12
571 Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114. Email: [email protected] Abstrak. Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif telah mengalami degradasi dan menurunnya produktivitas lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu <2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik lebih dari 2,0%. Di lain pihak, Indonesia sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan dan pupuk organik yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Bahan atau pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produktivitas lahan pertanian dalam perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat bervariasi seperti dari limbah pertanian dan non pertanian dengan karakteristik sifat fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga kualitas pupuk organik yang dihasilkan juga bervariasi mutunya. Oleh karena itu pengaruhnya terhadap produktivitas tanah dan tanaman pada lahan kering dan lahan sawah juga bervariasi. Pemanfaatan pupuk organik baik berupa kompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan lebih intensif baik dilihat dari sisi positif maupun negatifnya. Diperlukan peraturan mengenai persyaratan mutu pupuk organik agar memberi manfaat maksimal bagi petani, mengurangi dampak negatif bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan. Permasalahan pemanfaatan pupuk organik di Indonesia yang tergolong daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi, tingkat perombakan bahan organik berjalan relatif cepat, sehingga pupuk organik diperlukan dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengangkutan dan penggunaannya, terlebih bila pupuk organik harus didatangkan dari tempat yang cukup jauh dari lahan usahanya. Disamping itu kadar hara dalam pupuk organik relatif rendah dan sangat bervariasi sehingga manfaatnya bagi tanaman tidak langsung dan pengaruhnya dalam jangka panjang. Oleh karena itu penggunaan pupuk organik tetap harus dikombinasikan dengan pupuk anorganik dengan takaran yang lebih rendah. Beberapa bahan dasar pembuatan pupuk organik yang terdiri dari bahan-bahan berserat panjang dan keras sehingga menyulitkan proses produksinya. Untuk itu diperlukan alat pengolah/pemotong (chopper) sehingga mudah dikomposkan. Dalam rangka pemanfaatan pupuk organik untuk pemulihan lahan yang terdegradasi maka diperlukan program pengembangan pertanian petani mandiri yang mengintegrasikan ternak dan tanaman CLS (Crop Livestock System), penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop) 52

52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

  • Upload
    adehapz

  • View
    116

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

571

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Kualitas Tanaman

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor

16114. Email: [email protected]

Abstrak. Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif telah mengalami degradasi dan menurunnya produktivitas lahan,

terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu <2%,

bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal untuk

memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik lebih dari 2,0%. Di lain pihak,

Indonesia sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan dan pupuk organik

yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Bahan atau pupuk organik sangat

bermanfaat bagi peningkatan produktivitas lahan pertanian dalam perbaikan sifat fisik,

kimia dan biologi tanah, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Pupuk organik adalah

pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau

limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair,

dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk

meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat bervariasi seperti dari

limbah pertanian dan non pertanian dengan karakteristik sifat fisik dan kandungan

kimia/hara yang sangat beragam sehingga kualitas pupuk organik yang dihasilkan juga

bervariasi mutunya. Oleh karena itu pengaruhnya terhadap produktivitas tanah dan

tanaman pada lahan kering dan lahan sawah juga bervariasi. Pemanfaatan pupuk organik

baik berupa kompos, pupuk kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan

dipromosikan lebih intensif baik dilihat dari sisi positif maupun negatifnya. Diperlukan

peraturan mengenai persyaratan mutu pupuk organik agar memberi manfaat maksimal

bagi petani, mengurangi dampak negatif bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Permasalahan pemanfaatan pupuk organik di Indonesia yang tergolong daerah tropis

dengan curah hujan yang tinggi, tingkat perombakan bahan organik berjalan relatif cepat,

sehingga pupuk organik diperlukan dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan kesulitan

dalam pengangkutan dan penggunaannya, terlebih bila pupuk organik harus didatangkan

dari tempat yang cukup jauh dari lahan usahanya. Disamping itu kadar hara dalam pupuk

organik relatif rendah dan sangat bervariasi sehingga manfaatnya bagi tanaman tidak

langsung dan pengaruhnya dalam jangka panjang. Oleh karena itu penggunaan pupuk

organik tetap harus dikombinasikan dengan pupuk anorganik dengan takaran yang lebih

rendah. Beberapa bahan dasar pembuatan pupuk organik yang terdiri dari bahan-bahan

berserat panjang dan keras sehingga menyulitkan proses produksinya. Untuk itu

diperlukan alat pengolah/pemotong (chopper) sehingga mudah dikomposkan. Dalam

rangka pemanfaatan pupuk organik untuk pemulihan lahan yang terdegradasi maka

diperlukan program pengembangan pertanian petani mandiri yang mengintegrasikan

ternak dan tanaman CLS (Crop Livestock System), penggunaan tanaman legum baik

berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop)

30

52

Page 2: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

572

serta pemanfaatan bahan organik in situ perlu diintensifkan untuk mendukung

pengembangan pupuk organik non komersial. Pemberdayaan masyarakat dan kelompok

tani dalam pengadaan pupuk organik dapat dilakukan melalui: (a) pelatihan petani

membuat pupuk organik in situ yang berasal dari kotoran ternak dan sisa tanaman yang

dikomposkan, (b) mendorong petani melakukan diversifikasi usaha pertanian berbasis

ternak, (c) mendorong petani melakukan pengelolaan bahan organik in situ terutama pada

lahan kering. Untuk mendapatkan pupuk organik yang berkualitas baik, diperlukan

fasilitas/insentif dari pemerintah berupa mikroba dekomposer dalam proses pembuatan

kompos untuk mempercepat proses pengomposan dan atau peralatan pembuat kompos

pada tingkat kelompok tani.

PENDAHULUAN

Beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif

telah mengalami degradasi dan menurunnya produktivitas lahan, terutama terkait dengan

sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu <2%, bahkan pada banyak

lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal untuk memperoleh

produktivitas optimal dibutuhkan C-organik lebih dari 2%. Di lain pihak, Indonesia

sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan dan pupuk organik yang

melimpah belum dimanfaatkan secara optimal. Bahan atau pupuk organik sangat

bermanfaat bagi peningkatan produktivitas pertanian baik dari sisi kualitas maupun

kuantitas, mengkonservasi hara, mengurangi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan

kualitas lahan secara berkelanjutan (Sri Adiningsih et al. 1995).

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi terpenting dalam budidaya tanaman,

sehingga ketersediaannya mutlak diperlukan untuk keberlanjutan produktivitas tanah dan

tanaman serta ketahanan pangan nasional. Namun dewasa ini, produksi pupuk, khususnya

pupuk anorganik terus menurun, sehingga harga pupuk ini menjadi semakin mahal dan di

beberapa wilayah terjadi kelangkaan. Kondisi ini membuka peluang produksi berbagai

jenis pupuk hayati dan pupuk organik untuk melengkapi kekurangan pasokan pupuk.

Pupuk organik sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan petani. Selain mampu

menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, pupuk organik juga berperan

penting dalam memelihara sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Namun akibat

ketergantungan yang berlebihan kepada pupuk anorganik, pemanfaatan pupuk organik

menjadi tidak optimal.

Kurangnya pemahaman serta terbatasnya informasi tentang pupuk organik

menyebabkan kerancuan berpikir bagi sebagian kalangan dalam hal pengembangan dan

pemanfaatannya. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, diperoleh pemahaman

yang menyatakan bahwa usahatani yang menggunakan pupuk organik diartikan sebagai

usahatani pertanian organik. Padahal sistem pertanian organik mempunyai falsafah yang

berbeda tidak hanya sekadar menggunakan pupuk organik tetapi memerlukan persyaratan

Page 3: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

573

lain yang lebih spesifik. Apabila hanya menggunakan input pupuk organik saja, maka

produktivitas tanaman tidak akan tinggi seperti halnya sistem pertanian input rendah atau

LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Pencapaian hasil usahatani yang

tinggi hanya dapat dicapai apabila diaplikasikan kombinasi pupuk organik dan anorganik

dalam sistem Integrated Plant Nutrients Management System (IPNMS).

Sumber bahan untuk pupuk organik sangat bervariasi seperti dari limbah pertanian

dan non pertanian dengan karakteristik sifat fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat

beragam sehingga kualitas pupuk organik yang dihasilkan juga bervariasi mutunya. Oleh

karena itu pengaruhnya terhadap produktivitas tanah dan tanaman pada lahan kering dan

lahan sawah juga bervariasi. Pemanfaatan pupuk organik baik berupa kompos, pupuk

kandang atau bentuk lainnya perlu didukung dan dipromosikan lebih intensif baik dilihat

dari sisi positif maupun negatifnya. Sangat diperlukan peraturan mengenai persyaratan

pupuk organik agar memberi manfaat maksimal bagi petani, mengurangi dampak negatif

bagi kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Saat ini, kesempatan memproduksi pupuk organik terbuka luas karena selain bahan

bakunya melimpah dan bersifat terbarukan, pupuk organik bisa dibuat dan diproduksi

secara komersial oleh berbagai kalangan termasuk pengusaha kecil-menengah (UKM).

Sehubungan dengan itu perlu dibangun suatu kesepahaman tentang arah pengembangan

pupuk organik, etika komersialisasi, pentingnya baku mutu dan payung hukum, serta

sosialisasi pemanfaatannya.

Pengertian Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan

dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses

rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau

mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah

serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Permentan No. 70/

Permentan/SR.140/10/2011)

Pupuk organik bukan sebagai pengganti pupuk anorganik, tetapi sebagai

komplementer. Dengan demikian, pupuk organik harus digunakan secara terpadu dengan

pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman secara

berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kualitas pupuk organik yang dikomposkan sangat dipengaruhi oleh bahan

dasarnya, oleh karena itu sangat penting untuk membuat kriteria dan seleksi terhadap

bahan dasar kompos untuk mengawasi mutunya. Bahan dasar yang berasal dari sisa

tanaman dapat dipastikan sedikit mengandung bahan berbahaya seperti logam berat (Pb,

Cd, Hg, As, dan lain-lain). Namun penggunaan pupuk kandang, limbah industri, dan

Page 4: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

574

limbah kota sebagai bahan dasar kompos cukup mengkhawatirkan karena banyak

mengandung bahan berbahaya logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari

lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru

terkonsentrasi dalam limbah cair dan produk akhir pupuk. Untuk itu sangat diperlukan

aturan untuk menyeleksi penggunaan bahan dasar pembuatan kompos yang mengandung

bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).

Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut

sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari kegiatan pertanian dan non

pertanian. Dari pertanian dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak, sedangkan dari non

pertanian dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya (Tan,

1993).

Kotoran hewan yang berasal dari usahatani pertanian antara lain adalah ayam, sapi,

kerbau, babi, dan kambing. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan sangat

bervariasi tergantung pada umur hewan, jumlah, dan jenis makanannya. Secara umum,

kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah dari pada pupuk kimia. Oleh karena

itu dosis pemberian pupuk kandang jauh lebih besar daripada pupuk anorganik.

Komposisi hara dalam sisa tanaman sangat spesifik dan bervariasi, tergantung dari

jenis tanaman. Pada umumnya rasio C/N sisa tanaman bervariasi dari 80:1 pada jerami

gandum hingga 20:1 pada tanaman legum. Sekam padi dan jerami mempunyai kandungan

silika sangat tinggi namun berkadar nitrogen rendah. Sisa tanaman legum seperti kacang

kedelai, kacang tanah, dan serbuk kayu mengandung nitrogen cukup tinggi. Sedangkan

kentang dan ubi jalar mengandung kalium yang tinggi. Kandungan Ca tanaman yang tinggi

dijumpai pada tanaman kacang tanah dan serbuk gergaji kayu.

Kandungan unsur kimia dan logam berat dari limbah cair industri sangat bervariasi

tergantung jenis industri. Limbah dari industri makanan relatif rendah logam beratnya,

namun uji mutu tetap perlu dilakukan untuk menjamin kualitas limbah. Limbah dari

peternakan mengandung sedikit logam berat sehingga dapat digunakan sebagai pupuk

organik. Limbah dari industri oli dan beverage mengandung logam berat cukup tinggi

sehingga tidak direkomendasikan sebagai pupuk organik.

Peranan Pupuk Organik

Berbeda dengan pupuk kimia buatan yang hanya menyediakan satu sampai

beberapa jenis hara saja, pupuk organik mempunyai peran penting dalam memperbaiki

sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Meskipun kadar hara yang dikandung pupuk organik

relatif rendah, namun peranan terhadap sifat kimia tanah jauh melebihi pupuk kimia

buatan. Peranan pupuk organik terhadap sifat kimia tanah adalah sebagai: (a) penyedia

hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe), (b)

Page 5: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

575

meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, dan (c) dapat membentuk senyawa

kompleks dengan ion logam beracun seperti Al, Fe, dan Mn sehingga logam-logam ini

tidak meracuni.

Peranan pupuk organik terhadap sifat fisika tanah antara lain adalah: (a)

memperbaiki struktur tanah karena bahan organik dapat “mengikat” partikel tanah

menjadi agregat yang mantap, (b) memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya

pegang air (water holding capacity) tanah menjadi lebih baik dan pergerakan udara

(aerasi) di dalam tanah juga menjadi lebih baik, dan (c) mengurangi (buffer) fluktuasi

suhu tanah. Peranan pupuk organik terhadap sifat biologi tanah adalah sebagai sumber

energi dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Dengan cukupnya tersedia bahan

organik maka aktivitas organisme tanah yang juga mempengaruhi ketersediaan hara,

siklus hara, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah menjadi lebih baik.

Pupuk kimia buatan hanya mampu menyediakan satu (pupuk tunggal) sampai

beberapa jenis (pupuk majemuk) hara tanaman, namun tidak menyediakan senyawa

karbon yang berfungsi memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, serta (kecuali untuk

pupuk buatan tertentu) tidak menyediakan unsur hara mikro. Dengan demikian

penggunaan pupuk buatan yang tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik dapat

merusak struktur tanah dan mengurangi aktivitas biologi tanah.

Peranan Pupuk Organik terhadap Produktivitas Tanah dan Tanaman

Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas tanah dan

tanaman. Pupuk organik yang dikombinasikan dengan ¾ NPK nyata meningkatkan

produksi padi sawah dibanding dengan kontrol lengkap dan tidak berbeda nyata dengan

pupuk standar. Perlakuan pupuk organik baik granul atau curah tanpa pupuk NPK

memberikan produksi padi sawah lebih rendah dari pupuk standar. Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian pupuk organik baik granul atau curah harus dikombinasikan dengan

pupuk NPK untuk meningkatkan produksi padi sawah (Tabel 1).

Hubungan antara dosis pupuk organik berbentuk granul dengan bobot gabah kering

ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik sebagai berikut: y = - 6E-07x2

+ 0,001x +

7,413 (R2 = 0,13). Peningkatan dosis pupuk organik berbentuk granul sampai 1200 kg ha

-1

meningkatkan bobot gabah kering, namun peningkatan dosis 1500 kg ha-1

menunjukkan

penurunan bobot gabah kering. Dosis optimum pupuk organik berbentuk granul dicapai

pada dosis 883 kg ha-1

. Sedangkan hubungan antara dosis pupuk organik berbentuk curah

dengan bobot gabah kering ditunjukkan oleh persamaan regresi kuadratik sebagai berikut:

y = - 5E-07x2 + 0,001x + 7,268 (R

2 = 0,903). Sejalan dengan pola regresi pupuk organik

granul, peningkatan dosis pupuk organik berbentuk curah sampai 1200 kg ha-1

juga

meningkatkan bobot gabah kering, selanjutnya peningkatan dosis 1500 kg ha-1

Page 6: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

576

menunjukkan penurunan bobot gabah kering. Dosis optimum pupuk organik berbentuk

curah dicapai pada dosis 1000 kg ha-1

(Gambar 1).

Tabel 1. Pengaruh pupuk organik curah dan granul terhadap bobot jerami dan gabah

kering tanaman padi sawah pada tanah Inceptisols, Bogor

No. Perlakuan Jerami

Bobot kering

Gabah Gabah

1000 butir Gabah/jerami

..................... t ha-1 ................ ...... g ......

1. Kontrol Lengkap 6,25 cd 4,99 h 26,37 ab 0,80

2. POG (Granul) 4,29 e 5,63 g 25,87 b 1,31

3. PO curah (POch) 5,53 de 5,99 fg 26,47 ab 1,08

4. NPK standar 8,42 b 8,15 abc 26,77 ab 0,97

5. ¾ NPK + POG-600 6,64 bcd 8,47 ab 27,00 ab 1,28

6. ¾ NPK + POG-900 7,15 bcd 7,11 e 25,83 b 0,99

7. ¾ NPK + POG-1200 8,36 b 8,17 abc 26,23 ab 0,98

8. ¾ NPK+ POG-1500 6,97 bcd 7,74 cd 25,80 b 1,11

9. ¾ NPK + POch-600 7,85 bc 7,87 bcd 26,90 ab 1,00

10. ¾ NPK + POch-900 10,33 a 8,19 abc 27,73 a 0,79

11. ¾ NPk + POch-1200 6,69 bcd 8,60 a 26,67 ab 1,29

12. ¾ NPK + POch-1500 7,64 bc 8,28 abc 26,97 ab 1,08

13. ¾ NPK 6,47 cd 7,31 de 25,40 b 1,13

14. ½ NPK 6,66 bcd 6,40 f 27,00 ab 0,96

*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji

DMRT

Gambar 1. Hubungan antara dosis pupuk organik berbentuk granul dan curah dengan

bobot gabah kering

Page 7: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

577

Sejalan dengan data bobot gabah kering, perlakuan ¾ NPK + POch-1200

memberikan nilai RAE tertinggi yaitu sebesar 114% dan perlakuan ¾ NPK + POG-600

memberikan nilai RAE 110%. Berdasarkan nilai RAE maka perlakuan tersebut efektif

meningkatkan bobot gabah kering. Nilai RAE terendah pada perlakuan POG tanpa pupuk

NPK, demikian juga pemupukan ¾ NPK memberikan RAE yang rendah yaitu 73%. Hal

ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik baik berbentuk granul atau curah tanpa

pupuk NPK atau pemupukan ¾ NPK tanpa pupuk organik tidak efektif meningkatkan

bobot gabah kering. Perlakuan ¾ NPK + POch-1200 dan perlakuan ¾ NPK + POG-600

merupakan perlakuan yang efektif meningkatkan bobot gabah kering yaitu dari 4,99 t ha-1

menjadi sebesar 8,60 t ha-1

, atau terjadi peningkatan hasil sebesar 72% dibandingkan

kontrol lengkap dan 6% dibandingkan perlakuan pupuk standar atau dengan nilai RAE

sebesar 114% (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh pupuk organik curah dan granul terhadap nilai relatif efektivitas

agronomi (RAE) pada tanah Inceptisols, Bogor

No. Perlakuan RAE (%)

1. Kontrol Lengkap -

2. POG (Granul) 20

3. PO curah (POch) 32

4. NPK standar 100

5. ¾ NPK + POG-600 110

6. ¾ NPK + POG-900 67

7. ¾ NPK + POG-1200 101

8. ¾ NPK+ POG-1500 87

9. ¾ NPK + POch-600 91

10. ¾ NPK + POch-900 101

11. ¾ NPk + POch-1200 114

12. ¾ NPK + POch-1500 104

13. ¾ NPK 73

14. ½ NPK 45

Serapan hara di jerami dan gabah kering untuk hara N dan K lebih tinggi dari hara

P. Serapan hara N, P, dan K pada perlakuan pupuk organik baik POG dan PO curah tanpa

pupuk NPK dan kontrol lengkap lebih rendah dari perlakuan lainnya. Perlakuan ¾ NPK +

POch-600 dan ¾ NPK + POch-900 memberikan serapan hara N, P, dan K di jerami lebih

tinggi dari pupuk NPK standar. Sedangkan perlakuan ¾ NPK + POG-600 memberikan

hara N, P, dan K di gabah lebih tinggi dari pupuk NPK standar. Serapan hara N, P, dan K

baik di jerami dan gabah sangat berkaitan erat dengan bobot jerami atau gabah yang

diperoleh. Perlakuan pemberian pupuk organik baik POG dan PO curah tanpa pemberian

NPK memberikan serapan N, P, dan K yang rendah, hal ini menunjukkan bahwa tanpa

pemberian pupuk anorganik NPK pertumbuhan perakaran tanaman kurang optimal serta

hara NPK yang diserap juga terbatas sehingga kurang mendukung pertumbuhan dan hasil

tanaman padi sawah. Serapan total hara N tertinggi pada perlakuan ¾ NPK + POch-900,

serapan P total tertinggi pada perlakuan ¾ NPK + POch-600 dan serapan K total tertinggi

Page 8: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

578

pada perlakuan ¾ NPK + POch-900. Hal ini menunjukkan bahwa serapan total NPK yang

tinggi umumnya pada pupuk organik berbentuk curah, walaupun berkaitan erat juga

dengan hasil gabah dan jerami yang diperoleh (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh pupuk organik curah dan granul terhadap serapan N, P, dan K jerami

dan gabah kering tanaman padi sawah pada tanah Inceptisols, Bogor.

No Perlakuan

Jerami Gabah Serapan total

N P K N P K N P K

------------------------------------------- kg ha-1 -----------------------------------------

1 Kontrol

lengkap 29,06 6,25 74,06 28,44 18,21 22,21 57,55 24,46 96,27

2 POG (Granul) 14,59 3,65 45,05 38,57 24,49 31,53 53,56 28,14 76,58

3 PO curah

(Poch) 17,97 4,98 67,47 32,65 26,96 34,74 50,62 31,94 102,21

4 NPK standar 39,15 12,21 128,83 59,90 30,56 33,42 99,05 42,77 162,25

5 ¾ NPK +

POG-600 29,55 6,64 85,99 63,95 25,83 38,12 93,50 32,47 124,11

6 ¾ NPK +

POG-900 26.46 7,51 102,60 45,15 31,28 43,37 69,61 38,79 145,97

7 ¾ NPK +

POG-1200 33,44 7,52 - 49,02 41,26 - 82,46 48,78 -

8 ¾ NPK +

POG-1500 34,15 7,67 82,25 44,51 37,54 38,31 78,66 45,98 120,56

9 ¾ NPK +

POch-600 42,00 11,38 97,34 52,73 40,53 41,71 94,73 51,91 139,05

10 ¾ NPK +

POch-900 60,95 17,04 143,59 52,01 16,79 18,84 112,96 33,83 162,43

11 ¾ NPK +

POch-1200 40,47 8,36 61,21 50,74 34,40 33,97 91,21 42,76 95,18

12 ¾ NPK +

POch-1500 34,00 8,02 83,66 53,41 23,60 21,94 87,41 31,62 105,60

13 ¾ NPK 30,09 6,.47 102,87 48,98 20,83 21,56 79,07 27,30 124,43

14 ½ NPK 27,64 9,66 95,57 42,88 30,40 28,80 70,52 40,06 124,37

Pemanfaatan pupuk kandang untuk padi sawah jumlahnya jauh lebih sedikit

daripada untuk lahan kering (pangan dan sayuran). Jumlah maksimum pupuk kandang

yang umum dipergunakan petani padi sawah <2 t pukan ha-1

, sedangkan petani sayuran

mencapai 25-75 t ha-1

. Hasil-hasil penelitian aplikasi pupuk kandang pada lahan sawah

yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan

pupuk organik dalam kisaran 2-20%. Pupuk kandang selain mengandung hara-hara yang

dibutuhkan oleh tanaman juga mengandung asam-asam humat, fulvat, hormon tumbuh,

dan lain-lain yang bersifat memacu pertumbuhan tanaman sehingga serapan hara oleh

tanaman meningkat (Stevenson, 1994).

Pengembalian jerami ke tanah dapat memperlambat pemiskinan K dan Si tanah.

Hasil penelitian Sri Adiningsih (1984) dengan membenamkan jerami 5 t ha-1

per musim

selama 4 musim pada tanah kahat K menunjukkan bahwa disamping dapat mensubstitusi

Page 9: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

579

keperluan pupuk K, jerami dapat meningkatkan produksi melalui perbaikan sifat kimia

maupun fisika tanah (Tabel 4). Setelah 4 musim tanam, jerami dapat meningkatkan kadar

C-organik, K dapat ditukar, Mg dapat ditukar, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, Si

tersedia, dan stabilitas agregat tanah. Apabila dihitung dalam hektar, sumbangan hara dari

jerami setara dengan 170 kg K, 160 kg Mg, 200 kg Si, dan 1,7 ton C-organik ha-1

yang

sangat diperlukan bagi aktivitas jasad renik tanah. Peningkatan stabilitas agregat tanah

dapat memperbaiki struktur tanah sawah yang memadat akibat penggenangan dan pelum-

puran terus menerus. Tanah menjadi lebih mudah diolah dan sangat baik bagi

pertumbuhan akar tanaman palawija yang ditanam setelah padi.

Tabel 4. Pengaruh jerami terhadap kesuburan kimia dan fisika tanah sawah Latosol di

Jawa Barat setelah 4 musim tanam

Perlakuan C-org N P K Mg KTK Si

Stabilitas

agregat

% …. me 100g-1 …. ppm

Tanpa

jerami 2,40 0,28 17 0,13 0,50 18 50 60

Ditambah

jerami 3,90 0,33 18 0,35 0,75 20 150 80

Sumber: Sri Adiningsih, 1984

Pupuk organik mempunyai kandungan hara yang rendah, maka bahan/pupuk

organik memerlukan 15-25 kali lebih berat untuk menyediakan hara yang sama jumlahnya

dengan hara yang disediakan dari pupuk kimia buatan. Bila di dalam 4 ton jerami

terkandung sekitar 30 kg N, 2 kg P, 93 kg K, 10 kg Ca, 6 kg Mg, 1 kg S, dan sejumlah

unsur mikro Fe, Mn, Zn, Si, Cu, B, Cl, Cu (Agus dan Widianto, 2004). Apabila kesemua

jerami tersebut dikembalikan untuk tanaman, maka jerami akan dapat mengembalikan

hara setara dengan pemberian 50 kg N, 12 kg SP-36, dan hampir 180 kg KCl, walaupun

sebagian dari unsur tersebut hilang melalui beberapa proses fisik, kimia, dan biologi

sehingga tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

Apabila tanaman padi sawah memerlukan penambahan 250 kg Urea, 75 kg SP-36,

dan 100 kg KCl maka masih diperlukan tambahan sekitar 200 kg Urea dan 63 kg SP-36.

Sedangkan hampir semua kebutuhan K akan dapat dipenuhi dari jerami, terutama bila

tanah mempunyai status K tinggi. Apabila semua hara untuk padi tersebut dipenuhi dari

pupuk kandang sapi, maka dengan kandungan hara pupuk kandang 0,65% N, 0,15% P,

dan 0,3% K diperlukan sebanyak kurang lebih 19 t ha-1

pupuk kandang sapi atau 8 t ha-1

pupuk kandang ayam. Namun di dalam 19 ton pupuk kandang sapi tersebut, selain 114 kg

N terkandung pula sekitar 28 kg P, 57 kg K, 23 kg Ca, 19 kg Mg, dan 17 kg S. Dalam 8

ton pupuk kandang ayam, selain 120 kg N, terkandung pula sekitar 56 kg P, 71 kg K, 24

kg Ca, 70 kg Mg, dan 2,4 kg S (Agus, 2000).

Page 10: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

580

Pada umumnya petani, terutama untuk padi sawah hanya mampu menyediakan

sekitar 2-5 ton pupuk kandang (berat basah; dengan kadar air sekitar 60%). Dengan

demikian untuk tanaman padi, jagung, dan tanaman biji-bijian lainnya pupuk kandang

hanya mampu menjadi suplemen (pelengkap), sehingga penambahan pupuk

anorganik/kimia masih diperlukan. Untuk areal yang relatif kecil dan tanaman yang

bernilai ekonomi tinggi seperti sayuran, petani malah menggunakan pupuk kandang

sampai 30 t ha-1

. Namun untuk padi yang nilai jualnya relatif rendah, penggunaan pupuk

organik dalam jumlah tinggi (memenuhi seluruh kebutuhan hara tanaman) hanya dapat

dilakukan oleh sejumlah kecil petani saja melalui sistem pertanian organik.

Kendala Pengembangan Pupuk Organik

Di Indonesia yang tergolong daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi, tingkat

perombakan bahan organik berjalan relatif cepat, sehingga pupuk organik diperlukan

dalam jumlah besar. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengangkutan dan

penggunaannya, terlebih bila pupuk organik harus didatangkan dari tempat yang cukup

jauh dari lahan usahataninya.

Komposisi hara dalam pupuk organik relatif rendah dan sangat bervariasi sehingga

manfaatnya bagi tanaman tidak langsung dan berlangsung dalam jangka panjang. Oleh

karena itu penggunaan pupuk organik tetap harus dikombinasikan dengan pupuk

anorganik dengan takaran yang lebih rendah. Apabila hanya menggunakan pupuk organik

saja dikhawatirkan produktivitas tanah dan tanaman akan terus merosot karena tanaman

menguras hara dalam tanah tanpa pengembalian unsur hara yang memadai. Penggunaan

pupuk organik dengan bahan yang sama terus menerus akan menimbulkan

ketidakseimbangan hara dalam tanah sehingga dapat terjadi akumulasi hara K dan

defisiensi Mg. Penggunaan pupuk organik dengan C/N rasio tinggi dan belum matang

dapat menimbulkan defisiensi N.

Beberapa bahan dasar pembuatan pupuk organik yang terdiri dari bahan-bahan

berserat panjang dan keras sehingga menyulitkan proses produksinya. Untuk itu

diperlukan alat pengolah/pemotong (chopper) agar menjadi lebih kecil atau pendek

sehingga mudah dikomposkan.

Pupuk organik dapat membawa patogen dan telur serta serangga yang mengganggu

tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih gulma atau bibit penyakit bagi

manusia. Pupuk kandang juga mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan,

meskipun tidak beracun. Sedangkan pupuk hijau dapat menimbulkan alelopati bagi

tanaman pokok.

Pupuk organik terutama yang berasal dari sampah kota atau limbah pabrik bisa

mengandung logam berat. Jika pupuk tersebut digunakan pada tanah berdrainase buruk

Page 11: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Pemanfaatan Pupuk Organik untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

581

akan menimbulkan akumulasi logam berat yang dapat berbahaya bagi ternak dan manusia,

baik langsung maupun melalui tanaman yang menyerap logam berat tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka strategi yang dapat dilakukan

untuk mendorong implementasi penggunaan pupuk organik adalah:

Menerapkan teknologi yang relatif murah dan mudah dikerjakan petani, misalnya

dengan pengadaan pupuk organik in situ secara alley cropping, strip cropping

ataupun menanam cover crop dan mengembalikan sisa panen ke lahan usahataninya.

Mendorong tumbuhnya industri kecil, yaitu industri kompos di daerah sentra produksi

untuk mengatasi masalah yang ada terutama pengangkutan karena jumlah pupuk

organik yang diperlukan relatif besar jumlahnya.

Kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan alat pengolah kompos dan atau

mikroba dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan kepada kelompok tani

di sentra usahatani lahan sawah maupun lahan kering.

Melaksanakan pengawasan mutu pupuk organik dan menerapkan standar mutu pupuk

organik yang ramah lingkungan.

KESIMPULAN

1. Pengawasan dan monitoring terhadap mutu pupuk organik seperti yang tertuang dalam

Permentan No. 70/2011 perlu ditingkatkan dalam rangka mengantisipasi semakin

banyaknya peredaran pupuk organik dalam berbagai jenis, bentuk, dan mutu yang

belum terjamin dan teruji kebenarannya serta dikhawatirkan berbahaya bagi kesehatan

dan lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik bersama pupuk anorganik dalam sistem

Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi seperti tertuang dalam Permentan No. 40/2007

tentang Rekomendasi Pupuk N,P,K Padi Sawah Spesifik Lokasi untuk meningkatkan

produktivitas padi sawah perlu disosialisasikan secara intensif. Badan Litbang

Pertanian beserta jajarannya didukung oleh swasta dapat menggunakan demplot

sebagai sarana aktif memsosialisasikan program ini.

2. Program-program pengembangan pertanian petani mandiri yang mengintegrasikan

ternak dan tanaman CLS (Crop Livestock System), penggunaan tanaman legum baik

berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop)

serta bahan organik in situ perlu diintensifkan untuk mendukung pengembangan pupuk

organik non komersial dan pemulihan kesuburan tanah.

3. Pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani dalam pengadaan pupuk organik dapat

dilakukan melalui: (a) melatih petani membuat pupuk organik in situ yang berasal dari

kotoran ternak dan sisa tanaman yang dikomposkan, (b) mendorong petani melakukan

Page 12: 52 - Wiwik Hartatik Dan Diah Setyorini - Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

582

diversifikasi usaha pertanian berbasis ternak, (c) mendorong petani melakukan

pengelolaan bahan organik in situ terutama pada lahan kering.

4. Untuk mendapatkan pupuk organik yang berkualitas baik, diperlukan fasilitas/insentif

dari pemerintah berupa mikroba dekomposer dalam proses pembuatan kompos untuk

mempercepat proses pengomposan dan atau peralatan pembuat kompos pada tingkat

kelompok tani atau mendorong pemanfaatan mikroba lokal (MOL).

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. 2000. Konstribusi bahan organik untuk meningkatkan produksi pangan pada

lahan kering bereaksi masam. Pros. Seminar Nasional Sumber Daya Lahan.

Cisarua-Bogor, 9-11 Februari 1999. Buku III. Pusat Penelitan Tanah dan

Agroklimat.

Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Lahan Kering. World

Agroforestry Centre. Bogor. 102 pp. (www.worldagroforestrycentre.org/sea).

Peraturan Menteri Pertanian . 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Padi

Sawah Spesifik Lokasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Departemen Pertanian.

Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.

Kementerian Pertanian.

Sri Adiningsih, J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor terhadap Penyediaan Kalium Tanah

Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Sri Adiningsih, J., D. Setyorini, dan T. Prihatini. 1995. Pengelolaan Hara Terpadu untuk

Mencapai Produksi Pangan yang Mantap dan Akrab Lingkungan. Prosiding

Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Makalah Kebijakan. Bogor

10-12 Januari 1995. Puslittanak.

Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. John Wiley

and Sons Inc. New York.

Tan, K.H. 1993. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York. 362pp.