of 10 /10
Muzhoffar akhwan, Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan Tinjauan atas UU, Kurikulum dan Kemampuan Guru Oleh Muzhoffar Akhwan Dosen FIA! UU Yogyakarta Abstract The paradigm of education in future is democracy. In Indonesia after the Era of Reformation there were big changes in the policy of education, forexample school based management and competency based curriculum 'Since 2001. Therefor to develop the curriculum it is must to do reformation and reorientation to the system of education.Thus, efforts tostrengten the capability of those teachers to became professional educators were unavoi dable. Because, the role of teachers in establishing new geration and civilization in the mids of global changes are very significant. Change the curriculum of education from centraiistic to decentralization and change the curriculum of education from theoretic oriented to problem oriented; how the teacher deliver subject of teaching from the real problem faced by students with constructivist approach. Keywords: curriculum, competency,profession. Pendahuluan Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Meialui penataan pendidikan yang adaptif terhadap perkembangan zaman yang berorien- tasi kepada peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu soiusi untuk menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia dalam menjawab tantangan globalisasi dewasa ini. Salah satu indikator mutu pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya. Bila guru selalu kreatif dan meningkatkan kualitas pembelajaran- nya, maka akan melahirkan anak bangsayang berkualitas pula. Kondisi sumber daya manusia kita saat ini sangat tidak kompetitif. Menurut catatan Human Development Report Tahun 2003 versi UNDP, sebagaimana dikutip Nurhadi (2003 : 1), peringkat kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di urutan 112. Indonesia berada jauh di bawah Filiplna (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan Singapura (28). Bahkan International Educational Achievement (lEA) meiaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Sementara itu. Third Mathematics and Science Study (TIMSS) meiaporkan bahwa kemampuan matematlka siswa SMP kita berada di urutan ke 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke 32. Jadi, keadaan 36 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003

Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan - Jurnal

Embed Size (px)

Text of Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan - Jurnal

Muzhoffar akhwan, Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan

Peningkatan dan Standarisasi Mutu PendidikanTinjauan atas UU, Kurikulum dan Kemampuan Guru

Oleh Muzhoffar Akhwan

Dosen FIA! UU Yogyakarta

Abstract

The paradigm of education infuture is democracy. In Indonesia afterthe Era of Reformation there were bigchanges in the policy of education,forexample schoolbasedmanagementand competency based curriculum

'Since 2001. Therefor to develop thecurriculum it is must to do reformation

and reorientation to the system ofeducation.Thus, efforts tostrengten thecapability of those teachers to becameprofessional educators were unavoidable. Because, the role of teachers inestablishing new geration andcivilization in the mids of globalchanges are very significant. Changethe curriculum of education from

centraiistic to decentralization and

change the curriculum of educationfrom theoretic oriented to problemoriented; how the teacher deliversubject of teaching from the realproblem faced by students withconstructivistapproach.

Keywords:curriculum, competency, profession.

Pendahuluan

Kualitas kehidupan bangsasangat ditentukan oleh faktorpendidikan. Peran pendidikan sangatpenting untuk menciptakan kehidupanyang cerdas, damai, terbuka, dan

demokratis. Meialui penataanpendidikan yang adaptif terhadapperkembangan zaman yang berorien-tasi kepada peningkatan mutupendidikan merupakan salah satusoiusi untuk menaikkan harkat dan

martabat manusia Indonesia dalam

menjawab tantangan globalisasidewasa ini. Salah satu indikator mutu

pendidikan ditentukan oleh kualitasgurunya. Bila guru selalu kreatif danmeningkatkan kualitas pembelajaran-nya, maka akan melahirkan anakbangsayang berkualitas pula.

Kondisi sumber daya manusia kitasaat ini sangat tidak kompetitif.Menurut catatan Human DevelopmentReport Tahun 2003 versi UNDP,sebagaimana dikutip Nurhadi (2003 :1), peringkat kualitas sumber dayamanusia Indonesia berada di urutan

112. Indonesia berada jauh di bawahFiliplna (85), Thailand (74), Malaysia(58), Brunei Darussalam (31), KoreaSelatan (30), dan Singapura (28).Bahkan International Educational

Achievement (lEA) meiaporkan bahwakemampuan membaca siswa SDIndonesia berada di urutan 38 dari 39

negara yang disurvei. Sementara itu.Third Mathematics and Science Study(TIMSS) meiaporkan bahwakemampuan matematlka siswa SMPkita berada di urutan ke 34 dari 38

negara, sedangkan kemampuan IPAberada di urutan ke 32. Jadi, keadaan

36 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003

pendidikan kita memang memperi-hatinkan.

Berdasarkan hasil pemikiran yangpanjang, akhirnya ditemukan bahwaarah pendidikan Indonesia kurangtepat, sehingga menyebabkan kualitaslulusannya kurang berkualitas jikadibandingkan dengan luiusanpendidikan di negar-negara lain.Pendidikan di Indonesia, muiai daripendidikan dasar sampai denganpendidikan tinggi lebih diarahkanuntuk menguasai materi sebanyak-banyaknya {content based) daripadauntuk mencapai kompetensi tertentu.Akibatnya adaiah sumber dayamanusia Indonesia berasa! dari luiusanlembaga pendidikan kurang berkualitas dan karena itu, pembaharuanpendidikan dimulal dari perbaikankurlkuiumnya.

Tuntutan reformasi tahun 1998

yang amat panting adaiahdemokratisasi. Hal In! dapat dicermatidalam dua segi yaitu pemberdayaanmasyarakat dan pemberdayaanpemerintah daerah (otonomi daerah).Dengan demikian peranan pemerintahpusat yang bersifat sentraiistis yangberiangsung seiama 50 tahun lebihakan diperkecii dengan memberikanperanan yang lebih besar kepadapemerintah daerah yang lebih dikenaldengan sistem desentraiisasi (Arifin:2003: 1-2). Kewenangan yangdiiimpahkan ke pemerintah daerahtersebut menuntut prasyarat, yaitutersedianya sumber daya manusiayang mampu menerjemahkan danmeiaksanakan tunturan gerakanreformasi tersebut.

Tuiisan in! akan membahas

persoalan upaya peningkatan mutupendidikan di Indonesia, terutamameialul perubahan kurikuium

Paradigma Baru Pendidikan Islam

berbasis kompetensi atau juga dikenaldengan istilah Kurikuium 2004.Persoalan apakah yang menjadikendaia daiam perubahan pendidikansehingga dapat diberikan soiusi yangtepat dalam impiementasipembaharuan pendidikan tersebut.

Persoalan Pendidikan

Upaya peningkatan kualitaspendidikan terus-menerus oiehberbagai elemen pendidikan.Pemerintah daiam hai ini Menteri

Pendidikan Nasionai teiah menca-

nangkan "Gerakan Peningkatan MutuPendidikan" pada tanggal 2 Mei 2002yang iaiu. Upaya ini diiakukan untukmerespon kebijakan pemerintah yangterkait dengan peiaksanaan otonomidaerah yang berimplikasi padaotonomi pendidikan. Salah satualterntlfnya adaiah dengan menerap-kan Kurikuium Berbasis Kompetensi(KBK).

Kompetensi merupakan penge-tahuan, keterampilan, dan niiai-niiaidasar yang direflekslkan dalamkebiasaan berpikir dan berkehendak.Kebiasaan berpikir dan berkehendaksecara konsisten dan terus menerus

memungkinkan seseorang menjadikompeten, dalam arti memilikipengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk meiakukan sesuatu.

Dengan pengertlan tersebut makakurikuium berbasis kompetensi dapatdiartikan sebagai model kurikuiumyang dirancang secara khusus uintukmempersiapkan peserta didikkompeten dalam meiaksanakantugas-tugas di bidang pekerjaantertentu.

Menurut Djemari Mardapi (2003),ada dua pertimbangan perlunyamenerapkan kurikuium berbasis

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni2003 37

Muzhoffar Akhwan, Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan

kompetensl. Pertama, persainganyang terjadi di era global terietak padakemampuan sumber daya m'anuslahasll lembaga pendidikan. Kedua,standar kompetensl yang jelas akanmemudahkan lembaga pendidikandalam mengembangkan sistempenilaian. Berdasarkan atas duapertimbangan tersebut, sesungguh-nya penerapan kurikulum berbasiskompetensl bukan semata-matasebagai upaya perbaikan terhadapkurikulum sebelumnya, melainkanlebih disebabkan oleh situasi dankebutuhan masyarakat yang menuntuttersedianya sumber daya manusiayang unggul di berbagai kehidupannyata.

Karakteristik Kurikulum berbasiskompetensladalah sebagai berikut: (a)Menekankan pada ketercapaiankompetensi siswa, balk secara individumaupun secara klasikal; (b)Berorientasi pada hasil belajar{learning outcomes) dan keberagam-an; (c) Penyampaian materi dalampembelajaran dengan menggunakanpendekatan dan mtode yangbervarlasl; (d) Sumber belajar bukanhanya guru, tetapi juga sumber belajarlainnya yang memenuhi unsuredukatif, dan (e) Penilaianmenekankan proses dan hasil belajardalam upaya penguasaan ataupencapaian suatu kompetensi(Mulyasa, 2003:42).

Peningkatan Mutu PendidikanBlla dicermati, peningkatan mutu

pendididan nasional sesungguhnyadilakukan melalui perbaikan tiga Isuutama, yaitu pembaharuan kurikulum,peningkatan kualltas pembelajaran,dan efektifitas metode pembelajaran.Kurikulum pendidikan harus

komprehensif dan responsif terhadapdinamika sosial, relevan, tidakoverload dan mampu mengakomo-dasikan keberagaman keperluan dankemajuan teknologi. Secara mikro,harus ditemukan strategi pembelajar-annya yang lebih efektif di kelas danlebih memberdayakan potensi pesertadidik.

Menurut Ace Suryadi (2004)diperlukan tiga pendekatan untukpelaksanaan peningkatan mutupendidikan yang kini menjadi fokusperhatian pemerintah dan para ahllpendidikan di Indonesia, yaitu substasipendidikan, teknis pendidikan, danpengelolaan pendidikan. Ketigapendekatan untuk peningkatan mutupendidikan tersebut sebagai berikut:

Pertama, pendekatan substansipendidikan {content approach), mutupendidikan ditentukan oleh terjadinyaperubahan tingkah laku yang perludicapai peserta didik. Pembelajaranselama ini mengarah padapenguasaan hafalan konsep dan teoriyang bersifat. abstrak telah terbuktikurang menarik minat peserta didikuntuk belajar sehingga prestasibelajarnyapun rendah. Akibatnya,kegiatan belajar yang seharusnyaberorientasi pada peserta didikterkalahkan oleh kegiatan mengajaryang didominasi oleh guru yangcenderung kaku dan membosankan.

Isi kurikulum {core curriculumcontent) yang berorientasi padaproses pembelajaran, pada Intinyaterdiri dari dua kategori. Di samping isikurikulum berkaitan dengankemampuan dasar untuk belajar{basic learning skills) sepertikemampuan membaca (menyerapInformasi melalui bahan bacaansecara cepat), berhitung (berlatih

38 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI JunI 2003

untuk memahami logika, angka danruang), menulis (menuangkangagasan melalui tulisan atau lisan),mendengar dan menyimak (menyerapinformasi melalui pengamatan danpendengaran), serta mengenalpermasalahan lingkungan agarberlatih untuk memecahkan.

Is! kurlkuium juga terkait dengansubstansi beiajar {basic learningcontents) seperti pengetahuan,wawasan, nilai, sikap dan keterampil-an. Informasi yang diperoleh pesertadidik melalui membaca buku,mendengarkan berlta sertapengamatan masalah sosialselanjutnya ditelaah {reviewed) dandijelaskan dengan konsep ilmupengetahuan bersama guru dalamdiskusi di kelas. Standar isi mencakupruang iingkup materi dan tingkatkompetensi yang dituangkan ke dalampersyaratan tentang kompetensitamatan, kompetensi bahan kajian,kompetensi mata pelajaran, dansilabus pembelajaran.

Pendekatan teknis kependidlkan{technicalapproach)', mutu pendidikandapat ditingkatkan melalui pendekatanbeiajar tuntas {mastery learning).Pendekatan ini menyaratkan pesertadidik untuk dapat beiajar pada setiaptahapan hingga tahap penguasaanyang lebih tinggi. Untuk mengetahuitingkat suatu penguasaan tahapanbeiajar, perlu diterapkan sistem ujianyang obyektif dan terpercaya. Kontrolmutu pendidikan harus dilakukansecara teratur oleh lembagaindependent ser\a memiliki kewenang-an untuk menetapkan berbagaistandar mutu secara nasional. Hasi!

pengukuran mutu tersebut dijadikansebagai masukan untuk penyempur-naan substansi dan proses pendidikan

paradigma baru pendidikan Islam

di masayang akan datang.Kedua, pendekatan pengelolaan

pendidikan {managerial approach);mutu pendidikan ditingkatkan melaluipenguatan setiap satuan lembagapendidikan dalam menerapkanstrategl khusus secara sendiri-sendiri.Melalui manajemen berbasis sekolah{schoolbasedmanagement), misalnyapimpinan sekolah diberi tanggung-jawab sepenuhnya untuk meneliti danmengkaji semua permasalahanmengenal alokasi dan pendayaguna-an sumber daya pendidikan secaraoptimal yang dapat menghambatproses dan prestasi beiajar. Setelahmemahami permasalahan, pimpinansekolah diberikan keleluasaan untuk

memutuskan apa yang terbaik bagisekolahnya untuk meningkatkan mutudan efisiensi pendidikan sertameningkatkan prestasi beiajar.Berdasarkan mutu yang telah dicapai-nya itu mereka berhak mendapatkanpujian {reward) atau hukuman{punishment) yang objektif dankonsistenterhadap pimpinan sekolah.

Dengan tanpa mengabaikanfaktor-faktor penting lainnya, kualitasguru telah ditemukan oleh berbagaistudi sebagai salah satufaktor pentingdalam menentukan mutu pendidikansecara konsisten. Kewajiban pendidik(dosen), sebagaimana diamanatkanoleh UUSPN No. 20 Tahun 2003, Pasal40 (2): (a) menciptakan suasanapendidikan yang bermakna, menye-nangkan, kreatif, dinamis dan dialogis;(b) mempunyai komitmen secaraprofesional untuk meningkatkan mutupendidikan; dan (c) member! teladandan menjaga -nama balk lembagaprofesi, dan kedudukan sesuai dengankepercayaan yang diberikan kepada-nya.

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VI JunI2003 39

MUZHOFFAR AKHWAN, PENINGKATAN DAN STANDARISASI MUTU PENDIDIKAN

KBKsebagai SolusiKurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK), merupakan konsep yangmenawarkan otonomi pada lembagapendidikan untuk menentukankebijakan lembaga dalam rangkameningkatkan mutu dan efisiensipendidikan yang dapat mengakomo-dasl keinglnan masyarakat setempatserta menjalln kerjasama yang eratantara sekolah dengan masyarakat.Kurikulum berbasis kompetensidikembangkan untuk memberikanketerampilan dan keahilan bertahanhidup dalam perubahan, pertentang-an. ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Lulusansekolah yang diinginkan adalah yangkompeten dan cerdas dalammembangun Identitas budayabangsanya (Boedlono, 2002:1).

Pengertlan kompetensi adalahseperangkat tindakan cerdas, penuhtanggungjawab yang dimilikiseseorang sebagai syarat untukdianggap mampu oleh masyarakatdalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu. Berdasarkanpengertian di atas, maka kurikulumberbasis kompetensi menghendakiketercapaian kompetensi tertentu bagilulusan pendidikan atau sekolah yangmenggambarkan profil uang utuh,measurable, dan observable. Hal iniberbeda dengan konsep pendidikansebelumnya yang lebih menekankanpada penguasaan materl yangcenderung pada tingkat hafalan, dankurang terlatih menghadapl persoalandalam berbagai situasi.

Sedangkan pengembangankurikulum berbasis kompetensimenurut Anik Ghufron (2004) memllikitiga tahap, yaitu merancang,mengimplementasikan, dan meng-

evaluasl. Setelah standar kompetensiditentukan dan dirumuskan, makalangkah kegiatan berikutnya adalahmendesain kurlkulumnya dalambentuk silabus, mengimplementasl-kannya dalam bentuk kegiatanpembelajaran, dan diakhiri denganmelakukan evaluasi.

Perumusan standar kompetensiperlu melibatkan masyarakatpengguna lulusan untuk menentukanpengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang dibutuhkanmasyarakat, kemudian dilakukanidentlfikasi dan dirumuskan

seperangkat kompetensi lulusanpendidikan dengan mernpertimbang-kan karakteristik lembaga pendidikanItu sendirl. Konsep kompetensi dalamkurikulum meliputi empat aspek: (1)kompetensi berkenaan dengankemampuan peserta didik melakukansesuatu dalam berbagai konteks; (2)kompetensi menjelaskan pengalamanbelajar yang dllalul siswa untukmenandai kompeten; (3) kompetenmerupakan hasil belajar, mengenaihal-hal yang dapat dilakukan pesertadidik melalui proses pembelajaran,dan (4) kehandalan kemampuanpeserta didik melakukan sesuatudidefinisikan secara jelas, terstandaryang dapat diukur.

Standar kompetensi yang telahdirumuskan tersebut merupakan titiktolak bagi pengembangan tahap-tahap berikutnya. Tahap-tahap yangperlu dikembangkan adalah:

Tahap pertama perencanaan. Inimerupakan proses pengembangansilabus yang merupakan pedomantertulis penyelenggaraan kegiatanpembelajaran. Beberapa aspek pokokyang perlu diperhatikan dalampengembangan silabus diturunkan

40 JPIFIMJurusan Tarbiyah Volume VHI Tahun VIJun}2003

dari kurikulum hasil belajar setiapbidang studi (dulu disebut GBPP).Silabus merupakan pemetaankompetensi dasar dan pengurutannyasesuai dengan keinginan guru atausekelompok guru. Penyusunan silab'usmenjadl kewenangan daerah atausekolah. Perumusan kurikulum

berbasis kompetensi, yaitu; standarkompetensi, kompetensi dasar, materipokok, alokasi waktu, dan sumberbahan. Sedangkan RencanaPembelajaran adalah program yangdisusun oleh guru untuk satu atau duapertemuan untuk mencapai target satukompetensi dasar yang diturunkandari silabus. Rencana pembelajaranberisi gambaran tentang kompetensidasar yang akan dicapai, indikator,materi pokok, skenario pembelajarantahap demitahap, dan penilaiannya.

Tahap kedua Implementasi.Impelemantasi merupakan prosespelaksanaan kurikulum yang tertullsatau rencana tertulls. Proses ini sangatmenentukan, mengingat sistempersekolahan. lebih menekankandimensi proses dari pada hanyasekedar hasil. Keterlibatan guru dalammengawal proses implementasikurikulum ini sangat menentukankeberhasilan pembelajaran. Strategipembelajaran yang dipilih haruslahsejalan dengan karakter kurikulumberbasis kompetensi, yaitu: penge-tahuan,' keterampllan dan nilai-nilaidasar yang direfleksikan dalamkeblasaan berpikir dan bertindaksehingga peserta didik memperolehpengalaman belajar yang mencermin-kan penguasaan suatu kompetensiyang dituntutoleh kurikulum.

Mengingat belajar adalah prosesbag! peserta didlk dalam mengem-bangkan gagasan atau pemahaman

Paradigma Baru Pendidikan Islam

sendiri, seperti yang terkandungdalam prinsip-prinslp konstruktivisme:(1) pengetahuan dibangun oleh siswasecara aktif, (2) tekanan dalam prosesbelajar terletak pada siswa, (3)mengajar adalah membantu siswabelajar, (4) tekanan dalam prosesbelajar leblh pada proses bukan padahasil akhir, (5) kurikulum menekankanpartisipasi siswa, dan (6) guru adalahfasilitator (Paul Suparno, 1997: 73).Kegiatan belajar mengajar hendaknyamemberikan kesempatan kepadapeserta didik secara balk dantermotivasi. Suasana belajar yangdiclptakan guru perlu melibatkanpeserta didik secara aktif; membantudan menghargal kinerjanya walaupunhasilnya belum memuaskan sertamengajak mereka berpikir dan berbuatagar menjadl pelajar sepanjang hayat{lifelong education).

Tahap ketiga evaluasl. Penerapankurikulum berbasis kompetensi padasetiap jenjang pendidikan akanmempengaruhi sistem evaluasinya.Evaluasl yang digunakan haruslahyang mampu mengungkap kompetensi hasil belajar yang diterjemahkandalam indikator. Oleh sebab itu

evaluasl performansl yang mencermatikinerja peserta didik dalam prosesbelajar menjadl andalan. Kelebihanevaluasl performansi adalahdimungkinkan evaluator memperolehdeskripsi yang sebenarnya tentangseperangkat kompetensi dasar yangtelah dikuasai peserta didik setelahmengikuti kegiatan pembelajaran.

Perubahan kurikulum menuntut

guru mengetahui, memahami,mengaplikasikan dan mendemons-trasikan pengalaman perubahanproses pembelajaran dan sistempenilaiannya yang mensyaratkan

JPIFIAI Jumsan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni2003 41

Muzhoffar Akhwan, peningkatan dan Standarisasi MUTU Pendidikan

Perbandingan antara kurikulum konvensional dengan KBK

Kurikulum Konvensional Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Berbasis isi Berbasis kompetensi

Berbasis waktu Berbasis kinerja

Kecepatan kelompok Kecepatan individu

Umpan balik tertunda Umpan balik seketika

Berbasis text book Berbasis bahan ajar yang multimedia

OrientasI mata pelajaran Orientasi moduler

Berbasis ruang kelas Berbasis lapangan

Guru Fasllitator/nara sumber

Tujuan umum Tujuan spesifik

Kriteria subjektif Kriteria objektif

dapat mencapal kompetensi yangdiinginkan. Untuk Itu perlu diketahulperbedaan kurikulum berbasiskompetensi dengan kurikulumkonvensional agar dapat membantupemahaman terhadap kurikulum yangdibandingkan.

MencermatI perbandingan di atas,terlihat adanya perubahan dalambeberapa hal, balk perubahan filosofi,tujuan, materi, kuallfikasi guru, strategipembelajaran, dan kesiapan pesertadidiknya.

Untuk menjalani perubahan itu,diperlukan kesadaran dari semuapihak yang terkalt, karena inlmenyangkut sikap mental yangselama ini dipahami bahwa mengajaradalah memberikan ilmu pengetahuankepada peserta didlk, guru merupakansatu-satunya sumber belajar,kebenaran mutiak ada ditangan guru.Dalam hal ini,walaupun guru tidak lagimerupakan satu-satunya sumberbelajar, namun iasebagai penyandangprofesi memiliki tanggungjawab

iangsung terhadap kemajuan belajarpeserta didik. Guru diharapkanmampu mengembangkan sllabusyang sesuai dengan koriripetenslmengajarnya secara mandirl. Disamping hal tersebut guru dianggaplebih mengenal karakteristik pesertadidik dan kondlsl sekolah serta

llngkungannya.Sekolah dengan fasllitas yang

lengkap dan modern, tetap saja tidakakan dapat mencapal hasil secaraoptimal tanpa disertai tenagakependldlkan yang ada mampumemfungsikan berbagal sarana yangtersedla. Sebaiknya, sekolah denganmedia dan lingkungan yang ada dapatmengembangkan kreativitas guruuntuk mencapal kualitas yang tanpabatas. Pernyataan bahwa al-thariqatuahammu min al-maddah, kalaudicermati sebenarnya al-thariqah(metode) itu berada di bawah kendaliguru sebagal pendldik. Dalam hal ini,guru tetap menjadi penentukeberhasilan peserta didik.

42 JPIFlAIJumsan Tarb'iyah Volume VIII Tahun VIJun}2003

Oleh karena itu, kesadaran guruakan perubahan paradigma pendidik-an dewasa ini hendaknya disikapidengan mencari strategl yang tepatdalam pembelajaran agar pesertadidik memiliki pengalaman belajaryang dapat menjadikan peserta didiksebagai seorang yang kompeten dibidangnya. Dengan demikian, yangutama harus dibenahl adalah

keprlbadian guru. Karena syakhshiyatal-mudarris ahammu min al-tharlqah,keprlbadian guru lebih penting darlpada metode, guru adalah mode! atausentral Identlflkasi dirl dan konsultan

bagi peserta didlk yang selarasdengan ajaran dan nllal-nllai llahl.

MotlvasI merupakan faktorpenentu pencapaian prestasi belajar.Ada dua pembangkit motlvasi belajaryang efeldlf, yaltu rasa Ingin tahu dankeyaklnan akan kemampuan dirl.Untuk menyalurkan rasa IngIn tahupeserta didlk, guru dapat melakukanberbagai cara antara lain: mengajukanpertanyaan yang di luar kebiasaanatau yang menantang. Keyakinan akankemampuan dlri dapat ditumbuhkandengan cara memberlkan tugas yangdapat diselesaikan peserta didlk, kalauperlu guru memberl penguatan bahwapeserta didik pasti bisa. Kemampuanguru memotivasi peserta didik agarberprestasi sangat dipengaruhi olehkeprlbadian guru yang berdedikasitinggi sebagai fasilitator danmemberlkan kemudahan dan bukan'

berfungsi sebagai penghambatpengalaman belajar.

Untuk menjamin mutu pendidikandi Indonesia, juga diperlukanakreditasi dan sertifikasi oleh Badan

Akreditasi Sekolah yang dimuiai tahun2004/2005 pada sekolah-sekolahterpilih, yang bertujuan untuk menilai

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM

kelayakan dan kinerja program dansatuan pendidikan pada jalurpendidikan forhial dan . non formalpada setiap jenjang dan jenispendidikan, balk dilakukan olehpemerintah maupun lembaga mandiriyang berwenang sebagai bentukakuntabilltas publik.- Denganpendidikan bermutu diharapkanlulusan dapat dengan cepat diserapoleh dunia kerja. Rambu-rambu danketentuan mengenai akreditasi telahdiakomudasi secara balk dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003,tentang Sistem Pendidikan Nasional,pasal 60 ayat (1), (2) dan (3), sehinggasemua pihak, terutama penyelenggarapendidikan dapat mengetahui posisisatuan pendidikannya secaratransparan.

Peringkat akreditasi dapat dipakaisebagai salah satu dasar pemillhansekolah bag! calon siswa. Pada saat inicalon siswa dan orangtua dalammemilih sekolah di dasarkan atas

peringkat yang dibuat oleh masyarakatsendiri, sehingga kemungkinankesalahannya besar. Bahkan kecende-rungan orangtua yang mampu dalammemilih sekolah mencari yangtermahal pembeayaannya, karenaasumsi yang dibangun adalah bahwasekolah mahal past! bermutu. Padahalkenyataannya tidaklah demikian, tap!jaminan mutu terimplementasi secarabalk dalam proses pembelajaran danhasil pendidikan yang dapat dicapai.

Kesimpulan1. Kesadaran akan pentingnya

perubahan pendidikan menuntutkeharusan perubahan kurikulumyang berimplikasi pada pengem-bangan sumber daya manusiadan sarana belajar, dan yang

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni2003 43

Muzhoffar Akhwan, Peningkatan dan Standarisasi Mutu Pendidikan

aspek yang peling utama adalahkesiapan dan profesionalisme

• guru menjadi tuntutan untukdipenuhi. Tanpa dimulai daripemberdayaan guru, nampaknyapelaksanaan yang baik sepertikurikulum berbasis kompetensiyang dicanangkan dan menjadituntutan global, akan menjaditidak berarti. Penyelesaiankendala yang bersumber dariguru, menjadi varlabel penentukeberhasilan implementasikurikulum berbasis kompetensi.

2. Kurikulum berbasis kompetensisebagai jawaban terhadap mutupendidikan yang tidak mampumenjawab tuntutan global,sehingga perlu dirumuskankompetensi yang relevan padasetiap jenis dan jenjangpendidikan yang berfungsl untukmengarahkan tujuan pembelajar-an.

3. Terserapnya lulusan lembagapendidikan oieh dunia kerjamerupakan salah satu Indikatorkeberhasilan pendidikan, sekali-gus mengindikasikan mutu pendidikan pada jenjang pendidikantersebut

4. Untuk menjamin mutu pendidikandiperlukan standar mutu yangdikendalikan oleh pemerintahmaupun masyarakat berupaakredrtasi program dan satuanpendidikan formal dan non formal,agar tidak terjadi malpraktikpendidikan yang dapat merugikanmasyarakat.***

Kepustakaan

Ace Suryadi, 2004. Refleksi UUSPNdan Prospeknya dalam

Meningkatkan Kualitas PendidikanNasional, Makalah DialogInteraktif Nasional. .Yogyakarta:LPM-UNY.

Anik Ghufron, 2004, Konsep DasarPengembangan KBKdi PerguruanTinggi, Makalah SemilokaKurikulum Berbasis Kompetensioleh Kopertais Wil. IllDIY.

Anwar Arlfin, 2003, MemahamiParadigma Baru PendidikanNasional daian Undang UndangSISDIKNAS, Jakarta, DepartemenAgamaRI.

Bobbi DePorter dan Mike Hernachi,1999. Quantum Learning,Membiasakan BelajarNyaman danMenyenangkan, terjemahanAlwiyah Abdurrahman, Bandung:Penerbit Kaifa.

Boediono, 2002, PealaksanaanKurikulum Berbasis Kompetensi,Jakarta, Balitbang Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional Rl,2003. Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem PendidikanNasional, Depdiknas: Jakarta.

Djemari Mardapi, 2003, "KerangkaDasar Pengembangan KurikulumBerbasis kompetensi", Makalahdisampaikan pada Semilokapengembangan modelpembelajaran berbasiskompetensi bagi dosen UNY,tanggal 29 dan 30 September2003, Yogyakarta, UNY.

44 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni2003

M. JamranI Latief, "Profil Guru Agamadalam Konteks Kurikulum

•Berbasis Kompetensi", Jurnal' P emik Iran, RI set dan. Pengembangan Pendidikan islam,Vol 1, Nomor 1, Februari-Juli 2003,Yogyakarta, Fakultas TarbiyahIAIN.

Mulyasa, 2003, Kurukuium Berbasiskompetensi, Karakteristik danImplementasi, Bandung, RemajaRosdakarya.

Nurhadi, dkk, 2003. PembeiajaranKontekstual dan Penerapannyadalam KBK, Malang: Univ. NegerlMalang.

Paradigma Baru Pendidikan Islam

Paul Suparno, 1997. F/7sa/afKonstruktivisme dalam

Pendidikan, Yogyakarta, PenerbitKanlsius.

Sudarman Danim, 2003. AgendaPembaharuan Sistem Pendidikan,Yogyakarta: PustakaPelajar.

Tilaar, 2002. Membenahi Pendidikan

Nasional, Jakarta: PT RinekaCIpta.

Zamroni, 2001, Paradigma PendidikanMasa Depan, Yogyakarta, BIGRAFPublishing

JPIFIAIJunjsan Tarbiyah Volume VIII Tahun VIJuni2003 45