140
PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Era globalisasi yang sarat dengan perkembangan teknologi menuntut manusia untuk mempersiapkan diri dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Hal tersebut mendorong manusia untuk mempelajari ilmu pengetahuan dari segala sumber yang ada. Pengetahuan secara teoritis terkadang dirasa kurang cukup apabila tidak ditunjang dengan pengalaman paraktek di lapangan. Dengan mengalami praktek di lapangan secara langsung diharapkan dapat mengetahui korelasi antara teori dan kenyataan di lapangan sehingga akan menjadikan pengetahuan semakin mantap guna menghadapi ketatnya dunia kerja di era globalisasi. Kerja praktek adalah salah satu bentuk tatap muka yang harus dikerjakan oleh mahasiswa di industri- STTN – BATAN F Fahmy Faishal (020700183)

79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Era globalisasi yang sarat dengan perkembangan teknologi menuntut

manusia untuk mempersiapkan diri dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan

wawasan yang dimiliki. Hal tersebut mendorong manusia untuk mempelajari ilmu

pengetahuan dari segala sumber yang ada. Pengetahuan secara teoritis terkadang

dirasa kurang cukup apabila tidak ditunjang dengan pengalaman paraktek di

lapangan. Dengan mengalami praktek di lapangan secara langsung diharapkan

dapat mengetahui korelasi antara teori dan kenyataan di lapangan sehingga akan

menjadikan pengetahuan semakin mantap guna menghadapi ketatnya dunia kerja

di era globalisasi.

Kerja praktek adalah salah satu bentuk tatap muka yang harus dikerjakan

oleh mahasiswa di industri- industri atau tempat dimana mahasiswa melakukan

kerja praktek. Dengan adanya kerja praktek, mahasiswa dapat mengenal lebih

jauh mengenai proses-proses yang terjadi di industri, sehingga berkesinambungan

ilmu yang diperoleh dari industri ataupun teori di praktek.

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir mengadakan program berupa Kerja

Praktek yang wajib ditempuh oleh mahasiswa untuk menghasilkan tenaga kerja

yang mempunyai pengetahuan luas, berpengalaman, berketrampilan dan

mempunyai keahlian, serta etos kerja yang tinggi. Kerja Praktek merupakan mata

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 2: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 2

kuliah yang mempunyai bobot 3 satuan kredit studi (sks) yang wajib ditempuh

sebagai syarat kelulusan mahasiswa program D-IV program studi Teknofisika

Nuklir

Kerja Praktek akan bermanfaat terhadap penciptaan iklim yang saling

mendukung. Peran perguruan tinggi sebagai penghasil sumber daya manusia yang

nyata dan memiliki tingkat kredibilitas tinggi mampu berperan di dunia industri

dengan menjadikan perusahaan sebagai rekan kerja dalam penelitian maupun

dalam pemberi masukan. Sehingga dengan adanya Kerja Praktek akan tercipta

kerja sama yang saling menguntungkan dan kemitraan yang saling mendukung

antara perguruan tinggi dan dunia industri.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui secara langsung pekerjaan dan kegiatan

yang ada pada industri sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan

memperoleh teknologi baru dari dunia industri, sekaligus sebagai pengemban

tugas baik di lembaga maupun di industri nantinya.

1.2.2 Tujuan khusus

Setelah melaksanakan kerja praktek diharapkan mahasiswa:

1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan keteknikan, serta teknologi

baru yang diperoleh di industri dan belum pernah didapatkan

sebelumnya di lembaga pendidikan.

2. Mempelajari manejemen perusahaan, struktur organisasi serta proses

kerja dalam perusahaan tersebut.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 3: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 3

3. Membantu melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan proses produksi di

dalam suatu industri.

4. Menyelidiki suatu kasus yang ditemukan dalam pekerjaan dan mencari

jalan keluar pemecahan terbaik.

5. Membuat laporan praktek industri untuk memenuhi syarat wajib

membuat laporan setelah praktek industri selesai.

1.3 Manfaat Kerja Praktek

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :

(1). Bagi mahasiswa :

1. Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu

perusahaan atau industri baik dari segi manajemen yang diterapkan,

kondisi fisik, peralatan yang digunakan, kondisi para karyawan dan

kegiatan pekerjaan yang dilakukan.

2. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan

kemampuan keterampilan keteknikan yang relefan sesuai jurusan yang

diambil.

3. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai

dengan tuntutan perkembangan industri.

4. Dapat membina hubungan dengan industri sehingga memungkinkan

untuk dapat bekerja di industri tempat pelaksanaan kerja praktek

setelah lulus nanti.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 4: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 4

(2). Bagi Lembaga Pendidikan :

1. Terjalinnya hubungan baik antara Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir –

BATAN Yogyakarta dan PT. Radiant Utama Interinsco Tbk, sehingga

memungkinkan kerjasama ketenaga kerjaan dan kerjasama lainnya.

2. Mendapat umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan

sehingga selalu sesuai dengan perkembangan dunia industri.

(3). Bagi perusahaan :

1. Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan melalui

mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktek.

2. Dapat menjalin hubungan yang baik dengan lembaga pendidikan

khususnya Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – BATAN Yogyakarta.

3. Perusahaan semakin dikenal oleh lembaga pendidikan sebagai

pemasok tenaga.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada laporan ini hanya terbatas pengujian NDT pada

material dengan menggunakan metoda Uji Partikel Magnet (Magnetic Particle

Inspection).

1.5 Metoda Penelitian

Pengumpulan data untuk melengkapi laporan Kerja Praktek ini dilakukan

dengan beberapa metoda, diantaranya :

1. Studi literatur

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 5: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 5

Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dan informasi dari literatur,

baik manual book, handbook, maupun data report perusahaan yang ada

kaitanya dengan pokok masalah.

2. Studi lapangan

Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dan informasi dengan

mengamati langsung obyek yang diteliti sehingga diperoleh data aktual

sebagai pembanding dari data yang diperoleh dari literatur.

3. Wawancara

Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dan informasi dengan

melakukan wawancara secara lansung kepada pembimbing industri atau

teknisi yang terkait untuk mengetahui masalah – masalah teknis di lapangan.

1.6 Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Untuk menjaga agar pelaksanaan kerja praktek dan proses perkuliahan

dapat berjalan dengan baik dan tidak bersamaan, maka kami menerapkan

pelaksanaan praktek industri dilaksanakan pada:

Mulai : 12 Juli 2010

Selesai : 31 Agustus 2010

Dengan rincian di kantor pusat PT. Radiant Utama Interinsco Tbk selama 3

hari dan di kantor PT. Radiant Utama Interinsco Tbk Cabang Cilegon selama 46

hari.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 6: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 6

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Radiant Utama Interinsco yang didirikan pada tanggal 22 Agustus

1984 merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam Radiant Utama

Group yang telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di industri minyak dan

gas di Indonesia. Perusahaan bergerak dalam bidang jasa teknik berupa jasa

penunjang di sektor energi, minyak dan gas bumi dari hulu sampai ke hilir,

termasuk didalamnya penyediaan fasilitas pengeboran dan produksi lepas pantai,

jasa inspeksi, dan sertifikasi mutu serta perdagangan umum.

Saat ini, PT. Radiant Utama Interinsco Tbk bersama kedua anak

perusahaannya yaitu PT Supraco Indonesia dan PT Radiant Tunas Interinsco

bergerak dalam empat bidang utama, yaitu:

Jasa Pendukung Operasional

Jasa Sertifikat & Inspeksi NDT

Jasa pengeboran dan produksi lepas pantai

Jasa lainnya seperti AMDAL, Pelatihan.

Selain itu, pada tanggal tanggal 11 Nopember 1985, PT Supraco Indonesia

bersama-sama dengan Global Santa Fe membuat usaha bersama dalam bisnis jasa

pengeboran lepas pantai di Indonesia. Saat ini, PT. Santa Fe Supraco Indonesia,

perusahaan bersama tersebut mengoperasikan 2 (dua) unit jack-up rig yang saat

ini beroperasi di Total E&P Indonesia.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 7: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 7

Perusahaan dan anak perusahaan senantiasa dan terus berkomitmen untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pelanggan. Komitmen

menuju kualitas dan kesempurnaan dalam layanan tersebut didukung dengan telah

diperolehnya ISO 9001 : 2000 pada tahun 2002.

2.2 Filosofi, Visi, dan Misi PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

1. Filosofi Radiant Utama Interinsco :

"Karyawan Adalah Aset Terpenting Bagi Perusahaan"

2. Visi Radiant Utama Interinsco :

Menjadi mitra usaha yang terbaik pada sektor energi di Indonesia

3. Misi Radiant Utama Interinsco :

1. Melayani kebutuhan pengguna jasa dengan komitmen kualitas

terbaik.

2. Menggunakan metoda kerja dan teknologi terbaik yang

memperhatikan keselamatan dan lingkungan.

3. Memperkerjakan dan memotivasi karyawan untuk menghasilkan

yang terbaik bagi perusahaan.

4. Menghasilkan ROE dan pertumbuhan laba yang terbaik.

2.3 Arahan Kerja

Dalam melaksanakan proses kerjanya suatu perusahaan tentu mempunyai

tujuan dan sasaran, begitu juga dengan PT. Radiant Utama Interinsco Tbk yang

mempunyai arah kerja sebagai berikut :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 8: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 8

1. Memberikan jasa teknik berupa jasa penunjang bagi industri minyak dan

gas bumi, perdagangan dan sertifikasi mutu dari hulu sampai ke hilir

dalam industri migas.

2. Untuk menangani jasa inspeksi material di bidang industri dengan

metoda OCTG dan NDT.

3. Mulai memberikan jasa penyediaan Operation Support Services di

bidang migas dan jasa kegiatan migas lepas pantai.

2.4 Ruang Lingkup

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang perdagangan dan jasa inspeksi. PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

yang pusatnya terletak di Jakarta memiliki anak perusahaan yaitu PT Supraco

Indonesia dan PT Radiant Tunas Interinsco yang terletak di Jakarta. PT Supraco

Indonesia bergerak di bidang jasa penyedia alat-alat eksplorasi sedangkan PT

Radiant Tunas Interinsco bergerak di bidang pembangunan, perdagangan,

pertambangan, pengangkutan darat, perbengkelan, dan jasa. Ruang lingkup kerja

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk antara lain ;

1. Jasa teknik instalasi dan rekayasa bidang minyak, minyak bumi, dan energi.

2. Jasa sertifikasi mutu.

3. Jasa survey bidang minyak, gas bumi, dan energi.

4. Perdagangan besar peralatan dan material bidang gas dan minyak bumi.

5. Jasa penyewaan peralatan pertambangan minyak dan gas bumi.

6. Jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan minyak dan gas bumi.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 9: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 9

Gambar 2.1 adalah foto gedung PT. Radiant Utama Interinsco Tbk Pusat

Gambar 2.1 Gedung PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk memiliki dua departemen dalam

memberikan jasa pengujian kepastian mutu atau kondisi suatu peralatan, yaitu

Non Destructive Test (NDT) dan Oil Country Tubular Goods (OCTG). NDT

merupakan jasa pengujian kepastian mutu maupun kondisi suatu peralatan atau

material baik baru maupun terpakai tanpa harus membongkar atau menghentikan

pemakaian peralatan yang diuji sedangkan OCTG merupakan pengujian

kepastian mutu atau kondisi suatu peralatan yang dikhususkan bagi pipa bawah

tanah (underground pipe). Pengujian ini terutama diperlukan sebagai data

penunjang dalam mengevaluasi kondisi suatu alat atau material. Adapuun cara dan

tipe pengujian ini antara lain :

1. Radiographic Test (RT)

2. Ultrasonic Test (UT)

3. Magnetic Particle Test (MT)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 10: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 10

4. Liquid Penetrant Testing (PT)

5. Laser Optic Tube Inspection System (LOTIS)

6. Leak Testing (LT)

7. Thermal Infrared (TIR)

8. Holiday Detector

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk memberikan jasa pemeriksaan dalam

rangka mencegah terjadinya kebocoran yang mengakibatkan blow out pada

sumur. Adapun cara, tipe dan jenis pekerjaannya antara lain :

1. Intelegence Pig

2. Electromagnetic Inspection

3. Threading Surveilance

4. API Thread Gauging

5. Visual Thread Inspection

6. Wall thickness spot check

Untuk memenuhi permintaan akan jasa inspeksi, PT. Radiant Utama

Interinsco Tbk memiliki sejumlah kantor cabang yang tersebar di beberapa kota di

Indonesia.

Tabel berikut adalah alamat kantor cabang PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

No Cabang Alamat Kepala cabang

1 BALIKPAPAN JL.Mekar Sari No.

14,Gunung Sari Ilir

Balikpapan, Kalimantan

Timur

Telp: (0542) 426406 -

7020012

Fax : (0542) 732548

HP. 0812-5424191

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 11: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 11

Kepala Cabang. Sartono

Email : rui-bpp@radiant-

utama.com

2 BATAM

Ruko Travalgar No. 29

Taman Duta Mas –

Batam Center

Telp. : (0778) 467362

Fax : (0778) 461494

Email : rui-

batam@radiant-

utama.com

Rommel C. Virly

0811-702158

Amier Hussin

0811-698621

Nuzirman

0811-894-7337

3 BONTANG

Jl. Beringin I No. 21

Bontang, Kalimantan

Timur

Kepala Cabang :Martinus

Telp. : (0548) 21721 Fax

: (0548) 21721

HP. 0811-587655

4 CILEGON

Jl. R.Sastradikarta No.19

Desa Masigit, Cilegon,

Banten

Kepala Cabang: Agus I

Darmawan

Phone.0254-392061

Fax.0254-392061

HP. 0813-1938 5227

5 CIREBON Gg Bantaran No 49 Rt 04

Rw 02 Desa Jatimulya,

Cirebon Utara, Jawa

Phone.0231-221014,

Fax.0231-221014

HP.0811-244106

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 12: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 12

Barat

Kepala Cabang : H. Edi

Sudardjo

6 CILACAP

Jl. Abiyasa No. 16

Cilacap

Kepala Cabang.: Anjas

Sulistyaningrum

Phone. 0282 – 547262,

Fax : 0282 - 547262

HP. 0815-6972281

7 DURI

Jl. Raya Duri – Dumai

Km. 12 Duri, Riau

Kepala Cabang: Erwin

Yulial

Email : rui-duri@radiant-

utama.com

Telp.: (0765) 560113/

560028

Fax :(0765) 560976

HP. 0812-7550109

8 PALEMBANG

JL. Bank Raya I No. 06

RT/RW. 051/015

Kelurahan Lorok Pakjo

30137 – Palembang

Email : rui-

palembang@radiant-

utama.com

Kepala Cabang :Pratikto

Telp.: (0711) 313011/

Flexi : 0711-7073302

Fax :(0711) 313011

HP. 0811-783575

9 SURABAYA Jl Ikan Mungsing VII No

49, RT 10 RW 04, Perak

Phone 031-3530423 Fax.

031-3539220

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 13: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 13

Barat, Surabaya

Kepala Cabang: Jarot

Setianto

Email :

[email protected]

HP. 0812-9031452

2.5 Manajemen PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

Dengan komitmen penuh dari Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh

karyawan PT. Radiant Utama Interinsco Tbk, perusahaan bertekad untuk

melaksanakan standar tertinggi tata kelola perusahaan guna mengembangkan dan

meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan stakeholder lainnya dalam

jangka panjang.

2.5.1 Pedoman Tata Kelola Perusahaan

Untuk menerapkan tata kelola perusahaan secara baik Perusahaan merasa

perlu untuk membuat ”Buku Pedoman Tata Kelola Perusahaan”, yang memuat

peraturan-peraturan atau sistem yang dapat mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk mengatur berbagai hal yang

terkait dengan prinsip-prinsip pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, yang

mengacu pada pedoman Good Corporate Governance yang disusun oleh Komite

Nasional Kebijakan Corporate Governance dan sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Prinsip-prinsip yang tercakup di dalam tata kelola

perusahaan adalah keterbukaan, tanggung jawab, akuntabilitas, dan kesetaraan.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 14: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 14

2.5.2 Rapat Umum Pemegang Saham

Organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan

adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sesuai akte pendirian/anggaran

dasar perseroan, RUPS tahunan dilaksanakan sekali dalam setahun sebagai sarana

pertanggung jawaban terhadap pengelolaan dan kinerja perseroan oleh Komisaris

dan Direksi khususnya mengenai laporan tahunan. Disamping RUPS tahunan,

perseroan dapat menyelenggarakan RUPS luar biasa kapanpun jika diperlukan

seperti pembahasan tentang perubahan anggaran dasar perseroan.

2.5.3 Komisaris

Komisaris perseroan terdiri dari tiga orang anggota, yaitu Komisaris

Utama, satu Komisaris Independen, dan satu orang anggota komisaris lainnya.

Komisaris Independen adalah seorang Komisaris yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham pengendali, Komisaris lainnya, dan Direksi. Jumlah anggota

Komisaris Independen telah memenuhi peraturan perundang-undangan yang

berlaku yakni sekurang-kurangnya 30% dari jumlah keseluruhan Komisaris.

Komisaris diharuskan untuk bersikap dan bertindak secara independen, serta

menghindari konflik kepentingan yang dapat mengurangi obyektivitasnya dalam

bekerja.

2.5.4 Komite Audit

Komite Audit dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris

no. 001/kep.kom/X/2006 tanggal 31 Oktober 2006. Komite Audit terdiri atas tiga

orang anggota yang berkompeten dalam bidang keuangan/ akuntansi dan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 15: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 15

memahami operasi perseroan. Salah satu anggota Komite Audit bertindak sebagai

ketua, yang berasal dari seorang Komisaris Independen. Tanggung jawab Komite

Audit adalah melakukan pengawasan dan penilaian atas laporan keuangan,

pengendalian internal dan proses audit. Komite Audit menyelenggarakan

pertemuan sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.

Tugas Komite Audit difokuskan untuk membantu Komisaris dalam rangka

memastikan bahwa tata kelola perusahaan dijalankan dengan baik oleh perseroan.

Tugas Komite Audit secara rinci tercantum dalam Pedoman Kerja Komite Audit

(Audit Committee Charter) yang antara lain :

1. Melakukan tinjauan atas rencana audit oleh internal audit atau akuntan

publik termasuk merekomendasikan pemilihan akuntan publik.

2. Melakukan tinjauan semua laporan internal audit dan akuntan publik.

3. Melakukan tinjauan atas pengendalian internal dan penerapan kebijakan

manajemen risiko.

4. Melakukan tinjauan atas penerapan tata kelola perusahaan, kode etik

perseroan berikut pedoman perilakunya.

5. Melakukan tinjauan dan memberikan persetujuan atas laporan keuangan

perseroan, termasuk memberikan masukan atas kualitas penyajian laporan

keuangan untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.

2.5.5 Direksi

Direksi Perseroan terdiri dari 4 (empat) orang anggota, yaitu Direktur

Utama dan 3 (tiga) orang Direktur. Salah satu Direktur adalah sebagai Direktur

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 16: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 16

yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, Komisaris, dan Direksi

lainnya. Jumlah anggota Direktur tidak terafiliasi telah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yakni sekurang-kurangnya 30% dari jumlah

keseluruhan direksi.

Direksi bertanggung jawab atas penerapan tata kelola perusahaan dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, penetapan dan

pelaksanaan sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko, pelaksanaan

aktivitas audit internal, peningkatan kompetensi personil, serta pelaporan kinerja

perseroan pada laporan tahunan dalam RUPS.

Direksi dipilih dalam RUPS untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, namun

Direksi dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir melalui keputusan

RUPS yang berkaitan dengan hasil tinjauan atas kinerja Direksi setiap tahun.

Pencalonan Direksi diusulkan oleh Komisaris kepada para pemegang

saham dalam RUPS, begitu juga evaluasi atas kinerja Direksi dilakukan oleh

Komisaris pada pertemuan bulanan antara Komisaris dan Direksi. Sedangkan

Direksi dapat menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya sebulan sekali.

2.5.6 Laporan Tahunan

Direksi mempunyai tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap posisi

keuangan dan hasil usaha perseroan berikut prospek usahanya. Untuk itu Direksi

telah melakukan penelaahan pada Laporan Tahunan perseroan, yang antara lain

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 17: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 17

dalam bentuk Management Discussion and Analysis, Operational and Financial

Performance dan sebagainya.

2.5.7 Sistem Pengendalian Internal

Direksi bertanggung jawab untuk menerapkan, meningkatkan dan

memelihara sistem pengendalian internal secara memadai dan efektif, dalam

rangka melindungi kepentingan para pemegang saham dan para stakeholder

lainnya. Sistem pengendalian internal perseroan dimaksudkan untuk memastikan

apakah operasi perseroan berjalan efektif dan efisien, kehandalan laporan

keuangan perseroan, adanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku, adanya perlindungan terhadap aktiva perseroan yang memadai.

Komponen-komponen sistem pengendalian internal meliputi:

1. Lingkungan pengendalian

Perseroan perlu mengembangkan budaya perusahaan dalam suasana yang

kondusif antara lain menyangkut penerapan kode etik perseroan berikut

pedoman perilakunya, peraturan-peraturan perseroan lainnya yang berkaitan

dengan praktek usaha, konflik kepentingan, serta adanya pemisahan tugas

dalam suatu proses bisnis.

2. Penilaian Resiko

Perseroan perlu melakukan penilaian risiko atas aktivitas-aktivitas yang

berkaitan dengan proses manajemen risiko, termasuk menilai efektivitas

penerapan manajemen risiko perseroan. Penilaian ini dilakukan perseroan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 18: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 18

guna meningkatkan kehandalan manajemen risiko perseroan sesuai dengan

prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

3. Informasi dan Komunikasi

Perseroan perlu mengkomunikasikan informasi kepada para stakeholder,

termasuk kepada manajemen dan karyawan perseroan agar mereka bisa

melakukan aktivitasnya dengan penuh tanggung jawab. Manajemen

perseroan harus mengendalikan usahanya melalui informasi yang diperoleh,

misalnya yang berkaitan dengan kegiatan operasi, laporan keuangan, serta

aktivitas kepatuhan perseroan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Pemantauan

Sistem pengendalian internal perseroan kiranya perlu dimonitor dan diaudit

secara periodik untuk menilai mutu kinerja sistem tersebut, efektivitas dan

kecukupannya.

2.5.8 Sekretaris Perusahaan

Perusahaan telah memiliki Sekretaris Perusahaan sebelum melakukan

Penawaran Umum. Saat itu, Sekretaris Perusahaan lebih banyak melakukan

kegiatan-kegiatan internal seperti mengkoordinasikan Rapat Direksi dan

Komisaris. Sejak menjadi perusahaan publik pada tanggal 12 Juli 2006, ruang

lingkup pekerjaan Sekretaris Perusahaan bertambah sehingga mencakup hal-hal

sebagai berikut :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 19: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 19

1. Mengkoordinasikan rapat-rapat Dewan Komisaris dan Direksi;

2. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham;

3. Mengadministrasikan dokumen-dokumen perusahaan;

4. Memantau Daftar Pemegang Saham;

5. Menjadi media antara Perusahaan dengan otoritas pasar modal

seperti Bursa Efek Jakarta, Bapepam;

6. Menjalin hubungan yang baik dengan pemegang saham, media

massa, analis pasar modal dan pihak-pihak ekternal lainnya;

7. Menjamin pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik; dan

8. Mencari alternatif pendanaan dari pasar modal untuk menunjang

kegiatan operasional Perusahaan

Sehubungan dengan bertambahnya dan luasnya ruang lingkup pekerjaan

yang harus dijalani, Sekretaris Perusahaan saat ini di bantu beberapa staf sebagai

berikut :

1. Investor Relation, yang bertugas menjalin dan memelihara hubingan

yang baik dengan pemegang saham, otoritas pasar modal dan

praktisi-praktisi pasar modal.

2. Media Relation, yang bertugas menjalin dan memelihara hubungan

yang baik dengan media massa.

Sejak terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Sekretaris Perusahaan dan Investor

Relation telah beberapa kali menerima investor dan analis dari sekuritas lokal

maupun asing yang melakukan kunjungan ke Perusahaan. Beberapa sekuritas

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 20: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 20

telah menulis laporan tentang perusahaan dan memberikan rekomendasi kepada

nasabah-nasabahnya. Perusahaan yakin, dengan adanya Sekretaris Perusahaan,

investor dan pihak-pihak yang berkepentingan akan mendapat informasi yang

transparan, akurat dan tepat waktu.

Gambar 2.2 adalah struktur organisasi PT. Radiant Utama Interinsco Tbk.

Gambar 2.2 Flowcart struktur organisasi PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

Gambar 2.3 merupakan struktur organisasi PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

cabang Cilegon.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 21: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 21

Gambar 2.3 Flowcart struktur organisasi PT. Radiant Utama Interinsco Tbk

cabang Cilegon

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Administration

SekretariatQshe

Operating Support

Marketing and Development

Operation

IT

Human Resource

Accounting

Finance

General Affair

Purchasing

Inventory

Asset

OCTG Supervisor

NDT/SID Supervisor

Branch Manager

Page 22: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 22

BAB III

RADIOGRAFI SINAR GAMMA

3.1. Pendahuluan

Radiologi adalah istilah umum untuk pemeriksaan material yang

didasarkan pada perbedaan penyerapan radiasi oleh benda uji yang diperiksa.

Radiografi adalah metode radiologi khusus yang menggunakan film atau kertas

sebagai media perekam. Dalam perkembangannya, istilah radiografi juga

digunakan untuk metode radiologi yang menggunakan media perekam selain film

atau kertas.

Radiografi film atau kertas merupakan sebuah gambar laten dua dimensi

dari radiasi terproyeksi yang dihasilkan pada film atau kertas ketika terpapari oleh

radiasi tak terserap yang menembus benda uji. Gambar laten tersebut akan

menjadi gambar tampak yang dapat diamati bila film atau kertas yang telah

terpapari diproses (dikembangkan) lebih lanjut.

Film hasil radiografi (radiograf) dapat diterima sebagai alat uji tak rusak

apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, antara lain memiliki

kualitas yang baik dan bebas dari cacat film. Untuk itu perlu diketahui jenis-jenis

film berdasarkan karakteristiknya, dan cara pemrosesan film secara benar agar

diperoleh film yang bebas dari artifact (cacat film).

3.2. Sumber Sinar Gamma

Radioisotop dapat memancarkan sinar – sinar korpuskular (alpha dan

betha) dan bisa juga sinar elektro magnetik seperti sinar gamma yang berasal dari

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 23: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 23

beberapa radioisotop mempunyai daya tembus yang besar, sehingga sangat cocok

untuk radiografi specimen yang tebal atau specimen yang mempunyai densitas

yang tinggi. Radioisotop yang digunakan sebagai sumber sinar gamma untuk

radiografi dapat berasal dari beberapa proses kejadian, antara lain :

1. Radioisotop Alam

Radium merupakan isotop alam yang secara umum banyak digunakan

untuk radiografi sinar gamma. Radium memiliki waktu paroh yang sangat

panjang yaitu 1600 tahun dengan energi 0,6 ; 1,12 dan 1,76 MeV. Sumber

ini dapat digunakan untuk radiografi baja dengan rentang ketebalan 5

sampai 15 cm. Akan tetapi setelah ditemukan radioisotop buatan yang

dibuat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, maka radium sudah tidak

dipergunakan lagi secara luas.

2. Radioisotop Buatan

Cobalt-60 merupakan radioisotop buatan yang dibuat berdasarkan reaksi

inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (di dalam reaktor

nuklir) atau berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif

dengan partikel cepat (di dalam alat-alat pemercepat partikel, misalnya

akselerator atau siklotron). Radioisotop lainnya yang umum dipakai dalam

radiografi industri adalah Ir-192 yang mempunyai waktu paroh 74 hari,

aktifitas 450 Ci per gram, dan energi 0,31 ; 0,47 ; dan 0,64 MeV. Selain itu

ada juga Se-75 yang mempunyai waktu paroh 118,5 hari, dengan energi

0,066 dan 0,401 MeV.

Aktifitas dari suatu sumber sinar gamma merupakan kekuatan efektif

sumber yang menentukan lamanya waktu penyinaran yang diperlukan dalam

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 24: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 24

radiografi. Aktifitas dinyatakan dalam satuan Curie (Ci) atau Bequerel (Bq)

dimana 1 Curie = 3,7x1010 Becquerel = 3,7 x 1010 dps.

Radioisotop sinar gamma memancarkan radiasi sepanjang waktu dan ke

segala arah, sehingga bila digunakan secara langsung sangatlah tidak aman. Untuk

itu maka diperlukan suatu kontainer yang didesain khusus sebagai tempat

penyimpanan radioisotop pada saat tidak digunakan, kontainer tersebut dinamakan

dengan gamma projector atau kamera gamma radiografi. Beberapa material yang

sering digunakan sebagai penahan adalah Timah hitam (Lead) dan Uranium susut

kadar (Depleted Uranium).

Kamera gamma radiografi biasanya tersedia dalam beberapa model

tergantung dengan keperluan penggunaan. Namun, model yang paling sering

digunakan adalah kamera gamma radiografi model remote control. Bila dilihat

dari posisi sumber radioisotop di dalam kamera, maka kamera gamma radiografi

remote control dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Kamera gamma radiografi remote control dengan shutter (gambar 3.1)

2. Kamera gamma radiografi remote control tanpa shutter (gambar 3.2)

Gambar 3.1 : Kamera gamma radiografi remote control dengan shutter

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 25: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 25

Gambar 3.2 : Kamera gamma radiografi remote control tanpa shutter

Bila dilihat dari sistim peralatan yang digunakan untuk menggerakkan

sumber radioisotop dari dalam kamera ke posisi penyinaran, jenis kamera dapat

dibedakan menjadi dua tipe :

1. Type Clutch wire cable

Kamera ini menggunakan kabel pengarah (guide tube) dan kabel krank

yang digunakan untuk mendorong sumber ke posisi eksposure dengan cara

memutar krank.

2. Type pneumatic

Kamera ini menggunakan system pneumatic (tekanan udara) untuk

mengeluaekan sumber radioisotope dari dalam kamera ke posisi

penyinaran.

3.3. Radiografi dengan Film

Sebuah pelat yang ketebalannya merata, berisi cacat internal yang

karakteristik penyerapannya berbeda dari materi sekitarnya, sehingga cacat dan

materi sekitarnya menyerap jumlah radiasi yang berbeda. Hal tersebut

menghasilkan perbedaan intensitas radiasi yang mengenai media perekam,

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 26: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 26

sehingga gambar atau bayangan cacat dapat terlihat pada media perekam. Salah

satu media perekam yang digunakan pada radiografi industri adalah film

radiografi, seperti ditunjukkan pada gambar 3.3. berikut.

Gambar 3.3 : Film hasil Radiografi

3.3.1. Komposisi Film Radiografi

Film Radiografi (Gambar 3.4.) pada umumnya terbuat dari beberapa

bahan, antara lain :

1. Bahan Dasar (Base)

Base dibuat dari selulosa yang bersifat transparan (bening), yang

permukaannya dilapisi oleh emulsi. Berfungsi sebagai struktur untuk

mempertahankan bentuk dan ukuran selama pemakaian dan pemrosesan

(dimentional stability) agar tidak terjadi distorsi gambar.

Lapisan pelindung

Gambar 3.4 : Komposisi Film Radiografi

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 27: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 27

2. Lapisan Perekat

Lapisan perekat berfungsi agar emulsi dapat menempel secara merata pada

bahan dasar.

3. Emulsi

Emulsi merupakan inti dari film radiografi, yang merupakan tempat

terjadinya interaksi antara bahan radioaktif film dengan radiasi pengion

atau cahaya tampak. Emulsi terdiri dari campuran homogen antara gelatin

dan Kristal perak halida. Gelatin dibuat dari bahan bening yang berpori,

sehingga bahan kimia dapat menembus ke dalam Kristal perak halida

selama pemrosesan. Fungsi gelatin untuk menjaga agar Kristal perak

halida dapat tersebar secara merata pada bahan dasar film. Kristal perak

halida adalah bahan aktif emulsi film yang umumnya terdiri dari perak

bromida (AgBr) dan perak Iodida (AgI). Selain bahan tersebut juga

terdapat Kristal AgS (perak sulfida) yang disebut sensitivity speck.

Interaksi radiasi sinar-X/gamma atau cahaya tampak dengan bahan yang

relatif bernomor atom tinggi inilah yang menghasilkan pembentukan

gambar pada film hasil radiografi.

4. Lapisan pelindung

Lapisan pelindung terbuat dari bahan gelatin, berfungsi untuk melindungi

emulsi dari goresan, tekanan selama pemrosesan.

3.3.2. Prinsip Pembentukan Bayangan pada film

Proses terjadinya bayangan dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam

Kristal perak halida, perak adalah ion positif sedangkan halida (Br dan I) adalah

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 28: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 28

ion negatif. Ion bromida akan melepaskan elektron jika berinteraksi dengan

radiasi yang mempunyai energi cukup tinggi. Elektron yang lepas akan bergerak

bebas di dalam kristal dengan jarak yang relatif jauh, dan akan terperangkap jika

menjumpai sensitivity speck. Sedangkan ion bromida yang telah kehilangan

elektron berubah menjadi gas dan diserap oleh gelatin.

Sensitivity speck menangkap elektron dan menjadi bermuatan negatif

sehingga dapat menarik ion perak. Di dalam sensitivity speck tersebut, ion perak

dinetralkan menjadi sebuah atom perak. Prosesnya dapat ditulis sebagai berikut :

Br- + Foton Br + e-

e- + Ag+ Ag

Satu atom perak yang dihasilkan akan bertindak sebagai penangkap

elektron berikutnya. Atom perak itu berubah menjadi ion perak yang bermuatan

negatif, sehingga menyebabkan ion perak yang lain (yang bermuatan posistif)

bergerak ke arahnya dari kedua ion perak ini menjadi dua atom perak. Proses ini

terjadi secara terus menerus sehingga terjadi pertumbuhan atom perak pada

tempat tersebut dan membentuk kelompok kecil. Kelompok kecil atom perak ini

disebut pusat gambar laten.

Sedikitnya dua atom perak harus ada pada pusat gambar laten agar dapat

terkembang oleh larutan developer dan menjadikan film kelihatan hitam. Semakin

banyak atom perak dalam pusat gambar laten maka film akan tampak menjadi

lebih hitam.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 29: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 29

3.3.3. Jenis dan Klasifikasi Film Radiografi

Film radiografi umumnya dibagi menjadi dua yaitu film jenis screen dan

film langsung. Film jenis screen yaitu film yang dalam penggunaannya

memerlukan screen pengintensif fluorosen. Film langsung, yaitu film yang dalam

penggunaannya tidak memerlukan screen atau untuk penyinaran menggunakan

screen Pb. Berdasarakan karakteristik serapan cahaya, film dibedakan atas blue

sensitive film yang peka terhadap cahaya ultraviolet dan biru, serta green

sensitive film yang peka terhadap cahaya ultraviolet, biru, dan hijau.

Film radiografi diklasifikasikan dengan cara mengkombinasikan faktor-

faktor karakteristik film yaitu kecepatan, kontras dan graininess. Kecepatan

merupakan kemampuan film untuk mencapai densitas (tingkat kehitaman)

tertentu dalam waktu tertentu pula. Suatu film dikatakan mempunyai kecepatan

lebih tinggi dibandingkan film lain apabila film tersebut memiliki densitas yang

lebih tinggi ketika menerima paparan dengan jumlah yang sama. Kontras

merupakan kemampuan film untuk mendetaksi dan merekam perbedaan paparan

radiasi sebagai perbedaan densitas. Sedangkan graininess adalah kesan yang

tampak dari ketidakrataan densitas pada film hasil radiografi.

American Society of Testing Material (ASTM), mengklasifikasikan film

atas kelas spesial, I, II, III, W-A, W-B, W-C, dimana setiap kelas memiliki

karakteristik seperti pada tabel 3.1. Klasifikasi film berguna untuk

membandingkan kesetaraan beberapa produk film, sebagai contoh film AGFA D4

setara dengan film KODAK M, karena keduanya memiliki klasifikasi kelas 1

ASTM.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 30: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 30

Tabel 3.1. Klasifikasi film menurut standar ASME V Tahun 2004 (ASTM)

Kelas Kecepatan Kontras GraininessSpesial

I Rendah Sangat Tinggi Sangat RendahII Sedang Tinggi Rendah

III Tinggi Sedang Tinggi

W-A Film latitude lebar dengan kualitas yang sama atau lebih baik dari film kelas IIIW-B

W-CFilm latitude lebar dengan kualitas yang lebih rendah dari film kelas III

Setiap pabrik menentukan klasifikasi film yang dibuatnya, misalnya pabrik

film AGFA menentukan kelas filmnya seperti ditunjukkan dalam tabel 3.2.

sedangkan untuk pabrik film lainnya mengklasifikasikan film yang dibuatnya

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 3.3, 3.4, dan 3.5

Tabel 3.2 : Film AGFA GEVAERT

Jenis Film

Faktor Paparan RelatifKelas ISO

Kelas DIN

Kelas ASTM100

kV200 kV

Ir-192

Co-60

LINAC/8 MeV

D2 10,6 8,7 9,0 10,0 10,0 GI G1 SpesialD3 sc 10,6 8,7 - - - GI G1 I

D3 4,1 4,2 5,0 5,1 5,1 GI G1 ID4 3,1 2,6 3,0 3,1 3,1 GI G2 ID5 1,8 1,6 1,5 1,5 1,5 GII G2 ID7 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 GIII G3 IID8 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 GIII G4 II

D6R 2,0 1,7 1,7 1,7 1,3 GIII - II

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 31: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 31

Tabel 3.3 : Jenis Film KODAK ( UK )

Film Screen

Faktor Paparan (relatif terhadap film AX) Klasifikasi

50-150 kV

150 Kv-Ir-192

Co-60 & Sumber energi tinggi

ASTM Standard Inggris

Industre x MX Dengan

atau tanpa screen timbal

220 230 400 ISangat halus kontras tinggi

AX 100 100 100 II Butiran halus kontras tinggi

CX 70 65 60 III Butiran halus kontras tinggi

Film kodak tanpa screen - - 3 -

Kodak omat film

Salt screen

- - - -

Tabel 3.4 : Jenis Film FUJI

Film screen

Kecepatan relatif (type no.100 sebagai standar) Kelas

X-Ray Co-60

X-Ray dengan

ASTMScreen metal fluoresen (smp 308)

Screen fluoresen

(kz-s-f)#50

Dengan atau tanpa

screen

25 25 - - I#80 5 50 25 - I

#100 100 100 100 100 II#150 180 180 - - III

#400 Screen fluoresen 1000 1000 -

Tabel 3.5 : Jenis Film KODAK (AMERIKA)

Film Screen Faktor kecepatan (relatif trhadap film AA) Klasifikasi ASTM100 kV 200 kV Ir - 192 Co - 60

Industrex R(Single Coat)

Tanpa atau

dengan screen Timbal

14 13 12 10 I

Industrex R(Double Coat

16 15 14 12 I

Industrex M 50 45 35 30 IIndustrex

TMX60 60 55 50 I

Industrex T 80 70 65 55 IIndustrex AX 100 100 100 100 IIIndustrex AA 100 100 100 100 IIFilm Kodak tanpa screen IIIKodak Blue Brand Film

Salt Screen

- - - - -

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 32: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 32

3.4. Pengelolaan Film

Pengelolaan film harus dilakukan di tempat yang gelap (ruang gelap) dan

cahayanya bisa dikendalikan. Cahaya yang terlalu terang dan langsung mngenai

film akan membuat film rusak sehingga tidak dapat dibaca. Kegiatan-kegiatan

yang harus dilakukan di ruang gelap ini antara lain memasukkan film ke kaset

(loading), mengeluarkan film dari kaset (unloading) dan pemrosesan film yang

meliputi Developing, Stoping, Fixing, Washing.

Pengembangan (Developing)

Ketika film dimasukkan ke dalam larutan developer, maka kristal film

yang tersinari radiasi (mengandung gambar laten) dikembangkan menjadi

bayangan hitam yang nyata, sedangkan bagian film yang tidak tersinari tidak

dikembangkan dan berwarna kuning susu. Perubahan tersebut merupakan hasil

proses kimia. Temperatur yang ideal untuk kondisi film dan larutan adalah 68oF

atau 20oC dengan waktu pengembangan antara 5 sampai 8 menit. Selama proses

film yang dicelupkan dan ditempatkan pada hanger harus digoyang-goyang

(agitasi) agar pengembangan bisa merata ke seluruh permukaan film.

Stoping

Stop bath berfungsi untuk memberhentikan aksi pengembangan dengan

cara menetralisir sisa larutan developer pada emulsi dengan larutan asam lemah

atau membilas film dengan air yang mengalir. Jika film langsung dimasukkan ke

dalam larutan fixer tanpa dinetralisir terlebih dahulu, sisa larutan developer yang

bersifat basa akan menetralkan larutan fixer yang asam sehingga fixer akan cepat

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 33: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 33

melemah. Waktu yang baik adalah 30-60 detik pada temperatur 65oF sampai

dengan 70oF dengan diagitasi perlahan. Bila air yang digunakan sebagai stop bath

maka waktu poembilasan adalah 2 menit.

Fixing

Fixer berfungsi menghilangkan semua butir perak bromida tak tersinari

dan menyisakan kristal perak yang dikembangkan developer menjadi gambar

yang permanen. Disamping itu, fixer juga menguatkan gelatin sehingga film tahan

terhadap udara panas saat dikeringkan dan tidak mudah tergores. Idealnya Fixing

dilakukan selama kurang lebih 2 menit. Suhu larutan fixer tidak boleh berbeda

melebihi ±3oC (± 5oF) dari suhu developer.

Washing

Fungsi mencuci adalah untuk membersihkan emulsi film dari sisa fixer.

Pencucian yang kurang bersih akan menyebabkan film kurang tahan dalam

penyimpanan, karena terjadinya perubahan warna gambar atau pudar dan juga

terjadinya bercak-bercak berwarna kecoklatan. Waktu pencucian berkisar antara

30 menit pada suhu air pencucian 60oF sampai 80oF dengan laju aliran air 4 tangki

setiap jam.

3.5. Teknik Penyinaran

3.5.1. Teknik Penyinaran menurut geometri benda uji

Geometri merupakan susunan antara sumber radiasi, benda uji, dan film.

Dalam tehnik penyinaran susunan ketiganya menjadi salah satu faktor yang

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 34: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 34

menentukan kualitas film hasil radiografi. Pembahasan difokuskan untuk benda

uji bentuk las longitudinal dan circumferential (melingkar).

A. Las Longitudinal

Las longitudinal merupakan bentuk las yang mendatar. Bentuk las tersebut

bisa berada pada benda bentuk plat atau turbular. Pengujian sambungan las

longitudinal pada benda uji turbular, misal pada bejana tekan atau pipa,

penyinaran dapat dilakukan dengan beberapa posisi antara lain :

a. Film di luar pipa dan sumber radiasi di dalam pipa

b. Film di dalam pipa dan sumber radiasi di luar pipa

c. Film dan sumber radiasi diletakkan di luar pipa.

Ketiga jenis posisi tersebut ditunjukkan pada gambar 3.5.a, b, dan c.

Dalam setiap kali penyinaran dapat digunakan satu atau beberapa film,

tergantung pada panjang daerah pemeriksaan (diagnostik) yang diijinkan.

Gambar 3.5.a : Film di luar pipa dan sumber radiasi di dalam pipa

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 35: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 35

Gambar 3.5.b : Film di dalam pipa dan sumber radiasi di luar pipa

Gambar 3.5.c : Film dan sumber radiasi diletakkan di luar pipa.

B. Las Circumferential

Las circum ferential biasanya terdapat pada benda uji bentuk turbular atau

spherical (bola). Tehnik penyinaran pada las circumferential ini dibagi atas :

a. Teknik Dinding Tunggal Gambar Tunggal atau Single Wall Single Image

(SWSI)

b. Teknik Dinding Ganda Gambar Tunggal atau Double Wall Single Image

(DWSI)

c. Teknik Dinding Ganda Gambar Ganda atau Double Wall Double Image

(DWDI)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 36: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 36

a. Teknik Dinding Tunggal Gambar Tunggal atau Single Wall Single

Image (SWSI)

Teknik penyinaran dengan melewatkan radiasi pada suatu dinding las

benda uji dan pada film tergambar satu bagian dinding las untuk

diinterpretasi. Teknik SWSI meliputi :

1. Teknik Sumber di Dalam (internal source tehnique)

Teknik ini dapat dilakukan dengan meletakkan sumber radiasi di dalam

benda uji dan film di luar benda uji, seperti ditunjukkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 : Internal Source Tehnique

2. Teknik Film di Dalam (internal film tehnique)

Film di dalam benda uji dan sumber radiasi di luar benda uji (gambar

3.7.) Biasanya teknik ini dilakukan ketika benda uji cukup besar dimana

diameter dalam benda uji minimal sama dengan SFD minimal dan ada

akses masuk ke dalam pipa.

Gambar 3.7 : Internal Film Tehnique

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 37: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 37

3. Teknik Panoramik

Teknik ini dilakukan dengan menempatkan sumber di sumbu benda uji

untuk mendapatkan film hasil radiografi sekeliling benda uji dengan

sekali penyinaran (gambar 3.8.)

Gambar 3.8 : Teknik Panoramik

b. Teknik Dinding Ganda Gambar Tunggal atau Double Wall Single Image

(DWSI)

Benda uji yang tidak dapat diradiografi dengan teknik penyinaran SWSI,

maka dapat digunakan teknik DWSI. Posisi sumber sedemikian rupa sehingga

radiasi melalui dua dinding las sedangkan pada film hanya tergambar satu

dinding las yang dekat dengan film untuk diinterpretasi. Teknik DWSI

meliputi :

1. Teknik Contact

Teknik ini dilakukan dengan melekatkan sumber ke permukaan lasan

benda uji (gambar 3.9). Diameter luar benda uji besarnya minimal sama

atau lebih besar dari SFD minimal untuk bisa dilakukan tehnik ini.

2. Teknik bukan Contact

Jika diameter benda uji besarnya lebih kecil dari SFD minimal maka

penempatan sumber dapat diletakkan agak jauh dari permukaan tetapi

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 38: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 38

diatur sedemikian rupa hingga dinding atas las tidak tergambar pada film

(gambar 3.10)

Gambar 3.9 : Teknik DWSI – Contact

Gambar 3.10 : Taknik DWSI – Bukan Contact

c. Tehnik Dinding Ganda Gambar Ganda atau Double Wall Double Image

(DWDI)

Benda uji dengan diameter luar yang kecil tidak mungkin diterapkan

teknik SWSI maupun DWSI. Beberapa standar merekomendasikan teknik

DWDI diterapkan pada benda uji yang berdiameter 3,5 inci atau kurang.

Teknik DWDI merupakan teknik penyinaran dengan posisi sumber radiasi

sedemikian rupa sehingga radiasi menembus kedua dinding benda uji dan

pada film tergambar kedua dinding las tersebut untuk diinterpretasi. Teknik

DWDI meliputi :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 39: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 39

1. Teknik Elips

Teknik ini dilakukan dengan posisi sumber radiasi membentuk sudut

tertentu terhadap bidang normal las sehingga gambar kedua bagian

dinding benda uji berbentuk elips (gambar 3.11)

Gambar 3.11 : Teknik DWDI - Elips

2. Teknik Superimposed

Sebagai alternatif bila teknik elips tidak dapat diterapkan maka teknik

DWDI dilakukan dengan meletakkan sumber tegak lurus terhadap benda

uji sehingga gambar kedua dinding benda uji bertumpuk (gambar 3.12)

Gambar 3.12 : Teknik DWDI – Superimposed

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 40: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 40

3.5.2. Variabel tehnik Penyinaran

Penggunaan uji radiografi pada prakteknya harus mempertimbangkan

variabel yang berpengaruh pada pemilihan tehnik penyinaran. Variabel tersebut

meliputi ketidaktajaman geometri (Unsharpness Geometri – Ug), jarak minimal

sumber ke film (Minimal Source to Film Distance – SFD min), dan waktu

penyinaran.

A. Ketidaktajaman Geometri (Unsharpness geometric – Ug)

Ketidaktajaman geometri disebut juga penumbra merupakan penurunan

definisi, berupa bayangan berwarna abu-abu pada tepi gambar hasil radiografi.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi besarnya Ug, yaitu ukuran sumber radiasi,

jarak objek ke sumber radiasi dan jarak obyek ke film. Terjadinya Ug terlihat

seperti gambar 3.13. di bawah ini :

Gambar 3.13 : Geometri penyinaran yang menyebabkan Ug

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 41: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 41

Besarnya Ug secara matematis dapat dituliskan :

Ug = (3.1)

f : dimensi sumber radiasi

d : jarak film ke permukaan obyek yang menghadap sumber radiasi

D : jarak sumber radiasi ke permukaan obyek yang menghadap sumber

Pada set up penyinaran, biasanya film diletakkan melekat pada benda uji,

sehingga jarak film ke permukaan obyek yang menghadap sumber radiasi (d)

besarnya sama dengan tebal benda uji, persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

Ug = (3.2)

SFD : jarak film ke sumber radiasi

Biasanya Ug maksimal yang diperbolehkan menurut ASME V Article 2 T-274.2

Geometric Unsharpness Limitations adalah 0,51 mm

B. Jarak minimal Sumber ke Film (Minimum Source to Film Distance - SFDmin)

Kualitas film hasil radiografi dapat dicapai antara lain dengan

memperkecil Ug guna memperbaiki definisi. Untuk itulah besarnya Ug dibetasi

dengan membatasi jarak sumber radiasi ke film (SFD min)

(3.3)

f : dimensi sumber atau focal spot

Ug maks : Ug maksimal yang diijinkan (dari standar yang diacu)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 42: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 42

d : jarak film ke permukaan obyek yang menghadap sumber radiasi

Pada teknik penyinaran DWDI elips, posisi sumber radiasi membentuk sudut

tertentu terhadap bidang normal las sehingga dikenal adanya pergeseran (P) oleh

sumber radiasi dari bidang normal yang ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

P = (1/5. SFD) + 2L (3.4)

P : pergeseran

L : lebar lasan

SFD : SFD normal

SFD elips ditentukan dengan menggunakan persamaan phytagoras sebagai

berikut:

SFD elips = (3.5)

C. Waktu Penyinaran

Lama waktu penyinaran sangat mempengaruhi tingkat kehitaman film

hasil radiografi. Adapun penentuan waktu penyinaran ditentukan dengan rumus

berikut :

t = (3.6)

SFD : jarak sumber radiasi ke obyek dalam penyinaran (=OD untuk

teknik DWSI contact, =SFD elips untuk teknik DWDI elips)

SFD kurva : jarak sumber radiasi ke obyek dalam kurva penyinaran

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 43: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 43

E : penyinaran / paparan (eksposure)

A : aktivitas sumber radiasi

Untuk bisa menentukan parameter-parameter waktu penyinaran terlebih

dahulu kita harus mengenal apa yang dimaksud dengan Kurva penyinaran sinar

gamma. Kurva penyinaran sinar gamma berisi satu garis atau beberapa garis lurus

yang mana setiap garis berhubungan dengan jenis film tertentu, densitas film

tertentu, jarak sumber ke film tertentu. Tebal material dinyatakan sebagai sumbu

X, dan paparan dalam satuan curie jam atau curie menit dinyatakan sebagai sumbu

Y. Gambar 3.14 menunjukkan sebuah kurva penyinaran untuk sumber radiasi Ir-

192

Cara penggunaan :

Masukkan nilai tebal material pada sumbu X, tarik garis ke arah vertikal

memotong garis kurva. Dari titik potong tarik garis ke kiri menuju sumbu Y. Titik

potong pada sumbu vertikal menyatakan besarnya paparan (curie menit).

Besarnya paparan juga dapat diperoleh dengan memasukkan nilai tebal material

ke dalam persamaan garis yang tersedia. Dari kurva tersebut kita dapatkan

beberapa parameter antara lain paparan (E) dan SFD grafik yang tertulis pada

keterangan kurva. Sedangkan aktivitas diperoleh dari perhitungan peluruhan

aktivitas sumber pada saat sumber digunakan.

A = Ao (3.7)

A : Aktivitas sumber saat digunakan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 44: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 44

Ao : Aktivitas awal sumber

T1/2 : waktu paroh sumber

T : waktu peluruhan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 45: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 45

Gambar 3.14 : kurva penyinaran untuk sumber radiasi Ir-192

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 46: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 46

Tebal material dalam penentuan waktu penyinaran dengan teknik DWDI

didasarkan pada tebal dua dinding benda uji ditambah dengan tinggi

reinforcement dan backing strip jika ada. Pemilihan tebal dalam penentuan waktu

penyinaran untuk beberapa teknik lain serta untuk penentuan parameter radiografi

lainnya disajikan dalam tabel 3.6

Tabel 3.6 : Tebal material untuk menentukan perameter radiografi pada beberapa

teknik penyinaran

TeknikPenyinaran

SFD minimalDan Ug

Waktu Penyinaran Penetrameter(IQI)

SWSI t + reinforcement t + reinforcement + backing strip

t + reinforcement

DWSI t + reinforcement 2 (t+reinforcement + backing strip)

t + reinforcement

DWDI OD 2 (t+reinforcement + backing strip)

t + reinforcement

t : tebal 1 dinding material

3.6    Kualitas Gambar Radiografi

Fialm hasil radiografi (radiograf) akan memiliki kualitas gambar yang baik

dan dapat menampakkan diskontinuitas dengan jelas apabila teknik yang

diterapkan dapat menghasilkan densitas cukup, distorsi minimal, kontras yang

tinggi, dan definisi tajam.

3.6.1. Densitas

Densitas adalah tingkat kehitaman film setelah film tersebut diproses. Film

dengan tingkat kehitaman lebih tinggi (gelap) berarti memiliki densitas yang lebih

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 47: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 47

tinggi. Sebaliknya film dengan kehitaman lebih rendah (terang) densitasnya

rendah.

(b)

Gambar 3.15 : Densitometer (a)

dan step-wedge comparison

film (b)

(a)

Densitas film diukur menggunakan alat ukur elektronik yang disebut

densitometer, atau diperkirakan nilainya menggunakan film pembanding yang

biasa disebut dengan step-wedge comparison film.

Densitas film bergantung pada paparan radiasi yang mengenai film dan

derajad pengembangan pada proses film. Densitas mempengaruhi kualitas gambar

radiografi maupun kemampuan pendeteksian cacat. Densitas terlalu rendah

mengakibatkan kontras film rendah, sedangkan densitas terlalu tinggi

mengakibatkan film tidak tertembus cahaya sehingga cacat tidak dapat terdeteksi.

3.6.2. Prinsip Geometri

Salah satu sifat radiasi adalah merambat pada garis lurus. Karena sifat

tersebut maka radiasi dapat membentuk bayangan dari obyek yang dilalui bila

direkam pada suatu film. Susunan geometri dari sumber, benda uji, dan film,

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 48: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 48

mempengaruhi karakteristik bayangan yaitu perbesaran, distorsi, dan

ketidaktajaman.

A. Perbesaran

Bayangan radiografi dinyatakan mengalami perbesaran bila ukuran

bayangan berbeda dengan ukuran obyeknya seperti tampak pada

gambar 3.16. Perbesaran terjadi karena jarak sumber radiasi terlalu

dekat ke obyek atau jarak film terlalu jauh dari obyek.

Gambar 3.16 : Bayangan obyek yang mengalami perbesaran

B. Distorsi

Distorsi adalah penyimpangan bentuk bayngan dari bentuk obyek

karena bagian-bagian pada obyek membentuk bayangan dengan

perbesaran yang berbeda, bagian yang terjauh dari pusat berkas

mengalami perbesaran paling besar, sedangkan nbagian yang berada

pada pusat berkas tidak mengalami perbesaran. Distorsi terjadi karena

berkas radiasi tegak lurus terhadap obyek, atau film tidak sejajar

dengan obyek.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 49: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 49

Gambar 3.17 : Bayangan obyek yang mengalami distorsi

C. Ketidaktajaman geometri

Bayangan yang dihasilkan pada film radiografi mempunyai batas tepi

yang tidak jelas atau tidak tajam. Daerah tidak tajam tersebut

dinamakan ketidaktajaman geometri (geometric unsharpness, Ug) atau

penumbra atau gradien tepi. Penyebab utama terjadinya penumbra

adalah karena sumber radiografi berdimensi (bukan sumber titik), SFD

yang terlalu dekat, dan OFD (jarak obyek ke film) yang terlalu jauh.

Gambar 3.18 : Bayangan yang mengalami ketidaktajaman geometri

3.6.3. Sensitifitas Radiografi

Sensitifitas radiografi berhubungan dengan ukuran detil (cacat) terkecil

yang dapat dideteksi pada film hasil radiografi. Dalam setiap uji radiografi

digunakan sebuah alat uji standar yang disebut penetrameter atau Image Quality

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 50: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 50

Indicator (IQI), yang mana gambarnya pada film hasil radiografi digunakan untuk

mengukur kualitas gambar radiografi.

3.6.4. Kontras radiografi

Kontras radiografi adalah perbedaan densitas pada suatu daerah terhadap

daerah sekitarnya pada film hasil radiografi. Pada gambar 3.19, film A memiliki

perbedaan densitas lebih tinggi daripada B, karena itu dikatakan film A lebih

kontras daripada film B.

Gambar 3.19 : Perbedaan kontras pada dua buah film, film A lebih kontras daripada film B

3.6.5. Indikator Kualitas Gambar

Dalam radiografi, untuk menentukan kualitas gambar radiografi atau

kualitas teknik radiografi, digunakan alat yang dinamakan penetrameter atau

Image Quality Indicator (IQI). Umumnya, IQI ditempatkan pada sisi material

yang menghadap sumber.

1. Jenis-jenis Penetrameter

IQI yang digunakan secara luas di Indonesia ada beberapa jenis yaitu

IQI ASTM/ASME tipe lubang, IQI ASTM/ASME tipe kawat, IQI

DIN tipe kawat.

IQI ASME type lubang

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 51: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 51

IQI tipe lubang yang ditetapkan oleh ASTM (American Standard of

Testing Material) dan ASME (American Siciety of Mechanical

Enginer) ada dua jenis yaitu IQI persegi dan IQI cakram, seperti

ditunjukan pada gambar 3.20.

Gambar 3.20 : IQI tipe lubang

IQI ASTM/ASME Tipe Kawat

IQI ASTM/ASME terdiri atas 21 kawat, disusun menjadi 4 set dimana

setiap set berisi 6 kawat.

ASTM

1B 03

Gambar 3.21 : Sketsa IQI tipe kawat ASTM / ASME

Tabel 3.7. : Diameter IQI ASTM / ASME

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 52: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 52

IQI DIN tipe Kawat

IQI tipe kawat standar DIN (Deutche Industrie Norm) terdiri atas 16

kawat, yang disusun menjadi tiga set. Setiap set terdiri dari 7 kawat

DIN 62 FE

10 ISO 16

Gambar 3.22 : Sketsa IQI tipe kawat DIN

Tabel 3.8. : Diameter IQI DIN

1 ISO 7 6 ISO 12 10 ISO 16Nomorkawat

Diameter(mm)

Nomorkawat

Diameter(mm)

Nomorkawat

Diameter(mm)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 53: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 53

1234567

3,22,52,01,6

1,251,00,8

6789

101112

1,00,8

0,630,50,4

0,320,25

10111213141516

0,40,320,250,2

0,160,125

0,1

2. Pemilihan IQI berdasarkan sensitivitas

Atas persetujuan pihak yang terlibat dalam kontrak, ada kalanya

prosedur radiografi mensyaratkan pemeriksaan dengan nilai

sensitivitas IQI tertentu. Dalam kasus demikian diameter IQI tipe

kawat dapat ditentukan dengan persamaan

Φ = (3.8)

Dengan

Φ = Diameter IQI kawat (mm atau Inch)

S = nilai sensitivitas yang ditetapkan (%)

X = Tebal material (mm atau inch)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 54: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 54

BAB IV

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan

Sebelum dilakukan uji radiografi di tempat yang akan dituju, terlebih dahulu

dilakukan persiapan-persiapan alat yang akan dibawa dan juga dilakukan

pengecekan sumber. Adapun alat-alat yang akan dibawa adalah sebagai berikut :

1. kamera gamma dengan sumber radiasi Ir-192

2. kabel krank dan kabel pengarah (guide Tube)

3. kolimator

4. tali kuning sebagai tanda radiasi

5. danger lamp

6. papan radiasi

7. surveymeter, dosimeter saku, dan film badge

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 55: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 55

8. film dan aksesorisnya

9. dan alat-alat bantu lain seperti statif (penyangga) dan tali pengikat jika

dibutuhkan.

Gambar 4.1 : Perlengkapan radiografi

Selain itu, sebelum menuju lokasi operator radiografi harus melakukan

pengecekan besarnya aktifitas sumber pada saat akan digunakan. Pengecekan

tersebut dapat dilakukan dengan melihat tabel yang sudah tersedia seperti yang

dapat dilihat pada lampiran. Surveymeter juga harus diperiksa dahulu apakah

baterai masih bagus dan tanggal kalibrasi masih berlaku.

Pada saat uji radiografi dilakukan ada beberapa langkah yang harus diikuti

antara lain :

1. Gunakan film badge

2. Baca dan catat nilai dosis pada dosimeter saku, kemudian gunakan

3. Perkirakan batas laju dosis 0,75 mR/jam dan pasang tanda radiasi dan

pita kuning pada tempat tersebut dan pastikan area tersebut tidak ada

orang selain operator radiografi.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 56: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 56

4. Tempatkan kamera di dekat material dan pemutar kabel sejauh mungkin

dari kamera

5. Pasang Sumber dan Film beserta aksesoris pada material yang akan

diuji

6. Setelah sumber dan film terpasang, buka pengunci kamera dan segera

menjauh dari sumber pada daerah yang cukup aman (misalnya

bersembunyi di balik material lain yang agak jauh dari sumber)

7. Nyalakan timer sesuai kebutuhan

8. Periksa paparan radiasi, cari daerah 2,5 mR/jam dan 0,75 mR/jam

dengan surveymeter dan tempatkan kembali tanda radiasi pada posisi

yang benar.

9. Putar kembali kabel krank sampai sumber terkunci di dalam kamera.

10. Ambil film dan pasang kembali film yang baru pada lokasi lain sesuai

permintaan.

11. Ulangi langkah 6-10 sampai semua lokasi selesai.

12. Setelah selesai, baca dan catat dosimeter saku dan matikan surveymeter

Pada kenyataannya langkah-langkah di atas tidak sepenuhnya diterapkan di

lapangan, banyak faktor yang menjadi pertimbangan ketika sudah dihadapkan

pada kenyataan kondisi di lapangan. Dalam dunia industri, pekerja dituntut untuk

bekerja secepat mungkin dan seproduktif mungkin. Demikian juga dengan

operator radiografi, meraka dituntut untuk bisa menyelesaikan inspeksi sebanyak

target yang diinginkan dalam waktu yang relatif singkat. Dalam keadaan

demikian, paparan radiasi dari sumber sering kali terabaikan. Batas-batas nilai

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 57: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 57

aman radiasi sudah tidak lagi diperhitungkan, apalagi jika dihadapkan pada bentuk

material yang tidak memungkinkan untuk berlindung dari radiasi, seperti halnya

uji radiografi pada tangki. Pemakaian kolimator juga dirasa kurang efektif ketika

dihadapkan pada material uji yang bentuknya rumit

Namun walaupun demikian, operator radiografi bukan berarti tidak

memperdulikan lingkungan sama sekali, mereka tetap memasang tanda radiasi

dan pita kuning sejauh mungkin walaupun tanpa mengukur paparan sebenarnya.

Selain itu penembakan (uji radiografi) juga dilakukan ketika tidak ada orang yang

beraktifitas di sekitar area penembakan. Penembakan selalu dilakukan pada jam

istirahat (12.00) atau pada malam hari di saat para pekerja setempat telah pulang.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir bahaya radiasi yang ada bagi

masyarakat sekitar. Gambar 4.2 merupakan gambar yang diambil ketika aktifitas

radiografi berlangsung di PT. SBS Cilegon.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 58: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 58

Gambar 4.2 : Aktifitas Radiografi di PT. SBS Cilegon

4.2. Studi Kasus dan Pembahasan

Dalam pelaksanaannya, kerja praktek dilakukan di beberapa tempat,

khususnya untuk radiografi test dilakukan di 3 tempat antara lain PT. SBS, PT.

Polychem, dan PT. KBI. Pada Masing-masing lokasi tersebut dilakukan berbagai

teknik radiografi yang berbeda-beda antara lain tehnik DWSI contact dan super

impose di PT.SBS, teknik DWDI di PT. Polichem, dan teknik SWSI di PT. KBI.

Berikut ini akan dibahas mengenai semua teknik pada masing-masing kasus

tersebut.

4.2.1. Exchanger (client : PT.SBS Cilegon-Banten)

Gambar 4.3 : Exchanger

Exchanger merupakan suatu sistem pertukaran suhu yang bisanya

digunakan dalam sistem reaktor atau boiler. Pipa – pipa berbentuk U (U-Bend)

berisi minyak panas yang didinginkan oleh sistem di dalam kotak penutup. Dalam

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 59: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 59

kasus ini, bagian yang akan diuji dengan radiografi adalah bagian lasan pipa

(welding) pada U-bend dan pada pipa-pipa inlet dan outlet (bagian bawah) yang

digolongkan ke dalam jenis pipa bertekanan karena dialiri oleh minyak panas dan

pendingin. Dalam uji radiografi ini, untuk pipa bertekanan mengacu pada ASME

section 8. Kedua pipa ini berbahan karbon steel. Berikut akan dibahas teknik

radiografi terhadap kedua pipa tersebut.

4.2.1.1. U-Bend (menggunakan teknik DWSI)

a. Material

Pipa ini berbentuk U dengan diameter (OD) adalah 5 inchi dengan

ketebalan 6,55 mm. Biasanya ketebalan ini diketahui dari schedule

standar pipa. Pipa dengan diameter tertentu memiliki ketebalan tertentu

tergantung dari standar yang dipakai. Berdasarkan schedule 40, ketebalan

untuk pipa berdiameter 5 inchi adalah 6,55 mm. Adapun daftar schedule

dapat dilihat pada lampiran. Tinggi las diperkirakan 2 mm. Untuk

diameter dalam (ID), dan lebar las tidak dilakukan pengukuran karena

kondisi bentuk yang tidak memungkinkan. Selain itu, parameter –

parameter tersebut dapat dieliminir dalam batas yang masih bisa

ditoleransi.

b. Tehnik penyinaran

Berdasarkan standar ASME section V artikel 2.T-271, untuk OD

nominal lebih besar dari 3,5 inchi maka digunakan tehnik DWSI contact

(Double wall Single Image). Pemasangan film dilakukan dengan 3 posisi

yaitu posisi samping kanan (0-15), posisi tengah bawah(15-30), dan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 60: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 60

posisi samping kiri (30-0). Posisi ditentukan berdasarkan posisi film

sehingga memudahkan owner untuk mencari lokasi cacat yang harus

direpair. Gambar 4.4.a, b, dan c merupakan teknik pemasangan sumber

pada masing-masing posisi.

Gambar 4.4.a : Posisi 0-15 Gambar 4.4.b. : posisi 30-0

Gambar 4.4.c. : Posisi 15-30

c. Sumber Radiasi

Sumber radiografi yang dipakai pada radiografi test PT. Radiant

Utama adalah Iridium 192 dengan waktu paroh 74 hari yang

memancarkan gamma ray yang terbungkus oleh kamera gamma dengan

type B(U) CDN /2086/B (U)-96 dengan berat 22 kg yang menggunakan

pelindung uranium susut kadar (depleted uranium) dengan kapasitas

sumber sampai 135 Ci. HVL pelindung uranium susut kadar ini adalah

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 61: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 61

2,71 mm untuk sumber Ir-192. Material ini juga memiliki kemampuan

untuk menyerap pancaran radiasi yang sangat tinggi jika dibandingkan

dengan material lainnya seperti timah hitam (Pb). Ketika terakhir kali

penggantian sumber dilakukan, besarnya sumber adalah 91 Ci pada

tanggal 21 mei 2010. Di Indonesia penggunaan sumber gamma di atas

seratus currie tidak dianjurkan. Namun, di Negara berteknologi tinggi

seperti Jepang, aktifitas sumber bisa mencapai lebih dari seratus currie

karena dari segi teknologi keamanan mereka lebih unggul.

Ketika digunakan untuk inspeksi U-bend di PT.SBS pada tanggal

24 Juli 2010 sumber Ir-192 tentu saja sudah mengalami peluruhan

sehingga besarnya lebih kecil dari aktifitas semula. Pada tanggal tersebut,

aktivitas sumber menjadi sekitar 50 Ci. Secara teoritis, perhitungan

peluruhan aktifitas tersebut adalah sebagai berikut :

Waktu peluruhan dari 21 Mei 2010 sampai 24 Juli 2010 adalah 65 hari.

At = Ao . e(ln2/t paroh).t

At = 91 . e(-0,693/74).65

At = 91 . 0,544

At = 49,5 Ci

Namun pada kenyataannya Operataor Radiografi tidak perlu

menghitung nilai tersebut setiap kali melakukan pekerjaannya. Mereka

cukup melihat tabel nilai aktifitas sumber yang sudah terhitung setiap

harinya. Tabel tersebut tersedia dalam satuan Currie dan Bequerel. Pada

tanggal 24 juli 2010 nilai aktifitas pada tabel adalah 49,9 selisih 0,4

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 62: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 62

dengan perhitungan. Dalam report biasanya cukup dibulatkan menjadi 50

Ci. Adapun tabel tersebut dapat dilihat pada lampiran.

d. Film

Film yang digunakan adalah jenis AGFA D7 dengan screen depan

belakang 0,125 mm berbahan Pb (Lead) dan memiliki ukuran 4 x 10

inchi. Mengapa dipilih film jenis ini adalah karena film ini merupakan

film kualitas menengah dengan harga yang cukup murah. Biasanya

permintaan seperti ini diajukan oleh client dengan alasan lebih ekonomis.

Namun film ini masih cukup bagus untuk mendeteksi cacat yang sangat

kecil.

e. SFD (Source Film Distance)

Karena tehnik yang digunakan adalah DWSI contact maka SFD

diasumsikan sebagai OD yaitu 5 inchi atau sama dengan 127 mm. Tebal

las tidak perlu diperhitungkan karena perbandingannya sangat kecil yaitu

hanya berkisar antara 1-2 mm sehingga bisa diabaikan.

f. Penentuan Penetrameter

Penentuan penetrameter (biasa disebut peny) didasarkan pada

standar ASME V artikel 2 Tabel T-276 dan T-233.2. Mengacu pada tabel

T-276, untuk tebal 6,55 mm dengan penambahan tebal las sekitar 2 mm

sehingga tebalnya menjadi 8,55 mm, posisi film side, diameter kawat

peny yang dikehendaki adalah 0,008 inchi. Mengacu pada tabel T-233.2,

diameter kawat tersebut berada pada set kelompok A. Sehingga peny

yang digunakan seharusnya ASTM 1A. Huruf A menandakan kelompok

kawat, sedangkan angka 1 menunjukkan kelompok bahan penetrameter.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 63: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 63

Ada 8 kelompok bahan penetrameter antara lain magnesium, aluminium,

titanium, carbon steel, aluminium broxy, inconel, monel, tim brower.

Angka 1 merupakan kode untuk kelompok carbon steel.

Namun pada prakteknya dipakai peny kelompok B. Pemilihan

tersebut dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti efisiensi waktu,

meminimalisir kemungkinan terjadinya reshoot (uji radiografi ulang)

karena ketidakmunculan kawat peny, dan masih banyak lagi faktor lain.

Dalam dunia industri banyak client yang tidak terlalu memperhitungkan

keakuratan dalam pemilihan peny ini, bagi mereka asalkan peny muncul

dan cacat yang signifikan terdeteksi maka film dapat diterima. Cacat

yang signifikan di sini maksudnya adalah cacat di atas batas standar

minimal untuk material tertentu sesuai kriteria perusahaan owner yang

bersangkutan. Jadi walaupun pihak inspector (pihak yang melakukan uji

radiografi) mempunyai standar operasional sendiri yaitu ASME, tetapi

client meminta untuk mengacu pada standar operasionalnya maka pihak

inspector harus mengikutinya karena PT. Radiant Utama bergerak di

bidang jasa sehingga harus mengikuti aturan client.

Jika dipakai peny ASTM 1A besar kemungkinan kawat peny tidak

muncul karena berbagai faktor seperti terjadinya hamburan balik radiasi

karena mengenai material di bawahnya atau disebabkan karena kontak

yang kurang bagus antara peny dengan film akibat bentuk material yang

sulit dipasangi film. Jika sudah demikian maka harus dilakukan reshoot

sehingga memperlambat proses produksi dan tentunya berpengaruh pada

biaya inspeksi. Sebenarnya peny ASTM 1A bisa diusahakan dengan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 64: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 64

menggunakan sumber X-Ray, memperjauh SFD, dan memakai film

lambat (D4). Namun hal tersebut tentu saja ada konsekuensinya antara

lain pesawat sinar-X yang sulit diusahakan, lamanya proses radiografi

karena jarak SFD yang terlalu jauh, dan mahalnya biaya inspeksi karena

memekai film dengan kualitas tinggi yaitu Film D4 yang harganya

mahal. Dengan berbagai alasan tersebut maka client tentu saja memilih

inspeksi yang cepat, hemat biaya dan masih bisa diperhitungkan

keandalannya untuk mendeteksi cacat yang signifikan (tidak perlu harus

bisa mendeteksi cacat yang sangat kecil).

Pada kasus U-Bend di PT.SBS, cacat yang besarnya >1/3 thicknes

yaitu 2,2 mm harus di reject (dilakukan pengelasan ulang), sedangkan

cacat <1/3 thickness masih bisa ditolelir. Kawat Peny kelompok B

diameter terbesarnya saja hanya 0,81 mm yang berari cacat diatas 2 mm

masih bisa dideteksi. Dalam hal ini fleksibilitas masih bisa ditolelir.

g. Penentuan waktu penyinaran

Waktu penyinaran bisa dilakukan dengan menggunakan kurva

paparan (exposure chart) seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.14.

SFD kurva = 610 mm

Tebal 2 las = 2(6,55 + 2) = 17,1 mm

E berdasarkan kurva = 183,06 Ci.menit

t = .

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 65: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 65

t = .

t = 0,04 . 3,68

t = 0,158 menit = 9,52 detik

Hitungan tersebut adalah hitungan secara teori, dalam praktek di

lapangan biasanya Operator radiografi memakai rumus kalkulator yaitu :

Hasilnya cukup mendekati perhitungan sebelumnya yaitu 7,3 detik

h. Hasil Film

Gambar 4.5.a, b dan c merupakan gambar film hasil radiografi U-Bend

pada berbagai posisi.

Gambar 4.5.a : Film untuk posisi 0-15

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 66: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 66

Gambar 4.5.b : Film untuk posisi 15-30

Gambar 4.5.c : Film untuk posisi 30-0

Penjelasan :

Keterangan pada film-film tersebut menunjukan nama client, lokasi objek

yang diradiografi (joint), jenis pengelasan, kode welder / pengelas, kawat

peny, dan tanggal inspeksi.

Sensitifitas

Pada semua posisi film, kawat peni muncul 4 buah dengan

diameter terkecil 0,016 inchi. Sehingga sensitifitasnya adalah

S = . 100 %

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 67: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 67

S = . 100 % = 6,1 %

Nilai tersebut tidak sesuai karena sensitifitas di atas 2%. Hal

tersebut disebabkan oleh pemakaian penetrameter yang kurang

sesuai.

Densitas

Pada umumnya nilai densitas sebenarnya tidak dicantumkan dalam

report hasil radiografi, melainkan hanya berupa range antara 2-4

saja. Pada saat menggunakan densitometer asalkan bagian film

yang berwarna putih tidak kurang dari 2 dan bagian film yang

berwarna hitam tidak lebih dari 4 maka film layak diinterpretasi.

Jika client yang bersangkutan merasa film terlalu gelap atau terlalu

terang barulah pihak radiographer menunjukkan nilai densitasnya.

Artifact dan cacat

Dengan melihat film di atas, dapat diketahui bahwa pada lokasi 0-

15 memiliki las-lasan yang cukup memenuhi syarat. Sedangkan

pada lokasi 15-30 dan 30-0 terdapat porosity yang cukup signifikan

sehingga perlu adanya repair atau pengelasan kembali dan

dinyatakan reject oleh interpreter. Hasil tersebut ditampilkan pada

report seperti yang terlampir di laporan ini.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 68: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 68

4.2.1.2. Saluran inlet dan outlet (menggunakan teknik DWDI Superimpose)

Saluran ini merupakan tempat keluar masuknya cairan (biasanya berupa

minyak panas atau bisa juga untuk keluar masuknya pendingin sebelum atau

sesudah di sirkulasi di dalam exchanger.

a. Material

Material yang akan diukur merupakan pipa berdiameter 2 inchi

(50,8mm) dengan tinggi las-lasanan sekitar 2 mm. Tebal material

adalah 3,9 mm. Pada report, objek material terdapat pada joint D-4-1-R-

N2 dan D-4-1-R-N1. Joint merupakan kode lokasi material. Material ini

juga berbahan carbon steel.

b. Tehnik Penyinaran

Berdasarkan standar ASME section V artikel 2.T-271, untuk OD

nominal kurang dari 3,5 inchi maka digunakan teknik DWDI (Double

wall Doule Image). Teknik DWDI terdiri dari teknik elips dan super

impose. Karena tehnik elips tidak memungkinkan untuk diaplikasikan

di sini, maka digunakan tehnik super impose. Pemasangan film

dilakukan dengan 3 posisi yaitu posisi A, B, dan C. Gambar 4.6.a, b,

dan c menunjukkan pemasangan sumber pada masing-masing posisi.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 69: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 69

Gambar 4.6.a : posisi A Gambar 4.6.b : posisi B

Gambar 4.6.c : posisi C

c. Sumer Radiasi

Jenis sumber radiasi masih sama seperti pada kasus sebelumnya

yaiyu Iridium 192. Waktu peluruhan dimulai dari tanggal 21 mei 2010 –

04 Agustus 2010 (76 hari). Adapun perhitungan teorinya adalah sebagai

berikut :

At = Ao . e(ln2/t paroh).t

At = 91 . e(-0,693/74).76

At = 44,66 Ci

d. Film

Film yang digunakan adalah jenis AGFA D7 dengan screen

depan belakang 0,125 mm berbahan Pb (Lead) dan memiliki ukuran 4 x

10 inchi.

e. SFD

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 70: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 70

Karena tehnik yang digunakan sekarang adalah super impose maka

tentu saja terdapat jarak antara material dan film. SFD tegak lurus

minimum dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

SFD min = OD

= 50,8

= 349,6 mm = 13,76 inchi

Selain dengan cara di atas, biasanya operator radiografi

menggunakan rumus yang lebih praktis untuk menghitung SFD, yaitu

SFD = 7 x OD. Dan hasilnyapun cukup mendekati perhitungan teori

ASME.

SFD min = 7 x OD

= 7 x 2 inchi

= 14 inchi (cukup mendekati perhitungan

sebelumnya)

f. Waktu Penyinaran

Waktu penyinaran bisa dilakukan dengan menggunakan kurva

paparan (exposure chart) seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.14.

SFD kurva = 610 mm

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 71: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 71

Tebal 2 las = 2(3,9 + 2) = 11,8 mm

E berdasarkan kurva = 133,29 Ci.menit

t = .

t = .

t = 0,97 menit = 58,3 detik

Dalam dunia industri waktu tersebut dirasa terlalu lama jika dihadapkan

pada kondisi jumlah joint (lokasi inspeksi) yang sangat banyak yang

harus diselesaikan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu waktu

tersebut dapat dipercepat dengan memperkecil SFD (perbandingan

lurus).

g. Penetrameter

Penentuan penetrameter didasarkan pada standar ASME V artikel 2

Tabel T-276 dan T-233.2. Mengacu pada tabel T-276, untuk tebal 3,9

mm dengan penambahan tebal las sekitar 2 mm sehingga tebalnya

menjadi 5,9 mm, posisi film side diameter kawat peny yang

dikehendaki adalah 0,0063 inchi. Mengacu pada tabel T-233.2,

diameter kawat tersebut berada pada set kelompok A. Sehingga peny

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 72: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 72

yang digunakan seharusnya ASTM 1A. Namun peny yang dipakai

masih ASTM 1B dengan berbagai pertimbangan seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya.

h. Hasil Film

Gambar 4.7.a, b, c menunjukan hasil film radiografi pada masing-masing

posisi

Gambar 4.7.a : Posisi A Gambar 4.7.b : Posisi B

Gambar 4.7.c : Posisi C

Penjelasan :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 73: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 73

Keterangan pada film-film tersebut menunjukan client, lokasi objek yang

diradiografi (joint), jenis pengelasan, kode welder/ pengelas, kawat peny,

dan tanggal inspeksi.

Sensitifitas

Pada posisi A muncul 4 kawat, pada posisi B muncul 5

kawat, dan pada posisi C muncul 3 kawat saja karena pemasangan

penetrameter yang miring. Sensitifitas pasti di atas 2%. Hal

tersebut disebabkan oleh pemakaian penetrameter yang kurang

sesuai.

Densitas

Nilai densitas sebenarnya tidak dicantumkan dalam report

hasil radiografi, melainkan hanya berupa range antara 2-4 saja.

Pada saat menggunakan densitometer asalkan bagian film yang

berwarna putih tidak kurang dari 2 dan bagian film yang berwarna

hitam taidak lebih dari 4 maka film layak diinterpretasi. Jika client

yang bersangkutan merasa film terlalu gelap atau terlalu terang

barulah pihak radiographer menunjukkan nilai densitasnya.

Artifact dan cacat

Pada tehnik super impose las-lasan pada film bertumpukan

antara bagian depan dan belakang. Jika diamati dari satu posisi

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 74: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 74

tentunya akan menimbulkan keraguan mengenai posisi cacat

sebenarnya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

A

B C

A

Jika dilihat dari titik A saja masih ada keraguan apakah cacat di

depan atau belakang. Oleh karena itu dilihat lagi dari sudut C

C

A B

A

Sekarang jelas bahwa cacat ada di las-lasan bagian belakang jika

dilihat dari sudut pandang A.

Selain itu, las-lasan pada bagian depan biasanya agak lebih

kabur dibanding bagian belakang karena Ug nya lebih besar. Pada

kasus pipa inlet dan outlet di PT. SBS cacat terlihat pada titik A,

namun setelah dilihat dari titik B dan C cacat sulit diamati karena

tersembunyi di pinggiran pipa yang tebal sehingga sulit

diinterpretasi. Oleh karena itu interpreter hanya menuliskan bahwa

cacat terletak di titik A yang berupa porosity. Namun cacat ini

masih bisa ditolelir karena diameternya masih dibawah 1/3

thickness. Berikut adalah perbesaran gambar film pada posisi A.

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 75: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 75

Gambar 4.8 : Cacat berupa porosity yang dapat dilihat dari sudut

pandang A

6.2.2. Wall Tube (Client : PT. Polychem – Pengoreng – Banten) -

menggunakan teknik DWDI elips

Gambar 4.9 : Pipa saluran air pada boiler

Gambar 4.9 menunjukan kerangka dalam boiler yang belum

sempurna. Pipa-pipa panjang berwarna hijau nantinya akan diisi dengan air

untuk selanjutnya dibakar dengan api yang berada di tengah-tengahnya. Air

dalam pipa tersebut akan mendidih dan menghasilkan uap yang akan

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 76: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 76

menggerakkan turbin. Turbin akan memutar generator listrik dan

menghasilkan listrik untuk keperlun produksi PT. Polychem.

a. Material

Jenis bahan material masih berupa Carbon steel dengan OD = 2

inchi (50,8 mm), OD las = 50,8 mm + 2 mm = 52,8 mm, dan lebar las 7

mm. Pada report dan film tertulis tebal material schedule 40. Artinya

untuk mengetahui ketebalan pipa berdiameter 2 inchi kita harus melihat

tabel schedule 40, sehingga didapatkan nilai ketebalan meterial adalah

3,9 mm.

b. Tehnik Penyinaran

Berdasarkan standar ASME section V artikel 2.T-271, untuk OD

nominal kurang dari 3,5 inchi maka digunakan tehnik DWDI (Double

wall Doule Image). Kali ini teknik yang digunakan adalah tehnik elips

karena posisi material yang memungkinkan. Pemasangan film

dilakukan dengan 1 posisi saja. Adapun pemasangan sumber dapat

dilihat pada gambar 4.10 berikut :

Pipa yang akan diinspeksi

Gambar 4.10 : Pemasangan sumber teknik elips

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 77: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 77

c. Sumber

Jenis sumber radiasi masih sama seperti pada kasus sebelumnya

yaitu Iridium 192. Waktu peluruhan dimulai dari tanggal 21 mei 2010 –

06 Agustus 2010 (78 hari). Adapun perhitungan teorinya adalah sebagai

berikut :

At = Ao . e(ln2/t paroh).t

At = 91 . e(-0,693/74).78

At = 43,8 Ci

(Dalam report perusahaan pada lampiran ditulis 44 Ci)

d. Film

Film yang digunakan adalah jenis AGFA D7 dengan screen depan

belakang 0,125 mm berbahan Pb (Lead) dan memiliki ukuran 4 x 10

inchi.

e. SFD

Karena teknik yang digunakan sekarang adalah elips, maka SFD

tegak lurus minimum dapat dihitung dengan perhitungan praktis sebagai

berikut :

SFD min = 7 x OD

= 7 x 2 inchi

= 14 inchi

Pergeseran = 1/5 . SFD tegak lurus + 2.Lebar Las

= 1/5 . 355,6 + 2.7

= 85,12 mm

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 78: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 78

SFD Elips = 365,64 mm

f. Penetrameter

Penentuan penetrameter didasarkan pada standar ASME V artikel 2

Tabel T-276 dan T-233.2. Mengacu pada tabel T-276, untuk tebal 3,9

mm dengan penambahan tebal las sekitar 2 mm sehingga tebalnya

menjadi 5,9 mm, posisi film side diameter kawat peny yang

dikehendaki adalah 0,0063 inchi. Mengacu pada tabel T-233.2,

diameter kawat tersebut berada pada set kelompok A. Sehingga peny

yang digunakan seharusnya ASTM 1A. Namun peny yang dipakai

masih ASTM 1B dengan berbagai pertimbangan seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya.

g. Waktu penyinaran

Waktu penyinaran bisa dilakukan dengan menggunakan kurva

paparan (exposure chart) seperti yang dapat dilihat pada 3.14.

SFD kurva = 610 mm

Tebal 2 las = 2(3,9 + 2) = 11,8 mm

E berdasarkan kurva = 133,29 Ci.menit

t = .

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 79: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 79

t = .

t = 1,088 menit = 65,3 detik

h. Hasil Film

Gambar 4.11 menunjukkan hasil film radiografi untuk pipa Row 50

pada boiler di PT. Polichem

Gambar 4.11 : Film untuk pipa R 50 (Row 50)

Sensitifitas

Pada gambar di atas jumlah kawat yang muncul adalah 5

kawat, pada posisi B muncul 5 kawat. Sensitifitas pasti di atas 2%.

Hal tersebut disebabkan oleh pemakaian penetrameter yang kurang

sesuai.

Densitas

Nilai densitas sebenarnya tidak dicantumkan dalam report

hasil radiografi, melainkan hanya berupa range antara 2-4 saja.

Pada saat menggunakan densitometer asalkan bagian film yang

berwarna putih tidak kurang dari 2 dan bagian film yang berwarna

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 80: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 80

hitam taidak lebih dari 4 maka film layak diinterpretasi. Jika client

yang bersangkutan merasa film terlalu gelap atau terlalu terang

barulah pihak radiographer menunjukkan nilai densitasnya.

Artifact dan cacat

Dengan melihat film di atas, dapat diketahui bahwa pada

posisi tengah las-lasan bagian belakang terdapat porosity yang

cukup significan sehingga perlu adanya repair atau pengelasan

kembali dan dinyatakan reject oleh interpreter. Hasil tersebut

ditampilkan pada report seperti yang terlampir di laporan ini.

Gambar 4.12 berikut adalah perbesaran gambar film pipa R-50

Porosity

Gambar 4.12 : Porosity pada pipa R-50

6.2.3. H-Beam (Client : PT. KBI – Cilegon) – menggunakan teknik SWSI

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 81: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 81

Gambar 4.13 : H-Beam

H-Beam merupakan tiang atau penyangga yang penampangnya berbentuk

huruf H. Pada umumnya H-Beam digunakan untuk konstruksi bangunan. Bentuk

H-Beam yang menyerupai Huruf H memanjang ini memiliki kekuatan yang kokoh

untuk dipasang pada konstruksi bangunan seperti jembatan, gedung, pabrik, dan

sebagainya.

a. Material

Jenis bahan material masih berupa Carbon steel dan digolongkan

ke dalam objek plat dengan tebal = 20 mm dan tinggi las 2 mm

b. Tehnik Penyinaran

Karena objek radiografi berupa plat, maka tehnik yang digunakan

adalah SWSI (Single Wall Single Image). Pemasangan film dilakukan

dengan beberapa posisi karena bentuk lasan yang sangat panjang. Namun

yang akan dibahas hanya satu sample posisi saja. Gambar 4.14 merupakan

contoh pemasangan sumber pada H-Beam :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 82: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 82

Sumber Radiasi

Gambar 4.14 : teknik SWSI pada H-Beam

c. Sumber

Jenis sumber radiasi masih sama seperti pada kasus sebelumnya

yaitu Iridium 192. Waktu peluruhan dimulai dari tanggal 21 mei 2010 – 12

Agustus 2010 (84 hari). Adapun perhitungan teoritisnya adalah sebagai

berikut :

At = Ao . e(ln2/t paroh).t

At = 91 . e(-0,693/74).84

At = 41,4 Ci

(Dalam report perusahaan pada lampiran ditulis 42 Ci)

d. Film

Karena Las-lasan yang memanjang, film yang digunakan

berdasarkan permintaan client adalah jenis AGFA D7 dengan screen depan

belakang 0,125 mm berbahan Pb (Lead) dan memiliki ukuran 4 x 15 inchi

(lebih panjang).

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 83: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 83

e. SFD

Karena tehnik yang digunakan sekarang SWSI, maka SFD tegak

lurus minimum dapat dihitung dengan perhitungan praktis sebagai berikut:

SFD min = 7 x tebal

= 7 x 20 mm

= 140 mm

f. Penetrameter

Penentuan penetrameter didasarkan pada standar ASME V artikel 2

Tabel T-276 dan T-233.2. Mengacu pada tabel T-276, untuk tebal 20 mm

dengan penambahan tebal las sekitar 2 mm sehingga tebalnya menjadi 22

mm, posisi film side diameter kawat peny yang dikehendaki adalah 0,016

inchi. Mengacu pada tabel T-233.2, diameter kawat tersebut berada pada

set kelompok B. Sehingga peny yang digunakan adalah ASTM 1B.

Sehingga pada kasus ini penggunaan peny sudah sebagaimana mestinya.

g. Waktu penyinaran

Waktu penyinaran bisa dilakukan dengan menggunakan kurva

paparan (exposure chart) seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.14.

SFD kurva = 610 mm

Tebal 1 las = 20 + 2 = 22 mm

E berdasarkan kurva = 245,47 Ci.menit

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 84: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 84

t = .

t = .

t = 0,31 menit = 18,5 detik

h. Hasil film

Gambar 4.15 merupakan salah satu film hasil radiografi pada H-Beam di

PT. KBI.

Worm hole

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 85: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 85

Gambar 4.15 : Film hasil radiografi H-Beam yang menunjukkan indikasi

Worm Hole

Sensitifitas

Pada semua posisi film, kawat peni muncul 4 buah dengan

diameter terkecil 0,016 inchi. Sehingga sensitifitasnya adalah

S = . 100 %

S = . 100 % = 1,8 %

Nilai tersebut sesuai dengan kriteria karena sensitifitas di bawah

2%. Jadi bisa dikatakan film sudah memenuhi syarat untuk dibaca.

Densitas

Densitas sebenarnya tidak dicantumkan dalam report hasil

radiografi, melainkan hanya berupa range antara 2-4 saja. Pada saat

menggunakan densitometer asalkan bagian film yang berwarna

putih tidak kurang dari 2 dan bagian film yang berwarna hitam

taidak lebih dari 4 maka film layak diinterpretasi. Jika client yang

bersangkutan merasa film terlalu gelap atau terlalu terang barulah

pihak radiographer menunjukkan nilai densitasnya.

Artifact dan cacat

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 86: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 86

Dengan melihat film di atas, dapat diketahui bahwa pada

lokasi B-C memiliki las-lasan dengan cacat berupa worm hole pada

bagian kanan sehingga perlu adanya repair atau pengelasan

kembali dan dinyatakan reject oleh interpreter. Hasil tersebut

ditampilkan pada report seperti yang terlampir di laporan ini.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari kegiatan radiografi yang telah diikuti selama pelaksanaan kerja

praktek di PT. Radiant Utama Interinsco, maka dapat diperoleh beberapa

kesimpulan terkait dengan bidang Uji Radiografi antara lain :

1. Secara umum, tehnik radiografi dikelompokkan menjadi 3 tehnik yaitu

tehnik DWSI (Double Wall Single Image), DWDI (Double Wall Double

Image), dan SWSI (Single Wall Single Image)

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 87: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 87

2. Berdasarkan standar ASME section V artikel 2.T-271, untuk inspeksi pipa,

OD nominal lebih besar dari 3,5 inchi maka digunakan tehnik DWSI, OD

nominal lebih kecil dari 3,5 inchi digunakan tehnik DWDI, Sedangkan

untuk plat digunakan tehnik SWSI

3. Pada inspeksi Exchanger di PT. SBS didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

U-Bend

Berdasarkan standar ASME V artikel 2, sensitivitas kurang

memenuhi syarat yaitu di atas 2 % karena kesalahan

pemakaian peny.

Pada posisi film 0-15 hasil inspeksi dinyatakan ACC,

sedangkan pada posisi 15-30 dan 30-0 dinyatakan reject

dan harus direpair.

Pipa inlet dan outlet

Berdasarkan standar ASME V artikel 2, sensitivitas kurang

memenuhi syarat yaitu di atas 2 % karena kesalahan

pemakaian peny.

Terdapat porosity jika dilihat dari posisi A, namun porosity

tersebut masih di tolelir karena dibawah 1/3 thickness.

4. Pada inspeksi Pipa boiler di PT. Polichem didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 88: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 88

Berdasarkan standar ASME V artikel 2, sensitivitas kurang

memenuhi syarat yaitu di atas 2 % karena kesalahan pemakaian

peny.

Terdapat porosity yang cukup signifikan sehingga harus dinyatakan

reject dan harus direpair

5. Pada inspeksi H-Beam di PT. KBI didapatkan kesimpulan sebagai

berikut :

Berdasarkan standar ASME V artikel 2, sensitivitas memenuhi

syarat yaitu di bawah 2 %.

Terdapat cacat yang berupa worm hole yang mengelompok

sehingga dinyatakan reject dan harus direpair.

6. Dalam ilmu Radiografi kenyataan di lapangan terkadang berbeda dengan

teori yang ada. Standar Operasional yang berbeda-beda, keadaan material

di lapangan yang tidak menunjang dan cost (biaya) menjadi faktor utama

yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Dalam dunia industri semua

factor tersebut sangat diperhitungkan karena berpengaruh terhadap

produktifitas.

5.2. Saran

Pengalaman selama melaksanakan Kerja Praktek di PT.Radiant Utama

Interinsco sangat berkesan dan memberikan banyak ilmu bagi penulis. Namun,

penulis ingin memberikan saran dan masukan demi kemajuan bersama, antara

lain :

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 89: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 89

1. Mengingat bahwa sumber radiasi gamma merupakan radiasi yang

berbahaya dan memiliki daya tembus yang tinggi, maka sebaiknya perlu

diperhatikan mengenai keselamatan para operator radiografi. Kedisiplinan

dalam penggunaan alat-alat proteksi radiasi seperti dosimeter saku dan

film badge jarang terealisasi. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya

PPR (Petugas Proteksi Radiasi) yang benar-benar bertugas sebagaimana

mestinya ketika inspeksi dilakukan.

2. Ketika operator radiografi dihadapkan pada suatu medan yang sulit untuk

menghindari paparan radiasi, maka prosedur keselamatanpun tak dapat

dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu penahan radiasi yang

bisa dipakai untuk bersembunyi dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari

sumber sehingga operator tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk

pemasangan film yang berulang-ulang. Namun, penahan radiasi tersebut

harus bersifat ringkas agar mudah dibawa.

DAFTAR PUSTAKA

1. RADIOGRAFI LEVEL 1 – Teknik Radiografi. 2008. Jakarta. Pusdiklat-BATAN.

2. ASME 2007 SECTION V, Article 2.

3. SOP PT. Radiant Utama Interinsco 2007.

4. http://en.wikipedia.org/wiki/Densitometer

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 90: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 90

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 91: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 91

LAMPIRAN

WALL THICKNESS REFERENCE

Nom. SCHEDULE

Size 10 20 30 STD 40 60 XS 80 100 120 140 160 XXS

1/8" 1,73 1,73 2,41

1/4" 2,24 2,24 3,02

3/8" 2,31 2,31 3,20

1/2" 2,77 2,77 3,73 4,78 7,47

3/4" 2,87 2,87 3,91 5,56 7,82

1" 3,38 3,38 4,55 6,35 9,09

1.1/4" 3,56 3,56 4,85 4,85 7,14 9,70

1.1/2" 3,68 3,68 5,08 5,08 7,14 10,16

2" 3,91 3,91 5,54 5,54 8,74 11,07

2.1/2" 5,16 5,16 7,01 7,01 9,53 14,02

3 5,49 5,49 7,62 7,62 11,13 15,24

3.1/2" 5,74 5,74 8,08 8,08 16,15

4" 6,02 6,02 8,56 8,56 11,13 13,49 18,80

5" 6,55 6,55 9,53 9,53 12,70 15,88 19,05

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 92: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 92

6" 7,11 7,11 10,97 10,97 14,27 18,26 21,95

8" 6,35 8,18 8,18 10,31 12,70 12,70 15,09 18,26 20,62 23,01 22,23

10" 6,35 9,17 9,27 12,70 12,70 15,09 18,26 21,44 25,4 25,58 25,40

12" 6,35 8,18 10,31 14,27 12,70 17,48 21,44 25,4 28,58 33,32 25,40

14" 6,35 7,92 9,53 9,53 11,13 15,09 12,70 19,05 25,4 27,79 31,75 35,71

16" 6,35 7,92 9,53 9,53 12,70 16,66 12,70 21,44 27,79 30,96 36,53 40,49

18" 6,35 7,92 11,13 9,53 14,27 19,05 12,70 23,83 30,96 34,93 39,67 45,24

20" 6,35 9,53 12,70 9,53 15,09 20,62 12,70 26,19 32,54 38,10 44,45 50,01

22" 6,35 9,53 12,70 9,53 22,23 12,70 28,58 34,93 41,28 47,63 53,98

24" 6,35 9,53 14,27 9,53 17,48 24,61 12,70 30,96 39,89 46,02 52,37 59,54

26" 7,92 12,70 15,88 9,53 12,70

28" 7,92 12,70 15,88 9,53 12,70

30" 7,92 12,70 15,88 9,53 12,70

32" 7,92 12,70 15,88 9,53 17,48 12,70

34" 7,92 12,70 15,88 9,53 17,48 12,70

36" 7,92 12,70 15,88 9,53 19,05 12,70

EDISI JULI'2009

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 93: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 93

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 94: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 94

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 95: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 95

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 96: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 96

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)

Page 97: 79682315 Laporan KP Radiografi Fahmy Copy

PT. RADIANT UTAMA INTERINSCO Tbk 97

STTN – BATANF Fahmy Faishal (020700183)