Upload
unika
View
2
Download
0
Embed Size (px)
1
1. PENDAHULUAN
Tanggal Praktikum dan Acara
Praktikum Pengawasan Mutu Bahan Pangan mengenai degradasi
mutu produk pangan selama penyimpanan dilaksanakan pada
hari Selasa, 19 November 2013 hingga hari Jumat, 22
November 2013 di Laboratorium Unika Baking Centre (UBS),
Gedung Albertus lantai 2. Setiap kelompok menguji sampel
yang berbeda, kelompok B1 dan B2 menggunakan sampel bahan
pangan olahan berminyak yaitu kue lapis, kelompok B3-B4
sampel buah yaitu anggur hijau, dan kelompok B5-B6 sayur
kailan. Dilakukan penyimpanan sampel sayur kailan dengan
kondisi penyimpanan yang berbeda (suhu
ruang dan suhu refrigerator). Setiap harinya dilakukan
pengujian secara fisik dan kimia, yang meliputi penampakan
visual, warna, tekstur, pH, dan kadar vitamin C.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh kondisi
penyimpanan terhadap penurunan mutu (fisik dan kimia) suatu
produk pangan selama waktu penyimpanan tertentu dan
mengetahui jenis-jenis kerusakan mayor (fisik dan kimia)
yang terjadi pada suatu produk pangan selama penyimpanan
dan mengevaluasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan
tersebut.
3
2. MATERI dan METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah plastik
bening, chromameter, fruit pressure tester, pH meter, timbangan
analitik, beaker glass, pipet volum, buret, statif, pompa
Pilleus, pipet tetes, alu, mortar, pengaduk, Erlenmeyer,
kertas saring, corong kaca, refrigerator, tissue, label, gelas
arloji, dan kamera.
2.1.2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sayur kailan, akuades, HPO3CH3COOH, larutan DCIP, dan
larutan asam askorbat.
2.2. Metode
2.2.1. Analisa Warna
Pertama-tama, daun sayur kailan yang akan diuji warnanya
dimasukkan ke dalam plastik bening. Plastik yang digunakan
untuk pengujian warna tidak boleh buram dan kusut.
Selanjutnya, chromameter dipersiapkan dan dikalibrasi
terlebih dahulu. Kalibrasi pada chromameter dilakukan dengan
cara menembakkan chromameter pada plat putih (sampai muncul
kilatan cahaya sebanyak 3 kali). Setelah dikalibrasi
chromameter dapat digunakan untuk menguji warna dari daun
sayuran dengan cara ditembakkan pada plastik yang sudah
4
berisi selembar daun sayur kailan. Setelah itu, angka yang
terbaca di chromameter dicatat. Warna yang dihasilkan dapat
dilihat pada chromameter dalam satuan L* a* dan b* L* yang
merupakan satuan warna untuk lightness. Apabila L* bernilai
positif (+L*) berarti daun memiliki warna terang (light), jika
L* bernilai negatif (-L*) berarti sayur memiliki warna
gelap (dark). Sedangkan untuk a*, jika bernilai bernilai
positif (+a*) berarti warna sayur cenderung ke arah merah
(reddish), apabila bernilai negatif (-a*) berarti warna sayur
cenderung ke arah hijau (greenish). Untuk b*, jika bernilai
bernilai positif (+b*) berarti warna sayur cenderung ke arah
kuning (yellowish), apabila bernilai negatif (-b*) berarti
warna sayur cenderung ke arah biru (bluish). Pengukuran warna
dengan chromameter dilakukan setiap hari penyimpanan (t0, t1,
t2, dan t3).
2.2.2. Analisa Tekstur
Selama tiga hari pengamatan dilakukan pengujian tekstur
sayur kailan dengan menggunakan fruit pressure tester setiap hari
pada bagian batang, pengujian dilakukan pada sampel
sebanyak tiga kali ulangan (tiga titik yang berbeda).
Kemudian dicatat hasilnya, dihitung rata – ratanya.
2.2.3. Analisa pH
Sebanyak 10 gram sampel dari wadah 1 dan wadah 2
( kontainer terbuka, dan kontainer tertutup) dihaluskan
dengan alu dan mortar. Kemudian dimasukkan dalam beaker
5
glass, ditambahkan 40 ml aquades dan diaduk merata. Setelah
itu diuji menggunakan pH meter. Sampel yang diukur
merupakan sampel pada penyimpanan hari ke-0, hari ke-1,
hari ke-4, dan hari ke-5. pH sampel diukur dengan
menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan kisaran
elektroda antara 6,8 – 4,0. Pengukuran masing – masing
sampel dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Hasil
pengukuran pH sampel dicatat, dihitung rata – rata dan
standar deviasinya.
2.2.4. Analisa Vitamin C
2.2.4.1. Standarisasi Titrasi Asam Askorbat
5 ml larutan HPO3CH3COOH dimasukkan ke dalam 3 erlenmeyer
(3x ulangan), kemudian masing – masing erlenmeyer ditambah
2 ml larutan asam askorbat, setelah itu dititrasi dengan
DCIP hingga warna menjadi merah muda.
2.2.4.2. Standarisasi Titrasi Blanko
7 ml HPO3CH3COOH dimasukkan ke dalam 3 erlenmeyer, kemudian
ditambah dengan aquades sebanyak volume DCIP yang digunakan
untuk titrasi asam askorbat, selanjutnya dilakukan titrasi
dengan DCIP hingga warna menjadi merah muda.
2.2.4.3. Titrasi Vitamin C Sampel
Sampel sayur kailan dihancurkan dengan alu dan mortar,
diambil sebanyak 10 g, kemudian ditambahkan dengan 40 ml
aquades. Sampel disaring dengan kertas saring kemudian
6
diambil 10 ml filtrat dan ditambah dengan 10 ml
HPO3CH3COOH, lalu disaring lagi dengan kertas saring,
selanjutnya diambil 10 ml dan dititrasi dengan DCIP hingga
warna menjadi merah muda. Kemudian vitamin C dihitung
dengan rumus :
F ¿
(10mg10ml )×2mlvol.rata2as.askorbat−vol.rata2blanko
mgas.askorbatmlsampel
=(vol.titrasisampel−vol.rata2blanko)×F×(vol.sampel+HPO3)
vol.sampel×vol.yangdititrasi
2.2.5. Analisa Penampakan Visual
Sampel sayur kailan difoto dan dianalisa kenampakan
visualnya. Data yang diperoleh dicatat. Pengujian ini
dilakukan pada hari ke-0, hingga hari ke-3.
7
3. HASIL PENGAMATAN
3.1. Hasil Analisa Warna
Hasil analisa warna sayur kailan dapt dilihat pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Hasil Analisa WarnaKondisi
PenyimpananHari Penyimpanan
t0 t1 t2 t3
Suhu ruang(B5)
1. L: 48.56 a: -8.49 b: 9.272. L: 48.78 a: -9.24 b: 10.723. L: 49.83 a: -9.77 b: 11.73Rata – rataL: 49.06a: -9.17b: 10.57
1. L: 56.94 a: -12.27 b: 18.042. L: 53.61 a: -11.35 b: 15.463. L: 53.51 a: -11.41 b: 18.20Rata – rata L: 54.69a: -11.68b: 17.23
1. L: 57.46 a: -10.72 b : 24.042. L: 62.20 a: -9.57 b: 20.773. L: 58.42 a: -10.22 b: 22.04Rata – rata L: 59.36a: -10.17b: 22.28
1. L: 69.18 a: -9.08 b: 36.852. L: 68.62 a: -9.10 b: 35.363. L: 68.38 a: -11.54 b: 34.31Rata – rata L: 68.73a: -9.91b: 35.51
Suhurefrigerato
r (B6)
1. L: 48.20 a: -6.89 b: 7.012. L: 48.43 a: -6.70 b: 7.043. L: 49.45 a: -8.72 b: 9.51Rata – rataL: 48.69a: -7.44b: 7.85
1. L: 47.18 a: -8.80 b: 9.762. L: 47.08 a: -8.05 b: 9.793. L: 44.64 a: -8.58 b: 9.76Rata – rata L: 46.3a: -8.48b: 9.77
1. L: 80.04 a: -8.47 b: 10.042. L: 59.00 a: -8.40 b: 10.583. L: 55.44 a: -8.60 b: 10.26Rata – rata L: 64.83a: -8.49b: 10.29
1. L: 50.89 a: -7.50 b: 8.142. L: 54.85 a: -9.82 b: 13.733. L: 48.52 a: -9.04 b: 10.50Rata – rata L: 51.42a: -8.79b: 10.79
8
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa sayur yang disimpan
di suhu ruang pada hari ke-0 hingga hari ke-3 warnanya
semakin terang, hijau, dan semakin kuning yang ditunjukkan
dengan angka L* positif yang semakin tinggi, a* negatif,
dan b* positif semakin meningkat. Sedangkan sayur yang
disimpan di suhu refrigerator warnanya terang, semakin
hijau, dan semakin kuning yang ditunjukkan dengan angka L*
positif, a* negatif semakin meningkat dan b* positif
semakin meningkat. Perbedaan yang menonjol yaitu pada
tingkat kekuningan yang ditunjukkan dengan angka b*, dimana
sayur di suhu ruang lebih kuning daripada sayur di suhu
refrigerator.
3.2. Hasil Analisa Tekstur
Hasil analisa tekstur sayur kailan dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Hasil Analisa TeksturKondisi
PenyimpananHari Penyimpanan
t0 t1 t2 t3
Suhu ruang(B5)
1. 1.82. 1.53. 1.6Rata – rata : 1.43
1. 1.32. 0.73. 1.3Rata – rata :1.10
1. 0.92. 1.13. 1.0Rata – rata :1.00
1. 2.752. 2.23. 1.8Rata – rata :2.25
Suhurefrigerato
r (B6)
1. 3.32. 3.53. 3.95Rata – rata :3.58
1. 1.52. 1.553. 1.45Rata – rata :1.5
1. 1.22. 1.23. 1.1Rata – rata :1.17
1. 0.92. 0.93. 0.9Rata – rata :0.9
9
Dari data di atas dapat dilihat bahwa sayur kailan yang
disimpan pada suhu ruang kekerasannya menurun pada hari ke-
1 dan ke-2 kemudian meningkat pada hari ke-3. Sedangkan
sayur kailan yang disimpan pada suhu refrigerator
kekerasannya menurun pada hari ke-0 hingga ke-3.
3.3. Hasil Analisa pH
Hasil analisa pH untuk sayur kailan dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa pHKondisi
PenyimpananHari Penyimpanan
t0 t1 t2 t3
Suhu ruang(B5)
1. 6.482. 6.473. 6.42Rata – rata : 6.46
1. 6.062. 6.023. 6.04Rata – rata : 6.04
1. 6.862. 6.923. 6.63Rata – rata : 6.80
1. 6.272. 6.323. 6.37Rata – rata : 6.32
Suhurefrigerator
(B6)
1. 6.372. 6.403. 6.44Rata – rata : 6.00
1. 6.282. 6.343. 6.36Rata – rata : 6.33
1. 5.162. 5.133. 5.17Rata – rata : 5.15
1. 6.302. 6.263. 6.28Rata – rata : 6.28
Dari tabel analisa pH dapat dilihat pH sayur dari hari ke-0
hingga ke-3 pada penyimpanan suhu ruang maupun suhu
refrigerator hasilnya mengalami fluktuasi berkisar antara
pH 5-6.
3.4. Hasil Analisa Vitamin C
Hasil analisa vitamin C sayur kailan dapat dilihat pada
tabel 4.
10
Tabel 4. Hasil Analisa Vitamin CKondisi
PenyimpananHari Penyimpanan
t0 t1 t2 t3
Suhu ruang(B5)
1. 4.86 x 10-2
2. 4.86 x 10-2
3. 4.86 x 10-2
Rata – rata : 4.86 x 10-2
1. 3,24 x 10-2
2. 3,24 x 10-2
3. 3,24 x 10-2
Rata – rata :3,24 x 10-2
1. 1.62 x 10-2
2. 1.62 x 10-2
3. 1.62 x 10-2
Rata – rata :1.62 x 10-2
1. 9.72 x 10-
2
2. 9.72 x 10-
2
3. 9.72 x 10-
2
Rata – rata : 9.72 x 10-2
Suhurefrigerator
(B6)
1. 1.62 x 10-2
2. 3,24 x 10-2
3. 1.62 x 10-2
Rata – rata : 2.22 x 10-2
1. 1.62 x 10-2
2. 1.62 x 10-2
3. 1.62 x 10-2
Rata – rata :1.62 x 10-2
1. 1.62 x 10-2
2. 03. 1.62 x 10-2
Rata – rata :1.08 x 10-2
1. 1.29 x 10-
1
2. 1.62 x 10-
1
3. 1.29x 10-1
Rata – rata : 0.14
Diperoleh data bahwa sayur yang disimpan di suhu ruang
kadar vitamin C menurun hingga hari ke-2 lalu meningkat
pada hari ke-3, sedangkan sayur yang disimpan di suhu
refrigerator juga demikian, kadar vitamin C menurun hingga
hari ke-2 lalu meningkat pada hari ke-3.
3.5. Hasil Analisa Kenampakan Visual
Hasil analisa kenampakan visual sayur kailan dapat dilihat
pada tabel 5.
11
Tabel 5. Hasil Analisa Kenampakan VisualKondisiPenyimpan
nan
Hari Penyimpanant0 t1 t2 t3
Suhu ruang(B5)
daun segar,berwarna
hijau, batangkuat
daun agaklayu,
berwarnahijau
kekuningan,batang agak
lunak
daun layu,berwarnakuning
kehijauan,batang lunak
daun sangatlayu,
berwarnakuning
kehijauan,batang lebih
lunak
Suhurefrigerato
r (B6)
daun segar,berwarna
hijau, batangkeras/kuat
daun agaklagu,
berwarnahijau lebihtua, batang
sedikit lunak
daun sudahlayu,
berwarnahijau tua,batang sudahmenjadi lunak
daun sangatlayu,
berwarnasangat hijautua, batangsangat lunak
Berdasarkan hasil analisa kenampakan visual dan gambar yang
diambil pada sampel setiap harinya, diperoleh data bahwa
sayur yang disimpan di suhu ruang daunnya semakin layu,
warnanya semakin kuning dan batangnya semakin lunak.
Sedangkan sayur yang disimpan di suhu refrigerator juga
13
4. PEMBAHASAN
Pada praktikum Degradasi Mutu Bahan Pangan ini, dilakukan
pengujian terhadap sayur kailan untuk mengevaluasi pengaruh
kondisi penyimpanan terhadap penurunan mutu baik fisik
maupun kimia dari sayur selama waktu penyimpanan tertentu
dan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan mayor baik fisik
maupun kimiawi yang terjadi pada sayur selama penyimpanan,
serta untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
kerusakan tersebut.
Mutu adalah kumpulan sifat atau ciri yang membedakan suatu
produk lain. Pengawasan mutu pangan dilakukan dalam seluruh
tata waktu produksi pangadaan dan konsumsi yaitu dari saat
produk direncanakan, diproduksi, pengiriman, distribusi dan
konsumsi. Dengan ditetapkannya standard maka langkah
selanjutnya adalah inspeksi (kontrol maupun arbitrasi) yang
dilakukan terhadap kualitas yaitu mengukur mutu dari suatu
produk berdasarkan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya. Apabila standard ini sudah terpenuhi maka
kemungkinan barang tersebut diklaim oleh pemakai adalah
kecil sekali (Arpah, 1993).
Sayuran merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Menurut Agoes (1995),
sayuran dapat berupa tanaman atau bagian tanaman yang dapat
dikonsumsi dalam keadaan mentah maupun matang. Sayuran
14
segar mengandung beberapa komponen seperti vitamin,
mineral, dan serat serta mempunyai khasiat yakni dapat
memelihara kesehatan tubuh, mengontrol berat badan, dan
menunda proses penuaan (Novary, 1997).
Dalam praktikum ini digunakan sampel sayur kailan. Kailan
(Brassica oleraceae var. acephala) berasal dari Negeri Cina.
Batang tanaman kailan umumnya pendek dan banyak mengandung
air (herbaceous). Di sekeliling batang hingga titik tumbuh
terdapat tangkai daun yang bertangkai pendek. Tanaman
kailan dikenal dengan daun roset yang tersusun spiral
kearah pucuk cabang tak berbatang. Sebagaian besar sayuran
kailan memiliki ukuran daun yang lebih besar dan permukaan
serta sembir daun yang rata (Tyndall, 1986).
Menurut Steenis (1975) klasifikasi tanaman kailan adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae Var. Acephala
4.1. Analisa warna
15
Pengukuran warna pada bahan pangan menyediakan indeks
objektif terhadap kualitas bahan pangan. Warna dapat
menjadi indikator kematangan ataupun kerusakan. Titik akhir
proses pemasakan juga ditentukan berdasarkan warnanya.
Misalnya apabila warna sayuran kuning maka konsumen tidak
akan membeli karena adanya indikasi bahwa warna sayur yang
kuning merupakan warna sayur yang tidak segar, busuk, dan
sebagainya, sehingga konsumen memilih untuk tidak membeli.
Menurut Frederick (1996), warna didefinisikan sebagai
cahaya yang dipancarkan, bagian dari indera penglihatan
dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya yang
tertangkap oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran
energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang
elektromagnetik
Menurut Agustin et al. (2003), pengukuran warna menggunakan
alat kromameter yang dicirikan dengan 3 notasi, yaitu L, a,
dan b. Notasi L menyatakan kecerahan (light) yang mempunyai
nilai berkisar antara 0-100 dari hitam ke putih. Notasi
warna a menyatakan warna kromatik campuran merah hijau.
Nilai notasi warna a bernilai positif untuk warna merah
yang berkisar antara 0-80 dan bernilai negatif untuk warna
hijau yang berkisar antara 0 – (-80). Notasi warna b
menyatakan warna kekuningan / kebiruan. Nilai positif
berkisar dari 0-70 untuk warna kuning, sedangkan nilai
negatif menunjukkan warna biru berkisar antara 0-(-70).
16
Berdasarkan data yang diperoleh sayur yang disimpan di suhu
ruang pada hari ke-0 hingga hari ke-3 warnanya semakin
terang, hijau, dan semakin kuning yang ditunjukkan dengan
angka L* positif yang semakin tinggi, a* negatif, dan b*
positif semakin meningkat. Sedangkan sayur yang disimpan di
suhu refrigerator warnanya terang, semakin hijau, dan
semakin kuning yang ditunjukkan dengan angka L* positif, a*
negatif semakin meningkat dan b* positif semakin meningkat.
Melalui data tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sayur kailan
yang disimpan dalam suhu ruang mengalami penurunan warna
dari yang semula hijau menjadi agak kekuningan sedangkan
sayur kailan yang disimpan dalam refrigerator tetap berwarna
hijau. Hal ini dapat terjadi dikarenakan aktivitas enzim
klorofilase yang meningkat selama degradasi klorofil
(Tranggono, 1989). Selain itu, baik pada sayur yang
disimpan dalam refrigerator maupun dalam suhu ruang mengalami
penurunan warna menjadi lebih gelap. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan pigmen klorofil mulai memudar dan digantikan
oleh pigmen lain.
4.2. Analisa Tekstur
Tekstur merupakan salah satu kriteria penting dari mutu
makanan. Tekstur paling penting diterapkan pada makanan
lunak dan makanan rangup atau renyah. Ciri yang paling
sering diacu ialah kekerasan, kekohesifan dan kandungan
air. Tekstur makanan dapat didefinisikan sebagai cara
bagaimana berbagai unsur komponen dan unsur struktur ditata
17
dan digabung menjadi mikro dan makrostruktur dan pernyataan
struktur ini keluar dalam segi aliran dan deformasi (DeMan,
1997).
Sayuran segar memiliki karakteristik yakni warna daun yang
lebih tua daripada batangnya. Tekstur batang sayuran
sayuran lebih berpori dibandingkan buah – buahan. Berikut
ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi tekstur pada
sayuran :
Ukuran dan bentuk sel
Ukuran sel yang kecil dengan sedikit ruang antar sel
dapat membentuk tekstur yang padat. Sebaliknya, ukuran
sel yang besar disertai ruang antar sel yang besar dapat
membentuk tekstur yang kasar atau menyerupai sponge.
Keterikatan sel-sel
Keterikatan sel bergatung pada jumlah pektin yang
tersedia. Dalam proses pemasakan, pektin yang larut
dalam air akan mengalami peningkatan sedangkan pektin
yang tidak larut air akan berkurang sehingga dapat
mengakibatkan sel-sel mudah terpisah.
Adanya jaringan penunjang
Keberadaan jaringan penunjang dapat menyebabkan adanya
variasi pada tekstur sayur. Misalnya pada tanaman muda
tersusun atas sel parenkim yang bersifat sekulen
kemudian dengan adanya diferensiasi maka parenkim akan
menjadi kolenkim dan sklerenkim sehingga dihasilkan
tekstur yang berbeda.
18
Susunan tanaman
Komposisi jaringan tanaman erat hubungannya dengan
tekstur. Di antara komponen-komponen yang terdapat di
dalam sel, keberadaan pati dianggap paling penting dalam
keterkaitannya dengan tekstur.
Ketegangan sel
Ketegangan sel dapat terjadi disebabkan oleh adanya
tekanan isi sel pada dinding sel dan konsentrasi zat-zat
osmotik aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma,
dan elastisitas dinding sel. Dengan dinding sel yang
tegang dan kuat dipertahankan suatu tekstur yang kokoh.
(Pantastico, 1995).
Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan, sayur
kailan yang disimpan pada suhu ruang kekerasannya menurun
pada hari ke-1 dan ke-2 kemudian meningkat pada hari ke-3.
Sedangkan sayur kailan yang disimpan pada suhu refrigerator
kekerasannya menurun pada hari ke-0 hingga ke-3.
Berdasarkan angka yang diperoleh menunjukkan bahwa sayur
kailan yang disimpan pada suhu refrigerator lebih tinggi
kekerasannya hingga hari ke-2 daripada sayur kailan yang
disimpan pada suhu ruang. Sayur yang disimpan di suhu
refrigerator lebih dapat mempertahankan tekstur dikarenakan
suhu dingin (cold storage) dapat mencegah kerusakan tanpa
mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang tak
diinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi
yang dapat diterima oleh konsumen selama mungkin
19
(Tranggono, 1989). Selain itu, pada penyimpanan hari ke-3
hasil analisa tekstur menunjukkan sayur kailan yang
disimpan pada suhu ruang mengalami peningkatan (lebih
keras). Hal ini dapat terjadi dikarenakan sayur menyerap
air.
4.3. Analisa pH
pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat
tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu
larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14. Dalam
analisa pH, digunakan alat berupa pH meter. pH meter (pH
elektroda) adalah suatu instrumen elektronik yang digunakan
untuk pengukuran pH (kadar keasaman) suatu larutan
(meskipun bisa juga digunakan untuk pengukuran pH unsur
semi-solid). Prinsip pengukuran pH dengan menggunakan pH
meter adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang
terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda
gelas (membran gelas) yang telah diketahui dengan larutan
yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui.
Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan
berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur
potensial elektrokimia dari ion hydrogen (Sohibul, Himam
Haqiqi, 2009).
Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran pH sayur dari hari ke-0 hingga
20
ke-3 pada penyimpanan suhu ruang maupun suhu refrigerator
hasilnya mengalami fluktuasi berkisar antara pH 5-6. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Utama, dkk (2009) yang
menyatakan bahwa rata – rata pH sayuran lebih besar
daripada 5. Dapat disimpulkan juga bahwa tempat penyimpanan
yang berbeda tidak mempengaruhi pH dari sayur kailan.
4.4. Analisa Vitamin C
Vitamin C menurut Nielsen (1998), merupakan vitamin yang
larut dalam air, mempunyai sifat asam dan pereduksi yang
kuat. Andarwulan & Koswara (1992), juga menambahkan bahwa
vitamin C mempunyai rumus empiris C6H8O6 dalam bentuk murni
merupakan kristal putih tak berwarna, tak berbau, dan
mencair pada suhu 190-192oC. Vitamin C mudah larut dalam
air, sedikit larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam
benzena, eter, kloroform, minyak dan sejenisnya, serta
mudah teroksidasi oleh panas, sinar, alkali, enzim,
oksidator, katalis tembaga dan besi.
Menurut Anonim (2005), vitamin C atau sering disebut
sebagai asam askorbat memiliki berat molekulnya 176,12
g/mol. Nama kimia 2–oxo–L–threo–hexono–1,4-lactone–2,3–enediol atau
(R)–3,4-dihydroxy–5–((S)–1,2–dihydroxyethyl)-furan–2(5H)–one. Asam
askorbat memiliki struktur bangun sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Bangun Asam Askorbat
21
Salah satu fungsi vitamin C adalah sebagai antioksidan.
Beberapa zat dalam makanan, didalam tubuh dihancurkan atau
dirusak jika mengalami oksidasi. Sering kali, zat tersebut
dihindari dari oksidasi dengan menambahkan antioksidan.
Suatu antioksidan adalah zat yang dapat melindungi zat lain
dari oksidasi dimana dirinya sendiri yang teroksidasi.
Vitamin C, karena memiliki daya antioksidan, sering
ditambahkan pada makanan untuk mencegah perubahan oksidatif
(William and Caliendo 1984).
Dalam analisa vitamin C mula – mula dilakukan standarisasi
titrasi asam askorbat, blanko dan titrasi sampel. Dalam
titrasi asam askorbat, mula – mula sebanyak 5 ml larutan
HPO3CH3COOH dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya
ditambah larutan asam askorbat sebanyak 2 ml dan dititrasi
dengan larutan DCIP hingga warna larutan berubah menjadi
merah muda. Lalu, dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Fungsi
penambahan asam askorbat adalah mereduksi kandungan vitamin
C dalam sampel sehingga menghasilkan warna merah muda.
Larutan DCIP berfungsi sebagai indikator perubahan warna.
Sedangkan pada standarisasi titrasi blanko, mula – mula
sebanyak 7 ml larutan HPO3CH3COOH dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan aquades sebanyak
volume larutan DCIP yang digunakan untuk titrasi asam
askorbat. Selanjutnya, dititrasi dengan larutan DCIP hingga
warna larutan berubah menjadi merah muda. Lalu, dilakukan
22
sebanyak 3 kali ulangan. Fungsi penambahan asam askorbat
adalah mereduksi kandungan vitamin C dalam sampel sehingga
menghasilkan warna merah muda. Larutan DCIP berfungsi
sebagai indikator perubahan warna.
Dalam titrasi sampel, mula – mula sebanyak 10 gram sampel
(sayur kailan) dihaluskan dan ditambah dengan aquades 40
ml. Penghalusan sampel bertujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif dan memperluas kontak dengan pereaksi,
serta efisiensi pereaksi dan waktu pereaksi (Arpah, 1993).
Sedangkan penambahan aquades berfungsi untuk melarutkan
sampel. Selanjutnya, disaring dengan kertas saring hingga
diperoleh filtrat 10 ml. Penyaringan dilakukan agar
didapatkan filtrat yang murni (terbebas dari kotoran).
Kemudian, sebanyak 10 ml filtrat ditambah dengan 10 ml
larutan HPO3CH3COOH dan disaring dengan kertas saring.
Setelah itu, sebanyak 10 ml filtrate diambil, dititrasi
dengan larutan DCIP hingga warna larutan merah muda. Fungsi
penambahan asam askorbat adalah mereduksi kandungan vitamin
C dalam sampel sehingga menghasilkan warna merah muda.
Larutan DCIP berfungsi sebagai indikator perubahan warna.
Berdasarkan percobaan praktikum yang telah dilakukan
diperoleh data bahwa sayur yang disimpan di suhu ruang
kadar vitamin C menurun hingga hari ke-2 lalu meningkat
pada hari ke-3, sedangkan sayur yang disimpan di suhu
refrigerator juga demikian, kadar vitamin C menurun hingga
23
hari ke-2 lalu meningkat pada hari ke-3. Jumlah vitamin C
pada suhu refrigerator masih lebih tinggi dibandingkan yang
disimpan di suhu ruang. Lama penyimpanan pada suhu ruang
dapat mempercepat kecepatan reaksi metabolisme sehingga
terjadi penurunan vitamin C yang lebih besar bahkan ada
pula yang tidak terdeteksi. Sedangkan penyimpanan pada suhu
dingin dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi
metabolisme dimana setiap penurunan suhu 8°C kecepatan
reaksi akan berkurang menjadi setengahnya. Oleh karena itu,
dengan penyimpanan pada suhu rendah dapat memperpanjang
umur simpan dari jaringan-jaringan di dalam bahan pangan
tersebut. Selain kecepatan reaksi adapun faktor lain yang
mempengaruhi penurunan vitamin C yakni proses respirasi
yang menurun, pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan
dan kerusakan terhambat (Tranggono dan Sutardi, 1990).
Peningkatan kadar vitamin C yang terjadi pada pengujian
sayur kailan hari ke-3 dapat disebabkan karena kesalahan
praktikan dalam menguji, yaitu kurangnya ketelitian dalam
membaca volume pada buret, kelalaian dalam titrasi misalnya
terlalu lama menitrasi sehingga larutan berubah warna
menjadi sangat merah muda atau sebaliknya. Hal-hal tersebut
dapat mempengaruhi jumlah volume titrasi sehingga akan
mempengaruhi hasil perhitungan kadar vitamin yang diuji.
4.5. Analisa Kenampakan Visual
24
Dalam analisa ini, kenampakan produk dideskripsikan.
Berdasarkan dokumentasi pada tabel 5, diketahui bahwa sayur
kailan yang disimpan di suhu refrigerator dapat mempertahankan
warna hijau namun warnanya semakin gelap dan bentuk helaian
daun menjadi layu sedangkan pada sayur kailan yang disimpan
dalam suhu ruang tidak dapat mempertahankan warna hijau dan
semakin lama penyimpanan, helaian daun berwarna kuning,
layu. Melalui analisa kenampakan visual ini dapat
disimpulkan bahwa sayur kailan yang disimpan baik pada suhu
ruang maupun refrigerator makin lama dapat mengalami
kerusakan.
Pada suhu ruang, kerusakan yang terjadi dikarenakan sayur
kailan mudah kontak dengan oksigen sehingga memudahkan
mikroorganisme aerob menempel dan bertumbuh serta
berkembang biak dan akhirnya perlahan mulai merusak
jaringan tumbuhan dan akhirnya menyebabkan kebusukan.
Sedangkan pada penyimpanan suhu refrigerator sayur kailan
dapat mengalami kerusakan (chilling injury) dikarenakan pada
suhu rendah menyebabkan selaput sel mengalami transisi fase
yakni dari bentuk cairan kristal di dalam selaput menjadi
struktur gel yang padat, komponen lemak pada selaput sel
memadat. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi yang
mengakibatkan selaput sel retak dan memicu peningkatan
permeabilitas sel (Anim, 2009).
25
5. KESIMPULAN
Sayur kailan yang disimpan dalam suhu ruang mengalami
perubahan warna dari yang semula hijau menjadi agak
kekuningan sedangkan sayur kailan yang disimpan dalam
refrigerator tidak menunjukkan perubahan warna yang
signifikan.
Sayur kailan yang disimpan dalam suhu ruang tidak dapat
mempertahankan warna hijau dan semakin lama penyimpanan,
helaian daun berwarna kuning.
Sayur kailan yang disimpan di suhu refrigerator dapat
mempertahankan warna hijau akan tetapi lama kelamaan
mengalami perubahan warna dan bentuk helaian daun
menjadi layu.
Tekstur sayur kailan yang disimpan pada suhu
refrigerator hingga hari ke-2 lebih tinggi daripada
sayur yang disimpan pada suhu ruang karena sayur yang
disimpan di suhu refrigerator lebih dapat mempertahankan
tekstur, dimana suhu dingin (cold storage) dapat mencegah
kerusakan
Pada penyimpanan hari ke-3 hasil analisa tekstur
menunjukkan sayur kailan yang disimpan pada suhu ruang
mengalami peningkatan (lebih keras). Hal ini dapat
terjadi dikarenakan sayur menyerap air.
pH sayur kailan yang disimpan di suhu ruang dan
refrigerator hampir sama yakni pada kisaran pH 5-6.
26
Semakin lama penyimpanan baik pada suhu ruang maupun
refrigerator vitamin C mengalami penurunan.
Sayur kailan yang disimpan baik pada suhu ruang maupun
refrigerator makin lama dapat mengalami kerusakan.
Pada suhu ruang, kerusakan yang terjadi dikarenakan
sayur kailan mudah kontak dengan oksigen sehingga
memudahkan mikroorganisme aerob menempel dan bertumbuh
serta berkembang biak
Pada penyimpanan suhu refrigerator sayur kailan dapat
mengalami kerusakan (chilling injury).
Semarang, 1 Desember 2013Asisten Dosen :
- Kartika- Chrysentia
Archinitta
Ong, Jessita Setyaningrum10.70.00146. DAFTAR PUSTAKA
Agoes, D & Lisdiana. (1995). Memilih dan Mengolah Sayur.Penebar Swadaya. Jakarta
Agustin, I; S. Simamora & Z. Wulandari. (2003). PembuatanMie Kering dengan Fortifikasi Tepung Tulang Rawan AyamPedaging. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Andarwulan, N. & S. Koswara. (1992). Kimia Vitamin.Penerbit IPB. Bogor.
Anim. (2009). Penyimpanan Buah Dan Sayuran.http://sahbatt.blogspot.com/2009/05/penyimpanan-buah-dan-sayuran.html. Diakses 30 November 2013.
Anonim. (2005). Ascorbic Acid. http://kampung-ugm.org/?p=4914. Diakses 30 November 2013.
27
Arpah, M. ( 1993 ). Pengawasan Mutu Pangan. PenerbitTarsito. Bandung.
DeMan, John M. (1997). Kimia Makanan Edisi Kedua. ITB.Bandung.
Frederick, B. J. (1996). Fisika Edisi ke 8. Erlangga.Jakarta.
Utama, Ir.I Made S., dkk. (2009). Penanganan PascapanenBuah dan Sayuran Segar.http://staff.unud.ac.id/~madeutama/wp-content/uploads/2009/06/5-penanganan-pascapanen.pdf. Diakses 30 November 2013.
Novary, E.W. (1997). Penanganan dan Pengolahan SayuranSegar. Penebar Swadaya.
Pantastico, Er. B. (1995). Fisiologi Pasca Panen. GajahMada University Press.
Nielsen, S.S. (1998). Food Analysis. Aspen Publisher. Inc.Maryland.
Steenis 1975. Bertanam Sayur di dalam Pot. PT. Bumi Restu,Jakarta.
Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi PascaPanen. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
Tranggono. 1989. Teknologi Pasca Panen. PAU Pangan dan Gizi,UGM. Yogyakarta.
Tyndall, 1986:70.Bertanam Sawi. Swadaya, Jakarta.
28
William E.R., Caliendo M.A. 1984. Nutrion : principles, Issues, anApplications. New York: McGraw-Hill Book Company.7. LAMPIRAN
7.1. Perhitungan
RUMUS:
F ¿
(10mg10ml )×2mlvol.rata2as.askorbat−vol.rata2blanko
Kadar vitamin Cmgml
=(vol.titrasisampel−vol.rata2blanko)×F×(vol.sampel+HPO3)
vol.sampel×vol.yangdititrasi
F ¿(10mg10ml )×2ml24,833−0,2
= 0,081 mg/ml
Perhitungan Kadar Vitamin C
Kelompok B5 Hari ke-0 Hari ke-1Ulangan 1 Ulangan 1
mg10
=(0,5−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0486 mg asam askorbat =
0,0324
29
Ulangan 2 Ulangan 2
mg10
=(0,5−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0486 mg asam askorbat =
0,0324
Ulangan 3 Ulangan 3
mg10
=(0,5−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0486 mg asam askorbat =
0,0324
Hari ke-2 Hari ke-3Ulangan 1 Ulangan 1
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,8−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
30
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,0972
Ulangan 2 Ulangan 2
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,8−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,0972
Ulangan 3 Ulangan 3
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(0,8−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,0972
Kelompok B6 Hari ke-0 Hari ke-1Ulangan 1 Ulangan 1
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10 mg10=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
31
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,0162
Ulangan 2 Ulangan 2
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0342 mg asam askorbat =
0,0162
Ulangan 3 Ulangan 3
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
mg10
=(0,4−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,0162
Hari ke-2 Hari ke-3Ulangan 1 Ulangan 1
mg10=
(0,3−0,2)×0,081×(10+10)10×10
mg10=(1−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
32
mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,129
Ulangan 2 Ulangan 2
mg10
=(0,2−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
mg10
=(1,2−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)
mg asam askorbat = 0 mg asam askorbat =
0,162
Ulangan 3 Ulangan 3
mg10
=(0,3−0,2)×0,081×(10+10)
10×10
mg10
=(1−0,2)×0,081×(10+10)
(10×10)mg asam askorbat = 0,0162 mg asam askorbat =
0,129
7.2. Laporan Sementara