22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelelahan 2.1.1. Definisi Kelelahan Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak ( Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996) kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya ( Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan /ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan ( Wignjosoebroto, 2000). 2.1.2 Jenis-jenis Kelelahan Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari : Universitas Sumatera Utara

2.1. Kelelahan 2.1.1. Definisi Kelelahanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25191/4/Chapter II.pdf · istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam

  • Upload
    phamdat

  • View
    250

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelelahan

2.1.1. Definisi Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur

secara sentral oleh otak ( Amrizal, 2005). Menurut Suma’mur (1996) kelelahan

adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi

oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem

penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja

dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh

orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia

lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan

sebagainya ( Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai

menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan /ketahanan fisik

tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan ( Wignjosoebroto, 2000).

2.1.2 Jenis-jenis Kelelahan

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996)

bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara

a Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan munculnya

gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan beban.

b Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang

menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan

pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986) menyatakan bahwa

kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan dengan

faktor psikologis (motivasi menurun, kurang tertarik) yang mengakibatkan

menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum adalah monotoni,

intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebab-

sebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik) serta penyakit-

penyakit.

2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :

a Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

tubuh secara berlebihan

b Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan

berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah

terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan

3. Berdasarkan penyebabnya :

a Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di

tempat kerja

b Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu akumulasi

dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor psikologis yaitu

konflik yang menyebabkan stres emosional yang berkepanjangan

Universitas Sumatera Utara

c Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan

karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa

lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan

peredaran darah dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan

aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini

mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan

orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah ( Sutaklaksana, 1979).

Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi

dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami

oleh tubuh manusia ( Wignjosoebroto, 2000).

Green (1992) dan Suma’mur (1994) dari proceeding mengemukakan faktor-

faktor yang mempengaruhi kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain : faktor somatis atau fisik, gizi,

jenis kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup sedangkan yang termasuk

faktor eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu,

pencahayaan), faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur), faktor

ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan,

upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.

Barnes (1980) dari proceeding mengatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat kelelahan antara lain jam kerja, periode istiarahat, kondisi fisik

lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap dan mental

Universitas Sumatera Utara

tenaga kerja sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan agar tercipta kondisi kerja

yang menyenangkan ( Wignjosoebroto, 2000).

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja

dinamis. Tarwaka menjelaskan pada kerja otot statis dengan pengerahan tenaga 50 %

dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada

pengerahan tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama ( Tarwaka,

2004).

2.1.4. Proses Terjadinya Kelelahan

Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui

peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi kimia (oksidasi

glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat

(produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu proses untuk merubah

asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan

sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu ini berarti

keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu

berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam

otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses

pemulihan.

Secara lebih jelas terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik yaitu :

Pertama, oksidasi glukose dalam otot menimbulkan karbon dioksida (CO2),

saerolactic, phosphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah

yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan

Universitas Sumatera Utara

zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul

penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

Kedua, karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan

di hati dalam bentuk glukogin. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm

glukosa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 % dari sejumlah glikogen

dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentarsi glikogen

dalam hati tinggal 0,7 %.Ketiga, dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk

melalui pernafasan kira-kira 4 lt/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras

dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu

akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan

lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul

karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O

dan CO2

Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan

terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen

lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam

kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan

asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran

darah).

Ada suatu konsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan

ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri

yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi)

Universitas Sumatera Utara

dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan

bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi.

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan

orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem

penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami

kelelahan. Kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin

beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih

kuat dibandingkan sistem penggerak (Sutaklaksana, 1979).

2.1.5. Akibat Kelelahan

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :

1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi

daripada pekerja yang masih “penuh semangat”

2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain

3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya

kualitas hidup rumah tangga seseorang.

Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3

kategori yaitu :

1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering

menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada

mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau

berbaring.

2) Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.

Universitas Sumatera Utara

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak

dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang

kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat

tekun dalam pekerjaan.

3) Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.

Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan

tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada

anggota badan, merasa kurang sehat.

2.1.6. Cara Mengatasi Kelelahan

Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara

masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan)

dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses

pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang

cukup baik yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi

rendahnya tingkat ketegangan kerja.

Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output

per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus

memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan

prestasi kerja per jamnya ( Wignjosoebroto, 2000).

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada

keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat

dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar

istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam

Universitas Sumatera Utara

hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu.

Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu

ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang

baik.

Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta

dekorasi pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat

untuk latihan fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari

pekerja lebih-lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan

penting ( Suma’mur, 1996).

2.2 Kerja Shift

Pekerjaan shift adalah pekerjaan yang mempunyai jadwal diluar jam kerja

normal (jam 9.00 – 17.00). Jadwal shift kerja yang berlaku sangat bervariasi.

Biasanya adalah shift kerja 8 jam atau 12 jam dalam sehari ( Dian Mardi, 2008 ).

Monk dan Folkard dalam Silaban mengkategorikan 3 jenis sistem shift kerja, yaitu

shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat ( Povilia Dewi,

2006). Pada sidang ke-77 di Jenewa tanggal 26 Juni 1990 dibahas mengenai standar

internasional bagi pekerja malam. Standar yang dimaksud adalah The Night Work

Convention and Recommendation. The Night Work Convention membahas mengenai

kesehatan dan keselamatan, transfer kerja siang hari, perlindungan bagi kaum wanita,

kompensasi dan pelayanan sosial. Recommendation membahas mengenai batas waktu

kerja normal, waktu istirahat yang minimum antar shift, transfer kerja siang pada

situasi khusus, kesempatan pelatihan ( Dewi, 2006 ).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Standar Internasional bagi Pekerja Malam

No. Bidang Ukuran

1 Jam Kerja Normal Tidak lebih dari 8 jam sehari

2 Tidak ada shift kerja yang penuh berurutan Overtime

3 Waktu Istirahat Sekurang-kurangnya 11 jam antar shift

4 Jam Kerja Istirahat Istirahat untuk makan dan istirahat

5 Ibu/ Calon Ibu Penugasan di siang hari (sebelum dan sesudah

kehamilan)

6 Pelayanan Sosial Batas waktu transportasi, biaya, dan perbaikan

keselamatan. Perbaikan kualitas istirahat.

7 Situasi Khusus Toleransi pada pekerja yang mempunyai tanggung

jawab bagi keluarga, pekerja yang lamban dan tua.

8 Pelatihan Mendapatkan kesempatan pelatihan

9 Transfer Pemikiran khusus untuk ditugaskan siang hari

(setelah bertahun-tahun bekerja pada malam hari)

10 Pensiun Pemikiran khusus bagi pekerja yang pensiun

sebelum waktunya

2.2.1 Dampak Kerja Shift

Universitas Sumatera Utara

Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah circadian

rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara ritmik dalam siklus 24 jam.

Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang

meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh,

detak jantung, tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, dan

kemampuan fisik .Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap

digunakan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu untuk istirahat

dan pemulihan sumber daya (energi) . Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian

adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, dan banyak proses otonom, fungsi vegetatif

seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua

fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian yang teratur

1. Efek fisiologis

. kerja

shift malam akan berdampak pada respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek

penampilan kerja ( Pulat, 2002)

Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh:

a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam

hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya memakan waktu dua hari

istirahat untuk menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam.

b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun

masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain

yaitu perasaan mengantuk dan lelah.

c) Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan bahwa

berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi perilaku waspada terhadap

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly

dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat

secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift.

d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift

malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga

merupakan alasan utama.

e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000

pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut,

13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus.

2. Efek Sosial

Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan sosial:

a) Mengganggu kehidupan keluarga

b) Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan rekan.

c) Mengganggu aktivitas kelompok.

3. Efek Performansi

Wyatt dan Marriott dalam Pulat mengkonfirmasikan bahwa sebagai akibat

dari efek fisiologis dan sosial, performansi (penampilan) juga akan menurun pada

malam hari. Browne menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab

panggilan telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift malam.

Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi secara bermakna dilakukan

oleh pembaca meteran di perusahaan gas pada waktu shift malam dari pada shift

Universitas Sumatera Utara

lainnya. Monk dan Embrey menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat

kurangnya kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam.

Penasehat medis perusahaan telah mencatat banyaknya kasus gangguan tidur

siang di antara pekerja malam. Gangguan pada tidur siang ini dihubungkan dengan

kebisingan, akan tetapi kebanyakan pekerja malam menyatakan mereka merasakan

kegelisahan selama siang hari dan tidur siang mereka tidak cukup menyegarkan

( Grandjean, 1988 )

2.2.2 Penanggulangan Dampak Buruk Kerja Shift

Upaya-upaya mengurangi dampak buruk akibat kerja shift melalui

pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan pengaturan shift kerja secara adil.

Terdapat 2 macam pembagian shift kerja, yaitu 2 shift dan 3 shift. Pembagian satu

hari kerja menjadi 2 shift yaitu shift pagi (day shift) dengan jam kerja pukul 06.00-

18.00 dan shift malam (night shift) dengan jam kerja pukul 18.00-06.00. sedangkan

untk pembagian menjadi 3 shift adalah shift pagi yaitu pukul 08.00-16.00, siang yaitu

pukul 16.00-00.00 dan malam yaitu pukul 00.00-08.00.

Pengaturan shift kerja yang baik adalah dengan pergantian shift yang pendek

misal 2-3 hari sekali, tidak terlalu lama apalagi pergantian tiap minggu sekali.

Apabila diperlukan shift kerja malam maka ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh

pihak pengusaha dan pekerja, seperti :

1. Pergantian shift tidak lama (2-3 hari sekali)

2. Usia pekerja antara 20-50 tahun agar diperoleh kematangan mental yang

cukup;

Universitas Sumatera Utara

3. Pekerja tidak menderita penyakit kronis seperti penyakit paru-paru kronis,

tekanan darah tinggi, kencing manis, pekerja memiliki penyakit gangguan

tidur.

4. Pekerja tidak mengalami gangguan psikososial

5. Lingkungan hidup pekerja tenang

6. Pekerja tidak menderita gangguan lambung maupun memiliki tingkat emosi

yang labil

7. Tidak kekurangan gizi, stres dan gangguan jantung

8. Keluarga pekerja yang menunjang. Seyogianya sebelum pekerja dinas

malam pekerja telah cukup istirahat/ tidur sehingga berangkat bekerja dalam

keadaan segar (Sumakmur, 1996 ).

Ketika bekerja shift merupakan keharusan dan kita tidak bisa memilih, maka

ada beberapa strategi yang dapat dilakukan agar tetap sehat. Diantaranya adalah

usahakan untuk cukup tidur, usahakan agar kualitas tidur kita terjaga. Olahraga

teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Beberapa teknik

relaksasi juga dipercaya akan menurunkan beban mental dan tingkat stress. Pilih

teknik relaksasi yang paling mudah seperti mendengarkan musik yang menenangkan,

bersosialisasi dengan teman, atau menekuni hobi. Selain itu, tentunya dianjurkan pula

untuk mengkonsumsi diet yang sehat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat

konsumsi kudapan ringan di kalangan para pekerja shift lebih tinggi dari pekerja

normal. Selain itu, kualitas dietnya lebih rendah dan cenderung tidak memenuhi

syarat gizi yang seimbang. Keluhan yang sering muncul adalah mual, konstipasi,

diare, atau menurunnya nafsu makan. Untuk menghindari persoalan gangguan

Universitas Sumatera Utara

pencernaan ini disarankan pada para pekerja shift untuk mengurangi konsumsi garam

dan makanan berlemak, menghindari junk food, dan mengkonsumsi makanan dengan

gizi yang seimbang dan baik ( Mardi,2008)

2.3 Pengukuran Kelelahan

Pengukuran kelelahan terbagi atas 2 macam yaitu pengukuran secara

subjektif dan pengukuran secara objektif. Secara objektif dapat dilakukan dengan

menggunakan alat ukur untuk mengukur kelelahan kerja antara lain :

1) Pengukuran waktu reaksi

Waktu reaksi yang diukur dapat merupakan reaksi sederhana atas rangsangan

tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi. Biasanya waktu reaksi

adalah jangka waktu pemberian suatu rangsangan sampai pada suatu saat kesadaran

atau dilaksanakannya kegiatan tertentu misalnya :

Nyala lampu sebagai awal dan pijat tombol sebagai akhir jangkauan

waktu tertentu

Denting suara dan injak pedal

Sentuhan badan dan pemutaran setir

Prosedur kerja alat Whole Body Reaction Tester (WBRT)

WBRT mengukur gerakan lambat, cepat dan reaksinya dengan mengukur

waktu yang diperlukan tubuh terhadap cahaya. Waktu reaksi merupakan yang

diperlukan tubuh untuk menaggapi suatu rangsangan. Waktu reaksi biasanya sangat

cepat kira-kira 150-200 milidetik. Pada WBRT, penghitung digital menggunakan

elemen kristal osilasi dan memberikan hasil yang diteliti dari 1 m detik hingga 9,999

detik yang pengukurannya dengan menggunakan kotak respon.

Pengukuran Waktu Reaksi

Universitas Sumatera Utara

a. Hubungkan kotak respon ke tombol reaksi (waktu) pada bagian belakang

unit dengan wayar yang tersedia.

b. Pilih 1/1000 detik untuk tahapan waktu

Subyek uji diinstruksikkan untuk berdiri diatas lapik reaksi di depan kotak

respon, tekan tombol tanda “start”. Apabila subyek uji melihat warna merah, biru atau

kuning muncul, maka segera mungkin dia melompat meninggalkan lapik reaksi dan

pengatur waktu seketika itu juga akan berhenti.

2) Uji hilangnya kelipan

Dengan kelelahan kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan

semakin berkurang. Semakin panjang waktu diperlukan untuk jarak antara dua

kelipan menujukkan pula kewaspadaan tenaga kerja.

3) Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi gerakan fisik

Aneka ragam kegiatan tubuh dan efisienya dapat dinilai seperti :

a. Keseimbangan badan ketika berdiri

b. Koordinasi mata dan tangan

c. Uji akomodasi mata dan tangan

d. Kemantapan tangan dan jari

4) Pendekatan dengan kemampuan konsentrasi

Kecepatan dan ketelitian untuk menyelesaikan suatu atau serangkaian tugas

yang diberikan merupakan determinan dari konsentrasi atau daya pikir yang baik.

Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah

dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

(Sitorus, 1999). Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah KAUPK2.

Universitas Sumatera Utara

2. 4 SPBU ( Pertamina, 2009 )

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana

umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi

kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium,

solar, pertamax dan pertamax plus. Pada SPBU harus memenuhi prasarana standar

yang wajib yaitu :

• Sarana pemadam kebakaran:

• Sarana lindungan lingkungan:

o Instalasi pengolahan limbah.

o Instalasi oil catcher dan well catcher:

Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang

tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan.

o Instalasi sumur pantau:

Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi

terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan

oleh kegiatan usaha SPBU.

o Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedoman PT. Pertamina.

• Sistem Keamanan:

o Memiliki pipa ventilasi tangki pendam;

o Memiliki ground point/strip tahan karat;

o Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman;

Universitas Sumatera Utara

o Terdapat rambu-rambu tanda peringatan.

• Sistem Pencahayaan:

o SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan

jalur pengisian BBM;

o Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU

mudah dilihat oleh pengendara.

• Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina

berupa:

o Tangki pendam;

o Pompa;

o Pulau pompa.

• Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU

• Sensor api dan perangkat Pemadam kebakaran

• Lambang PT. Pertamina

• Generator

• Racun Api

• Fasilitas umum:

o Toilet;

o Mushola;

o Lahan parkir.

• Instalasi listrik dan air yang memadai

Universitas Sumatera Utara

• Rambu-rambu standar PT. Pertamina:

o Dilarang merokok;

o Dilarang menggunakan telepon seluler;

o Jagalah kebersihan;

o Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

2. 4. 1 Pelaksanaan Operasional SPBU

• Pelaksanaan operasional SPBU harus sesuai dengan SOP (Standard

Operating Procedure) PT. Pertamina.

• Perekrutan dan pengadaan karyawan adalah tanggung jawab pemohon, dan

para pekerja diwajibkan bekerja sesuai dengan etika kerja standar PT.

Pertamina.

2. 4. 2 Bangunan SPBU Berdasarkan Standar PT. Pertamina Bangunan SPBU harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut :

• Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar

(contoh: letak pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain);

• Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip

penangkal sinar matahari, jendela yang menjorok kedalam, dan penggunaan

material dan tekstur yang tepat);

• Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan

sekitar yang dominan;

Universitas Sumatera Utara

• Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan

utama;

• Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur

yang konsisten;

• Variasi bentuk dan garis atap yang menarik;

• Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari

dengan merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki/

trotoar yang tertutup dengan atap;

• Bangunan dibagi-bagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil untuk

menghindari bentuk massa yang terlalu besar;

• Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut:

o Integrasi antara kanopi tempat pompa bensin dan bangunan

diperbolehkan;

o Ketinggian ambang kanopi dihitung dari titik terendah kanopi tidak

lebih dari 13’9’’. Ketinggian keseluruhan kanopi tidak lebih dari 17’;

o Ceiling kanopi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau

flat, tidak diperbolehkan menggunakan material yang mengkilat atau

bisa memantulkan cahaya;

Universitas Sumatera Utara

o Tidak diperbolehkan menggunakan lampu tabung pada warna logo

perusahaan.

• Sirkulasi/jalur masuk dan keluar:

o Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke

tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat

keluar dari tempat pompa tanpa terhalang apa-apa dan jarak pandang

yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya;

o Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan;

o Jumlah lajur masuk minimum 2 (dua) lajur;

o Lajur keluar minimum 3 (tiga) lajur atau sama dengan lajur pengisian

BBM;

o Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6

2. 4. 3 Bentuk Kerjasama Dalam Pembangunan SPBU Ada 2 bentuk kerja sama yang di tawarkan yaitu :

1. DODO (Dealer Owned Dealer Operated)

2.

adalah SPBU milik swasta, baik

lahan, investasi, maupun operasionalnya.

CODO (Company Owned Dealer Operate) merupakan SPBU sebagai bentuk

kerjasama antara PT. Pertamina dengan pihak-pihak tertentu. Antara lain

kerjasama pemanfaatan lahan milik perusahaan ataupun individu untuk di

bangun SPBU PT. Pertamina.

Universitas Sumatera Utara

2.4. 4 Klasifikasi SPBU

Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak

lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun

SPBU terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal

2500 m². Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 700 m². SPBU terdiri dari 5 tipe

diantaranya adalah tipe A.B.C.D dan E. dimana klasifikasi SPBU tersebut adalah

sebagai berikut :

Tabel 2 . Klasifikasi SPBU Komponen Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D Tipe E

Minimal ukuran lahan

2500 1600 1225 900 700

Minimal lebar muka jalan

50 40 35 30 20

Jumlah selang Min. 26 20-25 16-20 10-16 Max 10

Kapasitas Tangki(kl) Min.160 Min.140 Min. 100 Min. 80 Min. 60

2.5 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

Operator Shift • Pagi • Malam

Kelelahan

Universitas Sumatera Utara

Ho : Tidak ada perbedaan kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift

pagi dan shift malam pada SBPU 14203163 Tanjung Morawa tahun

2009.

Ha : Terdapat perbedaan kelelahan kerja pada operator SPBU antara shift

pagi dan shift malam pada SBPU 14203163 Tanjung Morawa tahun

2009.

Universitas Sumatera Utara