62
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Gedung merupakan salah satu bangunan yang banyak mengkonsumsi energi. Gedung ini banyak dimanfaatkan sebagai tempat perkuliahan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Konsusmsi energi pada setiap bengunan mempunyai standar masing-masing, sehingga perlu dilakukan penghematan dalam hal penggunaan energi listrik maupun yang lainnya. Dalam penggunaan energi yang ada pada bangunan itu terdiri dari beberapa kegunaan yakni untuk penerangan, AC, Chiller, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan konsusmsi energi yang ada pada gedung sangat besar. Untuk itu diperlukan cara- cara penghematan pada konsumsi energi pada gedung dengan cara melakukan audit di bidang energi. Audit tersebut meliputi audit di bidang listrik, penerangan, chiller, AC dan lain- lain. Dalam proses pengauditan bidang energi pada bangunan maka hal yang diproritaskan dalam hal pengauditan yakni di bidang chiller/pendingin dan penerangan, hal tersebut dikarenakan bidang ini mengkonsumsi energi paling besar pada bangunan. Sehingga kemungkinan adanya pemborosan energi itu sangat besar . II. Tujuan 1. Mengetahui kualitas daya listrik. 2. Mengetahui kualitas penerangan pada gedung di PT. TELKOM. 3. Mengetahui efektifitas dan kemampuan kerja peralatan pada pengkondisian udara di gedung TELKOM. III. Batasan Masalah Pada penyusunan laporan audit ini batasan masalah yang dikemukakan meliputi : Audit pada Sektor Publik 1

2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar Belakang Gedung merupakan salah satu bangunan yang banyak mengkonsumsi energi. Gedung

ini banyak dimanfaatkan sebagai tempat perkuliahan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Konsusmsi energi pada setiap bengunan mempunyai standar masing-masing, sehingga perlu dilakukan penghematan dalam hal penggunaan energi listrik maupun yang lainnya.

Dalam penggunaan energi yang ada pada bangunan itu terdiri dari beberapa kegunaan yakni untuk penerangan, AC, Chiller, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan konsusmsi energi yang ada pada gedung sangat besar. Untuk itu diperlukan cara-cara penghematan pada konsumsi energi pada gedung dengan cara melakukan audit di bidang energi. Audit tersebut meliputi audit di bidang listrik, penerangan, chiller, AC dan lain-lain.

Dalam proses pengauditan bidang energi pada bangunan maka hal yang diproritaskan dalam hal pengauditan yakni di bidang chiller/pendingin dan penerangan, hal tersebut dikarenakan bidang ini mengkonsumsi energi paling besar pada bangunan. Sehingga kemungkinan adanya pemborosan energi itu sangat besar .

II. Tujuan

1. Mengetahui kualitas daya listrik.2. Mengetahui kualitas penerangan pada gedung di PT. TELKOM.3. Mengetahui efektifitas dan kemampuan kerja peralatan pada pengkondisian

udara di gedung TELKOM.

III. Batasan MasalahPada penyusunan laporan audit ini batasan masalah yang dikemukakan meliputi : 1. Audit energi pada Gedung Kandatel pada sector kelistrikan dan penerangan.2. Audit energi pada gedung PT.Telkom pada sector chiller.

IV. Metodologi 1. Studi literatur berbagai standar relevan dengan pembahasan objek.2. Pengumpulan data dari data audit yang lalu.

V. Manfaat

1. Dapat mengetahui kualitas dari listrik di gedung kandatel.2. Dapat mengetahui kualitas penerangan pada gedung kandatel.3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan melakukan penghematan energi.4. Dapat mengetahui kualitas kinerja dari chiller dari PT.TELKOM.5. Dapat mengetahui peluang-peluang hemat energi pada chiller apabila ada

pemborosan penggunaan energi.

Audit pada Sektor Publik 1

Page 2: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Audit Kelistrikana. Parameter-parameter audit kelistrikan 1. Arus listrik

Arus listrik merupakan partikel bermuatan listrik yang mengalir pada suatu penghantar. Arus listrik mempunyai satuan ampere. Alat yang digunakan untuk mengukur arus liatrik adalah amperemeter dan power quality analyzer. Arus listrik yang akan diukur adalah arus linennya.

2. Tegangan listrik Tegangan listrik yaitu beda potensial antara dua penghantar yaitu

bermuatan listrik. besaran ini mempunyai satuan volt. Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan adalah voltmeter dan power quality analyzer.Tegangan fasa listrik dibedakan menjadi 2 bagian yaitu tegangan fasa-netral dan fasa-fasa. Tegangan yang akan diukur adalah tegangan fasa netral. Frekuensi merupakan salah satu parameter audit energi listrik. Toleransi frekuensi nominal yang digunakan di Indonesia adalah ± 0.2 % atau 50 Hz ± 1 Hz berdasarkan SNI 04-7021.2.1-2004.

3. Daya listrik Daya pada sistem kelistrikan di bagi menjadi 3 bagian yaitu daya aktif,

daya reaktif dan daya semu. a. Daya aktif adalah daya sebenarnya yang dibutuhkan oleh beban. Parameter

ini dinyatakan dalam satuan watt. P 1 fasa = V L-N x I x cos q (watt) P 3 fasa = 3 x V L-N x I x cos q (watt)

Keterangan V L-N = Tegangan fasa netral (V)I = Arus (A)Cos q = faktor daya

b. Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan oleh ban induktif. Parameter ini dinyatakan dalam satuan VAR.

Q 1 fasa = V L-N x I x Sin Q Q 3 fasa = 3 x V L-N x I x Sin Q

c. Daya semu adalah penggabungan antara daya nyata dengan daya reaktif S 1 fasa = V L-N x I S 3 fasa = 3 x V L-N x I

4. Faktor Daya

Audit pada Sektor Publik 2

Page 3: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu. Penjumlahan daya dilakukan dengan metoda penjumlahan vector, sehingga memunculkan apa yang disebut segitiga daya.

5. Harmonisa Arus dan Harmonisa Tegangan Harmonisa adalah gelombang sinusoidal yang frekuensinya merupakan

kelipatan bulat dan fundamentalnya (di luar frekuensi dasar). Harmonisa ini dapat dikatakan sebagai gelombang cacat.

2.2 Audit Pencahayaan 1. Tingkat Pencahayaan a. Definisi

Tingkat pencahayaan adalah besarnya cahaya yang dibutuhkan untuk menerangi suatu ruangan.

b. Besarnya tingkat pencahayaan

Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat pencahayahaan rata-rata pada bidang kerja. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan :

Erata-rata = Ftotal xkp x kd

AF total = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen)A = Luas bidang kerja (m2)Kp = koefisien penggunaanKd = koefisien depreisiasi (penyusutan)

c. Daya Pencahyaan1. Definisi

Daya pencahayaan adalah daya listrik yang digunakan untuk pencahayaan dibagi dengan luas ruangan.

2. Besarnya daya pencahayaan Besarnya daya pencahayaan yang ditentukan oleh persamaan :

Pc = PtA

Pc = Daya pencahayaan (W/m2)Pt = Daya listrik yang dikonsumsi lampu (W)A = Luas ruangan (m2)

Audit pada Sektor Publik 3

Page 4: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

2.3 Audit Chillera. Komponen –komponen pada chiller

Komponen utama pada chiller adalah evaporator, kondensor, kompresor dan katup ekspansi. Selain itu juga ada komponen-komponen penunjang yaitu pompa dan menara pendingin. 1. Kompresor

Kompresor ini memegang peranana yang penting dalam sistem pengkondisian udara. Fungsi kompresor adalah menghisap refrigran bertekanan rendah dari evaporator yang bkemudian menekannya sehingga mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi , dan dialirkan ke kondensor.

Pada sistem refrigasi kompresor bekerja membuat perbedaan tekanan sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang lain dari sistem.karena adanya perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah maka refrigan cair dapat mengalir melalui alat pengatur refrigran (alat ekspansi) ke evaporator.

2. Kondensor Kondensor merupakan alat yang terjadinya perpindahan panasyang

terjadi antara refrigran dan media pendingin. Panas dari uap refrigran yang bersuhu tinggi keluar melewati dinding-dinding kondensor ke media kondensasi sehingga uap refrigran akan didinginkan hingga fasanya berubah menjadi cair.

3. Evaporator Evaporator merupakan sebuah alat tempat penguapan refrigran yang

berasal dari katup ekspansi. Penguapan ini bertujuan untuk mengambil panas dari bahan atau ruangan yang akan didinginkan

4. Katup ekspansi Katup ekspansi adalah alat kontrol aliran yang mempunyai fungsi

sebagai berikut : a. Mengatur aliran refrigran dari liquid line ke evaporator sesuai dengan

laju aliran / penguapan cairan refrigran di evaporator. b. Menjaga beda tekanan di sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah.

5. Menara pendingin (cooling tower)Merupakan menara untuk mendinginkan refrigan primer yang dipakai

untuk menurunkan temperature refrigran sekunder pada kondensor.

6. Pompa Pompa berfungsi unutk mendistribusikan refrigran sekunder (air).

Pompa-pompa ini terdiri dari : a. Cooling water pump (CWP), untuk mensirkulasikan air yang menuju

kondensor dari cooling tower.

Audit pada Sektor Publik 4

Page 5: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

b. Chilled Water Pump Primer (CHWP), untuk mendistribusikan air dari AHU menuju ke evaporator.

c. Chilled Water Pump Sekunder (CHWPS), untuk mendistribusikan air dari evaporator ke AHU.

b. Siklus refrigrasi kompresi uap Siklus refrigrasi kompresi uap ideal

Untuk sistem yang sederhana (hanya menggunakan komponen utama), siklus sistem refrigasi sederhana dapat digambar sebagian berikut.

Gambar 2.1 Siklus Refrigran Sederhana

Siklus di atas jika digambarkan dalam diagram P-h, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2 Siklus Refrigasi Kompresi Uap Ideal

Audit pada Sektor Publik 5

Page 6: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Keterangan4 – 1: Terjadi proses penguapan di evaporator (cair – uap)1 – 2: Terjadi proses pemampatan di kompresor (uap)2 – 3: Terjadi proses pengembunan di kondensor (cair – uap)3 – 4: Terjadi proses penurunan tekanan yang terjadi di katup ekspansi (cair)

c. Rumus perhitungan yang digunakan Penyerapan kalor di Evaporator

Refrigran yang melewati evaporator akan dipanaskan hingga menjadi uap, panas tersebut berasal dari ari yang keluar dari AHU setelah menyerap panas dari lingkungan. Jumlah energi yang dilepas oleh air ketika berada di evaporator terhadap refrigran dapat diperoleh dengan persamaan berikut ini:

Qe = ve x 8.33 x 60 x SpHt x (Tei –Teo)

DimanaQe = energi yang dilepas air di evaporator (Btu/Jam)SpHt = panas jenis air (Btu/Kg 0F) = 1Tie = Temperatur air yang masuk ke evaporator (0F)Toe = Temperatur air yang keluar dari evaporator

Pelepasan kalor di kondensor Pada kondensor mengalir sejumlah air yang berguna untuk

menurunkan temperatur refrigran di kondensor. Persamaan berikut dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh air di konsensor.

Qk = vk x 8.33 x 60 x SpHt x (Tok –Tik )

DimanaQk = Energi yang dilepas air di kondesor (Btu/Jam)vk = laju air yang melewati kondensor (GPM)SpHt = panas jenis air (Btu/Kg 0F) = 1

Tik = Temperatur air yang masuk ke kondensor (0F) Tok = Temperatur air yang keluar dari kondensor (0F)

Daya motor kompresorDaya kompresor merupakan energi listrik yang dibutuhkan oleh motor

penggerak untuk memutar kompresor yang berguna untuk menaikkan tekanan refrigran dikompresor.

Rumus di bawah ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan motor penggerak kompresor.

Qc = 1.732 x V x I x Cos q

Audit pada Sektor Publik 6

Page 7: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Dimana Qc = Energi listrik yang dibutuhkan motor penggerak kompresor (W) V = Tegangan motor penggerak kompresor

I = Arus penggerak motor kompresor Cos q= faktor daya

COPCOP atau coefficient of performance meerupakan pendekatan yang

dapat diambil untuk melihat kemampuan suatu sistem mesin pendingin. Besaran ini merupakan perbandingan antara kebutuhan energi listrik yan diperlukan dengan kapasitas pendinginan yang dihasilkan. Berikut persamaan untuk menghitung besarnya nilai COP dari suatu sistem pengendalian udara.

COP = Qe/ QcDimanaQe dalam ton refrigran (TR)Qc dalam kilowatt (kW)

Energi balanceEnergi balance merupakan suatu kesetimbangan energi yang terdapat

pada suatu sistem yang merupakan perbandingan antara jumlah energi yang masuk ke sistem dengan jumlah energi yang keluar sistem. Energi balance dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Eb = (Qe + Qc)/Qk(Pita E.G. 1981, Halaman: 353)

Audit pada Sektor Publik 7

Page 8: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

BAB IIIPRE AUDIT DAN AUDIT RINCI

3.1 Standar Parameter Dalam Audit3.1.1. Standar Audit Untuk Audit Kelistrikan

Untuk standar audit kelistrikan, parameter-parameter yang diukur dalam audit kelistrikan memiliki standar yang telah ditetapkan. Parameter-parameter tersebut meliputi tegangan, faktor daya, frekuensi, THDi, dan THDv. Sedangkan standar yang digunakan adalah standar dari SNI 04-7021.2.1-2004. Berikut standar yang telah ditetapkan untuk parameter-parameter tersebut.

Tabel 3.1 Standar Parameter Untuk Audit Kelistrikan

Parameter StandarTegangan 220 V± 5 %Faktor Daya ≥ 0.85Frekuensi 50 Hz ± 1 HzTHDi < 10 %THDv < 5 %

3.1.2. Standar Audit Untuk Penerangan Dalam penentuan batasan-batasan tentang audit penerangan, maka diberlakukan

standar untuk membatasi batasan untuk audit penerangan. Standar yang digunakan untuk audit penerangan di Indonesia yaitu SNI 03-6575,2001. Berikut yang menjadi parameter standar untuk audit penerangan.

Tabel 3.2 Standar Tingkat Pencahyaan Minimum

No Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (lux)1 Ruang kantor 3502 Ruang computer 3503 Ruang rapat 3004 Gudang arsip 1505 Ruang kelas 2506 Perpustakaan 3007 Laboratorium 5008 Koridor 1009 Kamar mandi 25010 Dapur 300

Audit pada Sektor Publik 8

Page 9: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Tabel 3.3 Standar Daya Pencahayaan Maksimum

No Fungsi Ruangan Daya Pencahayaan (W/m2 )1 Ruang kantor 152 Ruang computer 153 Ruang rapat 154 Gudang arsip 55 Ruang kelas 156 Perpustakaan 157 Laboratorium 158 Koridor 109 Kamar mandi 510 Dapur 5

3.1.3. Standar Audit ChillerPada audit chiller, salah satu yang menjadi standar acuan dalam proses pengauditan

selain dari name plate dari chiller tersebut , standar lain yang digunakan adalah standar-standar yang dikeluarkan oleh badan-badan yang menangani bidang ini. Salah satu standar mengenai chiller ini adalah standar yang dikeluarkan oleh ASHRAE, dan standar mengenai chiller ini tertuang dalam ASHRAE Std. 90.1. Berikut isi dari standar tersebut.

Tabel 3.4 Stndar Untuk Chiller

Equipment Type Size Category Minimum EfficientTest

ProcedureAir cooled, with condenser, electrically operated

< 150 Tons2,8 COP3,5 IPLV

ARI 550/590

Air cooled, with condenser, electrically operated

All capacities3,10 COP3,45 IPLV

ARI 550/590

Water cooled, Electrically Operated, Positive Displacement (reciprocating)

All capacities4,20 COP5,20 IPLV

ARI 550/590

Water cooled Electrically Operated, Positive Displacement (rotary screw and scroll)

<150 Tons4,45 COP5,20 IPLV

ARI 550/590≥150 Tons<300 Tons

4,90 COP5,60 IPLV

≥300 Tons5,5 COP

6.15 IPLVWater cooled Electrically Operated, centrifugal

<150 Tons5,0 COP

5,25 IPLVARI 550/590

≥150 Tons<300 Tons

5,55 COP5,90 IPLV

≥300 Tons 6,1 COP

Audit pada Sektor Publik 9

Page 10: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

6,40 IPLVAir Cooled Absorption Single Effect

All capacities 0.6 COP

ARI 560

Water Cooled Absorption Single Effect

All capacities 0.7 COP

Absorption Double Effect, Indirect Fired

All capacities1 COP

1.05 IPLV

Absorption Double Effect, Direct Fired

All capacities1 COP 1 IPLV

Keterangan : COP = kW of Cooling/ kW

3.2 Pre Audit 3.1.1. Konsumsi Listrik

Pada bagian pre audit ini merupakan pengenalan PT.Telkom mengenai konsumsi listrik berdasarkan data rekening PLN minimal selama 1 tahun untuk mengetahui konsumsi energi listriki pada gedung tersebut. Berdasarkan hasil pre audit yang telah di lakukan pada gedung PT.Telkom Bandung, maka diperoleh data konsumsi energi listrik sebagai berikut:

Tabel 3.5 Konsumsi Energi Listrik di PT.TELKOM

Bulan KwhApril 2007 584569Mei 2007 590072Juni 2007 597923Juli 2007 589012Agustus 2007 589456September 2007 591284Oktober 2007 605678November 2007 601534Desember 2007 612970Januari 2008 578923Februari 2008 576534Maret 2008 569734April 2008 587280Mei 2008 583505Juni 2008 590791

Audit pada Sektor Publik 10

Page 11: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

April_2

007

Mei_

2007

Juni_2

007

Juli_

2007

Agustu

s _2007

Septem

ber_2

007

Oktober

_2007

November

_2007

Desem

ber_2

007

Januar

i_2008

Febru

ari_2

008

Mar

et_2008

April_2

008

Mei_

2008

Juni_2

008540,000

550,000

560,000

570,000

580,000

590,000

600,000

610,000

620,000

Konsumsi Listrik PT. Telkom Bandung

Gambar 3.1 Grafik Konsumsi energi listrik per bulan di Gedung Kandatel

3.1.2. Single line diagram (terlampir)3.1.3. Denah Gedung (terlampir)3.1.4. Kondisi gedung

Kondisi gedung ayang akan di audit memliki karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari 3 lantai Menghadap ke arah selatan Lantai 1 untuk & kedua sebagai ruang kerja, ruang personil dan ruang perangkat Lantai 3 untuk ruang kerja kantor Flexsi Pemakaian Gedung 08.00-16.00 WIB.

Selain itu juga, gedung memiliki karakteristik luas dan lampu yang terpasang di setiap ruangan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Luas dan Jumlah Lampu di Gedung TelkomWaktu Pengamatan : Senin, 15 September 2008 Jam ; 09.00-15.00 WIB

NO Nama Ruangan Luas (m2)

Lampu

Jenis Jumlah

1 Ruang Rectifier EWSD 42.8 TL 36 W 5

2 Ruang Personil Sentral 52.3 TL 36 W 10

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 52.2 TL 36 W 8

Audit pada Sektor Publik 11

Page 12: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 74 TL 36 W 8

5 Ruang Catu Daya 30.3 TL 36 W 3

6 Ruang Baterai I 28.8 TL 36 W 4

7 Ruang Baterai II 54.0 TL 36 W 8

8 Ruang Kasubdin ME 12.6 TL 36 W 4

9 Ruang Personil Catu Daya 48.4

TL 36 W 2

CFL 20 W 2

10 Ruang Dapur 7.7 TL 36 W 1

3.2 Audit Rinci3.2.1. Audit Listrik

a. Titik dan parameter pengukuranTitik parameter pengukuran ini merupakan titik dimana alat ukur dipasang

untuk mengetahui besaran-besaran yang menjadi parameter dalam proses audit listrik. Parameter-parameter yang menjadi acuan pada audit kelistrikan di gedung PT.Telkom ini adalah:

Tabel 3.6 Parameter-parameter pengukuran pada audit listrik

Titik Pengukuran Parameter Pengukuran

SDP

(Sbagai berikut ub Distribution Panel)

Tegangan fasa-netral

Arus Fasa

Frekuensi

Daya Aktif, Reaktif, Semu

Faktor Daya

THDv

Audit pada Sektor Publik 12

Page 13: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

THDi

Sedangkan titik pengukuran yang dilakukan pada gedung PT. Tekom adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Diagram disribusi listrik di gedung A Gedung Kandatel

KeteranganMDP = Main Distribution Panel SDP = Sub Distribution Panel P1 = Titik Pengukuran SDP pada MDP I P2 = Titik Pengukuran SDP pada MDP IIP3 = Titik Pengukuran SDP pada MDP III

b. Data Hasil PengukuranBerdasarkan titik pengukuran tersebut diperoleh data mengenai kualitas

sumber listrik di Gedung A PT.Telkom Bandung sebagai berikut:

Audit pada Sektor Publik 13

Page 14: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Table 3.7 Hasil pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 1 di Gedung Kandatel

Waktu pengamatan : 16 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB

NOTitik

PengukuranFasa

Tegangan (V)

Frekuensi (Hz)

I (Arus)P (kW)

Q (kVAR)

S (kVA)

Cos q THDv (%) THDi (%)

I n I fasa

1SDP

Penerangan

R 219.2 50.3 4.08 5.33 0.97 0.65 1.17 0.83 3.4 14.3

S 218.2 49.9 4.08 2.4 0.43 0.32 0.54 0.81 3.5 35.8

T 216.9 49.8 4.08 3.98 0.70 0.5 0.86 0.82 3.8 51.9

2SDP P.P ½ R. Rectifier

R 217.3 50.2 13.2 28.85 5.85 2.06 6.2 0.94 3.3 11.6

S 222.2 50.1 13.2 18.08 3.56 1.82 4 0.89 3.1 12.7

T 219.3 50.1 13.2 19.38 4.07 1.17 4.23 0.96 3.2 11.7

3SDP. 1/1 R.

Rectifier

R 218.7 50.3 6.59 4.8 1.01 0.28 1.05 0.97 3.4 13.3

S 223 50.3 6.59 7 0.01 0.06 0.06 0.14 3.2 53.3

Audit pada Sektor Publik 14

Page 15: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

T 221.55 50.2 6.59 0.84 0.16 0.09 0.19 0.89 3.1 20.9

4

SDP LP 1.4 (SDP

Koridor DALNET)

R 217.2 50.3 12.5 12.73 2.46 1.43 2.84 0.87 3.5 42.3

S 218.2 50 12.5 1.85 0.21 0.34 0.41 0.52 3.5 18.9

T 215.3 50.1 12.5 9.31 1.89 0.66 2.01 0.94 3.6 25.5

5 SDP MDF

R 216.9 50.1 14.88 14.49 2.13 2.31 3.14 0.68 3.5 12.6

S 217.2 50.1 14.88 0.2 0.04 0.04 0.04 0.96 3.6 12.3

T 214.3 49.9 14.88 5.08 0.97 0.97 1.09 0.89 3.5 33.2

6 SDP LP 1/3

R 216.9 50.4 4 8.83 1.77 1.77 1.92 0.92 3.3 16.2

S 217.2 50.3 4 8.81 1.65 1.65 1.91 0.87 3.2 15.8

T 215.4 49.9 4 6.38 1.27 1.27 1.37 0.93 3.6 22.9

Tabel 3.8 Hasil Pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 2 di Gedung Kandatel

Waktu pengamatan : 17 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB

Audit pada Sektor Publik 15

Page 16: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

NO Titik

Pengukuran Fasa

Tegangan (V)

Frekuensi (Hz)

I (Arus)

P (kW) Q

(kVAR) S

(kVA) Cos q

THDv (%)

THDi (%)

I n I fasa

1 SDP R. Genset

R 221 50 6.83 1.07 0.14 0.19 0.24 0.58 3.5 19.1

S 218.4 49.9 6.83 6.72 1.45 0.28 1.48 0.98 3.8 19.3

T 221.7 50.2 6.83 0.13 0.02 0.02 0.03 0.62 3.6 24.4

2 SDP II/3 R.

Sentral

R 221.2 50.1 6.62 2.91 0.2 0.61 0.64 0.31 3.7 8.4

S 221 50.1 6.62 5.01 1.06 0.31 1.1 0.96 3.4 16.7

T 220 50.2 6.62 4.3 0.87 0.36 0.95 0.92 3.7 12.4

3 SDP. I/2 R.

Sentral

R 218.2 49.7 4.64 1.84 0.34 0.21 0.41 0.85 3.5 50.1

S 217.8 49.9 4.64 5.54 1.08 0.54 1.2 0.89 3.6 28.2

T 216.4 50.1 4.64 2.47 0.48 0.24 0.54 0.9 3.6 19.3

4 SDP

Penerangan 1

R 215.5 49.6 0.02 9.09 1.77 0.84 1.96 0.91 3.3 31

S 211.3 49.6 0,02 6.91 1.21 0.82 1.46 0.83 3.6 31.5

T 212.7 49.7 0.02 9.49 1.9 0.68 1.99 0.94 3.4 22.8

Audit pada Sektor Publik 16

Page 17: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

5 SDP AC

(2.5 pk)

R 214.1 50.1 27.02 30.30 5.94 1.76 6.2 0.96 3.4 12.5

S 215.8 50.2 27.02 18.19 3.60 1.25 3.8 0.95 3.5 16.3

T 216.2 50 27.02 0.69 2.16 0.57 2.24 0.96 3.7 20

6 SDP AC

(5 pk)

R 207.3 50.3 3.37 7.63 1.46 0.63 1.59 0.92 3.5 6.5

S 210.1 49.8 3.37 13.82 2.51 1.5 2.93 0.86 3.3 7.2

T 209.7 50.2 3.37 11.14 2.2 0.7 2.31 0.95 3.5 4.5

7 SDP

Penerangan 2

R 217.1 50.2 1 0.33 0.07 0.01 0.07 0.98 3.3 8

S 216.1 49.9 1 1.98 0.24 0.35 0.43 0.57 3.5 11

T 214.5 49.6 1 2.84 0.47 0.33 0.57 0.81 3.7 47.8

Audit pada Sektor Publik 17

Page 18: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Table 3.9 Hasil Pengukuran kualitas sumber listrik pada lantai 3 di Gedung Kandatel

Waktu pengamatan : 18 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB

NOTitik

PengukuranFasa

Tegangan (V)

Frekuensi (Hz)

I (Arus)

P (kW)Q

(kVAR)S

(kVA)Cos q THDv (%)

THDi (%)

I n I fasa

1SDP

R.Penerangan LP III/2

R 215 50 4.79 4.69 0.76 0.66 1.01 0.76 3.6 63.6

S 214.6 49.9 4.79 3.46 0.61 0.42 0.75 0.82 3.4 53.2

T 212.7 49.7 4.79 1.58 0.27 0.19 0.33 0.82 3.6 56.6

2 SDP Perangkat

R 213 50.3 7.23 0.82 0.15 0.10 0.18 0.85 3.3 29

S 217 50.2 7.23 9.95 2.15 0.34 2.18 0.99 3.1 14

T 215.3 50.1 7.23 8.71 1.82 0.42 1.87 0.97 3.2 21.7

Audit pada Sektor Publik 18

Page 19: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

3.2.2. Audit PeneranganPada audit penerangan ini yang menjadi titik pengukura adalah tingkat pencahyaan

pada msaing-masing ruangan di Gedung Kandatel. Berdasarkan hasil pengukuran di dapat data sebagai berikut pada masing-masing ruangan.

Tabel 3.10 Data Pengukuran Tingkat Pencahayaan

Waktu pengamatan : 15 September 2008 Jam ; 09.00 - 15.00 WIB

No Nama Ruang Intensitas Cahaya (Lux)

1 Ruang Rectifier EWSD 187.9

2 Ruang Personil Sentral 350.8

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 207.1

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 87.4

5 Ruang Catu Daya 292

6 Ruang Baterai I 59.2

7 Ruang Baterai II 105.5

8 Ruang Kasubdin ME 224.8

9 Ruang Personil Catu Daya 204.8

10 Ruang Dapur 80.7

Setelah dilakukan pengukuran intensitas cahaya pada tiap ruangan, kemudian dilanjutkan kepada pengukuran temperatur dan kelembaban ruangan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :

Table 3.11. Temperatur dan Kelambaban Ruangan

No Nama RuangTemperatur

(0C)Kelembaban (%)

1 Ruang Rectifier EWSD 22.9 38

2 Ruang Personil Sentral 25.8 56.4

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 27.8 50.5

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 20 48.5

5 Ruang Catu Daya 25.3 57.6

6 Ruang Baterai I 26.3 52.1

7 Ruang Baterai II 25.7 55.1

Audit pada Sektor Publik 19

Page 20: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

8 Ruang Kasubdin ME 23.2 56

9 Ruang Personil Catu Daya 28.4 59

10 Ruang Dapur 26.5 53.9

3.2.3. Audit Chiller a. Name Plate

Chiller yang ada di Gedung PT.Telkom ini memiliki jumlah 3 buah dengan spesifikasi yang sama. Berikut adalah spesifikasi dari chiller yang digunakan di PT.Telkom.

DATA TEKNIS CENTRIFUGAL WATER CHILLER Main specification

Refrigerant capacity : 355 TORChilled water inlet temp : 12.2 °C (54 °F)Chilled water outlet temp : 6.7 °C (44 °F)Chilled water volume : 193.3 m3/HCondenser water inlet temp : 29,4 °C (85 °F)Condenser water outlet temp : 30,0 °C (95 °F)Condenser water volume : 237.3 m3/HRefrigerant (charge volume) : R11 256 kgLubrication oil volume : 631Compressor motor : 267 kW, 2 PPower source : 380 V, 50 Hz, 3 PhaseAmpere : 486 ARotation : 2930 rpmWeight : 5 tonInstallation : 1988/1989

Auxiliariesa. Oil pump : 0,75 kW, 3 phase

Power source : 380 V, 50 Hz, 3 phaseb. Oil heater : 0,75 kW, 3 phase

Power source : 380 V, 50 Hz, 1 phase

Physical dataCompressor type : hermatic single compressorLubrication systemType : forced feed lubrication by trochoid pumpMotor : 4 pole, 50 Hz, 380 V, 0,75 kW oil cooledCondenserType : shell and tubeCooling tubes : copper tubes

Audit pada Sektor Publik 20

Page 21: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

EvaporatorType : shell and tubeCooling tubes : copper tubes

b. Titik PengukuranTitik pengukuran yang dilakukan pada chiller ini dilakukan pada beberapa

titik. Berikut titik pengukuran yang dilakukan pada chiller di Gedung PT. Telkom:

Gambar 3.3 Titik pengkuran pada chiller

Keterangan T1 : Temperatur air masuk evaporator T2 : Temperatur air keluar evaporator T3 : Temperatur air keluar kondensor T4 : Temperatur air masuk kondensor f1 : Laju aliran di evaporator f2 : Laju Aliran di kondensor

c. Data Hasil Pengukuran Berdarkan titik-titik pengukuran di atas diperoleh data sebagai berikut ini:

Audit pada Sektor Publik 21

Page 22: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Tabel 3.12 Data Hasil Pengukuran Chiller di Gedung PT. Telkom

Tanggal 4 mei 5 mei 6 mei

waktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00

jenis chiller 1 3 1 3 1 3

     

temp masuk eveporator (°F) 55.4 56.3   55.4 55.4 56.4 53.6 54.5 53.6 55.4 55.4   54.5 54.5   54.4 55.4 56.3

temp keluar eveporator (°F) 45.5 45.5   45.05 45.5 45.5 45.5 45.5 44.5 45.5 45.5   45.5 46.5   46.5 46.4 46.4laju alir air di evaporator

(GPM) 552 552   552 552 552 551 551 551 553 553   553 553   553 553 553

                                   

temp keluar kondensor (°F) 95 95   94.1 93.2 94.1 92.3 93.2 93.2 94.1 94.1   94.1 9.41   94.1 94.1 95

temp masuk kondensor (°F) 86.9 86   86 86 85.1 85.1 85.1 86 86.9 86.9   86.9 86.9   86.9 86.9 86.9laju alir air di kondensor

(GPM) 738 738   738 738 738 738 738 738 738 738   738 738   738 738 738

                                   

tegangan (Volt) 370 360   375 360 360 370 360 370 360 360   360 360   370 370 360

arus (Ampere) 450 445   430 430 420 440 430 410 440 450   440 450   430 430 410

Audit pada Sektor Publik 22

Page 23: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Tanggal 7 mei 10 mei 11 meiwaktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00

jenis chiller 1 3 1 2 1 2     

temp masuk eveporator (°F) 54.5 54.5   54.5 54.4 55.4 54.5 54.5 53.6 55.4 55.4 55.4 55.4 55.4   53.6 53.6 55.4temp keluar eveporator (°F) 45.5 44.6   45.5 45.5 45.5 46.4 45.5 44.5 47.3 46.5 47.3 46.5 46.5   44.6 44.6 44.6

laju alir air di evaporator (GPM) 551 551   551 551 551 551 551 551 551 551 551 548 548   548 548 548

                                   temp keluar kondensor (°F) 94.1 95   93.2 94.1 94.1 94.1 95 93.2 94.1 95 94.1 95 96   95 94.1 94.1temp masuk kondensor (°F) 86 86.9   86 86.9 86 86.9 87.8 86 86.9 87.8 86.9 87.8 87.8   87.8 86.9 86

laju alir air di kondensor (GPM) 738 738   738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738   738 738 738                                   

tegangan (Volt) 365 365   365 365 370 365 365 730 365 360 370 360 360   365 370 365arus (Ampere) 440 450   430 420 410 440 430 410 440 430 420 430 450   420 410 420

Tanggal 12 mei 14 mei 17 meiwaktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00

jenis chiller 1 2 1 2 1 2     

temp masuk eveporator (°F) 54.5 54.5   54.5 55.4   55.4 55.4   55.4 55.4 55.4 54.4 54.5   55.4 55.4 55.4temp keluar eveporator (°F) 45.5 44.6   45.5 45.5   45.5 46.4   46.4 46.5 45.5 46.4 45.5   46.6 45.5 44.6

laju alir air di evaporator (GPM) 549 549   549 549   552 552   552 552 551 549 549   549 549 549                                   

temp keluar kondensor (°F) 95 95   95 95   95 95   95 94.1 95 95 96   94.1 95 95temp masuk kondensor (°F) 86.9 87.8   87.8 86.9   86.9 86.9   86.9 86.9 86.9 87.8 87.8   86.9 86.9 86

laju alir air di kondensor (GPM) 738 738   738 738   738 738   738 738 738 738 738   738 738 738                                   

tegangan (Volt) 365 365   365 375   365 360   365 370 365 365 365   370 375 375Tanggal 18 mei 19 mei 20 meiwaktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00

jenis chiller 1 2 1 2 1 2     

Audit pada Sektor Publik 23

Page 24: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

temp masuk eveporator (°F) 53.6 54.5   54.5 55.4 55.4 53.6 54.5 54.5 53.6 54.5 54.5 53.6 54.5   55.4 55.4 55.4temp keluar eveporator (°F) 44.6 44.6   44.6 45.5 45.5 44.6 44.6 44.6 44.6 45.5 46.4 44.6 44.6   46.6 46.4 44.6

laju alir air di evaporator (GPM) 549 549   549 549 549 551 551 551 551 551 551 551 551   551 551 551

                                   temp keluar kondensor (°F) 95 95   94.1 95 95 93.2 94.1 92.3 93.2 95 95 93.2 96   94.1 94.1 94.1temp masuk kondensor (°F) 86.9 86.9   86 86.9 86.9 86 86 86 86 87.8 89.6 86 86.9   86.9 86.9 85.1

laju alir air di kondensor (GPM) 738 738   738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738   738 738 738

                                   tegangan (Volt) 365 365   385 385 370 375 365 365 375 360 370 375 375   360 360 360arus (Ampere) 440 440   440 440 420 440 440 440 440 410 420 440 440   410 410 430

Tanggal 21 mei 24 mei 20 mei

waktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00 7:3011:3

016:0

0 7:3011:3

016:0

0 7:3011:3

0 16:00 7:3011:3

016:0

0jenis chiller 1 2 1 2 1 2

     temp masuk eveporator

(°F) 55.4 55.4 51.8 57.2 58.1 57.2 55.4 53.6 53.6 55.4 55.4 54.5 54.5 53.6 54.5 54.5 53.6  temp keluar eveporator

(°F) 47.3 46.4 45.5 48.2 48.2 49.1 44.6 44.6 44.6 46.4 46.4 46.4 45.5 44.6 46.4 46.6 44.6  laju alir air di evaporator

(GPM) 551 551 551 551 551 551 550 550 550 550 550 550 549 549 550 549 549                                     

temp keluar kondensor (°F) 95 95 94.1 95 94.1 95 94.1 95

93.65 94.2 95 95 94.1 941 95 94.1 94.1  

temp masuk kondensor (°F) 87.8 87.8 87.8 88.6 86 87.8 86 86.9 87.7 86.8 87.8 87.8 86.9 86.9 87.8 86 86  

laju alir air di kondensor (GPM) 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738 738  

                                   tegangan (Volt) 360 360 365 370 370 360 380 370 370 375 360 360 365 370 360 380 365  

Audit pada Sektor Publik 24

Page 25: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

arus (Ampere) 440 440 420 410 420 430 440 440 440 440 430 430 440 430 430 430 440  

Tanggal 26 mei 27 mei 28 mei

waktu7:3

011:3

016:0

07:3

011:3

016:0

07:3

011:3

016:0

07:3

011:3

016:0

07:3

011:3

016:0

0 7:3011:3

016:0

0

jenis chiller 1 2 1 2 1 2

     

temp masuk eveporator (°F)52.

7 53.6  53.

6 52.7 53.653.

6 54.5  54.

5 54.5 54.554.

5 55.4  53.

6 54.5 55.4

temp keluar eveporator (°F)43.

9 46.4  44.

6 42.8 42.844.

6 44.6  45.

5 44.6 44.644.

6 44.6  46.

6 44.6 44.6laju alir air di evaporator

(GPM) 549 549   549 549 549 551 551   551 551 551 551 551   551 551 551

                                   

temp keluar kondensor (°F)94.

1 94.1  91.

4 94.1 90.594.

1 94.1  94.

1 94.1 95 95 95  90.

5 94.1 91.4

temp masuk kondensor (°F)86.

9 86  84.

2 83.3 83.3 86 86  86.

8 85.1 86 86 86  83.

3 85.1 83.3laju alir air di kondensor

(GPM) 738 738   738 738 738 738 738   738 738 738 738 738   738 738 738

                                   

tegangan (Volt) 370 375   375 386 360 370 380   380 380 380 385 385   380 380 370

arus (Ampere) 430 440   440 440 410 440 430   430 430 430 430 440   420 430 425

Tanggal 31 meiWaktu 7:30 11:30 16:00 7:30 11:30 16:00

jenis chiller 1 2 

Audit pada Sektor Publik 25

Page 26: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

temp masuk eveporator (°F) 54.4 54.4   54.4 54.4 54.4temp keluar eveporator (°F) 44.6 44.6   44.6 44.6 44.6

laju alir air di evaporator (GPM) 506 505.52   505.5 505.52 505.1           

temp keluar kondensor (°F) 91.4 90.6   91.4 94.1 95temp masuk kondensor (°F) 83.3 83.3   83.3 86.9 87.8

laju alir air di kondensor (GPM) 778 778   778 778 778           

tegangan (Volt) 375 380   375 360 360arus (Ampere) 420 420   420 420 430

Audit pada Sektor Publik 26

Page 27: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

BAB IVANALISIS

4.1 Perhitungan Intensitas Energi Listrik Intensitas konsumsi energi (IKE) listrik pada gedung PT.TELKOM menyatakan

besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung PT. TELKOM. Sedangkan secara teori sendiri intensitas energi merupakan pembagian konsumsi energi dengan satuan luas. Berdasarkan pengertian tersebut maka diperoleh intensitas konsumsi energi pada gedung PT.TELKOM pada bulan April 2007 seperti berikut ini.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) = kWh

A

= 584569403.1

= 1450.18 kWh/m2/bulanSedangkan intensitas konsumsi energi untuk beberapa bulan pengambilan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Bulan Intensitas Konsumsi Energi (kWh/m2/bulan)April 2007 1450.18Mei 2007 1463.84Juni 2007 1483.31Juli 2007 1461.21Agustus 2007 1462.31September 2007 1466.84Oktober 2007 1502.55November 2007 1492.27Desember 2007 1520.64Januari 2008 1436.18Februari 2008 1430.25Maret 2008 1413.38April 2008 1456.91Mei 2008 1447.54Juni 2008 1465.62

Untuk melihat karakteristik dari intensitas konsumsi energi pada gedung PT. TELKOM ini dapat dilihat pada grafik profil konsumsi nergi pada gedung PT.TELKOM berikut ini.

Audit pada Sektor Publik 27

Page 28: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

April_2007

Mei_2007

Juni_2007

Juli_2007

Agustu

s _2007

Septem

ber_2007

Oktober_

2007

November_

2007

Desember_

2007

Januari

_2008

Febru

ari_2

008

Maret_2

008

April_2008

Mei_2008

Juni_2008

0

500

1000

1500

2000

Intensitas Konsumsi Energi Listrik PT. Telkom Bandung

WaktuInte

nsita

s Kon

sum

si En

ergi

(kW

h/m

2 /b

ulan

Grafik 4.1 Grafik Intensitas Konsumsi EnergiBerdasarkan grafik tersebut diperoleh dapat diperoleh informasi bahwa intensitas

konsumsi energi pada gedung PT. TELKOM ini realatif tetap, hanya pada bulan Desember tahun 2007 saja yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan lain.

4.2 . Analisis di Bidang Penerangan3.2.1. Perhitungan Daya Pencahayaan

Daya pencahayaan ini merupakan besarnya daya yang dikonsumsi oleh masing-masing ruangan pada setiap ruangan yang menjadi objek audit di gedung PT. Telkom ini. Berdasarkan rumus yang didapat maka akan diperoleh daya pencahayaan pada Ruangan Rectifier EWSD sebagai berikut ini.

Pc = PtA

= jumlahlampu yang menyala xdaya lampu

A

= 5 x 3642.8

= 18042.8

= 4.2 W/m2

Audit pada Sektor Publik 28

Page 29: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Maka berdasarkan seperti perhitungan di atas, diperoleh daya pencahayaan pada masing-masing ruangan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Data Daya Pencahayaan Pada Masing-Masing Ruangan di PT. Gedung Telkom

No Nama Ruangan Daya Pencahayaan (W/m2)1 R. Rectifier EWSD 4.22 R. Personil Sentral 6.93 R. Sentral Dunk dan AT & T 5.54 R. Rectifier AT & T dan MDP III 3.95 R. Catu Daya 3.66 R. Baterai I 5.07 R. Baterai II 5.38 R. Kasubdin ME 11.49 R. Personil Catu Daya 2.310 R. Dapur 4.9

3.2.2. Perbandingan Daya Pencahayaan Berdasarkan Hasil Pengukuran dan StandarPerbandingann daya pencahyaan antara hasil pengukuran dengan standar diperlukan

untuk mengetahui kualitas daya pencahayaan pada masing-masing ruangan. Maka berikut ini tabel yang membandingkan antara daya pencahayaan berdasarkan hasil pengukuran di gedung PT. TELKOM dengan standar yang telah ditetapkan.

Tabel 4.2 Perbandingan Daya Pencahayaan Hasil Pengukuran dengan Standar

No Nama RuanganStandar Daya Pencahayaan

Maksimum (W/m2)

Daya Pencahayaan Pengukuran

(W/m2)

Komentar

1 R. Rectifier EWSD 15 4.2 Ok2 R. Personil Sentral 15 6.9 Ok3 R. Sentral Dunk dan AT & T 15 5.5 Ok4 R. Rectifier AT & T dan MDP III 15 3.9 Ok5 R. Catu Daya 15 3.6 Ok6 R. Baterai I 15 5.0 Ok7 R. Baterai II 15 5.3 Ok8 R. Kasubdin ME 15 11.4 Ok9 R. Personil Catu Daya 15 2.3 Ok10 R. Dapur 5 4.9 Ok

Untuk melihat profil daya pencahyaan pada masing-masing ruangan maka diperoleh dengan caya mengurangi daya pencahayaan hasil pengukuran dengan standar daya pencahayaan maksimum.

Selisih daya pencahyaan = Daya Pencahayaan Pengukuran – Standar Daya Pencahayaan Maksimum = 4.2 – 15 = -10.8 W/m2

Audit pada Sektor Publik 29

Page 30: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Berdasarkan perhitungan di atas, apabila selisih daya pencahayaan pada ruangan benilai negatif maka daya pencahayaan pada ruangan tersebut masih baik. Dan apabila daya pencahayaan pada ruangan tersebut bernilai positif maka daya pencahayaan pada ruangan tersebut tidak baik. Dari hasil perhitungan diperoleh tabel dan grafik yang menggambarkan selisih daya pencahayaan pada masing-masing ruangan.

Tabel 4.3 Selisih Daya Pencahyaan Pada Masing-Masing Ruangan

No Nama RuanganSelisih Daya

Pencahayaan (W/m2)1 R. Rectifier EWSD -10.82 R. Personil Sentral -8.13 R. Sentral Dunk dan AT & T -9.54 R. Rectifier AT & T dan MDP III -11.15 R. Catu Daya -11.46 R. Baterai I -107 R. Baterai II -9.78 R. Kasubdin ME -3.69 R. Personil Catu Daya -12.710 R. Dapur -0.1

Maka berdasarkan tabel tesebut diperoleh profil mengenai daya pencahyaan pada masing-masing ruangan.

R. Recti

fier EW

SD

R. Pers

onil Sen

tral

R. Sen

tral D

unk dan

AT & T

R. Recti

fier AT &

T dan

MDP III

R. Catu

Daya

R. Bate

rai I

R. Bate

rai II

R. Kasu

bdin ME

R. Pers

onil Catu

Daya

R. Dap

ur

-14

-11

-8

-5

-2

1

4

Profil Daya Pencahayaan Pada Masing-Masing Ruangan

Ruangan

Selis

ih D

aya

Penc

ahay

aan

Gambar 4.1 Grafik Profil Daya Pencahayaan

Audit pada Sektor Publik 30

BOROS

TIDAK BOROS

Page 31: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Berdasarkan dari profil tersebut dapat dilihat bahwa pada masing-masing ruangan berada pada daerah negatif pada selisih daya pencahayaannya. Hal ini menunjukkan bahwa daya pencahayaan pada setiap ruangan di gedung PT. TELKOM dalam keadaan baik.

3.2.3. Tingkat PencahayaanTingkat pencahayaan ini menyatakan besarnya tingkat pencahayaan pada tingkat

pencahayaan pada setiap ruangan. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui tingkat kualitas pencahayaan pada setiap ruangan yang nantinya akan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengukuran didapat kualitas pencahyaan pada setiap ruangan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Intensitas Cahaya Pengukuran dan Lux Standar pada Setiap Ruangan

No Nama RuangLux Standar

(Lux)Intensitas Cahaya Pengukuran (Lux)

1 Ruang Rectifier EWSD 500 187.9

2 Ruang Personil Sentral 350 350.8

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 500 207.1

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 500 87.4

5 Ruang Catu Daya 500 292

6 Ruang Baterai I 150 59.2

7 Ruang Baterai II 150 105.5

8 Ruang Kasubdin ME 350 224.8

9 Ruang Personil Catu Daya 350 204.8

10 Ruang Dapur 350 80.7

Tabel di atas menunjukkan intensitas cahaya pada setiap ruangan, untuk memperoleh profil dari intensitas pencahayaan di atas, maka di data hasil pengukuran dikurangi dengan intensitas berdasarkan standar. Hal ini dapat lihat dari perhitungan di bawah ini dengan contoh intensitas cahaya berdasarkan pengukuran di ruangan rectifier EWSD.

Selisih Intensitas pencahayaan = Intensitas Cahaya Hasil Pengukuran – Intensitas Cahaya Standar = 187,9 – 500 = - 312.1 Lux

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tanda negatif menunjukkan bahwa intensitas cahaya pada ruangan tersebut masih kurang dari standarnya. Dari data pengukuran pada

Audit pada Sektor Publik 31

Page 32: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

setiap ruangan diperoleh hasil perhitungan dan tersaji dalam tabel di bawah ini untuk masing-masing ruangan.

Tabel 4.5 Tabel Selisih Intensitas Cahaya pada Masing-Masing Ruangan

No Nama Ruang Lux

StandarIntensitas Cahaya Pengukuran (Lux)

Selisih Intensitas cahaya (Lux)

Komentar

1 Ruang Rectifier EWSD 500 187.9 -312.1 Kurang

2 Ruang Personil Sentral 350 350.8 0.8 Ok

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 500 207.1 -292.9 Kurang

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 500 87.4 -412.6 Kurang

5 Ruang Catu Daya 500 292 -208 Kurang

6 Ruang Baterai I 150 59.2 -90.8 Kurang

7 Ruang Baterai II 150 105.5 -44.5 Kurang

8 Ruang Kasubdin ME 350 224.8 -125.2 Kurang

9 Ruang Personil Catu Daya 350 204.8 -145.2 Kurang

10 Ruang Dapur 350 80.7 -269.3 Kurang

Berikut ini profil dari intensitas cahaya dari setiap ruangan yang ada di Gedung Telkom.

Ruang Rectifier EWSD

Ruang Personil Sentral

Ruang Sentral

Dunk dan AT & T

Ruang Rectifier AT & T

dan MDP III

Ruang Catu Daya

Ruang Baterai I

Ruang Baterai II

Ruang Kasubdin

ME

Ruang Personil

Catu Daya

Ruang Dapur

-450

-400

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

50

100

PROFIL INTENSITAS CAHAYA (LUX) PADA SETIAP RUANGAN DI GEDUNG TELKOM

Ruangan

Selis

ih In

tens

itas C

ahay

a

Audit pada Sektor Publik 32

Intensitas Cahaya di Atas Standar

Intensitas Cahaya di Bawah Standar

Page 33: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Gambar 4.2 Profil Intensitas Cahaya

Berdasarkan dari profil di atas diperoleh informasi bahwa intensitas cahaya (lux) yang ada di atas standar yang telah ditetapkan di Gedung Telkom ini hanya terjadi pada ruang Ruang Personil Sentral. Sedangkan pencahayaan pada ruangan-ruangan yang lainnya di gedung ini tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan yang artinya intensitas cahaya untuk penerangan di ruangan tersebut masih kurang di bawah standar penerangan. Hal ini kemungkinan bisa terjadi karena kondisi pada saat pengambilan data cuaca di luar sedang mendung sehingga berakibat pada intensitas pencahayaan pada ruangan tersebut.

4.1.4 Kondisi Temperatur dan Kelembaban Udara 4.1.4.1. Temperatur Ruangan

Dalam hasil pengukuran temperature ruangan dibandingkan dengan standar yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini yang mengacu pada SNI 03-6572-2001.

Tabel 4.6. Data Pengukuran Temperatur Ruangan di Bandingkan dengan Standar

No Nama RuangTemperatur Aktual (0C)

Temperatur Standar (0C)

Komentar

Ruang Rectifier EWSD 22.9 21-22 Over

2 Ruang Personil Sentral 25.8 25±1 Ok

3 Ruang Sentral Dunk dan AT & T 27.8 21-22 Over

4 Ruang Rectifier AT & T dan MDP III 20 21-22 Low

5 Ruang Catu Daya 25.3 21-22 Over

6 Ruang Baterai I 26.3 25±1 Over

7 Ruang Baterai II 25.7 25±1 Ok

8 Ruang Kasubdin ME 23.2 25±1 Low

9 Ruang Personil Catu Daya 28.4 25±1 Over

10 Ruang Dapur 26.5 25±1 Over

Berdasarkan table di atas temperature yang memenuhi standar kenyamanan hanya ada 2 ruangan yaitu ruang personil sentral dan ruang baterai II. Sedangkan ruangan yang berada di bawah standar kenyamanan dan dapat pula dikatakan tidak baik adalah ruangan rectifier AT dan MDP III serta ruang Kasubdin ME.

Audit pada Sektor Publik 33

Page 34: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

4.1.4.2. Kelembaban Udara Dalam hasil pengukuran kelembaban udara pada setiap ruangan dibandingkan dengan

standar yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini yang mengacu pada SNI 03-6572-2001.

Tabel 4.7 Data Pengukuran Kelembaban Udara Dibandingkan dengan Standar

No Nama RuangKelembaban Aktual (%)

KelembabanStandar (%)

Komentar

1 Ruang Rectifier EWSD 38 55±10 Low

2 Ruang Personil Sentral 56.4 55±10 Ok

3Ruang Sentral Dunk dan AT

& T50.5

55±10 Ok

4Ruang Rectifier AT & T dan

MDP III48.5

55±10 Low

5 Ruang Catu Daya 57.6 55±10 Ok

6 Ruang Baterai I 52.1 55±10 Ok

7 Ruang Baterai II 55.1 55±10 Ok

8 Ruang Kasubdin ME 56 55±10 Ok

9 Ruang Personil Catu Daya 59 55±10 Ok

10 Ruang Dapur 53.9 55±10 Ok

Berdasarkan table data kompilasi di atas, kelembaban udara pada 10 ruangan yang diamati memiliki kelelembaban memenuhi standar kenyamanan, hanya ada 2 ruangan yang merupakan kelembaban udaranya berada di bawah standar kenyamanan yaitu ruang Rectifier AT & T dan MDP III.

4.2 Audit Kelistrikan 1.1.1. Analisa THDi dan THDv

Untuk menganalisa harmonisa di arus dan tegangan, hal yang harus dilakukan adalah membandingkan antara harmonisa tegangan dan arus hasil pengukuran dengan standar hormonisa tegangan dan arus berdasarkan standar SNI 04-7021.2.1-2004. Maka berdasarkan hasil pengukuran diperoleh harmonisa tegangan dan arus pada masing-masing lantai seperti berikut ini.

Audit pada Sektor Publik 34

Page 35: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Tabel 4.7 THDi dan THDv Pada Lantai 1

PanelTHDv (%) Standar

THDv(%) KomentarR S TSDP Penerangan 3.4 3.5 3.8

<5%

Baik

SDP P.P ½ R. Rectifier 3.3 3.1 3.2 Baik

SDP P.P 1/1 R. Rectifier 3.4 3.2 3.1 BaikSDP LP 1.4

(SDP Koridor Dalnet)3.5 3.5 3.6

Baik

SDP MDF 3.5 3.6 3.5 Baik

SDP LP 1/3 3.3 3.2 3.6 Baik

PanelTHDi (%) Standar

THDi(%) KomentarR S TSDP Penerangan 14.3 35.8 51.9

<10%

OverSDP P.P ½ R.

Rectifier11.6 12.7 11.7

OverSDP P.P 1/1 R.

Rectifier13.3 53.3 20.9

OverSDP LP 1.4

(SDP Koridor Dalnet)42.3 18.9 25.5

OverSDP MDF 12.6 12.3 33.2 Over

SDP LP 1/316.2

015.80

22.90

Over

Tabel 4.8 THDi dan THDv Pada Lantai 2

PanelTHDv (%) Standar

THDv (%) KomentarR S TSDP R Genset 3.5 3.8 3.6

<5%

Baik

SDP II/3 R. Sentral 3.7 3.4 3.7 Baik

SDP LP II/2 R. Sentral 3.5 3.6 3.6 Baik

SDP Penerangan 1 3.3 3.6 3.4 BaikSDP AC (2.5 Pk) 3.4 3.5 3.7 BaikSDP AC (5 Pk) 3.5 3.3 3.5 Baik

SDP Penerangan 2 3.3 3.5 3.7 Baik

Audit pada Sektor Publik 35

Page 36: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

PanelTHDi (%) Standar

THDi (%) KomentarR S TSDP R Genset 19.1 19.3 24.4

<10%

Over

SDP II/3 R. Sentral 8.4 16.7 12.4 Over

SDP LP II/2 R. Sentral 50.1 28.2 19.3 Over

SDP Penerangan 1 31 31.5 22.8 OverSDP AC (2.5 Pk) 12.5 16.3 20 OverSDP AC (5 Pk) 6.5 7.2 4.5 Baik

SDP Penerangan 2 8 11 47.8 Baik

Tabel 4.9 THDi dan THDv Pada Lantai 3

PanelTHDv (%) Standar

THDv (%)

KomentarR S T

SDP R Genset 3.6 3.4 3.6<5%

Baik

SDP II/3 R. Sentral 3.3 3.1 3.2 Baik

PanelTHDi (%) Standar

THDi(%)

KomentarR S T

SDP R Genset

63.6 53.2 56.6<10%

Over

SDP II/3 R. Sentral

29 14 21.7Over

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa nilai dari THDv pada hasil pengukuran memenuhi standar yang berlaku. Akan tetapi, pada THD arus atau THDi nilai dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai THDi nya tidak semuanya memenuhi standar hanya beberapa SDP yang memenuhi standar nilai THDi yang telah ditetapkan yaitu pada panel SDP AC (5Pk) dan SDP Penerangan 2 pada lantai 2. Ini menunjukkan untuk THD arus harus adanya penanganan lebih lanjut.

4.2.2. Analisa Faktor Daya Untuk menganalisa nilai dari faktor daya ini, maka dapat dilakuakan dengan cara

membandingkan nilai faktor daya pada masing-masing SDP dengan nilai faktor daya yang

Audit pada Sektor Publik 36

Page 37: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

telah ditetapkan oleh standar SNI 04-7021.2.1-2004 yang bernilai ≥ 0.85. Sedangkan hasil dari pengukuran nilai faktor dayanya adalah sebagi berikut.

Tabel 4.9 Nilai Faktor Daya Hasil Pengukuran pada Lantai 1

PanelCos q Standar

Cos q KomentarR S T

SDP Penerangan 0.830.81

0.82

≥ 0.85

Kurang

SDP P.P ½ R. Rectifier 0.940.89

0.96Ok

SDP P.P 1/1 R. Rectifier 0.970.94

0.89Ok

SDP LP 1.4(SDP Koridor Dalnet)

0.870.52

0.94Ok

SDP MDF 0.680.96

0.89Ok

SDP LP 1/3 0.920.87

0.93Ok

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai dari faktor daya dari masing-masing panel di lantai 1. Untuk nilai faktor daya pada lantai 1 yang tidak memenuhi standar hanya terjadi pada SDP Penerangan. Hal ini dikarenakan SDP Penerangan memiliki nialai cos q lebih kecil dari standar yang digunakan. Akibatnya akan mendapatkan denda dari PLN. Sedangkan untuk nilai factor daya pada lantai 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10 Nilai Faktor Daya Hasil Pengukuran pada Lantai 2

PanelCos q Standar

Cos q KomentarR S TSDP R Genset 0.58 0.98 0.62

≥ 0.85

Kurang

SDP II/3 R. Sentral 0.31 0.96 0.92 Ok

SDP LP II/2 R. Sentral 0.85 0.89 0.9 Ok

SDP Penerangan 1 0.91 0.83 0.94 Ok

SDP AC (2.5 Pk) 0.96 0.95 0.96 Ok

SDP AC (5 Pk) 0.92 0.86 0.95 Ok

SDP Penerangan 2 0.98 0.57 0.81 Kurang

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai faktor daya yang tidak memenuhi standar pada lantai ini hanya terjadi pada SDP R Genset dan SDP Penerangan. Sedangkan untuk SDP lainnya nilai faktor dayanya memenuhi standar yang berlaku.

Tabel 4.11 Nilai Faktor Daya Hasil Pengukuran pada Lantai 3

Audit pada Sektor Publik 37

Page 38: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

PanelCos q Standar

Cos q KomentarR S TSDP R Genset 0.76 0.82 0.82

<5%Kurang

SDP II/3 R. Sentral 0.85 0.99 0.97 Ok

Untuk lantai 3, faktor daya yang memenuhi standar itu hanya terjadi pada SDP II/3 R. Sentral, sedangkan SDP R Genset nilai cos q nya tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

4.2 Audit Chiller4.2.1. Analisis Perhitungan Pada Chiller

a. Penyerapan Kalor di EvaporatorPenyerapan kalor yang dilakukan oleh evaporator dilakukan dengan

cara menyerap energiyang terkandung dalam air oleh refrigran. Sehingga terjadi pertukaran panas diantara refrigran dengan air.

Gambar 4.3 Penyerapan Kalor di Eveporator

Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan pada tanggal 04 mei tahun diperoleh sebagai berikut:Qe = ve x rho x Cp x (Tei –Teo)

= 552 GPM x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (55 0F – 46 0F)= 0.0348 m3/s x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (311.4 K – 301.5 K)=1443.05 kW

b. Pelepasan kalor yang berlangsung di kondensor

Audit pada Sektor Publik 38

55.40F 552 GPM45.50F

Page 39: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Pelepasan kalor ini berlangsung di kondensor dimana kalor yang dilepaskan berasal dari R11 (refrigran primer) ke air dingin yang berasal dari cooling tower. Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan temperatur dan mengubah fasa R11 dari uap menjadi cair.

Gambar 4.4 Pelepasan Kalor di Evaporator

Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan, maka berdasarkan data yang diperoleh pada kondensor di chiller 3 pada tanggal 4 mei jam 07.30 maka

Qk = vk x rho x Cp x (Tok –Tik)= 738 GPM x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (95 0F – 87 0F )= 0.04656 kg/s x 1000 kg/m3 x 4.1855 kJ/kg K x (351 K – 342.9 K)= 1578.52 kW= 1578.52 kW

c. Daya listrik untuk motor di compressorDaya listrik yang diperlukan untuk memutar motor di compressor

berfungsi untuk mengkompresi R11 yang berfungsi sebagai fluida kerja mesin chiller sehingga dapat bersirkulasi.

Audit pada Sektor Publik 39

94.10F 860F 783 GPM

Page 40: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 4 Mei pukul 07.30 diperoleh daya motor sebesar:

Qc = 1.732 x V x I x Cos q= 1.723 x 375 x 430 x 0.83= 230602.01 W = 230.6 kW

d. COPkemampuan kinerja dari mesin chiller ini. Berdasarkan pada hasil

pengukuran maka diperoleh nilai COP pada chiller 3 pada tanggal 4 mei jam 07.30 sebesar:

COP = Qe/ Wc= 1443.05 kW of Cooling/230.6 kW= 6.06 kW of Cooling/kW

e. EER (Energy Efficiency Ratio)Energy efficiency ratio merupakan perbandingan ddari unjuk kinerja

evaporator (TR) terhadap kinerja dari kompresor (kW) untuk melihat ratio dari efisiensi chiller ini. Berikut ini adalah perhitungan EER pada chiller 3 tanggal 4 mei 1991.

EER = Q evaporator (TR)W kompresor (kW )

= 372.33235.96

= 1.58 TR/kW

*Catatan : untuk nilai neraca energi pada waktu yang lainnya terlampir pada bagian lampiran.

4.2.2. Analisis Perbandingan COP Hasil Pengukuran dengan COP Standar

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diapat nilai COP pada masing chiller dengan pengukuran setiap waktu. Maka pada hasil pengukuran yang telah dilakukan pada chiller 3 tanggal 4 mei 1999 jam 07.30 diperoleh nilai COP sebagai berikut.

Tabel 4.12 Hasil Pengukuran COP pada Chiller 3

Chiller Waktu COP (kW of Cooling/kW)

3

7:30 6.54

11:30 6.52

16:00 7.35

Untuk melihat kinerja dari chiller tersebut, maka COP hasil pengukuran tersebut nantinya dibandingkan dengan COP standar yang dikeluarkan oleh ASHRAE. Standar COP ini berdasarkan standar yang ditetapkan oleh ASHRAE adalah sebesar 6 kW of Cooling/kW)

Audit pada Sektor Publik 40

Page 41: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

untuk chiller jenis ini. Ini dikarenakan kapasitas chiller ini yang besarnya 350 TR dan menggunakan sistem Water ooled Electrically Operated.

Untuk mempermudah dalam melihat profil dari COP chiller yang diukur. Maka dapat dilakuakn dengan cara mengurangi COP hasil pengukuran dengan COP standar. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada chiller 3 pada jam 07.30 maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut.

Selisih COP = COP hasil Pengukuran – COP standar= 6.06 – 6= 0.06 kW of cooling /kW

Berdasarkan hasli perhitungan di atas maka diperoleh informasi bahwa pada chiller 3 dengan pengukuran pada jam 07.30 didapat nilai selisih COP yang positif. Ini menunjukan bahwa kinerja chiller tersebut di atas standar pada waktu pengukuran di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja dari chiller itu dalam keadaan baik pada waktu itu.

Dari data pengukuran yang dilakukan dalam waktu sehari didapat kinerja chiller seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.13 Tabel Selisih COP Terukur dengan Standar pada Chiller 3 pada Tanggal 4 Mei

TANGGAL 4 MEI Komentar

Chiller Waktu COP (kW of Cooling/kW)COP STANDAR (kW of

Cooling/kW)∆COP

3

7:30 6.54 6 0.54 Ok

11:30 6.52 6 0.52 Ok

16:00 7.35 6 1.35 Ok

Maka berdasarkan tabel tersebut diperoleh grafik profil dari kinerja chiller 3 pada hari itu. Berikut grafik profil kinerja dari chiller 3 pada tanggal 4 mei.

6:00 7:12 8:24 9:36 10:48 12:00 13:12 14:24 15:36 16:480

0.20.40.60.8

11.21.41.6

GRAFIK FUNGSI WAKTU TERHADAP ∆COP PADA CHILLER 3

TANGGAL 4 MEI

WAKTU

∆CO

P

Audit pada Sektor Publik 41

Di atas Standar

Page 42: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

Gambar 4.5 Grafik Profil Konerja dari Chiller 3 Tanggal 4 Mei

Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa dari 3 kali pengukuran yang dilakukan pada tanggal 4 mei, dapat dilihat bahwa kinerja dari chiller tersebut sangat baik. Hal ini dapat simpulkan dari COP dari chiller tersebut selalu di atas standar pada tanggal 4 mei.

Untuk melihat kinerja dari ketiga chiller tersebut maka pengukuran dilakukan dalam waktu 1 bulan. Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai dari selisih COP hasil pengukuran dengan standar. Maka diperoleh grafik yang menunjukkan kinerja dari ketiga chiller tersebut apapbila dibandingkan dengan standar. Berikut profil dari masing-masing chiller selama bulan mei.

4:487:12

9:3612:00

14:2416:48

-3.2

-2.8

-2.4

-2

-1.6

-1.2

-0.8

-0.4

0

0.4

0.8

PROFIL FUNGSI WAKTU TERHADAP ∆COPPADA CHILLER 1

TANGGAL 4 MEI TANGGAL 5 MEITANGGAL 6 MEI TANGGAL 7 MEITANGGAL 10 MEI TANGGAL 11 MEITANGGAL 12 MEI TANGGAL 14 MEITANGGAL 17 MEI TANGGAL 19 MEITANGGAL 20 MEI TANGGAL 21 MEITANGGAL 24 MEI TANGGAL 25 MEITANGGAL 26 MEI TANGGAL 27 MEITANGGAL 28 MEI TANGGAL 31 MEI

Waktu

∆CO

P

Gambar 4.6 Grafik Grafik Kinerja Chiller 1 pada Bulan Mei

Dari grafik profil di atas, dapat dilihat bahwa tren dari performansi dari chiller 1 di bulan mei ini lebih banyak bekerja di bawah standar dibandingkan dengan kinerja chiller yang di atas standar. Ini menunjukkan kinerja performansi chiller tersebut pada bulan mei ini kurang maksimal yang artinya memerlukan tindakan untuk memeprbaiki kinerja dari chiller ini.

Audit pada Sektor Publik 42

COP atas standar

COP di bawah standar

Page 43: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

4:487:12

9:3612:00

14:2416:48

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

PROFIL FUNGSI WAKTU TERHADAP ∆COP PADA CHILLER 3

TANGGAL 4 MEITANGGAL 5 MEITANGGAL 6 MEITANGGAL 7 MEI

Waktu

∆CO

P

Gambar 4.7 Grafik Grafik Kinerja Chiller 3 pada Bulan Mei

Untuk profil kinerja pada chiller 3 pada bulan mei, kinerja chiller tersebut hanya terjadi empat titik pengukuran yang menyatakan kinerja dari chiller tersebut di bawah standar yang telah ditetapkan. Sedangkan unutk kinerja pada titik pengukuran/waktu pengukuran lainnya menyatakan bahwa kinerja dari chiller ini masih bekerja di atas standar yang telah ditetapkan.

6:007:12

8:249:36

10:4812:00

13:1214:24

15:3616:48

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

PROFIL FUNGSI WAKTU TERHADAP ∆COP PADA CHILLER 2

TANGGAL 10 MEI TANGGAL 11 MEITANGGAL 12 MEI TANGGAL 14 MEITANGGAL 17 MEI TANGGAL 18 MEITANGGAL 19 MEI TANGGAL 20 MEITANGGAL 21 MEI TANGGAL 24 MEITANGGAL 25 MEI TANGGAL 26 MEITANGGAL 27 MEI TANGGAL 28 MEITANGGAL 31 MEI

WAKTU

∆CO

P

Gambar 4.8 Grafik Grafik Kinerja Chiller 2 pada Bulan Mei

Audit pada Sektor Publik 43

COP atas standar

COP di bawah standar

COP di bawah standar

COP atas standar

Page 44: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

4.2.3. Konsumsi Energi Listrik Untuk Pengkondisian udara di PT. TELKOM

Konsumsi energi listrik pada pengkondisian udara di PT. TELKOM ini meliputi mesin chiller 1, chiller 2, chiller , Oil pump 1, Oil pump 2 dan Oil Heater 1,2,3. Untuk menghitung biaya konsumsi energi listrik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Konsumsi Energi Listrik = Daya terpakai x Waktu Opersi

Maka konsumsi energi listrik untuk operasi chiller pada tanggal 4 Mei adalah sebagai berikut.

Mesin Chiller 1 = 241.82 kW x 8 jam = 1934.56 kWh Mesin Chiller 2 = 214.95 kW x 10 jam = 2149.5 kWh Oil Pump 1 = 0.75 kW x 7 Jam = 5.25 kWh Oil Pump 2 = 0.75 kW x 10 jam = 7.5 kWh Oil Heater 1,2,3 = 0.75 kW x 5 jam x3 = 11.25 kWh

= 0.75 kW x 19 jam x 3 = 42.75 kWh Total Konsusmsi Energi = 4150.91 kWh/hari Total Konsumsi Energi Listrik bulan Mei = 128678.21 kWh/bulan

Berdasarkan total konsumsi energi tersebut maka diperoleh persentase pengaruh konsumsi energi listrik untuk pengkonsian udara di PT. TELKOM terhadap total konsumsi energi listrik di PT.TELKOM bulan mei adalah sebagai berikut

Persentase (%) = Total Konsumsi Energi untuk Pengkondisian Udara pada Bulan MEI

Konsumsi Energi Listrik di PT . TELKOM bulan MEI

x 100 %

= 128678.21 kWh/bulan

583505 kWh/bulan x 100 %

= 22.53 %

Berdasarkan persentase tersebut maka diperoleh informasi bahwa konsumsi listrik untuk pengkondisian udara berpengaruh sebesar 22.53% terhadap total konsumsi energi listrik di gedung PT.TELKOM.

Sedangkan untuk total konsusmsi energi listrik untuk pengoperasian sistem pendingin di gedung PT. TELKOM ini peroleh dari data table di bawah ini.

Tabel 4.12 Tabel Konsumsi Listrik Untuk Peralatan konsumsi Energi

Unit Peralatan Daya Terpasang (kW)Konsusmsi Energi Listrik

(kWh)

Chiller 799.5 86594.12

Audit pada Sektor Publik 44

Page 45: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

AHU 228.79 27424.78

Pompa 190.23 27677.60

Cooling Tower 6 7623.45

Fan 75.12 17765.88

TOTAL 1293.640 167085.825

Maka persentasi unit peralatan pengkondisian udara terhadap konsumsi energi total adalah

Chiller = Konsumsi Energilistrik Chiller

Total x 100 %

=86594.12

167085.825 x 100 %

= 51.84 %

AHU = Konsumsi Energilistrik AHU

Total x 100 %

= 27424.78

167085.825 x 100 %

= 16.41 %

Pompa =Konsumsi Energilistrik Pompa

Total x 100 %

=27677.60

167085.825 x 100 %

= 16.56%

Cooling Tower = Konsumsi Energilistrik cooling tower

Total x 100 %

= 7623.45

167085.825 x 100 %

= 4.56 %

Fan = Konsumsi Energilistrik fan

Total x 100 %

= 17765.88

167085.825 x 100 %

= 10.63%

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh profil konsumsi energy listrik pada setiap pelatan pengkondisian udara pada masing-masing unit peralatannya sebagai berikut.

Audit pada Sektor Publik 45

Page 46: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

52%

16%

17%

5%

11%

Profil Konsumsi Energi Listrik Pada Se-tiap Unit Sistem Pengkondisian Udara

di PT. TELKOM

ChillerAHUPompaCooling TowerFan

Berdasarkan profil tersebut konsumsi energy listrik untuk chiller mencakup hampir 52 %. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi listrik paling besar pada pengkondisian udara itu ada pada chiller.

e.3. Rekomendasie.3.1. Daya Listrik

Memasang filter aktif untuk menghilangkan distorsi harmonisa pada sistem kelistrikan

e.3.2. Penerangan Mengidupkan lampu hanya pada saat diperlukan saja. Memasang lampu penerangan dalam jarak yang tepat dengan objek yang akan

diterangi. Mengatur posisi perlengkapan kantor agar tidak menghalangi penerangan. Menggunakan warna dindiing yang lebih terang. Menambah jumlah lampu yang intensitas cahya kurang memnuhi standar.

e.3.3. Chiller Mengatur suhu udara ruangan agar mengurangi beban chiller. Pemsangan alat kontrol untuk penggunaan energy di gesung seperti BAS. Membersihkan saringan filter. Mengurangi kerja kompresor. Menunda penyalaan chiller sebelum kantor gunakan oleh karyawan.

Audit pada Sektor Publik 46

Page 47: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULANa. Kualitas penerangan ruangan mencakup 2 hal, yaitu intensitas cahaya

(luminasi) dan daya pencahayaan. Ruangan yang memenuhi standar intensitas cahaya adalah Ruang Personil Sentral. Sedangkan untuk daya pencahayaan, ruang yang tidak memenuhi standar adalah Ruang Baterai II.

b. Untuk parameter faktor daya relative sudah memenuhi standar yang direkomendasikan. Hanya terdapat beberapa SDP yang memeiliki nilai frekuensi dan faktor daya yang tidak memenuhi standar.

c. Nilai faktor daya yang tidak memenuhi standar tersebut adalah terdapat pada, anatara lain: SDP Penerangan 1, SDP Penerangan 2, SDP Penerangan LP III/2, SDP R. Genset,

d. Pada THD Arus, nilainya melebihi standar yang diizinkan (kurang dari 10%). Hasil pengukuran menunjukkan hanya SDP AC (5 Pk), nilai THDi memenuhu standar.

e. Sedangkan pada panel lainnya, nilai THDi tidak memenuhi standar. SDP yang tidak memenuhi standar tersebut adalah SDP Penerangan, SDP P.P 1/1 Ruang Rectifier, SDP P.P 1/2 Ruang Rectifier, SDP LP 1.4 (SDP Koridor Dalnet), SDP MDF, SDP Penerangan 1, SDP Penerangan 2, SDP Penerangan LP III/2, SDP AC (2,5 Pk), dan SDP Perangkat.

f. Kualitas sumber listrik untuk parameter Tegangan dan THDV pada umumnya sudah memenuhi standar. Standar untuk tegangan yaitu 220 V ± 5% dan standar THDV tidak lebih dari 5 %.

g. konsumsi listrik untuk pengkondisian udara berpengaruh sebesar 22.53% terhadap total konsumsi energi listrik di gedung PT.TELKOM.

h. Pada pengoperasian chiller selama bulan mei ini mempunyai rata-rata COP di bawah standar oleh ASHRAE dengan kapasitas di atas 350 TR.

i. Akibat penurunan COP ini mengakibatkan penurunan kapasitas pendingin di bawah standar.

5.2 SARANa. Pengukuran daya listrik seharusnya dilakukan di seluruh kompleks

perkantoran Gedung PT.TELKOM Bandung agar kualitas sumber listrik dan konsumsi energi listrik dapat diketahui secara keseluruhan.

b. Pengukuran daya listrik sebaiknya dilakukan pada Main Distribution Panel (MDP) satu bulan penuh berturut-turut minimal 1 tahun penuh.

Audit pada Sektor Publik 47

Page 48: 2 Laporan Audit Energi Pada Sektor Bangunan Publik

DAFTAR PUSTAKA

. SNI 03-6196-2000, Petunjuk Teknis Konservasi Energi: Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung. Direktorat Pengembagan Energi, Departemen Pertambangan dan Energi.

. SNI 03-6390-2000, Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung. Direktorat Pengembagan Energi, Departemen Pertambangan dan Energi.

. SNI 03-6575-2001, Standar Tingkat Pencahyaan Minimum.

. SNI 04-7021.2.1-2004, Standar Parameter Untuk Audit Kelistrikan.

Mandasari, Maya. 2009. Audit Energi di Gedung Kandatel, Jl Lembong No. 11 Bandung. Bandung. Teknok Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung.

Audit pada Sektor Publik 48