22
47 Universitas Kristen Petra 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery (2010, p. 1) Orasis Art Gallery adalah salah satu galeri seni yang terletak di kawasan bisnis Surabaya Barat, Jawa Timur tepatnya di jalan HR Muhammad No 94. Dimana di sekitar lokasi galeri terdapat kampus UNESA yang memiliki jurusan Seni Rupa, mall, perkantoran, apartemen dll. Letaknya yang strategis membuat galeri ini mudah diakses baik bagi pengunjung dari luar kota maupun dari Surabaya sendiri (“Orasis” par. 1). Galeri yang diresmikan tahun 2005 ini sebenarnya bukanlah galeri yang baru berdiri kemarin sore, melainkan hasil metamorfosis dari Pelangi Nusantara Art Gallery yang berdiri 20 September 2002. (“Orasis” par. 2) Elizabeth Y. Yuliawati sebagai owner, memilih kata Orasis yang dalam bahasa Yunani berarti "melihat lebih dalam" tidak sekedar melihat dari penampilan luarnya saja. Dalam kaitan inilah Orasis dimaksudkan sebagai sebuah mata yang mampu secara "dalam" menembus jauh ke depan terhadap bidang yang ditekuninya. "Ke-dalam-an" ini tentu diartikan pada kata sifat, yakni: mau belajar, mau mengerti, mau mendengar yang pada akhirnya menuju sifat kearifan sikap. Dengan bekal inilah logo "mata" dimaksudkan sebagai sikap arif, bijaksana dalam menapaki langkah ke depan, dan ikut berpartisipasi dalam memajukan seni rupa di Jawa Timur khususnya maupun seluruh nusantara pada umumnya. (“Orasis” par. 4) Suasana galeri yang nyaman dan staff galeri yang ramah sering membuat betah pengunjung yang terdiri dari seniman, kolektor, kurator, mahasiswa &

3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

47 Universitas Kristen Petra

3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG)

Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery

Sumber: Orasis Art Gallery (2010, p. 1)

Orasis Art Gallery adalah salah satu galeri seni yang terletak di kawasan

bisnis Surabaya Barat, Jawa Timur tepatnya di jalan HR Muhammad No 94.

Dimana di sekitar lokasi galeri terdapat kampus UNESA yang memiliki jurusan

Seni Rupa, mall, perkantoran, apartemen dll. Letaknya yang strategis membuat

galeri ini mudah diakses baik bagi pengunjung dari luar kota maupun dari

Surabaya sendiri (“Orasis” par. 1). Galeri yang diresmikan tahun 2005 ini

sebenarnya bukanlah galeri yang baru berdiri kemarin sore, melainkan hasil

metamorfosis dari Pelangi Nusantara Art Gallery yang berdiri 20 September 2002.

(“Orasis” par. 2)

Elizabeth Y. Yuliawati sebagai owner, memilih kata Orasis yang dalam

bahasa Yunani berarti "melihat lebih dalam" tidak sekedar melihat dari

penampilan luarnya saja. Dalam kaitan inilah Orasis dimaksudkan sebagai sebuah

mata yang mampu secara "dalam" menembus jauh ke depan terhadap bidang yang

ditekuninya. "Ke-dalam-an" ini tentu diartikan pada kata sifat, yakni: mau belajar,

mau mengerti, mau mendengar yang pada akhirnya menuju sifat kearifan sikap.

Dengan bekal inilah logo "mata" dimaksudkan sebagai sikap arif, bijaksana dalam

menapaki langkah ke depan, dan ikut berpartisipasi dalam memajukan seni rupa di

Jawa Timur khususnya maupun seluruh nusantara pada umumnya. (“Orasis” par.

4)

Suasana galeri yang nyaman dan staff galeri yang ramah sering membuat

betah pengunjung yang terdiri dari seniman, kolektor, kurator, mahasiswa &

Page 2: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

48 Universitas Kristen Petra

pelajar, pecinta seni dan masyarakat umum. Apalagi disini juga dilengkapi

perpustakaan dengan berbagai koleksi yang berkaitan dengan dunia seni.

Pameran-pameran yang diadakan sebagian besar merupakan hasil seleksi antara

pemilik galeri dan kurator independen. Dengan demikian karya-karya yang

dipamerkan adalah karya yang bermutu dan bisa mendapatkan apresiasi yang baik

di dunia seni rupa maupun masyarakat umum. (“Orasis” par. 3)

3.1.1. Konsep Galeri OAG

Dari luar Orasis Art Gallery tampak seperti ruko biasa, tak banyak yang

menunjukkan bahwa Orasis adalah sebuah galeri, hanya sebuah papan nama

bertuliskan Orasis Art Gallery. Namun saat memasuki galeri, ruangan terkesan

hangat dan luas karena warna dari interiornya yang monokrom. Sebagian galeri

menunjukkan kesan etnik namun pada lantai 3 terkesan polos. Galeri ini tidak

memiliki konsep secara khusus.

Galeri ini saat tidak pameran dipakai oleh sang pemilik untuk menaruh

koleksi lukisan-lukisan pribadinya. Pada saat pameran, koleksi-koleksi lukisan

tersebut disimpan di gudang dan digantikan dengan lukisan-lukisan yang akan

dipamerkan. Pengaturan cahaya untuk galeri ini dikerjakan oleh Noel, staff Orasis

Art Gallery yang memang bertugas untuk mengatur lukisan beserta dengan

pencahayaannya.

3.1.2. Eksisting Bangunan OAG

Galeri dibangun di atas dua buah ruko yang digabungkan dan terdiri dari 3

lantai, galeri ini memiliki area ruang pamer ber-AC seluas ± 675 m2 dengan

didukung lighting yang sesuai dengan standard pameran. Lantai 1 dan 2 dipakai

untuk pameran oleh seniman-seniman senior yang biasanya berupa lukisan

sementara lantai 3 untuk pameran oleh seniman-seniman muda yang berupa

lukisan dan seni instalasi. Lantai 1 biasanya dikosongkan pada saat pameran untuk

dipakai sebagai tempat untuk acara pembukaan pameran.

Page 3: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

49 Universitas Kristen Petra

3.1.3. Main entrance OAG

Main entrance pada Orasis Art Gallery berupa pintu kaca dengan lis kayu

pada lantai 1 dan bagian pintu masuk. Lantai 2 dan 3 berupa jendela seperti pada

umumnya ruko. Kaca yang berwarna gelap digunakan dapat mengurangi efek

pencahayaan yang masuk di siang hari.

Gambar 3.2. Main Entrance Orasis Art Gallery

Sumber: Ida (2010, p.2)

3.1.4. Lantai OAG

Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi lantai sbb:

Lantai 1:

- Keramik doff ukuran 30x30cm warna abu tua dan batu kecil-kecil warna

krem (bagian depan saat baru memasuki ruang, bentuk pola lantai bulat)

- Keramik doff ukuran 30x30cm warna coklat (bagian tengah) dan krem

(bagian pinggir kanan dan kiri)

Lantai 2 dan 3:

- Keramik glossy ukuran 40x40 cm warna putih

3.1.5. Dinding OAG

Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi dinding sbb:

Lantai 1:

- Cat dinding warna krem menjadi warna dominan

- Cat dinding warna merah bata pada dinding partisi tempat memamerkan

lukisan

Page 4: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

50 Universitas Kristen Petra

Lantai 2:

- Cat dinding warna krem (sama dengan lantai 1) menjadi warna dominan

- Cat dinding warna merah marun pada beberapa sisi tertentu, yaitu sisi yang

menutupi jendela dan beberapa dinding partisi yang diletakkan di tengah-

tengah ruang untuk memamerkan lukisan

Lantai 3:

- Cat dinding warna putih di seluruh ruang tanpa ada variasi

- Bagian jendela hanya ditutupi oleh kain hitam untuk menghindari

masuknya sinar matahari

3.1.6. Plafon OAG

Orasis terdiri dari 3 lantai dengan spesifikasi plafon sbb:

Lantai 1 dan 2:

- Plafon yang menyambung ke dinding memakai papan gipsum finishing cat

krem senada dengan dinding.

- Penurunan plafon memakai papan gipsum finishing cat warna krem

kemerahan.

Lantai 3:

Plafon memakai papan gipsum dengan finishing cat warna putih.

3.1.7. Warna dan Suasana OAG

Interior Orasis Art Gallery memakai warna-warna monokromatis pada

interiornya. Hal ini terlihat dari pemakaian warnanya, yaitu coklat dan krem

dengan perbedaan tone dan shade. Lainnya adalah putih yang cukup banyak

dipakai terutama area lantai 3.

Pada lantai 1 dan lantai 2, suasana hangat paling terasa karena penggunaan

warna dari lantai hingga plafon masih senada. Pemakaian material yang memakai

finishing bertekstur serta perabot yang terkesan antik juga menimbulkan suatu

nuansa yang bersifat etnik. Dari dinding sampai plafon permainan warnanya

masih serupa dengan tambahan warna merah pada dinding-dinding partisi yang

menjadikan area-area tersebut sebagai vocal point. Perbedaan dengan lantai 2

adalah lantainya berbeda dengan menggunakan keramik glossy warna putih.

Page 5: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

51 Universitas Kristen Petra

Lantai 3 juga bernuansa monoton, hanya menggunakan warna putih

layaknya bangunan asalnya. Area ini paling jarang dipakai sebagai tempat

pertemuan atau pameran, namun tetap ada lukisan-lukisan dan benda seni yang

dipajang karena lantai-lantai sebelumnya tidak cukup menampung lukisan-lukisan

koleksi sang pemilik pada hari-hari biasa.

3.1.8. Efek Pencahayaan Alami OAG

Bangunan eksisting galeri ini adalah sebuah ruko yang tiap lantainya pasti

ada bagian yang menghadap cahaya matahari. Pada lantai 1, main entrance berupa

pintu kaca namun sinar matahari yang masuk hanya samar-samar karena selalu

ditutupi oleh kerai kayu. Area depan merupakan area lobby tempat menerima

tamu dan dibatasi oleh dinding partisi terletak horizontal di tengah ruang yang

digunakan untuk tempat memamerkan lukisan sehingga sinar matahari yang

masuk hanya bisa diteruskan ke area kanan dan kiri ruangan, itu pun bila kerai

dibuka. Lukisan yang paling sering terkena cahaya alami adalah lukisan yang

terletak di partisi area lobby.

Lantai 2 sisi bangunan yang menghadap ke arah luar ditutup oleh dinding

permanen sehingga tidak memungkinkan adanya pencahayaan alami yang masuk.

Lantai 3 sisi bangunan yang menghadap ke arah luar hanya ditutupi oleh kain

hitam. Lantai 2 dan 3 sengaja ditutupi untuk menghindari masuknya pencahayaan

alami.

3.1.9. Jenis Lampu OAG

Lampu yang digunakan di OAG dibagi menjadi 2 berdasarkan fungsinya,

yaitu:

Lampu umum

Lampu fluorescent paling banyak digunakan dengan berwarna oranye dan

putih (lantai 1 dan lantai 2)

Downlight halogen warm white juga digunakan tetapi jarang dinyalakan

(lantai 1 dan 2)

Lampu gantung hanya pada beberapa titik tertentu (lantai 2 dan 3)

Page 6: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

52 Universitas Kristen Petra

Lampu khusus

Halogen 12V 50 W digunakan untuk penerangan lukisan jenis warm light

paling banyak digunakan pada spotlight, warna lainnya adalah merah dan

biru yang digunakan hanya pada saat tertentu saja. Spotlight halogen

menggunakan dimmer untuk pengaturan illuminansi sesuai kebutuhan

lukisan.

3.1.10. Sistem Pemasangan Lampu OAG

Sistem penempatan lampu yang dipakai adalah rel sehingga memudahkan

dalam pengaturan lampu. Lampu bisa diperbanyak maupun dikurangi sesuai besar

lukisan. Sistem yang dipakai untuk pencahayaan lukisan dengan spotlight adalah

rel. Rel yang dipakai adalah Rel 1 line ±1m dan diisi oleh 2 lampu spotlight

halogen. Jarak dari lukisan ke lampu semua disamakan yaitu kurang lebih 1,5 m

sampai 2m, letaknya persis di depan setiap lukisan yang dipajang.

Jumlah unit spotlight berdasarkan ukuran lukisan adalah sbb:

Untuk lukisan kecil dan sedang: 1 lampu ditujukan ke 1 lukisan, sementara

lampu lainnya dalam 1 rel diarahkan ke objek lain yang di samping atau di

arah yang berlawanan.

Untuk lukisan besar: 2 lampu diarahkan ke lukisan sehingga pencahayaan

bisa lebih merata.

3.1.11. Sistem Pencahayaan Buatan OAG

Sistem pencahayaan pada OAG seluruhnya menggunakan sistem

pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga

ruangan.

3.1.12. Teknik Pencahayaan Buatan OAG

Teknik pencahayaan yang digunakan yaitu spotlight untuk menyorot

lukisan. Pada lantai 1 dan 2 spotlight terkesan tidak terlalu menonjol karena ada

penerangan ruang dari lampu TL yang menggunakan warna oranye, senada

dengan halogen. Pada lantai 3 spotlight lebih terlihat jelas arah-arahnya dan

Page 7: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

53 Universitas Kristen Petra

terdapat kudung pada tiap lukisan karena masing-masing spotlight diarahkan pada

tiap-tiap lukisan.

3.1.13. Efek Pencahayaan Buatan OAG

Efek pencahayaan buatan yang ditimbulkan terhadap lukisan berasal dari

jenis lampu (lampu-lampu umum dan khusus), sistem pemasangannya, sistem

pencahayaan, teknik pencahayaan, serta kondisi interior galeri, yaitu elemen-

elemen interior yang berupa lantai, dinding dan plafon. Lampu-lampu yang paling

dominan mempengaruhi adalah lampu khusus, yaitu spotlight.

Efek yang tepat adalah efek yang tidak mengganggu dan membuat lukisan

terlihat lebih hidup dengan bantuan pencahayaan buatan

3.1.14. Dokumentasi Galeri OAG

Gambar 3.3. Orasis Art Gallery Lantai 1

Page 8: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

54 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.4. Orasis Art Gallery Lantai 2

Gambar 3.5. Orasis Art Gallery Lantai 3

Page 9: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

55 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.6. Orasis Art Gallery Lantai 3 (pameran Street Rebel)

Gambar 3.7. Sistem Pencahayaan Orasis Art Gallery

Page 10: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

56 Universitas Kristen Petra

3.2. SOZO ART SPACE (SAS)

Gambar 3.8. Logo Sozo Art Space

Sumber: Sozo Art Space (2010, p. 1)

Sozo Art Space berdiri secara resmi pada Januari 2009 dan terletak di

Jl.Raya Darmo Permai Timur 18/BC-1, Surabaya. Sozo berasal dari bahasa

Jepang yaitu kreatif. Galeri ini didirikan oleh Samuel Lianto sebagai komisaris

dan berkooperasi dengan salah satu perupa ternama Indonesia, Asri Nugroho N. P.

yang memiliki spesialisasi yang sangat unik dalam aliran kontemporer, yaitu

surealisme.

Sejak awal galeri ini dibuka bukan untuk orientasi profit, berbeda dengan

galeri seni pada umumnya. Sozo lebih difungsikan sebagai art space agar terkesan

tak hanya ruang pajang, tapi ruang berkreatif buat semua seniman. Hal ini didasari

karena Samuel sudah sejak lama memiliki impian ingin memiliki galeri seni yang

dirasanya bukan hanya sebagai ruang pamer, namun tempat itu mengumpulkan

aktivitas semua masyarakat di bidang seni. Samuel mengungkapkan bahwa galeri

seni itu juga menunjukkan tingkat kepedulian masyarakatnya terhadap masalah-

masalah sosial di sekitarnya.

3.2.1. Konsep Galeri SAS

Konsep desain galeri ini dicetuskan oleh perupa Asri secara keseluruhan.

Ia beranggapan bahwa mendesain galeri ini adalah melukis dan merupakan salah

satu bagian dari dirinya. Pada bagian main entrance berupa lukisan sang perupa

Asri berupa lukisan abstrak. Dari hasil wawancara, Pak Asri mengatakan bahwa Ia

ingin membuat orang menjadi penasaran apa yang ada di dalamnya saat melihat

lukisan di main entrance tersebut. Orang yang pintar pasti akan penasaran dan

ingin masuk ke dalam untuk mengetahui tempat apa itu sesungguhnya.

Bagian interior dibuat sedemikian rupa supaya menimbulkan kesan glamor

dan mewah karena menurutnya para pengamat, kolektor dan orang yang ingin

Page 11: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

57 Universitas Kristen Petra

membeli lukisan pastinya adalah orang yang berduit sehingga mereka akan

merasa nyaman saat mengamati dan menikmati lukisan-lukisan yang dipamerkan

disana. “Mengamati lukisan sama seperti menghafal,” ungkapnya.

Pencahayaan pada galeri ini juga diatur secara keseluruhan sesuai

keinginan Asri. Sebagai seorang perupa yang sudah mendunia, ia banyak melihat

pameran-pameran bertaraf internasional sehingga dari sanalah ia mengingat

pencahayaan apa yang kira-kira sesuai untuk lukisan yang dipamerkan. Tidak ada

ketentuan khusus, hanya sebatas selera dan ingatan akan teknik pencahayaan yang

ingin dipakai pada lukisan.

3.2.2. Eksisting Bangunan SAS

Bangunan berupa ruko 3 lantai yang menggabungkan 2 blok menjadi 1

namun hanya dipakai setengah, sehingga saat baru masuk ruang terkesan

memanjang ke samping. Setengah lagi dipakai sebagai tempat refleksologi.

Bagian bangunan yang dijadikan galeri sampai saat ini hanya sampai lantai 2.

Lantai 3 sedang dalam proses pembuatan untuk dijadikan galeri. Di dua lantai

ruko dengan luas per lantainya 12×15 meter itu, pemilik tak hanya menyediakan

ruang pajang tapi juga satu ruang untuk tempat segala hal. Mulai dari diskusi atau

alternatif tempat bagi para seniman untuk berkarya.

3.2.3. Main Entrance SAS

Main entrance terlihat dari gambar 3.9. Dinding eksterior lantai 1 sesuai

konsep dilukis oleh perupa Asri (salah satu pengelola SOZO) berupa lukisan

abstrak dengan dominasi warna hitam. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak

agak ke kanan dengan ornament pada bagian luar. Bagian lantai atasnya berupa

jendela seperti ruko pada umumnya.

Page 12: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

58 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.9. Main entrance Sozo Art Space

Sumber: www.sozoartspace.com

3.2.4. Lantai SAS

Lantai pada lantai 1 dan lantai 2 yang dipakai sebagai galeri menggunakan

karpet meteran warna biru tua dengan motif kuning kecil-kecil. Keseluruhan lantai

seragam, tidak ada variasi material dan warna lainnya lagi. Penerapan dan warna

karpet mengikuti konsep yang sudah dicetuskan sejak awal.

3.2.5. Dinding SAS

Dinding menggunakan cat dinding sebagai finishing dengan dominan

warna putih. Warna lain yang menjadi vocal point adalah kuning dan merah.

Permukaan dinding bersifat matte. List di atas dan bawah dinding menggunakan

warna kuning yang sama dengan kuning yang dipakai di salah satu dinding.

3.2.6. Plafon SAS

Plafon menggunakan gypsum dengan finishing cat warna hitam. Lantai 1

dan 2 menunjukkan keseragaman, warna yang digunakan sama. Penerapan warna

plafon mengikuti juga mengikuti konsep yang sudah dicetuskan sejak awal.

3.2.7. Warna dan Suasana SAS

Permainan warna interior yang kontras ingin menimbulkan kesan mewah

namun tetap nyaman. Warna-warna yang digunakan adalah warna komplementer.

Page 13: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

59 Universitas Kristen Petra

Lantai dan plafon menggunakan warna gelap dengan dinding menggunakan warna

terang dimaksudkan untuk memfokuskan pandangan ke dinding yang menjadi

tempat pamer lukisan. Pemilik tidak ingin pandangan orang-orang yang datang

mengamati lukisan tertuju ke tempat lain karena tujuan sebuah galeri adalah

memamerkan lukisan.

Warna merah pada dinding menjadi vocal point ruang interior galeri.

Selain itu, warna kuning di sebelah warna merah dan terus menyambung hingga

ke ruang tangga yang mengarah ke lantai dua dimaksudkan supaya orang yang

datang diarahkan dan tertuju ke sana. Perupa Asri mengatakan hal ini

dimaksudkan supaya orang memiliki persepsi visual bahwa masih ada ruang di

atas dan membuat ruang terlihat luas dan menyambung ke atas.

Suasana yang ditimbulkan adalah suasana mewah namun tetap nyaman.

Walaupun bahan yang dipakai bukan bahan yang mahal tetapi dari permainan

warna saja sudah bisa menimbulkan kesan sesuai yang diinginkan oleh pemilik.

Lantai 1 dan 2 menggunakan warna dan konsep yang sama.

3.2.8. Efek Pencahayaan Alami SAS

Pencahayaan alami di galeri ini berasal dari pintu main entrance yang

berupa pintu kaca. Pencahayaan alami tidak banyak mempengaruhi galeri ini,

yang terasa hanya pada bagian lantai 1 sekitar area resepsionis. Walaupun begitu,

menurut hasil wawancara, pameran selalu diadakan malam karena pada saat

malamlah galeri memperlihatkan sisi terbaiknya didukung dengan pencahayaan

buatan yang menjadi lebih maksimal tanpa ada gangguan dari pencahayaan alami.

3.2.9. Jenis Lampu SAS

Jenis lampu yang digunakan di SAS dibagi menjadi 2, yaitu:

Lampu umum

Downlight berupa lampu CFL (neon kompak) yang banyak dijual di pasaran.

Lampu ini merupakan sat-satunya lampu umum pada SAS. Penggunaannya

terbatas, hanya ada 2 unit di lantai 1 contohnya.

Page 14: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

60 Universitas Kristen Petra

Lampu khusus

adalah halogen 30-50 W sehingga lukisan dan ruangan menjadi terang dan

hidup. Teknologi untuk lampu menggunakan dimmer sesuai dengan suasana

yang diinginkan dan kebutuhan lukisan. Watt yang besar diatasi dengan

menggunakan dimmer sehingga besarnya watt yang dipakai bisa disesuaikan.

3.2.10. Sistem Pemasangan Lampu SAS

Sistem penempatan lampu yang dipakai adalah rel sehingga memudahkan

dalam pengaturan lampu. Lampu bisa diperbanyak maupun dikurangi sesuai besar

lukisan. Sistem yang dipakai untuk pencahayaan lukisan dengan spotlight adalah

rel. Rel yang dipakai adalah Rel 1 line ±1m dan diisi oleh 2 lampu spotlight

halogen. Jarak dari lukisan ke lampu semua disamakan yaitu kurang lebih 1,5 m

sampai 2m, letaknya persis di depan setiap lukisan yang dipajang. Rel 1 line ±1m

diisi dengan 3 lampu spotlight halogen.

Jumlah unit spotlight berdasarkan ukuran lukisan adalah sbb:

Untuk lukisan kecil: 1 lampu ditujukan ke beberapa lukisan sekaligus (1 – 3)

Untuk lukisan sedang: 1 lampu ditujukan ke 1 lukisan, sementara lampu

lainnya dalam 1 rel diarahkan ke objek lain yang di samping atau di arah yang

berlawanan

Untuk lukisan besar: 2 lampu ditujukan ke 1 lukisan

Jenis lukisan yang biasanya dipamerkan disini adalah lukisan cat acrylic

karya dari Asri sehingga menurut Pak Asri sebagai pengatur pencahayaan bahwa

pencahayaan lukisan tidak dibedakan, semua jenis lukisan disamakan dan diatur

hanya sesuai selera yang didapatkan dari pengalaman melihat dan merasakan.

3.2.11. Sistem Pencahayaan Buatan SAS

Sistem pencahayaan pada SAS sama seperti galeri pada umumnya,

seluruhnya menggunakan sistem pencahayaan langsung (direct lighting) untuk

menerangi lukisan dan juga ruangan.

Page 15: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

61 Universitas Kristen Petra

3.2.12. Teknik Pencahayaan Buatan SAS

Teknik pencahayaan yang digunakan di galeri ini adalah spotlight untuk

lukisan yang dipamerkan. Teknik ini paling umum dalam pencahayaan lukisan

karena beberapa pakar menyatakan teknik spotlight paling baik bagi lukisan

walaupun belum maksimal. Semua pencahayaan lukisan di SAS menggunakan

teknik ini.

3.2.13. Efek Pencahayaan Buatan SAS

Sistem pencahayaan pada OAG seluruhnya menggunakan sistem

pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga

ruangan.

3.2.14. Dokumentasi Galeri

Gambar 3.10. Sozo Art Space Lantai 1

Page 16: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

62 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.11. Sozo Art Space Lantai 2

Gambar 3.12. Sistem pencahayaan Sozo Art Space

Page 17: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

63 Universitas Kristen Petra

3.3. AJBS GALLERY (AG)

Gambar 3.13. Logo AJBS Gallery

Sumber: AJBS Gallery (2010, p. 1)

3.3.1. Konsep Galeri AG

AJBS Gallery terletak di Jl. Ratna 14 Blok D-2, Surabaya bersebelahan

dengan AJBS Swalayan. PT. AJBS (Anak Jaya Bapak Sejahtera) bukanlah nama

yang asing terutama untuk orang Surabaya. Awal mulanya, PT. AJBS berasal dari

took mur baut sejak tahun 1966 yang kemudian berkembang menjadi toko

perkakas dengan konsep self serve swalayan pertama di Indonesia.

Selain sebagai seorang pengusaha sukses, pemilik AJBS juga memiliki

minat yang cukup tinggi terhadap seni. Sebagai seorang kolektor, ia ingin

membuat sesuatu yang dapat memajukan seni Indonesia hingga akhirnya

dibangun galeri ini. Galeri ini diresmikan pada bulan Desember 2009. Walau

masih terkesan baru namun galeri ini sudah mengikuti pameran-pameran lukisan

besar di Surabaya. AJBS Gallery merupakan galeri yang ditujukan untuk

pameran-pameran karya seniman lokal. Tujuannya adalah ingin menaikkan nilai

seni di Indonesia hingga nantinya bisa dibawa ke kancah internasional.

Galeri ini menyerupai hall sehingga dapat disebut hall gallery. Galeri

terlihat lapang dan luas, tidak ada sekat atau dinding partisi yang diletakkan

kecuali saat pameran. Bila tidak digunakan, galeri ini dibiarkan kosong apa

adanya. Bangunan galeri ini sangat minimalis, yang dibuat untuk disesuaikan

dengan kebutuhan pameran yang akan dilaksanakan. Pada saat pameran, yang

mengatur adalah kurator.

3.3.2. Eksisting Bangunan AG

Bangunan yang cukup tinggi untuk 2 lantai dibangun memang untuk galeri

seni yang sampai sekarang dipakai untuk lukisan. AG berada di dalam kompleks

Page 18: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

64 Universitas Kristen Petra

AJBS berdekatan dengan AJBS Store. AG terdiri dari 2 lantai dengan luas lantai 2

setengah dari lantai 1 sehingga ada void yang cukup luas.Interior terkesan luas

karena tidak ada sekat permanen dalam galeri ini. Semua partisi, perabot bisa

diatur sesuai dengan kebutuhan pameran.

3.3.3. Main Entrance Bangunan AG

Main entrance dibuat minimalis dengan dinding kolom yang diberi aksen

batu temple dan permainan kaca dengan adanya lorong yang menuju ke pintu

masuk. Tampak dari luar berupa kaca transparan yang menyambung hingga ke

lantai 2. Pintu masuk berupa pintu kaca terletak di bagian tengah.

3.3.4. Lantai AG

AG terdiri dari 2 lantai yang berfungsi sebagai galeri dengan spesifikasi

lantai sbb:

Lantai 1:

Semen plester yang difinishing halus

Lantai 2:

Parket warna krem muda dengan finishing glossy

3.3.5. Dinding AG

AG yang terdiri dari 2 lantai dengan dinding matte yang difinishing cat

tembok putih secara keseluruhan. Lantai 1 menyambung hingga lantai 2, warna

yang sama menunjukkan suatu kesatuan. Warna putih membuat ruang terlihat

lebih luas dan terang serta warna lukisan menjadi lebih hidup.

3.3.6. Plafon AG

AG menonjolkan rangka plafon ekspos dari kayu tanpa penutup plafon

berupa gypsum dengan finishing cat putih, sama dengan plafon miring yang

menjadi atap ruang. Plafon senada dinding dengan rangka plafon ekspos membuat

ruang terkesan lebih lusa, tinggi dan terang.

Page 19: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

65 Universitas Kristen Petra

3.3.7. Warna dan Suasana AG

Warna ruangan dominan putih hanya ada perbedaan warna pada lantai

yang itu pun tidak menunjukkan banyak permainan warna. Warna pada lantai

masih termasuk warna netral, yaitu keabuan. Suasana terkesan monoton karena

tidak ada permainan warna dan bentuk pada ruang dalamnya. Hal ini dikarenakan

galeri ini disewakan berupa ruang kosong yang interiornya dapat diatur sesuai

kebutuhan pameran. Pencahayaan buatan lebih menghidupkan suasana ruang.

3.3.8. Efek Pencahayaan Alami AG

Pencahayaan alami sangat kuat di galeri ini. Sinar masuk dari main

entrance yang berupa kaca secara langsung tanpa ditutupi oleh apapun.

Banyaknya pencahayaan alami yang masuk pada siang hari menyebabkan lampu

dinyalakan hanya lampu-lampu yang menyorot lukisan dan lampu downlight

untuk penerangan umum pada bagian dalam. Lampu yang menerangi void dari

lantai 2 tidak dinyalakan sama sekali.

3.3.9. Jenis Lampu AG

Jenis lampu yang digunakan di AG dibagi menjadi 2, yaitu:

Lampu umum

- Downlight halogen digunakan hanya di lantai 1 saja karena ada papan

gypsum sebagai tempat untuk rumah lampu

- Lampu gantung yang digantung pada area-area rangka plafon

- Spotlight diletakkan di berbagai tempat dari plafon datar, miring, rangka

plafon serta partisi.

Lampu khusus

- Spotlight halogen untuk menyorot lukisan

3.3.10. Sistem Pemasangan Lampu AG

Spotlight dipasang di berbagai tempat, yaitu:

Rel

Sistem pemasangan ini paling banyak digunakan dengan 1-3 spotlight

halogen dalam 1 rel. Rel pada AG juga disambung dengan konektor sehingga

Page 20: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

66 Universitas Kristen Petra

membentuk 1 line panjang. Sistem rel pada AG lebih fleksibel dengan adanya

konektor. Jarak dari lukisan ke lampu untuk lukisan adalah ±1,5m.

Struktur

- Lampu-lampu spotlight halogen dijepit ke partisi tempat pamer lukisan.

Untuk rel pada partisi, jarak lampu dekat karena dijepit pada partisi

- Spotlight pada rangka kuda-kuda yang memanjang horizontal Lukisan

yang dipamerkan variatif dan pencahayaan disesuaikan.

Jumlah unit spotlight pada lukisan bila lukisan semakin besar maka

semakin banyak lampu yang digunakan. Rata-rata berukuran kecil-sedang. 1-2

lampu spotlight digunakan untuk 1 lukisan.

Lukisan ukuran kecil: 1 unit lampu untuk 1 lukisan kecil

Lukisan ukuran sedang: 2 unit lampu untuk 1 lukisan sedang

Lukisan ukuran besar: 3-4 unit lampu untuk 1 lukisan besar

3.3.11. Sistem Pencahayaan Buatan AG

Sistem pencahayaan pada AG sama seperti galeri pada umumnya,

seluruhnya menggunakan sistem pencahayaan langsung (direct lighting) untuk

menerangi lukisan dan juga ruangan.

3.3.12. Teknik Pencahayaan Buatan AG

Teknik pencahayaan lukisan pada AG terdiri dari 2 teknik, yaitu:

Spotlight disorot ke lukisan, berasal dari plafon maupun yang dijepit di partisi

tempat lukisan dipajang (dalam kasus pameran tertentu). Lampu menggunakan

dimmer. Teknik ini paling umum dan menjadi salah satu teknik untuk

pencahayaan lukisan.

Wall wash pada dinding-dinding tertentu, memberi efek pencahayaan meluas

pada ruang dan lukisan.

3.3.13. Efek Pencahayaan Buatan AG

Sistem pencahayaan pada AG seluruhnya menggunakan sistem

pencahayaan langsung (direct lighting) untuk menerangi lukisan dan juga

ruangan.

Page 21: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

67 Universitas Kristen Petra

3.3.14. Dokumentasi Galeri

Gambar 3.14. AJBS Gallery Lantai 1 (pameran Chinese painting)

Gambar 3.15. AJBS Gallery Lantai 1 (pameran [Re]presentasi Identitas Kultural)

Page 22: 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) · 3. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 3.1. ORASIS ART GALLERY (OAG) Gambar 3.1. Logo Orasis Art Gallery Sumber: Orasis Art Gallery

68 Universitas Kristen Petra

Gambar 3.16. AJBS Gallery Lantai 2 (pameran Chinese painting)

Gambar 3.17. Sistem pencahayaan AJBS Gallery (pameran Chinese painting)