa
b. External
- Setiap RS Jiwa melaporkan penyelenggaraan pelayanan
standar indicator mutu setiap bulannya kepada PERSI
dan Dinas Kesehatan Provinsi.
- Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan hasil
penyelenggaraan pelayanan standar indicator mutu
per-triwulan kepada Dinas Kesehatan Kabupatan
Provinsi.
- Dinas Kesehatan Provinsi mengevaluasi dan melaporkan
penyelenggaraan pelayanan standar indicator
mutupertahun kepada Kementrian kesehatan melalui
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan cq.
Direktorat Bina Kesehatan Jiwa.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Upaya pembinaan dilakukan dalam rangka memberikan arahan
dan kebijakan terhadap Standar indikator mutu di RS Jiwa.
Bentuk pembinaan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan pelayanan
dengan memberikan :
- Pelatihan atau mengikutkan dalam pelatihan kesehatan
jiwa , kursus- kursus, seminar, workshop dan case
management
- Menempuh pendidikan formal seperti memberikan
kesempatan sekolah ke perguruan tinggi, spesialisasi.
Pengawasan adalah kegiatan memantau secara berkelanjutan
kegiatan standar indikator mutu di RS Jiwa sehingga dapat
diketahui setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Pembinaan dan pengawasan dalam kegiatan standar
indikator mutu di RS Jiwa dilakukan oleh :
a. Pemerintah Pusat cq Kementerian Kesehatan RI
Pemerintah Pusat melakukan pembinaan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi terkait standar indikator mutu di
RS Jiwa
b. Pemerintah Daerah Provinsi cq Dinas Kesehatan Provinsi
Pemerintah Daerah Provinsi bersama dengan Rumah Sakit
Jiwa Provinsi melakukan Pembinaan dan pengawasan
terkait standar indikator mutu di RS Jiwa
c. Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota cq Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota melakukan
Monitoring, dan pengawasan terkait standar indikator
mutu di RS Jiwa
BAB VI
PENUTUP
Peran Layanan Standar Indikator Mutu di RS Jiwa dalam
memberikan mutu layanan yang diakui dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. RS Jiwa dapat mengembangkan
indikator mutu sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang
didasarkan atas banyaknya masalah ataupun karena
kebutuhan masyarakat di lingkungannya.
Sebagai rumah sakit khusus, RS Jiwa terutama kelas A
diharapkan mengembangkan layanan sesuai dengan standar
indikator mutu RS.
Untuk kepentingan hal tersebut maka diperlukan Pedoman
Standar Indikator Mutu di RS Jiwa, dengan tujuan dapat
meningkatkan pengetahuan mutu pelayanan kesehatan jiwa
dengan mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa yang
komprehensif dan pada akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan RS Jiwa.
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
LAMPIRAN
Ketersediaan tim penanggulangan bencana
Judul Ketersediaan tim penanggulanagan bencana
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitasTujuan Kesiagaan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan penanggulangan bencana
Definisi Operasional Tim penanggulangan bencana adalah timyang dibentuk di rumah sakit dengan tujuan untuk penanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadi sewaktu - waktu
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulanPeriode Analisa Tiga bulan sekaliNumerator Jumlah Tim penanggulangan bencana
yang ada di rumah sakitDenominator Tidak ada
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Sumber Data Instalasi gawat daruratStandar satu timPenanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu
5. Waktu tanggap Pelayanan Dokter di GawatDarurat Judul Waktu tanggap Pelayanan Dokter di
Gawat DaruratDimensi Mutu Keselamatan dan efektifitasTujuan Terselenggaranya pelayanan yang
cepat, responsif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Operasional Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah Kecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter (menit)
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulanPeriode Analisa Tiga bulan sekaliNumerator Jumlah kumulatif waktu yang
diperlukan sejakkedatanagan semua pasien yang di sampling secara acak sampai dilayani dokter
Denominator Jumlah seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50)
Sumber Data SampleStandar ≤ 5 menit terlayani setelah pasien
datangPenanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu
6. Kepuasan Pelanggan pada Gawat DaruratJudul Kepuasan Pelanggan pada Gawat
DaruratDimensi Mutu KenyamananTujuan Terselenggaranya pelayanan gawat
darurat yang mampu memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang di berikan
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulanPeriode Analisa Tiga bulan sekali
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat Darurat yang di survey
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Daruratyang di survey (minimal n = 50)
Sumber Data SurveyStandar ≥ 70 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu
7. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat DaruratJudul Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat
DaruratDimensi Mutu Efektifitas dan KeselamatanTujuan Terselenggaranya pelayanan yang
efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Operasional Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode 24 jam sejak pasien datang
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulanPeriode Analisa Tiga bulanNumerator Jumlah pasien yang meninggal dalam
periode ≤ 24 jam sejak pasien datang
Denominator Jumlah seluruh yang ditangani di Gawat Darurat
Sumber Data Rekam MedikStandar ≤ 2 perseribuPenanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat
8. Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam (khusus untuk rumah sakit dengan pelayanan jiwa)
Judul Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan KeselamatanTujuan Terselenggaranya pelayanan yang
efektif dan mampu menenangkan dan menyelamatkan pasien jiwa dalam pelayanan gawat darurat kesehatan jiwa
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Definisi Operasional Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan gangguan jiwa yang dengan intervensi medis tidaklagi menunjukkan gejala dan tanda agresif yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain sebagai akibat gangguan jiwa yang diderita.
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulanPeriode Analisa Tiga bulanNumerator Jumlah pasien gangguan jiwa yang
dapat ditenangkanDenominator Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa
yang menunjukkan gejala dan tanda agresif yang ditangani di Gawat Darurat
Sumber Data Rekam MedikStandar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi Gawat Darurat
9. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang mukaJudul Tidak adanya keharusan untuk
membayar uang mukaDimensi Mutu Akses dan KeselamatanTujuan Terselenggaranya pelayanan yang
mudah diakses dan mampu segera memberikan pertolongan pada pasiengawat darurat
Definisi Operasional Uang muka adalah uang yang diserahkan kepada pihak rumah sakit sebagai jaminan terhadap pertolongan medis yang akan diberikan
Frekuensi Pengumpulan Data Tiga bulanPeriode Analisa Tiga bulanNumerator Jumlah pasien gawat darurat yang
tidak membayar uang mukaDenominator Jumlah seluruh pasien yang datang
di Gawat DaruratSumber Data SurveiStandar 100 %Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Pengumpulan data2. Pelayanan Rawat Jalan
1.Pemberi pelayanan di klinik spesialis
Judul Ketersediaan pelayanan rawat jalanDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat
jalan spesialistik yang minimal harus ada di rumah sakit
Definisi Operasional Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistikyang dilaksanakan di rumah sakit. Ketersediaan pelayanan rawat jalanuntuk rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi dari rumah sakit tsb.
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jenis – jenis pelayanan rawat
jalan spesialistik yang ada (kualitatif)
Denominator Tidak adaSumber Data Register rawat jalanStandar Minimal kesehatan anak, penyakit
dalam, kebidanan dan bedahPenanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan
Judul Pemberi pelayanan di klinik spesialis
Dimensi Mutu Kompetensi tehnisTujuan Tersedianya pelayanan klinik oleh
tenaga spesialis yang kompetenDefinisi Operasional Klinik spesialis adalah klinik
pelayanan rawat jalan di rumah sakit yang dilayani oleh dokter spesialis (untuk rumah sakit pendidikan dapat dilayani oleh dokter PPDS sesuai dengan specialprivilege yang diberikan)
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Periode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah hari buka klinik spesialis
yang ditangani oleh dokter spesialis dalam waktu satu bulan
Denominator Jumlah seluruh hari buka klinik spesialis dalam waktu satu bulan
Sumber Data Register rawat jalan poliklinik spesialis
Standar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan
Ketersediaan pelayanan rawat jalan di rumah sakit jiwaJudul Ketersediaan pelayanan rawat jalan
di rumah sakit jiwaDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat
jalan yang minimal harus ada di rumah sakit jiwa
Definisi Operasional Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang dilaksanakan di rumah sakit.
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jenis – jenis pelayanan rawat jalan
spesialistik yang ada (kualitatif)Denominator Tidak adaSumber Data Register rawat jalanStandar Minimal
a. NAPZAb. Gangguan Psikotikc. Gangguan Neurotikd. Gangguan Organik
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan
4. Buka pelayanan sesuai ketentuanJudul Buka pelayanan sesuai ketentuanDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
jalan spesialistik pada hari kerja di rumah sakit
Definisi Operasional Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan rawat jalan oleh tenaga spesialis jam buka 08.00 s.d. 13.00 setiap hari kerja kecuali jum’at
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah pelayanan rawat jalan
spesialistik yang buka sesuai ketentuan dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan rawatjalan spesialistik dalamsatu bulan
Sumber Data Register rawat jalanStandar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan
5. Waktu tunggu di Rawat JalanJudul Waktu tunggu di Rawat JalanDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya pelayanan rawat jalan
spesialistik pada hari kerja di setiap rumah sakit yang mudah dan cepat diakses oleh pasien
Definisi Operasional Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu tunggu
pasien rawat jalan yang disurveyDenominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan
yang disurveySumber Data Survey Pasien rawat jalanStandar ≤ 60 menitPenanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan/komite mutu/tim mutu
6. Kepuasan Pelanggan pada Rawat JalanJudul Kepuasan Pelanggan pada Rawat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
JalanDimensi Mutu KenyamananTujuan Terselenggaranya pelayanan rawat
jalan yang mampu memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
FrekuensiPengumpulanData
Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekaliNumerator Jumlah kumulatif rerata penilaian
kepuasan pasien rawat jalan yang disurvey
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalanyang disurvey (minimal n = 50)
Sumber Data SurveyStandar ≥ 90 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan /timmutu/panitia mutu
7. Pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTSJudul Pasien rawat jalan tuberkulosis
yang ditangani dengan strategi DOTS
Dimensi Mutu Akses, efisiensiTujuan Terselenggaranya pelayanan rawat
jalan bagi pasein tuberkulosis dengan strategi DOTS
Definisi Operasional Pelayanan rawat jalan tuberkulosisdengan strategi DOTS adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatanpasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar penanggulanagn
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan nasional
Frekuensi Pengumpulan Data Tiap tiga bulanPeriode Analisa Tiap tiga bulanNumerator Jumlah semua pasien rawat jalan
tuberculosis yang ditangani denganstrategi DOTS
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani di rumah sakit dalam waktu tiga bulan
Sumber Data Register rawat jalan, register TB 03 UPK
Standar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat jalan
III. PELAYANAN RAWAT INAP 1. Pemberi pelayanan rawat inap
Judul Pemberi pelayanan rawat inapDimensi Mutu Kompetensi tehnisTujuan Tersedianya pelayanan rawat inap
oleh tenaga yang kompetenDefinisi Operasional Pemberi pelayanan rawat inap
adalah dokter dan tenaga perawat yang kompeten (minimal D3)
Frekuensi Pengumpulan Data 6 bulanPeriode Analisa 6 bulanNumerator Jumlah tenaga dokter dan perawat
yang memberi pelayanan diruang rawat inap yang sesuai dengan ketentuan
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang bertugas di rawat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
inapSumber Data KepegawaianStandar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap
2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inapJudul Dokter penanggung jawab pasien
rawat inapDimensi Mutu Kompetensi tehnis, kesinambungan
pelayananTujuan Tersedianya pelayanan rawat inap
yang terkoordinasi untuk menjamin kesinambungan pelayanan
Definisi Operasional Penanggung jawab rawat inap adalahdokter yang mengkoordinasikan kegiatan pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan pasien
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah pasien dalam satu bulan
yang mempunyai dokter sebagai penanggung jawab
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan
Sumber Data Rekam medikStandar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap
3. Ketersediaan pelayanan rawat inapJudul Ketersediaan pelayanan rawat inapDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat
inap yang minimal harus ada di rumah sakit
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit yang diberikan tirah baringdi rumah sakit. Untuk rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb.
Frekuensi Pengumpulan Data 3 bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Periode Analisa 3 bulanNumerator Jenis – jenis pelayanan rawat inap
spesialistik yang ada (kualitatif)Denominator Tidak adaSumber Data Register rawat inapStandar Minimal kesehatan anak, penyakit
dalam, kebidanan dan bedah (kecuali rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb)
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap
4. Jam visite dokter spesialisJudul Jam visite dokter spesialisDimensi Mutu Akses, kesinambungan pelayananTujuan Tergambarnya kepedulian tenaga
medis terhadap ketepatan waktu pemberian pelayanan
Definisi Operasional Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiaphari kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggungjawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00
FrekuensiPengumpulanData
tiap bulan
Periode Analisa Tiap tiga bulanNumerator Jumlah visite dokter spesialis
antara jam 08.00 sampai dengan 14.00 yang disurvey
Denominator Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang disurvey
Sumber Data SurveyStandar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap/Komite medik/Panitia mutu
5. Kejadian infeksi pasca operasiJudul Kejadian infeksi pasca operasi
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Dimensi Mutu Keselamatan, kenyamananTujuan Tergambarnya pelaksanaan operasi
dan perawatan pasca operasi yang bersih sesuai standar
Definisi Operasional Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit yang ditandai olehrasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktulebih dari 3 x 24 jam
Frekuensi Pengumpulan Data tiap bulanPeriode Analisa tiap bulanNumerator Jumlah pasien yang mengalami
infeksi pasca operasi dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dalam satu bulan
Sumber Data Rekam medisStandar ≤ 1,5 %Penanggung jawabPengumpulan data
Ketua komite medik/komite mutu/tim mutu
6. Angka kejadian infeksi nosokomialJudul Angka kejadian infeksi nosokomialDimensi Mutu Keselamatan pasienTujuan Mengetahui hasil pengendalian
infeksi nosokomial rumah sakitDefinisi Operasional Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang dialamioleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit yang meliputi dekubitus, phlebitis, sepsis, dan infeksi luka operasi
FrekuensiPengumpulanData
tiap bulan
Periode Analisa tiap tiga bulanNumerator Jumlah pasien rawat inap yang
terkena infeksi nosokomial dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien rawat inap dalam
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
satu bulanSumber Data Survei, laporan infeksi nosokomialStandar ≤ 1,5 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala instalasi rawat inap/komitemedik/panitia mutu
7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematianJudul Tidak adanya kejadian pasien
jatuh yang berakibat kecacatan/kematian
Dimensi Mutu Keselamatan pasienTujuan Tergambarnya pelayanan
keperawatan yang aman bagi pasienDefinisi Operasional Kejadian pasien jatuh adalah
kejadian pasien jatuh selama dirawat baik akibat jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang berakibat kecacatan atau kematian
FrekuensiPengumpulanData
tiap bulan
Periode Analisa tiap bulanNumerator Jumlah pasien dirawat dalam bulan
tersebut dikurangi jumlah pasien yang jatuh dan berakibat kecacatan atau kematian
Denominator Jumlah pasien dirawat dalam bulantersebut
Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien
Standar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala instalasi rawat inap
8. Kematian Pasien > 48 JamJudul Kematian Pasien > 48 JamDimensi Mutu Keselamatan dan EfektifitasTujuan Tergambarnya pelayanan pasien
rawat inap di rumah sakit yang aman dan efektif
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Definisi Operasional Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 1 bulanNumerator Jumlah kejadian kematian pasien
rawat inap > 48 jam dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan
Sumber Data Rekam MedisStandar ≤ 0,24 % ≤ 2,4/1000
(internasional) (NDR ≤ 25/1000, Indonesia)
Penanggung jawabPengumpulan data
Ketua komite mutu/tim mutu
9. Kejadian pulang paksaJudul Kejadian pulang paksaDimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan
pelayananTujuan Tergambarnya penilain pasien
terhadap efektifitas pelayanan rumah sakit
Definisi Operasional Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah pasien pulang paksa dalam
satu bulanDenominator Jumlah seluruh pasien yang
dirawat dalam satu bulanSumber Data Rekam MedisStandar ≤ 5 %Penanggung jawabPengumpulan data
Ketua komite mutu/tim mutu
10. Kepuasan Pelanggan Rawat Inap
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Judul Kepuasan Pelanggan Rawat InapDimensi Mutu KenyamananTujuan Terselenggaranya persepsi
pelanggan terhadap mutu pelayananrawat inap
Definisi Operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rawat inap
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan pasien yang disurvey (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei(n minimal 50)
Sumber Data SurveiStandar ≥ 90 %Penanggung jawabPengumpulan data
Ketua komite mutu/tim mutu
11. Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTSJudul Pasien rawat Inap tuberkulosis yang
ditangani dengan strategi DOTSDimensi Mutu Akses, efisiensiTujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap
bagi pasein tuberkulosis dengan strategi DOTS
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap tuberkulosisdengan strategi DOTS adalah pelayanantuberculosis dengan 5 strategipenanggulangan tuberculosis nasional.Penegakan diagnosis dan follow uppengobatan pasien tuberculosis harusmelalui pemeriksaan mikroskopistuberculosis, pengobatan harusmenggunakan paduan obat antituberculosis yang sesuai denganstandar penanggulanagn tuberculosisnasional, dan semua pasien yangtuberculosis yang diobati dievaluasisecara kohort sesuai denganpenanggulangan nasional
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Frekuensi Pengumpulan Data Tiap tiga bulanPeriode Analisa Tiap tiga bulanNumerator Jumlah semua pasien rawat inap
tuberculosis yang ditangani dengan strategi DOTS
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap tuberculosis yang ditangani di rumah sakit dalam waktu tiga bulan
Sumber Data Register rawat inap, register TB 03 UPK
Standar 100 %Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap
12. Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwaJudul Ketersediaan pelayanan rawat di rumah
sakit yang memberikan pelayanan jiwaDimensi Mutu AksesTujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat inap
yang minimal harus ada di rumah sakit jiwa
Definisi Operasional Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit jiwa yang diberikan kepadapasien tidak gaduh gelisah tetapi memerlukan penyembuhan aspek psiko patologis.
Frekuensi Pengumpulan Data 3 bulanPeriode Analisa 3 bulanNumerator Jenis – jenis pelayanan rawat inap
rumah sakit jiwaDenominator Tidak adaSumber Data Register rawat inapStandar Minimal
a. NAPZAb. Gangguan Psikotikc. Gangguan Neurotikd. Gangguan Organik
Penanggung jawabPengumpulan data
Kepala Instalasi rawat inap
13. Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa karena bunuhdiriJudul Tidak adanya Kematian Pasien
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
gangguan jiwa karena bunuh diriDimensi Mutu KeselamatanTujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat
inap di rumah sakit jiwa yang aman dan efektif
Definisi Operasional Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah kematian yang terjadi pada pasien gangguan jiwa karena perawatan rawat inap yang tidak baik
FrekuensiPengumpulanData
1 bulan
Periode Analisa 1 bulan jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan dikurangi jumlah kejadian kematian pasien gangguan jiwa bunuh diri dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluru pasien yang dirawat dalam satu bulan
Sumber Data Rekam medisStandar 100 %Penanggung jawab Komite medik/mutu
14. Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembalidalam perawatan dalam waktu ≤ 1 bulan
Judul Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan dalam waktu ≤ 1 bulan
Dimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi tehnisTujuan Tergambarnya pelayanan pasien
rawat inap di rumah sakit jiwa yang efektif
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Definisi Operasional Lamanya waktu pasien gangguan jiwayang sudah dipulangkan tidak kembali keperawatan di rumah sakitjiwa
Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 6 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien gangguan
yang dipulangkan dalam 1 bulan dikurangi jumlah kejadian pasien gangguan jiwa yang kembali dirawatdalam waktu ≤ 1 bulan
Denominator Jumlah seluru pasien yang gangguanjiwa yang dipulangkan dalam 1 bulan
Sumber Data Rekam medisStandar 100 %Penanggung jawab Komite medik/mutu
15. Lama hari perawatan pasien gangguan jiwaJudul Lama hari perawatan pasien gangguan
jiwaDimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi teknisTujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat
inap di rumah sakit jiwa yang efektifDefinisi Operasional Lamanya waktu perawatan pasien
gangguan jiwa di rumah sakit jiwaFrekuensi Pengumpulan Data 1 bulanPeriode Analisa 6 bulanNumerator Jumlah rerata perawtan pasien
gangguan jiwa 6 mingguDenominator Tidak adaSumber Data Rekam medisStandar ≤ 6 mingguPenanggung jawab Komite medik/mutu
VII. RADIOLOGI
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
Judul Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi
Definisi operasional Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang waktu mulai pasien di foto sampai denganmenerima hasil yang sudah diekspertisi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu tunggu
hasil pelayanan thorax foto dalam satu bulan.
Denominator Jumlah pasien yang difoto thorax dalam bulan tersebut.
Sumber data rekam medisStandar < 3%Penanggung jawab Kepala instalasi radiologI
2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaanJudul Pelaksana ekspertisi hasil
pemeriksaanDimensi mutu Kompetensi tehnisTujuan Pembacaan dan verifikasi hasil
pemeriksaan rontgen dilakukan olehtenaga ahli untuk memastikan ketepatan diagnosis
Definisi operasional Pelaksana ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis Radiologi yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan foto rontgen/ hasil pemeriksaan radiologi. Buktipembacaan dan verifikasi adalah dicantumkannya tanda tangan dokterspesialis radiologi pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan kepada dokter yang meminta.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Numerator Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter spesialis radiologi dalam 1 bulan.
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto rontgen dalam 1 bulan.
Sumber data Register di Instalasi RadiologiStandar 100 %Penanggung jawab Kepala instalasi radiologI
3. Kejadian kegagalan pelayanan rontgenJudul Kejadian kegagalan pelayanan rontgenDimensi mutu Efektifitas dan efisiensiTujuan Tergambarnya efektifitas dan
efisiensi pelayanan rontgenDefinisi operasional Kegagalan pelayanan rontgen adalah
kerusakan foto yang tidak dapat dibaca
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah foto rusak yang tidak dapat
dibaca dalam 1 bulanDenominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto
dalam 1 bulanSumber data Register radiologyStandar < 2 %Penanggung jawab Kepala instalasi Radiologi
4. Kepuasan pelangganJudul Kepuasan pelangganDimensi mutu KenyamananTujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan radiologiDefinisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan radiology
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pasien yang disurvei yang
menyatakan puasDenominator Jumlah total pasien yang disurvei
(n minial 50)
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Sumber data SurveiStandar > 80 %Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
VIII. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK 1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Judul Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium
Definisi operasional Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sample sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu tunggu
hasil pelayanan laboratorium pasien yang disurvey dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium yang disurvey dalam bulan tersebut.
Sumber data SurveyStandar <140 menit (manual)Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratoriumJudul Pelaksana ekspertisi hasil
pemeriksaan laboratoriumDimensi mutu Kompetensi teknisTujuan Pembacaan dan verifikasi hasil
pemeriksaan laboratorium dilakukanoleh tenaga ahli untuk memastikan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
ketepatan diagnosis.Definisi operasional Pelaksana ekspertisi laboratorium
adalah dokter spesialis patologi klinik yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan hasil pemeriksaan laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi adalah adanyatandatangan pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada dokter yang meminta.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah hasil lab. yang
diverifikasi hasilnya oleh dokter spesialis patologi klinik dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan
Sumber data Register di instalasi laboratoriumStandar 100%Penanggung jawab Kepala instalasi laboratorium
3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratoriumJudul Tidak adanya kesalahan penyerahan
hasil pemeriksaan laboratoriumDimensi mutu KeselamatanTujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan
laboratoriumDefinisi operasional Kesalahan penyerahan hasil
laboratorium adalah penyerahan hasil laboratorium pada salah orang.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien yang
diperiksa laboratorium dalam satubulan dikurangi jumlah penyerahanhasil laboratorium salah orang dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam bulan tersebut
Sumber data Rekam medisStandar 100%
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
4. Kepuasan pelangganJudul Kepuasan pelangganDimensi mutu KenyamananTujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan laboratoriumDefinisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan laboratorium.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei(n minial 50)
Sumber data SurveiStandar > 80 %Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
IX. REHABILITASI MEDIK 1. Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan.
Judul Kejadian drop out pasien terhadappelayanan rehabilitasi yang direncanakan.
Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sesuai yang direncanakan
Definisi operasional Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan adalah pasien tidak bersedia meneruskan program rehabilitasi yang direncanakan.
Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 6 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien yang drop
out dalam 3 bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Denominator Jumlah seluruh pasien yang di program rehabilitasi medik dalam 3 bulan
Sumber data Rekam medisStandar < 50%Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitasi
Medik
2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik
Judul Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamananTujuan Tergambarnya kejadian kesalahan
klinis dalam rehabilitasi medikDefinisi operasional Kesalahan tindakan rehabilitasi
medik adalah memberikan atau tidak memberikan tindakan rehabilitasi medik yang diperlukan yang tidak sesuai dengan rencana asuhan dan/atau tidak sesuai dengan pedoman/standar pelayanan rehabilitasi medik.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien yang
deprogram rehabilitasi medik dalam 1 bulan dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan tindakan rehabilitasi medik dalam1 bulan.
Denominator Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medik dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medisStandar 100 %Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas
Medik
3. Kepuasan PelangganJudul Kepuasan pelangganDimensi mutu KenyamananTujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
terhadap pelayanan rehabilitasi medik
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rehabilitas medik.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei(n minial 50)
Sumber data SurveiStandar >80 %Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas
Medik
1.b. Waktu tunggu pelayanan obat racikanJudul Waktu tunggu pelayanan obat
racikanDimensi mutu Efektifitas, kesinambungan
pelayanan, efisiensiTujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan
farmasiDefinisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat
racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu tunggu
pelayanan obat racikan pasien yang disurvey dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalambulan tersebut.
Sumber data SurveyStandar <60 %Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Judul Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamananTujuan Tergambarnya kejadian kesalahan
dalam pemberian obatDefinisi operasional Kesalahan pemberian obat meliputi
:1. Salah dalam memberikan jenis obat2. Salah dalam memberikan dosis3. Salah orang4. Salah jumlah
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien instalasi
farmasi yang disurvey dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat
Denominator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey
Sumber data SurveyStandar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
3. Kepuasan PelangganJudul Kepuasan pelangganDimensi mutu KenyamananTujuan Tergambarnya persepsi pelanggan
terhadap pelayanan farmasiDefinisi operasional Kepuasan pelanggan adalah
pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif hasil penilaian
kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam prosen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei(n minimal 50)
Sumber data SurveyStandar >80%Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
4. Penulisan resep sesuai formulariumJudul Penulisan resep sesuai
formulariumDimensi mutu EfisiensiTujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan
obat kepada pasienDefinisi operasional Formularium obat adalah daftar
obat yang digunakan di rumah sakit.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah resep yang diambil sebagai
sample yang sesuai formularium dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh resep yang diambilsebagai sampel dalam satu bulan (n minimal 50)
Sumber data SurveyStandar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi
XI. Gizi 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
Judul Ketepatan waktu pemberian makanankepada pasien
Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamananTujuan Tergambarnya efektifitas
pelayanan instalasi giziDefinisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan
kepada pasien adalah ketepatan penyediaan makanan, pada pasien sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pasien rawat inap yang
disurvei yang mendapat makanan tepat waktu dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei
Sumber data SurveyStandar >90%Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Instalasi Rawat Inap
2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasienJudul Sisa makanan yang tidak termakan
oleh pasienDimensi mutu Efektifitas dan efisienTujuan Tergambarnya efektifitas dan
efisiensi pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makananyang tersisa yang tidak dimakan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah sakit)
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif porsi sisa
makanan dari pasien yang disurveyDenominator Jumlah pasien yang disurvey dalam
satu bulanSumber data SurveyStandar >20%Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala
Instalasi Rawat Inap
3. Tidak adanya kesalahan dalam pemberian dietJudul Tidak adanya kesalahan dalam
pemberian dietDimensi mutu Keamanan, efisienTujuan Tergambarnya kesalahan dan
efisiensi pelayanan instalasi gizi
Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam memberikanjenis diet.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pemberian makanan yang
disurvey dikurangi jumlah pemberian makanan yang salah diet.
Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalamsatu bulan
Sumber data Survey
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Standar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala
Instalasi Rawat Inap
XIII. PELAYANAN GAKIN 1. Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayananJudul Pelayanan terhadap pasien GAKIN
yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan
Dimensi mutu AksesTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap masyarakat miskinDefinisi operasional Pasien Keluarga Miskin (GAKIN)
adalah pasien pemegang kartu askeskin
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pasien GAKIN yang dilayani
rumah sakit dalam satu bulanDenominator Jumlah seluruh pasien GAKIN yang
datang ke rumah sakit dalam satu bulan.
Sumber data Register pasienStandar 100%Penanggung jawab Direktur Rumah Sakit
XIV. REKAM MEDIK 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayananJudul Kelengkapan pengisian rekam medik
24 jam setelah selesai pelayananDimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan
keselamatanTujuan Tergambarnya tanggung jawab
dokter dalam kelengkapan informasi rekam medik.
Definisi operasional Rekam medik yang lengkap adalah, rekam medik yang telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu <24 jam setelah selesai pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan untuk pulang, yang meliputi identitas
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
pasien, anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak lanjut dan resume
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah rekam medik yang disurvey
dalam 1 bulan yang diisi lengkapDenominator Jumlah rekam medik yang disurvey
dalam 1 bulan.Sumber data SurveyStandar 100%Penanggung jawab Kepala instalasi rekam
medik/wadir pelayanan medik.
2. Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelasJudul Kelengkapan informed concent
setelah mendapatkan informasi yangjelas
Dimensi mutu KeselamatanTujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter
untuk memberikan kepada pasien danmendapat persetujuan dari pasien akan tindakan medik yang dilakukan.
Definisi operasional Informed concent adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarga pasien atas dasar penjelasan mengenai tindakan medikyang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pasien yang mendapat
tindakan medik yang disurvey yang mendapat informasi lengkap sebelummemberikan persetujuan tindakan medik dalam 1 bulan.
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey dalam1 bulan
Sumber data SurveyStandar 100%
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medik3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalanJudul Waktu penyediaan dokumen rekam
medik pelayanan rawat jalanDimensi mutu Efektifitas, kenyamanan, efisiensiTujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan
pendaftaran rawat jalanDefinisi operasional Dokumen rekam medis rawat jalan
adalah dokumen rekam medis pasien baru atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat jalan. Waktu penyediaan dokumen rekam medik mulai dari pasien mendaftar sampai rekam medis disediakan/ditemukan oleh petugas.
Frekuensi pengumpulan data tiap bulanPeriode analisis Tiap 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan
rekam medis sampel rawat jalan yang diamati
Denominator Total sampel penyediaan rekam medis yang diamati (N tidak kurangdari 100).
Sumber data Hasil survei pengamatan diruang pendaftaran rawat jalan untuk pasien baru/diruang rekam medis untuk pasien lama.
Standar Rerata < 10 menitPenanggung jawab Kepala instalasi rekam medis
4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inapJudul Waktu penyediaan dokumen rekam
medik pelayanan rawat inapDimensi mutu Efektifitas, kenyamanan,
efisiensiTujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan
rekam medik rawat inapDefinisi operasional Dokumen rekam medis rawat inap
adalah dokumen rekam medis pasienbaru atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat inap. Waktu penyediaan dokumen
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
rekam medik pelayanan rawat inap adalah waktu mulai pasien diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai rekam medik rawat inap tersedia di bangsal pasien.
Frekuensi pengumpulan data tiap bulanPeriode analisis Tiap 3 bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan
rekam medis sampel rawat inap yang diamati
Denominator Total sampel penyediaan rekam medis rawat inap yang diamati
Sumber data Hasil survei pengamatan diruang pendaftaran rawat jalan
Standar Rerata < 15 menitPenanggung jawab Kepala instalasi rekam medis
XV. PENGOLAHAN LIMBAH 1. Baku mutu limbah cair
Judul Baku mutu limbah cairDimensi mutu KeselamatanTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap keamanan limbah cair rumah sakit
Definisi operasional Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman bagi kesehatan, yang merupakan ambang batas yang ditolerir dan diukur dengan indikator :BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/literCOD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/literTSS (Total Suspended Solid) 30 mg/literPH : 6-9
Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Hasil laboratorium pemeriksaan
limbah cair rumah sakit yang sesuai dengan baku mutu.
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan limbah
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
cair.Sumber data Hasil pemeriksaanStandar 100%Penanggung jawab Kepala IPRS
2. Pengolahan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturanJudul Pengolahan limbah padat berbahaya
sesuai dengan aturanDimensi mutu KeselamatanTujuan Tergambarnya mutu penanganan
limbah padat infeksius di rumah sakit
Definisi operasional Limbah padat berbahaya adalah sampah pada akibat proses pelayanan yang mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang dapat menularkan penyakit dan/atau dapat mencederai, antara lain :1. Sisa jarum suntik2. Sisa ampul3. Kasa bekas4. Sisa jaringanPengolahan limbah padat berbahaya harus dikelola sesuai dengan aturan dan pedoman yang berlaku
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah limbah padat yang dikelola
sesuai dengan standar prosedur operasional yang diamati
Denominator Jumlah total proses pengolahan limbah padat yang diamati
Sumber data Hasil pengamatanStandar 100%Penanggung jawab Kepala IPRS / Kepala K3 RS
XVI. Administrasi dan Manajemen 1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi
Judul Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi
Dimensi mutu EfektivitasTujuan Tergambarnya kepedulian direksi
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
terhadap upaya perbaikan pelayanan di rumah sakit
Definisi operasional Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi adalah pelaksanaan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peserta pertemuan terhadap kesepakatan atau keputusan yang telah diambildalam pertemuan tersebut sesuai dengan permasalahan pada bidang masing-masing
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Hasil keputusan pertemuan direksi
yang ditindaklanjuti dalam satu bulan
Denominator Total hasil keputusan yang harus ditindaklanjuti dalam satu bulan
Sumber data Notulen rapatStandar 100%Penanggung jawab Direktur rumah sakit
2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerjaJudul Kelengkapan laporan akuntabilitas
kinerjaDimensi mutu Efektivitas, efisiensiTujuan Tergambarnya kepedulian
administrasi rumah sakit dalam menunjukkan akuntabilitas kinerjapelayanan.
Definisi operasional Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban rumah sakit untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalammencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik. Laporan akuntabilitas kinerja yang lengkap adalah laporan kinerja yang memuat pencapaian indikator-indikator yang ada pada SPM (Standar Pelayanan Minimal), indikator-
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
indikator kinerja pada rencana strategik bisnis rumah sakit dan indikator-indikator kinerja yang lain yang dipersyaratkan oleh pemerintah daerah.Laporan akuntabilitas kinerja minimal 3 bulan sekali.
Frekuensi pengumpulan data 1 tahunPeriode analisis 3 tahunNumerator Laporan akuntabilitas kinerja
yang lengkap dan dilakukan minimal 3 bulan dalam satu tahun
Denominator Jumlah laporan akuntabilitas yangseharusnya disusun dalam satu tahun
Sumber data Bagian Tata UsahaStandar 100%Penanggung jawab Direktur
3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkatJudul Ketepatan waktu pengusulan
kenaikan pangkatDimensi mutu Efektivitas, efisiensi,
kenyamananTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap tingkat kesejahteraan pegawai.
Definisi operasional Usulan kenaikan pangkat pegawai dilakukan dua periode dalam satu tahun yaitu bulan April dan Oktober
Frekuensi pengumpulan data 1 tahunPeriode analisis 1 tahunNumerator Jumlah pegawai yang diusulkan
tepat waktu sesuai periode kenaikan pangkat dalam satu tahun.
Denominator Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat dalam satu tahun.
Sumber data Sub bagian kepegawaianStandar 100%Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
4. Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkalaJudul Ketepatan waktu pengurusan
kenaikan gaji berkalaDimensi mutu Efektivitas, kenyamananTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap kesejahteraan pegawai
Definisi operasional Usulan kenaikan berkala adalah kenaikan gaji secara periodik sesuai peraturan kepegawaian yangberlaku (UU No. 8/1974, UU No. 43/1999)
Frekuensi pengumpulan data Satu tahunPeriode analisis Satu tahunNumerator Jumlah pegawai yang diusulkan
tepat waktu sesuai periode kenaikan pangkat dalam satu tahun.
Denominator Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat dalam satu tahun.
Sumber data Sub bagian kepegawaianStandar 100%Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha
5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam pertahunJudul Karyawan yang mendapat
pelatihan minimal 20 jam pertahun
Dimensi mutu Kompetensi teknisTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap kualitas sumberdaya manusia
Definisi operasional Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi karyawan yang dilakukan baik dirumah sakit ataupun di luar rumah sakit yang bukan merupakan pendidikan formal. Minimal perkaryawan 20 jam per tahun.
Frekuensi pengumpulan data Satu tahun
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Periode analisis Satu tahunNumerator Jumlah karyawan yang mendapat
pelatihan minimal 20 jam per tahun
Denominator Jumlah seluruh karyawan di rumah sakit
Sumber data Sub bagian kepegawaianStandar >60%Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha
6. Cost Recovery
Judul Cost recoveryDimensi mutu Efisiensi, efektivitasTujuan Tergambarnya tingkat kesehatan
keuangan di rumah sakitDefinisi operasional Cost recovery adalah jumlah
pendapatan fungsional dalam periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam periode waktu tertentu.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah pendapatan fungsional
dalam satu bulanDenominator Jumlah pembelanjaan operasional
dalam satu bulanSumber data Sub bagian kepegawaianStandar >40%Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan
7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
Judul Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
Dimensi mutu EfektivitasTujuan Tergambarnya disiplin pengelolaan
keuangan rumah sakitDefinisi operasional Laporan keuangan meliputi
realisasi anggaran dan arus kasLaporan keuangan harus
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap bulan berikutnya
Frekuensi pengumpulan data Tiga bulanPeriode analisis Tiga bulanNumerator Jumlah laporan keuangan yang
diselesaikan sebelum tanggal setiap bulan berikutnya dalam tiga bulan
Denominator Jumlah laporan keuangan yang harus diselesaikan dalam tiga bulan
Sumber data Sub bagian kepegawaianStandar 100%Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan
8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inapJudul Kecepatan waktu pemberian
informasi tentang tagihan pasien rawat inap
Dimensi mutu Efektivitas, kenyamananTujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan
informasi pembayaran pasien rawatinap
Definisi operasional Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan pelayanan yang telah diberikan.Kecepatan waktu pemberian informasi tagihan pasien rawat inap adalah waktu mulai pasien dinyatakan boleh pulang oleh dokter sampai dengan informasi tagihan diterima oleh pasien.
Frekuensi pengumpulan data Tiap bulanPeriode analisis Tiap tiga bulanNumerator Jumlah kumulatif waktu pemberian
informasi tagihan pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan
Denominator Jumlah total pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan
Sumber data Hasil pengamatanStandar < 2 jamPenanggung jawab Bagian Keuangan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktuJudul Ketepatan waktu pemberian imbalan
(insentif) sesuai kesepakatan waktu
Dimensi mutu Efektivitas,Tujuan Tergambarnya kinerja manajemen
dalam memperhatikan kesejahteraankaryawan.
Definisi operasional Insentif adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang dicapai dalamsatu bulan.
Frekuensi pengumpulan data Tiap 6 bulanPeriode analisis Tiap 6 bulanNumerator Jumlah bulan dengan kelambatan
pemberian insentifDenominator 6Sumber data Catatan di bagian keuanganStandar 100%Penanggung jawab Bagian Keuangan
XVII. AMBULANCE/KERETA JENAZAH 1. Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah’
Judul Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah
Dimensi mutu AksesTujuan Tersedianya pelayanan
ambulance/kereta jenazah yang dapat diakses setiap waktu oleh pasien/keluarga pasien yang membutuhkan.
Definisi operasional Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah adalah ketersediaan waktu
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
penyediaan ambulance/kereta jenazah untuk memenuhi kebutuhan pasien/keluarga pasien
Frekuensi pengumpulan data Setiap bulanPeriode analisis Tiga bulan sekaliNumerator Total waktu buka (dalam jam)
pelayanan ambulance dalam satu bulan
Denominator Jumlah hari dalam bulan tersebutSumber data Instalasi gawat daruratStandar 24 jamPenanggung jawab Penanggungjawab ambulance/kereta
jenazah
2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakitJudul Kecepatan memberikan pelayanan
ambulance/kereta jenazah di rumahsakit
Dimensi mutu Kenyamanan, keselamatanTujuan Tergambarnya ketanggapan rumah
sakit dalam menyediakan kebutuhanpasien akan ambulance/kereta jenazah
Definisi operasional Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah adalah waktu yang dibutuhkan mulai permintaan ambulance/kereta jenazah diajukan oleh pasien/keluarga pasien di rumah sakit sampai tersedianya ambulance/kereta jenazah. Maksimal 30 menit
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah penyediaan
ambulance/kereta jenazah yang tepat waktu dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh permintaan ambulance/kereta jenazah dalam satu bulan
Sumber data Catatan penggunaan ambulance/kereta jenazah
Standar 100%
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Penanggung jawab Penanggungjawab ambulance/kereta jenazah
XVIII. PEMULASARAAN JENAZAH 1. Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah
Judul Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah
Dimensi mutu KenyamananTujuan Tergambarnya kepedulian rumah
sakit terhadap kebutuhan pasien akan pemulasaraan jenazah.
Definisi operasional Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah adalah waktuyang dibutuhkan mulai pasien dinyatakan meninggal sampai dengan jenazah mulai ditangani oleh petugas.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Total kumulatif waktu pelayanan
pemulasaraan jenazah pasien yang diamati dalam satu bulan
Denominator Total pasien yang diamati dalam satu bulan
Sumber data Hasil pengamatanStandar < 2 jamPenanggung jawab Kepala instalasi pemulasaraan
jenazah
XIX. PELAYANAN PEMELIHARAAN SARANA RUMAH SAKIT 1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
Judul Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat
Dimensi mutu Efektivitas, efisiensi, kesinambungan pelayanan
Tujuan Tergambarnya kecepatan dan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
ketanggapan dalam pemeliharaan alat
Definisi operasional Kecepatan waktu menanggapi alat yang rusak adalah waktu yang dibutuhkan mulai laporan alat rusak diterima sampai dengan petugas melakukan pemeriksaan terhadap alat yang rusak untuk tindak lanjut perbaikan, maksimaldalam waktu 15 menit harus sudah ditanggapi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah laporan kerusakan alat
yang ditanggapi kurang atau sama dengan 15 menit dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan alat dalam satu bulan
Sumber data Catatan laporan kerusakan alatStandar > 80 %Penanggung jawab Kepala IPRS
2. Ketepatan waktu pemeliharaan alatJudul Ketepatan waktu pemeliharaan alatDimensi mutu Efektivitas, efisiensi,
kesinambungan pelayananTujuan Tergambarnya kecepatan dan
ketanggapan dalam pemeliharaan alat
Definisi operasional Waktu pemeliharaan alat adalah waktu yang menunjukkan periode pemeliharaan/service untuk tiap-tiap alat sesuai ketentuan yang berlaku.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah alat yang dilakukan
pemeliharaan (service) tepat waktu dalam satu bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Denominator Jumlah seluruh alat yang seharusnya dilakukan pemeliharaandalam satu bulan
Sumber data Register pemeliharaan alatStandar 100%Penanggung jawab Kepala IPRS
3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi.Judul Peralatan Laboratorium (dan alat
ukur yang lain) yang terkalibrasitepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi.
Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitasTujuan Tergambarnya akurasi pelayanan
laboratoriumDefinisi operasional Kalibrasi adalah pengujian
kembali terhadap kelayakan peralatan laboratorium oleh BalaiPengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK)
Frekuensi pengumpulan data 1 tahunPeriode analisis 1 tahunNumerator Jumlah seluruh alat laboratorium
yang dikalibrasi tepat waktu dalam satu tahun
Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi dalam 1 tahun
Sumber data Buku registerStandar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium
XX. PELAYANAN LAUNDRY 1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang
Judul Tidak adanya kejadian linen yang hilang
Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitasTujuan Tergambarnya pengendalian
dan mutu pelayanan laundryDefinisi operasional Tidak adaFrekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 1 bulan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Numerator Jumlah linen yang dihitung dalam 4 hari sampling dalam satu tahun
Denominator Jumlah linen yang seharusnyaada pada hari sampling tersebut
Sumber data SurveyStandar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Laundry
2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inapJudul Ketepatan waktu penyediaan linen
untuk ruang rawat inapDimensi mutu Efisiensi dan efektifitasTujuan Tergambarnya pengendalian dan
mutu pelayanan laundryDefinisi operasional Ketepatan waktu penyediaan linen
adalah ketepatan penyediaan linensesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan
Frekuensi pengumpulan data 1 bulanPeriode analisis 1 bulanNumerator Jumlah hari dalam satu bulan
dengan penyediaan linen tepat waktu
Denominator Jumlah hari dalam satu bulanSumber data SurveyStandar 100%Penanggung jawab Kepala Instalasi Laundry
XXI. PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI 1.Tim PPI
Judul Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih
Dimensi mutu Kompetensi teknisTujuan Tersedianya anggota Tim PPI
yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugas Tim PPI
Definisi operasional Adalah anggota Tim PPI yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPI
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
Frekuensi pengumpulan data Tiap 3 bulanPeriode analisis Tiap 1 bulanNumerator Jumlah anggota tim PPI yang
sudah terlatihDenominator Jumlah anggota Tim PPISumber data KepegawaianStandar 75%Penanggung jawab Ketua Komite PPI
Judul Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri)
Dimensi mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien,petugas dan pengunjung
Tujuan Tersedianya APD di setiap instalasi RS
Definisi operasional Alat terstandar yang berguna untuk melindungi tubuh, tenaga kesehatan, pasien atau pengunjung dari penularan penyakit di RS seperti masker, sarung tangan karet, penutup kepala, sepatu boots dan gaun
Frekuensi pengumpulan data Setiap hariPeriode analisis 1 bulanNumerator Jumlah instalasi yang
menyediakan APDDenominator Jumlah instalasi di rumah sakitSumber data SurveyStandar 75%Penanggung jawab Tim PPI2. Koordinasi APD
3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial di rumah sakit
Judul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksinosokomial di rumah sakit
Dimensi mutu Keamanan pasien, petugas dan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
pengunjungTujuan Tersedianya data pencatatan dan
pelaporan infeksi di RSDefinisi operasional Kegiatan pengamatan faktor
resiko infeksi nosokomial, pengumpulan data (cek list) padainstalasi yang tersedia di RS, minimal 1 parameter (ILO, ILI, VAP, ISK)
Frekuensi pengumpulan data Setiap hariPeriode analisis 1 bulanNumerator Jumlah instalasi yang melakukan
pencatatan dan pelaporanDenominator Jumlah instalasi yang tersediaSumber data SurveyStandar 75%Penanggung jawab Tim PPI RS
Keterangan : ILO : Infeksi Luka Operasi ILI : Infeksi Luka Infus VAP : Ventilator Associated Pneumonie
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
A. RAWAT JALAN 1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)
Judul Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB
Dimensi mutu Efektivitas dan keselamatanTujuan Terlaksananya diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TBDefinisi operasional Penegakan diagnosis pasti TB
melalui pemeriksaan mikroskopis pada pasien rawat jalan
Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah penegakan diagnosis TB
melalui pemeriksaan mikroskopis TB di RS dalam 3 bulan
Denominator Jumlah penegakan diagnosis TB di RSdalam 3 bulan
Sumber data Rekam medikStandar 60%Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
2. Kegiatan pencatatan dan pelaporan (TB) di RSJudul Terlaksananya kegiatan pencatatan
dan pelaporan (TB) di RSDimensi mutu EfektivitasTujuan Tersedianya data pencatatan dan
pelaporan TB di RSDefinisi operasional Pencatatan dan pelaporan semua
pasien TB yang berobat rawat jalan ke RS.
Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien TB rawat
jalan yang dicatat dan dilaporkanDenominator Seluruh kasus TB rawat jalan di RSSumber data Rekam medikStandar 60%Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
B. RAWAT INAP 1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB)
Judul Penegakan kegiatan TB melalui
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014
ISK : Infeksi Saluran Kemih
pemeriksaan mikroskopis TBDimensi mutu Efektivitas dan keselamatanTujuan Terlaksananya diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TBDefinisi operasional Penegakan diagnosis pasti T melalui
pemeriksaan mikroskopis pada pasien rawat inap.
Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah penegakan diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TB dalam 3 minggu
Denominator Jumlah penegakan diagnosis TB dalam 3bulan
Sumber data Rekam medikStandar 60%Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat inap
15. Kegiatan pencatatan dan pelaporan Tuberculosis (TB) di RSJudul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan
pelaporan Tuberculosis (TB) di RSDimensi mutu EfektivitasTujuan Tersedianya data pencatatan dan
pelaporan TB di RSDefinisi operasional Pencatatan dan pelaporan semua pasien
TB yang berobat rawat inap ke RS.Frekuensi pengumpulan data 3 bulanPeriode analisis 3 bulanNumerator Jumlah seluruh pasien TB rawat inap
yang dicatat dan dilaporkanDenominator Seluruh kasus TB rawat inap di RSSumber data Rekam medikStandar 60%Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
Finalisasi Draft standar indikator mutu 28 Oktober 2014