34
PENDAHULUAN Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan. Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel (secara umum disebut dengan proses oogenesis yakni proses pembentukan sel telur atau ovum), sedangkan sperma diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus seminiferus).

27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

PENDAHULUAN

Reproduksi adalah suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali

dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk

zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut dengan

kelahiran. Pada proses reproduksi ini menyangkut hewan betina dan jantan.

Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau

yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan

sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi setelah

melalui beberapa tahap perkembangan folikel (secara umum disebut dengan proses

oogenesis yakni proses pembentukan sel telur atau ovum), sedangkan sperma

diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan

sel gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus

seminiferus).

Selain kedua hal tersebut diatas, terdapat beberapa hal yang juga mempunyai

peranan penting dalam terbentuknya sebuah proses reproduksi yang baik. Hal tersebut

adalah organ reproduksi pada ternak jantan dan betina itu sendiri, karena hal inilah

yang nantinya dapat mempengaruhi produksi ovum dan sperma. Selain itu, proses

estrus (masa keinginan kawin), ovulasi, dan fertilisasi (proses bertemunya sel gamet

jantan dan sel gamet betina) juga sangat berperan dalam proses reproduksi.

Page 2: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

PEMBAHASAN

A. Anatomi Organ Reproduksi Jantan dan Betina

A.1. Anatomi Organ Reproduksi Jantan

Susunan anatomi pada organ kelamin hewan jantan, pada umumnya terbagi

atas empat komponen, yakni organ kelamin primer, organ kelamin sekunder, kelenjar

pelengkap, serta organ kelamin luar (Anonim, 2009).

Organ kelamin primer yaitu gonad jantan yang dinamakan Testis. Organ

kelamin sekunder terdiri dari Epididimis dan Vas Deferens. Kelenjar pelengkap terdiri

dari Vesikula Seminalis, Kelenjar Prostat, dan Kelenjar Cowper. Sedangkan organ

kelamin luar terdiri dari Penis, Preputium, dan Scrotum (Luqman, 1999).

Berikut adalah beberapa pemaparan mengenai anatomi organ reproduksi

hewan jantan, yakni organ kelamin primer, organ kelamin sekunder, kelenjar

pelengkap, serta organ kelamin luar :

-. Anatomi Testes

Testes terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum,

dimana di dalam scrotum berisi dua lobi testes yang masing-masing lobi mengandung

satu testes dan digantung oleh funiculus spermaticus. Pada sapi jantan, testes

berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertical di dalam

scrotum. Testes terbungkus oleh kapsul berwarna putih mengkilat yang disebut

dengan tunika albugenia (Toelihere, 1985).

Page 3: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Pada sudut posterior, organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang

disebut sebagai mediastinum testes. Septula testes merupakan selaput tipis yang

meluas mengelilingi mediastinum hingga tunika albugenia dan membagi testes

menjadi 250-270 bagian berbentuk pyramid yang disebut lobuli testes. Isi dari lobulus

adalah tubulus seminiferus yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok

memenuhi seluruh kerucut lobules. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung

medial dari kerucut. Pada ujung apical dari tiap-tiap lobules akan terjadi penyempitan

lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin

yang selanjutnya akan masuk ke rete testes. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari

tiga lapisan luar ke dalam yaitu tunika propia, lamina basalis, dan lapisan epithelium

(Luqman, 1999).

Testes pada pejantan dewasa yang normal mempunyai dua fungsi yang

penting, yakni untuk memproduksi spermatozoa hidup dan subur serta memproduksi

androgen atau hormon kelamin jantan yakni testosterone (Salisbury, 1985).

Page 4: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Berikut adalah gambar dari testes (Toelihere, 1985) :

-. Anatomi Epididimis

Epidimis merupakan saluran reproduksi jantan yang terdiri dari tiga bagian

yakni, caput epididimis, corpus epididimis, dan cauda epididimis. Caput epididimis

merupakan muara dari sejumlah duktus eferents dan terletak pada bagian ujung atas

dari testes. Corpus epididimis merupakan saluran kelanjutan dari caput yang berada

di luar sedangkan cauda epididimis merupakan kelanjutan dari corpus yang terletak

pada bagian ujung bawah testes (Luqman, 1999).

Page 5: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

-. Anatomi Vas Deferens

Duktus (vas) deferens merupakan saluran yang menghubungkan cauda

epididimis dengan urethra. Dindingnya mengandung otot polos yang berperan dalam

pengangkutan spermatozoa. Diameter vas deferens 2 mm dengan konsistensi seperti

tali, berjalan sejajar dengan corpus epididimis. Dekat dengan kepala epididimis, vas

deferens menjadi lurus dan bersama-sama dnegan pembuluh darah, limfe dan saraf

pembentuk funikulus spermatikus yang berjalan melalui kanalis inguinalis ke dalam

cavum abdominal. Kedua vas deferens (kiri dan kanan) terletak sebelah menyebelah

di atas vesika urinaria lambat laun menebal dan membesar membentuk ampula duktus

deferens (Toelihere, 1985).

-. Anatomi Vesikula Seminalis

Pada sapi, kelenjar ini terdapat sepasang dan terdapat dalam lipatan urogenital

lateral dari ampula. Fungsi dari kelenjar ini adalah menambah volume semen dengan

membentuk 50% dari volume normal (Toelihere, 1985).

-. Anatomi Kelenjar Prostat

Kelenjar ini pada sapi mengelilingi urethra dan terdiri atas dua bagian yaitu

badan prostata (corpus prostata) dan prostata diseminata atau prostata yang kriptik

(pars disseminata prostate). Fungsi dari kelenjar ini adalah menberi bau khas pada

semen yang dihasilkan (Anonim, 2009).

Page 6: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

-. Anatomi Kelenjar Cowper

Terdapat sepasang, berbentuk bulat dan kompak, berselubung tebal danpada

sapi lebih kecil daripada kuda. Terletak di atas urethra dekat jalan keluar dari cavum

pelvis. Fungsi dari kelenjar ini adalah untuk membersihkan dan menetralisir urethra

dari bekas urine dan kotoran (Anonim, 2009).

-. Anatomi Penis

Merupakan organ kopulatoris. Penis terdiri dari tiga bagian, yakni bagian akar

(crush penis), bagian badan (corpus penis), dan bagian ujung yang berakhir pada

glans penis (Toelihere, 1985).

Berdasarkan tipe, penis pada hewan jantan dibagi menjadi dua macam yakni,

tipe fibro elastis, dan tipe vaskuler. Pada tipe fibro elastis yang terdapat pada sapi,

kerbau, kambing, domba dan babi. Pada penis tipe ini selalu dalam keadaan agak

kaku dan kenyal walaupun dalam keadaan tidak aktif atau non-erect, dimana

perbedaan perbedaan panjang penis antara ereksi dan tak ereksi adalah 3:2. Hal ini

disebabkan karena adanya struktur atau bentuk S pada penis yang disebut dengan

flexura sigmoideus. Bagian yang berongga pada waktu aktif kelamin terisi darah

menjadi tegang tanpa membesar volume penis. Penis tipe vaskuler/musculo

kavernosus didapatkan pada hewan kuda, gajah dan primate. Pada penis tipe ini,

banyak mengandung serabut-serabut otot dan tidak mempunyai flexura sigmoideus.

Pada waktu tidak ereksi penis terasa lunak, sedangkan pada waktu ereksi ukuran

panjang dan diameternya menjadi dua kali lipatnya (Hardjopranjoto, 1995).

Page 7: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Berikut adalah gambar dari anatomi organ reproduksi jantan

http://www.fkhunair/bahanajar/ilmumugidah/alatreproduksiternak/20.08.09/7.43PM).

A.2. Anatomi Organ Reproduksi Betina

Susunan anatomi pada organ kelamin hewan betina, pada umumnya terbagi

atas tiga komponen, yakni organ kelamin primer, organ kelamin sekunder, serta organ

kelamin luar (Anonim, 2009).

Organ kelamin primer yakni ovarium. Organ kelamin sekunder terdiri dari

oviduct (tuba fallopii), uterus, serviks, dan vagina. Sedangkan organ kelamin luar

terdiri dari vulva dan klitoris (Poernomo, 1999).

Berikut adalah beberapa pemaparan mengenai anatomi organ reproduksi

hewan betina, yakni organ kelamin primer, organ kelamin sekunder, serta organ

kelamin luar :

-. Anatomi Ovarium

Terdiri dari dua buah (sepasang), yakni ovarium kanan dan ovarium kiri,

permukaan licin, warna abu-abu sampai merah muda. Setelah mencapai masa

Page 8: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

menjelang dewasa (remaja), permukaan ovarium menjadi tidak rata karena terbentuk

banyak folikel. Sebuah ovarium tergantung pada pengikat yang disebut dengan

mesovarium (Hardjopranjoto, 1995).

-. Anatomi Oviduct (tuba fallopii)

Terdapat sepasang, yakni oviduct kanan dan oviduct kiri. Oviduct terbagi

menjadi tiga bagian yakni infundibulum yang mempunyai bentuk seperti corong

serta memiliki rambut getar yang disebut fimbriae tubae, ampula yang mempunyai

ukuran ½ bagian oviduct, dan isthmus yang mempunyai rongga sempit dan berkelok-

kelok. Seluruh oviduct digantung oleh alat penggantung yang disebut dengan

mesosalping yang merupakan kelanjutan dari mesovarium (Hardjopranjoto, 1995).

-. Anatomi Uterus

Bagian saluran alat reproduksi ini berbentuk buluh, berurat daging licin.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yakni selaput mukosa dan sub mukosa yang

disebut dengan endometrium, lapisan yang berada di tengah merupakan lapisan otot

yang disebut dengan myometrium, dan lapisan luar yaitu lapisan serosa yang disebut

sebagai perimetrium (luqman, 1999).

-. Anatomi Serviks

Merupakan otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina. Pada

umumnya struktur serviks dicirikan dengan adanya penonjolan-penonjolan pada

dindingnya. Pada ternak ruminansia, tonjolan-tonjolan ini disebut dengan cincin-

cincin annuler, yang biasanya sangat nyata pada sapi yang biasanya terdapat 4 buah

(Luqman, 1999).

Page 9: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

-. Anatomi Vagina

Merupakan bagian saluran reproduksi betina yang memanjang dari mulut

serviks bagian luar (portio vaginalis servicis) hingga tepat di depan dari muara

urethra. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yakni bagian ke sebelah luar yang

berhubungan dengan vulva dan portio vaginalis servicis yakni bagian sebelah serviks

(Luqman, 1999).

-. Anatomi Vulva dan Klitoris

Klitoris secara embriologik homolog dengan penis, sedangkan vulva homolog

dengan scrotum. Pada bagian ini banyak terdapat ujung-ujung syaraf perasa. Dari luar

terlihat kedua bibir vulva (labia vulva) (Hardjopranjoto, 1995).

Berikut adalah gambar dari anatomi organ reproduksi jantan

(http://www.ilri.org/21.02.09/9.21PM).

Page 10: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

B. Proses Estrus, Ovulasi dan Fertilisasi

B.1. Proses Estrus

Estrus merupakan masa dimana ternak mempunyai keinginan untuk kawin.

Pada proses estrus, terdapat 4 fase yakni, proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus.

Fase-fase ini terjadi dalam satu siklus.

Fase proestrus dimulai dengan regresi CL sehingga progesterone terhenti.

Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat, sehingga pada akhir

periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku

perkembangan estrus yang dapat diamati. Berlangsung selama 2-3 hari dan dicirikana

dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Fase estrus merupakan periode

ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan. Ovulasi

berhubungan dengan fase estrus, yaitu selesai fase estrus. Kira-kira setelah 12-14 jam,

fase estrus mulai berhenti. Selanjutnya betina tidak mengalami ovulasi hingga setelah

fase estrus. Fase metestrus, diawali dengan penghentian fase estrus. Umumnya fase

ini merupakan fase terbentuknya CL sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Fase ini

ditandai dengan berhentinya birahi secara tiba-tiba. Berlangsung selama 3-5 hari.

Fase diestrus, merupakan fase CL bekerja secara optimal. Pada fase ini, progesterone

dalam darah meningkat dan diakhiri dengan regresi CL. Fase ini juga disebut dengan

fase persiapan uterus untuk kebuntingan. Fase ini merupakan fase terpanjang dari

siklus estrus yakni berlangsung selama 13 hari. Terjadinya kebuntingan atau tidak,

CL akan berkembang menjadi organ yang fungsional yang akan menghasilkan

sejumlah progesterone. Jika ovum yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan

Page 11: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

menghasilkan progesterone yang akan mempertahankan kebuntingan. Jika ovum yang

tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi selama beberapa hari setelah

itu, CL akan mengalami regresi dan akan masuk pada siklus estrus yang baru (Imron,

2008).

B.2. Proses Ovulasi

Yang dimaksud dengan ovulasi adalah pecahnya folikel yang telah masak

disertai keluarnya ovum dari folikel tersebut (Luqman, 1999). Pertama-tama yakni

dimulai dengan perkembangan folikel yang berawal dari folikel primordial yang

hanya dikelilingi oleh sedikit sel granulose yang didalamnya telah terdapat oosit.

Kemudian berkembang menjadi folikel preantrum yang bercirikan dengan adanya

zona viteline dan zona pellucid serta dikelilingi oleh sel granulose yang lebih banyak

dibandingkan pada tahap folikel sebelumnya. Selanjutnya yaitu folikel antrum,

dimana pada folikel ini terdapat rongga (antrum) yang di dalamnya terdapat cairan

folikel yang mengandung hormon estrogen. Tahap terakhir adalah folikel preovulasi

(de graff), pada tahap ini terbentuk cumulus oophorus, theca interna serta theca

externa. Pada folikel inilah akan terjadi proses ovulasi.

Selain penjelasan diatas, terdapat pula penjelasan mengenai proses ovulasi

yakni proses ovulasi terbagi menjadi dua bagian, secara hormonal dan secara neural,

berikut penjelasanya :

Page 12: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

a. Hormonal :

Setelah folikel-folikel tumbuh karena pengaruh hormon FSH dari pituitari

anterior,maka sel-sek folikel mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Kedua

hormon ini dalam dosis kecil akan menyebabkan terlepasnya hormon LH. Hormon

LH memegang peranan penting dalam menggertak terjadinya ovulasi. Pecahnya

folikel terjadi adanya tekanan dari dalam folikel yang bertambah besar dan

persobekan pada daerah stigma yang pucat karena daerah ini kurang memperoleh

darah (http://www.wordpress.com/prosesreproduksi/26.08.09/00.30 AM ).

b. Neural :

Rangsangan pada luar servik, baik pada saat kopulasi atau kawin buatan akan

diteruskan oleh saraf ke susunan saraf pusat yang akan diterima oleh hipotalamus.

Nantinya akan disekresikan LH realising hormon dan kadar LH dalam darah akan

meningkat sehingga mengakibatkan ovulasi.

B.3. Proses Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) adalah peristiwa bersatunya antara spermatozoa

dengan sel telur (ovum), dimana spermatozoa berasal dari hewan jantan dan ovum

berasal dari hewan betina. Dikarenakan spermatozoa dan ovum berasal dari dua sel

yang berbeda, maka untuk dapat saling bertemu dan bersatu, keduanya tersebut harus

melalui perjalanan panjang dan mengalami proses persiapan serta tempat untuk

bertemu juga harus memenuhi syarat bagi spermatozoa dan ovum (Poernomo, 1999).

Page 13: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Proses ini sendiri dimulai dengan pematangan (maturasi) sel telur dan

spermatozoa. Pematangan sel telur dimulai pada waktu proses pembelahan meiosis

dari profase I menjadi masak selama folikulogenesis. Sedangkan spermatozoa

memerlukan perubahan maturasi yang terjadi selama 10-15 hari ketika melewati

epididimis. Perubahan maturasi spermatozoa bergantung pada sekresi epididimis dan

waktu transport yang sangat penting untuk dapat membuahi sel telur. Proses fertilisasi

pada mamalia memerlukan tiga kejadian kritis yaitu : sel spermatozoa harus

menembus diantara sel-sel cumulus dengan bantuan enzim hyaluronidase, sel

spermatozoa harus menyentuh dan menembus lapisan zona pellucid, dan penyatuan

spermatozoa dengan membran plasma sel telur (Luqman, 1999).

Proses fertilisasi, pertama-tama di mulai dengan transport spermatozoa ke

dalam saluran reproduksi betina. Pertama, spermatozoa akan memasuki vagina,

dimana akan terjadi seleksi dengan adanya perbedaan pH antara spermatozoa (pH=7)

dan vagina (pH=4). Setelah melewati vagina, spermatozoa yang telah terseleksi akan

memasuki serviks. Dalam serviks, hanya spermatozoa yang normal yang dapat lewat,

hal ini dikarenakan spermatozoa yang normal dapat bergerak melewati cincin-cincin

anulir pada serviks. Sampai akhirnya menuju uterus, dimana mengalami proses

kapasitasi yakni proses pendewasaan spermatozoa oleh cairan endometrium sehingga

spermatozoa dapat menembus lapisan-lapisan sel telur dan mempermudah terjadinya

fertilisasi. Tempat utama terjadinya proses kapasitasi adalah pada AIJ (Ampulla

Isthmus Junction). Selanjutnya yakni, transport sel telur untuk menuju AIJ dimulai

pada saat menjelang ovulasi, pada saat itu estrogen dominan dan bersama oksitosin

Page 14: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

akan menyebabkan terjadinya derakan peristaltik yang aktif. Setelah terjadi ovulasi,

sel telur akan mendarat pada permukaan fimbrae yang terdapat pada infundibulum,

dengan adana gerak peristaltik tersebut, sel telur akan terdorong masuk hingga

ampulla hingga mencapai AIJ (Anonim, 2009).

Pada saat spermatozoa mencapai AIJ dan bertemu dengan ovum, maka akan

terjadilah proses fertilisasi. Proses ini dimulai dengan penembusan kepala

spermatozoa ke dalam ovum, dimana pada akrosome spermatozoa terdapat enzim

hyaluranidase yang membantu proses penembusan cumulus oophorus. Setelah

spermatozoa menembus lapisan cumulus oophorus, maka selanjutnya akan terjadi

sentuhan kepala spermatozoa pada zona pellucid. Secara normal, setelah spermatozoa

pertama masuk, maka tidak akan ada lagi spermatozoa lain yang dapat masuk hal ini

disebabkan oleh adanya reaksi zona, yakni suatu mekanisme pada zona pellucida

untuk mengadakan perubahan setelah masuknya spermatozoa pertama dan

menghalangi masuknya spermatozoa berikutnya. Setelah menembus lapisan

pellucida, spermatozoa kemudian menyentuh permukaan lapisan vitelline, dengan

begitu akan merangsang pembebasan zat yang dihasilkan oleh granulo kortiko

sehingga lapisan vitellin akan menebal, hal ini kemudian dinamakan dengan blokade

vitellin (Luqman, 1999).

Page 15: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

C. Kebuntingan, Kelahiran dan Menyusui

C.1. Kebuntingan

Kebuntingan merupakan proses dimana suatu ternak telah memiliki zigot

ataupun embrio yang kemudian berkembang menjadi fetus. Peristiwa ini terjadi

sesudah proses fertilisasi dan penyatuan ke dua inti dari spermatozoa dan ovum, dan

diakhiri dengan proses kelahiran.

Proses awal dari kebuntingan ini adalah fertilisasi yakni pembuahan antara

ovum dan spermatozoa, yang selanjutnya berlanjut hingga penyatuan inti sel diantara

keduanya. Selama beberapa hari ovum yang telah dibuahi disebut sebagai zigot atau

embrio yang hidup bebas di dalam oviduct (tuba fallopii) atau uterus induk. Pada saat

embrio tersebut mencapai uterus, sel tunggal ini akan mengalami pembelahan sel

selama beberapa kali tanpa pertambahan volume sitoplasma, proses pembelahan sel

tanpa pertumbuhan ini disebut cleavage (Luqman, 1999).

Pada waktu jumlah sel dalam zona pellucid mencapai 32 buah, embrio kini

disebut morula. Cairan mulai terlihat, terkumpul di antara beberapa sel dan terbentuk

suatu rongga bagian dalam yang disebut blastocole, sedang embrio kini disebut

blastocyst. Pada waktu blastocole telah terbentuk, maka tubuh embrio seakan-akan

terbagi menjadi dua, karena ada bagian sel yang tumbuh membentuk sel-sel tipis di

bagian permukaan, yang menyelubungi hamper seluruh bagian blastocole. Bagian

yang menyelubungi ini disebut trophoblast, sedang bagian yang diselubungi disebut

inner cell mass. Dalam pertumbuhan selanjutnya trophoblast akan tumbuh menjadi

Page 16: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

plasenta, sedangkan inner cell mass tumbuh menjadi makhluk baru yang akan lahir

(Luqman, 1999).

Berikut adalah gambar dari proses embryogenesis yakni proses kebuntingan,

berawal dari 1 sel, 2 sel, morula, hingga blastocyst

(http://www.fkhunair/bahanajar/ilmu mugidah/embryogenesis/20.08.2009/7.43PM).

Setelah morula berkembang menjadi blastosis, maka pada hari ke 11-40 pada

sapi terjadi proses implantasi. Implantasi yaitu bertautnya embrio dengan dinding

endometrium uterus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi perubahan tempat.

Berikut adalah gambar dari proses implantasi (http://www.fkhunair/bahanajar/ilmu

mugidah/implantasi/20.08.2009/7.41PM).

Page 17: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

C.2. Kelahiran

Proses kelahiran dimulai dengan hipotalamus fetus yang menyebabkan

peningkatan kadar Corticotropin Releasing Hormone (CRH), dimana CRH ini akan

menstimulir pengeluaran adrenocorticotropic (ACTH) oleh hipofisa fetus dan

Glukokortikoid fetus yang merangsang hipofisa agar corteks adrenal memproduksi

kortisol. Kortisol ini akan merangsang plasenta sehingga enzim  17 α hidroksilase

menjadi aktif, setelah itu terjadi penurunan progresteron dan terjadi peningkatan

estrogen dalam darah. Peningkatan estrogen ini menstimulasi myometrium untuk

Page 18: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

memproduksi Prostaglandin (PGF2α). Prostaglandin menyebabkan kontraksi

myometrium yang akan meningkatkan tekanan intrauterin dan mendorong fetus ke

arah serviks dan menyebabkan serviks dilatasi. Pada peristiwa ini induk akan

menghasilkan oksitosin yang akan menyebabkan uterus akan peka terhadap estrogen

sehingga dapat membantu dalam kontraksi myometrium dan terjadilah partus. Secara

singkat, proses ini di awali dengan adanya kontraksi otot yang terjadi pada dinding

uterus induk kemudian kontraksi ini akan menstimulus hipotalamus sehingga akan

mensekresikan hormon oksitosin melalui peredaran darah yang berperan dalam

keluarnya fetus dari rahim induk (Purwo, 2009).

C.3. Menyusui

Kelenjar susu atau glandula mammae merupakan bagian dari alat-alat

reproduksi, sedangkan laktasi merupakan fase akhir dari reproduksi. Pada dasarnya

air susu yang dihasilkan oleh induk adalah untuk keperluan pemenuhan kebutuhan

pakan untuk anaknya.

Proses menyusui erat kaitannya dengan istilah laktasi. Laktasi sendiri terdiri

dari dua fase yaitu fase sekresi susu dan fase pelepasan air susu. Bila kelenjar susu

telah tumbuh dengan sempurna, sekresi susu dimulai dan ini berarti telah terjadi

sekresi protein, lemak dan karbohidrat. Awal laktasi kira-kira terjadi pada waktu

melahirkan, sekresi yang keluar pada waktu itu adalah berupa kolustrum yang kaya

akan antibodi.

Page 19: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

Pengeluaran air susu oleh induk juga berkaitan dengan adanya kerja hormonal

dan syaraf (neuro-hormonal) pada induk. Pertama-tama, syaraf pada sumsum tulang

belakang terstimulasi oleh isapan dari pedet (anak sapi) atau pemerahan pada bagian

putting susu. Hantaran stimulus syaraf tersebut tersampaikan menuju hipotalamus.

Hipotalamus inilah yang akan menstimulasi hipofisa anterior untuk mensekresikan

hormon prolaktin guna mencegah proses involusi kelenjar susu sehingga tetap

terpelihara. Selain itu, hipotalamus juga menstimulus hipofisa posterior untuk

menghasilkan hormon oksitosin yang berguna untuk merangsang kontraksi sel-sel

myoepitel pada dinding alveoli. Sehingga air susu dapat mengalir dari alveoli ke

dalam sisterna ambing melalui duktus menuju sisterna puting.

Page 20: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

-. Organ reproduksi jantan dibagi atas empat, yakni organ kelamin primer, organ

kelamin sekunder, organ kelamin luar, dan organ kelamin pelengkap.

-. Organ reproduksi betina dibagi atas tiga, yakni organ kelamin primer, organ

kelamin sekunder, dan organ kelamin luar.

-. Proses reproduksi berawal dari proses estrus, ovulasi, fertilisasi, kebuntingan,

kelahiran, dan menyusui sebagai proses akhir dari proses reproduksi.

-. Proses estrus merupakan masa dimana ternak mempunyai keinginan untuk

kawin. Estrus terbagi menjadi empat tahap, proestrus, estrus, metestrus, dan

diestrus.

-. Proses ovulasi yakni pecahnya folikel yang telah masak disertai keluarnya

ovum dari folikel tersebut.

-. Proses fertilisasi adalah proses bersatunya sel gamet jantan (spermatozoa)

dengan sel gamet betina (ovum) di dalam oviduct tepatnya di AIJ (Ampulla

Isthmus Junction).

-. Kebuntingan merupakan proses dimana suatu ternak telah memiliki zigot

ataupun embrio yang kemudian berkembang menjadi fetus.

-. Kelahiran merupakan proses keluarnya fetus dari induk.

-. Menyusui merupakan fase akhir dari proses reproduksi.

Page 21: 27562167 Proses Reproduksi Pada Ternak Sapi Copy

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. Bahan Ajar Dasar Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anonimb. 2009. http://www.fkh unair/bahan ajar/ilmu mugidah/alat reproduksi ternak/20.08.09/7.43PM/

Anonimc. 2009. http://www.ilri.org/21.02.09/9.21PM/

Anonimd. 2009. http://www.wordpress.com/proses reproduksi/26.08.09/00.03AM/

Anonime. 2009. http://www.fkh unair/bahan ajar/ilmu mugidah/embriogenesis/20.08.09/7.43PM/

Anonimf. 2009. http://www.fkh unair/bahan ajar/ilmu mugidah/implantasi/20.08.09/7.41PM/

Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.

Imron, A. 2008. Biologi Reproduksi. Universitas Brawijaya. Malang.

Luqman, M., 1999. Fisiologi Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Poernomo, B. 1999. Diktat Ilmu Mugidah. Universitas Airlangga. Surabaya.

Purwo, H. 2009. Peran Fetus dan Induk dalam Inisiasi Kelahiran. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Toelihere, M. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.