34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternatif. Pemerintah telah mengeluarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional Periode 2005 – 2025 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional (Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006). Dalam cetak biru itu, peranan energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat menjadi 4,4% pada tahun 2025. Kelangkaan sumber – sumber energi seperti gas elpiji dan berkurangnya debit air akibat musim kemarau di waduk-waduk pembangkit listrik membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air kurang berfungsi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir di beberapa daerah. Hal ini tentu saja akan merugikan masyarakat yang kegiatan sehari-harinya menggunakan listrik. Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi karena sampai sekarang pemerintah dan masyarakat pada umumnya terkesan masih mengabaikan keberadaan bioenergi atau sumber energi baru yang berpotensi sangat besar untuk dikembangkan. Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Pemanfaatan bioenergi sebagai sumber energi alternatif khususnya biogas di Indonesia merupakan langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas elpiji yang harganya mahal dan keberadaannya yang langka di masyarakat. Selain itu, biogas juga bisa menghasilkan energi listrik yang cukup besar. Pengembangan biogas di daerah – daerah yang berpotensi untuk memproduksinya adalah merupakan suatu langkah untuk membuka lapangan kerja baru dan sekaligus untuk mengurangi jumlah sampah, khususnya sampah organik. Kebijakan Pemerintah tersebut menekankan pada sumber daya yang 1

48616318 Biogas Dari Kotoran Sapi

  • Upload
    cusey

  • View
    89

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses terbentuknya biogas dari kotoran sapi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis energi yang melanda negeri ini diperkirakan masih akan

berlangsung beberapa tahun ke depan. Di tengah persoalan tersebut,

pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi solusi alternatif.

Pemerintah telah mengeluarkan Blue Print Pengelolaan Energi Nasional

Periode 2005 – 2025 yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Energi

Nasional (Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006). Dalam cetak biru itu,

peranan energi baru dan terbarukan ditargetkan meningkat menjadi 4,4%

pada tahun 2025. Kelangkaan sumber – sumber energi seperti gas elpiji dan

berkurangnya debit air akibat musim kemarau di waduk-waduk pembangkit

listrik membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air kurang berfungsi dan

menyebabkan pemadaman listrik bergilir di beberapa daerah. Hal ini tentu

saja akan merugikan masyarakat yang kegiatan sehari-harinya menggunakan

listrik. Fenomena-fenomena tersebut dapat terjadi karena sampai sekarang

pemerintah dan masyarakat pada umumnya terkesan masih mengabaikan

keberadaan bioenergi atau sumber energi baru yang berpotensi sangat besar

untuk dikembangkan. Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan

salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap

sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Pemanfaatan bioenergi

sebagai sumber energi alternatif khususnya biogas di Indonesia merupakan

langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas elpiji

yang harganya mahal dan keberadaannya yang langka di masyarakat. Selain

itu, biogas juga bisa menghasilkan energi listrik yang cukup besar.

Pengembangan biogas di daerah – daerah yang berpotensi untuk

memproduksinya adalah merupakan suatu langkah untuk membuka lapangan

kerja baru dan sekaligus untuk mengurangi jumlah sampah, khususnya

sampah organik.

Kebijakan Pemerintah tersebut menekankan pada sumber daya yang

1

dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak Salah satu

sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam

limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan

dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion.

Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif

sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil. Biogas

sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2),

dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida

(H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang

kandungannya sangat kecil.

1.2 Rumusan Masalah

Mengapa Biogas harus dikembangkan, dikarenakan :

1. Polusi

Selama ini kotoran ternak menjadi permasalahan, karena

menimbulkan polusi udara dan air sehingga menjadi pemicu konflik sosial

antara peternak dan non peternak. Keberadaan peternakan di lokasi padat

peduduk sering mendapat tekanan dari masyarakat dan akhirnya

keberlasungannya terancam. Polusi udara ini disebabkan oleh bau dari

kotoran ternak.

2. Pemanasan Global

Gas Methan (CH4) merupakan kelompok gas rumah kaca (green

house gas) yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan panas dunia

(global warming) setara dengan 21 kali karbon dioksida (CO2). Gas

methan ini jiga dihasilkan oleh ternak hidup yang dikeluarkan ternak

melalui mulut (sendawa) dan anus ternak, serta dari tumpukan kotoran

ternak. Gas methan yang dikeluarkan dari tubuh ternak, gas methan dari

luar peternakan, serta kelompok gas rumah kaca lainnya yang terlepas

keudara bebas secara bersama – sama menyebabkan terjadinya

peningkatan panas bumi. Peningkatan panas bumi ini dalam jangka

2

panjang dapat menurunkan kualitas lingkungan, musim kemarau lebih

panjang, produksi pertanian menurun dan menimbulkan ancaman bencana

alam.

Gambar 1. Proses Efek Rumah Kaca

3. Biogas Energi Alternatif

Saat ini minyak tanah sebagai bahan bakar utama bagi rumah

tangga menjadi langka dan mahal yang dapat menyebabkan kemiskinan.

Disisi lain terdapat energy alternative biogas yang dapat digunakan

sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah. Bahan bakunya bisa

menggunakan bahan organik dari limbah kotoran ternak yang selama ini

belum begitu banyak dimanfaatkan.

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Energi alternative (pada

khususnya Biogas).

b. Mahasiswa memperoleh wawasan tentang Biogas dan pemanfaatannya.

c. Mahasiswa memperoleh ketrampilan dalam cara pengolahan dan

pembuatan Biogas.

d. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang terjadi di Dunia tentang

krisis energi.

3

1.4 Manfaat Biogas

Pengembangan biogas dari limbah peternakan dapat bermanfaat

antara lain :

a. Masyarakat dapat mandiri atau hemat Energi BBM

b. Penghematan keuangan rumah tangga

c. Bagi Negara terjadi penghematan ekonomi dalam bentuk

pengurangan subsidi.

d. Peternakan jadi ramah lingkungan (polusi udara, dan air) berkurang.

e. Pengurangan perambahan hutan untuk kayu bakar.

f. Populasi ternak terjaga, bahkan dapat terjadi peningkatan populasi

ternak.

g. Perbaikan manajemen pemeliharaan ternak

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Biogas

1. Cina

Sejak tahun 1975 "biogas for every household". Pada tahun 1992, 5

juta rumah tangga di China menggunakan biogas. Reaktor biogas yang

banyak digunakan adalah model sumur tembok dengan bahan baku kotoran

ternak dan manusia serta limbah pertanian.

2. India

Dikembangkan sejak tahun 1981 melalui "The National Project on

Biogas Development" oleh Departemen Sumber Energi non-Konvensional.

Tahun 1999, 3 juta rumah tangga menggunakan biogas. Reaktor biogas

yang digunakan model sumur tembok dan dengan drum serta dengan bahan

baku kotoran ternak dan limbah pertanian.

3. Indonesia

Mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an, pada tahun 1981 melalui

Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari FAO dibangun

contoh instalasi biogas di beberapa provinsi. Penggunaan biogas belum

cukup berkembang luas antara lain disebabkan oleh karena masih relatif

murahnya harga BBM yang disubsidi, sementara teknologi yang

diperkenalkan selama ini masih memerlukan biaya yang cukup tinggi karena

berupa konstruksi beton dengan ukuran yang cukup besar. Mulai tahun

2000-an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga)

dengan konstruksi sederhana, terbuat dari plastik secara siap pasang

(knockdown) dan dengan harga yang relatif murah.

2.2 Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus

dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah

energi, baik untuk keperluan rumah tangga, maupun untuk industri dan

5

transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan

pemerintah ialah rencana pengurangan penggunaan bahan bakar minyak

tanah untuk keperluan rumah tangga. Sejalan dengan hal itu pemerintah juga

mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber-sumber energi

alternative lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi,

dan lingkungan, apakah itu berupa biofuel, biogas/gas bio, briket arang dan

lain sebagainya. Beberapa waktu yang lalu sempat menjadi wacana

kemungkinan digunakannya briket batu bara. Namun, belakangan upaya ke

arah itu agaknya tidak diteruskan atau sementara dihentikan dulu karena

dianggap belum layak dari segi lingkungan khususnya jika digunakan untuk

energi rumah tangga.

Dalam rangka pemenuhan keperluan energi rumah tangga khususnya

di perdesaan maka perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk menerapkan

berbagai alternatif energi yang layak bagi masyarakat. Sehubungan dengan

hal tersebut maka salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah

melaksanakan program Bio Energi Perdesaan (BEP), yaitu suatu upaya

pemenuhan energi secara swadaya (self production) oleh masyarakat

khususnya di perdesaan, termasuk bagi masyarakat di desa-desa terpencil

seperti di daerah pedalaman dan kepulauan. Pelaksanaan program BEP juga

terkait dengan upaya – upaya pengembangan agrobisnis dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan dan ramah

lingkungan. Secara garis besar tujuan program BEP adalah berkembangnya

swadaya masyarakat dalam penyediaan dan penggunaan bio energi (bio gas,

bio massa, dan bio fuel) bagi keperluan rumah tangga termasuk untuk

kegiatan usaha industri rumah tangga khususnya di perdesaan. (reff:

dekfendy.blog.uns.ac.id/.../membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/)

6

Tabel 1. Potensi Energi Terbarukan dan Kapasitas Terpasang di Indonesia

Sumber Energi

Terbarukan

Potensi

(MWe)

Kapasitas Terpasang

( MWe)

Penggunaan (%)

Gepthermal *) 19650 589 3.00Micro-hydro*) 458.75 21 4.58Solar/PV**) 156487 5 0.0032Angin***) 9286 0.5 0.0054Biomasa *) 49807 178 0.36Total 2.36E+05 793.5 7.95

Reff: Ripebat; Dgeeu, 1977; Ace (2002)

jam operasi : 8 jam/hari

**) total area potensial 2 x106 km2

***) total luasan kincir angin per unit : 250 m x 250 m

2.3 Biogas

Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik

yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam

kondisi anaerobik.

Komponen Biogas :

Tabel 2. Komposisi BiogasKomponen Konsentrasi

Metana 50-75% vol.Karbon Dioksida 25-45% vol.Air 2-7% vol. (20-40 OC)Hidrogen sulfide 20-20.000 ppmNitrogen < 2% vol.Oksigen < 2% vol.Hidrogen < 1% vol.Sumber: Kaltscmitt dan Hartmann, 2001

2.3.1 Bahan Baku Biogas

Bahan baku biogas dapat diperoleh dari berbagai macam sumber :

• Kotoran Ternak

7

Salah satu kotoran ternak yang dipakai untuk bahan bak pembuatan

biogas adalah kotoran ternak dari sapi. Sifat – sifat input dari kotoran

ternak sapi. Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa

setiap 1 kg kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas.

Tabel 3. Komposisi Kotoran Ternak (Sapi)

Sumber: Kalle, G.P. & Menon, K.K.G.

• Kotoran Hewan dan Kotoran Manusia

Berdasarkan hasil estimasi, seekor sapi dalam satu hari dapat

menghasilkan kotoran sebanyak 10 – 30 kg. Seekor ayam menghasilkan

25 gr/hari, dan seekor babi dewasa dengan berat 4,5-5,3 kg/hari.

Berdasarkan hasil riset yang pernah ada diketahui bahwa setiap 1 kg

kotoran ternak sapi berpotensi menghasilkan 360 liter biogas dan 20 kg

kotoran babi dewasa bisa menghasilakan 1,379 liter biogas.

• Sampah Padat Organik

Secara garis besar sampah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu

anorganik, organik, dan khusus. Sampah organik berasal dari bahan-bahan

penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan

dari kegiatan pertanian, perikanan, kegiatan rumah tangga, industri atau

kegiatan lainnya ( sampah dapur, sisa sayuran, kulit buah, buah busuk,

8

kertas, daun-daunan, jerami, dan sekam). Sampah organik ini dengan

mudah dapat diuraikan dalam proses alami. Berdasarkan hasil penelitian,

pembuatan biogas dari sampah organik menghasilkan biogas dengan

komposisi metana 51,33-58,58% dan gas CO2 41,82-48,67%.

Percampuran sampah organik tersebut dengan kotoran hewan dapat

meningkatkan komposisi metana dalam biogas.

• Limbah Organik Cair

Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari

suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi. Kegiatan-kegitan yang

berpotensi sebagai penghasil limbah cair antara lain kegiatan industri,

rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Saat ini, kegiatan rumah tangga

mendominasi jumlah limbah cair dengan persentase sekitar 40% dan

diikuti oleh limbah industri 30% dan sisanya limbah rumah sakit,

pertanian, peternakan, atau limbah lainnya. Komponen utama limbah cair

adalah air (90%), sisanya yaitu bahan padat yang bergantung pada asal

buangan tersebut. Tidak semua limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku penghasil biogas. Limbah tersebut antara lain urin hewan

ternak, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair industri seperti industri

tahu, tempe, tapioka, brem, dan rumah potong hewan. Pengolahan limbah

cair untuk biogas dilakukan dengan mengumpulkan limbah cair dalam

digester anaerob yang diisi dengan media penyangga yang berfungsi

sebagai tempat melekatnya bakteri anaerob. (Reff : Hambali, Erliza, dkk.

2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agro Media)

Tabel 4. Komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran

ternak dengan sisa pertanian.

Jenis gas BiogasKotoran sapi Campuran kotoran + sisa

9

pertanian

Metan (CH4) 65,7 54 – 70Karbon dioksida (CO2) 27,0 45 – 57

Nitrogen (N2) 2,3 0,5 - 3,0Karbon monoksida (CO) 0 0,1

Oksigen (O2) 0,1 6,0

Propena (C3H8) 0,7 -Hidrogen sulfida(H2S) - SedikitNilai kalor (kkal/m2) 6513 4800 – 6700Sumber: Harahap, dkk (1978)

2.3.2 Rasio C/N (Karbon per Nitrogen)

Hubungan antara jumlah Karbon dan Nitrogen yang terdapat

pada bahan organik dinyatakan dalam terminologi rasio karbon/nitrogen

(C/N). Apabila rasio C/N sangat tinggi, Nitrogen akan dikonsumsi

sangat cepat oleh bakteri metan sampai batas persyaratan protein dan tak

lama bereaksi kearah kiri pada kandungan karbon pada bahan. Sebagai

akibatnya produksi metan akan menjadi rendah. Sebaliknya, apabila

rasio C/N sangat rendah, nitrogen akan bebas dan berakumulasi dalam

bentuk amoniak (NH4), NH4 akan meningkatkan derajat pH bahan

dalam pencerna. pH lebih tinggi dari 8,5 akan mulai menunjukkan akibat

racun pada populasi bakteri metan.

Tabel 5. Rasio C/N dari beberapa bahan organik

Bahan Rasio C/NKotoran bebek 8Kotoran manusia 8Kotoran ayam 10Kotoran kambing 12Kotoran babi 18Kotoran domba 19

10

Kotoran kerbau/sapi 24Enceng Gondok (water hyacinth) 25Kotoran gajah 43Jerami (jagung) 60Jerami (padi) 70Jerami (gandum) 90Sisa gergajian diatas 200

Sumber: Karki and Dixit (1984)

2.4 Reaksi Pembentukan Biogas

11

Karbohidrat

Glukosa

LipidProtein

Asam Amino

Gliserol, Inositol

H2O,CO

2,Format,Asetat

Propionat,Butirat Valerat,Laktat, Etanol

H2CO

2,Asetat

CH4 + CO

2

Hidrolisis

Fermentasi

NH

3

Metanogenesis

Asetogenesis

Metanogenesis

Gambar 2 Proses Reaksi Pembentukan Biogas

2.5 Alat pembuatan biogas

2.5.1 Digester

Merupakan tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses

pencernaan bahan organik anaerob.

2.5.1.1 Prinsip digester

1. Kondisi digester anaerob atau tidak ada oksigen.

2. Memiliki inlet (saluran pemasukan) dan outlet (saluran pengeluaran

limbah, serta saluran pengeluaran gas).

3. Memiliki ruang kosong untuk gas metan

4. Temperatur (30 – 60 OC)

2.5.1.2 Bahan Baku Untuk membuat digester

Banyak bahan yang dapat digunakan untuk membuat digester antara lain:

1. Tembok atau Cor

2. Fiber

3. Plat besi

4. Drum : plat atau plastik

5. Plastik

2.5.1.3 Tipe – Tipe Digester

1. Balon Plastik ditanam horisontal (Ballon Plants)

12

2. Kubah Permanen (Fixed – Dome Plants)

3. Kubah yang dilengkapi drum terapung (Floating – drum Plant).

Macam – macam gambar digester :

Gambar 3. Digester Tipe Balloon Plants

Gambar 4. Digester Tipe Fixed Dome

13

Gambar 5. Digester Tipe Floating Dome

2.6 Bakteri yang Terlibat dalam Proses Pembentukan Biogas

Bakteri Methanogen

Famili methanogen (bakteri metan) digolongkan menjadi 4 genus

berdasarkan perbedaan-perbedaan sitologi.

Bakteri berbentuk batang:

1. Tidak berspora, metanobakterium

2. Berspora, Metanobacillus

3. Bakteri berbentuk lonjong :

a) Sarcine, metanosarcina

b) Tidak termasuk group sarcinal, metanococcus.

Bakteri metanogenik berkembang lambat dan sensitive terhadap

perubahan mendadak pada kondisi-kondisi fisik dan kimiawi. Sebagai contoh,

penurunan 2OC secara mendadak pada slurry mungkin secara signifikan

berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi gas. (reff : Langrange,

1979).

Karakteristik Bakteri Non Metanogen

Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan

biogas untuk mengubah senyawa yang kompleks menjadi molekul yang lebih

sederhana . Bakteri non metanogen terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu

bakteri aerob dan bakteri anaerob yang termasuk golongan bakteri hidrolitik,

fermentatif, dan asetogenik.(Madigan et al, 2003).

Golongan bakteri hidrolitik memiliki berbagai enzim hidrolitik

ekstraseluler yang disekresikan ke luar sel untuk memecah senyawa

kompleks seperti polisakarida, asam nukleat, dan lipid, menjadi molekul yang

lebih kecil sehingga dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai

14

sumber karbon dan elekton donor (Bibiana,1994; Madigan et al, 2003),

contoh bakteri hidrolitik adalah bakteri genus Bacillus sp. Bacillus mampu

hidup dalam lingkungan aerob atau fakultatif aerob, dapat membentuk spora

dengan tipe sentral, atau terminal yang menyebabkan Bacillus lebih adaptif

terhadap perubahan lingkungan, jika lingkungan menguntungkan spora

bergerminasi kembali menjadi sel vegetatif. (Madigan et al, 2003).

Enzim yang dimiliki oleh bakteri hidrolitik diantaranya adalah

amilase, protease, lipase, gelatinase, selulase (Cappuccino & Sherman, 2005).

Enzim amilase mengkatalis hidrolisis polisakarida menjadi disakarida seperti

maltosa. Enzim protease mengkatalis hidrolisis pemutusan ikatan peptida.

Enzim lipase mengkatalis trigliserida menjadi asam lemak rantai panjang dan

gliserol.(Bibiana, 1994). Enzim gelatinase mengkatalis hidrolisis gelatin,

gelatin merupakan suatu protein yang dapat diperoleh dari hidrolisis kolagen

(Cappuccino & Sherman, 2005). Enzim selulase mengkatalis hidrolisis

selulosa (Makoi & Ndakidemi, 2008).

Secara umum terdapat tiga enzim selulose, yaitu endonuklease yang

memutuskan ikatan non kovalen pada struktur kristal selulosa, eksoselulose

yang menghidrolisis individu selulosa menjadi gula lebih sederhana, β-

glukosidase yang menghidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi

glukosa (Criquet, 2002). Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisis

selulosa selanjutnya dimetabolisme oleh mikroorganisme lain, dalam kondisi

aerob glukosa dikonversi menjadi CO2 , sedangkan pada kondisi anaerob

glukosa dikonversi menjadi asam organik dan alkohol yang selanjutnya

menjadi CH4 dan CO2.(Rao, 1982). Menurut Atlas & Bartha (1981) Beberapa

mikroorganisme selulolitik diantaranya adalah Cellulomonas, Clostridium,

Corynebacterium, Pseudomonas, Vibrio, Chaetomium, Trichoderma,

Nocardia dan Streptomyces .(Hammond et al., 1984 ; Rao, 1982).

Hasil kerja bakteri hidrolitik akan digunakan oleh mikroorganisme

lain untuk metabolisme. Glukosa sebagai molekul yang dihasilkan dari proses

15

hidrolisis akan dikonversi menjadi asam organik dan alkohol oleh

mikroorganisme fermentatif dalam kondisi anaerob. (Rao, 1982). Umumnya

bakteri fermentatif ditemukan sebagai bakteri usus, memiliki dua jalur

fermentasi yaitu fermentasi asam campuran dan fermentasi 2,3-butanediol.

(Madigan et al, 2003). Tiga asam organik dihasilkan dalam fermentasi asam

campuran yaitu asam asetat, asam laktat, asam suksinat serta dihasilkan pula

etanol, CO2, dan H2. Dalam fermentasi 2,3-butanediol hanya dihasilkan

sedikit asam organik namun etanol, CO2, dan H2 merupakan produk utama.

Contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi asam campuran adalah

Escherichia coli, sedangkan contoh bakteri yang dapat melakukan fermentasi

2,3-butanediol adalah Enterobacter, Klebsiella, dan Serratia. Bakteri

fermentatif lain yang bukan golongan bakteri usus adalah Clostridium,

Bakteri golongan Clostridia mampu memfermentasi gula menghasilkan

sejumlah besar asam butirat sebagai produknya.(Madigan et al, 2003).

CO2 merupakan produk utama metabolisme bakteri golongan

kemoorganotrof yang banyak ditemukan pada kondisi anaerob. Terdapat dua

golongan bakteri yang dapat memanfaatkan CO2 sebagai akseptor elektron

dalam metabolismenya yaitu homoasetogen melalui proses asetogenesis dan

metanogen melalui proses metanogenesis. Contoh bakteri yang melakukan

proses asetogenesis adalah Acetoanaerobium noterae, Acetogenium kivui,

Clostridium aceticum, Desulfotomaculum orientis .(Madigan et al, 2003).

16

BAB III

METODOLOGI

3.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biogas :

• Kotoran Ternak

• Air

3.2 Alat

Sebelum membuat Biogas terlebih dahulu kita harus mengetahui instalasi

biogas itu seperti apa. Instalasi biogas itu cukup sederhana dan mudah

untuk dibuat.

17

Gambar 6. Model Instalasi Biogas

Keterangan gambar :

1. Digester (tabung pencerna)

2. Water trap (tabung perangkap uap air)

3. Gas holder (penampung gas)

4. Pemanen gas

A. Saluran pemasukan bahan organik (inlet)

B. Saluran keluar gas (outlet gas)

C. Saluran pembuangan

D. Bak penampung lumpur atau sludge atau limbah biogas

E. Selang penyalur yang menghubungkan digester dengan

water trap

F. Selang penghubung water trap dengan gas holder

G. Selang penyalur gas menuju kompor

H. Selang penyalur ke genset

3.2.1 Instalasi biogas terdiri dari :

1. Digester

Merupakan tempat bahan organik dan tempat terjadinya proses

18

pencernaan bahan organik oleh mikroba anaerob.

2. Water Trap

Adalah sebuah tabung yang berfungsi untuk menangkap uap air

yang dihasilkan dari digester agar aliran gas bio tidak terhambat,

dan berfungsi juga sebagai alat pengaman.

3. Gas Holder

Disebut juga sebagai penampung gas, sesuai namanya fungsinya

adalah untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester

yang disalurkan melalui pipa penyalur/selang.

4. Pemanen gas

Alat ini dapat berupa kompor biogas atau genset.

3.2.2 Kelengkapan instalasi biogas :

1. Saluran masuk (inlet bahan organik)

Sebagai tempat memasukan bahan organik. Lebih baik jika

dilengkapi dengan corong plastik atau bak kontrol.

2. Saluran keluar gas (outlet gas)

Berfungsi tempat keluarnya gas sebelum masuk kedalam

penampungan (gas holder).

3. Saluran keluar lumpur (outlet sludge)

Merupakan saluran untuk mengeluarkan limbah bahan

organik dari digester.

19

4. Penampung sludge

Berfungsi untuk menampung sementara sludge atau limbah

bahan organik dari digester sebelum digunakan untuk

memupuk tanaman.

5. Selang penyalur gas

Berfungsi untuk menyalurkan gas dari digester ke water trap,

gas holder dan ke alat pemanen gas ( kompor biogas atau

genset)

3.3 Spesifikasi Reaktor

Tabel 6. Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

No. Spesifikasi Teknis Kapasitas Skala Rumah Tangga1. Volume reaktor (plastik) 4.000 liter2. Volume penampung gas (plastik) 2.500 liter3. Kompor Biogas 1 buah4. Drum pengaduk bahan 1 buah5. Pengaman gas 1 buah6. Selang saluran gas ± 10 m7. Kebutuhan bahan baku kotoran ternak dari 2-3 ekor sapi/

kerbau, atau 6 ekor babi8. Biogas yang dihasilkan 4 m3 per hari (setara dengan 2,5 liter

minyak tanah).(Reff: rntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/perkembangandigester.doc)

20

3.4 Cara Pembuatan Biogas Secara Umum

1. Bio gas dari kotoran ternak berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum.

Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga

argo (kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan).

Lalu seperempatnya ditambahi air.

2. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk merata.

Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses

pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak

terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor.

3. Setelah dipastikan terpisah, campuran air dan kotoran sapi dimasukkan

ke dalam reaktor. Dulunya, di dalam reaktor itu diberikan obat

semacam perangsang pertumbuhan gas yang memang telah potensial

ada terkandung di dalam kotoran sapi. Tapi itu hanya sekali pakai saja

waktu pertama. Selanjutnya yang mudah saja seperti ini. Kotoran

sapinya diulet dengan air dan dimasukkan ke dalam reaktor.

4. Di dalam reaktor, proses pembuatan gas itu terjadi secara alami. Gas

ini pun langsung dapat dialirkan ke kompor melalui pipa penghubung

reaktor dan kompor dan nyala api pun bisa didapatkan. Kompor siap

dipakai. Dengan campuran sebanyak satu drum ini, kompor bisa

bertahan selama seharian penuh. Bahkan tidak mati walau dipakai

terus menerus selama 4 jam lamanya, jika bahan bakunya melimpah

dan reaktor terisi terus.

3.5 Cara Pengoperasian Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga1. Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1

(bahan biogas).

21

2. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian

sebanyak 2000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi

biogas di dalam reaktor.

3. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan

terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang

dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor

biogas dapat dioperasikan.

4. Sekali-sekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian

yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas,

lakukan juga pada setiap pengisian reaktor.

5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu

sebanyak ± 40 liter setiap pagi dan sore hari.

6. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis

akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas.

7. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung

sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

3.6 Cara Pengoperasian Kompor Biogas

1. Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor (memutar kesebelah kiri)

2. Nyalakan korek api dan sulut tepat diatas tungku kompor.

3. Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih

besar lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan kita.

22

Gambar 7. Cara mengoperasikan kompor Biogas

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembentukan Biogas

Gas metan dapat diperoleh dari kotoran ternak tersebut setelah

melalui serangkaian proses biokimia yang kompleks. Kotoran ternak

terlebih dahulu harus mengalami dekomposisi yang berjalan tanpa

kehadiran udara (anaerob).

4.1.1 Proses Hidrolisis

Dengan menggunakan mikroorganisme yang dapat

menghidrolisis polimer-polimer organik dan sejumlah lipid

23

menjadi monosakarida, asam-asam lemak, asam-asam amino, dan

senyawa kimia sejenisnya.

4.1.2 Proses Fermentasi

Dengan mikroorganisme pada proses hidrolisis produk

difermentasi menjadi asam-asam organik sederhana seperti asam

asetat. Oleh karena itu, mikroorganisme ini dikenal pula sebagai

mikroorganisme penghasil asam (acidogen).

4.1.3 Pembentukan Gas Metan

Mikroorganisme penghasil gas metan ini hanya bekerja

dalam kondisi anaerob dan dikenal dengan nama metanogen.

Metanogen terdapat dalam kotoran sapi yang akan digunakan

sebagai bahan pembuatan biogas. Gas metan dalam konsentrasi

tertentu dapat dihasilkan di dalam lambung sapi tersebut. Proses

pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dilakukan dalam sebuah

reaktor atau digester yang tertutup rapat untuk menghindari

masuknya oksigen. Jumlah metanogen dalam kotoran sapi belum

tentu dapat menghasilkan gas metan yang diinginkan. Gas metan

diperoleh melalui komposisi metanogen yang seimbang. Jika

jumlah metanogen dalam kotoran sapi masih dinilai kurang, maka

perlu dilakukan penambahan metanogen tambahan berbentuk

strater atau substrat ke dalam reaktor.

4.2 Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pembentukan biogas

a. Nilai pH

Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai pH dari

campuran input didalam pencerna berada pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap

awal proses fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh

bakteri pembentuk asam, pH dalam pencerna dapat mencapai dibawah 5.

Keadaan ini cenderung menghentikan proses pencernaan atau proses

fermentasi. Bakteri-bakteri metanogenik sangat peka terhadap pH dan

tidak bertahan hidup dibawah pH 6,6. Kemudian proses pencernaan

24

berlangsung, konsentrasi NH4 bertambah pencernaan nitrogen dapat

meningkatkan nilai pH diatas 8. Ketika produksi metana dalam kondisi

stabil, kisaran nilai pH adalah 7,2 sampai 8,2.

b. Suhu

Bakteri metanogen dalam keadaan tidak aktif pada kondisi suhu

ekstrim tinggi maupun rendah. Suhu optimum yaitu 35 OC. Ketika suhu

udara turun sampai 10 OC produksi gas menjadi berhenti. Produksi gas

sangat bagus yaitu pada kisaran mesofilik, antara suhu 25 OC dan 30 OC.

Penggunaan isolasi yang memadai pada pencerna membantu produksi gas

khususnya di daerah dingin.

c. Laju Pengumpanan

Laju pengumpanan adalah jumlah bahan yang diumpankan

kedalam pencerna per unit kapasitas pencerna per hari. Pada umumnya, 6

kg kotoran sapi per m3 volume pencerna adalah direkomendasikan pada

suatu jaringan pengolah kotoran sapi. Apabila terjadi pengumpanan yang

berlebihan, terjadi akumulasi asam dan produksi metana akan terganggu.

Sebaliknya bila pengumpanan kurang dari kapasitas pencerna, produksi

gas juga menjadi rendah.

d. Waktu tinggal dalam pencerna (digester)

Waktu tinggal dalam pencerna adalah rerata periode waktu saat

input masih berada dalam pencerna dan proses pencernaan oleh bakteri

metanogen. Dalam jaringan pencerna dengan kotoran sapi, waktu tinggal

dihitung dengan pembagian volume total dari pencerna oleh volume input

yang ditambah setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, dan

diatas 35 OC atau suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat.

e. Toxicity

Ion mineral, logam berat dan detergen adalah beberapa material

racun yang mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen didalam

reaktor pencerna. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium,

kalsium, amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri,

25

namun bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat

meracuni. Sebagai contoh, NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200 mg/l

merangsang pertumbuhan mikroba, namun bila konsentrasinya diatas 1500

mg/l akan mengakibatkan keracunan.

Tabel 7. Tingkatan racun dari beberapa zat penghambat

Zat Penghambat KonsentrasiSulfat (SO4

-2) 5,000 ppmSodium Klorida atau garam (NaCl) 40,000 ppmNitrat (dihitung sebagai N) 0.05 mg/lTembaga (Cu+2) 100 mg/lKhrom ( Cr+3) 200 mg/lNikel (Ni+3) 200 – 500 mg/lSodium (Na+) 3,500 – 5,500 mg/lPotasium K+) 2,500 – 4,500 mg/lKalcium (Ca+2) 2,500 – 4,500 mg/lMagnesium (Mg+2) 1,000 – 1,500 mg/lMangan (Mn ) diatas 1,500 mg/l

Sumber : Chengdu Biogas Research Institute, Chengdu, China (1989).

f. Slurry

Slurry adalah residu dari input yang keluar dari lubang pengeluaran

setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi

anaerobik didalam pencerna. Setelah ekstraksi biogas (energi), slurry

keluar dari ruang pencerna sebagai produk samping dari sistem

pencernaan secara aerobik. Kondisi ini, dapat dikatakan manur dalam

keadaan stabil dan bebas pathogen serta dapat dipergunakan untuk

memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman.

4.3 Karakteristik Gas Metana (CH4)

Biogas kira-kira memiliki berat 20 persen lebih ringan dibandingkan udara

dan memiliki suhu pembakaran antara 650 sampai 750 OC.

Biogas tidak berbau dan berwarna yang apabila dibakar akan

menghasilkan nyala api biru cerah seperti gas LPG.

26

Nilai kalor gas metana adalah 20 MJ/ m3 dengan efisiensi pembakaran 60

persen pada konvesional kompor biogas.

4.4 Potensi Biogas

Tabel 8. Potensi produksi gas dari berbagai tipe kotoran hewan

Tipe Kotoran Hewan Produksi Gas Per Kg Kotoran (m3)Sapi (sapi dan kerbau) 0.023 – 0.040Babi 0.040 − 0.059Peternakan ayam 0.065 − 0.116Manusia 0.020 − 0.028Sumber: United Nations (1984).

4.5 Sifat-sifat Input (Biogas)

Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat

digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan

sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan.

Tabel 9. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain 1 m3 Biogas

setara dengan:

Elpiji 0,46 kgMinyak tanah 0,62 literMinyak solar 0,52 literBensin 0,80 literGas kota 1,50 m3

Kayu bakar 3,50 kg

Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi

metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar

kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil

kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat

ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu

menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2).

Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila

biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang

berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas

27

dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk

senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida atau sulphur

trioksida (SO2/SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan

membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif.

Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida

yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat

digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan

menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbulkan korosif.

Keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternative yang lain

adalah:

1. Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari

2. Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan

sebagal pupuk organik yang sangat baik.

3. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran

yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan atau sampah

tersebut ditimbun begitu saja.

4. Yang paling utama yaitu bisa mengurangi permasalahan penanggulangan

sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang bermanfaat

4.6 Manfaat Biogas

Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar

khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Dalam skala

besar, biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di

samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak

yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk organik pada

tanaman/budidaya pertanian.

28

4.7 Potensi Biogas

4.7.1 Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia

Potensi pengembangan biogas di Indonesia masih cukup besar.

Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan

kuda, yaitu 11 juta ekor sapi, 3 juta ekor kerbau dan 500 ribu ekor

kuda pada tahun 2005. Setiap 1 ekor ternak sapi atau kerbau dapat

dihasilkan 2 m3 biogas per hari.

4.7.2 Potensi Ekonomis Biogas

Potensi ekonomis Biogas adalah sangat besar, hal tersebut

mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62

liter minyak tanah. (reff : Dit.Pengolahan Hasil Pertanian,Ditjen PPHP

– Deptan)

4.8 Pemeliharaan dan Perawatan Reaktor Biogas

1. Hindarkan reaktor dari gangguan anak-anak, tangan jahil, ataupun dari

ternak yang dapat merusak reaktor dengan cara memagar dan

memberi atap supaya air tidak dapat masuk kedalam galian reaktor.

2. Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan

sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui

pengaman gas.

3. Apabila reaktor tampak mengencang karena adanya gas tetapi gas

tidak mengisi penampung gas, maka luruskan selang dari pengaman

gas sampai reaktor, karena uap air yang ada didalam selang dapat

menghambat gas mengalir ke penampung gas. Lakukan hal tersebut

sebagai pengecekan rutin.

4. Cegah air masuk ke dalam reaktor dengan menutup tempat pengisian

disaat tidak ada pengisian reaktor.

5. Berikan pemberat di atas penampung gas (misalnya dengan karung-

karung bekas) supaya mendapatkan tekanan.

6. Bersihkan kompor dari kotoran saat memasak ataupun minyak yang

menempel.

29

4.9 Keunggulan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga

1. Konstruksi sederhana mudah dan cepat pemasangannya ( tidak sampai

1 hari )

2. Harga terjangkau, sekitar Rp 2,5 juta sudah termasuk pemasangan dan

satu unit kompor biogas.

3. Awet, menggunakan material plastik khusus sehingga tahan hingga 6

tahun.

4. Mudah dalam perawatan dan penggunaan

5. Produksi gas setara dengan 2,5 liter minyak tanah/hari, lebih dari

cukup untuk dijadikan bahan bakar memasak.

4.10 Potensi Kotoran Ternak Untuk Menghasilkan Biogas

Satu unit reaktor biogas yang menggunakan umpan kotoran dari 2-4

ekor sapi mampu untuk memenuhi kebutuhan energi memasak satu rumah

tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga. Hasil biogas tersebut

setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari. Dengan demikian keluarga

peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak bisa

menghemat penggunaan minyak tanah 1-2 liter/hari, jika harga minyak tanah

di pedesaa Rp 1.300/liter berarti keluarga tersebut saat ini bisa mengurangi

pengeluaran sebesar Rp 474.500 - Rp 949.000/tahun. (reff : www.

bioetanolindo.com)

30

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak

pemerintah telah menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5

tahun 2006 tentang kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber

energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak Proses ini merupakan

peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif sehingga akan mengurangi

dampak penggunaan bahan bakar fosil Biogas sebagian besar mengandung gas

metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang

jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta

hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Dari beberapa

macam sumber bahan baku biogas yang paling baik digunakan untuk membuat

biogas adalah kotoran ternak.

Keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternative yang lain

adalah:

31

1. Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari

2. Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat digunakan

sebagal pupuk organik yang sangat baik.

3. Dapat mengurangi kadar bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran

yang dapat menyebabkan penyakit bila kotoran hewan atau sampah

tersebut ditimbun begitu saja.

4. Yang paling utama yaitu bisa mengurangi permasalahan

penanggulangan sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang

bermanfaat.

5.2 Saran

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa krisis energi di massa depan

akan benar – benar terjadi, jadi kita sebagai penghuni planet bumi

sebaiknya dalam menggunakan energi harus benar – benar diperhitungkan

dengan baik. Khususnya untuk energi fosil, kecenderungan hidup boros

harus dihilangkan dari sekarang, jika tidak mau mengalami krisis energi

yang cepat. Solusi sebagai pengganti energi fosil yaitu dengan sumber

energi alternatif yang kedepannya diyakini mampu untuk mengurangi

krisis sumber energi dunia. Sumber energi alternatif yang dapat

dikembangkan meliputi biofuel, biogas atau gas bio, briket arang dan lain

sebagainya.

32

DAFTAR PUSTAKA

Dit.Pengolahan Hasil Pertanian,Ditjen PPHP – Departemen pertanian.BioGas

Skala Rumah Tangga. Jakarta. 2006. www.goole.search.biogas.trubus-

online.com

Libec (Livestock Bioenergi Conversion) “Modul Pelatihan Pengembangan Biogas

Limbah Peternakan”. Fakultas Peternakan.Universitas Padjadjaran.

Wikan Widodo, Teguh &Asari, A. Teori dan Konstruksi Instalasi Biogas. Balai

Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian,

Departemen Pertanian. Serpong,2009.

Sofian, Amat, Peningkatan Kualitas Biogas Sebagai Bahanbakar Motor Bakar

Dengan Cara Pengurangan Kadar Co2 Dalam Biogas Dengan

Menggunakan Slurry Ca(Oh) 2. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta.2008,

Sulaeman, Dede. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak.

Ditjen PPHP. [email protected]. 2008

http :// www. bioetanolindo.Com

Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta:Agro Media

33

Hasan, Rofiqi. 2008. Bali Bangun Proyek Pengolah Sampah Jadi Listrik. TEMPO

Interaktif. [html]. www.tempointeraktif.com. [26, 12, 2008

www.ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/NP/perkembangandigester.doc

www.dekfendy.blog.uns.ac.id/.../membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/

34