172

3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

  • Upload
    vominh

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pemotongan/Pemungutan PPh

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Page 2: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

OASISPemotongan/Pemungutan PPh

R E V I S I 2 0 1 3

UNTUK KEPENTINGAN DINAS TIDAK DIPERJUALBELIKAN

Page 3: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

OASIS PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPhEdisi Revisi

Cetakan I - JakartaDirektorat Peraturan Perpajakan II, Direktorat Jenderal Pajak. 2013

Page 4: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPh iii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya Direktorat Jenderal Pajak semoga selalu diberikan kekuatan dan petunjuk untuk dapat melaksanakan tugas menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak dengan penuh tanggung jawab.

Direktorat Jenderal Pajak diberikan amanat dan kepercayaan yang sangat besar oleh Pemerintah dan DPR untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak hampir mencapai Rp1.000 triliun. Porsi penerimaan tersebut ada yang bersumber dari penerimaan PPh orang pribadi dan badan, penerimaan PPN dan pajak lainnya, serta penerimaan dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh.

Sebagai pihak yang diberikan amanat oleh Undang-Undang PPh untuk melakukan pemotongan dan/atau pemungutan serta penyetoran PPh yang terutang, para Pemotong atau Pemungut PPh perlu dibekali buku panduan yang singkat tetapi komprehensif mengenai tata cara pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.

Kami menyambut baik diterbitkannya buku Oasis Pemotongan dan Pemungutan PPh edisi revisi ini, dengan harapan buku ini dapat memberikan manfaat yang besar dan tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Pemotong atau Pemungut PPh yang telah ikut membantu tugas Direktorat Jenderal Pajak dalam mengamankan penerimaan negara.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, November 2013Direktur Jenderal Pajak,

A. Fuad Rahmany

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Page 5: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPhiv

PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Menjelang akhir tahun 2011, Direktorat Jenderal Pajak telah

menerbitkan buku panduan pemotongan dan/atau pemungutan PPh bagi para pihak yang telah ditunjuk sebagai Pemotong/Pemungut PPh yaitu buku “Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh”. Sambutan dari para pemangku kepentingan yang sangat membutuhkan buku tersebut sangat positif. Hal ini dapat tercermin dari tingginya permintaan akan buku tersebut baik yang berbentuk buku maupun e-book yang dapat diunduh secara gratis di situs Direktorat Jenderal Pajak.

Seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa ketentuan perpajakan yang mengalami perubahan atau ada ketentuan perpajakan yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan ketentuan mengenai PPh Pasal 22. Sedangkan ketentuan yang sifatnya baru adalah pengenaan PPh final sebesar 1% (satu persen) terhadap Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar.

Dampak dari adanya perubahan peraturan maupun peraturan baru tersebut adalah perlu dilakukan penyesuaian terhadap simulasi penghitungan pemotongan atau pemungutan PPh yang terdapat dalam buku “Oasis Pemotongan/Pemungutan PPh”. Hal yang cukup mendasar adalah ketentuan mengenai Surat Keterangan Bebas bagi Wajib Pajak yang peredaran brutonya tidak melebihi Rp4,8 milyar yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.

Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para Pemotong/Pemungut PPh dalam melaksanakan seluruh kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kepatuhan Wajib Pajak diharapkan juga akan semakin meningkat.

Penghargaan saya sampaikan kepada segenap pegawai Direktorat Peraturan Perpajakan II dan pegawai di unit lainnya serta pihak-pihak lain yang telah ikut berkontribusi dalam penyusunan buku ini, semoga usaha yang telah dilakukan akan memberikan manfaat bagi Direktorat Jenderal Pajak.Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, November 2013Direktur Peraturan Perpajakan II,

P.M. John L. Hutagaol

Page 6: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPh v

DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK iiiPENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II ivDAFTAR ISI vPENJELASAN UMUM 1PPh Pasal 4 ayat (2) 11. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya 22. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara 33. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Orang Pribadi 44. Hadiah Undian 45. Transaksi Saham 56. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 67. Jasa Konstruksi 98. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 119. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Orang Pribadi Dalam Negeri 1210. Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu 12PPh Pasal 15 171. Jasa Pelayaran Dalam Negeri 172. Jasa Penerbangan Dalam Negeri 183. Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri 18PPh Pasal 21 201. PPh Pasal 21 bagi Pegawai 212. PPh Pasal 21 bagi Penerima Uang Pensiun yang Dibayarkan Berkala 233. PPh Pasal 21 bagi Peserta Kegiatan 244. PPh Pasal 21 bagi Bukan Pegawai 245. PPh Pasal 21 bagi Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,

Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus 26PPh Pasal 22 29PPh Pasal 23 32PPh Pasal 26 37Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan 39

Page 7: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPhvi

SOAL JAWAB 41Pasal 4 ayat (2) 41Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 4101. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Dilakukan Antara Dua

Wajib Pajak Orang Pribadi 4102. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah Guna

Pelaksanaan Pembangunan 4203. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atas Bangunan kepada Pemerintah Guna

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Memerlukan Persyaratan Khusus 43

04. Pengalihan BTS 4405. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 4506. Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) 47Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 4907. Penentuan Jumlah Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau Bangunan 4908. Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Tidak

Ditunjuk Sebagai Pemotong PPh 5009. Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Ditunjuk

Sebagai Pemotong PPh 5110. Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik Gedung Melalui

Pengelola Gedung yang Gedung yang Bukan Merupakan Pemilik 5211. Sewa Rumah Kos 5412. Sewa Tanah dan/atau Bangunan yang Disewakan Kembali 5513. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan dengan Bentuk Bagi Hasil 56Bunga Simpanan Koperasi dan Dividen 5714. Bunga Simpanan Koperasi 5715. Dividen yang Dibayarkan oleh Perusahaan yang Belum Go Public kepada

Wajib Pajak Orang Pribadi 6116. Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Go Public kepada

Wajib Pajak Orang Pribadi 6317. Pengeluaran Untuk Pemegang Saham 6418. Dividen Interim 65Bunga Deposito, Tabungan, dan Sertifikat Bank Indonesia 66

DAFTAR ISI

Page 8: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPh vii

19. Bunga Tabungan 6620. Bagi Hasil Bank Syariah 6721. Penghasilan yang Diterima oleh Bukan Subjek Pajak 6822. Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 6923. SKB Dana Pensiun 69Hadiah Undian 7024. Hadiah Undian Berupa Uang Tunai 7025. Hadiah Undian Berupa Rumah 71Bunga Obligasi 7226. Bunga Obligasi yang Diperoleh Wajib Pajak Badan 7227. Bunga Obligasi yang Diperoleh Perusahaan Reksadana 74Usaha Jasa Konstruksi 7528. Jasa Konstruksi yang Dilakukan oleh Badan Usaha 7529. Penyetoran Kekurangan Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas

Usaha Jasa Konstruksi 7730. Usaha Jasa Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi 7931. Pelaksanaan Konstruksi Menara Telekomunikasi 8132. Jasa Instalasi Listrik oleh Pengusaha Konstruksi yang Bersertifikasi 8333. Jasa Perbaikan Jaringan Listrik 8434. Jasa Konstruksi oleh BUT 8635. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 8736. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 8837. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 9038. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 92PPh Pasal 15 93Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri 9339. Penghasilan atas Jasa Pelayaran dan Sewa Kapal Floating Storage

Offloading (FSO) 9340. Penghasilan atas Sewa Kapal yang Dilakukan oleh Perusahaan Pelayaran

kepada Perusahaan Pelayaran Lain 9441. Pembayaran Dana Public Service Obligation (PSO) 96Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri 9742. Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri 97

DAFTAR ISI

Page 9: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPhviii

Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri 9843. Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri 9844. Penghasilan Sewa Kapal Tanpa Awak Kepada BUT 9945. Penghasilan Sewa Kapal Tanpa Awak Kepada Selain BUT 10046. Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar di Anjungan Lepas Pantai 101PPh Pasal 21/26 103Pegawai Ekspatriat yang Berstatus Wajib Pajak Luar Negeri 10347. Pegawai Ekspatriat yang Berada di Indonesia Kurang dari Time Test 103Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua 10548. Uang Pesangon yang Dibayarkan Sekaligus 10549. Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Bertahap 10650. Uang Pesangon yang Dialihkan kepada Pihak Ketiga 108Hadiah dan Penghargaan 11051. Hadiah Kuis 11052. Hadiah Kejuaraan Olahraga 111PPh Pasal 22 11353. Pedagang Pengumpul 11354. Impor 11455. Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 22 Impor 11556. Barang Bawaan Penumpang 11557. Impor oleh K3S 116Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas 11758. Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas 117Penjualan Hasil Produksi oleh Industri Tertentu59. Penjualan Baja 11860. Penjualan Semen 11961. Penjualan Farmasi 12062. Pembelian Barang oleh BUMN Tertentu 121Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah 12263. Penjualan Apartemen Sangat Mewah 122PPh Pasal 23/26 12464. Jasa Kepelabuhanan 124

DAFTAR ISI

Page 10: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPh ix

65. Jasa Perantara/Keagenan 12566. Jasa Perhotelan 12567. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja sebagai

Karyawan Pengguna Jasa 12768. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja sebagai

Karyawan Penyedia Jasa 12869. Jasa Angkutan 13070. Jasa Penunjang Bidang Pertambangan Selain Migas 13071. Sewa Tangki Timbun BBM 13372. Pemotongan PPh terkait Kontrak Karya 134Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta 13573. Sewa Kendaraan Umum 13574. Sewa Tower/Menara Komunikasi 136Royalti 13775. License Number Pada Produk Software 137Bunga 13976. Bunga Pinjaman 139Dividen 14077. Dividen yang Diterima oleh Badan 140Hadiah 14378. Hadiah Perlombaan 14379. Komisi Penjualan 14480. Listing Fee 145Pembayaran Dividen ke Luar Negeri dan Penjualan Harta 14681. Pembayaran Dividen ke Luar Indonesia 14682. Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri 14783. Pembayaran Jasa ke Luar Negeri 148Daftar Peraturan 151

DAFTAR ISI

Page 11: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Page 12: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 1

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang terutang atas penghasilan, antara lain penghasilan dari gaji, penghasilan dari laba usaha, penghasilan berupa hadiah, dan penghasilan berupa bunga. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterimanya dalam 1 (satu) tahun pajak. PPh yang terutang dalam 1 (satu) tahun pajak harus dilunasi pembayarannya oleh Wajib Pajak dan Undang-Undang Pajak Penghasilan telah mengatur cara pelunasan PPh yang terutang oleh Wajib Pajak, yaitu dengan cara membayar sendiri dan melalui pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak lain. Apapun cara pelunasannya, baik membayar sendiri maupun melalui pemotongan/pemungutan oleh pihak lain, Wajib Pajak diharapkan dapat memahami dengan tepat cara menghitung PPh yang terutang, bagaimana pembayarannya, dan mekanisme pelaporan PPh yang telah dibayar tersebut.PPh yang dipotong dan/atau dipungut melalui pihak lain lebih dikenal dengan istilah PPh Potput. Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang PPh, PPh Potput terdiri atas PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 26.Objek PPh Potput terdiri atas berbagai macam penghasilan, antara lain penghasilan dari pekerjaan, pemberian jasa, sewa bangunan, dan dividen.

PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 4 ayat (2) merupakan salah satu cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan/pemungutan dan/atau penyetoran sendiri pajak yang bersifat final atas penghasilan tertentu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Objek PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah diatur antara lain adalah:

1. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya

1 Penjelasan Umum

Page 13: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh2

a. Objek PPh yang bersifat final adalah bunga deposito, bunga tabungan lainnya, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

b. Besarnya PPh yang bersifat final yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto, sebagaimana ditunjukkan dalam bagan di bawah ini:

ObjekPajak SubjekPajak Tarif

BungaDeposito/BungaTabungan/DiskontoSBI

WPDalamNegeridanBUT 20%

WPLuarNegeri 20%atausesuaitarifP3B

c. Yang tidak dipotong PPh yang bersifat final adalah:1)bunga dari deposito/tabungan/SBI sepanjang jumlah

deposito/tabungan/SBI tidak lebih dari Rp7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

2)bunga diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;

3)bunga deposito/tabungan/diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

4)bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

d. Pembebasan PPh yang bersifat final dapat diberikan dengan penerbitan Surat Keterangan Bebas atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan perubahannya.

Page 14: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 3

e. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga deposito/bunga tabungan/diskonto SBI adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000; » Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04 /2001; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2013.

2. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara

a. Objek PPh yang bersifat final adalah Bunga Obligasi, berupa imbalan yang diterima pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto. Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.

b. Diskonto negatif atau rugi pada saat penjualan Obligasi dapat diperhitungkan dengan penghasilan bunga berjalan.

c. Skema tarif pemotongan PPh yang bersifat final dan dasar pengenaan pajak atas penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah sebagai berikut:

d. Tidak dilakukan pemotongan PPh bersifat final atas bunga obligasi yang diterima oleh:

Bunga dgn Kupon Diskontotanpa BungaDiskonto dgn Kupon

(surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan )

15 % Final Bagi WPDN dan BUT20 % Final atau P3B bagi WPLN selain BUT 0 % Final utk 2009 s.d 2010

5 % Final utk 2011 s.d 201315 % Final utk 2014 dst

Diskonto dan/atauBunga WP Reksadana

jumlah brutobunga sesuaidengan masakepemilikanObligasi

selisih lebih hargajual atau nilainominal di atasharga perolehanObligasi, tidaktermasuk bungaberjalan

selisih lebih hargajual atau nilainominal di atasharga perolehanObligasi

selisih lebih harga jualatau nilai nominal diatas harga perolehanObligasidan/ataujumlah bruto bungasesuai dengan masakepemilikan Obligasi

Bunga Obligasi

Page 15: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh4

1)Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan

2)Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

e. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa Bunga Obligasi adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.011/2012.

3. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi

a. Objek PPh yang bersifat final adalah bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi.

b. Besarnya tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah:

☞0%(nolpersen)untuk bunga simpanan sampai denganRp240.000,00(duaratusempatpuluhriburupiah)perbulan.

☞ 10% (sepuluhpersen)

untuk bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00(duaratusempatpuluhriburupiah)perbulan.

c. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/ 2010.

4. Hadiah Undian

a. Objek PPh yang bersifat final adalah hadiah undian, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

b. Tarif pemotongan PPh yang bersifat final adalah 25% dari jumlah bruto hadiah undian dan dipotong oleh penyelenggara undian.

Page 16: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 5

PPh Pasal 4 ayat (2) atasPenghasilandariHadiahUndian

25%darijumlahbrutoHadiahUndian

c. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa hadiah undian adalah Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000.

5. Transaksi Saham a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari penjualan

saham di bursa.b. Tarif pemungutan PPh yang bersifat final adalah 0,1% dari jumlah

bruto nilai transaksi penjualan saham. c. Khusus untuk transaksi penjualan saham pendiri berlaku

ketentuan sebagai berikut:1)transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tambahan

PPh dengan tarif 0,5% (setengah persen) dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun 1996;

2)dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka nilai saham pendiri ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum perdana;

3)Penyetoran tambahan PPh atas saham pendiri dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri:a)selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (tanggal 29 Mei 1997), apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan;

b)selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa, apabila saham perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek pada saat atau setelah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan (tanggal 29 Mei 1997);

d. Wajib Pajak yang memilih untuk memenuhi kewajiban PPhnya tidak berdasarkan angka 3), atas penghasilan dari transaksi penjualan saham pendiri dikenakan PPh sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-undang PPh.

Page 17: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh6

e. Dengan demikian tarif pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di Bursa Efek adalah sebagai berikut:

PPhPasal4ayat (2)atasTransaksi PenjualanSahamdiBursaEfek

☞ 0,1%xNilaitransaksipenjualansaham☞ tambahan 0,5% x nilai sahamperusahaanpada saat penutupan bursa di akhir tahun1996;atau

☞ tambahan 0,5% x nilai saham pada saatpenawaran umum perdana dalam halsahamperusahaandiperdagangkandibursaefeksetelah1Januari1997

f. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997;

» Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/ 1997.

6. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati.

b. Tarif PPh yang bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:1)selain Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan

hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut;

2)bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan:a)1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan

untuk pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana; dan

b)5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan untuk pengalihan lainnya.

Page 18: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 7

Usaha Pokok PengalihanHakatasTanah/Bangunan

1%dari jumlahbrutonilai pengalihanuntuk pengalihan Rumah SederhanadanRumahSusunSederhana;dan5%dari jumlahbrutonilai pengalihanuntukpengalihanlainnya.

BukanUsahaPokok 5%darijumlahbrutonilaipengalihan

c. Pembebasan PPh yang bersifat final:1)Diberikan dengan penerbitan Surat Keterangan Bebas:a)orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah

PTKP yang jumlah bruto pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

b)orang pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

c)badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan hibah yang diberikan kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau

d)pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan warisan.

2)diberikan secara langsung tanpa penerbitan Surat Keterangan Bebas:a)orang pribadi atau badan yang menerima atau

memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus;

Page 19: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh8

b)pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.

d. Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.

e. Apabila diketahui berdasarkan data atau kejadian sebenarnya, jumlah bruto nilai pengalihan menurut akta pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan maupun Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan lebih rendah dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang sebenarnya, maka besarnya Pajak Penghasilan dihitung dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang sebenarnya.

f. Dalam hal pengalihan hak kepada instansi Pemerintah maka nilai pengalihan hak adalah nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan.

g. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dilakukan di cabang maka pembayaran PPh dan penyampaian SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dilakukan oleh cabang. Namun seluruh pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan di cabang harus dikonsolidasi oleh pusat dan dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh.

h. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah : » Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;

» Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/ 2008;

» Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/ PJ/2010; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/ PJ/2009; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/ PJ/2009; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2013.

Page 20: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 9

7. Jasa Konstruksi

a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

b. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

c. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.

d. Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

e. Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.

f. Skema tarif dan dasar pengenaan PPh yang bersifat final untuk Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:

Page 21: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh10

JASA KONSTRUKSI

mempunyaikualifikasi

usaha

Tidakmempunyaikualifikasi

usaha

Dengankualifikasi

usaha

tanpakualifikasi

usaha

kecil Selain kecil

TARIF

6%4%4%3%2%

Dikenai PPh yang bersifat final

Perencana/PengawasKonstruksi

PelaksanaKonstruksi

g. PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi:1)dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam

hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak; atau2)disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa

bukan merupakan pemotong pajak;3)dalam hal:a)terdapat selisih kekurangan PPh yang terutang

berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan PPh berdasarkan pembayaran yang telah dipotong atau disetor sendiri, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh Penyedia Jasa;

b)nilai Kontrak Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya oleh Pengguna Jasa, atas Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut tidak terutang PPh yang bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai piutang yang tidak dapat ditagih;

» Piutang yang tidak dapat ditagih merupakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

Page 22: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 11

» Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat ditagih kembali, tetap dikenakan PPh yang bersifat final.

h. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009;

» Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/ 2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009.

8. Persewaan Tanah dan/atau Bangunana. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari sewa

tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri.

b. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik yang menyewakan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.

PPhPasal4ayat(2)atasPenghasilandariPersewaanTanahdan/atauBangunan

10%darijumlahbrutonilaipersewaan

c. Jumlah bruto nilai persewaan adalah jumlah yang dibayarkan/terutang oleh penyewa termasuk biaya perawatan, pemeliharaan, keamanan, fasilitas lainnya, dan service charge (baik perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun disatukan).

d. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002;

» Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;

» Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./ 2002; » Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./ 1996.

Page 23: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh12

9. Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

a. Objek PPh yang bersifat final adalah dividen, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

b. Tarif PPh yang bersifat final adalah 10% dari jumlah bruto dividen yang diterima.

PPh atas Dividen yang DiterimaataudiperolehWajib PajakOrangPribadiDalamNegeri

10% dari jumlah bruto dividenyangditerima

c. Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa dividen dipotong oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.

d. pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen yang melakukan pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan atas dividen tersebut melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan diadministrasikan.

e. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh atas dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/ 2010; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2012.

10. Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

a. Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.

b. Subjek PPh yang bersifat final adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Page 24: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 13

c. Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan:1)Dalam hal WP baru terdaftar pada Tahun Pajak yang sama

sebelum PP Nomor 46 Tahun 2013 berlaku, dasar Peredaran Bruto adalah akumulasi peredaran bruto dari bulan berdiri s.d. bulan sebelum PP Nomor 46 Tahun 2013 berlaku, yang disetahunkan.

2)Dalam hal WP baru terdaftar setelah PP Nomor 46 Tahun 2013 berlaku, dasar peredaran bruto adalah peredaran bruto bulan pertama disetahunkan.

d. Penentuan peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) adalah berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari:1)jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;2)penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;3)usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak

Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan

4)penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.e. Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan

yang dikenai PPh yang bersifat final:1)Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha

perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:a)Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar

pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; danb)Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk

kepentingan umum yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan

2)Wajib Pajak badan:a)Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial;

atau

Page 25: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh14

b)Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

f. Tarif PPh yang bersifat final atas penghasilan Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah 1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan pajak berupa jumlah peredaran bruto setiap bulan, untuk setiap tempat kegiatan usaha.

g. Pembebasan PPh yang bersifat final dapat diberikan kepada Wajib Pajak dari pemotongan dan/atau pemungutan PPh yang tidak bersifat final dengan syarat:1)Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;

2)Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukan permohonan, untuk Wajib Pajak yang telah terdaftar pada Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak diajukan Surat Keterangan Bebas;

3)Menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani Wajib Pajak yang menyatakan bahwa peredaran usaha yang diterima atau diperoleh termasuk dalam kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan bersifat final disertai lampiran jumlah peredaran bruto setiap bulan sampai dengan bulan sebelum diajukannya Surat Keterangan Bebas, untuk Wajib Pajak yang terdaftar;

4)menyerahkan dokumen-dokumen pendukung transaksi seperti Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari Instansi Pemerintah, atau dokumen pendukung sejenis lainnya;

5)ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan oleh bukan Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 UU KUP.

h. Pemotong dan/atau pemungut pajak tidak melakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan untuk setiap transaksi yang merupakan objek pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final apabila

Page 26: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 15

telah menerima fotokopi Surat Keterangan Bebas yang telah dilegalisasi oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak menyampaikan kewajiban Surat Pemberitahuan Tahunan.

i. Permohonan legalisasi fotokopi Surat Keterangan Bebas diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dengan syarat:1)menunjukkan Surat Keterangan Bebas;2)menyerahkan bukti penyetoran Pajak Penghasilan yang

bersifat final berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk setiap transaksi yang akan dilakukan dengan pemotong dan/atau pemungut berupa Surat Setoran Pajak lembar ke-3 yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, kecuali untuk transaksi yang dikenai pemungutan PPh Pasal 22 atas:a)impor;b)pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan

pelumas;c)pembelian hasil produksi industri semen, industri kertas,

industri baja, industri otomotif dan industri farmasi;d)pembelian kendaraan bermotor di dalam negeri;

3)mengisi identitas Wajib Pajak pemotong dan/atau pemungut Pajak Penghasilan dan nilai transaksi pada kolom yang tercantum dalam Surat Keterangan Bebas;

4)ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau kuasanya dengan dilampiri Surat Kuasa Khusus sesuai Pasal 32 UU KUP.

j. Penyetoran Pajak Penghasilan yang bersifat final ke kantor pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan yang telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

k. Wajib Pajak yang telah melakukan penyetoran Pajak Penghasilan dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan sesuai dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.

Page 27: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh16

l. Wajib Pajak yang menyetor Pajak Penghasilan yang bersifat final tetapi Surat Setoran Pajaknya tidak mendapat validasi dengan NTPN, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai tempat kegiatan usaha Wajib Pajak terdaftar dengan mengisi baris pada angka 11 formulir Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2):1)kolom Uraian diisi dengan “Penghasilan Usaha WP yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu”;a)kolom KAP/KJS diisi dengan “411128/420.b)Wajib Pajak dengan jumlah Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat

(2) nihil tidak wajib melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).

m.Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/2013.

Page 28: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 17

PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan dan/atau penyetoran sendiri PPh atas penghasilan Wajib Pajak yang antara lain bergerak dalam usaha jasa pelayaran dan usaha jasa penerbangan.

1. Jasa Pelayaran Dalam Negeri

a. Objek PPh adalah penghasilan yang diterima Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penyewaan kapal, dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.

b. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.

PPh Pasal 15 atas PenghasilanWajib Pajak PerusahaanPelayaranDalamNegeri

1,2% dari peredaran bruto danbersifatfinal

c. Yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan (orang dan/atau barang), termasuk penyewaan kapal, yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya serta pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.

d. Peraturan terkait: » Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/ 1996; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996.

Page 29: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh18

2. Jasa Penerbangan Dalam Negeri

a. Objek PPh adalah penghasilan yang diterima berdasarkan perjanjian carter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.

PPh Pasal 15 atas Penghasilanbagi Wajib Pajak PerusahaanPenerbanganDalamNegeri

1,8%dariperedaranbrutodantidakbersifatfinal

b. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebesar 1,8% dari peredaran bruto atas dan tidak bersifat final.

c. Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian carter/sewa.

d. Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri berdasarkan perjanjian carter.

e. Peraturan terkait: » Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/ 1996; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ.4/1996.

3. Jasa Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri

a. Objek PPh adalah penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang diterima oleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri yang melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berkedudukan di Indonesia.

Page 30: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 19

b. Besarnya PPh yang terutang adalah sebesar 2,64% dari peredaran bruto dan bersifat final.

PPhPasal15atasPenghasilanWajib Pajak PerusahaanPelayaran dan/atauPenerbanganLuarNegeri

2,64% dari peredaran bruto danbersifatfinal

c. Peredaran bruto Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri adalah semua imbalan atau nilai pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. Dengan demikian tidak termasuk penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di Indonesia.

d. Peraturan terkait: » Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/ 1996; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996.

Tabel Pengenaan PPh Pasal 15

UsahaJasa PPhyangterutang

SifatPengenaan

❶PelayaranDN 1,2%xBruto Final

❷PenerbanganDN(khususcarter) 1,8%xBruto TidakFinal

❸BUTPelayaranLN2,64%xBruto Final

❹BUTPenerbanganLN

Page 31: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh20

PPh Pasal 21 merupakan cara pelunasan PPh dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Pemotongan PPh Pasal 21 antara lain dilakukan oleh:

• pemberi kerja, termasuk cabang, perwakilan, atau unit yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran penghasilan,

• bendahara pemerintah, • dana pensiun yang membayarkan uang pensiun, dan • penyelenggara kegiatan.Pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 dibedakan menurut penerima penghasilannya antara lain pegawai, pensiunan, peserta kegiatan dan bukan pegawai.

Berikut beberapa pengertian terkait pemotongan PPh Pasal 21:

• Pegawai dibedakan menjadi pegawai tetap dan pegawai tidak tetap.a. Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh

penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

b. Pegawai tidak tetap disebut juga tenaga kerja lepas, adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

• Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.

PPh Pasal 21

Page 32: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 21

• Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.

• Bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.

• Imbalan bersifat berkesinambungan adalah imbalan kepada bukan pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

1. PPh Pasal 21 Bagi Pegawai

a. Pegawai TetapDalam menghitung PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap perlu diperhatikan rumus penghitungannya, yaitu sebagai berikut:Penghasilan Bruto setahun Rp xxxxxxPengurang Penghasilan Bruto ( Rp xxxxxx )Penghasilan Neto setahun Rp xxxxxxPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ( Rp xxxxxx )Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp xxxxxxPPh Pasal 21 yang dipotong:PKP x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh = PPh Pasal 21 setahunPPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan1)pengurang penghasilan bruto bagi Pegawai Tetap terdiri dari:a)biaya jabatan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan

bruto, setinggi-tingginya Rp500.000,00 sebulan atau Rp6.000.000,00 setahun;

b)iuran dana pensiun atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua kepada dana pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan.

Page 33: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh22

2)besarnya PTKP per tahun adalah:a)Rp24.300.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;b)Rp2.025.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; c)Rp2.025.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga

sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

3)Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh:

LapisanPKP TarifPajak

s.d.Rp50.000.000,00 5%

DiatasRp50.000.000,00s.d.Rp250.000.000,00 15%

DiatasRp250.000.000,00s.d.Rp500.000.000,00 25%

DiatasRp500.000.000,00 30%

b. Pegawai Tidak Tetap1)PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yang upahnya dibayarkan

secara bulanan.

Penghasilan brutosetahun PTKP = Penghasilan Kena

Pajak

Penghasilan KenaPajak X T a r i f

Pajak = PPhPasal21setahun

PPhPasal21setahun : 12 = PPhPasal21sebulan

2)PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yang upahnya dibayarkan secara harian/mingguan/borongan/satuan.Sebelum menghitung PPh Pasal 21 bagi pegawai tidak tetap yang upahnya dibayarkan secara harian/ mingguan/ borongan/satuan, maka perlu diperhatikan jumlah upah harian, atau rata-rata upah yang diterima dalam sehari, yaitu:a)upah mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam

seminggu; b)upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan

yang dihasilkan dalam sehari;

Page 34: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 23

c)upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan borongan;

d)upah harian kurang dari Rp200.000,00 atau penghasilan dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp2.025.000,00, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong;

e)upah harian lebih dari Rp200.000,00 tetapi jumlah kumulatif yang diterima dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp2.025.000,00;

PPhPasal21=(upahharian-Rp200.000,00)x5%

f)Penghasilan bruto sebulan melebihi Rp2.025.000,00 tapi tidak lebih dari Rp7.000.000,00;

PPhPasal21=(upahharian–PTKPsehari)x5%

g)Penghasilan bruto sebulan lebih dari Rp7.000.000,00.

PPhPasal21=[(PenghasilanBrutosetahun–PTKP)xTarifPajak]:12

2. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pensiun yang Dibayarkan Berkala

Cara penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pensiun, dibagi berdasarkan cara pembayarannya, yaitu penerimaan uang pensiun secara sekaligus dan penerimaan secara berkala. Cara menghitung PPh Pasal 21 bagi uang pensiun yang dibayarkan secara berkala adalah:a. terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang

diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensiun sampai dengan bulan Desember;

b. penghasilan neto pensiun sebagaimana tersebut pada huruf a ditambah dengan penghasilan neto dalam tahun yang bersangkutan yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan

Page 35: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh24

yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;

c. untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan pada huruf b tersebut dikurangi dengan PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 atas Penghasilan Kena Pajak tersebut;

d. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c dengan PPh Pasal 21 yang terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;

e. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21 seperti tersebut dalam huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

3. PPh Pasal 21 Bagi Peserta Kegiatan

PPh Pasal 21 bagi peserta kegiatan = Penghasilan bruto x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh.

4. PPh Pasal 21 Bagi Bukan Pegawai

Penghitungan PPh Pasal 21 bagi penerima kategori bukan pegawai dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:a. menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak bersifat

berkesinambungan;b. menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata dari satu

pemberi penghasilan yang bersifat berkesinambungan;c. menerima atau memperoleh penghasilan yang bersifat

berkesinambungan dan mempunyai penghasilan lain.Yang termasuk Wajib Pajak orang pribadi kategori Bukan Pegawai antara lain pengacara, arsitek, dokter, notaris, akuntan, aktuaris, konsultan, olahragawan, pengajar, peneliti, penceramah, penyanyi, bintang film, petugas dinas luar asuransi, dan lain-lain.Pelaporan atas pemotongan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat pemberi kerja baik di lokasi kantor pusat maupun kantor cabang, perwakilan, atau unit lain sepanjang terdapat administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain.

Page 36: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 25

a. Menerima atau memperoleh penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan1)Yang dimaksud imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan

merupakan imbalan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak orang pribadi Bukan Pegawai hanya satu kali dalam 1 (satu) tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan dan jasa.

2)Dalam penghitungan PPh Pasal 21 atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan, Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Penghasilan Bruto dengan tidak memperhitungkan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

3)PPh Pasal 21 atas imbalan yang bersifat tidak berkesinambungan:

PPhPasal21sebulan=[50%xPenghasilanBruto]xTarifPajak

b. Menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata dari satu pemberi penghasilan yang bersifat berkesinambungan 1)PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17

ayat (1) huruf a UU PPh (Tarif Pajak) atas jumlah kumulatif penghasilan kena pajak.

2)Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :

DPP=(50%xPenghasilanBrutoSebulan–PTKPperbulan)kumulatif

PPhPasal21sebulan=DPPxTarifPajak

c. Menerima atau memperoleh penghasilan yang bersifat berkesinambungan dan mempunyai penghasilan lain 1)Bagi Wajib Pajak orang pribadi kategori Bukan Pegawai

yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan dan berasal bukan hanya dari 1 (satu) pemberi penghasilan, dasar pengenaan pajaknya tidak memperhitungkan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebulan. Hak PTKP dapat diperhitungkan oleh Wajib Pajak pada saat pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

Page 37: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh26

2)Salah satu contoh Wajib Pajak orang pribadi kategori Bukan Pegawai yang menerima imbalan bersifat berkesinambungan dan memperoleh penghasilan lain adalah dokter yang bekerja di 2 (dua) atau lebih rumah sakit dalam tahun kalender yang sama.

3)Penghitungan PPh Pasal 21 sebulan sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini :

DPP=(50%xPenghasilanBrutoSebulan)kumulatif

PPhPasal21sebulan=DPPxTarifPajak

Catatan:Besarnya tarif sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) huruf (a) UU PPh yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. PPh Pasal 21 Bagi Penerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat final.Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua dianggap dibayarkan sekaligus jika sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.a. Uang Pesangon

Berikut Tarif PPh Pasal 21 atas uang pesangon yang diterima secara sekaligus:

Page 38: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 27

LapisanPenghasilan Tarif

s.d.Rp50.000.000,00 0%

diatasRp50.000.000,00s.d.Rp100.000.000,00 5%

diatasRp100.000.000,00s.d.Rp500.000.000,00 15%

diatasRp500.000.000,00 25%

b. Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan SekaligusBerikut Tarif PPh Pasal 21 atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus:

LapisanPenghasilan Tarif

s.d.Rp50.000.000,00 0%

diatasRp50.000.000,00 5%

Dalam hal terdapat bagian penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya, pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak pendahuluan atau kredit pajak.Dalam pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21, kantor perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21, sehingga Wajib Pajak orang pribadi yang bekerja pada kantor perwakilan negara asing atau organisasi internasional tersebut wajib menghitung, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya PPh yang terutang atas penghasilan

Page 39: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh28

yang diterima dari pemberi kerja tersebut melalui mekanisme Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) PPh Orang Pribadi.Berikut skema penghitungan dasar pengenaan PPh Pasal 21:

c. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21 adalah: » Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.

Page 40: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 29

PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh Wajib Pajak atas penghasilan antara lain sehubungan dengan impor barang/jasa, pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD dan non APBN/APBD, dan penjualan barang sangat mewah.

Berikut tabel daftar pemungut dan objek PPh Pasal 22 :

PemungutPPhPasal22 ObjekPemungutan

1. BankDevisa/DitjenBeaCukai ImporBarang

2. BendaharapemerintahdanKuasaPenggunaAnggaran(KPA)

Pembayaranataspembelianbarang

3. Bendaharapengeluaran Pembayaranataspembelianbarangyangdilakukandenganmekanismeuangpersediaan(UP)

4 KuasaPenggunaAnggaran(KPA)ataupejabatpenerbitSuratPerintahMembayaryangdiberidelegasiolehKPA

Pembayaranataspembelianbarangkepadapihakketigayangdilakukandenganmekanismepembayaranlangsung(LS)

5 BUMNtertentu:PTPertamina(Persero),PTPerusahaanListrikNegara(Persero),PTPerusahaanGasNegara(Persero)Tbk.,PTTelekomunikasiIndonesia(Persero)Tbk.,PTGarudaIndonesia(Persero)Tbk.,PTPembanguanPerumahan(Persero)Tbk.,PTWijayaKarya(Persero)Tbk.,PTAdhiKarya(Persero)Tbk.,PTHutamaKarya(Persero),PTKrakatauSteel(Persero)TbkdanBank-bankBUMN

Pembelianbarangdan/ataubahan-bahanuntukkeperluankegiatanusahamereka.

6 Badanusahayangbergerakdalambidangusahaindustrisemen,industrikertas,industribaja,industriotomotif,danindustrifarmasi

Penjualanhasilproduksinyakepadadistributordidalamnegeri

PPh Pasal 22

Page 41: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh30

7 AgenTunggalPemegangMerek(ATPM),AgenPemegangMerek(APM),danimportirumumkendaraanbermotor

Penjualankendaraanbermotordidalamnegeri

8 Produsenatauimportirbahanbakarminyak,bahanbakargas,danpelumas

Penjualanbahanbakarminyak,bahanbakargas,danpelumas

9 WajibPajakBadanyangmelakukanpenjualanBarangSangatMewah

PenjualanBarangSangatMewah

10 Industridaneksportiryangbergerakdalamsektorkehutanan,perkebunan,pertanian,peternakan,danperikanan

Pembelianbahan-bahanuntukkeperluanindustriatauekspormerekadaripedagangpengumpul

Penunjukan pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22 dilakukan tanpa penerbitan surat keputusan kepala Kantor Pelayanan Pajak.

Yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.011/2013, yaitu:

1. Diberikan dengan Surat Keterangan Bebas :a. impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh;b. emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang

perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.2. Dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai :a. impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan/atau Pajak

Pertambahan Nilai;b. impor sementara jika saat impornya nyata-nyata dimaksudkan

untuk diekspor kembali.3. Dilaksanakan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB) :a. pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah yang jumlahnya

paling banyak Rp2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

b. pembelian barang oleh BUMN tertentu yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

Page 42: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 31

c. pembelian oleh Bendahara Pemerintah dan BUMN tertentu untuk BBM, listrik, bahan bakar gas, air minum/PDAM, benda-benda pos;

d. pembelian barang dengan menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS);

e. pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/ atau produk sampingan dari kegiatan usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia dari:1)kontraktor yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi

berdasarkan kontrak kerja sama; atau2)kantor pusat kontraktor yang melakukan eksplorasi dan

eksploitasi berdasarkan kontrak kerja sama;f. pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil

pengusahaan panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama pengusahaan sumber daya panas bumi:

g. impor kembali (re-impor) yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

h. penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan oleh industri otomotif, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, yang telah dikenai pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya.

Berikut skema tarif dan dasar pengenaan pajak PPh Pasal 22:

www.themegallery.com

Tarif dan DPP

PPh Pasal 22 Impor

PPh Pasal 22 BendaharawanBendahara Pemerintah,

Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Penerbit SPM,

Bendahara Pengeluaran, BUMN tertentu

PPh Pasal 22 Industri

PPh Pasal 22 Pedagang Pengumpul

2,5% (dengan API),7,5% (tanpa API),0,5%(kedelai, gandum, terigu dengan API)

1,5%

- 0,25% Semen- 0,1% Kertas- 0,3% Baja -0,3% Obat- 0,45% Otomotif

-0,25% BBM SPBU Pertamina-0,3% BBM SPBU Non Pertamina-0,3% BBG-0,3% Pelumas

0,25%

Nilai Impor

7,5% (yang tidak dikuasai) Harga Jual Lelang

Harga Beli

DPP PPN

PPh Pasal 22 Migas

PPh Pasal 22 Barang Mewah 5%

PPh Pasal 22ATPM, APM, dan importir umum 0,45%

Penjualan

Harga Jual

Page 43: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh32

Catatan:Bagi Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, maka besarnya pemungutan PPh Pasal 22 lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan kepada Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

Peraturan terkait pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 22 adalah:

» Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.011/2013;

» Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2013;

» Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ/2013.

PPh Pasal 23 merupakan cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak antara lain atas penghasilan berupa dividen, royalti, jasa manajemen, jasa teknik, dan jasa-jasa lainnya.

1. Objek PPh Pasal 23 adalah penghasilan dari dividen, bunga, royalti, hadiah, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan dan jenis jasa lainnya.

2. Pemotongan PPh Pasal 23 dikenakan dari jumlah bruto, dengan tarif sebagai berikut:

PPh Pasal 23

Page 44: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 33

No. JenisPenghasilan Tarif

1 Dividen

15%2 Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karenajaminanpengembalianutang

3 Royalti

4 Hadiah,penghargaan,bonusselainyangtelahdipotongPPhPasal21

5 Sewa dan penghasilan sehubungan dengan penggunaanharta

2%

6 Jasateknik,jasamanajemen,jasakonstruksi,jasakonsultan

3. Jasalain:a) Jasapenilai(appraisal);b) Jasaaktuaris;c) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporankeuangan;

d) Jasaperancang(design);e) Jasapengeboran(drilling)dibidangpenambanganminyakdangasbumi(migas),kecualiyangdilakukanolehbentukusahatetap(BUT);

f) Jasapenunjangdibidangpenambanganmigas;g) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidangpenambanganselainmigas;

h) Jasapenunjangdibidangpenerbangandanbandarudara;

i) Jasapenebanganhutan;j) Jasapengolahanlimbah;k) Jasapenyediatenagakerja(outsourcingservices);l) Jasaperantaradan/ataukeagenan;m) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI danKPEI;

n) Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan,kecualiyangdilakukanolehKSEI;

o) Jasapengisiansuara(dubbing)dan/atausulihsuara;p) Jasamixingfilm;q) Jasa sehubungan dengan software komputer,termasukperawatan,pemeliharaandanperbaikan;

r) Jasa instalasi/pemasanganmesin, peralatan, listrik,telepon,air,gas,AC,dan/atauTVkabel,selainyangdilakukanolehWajibPajak yang ruang lingkupnyadibidangkonstruksidanmempunyai izindan/atausertifikasisebagaipengusahakonstruksi;

2%

Page 45: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh34

s) Jasa Perawatan/perbaikan/ pemeliharaan mesin,peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel,alat transportasi/ kendaraan dan/atau bangunan,selainyangdilakukanolehWajibPajakyang ruanglingkupnyadibidangkonstruksidanmempunyaiizindan/atausertifikasisebagaipengusahakonstruksi;

t) Jasamaklon;u) Jasapenyelidikandankeamanan;v) Jasapenyelenggarakegiatanataueventorganizer;w) Jasapengepakan;x) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalammediamasa,medialuarruangataumedialainuntukpenyampaianinformasi;

y) Jasapembasmianhama;z) Jasakebersihanataucleaningservice;aa) Jasakateringatautataboga.

2%

3. Yang dimaksud dengan jumlah bruto sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran

lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

b. pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material;c. pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk

selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga;d. pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu

penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga.

4. Jumlah bruto sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak berlaku:a. atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa

katering; atau

Page 46: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 35

b. dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jenis jasa yang tercantum dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

c. Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam huruf c harus dapat dibuktikan dengan:1)kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium,

tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 1;

2)faktur pembelian barang atau material sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 2;

3)faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 3;

4)faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam butir huruf c angka 4.

Catatan:Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Wajib Pajak badan wajib melakukan pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan atas dividen serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan diadministrasikan.

6. Jenis Penghasilan yang dikecualikan pemotongan PPh Pasal 23:a. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;b. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa

guna usaha dengan hak opsi;c. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha

atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan (PMK. 251/PMK.03/2008);

Page 47: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh36

d. dividen yang diterima perseroran terbatas sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:1)Dividen berasal dari cadangan laba ditahan, dan2)Bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD yang menerima

dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal disetor;

e. dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri;

f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;

g. bagian laba yang diterima anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.

7. Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 23: » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/PMK.03/2008; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 33/PJ/2009; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-53/PJ/ 2009; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ/ 2010; » Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2012.

Page 48: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 37

1. PPh Pasal 26 merupakan cara pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri dari Indonesia berupa:a. dividen; b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang;c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta;d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;e. hadiah dan penghargaan;f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya; dan/atauh. keuntungan karena pembebasan utang, yang diterima Wajib

Pajak Luar Negeri selain bentuk usaha tetap;i. penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia;j. premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar

negeri;k. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham.

2. Tarif pemotongan dan dasar pengenaan PPh Pasal 26 adalah:

Tarif DasarPengenaanPajak JenisPenghasilan

20% Penghasilanbruto Butir1hurufas.d.hurufh

20% PerkiraanPenghasilanneto Butir1hurufis.d.hurufk

Catatan :

Apabila terdapat Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Pemerintah Indonesia dengan Negara Mitra, maka pengenaan PPh Pasal 26 mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam P3B tersebut.

3. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh

PPh Pasal 26

Page 49: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh38

persen), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.

4. Pada prinsipnya pemotongan PPh Pasal 26 bersifat final, kecuali :a. pemotongan atas:1)penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan

barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia;

2)penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

b. pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

5. Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 26: » Keputusan Menteri Keuangan Nomor 624/KMK.04/1994; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2009; » Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008; » Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-52/PJ/ 2009.

Page 50: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 39

Untuk kewajiban penyetoran dan pelaporan PPh, Menteri Keuangan telah menetapkan batas waktu penyetoran PPh ke Bank Persepsi/Kantor Pos penerima pembayaran serta batas waktu pelaporan SPT Masa PPh ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaaan Pembayaran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010.

Batas waktu pembayaran/penyetoran pajak yang sudah dipotong dan/atau dipungut oleh Wajib Pajak serta tanggal pelaporan SPT Masa adalah sebagai berikut:

☞PPhPasal21 Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞PPhPasal22Bendahara Disetor pada hari yangsamadenganpelaksanaanpembayaran

Paling lama 14 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞ PPh Pasal 22 ImporyangDipungutDJBC

Disetor dalam 1 harikerja setelah dilakukanpemungutanpajak

Paling lama harikerja terakhirmingguberikutnya

☞ PPh Pasal 22 Migas,Industri, BarangMewah, PedagangPengumpul

Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞PPhPasal23 Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞ PPh Pasal 4 ayat (2)Pemotongan

Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan

Page 51: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh40

☞ PPh Pasal 4 ayat (2)SetorSendiri

Paling lama tanggal 15bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞PPhPasal15Pemotongan

Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞ PPh Pasal 15-Setorsendiri

Paling lama tanggal 15bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

☞PPhPasal26 Paling lama tanggal 10bulan berikutnya setelahMasaPajakberakhir

Paling lama 20 harisetelah Masa Pajakberakhir

Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan kewajiban pemotongan/pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak-pajak yang telah dipotong/dipungut antara lain :1. apabila tanggal jatuh tempo pelaporan, pembayaran atau

penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya;

2. pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak;

3. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Pajak (NTPN);

4. Wajib Pajak Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap melakukan pemotongan atau pemungutan.

Page 52: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 41

PPh PASAL 4 ayat (2)Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak Orang Pribadi

Pada tanggal 12 Agustus 2013 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto Residence Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2013 adalah Rp1.500.000.000,00. Harga transaksi yang disepakati adalah Rp1.700.000.000,00. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 15 Agustus 2013 di hadapan PPAT Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.Bagaimana kewajiban PPh atas transaksi penjualan rumah tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan yang diterima oleh Rahmat dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Besarnya PPh yang wajib dibayar adalah:5% x Rp1.700.000.000,00 = Rp85.000.000,00.Kewajiban Rahmat atas transaksi tersebut adalah:1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan

SSP sebesar Rp85.000.000,00 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013 sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli;

2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;

2 Soal Jawab

0 1

Page 53: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh42

3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Sebelum menandatangani Akta Jual Beli, Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh Rahmat dengan bukti fotokopi SSP yang telah diteliti oleh KPP.

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan

Dinas Perhubungan dan Transportasi melakukan pembelian tanah di Bogor untuk pembangunan kantor baru. Nilai tanah berdasarkan keputusan pejabat pengadaan adalah Rp750.000.000,00. Budi Suharsono sebagai pemilik tanah bersedia menjual dengan harga tersebut. Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar sejumlah Rp750.000.000,00 pada tanggal 13 Juni 2013 kepada Budi Suharsono atas pembelian tanah tersebut. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas pembelian tanah tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Budi Suharsono wajib dipungut PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final oleh Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi. Besarnya PPh yang wajib dipungut adalah 5% x nilai pengalihan. Nilai pengalihan yang menjadi dasar pengenaan pajak atas transaksi pengalihan hak kepada pemerintah adalah nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan.Besarnya pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:5% x Rp750.000.000,00 = Rp37.500.000,00.Kewajiban Oktova sebagai bendahara adalah:1. melakukan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp37.500.000,00;

0 2

Page 54: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 43

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut dengan menggunakan SSP yang telah diisi nama Budi Suharsono dan ditandatangani oleh bendahara sebelum dilakukan pembayaran;

3. melaporkan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juni 2013 paling lambat tanggal 22 Juli 2013.

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Memerlukan Persyaratan Khusus

Dalam rangka proyek pembangunan bandar udara, Kementerian Perhubungan akan melakukan pembebasan tanah. Tanah milik Noorman merupakan salah satu tanah yang terkena pembebasan tersebut. Nilai ganti rugi per meter persegi ditetapkan sebesar Rp700.000,00. Bagaimana perlakuan PPh atas pembebasan tanah tersebut?

Jawab:

Penghasilan dari pembebasan tanah oleh pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu untuk proyek-proyek:

- jalan umum;- saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan

pengairan lainnya, saluran irigasi;- pelabuhan laut;- bandar udara;- fasilitas keselamatan umum seperti tanggul penanggulangan

bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya; dan - fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,

dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.Penghasilan yang diterima oleh Noorman dari pembayaran ganti rugi tanah tersebut dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah

0 3

Page 55: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh44

dan/atau bangunan. Pengecualian dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut diberikan secara langsung tanpa Surat Keterangan Bebas.

Pengalihan BTS

PT Komsat Telekomunikasi melakukan penjualan salah satu menara telekomunikasi yang dimilikinya di kota Padang kepada PT Hembusan Telekomunikasi seharga Rp.600.000.000,00. Transaksi tersebut dibuatkan perjanjian jual beli oleh PPAT Rahmat Sjafri Garcia yang berkantor di Jl. Pramuka No. 48 Padang yang oleh kedua belah pihak perjanjian tersebut ditandatangani pada tanggal 16 September 2013. Atas transaksi tersebut dilakukan pembayaran oleh PT Hembusan Telekomunikasi kepada PT Komsat Telekomunikasi pada tanggal 16 September 2013.Menara telekomunikasi milik PT Komsat Telekomunikasi tersebut dibangun di atas tanah yang disewa dari masyarakat dan bukan dibangun di atas tanah milik PT Komsat Telekomunikasi dengan tujuan penghematan biaya pembelian lahan tanah.Bagaimanakah kewajiban Pajak Penghasilan terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Ketentuan peraturan yang berlaku menyatakan bahwa menara telekomunikasi termasuk dalam definisi bangunan, oleh karena itu penjualan menara telekomunikasi merupakan penjualan bangunan yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang wajib dibayar adalah:5% x Rp600.000.000,00 = Rp30.000.000,00

0 4

Page 56: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 45

Kewajiban PT Komsat Telekomunikasi atas transaksi tersebut adalah:1. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak sebesar Rp.30.000.000,00 paling lambat tanggal 16 September 2013 sebelum PPAT menandatangani akta perjanjian jual beli;

2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak menara telekomunikasi tersebut berada;

3. melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Sebelum menandatangani akta perjanjian jual beli tersebut Rahmat Sjafri Garcia selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh PT Komsat Telekomunikasi dengan bukti SSP yang telah diteliti oleh KPP .

Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Karena Warisan

Bambang Reksodipuro, meninggal pada tanggal 16 Juli 2013. Bambang Reksodipuro meninggalkan seorang istri, Wenyi Rahayu dan 2 orang anak, Haryo Reksodipuro dan Bimo Reksodipuro. Harta warisan yang ditinggalkan oleh Bambang Reksodipuro adalah 3 unit rumah yang terletak di Jakarta, Bogor, dan Tangerang dengan nilai masing-masing Rp600.000.000,00, Rp500.000.000,00, dan Rp300.000.000,00. Pembagian harta warisan berdasarkan Surat Keterangan Waris adalah sebagai berikut:- rumah yang terletak di Jakarta diberikan kepada Wenyi Rahayu;- rumah yang terletak di Bogor diberikan kepada Haryo

Reksodipuro;- rumah yang terletak di Tangerang diberikan kepada Bimo

Reksodipuro.

Para ahli waris sepakat atas harta warisan tersebut kesemuanya akan diberikan kepada anak yang termuda, Bimo Reksodipuro. Akta

0 5

Page 57: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh46

Hibah ditandatangani tanggal 10 Oktober 2013 dihadapan PPAT Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn.Bagaimana kewajiban PPh atas serangkaian peristiwa pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut?

Jawab:

Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Mekanisme pengecualiannya diberikan melalui penerbitan Surat Keterangan Bebas yang diajukan ke KPP tempat Bambang Reksodipuro terdaftar atau bertempat tinggal. Setelah proses pewarisan selesai dan para ahli waris menerima haknya masing-masing, maka pada saat rumah yang diterima oleh Wenyi Rahayu dan Haryo Reksodipuro diberikan kepada Bimo Reksodipuro:- pengalihan hak atas rumah yang terletak di Jakarta dari Wenyi

Rahayu kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mekanisme pengecualiannya diberikan melalui penerbitan Surat Keterangan Bebas.

Wenyi Rahayu sebagai pihak yang mengalihkan tanah dan/atau bangunan harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas ke KPP tempat Wenyi Rahayu terdaftar dengan dilampiri Surat Pernyataan Hibah;- pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor dari Haryo

Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro merupakan hibah yang tidak dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, sehingga Haryo Reksodipuro sebagai pihak yang mengalihkan wajib membayar PPh sebesar 5% x Rp500.000.000,00 = Rp25.000.000,00.

Kewajiban Haryo Reksodipuro atas pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor kepada Bimo Reksodipuro adalah:1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan

Page 58: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 47

SSP sebesar Rp25.000.000,00 paling lambat tanggal 10 Oktober 2013 sebelum ditandatanganinya Akta Hibah;

2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;

3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Sebelum menandatangani Akta Hibah, Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dengan bukti:1. SKB atas nama Wenyi Rahayu, untuk Akta Hibah dari Wenyi

Rahayu kepada Bimo Reksodipuro;2. fotokopi SSP sebesar Rp25.000.000,00 atas nama Haryo

Reksodipuro yang telah diteliti oleh KPP, untuk Akta Hibah dari Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro.

Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

PT Gubug Permai merupakan pengembang Perumahan Notting Hills di Medan melakukan PPJB dengan Ferdinand Albert untuk 1 unit rumah di Blok A.10 Perumahan Notting Hills seharga Rp1.500.000.000,00. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas tanah dan bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB Tahun 2013 adalah Rp1.500.000.000,00. Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) ditandatangani dihadapan notaris Melati, S.H., C.N. pada tanggal 10 Januari 2013 dengan Nomor 02. Dalam PPJB tersebut terdapat klausul yang menyatakan bahwa apabila pembeli membatalkan PPJB sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli, maka pembeli harus membayar penalti sebesar 1% dari harga rumah. Tanggal 7 Juni 2013, Ferdinand membatalkan PPJB tersebut dan sesuai klausul penalti dalam PPJB maka Ferdinand Albert harus membayar penalti kepada PT Gubug Permai sebesar Rp15.000.000,00. Selanjutnya oleh PT Gubug Permai, atas unit rumah di Blok A.10 Perumahan Notting Hills dijual kepada Raeda Julaeha seharga Rp1.500.000.000,00. Pada tanggal 13 September 2013 dilakukan

0 6

Page 59: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh48

penandatanganan Akta Jual Beli rumah tersebut di hadapan PPAT Herman Kurniawan, S.H., M.Kn. Bagaimana kewajiban PPh atas serangkaian transaksi tersebut?

Jawab:

Saat terjadinya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan penjualan adalah pada saat ditandatanganinya Akta Jual Beli. Orang pribadi atau badan yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib membayar sendiri PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final.Atas penghasilan dari penjualan rumah di Blok A.10 yang diterima oleh PT Gubug Permai wajib dibayar PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang bersifat final.PPh yang wajib dibayar sendiri oleh PT Gubug Permai adalah:5% x Rp1.500.000.000,00 = Rp75.000.000,00.Kewajiban PT Gubug Permai adalah:1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan

menggunakan SSP sebesar Rp75.000.000,00 paling lambat tanggal 13 September 2013 sebelum ditandatanganinya Akta Jual Beli;

2. mengajukan permohonan penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;

3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Sebelum menandatangani Akta Jual Beli antara PT Gubug Permai dan Raeda Julaeha, Herman Kurniawan, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib memastikan pelunasan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut dengan bukti fotokopi SSP sebesar Rp75.000.000,00 atas nama PT Gubug Permai yang telah diteliti oleh KPP.Pembayaran penalti yang diterima oleh PT Gubug Permai dari Ferdinand Albert sebesar Rp15.000.000,00 merupakan penghasilan

Page 60: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 49

yang wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan PT Gubug Permai.

Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

Penentuan Jumlah Bruto Nilai Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

PT International Towerindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan gedung yang bernama Jakarta Tower. PT Henkpon Telecommunication menyewa sebagian ruangan di lantai 11 Jakarta Tower. Harga sewa yang disepakati adalah Rp150.000.000,00 per tahun. Biaya service charge per tahun Rp12.000.000,00 dibayar dimuka. PT Henkpon Telecommunication akan menyewa untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 Juni 2013 s.d. 31 Mei 2014. Pembayaran dilakukan pada tanggal 31 Mei 2013. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari persewaan atas tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, wajib dibayar PPh yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.Yang dimaksud jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan “service charge” baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan.Atas penghasilan yang diterima oleh PT International Towerindo dari PT Henkpon Telecommunication wajib dipotong PPh atas

0 7

Page 61: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh50

penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan oleh PT Henkpon Telecommunication. PPh yang wajib dipotong adalah:10% x (Rp150.000.000,00 + Rp12.000.000,00) = Rp16.200.000,00.Kewajiban PT Henkpon Telecommunication sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp16.200.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT International Towerindo pada saat dilakukannya pemotongan;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Tidak Ditunjuk sebagai Pemotong PPh

PT Bangun Ruko Selalu menyewakan 1 unit ruko kepada Donna Natasha, pemilik salon kecantikan “Bonndhing”. Harga sewa yang disepakati adalah Rp20.000.000,00 per tahun. Donna Natasha menyewa ruko tersebut untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 September 2013 s.d. 31 Agustus 2014. Pembayaran dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2013. Donna Natasha tidak termasuk orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.Bagaimana pengenaan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Mengingat Donna Natasha tidak termasuk sebagai orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak, maka PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan ruko wajib dibayar sendiri oleh PT Bangun Ruko Selalu.PPh yang wajib dibayar sendiri adalah:10% x Rp20.000.000,00 = Rp2.000.000,00.

0 8

Page 62: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 51

Kewajiban PT Bangun Ruko Selalu adalah:1. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp2.000.000,00 paling lambat tanggal 16 September 2013;2. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi

tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh

Wahyu adalah seorang dokter spesialis anak yang telah ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Wahyu menyewa rumah toko dari Nanang untuk membuka apotik dengan biaya sewa sebesar Rp60.000.000,00 untuk jangka waktu 1 tahun. Pembayaran sewa dilakukan Wahyu pada tanggal 4 Januari 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Dokter berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./1996 merupakan salah satu profesi orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Sehingga Wahyu wajib melakukan pemotongan PPh atas pembayaran sewa rumah toko tersebut.PPh yang wajib dipotong oleh Wahyu adalah:10% x Rp60.000.000,00 = Rp6.000.000,00.Kewajiban Wahyu sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp6.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Nanang;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

0 9

Page 63: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh52

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 21 Februari 2013.

Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik Gedung Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan Pemilik

PT Menjulang Tinggi merupakan pemilik gedung perkantoran Sohigh Building. Sohigh Building merupakan perkantoran yang disewakan untuk umum. Untuk mengelola Sohigh Building, PT Menjulang Tinggi mengadakan perjanjian kerja sama dengan PT Bersih Rapi. PT Bersih Rapi berkewajiban untuk mengelola keamanan, kebersihan, dan melakukan perawatan di Sohigh Building. PT Bersih Rapi menerima fee atas pengelolaan Sohigh Building sebesar Rp800.000.000,00 per tahun dari PT Menjulang Tinggi. Pembayaran fee tersebut dibayarkan pada tanggal 11 Februari 2013. Salah satu penyewa di Sohigh Building adalah PT Radio Keren. PT Radio Keren membayar biaya sewa sebesar Rp200.000.000,00 dan service charge untuk 1 tahun sebesar Rp15.000.000,00. PT Bersih Rapi membantu penagihan biaya sewa dan service charge (penyediaan jasa keamanan, kebersihan dan perawatan) kepada para penyewa berdasarkan tagihan yang telah dibuat oleh PT Menjulang Tinggi sebagai pemilik Sohigh Building. PT Radio Keren melakukan pembayaran atas tagihan tersebut pada tanggal 28 Februari 2013. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

a. Atas penghasilan yang diterima oleh PT Menjulang Tinggi dari persewaan tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. PT Radio Keren sebagai penyewa wajib memotong PPh yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh PT Menjulang Tinggi.Meskipun pembayaran sewa dan service charge diserahkan kepada PT Bersih Rapi namun karena PT Radio Keren menyewa ruangan di Sohigh Building milik PT Menjulang Tinggi dan

1 0

Page 64: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 53

penyediaan jasa keamanan, kebersihan dan perawatan tersebut pada prinsipnya merupakan kewajiban PT Menjulang Tinggi sebagai pemilik Sohigh Building untuk menyediakannya kepada para penyewa termasuk PT Radio Keren, maka pembayaran sewa dan service charge tersebut merupakan pembayaran yang berkaitan dengan sewa tanah dan bangunan yang wajib dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa tanah dan/atau bangunan yang bersifat final sebesar 10% oleh PT Radio Keren.PPh yang wajib dipotong oleh PT Radio Keren adalah:10% x jumlah bruto nilai persewaan (Rp200.000.000,00 + Rp15.000.000,00) = Rp21.500.000,00Kewajiban PT Radio Keren sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp21.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT Menjulang Tinggi;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 11 Maret 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Februari 2013 paling lambat tanggal 20 Maret 2013.

b. Kegiatan pengelolaan Sohigh Building yang dilakukan oleh PT Bersih Rapi kepada PT Menjulang Tinggi termasuk dalam pengertian jasa manajemen yang atas imbalannya wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh pihak yang wajib membayarkan. Atas fee yang dibayarkan kepada PT Bersih Rapi wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh PT Menjulang Tinggi.Besarnya PPh yang wajib dipotong adalah:2% x Rp800.000.000,00 = Rp16.000.000,00.Kewajiban PT Menjulang Tinggi sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar

Rp16.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Bersih Rapi;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 11 Maret 2013;

Page 65: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh54

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Februari 2013 paling lambat tanggal 20 Maret 2013.

Sewa Rumah Kos

Sumanto memiliki tanah yang terletak di sebelah Universitas Maju Pemuda Bangsa dengan luas 500 meter persegi. Di atas tanah tersebut telah didirikan bangunan berupa rumah kos 3 lantai yang terdiri dari 20 kamar. Pembayaran sewa kamar kos oleh para penghuni dilakukan paling lambat tanggal 5 setiap bulan. Pada bulan Mei 2013 Sumanto menerima penghasilan dari sewa kamar kos sebesar Rp18.000.000,00. Para penghuni kos tersebut kesemuanya adalah mahasiswi Universitas Maju Pemuda Bangsa yang tidak ditunjuk sebagai pemotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Bagaimana pengenaan PPh atas penghasilan yang diterima oleh Sumanto dari persewaan kamar kos?

Jawab:

Penghasilan yang diterima oleh Sumanto dari persewaan kamar kos dikenakan PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan dengan tarif sebesar 10% dari jumlah bruto pembayaran. Penyewa kamar kos adalah orang pribadi yang bukan merupakan pemotong PPh sehingga Sumanto wajib menyetorkan sendiri PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dengan menggunakan SSP.PPh yang wajib dibayar sendiri adalah:10% x Rp18.000.000,00 = Rp1.800.000,00.Kewajiban Sumanto adalah:1. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp1.800.000,00 paling lambat tanggal 17 Juni 2013;2. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi

tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

1 1

Page 66: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 55

Sewa Tanah dan/atau Bangunan yang Disewakan Kembali

Ravi Murdono menyewa rumah milik Haji Syaifulloh Hidayatulloh selama 5 tahun dari tahun Desember 2010 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp200.000.000,00 yang dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Haji Syaifulloh Hidayatulloh telah membayar Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan sebesar Rp20.000.000,00. Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Ravi Murdono dapat menyewakan kembali rumah yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun tanggungjawabnya tetap berada di Ravi Murdono.Pada bulan Juli 2013 Ravi Murdono, tanpa membatalkan sewa dengan Haji Syaifulloh Hidayatulloh, menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya Kinan Pali yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp80.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2013.Bagaimanakah kewajiban Pajak Penghasilan terkait transaksi sewa antara Ravi Murdono dan Kinan Pali tersebut?

Jawab:

Meskipun rumah yang disewakan Ravi Murdono kepada Kinan Pali adalah rumah yang disewa dari Haji Syaifulloh Hidayatulloh, namun atas transaksi tersebut tetap termasuk dalam kriteria sewa atas tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Ravi Murdono dari Kinan Pali tersebut harus dibayar Pajak Penghasilannya.Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Ravi Murdono wajib menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar.Besarnya Pajak Penghasilan yang Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah:10% x Rp80.000.000,00 = Rp8.000.000,00Kewajiban Ravi Murdono atas transaksi tersebut adalah:1. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)

sebesar Rp8.000.000,00 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013;

1 2

Page 67: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh56

2. melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Persewaan Tanah dan/atau Bangunan dengan bentuk Bagi Hasil

PT Mekar Indah, yang mempunyai bidang usaha perdagangan, membuat perjanjian penggunaan satu lantai di pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta milik PT Bangun Pribadi. Dalam perjanjian penggunaan tempat berjualan tersebut disepakati PT Mekar Indah akan membayar biaya penggunaan dengan cara bagi hasil dengan PT Bangun Pribadi dengan dasar persentase tertentu dari omset perbulannya, yaitu sebesar 15% dari omset perbulannya. Pada bulan September 2013 PT Mekar Indah mempunyai omset sebesar Rp.500.000.000,00. Pembayaran bagi hasil tersebut dibayar oleh PT Mekar Indah setiap minggu pertama bulan berikutnya dan untuk pembayaran bulan September dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2013.Bagaimanakah kewajiban pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan terkait transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut?

Jawab:

Transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut termasuk dalam kriteria persewaan tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dasar pengenaan Pajak Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan adalah jumlah bruto nilai persewaan yaitu semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan. Mengingat dasar pembayaran penggunaan tempat berjualan tersebut adalah persentase tertentu nilai bagi hasil dari omset PT Mekar Indah, maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan atas transaksi

1 3

Page 68: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 57

tersebut adalah sebesar nilai bagi hasil tersebut.Sehingga atas transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi di bulan September 2013 tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar:10% x (15% x Rp500.000.000,00) = Rp7.500.000,00Kewajiban PT Mekar Indah atas transaksi tersebut adalah:1. melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final

atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar Rp7.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan kepada PT Bangun Pribadi;

2. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp7.500.000,00 paling lambat tanggal 11 November 2013;

3. melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Bunga Simpanan Koperasi dan Dividen

Bunga Simpanan Koperasi

Koperasi Argo Makmur membagikan bunga simpanan koperasi kepada anggotanya setiap bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota koperasi yang memperoleh bunga simpanan, antara lain Yayuk Nuraeni dan Koperasi Sumber Rezeki (bukan merupakan koperasi simpan pinjam). Dari data yang ada, Yayuk Nuraeni mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:• Januari 2013 : Rp 350.000,00• Februari 2013 : Rp 200.000,00• Maret 2013 : Rp 500.000,00• April 2013 : Rp 240.000,00

1 4

Page 69: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh58

• Mei 2013 : Rp 250.000,00• Juni 2013 : Rp 300.000,00Sedangkan Koperasi Sumber Rezeki mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:• Januari 2013 : Rp1.000.000,00• Februari 2013 : Rp 600.000,00• Maret 2013 : Rp1.300.000,00• April 2013 : Rp 650.000,00• Mei 2013 : Rp 700.000,00• Juni 2013 : Rp 850.000,00Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas bunga simpanan tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan yang diterima Yayuk Nuraeni dari pembagian bunga simpanan koperasi tersebut wajib dipotong PPh yang bersifat final oleh Koperasi Argo Makmur.Tarif PPh bunga simpanan koperasi yang dibayarkan kepada orang pribadi adalah sebagai berikut:• 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan

sampai dengan Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau

• 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.

Sehingga penghitungan PPh atas bunga simpanan koperasi yang diperoleh Yayuk Nuraeni adalah sebagai berikut:• Januari 2013 : 10% x Rp350.000,00 = Rp35.000,00• Februari 2013 : 0% x Rp200.000,00 = Rp 0,00• Maret 2013 : 10% x Rp500.000,00 = Rp50.000,00• April 2013 : 0% x Rp240.000,00 = Rp 0,00

Page 70: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 59

• Mei 2013 : 10% x Rp250.000,00 = Rp25.000,00• Juni 2013 : 10% x Rp300.000,00 = Rp30.000,00Sedangkan atas penghasilan yang diterima oleh Koperasi Sumber Rezeki dari pembagian bunga simpanan koperasi tersebut tidak termasuk yang dikenai PPh yang bersifat final. Namun sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) UU PPh jo. PMK Nomor 251/PMK.03/2008 Koperasi Sumber Rezeki bukan merupakan koperasi simpan pinjam, sehingga atas penghasilan bunga simpanan termasuk dalam pengertian bunga yang wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh Koperasi Argo Makmur sebesar 15%, sehingga pemotongan PPh Pasal 23 setiap bulannya sebagai berikut:• Januari 2013 : 15% x Rp1.000.000,00 = Rp150.000,00• Februari 2013 : 15% x Rp 600.000,00 = Rp 90.000,00• Maret 2013 : 15% x Rp1.300.000,00 = Rp195.000,00• April 2013 : 15% x Rp 650.000,00 = Rp 97.500,00• Mei 2013 : 15% x Rp 700.000,00 = Rp105.000,00• Juni 2013 : 15% x Rp 850.000,00 = Rp127.500,00Kewajiban Koperasi Argo Makmur sebagai pemotong PPh atas pembagian bunga simpanan adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga

simpanan Yayuk Nuraeni setiap bulan sebagai berikut: - Januari 2013 sebesar Rp 35.000,00; - Februari 2013 sebesar Rp 0,00; - Maret 2013 sebesar Rp 50.000,00; - April 2013 sebesar Rp 0,00; - Mei 2013 sebesar Rp 25.000,00; - Juni 2013 sebesar Rp 30.000,00.

2. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas bunga simpanan Koperasi Sumber Rezeki setiap bulan: - Januari 2013 sebesar Rp 150.000,00; - Februari 2013 sebesar Rp 90.000,00; - Maret 2013 sebesar Rp195.000,00; - April 2013 sebesar Rp 97.500,00;

Page 71: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh60

- Mei 2013 sebesar Rp105.000,00; - Juni 2013 sebesar Rp127.500,00.

3. memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Yayuk Nuraeni dan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada Koperasi Sumber Rezeki;

4. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) paling lambat tanggal: - 11 Februari 2013 untuk masa Januari 2013; - 11 Maret 2013 untuk masa Februari 2013; - 10 April 2013 untuk masa Maret 2013; - 10 Mei 2013 untuk masa April 2013; - 10 Juni 2013 untuk masa Mei 2013; - 10 Juli 2013 untuk masa Juni 2013.

dan melakukan penyetoran PPh Pasal 23 yang telah dipotong tersebut paling lambat tanggal:

- 11 Februari 2013 untuk masa Januari 2013; - 11 Maret 2013 untuk masa Februari 2013; - 10 April 2013 untuk masa Maret 2013; - 10 Mei 2013 untuk masa April 2013; - 10 Juni 2013 untuk masa Mei 2013; - 10 Juli 2013 untuk masa Juni 2013.

5. melaporkan pemotongan: - PPh Pasal 4 ayat (2) dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)

paling lambat tanggal: › 20 Februari 2013 untuk Masa Januari 2013; › 20 Maret 2013 untuk Masa Februari 2013; › 22 April 2013 untuk Masa Maret 2013; › 20 Mei 2013 untuk Masa April 2013; › 20 Juni 2013untuk Masa Mei 2013; › 22 Juli 2013 untuk Masa Juni 2013.

- PPh Pasal 23 dalam SPT Masa PPh Pasal 23 paling lambat tanggal: › 20 Februari 2013 untuk Masa Januari 2013;

Page 72: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 61

› 20 Maret 2013 untuk Masa Februari 2013; › 22April 2013 untuk Masa Maret 2013; › 20 Mei 2013 untuk Masa April 2013; › 20 Juni 2013 untuk Masa Mei 2013; › 22 Juli 2013 untuk Masa Juni 2013.

Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Belum Go Public kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

PT Jaya Perkasa Merdeka merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kehutanan yang berlokasi di Kalimantan dan terdaftar di KPP Pratama Banjarmasin. Karena PT Jaya Perkasa Merdeka merupakan perusahaan yang mempunyai kontribusi pembayaran pajak yang besar, maka selain terdaftar sebagai Wajib Pajak lokasi, PT Jaya Perkasa Merdeka juga terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar Jakarta sebagai KPP tempat pengadministrasian SPT Tahunan PPh badan PT Jaya Perkasa Merdeka.Berdasarkan hasil RUPS tanggal 19 November 2013, PT Jaya Perkasa Merdeka akan membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya dengan mekanisme sebagai berikut:• dividen yang dibagikan adalah sebesar Rp250,00 per lembar

saham; • pembagian dividen akan didistribusikan pada tanggal 6 Januari

2014, kepada para pemegang saham yang tercatat pada tanggal 2 Desember 2013.

Komposisi pemegang saham yang tercatat pada tanggal 2 Desember 2013 yaitu:• Ageng Kiyat Santoso, dengan kepemiikan sebesar 1.000.000

lembar saham;• Agus Riski Wibowo, dengan kepemilikan sebesar 1.000.000

lembar saham; dan• Tyas Hapsari Azizah, dengan kepemilikan sebesar 3.000.000

lembar saham.Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh atas transaksi pembagian dividen tersebut?

1 5

Page 73: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh62

Jawab:

Atas pembagian dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang membayarkan. Mengingat data dan informasi keuangan mengenai dividen wajib dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai lampiran SPT Tahunan PPh badan Wajib Pajak, maka PT Jaya Perkasa Merdeka wajib melakukan pemotongan dan penyetoran PPh atas dividen tersebut dan melaporkannya ke KPP Wajib Pajak Besar Jakarta.Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong oleh PT Jaya Perkasa Merdeka adalah sebagai berikut:• atas dividen yang diterima atau diperoleh oleh Ageng Kiyat

Santoso:10% x Rp250,00 x 1.000.000 = Rp25.000.000,00

• atas dividen yang diterima atau diperoleh oleh Agus Riski Wibowo:10% x Rp250,00 x 1.000.000 = Rp25.000.000,00

• atas dividen yang diterima atau diperoleh oleh Tyas Hapsari Azizah:10% x Rp250,00 x 3.000.000 = Rp.75.000.000,00

Kewajiban PT Jaya Perkasa Merdeka sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen dan

memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Ageng Kiyat Santoso, Agus Riski Wibowo, dan Tyas Hapsari Azizah;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Desember 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013 ke KPP Wajib Pajak Besar Jakarta paling lambat tanggal 20 Desember 2013.

Page 74: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 63

Dividen yang Dibagikan oleh Perusahaan yang Go Public kepada Wajib Pajak Orang Pribadi

PT Tiara Indonesia Tbk. adalah perusahaan go public. Pada tanggal 10 Agustus 2013 mengadakan RUPS yang memutuskan diantaranya bahwa perusahaan membagikan dividen bagi pemegang saham. Tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date) adalah pada tanggal 26 Agustus 2013, dan tanggal pembayaran adalah tanggal 16 September 2013. Pemegang saham yang berhak atas dividen tersebut salah satunya adalah Agus Budiyanto, yang memperoleh dividen sebesar Rp50.000.000,00. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas pembayaran dividen tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh PT Tiara Indonesia Tbk sebagai pihak yang membayarkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto dan bersifat final.PPh Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong adalah: 10% x Rp50.000.000,00 = Rp5.000.000,00.

Kewajiban PT Tiara Indonesia Tbk. sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp5.000.000,00 pada tanggal 26 Agustus 2013 (saat recording date) dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Agus Budiyanto;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 September 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

1 6

Page 75: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh64

Pengeluaran Untuk Kepentingan Pemegang Saham

Rais Nugroho merupakan pemegang saham PT Bigg Land Property. Pada tanggal 29 Desember 2013 Rais Nugroho melakukan perjalanan liburan bersama keluarganya ke Korea Selatan dengan biaya yang ditanggung sepenuhnya oleh PT Bigg Land Property. Pada tanggal 9 Desember 2013 PT Bigg Land Property mencatat pengeluaran untuk keperluan tersebut sebesar Rp100.000.000,00 dan menyerahkan langsung secara tunai kepada sekretaris pribadi Rais Nugroho.Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan termasuk dalam pengertian dividen.Atas pengeluaran biaya tersebut yang diterima atau diperoleh orang pribadi wajib dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang membayarkan.Dengan demikian atas pengeluaran perusahaan PT Bigg Land Property untuk keperluan pribadi Rais Nugroho sebagai pemegang saham wajib dipotong PPh Pasal 4 ayat (2).Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong oleh PT Bigg Land Property adalah:10% x Rp100.000.000,00 = Rp10.000.000,00Kewajiban PT Bigg Land Property sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen

sebesar Rp10.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Rais Nugroho;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Januari 2014;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013 paling lambat tanggal 20 Januari 2014.

1 7

Page 76: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 65

Dividen Interim

Arul Andriyanto, merupakan pemegang saham PT Delta Porong Utama dengan kepemilikan sebesar 95%. Sedangkan sisa saham PT Delta Porong Utama sebesar 5% dimiliki oleh Nella Edward. Jumlah saham PT Delta Porong Utama adalah sebesar 1.000.000 lembar saham. PT Delta Porong Utama akan melakukan pembagian dividen interim tahun buku 2013 dengan mekanisme sebagai berikut:• dividen interim akan didistribusikan pada tanggal 16 September

2013 berdasarkan komposisi pemegang saham pada tanggal 1 Agustus 2013;

• komposisi pemegang saham PT Delta Porong Utama pada tanggal 1 Agustus 2013 adalah 95% dimiliki oleh Arul Andriyanto dan 5% dimiliki oleh Betty Edward;

• dividen interim yang akan dibagikan adalah sebesar Rp50,00 per lembar saham.

Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh atas transaksi pembagian dividen interim tersebut?

Jawab:

Pembagian laba secara langsung dan/atau tidak langsung yang berasal dari saldo laba termasuk saldo laba berdasarkan proyeksi laba tahun berjalan merupakan objek pajak, kecuali bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-Undang Pajak Penghasilan.Atas pembagian dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang membayarkan.Dengan demikian karena pembagian dividen interim PT Delta Porong Utama tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-Undang Pajak Penghasilan, maka atas pembagian dividen interim tersebut wajib dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong oleh PT Delta Porong Utama adalah:

1 8

Page 77: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh66

• atas dividen interim yang diterima atau diperoleh Arul Andriyanto:10% x {(95% x 1.000.000) x Rp50,00} = Rp4.750.000,00

• atas dividen interim yang diterima atau diperoleh Betty Edward:10% x {(5% x 1.000.000) x Rp50,00} = Rp250.000,00

Kewajiban PT Delta Porong Utama sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen

sebesar Rp4.750.000,00 dan Rp250.000,00 serta memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Arul Andriyanto dan Betty Edward;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 September 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Bunga Deposito, Tabungan, dan Sertifikat Bank Indonesia

Bunga Tabungan

Alice Kein memiliki tabungan di PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta dengan saldo rata-rata bulan September 2013 adalah Rp450.000.000,00. Bunga yang diberikan oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta adalah 9% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu tanggal 30 September 2013. Bunga yang diterima oleh Alice Kein pada bulan September 2013 adalah sebesar Rp3.375.000,00Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Bunga tabungan yang diterima oleh Alice Kein dari PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pihak yang membayarkan penghasilan.

1 9

Page 78: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 67

Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:20% x Rp3.375.000,00 = Rp675.000,00.Kewajiban PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp675.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Alice Kein;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Oktober 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Bagi Hasil Bank Syariah

Ahmad Shodiq menempatkan dananya dalam tabungan mudharabah di Bank Amal Syariah sebesar Rp100.000.000,00. Nisbah/bagi hasil yang disepakati adalah 70% untuk bank dan 30% untuk nasabah. Pada bulan September 2013, Bank Amal Syariah memperoleh keuntungan sebesar Rp100.000.000.000,00 dari total dana nasabah yang dikelola Rp2,5 triliun. Pada tanggal 8 Oktober 2013 Bank Amal Syariah membayarkan bagi hasil sebesar Rp1.200.000,00 kepada Ahmad Shodiq. Bagaimana perlakuan PPh atas pembayaran bagi hasil tersebut?

Jawab:

Berdasarkan ketentuan perpajakan telah diatur mengenai penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatan usaha perbankan syariah berlaku mutatis mutandis ketentuan dalam Undang-Undang PPh.Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh nasabah penyimpan atau nasabah investor dari perbankan syariah dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk bonus, bagi hasil, dan penghasilan lainnya atas dana yang dipercayakan atau ditempatkan dikenai PPh sesuai ketentuan pengenaan PPh atas bunga.

2 0

Page 79: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh68

Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong PPh yang bersifat final sebesar 20% dari jumlah bruto.Dengan demikian atas bagi hasil yang diterima atau diperoleh Ahmad Shodiq dari Bank Amal Syariah terutang PPh atas bunga yang wajib dipotong oleh pihak yang membayarkan.Besarnya PPh yang wajib dipotong oleh Bank Amal Syariah adalah:20% x Rp1.200.000,00 = Rp240.000,00Kewajiban Bank Amal Syariah sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen

sebesar Rp240.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Ahmad Shodiq;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 November 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Penghasilan yang Diterima oleh Bukan Subjek Pajak

Salah satu kantor perwakilan negara asing di Indonesia pada bulan Januari 2013 menempatkan dananya di Bank ABC cabang Jakarta. Atas penempatan dananya tersebut, kedutaan besar negara asing memperoleh penghasilan berupa jasa giro sebesar Rp50.000.000,00. Bagaimana pengenaan PPh atas penghasilan yang diperoleh kedutaan besar negara asing berupa jasa giro tersebut?

Jawab:

PPh dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak, sehingga atas penghasilan yang diterima oleh yang bukan subjek pajak tidak dikenakan PPh. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang-undang PPh, kantor perwakilan negara asing tidak termasuk subjek

2 1

Page 80: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 69

pajak, dengan demikian atas penghasilan berupa jasa giro yang diterima oleh kedutaan besar negara asing tersebut tidak dipotong PPh Pasal 4 ayat (2).

Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

Dana Pensiun Berkat Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan nominal Rp1.000.000.000,00 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000,00. Pada tanggal 1 April 2013, Dana Pensiun Berkat Abadi menjual SBI tersebut kepada PT Rosa Sentosa dengan harga Rp980.000.000,00 dan dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan berupa diskonto SBI dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. Dana Pensiun Berkat Abadi wajib memotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa dengan tarif 20% x jumlah bruto diskonto.Besarnya diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa adalah Rp1.000.000.000,00 – Rp980.000.000,00 = Rp20.000.000,00PPh yang wajib dipotong oleh Dana Pensiun Berkat Abadi adalah:20% x Rp20.000.000,00 = Rp4.000.000,00.Kewajiban Dana Pensiun Berkat Abadi sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp4.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT Rosa Sentosa;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Mei 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak April 2013 paling lambat tanggal 20 Mei 2013.

2 2

Page 81: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh70

SKB Dana Pensiun

PT Ayem Tentrem Dana Pensiun merupakan lembaga dana pensiun yang telah telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada tanggal 16 Desember 2013, PT Ayem Tentrem dana Pensiun menerima bunga sebesar Rp100.000.000,00 dari deposito yang ditempatkan di Bank Always Gain. PT Ayem Tentrem Dana Pensiun telah memperoleh SKB Pemotongan/Pemungutan PPh atas bunga deposito, tabungan, dan SBI yang diterbitkan oleh KPP tempat PT Ayem Tentrem Dana Pensiun terdaftar. Bagaimana perlakuan PPh atas pembayaran bunga deposito yang diterima atau diperoleh PT Ayem Tentrem Dana Pensiun?

Jawab:

Penghasilan yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangandari penanaman modal berupa bunga deposito dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan. Pengecualian tersebut diberikan melalui penerbitan SKB Pemotongan/Pemungutan PPh atas bunga deposito, tabungan, dan SBI.Mengingat PT Ayem Tentrem Dana Pensiun telah memperoleh SKB Pemotongan/Pemungutan PPh atas bunga deposito, tabungan, dan SBI, maka atas penghasilan berupa deposito dari penempatan dana di Bank Always Gain tidak dipotong PPh.

Hadiah Undian

Hadiah Undian Berupa Uang Tunai

PT Bank Berlian Tbk. menyelenggarakan program tabungan berhadiah “Berlian Menjemput Impian”. Program hadiah tersebut diikuti oleh nasabah produk tabungan Berlian Investa. Hadiah diberikan secara rutin kepada nasabah yang terpilih melalui undian. Hadiah yang disediakan adalah berupa hadiah tabungan sebesar Rp200.000.000,00 dengan ketentuan pajak atas hadiah undian ditanggung oleh pemenang.Penarikan undian “Berlian Menjemput Impian” dilakukan pada

2 3

2 4

Page 82: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 71

tanggal 12 Juli 2013 dengan pemenang adalah Tere Andraini. Hadiah dibayarkan pada tanggal 15 Juli 2013. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas hadiah undian tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun dipotong atau dipungut PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. PT Bank Berlian Tbk. wajib memotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa hadiah undian yang diterima oleh Tere Andraini dengan tarif 25% dari jumlah bruto hadiah undian.PPh yang wajib dipotong oleh PT Bank Berlian Tbk. adalah:25% x Rp200.000.000,00 = Rp50.000.000,00.Kewajiban PT Bank Berlian Tbk. sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp50.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Tere Andraini;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 12 Agustus 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Hadiah Undian Berupa Rumah

PT Signale Strong, sebuah perusahaan operator seluler, mengadakan program undian “Telepon Terus Untung Terus” dengan hadiah sebuah rumah senilai Rp500.000.000,00 dengan ketentuan pajak atas hadiah undian ditanggung oleh pemenang. Berdasarkan hasil penarikan undian tanggal 16 Januari 2013 yang keluar sebagai pemenang adalah Iwan Suriwan. Serah terima hadiah kepada Iwan dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2013. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas hadiah undian berupa rumah tersebut?

2 5

Page 83: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh72

Jawab:

Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun dipotong atau dipungut PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final. PT Signale Strong wajib memungut PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan berupa hadiah undian yang diterima oleh Iwan Suriwan dengan tarif 25% dari jumlah bruto hadiah undian yaitu sebesar nilai pasar hadiah undian berupa rumah.PPh yang wajib dipungut oleh PT Signale Strong dari Iwan Suriwan adalah:25% x Rp500.000.000,00 = Rp125.000.000,00Kewajiban PT Signale Strong sebagai pemungut PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp125.000.000,00 dan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Iwan Suriwan;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 11 Februari 2013;

3. melaporkan pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Bunga Obligasi

Bunga Obligasi yang Diperoleh Wajib Pajak Badan

Pada tanggal 1 Juli 2013, PT Mekar Sejahtera menerbitkan obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:• Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.• Jangka waktu obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 30 Juni

2018).• Bunga tetap (fixed rate) sebesar 18% per tahun, jatuh tempo

bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.

2 6

Page 84: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 73

Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).PT Bank Koes & Dian merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran. PT Batavia Sentosa pada saat penerbitan perdana membeli 20 lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2013?

Jawab:

Atas penghasilan yang diterima PT Batavia Sentosa berupa bunga obligasi dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.Besarnya PPh bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon adalah 15% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.PT Bank Koes & Dian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran wajib memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh PT Batavia Sentosa.Penghitungan bunga yang diterima PT Batavia Sentosa pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2013 adalah:(6/12 x 18% x Rp10.000.000,00) x 20 lembar = Rp18.000.000,00.PPh yang wajib dipotong adalah:15% x Rp18.000.000,00 = Rp2.700.000,00.Kewajiban PT Bank Koes & Dian sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp2.700.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT Batavia Sentosa;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Januari 2014;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013 paling lambat tanggal 20 Januari 2014.

Page 85: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh74

Bunga Obligasi yang Diperoleh Perusahaan Reksadana

Pada tanggal 1 April 2013, PT Botth Indonesia menerbitkan obligasi dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:• Nilai nominal Rp25.000.000,00 per lembar.• Jangka waktu obligasi 3 tahun (jatuh tempo tanggal 31 Maret

2016).• Bunga tetap (fixed rate) sebesar 15% per tahun, jatuh tempo

bunga setiap tanggal 31 Maret dan 31 Oktober.Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).PT Bank Candra merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran. Reksa Dana “Tumbuh Kembang” yang berbentuk KIK (Kontrak Investasi Kolektif) yang dikelola oleh PT Andalas Sekuritas sebagai manajer investasi pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) yaitu sebesar Rp23.500.000,00 per lembar. Reksa Dana “Tumbuh Kembang” telah mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK/OJK.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Oktober 2013?

Jawab:

Atas penghasilan yang diterima oleh Reksa Dana “Tumbuh Kembang” berupa bunga obligasi dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.Besarnya PPh bagi Wajib Pajak reksa dana yang telah mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK/OJK atas penghasilan berupa bunga obligasi mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 adalah 5% x jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.PT Bank Candra yang ditunjuk sebagai agen pembayaran wajib memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh Reksa Dana “Tumbuh Kembang”.

2 7

Page 86: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 75

Penghitungan bunga yang diterima Reksa Dana “Tumbuh Kembang” pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Oktober 2013 adalah:(6/12 x 15% x Rp25.000.000,00) x 10 lembar = Rp18.750.000,00.PPh yang wajib dipotong adalah:5% x Rp18.750.000,00 = Rp937.500,00.Kewajiban PT Bank Candra sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar

Rp937.500,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Reksa Dana Tumbuh Kembang;

2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 11 November 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Usaha Jasa Konstruksi

Jasa Konstruksi yang Dilakukan oleh Badan Usaha

PT Bumen Jaya Sentosa merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang Bangunan-bangunan non perumahan lainnya dengan kualifikasi besar gred 6. PT Bumen Jaya Sentosa pada tahun 2013 ditunjuk oleh CV Lukulo selaku pemilik Rumah Sakit Siti Khodijah untuk membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai unit kesehatan ibu dan anak dengan nilai kontrak sebesar Rp25.000.000.000,00 tidak termasuk PPN. PT Bumen Jaya Sentosa menerima uang muka kontrak pada saat dimulai pembangunan yaitu pada tanggal 15 Juli 2013 sebesar Rp5.000.000.000,00.

2 8

Page 87: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh76

• Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian, yaitu:

• Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%;

• Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%;

• Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%;

Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa pemeliharaan selesai.Pembangunan rumah sakit tersebut harus diselesaikan oleh PT Bumen Jaya Sentosa paling lama tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan selama 6 bulan.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh yang dilakukan oleh CV Lukulo terkait pembayaran:1. uang muka kontrak; dan2. termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 31 Desember

2013?

Jawab:

Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenai PPh yang bersifat final. Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran bagian nilai kontrak jasa konstruksi.

Tarif PPh atas penghasilan dari pelaksanaan konstruksi:

No PenyediaJasaPelaksanaanKonstruksi Tarif

1 kualifikasiusahakecil 2%(duaPersen)

2 kualifikasiusahamenengahdanbesar 3%(tigapersen)

3 Tidakmemilikikualifikasiusaha 4%(empatpersen)

1. Pembayaran uang muka kontrak:Besarnya pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari jasa konstruksi adalah sebesar:

Page 88: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 77

3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp 150.000.000,00.Kewajiban CV Lukulo sebagai pengguna jasa adalah:a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final

atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Bumen Jaya;

b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 12 Agustus 2013;

c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

2. Pembayaran termin pertama:Besarnya pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari jasa kontruksi adalah sebesar:3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp150.000.000,00.Kewajiban CV Lukulo sebagai pengguna jasa adalah:a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final

atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Bumen Jaya;

b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut paling lambat tanggal 10 Januari 2014;

c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013 paling lambat tanggal 20 Januari 2014.

Penyetoran Kekurangan Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas Usaha Jasa Konstruksi

PT Tanjungsari Konstruksi sebagai Konsultan Pengawas pekerjaan pembangunan unit kesehatan ibu dan anak Rumah Sakit Siti Khodijah yang dimiliki oleh CV Lukulo, dengan nilai kontrak Rp500.000.000,00.

2 9

Page 89: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh78

PT Tanjungsari Konstruksi merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi Layanan Jasa Inspeksi Teknis Sub-layanan Jasa Enjiniring Fase Konstruksi dan Instalasi Bangunan dengan kualifikasi besar gred 4. Atas pembayaran nilai kontrak sebesar Rp500.000.000,00 yang dilakukan pada tanggal 16 September 2013, CV Lukulo hanya memotong PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp19.000.000,00 yang seharusnya sebesar Rp20.000.000,00.Atas kekurangan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp1.000.000,00 siapakah yang wajib melunasinya?

Jawab:

Penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang diterima dari pengguna jasa sebagai pemotong pajak dipotong PPh yang bersifat final oleh pengguna jasa dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal terdapat selisih kekurangan PPh atas penghasilan yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan PPh yang telah dipotong berdasarkan pembayaran yang telah dipotong, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh Penyedia Jasa. Dengan demikian kekurangan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari jasa kontruksi sebesar Rp1.000.000,00 harus dilunasi oleh PT Tanjungsari Konstruksi.

Tarif PPh atas penghasilan dari jasa pengawasan konstruksi:

No PenyediaJasaPengawasanKonstruksi Tarif

1 memilikikualifikasiusaha 4%(empatpersen)

2 tidakmemilikikualifikasiusaha 6%(enampersen)

Pembayaran kontrak pengawasan jasa kontruksi sebesar Rp500.000.000,00.

PPhyangbersifatfinalataspenghasilandarijasakonstruksi(4%xRp500.000.000,00) = Rp20.000.000,00

Page 90: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 79

PPhyangbersifatfinalataspenghasilandarijasakonstruksiyangdipotong = Rp19.000.000,00

KekuranganPPhataspenghasilandarijasakonstruksi = Rp1.000.000,00

Kewajiban PT Tanjungsari Konstruksi sebagai penyedia jasa konstruksi adalah:1. melakukan penyetoran kekurangan PPh yang bersifat final atas

penghasilan dari jasa konstruksi sebesar Rp1.000.000,00 dengan SSP atas nama PT Tanjungsari Konstruksi paling lambat tanggal 16 Oktober 2013;

2. melaporkan penyetoran PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Usaha Jasa Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

Tuan Samidi Karsoutomo merupakan pengusaha yang bergerak dalam bidang konstruksi. Tuan Samidi Karsoutomo memiliki sertifikasi yang diterbitkan oleh LPJK sebagai pengusaha jasa pelaksanaan konstuksi gred 1. Tuan Samidi Karsoutomo pada tahun 2013 mendapat pekerjaan untuk membangun pos satpam di pintu depan dan pintu belakang perumahan Ceger Permai senilai Rp50.000.000,00. Pembangunan pos satpam dimulai pada tanggal 15 Maret 2013 dan selesai pada tanggal 16 April 2013. Pembayaran atas pekerjaan pembangunan pos satpam tersebut dilakukan oleh PT Jurangmangu Jaya selaku pengembang perumahan Ceger Permai pada tanggal 17 April 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Jurangmangu Jaya terkait pembayaran pekerjaan pembangunan dua pos satpam kepada Tuan Samidi Karsoutomo?

Jawab:

Tuan Samidi Karsoutomo merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang menyerahkan jasa kepada PT Jurangmangu Jaya. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari penyerahan jasa merupakan objek pemotongan PPh

3 0

Page 91: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh80

Pasal 21.Namun demikian, dalam hal penghasilan dari pemberian jasa tersebut termasuk dalam objek PPh yang bersifat final yang diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah, maka atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 tetapi dikenai PPh yang bersifat final sesuai dengan pengaturan dalam Peraturan Pemerintah yang mendasarinya.Mengingat jasa yang dilakukan oleh Tuan Samidi Karsoutomo kepada PT Jurangmangu Jaya merupakan jasa konstruksi, maka atas penghasilan yang diterima oleh Tuan Samidi dikenai pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi, bukan PPh Pasal 21.Dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, pengusaha jasa pelaksanaan kontruksi orang pribadi (gred 1) dikelompokan sebagai pengusaha yang memiliki kualifikasi usaha kecil. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Tuan Samidi Karsoutomo dari pekerjaan pembangunan dua pos satpam di perumahan Ceger Permai dikenai pemotongan dengan tarif sebesar 2%.PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000,00.Kewajiban PT Jurangmangu Jaya sebagai pengguna jasa adalah:1. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas

penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp1.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada Tuan Samidi Karsoutomo;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut paling lambat tanggal 10 Mei 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak April 2013 paling lambat tanggal 20 Mei 2013.

Page 92: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 81

Pelaksanaan Konstruksi Menara Telekomunikasi

PT Metro Telemetrik merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelaksanaan konstruksi menara telekomunikasi dan penjualan peralatan teknis telekomunikasi serta jasa instalasi, perawatan, pemeliharaan, dan perbaikannya. PT Metro Telemetrik mempunyai sertifikasi badan usaha dari LPJK untuk bidang elektrikal sub bidang jaringan transmisi telekomunikasi dan atau telepon dengan kualifikasi besar gred 7. PT Metro Telemetrik mendapatkan kontrak untuk membangun menara telekomunikasi dari PT Multiswara sebuah perusahaan telekomunikasi baru yang sedang memperluas jaringannya. Nilai kontrak pekerjaan pembangunan menara telekomunikasi tersebut adalah sebesar Rp26.000.000.000,00 dengan lingkup pekerjaan:• pelaksanaan konstruksi menara telekomunikasi,

mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi menara telekomunikasi, yang mencakup juga pemasangan perangkat telekomunikasi, land clearing, konstruksi sipil, sipil mekanikal dan elektrikal, pembangunan shelter, koneksi listrik dan lain-lain;

• pengadaan dan instalasi perangkat telekomunikasi pada menara telekomunikasi,meliputi pengadaan dan pengiriman perangkat, instalasi, integrasi, testing and commisioning, uji terima, serah terima pekerjaan, dokumentasi, dan pelatihan;

• masa penyempurnaan selama 3 bulan dan masa pemeliharaan selama masa garansi.

Pembayaran atas nilai kontrak sebesar Rp26.000.000.000,00 tersebut dilakukan dalam tiga termin:• Termin pertama pada tanggal 1 Maret 2013 sebesar

Rp10.000.000.000,00;• Termin kedua pada tanggal 8 Agustus 2013 sebesar

Rp10.000.000.000,00;• Termin ketiga dilakukan setelah selesai masa pemeliharaan.Pekerjaan pembangunan menara telekomunikasi tersebut dimulai pada tanggal 1 Februari 2013 dan harus selesai tanggal 31 Desember 2013.

3 1

Page 93: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh82

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Multiswara terkait pembayaran termin pertama dan kedua kepada PT Metro Telemetrik?

Jawab:

Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi, yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement, and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).Dasar pengenaan PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dalam hal merupakan pekerjaan konstruksi terintegrasi adalah nilai keseluruhan pembayaran atas perencanaan, pengadaan, dan pembangunan.Dengan demikian seluruh pembayaran nilai kontrak pemba- ngunan menara telekomunikasi sejumlah Rp26.000.000.000,00 merupakan penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat final dengan tarif 3%.PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi:• Pembayaran termin pertama:

3% x Rp10.000.000.000,00 = Rp300.000.000,00;

• Pembayaran termin kedua:3% x Rp10.000.000.000,00 = Rp300.000.000,00.

Kewajiban PT Multiswara sebagai pengguna jasa adalah:1. Atas pembayaran termin pertama:a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final

atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp300.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Metro Telemetrik;

b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat

Page 94: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 83

final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 10 April 2013;

c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Maret 2013 paling lambat tanggal 22 April 2013.

2. Atas pembayaran termin kedua:a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final

atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp300.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Metro Telemetrik;

b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut paling lambat tanggal 10 September 2013;

c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Jasa Instalasi Listrik oleh Pengusaha Konstruksi yang Bersertifikasi

PT Jaya Teknik merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan perlengkapan instalasi listrik beserta jasa pemasangannya. Pada tahun 2013 PT Jaya Teknik mendapatkan order pembelian perlengkapan listrik dari PT Gajah Makmur beserta pemasangannya untuk mengganti instalasi listrik di gedung kantor pusat PT Gajah Makmur di Jalan Gajah Mada Jakarta Barat.Nilai kontrak pembelian material dan jasa instalasi listrik sebesar Rp2.000.000.000,00 tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan dibayarkan pada tanggal 13 November 2013. PT Jaya Teknik mempunyai sertifikasi dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi bidang elektrikal sub bidang instalasi listrik gedung dan pabrik dengan kualifikasi besar gred 7.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Gajah Makmur terkait pembayaran kontrak kepada PT Jaya Teknik?

3 2

Page 95: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh84

Jawab:

Pekerjaan instalasi listrik selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi termasuk dalam jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008. Oleh karena PT Jaya Teknik mempunyai sertifikasi dari LPJK sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan pekerjaan instalasi listrik gedung termasuk dalam lingkup pekerjaan pelaksanaan konstruksi dalam Peraturan LPJK yaitu bidang elektrikal sub bidang instalasi listrik gedung dan pabrik maka atas penghasilan dari pekerjaan instalasi listrik gedung yang diterima oleh PT Jaya Teknik tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 tetapi dikenakan pemotongan PPh final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi dengan tarif 3%.PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:3% x Rp2.000.000.000,00 = Rp60.000.000,00.

Kewajiban PT Gajah Makmur sebagai pengguna jasa adalah:1. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas

penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp60.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Jaya Teknik;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 10 Desember 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak November 2013 paling lambat tanggal 20 Desember 2013.

Jasa Perbaikan Jaringan Listrik

Untuk perbaikan jaringan listrik di pabriknya, PT Gajah Makmur menunjuk PT Sinar Elektrik untuk melakukan perbaikan jaringan listrik dengan nilai kontrak Rp500.000.000,00. Dalam nilai kontrak perbaikan jaringan listrik senilai Rp500.000.000,00 yang diajukan oleh PT Sinar Eletrik tersebut tidak dipisahkan antara harga material dengan jasa perbaikan jaringan listrik yang dilakukan. Pembayaran

3 3

Page 96: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 85

pekerjaan perbaikan jaringan listrik dilakukan setelah pekerjaan selesai, yaitu pada tanggal 16 September 2013. PT Sinar Elektrik tidak mempunyai sertifikasi dari LPJK sebagai badan usaha jasa pelaksanaan konstruksi.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Gajah Makmur terkait pembayaran pekerjaan perbaikan jaringan listrik kepada PT Sinar Elektrik?

Jawab:

Jasa perawatan/perbaikan jaringan listrik selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi termasuk dalam jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008. Oleh karena PT Sinar Elektrik tidak mempunyai sertifikasi dari LPJK sebagai badan usaha penyedia jasa konstruksi maka atas jasa perbaikan jaringan listrik yang dilakukan oleh PT Sinar Elektrik merupakan jenis jasa lain yang dikenai PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dari jumlah bruto.Oleh karena nilai kontrak pekerjaan perbaikan jaringan listrik yang diajukan oleh PT Sinar Elektrik tidak memisahkan nilai jasa perbaikan dan material yang digunakan, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar nilai kontrak pekerjaan perbaikan jaringan listrik tersebut, yaitu Rp500.000.000,00.PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perbaikan jaringan listrik:2% x Rp500.000.000,00 = Rp10.000.000,00.Kewajiban PT Gajah Makmur terkait pembayaran pekerjaan perbaikan jaringan listrik kepada PT Sinar Elektrik adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari

jasa perbaikan jaringan listrik sebesar Rp10.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perbaikan jaringan listrik kepada PT Sinar Elektrik;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perbaikan jaringan listrik tersebut paling lambat tanggal 10 Oktober 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perbaikan listrik tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Page 97: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh86

Jasa Konstruksi oleh BUT

Bangun Internasional, Ltd. sebuah perusahaan yang termasuk dalam definisi Badan Usaha Tetap (BUT) mempunyai bidang usha konstruksi. Dalam tahun 2013 menerima pembayaran atas jasa konstruksi pembangunan hotel dari PT Pembangunan Sejahtera mengingat telah memenuhi termin penyelesaian pekerjaan kedua sebesar 50% pada tanggal 8 Oktober 2013 sebesar Rp25.000.000.000,00.Bangun Internasional, Ltd. tidak memiliki Sertifikasi Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan PT Pembangunan Sejahtera terkait dengan transaksi tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final. Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran bagain nilai kontrak jasa konstruksi.Mengingat PT Bangun Internasional tidak memiliki Sertifikasi Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi maka besarnya pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari jasa konstruksi adalah sebesar:4% x Rp25.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00Kewajiban PT Pembangunan Sejahtera sebagai pengguna jasa adalah:1. melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat

final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp.1.000.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada Bangun Internasional, Ltd.;

b. melakukan penyetoran atas pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 11 November 2013;

3 4

Page 98: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 87

c. melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

PT Merpati Arum Perkasa bergerak di bidang penjualan alat tulis kantor sejak tahun 2008. Peredaran bruto berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan Tahun 2012 sebesar Rp3.600.000.000,00. Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Merpati Arum Perkasa hanya dari penjualan alat tulis kantor. Total peredaran bruto atas penjualan alat tulis kantor pada bulan Oktober 2013 sebesar Rp500.000.000,00. Pada tanggal 1 Oktober 2013 PT Merpati Arum Perkasa mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan alat tulis kantor kepada bendahara Pemerintah Kota Wates sebesar Rp40.000.000,00. Pada tanggal 7 Oktober 2013, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat PT Merpati Arum Perkasa menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan telah menerbitkan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 22 karena PT Merpati Arum Perkasa telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Merpati Arum Perkasa dari penjualan alat tulis kantor termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha dan kriteria jumlah peredaran bruto yang diterima atau diperoleh pada tahun pajak sebelumnya tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 maka PT Merpati Arum Perkasa memenuhi kriteria yang diatur dalam berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Penghasilan atas penjualan alat tulis kantor kepada bendahara Pemerintah Kota Wates wajib dipungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari dari harga pembelian. Bendahara Pemerintah Kota Wates wajib melakukan pemungutan PPh Pasal

3 5

Page 99: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh88

22 atas pembelian alat tulis kantor yang dibayarkan kepada PT Merpati Arum Perkasa, namun demikian mengingat PT Merpati Arum Perkasa mengajukan legalisasi Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 22 bulan Oktober 2013 atas penjualan alat tulis kantor kepada bendahara Pemerintah Kota Wates, maka PT Merpati Arum Perkasa tidak dipungut PPh Pasal 22 dengan menyetor 1% dari harga pembelian alat tulis kantor sebesar : 1% x Rp40.000.000,00 = Rp400.000,00. Besarnya peredaran bruto bulan Oktober 2013:Rp500.000.000,00-Rp40.000.000,00 = Rp460.000.000,00Dengan demikian besarnya PPh final yang wajib disetor sendiri oleh PT Merpati Arum Perkasa adalah sebagai berikut: 1% X Rp460.000.000,00 = Rp4.600.000,00Kewajiban PT Merpati Arum Perkasa adalah:1. menyetorkan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usahanya sebesar

Rp4.600.000,00 ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 15 November 2013;

2. apabila Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan telah mendapatkan validasi NTPN maka dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Oktober 2013.

PT Wiliam Kepler terdaftar sebagai Wajib Pajak pada bulan April 2013 dengan peredaran bruto selama 3 (tiga) bulan sebesar Rp 150.000.000,00. PT Wiliam Kepler bergerak dalam bidang usaha apotik. Pada bulan November 2013 menyewakan alat kesehatan yang dimiliki kepada Rumah Sakit Mitra Permata selama 1 tahun sebesar Rp100.000.000,00. Total peredaran bruto dari usaha apotik pada bulan November 2013 sebesar Rp60.000.000,00. Pada bulan Oktober 2013 PT Wiliam Kepler telah memiliki Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

3 6

Page 100: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 89

Peredaran bruto selama 3 bulan yang disetahunkan:Rp150.000.000 X 12/3 = Rp600.000.000,00Karena peredaran bruto disetahunkan untuk 3 bulan tersebut tidak melebihi Rp4.800.000.00,00, maka penghasilan yang diperoleh mulai pada bulan berlakunya Peraturan Pemerintah ini sampai dengan akhir tahun pajak bersangkutan (Juli s.d. Desember 2013) maka penghasilan yang diterima atau diperoleh dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Penghasilan atas menyewakan alat kesehatan kepada Rumah Sakit Mitra Permata wajib dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto. Rumah Sakit Mitra Permata wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa alat kesehatan yang dibayarkan kepada PT Wiliam Kepler, namun demikian mengingat PT Wiliam Kepler mengajukan legalisasi Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23 bulan November 2013 atas penghasilan dari menyewakan alat kesehatan kepada PT Wiliam Kepler, maka PT Wiliam Kepler tidak dipotong PPh Pasal 23 dengan menyetor 1% dari peredaran bruto atas sewa alat kesehatan sebesar : 1% x Rp60.000.000,00= Rp600.000,00.Besarnya peredaran bruto bulan November 2013:Rp100.000.000,00-Rp60.000.000,00 = Rp40.000.000,00Dengan demikian besarnya PPh final yang wajib disetor sendiri oleh PT Wiliam Kepler adalah sebagai berikut: 1% X Rp40.000.000,00 = Rp400.000,00.Kewajiban PT Wiliam Kepler adalah:1. menyetorkan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usahanya sebesar

Rp400.000,00 ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 15 Agustus 2013;

2. apabila Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan telah mendapatkan validasi NTPN maka dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Agustus 2013.

Page 101: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh90

Kris Andrean menjalankan usaha bengkel reparasi mobil sekaligus menjual suku cadang. Kris Andrean terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak tahun 2010 dan memiliki 2 buah bengkel. Berdasarkan pencatatan tahun 2013 masing-masing bengkel memiliki peredaran bruto sebagai berikut:Peredaran bruto bengkel Kupu-Kupu Terbang Rp150.000.000,00Peredaran bruto bengkel Firdaus Magic Rp 100.000.000,00.Pada bulan Januari 2014 Kris Andrean memperoleh peredaran bruto dari bengkel Kupu-Kupu Terbang sebesar Rp35.000.000,00 dan dari bengkel Firdaus Magic sebesar Rp15.000.000,00. Pada bulan Februari 2013 perusahaan swasta PT Dipity Rent Car melakukan perawatan dan reparasi mobil 5 (lima) mobil perusahaan di bengkel Kupu-Kupu Terbang. Tagihan yang dibuat PT Dipity atas jasa perawatan dan reparasi sebesar Rp2.500.000,00. Pada tanggal 2 Januari 2014 Kris Andrean telah mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas jasa jasa perawatan dan reparasi mobil. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Kris Andrean menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan telah menerbitkan Surat Keterangan Bebas (SKB) berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013.Bagaimanakah perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Peredaran bruto yang dijadikan dasar penentuan tarif PPh yang bersifat final :Jumlah peredaran bruto bengkel Kupu-Kupu Terbang dan bengkel Firdaus magic, sehingga perhitungannya sebagai berikut:Rp150.000.000,00 + Rp100.000.000,00 = Rp250.000.000,00Karena peredaran bruto tahun 2013 tidak melebihi Rp4.800.000.00,00. Maka atas penghasilan Kris Andrean pada tahun 2014 dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Dengan demikian atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Kris Andrean dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 1% dari peredaran bruto setiap bulan, Pajak Penghasilan

3 7

Page 102: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 91

yang bersifat final disetor sendiri oleh Kris Andrean, sehingga perhitungannya sebagai berikut: Bengkel Kupu-Kupu Terbang

Penghasilan atas jasa perawatan dan reparasi kepada PT Dipity Rent Car wajib dipotong PPh Pasal 21 sebesar 50% dari jumlah bruto. PT Dipity Rent Car wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas jasa perawatan dan reparasi yang dibayarkan kepada Kris Andrean, namun demikian mengingat Kris Andrean mengajukan legalisasi Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan Januari 2014 atas jasa perawatan dan reparasi kepada PT Dipity Rent Car, maka Kris Andrean tidak dipotong PPh Pasal 21 dengan menyetor 1% dari peredaran bruto atas sewa alat kesehatan sebesar : 1% x Rp2.500.000,00= Rp25.000,00.Besarnya peredaran bruto bulan Januari 2014:Rp35.000.000,00 – Rp2.500.000,00 = Rp32.500.000,00Besarnya PPh final yang wajib disetor sendiri oleh Kris Andrean untuk bengkel Kupu-Kupu Terbang adalah:1% X Rp32.500.000,00 = Rp325.000,00.Kewajiban Kris Andrean adalah:1. menyetorkan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usahanya sebesar

Rp325.000,00 ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 17 Februari 2014;

2. apabila Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan telah mendapatkan validasi NTPN maka dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Januari 2014.

Bengkel Firdaus MagicBesarnya PPh final yang wajib disetor sendiri oleh Kris Andrean untuk bengkel Firdaus Magic adalah:1% X Rp15.000.000,00 = Rp150.000,00.Kewajiban Kris Andrean adalah:1. menyetorkan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usahanya sebesar

Rp150.000,00 ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang

Page 103: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh92

ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 17 Februari 2014;

2. melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Januari 2014 ke KPP tempat Bengkel Firdaus Magic terdaftar karena Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan telah tidak mendapatkan validasi NTPN paling lama tanggal 20 Februari 2014.

PT Tinta Bersih adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan. Dibulan September 2013 dikontrak oleh PT Tunas Mekar untuk mencetak poster. Atas kontrak tersebut pada tanggal 3 Oktober 2013 PT Tunas Mekar membayar Rp300.000.000,00 kepada PT Tinta Bersih. Peredaran bruto bulan Oktober 2013 adalah Rp300.000.000,00SPT Tahunan PPh badan PT Tinta Bersih melaporkan peredaran bruto perusahaan selama tahun 2012 sebesar Rp4.200.000.000,00. Bagaimana kewajiban PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Mengingat peredaran bruto pada tahun 2012 dibawah Rp.4.800.000.000,00, maka PT Tinta Bersih wajib melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013.Dengan demikian atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Tinta Bersih dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 1% dari peredaran bruto setiap bulan, Pajak Penghasilan yang bersifat final disetor sendiri oleh PT Bersih Tuntas, dengan perhitungannya sebagai berikut: 1% X Rp300.000.000,00 = Rp3.000.000,00.Kewajiban PT Bersih Tuntas adalah:1. menyetorkan PPh Pasal 4 ayat (2) atas usahanya sebesar

Rp3.000.000,00 ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 15 November 2013;

2. apabila Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan telah mendapatkan validasi NTPN maka dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Oktober 2013

3 8

Page 104: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 93

PASAL 15Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

Penghasilan atas Jasa Pelayaran dan Sewa Kapal Floating Storage Offloading (FSO)

PT Suka Berlayar merupakan perusahaan pelayaran dalam negeri yang melakukan usaha jasa pelayaran termasuk penyewaan kapal. Pada tanggal 7 Oktober 2013 PT Suka Berlayar melakukan kontrak dengan PT Jaya Pulp dalam rangka pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari Surabaya ke Jakarta sebesar Rp200.000.000,00 dan dibayarkan pada tanggal 28 Oktober 2013. Pada tanggal 16 Oktober 2013 PT Suka Berlayar melakukan kontrak dengan PT Daeng Oil berupa persewaan kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak dalam jangka waktu tertentu dan bersandar di rig, dengan nilai sewa sebesar Rp2.500.000.000,00 dibayar pada tanggal 17 Oktober 2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari:• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar

Indonesia.Dengan demikian atas penghasilan PT Suka Berlayar dari PT Jaya Pulp yaitu untuk jasa pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari Surabaya ke Jakarta terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat final, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh PT Jaya Pulp, sehingga perhitungannya sebagai berikut:1,2% x Rp200.000.000,00 = Rp2.400.000,00.

3 9

Page 105: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh94

Sedangkan atas penghasilan PT Suka Berlayar dari PT Daeng Oil dari penyewaan kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak dalam jangka waktu tertentu yakni satu tahun dan bersandar di rig (termasuk kategori kapal FSO) tidak termasuk dalam pengertian penghasilan dari penyewaan kapal yang dilakukan dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Dengan demikian atas penghasilan tersebut termasuk dalam pengertian sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dan dipotong oleh PT Daeng Oil dengan penghitungan sebagai berikut:2% x Rp2.500.000.000,00 = Rp50.000.000,00.Kewajiban PT Jaya Pulp sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran

jasa pelayaran untuk pengangkutan pulp tersebut sebesar Rp2.400.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Suka Berlayar;

2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Nopember 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Oktober 2013 paling lama tanggal 20 Nopember 2013.

Kewajiban PT Daeng Oil sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas penyewaan kapal

FSO tersebut sebesar Rp50.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Suka Berlayar;

2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang dipotong menggunakan SSP ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Nopember 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Oktober 2013 paling lama tanggal 20 Nopember 2013.

Penghasilan atas Sewa Kapal yang Dilakukan oleh Perusahaan Pelayaran Kepada Perusahaan Pelayaran Lain

PT Warna Warni Maritime adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran dalam negeri dengan bendera Indonesia yang malayani rute Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni. Pada bulan Juli 2013 kapal milik PT Warna Warni Maritime banyak yang sedang

4 0

Page 106: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 95

diperbaiki (naik dok) maka untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap penumpang PT Warna Warni Maritime menyewa kapal selama 2 bulan dari PT Lautan Indah Maritime yang akan digunakan untuk mengisi kekosongan jadwal akibat perbaikan kapal-kapal milik PT Warna Warni Maritime. Harga sewa yang disepakati adalah Rp300.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 10 Juli 2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari:

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainya di Indonesia;• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar

Indonesia.Dengan demikian atas penghasilan yang diperoleh PT Lautan Indah Maritime dari PT Warna Warni Maritime dari penyewaan kapal untuk pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto dan bersifat final, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh PT Warna Warni Maritime, sehingga perhitungannya sebagai berikut:1,2% X Rp300.000.000,00 = Rp3.600.000,00.Kewajiban PT Warna Warni Maritime sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran

jasa penyewaan kapal tersebut sebesar Rp3.600.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Lautan Indah Maritime;

2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;

Page 107: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh96

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20 Agustus 2013.

Pembayaran Dana Public Service Obligation (PSO)

PT Samudra Pratama merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam usaha jasa penyeberangan (Kapal Ferry) yang banyak melayani rakyat kecil dengan tarif ditentukan oleh Pemerintah. Untuk kewajiban penyelenggaraan angkutan penyeberangan tersebut PT Samudra Pratama memperoleh kompensasi dana Public Service Obligation (PSO) dari Pemerintah (Ditjen Perhubungan Laut) yang besarnya adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, dan biaya pokok penjualan pelayanan umum bidang angkutan laut penumpang kelas ekonomi. Untuk tahun 2013 PT Samudra Pratama mendapatkan dana PSO/dana kompensasi dari pemerintah sebesar Rp3.500.000.000,00 (tiga milyar lima ratus juta rupiah).a. Bagaimana pemotongan PPh yang terutang atas pembayaran

PSO?b. Siapa yang wajib memotong, menyetor dan melaporkan

pemotongan tersebut?

Jawab:

Mengingat besarnya dana PSO yang dibayar oleh Pemerintah kepada PT Samudra Pratama didasarkan pada selisih harga tiket kelas ekonomi yang dibayar oleh masyarakat dari harga ekonomisnya maka pemberian kompensasi dana PSO tersebut pada dasarnya merupakan subsidi Pemerintah. Dengan demikian, Ditjen Perhubungan Laut bukan sebagai penyewa kapal, sehingga atas pembayaran dana PSO yang merupakan subsidi oleh Pemerintah tersebut tidak dipotong PPh Pasal 15 oleh Ditjen Perhubungan Laut, melainkan wajib disetor sendiri oleh PT Samudra Pratama sebesar 1,2% dan bersifat final.Adapun perhitungan PPh Pasal 15 adalah sebagai berikut:1,2% x Rp3.500.000.000,00 = Rp42.000.000,00. Kewajban PT Samudra Pratama adalah:1. menyetor sendiri PPh yang terutang dari penghasilan yang

diperoleh dari Ditjen Perhubungan Laut tersebut sebesar

4 1

Page 108: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 97

Rp42.000.000,00 paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri

Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran Luar Negeri yang Memiliki BUT di Indonesia

PT Kayu Alami adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mebel. Dalam rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Italia sejak tahun 2010 PT Kayu Alami membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar Rp400.000.000,00 per sekali angkut dengan perusahaan pelayaran luar negeri yaitu Dewys Lines Ltd. yang berdomisili di Swiss yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD). Pada bulan Juli 2013 dilakukan 1 (satu) kali pengangkutan dan telah dibayar pada tanggal 25 Juli 2013. Dewys Lines Ltd. sendiri memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia yaitu BUT Dewys Lines (BUT DL). Bagaimana kewajiban PPh Pasal 15 dari penghasilan yang diperoleh BUT Dewys Lines tersebut?

Jawab:

Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Alami beroperasi dalam lalu lintas internasional (international traffic) sebagaimana dimaksud dalam P3B Indonesia-Swiss, sehingga atas penghasilan dari persewaan kapal tersebut dapat dikenai pajak di Indonesia namun tidak melebihi 50 persen dari pajak yang dikenakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan PPh . Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia maka atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas internasional tersebut dipotong PPh yang bersifat final sebesar 50% x 2,64% dari peredaran bruto, yang dipotong oleh PT Kayu Alami sebagai pihak yang mencarter.

4 2

Page 109: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh98

Adapun penghitungan PPh-nya adalah sebagai berikut:50% x 2,64% x Rp400.000.000,00 = Rp5.280.000,00.Kewajiban PT Kayu Alami sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas penghasilan dari BUT Dewys Lines adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa

penyewaan kapal untuk pengangkutan alat-alat mebel tersebut sebesar Rp5.280.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada BUT Dewys Lines;

2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20 Agustus 2013.

Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

PT Bumi Nusantara menyewa pesawat dari PT Vidi Airlines yang merupakan perusahaan penerbangan dalam negeri, yang akan digunakan dalam penerbangan Jakarta-Papua. Dalam perjanjian sewa/carter tersebut, telah disepakati harga dan cara pembayaran. Pada tanggal 5 Maret 2013 PT Bumi Nusantara telah membayar biaya carter sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan yang diperoleh PT Vidi Airlines yaitu carter pesawat yang akan digunakan untuk penerbangan Jakarta-Papua merupakan penghasilan berdasarkan perjanjian carter terutang PPh sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari peredaran bruto dan dipotong oleh PT Bumi Nusantara. Perhitungan PPh-nya menjadi sebagai berikut:1,8% x Rp500.000.000,00 = Rp9.000.000,00.

4 3

Page 110: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 99

PPh yang dipotong oleh PT Bumi Nusantara merupakan kredit pajak bagi PT Vidi Airlines yang dapat dikreditkan terhadap PPh yang terhutang dalam SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak yang bersangkutan.Kewajiban PT Bumi Nusantara sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas sewa pesawat tersebut adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa

penyewaan pesawat sebesar Rp9.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan kepada PT Vidi Airlines;

2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 April 2013.

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Maret 2013 paling lama tanggal 22 April 2013.

Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak Kepada BUT

PT Cellia Boat Indonesia adalah perusahaan angkutan laut domestik, yang menerima atau memperoleh penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) dengan perusahaan Singapura yang telah memiliki bentuk usaha tetap di Indonesia yang beroperasi di perairan domestik untuk mendukung eksplorasi minyak di Laut Jawa yang dimiliki oleh salah satu perusahaan minyak yakni BUT Charlie Flare Ltd. Adapun wilayah kerja kapal tersebut mencakup Pulau Widuri, Pulau Pabelokan yang terletak di Laut Jawa. Harga sewa yang disepakati adalah Rp250.000.000,00 yang dibayarkan pada tanggal 9 September 2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Kapal yang disewa oleh BUT Charlie Flare Ltd. sewa beroperasi semata-mata dalam wilayah Indonesia sehingga tidak tercakup dalam pengertian lalu lintas internasional (international traffic) yang diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Republik Indonesia dengan Republik Singapura, maka atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) termasuk penghasilan atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23

4 4

Page 111: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh100

dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas sewa dalam hal perjanjian/charter tersebut mensyaratkan bahwa kapal tersebut hanya dapat digunakan oleh Penyewa selama jangka waktu yang telah disepakati, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh BUT Charlie Flare Ltd., sehingga perhitungannya sebagai berikut:2% X Rp250.000.000,00 = Rp5.000.000.Kewajiban BUT Charlie Flare Ltd. adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa

dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp5.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Cellia Boat Indonesia;

2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Oktober 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa September 2013 paling lama tanggal 21 Oktober 2013.

Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak Kepada Selain BUT

PT Bahtera Indah Nusantara adalah perusahaan pelayaran dalam negeri yang mengadakan perjanjian sewa kapal tanpa awak (bareboat charter) sebesar Rp600.000.000,00 dengan perusahaan pelayaran luar negeri yaitu Ocean Link Ship Pte. Ltd. yang berdomisili di Singapura yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD). Pada tanggal 27 Mei 2013 PT Bahtera Indah Nusantara telah membayar biaya sewa kepada Ocean Link Ship Pte. Ltd.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan Singapura, atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) tersebut termasuk dalam pengertian royalty sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto, PPh yang terutang dipotong PT Bahtera Indah Nusantara, sehingga perhitungannya sebagai berikut:

4 5

Page 112: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 101

15% x Rp600.000.000,00 = Rp90.000.000,00.Kewajiban PT Bahtera Indah Nusantara adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas royalty sebesar

Rp90.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada Ocean Link Ship Pte. Ltd.;

2. menyetorkan PPh Pasal 26 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Juni 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Mei 2013 paling lama tanggal 20 Juni 2013.

Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar Dianjungan Lepas Pantai (drilling rig)

PT Global Sea Transport adalah perusahaan pelayaran dalam negeri dengan SIUPAL nomor BXXX-120/AL.57 tanggal 25 Januari 2002 yang melakukan usaha jasa pelayaran termasuk jasa penyewaan kapal. PT Global Sea Transport melakukan kontrak persewaan kapal dengan PT Tanjung Scorpa Tanker berupa persewaan kapal penyimpanan minyak mentah sementara yang bersandar dianjungan lepas pantai (drilling rig) untuk menyimpan batubara sesuai jangka waktu dalam kontrak. Harga sewa yang disepakati 150.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 14 Februari 2013.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Global Sea Transport dari PT Tanjung Scorpa Tanker dari penyewaan kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak mentah dalam jangka waktu tertentu dan bersandar di rig tidak termasuk sebagai penghasilan dari penyewaan kapal yang dilakukan dari:• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainya di Indonesia;• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar

Indonesia.

4 6

Page 113: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh102

Dengan demikian atas penghasilan tersebut termasuk sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto, PPh yang terutang dipotong PT Tanjung Scorpa Tanker, sehingga perhitungannya sebagai berikut: 2% X Rp150.000.000,00 = Rp3.000.000,00.Kewajiban PT Tanjung Scorpa Tanker adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa

dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp3.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Global Sea Transport;

2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Maret 2013;

3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Februari 2013 paling lama tanggal 20 Maret 2013.

Page 114: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 103

PPh PASAL 21/26Pegawai Ekspatriat yang Berstatus Wajib Pajak Luar Negeri

Pegawai Ekspatriat yang Berada di Indonesia Kurang dari Time Test

Pada tanggal 1 Maret 2013, Mr. Francois Dugarry (seorang warga negara Perancis dan belum mempunyai NPWP), ditunjuk sebagai presiden direktur PT MNX, Tbk. (sebuah perusahaan multi nasional di Indonesia yang bergerak di bidang consumer goods) dengan gaji sebesar US$7,000.00 per bulan. Mr. Francois Dugarry masih menjabat sebagai anggota direksi di perusahaan induk yang ada di Perancis, sehingga tidak menetap di Indonesia dan hanya datang ke Indonesia untuk supervisi maupun rapat dengan jajaran direksi lainnya.Berdasarkan data dari kantor imigrasi, selama tahun 2013 Mr. Francois Dugarry berada di Indonesia selama 84 hari. Gaji Mr. Francois Dugarry dibayarkan setiap tanggal 1 bulan berikutnya dengan nilai kurs dollar mengacu pada kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku. Bagaimana kewajiban pemotongan PPh yang harus dilakukan PT MNX, Tbk. atas gaji bulan Maret 2013 yang dibayarkan pada tanggal 1 April 2013?

Jawab:

Mr. Francois Dugarry merupakan subjek pajak luar negeri karena berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari selama tahun 2013. Ketentuan Pasal 26 UU PPh mengatur tentang pemotongan atas penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap. Menurut ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1) UU PPh, atas imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yang diterima subjek pajak dalam negeri dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto. Dalam hal antara Indonesia dengan negara lain mempunyai tax treaty atau Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B), maka ketentuan perpajakan yang terkait dengan subjek pajak luar negeri

4 7

Page 115: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh104

harus merujuk pada ketentuan dalam P3B sebagai lex specialis. Mengingat Indonesia dan Perancis mempunyai P3B, maka ketentuan pemajakan atas Mr. Francois Dugarry tersebut mengacu pada P3B tersebut. Dalam P3B antara Indonesia dan Perancis terdapat ketentuan yang mengatur bahwa pendapatan selaku pengurus atau komisaris serta pembayaran-pembayaran sejenis yang diperoleh penduduk salah satu Negara pihak pada Persetujuan dalam kedudukannya sebagai anggota pengurus atau anggota dewan komisaris atau bentuk pengurusan yang serupa dari suatu badan yang berkedudukan di Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara lainnya itu.Dari ketentuan yang tertuang dalam P3B Indonesia-Perancis tersebut dapat disimpulkan bahwa gaji direktur sehubungan dengan pekerjaan yang diterima dari perusahaan yang ada di Indonesia dikenai pajak di Indonesia. Sehingga atas gaji yang dibayarkan oleh PT MNX, Tbk. kepada Mr. Francois Dugarry sebagai subjek pajak luar negeri dikenai pemotongan PPh Pasal 26 sebesar 20% dari jumlah bruto dan bersifat final.Nilai kurs dollar terhadap rupiah sebagai dasar pelunasan PPh yang berlaku untuk tanggal 27 Maret 2013 sampai dengan 2 April 2013 sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/KM.11/2013 adalah Rp9.748,00.Penghitungan PPh Pasal 26 atas gaji yang dibayar kepada Mr. Francois Dugarry:20% x US$7.000 x Rp9.748,00= Rp13.647.200,00

Kewajiban PT MNX, Tbk. sebagai Pemotong PPh Pasal 26 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sebesar Rp13.647.200,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 kepada Mr. Francois Dugarry;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 26 tersebut paling lambat tanggal 10 Mei 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran gaji tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26 masa pajak April 2013 paling lambat tanggal 20 Mei 2013.

Page 116: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 105

Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua

Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Sekaligus

Rizaldi dan Sofyan Maliki merupakan pegawai PT Sabar Abadi. Pada akhir tahun 2012, perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan melakukan pengurangan pegawai. Pada 15 Januari 2013, Rizaldi dan Sofyan Maliki terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh PT Sabar Abadi. Kedua pegawai tersebut berhak mendapatkan uang pesangon sesuai dengan masa kerja masing-masing.Rizaldi memperoleh uang pesangon sebesar Rp40.000.000,00, sedangkan Sofyan Maliki menerima uang pesangon sebesar Rp300.000.000,00. Pesangon tersebut dibayarkan secara sekaligus kepada Rizaldi dan Sofyan Maliki pada 15 Januari 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh atas pembayaran uang pesangon tersebut?

Jawab:

Uang pesangon merupakan penghasilan yang diterima pegawai sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak (antara lain cuti tahunan yang belum diambil). Atas penghasilan berupa uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebut dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat final.Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus yang diterima Rizaldi:0% x Rp 40.000.000,00 = Rp 0,00Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon yang dibayarkan sekaligus yang diterima Sofyan Maliki :0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,005% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00 (+) Rp 32.500.000,00

4 8

Page 117: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh106

Kewajiban PT Sabar Abadi atas pembayaran uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebut:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran

uang pesangon yang dibayarkan sekaligus tersebut sebesar Rp32.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (final) atas uang pesangon kepada Rizaldi meskipun dikenai tarif pemotongan 0% serta kepada Sofyan Maliki;

2. menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Bertahap

Tjahyo Sumargo telah bekerja sejak tahun 1981 sebagai pegawai tetap pada PT Pasifik Jaya. Pada bulan Januari 2013, Tjahyo Sumargo terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ia berhak menerima pembayaran Uang Pesangon sebesar Rp600.000.000,00 yang dibayarkan secara bertahap oleh PT Pasifik Jaya dengan jadwal pembayaran sebagai berikut: • Bulan Januari 2013 Rp 240.000.000,00• Bulan Januari 2014 Rp 120.000.000,00• Bulan Juli 2014 Rp 120.000.000,00• Bulan Januari 2015 Rp 120.000.000,00Bagamana kewajiban pemotongan PPh atas uang pesangon yang diterima oleh Tjahyo Sumargo?

Jawab:

Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.Penghasilan berupa Uang Pesangon dianggap dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam

4 9

Page 118: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 107

jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.Uang pesangon yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat final. Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pesangon yang diterima Tjahyo Sumargo:• Bulan Januari 2013 :

0% x Rp 50.000.000,00 =Rp 0,00 5% x Rp 50.000.000,00 =Rp 2.500.000,00 15% x Rp 140.000.000,00 =Rp 21.000.000,00 (+) Rp 23.500.000,00• Bulan Januari 2014 :

15% x Rp120.000.000,00 =Rp 18.000.000,00• Bulan Juli 2014 :

15% x Rp120.000.000,00 =Rp 18.000.000,00• Bulan Januari 2015 :

Oleh karena pembayaran Uang Pesangon sudah melebihi 2 (dua) tahun kalender maka tarif PPh Pasal 21 untuk Uang Pesangon yang dibayarkan pada bulan Januari 2015 adalah Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh. PPh Pasal 21 yang dipotong tersebut tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak.Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bulan Januari 2015 :5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp 70.000.000,00 = Rp 10.500.000,00 (+)Jumlah = Rp 13.000.000,00

Kewajiban PT Pasifik Jaya atas pembayaran uang pesangon tersebut:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang

pesangon sebagai berikut :• Bulan Januari 2013 sebesar Rp23.500.000,00;• Bulan Januari 2014 sebesar Rp18.000.000,00;• Bulan Juli 2014 sebesar Rp18.000.000,00;• Bulan Januari 2015 sebesar Rp13.000.000,00;

Page 119: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh108

2. memberikan Bukti Pemotongan atas uang pesangon kepada Tjahyo Sumargo setiap kali melakukan pembayaran uang pesangon, sebagai berikut;• Bukti Pemotongan PPh Pasal 21(Final) atas pembayaran

uang pesangon Bulan Januari 2013 sebesar Rp23.500.000,00;• Bukti Pemotongan PPh Pasal 21(Final) atas pembayaran

uang pesangon Bulan Januari 2014 sebesar Rp18.000.000,00;• Bukti Pemotongan PPh Pasal 21(Final) atas pembayaran

uang pesangon Bulan Juli 2014 sebesar Rp18.000.000,00;• Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 atas

pembayaran uang pesangon Bulan Januari 2015 sebesar Rp13.000.000,00;

3. menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipotong sebagai berikut :• Bulan Januari 2013, paling lambat tanggal 10 Februari 2013;• Bulan Januari 2014 paling lambat tanggal 11 Februari 2014;• Bulan Juli 2014 paling lambat tanggal 12 Agustus 2014;• Bulan Januari 2015 paling lambat tanggal 10 Februari 2015;

4. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tesebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21:• Masa Pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari

2013;• Masa Pajak Januari 2014 paling lambat tanggal 20 Februari

2014;• Masa Pajak Juli 2014 paling lambat tanggal 20 Agustus 2014;• Masa Pajak Januari 2015 paling lambat tanggal 20 Februari

2015.

Uang Pesangon yang Dialihkan Kepada Pihak Ketiga

Wahyudi Nugroho merupakan pegawai tetap di PT Redjo Mulyo sejak tahun 1989. PT Redjo Mulyo pada tanggal 8 Juli 2013 mengalihkan uang pesangon yang menjadi hak Wahyudi Nugroho sebesar Rp 500.000.000,00 secara sekaligus kepada Yayasan Dana Tabungan dan Pesangon Tenaga Kerja Redjo Mulyo. Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh PT Redjo

5 0

Page 120: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 109

Mulyo terkait dengan pengalihan uang pesangon secara sekaligus kepada Yayasan Dana Tabungan dan Pesangon Tenaga Kerja Redjo Mulyo?

Jawab:

Apabila pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, maka Pegawai dianggap telah menerima hak atas Uang Pesangon. Atas pengalihan Uang Pesangon kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja melalui pembayaran secara sekaligus tersebut, terutang PPh Pasal 21 yang bersifat final.Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas Uang Pesangon adalah :0% x Rp 50.000.000,00 =Rp 0,005% x Rp 50.000.000,00 =Rp 2.500.000,0015% x Rp 400.000.000,00 =Rp 60.000.000,00 (+) Rp 62.500.000,00Kewajiban PT Redjo Mulyo atas pembayaran uang pesangon tersebut:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang

pesangon tersebut sebesar Rp 62.500.000,00 dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) kepada Wahyudi Nugroho pada saat pengalihan uang pesangon secara sekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja;

2. menyetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 12 Agustus 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tesebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Page 121: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh110

Hadiah dan Penghargaan

Hadiah Kuis

Sebuah stasiun televisi swasta nasional Gemilang TV yang dimiliki oleh PT Gemilang Corp menyelenggarakan kuis berhadiah “Jadi Milyarder”, sebuah kuis yang menuntut pesertanya memiliki wawasan yang luas seputar pengetahuan umum. Sebagai pemenang pada episode pertama pada 16 Juli 2013 adalah Rina Mulyani yang meraih uang sebesar Rp185.000.000,00 dan sepeda motor senilai Rp15.000.000,00 (sesuai dengan harga pasar). Rina Mulyani belum memiliki NPWP. Bagaimana kewajiban pemotongan/pemungutan PPh atas pemberian hadiah tersebut?

Jawab:

Hadiah yang diterima oleh Rina Mulyani merupakan objek PPh Pasal 21 yang wajib dilakukan pemotongan/ pemungutan PPh Pasal 21 oleh penyelenggara kegiatan.Nilai nominal hadiah uang Rp 185.000.000,00Nilai pasar sepeda motor Rp 15.000.000,00 (+)Nilai total hadiah yang diterima Rp 200.000.000,00PPh Pasal 21 atas hadiah yang diterima peserta kuis berhadiah adalah jumlah penghasilan bruto dikalikan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh untuk setiap kali pembayaran bersifat utuh dan tidak dipecah. Mengingat Rina Mulyani belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar:6% x Rp50.000.000,00 = Rp 3.000.000,0018% x Rp150.000.000,00 = Rp 27.000.000,00 (+)

Rp 30.000.000,00

Kewajiban yang dilakukan PT Gemilang Corp selaku penyelenggara kegiatan:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp30.000.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada Rina

5 1

Page 122: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 111

Mulyani;2. menyetorkan ke kas Negara paling lambat tanggal 12 Agustus

2013;3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT

Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Hadiah Kejuaraan Olahraga

PT Yummy Food yang merupakan perusahaan industri makanan ringan menyelenggarakan “Kejuaraan Nasional Bulutangkis 2012”. Juara tunggal putri pada final yang dilaksanakan tanggal 20 Desember 2012 adalah Dewi Arianti yang telah memiliki NPWP, perwakilan dari Provinsi Banten dengan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp100.000.000,00.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

Hadiah yang diterima oleh Dewi Arianti dari PT Yummy Food merupakan penghasilan yang diterima sehubungan dengan keikutsertaan sebagai peserta perlombaan, sehingga atas hadiah tersebut wajib dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh PT Yummy Food selaku penyelenggara kegiatan.Penghitungan PPh Pasal 21 yang wajib dipotong oleh PT Yummy Food adalah: 5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,0015% x Rp50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00 (+) Rp 10.000.000,00Kewajiban yang dilakukan PT Yummy Food selaku penyelenggara kegiatan:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp10.000.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada Dewi Arianti;

2. menyetorkan ke kas Negara paling lambat tanggal 10 Januari 2013;

5 2

Page 123: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh112

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Desember 2012 paling lambat 21 Januari 2013.

Page 124: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 113

PPh PASAL 22

Pedagang Pengumpul

Pembelian dari Pedagang Pengumpul dan Bukan Pedagang PengumpulPT Rubber Jaya yang bergerak dalam bidang ekportir karet, melakukan transaksi sebagai berikut:• tanggal 8 Februari 2013 membeli bahan olah karet dari PT

Perkebunan Nusantara yang menjual bahan olah karet hasil perkebunan sendiri senilai Rp600.000.000,00; dan

• tanggal 18 Februari 2013 membeli bahan olah karet dari Tuan Eko, seorang pedagang besar yang membeli hasil karet dari petani karet di sekitar daerahnya, senilai Rp100.000.000,00.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan dan menjual hasil-hasil tersebut kepada badan usaha industri dan/atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.PT Rubber Jaya melakukan pemungutan PPh Pasal 22 hanya atas transaksi dengan Tuan Eko karena PT Perkebunan Nusantara tidak termasuk dalam pengertian pedagang pengumpul. PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT Rubber Jaya adalah:0,25% x Rp100.000.000,00 = Rp250.000,00

5 3

Page 125: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh114

Kewajiban PT Rubber Jaya :1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp250.000,00 pada saat

pembelian yaitu tanggal 18 Februari 2013 dan membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22;

2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas pembelian dari pedagang pengumpul selama bulan Februari 2013 paling lambat tanggal 11 Maret 2013;

3. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 tersebut menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22 masa pajak Februari 2013 paling lambat tanggal 20 Maret 2013.

Impor

PT Aviasi Tetuko yang merupakan Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional pada bulan Juni 2013 melakukan impor peralatan simulasi penerbangan pesawat terbarunya untuk keperluan para pilotnya. Nilai impor (termasuk Bea Masuk dan pungutan pabean lainnya) peralatan simulasi tersebut sebesar Rp1.200.000.000,00. PT Aviasi Tetuko telah memiliki Angka Pengenal Impor (API).Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Setiap impor dikenai pemungutan PPh Pasal 22, namun terdapat 19 kelompok barang yang atas impornya dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 karena dibebaskan atas pengenaan Bea Masuk dan/atau Pajak Pertambahan Nilai. Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 untuk 19 kelompok barang tersebut tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas dari Direktorat Jenderal Pajak. Peralatan simulasi penerbangan yang diimpor oleh PT Aviasi Tetuko tidak termasuk dalam 19 kelompok barang yang atas impornya dibebaskan dari pungutan PPh Pasal 22 impor sehingga PT Aviasi Tetuko dikenai pemungutan PPh Pasal 22 impor. PPh Pasal 22 impor disetor sendiri oleh PT Aviasi Tetuko sebesar 2,5% dari nilai impor yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk ditambah Bea Masuk dan pungutan pabean lainnya.

5 4

Page 126: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 115

Dengan demikian, PPh Pasal 22 yang wajib disetor oleh PT Aviasi Tetuko adalah:2,5% x Rp1.200.000.000,00 = Rp30.000.000,00.

Kewajiban PT Aviasi Tetuko:1. menyetor PPh Pasal 22 sebesar Rp30.000.000,00 bersamaan

dengan saat pembayaran Bea Masuk;2. SSP/SSPCP penyetoran PPh Pasal 22 impor tersebut berfungsi

sebagai bukti pemungutan PPh Pasal 22 impor bagi PT Aviasi Tetuko.

Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 22 Impor

PT Aviasi Tetuko juga melakukan impor pesawat terbang terbaru yang akan digunakan sendiri untuk melayani pengangkutan penumpang rute domestik. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Sebagaimana dijelaskan dalam Bab I, pesawat udara yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. Dengan demikian atas impor pesawat yang akan digunakan oleh PT Aviasi Tetuko tidak dipungut PPh Pasal 22. Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 tersebut tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dari Direktorat Jenderal Pajak, teknis pelaksanaan ketentuan pengecualian dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Barang Bawaan Penumpang

Bulan Juli 2013, Tuan Bram Kembara kembali ke Indonesia setelah selama satu bulan berada di Korea dalam rangka tugas dari perusahaan. Saat pulang ke Indonesia, Tuan Bram membawa sebuah jam tangan senilai US$ 200 yang dibeli di Korea. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

5 5

5 6

Page 127: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh116

Jawab:

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan, termasuk dalam kelompok barang yang atas impornya dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. Ketentuan ini dikaitkan dengan ketentuan pembebasan bea masuk atas impor barang tersebut. Ketentuan pengecualian ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Berdasarkan ketentuan kepabeanan, sejak 1 Januari 2011 batas nilai barang bawaan penumpang yang tidak dikenakan bea masuk adalah US $250. Karena barang bawaan Tuan Bram Kembara dari Korea masih berada di bawah batas nilai pembebasan bea masuk, maka atas impor tersebut tidak dipungut PPh Pasal 22 impor.

Impor oleh K3S

Minjak Boemi, Sdn. Bhd. merupakan perusahaan pengeboran minyak bumi yang terikat Kontrak Kerja Sama dengan Pemerintah Indonesia. Untuk keperluan kegiatan pengeboran minyak di laut lepas utara pulau Jawa, pada tanggal 3 Desember 2013 Minjak Boemi, Sdn. Bhd. melakukan impor mesin pengeboran minyak dari Jerman dengan nilai sebesar US$20.000.000. Bagaimana perlakuan PPh atas kegiatan impor yang dilakukan oleh Minjak Boemi, Sdn.Bhd. Tersebut?

Jawab:

Atas setiap kegiatan impor barang wajib dipungut PPh Pasal 22. Namun demikan dalam ketentuan mengenai pemungutan PPh Pasal 22 impor diatur bahwa atas impor barang-barang tertentu dapat dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 impor.Impor barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama merupakan salah satu impor barang yang dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22.

5 7

Page 128: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 117

Dengan demikian atas impor mesin pengeboran minyak yang dilakukan oleh Minjak Boemi, Sdn.Bhd. dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. Pengecualian dari pemungutan PPh Pasal 22 tersebut dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas

Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas

PT Petro Industri, bergerak dalam bidang perdagangan umum berupa penjualan bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar gas, sejak tahun 2009 resmi menjadi penyalur BBM non SPBU Pertamina. Selama bulan Juli 2013 melakukan transaksi sebagai berikut: • tanggal 4 Juli 2013 membeli BBM Pertamina senilai

Rp300.000.000,00. (Surat Perintah Pengeluaran Barang atau delivery order tanggal 4 Juli 2013);

• tanggal 5 Juli 2013 mengimpor BBM senilai Rp200.000.000,00;• tanggal 11 Juli 2013 menjual BBM yang dibeli dari Pertamina

kepada PT Fosil Fuel senilai Rp60.000.000,00 (delivery order tanggal 12 Juli 2013);

• tanggal 12 Juli 2013 menjual BBM yang berasal dari impor sendiri kepada PT Daya Motor, perusahaan otomotif, senilai Rp25.000.000,00 (delivery order tanggal 12 Juli 2013).

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Produsen atau importir BBM, bahan bakar gas, dan pelumas sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan BBM, bahan bakar gas, dan pelumas. Apabila penjualan dilakukan kepada agen/penyalur maka pemungutan PPh Pasal 22 tersebut bersifat final sedangkan apabila penjualan dilakukan kepada selain agen/penyalur maka pemungutan PPh Pasal 22 bersifat tidak final.• PT Petro Industri tidak memungut PPh Pasal 22 atas penjualan

BBM kepada PT Fosil Fuel karena dalam transaksi ini PT Petro

5 8

Page 129: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh118

Industri bukan bertindak sebagai produsen atau importir BBM yang dijual. Sebaliknya, PT Petro Industri pada saat membeli BBM dari Pertamina dipungut PPh Pasal 22 oleh Pertamina sebesar Rp900.000,00 (0,3% x Rp300.000.000,00). PPh Pasal 22 tersebut bersifat final karena PT Petro Industri adalah penyalur. PPh Pasal 22 dipungut oleh Pertamina menggunakan bukti pemungutan pada tanggal 4 Juli 2013 yaitu pada saat penerbitan delivery order.

• PT Petro Industri sebagai importir BBM memungut PPh Pasal 22 atas penjualan BBM kepada PT Daya Motor sebesar:

0,3% x Rp25.000.000,00 = Rp75.000,00Kewajiban oleh PT Petro Industri dalam melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan BBM adalah:1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp75.000,00 pada saat

penerbitan delivery order yaitu tanggal 12 Juli 2013 dan membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22;

2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas penjualan BBM selama bulan Juli 2013 paling lambat 12 Agustus 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 22 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22 masa pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Penjualan Hasil Produksi oleh Industri Tertentu

Penjualan Baja

PT Metal Solid adalah perusahaan yang memproduksi baja baik dalam bentuk produk hulu maupun hilir. Pada tanggal 27 Juni 2013, PT Metal Solid menjual tiang baja kepada PT Karya Konstruktindo dalam rangka pembangunan jembatan antar pulau di Kepulauan Riau senilai Rp30.000.000.000,00. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, dan industri

5 9

Page 130: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 119

farmasi, wajib memungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.

Distributor adalah pedagang, yang meliputi badan atau orang pribadi yang melakukan pembelian dari produsen secara langsung untuk dijual dan/atau dipasarkan kembali.PT Metal Solid memungut PPh Pasal 22 atas penjualan baja tersebut sebesar:0,3% x Rp30.000.000.000,00 = Rp90.000.000,00.

Kewajiban Metal Solid dalam melakukan pemungutan PPh Pasal 22 adalah:1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp90.000.000,00 pada saat

penjualan yaitu tanggal 27 Juni 2013 dan membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22;

2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas penjualan baja selama bulan Juni 2013 paling lambat 10 Juli 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 22 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22 masa pajak Juni 2013 paling lambat tanggal 22 Juli 2013.

Penjualan Semen

PT Semen Lekat Kuat merupakan industri semen dengan merek dagang “Semen Kuat” yang mulai beroperasi melakukan penjualan sejak tanggal 16 Oktober 2013. PT Semen Edar Indonesia merupakan distributor penjualan semen produksi PT Semen Lekat Kuat untuk wilayah Kalimantan. Pada tanggal 21 Oktober 2013 PT Semen Lekat Kuat menjual semen kepada PT Semen Edar Indonesia sebesar Rp2.400.000.000,00 tidak termasuk PPN.Bagaimana perlakuan PPh atas penjualan semen oleh PT Semen Lekat Kuat tersebut?

6 0

Page 131: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh120

Jawab:

Industri semen ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan semen kepada distributor di dalam negeri dengan tarif sebesar 0,25% dari Dasar Pengenaan PPN.Berdasarkan ketentuan yang mengatur mengenai pemungutan PPh Pasal 22, terhitung sejak tanggal 24 Februari 2013 penunjukan pemungut PPh Pasal 22 dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keputusan dari Kepala KPP tempat Wajib Pajak pemungut terdaftar.Dengan demikian atas penjualan semen dari PT Semen Lekat Kuat kepada PT Semen Edar Indonesia wajib dipungut PPh Pasal 22.Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh PT Semen Lekat Kuat adalah:0,25% x Rp2.400.000.000,00 = Rp6.000.000,001. Kewajiban PT Semen Lekat Kuat sebagai pemungut PPh Pasal

22 adalah:2. melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan semen

sebesar Rp6.000.000,00 serta memberikan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 kepada PT Semen Edar Indonesia;

3. melakukan penyetoran PPh Pasal 22 tersebut paling lambat tanggal 11 November 2013;

4. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Penjualan Farmasi

PT Obat Waras merupakan perusahaan farmasi yang mempunyai pangsa pasar terbesar di Indonesia. PT Obat Waras mempunyai beberapa distributor yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya adalah PT Dagang Ob-Hat Utama. Pada tanggal 5 September 2013 PT Obat Waras menjual obat hasil produksinya kepada PT Dagang Ob-Hat Utama dengan nilai sebesar Rp1.000.000.000,00 tidak termasuk PPN.Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi penjualan obat tersebut?

6 1

Page 132: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 121

Jawab:

Industri farmasi ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan obat kepada distributor di dalam negeri dengan tarif sebesar 0,3% dari Dasar Pengenaan PPN.Berdasarkan ketentuan yang mengatur mengenai pemungutan PPh Pasal 22, terhitung sejak tanggal 24 Februari 2013 penunjukan pemungut PPh Pasal 22 dilakukan secara otomatis tanpa Surat Keputusan dari Kepala KPP tempat Wajib Pajak pemungut terdaftar.Dengan demikian atas penjualan obat dari PT Obat Waras kepada PT Dagang Ob-Hat Utama wajib dipungut PPh Pasal 22.Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh PT Obat Waras adalah:0,3% x Rp1.000.000.000,00 = Rp3.000.000,001. Kewajiban PT Obat Waras sebagai pemungut PPh Pasal 22

adalah:2. melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan obat

sebesar Rp3.000.000,00 serta memberikan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 kepada PT Dagang Ob-Hat Utama;

3. melakukan penyetoran PPh Pasal 22 tersebut paling lambat tanggal 10 Oktober 2013;

4. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Masa Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Pembelian Barang oleh BUMN tertentu

PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. melakukan pembelian perangkat komputer kepada PT Computa Technologies pada tanggal 13 November 2013 dengan nilai Rp660.000.000,00 termasuk PPN. Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab:

BUMN yang bergerak dalam bidang-bidang tertentu ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau

6 2

Page 133: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh122

bahan untuk keperluan usahanya dengan tarif sebesar 1,5% dari pembelian tidak termasuk PPN. Pembelian yang dipungut PPh Pasal 22 adalah pembelian dengan nilai di atas Rp10.000.000,00.PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan untuk keperluan usahanya. Dengan demikian atas pembelian perangkat komputer dari PT Computa Technologies wajib dipungut PPh Pasal 22.Besarnya PPh Pasal 22 yang wajib dipungut oleh PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. adalah:1,5% x (100/110 x Rp660.000.000,00) = Rp9.000.000,00Kewajiban PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk. sebagai pemungut PPh Pasal 22 adalah:1. melakukan pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian perangkat

komputer sebesar Rp9.000.000,00 serta memberikan Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 kepada PT Computa Technologies;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 22 tersebut paling lambat tanggal 10 Desember 2013;

3. melaporkan pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 22 Masa Pajak November 2013 paling lambat tanggal 20 Desember 2013.

Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

Penjualan Apartemen Sangat Mewah

PT Ageng Padajaya adalah perusahaan pengembang properti. Pada tanggal 23 Mei 2013 PT Ageng Padajaya menjual satu unit apartemen senilai Rp10.500.000.000,00 (tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah) kepada Tuan Nafis. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

6 3

Page 134: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 123

Jawab:

Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah antara lain apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 dan/atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi), wajib memungut PPh Pasal 22 sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.PT Ageng Padajaya memungut PPh Pasal 22 atas penjualan apartemen tersebut sebesar:5% x Rp10.500.000.000,00 = Rp525.000.000,00.Kewajiban PT Ageng Padajaya dalam melakukan pemungutan PPh Pasal 22 adalah:1. memungut PPh Pasal 22 sebesar Rp525.000.000,00 pada saat

penjualan yaitu tanggal 23 Mei 2013 dan membuat bukti pemungutan PPh Pasal 22;

2. menyetor PPh Pasal 22 yang telah dipungut atas penjualan apartemen sangat mewah selama bulan Mei 2013 paling lambat 10 Juni 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 22 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 22 masa pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Page 135: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh124

PPh PASAL 23/26Jenis Jasa Lain

Jasa Kepelabuhanan

PT Tujuh Samudra merupakan perusahaan dalam negeri yang bergerak dalam bidang pelayaran. Pada tanggal 9 September 2013 mengadakan perjanjian kerja sama dengan PT Pelabuhan Dunia yang merupakan penyelenggara pelabuhan untuk memberikan jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan terminal peti kemas dengan nilai kontrak sebesar Rp20.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 12 September 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Jasa bongkar muat barang, penimbunan barang dan terminal peti kemas merupakan bagian dari jasa kepelabuhanan. Dalam pengertian Jasa kepelabuhanan diantaranya mencakup hal-hal sebagai berikut:1. penyediaan kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas

kapal dan tempat berlabuh; 2. penyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk bertambat,

bongkar muat barang dan hewan serta penyediaan fasilitas naik turun penumpang dan kendaraan;

3. penyediaan dan pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, angkutan di perairan pelabuhan, alat bongkar muat serta peralatan pelabuhan;

4. penyediaan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008, Jasa Kepelabuhanan tidak termasuk dalam jenis jasa lain yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 sehingga atas jasa tersebut tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT Tujuh Samudra.

6 4

Page 136: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 125

Jasa Perantara/Keagenan

PT Yesoa Indonesia menerima order dari PT Ang Lion International untuk mencarikan perusahan pengangkutan laut dalam rangka pengiriman bahan baku obat dari Jakarta dengan tujuan Surabaya. Pada tanggal 9 September 2013 PT Yesoa Indonesia menerbitkan tagihan kepada PT Ang Lion International dengan nilai sebesar Rp22.000.000,00 atas jasa tersebut dan dibayar pada tanggal 12 September 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Mengingat penghasilan yang diterima PT Yesoa Indonesia dalam transaksi tersebut berkenaan dengan kegiatan PT Yesoa Indonesia untuk mencarikan perusahaan pengangkutan laut maka penghasilan tersebut termasuk penghasilan dari jasa perantara/keagenan yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 23 oleh PT Ang Lion International sebagai pihak yang membayarkan penghasilan.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:2% x Rp22.000.000,00 = Rp440.000,00.Kewajiban PT Ang Lion International sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp440.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Yesoa Indonesia;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Oktober 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.

Jasa Perhotelan

Dalam rangka peningkatan pemahaman para pegawai tentang filosofi dan budaya perusahaan, PT Gajah Makmur mengadakan pelatihan tentang budaya perusahaan yang diikuti oleh 50 orang

6 5

6 6

Page 137: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh126

pegawai dari bagian produksi selama satu hari dengan menyewa meeting room Hotel Menara Jaya yang dimiliki oleh PT Tegal Arum dengan pola paket full board seharga Rp300.000,00 per paket. Paket full board di Hotel Menara Jaya tersebut terdiri dari:• Room for 1 night• Meeting room• Overhead & Screen• Flip Chart• White Board & Marker Board• Note Book & Ballpoint• Sound System• Candies• 1 x Breakfast• 2 x Coffe Break• 1 x Lunch• 1 x DinnerBagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Jasa perhotelan meliputi:• jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah

penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

• jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel;

sehingga penyewaan ruangan hotel dengan pola paket full board sebagaimana tersebut diatas termasuk dalam pengertian jasa perhotelan.Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008, jasa perhotelan tidak termasuk sebagai jenis jasa

Page 138: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 127

yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23, sehingga atas pembayaran sebesar Rp15.000.000,00 (50 orang x Rp300.000,00) kepada PT Tegal Arum tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.

Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja sebagai Karyawan Pengguna Jasa

Pada bulan Oktober 2013, PT Nash sebuah perusahaan yang memproduksi pakaian bayi membuat perjanjian dengan PT Ubie sebagai perusahaan penyedia tenaga kerja untuk pengadaan karyawan bagian kebersihan sebanyak 100 orang. Dalam perjanjian kerjasama disepakati:• tenaga kerja yang disediakan oleh PT Ubie menjadi karyawan PT

Nash;• PT Nash wajib membayar kepada PT Ubie atas jasa penyediaan

tenaga kerja tersebut sebesar Rp50.000.000,00 dan dibayarkan pada tanggal 15 November 2013.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Pembayaran kepada PT Ubie atas penyediaan tenaga kerja untuk bagian kebersihan yang dilakukan oleh PT Nash merupakan pembayaran terkait jasa penyediaan tenaga kerja yang merupakan jenis jasa lain sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 yang atas pembayarannya dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran yang dilakukan pada tanggal 15 November 2013 adalah sebesar:2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000,00Kewajiban PT Nash sebagai Pemotong PPh Pasal 23 atas pembayaran yang dilakukan adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp1.000.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Ubie;

6 7

Page 139: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh128

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 20 Desember 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak November 2013 paling lambat tanggal 20 Desember 2013.

Jasa Penyediaan Tenaga Kerja dengan Status Tenaga Kerja Tetap Sebagai Karyawan Perusahaan Penyedia Jasa

PT Sinar Mustika merupakan perusahaan penyedia tenaga kerja untuk segala bidang. Pada bulan April 2013 PT Sinar Mustika mendapatkan permintaan dari PT Amoel untuk menyediakan 10 orang tenaga kerja untuk ditempatkan di bagian pengarsipan PT Amoel. Atas permintaan tersebut kemudian dibuat kontrak penyediaan tenaga kerja antara PT Sinar Mustika dengan PT Amoel yang isinya:• PT Sinar Mustika wajib menyediakan 10 orang tenaga kerja yang

terampil dalam bidang pengarsipan;• Status kepegawaian atas 10 orang tenaga kerja tersebut tetap

sebagai pegawai PT Sinar Mustika;• Tenaga kerja tersebut melaksanakan pekerjaan berdasarkan

instruksi/perintah yang diberikan oleh PT Sinar Mustika;• Gaji, tunjangan, dan hak lain sebagai tenaga kerja atas 10 orang

tenaga kerja tersebut menjadi kewajiban PT Sinar Mustika;• Atas penyediaan tenaga kerja tersebut PT Sinar Mustika berhak

mendapatkan pembayaran sebesar Rp20.000.000,00 per bulan yang dibayarkan pada tanggal 5 setiap bulannya;

• Jumlah pembayaran sebesar Rp20.000.000,00 tersebut adalah:a. Untuk fee atas penyediaan tenaga kerja sebesar

Rp3.000.000,00;b. Untuk pembayaran gaji dan tunjangan 10 orang tenaga kerja

Rp17.000.000,00 (dilampiri kontrak kerja antara tenaga kerja dengan PT Sinar Mustika dan daftar pembayaran gaji);

• Kontrak penyediaan tenaga kerja antara PT Sinar Mustika dengan PT Amoel berlaku selama 1 tahun terhitung sejak 1 Mei 2013.

6 8

Page 140: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 129

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Pembayaran oleh PT Amoel kepada PT Sinar Mustika atas penyediaan tenaga kerja untuk bagian pengarsipan merupakan pembayaran terkait jasa penyediaan tenaga kerja yang termasuk dalam kelompok jenis jasa lain sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 yang atas pembayarannya dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran.Oleh karena dalam tagihan PT Sinar Mustika kepada PT Amoel telah dipisahkan antara pembayaran gaji, tunjangan, dan hak lain kepada tenaga kerja yang ditempatkan di PT Amoel dengan imbalan (fee) atas penyediaan tenaga kerja tersebut maka jumlah bruto yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 23 adalah hanya sebesar imbalan (fee) atas penyediaan tenaga kerja tersebut. Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran yang dilakukan oleh PT Amoel kepada PT Sinar Mustika sehubungan dengan jasa penyediaan tenaga kerja pada tanggal 5 Mei 2013 adalah:2% x Rp3.000.000,00 = Rp60.000,00.Kewajiban PT Amoel sebagai Pemotong PPh Pasal 23 atas pembayaran tersebut adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp60.000,00 dan

memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Sinar Mustika;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Page 141: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh130

Jasa Angkutan

PT Bangun Segara sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi dan memasarkan barang-barang kebutuhan rumah tangga. Dalam proses pendistribusian barang ke gudang depo/distributor di luar kota, PT Bangun Segara mengadakan perjanjian kerja dengan PT Sentosa yang bergerak dibidang pengangkutan barang. Adapun cara pembayaran yang disepakati adalah dengan memperhitungkan volume barang, atau berat barang dengan tarif per tonase/per volume dan memperhitungkan jarak tempuh dari gudang ke tempat tujuan.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Jasa angkutan yang dilakukan oleh PT Sentosa dengan cara sebagaimana dimaksud di atas tidak termasuk dalam kelompok jenis jasa lain dalam PMK 244/PMK.03/2008. Transaksi tersebut di atas juga tidak memenuhi pengertian sewa yakni kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati. Sehingga atas pembayaran sehubungan transaksi tersebut bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23.

Jasa Penunjang Bidang Pertambangan Selain Migas

PT Karya Tambang merupakan perusahaan pertambangan batubara. Pengangkutan batubara dilakukan PT Karya Tambang dengan menggunakan truk, kereta api dan belt conveyor. Truk untuk mengangkut batubara dari areal tambang ke tempat pemurnian tersebut merupakan milik PT Truckportation Indonesia yang sekaligus dikontrak untuk melakukan pengangkutan batubara menggunakan truk yang mereka miliki tersebut. Kereta api milik PT Kereta Api Indah dipakai PT Karya Tambang untuk mengangkut batubara dari tempat pemurnian sampai dengan pelabuhan. Untuk menaikkan batubara ke atas kereta api PT Karya Tambang menyewa belt conveyor milik PT Konek Manipoin dalam jangka

6 9

7 0

Page 142: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 131

waktu satu tahun dan akan diperbaharui setiap tahun sebelum kontrak berakhir.PT Karya Tambang membayar PT Truckportation Indonesia sesuai dengan perhitungan tiap ton hasil tambang yang berhasil diangkut. Tanggal 4 Oktober 2013 PT Truckportation Indonesia menerima pembayaran atas jasa yang dilakukannya di bulan September 2013 sebesar Rp2.500.000.000,00. PT Truckportation Indonesia telah memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi Usaha Jasa Pertambangan serta Izin Usaha Jasa Pertambangan.PT Karya Tambang membayar sewa belt conveyor selama setahun kepada PT Konek Manipoin sebesar Rp5.000.000.000,00 pada tanggal 4 Oktober 2013. PT Karya Tambang membayar PT Kereta Api Indah sesuai dengan perhitungan tiap ton hasil tambang yang berhasil diangkut. Tanggal 8 Oktober 2013 PT Kereta Api Indah menerima pembayaran atas jasa yang dilakukannya di bulan September 2013 sebesar Rp2.000.000.000,00. PT Kereta Api Indah telah memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi Usaha Jasa Pertambangan serta Izin Usaha Jasa Pertambangan.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Kegiatan pengangkutan batubara yang termasuk dalam pengertian jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengatur tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara adalah kegiatan pengangkutan batubara:• kegiatan usaha untuk memindahkan batubara dari daerah

tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan;

• perusahaan jasa angkutan batubara tersebut telah memiliki sertifikat klasifikasi dan kualifikasi Usaha Jasa Pertambangan serta Izin Usaha Jasa Pertambangan;

• menggunakan alat pengangkutan berupa truk, lori, belt conveyor, tongkang, dan pipa.

Page 143: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh132

Memperhatikan hal tersebut maka kegiatan yang dilakukan oleh PT Truckportation Indonesia memenuhi pengertian sebagai jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas, sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indah tidak memenuhi pengertian jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas disebabkan Kereta Api tidak termasuk dalam alat pengangkutan yang termasuk dalam pengertian jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas.Sewa belt conveyor dari PT Konek Manipoin yang dilakukan PT Karya Tambang memenuhi pengertian sewa yakni kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati.Dari transaksi tersebut terdapat kewajiban perpajakan sebagai berikut:a. Pembayaran jasa pengangkutan batubara yang dilakukan

oleh PT Truckportation Indonesia yang memenuhi pengertian jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas tersebut dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran karena jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas termasuk dalam kelompok jenis jasa lain sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran yang dilakukan PT Karya Tambang kepada PT Truckportation Indonesia sehubungan jasa pengangkutan batubara pada tanggal 4 Oktober 2013 adalah:2% x Rp2.500.000.000,00 = Rp50.000.000,00

b. Mengingat kegiatan pengangkutan yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indah tidak memenuhi pengertian jasa penunjang dibidang pertambangan selain migas dan tidak memenuhi pengertian sewa, maka atas pembayaran yang dilakukan PT Karya Tambang kepada PT Kereta Api Indah bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23.

c. Sewa belt conveyor yang dilakukan PT Karya Tambang memenuhi pengertian sewa sehingga atas pembayaran yang dilakukan PT Karya Tambang kepada PT Konek Manipoin pada

Page 144: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 133

tanggal 4 Oktober 2013 wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23. Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah:2% x Rp2.000.000.000,00 = Rp40.000.000,00

Kewajiban PT Karya Tambang sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp50.000.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Truckportation Indonesia.

2. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp40.000.000,00 dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Konek Manipoin.

3. Melakukan penyetoran PPh Pasal 23 paling lambat tanggal 11 November 2013.

4. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Sewa tangki timbun BBM

PT Oil Trade menyewa 5 buah tangki timbun BBM milik PT Tong Universal selama satu tahun dengan biaya Rp3.000.000.000,00. Selain membayar sewa tangki timbun BBM tersebut PT Oil Trade juga membayar PT Tong Universal atas jasa pengelolaan tangki timbun BBM selama disewa sebesar Rp300.000.000,00. Pembayaran tersebut dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

a. Tangki timbun BBM tidak termasuk dalam pengertian bangunan yang atas sewanya termasuk dalam sewa tanah dan/atau bangunan yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan dan bersifat final, namun atas sewa tangki timbun BBM merupakan sewa dan penggunaan harta yang dikenai PPh Pasal 23 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran.

7 1

Page 145: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh134

Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah:2% x Rp3.000.000.000,00 = Rp60.000.000,00

b. Kegiatan bongkar muat minyak ke tangki timbun BBM yang dilakukan PT Tong Universal termasuk dalam pengertian jasa manajemen yang atas pembayarannya dikenai pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran. Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah:2% x Rp300.000.000,00 = Rp6.000.000,00

Kewajiban PT Oil Trade sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp.60.000.000,00

dan Rp6.000.000,00 serta memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Tong Universal.

2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 23 paling lambat tanggal 11 November 2013.

3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Pemotongan PPh terkait Kontrak Karya

PT Karya Putra Coal merupakan perusahaan kontrak karya pertambangan batubara (PKP2B), meminta jasa konsultasi hukum dari kantor pengacara Sodiq Nugroho Rizki & Partner. Atas jasa konsultasi tersebut PT Karya Putra Coal membayar sebesar Rp45.000.000,00 dibayar pada tanggal 2 Oktober 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Meskipun PT Karya Putra Coal merupakan perusahaan kontrak karya pertambangan batubara (PKP2B) yang dalam kontraknya mengatur juga mengenai kewajiban perpajakan yang bersifat khusus / lex specialis termasuk kewajiban pemotongan PPh terkait kegiatan pemberian jasa, namun semenjak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 39/PMK.011/2013 tentang Kewajiban Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan

7 2

Page 146: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 135

Yang Terutang Kepada Pihak Lain Oleh Perusahaan Yang Terikat Dengan Kontrak Bagi Hasil, Kontrak Karya, atau Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan pemotongan PPh terkait kegiatan pemberian jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku pada saat kewajiban pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan harus dilakukan.Oleh karena itu, atas pembayaran sehubungan dengan jasa konsultasi tersebut merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT Karya Putra Coal sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto pembayaran.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah:2% x Rp45.000.000,00 = Rp900.000,00Kewajiban PT Karya Putra Coal sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp900.000,00

serta memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada kantor pengacara Sodiq Nugroho Rizki & Partner.

2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 23 paling lambat tanggal 11 November 2013.

3. Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta

Sewa Kendaraan UmumPT Bangun Pagi dalam rangka acara family gathering karyawannya di Malang, menyewa 3 (tiga) buah bus dari PT Rahmat Lancar sebuah perusahaan jasa transportasi darat untuk jangka waktu 3 hari mulai tanggal 16 Juli s.d. 18 Juli 2013. PT Bangun Pagi membayar biaya sewa tiga bus selama tiga hari sebesar Rp20.000.000,00 pada tanggal 18 Juli 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

7 3

Page 147: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh136

Jawab:

Transaksi sewa bus yang dilakukan PT Bangun Pagi memenuhi pengertian sewa yakni kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati, sehingga atas pembayaran sewa bus tersebut merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan pemotongan oleh PT Bangun Pagi.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 sebesar:2% x Rp20.000.000 = Rp400.000,00Kewajiban PT Bangun Pagi sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp400.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Rahmat Lancar;

2. melakukan penyetoran PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 12 Agustus 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.

Sewa Tower/Menara Komunikasi

PT Yana Scholastika Permana merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang persewaan tower/menara komunikasi. Pada tanggal 04 April 2013 PT Yana Scholastika Permana mengadakan perjanjian sewa tower/menara komunikasi dengan PT Mobile Nine Telecom sebesar Rp60.000.000,00 selama 2 tahun. Pembayaran sewa tower/menara komunikasi dilakukan sekaligus pada tanggal 5 April 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Persewaan tower/menara komunikasi tidak termasuk dalam objek persewaan tanah dan/atau bangunan sesuai ketentuan Peraturan

7 4

Page 148: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 137

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pembayaran Pajak atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002. Namun demikian atas sewa tower/menara tersebut termasuk dalam pengertian sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang atas penghasilannya dipotong PPh Pasal 23 oleh pihak yang membayarkan penghasilan yaitu PT Mobile Nine Telecom. Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 sebesar:2% x Rp60.000.000,00 = Rp1.200.000,00.Kewajiban PT Mobile Nine Telecom sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp1.200.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Yana Scholastika Permana;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Mei 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak April 2013 paling lambat tanggal 20 Mei 2013.

Royalti

License Number Pada Produk Software

PT Opensoft sebagai distributor software berlisensi pada bulan Mei 2013 menjual sejumlah software berlisensi kepada:• PT Ewie System (reseller) sebesar Rp225.000.000,00 atas software

AutoCad yang dibayar pada tanggal 10 Mei 2013;• PT Qyu Qyu (end user) sebesar Rp50.000.000,00 atas harga

software Microsoft Windows Server sekaligus melakukan instalasi software dengan biaya Rp2.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 16 Mei 2013;

• PT Bangun Teknik (end user) sebesar Rp75.000.000,00 atas upgrade software AutoCad dan jasa maintenance. Di dalam invoice yang diterbitkan PT Opensoft tidak dipisahkan antara

7 5

Page 149: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh138

biaya upgrade software dan biaya maintenance software yang dibayar pada tanggal 24 Mei 2013.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Mengingat licence number/licence code pada produk software hanya berfungsi untuk mengaktifkan software agar dapat dioperasikan, maka licence number/licence code pada produk software tidak dimaksudkan sebagai izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh PT Opensoft dari:a. penjualan produk software berlisensi yang terdapat licence

number/licence code kepada PT Ewie System dan PT Qyu Qyu tidak dilakukan pemotongan atau pemungutan PPh;

b. pemberian jasa instalasi software kepada PT Qyu Qyu dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar:2% x Rp2.000.000,00 = Rp40.000,00;

c. pemberian jasa maintenance software kepada PT Bangun Teknik dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar:2% x Rp75.000.000,00 = Rp1.500.000,00. Yang wajib dilakukan pemotongan oleh PT Bangun Teknik.Karena antara biaya upgrade software dan biaya maintenance tidak dipisahkan dalam invoice, maka penghasilan yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar Rp75.000.000,00 (jumlah total).

Kewajiban PT Qyu Qyu sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp40.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Opensoft;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

Page 150: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 139

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Kewajiban PT Bangun Teknik sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp1.500.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Opensoft;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Bunga

Bunga Pinjaman

PT Gedhe Toy yang bergerak di bidang produksi mainan anak-anak pada tanggal 1 November 2012 melakukan pinjaman kepada PT Berlian Adje, yang bergerak di bidang usaha pengolahan limbah plastik (Wajib Pajak badan usaha bukan bank dan bukan penyalur pinjaman), sebesar Rp200.000.000,00 dan kepada Sdr. Tarno Sutarno sebesar Rp100.000.000,00. Pinjaman tersebut direncanakan akan digunakan untuk melakukan ekspansi usaha. Berdasarkan perjanjian antara PT Gedhe Toy dengan kreditor disepakati bahwa bunga pinjaman masing-masing adalah sebesar Rp3.000.000,00 dan Rp1.500.000,00 perbulan (suku bunga 18%) dan harus dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) tahun. Pembayaran angsuran dilakukan mulai tanggal 1 Desember 2012 dan pembayaran selanjutnya dilakukan setiap tanggal 1 bulan berikutnya. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Atas penghasilan berupa bunga pinjaman yang dibayarkan setiap bulan oleh PT Gedhe Toy kepada PT Berlian Adje dan Sdr. Tarno

7 6

Page 151: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh140

Sutarno merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh PT Gedhe Toy.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 untuk:• PT Berlian Adje adalah sebesar:

15% x Rp3.000.000,00 = Rp450.000,00

• Sdr. Tarno Sutarno adalah sebesar:15% x Rp1.500.000,00 = Rp225.000,00

Kewajiban PT Gedhe Toy sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp450.000,00 atas

pembayaran bunga kepada PT Berlian Adje dan Rp225.000,00 atas pembayaran bunga kepada Sdr. Tarno Sutarno dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Berlian Adje dan Sdr. Tarno Sutarno;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pemotongan;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak dilakukannya pemotongan paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Dividen

Dividen yang Diterima oleh Badan

PT Inyong Bae, Tbk. mempunyai 100.000 lembar saham yang beredar dengan nilai nominal Rp5.000,00 per lembar saham. Pada tanggal 15 Nopember 2012, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi perusahaan mengumumkan pembagian dividen dengan mekanisme sebagai berikut:• Pembagian dividen kas untuk pemegang saham dengan

kepemilikan sampai dengan 10% sebesar @Rp50,00 per saham;• Pembagian dividen saham sebesar 1% untuk pemegang saham

dengan kepemilikan sampai dengan 20%;• Pembagian dividen dialokasikan dari cadangan laba yang

ditahan yang dibentuk dari tahun-tahun sebelumnya;

7 7

Page 152: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 141

• Pembagian dividen akan didistribusikan pada tanggal 15 Januari 2013, kepada para pemegang saham yang tercatat pada tanggal 14 Desember 2012.

Komposisi pemegang saham yang tercatat pada tanggal 14 Desember 2012 adalah sebagai berikut:• PT Adja Kelalen dengan kepemilikan 70%;• PT Ricca Kepribhen dengan kepemilikan 20%;• PT Medhang Jahe dengan kepemilikan 10%.Berikut adalah ikhtisar hak-hak para pemegang saham atau ekuitas perusahaan pada tanggal 15 Nopember 2012:Saham Biasa, nominal @ Rp5.000,00 (100.000 lembar beredar) Rp500.000.000,00Agio Saham Biasa Rp100.000.000,00Laba Ditahan Rp650.000.000,00Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g dan Pasal 4 ayat (3) huruf f, pada dasarnya dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Badan terutang PPh Pasal 23, namun demikian dalam hal dividen tersebut diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan

usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

maka atas pembayaran dividen tersebut dikecualikan dari objek pajak.

Page 153: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh142

PPh Pasal 23 atas dividen PT Inyong Bae, Tbk. terutang pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas dividen (recording date) yaitu pada tanggal 14 Desember 2012.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:1. PT Adja Kelalen yang mempunyai kepemilikan saham sebesar

70% tidak dipotong PPh Pasal 23 karena kepemilikan sahamnya di PT Inyong Bae Tbk. diatas 25% dan dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

2. PT Ricca Kepribhen dengan kepemilikan saham sebesar 20% dipotong PPh Pasal 23 walaupun dividen tersebut diberikan dalam bentuk saham.Total kepemilikan saham PT Ricca Kepribhen adalah 20% x 100.000 lbr = 20.000 lbrNilai dividen saham:1% x 20.000 lbr x Rp5.000,00 = Rp1.000.000,00.PPh Pasal 23 yang dipotong = 15% x Rp1.000.000,00

= Rp150.000,003. PT Medhang Jahe dengan kepemilikan saham sebesar 10%

dipotong PPh Pasal 23 sebagai berikut:Total kepemilikan saham = 10% x 100.000 lbr = 10.000 lembarNilai dividen = Rp50,00 x 10.000 lembar = Rp500.000,00PPh Pasal 23 yang dipotong = 15% x Rp500.000,00 = Rp75.000,00

Kewajiban PT Inyong Bae Tbk. sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp150.000,00

dan Rp75.000,00 dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Ricca Kepribhen dan PT Medhang Jahe;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 Januari 2014;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Desember 2012 paling lambat tanggal 21 Januari 2014.

Page 154: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 143

Hadiah

Hadiah Perlombaan

PT Sundays Mart menjadi pemenang pertama lomba pelayanan konsumen terbaik yang diadakan oleh Asosiasi Toko Retail Indonesia dengan hadiah sebesar Rp30.000.000,00 pada tanggal 23 Agustus 2013.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Hadiah perlombaan yang diterima oleh PT Sundays Mart merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan pemotongan oleh Asosiasi Toko Retail Indonesia.Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:15% x Rp30.000.000,00 = Rp4.500.000,00.Kewajiban Asosiasi Toko Retail Indonesia sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp4.500.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Sundays Mart;

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 10 September 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Komisi Penjualan

PT Cell Indonesia Distributor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan, pemasaran dan distribusi handphone dengan merk “Celli” melalui distributor yang meliputi wilayah pemasaran seluruh Indonesia.

7 8

7 9

Page 155: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh144

Dalam bulan September 2013, PT Cell Indonesia Distributor memberikan diskon sebesar Rp20.000.000,00 kepada PT Bagusphone atas pembelian pada bulan September 2013 sebesar Rp200.000.000,00 dimana diskon dimaksud dicantumkan sebagai pengurang harga penjualan baik pada invoice penjualan maupun Faktur Pajak Keluaran. Dalam rangka meningkatkan volume penjualan, berdasarkan perjanjian kerjasama antara pihak PT Cell Indonesia Distributor dan PT Bagusphone, disepakati bahwa PT Cell Indonesia Distributor memberikan komisi penjualan berupa tambahan diskon/rabat kepada PT Bagusphone berdasarkan pencapaian target tertentu yang telah ditetapkan. Penjualan handphone PT Bagusphone bulan September 2013 telah memenuhi target, sehingga pada tanggal 25 Oktober 2013 PT Cell Indonesia Distributor memberikan komisi penjualan berupa tambahan diskon sebesar Rp25.000.000,00. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Mengingat komisi penjualan berupa tambahan diskon/rabat tersebut:• diterima oleh Wajib Pajak Badan (PT Bagusphone); • merupakan penghargaan atas pencapaian target penjualan; maka atas pembayaran komisi penjualan tersebut termasuk dalam pengertian penghargaan yang merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan pemotongan oleh PT Cell Indonesia Distributor. Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar:15% x Rp25.000.000,00 = Rp3.750.000,00.Kewajiban PT Cell Indonesia Distributor sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp3.750.000,00

dan memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Bagusphone;

Page 156: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 145

2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 11 November 2013;

3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.

Listing Fee

PT Ringin Ageng Tbk. merupakan perusahaan industri makanan ringan. Dalam rangka memasarkan produk, PT Ringin Ageng Tbk. melakukan kerjasama dengan outlet-outlet yang salah satunya adalah PT Lucky Mart. Dalam transaksi yang dilakukan terdapat biaya listing fee yaitu biaya pendaftaran atas produk yang akan dipasarkan dalam outlet-outlet tersebut. Pada tanggal 10 Juni 2013, PT Ringin Ageng Tbk. melakukan pembayaran listing fee kepada PT Lucky Mart sebesar Rp14.000.000,00. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Penghasilan listing fee berupa biaya pendaftaran atas produk baru sebesar Rp14.000.000,00 yang diterima oleh PT Lucky Mart bukan merupakan objek pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 23. PT Ringin Ageng Tbk. tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut.

8 0

Page 157: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh146

Pembayaran Dividen ke Luar Negeri dan Penjualan Harta

Pembayaran Dividen ke Luar Indonesia

PT Flip Light Indonesia sebuah perusahaan penanaman modal asing, pada tanggal 10 Mei 2013 mengumumkan pembagian dividen dari keuntungannya di tahun 2012, antara lain kepada:• Mr. Sneijder, Subjek Pajak Luar Negeri yang berdomisili di

Belanda (dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili sesuai dengan format yang telah ditentukan yang diserahkan kepada PT Flip Light Indonesia), sebesar Rp300.000.000,00;

• perusahaan Spurs Vehicle Co., perusahaan yang berkedudukan di Mauritius, sebesar Rp5.000.000.000,00.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi merupakan objek PPh.Apabila penerima dividen tersebut adalah:• Wajib Pajak badan dalam negeri (kecuali Wajib Pajak badan

tertentu sebagaimana dijelaskan dalam halaman 49) dan Bentuk Usaha Tetap maka dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto dividen;

• Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri maka dipotong PPh bersifat final sebesar 10% dari jumlah bruto dividen;

• Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap maka dipotong PPh Pasal 26 dengan tarif 20% atau sesuai dengan tarif dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) terkait.

Untuk dapat dipotong PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai dengan P3B maka Wajib Pajak luar negeri penerima penghasilan harus dapat menyerahkan Surat Keterangan Domisili (SKD) sesuai dengan format yang telah ditentukan kepada pemotong PPh.Kewajiban PT Flip Light Indonesia sebagai pemotong PPh Pasal 26

8 1

Page 158: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 147

adalah:1. PT Flip Light Indonesia memotong PPh Pasal 26 sebesar:a. 10% x Rp300.000.000,00 = Rp30.000.000,00 atas pembayaran

dividen kepada Mr. Sneijder. Berdasarkan P3B Indonesia-Belanda atas dividen tersebut dapat dikenakan pajak di Indonesia dengan tarif tidak lebih dari 10%;

b. 20% x Rp5.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00 atas pembayaran dividen kepada Spurs Vehicle Co. Tarif yang digunakan sesuai dengan Pasal 26 yaitu 20% karena tidak ada P3B antara Indonesia-Mauritius;

2. menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pembayaran dividen tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.

Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri

Wow Way Co. (perusahaan di Cina) adalah salah satu pemegang saham PT Indonat. Wow Way Co. di bulan Januari 20113 menjual saham yang dimilikinya di PT Indonat kepada PT Holdindo (perusahaan di Indonesia) senilai Rp5.000.000.000,00 dan kepada Tematek Co. (perusahaan di Malaysia) senilai Rp20.000.000.000,00.Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Penghasilan dari penjualan saham Perseroan Terbatas dalam negeri yang diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dipotong pajak sebesar 20 % x 25 % atau 5 % (lima persen) dari harga jual.Perseroan Terbatas dalam negeri tersebut adalah Perseroan Terbatas yang:• sahamnya diperjualbelikan oleh pemegang saham yang

berstatus Wajib Pajak luar negeri; dan• tidak berstatus sebagai Emiten atau Perusahaan Publik.

8 2

Page 159: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh148

Pemotong PPh Pasal 26 ini adalah pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak. Dalam hal pembelinya adalah WPLN, maka yang ditunjuk sebagai pemungut pajak adalah Perseroan.Bagi pemegang saham Wajib Pajak luar negeri yang berkedudukan di negara-negara yang telah mempunyai P3B dengan Indonesia, maka pemotongan PPh Pasal 26 hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak pemajakannya ada di Indonesia.Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 26 PT Holdindo adalah:1. PT Holdindo memotong PPh Pasal 26 sebesar Rp250.000.000,00

(20% x 25% x Rp5.000.000.000,00) atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayarkan kepada Wow Way Co;

2. menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 26 oleh PT Indonat adalah sebagai berikut:1. PT Indonat memungut PPh Pasal 26 sebesar Rp1.000.000.000,00

(20% x 25% x Rp20.000.000.000,00) atas penghasilan dari penjualan saham yang dibayar oleh Tematek Co. kepada Wow Way Co;

2. menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipungut atas pengalihan saham tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;

3. melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.

Pembayaran Jasa ke Luar Negeri

PT Sistama Indonesia melakukan pembayaran kepada System International Co. atas jasa manajemen senilai Rp500.000.000,00. System International Co. berkedudukan di Inggris yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD). Penyerahan jasa oleh System International Co. tersebut dilakukan langsung tanpa melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

8 3

Page 160: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 149

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab:

Inggris adalah salah satu negara mitra P3B Indonesia, sehingga perlakuan PPh bagi Wajib Pajak luar negeri (resident) Inggris harus memperhatikan ketentuan dalam P3B. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh System International Co. untuk dapat menggunakan P3B dalam rangka pemotongan PPh adalah Surat Keterangan Domisili. Jenis penghasilan yang dibayarkan oleh PT Sistama Indonesia kepada System International Co. adalah penghasilan dari jasa. Dalam kasus ini, berdasarkan P3B Indonesia-Inggris maka penghasilan dari jasa hanya dapat dikenai pajak di Inggris karena System International Co. tidak mempunyai BUT di Indonesia.

Page 161: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

oasis pemotongan/pemungutan PPh150

Page 162: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 151

3 Daftar Peraturan

A. PPh Pasal 4 ayat (2)

1. UmumPasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

2. Bunga Deposito dan Tabungan Lainnya a. Peratuan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia;

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/PJ/2013 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri Keuangan.

3. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara a. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan berupa Bunga Obligasi;b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2011 tentang

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.011/2012.

4. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi a. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh

Page 163: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh152

Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi;b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.03/2010 tentang

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi.

5. Hadiah Undian Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian.

6. Transaksi Saham a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/1997 tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek.

7. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan a. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008;

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 tentang Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;

d. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-30/PJ/2009 tentang Tata Cara Pemberian Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan;

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/ PJ/2010 tentang Tata Cara Penelitian Surat Setoran Pajak atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan;

Page 164: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 153

f. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Pajak Penghasilan yang Bersifat Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan Penentuan Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan Oleh Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

8. Jasa Konstruksi a. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009.

9. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 tentang Pembayaran

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002;

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996 tentang Pelaksanaan Pembayaran dan Pemotongan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;

c. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./1996 tentang Penunjukan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Tertentu Sebagai Pemotong Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan;

d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./2002 tentang Tata Cara Pemotongan dan Pembayaran, serta Pelaporan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Page 165: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh154

10. Dividen/SHU Koperasia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri;

11. Dividen yang Diterima Orang Pribadia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri;

c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2012 tentang Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Dividen.

12. Peredaran Bruto Tertentua. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu;

c. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2013 tentang Tata Cara Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak yang Dikenai Pajak Penghasilan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu;

d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-42/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang

Page 166: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 155

Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

B. Pajak Penghasilan Pasal 15

1. Pasal 15 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 475/KMK.04/1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri;

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996 tentang Pajak Penghasilan terhadap Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri;

6. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak yang Bergerak di Bidang Usaha Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri;

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ.4/1996 tentang Norma Penghitungan Khusus Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak yang Bergerak di Bidang Usaha Penerbangan Dalam Negeri.

C. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pasal 21 Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus;

Page 167: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh156

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak;

8. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

D. Pajak Penghasilan Pasal 22

1. Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.011/2013;

4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain,

Page 168: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUMSOAL JAWABDAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh 157

sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2013.

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ/2013 tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012 tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

E. Pajak Penghasilan Pasal 23

1. Pasal 23 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/PMK.03/2008 tentang Penghasilan atas Jasa Keuangan yang Dilakukan oleh Badan Usaha yang Berfungsi sebagai Penyalur Pinjaman dan/atau Pembiayaan yang Tidak Dilakukan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23;

4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 33/PJ/2009 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Royalti dari Hasil Karya Sinematografi;

5. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-53/PJ/ 2009 tentang Jumlah Bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

6. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-35/PJ/2010 tentang Pengertian Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta, Jasa Teknik, Jasa Manajemen, dan Jasa Konsultan Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) Huruf c Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

Page 169: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

PENJELASAN UMUM SOAL JAWAB DAFTAR PERATURAN

oasis pemotongan/pemungutan PPh158

7. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-30/PJ/2012 tentang Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Dividen.

F. Pajak Penghasilan Pasal 26

1. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008;

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 624/KMK.04/1994 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Penghasilan Berupa Premi Asuransi dan Premi Reasuransi yang Dibayar kepada Perusahaan Asuransi di Luar Negeri;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 434/KMK.04/1999 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Penghasilan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri Selain Bentuk Usaha Tetap atas Penghasilan Berupa Keuntungan dari Penjualan Saham;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.03/2011 tentang Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan Kena Pajak Sesudah Dikurangi Pajak dari Suatu Bentuk Usaha Tetap;

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Penghasilan dari Penjualan atau Pengalihan Saham Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (3c) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2009 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Penghasilan dari Penjualan atau Pengalihan Harta di Indonesia, Kecuali yang Diatur dalam Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri Selain Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.

G. Kewajiban Penyetoran dan Pelaporan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaaan Pembayaran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010.

Page 170: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pengarah

Poltak Maruli John Liberty Hutagaol

Penanggungjawab Goro Ekanto

Redaktur Sudiro

Editor Haris Faisal

Koordinator Nurbaeti Munawaroh

Putut Suyoso Tricahyono Bambang Eko Nugroho

Arief Prasetyo Mashar Resmawan

AnggotaAulia Rais

Yayuk NurazizahArif Mulyono

Samuel Nugroho Tri UtomoDewi Maslikah

Marhentin Ika KurniawatiEdward Parulian Donald Tua Immanuel

Raisita Agus WahyonoMuhammad ShodiqMasrul Andriyanto

MasykurDani Ramdani

Stefanus Hajar Banu SujitaIkha Yuni Hapsari

Rizki NugrohoBudiyanto

Irine Diani TyasnitaAri Eko Hartoyo

Eko Haryono Aritonang

TIM PENYUSUN

coverdesign&layout @nugroho.samuel

Page 171: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Page 172: 3HPRWRQJDQ 3HPXQJXWDQ 33K - bambangkesit@edutour · yang sifatnya baru. Ketentuan yang mengalami perubahan antara lain ketentuan mengenai besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pemotongan/Pemungutan PPh

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PAJAK