Upload
independent
View
5
Download
0
Embed Size (px)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat
dihindarkan. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup
didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan
berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia
lanjut dan kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar
dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi akibat
penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua
produksi dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-
enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi tua.
Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat
praktis, terlebih untuk pola makan. Masyarakat
dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat
cepat untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah
dengan jenis makanan dari mancanegara yang menurut
generasi sekarang disebut dengan modern. Fakta bahkan
menunjukkan sebagian besar masyarakat begitu bangga
akan fast food atau junk food. Tanpa mereka ketahui,
dari perilaku tersebut, penyakit degeneratif mengintai
setiap saat. Penyakit yang masuk dalam kelompok
penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus atau
kencing manis, stroke, jantung koroner, kardiovaskular,
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 1
obesitas, penyakit lever, penyakit ginjal dan lainnya
(Triawati, 2011).
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut
gambaran klinisnya bervariasi luas dari tanpa gejala
sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang
menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui
pada usia lanjut. Penyakit kencing manis atau diabetes
melitus merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan
kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi, diabetes
melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
(hiperglikemia) akibat jumlah dan atau fungsi insulin
terganggu (Iskandar, 2009).
I.2 Tujuan
1. Memahami Pengertian Diabetes Melitus
2. Memahami Epidemiologi Diabetes Melitus
3. Memahami Klasifikasi Diabetes Melitus
4. Memahami Etilogi Diabetes Melitus
5. Memahami Patofisiologi Diabetes Melitus
6. Memahami Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
7. Memahami Diagnosis Diabetes Melitus
8. Memahami Faktor Resiko Diabetes Melitus
9. Memahami Komplikasi Diabetes Melitus
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 2
\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Menurut beberapa ahli, diabetes mellitus adalah:
Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 3
glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Subekti, et al.., 1999).
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karateristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (American Diabetes Association, 2003;
Soegondo, 1999).
Keadaan hiperglikemia kronis sebagai akibat dari
berbagai faktor lingkungan dan genetik, sering
keduanya bersama-sama (WHO, 1980, disadur dari
Wiyono, 2000).
Merupakan gangguan metabolisme dan distibusi gula
oleh tubuh penderita.
Suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup.
II.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi DM seringkali tidak
terdeteksi. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan
cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga.
Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan
komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis
diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes pada anak,
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 4
atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau
“maturity-onset diabetes”. Karena istilah ini kurang
tepat, sekarang yang pertama disebut DM tipe 1 dan yang
kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu
diabetes melitus gestasional yang timbul hanya pada
saat hamil, dan diabetes yang disebabkan oleh karena
kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait
Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara Barat ± 10% dari DM
tipe 2. Bahkan di negara tropik jauh lebih sedikit
lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa
kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi
ada juga yang timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak
ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah
umur 40 dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan
diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada
rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak
terlalu tinggi atau belum ada komplikasi, biasanya
pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter.
Ada juga yang sudah di diagnosis sebagai diabetes
tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak
berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang
tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 5
terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan ini pada
negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak
terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka
itu di negara berkembang termasuk Indonesia (Slamet
Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya
urbanisasi, populasi DM tipe 2 akan meningkat menjadi 5
– 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku
rural-tradisional menjadi urban. Faktor resiko yang
berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia,
jumlah dan lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua
faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik
yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo,
1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2
akan meningkat disebabkan oleh berbagai hal misalnya
bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian
akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang
disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak
sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono Dalam Pusat
Diabetes dan Lipid, 2007).
II.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association 2005 (ADA 2005)
mengklasifikasi klasifikasi diabetes melitus, yaitu :
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 6
a. Diabetes tipe I : Disebut juga IDDM (Insulin
Dependent Diabetes Melitus) atau Juvenil Diabetes
Melitus. Diabetes melitus jenis ini disebabkan
oleh kurangnya atau tidak adanya produksi insulin
kaena reaksi auto imun akibat adanya peradangan
pad sel beta (insulitis) yang ahirnya menyebabkan
produksi insulin terganggu. Sampai saat ini IDDM
tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai
dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap
awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta
pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh
adanya infeksi pada tubuh. Saat ini, diabetes tipe
1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat
glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan
untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 7
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada
umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin
melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis
yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian
dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada
saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk
pemberian masukan insulin melalui “inhaled
powder”. Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut
terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-
aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup,
perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat
Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1
harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120
mg/dl, 4-6 mmol/l).Beberapa dokter menyarankan
sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk
mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih
rendah, seperti “frequent hypoglycemic events”.
Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali
diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air
kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan
dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan
dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 8
darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia,
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
b. Diabetes Melitus tipe II : Disebut juga NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes melitus) kadar insulin
normal bahkan mengalami peningkatan, tetapi jumlah
reseptor insulin pada permukaan sel kurang,
sehingga tetap saja gula dalam darah tidak bisa
sampai ke dalam sel. Pada tahap awal kelainan yang
muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar
insulin di dalam darah. Hiperglikemia dapat
diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar. Namun
semakin parah penyakit, sekresi insulin pun
semakin berkurang, dan terapi dengan insulin
kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang
menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme
terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya
resistensi terhadap insulin. Dalam kaitan dengan
pengeluaran dari adipokines, dapat merusak
toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira
90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis
dengan DM tipe 2. Faktor lain yang meliputi adalah
genetik.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 9
c. Diabetes melitus tipe spesifik lain, akibat dari :
Diabetes tipe ini diakibatkan oleh infeksi,
penyakit endokrin pankreas, endokrinopati, obat-
obatan, malnutrisi dan sindroma genetik.
d. Diabetes Melitus Gestasional GDM (Gestasional
Diabetes Melitus).Diabetes melitus pada kehamilan
dapat dibagi menjadi dua macam yaitu diabetes
melitus yang memang sudah diketahui sebelumnya
pada penderita yang sedang hamil DMH (Diabetes
Melitus Pragestasional) diabetes ini termasuk tipe
I (IDDM) dan sebelumnya tidak mengidap diabetes
melitus atau baru mengidap diabetes melitus dalam
masa kehamilan (Pregnacy Induced Diabetes
Melitus).
II.4 Tanda dan Gejala
Gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba
pada saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan
genetika, sehingga tubuh tidak memproduksi insulin
dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain adalah:
Sering buang air kecil
Terus menerus merasa lapar dan haus
Berat badan menurun
Merasa kelelahan penglihatan kabur
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 10
Infeksi pada kulit yang berulang, menigkatnya
kadar gula dalam urin dan cenderung terjadi pada
mereka yang berusia di bawah 20 tahun.
Gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-
lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada
tahap permulaan seperti pada gejala diabetes tipe I,
yaitu :
Cepat lelah dan merasa tidak fit
Merasa lapar dan haus
Kelelahan berkepanjangan dan tidak ada
penyebabnya
Mudah sakit yang berkepanjangan dan biasanya
terjadi pada usia di atas 40 tahun tapi
prevalensianya kini semakin tinggi pada
golongan anak-anak dan remaja (Lanny, 2006).
Menurut Hasan Badawi (2009) gejala awal diabetes
melitus biasanya diasebut dengan 3 P, yaitu :
Poliuria (banyak kencing)
Hal ini terjadi ketika kadar gula darah melebihi
ambang ginjal yang mengakibatkan glukosa dalam
urin menarik air sehingga urin menjadi banyak.
Maka setiap kali para penderita diabetes melitus
mengalami buang air kecil dengan intensitas durasi
melebihi volume normal (poliuria).
Polidipsi (banyak minum)
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 11
Karena sering buang air kecil, setiap kali para
pasien diabetes melitus akan banyak minum
(polidipsi).
Polifagi (banyak makan)
Seorang pasien diabetes yang baru makan akan
mengalami ketidakcukupan hormon insulin untuk
memasukan gukosa ke dalam sel, hal ini menyebabkan
tubuh akan selalu merasa kelaparan, sehingga tubuh
sering terasa lemah. Kompensasinya seorang pasien
diabetes akan makan lebih banyak lagi.
Gejala Lanjutan :
Berat badan berkurang
Ketika proses sekresi pankreas kurang mencukupi
jumlah hormon insulin untuk mengubah gula menjadi
tenaga, tubuh akan menggunakan simpanan lemak dan
protein di tubuh ini menyebabkan berkurangnya
berat badan.
Penglihatan kabur
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan
perubahan pada lensa mata sehingga penglihatan
kabur walaupun baru mengganti kaca mata.
Cepat lelah
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 12
Karena gula di dalam darah tidak dapat di ubah
menjadi tenaga sel-sel tubuh maka cepat merasa
lelah, kurang tenaga dan sering mengantuk.
Luka yang sulit disembuhkan
Pada diabetes, terjadi penurunan daya tubuh
terhadap infeksi sehingga bila timbul luka akan
sulit sembuh. Tidak menutup kemugkinan, jika
terjadi infeksi berat di daerah kaki, akan
berpotensi di amputasi sehingga akan mengalami
cacat permanen.
Gejala kronis :
Impoten
kerusakan ginjal
Gangren (infeksi pada kaki hingga membusuk)
Kebutaan
Stroke
serangan jantung hingga kematian mendadak.
II.5 Patofisiologi
Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk
membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak.
Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Energi sebagai bahan bakar
itu berasal dari bahan makanan yang terdiri dari
karbohidrat, protein dan lemak.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 13
Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah
menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat
menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap
oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh untuk dipergunakan oleh organ-
organ didalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat
berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus
masuk dulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam
sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya adalah
timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam
proses metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon yang
dikeluarkan oleh sel beta pankreas) memegang peranan
yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa ke
dalam sel, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam
pulau-pulau Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk
pulau di dalam pankreas dengan jumlah ± 100.000) yang
jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya
glukosa kedalam sel, untuk kemudian dimetabolisir
menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa
tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap
berada didalam pembuluh darah, yang artinya kadarnya
didalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini
tubuh akan menjadi lemas karena tidak ada sumber energi
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 14
di dalam sel. Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak
adanya insulin pada DM tipe 1 karena pada jenis ini
timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa
disebabkan karena macam-macam diantaranya virus,
seperti virus cocksakie, rubela, CMV, herpes, dan lain-
lain. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak
kecil ataupun setelah dewasa (Suyono, 1999).
Sedangkan pada DM tipe2 jumlah insulin normal,
malah mungkin lebih banyak. Tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jumlah
lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel
akan sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada
DM tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM tipe 2 disamping
kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau
normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin (Suyono,
1999).
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor di
bawah ini banyak berperan, antara lain:
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 15
Obesitas terutama yang bersifat sentral
(bentuk apel)
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
Kurang gerak badan
Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar
glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu
melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan
keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit
ini disebut juga penyakit kencing manis (Suyono, 1999).
II.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
Diabetes Melitus
a. Genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang paling
penting pada diabetes melitus. Kelainan yang
diturunkan dapat langsung mempengaruhi sel beta
dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan
menyebarkan sel rangsang sekretoris insulin.
Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu
tersebut terhadap faktor – faktor lingkugan yang
dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
pankreas (Price & Wilson, 2002). Secara ganetik
resiko diabetes melitu tipe II meningkat pada
saudara kembar monozigotik seorang diabetes
melitus tipe II, ibu dari neonatus yang beratnya
lebih dari 4 kilogram, individu dengan gen
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 16
obesitas, ras yang mepunyai insidensi tinggi
terhadap diabetes melitus (Peice & Wilson, 2002).
b. Usia
Diabetes tipe II biasanya terjadi setelah usia 30
tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40
tahun, selanjutnya terus meningkat pada usia
lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan
toleransi glukosa mencapai 50 – 92% (Sudoyo,
2006). Proses menua yang berlangsung setelah usia
30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari
tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
ahirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi
fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami
perubahan adalah sel beta pankreas yang
mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan
terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf,
dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
c. Berat Badan (Obesitas)
Obesitas adalah berat badan yang berlebihan
minimal 20% dari berat badan idaman atau indeks
massa tubuh lebih dari 25Kg/m2. Obesitas merupakan
faktor utama penyebab timbulnya diabetes melitus
tipe II, diperkirakan 80 – 90% paasien diabetes
tipe II megalami obesitas (Medicastore, 2007).
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 17
terhadap glukosa darah berkurang, selain itu
reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk
di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang
sensitif (Soegondo, 2007).
d. Aktifitas
Aktifitas fisik berdampak terhadap aksi insulin
pada orang yang beresiko diabetes melitus.
Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor
yang ikut berperan dalam menyebabkan resitensi
insulin pada diabetes melitus tipe II (Suyono,
2007).
e. Diet
Pemasukan kalori berupa karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, merupakan faktor
eksternal yang dapat mengubah integritas dan
fungsi sel beta pada individu yang rentan (Price &
Wilson, 2002). Individu yang obesitas harus
melakukan diet untuk mengurangi pemasukan kalori
sampai berat badannya turun mencapai batas ideal.
Penurunan berat badan 2,5 – 7 Kg akan memperbaiki
kadar glokosa darah (Soegondo, 2007).
f. Stress
Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non
spesifik mengharuskan individu berespon atau
melakukan tindakan (Poter & Perry, 1997). Reaksi
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 18
pertama dari respon stress adalah terjadinya
sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh
sekresi simpatis adrenal medular dan bila stress
menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan
diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin
releasing factor yang menstimulasi pituitari
anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah
(Smeltzer & Bare, 2008).
II.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai
pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2008),
yaitu :
Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat
volume urin yang sangat besar dan keluarnya
air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengkuti dehidrasi
ekstrasel karena air intra sel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang
pengeluaran ADH (Antideuretic hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan
aliran darah pada pasien diabetes lama,
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 19
katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan
sebagian sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energi.
Polifagia (peningkatan rasa lapar)
Peningkatan angka infeksi akibat penurunan
protein sebagai bahan pembentukan antibody,
peningkatan konsentrasi glukosa disekresi
mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan
aliran darah pada diabetes kronik
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya
terjadi didaerah ginjal, lipatan kulit dan
dibawah payudara
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama kandida
Kesemutan/kebas pada jari tangan dan kaki
akibat terjadinya neuropati. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2, regenerasi sel
persyarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel
persyarafan terutama perifer mengalami
kerusakan
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan
produksi energi metabolik yang dilakukan oleh
sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 20
Luka yang tidak sembuh-sembuh akibat bahan
yang digunakan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan dan pertumbuhan
mikroorganisme yang cepat
Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
karena pasien DM tipe 2 mengalami penurunan
produksi hormon seksual akibat kerusakan
testosteron dan sistem yang berperanan.
Mata kabur yang disebabkan katarak atau
gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia.
Pada diabetes gestasional ibu sering
melahirkan bayi diatas 4 kg.
II.8 Diagnosa
Diabetes didiagnosa jika memenuhi kriteria berikut
yaitu gejala diabetes dengan gula darah sewaktu
>200mg/dl, dan gula darah puasa >126mg/dl, serta gula
darah pos prandial (setelah pemberian oral glukosa
75mg) >200mg/dl perhitungan kadar gula diatas harus
disertai dengan gejala-gejala hiperglikemi yaitu
poliuria, polidipsi, dan penurunan berat badan.
Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan adalah
pemeriksaan kadar HbA1c , meskipun hubungan antara
HbA1C dengan kenaikan kadar gula darah belum dipahami
secara tuntas.( American Diabetic Assosiation, 2007)
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 21
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui
pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar
glukosa darah puasa.
II.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah
meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes,
sedangkan tujuan penatalaksanaannya secara khusus
adalah:
Tujuan jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda
DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya
target pengendalian glukosa darah.
Tujuan jangka panjang : tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir
pengelolaan adalah turunnya angka morbiditas dan
mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian kadar glukosa darah, tekanan darah,
berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 22
pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan dan perubahan perilaku.
Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama
meliputi :
1. Riwayat penyakit :
a.Gejala yang timbul, hasil pemeriksaan
laboratorium terdahulu termasuk A1C, hasil
pemeriksaan khusus yang telah ada terkait DM.
b.Pola makan, status nutrisi, riwayat perubahan
berat badan.
c.Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak atau
dewasa muda.
d.Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya
secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan
penyuluhan yang telah diperoleh tentang
perawatan DM secara mandiri, serta kepercayaan
yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan.
e.Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat
yang digunakan, perencanaan makan dan program
latihan jasmani.
f.Riwayat komplikasi akut (KAD, hiperosmolar
hiperglikemia, hipoglikemia).
g.Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi
kulit, gigi dan traktus urogenitalis.
h.Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik
(komplikasi pada ginjal, mata, saluran
pencernaan, dll).
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 23
i.Pengobatan lainnya yang mungkin berpengaruh
terhadap glukosa darah.
j.Faktor resiko : merokok, hipertensi, riwayat
penyakit jantung koroner, obesitas, dan
riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit
DM dan endokrin lain).
k.Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan
dan status ekonomi.
2. Pemeriksaan fisik a.Pengukuran tinggi dan berat badan.
b.Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran
tekanan darah dalam posisi berdiri untuk
mencari kemungkinan adanya hipotensi
orostatik.
c.Pemeriksaan fundoskopi.
d.Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
e.Pemeriksaan jantung.
f.Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun
dengan steteskop.
g.Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah.
h.Pemeriksaan kulit dan pemeriksaan neurologis.
i.Tanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe lain.
3. Evaluasi laboratoris/penunjang lain
a.Glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 24
b.A1C
c.Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol
total, HDL, LDL, trigliserida).
d.Kreatinin serum
e.Albuminurea
f.Elektrokardiografi
g.Foto sinar-x dada
h.Keton, sedimen dan protein dalam urine.
4. Tindakan rujukan a.Ke bagian mata bila diperlukan pemeriksaan
mata lebih lanjut
b.Konsultasi keluarga berencana untuk wanita
usia produktif
c.Konsultasi terapi gizi medis sesuai indikasi
d.Konsultasi dengan edukator diabetes
Kerangka utama penatalaksanaan DM, yaitu perencanaan
makan, latihan jasmani, obat hipoglikemia dan
penyuluhan.
Perencanaan makanan
Prinsip pengaturan makanan pada penyandang diabetes
hampir sama dengan anjuran makanan masyarakat umum
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya
keteraturan makanan dalam hal jadwal makan, jenis dan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 25
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan
obat penurunan glukosa darah atau insulin. Komposisi
makanan dan kebutuhan kalori yang dianjurkan terdiri
dari:
Komposisi makan :
a. Karbohidrat :
o Dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
o Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari
tidak dianjurkan
o Makanan harus mengandung karbohidrat terutama
yang berserat tinggi
o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total
asupan energi
o Pemanis alternatif digunakan sebagai
pengganti gula
o Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan
asupan karbohidrat dalam sehari.
b. Lemak :
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25%
kebutuhan kalori, tidak diperkenankan > 30%
total asupan energi
o Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
o Anjuran konsumsi kolesterol < 300 mg/hari.
c. Protein :
o Distribusikan 10-20% total asupan energi
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 26
o Sumber protein yang baik adalah makan laut
(ikan, udang, cumi, dll), daging tanpak
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah
lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
d. Natrium :
o Asupan natrium untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu
tidak lebih dari 300 mg atau sama dengan 6-7g
garam dapur.
o Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium
sampai 2400 mg gram garam dapur.
e. Serat :
Anjuran konsumsi serat adalah ±25 g/1000
kkal/perhari
Kebutuhan kalori :
Ada beberapa cara untuk menuntukan jumlah
kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes.
Diantaranya adalah dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi
bergantung pada beberapa faktor yaitu :
a. Jenis kelamin : kebutuhan kalori wanita
sebesar 25 kal/kgBB dan untuk pria 30
kal/kgBB.
b. Umur : umur pasien usia diatas 40 tahun
kalori dikurangi 5% untuk dekade antara 40-
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 27
59 tahun, usia 60-69 tahun dikurangi 10%,
dan untuk usia diatas 70 tahun dikurangi
20%.
c. Aktivitas : kebutuhan kalori dapat
ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas
fisik.
d. Berat badan : bila kegemukan dikurangi
sekitar 20-30% bergantung pada tingkat BB.
Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Perhitungan berat badan ideal dengan rumus
Brocca yang dimodifikasi adalah :
o Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm-100)x
1 kg.
o Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm
dan wanita dibawah 150, rumus dimodifikasi
menjadi :
- Berat badan ideal (BBI)=(TB dalam cm-100)x 1
kg.
- BB : Normal: BB ideal±10% ; Kurus : < BBI –
10% ; Gemuk: > BBI + 10% (PERKENI, 2006).
Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap
minggu selama ±30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE
(Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training).
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 28
Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki,
jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani
adalah memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu
yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu
mengatasi serangan hipoglikemi, harus selalu membawa
permen dan memeriksa kaki secara cermat setelah
olahraga.
Obat berkhasiat hipoglikemi
Jika pasien telah melakukan kegiatan pengaturan
makan dan latihan jasmani yang teratur tetapi kadar
glukosa darahnya sebelum naik, dipertimbangkan memakai
obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan).
Obat Hipoglikemik Oral (OHO) :
a. Sulfonilurea
Bekerja dengan cara :
1. Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan.
2. Menurunkan ambang sekresi insulin.
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien
dengan berat badan normal. Terdapat beberapa jenis
sulfonilurea yang tidak terlalu berbeda dalam
efektivitasnya. Perbedaan terletak pada
farmakokinetik dan lama kerja. Termasuk dalam
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 29
golongan ini adalah: Klorpropamid, Glikazid,
Glibenklamid, Glipizid, Glikuidon, Glimepirid,
Tolazalim dan Tolbutamid.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
obat golongan ini :
a) Golongan sulfonil urea cenderung meningkatkan
berat badan.
b) Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia
lanjut, gangguan fungsi hati dan ginjal.
Klorpropamid dan glibenklamid tidak dianjurkan
untuk pasien usia lanjut dan pasien
insufisiensi ginjal. Pada pasien insufisiensi
ginjal dapat digunakan glikuidon, gliklazid
atau tolbutamid yang kerjanya singkat.
c) Wanita menyusui, porfiria dan ketoasidosis
merupakan kontraindikasi bagi pemberian
sulfonilurea.
d) Insulin kadang-kadang diperlukan bila timbul
keadaan patologis tertentu seperti infark
miokard, infeksi, koma dan trauma. Insulin
juga diperlukan pada keadaan kehamilan.
e) Efek samping, umumnya ringan dan frekuensinya
rendah diantaranya gejala saluran cerna dan
sakit kepala. Gejala hematologik termasuk
trombositopenia, agrunolositosis dan anemia
aplastik dapat terjadi tetapi jarang sekali.
Hipoglikemi dapat terjadi bila dosis tidak
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 30
tepat atau diet terlalu ketat, juga pada
gangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang
usia lanjut. Hipoglikemia sering ditimbulkan
oleh ADO kerja lama.
f) Interaksi, banyak obat yang berinteraksi
dengan sulfonilurea sehingga risiko terjadinya
hipoglikemia dapat meningkat.
g) Dosis, sebaiknya dimulai dengan dosis lebih
rendah dengan 1 kali pemberian, dosis
dinaikkan sesuai dengan respons terhadap obat.
b. Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak
sampai dibawah normal. Obat ini dianjurkan untuk
pasien gemuk (IMT > 30) sebagai obat tunggal. Pada
pasien dengan IMT 27-30 dapat dikombinasi dengan obat
golongan sulfonilurea.
Mekanisme kerja :
- Meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan
perifer, dan pengambilan glukosa dan menghambat
glukoneogenesis
- Dalam bekerjanya memerlukan adanya insulin
- Termasuk dalam golongan ini adalah Metformin,
Fenformin, Buformin.
- Efek samping yang sering terjadi (20% dari
pemakai obat) adalah gangguan saluran cerna
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 31
seperti anoreksia, mual, muntah, rasa tidak enak
di abdomen dan diare.
c. Inhibitor α Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja
enzim α glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia pascaprandial. Yang termasuk dalam
golongan ini adalah Akarbosa dan Miglitol yang
bekerja dengan cara menghambat alphaglukosidase yang
mengubah di/polisakarida menjadi monosakarida,
sehingga memperlambat dan menghambat penyerapan
karbohidrat.
d. Golongan analog Meglitinid
Bekerja dengan cara mengikat reseptor
sulfonilurea dan menutup ATP-sensitive potassium
chanel. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
Repaglinid. Obat sebaiknya diminum 30 menit
sebelum makan. Obat ini tidak boleh diminum jika
pasien tidak makan.
e. Golongan Thiazolidindion
Bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas
jaringan perifer terhadap insulin. Berikatan
dengan PPARγ (peroxisome proliferators activated
receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 32
untuk menurunkan resistensi insulin. Golongan ini
merupakan golongan baru dari ADO. Termasuk
kedalam golongan ini adalah Pioglitazone,
Rosiglitazone. Efek samping obat ini dapat
menyebabkan edema dan peningkatan berat badan,
retensi air yang dapat memicu atau memperberat
pasien gagal ginjal kongestif.
f. Insulin Sensitizing Agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensivitas
insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi
insulin dan berbagai masalah akibat resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini
belum beredar di Indonesia.
Tabel Penggolongan obat hipoglikemik oral
Golongan Contoh Senyawa Mekanisme KerjaSulfonilur
ea
Klorpropamid
Glibenklamida
Glipizida
Glikazida
Glimepirida
Glikuidon
Tolazalim
Tolbutamid
Merangsang sekresi
insulin di kelenjar
pankreas, sehingga
hanya efektif pada
penderita diabetes
yang sel-sel β
pankreasnya masih
berfungsi dengan baikBiguanida Metformin
Fenformin
Bekerja langsung pada
hati
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 33
Buformin (hepar),menghambat
glukoneogenesis di
hati dan meningkatkan
penggunaan glukosa di
jaringan. Meglitinid Repaglinid Bekerja dengan cara
mengikat reseptor
sulfonilurea dan
menutup ATP-sensitive
potassium chanel.Tiazolidin
dion
Rosiglitazone
Pioglitazone
Meningkatkan kepekaan
tubuh/sensitivitas
terhadap insulin di
jaringan perifer.
Berikatan dengan PPARγ
(peroxisome
proliferators
activated receptor-
gamma) di otot,
jaringan lemak, dan
hati untuk menurunkan
resistensi insulinPenghambat
enzim
alfaglukos
idase
Akarbosa
Miglitol
Menghambat kerja enzim
alfaglukosidase yang
mengubah
di/polisakarida
menjadi monosakarida,
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 34
Terapi dengan Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh
sel beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Insulin
menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan
kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin
meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan
lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi
pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai
sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di
dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin
yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen
adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu
produk farmasi. Indikasi terapi dengan insulin :
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin
eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin
membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi
berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut
atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil
membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 37
e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral
atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori,
untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen
untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal selama periode resistensi
insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan
insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 38
i. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat
hipoglikemi oral. Berdasarkan lama kerjanya,
insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 1. Insulin
kerja singkat Yang termasuk di sini adalah
insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk
asam dan netral. Preparat yang ada antara lain :
Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini
diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak
setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat bertahan
sampai 8 jam. 2. Insulin kerja menengah Yang
dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
( NPH ).Jenis ini awal kerjanya 1.5-2.5 jam.
Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya
dapat bertahan sampai dengan 24 jam. 3. Insulin
kerja panjang Merupakan campuran dari insulin dan
protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup
lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat:
Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard 4. Insulin
campuran Merupakan kombinasi insulin kerja cepat
dengaan kerja sedang. Insulin jenis ini yang
beredar di Indoneia adalah Mixtard 30/70 dan
Humulin 30/70.
Jenis-jenis Insulin
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 39
1) Insulin kerja singkat, yang termasuk di sini
adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin / CZI ).
Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu
dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang ada
antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente.
Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum
makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan
efeknya dapat bertahan sampai 8 jam.
2) Insulin kerja menengah , yang dipakai saat ini
adalah Netral Protamine Hegedorn ( NPH ).Jenis
ini awal kerjanya 1.5-2.5 jam. Puncaknya
tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya dapat
bertahan sampai dengan 24 jam.
3) Insulin kerja panjang merupakan campuran dari
insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat
dari tempat penyuntikan sehingga efek yang
dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam.
Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
4) Insulin campuran merupakan kombinasi insulin
kerja cepat dengaan kerja sedang. Insulin jenis
ini yang beredar di Indoneia adalah Mixtard
30/70 dan Humulin 30/70.
Pada tabel didiskripsikan berbagai insulin dan
cara kerjanya dalam tubuh. Sebagai keterangan,
insulin injeksi dengan data; onset (lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk insulin mencapai darah dan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 40
mulai menurunkan kadar gula darah, peak (periode
waktu dimana insulin paling efektif menurunkan gula
darah) dan duration (berapa lama insulin terus
menurunkan kadar gula darah). Ketiga factor ini
mungkin bervariasi, tergantung respon tubuh
seseorang. Kolom terakhir menjelaskan bagaimana
hubungan jenis insulin dengan waktu makan.
Struktur dan Sintesis Insulin
1. Merupakan hormon polipeptida yang disekresi
oleh sel β pankreas
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 41
2. Disimpan dalam bentuk komplek dengan Zinc2+
3. Sintesis dan pelepasannya dipacu oleh :
Glukosa, asam amino, dan asam lemak
Dipacu oleh β-adrenergik
Dihambat oleh α-adrenergik
Mekanisme Kerja Insulin
Berikatan dengan tirosin kinase menyebabkan
peningkatan transfort glukosa pada sel otot dan
jaringan adipose yang akibatnya:
1. Pada Hepar
Menghambat produksi glukosa
Menghambat glikogenolisis dan meningkatkan
sintesis glikogen
Meningkatkan sintesis trigliserida
Meningkatkan sintesis protein
2. Pada Otot
Meningkatkan transpor glukosa
Disposisi, meningkatkan sintesis glukagon
Meningkatkan sintesis protein
3. Pada Jaringan Lemak
Meningkatkan transpor glukosa
Lipogenesis
Intraselular lipolisis
Penyuntikan Insulin
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 42
Sebelum menyuntikan insulin,kedua tangan dan
daerah yang akan disuntik harus bersih.Penyuntikan
dapat dilakukan di daerah perut, lengan dan
bokong.Tutup vial insulin dibersihkan dengan
isopropil alkhol 70%.Untuk semua macam jenis
insulin kecuali kerja cepat,harus digulung-gulung
secara perlahan dengan kedua telapak tangan untuk
melarutkan suspense.Ambilah udara sejumlah insulin
yang akan diberikan dan suntik ke dalam vial untuk
mencegah terjadi ruang vakum dalam vial.Setelah
insulin masuk ke alat suntik,periksalah apakah
mengandung gelembung udara.Satu atau dua ketukan
pada alat suntikdalam posisi tegak akan dapat
mengurangi gelembung tersebut.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan
subkutan.Pada umumnya disuntikkan dengan sudut 90
derajat.Aspirasi tidak perlu dilakukansecra
rutin.Bila suntikan tersa sakit atau mengalami
perdarahan setelah proses penyuntikan maka daerah
tersebut sebaiknaya ditekan selama 5-8 detik.
(Soegondo,2006).
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 43
II.10 Penilaian Hasil Terapi
Hasil pengobatan DM tipe 2 harus dipantau secara
terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
penunjang dan pemeriksaan jasmani.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah
Tujuan pemeriksaan glukosa darah :
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 44
1. Untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah
tercapai
2. Untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila
belum tercapai sasaran terapi.
b. Pemeriksaan A1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga
sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin
glikosilasi disingkat sebagai A1C, merupakan
cara yang digunakan untuk menilai efek perubahan
terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak
dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan
jangka pendek. Pemeriksaan A1C dianjurkan
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun.
c. Pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM)
PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan
insulin atau pemicu sekresi insulin. Waktu
pemeriksaan PGDM bervariasi, tergantung pada
terapi. Waktu yang dianjurkan adalah pada saat
sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang
tidur dan diantara siklus tidur atau ketika
mengalami gejala seperti hypoglycemic spells.
d. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi
kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik
merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali
baik, apabila glukosa darah mencapai kadar yang
diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 45
mencapai kadar yang diharap. Demikian dengan
tekanan darah (PERKENI, 2006).
II.11 Komplikasi
a) Komplikasi Makrovaskular
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum
berkembang pada pasien DM adalah penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Komplikasi ini lebih sering
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 46
terjadi pada pasien DM tipe II yang umumnya
menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau
kegemukan (Nabyl, 2009).
Komplikasi ini timbul akibat aterosklerosis dan
tersumbatnya pembuluh-pembuluh darah besar,
khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma.
Komplikasi makrovaskular atau makroangiopati tidak
spesifik pada diabetes, namun pada DM timbul lebih
cepat, lebih sering, dan lebih serius. Berbagai
studi epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian
akibat penyakit kardiovaskular dan diabetes
meningkat 4 -5 kali dibandingkan pada orang normal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada
hubungannya dengan kontrol kadar gula darah yang
baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi
bahwa angka kematian akibat hiperinsulinemia
merupakan suatu faktor resiko mortalitas
kardiovaskular, di mana peninggian kadar insulin
menyebabkan resiko kardiovaskular semakin tinggi
pula. Kadar insulin puasa > 15 mU/ml akan
meningkatkan resiko mortalitas kardiovaskular
sebanyak 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini
dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga
berperan penting dalam menyebabkan timbulnya
komplikasi makrovaskular (UNPAD, 200 ).
b) Komplikasi Neuropati
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 47
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang
paling sering terjadi. Dalam jangka waktu yang
cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak
dinding pembuluh darah kapiler yang berhubungan
langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat
mengirimkan pesan secara efektif. Keluhan yang
timbul bervariasi, yaitu nyeri pada kaki dan
tangan, gangguan pencernaan, gangguan dalam
mengkontrol BAB dan BAK, dan lain-lain (Tandra,
2007).
Manifestasi klinisnya dapat berupa gangguan
sensoris, motorik, dan otonom. Proses terjadinya
komplikasi neuropati biasanya progresif, di mana
terjadi degenerasi serabutserabut saraf dengan
gejala nyeri, yang sering terserang adalah saraf
tungkai atau lengan (UNPAD, 200 ).
c) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular merupakan komplikasi
unik yang hanya terjadi pada DM. Penyakit
mikrovaskular diabetes atau sering juga disebut
dengan istilah mikroangiopati ditandai oleh
penebalan membran basalis pembuluh kapiler. Ada dua
tempat di mana gangguan fungsi kapiler dapat
berakibat serius yaitu mata dan ginjal. Kelainan
patologis pada mata, atau dikenal dengan istilah
retinopati diabetes, disebabkan oleh perubahan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil di retina. Perubahan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 48
yang terjadi pada pembuluh darah kecil di retina
ini dapat menyebabkan menurunnya fungsi penglihatan
pasien DM, bahkan dapat menjadi penyebab utama
kebutaan (Brunner & Suddarth, 2001).
II.12 Tujuan Terapi
1. Menghilangkan gejala karena hiperglikemi,
seperti polifagi, polidipsi, dan poliuri
2. Mengurangi percepatan dan progresivitas
komplikasi vaskular dan mengurangi makrovaskular
3. Mengurangi mortalitas dan meningkatkan kualitas
hidup
4. Menurunkan kadar glukosa darah/plasma pada
kondisi normal dan kadar HbA1c < 7%
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tanggal dan Waktu Praktikum
1. Tempat Praktikum
Praktikum dilakukan di Laboratorium Farmakoterapi
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka Jakarta.
2. Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan pada 12 November 2014.
B. Judul
Studi Kasus Diabetes Melitus Tipe 2
C. Resep dan Pertanyaan
Resep :
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 50
TN US, usia 45 tahun, 160 cm, 80 kg, dengan riwayat
DM sejak 5 tahun yang lalu datang ke dokter dengan
keluhan badan lemah, pegal-pegal, kaki sering
kesemutan, dan terdapat gangren dikaki. Data klinik
menunjukkan TD 130/80 mmHg, suhu 37o C, nadi 70/menit.
Hasil pemeriksaan data lab, diperoleh GDP 220 mg/dl, GD
2 jam PP 490 mg/dl, HbA1c 11%, HDL 35 mg/dl, LDL 210
mg/dl, Kolesterol Total 285 mg/dl, TGA 278 mg/dl.
Riwayat pengobatan sebelumnya Glibenklamid, Metformin,
Simvastatin. Diagnosa DM tipe 2 neuropati. Dari data
yang didapat, Dokter memberikan resep sebagai berikut:
R/ Novorapid no. IV
S 3 dd 16 unit
R/ Lipitor 10 mg no. XXX
S 1 dd 1
R/Lantus no. I
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 51
S 1 dd 15 unit
Pertanyaan :
1.Apa makna HbA1c 11% dan berapa targetnya padaorang DM?
2.Mengapa pengobatan pasien diganti dengan insulin?
3.Mengapa pasien diberikan 2 jenis insulin. Jelaskanperbedaannya!
4.ADR apa yang perlu diperhatikan?
5.Jelaskan DRP masing-masing obat diatas!
6.Jelaskan patogenesis DM Neuropati!
7.Jelaskan rute pemberian insulin (menggunakan
video)!
8.Jelaskan jenis-jenis insulin berdasarkan lama
kerjanya!
9.Bagaimana cara mengatasi hiperglikemik karena
penggunaan insulin?
10. Konseling apa yang diberikan kepada pasien?
BAB IV
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 52
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, kami akan membahas patologi
klinis dari infeksi Diabetes Melitus berdasarkan resep
yang telah tersedia , yakni:
Keterangan :
R/ Novorapid no. IV
S 3 dd 16 unit
R/ Lipitor 10 mg no. XXX
S 1 dd 1
R/Lantus no. I
S 1 dd 15 unit
Penjelasan :
TN US, usia 45 tahun, 160 cm, 80 kg, dengan riwayat
DM sejak 5 tahun yang lalu datang ke dokter dengan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 53
keluhan badan lemah, pegal-pegal, kaki sering
kesemutan, dan terdapat gangren dikaki. Data klinik
menunjukkan TD 130/80 mmHg, suhu 37o C, nadi 70/menit.
Hasil pemeriksaan data lab, diperoleh GDP 220 mg/dl, GD
2 jam PP 490 mg/dl, HbA1c 11%, HDL 35 mg/dl, LDL 210
mg/dl, Kolesterol Total 285 mg/dl, TGA 278 mg/dl.
Riwayat pengobatan sebelumnya Glibenklamid, Metformin,
Simvastatin. Diagnosa DM tipe 2 neuropati.
1. Apa makna HbA1c 11% dan berapa targetnya pada orang DM?
HbA1c (Hemoglobin A1c):
- zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa
dan hemoglobin (Bagian dari sel darah merah
yang bertugas mengangkut oksigen keseluruh
bagian tubuh).
- HbA1c yang terbentuk akan tersimpan dan tetap
bertahan di dalam sel darah merah kurang
lebih 3 bulan.
- Merupakan parameter dalam pengukuran glukosa
darah untuk penderita DM dan berhubungan
dengan umur eritrosit yaitu 120 hari (± 3
bulan).
Makna nilai HbA1c : < 6,5% berarti kendala
diabetes baik
6,5-8% berarti kendala diabetes
sedang
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 54
>8% berarti kendala diabetes buruk
Pasien memiliki kadar HbA1c 11% bermakna bahwa
kendala diabetes buruk. Targetnya pada penderita
DM adalah <6,5% agar bermakna baik.
2. Mengapa pengobatan pasien diganti dengan insulin?
Pasien telah mengalami komplikasi yaitu diabetes
neuropati
Pada penderita DM tipe 2 tertentu yang mungkin
membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau
apabila mengalami stres fisiologi seperti pada
tindakan pembedahan
Kemungkinan pasien tidak sensitif lagi terhadap
Anti Diabetes Oral (ADO)
3. Mengapa pasien diberikan 2 jenis insulin. Jelaskan
perbedaannya!
Insulin yang terdapat pada resep yaitu Novorapid
dan Lantus
Pemberian kedua insulin ini baik, karena merupakan
kombinasi insulin yang paling sering digunakan
untuk mengobati pasien DM tipe 2.
Perbedaan :
a. Novorapid (Insulin Aspart)
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 55
Insulin yang lebih cepat diserap dengan durasi
efek lebih singkat dari insulin normal. Insulin
ini dapat diberikan segera sebelum makan,
menghasilkan efek lebih baik untuk menurunkan
glukosa post prandial daripada insulin normal pada
DM tipe 2. Memiliki onset 15-30 menit.
b. Lantus (Insulin Glargline)
Insulin ini memiliki durasi panjang, dikembangkan
untuk menghilangkan kerugian insulin durasi
intermediet atau panjang. Waktu pemberian sebelum
tidur. Digunakan sebagai maintenence dari kadar
glukosa darahnya. Memiliki durasi terapi 24-36
jam.
4. ADR apa yang perlu diperhatikan?
ADR adalah Adverse Drugs Reaction atau Efek
Samping Obat
ADR masing-masing obat :
a. Lipitor : Insomnia, pusing, nyeri dada, ruam,
sakit perut, sembelit, diare, nyeri punggung,
dan perut kembung
b. Lantus : Hipoglikemia, reaksi alergi lokal,
reaksi sensitif yang tidak biasa
c. Novorapid : Hipoglikemia, reaksi alergi lokal,
reaksi sensitif yang tidak biasa
5. Jelaskan DRP masing-masing obat diatas!
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 56
Tepat Obat
Lipitor : Menurunkan kadar kolesterol (Tepat
Obat)
Lantus : Untuk pasien DM tipe 2 yang pemakaian
insulin dengan durasi jangka panjang (Tepat
Obat)
Novorapid : Untuk pasien DM tipe 2 yang
pemakaian insulin dengan durasi cepat (Tepat
Obat)
Tepat Regimen dan Dosis
Lipitor
Dalam Resep : 1 x sehari 10 mg
Dalam DIH : Dosis yang diberikan 10-20 mg 1 x
sehari
(Tepat Dosis)
Novorapid
Dalam Resep : 16 unit tiga kali sehari (Sehari
= 48 unit)
Dalam DIH : Dosis yang diberikan 10 unit/ml
atau 50 unit/ml
(Tepat Dosis)
Lantus
Dalam Resep : 5 unit 1 x sehari
Dalam DIH : Dosis yang diberikan 10 unit/hari
(untuk pasien yang baru mendapatkan insulin)
(Tepat / Tidak tepat Dosis)
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 57
6. Jelaskan patogenesis DM Neuropati!
Diabetes Melitus Neuropati berawal dari
hiperglikemia yang berkepanjangan yang berakibat
terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol
sintesis Advance Glycosilation End Product (AGEs).
Pembentukan radikal bebas dan aktivasi Protein
Kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tesebut
berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga
aliran darah ke syaraf menurun dan bersama
rendahnya mionositol dalam sel terjadilah DM
Neuropati.
Patogenesis DM Neuropati
Peningkatan kadar toksik metabolik (stress
oksidatif)
Disfungsi serabut saraf
Kerusakan struktur saraf
Polyol Pathaway (kebanyakan glukosa
intraseluler oleh Hexoginase)
Patogenesis Vaskular
Iskemik akibat mikroangiopati
Patogenesis Imunologi / Inflamasi
Pada penderita DM dijumpai adanya antineural
antibodies dalam serum yang secara langsung dapat
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 58
merusak struktur saraf sensorik dan motorik yang
bisa dideteksi dengan immuno florens indeks.
7. Jelaskan rute pemberian insulin (menggunakan video)!
1. Persiapkan insulin pen, lepaskan penutup
insulin pen.
2. Hilangkan kertas pembungkus dan tutup jarum
a. Tarik kertas pembungkus pada jarum pen.
b. Putar jarum insulin ke insulin pen.
c. Lepaskan penutup jarum luar.
d. Lepaskan penutup luar jarum agar jarum
tampak.
3. Pertama insulin pen, pastiakan pen siap
digunakan
a. Hilangkan udara di dalam pen melalui jarum.
Hal ini untuk mengatur ketepatan pen dan
jarum dalam mengatur dosis insulin. Putar
tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1
atau 2 unit (pengaturan dosis dengan cara
memutar tombol).
b. Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas.
Tekan tombol dosis dengan benar sambil
mengamati keluarnya insulin. Ulangi jika
perlu, sampai insulin terlihat di ujung
jarum. Tombol pemutar harus kembali ke nol
setelah insulin terlihat di dalam pen.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 59
4. Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-
putar sesuai keinginan).
5. Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikan.
Pastikan posisi nyaman saat menyuntikkan
insulin pen. Hindari menyuntik disekitar
pusar.
6. Suntikkan insulin
a. Genggam pen dengan 4 jari, letakkan ibu jari
pada tombol dosis.
b. Cubit bagian kulit yang akan disuntik.
c. Segera suntikkan jarum pada sudut 90 derajat.
Lepaskan cubitan.
d. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada
tombol dosis sampai berhenti (klep dosis akan
kembali pada nol). Biarkan jarum di tempat
selama 5-10 detik untuk membantu mencegah
insulin dari keluar dari tempat injeksi.
Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang
terlihat memar atau tetesan darah, tetapi itu
tidak berbahaya. Bisa di usap dengan tissue
atau kapas, tetapi jangan di pijat pada
daerah bekas suntikan.
7. Persiapkan pen insulin untuk penggunaan
berikutnya
Lepaskan tutup luar jarum dan putar untuk
melepaskan jarum dari pen. Tempatkan jarum
yang telah digunakan pada wadah yang aman
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 60
(kaleng kosong). Buang ke tempat sampah jangan
dibuang ditempat pendaur ulang sampah
8. Jelaskan jenis-jenis insulin berdasarkan lama kerjanya!
Jenis Insulin Onset Terapi Peak (masa
mencapai
puncak)
Durasi
(Lama
Terapi)Insulin Kerja
Cepat (Rapid
Acting)
Contoh: Insulin
Lispro, Insulin
Aspart, Insulin
Glulisin
15-30 menit 2-4 jam 6-10 jam
Insulin Kerja
Menengah
(Intermediete
Acting)
Contoh :
Insulin NPH
(Human and
Humulin)
1-2 jam 4-8 jam 10-16 jam
Insulin Kerja
Jangka Panjang
Contoh :
Insulin
Glargin,
1-2 jam - 24-36 jam
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 61
Insulin
DetermireInsulin
Campuran
Contoh :
Mixtard,
Humulin 30/70
- - 10-16 jam
9. Bagaimana cara mengatasi hipoglikemik karena penggunaan
insulin?
Hipoglikemik adalah adverse effect yang umum dan
harus diterapi dengan:
Glukosa 10-15 gram diberikan secara oral pada
pasien yang sadar
Injeksi dekstrosa pada pasien yang tidak sadar
Pemberian glukagon pada pasien yang tidak sadar
10. Konseling apa yang diberikan kepada pasien?
Konseling yang perlu diberikan kepada pasien :
Memberikan informasi tentang penggunaan
insulin secara benar dan efek samping yang
akan timbul pada saat pemberian jangka
panjang
Perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Dilakukan pemantauan glukosa darah dan
pemahaman hasil glukosa darah
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 62
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat
seperti rasa sakit atau hipoglikemia
Pentingnya latihan jasmani yang teratur
Menjaga pola makan
Penggunaan jarum insulin, untuk mencegah
iritasi dan luka
BAB V
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus menurut beberapa ahli, adalah:
Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Subekti, et al.., 1999).
Suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karateristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (American Diabetes Association, 2003;
Soegondo, 1999).
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 63
Keadaan hiperglikemia kronis sebagai akibat dari
berbagai faktor lingkungan dan genetik, sering
keduanya bersama-sama (WHO, 1980, disadur dari
Wiyono, 2000).
Merupakan gangguan metabolisme dan distibusi gula
oleh tubuh penderita.
Suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup.
Secara epidemiologi DM seringkali tidak
terdeteksi. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan
cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes.
Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam keluarga.
Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan
komplikasi diantara ras, negara dan kebudayaan. DM tipe
2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena
terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi
urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis
adalah bertambahnya usia, jumlah dan lamanya obesitas,
distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan
beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan
terjadinya DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2
akan meningkat disebabkan oleh berbagai hal misalnya
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 64
bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian
akibat infeksi dan meningkatnya faktor resiko yang
disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak
sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono Dalam Pusat
Diabetes dan Lipid, 2007).
Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin
sebagai penyebab utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa
berasal dari kekurangan insulin yang bersifat relatif
yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin
(insuline recistance). Keadaan ini ditandai dengan
ketidakrentanan/ ketidakmampuan organ menggunakan
insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal
dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar
glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (M.N Bustan,
2007).
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar
glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu
melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan
keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya penyakit
ini disebut juga penyakit kencing manis (Suyono, 1999).
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan
kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakan hanya atas
dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosa
DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan
cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM,
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 65
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
dengan cara enzimatik dengan bahan darah kapiler
(Perkeni, 1998).
Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan
baik, beberapa tahun kemudian hampir selalu akan timbul
komplikasi. Sedangkan Menurut Sidartawan Soegondo,
prinsip pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM
terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan insulin dan,
b. Pengobatan dengan Obat Hipoglikemik Oral.
SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah laporan praktikum
farmakoterapi ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasanya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini. Penulis berharap pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca.
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 66
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach 7 edition. New
York: Mc Graw Hill
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 67
http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-diabetes-mellitus
http://catatankecil-elita.blogspot.com/2012/06/makalah-dm
http://jfikriamrullah.blogspot.com/
Priyanto. 2008. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta: Leskonfi
Risky Perdana (PERKENI).2008. Petunjuk Praktis. Terapi Insulin Pada Pasien
Diabetes Melitus hal: 9-12. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
FKUI
FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS 2014 Page 68