35
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI PERCOBAAN 5 IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU Disusun oleh : Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069) 2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071) 3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073) 4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075) Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2 Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno Tanggal Praktikum : 7 Desember 2015 Dosen Pembimbing : Harwoko, M.Sc.,Apt.

Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 5

IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU

Disusun oleh :

Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069)

2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071)

3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073)

4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075)

Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2

Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno

Tanggal Praktikum : 7 Desember 2015

Dosen Pembimbing : Harwoko, M.Sc.,Apt.

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

Page 2: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

1

IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mampu mengidentifikasi komponen penyusun jamu secara

organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik.

II. PENDAHULUAN

Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional Indonesia telah

dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, terbukti

dari adanya naskah lama. Kandungan bahan organik dari hasil metabolisme

sekunder yang terdapat pada tanaman sebagai bahan baku obat baru

tradisional merupakan identitas kimiawi dan ciri spesifik tanaman yang

berhubungan dengan efek farmakologis ditimbulkannya, karena metabolit

sekunder yang dihasilkan tanaman memiliki karakteristik untuk tiap genus,

spesies, dan varietas tertentu (Frans, 2007).

Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia

kesehatan semakin berkembang, hal ini didukung oleh perubahan cara pikir

masyarakat yang cenderung back to nature. Dewasa ini berbagai produk

obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit telah diciptakan dan

dikembangkan dengan menggunakan tumbuhan obat sekitar. Beberapa

produk tumbuhan obat yang beredar dan menjadi primadona dipasaran yaitu

tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan

bentuk kering dari tumbuh obat, dimana bentuk, aroma, rasa masih tampak

seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan

obat dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang

dikandung tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan

sebelum obat tersebut dikonsumsi. Sedangkan tumbuhan obat dalam bentuk

jamu biasanya sediaan obat dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma,

rasa pada tumbuhan obat sulit dikenali karena selain bentuknya yang seperti

serbuk biasanya sediaan obat dalam bentuk jamu terdiri dari beberapa jenis

tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan penggunaan untuk beberapa jenis

penyakit (Pramono, 2002).

Page 3: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

2

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut secara turun-menurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman (Hermanto, 2007). Jamu berasal dari

bahasa jawa kuno jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan

ramua, doa atau usodo (Trubus, 2010).

Pemeriksaan sediaan jamu secara mikroskopik digunakan untuk

menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dengan

mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada sediaan jamu. Secara

umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi dua macam

analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif

berfungsi untuk mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau simplisia yang

terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan

kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan dianalisis. Jamu

harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Klaim khasiat ditetapkan berdasarkan data empiris dan memenuhi

persyaratan mutu yang berlaku. Obat tradisional tidak boleh mengandung

bahan kimia obat (Frans, 2007).

Berdasarkan cara pembuatannya istilah jamu godhog dikenal

untuk menyebut rebusan simplisia segar dan kering. Lalu ada jamu seduh

untuk simplisia herbal yang dicampur dengan air panas tanpa proses

pemasakan (Trubus, 2010). Berdasarkan cara persiapannya, jamu dibedakan

berdasarkan dua kelompok besar yaitu, jamu yang mengandung satu jenis

tanaman obat dan jamu yang mengandung dua atau lebih tanaman obat.

Terdapat empat cara penyajian jamu tradisional yaitu, jamu segar, jamu

godhog, jamu seduhan, jamu olesan, dan cara modern yaitu, jamu dalam

bentuk pil, tablet atau kapsul (Riswan dan Roetmantyo, 2002).

Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu

didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum

memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati,

hewani dan pelikan yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh

Page 4: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

3

minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu

memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan.

Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta

identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat

didalamnya (MMI, 1995).

Pemeriksaan anatomi dari suatu simplisia memiliki karakteristik

tersendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau

penyusun jamu. Sebelum melakukan pemeriksaan makroskopik harus

dipahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya. Ciri

khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya

memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,

korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas

pengangkutnya. Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar dan

rimpang berupa periderm dan ritidorm (Egon, 1985).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kaca pembesar,

mikroskop, gelas obyek, kaca penutup, lampu spiritus, pipet tetes, spatula,

dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan campuran jamu berupa rajangan

dan bentuk serbuk, larutan kloral hidrat 70% LP, akuades.

IV. CARA KERJA

1. Jamu Rajangan

- Dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia penyusunnya

- Dilakukan uji makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu

- Ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut

Jamu Rajangan

Hasil

Page 5: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

4

2. Jamu Serbuk

- Dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik- Ditemukan fragmen khasnya- Ditemukan simplisia penyusunnya

V. DATA PENGAMATAN

a. Piring IA

Uji organoleptik

Simplisia Warna Rasa Bau

Zingiber officinale Rhizoma Coklat susu Pedas Khas

Orthosiphon aristatus Folium Coklat kehijauan Pahit Tidak berbau

Apium graveolens Herba Coklat terang Pahit khas

Allamanda cathartica Flos Coklat terang Pahit Khas

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Zingiber officinale Rhizoma 1,8 1,1

Orthosiphon aristatus Folium 3 1,2

Apium graveolens Herba 3,6 0,9

Allamanda cathartica Flos 2,6 2,5

b. Piring IB

Uji Organoleptik

Simplisia Warna Rasa Bau

Curcuma domestica Rhizoma Orange Khas Khas

Citrus sinensis Pericarpium Coklat

kekuningan

Pahit Khas

Allamanda cathartica Flos Coklat gelap Sepet khas

Orthosiphon aristatus Coklat kehijauan Pahit Tidak berbau

Hasil

Jamu Serbuk

Page 6: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

5

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Curcuma domestica Rhizoma 1,8 1,1

Citrus sinensis Pericarpium 2,3 2

Allamanda cathartica Flos 4,9 2

Orthosiphon aristatus Folium 3 1,2

3. Piring IIA

Uji Organoleptik

Simplisia Warna Bau Rasa

Carica papaya Folium Hijau Tidak berbau

Pahit

Zingiberis officinalis Rhizoma Putih Khas Pedas

Allamanda cathartica Flos Coklat Khas Pahit

Carica papaya Folium Coklat Khas Hambar

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Carica papaya Folium 2,9 2,5

Zingiberis officinalis Rhizoma 1,27 1,2

Allamanda cathartica Flos 8,7 4,8

Carica papaya Folium 6,1 0,35

4. Piring IIB

Uji Organoleptik

Page 7: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

6

Simplisia Warna Bau Rasa

Carica papaya Folium Hijau Tidak berbau

Pahit

Apium graveolens Caulis Coklat Khas Hambar

Curcuma domestica Rhizoma Oranye Khas Hambar

Citrus L Pericarpium Coklat oranye Khas sitrus Pahit

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Carica papaya Folium 4 3,87

Apium graveolens Caulis 4,3 1,1

Curcuma domestica Rhizoma 1,8 0,5

Citrus L Pericarpium 3,5 2,5

5. Piring IIIA

Uji Organoleptik

Simplisia Bau Warna Rasa

Zingiberis officinalis Rhizoma Khas aromatik Krem kecoklatan

Pedas, sedikit manis

Allamanda cathartica Flos Khas Hitam kecoklatan

Pahit

Carica papaya Folium Daun kering Atas: hijau tua, bawah: hijau muda

Pahit

Orthosiphon aristatus Folium Daun kering Hijau kecoklatan

Tidak berasa

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Page 8: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

7

Zingiberis officinalis Rhizoma 2 1,5

Allamanda cathartica Flos 7 2

Carica papaya Folium 3,5 1,5

Orthosiphon aristatus Folium 4,5 1

6. Piring IIIB

Uji Organoleptik

Simplisia Bau Warna Rasa

Curcuma domestica Rhizoma Khas Orange Pedas, sedikit manis

Citrus L Pericarpium Khas minyak atsiri

Luar: coklat, dalam: putih

kekuningan

Asam

Carica papaya Folium Daun kering Atas: hijau tua, bawah: hijau muda

Pahit

Orthosiphon aristatus Folium Daun kering Hijau kecoklatan

Tidak berasa

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Curcuma domestica Rhizoma 1,7 0,7

Citrus L Pericarpium 2 1,5

Carica papaya Folium 3,5 1,5

Orthosiphon aristatus Folium 4,5 1

7. Piring IVA

Uji Organoleptik

Simplisia Warna Bau Rasa

Amaranthus tricolor Folium Hijau kecoklatan Khas Tidak berasa

Curcuma domestica Rhizoma Kuning Khas Tidak berasa

Orthosiphon aristatus Folium Hijau kecoklatan Tidak berbau

Pahit

Page 9: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

8

Carica papaya Folium Hijau tua Khas Pahit

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Amaranthus tricolor Folium 2 1,3

Curcuma domestica Rhizoma 1,5 1

Orthosiphon aristatus Folium 2,5 0,5

Carica papaya Folium 11 5

8. Piring IVB

Uji Organoleptik

Simplisia Warna Bau Rasa

Zingiberis officinalis Rhizoma Putih Khas Pedas

Allamanda cathartica Flos Kuning kecoklatan

Khas Pahit

Apium graveolens Folium Hijau kecoklatan Khas Pahit

Apium graveolens Caulis Coklat Khas Pahit

Uji Makroskopik

Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Zingiberis officinalis Rhizoma 1,3 0,7

Allamanda cathartica Flos 9 8

Apium graveolens Folium 4 0,5

Apium graveolens Caulis 5 0,3

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi

dua macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuanitatif. Analisis

Page 10: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

9

kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasikan jenis dari suatu zat atau

simplisia yang terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif

yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan

dianalisis (Dharma, 1985).

Percobaan kali ini, dilakukan pengujian secara kualitatif obat

tradisional jamu biasanya yang dipergunakan untuk identifikasi atau

menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis tumbuhan

maupun hewan. Di dalam pemeriksaan kualitatif ini meliputi analisis

sebagai berikut (Dharma,1985):

1. Pengujian organoleptik yaitu untuk mengetahui kekhususan warna, bau

dan rasa dari simplisia yang diuji.

2. Pengujian makroskopik yaitu, pengujian yang dilakukan dengan

menggunakan kaca pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk

mencari kekhususan morfologi ukuran dan bentuk simplisia.

3. Pengujian mikroskopik yaitu pengujian yang dilakukan dengan

menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu yang sesuai dengan

keperluan simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial,

paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk

mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan khas dari simplisia

(Dharma,1985).

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat

tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan pengujian pendahuluan yaitu

organoleptik, dan pengujian makroskopik. Prosedur awal yang dilakukan

adalah jamu yang berupa rajangan dipisahkan terlebih dahulu dan

dikelompokkan berdasarkan simplisia penyusunnya. Lalu dilakukan uji

makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu,

kemudian ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu

tersebut. Setiap kelompok mendapatkan dua piring yang berisi jamu

rajangan. Hasil yang diperoleh pada piring IA berisi simplisia rimpang jahe,

daun kumis kucing, herba seledri, dan bunga terompet emas sedangkan

piring IB berisi simplisia rimpang kunyit, kulit jeruk, bunga terompet emas,

Page 11: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

10

dan daun kumis kucing. Piring II A berisi simplisia daun pepaya, rimpang

jahe, bunga terompet emas, dan batang seledri sedangkan pada piring II B

berisi simplisia daun pepaya, batang seledri, rimpang kunyit, dan kulit jeruk.

Piring III A berisi simplisia rimpang jahe, bunga terompet emas, daun

pepaya, dan daun kumis kucing sedangkan piring III B berisi simplisia

rimpang kunyit, kulit jeruk, daun pepaya, dan daun kumis kucing. Piring

IVA berisi simplisia daun bayam, rimpang kunyit, daun kumis kucing, dan

daun pepaya sedangkan piring IV B berisi simplisia rimpang jahe, batang

seledri, daun seledri, dan bunga terompet emas. Maka simplisia penyusun

jamu pada percobaan ini adalah simplisia yang telah dibuat sebelumnya

yaitu, Apium graveolens Herba (Herba Seledri), Citrus L Pericarpium (Kulit

Jeruk), Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit), Amaranthus

tricoloris Folium (Daun Bayam), Zingiberis officinalis Rhizoma (Rimpang

Jahe), Orthosiphon aristatus Folium (Daun Kumis Kucing), Allamanda

cathartica Flos (Bunga Terompet Emas), dan Carica papaya Folium (Daun

Pepaya). Berikut adalah hasil vs pustaka untuk pengujian organoleptik dan

makroskopik.

1. Zingiberis officinalis Rhizoma (Rimpang Jahe)

Pemerian berupa rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang

pendek, warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur

terbalik, pada setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk

potongan, panjang umumnya 3-4 cm, tebal 1-6,5 mm. Bagian luar berwarna

cokelat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang terdapat serat

bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang

terdapat berturut- turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga

jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut tersebar berwarna kelabu . Sel

kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan (Depkes RI,

2008).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik rimpang jahe

adalah berbentuk oval, pipih, berukuran panjang 3 cm dan lebar 0,85 cm.

Uji organoleptik rimpang jahe yang diperoleh adalah berwarma putih

Page 12: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

11

kecoklatan, berbau khas aromatik, dan berasa pedas. Hasil ini sudah sesuai

dengan literatur yang didapatkan.

2. Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit)

Pemerian berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga,

kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecokelatan; bau khas, rasa

agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; bentuk

hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3

cm, panjang 2-6 cm, tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak beraturan,

kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks

dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas patahan agak rata, berdebu,

warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan (Depkes RI, 2008).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik rimpang

kunyit adalah berbentuk panjang, melengkung, tidak beraturan, berukuran

dengan panjang 1,8 cm dan lebar 1 cm. Uji organoleptik rimpang kunyit

yang diperoleh adalah berwarna kuning kecoklatan, berbau khas, dan berasa

khas, manis, sedikit pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang

didapatkan.

3. Orthosiphon aristatus Folium (Daun Kumis Kucing)

Pemerian Berupa serpihan daun dan tangkai baik bersama maupun

terpisah, warna hijau kecokelatan, tidak berbau, rasa agak pahit, rapuh,

bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah

tombak, ujung lancip atau tumpul, panjang 2-12 cm, lebar 1-8 cm. Tangkai

daun persegi, warna agak ungu, panjang kurang lebih 1 cm. Helai daun

dengan tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit tajam

dan mcngglliling ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing.

Tulang daun menyirip halus dan bercabang sedikit (Depkes RI, 2008).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun kumis

kucing adalah berbentuk panjang, melengkung, mengkirut, berukuran

dengan panjang 3,2 cm dan lebar 1,4 cm. Mempunyai tulang daun menyirip.

Uji organoleptik daun kumis kucing yang diperoleh adalah berwarna hijau

Page 13: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

12

kecoklatan, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil ini sudah sesuai dengan

literatur yang didapatkan.

4. Apium graveolens Herba (Herba Seledri)

Warna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daun tanaman seledri

Apium graveolens L daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3,

helaian daun tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing tepi daun

beringgit. Batangnya biasanya sangat pendek, bersegi dan beralur

membujur. Aroma wangi bau menusuk aroma khas. Rasa agak sedikit pahit

(Dalimartha, 2008).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun seledri

adalah berbentuk oval, mengkirut, berukuran dengan panjang 3 cm dan

lebar 2,5 cm. Mempunyai tulang daun menjari. Uji organoleptik daun

seledri yang diperoleh adalah berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau, dan

berasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik batang seledri

adalah berbentuk panjang agak pipih, berukuran dengan panjang 3 cm dan

lebar 0,2 cm. Uji organoleptik batang seledri yang diperoleh adalah

berwarna hijau kekuningan, beraroma khas, dan berasa pahit. Hasil ini

sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

5. Amaranthus tricolor folium (Daun bayam)

Daun berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul,

pangkal runcing serta warnanya hijau. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian

bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga

diujung tangkai berbentuk bulir (Dalimartha, 2008).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun bayam

adalah berbentuk oval tidak beraturan, berukuran dengan panjang 7 cm dan

lebar 3 cm. Uji organoleptik daun bayam yang diperoleh adalah berwarna

hijau, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur

yang didapatkan.

Page 14: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

13

6. Citrus L Pericarpium (Kulit Jeruk)

Tanaman jeruk manis dapat mencapai ketinggian 3 – 10 m. Tangkai

daun 0,5 – 3,5 cm. Daun berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah

jeruk berbentuk bulat atau bulat rata dan memiliki kulit buah tebal (sekitar

0,3 – 0,5 cm), daging buah kuning, jingga atau kemerah – merahan. Daging

buah terbagi – bagi atas 8 – 13 segmen yang mengelilingi sumbu buah. Biji

jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau putih keabuan (Depkes

RI, 1989).

Pemanfaatan jeruk manis adalah untuk menambah daya tahan tubuh

karena mengandung vitamin C. Kulit jeruknya mengandung minyak atsiri

salah satunya yaitu limonen yang dapat meningkatkan peredaran darah,

meringankan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan batuk, serta dapat

menghalangi berkembang biaknya sel kanker dalam tubuh. Selain limonen,

kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil, dan terpinol yang berkhasiat

sebagai penenang. Kandungan sitronela dalam kulit jeruk berguna sebagai

anti nyamuk (Depkes RI, 2011). Di dalam jeruk juga terdapat protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin dan air (Depkes RI, 1989).

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik kulit jeruk

adalah berbentuk lonjong, panjang, dan melengkung. Berukuran dengan

panjang 3,3 cm dan lebar 1 cm. Uji organoleptik kulit jeruk yang diperoleh

adalah berwarna coklat tua, berbau khas jeruk, memiliki rasa pahit dan

sedikit asam. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

7. Carica papaya Folium (Daun Pepaya)

Menurut Dalimartha (2008), pada tanaman pepaya daunnya

berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat

silindris, juga berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat telur

dengan diameter 25-75 cm, daun berbagi menjari, ujung daun runcing,

pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan

bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah

daun. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet,

warna bunganya putih kekuningan.

Page 15: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

14

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun pepaya

adalah berukuran dengan panjang 3,5-11 cm dan lebar 2,5 cm. Uji

organoleptik daun pepaya yang diperoleh adalah berwarna hijau, tidak

berbau, memiliki rasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang

didapatkan.

8. Allamanda cathartica Flos (Bunga Terompet Emas)

Bunga terompet emas merupakan tanaman yang bisa mencapai

ketinggian 2 meter. Batangnya berkayu, silindris, terkulai, warna hijau,

permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai. Berdaun

tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna

hijau, bentuk jorong, panjang 5 - 15 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tebal,

ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan

bawah halus, bergetah. Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul

di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundi -

buliformis) - berwarna kuning, panjang mahkota 8 - 12 mm, daun mahkota

berlekatan (gamopetalus), diameter 5 – 7.5 cm. Buah kotak (capsula),

bulat, panjang +/- 1,5 cm, bentuk dengan biji segitiga, berwarna hijau

pucat saat muda - setelah tua menjadi hitam perbanyakan generatif (biji),

vegetatif (stek), berakar tunggang (Tjitrosoepomo, 2007)

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik bunga

terompet emas adalah berukuran dengan panjang 9 cm dan lebar 8 cm. Uji

organoleptik bunga terompet emas yang diperoleh adalah berwarna coklat

kekuningan, berbau khas, memiliki rasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan

literatur yang didapatkan.

Khasiat dari simplisia penyusun jamu antara lain :

1. Zingiberis officinallis Rhizoma

Menurut Heyne (1987), Zingiber Rhizoma (Rhizoma Zingiberis- akar

jahe) yang berupa umbi Zingerber officinale mengandung 6% bahan obat-

Page 16: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

15

obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai obat

resmi di 23 negara. Sejak dulu jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu

dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar

pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe

berguna sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala. Jahe

segar yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai obat luar untuk sebagai

obat mulas. Rasa dan aromanya pedas dapat menghangatkan tubuh dan

mengeluarkan keringat. Minyak atsirinya bermanfaat untuk menghilangkan

nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri. Air perasan umbinya (akar tongkat)

digunakan untuk penyakit katarak. Pada umumnya jahe dipakai sebagai

pencampur beberapa jenis obat yaitu sebagai obat batuk, rnengobati Iuka

luar dan dalam, melawan gatal (umbinya ditumbuk halus) dan untuk

mengobati gigitan ular.

2. Curcuma domestica L

Menurut Chang (1986), umbi akar Kunyit dipakai sebagai obat sakit

dada, perut, lengan sakit, sakit pada saat haid, luka-luka dan borok. Kunyit

dianggap sangat mujarab untuk menyembuhkan haid yang tidak teratur,

melancarkan aliran darah, melarutkan gumpalan darah dan dijadikan resep

untuk mengobati sakit perut, dada dan punggung.

3. Apium graveolens Herba

Menurut MMI (1989), kandungan kimia dari Apium graveolens

Herba antara lain flavonoid yang terdiri dari apiin, apigenin, isokuersitrin

berkhasiat sebagai anti inflamasi.

4. Orthosiphon aristatus Folium

Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth., suku

Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang dari 0,10%

(Depkes RI, 2008). Kandungan flavonoid sinensetin berkhasiat sebagai anti-

inflamasi dan anti-bakteri (Herliana, 2013).

5. Allamanda catharica Flos

Menurut Tjitrosoepomo (2007), daun alamanda catharica mengandung

alkaloida, kulit batang dan buahnya mengandung saponin, disamping itu

kulit batangnya juga mengandung tanin dan buahnya mengandung

Page 17: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

16

flavonoida dan polifenol. Bunga terompet emas diketahui memiliki

beberapa fungsi medis, salah satunya dapat dipakai sebagai laksatif. Getah

tanaman ini memiliki sifat antibakteri. Bunga terompet emas juga memiliki

sifat antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus.

6. Carica papaya Folium

Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang

diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain, saponin,

flavonoid, dan tannin. Enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan

dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk

menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan 12

ikatan peptida dalam protein sehingga protein akan menjadi terputus.

flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan

serangga. Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga

menghambat sistem pernapasan nyamuk yang dapat mengakibatkan nyamuk

Aedes aegypti mati. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki

aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan

menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian

kulit pada serangga (Nani dan Dian, 1996).

7. Amaranthus tricolor Folium

Daun bayam sangat baik bagi kesehatan ginjal dan organ pencernaan

karena bayam kaya akan serat seperti protein zat besi, kalsium, fosfor,

vitamin A, B dan C sehingga dapat mengatasi sembelit dan melancarkan

buang air besar. Kandungan gizi bayam yang kaya akan nutrisi juga dapat

menurunkan kolesterol, gula darah, menurunkan tekanan darah dan

melancarkan peredaran darah serta dapat mencegah kanker usus, diabetes

dan gagal ginjal (Ramadhan, 2009).

8. Citrus L Pericarpium (Kulit Jeruk)

Kandungan kimia dalam kulit jeruk manis adalah saponin, tanin,

flavonoid, dan terpenoid (Siburian, 2008). Kulit jeruknya mengandung

minyak atsiri salah satunya yaitu limonen yang dapat meningkatkan

Page 18: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

17

peredaran darah, meringankan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan

batuk, serta dapat menghalangi berkembang biaknya sel kanker dalam

tubuh. Selain limonen, kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil, dan

terpinol yang berkhasiat sebagai penenang. Kandungan sitronela dalam kulit

jeruk berguna sebagai anti nyamuk (Despkes RI, 2011). Di dalam jeruk juga

terdapat protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin dan air

(Depkes RI, 1989).

VII. KESIMPULAN

Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif sediaan jamu meliputi pengujian organoleptik, dan

uji makroskopik.

Identifikasi komponen jamu rajangan dapat dilakukan dengan cara

dipisahkan rajangan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia

penyusunnya lalu diuji makroskopik dan organoleptis pada setiap

simplisia penyusun jamu.

Uji organoleptik dan uji makroskopik pada percobaan yang

dilakukan sudah sesuai dengan literatur.

Setiap komponen jamu mempunyai senyawa kimia dan khasiat yang

berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1989, Vademekum Bahan Obat Alam, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Page 19: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

18

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, 29-34.

Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia Jilid VI, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2011, Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dharma, A.P., 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia, PN Balai Pustaka,

Jakarta.

Chang, H, But, P., Pharmacology and Application of Chinese Materia Medica,

Vol I, World Scientific, Singapura, 210-213.

Dalimartha, Setiawan, 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka

Bunda, Jakarta.

Dharma, A.P, 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia (Medicinal Plants in

Indonesian Traditional Medicine, Balai Pustaka, Jakarta.

Egon, S., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopis, ITB,

Bandung.

Frans A. Rumate, A.Ilham Makhmud, 2007, Peraturan Perundang-undangan

Bidang Farmasi dan Kesehatan, Fakultas Farmasi – Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Herliana, Ersi, 2013, Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal, Fmedia,

Jakarta.

Hermanto, N. S., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Heyne, K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III, Balitbang Kehutanan RI,

1755.

Nani, S. dan Dian S., 1996, Tinjauan Hasil Penelitian Tanaman Obat di

Berbagai Institut III, Jakarta.

Pramono, E., 2002, The Comercial use of traditional knowledge and

medicinal plants in Indonesia. Paper Submitted for Multistakeholder

Dialogue on Trade, Intelectual Property and Biological resources in

Page 20: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

19

Asia, BRAC Centre for Development Management, Ranjendrapur,

Bangladesh

Ramadhan, A.N., 2009, Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Rose Brand,

Tepung Beras Karya Tani dan Konsentrasi Santan Kelapa Terhadap

Karakteristik Rempeyek Bayam, Kumpulan Program Kreatifitas

Mahasiswa, UNPAS, Bandung.

Riswan ,S dan Roetmantyo, H.S., 2002, Jamu as Traditional Medicine in Java,

South Pacific Study, 23(1):1-10

Siburian, Rikson, 2008, Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri

dari Kulit Buah Jeruk Manis Asal Timor, Nusa Tenggara Timur, Jurnal

Natur Indonesia, 11(1) : 9-13.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2007, Morfologi Tumbuhan, UGM Press,

Yogyakarta.

Trubus, 2010, Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik, Trubus

Swadaya, Depok.

LAMPIRAN I

Pertanyaan

1. Apakah perbedaan antara jamu rebusan(godhogan) dengan seduhan?

Page 21: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

20

Jawab: jamu godhogan merupakan jamu tradisional yang terbuat dari

bahan-bahan segar atau kering yang direbus dalam waktu tertentu

kemudian air rebusan diminum. Sedangkan jamu seduhan merupakan

jamu yang terbuat dari berbagai macam tanaman obat yang disajikan

dengan cara langsung diseduh dengan air panas kemudian air seduhan

diminum.

2. Sebutkan bahan kimia obat (BKO) yang sering ditambahkan pada

komposisi jamu beserta efek sampingnya!

Jawab:

a. CTM dapat menyebabkan mengantuk, sukar menelan, ganguan

saluran cerna, tinnitus (telinga berdering), diplopia (penglihatan

ganda), stimulasi susunan saraf pusat terutama pada anak euphoria,

gelisah, sukar tidur, tremor dan kejang.

b. Parasetamol dalam penggunaan yanglama dapat menyebabkan

kerusakan hati.

c. Deksametason dapat menyebabkan moon face, retensi cairan dan

elektrolit, hiperglikemia, gangguan pertumbuhan, osteoporosis, daya

tahan terhadap infeksi menurun, miopi (kelemahan otot) gangguan

hormone, dan glaucoma (tekanan dalam bola mata meningkat).

d. Metampiron dapat menyebbkan gangguan saluran cerna seperti mual,

pendarahan lambung, rasa terbakar serta gangguan saraf seperti

tinnitus dan neuropati, gangguandarah, pembentukan sel darah

dihambat (anemia oplastik), agranulositosis, gangguan ginjal, syok,

kematian, dll.

e. Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah

(hipertensi), denyut jantung serta sulit tidur. Obat ini tidak boleh

digunakan pada pasien dengan riwayat penyakit arteri coroner, gagal

jantung kongesif, aritema atau stroke.

3. Berikan satu contoh ramuan jamu yang beredar di pasaran dan jelaskan

fungsi dari masing-masing bahan penyusunnya!

Page 22: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

21

Jawab:

Jamu buyung upik:

1. Curcumae Rhizome 400 mg

Berfungsi untuk penambah nafsu makan.

2. Zingiberis aromaticae Rhizome 500 mg

Berfungsi untuk penambah nafsu makan dan meringankan rasa nyeri.

3. Myristicae Semen 50 mg

Berfungsi untuk karminativa.

4. Burmani Cortex 50 mg (kulit kayu manis)

Berfungsi untuk antioksidan dan pewangi.

5. Bahan-bahan lainnya hingga 7.8 gr yang terdiri dari Curcumae

domestica Rhizome, Zingiberis Rhizome, Curcumae Aeruginosae,

Kaempferia Rhizome dll.

LAMPIRAN II

Hasil uji makroskopik Orthosiphon aristatus Folium

Hasil uji makroskopik Zingiber officinale Rhizoma

Hasil uji makroskopik Apium graveolens Herba

Page 23: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

22

Hasil uji makroskopik Curcuma domestica Rhizoma

Hasil uji makroskopik Citrus sinensis Pericarpium

Hasil uji makroskopik Orthosiphon aristatus Folium

Hasil uji makroskopik Alamanda catartica Flos

Piring IIA Piring IIB

II A : Daun Pepaya, Rimpang Jahe, Bunga Terompet Emas, Batang Seledri

Page 24: Web viewjurusan farmasi. fakultas ilmu-ilmu kesehatan. universitas jenderal soedirman. purwokerto. 2015. identifikasi komponen jamu. tujuan praktikum

23

II B : Daun Pepaya, Batang Seledri, Rimpang Kunyit, Kulit Jeruk

Piring IIA Piring IIIB

III A : Rimpang Jahe, Bunga Terompet, Daun Pepaya, Daun Kumis Kucing.

III B : Rimpang Kunyit, Kulit Jeruk, Daun Pepaya, Daun Kumis Kucing.

Piring IVA Piring IVB

IVA : Daun Bayam, Rimpang Kunyit, Daun Kumis Kucing, Daun Pepaya

IV B : Rimpang Jahe, Batang Seledri, Daun Seledri, Bunga Terompet