21
LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI MODUL : LUMPUR AKTIF PEMBIMBING : Endang Kusumawati, MT Tanggal Praktikum : 20 Maret 2013 Tanggal Penyerahan laporan : 27 Maret 2013 Oleh : Kelompok : 5 Nama : Nevy Puspitasari NIM. 111431020 Nur Fauziyyah Ambar NIM. 111431021 Nurul Latipah NIM. 111431022 Octaviani Ratnasari NIM. 111431023 Kelas : 2A PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA

kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013

PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

MODUL : LUMPUR AKTIF

PEMBIMBING : Endang Kusumawati, MT

Tanggal Praktikum : 20 Maret 2013

Tanggal Penyerahan laporan : 27 Maret 2013

Oleh :

Kelompok : 5

Nama : Nevy Puspitasari NIM. 111431020

Nur Fauziyyah Ambar NIM. 111431021

Nurul Latipah NIM. 111431022

Octaviani Ratnasari NIM. 111431023

Kelas : 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2013

Page 2: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

A. Tujuan Praktikum1. Menentukan konsentrasi awsal kandungan organik dalam lumpur aktif dan

konsentrasi kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu

2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Solid (MLVSS) yang mewakili

kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif

3. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam

lumpur aktif

4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan

bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam

lumpur aktif terhadap kandungan bahan organik mula-mula

B. Dasar TeoriPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan

metode Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan

metode Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah

metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material

yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan

menghilangkan kandungan material, juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai

tempat berkembang biaknya. Metode pengolahan lumpur aktif (activated sludge) adalah

merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme

tersebut.Metode lumpur aktif banyak dikembangkan da lam pengolahan limbah cair

dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Telah diteliti bahwa penggunaan metode

lumpur aktif dalam pengolahan limbah dapat menurunkan BOD dan COD.

Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba

tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi

material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Proses ini

menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui

aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki

penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan

pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air

limbah. Metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri,

sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang

terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi

Page 3: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

(membutuhkan oksigen). Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang

terdispersi sehingga terjadi proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reactor yang

dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Oksigen yang dibutuhkan untuk

reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam

tangki aerasi dengan blower.Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair

dengan lumpur aktif, hingga terjadi kontak yang intensif.Sesudah tangki aerasi,

campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki

sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan

sebagai effluen dari proses.

Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis

bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab

terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan

polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi.

Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium,

Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium,

dan Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu

Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.

Dikarenakan tingkat oksigen dalam difusi terbatas, jumlah bakteri aktif aerobik menurun

karena ukuran flok meningkat (Hanel, 1988). Bagian dalam flok yang relatif besar

membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti metanogen. Kehadiran

metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa kantong anaerobik didalam

flok atau dengan metanogen tertentu terhdap oksigen (Wu et al., 1987). Oleh karena itu

lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi pengoperasian awal reaktor

anaerobik.

Page 4: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

C. Alat dan BahanAlat Bahan Jumlah

Labu erlenmeyer 100 mL 2 buahCawan pijar 1 buahPipet gondok 10 mL 1 buahBotol semprot 1 buahPenjepit krustang 1 buahKaca masir 1 buahGelas ukur 100 mL 1 buahTabung hach 5 buahBatang pengaduk 2 buahGelas kimia 100 mL 2 buahGelas kimia 250 mLOvenFurnacePipet tetesDosimat Pipet ukur 10 mL

Kertas saring 1 buahglukosa 8 gramKH2PO4 1 gramHgSO4 1 gramK2Cr2O7 50 mLSampel limbah 100 mLAquadest 100 mLFAS 50 mLIndikator feroin 10 tetesKNO3 1 gram

D. Langkah Kerja1. Penentuan COD sebelum proses pendekomposisian oleh mikroba

a. Standarisasi Larutan FAS

Pemipetan 25 mL K2Cr2O7 kedalam erlenmeyer

Penambahan 10 mL H2SO4 kedalam erlenmeyer

Penambahan indikator feroin 3 tetes

Page 5: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

b. Penentuan COD

Sampel limbah

2. Penentuan MLVSS sebelum proses pendekomposisian oleh mikroba

Pengenceran sampel 100x (pencampuran 1 mL sampel dengan 99 mL aquadest)

pengambilan sampel 2,5 mL kedalam tabung hach dan penambahan 3,5 mL K2Cr2O7

Penambahan 1,5 mL H2SO4 pekat

Pemindahan tabung Hach pada Hach COD digester serta pemanasan 150oC selama 2 jam

Pemanasan cawan pijar selama 1 jam dalam furnace 600oC dan kertas saring pada oven 105oC

Pengeluaran tabung hach dari digester hingga larutan sama dengan suhu ruang

penambahan indikator feroin 3 tetes dan penitrasian dengan larutan FAS dari hijau menjadi coklat

Penitrasian dengan larutan FAS dari hijau menjadi coklat

Page 6: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

3. Proses pendekomposisian oleh mikroba

Pemindahan kertas saring kedalam cawan pijar dan pemanasan pada oven 105oC 1 jam

Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan

Penimbangan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan hingga konstan

Pemindahan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan kedalam furnace dengan pemanasan 600oC 2 jam

Page 7: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

E.Data pengamatan

Proses PengamatanStandarisasi FAS Ketika K2Cr2O7 ditambahkan larutan asam

sulfat, warnanya tidak berubah tetap berwarna orange. Ketika ditambah feroin warnanya berubah menjadi warna hijau dan ketika dititrasi warnanya menjadi coklat (TA)

Penentuan COD Ketika sampel ditambah K2Cr2O7 dan asam sulfat larutan berwarna orange. Setelah direfluks larutan terdapat 3 warna yaitu coklat kuning dan orange. Ketika dititrasi dengan penambahan indikator feroin awalnya larutan berwarna hijau dan berubah warna menjadi coklat (TA)

F. Data percobaan dan Perhitungan

Penambahan nutrisi yaitu glukosa sebanyak 7,0384 gram, KNO3 sebanyak 2,5368 gram dan KH2PO4 sebanyak 0,3088 gram kedalam sampel limbah yang telah di aerasi

Pendiaman sampel hingga 5 hari

Page 8: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

Pengukuran Keadaan Awal

- DO = 5,4 mg/L

- pH = 7,13

- Temperatur = 26,40C

a. MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid) Sebelum Proses

Penimbangan ke-

Kertas saring (gram)

Cawan pijar (gram)

Cawan pijar + kertas saring +endapan pada oven (gram)

Cawan pijar + kertas saring +endapan pada furnace (gram)

1 1,0875 33,1559 34,6614 33,15752 1,0837 33,1559 34,6614 33,1576Rata-rata 1,0856 33,1559 34,6614 33,15755

TSS (mg/L) = (cawan pijar+endapan+kertas saring pada oven )−(berat cawan pijar)

mL sampel × 106

TSS (mg/L) = (34,6614 gram )−33,1559 gram

40 mL× 106

TSS (mg/L) = 37.637,5 mg/L

VSS (mg/L) = (cawan pijar+endapan+kertas saring pada oven)−( cawan pijar+endapan+kertas saring pada furnace )

mL sampel×106

VSS (mg/L) = 34,6614 gram−33,15755 gram

40 mL× 106

VSS (mg/L) = 37.596,25 mg/L

FSS (mg/L) = TSS – VSS

FSS (Mg/L) = 37.637,5 mg/L – 37.596,25 mg/L

FSS (Mg/L) = 41,25 mg/L

Page 9: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

b. COD (Chemical Oxygen Demand)1. Standarisasi K2Cr2O7

NK2Cr2O7 : 0,2500 NVolume K2Cr2O7 : 10 mL

Titrasi ke- Volume (mL)1 10, 9002 11,104

N FAS xV FAS=NK 2Cr 2 O7xV K2 Cr 2O 7

- N FAS x10,900=0,2500 x 10

N FAS=0,2500 x10

10,900

N FAS=0,2294 N

- N FAS x11,104=0,2500 x 10

N FAS=0,2500 x10

11,104

N FAS=0,2251 N

Rata−Rata=0,2394 N+0,2251 N2

=0,2273 N

2. Penentuan COD pada sampel

Pengenceran : 100 X

Titrasi ke- Volume (mL)sampel 1 0,840

2 0,906Rata-rata 0,873

Blanko 1 0,9522 0,978Rata-rata 0,965

COD (mg/L) = (volumeblanko−volume sampel ) X NFAS X 1000 X pengenceranXBE oksigen

mLsampel

COD (mg/L) = (0,965 mL−0,873 mL) X 0,2273 X 1000 X 100 X 8

2,5 mL

COD (mg/L) = 6691,72 mg/L

Page 10: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

Nilai COD sebelum proses lumpur aktif

Nilai COD setelah proses lumpur aktif (hari ke-5)

6691,72 mg/L 275 mg/L

Efisiensi pengolahan

Kandungan COD awal = 6691,72 mg/L

Kandungan COD akhir = 275 mg/L

Efisiensi pengolahan = kandungan COD awal−kandungan COD akhir

kandungan COD awal X 100%

Efisiensi pengolahan = 6691,72−275

6691,72× 100 %

Efisiensi pengolahan = 95,89 %

3. Nutrisi

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6 H2O

Volume Lumpur Aktif = 15 Liter

BOD = 500 mg/L

(O2) = 500 mg/L = 0,5 mg/L

Mr O2 = 32 mg/mol

Mr C6H12O6 = 180 g/mol

gram O2 = 500 mg/L x 15 L

= 7500 mg = 7,5 gram O2

Perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1

- Kebutuhan Glukosa

Mol O2=7,532

=0,2344 mol

Mol=gramMr

Page 11: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

Mol C6 H 12O6=16

x0,2344=0,0391 mol

GramC6 H 12O6=0,0391 x 180

¿7,0380 gram

Hasil penimbangan glukosa pada praktikum = 7,0389 gram

- Kebutuhan Nitrogen

gram N= 5100

x7,038=0,3519 gram

gram KN O3=10114

x0,3519=2,5387 gram

Hasil penimbangan KN O3 pada praktikum = 2,5368 gram

- Kebutuhan Fosfor

gram P= 1100

x7,038=0,0704 gram

gram K H 2 P O4=13631

x0,0704=0,3089 gram

Hasil penimbangan K H 2 P O4 pada praktikum = 0,3088 gram

Page 12: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

NAMA: NEVY PUSPITASARI

NIM : 111431020

Pada percobaan ini dilakukan pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif.

Kedalam sampel limbah ditambahkan nutrisi, nutrisi yang ditambahkan adalah sumber

makanan untuk mikroorganisme yang akan mendekomposisi bahan organik, hal ini yang

menyebabkan kandungan organik dalam sampel dapat diturunkan. Untuk mengetahui

efisiensi pengolahan maka dilakukan pengukuran kandungan organik sebelum dan setelah

proses sehingga dilakukan pengukuran COD sebelum dan setelah proses. Sedangkan MLVSS

untuk mengetahui kuantitas mikroba yang mendekomposisi bahan organik. Pada proses

pendokomposisian oleh mikroba ini yang diperhatikan adalah adanya oksigen (aerasi) sebagai

sumber oksigen bagi mikroba untuk menghasilkan energi untuk mendekomposisi bahan

organik.

Sebelum dilakukan pengukuran COD setelah proses pendekomposisian, kedalam

sampel dimasukan sejumlah nutrisi sebagai sumber makanan untuk mikroba pendekomposisi.

Nutrisi yang ditambahkan adalah glukosa, KNO3 dan KH2PO4. Untuk glukosa ditambahkan

sebagai sumber karbohidrat atau gula, sedangkan KNO3 sebagai sumber nitrogen dan

KH2PO4 sebagai sumber posfor dimana perbandingan yang diberikan adalah glukosa:

KNO3:KH2PO4 100:5:1, hal ini dikarenakan mikroba dapat tumbuh pada komposisi nutrien

tersebut.

Pada percobaan dilakukan pengukuran COD yaitu untuk mengetahui kandungan

organik dalam sampel, pengukuran COD ini untuk mengetahui berapa banyak oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi kandungan organik dalam sampel, sehingga bila semakin

banyak zat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik maka semakin banyak pula

kandungan zat organiknya. Artinya semakin tinggi nilai COD maka kandungan organik

dalam sampel semakin banyak atau kualitas air semakin buruk. Sebelum dilakukan analisis

pada COD, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu standarisasi FAS oleh K2Cr2O7, dimana

reaksi yang terjadi reaksi redoks dalam keadaan asam karena penambahan H2SO4 dimana

dalam keadaan asam ini berfungsi untuk mengasamkan larutan sehingga K2Cr2O7 dapat

mengoksidasi Fe dengan reaksi:

Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O

Page 13: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

Fe2+ Fe3+ + e

Cr2O72- + 14H+ + 6 Fe2+ 2Cr3+ + 7H2O + 6Fe3+

Berdasarkan percobaan terlihat bahwa nilai COD pada sampel limbah sebelum proses

degradasi adalah tinggi yaitu sebesar 6691,72 mgO2/L. Nilai COD sebelum proses masih

tinggi sehingga dilakukanlah proses dekomposisi bahan organik untuk menurunkan

kandungan organiknya. Sedangkan nilai COD setelah proses selama 5 hari adalah sebesar

275 mgO2/L. Nilai COD setelah proses ini lebih kecil dibanding nilai COD sebelum proses.

Hal ini menunjukan adanya penurunan kandungan organik pada sampel limbah, dimana

penurunan kandungan organik ini disebabkan mikroorganisme yang mendekomposisi bahan

organik tersebut menjadi CO2, H2O dan NH4 sehingga kandungan organik setelah proses

menjadi turun. Besarnya penurunan kandungan organik ini menghasilkan efisiensi sebesar

95,89%, sedangkan berdasarkan literatur pengolahan limbah menggunakan lumpur aktif

dapat menurunkan konsentrasi COD >85 % (Lestari, 2003). Bila dibandingkan dengan

literatur, hasil percobaan efisiensi penurunan COD sudah melebihi dari 85%, sehingga dapat

dikatakan bahwa proses ini sudah optimum untuk menurunkan COD dalam sampel air

limbah. Walaupun penurunan bahan organik dalam sampel limbah telah optimum, akan tetapi

hasil akhir dari proses ini menghasilkan kandungan organik yang masih tinggi dimana nilai

ini masih lebih besar bila dibandingkan dengan standar kualitas air bersih dimana batas COD

adalah 100 mgO2/L ( Peraturan Menteri Kesehatan RI. 416/Menkes/Per/IX/1990), sehingga

dapat dikatakan dari hasil COD setelah proses ini kandungan organiknya masih tinggi dan

tidak memenuhi syarat kualitas air bersih. Maka hasil proses pengolahan ini bila diterapkan

tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan sehingga harus diolah kembali untuk

menurunkan nilai COD hingga batas yang diperbolehkan. Kandungan organik setelah proses

dekomposisi yang masih tinggi dari nilai yang diperbolehkan diakibatkan karena pada

percobaan ini kurangnya pengecekan lingkungan pada bak proses seperti pH dan suhu.

Dimana kedua parameter ini tentunya harus selalu dicek secara rutin, untuk pH seharusnya

pH dalam keadaan netral dimana mikroba dapat bekerja, serta temperatur tidak boleh terlalu

tinggi ataupu terlalu rendah, sehingga temperatur berada pada suhu dimana mikroba dapat

bekerja optimal. Selain pH dan temperatur yang harus diperhatikan adalah oksigen yang

ditambahkan (aerasi), dimana keadaan aerasi ini seharusnya dicek secara rutin dimana adanya

oksigen tidak boleh kurang (jika kurang oksigen tidak akan cukup digunakan oleh mikroba

untuk mendekomposisi bahan organik) dan juga tidak boleh lebih (jika oksigen berlebih maka

akan menjadi racun untuk mikroba itu sendiri), sehingga jumlah oksigen kedalam bak aerasi

harus cukup mengingat bak aerasi dan dekomposisi ini adalah bak diam dan statis/tidak

Page 14: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

mengalir sehingga jumlah oksigen yang ditambahkan adalah faktor penting. Parameter-

parameter ini merupakan kondisi yang mendukung untuk proses lumpur aktif, sehingga

kemungkinan tidak optimalnya parameter ini memungkinkan mikroba yang mendekomposisi

bahan organik tidak bekerja secara optimal yang menyebabkan efisiensi pengolahan belum

efektif.

Sedangkan untuk pengukuran MLVSS dilakukan pada sampel limbah sebelum proses

dimana nilai MLVSS sama dengan nilai VSS. Nilai VSS adalah bahan organik yang mudah

teruapkan, dimana jumlahnya mewakili jumlah mikroorganisme yang ada didalamnya. Hal

ini dikarenakan bahan organik yang mudah menguap seperti protein, karbohidrat, glukosa,

dll. ada dalam bakteri sehingga jumlahnya mewakili banyaknya bakteri didalam sampel. Dari

hasil percobaan nilai TSS dari sampel adalah sebesar 37.637,5 mg/L. Berdasarkan literatur,

nilai TSS yang diperbolehkan adalah sebesar 50 mg/L (Pergub Bali No. 8 Tahun 2007). Bila

dibandingkan hasil percobaan dengan nilai literatur maka nilai TSS pada sampel, diatas nilai

yang diperbolehkan sehingga padatan tersuspensi yang terendapkannya cukup tinggi.

Sedangkan untuk mengetahui jumlah mikroba yang mendekomposisi bahan organik

dilakukan dengan mengukur VSS dimana pengukuran VSS ini didapat dari berat yang

dipanaskan pada oven dengan berat yang dipanaskan pada furnace, sehingga dapat diketahui

berat yang teruapkan dimana berat ini menunjukan banyaknya mikroorganisme yang ada

pada sampel. Dari hasil VSS didapat nilai VSS adalah sebesar. 37.596,25 mg/L. Hal ini

mewakili banyaknya kandungan organik yang akan didekomposisi oleh mikroorganisme pada

proses lumpur aktif. Dari nilai yang didapat, nilai VSS masih tinggi sehingga kandungan

organik yang akan didekomposisipun tinggi, sehingga membutuhkan banyak mikroba untuk

mendekomposisinya pada proses. Sedangkan untuk FSS atau padatan yang tidak mudah

teruapkan yang didapat adalah sebesar 41,25 mg/L. Pada ketiga parameter tersebut baik nilai

VSS, TSS maupun FSS masih tinggi dalam sampel limbah, hal ini dikarenakan belum adanya

pengolahan bahan organik pada limbah yang menyebabkan masih tingginya kandungan

padatan organik dan anorganik. Pada proses pengolahan limbah, padatan organik dalam

sampel didekomposisi oleh organik sehingga bila MLVSS diukur setelah proses maka jumlah

MLVSS akan berkurang (Kadarohman, 2004).

Sedangkan untuk pengukuran DO pada awal proses DO pada sampel air limbah adalah

sebesar 5,4 mg/L dimana oksigen terlarut pada sampel masih kecil (bila dibandingkan dengan

literatur SNI 01-3553-1996 dimana DO tidak boleh kurang dari 500 mg/L), bila nilai DO

diukur setelah proses lumpur aktif maka seharusnya nilai DO akan meningkat, dimana dari

hasil proses akan terjadi aerasi yang akan mengalirkan O2 kedalam sampel sehingga akan

Page 15: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

menghasilkan okigen yang akan larut dalam sampel (McKinney, 1962). sedangkan pH pada

sampel limbah sudah netral.

KESIMPULANDari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan:

1. Konsentrasi awal kandungan organik atau nilai COD sebelum proses adalah sebesar

6691,72 mg O2/L serta nilai COD setelah proses adalah sebesar 275 mg O2/L

2. Nilai efisiensi pengoalahan adalah sebesar 95,89%. Berdasarkan litertur efisiensi yang

efektif untuk penurunan COD adaah >85% (Lestari, 2003) sehingga penurunan COD

pada percobaan ini sudah efektif

3. Nilai TSS pada sampel adalah sebesar 37.637,5 mg/L, nilai FSS adalah sebesar 41,25

mg/L sedangakan nilai MLVSS atau VSS pada sampel adalah sebesar 37.596,25

mg/L

4. Nutrisi yang ditambahkan pada sampel, glukosa sebanyak 7,0384 gram, KNO3

sebanyak 2,5368 gram dan KH2PO4 sebanyak 0,3088 gram kedalam sampel limbah

yang telah di aerasi

Page 16: kanalispolban.files.wordpress.com  · Web viewPengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Biologi. ... dapat menurunkan BOD ... 600oC dan kertas saring

DAFTAR PUSTAKA