Upload
others
View
29
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE,
CREATE, SHARE (SSCS) DENGAN METODE
HYPNOTEACHING
TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI
MATEMATIS SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Imtiyaz Fawa’ida
NIM 11140170000015
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
2
3
4
i
ABSTRAK
Imtiyaz Fawa’ida (11140170000015). Pengaruh Model Pembelajaran Search,
Solve, Create, and Share (SSCS) dengan Metode Hypnoteaching terhadap
Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) dengan metode hypnoteaching terhadap kemampuan
penalaran analogi matematis siswa. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP
Islam di Depok tahun ajaran 2019/2020. Indikator kemampuan penalaran analogi
yang diukur dalam penelitian ini yaitu: (a) structuring, (b) mapping, (c) applying,
(d) verifying. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain
randomized control group posttest only. Pengambilan sampel menggunakan
Teknik cluster random sampling. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu 26 siswa
kelas eksperimen dan 26 siswa kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang diterapkan
pembelajaran dengan model SSCS dengan metode hypnoteaching lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang
diterapkan dengan pembelajaran scientific.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan Metode Hypnoteaching, Kemampuan Penalaran analogi matematis
ii
ABSTRACT
Imtiyaz Fawa’ida (11140000015). The Effect of Search, Solve, Create, and
Share(SSCS) Learning Models with Hypnoteaching Method on the Student’s
Mathematial Analogy Reasoning Ability. The Thesis Departmen of Mathematics
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, November 2019.
This aim of this research is to analyze the effect of Search, Solve, Create, and
Share (SSCS) learning models with hypnoteaching method on the student’s
analogy reasoning abilities. This research was carried out in one of the Islamic
Junior High School in Depok in the academic year 2019/2020/ Indicators of
analogy reasoning ability measured in this study are: (a) structuring, (b)
mapping, (c) applying, (d) verifying. The method used is a quasi-experimental
with a randomized posttest only control group design. This study uses cluster
random sampling technique for sampling. This sample consisted of two classes
with experiment group of 26 students and control froup of 26 students. The result
shows that the mathematical reasoning ability which werw taught by SSCS model
with hynoteaching method is higher than the mathematical reasoning ability of
students which were taught by scientific learning.
Keyword: Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Learning Models with
Hypnoteaching method, Mathematical Analogy Reasoning Ability
iii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
memberikan berbagai macam nikmat khususnya nikmat kemudahan sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabatnya, dan
kepada seluruh umat Islam.
Selama penyusunan skripsi, penulis tidak sedikit menghadapi kesulitan serta
hambatan. Namun berkat doa, kerja keras, perjuangan, motivasi serta masukan-
masukan yang positif dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Gelar Dwirahayu M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Gusni Satriawati M.Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Abdul Muin, S.Si., M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan semangat selama
proses penyusunan skripsi. Semoga Bapak selalu berada dalam lindungan
serta kemuliaan-Nya.
5. Ramdani Miftah,M.Pd Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan semangat selama proses
penyusunan skripsi. Semoga Bapak selalu berada dalam lindungan serta
kemuliaan-Nya.
6. Firdausi, S.Si, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing
penulis selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai
iv
ilmu pengetahuan dan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan,
semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari
Allah SWT.
8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam proses administrasi.
9. Andi Suhandi, S.Pd, , Kepala SMP Al-Hasra dan Sopian Hadi, S.Pd selaku
Wakil Kepala SMP Al-Hasra yang telah menerima dan memberikan izin
untuk melakukan penelitian.
10. Nur Faridah, S.Pd, Guru pamong yang telah membantu penulis selama
penelitian berlangsung.
11. Siswa/i kelas VIII-B dan VIII-C SMP Al-Hasra, yang telah bersikap
kooperatif selama penulis melakukan penelitian.
12. Teristimewa dan terkasih untuk Ayahanda Sirril Wafa, ibunda Linitaria,
terima kasih atas doa-doa, masukan, teguran, semangat, dukungan moril dan
materil yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis. Semoga Allah
selalu memberikan kebahagiaan, kesehatan, dan berkah usia untuk Ayahanda
dan Ibunda.
13. Fauchal Davieq Aldito ponakan cici tersayang terima kasih telah memberikan
semangat setiap pulang ke rumah. Alvin Nawal Syarof, Achla Ilfana, Yody
Tistanto, adik dan kakakku yang telah memberikan semangat.
14. Sahabat-sahabat SMA Al-Hasra tercinta KPK Syifa, Intan, Zuhra, Dwi, Dewi,
Retno, Fety, Lisna yang selalu memberikan dukungan dan memberikan
motivasi kepada penulis.
15. Sahabat-sahabat Pendidikan Matematika 2014 terutama next Trip Novi,
Nurul, Diwani, Ulfah, Kuni, Mae, Fifi, Cipa tercinta yang selalu memberikan
dukungan, masukkan dan motivasi kepada penulis.
16. Sahabat-sahabat Calon Istri Pejabat Maryam Meiriza, Ghita Tamalia, dan
keluarga besar DEMA FITK 2017 terutama departemen LITBANG Dwiky,
Alfi, Eka, Habibah, Rara dan Syifa. Terima kasih sudah mewarnai kehidupan
penulis selama berproses di organisasi kampus.
v
17. Teman-teman HMI Komtar Gatari terutama Farah, Ainida, Aan, Gigi, Odi,
dan pejuang A-Z Adi, Ameng, Meri, Ghita, Andi, Eka, Ajeng, Ghilman, Oji,
Ilham, Nanda, Teguh, Olla, Yayu, Sholihin. Terutama Kakanda Fahmi
Maulana yang telah menemani dan memberikan motivasinya kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
18. Teman-teman seperjuangan Cadas Fatimah, Muzaki, Riki Handa Iklima,
Ilham, Rasid, Andi, Astina, Azizah, Eka, Icha, Ikmal, Jamz, Rahma, Nachdla,
Nafa, Putri, Sayyida, Ela, dan shela. Keluarga Besar UKM Bahasa-Flat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah mewarnai masa muda di kampus
bersama-sama. Semoga kalian selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
19. Teman-teman Kahfi BBC Motivator School Angkatan 19 terutama Ka Rani,
Hilwa, Iqoh, Wanda, bila mungil, Nadia, Penyu, Awing, Amideh, duo ucok
Day dan Rahmat asisten dosen kelas 19C dan Dosen Wali kelas 19 C ka Oji
dan Ka Icha, kaka senior ka Soni, ka Fadhlur, Ka Agung, Ka Ucup yang selalu
memotivasi, bertukar informasi dan ilmu yang dimiliki.
20. Teman-teman seperjuangan PPKT Al-Fath Cirendeu Miss-miss cantik, Ms
Novi, MsDini, Ms Ike, Ms Syifa, Ms Icha, Ms Wina, Ms Ghina. Terima kasih
sudah memotivasi dan berjuang bersama saat menjalani PPKT 2018.
21. Bapak Ahmad Dimyati M.Pd selaku mentor penulis dalam belajar
hypnoteaching. Terima kasih atas ilmu dan motivasi yang diberikan guna
menyelesaikan skripsi ini.
22. Adik-adik Pendidikan Matematika 2015 terutama Atun, Diana, Muti, 2016,
dan 2017 yang telah memberikan motivasi kepada penulis setiap ke kampus
ditanya kapan sidang. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.
23. Kakak-kakak tersayang Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2013
khususnya Kak Lia, Ka Rizvi, Ka Yesi, Kak Fadil, Kak Ismi, Ka Ida, Ka Rini
yang sudah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.
24. Keluarga besar Speak Project Ka Sandika, Zul, Kakak mentor Ka Nabila, Ka
Sammy, Ka Mohwid, Kak Irma, terima kasih banyak atas semangat dan
motivasinya yang diberikan kepada penulis.
vi
25. Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya
tidak disebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,
masukan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai
amalan kebaikan yang menjadi pintu pembuka bagi keridhoan Allah SWT.
Aamiin yaa robbal’alamin.
26. Penulis menyadari bahwa meskipun telah berusaha untuk memberikan yang
terbaik, namun skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
perbaikan penulis di masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, November 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------------- i
ABSTRACT --------------------------------------------------------------------------------- ii
KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------ iii
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------ vi
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------- viii
DAFTAR GAMBAR --------------------------------------------------------------------- x
DAFTAR LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------- xi
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah ---------------------------------------------------------- 1
B. Identifikasi Masalah --------------------------------------------------------------- 6
C. Pembatasan Masalah -------------------------------------------------------------- 7
D. Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------- 7
E. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------------ 8
F. Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------------------- 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA -------------------------------------------------------- 9
A. Kajian Teori ------------------------------------------------------------------------ 9
1. Kemampuan Penalaran Matematis ------------------------------------------ 9
2. Kemampuan Penalaran Analogi Matematis ------------------------------ 10
3. Model Search, Solve, Create, Share --------------------------------------- 14
4. Metode Hypnoteaching ------------------------------------------------------- 18
5. Pembelajaran Scientific ------------------------------------------------------ 22
6. Sikap Siswa -------------------------------------------------------------------- 24
B. Kerangka Berpikir ---------------------------------------------------------------- 25
C. Penelitian Yang Relevan -------------------------------------------------------- 28
D. Hipotesis Penelitian -------------------------------------------------------------- 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ------------------------------------------- 29
A. Waktu dan Tempat Penelitian --------------------------------------------------- 29
B. Metode dan Desain Penelitian -------------------------------------------------- 29
C. Populasi dan Sampel ------------------------------------------------------------- 30
D. Variabel Penelitian --------------------------------------------------------------- 30
viii
E. Instrumen Penelitian ------------------------------------------------------------- 31
F. Angket Skala Sikap Siswa ------------------------------------------------------ 37
G. Lembar Observasi ---------------------------------------------------------------- 38
H. Teknik Analisis Data ------------------------------------------------------------- 39
BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN --------------------------------- 44
A. Hasil Penelitian -------------------------------------------------------------------- 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian --------------------------------------------------- 70
C. Keterbatasan Penelitian ---------------------------------------------------------- 74
D. Skala Sikap Siswa ---------------------------------------------------------------- 74
E. Data Hasil Observasi ------------------------------------------------------------- 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ---------------------------------------------- 82
A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------- 82
B. Saran ------------------------------------------------------------------------------- 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Penalaran Analogi ............................................................................................ 15
Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................................. 30
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Siswa ........................ 31
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa ........................ 32
Tabel 3.4 Rekspitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas .................................................................. 34
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas .................................................................................... 34
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Rekiabilitas ............................................................. 34
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ............................................................................................... 35
Tabel 3.8 Rekapitrulasi Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ....................................................... 35
Tabel 3.9 Klasifikasi Taraf Kesukaran ............................................................................................ 36
Tabel 3.10 Rekapitrulasi Hasil Perhitungan Taraf Kesukara ........................................................... 36
Tabel 3.11 Skor Skala Sikap ............................................................................................................ 37
Tabel 3.12 Klasifikasi Data Skala Sikao Siswa ............................................................................... 35
Tabel 3.13 Klasifikasi Aktivitas Siswa dan Guru ............................................................................ 39
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa ........................... 45
x
Tabel 4.2 Perbandingan Rata-rata Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa ................... 46
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Penalaran Analogi Matematika
Kelas SSCS-hypnoteaching dan Kelas scientific ............................................................................. 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Penalaran Analogi Matematika
Kelas SSCS-hypnoteaching dan Kelas scientific ............................................................................. 69
Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Kemamapuan Penalaran Analogi
Matematika ...................................................................................................................................... 70
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 28
Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Kemampuan Penalaran Analogi ............................................... 47
Gambar 4.2 Soal nomor 1 posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ..................................................................... 48
Gambar 4.3 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 1 (a) SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific ........................................................................................................................... 49
Gambar 4.4 Soal nomor 2 posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ..................................................................... 50
Gambar 4.5 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 2 (a) Kelas SSCS-
hypnoteaching (b) Kelas Scientific .................................................................................................. 51
Gambar 4.6 Soal nomor 3 posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ..................................................................... 53
Gambar 4.7 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 3 (a) Kelas SSCS-
hypnoteaching (b) Kelas Scientific .................................................................................................. 54
Gambar 4.8 Soal soal nomor 4 posttest Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ..................................................................... 55
Gambar 4.9 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 4 (a) Kelas SSCS-
hypnoteaching (b) Kelas Scientific .................................................................................................. 56
Gambar 4.10 Soal soal nomor 5 posttest Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ................................................... 57
Gambar 4.11 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 5 (a) KelasScientific (b)
Kelas SSCS-hypnoteaching \ ........................................................................................................... 58
xii
Gambar 4.12 Soal soal nomor 6 posttest Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis Indikator Structuring, Mapping, Applying, Verifying ................................................... 59
Gambar 4.13 Jawaban Siswa pada Indikator Soal nomor 6 (a) Kelas SSCS-
hypnoteaching (b) Kelas Scientific .................................................................................................. 60
Gambar 4.14 Contoh Masalah pada LKS 1 ..................................................................................... 63
Gambar 4.15 Contoh Hasil Pengerjaan LKS pada Tahap Search .................................................. 63
Gambar 4.16 Contoh Hasil Pengerjaan LKS pada Tahap Solve ...................................................... 65
Gambar 4.17Contoh LKS pada Tahap Share .................................................................................. 67
Gambar 4.18 Persentase Skala Sikap Siswa ................................................................................... 75
Gambar 4.19 Persentase Hasil Observasi Aktivas Guru .................................................................. 78
Gambar 4.20 Persentase Hasil Observasi Aktivitas Suwa ............................................................... 80
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksana Pembelajaran Kelas Eksperimen ................................................. 19
Lampiran 2 Rencana Pelaksana Pembelajaran Kelas Kontrol ......................................................... 47
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ..................................................................................................... 48
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Analogi ................................................... 49
Lampiran 5 Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi ........................................................... 50
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi ................................. 54
Lampiran 7 Pendoman Penskoran Kemampuan Penalaran Analogi ............................................... 54
Lampiran 8 Hasil Uji Coba Validasi Intrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis ....................................................................................................................................... 170
Lampiran 9 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kemampuan Tes Kemampuan
Penalaran Analogi Matematis ...................................................................................................... 179
Lampiran 10 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Penalaran
Analogi Matematis ......................................................................................................................... 180
Lampiran 11 Hasil Rekapitulasi Ujji Validitas, Daya Pembeda, dan Taraf
Kesukaran ...................................................................................................................................... 181
Lampiran 12 Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Kemampuan Penalaran
Analogi Matematis ......................................................................................................................... 182
Lampiran 13 Data Hasil Posttest KelasScientific ......................................................................... 183
xiv
Lampiran 14 Data Hasil Posttest Kelas SSCS-hypnoteaching ...................................................... 184
Lampiran 15 Hasil Uji Normalitas Kelas SSCS-hypnoteaching dan Kelas Scientific ................... 185
Lampiran 15 Hasil Uji Homogenitas Kelas SSCS-hypnoteaching dan Kelas
Scientific ......................................................................................................................................... 185
Lampiran 16 Hasil Uji HIpotesis dengan Analisis Sample T Test Independent Pada
Aplikasi SPSS 2.4 .......................................................................................................................... 186
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat telah menyentuh
hampir sebagian besar aspek kehidupan. Terutama saat ini dunia sedang berada
pada era revolusi industri ke empat (industri 4.0), artinya kita dapat dengan mudah
memperoleh segala informasi dengan teknologi yang semakin canggih.
Persaingan tenaga kerja yang semakin ketat, menuntut kita untuk melakukan
peningkatan standar kompetensi di bidang pendidikan. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan berfikir siswa. Salah satu alat untuk
mengembangkan cara berpikir siswa, baik kemampuan berpikir nalar, logis,
sistematis, kritis, dan kreatif adalah matematika.
Salah satu organisasi yang peduli dengan Pendidikan matematika terbesar di
dunia NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) menyatakan bahwa
pembelajaran matematika pada kurikulum pendidikan seharusnya mengacu pada 5
standar proses, yaitu kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian,
komunikasi, koneksi dan representasi.1 Jadi kemampuan penalaran matematis
perlu dihadirkan pada siswa, agar siswa terlatih dalam mengembangkan
penalarannya. Karena dengan kemampuan penalaran yang baik, siswa akan
mampu mengambil keputusan yang bijak dalam menghadapi permasalahan sehari-
hari.
Pentingnya penalaran dalam matematika dapat dilihat dari salah satu
kompetensi inti pada kurikulum 2013, yakni pada kompetensi inti 4 untuk
keterampilan. Pada KI-4 ini siswa diharapkan mampu mengolah, menalar dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.2 Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
1NCTM, Executive Summary: Principles and Standards for School Mathematics,
(https://www.nctm.org), 2016, p. 4. Diakses tanggal 4 november 2018 jam 09.23 2Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, 2013, h. 8.
2
penalaran merupakan salah satu poin yang perlu diperhatikan dalam dunia
pendidikan. Dengan demikian, upaya pendidikan yang diberikan di sekolah
haruslah mampu mengoptimalkan kemampuan tersebut.
Pada kemampuan penalaran matematik digolongkan menjadi dua jenis yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif.3 Pada penalaran induktif terdapat
kemampuan penalaran analogi. Menurut Shadiq, analogi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari dua atau lebih peristiwa khusus yang memiliki
kemiripan satu dengan yang lainnya.4 Sejalan dengan itu, menurut Sumarmo
mendefinisikan analogi sebagai penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan
data atau proses.5 Menurut Mofidi dalam Ningrum dan Rosyidi, salah satu metode
efektif yang dapat digunakan oleh para guru untuk mengajarkan konsep
matematika adalah dengan menggunakan permasalahan-permasalahan yang
melibatkan penalaran analogi.6 Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya penalaran
analogi dihadirkan dalam pembelajaran di sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan rendahnya kemampuan penalaran analogi
matematis siswa misalnya pada laporan TIMSS tahun 2015. Pada soal penalaran
analogi siswa Indonesia hanya memberikan 17% poin yang sedangkan Singapura
sebesar 75%.7 Hasil penelitian Priatna dalam Harry menemukan bahwa kualitas
kemampuan penalaran analogi siswa rendah, karena skor yang diperoleh hanya
49% dari skor ideal.8 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Khairunnisa menunjukkan bahwa kemampuan penalaran analogi siswa yang
mendapat nilai diatas rata-rata kelas sebanyak 11 orang dengan prosentase
3 Utari Sumarmo, Mengembangkan Instrumen untuk Mengukur High Order Mathematical
Thinking dan Affective Behavior, Handout disajikan pada Workshop Pendidikan Matematika UIN
Jakarta, 22 Oktober 2014, h. 12. 4 Fadjar Shadiq, Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?, 2013,
h.2, (http:// p4tkmatematika.org). Diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 07:38 5 Utari Sumarmo, op.cit
6Retno Kusuma Ningrum, dan Abdul Haris Rosyidi, Profil Penalaran Permasalahan Analogi
Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal Mathedunesa. Vol 2,
No 3, 2013, h. 1, (http://ejournal.unesa.ac.id). Diakses pada tanggal 13 Juni 2019 pukul 11.00 7 Mulyatini Rahim, Peningkatan dan Karakteristik Kesalahan dalam Kemampuan Analogi
dan Generalisasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Model Eliciting Activities, Tesis pada
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2015, h.2. 8Harry Dwi Putra, Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan Wingeom
untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMP, Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.1, h. 417.
3
45,83% dan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas sebanyak 13 orang
dengan prosentase 54,17%.9 Pada kelompok eksperimen siswa yang memperoleh
nilai dibawah rata-rata kelas kebanyakan dikarenakan kurang ketelitian dalam
berhitung dan memberikan alasan yang tidak tepat atau kurang lengkap.10
Berdasarkan pemaparan-pemaparan tersebut, maka perlu adanya perhatian khusus
terhadap kemampuan penalaran analogi matematik, karena kemampuan tersebut
cenderung tergolong rendah dan sebagian siswa pun kesulitan dalam menghadapi
persoalan yang berkaitan dengan penalaran analogi.
Kesulitan dalam menghadapi persoalan penalaran analogi matematik pada
siswa, perlu diterapkannya model pembelajaran yang tepat. Proses pemilihan dan
penerapan model pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian,
komunikasi, koneksi dan representasi.11
Hal ini menyebabkan masih rendahnya
kemampuan penalaran, khususnya penalaran analogi siswa. Dengan demikian,
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan serta faktor yang
menjadi pemicunya, maka kemampuan penalaran analogi matematis siswa perlu
dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Untuk
mendukung hal tersebut, dalam merencanakan pembelajaran matematika,
sebaiknya guru menggunakan strategi atau model pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan penalaran analogi matematis siswa.
Untuk mengembangkan kemampuan penalaran analogi matematis pada siswa
diperlukan pembelajaran yang berfokus pada aktivitas berpikir siswa. Agar siswa
dapat mengembangkan ide-ide baru yang kreatif. Guru harus memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menantang kepada siswanya. Oleh karena itu,
aktivitas berpikir siswa dapat diperoleh dengan adanya pertanyaan-pertanyaan
yang menantang. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
mengungkapkan ide-ide dan penarikan kesimpulan yang merupakan proses
9Rimanita Khairunnisa, “Pengaruh Pendekatan Metaphorical Thinking terhadap
Kemampuan Penalaran Analogi Matematik Siswa”, (Jakarta: Skripsi, Pendidikan Matematika,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN, 2016), h. 48 10
Ibid, 69 11
NCTM, op.cit, p. 4.
4
penalaran adalah pembelajaran dengan pendekatan problem solving. Pendekatan
pemecahan masalah (problem solving) dalam pembelajaran matematika
merupakan kegiatan dimana guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa
untuk diselesaikan. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga
sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator.
Berkenaan dengan pendekatan Problem Solving tersebut, Pizzini
mengenalkan model pembelajaraan yang berbasis problem solving yaitu SSCS
(Search, Solve, Create and Share) yang membuat siswa lebih aktif terlibat dalam
penalaran, penggunaan konsep dan terbiasa melakukan berpikir tingkat tinggi.
Model yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1987 ini, meliputi empat fase,
yaitu pertama fase search yang bertujuan untuk identifikasi masalah, kedua fase
solve yang bertujuan untuk merencanakan penyelesaian masalah, ketiga fase
create yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah dan keempat adalah fase
share yang bertujuan untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah yang siswa
telah lakukan.12
Pada model pembelajaran ini, siswa berpikir secara aktif untuk
menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Siswa juga dituntut
menemukan penyelesaian permasalahan tersebut dengan bekerja sama. Setelah itu
siswa menyimpulkan hasil atau solusi yang didapat dari masalah tersebut,
sehingga diharapkan dengan model SSCS dapat meningkatkan kemampuan
penalaran siswa.
Pembelajaran matematika dengan model SSCS menuntut banyak aktivitas
mental dan psikologi siswa. Hal itu dikarenakan di awal pembelajaran siswa
diberikan permasalahan. Sehingga siswa diharuskan untuk memiliki minat,
motivasi, ketertarikan, konsentrasi, semangat, percaya diri, dan mau berusaha
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Terlebih siswa juga dituntut untuk
selalu memfokuskan perhatiannya terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajari
dengan baik. Akan tetapi belum semua siswa mampu untuk memusatkan
perhatiannya terhadap situasi belajar. Karena setiap siswa tentu memiliki rentang
konsentrasi yang berbeda-beda. Konsentrasi siswa rentan sekali mengalami
12
Edward Pizzini, Rethinking Thinking in the Science Classroom , 1988, h.23.
5
penurunan. Menurut Djono dalam penelitian Cahyani perhatian siswa akan
meningkat pada 15-20 menit pertama dan kemudian akan menurun pada 15-20
menit kedua.13
Dengan demikian, penting adanya metode pembelajaran yang
mengutamakan konsentrasi dan fokus siswa pada satu hal.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bidang studi
matematika SMP Al-Hasra diketahui masih kurangnya ketertarikan dan
konsentrasi siswa. Masih banyak siswa yang memperoleh hasil belajar di bawah
KKM yang ditetapkan sekolah. Selain itu, menurut guru tersebut, siswa cenderung
bercanda dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Terutama pada saat siang hari,
siswa cenderung mengantuk dan tidak bersemangat saat jam pelajaran
berlangsung. Guru memberikan soal dengan hafalan rumus yang nantinya
digunakan dalam penyelesaian soal dengan rumus secara tepat. Hal ini
menyebabkan siswa kurang berpikir sehingga kemampuan penalaran analogi
matematiknya diduga kurang berkembang. Dengan demikian konsentrasi menjadi
suatu hal yang sangat diperlukan dalam mencapai hasil belajar yang baik, maka
diperlukan suatu kondisi nyaman dan rileks, menyenangkan, tidak kaku dan
membosankan sehingga siswa fokus dan lebih mudah memahami pelajaran. Salah
satu caranya adalah dengan memberikan pembelajaran yang membuat siswa
nyaman dan relaks melalui pembelajaran dengan metode Hypnoteaching.
Pada dasarnya manusia memiliki dua macam pikiran, yaitu pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar. Peran dan pengaruh pikiran sadar terhadap diri kita adalah
sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar mencapai 88%. Pikiran sadar dan
bawah sadar sebenarnya saling mempengaruhi dan bekerja dengan kecepatan
yang sangat tinggi.14
Menurut Almatin pikiran bawah sadar berisikan database
yang mencerminkan diri kita, dimana database ini merupakan akumulasi dari
berbagai pemahaman, penalaran, dan pengalaman.15
Hypnoteaching merupakan
13
Yurin Rachmatika Cahyani, Pengaruh Aktivitas Olahraga dalam Pendidikan Jasmani
Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar dan Prestasi Akademik di SMA Negeri 3 Bandung,
Bandung , Tesis Sekolah Pascasarjana UPI Bandung,2016, h. 1. 14
Adi W. Gunawan, Hypnotherapy The Art of Subconscious Restructuring, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 17. 15
MD. Isma almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning,(Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
2010), h.102.
6
sebuah pembelajaran yang dirancang dengan menciptakan situasi yang nyaman
dan menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali, untuk dapat masuk ke
lingkungan bawah sadar.16
Menurut Navis dalam penelitian Aminah dkk,
Hypnoteaching merupakan perpaduan pembelajaran yang melibatkan pikiran
sadar dan bawah sadar.17
Dengan demikian metode Hypnoteaching merupakan
pembelajaran yang membuat siswa menjadi nyaman dan rileks karena melibatkan
pikiran bawah sadar siswa.
Dari penjelasan di atas penulis berkeyakinan bahwa penggabungan model
SSCS dengan metode Hypnoteaching merupakan solusi alternatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematis, karena
pada proses penyelesaian masalah yang diberikan dibutuhkan kepekaan siswa
terhadap masalah yang dihadapinya. Kepekaan tersebut dapat muncul saat siswa
berada dalam kondisi nyaman, rileks, dan menyenangkan. Dengan kondisi seperti
ini dapat dibangun melalui metode Hypnoteaching.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS)
dengan Metode Hypnoteaching terhadap Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan penalaran analogi siswa dalam pembelajaran
matematika.
2. Model pembelajaran yang kurang tepat dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
3. Konsentrasi dan minat siswa yang mudah mengalami penurunan.
C. Pembatasan Masalah
16
Almatin, op.cit., h.83 17
Siti Aminah, Ita Chairun Nissa, Eliska Juliangkary, Pengaruh Penggunaan Hypnoteaching
pada Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar, Jurnal Media Pendidikan Matematika,Vol
5, No.1, 2017, h. 92.
7
Agar penelitian ini terarah, maka penulis memberikan batasan terhadap
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan penalaran analogi pada penelitian ini dibatasi pada empat
indikator, yaitu structuring, mapping, applying, verifying.
2. Penggunaan model pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create and Share)
dengan metode hypnoteaching meliputi fase Search (mengidentifikasi
masalah), Solve (merencanakan penyelesaian maslah), Create (menyelesaikan
masalah), dan Share (mendiskusikan penyelesaian masalah). Dimana dalam
pembelajaran ini siswa diupayakan untuk focus (focusing) dengan
pembelajaran melalui video inspiratif, games, yelling, relaksasi dan sugesti
positif yang diberikan guru.
3. Sekolah yang digunakan untuk tempat penelitian adalah SMP Al-Hasra
Depok.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model SSCS dengan metode Hypnoteaching?
2. Bagaimana kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran scientific?
3. Apakah kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model SSCS dengan metode Hynoteaching lebih tinggi
daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran scientific?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi kemampuan penalaran analogi matematis siswa
setelah memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran SSCS dengan
metode hypnoteaching.
2. Untuk mengidentifikasi kemampuan penalaran analogi matematis siswa
setelah memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran scientific.
8
3. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan penalaran analogi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran model pembelajaran SSCS dengan
metode hypnoteaching dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
scientific.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan penalaran analogi matematis siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan model SSCS dengan metode
hypnoteaching.
2. Bagi Guru
Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran analogi
pada materi lain dalam menerapkan pembelajaran model SSCS dengan
metode hypnoteaching
3. Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa di sekolah khususnya
pelajaran matematika
4. Bagi Peneliti
Memberikan informasi mengenai Gambaran kemampuan penalaran analogi
siswa yang diajar dengan model SSCS dengan metode hypnoteaching.
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Penalaran Matematis
Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning, yang merupakan salah satu
kompetensi dasar dalam matematika. Suggate dalam Practical Handbooks yang
berjudul ”Using Resources to Support Mathematical Thinking” menyatakan
bahwa “children may well not be able to succesfully use and apply number if they
fall victim to rote learning and use certain mathematical rules without reason”.1
Dengan kata lain belajar matematika tidak akan berhasil hanya dengan menghafal
tanpa adanya pemberian alasan.
Menurut Shadiq, penalaran merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan berdasar pada beberapa
pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan2 Menurut Surajiyo, penalaran
adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi.3 Dengan
demikian, penalaran merupakan suatu proses berfikir untuk menarik kesimpulan
atau membuat pernyataan baru berdasarkan kepada beberapa pernyataan (premis)
yang kebenarannya telah dibuktikan sebelumnya.
Menurut Sumarmo, penalaran matematik dibagi menjadi dua golongan yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai
penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang
teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah.
Sedangkan penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan
yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar
1Doreen Drews dan Alice Hansen, Using Resources to Support Mathematical Thinking,
(Southernhay East : Learning Matters, 2007), h.7 2Fajar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi, (Yogyakarta: Depdiknas,
2004), h. 2 3 Surajiyo, Sugeng Astanto, dan Sri Andiani, Dasar-dasar Logika, Cet ke III (Jakarta:
Bumi Aksara,2008), h.43
30
atau salah dan tidak keduanya bersama-sama.4 Penalaran induktif terjadi ketika
proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta khusus yang
sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan
pada penalaran deduktif harus didasari pada kebenaran pernyataan lain.
Maksudnya kebenaran suatu konsep atau pernyatan diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan
matematika bersifat konsisten.
Penalaran induktif banyak dijadikan sebagai pijakan untuk mendapatkan
konsep matematika. Sehingga penarikan kesimpulan melalui proses induktif ini
akan menjadi sangat penting. Berdasarkan karakteristik proses penarikan
kesimpulan, penalaran induktif terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:5
a. Penalaran transduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari proses pengamatan
terbatas yang berlaku terhadap kasus tertentu.
b. Penalaran analogi, yaitu penarikan kesimpulan yang didasarkan keserupaan
proses atau data.
c. Penalaran generalisasi, yaitu penarikan kesimpulan secara umum berdasarkan
data terbatas.
d. Memperkirakan suatu jawaban, solusi atau kecenderungan: interpolasi dan
ekstrapolasi.
e. Memberikan penjabaran pada model, fakta, sifat, atau pola yang telah ada.
f. Menggunakan pola hubungan yang menganalisis situasi, dan menyusun suatu
konjektur.
2. Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Penalaran analogi matematis termasuk ke dalam karakteristik proses
penarikan kesimpulan dari penalaran induktif. Kata “Analogi” berarti “persamaan
antara dua benda atau hal yang berlainan; sesuatu yang sama dalam bentuk,
susunan atau fungsi tetapi berlainan asal-usulnya sehingga tidak ada hubungan
4Utari Sumarmo, “Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik”, dalam Makalah Matematika FMIPA UPI, Januari 2010, h. 5. 5 Ibid, h.6
31
kekerabatan”.6 Shadiq mengatakan bahwa analogi merupakan suatu proses yang
bertolak dari dua atau lebih peristiwa khusus yang memiliki kemiripan satu
dengan yang lainnya.7 Sejalan dengan itu Utari Sumarmo mengatakan bahwa
analogi merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau
proses.8 Dari pemaparan tersebut, maka penalaran analogi adalah proses
penarikan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang berlainan dengan
melihat kesamaannya.
Dalam analogi yang dicari adalah keserupaan dari dua hal yang berbeda, dan
menarik kesimpulan atas dasar keserupaan itu. Indikator siswa yang memiliki
kemampuan analogi adalah dapat menemukan keserupaan pola atau sifat dari
gejala matematik untuk membuat analogi. Berdasarkan pemaparan-pemaparan
tersebut, maka penalaran analogi adalah proses bernalar dengan membandingkan
dua hal yang berlainan dengan melihat kesamaannya, kemudian ditarik
kesimpulan berdasarkan persamaan (keserupaan) tersebut. Ada tiga aspek penting
yang harus ada dalam penalaran analogi, yaitu aspek sumber, kesamaan, dan
aspek target. Soal-soal tentang kemampuan penalaran analogi terdiri dari dua soal,
yaitu soal sebelah kiri (masalah sumber) dan soal sebelah kanan (masalah target).
Ciri-ciri masalah sumber dan masalah target adalah sebagai berikut:9
a. Masalah sumber merupakan masalah yang sudah dipelajarai sebelumnya yang
berkaitan dengan materi berikutnya yang akan dipelajari.
b. Masalah target merupakan masalah yang akan dipecahkan dengan mencari
kesamaan dari masalah sumber.
Penalaran analogi oleh Sternberg dinyatakan sebagai cara berpikir analogi
yang terdiri dari beberapa komponen yang harus dilalui siswa, yaitu (1) mengkode
6Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2008), h. 61 7Fadjar Shadiq, Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?, 2013,
h.2, (http:// p4tkmatematika.org). Diakses pada tanggal 13 November 2018 pukul 07:38 8Utari Sumarmo, Mengembangkan Instrumen untuk Mengukur High Order Mathematical
Thinking dan Affective Behavior, Handout disajikan pada Workshop Pendidikan Matematika UIN
Jakarta, 22 Oktober 2014, h. 37. 9Rahayu Purwanti, Agung Hartoyo, dan Dede Suratman, Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis Siswa SMP dalam Materi Bangun Ruang, h. 2
32
suatu unsur dari analogi (2) menduga hubungan antara warna merah dan berhenti
(lampu merah berarti berhenti) (3) memetakan hubungan antara warna merah dan
warna hijau (keduanya adalah warna lampu lalu lintas (4) mengaplikasikan sebuah
hubungan analogi dan meduga dari warna hijau adalah pilihan yang mendekati
(hijau berarti diperbolehkan untuk jalan) (5) memberikan sebuah tanggapan10
Ruppert menyatakan bahwa indikator penalaran analogi meliputi empat
komponen, diantaranya Structuring, subjek dapat mengidentifikasi setiap objek
matematika pada masalah sumber dengan melihat kesamaan sifat dan struktur
hubungan serta membuat kesimpulan dari semua hubungan yang identik pada
masalah sumber. Mapping, subjek dapat mencari hubungan yang identik dari
karakteristik antara masalah sumber dan masalah target kemudian membangun
kesimpulan untuk selanjutnya hubungan yang didapat tersebut dipetakan ke
masalah target. Applying, subjek dapat menyelesaikan masalah target dengan
menggunakan cara penyelesaian atau konsep yang sama dengan masalah sumber,
kemudian dapat menuliskan jawaban dari apa yang diinginkan masalah target.
Verifying, memeriksa kembali kebenaran terhadap penyelesaian target dengan
mengecek kesesuaian masalah target dengan masalah sumber.11
Menurut English dalam Wardhani, terdapat empat indikator yang digunakan
untuk mengukur penalaran analogi, yaitu :12
a. Encoding, mengidentifikasi bentuk analogi dengan memberikan pengkodean
karakteristik pada tiap masalah.
b. Inferring, mencari hubungan diantara unsur yang diketahui pada masalah
sumber.
c. Mapping, menghubungkan pasangan A : B ke pasangan C : D dengan
membangun hubungan penarikan kesimpulan pada kesamaan hubungan.
d. Applying, memilih bentuk yang sesuai untuk melengkapi analogi.
10
Sternberg, Component Processes in Analogical Reasoning, h. 354 11
Markus Rupert, “Ways of Analogical Reasoning-Thought Processes in A Example Based
Learning Environment”, Eight Congress of Europian Research in Mathematics Education, 2013,
h2 12
Dyah Ayu Pramoda Wardhani, Penalaran Analogi Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika, Seminar nasional pendidikan matematika UNISSULA, 2016, h. 1765.
33
Selaras dengan persoalan analogi (qiyas), dalam bahasa arab dikenal pula
konsep penyerupaan. Konsep penyerupaan yang dimaksud menggunakan
karakteristik penyerupaan antara suatu perkara dengan perkaran lain karena
adanya persamaan sifat. Contoh penyerupaan semacam ini dikenal dengan istilah
“al-Tasybih” (التشبيه/ penyerupaan). Al-Tasybih didefinisikan sebagai “
menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain lantaran adanya persamaan sifat
dari keduanya dengan menggunakan indikator yang jelas serta mengandung
maksud tertentu”.13
Dari definisi di atas, terlihat adanya empat unsur pokok sebagai berikut:
a. Musyabbah ( مشبه = yang diserupakan);
b. Musyabbah bih ( ;(yang digunakan untuk contoh penyerupaan = مشبه به
c. Wajhu al-Syabah (وجه الشبه = sifat yang menyamakan antara keduanya).
d. Adat al-tasybih (اداة التشببيه=karakter huruf yang menyatakan adanya indikasi
pola persamaan antara musyabbah danmusyabbah bih).
Lebih konkretnya, contoh berikut akan dapat memberikan kejelasan
Gambaran pola tasybih: “Ilmu laksana cahaya”, Dalam bahasa arab tertulis seperti
ini ( العلب ابنلر ف بل اليةا بت). Penyerupaan ilmu dengan cahaya disini terdapat proses
analogi dimana ilmu diserupakan dengan cahaya dalam hal bahwa keduanya
sama-sama dapat berperan memberikan petunjuk agar terhindar dari gelapnya
rimba kesesatan. Lebih lanjut, rinciniannya sebagai berikut:
a. Ilmu sebagai musyabbah/ مشبه (yang diserupakan)
b. Cahaya sebagai musyabbah bih/ مشبببه بببه (yang digunakanuntuk contoh
penyerupaan)
c. Laksana sebagai adat al tasybih/ اداة التشببيه yang dalam contoh bahasa arab
diwakili dengan karakter hufuf (ك) dalam kata ( ابنلر ف ) yang berarti laksana
cahaya.
d. Dalam memberikan petunjuk sebagai wajhu al-syabah/وجبه الشببه yakni sifat
yang sama-sama melekat pada musyabbah dan musyabbah bih.
13
Abdul Rahman al-Akhdhory, Al-Jawhar al Maknun, (Indonesia: Al-haramain), h. 134-
135.
34
Al-Tasybih didefinisikan sebagai menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang
lain, hal ini lantaran adanya persamaan sifat dari keduanya dengan menggunakan
indikator yang jelas dan mengandung maksud tertentu. Pada konsep Al-Tasybih
terdapat empat unsur pokok yang ada didalamnya, yatu:
a. Musyabbah (yang diserupakan)
b. Musyabbah bih (yang digunakan untuk contoh penyerupaan)
c. Wajhul al-syabah (sifat yang menyamakan antara musyabbah dan
musyabbah bih)
d. Adat al-tasybih (karakter huruf yang menyatakan adanya indikator
persamaan antara musyabbah dan musyabbah bih)
Indikator yang peneliti gunakan untuk mengukur kemampuan penalaran
analogi matematis siswa dalam penelitian ini merujuk pada indikator Ruppert
yang disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Indikator Penalaran Analogi
3. Model Search, Solve, Create, Share
Sub / Komponen
Penalaran Analogi
Indikator / Aktivitas Siswa
Structurimg Mengidentifikasi unsur pada masalah sumber dan
masalah target untuk membuat kesimpulan yang identik
dengan masalah sumber.
Mapping Mencari hubungan antara masalah sumber dan masalah
target. Membuat kesimpulan untuk selanjutnya
dipetakan ke masalah target
Applying Menyelesaikan masalah target dengan penyelesaian
konsep yang sama dengan masalah sumber
Verifying Memeriksa kembali kebenaran terhadap penyelesaian
masalah target
35
Model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS) pertama kali
dikembangkan oleh Edward L. Pizzini pada tahun 1985 dalam bidang sains.
Menurut Pazzini, dalam Satriawan model SSCS dirancang untuk memperluas dan
menerapkan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis,
serta menggunakan pemecahan masalah model yang holistik.14
Sejalan dengan
Pizzini, Regional Education Laboratories suatu Lembaga pada Departemen
Pendidikan Amerika Serikat mengeluarkan laporan bahwa model SSCS termasuk
model pembelajaran yang baik untuk mata pelajaran matematika dan sains.15
North Central Regional Education Laboratory menjelaskan bahwa terdapat
delapan standar National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) yang dapat
dicapai dalam model pembelajaran SSCS ini yaitu,16
a. Mengajukan (pose) soal atau masalah matematika.
b. Membangun pengalaman dan pengetahuan siswa,
c. Mengembangkan kemampuan berpikir matematika yang meyakinkan siswa
tentang keabsahan suatu keadaan, solusi, dugaan dan jawaban.
d. Menumbuhkan intelektual siswa : mengajukan pertanyaan dan tugas-tugas
yang melibatkan siswa, dan menantang cara berpikir siswa,
e. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan matematika siswa,
f. Merangsang siswa untuk membuat koneksi dan mengembangkan kerangka
kerja yang berhubungan dengan ide-ide matematika,
g. Menanamkan kemampuan perumusan masalah, pemecahan masalah, dan
penalaran matematika, dan
h. Mengembangkan seluruh disposisi siswa untuk melakukan pekerjaan
matematika
Model SSCS ini merupakan singkatan dari Search, Solve, Create, Share.
Search: siswa melakukan pencarian pertanyaan melalui penyelidikan tentang
14
Rodi Satriawan, Keefektifan Model Search, Solve, Create, and Share Ditinjau dari
Prestasi, Penalaran Matematis, dan Motivasi Belajar, (Lombok Timur: Jurnal riset Pendidikan
Matematika, 2017), h.90 15
Irwan, Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share
(SSCS)dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika,
Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12, no 1, h.4 16
Laboratory Network Program. Promising Practice in Mathematics and Science Education.
North Central Regional Educational Laboratory, 1994, h.5
36
topik yang mereka ingin selidiki. Solve: siswa merancang dan melaksanakan
penyelidikan untuk memecahkan pertanyaan melalui penelitian mereka. Create:
Siswa menganalisis dan menginterpretasikan data kemudian membuat hasil
analisis data untuk mengkomunikasikan temuan mereka. Share: siswa berbagi
hasil mereka dan mengevaluasi penyelidikan mereka.17
Pada model SSCS ini
mengajarkan suatu penyelesaian masalah dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya, sehingga model
ini dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Pizzini yang dikutip oleh Dimyati, menjelaskan lebih rinci kegiatan pada
setiap tahapan model SSCS sebagai berikut:18
a. Search
1) Menggali pengetauan awal dengan menuliskan informasi yang diketahui
dan berhubungan dengan situasi yang diberikan.
2) Mengamati dan menganalisa informasi yang diketahui.
3) Menyimpulkan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan.
4) Menggeneralisasikan informasi sehingga timbul ide-ide yang mungkin
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
b. Solve
1) Menentukan kriteria akan digunakan dalam memilih beberapa alternatif.
2) Membuat dugaan mengenai beberapa solusi yang dapat digunakan.
3) Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi saat menggunakan solusi
tersebut.
4) Membuat rencana penyelesaian masalah (didalamnya termasuk
menentukan solusi yang akan digunakan)
c. Create
1) Menyelesaikan masalah sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya.
2) Meyakinkan diri dengan menguji kembali solusi yang telah didapat.
3) MengGambarkan proses penyelesaian masalah
17
Ibid, h.5 18
Ahmad Dimyati, Peningkatakan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa MTS melalui Model Search, Solce, Create, Share (SSCS) dengan Metode Hypnoteaching,
(Bandung: Tests Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2015)
37
4) Menyiapkan apa yang akan dibuat untuk dipresentasikan.
d. Share
1) Menyajikan solusi kepada siswa yang lain
2) Mempromosikan solusi yang dibuat kepada siswa yang lain.
3) Mengevaluasi tanggapan dari pendapat siswa yang lain.
4) Merefleksikan keaktifan sebagai problem solver setelah menerima umpan
balik dari guru dan siswa yang lain.
Menurut Irwan, salah satu contoh penerapan model SSCS problem solving
dalam pembelajaran matematika adalah:19
a. Search (menyelidiki masalah), dalam fase ini siswa memahami soal atau
kondisi yang diberikan dengan menggali informasi tentang apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan, membuat pertanyaan-pertanyaan kecil sehingga
timbul sebuah ide untuk dijadikan focus dalam penyelesaian masalah. Di akhir
fase ini, diharapkan siswa dapat memahami dan menganalisis soal yang
diberikan sehingga terbentuk sekumpulan ide dalam memecahkan persoalan
yang diberikan.
b. Solve (merencanakan penyelesaian masalah). Pada fase solve, siswa diberikan
kesempatan membuat beberapa dugaan atau hipotesis alternative untuk
memecahkan masalah kemudian merencanakan penyelesaian masalah dengan
strategi atau metode yang telah dipilih. Siswa berpikir dan merencanakan
langkah-langkah apa saja yang akan digunakan dalam memecahkan persoalan
yang diberikan.
c. Create (menyelesaikan masalah). Pada fase Create, siswa diharapkan dapat
menghasilkan produk atau membuat formula sebagai cara untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan hipotesis pada tahap sebelumnya. Selain itu siswa juga
mengevaluasi hasil temuannya kemudian menyajikan laporan solusi
penyelesaian masalah tersebut sekreatif mungkin untuk dikomunikasikan
kepada teman yang lain.
19
Irwan, Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika,
op.cit, h. 5
38
d. Share (mengkomunikasikan hasil penyelesaian). Pada fase terakhir ini, setelah
siswa menyelesaikan dan membuat laporan solusi penyelesaian masalah, siswa
diminta untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan hasil kerja mereka
kepada guru dan teman-temannya melalui kegiatan diskusi baik dengan guru
maupun dengan siswa lainnya.
Kegiatan pembelajaran dengan model SSCS dimulai dengan pemberian
masalah atau kondisi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap
Search, siswa mencari informasi untuk mengidentifikasi situasi atau masalah yang
disajikan. Setelah itu, pada tahap solve siswa merencanakan dan menyelesaikan
permasalahan tersebut. Dengan informasi dan rencana yang telah disiapkan, siswa
melakukan tahap create, yaitu membuat solusi penyelesaian kemudian
menyajikannya untuk dibahas dan didiskusikan bersama guru dan siswa lainnya di
tahap share.
4. Metode Hypnoteaching
Kata hypnoteaching merupakan perpaduan dari dua kata yaitu hypnosis dan
teaching. Hypnosis berarti sugesti dan teaching mengajar. Hypnoteaching
merupakan pembelajaran yang dirancang dengan menciptakan situasi yang
nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali.20
Penggunaan
hipnosis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat. Tentu saja waktu itu
hipnosis belum dikenal dengan nama “hypnosis”. Hipnosis pada masa lalu
dipraktikkan dalam ritual agama dan maupun ritual penyembuhan.21
Hipnosis
berasal dari kata “hypnos” yang merupakan nama dewa tidur orang Yunani.
Kebanyakan orang menyangka bahwa hipnosis adalah menidurkan seseorang.
Namun perlu disadari bahwa kondisi hipnosis tidaklah sama dengan tidur. Sebab
meskipun seseorang dihipnotis, ia dapat mendengar dengan jelas dan merespon
informasi yang diterimanya. Berbeda dengan tidur, orang yang tidur tidak
menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara di sekitarnya.22
20
Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning, 2010, pustaka widyatama, op.cit, h.103 21
Indra Majid, Pemahaman Dasar Hipnosis, E-Book, Psikologi Sejarah Hipnosis.pdf,
diakses pada tanggal 18 Agustus 2016 pukul 14.21 WIB, h. 8 22
Ibid, h.4.
39
Mengajar adalah proses mengisi pikiran dengan berbagai informasi atau
keilmuan. Informasi tersebut akan diterima oleh pikiran sadar dan kemudian
ditransfer ke pikiran bawah sadar untuk diolah dan disimpan.23
Para pendidik
dituntut untuk memberikan kenyamanan dalam mengajar, melakukan pendekatan
hati ke hati sehingga murid merasa senang ketika belajar namun tetap menjaga
wibawanya sebagai guru. Artinya tetap memberikan batasan kepada murid perihal
kedekatan hubungan antar guru dan murid, agar murid tak semen-mena merasa
dekat dengan gurunya.
Kekuatan-kekuatan dari kata-kata positif seperti motivasi, sugesti, doa dan
semacamnya dapat memengaruhi kondisi siswa ketika belajar dan juga hasil
belajarnya. Menurut Solihudin, doa yang diucapkan berulang-ulang merupakan
afirmasi (sugesti) keyakinan positif yang ditanamkan ke dalam pikiran bawah
sadar.24
Selain memengaruhi prestasi, metode hypnoteaching dapat membentuk
perilaku baik dan memperbaiki perilaku buruk yang ada dalam diri siswa karena
hipnosis merupakan kondisi atau keadaan manusia cenderung lebih “sugestif.
Ketika berada dalam kondisi seperti itu, berarti seseorang dengan mudah
menerimainformasi atau saran dari orang lain. Jika hal itu positif maka hal itu
akan bermanfaat dan menjadi nilai-nilai baru yang dapat mengubah pola-pola
lama yang ada dalam diri seseorang.25
Penerapan hypnoteaching untuk menciptakan pembelajaran efektif, dilakukan
melalui langkah-langkah tertentu:26
a. Niat dan Motivasi dalam diri sendiri. Kesuksesan seseorang dalam melakukan
pekerjaan tergantung pada niat/tujuannya. Sebab niat yang besar akan
menghasilkan motivasi dan komitmen untuk melakukan bidang yang
ditekuninya.
b. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak
dengan orang lain.karena pada dasarnya orang cenderung berinteraksi dengan
23 Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning, 2010, pustaka widyatama, op.cit, h.3
24Ichsan Solihudin, Hypnosis for Student, (Bandung: PT Mizan Pustaka,2010), h.91.
25Willy Wong dan Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis, (Jakarta: Transmedia
Pustaka,2010),h.10. 26
Muhammad Anwar, Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui Hypnoteaching,(Gowa:
Institut Parahikmah Indonesia, 2017, P-ISSN: 1412-2715, E-ISSN: 2616-4412, h. 477
40
orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Dengan kesamaan gelombang
otak inilah, maka pesan yang disampaikan dari satu orang ke orang lainnya
dapat dengan mudah diterima dan dipahami.
c. Leading memiliki pengertian memimpin atau mengarahkan sesuatu. Setelah
melakukan pacing, peserta didik akan merasa nyaman dengan guru. Pada saat
itulah hampir setiap apapun yang guru ucapkan dan tugaskan kepada mereka,
akan dilakukan dengan sukarela dan senang hati. Sehingga sesulit apapun
maetrinya, pikiran bawah sadar mereka akan menangkap materi pelajaran
dengan mudah. Sebaliknya jika melakukan leading tanpa melakukan pacing
terlebih dahulu maka untuk memberikan perintah kepada peserta didik
termasuk hal yang beresiko. Karena mereka melakukannya karena tertekan
dan terpaksa. Hal ini berkakibat pada penolakan mereka terhadap guru.
d. Gunakan kata-kata positif. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara
kerja pikiran bawah sadar yang tidak mengenal kata negatif. Kata-kata
tersebut berupa ajakan atau himbauan. Jadi apabila ada hal-hal yang tidak
boleh dilakukan oleh mereka, hendaknya melakukan kata ganti yang positif.
Sebagai contoh apabila akan menenangkan kelas yang ramai, biasanya kata
perintah yang keluar adalah “jangan ribut”. Dalam mengaplikasikan
hypnoteaching gunakanlah kata kata “mohon tenang”. Karena alam bawah
sadar kita tidak mengenal kata jangan.
e. Berikan pujian, salah satu hal yang sangat penting dalam pembelajaran adalah
reward dan punishment. Pujian merupakan reward atas peningkatan harga diri
seseorang. Pujian juga merupakan salah satu cara pembentukan konsep pada
diri seseorang. Maka dari itu berikanlah pujian kepada peserta didik dengan
tulus.
f. Modelling adalah proses memberi teladan atau contoh melalui ucapan dan
perilaku yang konsisten dan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
hypoteaching. Setelah peserta didik merasa nyaman dengan guru, maka ia
perlu memantapkan perilakunya agar konsisten dengan ucapan dan ajarannya,
sehingga ia menjadi figure yang dipercaya. Metode hypnoteaching dapat
digaris bawahi sebagai metode yang dilakukan oleh guru dengan proses
41
menghypnotis peserta didik dengan sugesti untuk memotivasi sehingga para
peserta didik merasa senang dan selalu bersemangat dalam menerima materi
pelajaran.
Menurut Al-Risyad yang dikutip dalam penelitian yang dilakukan Dimyati
bahwa langkah-langkah metode pembelajaran Hypnoteaching dapat dilakukan
sebagi berikut:27
a. Membuat siswa dokus baik dengan games, cerita inspiratif, maupun yelling
(Focusing).
b. Melakukan relaksasi dan imaginasi (relaxation/imagination)
c. Memberikan keyakinan yang memberdayakan (Suggestion).
d. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi dan berbagi
ilmu (grouping).
e. Menyatakan sesuatu yang positif dari diri siswa (Affirmation)
f. Melakukan pengulangan kata-kata positif penuh inspiratif (Repeating).
Dari penjelasan mengenai model Search, Create, Solve dan Share (SSCS)
dan hypnoteaching, maka peneliti membuat desain pembelajaran sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok (grouping).
c. Memulai pembelajaran dengan membuat siswa focus dengan games, cerita
inspiratif, tayangan video, yel-yel (focusing).
d. Melakukan relaksasi dan imajinasi (relaxation/imagination).
e. Menyelesaikan masalah LKS yang dibimbing oleh guru dengan tahap-tahap
pembelajaran SSCS sebagai berikut:
1) Mencari informasi untuk mengidentifikasi masalah (Search).
2) Merancang penyelesaian masalah (Solve).
3) Menyelesaikan masalah (Create)
4) Berbagi hasil (Share)
27
Ahmad Dimyati, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
SIswa MTs melalui Model Search, Solve, Create, and Share Dengan Metode Hypnoteaching, UPI,
2015, h. 37
42
f. Membimbing siswa untuk menyatakan sesuatu yang positif sesuai dengan
pembelajaran (Affirmation)
g. Melakukan pengulangan terkait dengan materi yang belum dipahami oleh
siswa (Repeating).
5. Pembelajaran Scientific
Proses pembelajaran di sekolah yang umumnya menerapkan kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran saintifik mencakup tiga aspek
penilaian yaitu afektif, kognitif dan psikomotor. Pendekatan pembelajaran
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata
pelajaran.28
Menurut Mc Collum dalam Musfiqon, komponen-komponen penting
dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut:29
a. Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster
a sense of wonder)
b. Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation)
c. Melakukan analisis (Push for analysis)
d. Berkomunikasi (Require communication)
Berikut ini penjabaran dari komponen tersebut dalam lima praktek
pembelajaran:30
a. Mengamati
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan peserta didik misalnya membaca,
mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang
28
Dika Setiawan, Pendekatan Saintifik dan Penilaian Autentik untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Penerapan Kurikulum 2013 Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta), Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta, h.37. 29
Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo: Nizamia
Learning
enter, 2015), h. 38. 30
Ibid
43
ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar mengamati adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi.
b. Menanya
Kegiatan belajar yang dapat dilakukan adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
memperoleh informasi tambahan tentang apa yang sedang mereka amati.
Pertanyaan yang peserta didik ajukan semestinya dapat dimulai pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat faktual saja hingga mengarah kepada pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya hipotetik (dugaan). Kompetensi yang dikembangkan
adalah pengembangan kreativitas, rasa ingin tahu (curiousity), kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan
pembentukan karakter pebelajar sepanjang hayat (life long learner).
c. Pengumpulan informasi
Kegiatan ini adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber
informasi lainnya selain yang terdapat pada buku teks, mengamati objek,
mengamati kejadian, melakukan aktivitas tertentu, hingga berwawancara
dengan seorang nara sumber. Kompetensi yang ingin dikembangkan antara
lain: peserta didik akan mengembangkan sikap teliti, jujur, memiliki
kemampuan mengumpulkan informasi dengan beragam cara, mengembangkan
kebiasaan belajar, hingga menjadi seorang pebelajar sepanjang hayat (life long
learner).
d. Mengasosiasi
Pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang memperdalam dan
memperluas informasi hingga informasi yang saling mendukung, bahkan yang
berbeda atau bertentangan. Melalui pengalaman belajar ini diharapkan peserta
didik akan mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat kepada aturan,
bekerja keras, mampu menerapkan suatu prosedur dalam berpikir secara
deduktif atau induktif untuk menarik suatu kesimpulan.
e. Komunikasi
Menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya, kesimpulan yang
diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tertulis,
44
atau cara-cara dan media lainnya. Ini dimaksudkan agar peserta didik
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya dalam hal
pengembangan sikap jujur, teliti, toleransi, berpikir secara sistematis,
mengutarakan pendapat dengan cara yang singkat dan jelas, hingga
berkemampuan berbahasa secara baik dan benar.
6. Sikap Siswa
Walgito mengungkapkan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat,
keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relative permanen, disertai
dengan adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada seseorang tersebut
untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.31
Dengan mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respons
atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap siatu
masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya.
Sikap siswa terhadap matematika adalah kecenderungan siswa untuk
menerima (suka) atau menolak (tidak suka) terhadap konsep atau objek
matematika. Menurut Russeffendi mengatakan bahwa sikap siswa terhadap
matematika sangat erat kaitannya dengan minat. Artinya seseorang yang berminat
dalam matematika akan menumbuhkan sikap positif terhadap matematika. Untuk
menumbuhkan minat dan sikap positif seseorang terhadap matematika perlu
diperhatikan, antara lain kegunaan matematika bagi kehidupan siswa dan cara
guru mengajarkan matematika kepada siswa. Jika siswa memandang matematika
itu penting, maka minat dan sikap positif terhadap matematika akan tumbuh pada
dirinya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru perlu
menunjukkan keindahan dan kegunaan matematika dengan cara yang
menyenangkan.
Sikap siswa terhadap matematika dalam penelitian ini adalah kecenderungan
siswa untuk menerima (suka) atau menolak (tidak suka) terhadap pelajaran
matematika, pembelajaran model SSCS dengan metode Hypnoteaching dan soal-
soal kemampuan penalaran analogi matematis yang diberikan.
31
Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Andi Press, 2002)
45
B. Kerangka Berpikir
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika salah
satunya disebabkan rendahnya kemampuan penalaran analogi matematis.
berdasarkan pada laporan TIMSS tahun 2015 menunjukkan rendahnya
kemampuan penalaran matematis siswa terutama pada soal penalaran analogi.
Siswa Indonesia hanya memberikan sebesar 17% poin yang rendah dibanding
Negara Singapura sebesar 75%.32
Matematika adalah disiplin ilmu yang saling
berkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya dan memiliki manfaat
dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa siswa membutuhkan
kemampuan penalaran sebagai salah satu daya matematis yang harus dimiliki
siswa dalam mempelajari matematika. Kemampuan penalaran berlangsung ketika
seseorang berfikir tentang suatu masalah dalam menyelesaikan masalah. Dalam
mengupayakan tercapainya kemampuan penalaran matematis khususnya
penalaran analogi yang baik dibutuhkannya pembelajaran yang dapat membantu
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenali, membangun, dan
menggunakan kemampuan penalaran matematisnya sendiri.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan penalaran analogi matematis adalah pemecahan masalah. Dimana
guru memberikan permasalahan matematis dan kemudian siswa diminta untuk
menyelesaikan. Pembelajaran ini mengajak siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran. Berkenaan dengan pendekatan pemecahan masalah tersebut,
menurut Pizzini terdapat model pembelajaran yang dikenal dengan Search, Solve,
Create, and Share (SSCS).33
Pada model pembelajaran ini siswa berpikir secara
aktif untuk menyelesaikan masalah matematika yang diberikan.
Pembelajaran matematika model SSCS ini menuntuk banyak aktivitas
berpikir. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran siswa banyak diberikan
permasalahan. Untuk dapat menyelesaikannya dibutuhkan minat, ketertarikan,
32
Mulyanti Rahim, Peningkatan dan Karakteristik Kesalahan dalam Kemampuan Analogi
dan Generalisasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Model Eliciting Activities, UPI, 2015,
h.2 33
Edward Pizzini, Rethinking Thinking in the Science Classroom . 1988, h.23
46
motivasi, semangat dan mau berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut.
Maka diperlukan kondisi belajar yang nyaman dan rileks. Menurt Almatin salah
satu metode pembelajaran yang dapat menciptakan keadaan tersebut yaitu
Hypnoteaching.34
Metode pembelajaran hypnoteaching menyajikan materi pelajaran dengan
menggunakan bahasa-bahasa alam bawah sadar, dimana diketahui bahwa alam
bawah sadar lebih besar dominasinya terhadap proses kegiatan hidup manusia.35
Almatin menyebutkan bahwa mengajar adalah proses mengisi pikiran dengan
berbagai informasi atau keilmuan. Informasi tersebut akan diterima oleh pikiran
sadar dan kemudian ditransfer ke pikiran bawah sadar untuk diolah dan simpan.
Solihudin berpendapat bahwa fungsi pikiran bawah sadar yaitu sebagai Gudang
penyimpanan informasi, sangat cerdas, tempat terdapatnya rasa kepercayaan diri,
motivasi diri, kepribadian, kreativitas, kebiasaan, emosi, dan nilai-nilai hidup.36
Dengan demikian peneliti berkeyakinan bahwa metode pembelajaran
hypnoteaching mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran.
Adapun komponen-komponen hypnoteaching yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1)Grouping, membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
(2) Focusing, membuat siswa fokus dengan games, cerita inspiratif, video
motivasi, atau yeliing, (3)Relaxation/imagination, (4) Affirmation, membimbing
siswa untuk menyatakan sesuatu yang positif terkait pembelajaran, dan (5)
Repeating, melakukan pengulangan terkait materi yang belum dipahami siswa.
Keterkaitan tahapan model SSCS dengan metode pembelajaran
Hypnoteaching terhadap kemampuan penalaran analogi matematis siswa dapat
dilihar dari bagan dibawah ini.
34
Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning, 2010, pustaka widyatama, h.77 35
Willy Wong dan Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis, (Jakarta: Transmedia
Pustaka,2010),h.18. 36
Ichsan Solihudin, Hypnosis for Student, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), h.85
47
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Menyelesaikan
masalah LKS dengan
kegiatan yang
memuat tahap-tahap
1. Search
2. Solve
3. Create
Structuring
Mengidentifikasi unsur pada masalah sumber dan
masalah target untuk membuat kesimpulan yang
identik dengan masalah sumber.
Mapping
Mencari hubungan antara masalah sumber dan
masalah target untuk dipetakan ke masalah target
Applying
Menyelesaikan masalah target dengan
penyelesaian konsep yang sama dengan masalah
sumber
Verifying
Memeriksa kembali kebenaran terhadap
penyelesaian masalah target
Kemampuan Penalaran
Analogi Matematis
4. Share
SSCS dengan
Hypnoteaching
Focusing
Relaxation dan
Imagination..
Grouping
Affirmation
Repeating
48
F. Penelitian Relevan
1. Penelitian Kristayulita (2015) dalam seminar nasional matematika dan
pendidikan matematika UNY yang berjudul “Penalaran Analogi Siswa
Berdasarkan Tahapan Clement”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
siswa mampu menggunakan penalaran analogi dalam menyelesaikan masalah
dengan 4 tahapan Clement.37
2. Ahmad Dimyati dengan judul “Penerapan Metode Hypnoteaching untuk
Meningkatkan Disposisi Matematika Peserta Didik.” Penelitian ini
dilaksanakan di SMAN 1 Kabupaten Tangerang tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus.
Instrument yang digunakan adalah angket, wawancara, catatan lapangan untuk
mengetahui hal-hal yang terjadi pada proses pembelajaran, dan jurnal harian
peserta didik untuk mengetahui respon siswa terhadap Hypnoteaching dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan disposisi matematik dan respon
positif peserta didik.38
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka dirumuskan sebuah
hipotesis yaitu kemampuan Penalaran Analogi matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan metode Hypnoteaching lebih tinggi daripada siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran scientific.
37
Krista yulita, op. cit., h. 805. 38
Ahmad Dimyati, op.cit, h. 130
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertempat di SMP Al-Hasra Depok yang
beralamat di KM 24 Bojongsari Depok. Pada Kelas VIII semester ganjil tahun
ajaran 2019/2020. Penilitian ini dilaksanakan selama 3 minggu yaitu dari minggu
ke-4 bulan September sampai minggu ke 2 bulan oktober.
B. Metode Dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen metode
yang tidak memungkinkan peneliti melakukan kontrol secara penuh terhadap
sampel penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan model SSCS dengan
metode Hypnoteaching sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan
pembelajaran scientific.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Randomized
Posttest Only Control Group Design dimana pengontrolan secara acak hanya
pada tes akhir (post-test) saja karena peneliti hanya ingin menganalisis
kemampuan penalaran analogi matematis siswa setelah diberi perlakuan sehingga
tidak diberikan pre – test. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut pada Table
3.139
.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
E X O
39
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
A2017), Cet. Ke-25, h. 75
50
K - O
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen
K : Kelompok Kontrol
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eskperimen yaitu dengan
menggunakan model SSCS dengan metode Hypnoteaching
C. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target dan populasi terjangkau.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Al-Hasra di
Depok dan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester
I tahun ajaran 2019/2020.
Sampel dari penelitian ini diambil dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas
yang dipilih yaitu kelas VIII.B dan kelas VIII.C dengan teknik Cluster Random
Sampling. Masing-masing dipilih secara acak untuk menjadi kelas eksperimen
dan kelas kontrol sehingga terpilih kelas VIII.B sebagai kelas kontrol dan kelas
VIII.C sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan
perlakuan dengan model SSCS dengan metode Hypnoteaching sedangkan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran scientific.
D. Variabel Penelitian
Data penelitian diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada kedua
kelompok sampel diakhir materi pembelajaran. Dalam melakukan pengumpulan
data melalui observasi, peneliti memperhatikan dua variabel dalam penelitian,
yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian ini, kemampuan
penalaran analogi matematis siswa merupakan varibel terikat dan model
51
pembelajaran SSCS dengan metode Hypnoteaching merupakan variabel bebas.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal essay. Soal
essay terdiri dari 6 butir soal. Soal pilihan ganda diberikan dalam bentuk posttest
yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel, dimana soal yang diberikan kepada kedua
kelas tersebut adalah sama.
Adapun kisi-kisi yang diukur melalui tes essay akan dijelaskan sebagaimana
terdapat pada Tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
Kompetensi
Dasar
Indikator
Penalaran
Analogi
Deskripsi Indikator No Butir
Soal
Mengembangkan
kemampuan
penalaran
analogi yang
terkait dengan
sistem
persamaan linear
dua variabel
Structuring Mengidentifikasi unsur pada
masalah sumber dan masalah
target yang berkaitan dengan
SPLDV
1,2,3,4,5,6 Mapping Mencari hubungan antara
masalah sumber dan masalah
target untuk dipetakan ke
masalah target SPLDV
Applying Menyelesaikan masalah target
dengan penyelesaian /konsep
yang sama dengan masalah
sumber SPLDV
Verifying Memeriksa kembali kebenaran
terhadap penyelesaian masalah
target SPLDV
52
Untuk memperoleh data kemampuan penalaran analogi matematis siswa,
diperlukan penilaian terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal. Kriteria
penilaian dan indikator kemampuan penalaran analogi matematik yang digunakan,
diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Samsul Ma’arif
seperti pada Tabel berikut ini:40
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
Skor Kriteria
4 Dapat menunjukkan empat aspek penalaran analogi dengan
benar dan lengkap
3 Dapat menunjukkan tiga aspek penalaran analogi dengan benar
2 Dapat menunjukkan dua aspek penalaran analogi dengan benar
1 Menjawab hanya satu aspek penalaran analogi dengan benar
0 Tidak ada jawaban atau menarik kesimpulan yang salah
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian
yang dibuat untuk mengukur kemampuan penalaran analogi siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dua kelompok tersebut diberikan instrumen
yang sama. Sebelum instrumen penelitian ini digunakan, dilakukan pengujian
terlebih dahulu berupa uji validitas, reliabilitas, serta uji untuk mengetahui daya
beda dan tingkat kesukaran soal.
1. Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan agar dapat diketahui apakah instrumen ini
mampu mengukur kemampuan penalaran analogi. Uji validitas menggunakan
rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai
berikut.41
(∑ ) (∑ )(∑ )
√( ∑ (∑ ) ) ( ∑ (∑ ) )
40
Risqi Rahman dan Samsul Maarif, “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery terhadap
Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa
Barat”, Infinity, Vol. 3, No.1, Februari 2014, h. 45. 41
Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h.221.
53
Keterangan :
: Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel
Y
∑ : Skor butir soal
∑ : Skor total
N : Banyaknya peserta tes
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan
dengan pada taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria jika
maka soal dikatakan valid, sebaliknya jika maka soal dikatakan
tidak valid. Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak
SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Hasil rekapitulasi uji validitas
instrumen tes kemampuan penalaran analogi matematis ditulis pada Tabel 3.4:
Tabel 3.4
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas
Nomor Soal Validitas Kriteria
1 0,831
0,361
Valid
2 0,814 Valid
3 0,794 Valid
4 0,892 Valid
5 0,537 Valid
6 0,496 Valid
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berarti menguji sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat
dipercaya. Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi jika diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama dalam beberapa kali
54
pengukuran pada kelompok yang sama.42
Untuk mengetahui reliabilitas tes maka
digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.43
(
) (
∑
)
Dengan Varians :
∑ (∑ )
Keterangan :
: Nilai reliabilitas
∑
: Jumlah varians butir
: Varians total
K : Banyaknya item pertanyaan
X : Skor tiap soal
N : Banyaknya siswa
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien korelasi Korelasi Interpretasi
Sangat tinggi Sangat baik
Tinggi Baik
Sedang Cukup
Rendah Buruk
Sangat rendah Sangat buruk
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
42
Ibid., h.230. 43
Ibid., h.233.
55
.820 6
3. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan sebuah soal untuk mengetahui
tingkatan kemampuan siswa.44
Rumus untuk mencari perhitungan daya pembeda
adalahsebagai berikut.45
Keterangan:
= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
= Banyaknya siswa kelas atas
= Banyaknya siswa kelas bawah
Tabel berikut untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir tes.46
Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Dp Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Buruk
Sangat buruk
Tabel 3.8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda
No Soal Hasil Daya Beda Keterangan
1 0,375 Cukup
2 0,438 Baik
44
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)
Ed Revisi, Cet. 6, h. 226. 45
Ibid, h. 228 46
Ibid, h. 232
56
3 0,375 Cukup
4 0,531 Baik
5 0,281 ukup
6 0,281 cukup
4. Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran ini perlu dilakukan untuk mengklasifikasikan tingkat
kesulitan tiap butir soal apakah sulit, sedang atau mudah. Taraf kesukaran soal
dapat dilihat dari persentase siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.
Berikut rumus menghitung taraf kesukaran.47
Keterangan :
P = indeks kesukaran soal yang dicari
B = jumlah siswa yang menjawab benar
Js = jumlah seluruh siswa
Tabel 3.9
Klasifikasi Taraf Kesukaran
Nilai P Interpretasi
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu mudah
Tabel 3.10
Klasifikasi Uji taraf Kesukaran
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,742 Mudah
2 0,483 Sedang
47
Ali Hamzah, op. cit., h.245.
57
3 0,733 Mudah
4 0,392 Sedang
5 0,250 Susah
6 0,650 Sedang
D. Angket Skala Sikap Siswa
Angket merupakan suatu rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang harus
dilengkapi (diisi) oleh responden. Angket skala sikap dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pelajaran matematika,
pembelajaran model SSCS dengan metode Hypnoteaching, dan soal-soal
penalaran analogi. Instrumen skala sikap diberikan hanya kepada kelompok
eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir, yaitu sebelum posttest.
Penyusunan angket skala sikap diawali dengan membuat kisi-kisi terlebih
dahulu. Selanjutnya, pernyataan atau pertanyaan dalam angket tersebut diuji
validitas isi butirnya dengan meminta pertimbangan dan saran serta arahan dari
dosen pembimbing.
Dalam penelitian ini, model skala sikap yang digunakan adalah skala Likert.
Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori,
yaitu: sangat setuju (ST), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Hasil skala sikap yang diperoleh kemudian ditransfer ke dalam skala
kuantitatif. Dalam skala Likert, siswa harus membaca dan memahami secara
seksama setiap pernyataan yang disajikan kemudian menilai pernyataan tersebut.
Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat positif dengan
pernyataan yang bersifat negatif. Pemberian nilai skala sikap dapat dilihat pada
Tabel berikut:48
Tabel 3.11
Skor Skala Sikap Siswa
Pernyataan SS S N TS STS
Positif atau menyenangkan
48
Ali Hamzah, op. cit., h.322
58
Negatif atau tidak menyenangkan
Untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap pelajaran matematika,
pembelajaran model SSCS dengan metode Hypnoteaching, dan soal-soal
penalaran analogi yang telah dilaksanakan positif atau negatif, dilakukan dengan
cara menghitung persentase (P) kemudian mengklasifikasikannya sebagai
berikut49
:
Tabel 3.12
Klasifikasi Data Skala Sikap Siswa
Persentase Jawaban Interpretasi
= 100% Seluruhnya bersikap positif
75% 100% Hampir seluruhnya bersikap positif
50% 75% Sebagian besar bersikap positif
P =50% Setengahnya bersikap positif
25% 0% Hampir setengahnya bersikap positiff
0% 25% Sebagian kecil bersikap positif
= 0% Tidak seorang pun bersikap positif
E. Lembar Observasi
Lembar obserbvasi dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eskperimen.
Selainitu, dengan dilakukannya observasi dalam proses
pembelajarandiharapkandapat memberikan refleksi pada proses pembelajaran
sehingga pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik dari pembelajaran
sebelumnya. Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran model
SSCS dengan metode Hypnoteaching adalah keaktifan siswa dalam mengajukan
dan menjawab pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat,
mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah, bekerja sama dalam kelompok,
49
Ahmad Dimyati, Peningkatan Kemampuan Berpikir, Kritis dan Komunikasi Matematis,
Siswa MTs melalui Model Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dengan Metode
Hypnoteaching, (Tesisi), Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia, h.62
59
berada dalam tugas kelompok, membuat kesimpulan di akhir pembelajaran, dan
menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran. Sedangkan aktivitas guru
yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model
SSCS dengan metode Hypnoteaching.
Peniliti bertindak sebagai pelaksana langsung pada pembelajaran model
SSCS dengan metode Hypnoteaching pada kelas eksperimen dan pembelajran
konvensional pada kelas control. Observer yang mengamati seluruh proses
pembelajaran SSCS dengan metode Hypnoteaching adalah guru matematika di
sekolah bersangkutan. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dalam beberapa kali pertemuan dan hasilnya dicatat dalam lembar
observasi yang telah disediakan.
Pedoman observasi aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran model
SSCS dengan metode Hypnoteaching berupa daftar cek dengan lima pilihan : (1)
sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, dan (5) sangat baik. Hasil observasi
dianalisis berdasarkan persentase jawaban (P) tiap aspek aktivitas dengan kriteria
seperti pada Tabel50
:
Tabel 3.13
Klasifikasi Aktivitas Siswa dan Guru
Persentase Jawaban (P) Interpretasi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
F. Teknik Analisis Data
50
Ibid, h.63
60
Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu posttest kemampuan penalaran
analogi matematis, angket skala sikap siswa, dan pedoman observasi. Selanjutnya
data tersebut dikelompokkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Data
yang akan dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan penalaran
analogi, dan data kualitatif berupa hasil angket skala sikap siswa dan lembar
observasi kegiatan pembelajaran. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk
menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian. Teknik analisis data
dikelompokkan menjadi dua, yatu analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif dianalisis menggunakan uji statistik yang hasilnya nanti
diinterpretasikan berdasarkan rumusan masalah. Sementara itu, data kualitatif
dianalisis dengan cara mengGambarkan temuan di lapangan denga tujuan
mendukung atau membantah temuah yang diinterpretasikan melalui analisis data
kuantitatif.
1. Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan keterangan-
keterangan mengenai suatu data. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk
melakukan generalisasi terhadap populasi dari sampel yang diambil yaitu untuk
menunjukan apakah rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan uji-T. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas data.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Perumusan hipotesis untuk uji
normalitas adalah sebagai berikut.
: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Pada perhitungan uji normalitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
pada taraf signifikansi 5%, untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih, dilihat
61
dari nilai signifikansi yang dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya adalah
sebagai berikut:51
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka sampel berasal dari
populasi berdistribusi normal.
2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka sampel berasal dari populasi
berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang variansnya sama atau homogen. Perumusan hipotesis untuk uji
homogenitas adalah sebagai berikut.
:
(varians kedua kelompok sama atau homogen)
:
(varians kedua kelompok berbeda atau tidak homogen)
Pada perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS pada taraf signifikansi 5%, untuk memutuskan hipotesis mana yang dipilih,
dilihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut:52
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka varians kedua kelompok sama
atau homogen.
2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka varians kedua kelompok berbeda
atau tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Setalah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
barulah dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan uji-T. Perumusan hipotesis untuk uji hipotesis adalah sebagai
berikut.
: rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa pada kelompok
eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata kemampuan penalaran analogi
matematis siswa pada kelompok kontrol.
51
Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan SPSS/Lisrel dalam
Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.157. 52
Ibid, h.170.
62
: rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa pada kelompok
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis
siswa pada kelompok kontrol.
Pada perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS
Independent Sampels T Test untuk uji-T pada taraf signifikansi 5%, untuk
memutuskan hipotesis mana yang dipilih, dilihat dari nilai signifikansi yang
dihasilkan. Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05, H0 diterima maka varians kedua kelompok
sama atau homogen.
2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, H0 ditolak maka varians kedua kelompok
berbeda atau tidak homogen.
d. Hipotesis Statistika
Hipotesis statistika yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
:rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa kelas eksperimen
: rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa kelas kontrol.
2. Analisis Data Kualitatif
Dalam penelitian ini, data kualitatif yang diperoleh, yaitu data angket skala
sikap dan hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung. Data angket skala sikap siswa dianalisis untuk mengetahui sikap
siswa terhadap pelajaran matematika, pembelajaran model SSCS dengan metode
Hypnoteaching, dan soal-soal penalaran analogi. Data angket yang diperoleh
kemudian dipresentasikan dengan menggunakan rumus skala Likert, yaitu:
Keterangan :
p : persentase jawaban
63
f : frekuensi jawaban
n : banyak siswa
Selanjutnya, dilakukan interpretasi data dengan menggunakan kategori
persentase sebagai berikut :
Tabel 3.13
Klasifikasi Data Skala Sikap Siswa
Persentase Jawaban Interpretasi
= 100% Seluruhnya
75% 100% Hampir seluruhnya
50% 75% Sebagian besar
P =50% Setengahnya
25% 0% Hampir setengahnya
0% 25% Sebagian kecil
= 0% Tidak seorang pun
Data hasil observasi diperoleh dari lembar yang diisi oleh observer setiap
pertemuan. Hasil observasi di olah dan dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung dan untuk
mendukung, memperjelas, serta melengkapi hasil analisis data kuantitatif.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII di salah satu SMP Islam di kota Depok.
Pelaksanaan penelitian yakni pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 52 siswa, yaitu kelas VIII-B sebagai kelas
kontrol yang berjumlah 26 orang dan kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 26 orang. Siswa kelas eksperimen belajar dengan menggunakan model
pembelajaran search, solve, create, and share (SSCS) dengan metode
hypnoteaching. Kemampuan yang ingin diteliti adalah kemampuan penalaran
analogi matematis dan materi yang dipelajari adalah sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV).
Penelitian dilaksanakan selama tujuh kali pertemuan. Model pembelajaran
search, solve, create, and share (SSCS) dengan metode hypnoteaching diterapkan
pada kelas eksperimen selama enam kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk
posttest. Model scientific diterapkankan pada kelas kontrol selama enam kali
pertemuan dan satu kali pertemuan untuk posttest. Pada posttest berisikan soal-
soal tes kemampuan penalaran analogi yang dilaksanakan tiga jam pelajaran
selama 120 menit. Soal terdiri dari 6 butir soal yang mengukur empat indikator
penalaran analogi, yaitu structuring, mapping, applying, verifying. Hasil analisis
kemampuan penalaran analogi siswa untuk kedua kelas disampaikan pada Tabel
4.1.
1. Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
Hasil tes kemampuan penalaran analogi matematis siswa pada penelitian ini
diperoleh dari kelas eksperimen yang diterapkan model SSCS dengan
hypnoteaching dan kelas kontrol yang diterapkan model scientific. Pada deskripsi
data peneliti akan menjabarkan hasil analisis kemampuan penalaran analogi
matematis siswa dari masing-masing kelas. Berikut deskripsi data hasil posttest
kemampuan penalaran analogi matematis siswa disajikan dalam Tabel 4.1:
46
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
Statistik Kelas
SSCS-hypnoteaching Scientific
N 26 26
Skor Ideal 100 100
Rata-rata 78,37 62,17
Standar Deviasi 13,90 14,08
Varians 193,07 198,47
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelas SSCS dengan hypnoteaching
dan kelas scientific masing-masing berjumlah 26 orang. Pada penelitian ini soal
yang disajikan mengukur empat indikator penalaran analogi matematis yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. dengan skor maksimum yang diperoleh
siswa jika menjawab benar secara keseluruhan adalah 100. Hasil rata-rata posttest
kelas SSCS-hypnoteaching memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan hasil rata-rata
dari kelas scientific dengan selisih nilai sebesar 16,2.
Perbedaan lain dilihat dari nilai standar deviasi kelas SSCS-hypnoteaching
dan kelas scientific. Kelas SSCS-hypnoteaching memiliki standar deviasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan kelas scientific. Jika dilihat dari penyebaran
data, kelas scientific memiliki nilai yang lebih bervariasi dibandingkan dengan
kelas SSCS-hypnoteaching, hal tersebut dapat dilihat dari nilai varians pada kelas
scientific yang lebih besar daripada kelas SSCS-hypnoteaching.
Peneliti menganalisis kemampuan penalaran analogi matematis siswa
berdasarkan empat indikator yaitu: structuring, mapping, applying, verifying.
Berikut hasil perolehan nilai setiap indiktaor yang didapatkan oleh kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific. Peneliti akan menjabarkan hasil kemampuan
penalaran analogi matematis siswa setiap indikator yang disajikan dalam Tabel
4.2:
47
Tabel 4.2
Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa
No Indikator Kelas
SSCS-hypnoteaching Scientific
1 Structuring 89.7 76.9
2 Mapping 85.9 65.4
3 Applying 81.4 62.2
4 Verifying 53.2 41.7
Total keseluruhan 78,37 62,18
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan penalaran
analogi matematis untuk indikator structuring kelas SSCS-hypnoteaching lebih
tinggi dibandingkan rata-rata kelas scientific. Selisih yang didapat antara kelas
SSCS-hypnoteaching tidak terlalu besar yaitu sebesar 12,8. Pada indikator
mapping rata-rata kelas SSCS-hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan rata-rata
kelas scientific. Selisih rata-rata skor antara kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas
scientific pada indikator mapping yaitu sebesar 20,5. Selisih skor yang didapat ini
lebih besar dibandingkan selisih skor pada indikator structuring. Artinya, model
SSCS dengan metode hypnoteaching untuk meningkatkan nilai pada indikator
mapping pada kemampuan penalaran analogi lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran scientific. Pada indikator applying skor rata-rata kelas SSCS-
hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata kelas scientific dengan
selisih skor yaitu sebesar 18,6.
Hasil rata-rata pada indikator verifying pada kelas SSCS-hypnoteaching
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas scientific dengan selisih yang yaitu 17,9.
Walaupun selisih skor tergolong lebih rendah dibandikan dengan indikator
lainnya, tetapi nilai yang didapat kelas SSCS-hypnoteaching lebih tinggi
48
dibandingkan kelas scientific. Hal ini menunjukkan bahwa kelas SSCS-
hypnoteaching lebih efektif dibandingkan kelas scientific.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai rata-rata paling besar
kemampuan penalaran analogi matematis siswa baik pada kelas SSCS-
hypnoteaching maupun kelas scientific terdapat pada indikator structuring. Dilihat
dari perbedaan selisih rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa
kelas SSCS-hypnoteaching dengan kelas scientific paling besar terdapat pada
indikator mapping dan applying. Secara visual persentase skor siswa berdasarkan
indikator kemampuan penalaran analogi matematis pada kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific disajikan pada diagram batang di bawah ini:
G
am
bar
4.1
D
iagr
am
Bat
ang
Sko
r Kemampuan Penalaran Analogi
Diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa
keseluruhan rata-rata capaian indikator kemampuan penalaran analogi matematis
siswa kelas SSCS-hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
scientific. Secara keseluruhan selisih rata-rata skor paling besar terlihat pada
indikator mapping dan applying. Sehingga dapat dikatakan bahwa model SSCS
dengan metode hypnoteaching pada penelitian ini memiliki perbedaan hasil yang
lebih baik dibandingkan kelas scientific pada indikator mapping dan applying.
Hasil tes kemampuan penalaran analogi matematis dalam penelitian ini
memperlihatkan adanya pengaruh positif dari penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model SSCS dengan metode hypnoteaching pada kelas
eksperimen. Lebih jelasnya, kemampuan penalaran analogi matematis siswa pada
90 86 81
53
77 65 62
42
0
20
40
60
80
100
Structuring Mapping Applying Verifying
Kelas SSCS-hypnoteaching kelas scientific
49
masing-masing soal instrumen. Setiap soal pada instrumen terdapat empat
indikator penalaran analogi yang diukur, yaitu structuring, mapping, applying,
dan verifying. Pada indikator structuring, yang diukur adalah kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target yang berkaitan
dengan SPLDV. Indikator kedua yaitu mapping, yang diukur mencari hubungan
antara masalah sumber dan masalah target untuk selanjutnya dipetakan ke
masalah target. Selanjutnya indikator applying yaitu menyelesaikan masalah
target dengan penyelesaian konsep yang sama dengan masalah sumber. Terakhir
yaitu verifying, memeriksa kembali kebenaran terhadap masalah target dengan
mengecek kesesuaian dengan masalah sumber. Lebih jelasnya, disajikan
instrumen soal kemampuan penalaran analaogi yang dideskripsikan dalam
jawaban jawaban posttest berikut ini:
1) Instrumen soal nomor 1
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 1 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 1
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific.
Gambar 4.2
Soal Posttest Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
Structuring, Mapping, Applying, Verifying.
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
memberikan penjelasan dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep
persamaan linear dua variabel. Berikut pembahasan dari hasil posttest kemampuan
penalaran analogi. Contoh jawaban diambil dari rata-rata keseluruhan yang
50
diberikan oleh siswa kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific sebagai
berikut:
(a)
(b)
Gambar 4.3
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 1 (a) Kelas SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat adanya perbedaan jawaban kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific. Pada kelas SSCS-hypnoteaching siswa mampu
menjawab dengan tepat pertanyaan untuk setiap indikator. Secara umum siswa
pada kelas SSCS-hypnoteaching sudah memahami konsep SPLDV dengan baik
sehingga siswa bisa mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target dari soal
51
yang diberikan (structuring) dengan menuliskan pembuktian bahwa 2 dan 3
adalah solusi dari SPLDV pada masalah sumber. Siswa sudah menyatakan dengan
tepat hubungan antara 2 dan 3 terhadap persamaan yang ditanyakan. pada masalah
sumber adalah solusi penyelesaiannya, kemudian konsep ini dipetakan pada
masalah target (mapping). Dari kesimpulan yang didapat kemudian dipetakan ke
masalah target untuk digunakan sebagai penyelesaian. Siswa mengaplikasikan
konsep tersebut diawali dengan membuat permisalan terlebih dahulu dari soal
cerita di masalah target, kemudian siswa menggunakan metode campuran untuk
mendapatkan penyelesaiannya (applying). Setelah mendapat jawaban yang tepat,
siswa memeriksa kembali keserupaan konsep yang digunakan dari kedua soal
tersebut (verifying).
Pada kelas scientific siswa juga dapat menjawab soal dengan tepat namun
penjelasannya tidak selengkap jawaban kelas SSCS-hypnoteaching. Siswa di
kelas scientific hanya sebatas mengidentifikasi masalah sumber tanpa menuliskan
kesimpulan yang jelas untuk dipetakan di masalah target. Setelah mendapatkan
jawaban dengan menggunakan metode substitusi, siswa tidak menuliskan kembali
kesimpulan dari hasil yang didapat. Siswa pada kelas scientific sudah
menyelesaikan masalah target dengan benar sesuai dengan masalah sumber,
walaupun tidak menjawab secara rinci dan tidak menuliskan kembali keserupaan
konsep dari kedua masalah tesebut.
2) Instrumen soal nomor 2
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 2 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 2
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific.
52
Gambar 4.4
Soal Posttest Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
structuring, mapping, applying, verifying.
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
menggunakan kesamaan konsep dari masalah sumber ke masalah target sesuai
dengan konsep persamaan linear dua variabel. Berikut hasil posttest dari jawaban
kebanyakan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol:
(a)
53
(b) Gambar 4.5
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 1 (a) Kelas SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific
Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat adanya perbedaan jawaban kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific. Pada kelas SSCS-hypnoteaching siswa mampu
menjawab dengan tepat pertanyaan untuk setiap indikator. Siswa kelas SSCS-
hypnoteaching menjawab permasalahan tersebut dengan mengerjakan
penyelesaian masalah target secara sistematis. Siswa mengindentifikasi masalah
sumber dengan mencari nilai x, setelah itu siswa mensubstitusikan nilai x untuk
mendapatkan nilai y. Siswa menuliskan pembuktian bahwa nilai x dan y tersebut
penyelesaian dari persamaan 2 (x+5) + 3 (y+7) = 111 (structuring). Setelah
mengidentifikasi masalah sumber selanjutnya siswa memetakan konsep yang
sama dengan mengikuti penyelesaian dari masalah sumber (mapping). Hal ini
ditunjukkan dengan penyelesaian siswa pada masalah target dengan mencari
harga gamis terlebih dahulu untuk mengetahui harga jilbab. Siswa
mengaplikasikan konsep yang sama dari penyelesaian masalah sumber (applying).
Hal ini ditunjukkan dari metode penyelesaian dan model matematika yang dibuat
oleh siswa pada masalah target yaitu 2 (70.000+5.000) + 3 (25.000+2.000)=
231.000 serupa dengan model matematika pada masalah sumber. Selanjutnya
54
siswa memeriksa kembali dengan menjawab keserupaan konsep yang digunakan
pada kedua soal tersebut (verifying). Dengan demikian, siswa kelas SSCS-
hypnoteaching sudah dapat menunjukkan keempat indikator kemampuan
penalaran analogi dengan baik pada soal nomor 2.
Pada kelas scientific siswa cenderung langsung menjawab soal tanpa
memberikan penjelasan yang lengkap. Berdasarkan jawaban yang diperoleh,
siswa sudah menunjukkan cukup jelas identifikasi dari masalah sumber
(structuring). Selanjutnya, siswa mengikuti penyelesaian dari masalah sumber
dengan mencari harga gamis dan jilbab terlebih dahulu (mapping). Secara umum
siswa sudah dapat menjawab dengan benar pada masalah target, hanya saja belum
sesuai dengan konsep SPLDV. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang tidak
menuliskan dengan lengkap penyelesaian dalam bentuk SPLDV dalam masalah
target. Siswa cenderung menggunakan kata gamis dan jilbab dan tidak
memisalkannya menjadi sebuah variabel. Siswa juga tidak mengubah
permasalahan yang ditanyakan dalam bentuk SPLDV seperti pada masalah
sumber. Siswa menjawab permasalahan dengan benar tetapi tidak sesuai dengan
aplikasi pada masalah sumber dan tidak menuliskan konsep keserupaan antara
kedua masalah yang diberikan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan
bahwa siswa pada kelas scientific belum memahami secara penuh permasalahan
yang diberikan.
3) Instrumen soal nomor 3
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 3 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 3
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific.
55
Gambar 4.6
Soal Post Test Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
structuring, mapping, applying, verifying.
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
memberikan penjelasan dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep
persamaan linear dua variabel. Berikut hasil posttest dari jawaban kebanyakan
siswa kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific:
(a)
(b)
Gambar 4.7
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 3 (a) Kelas SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific
56
Pada kelas SSCS-hypnoteaching siswa kebanyakan sudah dapat
menunjukkan indikator structuring dengan baik. Hal ini dilihat dari jawaban siswa
kelas SSCS-hypnoteaching yang mengGambarkan titik potong dari koordinat
sumbu x dan sumbu y. Selanjutnya, siswa menemukan konsep titik potong untuk
dipetakan ke masalah sumber (mapping). Berdasarkan konsep titik potong, siswa
menggunakan metode grafik agar terlihat dengan jelas letak titik potong antara
kedua persamaan garis (applying). Siswa juga mengecek kembali keserupaan
konsep yang digunakan pada kedua masalah yaitu konsep titik potong (verifying).
Dengan demikian, siswa kelas eksperimen menunjukkan keempat indikator pada
kemampuan penalaran analogi dengan baik pada soal nomor 3.
Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa cara menjawab siswa kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific sudah tepat. Perbedaannya siswa kelas SSCS-
hypnoteaching menjelaskan hasil yang didapatkan dengan rinci berdasarkan
urutan indikator kemampuan penalaran analogi. Sedangkan siswa kelas scientific
tidak menjelaskan jawaban dengan rinci. Hal ini dapat dilihat dari contoh jawaban
siswa kelas scientific dalam menemukan persamaan yang baru, siswa kelas
scientific tidak menuliskan bagaimana persamaan baru tersebut bisa diperoleh.
Sedangkan kebanyakan siswa dari kelas SSCS-hypnoteaching menuliskan cara
untuk mendapatkan persamaan baru yang diminta sesuai dengan konsep dari
masalah sumber. Jawaban akhir siswa kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas
scientific sudah tepat.
4) Instrumen soal nomor 4
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 4 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 4
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific.
57
Gambar 4.8
Soal Post Test Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
structuring, mapping, applying, verifying
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
memberikan penjelasan dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep
persamaan linear dua variabel. Berikut hasil posttest dari jawaban kebanyakan
siswa kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific:
(a)
58
(b)
Gambar 4.9
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 4 (a) Kelas SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific
Dari Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa cara menjawab siswa kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific sudah tepat. Walaupun jawaban akhir siswa
kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific sudah tepat, namun terdapat
perbedaan diantara keduanya. Perbedaannya, kebanyakan dari siswa kelas SSCS-
hypnoteaching menjelaskan hasil yang didapatkan dengan sangat rinci sesuai
dengan indikator yang diharapkan pada kemampuan penalaran analogi yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Sedangkan siswa kelas scientific tidak
menjawab sesuai dengan keserupaan konsep masalah sumber. Pada jawaban siswa
kelas scientific dalam menemukan penyelesaian, siswa tidak menggunakan
metode penyelesaian yang sama dengan masalah sumber. Siswa cenderung
menjawab dengan metode yang berbeda yaitu metode campuran. Walaupun
demikian, kebanyakan siswa kelas scientific sudah dapat menunjukkan indikator
kemampuan penalaran analogi sampai pada tahap structuring.
5) Instrumen soal nomor 5
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 5 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 5
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific.
59
Gambar 4.10
Soal Post Test Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
structuring, mapping, applying, verifying
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
memberikan penjelasan dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep
persamaan linear dua variabel. Contoh jawaban yang diberikan siswa kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific sebagai berikut:
(a)
60
(b)
Gambar 4.11
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 5 (a) Kelas Scientific (b) Kelas
SSCS-hypnoteaching
Pada Gambar 4.13, jawaban kelas SSCS-hypnoteaching sudah tepat dan
lengkap, siswa memahami permasalahan dengan mengerjakan soal tersebut
dengan matematis dan dekriptif sesuai dengan masalah yang diberikan.
Kebanyakan siswa kelas ekperimen mengidentifikasi masalah sumber dengan
menuliskan pembuktian dari luas permukaan limas sebesar 96 (structuring).
Selanjutnya, siswa memetakan konsep luas permukaan tersebut ke masalah target
yaitu karton yang akan dijadikan jaring-jaring limas (mapping). Siswa
mengaplikasikan konsep luas permukaan limas untuk mencari jawaban di masalah
61
target (applying). Selanjutnya siswa mengecek kembali dan menuliskan
keserupaan konsep dari masalah yang diberikan yaitu konsep luas permukaan.
Jawaban dari siswa kelas scientific terlihat sudah tepat namun belum lengkap,
sebagian siswa kelas scientific belum menunjukkan bagaimana mereka
menyimpulkan bahwa 96 adalah nilai dari luas permukaan limas tersebut.
Kebanyakan dari mereka cenderung langsung menjawab soal tanpa
menjelaskannya secara rinci.
6) Instrumen soal nomor 6
Indikator yang diukur pada instrumen soal nomor 6 ada empat, yaitu
structuring, mapping, applying, verifying. Berikut disajikan contoh soal nomor 6
dari kelas SSCS-hypnoteaching dan kelas scientific
Gambar 4.12
Soal Post Test Kemampuan Penalaran Analaogi Matematis Indikator
structuring, mapping, applying, verifying
Pada soal tersebut siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan
memberikan penjelasan dari masalah yang diberikan sesuai dengan konsep
persamaan linear dua variabel. Contoh jawaban yang diberikan siswa kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific sebagai berikut:
62
(a)
(b)
Gambar 4.13
Jawaban Siswa Pada Indikator soal nomor 6 (a) Kelas SSCS-hypnoteaching
(b) Kelas Scientific
Dari Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa cara menjawab siswa kelas SSCS-
hypnoteaching dan kelas scientific sudah tepat. Perbedaannya siswa kelas SSCS-
hypnoteaching menjelaskan hasil yang didapatkan dengan sangat rinci sedangkan
siswa kelas scientific tidak terlalu rinci. Pada jawaban siswa kelas scientific dalam
menemukan persamaan yang tegak lurus dengan persamaan yang ditanyakan,
siswa kelas scientific tidak menuliskan bagaimana persamaan tersebut bisa
diperoleh. Sedangkan kebanyakan siswa dari kelas SSCS-hypnoteaching
menuliskan cara untuk mendapatkan persamaan baru yang diminta dengan
menggunakan metode grafik. Jawaban akhir siswa kelas SSCS-hypnoteaching dan
kelas scientific sudah tepat dan tidak ada perbedaan diantara keduanya.
2. Proses Pembelajaran
63
Penelitian dilakukan sebanyak enam kali pertemuan untuk membahas materi
sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) di kelas VIII SMP Al-Hasra.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di dua kelas yang dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini menerapkan dua jenis
pembelajaran, yaitu pembelajaran model SSCS dengan metode hypnoteaching
yang diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran scientific yang
diterapkan pada kelas kontrol.
Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan dengan pembelajaran yang lebih
menekankan keaktifan siswa dalam belajar, yaitu melalui pembelajaran model
SSCS dengan metode hypnoteaching. Dalam pembelajaran ini memiliki beberapa
tahapan yaitu focusing, grouping, relaxation/imagination, search, solve, create,
share, affirmation, and repeating. Siswa diberikan kesempatan untuk membangun
pengetahuan mereka sendiri, mengeksplorasi suatu konsep dalam matematika
melalui tahapan-tahapan pembelajaran SSCS. Kegiatan ini akan mendorong siswa
untuk dapat menggunakan pengetahuan yang mereka telah miliki sebelumnya.
Pembelajaran matematika dengan model SSCS menuntut banyak aktivitas
mental dan psikologi siswa. Hal itu dikarenakan pembelajaran ini di awali dengan
memberikan permasalahan kepada siswa. Agar siswa memiliki minat,
ketertarikan, semangat, percaya diri, dan mau berusaha menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, maka diperlukan suatu kondisi pembelajaran yang
nyaman, rileks, menyenangkan, dan tidak kaku sehingga siswa fokus dan lebih
mudah memahami pelajaran. Salah satu caranya adalah dengan mengarahkan
konsentrasi dan fokus siswa melalui pembelajaran dengan metode hypnoteaching.
Bagi siswa kelas VIII SMP Al-Hasra pembelajaran model SSCS dengan
metode hypnoteaching merupakan pembelajaran yang belum pernah diterapkan di
sekolah tersebut. Sehingga, sebelum proses pembelajaran dilakukan pada kelas
eksperimen, guru mensosialisasikan mengenai pembelajaran model SSCS dengan
metode hypnoteaching. Setelah itu, guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok (grouping). Selanjutnya, guru mengarahkan siswa agar lebih fokus lagi
sebelum pembelajaran dimulai (focusing). Pada tahap ini guru memberikan cerita
motivasi, video inspiratif, yelling, dan lain-lain. Tahap selanjutnya yaitu
64
relaxation/imagination, guru memimpin siswa untuk lebih relaks dalam belajar
dengan diawali oleh permainan atau relaksasi otak terlebih dahulu. Setelah siswa
merasa relaks dan santai tanpa adanya tekanan untuk belajar, guru memberikan
LKS untuk diselesaikan bersama kelompok.
Pada LKS yang diberikan terdiri dari search (mengidentifikasi soal), solve
(merencanakan penyelesaian), create (membuat penyelesaian), and share
(mensosialisasikan hasil diskusi),. Pada tahap ini menuntut siswa untuk lebih
banyak berpikir dan menggali sendiri pemahaman mereka terhadap konsep
permasalahan. Bagian akhir dari LKS ini terdapat soal latihan yang dibuat untuk
siswa melakukan tahap repetation. Dengan adanya pengulangan latihan maka
siswa akan terbiasa dalam menghadapi soal-soal yang diberikan. Setelah itu, guru
memberikan penjelasan mengenai materi yang sudah dipelajari pada hari itu.
Perbedaan kemampuan penalaran analogi matematis siswa pada penelitian ini
diakibatkan oleh perlakuan yang diterapkan kepada kedua kelompok sampel.
Pemaparan lebih jelas pada kelas SSCS-hypnoteaching akan dijabarkan melalui
kegiatan pembelajaran dikelas dan hasil lembar kerja siswa 1 sebagai berikut:
a. Search
Pada tahap search siswa diharapkan dapat memahami masalah yang
disajikan. Siswa diberikan dua masalah yaitu masalah sumber dan masalah target
yang memiliki konsep yang serupa, dimana siswa diminta untuk menggali
informasi yang bisa diperoleh dari kedua masalah tersebut. Siswa diminta untu
menuliskan semua informasi yang ditemukan dalam soal kemudian siswa
menganalisa informasi tersebut dan menyimpulkan kedua masalah yang terdapat
pada soal.
65
Gambar 4.14
Contoh masalah pada LKS 1
Gambar 4.15
Contoh hasil pengerjaan LKS pada tahap search
Gambar 4.15 merupakan hasil diskusi siswa dalam kelompok. Tahap ini
menuntut siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Pada pertemuan
awal, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tahap ini. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa dalam mencari konsep dengan mengidentifikasi
terlebih dahulu permasalahan yang diberikan. Siswa cenderung untuk meminta
dijelaskan terlebih dahulu maksud dari pertanyaan pada tahap search. Akhirnya,
guru membimbing siswa dengan menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah
yang harus mereka selesaikan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Guru
mengarahkan siswa untuk kembali mengingat materi bangun datar yaitu persegi
panjang. Setelah itu, siswa mulai mehami bahwa konsep keliling persegi dapat
digunakan dalam menjawab persoalan tersebut.
66
Tahap search mendukung berkembangnya kemampuan penalaran analogi
pada indikator structuring. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang
mengarahkan siswa memahami keserupaan konsep dari masalah sumber dan
masalah target terhadap bentuk umum dari SPLDV. Pada pertemuan selanjutnya,
siswa mulai terbiasa untuk mengidentifikasi setiap masalah yang diberikan
dengan cara mencari informasi apa saja yang terdapat dalam soal.
b. Solve
Pada tahap solve, siswa diberikan kesempatan membuat beberapa dugaan
atau hipotesis alternatif untuk memecahkan masalah. Kemudian merencanakan
penyelesaian masalah berdasarkan konsep yang dipahami. Pada tahap ini
mendukung kemampuan penalaran analogi pada indikator mapping. Siswa
merencanakan penyelesaian masalah sumber berdasarkan konsep keserupaan dari
masalah target.
.
67
Gambar 4.16
Contoh hasil pengerjaan LKS pada tahap solve
Pada Gambar 4.16, terdapat pertanyaan yang meminta siswa untuk
merencanakanpenyelesaian masalah tersebut. Setelah megerjakan tahap
sebelumnya yaitu tahap search, maka siswa dapat mengumpulkan informasi
sehingga dapat menemukan bentuk SPLDV dari masalah yang diberikan.
Pada tahap solve, siswa mengalami kesulitan dalam menduga konsep apa
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Guru membimbing siswa
untuk menemukan konsep tersebut dengan cara mengajak siswa mengidentifikasi
kembali masalah 1. Setelah itu, siswa mulai memahami bahwa terdapat
keterkaitan antara masalah 1 dan masalah 2. Kemudian guru mengarahkan siswa
merencanakan penyelesaian pada masalah 2 dengan menggunakan konsep
penyelesaian yang sama dengan masalah 1. Tahap ini mendukung kemampuan
penalaran analogi pada indikator applying. Siswa membuat penyelesaian masalah
berdasarkan konsep keserupaan antara masalah sumber dan masalah target.
c. Create
Pada tahap create, siswa menyelesaikan masalah yang diberikan dengan
strategi atau rencana yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada pertemuan
pertama siswa masih ragu-ragu dalam menyelesaikan masalah. Sebagian besar
siswa banyak bertanya kepada guru apakah jawaban mereka sudah benar atau
tidak. Pada tahap ini guru berusaha membimbing dan mengarahkan siswa agar
lebih percaya diri dan mampu menyelesaikan masalah dengan strategi yang telah
mereka buat sebelumnya (affirmation).
68
Gambar 4.16
Contoh hasil pengerjaan LKS pada tahap solve
Pada pertemuan berikutnya, siswa mulai terbiasa dan percaya diri dalam
menyelesaiakan permasalahan. Namun terkadang, siswa masih mengeluh karena
bosan ketika menyelesaikan LKS. Guru berinisiatif untuk mengajak siswa
relaksasi sejenak agar semangat dan fokus siswa kembali lagi. Relaksasi yang
digunakan selalu berbeda setiap pertemuannya, salah satunya dengan permainan
ataupun dengan cara relaksasi memejam mata sejenak kemudian berimajinasi.
Guru meminta siswa untuk membayangkan hal-hal positif yang menyenangkan
sesuai dengan ucapan guru. Setelah itu, guru meminta siswa untuk lebih semangat
dan fokus lagi setelah membuka mata (relaxation / imagination).
d. Share
Tahap terakhir dalam menyelesaikan model SSCS yaitu share, setelah siswa
menyelesaikan dan membuat solusi penyelesaian masalah. Siswa diminta untuk
mensosialisasikan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan
kelas. Sebelum mereka menjelaskan hasil diskusi kelompok. Mereka diminta
untuk mengecek kembali pekerjaan mereka dari awal hingga akhir. Pada tahap ini
mendukung penalaran analogi pada indikator verifying. siswa melakukan
verifikasi dan pengecekan kembali terhadap hasil yang telah diperoleh dengan
69
permasalahan dan keserupaan konsep yang digunakan antara masalah sumber dan
masalah target.
Gambar 4.17
Contoh LKS pada tahap share
Proses sharing ide dan kerja sama yang baik dalam menyelesaikan masalah
dapat menambah pemahaman siswa terhadap Setelah siswa menyelesaikan
seluruh tahapan model SSCS, selanjutnya guru memberikan soal latihan yang
harus dikerjakan secara individu. Soal latihan ini diberikan guna mengulang
kembali pemahaman yang sudah mereka dapatkan dalam pembelajaran hari itu.
Proses ini diperkuat dengan metode hypnoteaching dalam proses diskusi. Siswa
saling mengajarkan kepada siswa lain yang belum memahami permasalahan yang
diberikan.Selama proses presentasi kelompok guru menilai kelompok terbaik.
Diakhir sesi ini kelompok yang terbaik berhak mendapat apresiasi dari kelompok
lainnya dengan cara semuanya berdiri menghadap kelompok tersebut, kemudian
memberikan pujian positif tehadap kelompok itu. Karena setiap sesi diadakan
pengumuman kelompok terbaik dan diberi apresiasi oleh satu kelas. Di hari
berikutnya siswa lebih semangat lagi dan saling berlomba-lomba untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Pada tahap sharing mendukung kemampuan penalaran analogi pada indikator
verifying. Hal ini dikarenakan pada saat siswa maju kedepan bersama kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka, guru selalu mengingatkan untuk
periksa kembali hasil pekerjaan kelompok sebelum maju ke depan. Konsep apa
saja yang didapatkan dari pekerjaan mereka pada hari itu, untuk dijelaskan
kembali di depan teman-temannya pada saat presentasi.
70
3. Analisis Data
Analisis Data Perlu dilakukan uji prasyarat sebelum menguji kesamaan rata-
rata kedua kelompok dengan menggunakan analisis independent samples T Test.
Uji prasyarat analisis yang dimaksud ialah uji normalitas data serta uji
homogenitas varians.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah hasil data
posttest yang sudah diujikan berdistribusi normal. Uji Shapiro-Wilk yang ada
pada perangkat lunak SPSS digunakan pada penelitian ini. Berikut ini merupakan
hasil perhitungan uji normalitas yang didapatkan dari hasil posttest kemampuan
penalaran analogi Matematis:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis Kelas SSCS-hypmoteaching dan Kelas Scientific
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Hasil Post Test Kelas
SSCS-hypnoteaching
.130 26 .200* .958 26 .350
Post Test Kelas
Scientific
.144 26 .172 .951 26 .239
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 4.3 terlihat pada uji Shapiro-Wilk nilai p-value = 0,350 > 0.05.
Artinya, sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi berdistribusi normal.
Sementara untuk kelas kontrol terlihat pada uji Shapiro-Wilk nilai p-value = 0,239
> 0.05. Artinya, sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi
normal. Jika kedua kelas berdistribusi normal maka langkah selanjutnya yaitu uji
homogenitas.
71
b. Uji Homogenitas
Pada penelitian ini perlu diketahui apakah data dari sampel berasal dari
populasi yang homogen atau heterogen, untuk itu maka dilakukan uji
homogenitas. Pada penelitian ini uji homogenitas memakai perangkat lunak SPSS.
Adapun hasil perhitungan uji homogenitas yang diperoleh untuk hasil posttest
kemampuan penalaran analogi disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Penalaran Analogi
Matematis
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.002 1 50 .961
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 hasil uji hipotesis pada signifikansi = 0,961
> 0,05. Artinya, data hasil posttest kemampuan penalaran analogoi matematis
siswa berasal dari populasi yang homogen.
c. Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji normalitas dan homogenitas menyatakan bahwa skor tes
kemampuan penalaran analogi matematis dari dua kelompok berdistibusi normal
serta varians pada dua kelompok homogen. Dengan demikian, analisis indepedent
samples T test memakai data yang formatnya sama dengan pengujian homogen
pada saat uji prasyarat analisis sebelumnya. Berikut merupakan data hasil
perhitungan dengan perangkat lunak SPSS
72
Tabel 4.5 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Kemampuan
Penalaran Analogi Matematis
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Hasil Equal variances
assumed
.002 .961 4.174 50 .000 16.196 3.881
Equal variances
not assumed
4.174 49.990 .000 16.196 3.881
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil uji kesamaan dua rata-rata kelas
SSCS-hypnoteaching menunjukan nilai t = 4,174 dan sig. (2-tailed) = 0,000 <
0,05. Hal ini menunjukkan penolakan dan penerimaan . menyatakan
bahwa rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa kelas eksperimen
dengan pembelajaran model SSCS dengan metode hypnoteaching lebih tinggi dari
pada rata-rata kemampuan penalaran analogi matematis siswa kelas kontrol yang
diajarkan dengan pendekatan scientific.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang disajikan secara deskriptif dan digeneralisasikan
melalui uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat pengaruh model SSCS dengan
metode hypnoteaching terhadap kemampuan penalaran analogi matematis siswa.
Hal ini dapat dilihat dari deskripsi data pada tabel 4.1, siswa kelas SSCS-
hypnoteaching sebanyak 26 orang memperoleh rata-rata 78,37 sedangkan siswa
kelas scientific sebanyak 26 orang memperoleh rata-rata 62,17. Pada hasil uji
hipotesis menunjukan benar bahwa terdapat pengaruh model SSCS dengan
metode hypnoteaching terhadap kemampuan penalaran analogi matematis siswa.
Berdasarkan deskripsi data dan hasil hipotesis menunjukan bahwa hasil rata-
rata kemampuan model SSCS dengan metode hypnoteaching terhadap
kemampuan penalaran analogi matematis siswa lebih baik dibandingkan hasil
73
rata-rata siswa kelas scientific. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti menunjukan bahwa model SSCS dengan metode hypnoteaching dapat
mendukung pengembangan kemampuan penalaran analogi matematis siswa. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwan dengan judul “Pengaruh
Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan penalaran Matematis Mahasiswa
Matematika”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa peningkatan
kemampuan matematis mahasiswa yang memperoleh pendekatan problem posing
model SSCS lebih tinggi daripada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.1 Aminah dkk dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil
belajar matematis siswa dengan penerapan hypnoteaching dalam Problem Based
Learning berpengaruh terhadap siswa yang belajar tanpa penerapan
hypnoteaching dalam Problem Based Learning. 2Pada penelitian yang dilakukan
oleh Rahmatudin, dengan judul “Penerapan Model SSCS untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis dan Self Concept Siswa SMPN 1 Kedawung”
juga menunjukan bahwa pembelajaran model SSCS mampu meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa dibandingkan pembelajaran
konvensional.3 Selain itu, Ahmad Dimyati menyimpulkan dalam penelitiannya
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran SSCS dengan metode
hypnoteaching, peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi
matematis siwa akan lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.4
1Irwan, Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan penalaran Matematis Mahasiswa Matematika,
(Jurnal Pendidikan,2011) 2Siti Aminah, Ita Chairun Nissa, Eliska Juliangkary, Pengaruh Penggunaan Hypnoteaching
pada Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar, Jurnal Media Pendidikan Matematika,Vol
5, No.1, 2017, h. 92. 3Rahmatudin, Penerapan Model SSCS untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Matematis dan Self Concept Siswa SMPN 1 Kedawung, (Bandung: Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan,2013) 4Ahmad Dimyati, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa melalui Model Search, Solve, Create, and Share dengan Metode Hypnoteaching, (Bandung,
Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2015)
74
Pada awal pembelajaran siswa diberikan permasalahan, maka siswa akan
memusatkan perhatiannya untuk dapat memecahkan masalah. Agar siswa dapat
memusatkan perhatiannya untuk memecahkan masalah, diperlukan suasana yang
aman, rileks dan menyenangkansehingga diperlukan suatu metode yang tepat
sebelum siswa menyelesaikan masalah. Salah satu metode yang dapat diterapkan
dan dikombinasikan dengan model SSCS adalah metode hypnoteaching. Hal ini
dikarenakan,metode ini mengupayakan siswa fokus (focusing) baik dengan
games, cerita inspiratif, tayangan video, yelling, dan menggunakan
rileksasi/imajinasi sehingga perhatian siswa menjadi terpusat. Siswa menjadi
rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses
pembelajaran, dalam hal ini siswa siap menyelesaikan masalah yang diberikan.
Hasil analisis yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran pada
kelas eksperimen, pada tahap search menunjukan bahwa siswa kelas model SSCS
dengan metode hypnoteaching terbiasa mengidentifikasi suatu masalah
matematika, Hal ini mendukung indikator structuring pada penalaran analogi
matatematis. Tahap solve menunjukan siswa mampu menyusun strategi untuk
menyelesaikan suatu masalah. Pada tahap solve dapat mendukung tercapainya
indikator mapping, karena siswa dapat membangun pengetahuan mereka dengan
memilih dan menentukan konsep penyelesaian dari suatu masalah.
Pada tahapan create siswa terlatih untuk menyelesaikan masalah dengan
strategi yang sudah disusun di tahap sebelumnya. Hal ini juga mendukung
indikator applying, yang mana pada indikator tersebut siswa diharapkan dapat
menyelesaikan permasalahan sesuai dengan konsep masalah yang sebelumnya
dibuat. Tahapan terakhir yaitu share siswa dapat mensosialikan hasil diskusi yang
mereka lakukan bersama kelompok.
Metode hypnoteaching yang diterapkan dalam model SSCS membuat siswa
lebih nyaman dan rileks dalam belajar. Teknik affirmation dan repeating dalam
metode hypnoteaching mampu memotivasi siswa untuk selalu mencari
penyelesaian masalah yang terbaik. Teknik repeating berguna dalam mengasah
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini dikarenakan dengan
75
adanya pengulangan konsep yang sudah dipelajari akan membantu siswa
memahami konsep yang baru.
Hasil posttest pada penelitian ini yang terdiri dari empat indikator yaitu
structuring, mapping, applying, dan verifying. Hasil skor rata-rata tertinggi yaitu
pada indikator structuring. Faktor yang mempengaruhi indikator structuring
dalam pembelajaran yaitu terletak pada tahap search. Siswa terbiasa menggali
informasi yang terdapat pada masalah sumber dan masalah target yang diberikan.
Sehingga timbul sebuah ide untuk dijadikan fokus dalam menyelesaikan masalah.
Pada indikator mapping menunjukkan selisih rata-rata paling besar antara
kelas SSCS-hypnoteaching dibandingkan kelas scientific. Artinya, pada penelitian
ini model SSCS dengan metode hypnoteaching memiliki pengaruh besar terhadap
indikator mapping. Faktor yang mempengaruhi jawaban siswa pada indikator
mapping yaitu pada tahap solve yang ada dalam LKS. Pada proses pembelajaran
siswa menrencanakan penyelesaian masalah yang diberikan berdasarkan
informasi yang didapat pada tahap search. Pada tahap solve siswa dituntut untuk
dapat memperkirakan perencanaan penyelesaian masalah yang diberikan,
sehingga siswa pada kelas eksperimen dalam proses pembelajaran sudah terbiasa
dalam memprediksi penyelesaian suatu permasalahan. Maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh model SSCS dengan metode hypnoteaching sangat baik dalam
meningkatkan indikator mapping pada kemampuan penalaran analogi matematis
siswa.
Pada indikator applying selisih yang didapat pada kelas SSCS-hypnoteaching
dan kelas scientific cukup besar dibandingkan dengan indikator structuring dan
verifying. Nilai rata-rata indikator applying kelas SSCS-hypnoteaching memiliki
hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelas scientific. Faktor yang
mempengaruhinya adalah tahap create. Pada tahap create siswa dapat berdiskusi
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sesuai dengan strategi yang
telah disusun sebelumnya. Siswa sudah terbiasa menyimpulkan suatu konsep atau
solusi dari masalah yang diberikan dengan bahasa mereka sendiri.
Pada indikator verifying skor lebih tinggi didapat oleh kelas SSCS-
hypnoteaching dibadningkan dengan kelas scientific. Pada penelitian ini, peneliti
76
menyadari bahwa model SSCS-hypnoteaching belum berkontribusi besar dalam
meningkatkan indikator verifying. Alasan tersebut didukung dengan rendahnya
rata-rata indikator verifying baik kelas SSCS-hypnoteaching maupun kelas
scientific. Faktor lain yang mendukung adalah pada saat proses diskusi tidak
seluruh siswa aktif untuk membuat kesimpulan yang disepakati. Selain itu,
mereka cenderung kurang teliti terhadap memahami konsep masalah yang sedang
dibahas pada lembar kerja yang diberikan. Sehingga jawaban yang diharapkan
menjadi tidak sesuai.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami beberapa keterbatasan
terutama pada awal pertemuan pembelajaran. Berikut dipaparkan beberapa
keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian:
1) LKS dengan masalah penalaran analogi hanya diberikan pada kelas
eksperimen saja. Penulis tidak memberikan masalah penalaran analogi pada
kelas kontrol.
2) Komponen hypnoteaching dijadikan sebagai langkah-langkah
pembelajaran. Akan lebih baik jika komponen hypnoteaching
dikombinasikan dalam model pembelajaran SSCS bukan sebagai langkah-
langkah.
3) Pada pembahasan penulis belum menjelaskan secara rinci kemampuan
penalaran analogi yang akan diukur.
4) Alokasi waktu yang terbatas sehingga peneliti dituntut untuk membuat
manajemen waktu yang baik agar seluruh proses pembelajaran model SSCS
dengan metode hypnoteaching dapat berjalan sesuai rencana.
5) Siswa mengalami sedikit kesulitan untuk beradaptasi terhadap model
pembelajaran ketika pertama kali diterapkan karena pada kegiatan
pembelajaran sebelumnya, pembelajaran cenderung berpusat pada guru dan
pasif.
6) Peneliti menyadari bahwa proses pembelajaran model SSCS dengan
metode hypnoteaching memerlukan waktu lebih sehingga pada penelitian
77
ini latihan yang sudah diberikan pada lembar kerja siswa kurang berjalan
efektif.
D. Skala Sikap Siswa
Angket skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap
siswa terhadap pelajaran matematika, pembelajaran model SSCS dengan metode
hypnoteaching, dan soal-soal penalaran analogi matematis. Instrumen skala sikap
yang diberikan hanya kepada kelompok eksperimen yang diterapkan
pembelajaran model SSCS-hypnoteaching. Berikut persentase skala sikap siswa
pada Gambar 4.19
Gambar 4.18
Persentase Skala Sikap Siswa
a. Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Berdasarkan temuan dari hasil angket skala sikap, secara umum sikap siswa
terhadap pelajaran matematika hampir seluruhnya bersikap positif yang
ditunjukkan dengan persentase sebesar 71%. Sebanyak 24% siswa bersikap netral
dan 5% siswa masih bersikap negatif terhadap pembelajaran matematika.
Meskipun sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika,
tetapi mereka tetap berusaha dengan gigih mempelajari kembali materi
matematika dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas matematika. Hal ini
disebabkan sebagian besar siswa memahami bahwa meskipun belajar matematika
tidak mudah tetapi mereka menyadari bahwa pelajaran matematika berkaitan
dengan aspek kehidupan sehari-hari.
71% 80% 80%
24% 16% 17% 5% 4% 3% 0%
50%
100%
TerhadapMatematika
Terhadap ModelSSCS-hypnoteaching
Terhadap SoalPenalaran Analogi
S K A L A S I K A P
Positif Netral Negatif
78
Hasil perolehan angket menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
menyenangi pelajaran matematika sehingga kesulitan yang dialami oleh sebagian
siswa tidak untuk berusaha dalam memahami matematika. Siswa berusaha untuk
mengatasi kesulitan yang dialaminya dengan mempelajari kembali materi
matematika serta bertanya kepada teman dan guru mengenai materi pelajaran
yang belum mereka pahami. Oleh karena itu, dapat disimpulkan secara umum
hampir seluruh siswa menunjukkan sikap positifnya terhadap pelajaran
matematika.
b. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Model SSCS dengan Metode
Hypnoteaching
Sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran model SSCS dengan metode
hypnoteaching hampir seluruhnya bersikap positif dengan persentase 80%.
Hampir seluruh siswa menyatakan bahwa dengan pembelajaran model SSCS
dengan metode hypnoteaching membuat mereka lebih bersemangat, giat belajar,
dan berharap materi lainnya juga menggunakan pembelajaran model SSCS
dengan metode hypnoteaching. Hal tersebut disebabkan karena dalam
pembelajaran ini, siswa lebih leluasa untuk mengemukakan pendapat dan
berdiskusi dengan teman sekelompok untuk menemukan serta membangun
pengetahuan mereka sendiri. Sedangkan sebanyak 16% siswa bersikap netral dan
4% siswa masih bersikap negatif terhadap pembelajaran model pembelajaran
SSCS dengan metode hypnoteaching.
c. Sikap Siswa terhadap Soal-Soal Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Secara umum sikap siswa terhadap soal-soal kemampuan penalaran analogi
hampir seluruhnya bersikap positif yang ditunjukkan dengan persentase sebesar
80%. Sebesar 17% siswa bersikap netral dan 3% masih bersikap negatif Selain itu,
hasil angket menemukan bahwa sebanyak 50% siswa sangat setuju dan 38,4%
siswa setuju bahwa siswa sungguh-sungguh mengerjakan soal-soal kemampuan
penalaran analogi matematis yang diberikan pada LKS. Sebanyak 42,31% siswa
sangat setuju dan 38,46% siswa setuju bahwa soal-soal yang diberikan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Sebanyak
79
38,46% siswa sangat setuju dan 23,08% siswa setuju bahwa soal-soal yang
diberikan dalam LKS membuat siswa belajar menyelesaikan masalah sesuai
dengan pengetahun yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Selain itu sebagian besar siswa bersikap positif terhadap manfaat yang
diperoleh dari soal-soal kemampuan matematis yang diberikan pada LKS. Hal
tersebut ditunjukkan dengan persentase yang diperoleh sebesar 76,92%. Namun,
masih ada sebagian siswa yang bersikap negatif terhadap soal-soal yang diberikan
sebesar 5,13% dan sisanya sebesar 17,95% bersikap netral . Hal ini disebabkan
karena sebagian siswa tersebut belum terbiasa dengan soal-soal yang tidak rutin
mereka kerjakan. Sebagian siswa tersebut juga menganggap bahwa masalah-
masalah yang diberikan dalam LKS terasa sulit untuk diselesaikan Namun
demikian, dapat dikatakan hampir seluruh siswa bersikap positif terhadap soal-
soal kemampuan penalaran analogi yang diberikan, baik itu sikap siswa yang
menunjukkan kesukaan maupun penalaran analogi matematis yang diberikan pada
LKS.
E. Data Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh Gambaran
tentang bagaimana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran model SSCS
dengan metode hynoteaching berlangsung. Aktivitas guru yang diamati selama
observasi yaitu kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajara model SSCS
dengan metode hypnoteaching. Aktivitas siswa yang diamati selama observasi
yaitu memperhatikan arahan guru dengan sungguh-sungguh, keaktifan siswa
dalam bertanya, memahami dan menyelesaikan masalah yang disajikan guru,
siswa berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya, mempresentasikan hasil
diskusi, menanggapi hasil yang disampaikan kelompok lain, memberikan
pendapat, mengajukan pertanyaan, memiliki rasa ingin tahun besar dan percaya
diri serta gigih dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Observasi yang dilakukan sebanyak enam kali pertemuan selama proses
pembelajaran oleh guru matematika di sekolah tempat peneliti melaksanakan
penelitian (observer). Data hasil observasi ini tidak dianalisis secara statistik,
80
tetapi menjadi informasi pendukung apabila ada informasi yang tidak diperoleh
melalui angket skala sikap siswa dan dijadikan bahan masukan untuk pembahasan
hasil temuan lainnya. Selain itu, hasil penilaian dinyatakan dalam kategori
penilaian, yaitu sangat baik diberi skor 5, baik diberi skor 4, cukup baik diberi
skor 3, kurang baik diberi skor 2, dan sangat kurang baik diberi skor 1. Adapun
hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran model SSCS dengan
metode hypnoteaching diuraikan sebagai berikut:
a. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru
Hasil observasi aktvitas guru bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan pembelajaran model SSCS dengan metode hypnoteaching. Selain itu,
observasi aktivitas guru dilaksanakan untuk mengetahui kesesuaian antara urutan
langkah-langkah pembelajran yang dilakukan guru dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun berdasarkan langkah-langkah
pembelajran model SSCS dengan metode hypnoteaching. Data hasil observasi
aktivitas guru diperoleh melalui lembar observasi yang diisi oleh seorang observer
pada setiap pertemuannya. Adapun rangkuman hasil persentase aktivitas guru
selama proses pembelajran sebanyak enam kali disajikan pada Gambar 4.19
berikut ini.
Gambar 4.19
Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru
70% 77% 81% 83% 84% 87%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Presentase Hasil Observasi Aktivitas Guru
Persentase hasil observasi aktivitas guru
81
Gambar 4.20 menunjukkan Gambaran secara keseluruhan aktivitas guru yang
dalam hal ini adalah peneliti sendiri dari pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan terakhir. Rata-rata persentase keseluruhan aktivitas guru mencapai
82%. Aktivitas guru pada pertemuan pertama merupakan aktivitas guru yang
terendah. Hal ini dikarenakan guru belum terbiasa dengan kondisi kelas dan
siswa. Sementara itu, untuk pertemuan berikutnya terjadi peningkatan yang baik
karena guru sudah mulai mampu beradaptasi dengan kondisi siswa dan terbiasa
menerapkan pembelajran model SSCS dengan metode hypnoteaching.
Rata-rata persentase aktivitas guru pada aspek model pembelajaran SSCS
selama enam kali pertemuan yaitu mencapai 81%. Persentase terendah yaitu pada
tahap search sebesar 77%. Aspek yang diobservasi yaitu bagaimana guru
membimbing siswa melakukan pengamatan pada masalah yang diberikan. Rata-
rata persentase keseluruhan tertinggi yaitu pada tahap share sebesar 87%. Aspek
yang diobservasi pada tahap ini yaitu bagaimana guru membimbing jalannya
presentasi dengan cara memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam menanggapi
dan mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan pada tahap solve dan create masing-
masing mencapai 80%. Pada tahap solve aspek yang diobservasi adalah
bagaimana guru membimbing siswa untuk mencari berbagai alternative strategi
dalam menyelesaikan masalah dan membimbing siswa dalam menuliskan
kesimpulan menggunakan bahasanya sendiri untuk tahap create.
Rata-rata persentase aktivitas guru pada aspek metode hypnoteaching selama
enam kali pertemuan yaitu mencapai 82%. Persentase terendah yaitu pada tahap
focusing dan relaxation/imagination sebesar 77%. Aspek yang diobservasi yaitu
bagaimana guru membimbing siswa melakukan pengamatan pada masalah yang
diberikan. Rata-rata persentase keseluruhan tertinggi yaitu pada tahap share
sebesar 90%. Aspek yang diobservasi pada tahap ini yaitu bagaimana guru
memberikan pujian dan sugesti-sugesti positif agar siswa dapat termotivasi selama
pembelajaran berlangsung. Pada tahap affirmation dan repetation mencapai 83%
dengan aspek yang diobservasi yaitu bagaimana guru meyakinkan siswa untuk
dapat menyelesaikan soal tantangan yang diberikan.
82
b. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Hasil observasi aktivitas siswa bertujuab untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran model SSCS dengan metode
hypnoteaching. Data hasil observasi aktivitas siswa diperoleh melalui lembar
observasi yang diisi oleh seorang observer yang juga mengamati aktivitas guru
pada setiap pertemuannya. Adapun rangkuman hasil persentase aktivitas siswa
dalam proses pembelajran sebanyak enam kali pertemuan disajikan pada Gambar
4.21 berikut ini:
Gambar 4.20
Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan Gambar 4.21, secara keseluruhan aktivitas siswa dari pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan terakhir sudah mampu melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran dengan cukup baik. Hal ini diperkuat dengan rata-rata
persentase keseluruhan aktivitas siswa mencapai 83%. Pada pertemuan pertama
siswa masih belum maksimal melaksanakan setiap langkah pembelajaran model
SSCS dengan metode hypnoteaching. Hal ini disebabkan karena siswa belum
terbiasa dengan pembelajran yang mengharuskan mereka belajar dalam kelompok
dan menggunakan LKS. Siswa juga belum terbiasa pada saat melaksanakan
relaksasi dan imajinasi dalam pembelajaran. Pada pertemuan pertama siswa masih
terkesan malu ketika berinteraksi dengan guru.
Pada pertemuan kedua sampai dengan keenam, terjadi peningkatan aktivitas
siswa yang baik karena siswa sudah mulai beradaptasi mengikuti langkah-langkah
71% 80% 81% 84% 87%
93%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pertemuan 1Pertemuan 2Pertemuan 3Pertemuan 4Pertemuan 5Pertemuan 6
Presentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Presentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa
83
model pembelajaran SSCS dengan metode hypnoteaching. Hasil ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya, seperti penelitian Haryanto, bahwa siswa yang
belajar dengan menggunakan pembelajaran model SSCS dengan pendekatan
problem possing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.5 Hal ini berarti aktivitas siswa selama pembelajaran model SSCS
secara keseluruhan berjalan sesuai dengan tahapan-tahapan pada lembar observasi
aktivitas siswa. Selain ini Muslim menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa
dengan menerapkan metode hypnoteaching dalam pembelajajaran problem
solving mampu meningkatkan aktivitas siswa.6 Hal ini dapat dilihat dari
persentase aktivitas siswa dalam memperlihatkan arahan guru dengan sungguh-
sungguh mencapai 90%. Aktivitas siswa mengeksplorasi berbagai alternatif
penyelesaian masalah mencapai 87%, dan aktivitas siswa aktif bertanya,
mengeluarkan dan memberikan pendapat mencapai 83.
5Dwi Haryanto, Penerapan Model SSCS dengan Pendekatan Problem Posing untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan komunikasi Matematis Siswa SMP, (Bandung, Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2013) 6Audra Pramitha Muslim, Peningkatan Kemampuan Representasi dan Disposisi Matematis
Siswa SMP Melalui Penerapan Thnking Aloud Pair Problem Solving disertai Hypnoteaching,
(Bandung, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2013)
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh model
SSCS dengan metode hypnoteaching terhadap kemampuan penalaran analogi
matematis siswa di SMA Al-Hasra, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan model SSCS dengan metode hypnoteaching pada materi sistem
persamaan linear dua variabel mampu mengembangkan kemampuan
penalaran analogi matematis siswa..
2. Pembelajaran dengan pendekatan scientific pada materi sistem persamaan
linear dua variabel belum cukup baik untuk meningkatkan kemampuan
penalaran analogi matematis siswa dibandingkan dengan penggunaan model
SSCS dengan metode hypnoteaching
3. Kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang menggunakan model
SSCS dengan metode hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran scientific.
B. Saran
Terdapat beberapa saran yang peneliti temukan selama proses penelitian
berlangsung, diantaranya:
1. Bagi peneliti lain, penelitian ini hanya melihat pegaruh penerapan model
SSCS dengan metode hypnoteaching terhadap kemampuan penalaran analogi
matematis siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Oleh sebab
itu dalam melakukan penelitian diharapkan peneliti juga melakukan pada
83
pokok bahasan dan kemampuan penalaran matematik yang lain. Peneliti juga
disarankan untuk melakukan manajemen waktu yang baik agar seluruh
pembelajaran dapat berjalan sesuai yang direncanakan dengan waktu yang
tepat.
2. Bagi siswa, sebaiknya dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan lebih
percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya serta dalam mencari berbagai
sumber atau informasi dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga
kemampuan siswa dapat berkembang lebih optimal lagi.
3. Bagi guru, pembelajaran dengan menggunakan model SSCS dengan metode
hypnoteaching membutuhkan waktu yang relatif lebih lama oleh sebab itu,
dalam menerapkan model SSCS dengan metode hypnoteaching sebaiknya
pembelajaran ini di desain dengan baik dalam mempertimbangkan alokasi
waktu yang diperlukan sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
4. Bagi sekolah, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
kemampuasn penalaran analogi matematis siswa kelas SSCS-hypnoteaching
lebih tinggi dari pada nilai rata-rata siswa kelas scientific sehingga
pembelajaran model SSCS dengan metode hypnoteaching dapat menjadi
salah satu alternatif yang disarankan dalam pembelajaran matematika untuk
dapat diterapkan kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran
analogi matematis siswa.
84
DAFTAR PUSTAKA
Almatin, Isma. Dahsyatnya Hypnosis Learning. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2010.
Aminah, Siti dkk. Pengaruh Penggunaan Hypnoteaching pada Problem Based
Learning Terhadap Hasil Belajar. JMPM Volume 5 No, 2017
Anwar, Muhammad. Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui
Hypnoteaching,. Gowa: Institut Parahikmah Indonesia, 2017.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006.
Cahyani, Yurin Rachmatika, Pengaruh Aktivitas Olahraga dalam Pendidikan
Jasmani Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar dan Prestasi Akademik di
SMA Negeri 3 Bandung, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung :2016.
Dimyati, Ahmad. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi
Matematis SIswa MTs melalui Model Search, Solve, Create, and Share
Dengan Metode Hypnoteaching. Tesis pada Sekolah Pascasarjan
universitas Pendidikan Indonesia. Bandung . 2015. Tidak dipublikasikan.
Drewa, Doreen and alice Hansen. Using Resources to Support Mathematical
Thinking Southernhay East: Learning Matters, 2007.
Gunawan, Andri. Menguak Dahsyatnya Rahasia Hipnosis. Yogyakarta. Tiara
Pustaka. 2010.
Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Rajawali Pers. 2014.
Dwi Haryanto, Penerapan Model SSCS dengan Pendekatan Problem Posing
untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan komunikasi Matematis
85
Siswa SMP. Bandung, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia, 2013.
Irwan. Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and
Share (SSCS)dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Penalaran
Matematis Mahasiswa Matematika. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol.
12, no 1.
Kadir. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan SPSS/Lisrel
dalam Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2015.
Kristayulita, dkk. Penalaran Analogi Siswa Berdasarkan Tahapan Clement.
Makalah disampaikan pada Seminar nasional matematika dan pendidikan
matematika. Yogyakarta: UNY. 2015..
Majid, Indra. Pemahaman Dasar Hipnosis. E-Book Psikologi Sejarah
Hipnosis.pdf, 2016. 18 Agustus 2018.
Musfiqon dan Nurdyansyah. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:
Nizamia Learning Enter. 2015.
Muslim, Audra Pramitha, Peningkatan Kemampuan Representasi dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan Thnking Aloud Pair Problem
Solving disertai Hypnoteaching. Bandung: Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia, 2013.
NCTM. Executive Summary: Principles and Standards for School Mathematics.
https://www.nctm.org, 2016, 4 november 2018.
Ningrum, Retno Kusuma, dan Abdul Haris Rosyidi. Profil Penalaran
Permasalahan Analogi Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjau dari
Perbedaan Gender, Jurnal Mathedunesa. Vol 2, No 3.
http://ejournal.unesa.ac.id, 2013, 13 Juni 2019.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah. 2013.
86
Pizzini, Edward. Rethinking Thinking in the Science Classroom . 1988.
Purwanti, Rahayu, dkk. Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa SMP
dalam Materi Bangun Ruang. Pontianak: Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Untan.
Putra, Harry Dwi. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan SAVI Berbantuan
Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa
SMP. Bandung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika
STKIP Siliwangi, Vol.1.
Rahman , Risqi dan Samsul Maarif. Pengaruh Penggunaan Metode Discovery
terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan
Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Infinity, Vol. 3, No, 2014.
Rahmatudin. Penerapan Model SSCS untuk Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis dan Self Concept Siswa SMPN 1 Kedawung.
Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan,2013.
Rahim, Mulyanti . Peningkatan dan Karakteristik Kesalahan dalam Kemampuan
Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Model
Eliciting Activities. UPI. 2015.
Rupert , Markus. Ways of Analogical Reasoning-Thought Processes in A
Example Based Learning Environment. Eight Congress of Europian
Research in Mathematics Education. 2013.
Setiawan, Dika. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Autentik untuk
Meningkatkan Mutu
Shadiq, Fajar. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta:
Depdiknas, 2004.
87
Shadiq, Fadjar . Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa
Penting?\ http:// p4tkmatematika.org/ file/ ARTIKEL/ Artikel
Matematika Penalaran dengan Analogi fadjar shadiq.pdf/. 2014.
Solihudin, Ichsan. Hypnosis for Student. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010.
Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. dalam Makalah
Matematika FMIPA UPI. 2010.
Sumarmo, Utari. Mengembangkan Instrumen untuk Mengukur High Order
Mathematical Thinking dan Affective Behavior”. UIN Jakarta. 2014
Surajiyo, dkk. Dasar-dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara Cet ke III, 2008.
Sternberg, Component Processes in Analogical Reasoning. Psychological Review,
1977.
Tim Penyusun. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, 200.
Wardhani , Dyah Ayu Pramoda. Penalaran Analogi Siswa Dalam Pemecahan
Masalah Matematika. Seminar nasional pendidikan matematika
UNISSULA. 2016.
Wong, Willy, dan Andri Hakim. Dahsyatnya Hipnosis. Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2010.
Yuliani, Anik. Meningkatkan Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis
Siswa SMP dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Tesis pada
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2011.
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Press. 2002.
88
Lampiran 1
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 1 (Satu)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
89
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait dengan
sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian terkait sistem persamaan linear dua variabel
2. Menghubungkan permasalahan dengan membuat model matematika
D. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pengertian sistem persamaan linear dua variabel
2. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian linear
dua variabel
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan materi persamaan garis
lurus.
10 menit
90
4. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi bentuk
umum sistem persamaan linear dua
variabel dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
5. Guru menyampaikan tayangan video
tentang “Cara Kerja Otak” dari guru
agar siswa fokus (focusing).
6. Guru membimbing siswa untuk
melakukan relaksasi dan imajinasi
dengan permainan “Berani bermimpi”
(Relaxation/Imagination).
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai pembelajaran yang
akan dilaksanakan, berupa kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil dan
demonstrasi di depan kelas (grouping).
Kegiatan Inti 1. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 1.
2. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS 1.
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
dengan rencana penyelesaian
60 menit
91
yang dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelomok yang lain.
3. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan konsep SPLDV dan
menetukan model matematika dalam
soal cerita.
4. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
Kegiatan
Penutupan
1. Guru mengevaluasi hasil pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
2. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
10 menit
92
3. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik penilaian : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Tes uraian
3. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
93
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 2 (Dua)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
94
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghubungkan permasalahan sehari-hari dengan membuat model
matematika
2. Menyelesaikan model matematika dengan metode grafik
D. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian
linear dua variabel
2. Menyelesaikan model matematika dengan metode grafik
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan pengertian SPLDV dan
10 menit
95
bentuk umumnya.
4. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi bentuk
umum sistem persamaan linear dua
variabel dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
5. Guru menyampaikan Story Telling
tentang “I am Champion” dari guru
agar siswa fokus (focusing).
6. Guru membimbing relaksasi dengan
memberikan induksi yang membuat
siswa merasa nyaman, kemudian
meminta siswa memejamkan matanya
sejenak serta diiringi musik relaksasi
(Relaxation / Imagination)
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai pembelajaran yang
akan dilaksanakan, berupa kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil dan
demonstrasi di depan kelas (grouping).
Kegiatan Inti 1. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 2.
2. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS 2
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
60 menit
96
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
dengan rencana penyelesaian yang
dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelompok yang lain.
3. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan penyelesaian
SPLDV menggunakan metode grafik.
4. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
Kegiatan
Penutupan
1. Guru mengevaluasi hasi pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
2. Guru bersama dengan siswa membuat
10 menit
97
kesimpulan dan rangkuman
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
I. Penilaian Hasil Belajar
4. Teknik penilaian : Tertulis
5. Bentuk Instrumen : Tes uraian
6. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
98
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 3 (Tiga)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
99
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait dengan sistem
persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghubungkan permasalah dengan membuat model matematika
2. Menyelesaikan model matematika dengan metode subtitusi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian linear
dua variabel
2. Meyelesaikan model matematika dengan metode subtitusi
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan cara penyelesaian
SPLDV dengan metode grafik beserta
10 menit
100
langkah-langkahnya.
4. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi bentuk
umum sistem persamaan linear dua
variabel dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
5. Guru menayangkan video inspiratif
tentang “I have a dream” dari guru
agar siswa fokus (focusing).
6. Guru membimbing relaksasi dengan
dengan yelling “Good Morning”
(Relaxation / Imagination)
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai pembelajaran yang
akan dilaksanakan, berupa kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil dan
demonstrasi di depan kelas (grouping).
Kegiatan Inti 1. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 3.
2. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS 3
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
dengan rencana penyelesaian yang
60 menit
101
dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelomok yang lain.
3. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan penyelesaian
SPLDV menggunakan metode
subtitusi.
4. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
Kegiatan
Penutupan
1. Guru mengevaluasi hasi pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
2. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
10 menit
102
3. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
I. Penilaian Hasil Belajar
7. Teknik penilaian : Tertulis
8. Bentuk Instrumen : Tes Uraian
9. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
103
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 4 (Empat)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
104
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait dengan sistem
persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang dihubungkan dengan
masalah kontekstual.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghubungkan permasalah dengan membuat model matematika
2. Memprediksi solusi penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian linear
dua variabel
2. Meyelesaikan solusi penyelesaian pemecahan masalah SPLDV dengan
metode eliminasi.
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru melakukan apersepsi dengan
10 menit
105
menanyakan cara penyelesaian
SPLDV dengan metode subtitusi.
4. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi bentuk
umum sistem persamaan linear dua
variabel dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
5. Guru menayangkan video inspiratif
tentang “pohon apel” dari guru agar
siswa fokus (focusing).
6. Guru membimbing relaksasi dengan
dengan games ”Bernapas vs
berhitung” (Relaxation / Imagination)
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai pembelajaran yang
akan dilaksanakan, berupa kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil dan
demonstrasi di depan kelas (grouping).
Kegiatan Inti 1. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 4.
2. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
60 menit
106
dengan rencana penyelesaian
yang dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelomok yang lain.
3. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan penyelesaian
SPLDV menggunakan metode
eliminasi.
4. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
Kegiatan
Penutupan
1. Guru mengevaluasi hasi pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
2. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman
10 menit
107
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
E. Penilaian Hasil Belajar
10. Teknik penilaian : Tertulis
11. Bentuk Instrumen : Tes uraian
12. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
108
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 5 (Lima)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
109
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghubungkan permasalah dengan membuat model matematika
2. Memprediksi solusi penyelesaian SPLDV dengan metode campuran
D. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian
linear dua variabel
2. Meyelesaikan penyelesaian SPLDV dengan metode campuran
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
waktu
Pendahuluan 8. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
9. Guru mengecek kehadiran siswa
10. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan cara penyelesaian
SPLDV dengan metode eliminasi
10 menit
110
beserta langkah-langkahnya.
11. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi bentuk
umum sistem persamaan linear dua
variabel dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
12. Guru memberikan cerita inspiratif
“Matematika Kehidupan” dari guru
agar siswa fokus (focusing).
13. Guru membimbing relaksasi
dengan dengan ice breaking ”tebak
angka” (Relaxation / Imagination)
14. Guru memberikan penjelasan
kepada siswa mengenai pembelajaran
yang akan dilaksanakan, berupa
kegiatan diskusi dalam kelompok kecil
dan demonstrasi di depan kelas
(grouping).
Kegiatan Inti 3. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 5.
4. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
60 menit
111
dengan rencana penyelesaian
yang dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelomok yang lain.
7. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan penyelesaian
SPLDV menggunakan metode
campuran.
8. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
Kegiatan
Penutupan
4. Guru mengevaluasi hasi pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
5. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman
10 menit
112
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
I. Penilaian Hasil Belajar
13. Teknik penilaian : Tertulis
14. Bentuk Instrumen : Tes uraian
15. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
113
RENCANA PRAKTIK PEMBELAJARAN ( RPP)
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika (Wajib)
Kelas / Semester : VII / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Pertemuan : 6 (Enam)
Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
A. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinterksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban yang terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar, menyaji dan mencipta dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
114
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.
B. Kompetesi Dasar (KD)
Mengembangkan kemampuan penalaran analogi yang terkait
dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghubungkan permasalah dengan membuat model matematika
2. Memprediksi solusi penyelesaian pemecahan masalah SPLDV dengan
berbagai metode penyelesaian
D. Tujuan Pembelajaran
1. Membuat model matematika dari permasalahan sistem penyelesaian
linear dua variabel
2. Meyelesaikan solusi penyelesaian pemecahan masalah SPLDV dengan
berbagai metode penyelesaian
E. Materi Ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran : model Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
G. Sumber belajar/Media/Rujukan
1. Buku pelajaran matematika kelas VIII Erlangga
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 6
3. White board, Spidol, Proyektor,
H. Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam dan
mengintruksikan ketua kelas untuk
memimpin doa.
10 menit
115
2. Guru mengecek kehadiran siswa
3. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan cara penyelesaian
SPLDV dengan metode-metode yang
sudah dipelajari sebelumnya.
4. Guru memotivasi siswa mengenai
pentingnya memahami materi
pemecahan masalah sistem persamaan
linear dua variabel dan menyampaikan
tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
5. Guru menayangkan video inspiratif
tentang “Sukses” dari guru agar siswa
fokus (focusing).
6. Guru membimbing relaksasi dengan
dengan games “siapa takut”
(Relaxation / Imagination)
7. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa mengenai pembelajaran yang
akan dilaksanakan, berupa kegiatan
diskusi dalam kelompok kecil dan
demonstrasi di depan kelas (grouping).
Kegiatan Inti 1. Siswa duduk secara berkelompok
untuk mengerjakan LKS 6.
2. Siswa diminta untuk melakukan
kegiatan pada LKS
a. Siswa diminta untuk
memperhatikan masalah yang
disediakan dan menuliskan
informasi yang diperoleh dari
masalah tersebut (Search).
60 menit
116
b. Siswa memilih informasi-
informasi yang diperlukan dari
masalah yang diberikan.
c. Siswa menyelesaikan masalah
dengan rencana penyelesaian
yang dibuat berdasarkan hasil
pengamatan. (Solve).
d. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menuliskan model
matematikanya (Create).
e. Siswa menyiapkan hasil kerja
untuk dipresentasikan kepada
kelompok lain di depan kelas.
f. Siswa mepresentasikan hasil kerja
di depan kelas (Share).
g. Siswa menanggapi hasil kerja dari
kelompok yang lain.
9. Guru membimbing jalannya diskusi
dan memotivasi siswa yang lain untuk
terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang
berkaitan dengan penyelesaian
SPLDV menggunakan mereka
gunakan serta alasannya mengapa
memilih metode tersebut.
10. Guru membimbing siswa untuk
meyakinkan diri bahwa siswa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan
yang diberikan (affirmation &
repeating).
117
Kegiatan
Penutupan
1. Guru mengevaluasi hasi pencapaian
siswa setelah diberikan tugas dan
menjelaskan kembali materi yang
belum dipahami.
2. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan dan rangkuman
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Guru mengakhiri pembelajaran dan
menginformasikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya
serta menugaskan kepada siswa agar
mempelajarai materi tersebut terlebih
dahulu di rumah.
10 menit
I. Penilaian Hasil Belajar
16. Teknik penilaian : Tertulis
17. Bentuk Instrumen : Tes uraian
18. Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
119
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
Kelas : VIII/Ganjil
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Pertemuan : 1 (Satu) Satu
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
120
C. Indikator Pembelajaran
1. Memahami pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
2. Membuat bentuk umum SPLDV dari masalah dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
1. Memahami pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
2. Membuat bentuk umum SPLDV dari masalah dalam kehidupan sehari-hari.
E. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
G. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
H. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang SPLDV
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
10 menit
121
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai materi
SPLDV
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait SPLDV.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
siswa lain.
60 menit
122
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
10 menit
J. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Tes uraian
Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
123
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
Kelas : VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
Pertemuan : 2 (Dua)
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah abstrak terkait
124
C. Indikator Pembelajaran
1. Menentukan langkah-langkah penyelesaian SPLDV dengan menggunakan
metode grafik
2. Menyelesaikan masalah SPLDV yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan metode grafik.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
a. Menentukan langkah-langkah penyelesaian SPLDV dengan menggunakan
metode grafik
b. Menyelesaikan masalah SPLDV yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan metode grafik.
E. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
G. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
H. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
kehadiran siswa.
10 menit
125
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu siswa tentang metode grafik
untuk menyelesaikan SPLDV
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai
penyelesaian SPLDV dengan metode grafik.
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait metode grafik.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
60 menit
126
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
siswa lain.
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
10 menit
J. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Tes uraian
Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
127
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
Kelas : VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
Pertemuan : 3 (Tiga)
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah abstrak terkait
128
C. Indikator Pembelajaran
1. Menentukan konsep penyelesianan SPLDV dengan metode Substitusi.
2. Menyelesaikan masalah SPLDV dengan metode substitusi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
1. Menentukan konsep penyelesianan SPLDV dengan metode substitusi.
2. Menyelesaikan masalah SPLDV dengan metode substitusi
E. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
G. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
H. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian
SPLDV dengan metode substitusi.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
10 menit
129
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai materi
penyelesaian SPLDV dengan metode substitusi.
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait SPLDV dengan metode
substitusi.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
60 menit
130
siswa lain.
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
10 menit
J. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Testertulis Bentuk
Penilaian : Tes uraian Instrumen :
Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
131
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
Kelas : VIII/Ganjil
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Pertemuan : 4 (Empat)
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
132
C. Indikator Pembelajaran
a. Menentukan konsep penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode
eliminasi.
b. Menyelesaikan masalah SPLDV yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan metode eliminasi.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
a. Menentukan konsep penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode
eliminasi.
b. Menyelesaikan masalah SPLDV yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan metode eliminasi.
E. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
G. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
H. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
kehadiran siswa.
10 menit
133
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu siswa tentang penyelesian
SPLDV dengan metode eliminasi
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai materi
penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait penyelesaian SPLDV dengan
metode eliminasi.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
60 menit
134
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
siswa lain.
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
10 menit
J. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Tes uraian
Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
B. Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan penyelesaiannya yang
Kelas : VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Pertemuan : 5 (Lima)
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
136
dihubungkan dengan masalah kontekstual.
137
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel.
C. Indikator Pembelajaran
a. Menetukan konsep penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode
gabungan.
b. Menyelesaikan permasalahan SPLDV dengan menggunakan metode gabungan.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
a. Menentukan konsep penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode
eliminasi.
b. Menyelesaikan masalah SPLDV yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan metode eliminasi.
D. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
G. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
10 menit
138
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian
SPLDV dengan metode gabungan
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
4. Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru memberikan penjelasan mengenai materi
penyelesaian SPLDV dengan metode gabungan
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum mereka
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait penyelesaian SPLDV dengan
metode gabungan.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
60 menit
139
Mengkomunikasikan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
siswa lain.
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
10 menit
I. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Tes uraian
Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawaida
NIM. 11140170000015
139
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kelas Kontrol
Nama Sekolah : SMP Al-Hasra
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : SPLDV
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dari ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel.
Kelas : VIII/Ganjil
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Pertemuan : 6 (Enam)
Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian, serta
140
C. Indikator Pembelajaran
a. Menentukan langkah penyelesaian SPLDV dengan mengaplikasikan
metode-metode SPLDV
b. Membuat berbagai penyelesaian masalah SPLDV dengan
menggunakan ketiga metode penyelesaian SPLDV
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
a. Memahami Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV).
b. Membuat bentuk umum SPLDV dari masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
E. Materi ajar
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
G. Media dan Alat Pembelajaran
Papan tulis, spidol, dan penghapus.
H. Sumber Belajar
Buku Matematika kelas VIII Kurikulum 2013 edisi revisi 2017
I. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Guru membuka pembelajaran dengan
mengucapkan salam, berdo’a dan memeriksa
kehadiran siswa.
2. Guru melakukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu siswa tentang SPLDV
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
4. Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok heterogen.
10 menit
141
Kegiatan Inti
Mengamati
Guru me-review mengenai metode-
metode SPLDV
Menanya
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
mereka pahami atau hal- hal yang membuat
mereka bingung terkait metode-metode
SPLDV.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi atas
pertanyaan atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan.
2. Guru mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Mengasosiasi
1. Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai sumber.
2. Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
3. Guru dan siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkait hal-hal yang
belum mereka pahami.
2. Guru meberi kesempatan kepada siswa
lain untuk bertanya atau menanggapi pertanyaan
siswa lain
60 menit
141
Penutup
1. Guru memberi tugas kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah.
2. Guru mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya.
3. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
10 menit
J. Penilaian Hasil Belajar
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Penilaian : Tes uraian
Instrumen : Terlampir
Depok, 10 September 2019
Peneliti
Imtiyaz Fawa’ida
NIM. 11140170000015
Lampiran 3 142
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
“Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras
dan doa adalah cara untuk mempermudahnya”
Masalah 1
SERUPA DENGAN
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : Bentuk Matematika
Masalah 2
Pak Budi dan pak Ali pergi ke toko bangunan bersama-sama. Mereka membeli
cat kayu dan cat tembok yang sama. Pak Budi membeli 2 kaleng cat kayu dan 1
kaleng cat tembok dengan harga Rp. 120.0000. Sedangkan pak Ali membeli 2
kaleng cat kayu dan 2 kaleng cat tembok dengan harga Rp. 190.000.
Model matematika dari keliling sebuah persegi panjang yaitu 44 cm jika lebarnya 6 cm
yaitu 2 𝐱 + 𝟐𝐲 = 𝟒𝟒 𝐝𝐚𝐧 𝐲 = 𝐱 – 𝟔
Lampiran 3 143
Selesaikan masalah 2 dengan mengikuti penyelesaian masalah !
1. Mengapa model matematika dari keliling tersebut adalah + =
= – ?
Jawab :
2. Tulislah informasi yang kamu dapatkan dalam masalah 2 ke bentuk persamaan!
Jawab :
3. Apakah jenis cat kayu dan cat tembok yang dibeli oleh pak Ali dan pak Budi sama?
Jawab :
4. Konsep keserupaan apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah 2 dari
masalah 1?
Jawab :
5. Jika iya, nyatakan persamaan tersebut dengan mendefinisikan variabel yang sama
dalam bentuk persamaan matematik sebagai berikut
Persamaan (1):
Persamaan (2):
6. Hubungan kedua persamaan di atas disebut sebagai sistem persamaan linear dua
variabel (SPLDV), maka dapat dinyatakan kedua persamaan tersebut dengan
menggunakan simbol kurung kurawal sebagai berikut
…………………………………………….
……………………………………………. {
Search
Solve
Lampiran 3 144
7. Perhatikan bentuk SPLDV di atas! Apabila pak Ali tidak membeli cat kayu bagaimana
bentuk persamaannya dalam model matematika? Apakah terbentuk sistem
persamaan linear dua variabel? berikan alasanmu!
Jawab :
Amatilah hasil pekerjaanmu sebelumnya, kemudian coba kamu definisikan dengan bahasamu
sendiri!
8. Apa itu Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)?
Jawab :
9. Buatlah bentuk umum SPLDV berdasarkan informasi yang kamu dapatkan!
…. + …. = ….
…. + …. = ….
Setelah ini siapkan presentasi dan pilih
perwakilan anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok!
Create
Share
{ x, y sebagai variabel
dengan syarat …. ≠ 0 , …. ≠ 0
Lampiran 3 145
1. Tulislah informasi apasaja yang kamu dapatkan!
2. Tulislah persamaan tersebut dalam model matematikanya!
Soal 1
Pak Iman mempunyai kebun yang berbentuk persegi panjang. Keliling kebun pak Iman
adalah 28 meter. Ukuran panjang 4 meter lebih panjang dari ukuran lebarnya
Lampiran 3 146
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
“Sukses tergantung pada persiapan sebelumnya dan tanpa persiapan itu pasti
akan terjadi kegagalan. – Confucius”
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : Metode Grafik
Masalah 3
Syifa memiliki sebuah kebun yang berbentuk persegi Panjang di belakang rumahnya.
Keliling kebun tersebut adalah 12 m. Selisih Panjang dan lebar kebun tersebut
adalah 2 m. Tentukan Panjang dan lebar kebun syifa !
Lampiran 3 147
Sebelum menyelesaikan masalah 3, Perhatikan masalah berikut ini !
Masalah 4
Koordinat cartesius titik potong dari
dua garis di samping adalah (3,7)
Selesaikan masalah 3 dengan mengikuti penyelesaian masalah 4 !
1. Tulislah informasi yang kamu dapatkan dari masalah 3 !
Jawab :
2. dTulislah bentuk SPLDV dari situasi tersebut !
Jawab :
3. Tentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y pada masing-masing persamaan
tersebut.
Persamaan (1):
a. Jika x = 0 maka nilai y adalah
diperoleh titik (x,y) ( … , … )
Search & Solve
Lampiran 3 148
b. Jika y = 0 maka nilai x adalah
diperoleh titik (x,y) ( … , …)
Persamaan (2):
a. Jika x = 0 maka nilai y adalah
diperoleh titik (x,y) ( … , … )
b. Jika y = 0 maka nilai x adalah
diperoleh titik (x,y) ( … , …)
4. Lengkapi tabel berikut
c. Persamaan (1) …………………………………
X 0 1 2 3 4 5 6
y … … …. … … … …
(x,y) … … … … … ... …
d. Persamaan (2) ………………………………...
X 0 1 2 3 4 5 6
y … … … … … … …
(x,y) … … … … … ... …
1. Gambarlah garis yang melalui titik pada persamaan 1 dan persamaan 2
y
X
Create
Lampiran 3 149
2. Bagaimana kedudukan kedua garis tersebut?
Jawab :
3. Apakah pada grafik tersebut diperoleh titik potongnya? Jika iya, tuliskan titik
potongnya !
Jawab :
4. Berdasarkan titik potong tersebut, berapakan ukuran Panjang dan lebar kebun syifa?
Jawab :
Setelah ini siapkan presentasi dan pilih
perwakilan anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Jawab:
Share
Soal 1
x + y = 4
y – x = 6
Selesaikanlah SPLDV diatas menggunakan metode grafik !
0 x
{
Lampiran 3 150
000
Jawab:
Soal 2
Pada hari minggu, Bu Tika dan Bu Sandra pergi berbelanja ke toko “Buah Segar”
untuk membeli buah-buahan. Bu Tika membeli 2 kg jeruk dan 3 kg salak seharga
Rp60.000,-. Sedangkan Bu Sandra membeli buah yang sama yaitu 2 kg jeruk dan 1
kg salak seharga Rp40.000,-. Bu Tika dan Bu Sandra ingin mengetahui harga 1 kg
jeruk dan 1 kg salak yang mereka beli.
y
x
Lampiran 3 151
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
JANGAN HANYA BERMIMPI, RAIH DAN WUJUDKANLAH !
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : Metode Subtitusi
Masalah 5
Ibu Ani dan Ibu Widi pergi berbelanja ke toko “Sembako” untuk membeli beras dan
minyak goreng. Ibu Ani membeli 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng seharga
Rp14.000,00. Sedangkan Ibu Widi membeli di toko yang sama 2 kg beras dan 1 kg
minyak goreng seharga Rp10.500,00. Bu Ani dan Bu Widi ingin mengetahui harga 1 kg
beras dan 1 kg minyak goreng yang mereka beli.
Lampiran 3 152
Baca dengan teliti !
Selesaikanlah masalah 5 dengan menggunakan kosep dari pernyataan di atas !
5. Tulislah informasi yang kamu dapatkan dari masalah 5 !
Jawab :
6. Tulislah bentuk SPLDV dari situasi tersebut !
Jawab :
7. Perhatikan bentuk SPLDV pada no. 2 ! Gunakan metode subtitusi untuk mendapatkan
nilai x dan y !
Alternatif 1 mensubtitusi nilai x :
Ambil Persamaan (1)
kemudian, ubah persamaan ax + by = c dalam bentuk y =
8. Masukkan nilai y ke persamaan (2)
Search & Solve
Laptop digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bila laptop anda suatu ketika
rusak karena terkena virus atau kendala lainnya. Anda tetap akan mengerjakan aktivitas
dengan memanfaatkan computer di rumah.
Lampiran 3 153
9. Dapatkah kamu menentukan nilai x ?
Jawab :
10. Berapakah nilai x yang kamu dapatkan?
Jawab :
Setelah mendapatkan nilai x, buatlah subtitusi nilai x ke persamaan (1) dan persamaan (2) !
11. Apakah yang kalian dapatkan setelah mengganti x ?
Jawab :
12. Apakah nilai y dari kedua persamaan berbeda ?
Jawab :
13. Jika berbeda, silahkan cek kembali jawabanmu ! jika sama, bolehkah mengganti nilai x di
salah satu persamaan saja?
Jawab :
14. Buatlah alternatif 2 mengikuti cara yang sama dengan mengganti nilai y !
Create
Persamaan (1)
Persamaan (2)
Lampiran 3 154
Setelah ini persiapkan kelompokmu untuk
presentasi hasill diskusi kelompok !
Soal 1
Selisih uang Tika dan Ira adalah Rp2.000,00. Jika 2 kali uang Tika ditambah dengan uang Ira
adalah Rp28.000,00. Mereka ingin mengetahui besar uang masing-masing yang mereka miliki
Soal 2 :
Di pasar ternak Sukasari harga lima ekor kambing dan dua ekor sapi adalah Rp. 17.
500.000,00. Sedangkan harga tiga ekor sapo dan empat ekor kambing adalah Rp.
21.000.000,00. Berapakah harga satu ekor sapi dan satu ekor kambing di pasar ternak
tersebut ?
Share
Jawab:
Jawab:
Lampiran 3 155
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
Orang yang tak pernah membaca buku sama buruknya dengan orang yang tidak
bisa membaca buku
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : Metode Eliminasi
Masalah 6
Diberikan soal cerita sebagai berikut:
Alvin membeli 3 buah es krim dan 1 kotak susu dengan harga Rp. 22.000. Harga 1
buah eskrim lebih mahal Rp. 2.000 dari harga 1 kotak susu. Jika Alvin ingin membeli 4
buah eskrim dan 3 kotak susu, berapa rupiah besar tambahan pembayarannya?
Lampiran 3 156
ANALOGI PENYELESAIAN MASALAH:
Selesaikan masalah 5 dengan menggunakan konsep yang sama dengan diatas !
1. Tulislah informasi yang kamu dapatkan dari masalah 5 !
Jawab :
2. Tulislah bentuk SPLDV dari situasi tersebut !
Jawab :
3. Bisakah kamu menghilangkan salah satu variabel dari kedua persamaan tersebut
tanpa mengubah nilainya?
Jawab :
4. Bagaimana caranya agar salah satu variabel itu hilang?
Jawab :
Search & Solve
Perlu diketahui!
Definisi Metode eliminasi : Suatu cara untuk
menyelesaikan SPLDV dengan
menghilangkan salah satu dari variabel yang
ada
Tumbuhan tidak hanya menyerap zat dari lingkungannya, tetapi juga mengeluarkan zat
kembali yang disebut dengan pengeluaran zat salah satunya dengan cara transpirasi.
Lampiran 3 157
5. Apabila variabel tersebut memiliki koefesien yang berbeda, bagaimanakah cara
menghilangkannya?
Jawab :
Dari hasil pekerjaanmu sebelumnya, buatlah penyelesaian SPLDV dengan metode
eliminasi !
6. Apa yang kamu dapatkan dari hasil eliminasi satu variabel tersebut?
Jawab :
7. Untuk mengetahui nilai variabel yang lain, ulangi cara yang sama dengan
mengeliminasi variabel tersebut !
Create
Lampiran 3 158
8. Apa yang kamu peroleh dari hasil eliminasi kedua variabel ?
Jawab :
9. Untuk mengetahui apakah hasil tersebut merupakan penyelesaian SPLDV. Periksalah
kembali nilai x dan y yang kamu dapatkan ke salah satu persamaan ! Apakah
memenuhi persamaan tersebut ?
Jawab :
Setelah ini siapkan presentasi dan pilih
perwakilan anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Share
Soal 1
Seorang pedagang beras padasuatu pagi berhasil menjual 1 kg beras dan 3 kg beras ketan.
Uang yang diterimanya adalah Rp. 24.600. keesokan harinya dia berhasil menjual 3 kg beras
dan 2 kg beras ketan. Uang yang diterimanya sebesar Rp. 30.400. Dengan harga berapa dia
menjual 1 kg beras dan 1 kg beras ketan ? gunakan dengan metode eliminasi untuk
penyelesaiannya !
Penyelesaian:
Lampiran 3 159
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
Barang siapa ingin Mutiara, maka harus berani terjun di lautan yang dalam !
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : Metode Campuran
Ingatkah kamu masalah 4 dipertemuan sebelumnya?
Mari kita simak kembali masalah 4
Masalah 4
Alvin membeli 3 buah es krim dan 1 kotak susu dengan harga Rp. 22.000. Harga 1
buah eskrim lebih mahal Rp. 2.000 dari harga 1 kotak susu. Jika Alvin ingin membeli 4
buah eskrim dan 3 kotak susu, berapa rupiah besar tambahan pembayarannya?
Lampiran 3 160
1. Tulislah kembali bentuk SPLDV dari situasi ini !
Jawab :
2. Gunakan metode eliminasi-subtitusi untuk mendapatkan penyelesaiannya !
Sesuai dengan namanya metode eliminasi-subtitusi, hal ini berarti menghilangkan
salah satu variabel x atau y terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai dari variabel
yang diinginkan dengan metode …………………….., kemudian dilanjutkan dengan
mengganti nilai variabel yang sudah didapat tersebut dengan metode ……………………
3. Buatlah penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi-subtitusi yang telah kamu
ketahui !
Search & Solve
Create
Langkah 1: mencari nilai …… menggunakan metode …………………………….
Langkah 2 : mencari nilai …… menggunakan metode …………………………….
Lampiran 3 161
4. Berapakah harga sebuah buku dan sebuah pulpen?
Jawab :
Setelah ini berikan kesimpulanmu
bagaiamanakah menyelesaiakan SPLDV
dengan metode camputan (eliminasi-
subtitusi), kemudian siapkan presentasi
dan pilih perwakilan anggota kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok !
Share
Soal 1
Harga 2 baju dan 3 kaos adalah Rp. 85.000, sedangkan harga 3 baju dan 1
kaos jenis yang sama adalah Rp. 75.000. tentukan harga 4 baju dan 2 kaos
menggunakan metode campuran !
Soal 2
Dua kali umur Damar ditambah umur Mayang adalah 27, sedangkan empat kali umur
Damar dikurang lima kali umur Mayang adalah 5. Misalkan x adalah umur Damar dan
y adalah umur Mayang, tentukan umur keduanya dengan menggunakan metode
campuran!
163
1. Baca dan pahami setiap perintah yang diberikan dengan teliti
2. Diskusikanlah setiap permasalahan yang diberikan dengan anggota kelompok
3. Mintalah bantuan guru jika ada kesulitan.
Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras
dan doa adalah cara untuk mempermudahnya
Kelompok:
1
2
3
4
5
Materi : SPLDV
Topik : SPLDV Pemecahan
masalah
Pada pertemuan kali ini kita akan membahas penerapan sistem
persamaan linear dua variabel pemecahan masalah. Nah, untuk
mengetahui bagaimana cara menyelesaikan soal pemecahan masalah
tersebut, ayo pahami masalah-masalah berikut ini
164
Selisih umur seorang ayah dan anak perempuannya adalah 26 tahun, sedangkan lima
tahun yang lalu jumlah umur keduanya adalah 34 tahun. Hitunglah umur ayah dan
anak perempuannya dua tahun yang akan datang.
5. Tulislah informasi yang kamu dapatkan !
Jawab :
6. Tulislah bentuk SPLDV dari situasi tersebut !
Jawab :
7. Selesaikanlah masalah diatas dengan memilih dua metode yang telah kamu pelajari !
Search & Solve
Create
Metode 1 …………………………………
165
8. Kenapa kamu memilih metode tersebut ? jelaskan alasanmu !
Jawab :
9. Manakah metode yang menurutmu paling mudah ?
Jawab :
10. Berapakah umur Ayah dan anak perempuan ?
Jawab :
Setelah ini siapkan presentasi dan pilih
perwakilan anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelom
Share
Metode 2 …………………………………
170
Soal 1
Dua kali umur Damar ditambah umur Mayang adalah 27, sedangkan empat kali
umur Damar dikurang lima kali umur Mayang adalah 5. Misalkan x adalah umur
Damar dan y adalah umur Mayang, tentukan umur keduanya !
Jawab:
Soal 2
Lisa dan Muri bekerja pada pabrik tas. Lisa dapat meyelesaikan 3 buah
tas setiap jam dan Muri dapat menyelesaikan 4 tas setiap jam. Jumlah
jam kerja Lisa dan Muri adalah 16 jam sehari dengan jumlah tas yang
dibuat oleh keduanya adalah 55 tas. Jika jam kerja keduanya berbeda,
tentukan jam kerja mereka masing-masing.
Jawab:
171
Lampiran 4
Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematis siswa
Kompetensi
Dasar
Indikator
Penalaran
Analogi
Deskripsi Indikator No Butir
Soal
Mengembangkan
kemampuan
penalaran
analogi yang
terkait dengan
sistem
persamaan linear
dua variabel dan
penyelesaiannya
Structuring Mengidentifikasi unsur pada
masalah sumber dan masalah
target yang berkaitan dengan
SPLDV
1,2,3,4,5,6
Mapping Mencari hubungan antara
masalah sumber dan masalah
target untuk dipetakan ke
masalah target SPLDV
Applying Menyelesaikan masalah target
dengan konsep penyelesaian
yang sama dengan masalah
sumber SPLDV
Verifying Memeriksa kembali kebenaran
terhadap penyelesaian masalah
target SPLDV
172
Lampiran 5
SOAL UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI
MATEMATIS
Pokok Bahasan : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Jawablah soal dibawah ini dengan tepat dan berikan alasan tentang keserupaan data atau
proses pada soal dibawah ini !
1. Hubungan antara persamaan 2x + y = 7
dan x + 2y = 8 dengan 2 dan 3
Hubungan antara masalah: harga untuk 6
ekor ikan kembung ditambah 3 ekor ikan
tongkol sebesar Rp. 24.000 dan 8 ekor
ikan kembung ditambah 2 ekor ikan
tongkol Rp 20.000 dengan ….
a. Rp. 6.000 dan Rp. 1.000
b. Rp. 1.000 dan Rp. 6.000
c. Rp. 3.000 dan Rp. 1.000
d. Rp. 2.000 dan Rp. 6.000
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang
digunakan dalam menyelesaikan soal
tersebut!
2. Hubungan antara nilai 4x = 100
dan + = dengan penyelesaian
dari 2 ( x+5) + 3 (y+7)=111.
Hubungan antara Biaya sebesar
Rp.630.000,00 yang harus dikeluarkan
Novi untuk membeli 9 gamis dan Diwani
sebesar Rp. 310.000,00 untuk membeli 3
gamis dan 4 jilbab. Kemudian Diwani
ingin menjual 2 gamis dan 3 jilbabnya
dengan mengambil keuntungan
Rp.5000,00 per gamis dan Rp. 2000,00 per
jilbab dengan nilai uang sebesar ….
a. Rp. 230.000
b. Rp. 321.000
c. Rp. 231.000
d. Rp. 300.000
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang
digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut!
SERUPA
DENGAN
SERUPA
DENGAN
173
3. Hubungan antara titik
(0,0) dengan sumbu
koordinat kartesius.
Hubungan antara titik (2,1) pada grafik dengan
persamaan..
a. + = + =
b. + = + =
c. = =
d. + = + =
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang digunakan dalam
menyelesaikan soal tersebut!
4. Hubungan dari dua garis
pada grafik berikut
dengan titik (3,7)
Hubungan antara masalah: Tiga tahun yang lalu Umur
Lia 7 tahun lebih tua daripada umur Irfan. Dua tahun
yang akan datang, umur Lia 2 kali umur Irfan, dengan
….
a. Umur Lia 10 tahun dan umur Irfan 5 tahun
b. Umur Lia 14 tahun dan umur Irfan 6 tahun
c. Umur Lia 6 tahun dan umur Irfan 14 tahun
d. Umur Lia 14 tahun dan umur Irfan 7 tahun
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang digunakan dalam
menyelesaikan soal tersebut!
SERUPA
DENGAN
SERUPA
DENGAN
174
6. Perhatikan gambar di bawah ini !
Kedudukan garis TE dengan salah
satu diagonal alas PQRS pada limas
T.PQRS di atas.
Kedudukan antara persamaan -x + y = 1 dan
dengan persamaan….
a. 2x + y = 1
b. -x - y = 2
c. x + y = 5
d. -2x + y = 5
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang digunakan
dalam menyelesaikan soal tersebut!
5. Hubungan antara Limas T.PQRS
dengan 96.
Hubungan antara masalah berikut:: Wanda
bersama Rani sedang membuat kerangka bangun
ruang limas segiempat (terdiri dari 1 persegi dan
4 segitiga). Untuk membuat 32 segitiga dan 8
persegi, Wanda menghabisakan karton sebanyak
360 , sedangkan Rani untuk membuat 11
segitiga dan 3 persegi menghabiskan karton 125
dengan…
a. 50
b. 45
c. 54
d. 40
Jelaskan, keserupaan konsep apa yang digunakan
dalam menyelesaikan soal tersebut!
SERUPA
DENGAN
SERUPA
DENGAN
175
Lampiran 6
KUNCI JAWABAN SOAL INSTRUMEN POSTTEST
KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIS
1. Jawaban B, alasan
Pada masalah sumber
Structuring
Misal :
Maka 2 adalah x dan 3 adalah y adalah penyelesaian dari persamaan
2x + y = 7 x1 2x + y = 7
x + 2y = 8 x2 2x+4y = 16 -
-3y = -9
y = 3
Substitusi nilai y ke persamaan 2
x + 2y = 8
x + 2(3) = 8
x = 8-6
x= 2
Jadi 2 dan 3 adalah penyelesaian dari kedua persamaan tersebut
Mapping
Berdasarkan identifikasi masalah sumber maka penyelesaian masalah target sebagai
berikut
Misal : Ikan kembung = x
Ikan tongkol = y
Harga 6 ekor ikan kembung ditambah 3 ekor ikan tongkol yaitu Rp. 24.000
Harga 8 ekor ikan kembung ditambah 2 ekor ikan tongkol yaitu Rp 20.000
model matematikanya adalah 6x + 3y = 24.000 dan 8x + 2y = 20.000
176
Applying
6x + 3y = 24.000 x2 12x + 6y = 48.000
8x + 2y = 20.000 x3 24x + 6y = 60.000 -
-12x = -12.000
x = 1.000
Substitusi nilai x ke persamaan 1
6x + 3y = 24.000
6(1.000) + 3y = 24.000
6.000 + 3y = 24.000
3y = 24.000-6.000
3y = 18.000
y = 6.000
Jadi, penyelesaian masalah tersebut adalah 6.000 untuk ikan tongkol dan 1.000 untuk
ikan kembung
Verifying
Koserupaan konsep yang digunakan adalah penyelesaian dari persamaan SPLDV
2. Jawaban C, alasan
Structuring
Pada masalah sumber
= + =
=
( ) + = 0
= + = 0
=
=
Maka x = 25 dan y = 10 adalah nilai penyelesaian dari ( + ) + ( + ) =
Mapping
Berdasarkan masalah sumber maka, maka cara penyelesaiannya dapat dipetakan untuk
menyelesaikan masalah target
Misal : gamis = x
Jilbab = y
Untuk mencari harga gamis maka =
177
=
=
Untuk mencari harga jilbab maka
+ =
( ) + =
+ =
=
=
=
=
Karena Diwani menjual 2 Gamis dan 3
jilbab nya dengan memperoleh untung
sebesar Rp. 5.000 dan Rp. 2.000 per item
maka persamaannya menjadi
( + ) + ( + )
Applying
Masukkan nilai = dan = ke persamaan
( + ) + ( + )
= ( + ) + ( + )
= ( ) + ( )
= +
=
Verifying
Kedua soal sama-sama mencari nilai x terlebih dahulu kemudian menggunakan konsep
substitusi untuk mencari nilai y. setelah itu kedua soal menggunakan konsep penyelesaian
yang sama untuk masalah SPLDV
3. Jawaban D, alasan
Structuring
Titik (0,0) adalah titik potong dari sumbu koordinat kartesius
Mapping
Berdasarkan masalah sumber yang menggunakan titik potong
sebagai konsep penyelesaian nya, maka untuk menyelesaikan
masalah target menggunakan konsep titik potong.
Dengan demikiantitik (2,1) adalah titik potong dari kedua persamaan yang ditanyakan.
Applying
Kedua persamaan pada grafik yang memiliki titik potong/penyelesian (2,1) adalah
persamaan + = + =
Verifying
Konsep yang digunakan dari kedua soal yaitu konsep titik potong.
y
0 x
178
4. Jawaban B, alasan
Structuring
Pada masalah sumber hubungan titik (3,7) dengan dua garis yang berpotongan pada
grafik yaitu himpunan penyelesaian
Mapping
Berdasarkan masalah sumber maka, penyelesaian masalah target dapat diselesaikan
dengan mencari titik potong sebagai penyelesaian menggunakan metode grafik.
Misal : Umur Lia = x
Umur Irfan = y
=
=
Untuk persamaan =
Untuk persamaan =
x 0 8
y -8 0
(x,y) (0,-8) (8,0)
x 0 2
y -1 0
(x,y) (0,-1) (2,0)
6
2 8 14
-1
{
179
Applying
Titik potong di (14,6)
Maka penyelesaianya adalah
(11,6) dengan umur Lia 14
tahun dam umur Irfan 6 tahun
Verifying
Konsep yang digunakan dari kedua soal adalah penyelesaian dengan menggunakan
menggunakan metoe grafik
5. Jawaban B, alasan
Structuring
Pada masalah sumber kita dapat mengetahui bahwa garis TO = 4cm, garis AD = 6cm
⁄ AD = 3cm
Maka tinggi segitiga tegak limas T.PQRS menggunakan konsep phytagoras
t = √ +
t = √ +
t = √
t = 5
Luas permukaan
=Luas Persegi + 4 x Luas Segitiga tegak
= + 4 x ( ⁄ )
=36 + 60
=96
Maka 96 adalah Luas Permukaan Limas T.PQRS
Mapping
-8
180
Berdasarkan masalah sumber kita maka kita dapatkan konsep penyelesaian masalah Luas
permukaan. Hubungan masalah tersebut dengan soal yang ditanyakan adalah Luas
permukaannya.
untuk membuat kerangka limas segi empat yang terdiri dari 1 buah persegi dan 4 buah
segitiga
Misal:
x = segitiga
y = persegi
maka
+ = + =
+ = + = -
=
=
Substitusi x ke persamaan 2
+ =
( ) + =
=
=
=
Applying
Maka untuk mencari Luas permukaan Limas tersebut adalah
+ = ( ) +
=
Keserupaan konsep yang digunakan adalah Luas Permukaan.
6. Jawaban C, alasan
Structuring
Pada masalah sumber kedudukan garis TO dengan bidang PQRS adalah tegak lurus.
Mapping
Berdasarkan masalah sumber, maka kedudukan persamaan + = haruslah tegak
lurus dengan persamaan yang ditanyakan.
Mencari gradien dengan garis yang tegak lurus yaitu m1.m2 = -1
181
Pada persamaan + = didapat gradien -1
m1.m2 = -1
-1.m2 = -1
m2 =
m2 = 1
Applying
Pada pilihan persamaan yang memiliki gradien 1 hanya C. x + y = 5 maka jawaban
mungkin adalah c dengan melakukan pengujian terlebih dahulu. Apakah kedua
persamaan tersebut merupakan SPLDV dengan memiliki penyelesaian yang sama atau
tidak.
Untuk persamaan + =
Untuk persamaan + =
Terbukti bahwa persamaan + =
dan + =
Berpotongan tegak lurus di titik (2,3)
Maka benar jawaban adalah C.
Verifying
x 0 -1
y 1 0
(x,y) (0,1) (-1,0)
x 0 5
y 5 0
(x,y) (0,5) (5,0)
5
1
-1 5
182
Konsep yang digunakan pada kedua soal adalah tegak lurus.
Lampiran 7
Kriteria Penilaian Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Kriteria Skor
Dapat menunjukkan empat aspek penalaran analogi
dengan benar dan lengkap
4
Dapat menunjukkan tiga aspek penalaran analogi
dengan benar
3
Dapat menunjukkan dua aspek penalaran analogi
dengan benar
2
Menjawab hanya satu aspek penalaran analogi dengan
benar
1
Tidak ada jawaban atau menarik kesimpulan yang
salah
0
183
Lampiran 8
Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Correlations
soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 soal_6 skor_total
soal_1 Pearson Correlation 1 .756** .645** .702** .466** .114 .831**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .009 .549 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
soal_2 Pearson Correlation .756** 1 .518** .749** .289 .235 .814**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .121 .212 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
soal_3 Pearson Correlation .645** .518** 1 .712** .305 .296 .794**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .101 .113 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
soal_4 Pearson Correlation .702** .749** .712** 1 .360 .347 .892**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .050 .061 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
soal_5 Pearson Correlation .466** .289 .305 .360 1 .044 .537**
Sig. (2-tailed) .009 .121 .101 .050 .819 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
soal_6 Pearson Correlation .114 .235 .296 .347 .044 1 .496**
Sig. (2-tailed) .549 .212 .113 .061 .819 .005
N 30 30 30 30 30 30 30
skor_total Pearson Correlation .831** .814** .794** .892** .537** .496** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .005
N 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
184
Lampiran 9
Hasil Uji Daya Beda Instrumen Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis
No Resp No Butir Soal
1 2 3 4 5 6
kelompok atas
15 4 3 4 4 2 3
18 4 3 4 3 2 4
16 4 3 4 2 2 4
25 4 3 3 2 2 4
6 4 3 4 2 2 3
21 3 2 4 2 1 4
9 3 2 4 3 0 4
19 3 2 4 2 1 2
Mean 3.63 2.63 3.88 2.50 1.50 3.50
Pa 0.906 0.656 0.969 0.625 0.375 0.875
Kelompok bawah
4 3 2 3 1 0 2
2 3 2 3 1 0 2
10 3 0 3 1 0 3
26 2 1 2 0 1 3
7 2 1 2 0 1 2
3 2 0 2 0 1 2
24 1 0 2 0 0 3
27 1 1 2 0 0 2
Mean 2.13 0.88 2.38 0.38 0.38 2.38
Pb 0.531 0.219 0.594 0.094 0.094 0.594
DP 0.375 0.438 0.375 0.531 0.281 0.281
kriteria cukup baik cukup baik cukup cukup
185
Lampiran 10
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
No
Resp
No Butir Soal
1 2 3 4 5 6
1 3 2 3 2 2 2
2 3 2 3 1 0 2
3 2 0 2 0 1 2
4 3 2 3 1 0 2
5 3 2 2 1 1 1
6 4 3 4 2 2 3
7 2 1 2 0 1 2
8 3 3 2 2 0 2
9 3 2 4 3 0 4
10 3 0 3 1 0 3
11 3 2 2 2 1 2
12 3 3 2 2 1 4
13 2 2 3 2 0 3
14 4 2 4 2 2 1
15 4 3 4 4 2 3
16 4 3 4 2 2 4
17 3 2 3 2 1 1
18 4 3 4 3 2 4
19 3 3 4 2 1 2
20 3 2 3 2 1 4
21 3 2 4 2 1 4
22 3 2 3 2 2 2
23 3 2 3 1 0 3
24 1 0 2 0 0 3
25 4 3 3 2 1 4
26 2 1 2 0 1 3
27 1 1 2 0 1 2
28 3 2 3 2 2 3
29 3 1 2 1 2 2
186
30 4 2 3 1 0 1
Jumlah 89 58 88 47 30 78
TK 0,742 0,483 0,733 0,392 0,250 0,650
Kriteria mudah sedang mudah sedang susah Sedang
Lampiran 11
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran
No Validitas Daya Pembeda Taraf Kedukaran Keterangan
rhitung ket Daya
beda
Kriteria P Kriteria
1 0,831 Valid 0,375 Cukup 0,742 Mudah Digunakan
2 0,814 Valid 0,438 Baik 0,483 Sedang Digunakan
3 0,794 Valid 0,375 Cukup 0,733 Mudah Digunakan
4 0,892 Valid 0,531 Baik 0,393 Sedang Digunakan
5 0,537 Valid 0,281 Cukup 0,250 Susah Digunakan
6 0,496 Valid 0,281 cukup 0,650 sedang Digunakan
187
Lampiran 12
Hasil Uji Coba Reliabilitas Instrumen Kemampuan Penalaran Analogi Matematis
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.820 6
Kesimpulan : reliabel
Kriteria : baik
188
Lampiran 13
Data Hasil Post Test Kelas Scientific
Nama
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6 jumlah nilai
K1 3 2 4 2 0 4 15 62.5
K2 3 4 4 4 3 1 19 79.2
K3 3 4 0 3 0 4 14 58.3
K4 4 2 3 3 0 0 12 50.0
K5 3 3 4 4 1 1 16 66.7
K6 4 0 2 4 1 4 15 62.5
K7 4 3 4 4 1 4 20 83.3
K8 3 3 1 0 0 4 11 45.8
K9 3 0 0 4 4 3 14 58.3
K10 4 0 4 4 0 3 15 62.5
K11 4 4 4 4 3 1 20 83.3
K12 4 4 4 2 0 3 17 70.8
K13 3 2 2 1 1 3 12 50.0
K14 3 0 4 0 1 3 11 45.8
K15 4 4 3 0 1 3 15 62.5
K16 3 4 4 1 3 3 18 75.0
K17 4 0 4 4 1 1 14 58.3
K18 4 3 4 4 4 1 20 83.3
K19 3 4 4 0 3 1 15 62.5
K20 1 0 3 3 0 1 8 33.3
K21 3 0 4 0 3 1 11 45.8
K22 4 0 3 0 0 3 10 41.7
K23 3 4 4 4 2 3 20 83.3
K24 4 4 3 4 0 0 15 62.5
K25 3 0 4 3 4 4 18 75.0
K26 4 0 1 4 0 4 13 54.2
Rata-rata 62.18
189
Lampiran 14
Data Hasil Post Test Kelas SSCS-Hypnoteaching
Nama
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6 jumlah nilai
E1 4 1 4 2 0 3 14 58.3
E2 3 4 4 4 0 4 19 79.2
E3 3 2 2 3 0 3 13 54.2
E4 4 3 3 3 0 4 17 70.8
E5 3 4 2 3 1 4 17 70.8
E6 4 4 4 4 3 4 23 95.8
E7 3 2 3 2 0 2 12 50.0
E8 3 3 4 4 1 4 19 79.2
E9 4 3 0 3 3 4 17 70.8
E10 4 4 4 1 4 4 21 87.5
E11 4 4 0 1 3 4 16 66.7
E12 4 2 3 4 4 0 17 70.8
E13 4 4 3 1 4 3 19 79.2
E14 4 3 4 4 3 4 22 91.7
E15 4 4 3 4 0 3 18 75.0
E16 4 4 3 3 4 4 22 91.7
E17 4 3 4 3 4 3 21 87.5
E18 4 4 4 4 4 3 23 95.8
E19 4 3 4 4 0 3 18 75.0
E20 3 4 0 4 4 3 18 75.0
E21 4 4 4 3 0 4 19 79.2
E22 3 0 3 3 3 3 15 62.5
E23 4 3 3 4 0 4 18 75.0
E24 4 4 4 4 4 4 24 100.0
E25 4 4 4 4 3 4 23 95.8
E26 4 4 4 4 4 4 24 100.0
Rata-rata 78.37
190
Lampiran 15
Hasil Uji Normalitas Kelas SSCS-Hypnpteaching dan Kelas Scientific
Tests of Normality
Kelas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Post Test eksperimen .130 26 .200* .958 26 .350
Post Test Kontrol .144 26 .172 .951 26 .239
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil Uji Homogenitas Kelas SSCS-Hypnpteaching dan Kelas Scientific
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.002 1 50 .961
191
Lampiran 16
Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Sample T Test Independent Pada Aplikasi SPSS 2.4
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Hasil Equal variances
assumed
.002 .961 4.174 50 .000 16.196 3.881
Equal variances
not assumed
4.174 49.990 .000 16.196 3.881
192
Lampiran 17
LEMBAR SIKAP SISWA
Petunjuk pengisian :
Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan teliti, kemudian berilah tanda checklist (√)
pada satu kolom Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS). Jawablah sesuai pendapatmu.
No Pernyataan SS S N TS STS
1 Saya menyenangi pelajaran matematika
karena berkaitan dengan aspek dalam
kehidupan
2 Saya sering bolos ketika pembelajaran
matematika
3 Belajar matematika membuat saya jenuh
4 Saya mengulang kembali pelajaran
matematika yang telah saya pelajari
5 Belajar matematika dengan cara yang
dilakukan guru membuat saya tidak
mudah lupa dengan materi yang dipelajari
6 Saya lebih berani mengemukakan
pendapat saat belajar matematika seperti
ini
7 Saya lebih giat belajar ketika belajar
dengan pembelajaran dengan cara yang
dilakukan guru dibandingkan dengan
pembelajaran biasanya
8 Pembelajaran dengan cara yang dilakukan
guru membuat saya ragu dalam
memahami materi
9 Saya berharap materi lain diajarkan
dengan pembelajaran dengan cara yang
dilakukan guru seperti ini
10 Belajar matematika dengan cara yang
dilakukan guru di kelas saat ini membuat
saya lebih mudah dalam mengerti materi
yang diajarkan
11 Selama pembelajaran berlangsung, saya
193
sering tidak ikut diskusi dengan teman
12 Belajar dengan cara yang dilakukan guru
membuat saya malas berpikir
13 Saya tidak percaya diri menjawab
pertanyaan guru saat pelajaran
berlangsung
14 Saya selalu mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru
15 Soal-soal yang diberikan meningkatkan
kemampuan saya dalam memahami materi
pelajaran
16 Soal-soal yang diberikan terasa bertele-
tele
17 Soal-soal yang diberikan membuat saya
belajar untuk menyelesaikan masalah
sesuai dengan masalah yang pernah saya
pelajari sebelumnya
18 Soal-soal yang diberikan membantu saya
dalam mencari penyelesaian yang tepat
19 Soal-soal yang diberikan sulit dipahami
20 Soal-soal yang diberikan tidak
meningkatkan kemampuan saya dalam
menyusun strategi dan taktik penyelesaian
soal
194
Lampiran 18
KISI-KISI SKALA SIKAP SISWA
No Sikap Siswa Indikator Nomor
Pernyataan
Positif Negatif
1 Terhadap pelajaran matematika Menunjukkan kesukaan terhadap
pelajaran matematika
1 2
Menunjukkan kesungguhan
dalam mengikuti pembelajaran
matematika
4 3
2 Terhadap model pembelajaran
Search, Solve, Create, and
Share (SSCS) dengan metode
Hypnoteaching
Menunjukkan kesukaan terhadap
model pembelajaran Search,
Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
7, 12 11
Menunjukkan manfaat terhadap
model pembelajaran Search,
Solve, Create, and Share (SSCS)
dengan metode Hypnoteaching
5, 8, 10,
14
6, 9, 13
3 Terhadap soal-soal penalaran
analogi matematis
Menunjukkan kesukaan terhadap
soal-soal penalaran analogi
matematis
15 16, 19
Menunjukkan manfaat soal-soal 17,18 20
195
penalaran analogi matematis
Lampiran 19
Skor Penilaian Pernyataan Angket Sikap Siswa
Jawaban Skor Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Netral (N) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS). 1 5
196
Lampiran 20
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN SSCS-
HYPNOTEACHING
Hari/tanggal :
Pertemuan ke :
Petunjuk :
Berilah tanda Checklist (√) pada kolom yang diberikan sesuai aktivitas siswa yang
teramatidengan kriteria sebagai berikut: (1) sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, dan
(5) sangat baik.
No Aspek yang diobservasi Penilaian
1 2 3 4 5
1 Guru memberikan apersepsi
2 Guru mengawali pelajaran dengan menyampaikan story telling,
video, games, atau yelling agar siswa fokus dalam pembelajaran
(focusing)
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4 Guru membimbing siswa untuk melakukan relaksasi dan imajinasi
agar siswa tidak cemas saat pembelajaran berlangsung (relaxation
& imagination)
5 Guru membimbing siswa untuk melakukan pengamatan menjawab
pertanyaan siswa mengenail hal-hal yang kurang jelas dan
menelaah masalah yang diberikan (search)
197
6 Guru mengarahkan siswa untuk mencari berbagai alternatif
strategi, cara penyelesaian atau jawaban yang memungkinkan
untuk dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah (solve)
7 Guru berkeliling memperhatikan diskusi yang terjadi, mengamati
pekerjaan siswa, dan memberikan bantuan atau bimbingan kepada
siswa ketika siswa benar-benar membutuhkannya
8 Guru membimbing siswa untuk menuliskan kesimpulan mengenai
materi yang dipelajari dengan bahasanya sendir (create)
9 Guru membimbing jalannya presentasi kelompok dan memotivasi
siswa yang lain untuk terlibat aktif dalam menanggapi dan
mengeluarkan pendapat yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari (share)
10 Guru melakukan pendekatan kepada siswa yang melakukan
kegiatan negative dalam diskusi
11 Sikap guru selam akegiatan pembelajran berlangsung
menyenangkan dan tidak kaku
12 Guru membantu siswa untuk meyakinkandirinya bahwa mampu
untuk mengerjakan soal tantangan yang diberikan (affirmation &
repeating)
13 Guru menghargai setiap aktivitas siswa dalam pembelajaran
14 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan sugesti-sugest
positif dan pujian kepada siswa.
Depok, ….. September 2019
Observer
…………………………….
198
Lampiran 21
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SSCS-HYPNOTEACHING
Hari/tanggal :
Pertemuan ke :
Petunjuk :
Berilah tanda Checklist (√) pada kolom yang diberikan sesuai aktivitas siswa yang
teramatidengan kriteria sebagai berikut: (1) sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, dan
(5) sangat baik.
No Aspek yang diobservasi Penilaian
1 2 3 4 5
1 Memperhatikan arahan guru dengan sungguh-sungguh (focusing)
2 Mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah (solve)
3 Berusaha memahami dan mencermati permasalahan yang
diberikan (search)
4 Aktif bertanya tentang materi yang belum atau sulit dipahami
5 Gigih untuk menyelesaikan masalah yang menantang
6 Menyampaikan ide atau pendapat ke dalam kelompok melalui
diskusi (Share)
7 Percaya diri dalam menyelesaikan soal tantangan (afirmation)
8 Membuat kesimpulan dari suatu masalah (create)
9 Memiliki rasa ingin tahu yang besar
10 Tidak melakukan hal lain di luar kegiatan pembelajaran
matematika
11 Mengikuti pembelajaran matematika dengan penuh semangat
12 Memberikan pertimbangan ide kepada siswa laindalam kelompok
maupun ketika presentasi (share)
13 Memerankan peran masing-masing dalam diskusi kelompok
199
dengan tepat dan benar
Depok, ….. September 2019
Observer
…………………………….
Keterangan
(1) : tidak aktif : (1) 20%
(2) : kurang aktif : 20% (2) 40%
(3) : cukup aktif : 40% (3) 60 %
(4) : aktif : 60 % (4) 80%
(5) : sangat aktif : (5) 80%
200
201
Lampiran 23
202
203
204
205
Lampiran 22
Hasil Wawancara Observasi Prapenelitian
Narasumber : Nur Faridah, S.Pd
Tempat : SMP Al-Hasra Depok
Waktu : 1 September 2019
1. Apakah SMP Al-Hasra menerapkan kurikulum 2013?
Iya, menerapkan kurikulum 2013
2. Selama proses pembelajaran, bagaimanakah kondisi dan situasi siswa SMP Al-Hasra?
Mereka kadang semangat tapi terkadang mudah bosan juga. Apalagi kalau sudah
waktu siang, sebagian anak sering kali mereka menanyakan kapan jam istirahat
tiba.
3. Apakah siswa SMP Al-Hasra memiliki ketertarikan dan konsentrasi terhadap mata
pelajaran matematika?
Menurut saya, siswa belum memiliki ketertarikan sepenuhnya terhadap mata
pelajaran matematika. Hal ini saya rasakan saat jam pelajaran berlangsung. Tidak
semua siswa konsentrasi dan semangat memperhatikan pelajaran. sebagian siswa
cenderung mengantuk, ada juga yang masih bercanda dan sibuk dengan
kegiatannya sendiri.
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa SMP Al-Hasra pada mata pelajaran matematika?
Masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
5. Selama proses pembelajaran, bagaimanakah cara guru memberikan pembelajaran agar
siswa mudah memahami?
Memberi latihan soal, tapi saya biasanya menjelaskan materi terlebih dahulu,
kemudian dilanjut dengan rangkuman rumus agar siswa lebih mudah menghafal
rumus pada saat latihan soal.
206
Lampiran 24
Surat Izin Penelitian
207
208