6 Tegangan Insitu & Distribusi Tegangan Terowongan Kuliah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bidang mekanika batuan

Citation preview

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-1

    DISTRIBUSI TEGANGAN DI

    SEKITAR TEROWONGAN - 6

    Laboratorium Rekayasa Batuan

    Fakultas Teknik Pertambangan & Perminyakan

    Institut Teknologi Bandung

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-2

    Macam Tegangan Insitu

    Tegangan alamiah merupakan tegangan dalam massa batuan sebelum

    penggalian dilakukan. Tegangan alamiah dapat terdiri dari beberapa macam

    seperti tegangan gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa dan tegangan

    termal.

    Menurut asal mulanya tegangan dalam batuan dibagi menjadi 2, yaitu

    tegangan alamiah (natural stresses) dan

    tegangan terinduksi (induced stresses)

    Pemahaman mengenai besar dan arah tegangan in situ dan tegangan terinduksi

    ini merupakan bagian penting dalam perancangan lubang bukaan bawah tanah.

    Dalam banyak kasus, tegangan terinduksi ini akan melampaui kekuatan massa

    batuan dan menyebabkan ketidakmantapan lubang bukaan bawah tanah.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-3

    Tegangan Alamiah

    Tegangan Gravitasi

    Tegangan gravitasi terjadi karena beban batuan yang ada di atasnya dan komponen vertikal dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan. Sedangkan komponen

    horisontal, jika material diasumsikan elastik dan tidak ada pergerakan secara horisontal,

    maka komponen ini dapat juga dihitung dengan persamaan

    Tegangan Tektonik

    terjadi akibat geseran-geseran pada kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lampau maupun saat ini, seperti pada saat terjadi sesar dan lain-lain Pergerakan dalam kerak

    bumi terjadi secara kontinyu, seperti peristiwa seismik, pergerakan lempeng dan

    pergerakan karena perbedaan panas antara inti bumi dan kerak. Tegangan tektonik

    sangat sulit diperkirakan baik besar maupun arahnya, hanya pada umumnya lebih besar

    daripada tegangan vertikalnya

    Tegangan Termal

    Tegangan termal terjadi karena pemanasan atau pendinginan batuan dan terjadi di dekat permukaan yang terkena panas matahari atau sebagai hasil pemanasan bagian dalam

    bumi karena bahan-bahan radioaktif atau proses geologi lainnya

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-4

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tegangan

    In-situ

    Tegangan insitu suatu titik ditentukan oleh kondisi pembebanan

    material yang ada di atasnya dan perubahan akibat proses geologi

    sebelumnya. Perubahan kondisi tegangan insitu dapat diakibatkan oleh

    beberapa hal yang antara lain berhubungan dengan perubahan suhu,

    serta proses kimia seperti leaching, penguapan, dan rekristalisasi

    mineral

    Proses mekanik seperti terbentuknya rekahan, geseran antara bidang

    rekahan dan aliran viskoplastik dalam material akan menghasilkan

    kondisi tegangan yang komplek dan heterogen. Beberapa faktor yang

    mempengaruhi kondisi tegangan insitu menurut Brady dan Brown

    (1985) adalah (1) topografi permukaan, (2) erosi, (3) tegangan sisa,

    (4) inklusi, (5) aktivitas tektonik, dan (6) bidang diskontinyu

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-5

    1. Topografi Permukaan

    Untuk kondisi permukaan yang datar, tegangan vertikal rata-rata mendekati

    nilai tegangan akibat beban material di atasnya. Semakin jauh dari

    permukaan, semakin besar pengaruh beban material di atasnya. Untuk

    topografi permukaan yang tidak rata, penentuan kondisi tegangan pada

    suatu titik menjadi lebih kompleks

    Beberapa kondisi topografi dapat menyebabkan tegangan horisontal yang

    lebih besar dibandingkan tegangan vertikalnya. Hal ini dapat menjadi salah

    satu sebab beberapa pengukuran tegangan insitu oleh Hoek & Brown

    (1978) menunjukkan tegangan horisontal yang pada umumnya lebih besar

    daripada tegangan vertikalnya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa

    pengaruh topografi permukaan akan semakin kecil jika jarak dari

    permukaan semakin besar

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-6

    Pengaruh Topografi Terhadap Distribusi

    Tegangan (Brady & Brown, 1985)

    Permukaan tanah

    Permukaan tanah

    Permukaan tanah

    a b

    c

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-7

    2. Erosi

    Erosi pada permukaan tanah baik oleh air, angin, maupun es akan

    mengurangi kedalaman batuan pada suatu titik di bawah tanah, sehingga

    tegangan vertikalnya menjadi lebih kecil. Proses ini akan membawa pada

    suatu kondisi tegangan dengan nisbah tegangan horisontal dan vertikal

    yang tinggi, khususnya di tempat-tempat yang dangkal.

    Analisis dari permasalahan ini juga menunjukkan bahwa rasio tegangan

    horisontal dan vertikal akan semakin kecil jika kedalaman meningkat,

    mendekati nilai sebelum proses erosi terjadi di mana kedalamannya lebih

    besar daripada kedalaman lapisan tanah penutup yang tererosi.

    Pengukuran tegangan insitu di beberapa daerah oleh Hoek & Brown (1978)

    juga membuktikan hal ini. Pada ilustrasi terlihat bahwa pada tempat-tempat

    yang relatif dangkal, nisbah tegangan horisontal dan vertikal cenderung

    besar.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-8

    3. Tegangan Sisa

    Adalah tegangan yang masih tersisa, walaupun penyebab tegangan tersebut sudah hilang yg berupa

    panas atau pembengkakan di kulit bumi.

    Tegangan yang masih ada di dalam batuan meskipun penyebab tegangan tersebut sudah tidak ada.

    Sebagai contoh, pada ilustrasi pertama berikut (a) menggambarkan kondisi tegangan pada saat bidang

    lemah belum bergerak. Sedangkan ilustrasi yang kedua (b) menyatakan kondisi tegangan sisa setelah

    terjadi proses pergerakan bidang lemah tersebut.

    Tegangan yang masih ada di dalam batuan walaupun penyebabnya sudah tidak ada lagi. Fenomena ini

    disebabkan oleh beberapa hal. Love (1944) menyatakan bahwa proses pendinginan yang tidak merata

    dalam suatu material dapat meyisakan tegangan dalam material tesebut. Timoshenko dan Goodier (1970)

    mengungkapkan bahwa pada umumnya tegangan sisa dapat ditimbulkan karena proses fisika dan kimia

    yang terjadi secara tidak merata dalam material. Sebagai contoh, pendinginan yang tidak merata dalam

    massa batuan dengan litologi yang berdekatan dan mempunyai koefisien ekspansi termal yang berbeda

    akan menyebabkan tegangan yang terkunci (locked-in stress). Selain pendinginan, perubahan mineralogi

    lokal dalam batuan seperti rekristalisasi lokal, perubahan kandungan air dalam agregasi mineral karena

    absorpsi atau proses.

    Masalah tegangan sisa masih menjadi hambatan dalam memperkirakan kondisi tegangan yang bekerja

    dalam massa batuan juga dalam penyelidikan geologi detail ataupun mekanismenya.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-9

    Ilustrasi Terjadinya Tegangan Sisa & Hubungan Nisbah

    Tegangan vs. Sesar (Herget, 1988)

    a b

    sesar

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-10

    4. Inklusi

    Inklusi dalam massa batuan adalah bagian yang secara litologi membuat umur batuan lebih

    muda dari formasi batuan induknya. Biasanya inklusi merupakan intrusi seperti dykes dan sill,

    serta veins seperti mineral kuarsa dan fluor. Keberadaan inklusi secara vertikal mempengaruhi

    kondisi tegangan dengan dua cara.

    Pertama, jika inklusi berada di bawah kondisi tekanan yang berlawanan dengan kondisi

    horisontal batuan di sekitarnya, maka komponen tegangan yang tinggi akan terjadi tegak lurus

    bidang inklusinya.

    Kemungkinan kedua dihubungkan dengan perbedaan nilai modulus deformasi inklusi dan

    batuan di sekitarnya yang dapat diakibatkan oleh adanya aktivitas pembebanan. Sebagai contoh

    adanya perubahan tegangan efektif dalam batuan induk atau adanya perpindahan karena

    aktivitas tektonik dapat menyebabkan perubahan tegangan dalam inklusi menjadi relatif lebih

    rendah atau lebih tinggi dibandingkan batuan induknya. Inklusi yang relatif kaku (stiff) akan

    menyebabkan tegangan dalam inklusi menjadi lebih tinggi, begitu pula sebaliknya.

    Perbedaan modulus deformasi antara inklusi dan batuan induk akan membuat gradien

    tegangan dalam batuan induk di sekitar inklusi menjadi tinggi. Sebaliknya, jika modulus

    deformasi inklusi relatif rendah, maka gradien tegangan dalam batuan induk di sekitar inklusi

    menjadi lebih kecil sehingga kondisi tegangannya relatif homogen (Savin, 1961)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-11

    5. Aktivitas Tektonik

    Tegangan insitu mungkin juga berasal dari aktivitas tektonik yang berkerja

    pada skala regional dan bisa dihubungkan dengan kondisi struktur geologi

    daerah tersebut seperti sesar dan lipatan.

    Elemen batuan bereaksi secara viskoplastik terhadap tegangan yang

    bekerja. Semakin kuat aktivitas tektonik cenderung menyebabkan

    komponen tegangan subhorisontal lebih besar daripada tegangan vertikal

    dan tegangan horisontal lainnya. Hal ini mungkin karena aktivitasnya terjadi

    jauh di bawah permukaan.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-12

    6. Bidang Diskontinyu

    Keberadaan bidang diskontinyu di dalam massa batuan akan mengganggu

    kesetimbangan tegangan dan dapat menyebabkan tegangan tersebut

    terdistribusi kembali untuk mencari kesetimbangan barunya.

    Adanya bidang diskontinyu vertikal seperti ridge dapat diasosiasikan dengan

    rendahnya tegangan horisontal yang bekerja di daerah tersebut. Price (1966)

    menyatakan bahwa satu kelompok bidang diskontinyu dalam massa batuan

    yang mempunyai orientasi, formasi dan perilaku yang sesuai dengan

    compressive failure erat kaitannya dengan sifat-sifat tegangan yang dapat

    menyebabkan perkembangan bidang diskontinyu.

    Kondisi tegangan yang heterogen merupakan akibat alami dari adanya proses

    perlipatan, pergeseran atau lucuran yang terjadi pada bidang-bidang perlapisan

    batuan.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-13

    Tegangan Gravitasi Vertikal

    Dalam bidang teknik sipil, penentuan lokasi pembuatan sebuah

    terowongan ataupun sebuah bendungan berdasarkan pada arah

    tegangan utama (principal stress) regional.

    Pemecahan klasik yang biasa dilakukan untuk mengetahui keadaan

    tegangan di dalam massa batuan tanpa dilakukannya pengukuran in-

    situ adalah dengan menganggap bahwa tegangan vertikal (sv) pada

    massa batuan yang berada pada kedalaman tertentu adalah sama

    dengan berat per satuan luas dari batuan yang berada di atasnya atau :

    s = r g h

    r = bobot isi batuan (ton/m3)

    g = percepatan gravitasi (m/det2)

    h = kedalaman (m)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-14

    Tegangan Gravitasi Vertikal

    Bobot isi rata-rata batuan (quarts, sandstone, limestone, quartz-rich magnetic

    rocks) = 2670 kg/m3 = 0,0267 MN/m3.

    Tegangan insitu vertical pada kedalaman 1000 m

    s = r g h

    s = (2670 kg/m3 x 9.8 m/detik2 x 1000 m)

    s = 26 x 106 N/m2 =26 MPa = 3771 psi = 265 kg/cm2

    Gradient stress untuk kedalaman 1000 m = 0,026 MP/m.

    Untuk kepraktisan bobot isi massa batuan diasumsikan 2.7 t/m3 ~ 0.027 MN/m3.

    g = 10 m/detik2, tegangan in situ vertikal pada elemen 2700 t/m2 atau 27 MPa.

    Pengukuran tegangan in situ vertikal di sejumlah tambang dan konstruksi sipil

    menunjukkan bahwa hubungan ini cukup valid, meskipun terdapat penyebaran

    data yang cukup besar.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-15

    Tegangan In Situ Vertikal

    (Hoek & Brown, 1981)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-16

    Tegangan Insitu Horizontal

    Pendekatan teoritis untuk tegangan horisontal lebih sulit dilakukan daripada tegangan

    vertikal

    Untuk kedalaman (h) yang besar sekali, maka keadaan tegangan pada umumnya menjadi

    hidrostatik atau litostatik, yaitu k = 1 dan sh = sv.

    Tetapi semua itu hanyalah sebuah estimasi global dari kedaan tegangan yang ada di

    dalam massa batuan, yang didasarkan pada hipotesa yang sangat sederhana seperti:

    homogenitas, isotropi dan perilaku (behaviour) rheologi dari massa batuan.

    Tegangan residual dan tektonik kemungkinan ada di dalam massa batuan dan dapat

    merubah keadaan tegangan yang ada. Oleh karena itu keadaan tegangan yang

    sebenarnya dapat berbeda jauh dengan keadaan tegangan yang dihitung secara teoritis.

    Teori hanya dapat memberikan perkiraan besaran intensitas dari tegangan yang ada,

    sedangkan hanya pengukuran tegangan in-situ yang dapat memberikan keterangan

    mengenai orientasi dan besarnya tegangan pada massa batuan di bawah tanah.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-17

    Tegangan In Situ Horisontal

    Pengukuran tegangan in situ horisontal pada beberapa

    tambang dan proyek sipil di seluruh dunia (Brown & Hoek,

    1978; Herget, 1988) menunjukkan bahwa:

    k cenderung tinggi pada kedalaman dangkal,

    dan menurun dengan bertambahnya

    kedalaman.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-18

    Tegangan Insitu Horizontal

    Terzaghi dan Richart (1952) menyatakan bahwa untuk beban gravitasi di

    mana tidak terjadi regangan dalam arah lateral, nilai k tidak bergantung

    pada kedalaman tetapi dinyatakan sebagai

    vh k

    batuan massa Poisson Nisbah

    1k

    Dengan menggunakan pendekatan ini nilai tegangan horisontal yang

    diperoleh akan selalu lebih kecil daripada tegangan vertikal.

    Hubungan ini sempat dipakai secara luas namun banyak pengukuran

    tegangan insitu menunjukkan bahwa nilai tegangan horisontal tidak selalu

    lebih kecil dari tegangan vertikalnya dan telah dibuktikan tidak akurat

    Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan ini terbukti tidak valid lagi

    dan jarang dipakai lagi sekarang.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-19

    Tegangan Insitu Horizontal

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    0

    De

    pth

    h

    (m

    )zz

    yyxxk

    s

    ss )(5.0

    0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-20

    Tegangan In Situ Horisontal

    Sheorey (1994) mengusulkan persamaan:

    Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulit

    bumi yang diukur pada arah horisontal dalam

    GPa

    z= kedalaman dalam m

    )z

    1(0.001E 70.25k h

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-21

    Tegangan In Situ Horisontal

    Dep

    th b

    elo

    w s

    urf

    ace

    , h

    (m

    )

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-22

    Global Trends in Coal Mine Horizontal Stress Measurements

    Christopher Mark & Murali Gadde

    CSIRO Report No. 49, 77. Hasenfus, G.J. and Su, D.W.H., (2006)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-23

    Global Trends in Coal Mine Horizontal Stress Measurements

    Christopher Mark & Murali Gadde

    CSIRO Report No. 49, 77. Hasenfus, G.J. and Su, D.W.H., (2006)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-24

    Tegangan Terinduksi

    Jika sebuah lubang bukaan bawah tanah dibuat pada massa

    batuan:

    batuan yang tidak tergali menerima beban lebih besar daripada

    saat sebelum digali karena bagian yang harus menerima beban

    tersebut telah hilang kondisi

    sehingga tegangan awal secara lokal akan berubah menjadi

    tegangan terinduksi,

    distribusi tegangan di dinding terowongan berbeda dari tegangan

    sebelum batuan digali.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-25

    Tegangan Terinduksi (Induced)

    Sebelum penggalian dilakukan,

    massa batuan berada dalam kondisi

    setimbang, dan setelah penggalian

    dilakukan, kesetimbangan tersebut

    menjadi terganggu dan dapat

    mengubah distribusi tegangan awal.

    Untuk mengetahui distribusi

    tegangan di sekitar terowongan

    dapat digunakan persamaan Kirsch

    (1898).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-26

    Ilustrasi tegangan utama (s1, s2, s3 perhatikan Eigenvectorsnya) menginduksi pada sebuah

    elemen batuan dekat dengan lubang bukaan horizontal yang dikenai tegangan insitu vertikal

    sy, tegangan insitu horizontal sh1 dalam sebuah bidang normal terhadap sumbu lubang bukaan

    dan tegangan insitu horizontal sh2 dalam sebuah bidang paralel dengan sumbu lubang bukaan

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-27

    Arah tegangan utama didalam wilayah sekitar lubang bukaan horizontal yang dikenai

    tegangan insitu sh1 sama dengan 3sv , sv tegangan insitu vertikal

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-28

    Arah tegangan utama didalam wilayah sekitar lubang bukaan horizontal yang

    dikenai tegangan insitu sh1 sama dengan (1/3)sv , sv tegangan insitu vertikal

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-29

    Kontur besaran maksimum dan minimum tegangan utama dalam

    batuan disekitar lubang bukaan horizontal, dikenai tegangan vertikal sv

    dan horizontal sh = 3 sv

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-30

    Penampang Umum Vein Con Gold Mine

    (N.W Territories Canada)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-31

    Metode Pengukuran Tegangan Insitu

    Metode pengukuran langsung (direct) dan

    Metode pengukuran tidak langsung (indirect)

    Metode pengukuran absolut dan

    Metode pengukuran relatif

    Tetapi kelihatannya yang terbaik adalah klasifikasi berdasarkan tipe dari

    pengukuran yang dilakukan.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-32

    Metode Pengukuran Langsung

    Tegangan Insitu

    Rosette Deformasi: Metode yang didasarkan pada pengukuran yang dilakukan di sebuah permukaan bebas di dinding batuan.

    Flat Jack: Metode yang didasarkan pada pengukuran tekanan yang diperlukan untuk mengembalikan tegangan yang dibebaskan.

    Metode pengukuran dalam lubang bor.

    Metode overcoring: sebuah sel mengukur tegangan, perpindahan

    radial, axial dan longitudinal.

    Metode hydraulic fracturing.

    Interpretasi semua hasil pengukuran tegangan in-situ untuk semua metode tsb didasarkan pada hipotesa homogenitas, kontinuitas,

    isotropi dan elastik linier. Di samping itu medan tegangan dianggap

    homogen di sekitar tempat pengukuran dilakukan.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-33

    Tensor Tegangan Hasil Metode Pengukuran

    Tegangan In-situ

    (ISRM, Hudson & Harisson, 2000)

    FLATJACK

    Diperoleh satu komponen tegangan

    REKAH HIDROLIK

    Diperoleh dua tegangan prinsipal

    USBM OVERCORING TORPEDO

    Diperoleh tiga komponen 2 dimensi

    dari 3 kali pengukuran

    CSIRO OVERCORING GAUGE

    Diperoleh 6 komponen dalam satu

    kali pengukuran

    zz

    yzyy

    xzxyxx

    3

    2

    1

    0

    00

    zz

    yzyy

    xzxyxx

    zz

    yzyy

    xzxyxx

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-34

    Metode Rosette Deformasi

    Prinsip

    Prinsip dari rosette deformasi adalah mengukur deformasi superficial pada sebuah permukaan

    bebas di dinding massa batuan. Deformasi ini disebabkan oleh pembebasan tegangan atau

    variasi tegangan.

    Hipotesa

    Interpretasi dari hasil pengukuran tegangan dengan metode ini berdasarkan pada hipotesa :

    Tegangan bidang (plane stress), yaitu tegangan yang tegak lurus bidang pengukuran sama

    dengan nol.

    Pembebasan tegangan adalah total (seluruhnya). Perhitungan dengan metode elemen hingga

    menunjukkan bahwa diperlukan pemotongan sedalam 20 cm untuk memperoleh pembebasan

    tegangan total.

    Perilaku (behaviour) batuan adalah elastik linier. Tegangan dihitung langsung dari deformasi

    yang diukur dengan bantuan Hukum Hooke.

    Pengukuran

    Titik-titik pengukuran sebanyak delapan buah dipasang pada lingkaran yang berdiameter 20 cm.

    Jarak antara titik-titik pengukuran tersebut diukur sampai ketelitian 1 mikron. Kemudian batuan

    di sekitar lingkaran digergaji dengan menggunakan gergaji intan sedalam 20 cm, sehingga

    tegangan dibebaskan total.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-35

    Metode Flat Jack

    The method for the measuring the stress in the rock was first described by Habib and Marchand (197x). This procedure was effected by first mounting two vibrating-

    wire strain gages on a rock surface, orienting them to measure in the line of

    intended stress determination & then making an initial strain reading.

    A slot of sufficient area to partially relieve the strain in the proximity of the strain gages is then cut between the strain gages, and a flatjack grouted into the slot.

    After the grout has cured, the flatjack is pressurized to a value such that the strain

    gages indicate their initial value. The flatjack pressure is considered equal to

    stress normal to the plane of the flatjack that existed in the rock before the

    slot was cut hence no elastic properties of the rock mass is required.

    Panek and Stock (19xx) modified this procedure by replacing the surface mounted strain gages with copper-foil jacketed resistance strain gages (Valory type)

    grounted in slots cut above & below the intended flatjack slot.

    The gages are placed directly over and under the center of the flatjack & oriented so that they will measure the strain in the direction normal to the flatjack. Panek

    found that this modification improved both the sensitivity and accuracy of the

    stress determinations.

    In a later modification the resistance strain gages were replaced by small hydraulic cells grouted in similarly placed drill holes. It was found that stability of the

    hydraulic cells is excellent, that is, their zero drift is virtually nil.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-36

    Metode Flat Jack

    The flatjactk method does not require any knowledge of the elastic

    properties of the rock, and hence it is considered to be a true stress

    measuring stress. However, for the method give a valid result it is

    necessary that the gages reading produced by cutting the flatjack slot

    should be annulled by applying to the surface the slot (by means of the

    flatjack) a pressure equal to the preexisting stress. Panek and Stock

    showed experimentally that this condition is satisfied for a square flatjack of

    width W if this perpendicular from the center of the flatjack to hydraulic cells

    is such that L over W < (lihat Gambar)

    Because of the difficulty in cutting deep flatjack slots the method is restricted

    to near-surface measurements. On the other hand because of the

    averaging effect due to the comparatively large area of the flatjack it is less

    sensitive to local variations in the rock stress. The method is also better

    adapted to measurement in inelastic rock.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-37

    Metode Flat Jack

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-38

    Metode Overcoring-1

    Strain recovery by stress relief through overcoring is accomplished by a variety

    of procedures. All ground is compressed due to the stress acting on it. When a

    piece of rock is drilled out of the surrounding material (overcored), it expands due

    to elasticity. If the elastic strain recovery is measured, and the elastic properties

    of the overcored material are determined, then the stresses which were acting on

    the overcored material can be calculated according to Hookes Law.

    Overcoring is the easiest method to use and provides the most complete results.

    To measure the elastic strain recovery during relaxation of the rock, the

    instrumentation has to be very sensitive because the deformations during elastic

    strain recovery are very small. Considering that the elastic modulus is in the

    vicinity of 70 GPa, the equipment has to be capable of determining deformations

    to 0.0005 mm to identify stress levels. This can be achieved with delicate

    electrical transducers such as strain gauges or linearly variable differential

    transducers.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-39

    Metode Overcoring-2

    Early developments in overcoring instrumentation were the US Bureau of Mines

    deformation meter and the South African doorstopper. In the case of the US

    Bureau of Mines meter an EX drill hole (38 mm) is overcored with a nominally

    153 mm diameter coring bit (Panex 1965, Hooker et al. 1974).

    The expansion of the EX hole is determined with an instrument which contains

    one or more strain gauged cantilevers connected to the EX borehole wall with

    the aid of protruding buttons. The US Bureau of Mines meter has a sensitivity of

    one micro-inch/inch across the diameter and a temperature sensitivity of only 2

    micro-inches per inch per degree Fahrenheit. The system works well in adverse

    conditions, such as water bearing strata, however, powerful drilling equipment is

    required to drill the large holes to any depth.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-40

    Over Coring USBM Deformation Meter

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-41

    Doorstopper & USBM

    The doorstopper system uses strain gauges as a transducer. An IBX hole (59.5 mm) is drilled to the required depth and the bottom is ground flat (Figure 1.4). Onto this flat drill

    hole bottom, the so called doorstopper is glued and the resistance of the gauges is read

    before overcoring commences. Overcoring is carried out with an IBX 750 thin wall coring

    bit yielding a 44 mm core. The sensitivity of the gauges on the doorstopper is 5-10

    microinches per inch and the gluing process can be difficult if moisture is present. Recent

    development of glues which tolerate moisture in rock have eliminated this advantage. The

    doorstopper system uses a rather small drill hole and the borehole geometry for testing is

    simple. Installations have been successful to a depth of about 60 metres (Leeman 1969).

    Both the USBM meter and the doorstopper measure strain recovery in one plane only, that means the full ground stress tensor can only be obtained by drilling three holes in

    independent directions of each other.

    To remedy this limitation, a triaxial strain cell method has been developed in South Africa. Its borehole geometry is similar to that of the USBM meter, but three strain rosettes, each

    carrying four strain gauges, are glued to the inside of an EX drill hole as shown in Figure

    1.5 (Leeman 1969). This triaxial strain cell is overcored, and the overcoring provides

    sufficient readings of strain recovery in the required directions so that a stress tensor can

    be determined. Achieving a thorough bonding of strain gauges to the bore hole wall is

    absolutely essential and the quality of the bond must be checked after a completed stress

    determination test (Gray et al. 1969, Herget 1973b).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-42

    Biaxial Straincell - Doorstopper

    A more recent development in this line of instrumentation has been the Australian triaxial strain cell which

    is a far more rugged but also a more expensive triaxial strain cell. The South African strain cell carries 12

    strain gauges while the Australian unit carries 9. Both types of instrumentation provide enough redundancy

    in strain readings to carry out a calculation of the stress tensor according to the method of least squares.

    Thus a result of best fit and a measure of reliability is obtained (Worotnicki 1976).

    The standard South African methods do not permit recording of strain recovery during overcoring but rely

    on readings taken before and after overcoring. However, modifications allow readings to be taken during

    overcoring similar to the USBM meter and the Australian triaxial strain cell system. This requires more

    effort during installation, but procedures more detailed results.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-43

    Doorstopper

    The "Doorstopper" method is based on the strain relief at the flattened bottom of the borehole (BX-60 mm or NX-76 mm in diameter). A strain rosette at the bottom of the strain

    cell, resembling the shape of a household hardware doorstopper, is cemented to the end

    of the borehole. The measurements of baseline strains ex, ez, & gxz are recorded. Then,

    the borehole is extended to leave the strain cell attached on top of the rock stub released

    from the surrounding stresses. Thus, the changes in strains, Dex, Dez, & Dgxz, can be

    related to the in situ stresses for a given configuration at the end of the borehole if the

    material properties of the rock is known.

    Procedure

    A borehole (60 mm to 76 mm) is drilled to the depth of interest.

    The bottom of the hole is ground flat using a grinding bit for application of the

    strain rosette.

    The strain cell is lowered to the bottom of the borehole attached to the

    installation tool. The strain rosette is cemented to the bottom of the borehole.

    The initial strains are measured.

    The borehole is extended to relieve the strain surround the core stub.

    The core stub is retrieved attached with the strain cell on it to measure changes

    in strains and material properties of the rock.

    Inversion of strain changes into in situ stress.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-44

    Doorstopper - Stress Calculations

    If the borehole is oriented in 0y direction and

    the xz plane is perpendicular to the borehole,

    the strain measurements (ea, eb & ec) can be

    converted into the stresses. For a 45 degree

    rosette shown in the above picture, the strains

    in the rosette can be transformed into the

    stains in the X-Z orthogonal coordinate system.

    If the rock surrounding the borehole is

    assumed to behave in a linear elastic manner,

    the strains can be converted into the changes

    of stresses at the flat bottom of the borehole.

    The elastic moduli E and n are measured from

    the extracted core stub

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-45

    Doorstopper - Stress Calculations

    The geometry at the flat bottom of the

    borehole with extended overcore

    requires a numerical analysis to

    convert the changes in stresses into

    the in situ stress surrounding the

    borehole. If the stress sy along the

    borehole direction is assumed to be

    zero for a shallow borehole or

    calculated from the weight of the

    overburden, the in situ stress acting in

    the plane perpendicular to the

    borehole is as follows:

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-46

    Doorstopper

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-47

    CSIRO Hollow Inclusion Cell

    RMT is the sole UK distributor of Mindata's

    range of rock stress measurement

    equipment, including the industry standard

    CSIRO Hollow Inclusion Cell. This cell

    conforms to the ISRM standard for in-situ

    stress management and determines the

    complete triaxial stress tensor from a

    single measurement. The CSIRO HI cell is

    available in 9 or 12 gauge format and

    standard or thin-walled versions. It is also

    available with an optional internal precision

    resistor or a thermistor where temperature

    compensation is required.

    This equipment has an impressive track record for successful stress measurement by

    overcoring in weak rock conditions. It can also be used for stress change monitoring if

    installed and left in-situ. RMT can also provide suitable software, adhesive pack sundries,

    installation and readout equipment and bi-axial cells for determination of elastic properties

    during stress measurement.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-48

    CSIRO Cell Application

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-49

    Planning and Quality Control for Stress

    Determinations by Overcoring

    Care has to be exercised when carrying out ground stress determinations. The location should

    preferably be dry and remote from mining operations. The rocks should be sound because

    broken or heavily fractured rocks are not suitable for elastic strain recovery. Also, environmental

    conditions should be bearable, otherwise the frequency of mistakes will increase.

    Sites should be selected on the basis of geological information, so that results which are

    obtained at the stress determination site can be extrapolated to other areas of the mine.

    Generally, errors of less than 10% can be achieved for the stress tensor but one should be aware

    that the results will represent only an estimate of the existing ground stresses.

    The quality or reliability of strain recovery measurements depends primarily on the complete

    transmission of deformation from the rock to the strain gauges. It is therefore essential, for the

    methods using strain gauges bonded to a borehole wall, to check the bond for each overcored

    strain gauge. This can be done by subjecting the overcored sample to compression in a testing

    machine or a portable hydraulic loading device

    Very low sensitivity,

    Sudden breakdown in response to loading,

    A large hysteresis loop which is not characteristic of the rock,

    Zero shift with each load cycle.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-50

    Hydraulic Fracturing

    In the case of hydraulic fracturing a section of a drill hole is sealed off and hydraulic

    fluid is injected into the sealed off section under such a pressure that finally the

    borehole wall develops a crack. The magnitude and direction of the principal stresses

    may then be determined by the strength properties of the rock, the orientation of the

    crack, the fluid pressure at the time of crack development and the pressure to

    maintain crack growth.

    Hydraulic fracturing is presently the only method which allows the determination of

    ground stress levels in deep drill holes. The method originated in the oil industry from

    oil well simulation methods.

    The equipment comprises bore hole tools to set packers, a flow pump, injection fluids

    and borehole inspection units to determine orientation of cracks in the pressurized

    section. Demand and size of equipment increase with the diameter and depth of the

    boreholes which are being tested. A schematic layout is provided in Figure 1.9a.

    A borehole subjected to fluid pressure will develop an extension fracture if the tensile

    stresses developed by the fluid pressure (p) exceed the external stresses on the

    borehole wall and the tensile strength (To) of the material (Jaeger 1963).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-51

    Hydraulic Fracturing

    If To is zero, as in the case of an old fracture intersecting the drill hole wall which is held

    closed by the normal stress acting on it, the fracture will open when:

    p > s (fracture)

    If the fracture is horizontal:

    p = sv = gravity stress gradient x depth

    For a vertical hole in continuous ground with the principal stresses oriented vertical and

    horizontal, fracture development may occur in horizontal direction if:

    p > sv + To (1.6)

    or in vertical direction if:

    p > st (tangential stress) + To

    If horizontal stress components are s1 & s2, then, ignoring pore-pressure in the rock:

    st = (s1 + s2 p) 2 (s1 - s2) cos 2 (1.7)

    st max = 3 s1 - s2 p at = p (1.8)

    st min = 3 s2 - s1 p at = 0 (1.9)

    Tensile failure is possible when:

    p > 3s2 + To - s1 (1.10)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-52

    Hydraulic Fracturing

    This occurs in the plane radial from the borehole in the

    direction of s1 at the point of fracture the required fluid

    pressure equals to:

    p = 3s2 + To - s1

    or

    -s1 = p 3s2 - To

    For a case of:

    s1 = sH max = 4000 psi

    s2 = sH max = 2000 psi

    To = 1500 psi, the required fluid pressure will be 3500 psi.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-53

    Hydraulic Fracturing

    The orientation of the cracks can be obtained by an impression packer or borehole viewing

    devices. A pressure diagram is given in Figure Hydraulic Fracture Arrangement which

    shows the breakdown pressure (p) (Bredehoft et al. 1976). Fracture development is very

    quick and if the fracture has propagated beyond the immediate vicinity of the borehole, the

    work required the fracture process is small, because of high stress concentrations at the

    crack tip. This shows up in the Figure as a number of closely spaced pressure peaks. This

    stress level is called the instantaneous shut-in pressure ISIP and it is this pressure which

    is required to keep the fracture open and growing. This is approximately equal to the

    normal stress acting on the fracture. In the above example ISIP = s2.

    Theoretical and laboratory studies have shown that in the case of rubber packers, the

    initial hydrofracture in a vertical drill hole is always vertical and perpendicular to the least

    horizontal stress irrespective of the magnitude of sv. In case sv is the minimum principal

    compressive stress, the vertical crack at the hole boundary will change direction towards

    horizontal as the crack propagation away from the local stress field imposed by the

    pressurized drill hole (Haimson 1978).the results is that shut-in pressure (psvert & pshor)

    may be recorded.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-54

    Hydraulic Fracturing

    In the case of a vertical crack with the propagation towards

    horizontal, the stress field is defined as follows:

    p = 3s2 + To - s1

    sH max = -s1 = p - 3s2 - To

    sH min = s2 = Pisip (vertical)

    sv = s3 = Pisip (horizontal)

    Hydraulic fracturing has been used successfully in many areas. One

    recent example is given by the investigation of the Piceance Oil

    Shale Basin of North West Colorado (Bredehoft et al. 1976).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-55

    Hydarulic Fracturing

    Arrangement

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-56

    Mekanisme Pecahnya Batuan Dalam Metode

    Rekah Hidrolik

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-57

    Breakdown Pressure (Pb)

    Breakdown pressure (Pb) adalah tekanan pada saat batuan pecah.

    Biasanya breakdown pressure merupakan tekanan tertinggi yang

    terjadi pada siklus pertama yang menandakan bahwa rekahan telah

    terjadi.

    Tekanan ini mudah ditentukan dari grafik tekanan uji terhadap

    waktu, yaitu tekanan puncak pada siklus pertama pengujian

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-58

    Shut-in Pressure (Ps)

    Shut-in Pressure (Ps) adalah tekanan penutupan rekahan yang diperlukan agar rekahan tetap terbuka tanpa menambah rekahan. Dari grafik tekanan uji terhadap waktu, tekanan ini dapat

    ditentukan secara langsung yaitu pada titik belok saat tekanan mulai turun dengan cepat dan saat

    tekanan mulai konstan. Tetapi penentuan titik belok ini sangat relatif dan berbeda-beda.

    Beberapa peneliti seperti Gronseth dan Kry (1981, 1982), Zoback dan Haimson (1982),

    Mc.Lennan dan Roegiers (1981), Doe dan Hustrulid (1981), dan Mizuta (1987) mengusulkan

    Cara penentuan yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan turunan tekanan

    terhadap waktu (dP/dt), kemudian membuat grafik dt/dp terhadap tekanan, sehingga diperoleh

    kurva kemiringannya. Dari kurva tersebut dibuat garis yang menunjukkan perimeter terluar dari

    titik-titik hasil penurunan. Titik belok pertama adalah nilai Ps.

    GRAFIK dt/dp TERHADAP TEKANAN

    LUBANG BOR N 237 E/-5, KEDALAMAN 7,95 m

    -600

    -500

    -400

    -300

    -200

    -100

    0

    0.53 1.53 2.53 3.53 4.53

    Tekanan (MPa)

    dt/dp

    Ps

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-59

    Reopening Pressure (Pr)

    Reopening Pressure (Pr) adalah tekanan yang diperlukan untuk membuka

    kembali rekahan. Jika ditentukan secara langsung, tekanan ini merupakan

    tekanan puncak pada siklus setelah siklus di mana breakdown pressure

    terjadi. Namun, seperti halnya shut-in pressure, ada beberapa pendapat

    dalam penentuan reopening pressure ini.

    KURVA OVERLAP SIKLUS 1 DAN SIKLUS 7

    -1

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    0 5 10 15 20

    waktu (s)

    Te

    ka

    na

    n (

    MP

    a)

    siklus 1 siklus 7

    Pr

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-60

    Pembuatan Peralatan Rekah Hidrolik

    Tangki Oli

    Pompa elektrikDrum + selang hidrolik

    Packer

    Sub-sub dan inner tube

    Besi penghantar

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-61

    Perekam Data Elektronik

    Perekaman data akan dilakukan secara elektronik

    Alat perekam terdiri dari 8 buah channel

    2 buah untuk tekanan (pressure gauge)

    3 buah untuk dial gauge elektronik

    2 buah untuk LVDT

    1 buah untuk flowmeter

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-62

    Uji Kebocoran Packer

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-63

    Prinsip Uji Rekah Hidrolik

    Lubang bor

    Rekahan hasil uji

    Pompa

    Elektrik

    (Injeksi fluida)

    Pompa

    Manual

    (Packer)

    Pressure

    Transducer

    Packer

    Selang

    hidrolik

    tekanan tinggi

    Besi

    penghantar

    Packer

    DLogger 02

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-64

    Pembacaan Data Uji

    Rekah Hidrolik

    Te

    ka

    nan

    , P

    Wakt

    u

    Pb : tekanan pecah

    Ps : tekanan

    penutupan rekahan

    Pr : tekanan

    pembukaan kembali

    GRAFIK TEKANAN UJI - WAKTU

    LUBANG BOR N 243 E / -4, KEDALAMAN 12,45 m

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

    Waktu (detik)

    Tekanan U

    ji (M

    Pa)

    Pb Ps Pr

    Penentuan Ps & Pr

    menggunakan

    metode Haimson

    dan Lee (1987)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-65

    Grafik Tekanan vs Waktu Pamoyaman

    Uji Rekah Hidrolik Lubang Bor N 2430E /05 - 815cm

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 500 1000 1500 2000 2500

    Waktu (s)

    Tekanan (

    MP

    a)

    Pb

    PsPr

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-66

    Penentuan Orientasi Rekahan

    Uji Rekah Hidrolik

    N

    O

    V

    E

    Z = Sumbu Lubang Bor

    Rekahan Longitudinal

    Rekahan transversal

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-67

    Arah Tegangan &

    Rekahan

    s1

    s1

    s1

    s1

    N

    O

    V

    E

    Z = Sumbu Lubang Bor

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-68

    Kedalaman Pb Ps Pr

    (m) i i i (MPa) (MPa) (MPa)

    1 ST1-150cm 15 310 1,5 T - 14 326 6.33 1.7 3.4

    2 ST1-470cm 15 310 4,7 L 43 - - 2.37 1.5 1.45

    3 ST1-770cm 15 310 7,7 T - 2 117 4.37 1.5 0.8

    4 ST1-980cm 15 310 9,8 - - - - 3.83 - -

    5 ST2-177cm 15 270 1,77 T - 20 90 5.87 1.9 1.9

    6 ST2-357cm 15 270 3,57 T - 32 90 4.57 2.15 2.15

    7 ST2-915cm 15 270 9,15 L 27 - - 4.88 2.8 2.8

    8 ST2-1150cm 15 270 11,5 - - - - 4.11 2.91 2.91

    9 ST3-0950cm 15 235 9,5 T - 53 240 4.97 2.5 2.5

    1 ST1-1162cm -1 160 11.62 L 15 9.18 3.6 3.5

    2 ST2-0815cm -5 247 8.15 T 25 15 6.84 3 2.9

    3 ST2-1290cm -5 247 12.9 L 45 4.82 3.2 0.9

    4 ST3-0795cm -4 243 7.95 T 40 23 4.26 1.4 1.8

    5 ST3-0950cm -4 243 9.5 L 75 2.15 1.6 1.5

    PAMOYANAN

    Orientasi Lubang No Kode Rekahan

    Orientrasi (0)

    CIURUG

    Data Uji Rekah Hidrolik

    L = Rekahan longitudinal i = sudut kemiringan lubang bor

    T = Rekahan transversal i = arah lubang bor

    B = Rekahan baru i = sudut antara

    A = Rekahan alamiah i = arah sumbu normal rekahan transversal

    Pb = Tekanan pecah i = kemiringan sumbu normal rekahan transversal

    Pr = Tekanan pembukaan kembali

    Ps = Tekanan penutupan rekahan

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-69

    Tegangan Hasil Uji Rekah Hidrolik

    Tegangan Ciurug Pamoyanan

    sNN (MPa) 3.62 2.49

    sEE (MPa) 0.61 4.41

    sVV (MPa) 3.88 4.5

    NE (MPa) -0.73 -0.55

    EV (MPa) 0.83 1.44

    VN (MPa) -0.79 -0.023

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-70

    Metode Pengukuran Tegangan Insitu Tidak

    Langsung

    Borehole Breakout

    Acoustic Emission (AE)

    Deformation Rate Analysis (DRA)

    Differential Strain Curve Analysis (DSCA)

    Anelastic Strain Relaxation (ASR)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-71

    Definisi

    Emisi akustik adalah gelombang elastis frekuensi tinggi yang muncul karena adanya pelepasan energi yang cepat dari satu atau lebih sumber pada saat

    material mengalami proses pembebanan

    Metode Emisi Akustik menggunakan fenomena Efek Kaiser untuk menentukan tegangan yang pernah dialami batuan

    Efek Kaiser adalah emisi akustik yang terdeteksi pada saat pembebanan mendekati atau melampaui tingkat tegangan yang pernah dialami contoh

    batuan

    Tegangan yang ditentukan dari uji emisi akustik adalah tegangan searah lubang bor

    N

    O

    V

    E

    Z = Sumbu Lubang Bor

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-72

    Prinsip

    Uji Emisi Akustik

    AE Amplifier

    Load Cell Amplifier

    Transduser

    Contoh

    P

    P

    Pre-Amplifier

    AE-Instrument

    Komputer

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-73

    31.52 kN

    Gaya (kN)

    Aktivita

    s A

    E

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-74

    Hasil Uji AE Ciurug & Pamoyanan

    CIURUG PAMOYANAN Lubang Bor Arah Lubang

    Bor Py = KE (MPa)

    Arah Lubang Bor

    Py = KE (MPa)

    N 310 E/ 15 20,01 N160 E/ - 1 19,97 1

    N 310 E/ 0 19,21 N160 E/ 10 21,24

    N 270 E/ 15 13,02 N 247 E/- 4 19,88 2

    N 270 E/ 0 17,78 N 247 E/10 21,93

    N 235 E/ 15 15,77 N 243 E/- 5 21,04 3

    N235 E/0 14,84 N243E/10 23,75

    Vertikal -90 11,60 -90 20,60

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-75

    Perhitungan Tegangan

    Tegangan Ciurug Pamoyanan

    sNN (MPa) 21,17 16,83

    sEE (MPa) 16,15 26,44

    sVV (MPa) 11,63 19,87

    NE (MPa) -2,00 -3,25

    EV (MPa) 2,14 5,20

    VN (MPa) 0,57 -1,97

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-76

    Distribusi Tegangan Sebelum Dibuat

    Terowongan

    Dibuatnya sebuah atau beberapa terowongan di bawah tanah akan mengakibatkan perubahan distribusi tegangan (stress

    distribution) di bawah tanah, terutama di dekat terowongan-

    terowongan tersebut.

    Sebelum terowongan dibuat, pada titik-titik di dalam massa batuan bekerja tegangan mula-mula (initial stress).

    Tegangan mula-mula ini sukar diketahui secara tepat), baik besarnya maupun arahnya.

    Baru sekitar 20 tahun yang lalu dengan cara pengukuran tegangan in-situ dapat diketahui lebih banyak mengenai

    tegangan mula-mula ini.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-77

    Distribusi Tegangan Di Sekitar Terowongan Untuk

    Keadaan Yang Paling Ideal

    Asumsi-asumsi:

    Geometri dari terowongan Penampang terowongan merupakan sebuah lingkaran dengan jari- jari R.

    Terowongan berada pada bidang horisontal.

    Terowongan terletak pada kedalaman H >> R (H > 20 R).

    Terowongan sangat panjang, sehingga dapat digunakan hipotesa regangan bidang (plane strain).

    Keadaan batuan. Kontinu.

    Homogen.

    Isotrop.

    Keadaan tegangan mula-mula (initial stress) hidrostatik. sO = gH (g = specific weight batuan, H = kedalaman)

    Symmetrical revolution di sekeliling 0zs

    s

    s

    0

    0

    0

    0 0

    0 0

    0 0

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-78

    Tegangan Tangensial & Radial

    r

    R

    s

    sr

    r

    s

    s

    sv

    sh

    sh = k sv

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-79

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Keadaan Umum (Kirsch, 1898)

    sssss 2

    341

    21

    2 4

    4

    2

    2

    2

    2

    Cosr

    R

    r

    R

    r

    R HVHVr

    sssss 2

    31

    21

    2 4

    4

    2

    2

    Cosr

    R

    r

    R HVHV

    ss 2

    321

    2 4

    4

    2

    2

    Sinr

    R

    r

    RVHr

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-80

    Keterangan

    sr = Tegangan radial

    s = Tegangan tangensial

    sr = Tegangan geser

    sV = Tegangan vertikal

    sH = Tegangan horizontal

    = Sudut yg dibentuk ke titik pengamatan searah putaran jarum jam

    R = Jari-jari lubang bukaan

    r = Jarak dari pusat lubang bukaan ke titik pengamatan

    Perhitungan tersebut mengunakan beberapa asumsi seperti; penampang lubang bukaan adalah sebuah lingkaran dengan jari-jari R, lubang bukaan mempunyai arah horisontal, lubang bukaan terletak pada kedalaman H R (H 20R) dan lubang bukaan sangat panjang sehingga dapat digunakan hipotesa regangan bidang (plane strain).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-81

    Location Rock Type Depth (m) sv (MPa) Ref.

    AUSTRALIA

    1 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chi oritic slate 360 16.6 1.46 78

    2 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 360 8.0 1.30 78

    3 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 540 15.2 1.70 78

    4 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 330 10.0 1.40 78

    5 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 455 11.0 1.90 78

    6 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 245 8.4 2.10 78

    7 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 633 13.7 2.00 78

    8 NBHC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 1022 6.2 1.66 78

    9 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 668 13.8 1.17 78

    10 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 668 4.8 2.73 78

    11 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 15.9 1.32 78

    12 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 818 20.0 1.07 78

    13 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 818 26.9 1.17 78

    14 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 915 13.1 1.29 78

    15 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 915 21.40.97

    .78

    Hasil Uji Tegangan Insitu-1

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-82

    Location Rock Type Depth (m) sv (MPa) Ref.

    AUSTRALIA

    16 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 766 9.7 1.85 78

    17 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 14.7 1.43 78

    18 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 12.7 2.09 78

    19 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 818 12.3 2.10 78

    20 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 670 13.0 2.40 78

    21 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1277 19.2 1.60 78

    22 NBNC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1140 6.9 2.40 78

    23 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 25.5 0.82 78

    24 NBHC mine, Broken Hill, NSW Rhodonite 1094 15.9 1.81 78

    25 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 18.6 1.62 78

    26 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 26.9 1.34 7S

    27 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1140 29.7 1.43 78

    28 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1423 24.2 1.51 7E

    29 Mount Isa Mine, Queensiand Silica dolomite 664 19.0 0.83 78

    30 Mount Isa Mine, Queensiand Silica dolomite 1089 16.5 1.28 78

    Hasil Uji Tegangan Insitu-2

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-83

    Location Rock Type Depth (m) sv (MPa) Ref.

    AUSTRALIA

    31 Mount Isa Nine, Queensland Dolomite and shale 1025 28.5 0.8778,

    79

    32 Mount Isa Nine, Queensland Shale- 970 25.4 0.85 78

    33Warreeo mine, Tennant Creek, NT

    Magnetite 245 7.0 2.40 78

    34Warrego mine, Tennant Creek, NT

    Chloritic slate, quartz 245 6.8 1.80 78

    35Warrego mine, Tennant Creek, NT

    Magnetite 322 11.5 1.30 78

    36 Kanmantoo`, SA Black garnet-mica schist 58 2.5 3.34 78

    37 Mount Charlotte mine, WA Oolerite 92 11.2 1.45 78

    38 mount Charlotte mine, WA Greenstone 152 10.4 1.42 78

    39 Mount Charlotte mine, WA Greenstone 152 7-9 1.43 78

    40 Ourkin mine, Kambalda, WA Serpentine 87 7.4 2.20 78

    Hasil Uji Tegangan Insitu-3

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-84

    Location Rock Type Depth (m) sv (MPa) Ref.

    AUSTRALIA

    41Dolphin Mine, King Is., Tasmania

    Marble and skarn 75 1.8 1.80 78

    42Poatina hydro. project, Tasmania

    Nudstone 160 8.5 1.70 78,80

    43Cethana hydro. project, Tasmania

    Quartzite conglomerate 90 14.0 1.35 78

    44Gordon River hydro. project, Tas.

    Quartzite 200 11.0 2.10 78

    45 Mount Lyell mine, Tasmania Quartzite schist 105 11.3 2.95 78

    46 Windy Creek, Snowy Mts., NSW Diorite 300 12.4 1.07 78

    47Tumut 1 power stn., Snowy Mts., NSW

    Granite and gneiss 335 11.0 1.20 78

    48Tumut 2 power stn., Snowy Mts., NSW

    Granite and gneiss 215 18.4 1.20 78

    49Eucumbene Tunnel, Snowy Mts., NSW

    Granite 365 9.5 2.60 78

    Hasil Uji Tegangan Insitu-4

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-85

    Location Rock Type Depth (m) sv (MPa) Ref.

    AUSTRALIA

    50G. W. NacLeod Nine, Wawa, Ontario

    Siderite 370 16.1 1.29 81

    51G.W. NacLeod Nine, Wawa, Ontario

    Tuff 370 15.1 2.54 81

    52G.W. MacLeod Nine, Wawa, Ontario

    Tuff 575 21.5123

    81

    53G.W. Nacleod Mine, Wawa, Ontario

    Tuff 575 14.6 1.25 81

    54G.W. NacLeod Nine, Wawa, Ontario

    Meta-diorite 480 18.7 1.54 81

    SSG.W. NacLeod Nine, Wawa, Ontario

    Chert 575 26.6 1.52 81

    56 Wawa, Ontario Granite 345 20.0 2.50 82

    57 Elliot Lake, Ontario Sandstone 310 (11.0)* 2.56 83

    58 Elliot Lake, Ontario Quartzite 705 (17.2) 1.70 83

    59 Elliot Lake, Ontario Diabase dyke 400 17.2 1.90 84

    Hasil Uji Tegangan Insitu-5

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-86

    Peta Tegangan

    Anak panah tebal berarah ke dalam menunjukkan orientasi

    shmax pada daerah thrust faulting (shmax>shmin> sv).

    Anak panah tebal berarah ke luar menunjukkan orientasi

    shmin pada daerah normal faulting (sv>shmax> shmin).

    Anak panah tebal berarah ke dalam menunjukkan shmax

    bersama dengan anak tipis berarah ke luar menunjukkan

    shmin, terletak pada lokasi strike-slip faulting (shmax>sv> shmin).

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-87

    Peta Tegangan

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-88

    World Stress Map (www.world-stress-map.org)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-89

    Global Trends in Coal Mine Horizontal Stress Measurements

    Christopher Mark, PA Murali Gadde

    CSIRO Report No. 49, 77. Hasenfus, G.J. and Su, D.W.H., (2006)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-90

    Global Trends in Coal Mine Horizontal Stress Measurements

    Christopher Mark, PA Murali Gadde

    CSIRO Report No. 49, 77. Hasenfus, G.J. and Su, D.W.H., (2006)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-91

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Keadaan Paling Sederhana

    R s0

    s0

    2

    2

    0rrr

    R1

    2

    2

    0r

    R1

    Tegangan awal hidrostatik:

    sv = sh = s0

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-92

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Keadaan Paling Sederhana

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    0 2 4 6 8 10

    Jarak dari batas terowongan, r/R

    Teg

    an

    gan

    In

    du

    ksi

    /T

    eg

    an

    gan

    Aw

    al Tegangan radial

    Tegangan tangensial

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-93

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Keadaan Umum, k = 2

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    0 2 4 6 8 10

    Jarak dari dinding, r/R

    Teg

    ang

    an I

    nd

    uk

    si/

    Teg

    ang

    an A

    wal

    Tegangan radial

    Tegangan tangensial

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-94

    Daerah Plastis di Sekitar Terowongan

    R

    R

    11

    c

    c0

    1

    1

    2RR'

    sin 1

    sin 1

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-95

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Penampang Tapal Kuda

    sh = sv sA = 2.2 sv

    sB = 1.3 sv

    sh = 0.5 sv sA = 0.6 sv

    sB = 1.8 sv

    sh = 0.33 sv sA = 0.1 sv

    sB = 1.9 sv

    A

    B B

    sv

    sh

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-96

    Distribusi Tegangan Disekitar Lubang Bukaan

    dengan Kondisi Tegangan Insitu

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-97

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Penampang Bujursangkar

    sh = sv sA = 1.1 sv sB = 1.1 sv

    sh = 0.5 sv sA = 0.1 sv sB = 1.6 sv

    sh = 0.33 sv sA = -0.3 sv sB = 1.8 sv

    A

    B B

    sv

    sh

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-98

    Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan

    Penampang Elips

    H

    Wq

    q

    2k1k

    2qk1

    0B

    0A

    s

    ssB

    sA

    H

    W

    ks0

    s0

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-99

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaan

    pada Batuan Masif Elastik-1

    Kembangkan rancangan

    untuk memenuhi

    duty requirements

    Hitung tegangan pada

    batas galian

    sqq < sc atau

    sqq > - sT

    sqq > sc atau

    sqq < -sT

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-100

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaan

    pada Batuan Masif Elastik-2

    Periksa peranan

    bid. diskontinu

    mayor

    Terima

    rancangan

    Tidak ada slip

    Tidak ada separation

    Slip dan/atau

    separation

    Terima rancangan dan

    tentukan penyangga

    ATAU

    Modifikasi rancangan dan

    analisis ulang

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-101

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaan

    pada Batuan Masif Elastik-3

    Modifikasi rancangan untuk membatasi

    failure pada batas galian

    Tentukan tegangan pada

    titik-titik interior

    Tentukan perluasan daerah failure potensial

    dan nilai kepentingan pertambangan

    Daerah failure

    dapat diterima

    Daerah failure tak

    dapat diterima

    Rancang

    sistem penyangga

    Modifikasi rancangan

    untuk mereduksi daerah failure

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-102

    Near & Far Field Zone

    Berdasarkan pengaruh lubang bukaan, kondisi tegangan dapat dibedakan dalam dua

    daerah, yaitu near field zone dan far field zone.

    Near-field stress. The natural stress state within the vicinity of, and perturbed by, a

    heterogeneity (usually caused by engineering activities, e.g. a tunnel as a low-modulus

    inclusion).

    Far-field stress. The stress state that exists in the region beyond the near-field, where

    no significant perturbation due to the heterogeneity occurs.

    Dari persamaan Kirsch (1898), dapat diketahui bahwa untuk k = 1 near field zone terjadi

    pada daerah dengan jarak hingga 5 R, sedangkan far field zone terjadi di daerah yang

    berjarak lebih besar daripada 5 R

    Dapat dikatakan bahwa tegangan yang terjadi pada near field zone merupakan tegangan

    induced, dan tegangan yang terjadi pada far field zone merupakan tegangan asli.

    Pengaruh bukaan pada tegangan terinduksi tergantung kepada bentuk dan tegangan

    insitu

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-103

    Daerah Pengaruh Lubang Bukaan

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-104

    Daerah Pengaruh Lubang Bukaan (Lanjutan)

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-105

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 1

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-106

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 1 (Lanjutan)

    Dengan menggunakan Persamaan Kirsch untuk =0

    diperoleh bahwa sr=0 untuk semua r, jadi srr dan s

    adalah tegangan principal.

    Tegangan geser pada bidang lemah adalah nol dan

    tidak ada kecenderungan terjadinya slip.

    Bidang lemah tidak mempengaruhi distribusi tegangan

    elastik

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-107

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 2

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-108

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 2 (Lanjutan)

    Persamaan Kirsch dengan =90 tidak terjadi

    tegangan geser pada bidang lemah.

    Kemungkinan pemisahan pada bidang lemah terjadi

    jika tegangan tarik terdapat pada atap (K < 1/3) de-

    stress zone di atap (dan dinding) dengan tinggi, :

    2K

    3K1Rh

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-109

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 3

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-110

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 3 (Lanjutan)

    Tegangan normal dan tegangan geser pada bidang lemah:

    Kondisi batas terjadinya pergeseran:

    =

    cos sin

    cos

    2n

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-111

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 4

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-112

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 4 (Lanjutan)

    sv = p, sh = 0.5p

    /sn maksimum terjadi pada r/R = 0.357, yang sesuai dengan = 19.60

    4

    4

    2

    2

    r

    2

    2

    n

    r

    3R

    r

    2R1 0.5

    2

    p

    r

    R1 1.5

    2

    p

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-113

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 5

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-114

    Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi

    Tegangan Elastis: Kasus 5 (Lanjutan)

    sv = p, sh = p

    Pergeseran terjadi jika < 240

    2sinr

    R p

    2 cos r

    R1 p

    2

    2

    2

    2

    n

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-115

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-116

    Stress Distribution

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-117

    Failure of the lining in a horseshoe shaped tunnel in a highly

    stressed poor quality rock mass. This failure initiated at the

    corners where the invert meets the sidewalls. Dimensions of

    a 10 m span modified horseshoe tunnel shape designed to

    overcome some of the problems illustrated in Figure below.

    The stress distribution in the rock mass surrounding the

    tunnel can be improved by modifying the horseshoe shape as

    shown in Figure right hand. In some cases this can

    eliminate or minimise the types of failure shown in Figure

    below while, in other cases, it may be necessary to use a

    circular tunnel profile.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-118

    Cutaway sketch of the layout of an underground powerhouse cavern and a

    parallel transformer gallery.

  • TA

    3111

    Me

    ka

    nik

    a B

    atu

    an

    D

    istr

    ibu

    si T

    eg

    an

    ga

    n D

    i S

    ekita

    r Te

    row

    on

    ga

    n -

    6

    6-119

    In situ stresses: s1 = 10 MPa; s2 = 9 MPa; s3 = 7 MPa; Inclination of

    major principal stress to the horizontal axis = 15

    Rock mass properties: = 35 ; C = 1 MPa; st = zero; EDef = 4600 MPa

    Figure - Comparison of three undergro