212
FENOMENA MUNCULNYA ALKOHOLISME DI KALANGAN MAHASISWA SKRIPSI KURNIA MEGA HAPSARI 03.40.0216 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007

03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kurnia mega

Citation preview

Page 1: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

FENOMENA MUNCULNYA ALKOHOLISME

DI KALANGAN MAHASISWA

SKRIPSI

KURNIA MEGA HAPSARI

03.40.0216

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2007

Page 2: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

ii

FENOMENA MUNCULNYA ALKOHOLISME

DI KALANGAN MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

KURNIA MEGA HAPSARI

03.40.0216

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2007

Page 3: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

iii

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Psikologi Katolik Soegijapranata Semarang

dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal:

9 Juni 2007

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

(Drs. M. Suharsono, MSi)

Dewan Penguji :

1. DR. Y. Bagus Wismanto, MS …………………..

2. Dra. Lucia Hernawati, MS …………………...

3. Siswanto, S.Psi, MSi …………………...

Page 4: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

iv

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk

Kemuliaan Allah, Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Sekaligus merupakan hadiah yang dapat kuberikan untuk

(Alm) Eyang kakung , Bapak dan Ibu tercinta, seluruh keluargaku, serta

teman-teman seperjuanganku dan orang-orang yang

kusayangi

Page 5: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

v

MOT T O

““JJaannggananllaah h hheennddaakknnyya a kkaamu mu kkuuaattiir r tteennttaanng g aappaappuun jun juggaa, ,

tteettaapi pi nnyyaattaakkaannllaahh ddaallaam m sseeggaalla a hhaal l kkeeiinnggiinnaannmu mu kkeeppaadda a

AAllllaah h ddaallaam m ddooa a ddaan n ppeermrmohoohonnaan n ddeennggan uan uccaappan an sysyuukkuurr””

(F(Fiillipi ipi 44::66))

Page 6: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih, atas

berkat, kasih dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan studi serta

penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terwujud atas

kehendakNya, usaha dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak.

Cinta, dedikasi dan kerja keras dari banyak telah tercurah dalam

pembuatan skipsi ini , bahagia sekali melalui kesempatan ini, dengan segala

kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tiada

hingga kepada :

1. Bapak Drs. M. Suharsono, Msi selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan

perhatian dan ijin untuk melakukan penelitian ini.

2. Bapak Siswanto, S.Psi, Msi selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan banyak waktu, pemikiran dan

tenaganya untuk memberikan bimbingan dan dukungan moril kepada

peneliti.

3. Ibu Augustina Sulastri, S.Psi, Psi selaku dosen wali yang telah

membimbing, memberi nasehat dan mendampingi peneliti dari awal

masuk perkuliahan sampai akhirnya peneliti bisa menyelesaikan

pembuatan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang yang telah mendidik, memberi keteladanan

dan inspirasi serta ilmunya kepada peneliti.

Page 7: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

vii

5. Kedua orang tuaku tercinta yang telah memberikan air mata, cucuran

keringat, cinta, kasih sayang, perhatian, doa dan dukungan selama

peneliti dari kecil sampai sekarang ini.

6. Adik-adikku “Ndut”, Thomas dan Adi yang telah menjadi motivator

peneliti untuk berusaha mengejar impian agar bisa membahagiakan

kalian.

7. (Alm) Eyang Iskandar yang telah melindungi dan menjaga peneliti

dari surga serta menjadi semangat peneliti untuk menyelesaikan studi.

8. Seseorang yang selalu dekat di hati peneliti “Nduty” terimakasih telah

menjadi tempat berharap dan bersandar dan untuk sebentuk cinta,

perhatian yang hadir dengan keceriaan dan tangisan sehingga peneliti

mampu merasakan arti sayang itu.

9. Mama Wiek dan Budhe Tri yang dengan tulus dan terbuka menerima

peneliti dengan kasih sayang dan nasehat-nasehatnya selama ini.

Terima kasih pula telah menjadi orang tua kedua bagi peneliti.

10. Sahabat-sahabatku Arum “MW”, Nyunyikk, Cristi, Te’I, Disa yang

telah menemani dan selalu setia saat peneliti sedih. Terima kasih atas

cinta dan kasih yang kalian berikan selama ini. Semoga kita akan

menjadi teman yang saling menyanyangi meskipun nantinya kita akan

berpisah “prend poreper dah.. ”.

11. Sahabatku Anoook “My Kualitatif Bestfriend” yang menjadi teman,

sahabat dan saudara sejak peneliti ada di Semarang. Terima kasih

untuk semua perhatian dan kebersamaan kita.

Page 8: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

viii

12. Mpok’ Elice yang telah rela hati meminjamkan buku PINK nya

kepada peneliti dan dengan tulus memberikan saran dan masukan yang

berharga bagi peneliti. “makasih ya mpok..buku saktinya”.

13. Mbak Nana, Titi Sweety “teman gila ku” dan Mika yang telah dengan

tulus memberi semangat yang mampu menguatkan peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

14. Anak Kost 36 , Dina, Bu Erna, Mitha, Rosa, Mbak Ganik, Angel serta

pak Pari yang telah memberikan warna dalam kehidupan peneliti.

Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.

15. Anak-anak fasilitator character building Kiduloji, Ce’ Arum, Bang

Atha, ko’ Iwan, Mas Nanda “kroto”, Arsen, Eq, Omen yang telah

memberikan kasih dan pengalaman kerja yang berharga bagi peneliti.

Terima kasih atas kebersamaan yang indah dan tidak akan terlupakan.

16. Anak-Anak Tim Pelayanan Kaum Muda Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang terutama anak-anak lapis hijau “gambus”

yang telah dengan tulus menerima dan memberikan pengalaman yang

indah dan berharga bagi peneliti.

17. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata, terutama mas Inang, mbak Ike dan mbak Tatik atas

dukungan dan kerjasamanya dengan peneliti selama ini.

18. Seluruh subyek-subyek peneliti, F.A.P, B.P.T, P.F.Y.C.P, F.P.C.A

terima kasih untuk kerja sama dan pengalaman yang luar biasa yang

mau dibagikan sehingga peneliti biasa menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Page 9: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

ix

19. Yang terakhir untuk siapapun khususnya angkatan 2003 Fakultas

Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang dekat di

hati, yang mengulurkan tangan untuk persahabatan dan

menguatkannya dengan sapaan serta membantu dalam proses

pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

di sini.

Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Berkat dan RahmatNya

kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

peneliti dan semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Mei 2007

Peneliti

Page 10: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv

HALAMAN MOTTO................................................................................. v

UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................ vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR MATRIK ................................................................................... xiv

DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B Tujuan Penelitian ................................................................ 11

C. Manfaat Penelitian............................................................... 12

1. Manfaat Teoritis .............................................................. 12

2. Manfaat Praktis ............................................................... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 13

A. ALKOHOLISME................................................................ 13

1. Pengertian Alkoholisme .................................................. 13

2. Tahap-Tahap Alkoholisme .............................................. 14

3. Tipe-tipe Alkoholisme .................................................... 17

4. Ciri- ciri Penderita Gangguan Alkohol ........................... 20

5. Faktor-Faktor Penyebab Alkoholisme ............................. 21

Page 11: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xi

6. Efek dari Penggunaan Alkohol........................................ 27

B. MAHASISWA.................................................................... 29

1. Pengertian Mahasiswa..................................................... 29

C. Dinamika Munculnya Alkoholisme di Kalangan Mahasiswa. 30

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 34

A. Metode Penelitian yang digunakan ...................................... 34

B. Subyek Penelitian................................................................ 37

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 38

1. Observasi ........................................................................ 39

2. Wawancara...................................................................... 40

D. Metode Analisis Data…………………………………………41

E. Uji Kesahihan dan Keandalan……………………………….. 42

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ....................... 43

A. Observasi dan Wawancara Awal…………………………….. 43

B. Perijinan ……………… ...................................................... 43

C. Kancah Penelitian................................................................ 44

D. Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 45

E. Hasil Penelitian ................................................................... 45

1. Kasus 1............................................................................ 45

2. Kasus 2............................................................................ 71

3. Kasus 3............................................................................ 101

4. Kasus 4............................................................................ 129

BAB V PEMBAHASAN........................................................................ 154

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 186

A. Kesimpulan ......................................................................... 186

Page 12: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xii

B. Saran ................................................................................... 189

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 191

LAMPIRAN .................................................................................... 193

Page 13: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Efek Jangka Panjang Penggunaan Alkohol ........................ 27

Tabel 2 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 1 ......................................... 66

Tabel 3 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 2 ......................................... 96

Tabel 4 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 3 ......................................... 124

Tabel 5 : Tabel Intensitas Tema Pada Subyek 4 ......................................... 149

Tabel 6 : Tabel Intensitas Tema Antar Subyek ........................................... 154

Page 14: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xiv

DAFTAR MATRIK

Matrik 1 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 1 ........... 68

Matrik 2 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 2 ........... 98

Matrik 3 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 3 ........... 126

Matrik 4 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme Pada Subyek 4 ........... 151

Matrik 5 : Matrik Interelasi Munculnya Alkohlisme keseluruhan Subyek . 175

Page 15: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xv

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme ................................. 33

Skema 2 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 1................... 70

Skema 3 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 2.................. 100

Skema 4 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 3.................. 128

Skema 5 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Subyek 4.................. 153

Skema 6 : Skema Dinamika Munculnya Alkohlisme Keseluruhan Subyek . 185

Page 16: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara ............................................................ 194

Lampiran 2 : Pedoman Observasi .............................................................. 197

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian ............................................................... 198

Lampiran 4 : Surat Bukti Penelitian............................................................ 199

Lampiran 5 : Transkrip Wawancara ........................................................... 205

Subyek 1 : ............................................................................ 205

Subyek 2 : ............................................................................ 218

Subyek 3 : ............................................................................ 240

Subyek 4 : ............................................................................ 253

Page 17: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan zat psikoaktif terutama untuk alkohol dan obat-

obatan terlarang selalu menjadi persoalan yang serius sejak dahulu.

Sepintas terlihat bahwa pemakaian NAPZA (narkotika, psikotropika,

dan zat aditif lainnya) khususnya alkohol terjadi hampir merata di

semua lapisan masyarakat baik dari kalangan pelajar, mahasiswa,

bahkan sampai eksekutif muda. Penyalahgunaan alkohol tersebut

menjadi masalah yang cukup meresahkan, karena banyaknya

permasalahan yang ditimbulkan baik masalah kesehatan maupun

masalah sosial. Apalagi semakin banyak kasus-kasus pemakaian

alkohol dikalangan anak muda menjadi kekawatiran tersendiri bagi

orang tua maupun masyarakat

Berdasarkan penelitian WHO di empat belas negara yang

mencakup 25.916 pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan primer,

3,3% diantaranya adalah pengguna alkohol dengan taraf yang

merugikan (harmful use of alcohol) dan 2,7% dengan ketergantungan

alkohol. Selain itu di dunia terdapat 1.100 juta orang ketergantungan

nikotin dan 250 juta orang yang ketergantungan alkohol dan jumlah ini

akan meningkat setiap tahunnya (Atma nan Jaya, 1998, h.39).

Penelitian yang dilakukan oleh Smart dan Murray tentang

penggunaan zat psikoaktif di 152 negara, menyatakan bahwa

penggunaan zat psikoaktif yang menjadi masalah terberat paling

Page 18: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

2

banyak dijumpai di negara-negara berkembang (Jurnal Psikologi,

2000, h.23). Jumlah pengguna zat psikoaktif ini dari tahun ke tahun

terus meningkat berdasarkan angka resmi yang dikeluarkan

pemerintah yaitu sebesar 130.000 pada tahun 1995. Meskipun pada

kenyataanya jumlahnya jauh lebih besar. Jumlah dalam kenyataannya

kemungkinan dapat lebih besar 10 kali lipat dari angka resminya

(http/www.klinikpria.com/alkoholisme).

Gangguan penggunaan zat psikoaktif (narkotika, alkohol maupun

zat adiktif lainnya) baik yang masih dalam taraf penyalahgunaan

maupun sudah pada taraf ketergantungan merupakan suatu manifestasi

gangguan jiwa, bentuk penyimpangan perilaku dari norma-norma yang

umumnya berlaku pada berbagai kebudayaan di dunia. Sebagian besar

dari orang yang mengalami gangguan penggunaan zat tergolong

remaja dan dewasa muda, seperti yang telah dilaporkan oleh Husin

(1989) bahwa dari pasien yang datang berobat di rumah sakit

ketergantungan obat dan alkohol sebagian besar adalah laki-laki (94%)

dan dalam golongan usia 16-25 tahun (71%) (Jiwa Majalah Psikiatri,

1995, h.101).

Istilah “alkohol” sebenarnya ditujukan pada sekelompok besar

molekul organik yang memiliki gugus hidroksil (- OH) yang melekat

pada atom karbon jenuh. Etil alkohol, juga disebut etanol, adalah

bentuk alkohol yang umum, sering kali disebut sebagai alkohol

minuman. Rasa, bau, dan karakteristik dari berbagai minuman yang

mengandung alkohol disebabkan oleh metode pembuatannya, yang

menghasilkan berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa

Page 19: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

3

termasuk metanol, butanol aldehida, fenol, tannis, dan sejumlah kecil

berbagai logam terkandung dalam minuman beralkohol dan

menyebabkan suatu efek psikoaktif (Kaplan dan Sadock, 1997, h.596).

Sedangkan pengertian dari minuman beralkohol itu sendiri adalah

minuman yang terbuat dari bahan alami yang dihasilkan dari reaksi

fermentasi gula, buah-buahan dan spora. Banyak individu

menggunakan minuman beralkohol dalam frekuensi tetap dan tidak

berlebihan (Yatim,1983, h.28). Namun secara medis, minuman

beralkohol merupakan salah satu obat penenang yang digunakan untuk

merangsang istirahat dan bersantai-santai atau pengendoran atau

relaksasi atau tidur, mengurangi atau menghilangkan kecemasan,

meredakan kejang-kejang urat atau ketegangan. Hal ini juga senada

dengan pendapat Kaplan dan Sadock yang menyatakan bahwa

penyalahgunaan alkohol terjadi pada mereka yang mengalami

gangguan psikologi (kejiwaan) yaitu berupa ketegangan, kecemasan,

depresi, perasaan ketidakwajaraan, dan hal-hal lain yang tidak

menyenangkan (Hawari, 2000, h.45).

Berbeda dengan pendapat diatas, menurut pendapat orang-orang

awam minuman beralkohol adalah minuman yang dapat meningkatkan

potensi seseorang karena dapat berfungsi sebagai stimultan, yaitu

dapat menyegarkan, dan menghangatkan tubuh. Namun pada

hakekatnya stimultan tersebut hanya berlangsung sementara saja.

Akibat langsung sesudah itu adalah terjadi penekanan terhadap

susunan syaraf pusat yang menimbulkan rasa dingin di tubuh,

sehingga dapat menimbulkan rasa lesu dan mengantuk. Efek

Page 20: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

4

penekanan terhadap susunan syaraf pusat tersebut dapat berlanjut terus

sampai ke selaput otak yang mengendalikan perilaku seseorang.

Keadaan demikian ini yang biasa disebut dengan mabuk (Mandagi,

Wresniwiro, dan Sumarma, 1996, h. 254).

Efek yang akan ditimbulkan oleh alkohol secara nyata akan

sangat berpengaruh pada kesehatan dan perilaku pengguna alkohol.

Salah satu efek alkohol adalah pada otak. Alkohol mempunyai efek

pada membran neuron yang akan menyebabkan meningkatnya

fluiditas membran (pada penggunaan jangka pendek) dan membran

menjadi kaku (pada penggunaan jangka panjang). Selain efek pada

otak alkohol juga mempunyai efek yang merugikan pada hati.

Penggunaan alkohol walaupun singkat akan menyebabkan gangguan

hati yang berkaitan dengan akumulasi lemak dan protein sehingga

menyebabkan perlemakan hati yang secara pemeriksaan fisik muncul

pembesaran pada hati (Kaplan dan Sadock, 1997, h.598).

Selain merusak kesehatan secara fisik kebiasaan minum-

minuman beralkohol dapat menimbulkan gangguan kepribadian

seperti menjadi mudah tersinggung dan perhatian terhadap lingkungan,

menjadi terganggu sehingga sering menunjukan kecenderungan marah

dan sikap agresi. Apabila kadar alkohol pada BAC (blood alcohol

concentration) 0,10 persen maka akan menyebabkan ganguan pada

fungsi motorik dan sensorik sehingga bicara menjadi melantur dan

mengalami kesulitan koordinasi serta akan cenderung melakukan

agresi. Akibat dari minum-minuman keras juga akan menekan pusat

pengendalian diri sesorang, sehingga yang bersangkutan menjadi

Page 21: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

5

berani dan agresif, karena keberaniannya dan keagresifan serta

tertekannya pengendalian diri tersebut seseorang cenderung

melakukan gangguan kamtibmas baik dalam bentuk pelanggaran

norma-norma dan sikap moral bahkan tidak sedikit melakukan

tindakan pidana atau kriminal. Tindakan kekerasan akibat dipacu oleh

miras dapat mengakibatkan cedera, cacat hingga kematian (Atkinson,

2000, h.370).

Ilustrasi statistik di Amerika menyatakan bahwa setiap tahun

tidak kurang dari 25.000 jiwa mati akibat kecelakaan lalu lintas karena

pengemudi dibawah pengaruh miras. Tindakan kekerasan termasuk

pembunuhan dan bunuh diri akibat pengaruh minuman keras mencapai

15.000 jiwa setiap tahun di Amerika Serikat. Empat puluh juta anak

suami atau isteri menanggung derita mental, manakala salah satu

anggota keluarganya menderita ketergantungan miras dan setiap tahun

terdapat lima ratus kasus tindak kekerasan yang berkaitan dengan

pemakaian miras (Atlit, 1997, h. 89).

Proses awal minum adalah mencoba sedikit, dari mencoba

tersebut kemudian berkelanjutan sampai pada akhirnya orang akan

merasakan enak dan enak sehingga ketagihan. Biasanya orang yang

ketagihan karena mencoba minuman beralkohol akan menjadi seorang

alkoholik dan akan berkembang ke arah alkoholisme. Tahun-tahun

minum puncak bagi sebagian besar orang adalah antara usia 16 dan 25

tahun. Pada akhir 20-an dan awal 30-an rata-rata peminum

menurunkan konsumsi alkoholnya. Sebaliknya alkoholik

mempertahankan atau meningkatkan pola minumnya dan mengalami

Page 22: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

6

masalah kehidupan terkait alkohol selama masa tersebut. Alkoholik

rata-rata mencari bantuan pada awal usia 40-an setelah satu dasawarsa

mengalami kesulitan. Jika masalah alkohol berjalan, orang itu

kemungkinan meninggal 15 tahun lebih awal dibandingkan harapan

hidup populasi umum. Orang yang mengalami ketergantungan

psikologis dengan alkohol yang secara habitual (kebiasaan)

mengunakan alkohol untuk mengatasi stres dan kecemasan memiliki

kecenderungan untuk menjadi alkoholik. Mereka mudah terjebak

dalam lingkaran setan. Dengan berpaling pada saat mereka mengalami

masalah, mereka menangani masalah secara tidak afektif. Sebagai

akibatnya mereka bahkan merasa lebih cemas dan tidak berdaya dan

mengkonsumsi lebih banyak alkohol untuk memperkuat harga diri

mereka (Atkinson, 2000, h.372).

Alkoholik sangat berkaitan dengan alkoholisme yang umumnya

mencakup ketidakmampuan untuk menghindari alkohol (absistensi)

(perasaan bahwa anda tidak dapat hidup tanpa alkohol) atau tidak

adanya kendali (ketidak mampuan untuk berhenti setelah satu atau dua

kali minuman) (Atkinson,2000, h.373). Alkoholisme adalah penyakit

menahun yang ditandai dengan kecenderungan untuk minum lebih

daripada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan

minum minuman keras dan terus meminum minuman keras walaupun

dengan konsekuensi sosial dan pekerjaan yang merugikan.

Alkoholisme merupakan masalah yang sering terjadi pada penggunaan

alkohol, hampir 8% orang dewasa di amerika serikat menjadi

alkoholisme saat mereka menggunakan zat psikoaktif ini. Pria 4 kali

Page 23: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

7

lebih sering menjadi seorang alkoholik (pecandu alkohol)

dibandingkan wanita. Lebih banyak laki-laki daripada wanita yang

menggunakan alkohol dan rasio diagnosis gangguan yang

berhubungan dengan alkohol pada laki-laki dan wanita adalah 2

berbanding 1 atau 3 berbanding 1. Berbeda dengan perjalanan

gangguan berhubungan dengan alkohol yang dapat diperkirakan pada

laki-laki perjalannan gangguan pada wanita biasanya bervariasi. Onset

penyalahgunaan alkohol biasanya lebih lambat pada wanita

dibandingkan pada laki-laki (Kaplan dan Sadock, 1997, h. 291).

Begitu banyak faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme

ini. Dalam berbagai kasus yang sering muncul, faktor genetik (biologi)

dan faktor pembelajaran dari orang lain sangat menentukan seseorang

itu akan menjadi seorang alkoholik atau tidak. Dalam sebuah

penelitian diperoleh hasil bahwa 58,36 % kasus alkoholik disebabkan

karena adanya pengaruh teman sebaya yang memberikan tekanan pada

seseorang untuk memunculkan perilaku tertentu

(http/www.klinikpria.com/alkoholisme). Pergaulan bebas dan

konformitas yang semakin tinggi menyebabkan perilaku alkoholisme

terus berkembang dan semakin meluas, karena pengaruh inilah semua

kelompok usia bisa memiliki perilaku alkoholisme. Saat ini banyak

anak-anak dan orang dewasa memiliki masalah alkoholik dengan

konsekuensi yang mengerikan.

Namun meskipun banyak yang mengetahui efek dari pengunaan

alkohol kebiasaan untuk mengkonsumsi alkohol (alkoholisme) tidak

banyak mengalami penurunan. Bahkan dikalangan mahasiswa

Page 24: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

8

kebiasaan mengkonsumsi alkohol semakin tinggi. Sebuah survei

mengenai kebiasaan menggunakan zat psikoaktif terhadap 517

mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Jakarta pada tahun 1996 oleh

Joewana, Roan, dan Salan menunjukan bahwa 44,10% responden

merokok tembakau, 14,54% mempunyai kebiasaan minum alkohol,

3,87% mempunyai kebiasaan minum hipnotika, 3,29% makan ekstasi,

8,12% merokok ganja, dan 3,48% menggunakan heroin (Atma nan

Jaya, 1998, h.39). Hasil ini menunjukan bahwa alkohol menduduki

peringkat kedua zat psikoaktif yang dikonsumsi oleh mahasiswa.

Sedangkan berdasarkan gambaran dari pengguna zat psikoaktif

terutama alkohol yang dirawat di bagian psikiatri RS. Dr. Hasan

Sadikin dapat diketahui bahwa dari tahun 1989 sampai 1990 jumlah

pasien yang dirawat menggalami peningkatan sebesar 3% setiap

tahunnya. Pasien yang berstatus mahasiswa dari tahun 1989 sampai

tahun 1998 meningkat 21,4% yaitu dari tidak ada pasien dengan

gangguan alkohol sampai ada 3 orang yang masuk karena gangguan

alkohol. Selama satu tahun jumlahmya meningkat sebanyak 42,2%

yaitu sekitar 7 orang pada tahun 1999 ( Jurnal Psikologi, 2000, h.29).

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol juga banyak terjadi pada

mahasiswa di kota Semarang, dimana berdasarkan pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti terlihat mulai banyak muncul kasus-kasus

alkoholisme dikalangan mahasiswa di kota Semarang. Hampir setiap

hari mahasiswa yang mengalami alkoholisme mengkonsumsi alkohol

dan mengadakan pesta alkohol ditempat-tempat kost bahkan ada

Page 25: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

9

beberapa mahasiswa yang sampai menjadi penjual minuman

beralkohol.

Sebagai contoh, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap salah satu mahasiswa di perguruan tinggi swasta di semarang

yang berusia 21 tahun muncul kecenderungan bahwa mahasiwa

tersebut adalah seorang alkoholik yang mengarah kepada alkoholisme.

Menurut mahasiswa tersebut, dalam beberapa bulan yang lalu setiap

harinya dia harus mengkonsumsi alkohol. Apabila dia tidak

mengkonsumsi alkohol maka tubuhnya akan merasa sangat lemas dan

terasa seperti “dipukuli”. Mahasiswa tersebut sampai mengatakan

bahwa lebih baik tidak makan daripada dia tidak minum alkohol sama

sekali.

Proses seseorang menjadi seorang alkoholik (alkoholisme) tidak

berlangsung begitu saja. Alkoholisme akan muncul apabila terjadi pola

minum yang berat. Banyak faktor penyebab terjadinya

penyalahgunaan zat yang berlanjut pada ketergantungan zat

(alkohol). Namun dalam Sinopsis Psikiatri ( Kaplan dan Sadock, 1997,

h.582) ketergantungan terhadap zat selalu berawal dari

penyalahgunaan zat yang kemudian berlanjut pada perilaku mencari

zat itu. Ketergantungan akan mulai muncul saat seseorang mengalami

perilaku mencari zat (alkohol). Setelah keinginan untuk minumnya

selalu dapat terpenuhi maka seseorang akan mengalami

ketergantungan pada alkohol dan akan menunjukan gejala-gejala

alkoholisme.

Page 26: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

10

Beberapa mahasiswa yang mempunyai ketergantungan pada

alkohol mempunyai kehidupan yang kurang teratur. Pada mahasiswa

yang mengalami alkoholisme prestasi dan hasil akademiknya relatif

kurang baik, meskipun mahasiswa tersebut sebenarnya mempunyai

potensi dan kemampuan yang cukup. Hal tersebut terjadi karena

biasanya mahasiswa mengkonsumsi minuman beralkohol pada malam

hari sehingga pada pagi harinya mahasiswa tersebut tidak bisa

mengikuti kuliah karena efek alkohol yang masih dirasakan

mengganggu aktifitas mahasiswa tersebut untuk mengikuti kuliah.

Rasa pusing dan kantuk yang masih dirasakan membuat mahasiswa

tersebut tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti kuliah.

Mahasiswa yang mengalami alkoholisme biasanya mempunyai

orientasi yang rendah terhadap tugasnya sebagai mahasiswa. Hal-hal

yang diprioritaskan pada mahasiswa yang mengalami alkoholisme

biasanya adalah kesenangan dan keinginannya untuk bisa minum

alkohol. Berdasarkan pengamatan peneliti, mahasiswa yang

mengalami alkoholisme biasanya lebih senang berkumpul dengan

mahasiswa yang juga mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal-hal

yang dibicarakan juga tidak jauh dari hal-hal yang berhubungan

dengan minuman beralkohol.

Mahasiswa mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar

terhadap orang tua dan lingkungannya. Seorang mahasiswa seharusnya

sudah mampu menggontrol perilakunya. Hal itu berkaitan dengan

tugas perkembangan seorang mahasiswa yang berada dalam tahap

dewasa dini. Dimana di dalam tahap ini mulai terjadi perubahan minat.

Page 27: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

11

Remaja umumnya mempertahankan minat-minat mereka sewaktu

beralih ke masa dewasa. Tetapi minat pada masa dewasa kemudian

akan berubah juga. Hal ini disebabkan karena beberapa minat yang

dipertahankan dalam kehidupan dewasa tidak sesuai dengan peran

sebagai orang dewasa (Hurlock, 1980, h.253). Apabila pada masa

remajanya seseorang mempunyai minat yang besar pada alkohol maka

saat memasuki masa dewasa orang itu akan merubah minatnya karena

nilai-nilai kelompok sosialnya berubah. Nilai-nilai kelompok sosial

masyarakat dan ajaran agama menekan mereka untuk tidak

mengkonsumsi minuman-minuman beralkohol tersebut. Namun pada

mahasiswa yang mengalami alkoholisme, minat mereka pada

minuman beralkohol tidak semakin berkurang tetapi semakin

berkembang.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian

untuk memahami secara lebih mendalam mengenai munculnya

alkoholisme dikalangan mahasiswa dan faktor-faktor apa saja yang

menjadi penyebab munculnya alkoholisme di kalangan mahasiswa itu.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam

mengenai fenomena munculnya alkoholisme di kalangan mahasiswa

terutama kaitannya dengan proses munculnya alkoholisme dan faktor-

faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme serta gejala-gejala

alkoholisme di kalangan mahasiswa.

Page 28: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

12

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah dalam pengembangan bidang

psikologi abnormal dan psikologi kesehatan khususnya yang

berkaitan dengan alkoholisme.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah

wacana bagi mahasiswa dan bagi orang tua agar dapat

mengantisipasi keterlibatan diri/anak dalam perilaku

alkoholisme.

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuhan bagi

peneliti lain yang penelitiannya berkaitan dengan alkoholisme.

Page 29: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alkoholisme

1. Pengertian Alkoholisme

Menurut Chaplin (1999, h.17) alkoholisme mempunyai dua

pengertian, pengertian yang pertama dari alkoholisme yaitu kekacauan

dan rusaknya kepribadian yang disebabkan oleh nafsu minum yang

kompulsif sifatnya. Sedangkan pengertian alkoholisme yang kedua

adalah keadaan atau kondisi seseorang yang minum secara berlebihan

dengan kandungan alkohol berkadar tinggi dan dijadikan suatu

kebiasaan.

Alkoholisme sering digunakan untuk menyebut penyalahgunaan

dan ketergantungan alkohol (Kaplan dan Sadock, 1997, h.589). Dalam

hal ini berarti ketidakmampuan memutuskan dan berhenti minum

(Kaplan dan Sadock, 1997, h.600). Sedangkan alkoholisme menurut

Echols dan Shadily (1984, h.22) adalah keadaan sakit karena

terlampau banyak minum minuman alkohol.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Soedjono (1970, h.89)

dimana apabila orang mulai tergantung sama sekali kepada alkohol itu

maka timbullah apa yang dinamakan alkoholisme. Selain itu

kebanyakan ahli-ahli yang meneliti alkoholisme (kecanduan alkohol)

kini sependapat dan membenarkan bahwa alkoholisme itu merupakan

penyakit yang berat (Soedjono, 1970, h.96).

Page 30: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

14

Menurut Dirdjosisworo (1984, h.145), alkoholisme didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana seorang individu telah tidak mampu

lagi mengontrol banyaknya alkohol yang diminumnya dalam

pengertian bahwa ia tidak mampu menjauhkan diri dari minuman

keras atau menghentikan minumnya sesaat sebelum keracunan

alkohol.

Jellinek salah seorang sarjana terkemuka dalam masalah alkohol,

menyarankan bahwa untuk kepentingan operasional alkoholisme

didefinisikan setiap penggunaan minuman yang mengandung alkohol

yang menyebabkan kerugian baik bagi individu yang bersangkutan

maupun bagi masyarakat atau kedua-duanya (Dirdjosisworo, 1984,

h.145).

Berdasarkan pengertian alkoholisme diatas maka dapat

disimpulkan bahwa alkoholisme adalah penyalahgunaan alkohol

sehingga menyebabkan ketergantungan alkohol yang ditandai dengan

keadaan atau kondisi seseorang yang minum alkohol secara berlebihan

sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk memutuskan dan

menghentikan atau berhenti minum.

2. Tahap-tahap Alkoholisme

Menurut Soedjono (1997, h.93) ada tiga tahapan dalam

alkoholisme, yaitu:

a. Tahapan pertama dari alkoholisme secara khas dimulai dengan

serangan “black out” dari amnesia atau hilang ingatan alkohol.

Dalam keadaan “black out” peminum tetap berada dalam keadaan

sadar penuh. Segala ucapan dan perbuatan nampaknya normal saja

Page 31: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

15

bagi orang-orang disekitarnya, tetapi selang beberapa waktu orang

tersebut tidak ingat lagi apa yang telah diucapkannya dan

dilakukannya dalam keadaan “ black out”.

b. Tahap kedua dari alkoholisme dicirikan oleh kehilangan

pengendalian diri dimana seseorang tidak sanggup lagi berhenti

minum ketika orang tersebut mulai minum. Kehilangan

pengendalian diri merupakan kriterium dari kecanduan alkohol, dan

seseorang akan mengalami kesulitan untuk kembali dalam keadaan

normal.

c. Tahap ketiga merupakan tahap yang kronis dimana seseorang akan

menurun kesehatannya secara fisik maupun secara sosial.

Seseorang dapat mengalami demorelisasi, halusinasi, delirium,

kehilangan kepercayaan dan harapan untuk sembuh.

Sedangkan Atkinson (1999, h.289) mengemukakan tahapan

alkoholisme yang sedikit berbeda. Seseorang dapat berkembang dari

minum-minum bersama teman menjadi alkoholisme dengan berbagai

cara. Atkinson mengemukakan hal yang sama dengan Jellink ( dalam

Davidson dan Neale 1987, h.282) dimana terdapat empat tahapan

dalam alkoholisme, yaitu:

a. Tahap Praalkoholik (Prealcoholic stage)

Seseorang minum-minum bersama teman dan kadang-kadang mi

num agak banyak untuk meredakan ketegangan dan melupakan

masalahnya. Minum banyak makin menjadi lebih sering pada saat

kemelut, orang tersebut minum lebih banyak lagi untuk

mendapatkan pengaruh alkohol yang membantu.

Page 32: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

16

b. Tahap Prodromal (Prodromal stage)

Minum cara-cara sembunyi-sembunyi dimana orang tersebut tetap

sadar dan relatif masih koheren tetapi kemudian tidak dapat lagi

mengingat kejadian-kejadian. Individu ini menjadi makin asyik

dengan minum minuman keras dan menyesalkan hal itu tetapi

selalu gelisah kapan dan dimana dia dapat mendapatkan minuman

berikutnya.

c. Tahap Gawat (Crusial stage)

Semua kendali hilang, begitu orang minum dalam tahap ini maka

orang tersebut akan melanjutkan sampai sakit atau pingsan. Dalam

tahap ini seseorang masih dapat berpantang untuk tidak minum

tetapi begitu orang tersebut minum, pola keseluruhannya akan

dimulai lagi. Jika orang tersebut tidak segera mencari pertolongan,

orang tersebut dapat menjadi pecandu alkohol kronis.

d. Tahap Kronis (Chronic stage)

Minum-minuman keras tidak pernah berhenti, seseorang hanya

hidup untuk minum. Tubuhnya telah menjadi biasa dengan alkohol

sehingga orang tersebut dapat menderita gejala-gejala penarikan

diri bila tanpa alkohol. Kurang alkohol dapat menyebakan berbagai

gangguan fisiologis. Orang tidak lagi dapat memperhatikan

penampilan fisik, harga diri, keluarga, teman-teman dan status

sosialnya. Dalam tahap ini seseorang biasanya akan berkeliaran di

jalan-jalan.

Berdasarkan uraian dari tokoh-tokoh diatas maka dapat

disimpulkan bahwa tahapan dalam alkoholisme terdiri dari empat

Page 33: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

17

tahap yaitu tahap Praalkoholik (Prealcoholic stage), tahap Prodomal

(Prodromal stage), tahap Gawat (Crusial stage) dan tahap Kronis

(Chronic stage).

3. Tipe-tipe Alkoholisme

Menurut Cloninger (dalam Martaniah, 2003, h.105) ada dua

subtipe alkoholisme yang berbeda yaitu:

a. Tipe alkoholisme 1: berkembang setelah umur 25 tahun,

mempunyai predisposisi pembawaan untuk tergantung pada

alkohol, tetapi tingkah laku minum ini lebih dipengaruhi oleh

faktor–faktor lingkungan. Orang-orang ini berusaha untuk

mengontrol minumnya, merasa bersalah dan takut menjadi

tergantung alkohol. Orang-orang ini lebih reseptif terhadap

perlakuan.

b. Tipe alkoholisme 2 : lebih kuat dipengaruhi faktor genetik. Mereka

umunya laki-laki, mereka mengembangkan tingkah laku

bermasalah sebelum umur 25 tahun. Mereka didorong untuk

mencari pengalaman baru yang mendebarkan dan tidak

memikirkan tentang konsekuensi tingkah laku mereka. Mereka

melakukan tingkah laku yang mempunyai resiko tinggi yang sering

menyebabkan masalah dengan hukum.

Berbeda dengan Cloninger, Jellinek (dalam Soedjono, 1982,

h.97-98) membagi penyakit alkoholisme dalam lima tipe yaitu:

a. Tipe pertama, yang dicirikan oleh ketergantungan psikologis yang

terus menerus akibat alkohol untuk meringankan rasa sakit fisik

atau kepedihan emosionil, tetapi tanpa gejala-gejala mengasingkan

Page 34: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

18

diri. Tipe yang tersembunyi sangat mungkin bersifat emosional

(ganguan jiwa) dan bukan penyakit fisik yang sunguh-sunguh.

b. Tipe kedua, dicirikan oleh polyneuropathy (kerusakan urat saraf),

gastiti(radang kantong perut), chirosis (kerusakan atau pengerasan

dari hati) atau komplikasi-komplikasi yang serupa. Pada umumnya

tidak disertai ketergantungan psikologis atau fisik, dan pula tidak

disertai gejala-gejala mengasingkan diri.

c. Tipe ketiga, dicirikan oleh toleransi tubuh yang makin tinggi

terhadap alkohol, ketergantungan fisik (kecanduan) pada alkohol

disertai gejala-gejala mengasingkan diri kalau mereka tidak

bertemu dengan alkohol. Kalau sudah mulai minum, si peminum

tidak bisa mengendalikan diri yaitu berhenti minum membatasi diri

setelah beberapa teguk dan ia lambat laun dihinggapi

ketergantungan psikologis dan fisik pada alkohol.

d. Tipe keempat, dicirikan oleh toleransi yang makin meningkat

terhadap alkohol dan ketergantungan fisik pada alkohol serta

gejala-gejala “ngidam” alkohol dan gejala -gejala mengasingkan

diri apabila si peminum tidak bertemu dengan alkohol. Tipe ini

jarang sekali kehilangan penengendalian diri (tidak bisa stop

minum setelah beberapa teguk) tetapi di lain pihak ia hampir tidak

bisa menjauhkan diri dari alkohol sekalipun untuk jangka waktu

pendek.

e. Tipe kelima juga dikenal sebagai “ fiesta or exlosive dringking”,

orang-orang yang hanya minum puas-puasan pada waktu adanya

pesta-pesta. Peminum tipe ini dapat menjauhkan diri dari alkohol

Page 35: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

19

setelah pesta-pesta minum itu, tidak menjadi ketagihan terus pada

alkohol.

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.601) berdasarkan pada

karakteristik fenomenologi subtipe ketergantungan alkohol

(alkoholisme) dibagi menjadi dua subtipe yaitu :

a. Ketergantungan alkohol tipe A : orang dengan ketergantungan

tipe ini mempunyai onset yang lambat, sedikit faktor risiko masa

anak-anak, ketergantungan yang relatif ringan, sedikit masalah

berhubungan dengan alkohol dan sedikit psikopatologi. Selain itu

orang dengan tipe ini mungkin berespon terhadap psikoterapi

interaksional.

b. Ketergantungan alkohol tipe B : orang dengan ketergantungan

tipe ini mungkin memiliki banyak faktor risiko pada masa anak-

anak, ketergantungan yang berat, onset awal dari masalah yang

berhubungan dengan alkohol, banyak psikopatologi, riwayat

penyalahgunaan yang kuat pada keluarga, sering menyalahgunakan

polisubtansi, riwayat lama pengobatan alkohol, jumlah stres dalam

kehidupan banyak dan mungkin paling baik berespon terhadap

latihan mengatasi (coping skill).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

alkoholisme ada dua sub tipe yang berbeda yaitu Alkoholisme tipe I

dan Alkoholisme tipe II. Dalam penelitian ini tipe alkoholisme yang

digunakan adalah alkoholisme tipe II.

Page 36: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

20

4. Ciri-ciri Penderita Gangguan Alkohol

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.601) kriteria orang yang

memiliki gangguan alkohol (alkoholisme) adalah:

1) Perilaku maladatif atau perubahan psikologis bermakna secara

klinis (misalnya, perilaku seksual atau agresif yang tidak tepat,

labilitas mood, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang

berkembang selama atau segera setelah ingesti alkohol.

2) Bicara cadel

3) Inkoordinasi

4) Gaya berjalan tidak mantap

5) Nistagmus

6) Gangguan atensi atau daya ingat

7) Strupor atau koma

Siregar (Jurnal psikologi, 2000, h.24) mengemukakan beberapa

ciri pada pengguna alkohol yaitu:

1) Prestasi akademik/ kerja menurun

2) Disiplin dan sopan satun menurun, tidak memperhatikan kerapian

diri

3) Menghindar dari perhatian orang lain dan menyendiri

4) Cepat tersinggung dan mudah marah

5) Suka mendcuri uang, tidak jujur, menghindar dari tanggung jawab

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa ciri-ciri/gejala alkoholisme adalah tidak bisa menghentikan

perilaku minumnya, melakukan perilaku maladatif, gangguan atensi

Page 37: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

21

atau daya ingat, strupor atau koma, prestasi akademik/kerja menurun

dan cepat tersinggung dan marah.

5. Faktor- faktor Penyebab Alkoholisme

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.592-595) faktor-faktor

yang menyebabkan alkoholisme antara lain adalah:

a. Faktor Psikososial

Gangguan yang berhubungan dengan alkohol (alkoholisme)

khususnya tinggi pada orang yang telah mencapai derajat yang

tinggi dan berada dalam kelas sosial ekonomi yang tinggi. Apabila

orang berada pada kelas sosial ekonomi yang tinggi orang akan

cenderung untuk mudah dalam mendapatkan jenis minuman

apapun dan dengan kadar alkohol yang tinggi.

b. Faktor Psikologis

Menurut teori psikoanalitik, orang dengan superego yang keras

yang bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai

cara menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada

orang yang terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan

dengan menggunakan zat, seperti alkohol melalui mulutnya.

c. Faktor Sosial dan Kultural

Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum berlebihan.

Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh

lingkungan dimana minum berlebihan dan seringkali dipandang

sebagai norma dan perilaku yang diharapkan secara sosial.

Beberapa kelompok kultural dan etnik lebih terbatas dalam

konsumsi alkohol dibandingkan kelompok lainnya. Sebagai

Page 38: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

22

contoh, orang Asia dan penganut Protestan Konservatif lebih

jarang menggunakan alkohol dibandingkan orang Protestan Liberal

dan Katolik.

d. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Kebiasaan di dalam keluarga itu sendiri, khususnya kebiasaan

minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan minum.

Anak yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum

akan melihat perilaku minum sebagai kebiasaan.

e. Faktor Genetika dan Biologi lainnya

Banyak penelitian telah menunjukan bahwa orang dengan sanak

saudara tingkat pertama yang terpengaruh oleh ganguan

berhubungan dengan alkohol adalah tiga sampai empat kali lebih

mungkin memiliki ganguan berhubungan dengan alkohol daripada

orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang

terpengaruh. Selain itu anak-anak dengan orang tua yang memiliki

gangguan berhubungan dengan alkohol berada pada risiko untuk

mengalami suatu ganguan berhubungan dengan alkohol, bahkan

jika anak dibesarkan oleh keluarga dimana tokoh orang tuanya

tidak memiliki ganguan berhubungan dengan alkohol.

Penyalahgunaan alkohol mempunyai suatu komponen genetika

dalam penyebabnya.

Sedangkan menurut Rosen, Fox dan Gregory (1984, h.308-

313) faktor–faktor yang menyebabkan munculnya alkoholisme ada

tiga, yaitu:

a. Faktor Hereditas dan Biologi

Page 39: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

23

Kecenderungan untuk mengkonsumsi alkohol dapat dilihat dalam

keluarga tanpa harus menarik asumsi karena dalam keluarga

terdapat proses imitasi, berbagi pengalaman dan menurunya sifat

neurotik/ sosiopatik yang diturunkan dari orang tua ke anak.

Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak yang terpisah

dari orang tua yang alkoholik dan ditempatkan di tempat

penampungan, dia akan tumbuh menjadi anak yang alkoholik

daripada anak yang tidak berasal dari keluarga alkoholik tetapi di

tempatkan pada penampungan yang sama.

b. Faktor Psikologis

Ada beberapa individu yang menjadi peminum/ pengkonsumsi

alkohol berat mengkonsumsi alkohol karena ingin menghindari

perasaan psikologis tertentu dan kecemasan. Namun ada juga

sejumlah besar orang menghindari alkohol karena secara

berkebalikan mereka menemukan perasaan rileks dan bebas dari

alarm kecemasan serta perasaan tidak nyaman.

c. Faktor Sosio Kultural

Dalam suatu kelompok masyarakat yang mempunyai penerimaan

yang rendah terhadap alkohol, perilaku alkoholik yang terjadi akan

rendah. Namun bila suatu kelompok masyarakat mempunyai

penerimaan yang tinggi terhadap alkohol maka tingkat perilaku

alkoholisnya juga tinggi.

Menurut Siregar (dalam Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) ada

tiga faktor utama yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam

penggunaan zat psikoaktif (alkohol) yaitu:

Page 40: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

24

a. Zat psikoaktif

Zat psikoaktif yang pemakaiannya menimbulkan efek tertentu

sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna (drug- effect

motive), adalah zat punya potensi untuk disalahgunakan. Efek

semacam ini sejalan dengan dan merangsang keinginan pengguna

untuk mencari dan menikmati sensasi-sensasi baru.

b. Individu

Latar belakang biologik dan psikologis yang berbeda–beda,

menyebabkan kemungkinan setiap orang untuk menjadi pengguna

zat psikoaktif tidak sama.

1) Biologik

Kepekaan tiap orang terhadap zat psikoaktif berbeda-beda,

diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor konsitusional dan

genetik.

2) Psikologik

Penggunaan zat psikoaktif sebagian besar dimulai pada masa

remaja. Gejolak masa remaja menyebabkan ketegangan-

ketegangan emosional yang dapat mendorong pengguna zat

psikoaktif sebagai pelarian.

c. Lingkungan

Faktor sosiologis/lingkungan berperan terhadap penggunaan zat

psikoaktif melalui sediaan psikologis seseorang, jarang menjadi

penyebab langsung diantaranya; hubungan antar anggota keluarga,

pengaruh teman sebaya, lingkungan hidup sehari-hari.

Page 41: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

25

Selain yang disebutkan diatas ada beberapa faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang menjadi alkoholik antara lain (dalam

http/www.klinikpria.com/alkoholisme):

a. Faktor Penambahan Jumlah Alkohol

Pemberian alkohol secara terus menerus akan mengakibatkan

tubuh bahkan sampai ke sel akan beradaptasi kepada zat yang

diterimanya yang antara lain dengan cara menambah jumlah

reseptor dan sel-sel saraf akan bekerja lebih keras lagi. Efek inilah

yang membuat orang menjadi ketagihan untuk mendapatkan efek

yang serupa.

b. Faktor Genetika

Bila orang tuanya seorang alkoholik maka anak yang dilahirkannya

sudah membawa sifat untuk menjadi seorang alkoholik, jika

didukung oleh faktor lingkungan maka pengaruh faktor genetik ini

akan berkembang kemudian hari. Hal ini diperkuat dengan adanya

pendapat yang mengatakan bahwa alkoholisme lebih sering

diderita oleh para pecandu dari anak-anak yang diadopsi. Hal ini

membuktikan bahwa alkoholisme melibatkan kelainan genetik atau

biokimia.

c. Faktor Psikodinamik

Adanya predisposisi seperti kecemasan depresi, ganguan

kepribadian anti sosial membuat seseorang cenderung dan

memiliki resiko relatif cukup besar untuk terlibat dalam

penyalahgunaan atau ketergantungan alkohol. Penjelasan tersebut

sependapat dengan yang dikatakan oleh Davidson dan Neale

Page 42: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

26

(1987, h.280) bahwa alkoholisme atau perilaku alkoholik terjadi

karena adanya pengaruh secara psikologis, seperti kesulitan dalam

pekerjaan dan hubungan sosial, pertengkaran, atau perpecahan

dengan keluarga atau sahabat, kepribadian anti sosial atau

maldaptif dan kehilangan pekerjaan atau tidak dapat memperoleh

pekerjaan.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan menjadi faktor terakhir yang dapat menyebabkan

seseorang mengalami ketergantungan alkohol. Pengaruh

lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku seseorang. Jika

lingkungan tidak kondusif dan mendukung kearah negatif dapat

mendorong seseorang untuk menjadi pengguna. Teman sebaya

menjadi pengaruh utama dalam penyalahgunaan alkohol. Tekanan

yang diberikan oleh teman sebaya dan sikap konformitas yang

terlalu tinggi pada diri seseorang terhadap teman sebayanya

melakukan penyalahgunaan alkohol, maka kemungkinan besar

orang tersebut akan mengalami hal itu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada

empat faktor yang menyebabkan seseorang memiliki perilaku

alkoholisme yaitu faktor genetik atau keturunan dan biologis,

faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan kultural dan faktor

perilaku dan pelajaran.

Page 43: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

27

6. Efek dari Penggunaan Alkohol

Menurut Martaniah (2003, h.103) penggunaan alkohol yang

berlebihan dapat memberikan efek negatif dari seseorang. Efek dari

penggunaan alkohol tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Efek jangka pendek (Short- Term Effect)

Efek yang segera ditimbulkan oleh alkohol dapat

menenangkan, merasa hangat dan santai jika jumlah alkohol yang

dikonsumsi sedikit. Tetapi dalam jumlah yang lebih banyak

alkohol dapat mengakibatkan seseorang menjadi merasa lebih

aman dan percaya diri dan tidak ada hambatan. Alkohol juga dapat

mengurangi respon seksual laki-laki, tetapi banyak orang percaya

bahwa respon seksual dapat ditingkatkan dengan alkohol.

b. Efek jangka panjang (Long –Term Effect)

Penggunaan alkohol jangka lama dapat merusak otak, hati,

pangkreas, jantung dan sistem kekebalan tubuh. Kerusakan yang

terjadi pada organ-organ tubuh dapat menimbulkan efek sebagai

berikut:

Tabel 1 Efek Jangka Panjang Penggunaan Alkohol

Jenis Kelainan Efek yang terjadi

Jantung Denyut jantung abnormal (artimia), gagal

jantung

Pembuluh

darah

Tekanan darah tinggi, arterosklerosis, stroke

Page 44: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

28

Otak Kebingungan, berkurangnya koordinasi,

ingatan jangka pendek yang buruk, psikosa

Saraf Berkurangnya kemampuan untuk berjalan,

(kerusakan saraf di lengan dan tungkai yang

mengendalikan pergerakan)

Penggunaan alkohol dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan terjadinya dimensia (Martaniah, 2003, h.104). Ada

dua macam dimensia yang berhubungan dengan alkohol, yaitu:

1) Sindrom Korsakoff

Sindrom ini biasanya terjadi pada pecandu yang meminum

sejumlah besar alkohol secara rutin terutama yang mengalami

malnutrisi dan kekurangan vitamin b terutama tiamin.

2) Esenfalopi Wernicke

Penderita esenfalopi wernicke mengalami gejala-gejala sebagai

berikut:

a) Pergerakan mata yang abnormal

b) Kebingungan

c) Pergerakan yang tidak terkoordinasi

d) Fungsi saraf yang abnormal

Wernicke dan Korsakoff mempunyai dasar penyakit

yang sama. Wernicke merupakan bentuk akut, sedangkan

Korsakoff merupakan bentuk yang kronik

Page 45: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

29

Senada dengan yang dikemukakan Martaniah, Davison dan

Neale (1987, h.280) mengemukakan bahwa ada dua efek yang akan

ditimbulakan dari penggunaan alkohol, yaitu:

a. Efek Jangka Pendek (Short- Term Effect)

Secara fisiologis alkohol tidak dapat dicerna oleh tubuh dan secara

tepat bakan terserap ke dalam darah. Banyaknya kadar alkohol

dalam darah akan mengakibatkan berbagai macam akibat,

tergantung dari tinggi rendahnya alkohol yang terkandung didalam

darah. Efek jangka pendek dari alkohol seperti releks dan tenang.

b. Efek Jangka Panjang (Long –Term Effect)

Peminum berat yang berhenti minum dapat mengalami halusinasi

alkohol. Penderita dapat mengalami kecemasan, depresi, merasa

lemah dan tidak berdaya, dan ketidamampuan untuk tidur.

Penderita kemudian akan mengalami tremor pada saraf. Gejala

seperti inilah yang kemudian akan berkembang menjadi kelainan

yang biasa disebut delirium tremens (DTs) dimana tingkat alkohol

dalam darah menurun dengan sangat cepat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efek dari

penggunaan alkohol ada dua yaitu, efek jangka pendek (Short- Term

Effect) dan efek jangka panjang (Long –Term Effect).

B. Pengertian Mahasiswa

Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002, h.699), mahasiswa

adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai remaja

dan merupakan bagian dari masyarakat yang masih mencari jati diri

nampaknya mudah terpengaruh oleh faktor dari luar termasuk perubahan

Page 46: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

30

sosial dan jika tidak dibarengi dengan kesiapan mental akan berpengaruh

negatif (Prasetyo. 2006, h.2).

Sedangkan menurut Salim (1991, h.976) mahasiswa adalah

seseorang yang terdaftar menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi. Usia

mahasiswa seperti ditegaskan oleh Winkel, pada umumnya berkisar

antara 18-25 tahun (Kartono, 1985, h.133).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

adalah orang yang belajar di perguruan tinggi yang umumnya berusia

antara 18 sampai 25 tahun.

C. Dinamika Munculnya Alkoholisme di Kalangan mahasiswa

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) dari sudut pandang teori

perilaku beberapa model perilaku penyalahgunaan dan ketergantungan

zat lebih dipusatkan pada perilaku mencari zat (substance-seeking

behaviour). Ketergantungan terhadap zat mulai muncul saat seseorang

melakukan perilaku mencari zat. Ketika seseorang mempunyai

kemungkinan yang besar untuk melakukan perilaku mencari zat, orang

tersebut akan lebih mudah untuk mengalami ketergantungan.

Secara umum banyak faktor-faktor yang mendorong seseorang

mengkonsumsi alkohol. Secara garis besar faktor penyebabnya adalah

berasal dari diri sendiri seperti faktor psikologis dan faktor

genetik/keturunan atau biologis, dan berasal dari lingkungan seperti

faktor sosial dan kultural, dan faktor perilaku dan pelajaran. Faktor-

faktor ini saling berinteraksi dan berhubungan sehingga memunculkan

perilaku minum alkohol. Namun penyebab seorang mahasiswa menjadi

ketergantungan terhadap alkohol (alkoholisme) lebih pada proses yang

Page 47: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

31

muncul setelah perilaku minum awal. Perilaku minum awal akan

membawa seseorang pada perilaku mencari zat (alkohol). Perilaku

mencari zat ini dikendalikan oleh empat hal utama yaitu efek dorongan

positif dari zat, efek diskriminatif dari zat, efek aversif dari zat dan

stimuli yang dibiasakan terhadap efek zat. Proses ini yang membuat

seseorang menjadi ketergatungan terhadap zat (alkohol) (Kaplan dan

Sadock, 1997, h.583).

Efek dorongan positif dari zat adalah penguat yang mempermudah

pencarian zat. Sebagian besar zat terutama alkohol yang disalahgunakan

disertai dengan suatu pengalaman positif setelah digunakan untuk

pertama kalinya, jadi zat bertindak sebagai suatu pendorong positif untuk

seseorang melakukan perilaku mencari zat (Kaplan dan Sadock, 1997,

h.583).

Prinsip kedua yang dapat mempermudah pencarian zat adalah efek

diskriminatif dari zat. Orang harus mampu membedakan zat yang

disalahgunakan dari zat yang lainnya. Orang akan memilih alkohol dari

pada zat lain karena efek saat dikonsumsi dan proses mendapatkannya

akan berbeda dari zat lain. Prinsip terakhir yang mempermudah perilaku

mencari zat adalah stimuli yang dibiasakan terhadap efek zat. Hampir

semua perilaku mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang menjadi

berhubungan dengan pengalaman menggunakan zat (Kaplan dan Sadock,

1997, h.583).

Prinsip keempat atau prinsip yang terakhir dalam proses perilaku

mencari zat adalah efek aversif dari zat. Efek aversif dari zat cenderung

memperlemah perilaku mencari zat. Banyak zat yang juga disertai

Page 48: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

32

dengan efek merugikan yang bertindak menurunkan perilaku mencari zat

(Kaplan dan Sadock, 1997, h.583).

Selain dari keempat hal yang berasal dari dari zat itu sendiri atau

alkohol, dampak secara psikologis yang dirasakan pada saat minum

alkohol maupun setelah minum alkohol akan berpengaruh pada

keinginan subyek untuk kembalki mendapatkan atau minum alkohol.

Dampak secara psikologis yang positif akan menguatakan seseorang

untuk mengulangi kembali perilaku minum alkoholnya.

Apabila seorang mahasiswa berhasil melakukan perilaku mencari zat

(alkohol) maka keinginan untuk minum alkohol akan dapat terpenuhi.

Keinginan untuk minum alkohol yang selalu terpenuhi secara langsung

akan menyebabkan ketergantungan terhadap alkohol. Ketergantungan

alkohol akan menyebabkan seseorang mengalami ketidakmampuan

untuk melepaskan diri atau berhenti mengkonsumsi alkohol

(alkoholisme).

Page 49: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

34

Skema 1 Skema Dinamika Munculnya alkoholisme

Faktor Psikologis

Faktor Genetik dan Biologis

Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Faktor Sosial dan Kultural

I N D I V I D u

L I N G K U N G A N

Perilaku Minum Alkohol awal

Efek diskriminatif dari Zat (alkohol)

Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol)

Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

Perilaku Mencari Zat (alkohol)

Ketergantungan Alkohol

(ALKOHOLISME)

Page 50: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan

Suatu penelitian ilmiah harus menggunakan metode penelitian

yang ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

Berkaitan dengan hal itu dan berdasarkan sifat masalah yang diteliti dan

tujuannya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan

Taylor (dalam Moleong, 2000, h.3) mendefinisikan metode kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistik, jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau

organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi memandang sebagai

bagian dari suatu kebutuhan.

Menurut Sarantokos (dalam Poerwandari, 1998, h.29), penelitian

kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif

seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar foto, rekaman

video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandangan-pandangan

dasar interpretatif dan fenomenologis. Pandangan dasar tersebut adalah

antara lain realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan interpretatif,

bukan berada di luar individu-individu, manusia tidak secara sederhana

mengikuti hukum-hukum alam di luar diri melainkan menciptakan

rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya, ilmu didasarkan pada

Page 51: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

35

pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas

nilai, penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.

Sebagai sebuah metode yang termasuk dalam paradigma

interpretatif (fenomenologis) seperti yang dikemukakan oleh

Poerwandari (1998, h.30) ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai

berikut:

1. Studi dalam situasi ilmiah

Desain penelitian bersifat ilmiah, dalam arti peneliti tidak

berusaha untuk memanipulasi setting penelitian, melainkan

melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana

fenomena tersebut ada.

2. Analisa Induktif

Dikatakan Induktif karena penelitian tidak memaksa diri

untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau

mengolah dugaan-dugaannya, melainkan mencoba memahami

situasi sesuai dengan observasi/ khusus, yang akan memunculkan

pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.

3. Kontak personal langsung : peneliti di lapangan

Kegiatan lapangan merupakan aktifitas sentral dalam

penelitian kualitatif. Dengan mengunjungi responden secara

langsung dilapangan, peneliti akan memperoleh pemahaman yang

jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan responden sehari-

hari, baik secara fisik maupun psikis.

Page 52: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

36

4. Perspektif Holistik

Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan

fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks dan

bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih bermakna

daripada penjumlahan bagian-bagian. Hal ini sesuai dengan

penelitian kualitatif yang bertujuan memperoleh pemahaman yang

menyeluruh tentang fenomena yang diteliti.

5. Perspektif Dinamis

Penelitian kualitatif melihat gejala sosial sebagai suatu yang

dinamis dan berkembang bukan sebagai suatu hal yang statis dan

tidak berubah dalam perkembangan kondisi dan unik.

6. Orientasi pada kasus yang unik

Penelitian kualitatif yang baik akan menampilkan kedalaman

dan detail, karena khususnya memang penyelidikan yang mendalam

pada sejumlah kecil kasus.

7. Netralistik Empatik

Empati mengacu pada sikap peneliti terhadap subyek yang

dihadapi dan diteliti, sementara netralistik mengacu pada sikap

peneliti menghadapi temuan penelitian. Peneliti yang netralistik

empatik memasuki lapangan penelitian secara apa adanya tanpa teori

yang harus dibuktikan dan dugaan-dugaan tentang hasil yang harus

didukung atau ditolak.

8. Fleksibilitas desain

Desain kualitatif memiliki sifat akan berkembang sejalan

dengan berkembangnya kondisi lapangan.

Page 53: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

37

9. Peneliti sebagai instrumen kunci

Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai

dari memilih topik, mendekati topik tersebut, menggumpulkan data

hingga menganalisis dan menginterpretasikannya.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana data yang diambil

harus memenuhi ciri-ciri metode kualitatif.

B. Subyek Penelitian

Menurut Hadi (1984, h.70), sampel merupakan sejumlah individu

atau sebagian individu yang diselidiki. Sedangkan populasi atau univers

adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh

dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Oleh karena itu sampel

merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu ciri atau

sifat yang sama.

Sampel yang digunakan dalam penelitian kualitatif umumnya lebih

sedikit dibandingkan sampel penelitian kuntitatif, karena dalam

penelitian kulitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar,

melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah

penelitian. Sampel diambil secara acak, yaitu pemilihan sekelompok

subyek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat yang dipandang mempunyai

sangkutpaut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat yang sudah diketahui

sebelumnya (Hadi, 1986, h. 82).

Poerwandi (1998, h.60), prosedur pengambilan sampel yang

digunakan adalah pengambilan sampel berdasarkan teori, atau

berdasarkan konstruk operasional (theory based atau operational

constrct sampling ) dimana sampel dipilih dengan kriteria tertentu,

Page 54: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

38

berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi sebelumnya

,atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-

sungguh mewakili (bersifat representatif) terhadap fenomena yang

dipelajari. Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak diambil

secara acak tetapi sampel dipilih mengikuti kriteria tertentu dan kepada

subyek juga ditanyakan mengenai kesediaannya untuk menjadi subyek

penelitian.

Selanjutnya subyek dari penelitian ini mempunyai kriteria sebagai

berikut:

1. Mahasiswa dengan usia antara 18-25 tahun, dimana rentang usia

tersebut merupakan tahun-tahun puncak minum alkohol.

2. Mengkonsumsi alkohol dan sedang mengalami ketergantungan

alkohol.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara verbal.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

sifatnya terbuka, luwes dan sangat beragam, disesuaikan dengan

masalah, tujuan penelitian serta sifat obyek yang diteliti. Dalam

penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian yang

utama dalam pengumpulan data (Poerwandari, 1998, h.40). Peneliti

berperan besar dalam seluruh proses penelitian mulai dari memilih

topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga

menganalisis dan mengintropeksinya.

Metode pengumpulan data, antara lain yaitu wawancara, observasi,

diskusi kelompok terfokus, analisis terhadap karya (tulisan film, karya

Page 55: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

39

seni lain), analisis dokumen, analisis catatan pribadi, studi kasus, studi

riwayat hidup dan lain sebaginya (Poerwandari, 1998, h.61), sedangkan

menurut Lofland & Lofland (dikutip oleh Moleong, 2000, h.112)

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan sebagainya.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Menurut Banister (dalam Poerwandari, 1998, h.62) istilah

observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan

antar aspek dalam fenomena tersebut. Patton (dalam Poerwandari,

1998, h.62) menegaskan bahwa observasi merupakan metode

pengumpulan data yang esensial dalam penelitian, apalagi penelitian

dengan pendekatan kualitatif.

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan secara terselubung

yaitu pengamatan yang mengikutsertakan fungsi pengamat pada

kegiatan yang dilakukan subyek tanpa diketahui oleh subyek

penelitian sehingga mereka tidak menyadari bahwa ada orang yang

mengamati hal yang mereka lakukan serta segala yang berkaitan

dengan pola tindakan mereka sebagai latar belakang alamiah

penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini observasi yang akan dilakukan mengacu

pada observasi alamiah dan observer tidak berperan aktif (non

partisipan) dimana peneliti hanya mengamati tanpa terlibat dalam

aktivitas sosial yang berlangsung. Adapun yang akan diobservasi

Page 56: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

40

dalam penelitian ini meliputi keadaan keluarga, tempat tinggal,

hubungan subyek dengan orang tua, dengan teman dan tetangga,

kegiatan sehari-hari subyek, kondisi fisik subyek dan interaksi sosial.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Menurut Lincoln dan Guba dalam (Moleong, 2000, h. 135)

wawancara bertujuan untuk mengkonstruksi mengenai orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-

kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu,

memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan

untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi,

mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,

baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) dan

memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Jika ditinjau berdasarkan pelaksanaannya dalam penelitian ini

digunakan wawancara jenis bebas terpimpin yaitu wawancara yang

dilaksanakan dengan pewawancara (interviewer) hanya mempunyai

garis-garis besar terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada

interviewee. Jenis wawancara ini digunakan karena dipandang lebih

efektif dan tidak berkesan formal sehingga interviewee dapat

Page 57: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

41

memberikan jawaban yang sebenarnya. Selain itu, wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka (overt) yaitu subyek

yang diwawancarai tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan

mengetahui pula maksud wawancara tersebut.

D. Metode Analisis Data

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak

memiliki rumusan untuk mengolah dan menganalisis data. Patton

(dalam Poerwandari, 1998, h.87) menegaskan bahwa satu hal yang

harus diingat peneliti adalah kewajiban untuk memonitor dan

melaporkan proses serta prosedur-prosedur analisisnya dengan jujur dan

selengkap mungkin.

Tahap-tahap analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

mencakup tiga tahap, yaitu

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi data besar dari kegiatan penelitian. Reduksi data dapat

menggunakan bentuk singkatan, coding, perumusan tema, serta

membuat batasan persoalan. Reduksi data juga merupakan suatu

bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, meneliti hal-hal

yang penting dan mengatur data yang kemudian diambil kesimpulan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan . Metode data

yang digunakan dalam penyajian data adalah metode deskriptif.

Page 58: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

42

Dalam tahap ini hasil penelitian perlu dipadukan dengan teori yang

menjadi dari penelitian yang dilakukan.

3. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan dilakukan dengan mengumpulkan

seluruh hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

E. Uji Kesahihan dan Keandalan

Menurut Moleong (2000, h.175 – 180) mengungkapkan bahwa uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,

pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan

referensial, pengecekan anggota, uraian rinci, dan auditing.

Pada penelitian ini uji kesahihan data dilakukan dengan metode:

1. Triangulasi

Menurut Moleong (2002, h.178), triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi yaitu:

a. Triangulasi dengan sumber

b. Triangulasi dengan metode

c. Triangulasi dengan teori

d. Triangulasi dengan peneliti lain

2. Ketekunan pengamatan

Teknik ini digunakan untuk melihat gejala-gejala yang ada

sehingga dengan pengamatan yang tekun, diharapkan hasilnya akan

dapat sebagai pendukung kesimpulan yang akan diambil.

Page 59: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

43

BAB IV

PELAKSANAAN dan HASIL PENELITIAN

A. OBSERVASI DAN WAWANCARA AWAL

Observasi dan wawancara awal dilakukan oleh peneliti sejak

sebelum pembuatan skripsi, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran awal mengenai subyek yang akan diteliti serta

kehidupan di sekitar subyek.

Melalui observasi dan wawancara awal ini peneliti menemukan

gambaran yang jelas mengenai kondisi subyek serta lingkungan subyek

serta segala sesuatu yang berhubungan dengan subyek penelitian,

sehingga peneliti mengetahui apa yang harus dilakukan selanjutnya

berhubungan dengan tema yang akan diteliti.

B. PERIJINAN

Perijinan penelitian ini secara resmi diberikan oleh pihak

Universitas Katolik Soegijapranata dengan nomor :

234/B.7.2/FP/XII/2006 tertanggal 30 November 2006. Dalam

pengambilan data melalui wawancara dan observasi yang berhubungan

dengan subyek penelitian, peneliti melakukan pendekatan secara

individual dengan masing-masing subyek dengan menunjukan surat ijin

penelitian. Sebagai bukti penelitian, peneliti meminta surat pernyataan

dari subyek sebagai tanda bukti telah menjalani proses wawancara, pada

waktu dan tempat yang telah disepakati. Selain itu mereka juga bersedia

wawancara tersebut direkam dalam kaset di tape recorder.

Page 60: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

44

C. KANCAH PENELITIAN

Peneliti perlu menetapkan kancah penelitian terlebih dahulu agar

dapat secara langsung mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan di lapangan dan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Secara

keseluruhan penelitian ini dilaksanakan tidak di satu tempat melainkan

di berbagai tempat dan kondisi dikarenakan mengingat sulitnya

mendapatkan subyek penelitian. Adanya kesulitan untuk mendapatkan

kesediaan dari pihak-pihak yang bersangkutan untuk melakukan

wawancara dan proses observasi maka peneliti memutuskan untuk tidak

membatasi kancah penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap empat orang subyek yang berstatus

mahasiswa yang berasal dari kota atau propinsi yang berlainan, antara

lain : Jakarta, Yogyakarta, Brebes dan Semarang yang saat ini tinggal di

Semarang, baik yang tinggal di rumah kos atau dirumah sendiri. Subyek

pertama, kedua dan ketiga adalah mahasiswa dari universitas yang sama,

sedangkan untuk subyek keempat merupakan mahasiswa dari

universitas yang berbeda dengan subyek yang lain.

Subyek pertama, kedua dan ketiga merupakan mahasiswa

fakultas psikologi semester delapan Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang. Sedangkan subyek keempata merupakan salah satu

mahasiswa teknik elektro semester sepuluh Universitas Semarang.

Subyek pertama, kedua dan ketiga tinggal di daerah Karangrejo

sedangkan untuk subyek yang keempat tinggal di perumahan

Telogosari.

Page 61: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

45

D. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengumpulan data awal diperoleh dari wawancara dan observasi

yang dilaksanakan dari awal bulan Agustus 2006 sampai bulan

November 2007. sedangkan pengumpulan data lanjutan dilaksanakan

selama empat bulan, yaitu mulai bulan Desember 2006 sampai bulan

Maret 2007. Selama empat bulan tersebut peneliti mengumpulkan data ,

mengadakan pendekatan kepada masing-masing subyek secara

mendalam dengan tujuan terciptanya suatu hubungan baik antara

peneliti dan subyek penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan

dengan lancar.

Setelah itu penelitian mengadakan wawancara, observasi

terhadap masing-masing subyek penelitian, adapun langkah-langkah

pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Peneliti mengadakan wawancara dan observasi awal

2. Peneliti mengadakan wawancara dan observasi lanjutan sampai pada

tahap akhir.

3. Pengumpulan data-data dan pembuatan laporan.

E. HASIL PENELITIAN

KASUS I

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama Subyek : F.A. P

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 21 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Sukabumi, 9 Juli 1985

Status Marital : Belum Nikah

Page 62: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

46

Urutan Kelahiran : Anak pertama dari dua

bersaudara

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal : Jakarta

Alamat : Pengadegan, Jakarta

Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 174 cm / 90 kg

Tanggal Pelaksanaan : 30 Desember - 25 Januari

II. HASIL OBSERVASI

A. Observasi Secara Keseluruhan

Gambaran fisik yang nampak dari subyek adalah subyek

mempunyai badan agak gempal, berkulit sawo matang serta

berambut cepak. Saat peneliti datang pertama kali untuk meminta

kesediaan menjadi subyek penelitian, subyek langsung

menyetujui bahkan bersedia diwawancarai kapan saja peneliti

inginkan. Subyek terkesan ramah, karena selama penelitian

berlangsung subyek banyak bercerita tentang hal-hal yang terjadi

pada subyek misalnya kejadian di sekolah pada saat SMA, dan

menanyakan hal yang tidak dimengerti kepada peneliti. Saat ini

subyek kost didaerah Karangrejo. Tempat kost subyek terlihat

cukup nyaman. Fasilitas yang ada di kost terlihat lengkap seperti

komputer, televisi, tape recorder, bahkan kulkas. Subyek juga

membawa mobil dan sebuah motor sebagai alat transportasinya

sehari-hari.

Page 63: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

47

Subyek adalah orang yang sangat ramah dan terbuka.

Menurut teman-temannya subyek adalah orang yang humoris.

Subyek sering melontarkan kata-kata yang membuat teman-

temannya tertawa dan suasana menjadi sangat meriah. Subyek

lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berkumpul atau

nongkrong bersama teman-teman di kampus maupun teman kost

subyek. Sifat subyek yang seperti itu membuat subyek

mempunyai banyak teman.

Subyek memiliki pola hidup yang kurang teratur. Hal ini

dapat diketahui dari kebiasaan subyek yang selalu bangun siang

dan seringkali tidak mandi apabila ada kuliah dipagi hari. Subyek

juga sering terlambat berangkat kuliah karena subyek memiliki

kebiasaan bergadang sehingga subyek selalu bangun siang.

Subyek mempunyai banyak sekali teman di Kampus. Hal itu

disebabkan karena subyek adalah orang yang menyenangkan.

Teman-teman subyek yang dekat kebanyakan juga menyukai

minuman beralkohol. Subyek adalah orang yang baik, ramah dan

mau membantu teman-temannya yang kesusahan.

B. Observasi Saat Wawancara

Selama wawancara, subyek tidak menampakkan tanda-

tanda kecemasan dan kegelisahan. Subyek justru terbuka dan

cukup antusias terhadap setiap pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti termasuk pertanyaan yang bersifat pribadi, misalnya

pertanyaan tentang kehidupan keluarga subyek dan perasaannya

pada kedua orang tuanya. Selain itu selama menjawab setiap

Page 64: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

48

pertanyaan subyek nampak santai, pada waktu menceritakan hal

yang lucu subyek tertawa, dan bersemangat menanggapi

pertanyaan dari peneliti.

Subyek merasa senang dipilih sebagai subyek penelitian

karena subyek merasa berguna dapat membantu orang lain dan

untuk mendapatkan teman lebih banyak lagi karena subyek

merasa dengan lebih banyak mengenal orang lain maka subyek

sendiri akan lebih berkembang. Oleh karena itu subyek nampak

terbuka dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

peneliti, bahkan ketika peneliti sedang berkunjung ke kost

subyek, subyek memberi makanan dan minuman kepada peneliti.

Subyek mengenakan celana pendek berwarna coklat dan

memakai kaos oblong berwarna merah dengan garis-garis hitam.

III. HASIL WAWANCARA

B. Masa kecil

Subyek lahir di Sukabumi pada tanggal 9 juli 1985.

Subyek adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Subyek

mempunyai adik laki-laki yang masih berusia 9 tahun dan duduk

dibangku kelas 3 SD di Jakarta. Waktu kecil subyek adalah anak

yang sangat usil. Ketika duduk dibangku sekolah dasar subyek

terlihat sangat menonjol dan mempunyai banyak teman. Hal

tersebut disebabkan karena subyek mempunyai badan yang lebih

besar daripada teman-teman sebayanya. Selain itu kenakalan-

kenakalan yang dilakukan oleh subyek dengan teman-temannya

membuat subyek terkenal dikalangan guru-guru.

Page 65: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

49

Tempat tinggal subyek yang berada di kota besar yaitu

Jakarta menyebabkan subyek mempunyai teman-teman yang

rata-rata memiliki pergaulan yang cenderung bebas. Sebagian

besar dari teman-teman subyek yang juga masih duduk di bangku

sekolah dasar sudah mulai merokok dan mulai minum minuman

beralkohol bahkan ada beberapa teman-teman subyek yang sudah

mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Diantara teman-temannya

hanya subyek yang belum berani mencoba merokok dan minum

bahkan mengkonsumsi obat-obat terlarang. Oleh sebab itu

subyek sering diejek dan ditantang oleh teman-temannya untuk

merokok, minimum alkohol atau bahkan mengkonsumsi obat-

obatan (ganja). Pada saat kelas 3 SD subyek sudah mulai

merokok. Saat itu subyek diberi sebatang rokok dan diminta

untuk menghisap rokok itu oleh teman-temannya. awalnya

subyek merasa takut untuk menghisap rokok it tetapi karena

subyek merasa malu dengan teman-temanya yang sudah biasa

merokok akhirnya subyek mencoba untuk menghisap rokok itu.

Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya cukup baik

meskipun subyek lebih cenderung dekat dengan ibunya. Pola

asuh yang diterapkan orang tua subyek cenderung demokratis.

Subyek bebas mengutarakan apa yang subyek inginkan. Subyek

lebih sering pergi bersama teman-temannya dari pada bersama

orang tua. Orang tua subyek yang sibuk bekerja menyebabkan

subyek jarang diajak untuk pergi berlibur. Biasanya pada saat

Page 66: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

50

liburan subyek lebih sering berada di tempat saudara-saudaranya

yang ada di luar kota.

Dalam keluarga ayah subyek memegang peranan yang

penting. Ayah subyek bekerja pada salah satu perusahaan swasta

terkenal di Jakarta yang bergerak dibidang alat-alat kantor. Ayah

subyek adalah orang yang pendiam dan cenderung kurang

perhatian pada ayahnya. Oleh sebab itu subyek kurang dekat

dengan ayahnya. Ayah subyek sering menasehati subyek untuk

rajin belajar karena subyek mengakui bahwa pada saat itu subyek

sering malas untuk belajar. Menurut subyek ayahnya sering

memberi banyak peraturan karena pada saat itu subyek

merupakan anak tunggal.

Hubungan subyek dengan teman-temannya cukup baik

meskipun subyek sering melakukan keusilan-keusilan pada

teman-temannya. Subyek adalah anak yang lucu. Postur tubuh

subyek yang agak gendut banyak menarik perhatian orang-orang

disekitar subyek. Perasaan yang mendominasi subyek pada saat

itu adalah sangat senang dan bahagia karena apapun yang diminta

oleh subyek pasti akan dituruti oleh kedua orang tuanya

meskipun biasanya tidak saat itu juga dipenuhi.

C. Masa Remaja

Setelah lulus SD subyek melanjutkan sekolahnya ke SLTP

yang masih satu lokasi dengan SD subyek sebelumnya. Hal itu

disebabkan karena SD dan SLTP subyek masih dalam satu

yayasan yang sama. Teman-teman subyek saat itu tidak banyak

Page 67: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

51

berubah karena kebanyakan dari teman-teman subyek saat SD

melanjutkan sekolah di SLTP yang sama dengan subyek. Pada

saat kelas dua SLTP subyek mempunyai adik. Subyek sangat

merasa senang dengan lahirnya adik laki-laki. Subyek merasa

bahwa dengan adanya adik tanggung jawab yang harus dipikul

oleh subyek menjadi lebih ringan. Pergaulan di Jakarta yang

sangat rawan berpengaruh juga pada subyek. Sejak SLTP subyek

sudah mengenal kehidupan malam. Subyek sering menonton dan

mengikuti balap motor liar. Hobi subyek adalah balap motor,

maka subyek bergabung dengan perkumpulan anak-anak motor.

Hampir setiap malam subyek berkumpul dengan anak-anak

perkumpulan motor. Memasuki bangku SMU subyek menjadi

lebih malas untuk sekolah. Orang tua subyek sering dipanggil ke

sekolah karena subyek sering bolos sekolah. Di SMU subyek

juga mempunyai kumpulan anak-anak yang di segani di sekolah.

Subyek dan teman-temannya sering meminta uang kepada anak-

anak disekolahnya untuk membeli minuman atau makanan.

Subyek juga lebih sering keluar malam dengan teman-temannya.

Pergaulan subyek saat SMU lebih luas karena subyek juga mulai

bergaul dengan berbagai kalangan tidak hanya dengan teman-

teman di sekolahnya saja. Subyek juga mempunyai kenalan

teman yang berprofesi sebagai Bandar obat-obatan. Hal ini yang

menyebabkan subyek menjadi mengenal dunia malam. Subyek

mulai mencoba hal-hal yang negatif seperti obat-obatan terlarang

dan ganja meskipun subyek tidak mengalami ketergantungan.

Page 68: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

52

Kebiasaan subyek untuk ikut balap motor liar juga semakin

sering karena subyek mempunyai motor sendiri. Subyek lebih

sering mengutak-atik motornya daripada belajar. Aktivitas

subyek di luar sekolah yang sangat banyak meyebabkan pelajaran

di sekolah subyek juga tertinggal. Apalagi subyek cenderung

anak yang malas belajar.

Hubungan subyek dengan orang tuanya saat subyek

remaja semakin menjauh. Orang tua subyek juga mulaikurang

memperhatikan subyek karena perhatian orang tua subyek

banyak dicurahkan untuk adik subyek yang baru lahir. Namun

meskipun demikian kedua orang tua subyek tetap memberikan

peraturan kepada subyek. Contohnya, apabila subyek ingin keluar

malam subyek harus berada di rumah setelah pulang sekolah.

Kedua orang tua subyek juga mulai menuntut subyek untuk lebih

giat belajar karena orang tua subyek ingin subyek mendapatkan

nilai yang bagus.

Pada saat remaja subyek mempunyai interaksi yang baik

dengan teman-temannya maupun orang-orang disekitar subyek.

Subyek mempunyai banyak teman dan dapat bergaul dengan

siapa saja. Subyek tidak hanya dengan teman-teman sekolah

namun juga sering bergaul dengan teman-teman didaerah

rumahnya. Semasa remaja subyek cenderung orang yang

kurang bisa mengendalikan emosinya. Subyek sering cepat

marah apabila ada yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Subyek juga termasuk orang yang terbuka. Apabila ada yang

Page 69: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

53

tidak disukai subyek, subyek akan langsung mengutarakannya.

Perasaan yang mendominasi subyek pada waktu remaja adalah

perasaan senang. Hal itu disebabkan karena subyek lebih sering

menghabiskan waktu untuk bersenang-senang bersama teman-

temannya.

D. Masa Sekarang ( kuliah )

Setelah subyek lulus SMU, subyek memutuskan untuk

kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kota semarang.

Hal itu dikarenakan subyek ingin menghindari keadaan yang

sedang terjadi di keluarganya. Ayah dan ibu subyek selalu

bertengkar. Ada permasalahan yang sedang terjadi diantara kedua

orang tua subyek.

Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya semakin

jauh. Subyek menjadi tidak terbuka dan kurang jujur kepada

orang tuanya. Apalagi subyek merasa sangat kecewa dengan

kedua orang tuanya. Masalah yang terjadi dalam hubungan kedua

orang tuanya membuat subyek tidak percaya lagi kepada kedua

orang tua subyek. Subyek juga lebih percaya kepada teman-

temannya karena dari remaja subyek memang lebih dekat dengan

teman-temannya. Subyek dekat dengan orang tua hanya untuk

masalah tertentu saja seperti masalah kuliah.

E. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi

ketergantungan

Pertama kali subyek mengenal minuman beralkohol

adalah pada saat subyek duduk dibangku kelas 4 SD. Pada saat

Page 70: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

54

itu subyek secara tidak sengaja meminum minuman beralkohol

milik pakde subyek saat subyek dan beberapa keluarganya

sedang berada di sebuah kedai minuman. Saat pertama kali

mencoba minuman tersebut, subyek merasa bahwa minuman

yang subyek minum terasa sangat pahit dan panas ditenggorokan.

Subyek bertanya kepada pakdenya minuman apa sebenarnya

yang subyek minum. Kemudian pakde subyek menjelaskan

bahwa minuman yang diminum tadi adalah minuman beralkohol.

Meskipun teman-teman subyek sudah banyak yang terbiasa

mengkonsumsi minuman beralkohol, subyek belum pernah

mencoba dan merasakan minuman beralkohol. Keluarga besar

subyek tidak merasa keberatan dan melarang subyek untuk

mencoba minuman beralkohol karena kebiasan keluarga subyek

yang sudah terbisa mengkonsumsi alkohol. Beberapa orang di

keluarga subyek bahkan ada yang menjadi pecandu alkohol.

Setelah itu subyek juga sering mengkonsumsi minuman

beralkohol meskipun kadar alkoholnya sangat sedikit. Subyek

sering minta kepada ayahnya untuk dibelikan minuman sejenis “

greensand ” dengan kadar alkohol cuma 3%. Orang tua subyek

tidak melarang subyek untuk minum minuman tersebut meskipun

subyek masih duduk dibangku SD karena menurut orang tua

subyek minuman tersebut tidak terlalu berbahaya.

Memasuki SLTP subyek mulai sering berkumpul dengan

teman-teman perkumpulan motor. Dari sanalah subyek mulai

mengkonsumsi minuman beralkohol. Teman-teman subyek

Page 71: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

55

sering sekali mengajak dan membujuk subyek untuk mencoba

minuman beralkohol. Subyek merasa malu dan gengsi pada

teman-temannya yang lain karena hanya subyek yang saat itu

belum pernah mengkonsumsi minuman beralkohol atau bahkan

obat-obatan terlarang. Oleh karena itu subyek mencoba untuk

mulai minum alkohol dan berusaha membuktikan kepada teman-

temannya bahwa subyek berani untuk minum alkohol. Apalagi

kebiasaan dari teman-teman subyek pada saat berkumpul selalu

minum minuman beralkohol. Setelah itu subyek menjadi lebih

sering mengkonsumsi alkohol. Pada saat itu jenis minuman

beralkohol yang mulai dikonsumsi oleh subyek adalah MD yaitu

minuman yang botolnya seperti botol jamu yang kemudian

dicampur dengan exstra joss. Menurut subyek jenis minuman ini

memang kurang mempunyai efek yang besar, hanya membuat

pusing saja. Subyek juga pernah mencoba jenis obat-obatan

tertentu seperti pil exstasi, lexso, bahkan ganja. Menurut subyek,

sebenarnya yang paling enak dikonsumsi adalah ganja karena

efek setelah menghisap ganja lebih cepat terasa daripada zat yang

lain. Namun pada saat itu subyek lebih memilih mengkonsumsi

alkohol karena alkohol lebih ringan daripada zat yang lain. Selain

itu menurut subyek minum alkohol lebih enak mabuknya

daripada zat yang lain. Apalagi menurut subyek mengkonsumsi

alkohol lebih ringan hukumannya daripada mengkonsumsi zat

yang lainnya.

Page 72: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

56

Awalnya kedua orang tua subyek tidak mengetahui

perilaku minum yang dilakukan oleh subyek, namun lama-

kelaman ibu subyek merasa curiga dengan perilaku subyek. Ibu

subyek mengetahui bahwa subyek mulai minum minuman

beralkohol saat subyek mulai sering pulang malam dengan

keadaan mulut yang berbau alkohol. Namun ibu subyek hanya

menasehati saja agar subyek tidak terlalu banyak minum dan

dapat mengontrol perilaku minumnya. Menurut subyek, ibu

subyek tidak terlalu melarang karena dalam keluarga besar

subyek kebanyakan para lelakinya adalah seorang peminum

alkohol.

Pada saat SMU frekuensi minum alkohol yang dilakukan

subyek semakin meningkat. Hampir setiap hari subyek

mengkonsumsi alkohol. Bahkan di sekolah pun subyek berani

mengkonsumsi alkohol bersama teman-temannya sebelum masuk

sekolah. Dalam sehari biasanya subyek minum alkohol tiga

sampai dua kali. Biasanya subyek mendapatkan minuman

beralkohol dari temannya di sekolah.. Menurut subyek, alasan

subyek ingin selalu mengkonsumsi alkohol adalah karena setelah

minum alkohol pasti subyek merasakan tubuhnya “ enteng”.

Subyek juga selalu merasa kangen untuk minum alkohol. Subyek

juga percaya bahwa dengan minum alkohol subyek bisa merasa

lepas dan lebih percaya diri.

Setelah lulus SMU perilaku subyek ini semakin menjadi.

Subyek hampir setiap hari minum alkohol. Bahkan setiap hari

Page 73: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

57

sabtu dan minggu subyek sering mengadakan pesta alkohol.

Subyek membeli minuman dari uang sakunya. Subyek cenderung

memaksa orang tuanya untuk memberi uang yang lebih. Uang itu

biasanya digunakan untuk membeli minuman import. Kadang-

kadang subyek sampai rela mengumpulkan uang makannya untuk

membeli minuman. Subyek mengaku bahwa minuman import

lebih enak dari pada minuman alkohol yang biasa karena apabila

subyek minum alkohol yang biasa biasanya rasa pusing setelah

mengkonsumsi alkohol tidak hilang-hilang. Subyek mengaku

jarang minum sampai mabuk. Namun subyek juga sering minum

sampai “ jakpot” (minum sampai muntah -muntah). Meskipun

demikian subyek tetap ingin minum alkohol karena subyek selalu

ingin merasakan sensasi dan kehangatan dari minum alkohol itu.

Kebiasaan subyek mengkonsumsi alkohol berlanjut pada

saat subyek mulai kuliah. Saat itu subyek bertemu teman-teman

kost yang juga pengkonsumsi minuman. Subyek merasa senang

mendapatkan teman-teman yang sama seleranya yaitu minuman

beralkohol. Selain itu keluarga subyek yang ada di Semarang

yang rata-rata peminum sering mengajak subyek untuk minum.

Hampir setiap hari juga subyek minum minuman beralkohol.

Subyek biasanya minum di warung-warung minuman atau

bahkan di dalam kamar kostnya. Biasanya subyek akan selalu

uring-uringan apabila tidak bisa mendapatkan alkohol. Subyek

merasa badanya lemas apabila tidak minum alkohol. Subyek

Page 74: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

58

mengakui bahwa pada saat subyek sering mengkonsumsi

minuman subyek cenderung lebih malas.

Saat ini subyek sudah mulai mengurangi kebiasaan minum

alkohol. Namun subyek mengaku masih susah untuk berhenti

total. Ketika temanya mengajak minum subyek berusaha

menolak, akan tetapi kadang-kadang subyek juga menerima

ajakan teman-temannya karena berusaha menghormati. Menurut

subyek didalam kelompok peminum, seseorang yang sudah

berhenti atau mengurangi konsumsi alkoholnya harus tetap

meghormati ajakan peminum lain dengan hanya sedikit mencicipi

minuman beralkohol itu. dan sekarang subyek mengaku bisa

sedikit lepas dari alkohol.

IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA

SUBYEK 1

Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh

subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan

lingkungan Awal subyek mengenal minuman alkohol disebabkan

oleh kebiasaan dari teman-teman subyek yang pada saat itu sudah

mulai mengkonsumsi alkohol. Namun pertama kali subyek

merasakan minuman alkohol adalah pada saat subyek pergi bersama

pakde dan saudara-saudara subyek. Kejadian subyek merasakan

alkohol untuk yang pertama kali diawali dengan ketidaksengajaan

subyek meminuman minuman alkohol milik pakde subyek. Subyek

yang terkejut dengan rasa pahit dan panas ditenggorokan minuman

yang diminumnya mencoba bertanya kepada pakde subyek minuman

Page 75: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

59

apa yang diminum oleh subyek. Kemudian pakde subyek

memberitahu subyek minuman apa yang diminum oleh subyek. Pada

saat subyek mencoba minuman alkohol tersebut pakde dan saudara-

saudara subyek tidak melarang melainkan tertawa dan membiarkan

subyek untuk mencoba. Setelah itu subyek juga mulai sering

mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kadar rendah seperti

minuman sejenis “ greensand” subyek sering meminta ayahnya untuk

membeli minuman-minuman alkohol dengan kadar rendah tersebut.

Ayah subyek yang juga mengkonsumsi minuman tersebut tidak

melarang subyek mengkonsumsi jenis minuman itu. Kebiasaan dari

orang tua dan keluarga subyek ini menyebabkan subyek terbiasa

dengan minuman beralkohol dan secara tidak langsung melakukan

pembelajaran dari perilaku orang tua dan keluarga subyek tersebut.

Meskipun ibu subyek pernah mengetahui bahwa subyek

mengkonsumsi alkohol tetapi ibu subyek tidak melarang hanya

menasehati karena dalam keluarga besar subyek rata-rata anggota

keluarga yang laki-laki adalah peminum alkohol. Selain itu keluarga

subyek yang berada di Semarang sering memotivasi subyek untuk

mengkonsumsi alkohol dengan sering mengajak subyek minum

alkohol. Ayah dan anggota laki-laki dalam keluarga subyek yang

seorang pengguna alkohol merupakan faktor genetik yang

memunculkan risiko subyek menggunakan alkohol.

Subyek mulai mengkonsumsi minuman beralkohol dengan

kadar yang tinggi adalah pada saat subyek menginjak SLTP.

Kebiasaan teman-teman subyek mengkonsumsi alkohol memotivasi

Page 76: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

60

dan mendorong subyek untuk mulai mengkonsumsi minuman

alkohol. Apalagi teman-teman subyek sering mengejek dan

memaksa subyek untuk mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan.

Tekanan dari teman sebaya ini menyebabkan subyek merasa malu

serta gengsi dan berusaha untuk menunjukan bahwa subyek tidak

takut untuk minum alkohol. Sikap konformitas juga sangat

mempengaruhi tingkah laku subyek. Hal ini terlihat dari keinginan

subyek yang berusaha untuk melakukan apa yang teman-teman

subyek lakukan agar subyek diakui oleh teman-temannya. Subyek

mulai berani mencoba minuman beralkohol bahkan beberapa obat-

obatan terlarang dan ganja agar terlihat sama dan dihormati oleh

teman-temannya. Selain faktor pembelajaran dari kebiasaan minum

alkohol yang dilakukan keluarga dan teman-teman subyek. Pengaruh

teman sebaya dan konformitas yang merupakan faktor lingkungan

sosial ini juga mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku

minum alkohol yang dilakukan subyek.

Perilaku minum alkohol subyek pada awalnya dilakukan pada

saat subyek duduk dibangku SLTP. Frekuensi awal subyek minum

alkohol adalah dua sampai tiga kali dalam seminggu. Subyek

biasanya mendapatkan minuman berlakohol dari teman-teman

subyek. Pada saat itu subyek juga mengkonsumsi obat-obatan

terlarang dan ganja namun subyek lebih menyukai alkohol. Alasan

subyek lebih menyukai alkohol adalah karena efek alkohol yang

lebih ringan daripada zat-zat yang lain. Selain itu minuman

beralkohol mudah didapat dan harganya relatif murah. Perilaku

Page 77: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

61

minum alkohol ini juga mempunyai konsekuensi hukum yang lebih

rendah dibandingkan zat-zat yang lain. Efek diskriminatif dari zat

itulah yang membuat subyek memutuskan untuk mengkonsumsi

alkohol daripada zat yang lainnya dan mendorong subyek untuk

mencari dan mendapatkan alkohol kembali sehingga meyebabkan

subyek mengalami ketergantungan.

Subyek merasa bahwa setelah minum alkohol subyek bisa

merasa “ enteng” . Efek lebih sehat dan hangat ini menyebabkan

subyek selalu ingin minum alkohol. Sensasi yang selalu ingin

dirasakan subyek saat mengkonsumsi alkohol dan efek sehat serta

euforia menjadi dorongan positif dari alkohol yang menyebabkan

subyek berusaha untuk mendapatkan kembali minuman beralkohol.

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada subyek semakin

meningkat saat subyek duduk dibangku SMU. Hampir setiap hari

subyek mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum alkohol subyek

saat subyek mulai tergantung dengan alkohol adalah dua sampai

tigakali dalam sehari. Subyek biasa minum di sekolah bersama

teman-temannya. Subyek juga mempunyai persepsi bahwa minuman

alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang tidak

terlalu lama dibandingkan dengan minuman alkohol yang biasa. hal

ini disebabkan karena subyek sering mendapatkan minuman alkohol

import dari teman subyek yang ayahnya sering keluar negeri.

Meskipun subyek merasa bahwa alkohol itu pahit dan panas di

tenggorokan subyek tetap mengkonsumsi alkohol. Efek aversif dari

alkohol tersebut tidak membuat subyek berhenti minum alkohol.

Page 78: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

62

Bahkan subyek juga sering mengalami “ jakpot” yaitu muntah -

muntah setelah minum alkohol terlalu banyak. Namun hal ini tidak

membuat subyek menghentikan perilaku minum alkoholnya karena

efek ini tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku

minum alkohol subyek. Hanya untuk menghindari rasa pahit dan

panas yang subyek rasakan subyek berusaha untuk mencari jenis

minuman yang rasanya lebih enak.

Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis

yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan

subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada

saat minum alkohol subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa

menampilkan apa adanya subyek. Selain itu saat minum alkohol

subyek merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas dan

mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang dapat

menghilangkan kecemasan. Sedangkan dampak secara psikologis

yang dirasakan subyek setelah mengkonsumsi alkohol adalah rasa

kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan atau minum

alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas juga sering dirasakan

subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek merasa tidak

tenang dan lebih cepat marah jika tidak mengkonsumsi alkohol.

Perilaku minum alkohol subyek juga terbawa pada saat subyek

kuliah. Subyek yang tinggal jauh dari orang tua semakin bebas untuk

bisa mengkonsumsi alkohol. Setiap hari subyek bisa mengkonsumsi

alkohol sampai 3 kali. Subyek juga sering menunjukan gejala

ketergantungan pada alkohol. Ketergantungan subyek terhadap

Page 79: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

63

alkohol itu sudah mengarah kepada alkoholisme dimana subyek

mempunyai ketidakmampuan untuk menghentikan perilaku minum

alkoholnya. Hal ini terlihat dari subyek yang masih merasa susah

untuk berhenti dan lepas sama sekali dari alkohol meskipun subyek

sudah mulai berusaha untuk mengurangi perilaku minum

alkoholnya.

V. KESIMPULAN SUBYEK 1

Perilaku minum alkohol awal pada subyek dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang saling berinteraksi yaitu:

A. Faktor Individu

Ayah dan anggota laki-laki dalam keluarga adalah pengguna

alkohol dan alkoholik.

B. Faktor Lingkungan

a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan

ayah dan keluarga subyek yang pengguna alkohol dan

kebiasaan teman-teman subyek yang sudah mulai

mengkonsumsi alkohol.

b. Faktor Sosial dan Kultural

Yaitu pengaruh dari dari teman sebaya yang memberikan

tekanan-tekanan yang menyebabkan subyek mengkonsumsi

alkohol. Sikap konformitas yang tinggi juga mendorong

subyek untuk mengkonsumsi alkohol.

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi

sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari

Page 80: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

64

dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman

beralkohol adalah :

1. Efek Diskriminatif dari zat (alkohol)

Alkohol lebih dianggap mempunyai efek yang lebih ringan dari

pada zat yang lain, alkohol lebih mudah didapat dan lebih murah

daripada zat yang lain, lebih mempunyai konsekuensi hukum

yang lebih rendah dari zat lain.

2. Efek Dorongan positif dari zat (alkohol)

Alkohol membuat badan lebih enteng, mempunyai efek sehat dan

hangat.

3. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

Persepsi bahwa minuman alkohol jenis import lebih enak dan

efek pusingnya lebih ringan daripada minuman alkohol biasa.

4. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

Rasa pahit dari alkohol dan panas di tenggorokan, sering

mengalami “ jakpot” (muntah -muntah karena terlalu banyak

minum). Namun efek aversif ini tidak memperlemah perilaku

mencari zat atau alkohol.

Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:

1. Pada saat mengkonsumsi alkohol

Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa

adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas

dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang

dapat menghilangkan kecemasan

Page 81: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

65

2. Setelah mengkonsumsi alkohol

Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan

atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering

dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek

merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak

mengkonsumsi alkohol.

Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol

berkembang menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai

berikut :

1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti

mengkonsumsi alkohol.

2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu

terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat

dari 2 sampai 3 kali dalam seminggu menjadi setiap hari bahkan

2 sampai 3 kali sehari.

3. Subyek mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol

INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL

Tabel 2 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 1

TEMA KODE Intensitas

Keluarga atau orang

tua pengguna

alkohol/ alkoholik

A.b +++

Kebiasaan-kebiasaan B.a +++

Page 82: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

66

minum dari orang

tua, keluarga dan

teman sebaya

Pengaruh Teman

Sebaya

B.b4 +++

Konformitas B.b5 +++

Perilaku Minum

Alkohol Awal

C ++

Efek Diskriminatif

dari Zat (Alkohol)

D +++

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol)

E +++

Stimuli yang

dibiasakan terhadap

Efek Alkohol

F ++

Efek Aversif dari Zat

(Alkohol)

G +

Perilaku Mencari Zat

(Alkohol)

H +++

Gejala-Gejala

Alkoholisme

I +++

Page 83: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

67

Keterangan :

+ + + = tinggi

+ + = sedang

+ = rendah

Page 84: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

68 Matrik 1

Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 1

A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I

A.a

A.b +++

B.a +++

B.b1

B.b2

B.b3

B.b4 +++

B.b5 +++

C

D +++

E +++ +++

F +++

G

H +++

I

Page 85: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

69

Keterangan :

A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu

A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik

B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman

sebaya

B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi

B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya

B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal

B.b4 = Pengaruh Teman sebaya

B.b5 = Konformitas

C = Perilaku Minum Alkohol Awal

D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)

I = Gejala-Gejala Alkoholisme

= X mempengaruhi Y

= Y mempengaruhi X

= X dan Y saling mempengaruhi

Page 86: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

70

Skema 2 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 1

+++

+++

+++ +++

+++

+++

_

+++ +++

+++

Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol dan rata-rata laki-laki di keluarga besar subyek adalah seorang peminum alkohol

SUBYEK 1

Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh orang tua, keluarga dan teman-teman subyek.

Faktor Sosial dan Kultural a. Tekanan teman sebaya subyek yang

mendorong dan memaksa subyek untuk mencoba mengkonsumsi alkohol

b. Keinginan subyek untuk diakui oleh teman-temannya dengan berusaha mencoba mengkonsumsi alkohol

L I N G K U N G A N

Perilaku Minum Alkohol awal Subyek mulai mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) a. Alkohol mempunyai efek yang lebih ringan

dibandingkan zat yang lain, b. Alkohol lebih murah dan mudah didapat serta

mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dibandingkan zat yang kain

Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Alkohol membuat badan lebih enteng, mempunyai efek sehat dan hangat Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol Subyek mempunyai persepsi bahwa minuman alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang lebih ringan.

Efek Aversif dari Zat (Alkohol) a. Rasa alkohol yang pahit dan

panas ditenggorokan. b. Subyek sering mengalami

“ jakpot”

Perilaku Mencari Zat (alkohol) Subyek membeli minuman beralkohol saat subyek ingin minum alkohol Biasanya subyek membeli di tempat-tempat yang menjual minuman beralkohol.

ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk

mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol.

b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 2 samapai 3 dalam seminggu menjadi setiap hari.

c. Mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol

Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang dapat menghilangkan kecemasan

Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak mengkonsumsi alkohol.

Page 87: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

71

KASUS II

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama Subyek : B.P.T

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 22 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Ampenan, 9 November 1984

Status Marital : Belum Nikah

Urutan Kelahiran : Anak keempat dari empat

bersaudara

Agama : Hindu

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal : Yogyakarta

Alamat : Pentul Karang rejo, Semarang

Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 170 cm / 90 kg

Tanggal Pelaksanaan : 15 Febuari – 7 Maret

II. HASIL OBSERVASI

A. Observasi Secara Keseluruhan

Gambaran fisik yang nampak dari subyek adalah mempunyai

badan yang tinggi, bertubuh agak besar, berkulit sawo matang serta

berambut lurus panjang sebahu dan berkacamata. Sewaktu peneliti

datang pertama kali untuk meminta kesediaan menjadi subyek

penelitian, subyek langsung menyetujui bahkan bersedia

diwawancarai kapan saja peneliti inginkan. Subyek terkesan

terbuka, karena selama penelitian berlangsung subyek banyak

bercerita tentang hal-hal yang terjadi pada subyek misalnya

Page 88: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

72

kejadian di sekolah, pengalaman kerja, dan menanyakan hal yang

tidak dimengerti kepada peneliti. Dilihat dari kondisi fisik, subyek

menunjukan kesan tidak rapi. Subyek cenderung orang yang tidak

terlalu perduli terhadap penampilan.

Subyek saat ini kost didaerah Karangrejo. Subyek menempati

kamar nomor 4 di rumah kost subyek. Subyek mempunyai 2 teman

akrab di kostnya. Kamar subyek terlihat sedikit berantakan. Kamar

ini sering digunakan subyek untuk minum minuman beralkohol

bersama teman-temannya ataupun sendiri.

Subyek kurang banyak mempunyai teman di kampus. Hanya

ada beberapa orang teman saja yang sering terlihat bersama

subyek. Subyek cenderung orang yang tertutup. Subyek lebih

sering terlihat sendirian. Teman-teman subyek yang dekat

kebanyakan juga menyukai minuman beralkohol. Namun

sebenarnya subyek adalah orang yang baik, ramah dan mau

membantu teman-temannya yang kesusahan. Subyek mempunyai

kekasih yaitu adik kelas subyek di kampus. Subyek jarang terlihat

dikampus karena subyek jarang masuk kuliah dan sering pulang ke

Yogyakarta karena subyek mempunyai pekerjaan sambilan.

B. Observasi Saat Wawancara

Selama wawancara, subyek tidak menampakkan tanda-tanda

kecemasan dan kegelisahan, subyek justru terbuka dan cukup

antusias terhadap setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti

termasuk pertanyaan yang bersifat pribadi, misalnya pertanyaan

tentang kehidupan keluarga subyek dan perasaannya pada kedua

Page 89: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

73

orang tuanya bahkan subyek mencurahkan isi hatinya kepada

peneliti tentang masalah pribadinya. Selama wawancara

berlangsung subyek juga merokok sampai hampir menghabiskan

setengah bungkus rokok isi 16. Selain itu selama menjawab

pertanyaan subyek nampak santai, tegas dan jelas. Wawancara

diadakan di ruang tamu kost peneliti karena subyek yang

menginginkan wawancara dilakukan di kost peneliti. Subyek

mengenakan celana jins panjang dengan kaos oblong berwarna

abu-abu dan mengenakan jaket hitam.

III. HASIL WAWANCARA

A. Masa kecil

Subyek dilahirkan di kota Ampenan lombok pada tanggal 9

November 1984 dan berasal dari keluarga yang menganut agama

hindu. Ayah subyek berasal dari bali sedangkan ibu subyek berasal

dari Jawa Timur. Subyek anak keempat dari empat bersaudara.

Subyek mempunyai satu orang kakak laki-laki dan dua orang

kakak perempuan. Kakak subyek yang laki-laki sudah menikah dan

mempunyai satu orang anak. Waktu kecil subyek sering berpindah-

pindah tempat tinggal. Hal itu dikarenakan mengikuti ayahnya

yang berpindah tugas. Sejak lahir sampai umur 6 bulan subyek

tinggal di Ampenan, lombok. Kemudian pindah ke samarinda

sampai umur tiga setengah tahun. Pada usia tiga setengah tahun

tahun subyek pindah ke Denpasar, Bali selama 5 tahun. Setelah itu

subyek pindah lagi ke kota Cirebon dan tinggal disana sampai

kelas 4 SD. Pada saat itu ayah subyek kembali ditugaskan ke kota

Page 90: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

74

Jakarta, sehingga subyek dan keluarganya juga harus pindah. Akan

tetapi karena ayah subyek harus pindah ke Jakarta, ayah subyek

memutuskan untuk tidak mengajak keluarga subyek untuk pindah

juga ke Jakarta. Alasannya karena ayah subyek takut dengan

pergaulan dan gaya hidup di Jakarta yang rusak akan

mempengaruhi anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Oleh karena

itu ayah subyek menyarankan agar subyek dan keluarganya tinggal

di yogyakarta karena banyak keluarga subyek yang tinggal disana.

Subyek tidak mempunyai teman dekat karena ayah subyek sering

berpindah-pindah maka. Waktu kecil subyek jarang sekali keluar

rumah. Subyek lebih sering bermain di dalam rumah. Subyek

sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Apa saja yang diminta

oleh subyek akan dituruti asalkan tidak yang macam-macam.

Orang tua subyek yang sering berpindah-pindah

menyebabkan subyek sering berpindah-pindah sekolah. Pada saat

SD subyek terbilang cukup pandai. Subyek sering masuk di

peringkat 10 besar di kelasnya. Meskipun subyek belajar hanya 10

sampai 15 menit namun subyek selalu mendengarkan guru saat

menerangkan di kelas sehingga pada saat ujian subyek bisa

mengerjakan. Orang tua subyek yang berlatar belakang pendidikan

tinggi selalu menuntut subyek dan kakak-kakak subyek untuk

selalu rangking di kelas.

Pola asuh yang diterapkan didalam keluarga subyek

cenderung sangat demokratis. Kedua orang tua subyek sering

meminta pendapat anak-anaknya terlebih dahulu apabila ada

Page 91: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

75

permasalahan di dalam keluarga. Ayah subyek yang sibuk bekerja

dan sering tidak ada di rumah menyebabkan subyek tidak dekat

dengan ayahnya. Subyek merasa ayah subyek kurang bisa

memahami apa yang dirasakan dan diinginkan oleh subyek dan

kakak-kakaknya. Ayah subyek yang bekerja jauh dari keluarga dan

hanya pulang satu minggu sekali meyebabkan subyek merasa jauh

dan asing dengan ayahnya. Subyek merasa kurang mendapatkan

figur seorang ayah. Subyek juga kurang mempunyai interaksi yang

baik dengan ayahnya. Subyek susah untuk mengutarakan dan

terbuka pada ayahnya.

Ibu subyek adalah orang yang sangat baik dan perhatian

terhadap keluarga terutama Subyek. subyek yang merupakan anak

bungsu menyebabkan ibu subyek terlalu protektif pada subyek.

Meskipun ibu subyek keras dan sering marah namun ibu subyek

sangat sayang dan perhatian kepada anak-anaknya terutama kepada

subyek. Subyek lebih bisa terbuka kepada ibunya daripada kepada

ayah. Subyek sering menceritakan perasaan dan kejadian yang

subyek alami.

Pada saat TK sampai SD kelas 4 subyek masih mempunyai

banyak teman baik teman sekolah maupun teman di lingkungan

rumah. Namun setelah subyek pindah rumah didaerah yang

lingkungannya kurang baik, subyek dilarang ibunya untuk bergaul

dengan orang-orang di lingkungan rumah saat itu. Sejak saat itu

subyek hanya bergaul dengan teman-teman sekolah saja. Subyek

Page 92: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

76

merasa bahwa sejak SD kelas 6 sampai SMU pergaulan subyek

sangat sempit.

Subyek cenderung anak yang tertutup dan emosional. Subyek

cepat terharu dan menangis dan juga cepat marah. Subyek lebih

senang bermain sendiri daripada bermain bersama teman-

temannya. Meskipun pendiam subyek cenderung anak yang selalu

dan selalu sering bertanya tentang berbagai hal.

B. Masa Remaja

Saat memasuki bangku SLTP pergaulan subyek mulai sedikit

berubah. Subyek mulai mengenal hal-hal baru yang sebelumnya

tidak diketahui oleh subyek. Subyek mulai mengetahui bahasa-

bahasa gaul yang sering dipakai oleh teman-teman subyek.

Meskipun subyek masih cenderung tertutup, subyek sudah mulai

mempunyai beberapa teman dekat. Selama di bangku SLTP subyek

cenderung anak yang kurang pemberani. Saat subyek ditantang

oleh temannya subyek lebih cenderung mengalah. Subyek juga

pernah dihukum oleh guru PPKN subyek. Guru subyek memergoki

subyek dan teman-temannya bermain sepak bola di dalam kelas,

kemudian subyek dan teman-temannya dipaksa guru subyek untuk

menjilat bola yang dipakai untuk bermain.

Prestasi subyek di sekolah cenderung menurun dari pada saat

subyek SD. Subyek tidak menyukai pelajaran matematika. Ayah

subyek sering membandingkan prestasi subyek dengan prestasi

kakak-kakak subyek yang selalu baik. Subyek pernah mengalami

kejadian yang membuat subyek sangat kecewa terhadap ayahnya.

Page 93: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

77

Meskipun subyek tidak pernah disebut bodoh namun ayah subyek

pernah menyamakan subyek dengan pembantu subyek yang hanya

lulusan SD. Subyek sangat kecewa pada ayahnya karena menurut

subyek ayahnya sangat mendewakan pendidikan dan menganggap

bahwa orang akan dihargai apabila mempunyai pendidikan yang

tinggi.

Setelah lulus SLTP subyek melanjutkan sekolah ke SMU

yang cukup terkenal di Yogya. Subyek mulai mengenal tawuran

saat berada di SMU. Menurut subyek, anak-anak di SMU subyek

sangat kompak namun kekompakan itu disebabkan karena adanya

tekanan. Hal itu disebabkan karena apabila ada anak yang tidak

sepaham dengan yang lainnya maka anak itu akan dihajar. Subyek

juga mulai mengenal dunia malam. Subyek mulai jarang pulang ke

rumah. Apalagi subyek bergabung dengan organisasi teater yang

menyebabkan subyek lebih senang kumpul dengan teman-teman di

teater daripada pulang ke rumah. Namun kebiasaan subyek yang

sering tidak pulang kerumah mulai berkurang pada saat subyek

mulai duduk di kelas 3 SMU. Hal ini disebabkan karena subyek

merasa kasihan dengan ibunya yang selalu menangis melihat

tingkahlaku subyek. Ayah subyek yang mulai pensiun dan sering

berada di rumah jarang melihat subyek berada dirumah. Hal itu

menyebabkan ayah subyek menjadi stress melihat tingkahlaku

subyek. Subyek merasa bersalah karena ayah subyek selalu

melampiaskan kemarahannya kepada ibu subyek. Subyek yang

merasa sangat bersalah mulai mengurangi kebiasannya jarang

Page 94: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

78

pulang. Subyek mulai membiasakan untuk selalu pulang meskipun

subyek main hingga larut malam.

Hubungan subyek dengan orang tua saat subyek remaja

semakin jauh. Kebiasaan subyek yang sering keluar malam dan

jarang pulang kerumah menyebabkan subyek jarang berinteraksi

dengan orang tuanya. Walaupun kedua orang tua subyek tidak

mengekang namun subyek tetap di berikan aturan mengenai

keuangan dan tetap harus menjaga sopan santun dan aturan

kelauarga. Meskipun hubungan subyek dengan orang taunya

menjauh subyek masih dekat dan terbuka dengan ibunya.

Interaksi subyek dengan teman-teman dan lingkungan sekitar

cukup baik meskipun subyek cenderung tertutup dan kurang bisa

akrab dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini disebabkan karena

dari kecil subyek dilarang untuk berteman dengan orang-orang di

lingkungan rumah. Subyek juga senang bergaul dengan anak-anak

alumi dari SMU subyek dan dari para alumni ini subyek banyak

mengenal kehidupan malam.

Perasaan yang mendominasi pada saat subyek remaja adalah

kekecewaan terhadap ayah subyek. Subyek merasa tertekan dengan

tuntutan ayah subyek untuk selalu berprestasi. Sifat subyek yang

tertutup menyebabkan subyek jarang mengemukakan

kekecewaannya kepada ayah subyek.

C. Masa Sekarang (kuliah)

Setelah lulus dari SMU subyek melanjutkan kuliah dengan

mengikuti ujian UMPTN dengan mendaftar 2 jurusan di universitas

Page 95: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

79

Gajah Mada dan 1 jurusan di Universitas Erlangga. Subyek lulus

ujian UMPTN dan diterima di fakultas hukum di Erlangga. Akan

tetapi subyek tidak mengambil itu karena subyek ingin tetap

tinggal di Yogyakarta dan tidak ingin meningalkan teman-teman

serta kekasihnya. Oleh karena itu subyek memutuskan untuk kuliah

di universitas Atmajaya jurusan teknik elektro. Namun perilaku

negatif subyek semakin menjadi. Subyek mulai jarang pulang dan

masuk kuliah. Subyek lebih sering berkumpul dengan teman-

temannya. Melihat keadaan itu kedua orang tua subyek

memutuskan untuk memindahkan subyek di kota lain. Orang tua

subyek memindahkan subyek ke kota Semarang. Kemudian subyek

didaftarkan pada salah satu universitas di Semarang. Di kota

Semarang subyek tinggal dirumah kost. Meskipun subyek sudah

pindah ke Semarang subyek masih sering berkumpul dengan

teman-temannya di Yogya pada saat awal subyek kuliah di

Semarang. Saat ini subyek juga mempunyai usaha sambilan di

Yogyakarta. Subyek sadar bahwa subyek tidak terlalu berbakat di

bidang akademik oleh karena itu subyek lebih tertarik untuk

berbisnis. Subyek sangat menikmati usahanya yang bergerak

dibidang kerajinan.

Hubungan subyek dengan orang tuanya saat ini sudah mulai

membaik meskipun subyek masih kurang bisa dekat dengan

ayahnya. Subyek sudah mulai berfikir untuk membahagiakan

kedua orang tuanya. Subyek ingin membuktikan bahwa meskipun

Page 96: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

80

subyek tidak berhasil dibidang akademik namun subyek bisa

berhasil di bidang yang lain.

Interaksi subyek dengan teman-teman di kampus maupun di

kost cukup baik. Meskipun subyek tidak menjalin hubungan yang

terlalu dekat dengan teman-temannya namun subyek selalu

berusaha untuk menjalin hubungan baik. Subyek juga masih

cenderung tertutup pada teman-temannya. Subyek lebih sering

menghabiskan waktu di kost daripada berada di kampus.

D. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi

ketergantungan

Pertama kali subyek mencoba dan merasakan minuman

beralkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku kelas 3 SD.

Subyek mencoba minuman berlakohol itu dari ayah subyek yang

memang suka mengkoleksi minuman berlakohol dari luar negeri.

Pada saat itu ayah subyek memanggil subyek dan menyuruh

subyek untuk merasakan minuman yang dibawa oleh ayah subyek.

Minuman yang dicoba oleh subyek pada saat itu adalah bir

kalengan yang berwarna hitam dan mempunyai rasa yang pahit.

Menurut subyek, ayah subyek bukanlah seorang pecandu alkohol

meskipun sering mencoba minuman beralkohol. Subyek jarang

melihat ayahnya minum sampai mabuk namun subyek hanya

melihat ayahnya mencoba minuman yang sering dibawa ayahnya

dari luar negeri. Didalam keluarga subyek perilaku minum alkohol

itu diperbolehkan asal jangan sampai mabuk. Latar belakang

keluarga subyek yang berasal dari Bali menyebabkan persepsi

Page 97: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

81

terhadap kebiasaan minuman beralkohol seperti arak api menjadi

hal yang biasa asalkan tidak sampai mabuk dan membuat

kerusuhan.

Setelah kejadian itu subyek kembali mencoba minuman

beralkohol pada saat subyek duduk di bangku SLTP. Subyek yang

sering berkunjung ketempat kakak subyek yang sedang kuliah di

Malang ditawari oleh kakak subyek untuk minum anggur Cap

Orang Tua. Subyek yang tidak tahu bahwa minuman yang di

minum kakak subyek adalah alkohol yang dapat memabukkan

menerima saja tawaran minum dari kakak subyek. Saat itu subyek

hanya minum segelas karena menurut subyek rasa dari anggur itu

pahit dan tidak enak.

Subyek juga pernah minum alkohol bersama temannya di

SLTP. Namun subyek juga belum sadar dan mengetahui bahwa

yang diminumnya adalah minuman beralkohol yang bisa

memabukan. Rasa dari minuman yang ditawarkan teman-teman

subyek itu manis sehingga subyek menyukai minuman itu.

Pergaulan subyek yang terbatas dan dibatasi oleh kedua orang

tuanya menyebabkan subyek tidak mengetahui bahwa minuman

yang diminum tersebut adalah minuman beralkohol yang

berbahaya. Apalagi minuman yang ditawarkan oleh teman-teman

subyek di SLTP sudah dicampur minuman lain sehingga rasa pahit

alkohol tersebut sudah hilang.

Memasuki bangku SMU subyek mulai sering minum

minuman beralkohol. Awalnya saat subyek yang merasa penasaran

Page 98: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

82

melihat teman-teman subyek yang sering minum dan

membicarakan jenis-jenis minuman mencoba untuk membeli

minuman di tempat biasanya teman-teman subyek membeli

minuman beralkohol. Subyek membeli minuman beralkohol

dengan merek Mansion dan diminumnya sendiri di kamar

rumahnya setelah subyek selesai ujian. Subyek sangat merasa

penasaran terhadap cerita dari teman-temannya dan ingin sekali

merasakan mabuk itu seperti apa. Subyek menghabiskan sendiri

satu botol minuman yang dibeli subyek. Menurut subyek, setelah

minum itu subyek merasa seperti “ glier-glier” (pusing) dan subyek

baru mengetahui bahwa minuman alkohol adalah minuman yang

bisa memabukan. Setelah itu subyek malah lebih sering mengajak

teman-temannya untuk minum. subyek juga sering mengajak

tukang-tukang yang sedang membangun rumah subyek untuk

minum alkohol.

Menurut subyek alasan yang memotivasi subyek untuk

minum adalah rasa penasaran dan pergaulan. Subyek merasa

dengan minum subyek bisa mempunyai pergaulan yang lebih

banyak. Subyek merasa lebih nyaman apabila subyek bisa lebih

banyak minum dibandingkan dengan teman-teman subyek yang

lain. Subyek sempat mendapat julukan “ gentong” dari teman -

temannya karena subyek selalu bisa minum paling banyak diantara

yang lainnya.

Frekuensi minum subyek pada awalnya adalah dalam satu

bulan subyek masih jarang-jarang minum. Namun setelah lima

Page 99: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

83

bulan begitu subyek menginjak bangku kelas satu akhir hampir tiap

hari subyek minum alkohol. Apalagi subyek yang mengikuti

organisasi teater dimana anak-anak yang mengikuti organisasi ini

rata-rata adalah peminum alkohol mulai sering sekali minum

alkohol.

Subyek mengakui bahwa dengan subyek minum, subyek

dapat meluapkan isi hatinya. Hal ini disebabkan karena ketika

subyek minum alkohol, subyek selalu minum bersama teman-

temannya dan pada saat itu subyek bisa saling bercerita dan sharing

dengan teman-temannya. subyek sering minum saat subyek sedang

mengalami stres. Ketika subyek minum dan mulai tidak sadar

biasanya subyek meluapkan isi hati dan masalah-masalahnya. Stres

yang dirasakan oleh subyek biasanya berkaitan dengan ketakutan

subyek akan kegagalan dalam berorganisasi. Hal itu dikarekan

apabila subyek gagal dalam hal tertentu di organisasi yang diikuti

subyek, maka subyek akan ditekan dan dipukuli oleh lawan atau

kakak kelas subyek. Kecemasan dan rasa tidak nyaman ini

membuat subyek mengkonsumsi alkohol. Pada saat ada masalah

subyek bisa menghabiskan minimal dua botol minuman beralkohol

dalam sehari.

Pertengahan SMU frekuensi minum subyek semakin

meningkat. Setiap hari subyek mengkonsumsi alkohol bahkan

subyek sering mengkonsumsi alkohol sendiri apabila teman-teman

subyek tidak ada yang mau diajak untuk minum. Rasa “ kepengen”

yang menurut subyek selalu menyebabkan subyek ingin selalu

Page 100: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

84

minum alkohol menjadikan subyek minum alkohol setiap hari.

Menurut subyek, minuman beralkohol bisa menimbulkan perasaan

lega dan enak, apalagi kalau efek alkoholnya sudah samapai ke

otak bisa menimbulkan rasa yang menyenagkan meskipun ada rasa

pusing. Namun rasa “ glier-glier” (pusing) tersebut tidak membuat

subyek jera mengkonsumsi alkohol.

Subyek juga pernah muntah-muntah setelah subyek minum

alkohol atau sering disebut dengan istilah “ jakpot”. Pada saat itu

subyek muntah karena setelah subyek minum alkohol subyek

melakukan aktivitas lari-lari. Selain itu subyek juga pernah muntah

karena setelah subyek minum alkohol subyek langsung tidur.

Mulai saat itu subyek tidak pernah lagi lari-lari atau langsung tidur

setelah subyek minum alkohol. Meskipun subyek juga pernah

muntah-muntah tidak membuat subyek berhenti minum alkohol,

karena menurut subyek “ jakpot” yang dirasakan subyek tidak

sebanding dengan kebiasaan subyek yang minum alkohol setiap

hari.

Pada saat itu subyek juga mengkonsumsi obat-obatan lainnya

seperti ganja, namun subyek tidak meneruskan untuk

mengkonsumsi ganja karena setelah mengkonsumsi ganja biasanya

badan subyek terasa dingin dan sakit. Subyek hanya menghisap

ganja tiga kali. Setelah menghisap ganja biasanya subyek merasa

kupingnya seperti mendengung dan apabila subyek terkena angin

badanya akan terasa dingin. Hal ini yang menyebabkan subyek

tidak ingin lagi menghisap ganja. Subyek lebih menyukai alkohol

Page 101: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

85

dibandingkan obat-obatan lainya. Subyek merasa bahwa alkohol

lebih enak. Apalagi subyek sangat anti memakai narkoba meskipun

banyak teman-teman subyek yang mengkonsumsi. Keluarga

subyek selalu menanamkan kepada subyek untuk tidak pernah

mencoba-coba mengkonsumsi narkotika. Subyek juga melihat om

dan pakde subyek yang hancur kehidupannya

karenamengkonsumsi narkoba. Hal ini lah yang selalu melekat

didalam pikiran subyek bahwa apabila subyek mencoba

mengkonsumsi narkoba maka kehidupan subyek akan hancur.

Subyek lebih menyukai minuman alkohol campuran. Jadi

subyek lebih sering minum alkohol yang dicampur dengan

minuman lainnya. Subyek tidak terlalu suka minum minuman

alkohol dari luar yang dicampur apa-apa karena menurut subyek

rasanya akan “ eneg” dan tidak enak. Subyek tidak terlalu suka

minum bir karena rasanya yang hanya pahit tidak ada rasa

alkoholnya seperti saat subyek diberi oleh ayahnya waktu SD.

Subyek juga bisa minum apa saja asalkan tidak anggur Cap Orang

Tua yang pernah diminum oleh subyek bersama kakaknya karena

menurut subyek sangat tidak enak. Biasanya subyek mencampur

minuman merek Vodka dengan minuman Extrajoss atau Coca

Cola.

Subyek jarang sekali merasa tidak bisa minum. Saat subyek

ingin minum alkohol subyek selalu berusaha untuk membeli dan

mencari minuman beralkohol tersebut. Subyek akan selalu

berusaha bagaimanapun caranya untuk mendapatkan minuman

Page 102: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

86

beralkohol. Biasanya subyek membeli minuman beralkohol itu atau

diberi oleh teman-teman dan kakaknya. Apabila subyek tidak bisa

mendapatkan minuman beralkohol subyek akan merasa gelisah dan

tidak bisa tidur. Apalagi motivasi subyek untuk minum adalah agar

subyek bisa cepat tidur. Secara fisiologis subyek juga akan merasa

pusing apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol.

Subyek juga pernah berusaha untuk mengurangi frekuensi

minumnya pada saat awal subyek duduk di bangku kuliah. Namun

usaha tersebut tidak berhasil karena subyek masih kurang fokus

dan perasaan “ pengen” yang sela lu dirasakan oleh subyek

membuat subyek kembali mengkonsumsi alkohol. Meskipun

teman-teman subyek yang lain rata-rata sudah berhenti namun

subyek tetap saja minum meskipun harus minum alkohol sendiri.

Saat ini subyek mulai kembali berusaha untuk mengurangi

kebiasaan minum alkoholnya karena subyek merasa bahwa subyek

harus memfokuskan diri pada tanggungjawabnya saat ini.

IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 2

Pada saat SMU subyek mulai lebih mengenal apa yang

dinamakan dengan minuman beralkohol. Perilaku minum minuman

beralkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh faktor yang

berasal dari individu dan lingkungan. Pertama kali subyek mencoba

minuman yang mengandung alkohol adalah pada saat subyek duduk

dibangku kelas 3 SD meskipun pada saat itu subyek tidak mengetahui

bahwa minuman yang diminumnya adalah minum beralakohol. Faktor

yang menyebabkan subyek mencoba minuman beralkohol adalah

Page 103: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

87

pengaruh dari adat budaya yang dianut oleh keluarga subyek. Latar

belakang keluarga subyek yang berasal dari budaya Bali meyebabkan

perilaku minum minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi

hal yang biasa. Dalam keseharian atau pada saat acara-acara tertentu

rata-rata orang di Bali mengkonsumsi minuman beralkohol seperti

arak atau bir. Olehkarena itu ayah subyek mengenalkan subyek pada

minuman beralkohol dengan menyuruh subyek untuk merasakan

minuman alkohol yang sedang dibawa oleh ayahnya itu.

Aturan yang membolehkan anggota keluarga subyek untuk

mencoba minuman beralkohol menjadikan perilaku minum minuman

beralkohol tidak menjadi masalah yang besar dalam keluarga subyek.

Kebiasaan minum alkohol dalam keluarga subyek terlihat dari

kebiasaan ayah subyek yang sering membawa dan mengkoleksi jenis-

jenis minuman beralkohol dari luar. Selain itu beberapa kerabat seperti

pakde dan om subyek juga sering mengkonsumsi minuman beralkohol

bahkan kakak laki-laki subyek adalah seorang peminum. Pada saat

subyek duduk dibangku SLTP subyek pernah mencoba minuman

beralkohol dari kakak subyek ketika subyek mengunjungi kakaknya

yang tinggal di Malang. Kebiasaan-kebiasaan keluarga subyek dalam

hal mengkonsumsi alkohol ini secara tidak langsung menyebabkan

subyek melakukan pembelajaran dari perilaku minum alkohol yang

dilakukan oleh ayah,kakak dan keluarga subyek. Pembelajaran dari

kebiasaan-kebiasaan di keluarga subyek ini mempengaruhi perilaku

minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.

Page 104: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

88

Selain pengaruh dari kebiasaan minum di keluarga subyek,

pengaruh kebiasaan teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol

juga mendorong subyek untuk mencoba mengkonsumsi alkohol.

Subyek yang merasa sangat penasaran dengan minuman beralkohol

secara tidak langsung belajar dari teman-teman subyek yang sudah

lebih dulu mengkonsumsi alkohol. Subyek sering melihat teman-

temannya minum dan sering bertanya dimana tempat membeli atau

mendapatkan minuman yang sering di minum oleh teman-temannya.

Setelah lama mengamati teman-temannya minum dan didorong oleh

rasa penasaran yang besar subyek mulai memberanikan diri untuk

membeli minuman beralkohol. Pada saat itu subyek membeli satu

botol minuman beralkohol dan diminumnya sendiri di kamar. Sejak

saat itu subyek mulai mengkonsumsi minuman beralkohol.

Subyek mengetahui bahwa minuman beralkohol itu adalah

minuman yang memabukkan adalah dari teman-teman subyek di

SMU. Walaupun teman-teman subyek jarang mengajak subyek untuk

minum, namun teman-teman subyek sering menceritakan hal-hal yang

berkaitan dengan minuman beralkohol. Pengaruh teman sebaya ini

semakin mendorong rasa penasaran subyek terhadap minuman

beralkohol sehingga subyek mulai berani mengkonsumsi minuman

beralkohol.

Setelah mencoba dan merasakan minuman beralkohol subyek

menjadi lebih sering mengkonsumsi alkohol. Subyek bahkan sering

mengajak teman-temanya untuk minum alkohol. Sikap konformitas

juga ditunjukan subyek dalam perilaku minum alkoholnya. Hal itu

Page 105: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

89

ditunjukan dari rasa nyaman yang dirasakan subyek saat subyek

mendapatkan pengakuan bahwa subyek mampu minum lebih banyak

dari teman-temannya.

Selain faktor dari lingkungan, faktor dari dalam individu subyek

sendiri juga sangat berpengaruh pada perilaku minum alkohol yang

dilakukan oleh subyek. Faktor psikologis sangat berpengaruh pada

awal perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Subyek

akan menghindari kecemasan yang dirasakannya dengan minum

alkohol. Apabila subyek mulai merasa stres maka subyek akan minum

alkohol lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan karena dengan

minum alkohol subyek bisa lebih merasa tenang dan bisa

menceritakan apa saja yang dirasakan oleh subyek.

Selain faktor secara psikologis, faktor genetik dalam diri subyek

juga mempunyai pengaruh pada perilaku minum alkohol yang

dilakukan oleh subyek. Meskipun ayah subyek bukan pecandu alkohol

namun ayah subyek sering mengkonsumsi minuman beralkohol, selain

itu kakak sulung subyek juga seorang pecandu alkohol karena setiap

hari kakak subyek mengkonsumsi minuman beralkohol. Faktor genetik

atau biologis ini merupakan faktor risiko yang juga mempengaruhi

perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.

Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah 4

atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum subyek sering mengajak

teman-temannya bahkan tukang yang bekerja dirumah subyek juga dia

ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek biasanya minum di sekolah

bersama dengan teman-temannya di organisasi teater.

Page 106: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

90

Frekuensi minum alkohol subyek meningkat sejak subyek duduk

di bangku kelas satu akhir. Frekuensi minum subyek meningkat dari

sebulan 4 sampai 5 kali menjadi setiap hari. Hampir setiap hari subyek

ingin mengkonsumsi alkohol dan hal itu di karena kan rasa keinginan

yang besar untuk merasakan alkohol bukan karena subyek sedang

menghadapi masalah. Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu

berusaha mencari dan membeli minuman beralkohol. Kadang-kadang

subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari kakak atau teman-

temannya.

Efek dorongan positif dari alkohol merupakan salah satu hal yang

mendorong subyek untuk berusaha mencari atau membeli minuman

beralkohol. Menurut subyek saat efek alkohol sampai ke otak akan

sangat terasa menyenangkan. Selain itu subyek juga akan bisa cepat

tidur setelah mengkonsumsi alkohol. Alkohol membuat tubuh menjadi

hangat. Hal-hal inilah yang membuat subyek selalu ingin minum

alkohol meskipun efek aversif dari alkohol juga pernah dirasakan oleh

subyek. beberapa efek aversif dari alkohol yang dirasakan oleh subyek

adalah rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum alkohol.

Namun subyek tidak terlalu memperdulikannya karena setiap subyek

minum alkohol, subyek lebih senang mencampur minuman beralkohol

dengan jenis minuman lainnya agar rasanya tidak terlalu pahit.

Selain efek dorongan positif dari alkohol, stimuli yang dibiasakan

terhadap alkohol juga mempengaruhi subyek dalam mencari atau

membeli minuman beralakohol. Subyek sangat menghindari dan tidak

mau membeli anggur Cap Orang Tua . Pada saat itu subyek mencoba

Page 107: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

91

minuman beralkohol yang ditawarkan oleh kakak subyek, namun

subyek hanya minum satu gelas saja karena rasanya yang pahit dan

tidak enak. Minuman yang diminum subyek pada saat itu adalah

anggur Cap Orang Tua. Pengalaman pertama minum anggur Cap

Orang Tua ini membuat subyek tidak mau lagi mencoba dan minum

anggur Cap Orang Tua. Rasa dari anggur Cap Orang Tua yang pahit

dan membuat “ eneg” ini memunculkan stimuli yang dibiasakan saat

subyek akan mengkonsumsi alkohol. Stimuli ini merupakan petunjuk

bagi subyek saat subyek ingin kembali mengkonsumsi minuman

beralkohol. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak

akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum

alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur

subyek akan muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot”.

Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-

obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek

mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek merasa bahwa

alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan dengan zat

psikoaktif lainya. Subyek pernah mengkonsumsi ganja namun efek

setelah mengkonsumsi ganja yang membuat tubuh subyek sakit

menjadikan subyek tidak ingin mengkonsumsi ganja dan lebih

memilih untuk minum alkohol. Selain itu subyek juga tidak mau

mengkonsumsi narkoba karena keluarga subyek yang sangat melarang

subyek untuk mengkonsumsi narkoba dan juga subyek tidak ingin

kehidupannya hancur seperti beberapa saudara subyek yang

mengkonsumsi narkoba. Efek diskriminatif dari zat inilah yang

Page 108: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

92

menjadi alasan subyek lebih mengkonsumsi dan mencari alkohol

dibandingkan dengan zat yang lainnya.

Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis yang

dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan subyek

dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada saat

minum alkohol subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa

lebih bebas dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek

merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan. Sedangkan

dampak secara psikologis yang dirasakan subyek setelah

mengkonsumsi perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi

merasakan efek alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa

minuman beralkohol.

Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol

yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi

ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung

mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang

dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk

menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang atau

menghilangkan rasa tidak enak.

Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah

berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.

Hal ini terlihat dari ketidak mampuan subyek untuk mengurangi atau

bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek mengalami

kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum

alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan

Page 109: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

93

menjadi setiap hari. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang

lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami

keracunan atau muntah meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol

minuman. Subyek juga mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu

merasa pusing apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman

beralkohol. Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila

subyek tidak bisa minum alkohol. Gejala-gejala ini menunjukan

subyek mulai mengalami gangguan yang berhubungan dengan alkohol

atau alkoholisme.

V. KESIMPULAN SUBYEK 2

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

A. Faktor Individu

a. Faktor Psikologis

Yaitu Menghindari kecemasan dan stres yang dialami oleh

subyek

b. Faktor Genetik dan Biologis

Yaitu ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol serta kakak

sulung dan beberapa om subyek adalah seorang pecandu

alkohol.

B. Faktor Lingkungan

b. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan-

kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh keluarga dan

teman-teman subyek.

Page 110: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

94

c. Faktor Sosial dan Kultural

Yaitu pengaruh dari teman-teman subyek yang menceritakan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol

serta sikap konformitas yang dilakukan subyek yang terlihat

dari perasaan nyaman saat subyek mampu minum lebih banyak

dari teman-teman yang lain. Selain itu pengaruh adat istiadat

dan budaya di Bali yang terbiasa dengan perilaku minum

minuman beralkohol seperti arak atau bir.

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi

sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari

dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol

adalah :

1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

Yaitu alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan

dengan zat psikoaktif lainya.

2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

Yaitu efek alkohol yang sampai ke otak terasa menyenangkan dan

hangat di tubuh dan membuat subyek bisa cepat tidur.

3. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

Yaitu subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli anggur

Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin

“ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak

akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah

minum alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau

Page 111: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

95

langsung tidur subyek akan muntah atau sering di sebut dengan

istilah “ jakpot”.

4. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

Yaitu rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum

alkohol. Namun efek ini tidak memperlemah perilaku subyek

mencari minuman beralkohol.

Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:

1. Pada saat mengkonsumsi alkohol

Subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa lebih bebas

dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek

merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan.

2. Setelah mengkonsumsi alkohol

Perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi merasakan efek

alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa minuman

beralkohol.

Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang

menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti

mengkonsumsi alkohol.

2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat

dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai

5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari.

3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap

alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah

meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol minuman.

Page 112: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

96

4. Subyek mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu merasa pusing

apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman beralkohol.

Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak

bisa minum alkohol.

INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL

Tabel 3 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 2

TEMA KODE Intensitas

Menghindari

perasaan psikologis

tertentu

A.a +++

Keluarga atau orang

tua pengguna

alkohol/ alkoholik

A.b +++

Kebiasaan-kebiasaan

minum dari orang

tua, keluarga dan

teman sebaya

B.a +++

Pengaruh adat

Istiadat dan Budaya

B.b2 +++

Pengaruh Teman

Sebaya

B.b4 +++

Konformitas B.b5 ++

Page 113: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

97

Perilaku Minum

Alkohol Awal

C +++

Efek Diskriminatif

dari Zat (Alkohol)

D +++

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol)

E +++

Stimuli yang

dibiasakan terhadap

Efek Alkohol

F +++

Efek Aversif dari Zat

(Alkohol)

G +

Perilaku Mencari Zat

(Alkohol)

H +++

Gejala-Gejala

Alkoholisme

I +++

Keterangan :

+ + + = tinggi

+ + = sedang

+ = rendah

Page 114: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

98

Matrik 2 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 2

A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I

A.a +++

A.b +++

B.a +++

B.b1

B.b2 +++

B.b3

B.b4 +++

B.b5 ++

C

D +++

E +++ +++

F +++

G

H +++

I

Page 115: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

99

Keterangan :

A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu

A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik

B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman

sebaya

B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi

B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya

B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal

B.b4 = Pengaruh Teman sebaya

B.b5 = Konformitas

C = Perilaku Minum Alkohol Awal

D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)

I = Gejala-Gejala Alkoholisme

= X mempengaruhi Y

= Y mempengaruhi X

= X dan Y saling mempengaruhi

Page 116: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

100

Skema 3 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 2

+++ +++ +++

+++ +++

+++ +++

_

+++ +++

++

Faktor Psikologis Subyek menghindari rasa cemas dan ketidaknyamanan yang dirasakan dengan mengkonsumsi alkohol

Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek yang mengkonsumsi alkohol serta kakak sulung dan beberapa om subyek adalah pecandu alkohol

SUBYEK 2

Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh keluarga dan teman-teman subyek

Faktor Sosial dan Kultural a. Pengaruh dari teman-teman subyek

yang menceritakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol

b. Sikap konformitas yang dilakukan subyek yang terlihat dari perasaan nyaman yang dirasakan subyek saat subyek mampu minum lebih banyak dari teman-temannya yang lain

c. Pengaruh adat istiadat dan budaya di Bali yang terbiasa dengan perilaku minum minuman beralkohol seperti arak atau bir

L I N G K U N G A N

Perilaku Minum Alkohol awal Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah 4 atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum subyek sering mengajak teman-temannya bahkan tukang yang bekerja dirumah subyek juga dia ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek biasanya minum di sekolah bersama dengan teman-temannya di organisasi teater.

Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Subyek merasa bahwa alkohol mempunyai efek yang lebih enak dibandingkan dengan zat psikoaktif lainya

Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Efek alkohol yang sampai ke otak terasa menyenangkan dan hangat di tubuh dan membuat subyek bisa cepat tidur

Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli anggur Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin “ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak akan pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum alkohol subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur subyek akan muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot

Efek Aversif dari Zat (Alkohol) Rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah minum alkohol.

Perilaku Mencari Zat (alkohol) Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu beruasa mencari dan membeli minuman beralkohol. Kadang-kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari kakak atau teman-temannya.

ALKOHOLISME d. Ketidakmampuan subyek untuk

mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol.

e. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari.

f. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun subyek sudah mengkonsumsi 6 botol minuman.

g. Subyek juga mulai mengalami gangguan fisiologis yaitu merasa pusing apabila sampai tidak bisa mengkonsumsi minuman beralkohol. Perasaan gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.

Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa lebih tenang, lega, senang dan merasa lebih bebas dari rasa kecemasan. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa bisa mengeluarkan apa yang subyek rasakan.

Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Perasaan gelisah dan cemas karena tidak lagi merasakan efek alkohol. Selain itu subyek juga susah tidur jika tanpa minuman beralkohol.

Page 117: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

101

KASUS III

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama Subyek : PFYCP

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 24 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 2 April 1982

Status Marital : Belum Nikah

Urutan Kelahiran : Anak keempat dari empat

bersaudara

Agama : Katolik

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal : Brebes

Alamat : Karangrejo , Semarang

Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 174 cm / 65 kg

Tanggal Pelaksanaan : 10 Januari – 7 Maret 2007

II. HASIL OBSERVASI

A. Observasi Secara Keseluruhan

Gambaran fisik yang terlihat dari subyek adalah subyek

mempunyai bentuk tubuh yang proposional, berkulit sawo

matang, berkacamata dan beramput ikal. Pada saat peneliti

datang pertama kali untuk meminta kesediaan menjadi subyek

penelitian, subyek bersedia menjadi subyek penelitian dan

bersedia kapanpun untuk diwawancarai. Subyek berasal dari

keluarga dengan sosial ekonomi menengah. Subyek mengkontrak

Page 118: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

102

sebuah rumah di daerah Karangrejo bersama beberapa teman-

teman subyek. Rumah yang ditempati subyek terdapat 5 kamar

dimana subyek menempati kamar paling depan. Kamar subyek

berisi satu buah tempat tidur dan lemari, satu buah tape dan satu

buah televise dan kipas angin. Kamar subyek terlihat kurang

rapid an agak kotor. Subyek mempunyai sebuah motor yang

digunakan sebagai alat transportasinya saat kuliah. Hubungan

subyek dengan teman-teman di kontrakan subyek terbilang cukup

baik. Subyek terlihat mampu menyesuaikan diri dan dapat

bersosialisasi dengan penghuni rumah kontrakan yang ditempati

subyek.

Subyek adalah orang yang cenderung tidak banyak bicara.

Menurut teman-teman subyek, subyek adalah orang yang baik

meskipun pada awalnya subyek cenderung lebih cepat marah.

Subyek mempunyai beberapa teman dekat di kampus. Subyek

juga aktif dalam kegiatan dan organisasi di kampusnya. Rata-rata

mahasiswa di fakultas subyek mengenal subyek. subyek sering

mengikuti kepanitian acara-acara yang diselenggarakan oleh

Universitas. Saat ini subyek lebih sering terlihat bergaul dengan

adik-adik kelasnya di kampus dibandingkan dengan teman-teman

seangkatannya. Subyek adalah anak yang sederhana.

Prestasi subyek dikampus terbilang cukup baik. Subyek

mempunyai indeks prestasi lebih dari tiga. Subyek juga rajin

masuk kuliah meskipun sesekali subyek juga pernah membolos.

Subyek pernah mendapatkan beasiswa dari Depdiknas. Saat ini

Page 119: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

103

pun subyek juga terpilih menjadi asisten di kampusnya. Subyek

adalah orang selalu mencari peluang untuk mendapatkan

tambahan uang saku seperti ketika subyek menjadi seorang guru

les untuk anak SMP. Subyek juga terlihat cukup dekat dengan

beberapa dosen dan karyawan di kampusnya. Subyek sering

beberapa kali diminta bantuannya oleh beberapa dosen untuk

membantu proyek-proyek tertentu.

Subyek juga mempunyai beberapa teman dekat. Teman-

teman subyek tersebut juga sering minum alkohol bersama

subyek. Biasanya subyek terlihat minum alkohol saat berkmpul

dengan teman-teman subyek.

B. Observasi Saat Wawancara

Wawancara dilaksanakan di rumah kontrakan subyek. Selama

wawancara subyek terlihat malu-malu dalam menjawab. Apalagi

saat ketika peneliti mulai menyalakan alat perekam subyek mulai

agak kurang nayaman. Selama menjawab pertanyaan subyek

cenderung kurang terbuka dan malu-malu. Subyek lebih cenderung

terbuka saat peneliti tidak menggunakan alat perekam. Subyek

merasa tidak enak dan takut apabila dosen di kampus mengenali

subyek. Oleh karena itu ada beberapa wawancara yang tidak

direkam oleh peneliti sesuai dengan permintaan subyek. Saat

wawancara berlangsung subyek mengunakan bahasa yang campur-

campur. Olehkarena itu peneliti berusaha membuat subyek nyaman

dengan menggunakan bahasa jawa. Selama wawancara subyek

Page 120: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

104

sesekali mebuat lelucon yang membuat peneliti tertawa. Subyek

menyedikan beberapa jenis makanan dan minuman kepada peneliti.

III. HASIL WAWANCARA

A. Masa Kecil

Subyek lahir di kota Brebes pada tanggal 2 April 1982.

subyek merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada saat

SD subyek bersekolah di SD Negeri di Brebes yang letaknya

sekitar 300 meter dari rumah subyek. Subyek terbilang anak yang

cukup baik. Guru-guru subyek sangat mengenal subyek karena

selain berprestasi subyek juga merupakan anak dari salah satu guru

di SD subyek. Subyek juga cenderung anak yang sangat aktif.

Prestasi subyek terbilang cukup baik dimana subyek selalu

mendapatkan rangking 1 sampai 3 di kelasnya. Selain itu subyek

juga sering mengikuti lomba-lomba mata pelajaran yaitu bidang

IPS.

Hubungan subyek dengan kedua orang tunya terbilang cukup

baik. Pola asuh orang tua subyek terhadap subyek dan kakak-

kakaknya cenderung bebas. Namun orang tua subyek tetap

memberikan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh subyek dan

kakaknya. Orang tua subyek sangat tegas dan disiplin soal waktu.

Pada saat itu subyek merasa takut kepada orang tua karena kedua

orang tua subyek sangat mengontrol kegiatan subyek. Ayah subyek

adalah seorang guru SD. Ayah subyek selalu membebaskan subyek

namun harus selalu bertanggungjawab. Subyek lebih cenderung

Page 121: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

105

dekat dengan ayahnya. Hampir setiap hari ayah subyek sering

bermain dan mendongeng pada subyek. Ibu subyek adalah ibu

yang sangat perhatian dan baik. Meskipun ibu subyek juga bekerja

sebagai guru, ibu subyek tetap memperhatikan keempat anaknya.

Ibu subyek sering memberi nasehat kepada subyek.subyek juga

lebih sering dimintai bantuan oleh ibu subyek daripada ketiga

kakaknya.

Hubungan subyek dengan kakaknya sangat baik. Subyek

sering bermain bersama ketiga kakaknya. Selain itu hubungan

subyek dengan lingkungan sekitar juga sangat baik. Subyek sering

bermain dengan teman-teman yang tinggal di sekitar rumah

subyek. Sifat subyek pada saat itu cenderung suka memimpin. Di

dalam kelompok bermain subyek cenderung menjadi pemimpin

diantara teman-temannya yang lain. Teman-teman subyek yang

rata-rata berusia dibawah subyek selalu menuruti apapun yang

dikatan oleh subyek. Subyek biasanya bermain dengan teman-

temannya pada sore hari setelah subyek membantu membuat es

dan telur asin.

Subyek cenderung anak yang pendiam namun lebih

cenderung aktif dalam tingkah laku. Perasaan yang mendominasi

subyek saat itu adalah perasaan senang dan bahagia. Hal itu

disebabkan karena kehidupan keluarga subyek cenderung harmonis

dan penuh perhatian. Namun subyek juga merasa sedikit jengkel

karena menurut subyek orang tua subyek terlalu membatasi tingkah

laku subyek tidak sama seperti keluarga-keluarga yang lain.

Page 122: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

106

B. Masa Remaja

Memasuki bangku SLTP subyek sudah dilatih kedua orang

tuanya untuk bekerja. Setiap pagi subyek membantu ibunya

mengantarkan es ke warung-warung sebelum subyek berangkat

sekolah. Orang tua subyek yang mempunyai home industri

membuat subyek harus sering membantu ke dua orang tuanya.

Pulang sekolah subyek membantu ibunya membuat telur asin dan

es. Meskipun subyek sering membantu kedua orang tuanya

bekerja, prestasi subyek di sekolah tetap baik. Pada saat duduk di

bangku kelas tiga SLTP subyek masuk ke dalam kelas pilihan yang

ada di sekolah subyek. Kelas pilihan di Sekolah subyek itu

merupakan kelas yang siswanya adalah anak-anak yang terpilih

dan pintar dengan prestasi yang baik. Subyek juga sudah mulai

diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk mulai bisa bertanggung

jawab. Subyek sudah diwajibkan untuk mencuci pakaian yang

subyek pakai. Subyek mempunyai sebuah “geng” di sekolahnya.

Namun meskipun demikian subyek tidak menutup diri untuk

bergaul dengan yang lainnya. Subyek juga masih sering

berkumpul-kumpul dengan teman-temannya di sekitar rumahnya

saat malam minggu.

Setelah lulus SLTP subyek melanjutkan sekolahnya ke STM

di kota Magelang. Alasan subyek melanjutkan sekolah ke luar kota

adalah karena subyek merasa ingin seperti kakaknya yang lebih

dulu bersekolah di salah satu STM di kota Magelang. Subyek

merasa bahwa sekolah jauh dari orang tua sangat enak. pada saat

Page 123: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

107

itu subyek tinggal di temapat pakde subyek yang tinggal di

Magelang. Namun subyek tidak menyelesaikan sekolahnya di STM

itu. Meskipun subyek termasuk anak yang cukup pintar subyek

tetap ingin keluar dari STM itu. Alasan subyek keluar dan pindah

sekolah karena subyek merasa tidak nyaman tinggal di tempat

saudara. Subyek sempat menganggur setengah tahun sebelum

akhirnya subyek memilih untuk mendaftar seminari. Subyek masuk

ke seminari karena hanya mencoba-coba dan tidak mengira akan

diterima. Namun subyek hanya mampu bertahan satu tahun saja di

seminari tersebut. subyek merasa kurang bisa berkembang apabila

masih bersekolah di seminari tersebut. Setelah keluar dari seminari

subyek kembali bersekolah di SMU Pius di kota Tegal. Saat SMU

subyek sempat tinggal di gereja. Saat SMU prestasi subyek tidak

sebagus dulu. Subyek cenderung lebih malas dibandingkan saat di

STM maupun di seminari. Meskipun disekolah kurang menonjol

subyek lebih aktif di kegiatan di luar sekolah. Subyek mengikuti

berbagai organisasi seperti mudika.

Hubungan subyek dengan orang tuanya mulai jauh karena

subyek yang tinggal jauh dari orang tua. Meskipun subyek

bersekolah di kota Tegal subyek juga jarang pulang ke rumah.

Biasanya subyek berhubungan dengan kedua orang tuanya melalui

surat atau telepon. Saat subyek pulang kerumah subyek merasa

sangat disayang oleh kedua orang tuanya. Apapun yang biasanya

subyek minta pasti akan coba dipenuhi oleh orang tuanya. Menurut

Page 124: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

108

subyek konsep pola asuh orang tuanya yang bebas bertanggung

jawab semakin terlihat nyata saat subyek SMU.

Hubungan subyek dengan teman dan lingkungan sekitar

cukup baik. Subyek selalu berusaha untuk membaur dengan

lingkunagn sekitarnya. Saat subyek tinggal di Magelang subyek

sering berkumpul dengan anak-anak muda yang ada di lingkungan

tempat tinggal pakde subyek. Kegiatan subyek saat berkumpul

dengan teman-temannya antara lain adalah berburu burung , main

kartu bahkan pernah sampai berjudi. Subyek juga sudah mulai

merokok. Subyek juga mulai berkelahi dengan teman-temannya.

hal itu disebabkan karena sekolah subyek rata-rata anaknya adalah

laki-laki.

Berbeda dengan sifat subyek pada saat SD yang suka

memimpin, subyek lebih gampang terpengaruh dan suka ikut-

ikutan. Subyek juga kurang kreatif karena selalu mengikuti

kemauan orang lain. Subyek akan lebih cenderung diam ketika

berkumpul dengan orang yang kurang dikenal namun subyek akan

cenderung lebih cerewet saat berkumpul dengan orang-orang yang

sudah dikenalnya.

C. Masa Sekarang ( Kuliah)

Lulus dari SMU di kota Tegal subyek memutuskan kuliah di

salah satu universitas swasta di Semarang. Subyek mengambil

jurusan psikologi. Subyek memilih kuliah di Semarang karena

subyek ingin mempunyai teman-teman baru. Menurut subyek

apabila subyek kuliah di Yogya subyek akan bertemu dengan

Page 125: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

109

teman-teman yang sama dan itu membuat subyek tidak

berkembang. Saat ini subyek mengngontrak sebuah rumah bersama

teman-temannya. menurt subyek mengontrak rumah lebih bebas

dibandingkan harus kost.

Subyek memilih jurusan psikologi karena subyek ingin sekali

bisa belajar filsafat karena menurut subyek di psikologi pasti akan

ada ilmu tentang filsafat. Prestasi akademik subyek cukup baik di

kampus. Subyek mempunyai IPK tiga koma satu. Subyek juga

aktif dalam kegiatan yang ada di kampus. Meskipun awalnya

subyek tidak ingin aktif di kegiatan kampus namun subyek tetap

mengikuti beberapa oraganisasi di kampus karena subyek merasa

jenuh karena tidak ada kegiatan. Subyek sering menjadi panitia-

panitia dalam kegiatan yang ada di kampus. Subyek juga sudah

menemukan teman-teman yang cocok sehingga subyek bisa lebih

aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus. Subyek juga pernah

mendapatkan beasiswa dari Depdiknas karena prestasinya yang

cukup baik. Hubungan subyek dengan teman-teman di kampus

maupun di kontrakan cukup baik. Meskipun subyek cenderung

pendiam subyek sering membantu teman-temannya. Pada awal

subyek kuliah, subyek belum menemukan teman yang cocok

namun sekarang subyek sudah menemukan teman yang cocok dan

bisa memahami subyek. Saat ini Subyek juga lebih bersemangat

untuk kuliah.

Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya masih terjalin

baik. Meskipun subyek jarang pulang kerumah subyek masih

Page 126: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

110

berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Orang tua subyek akan

menghubungi subyek apabila ada berita-berita penting. Orang tua

subyek semakin membebaskan subyek asal subyek bertangung

jawab.

D. Awal Subyek Mengkonsumsi Alkohol Sampai Menjadi

Ketergantungan

Pertama kali subyek mencoba minuman beralkohol adalah

pada saat subyek duduk dibangku SLTP. Pada saat itu subyek

mencoba minuman beralkohol bersama dengan kakak-kakak

subyek. Kakak-kakak subyek yang sudah lebih dulu

mengkonsumsi alkohol bercerita kepada subyek tentang jenis

minuman tertentu yang kata orang rasanya enak. Subyek dan

kakak-kakak subyek yang penasaran akhirnya mencoba untuk

membeli minuman tersebut. Setelah membeli minuman beralkohol

tersebut subyek mencoba meminumnya dan menurut subyek rasa

minuman tersebut enak meskipun sedikit pahit. Sebelumnya

subyek memang sudah pernah mengetahui dan mencoba sedikit

minuman beralkohol dari tukang-tukang yang sedang membangun

jalan yang ada didepan rumah subyek. Saat itu tukang-tukang yang

membangun jalan sering menitipkan alat-alat bangunan ke rumah

subyek sehingga subyek sering berinteraksi dengan tukang-tukang

tersebut dan dari bergaul dengan tukang-tukang itu subyek banyak

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan minuman beralkohol.

Subyek yang saat itu masih tinggal dengan orang tuanya selalu

sembunyi-sembunyi saat subyek ingin minum alkohol. Biasanya

Page 127: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

111

subyek minum alkohol di kamarnya bersama dengan kakak-kakak

subyek. Frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek pada saat

itu masih sangat jarang sekali. Menurut subyek, rasa penasaran

yang besar dari cerita-cerita yang sering di dengar dari kakak,

teman maupun tukang yang dikenal subyek menyebabkan subyek

ingin mengetahui seperti apa rasa alkohol dan ingin mencoba.

Memasuki bangku STM subyek mulai minum alkohol.

Tempat tinggal subyek yang jauh dari orang tua membuat subyek

semakin bebas dalam mengkonsumsi alkohol. Apalagi teman-

teman dan saudara subyek yang berada di lingkungan tempat

tinggal subyek di kota Magelang rata-rata mengkonsumsi alkohol.

Saat berkumpul dengan teman-teman atau saudara-saudara subyek,

subyek biasanya akan mimun alkohol. Menurut subyek, apabila

pada saat kumpul-kumpul ada makanan tetapi tidak ada minuman

beralkohol maka akan terasa sangat hambar. Apalagi jika pada saat

kumpul-kumpul ada minuman beralkohol maka akan semakin

akrab. Namun frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek

pada saat itu masih jarang biasanya satu minggu sekali. Subyek

mengakui bahwa rasa alkohol itu sangat enak. Subyek awalnya

hanya minum sedikit-sedikit tidak langsung banyak merasakan

bahwa alkohol itu membuat enak untuk beraktivitas dan bisa

membantu untuk bergadang bahkan menurut subyek alkohol bisa

membuat subyek menjadi lebih semangat.

Pada saat subyek bersekolah di SMA Tegal subyek juga

sering minum alkohol dengan teman-temannya. Sempat ada

Page 128: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

112

kejadian yang membuat orang tua subyek mengetahui bahwa

subyek mengkonsumsi alkohol. Pada saat itu subyek minum

bersama teman-temannya digereja karena pada saat itu subyek

sempat tinggal di gereja sebagai pembantu gereja. Setelah minum

alkohol subyek dan teman-temannya lupa untuk membuang botol

minuman tersebut dan romo yang ada di gereja itu mengetahui hal

ini. Romo memanggil orang tua subyek untuk melaporkan tingkah

laku subyek ini. Namun setelah sampai di rumah ayah subyek tidak

memarahi subyek tetapi hanya bertanya apakah memang benar

subyek minum alkohol. Subyek menjawab memang benar subyek

mengkonsumsi alkohol. Setelah itu ayah subyek tidak marah

melainkan mengatakan bahwa romo yang kurang bisa mengerti

anak-anak itu karena anak-anak itu sudah besar dan tidak perlu di

larang-larang. Mengetahui hal itu subyek menjadi tidak takut lagi

untuk minum karena ayah subyek tidak marah saat mengetahui

subyek mengkonsumsi alkohol.

Subyek jarang mengalami muntah atau “ jakpot” setelah

minum alkohol. Subyek juga tidak mengakui kalau subyek

mengalami ketergantungan subyek hanya mengakui kalau subyek

merasa selalu saja ingin mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum

alkohol yang dilakukan subyek semakin meningkat saat sbubyek

mulai memasuki bangku kuliah. Biasanya subyek minum alkohol

selama dua sampai tiga hari berturut-turut dalam satu minggu dan

setelah itu meningkat kembali menjadi setiap hari. Biasanya

subyek minum alkohol bersama dengan teman dekatnya di kamar

Page 129: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

113

subyek. Subyek merasa bahwa dengan minum alkohol rasanya jadi

enak saat ngobrol-ngobrol. Kemudian saat ada ulang tahun

temannya subyek selalu minum alkohol.

Pada saat subyek memasuki semester empat subyek

mempunyai ide untuk membuat mini bar di kamarnya. Subyek

mulai mengumpulkan berbagai jenis minuman beralkohol dan di

taruhnya dalam lemari khusus. Setiap malam subyek minum

minuman alkohol koleksinya bahkan apabila ada teman subyek

yang datang ke kamar subyek biasanya sering ditawari untuk

mencoba minuman beralkohol tersebut. Menurut subyek minum

alkohol setiap malam membuat badan enak. Subyek juga pernah

mencampur minuman beralkohol dengan cairan spirtus karena

merasa penasaran dengan rasanya. Subyek merasa minuman

alkohol yang diminumnya kurang terasa keras. Oleh karena itu

subyek mencoba untuk minum alkohol yang dicampur dengan

spiritus. Pada saat itu teman-teman subyek tidak percaya subyek

berani meminum spiritus namun menurut subyek meminumnya

dan rasanya enak. Subyek bahkan sering mencampur macam-

macam jenis minuman beralkohol.

Subyek sangat menyukai minuman beralkohol. Subyek

pernah ditawari oleh teman-temanya untuk menghisap ganja

namun subyek tidak mau. Ada beberapa teman-teman subyek yang

mengkonsumsi obat-obatan namun subyek tidak mau ikut-ikutan

karena menurut subyek minum alkohol lebih ringan resikonya

untuk menjadi ketergantungan. Selain itu menurut subyek apabila

Page 130: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

114

mengkonsumsi obat-obatan tidak bisa merasakan enaknya obat itu

karena obat itu saat di telan tidak terasa hanya efeknya saja yang

terasa di badan. Menurut subyek alkohol lebih enak karena bisa

merasakan pahitnya saat alkohol itu diminum. Biasanya subyek

minum minuman alkohol seperti Vodka. Subyek lebih menyukai

minuman yang berwarna putih dibandingkan dengan minuman

alkohol dengan warna coklat. Subyek juga sering sekali minum

anggur Cap Orang Tua apabila subyek sedang tidak mempunyai

uang untuk membeli jenis minuman yang mahal. Subyek

mempunyai pengalaman yang menyenangkan tentang satu merk

minuman alkohol yaitu AP. Menurut subyek minuman ini

membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat

menjelang ujian subyek selalu minum minuman beralkohol jenis

ini agar bisa belajar. Minuman ini membuat subyek lebih

konsentrasi dalam belajar dan pelajaran yang dipelajari dapat cepat

masuk ke otak. Subyek pernah minum sampai satu botol sendiri.

Subyek bisanya mendapatkan minuman beralkohol warung-

warung kecil yang menyediakan minuman beralkohol seperti di

daerah Kesatrian atau Sampangan. Subyek mempunyai anggaran

sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Apalagi keinginan

subyek membuat mini bar memerlukan biaya yang cukup banyak,

untuk pernak peniknya saja subyek mengeluarkan uang sebanyak

50 ribu rupiah. Apabila subyek tidak mempunyai uang untuk

membeli minuman beralkohol padahal subyek ingin minum

Page 131: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

115

alkohol biasanya subyek mengurangi uang makannnya untuk

membeli minuman beralkohol.

Saat subyek tidak bisa minum alkohol biasanya subyek

merasa gelisah. Subyek biasanya berandai-andai saat tidak bisa

minum. Apalagi saat malam hari ketika subyek ingin minum

namun tidak bisa subyek akan lebih susah untuk tidur. Biasanya

subyek akan merasa tidak nyaman saat tidak bisa mengkonsumsi

alkohol. Namun subyek jarang merasakan itu karena biasanya

subyek bisa minum. Subyek jarang sekali mengalami “ jakpot”.

Meskipun teman-teman subyek yang lain sudah muntah subyek

masih merasa biasa saja walaupun takaran yang diminum sama

seperti teman-teman yang lain. Setelah minum biasanya subyek

bisa merasa lebih santai dan itu yang membuat subyek ingin

minum alkohol.

Subyek pernah berusaha untuk mengurangi kebiasaan

minumnya namun subyek mengaku sering tergoda kembali untuk

mengkonsumsi alkohol. Subyek sering membanyangkan efek

santai yang akan dirasakan setelah minum alkohol. Selain itu

menurut subyek rasa alkohol yang enak membuat subyek ketagihan

ingin mencicipi minuman beralkohol. Menurut subyek, minuman

beralkohol sudah tidak membuat subyek menjadi mabuk karena

subyek mengaku sudah terbiasa dengan minuman beralkohol dan

sudah sering mengkonsumsi alkohol.

Page 132: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

116

IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 3

Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh

subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan

lingkungan. Awal subyek mengenal minuman beralkohol adalah pada

saat subyek sering bergaul dengan tukang-tukang bangunan yang ada

di lingkungan rumah subyek. Lewat tukang-tukang bangunan tersebut

subyek mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai

berbagai jenis minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-orang yang

berada di lingkungan tempat tinggal subyek ini membuat subyek mulai

mencoba minuman beralkohol. Meskipun tidak banyak subyek mulai

ikut mencoba-coba merasakan minuman beralkohol. Selain mengenal

minuman beralkohol dari tukang-tukang yang berada di lingkungan

rumah subyek, subyek juga pernah mencoba minuman beralkohol

bersama dengan kakanya. Hubungan subyek yang dekat dengan

kakaknya membuat subyek sering berkumpul dengan kakaknya.

Kakak subyek yang sering menceritakan hal-hal yang berkaitan

dengan minuman beralkohol membuat subyek merasa penasaran dan

ingin mencoba minuman beralkohol yang diceritakan oleh kakak

subyek. Subyek juga sering melihat kakaknya mengkonsumsi alkohol.

Kebiasaan kakak subyek mengkonsumsi alkohol ini secara tidak

langsung membuat subyek melakukan pembelajaran dari perilaku

minum alkohol yang dilakukan oleh kakak subyek. Hal ini membuat

subyek berani mengkonsumsi alkohol meskipun pada saat itu

dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Page 133: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

117

Setelah lulus SLTP dan memutuskan untuk sekolah di kota

Magelang subyek mulai sering mengkonsumsi alkohol. Keadaan

subyek yang jauh dari orang tua menyebabkan subyek mulai berani

menunjukan perilaku minum alkoholnya. Apalagi teman-teman dan

saudara-saudara subyek yang pada saat itu tinggal bersama subyek

juga mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Subyek melihat

bahwa setiap berkumpul teman-teman dan saudara subyek selalu

mengkonsumsi alkohol. Melihat kebiasaan teman-teman dan saudara

subyek yang sering minum alkohol membuat subyek mulai semakin

sering minum alkohol. Frekuensi minum subyek yang dilakukan pada

awal minum hanya satu minggu sekali pada saat subyek berkumpul

dengan teman-temannya saja.

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek ini berlanjut

pada saat subyek memasuki bangku kuliah. Apalagi subyek bertemu

dengan teman-teman yang juga gemar mengkonsumsi alkohol. Setiap

ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak untuk

minum alkohol. Pengaruh dari teman sebaya inilah yang membuat

subyek semakin sering mengkonsumsi alkohol. Frekuensi minum

alkohol yang dilakukan subyek mulai meningkat yaitu dari satu

minggu hanya sekali menjadi tiga hari sekali atau bahkan dua hari

berturut-turut. Perilaku minum alkohol yang dilakukan subyek ini

meningkat karena pengaruh dari teman-teman subyek yang memang

rata-rata gemar mengkonsumsi alkohol. Selain itu faktor genetik dari

kakak sulung subyek yang merupakan peminum alkohol menjadikan

Page 134: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

118

faktor risiko yang menyebabkan subyek dapat melakukan perilaku

minum alkohol.

Perilaku minum alkohol subyek semakin meningkat saat subyek

memasuki semester empat. Dahulu yang awalnya subyek hanya

minum bersama dengan teman-temannya saja mulai sering minum

sendirian. Subyek juga mempunyai ide yang unik untuk membuat

sebuah mini bar di kamarnya. Sejak saat itu subyek mulai mengkoleksi

dan membeli berbagai jenis minuman. Setiap malam subyek juga

mulai meminum minuman alkohol yang dikoleksinya, tiga sloki setiap

minum. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk membuat mini bar

tersebut.

Setiap hari subyek minum alkohol. Biasanya subyek minum

alkohol pada waktu malam hari. Subyek selalu berusaha untuk

mendapatkan minuman beralkohol. Subyek mempunyai anggaran

sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan

subyek minum alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya

mengurangi jatah uang makannya untuk bisa membeli minuman

beralkohol. Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah

Kesatrian atau Sampangan. Perilaku subyek dalam mencari dan

mendapatkan alkohol ini sangat dipengaruhi oleh keinginan minum

alkohol yang selalu dirasakan oleh subyek.

Salah satu hal yang sangat mempengaruhi keinginan subyek

untuk mendapatkan alkohol adalah efek dorongan positif dari alkohol

yang dirasakan subyek. Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak.

Meskipun rasanya pahit tetapi enak. Tubuh subyek juga merasa

Page 135: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

119

menjadi lebih enak untuk beraktivitas. Perasaan inilah yang membuat

subyek selalu ingin mencari dan mendapatkan minuman beralkohol.

Selain efek dorongan positif dari alkohol, stimuli yang dibiasakan

terhadap efek alkohol juga mempengaruhi subyek dalam mencari atau

membeli minuman beralkohol. Stimuli ini adalah sebuah pentunjuk

untuk subyek dalam mencari alkohol. Subyek sangat mengemari

minuman dengan merk AP karena pada saat pertama kali subyek

meminum minuman tersebut subyek merasakan efek yang sangat

enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan

tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu minum minuman

beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar. Minuman ini

membuat subyek lebih konsentrasi dalam belajar dan pelajaran yang

dipelajari dapat cepat masuk ke otak. Jadi setiap subyek ingin dapat

berkonsentrasi saat belajar subyek mencari minuman jenis ini.

Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-

obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek

mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek beranggapan

bahwa alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan

dibandingkan dengan obat-obatan terlarang yang lain. Efek

diskriminatif dari zat inilah yang menjadi alasan subyek lebih

mengkonsumsi dan mencari alkohol dibandingkan dengan zat yang

lainnya.

Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol

yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi

ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung

Page 136: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

120

mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang

dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk

menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang atau

santai.

Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis

yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan

subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada

saat minum alkohol subyek merasa santai, dan merasa enak jika

mengobrol atau sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek

merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas. Sedangkan dampak

secara psikologis yang dirasakan subyek setelah mengkonsumsi

alkohol adalah rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu

dirasakan oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya

subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas.

Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba

minuman beralkohol.

Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah

berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.

Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau

bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek mengalami

kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum

alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali menjadi tiga

kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan meningkat lagi

menjadi setiap hari. Subyek juga menunjukan adanya toleransi yang

lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami

Page 137: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

121

keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang

mengkonsumsi alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai

muntah-muntah. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan

sulit tidur. Gejala lain yang menunjukan subyek mengalami

alkoholisme adalah keinginan subyek untuk merasakan efek alkohol

yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan cairan

yang bukan merupakan minuman seperti spiritus.

V. KESIMPULAN SUBYEK 3

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

A. Faktor Individu

Faktor Genetik dan Biologis

Yaitu kakak sulung subyek adalah peminum alkohol.

B. Faktor Lingkungan

a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek dari kebiasaan-

kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh kakak subyek

dan teman-teman subyek.

b. Faktor Sosial dan Kultural

Yaitu pengaruh dari lingkungan tempat tinggal subyek dimana

tukang-tukang bangunan yang ada di daerah subyek

memberikan pengetahuan tentang minuman beralkohol. Selain

itu pengaruh teman sebaya mempengaruhi perilaku minum

Page 138: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

122

subyek dimana setiap ada teman subyek yang berulang tahun

pasti subyek akan diajak untuk minum alkohol.

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi

sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari

dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol

adalah :

1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

Yaitu Subyek beranggapan bahwa alkohol mempunyai efek

ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-

obatan terlarang yang lain.

2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

Yaitu Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak. Tubuh

subyek juga menjadi lebih enak untuk beraktivitas.

3. Stimuli yang dibiasakan terhadap Efek Zat (Alkohol)

Yaitu Subyek sangat mengemari minuman dengan merk AP karena

pada saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek

merasakan efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek

lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian

subyek selalu minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih

mudah untuk belajar.

Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:

1. Pada saat mengkonsumsi alkohol

Page 139: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

123

Subyek merasa santai, dan merasa enak jika mengobrol atau

sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa lebih

gembira, bisa tertawa dengan lepas.

2. Setelah mengkonsumsi alkohol

Rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu dirasakan

oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya

subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas.

Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba

minuman beralkohol.

Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang

menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti

mengkonsumsi alkohol.

2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat

dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu

minggu sekali menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari

berturut-turut dan meningkat lagi menjadi setiap hari.

3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap

alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah

meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol

dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah

4. Subyek mengalami alkoholisme adalah keinginan subyek untuk

merasakan efek alkohol yang lebih keras dengan mencampur

minuman alkohol dengan cairan yang bukan merupakan minuman

seperti spiritus.

Page 140: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

124

5. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur

apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol.

INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL

Tabel 4 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 3

TEMA KODE Intensitas

Keluarga atau orang

tua pengguna

alkohol/ alkoholik

A.b +++

Kebiasaan-kebiasaan

minum dari orang

tua, keluarga dan

teman sebaya

B.a +++

Pengaruh Lingkungan

Tempat Tinggal

B.b3 ++

Pengaruh Teman

Sebaya

B.b4 +++

Perilaku Minum

Alkohol Awal

C +++

Efek Diskriminatif

dari Zat (Alkohol)

D +++

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol)

E +++

Stimuli yang F ++

Page 141: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

125

dibiasakan terhadap

Efek Alkohol

Perilaku Mencari Zat

(Alkohol)

H +++

Gejala-Gejala

Alkoholisme

I +++

Keterangan :

+ + + = tinggi

+ + = sedang

+ = rendah

Page 142: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

126

Matrik 3 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 3

A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I

A.a

A.b ++

B.a +++

B.b1

B.b2

B.b3 ++

B.b4 +++

B.b5

C

D +++

E +++ +++

F +++

G

H +++

I

Page 143: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

127

Keterangan :

A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu

A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik

B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman

sebaya

B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi

B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya

B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal

B.b4 = Pengaruh Teman sebaya

B.b5 = Konformitas

C = Perilaku Minum Alkohol Awal

D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)

I = Gejala-Gejala Alkoholisme

= X mempengaruhi Y

= Y mempengaruhi X

= X dan Y saling mempengaruhi

Page 144: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

128

Skema 4 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 3

+++

+++

++

+++

+++

+++

+++

+++

+++ +++

Faktor Genetik dan Biologis Kakak sulung subyek adalah peminum alkohol

SUBYEK 3

Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh kakak dan teman-teman subyek

Faktor Sosial dan Kultural d. Pengaruh dari lingkungan tempat

tinggal subyek dimana tukang-tukang bangunan yang ada di daerah subyek memberikan pengetahuan tentang minuman beralkohol

a. Pengaruh teman sebaya mempengaruhi perilaku minum subyek dimana setiap ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak untuk minum alkohol

L I N G K U N G A N

Perilaku Minum Alkohol awal Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu minggu sekali dan berlanjut menjadi tiga hari sekali dan selama dua hari berturut-turut. Biasanya subyek minum alkohol bersama dengan teman-teman dan saudara-saudaranya

Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Subyek menganggap bahwa alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-obat terlarang yang lain

Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Subyek merasa bahwa alkohol itu sangat enak. Tubuh subyek juga menjadi lebih enak untuk beraktivitas

Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol Subyek sangat mengemari minuman dengan merk AP karena pada saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek merasakan efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar

Perilaku Mencari Zat (alkohol) Saat subyek merasa ingin minum subyek selalu berusaha mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan subyek minum alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya mengurangi jatah uang makannya untuk bisa membeli minuman beralkohol. Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah Kesatrian atau Sampangan

ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan

berhenti mengkonsumsi alkohol. b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol

yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan meningkat lagi menjadi setiap hari.

c. Subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah

d. Subyek ingin merasakan efek alkohol yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan cairan yang bukan merupakan minuman seperti spiritus

e. Subyek juga mulai mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur apabila tidak bisa mengkonsumsi alkohol

Dampak secara psikologia pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa santai, dan merasa enak jika mengobrol atau sharing. Selain itu saat minum alkohol subyek merasa lebih gembira dan bisa tertawa dengan lepas

Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Rasa penasaran pada minuman beralkohol yang selalu dirasakan oleh subyek. setelah minum minuman beralkohol biasanya subyek menjadi lebih bersemangat untuk melakukan aktivitas. Subyek juga mulai cemas memikirkan kapan lagi akan mencoba minuman beralkohol

Page 145: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

129

KASUS IV

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama Subyek : F.P.CA

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 23 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 4 Juli 1984

Status Marital : Belum Nikah

Urutan Kelahiran : Anak kedua dari tiga

bersaudara

Agama : Kristen

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal : Semarang

Alamat : Telogosari , Semarang

Tinggi/ Berat Badan (kg/cm) : 179 cm / 58 kg

Tanggal Pelaksanaan : 20 Januari – 10 Maret 2007

II. HASIL OBSERVASI

A. Observasi Secara Keseluruhan

Gambaran secara fisik yang terlihat dari subyek adalah

subyek mempunyai badan yang tinggi dan kurus, berambut

pendek ikal dan berkulit sawo matang. Wajah subyek terlihat

sedikit pucat karena bibirnya yang sedikit hitam karena terlalu

banyak merokok. Pada saat peneliti datang pertama kali untuk

meminta kesediaan menjadi subyek penelitian, subyek bersedia

menjadi subyek penelitian dan bersedia kapanpun untuk

Page 146: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

130

diwawancarai. Subyek berasal dari keluarga dengan sosial

ekonomi menengah. Subyek tinggal di sebuah perumahan di

Telogosari. Rumah yang ditempati subyek dan keluarganya tidak

terlalu besar, hanya ada tiga kamar satu ruang tamu,ruang makan

dan satu kamar mandi. Meskipun tidak terlalu besar rumah

subyek terlihat cukup rapi dan nyaman. Subyek menempati

kamar yang ada di depan dekat ruang tamu. Subyek memelihara

seekor anjing di rumahnya.

Hubungan keluarga subyek dengan tetangga-tetangga

yang ada di sekitar rumah subyek sangat baik. Hal itu terlihat dari

seringnya ibu dan adik-adik subyek ngombrol dengan tetangga-

tetangganya. Subyek juga mempunyai sahabat yang tinggal di

sebelah rumanya. Biasanya setiap sore subyek selalu mengobrol

di depan rumah sebyek bersama dengan teman-temannya.

Subyek mempunyai sebuah motor yang biasa digunakan untuk

pergi kekampus dan mengantarkan adik perempuannya pergi ke

sekolah.

Subyek cenderung orang yang ramah dan baik. Subyek

selalu siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya.

Kadang-kadang subyek juga sering melontarkan kata-kata atau

gurauan yang membuat orang tertawa. Subyek juga sangat aktif

dalam kegiatan gereja. Subyek sering mengiringi paduan suara

yang ada di gerejannya. Subyek terlihat sangat tertarik dengan

hal-hal yang berhubungan dengan komputer bahkan subyek

sudah mulai berani menerima reparasi komputer milik teman-

Page 147: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

131

teman subyek. Prestasi subyek di kampus cenderung biasa saja.

Meskipun nilai-nilainya tidak begitu bagus namun subyek sangat

terampil dalam memperbaiki alat-lat elektronik. Subyek

mempunyai beberapa teman dekat di kampus. Biasanya setelah

kuliah subyek lebih sering nongkrong di kost temannya. Subyek

baru pulang ke rumah pada sore hari.

B. Observasi Saat Wawancara

Wawancara dilaksanakan di rumah subyek. Wawancara

dilakukan sebayak enam kali karena kesibukan subyek di kampus

dan gereja sehingga waktu wawancara hanya sebentar-sebentar.

Pada saat wawancara subyek tidak menunjukan kecemasan atau

kegelisahan dalam menjawab namun pada pertanyaan tertentu

subyek menjawab dengan suara yang sedikit pelan karena subyek

takut apabila ibunya mengetahui isi pembicaraan subyek dengan

peneliti. Subyek sangat terkesan ramah dan terbuka saat

wawancara berlangsung bahkan kadang-kadang subyek membuat

gurauan yang menyebabkan peneliti tertawa.

Setiap peneliti datang ke rumah subyek untuk wawancara

subyek selalu menyambut dengan baik bahkan ibu subyek jga

menyediakan minuman dan beberapa makanan kecil untuk

peneliti. Namun kadang-kadang subyek meminta peneliti untuk

tidak usah merekam pembicaraan hanya mencatat saja agar

subyek lebih enak dan leluasa bercerita. Subyek memang sedikit

canggung apabila harus berbicara di dekat alat perekam.

Page 148: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

132

III. HASIL WAWANCARA

A. Masa kecil

Subyek bernama F.P. CA. Subyek lahir di Semarang 4 Juli

1984. subyek merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Subyek

mempunyai satu kakak perempuan dan satu adik perempuan.

Kakak perempuan subyek sudah bekerja di salah satu perusahaan

traver di Semarang, sedangkan adik subyek sedang duduk di

bangku kelas 3 SMU. subyek sangat dekat dengan kakak dan

adiknya. Meskipun kadang sering bertengkar namun subyek

mengaku sangat menyanyangi saudaranya itu.

Saat SD subyek bersekolah di sekolah yang berada tidak

jauh dari rumahnya. Biasanya subyek berangkat sekolah bersama

dengan kakanya atau kadang-kadang subyek naik sepeda ke

sekolah. Subyek adalah anak yang biasa-biasa saja di sekolah

namun subyek mempunyai banyak teman. Sifat subyek yang suka

membantu membuat subyek mempunyai banyak teman.

Meskipun cenderung pendiam subyek sering membuat teman-

teman sekelasnya tertawa. Setiap pulang sekolah biasanya subyek

bermain dengan teman-teman sekolah atau teman-teman di

lingkungan rumahnya. Sejak kecil subyek rajin ke gereja. Kedua

orang tuanya selalu mendidik subyek agar tidak malas ke gereja.

Subyek juga sering mengikuti persekutuan doa dan sekolah

minggu.

Prestasi subyek memang terbilang rata-rata namun subyek

tidak pernah mendapat nilai merah. Subyek juga jarang

Page 149: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

133

mendapatkan hukuman di sekolahnya. Subyek pernah mencoba

merokok saat duduk di bangku kelas 6 SD. Hal itu dilakukan

subyek karena diajak temannya untuk mencoba merokok. Namun

subyek tidak melanjutkannya subyek baru mulai merokok saat

subyek duduk dibangku SMU.

Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya terbilang

cukup baik dan harmonis. Kedua orang tua subyek sangat

menyayangi subyek karena subyek satu-satunya anak laki-laki

bahkan ibu subyek sangat perhatian dan terlalu kuatir dengan

subyek. Ayah subyek adalah seorang karyawan salah satu

perusahaan swasta di Semarang. Ayah subyek adalah orang yang

sangat baik dan jarang sekali marah. Biasanya apabila ayah

subyek marah, ayah subyek hanya akan diam saja. Meskipun

ayah subyek orang yang suka minum minuman beralkohol

namun sangat bertanggung jawab terhadap keluarga. ayah subyek

sering mengantar subyek sekolah pada saat subyek SD.

Ibu subyek adalah seorang ibu rumah tangga. Ibu subyek

sangat senang memasak dan sangat rapi. Subyek sangat patuh

kepada ibunya meskipun kadang-kadang subyek sering juga

membantah. Ibu subyek sangat menyanyagi dan perhatian kepada

subyek bahkan karena terlalu takut subyek salah bergaul ibu

subyek sering melarang-larang subyek untuk keluar rumah.

Hubungan subyek dengan lingkungan sekitar cukup baik.

Subyek mempunyai banyak teman di lingkungan rumahnya

maupun dilingkungan sekolah. Subyek adalah anak yang baik

Page 150: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

134

dan suka membantu teman-temannya maupun tetangganya.

Meskipun subyek anak yang tidak banyak bicara subyek mampu

berinteraksi dengan baik.

B. Masa Remaja

Setelah lulus SD subyek melanjutkan sekolah ke salah satu

SLTP negeri yang ada di semarang. meskipun prestasi subyek

terbilang rata-rata subyek berhasil masuk SLTP negeri di

Semarang. Kehidupan subyek pada saat SLTP terbilang biasa

biasa saja. Setiap pagi subyek berangkat ke sekolah berasama

dengan teman-temannya. Setelah pulang sekolah biasanya subyek

main bersama dengan teman-temanya. Namun subyek mulai

terpengaruh perilaku negatif dari teman-temannya. Hubungan

subyek yang sangat dekat dengan temannya membuat subyek

berusaha menyamakan diri dengan teman-temannya. Subyek juga

mulai mencoba minuman alkohol. Saat SLTP subyek mulai

semakin aktif di kegiatan gereja. Subyek mulai senang belajar

memainkan gitar. Subyek juga mulai bergabung dengan band

yang ada di gereja. Setiap hari minggu subyek mengiringi paduan

suara di gereja.

Setelah lulus SLTP subyek meneruskan sekolahnya ke

SMU swasta yang ada di semarang. Saat SMU subyek subyek

mempunyai beberapa teman yang sering berkumpul. Subyek

sering menghabiskan waktu malam minggunya untuk berkumpul

dengan teman-temannya. Subyek juga semakin sering bermain

musik dengan teman-teman sekolah maupun teman gerejanya.

Page 151: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

135

Setiap sore subyek selalu menyempatkan diri untuk bergaul

dengan teman-teman disekitar rumahnya.

Prestasi subyek di bidang akademik cukup bagus. Tidak

seperti saat SLTP yang tidak pernah mendapat rangking di kelas

saat SMU subyek sempat masuk sepuluh besar. Pada saat kelas

tiga SMU subyek bisa masuk ke jurusan IPA. Prestasi subyek di

kelas IPA terbilang cukup baik. Subyek sangat menyukai

pelajaran fisika dan sejak SMU subyek ingin menjadi ahli

elekronika. Subyek sudah mulai menendarai sepeda motor

apabila berangkat ke sekolah. Subyek semakin aktif di kegiatan

gereja.

Hubungan subyek dengan kedua orang tuanya pada saat

remaja cukup baik. Ayah subyek yang memang cenderung

pendiam jarang sekali memarahi subyek. Subyek juga sering

pergi memancing bersama dengan ayahnya. Ayah subyek

semakin membebaskan subyek namun yang penting subyek harus

tetap rajin ke gereja. Sedangkan ib subyek semakin merasa kuatir

dengan subyek. Ibu subyek semakin sering menasehati subyek

agar tidak merokok dan minum alkohol. Walaupun subyek sudah

menginjak remaja ibu subyek sering memperlakukan subyek

seperti masih kecil. Ibu subyek sering menyiapkan sarapan atau

makan siang untuk subyek. Subyek juga sering mengantarkan

ibunya ke pasar untuk belanja. Hubungan subyek dengan teman-

temannya pada saat SMU cukup baik. Subyek juga mampu

menempatkan diri di lingkungan rumahnya. Selain itu subyek

Page 152: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

136

juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan

sekitar rumahnya. Hubungan subyek dengan kedua saudaranya

pun cukup baik. Bahkan kadang-kadang subyek mengantarkan

sekolah adik perempuannya.

Sifat subyek pada saat remaja tidak berbeda jauh dengan

saat subyek masih kanak-kanak. Subyek cenderung pendiam

namun kadang-kadang subyek melontarkan kata-kata yang

membuat orang lain tertawa. Saat remaja subyek subyek

cenderung lebih cepat marah apabila ada yang tidak disukainya.

Namu biasanya subyek hanya akan diam apabila sedang marah.

C. Masa Sekarang ( kuliah )

Lulus SMU subyek melanjutkan kuliah di universitas

Semarang. Sebelum masuk ke universitas Semarang subyek sempat

mengikuti UMPTN namun tidak lolos. Subyek mengambil jurusan

teknik elektronika sesuai dengan cita-citanya. Subyek sangat ahli

dalam memperbaiki alat-alat elektronik. Selain itu subyek juga

menggemari hal-hal yang berkaitan dengan komputer. Saat ini

subyek sering memperbaiki komputer atau alat-alat elektronika

milik teman-teman maupun saudaranya. Subyek juga mulai

berbisnis handphone. Kadang-kadang subyek menjualkan

handphone milik temannya dan nanti subyek akan menerima

komisi dari orang yang mempunyai handphone tersebut. Prestasi

subyek di kampus terbilang cukup lumayan. Meskipun IPK subyek

tidak mencapai tiga koma namun subyek sangat ahli dalam hal-hal

yang berkaitan dengan elektronika.

Page 153: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

137

Subyek mempunyai banyak teman di kampusnya

meskipun hanya beberapa saja yang dekat dengan subyek. Pulang

kuliah biasanya subyek pergi ke kost temannya sampai sore.

Subyek jarang langsung pulang ke rumah karena menurut subyek

rumahnya sepi kalau siang hari. Hanya ada ibu dan adik subyek

saja karena ayah subyek bekerja sedangkan kakak subyek kuliah.

Namun saat sore hari subyek biasanya ada di rumah dan berkumpul

dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Setiap pagi sebelum

berangkat kuliah subyek selalu mengantarkan adik perempuanya

ke sekolah.

D. Awal subyek mengkonsumsi alkohol sampai menjadi

ketergantungan

Subyek mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan minuman

beralkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku sekolah dasar.

Subyek mengetahui dan sangat familiar dengan minuman

beralkohol karena ayah subyek adalah seorang peminum alkohol

bahkan ayah subyek sudah menjadi seorang pecandu alkohol. Ayah

subyek juga sampai menderita stoke karena perilaku minum

alkohol yang dilakukannya. Namun subyek mulai mencoba

merasakan alkohol adalah pada saat subyek duduk di bangku

SLTP. Subyek mencoba minuman beralkohol karena ajakan teman-

teman subyek yang memang sudah pernah minum alkohol. Pada

saat di sekolah teman-teman subyek membawa minuman

beralkohol dan mengajak subyek untuk ikut merasakan minuman

beralkohol tersebut. Subyek yang penasaran dan tidak enak untuk

Page 154: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

138

menolak akhirnya mencoba minuman beralkohol tersebut. Menurut

subyek rasa dari minuman alkohol yang diminum subyek saat itu

terasa tidak terlalu pahit. Hal itu disebabkan karena minuman

alkohol yang diminum subyek sudah dicampur minuman lain

sehingga rasa pahitnya sedikit berkurang. Salah satu teman subyek

sudah sering mencampur minuman beralkohol dengan minuman

lain. Subyek minum alkohol karena tidak enak menolak ajakan

teman-temannya. Apalagi subyek tidak ingin dianggap tidak berani

minum seperti teman-teman yang lain. Teman-teman subyek sudah

mulai mencoba minuman beralkohol. Selain itu subyek mau diajak

minum karena minuman beralkohol tersebut gratis sehingga

subyek tidak harus mengeluarkan uang untuk membelinya.

Pada saat SLTP subyek hanya minum sesekali saja apabila

diajak oleh teman-temannya. Subyek mulai sering minum alkohol

pada saat subyek duduk di bangku SMU. Awal subyek minum juga

karena diajak oleh teman-temanya. Teman-teman subyek yang

pada saat itu sudah sering minum alkohol sering mengajak subyek

untuk minum alkohol. Teman-teman subyek tersebut juga sudah

mengetahui tentang berbagai jenis minuman beralkohol. Subyek

selalu ikut apabila teman-temannya minum alkohol. Alasan subyek

minum alkohol karena meskipun rasa alkohol pahit namun enak.

Biasanya subyek minum alkohol sebulan dua kali atau setiap

minggu sekali. Biasanya subyek minum alkohol bersama dengan

teman-temannya.

Page 155: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

139

Subyek yang sering melihat teman-temannya minum

alkohol mengaku penasaran ingin merasakan minuman beralkohol.

Selain itu subyek juga penasaran karena sering melihat ayahnya

yang sering minum. Ibu subyek sempat mengetahui subyek minum

alkohol dan ibu subyek sangat marah kepada subyek. Berbeda

dengan ibu subyek ayah subyek lebih membebaskan subyek untuk

minum. Namun ayah subyek juga menasehati subyek untuk tidak

terlalu banyak minum. Frekuensi minum alkohol subyek pada saat

SMU rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua

hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya.

Subyek mulai lebih sering minum saat duduk dibangku

kuliah. Teman-teman di kampus subyek yang juga suka minum

alkohol membuat kebiasaan minum alkohol subyek semakin

berkembang. Teman-teman subyek sering membawa minuman

beralkohol ke kampus pada saat kumpul-kumpul. Subyek biasanya

minum alkohol di tempat kost teman subyek karena kalau subyek

minum alkohol di rumah maka ibu subyek akan mengetahui bahwa

subyek mengkonsumsi alkohol dan akan marah kepada subyek.

Namun sesekali subyek juga minum di kampus saat sedang

berkumpul dengan teman-temannya. Apabila saudara subyek ada

yang mengajak minum alkohol biasanya subyek minum di kedai

yang menjual minuman beralkohol seperti WK.

Frekuensi minum alkohol subyek meningkat dari seminggu

sekali menjadi setiap hari bahkan subyek sering minum alkohol

pada saat pagi hari dan pada malam harinya subyek juga kembali

Page 156: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

140

minum alkohol. Biasanya subyek minum alkohol karena memang

subyek ingin merasakan minuman beralkohol bukan karena sedang

ada masalah. Apabila subyek sedang mempunyai masalah subyek

jarang sekali mabuk-mabukan. Subyek mengaku bahwa subyek

melihat ayahnya minum alkohol bukan karena sedang mempunyai

masalah melainkan karena memang ingin minum alkohol. Subyek

akan minum alkohol saat masalah yang dihadapi subyek sudah

selesai.

Menurut subyek yang membuat subyek ingin selalu minum

alkohol adalah rasa alkohol yang enak. Selain itu setelah subyek

minum alkohol tubuh subyek akan merasa enak dan lebih santai.

Subyek juga akan merasa lebih gembira. Apalagi saat udara dingin

alkohol akan menghangatkan badan. Jenis minuman yang biasa

subyek minum adalah seperti Vodka, Mansion, Red Label,

Tequilla, dll. Selain minum alkohol subyek juga merokok namun

subyek tidak mengkonsumsi zat-zat yang lainnya. Hal itu

disebabkan karena subyek merasa bahwa zat-zat yang lain akan

membuat kecanduan yang lebih parah dibandingkan dengan

alkohol. Lingkungan teman bergaul subyek juga masih jarang yang

mengunakan obat-obatan terlarang. Menurut subyek alkohol lebih

enak dibandingkan dengan yang lain dan harganya relatif lebih

murah serta banyak yang menjualnya.

Pada awal subyek mencoba minuman beralkohol subyek

pernah muntah namun setelah sering mengkonsumsi subyek tidak

pernah muntah lagi. Jika subyek minum terlalu banyak biasanya

Page 157: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

141

subyek cenderung untuk pusing dan lebih cepat tidur. Subyek

pernah minum alkohol sampai tiga botol namun pada saat itu

subyek belum merasakan mabuk hanya pusing sedikit saja dan itu

membuat subyek merasa tidak enak. Subyek lebih menyukai jenis

minuman beralkohol yang naiknya lebih cepat. Biasanya saat

subyek mendapatkan banyak tugas dari kampus subyek akan

minum alkohol namun hanya sedikit karena hanya digunakan

untuk penyemangat dan menemani subyek bergadang. Subyek

biasanya menggunakan uang saku untuk membeli minuman

beralkohol apabila tidak ada temannya yang mau untuk diajak

patungan. Subyek membeli minuman beralkohol di warung-

warung kecil yang ada di daerah rumahnya atau di jalan Dr. Cipto.

Subyek mengaku pernah mencoba berhenti pada saat subyek

memasuki semester enam. Hal itu disebabkan karena subyek

melihat ayah subyek yang terserang stroke akibat sudah terlalu

lama mengkonsumsi alkohol. Namun subyek hanya berhasil

selama tiga bulan saja. Subyek mengaku selalu ingin membeli

minuman beralkohol pada saat malam hari. Efek alkohol yang

membuat subyek lebih tenang dan santai menyebabkan subyek

ingin selalu membelinya. Saat ini subyek mengaku sudah mulai

sedikit mengurangi frekuensi minumnya meskipun subyek belum

bisa berhenti dan lepas dari alkohol. Subyek juga sempat

mengalami ganguan fisiologis karena perilaku minumnya. Subyek

pernah mengalami sakit kuning. Penyakit ini adalah gejala subyek

mengalami gangguan di hatinya dan akan berkembang menjadi

Page 158: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

142

hepatitis. Hal inilah yang membuat subyek agak sedikit takut

dengan kebiasaannya minum alkohol namun saat ini subyek belum

bisa berhenti total.

IV. DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME PADA SUBYEK 4

Perilaku minum minuman beralkohol yang dilakukan oleh

subyek dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan

lingkungan. Awal subyek mengetahui minuman beralkohol adalah dari

kebiasaan ayahnya yang sering mengkonsumsi alkohol. Namun yang

mendorong subyek mencoba merasakan minuman beralkohol adalah

dari teman-temannya. Teman-teman subyek yang sudah sering minum

alkohol sering mengajak subyek untuk minum alkohol. Subyek yang

saat itu tidak enak untuk menolak dan juga penasaran akhirnya

mencoba minum alkohol. Teman-teman subyek sering mengajak

subyek untuk minum alkohol. Pengaruh teman sebaya inilah yang

menyebabkan subyek mulai mencoba minuman beralkohol. Pada saat

itu subyek hanya minum alkohol apabila ada teman subyek yang

mengajak.

Kebiasaan ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol

juga menyebabkan subyek merasa penasaran dengan rasa dari alkohol

itu. Ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol membuat subyek

secra tidak langsung ingin meniru atau melakukan pembelajaran dari

perilaku ayahnya. Apalagi ayah subyek tidak menyembunyikan

perilaku minum alkoholnya sehingga subyek melihat perilaku minum

alkohol yang dilakukan ayahnya. Selain pembelajaran dari kebiasaan

ayahnya subyek juga sering melihat kebiasaan-kebiasaan minum yang

Page 159: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

143

dilakukan oleh teman-temannya. Teman-teman subyek sudah sering

minum alkohol bahkan ada teman subyek yang sudah ahli dalam

mencampur minuman beralkohol. Melihat kebiasaan teman-teman

subyek membuat subyek tidak ragu untuk melakukan perilaku minum

alkohol.

Faktor genetik dalam diri subyek juga mempunyai pengaruh

pada perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Ayah

subyek yang pecandu alkohol berat bahkan sampai mengalami stroke

karena sering minum alkohol dapat menjadi faktor risiko yang

mendorong subyek melakukan perilaku minum minuman beralkohol.

Subyek juga mengakui kalau subyek mempunyai keturunan seorang

peminum alkohol dari ayahnya.

Frekuensi awal minum alkohol yang dilakukan subyek adalah

satu bulan sekali rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-

kadang dua hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya.

Subyek selalu minum di luar rumah karena subyek merasa takut

ketahuan oleh ibunya. Pada saat awal minum alkohol biasanya subyek

mendapatkan minuman beralkohol dari temannya dan jarang sekali

membeli minuman tersebut sendiri.

Frekuensi minum alkohol subyek mulai meningkat saat subyek

memasuki bangku kuliah. Selain teman-teman subyek yang juga suka

mengkonsumsi alkohol, keinginan subyek sendiri untuk minum

alkohol menyebabkan frekuensi minum subyek semakin meningkat.

Frekuensi minum subyek yang hanya rata-rata satu bulan sekali

meningkat menjadi setiap hari. Bahkan kadang-kadang dalam sehari

Page 160: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

144

subyek bisa minum dua kali yaitu saat pagi hari dan malam hari.

Biasanya subyek minum di tempat kost teman subyek namun sesekali

subyek juga pernah minum di kampus bersama teman-temannya.

Salah satu yang menyebabkan subyek ingin selalu mendapatkan

dan minum alkohol adalah efek dorongan positif dari alkohol yang

subyek minum. Efek dorongan positif dari alkohol adalah seperti

perasaan gembira yang selalu dirasakan subyek saat minum alkohol

karena setiap minum alkohol subyek merasa lebih senang. Selain itu

saat subyek minum alkohol subyek akan merasa lebih santai dan badan

terasa lebih hangat. Rasa alkohol yang menurut subyek enak juga

menyebabkan subyek selalu ingin merasakan alkohol. Persepsi subyek

bahwa alkohol rasanya enak mendorong subyek untuk selalu ingin

minum alkohol.

Keputusan subyek untuk mengkonsumsi alkohol daripada obat-

obatan yang lainnya juga merupakan salah satu pendorong subyek

mencari dan membeli minuman beralkohol. Subyek lebih memilih

untuk mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan yang lainya

karena alkohol lebih mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan

dibandingkan dengan obat-obat aatu zat yang lainnya. Selain itu

kemudahan mendapatkan alkohol dan harga yang lebih murah

daripada zat yang lainnya membuat subyek lebih memilih untuk

mencari alkohol daripada yang lainnya.

Biasanya subyek mencari dan membeli minuman beralkohol di

warung-warung kecil yang menjual minuman beralkohol yang ada di

daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang subyek juga

Page 161: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

145

mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman atau saudaranya.

Subyek membeli minuman beralkohol dengan uang sakunya.

Selain dari zat alkohol itu sendiri, dampak secara psikologis

yang dirasakan oleh subyek juga mempengaruhi dan menguatkan

subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol. Pada

saat minum alkohol subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek

juga merasa lebih santai. Sedangkan dampak secara psikologis yang

dirasakan subyek setelah mengkonsumsi alkohol adalah perasaan yang

menggebu-gebu untuk minum alkohol kembali. Selain itu subyek sulit

tidur dan cenderung gelisah jika tidak minum alkohol.

Perilaku subyek dalam mencari dan membeli minum beralkohol

yang terus menerus inilah yang menyebabkan subyek menjadi

ketergantungan pada minuman berlakohol. Subyek lebih cenderung

mengalami ketergantungan psikologis dimana minuman alkohol yang

dikonsumsi oleh subyek menghasilkan keinginan yang kuat untuk

menggunakan alkohol itu kembali dan menghasilkan rasa senang dan

perasaan santai.

Ketergantungan subyek terhadap minuman beralkohol ini sudah

berkembang kearah alkoholisme atau mengalami gangguan alkohol.

Hal ini terlihat dari ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau

bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. Subyek hanya berhasil

berhenti selama tiga bulan saja namun setelah itu subyek kembali

minum alkohol. Selain itu frekuensi mun alkohol subyek juga

meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali

menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari,

Page 162: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

146

bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari. Subyek

juga mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap alkohol, hal ini

terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol

meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga

pernah minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum

merasa mabuk hanya pusing-pusing sedikit. Perasaan malas, gelisah

dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.

Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fisiologis akibat terlalu

banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan

fisiologis tersebut terlihat dari penyakit yang pernah diderita subyek

saat subyek sering minum alkohol. Subyek pernah menderita penyakit

kuning, dimana penyakit tersebut adalah gejala-gejala penyakit

hepatitis. Penyakit ini bisa datang dari kebiasaan minum alkohol

subyek yang terlalu banyak sehingga menyebabkan adanya kerusakan

di hati. Gejala-gejala ini menunjukan bahwa subyek sudah mulai

mengalami alkoholisme atau gangguan alkohol.

V. KESIMPULAN SUBYEK 4

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :

A. Faktor Individu

Faktor Genetik dan Biologis

Yaitu ayah subyek adalah seorang peminum alkohol yang berat

sampai pernah mengalami stroke.

B. Faktor Lingkungan

a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Page 163: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

147

Yaitu pembelajaran yang dilakukan subyek karena melihat

kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh ayah

dan teman-teman subyek.

b. Faktor Sosial dan Kultural

Yaitu pengaruh dari teman-teman subyek yang sering mengajak

subyek untuk minum alkohol bahkan subyek sering

mendapatkan alkohol dengan gratis dari teman-temannya.

Perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek menjadi

sebuah ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari

dan mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang mempengaruhi

perilaku subyek dalam mencari dan mendapatkan minuman beralkohol

adalah :

1. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

Yaitu alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan

dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu

alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah

dibandingkan dengan obat-obtan atau zat yang lainnya.

2. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

Yaitu minuman beralkohol dapat membuat subyek merasa lebih

santai dan gembira serta badan akan menjadi lebih lebih hangat.

Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif yang

membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.

Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:

1. Pada saat mengkonsumsi alkohol

Page 164: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

148

Subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek juga merasa

lebih santai.

2. Setelah mengkonsumsi alkohol

Muncul perasaan yang menggebu-gebu untuk minum alkohol

kembali. Selain itu subyek sulit tidur dan cenderung gelisah jika

tidak minum alkohol.

Ketergantungan subyek pada minuman beralkohol berkembang

menjadi alkoholisme dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti

mengkonsumsi alkohol.

2. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat

dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari yang

biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali menjadi seminggu sekali

dan meningkat kembali menjadi setiap hari, bahkan subyek sering

minum alkohol dua kali dalam sehari.

3. Subyek menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap

alkohol dimana terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah

saat minum alkohol meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah

banyak. Subyek juga pernah minum alkohol sampai tiga botol

namun subyek masih belum merasa mabuk hanya pusing-pusing

sedikit.

4. Subyek mulai mengalami perasaan malas, gelisah dan sulit tidur

juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.

5. Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat

terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol.

Page 165: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

149

Gangguan tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat

diderita subyek saat subyek sering dan terlalu banyak minum

alkohol.

INTENSITAS TEMA YANG MUNCUL

Tabel 5 Intensitas Tema yang muncul pada Subyek 4

TEMA KODE Intensitas

Keluarga atau orang

tua pengguna

alkohol/ alkoholik

A.b +++

Kebiasaan-kebiasaan

minum dari orang

tua, keluarga dan

teman sebaya

B.a +++

Pengaruh Teman

Sebaya

B.b4

+++

Perilaku Minum

Alkohol Awal

C +++

Efek Diskriminatif

dari Zat (Alkohol)

D +++

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol)

E +++

Perilaku Mencari Zat H +++

Page 166: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

150

(Alkohol)

Gejala-Gejala

Alkoholisme

I +++

Keterangan :

+ + + = tinggi

+ + = sedang

+ = rendah

Page 167: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

151

Matrik 4 Matrik Interelasi Munculnya Alkoholisme Pada subyek 4

A.a A.b B.a B.b1 B.b2 B.b3 B.b4 B.b5 C D E F G H I

A.a

A.b +++

B.a +++

B.b1

B.b2

B.b3

B.b4 +++

B.b5

C

D +++

E +++ +++

F

G

H +++

I

Page 168: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

152

Keterangan :

A.a = Menghindari perasaan psikologis tertentu

A.b = Keluarga atau orang tua pengguna alkohol/alkoholik

B.a = Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga atau teman

sebaya

B.b1 = Pengaruh Sosial Ekonomi

B.b2 = Pengaruh Adat Istiadat dan Budaya

B.b3 = Pengaruh lingkungan Tempat Tinggal

B.b4 = Pengaruh Teman sebaya

B.b5 = Konformitas

C = Perilaku Minum Alkohol Awal

D = Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

E = Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

F = Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol

G = Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

H = Perilaku Mencari Zat (Alkohol)

I = Gejala-Gejala Alkoholisme

= X mempengaruhi Y

= Y mempengaruhi X

= X dan Y saling mempengaruhi

Page 169: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

153

Skema 5 SKEMA DINAMIKA MUNCULNYA ALKOHOLISME SUBYEK 4

+++

+++

+++

+++

+++

+++ +++

+++

Faktor Genetik dan Biologis Ayah subyek adalah seorang peminum alkohol yang berat sampai pernah mengalami stroke .

SUBYEK 4

Faktor Perilaku dan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan oleh ayah dan teman-teman subyek

Faktor Sosial dan Kultural Pengaruh dari teman-teman subyek yang sering mengajak subyek untuk minum alkohol bahkan subyek sering mendapatkan alkohol dengan gratis dari teman-temannya

L I N G K U N G A N

Perilaku Minum Alkohol awal a. Frekuensi awal

minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu bulan sekali rata-rata satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua hari sekali pada saat subyek berkumpul dengan temannya

b. Pada saat awal minum alkohol biasanya subyek mendapatkan minuman beralkohol dari temannya dan jarang sekali membeli minuman tersebut sendiri.

Efek diskriminatif dari Zat (alkohol) Alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih ringan dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan dengan obat-obtan atau zat yang lainnya

Efek Dorongan Positif dari Zat (alkohol) Minuman beralkohol dapat membuat subyek merasa lebih santai dan gembira serta badan akan menjadi lebih lebih hangat. Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif yang membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.

Perilaku Mencari Zat (alkohol) Subyek mencari dan membeli minuman beralkohol di warung-warung kecil yang menjual minuman beralkohol yang ada di daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman atau saudaranya. Subyek membeli minuman beralkohol dengan uang sakunya.

ALKOHOLISME a. Ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau

bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol. b. Subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol

yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari, bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari.

c. Subyek menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap alkohol dimana terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga pernah minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum merasa mabuk hanya pusing-pusing sedikit.

d. Subyek mulai mengalami perasaan malas, gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol.

e. Subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat diderita subyek saat subyek sering dan terlalu banyak minum alkohol.

Dampak secara psikologis pada saat mengkonsumsi alkohol Subyek merasa tenang dan lebih gembira. Subyek juga merasa lebih santai.

Dampak secara psikologis setelah mengkonsumsi alkohol Muncul perasaan yang menggebu-gebu untuk minum alkohol kembali. Selain itu subyek sulit tidur dan cenderung gelisah jika tidak minum alkohol

Page 170: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

154

BAB V

PEMBAHASAN

A. Intensitas Tema Antar Subyek

Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan terhadap keempat

subyek, ternyata ditemukan beberapa tema yang sama dan memiliki

intensitas yang cukup tinggi. Meskipun terdapat sedikit perbedaan tetapi

pada umumnya alkoholisme yang terjadi pada keempat subyek muncul

karena faktor penyebab yang sama. Namun ada tema yang berbeda, hal

itu disebabkan adanya masalah pribadi dalam diri seseorang yang

berbeda satu sama lain.

Tabel 6 Intensitas Tema Antar Subyek

TEMA Subyek

I

Subyek

II

Subyek

III

Subyek

IV

Keterangan

Menghindari

perasaan

psikologis

tertentu. ( A.a)

+++

Perilaku minum

alkohol dilakukan

untuk

menghindari

suatu perasaan

psikologis

tertentu muncul

pada subyek 1.

(Faktor

Psikologis )

Keluarga atau Keluarga atau

Page 171: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

155

orang tua

pengguna

alkohol /

alkoholik. (A.b)

+++

+++

+++

+++

orang tua

pengguna alkohol

atau seorang

alkoholik

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol muncul

pada subyek

1,2,3,4. (Faktor

Genetik)

Kebiasaan-

kebiasaan

minum dari

orang tua,

keluarga, atau

teman sebaya.

(B.a)

+++

+++

+++

+++

Kebiasaan-

kebiasaan minum

dari orang tua,

keluarga, atau

teman sebaya

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol karena

dengan melihat

perilaku minum

alkohol dari

orang lain secara

tidak langsung

muncul proses

pembelajaran dari

perilaku atau

kebiasaan minum

orang lain muncul

pada subyek

Page 172: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

156

1,2,3,4. (Faktor

Perilaku dan

Pembelajaran)

Pengaruh adat

Istiadat dan

Budaya. (B.b2)

+++

Adat istiadat dan

budaya

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol muncul

pada subyek 2.

(Faktor Sosial

dan Kultural)

Pengaruh

Lingkungan

Tempat Tinggal.

(B.b3)

++

Lingkungan

tempat tinggal

atau orang yang

berada di sekitar

tempat tinggal

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol muncul

pada subyek 3.

(Faktor Sosial

dan Tempat

Tinggal)

Pengaruh teman

Sebaya. (B.b4)

+++

+++ +++ +++ Teman sebaya

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol muncul

pada subyek

1,2,3,4. (Faktor

Page 173: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

157

Sosial dan

Kultural)

Konformitas.

(B.b5)

+++ ++ Sikap

konformitas

mempengaruhi

perilaku minum

alkohol muncul

pada subyek 2,3.

(Faktor Sosial

dan Kultural)

Perilaku Minum

Alkohol Awal.

(C)

+++

+++

+++

+++

Perilaku minum

alkohol pada awal

sebelum

berkembang pada

alkoholisme.

Efek

Diskriminatif

dari Zat

(Alkohol). (D)

+++

+++

+++

+++

Efek Diskrimitatif

dari Zat

(Alkohol)

mempengaruhi

perilaku mencari

Zat (Alkohol).

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol). (E)

+++

+++

+++

+++

Efek Dorongan

Positif dari Zat

(Alkohol)

mempengaruhi

dan menguatkan

perilaku mencari

Zat (Alkohol)

muncul pada

Page 174: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

158

subyek 1,2,3,4.

Stimuli yang

dibiasakan

terhadap efek

alkohol. (F)

++

+++

++

Stimuli yang

dibiasakan

terhadap efek

alkohol

mempengaruhi

perilaku mencari

Zat (Alkohol)

muncul pada

subyek 1,2,3.

Efek Aversif

dari Zat

(Alkohol). (G)

+

+

Efek aversif dari

Zat (Alkohol)

sedikit

mempengaruhi

perilaku mencari

Zat (Alkohol)

muncul pada

subyek 1,2.

Perilaku

Mencari Zat

(Alkohol). (H)

+++

+++

+++

+++

Perilaku Mencari

Zat (Alkohol)

sangat

berpengaruh pada

munculnya

alkoholisme

muncul pada

subyek 1,2,3,4.

Gejala-gejala +++ +++ +++ +++ Gejala-gejala

Page 175: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

159

Alkoholisme. (I) yang menunjukan

munculnya

alkoholisme

muncul pada

subyek 1,2,3,4.

Keterangan :

+ + + = intensitasnya tinggi

+ + = intensitasnya sedang

+ = intensitasnya rendah

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa menghindari

perasaan psikologis tertentu (A.a) merupakan faktor psikologis yang

mempengaruhi perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.595) dalam teori psikoanalitik orang

dengan superego yang keras yang bersifat menghukum diri sendiri

berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan stres bawah sadar

mereka. Hampir sama dengan Kaplan dan Sadock, Rosen, Fox dan Gregory

(1984, h.310) mengungkapkan bahwa Ada beberapa individu yang menjadi

peminum/ pengkonsumsi alkohol berat mengkonsumsi alkohol karena ingin

menghindari perasaan psikologis tertentu dan kecemasan. Pada subyek 1

faktor psikologis muncul dalam perilaku minum alkohol yang dilakukan

subyek. Subyek akan menghindari kecemasan yang dirasakannya dengan

minum alkohol. Apabila subyek mulai merasa stres atau cemas maka

subyek akan minum alkohol untuk menghilangkan rasa cemasnya. Hal ini

Page 176: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

160

disebabkan karena dengan minum alkohol subyek bisa lebih merasa tenang

dan bisa menceritakan apa saja yang dirasakan oleh subyek.

Keluarga atau orang tua pengguna alkohol / alkoholik (A.b)

merupakan faktor genetik dan biologis yang mempunyai pengaruh pada

perilaku minum alkohol. Sesuai yang dikemukakan oleh Kaplan dan

Sadock (1997, h.595-596) bahwa banyak penelitian telah menunjukan

bahwa orang dengan sanak saudara tingkat petama yang terpengaruh oleh

gangguan berhubungan dengan alkohol adalah tiga sampai empat kali lebih

mungkin memiliki gangguan yang berhubungan dengan alkohol daripada

orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh.

Selain itu anak-anak dengan orang tua yang memiliki ganguan berhubungan

dengan alkohol berada pada risiko untuk mengalami gangguan alkohol,

bahkan jika anak dibesarkan oleh keluarga dimana tokoh orang tuanya tidak

memiliki gangguan alkohol. Pada subyek 1 faktor genetik yang ada pada

subyek 1 terlihat dari rata-rata anggota laki-laki di keluarga besar subyek

adalah seorang peminum alkohol dan ada beberapa yang alkoholik. Ayah

subyek juga minum minuman beralkohol meskipun tidak menjadi pecandu.

Pada subyek 2 faktor genetik dalam diri subyek juga mempunyai pengaruh

pada perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek. Meskipun ayah

subyek bukan pecandu alkohol namun ayah subyek sering mengkonsumsi

minuman beralkohol, selain itu kakak sulung subyek juga seorang pecandu

alkohol karena setiap hari kakak subyek mengkonsumsi minuman

beralkohol. Pada subyek 3 faktor genetik yang ada pada subyek terlihat

dari kakak sulung subyek yang merupakan peminum alkohol. Pada subyek

4 faktor genetik yang ada pada subyek terlihat terlihat dari ayah subyek

Page 177: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

161

yang pecandu alkohol berat bahkan sampai mengalami stroke karena sering

minum alkohol.

Kebiasaan-kebiasaan minum dari orang tua, keluarga, atau

teman sebaya (B.a) merupakan faktor perilaku dan pembelajaran. Hal

itu dikarenakan dengan melihat kebiasaan-kebiasaan minum alkohol dari

orang tua, keluarga, atau teman sebaya subyek akan secara tidak langsung

melakukan perilaku yang sama dengan yang dilihat. Subyek akan

melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat.

Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Kaplan dan Sadock (1997,

h.595) bahwa sama dengan faktor kultural kebiasaan minum keluarga atau

orang tua dan teman dapat mempengaruhi kebiasaan minum seseorang.

Anak yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum akan

melihat perilaku minum sebagai kebiasaan dan secara tidak langsung

merupakan pelajaran bagi anak. Pada subyek 1 faktor perilaku dan

pembelajaran terjadi karena subyek yang sering melihat kebiasaan dan

perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh ayah, keluarga besarnya dan

teman-temannya secara tidak langsung membuat subyek melakukan proses

belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat. Apalagi hubungan

subyek yang dekat dengan teman-temannya membuat subyek sering melihat

kebiasaan teman-temannya yang sudah mengkonsumsi alkohol. Pada

subyek 2 faktor perilaku dan pembelajaran juga muncul pada perilaku

minum alkohol yang dilakukan subyek. Faktor ini terlihat dari subyek yang

sering melihat kebiasaan dan perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh

ayah, kakak laki-laki, om, pakde dan teman-temannya secara tidak langsung

membuat subyek melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol

Page 178: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

162

yang subyek lihat. Sedangkan pada subyek 3 faktor perilaku dan

pembelajaran ini terlihat dari subyek yang sering melihat kebiasaan dan

perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh kakak sulung dan teman-

teman subyek secara tidak langsung membuat subyek melakukan proses

belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat. Hal ini membuat

subyek berani mengkonsumsi alkohol meskipun pada saat itu dilakukan

secara sembunyi-sembunyi. Faktor perilaku dan pembelajaran pada subyek

4 muncul dari kebiasaan ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol

juga menyebabkan subyek merasa penasaran dengan rasa dari alkohol itu.

Ayah subyek yang sering mengkonsumsi alkohol membuat subyek secra

tidak langsung ingin meniru atau melakukan pembelajaran dari perilaku

ayahnya. Apalagi ayah subyek tidak menyembunyikan perilaku minum

alkoholnya sehingga subyek melihat perilaku minum alkohol yang

dilakukan ayahnya. Selain pembelajaran dari kebiasaan ayahnya subyek

juga sering melihat kebiasaan-kebiasaan minum yang dilakukan oleh

teman-temannya. Teman-teman subyek sudah sering minum alkohol

bahkan ada teman subyek yang sudah ahli dalam mencampur minuman

beralkohol. Melihat kebiasaan teman-teman subyek membuat subyek tidak

ragu untuk melakukan perilaku minum alkohol.

Pengaruh Adat Istiadat dan budaya (B.b2) merupakan salah satu

faktor sosial dan kultural yang mempengaruhi perilaku minum alkohol.

Adanya budaya yang menganggap minum minuman beralkohol sudah

biasa, membuat orang yang berada dalam budaya tersebut dibiasakan

dengan situasi tersebut sehingga orang-orang tersebut menganggap perilaku

minum minuman beralkohol dilakukan dalam suasana pesta atau

Page 179: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

163

memperingati sesuatu. Selain itu budaya disuatu tempat akan

mempengaruhi perilaku dari orang yang tinggal dalam lingkungan budaya

tersebut. Menurut Benedic (Danandjaja, 1988, h.39), kepribadian yang

dimiliki oleh suatu budaya akan mempengaruhi terbentuknya kepribadian

seseorang yang tinggal dilingkungan budaya itu. Menurut Rosen, Fox dan

Gregory (1984, h.313) dalam suatu kelompok masyarakat yang mempunyai

penerimaan yang rendah terhadap alkohol, perilaku alkoholik yang terjadi

akan rendah. Namun bila suatu kelompok masyarakat mempunyai

penerimaan yang tinggi tehadap alkohol maka tingkat perilaku

alkoholiknya juga tinggi. Pengaruh adat istiadat dan budaya yang

mempengaruhi perilaku minum alkohol hanya muncul pada subyek 2.

Latar belakang keluarga subyek yang berasal dari budaya Bali meyebabkan

perilaku minum minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi hal

yang biasa. Dalam keseharian atau pada saat acara-acara tertentu rata-rata

orang di Bali mengkonsumsi minuman beralkohol seperti arak atau bir.

Olehkarena itu ayah subyek mengenalkan subyek pada minuman beralkohol

dengan menyuruh subyek untuk merasakan minuman alkohol yang sedang

dibawa oleh ayahnya.

Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal (B.b3) merupakan faktor

sosial dan kultural yang mempengaruhi perilaku minum alkohol. Menurut

Arya (http/www.klinikpria/alkoholisme) pengaruh lingkungan sangat

berpengaruh pada perilaku seseorang. Jika lingkungan tidak kondusif dan

mendukung kearah negatif dapat mendorong seseorang untuk menjadi

pengguna alkohol. Pengaruh lingkungan tempat tinggal ini hanya muncul

pada subyek 3. Awal subyek mengenal minuman beralkohol adalah pada

Page 180: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

164

saat subyek sering bergaul dengan tukang-tukang bangunan yang ada di

lingkungan rumah subyek. Lewat tukang-tukang bangunan tersebut subyek

mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai berbagai jenis

minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-orang yang berada di lingkungan

tempat tinggal subyek ini membuat subyek mulai mencoba minuman

beralkohol.

Pengaruh Teman Sebaya (B.b4) merupakan faktor sosial dan

kultural yang juga mempengaruhi perilaku minum alkohol. Pengaruh dari

teman-teman sebaya yang biasanya berupa ajakan untuk mengkonsumsi

alkohol lebih mudah menyebabkan subyek untuk mencoba minuman

beralkohol. Siregar (1990, h. 23) berpendapat bahwa pengaruh teman

sebaya adalah faktor penyebab yang sangat penting pada penggunaan zat

psikoaktif di kalangan remaja. Merupakan bagian dari penciptaan indentitas

diri dan mempertahankan perilaku penggunaan zat psikoakatif tersebut.

Hukuman oleh teman sebaya berupa pemukulan dan pengucilan bagi

mereka yang mencoba berhenti dirasakan lebih berat dari pada akibat-akibat

penggunaan zat psikoaktif itu sendiri. Pada subyek 1 pengaruh teman

sebaya mempengaruhi perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh subyek.

Hal ini terlihat saat teman-teman subyek yang sudah terbiasa

mengkonsumsi minuman beralkohol sering mengajak dan memaksa subyek

untuk mencoba minum alkohol sehingga subyek yang awalnya takut untuk

minum menjadi berani untuk mencoba minuman beralkohol. Pada subyek

2 pengaruh teman sebaya muncul mempengaruhi perilaku minum alkohol

Subyek mengetahui bahwa minuman beralkohol itu adalah minuman yang

memabukkan adalah dari teman-teman subyek di SMU. Walaupun teman-

Page 181: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

165

teman subyek jarang mengajak subyek untuk minum, namun teman-teman

subyek sering menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan minuman

beralkohol. Pengaruh teman sebaya ini semakin mendorong rasa penasaran

subyek terhadap minuman beralkohol sehingga subyek mulai berani

mengkonsumsi minuman beralkohol. Pada subyek 3 pengaruh teman

sebaya terhadap perilaku minum alkohol yang dilakukan subyek terlihat

dari setiap ada teman subyek yang berulang tahun pasti subyek akan diajak

untuk minum alkohol. Sedangkan pada subyek 4 pengaruh teman sebaya

terlihat dari teman-teman subyek yang sudah sering minum alkohol sering

mengajak subyek untuk minum alkohol. Teman-teman subyek sering

mengajak subyek untuk minum alkohol saat pulang sekolah.

Konformitas (B.b5) juga merupakan faktor sosial dan kultural

yang mempengaruhi perilaku minum alkohol. Keinginan subyek agar diakui

oleh teman-temanya membuat subyek mengkonsumsi alkohol agar terlihat

sama dengan yang lain. Konformitas ini memicu terbentuknya perilaku

minum alkohol pada subyek. Myers (1983, h.256) mengemukakan bahwa

konformitas merupakan perubahan perilaku remaja sebagai akibat dari

tekanan kelompok. Terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu

menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar

dari celaan maupun keterasingan. Konformitas ini hanya muncul pada

subyek 1 dan 2. Pada subyek 1 pengaruh dari konformitas terhadap

perilaku minum alkohol terlihat dari keinginan subyek yang berusaha untuk

melakukan apa yang teman-teman subyek lakukan agar subyek diakui dan

dianggap berani oleh teman-temannya. Subyek mulai berani mencoba

minuman beralkohol bahkan beberapa obat-obatan terlarang dan ganja agar

Page 182: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

166

terlihat sama dan dihormati oleh teman-temannya. Sedangkan pada subyek

2 konformitas terlihat dari rasa nyaman yang dirasakan subyek saat subyek

mendapatkan pengakuan bahwa subyek mampu minum lebih banyak dari

teman-temannya.

Perilaku minum alkohol awal (C) merupakan perilaku minum

alkohol yang muncul dari keempat subyek sebelum subyek mengarah pada

alkoholisme. Menurut Prasetya (2006, h. 9) perilaku minum minuman

beralkohol adalah tindakan minum minuman yang berkadar alkohol dari

yang berkadar rendah hingga berkadar tinggi. Pada keempat subyek

perilaku minum alkohol awal yang dilakukakan bervariasi. Pada subyek 1

perilaku minum alkohol dilakukan di luar rumah dengan teman-temannya.

Frekuensi minum alkohol yang dilakukan subyek adalah dua sampai tiga

kali dalam seminggu. Pada subyek 2 Frekuensi awal minum alkohol yang

dilakukan subyek adalah 4 atau 5 kali dalam sebulan. Pada awal minum

subyek sering mengajak teman-temannya bahkan tukang yang bekerja

dirumah subyek juga dia ajak subyek untuk minum alkohol. Subyek

biasanya minum di sekolah bersama dengan teman-temannya di organisasi

teater. Pada subyek 3 perilaku minum alkohol awal hampir sama dengan

subyek 1 yaitu dilakukan di luar rumah bersama teman-temannya dengan

frekuensi satu minggu sekali dan berlanjut menjadi tiga hari sekali atau

selama dua hari berturut-turut. Sedangkan pada subyek 4 frekuensi awal

minum alkohol yang dilakukan subyek adalah satu bulan sekali rata-rata

satu kali dalam seminggu atau kadang-kadang dua hari sekali pada saat

subyek berkumpul dengan temannya. Subyek selalu minum di luar rumah

karena subyek merasa takut ketahuan oleh ibunya. Pada saat awal minum

Page 183: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

167

alkohol biasanya subyek mendapatkan minuman beralkohol dari temannya

dan jarang sekali membeli minuman tersebut sendiri.

Efek diskriminatif dari zat (alkohol) (D) muncul saat orang akan

melakukan perilaku mencari atau mendapatkan zat yang dalam hal ini

adalah alkohol. Seseorang yang sudah melakukan perilaku minum alkohol

akan berusaha untuk mencari dan mendapatkan kembali minuman

beralkohol tersebut dan efek diskriminatif ini merupakan salah satu yang

mendorong seseorang lebih mencari alkohol untuk dikonsumsi daripada

yang lain. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) Orang harus mampu

membedakan zat yang disalahgunakan dari zat yang lainnya. Orang akan

memilih alkohol dari pada zat lain karena efek saat dikonsumsi dan proses

mendapatkannya akan berbeda dari zat lain. Pada subyek 1 efek

diskriminatif dari zat (alkohol) muncul dan mempengaruhi subyek dalam

mencari minuman alkohol. Hal ini terlihat dari persepsi subyek bahwa

alkohol lebih mempunyai efek yang lebih ringan dari pada zat yang lain,

alkohol lebih mudah didapat dan lebih murah daripada zat yang lain selain

itu alkohol lebih mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat

lain. Pada subyek 2 efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari

persepsi subyek bahwa alkohol mempunyai efek yang lebih enak

dibandingkan dengan zat psikoaktif lainya. Pada subyek 3 efek

diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari anggapan subyek bahwa

alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dibandingkan

dengan obat-obatan terlarang yang lain. Hampir sama dengan subyek 1 dan

3, pada subyek 4 efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari

persepsi subyek bahwa alkohol mempunyai efek kecanduan yang lebih

Page 184: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

168

ringan dibandingkan dengan obat-obatan atau zat yang lainnya. Selain itu

alkohol lebih mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan

dengan obat-obatan atau zat yang lainnya.

Efek dorongan positif dari zat (alkohol) (E) adalah efek dari

alkohol itu sendiri yang dirasakan subyek sehingga subyek ingin kembali

mencari atau mendapatkan minuman beralkohol. Efek yang dirasakan

menjadi dorongan yang positif kepada subyek untuk mencari dan

mengkonsumsi minuman beralkohol lagi. Menurut Kaplan dan Sadock

(1997, h.583) Efek dorongan positif dari obat adalah penguat yang

mempermudah pencarian zat. Sebagian besar zat terutama alkohol yang

disalahgunakan disertai dengan suatu pengalaman positif setelah digunakan

untuk pertama kalinya, jadi zat bertindak sebagai suatu pendorong positif

untuk seseorang melakukan perilaku mencari zat. Efek dorongan positif

dari zat (alkohol) ini muncul pada semua subyek. Pada subyek 1 efek

dorongan positif dari zat atau alkohol yang selalu menguatkan subyek untuk

mencari alkohol adalah perasaan subyek gembira atau euforia setelah

minum alkohol. Selain itu subyek merasa bahwa alkohol mempunyai efek

yang menimbulkan sensasi dan dapat menghilangkan kecemasan.

Sedangkan pada subyek 2 efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang

selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah perasaan lega dan

menyenangkan yang dirasakan oleh subyek saat mengkonsumsi alkohol

Selain itu subyek juga akan bisa lebih cepat tidur setelah mengkonsumsi

alkohol. Pada subyek 3 efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang

selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah subyek merasa

bahwa alkohol itu sangat enak dan tubuh subyek juga menjadi lebih enak

Page 185: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

169

untuk beraktivitas dan selalu bersemangat. Subyek menjadi lebih santai

setelah mengkonsumsi alkohol. Hampir sama dengan ketiga subyek pada

subyek 4 efek dorongan positif dari zat (alkohol) yang menguatkan subyek

untuk mencari dan mendapatkan alkohol adalah minuman beralkohol dapat

membuat subyek merasa lebih santai dan gembira serta badan akan menjadi

lebih hangat. Rasa alkohol yang enak juga merupakan dorongan positif

yang membuat subyek ingin mendapatkan alkohol kembali.

Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol (F) juga muncul

saat orang akan melakukan perilaku mencari atau mendapatkan zat yang

dalam hal ini adalah alkohol. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583)

Hampir semua perilaku mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang

menjadi berhubungan dengan pengalaman menggunakan zat. Jadi saat

menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang

berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman

menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan

sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman

beralkohol. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol hanya muncul

pada subyek 1,2 dan 3. Pada subyek 1 Stimuli yang dibiasakan terhadap

efek alkohol yang muncul terlihat dari persepsi subyek bahwa minuman

alkohol import lebih enak dan mempunyai efek pusing yang lebih ringan

dibandingkan dengan minuman alkohol biasa. Stimuli ini muncul saat

subyek mempunyai pengalaman mengkonsumsi minuman beralkohol

import. Pada subyek 2 Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol yang

muncul terlihat dari subyek sangat menghindari dan tidak mau membeli

anggur Cap Orang Tua karena rasa anggur orang tua yang pahit dan bikin

Page 186: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

170

“ eneg”. Selain itu setelah minum alkohol subyek biasanya tidak akan

pernah lari-lari dan langsung tidur karena apabila setelah minum alkohol

subyek melakukan aktivitas seperti lari atau langsung tidur subyek akan

muntah atau sering di sebut dengan istilah “ jakpot. Pada subyek 3 stimuli

yang dibiasakan terhadap efek alkohol yang muncul pada subyek ketiga ini

adalah subyek lebih sering mencari minuman dengan merk AP karena pada

saat pertama kali subyek meminum minuman tersebut subyek merasakan

efek yang sangat enak. Minuman ini membuat subyek lebih bisa

berkonsentrasi dan tenang bahkan saat menjelang ujian subyek selalu

minum minuman beralkohol jenis ini agar lebih mudah untuk belajar.

Efek Aversif dari Zat (alkohol) (G) juga muncul saat seseorang

akan melakukan perilaku mencari zat (alkohol) meskipun efek aversif ini

akan memperlemah atau mengurangi keinginan seseorang untuk mencari

atau mengkonsumsi minuman beralkohol. Menurut Kaplan dan Sadock

(1997, h.583) efek aversif dari obat cenderung memperlemah perilaku

mencari zat. Banyak zat yang juga disertai dengan efek merugikan yang

bertindak menurunkan perilaku mencari zat. Efek aversif ini hanya muncul

pada subyek 1 dan 2. Pada subyek 1 ini efek aversif dari zat (alkohol) juga

muncul saat subyek akan melakukan perilaku mencari zat atau alkohol.

Efek aversif dari alkohol adalah Rasa pahit dari alkohol dan panas di

tenggorokan, sering mengalami “ jakpot” (muntah -muntah karena terlalu

banyak minum). Namun efek aversif ini tidak memperlemah subyek untuk

melakukan perilaku mencari atau mendapatkan alkohol karena saat subyek

mencari atau membeli minuman beralkohol subyek selalu memilih

minuman sesuai selera subyek. Hampir sama dengan subyek 1, pada

Page 187: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

171

subyek 2 efek aversif dari zat (alkohol) juga muncul saat subyek akan

melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek aversif dari alkohol

adalah rasa pahit dari alkohol dan rasa pusing setelah subyek minum

alkohol. Namun efek aversif ini tidak terlalu mempengaruhi perilaku

subyek dalam mencari zat atau alkohol karena minuman beralkohol yang

biasa di konsumsi subyek adalah minuman beralkohol yang dicampur

dengan minuman lain seperti CocaCola atau Exstrajoss.

Perilaku mencari zat (alkohol) (H) merupakan perilaku yang

dilakukan oleh subyek untuk mendapatkan minuman beralkohol. Menurut

Kaplan dan sadock (1997, h. 583) beberapa model perilaku penyalahgunaan

zat telah dipusatkan pada perilaku mencari zat (substance-seeking behavior)

ketimbang pada gejala ketergantungan fisik. Apabila perilaku mencari zat

pada seseorang yang melakukan penyalahgunaan zat besar maka dapat

dipastikan bahwa seseorang tersebut mempunyai ketergantungan terhadap

zat. Pada subyek 1 perilaku mencari zat (alkohol) terjadi saat subyek ingin

minum alkohol. Biasanya subyek mencari dan membeli minuman

beralkohol di tempat-tempat yang menjual minuman beralkohol. Sama

dengan subyek 1, pada subyek 2 perilaku mencari zat (alkohol) juga

muncul setiap subyek ingin minum alkohol. Setiap subyek ingin minum

alkohol, subyek selalu berusaha untuk mencari dan membeli minuman

beralkohol. Namun kadang-kadang subyek mendapatkan minuman

beralkohol dari kakak subyek atau teman-temannya. Seperti halnya dengan

subyek 1 dan 2, pada subyek 3 perilaku mencari zat (alkohol) juga muncul

setiap subyek ingin minum. Subyek mempunyai anggaran sendiri untuk

membeli minuman beralkohol. Namun jika keinginan subyek minum

Page 188: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

172

alkohol datangnya tiba-tiba subyek biasanya mengurangi jatah uang makan.

Subyek biasanya membeli minuman beralkohol di daerah Kesatrian atau

Sampangan. Pada subyek 4 biasanya subyek mencari dan membeli

minuman beralkohol di warung-warungkecil yang menjual minuman

beralkohol yang ada di daerah Telogosari atau Dr Cipto. Namun kadang-

kadang subyek juga mendapatkan minuman beralkohol dari teman-teman

atau saudaranya atau membeli dengan uang sakunya sendiri.

Gejala-gejala Alkoholisme (I) merupakan tanda yang menunjukan

bahwa seseorang mengalami alkoholisme. Seperti yang diungkapkan oleh

Kaplan dan Sadock (1997, h.589) alkoholisme sering digunakan untuk

menyebut penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol, dalam hal ini

berarti ketidakmampuan memutuskan dan berhenti minum, usaha berulang

untuk mengkontrol atau menurunkan minum yang berlebihan dengan tidak

minum minuman keras atau membatasi minum pada waktu tertentu, pesta

minuman keras, mengkonsumsi kadang-kadang lima takaran minuman

keras, periode amnestik untuk pristiwa yang terjadi selama terintoksikasi,

terus minum walaupun adanya suatu gangguan fisik, minum alkohol yang

bukan minuman, seperti bahan bakar. Pada subyek 1 gejala-gejala yang

menunjukan bahwa subyek mengalami alkoholisme antara lain ketidak

mampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi

alkohol, subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat

dari frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari 2 sampai 3 kali

dalam seminggu menjadi setiap hari bahkan 2 sampai 3 kali sehari, subyek

merasa lemas apabila tidak mengkonsumsi alkohol. Selain itu subyek juga

merasa tidak tenang dan sering marah apabila tidak bisa mengkonsumsi

Page 189: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

173

alkohol. Pada subyek 2 gejala yang menunjukan bahwa subyek kedua

mengalami alkoholisme adalah ketidakmampuan subyek untuk mengurangi

atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol, subyek mengalami kenaikan

penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek

yang meningkat dari 4 sampai 5 kali dalam sebulan menjadi setiap hari,

subyek menunjukan adanya toleransi yang lebih besar terhadap alkohol

dimana subyek tidak mengalami keracunan atau muntah meskipun subyek

sudah mengkonsumsi 6 botol minuman, subyek mulai mengalami

gangguan fisiologis yaitu merasa pusing apabila sampai tidak bisa

mengkonsumsi minuman beralkohol, perasaan gelisah dan sulit tidur juga

muncul apabila subyek tidak bisa minum alkohol. Gejala yang dialami oleh

subyek 3 juga hampir mirip dengan yang dialami oleh subyek kedua.

Gejala-gejala alkoholisme pada subyek ketiga antara lain ketidakmampuan

subyek untuk mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol,

subyek mengalami kenaikan penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari

frekuensi minum alkohol subyek yang meningkat dari satu minggu sekali

menjadi tiga kali seminggu atau bahkan dua hari berturut-turut dan

meningkat lagi menjadi setiap hari, subyek menunjukan adanya toleransi

yang lebih besar terhadap alkohol dimana subyek tidak mengalami

keracunan atau muntah meskipun teman-teman subyek yang mengkonsumsi

alkohol dengan takaran yang sama sudah mulai muntah-muntah, subyek

mengalami alkoholisme adalah keinginan subyek untuk merasakan efek

alkohol yang lebih keras dengan mencampur minuman alkohol dengan

cairan yang bukan merupakan minuman seperti spiritus, subyek juga mulai

mengalami perasaan gelisah dan sulit tidur apabila tidak bisa

Page 190: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

174

mengkonsumsi alkohol. Pada subyek 4 gejala yang alkoholisme yang

muncul adalah ketidakmampuan subyek untuk mengurangi atau bahkan

berhenti mengkonsumsi alkohol, subyek mengalami kenaikan

penyalahgunaan alkohol yaitu terlihat dari frekuensi minum alkohol subyek

yang meningkat dari yang biasanya hanya rata-rata satu bulan sekali

menjadi seminggu sekali dan meningkat kembali menjadi setiap hari,

bahkan subyek sering minum alkohol dua kali dalam sehari, subyek

menunjukan adanya toleransi yang cukup besar terhadap alkohol dimana

terlihat dari kebiasaan subyek yang jarang muntah saat minum alkohol

meskipun jumlah alkohol yang diminum sudah banyak. Subyek juga pernah

minum alkohol sampai tiga botol namun subyek masih belum merasa

mabuk hanya pusing-pusing sedikit, subyek mulai mengalami perasaan

malas, gelisah dan sulit tidur juga muncul apabila subyek tidak bisa minum

alkohol, subyek juga sudah mulai mengalami gangguan fungsi hati akibat

terlalu banyak dan sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Gangguan

tersebut terlihat dari penyakit kuning yang sempat diderita subyek saat

subyek sering dan terlalu banyak minum alkohol. Saat subyek

menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang

berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman

menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan

sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman

beralkohol.

Page 191: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

175

Page 192: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

176

Berdasarkan matrik diatas maka dapat dijelaskan mengenai

hubungan antara tema-tema yang mempengaruhi munculnya alkoholisme.

Menghindari perasaan psikologis tertentu (A.a) merupakan faktor

psikologis yang mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C) pada

subyek. Pada awal minum alkohol subyek minum alkohol karena ingin

menghindari perasaan psikologis tertentu biasanya akan minum alkohol saat

merasa cemas dan mengalami stres. Keluarga atau orang tua pengguna

alkohol / alkoholik (A.b) merupakan faktor genetik dan biologis yang

mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C). Subyek yang

melakukan perilaku minum alkohol dan mengalami alkoholisme

mempunyai ayah , kakak laki-laki, atau anggota di keluarga yang juga

mengkonsumsi alkohol atau bahkan seorang alkoholik. faktor genetik ini

merupakan faktor risiko pada perilaku minum alkohol. Kebiasaan-

kebiasaan minum dari orang tua, keluarga, atau teman sebaya (B.a)

merupakan faktor perilaku dan pembelajaran mempengaruhi perilaku

minum alkohol awal (C). Melihat kebiasaan-kebiasaan minum alkohol

dari orang tua, keluarga, atau teman sebaya, subyek akan secara tidak

langsung melakukan perilaku yang sama dengan yang dilihat. Subyek akan

melakukan proses belajar dari perilaku minum alkohol yang subyek lihat.

Pengaruh Adat Istiadat dan budaya (B.b2) merupakan salah satu faktor

sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C).

Subyek yang berasal dari adat istiadat dan budaya yang mempunyai

kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol pada saat upacara adat atau

acara-acara tertentu seperti budaya di bali akan membuat subyek menjadi

terbiasa untuk minum alkohol. Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal

Page 193: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

177

(B.b3) merupakan faktor sosial dan kultural mempengaruhi perilaku

minum alkohol awal (C). Subyek yang berada dalam lingkungan tempat

tinggal yang orang-orang yang tinggal di lingkungan itu sering

mengkonsumsi alkohol maka kemungkinan subyek terpengaruh untuk

mengkonsumsi alkohol juga besar. Pengaruh Teman Sebaya (B.b4)

merupakan faktor sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum

alkohol awal (C). Teman sebaya menjadi pengaruh yang paling besar

dalam penggunaan alkohol pada subyek. Subyek mengkonsumsi alkohol

karena adanya pengaruh dari teman sebaya baik berupa ajakan maupun

tekanan dari teman sebaya. Konformitas (B.b5) juga merupakan faktor

sosial dan kultural mempengaruhi perilaku minum alkohol awal (C).

Subyek mencoba dan mengkonsumsi alkohol karena adanya keinginan agar

diakui dan terlihat sama dengan teman-temannya yang sudah lebih dahulu

mengkonsumsi minuman beralkohol.

Efek diskriminatif dari zat (alkohol) (D) mempengaruhi Perilaku

mencari zat (alkohol) (H). Subyek akan mencari alkohol dari pada zat lain

karena efek saat dikonsumsi dan proses mendapatkannya akan berbeda dari

zat lain. Alkohol mempunyai efek ketergantungan yang lebih ringan dan

proses mendapatkannya lebih mudah dibandingkan dengan zat lain. Efek

dorongan positif dari zat (alkohol) (E) mempengaruhi Perilaku mencari

zat (alkohol) (H) dan munculnya Gejala Alkoholisme (J) . Efek yang

dirasakan seperti menjadi sehat, euforia dan lebih tenang menjadi dorongan

yang positif kepada subyek untuk mencari dan mengkonsumsi minuman

beralkohol lagi. Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol (F)

mempengaruhi Perilaku mencari zat (alkohol) (H). Saat subyek

Page 194: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

178

menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu petunjuk yang

berhubungan dengan alkohol yang didapat dari pengalaman-pengalaman

menggunakan alkohol sebelumnya. Petunjuk ini biasanya digunakan

sebagai acuhan saat akan mencari atau mendapatkan kembali minuman

beralkohol.

B. Dinamika Munculnya Alkoholisme

Proses munculnya alkoholisme diawali dengan perilaku minum

alkohol awal yang dilakukan oleh keempat subyek. Penyebab

munculnya perilaku minum alkohol berasal dari faktor dari dalam

individu sendiri dan faktor dari lingkungan. Seperti yang dikemukakan

oleh Siregar (dalam Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) faktor yang berasal

dari individu lebih kepada biologis dan psikologis seseorang, sedangkan

faktor yang berasal dari lingkungan lebih pada faktor sosiologi dan

lingkungan seperti teman sebaya atau lingkungan hidup individu itu.

Faktor dari dalam individu antara lain faktor psikologis dan faktor

genetik dan biologis. Faktor psikologis tersebut adalah ketegangan-

ketegangan emosional yang dapat mendorong menggunakan minuman

alkohol sebagai pelarian. Minuman beralkohol dikonsumsi untuk

menghindari kecemasan atau stres yang sedang dialami seperti yang

dilakukan oleh subyek pertama . Seperti yang dikemukakan oleh Rosen,

Fox dan Gregory (1984, h.310) mengungkapkan bahwa Ada beberapa

individu yang menjadi peminum/ pengkonsumsi alkohol berat

mengkonsumsi alkohol karena ingin menghindari perasaan psikologis

tertentu dan kecemasan. Faktor yang kedua adalah faktor genetik dan

biologis. Faktor ini merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan

Page 195: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

179

keempat subyek melakukan perilaku minum alkohol. Orang tua/ayah,

kakak laki-laki, atau anggota di keluarga yang juga mengkonsumsi

alkohol atau bahkan seorang alkoholik merupakan faktor yang dapat

menyebabkan subyek mengkonsumsi alkohol. Menurut Siregar ( dalam

Jurnal Psikologi, 2000, h.20-24) kepekaan tiap orang terhadap zat

psikoaktif (alkohol) berbeda-beda, diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor

konsitusional dan genetik. Bila orang tuanya seorang alkoholik maka

anak yang dilahirkannya sudah membawa sifat untuk menjadi seorang

alkoholik, jika didukung oleh faktor lingkungan maka pengaruh faktor

genetik ini akan berkembang kemudian hari.

Faktor yang berasal dari lingkungan antara lain adalah faktor

perilaku dan pembelajaran dan faktor sosial dan kultural. Faktor

perilaku dan pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan minum alkohol dari

orang tua, keluarga, atau teman sebaya akan secara tidak langsung

menyebabkan subyek melakukan perilaku yang sama dengan yang

subyek lihat. Subyek akan melakukan proses belajar dari perilaku

minum alkohol yang subyek lihat dari orang tua, keluarga, maupun

teman sebaya. Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.595) bahwa anak

yang tumbuh di keluarga yang mempunyai kebiasan minum akan

melihat perilaku minum sebagai kebiasaan dan secara tidak langsung

merupakan pelajaran bagi anak. Faktor kedua yang berasal dari

lingkungan adalah faktor sosial dan kultural. Salah satu faktor sosial dan

kultural adalah pengaruh adat istiadat dan budaya. Subyek yang berasal

dari adat istiadat dan budaya yang terbiasa dengan minuman beralkohol

akan mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengkonsumsi

Page 196: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

180

alkohol. Seperti pada subyek yang berasal dari Bali perilaku minum

minuman yang mengandung alkohol sudah menjadi hal yang biasa. Oleh

karena itu sejak kecil subyek dan keluarganya sudah terbiasa dengan

minuman beralkohol. Selain pengaruh adat istiadat dan budaya,

pengaruh lingkungan tempat tinggal juga menjadi pendorong subyek

melakukan perilaku minum alkohol. Subyek yang berada dalam

lingkungan tempat tinggal yang penghuninya tinggal di lingkungan itu

sering mengkonsumsi alkohol maka kemungkinan subyek terpengaruh

untuk mengkonsumsi alkohol juga besar. Lewat tukang-tukang

bangunan subyek mulai mendapatkan wawasan dan pengetahuan

mengenai berbagai jenis minuman beralkohol. Pengaruh dari orang-

orang yang berada di lingkungan tempat tinggal subyek ini membuat

subyek mulai mencoba minuman beralkohol.

Pengaruh teman sebaya juga merupakan salah satu faktor sosial

dan kultural yang menyebabkan perilaku minum alkohol. Tekanan yang

berupa ajakan maupun paksaan membuat subyek tidak enak untuk

menolak ajakan minum alkohol yang dilakukan oleh teman-teman

sebayanya. Menurut Hurlock (1980, h.213) remaja lebih banyak di luar

rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka

dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, minat ,

penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

Demikianpula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-

obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya

tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri. Subyek yang awalnya

tidak mengetahui dan tidak berani mengkonsumsi minuman beralkohol

Page 197: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

181

menjadi berani untuk mengkonsumsi alkohol karena adanya pengaruh

dari teman-teman sebayanya. Adanya tekanan dari teman sebaya ini

membuat munculnya konformitas dalam diri subyek. Konformitas ini

juga merupakan salah satu faktor sosial dan kultural yang

mempengaruhi perilaku minum alkohol. Menurut Prasetya (2006, h. 18)

konformitas adalah suatu perubahan perilaku atau kepercayaan pada

remaja untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang

disebabkan karena adanya tekanan yang nyata atau tidak nyata agar

diterima dan tidak terisolir dari pergaulan di kelompoknya. Subyek yang

mempunyai teman sebaya yang mengkonsumsi alkohol akan

memunculkan konformitas dengan cara mengkonsumsi alkohol agar

terlihat sama dan diakui oleh teman-temannya.

Perilaku minum alkohol yang masih awal ini biasanya dilakukan

dengan frekuensi yang masih jarang. Frekuensi minum yang sering

terjadi di awal mengkonsumsi alkohol biasanya berkisar antara satu

bulan sekali atau seminggu sekali. Perilaku minum alkohol ini biasanya

masih dilakukan bersama dengan teman-temannya di luar rumah.

perilaku minum alkohol ini akan berkembang menjadi alkoholisme

karena adanya peningkatan intensitas minum serta kadar dan banyaknya

jumlah minuman yang diminum.

Perilaku minum alkohol awal yang dilakukan oleh subyek akan

berlanjut menjadi alkoholisme karena subyek selalu memunculkan

perilaku mencari zat atau alkohol itu sendiri. Subyek selalu berusaha

untuk mendapatkan dan membeli minuman beralkohol kembali setelah

sebelumnya melakukan perilaku minum alkohol. Perilaku mencari zat

Page 198: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

182

atau alkohol itu membuat keinginan subyek untuk minum alkohol selalu

terpenuhi sehingga menyebabkan ketergantungan pada zat atau alkohol

itu sendiri. Saat subyek akan melakukan perilaku mencari zat atau

alkohol ada beberapa hal yang muncul dan mempengaruhi subyek dalam

melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek dikriminatif terhadap

zat (alkohol), efek dorongan positif dari zat (alkohol), stimuli yang

dibiasakan terhadap efek alkohol dan efek aversif dari zat (alkohol)

adalah empat hal yang sering muncul saat subyek akan melakukan

perilaku mencari zat atau alkohol. Namun yang menguatkan dan

mempermudah subyek untuk melakukakan perilaku mencari zat atau

alkohol adalah efek diskriminatif terhadap zat (alkohol), efek dorongan

positif dari zat (alkohol) dan stimuli yang dibiasakan terhadap efek

alkohol.

Efek diskriminatif terhadap zat (alkohol) terlihat dari persepsi

subyek bahwa alkohol mempunyai efek yang berbeda dari zat psikoaktif

lainnya dan kemudahan dalam mendapatkan alkohol dibandingkan

dengan zat yang lainnya. Perbedaan alkohol dengan zat yang lainnya

yang dirasakan oleh subyek antar lain alkohol lebih mempunyai efek

dan ketergantungan yang lebih ringan dari pada zat yang lain, alkohol

lebih mudah didapat dan lebih murah daripada zat yang lain selain itu

alkohol lebih mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat

lain. Efek diskriminatif inilah yang membuat subyek lebih memilih dan

mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan zat psikoaktif yang

lainnya. Sedangkan efek dorongan positif dari zat atau alkohol yang

selalu menguatkan subyek untuk mencari alkohol adalah perasaan

Page 199: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

183

subyek gembira atau euforia setelah minum alkohol. Selain itu subyek

merasa bahwa alkohol mempunyai efek yang menimbulkan sensasi,

dapat menghilangkan kecemasan lebih santai dan lebih bersemangat

atau semakin percaya diri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Kaplan dan Sadock (1997, h. 595) bahwa aspek pendorong positif dari

alkohol adalah alkohol dapat menyebabkan perasaaan sehat dan euforia

pada seseorang. Martaniah (2003, h.103) mengatakan bahwa efek yang

segera dirasakan dari alkohol dalam jumlah yang sedikit adalah efek

menenangkan, merasa hangat, enak dan santai. Sedangkan dalam jumlah

banyak akan merasa lebih ramah dan percaya diri.

Stimuli yang dibiasakan terhadap efek alkohol biasanya akan

muncul dari pengalaman-pengalaman saat seseorang mengkonsumsi

alkohol. Stimuli itu merupakan suatu petunjuk yang digunakan

seseorang dalam mencari atau mendapatkan minuman beralkohol.

Menurut Kaplan dan Sadock (1997, h.583) hampir semua perilaku

mencari zat disertai dengan petunjuk lain yang menjadi berhubungan

dengan pengalaman menggunakan zat. Jadi saat menggunakan alkohol

biasanya akan muncul suatu petunjuk yang berhubungan dengan alkohol

yang didapat dari pengalaman-pengalaman menggunakan alkohol

sebelumnya. Efek aversif dari zat (alkohol) juga muncul saat subyek

akan melakukan perilaku mencari zat atau alkohol. Efek aversif dari

alkohol adalah Rasa pahit dari alkohol dan panas di tenggorokan serta

pusing sat minum alkohol. Namun efek aversif ini tidak memperlemah

subyek untuk melakukan perilaku mencari atau mendapatkan alkohol

Page 200: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

184

karena saat subyek mencari atau membeli minuman beralkohol subyek

selalu memilih dan mencampur minuman sesuai selera subyek.

Ketergantungan terhadap alkohol yang dialami oleh subyek

adalah lebih pada ketergantungan psikologis dimana ketergantungan

yang dialami subyek disebabkan karena alkohol yang dikonsumsi

menghasilkan keinginan kuat untuk membutuhkan penggunaan alkohol

tersebut guna menghasilkan rasa senang atau menghilangkan rasa tidak

enak. Seperti yang dikemukakan oleh Martaniah (2003, h. 102) bahwa

ketergantungan psikologis adalah obat atau alkohol tersebut

menghasilkan keinginan yang kuat untuk membutuhkan penggunaan

obat tersebut untuk menghasilkan rasa senang dan menghilangkan rasa

tidak enak. Ketergantungan ini sudah merupakan sebuah alkoholisme

karena adanya gejala-gejala yang menunjukan bahwa subyek mengalami

alkoholisme. Gejala-gejala tersebut antara lain ketidakmampuan untuk

mengurangi atau bahkan berhenti mengkonsumsi alkohol, mengalami

kenaikan penggunaan baik kadar, maupun intensitas dan frekuensi

minum, mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol,

memunculkan gangguan baik fisik maupun psikis apabila tidak

mengkonsumsi alkohol dan minum alkohol yang bukan minuman hanya

untuk mendapatkan efek yang lebih keras dibandingkan dengan yang

biasa diminum.

Page 201: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

185

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa proses munculnya alkoholisme diawali dengan perilaku minum

alkohol awal. Faktor yang menyebabkan perilaku minum alkohol ini

antara lain adalah :

C. Faktor Individu/Subyek

c. Faktor Psikologis

Yaitu minuman beralkohol digunakan untuk menghindari

perasaan psikologis tertentu seperti kecemasan atau stres.

d. Faktor Genetik dan Biologis

Yaitu orang tua/ayah, kakak laki-laki, atau anggota di keluarga

yang juga mengkonsumsi alkohol atau bahkan seorang alkoholik

merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan subyek

melakukan perilaku minum alkohol.

D. Faktor Lingkungan

a. Faktor Perilaku dan Pembelajaran

Yaitu proses pembelajaran yang dilakukan oleh subyek dari

kebiasaan-kebiasaan minum alkohol yang dilakukan orang tua,

keluarga dan teman-teman sebaya.

b. Faktor Sosial dan Kutural

Yaitu pengaruh adat istiadat dan budaya, pengaruh lingkungan

tempat tinggal, pengaruh teman sebaya dan konformitas.

Page 202: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

186

Perilaku minum alkohol yang dilakukan menjadi sebuah

ketergantungan karena subyek selalu berusaha untuk mencari dan

mendapatkan minuman beralkohol. Hal-hal yang muncul dan

berpengaruh saat subyek melakukakan perilaku mencari zat atau alkohol

sehingga mengalami alkoholisme adalah :

5. Efek Diskriminatif dari Zat (Alkohol)

Yaitu alkohol mempunyai efek yang berbeda dari zat psikoaktif

lainnya, alkohol lebih mempunyai efek dan ketergantungan yang

lebih ringan dari pada zat yang lain, alkohol lebih mudah didapat dan

lebih murah daripada zat yang lain selain itu alkohol lebih

mempunyai konsekuensi hukum yang lebih rendah dari zat lain.

6. Efek Dorongan Positif dari Zat (Alkohol)

Yaitu alkohol mempunyai efek yang menimbulkan sensasi, perasaan

gembira atau euforia, dapat menghilangkan kecemasan, lebih santai

dan lebih bersemangat atau semakin percaya diri.

7. Stimuli yang dibiasakan terhadap Efek Zat (Alkohol)

Yaitu saat menggunakan alkohol biasanya akan muncul suatu

petunjuk yang berhubungan dengan alkohol yang didapat dari

pengalaman-pengalaman menggunakan alkohol sebelumnya.

8. Efek Aversif dari Zat (Alkohol)

Yaitu rasa pahit dari alkohol, rasa panas ditengorokan, dan pusing

setelah minum alkohol. Namun efek ini tidak mempunyai pengaruh

dan tidak memperlemah perilaku mencari zat (alkohol).

Dampak secara psikologis yang dirasakan oleh subyek:

3. Pada saat mengkonsumsi alkohol

Page 203: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

187

Subyek merasa lebih percaya diri, lebih bisa menampilkan apa

adanya subyek, merasa lebih gembira, bisa tertawa dengan lepas

dan mendapatkan sensasi psikologis yang menyenangkan yang

dapat menghilangkan kecemasan

4. Setelah mengkonsumsi alkohol

Rasa kangen dan kerinduan subyek untuk ingin mendapatkan

atau minum alkohol kembali. Perasaan gelisah dan lemas sering

dirasakan subyek jika tidak mengkonsumsi alkohol. Subyek

merasa tidak tenang dan lebih cepat marah jika tidak

mengkonsumsi alkohol.

Perilaku mencari zat (alkohol) yang dilakukan secara berulang-

ulang menyebabkan terjadinya alkoholisme. Hal itu dikarenakan dengan

melakukan perilaku mencari zat (alkohol) maka keinginan untuk minum

alkohol akan selalu terpenuhi sehingga menimbulkan ketergantungan.

Gejala- gejala yang menunjukan adanya alkoholisme adalah :

1. Ketidakmampuan untuk mengurangi atau bahkan berhenti

mengkonsumsi alkohol.

2. Mengalami kenaikan penggunaan baik kadar, maupun intensitas dan

frekuensi minum.

3. Mempunyai toleransi yang besar terhadap alkohol.

4. Memunculkan gangguan baik fisik maupun psikis apabila tidak

mengkonsumsi alkohol.

5. Minum alkohol yang bukan minuman hanya untuk mendapatkan

efek yang lebih keras dibandingkan dengan yang biasa diminum.

Page 204: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

188

B. SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil

penelitian dan analisis yang telah dilakukakan antara lain bagi :

1. Subyek Penelitian

Bagi subyek penelitian yang ingin berhenti mengkonsumsi alkohol

sebaiknya mulai mengurangi sedikit demi sedikit perilaku

minumnya dengan mengurangi frekuensi dan kadar alkohol yang

diminum. Subyek penelitian dapat memilih minuman dengan kadar

yang lebih rendah seperti minuman dengan kadar alkohol kurang

dari 5%, karena dengan mengurangi sedikit demi sedikit kadar

alkohol yang diminum maka toleransi tubuh terhadap minuman

beralkohol juga semakin mengecil. Apabila toleransi tubuh terhadap

alkohol kecil maka saat mengkonsumsi alkohol dengan kadar

rendahpun tubuh akan cepat bereaksi tanpa harus meminum alkohol

dengan kadar tinggi.

2. Mahasiswa

Bagi mahasiswa yang belum terlibat dalam penyalahgunaan alkohol

disarankan untuk tidak mencoba-coba minuman beralkohol, karena

dengan hanya mencoba minuman beralkohol saja akan mempunyai

kemungkinan besar melakukan penyalahgunaan alkohol dan bahkan

akan menjadi ketergantungan (alkoholisme) karena efek dorongan

positif dari alkohol membuat keinginan minum alkohol akan selalu

muncul.

Page 205: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

189

3. Orang Tua

a. Memberikan pengetahuan kepada anak mengenai efek negatif

dari minuman beralkohol seperti kerusakan organ hati sehingga

anak akan mengerti bahaya dari minuman beralkohol dan dapat

menghindari minuman beralkohol meskipun teman-teman sebaya

memberikan ajakan maupun paksaan untuk mencoba minuman

beralkohol.

b. Apabila orang tua (ayah/ibu) mengkonsumsi alkohol namun tidak

ingin anaknya mengkonsumsi alkohol maka orang tua harus

menghidari mengkonsumsi alkohol di rumah atau terlihat oleh

anak karena secara tidak langsung anak akan melihat dan

melakukan pembelajaran dari kebiasaan-kebiasaan minum

alkohol yang dilakukan oleh orang tuanya.

4. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang alkoholisme,

dapat memperluas subyek penelitian dengan memilih kategori

subyek perempuan/mahasiswi karena mungkin faktor-faktor yang

menyebabkan munculnya alkoholisme pada subyek perempuan dapat

berbeda dari subyek laki-laki yang sudah dilakukan dalam penelitian

ini.

Page 206: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

190

DAFTAR PUSTAKA

Arya, T. 2004. Ada Apa Dibalik Terjadinya Ketergantungan NAZA.

http/www.klinikpria.com/alkoholisme (23 Juni 2005). Atkinson, R.L, dkk. 2000. Pengantar Psikologi: Jilid 1. Alih Bahasa:

Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara. (Edisi kesebelas). Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R. 2000. Pengantar Psikologi:

Jilid 2. Alih Bahasa: Nurdjanah Taufiq. Jakarta: Penerbit Erlangga. (Edisi Kesebelas).

Atlit, L.G.K. 1997. Perilaku Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:

Yayasan Penerus Nilai-Nilai Luhur Perjuangan. Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa: Kartini

Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Danandjaja, J. 1988. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Davison, Neale. 1987. Abnormal Psychology. New York: Courtesy of

Sotheby’s, Inc. Davison, Neale. 1997. Abnormal Psychology. United States of America. Dirjosisworo, S. 1984. Alkoholisme Paparan Hukum dan Kriminologi.

Bandung: Remaja Karya CV. Echlos, J.M., Shadily, H. 1984. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia. (Cetakan XIII). Hadi, S. 1984. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. ______. 1986. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Hawari, D. 2000. Peyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta: PT.

Gramedia. Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: Istiwidayanti.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 207: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

191

Joewono, S. 1998. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: Suatu Fenomena Bio-Sosio-Kultural yang Selalu Berubah. ATMA nan JAYA. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Tahun XI, no.1 (35-45).

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri “ Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”: Jilid 1. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. (Edisi Ketujuh).

Mandagi, Wresniwiro, Sumarma. 1996. Peyalahgunaan Narkotika dan

Obat-Obatan Terlarang. Jakarta. Martaniah, S.M. 2003. Hand Out Psikologi Abnormal dan Psikopatologi.

Yogyakarta. Moleong, J.L. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya. ____________. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya. Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penenlitian

Psikologi. Jakarta: LPSP3 Fakultas UI. Prasetyo, S.A. 2006. Perilaku Minum-Minuman Keras pada Mahasiswa

Pondokan ditinjau dari Konformitas. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata (tidak diterbitkan).

Rosen, E., Fox, R.E., Gregory, I. 1986. Abnormal Psychology. United

States Of America. Salim, P. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Press. Siregar, I.M.P. 2000. Beberapa Aspek Penggunaan Zat Psikoaktif. Jurnal

Psikologi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Bandung. Vol5, no.1(18-31).

Soedjono. 1970. Pathologi Sosial. Bandung: Penerbit Utama. Yatim, D.I. 1983. Narkotika dan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 208: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

192

LAMPIRAN

Page 209: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

193

PEDOMAN WAWANCARA

I. Identitas Subyek

Nama subyek, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, status marital,

urutan kelahiran, agama, pekerjaan, asal, alamat, tanggal pelaksanaan.

II. Keadaan Subyek

1. Saat ini anda tinggal atau berdiam di mana ?

2. Masa kecil subyek :

a. Keadaan saat sekolah bagaimana ?

b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap

orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?

c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang

lain serta keadaan sekitar ?

d. Pada masa kecil itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,

senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?

3. Masa remaja subyek :

a. Keadaan saat sekolah bagaimana ?

b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap

orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?

c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang

lain serta keadaan sekitar ?

d. Pada masa remaja itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,

senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?

Page 210: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

194

4. Masa Sekarang :

a. Keadaan saat kuliah bagaimana ?

b. Hubungan anda dengan orang tua bagaimana ( interaksinya, sikap

orang tua pada dirinya, pola asuh orang tuanya ) ?

c. Hubungan/ interaksi anda dengan teman-temannya atau orang

lain serta keadaan sekitar ?

d. Pada masa remaja itu, sifat dan perasaan anda bagaimana ( sedih,

senang, bahagia, pemalu, pendiam, tertekan) ?

III. Masalah yang akan diungkap

Kapan anda pertama kali mengkonsumsi minuman beralkohol ?

Alasan pertama kali mengkonsumsi alkohol ?

Apa atau siapa yang mendorong atau memotivasi atau mempengaruhi

anda untuk menggunakan alkohol ?

Apa yang anda rasakan saat pertama kali mengkonsumsi alkohol ?

Apakah anggota keluarga anda mengetahui kalau anda mengkonsumsi

alkohol ?

Kapan anda mulai sering mengkonsumsi alkohol ?

Berapa frekuensi anda minum alkohol pada satu minggu ?

Apa alasan yang menyebabkan anda selalu ingin mengkonsumsi

alkohol ?

Kenapa anda memilih mengkonsumsi alkohol daripada zat atau obat-

obatan lainya?

Apa yang anda rasakan apabila anda tidak mengkonsumsi alkohol ?

Dimana anda biasanya membeli atau mendapatkan alkohol ?

Page 211: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

195

Apa yang anda rasakan setelah anda bisa mendapatkan dan minum

alkohol ?

Bagaimana keadaan anda saat anda merasa ketergantungan dengan

alkohol ?

Saat ini apakah anda sudah berhenti atau mengurangi minum alkohol ?

Page 212: 03.40.0216 Kurnia Mega Hapsari

196

PEDOMAN OBSERVASI

1. Kesan umum, penampilan, perilaku saat subyek di wawancarai.

2. Lingkungan fisik, keadaan rumah/kost/ tempat tinggal subyek sekarang.

3. Hubungan dengan orang lain, keadaan pergaulan saat itu atau pada saat

sedang diwawancarai.

4. Kondisi kesehatan dan kondisi psikis, kecenderungan-kecenderunagn

perilaku.

5. Kegiatan sehari-hari.

6. Kondisi sosial ekonomi.

7. Interaksi sosial.