Upload
david-chaztelo
View
64
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kurnia mega
Citation preview
FENOMENA MUNCULNYA ALKOHOLISME
DI KALANGAN MAHASISWA
SKRIPSI
KURNIA MEGA HAPSARI
03.40.0216
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007
ii
FENOMENA MUNCULNYA ALKOHOLISME
DI KALANGAN MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
KURNIA MEGA HAPSARI
03.40.0216
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007
iii
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Psikologi Katolik Soegijapranata Semarang
dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Pada Tanggal:
9 Juni 2007
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,
(Drs. M. Suharsono, MSi)
Dewan Penguji :
1. DR. Y. Bagus Wismanto, MS …………………..
2. Dra. Lucia Hernawati, MS …………………...
3. Siswanto, S.Psi, MSi …………………...
iv
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk
Kemuliaan Allah, Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Sekaligus merupakan hadiah yang dapat kuberikan untuk
(Alm) Eyang kakung , Bapak dan Ibu tercinta, seluruh keluargaku, serta
teman-teman seperjuanganku dan orang-orang yang
kusayangi
v
MOT T O
““JJaannggananllaah h hheennddaakknnyya a kkaamu mu kkuuaattiir r tteennttaanng g aappaappuun jun juggaa, ,
tteettaapi pi nnyyaattaakkaannllaahh ddaallaam m sseeggaalla a hhaal l kkeeiinnggiinnaannmu mu kkeeppaadda a
AAllllaah h ddaallaam m ddooa a ddaan n ppeermrmohoohonnaan n ddeennggan uan uccaappan an sysyuukkuurr””
(F(Fiillipi ipi 44::66))
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, atas
berkat, kasih dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan studi serta
penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terwujud atas
kehendakNya, usaha dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak.
Cinta, dedikasi dan kerja keras dari banyak telah tercurah dalam
pembuatan skipsi ini , bahagia sekali melalui kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tiada
hingga kepada :
1. Bapak Drs. M. Suharsono, Msi selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan
perhatian dan ijin untuk melakukan penelitian ini.
2. Bapak Siswanto, S.Psi, Msi selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah meluangkan banyak waktu, pemikiran dan
tenaganya untuk memberikan bimbingan dan dukungan moril kepada
peneliti.
3. Ibu Augustina Sulastri, S.Psi, Psi selaku dosen wali yang telah
membimbing, memberi nasehat dan mendampingi peneliti dari awal
masuk perkuliahan sampai akhirnya peneliti bisa menyelesaikan
pembuatan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang yang telah mendidik, memberi keteladanan
dan inspirasi serta ilmunya kepada peneliti.
vii
5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan air mata, cucuran
keringat, cinta, kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan selama
peneliti dari kecil sampai sekarang ini.
6. Adik-adikku “Ndut”, Thomas dan Adi yang telah menjadi motivator
peneliti untuk berusaha mengejar impian agar bisa membahagiakan
kalian.
7. (Alm) Eyang Iskandar yang telah melindungi dan menjaga peneliti
dari surga serta menjadi semangat peneliti untuk menyelesaikan studi.
8. Seseorang yang selalu dekat di hati peneliti “Nduty” terimakasih telah
menjadi tempat berharap dan bersandar dan untuk sebentuk cinta,
perhatian yang hadir dengan keceriaan dan tangisan sehingga peneliti
mampu merasakan arti sayang itu.
9. Mama Wiek dan Budhe Tri yang dengan tulus dan terbuka menerima
peneliti dengan kasih sayang dan nasehat-nasehatnya selama ini.
Terima kasih pula telah menjadi orang tua kedua bagi peneliti.
10. Sahabat-sahabatku Arum “MW”, Nyunyikk, Cristi, Te’I, Disa yang
telah menemani dan selalu setia saat peneliti sedih. Terima kasih atas
cinta dan kasih yang kalian berikan selama ini. Semoga kita akan
menjadi teman yang saling menyanyangi meskipun nantinya kita akan
berpisah “prend poreper dah.. ”.
11. Sahabatku Anoook “My Kualitatif Bestfriend” yang menjadi teman,
sahabat dan saudara sejak peneliti ada di Semarang. Terima kasih
untuk semua perhatian dan kebersamaan kita.
viii
12. Mpok’ Elice yang telah rela hati meminjamkan buku PINK nya
kepada peneliti dan dengan tulus memberikan saran dan masukan yang
berharga bagi peneliti. “makasih ya mpok..buku saktinya”.
13. Mbak Nana, Titi Sweety “teman gila ku” dan Mika yang telah dengan
tulus memberi semangat yang mampu menguatkan peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
14. Anak Kost 36 , Dina, Bu Erna, Mitha, Rosa, Mbak Ganik, Angel serta
pak Pari yang telah memberikan warna dalam kehidupan peneliti.
Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.
15. Anak-anak fasilitator character building Kiduloji, Ce’ Arum, Bang
Atha, ko’ Iwan, Mas Nanda “kroto”, Arsen, Eq, Omen yang telah
memberikan kasih dan pengalaman kerja yang berharga bagi peneliti.
Terima kasih atas kebersamaan yang indah dan tidak akan terlupakan.
16. Anak-Anak Tim Pelayanan Kaum Muda Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang terutama anak-anak lapis hijau “gambus”
yang telah dengan tulus menerima dan memberikan pengalaman yang
indah dan berharga bagi peneliti.
17. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata, terutama mas Inang, mbak Ike dan mbak Tatik atas
dukungan dan kerjasamanya dengan peneliti selama ini.
18. Seluruh subyek-subyek peneliti, F.A.P, B.P.T, P.F.Y.C.P, F.P.C.A
terima kasih untuk kerja sama dan pengalaman yang luar biasa yang
mau dibagikan sehingga peneliti biasa menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
ix
19. Yang terakhir untuk siapapun khususnya angkatan 2003 Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang dekat di
hati, yang mengulurkan tangan untuk persahabatan dan
menguatkannya dengan sapaan serta membantu dalam proses
pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
di sini.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Berkat dan RahmatNya
kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
peneliti dan semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Mei 2007
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv
HALAMAN MOTTO................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR MATRIK ................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B Tujuan Penelitian ................................................................ 11
C. Manfaat Penelitian............................................................... 12
1. Manfaat Teoritis .............................................................. 12
2. Manfaat Praktis ............................................................... 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 13
A. ALKOHOLISME................................................................ 13
1. Pengertian Alkoholisme .................................................. 13
2. Tahap-Tahap Alkoholisme .............................................. 14
3. Tipe-tipe Alkoholisme .................................................... 17
4. Ciri- ciri Penderita Gangguan Alkohol ........................... 20
5. Faktor-Faktor Penyebab Alkoholisme ............................. 21
xi
6. Efek dari Penggunaan Alkohol........................................ 27
B. MAHASISWA.................................................................... 29
1. Pengertian Mahasiswa..................................................... 29
C. Dinamika Munculnya Alkoholisme di Kalangan Mahasiswa. 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 34
A. Metode Penelitian yang digunakan ...................................... 34
B. Subyek Penelitian................................................................ 37
C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 38
1. Observasi ........................................................................ 39
2. Wawancara...................................................................... 40
D. Metode Analisis Data…………………………………………41
E. Uji Kesahihan dan Keandalan……………………………….. 42
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ....................... 43
A. Observasi dan Wawancara Awal…………………………….. 43
B. Perijinan ……………… ...................................................... 43
C. Kancah Penelitian................................................................ 44
D. Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 45
E. Hasil Penelitian ................................................................... 45
1. Kasus 1............................................................................ 45
2. Kasus 2............................................................................ 71
3. Kasus 3............................................................................ 101
4. Kasus 4............................................................................ 129
BAB V PEMBAHASAN........................................................................ 154
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 186
A. Kesimpulan ......................................................................... 186
xii
B. Saran ................................................................................... 189
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 191
LAMPIRAN .................................................................................... 193
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Efek Jangka Panjang Penggunaan Alkohol ........................ 27
Tabel 2 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 1 ......................................... 66
Tabel 3 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 2 ......................................... 96
Tabel 4 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 3 ......................................... 124
Tabel 5 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 4 ......................................... 149
Tabel 6 : Tabel Intensitas Tema Antar Subyek ........................................... 154
xiv
DAFTAR MATRIK
Matrik 1 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 1 ........... 68
Matrik 2 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 2 ........... 98
Matrik 3 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 3 ........... 126
Matrik 4 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 4 ........... 151
Matrik 5 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme keseluruhan Subyek . 175
xv
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme ................................. 33
Skema 2 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 1................... 70
Skema 3 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 2.................. 100
Skema 4 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 3.................. 128
Skema 5 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 4.................. 153
Skema 6 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Keseluruhan Subyek . 185
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ............................................................ 194
Lampiran 2 : Pedoman Observasi .............................................................. 197
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian ............................................................... 198
Lampiran 4 : Surat Bukti Penelitian............................................................ 199
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara ........................................................... 205
Subyek 1 : ............................................................................ 205
Subyek 2 : ............................................................................ 218
Subyek 3 : ............................................................................ 240
Subyek 4 : ............................................................................ 253
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan zat psikoaktif terutama untuk alkohol dan obat-
obatan terlarang selalu menjadi persoalan yang serius sejak dahulu.
Sepintas terlihat bahwa pemakaian NAPZA (narkotika, psikotropika,
dan zat aditif lainnya) khususnya alkohol terjadi hampir merata di
semua lapisan masyarakat baik dari kalangan pelajar, mahasiswa,
bahkan sampai eksekutif muda. Penyalahgunaan alkohol tersebut
menjadi masalah yang cukup meresahkan, karena banyaknya
permasalahan yang ditimbulkan baik masalah kesehatan maupun
masalah sosial. Apalagi semakin banyak kasus-kasus pemakaian
alkohol dikalangan anak muda menjadi kekawatiran tersendiri bagi
orang tua maupun masyarakat
Berdasarkan penelitian WHO di empat belas negara yang
mencakup 25.916 pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan primer,
3,3% diantaranya adalah pengguna alkohol dengan taraf yang
merugikan (harmful use of alcohol) dan 2,7% dengan ketergantungan
alkohol. Selain itu di dunia terdapat 1.100 juta orang ketergantungan
nikotin dan 250 juta orang yang ketergantungan alkohol dan jumlah ini
akan meningkat setiap tahunnya (Atma nan Jaya, 1998, h.39).
Penelitian yang dilakukan oleh Smart dan Murray tentang
penggunaan zat psikoaktif di 152 negara, menyatakan bahwa
penggunaan zat psikoaktif yang menjadi masalah terberat paling
2
banyak dijumpai di negara-negara berkembang (Jurnal Psikologi,
2000, h.23). Jumlah pengguna zat psikoaktif ini dari tahun ke tahun
terus meningkat berdasarkan angka resmi yang dikeluarkan
pemerintah yaitu sebesar 130.000 pada tahun 1995. Meskipun pada
kenyataanya jumlahnya jauh lebih besar. Jumlah dalam kenyataannya
kemungkinan dapat lebih besar 10 kali lipat dari angka resminya
(http/www.klinikpria.com/alkoholisme).
Gangguan penggunaan zat psikoaktif (narkotika, alkohol maupun
zat adiktif lainnya) baik yang masih dalam taraf penyalahgunaan
maupun sudah pada taraf ketergantungan merupakan suatu manifestasi
gangguan jiwa, bentuk penyimpangan perilaku dari norma-norma yang
umumnya berlaku pada berbagai kebudayaan di dunia. Sebagian besar
dari orang yang mengalami gangguan penggunaan zat tergolong
remaja dan dewasa muda, seperti yang telah dilaporkan oleh Husin
(1989) bahwa dari pasien yang datang berobat di rumah sakit
ketergantungan obat dan alkohol sebagian besar adalah laki-laki (94%)
dan dalam golongan usia 16-25 tahun (71%) (Jiwa Majalah Psikiatri,
1995, h.101).
Istilah “alkohol” sebenarnya ditujukan pada sekelompok besar
molekul organik yang memiliki gugus hidroksil (- OH) yang melekat
pada atom karbon jenuh. Etil alkohol, juga disebut etanol, adalah
bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut sebagai alkohol
minuman. Rasa, bau, dan karakteristik dari berbagai minuman yang
mengandung alkohol disebabkan oleh metode pembuatannya, yang
menghasilkan berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa
3
termasuk metanol, butanol aldehida, fenol, tannis, dan sejumlah kecil
berbagai logam terkandung dalam minuman beralkohol dan
menyebabkan suatu efek psikoaktif (Kaplan dan Sadock, 1997, h.596).
Sedangkan pengertian dari minuman beralkohol itu sendiri adalah
minuman yang terbuat dari bahan alami yang dihasilkan dari reaksi
fermentasi gula, buah-buahan dan spora. Banyak individu
menggunakan minuman beralkohol dalam frekuensi tetap dan tidak
berlebihan (Yatim,1983, h.28). Namun secara medis, minuman
beralkohol merupakan salah satu obat penenang yang digunakan untuk
merangsang istirahat dan bersantai-santai atau pengendoran atau
relaksasi atau tidur, mengurangi atau menghilangkan kecemasan,
meredakan kejang-kejang urat atau ketegangan. Hal ini juga senada
dengan pendapat Kaplan dan Sadock yang menyatakan bahwa
penyalahgunaan alkohol terjadi pada mereka yang mengalami
gangguan psikologi (kejiwaan) yaitu berupa ketegangan, kecemasan,
depresi, perasaan ketidakwajaraan, dan hal-hal lain yang tidak
menyenangkan (Hawari, 2000, h.45).
Berbeda dengan pendapat diatas, menurut pendapat orang-orang
awam minuman beralkohol adalah minuman yang dapat meningkatkan
potensi seseorang karena dapat berfungsi sebagai stimultan, yaitu
dapat menyegarkan, dan menghangatkan tubuh. Namun pada
hakekatnya stimultan tersebut hanya berlangsung sementara saja.
Akibat langsung sesudah itu adalah terjadi penekanan terhadap
susunan syaraf pusat yang menimbulkan rasa dingin di tubuh,
sehingga dapat menimbulkan rasa lesu dan mengantuk. Efek
4
penekanan terhadap susunan syaraf pusat tersebut dapat berlanjut terus
sampai ke selaput otak yang mengendalikan perilaku seseorang.
Keadaan demikian ini yang biasa disebut dengan mabuk (Mandagi,
Wresniwiro, dan Sumarma, 1996, h. 254).
Efek yang akan ditimbulkan oleh alkohol secara nyata akan
sangat berpengaruh pada kesehatan dan perilaku pengguna alkohol.
Salah satu efek alkohol adalah pada otak. Alkohol mempunyai efek
pada membran neuron yang akan menyebabkan meningkatnya
fluiditas membran (pada penggunaan jangka pendek) dan membran
menjadi kaku (pada penggunaan jangka panjang). Selain efek pada
otak alkohol juga mempunyai efek yang merugikan pada hati.
Penggunaan alkohol walaupun singkat akan menyebabkan gangguan
hati yang berkaitan dengan akumulasi lemak dan protein sehingga
menyebabkan perlemakan hati yang secara pemeriksaan fisik muncul
pembesaran pada hati (Kaplan dan Sadock, 1997, h.598).
Selain merusak kesehatan secara fisik kebiasaan minum-
minuman beralkohol dapat menimbulkan gangguan kepribadian
seperti menjadi mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan,
menjadi terganggu sehingga sering menunjukan kecenderungan marah
dan sikap agresi. Apabila kadar alkohol pada BAC (blood alcohol
concentration) 0,10 persen maka akan menyebabkan ganguan pada
fungsi motorik dan sensorik sehingga bicara menjadi melantur dan
mengalami kesulitan koordinasi serta akan cenderung melakukan
agresi. Akibat dari minum-minuman keras juga akan menekan pusat
pengendalian diri sesorang, sehingga yang bersangkutan menjadi
5
berani dan agresif, karena keberaniannya dan keagresifan serta
tertekannya pengendalian diri tersebut seseorang cenderung
melakukan gangguan kamtibmas baik dalam bentuk pelanggaran
norma-norma dan sikap moral bahkan tidak sedikit melakukan
tindakan pidana atau kriminal. Tindakan kekerasan akibat dipacu oleh
miras dapat mengakibatkan cedera, cacat hingga kematian (Atkinson,
2000, h.370).
Ilustrasi statistik di Amerika menyatakan bahwa setiap tahun
tidak kurang dari 25.000 jiwa mati akibat kecelakaan lalu lintas karena
pengemudi dibawah pengaruh miras. Tindakan kekerasan termasuk
pembunuhan dan bunuh diri akibat pengaruh minuman keras mencapai
15.000 jiwa setiap tahun di Amerika Serikat. Empat puluh juta anak
suami atau isteri menanggung derita mental, manakala salah satu
anggota keluarganya menderita ketergantungan miras dan setiap tahun
terdapat lima ratus kasus tindak kekerasan yang berkaitan dengan
pemakaian miras (Atlit, 1997, h. 89).
Proses awal minum adalah mencoba sedikit, dari mencoba
tersebut kemudian berkelanjutan sampai pada akhirnya orang akan
merasakan enak dan enak sehingga ketagihan. Biasanya orang yang
ketagihan karena mencoba minuman beralkohol akan menjadi seorang
alkoholik dan akan berkembang ke arah alkoholisme. Tahun-tahun
minum puncak bagi sebagian besar orang adalah antara usia 16 dan 25
tahun. Pada akhir 20-an dan awal 30-an rata-rata peminum
menurunkan konsumsi alkoholnya. Sebaliknya alkoholik
mempertahankan atau meningkatkan pola minumnya dan mengalami
6
masalah kehidupan terkait alkohol selama masa tersebut. Alkoholik
rata-rata mencari bantuan pada awal usia 40-an setelah satu dasawarsa
mengalami kesulitan. Jika masalah alkohol berjalan, orang itu
kemungkinan meninggal 15 tahun lebih awal dibandingkan harapan
hidup populasi umum. Orang yang mengalami ketergantungan
psikologis dengan alkohol yang secara habitual (kebiasaan)
mengunakan alkohol untuk mengatasi stres dan kecemasan memiliki
kecenderungan untuk menjadi alkoholik. Mereka mudah terjebak
dalam lingkaran setan. Dengan berpaling pada saat mereka mengalami
masalah, mereka menangani masalah secara tidak afektif. Sebagai
akibatnya mereka bahkan merasa lebih cemas dan tidak berdaya dan
mengkonsumsi lebih banyak alkohol untuk memperkuat harga diri
mereka (Atkinson, 2000, h.372).
Alkoholik sangat berkaitan dengan alkoholisme yang umumnya
mencakup ketidakmampuan untuk menghindari alkohol (absistensi)
(perasaan bahwa anda tidak dapat hidup tanpa alkohol) atau tidak
adanya kendali (ketidak mampuan untuk berhenti setelah satu atau dua
kali minuman) (Atkinson,2000, h.373). Alkoholisme adalah penyakit
menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk minum lebih
daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan
minum minuman keras dan terus meminum minuman keras walaupun
dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.
Alkoholisme merupakan masalah yang sering terjadi pada penggunaan
alkohol, hampir 8% orang dewasa di amerika serikat menjadi
alkoholisme saat mereka menggunakan zat psikoaktif ini. Pria 4 kali
7
lebih sering menjadi seorang alkoholik (pecandu alkohol)
dibandingkan wanita. Lebih banyak laki-laki daripada wanita yang
menggunakan alkohol dan rasio diagnosis gangguan yang
berhubungan dengan alkohol pada laki-laki dan wanita adalah 2
berbanding 1 atau 3 berbanding 1. Berbeda dengan perjalanan
gangguan berhubungan dengan alkohol yang dapat diperkirakan pada
laki-laki perjalannan gangguan pada wanita biasanya bervariasi. Onset
penyalahgunaan alkohol biasanya lebih lambat pada wanita
dibandingkan pada laki-laki (Kaplan dan Sadock, 1997, h. 291).
Begitu banyak faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme
ini. Dalam berbagai kasus yang sering muncul, faktor genetik (biologi)
dan faktor pembelajaran dari orang lain sangat menentukan seseorang
itu akan menjadi seorang alkoholik atau tidak. Dalam sebuah
penelitian diperoleh hasil bahwa 58,36 % kasus alkoholik disebabkan
karena adanya pengaruh teman sebaya yang memberikan tekanan pada
seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu
(http/www.klinikpria.com/alkoholisme). Pergaulan bebas dan
konformitas yang semakin tinggi menyebabkan perilaku alkoholisme
terus berkembang dan semakin meluas, karena pengaruh inilah semua
kelompok usia bisa memiliki perilaku alkoholisme. Saat ini banyak
anak-anak dan orang dewasa memiliki masalah alkoholik dengan
konsekuensi yang mengerikan.
Namun meskipun banyak yang mengetahui efek dari pengunaan
alkohol kebiasaan untuk mengkonsumsi alkohol (alkoholisme) tidak
banyak mengalami penurunan. Bahkan dikalangan mahasiswa
8
kebiasaan mengkonsumsi alkohol semakin tinggi. Sebuah survei
mengenai kebiasaan menggunakan zat psikoaktif terhadap 517
mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Jakarta pada tahun 1996 oleh
Joewana, Roan, dan Salan menunjukan bahwa 44,10% responden
merokok tembakau, 14,54% mempunyai kebiasaan minum alkohol,
3,87% mempunyai kebiasaan minum hipnotika, 3,29% makan ekstasi,
8,12% merokok ganja, dan 3,48% menggunakan heroin (Atma nan
Jaya, 1998, h.39). Hasil ini menunjukan bahwa alkohol menduduki
peringkat kedua zat psikoaktif yang dikonsumsi oleh mahasiswa.
Sedangkan berdasarkan gambaran dari pengguna zat psikoaktif
terutama alkohol yang dirawat di bagian psikiatri RS. Dr. Hasan
Sadikin dapat diketahui bahwa dari tahun 1989 sampai 1990 jumlah
pasien yang dirawat menggalami peningkatan sebesar 3% setiap
tahunnya. Pasien yang berstatus mahasiswa dari tahun 1989 sampai
tahun 1998 meningkat 21,4% yaitu dari tidak ada pasien dengan
gangguan alkohol sampai ada 3 orang yang masuk karena gangguan
alkohol. Selama satu tahun jumlahmya meningkat sebanyak 42,2%
yaitu sekitar 7 orang pada tahun 1999 ( Jurnal Psikologi, 2000, h.29).
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol juga banyak terjadi pada
mahasiswa di kota Semarang, dimana berdasarkan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti terlihat mulai banyak muncul kasus-kasus
alkoholisme dikalangan mahasiswa di kota Semarang. Hampir setiap
hari mahasiswa yang mengalami alkoholisme mengkonsumsi alkohol
dan mengadakan pesta alkohol ditempat-tempat kost bahkan ada
9
beberapa mahasiswa yang sampai menjadi penjual minuman
beralkohol.
Sebagai contoh, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap salah satu mahasiswa di perguruan tinggi swasta di semarang
yang berusia 21 tahun muncul kecenderungan bahwa mahasiwa
tersebut adalah seorang alkoholik yang mengarah kepada alkoholisme.
Menurut mahasiswa tersebut, dalam beberapa bulan yang lalu setiap
harinya dia harus mengkonsumsi alkohol. Apabila dia tidak
mengkonsumsi alkohol maka tubuhnya akan merasa sangat lemas dan
terasa seperti “dipukuli”. Mahasiswa tersebut sampai mengatakan
bahwa lebih baik tidak makan daripada dia tidak minum alkohol sama
sekali.
Proses seseorang menjadi seorang alkoholik (alkoholisme) tidak
berlangsung begitu saja. Alkoholisme akan muncul apabila terjadi pola
minum yang berat. Banyak faktor penyebab terjadinya
penyalahgunaan zat yang berlanjut pada ketergantungan zat
(alkohol). Namun dalam Sinopsis Psikiatri ( Kaplan dan Sadock, 1997,
h.582) ketergantungan terhadap zat selalu berawal dari
penyalahgunaan zat yang kemudian berlanjut pada perilaku mencari
zat itu. Ketergantungan akan mulai muncul saat seseorang mengalami
perilaku mencari zat (alkohol). Setelah keinginan untuk minumnya
selalu dapat terpenuhi maka seseorang akan mengalami
ketergantungan pada alkohol dan akan menunjukan gejala-gejala
alkoholisme.
10
Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada
alkohol mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa
yang mengalami alkoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif
kurang baik, meskipun mahasiswa tersebut sebenarnya mempunyai
potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut terjadi karena
biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman beralkohol pada malam
hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa
mengikuti kuliah karena efek alkohol yang masih dirasakan
mengganggu aktifitas mahasiswa tersebut untuk mengikuti kuliah.
Rasa pusing dan kantuk yang masih dirasakan membuat mahasiswa
tersebut tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti kuliah.
Mahasiswa yang mengalami alkoholisme biasanya mempunyai
orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa. Hal-hal
yang diprioritaskan pada mahasiswa yang mengalami alkoholisme
biasanya adalah kesenangan dan keinginannya untuk bisa minum
alkohol. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa yang
mengalami alkoholisme biasanya lebih senang berkumpul dengan
mahasiswa yang juga mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal-hal
yang dibicarakan juga tidak jauh dari hal-hal yang berhubungan
dengan minuman beralkohol.
Mahasiswa mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar
terhadap orang tua dan lingkungannya. Seorang mahasiswa seharusnya
sudah mampu menggontrol perilakunya. Hal itu berkaitan dengan
tugas perkembangan seorang mahasiswa yang berada dalam tahap
dewasa dini. Dimana di dalam tahap ini mulai terjadi perubahan minat.
11
Remaja umumnya mempertahankan minat-minat mereka sewaktu
beralih ke masa dewasa. Tetapi minat pada masa dewasa kemudian
akan berubah juga. Hal ini disebabkan karena beberapa minat yang
dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak sesuai dengan peran
sebagai orang dewasa (Hurlock, 1980, h.253). Apabila pada masa
remajanya seseorang mempunyai minat yang besar pada alkohol maka
saat memasuki masa dewasa orang itu akan merubah minatnya karena
nilai-nilai kelompok sosialnya berubah. Nilai-nilai kelompok sosial
masyarakat dan ajaran agama menekan mereka untuk tidak
mengkonsumsi minuman-minuman beralkohol tersebut. Namun pada
mahasiswa yang mengalami alkoholisme, minat mereka pada
minuman beralkohol tidak semakin berkurang tetapi semakin
berkembang.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian
untuk memahami secara lebih mendalam mengenai munculnya
alkoholisme dikalangan mahasiswa dan faktor-faktor apa saja yang
menjadi penyebab munculnya alkoholisme di kalangan mahasiswa itu.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai fenomena munculnya alkoholisme di kalangan mahasiswa
terutama kaitannya dengan proses munculnya alkoholisme dan faktor-
faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme serta gejala-gejala
alkoholisme di kalangan mahasiswa.
12
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan bidang
psikologi abnormal dan psikologi kesehatan khususnya yang
berkaitan dengan alkoholisme.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah
wacana bagi mahasiswa dan bagi orang tua agar dapat
mengantisipasi keterlibatan diri/anak dalam perilaku
alkoholisme.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuhan bagi
peneliti lain yang penelitiannya berkaitan dengan alkoholisme.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alkoholisme
1. Pengertian Alkoholisme
Menurut Chaplin (1999, h.17) alkoholisme mempunyai dua
pengertian, pengertian yang pertama dari alkoholisme yaitu kekacauan
dan rusaknya kepribadian yang disebabkan oleh nafsu minum yang
kompulsif sifatnya. Sedangkan pengertian alkoholisme yang kedua
adalah keadaan atau kondisi seseorang yang minum secara berlebihan
dengan kandungan alkohol berkadar tinggi dan dijadikan suatu
kebiasaan.
Alkoholisme sering digunakan untuk menyebut penyalahgunaan
dan ketergantungan alkohol (Kaplan dan Sadock, 1997, h.589). Dalam
hal ini berarti ketidakmampuan memutuskan dan berhenti minum
(Kaplan dan Sadock, 1997, h.600). Sedangkan alkoholisme menurut
Echols dan Shadily (1984, h.22) adalah keadaan sakit karena
terlampau banyak minum minuman alkohol.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Soedjono (1970, h.89)
dimana apabila orang mulai tergantung sama sekali kepada alkohol itu
maka timbullah apa yang dinamakan alkoholisme. Selain itu
kebanyakan ahli-ahli yang meneliti alkoholisme (kecanduan alkohol)
kini sependapat dan membenarkan bahwa alkoholisme itu merupakan
penyakit yang berat (Soedjono, 1970, h.96).
14
Menurut Dirdjosisworo (1984, h.145), alkoholisme didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana seorang individu telah tidak mampu
lagi mengontrol banyaknya alkohol yang diminumnya dalam
pengertian bahwa ia tidak mampu menjauhkan diri dari minuman
keras atau menghentikan minumnya sesaat sebelum keracunan
alkohol.
Jellinek salah seorang sarjana terkemuka dalam masalah alkohol,
menyarankan bahwa untuk kepentingan operasional alkoholisme
didefinisikan setiap penggunaan minuman yang mengandung alkohol
yang menyebabkan kerugian baik bagi individu yang bersangkutan
maupun bagi masyarakat atau kedua-duanya (Dirdjosisworo, 1984,
h.145).
Berdasarkan pengertian alkoholisme diatas maka dapat
disimpulkan bahwa alkoholisme adalah penyalahgunaan alkohol
sehingga menyebabkan ketergantungan alkohol yang ditandai dengan
keadaan atau kondisi seseorang yang minum alkohol secara berlebihan
sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk memutuskan dan
menghentikan atau berhenti minum.
2. Tahap-tahap Alkoholisme
Menurut Soedjono (1997, h.93) ada tiga tahapan dalam
alkoholisme, yaitu:
a. Tahapan pertama dari alkoholisme secara khas dimulai dengan
serangan “black out” dari amnesia atau hilang ingatan alkohol.
Dalam keadaan “black out” peminum tetap berada dalam keadaan
sadar penuh. Segala ucapan dan perbuatan nampaknya normal saja
15
bagi orang-orang disekitarnya, tetapi selang beberapa waktu orang
tersebut tidak ingat lagi apa yang telah diucapkannya dan
dilakukannya dalam keadaan “ black out”.
b. Tahap kedua dari alkoholisme dicirikan oleh kehilangan
pengendalian diri dimana seseorang tidak sanggup lagi berhenti
minum ketika orang tersebut mulai minum. Kehilangan
pengendalian diri merupakan kriterium dari kecanduan alkohol, dan
seseorang akan mengalami kesulitan untuk kembali dalam keadaan
normal.
c. Tahap ketiga merupakan tahap yang kronis dimana seseorang akan
menurun kesehatannya secara fisik maupun secara sosial.
Seseorang dapat mengalami demorelisasi, halusinasi, delirium,
kehilangan kepercayaan dan harapan untuk sembuh.
Sedangkan Atkinson (1999, h.289) mengemukakan tahapan
alkoholisme yang sedikit berbeda. Seseorang dapat berkembang dari
minum-minum bersama teman menjadi alkoholisme dengan berbagai
cara. Atkinson mengemukakan hal yang sama dengan Jellink ( dalam
Davidson dan Neale 1987, h.282) dimana terdapat empat tahapan
dalam alkoholisme, yaitu:
a. Tahap Praalkoholik (Prealcoholic stage)
Seseorang minum-minum bersama teman dan kadang-kadang mi
num agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan
masalahnya. Minum banyak makin menjadi lebih sering pada saat
kemelut, orang tersebut minum lebih banyak lagi untuk
mendapatkan pengaruh alkohol yang membantu.
16
b. Tahap Prodromal (Prodromal stage)
Minum cara-cara sembunyi-sembunyi dimana orang tersebut tetap
sadar dan relatif masih koheren tetapi kemudian tidak dapat lagi
mengingat kejadian-kejadian. Individu ini menjadi makin asyik
dengan minum minuman keras dan menyesalkan hal itu tetapi
selalu gelisah kapan dan dimana dia dapat mendapatkan minuman
berikutnya.
c. Tahap Gawat (Crusial stage)
Semua kendali hilang, begitu orang minum dalam tahap ini maka
orang tersebut akan melanjutkan sampai sakit atau pingsan. Dalam
tahap ini seseorang masih dapat berpantang untuk tidak minum
tetapi begitu orang tersebut minum, pola keseluruhannya akan
dimulai lagi. Jika orang tersebut tidak segera mencari pertolongan,
orang tersebut dapat menjadi pecandu alkohol kronis.
d. Tahap Kronis (Chronic stage)
Minum-minuman keras tidak pernah berhenti, seseorang hanya
hidup untuk minum. Tubuhnya telah menjadi biasa dengan alkohol
sehingga orang tersebut dapat menderita gejala-gejala penarikan
diri bila tanpa alkohol. Kurang alkohol dapat menyebakan berbagai
gangguan fisiologis. Orang tidak lagi dapat memperhatikan
penampilan fisik, harga diri, keluarga, teman-teman dan status
sosialnya. Dalam tahap ini seseorang biasanya akan berkeliaran di
jalan-jalan.
Berdasarkan uraian dari tokoh-tokoh diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tahapan dalam alkoholisme terdiri dari empat
17
tahap yaitu tahap Praalkoholik (Prealcoholic stage), tahap Prodomal
(Prodromal stage), tahap Gawat (Crusial stage) dan tahap Kronis
(Chronic stage).
3. Tipe-tipe Alkoholisme
Menurut Cloninger (dalam Martaniah, 2003, h.105) ada dua
subtipe alkoholisme yang berbeda yaitu:
a. Tipe alkoholisme 1: berkembang setelah umur 25 tahun,
mempunyai predisposisi pembawaan untuk tergantung pada
alkohol, tetapi tingkah laku minum ini lebih dipengaruhi oleh
faktor–faktor lingkungan. Orang-orang ini berusaha untuk
mengontrol minumnya, merasa bersalah dan takut menjadi
tergantung alkohol. Orang-orang ini lebih reseptif terhadap
perlakuan.
b. Tipe alkoholisme 2 : lebih kuat dipengaruhi faktor genetik. Mereka
umunya laki-laki, mereka mengembangkan tingkah laku
bermasalah sebelum umur 25 tahun. Mereka didorong untuk
mencari pengalaman baru yang mendebarkan dan tidak
memikirkan tentang konsekuensi tingkah laku mereka. Mereka
melakukan tingkah laku yang mempunyai resiko tinggi yang sering
menyebabkan masalah dengan hukum.
Berbeda dengan Cloninger, Jellinek (dalam Soedjono, 1982,
h.97-98) membagi penyakit alkoholisme dalam lima tipe yaitu:
a. Tipe pertama, yang dicirikan oleh ketergantungan psikologis yang
terus menerus akibat alkohol untuk meringankan rasa sakit fisik
atau kepedihan emosionil, tetapi tanpa gejala-gejala mengasingkan
18
diri. Tipe yang tersembunyi sangat mungkin bersifat emosional
(ganguan jiwa) dan bukan penyakit fisik yang sunguh-sunguh.
b. Tipe kedua, dicirikan oleh polyneuropathy (kerusakan urat saraf),
gastiti(radang kantong perut), chirosis (kerusakan atau pengerasan
dari hati) atau komplikasi-komplikasi yang serupa. Pada umumnya
tidak disertai ketergantungan psikologis atau fisik, dan pula tidak
disertai gejala-gejala mengasingkan diri.
c. Tipe ketiga, dicirikan oleh toleransi tubuh yang makin tinggi
terhadap alkohol, ketergantungan fisik (kecanduan) pada alkohol
disertai gejala-gejala mengasingkan diri kalau mereka tidak
bertemu dengan alkohol. Kalau sudah mulai minum, si peminum
tidak bisa mengendalikan diri yaitu berhenti minum membatasi diri
setelah beberapa teguk dan ia lambat laun dihinggapi
ketergantungan psikologis dan fisik pada alkohol.
d. Tipe keempat, dicirikan oleh toleransi yang makin meningkat
terhadap alkohol dan ketergantungan fisik pada alkohol serta
gejala-gejala “ngidam” alkohol dan gejala -gejala mengasingkan
diri apabila si peminum tidak bertemu dengan alkohol. Tipe ini
jarang sekali kehilangan penengendalian diri (tidak bisa stop
minum setelah beberapa teguk) tetapi di lain pihak ia hampir tidak
bisa menjauhkan diri dari alkohol sekalipun untuk jangka waktu
pendek.
e. Tipe kelima juga dikenal sebagai “ fiesta or exlosive dringking”,
orang-orang yang hanya minum puas-puasan pada waktu adanya
pesta-pesta. Peminum tipe ini dapat menjauhkan diri dari alkohol
19
setelah pesta-pesta minum itu, tidak menjadi ketagihan terus pada
alkohol.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.601) berdasarkan pada
karakteristik fenomenologi subtipe ketergantungan alkohol
(alkoholisme) dibagi menjadi dua subtipe yaitu :
a. Ketergantungan alkohol tipe A : orang dengan ketergantungan
tipe ini mempunyai onset yang lambat, sedikit faktor risiko masa
anak-anak, ketergantungan yang relatif ringan, sedikit masalah
berhubungan dengan alkohol dan sedikit psikopatologi. Selain itu
orang dengan tipe ini mungkin berespon terhadap psikoterapi
interaksional.
b. Ketergantungan alkohol tipe B : orang dengan ketergantungan
tipe ini mungkin memiliki banyak faktor risiko pada masa anak-
anak, ketergantungan yang berat, onset awal dari masalah yang
berhubungan dengan alkohol, banyak psikopatologi, riwayat
penyalahgunaan yang kuat pada keluarga, sering menyalahgunakan
polisubtansi, riwayat lama pengobatan alkohol, jumlah stres dalam
kehidupan banyak dan mungkin paling baik berespon terhadap
latihan mengatasi (coping skill).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
alkoholisme ada dua sub tipe yang berbeda yaitu Alkoholisme tipe I
dan Alkoholisme tipe II. Dalam penelitian ini tipe alkoholisme yang
digunakan adalah alkoholisme tipe II.
20
4. Ciri-ciri Penderita Gangguan Alkohol
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.601) kriteria orang yang
memiliki gangguan alkohol (alkoholisme) adalah:
1) Perilaku maladatif atau perubahan psikologis bermakna secara
klinis (misalnya, perilaku seksual atau agresif yang tidak tepat,
labilitas mood, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang
berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol.
2) Bicara cadel
3) Inkoordinasi
4) Gaya berjalan tidak mantap
5) Nistagmus
6) Gangguan atensi atau daya ingat
7) Strupor atau koma
Siregar (Jurnal psikologi, 2000, h.24) mengemukakan beberapa
ciri pada pengguna alkohol yaitu:
1) Prestasi akademik/ kerja menurun
2) Disiplin dan sopan satun menurun, tidak memperhatikan kerapian
diri
3) Menghindar dari perhatian orang lain dan menyendiri
4) Cepat tersinggung dan mudah marah
5) Suka mendcuri uang, tidak jujur, menghindar dari tanggung jawab
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ciri-ciri/gejala alkoholisme adalah tidak bisa menghentikan
perilaku minumnya, melakukan perilaku maladatif, gangguan atensi
21
atau daya ingat, strupor atau koma, prestasi akademik/kerja menurun
dan cepat tersinggung dan marah.
5. Faktor- faktor Penyebab Alkoholisme
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.592-595) faktor-faktor
yang menyebabkan alkoholisme antara lain adalah:
a. Faktor Psikososial
Gangguan yang berhubungan dengan alkohol (alkoholisme)
khususnya tinggi pada orang yang telah mencapai derajat yang
tinggi dan berada dalam kelas sosial ekonomi yang tinggi. Apabila
orang berada pada kelas sosial ekonomi yang tinggi orang akan
cenderung untuk mudah dalam mendapatkan jenis minuman
apapun dan dengan kadar alkohol yang tinggi.
b. Faktor Psikologis
Menurut teori psikoanalitik, orang dengan superego yang keras
yang bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai
cara menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada
orang yang terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan
dengan menggunakan zat, seperti alkohol melalui mulutnya.
c. Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh
lingkungan dimana minum berlebihan dan seringkali dipandang
sebagai norma dan perilaku yang diharapkan secara sosial.
Beberapa kelompok kultural dan etnik lebih terbatas dalam
konsumsi alkohol dibandingkan kelompok lainnya. Sebagai
22
contoh, orang Asia dan penganut Protestan Konservatif lebih
jarang menggunakan alkohol dibandingkan orang Protestan Liberal
dan Katolik.
d. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Kebiasaan di dalam keluarga itu sendiri, khususnya kebiasaan
minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan minum.
Anak yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum
akan melihat perilaku minum sebagai kebiasaan.
e. Faktor Genetika dan Biologi lainnya
Banyak penelitian telah menunjukan bahwa orang dengan sanak
saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh ganguan
berhubungan dengan alkohol adalah tiga sampai empat kali lebih
mungkin memiliki ganguan berhubungan dengan alkohol daripada
orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang
terpengaruh. Selain itu anak-anak dengan orang tua yang memiliki
gangguan berhubungan dengan alkohol berada pada risiko untuk
mengalami suatu ganguan berhubungan dengan alkohol, bahkan
jika anak dibesarkan oleh keluarga dimana tokoh orang tuanya
tidak memiliki ganguan berhubungan dengan alkohol.
Penyalahgunaan alkohol mempunyai suatu komponen genetika
dalam penyebabnya.
Sedangkan menurut Rosen, Fox dan Gregory (1984, h.308-
313) faktor–faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme ada
tiga, yaitu:
a. Faktor Hereditas dan Biologi
23
Kecenderungan untuk mengkonsumsi alkohol dapat dilihat dalam
keluarga tanpa harus menarik asumsi karena dalam keluarga
terdapat proses imitasi, berbagi pengalaman dan menurunya sifat
neurotik/ sosiopatik yang diturunkan dari orang tua ke anak.
Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak yang terpisah
dari orang tua yang alkoholik dan ditempatkan di tempat
penampungan, dia akan tumbuh menjadi anak yang alkoholik
daripada anak yang tidak berasal dari keluarga alkoholik tetapi di
tempatkan pada penampungan yang sama.
b. Faktor Psikologis
Ada beberapa individu yang menjadi peminum/ pengkonsumsi
alkohol berat mengkonsumsi alkohol karena ingin menghindari
perasaan psikologis tertentu dan kecemasan. Namun ada juga
sejumlah besar orang menghindari alkohol karena secara
berkebalikan mereka menemukan perasaan rileks dan bebas dari
alarm kecemasan serta perasaan tidak nyaman.
c. Faktor Sosio Kultural
Dalam suatu kelompok masyarakat yang mempunyai penerimaan
yang rendah terhadap alkohol, perilaku alkoholik yang terjadi akan
rendah. Namun bila suatu kelompok masyarakat mempunyai
penerimaan yang tinggi terhadap alkohol maka tingkat perilaku
alkoholisnya juga tinggi.
Menurut Siregar (dalam Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) ada
tiga faktor utama yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam
penggunaan zat psikoaktif (alkohol) yaitu:
24
a. Zat psikoaktif
Zat psikoaktif yang pemakaiannya menimbulkan efek tertentu
sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna (drug- effect
motive), adalah zat punya potensi untuk disalahgunakan. Efek
semacam ini sejalan dengan dan merangsang keinginan pengguna
untuk mencari dan menikmati sensasi-sensasi baru.
b. Individu
Latar belakang biologik dan psikologis yang berbeda–beda,
menyebabkan kemungkinan setiap orang untuk menjadi pengguna
zat psikoaktif tidak sama.
1) Biologik
Kepekaan tiap orang terhadap zat psikoaktif berbeda-beda,
diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor konsitusional dan
genetik.
2) Psikologik
Penggunaan zat psikoaktif sebagian besar dimulai pada masa
remaja. Gejolak masa remaja menyebabkan ketegangan-
ketegangan emosional yang dapat mendorong pengguna zat
psikoaktif sebagai pelarian.
c. Lingkungan
Faktor sosiologis/lingkungan berperan terhadap penggunaan zat
psikoaktif melalui sediaan psikologis seseorang, jarang menjadi
penyebab langsung diantaranya; hubungan antar anggota keluarga,
pengaruh teman sebaya, lingkungan hidup sehari-hari.
25
Selain yang disebutkan diatas ada beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang menjadi alkoholik antara lain (dalam
http/www.klinikpria.com/alkoholisme):
a. Faktor Penambahan Jumlah Alkohol
Pemberian alkohol secara terus menerus akan mengakibatkan
tubuh bahkan sampai ke sel akan beradaptasi kepada zat yang
diterimanya yang antara lain dengan cara menambah jumlah
reseptor dan sel-sel saraf akan bekerja lebih keras lagi. Efek inilah
yang membuat orang menjadi ketagihan untuk mendapatkan efek
yang serupa.
b. Faktor Genetika
Bila orang tuanya seorang alkoholik maka anak yang dilahirkannya
sudah membawa sifat untuk menjadi seorang alkoholik, jika
didukung oleh faktor lingkungan maka pengaruh faktor genetik ini
akan berkembang kemudian hari. Hal ini diperkuat dengan adanya
pendapat yang mengatakan bahwa alkoholisme lebih sering
diderita oleh para pecandu dari anak-anak yang diadopsi. Hal ini
membuktikan bahwa alkoholisme melibatkan kelainan genetik atau
biokimia.
c. Faktor Psikodinamik
Adanya predisposisi seperti kecemasan depresi, ganguan
kepribadian anti sosial membuat seseorang cenderung dan
memiliki resiko relatif cukup besar untuk terlibat dalam
penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol. Penjelasan tersebut
sependapat dengan yang dikatakan oleh Davidson dan Neale
26
(1987, h.280) bahwa alkoholisme atau perilaku alkoholik terjadi
karena adanya pengaruh secara psikologis, seperti kesulitan dalam
pekerjaan dan hubungan sosial, pertengkaran, atau perpecahan
dengan keluarga atau sahabat, kepribadian anti sosial atau
maldaptif dan kehilangan pekerjaan atau tidak dapat memperoleh
pekerjaan.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan menjadi faktor terakhir yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami ketergantungan alkohol. Pengaruh
lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Jika
lingkungan tidak kondusif dan mendukung kearah negatif dapat
mendorong seseorang untuk menjadi pengguna. Teman sebaya
menjadi pengaruh utama dalam penyalahgunaan alkohol. Tekanan
yang diberikan oleh teman sebaya dan sikap konformitas yang
terlalu tinggi pada diri seseorang terhadap teman sebayanya
melakukan penyalahgunaan alkohol, maka kemungkinan besar
orang tersebut akan mengalami hal itu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada
empat faktor yang menyebabkan seseorang memiliki perilaku
alkoholisme yaitu faktor genetik atau keturunan dan biologis,
faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan kultural dan faktor
perilaku dan pelajaran.
27
6. Efek dari Penggunaan Alkohol
Menurut Martaniah (2003, h.103) penggunaan alkohol yang
berlebihan dapat memberikan efek negatif dari seseorang. Efek dari
penggunaan alkohol tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Efek jangka pendek (Short- Term Effect)
Efek yang segera ditimbulkan oleh alkohol dapat
menenangkan, merasa hangat dan santai jika jumlah alkohol yang
dikonsumsi sedikit. Tetapi dalam jumlah yang lebih banyak
alkohol dapat mengakibatkan seseorang menjadi merasa lebih
aman dan percaya diri dan tidak ada hambatan. Alkohol juga dapat
mengurangi respon seksual laki-laki, tetapi banyak orang percaya
bahwa respon seksual dapat ditingkatkan dengan alkohol.
b. Efek jangka panjang (Long –Term Effect)
Penggunaan alkohol jangka lama dapat merusak otak, hati,
pangkreas, jantung dan sistem kekebalan tubuh. Kerusakan yang
terjadi pada organ-organ tubuh dapat menimbulkan efek sebagai
berikut:
Tabel 1 Efek Jangka Panjang Penggunaan Alkohol
Jenis Kelainan Efek yang terjadi
Jantung Denyut jantung abnormal (artimia), gagal
jantung
Pembuluh
darah
Tekanan darah tinggi, arterosklerosis, stroke
28
Otak Kebingungan, berkurangnya koordinasi,
ingatan jangka pendek yang buruk, psikosa
Saraf Berkurangnya kemampuan untuk berjalan,
(kerusakan saraf di lengan dan tungkai yang
mengendalikan pergerakan)
Penggunaan alkohol dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan terjadinya dimensia (Martaniah, 2003, h.104). Ada
dua macam dimensia yang berhubungan dengan alkohol, yaitu:
1) Sindrom Korsakoff
Sindrom ini biasanya terjadi pada pecandu yang meminum
sejumlah besar alkohol secara rutin terutama yang mengalami
malnutrisi dan kekurangan vitamin b terutama tiamin.
2) Esenfalopi Wernicke
Penderita esenfalopi wernicke mengalami gejala-gejala sebagai
berikut:
a) Pergerakan mata yang abnormal
b) Kebingungan
c) Pergerakan yang tidak terkoordinasi
d) Fungsi saraf yang abnormal
Wernicke dan Korsakoff mempunyai dasar penyakit
yang sama. Wernicke merupakan bentuk akut, sedangkan
Korsakoff merupakan bentuk yang kronik
29
Senada dengan yang dikemukakan Martaniah, Davison dan
Neale (1987, h.280) mengemukakan bahwa ada dua efek yang akan
ditimbulakan dari penggunaan alkohol, yaitu:
a. Efek Jangka Pendek (Short- Term Effect)
Secara fisiologis alkohol tidak dapat dicerna oleh tubuh dan secara
tepat bakan terserap ke dalam darah. Banyaknya kadar alkohol
dalam darah akan mengakibatkan berbagai macam akibat,
tergantung dari tinggi rendahnya alkohol yang terkandung didalam
darah. Efek jangka pendek dari alkohol seperti releks dan tenang.
b. Efek Jangka Panjang (Long –Term Effect)
Peminum berat yang berhenti minum dapat mengalami halusinasi
alkohol. Penderita dapat mengalami kecemasan, depresi, merasa
lemah dan tidak berdaya, dan ketidamampuan untuk tidur.
Penderita kemudian akan mengalami tremor pada saraf. Gejala
seperti inilah yang kemudian akan berkembang menjadi kelainan
yang biasa disebut delirium tremens (DTs) dimana tingkat alkohol
dalam darah menurun dengan sangat cepat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efek dari
penggunaan alkohol ada dua yaitu, efek jangka pendek (Short- Term
Effect) dan efek jangka panjang (Long –Term Effect).
B. Pengertian Mahasiswa
Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002, h.699), mahasiswa
adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai remaja
dan merupakan bagian dari masyarakat yang masih mencari jati diri
nampaknya mudah terpengaruh oleh faktor dari luar termasuk perubahan
30
sosial dan jika tidak dibarengi dengan kesiapan mental akan berpengaruh
negatif (Prasetyo. 2006, h.2).
Sedangkan menurut Salim (1991, h.976) mahasiswa adalah
seseorang yang terdaftar menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi. Usia
mahasiswa seperti ditegaskan oleh Winkel, pada umumnya berkisar
antara 18-25 tahun (Kartono, 1985, h.133).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
adalah orang yang belajar di perguruan tinggi yang umumnya berusia
antara 18 sampai 25 tahun.
C. Dinamika Munculnya Alkoholisme di Kalangan mahasiswa
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) dari sudut pandang teori
perilaku beberapa model perilaku penyalahgunaan dan ketergantungan
zat lebih dipusatkan pada perilaku mencari zat (substance-seeking
behaviour). Ketergantungan terhadap zat mulai muncul saat seseorang
melakukan perilaku mencari zat. Ketika seseorang mempunyai
kemungkinan yang besar untuk melakukan perilaku mencari zat, orang
tersebut akan lebih mudah untuk mengalami ketergantungan.
Secara umum banyak faktor-faktor yang mendorong seseorang
mengkonsumsi alkohol. Secara garis besar faktor penyebabnya adalah
berasal dari diri sendiri seperti faktor psikologis dan faktor
genetik/keturunan atau biologis, dan berasal dari lingkungan seperti
faktor sosial dan kultural, dan faktor perilaku dan pelajaran. Faktor-
faktor ini saling berinteraksi dan berhubungan sehingga memunculkan
perilaku minum alkohol. Namun penyebab seorang mahasiswa menjadi
ketergantungan terhadap alkohol (alkoholisme) lebih pada proses yang
31
muncul setelah perilaku minum awal. Perilaku minum awal akan
membawa seseorang pada perilaku mencari zat (alkohol). Perilaku
mencari zat ini dikendalikan oleh empat hal utama yaitu efek dorongan
positif dari zat, efek diskriminatif dari zat, efek aversif dari zat dan
stimuli yang dibiasakan terhadap efek zat. Proses ini yang membuat
seseorang menjadi ketergatungan terhadap zat (alkohol) (Kaplan dan
Sadock, 1997, h.583).
Efek dorongan positif dari zat adalah penguat yang mempermudah
pencarian zat. Sebagian besar zat terutama alkohol yang disalahgunakan
disertai dengan suatu pengalaman positif setelah digunakan untuk
pertama kalinya, jadi zat bertindak sebagai suatu pendorong positif untuk
seseorang melakukan perilaku mencari zat (Kaplan dan Sadock, 1997,
h.583).
Prinsip kedua yang dapat mempermudah pencarian zat adalah efek
diskriminatif dari zat. Orang harus mampu membedakan zat yang
disalahgunakan dari zat yang lainnya. Orang akan memilih alkohol dari
pada zat lain karena efek saat dikonsumsi dan proses mendapatkannya
akan berbeda dari zat lain. Prinsip terakhir yang mempermudah perilaku
mencari zat adalah stimuli yang dibiasakan terhadap efek zat. Hampir
semua perilaku mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang menjadi
berhubungan dengan pengalaman menggunakan zat (Kaplan dan Sadock,
1997, h.583).
Prinsip keempat atau prinsip yang terakhir dalam proses perilaku
mencari zat adalah efek aversif dari zat. Efek aversif dari zat cenderung
memperlemah perilaku mencari zat. Banyak zat yang juga disertai
32
dengan efek merugikan yang bertindak menurunkan perilaku mencari zat
(Kaplan dan Sadock, 1997, h.583).
Selain dari keempat hal yang berasal dari dari zat itu sendiri atau
alkohol, dampak secara psikologis yang dirasakan pada saat minum
alkohol maupun setelah minum alkohol akan berpengaruh pada
keinginan subyek untuk kembalki mendapatkan atau minum alkohol.
Dampak secara psikologis yang positif akan menguatakan seseorang
untuk mengulangi kembali perilaku minum alkoholnya.
Apabila seorang mahasiswa berhasil melakukan perilaku mencari zat
(alkohol) maka keinginan untuk minum alkohol akan dapat terpenuhi.
Keinginan untuk minum alkohol yang selalu terpenuhi secara langsung
akan menyebabkan ketergantungan terhadap alkohol. Ketergantungan
alkohol akan menyebabkan seseorang mengalami ketidakmampuan
untuk melepaskan diri atau berhenti mengkonsumsi alkohol
(alkoholisme).
34
Skema 1 Skema Dinamika Munculnya alkoholisme
Faktor Psikologis
Faktor Genetik dan Biologis
Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Faktor Sosial dan Kultural
I N D I V I D u
L I N G K U N G A N
Perilaku Minum Alkohol awal
Efek diskriminatif dari Zat (alkohol)
Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol)
Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
Perilaku Mencari Zat (alkohol)
Ketergantungan Alkohol
(ALKOHOLISME)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian yang Digunakan
Suatu penelitian ilmiah harus menggunakan metode penelitian
yang ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan hal itu dan berdasarkan sifat masalah yang diteliti dan
tujuannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2000, h.3) mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik, jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi memandang sebagai
bagian dari suatu kebutuhan.
Menurut Sarantokos (dalam Poerwandari, 1998, h.29), penelitian
kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif
seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman
video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-pandangan
dasar interpretatif dan fenomenologis. Pandangan dasar tersebut adalah
antara lain realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan interpretatif,
bukan berada di luar individu-individu, manusia tidak secara sederhana
mengikuti hukum-hukum alam di luar diri melainkan menciptakan
rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya, ilmu didasarkan pada
35
pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas
nilai, penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.
Sebagai sebuah metode yang termasuk dalam paradigma
interpretatif (fenomenologis) seperti yang dikemukakan oleh
Poerwandari (1998, h.30) ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:
1. Studi dalam situasi ilmiah
Desain penelitian bersifat ilmiah, dalam arti peneliti tidak
berusaha untuk memanipulasi setting penelitian, melainkan
melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana
fenomena tersebut ada.
2. Analisa Induktif
Dikatakan Induktif karena penelitian tidak memaksa diri
untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau
mengolah dugaan-dugaannya, melainkan mencoba memahami
situasi sesuai dengan observasi/ khusus, yang akan memunculkan
pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.
3. Kontak personal langsung : peneliti di lapangan
Kegiatan lapangan merupakan aktifitas sentral dalam
penelitian kualitatif. Dengan mengunjungi responden secara
langsung dilapangan, peneliti akan memperoleh pemahaman yang
jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan responden sehari-
hari, baik secara fisik maupun psikis.
36
4. Perspektif Holistik
Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan
fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan
bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih bermakna
daripada penjumlahan bagian-bagian. Hal ini sesuai dengan
penelitian kualitatif yang bertujuan memperoleh pemahaman yang
menyeluruh tentang fenomena yang diteliti.
5. Perspektif Dinamis
Penelitian kualitatif melihat gejala sosial sebagai suatu yang
dinamis dan berkembang bukan sebagai suatu hal yang statis dan
tidak berubah dalam perkembangan kondisi dan unik.
6. Orientasi pada kasus yang unik
Penelitian kualitatif yang baik akan menampilkan kedalaman
dan detail, karena khususnya memang penyelidikan yang mendalam
pada sejumlah kecil kasus.
7. Netralistik Empatik
Empati mengacu pada sikap peneliti terhadap subyek yang
dihadapi dan diteliti, sementara netralistik mengacu pada sikap
peneliti menghadapi temuan penelitian. Peneliti yang netralistik
empatik memasuki lapangan penelitian secara apa adanya tanpa teori
yang harus dibuktikan dan dugaan-dugaan tentang hasil yang harus
didukung atau ditolak.
8. Fleksibilitas desain
Desain kualitatif memiliki sifat akan berkembang sejalan
dengan berkembangnya kondisi lapangan.
37
9. Peneliti sebagai instrumen kunci
Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai
dari memilih topik, mendekati topik tersebut, menggumpulkan data
hingga menganalisis dan menginterpretasikannya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana data yang diambil
harus memenuhi ciri-ciri metode kualitatif.
B. Subyek Penelitian
Menurut Hadi (1984, h.70), sampel merupakan sejumlah individu
atau sebagian individu yang diselidiki. Sedangkan populasi atau univers
adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh
dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Oleh karena itu sampel
merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau
sifat yang sama.
Sampel yang digunakan dalam penelitian kualitatif umumnya lebih
sedikit dibandingkan sampel penelitian kuntitatif, karena dalam
penelitian kulitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar,
melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah
penelitian. Sampel diambil secara acak, yaitu pemilihan sekelompok
subyek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat yang dipandang mempunyai
sangkutpaut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat yang sudah diketahui
sebelumnya (Hadi, 1986, h. 82).
Poerwandi (1998, h.60), prosedur pengambilan sampel yang
digunakan adalah pengambilan sampel berdasarkan teori, atau
berdasarkan konstruk operasional (theory based atau operational
constrct sampling ) dimana sampel dipilih dengan kriteria tertentu,
38
berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi sebelumnya
,atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-
sungguh mewakili (bersifat representatif) terhadap fenomena yang
dipelajari. Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak diambil
secara acak tetapi sampel dipilih mengikuti kriteria tertentu dan kepada
subyek juga ditanyakan mengenai kesediaannya untuk menjadi subyek
penelitian.
Selanjutnya subyek dari penelitian ini mempunyai kriteria sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dengan usia antara 18-25 tahun, dimana rentang usia
tersebut merupakan tahun-tahun puncak minum alkohol.
2. Mengkonsumsi alkohol dan sedang mengalami ketergantungan
alkohol.
3. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara verbal.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
sifatnya terbuka, luwes dan sangat beragam, disesuaikan dengan
masalah, tujuan penelitian serta sifat obyek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian yang
utama dalam pengumpulan data (Poerwandari, 1998, h.40). Peneliti
berperan besar dalam seluruh proses penelitian mulai dari memilih
topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga
menganalisis dan mengintropeksinya.
Metode pengumpulan data, antara lain yaitu wawancara, observasi,
diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap karya (tulisan film, karya
39
seni lain), analisis dokumen, analisis catatan pribadi, studi kasus, studi
riwayat hidup dan lain sebaginya (Poerwandari, 1998, h.61), sedangkan
menurut Lofland & Lofland (dikutip oleh Moleong, 2000, h.112)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan sebagainya.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Menurut Banister (dalam Poerwandari, 1998, h.62) istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut. Patton (dalam Poerwandari,
1998, h.62) menegaskan bahwa observasi merupakan metode
pengumpulan data yang esensial dalam penelitian, apalagi penelitian
dengan pendekatan kualitatif.
Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan secara terselubung
yaitu pengamatan yang mengikutsertakan fungsi pengamat pada
kegiatan yang dilakukan subyek tanpa diketahui oleh subyek
penelitian sehingga mereka tidak menyadari bahwa ada orang yang
mengamati hal yang mereka lakukan serta segala yang berkaitan
dengan pola tindakan mereka sebagai latar belakang alamiah
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini observasi yang akan dilakukan mengacu
pada observasi alamiah dan observer tidak berperan aktif (non
partisipan) dimana peneliti hanya mengamati tanpa terlibat dalam
aktivitas sosial yang berlangsung. Adapun yang akan diobservasi
40
dalam penelitian ini meliputi keadaan keluarga, tempat tinggal,
hubungan subyek dengan orang tua, dengan teman dan tetangga,
kegiatan sehari-hari subyek, kondisi fisik subyek dan interaksi sosial.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Menurut Lincoln dan Guba dalam (Moleong, 2000, h. 135)
wawancara bertujuan untuk mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-
kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu,
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,
baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Jika ditinjau berdasarkan pelaksanaannya dalam penelitian ini
digunakan wawancara jenis bebas terpimpin yaitu wawancara yang
dilaksanakan dengan pewawancara (interviewer) hanya mempunyai
garis-garis besar terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada
interviewee. Jenis wawancara ini digunakan karena dipandang lebih
efektif dan tidak berkesan formal sehingga interviewee dapat
41
memberikan jawaban yang sebenarnya. Selain itu, wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka (overt) yaitu subyek
yang diwawancarai tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula maksud wawancara tersebut.
D. Metode Analisis Data
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak
memiliki rumusan untuk mengolah dan menganalisis data. Patton
(dalam Poerwandari, 1998, h.87) menegaskan bahwa satu hal yang
harus diingat peneliti adalah kewajiban untuk memonitor dan
melaporkan proses serta prosedur-prosedur analisisnya dengan jujur dan
selengkap mungkin.
Tahap-tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup tiga tahap, yaitu
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan
dan abstraksi data besar dari kegiatan penelitian. Reduksi data dapat
menggunakan bentuk singkatan, coding, perumusan tema, serta
membuat batasan persoalan. Reduksi data juga merupakan suatu
bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, meneliti hal-hal
yang penting dan mengatur data yang kemudian diambil kesimpulan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan suatu informasi yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan . Metode data
yang digunakan dalam penyajian data adalah metode deskriptif.
42
Dalam tahap ini hasil penelitian perlu dipadukan dengan teori yang
menjadi dari penelitian yang dilakukan.
3. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan dilakukan dengan mengumpulkan
seluruh hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
E. Uji Kesahihan dan Keandalan
Menurut Moleong (2000, h.175 – 180) mengungkapkan bahwa uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,
pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan
referensial, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing.
Pada penelitian ini uji kesahihan data dilakukan dengan metode:
1. Triangulasi
Menurut Moleong (2002, h.178), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi yaitu:
a. Triangulasi dengan sumber
b. Triangulasi dengan metode
c. Triangulasi dengan teori
d. Triangulasi dengan peneliti lain
2. Ketekunan pengamatan
Teknik ini digunakan untuk melihat gejala-gejala yang ada
sehingga dengan pengamatan yang tekun, diharapkan hasilnya akan
dapat sebagai pendukung kesimpulan yang akan diambil.
43
BAB IV
PELAKSANAAN dan HASIL PENELITIAN
A. OBSERVASI DAN WAWANCARA AWAL
Observasi dan wawancara awal dilakukan oleh peneliti sejak
sebelum pembuatan skripsi, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran awal mengenai subyek yang akan diteliti serta
kehidupan di sekitar subyek.
Melalui observasi dan wawancara awal ini peneliti menemukan
gambaran yang jelas mengenai kondisi subyek serta lingkungan subyek
serta segala sesuatu yang berhubungan dengan subyek penelitian,
sehingga peneliti mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya
berhubungan dengan tema yang akan diteliti.
B. PERIJINAN
Perijinan penelitian ini secara resmi diberikan oleh pihak
Universitas Katolik Soegijapranata dengan nomor :
234/B.7.2/FP/XII/2006 tertanggal 30 November 2006. Dalam
pengambilan data melalui wawancara dan observasi yang berhubungan
dengan subyek penelitian, peneliti melakukan pendekatan secara
individual dengan masing-masing subyek dengan menunjukan surat ijin
penelitian. Sebagai bukti penelitian, peneliti meminta surat pernyataan
dari subyek sebagai tanda bukti telah menjalani proses wawancara, pada
waktu dan tempat yang telah disepakati. Selain itu mereka juga bersedia
wawancara tersebut direkam dalam kaset di tape recorder.
44
C. KANCAH PENELITIAN
Peneliti perlu menetapkan kancah penelitian terlebih dahulu agar
dapat secara langsung mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan di lapangan dan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Secara
keseluruhan penelitian ini dilaksanakan tidak di satu tempat melainkan
di berbagai tempat dan kondisi dikarenakan mengingat sulitnya
mendapatkan subyek penelitian. Adanya kesulitan untuk mendapatkan
kesediaan dari pihak-pihak yang bersangkutan untuk melakukan
wawancara dan proses observasi maka peneliti memutuskan untuk tidak
membatasi kancah penelitian.
Penelitian dilakukan terhadap empat orang subyek yang berstatus
mahasiswa yang berasal dari kota atau propinsi yang berlainan, antara
lain : Jakarta, Yogyakarta, Brebes dan Semarang yang saat ini tinggal di
Semarang, baik yang tinggal di rumah kos atau dirumah sendiri. Subyek
pertama, kedua dan ketiga adalah mahasiswa dari universitas yang sama,
sedangkan untuk subyek keempat merupakan mahasiswa dari
universitas yang berbeda dengan subyek yang lain.
Subyek pertama, kedua dan ketiga merupakan mahasiswa
fakultas psikologi semester delapan Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang. Sedangkan subyek keempata merupakan salah satu
mahasiswa teknik elektro semester sepuluh Universitas Semarang.
Subyek pertama, kedua dan ketiga tinggal di daerah Karangrejo
sedangkan untuk subyek yang keempat tinggal di perumahan
Telogosari.
45
D. PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengumpulan data awal diperoleh dari wawancara dan observasi
yang dilaksanakan dari awal bulan Agustus 2006 sampai bulan
November 2007. sedangkan pengumpulan data lanjutan dilaksanakan
selama empat bulan, yaitu mulai bulan Desember 2006 sampai bulan
Maret 2007. Selama empat bulan tersebut peneliti mengumpulkan data ,
mengadakan pendekatan kepada masing-masing subyek secara
mendalam dengan tujuan terciptanya suatu hubungan baik antara
peneliti dan subyek penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan
dengan lancar.
Setelah itu penelitian mengadakan wawancara, observasi
terhadap masing-masing subyek penelitian, adapun langkah-langkah
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mengadakan wawancara dan observasi awal
2. Peneliti mengadakan wawancara dan observasi lanjutan sampai pada
tahap akhir.
3. Pengumpulan data-data dan pembuatan laporan.
E. HASIL PENELITIAN
KASUS I
I. IDENTITAS SUBYEK
Nama Subyek : F.A. P
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 21 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 9 Juli 1985
Status Marital : Belum Nikah
46
Urutan Kelahiran : Anak pertama dari dua
bersaudara
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Asal : Jakarta
Alamat : Pengadegan, Jakarta
Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 174 cm / 90 kg
Tanggal Pelaksanaan : 30 Desember - 25 Januari
II. HASIL OBSERVASI
A. Observasi Secara Keseluruhan
Gambaran fisik yang nampak dari subyek adalah subyek
mempunyai badan agak gempal, berkulit sawo matang serta
berambut cepak. Saat peneliti datang pertama kali untuk meminta
kesediaan menjadi subyek penelitian, subyek langsung
menyetujui bahkan bersedia diwawancarai kapan saja peneliti
inginkan. Subyek terkesan ramah, karena selama penelitian
berlangsung subyek banyak bercerita tentang hal-hal yang terjadi
pada subyek misalnya kejadian di sekolah pada saat SMA, dan
menanyakan hal yang tidak dimengerti kepada peneliti. Saat ini
subyek kost didaerah Karangrejo. Tempat kost subyek terlihat
cukup nyaman. Fasilitas yang ada di kost terlihat lengkap seperti
komputer, televisi, tape recorder, bahkan kulkas. Subyek juga
membawa mobil dan sebuah motor sebagai alat transportasinya
sehari-hari.
47
Subyek adalah orang yang sangat ramah dan terbuka.
Menurut teman-temannya subyek adalah orang yang humoris.
Subyek sering melontarkan kata-kata yang membuat teman-
temannya tertawa dan suasana menjadi sangat meriah. Subyek
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berkumpul atau
nongkrong bersama teman-teman di kampus maupun teman kost
subyek. Sifat subyek yang seperti itu membuat subyek
mempunyai banyak teman.
Subyek memiliki pola hidup yang kurang teratur. Hal ini
dapat diketahui dari kebiasaan subyek yang selalu bangun siang
dan seringkali tidak mandi apabila ada kuliah dipagi hari. Subyek
juga sering terlambat berangkat kuliah karena subyek memiliki
kebiasaan bergadang sehingga subyek selalu bangun siang.
Subyek mempunyai banyak sekali teman di Kampus. Hal itu
disebabkan karena subyek adalah orang yang menyenangkan.
Teman-teman subyek yang dekat kebanyakan juga menyukai
minuman beralkohol. Subyek adalah orang yang baik, ramah dan
mau membantu teman-temannya yang kesusahan.
B. Observasi Saat Wawancara
Selama wawancara, subyek tidak menampakkan tanda-
tanda kecemasan dan kegelisahan. Subyek justru terbuka dan
cukup antusias terhadap setiap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti termasuk pertanyaan yang bersifat pribadi, misalnya
pertanyaan tentang kehidupan keluarga subyek dan perasaannya
pada kedua orang tuanya. Selain itu selama menjawab setiap
48
pertanyaan subyek nampak santai, pada waktu menceritakan hal
yang lucu subyek tertawa, dan bersemangat menanggapi
pertanyaan dari peneliti.
Subyek merasa senang dipilih sebagai subyek penelitian
karena subyek merasa berguna dapat membantu orang lain dan
untuk mendapatkan teman lebih banyak lagi karena subyek
merasa dengan lebih banyak mengenal orang lain maka subyek
sendiri akan lebih berkembang. Oleh karena itu subyek nampak
terbuka dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
peneliti, bahkan ketika peneliti sedang berkunjung ke kost
subyek, subyek memberi makanan dan minuman kepada peneliti.
Subyek mengenakan celana pendek berwarna coklat dan
memakai kaos oblong berwarna merah dengan garis-garis hitam.
III. HASIL WAWANCARA
B. Masa kecil
Subyek lahir di Sukabumi pada tanggal 9 juli 1985.
Subyek adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Subyek
mempunyai adik laki-laki yang masih berusia 9 tahun dan duduk
dibangku kelas 3 SD di Jakarta. Waktu kecil subyek adalah anak
yang sangat usil. Ketika duduk dibangku sekolah dasar subyek
terlihat sangat menonjol dan mempunyai banyak teman. Hal
tersebut disebabkan karena subyek mempunyai badan yang lebih
besar daripada teman-teman sebayanya. Selain itu kenakalan-
kenakalan yang dilakukan oleh subyek dengan teman-temannya
membuat subyek terkenal dikalangan guru-guru.
49
Tempat tinggal subyek yang berada di kota besar yaitu
Jakarta menyebabkan subyek mempunyai teman-teman yang
rata-rata memiliki pergaulan yang cenderung bebas. Sebagian
besar dari teman-teman subyek yang juga masih duduk di bangku
sekolah dasar sudah mulai merokok dan mulai minum minuman
beralkohol bahkan ada beberapa teman-teman subyek yang sudah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Diantara teman-temannya
hanya subyek yang belum berani mencoba merokok dan minum
bahkan mengkonsumsi obat-obat terlarang. Oleh sebab itu
subyek sering diejek dan ditantang oleh teman-temannya untuk
merokok, minimum alkohol atau bahkan mengkonsumsi obat-
obatan (ganja). Pada saat kelas 3 SD subyek sudah mulai
merokok. Saat itu subyek diberi sebatang rokok dan diminta
untuk menghisap rokok itu oleh teman-temannya. awalnya
subyek merasa takut untuk menghisap rokok it tetapi karena
subyek merasa malu dengan teman-temanya yang sudah biasa
merokok akhirnya subyek mencoba untuk menghisap rokok itu.
Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya cukup baik
meskipun subyek lebih cenderung dekat dengan ibunya. Pola
asuh yang diterapkan orang tua subyek cenderung demokratis.
Subyek bebas mengutarakan apa yang subyek inginkan. Subyek
lebih sering pergi bersama teman-temannya dari pada bersama
orang tua. Orang tua subyek yang sibuk bekerja menyebabkan
subyek jarang diajak untuk pergi berlibur. Biasanya pada saat
50
liburan subyek lebih sering berada di tempat saudara-saudaranya
yang ada di luar kota.
Dalam keluarga ayah subyek memegang peranan yang
penting. Ayah subyek bekerja pada salah satu perusahaan swasta
terkenal di Jakarta yang bergerak dibidang alat-alat kantor. Ayah
subyek adalah orang yang pendiam dan cenderung kurang
perhatian pada ayahnya. Oleh sebab itu subyek kurang dekat
dengan ayahnya. Ayah subyek sering menasehati subyek untuk
rajin belajar karena subyek mengakui bahwa pada saat itu subyek
sering malas untuk belajar. Menurut subyek ayahnya sering
memberi banyak peraturan karena pada saat itu subyek
merupakan anak tunggal.
Hubungan subyek dengan teman-temannya cukup baik
meskipun subyek sering melakukan keusilan-keusilan pada
teman-temannya. Subyek adalah anak yang lucu. Postur tubuh
subyek yang agak gendut banyak menarik perhatian orang-orang
disekitar subyek. Perasaan yang mendominasi subyek pada saat
itu adalah sangat senang dan bahagia karena apapun yang diminta
oleh subyek pasti akan dituruti oleh kedua orang tuanya
meskipun biasanya tidak saat itu juga dipenuhi.
C. Masa Remaja
Setelah lulus SD subyek melanjutkan sekolahnya ke SLTP
yang masih satu lokasi dengan SD subyek sebelumnya. Hal itu
disebabkan karena SD dan SLTP subyek masih dalam satu
yayasan yang sama. Teman-teman subyek saat itu tidak banyak
51
berubah karena kebanyakan dari teman-teman subyek saat SD
melanjutkan sekolah di SLTP yang sama dengan subyek. Pada
saat kelas dua SLTP subyek mempunyai adik. Subyek sangat
merasa senang dengan lahirnya adik laki-laki. Subyek merasa
bahwa dengan adanya adik tanggung jawab yang harus dipikul
oleh subyek menjadi lebih ringan. Pergaulan di Jakarta yang
sangat rawan berpengaruh juga pada subyek. Sejak SLTP subyek
sudah mengenal kehidupan malam. Subyek sering menonton dan
mengikuti balap motor liar. Hobi subyek adalah balap motor,
maka subyek bergabung dengan perkumpulan anak-anak motor.
Hampir setiap malam subyek berkumpul dengan anak-anak
perkumpulan motor. Memasuki bangku SMU subyek menjadi
lebih malas untuk sekolah. Orang tua subyek sering dipanggil ke
sekolah karena subyek sering bolos sekolah. Di SMU subyek
juga mempunyai kumpulan anak-anak yang di segani di sekolah.
Subyek dan teman-temannya sering meminta uang kepada anak-
anak disekolahnya untuk membeli minuman atau makanan.
Subyek juga lebih sering keluar malam dengan teman-temannya.
Pergaulan subyek saat SMU lebih luas karena subyek juga mulai
bergaul dengan berbagai kalangan tidak hanya dengan teman-
teman di sekolahnya saja. Subyek juga mempunyai kenalan
teman yang berprofesi sebagai Bandar obat-obatan. Hal ini yang
menyebabkan subyek menjadi mengenal dunia malam. Subyek
mulai mencoba hal-hal yang negatif seperti obat-obatan terlarang
dan ganja meskipun subyek tidak mengalami ketergantungan.
52
Kebiasaan subyek untuk ikut balap motor liar juga semakin
sering karena subyek mempunyai motor sendiri. Subyek lebih
sering mengutak-atik motornya daripada belajar. Aktivitas
subyek di luar sekolah yang sangat banyak meyebabkan pelajaran
di sekolah subyek juga tertinggal. Apalagi subyek cenderung
anak yang malas belajar.
Hubungan subyek dengan orang tuanya saat subyek
remaja semakin menjauh. Orang tua subyek juga mulaikurang
memperhatikan subyek karena perhatian orang tua subyek
banyak dicurahkan untuk adik subyek yang baru lahir. Namun
meskipun demikian kedua orang tua subyek tetap memberikan
peraturan kepada subyek. Contohnya, apabila subyek ingin keluar
malam subyek harus berada di rumah setelah pulang sekolah.
Kedua orang tua subyek juga mulai menuntut subyek untuk lebih
giat belajar karena orang tua subyek ingin subyek mendapatkan
nilai yang bagus.
Pada saat remaja subyek mempunyai interaksi yang baik
dengan teman-temannya maupun orang-orang disekitar subyek.
Subyek mempunyai banyak teman dan dapat bergaul dengan
siapa saja. Subyek tidak hanya dengan teman-teman sekolah
namun juga sering bergaul dengan teman-teman didaerah
rumahnya. Semasa remaja subyek cenderung orang yang
kurang bisa mengendalikan emosinya. Subyek sering cepat
marah apabila ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Subyek juga termasuk orang yang terbuka. Apabila ada yang
53
tidak disukai subyek, subyek akan langsung mengutarakannya.
Perasaan yang mendominasi subyek pada waktu remaja adalah
perasaan senang. Hal itu disebabkan karena subyek lebih sering
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama teman-
temannya.
D. Masa Sekarang ( kuliah )
Setelah subyek lulus SMU, subyek memutuskan untuk
kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota semarang.
Hal itu dikarenakan subyek ingin menghindari keadaan yang
sedang terjadi di keluarganya. Ayah dan ibu subyek selalu
bertengkar. Ada permasalahan yang sedang terjadi diantara kedua
orang tua subyek.
Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya semakin
jauh. Subyek menjadi tidak terbuka dan kurang jujur kepada
orang tuanya. Apalagi subyek merasa sangat kecewa dengan
kedua orang tuanya. Masalah yang terjadi dalam hubungan kedua
orang tuanya membuat subyek tidak percaya lagi kepada kedua
orang tua subyek. Subyek juga lebih percaya kepada teman-
temannya karena dari remaja subyek memang lebih dekat dengan
teman-temannya. Subyek dekat dengan orang tua hanya untuk
masalah tertentu saja seperti masalah kuliah.
E. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi
ketergantungan
Pertama kali subyek mengenal minuman beralkohol
adalah pada saat subyek duduk dibangku kelas 4 SD. Pada saat
54
itu subyek secara tidak sengaja meminum minuman beralkohol
milik pakde subyek saat subyek dan beberapa keluarganya
sedang berada di sebuah kedai minuman. Saat pertama kali
mencoba minuman tersebut, subyek merasa bahwa minuman
yang subyek minum terasa sangat pahit dan panas ditenggorokan.
Subyek bertanya kepada pakdenya minuman apa sebenarnya
yang subyek minum. Kemudian pakde subyek menjelaskan
bahwa minuman yang diminum tadi adalah minuman beralkohol.
Meskipun teman-teman subyek sudah banyak yang terbiasa
mengkonsumsi minuman beralkohol, subyek belum pernah
mencoba dan merasakan minuman beralkohol. Keluarga besar
subyek tidak merasa keberatan dan melarang subyek untuk
mencoba minuman beralkohol karena kebiasan keluarga subyek
yang sudah terbisa mengkonsumsi alkohol. Beberapa orang di
keluarga subyek bahkan ada yang menjadi pecandu alkohol.
Setelah itu subyek juga sering mengkonsumsi minuman
beralkohol meskipun kadar alkoholnya sangat sedikit. Subyek
sering minta kepada ayahnya untuk dibelikan minuman sejenis “
greensand ” dengan kadar alkohol cuma 3%. Orang tua subyek
tidak melarang subyek untuk minum minuman tersebut meskipun
subyek masih duduk dibangku SD karena menurut orang tua
subyek minuman tersebut tidak terlalu berbahaya.
Memasuki SLTP subyek mulai sering berkumpul dengan
teman-teman perkumpulan motor. Dari sanalah subyek mulai
mengkonsumsi minuman beralkohol. Teman-teman subyek
55
sering sekali mengajak dan membujuk subyek untuk mencoba
minuman beralkohol. Subyek merasa malu dan gengsi pada
teman-temannya yang lain karena hanya subyek yang saat itu
belum pernah mengkonsumsi minuman beralkohol atau bahkan
obat-obatan terlarang. Oleh karena itu subyek mencoba untuk
mulai minum alkohol dan berusaha membuktikan kepada teman-
temannya bahwa subyek berani untuk minum alkohol. Apalagi
kebiasaan dari teman-teman subyek pada saat berkumpul selalu
minum minuman beralkohol. Setelah itu subyek menjadi lebih
sering mengkonsumsi alkohol. Pada saat itu jenis minuman
beralkohol yang mulai dikonsumsi oleh subyek adalah MD yaitu
minuman yang botolnya seperti botol jamu yang kemudian
dicampur dengan exstra joss. Menurut subyek jenis minuman ini
memang kurang mempunyai efek yang besar, hanya membuat
pusing saja. Subyek juga pernah mencoba jenis obat-obatan
tertentu seperti pil exstasi, lexso, bahkan ganja. Menurut subyek,
sebenarnya yang paling enak dikonsumsi adalah ganja karena
efek setelah menghisap ganja lebih cepat terasa daripada zat yang
lain. Namun pada saat itu subyek lebih memilih mengkonsumsi
alkohol karena alkohol lebih ringan daripada zat yang lain. Selain
itu menurut subyek minum alkohol lebih enak mabuknya
daripada zat yang lain. Apalagi menurut subyek mengkonsumsi
alkohol lebih ringan hukumannya daripada mengkonsumsi zat
yang lainnya.
56
Awalnya kedua orang tua subyek tidak mengetahui
perilaku minum yang dilakukan oleh subyek, namun lama-
kelaman ibu subyek merasa curiga dengan perilaku subyek. Ibu
subyek mengetahui bahwa subyek mulai minum minuman
beralkohol saat subyek mulai sering pulang malam dengan
keadaan mulut yang berbau alkohol. Namun ibu subyek hanya
menasehati saja agar subyek tidak terlalu banyak minum dan
dapat mengontrol perilaku minumnya. Menurut subyek, ibu
subyek tidak terlalu melarang karena dalam keluarga besar
subyek kebanyakan para lelakinya adalah seorang peminum
alkohol.
Pada saat SMU frekuensi minum alkohol yang dilakukan
subyek semakin meningkat. Hampir setiap hari subyek
mengkonsumsi alkohol. Bahkan di sekolah pun subyek berani
mengkonsumsi alkohol bersama teman-temannya sebelum masuk
sekolah. Dalam sehari biasanya subyek minum alkohol tiga
sampai dua kali. Biasanya subyek mendapatkan minuman
beralkohol dari temannya di sekolah.. Menurut subyek, alasan
subyek ingin selalu mengkonsumsi alkohol adalah karena setelah
minum alkohol pasti subyek merasakan tubuhnya “ enteng”.
Subyek juga selalu merasa kangen untuk minum alkohol. Subyek
juga percaya bahwa dengan minum alkohol subyek bisa merasa
lepas dan lebih percaya diri.
Setelah lulus SMU perilaku subyek ini semakin menjadi.
Subyek hampir setiap hari minum alkohol. Bahkan setiap hari
57
sabtu dan minggu subyek sering mengadakan pesta alkohol.
Subyek membeli minuman dari uang sakunya. Subyek cenderung
memaksa orang tuanya untuk memberi uang yang lebih. Uang itu
biasanya digunakan untuk membeli minuman import. Kadang-
kadang subyek sampai rela mengumpulkan uang makannya untuk
membeli minuman. Subyek mengaku bahwa minuman import
lebih enak dari pada minuman alkohol yang biasa karena apabila
subyek minum alkohol yang biasa biasanya rasa pusing setelah
mengkonsumsi alkohol tidak hilang-hilang. Subyek mengaku
jarang minum sampai mabuk. Namun subyek juga sering minum
sampai “ jakpot” (minum sampai muntah -muntah). Meskipun
demikian subyek tetap ingin minum alkohol karena subyek selalu
ingin merasakan sensasi dan kehangatan dari minum alkohol itu.
Kebiasaan subyek mengkonsumsi alkohol berlanjut pada
saat subyek mulai kuliah. Saat itu subyek bertemu teman-teman
kost yang juga pengkonsumsi minuman. Subyek merasa senang
mendapatkan teman-teman yang sama seleranya yaitu minuman
beralkohol. Selain itu keluarga subyek yang ada di Semarang
yang rata-rata peminum sering mengajak subyek untuk minum.
Hampir setiap hari juga subyek minum minuman beralkohol.
Subyek biasanya minum di warung-warung minuman atau
bahkan di dalam kamar kostnya. Biasanya subyek akan selalu
uring-uringan apabila tidak bisa mendapatkan alkohol. Subyek
merasa badanya lemas apabila tidak minum alkohol. Subyek
58
mengakui bahwa pada saat subyek sering mengkonsumsi
minuman subyek cenderung lebih malas.
Saat ini subyek sudah mulai mengurangi kebiasaan minum
alkohol. Namun subyek mengaku masih susah untuk berhenti
total. Ketika temanya mengajak minum subyek berusaha
menolak, akan tetapi kadang-kadang subyek juga menerima
ajakan teman-temannya karena berusaha menghormati. Menurut
subyek didalam kelompok peminum, seseorang yang sudah
berhenti atau mengurangi konsumsi alkoholnya harus tetap
meghormati ajakan peminum lain dengan hanya sedikit mencicipi
minuman beralkohol itu. dan sekarang subyek mengaku bisa
sedikit lepas dari alkohol.
IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA
SUBYEK 1
Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh
subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan
lingkungan Awal subyek mengenal minuman alkohol disebabkan
oleh kebiasaan dari teman-teman subyek yang pada saat itu sudah
mulai mengkonsumsi alkohol. Namun pertama kali subyek
merasakan minuman alkohol adalah pada saat subyek pergi bersama
pakde dan saudara-saudara subyek. Kejadian subyek merasakan
alkohol untuk yang pertama kali diawali dengan ketidaksengajaan
subyek meminuman minuman alkohol milik pakde subyek. Subyek
yang terkejut dengan rasa pahit dan panas ditenggorokan minuman
yang diminumnya mencoba bertanya kepada pakde subyek minuman
59
apa yang diminum oleh subyek. Kemudian pakde subyek
memberitahu subyek minuman apa yang diminum oleh subyek. Pada
saat subyek mencoba minuman alkohol tersebut pakde dan saudara-
saudara subyek tidak melarang melainkan tertawa dan membiarkan
subyek untuk mencoba. Setelah itu subyek juga mulai sering
mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kadar rendah seperti
minuman sejenis “ greensand” subyek sering meminta ayahnya untuk
membeli minuman-minuman alkohol dengan kadar rendah tersebut.
Ayah subyek yang juga mengkonsumsi minuman tersebut tidak
melarang subyek mengkonsumsi jenis minuman itu. Kebiasaan dari
orang tua dan keluarga subyek ini menyebabkan subyek terbiasa
dengan minuman beralkohol dan secara tidak langsung melakukan
pembelajaran dari perilaku orang tua dan keluarga subyek tersebut.
Meskipun ibu subyek pernah mengetahui bahwa subyek
mengkonsumsi alkohol tetapi ibu subyek tidak melarang hanya
menasehati karena dalam keluarga besar subyek rata-rata anggota
keluarga yang laki-laki adalah peminum alkohol. Selain itu keluarga
subyek yang berada di Semarang sering memotivasi subyek untuk
mengkonsumsi alkohol dengan sering mengajak subyek minum
alkohol. Ayah dan anggota laki-laki dalam keluarga subyek yang
seorang pengguna alkohol merupakan faktor genetik yang
memunculkan risiko subyek menggunakan alkohol.
Subyek mulai mengkonsumsi minuman beralkohol dengan
kadar yang tinggi adalah pada saat subyek menginjak SLTP.
Kebiasaan teman-teman subyek mengkonsumsi alkohol memotivasi
60
dan mendorong subyek untuk mulai mengkonsumsi minuman
alkohol. Apalagi teman-teman subyek sering mengejek dan
memaksa subyek untuk mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.
Tekanan dari teman sebaya ini menyebabkan subyek merasa malu
serta gengsi dan berusaha untuk menunjukan bahwa subyek tidak
takut untuk minum alkohol. Sikap konformitas juga sangat
mempengaruhi tingkah laku subyek. Hal ini terlihat dari keinginan
subyek yang berusaha untuk melakukan apa yang teman-teman
subyek lakukan agar subyek diakui oleh teman-temannya. Subyek
mulai berani mencoba minuman beralkohol bahkan beberapa obat-
obatan terlarang dan ganja agar terlihat sama dan dihormati oleh
teman-temannya. Selain faktor pembelajaran dari kebiasaan minum
alkohol yang dilakukan keluarga dan teman-teman subyek. Pengaruh
teman sebaya dan konformitas yang merupakan faktor lingkungan
sosial ini juga mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku
minum alkohol yang dilakukan subyek.
Perilaku minum alkohol subyek pada awalnya dilakukan pada
saat subyek duduk dibangku SLTP. Frekuensi awal subyek minum
alkohol adalah dua sampai tiga kali dalam seminggu. Subyek
biasanya mendapatkan minuman berlakohol dari teman-teman
subyek. Pada saat itu subyek juga mengkonsumsi obat-obatan
terlarang dan ganja namun subyek lebih menyukai alkohol. Alasan
subyek lebih menyukai alkohol adalah karena efek alkohol yang
lebih ringan daripada zat-zat yang lain. Selain itu minuman
beralkohol mudah didapat dan harganya relatif murah. Perilaku
61
minum alkohol ini juga mempunyai konsekuensi hukum yang lebih
rendah dibandingkan zat-zat yang lain. Efek diskriminatif dari zat
itulah yang membuat subyek memutuskan untuk mengkonsumsi
alkohol daripada zat yang lainnya dan mendorong subyek untuk
mencari dan mendapatkan alkohol kembali sehingga meyebabkan
subyek mengalami ketergantungan.
Subyek merasa bahwa setelah minum alkohol subyek bisa
merasa “ enteng” . Efek lebih sehat dan hangat ini menyebabkan
subyek selalu ingin minum alkohol. Sensasi yang selalu ingin
dirasakan subyek saat mengkonsumsi alkohol dan efek sehat serta
euforia menjadi dorongan positif dari alkohol yang menyebabkan
subyek berusaha untuk mendapatkan kembali minuman beralkohol.
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada subyek semakin
meningkat saat subyek duduk dibangku SMU. Hampir setiap hari
subyek mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum alkohol subyek
saat subyek mulai tergantung dengan alkohol adalah dua sampai
tigakali dalam sehari. Subyek biasa minum di sekolah bersama
teman-temannya. Subyek juga mempunyai persepsi bahwa minuman
alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang tidak
terlalu lama dibandingkan dengan minuman alkohol yang biasa. hal
ini disebabkan karena subyek sering mendapatkan minuman alkohol
import dari teman subyek yang ayahnya sering keluar negeri.
Meskipun subyek merasa bahwa alkohol itu pahit dan panas di
tenggorokan subyek tetap mengkonsumsi alkohol. Efek aversif dari
alkohol tersebut tidak membuat subyek berhenti minum alkohol.
62
Bahkan subyek juga sering mengalami “ jakpot” yaitu muntah -
muntah setelah minum alkohol terlalu banyak. Namun hal ini tidak
membuat subyek menghentikan perilaku minum alkoholnya karena
efek ini tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku
minum alkohol subyek. Hanya untuk menghindari rasa pahit dan
panas yang subyek rasakan subyek berusaha untuk mencari jenis
minuman yang rasanya lebih enak.
Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis
yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan
subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada
saat minum alkohol subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa
menampilkan apa adanya subyek. Selain itu saat minum alkohol
subyek merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas dan
mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang dapat
menghilangkan kecemasan. Sedangkan dampak secara psikologis
yang dirasakan subyek setelah mengkonsumsi alkohol adalah rasa
kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan atau minum
alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas juga sering dirasakan
subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek merasa tidak
tenang dan lebih cepat marah jika tidak mengkonsumsi alkohol.
Perilaku minum alkohol subyek juga terbawa pada saat subyek
kuliah. Subyek yang tinggal jauh dari orang tua semakin bebas untuk
bisa mengkonsumsi alkohol. Setiap hari subyek bisa mengkonsumsi
alkohol sampai 3 kali. Subyek juga sering menunjukan gejala
ketergantungan pada alkohol. Ketergantungan subyek terhadap
63
alkohol itu sudah mengarah kepada alkoholisme dimana subyek
mempunyai ketidakmampuan untuk menghentikan perilaku minum
alkoholnya. Hal ini terlihat dari subyek yang masih merasa susah
untuk berhenti dan lepas sama sekali dari alkohol meskipun subyek
sudah mulai berusaha untuk mengurangi perilaku minum
alkoholnya.
V. KESIMPULAN SUBYEK 1
Perilaku minum alkohol awal pada subyek dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang saling berinteraksi yaitu:
A. Faktor Individu
Ayah dan anggota laki-laki dalam keluarga adalah pengguna
alkohol dan alkoholik.
B. Faktor Lingkungan
a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan
ayah dan keluarga subyek yang pengguna alkohol dan
kebiasaan teman-teman subyek yang sudah mulai
mengkonsumsi alkohol.
b. Faktor Sosial dan Kultural
Yaitu pengaruh dari dari teman sebaya yang memberikan
tekanan-tekanan yang menyebabkan subyek mengkonsumsi
alkohol. Sikap konformitas yang tinggi juga mendorong
subyek untuk mengkonsumsi alkohol.
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi
sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari
64
dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman
beralkohol adalah :
1. Efek Diskriminatif dari zat (alkohol)
Alkohol lebih dianggap mempunyai efek yang lebih ringan dari
pada zat yang lain, alkohol lebih mudah didapat dan lebih murah
daripada zat yang lain, lebih mempunyai konsekuensi hukum
yang lebih rendah dari zat lain.
2. Efek Dorongan positif dari zat (alkohol)
Alkohol membuat badan lebih enteng, mempunyai efek sehat dan
hangat.
3. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
Persepsi bahwa minuman alkohol jenis import lebih enak dan
efek pusingnya lebih ringan daripada minuman alkohol biasa.
4. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
Rasa pahit dari alkohol dan panas di tenggorokan, sering
mengalami “ jakpot” (muntah -muntah karena terlalu banyak
minum). Namun efek aversif ini tidak memperlemah perilaku
mencari zat atau alkohol.
Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:
1. Pada saat mengkonsumsi alkohol
Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa
adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas
dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang
dapat menghilangkan kecemasan
65
2. Setelah mengkonsumsi alkohol
Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan
atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering
dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek
merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak
mengkonsumsi alkohol.
Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol
berkembang menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti
mengkonsumsi alkohol.
2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu
terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat
dari 2 sampai 3 kali dalam seminggu menjadi setiap hari bahkan
2 sampai 3 kali sehari.
3. Subyek mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol
INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL
Tabel 2 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 1
TEMA KODE Intensitas
Keluarga atau orang
tua pengguna
alkohol/ alkoholik
A.b +++
Kebiasaan-kebiasaan B.a +++
66
minum dari orang
tua, keluarga dan
teman sebaya
Pengaruh Teman
Sebaya
B.b4 +++
Konformitas B.b5 +++
Perilaku Minum
Alkohol Awal
C ++
Efek Diskriminatif
dari Zat (Alkohol)
D +++
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol)
E +++
Stimuli yang
dibiasakan terhadap
Efek Alkohol
F ++
Efek Aversif dari Zat
(Alkohol)
G +
Perilaku Mencari Zat
(Alkohol)
H +++
Gejala-Gejala
Alkoholisme
I +++
67
Keterangan :
+ + + = tinggi
+ + = sedang
+ = rendah
68 Matrik 1
Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 1
A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I
A.a
A.b +++
B.a +++
B.b1
B.b2
B.b3
B.b4 +++
B.b5 +++
C
D +++
E +++ +++
F +++
G
H +++
I
69
Keterangan :
A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu
A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik
B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman
sebaya
B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi
B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya
B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal
B.b4 = Pengaruh Teman sebaya
B.b5 = Konformitas
C = Perilaku Minum Alkohol Awal
D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)
I = Gejala-Gejala Alkoholisme
= X mempengaruhi Y
= Y mempengaruhi X
= X dan Y saling mempengaruhi
70
Skema 2 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 1
+++
+++
+++ +++
+++
+++
_
+++ +++
+++
Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol dan rata-rata laki-laki di keluarga besar subyek adalah seorang peminum alkohol
SUBYEK 1
Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh orang tua, keluarga dan teman-teman subyek.
Faktor Sosial dan Kultural a. Tekanan teman sebaya subyek yang
mendorong dan memaksa subyek untuk mencoba mengkonsumsi alkohol
b. Keinginan subyek untuk diakui oleh teman-temannya dengan berusaha mencoba mengkonsumsi alkohol
L I N G K U N G A N
Perilaku Minum Alkohol awal Subyek mulai mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) a. Alkohol mempunyai efek yang lebih ringan
dibandingkan zat yang lain, b. Alkohol lebih murah dan mudah didapat serta
mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dibandingkan zat yang kain
Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Alkohol membuat badan lebih enteng, mempunyai efek sehat dan hangat Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol Subyek mempunyai persepsi bahwa minuman alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang lebih ringan.
Efek Aversif dari Zat (Alkohol) a. Rasa alkohol yang pahit dan
panas ditenggorokan. b. Subyek sering mengalami
“ jakpot”
Perilaku Mencari Zat (alkohol) Subyek membeli minuman beralkohol saat subyek ingin minum alkohol Biasanya subyek membeli di tempat-tempat yang menjual minuman beralkohol.
ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk
mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol.
b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 2 samapai 3 dalam seminggu menjadi setiap hari.
c. Mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol
Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang dapat menghilangkan kecemasan
Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak mengkonsumsi alkohol.
71
KASUS II
I. IDENTITAS SUBYEK
Nama Subyek : B.P.T
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 22 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Ampenan, 9 November 1984
Status Marital : Belum Nikah
Urutan Kelahiran : Anak keempat dari empat
bersaudara
Agama : Hindu
Pekerjaan : Mahasiswa
Asal : Yogyakarta
Alamat : Pentul Karang rejo, Semarang
Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 170 cm / 90 kg
Tanggal Pelaksanaan : 15 Febuari – 7 Maret
II. HASIL OBSERVASI
A. Observasi Secara Keseluruhan
Gambaran fisik yang nampak dari subyek adalah mempunyai
badan yang tinggi, bertubuh agak besar, berkulit sawo matang serta
berambut lurus panjang sebahu dan berkacamata. Sewaktu peneliti
datang pertama kali untuk meminta kesediaan menjadi subyek
penelitian, subyek langsung menyetujui bahkan bersedia
diwawancarai kapan saja peneliti inginkan. Subyek terkesan
terbuka, karena selama penelitian berlangsung subyek banyak
bercerita tentang hal-hal yang terjadi pada subyek misalnya
72
kejadian di sekolah, pengalaman kerja, dan menanyakan hal yang
tidak dimengerti kepada peneliti. Dilihat dari kondisi fisik, subyek
menunjukan kesan tidak rapi. Subyek cenderung orang yang tidak
terlalu perduli terhadap penampilan.
Subyek saat ini kost didaerah Karangrejo. Subyek menempati
kamar nomor 4 di rumah kost subyek. Subyek mempunyai 2 teman
akrab di kostnya. Kamar subyek terlihat sedikit berantakan. Kamar
ini sering digunakan subyek untuk minum minuman beralkohol
bersama teman-temannya ataupun sendiri.
Subyek kurang banyak mempunyai teman di kampus. Hanya
ada beberapa orang teman saja yang sering terlihat bersama
subyek. Subyek cenderung orang yang tertutup. Subyek lebih
sering terlihat sendirian. Teman-teman subyek yang dekat
kebanyakan juga menyukai minuman beralkohol. Namun
sebenarnya subyek adalah orang yang baik, ramah dan mau
membantu teman-temannya yang kesusahan. Subyek mempunyai
kekasih yaitu adik kelas subyek di kampus. Subyek jarang terlihat
dikampus karena subyek jarang masuk kuliah dan sering pulang ke
Yogyakarta karena subyek mempunyai pekerjaan sambilan.
B. Observasi Saat Wawancara
Selama wawancara, subyek tidak menampakkan tanda-tanda
kecemasan dan kegelisahan, subyek justru terbuka dan cukup
antusias terhadap setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti
termasuk pertanyaan yang bersifat pribadi, misalnya pertanyaan
tentang kehidupan keluarga subyek dan perasaannya pada kedua
73
orang tuanya bahkan subyek mencurahkan isi hatinya kepada
peneliti tentang masalah pribadinya. Selama wawancara
berlangsung subyek juga merokok sampai hampir menghabiskan
setengah bungkus rokok isi 16. Selain itu selama menjawab
pertanyaan subyek nampak santai, tegas dan jelas. Wawancara
diadakan di ruang tamu kost peneliti karena subyek yang
menginginkan wawancara dilakukan di kost peneliti. Subyek
mengenakan celana jins panjang dengan kaos oblong berwarna
abu-abu dan mengenakan jaket hitam.
III. HASIL WAWANCARA
A. Masa kecil
Subyek dilahirkan di kota Ampenan lombok pada tanggal 9
November 1984 dan berasal dari keluarga yang menganut agama
hindu. Ayah subyek berasal dari bali sedangkan ibu subyek berasal
dari Jawa Timur. Subyek anak keempat dari empat bersaudara.
Subyek mempunyai satu orang kakak laki-laki dan dua orang
kakak perempuan. Kakak subyek yang laki-laki sudah menikah dan
mempunyai satu orang anak. Waktu kecil subyek sering berpindah-
pindah tempat tinggal. Hal itu dikarenakan mengikuti ayahnya
yang berpindah tugas. Sejak lahir sampai umur 6 bulan subyek
tinggal di Ampenan, lombok. Kemudian pindah ke samarinda
sampai umur tiga setengah tahun. Pada usia tiga setengah tahun
tahun subyek pindah ke Denpasar, Bali selama 5 tahun. Setelah itu
subyek pindah lagi ke kota Cirebon dan tinggal disana sampai
kelas 4 SD. Pada saat itu ayah subyek kembali ditugaskan ke kota
74
Jakarta, sehingga subyek dan keluarganya juga harus pindah. Akan
tetapi karena ayah subyek harus pindah ke Jakarta, ayah subyek
memutuskan untuk tidak mengajak keluarga subyek untuk pindah
juga ke Jakarta. Alasannya karena ayah subyek takut dengan
pergaulan dan gaya hidup di Jakarta yang rusak akan
mempengaruhi anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Oleh karena
itu ayah subyek menyarankan agar subyek dan keluarganya tinggal
di yogyakarta karena banyak keluarga subyek yang tinggal disana.
Subyek tidak mempunyai teman dekat karena ayah subyek sering
berpindah-pindah maka. Waktu kecil subyek jarang sekali keluar
rumah. Subyek lebih sering bermain di dalam rumah. Subyek
sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Apa saja yang diminta
oleh subyek akan dituruti asalkan tidak yang macam-macam.
Orang tua subyek yang sering berpindah-pindah
menyebabkan subyek sering berpindah-pindah sekolah. Pada saat
SD subyek terbilang cukup pandai. Subyek sering masuk di
peringkat 10 besar di kelasnya. Meskipun subyek belajar hanya 10
sampai 15 menit namun subyek selalu mendengarkan guru saat
menerangkan di kelas sehingga pada saat ujian subyek bisa
mengerjakan. Orang tua subyek yang berlatar belakang pendidikan
tinggi selalu menuntut subyek dan kakak-kakak subyek untuk
selalu rangking di kelas.
Pola asuh yang diterapkan didalam keluarga subyek
cenderung sangat demokratis. Kedua orang tua subyek sering
meminta pendapat anak-anaknya terlebih dahulu apabila ada
75
permasalahan di dalam keluarga. Ayah subyek yang sibuk bekerja
dan sering tidak ada di rumah menyebabkan subyek tidak dekat
dengan ayahnya. Subyek merasa ayah subyek kurang bisa
memahami apa yang dirasakan dan diinginkan oleh subyek dan
kakak-kakaknya. Ayah subyek yang bekerja jauh dari keluarga dan
hanya pulang satu minggu sekali meyebabkan subyek merasa jauh
dan asing dengan ayahnya. Subyek merasa kurang mendapatkan
figur seorang ayah. Subyek juga kurang mempunyai interaksi yang
baik dengan ayahnya. Subyek susah untuk mengutarakan dan
terbuka pada ayahnya.
Ibu subyek adalah orang yang sangat baik dan perhatian
terhadap keluarga terutama Subyek. subyek yang merupakan anak
bungsu menyebabkan ibu subyek terlalu protektif pada subyek.
Meskipun ibu subyek keras dan sering marah namun ibu subyek
sangat sayang dan perhatian kepada anak-anaknya terutama kepada
subyek. Subyek lebih bisa terbuka kepada ibunya daripada kepada
ayah. Subyek sering menceritakan perasaan dan kejadian yang
subyek alami.
Pada saat TK sampai SD kelas 4 subyek masih mempunyai
banyak teman baik teman sekolah maupun teman di lingkungan
rumah. Namun setelah subyek pindah rumah didaerah yang
lingkungannya kurang baik, subyek dilarang ibunya untuk bergaul
dengan orang-orang di lingkungan rumah saat itu. Sejak saat itu
subyek hanya bergaul dengan teman-teman sekolah saja. Subyek
76
merasa bahwa sejak SD kelas 6 sampai SMU pergaulan subyek
sangat sempit.
Subyek cenderung anak yang tertutup dan emosional. Subyek
cepat terharu dan menangis dan juga cepat marah. Subyek lebih
senang bermain sendiri daripada bermain bersama teman-
temannya. Meskipun pendiam subyek cenderung anak yang selalu
dan selalu sering bertanya tentang berbagai hal.
B. Masa Remaja
Saat memasuki bangku SLTP pergaulan subyek mulai sedikit
berubah. Subyek mulai mengenal hal-hal baru yang sebelumnya
tidak diketahui oleh subyek. Subyek mulai mengetahui bahasa-
bahasa gaul yang sering dipakai oleh teman-teman subyek.
Meskipun subyek masih cenderung tertutup, subyek sudah mulai
mempunyai beberapa teman dekat. Selama di bangku SLTP subyek
cenderung anak yang kurang pemberani. Saat subyek ditantang
oleh temannya subyek lebih cenderung mengalah. Subyek juga
pernah dihukum oleh guru PPKN subyek. Guru subyek memergoki
subyek dan teman-temannya bermain sepak bola di dalam kelas,
kemudian subyek dan teman-temannya dipaksa guru subyek untuk
menjilat bola yang dipakai untuk bermain.
Prestasi subyek di sekolah cenderung menurun dari pada saat
subyek SD. Subyek tidak menyukai pelajaran matematika. Ayah
subyek sering membandingkan prestasi subyek dengan prestasi
kakak-kakak subyek yang selalu baik. Subyek pernah mengalami
kejadian yang membuat subyek sangat kecewa terhadap ayahnya.
77
Meskipun subyek tidak pernah disebut bodoh namun ayah subyek
pernah menyamakan subyek dengan pembantu subyek yang hanya
lulusan SD. Subyek sangat kecewa pada ayahnya karena menurut
subyek ayahnya sangat mendewakan pendidikan dan menganggap
bahwa orang akan dihargai apabila mempunyai pendidikan yang
tinggi.
Setelah lulus SLTP subyek melanjutkan sekolah ke SMU
yang cukup terkenal di Yogya. Subyek mulai mengenal tawuran
saat berada di SMU. Menurut subyek, anak-anak di SMU subyek
sangat kompak namun kekompakan itu disebabkan karena adanya
tekanan. Hal itu disebabkan karena apabila ada anak yang tidak
sepaham dengan yang lainnya maka anak itu akan dihajar. Subyek
juga mulai mengenal dunia malam. Subyek mulai jarang pulang ke
rumah. Apalagi subyek bergabung dengan organisasi teater yang
menyebabkan subyek lebih senang kumpul dengan teman-teman di
teater daripada pulang ke rumah. Namun kebiasaan subyek yang
sering tidak pulang kerumah mulai berkurang pada saat subyek
mulai duduk di kelas 3 SMU. Hal ini disebabkan karena subyek
merasa kasihan dengan ibunya yang selalu menangis melihat
tingkahlaku subyek. Ayah subyek yang mulai pensiun dan sering
berada di rumah jarang melihat subyek berada dirumah. Hal itu
menyebabkan ayah subyek menjadi stress melihat tingkahlaku
subyek. Subyek merasa bersalah karena ayah subyek selalu
melampiaskan kemarahannya kepada ibu subyek. Subyek yang
merasa sangat bersalah mulai mengurangi kebiasannya jarang
78
pulang. Subyek mulai membiasakan untuk selalu pulang meskipun
subyek main hingga larut malam.
Hubungan subyek dengan orang tua saat subyek remaja
semakin jauh. Kebiasaan subyek yang sering keluar malam dan
jarang pulang kerumah menyebabkan subyek jarang berinteraksi
dengan orang tuanya. Walaupun kedua orang tua subyek tidak
mengekang namun subyek tetap di berikan aturan mengenai
keuangan dan tetap harus menjaga sopan santun dan aturan
kelauarga. Meskipun hubungan subyek dengan orang taunya
menjauh subyek masih dekat dan terbuka dengan ibunya.
Interaksi subyek dengan teman-teman dan lingkungan sekitar
cukup baik meskipun subyek cenderung tertutup dan kurang bisa
akrab dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini disebabkan karena
dari kecil subyek dilarang untuk berteman dengan orang-orang di
lingkungan rumah. Subyek juga senang bergaul dengan anak-anak
alumi dari SMU subyek dan dari para alumni ini subyek banyak
mengenal kehidupan malam.
Perasaan yang mendominasi pada saat subyek remaja adalah
kekecewaan terhadap ayah subyek. Subyek merasa tertekan dengan
tuntutan ayah subyek untuk selalu berprestasi. Sifat subyek yang
tertutup menyebabkan subyek jarang mengemukakan
kekecewaannya kepada ayah subyek.
C. Masa Sekarang (kuliah)
Setelah lulus dari SMU subyek melanjutkan kuliah dengan
mengikuti ujian UMPTN dengan mendaftar 2 jurusan di universitas
79
Gajah Mada dan 1 jurusan di Universitas Erlangga. Subyek lulus
ujian UMPTN dan diterima di fakultas hukum di Erlangga. Akan
tetapi subyek tidak mengambil itu karena subyek ingin tetap
tinggal di Yogyakarta dan tidak ingin meningalkan teman-teman
serta kekasihnya. Oleh karena itu subyek memutuskan untuk kuliah
di universitas Atmajaya jurusan teknik elektro. Namun perilaku
negatif subyek semakin menjadi. Subyek mulai jarang pulang dan
masuk kuliah. Subyek lebih sering berkumpul dengan teman-
temannya. Melihat keadaan itu kedua orang tua subyek
memutuskan untuk memindahkan subyek di kota lain. Orang tua
subyek memindahkan subyek ke kota Semarang. Kemudian subyek
didaftarkan pada salah satu universitas di Semarang. Di kota
Semarang subyek tinggal dirumah kost. Meskipun subyek sudah
pindah ke Semarang subyek masih sering berkumpul dengan
teman-temannya di Yogya pada saat awal subyek kuliah di
Semarang. Saat ini subyek juga mempunyai usaha sambilan di
Yogyakarta. Subyek sadar bahwa subyek tidak terlalu berbakat di
bidang akademik oleh karena itu subyek lebih tertarik untuk
berbisnis. Subyek sangat menikmati usahanya yang bergerak
dibidang kerajinan.
Hubungan subyek dengan orang tuanya saat ini sudah mulai
membaik meskipun subyek masih kurang bisa dekat dengan
ayahnya. Subyek sudah mulai berfikir untuk membahagiakan
kedua orang tuanya. Subyek ingin membuktikan bahwa meskipun
80
subyek tidak berhasil dibidang akademik namun subyek bisa
berhasil di bidang yang lain.
Interaksi subyek dengan teman-teman di kampus maupun di
kost cukup baik. Meskipun subyek tidak menjalin hubungan yang
terlalu dekat dengan teman-temannya namun subyek selalu
berusaha untuk menjalin hubungan baik. Subyek juga masih
cenderung tertutup pada teman-temannya. Subyek lebih sering
menghabiskan waktu di kost daripada berada di kampus.
D. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi
ketergantungan
Pertama kali subyek mencoba dan merasakan minuman
beralkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku kelas 3 SD.
Subyek mencoba minuman berlakohol itu dari ayah subyek yang
memang suka mengkoleksi minuman berlakohol dari luar negeri.
Pada saat itu ayah subyek memanggil subyek dan menyuruh
subyek untuk merasakan minuman yang dibawa oleh ayah subyek.
Minuman yang dicoba oleh subyek pada saat itu adalah bir
kalengan yang berwarna hitam dan mempunyai rasa yang pahit.
Menurut subyek, ayah subyek bukanlah seorang pecandu alkohol
meskipun sering mencoba minuman beralkohol. Subyek jarang
melihat ayahnya minum sampai mabuk namun subyek hanya
melihat ayahnya mencoba minuman yang sering dibawa ayahnya
dari luar negeri. Didalam keluarga subyek perilaku minum alkohol
itu diperbolehkan asal jangan sampai mabuk. Latar belakang
keluarga subyek yang berasal dari Bali menyebabkan persepsi
81
terhadap kebiasaan minuman beralkohol seperti arak api menjadi
hal yang biasa asalkan tidak sampai mabuk dan membuat
kerusuhan.
Setelah kejadian itu subyek kembali mencoba minuman
beralkohol pada saat subyek duduk di bangku SLTP. Subyek yang
sering berkunjung ketempat kakak subyek yang sedang kuliah di
Malang ditawari oleh kakak subyek untuk minum anggur Cap
Orang Tua. Subyek yang tidak tahu bahwa minuman yang di
minum kakak subyek adalah alkohol yang dapat memabukkan
menerima saja tawaran minum dari kakak subyek. Saat itu subyek
hanya minum segelas karena menurut subyek rasa dari anggur itu
pahit dan tidak enak.
Subyek juga pernah minum alkohol bersama temannya di
SLTP. Namun subyek juga belum sadar dan mengetahui bahwa
yang diminumnya adalah minuman beralkohol yang bisa
memabukan. Rasa dari minuman yang ditawarkan teman-teman
subyek itu manis sehingga subyek menyukai minuman itu.
Pergaulan subyek yang terbatas dan dibatasi oleh kedua orang
tuanya menyebabkan subyek tidak mengetahui bahwa minuman
yang diminum tersebut adalah minuman beralkohol yang
berbahaya. Apalagi minuman yang ditawarkan oleh teman-teman
subyek di SLTP sudah dicampur minuman lain sehingga rasa pahit
alkohol tersebut sudah hilang.
Memasuki bangku SMU subyek mulai sering minum
minuman beralkohol. Awalnya saat subyek yang merasa penasaran
82
melihat teman-teman subyek yang sering minum dan
membicarakan jenis-jenis minuman mencoba untuk membeli
minuman di tempat biasanya teman-teman subyek membeli
minuman beralkohol. Subyek membeli minuman beralkohol
dengan merek Mansion dan diminumnya sendiri di kamar
rumahnya setelah subyek selesai ujian. Subyek sangat merasa
penasaran terhadap cerita dari teman-temannya dan ingin sekali
merasakan mabuk itu seperti apa. Subyek menghabiskan sendiri
satu botol minuman yang dibeli subyek. Menurut subyek, setelah
minum itu subyek merasa seperti “ glier-glier” (pusing) dan subyek
baru mengetahui bahwa minuman alkohol adalah minuman yang
bisa memabukan. Setelah itu subyek malah lebih sering mengajak
teman-temannya untuk minum. subyek juga sering mengajak
tukang-tukang yang sedang membangun rumah subyek untuk
minum alkohol.
Menurut subyek alasan yang memotivasi subyek untuk
minum adalah rasa penasaran dan pergaulan. Subyek merasa
dengan minum subyek bisa mempunyai pergaulan yang lebih
banyak. Subyek merasa lebih nyaman apabila subyek bisa lebih
banyak minum dibandingkan dengan teman-teman subyek yang
lain. Subyek sempat mendapat julukan “ gentong” dari teman -
temannya karena subyek selalu bisa minum paling banyak diantara
yang lainnya.
Frekuensi minum subyek pada awalnya adalah dalam satu
bulan subyek masih jarang-jarang minum. Namun setelah lima
83
bulan begitu subyek menginjak bangku kelas satu akhir hampir tiap
hari subyek minum alkohol. Apalagi subyek yang mengikuti
organisasi teater dimana anak-anak yang mengikuti organisasi ini
rata-rata adalah peminum alkohol mulai sering sekali minum
alkohol.
Subyek mengakui bahwa dengan subyek minum, subyek
dapat meluapkan isi hatinya. Hal ini disebabkan karena ketika
subyek minum alkohol, subyek selalu minum bersama teman-
temannya dan pada saat itu subyek bisa saling bercerita dan sharing
dengan teman-temannya. subyek sering minum saat subyek sedang
mengalami stres. Ketika subyek minum dan mulai tidak sadar
biasanya subyek meluapkan isi hati dan masalah-masalahnya. Stres
yang dirasakan oleh subyek biasanya berkaitan dengan ketakutan
subyek akan kegagalan dalam berorganisasi. Hal itu dikarekan
apabila subyek gagal dalam hal tertentu di organisasi yang diikuti
subyek, maka subyek akan ditekan dan dipukuli oleh lawan atau
kakak kelas subyek. Kecemasan dan rasa tidak nyaman ini
membuat subyek mengkonsumsi alkohol. Pada saat ada masalah
subyek bisa menghabiskan minimal dua botol minuman beralkohol
dalam sehari.
Pertengahan SMU frekuensi minum subyek semakin
meningkat. Setiap hari subyek mengkonsumsi alkohol bahkan
subyek sering mengkonsumsi alkohol sendiri apabila teman-teman
subyek tidak ada yang mau diajak untuk minum. Rasa “ kepengen”
yang menurut subyek selalu menyebabkan subyek ingin selalu
84
minum alkohol menjadikan subyek minum alkohol setiap hari.
Menurut subyek, minuman beralkohol bisa menimbulkan perasaan
lega dan enak, apalagi kalau efek alkoholnya sudah samapai ke
otak bisa menimbulkan rasa yang menyenagkan meskipun ada rasa
pusing. Namun rasa “ glier-glier” (pusing) tersebut tidak membuat
subyek jera mengkonsumsi alkohol.
Subyek juga pernah muntah-muntah setelah subyek minum
alkohol atau sering disebut dengan istilah “ jakpot”. Pada saat itu
subyek muntah karena setelah subyek minum alkohol subyek
melakukan aktivitas lari-lari. Selain itu subyek juga pernah muntah
karena setelah subyek minum alkohol subyek langsung tidur.
Mulai saat itu subyek tidak pernah lagi lari-lari atau langsung tidur
setelah subyek minum alkohol. Meskipun subyek juga pernah
muntah-muntah tidak membuat subyek berhenti minum alkohol,
karena menurut subyek “ jakpot” yang dirasakan subyek tidak
sebanding dengan kebiasaan subyek yang minum alkohol setiap
hari.
Pada saat itu subyek juga mengkonsumsi obat-obatan lainnya
seperti ganja, namun subyek tidak meneruskan untuk
mengkonsumsi ganja karena setelah mengkonsumsi ganja biasanya
badan subyek terasa dingin dan sakit. Subyek hanya menghisap
ganja tiga kali. Setelah menghisap ganja biasanya subyek merasa
kupingnya seperti mendengung dan apabila subyek terkena angin
badanya akan terasa dingin. Hal ini yang menyebabkan subyek
tidak ingin lagi menghisap ganja. Subyek lebih menyukai alkohol
85
dibandingkan obat-obatan lainya. Subyek merasa bahwa alkohol
lebih enak. Apalagi subyek sangat anti memakai narkoba meskipun
banyak teman-teman subyek yang mengkonsumsi. Keluarga
subyek selalu menanamkan kepada subyek untuk tidak pernah
mencoba-coba mengkonsumsi narkotika. Subyek juga melihat om
dan pakde subyek yang hancur kehidupannya
karenamengkonsumsi narkoba. Hal ini lah yang selalu melekat
didalam pikiran subyek bahwa apabila subyek mencoba
mengkonsumsi narkoba maka kehidupan subyek akan hancur.
Subyek lebih menyukai minuman alkohol campuran. Jadi
subyek lebih sering minum alkohol yang dicampur dengan
minuman lainnya. Subyek tidak terlalu suka minum minuman
alkohol dari luar yang dicampur apa-apa karena menurut subyek
rasanya akan “ eneg” dan tidak enak. Subyek tidak terlalu suka
minum bir karena rasanya yang hanya pahit tidak ada rasa
alkoholnya seperti saat subyek diberi oleh ayahnya waktu SD.
Subyek juga bisa minum apa saja asalkan tidak anggur Cap Orang
Tua yang pernah diminum oleh subyek bersama kakaknya karena
menurut subyek sangat tidak enak. Biasanya subyek mencampur
minuman merek Vodka dengan minuman Extrajoss atau Coca
Cola.
Subyek jarang sekali merasa tidak bisa minum. Saat subyek
ingin minum alkohol subyek selalu berusaha untuk membeli dan
mencari minuman beralkohol tersebut. Subyek akan selalu
berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan minuman
86
beralkohol. Biasanya subyek membeli minuman beralkohol itu atau
diberi oleh teman-teman dan kakaknya. Apabila subyek tidak bisa
mendapatkan minuman beralkohol subyek akan merasa gelisah dan
tidak bisa tidur. Apalagi motivasi subyek untuk minum adalah agar
subyek bisa cepat tidur. Secara fisiologis subyek juga akan merasa
pusing apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol.
Subyek juga pernah berusaha untuk mengurangi frekuensi
minumnya pada saat awal subyek duduk di bangku kuliah. Namun
usaha tersebut tidak berhasil karena subyek masih kurang fokus
dan perasaan “ pengen” yang sela lu dirasakan oleh subyek
membuat subyek kembali mengkonsumsi alkohol. Meskipun
teman-teman subyek yang lain rata-rata sudah berhenti namun
subyek tetap saja minum meskipun harus minum alkohol sendiri.
Saat ini subyek mulai kembali berusaha untuk mengurangi
kebiasaan minum alkoholnya karena subyek merasa bahwa subyek
harus memfokuskan diri pada tanggungjawabnya saat ini.
IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 2
Pada saat SMU subyek mulai lebih mengenal apa yang
dinamakan dengan minuman beralkohol. Perilaku minum minuman
beralkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari individu dan lingkungan. Pertama kali subyek mencoba
minuman yang mengandung alkohol adalah pada saat subyek duduk
dibangku kelas 3 SD meskipun pada saat itu subyek tidak mengetahui
bahwa minuman yang diminumnya adalah minum beralakohol. Faktor
yang menyebabkan subyek mencoba minuman beralkohol adalah
87
pengaruh dari adat budaya yang dianut oleh keluarga subyek. Latar
belakang keluarga subyek yang berasal dari budaya Bali meyebabkan
perilaku minum minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi
hal yang biasa. Dalam keseharian atau pada saat acara-acara tertentu
rata-rata orang di Bali mengkonsumsi minuman beralkohol seperti
arak atau bir. Olehkarena itu ayah subyek mengenalkan subyek pada
minuman beralkohol dengan menyuruh subyek untuk merasakan
minuman alkohol yang sedang dibawa oleh ayahnya itu.
Aturan yang membolehkan anggota keluarga subyek untuk
mencoba minuman beralkohol menjadikan perilaku minum minuman
beralkohol tidak menjadi masalah yang besar dalam keluarga subyek.
Kebiasaan minum alkohol dalam keluarga subyek terlihat dari
kebiasaan ayah subyek yang sering membawa dan mengkoleksi jenis-
jenis minuman beralkohol dari luar. Selain itu beberapa kerabat seperti
pakde dan om subyek juga sering mengkonsumsi minuman beralkohol
bahkan kakak laki-laki subyek adalah seorang peminum. Pada saat
subyek duduk dibangku SLTP subyek pernah mencoba minuman
beralkohol dari kakak subyek ketika subyek mengunjungi kakaknya
yang tinggal di Malang. Kebiasaan-kebiasaan keluarga subyek dalam
hal mengkonsumsi alkohol ini secara tidak langsung menyebabkan
subyek melakukan pembelajaran dari perilaku minum alkohol yang
dilakukan oleh ayah,kakak dan keluarga subyek. Pembelajaran dari
kebiasaan-kebiasaan di keluarga subyek ini mempengaruhi perilaku
minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.
88
Selain pengaruh dari kebiasaan minum di keluarga subyek,
pengaruh kebiasaan teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol
juga mendorong subyek untuk mencoba mengkonsumsi alkohol.
Subyek yang merasa sangat penasaran dengan minuman beralkohol
secara tidak langsung belajar dari teman-teman subyek yang sudah
lebih dulu mengkonsumsi alkohol. Subyek sering melihat teman-
temannya minum dan sering bertanya dimana tempat membeli atau
mendapatkan minuman yang sering di minum oleh teman-temannya.
Setelah lama mengamati teman-temannya minum dan didorong oleh
rasa penasaran yang besar subyek mulai memberanikan diri untuk
membeli minuman beralkohol. Pada saat itu subyek membeli satu
botol minuman beralkohol dan diminumnya sendiri di kamar. Sejak
saat itu subyek mulai mengkonsumsi minuman beralkohol.
Subyek mengetahui bahwa minuman beralkohol itu adalah
minuman yang memabukkan adalah dari teman-teman subyek di
SMU. Walaupun teman-teman subyek jarang mengajak subyek untuk
minum, namun teman-teman subyek sering menceritakan hal-hal yang
berkaitan dengan minuman beralkohol. Pengaruh teman sebaya ini
semakin mendorong rasa penasaran subyek terhadap minuman
beralkohol sehingga subyek mulai berani mengkonsumsi minuman
beralkohol.
Setelah mencoba dan merasakan minuman beralkohol subyek
menjadi lebih sering mengkonsumsi alkohol. Subyek bahkan sering
mengajak teman-temanya untuk minum alkohol. Sikap konformitas
juga ditunjukan subyek dalam perilaku minum alkoholnya. Hal itu
89
ditunjukan dari rasa nyaman yang dirasakan subyek saat subyek
mendapatkan pengakuan bahwa subyek mampu minum lebih banyak
dari teman-temannya.
Selain faktor dari lingkungan, faktor dari dalam individu subyek
sendiri juga sangat berpengaruh pada perilaku minum alkohol yang
dilakukan oleh subyek. Faktor psikologis sangat berpengaruh pada
awal perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Subyek
akan menghindari kecemasan yang dirasakannya dengan minum
alkohol. Apabila subyek mulai merasa stres maka subyek akan minum
alkohol lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan karena dengan
minum alkohol subyek bisa lebih merasa tenang dan bisa
menceritakan apa saja yang dirasakan oleh subyek.
Selain faktor secara psikologis, faktor genetik dalam diri subyek
juga mempunyai pengaruh pada perilaku minum alkohol yang
dilakukan oleh subyek. Meskipun ayah subyek bukan pecandu alkohol
namun ayah subyek sering mengkonsumsi minuman beralkohol, selain
itu kakak sulung subyek juga seorang pecandu alkohol karena setiap
hari kakak subyek mengkonsumsi minuman beralkohol. Faktor genetik
atau biologis ini merupakan faktor risiko yang juga mempengaruhi
perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.
Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah 4
atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum subyek sering mengajak
teman-temannya bahkan tukang yang bekerja dirumah subyek juga dia
ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek biasanya minum di sekolah
bersama dengan teman-temannya di organisasi teater.
90
Frekuensi minum alkohol subyek meningkat sejak subyek duduk
di bangku kelas satu akhir. Frekuensi minum subyek meningkat dari
sebulan 4 sampai 5 kali menjadi setiap hari. Hampir setiap hari subyek
ingin mengkonsumsi alkohol dan hal itu di karena kan rasa keinginan
yang besar untuk merasakan alkohol bukan karena subyek sedang
menghadapi masalah. Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu
berusaha mencari dan membeli minuman beralkohol. Kadang-kadang
subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari kakak atau teman-
temannya.
Efek dorongan positif dari alkohol merupakan salah satu hal yang
mendorong subyek untuk berusaha mencari atau membeli minuman
beralkohol. Menurut subyek saat efek alkohol sampai ke otak akan
sangat terasa menyenangkan. Selain itu subyek juga akan bisa cepat
tidur setelah mengkonsumsi alkohol. Alkohol membuat tubuh menjadi
hangat. Hal-hal inilah yang membuat subyek selalu ingin minum
alkohol meskipun efek aversif dari alkohol juga pernah dirasakan oleh
subyek. beberapa efek aversif dari alkohol yang dirasakan oleh subyek
adalah rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum alkohol.
Namun subyek tidak terlalu memperdulikannya karena setiap subyek
minum alkohol, subyek lebih senang mencampur minuman beralkohol
dengan jenis minuman lainnya agar rasanya tidak terlalu pahit.
Selain efek dorongan positif dari alkohol, stimuli yang dibiasakan
terhadap alkohol juga mempengaruhi subyek dalam mencari atau
membeli minuman beralakohol. Subyek sangat menghindari dan tidak
mau membeli anggur Cap Orang Tua . Pada saat itu subyek mencoba
91
minuman beralkohol yang ditawarkan oleh kakak subyek, namun
subyek hanya minum satu gelas saja karena rasanya yang pahit dan
tidak enak. Minuman yang diminum subyek pada saat itu adalah
anggur Cap Orang Tua. Pengalaman pertama minum anggur Cap
Orang Tua ini membuat subyek tidak mau lagi mencoba dan minum
anggur Cap Orang Tua. Rasa dari anggur Cap Orang Tua yang pahit
dan membuat “ eneg” ini memunculkan stimuli yang dibiasakan saat
subyek akan mengkonsumsi alkohol. Stimuli ini merupakan petunjuk
bagi subyek saat subyek ingin kembali mengkonsumsi minuman
beralkohol. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak
akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum
alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur
subyek akan muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot”.
Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-
obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek
mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek merasa bahwa
alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan dengan zat
psikoaktif lainya. Subyek pernah mengkonsumsi ganja namun efek
setelah mengkonsumsi ganja yang membuat tubuh subyek sakit
menjadikan subyek tidak ingin mengkonsumsi ganja dan lebih
memilih untuk minum alkohol. Selain itu subyek juga tidak mau
mengkonsumsi narkoba karena keluarga subyek yang sangat melarang
subyek untuk mengkonsumsi narkoba dan juga subyek tidak ingin
kehidupannya hancur seperti beberapa saudara subyek yang
mengkonsumsi narkoba. Efek diskriminatif dari zat inilah yang
92
menjadi alasan subyek lebih mengkonsumsi dan mencari alkohol
dibandingkan dengan zat yang lainnya.
Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis yang
dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan subyek
dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada saat
minum alkohol subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa
lebih bebas dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek
merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan. Sedangkan
dampak secara psikologis yang dirasakan subyek setelah
mengkonsumsi perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi
merasakan efek alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa
minuman beralkohol.
Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol
yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi
ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung
mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang
dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk
menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang atau
menghilangkan rasa tidak enak.
Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah
berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.
Hal ini terlihat dari ketidak mampuan subyek untuk mengurangi atau
bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek mengalami
kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum
alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan
93
menjadi setiap hari. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang
lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami
keracunan atau muntah meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol
minuman. Subyek juga mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu
merasa pusing apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman
beralkohol. Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila
subyek tidak bisa minum alkohol. Gejala-gejala ini menunjukan
subyek mulai mengalami gangguan yang berhubungan dengan alkohol
atau alkoholisme.
V. KESIMPULAN SUBYEK 2
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
A. Faktor Individu
a. Faktor Psikologis
Yaitu Menghindari kecemasan dan stres yang dialami oleh
subyek
b. Faktor Genetik dan Biologis
Yaitu ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol serta kakak
sulung dan beberapa om subyek adalah seorang pecandu
alkohol.
B. Faktor Lingkungan
b. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan-
kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh keluarga dan
teman-teman subyek.
94
c. Faktor Sosial dan Kultural
Yaitu pengaruh dari teman-teman subyek yang menceritakan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol
serta sikap konformitas yang dilakukan subyek yang terlihat
dari perasaan nyaman saat subyek mampu minum lebih banyak
dari teman-teman yang lain. Selain itu pengaruh adat istiadat
dan budaya di Bali yang terbiasa dengan perilaku minum
minuman beralkohol seperti arak atau bir.
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi
sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari
dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol
adalah :
1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
Yaitu alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan
dengan zat psikoaktif lainya.
2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
Yaitu efek alkohol yang sampai ke otak terasa menyenangkan dan
hangat di tubuh dan membuat subyek bisa cepat tidur.
3. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
Yaitu subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli anggur
Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin
“ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak
akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah
minum alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau
95
langsung tidur subyek akan muntah atau sering di sebut dengan
istilah “ jakpot”.
4. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
Yaitu rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum
alkohol. Namun efek ini tidak memperlemah perilaku subyek
mencari minuman beralkohol.
Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:
1. Pada saat mengkonsumsi alkohol
Subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa lebih bebas
dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek
merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan.
2. Setelah mengkonsumsi alkohol
Perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi merasakan efek
alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa minuman
beralkohol.
Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang
menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti
mengkonsumsi alkohol.
2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat
dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai
5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari.
3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap
alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah
meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol minuman.
96
4. Subyek mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu merasa pusing
apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman beralkohol.
Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak
bisa minum alkohol.
INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL
Tabel 3 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 2
TEMA KODE Intensitas
Menghindari
perasaan psikologis
tertentu
A.a +++
Keluarga atau orang
tua pengguna
alkohol/ alkoholik
A.b +++
Kebiasaan-kebiasaan
minum dari orang
tua, keluarga dan
teman sebaya
B.a +++
Pengaruh adat
Istiadat dan Budaya
B.b2 +++
Pengaruh Teman
Sebaya
B.b4 +++
Konformitas B.b5 ++
97
Perilaku Minum
Alkohol Awal
C +++
Efek Diskriminatif
dari Zat (Alkohol)
D +++
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol)
E +++
Stimuli yang
dibiasakan terhadap
Efek Alkohol
F +++
Efek Aversif dari Zat
(Alkohol)
G +
Perilaku Mencari Zat
(Alkohol)
H +++
Gejala-Gejala
Alkoholisme
I +++
Keterangan :
+ + + = tinggi
+ + = sedang
+ = rendah
98
Matrik 2 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 2
A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I
A.a +++
A.b +++
B.a +++
B.b1
B.b2 +++
B.b3
B.b4 +++
B.b5 ++
C
D +++
E +++ +++
F +++
G
H +++
I
99
Keterangan :
A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu
A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik
B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman
sebaya
B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi
B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya
B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal
B.b4 = Pengaruh Teman sebaya
B.b5 = Konformitas
C = Perilaku Minum Alkohol Awal
D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)
I = Gejala-Gejala Alkoholisme
= X mempengaruhi Y
= Y mempengaruhi X
= X dan Y saling mempengaruhi
100
Skema 3 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 2
+++ +++ +++
+++ +++
+++ +++
_
+++ +++
++
Faktor Psikologis Subyek menghindari rasa cemas dan ketidaknyamanan yang dirasakan dengan mengkonsumsi alkohol
Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol serta kakak sulung dan beberapa om subyek adalah pecandu alkohol
SUBYEK 2
Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh keluarga dan teman-teman subyek
Faktor Sosial dan Kultural a. Pengaruh dari teman-teman subyek
yang menceritakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol
b. Sikap konformitas yang dilakukan subyek yang terlihat dari perasaan nyaman yang dirasakan subyek saat subyek mampu minum lebih banyak dari teman-temannya yang lain
c. Pengaruh adat istiadat dan budaya di Bali yang terbiasa dengan perilaku minum minuman beralkohol seperti arak atau bir
L I N G K U N G A N
Perilaku Minum Alkohol awal Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah 4 atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum subyek sering mengajak teman-temannya bahkan tukang yang bekerja dirumah subyek juga dia ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek biasanya minum di sekolah bersama dengan teman-temannya di organisasi teater.
Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Subyek merasa bahwa alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan dengan zat psikoaktif lainya
Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Efek alkohol yang sampai ke otak terasa menyenangkan dan hangat di tubuh dan membuat subyek bisa cepat tidur
Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli anggur Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin “ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur subyek akan muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot
Efek Aversif dari Zat (Alkohol) Rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum alkohol.
Perilaku Mencari Zat (alkohol) Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu beruasa mencari dan membeli minuman beralkohol. Kadang-kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari kakak atau teman-temannya.
ALKOHOLISME d. Ketidakmampuan subyek untuk
mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol.
e. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari.
f. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol minuman.
g. Subyek juga mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu merasa pusing apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman beralkohol. Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.
Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa lebih bebas dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan.
Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi merasakan efek alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa minuman beralkohol.
101
KASUS III
I. IDENTITAS SUBYEK
Nama Subyek : PFYCP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 24 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 2 April 1982
Status Marital : Belum Nikah
Urutan Kelahiran : Anak keempat dari empat
bersaudara
Agama : Katolik
Pekerjaan : Mahasiswa
Asal : Brebes
Alamat : Karangrejo , Semarang
Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 174 cm / 65 kg
Tanggal Pelaksanaan : 10 Januari – 7 Maret 2007
II. HASIL OBSERVASI
A. Observasi Secara Keseluruhan
Gambaran fisik yang terlihat dari subyek adalah subyek
mempunyai bentuk tubuh yang proposional, berkulit sawo
matang, berkacamata dan beramput ikal. Pada saat peneliti
datang pertama kali untuk meminta kesediaan menjadi subyek
penelitian, subyek bersedia menjadi subyek penelitian dan
bersedia kapanpun untuk diwawancarai. Subyek berasal dari
keluarga dengan sosial ekonomi menengah. Subyek mengkontrak
102
sebuah rumah di daerah Karangrejo bersama beberapa teman-
teman subyek. Rumah yang ditempati subyek terdapat 5 kamar
dimana subyek menempati kamar paling depan. Kamar subyek
berisi satu buah tempat tidur dan lemari, satu buah tape dan satu
buah televise dan kipas angin. Kamar subyek terlihat kurang
rapid an agak kotor. Subyek mempunyai sebuah motor yang
digunakan sebagai alat transportasinya saat kuliah. Hubungan
subyek dengan teman-teman di kontrakan subyek terbilang cukup
baik. Subyek terlihat mampu menyesuaikan diri dan dapat
bersosialisasi dengan penghuni rumah kontrakan yang ditempati
subyek.
Subyek adalah orang yang cenderung tidak banyak bicara.
Menurut teman-teman subyek, subyek adalah orang yang baik
meskipun pada awalnya subyek cenderung lebih cepat marah.
Subyek mempunyai beberapa teman dekat di kampus. Subyek
juga aktif dalam kegiatan dan organisasi di kampusnya. Rata-rata
mahasiswa di fakultas subyek mengenal subyek. subyek sering
mengikuti kepanitian acara-acara yang diselenggarakan oleh
Universitas. Saat ini subyek lebih sering terlihat bergaul dengan
adik-adik kelasnya di kampus dibandingkan dengan teman-teman
seangkatannya. Subyek adalah anak yang sederhana.
Prestasi subyek dikampus terbilang cukup baik. Subyek
mempunyai indeks prestasi lebih dari tiga. Subyek juga rajin
masuk kuliah meskipun sesekali subyek juga pernah membolos.
Subyek pernah mendapatkan beasiswa dari Depdiknas. Saat ini
103
pun subyek juga terpilih menjadi asisten di kampusnya. Subyek
adalah orang selalu mencari peluang untuk mendapatkan
tambahan uang saku seperti ketika subyek menjadi seorang guru
les untuk anak SMP. Subyek juga terlihat cukup dekat dengan
beberapa dosen dan karyawan di kampusnya. Subyek sering
beberapa kali diminta bantuannya oleh beberapa dosen untuk
membantu proyek-proyek tertentu.
Subyek juga mempunyai beberapa teman dekat. Teman-
teman subyek tersebut juga sering minum alkohol bersama
subyek. Biasanya subyek terlihat minum alkohol saat berkmpul
dengan teman-teman subyek.
B. Observasi Saat Wawancara
Wawancara dilaksanakan di rumah kontrakan subyek. Selama
wawancara subyek terlihat malu-malu dalam menjawab. Apalagi
saat ketika peneliti mulai menyalakan alat perekam subyek mulai
agak kurang nayaman. Selama menjawab pertanyaan subyek
cenderung kurang terbuka dan malu-malu. Subyek lebih cenderung
terbuka saat peneliti tidak menggunakan alat perekam. Subyek
merasa tidak enak dan takut apabila dosen di kampus mengenali
subyek. Oleh karena itu ada beberapa wawancara yang tidak
direkam oleh peneliti sesuai dengan permintaan subyek. Saat
wawancara berlangsung subyek mengunakan bahasa yang campur-
campur. Olehkarena itu peneliti berusaha membuat subyek nyaman
dengan menggunakan bahasa jawa. Selama wawancara subyek
104
sesekali mebuat lelucon yang membuat peneliti tertawa. Subyek
menyedikan beberapa jenis makanan dan minuman kepada peneliti.
III. HASIL WAWANCARA
A. Masa Kecil
Subyek lahir di kota Brebes pada tanggal 2 April 1982.
subyek merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada saat
SD subyek bersekolah di SD Negeri di Brebes yang letaknya
sekitar 300 meter dari rumah subyek. Subyek terbilang anak yang
cukup baik. Guru-guru subyek sangat mengenal subyek karena
selain berprestasi subyek juga merupakan anak dari salah satu guru
di SD subyek. Subyek juga cenderung anak yang sangat aktif.
Prestasi subyek terbilang cukup baik dimana subyek selalu
mendapatkan rangking 1 sampai 3 di kelasnya. Selain itu subyek
juga sering mengikuti lomba-lomba mata pelajaran yaitu bidang
IPS.
Hubungan subyek dengan kedua orang tunya terbilang cukup
baik. Pola asuh orang tua subyek terhadap subyek dan kakak-
kakaknya cenderung bebas. Namun orang tua subyek tetap
memberikan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh subyek dan
kakaknya. Orang tua subyek sangat tegas dan disiplin soal waktu.
Pada saat itu subyek merasa takut kepada orang tua karena kedua
orang tua subyek sangat mengontrol kegiatan subyek. Ayah subyek
adalah seorang guru SD. Ayah subyek selalu membebaskan subyek
namun harus selalu bertanggungjawab. Subyek lebih cenderung
105
dekat dengan ayahnya. Hampir setiap hari ayah subyek sering
bermain dan mendongeng pada subyek. Ibu subyek adalah ibu
yang sangat perhatian dan baik. Meskipun ibu subyek juga bekerja
sebagai guru, ibu subyek tetap memperhatikan keempat anaknya.
Ibu subyek sering memberi nasehat kepada subyek.subyek juga
lebih sering dimintai bantuan oleh ibu subyek daripada ketiga
kakaknya.
Hubungan subyek dengan kakaknya sangat baik. Subyek
sering bermain bersama ketiga kakaknya. Selain itu hubungan
subyek dengan lingkungan sekitar juga sangat baik. Subyek sering
bermain dengan teman-teman yang tinggal di sekitar rumah
subyek. Sifat subyek pada saat itu cenderung suka memimpin. Di
dalam kelompok bermain subyek cenderung menjadi pemimpin
diantara teman-temannya yang lain. Teman-teman subyek yang
rata-rata berusia dibawah subyek selalu menuruti apapun yang
dikatan oleh subyek. Subyek biasanya bermain dengan teman-
temannya pada sore hari setelah subyek membantu membuat es
dan telur asin.
Subyek cenderung anak yang pendiam namun lebih
cenderung aktif dalam tingkah laku. Perasaan yang mendominasi
subyek saat itu adalah perasaan senang dan bahagia. Hal itu
disebabkan karena kehidupan keluarga subyek cenderung harmonis
dan penuh perhatian. Namun subyek juga merasa sedikit jengkel
karena menurut subyek orang tua subyek terlalu membatasi tingkah
laku subyek tidak sama seperti keluarga-keluarga yang lain.
106
B. Masa Remaja
Memasuki bangku SLTP subyek sudah dilatih kedua orang
tuanya untuk bekerja. Setiap pagi subyek membantu ibunya
mengantarkan es ke warung-warung sebelum subyek berangkat
sekolah. Orang tua subyek yang mempunyai home industri
membuat subyek harus sering membantu ke dua orang tuanya.
Pulang sekolah subyek membantu ibunya membuat telur asin dan
es. Meskipun subyek sering membantu kedua orang tuanya
bekerja, prestasi subyek di sekolah tetap baik. Pada saat duduk di
bangku kelas tiga SLTP subyek masuk ke dalam kelas pilihan yang
ada di sekolah subyek. Kelas pilihan di Sekolah subyek itu
merupakan kelas yang siswanya adalah anak-anak yang terpilih
dan pintar dengan prestasi yang baik. Subyek juga sudah mulai
diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk mulai bisa bertanggung
jawab. Subyek sudah diwajibkan untuk mencuci pakaian yang
subyek pakai. Subyek mempunyai sebuah “geng” di sekolahnya.
Namun meskipun demikian subyek tidak menutup diri untuk
bergaul dengan yang lainnya. Subyek juga masih sering
berkumpul-kumpul dengan teman-temannya di sekitar rumahnya
saat malam minggu.
Setelah lulus SLTP subyek melanjutkan sekolahnya ke STM
di kota Magelang. Alasan subyek melanjutkan sekolah ke luar kota
adalah karena subyek merasa ingin seperti kakaknya yang lebih
dulu bersekolah di salah satu STM di kota Magelang. Subyek
merasa bahwa sekolah jauh dari orang tua sangat enak. pada saat
107
itu subyek tinggal di temapat pakde subyek yang tinggal di
Magelang. Namun subyek tidak menyelesaikan sekolahnya di STM
itu. Meskipun subyek termasuk anak yang cukup pintar subyek
tetap ingin keluar dari STM itu. Alasan subyek keluar dan pindah
sekolah karena subyek merasa tidak nyaman tinggal di tempat
saudara. Subyek sempat menganggur setengah tahun sebelum
akhirnya subyek memilih untuk mendaftar seminari. Subyek masuk
ke seminari karena hanya mencoba-coba dan tidak mengira akan
diterima. Namun subyek hanya mampu bertahan satu tahun saja di
seminari tersebut. subyek merasa kurang bisa berkembang apabila
masih bersekolah di seminari tersebut. Setelah keluar dari seminari
subyek kembali bersekolah di SMU Pius di kota Tegal. Saat SMU
subyek sempat tinggal di gereja. Saat SMU prestasi subyek tidak
sebagus dulu. Subyek cenderung lebih malas dibandingkan saat di
STM maupun di seminari. Meskipun disekolah kurang menonjol
subyek lebih aktif di kegiatan di luar sekolah. Subyek mengikuti
berbagai organisasi seperti mudika.
Hubungan subyek dengan orang tuanya mulai jauh karena
subyek yang tinggal jauh dari orang tua. Meskipun subyek
bersekolah di kota Tegal subyek juga jarang pulang ke rumah.
Biasanya subyek berhubungan dengan kedua orang tuanya melalui
surat atau telepon. Saat subyek pulang kerumah subyek merasa
sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Apapun yang biasanya
subyek minta pasti akan coba dipenuhi oleh orang tuanya. Menurut
108
subyek konsep pola asuh orang tuanya yang bebas bertanggung
jawab semakin terlihat nyata saat subyek SMU.
Hubungan subyek dengan teman dan lingkungan sekitar
cukup baik. Subyek selalu berusaha untuk membaur dengan
lingkunagn sekitarnya. Saat subyek tinggal di Magelang subyek
sering berkumpul dengan anak-anak muda yang ada di lingkungan
tempat tinggal pakde subyek. Kegiatan subyek saat berkumpul
dengan teman-temannya antara lain adalah berburu burung , main
kartu bahkan pernah sampai berjudi. Subyek juga sudah mulai
merokok. Subyek juga mulai berkelahi dengan teman-temannya.
hal itu disebabkan karena sekolah subyek rata-rata anaknya adalah
laki-laki.
Berbeda dengan sifat subyek pada saat SD yang suka
memimpin, subyek lebih gampang terpengaruh dan suka ikut-
ikutan. Subyek juga kurang kreatif karena selalu mengikuti
kemauan orang lain. Subyek akan lebih cenderung diam ketika
berkumpul dengan orang yang kurang dikenal namun subyek akan
cenderung lebih cerewet saat berkumpul dengan orang-orang yang
sudah dikenalnya.
C. Masa Sekarang ( Kuliah)
Lulus dari SMU di kota Tegal subyek memutuskan kuliah di
salah satu universitas swasta di Semarang. Subyek mengambil
jurusan psikologi. Subyek memilih kuliah di Semarang karena
subyek ingin mempunyai teman-teman baru. Menurut subyek
apabila subyek kuliah di Yogya subyek akan bertemu dengan
109
teman-teman yang sama dan itu membuat subyek tidak
berkembang. Saat ini subyek mengngontrak sebuah rumah bersama
teman-temannya. menurt subyek mengontrak rumah lebih bebas
dibandingkan harus kost.
Subyek memilih jurusan psikologi karena subyek ingin sekali
bisa belajar filsafat karena menurut subyek di psikologi pasti akan
ada ilmu tentang filsafat. Prestasi akademik subyek cukup baik di
kampus. Subyek mempunyai IPK tiga koma satu. Subyek juga
aktif dalam kegiatan yang ada di kampus. Meskipun awalnya
subyek tidak ingin aktif di kegiatan kampus namun subyek tetap
mengikuti beberapa oraganisasi di kampus karena subyek merasa
jenuh karena tidak ada kegiatan. Subyek sering menjadi panitia-
panitia dalam kegiatan yang ada di kampus. Subyek juga sudah
menemukan teman-teman yang cocok sehingga subyek bisa lebih
aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus. Subyek juga pernah
mendapatkan beasiswa dari Depdiknas karena prestasinya yang
cukup baik. Hubungan subyek dengan teman-teman di kampus
maupun di kontrakan cukup baik. Meskipun subyek cenderung
pendiam subyek sering membantu teman-temannya. Pada awal
subyek kuliah, subyek belum menemukan teman yang cocok
namun sekarang subyek sudah menemukan teman yang cocok dan
bisa memahami subyek. Saat ini Subyek juga lebih bersemangat
untuk kuliah.
Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya masih terjalin
baik. Meskipun subyek jarang pulang kerumah subyek masih
110
berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Orang tua subyek akan
menghubungi subyek apabila ada berita-berita penting. Orang tua
subyek semakin membebaskan subyek asal subyek bertangung
jawab.
D. Awal Subyek Mengkonsumsi Alkohol Sampai Menjadi
Ketergantungan
Pertama kali subyek mencoba minuman beralkohol adalah
pada saat subyek duduk dibangku SLTP. Pada saat itu subyek
mencoba minuman beralkohol bersama dengan kakak-kakak
subyek. Kakak-kakak subyek yang sudah lebih dulu
mengkonsumsi alkohol bercerita kepada subyek tentang jenis
minuman tertentu yang kata orang rasanya enak. Subyek dan
kakak-kakak subyek yang penasaran akhirnya mencoba untuk
membeli minuman tersebut. Setelah membeli minuman beralkohol
tersebut subyek mencoba meminumnya dan menurut subyek rasa
minuman tersebut enak meskipun sedikit pahit. Sebelumnya
subyek memang sudah pernah mengetahui dan mencoba sedikit
minuman beralkohol dari tukang-tukang yang sedang membangun
jalan yang ada didepan rumah subyek. Saat itu tukang-tukang yang
membangun jalan sering menitipkan alat-alat bangunan ke rumah
subyek sehingga subyek sering berinteraksi dengan tukang-tukang
tersebut dan dari bergaul dengan tukang-tukang itu subyek banyak
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol.
Subyek yang saat itu masih tinggal dengan orang tuanya selalu
sembunyi-sembunyi saat subyek ingin minum alkohol. Biasanya
111
subyek minum alkohol di kamarnya bersama dengan kakak-kakak
subyek. Frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek pada saat
itu masih sangat jarang sekali. Menurut subyek, rasa penasaran
yang besar dari cerita-cerita yang sering di dengar dari kakak,
teman maupun tukang yang dikenal subyek menyebabkan subyek
ingin mengetahui seperti apa rasa alkohol dan ingin mencoba.
Memasuki bangku STM subyek mulai minum alkohol.
Tempat tinggal subyek yang jauh dari orang tua membuat subyek
semakin bebas dalam mengkonsumsi alkohol. Apalagi teman-
teman dan saudara subyek yang berada di lingkungan tempat
tinggal subyek di kota Magelang rata-rata mengkonsumsi alkohol.
Saat berkumpul dengan teman-teman atau saudara-saudara subyek,
subyek biasanya akan mimun alkohol. Menurut subyek, apabila
pada saat kumpul-kumpul ada makanan tetapi tidak ada minuman
beralkohol maka akan terasa sangat hambar. Apalagi jika pada saat
kumpul-kumpul ada minuman beralkohol maka akan semakin
akrab. Namun frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek
pada saat itu masih jarang biasanya satu minggu sekali. Subyek
mengakui bahwa rasa alkohol itu sangat enak. Subyek awalnya
hanya minum sedikit-sedikit tidak langsung banyak merasakan
bahwa alkohol itu membuat enak untuk beraktivitas dan bisa
membantu untuk bergadang bahkan menurut subyek alkohol bisa
membuat subyek menjadi lebih semangat.
Pada saat subyek bersekolah di SMA Tegal subyek juga
sering minum alkohol dengan teman-temannya. Sempat ada
112
kejadian yang membuat orang tua subyek mengetahui bahwa
subyek mengkonsumsi alkohol. Pada saat itu subyek minum
bersama teman-temannya digereja karena pada saat itu subyek
sempat tinggal di gereja sebagai pembantu gereja. Setelah minum
alkohol subyek dan teman-temannya lupa untuk membuang botol
minuman tersebut dan romo yang ada di gereja itu mengetahui hal
ini. Romo memanggil orang tua subyek untuk melaporkan tingkah
laku subyek ini. Namun setelah sampai di rumah ayah subyek tidak
memarahi subyek tetapi hanya bertanya apakah memang benar
subyek minum alkohol. Subyek menjawab memang benar subyek
mengkonsumsi alkohol. Setelah itu ayah subyek tidak marah
melainkan mengatakan bahwa romo yang kurang bisa mengerti
anak-anak itu karena anak-anak itu sudah besar dan tidak perlu di
larang-larang. Mengetahui hal itu subyek menjadi tidak takut lagi
untuk minum karena ayah subyek tidak marah saat mengetahui
subyek mengkonsumsi alkohol.
Subyek jarang mengalami muntah atau “ jakpot” setelah
minum alkohol. Subyek juga tidak mengakui kalau subyek
mengalami ketergantungan subyek hanya mengakui kalau subyek
merasa selalu saja ingin mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum
alkohol yang dilakukan subyek semakin meningkat saat sbubyek
mulai memasuki bangku kuliah. Biasanya subyek minum alkohol
selama dua sampai tiga hari berturut-turut dalam satu minggu dan
setelah itu meningkat kembali menjadi setiap hari. Biasanya
subyek minum alkohol bersama dengan teman dekatnya di kamar
113
subyek. Subyek merasa bahwa dengan minum alkohol rasanya jadi
enak saat ngobrol-ngobrol. Kemudian saat ada ulang tahun
temannya subyek selalu minum alkohol.
Pada saat subyek memasuki semester empat subyek
mempunyai ide untuk membuat mini bar di kamarnya. Subyek
mulai mengumpulkan berbagai jenis minuman beralkohol dan di
taruhnya dalam lemari khusus. Setiap malam subyek minum
minuman alkohol koleksinya bahkan apabila ada teman subyek
yang datang ke kamar subyek biasanya sering ditawari untuk
mencoba minuman beralkohol tersebut. Menurut subyek minum
alkohol setiap malam membuat badan enak. Subyek juga pernah
mencampur minuman beralkohol dengan cairan spirtus karena
merasa penasaran dengan rasanya. Subyek merasa minuman
alkohol yang diminumnya kurang terasa keras. Oleh karena itu
subyek mencoba untuk minum alkohol yang dicampur dengan
spiritus. Pada saat itu teman-teman subyek tidak percaya subyek
berani meminum spiritus namun menurut subyek meminumnya
dan rasanya enak. Subyek bahkan sering mencampur macam-
macam jenis minuman beralkohol.
Subyek sangat menyukai minuman beralkohol. Subyek
pernah ditawari oleh teman-temanya untuk menghisap ganja
namun subyek tidak mau. Ada beberapa teman-teman subyek yang
mengkonsumsi obat-obatan namun subyek tidak mau ikut-ikutan
karena menurut subyek minum alkohol lebih ringan resikonya
untuk menjadi ketergantungan. Selain itu menurut subyek apabila
114
mengkonsumsi obat-obatan tidak bisa merasakan enaknya obat itu
karena obat itu saat di telan tidak terasa hanya efeknya saja yang
terasa di badan. Menurut subyek alkohol lebih enak karena bisa
merasakan pahitnya saat alkohol itu diminum. Biasanya subyek
minum minuman alkohol seperti Vodka. Subyek lebih menyukai
minuman yang berwarna putih dibandingkan dengan minuman
alkohol dengan warna coklat. Subyek juga sering sekali minum
anggur Cap Orang Tua apabila subyek sedang tidak mempunyai
uang untuk membeli jenis minuman yang mahal. Subyek
mempunyai pengalaman yang menyenangkan tentang satu merk
minuman alkohol yaitu AP. Menurut subyek minuman ini
membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat
menjelang ujian subyek selalu minum minuman beralkohol jenis
ini agar bisa belajar. Minuman ini membuat subyek lebih
konsentrasi dalam belajar dan pelajaran yang dipelajari dapat cepat
masuk ke otak. Subyek pernah minum sampai satu botol sendiri.
Subyek bisanya mendapatkan minuman beralkohol warung-
warung kecil yang menyediakan minuman beralkohol seperti di
daerah Kesatrian atau Sampangan. Subyek mempunyai anggaran
sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Apalagi keinginan
subyek membuat mini bar memerlukan biaya yang cukup banyak,
untuk pernak peniknya saja subyek mengeluarkan uang sebanyak
50 ribu rupiah. Apabila subyek tidak mempunyai uang untuk
membeli minuman beralkohol padahal subyek ingin minum
115
alkohol biasanya subyek mengurangi uang makannnya untuk
membeli minuman beralkohol.
Saat subyek tidak bisa minum alkohol biasanya subyek
merasa gelisah. Subyek biasanya berandai-andai saat tidak bisa
minum. Apalagi saat malam hari ketika subyek ingin minum
namun tidak bisa subyek akan lebih susah untuk tidur. Biasanya
subyek akan merasa tidak nyaman saat tidak bisa mengkonsumsi
alkohol. Namun subyek jarang merasakan itu karena biasanya
subyek bisa minum. Subyek jarang sekali mengalami “ jakpot”.
Meskipun teman-teman subyek yang lain sudah muntah subyek
masih merasa biasa saja walaupun takaran yang diminum sama
seperti teman-teman yang lain. Setelah minum biasanya subyek
bisa merasa lebih santai dan itu yang membuat subyek ingin
minum alkohol.
Subyek pernah berusaha untuk mengurangi kebiasaan
minumnya namun subyek mengaku sering tergoda kembali untuk
mengkonsumsi alkohol. Subyek sering membanyangkan efek
santai yang akan dirasakan setelah minum alkohol. Selain itu
menurut subyek rasa alkohol yang enak membuat subyek ketagihan
ingin mencicipi minuman beralkohol. Menurut subyek, minuman
beralkohol sudah tidak membuat subyek menjadi mabuk karena
subyek mengaku sudah terbiasa dengan minuman beralkohol dan
sudah sering mengkonsumsi alkohol.
116
IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 3
Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh
subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan
lingkungan. Awal subyek mengenal minuman beralkohol adalah pada
saat subyek sering bergaul dengan tukang-tukang bangunan yang ada
di lingkungan rumah subyek. Lewat tukang-tukang bangunan tersebut
subyek mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai
berbagai jenis minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-orang yang
berada di lingkungan tempat tinggal subyek ini membuat subyek mulai
mencoba minuman beralkohol. Meskipun tidak banyak subyek mulai
ikut mencoba-coba merasakan minuman beralkohol. Selain mengenal
minuman beralkohol dari tukang-tukang yang berada di lingkungan
rumah subyek, subyek juga pernah mencoba minuman beralkohol
bersama dengan kakanya. Hubungan subyek yang dekat dengan
kakaknya membuat subyek sering berkumpul dengan kakaknya.
Kakak subyek yang sering menceritakan hal-hal yang berkaitan
dengan minuman beralkohol membuat subyek merasa penasaran dan
ingin mencoba minuman beralkohol yang diceritakan oleh kakak
subyek. Subyek juga sering melihat kakaknya mengkonsumsi alkohol.
Kebiasaan kakak subyek mengkonsumsi alkohol ini secara tidak
langsung membuat subyek melakukan pembelajaran dari perilaku
minum alkohol yang dilakukan oleh kakak subyek. Hal ini membuat
subyek berani mengkonsumsi alkohol meskipun pada saat itu
dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
117
Setelah lulus SLTP dan memutuskan untuk sekolah di kota
Magelang subyek mulai sering mengkonsumsi alkohol. Keadaan
subyek yang jauh dari orang tua menyebabkan subyek mulai berani
menunjukan perilaku minum alkoholnya. Apalagi teman-teman dan
saudara-saudara subyek yang pada saat itu tinggal bersama subyek
juga mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Subyek melihat
bahwa setiap berkumpul teman-teman dan saudara subyek selalu
mengkonsumsi alkohol. Melihat kebiasaan teman-teman dan saudara
subyek yang sering minum alkohol membuat subyek mulai semakin
sering minum alkohol. Frekuensi minum subyek yang dilakukan pada
awal minum hanya satu minggu sekali pada saat subyek berkumpul
dengan teman-temannya saja.
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek ini berlanjut
pada saat subyek memasuki bangku kuliah. Apalagi subyek bertemu
dengan teman-teman yang juga gemar mengkonsumsi alkohol. Setiap
ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak untuk
minum alkohol. Pengaruh dari teman sebaya inilah yang membuat
subyek semakin sering mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum
alkohol yang dilakukan subyek mulai meningkat yaitu dari satu
minggu hanya sekali menjadi tiga hari sekali atau bahkan dua hari
berturut-turut. Perilaku minum alkohol yang dilakukan subyek ini
meningkat karena pengaruh dari teman-teman subyek yang memang
rata-rata gemar mengkonsumsi alkohol. Selain itu faktor genetik dari
kakak sulung subyek yang merupakan peminum alkohol menjadikan
118
faktor risiko yang menyebabkan subyek dapat melakukan perilaku
minum alkohol.
Perilaku minum alkohol subyek semakin meningkat saat subyek
memasuki semester empat. Dahulu yang awalnya subyek hanya
minum bersama dengan teman-temannya saja mulai sering minum
sendirian. Subyek juga mempunyai ide yang unik untuk membuat
sebuah mini bar di kamarnya. Sejak saat itu subyek mulai mengkoleksi
dan membeli berbagai jenis minuman. Setiap malam subyek juga
mulai meminum minuman alkohol yang dikoleksinya, tiga sloki setiap
minum. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk membuat mini bar
tersebut.
Setiap hari subyek minum alkohol. Biasanya subyek minum
alkohol pada waktu malam hari. Subyek selalu berusaha untuk
mendapatkan minuman beralkohol. Subyek mempunyai anggaran
sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan
subyek minum alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya
mengurangi jatah uang makannya untuk bisa membeli minuman
beralkohol. Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah
Kesatrian atau Sampangan. Perilaku subyek dalam mencari dan
mendapatkan alkohol ini sangat dipengaruhi oleh keinginan minum
alkohol yang selalu dirasakan oleh subyek.
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi keinginan subyek
untuk mendapatkan alkohol adalah efek dorongan positif dari alkohol
yang dirasakan subyek. Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak.
Meskipun rasanya pahit tetapi enak. Tubuh subyek juga merasa
119
menjadi lebih enak untuk beraktivitas. Perasaan inilah yang membuat
subyek selalu ingin mencari dan mendapatkan minuman beralkohol.
Selain efek dorongan positif dari alkohol, stimuli yang dibiasakan
terhadap efek alkohol juga mempengaruhi subyek dalam mencari atau
membeli minuman beralkohol. Stimuli ini adalah sebuah pentunjuk
untuk subyek dalam mencari alkohol. Subyek sangat mengemari
minuman dengan merk AP karena pada saat pertama kali subyek
meminum minuman tersebut subyek merasakan efek yang sangat
enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan
tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu minum minuman
beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar. Minuman ini
membuat subyek lebih konsentrasi dalam belajar dan pelajaran yang
dipelajari dapat cepat masuk ke otak. Jadi setiap subyek ingin dapat
berkonsentrasi saat belajar subyek mencari minuman jenis ini.
Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-
obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek
mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek beranggapan
bahwa alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan
dibandingkan dengan obat-obatan terlarang yang lain. Efek
diskriminatif dari zat inilah yang menjadi alasan subyek lebih
mengkonsumsi dan mencari alkohol dibandingkan dengan zat yang
lainnya.
Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol
yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi
ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung
120
mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang
dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk
menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang atau
santai.
Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis
yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan
subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada
saat minum alkohol subyek merasa santai, dan merasa enak jika
mengobrol atau sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek
merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas. Sedangkan dampak
secara psikologis yang dirasakan subyek setelah mengkonsumsi
alkohol adalah rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu
dirasakan oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya
subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas.
Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba
minuman beralkohol.
Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah
berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.
Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau
bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek mengalami
kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum
alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali menjadi tiga
kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan meningkat lagi
menjadi setiap hari. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang
lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami
121
keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang
mengkonsumsi alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai
muntah-muntah. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan
sulit tidur. Gejala lain yang menunjukan subyek mengalami
alkoholisme adalah keinginan subyek untuk merasakan efek alkohol
yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan cairan
yang bukan merupakan minuman seperti spiritus.
V. KESIMPULAN SUBYEK 3
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
A. Faktor Individu
Faktor Genetik dan Biologis
Yaitu kakak sulung subyek adalah peminum alkohol.
B. Faktor Lingkungan
a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan-
kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh kakak subyek
dan teman-teman subyek.
b. Faktor Sosial dan Kultural
Yaitu pengaruh dari lingkungan tempat tinggal subyek dimana
tukang-tukang bangunan yang ada di daerah subyek
memberikan pengetahuan tentang minuman beralkohol. Selain
itu pengaruh teman sebaya mempengaruhi perilaku minum
122
subyek dimana setiap ada teman subyek yang berulang tahun
pasti subyek akan diajak untuk minum alkohol.
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi
sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari
dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol
adalah :
1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
Yaitu Subyek beranggapan bahwa alkohol mempunyai efek
ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-
obatan terlarang yang lain.
2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
Yaitu Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak. Tubuh
subyek juga menjadi lebih enak untuk beraktivitas.
3. Stimuli yang dibiasakan terhadap Efek Zat (Alkohol)
Yaitu Subyek sangat mengemari minuman dengan merk AP karena
pada saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek
merasakan efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek
lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian
subyek selalu minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih
mudah untuk belajar.
Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:
1. Pada saat mengkonsumsi alkohol
123
Subyek merasa santai, dan merasa enak jika mengobrol atau
sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa lebih
gembira, bisa tertawa dengan lepas.
2. Setelah mengkonsumsi alkohol
Rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu dirasakan
oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya
subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas.
Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba
minuman beralkohol.
Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang
menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti
mengkonsumsi alkohol.
2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat
dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu
minggu sekali menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari
berturut-turut dan meningkat lagi menjadi setiap hari.
3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap
alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah
meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol
dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah
4. Subyek mengalami alkoholisme adalah keinginan subyek untuk
merasakan efek alkohol yang lebih keras dengan mencampur
minuman alkohol dengan cairan yang bukan merupakan minuman
seperti spiritus.
124
5. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur
apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol.
INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL
Tabel 4 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 3
TEMA KODE Intensitas
Keluarga atau orang
tua pengguna
alkohol/ alkoholik
A.b +++
Kebiasaan-kebiasaan
minum dari orang
tua, keluarga dan
teman sebaya
B.a +++
Pengaruh Lingkungan
Tempat Tinggal
B.b3 ++
Pengaruh Teman
Sebaya
B.b4 +++
Perilaku Minum
Alkohol Awal
C +++
Efek Diskriminatif
dari Zat (Alkohol)
D +++
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol)
E +++
Stimuli yang F ++
125
dibiasakan terhadap
Efek Alkohol
Perilaku Mencari Zat
(Alkohol)
H +++
Gejala-Gejala
Alkoholisme
I +++
Keterangan :
+ + + = tinggi
+ + = sedang
+ = rendah
126
Matrik 3 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 3
A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I
A.a
A.b ++
B.a +++
B.b1
B.b2
B.b3 ++
B.b4 +++
B.b5
C
D +++
E +++ +++
F +++
G
H +++
I
127
Keterangan :
A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu
A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik
B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman
sebaya
B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi
B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya
B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal
B.b4 = Pengaruh Teman sebaya
B.b5 = Konformitas
C = Perilaku Minum Alkohol Awal
D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)
I = Gejala-Gejala Alkoholisme
= X mempengaruhi Y
= Y mempengaruhi X
= X dan Y saling mempengaruhi
128
Skema 4 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 3
+++
+++
++
+++
+++
+++
+++
+++
+++ +++
Faktor Genetik dan Biologis Kakak sulung subyek adalah peminum alkohol
SUBYEK 3
Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh kakak dan teman-teman subyek
Faktor Sosial dan Kultural d. Pengaruh dari lingkungan tempat
tinggal subyek dimana tukang-tukang bangunan yang ada di daerah subyek memberikan pengetahuan tentang minuman beralkohol
a. Pengaruh teman sebaya mempengaruhi perilaku minum subyek dimana setiap ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak untuk minum alkohol
L I N G K U N G A N
Perilaku Minum Alkohol awal Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu minggu sekali dan berlanjut menjadi tiga hari sekali dan selama dua hari berturut-turut. Biasanya subyek minum alkohol bersama dengan teman-teman dan saudara-saudaranya
Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Subyek menganggap bahwa alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-obat terlarang yang lain
Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak. Tubuh subyek juga menjadi lebih enak untuk beraktivitas
Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol Subyek sangat mengemari minuman dengan merk AP karena pada saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek merasakan efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar
Perilaku Mencari Zat (alkohol) Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu berusaha mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan subyek minum alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya mengurangi jatah uang makannya untuk bisa membeli minuman beralkohol. Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah Kesatrian atau Sampangan
ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan
berhenti mengkonsumsi alkohol. b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol
yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan meningkat lagi menjadi setiap hari.
c. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah
d. Subyek ingin merasakan efek alkohol yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan cairan yang bukan merupakan minuman seperti spiritus
e. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol
Dampak secara psikologia pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa santai, dan merasa enak jika mengobrol atau sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa lebih gembira dan bisa tertawa dengan lepas
Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu dirasakan oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas. Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba minuman beralkohol
129
KASUS IV
I. IDENTITAS SUBYEK
Nama Subyek : F.P.CA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 23 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 4 Juli 1984
Status Marital : Belum Nikah
Urutan Kelahiran : Anak kedua dari tiga
bersaudara
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa
Asal : Semarang
Alamat : Telogosari , Semarang
Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 179 cm / 58 kg
Tanggal Pelaksanaan : 20 Januari – 10 Maret 2007
II. HASIL OBSERVASI
A. Observasi Secara Keseluruhan
Gambaran secara fisik yang terlihat dari subyek adalah
subyek mempunyai badan yang tinggi dan kurus, berambut
pendek ikal dan berkulit sawo matang. Wajah subyek terlihat
sedikit pucat karena bibirnya yang sedikit hitam karena terlalu
banyak merokok. Pada saat peneliti datang pertama kali untuk
meminta kesediaan menjadi subyek penelitian, subyek bersedia
menjadi subyek penelitian dan bersedia kapanpun untuk
130
diwawancarai. Subyek berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi menengah. Subyek tinggal di sebuah perumahan di
Telogosari. Rumah yang ditempati subyek dan keluarganya tidak
terlalu besar, hanya ada tiga kamar satu ruang tamu,ruang makan
dan satu kamar mandi. Meskipun tidak terlalu besar rumah
subyek terlihat cukup rapi dan nyaman. Subyek menempati
kamar yang ada di depan dekat ruang tamu. Subyek memelihara
seekor anjing di rumahnya.
Hubungan keluarga subyek dengan tetangga-tetangga
yang ada di sekitar rumah subyek sangat baik. Hal itu terlihat dari
seringnya ibu dan adik-adik subyek ngombrol dengan tetangga-
tetangganya. Subyek juga mempunyai sahabat yang tinggal di
sebelah rumanya. Biasanya setiap sore subyek selalu mengobrol
di depan rumah sebyek bersama dengan teman-temannya.
Subyek mempunyai sebuah motor yang biasa digunakan untuk
pergi kekampus dan mengantarkan adik perempuannya pergi ke
sekolah.
Subyek cenderung orang yang ramah dan baik. Subyek
selalu siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya.
Kadang-kadang subyek juga sering melontarkan kata-kata atau
gurauan yang membuat orang tertawa. Subyek juga sangat aktif
dalam kegiatan gereja. Subyek sering mengiringi paduan suara
yang ada di gerejannya. Subyek terlihat sangat tertarik dengan
hal-hal yang berhubungan dengan komputer bahkan subyek
sudah mulai berani menerima reparasi komputer milik teman-
131
teman subyek. Prestasi subyek di kampus cenderung biasa saja.
Meskipun nilai-nilainya tidak begitu bagus namun subyek sangat
terampil dalam memperbaiki alat-lat elektronik. Subyek
mempunyai beberapa teman dekat di kampus. Biasanya setelah
kuliah subyek lebih sering nongkrong di kost temannya. Subyek
baru pulang ke rumah pada sore hari.
B. Observasi Saat Wawancara
Wawancara dilaksanakan di rumah subyek. Wawancara
dilakukan sebayak enam kali karena kesibukan subyek di kampus
dan gereja sehingga waktu wawancara hanya sebentar-sebentar.
Pada saat wawancara subyek tidak menunjukan kecemasan atau
kegelisahan dalam menjawab namun pada pertanyaan tertentu
subyek menjawab dengan suara yang sedikit pelan karena subyek
takut apabila ibunya mengetahui isi pembicaraan subyek dengan
peneliti. Subyek sangat terkesan ramah dan terbuka saat
wawancara berlangsung bahkan kadang-kadang subyek membuat
gurauan yang menyebabkan peneliti tertawa.
Setiap peneliti datang ke rumah subyek untuk wawancara
subyek selalu menyambut dengan baik bahkan ibu subyek jga
menyediakan minuman dan beberapa makanan kecil untuk
peneliti. Namun kadang-kadang subyek meminta peneliti untuk
tidak usah merekam pembicaraan hanya mencatat saja agar
subyek lebih enak dan leluasa bercerita. Subyek memang sedikit
canggung apabila harus berbicara di dekat alat perekam.
132
III. HASIL WAWANCARA
A. Masa kecil
Subyek bernama F.P. CA. Subyek lahir di Semarang 4 Juli
1984. subyek merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Subyek
mempunyai satu kakak perempuan dan satu adik perempuan.
Kakak perempuan subyek sudah bekerja di salah satu perusahaan
traver di Semarang, sedangkan adik subyek sedang duduk di
bangku kelas 3 SMU. subyek sangat dekat dengan kakak dan
adiknya. Meskipun kadang sering bertengkar namun subyek
mengaku sangat menyanyangi saudaranya itu.
Saat SD subyek bersekolah di sekolah yang berada tidak
jauh dari rumahnya. Biasanya subyek berangkat sekolah bersama
dengan kakanya atau kadang-kadang subyek naik sepeda ke
sekolah. Subyek adalah anak yang biasa-biasa saja di sekolah
namun subyek mempunyai banyak teman. Sifat subyek yang suka
membantu membuat subyek mempunyai banyak teman.
Meskipun cenderung pendiam subyek sering membuat teman-
teman sekelasnya tertawa. Setiap pulang sekolah biasanya subyek
bermain dengan teman-teman sekolah atau teman-teman di
lingkungan rumahnya. Sejak kecil subyek rajin ke gereja. Kedua
orang tuanya selalu mendidik subyek agar tidak malas ke gereja.
Subyek juga sering mengikuti persekutuan doa dan sekolah
minggu.
Prestasi subyek memang terbilang rata-rata namun subyek
tidak pernah mendapat nilai merah. Subyek juga jarang
133
mendapatkan hukuman di sekolahnya. Subyek pernah mencoba
merokok saat duduk di bangku kelas 6 SD. Hal itu dilakukan
subyek karena diajak temannya untuk mencoba merokok. Namun
subyek tidak melanjutkannya subyek baru mulai merokok saat
subyek duduk dibangku SMU.
Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya terbilang
cukup baik dan harmonis. Kedua orang tua subyek sangat
menyayangi subyek karena subyek satu-satunya anak laki-laki
bahkan ibu subyek sangat perhatian dan terlalu kuatir dengan
subyek. Ayah subyek adalah seorang karyawan salah satu
perusahaan swasta di Semarang. Ayah subyek adalah orang yang
sangat baik dan jarang sekali marah. Biasanya apabila ayah
subyek marah, ayah subyek hanya akan diam saja. Meskipun
ayah subyek orang yang suka minum minuman beralkohol
namun sangat bertanggung jawab terhadap keluarga. ayah subyek
sering mengantar subyek sekolah pada saat subyek SD.
Ibu subyek adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu subyek
sangat senang memasak dan sangat rapi. Subyek sangat patuh
kepada ibunya meskipun kadang-kadang subyek sering juga
membantah. Ibu subyek sangat menyanyagi dan perhatian kepada
subyek bahkan karena terlalu takut subyek salah bergaul ibu
subyek sering melarang-larang subyek untuk keluar rumah.
Hubungan subyek dengan lingkungan sekitar cukup baik.
Subyek mempunyai banyak teman di lingkungan rumahnya
maupun dilingkungan sekolah. Subyek adalah anak yang baik
134
dan suka membantu teman-temannya maupun tetangganya.
Meskipun subyek anak yang tidak banyak bicara subyek mampu
berinteraksi dengan baik.
B. Masa Remaja
Setelah lulus SD subyek melanjutkan sekolah ke salah satu
SLTP negeri yang ada di semarang. meskipun prestasi subyek
terbilang rata-rata subyek berhasil masuk SLTP negeri di
Semarang. Kehidupan subyek pada saat SLTP terbilang biasa
biasa saja. Setiap pagi subyek berangkat ke sekolah berasama
dengan teman-temannya. Setelah pulang sekolah biasanya subyek
main bersama dengan teman-temanya. Namun subyek mulai
terpengaruh perilaku negatif dari teman-temannya. Hubungan
subyek yang sangat dekat dengan temannya membuat subyek
berusaha menyamakan diri dengan teman-temannya. Subyek juga
mulai mencoba minuman alkohol. Saat SLTP subyek mulai
semakin aktif di kegiatan gereja. Subyek mulai senang belajar
memainkan gitar. Subyek juga mulai bergabung dengan band
yang ada di gereja. Setiap hari minggu subyek mengiringi paduan
suara di gereja.
Setelah lulus SLTP subyek meneruskan sekolahnya ke
SMU swasta yang ada di semarang. Saat SMU subyek subyek
mempunyai beberapa teman yang sering berkumpul. Subyek
sering menghabiskan waktu malam minggunya untuk berkumpul
dengan teman-temannya. Subyek juga semakin sering bermain
musik dengan teman-teman sekolah maupun teman gerejanya.
135
Setiap sore subyek selalu menyempatkan diri untuk bergaul
dengan teman-teman disekitar rumahnya.
Prestasi subyek di bidang akademik cukup bagus. Tidak
seperti saat SLTP yang tidak pernah mendapat rangking di kelas
saat SMU subyek sempat masuk sepuluh besar. Pada saat kelas
tiga SMU subyek bisa masuk ke jurusan IPA. Prestasi subyek di
kelas IPA terbilang cukup baik. Subyek sangat menyukai
pelajaran fisika dan sejak SMU subyek ingin menjadi ahli
elekronika. Subyek sudah mulai menendarai sepeda motor
apabila berangkat ke sekolah. Subyek semakin aktif di kegiatan
gereja.
Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya pada saat
remaja cukup baik. Ayah subyek yang memang cenderung
pendiam jarang sekali memarahi subyek. Subyek juga sering
pergi memancing bersama dengan ayahnya. Ayah subyek
semakin membebaskan subyek namun yang penting subyek harus
tetap rajin ke gereja. Sedangkan ib subyek semakin merasa kuatir
dengan subyek. Ibu subyek semakin sering menasehati subyek
agar tidak merokok dan minum alkohol. Walaupun subyek sudah
menginjak remaja ibu subyek sering memperlakukan subyek
seperti masih kecil. Ibu subyek sering menyiapkan sarapan atau
makan siang untuk subyek. Subyek juga sering mengantarkan
ibunya ke pasar untuk belanja. Hubungan subyek dengan teman-
temannya pada saat SMU cukup baik. Subyek juga mampu
menempatkan diri di lingkungan rumahnya. Selain itu subyek
136
juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan
sekitar rumahnya. Hubungan subyek dengan kedua saudaranya
pun cukup baik. Bahkan kadang-kadang subyek mengantarkan
sekolah adik perempuannya.
Sifat subyek pada saat remaja tidak berbeda jauh dengan
saat subyek masih kanak-kanak. Subyek cenderung pendiam
namun kadang-kadang subyek melontarkan kata-kata yang
membuat orang lain tertawa. Saat remaja subyek subyek
cenderung lebih cepat marah apabila ada yang tidak disukainya.
Namu biasanya subyek hanya akan diam apabila sedang marah.
C. Masa Sekarang ( kuliah )
Lulus SMU subyek melanjutkan kuliah di universitas
Semarang. Sebelum masuk ke universitas Semarang subyek sempat
mengikuti UMPTN namun tidak lolos. Subyek mengambil jurusan
teknik elektronika sesuai dengan cita-citanya. Subyek sangat ahli
dalam memperbaiki alat-alat elektronik. Selain itu subyek juga
menggemari hal-hal yang berkaitan dengan komputer. Saat ini
subyek sering memperbaiki komputer atau alat-alat elektronika
milik teman-teman maupun saudaranya. Subyek juga mulai
berbisnis handphone. Kadang-kadang subyek menjualkan
handphone milik temannya dan nanti subyek akan menerima
komisi dari orang yang mempunyai handphone tersebut. Prestasi
subyek di kampus terbilang cukup lumayan. Meskipun IPK subyek
tidak mencapai tiga koma namun subyek sangat ahli dalam hal-hal
yang berkaitan dengan elektronika.
137
Subyek mempunyai banyak teman di kampusnya
meskipun hanya beberapa saja yang dekat dengan subyek. Pulang
kuliah biasanya subyek pergi ke kost temannya sampai sore.
Subyek jarang langsung pulang ke rumah karena menurut subyek
rumahnya sepi kalau siang hari. Hanya ada ibu dan adik subyek
saja karena ayah subyek bekerja sedangkan kakak subyek kuliah.
Namun saat sore hari subyek biasanya ada di rumah dan berkumpul
dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Setiap pagi sebelum
berangkat kuliah subyek selalu mengantarkan adik perempuanya
ke sekolah.
D. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi
ketergantungan
Subyek mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan minuman
beralkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku sekolah dasar.
Subyek mengetahui dan sangat familiar dengan minuman
beralkohol karena ayah subyek adalah seorang peminum alkohol
bahkan ayah subyek sudah menjadi seorang pecandu alkohol. Ayah
subyek juga sampai menderita stoke karena perilaku minum
alkohol yang dilakukannya. Namun subyek mulai mencoba
merasakan alkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku
SLTP. Subyek mencoba minuman beralkohol karena ajakan teman-
teman subyek yang memang sudah pernah minum alkohol. Pada
saat di sekolah teman-teman subyek membawa minuman
beralkohol dan mengajak subyek untuk ikut merasakan minuman
beralkohol tersebut. Subyek yang penasaran dan tidak enak untuk
138
menolak akhirnya mencoba minuman beralkohol tersebut. Menurut
subyek rasa dari minuman alkohol yang diminum subyek saat itu
terasa tidak terlalu pahit. Hal itu disebabkan karena minuman
alkohol yang diminum subyek sudah dicampur minuman lain
sehingga rasa pahitnya sedikit berkurang. Salah satu teman subyek
sudah sering mencampur minuman beralkohol dengan minuman
lain. Subyek minum alkohol karena tidak enak menolak ajakan
teman-temannya. Apalagi subyek tidak ingin dianggap tidak berani
minum seperti teman-teman yang lain. Teman-teman subyek sudah
mulai mencoba minuman beralkohol. Selain itu subyek mau diajak
minum karena minuman beralkohol tersebut gratis sehingga
subyek tidak harus mengeluarkan uang untuk membelinya.
Pada saat SLTP subyek hanya minum sesekali saja apabila
diajak oleh teman-temannya. Subyek mulai sering minum alkohol
pada saat subyek duduk di bangku SMU. Awal subyek minum juga
karena diajak oleh teman-temanya. Teman-teman subyek yang
pada saat itu sudah sering minum alkohol sering mengajak subyek
untuk minum alkohol. Teman-teman subyek tersebut juga sudah
mengetahui tentang berbagai jenis minuman beralkohol. Subyek
selalu ikut apabila teman-temannya minum alkohol. Alasan subyek
minum alkohol karena meskipun rasa alkohol pahit namun enak.
Biasanya subyek minum alkohol sebulan dua kali atau setiap
minggu sekali. Biasanya subyek minum alkohol bersama dengan
teman-temannya.
139
Subyek yang sering melihat teman-temannya minum
alkohol mengaku penasaran ingin merasakan minuman beralkohol.
Selain itu subyek juga penasaran karena sering melihat ayahnya
yang sering minum. Ibu subyek sempat mengetahui subyek minum
alkohol dan ibu subyek sangat marah kepada subyek. Berbeda
dengan ibu subyek ayah subyek lebih membebaskan subyek untuk
minum. Namun ayah subyek juga menasehati subyek untuk tidak
terlalu banyak minum. Frekuensi minum alkohol subyek pada saat
SMU rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua
hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya.
Subyek mulai lebih sering minum saat duduk dibangku
kuliah. Teman-teman di kampus subyek yang juga suka minum
alkohol membuat kebiasaan minum alkohol subyek semakin
berkembang. Teman-teman subyek sering membawa minuman
beralkohol ke kampus pada saat kumpul-kumpul. Subyek biasanya
minum alkohol di tempat kost teman subyek karena kalau subyek
minum alkohol di rumah maka ibu subyek akan mengetahui bahwa
subyek mengkonsumsi alkohol dan akan marah kepada subyek.
Namun sesekali subyek juga minum di kampus saat sedang
berkumpul dengan teman-temannya. Apabila saudara subyek ada
yang mengajak minum alkohol biasanya subyek minum di kedai
yang menjual minuman beralkohol seperti WK.
Frekuensi minum alkohol subyek meningkat dari seminggu
sekali menjadi setiap hari bahkan subyek sering minum alkohol
pada saat pagi hari dan pada malam harinya subyek juga kembali
140
minum alkohol. Biasanya subyek minum alkohol karena memang
subyek ingin merasakan minuman beralkohol bukan karena sedang
ada masalah. Apabila subyek sedang mempunyai masalah subyek
jarang sekali mabuk-mabukan. Subyek mengaku bahwa subyek
melihat ayahnya minum alkohol bukan karena sedang mempunyai
masalah melainkan karena memang ingin minum alkohol. Subyek
akan minum alkohol saat masalah yang dihadapi subyek sudah
selesai.
Menurut subyek yang membuat subyek ingin selalu minum
alkohol adalah rasa alkohol yang enak. Selain itu setelah subyek
minum alkohol tubuh subyek akan merasa enak dan lebih santai.
Subyek juga akan merasa lebih gembira. Apalagi saat udara dingin
alkohol akan menghangatkan badan. Jenis minuman yang biasa
subyek minum adalah seperti Vodka, Mansion, Red Label,
Tequilla, dll. Selain minum alkohol subyek juga merokok namun
subyek tidak mengkonsumsi zat-zat yang lainnya. Hal itu
disebabkan karena subyek merasa bahwa zat-zat yang lain akan
membuat kecanduan yang lebih parah dibandingkan dengan
alkohol. Lingkungan teman bergaul subyek juga masih jarang yang
mengunakan obat-obatan terlarang. Menurut subyek alkohol lebih
enak dibandingkan dengan yang lain dan harganya relatif lebih
murah serta banyak yang menjualnya.
Pada awal subyek mencoba minuman beralkohol subyek
pernah muntah namun setelah sering mengkonsumsi subyek tidak
pernah muntah lagi. Jika subyek minum terlalu banyak biasanya
141
subyek cenderung untuk pusing dan lebih cepat tidur. Subyek
pernah minum alkohol sampai tiga botol namun pada saat itu
subyek belum merasakan mabuk hanya pusing sedikit saja dan itu
membuat subyek merasa tidak enak. Subyek lebih menyukai jenis
minuman beralkohol yang naiknya lebih cepat. Biasanya saat
subyek mendapatkan banyak tugas dari kampus subyek akan
minum alkohol namun hanya sedikit karena hanya digunakan
untuk penyemangat dan menemani subyek bergadang. Subyek
biasanya menggunakan uang saku untuk membeli minuman
beralkohol apabila tidak ada temannya yang mau untuk diajak
patungan. Subyek membeli minuman beralkohol di warung-
warung kecil yang ada di daerah rumahnya atau di jalan Dr. Cipto.
Subyek mengaku pernah mencoba berhenti pada saat subyek
memasuki semester enam. Hal itu disebabkan karena subyek
melihat ayah subyek yang terserang stroke akibat sudah terlalu
lama mengkonsumsi alkohol. Namun subyek hanya berhasil
selama tiga bulan saja. Subyek mengaku selalu ingin membeli
minuman beralkohol pada saat malam hari. Efek alkohol yang
membuat subyek lebih tenang dan santai menyebabkan subyek
ingin selalu membelinya. Saat ini subyek mengaku sudah mulai
sedikit mengurangi frekuensi minumnya meskipun subyek belum
bisa berhenti dan lepas dari alkohol. Subyek juga sempat
mengalami ganguan fisiologis karena perilaku minumnya. Subyek
pernah mengalami sakit kuning. Penyakit ini adalah gejala subyek
mengalami gangguan di hatinya dan akan berkembang menjadi
142
hepatitis. Hal inilah yang membuat subyek agak sedikit takut
dengan kebiasaannya minum alkohol namun saat ini subyek belum
bisa berhenti total.
IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 4
Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh
subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan
lingkungan. Awal subyek mengetahui minuman beralkohol adalah dari
kebiasaan ayahnya yang sering mengkonsumsi alkohol. Namun yang
mendorong subyek mencoba merasakan minuman beralkohol adalah
dari teman-temannya. Teman-teman subyek yang sudah sering minum
alkohol sering mengajak subyek untuk minum alkohol. Subyek yang
saat itu tidak enak untuk menolak dan juga penasaran akhirnya
mencoba minum alkohol. Teman-teman subyek sering mengajak
subyek untuk minum alkohol. Pengaruh teman sebaya inilah yang
menyebabkan subyek mulai mencoba minuman beralkohol. Pada saat
itu subyek hanya minum alkohol apabila ada teman subyek yang
mengajak.
Kebiasaan ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol
juga menyebabkan subyek merasa penasaran dengan rasa dari alkohol
itu. Ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol membuat subyek
secra tidak langsung ingin meniru atau melakukan pembelajaran dari
perilaku ayahnya. Apalagi ayah subyek tidak menyembunyikan
perilaku minum alkoholnya sehingga subyek melihat perilaku minum
alkohol yang dilakukan ayahnya. Selain pembelajaran dari kebiasaan
ayahnya subyek juga sering melihat kebiasaan-kebiasaan minum yang
143
dilakukan oleh teman-temannya. Teman-teman subyek sudah sering
minum alkohol bahkan ada teman subyek yang sudah ahli dalam
mencampur minuman beralkohol. Melihat kebiasaan teman-teman
subyek membuat subyek tidak ragu untuk melakukan perilaku minum
alkohol.
Faktor genetik dalam diri subyek juga mempunyai pengaruh
pada perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Ayah
subyek yang pecandu alkohol berat bahkan sampai mengalami stroke
karena sering minum alkohol dapat menjadi faktor risiko yang
mendorong subyek melakukan perilaku minum minuman beralkohol.
Subyek juga mengakui kalau subyek mempunyai keturunan seorang
peminum alkohol dari ayahnya.
Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah
satu bulan sekali rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-
kadang dua hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya.
Subyek selalu minum di luar rumah karena subyek merasa takut
ketahuan oleh ibunya. Pada saat awal minum alkohol biasanya subyek
mendapatkan minuman beralkohol dari temannya dan jarang sekali
membeli minuman tersebut sendiri.
Frekuensi minum alkohol subyek mulai meningkat saat subyek
memasuki bangku kuliah. Selain teman-teman subyek yang juga suka
mengkonsumsi alkohol, keinginan subyek sendiri untuk minum
alkohol menyebabkan frekuensi minum subyek semakin meningkat.
Frekuensi minum subyek yang hanya rata-rata satu bulan sekali
meningkat menjadi setiap hari. Bahkan kadang-kadang dalam sehari
144
subyek bisa minum dua kali yaitu saat pagi hari dan malam hari.
Biasanya subyek minum di tempat kost teman subyek namun sesekali
subyek juga pernah minum di kampus bersama teman-temannya.
Salah satu yang menyebabkan subyek ingin selalu mendapatkan
dan minum alkohol adalah efek dorongan positif dari alkohol yang
subyek minum. Efek dorongan positif dari alkohol adalah seperti
perasaan gembira yang selalu dirasakan subyek saat minum alkohol
karena setiap minum alkohol subyek merasa lebih senang. Selain itu
saat subyek minum alkohol subyek akan merasa lebih santai dan badan
terasa lebih hangat. Rasa alkohol yang menurut subyek enak juga
menyebabkan subyek selalu ingin merasakan alkohol. Persepsi subyek
bahwa alkohol rasanya enak mendorong subyek untuk selalu ingin
minum alkohol.
Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-
obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek
mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek lebih memilih
untuk mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan yang lainya
karena alkohol lebih mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan
dibandingkan dengan obat-obat aatu zat yang lainnya. Selain itu
kemudahan mendapatkan alkohol dan harga yang lebih murah
daripada zat yang lainnya membuat subyek lebih memilih untuk
mencari alkohol daripada yang lainnya.
Biasanya subyek mencari dan membeli minuman beralkohol di
warung-warung kecil yang menjual minuman beralkohol yang ada di
daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang subyek juga
145
mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman atau saudaranya.
Subyek membeli minuman beralkohol dengan uang sakunya.
Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis
yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan
subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada
saat minum alkohol subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek
juga merasa lebih santai. Sedangkan dampak secara psikologis yang
dirasakan subyek setelah mengkonsumsi alkohol adalah perasaan yang
menggebu-gebu untuk minum alkohol kembali. Selain itu subyek sulit
tidur dan cenderung gelisah jika tidak minum alkohol.
Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol
yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi
ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung
mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang
dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk
menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang dan
perasaan santai.
Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah
berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.
Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau
bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Subyek hanya berhasil
berhenti selama tiga bulan saja namun setelah itu subyek kembali
minum alkohol. Selain itu frekuensi mun alkohol subyek juga
meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali
menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari,
146
bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari. Subyek
juga mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap alkohol, hal ini
terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol
meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga
pernah minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum
merasa mabuk hanya pusing-pusing sedikit. Perasaan malas, gelisah
dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.
Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fisiologis akibat terlalu
banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan
fisiologis tersebut terlihat dari penyakit yang pernah diderita subyek
saat subyek sering minum alkohol. Subyek pernah menderita penyakit
kuning, dimana penyakit tersebut adalah gejala-gejala penyakit
hepatitis. Penyakit ini bisa datang dari kebiasaan minum alkohol
subyek yang terlalu banyak sehingga menyebabkan adanya kerusakan
di hati. Gejala-gejala ini menunjukan bahwa subyek sudah mulai
mengalami alkoholisme atau gangguan alkohol.
V. KESIMPULAN SUBYEK 4
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
A. Faktor Individu
Faktor Genetik dan Biologis
Yaitu ayah subyek adalah seorang peminum alkohol yang berat
sampai pernah mengalami stroke.
B. Faktor Lingkungan
a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
147
Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek karena melihat
kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh ayah
dan teman-teman subyek.
b. Faktor Sosial dan Kultural
Yaitu pengaruh dari teman-teman subyek yang sering mengajak
subyek untuk minum alkohol bahkan subyek sering
mendapatkan alkohol dengan gratis dari teman-temannya.
Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi
sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari
dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi
perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol
adalah :
1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
Yaitu alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan
dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu
alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan obat-obtan atau zat yang lainnya.
2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
Yaitu minuman beralkohol dapat membuat subyek merasa lebih
santai dan gembira serta badan akan menjadi lebih lebih hangat.
Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif yang
membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.
Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:
1. Pada saat mengkonsumsi alkohol
148
Subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek juga merasa
lebih santai.
2. Setelah mengkonsumsi alkohol
Muncul perasaan yang menggebu-gebu untuk minum alkohol
kembali. Selain itu subyek sulit tidur dan cenderung gelisah jika
tidak minum alkohol.
Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang
menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti
mengkonsumsi alkohol.
2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat
dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari yang
biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali menjadi seminggu sekali
dan meningkat kembali menjadi setiap hari, bahkan subyek sering
minum alkohol dua kali dalam sehari.
3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap
alkohol dimana terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah
saat minum alkohol meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah
banyak. Subyek juga pernah minum alkohol sampai tiga botol
namun subyek masih belum merasa mabuk hanya pusing-pusing
sedikit.
4. Subyek mulai mengalami perasaan malas, gelisah dan sulit tidur
juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.
5. Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat
terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol.
149
Gangguan tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat
diderita subyek saat subyek sering dan terlalu banyak minum
alkohol.
INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL
Tabel 5 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 4
TEMA KODE Intensitas
Keluarga atau orang
tua pengguna
alkohol/ alkoholik
A.b +++
Kebiasaan-kebiasaan
minum dari orang
tua, keluarga dan
teman sebaya
B.a +++
Pengaruh Teman
Sebaya
B.b4
+++
Perilaku Minum
Alkohol Awal
C +++
Efek Diskriminatif
dari Zat (Alkohol)
D +++
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol)
E +++
Perilaku Mencari Zat H +++
150
(Alkohol)
Gejala-Gejala
Alkoholisme
I +++
Keterangan :
+ + + = tinggi
+ + = sedang
+ = rendah
151
Matrik 4 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 4
A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I
A.a
A.b +++
B.a +++
B.b1
B.b2
B.b3
B.b4 +++
B.b5
C
D +++
E +++ +++
F
G
H +++
I
152
Keterangan :
A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu
A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik
B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman
sebaya
B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi
B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya
B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal
B.b4 = Pengaruh Teman sebaya
B.b5 = Konformitas
C = Perilaku Minum Alkohol Awal
D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol
G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)
I = Gejala-Gejala Alkoholisme
= X mempengaruhi Y
= Y mempengaruhi X
= X dan Y saling mempengaruhi
153
Skema 5 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 4
+++
+++
+++
+++
+++
+++ +++
+++
Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek adalah seorang peminum alkohol yang berat sampai pernah mengalami stroke .
SUBYEK 4
Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh ayah dan teman-teman subyek
Faktor Sosial dan Kultural Pengaruh dari teman-teman subyek yang sering mengajak subyek untuk minum alkohol bahkan subyek sering mendapatkan alkohol dengan gratis dari teman-temannya
L I N G K U N G A N
Perilaku Minum Alkohol awal a. Frekuensi awal
minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu bulan sekali rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya
b. Pada saat awal minum alkohol biasanya subyek mendapatkan minuman beralkohol dari temannya dan jarang sekali membeli minuman tersebut sendiri.
Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan dengan obat-obtan atau zat yang lainnya
Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Minuman beralkohol dapat membuat subyek merasa lebih santai dan gembira serta badan akan menjadi lebih lebih hangat. Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif yang membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.
Perilaku Mencari Zat (alkohol) Subyek mencari dan membeli minuman beralkohol di warung-warung kecil yang menjual minuman beralkohol yang ada di daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman atau saudaranya. Subyek membeli minuman beralkohol dengan uang sakunya.
ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau
bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol
yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari, bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari.
c. Subyek menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap alkohol dimana terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga pernah minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum merasa mabuk hanya pusing-pusing sedikit.
d. Subyek mulai mengalami perasaan malas, gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.
e. Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat diderita subyek saat subyek sering dan terlalu banyak minum alkohol.
Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek juga merasa lebih santai.
Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Muncul perasaan yang menggebu-gebu untuk minum alkohol kembali. Selain itu subyek sulit tidur dan cenderung gelisah jika tidak minum alkohol
154
BAB V
PEMBAHASAN
A. Intensitas Tema Antar Subyek
Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan terhadap keempat
subyek, ternyata ditemukan beberapa tema yang sama dan memiliki
intensitas yang cukup tinggi. Meskipun terdapat sedikit perbedaan tetapi
pada umumnya alkoholisme yang terjadi pada keempat subyek muncul
karena faktor penyebab yang sama. Namun ada tema yang berbeda, hal
itu disebabkan adanya masalah pribadi dalam diri seseorang yang
berbeda satu sama lain.
Tabel 6 Intensitas Tema Antar Subyek
TEMA Subyek
I
Subyek
II
Subyek
III
Subyek
IV
Keterangan
Menghindari
perasaan
psikologis
tertentu. ( A.a)
+++
Perilaku minum
alkohol dilakukan
untuk
menghindari
suatu perasaan
psikologis
tertentu muncul
pada subyek 1.
(Faktor
Psikologis )
Keluarga atau Keluarga atau
155
orang tua
pengguna
alkohol /
alkoholik. (A.b)
+++
+++
+++
+++
orang tua
pengguna alkohol
atau seorang
alkoholik
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol muncul
pada subyek
1,2,3,4. (Faktor
Genetik)
Kebiasaan-
kebiasaan
minum dari
orang tua,
keluarga, atau
teman sebaya.
(B.a)
+++
+++
+++
+++
Kebiasaan-
kebiasaan minum
dari orang tua,
keluarga, atau
teman sebaya
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol karena
dengan melihat
perilaku minum
alkohol dari
orang lain secara
tidak langsung
muncul proses
pembelajaran dari
perilaku atau
kebiasaan minum
orang lain muncul
pada subyek
156
1,2,3,4. (Faktor
Perilaku dan
Pembelajaran)
Pengaruh adat
Istiadat dan
Budaya. (B.b2)
+++
Adat istiadat dan
budaya
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol muncul
pada subyek 2.
(Faktor Sosial
dan Kultural)
Pengaruh
Lingkungan
Tempat Tinggal.
(B.b3)
++
Lingkungan
tempat tinggal
atau orang yang
berada di sekitar
tempat tinggal
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol muncul
pada subyek 3.
(Faktor Sosial
dan Tempat
Tinggal)
Pengaruh teman
Sebaya. (B.b4)
+++
+++ +++ +++ Teman sebaya
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol muncul
pada subyek
1,2,3,4. (Faktor
157
Sosial dan
Kultural)
Konformitas.
(B.b5)
+++ ++ Sikap
konformitas
mempengaruhi
perilaku minum
alkohol muncul
pada subyek 2,3.
(Faktor Sosial
dan Kultural)
Perilaku Minum
Alkohol Awal.
(C)
+++
+++
+++
+++
Perilaku minum
alkohol pada awal
sebelum
berkembang pada
alkoholisme.
Efek
Diskriminatif
dari Zat
(Alkohol). (D)
+++
+++
+++
+++
Efek Diskrimitatif
dari Zat
(Alkohol)
mempengaruhi
perilaku mencari
Zat (Alkohol).
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol). (E)
+++
+++
+++
+++
Efek Dorongan
Positif dari Zat
(Alkohol)
mempengaruhi
dan menguatkan
perilaku mencari
Zat (Alkohol)
muncul pada
158
subyek 1,2,3,4.
Stimuli yang
dibiasakan
terhadap efek
alkohol. (F)
++
+++
++
Stimuli yang
dibiasakan
terhadap efek
alkohol
mempengaruhi
perilaku mencari
Zat (Alkohol)
muncul pada
subyek 1,2,3.
Efek Aversif
dari Zat
(Alkohol). (G)
+
+
Efek aversif dari
Zat (Alkohol)
sedikit
mempengaruhi
perilaku mencari
Zat (Alkohol)
muncul pada
subyek 1,2.
Perilaku
Mencari Zat
(Alkohol). (H)
+++
+++
+++
+++
Perilaku Mencari
Zat (Alkohol)
sangat
berpengaruh pada
munculnya
alkoholisme
muncul pada
subyek 1,2,3,4.
Gejala-gejala +++ +++ +++ +++ Gejala-gejala
159
Alkoholisme. (I) yang menunjukan
munculnya
alkoholisme
muncul pada
subyek 1,2,3,4.
Keterangan :
+ + + = intensitasnya tinggi
+ + = intensitasnya sedang
+ = intensitasnya rendah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa menghindari
perasaan psikologis tertentu (A.a) merupakan faktor psikologis yang
mempengaruhi perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.595) dalam teori psikoanalitik orang
dengan superego yang keras yang bersifat menghukum diri sendiri
berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres bawah sadar
mereka. Hampir sama dengan Kaplan dan Sadock, Rosen, Fox dan Gregory
(1984, h.310) mengungkapkan bahwa Ada beberapa individu yang menjadi
peminum/ pengkonsumsi alkohol berat mengkonsumsi alkohol karena ingin
menghindari perasaan psikologis tertentu dan kecemasan. Pada subyek 1
faktor psikologis muncul dalam perilaku minum alkohol yang dilakukan
subyek. Subyek akan menghindari kecemasan yang dirasakannya dengan
minum alkohol. Apabila subyek mulai merasa stres atau cemas maka
subyek akan minum alkohol untuk menghilangkan rasa cemasnya. Hal ini
160
disebabkan karena dengan minum alkohol subyek bisa lebih merasa tenang
dan bisa menceritakan apa saja yang dirasakan oleh subyek.
Keluarga atau orang tua pengguna alkohol / alkoholik (A.b)
merupakan faktor genetik dan biologis yang mempunyai pengaruh pada
perilaku minum alkohol. Sesuai yang dikemukakan oleh Kaplan dan
Sadock (1997, h.595-596) bahwa banyak penelitian telah menunjukan
bahwa orang dengan sanak saudara tingkat petama yang terpengaruh oleh
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah tiga sampai empat kali lebih
mungkin memiliki gangguan yang berhubungan dengan alkohol daripada
orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh.
Selain itu anak-anak dengan orang tua yang memiliki ganguan berhubungan
dengan alkohol berada pada risiko untuk mengalami gangguan alkohol,
bahkan jika anak dibesarkan oleh keluarga dimana tokoh orang tuanya tidak
memiliki gangguan alkohol. Pada subyek 1 faktor genetik yang ada pada
subyek 1 terlihat dari rata-rata anggota laki-laki di keluarga besar subyek
adalah seorang peminum alkohol dan ada beberapa yang alkoholik. Ayah
subyek juga minum minuman beralkohol meskipun tidak menjadi pecandu.
Pada subyek 2 faktor genetik dalam diri subyek juga mempunyai pengaruh
pada perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Meskipun ayah
subyek bukan pecandu alkohol namun ayah subyek sering mengkonsumsi
minuman beralkohol, selain itu kakak sulung subyek juga seorang pecandu
alkohol karena setiap hari kakak subyek mengkonsumsi minuman
beralkohol. Pada subyek 3 faktor genetik yang ada pada subyek terlihat
dari kakak sulung subyek yang merupakan peminum alkohol. Pada subyek
4 faktor genetik yang ada pada subyek terlihat terlihat dari ayah subyek
161
yang pecandu alkohol berat bahkan sampai mengalami stroke karena sering
minum alkohol.
Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga, atau
teman sebaya (B.a) merupakan faktor perilaku dan pembelajaran. Hal
itu dikarenakan dengan melihat kebiasaan-kebiasaan minum alkohol dari
orang tua, keluarga, atau teman sebaya subyek akan secara tidak langsung
melakukan perilaku yang sama dengan yang dilihat. Subyek akan
melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat.
Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock (1997,
h.595) bahwa sama dengan faktor kultural kebiasaan minum keluarga atau
orang tua dan teman dapat mempengaruhi kebiasaan minum seseorang.
Anak yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum akan
melihat perilaku minum sebagai kebiasaan dan secara tidak langsung
merupakan pelajaran bagi anak. Pada subyek 1 faktor perilaku dan
pembelajaran terjadi karena subyek yang sering melihat kebiasaan dan
perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh ayah, keluarga besarnya dan
teman-temannya secara tidak langsung membuat subyek melakukan proses
belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat. Apalagi hubungan
subyek yang dekat dengan teman-temannya membuat subyek sering melihat
kebiasaan teman-temannya yang sudah mengkonsumsi alkohol. Pada
subyek 2 faktor perilaku dan pembelajaran juga muncul pada perilaku
minum alkohol yang dilakukan subyek. Faktor ini terlihat dari subyek yang
sering melihat kebiasaan dan perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh
ayah, kakak laki-laki, om, pakde dan teman-temannya secara tidak langsung
membuat subyek melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol
162
yang subyek lihat. Sedangkan pada subyek 3 faktor perilaku dan
pembelajaran ini terlihat dari subyek yang sering melihat kebiasaan dan
perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh kakak sulung dan teman-
teman subyek secara tidak langsung membuat subyek melakukan proses
belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat. Hal ini membuat
subyek berani mengkonsumsi alkohol meskipun pada saat itu dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Faktor perilaku dan pembelajaran pada subyek
4 muncul dari kebiasaan ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol
juga menyebabkan subyek merasa penasaran dengan rasa dari alkohol itu.
Ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol membuat subyek secra
tidak langsung ingin meniru atau melakukan pembelajaran dari perilaku
ayahnya. Apalagi ayah subyek tidak menyembunyikan perilaku minum
alkoholnya sehingga subyek melihat perilaku minum alkohol yang
dilakukan ayahnya. Selain pembelajaran dari kebiasaan ayahnya subyek
juga sering melihat kebiasaan-kebiasaan minum yang dilakukan oleh
teman-temannya. Teman-teman subyek sudah sering minum alkohol
bahkan ada teman subyek yang sudah ahli dalam mencampur minuman
beralkohol. Melihat kebiasaan teman-teman subyek membuat subyek tidak
ragu untuk melakukan perilaku minum alkohol.
Pengaruh Adat Istiadat dan budaya (B.b2) merupakan salah satu
faktor sosial dan kultural yang mempengaruhi perilaku minum alkohol.
Adanya budaya yang menganggap minum minuman beralkohol sudah
biasa, membuat orang yang berada dalam budaya tersebut dibiasakan
dengan situasi tersebut sehingga orang-orang tersebut menganggap perilaku
minum minuman beralkohol dilakukan dalam suasana pesta atau
163
memperingati sesuatu. Selain itu budaya disuatu tempat akan
mempengaruhi perilaku dari orang yang tinggal dalam lingkungan budaya
tersebut. Menurut Benedic (Danandjaja, 1988, h.39), kepribadian yang
dimiliki oleh suatu budaya akan mempengaruhi terbentuknya kepribadian
seseorang yang tinggal dilingkungan budaya itu. Menurut Rosen, Fox dan
Gregory (1984, h.313) dalam suatu kelompok masyarakat yang mempunyai
penerimaan yang rendah terhadap alkohol, perilaku alkoholik yang terjadi
akan rendah. Namun bila suatu kelompok masyarakat mempunyai
penerimaan yang tinggi tehadap alkohol maka tingkat perilaku
alkoholiknya juga tinggi. Pengaruh adat istiadat dan budaya yang
mempengaruhi perilaku minum alkohol hanya muncul pada subyek 2.
Latar belakang keluarga subyek yang berasal dari budaya Bali meyebabkan
perilaku minum minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi hal
yang biasa. Dalam keseharian atau pada saat acara-acara tertentu rata-rata
orang di Bali mengkonsumsi minuman beralkohol seperti arak atau bir.
Olehkarena itu ayah subyek mengenalkan subyek pada minuman beralkohol
dengan menyuruh subyek untuk merasakan minuman alkohol yang sedang
dibawa oleh ayahnya.
Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal (B.b3) merupakan faktor
sosial dan kultural yang mempengaruhi perilaku minum alkohol. Menurut
Arya (http/www.klinikpria/alkoholisme) pengaruh lingkungan sangat
berpengaruh pada perilaku seseorang. Jika lingkungan tidak kondusif dan
mendukung kearah negatif dapat mendorong seseorang untuk menjadi
pengguna alkohol. Pengaruh lingkungan tempat tinggal ini hanya muncul
pada subyek 3. Awal subyek mengenal minuman beralkohol adalah pada
164
saat subyek sering bergaul dengan tukang-tukang bangunan yang ada di
lingkungan rumah subyek. Lewat tukang-tukang bangunan tersebut subyek
mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai berbagai jenis
minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-orang yang berada di lingkungan
tempat tinggal subyek ini membuat subyek mulai mencoba minuman
beralkohol.
Pengaruh Teman Sebaya (B.b4) merupakan faktor sosial dan
kultural yang juga mempengaruhi perilaku minum alkohol. Pengaruh dari
teman-teman sebaya yang biasanya berupa ajakan untuk mengkonsumsi
alkohol lebih mudah menyebabkan subyek untuk mencoba minuman
beralkohol. Siregar (1990, h. 23) berpendapat bahwa pengaruh teman
sebaya adalah faktor penyebab yang sangat penting pada penggunaan zat
psikoaktif di kalangan remaja. Merupakan bagian dari penciptaan indentitas
diri dan mempertahankan perilaku penggunaan zat psikoakatif tersebut.
Hukuman oleh teman sebaya berupa pemukulan dan pengucilan bagi
mereka yang mencoba berhenti dirasakan lebih berat dari pada akibat-akibat
penggunaan zat psikoaktif itu sendiri. Pada subyek 1 pengaruh teman
sebaya mempengaruhi perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.
Hal ini terlihat saat teman-teman subyek yang sudah terbiasa
mengkonsumsi minuman beralkohol sering mengajak dan memaksa subyek
untuk mencoba minum alkohol sehingga subyek yang awalnya takut untuk
minum menjadi berani untuk mencoba minuman beralkohol. Pada subyek
2 pengaruh teman sebaya muncul mempengaruhi perilaku minum alkohol
Subyek mengetahui bahwa minuman beralkohol itu adalah minuman yang
memabukkan adalah dari teman-teman subyek di SMU. Walaupun teman-
165
teman subyek jarang mengajak subyek untuk minum, namun teman-teman
subyek sering menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan minuman
beralkohol. Pengaruh teman sebaya ini semakin mendorong rasa penasaran
subyek terhadap minuman beralkohol sehingga subyek mulai berani
mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada subyek 3 pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku minum alkohol yang dilakukan subyek terlihat
dari setiap ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak
untuk minum alkohol. Sedangkan pada subyek 4 pengaruh teman sebaya
terlihat dari teman-teman subyek yang sudah sering minum alkohol sering
mengajak subyek untuk minum alkohol. Teman-teman subyek sering
mengajak subyek untuk minum alkohol saat pulang sekolah.
Konformitas (B.b5) juga merupakan faktor sosial dan kultural
yang mempengaruhi perilaku minum alkohol. Keinginan subyek agar diakui
oleh teman-temanya membuat subyek mengkonsumsi alkohol agar terlihat
sama dengan yang lain. Konformitas ini memicu terbentuknya perilaku
minum alkohol pada subyek. Myers (1983, h.256) mengemukakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku remaja sebagai akibat dari
tekanan kelompok. Terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu
menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar
dari celaan maupun keterasingan. Konformitas ini hanya muncul pada
subyek 1 dan 2. Pada subyek 1 pengaruh dari konformitas terhadap
perilaku minum alkohol terlihat dari keinginan subyek yang berusaha untuk
melakukan apa yang teman-teman subyek lakukan agar subyek diakui dan
dianggap berani oleh teman-temannya. Subyek mulai berani mencoba
minuman beralkohol bahkan beberapa obat-obatan terlarang dan ganja agar
166
terlihat sama dan dihormati oleh teman-temannya. Sedangkan pada subyek
2 konformitas terlihat dari rasa nyaman yang dirasakan subyek saat subyek
mendapatkan pengakuan bahwa subyek mampu minum lebih banyak dari
teman-temannya.
Perilaku minum alkohol awal (C) merupakan perilaku minum
alkohol yang muncul dari keempat subyek sebelum subyek mengarah pada
alkoholisme. Menurut Prasetya (2006, h. 9) perilaku minum minuman
beralkohol adalah tindakan minum minuman yang berkadar alkohol dari
yang berkadar rendah hingga berkadar tinggi. Pada keempat subyek
perilaku minum alkohol awal yang dilakukakan bervariasi. Pada subyek 1
perilaku minum alkohol dilakukan di luar rumah dengan teman-temannya.
Frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek adalah dua sampai tiga
kali dalam seminggu. Pada subyek 2 Frekuensi awal minum alkohol yang
dilakukan subyek adalah 4 atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum
subyek sering mengajak teman-temannya bahkan tukang yang bekerja
dirumah subyek juga dia ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek
biasanya minum di sekolah bersama dengan teman-temannya di organisasi
teater. Pada subyek 3 perilaku minum alkohol awal hampir sama dengan
subyek 1 yaitu dilakukan di luar rumah bersama teman-temannya dengan
frekuensi satu minggu sekali dan berlanjut menjadi tiga hari sekali atau
selama dua hari berturut-turut. Sedangkan pada subyek 4 frekuensi awal
minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu bulan sekali rata-rata
satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua hari sekali pada saat
subyek berkumpul dengan temannya. Subyek selalu minum di luar rumah
karena subyek merasa takut ketahuan oleh ibunya. Pada saat awal minum
167
alkohol biasanya subyek mendapatkan minuman beralkohol dari temannya
dan jarang sekali membeli minuman tersebut sendiri.
Efek diskriminatif dari zat (alkohol) (D) muncul saat orang akan
melakukan perilaku mencari atau mendapatkan zat yang dalam hal ini
adalah alkohol. Seseorang yang sudah melakukan perilaku minum alkohol
akan berusaha untuk mencari dan mendapatkan kembali minuman
beralkohol tersebut dan efek diskriminatif ini merupakan salah satu yang
mendorong seseorang lebih mencari alkohol untuk dikonsumsi daripada
yang lain. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) Orang harus mampu
membedakan zat yang disalahgunakan dari zat yang lainnya. Orang akan
memilih alkohol dari pada zat lain karena efek saat dikonsumsi dan proses
mendapatkannya akan berbeda dari zat lain. Pada subyek 1 efek
diskriminatif dari zat (alkohol) muncul dan mempengaruhi subyek dalam
mencari minuman alkohol. Hal ini terlihat dari persepsi subyek bahwa
alkohol lebih mempunyai efek yang lebih ringan dari pada zat yang lain,
alkohol lebih mudah didapat dan lebih murah daripada zat yang lain selain
itu alkohol lebih mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat
lain. Pada subyek 2 efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari
persepsi subyek bahwa alkohol mempunyai efek yang lebih enak
dibandingkan dengan zat psikoaktif lainya. Pada subyek 3 efek
diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari anggapan subyek bahwa
alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan
dengan obat-obatan terlarang yang lain. Hampir sama dengan subyek 1 dan
3, pada subyek 4 efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari
persepsi subyek bahwa alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih
168
ringan dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu
alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan
dengan obat-obatan atau zat yang lainnya.
Efek dorongan positif dari zat (alkohol) (E) adalah efek dari
alkohol itu sendiri yang dirasakan subyek sehingga subyek ingin kembali
mencari atau mendapatkan minuman beralkohol. Efek yang dirasakan
menjadi dorongan yang positif kepada subyek untuk mencari dan
mengkonsumsi minuman beralkohol lagi. Menurut Kaplan dan Sadock
(1997, h.583) Efek dorongan positif dari obat adalah penguat yang
mempermudah pencarian zat. Sebagian besar zat terutama alkohol yang
disalahgunakan disertai dengan suatu pengalaman positif setelah digunakan
untuk pertama kalinya, jadi zat bertindak sebagai suatu pendorong positif
untuk seseorang melakukan perilaku mencari zat. Efek dorongan positif
dari zat (alkohol) ini muncul pada semua subyek. Pada subyek 1 efek
dorongan positif dari zat atau alkohol yang selalu menguatkan subyek untuk
mencari alkohol adalah perasaan subyek gembira atau euforia setelah
minum alkohol. Selain itu subyek merasa bahwa alkohol mempunyai efek
yang menimbulkan sensasi dan dapat menghilangkan kecemasan.
Sedangkan pada subyek 2 efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang
selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah perasaan lega dan
menyenangkan yang dirasakan oleh subyek saat mengkonsumsi alkohol
Selain itu subyek juga akan bisa lebih cepat tidur setelah mengkonsumsi
alkohol. Pada subyek 3 efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang
selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah subyek merasa
bahwa alkohol itu sangat enak dan tubuh subyek juga menjadi lebih enak
169
untuk beraktivitas dan selalu bersemangat. Subyek menjadi lebih santai
setelah mengkonsumsi alkohol. Hampir sama dengan ketiga subyek pada
subyek 4 efek dorongan positif dari zat (alkohol) yang menguatkan subyek
untuk mencari dan mendapatkan alkohol adalah minuman beralkohol dapat
membuat subyek merasa lebih santai dan gembira serta badan akan menjadi
lebih hangat. Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif
yang membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.
Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol (F) juga muncul
saat orang akan melakukan perilaku mencari atau mendapatkan zat yang
dalam hal ini adalah alkohol. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583)
Hampir semua perilaku mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang
menjadi berhubungan dengan pengalaman menggunakan zat. Jadi saat
menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang
berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman
menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan
sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman
beralkohol. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol hanya muncul
pada subyek 1,2 dan 3. Pada subyek 1 Stimuli yang dibiasakan terhadap
efek alkohol yang muncul terlihat dari persepsi subyek bahwa minuman
alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang lebih ringan
dibandingkan dengan minuman alkohol biasa. Stimuli ini muncul saat
subyek mempunyai pengalaman mengkonsumsi minuman beralkohol
import. Pada subyek 2 Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol yang
muncul terlihat dari subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli
anggur Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin
170
“ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak akan
pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum alkohol
subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur subyek akan
muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot. Pada subyek 3 stimuli
yang dibiasakan terhadap efek alkohol yang muncul pada subyek ketiga ini
adalah subyek lebih sering mencari minuman dengan merk AP karena pada
saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek merasakan
efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa
berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu
minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar.
Efek Aversif dari Zat (alkohol) (G) juga muncul saat seseorang
akan melakukan perilaku mencari zat (alkohol) meskipun efek aversif ini
akan memperlemah atau mengurangi keinginan seseorang untuk mencari
atau mengkonsumsi minuman beralkohol. Menurut Kaplan dan Sadock
(1997, h.583) efek aversif dari obat cenderung memperlemah perilaku
mencari zat. Banyak zat yang juga disertai dengan efek merugikan yang
bertindak menurunkan perilaku mencari zat. Efek aversif ini hanya muncul
pada subyek 1 dan 2. Pada subyek 1 ini efek aversif dari zat (alkohol) juga
muncul saat subyek akan melakukan perilaku mencari zat atau alkohol.
Efek aversif dari alkohol adalah Rasa pahit dari alkohol dan panas di
tenggorokan, sering mengalami “ jakpot” (muntah -muntah karena terlalu
banyak minum). Namun efek aversif ini tidak memperlemah subyek untuk
melakukan perilaku mencari atau mendapatkan alkohol karena saat subyek
mencari atau membeli minuman beralkohol subyek selalu memilih
minuman sesuai selera subyek. Hampir sama dengan subyek 1, pada
171
subyek 2 efek aversif dari zat (alkohol) juga muncul saat subyek akan
melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek aversif dari alkohol
adalah rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah subyek minum
alkohol. Namun efek aversif ini tidak terlalu mempengaruhi perilaku
subyek dalam mencari zat atau alkohol karena minuman beralkohol yang
biasa di konsumsi subyek adalah minuman beralkohol yang dicampur
dengan minuman lain seperti CocaCola atau Exstrajoss.
Perilaku mencari zat (alkohol) (H) merupakan perilaku yang
dilakukan oleh subyek untuk mendapatkan minuman beralkohol. Menurut
Kaplan dan sadock (1997, h. 583) beberapa model perilaku penyalahgunaan
zat telah dipusatkan pada perilaku mencari zat (substance-seeking behavior)
ketimbang pada gejala ketergantungan fisik. Apabila perilaku mencari zat
pada seseorang yang melakukan penyalahgunaan zat besar maka dapat
dipastikan bahwa seseorang tersebut mempunyai ketergantungan terhadap
zat. Pada subyek 1 perilaku mencari zat (alkohol) terjadi saat subyek ingin
minum alkohol. Biasanya subyek mencari dan membeli minuman
beralkohol di tempat-tempat yang menjual minuman beralkohol. Sama
dengan subyek 1, pada subyek 2 perilaku mencari zat (alkohol) juga
muncul setiap subyek ingin minum alkohol. Setiap subyek ingin minum
alkohol, subyek selalu berusaha untuk mencari dan membeli minuman
beralkohol. Namun kadang-kadang subyek mendapatkan minuman
beralkohol dari kakak subyek atau teman-temannya. Seperti halnya dengan
subyek 1 dan 2, pada subyek 3 perilaku mencari zat (alkohol) juga muncul
setiap subyek ingin minum. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk
membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan subyek minum
172
alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya mengurangi jatah uang makan.
Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah Kesatrian atau
Sampangan. Pada subyek 4 biasanya subyek mencari dan membeli
minuman beralkohol di warung-warungkecil yang menjual minuman
beralkohol yang ada di daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang-
kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman
atau saudaranya atau membeli dengan uang sakunya sendiri.
Gejala-gejala Alkoholisme (I) merupakan tanda yang menunjukan
bahwa seseorang mengalami alkoholisme. Seperti yang diungkapkan oleh
Kaplan dan Sadock (1997, h.589) alkoholisme sering digunakan untuk
menyebut penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol, dalam hal ini
berarti ketidakmampuan memutuskan dan berhenti minum, usaha berulang
untuk mengkontrol atau menurunkan minum yang berlebihan dengan tidak
minum minuman keras atau membatasi minum pada waktu tertentu, pesta
minuman keras, mengkonsumsi kadang-kadang lima takaran minuman
keras, periode amnestik untuk pristiwa yang terjadi selama terintoksikasi,
terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik, minum alkohol yang
bukan minuman, seperti bahan bakar. Pada subyek 1 gejala-gejala yang
menunjukan bahwa subyek mengalami alkoholisme antara lain ketidak
mampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi
alkohol, subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat
dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 2 sampai 3 kali
dalam seminggu menjadi setiap hari bahkan 2 sampai 3 kali sehari, subyek
merasa lemas apabila tidak mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek juga
merasa tidak tenang dan sering marah apabila tidak bisa mengkonsumsi
173
alkohol. Pada subyek 2 gejala yang menunjukan bahwa subyek kedua
mengalami alkoholisme adalah ketidakmampuan subyek untuk mengurangi
atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol, subyek mengalami kenaikan
penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek
yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari,
subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol
dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun subyek
sudah mengkonsumsi 6 botol minuman, subyek mulai mengalami
gangguan fisiologis yaitu merasa pusing apabila sampai tidak bisa
mengkonsumsi minuman beralkohol, perasaan gelisah dan sulit tidur juga
muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol. Gejala yang dialami oleh
subyek 3 juga hampir mirip dengan yang dialami oleh subyek kedua.
Gejala-gejala alkoholisme pada subyek ketiga antara lain ketidakmampuan
subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol,
subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari
frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali
menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan
meningkat lagi menjadi setiap hari, subyek menunjukan adanya toleransi
yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami
keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi
alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah, subyek
mengalami alkoholisme adalah keinginan subyek untuk merasakan efek
alkohol yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan
cairan yang bukan merupakan minuman seperti spiritus, subyek juga mulai
mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur apabila tidak bisa
174
mengkonsumsi alkohol. Pada subyek 4 gejala yang alkoholisme yang
muncul adalah ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan
berhenti mengkonsumsi alkohol, subyek mengalami kenaikan
penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek
yang meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali
menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari,
bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari, subyek
menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap alkohol dimana
terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol
meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga pernah
minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum merasa
mabuk hanya pusing-pusing sedikit, subyek mulai mengalami perasaan
malas, gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum
alkohol, subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat
terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan
tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat diderita subyek saat
subyek sering dan terlalu banyak minum alkohol. Saat subyek
menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang
berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman
menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan
sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman
beralkohol.
175
176
Berdasarkan matrik diatas maka dapat dijelaskan mengenai
hubungan antara tema-tema yang mempengaruhi munculnya alkoholisme.
Menghindari perasaan psikologis tertentu (A.a) merupakan faktor
psikologis yang mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C) pada
subyek. Pada awal minum alkohol subyek minum alkohol karena ingin
menghindari perasaan psikologis tertentu biasanya akan minum alkohol saat
merasa cemas dan mengalami stres. Keluarga atau orang tua pengguna
alkohol / alkoholik (A.b) merupakan faktor genetik dan biologis yang
mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C). Subyek yang
melakukan perilaku minum alkohol dan mengalami alkoholisme
mempunyai ayah , kakak laki-laki, atau anggota di keluarga yang juga
mengkonsumsi alkohol atau bahkan seorang alkoholik. faktor genetik ini
merupakan faktor risiko pada perilaku minum alkohol. Kebiasaan-
kebiasaan minum dari orang tua, keluarga, atau teman sebaya (B.a)
merupakan faktor perilaku dan pembelajaran mempengaruhi perilaku
minum alkohol awal (C). Melihat kebiasaan-kebiasaan minum alkohol
dari orang tua, keluarga, atau teman sebaya, subyek akan secara tidak
langsung melakukan perilaku yang sama dengan yang dilihat. Subyek akan
melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat.
Pengaruh Adat Istiadat dan budaya (B.b2) merupakan salah satu faktor
sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C).
Subyek yang berasal dari adat istiadat dan budaya yang mempunyai
kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol pada saat upacara adat atau
acara-acara tertentu seperti budaya di bali akan membuat subyek menjadi
terbiasa untuk minum alkohol. Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal
177
(B.b3) merupakan faktor sosial dan kultural mempengaruhi perilaku
minum alkohol awal (C). Subyek yang berada dalam lingkungan tempat
tinggal yang orang-orang yang tinggal di lingkungan itu sering
mengkonsumsi alkohol maka kemungkinan subyek terpengaruh untuk
mengkonsumsi alkohol juga besar. Pengaruh Teman Sebaya (B.b4)
merupakan faktor sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum
alkohol awal (C). Teman sebaya menjadi pengaruh yang paling besar
dalam penggunaan alkohol pada subyek. Subyek mengkonsumsi alkohol
karena adanya pengaruh dari teman sebaya baik berupa ajakan maupun
tekanan dari teman sebaya. Konformitas (B.b5) juga merupakan faktor
sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C).
Subyek mencoba dan mengkonsumsi alkohol karena adanya keinginan agar
diakui dan terlihat sama dengan teman-temannya yang sudah lebih dahulu
mengkonsumsi minuman beralkohol.
Efek diskriminatif dari zat (alkohol) (D) mempengaruhi Perilaku
mencari zat (alkohol) (H). Subyek akan mencari alkohol dari pada zat lain
karena efek saat dikonsumsi dan proses mendapatkannya akan berbeda dari
zat lain. Alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dan
proses mendapatkannya lebih mudah dibandingkan dengan zat lain. Efek
dorongan positif dari zat (alkohol) (E) mempengaruhi Perilaku mencari
zat (alkohol) (H) dan munculnya Gejala Alkoholisme (J) . Efek yang
dirasakan seperti menjadi sehat, euforia dan lebih tenang menjadi dorongan
yang positif kepada subyek untuk mencari dan mengkonsumsi minuman
beralkohol lagi. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol (F)
mempengaruhi Perilaku mencari zat (alkohol) (H). Saat subyek
178
menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang
berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman
menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan
sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman
beralkohol.
B. Dinamika Munculnya Alkoholisme
Proses munculnya alkoholisme diawali dengan perilaku minum
alkohol awal yang dilakukan oleh keempat subyek. Penyebab
munculnya perilaku minum alkohol berasal dari faktor dari dalam
individu sendiri dan faktor dari lingkungan. Seperti yang dikemukakan
oleh Siregar (dalam Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) faktor yang berasal
dari individu lebih kepada biologis dan psikologis seseorang, sedangkan
faktor yang berasal dari lingkungan lebih pada faktor sosiologi dan
lingkungan seperti teman sebaya atau lingkungan hidup individu itu.
Faktor dari dalam individu antara lain faktor psikologis dan faktor
genetik dan biologis. Faktor psikologis tersebut adalah ketegangan-
ketegangan emosional yang dapat mendorong menggunakan minuman
alkohol sebagai pelarian. Minuman beralkohol dikonsumsi untuk
menghindari kecemasan atau stres yang sedang dialami seperti yang
dilakukan oleh subyek pertama . Seperti yang dikemukakan oleh Rosen,
Fox dan Gregory (1984, h.310) mengungkapkan bahwa Ada beberapa
individu yang menjadi peminum/ pengkonsumsi alkohol berat
mengkonsumsi alkohol karena ingin menghindari perasaan psikologis
tertentu dan kecemasan. Faktor yang kedua adalah faktor genetik dan
biologis. Faktor ini merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan
179
keempat subyek melakukan perilaku minum alkohol. Orang tua/ayah,
kakak laki-laki, atau anggota di keluarga yang juga mengkonsumsi
alkohol atau bahkan seorang alkoholik merupakan faktor yang dapat
menyebabkan subyek mengkonsumsi alkohol. Menurut Siregar ( dalam
Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) kepekaan tiap orang terhadap zat
psikoaktif (alkohol) berbeda-beda, diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor
konsitusional dan genetik. Bila orang tuanya seorang alkoholik maka
anak yang dilahirkannya sudah membawa sifat untuk menjadi seorang
alkoholik, jika didukung oleh faktor lingkungan maka pengaruh faktor
genetik ini akan berkembang kemudian hari.
Faktor yang berasal dari lingkungan antara lain adalah faktor
perilaku dan pembelajaran dan faktor sosial dan kultural. Faktor
perilaku dan pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan minum alkohol dari
orang tua, keluarga, atau teman sebaya akan secara tidak langsung
menyebabkan subyek melakukan perilaku yang sama dengan yang
subyek lihat. Subyek akan melakukan proses belajar dari perilaku
minum alkohol yang subyek lihat dari orang tua, keluarga, maupun
teman sebaya. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.595) bahwa anak
yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum akan
melihat perilaku minum sebagai kebiasaan dan secara tidak langsung
merupakan pelajaran bagi anak. Faktor kedua yang berasal dari
lingkungan adalah faktor sosial dan kultural. Salah satu faktor sosial dan
kultural adalah pengaruh adat istiadat dan budaya. Subyek yang berasal
dari adat istiadat dan budaya yang terbiasa dengan minuman beralkohol
akan mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengkonsumsi
180
alkohol. Seperti pada subyek yang berasal dari Bali perilaku minum
minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi hal yang biasa. Oleh
karena itu sejak kecil subyek dan keluarganya sudah terbiasa dengan
minuman beralkohol. Selain pengaruh adat istiadat dan budaya,
pengaruh lingkungan tempat tinggal juga menjadi pendorong subyek
melakukan perilaku minum alkohol. Subyek yang berada dalam
lingkungan tempat tinggal yang penghuninya tinggal di lingkungan itu
sering mengkonsumsi alkohol maka kemungkinan subyek terpengaruh
untuk mengkonsumsi alkohol juga besar. Lewat tukang-tukang
bangunan subyek mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan
mengenai berbagai jenis minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-
orang yang berada di lingkungan tempat tinggal subyek ini membuat
subyek mulai mencoba minuman beralkohol.
Pengaruh teman sebaya juga merupakan salah satu faktor sosial
dan kultural yang menyebabkan perilaku minum alkohol. Tekanan yang
berupa ajakan maupun paksaan membuat subyek tidak enak untuk
menolak ajakan minum alkohol yang dilakukan oleh teman-teman
sebayanya. Menurut Hurlock (1980, h.213) remaja lebih banyak di luar
rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka
dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, minat ,
penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.
Demikianpula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-
obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya
tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri. Subyek yang awalnya
tidak mengetahui dan tidak berani mengkonsumsi minuman beralkohol
181
menjadi berani untuk mengkonsumsi alkohol karena adanya pengaruh
dari teman-teman sebayanya. Adanya tekanan dari teman sebaya ini
membuat munculnya konformitas dalam diri subyek. Konformitas ini
juga merupakan salah satu faktor sosial dan kultural yang
mempengaruhi perilaku minum alkohol. Menurut Prasetya (2006, h. 18)
konformitas adalah suatu perubahan perilaku atau kepercayaan pada
remaja untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang
disebabkan karena adanya tekanan yang nyata atau tidak nyata agar
diterima dan tidak terisolir dari pergaulan di kelompoknya. Subyek yang
mempunyai teman sebaya yang mengkonsumsi alkohol akan
memunculkan konformitas dengan cara mengkonsumsi alkohol agar
terlihat sama dan diakui oleh teman-temannya.
Perilaku minum alkohol yang masih awal ini biasanya dilakukan
dengan frekuensi yang masih jarang. Frekuensi minum yang sering
terjadi di awal mengkonsumsi alkohol biasanya berkisar antara satu
bulan sekali atau seminggu sekali. Perilaku minum alkohol ini biasanya
masih dilakukan bersama dengan teman-temannya di luar rumah.
perilaku minum alkohol ini akan berkembang menjadi alkoholisme
karena adanya peningkatan intensitas minum serta kadar dan banyaknya
jumlah minuman yang diminum.
Perilaku minum alkohol awal yang dilakukan oleh subyek akan
berlanjut menjadi alkoholisme karena subyek selalu memunculkan
perilaku mencari zat atau alkohol itu sendiri. Subyek selalu berusaha
untuk mendapatkan dan membeli minuman beralkohol kembali setelah
sebelumnya melakukan perilaku minum alkohol. Perilaku mencari zat
182
atau alkohol itu membuat keinginan subyek untuk minum alkohol selalu
terpenuhi sehingga menyebabkan ketergantungan pada zat atau alkohol
itu sendiri. Saat subyek akan melakukan perilaku mencari zat atau
alkohol ada beberapa hal yang muncul dan mempengaruhi subyek dalam
melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek dikriminatif terhadap
zat (alkohol), efek dorongan positif dari zat (alkohol), stimuli yang
dibiasakan terhadap efek alkohol dan efek aversif dari zat (alkohol)
adalah empat hal yang sering muncul saat subyek akan melakukan
perilaku mencari zat atau alkohol. Namun yang menguatkan dan
mempermudah subyek untuk melakukakan perilaku mencari zat atau
alkohol adalah efek diskriminatif terhadap zat (alkohol), efek dorongan
positif dari zat (alkohol) dan stimuli yang dibiasakan terhadap efek
alkohol.
Efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari persepsi
subyek bahwa alkohol mempunyai efek yang berbeda dari zat psikoaktif
lainnya dan kemudahan dalam mendapatkan alkohol dibandingkan
dengan zat yang lainnya. Perbedaan alkohol dengan zat yang lainnya
yang dirasakan oleh subyek antar lain alkohol lebih mempunyai efek
dan ketergantungan yang lebih ringan dari pada zat yang lain, alkohol
lebih mudah didapat dan lebih murah daripada zat yang lain selain itu
alkohol lebih mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat
lain. Efek diskriminatif inilah yang membuat subyek lebih memilih dan
mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan zat psikoaktif yang
lainnya. Sedangkan efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang
selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah perasaan
183
subyek gembira atau euforia setelah minum alkohol. Selain itu subyek
merasa bahwa alkohol mempunyai efek yang menimbulkan sensasi,
dapat menghilangkan kecemasan lebih santai dan lebih bersemangat
atau semakin percaya diri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Kaplan dan Sadock (1997, h. 595) bahwa aspek pendorong positif dari
alkohol adalah alkohol dapat menyebabkan perasaaan sehat dan euforia
pada seseorang. Martaniah (2003, h.103) mengatakan bahwa efek yang
segera dirasakan dari alkohol dalam jumlah yang sedikit adalah efek
menenangkan, merasa hangat, enak dan santai. Sedangkan dalam jumlah
banyak akan merasa lebih ramah dan percaya diri.
Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol biasanya akan
muncul dari pengalaman-pengalaman saat seseorang mengkonsumsi
alkohol. Stimuli itu merupakan suatu petunjuk yang digunakan
seseorang dalam mencari atau mendapatkan minuman beralkohol.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) hampir semua perilaku
mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang menjadi berhubungan
dengan pengalaman menggunakan zat. Jadi saat menggunakan alkohol
biasanya akan muncul suatu petunjuk yang berhubungan dengan alkohol
yang didapat dari pengalaman-pengalaman menggunakan alkohol
sebelumnya. Efek aversif dari zat (alkohol) juga muncul saat subyek
akan melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek aversif dari
alkohol adalah Rasa pahit dari alkohol dan panas di tenggorokan serta
pusing sat minum alkohol. Namun efek aversif ini tidak memperlemah
subyek untuk melakukan perilaku mencari atau mendapatkan alkohol
184
karena saat subyek mencari atau membeli minuman beralkohol subyek
selalu memilih dan mencampur minuman sesuai selera subyek.
Ketergantungan terhadap alkohol yang dialami oleh subyek
adalah lebih pada ketergantungan psikologis dimana ketergantungan
yang dialami subyek disebabkan karena alkohol yang dikonsumsi
menghasilkan keinginan kuat untuk membutuhkan penggunaan alkohol
tersebut guna menghasilkan rasa senang atau menghilangkan rasa tidak
enak. Seperti yang dikemukakan oleh Martaniah (2003, h. 102) bahwa
ketergantungan psikologis adalah obat atau alkohol tersebut
menghasilkan keinginan yang kuat untuk membutuhkan penggunaan
obat tersebut untuk menghasilkan rasa senang dan menghilangkan rasa
tidak enak. Ketergantungan ini sudah merupakan sebuah alkoholisme
karena adanya gejala-gejala yang menunjukan bahwa subyek mengalami
alkoholisme. Gejala-gejala tersebut antara lain ketidakmampuan untuk
mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol, mengalami
kenaikan penggunaan baik kadar, maupun intensitas dan frekuensi
minum, mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol,
memunculkan gangguan baik fisik maupun psikis apabila tidak
mengkonsumsi alkohol dan minum alkohol yang bukan minuman hanya
untuk mendapatkan efek yang lebih keras dibandingkan dengan yang
biasa diminum.
185
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian ini secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa proses munculnya alkoholisme diawali dengan perilaku minum
alkohol awal. Faktor yang menyebabkan perilaku minum alkohol ini
antara lain adalah :
C. Faktor Individu/Subyek
c. Faktor Psikologis
Yaitu minuman beralkohol digunakan untuk menghindari
perasaan psikologis tertentu seperti kecemasan atau stres.
d. Faktor Genetik dan Biologis
Yaitu orang tua/ayah, kakak laki-laki, atau anggota di keluarga
yang juga mengkonsumsi alkohol atau bahkan seorang alkoholik
merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan subyek
melakukan perilaku minum alkohol.
D. Faktor Lingkungan
a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Yaitu proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari
kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan orang tua,
keluarga dan teman-teman sebaya.
b. Faktor Sosial dan Kutural
Yaitu pengaruh adat istiadat dan budaya, pengaruh lingkungan
tempat tinggal, pengaruh teman sebaya dan konformitas.
186
Perilaku minum alkohol yang dilakukan menjadi sebuah
ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari dan
mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang muncul dan
berpengaruh saat subyek melakukakan perilaku mencari zat atau alkohol
sehingga mengalami alkoholisme adalah :
5. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)
Yaitu alkohol mempunyai efek yang berbeda dari zat psikoaktif
lainnya, alkohol lebih mempunyai efek dan ketergantungan yang
lebih ringan dari pada zat yang lain, alkohol lebih mudah didapat dan
lebih murah daripada zat yang lain selain itu alkohol lebih
mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat lain.
6. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)
Yaitu alkohol mempunyai efek yang menimbulkan sensasi, perasaan
gembira atau euforia, dapat menghilangkan kecemasan, lebih santai
dan lebih bersemangat atau semakin percaya diri.
7. Stimuli yang dibiasakan terhadap Efek Zat (Alkohol)
Yaitu saat menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu
petunjuk yang berhubungan dengan alkohol yang didapat dari
pengalaman-pengalaman menggunakan alkohol sebelumnya.
8. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)
Yaitu rasa pahit dari alkohol, rasa panas ditengorokan, dan pusing
setelah minum alkohol. Namun efek ini tidak mempunyai pengaruh
dan tidak memperlemah perilaku mencari zat (alkohol).
Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:
3. Pada saat mengkonsumsi alkohol
187
Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa
adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas
dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang
dapat menghilangkan kecemasan
4. Setelah mengkonsumsi alkohol
Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan
atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering
dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek
merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak
mengkonsumsi alkohol.
Perilaku mencari zat (alkohol) yang dilakukan secara berulang-
ulang menyebabkan terjadinya alkoholisme. Hal itu dikarenakan dengan
melakukan perilaku mencari zat (alkohol) maka keinginan untuk minum
alkohol akan selalu terpenuhi sehingga menimbulkan ketergantungan.
Gejala- gejala yang menunjukan adanya alkoholisme adalah :
1. Ketidakmampuan untuk mengurangi atau bahkan berhenti
mengkonsumsi alkohol.
2. Mengalami kenaikan penggunaan baik kadar, maupun intensitas dan
frekuensi minum.
3. Mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol.
4. Memunculkan gangguan baik fisik maupun psikis apabila tidak
mengkonsumsi alkohol.
5. Minum alkohol yang bukan minuman hanya untuk mendapatkan
efek yang lebih keras dibandingkan dengan yang biasa diminum.
188
B. SARAN
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil
penelitian dan analisis yang telah dilakukakan antara lain bagi :
1. Subyek Penelitian
Bagi subyek penelitian yang ingin berhenti mengkonsumsi alkohol
sebaiknya mulai mengurangi sedikit demi sedikit perilaku
minumnya dengan mengurangi frekuensi dan kadar alkohol yang
diminum. Subyek penelitian dapat memilih minuman dengan kadar
yang lebih rendah seperti minuman dengan kadar alkohol kurang
dari 5%, karena dengan mengurangi sedikit demi sedikit kadar
alkohol yang diminum maka toleransi tubuh terhadap minuman
beralkohol juga semakin mengecil. Apabila toleransi tubuh terhadap
alkohol kecil maka saat mengkonsumsi alkohol dengan kadar
rendahpun tubuh akan cepat bereaksi tanpa harus meminum alkohol
dengan kadar tinggi.
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa yang belum terlibat dalam penyalahgunaan alkohol
disarankan untuk tidak mencoba-coba minuman beralkohol, karena
dengan hanya mencoba minuman beralkohol saja akan mempunyai
kemungkinan besar melakukan penyalahgunaan alkohol dan bahkan
akan menjadi ketergantungan (alkoholisme) karena efek dorongan
positif dari alkohol membuat keinginan minum alkohol akan selalu
muncul.
189
3. Orang Tua
a. Memberikan pengetahuan kepada anak mengenai efek negatif
dari minuman beralkohol seperti kerusakan organ hati sehingga
anak akan mengerti bahaya dari minuman beralkohol dan dapat
menghindari minuman beralkohol meskipun teman-teman sebaya
memberikan ajakan maupun paksaan untuk mencoba minuman
beralkohol.
b. Apabila orang tua (ayah/ibu) mengkonsumsi alkohol namun tidak
ingin anaknya mengkonsumsi alkohol maka orang tua harus
menghidari mengkonsumsi alkohol di rumah atau terlihat oleh
anak karena secara tidak langsung anak akan melihat dan
melakukan pembelajaran dari kebiasaan-kebiasaan minum
alkohol yang dilakukan oleh orang tuanya.
4. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang alkoholisme,
dapat memperluas subyek penelitian dengan memilih kategori
subyek perempuan/mahasiswi karena mungkin faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya alkoholisme pada subyek perempuan dapat
berbeda dari subyek laki-laki yang sudah dilakukan dalam penelitian
ini.
190
DAFTAR PUSTAKA
Arya, T. 2004. Ada Apa Dibalik Terjadinya Ketergantungan NAZA.
http/www.klinikpria.com/alkoholisme (23 Juni 2005). Atkinson, R.L, dkk. 2000. Pengantar Psikologi: Jilid 1. Alih Bahasa:
Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara. (Edisi kesebelas). Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R. 2000. Pengantar Psikologi:
Jilid 2. Alih Bahasa: Nurdjanah Taufiq. Jakarta: Penerbit Erlangga. (Edisi Kesebelas).
Atlit, L.G.K. 1997. Perilaku Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Yayasan Penerus Nilai-Nilai Luhur Perjuangan. Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartini
Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Danandjaja, J. 1988. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Davison, Neale. 1987. Abnormal Psychology. New York: Courtesy of
Sotheby’s, Inc. Davison, Neale. 1997. Abnormal Psychology. United States of America. Dirjosisworo, S. 1984. Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi.
Bandung: Remaja Karya CV. Echlos, J.M., Shadily, H. 1984. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia. (Cetakan XIII). Hadi, S. 1984. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. ______. 1986. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Hawari, D. 2000. Peyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: PT.
Gramedia. Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: Istiwidayanti.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
191
Joewono, S. 1998. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: Suatu Fenomena Bio-Sosio-Kultural yang Selalu Berubah. ATMA nan JAYA. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Tahun XI, no.1 (35-45).
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri “ Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”: Jilid 1. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. (Edisi Ketujuh).
Mandagi, Wresniwiro, Sumarma. 1996. Peyalahgunaan Narkotika dan
Obat-Obatan Terlarang. Jakarta. Martaniah, S.M. 2003. Hand Out Psikologi Abnormal dan Psikopatologi.
Yogyakarta. Moleong, J.L. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. ____________. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penenlitian
Psikologi. Jakarta: LPSP3 Fakultas UI. Prasetyo, S.A. 2006. Perilaku Minum-Minuman Keras pada Mahasiswa
Pondokan ditinjau dari Konformitas. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata (tidak diterbitkan).
Rosen, E., Fox, R.E., Gregory, I. 1986. Abnormal Psychology. United
States Of America. Salim, P. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press. Siregar, I.M.P. 2000. Beberapa Aspek Penggunaan Zat Psikoaktif. Jurnal
Psikologi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Bandung. Vol5, no.1(18-31).
Soedjono. 1970. Pathologi Sosial. Bandung: Penerbit Utama. Yatim, D.I. 1983. Narkotika dan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
192
LAMPIRAN
193
PEDOMAN WAWANCARA
I. Identitas Subyek
Nama subyek, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, status marital,
urutan kelahiran, agama, pekerjaan, asal, alamat, tanggal pelaksanaan.
II. Keadaan Subyek
1. Saat ini anda tinggal atau berdiam di mana ?
2. Masa kecil subyek :
a. Keadaan saat sekolah bagaimana ?
b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap
orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?
c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang
lain serta keadaan sekitar ?
d. Pada masa kecil itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,
senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?
3. Masa remaja subyek :
a. Keadaan saat sekolah bagaimana ?
b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap
orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?
c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang
lain serta keadaan sekitar ?
d. Pada masa remaja itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,
senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?
194
4. Masa Sekarang :
a. Keadaan saat kuliah bagaimana ?
b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap
orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?
c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang
lain serta keadaan sekitar ?
d. Pada masa remaja itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,
senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?
III. Masalah yang akan diungkap
Kapan anda pertama kali mengkonsumsi minuman beralkohol ?
Alasan pertama kali mengkonsumsi alkohol ?
Apa atau siapa yang mendorong atau memotivasi atau mempengaruhi
anda untuk menggunakan alkohol ?
Apa yang anda rasakan saat pertama kali mengkonsumsi alkohol ?
Apakah anggota keluarga anda mengetahui kalau anda mengkonsumsi
alkohol ?
Kapan anda mulai sering mengkonsumsi alkohol ?
Berapa frekuensi anda minum alkohol pada satu minggu ?
Apa alasan yang menyebabkan anda selalu ingin mengkonsumsi
alkohol ?
Kenapa anda memilih mengkonsumsi alkohol daripada zat atau obat-
obatan lainya?
Apa yang anda rasakan apabila anda tidak mengkonsumsi alkohol ?
Dimana anda biasanya membeli atau mendapatkan alkohol ?
195
Apa yang anda rasakan setelah anda bisa mendapatkan dan minum
alkohol ?
Bagaimana keadaan anda saat anda merasa ketergantungan dengan
alkohol ?
Saat ini apakah anda sudah berhenti atau mengurangi minum alkohol ?
196
PEDOMAN OBSERVASI
1. Kesan umum, penampilan, perilaku saat subyek di wawancarai.
2. Lingkungan fisik, keadaan rumah/kost/ tempat tinggal subyek sekarang.
3. Hubungan dengan orang lain, keadaan pergaulan saat itu atau pada saat
sedang diwawancarai.
4. Kondisi kesehatan dan kondisi psikis, kecenderungan-kecenderunagn
perilaku.
5. Kegiatan sehari-hari.
6. Kondisi sosial ekonomi.
7. Interaksi sosial.