24
Hal. -1 INSTASI TERKAIT USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH) Draft Proposal PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen bisnis yang menggabungkan efisiensi ekonomi dan ekologi atau lebih dikenal dengan ekoefisiensi merupakan salah satu solusi dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Prinsip ekoefisiensi adalah memanfaatkan pelayanan ekologi lingkungan sebagai masukan produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah, meningkatkan keuntungan dan daya saing terhadap industri lain yang sejenis. Sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar. Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern, jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan ke arah kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi Perkembangan Industri Kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis dengan penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan ke belakang (industri hulu) dan kaitan ke depan (industri hilir) yang erat dan langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan-persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan pertanian. Sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrumen-instrumen ekonomi. Pengaturan seperti ini dikenal sebagai mixed policy tools. Kenyataan menunjukkan bahwa sejak masalah lingkungan hidup mulai diangkat kepermukaan, Indonesia memiliki berbagai macam program yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak mencapai sasaran secara optimal. Hal ini disebabkan antara lain oleh pendekatannya yang bersifat "pemaksaan" melalui berbagai peraturan perundang- undangan dengan ancaman sanksi. Belajar dari hal ter-sebut, dewasa ini telah terjadi perkembangan pemikiran dimana limbah yang dulunya dikategorikan sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan selayaknya harus ditanggulangi (end-of-pipe), saat ini dianggap sebagai indikator tidak efisiennya proses produksi. Pemikiran inilah yang mendorong perubahan strategi penanganan limbah. Pada awalnya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, upaya mengatasi masalah pencemaran berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end-of-pipe treatment). Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

01. Draft Proposal Kerangka Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Menjadi Briket Sebagi Energi Alternatif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tctc

Citation preview

  • Hal. -1 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen bisnis yang menggabungkan efisiensi ekonomi dan ekologi atau lebih dikenal dengan ekoefisiensi merupakan salah satu solusi dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Prinsip ekoefisiensi adalah memanfaatkan pelayanan ekologi lingkungan sebagai masukan produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah, meningkatkan keuntungan dan daya saing terhadap industri lain yang sejenis. Sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar. Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern, jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan ke arah kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi Perkembangan Industri Kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis dengan penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan ke belakang (industri hulu) dan kaitan ke depan (industri hilir) yang erat dan langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu merupakan persyaratan-persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan pertanian. Sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan perundang-undangan saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrumen-instrumen ekonomi. Pengaturan seperti ini dikenal sebagai mixed policy tools. Kenyataan menunjukkan bahwa sejak masalah lingkungan hidup mulai diangkat kepermukaan, Indonesia memiliki berbagai macam program yang berkaitan dengan lingkungan yang tidak mencapai sasaran secara optimal. Hal ini disebabkan antara lain oleh pendekatannya yang bersifat "pemaksaan" melalui berbagai peraturan perundang-undangan dengan ancaman sanksi. Belajar dari hal ter-sebut, dewasa ini telah terjadi perkembangan pemikiran dimana limbah yang dulunya dikategorikan sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan selayaknya harus ditanggulangi (end-of-pipe), saat ini dianggap sebagai indikator tidak efisiennya proses produksi. Pemikiran inilah yang mendorong perubahan strategi penanganan limbah. Pada awalnya, strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, upaya mengatasi masalah pencemaran berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end-of-pipe treatment). Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

  • Hal. -2 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Namun pada kenyataannya pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus berlanjut, karena dalam prakteknya pendekatan melalui pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala. Antara lain:

    Bersifatreaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.

    Tidak efektif dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan karena mengolah limbah hanyalah mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain.

    Biaya investasi dan operasi pengolahan dan pembuangan limbah biasanya mahal, yang mengakibatkan biaya proses produksi meningkat dan harga jual produk juga naik. Hal ini yang menjadi salah satu alasan pengusaha untuk tidak memasang alat pengolah limbah atau mengoperasikan sekedarnya saja.

    Peraturan perundang-undangan yang menetapkan persyaratan limbah yang boleh dibuang setelah dilakukan pengolahan pada umumnya cenderung untuk dilanggar bila pengawasan dan penegakan hukum lingkungan tidak efektif dijalankan

    Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Dalil dasar konsep ini menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini, proses-proses industri akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penggunaan bahan baku secara maksimal berarti penciptaan industri baru dan lapangan kerja sejalan dengan meningkatnya produktivitas dan mendukung usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengurangi kemampuan produksi sumber daya alam bagi generasi di masa depan.

    1.2. Tujuan Tujuan Penyusunan dan Penggandaan Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit adalah:

    Pengenalan secara umum jenis limbah dari Pengolahan Kelapa Sawit untuk beriket dari limbah Cangkang, TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) dan Pelepah Kelapa Sawit.

    Gambaran umum Pemanfatan Limbah Kepala Sawit dalam bentuk briket

    1.3. Ruang Lingkup Arahan dalam pemanfaatan limbah industri kelapa sawit pada skala industri dan

    kelampok tani.

    Gambaran Teknologi pemanfaatan limbah Industri Kelapa Sawit

    Konsep-konsep pemanfaatan limbah Industri Kelapa Sawit yang dimungkinkan pengembangannya.

  • Hal. -3 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    KEGIATAN PABRIK PENGOLAHAN

    KELAPA SAWIT

    Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing Brigae). Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik. Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance pengolahan kelapa sawit disajikan pada Gambar 1 dan 2.

    2.1. Perebusan Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam sterilizeryaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threserdengan menggunakan Hois-ting Crane.

    2.2. Perontokan Buah dar Tandan Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipi sahkan dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai sistem "Double Threshing". Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang, tetapi masuk

  • Hal. -4 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    ke threserkedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.

    Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit

    2.3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam Digesteratau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80 - 90C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid.

  • Hal. -5 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.

    2.4. Proses Pemurnian Minyak Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil StoregeTank).

    2.5. Proses PengoIahan Inti Sawit Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam Depericapermelalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 - 80C sefama 18 - 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.

  • Hal. -6 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Sebelum biji masuk ke dalam Nut Crakerterlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50C, 60C dan 70C dalam waktu 14 - 16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya. Untuk mendapatkan mutu minyak CPO yang baik, maka mutu tandan yang diolah harus berdasarkan kriteria kematangan yang optimal. Pada kondisi kandungan minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih mentah kandungan minyak CPO sangat rendah, sedang bila TBS terlalu matang maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak CPO yang baik, maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara permanen, pengawas lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya diproses dalam pabrik.

  • Hal. -7 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    JENIS DAN POTENSI LIMBAH

    KELAPA SAWIT 3.1. Jenis Limbah Kelapa Sawit Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Pada Gambar 4 dan Tabel 1 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Ure, TSP dan lain-lain). Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan limbah Pabrik Kelapa Sawit

    Jenis

    Potensi per ton TBS COb)

    Manfaat

    Tandan kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi

    Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk, kompos, makanan ternak

    Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan parti kel

    Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan, partikel

    Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi

    Air kondensat Air umpan broiler

  • 8

    Gambar 3. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

    KelapaSawit

    Biji Sawit

    Daging Buah

    Tandan Kosong

    Tempurung

    Bahan organik

    Sludge

    Serat/sabut

    Inti

    Minyak sawit

    Tepung tempurung

    Arang

    Pengisi bahan bangunan

    Minyak

    Bungkil

    Padatan

    Minyak kasar

    Minyak goreng

    Margarin

    dll.

    Karbon aktif

    Asap

    air

    Salad

    Bricket

    Briket

    Pakan ternak Bahan bakar Pupuk

    Mulsa

    Pakan ternak

    Bahan bakar

    Industri kimia

    Industri pangan

    Industri kimia

    Industri kimia

    Pakan ternak

    Sabun

    Bahan bakar

    Papan partikel

  • Hal. -9 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Gambar 4. FraksionasiHasil Pengolahan Tandan Buah Segar Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa. Persentase Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Potensi dan pemanfaatan TKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suata luasan areal tertentu dapat kita lihat pada Tabel 2 dibawah ini:

    TANDAN KOSONG

    21,5 %

    UNSUR N 1,5 %

    UNSUR K 7,3 %

    UNSUR Mg 0,9 %

    UNSUR P 0,5 %

    TANDAN BUAH

    SEGAR (100 %)

    SOLID 4,1 %

    CPO 22,5 %

    AIR 16,9 %

    CPO KASAR

    43,5 %

    BRONDOLAN

    67 %

    KERNEL 5 %

    CANGKANG

    5,4 %

    BIJI 10,4 %

    PENGUAPAN 0,4%

    BLOWDOWN 11,1%

    BIJI DAN AMPAS

    23,5 %

    AMPAS 12,9 %

    SERAT 11,5 %

    AIR 1,4%

  • Hal. -10 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Tabel 2. Potensi dan pemanfaatan IKS dari limbah PKS sebagai hara dalam suatu luasan.

    Kapasitas Pabrik (lon/jam)*

    TKS (ton/th)**

    Luasan yang dapat Diaplikasi TKS (ha/th)***

    30 31.200 780

    45 46.800 1.170

    60 62.400 1.560

    Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari,

    ** = 20% TBS merupakan TKS *** = dosis 40 ton TKS/ha

    Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 juta ton. Dari hasil perhitungan untuk setiap hektar tanaman member ikan gambaran dan informasi untuk rnenentukan kelayakan daur ulang limbah sawit sebagai pupuk tanaman. Pada Tabel 3 dibawah ini disajikan potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara.

    Tabel 3 Potensi limbah padat kelapa sawit sebagai hara

    Satu hektar tanaman kelapa sawit rnenghasilkan pelepah daun dengan bobot kering 14,47 ton sekali dalam 30 tahun (peremajaan) dan 10,40 ton dari pangkasan setahun. Produksi lBS setahun sekitar 20,08 ton dengan bobot kering 10,59 ton dan tandan kosong 22% dari jumlah lBS yaitu 4,42 ton dengan bobot kering 1,55 ton. Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonamis, sosial dan ling kungan seperti berikut:

    Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi l imbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun atau musim.

    Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomasa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi jalan, bahaya, r esiko kerusakan atau pelapukan.

    Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.

    Struktur fsik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar) bahan limbah.

    Limbah Kelapa Sawit dari

    No Peremajaan dan BobotKering/ha tanaman N P K Mg Ca

    1 Batang sawit 74,48 ton 368,2 35,5 527,4 82,3 166,4

    2 Pelepah 2,38 0,157 1,116 0,287 0,568

    3 Daun 0,373 0,066 0,873 0,161 0,295

    4 Tandan Kosong 0,35 0,028 2,285 0,175 0,149

    5 Serat buah 1,63 ton 5,2 1,3 7,6 2 1,8

    6 Cangkang 0,94 ton 3 0,1 0,8 0,2 0,2

    Bobot dalam Kg/ha tanaman

  • Hal. -11 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk yang dihasilkan.

    Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian lingkungan hidup.

    Dengan mempertimbangkan hal -hal tersebut di atas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan secara optimal.

    3.2. Karakteristik Limbah Kelapa Sawit Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :

    3.2.1. Dari Balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air imbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton disajikan pada Tabel-1.

    Tabel 4 Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO

    Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton lBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal 60% dari seluruh tandan buah segar yang diolah.

    Tabel 5 Kualitas limbah cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS

    No. URAIAN KAPASITAS

    1. Air 2.35 ton

    2. NOS (Non Oil 0,13 ton

    3. Minyak 0,02 ton

    2,50 tonJumlah

    PARAMETER BAKU

    KISARAN RATA-RATA MENLH

    1. BOD mg/l 8.200 - 35.000 21.280 250

    2. COD mg/l 15.103 - 65.100 34.720 500

    3. ISS mg/l 1.330 - 50.700 31.170 300

    4. Nitrogen Iota l mg/l 12 - 126 41 20

    5. Minyak dan Lema mg/l 190 - 14.720 3.075 30

    6. PH - 3,3-4,6 4.0 06-Sep

    No. SAT.LIMBAH CAIR

  • Hal. -12 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    3.2.2. Kandungan hara spesifik dari limbah kelapa sawit secara keseluruhan dapat kita lihat pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6 Kandungan hara limbah kelapa sawit

    No. Limbah Kelapa

    Sawit Kandungan atas dasar % berat kering

    N P K Mg Ca

    1. Batang pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,194

    2. -Pelepah 2,38 0,157 1,116 0,287 0,568 -Daun

    0,373 0,066 0,873 0,161 0,295

    3. Tandan Kosong 0,350 0,028 2,285 0,175 0,149

    4. Serat buah 0,320 0,080 0,470 0,020 0,110 5. Cangkang

    0,330 0,010 0,090 0,020 0,020

    3.2.3. Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

    Tabel 7 Kandungan Tandan Kosong, Serat dan Cangkang

    Abu hasil pembakaran Kandungan hara (%)

    P K Ca

    Tandan kosong 1,25 - 2,18 24,9 - 33,2 5,4

    Serat dan cangkang 1,74 - 2,61 16,6 - 24,9 7,1

    3.2.4. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar atau kualitas penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri, karena selain corak kayunya unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus. Sehingga batang kelapa sawit ini layak disejajarkan dengan kayu komersial lain yang harganya lebih mahal. Beliau juga mengatakan bahwa penggunaan resin dalam pengolahan batang atau kayu kelapa sawit sangat murah dan mudah digunakan dibandingkan dengan bahan impor yang umum digunakan dalam modifikasi kayu.

  • Hal. -13 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA

    SAWIT SEBAGAI BRIKET ARANG Konsep Zero Emissions seyogyanya dapat diterapkan pada Industri Kelapa sawit, karena konsep ini mempunyai falsafah dasar yang menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini, proses-proses industri akan menghemat sumber daya alam, memper-banyak ragam produk, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Zero Emissions menggambarkan perubahan konsep industri dari model linier dimana limbah dipandang sebagai norma, sistem terintegrasi yang memandang kepada nilai gunanya. Zero Emissions mengawali revolusi industri selanjutnya, dimana industri meniru siklus berkelanjutan alam dan manusia dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara terus menerus. Zero Emissions memperlihatkan keseluruhan input yang dipakai atau dicetak dalam produk akhir sehingga memiliki nilai tambah sebagai input untuk industri atau proses lain. Dengan cara ini, industri akan mengorganisasikan kembali sistemnya menjadi "kelompok-kelompok" yang akan menerima masukan produk sampai atau limbah yang dihasilkan proses sebelumnya. Secara keseluruhan proses ini menjadi proses yang terintegrasi tanpa limbah.

    Ilustrasi yang terlihat pada Gambar 5 dan 6 dibawah ini dapat menggambarkan perbedaan linear konvensional dengan model Zero Emissions.

    Dari sudut pandang lingkungan, konsep eliminasi limbah Zero Emissions merupakan solusi akhir dari permasalahan pencemaran yang mengancam ekosistem baik dalam skala lokal maupun dalam skala global. Selain itu, penggunaan maksimal bahan mentah yang dipakai dan sumber-sumber yang terbaharui (renewable) menghasilkan keberlanjutan (sustainable) penggunaan sumber daya alam dan penghematan (efisiensi) terutama bagi limbah yang masih mempunyai nilai ekonomi.

  • Hal. -14 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Gambar 5 Model Linier Konvensional

    Gambar 6 Model Zero Emissions.

    Bahan baku Input Industri

    Outpu

    t

    poluta

    n

    limbah

    Produk

    Sumber Daya Alam

    (Bahan Baku) Eco-products

    Industri III

    (Proses III)

    Industri I

    (Proses I)

    Industri II

    (Proses II)

  • Hal. -15 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Aplikasi Zero Emissions pada Industri Kelapa Sawit berarti meningkatkan daya saing dan efisiensi karena semua sumber daya digunakan secara maksimal yaitu memproduksi lebih banyak dengan dengan bahan baku yang lebih sedikit, oleh sebab itu Zero Emissions dapat dipandang sebagai suatu standar efisiensi. Kegiatan kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat memungkinkan penerapan konsep Zero Emissions, dimana hampir semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali mulai dari pelepah sampai limbah cair. Penggunaan bahan baku secara maksimal berarti penciptaan industri baru dan lapangan kerja sejalan dengan meningkatnya produktivitas, dan mendukung usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengurangi kemampuan produksi sumber daya alam bagi generasi dimasa depan. Secara garis besar, penerapan konsep Zero Emissions ini akan menyebabkan perubahan pola industrialisasi menjadi:

    1. Lebih peduli lingkungan (eko product): Dengan mengefisienkan penggunaan bahan baku dan memaksimalkan nilai gunanya, secara otomatis, emisi gas, limbah padat dan cair ke lingkungan akan berkurang.

    2. Terciptanya lapangan kerja baru: Melalui proses siklus, limbah suatu proses menjadi input bagi proses lainnya dan seterusnya. Sehingga akan terjadi ekspansi dan diversifikasi industri, dimana dampaknya adalah munculnya ke-butuhan tenaga dan terciptanya lapangan kerja baru.

    Keuntungan perusahaan meningkat; Pergeseran paradigma dari share-holders menjadi stake-holders mengakibatkan suatu produk akan dikonsumsi jika memenuhi norma yang dipakai oleh konsumen. Penerapan konsep Zero Emissions akan meningkatkan daya saing produk tersebut, karena konsumen hijau akan memilih memakai produk-produk ramah lingkungan.

    Konsep Zero Emissions, yang hakekatnya sejalan dan merupakan kelanjutan pelaksanaan program Produksi Bersih yang

    merupakan bukti pengejawantahan pembangunan berwawasan lingkungan. Produksi Bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

    preventif dan terpadu yang perluditerapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produksi dengan tuJuan untuk mengurangi resiko

    terhadap manusia dan lingkungan. Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, karena Penerapan Produksi Bersih dapat:

    a. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi biaya terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

    b. Mencegah terJadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang aman.

  • Hal. -16 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    c. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam Jangka panJang melalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan energi).

    d. Mendukung prinsip "enviromental equity" dalam rangka pembangunan berke-lanJutan dimana kita harus memelihara lingkungan agar dapat diwariskan ke-pada generasi mendatang.

    Briket arang adalah yang diperoleh dengan membakar biomassa kering dengan sedikit udara (karbonasi). Biomassa adalah bahan organic yang bersal dari jasad hidup baik tumbuhan maupun hewan yang biasanya tidak dimanfaatkan dengan baik dan dianggap sebagai sampah dan sering dimusnakan dengan cara dibakar, perlu diketahui sumber energy biomassa mempunyai keuntungan antara lain :

    Energy dapat di manfaatkan secara terus menerus karena sifatnya yang renewable resource.

    Sumber energy ini relative tidak mengandung sulfur, sehingga tidak menyebabkan polusi udara sebagai manan yang terjadi pada bahan bakar fosil Pemanfaatan energy biomassa juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian, peternakan dan perkebunan.

    4.1. Limbah kepala sawit yang dapat dimanfaatkan untuk briket, antara lain :

    1. Cangkang atau batok Kelapa Sawit dapat dimanfaatkan untuk briket kerap dimanfaatkan oleh industri untuk bahan bakar berupa arang.

    2. Tandan Kosong Kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk briket dan biopelet

    3. Pelapah Kelapa Sawit dapat dimanfaatkan untuk briket dan biopelet

    4.1. 1. Cangkang atau batok Kelapa Sawit pengolahan briket

    Produk samping dari pengolahan kelapa sawit adalah cangkang sawit yang asalnya dari tempurung kelapa sawit. Cangkang sawit merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal.

  • Hal. -17 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Ditinjau dari karakteristik bahan baku, jika dibandingkan dengan tempurung kelapa biasa, tempurung kelapa sawit memiliki banyak kemiripan. Perbedaan yang mencolok yaitu pada kadar abu (ash content) yang biasanya mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh tempurung kelapa dan cangkang kelapa sawit. Cangkang kelapa sawit merupakan salah satu limbah industry sawit yang cukup banyak, serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi namun bila dibiarkan berserakan akan menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Pemafaatan cangkang kelapa sawit sebagai sumber energy berupa briket arang dapat memberikan keuntungan secara financial, juga akan membantu didalam pelestarian lingkungan. Selain itu pada cangkang kelapa sawit juga baik digunakan sebagai arang karena termasuk bahan berlignoselulosa yang berkadar karbon tinggi dan mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada kayu yang mencapai 1,4 g/ml. Sehingga karakteristik ini memungkinkan bahan tersebut baik untuk dijadikan arang yang mempunyai energy panas tinggi sebesar 20.093 kJ/Kg. Pemanfaatan limbah agaroindustri sebagai bahan baku briket dinilai strategis untuk mengantikan BBM yang saat ini melambung tinggi seperti minyak tanah yang sehari-hari digunakan oleh masyarakat ekonomi lemah. Briket yang di hasilkan dari arang cangkang kelapa sawit ini lebih rama linkungan karena tidak mengasilkan emisi gas beracun seperti NOx dan SOx. Proses produksi pembuatan briket cangkang kelapa sawit seperti berikut : a. Cangkang kelapa sawit, dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam

    dengan larutan NaOH, dengan lama perendaman 1 jam b. Setelah perendaman cangkang kelepa sawit selanjutnya ditiriskan dan

    dikeringkan Cankang sawit dimasukan kedalam kaleng pembakaran yang tahan panas dan tutup rapat.

    c. Lalu panskan selama 4 jam sampai cangkang kelapa sawit menjadi arang dan tidak menghasilkan asap lagi

    d. Setelah proses pengarangan selesai pengarangan dihentikan dan biarkan arang sampai menjadi dingin.

    e. Kemudian sediakan tepung kanji dan ditambahkan air f. Larutkan kanji tersebut diaduk dan dipanaskan diatas hot plate sambil

    ditambah air sampai terbentuk gel. g. Arang yang dihasilkan kemudian digiling dan diayak untuk mendapatkan

    arang denga ukuran 100 mesh h. Arang yang berukuran 100 mesh dicampr dengan perekat sampai benar-

    benar merata i. Campuran arang dan perekat dimasukan kedalam alat pencetak briket dan

    dicetak dengan hidrolik press 5 ton ditahan selama 5 menit j. Lalu briket di jemur dibawah sinar matahari selama 3 hari atau oven dengan

    susu 1050 c selama 5 jam.

  • Hal. -18 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    4.1.2. Tandan Kosong Kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk briket

    TKKS adalah limbah biomassa yang potensial sebagai sumber energi terbarukan. TKKS dapat digunakan sebagai bahan bakar generator listrik. Sebuah PKS (pabrik kelapa sawit) dengan kapasitas pengolahan 200.000 ton TBS/tahun akan menghasilkan sebanyak 44.000 ton TKKS (kadar air 65%)/tahun. Nilai kalor (heating value) TKKS kering adalah 18.8 MJ/kg, dengan efisiensi konversi energi sebesar 25%, dari energi tersebut ekuivalen dengan 2.3 MWe (megawatt-electric). TKKS dapat juga dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas walaupun proses pengolahannya lebih sulit daripada biogas dari limbah cair. Produksi puncak kelapa sawit per hektar sebesar 20-24 ton TBS per tahun, dengan asumsi setelah TBS ini diolah akan mengasilkan sisa TKKS 20% hingga 23% maka dihasilkan 4 hingga 5 ton/tahun TKKS setiap hektar kebun kelapa sawit. TKKS merupakan salah satu limbah industri minyak sawit yang jumlahnya cukup banyak dan mengandung serat yang cukup banyak serta sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini TKKS yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi (Padil dkk, 2011). TKKS saat ini hanya digunakan sebagai bahan bakar ketel pabrik minyak kelapa sawit, kompos, dan pupuk kalium. Namun pemanfaatan tersebut belum memberikan nilai tambah yang optimal. Menurut hasil penelitian sementara, 1 hektar kebun sawit akan menghasilkan sekitar 1,5 ton TKKS kering atau 2,64 ton TKKS (kadar air 50%) pertahun (Anonim, 2005 dalam Arganda Mulia, 2007). Saat ini TKKS mulai dimanfaatkan menjadi briket arang sebagai sumber energi terbarukan. Dengan teknologi yang relatif sederhana, pemanfaatan limbah padat menjadi briket arang merupakan suatu pilihan yang sangat realistis dan prospektif.

  • Hal. -19 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Alat pengukur kalor b. Alat pembakar c. Kompor d. Cetakan arang e. Alat tulis f. Kamera

    Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tandan kosong kelapa sawit, pengambilan bahan dilakukan di sekitar tanaman kelapa sawit yang ada di kampus fakultas pertanian universitas riau.

    Arang Hasil Karbonisasi Akan di berikan 3 perlakuan berbeda sebelum di lakukan pencetakan menjadi briket arang, sebelum diberikan perlakuan arang hasil pembakaran di tumbuk kemudian diberikan perlakuan sebagai berikut:

    B0 = Arang yang sudah di tumbuk dipisahkan dari ampas kasar tanpa di lakukan pengayakan.

    B1 = Arang yang sudah di tumbuk di haluskan dengan menggunakan ayakan 50 mesh.

    B2= Arang yang sudah di tumbuk di haluskan dengan menggunakan ayakan 70 mesh.

    TKKS di cincang kemudian dikering anginkan dengan suhu ruangan selama 3 hari, setelah kering angin bahan tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat awal sebelum dilakukan pembakaran atau karbonisasi. TKKS sawit dimasukkan ke dalam tungku untuk proses kabonisasi atau pembakaran selama 4 sampai 5 jam, kemudian dilakukan pendinginan selama l2 jam. Hasil karbonisasi kemudian dihaluskan sesuai perlakuan sebelum dilakukan pencetakan briket arang. Serbuk yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam cetakan briket arang, Setelah pencetakan arang di masukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan atau menurunkan kadar air dari briket arang tersebut, proses pengeringan di dalam oven di lakukan selama 12 jam, kemudian briket di keluarkan untuk di dinginkan dengan suhu ruangan. Briket arang sudah siap untuk diuji dan dianalisis

  • Hal. -20 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Gambar : Diagram Proses Pembuatan Briket Arang

    4.1.3. Pelapah Kelapa Sawit dapat dimanfaatkan untuk briket

    Pelepah merupakan salah satu biomassa limbah perkebunan yang cukup banyak dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit. Umumnya limbah pelepah kelapa sawit dibiarkan begitu saja membusuk tanpa ada perlakuan pengolahan lebih lanjut. Pelepah kelapa sawit mengandung selulosa sebesar 40,96 % (saswono, 2010). Kandungan selulosa yang cukup tinggi tersebut merupakan suatu potensi agar pelepah sawit dapat diolah lebih lanjut sehingga hasil yang diperoleh mempunyai manfaat dengan aplikasi dan nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan manfaat pelepah kelapa sawit adalah dengan mengolahnya menjadi briket arang.

  • Hal. -21 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat pengukur kalor (bomb kalorimeter), alat pembakar (tabung destilasi), kompor, cetakan arang, alat tulis, dankamera (untuk dokumentasi). Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian adalahpelepah kelapa sawit. Pengambilan bahan dilakukan di sekitar tanaman kelapa sawit yang ada di Kampus Fakultas Pertanian Universitas Riau. Metode pengumpulan data menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dimana arang hasil karbonisasi akan di berikan 3 perlakuan berbeda dan 5 kali ulangan dan berarti akan menggunakan briket arang sebanyak 15 briket, namun sebelum dilakukan pencetakan menjadi briket arang, sebelum diberikan perlakuan arang hasil pembakaran ditumbuk kemudian diberikan perlakuan sebagai berikut:

    1. B0 = Arang yang sudah di tumbuk dipisahkan dari ampas kasar tanpa dilakukan pengayakan.

    2. B1 = Arang yang sudah ditumbuk, dihaluskan dengan menggunakan ayakan 50 mesh.

    3. B2= Arang yang sudah ditumbuk, dihaluskan dengan menggunakan ayakan 70 mesh.

    Pelepah kelapa sawit dicincang kemudian dikering anginkan dengan suhu ruangan selama 3 hari, setelah kering angin bahan tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat awal sebelum dilakukan pembakaran atau karbonisasi. Bahan baku diambil langsung dari pokok kelapa sawit, pelepah yang digunakan adalah pelepah yang sudah kering dan sudah dipotong dari batangnya, dengan kata lain menggunakan limbah pasca panen dari kebun kelapa sawit. Pelepah kelapa sawit dimasukkan ke dalam tungku untuk proses kabonisasi atau pembakaran hingga menjadi arang, kemudian dilakukan pendinginan selama l2 jam. Hasil karbonisasi kemudian dihaluskan sesuai perlakuan sebelum dilakukan pencetakan briket arang. Proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian biomassa (lysis) menjadi panas (pyro) pada suhu lebih dari 1500C. Proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer (Abdullah, dkk 1991). Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983). Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai bakar dari bioarang, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah) (Sudrajat, 1983). Kurniawan dan Marsono (2008) menyatakan perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan dan di pasar. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem perangko dan kertas. Cara membuatnya sangat mudah, yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka dengan air, lalu dididihkan diatas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus-menerus agar tidak menggumpal. Warna tepung yang

  • Hal. -22 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    semula putih akan berubah menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di tangan. Tekanan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri kepermukaan bahan. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat kepermukaan yang belum terkena perekat (Kirana, dalam Agussalim 1995). Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan dilakukan terhadap briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat diuapkan, sehingga tidak mengganggu pada saat briket di bakar (Widayanti, 1995). Penguapan ini terhenti bila tingkat kebasahan permukaan sama dengan tingkat kebasahan udara disekelilingnya. Tidak ada lagi sejumlah energi yang berpisah atau berpindah dari luar ke dalam atau sebaliknya. Namun meskipun bahan telah dikeringkan hingga mencapai kadar air yang minimum, kadar airpun akhirnya bisa meningkat lagi bila kontak dengan media/udara yang kebasahannya tinggi untuk menjadi seimbang. Keadaan ini di sebut kadar air kesetimbangan (Widayanti,1995).

  • Hal. -23 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    GAMBARAN ASPEK BISNIS DAN

    PEMASARAN

    Di Asia-Pasifik, dalam tiga dekade terakhir konsumsi dari kayu bakar dan arang menunjukkan peningkatan sampai 83%.

    Pada tahun 2010, total konsumsi kayu bakar dan arang di daerah Asia Pasifik sebesar 930 juta meter kubik.

    Selain digunakan untuk sumber energi, arang juga digunakan untuk bahan industri (activated carbon), pertanian (untuk meningkatkan kesuburan tanah dan suplemen bahan makanan untuk ternak) dan untuk mengatasi polusi (filter udara, deodoran, dsb.)

    Di pasar domestik Jepang, pada saat ini 60% dari total konsumsi arang Jepang dipenuhi oleh impor dari negara-negara Asia Tenggara sebesar 160.000-170.000 ton/th. Negara eksportir terbesar untuk pasar domestik arang di Jepang adalah Cina, Indonesia, Philipina, dan Malaysia.

    Terdapat kecenderungan potensi impor arang Jepang terus berkembang dengan peningkatan sebesar 15% per tahunnya.

    Untuk dalam negeri dapat dipergunakan sebagai pengganti batu bara dan tabung gas elpiji 3 kg.

    Selain digunakan untuk sumber energi, arang juga digunakan untuk bahan industri

    (activated carbon), pertanian (untuk meningkatkan kesuburan tanah dan suplemen bahan makanan untuk ternak) dan untuk mengatasi polusi (filter udara, deodoran, dsb.)

    Di pasar domestik Jepang, pada saat ini 60% dari total konsumsi arang Jepang dipenuhi oleh impor dari negara-negara Asia Tenggara sebesar 160.000-170.000 ton/th. Negara eksportir terbesar untuk pasar domestik arang di Jepang adalah Cina, Indonesia, Philipina, dan Malaysia.

  • Hal. -24 INSTASI TERKAIT

    USULAN PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT MENJADI BRIKET SEBAGI

    ENERGI ALTERNATIF (TANGKOS, CANGKANG & PELEPAH)

    Draft Proposal

    Terdapat kecenderungan potensi impor arang Jepang terus berkembang dengan peningkatan sebesar 15% per tahunnya.

    Kualitas produk kelas A atau B (50 ton/hari) dan kelas C (10 ton/hari), dengan kandungan karbon di atas 70%.

    Bentuk briket : octagonal dengan lubang di tengah

    Dimensi ukuran : tinggi x diameter = 20-25 cm x 5 cm.

    Berat briket : 700 gr/batang

    Kemasan : box karton ukuran 8 kg

    GAMBARAN ASPEK MANAJEMEN

    DAN TENAGA KERJA Struktur organisasi yang direncanakan adalah organisasi garis (flat). Sistem ini

    dipilih karena bentuknya yang sederhana sehingga cocok untuk perusahaan atau pabrik yang relatif kecil dan jumlah tenaga kerja tidak terlalu banyak.

    Pada pucuk pimipinan akan dipimpin oleh Dewan Komisaris dan Direksi yang bertanggungjawab pada RUPS. Operasional perusahaan akan dijalankan oleh Direktur Utama yang dibantu oleh Direktur Produksi dan Direktur Keuangan. Direktur membawahi manajer pengembangan usaha, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer akuntansi, dan manajer personalia.

    Perhitungan proyeksi neraca terjadi peningkatan aktiva dan atau pasiva secara bertahap, dengan jumlah kewajiban yang semakin berkurang hingga habis. Pada sisi lain, proyeksi arus kas telah menunjukkan aliran kas netto (bersih) yang sangat berfluktuatif setiap tahun.

    Membuka Lapangan Kerja Baru untuk skala Industri.

    Arang briket ini dapat digunakan berbagai macam iklim, baik bisnis/perekonomian nasional, kebijakan pemerintah, maupun kebijakan perusahaan.

    Ketersediaan bahan baku, lahan, dan prasarana pendukung sangat memadai.

    Pemasaran produk arang briket dijamin dengan adanya peningkatan permintaan secara konstan di negara-negara maju.