3. Dr Tince PSM RS Konas MHKI

Embed Size (px)

Citation preview

Penyelesaian Sengketa Medik di RS

Tince P. Soemoele T

Sengketa:Sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, perbantahan, pertengkaran Conflict dan disputeperbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak atau lebih. Conflictkonflik Disputesengketa

Hub antar manusia bs terjadi sengketapelaku dan pengguna pelayanan medik

Sengketa MedikTidak Explicit, UU No 23 tahun 1992 psl 55, ganti rugi:Ayat (1): Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. Ayat (2): Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Implicit, UU No 29 thn 2004 psl 66:

Ayat (1): Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. SM :sengketa yang terjadi karena kepentingan pasien dirugikan oleh tindakan dokter atau dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran. Dengan demikian maka sengketa medik merupakan sengketa yang terjadi antara pengguna pelayanan medik dengan pelaku pelayanan medik dalam hal ini antara pasien dan dokter berikut sarana kesehatan.

Penyebab SM atau hasil yang tidak diharapkan:

Umumnya karena ketidak puasan pengguna pelayanan medik terhadap pelaku pelayanan medik. Ketidak puasandugaan adanya kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan medikkerugian: cidera, cacat, kematian

Kerugian: Cidera, cacat, kematian hasil yang tidak diharapkan oleh para pihak (pelaku atau pengguna pelayanan medik) Akibat dari: - Perjalanan penyakit - Resiko yang tidak dapat dihindari, tidak diketahui sebelumnya/ unforseeable/ unpredictablereaksi Steven-johnson, emboli air ketuban pd persalinan normal Resiko yang acceptableresiko dgn derajat probabilitas dan keparahannya cukup kecil, dapat diantisipasi, diperhitungkan atau dapat dikendalikan, misalnya efek samping obat, perdarahan dan infeksi pada pembedahan, dll. Risiko yang derajat probabilitas dan keparahannya besar pada keadaan tertentu, tetapi tindakan medis yang berisiko tersebut harus dilakukan karena merupakan satu-satunya cara yang harus ditempuh (the only way), terutama dalam keadaan gawat darurat.

HARUS DIINFOKAN KE PASIEN SEBELUMNYA

- Hasil dari suatu kelalaian medik. Pasa dasarnya, kelalaian terjadi apabila seseorang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. - Hasil dari suatu kesengajaan

PSM:Belum ada per UU yang mengatur secara khusus PSM PSMmengacu pada PS secara umum: litigasi dan non litigasi Dasar2 hukum yang dipakai pasien untuk menuntut pelaku pelayanan medik:

Pasal 55 UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan: Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.Pasal 66 UU No 29 tahun 2004 tentang praktik Kedokteran: (1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disipiln Kedokteran Indonesia. (3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan. Pasal 359 KUHP: Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun

Pasal 360 KUHP: (1) Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2) Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. Pasal 361 KUHP: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan, dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.

Pasal 1365 KUH Perdata: Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Pasal 1366 KUH Perdata: Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.Pasal 1367 KUH Perdata: Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya. .

Pasal 1370 KUH Perdata: Dalam halnya suatu kematian dengan sengaja atau karena kurang hati-hatinya seseorang, maka suami atau isteri yang ditinggalkan, anak atau orang tua si korban yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai hak menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut keadaan. Pasal 1371 KUH Perdata: Penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk selain penggantian biaya kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan

Dari pasal-pasal yang disebutkan diatas, kalau dikaitkan dengan tindakan medik, maka pasalpasal tersebut sebenarnya belum cukup mengakomodir dari suatu PROSES tindakan medis tetapi hanya mengakomodir HASIL dari suatu tindakan medis, yaitu adanya kerugian pada pihak pasien.

Dalam pelayanan medik, hasil yang akan dicapai bukanlah resultaat verbintennis melainkan inspanning verbitennis (upaya yang sungguhsungguh). Dengan demikan, bila terjadi kerugian pada pihak pasien, maka tidak selalu berarti ada kelalaian pada pihak pelaku pelayanan medik.

PSM secara Litigasi:Waktu lama Biaya besar Proseslama, terbuka tidak dapat diprediksi kesulitan yang paling utama adalah pasien/ kuasa hukum atau penyidik umum atau penuntut umum atau hakim menemui kesulitan dalam membuktikan adanya kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau sarana kesehatan karena keawamannya terhadap tehnik medis. Win-Lose

PSM secara non litigasiWaktucepat....lama... Biayamurah Prosespemberdayaan para pihak, tidak formal, tertutup, kesepakatan dirancang bersama, dll Problem solving

MKDKI-MKEK:Tidak menyelesaikan sengketa medik antara pelaku dan pengguna pelayanan medik Pelanggaran disiplin MKDKI Pelanggaran etik MKEK

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, dalam pasal 1 angka 10 menyatakan bahwa: Alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

Kajian pada sebuah RSUD X Ada 3 kasus sengketa medik (20062008) - Ibu A (April 2006) Cacat - Anak B (Jan 2008) Meninggal - Anak C (Jan 2008) Meninggal

Kasus Ibu A Ibu A 34 tahun, ke RS dengan keluhan sakit perut 2 hari. Diagnosa Kehamilan di luar kandungan dan dilakukan operasi. Tiga hari pasca operasi, Ibu A bicara pelo dan 8 hari pasca operasi menjadi lumpuh. Audit medik dilakukan dan diberikan penjelasan kepada keluarga. Dua bulan pasca kerugian yang dialami oleh Ibu A, anak Ibu A melalui pengacara mengajukan gugatan ke Pengadilan dengan total tuntutan 150 milyar. Satu bulan kemudian perkara gugur. Empat bulan dirawat di RS, ibu A sudah diijinkan pulang. Suami Ibu A melalui pengacara melakukan somasi sebanyak 3 kali kepada RS. RS mengundang suami Ibu A untuk konsultasi sebanyak 3 kali. Undangan tidak dindahkan. RS mengundang Kepala Desa untuk membantu menyelesaikan masalah, 3 bulan kemudian Suami Ibu A bersedia membawa pulang Ibu A dengan menandatangi berita acara serah terima pasien yang diberikan RS. Kompensasi yang diberikan RS: pembebasan biaya selama perawatan 9 bulan dan dipersilahkan fisioterapi tanpa batas waktu dan tanpa biaya. Setelah Ibu A pulang, tidak sekalipun datang kontrol ke RS. Satu tahun setelah pulang, Ibu A meninggal

Kasus Anak BAnak B 8 tahun masuk RS dengan rencana dilakukan operasi Amandel. Satu hari pasca operasi, anak diijinkan pulang. Sebelum pulang, anak disuntik obat Kalnex untuk pemberian ke 4. Anak B tiba-tiba menjerit, badan biru, kesadaran menurun. Esoknya Anak B meninggal dunia. Audit Medik dilakukan dan keluarga diberikan penjelasan. Keluarga menyatakan kemarahan dan menyatakan tidak akan membawa kasus ini ke jalur hukum tetapi meminta kejujuran dan pertanggungjawaban RS, tindakan moril apa yang akan dilakukan RS. Kompensasi yang diberikan RS: pembebasan semua biaya perawatan, pemberian uang duka dan pendampingan oleh Warois selama tahlilan.

Kasus Anak CAnak C 10 tahun, datang ke RS dengan keluhan sakit perut kanan bawah 1 minggu, muntahmuntah dan panas 3 hari. Diagnosa usus buntu, dilakukan operasi. Satu hari pasca operasi keadaan anak C membaik, 2 hari kemudian keadaan memburuk dan akhirnya meninggal. Audit medik dilakukan dan diberikan penjelasan kepada keluarga pasien. Lewat media massa keluarga menyatakan kekecewaan karena tidak dibebaskan dari biaya perawatan dan tidak diberikan uang duka. Awalnya ada niat membawa kasus lewat jalur hukum, tetapi setelah konsultasi dengan aparat kepolisian dengan segala konsekuensi yang akan timbul, keluarga mengurungkan niat.

Audit MedikKasus Ibu A: tindakan medik yang dilakukan oleh dokter telah sesuai dengan standar operasional prosedur dan ketidakmampuan Ibu A berbicara dan kelumpuhan yang dialami diduga disebabkan oleh adanya penyakit lain yang telah diderita oleh Ibu A sebelumnya yang tidak diketahui. Kasus Anak B: Semua pengobatan dan tindakan medik yang dilakukan telah sesuai indikasi dan prosedur dan tidak ada kelalaian dalam pelayanan terhadap pasien. Dugaan kemungkinan penyebab kematian adanya perdarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah di otak (aneurisma) yang merupakan kasus bawaan dan sulit dideteksi. Kasus Anak C: Penatalaksanaan kasus sudah sesuai dengan prosedur dan kematian pasien diduga disebabkan karena sepsis (menyebarnya kuman ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah).

Hasil audit medik: Sulit diterima oleh pengguna pelayanan medik karena adanya kesenjanggan yang jauh dengan pelaku pelayanan medik dalam hal tehnis medis.

Kasus Ibu AKasus rumit dan lama kerugiannya cacatsesuatu yang tidak pasti pertanyanan2 PSM litigasi persiapan dana gugur 4 bln boleh pulang somasi RSUndang keluarga untuk konsultasigagal Kepala DesaAlim ulamasosialisasi Alasan tidak mau membawa pulangekonomi Negosisi? Mediasi? Kekeluargaan! Budaya di Indojabatan/orang dihargai Dominasi RS ttd surat serah terima pasien Kompensasi: bebas biaya perawatan, fisioterapi/ rawat jalan tanpa dipungut biaya tidak pernah datang meninggal Kesepakatan perdamaian?

Kasus Anak B

Kasus mudah dan cepat kerugian kematian. sesuatu yang pasti Posisi kel dan RS cukup seimbang berani berhadapan langsungmenyatakan kemarahan menyatakan pilihan PSM menyatakan tuntutan (moril?, kejujuran, tanggung jawab)

RS mengamati posisi keluarga pasien RS memenuhi tuntuan pasien: membebaskan semua biaya perawatan memberi uang duka pendampingan Warois Negosiasi sederhana Kesepakatan perdamaian?

Kasus Anak CKerugian yang dialami kematian Polemik hanya terjadi di media massa Keluarga pasien minta pembebasan biaya perawatan dan uang duka RS menunggu dan baru bersikap bila keluarga menuntut langsung Dianggap selesai karena tidak ada kelanjutannya.

Proses PSM efektif:Para pihak tidak mempersoalkan hasil audit medik Para pihak mempunyai niat yang konsisten untuk menyelesaikan sengketa medik secara non litigasi Para pihak mempunyai posisi yang setara dalam bernegosiasi Apabila para pihak menggunakan pihak ketiga sebagai mediator, maka haruslah merupakan kesepakatan bersama Penyelesaian sengketa medik harus dituangkan dalam kesepakatan perdamaian dan para pihak mempunyai kontribusi yang sama Untuk menghindari dibukanya kasus dikemudian hari, maka sebaiknya penyelesaian sengketa medik dilakukan oleh mediator bersertifikat dan dimintakan akta perdamaian ke pengadilan seperti yang diatur dalam Perma No. 1 tahun 2008

Perma No. 1 tahun 2008 pasal 23 Ayat (1) Para pihak dengan bantuan mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwewenang untuk memperolah akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan. Ayat (2) Pengajuan gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disertai atau dilampiri dengan kesepakatan perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan hukum para pihak dengan objek sengketa. Ayat (3) Hakim dihadapan para pihak hanya akan menguatkan perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: sesuai kehendak para pihak; tidak bertentangan dengan hukum tidak merugikan pihak ketiga; dapat dieksekusi; dengan itikat baik.

RS:Unit legal HBLSOP

Alur PSM di RS: Sengketa Medik

Tunjuk Negosiator

NEGOSIASI

Berhasil

PENGADILAN

GAGAL

Kesepakatan Perdamaian

Akta Perdamaian

Tunjuk Mediator: Internal RS atau External RS

MEDIASI

Berhasil

GAGAL

PERDATA

GAGAL

PENGADILAN

MEDIASI

PUTUSAN

Terima Kasih