36
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pediatrik of Nursing Oleh : HARRI SUSANTI NIM. 135070209111001

135070209111001 HARRI SUSANTI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 135070209111001 HARRI SUSANTI

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pediatrik of Nursing

Oleh :

HARRI SUSANTI

NIM. 135070209111001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: 135070209111001 HARRI SUSANTI

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. DEFINISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1997 ; 341).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang

tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti (betina). (Christine Effendy, 1995).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari

disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi

(UPF IKA, 1994 ; 201).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan

adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang

dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut

menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak

menimbulkan korban pada anak – anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan

perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang disebabkan virus dengue dan

penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto, 1990 ; 36).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua

hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa Dengue

Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang biasanya terdapat pada anak

kurang dari 15 tahun dan ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albopictus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot sendi, perdarahan dan jika

timbul renjatan maka dapat menyebabkan kematian.

B. ETIOLOGI

1. Virus dengue

Page 3: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam

Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue

tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat

dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam

genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik

pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia

misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya

sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu

nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa

spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah

satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya

(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor

penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya

nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban)

sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam

penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat

bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang

terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan

daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina

lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu

pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan

mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih

mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe

lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah

mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk

kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus

dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari

ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

Page 4: 135070209111001 HARRI SUSANTI

C. KLASIFIKASI DHF

1. Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi

menjadi 4 tingkat (UPF IKA) yaitu :

a. Derajat I

Panas 2 – 7 hari , gejala umumtidak khas, uji taniquet hasilnya positif

b. Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti

petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi

telinga dan sebagainya.

c. Derajat III

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah

dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah

menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

d. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg)

anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2. Derajat DHF menurut WHO 1997:

a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan lain.

c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien

menjadi gelisah.

d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah

tidak dapat diukur.

3. Klasifikasi DBD menurut WHO 2009 :

a. Dengue tanpa tanda bahaya (demam disertai 2 hal berikut : mual, muntah, ruam ,

nyeri, sakit, penurunan jumlah leukosit, uji torniket positif)

b. Dengue dengan tanda bahaya (tanda bahaya adalah : nyeri perut, perdarahan

spontan, muntah berkepanjangan, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan

hematokrit , penurunan jumlah trombosit yang cepat)

Dengue berat (kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok, perdarahan hebat,

penumpukan cairan di tubuh, gangguan pernafasan, gangguan organ berat seperti :

gangguan kesadaran, gangguan jantung , dll

Page 5: 135070209111001 HARRI SUSANTI

D. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun

menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,

gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri

tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto,

1990 ; 39).

2. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi

perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39).

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas

hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 2003). Perdarahan gastrointestinat

biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1997 ; 349).

3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak

yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati

teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .

(Soederita, 1995 ; 39).

4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,

dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada

ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi

pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (Soedarto,

1990; 39).

E. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda

dan gejala lain adalah :

1. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

2. Asites

3. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

4. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

Page 6: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun

obstipasi dan kejang – kejang. (Soederita, 1995 ).

F. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal

tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun

Virus Dengue

Masuk ke dalam aliran darah

Demam, mengigil

Hipertermi

Infeksi Pembuluh

Darah

Viremia

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Mual , muntah,

anoreksia

Wajah kemerahan

Permeabilitas Pembuluh

Darah

Komponen darah keluar dari

Pembuluh Darah

Trombosit keluar dari

Pembuluh Darah

Hematemesis

Ptekie, ekimosisEpistaksisPerdarahan

Perdarahan kulitPerdarahan

saluran

cerna

Resiko syok

hipovolemiaTrombositopenia

Kekurangan volume cairan

Page 7: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,

bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus

sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan

reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan

peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran

palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit

sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal

tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika

shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.

Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi

perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi

terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup

dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam

kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh

manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga

dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler

sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2)

agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan

fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari

sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau

mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2)

kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan

koagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan

pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat

ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :

1. Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia

(mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994).

2. Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI

(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah :

Page 8: 135070209111001 HARRI SUSANTI

- Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20

dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi

kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan

meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.

- Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium

rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 )

- Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam

atau 4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-

foto dada, elektro kardio gram, kreatinin serum.

Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1997:

a. Klinis:

- Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

- Manifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple

leed).

- Pembesaran hepar.

- Syock yang ditandai dengan nadi lemah,cepat, tekanan darah menurun,

akral dingin dan sianosis, dan gelisah.

b. Laboratorium:

- Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih

dari 20%.

H. DIAGNOSA BANDING

1. Belum / tanpa renjatan :

Campak

Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok pnyakit

exanthem, hepatitis, chikungunya)

2. Dengan renjatan

Demam tipoid

Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

3. Dengan perdarahan

Leukimia

Anemia aplastik

4. Dengan kejang

Ensefalitis, Meningitis

Page 9: 135070209111001 HARRI SUSANTI

I. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

1. Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular

lebih didasarkan atas pemeutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan

manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus

itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada vektornya.

(Soemarmo, 1998)

2. Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998)

a. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah

dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan

tinggi.

3. Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting

adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan

melakukan “3M” yaitu :

a. Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya

sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.

b. Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan

c. Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air

hujan seperti dilanjutkan di baliknya.(Rezeki S, 1998)

J. PENATALAKSANAAN

a. Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat

simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 1299). Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan

tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak

memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan

penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala

klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan, 1982).

Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu:

Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau

kejang–kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet

Page 10: 135070209111001 HARRI SUSANTI

positif/negatif, kesakitan, Hb dan Ht/PCV meningkat, panas disertai perdarahan,

panas disertai renjatan.

b. Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,

1994 adalah.

1. Belum atau tanpa renjatan:

Grade I dan II

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan

“surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan

asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan

Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

Terapi cairan

1) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk

anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan

BB < 10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh

susu secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum

sebanyak – banyaknya dan sesering mungkin.

3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan

infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita

dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik

untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

2. Dengan Renjatan ;

Grade III

1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg

dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral

Page 11: 135070209111001 HARRI SUSANTI

hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi

dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung

berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi

cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi

waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan

cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam

keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat

lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau

plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg

BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun

waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL

sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah

masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg

BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80

mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut

harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau

lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal

30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

K. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan

kematian pada anak, remaja dan dewasa.

Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita

DHF. Tetapi kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada

anak laki-laki.

Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar

Page 12: 135070209111001 HARRI SUSANTI

saja, kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan

sampai di pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu

relatif singkat.

b. Keluhan utama

Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala,

lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan,

panas. Sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual, muntah dan

penurunan nafsu makan.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit

DHF yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit

itu bisa terulang dengan strain yang berbeda.

e. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu.

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam

satu rumah atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat

menentukan karena penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk aides

aigepty.

f. Riwayat kesehatan lingkungan

DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:

Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama

hidup dan berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat

penampungan air bersih, seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum

burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. Dengan

jarak terbang nyamuk + 100 meter.

Aedes albapictus.

g. Riwayat tumbuh kembang

Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti

patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB

pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7

kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3

Page 13: 135070209111001 HARRI SUSANTI

kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter

menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi

ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm,

dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5

cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.

a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa

bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak

dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak

peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan

motorik dan bahasanya.

b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase

oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak

berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat

dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke

ayahnya ).

c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional

yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7

tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat

dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai

melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,

memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan

peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan

keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah untuk

menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,

jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin,

membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –

Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama

pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi

perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.

Page 14: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari

2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata

menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti

binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima

atau memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan

permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang

lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia

mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain

yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan

pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,

berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

h. Riwayat Imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain :

BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

i. Riwayat Nutrisi Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan

kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat

badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi= BBSekarang

BBideal×100 %

Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi buruk kurang dari 60%

Gizi kurang 60 % - <80 %

Gizi baik 80 % - 110 %

Obesitas lebih dari 120 %

j. Dampak Hospitalisasi

Sumber stressor :

1) Perpisahan

a) Protes : pergi, menendang, menangis

b) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

c) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

2) Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,

ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

Page 15: 135070209111001 HARRI SUSANTI

3) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

4) Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

k. .Pemeriksaan Fisik

1) Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal,

tachypnea, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi

terdengar ronchi, effusi pleura (crackless).

2) Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan

dan hemokonsentrasi.Pada grade II disertai perdarahan spontan di kulit

atau perdarahan lain. Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi yaitu

nadi cepat dan lemah (tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi,

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, kulit dingin dan lembab.Pada

grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

3) Sistem Persyarafan / neurologi

Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV

gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma. Grade 1 sampai

dengan IV dapat terjadi kejang, nyeri kepala dan nyeri di berbagai bagian

tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di belakang bola mata.

4) Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada

grade III, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna

merah.

5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri

tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati

(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus,

abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat

menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).

6) Sistem integumen

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam

makulopapular.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a) Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus

Page 16: 135070209111001 HARRI SUSANTI

dengue (viremia).

b) Defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

d) Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan/

Masalah

Kolaborasi

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

1. Hipertermia

Definisi : suhu tubuh

naik diatas rentang

normal

Batasan Karakteristik:

kenaikan suhu

tubuh diatas

rentang normal

serangan atau

konvulsi (kejang)

kulit kemerahan

pertambahan RR

takikardi

saat disentuh

tangan terasa

hangat

Faktor faktor yang

berhubungan :

NOC :

Thermoregulation

Kriteria Hasil :

Suhu tubuh

dalam rentang

normal

Nadi dan RR

dalam rentang

normal

Tidak ada

perubahan warna

kulit dan tidak

ada pusing

NIC :

Fever treatment

Monitor suhu sesering mungkin

Monitor IWL

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tekanan darah, nadi dan

RR

Monitor penurunan tingkat

kesadaran

Monitor WBC, Hb, dan Hct

Monitor intake dan output

Berikan anti piretik

Berikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam

Selimuti pasien

Lakukan tapid sponge

Kolaborasipemberian cairan

intravena

Kompres pasien pada lipat paha

dan aksila

Tingkatkan sirkulasi udara

Berikan pengobatan untuk

Page 17: 135070209111001 HARRI SUSANTI

- penyakit/ trauma

- peningkatan

metabolisme

- aktivitas yang

berlebih

- pengaruh

medikasi/anastesi

- ketidakmampuan/

penurunan

kemampuan untuk

berkeringat

- terpapar

dilingkungan panas

- dehidrasi

- pakaian yang tidak

tepat

mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

Monitor suhu minimal tiap 2 jam

Rencanakan monitoring suhu

secara kontinyu

Monitor TD, nadi, dan RR

Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi

dan hipotermi

Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi

Selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh

Ajarkan pada pasien cara

mencegah keletihan akibat panas

Diskusikan tentang pentingnya

pengaturan suhu dan

kemungkinan efek negatif dari

kedinginan

Beritahukan tentang indikasi

terjadinya keletihan dan

penanganan emergency yang

diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi

dan penanganan yang diperlukan

Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

Monitor VS saat pasien berbaring,

duduk, atau berdiri

Page 18: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Auskultasi TD pada kedua lengan

dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernapasan

abnormal

Monitor suhu, warna, dan

kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari

perubahan vital sign

2. Defisit Volume

Cairan

Definisi : Penurunan

cairan intravaskuler,

interstisial, dan/atau

intrasellular. Ini

mengarah ke

dehidrasi, kehilangan

cairan dengan

pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik:

- Kelemahan

- Haus

NOC:

Fluid balance

Hydration

Nutritional Status :

Food and Fluid

Intake

Kriteria Hasil :

Mempertahankan

urine output sesuai

dengan usia dan BB,

BJ urine normal, HT

normal

Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam

NIC :

Fluid management

Timbang popok/pembalut jika

diperlukan

Pertahankan catatan intake dan

output yang akurat

Monitor status hidrasi

( kelembaban membran mukosa,

nadi adekuat, tekanan darah

ortostatik ), jika diperlukan

Monitor hasil lAb yang sesuai

dengan retensi cairan (BUN , Hmt

, osmolalitas urin )

Monitor vital sign

Page 19: 135070209111001 HARRI SUSANTI

- Penurunan turgor

kulit/lidah

- Membran

mukosa/kulit

kering

- Peningkatan

denyut nadi,

penurunan

tekanan darah,

penurunan

volume/tekanan

nadi

- Pengisian vena

menurun

- Perubahan status

mental

- Konsentrasi urine

meningkat

- Temperatur tubuh

meningkat

- Hematokrit

meninggi

- Kehilangan berat

badan seketika

(kecuali pada

third spacing)

Faktor-faktor yang

berhubungan:

- Kehilangan

volume cairan

secara aktif

- Kegagalan

mekanisme

batas normal

Tidak ada tanda

tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor

kulit baik, membran

mukosa lembab,

tidak ada rasa haus

yang berlebihan

Monitor masukan makanan /

cairan dan hitung intake kalori

harian

Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan

Berikan diuretik sesuai interuksi

Berikan cairan IV pada suhu

ruangan

Dorong masukan oral

Berikan penggantian nesogatrik

sesuai output

Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

Tawarkan snack ( jus buah, buah

segar )

Kolaborasi dokter jika tanda

cairan berlebih muncul meburuk

Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

Page 20: 135070209111001 HARRI SUSANTI

pengaturan

3. Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Definisi : Intake

nutrisi tidak cukup

untuk keperluan

metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 %

atau lebih di

bawah ideal

- Dilaporkan

adanya intake

makanan yang

kurang dari RDA

(Recomended

Daily Allowance)

- Membran

mukosa dan

konjungtiva pucat

- Kelemahan otot

yang digunakan

untuk

menelan/mengun

yah

- Luka, inflamasi

pada rongga

mulut

- Mudah merasa

kenyang, sesaat

NOC :

Nutritional Status :

food and Fluid

Intake

Nutritional Status :

nutrient Intake

Weight control

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

Mampumengidentifi

kasi kebutuhan

nutrisi

Tidak ada tanda

tanda malnutrisi

Menunjukkan

peningkatan fungsi

pengecapan dari

menelan

Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang berarti

NIC :

Nutrition Management

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

Berikan makanan yang terpilih

( sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

Ajarkan pasien bagaimana membuat

catatan makanan harian.

Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi

Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam batas normal

Monitor adanya penurunan berat

badan

Monitor tipe dan jumlah aktivitas

Page 21: 135070209111001 HARRI SUSANTI

setelah

mengunyah

makanan

- Dilaporkan atau

fakta adanya

kekurangan

makanan

- Dilaporkan

adanya

perubahan

sensasi rasa

- Perasaan

ketidakmampuan

untuk mengunyah

makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB

dengan makanan

cukup

- Keengganan

untuk makan

- Kram pada

abdomen

- Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal

dengan atau tanpa

patologi

- Kurang berminat

terhadap

makanan

- Pembuluh darah

kapiler mulai

rapuh

- Diare dan atau

yang biasa dilakukan

Monitor interaksi anak atau orangtua

selama makan

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan

Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patah

Monitor mual dan muntah

Monitor kadar albumin, total protein,

Hb, dan kadar Ht

Monitor makanan kesukaan

Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

Monitor kalori dan intake nuntrisi

Catat adanya edema, hiperemik,

hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

Catat jika lidah berwarna magenta,

scarlet

Page 22: 135070209111001 HARRI SUSANTI

steatorrhea

- Kehilangan

rambut yang

cukup banyak

(rontok)

- Suara usus

hiperaktif

- Kurangnya

informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

berhubungan :

Ketidakmampuan

pemasukan atau

mencerna makanan

atau mengabsorpsi

zat-zat gizi

berhubungan dengan

faktor biologis,

psikologis atau

ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, dkk. 2008. Nursing Intervension Classification sixth edition. Philadelphia :

Elseiver

Effendy, Christine. 1995. Perawatan Pasien Dengue Haemoragic Fever. Jakarta : EGC

Page 23: 135070209111001 HARRI SUSANTI

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Edisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Fakultas

Kedokteran UI : Media Aescullapius.

Moorhead, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification sixth edition. Philadelphia : Elseiver

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Soedarto. 1990. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika.

Sumarmo. 1998. Prinsip Tepat Dalam Pencegahan dan Penanganan DHF. Jakarta : EGC

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Jakarta : Penerbit FKUI.