40

Click here to load reader

33316717 Minyak Sawit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 33316717 Minyak Sawit

FATLIQUOR MINYAK SAWIT AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA

WWW.HIMABATPL.WORDPRESS.COM

Page 2: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 2

Page 3: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan industri yang maju pesat, manusia berkembang daya

pikirnya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, berkualitas dan

menguntungkan. Segala yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi hajat

hidupnya. Manusia terus berkarya, menciptakan suatu teknologi yang canggih dan

menguntungkan.

Kulit dalam abad modern ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan yang

mempunyai prospek besar dalam perkembanagn industri. Kulit diproses sebagai

sumber daya non migas yang mempunyai daya jual tinggi bilamana diolah dengan

teknologi yang memadai.

Industri pengolahan kulit di indonesia masih mengalami berbagai kendala. Kendala

tersebut mengenai bahan baku dan bahan pendukung produk dari kulit. Untuk

mengatasi hal tersebut digunakan polimer sebagai bahan untuk mengganti bahan baku

kulit yang jumlah raw materialnya tidak tentu dan juga digunakan sebagai bahan

bahan tambahan untuk membuat produk kulit.

Oleh karena itu perlu dikaji dalam sebuah praktikum mengenai polimer itu sendiri

untuk memahami dan dapat mengaplikasikan dalam dunia perkulitan.

Page 4: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 4

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mempelajari polimerisasi adisi pada pembuatan polimetil metakrilat

2. Mempraktekkan cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi

3. Mengetahui tahapan-tahapan pembuatan PMMA

4. Melihat perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi

5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA

C. RUMUSAN MASALAH

1. Termasuk dalam reaksi polimerisasi apa pada pembuatan polimetil

metakrilat?

2. Bagaimana cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi?

3. Bagaimana tahapan-tahapan pembuatan PMMA?

4. Bagaimana perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi?

5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA?

D. MANFAAT

Ada banyak manfaat yang diperoleh setelah kita mempelajari pembuatan polimer

Polimetil Metaakrilat. Diharapkan setelah mengetahui ilmu dan pengetahuannya kita

dapat mengaplikasikan pada kehidupan industri polimer pada umumnya dan industri

pengolahan kulit pada khususnya.

Page 5: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawa organic yang penting bagi kehidupan

makhluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah

daya larutnya dalam pelarut organic (misalnya ether, benzene, chloroform) atau

sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.Kelompok lipida dapat dibedakan

berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu.

a. Kelompok Trigliserida (lemak,minyak,asam lemak dll)

b. Kelomok turunan asam lemak (lilin,aldehid asam lemak dll)

c. Fosfolipida dan serebrosida (termasuk glikolipida)

d. Sterol-sterol dan steroida

e. Karotenoida

f. Kelompok lipida lain.

Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan

dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung

dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram.

Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan

tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh

manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida

seluruhnya.

Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam

seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman,

karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.

Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organic yang dapat larut dalam

pelarut organic yang mempunyai kecenderungan nonpolar.

Lemak dan Minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar

dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu

molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

H2C - OH H2C – O – C – R1

Page 6: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 6

O

3 RCOOH + HC - OH HC - O - C – R2 +

3H2O

O

H2C - OH H2C - O - C – R3

Asam Lemak Gliserol Trigliserida

air

Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang

berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang daklam suhu

ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk

membedakan minyak dan lemak.

Sifat-sifat kimia dan lemak :

1. Esterifikasi

Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi

bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut

interifikasi atau penukaran estar uang didasarkan pada prinsip transesterifikasi Fiedel-

Craft.

2. Hidrolisa

Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak

bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim

lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak

yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak/minyak.

Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.

H2C - OOCR1 H2C – C – OH HOOCR1

H-C - OOCR2 + 3H2O H - C – OH + HOOCR2

H2C - OOCR3 H2C - O - H HOOCR3

Trigliserida air gliserol asam lemak bebas

3. Penyabunan

Page 7: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 7

Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.

Bila penyabunan telah lengakp. Lapisan air yang mengnadung gliserol dipisahkan dan

gliserol dipulihkan dengan penyulingan.

4. Enzimatis

Enzim yang dapat menguraikan lemak/minyak dan akan menyebakan minyak

tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang

bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak

berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga

menghasilkan keton.

RCH2 - CHCOOH RCHOH - CH2COOH

Asam lemak jenuh “hydroxyl acid”

HOH + RCOOH2COOH CO2 + RCOCH3

Beta ketonic Acid Keton

5. Oksidasi

Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak

atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik kepada

minyak/lemak “Oxidative rancidity”.

-C = C - + O2 - C - C -

O - O

Asam lemak peroksida

Terbentuk hidroperoksida

H H H H H H H H

- C – C = C – C - + O2 - C - C = C – C

H H O – OH OH – H

Terbentuk hidroperoksida

6. Hidrogenasi

Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon asam

lemak pada lemak/minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak didinginkan

Page 8: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 8

dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Asilnya asdalah minyak yang bersifat

plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari

secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa

makronutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:

a. molekul lemak relative lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan

karbohidrat atau protein, dan

b. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.

Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan,dapat digolongkan dalam tiga

kelompok tujuan berikut:

a. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan

makanan atau pertanian.

b. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan

dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya

penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.

c. Penentuan sifat fisismaupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak

tertentu.

Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu

bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air

tatapi dalam pelarut organik.

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol,

asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut

lemak kasar (crude fat).

Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan:

1. Bahan kering

Ekstraksi lemak daribahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau

berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soxhlet. Sedangkan

secara berkesinambungan dengan alat goldfish.

2. Bahan cair

Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau

dengan Mojoinner.

Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-sifatnya.

Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan angka

penyabunan dan penentuan angka asam.

Page 9: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 9

Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan

untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak.

Angka penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul

minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti

mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang

besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka

penyabunan relatif kecil.

Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk

menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.

Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari

hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi

angka asam makin rendah kualitasnya

Anka iod didefinisikan sebagai jumlah iod dalam gram yang ditambahklan untuk

menetralkan 100 gram lemak. Bilangan iod menentukan tingkat kejenuhan dari

beberapa asam lemak bebas dalam minyak atau lemak . Analisa bilangan iod

menggunakan teknik analisa dimana sejumlah iodin yang diserap tergantung pada

ikatan rangkap dari minyak yang dianalaisa . Angka iod yang tinggi menunjukan

tingginya ketidak jenuhan minyak yang pada saaatnya akan menyebabakan bahaya

migrasi , oksidasi dan menjadi lebih gelap reaksinya

\

C CHAdisi

Berlebihan

C C

I Br

IBr

Kelebihan IBr

+IBr KI KBr + I2

I2+ 2Na2SO3

2NaI + Na2S4O6

Minyak yang dapat digunakan untuk menyamak harus mempunnyai bilangan iod

minimum 80 ( yang [aling baik 120- 160 )

Minyak sulfat disebut juga minyak sulfonat atau fatliquoir , banyak digunakan dalam

industry perkulitan , karena dapat terdersi dengan baik minyak sulfat adalah minyak

yang direaksikan dengan sulfat pekat hasilnya disebut dengan minyak sulfatasi dan

jika dicampur dengan air akan termulsi

Page 10: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 10

Titrasi Iodometri dalam penentuan bilangan iod

Penentuan bilangan iod pada minyak menggunakan konsep titrasi iodometri. Iodimetri

adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat

reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan

penambahan larutan baku berlebihan. Yodium yang bebas dititrasi dengan natrium

tiosulfat.

Satu tetes larutan yodium 0,1 N dalam 100 ml air memberikan warna kuning pucat.

Untuk menaikkan kepekaan titik akhir dapat digunakan indikator kanji. Yodiumdilihat

dengan kadar yodium 2 x 10-4 M dan yodida 4 x 10-4 M.Penyusun utama kanji

adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan yodium membentuk warna biru,

sedangkan amilopektin membentuk warna merah.

Sebagai indikator dapat pula digunakan karbon tetraklorida. Adanya yodium dalam

lapisan organik menimbulkan warna ungu.

Prinsip titrasi iodometri adalah dengan menambahkan KI berkebih dalam larutan

contoh yang mengandung analit/zat oksidator. Iod yang terbentuk dititrasi dengan

larutan standar thiosulfat dan dihasilkan ion iodida dan ion tertrationat. Pada sebagian

besar titrasi iodometri, bila dalam larutan terdapat kelebihan ion iodide, maka akan

terjadi ion Triiodida(I3-). Hal ini disebabkan karena Iodium sangat cepat larut dalam

iodida.

Khusus dalam titrasi iodometri yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat

adalah bannyaknya zat tersebut yang dapat bereaksi atau dapat membebaskan 1 grat I.

dalam sebagian besar proses titrasi iodometri yang digunakan sebagai larutan standar

adalah larutan I2 dan KI, sehingga yang digunakan sebagai oksidator relatif adalah ion

I3-

. Proses titrasi iodometrijuga disebut proses titrasi tidak langsung.

Oksidator + KI → I2 + 2e

I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6

Dalam larutan yang berasifat asam, larutan I2 standar dapat digunakan untuk

menetukan beberapa jenis zat reduktor kuat seperti : SnCl2, H2SO3, H2S, dan Na2S2O3.

untuk zat-zat reduktor yang lebih lemah seperti : As3+

, Sb3+

, dan Fe(CN)4+

, hanya

Page 11: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 11

dapat ditetapkan (teroksidasi sempurna) bila suasana larutan bersifat netral atau hanya

sedikit asam.

B. Minyak sawit

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.

Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan

kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta

kemurnian produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung

asam

lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan. Kualitas

standar

minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan,

kelapa

sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % ‐ 22,2 % (tertinggi) dan

kadar asam lemak bebas 1,7 % ‐ 2,1 % (terendah).

Komposisi kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit dan inti minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty

acids, esterified, serta glycerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya

tinggi serta

penuh akan fatty acids, antara 50% dan 80% dari masing‐masingnya. Minyak kelapa

sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan

dalam minyak kelapa minyak kelapa sawit sebagian besar berisikan lauric acid.

Minyak

kelapa sawit sebagian besarnya tumbuh berasal alamiah untuk tocotrienol, bagian dari

vitamin E. Minyak kelapa sawit didalamnya banyak mengandung vitamin K dan

magnesium. Napalm namanya berasal dari naphthenic acid, palmitic acid dan

pyrotechnics atau hanya dari cara pemakaian nafta dan minyak kelapa sawit. Ukuran

dari asam lemak (Fas) dalam minyak kelapa sawit sebagai acuan:

Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Sawit dan inti kelapa sawit

Tipe Asam Lemak

Minyak Kelapa sawit Minyak inti Kelapa Sawit

Page 12: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 12

Asam kaplirat - 3-4

Asam kaproat - 3-7

Asam laurat - 46 - 52

Asam mristal 1,1 – 2,5 14 -17

Asam palmital 40 - 46 6,5 – 9

Asam stearat 3,6 -4,7 1 – 2,5

Asam oleat 39 - 45 13 – 19

Asam linoleat 7 - 11 0,5 – 2

Hijau: Lemak Jenuh; Biru: Satu Lemak Tidak Jenuh; Jingga:

Banyak Lemak Tidak Jenu

STANDAR MUTU MNYAK KELAPA SAWIT

mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti, pertama, benar‐benar

murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit

tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat‐sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur

titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit

berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar

mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam

tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit

yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing

berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya

harus lebih Diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan

oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya,

penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Dari

beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit tersebut, didapat

hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :

a) Crude

b) Crude Palm Stearin

c) RBD Palm Oil

d) RBD Olein

e) RBD Stearin

f) Palm Kernel Oil

g) Palm Cooking Oil

Page 13: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 13

h) Refined Palm Oil (RPO)

i) Refined Bleached Deodorised Olein (ROL)

j) Refined Bleached Deodorised Stearin (RPS)

k) Palm Kernel Pellet

l) Palm Kernel Shell Charcoal

Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut:

a) Kadar minyak minimum (%): 48;

b) Kadar air maksimum (%):8,5 ;

c) Kontaminasi maksimum (%):4,0;

d) Kadar inti pecah maksimum (%):15;

C. Minyak Sulfat

Minyak sulfat dapat mengubah sifat- sifat penting kulit , antara lain kulit dapat lebih

lunak , lebih liat , lebih lembut , permukaan rajahny lebih halus dan mempunyai daya

serap ataupun daya tolak terhadap air secara baik Minyak sulfat merupakan bahan

yang terpenting dalam perkembangan fatliquor. Minyak sulfasian dibuat dengan

menggunakan minyak yang dikendalikan, waktu, dan besarnya agitasi, yang diikuti

dengan mencuci campuran minyak dan asam dengan larutan garam untuk mengambil

asam yang berlebihan. Minyak sulfasian umumnya dinetralkan dengan sodium,

potassium, atau amonium hidroksida sampai pH yang diinginkan tercapai.langkah ini

membuat kadar lembab, total alkalis dan sebagainya dapat disesuaikan pada level-

level yang diinginkan.Minyak sulfat disebut juga minyak sulfonit , banyak digunakan

dalam industry perkulitan , karena dapat terdispersi dengan baik cukup tahan

terhadap suasuana asam dan menghasilkan kulit yang lemas dan lembut . kegunaan

minyak sulfat adalah untuk fatliquor pada prosese perminyakan . Fatliquoring adalah

suatu emulsi minyak atau lemak ke dalam air , jadi dalam system terdapat dua jenis

zat cair yang saling memisah . cara untuk membuat minyak teremulsi dalam air adalah

dengan mereaksikan minyak dengan asam sulfat Reaksi pendahuluan ketika asam

sulfurik bereaksi dengan minyak atau gemuk cair terjadi pada kelompok hidroksil lalu

disusul dengan reaksi pada ikatan ganda. Minyak sulfasian terutama terdiri dari bahan

lemak netral yang terdiri atas gliserida yang tidak tereaksi, digliserid yang dibentuk

oleh reaksinya asam lemak yang memiliki sifat aktif permukaan dan glicerida

sulfasian serta asam lemak sulfasian yang memiliki sifat aktif permukaan kuat.

Page 14: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 14

(Retzsetriec, Clinton E. 1995) Sulfatasi adalah sutau proses dimana suatu grup

pengemulsi SO3H direaksikan dengan minyak . sulfatasi dapat dilakukan dengan

cara- cra berikut

a. Penambahan asam sulfat pekat kedalam minyak dengan pengadukan , reaksi

yang terjadi eksotermis ehingga perlu dilakuakan pendinginan

b. Netralisasi dengan alkali

c. Pencucian dengan garam dapur

Reaksi kimia yang terjadi npada proses sulfatasi sebagai berikut

HC CH H2SO4

H2C

CH2

OSO2OH

Sedangkan pada proses netralisasi reaksinya sebagai berikut

OSO2OH NaOH OSO2ONa H2O

Factor yang mempengaruhi pada sulfatasi adalah

1. Jenis minyak yang dipakai

Karakteristik dari minyak yang dijadikan bahan dasar pembuatan minyak sulfat akan

sangat mempengaruhi kualitas minyak tersebut

2. Perbandingan antara asam dan minyak

Semakin banyak asam yang diberikan akan membuat proses pencucian dan netralisasi

menjadi semakin lama.

3. Kekuatan asam

4. Suhu sulfatasi

5. Waktu reaksi

6. Cara netralisasi dan pencucian

D.Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan

yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi

dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.

Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau

bahan seperti minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam

minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

Page 15: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 15

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besardan akhirnya

menjadi suatu fase tunggal yang memisah (Anonim, 1995). Emulsi merupakan

preparat farmasi yang terdiri 2 atau lebih zat cair yang sebetulnya tdk dapat

bercampur (immicible) biasanya air dengan minyak lemak. Salah satu dari zat cair

tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yanglaindistabilkan

dengan zat pengemulsi (emulgator ) .SedangmenurutFarmakope Indonesia edisi ke

III, emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat

terdispersi dalam cairan pembawadistabilkan dengan zat pengemulsi atau surfactan

yang cocok.

Dalam batas emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium

dispersi sebagai fase luar atau kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak

dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai

emulsi “m/a”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar

minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi „a/m”. Karena

fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu emulsi minyak dalam air diencerkan

atau ditambahkan dengan air atau suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat

suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat

pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi

dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau

semisolid (setengah padat) (Ansel, 1989).

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar

memperoleh emulsa yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo

dan lain-lain. Emulsa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi

alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah,

dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan

zat seperti putih telur (Anief, 2000).

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang

hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam airdibuat pada suhu

tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan

menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak

diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang

tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim

pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%. Sifat

Page 16: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 16

setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal

setengah padat (Anonim, 1995).

Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air

mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting

untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.

Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang

bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn

pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti

tragakan dan gom (Anonim, 1995).

Komponen utama emulsi berupa fase disper (zat cair yang terbagi-bagi menjadi

butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal)); Fase kontinyu (zat cair yang

berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal)); dan

Emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi). Berdasarkan macam zat

cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan

menjadi 2 : Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar ke

dalam minyak, air berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal)

dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam

air) (Ansel, 1989).

Tujan pemakaian emulsi antara lain secara umum untuk mempersiapkan obat yang

larut dalam air maupun minyak dalam satu campuran:

a.Emulsi dalam pemakaian dalam (peroral) umumnya tipe O/W

b.Emulsi untuk pemakaian luar dapat berbentuk O/W maupun W/O

Teori terjadinya emulsi terdapat 4 metode yang dapat dilihat dari sudut pandang yang

berbeda (Ansel, 1989):

1. Teori tegangan permukaan (Teori Surface Tension)

Daya tarik menarik molekul (Kohesi (sejenis) dan Adesi (berlainan jenis)). Daya

kohesi tiap zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair (bidang batas

antara air dan udara) akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya

keseimbangan gaya kohesi (tegangan permukaan/surface tension). Semakin tinggi

perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang batas mengakibatkan antara kedua zat

cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan pada air bertambah dengan

penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi berkurang dengan

penambahan senyawa organik tertentu seperti sabun.

2. Teori Oriented Wedengane, Emulgator terbagi 2:

Page 17: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 17

Hidrofilik : bagian emulgator yg suka pada air

Lipofilik: bagian emulgator yg suka pd minyak

Emulgator dapat dikatakan pengikat antara air dan minyak yang membentuk suatu

keseimbangan (HLB) antara kelompok hidrofil & lipofil. Makin besar HLB makin

hidrofil (emulgator mudah larut dalam air & sebaliknya).

3. Teori Interpelasi film

Emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan

film yang akan membungkus partikel fase dispersi menyebabkan partikel sejenis yang

akan tegabung akan terhalang. Untuk memberikan stabilitas maksimum, emulgator

harus:

a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak

b. Jumlahnya cukup utk menutupi semua partikel fase disperse

c. Dapat membentuk lapisan flm dengan cepat & dapat menutup semua permukaan

partikel dengan segera.

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap).

Terjadinya emulsi karena adanya susunan listrik yg menyelubungi partikel shg terjadi

tolak-menolak antara partikel sejenis. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah

satu dari ketiga cara berikut:

a.Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel

b.Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan sekitarnya

c.Terjadinya gesekan partikel dengan cairan sekitarnya.

Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling

melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu

zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar).

Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam

air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di

dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang

terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak). Air dan minyak dapat

bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi (emulgator)

ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah dispersiair

dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang digunakan

harus dapat larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi

tersebut adalah senyawa organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian

Page 18: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 18

non-polar akan berinteraksi dengan minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak,

sedangkan bagian yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar

ini terionisasi menjadi bermuatan negative, maka pertikel-partikel minyak juga akan

bermuatan negatif. Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikel-partikel minyak

saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil.

Contohnya: ada sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun

dari “ekor” alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang

polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun dan deterjen

memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, “ekor” non-polar

dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air.

Sehingga tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh

lebih mudah untuk menarik kotoran.

Adapun macam-macam emulgator yang digunakan adalah:

a.Emulgator alam (tumbuhan, hewan, tanah mineral) : diperoleh dari alam tanpa

melalui proses). Contoh : Gom arap, tragacanth, agar-agar, chondrus, pectin, metil

selulosa, CMC, kuning telur, adep lanae, magnesium, aluminium silikat, veegum,

bentonit.

b.Emulgator buatan : dibuat secara sintetiks. Contoh : Sabun; Tween 20, 40, 60, 80;

Span 20, 40, 80

Adapun cara pembuatan emulsi dapat dilakukan dengan

a.Dengan Mortir dan stamper

Sering digunakan membuat emulsi minyak lemak dalam ukuran kecil

b.Botol

Minyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol

pengocokan dilakukan terputus-putus utk memberi kesempatan emulgator utk bekerja

c.Dengan Mixer

Partikel fase dispersi dihaluskan dengann memasukkan kedlm ruangan yang

didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi.

d.Dengan Homogenizer

Dengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, shg partikel akan

mempunyai ukuran yang sama

Cara membedakan tipe emulsi

a.Dengan Pengenceran, Tipe O/W dapat diencerkan dengan air, Tipe W/O dapat

diencerkan dengan minyak

Page 19: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 19

b.Cara Pengecatan, Tipe O/W dapat diwarnai dengan amaranth/metilen

blue, Tipe W/O dapat diwarmai dengan sudan III

c.Cara creaming test, creaming merupakan peristiwa memisahkan emulsi karena fase

internal dari emulsi tersebut melakukan pemisahan sehingga tdk tersebar dlm

emulsimis : air susu setelah dipanaskan akan terlihat lapisan yang tebal pada

permukaan. Pemisahan dengan cara creaming bersifat refelsibel.

d.Konductifitas

Elektroda dicelup didalam cairan emulsi, bila ion menyala tipe emulsi O/W demikian

sebaliknya

Gambar proses pengemulsian

Beberapa sifat emulsi yang penting:

Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,

pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau

creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat

kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka

pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi

yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka

partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah:

penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan

karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau

asam asetat (CH3COOH).

Pengenceran

Page 20: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 20

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.

Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk

lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

SO3 bersifat sangat reaktif. SO3 mudah bereaksi dengan air dan membentuk asam

sulfas atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi, dan bersifat

merusak. Oleh karena itu sebisa mungkin kadar SO3 yang terdapat pada minyak

sulfatdihilangkan.

Page 21: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 21

BAB III

MATERI DAN MOTODE

A. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN

1. Uji Bilangan Asam Dan Bilangan Penyabunan

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

Labu erlenmeyer 250 ml

Neraca analitik

Pipet volum 25 ml

Pro pipet

Pipet tetes

Pendingin balik

Magnetic stirer

Klem

Statif

Pendingin balik lurus

Buret

Water pump

Ember

Selang

Minyak kelapa sawit

Alkohol netral (uji bilangan asam)

KOH alkoholis (uji bilangan Penyabunan )

Indikator pp

KOH 0,1 N

HCl 0,5 N

2. Uji bilangan iod

Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

Neraca analitik

Pipet volum 10 ml,25 ml

Pro pipet

Pipet tetes

Kompor pemanas

Gelas ukur

Labu takar

Minyak kelapa sawit

Larutan KI 15 %

Larutan Natrium –Thiosulfat

Aquades yang telah didihkan

Indicator amilum

khloroform

reagen Hanus

Page 22: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 22

3. Pembutan Minyak Sulfat

Alat yang digunakan Jumlah Bahan yang digunakan

Gelas beker 500 ml

Gelas beker 100 ml

Pipet tetes

Pipet volum

Pengaduk

Thermometer

Panic pendingin

Corong pemisah

Statip dan klem

Kertas pH

Mixer

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

Minyak kelapa sawit

Asam Sulfat pekat

Larutan garam jenuh

NaOH 1 N

Es batu dan air

4. Uji Stabilitas Emulsi

Nama Jumlah Spsifikasi

Tabung reaksi 1 Kaca

Beaker glass 100 ml 1 Kaca

Spatula 1 Kaca

Gelas ukur 1 Kaca

Kompor listrik 1 Plastik +logam

Thermometer 1 Kaca

Minyak kelapa sawit Sesuai kebutuhan Cair

Aquadest Sesuai kebutuhan Cair

Es batu Sesuai kebutuhan Padat

Page 23: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 23

5. Uji SO3 terikat

Alat yang Digunakan Bahan Yang digunakan

1 buah Corong pemisah

1 buah Neraca analitik

1 buah Gelas beker 50 ml

1 buah Gelas beker 100 ml

1 buah Pipet gondok 50 ml

1 buah Pipet volume 1 ml

1 buah Pipet tetes

1 buah Pro pipet

1 buah Gelas ukur

1 buah Spatula

2 buah Erlenmeyer 250 ml

1 buah Buret

1 buah Statif dan klem

1 buah Pendingin balik

1 buah Kompor listrik

1 buah Stirer

Minyak sawit tersulfatasi

Diethyl eter

Larutan garam jenuh

Asam sulfat pekat

Asam sulfat 1 N

Indicator PP

Kertas pH

NaOH 0,5 N

B. SKEMA KERJA

1. Uji Bilangan Asam dan Penyabunan

a. Menimbang Penentuan bilangan asam

Ditimbang 20,031 gram Sampel minyak kelapa sawit dengan

erlenmeyer dengan menggunakan neraca analitik

Tambahkan alkohol netral sebanyak 50 ml dengan menggunakan pipet

volum

Rangkai alat sebagaimana gambar 1 untuk memanaskan minyak

Nyalakan pemanas kompor

Panaskan selama 30 menit (dihitung sejak mendidih)

Page 24: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 24

Taruh beberapa menit untuk Mendinginkan larutan sebelum

melakukan titrasi

Setelah dingin, campuran ditetesi dengan indikator pp sebanyak 3 tetes

Titrasi larutan dengan KOH 0,1 N dengan rangkaian pada gambar 2 (

Pada Lampiran) hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

merah muda

b. Penentuan bilangan penyabunan

Timbang 4,022 gram sampel minyak kelapa sawit dengan neraca

analitik

Tambahkan 50 ml KOH alkoholis sebanyak 50 ml dengan

menggunakan pipet volum

Rangkai alat sebagaimana gambar 1 untuk memanaskan minyak

Panaskan larutan selama 30 menit (dihitung sejak mendidih)

Dinginkan campuran

Setelah dingin, campuran ditetesi dengan 3 tetes indikator pp

Titrasi dengan HCl 0,5 N dengan rangkkaian sebagaimana gambar 2

(pada lampiran) hingga terjadi perubahan warna dari merah muda

keunguan menjadi kuning

2. Uji Bilangan Iod

Timbang 3 gram Sampel minyak kelapa sawit dengan erlenmeyer

tertutup dengan menggunakan neraca analitik

Tambahkan 10 ml chloroform dan 25 ml reagen yodium bromida dan

simpan di tempat gelap selama 30 menit

Tambahkan larutan KI 15 % sbanyak 10 ml ke dalam larutan dan

menambahkan 75 ml aquades yang telah didihkan , dan menitrasi

dengan larutan natrium thiosulfat yang sudah di standarisasi sampai

larutan berwarna kuning pucat tambahkan 10 tetes indicator amilum

dan titrasi lage sampai warna biru hilang

Buat larutan blanko dengan menggunakan 25 reagen yodim bromida

dan ditambahkan KI 15 % dan di encerkan dengan 100 ml aquades

dan titrasi dengan natrium Thiosulfat

Banyaknaya natrium thiosulfat untuk titrasi blanko dikurangi titrasi

sampel adalah equivalen dengan banyaknya iodium yang diikat oleh

minyak

Page 25: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 25

3. Sulfatasi Minyak

Timbang 150 gram minyak kelapa sawit , dan dimasukan kedalam

gelas beker 500 ml , kemudian beker yang telah berisi minyak tersebut

dimasuka kedalam panic yang sudah berisi es

Ambil 30 gram asam sulfat ( dihitung volume) lalu dimasukan kedalam

minyak pelan –pelan sambil diaduk dengan mixer dan dijaga suhunya

jangan sampai melebihi 25 0 C .apabila terlalu panas penambahan asam

sulfat dihentikan dan setelah dingin dilanjutkan dengan penambahan

asam sulfat lagi

Diamkan minyak selama 1 malam

Keesokan harinya melakukan pencucian minyak dengan larutan garam

jenuh sebanyak 120 ml dengan corong pemisah

Selanjutnya minyak didiamkan selama 1 malam lagi dan membuang air

garam

Minyak dicuci lagi dengan air hangat ( 400 C ) sebanyak 400 ml di

tuang kedalam minyak pada corong pemisah dan di kocok selama 20

menit sampai minyak bercampur, lalu diamkam min yak 1 malam lagi

kemudian air dibuang

Setelah pencucian selesai melakulkan penetralan menggunakan

larutan NaOH 1 N sampai pH 6,5 -7

4. Uji Stabilitas Emulsi

a. Uji stabilitas emulsi menggunakan Tabung Reaksi

Siapkan alat yang akan digunakan dan cuci hingga bersih kemudian

keringkan.

Masukkan 5 ml Aquades ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan

2 ml minyak sulfatasi dan kocok selam 5 menit, hingga miyak dan air

dapat bercampur

Kemudian diamkan beberapa saat dan amati yang terjadi. Tenyukan

waktu yang dibutuhkan memisah lagi

b. Uji Emulsi dengan menggunakan gelas beker

Siapkan alat yang akan digunakan dan cuci hingga bersih kemudian

keringkan.

Page 26: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 26

Masukkan 40 ml aquades ke dalam gelas beker kemudian tambahkan 5

ml minyak sulfatasi dalam hal ini minyak kelenteng yang sudah

disulfatasi, kemudian aduk selama 5 menit.

Kemudian panaskan diatas kompor listrik dan ukur suhu pecahnya

emulsi dimana minyak yang telah tercampur dengan aquadest akan

memisah kembali

5. Uji kadar SO3 Terikat

Timbang minyak sulfat sebanyak 5 gram dengan beker glass.

Ambil 25 ml larutan garam jenuh dengan gelas ukur dan dimasukkan

kedalam beker glass yang telah berisi minyak sulfat dan diaduk.

Masukkan campuran tersebut kedalam corong pemisah, setelah itu

tambahkan 25 ml diethyl eter lalu dikocok selama 5 menit. Jangan lupa

gas sering dibuang.

Setelah dikocok diamkan sebentar sampai terbentuk 2 fase. Bagian

yang berwarna bening diambil dengan erlemeyer dan minyak dibiarkan

didalam corong pemisah.

Cek Ph minyak apabila Ph belum netral tambahkan H2SO4 pekat

sampai netral lalu dilebihkan penambahanya sebanyak 0,25 ml.

Kemudian dikocok selama 2 menit.

Setelah dikocok diamkan sebentar lalu tambahkan dengan 25 ml eter

dan dikocok selama 10 menit.

Setelah itu didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, bagian eter yang

berwarna bening diambil kemudian tambahkan lagi eter baru sebanyak

25 ml. Dikocok selama 10 menit.

Diamkan sampai terbentuk 2 lapisan, bagian eter yang berwarna

bening diambil.

Larutan eter I dan II digabungkan m,enjadi satu pada Erlenmeyer

kemudian dilakukan ekstraksi solvent. Hingga eter yang tersisa tinggal

sedikit.

Sisa eter hasil ekstraksi ditambahkan dengan 25 ml asam sulfat 1 N

lakukan pemanasan selama 90 menit.

Setelah pemanasan selesai larutan didinginkan setelah itu dititrasi

dengan NaOH 0,5 N.

Page 27: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 27

Analisis blangko

a. Masukkan 25 ml larutan H2SO4 1 N kedalam Erlenmeyer.

b. Tambahkan 30 gram garam NaCl, 25 ml diethyl eter, dan 3 tetes

Indikator MO.

c. Titrasi dengan menggunakan NaOH 0,5 N.

C. ANALISIS DATA DAN HASIL PENGAMATAN

1. Analisa Bilangan Asam Dan Bilangan Penyabunan

Penentuan bilangan asam minyak sawit

Berat minyak sawit : 20,031 gr

Alkohol netral 0,1 N : 50 ml

Lama pemanasan : 30 menit

Volume KOH 0,1 N untuk titrasi : 0,50 ml

Perubahan warna selama titrasi : kuning menjadi merah muda

Penentuan bilangan penyabunan minyak sawit

Berat minyak sawit : 4,022 gr

KOH alkoholis : 50 ml

Lama pemanasan : 30 menit

Volume HCl 0,5 N untuk titrasi sampel : 34,2 ml

Volume HCl 0,5 N untuk titrasi blanko : 68 ml

Perubahan warna selama titrasi : dari pink menjadi bening

Perhitungan

Penentuan Bilangan Asam minyak sawit

Rumus :

Penentuan bilangan penyabunan

Page 28: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 28

2. Anlisa Bilangan Iod

Berat minyak sawit : 3,009 gr

Volume khloroform : 10 ml

Volume reagen hanus : 25 ml

Volume aquades : 0,50 ml

Volume natrium thiosulfat sampel : 11,3 ml

Volume natrium thiosulfat blanko : 26,4 ml

Normalitas natrium thiosulfat :0,03 N

Waktu penyimpanan : 30 menit

Perubahan warna selama titrasi : merah bata menjadi kuning pucat +

amilum menjadi biru dan dtitrasi menjadi bening dan ada 2 fase

Perhitungan

Rumus :

3. Sulfatasi Minyak Sawit

Berat minyak kelapa sawit : 150 gram

Volume larutan asam sulfat : 16,64 ml

Suhu larutan akhir : 170C

Volume rautan garam jenuh :120 ml

Berat gelas beker kosong : 200 gram

Perhitungan volume asam sulfat( 98%)

ρ H2SO4 : 1,84 gr/cc

H2SO4 tiap cc : 1,84 gram x 0,98 = 1,8032 gram / cc

Kebutuhan 30 gram : 1,8032 gram/ cc = 16,63709 ml

Normalitas NaOH : 1 N

Volume air hangat ( 40) : 400 ml

pH minyak awal sebelum penetralan : 2

pH akhir setelah penetralan : 6,5

4. Stabilitas Emulsi

Stablitas emulsi minyak pada suhu ruaangan :

Page 29: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 29

a. Volume minyak : 2 ml

b. Volume aquadest : 5 ml

c. Waktu pengadukan : 5 menit

d. Perubahan :

Saat penambahan aquadest dan minyak, masing – masing terpisah

menjadi 2 fase. Minyak yang berwarna coklat berada pada bagian atas

dan air yang bening berada pada bagian bawah tabung reaksi. Setelah

diaduk pemisahan terjadi agak lama . Tetapi setalah dilakukan

pengocokan, pemisahan terjadi dalam waktu yang lama.

Menentukan suhu pecahnya emulsi :

a. Volume minyak : 5 ml

b. Volume aquadest : 40 ml

c. Perubahan :

Saat penambahan aquadest dan minyak terjadi 2 fase setelah

pengadukan secara manual,.

Saat dilakukan pengadukan dengan suhu rendah ( didinginkan )

campuran tidak teremulsi. Pecahnya emulsi pada suhu 18oC

5. Uji Kadar SO3 Terikat

Berat minyak sawit tersulfatasi : 5,021 gram

Volume NaCl jenuh : 50 ml

Volume diethyl eter : 50 ml dan 25 ml

Volume H2SO4 pekat : 0,25 ml

Perubahan yang teramati:

Warna awal minyak adalah kuning keemasan setelah ditambah

diethyl eter dan larutan garam jenuh berubah menjadi kuning

pudar.

Eter hasil ekstrak berwarna bening, setelah dipanaskan dengan

stirrer dalam lemari asam warnanya agak keruh dan timbul

endapan putih, setelah ditambahkan H2SO4 1 N warnanya menjadi

bening dan endapan masih ada.

Lama proses revlaks : 90 menit.

Berat NaCl Kristal : 30,013 gram

Indicator PP yang digunakan : 3 tetes

Page 30: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 30

Banyaknya NaOH 0,5 N yang diperlukan untuk menitrasi eter hasil

ekstrak: 66,8 ml

Perubahan yang teramati:

Perubahan warna selama proses titrasi: putih keruh → merah muda

PERHITUNGAN

Diketahui :

Berat sampel = 5,021 gram

Volume titrasi blanko = 47,55 ml

Volume titrasi sampel = 66,8 ml

BE SO3 = 40

Ditanya :

Kadar SO3 = ......?

Jawab :

Kadar SO3 =

=

= 7,67 %

Page 31: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 31

BAB IV

PEMBAHASAN

Lemak dan minyak merupakan senyawa organic yang penting bagi kehidupan

makhluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipida. Dalam proses Fatliqouring kualitas minyak sangat mempengaruhi

dari hasil suatu produk kulit yang dihasilkan . Sebelum pembuatan minyak tersulfatasi

ada berbagai treatmen yang dilakukan atau analisa untuk mengnentukan kualitas

minyak akan di hasilakan karena nantinya akan mempengaruhi dari aplikasi pada

kulit itu sendiri ada beberapa analisa yang kami lakukan sebelum dan sudah

pembuatan minyak tersulfatasi dan termasuk pembuatan minyak tersulfatasi ini

sendiri . Bahan dasar minyak disini kami menggunakan minyak Kelapa Sawit dari

analisa analisa yang kami lakukan dari praktikum ini dapat dibahas sebagai berikut

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS

Penentuan asam lemak bebas atau biasa disebut dengan FFA yang merupakan

singkatan dari Free Fatty Acid Penentuan asam lemak bebas sangat penting kaitannya

dengan kualitas minyak . Karena bilangan asam dipergunakan untuk mengukur

jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam lemak. Semakin besar angka bilanagan

asam lemak bebas berarti kandungan asam lemak bebas semakin tinggi, sementara

asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel minyak dapat berasal dari proses

hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Karena proses

hidrolisis dapat berlangsung dengan penambahan asam dan dibantu oleh panas.

Pada paraktikum kali ini kita menganaalisa asam lemak bebas dari minyak kelapa

sawit yang akan kita gunakan untuk minyak sulfat . Praktikum dimulai dengan

menimbang sebanyak 20,031 gram . Kemudian ditambahkan pelarut alkohol netral.

Menggunakan Alkohol netral agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat.

Karena bila kondisi tidak netral, titrasi asam-basa akan berakhir dengan diperoleh data

yang salah. Sesuai dengan definisi bilangan asam lemak bebas itu sendiri yaitu

jumlah miligram KOH atau basa-basa lainnya yang dibutuhkan untuk menetralkan

asam-asam lemak. Kemudian larutan dipanaskan dengan tujuan agar sampel dapt

larut karena bersifat non polar. Stelah pemanasan didingikan asampai dingi dan l

ditambahkan indikator fenolftalein (PP). Indikator ini merupakan Indikator yang

sering dipergunakan untuk titrasi asam-basa. Indikator ini akan berubah menjadi

merah muda bila suasana basa dan tetap bening jika dalam suasana asam. Setelah itu

Page 32: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 32

dititrasi menggunakan 0,1 N KOH sampai timbul warna pink yang tidak hilang

setelah 30 detik. Saat itulah titik akhir tercapai. Titik akhir adalah waktu ketika proses

titrasi dihentikan karena suasana telah menjadi netral yang ditunjukkan oleh

perubahan warna oleh indikator. Penentuan titik akhir dengan tepatpun tidak

menunjukkan suasana yang netral karena warna indikator berubah. Oleh karena itu

ada yang disebut titik ekuivalen yaitu waktu ketika jumlah titrant dengan titrat

ekuivalen sehingga suasana benar-benar netral. Akan tetapi untuk mengetahui titik

ekuivalen sangatlah sulit maka cukup dengan titik akhir. Idealnya titik ekuivalen sama

dengan titik akhir.

Pada titrasi menghabiskan mL KOH sebanyak 0,5 mL.setelah dihitung diperoleh

hasil bahwa angka asam lemak bebas (FFA) pada sampel minyak kelapa sawit adalah

sebesar . selisih yang jauh oleh karena itu tidak dapat dirata-ratakan sehingga

angka asam lemak yang sesungguhnya belum dapat diketahui.

PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak secara kasar.

Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek. Mempunyai

berat molekul yang relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan

sebaliknya bila mempunyai berat molekul yang besar, maka angka penyabunan

relative kecil, angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang

dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan lemak.

Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakanminyak yang satu dengan

yang lainnya. Angka penyabunan dapat diartikan sebagai jumlah miligram KOH

yang dieprlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Apabila sejumlah

sampel disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan

bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul

minyak. Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam,

sehingga jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui.

R1COO – CH2 R1COOK HOCH2

+

R2COO – CH4 + 3KOH R2COOK + HOCH

+

R3COO – CH2 R3COOK HOCH2

Trigliserida Sabun Kalium Gliserol

Page 33: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 33

Praktikum dimulai dengan menimbang teliti sampel minyak sawit sebanyak 4,022

gram dalam Erlenmeyer. Kemudian menambahkan 50 mL larutan KOH dalam

alkohol. Alkohol ini berfungi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis agar

mempermudah reaksi dengan basa sehinga terbentuk sabun.

Kemudian ditutup dan dengan pendingin balik selama 30 menit. Sampai terjadi

penyabunan yang lengkap. Proses ini perlu hati-hati agar tidak ada leher Erlenmeyer

yang terbuka oleh karena itu disumbat menggunakan karet atau semacamnya sehingga

tidak ada yang teruapkan ke luar. Dengan pendingin balik, uap dari larutan akan

kembali teruapkan dan kembali ke dalam Erlenmeyer.

Selanjutnya didinginkan agar s suhu ketika titrasi tidak terlalu panas. Suhu yang

terlalu tinggi akan memungkinkan KOH teruapkan kembali. Kemudian ditetesi

Indikator PP (fenolftalein). Lalu menitrasi kelebihan KOH dengan larutan standar

HCl 0,5 N. Untuk mengetahui kelebihan larutan KOH, maka dilakukan titrasi blanko,

yaitu dengan prosedur yang sama tetapi tanpa sampel.

Pada saat titrasi, terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi bening yang

menandakan larutan asam dan sisa KOH habis bereaksi . Pada praktikum dhabiskan

ml 0,5 HCl sebanyak 34,2 ml dan blanko di peroleh hasil 68 ml dari hasil perhitungan

diperoleh bilangan penyabuanan 235, 76 yang menandakan bahwa minyak masih

bagus karena sawit memiliki bilangan penyabunan 224 -249

ANALISA BILANGAN IOD

Angka iod adalah jumlah iod dalam gram yang ditambahklan untuk menetralkan 100

gram lemak tujuan dari penentutuan angka iod dalam praktikum ini adalah untuk

mengetahui kejenuhan suatu minyak kelapa sawit yang akan digunakan untuk

minyak sulfatasi .karena akan menentukan kualitas dari miyak sulfat itu sendiri ,

dalam penentuan bilangan iod ini menggunakan analisa iodometri Iodimetri adalah

merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau

natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan

baku berlebihan. Yodium yang bebas dititrasi dengan natrium tiosulfat. Prinsip titrasi

iodometri adalah dengan menambahkan KI berkebih dalam laruta Iod yang terbentuk

dititrasi dengan larutan standar thiosulfat dan dihasilkan ion iodida dan ion tertrationat

lankah dalam penentuan angaka iod ini pertama kita menimbang sampel sebanyak

3,009 gram di dalam erlenmayer tertutup lalu ditambahkan chloroform sebanyak 10

Page 34: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 34

ml penambahan chloroform dimaksudkan untuk melaarutkan minyak jenuh yang sulit

larut dalam air karena klorfom termasuk salah satu jenis pelarut non polar yang bisa

melarutkan minyak dan dilakukan penambahan reagen hanus atau yodium bromida

larutan ini ditambahkan untuk mengoksidasi larutan yang ada dan didiamkan di

tempat gelap selama 30 menit. Penyimpanan ini dimaksudkan untuk mencegah

terlepasnya I2 karena pengaruh sinar matahari yang panas. Selanjutnya ditambahkan

KI 15 % secara berlebih hal ini sebagai pereaksi agar I2 bebas pada larutan .agar

volume sampel bertambah dilakukan penambahan aquades tetapi dalam keadaan

mendidih hal ini dimaksudkan agar tidak terdapat CO2 apabila bereaksi dengan I2-

pada larutan maka akan menyebabkan terbentuknya I2 Selanjutnya ditirasi dengan

natrium Thiosulfat untuk mengetahui I2 yang bebas setelah terjadi perubahan warna

dari merah bata menjadi kuning pucat dilakukan penambahan indicator amilum

sebanyak 10 tetes larutan berubah menjadi biru dan titrasi kembali sampai warna biru

hilang yang menunjukan titik equvalen sudah tercapai dan larutan menjadi jernih

terdapat dua fase . dan dilakuakan juga pada blanko tanpa sampel dari analisa di

peroleh angka iod sebeasar padahal pad standar anka iod pada mnyak

kelapa sawit 48 – 56 dapat diartikan minyak ini memiliki tingkat ketidak jenuhan

yang kecil

PEMBUATAN MINYAK TERSULFATASI

Setelah proses penganalisaan terhadap bilangan asam, bilangan penyabunan dan

bilangan iod dari bahan, maka dalam praktikum kali ini proses selanjutnya adalah

pembuatan minyak sulfat, itu sendiri dalam praktikum kali ini menggunakan cara

sulfatasi, dengan asam sulfat pekat sebagai emulgatornya, untuk mengkatalis minyak

sulfat . Penambahan asam sulfat dilakukan perlahan-lahan, dan sedikit demi sedikit

sambil terus diaduk secara konstan dengan menggunakan mixer. Kondisi operasional

dalam pembuatan minyak sulfat harus dalam kisaran temperatur 25 o

C, suhu yang

demikian dimaksudkan agar minyak sulfat tidak hangus terbakar oleh asam sulfat ,

karena reaksi asam sulfat bersifat eksotermis. Untuk menjaga suhu minyak sulfat

selama penambahan asam sulfat, maka disekeliling permukaan gelas beker diberi es

batu . asam sulfat yang ditambahkan pada minyak sawit adalah sebanyak 16,64 ml.

Yang sudah dikonversi dari berat 30 gram dengan perhitungan

ρ H2SO4 : 1,84 gr/cc

Page 35: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 35

H2SO4 tiap cc : 1,84 gram x 0,98 = 1,8032 gram / cc

Kebutuhan 30 gram : 1,8032 gram/ cc = 16,63709 ml

Setelah itu minyak yang sudah disulfatasi didiamakan semalam, untuk

menyempurnakan reaksi

HC CH H2SO4

H2C

CH2

OSO2OH

Setelah itu minyak sulfat yang sudah didiamakan semalaman di cuci dengan

menggunakan larutan air garam jenuh. Tujuannya untuk menetralkan sisa-sisa asam

yang ada pada minyak. Setelah itu didiamkan lagi semalam dan kesokan dicuci

dengan air hangat dengan suhu 400 C pencucian Ini dimaksudkan untuk

membersikan sisa garam pada minyak dan melakukan pengendapan selama 1 malam

agar minyak dan air terpisah sempurna .Agar penetralan asam yang terkandung pada

minyak menjadi sempurna, maka larutan minyak sulfat tersebut di netralkan dengan

larutan NaOH 1 N karena minyak terlalu bersifat asam yaitu pH berkisar 2

Penambahan larutan NaOH dilakukan hingga pH minyak sulfat menjadi netral, yaitu

6,5 -7, tujuannya agar minyak sulfat tersebut tidak mempengaruhi pH kulit yang di

fatliquoring menggunakan minyak tersebut. Setelah melalui proses penetralan dan pH

mencapai 7, maka minyak sudah siap diaplikasikan reaksi penetralan

OSO2OH NaOH OSO2ONa H2O

UJI STABILITAS EMULSI

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak

bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).

Komponen emulsi :

· Fase dalam (terdispersi)

· Fase luar (pendispersi)

· Emulsifiying Agent (emulgator)

Pada pengujian stabilitas emulsi praktikum kali ini yang terdispersi adalah

minyak sulpatasi sedangkan fase pendispersinya adalah aquadest.

Page 36: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 36

Pada saat pengujian emulsi minyak, suftasi kelapa sawit kestabilan emulsi bertahan

bertahan selama 5 menit, pada waktu tersebut minyak yang tadinya telah bercampur

dengan quadest akan memisah kembali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1. Tegangan antarmuka rendah

2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3. Tolakkan listrik double layer

4. Relatifitas phase pendispersi kecil

5. Viskositas tinggi.

Setelah dilakukan pengujian stabilitas dari emulsi dilanjutkan dengan pengujian

dilanjutkan dengan menentukan suhu pecahnya emulsi . Kestabilan suatatu emulsi

cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan,

penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Apabila kestabilan rusak pada

emulsi akan dapat terbentuknya suatu krim , pada emulsi minyak dalam air dapat

terjadi jika kestabilan emulsi rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas

membentuk krim. Dan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak;

apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah.

Dalam penentuan suhu pecahnya emulsi saat minyak yang sebagai terdispersi

langsung pecah pada suhu kamar setelah dilakukan pencampuran minyak ke aquades

dan dilakukan pengadukan maka tidak perlu dilakukan pemanasan tapi untuk

menentukan suhu suatu emulsi pada praktikum ini kami mengaduk minyak pada

kondisi dingin sehingga minyak dapayt terdispersi dalam air lalu melakukan

pengukuran suhu pecahnya emulsi yaitu pada suhu 18 0

C yaitu di bawah suhu kamar

jadi minyak ini dapat digunakan dibawah suhu 180

C

PENENTUAN KADAR SO3 TERIKAT

Sebelum minyak sulfat dapat diaplikasikan ke kulit, terlebih dahulu harus di uji sifat

kimianya. Adapun pengujian pertama adalah pengujian uji emulsi minyak , untuk

Page 37: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 37

mengetahui pada suhu atau temperatur berapa minyak sulfat tersebut mulai

kehilangan kemampuan untuk teremulsi dalam air (memisah). Semakin tinggi

temperatur yang diperlukan untuk memisahkan emulsi minyak dalam air, maka

semakin bagus minyak sulfat tersebut. Pengujian selanjutnya adalah pengujian

kadar SO3. Adapun tujuan pengujian kadar SO3 dalam minyak sulfat ini adalah untuk

mengetahui seberapa banyak kandungan SO3 dalam minyak sulfat tersebut. Karena

semakin banyak kandungan SO3 yang terikat pada minyak sulfat tersebut, maka

dikhawatirka, apabila diaplikasikan kekulit nantinya, SO3 akan berikatan dengan uap

air atau H2O sehingga bisa membentuk H2SO4 yang malah merusak kulit yang

disamak. Dari hasil analisa yang kami lakukan, diketahui kandungan SO3 pada

minyak sulfat adalah sebesar kadar SO3 yang baik untuk minyak sulfat adalah 3-7%.

Analisa kadar SO3 terikat pada menggunkan prinsip ekstraksi larutan dengan

menggunakan pelarut. Proses ini dilakukan dengan mengestrak larutan minyak sulfat

dengan menggunakan sejumlah pelarut, pelarut yang digunakan pada praktilum ini

adalah larutan eter. Pelarut eter digunakan beberapa kali sebelum akhirnya diuapkan

setelah mendapatkan asam sulfat pada minyak yang telarut dalam pelarut eter.

Kemudian larutan hasil ekstraksi dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH.

Dengan menggunakan nilai volume larutan NaOH yang diperoleh dalam proses

titrasi, dapat diketahui jumlah SO3 terikat berdasarkan jumlah asam sulfat yang terikat

pada minyak sulfat . titrasi yang berlangsung adalah titrasi asam basa yaitu antara

H2SO4 yang di titrasi dengan NaOH

Pada Paraktikum ini di awali dengan mencampurkan 5,021 gram minyak sawit

tersulfatasi dengan 50 ml larutan garam jenuh dan 50 ml diethyl eter ke dalam corong

pemisah. Larutan tersebut kemudian di homogenkan dengan cara di gojog selama 5

menit dan sesekali corong pemisah dibuka untuk mengeluarkan uap eternya karena

eter menguap memiliki tekanan tinggi . perubahan yang terjadi pada Selama

pengocokkan warna larutan putih dan setelah didiamkan, larutan terpisah menjadi 2

fase yang atas minyak dan yang bawah adalah eter dan NaCl. pH larutan ini adalah 6.

Karena pH larutan sudah mendekati netral (6), maka penambahan H2SO4 hanya 0,25

ml saja . setelah dilakukan penambahan Asam Sulfat larutan digojog kembali selama

2 menit sambil sesekali tutup corong pemisah dibuka. Larutan didiamkan sejenak,

setelah larutan terpisah menjadi 2 fase ambil eter yang berada dibagia atas sehingga

didalam corong pemisah hanya ada minyak.

Page 38: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 38

Setelah eter terambil semua tambahkan 25 ml eter baru kedalam corong pemisah

yang hanya berisi minyak tersebut dan gojog-gojog 10 menit dan sesekali tutup

corong pemisahnya dibuka. Setelah didiamkan larutan tidak memisah, sehingga eter

yang digunakan hanya eter hasil ekstrak yang pertama. Eter hasil ekstraksi yang

pertama ini ,dipanaskan didalam lemari asam sampai volumenya tinggal 5-10 ml.

Dilakukan dalam lemari asam karena eter bersifat bahaya karena uapnya

menyebabkan iritasi Setelah larutan mencapai 5- 10 ml didinginkan dan kemudian

ditambahkan 25 ml asam sulfat 1 N dan dilakukan revlak selama 90 menit. Tujuan

revlak adalah untuk mempercepat reaksi tetapi jangan sampai ada larutan yang hilang.

Setelah direvlak selama 90 menit ada perubahan waerana lagi, larutan menjadi

berwarna bening dan ada butiran-butiran garamnya hal ini disebabkan karena pada

proses pencucian dengan garam jenuh tidak bersih . Kedalam larutan hasil revlak ini

kemudian ditambahkan 25 ml eter, 30 gram NaCl kristal, dan 3 tetes indikator PP.

Sewtelah dilakukan penamabahan Lakukan titrasi pada larutan tersebut dengan

menggunakan NaOH 0,5 N. Larutan NaOH yang dibutuhkan adalah 66,8 ml.

Perubahan warnanya adalah dari putih menjadi pink. Setelah larutan di titrasi di buat

larutan blangko ,Larutan blangko dibuat dengan tujuan sebagai perbandingan dengan

sampel. Larutan blangko ini dibuat dengan mencampurkan antara 25 ml H2SO4 1 N,

30 gram garam NaCl, 25 ml diethyl eter, dan 3 tetes Indikator MO ke dalam

Erlenmeyer. Kemudian campuran ini dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,5 N.

Dan larutan NaOH yang dibutuhkan adalah 47,55 ml. Dengan mengetahui volume

NaOH 0,5 N yang digunakan untuk menitrasi sampel dan blangko, N NaOH, BE SO3,

dan juga berat sampel minyak maka kadar SO3 terikat yang didapat adalah 7,67%

yang dicari dengan rumus:

Kadar SO3 =

Page 39: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 39

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa Analisis

kadar lemak pada sample adalah dengan kadar lemak sebesar 0,14

2. Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan

untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Dari praktikum didapatkan

bilangan penyabunan sebesar 235,76

3. Factor yang mempengaruhi pada sulfatasi adalah

Jenis minyak yang dipakai ,Perbandingan antara asam dan minyak ,Kekuatan

asam,Suhu sulfatasi ,Waktu reaksi,Cara netralisasi dan pencucian

4. Pecahnya emulsi dari minyak sulfat yang kami buat dari minyak kelapa sawit

terjadi pada suhu rendah yaitu dibawah suhu Kamar pada suhu 0

C

5. Kadar SO3 terikat yang didapat adalah 7,67% dan lebih besar dari kadar yang

baik

Page 40: 33316717 Minyak Sawit

Minyak Sawit 08 40

DAFTAR PUSTAKA

Winarno,F.G. . 1997 . Kimia Pangan dan Gizi . Jakarta : PT.Gramedia Pustaka

Utama

Muchtadi,tien R, Sugiono .1992 . Ilmu Pengetahuan bahan pangan . Bogor;

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor

Seno wulung, R.Bagus, 2008. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. ATK:

Yogyakarta

Syabani, wahyu , 2008. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Analisa . ATK: Yogyakarta

Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press,

Jogjakarta

Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia

Press, Jakarta

Tim Penyusun. 1995. “Kimiawi Emulsi pada Proses Peminyakan Kulit”. Yogyakarta:

Akademi Teknologi Kulit.

Purnomo, Edy. 1985. ”Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit”.

Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit.

http://id.wikipedia.org/lemak

http:// 2fitatsorganik-h402.tripod.com /minyak_lemak