27
1 HAK KONSUMEN Penulis : David M.L Tobing, SH., M. Kn. Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN Setelah tiga belas tahun berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) masih dirasakan lemahnya implementasi dari UUPK terutama dalam hal menjamin hak-hak konsumen dan permasalahan penyelesaian sengketa konsumen. Semakin majunya perkembangan ekonomi suatu Negara yang juga berimbas dari perkembangan industri dan perekonomian dunia maka semakin diperlukan perangkat-perangkat hukum yang mengatur terjaminnya hak-hak konsumen guna menciptakan iklim usaha yang seimbang antara konsumen dan pelaku usaha. Kedudukan pelaku usaha dan konsumen memang sejak semula tidak seimbang mengingat pelaku usaha memiliki kemampuan pengetahuan tentang seluk beluk produksi barang dan pemberian jasa yang melebihi tingkat pengetahuan konsumen dan juga kemampuan akan permodalan dan posisi tawar yang lebih tinggi dari konsumen. Ketidak seimbangan terjadi dalam hubungan kontraktual antara konsumen dan pelaku usaha yang ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian sepihak yang sangat memberatkan konsumen sehingga menciptakan situasi dimana konsumen harus menerima begitu saja perjanjian yang telah disiapkan oleh pelaku usaha atau jika tidak menerima maka tidak akan mendapatkan barang dan atau jasa yang dibutuhkan (take it or leave it). Peran Negara Indonesia didalam melindungi segenap warganya dan dalam upaya menciptakan kesejahteraan umum dan masyarakat yang adil dan makmur diwujudkan dengan pembuatan UUPK. Dalam tahap ini Negara melakukan intervensi atas hubungan kontraktual antara konsmen dan pelaku usaha yang tidak lain bertujuan untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara konsumen dan pelaku usaha. Selain itu UUPK juga bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen dengan menumbuh kembangkan kesadaran, pengetahuan dan kepedulian konsumen untuk melindungi dirinya atau yang lebih dikenal dengan istilah konsumen cerdas. Dengan adanya UUPK diharapkan pelaku usaha tidak memandang lagi konsumen dengan sebelah mata melainkan semakin jujur dalam memproduksi dan memasarkan barang dan atau jasa sehingga terwujud pelaku usaha yang bertanggungjawab. Pengaturan perlindungan konsumen dalam suatu undang-undang tidak lain bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum dalam hubungan konsumen dan pelaku usaha dan juga kepastian hukum atas sengketa konsumen yang timbul dari pelaksanaan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha. UUPK merupakan Undang-Undang payung (umbrella act) terhadap undang-undang

A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

1

HAK KONSUMEN

Penulis : David M.L Tobing, SH., M. Kn.

Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN

Setelah tiga belas tahun berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) masih

dirasakan lemahnya implementasi dari UUPK terutama dalam hal menjamin hak-hak konsumen dan

permasalahan penyelesaian sengketa konsumen. Semakin majunya perkembangan ekonomi suatu

Negara yang juga berimbas dari perkembangan industri dan perekonomian dunia maka semakin

diperlukan perangkat-perangkat hukum yang mengatur terjaminnya hak-hak konsumen guna

menciptakan iklim usaha yang seimbang antara konsumen dan pelaku usaha.

Kedudukan pelaku usaha dan konsumen memang sejak semula tidak seimbang mengingat pelaku

usaha memiliki kemampuan pengetahuan tentang seluk beluk produksi barang dan pemberian jasa

yang melebihi tingkat pengetahuan konsumen dan juga kemampuan akan permodalan dan posisi

tawar yang lebih tinggi dari konsumen. Ketidak seimbangan terjadi dalam hubungan kontraktual

antara konsumen dan pelaku usaha yang ditandai dengan adanya perjanjian-perjanjian sepihak yang

sangat memberatkan konsumen sehingga menciptakan situasi dimana konsumen harus menerima

begitu saja perjanjian yang telah disiapkan oleh pelaku usaha atau jika tidak menerima maka tidak

akan mendapatkan barang dan atau jasa yang dibutuhkan (take it or leave it).

Peran Negara Indonesia didalam melindungi segenap warganya dan dalam upaya menciptakan

kesejahteraan umum dan masyarakat yang adil dan makmur diwujudkan dengan pembuatan UUPK.

Dalam tahap ini Negara melakukan intervensi atas hubungan kontraktual antara konsmen dan pelaku

usaha yang tidak lain bertujuan untuk menciptakan hubungan yang seimbang antara konsumen dan

pelaku usaha. Selain itu UUPK juga bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen

dengan menumbuh kembangkan kesadaran, pengetahuan dan kepedulian konsumen untuk melindungi

dirinya atau yang lebih dikenal dengan istilah konsumen cerdas. Dengan adanya UUPK diharapkan

pelaku usaha tidak memandang lagi konsumen dengan sebelah mata melainkan semakin jujur dalam

memproduksi dan memasarkan barang dan atau jasa sehingga terwujud pelaku usaha yang

bertanggungjawab.

Pengaturan perlindungan konsumen dalam suatu undang-undang tidak lain bertujuan untuk

menciptakan kepastian hukum dalam hubungan konsumen dan pelaku usaha dan juga kepastian

hukum atas sengketa konsumen yang timbul dari pelaksanaan hak dan kewajiban konsumen dan

pelaku usaha. UUPK merupakan Undang-Undang payung (umbrella act) terhadap undang-undang

Page 2: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

2

atau peraturan lain yang lebih focus dibidang kegiatan usaha maupun produksi yang berhubungan

langsung dengan konsumen. Harus diakui hingga lebih dari 10 tahun berlakunya UUPK belum

banyak peraturan-peraturan yang secara khusus mengatur lebih lanjut tentang perlindungan konsumen

bidang usaha tertentu namun saat ini sudah ada beberapa produk peraturan yang mengatur

perlindungan konsumen jasa keuangan yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1 tahun 2013

Tentang Perlindungan Konsumen (POJK). Peraturan OJK tentang Perlindungan Konsumen

menciptakan era baru dalam perlindungan konsumen karena secara spesifik mengatur perlindungan

konsumen jasa keuangan yaitu konsumen perbankan, asuransi, pasar modal dan juga pelaku jasa

keuangan non bank antara lain perusahan pembiayaan.

B. DEFINISI TERKAIT PERLINDUNGAN KONSUMEN

Ada beberapa definisi yang akan memberikan gambaran jelas tentang Perlindungan Konsumen, antara

lain:

1. Definisi dalam UUPK

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen.1

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak

untuk diperdagangkan.2

Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan

hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama sama

melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.3

Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun

tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,

dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.4

Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi

masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.5

1 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

2 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

3 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

4 Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 3: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

3

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non-Pemerintah

yang terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan

konsumen.6

2. Definisi dalam POJK

Konsumen adalah pihak-pihak yang menmpatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan

yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar

Modal, pemegang polis pada perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.7

Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Perusahaan

Efek, Penasehat Investasi, Bank Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan

Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Gadai, da Perusahaan Penjaminan, baik yang

melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah.8

Perlindungan konsumen adalah perlindungan terhadap Konsumen dengan cakupan perilaku

Pelaku Usaha Jasa Keuangan.9

C. HAK-HAK KONSUMEN

Hak mulai menjadi tema sentral perbincangan seiring dengan timbulnya Negara Negara nasional yang

mempersoalkan hubungan antar Negara dan warga Negara dan yang mengenai masalah masalah hak-

hak yang dimiliki individu bilamana ada, atau harus dimiliki oleh individu terhadap Negara terutama

terhadap pemerintah yang memerintah warga negaranya secara tirani.10

Undang-Undang Konsumen sendiri telah mengatur hak hak konsumen dimana hak konsumen pertama

kali dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat John F Kennedy yang dituangkan dalam Special

Message to the Congress on Protecting the Consumer Interest tertanggal 15 Maret 1962, , yaitu:11

1. Hak untuk keselamatan (The right to safety).

5 Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

6 Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

7 Pasal 1 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1 tahun 2013 Tentang Perlindungan Konsumen

8 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1 tahun 2013 Tentang Perlindungan Konsumen

9 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

10 Marzuki Peter Mahmud, Pengantar ilmu hukum, (Jakarta, kencana prenada media, 2008, hal 168

11 Special Message to the Congress on Protecting the Consumer Interest tertanggal 15 Maret 1962, Presiden

Jhon F. Kennedy. Dapat dilihat juga di http://www.presidency.ucsb.edu/ws/?pid=9108

Page 4: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

4

Harus dilindungi terhadap pemasaran barang yang berbahaya bagi kesehatan atau kehidupan (to

be protected against the marketing of goods which are hazardous to health or life).

2. Hak untuk diberitahu (The right to be informed).

Harus dilindungi terhadap penipuan, menipu, atau terlalu menyesatkan informasi, iklan,

pelabelan, atau praktik lain, dan untuk mengingat fakta-fakta yang dibutuhkan untuk membuat

pilihan informasi (to be protected against fraudulent, deceitful, or grossly misleading

information, advertising, labeling, or other practices, and to be given the facts he needs to

make an informed choice).

3. Hak untuk memilih (The right to choose).

Diyakinkan, sedapat mungkin, akses ke berbagai produk dan layanan dengan harga yang

kompetitif, dan dalam industri-industri di mana persaingan yang tidak bekerja dan Peraturan

Pemerintah digantikan, sebuah jaminan kualitas yang memuaskan dan layanan pada harga yang

wajar (to be assured, wherever possible, access to a variety of products and services at

competitive prices; and in those industries in which competition is not workable and

Government regulation is substituted, an assurance of satisfactory quality and service at fair

prices).

4. Hak untuk didengar (The right to be heard).

Untuk diyakinkan bahwa kepentingan konsumen akan menerima pertimbangan penuh dan

simpatik dalam perumusan kebijakan pemerintah, dan perlakuan yang adil dan cepat di

pengadilan administrasi (to be assured that consumer interests will receive full and sympathetic

consideration in the formulation of Government policy, and fair and expeditious treatment in its

administrative tribunals).

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa hak-hak konsumen adalah:12

Hak konsumen adalah:

a. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsurnsi barang dan/atau

jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

12

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 5: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

5

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau

jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban Konsumen yang diatur dalam dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, adalah:13

Kewajiban konsumen adalah:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan

barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Bahwa selain hak dan kewajiban konsumen tersebut, Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga

mengatur apa yang menjadi hak dan kewajiban pelaku usaha, yakni:

Hak pelaku usaha adalah:14

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai

tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa

konsumen;

13

Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen 14

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 6: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

6

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen

tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha adalah:15

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau

jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang

diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Lebih lanjut, Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha dapat kita kelompokkan dalam

beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap pembentukan usaha dan perancangan produk/jasa:

Contohnya:

- Pelaku usaha wajib memiliki perijinan umum terkait badan usahanya dan perijinan

khusus terkait praktek usahanya.

- Pelaku usaha wajib mendaftarkan/melaporkan produk yang akan ditawarkan.

- Pelaku usaha wajib memenuhi persyaratan yang berlaku terutama yang menyangkut

perlindungan konsumen.

2. Tahap permintaan dan penawaran:

15

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 7: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

7

Contohnya:

- Pelaku usaha harus menawarkan produk/jasa dengan baik dan benar, dan memberikan

informasi yang akurat, jujur, jelas dan tidak menyesatkan, dapat dimengerti, terbaru

(update), dan mudah diakses. (sesuai dengan Pasal 7 huruf b UUPK).

- Bahasa yang digunakan harus bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dapat

menggunakan bahasa asing namun harus disandingkan dengan bahasa Indonesia. (sesuai

dengan Pasal 31 UU Bendera, Bahasa, dan Lambang negara serta Lagu Kebangsaan).

- Pelaku usaha wajib memberitahukan konsumen apakah permintaan konsumen akan

layanan jasa tersebut diterima atau ditolak. Harus ada jangka waktu pemberitahuannya.

3. Tahap terjadinya perikatan/pembelian barang:

Contohnya:

- Pelaku usaha harus mencantumkan informasi tentang petunjuk penggunaan barang/buku

manual dalam bahasa Indonesia, adanya garansi purna jual, adanya label dan masa

berlaku produk (kadaluwarsa).

- Konsumen wajib memberikan data yang benar, membaca petunjuk selengkapnya,

beritikad baik, melakukan pembayaran sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

- Pelaku usaha harus menjaga kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen.

- Bahasa yang digunakan dalam perjanjian harus bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dapat menggunakan bahasa asing namun harus disandingkan dengan bahasa Indonesia.

- Kedudukan pelaku usaha dan konsumen dalam perjanjian yang dibuat dan ditandatangani

harus seimbang.

Cth: Dalam perjanjian derifatif, ada klausula yang menyatakan:

“Bahwa bank dapat membatalkan atau tidak melanjutkan transaksi secara sepihak

tetapi disisi lain nasabah tidak dibenarkan membatalkan kontrak.”

- Perjanjian tidak mengandung klausula baku yang bertentangan dengan peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku. (sesuai dengan Pasal 18 UUPK)

Cth: dalam Aplication Form, ada ketentuan sebagai berikut:

Page 8: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

8

“Nasabah dengan ini memberikan kuasa kepada Bank untuk mendebit rekening

nasabah tanpa pemberitahuan lebih dahulu, termasuk untuk mencairkan deposito

nasabah meskipun deposito tersebut belum jatuh tempo untuk melunasi seluruh

tagihan kartu kredit nasabah (termasuk tagihan pokok, bunga, biaya dan denda)”

atau

“Bank berhak mengubah syarat dan ketentuan yang berlaku tanpa pemberitahuan

sebelumnya.”

atau

“Pihak kreditur/dealer dapat menarik objek perjanjian tanpa pemberitahuan terlebih

dahulu kepada debitur/konsumen, dan segala biaya yang timbul akibat penarikan ini

akan dibebankan kepada debitur/konsumen”.

4. Tahap pemanfaatan produk:

- Pelaku usaha harus memberitahu akan adanya informasi terbaru mengenai perubahan

layanan, manfaat, biaya, resiko, syarat dan ketentuan.

- Pelaku usaha harus menjaga kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen.

(sesuai dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 23 tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE, UU No. 14 tahun 2008

tentang KIP)

- Pelaku usaha menyediakan layanan khusus kepada konsumen yang membutuhkan

kebutuhan khusus.

- Pelaku usaha wajib menyediakan layanan pengaduan konsumen. (sesuai dengan Pasal 4

huruf d UU PK).

- Layanan purna jual yang terintegrasi dan memudahkan pelayanan bagi konsumen.

Adanya pengaturan mengenai hak-hak dan kewajiban konsumen itu semata-mata ditujukan agar ada

kepastian hukum dan adanya jaminan bagi konsumen bahwa konsumen akan mendapatkan barang

dan/atau jasa sesuai dengan yang diinginkan.

D. POTRET PELANGGARAN HAK-HAK KONSUMEN

Page 9: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

9

Baik buruknya implementasi UUPK dalam hubungan konsumen dan pelaku usaha tercermin dari

banyaknya pelanggaran hak–hak konsumen sehingga semakin banyak pelanggaran hak-hak konsumen

maka semakin nyata pelaku usaha tidak melaksanakan UUPK dengan sepenuh hati. Meningkatnya

kasus pelanggaran hak-hak konsumen selain disebabkan oleh pelaku usaha sendiri juga disebabkan

dari ketidaktahuan dan sikap apatis dari konsumen itu sendiri apabila hak-haknya dilanggar sehingga

sangat jarang adanya pelanggaran hak konsumen yang diajukan ke peradilan.

Kasus kasus pelanggaran hak konsumen terjadi di berbagai bidang antara lain bidang perbankan,

bidang perparkiran, bidang angkutan jasa penerbangan, bidang perumahan, Hal ini terjadi di berbagai

bidang, baik itu untuk konsumen jasa perumahan, konsumen jasa kelistrikan, konsumen jasa

perbankan, konsumen produk obat-obatan, konsumen jasa kesehatan, dan berbagai bidang lainnnya.

Konsumen Perumahan

Dalam bidang jasa perumahan, pelanggaran hak konsumen berawal dari adanya janji-janji manis dari

pelaku usaha terhadap harga dan kualitas serta sarana dan prasarana rumah yang ditawarkan yang

pada umumnya berbeda dengan kenyataannya. Dalam brosur penawarannya pelaku usaha

menjanjikan akan dibuatkan fasilitas kolam renang atau taman namun kenyataaannya areal yang

digambarkan akan dibangun taman sebaliknya dibangun perumahan. Pelanggaran yang paling jelas

ditandai dengan diberlakukannya klausula-klausula baku yang dilarang oleh UUPK dalam Perjanjian

Pengikatan Jual Beli. Contohnya, tidak berimbangnya posisi antara konsumen dengan developer

dalam hal keterlambatan pembayaran oleh konsumen dan keterlambatan developer dalam

menyelesaikan pembangunan. Konsumen biasanya langsung dikenakan denda keterlambatan atas

setiap hari konsumen terlambat untuk membayarkan angsuran atau cicilan pembayaran rumah

tersebut, sedangkan developer diberi kelonggaran antara enam bulan hingga satu tahun atas

keterlambatan untuk menyelesaikan pembangunan tanpa ada denda atau ganti rugi. Dalam PPJB jual

beli rumah susun atau apartemen terdapat klausul bahwa apabila setelah unit apartemen telah selesai

dan terdapat kekurangan luas sebesar 10 persen dari luas yang dijadikan dasar jual beli maka

konsumen menyatakan tidak keberatan sebaliknya apabila terdapat kelebihan luas dari unit yang

dipesan konsumen diwajibkan membayar kelebihan luas tersebut. Beberapa putusan Mahkamah

Agung telah memenangkan konsumen dalam kasus pasal jebakan dalam PPJB antara lain kasus

Modern Land dan kasus Palm Residence Jambangan Surabaya. Kasus Palm Residence Jambangan

Surabaya dengan Martinus Teddy Arus Bahterawan ini adalah mengenai pasal jebakan yang ada

dalam PPJB. MA menyatakan surat pemesanan sepanjang mengenai pencantuman klausula baku

mengenai tidak dapatnya konsumen menuntut dan meminta uang kembali yang telah dibayar dan

penetapan denda batal demi hukum. MA beralasan dalam pasal 13 ayat 1 huruf c UU 8/1999 tentang

Page 10: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

10

Perlindungan Konsumen melarang dibuat atau dicantumkan klausul baku. Terutama tentang larangan

pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan jasa padahal

klausul yang demikian sudah dicantumkan dalam perjanjian pengikatan jual beli dan pemesanan

rumah.

Konsumen Listrik

Dalam bidang jasa kelistrikan, konsumen seringkali dirugikan akibat pemadaman listrik secara

sepihak yang dilakukan oleh pelaku usaha penyediaan tenaga listrik, dalam hal ini dilakukan oleh

Perusahaan Listrik Negara. Pemadaman Listrik jelas jelas melanggar hak konsumen karena

berdasarkan Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan pasal 29 dinyatakan16

konsumen berhak untuk mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan

yang baik. Selain itu sekitar tahun 2007, PLN menerapkan sistem PPOB (payment point online

banking) dalam melakukan pembayaran listrik dimana konsumen harus mengeluarkan biaya

tambahan berupa biaya administrasi apabila membayar tagihan listrik melalui loket pembayaran,

Bank maupun ATM. Biaya administrasi ini sebelumnya tidak ada alias gratis dan sebenarnya seluruh

biaya ini ditanggung oleh PLN karena dalam perjanjian PLN dan Bank sudah sangat jelas diatur

bahwa seluruh biaya yang timbul akibat pembayaran tagihan listrik yang dilakukan pelanggan melalui

sarana Bank menjadi tanggung jawab PLN. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada

tahun 2010 telah menyurati Menteri ESDM dan Menteri BUMN serta PLN agar tidak menerapkan

biaya administrasi tambahan dalam sistem PPOB dan mengembalikan uang konsumen yang ditarik

selama diberlakukannya sistem PPOB, mamun sayangnya saran dan rekomendasi BPKN ini tidak

dilaksanakan oleh PLN.

Konsumen Perbankan

Dalam bidang jasa perbankan, konsumen dipaksa untuk menandatangani perjanjian baku yang dibuat

secara sepihak oleh Bank. Selain itu konsumen tidak berdaya apabila Bank menerapkan biaya-biaya

tertentu yang jumlahnya lebih besar dari kelaziman apabila konsumen ingin mengajukan kredit

(contohnya, biaya administrasi, biaya pengurusan pembebanan Hak Tanggungan, dan lain

sebagainya). Nasabah bank yang menggunakan mesin ATM saat ini juga banyak dirugikan mengingat

Bank lalai memberikan pengamanan yang maksimal atas mesin ATM sehingga dapat disalahgunakan

oleh orang jahat (contohnya, banyaknya ATM yang tertelan karena adanya alat tertentu yang dipasang

di mesin ATM maupun adanya call center palsu yang nomornya ditempelkan pada mesin ATM).

16

Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang-Undang no. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan

Page 11: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

11

Beberapa kasus konsumen perbankan telah dimenangkan oleh konsumen antara lain kasus Agus

Soetopo melawan Standard Chartered Bank dimana Bank menerapkannya biaya administrasi bulanan

secara sepihak (sebelumnya gratis) tanpa sepengetahuan dan persetujuan nasabah. Bank berdalih

bahwa nasabah telah menandatangani formulir pembukaan rekening yang menyatakan bahwa nasabah

menyetujui apabila terdapat perubahan maupun penambahan aturan dikemudian hari sementara

klausul seperti itu termasuk klausula baku yang dilarang oleh UUPK yaitu larangan bagi pelaku usaha

untuk membuat perjanjian yang menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan, lanjutan dan atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha

dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan menyatakan bahwa Bank telah melakukan perbuatan melawan hukum karena menerapkan

biaya administrasi bulanan secara sepihak tanpa persetujuan konsumen dan menghukum bank untuk

mengembalikan uang konsumen yang telah diambil secara sepihak. Dalam kasus ini Bank pada

akhirnya mengembalikan uang konsumen. Perjanjian yang tidak seimbang juga menjadi permasalah

utama bagi konsumen perbankan. Dalam kasus PT. Permata Hijau Sawit dengan Citibank, Mahkamah

Agung menyatakan suatu perjanjian batal demi hukum karena mengandung ketidak seimbangan.

Dalam kasus tersebut terdapat klausula yang menyatakan bahwa bank bisa sewaktu waktu

menghentikan perjanjian sementara nasabah tidak dapat menghentikan perjanjian. Pada akhirnya

perjanjian dinyatakan batal demi hukum dan bank serta nasabah masing mengembalikan uang dari

transaksi yang pernah dilakukan.

Konsumen Perparkiran

Dalam bidang perparkiran, para pengelola parkir selalu mencantumkan klausula baku dalam tiket

parkir yang menyatakan “segala kehilangan/kerusakan bukan merupakan tanggung jawab pengelola

parkir”. Pencantuman klausula baku oleh pelaku usaha tersebut diatur oleh peraturan daerah yang

membebaskan tanggung jawab pelaku usaha apabila terjadi kerusakan atau kehilangan kendaraan

dalam area parkir yang dikelola oleh pelaku usaha. Hal ini bertentangan dengan undang-undang

perlindungan konsumen yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang mencantukan klausula baku

pengalihan tanggung jawab. Kasus Anie Gultom melawan Secure Parkir merupakan bukti perlawanan

konsumen jasa perparkiran dimana pada tahun 2000 konsumen mengajukan gugatan terhadap

pengelola parkir karena tidak mau beratanggung jawab atas hilangnya mobil milik konsumen.

Perjuangan konsumen untuk mendapatkan haknya hingga ke tingkat peninjauan kembali di

Mahkamah Agung memakan waktu sekitar 10 tahun ini membuahkan hasil dimana Mahkamah Agung

menghukum pengelola parkir untuk mengganti mobil yang hilang. Hingga saat ini telah ada 6 putusan

Mahkamah Agung tentang kehilangan kendaraan yaitu 3 putusan tentang ganti rugi kehilangan motor,

2 putusan ganti rugi kehilangan mobil dan 1 putusan ganti rugi kehilangan barang dalam kendaraan.

Page 12: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

12

Bahkan salah satu kasus kehilangan kendaraan dalam area parkir ini telah dijadikan sebagai landmark

decision pada tahun 2012, yaitu kasus Sumito Y. Viansyah melawan PT Securindo Packtama

Indonesia (Secure Parking). Pemerintah Daerah DKI Jakarta pun saat ini telah merevisi Perda

Perparkirannya yaitu dengan mencantumkan pasal yang menyatakan bahwa pengelola parkir

bertanggung jawab atas kerusakan dan atau hilangnya kendaran di area parkir dan melarang pengelola

parkir mencantumkan klausula-klausula yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku pada karcis

parkir. Permasalahan parkir lainnya yang sering timbul adanya pengenaan tarif parkir yang tidak

sesuai dengan aturan dimana pelaku usaha parkir menggenakan tarif melebihi dari yang

diperbolehkan Peraturan Gubernur atau walikota/ bupati. Kasus kenaikan tarif parkir sepihak ini

sudah pernah diajukan ke pengadilan yaitu pada tahun 2003 dan 2010 dan dimenangkan oleh

konsumen dimana dalam kasus tahun 2003 Majelis Hakim Agung pada Mahkamah Agung RI telah

memutuskan pengelola parkir telah melakukan tindakan melawan hukum dan dihukum untuk

membayar ganti rugi senilai selisih tarif parkir yang telah dibayarkan oleh konsumen.

Konsumen Penerbangan

Permasalahan keterlambatan keberangkatan atau delay merupakan peristiwa yang terjadi sehari hari

dalam dunia penerbangan. Keterlambatan yang diakibatkan oleh faktor cuaca atau force majeure

masih bisa ditolerir namun keterlambatan yang diakibatkan kelalaian maskapai adalah pelanggaran

hak-hak konsumen jasa penerbangan. Setelah adanya putusan perkara antara David Tobing melawan

Lion Air pada tahun 2008, yang menghukum maskapai untuk mengganti rugi kepada konsumen

akibat delay, konsumen jasa penerbangan mulai diperhatikan yaitu dengan terbitnya Keputusan

Menteri Perhubungan No. 25 Tahun 2008 yang mengatur tentang tanggung jawab maskapai apabila

terjadi keterlambatan yaitu dengan memberikan makanan dan minuman ringan, pengalihan ke

maskapai lain dan akomodasi berupa penginapan selama belum diberangkatkan. Aturan tentang

tanggung jawab pelaku usaha penerbangan kemudian diatur secara khusus melalui Peraturan Menteri

Perhubungan No. PM 77/2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara yang antara lain

mengharuskan pihak maskapai mengganti atau bertanggung jawab kepada penumpang atas segala

kehilangan atau kerusakan bagasi, pemberian ganti rugi berupa uang akibat delay lebih dari 4 jam,

pembatalan penerbangan maupun kecelakaan dalam penerbangan yang mengakibatkan kematian atau

luka-luka. Pada tahun 2012 Mahkamah Agung dalam perkara Hasjarjo Budi Wibowo melawan Air

Asia bahkan pernah memutuskan maskapai penerbangan Air Asia dihukum membayar ganti rugi atas

pembatalan penerbangan yaitu dengan ganti rugi materil senilai tiket maskapai lain yang harus dibeli

konsumen dan juga ganti rugi immaterial sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) karena

konsumen terlambat sampai ditempat tujuan untuk menjadi narasumber di suatu seminar. Dalam

kasus bagasi hilang antara Herlina Sunarti melawan Lion Air, Mahakamah Agung mengabulkan

Page 13: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

13

gugatan konsumen dan mewajibkan maskapai mengganti rugi atas bagasi yang hilang yang dinilai

seharga 25 juta rupiah. Ganti rugi tersebut jauh lebih besar dari aturan penggantian bagasi hilang pada

waktu itu. Kasus terbaru adalah Mahkamah Agung kembali menghukum maskapai penerbangan Lion

Air terkait kasus hilangnya bagasi penumpang atas nama Robert Mangatas Silitonga. Lion Air

diperintahkan membayar kerugian materil Rp 19,1 juta dan immateril Rp 19,1 juta.

Konsumen Lainnya

Dalam bidang kesehatan, konsumen harus dilindungi dalam bidang asuransi kesehatan ataupun

malpraktek. Demikian juga dalam bidang lainnya yang melibatkan konsumen, pelaku usaha tidak

dapat melakukan tindakan yang merugikan konsumen.

E. UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

Untuk menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha, UU Perlindungan Konsumen

menyebutkan sebagai berikut:17

1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas

menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada

di lingkungan peradilan umum.

2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan

berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak

menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

4. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan

melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh

salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Pada umumnya, metode penyelesaian sengketa konsumen dibagi dalam dua, yaitu:

1. Penyelesaian diluar lembaga/peradilan umum.

17

Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 14: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

14

Penyelesaian ini adalah penyelesaian yang dilakukan antara pelaku usaha dengan konsumen

dengan cara melakukan mediasi baik secara langsung ataupun dengan melibatkan mediator atau

fasilitator.

a.Penyelesaian antara konsumen dengan pelaku usaha.

Penyelesaian ini ada yang berdasarkan inisiatif pelaku usaha untuk meminta masukan

atau pengaduan dari konsumen, yaitu melalui melakukan kunjungan ke konsumen,

menyediakan formulir kritik dan saran, SMS pengaduan, pengaduan berbasis web, call

centre, dan berbagai cara lainnya. Setelah ada masukan dari konsumen, pelaku usaha

memberikan penyelesaian atas permasalahan yang timbul. Ada juga berdasarkan inisiatif

konsumen melalui suara pembaca pada media cetak atau media elektronik, atau

pengaduan langsung dari konsumen ke pelaku usaha. Setelah adanya pengaduan dari

konsumen, pelaku usaha memberikan penyelesaian atas permasalahan yang timbul.

Pelaku Usaha yang mempunyai bidang usaha sejenis biasanya membentuk suatu asosiasi

atau perkumpulan dan ada yang sudah mempunyai kode etik atau SOP pelayanan

pengaduan konsumen. Konsumen juga dapat mengadukan pelaku usaha melalui Asosiasi

maupun perkumpulan apabila terjadi pelanggaran hak-hak konsumen, misalnya Asosiasi

Pusat Perbelanjaan Indonesia membuka hotline pengaduan melalui saluran telepon.

b. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

BPKN mempunyai fungsi untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah

dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia. Dalam

melaksanakan fungsinya tersebut BPKN antara lain mempunyai tugas menerima

pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, lembaga perlindungan

konsumen swadaya masyarakat dan pelaku usaha. Sejak tanggal 27 Mei 2013 BPKN

membuka call center pengaduan konsumen dengan nomor 153 dimana segala permasalah

konsumen dapat diterima pengaduannya melalui nomor tersebut untuk selanjutnya

diverifikasi dan diupayakan penyelesaiannya melalui BPKN maupun pihak-pihak terkait.

c.Direktorat Pemberdayaan Konsumen.

Direktorat Pemberdayaan Konsumen merupakan salah satu unit kerja yang berada di

bawah Direktorat Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian

Perdagangan. Adapun fungsi dan peran Direktorat Pemberdayaan Konsumen sangat

Page 15: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

15

terkait dengan penanganan isu-isu konsumen yang melekat dengan pembangunan sektor

perdagangan.

Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sesuai UU

Perlindungan Konsumen yang berada pada Menteri Perdagangan secara hierarki

(struktural dan fungsinya) dilimpahkan kepada Direktorat Jenderal Standardisasi dan

Perlindungan Konsumen yang diteruskan kepada Direktorat Pemberdayaan Konsumen.

Fungsi dari Direktorat Pemberdayaan Konsumen ini adalah:

- Menjelaskan dalam konteks pembinaan dan edukasi mengenai hak dan kewajiban

konsumen dan pelaku usaha berdasarkan hukum konsumen yang berlaku;

- Penyampaian informasi tentang pemanfaatan yang aman atas suatu produk;

- Memfokuskan pada kelompok konsumen tertentu yang mempunyai kendala dalam

mengakses informasi, atau mereka berpotensi terperangkap dalam kesepakatan

transaksi yang merugikan dirinya.

d. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM)

YLKI merupakan salah satu pionir LPKSM yang sejak berdirinya dan terus menerus

mengadvokasi konsumen. YLKI merupakan sebuah organisasi masyarakat yang bersifat

nirlaba dan independen. Dasar utama dan sumber YLKI dalam bertindak adalah keluhan

konsumen. Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh Konsumen, YLKI akan

menindaklanjutinya kepada Pelaku Usaha dengan menempuh jalan mediasi terlebih

dahulu.

e. Otoritas Jasa Keuangan.

OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang

mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan

penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Dalam strutur OJK terdapat Komisioner bidang edukasi dan perlindungan konsumen

dan OJK sendiri telah menerbitkan Peraturan OJK NO. 1 tahun 2013 tentang

Perlindungan Konsumen. Peraturan OJK tersebut mengangkat hak hak pelaku jasa

keungan dan didalamnya juga mengatur mekanisme pengaduan sengketa konsumen

dan alternative penyelesaiannya.

2. Penyelesaian melalui lembaga/peradilan umum.

Page 16: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

16

Penyelesaian ini adalah penyelesaian yang dilakukan antara pelaku usaha dengan konsumen

dengan cara menempuh peradilan umum atau khusus.

a.Badan Arbitrase

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa.18

b. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

BPSK dibentuk berdasarkan Pasal 49 UU PK, dimana ketentuan mengenai Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang BPSK (Pasal 53 dan 54 UU PK) diatur lebih lanjut berdasarkan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI nomor

350/MPP/Kep/12/2001.

Tugas BPSK antara lain:19

- melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara

melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;

- memberikan konsultasi perlindungan konsumen;

- melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;

- melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam

Undang-undang ini;

- menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang

terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;

- melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen;

- memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap

perlindungan konsumen;

- memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang

dianggap mengetahui pelanggaran terhadap Undang-undang ini;

18

Pasal 1 ayat (1) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa 19

Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 17: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

17

- meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,

atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang tidak

bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen;

- mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna

penyelidikan dan / atau pemeriksaan;

- memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen;

- memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran

terhadap perlindungan konsumen;

- menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan

Undang-undang ini.

c.Peradilan Umum.

Langkah ini adalah penyelesaian permasalahan konsumen dengan pelaku usaha melalui

pengadilan negeri yang berwenang, yaitu dengan cara konsumen mangajukan gugatan

kepada pelaku usaha.

- Gugatan contentiosa

Gugatan contentiosa ini adalah gugatan perdata dalam praktik. Dalam perundang-

undangan, istilah yang dipergunakan adalah gugatan perdata atau gugatan saja.

Gugatan contentiosa adalah gugatan perdata yang mengandung sengketa diantara

para pihak yang berperkara yang pemeriksaan penyelesaiannya diberikan dan

diajukan kepada pengadilan.20

- Class Action atau Gugatan Perwakilan Kelompok

Gugatan Perwakilan Kelompok adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam

mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk

diri atau diri-diri mereka sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang

jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil

kelompok dan anggota kelompok dimaksud.21

20

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan

Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm.47. 21

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Acara Gugatan Perwakilan

Kelompok

Page 18: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

18

- Gugatan Legal Standing oleh Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat (LPKSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat dapat mengajukan gugatan untuk kepentingan

masyarakat dalam perkara perlindungan konsumen.22

Tugas LPKSM antara lain:23

1. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan

kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

2. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

3. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen;

4. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima

keluhan atau pengaduan konsumen;

5. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap

pelaksanaan perlindungan konsumen.

- Gugatan Legal Standing oleh pemerintah dan/atau instansi terkait.

Pemerintah dapat mengajukan gugatan kepada pelaku usaha demi kepentingan

konsumen. Dasar hukumnya ada dua, yaitu:

1. Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Pasal 46 ayat (1) huruf d

Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh:

Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar

dan/atau korban yang tidak sedikit.

2. Undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 30 ayat (1) huruf b

22

Pasal 46 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen 23

Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 tahun 199 tentang Perlindungan Konsumen

Page 19: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

19

Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang

melakukan pembelaan hukum, yang meliputi:

mengajukan gugatan:

1. untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang

dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada

di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud

maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik;

dan/atau;

2. untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan

kerugian pada Konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan sebagai

akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.

d. Laporan Polisi

Jika terjadi tindak pidana konsumen maka Polisi dapat bertindak walaupun tanpa adanya

pengaduan dari konsumen itu sendiri. Hal ini didasarkan pada jenis delik tindak pidana

konsumen adalah delik umum. Di Kepolisian Negara RI perkara-perkara konsumen

biasanya ditangani di tingkat Kepolisian Daerah Direktorat Kriminal Khusus, Unit

Industri dan Perdagangan dan di tingkat Mabes Polri Direktorat Tindak Pidana tertentu.

UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BPKN pasal 31 - pasal 43 UU PK

BPKN pasal 31 - pasal 43 UU PK

Page 20: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

20

Bagan Lembaga/Instansi Perlindungan Konsumen

Page 21: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

21

Bagan Lembaga Perwakilan Konsumen

Direktorat Pemberdayaan Konsumen

LPKSM Pasal 44 UU PK

BPKN pasal 31 - pasal 43 UU PK

Lembaga Mediasi Perbankan

Badan Mediasi Asuransi Indonesia

Otoritas jasa Keuangan

YLKI

LEMBAGA PERWAKILAN KONSUMEN

Page 22: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

22

Bagan Penyelesaian Sengketa Konsumen

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

ARBITRASE

BPSK

PENGADILAN

LAPORAN POLISI

MELALUI PERADILAN UMUM

- Kerahasiaan para pihak dan kasusnya

- Cepat - Ditangani oleh ahli - Dapat memilih hukum

- Proses cepat - Penyelesaian sengketa

tergantung pada kesukarelaan para pihak

- Putusan mengikat - Ada preseden - Independensi - Dapat dieksekusi

- Sanksi tegas - Ada efek jera

OTORITAS JASA KEUANGAN

- Penyelesaian sengketa di luar proses litigasi

- khusus konsumen jasa keuangan

PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN

BPKN

DIREKTORAT PEMBERDAYAAN

KONSUMEN

LPKSM/YLKI

DILUAR PERADILAN UMUM

- Penyelesaian efisien karena langsung antara pelaku usaha dengan konsumen

- Penyaluran penyelesaian sengketa ke pihak-pihak terkait

- lebih cepat - murah - prosesnya sederhana

- LPKSM/YLKI bersifat menengahi

- Penyelesaian masalah berdasarkan kesepakatan para pihak

Page 23: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

23

F. DASAR HUKUM PENGADUAN KONSUMEN

Dasar hukum pengaduan konsumen atas sengketa konsumen dengan pelaku usaha adalah

wanprestasi atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha. Kedua dasar

hukum ini lazim digunakan di gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri. Apabila hubungan

konsumen dan pelaku usaha diikat dengan kontrak atau perjanjian maka dasar hukum yang dipakai

adalah wanprestasi dan apabila hubungan tersebut tidak terikat oleh perjanjian namun diatur oleh

ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku maka dasar hukum pengaduan dengan perbuatan

melawan hukum. Di dalam praktek pengadilan walaupun hubungan konsumen dan pelaku usaha

ditandai dengan perjanjian namun tidak selalu dasar hukum pengaduannya menggunakan

wanprestasi. Hal ini disebabkan oleh adanya pasal-pasal dari perjanjian yang bertentangan dengan

hukum maupun yang dibuat dengan cara melawan hukum, sehingga dasar hukum yang dipakai

adalah perbuatan melawan hukum. Contohnya dalam gugatan kehilangan mobil maupun delay

pesawat, pelaku usaha tidak digugat dengan wanprestasi karena tidak menjaga mobil dengan baik

atau tidak menerbangkan penumpang dengan tepat waktu. Hal ini disebabkan karena dalam tiket

parkir tertera klausula yang mencantumkan pengalihan tanggung jawab pengelola parkir apabila

mobil hilang dan dalam tiket pesawat juga tertera klausula yang menyatakan bahwa maskapai tidak

bertanggung jawab apabila terjadi keterlambatan pengangkutan barang dan penumpang. Klausula–

klausula tersebut dilarang oleh UU Perlindungan Konsumen.

Wanprestasi

Page 24: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

24

Prestasi adalah sesuatu yang dapat dituntut. Jadi dalam suatu perjanjian suatu pihak (biasanya

kreditur/ berpiutang) menuntut prestasi pada pihak lainnya (biasanya debitur/ berutang). Menurut

Pasal 1234 KUHPerdata prestasi terbagi dalam 3 macam:

a. Prestasi untuk menyerahkan sesuatu (prestasi ini terdapat dalam Pasal 1237 KUHPerdata);

b. Prestasi untuk melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu (prestasi jenis ini terdapat dalam

Pasal 1239 KUHPerdata); dan

c. Prestasi untuk tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu (prestasi jenis ini terdapat dalam

Pasal 1239 KUHPerdata).

Apabila seseorang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian itu, maka kewajiban pihak

tersebut untuk melaksanakan atau mentaatinya.

Apabila seorang yang telah ditetapkan prestasi sesuai dengan perjanjian tersebut tidak

melaksanakan atau tidak memenuhi prestasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka orang

tersebut disebut melakukan wanprestasi.

Subekti mengkategorikan wanprestasi ke dalam perbuatan-perbuatan sebagai berikut:24

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Bahwa berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan adanya perbuatan

wanprestasi yang dilakukan oleh pelaku usaha, telah melahirkan hak bagi konsumen untuk

menuntut segala kerugian, bunga dan biaya yang diakibatkan oleh perbuatan wanprestasi

24

R. Subekti, Hukum Perjanjian, cet. 19, (Jakarta : PT. Intermasa, 2002), hal. 45

Page 25: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

25

tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

menyatakan sebagai berikut:

“Penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah

mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya,

tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat

diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.

Dalam hubungan konsumen dan pelaku usaha yang berdasarkan kontrak atau perjanjian biasanya

konsumen diposisikan pada pihak yang lemah yang ditandai dengan perjanjian yang sepihak dan

berat sebelah. Perjanjian yang demikian dapat berakibat adanya dasar pembenar maupun unsur

pemaaf apabila pelaku usaha melakukan wanprestasi. Pelaku usaha akan membuat klausula-

klausula baku yang pada intinya membatasi dan atau membebaskan pelaku usaha dari kelalaiannya

dalam melaksanakan kewajiban dan juga membatasi konsumen untuk menuntut hak-haknya.

Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) diatur dalam pasal 1365 sampai dengan pasal

1380 KUHPerdata. Tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain,

mewajibkan pembuat yang bersalah untuk mengganti kerugian (pasal 1365 KUHPerdata).

Dinamakan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum pada

umumnya. Hukum bukan saja berupa ketentuan-ketentuan undang-undang, tetapi juga aturan-

aturan hukum tidak tertulis, yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat. Hukum berupa

ketentuan undang-undang dalam sengketa konsumen tidak terbatas pada yang diatur dalam UU

Perlindungan Konsumen melainkan juga Undang-Undang lain yang mengatur kepentingan

konsumen dan yang paling umum adalah ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata misalnya ketentuan tentang penitipan barang. Sementara aturan-aturan tidak tertulis

adalah segala ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen dimana

ketentuan tersebut dilanggar dengan aktif maupun pasif. Perbuatan melawan hukum bukan saja

menimbulkan kerugian materi melainkan kerugian imateri yang dapat dinilai dengan uang oleh

keputusan Hakim. Dalam undang-Undang Perlindungan Konsumen ganti rugi bukan hanya

pengembalian uang atau barang sejenis melainkan juga perawatan kesehatan dan atau pemberian

santunan. Kerugian yang ditimbulkan itu harus disebabkan karena perbuatan yang melawan hukum

itu; antara lain kerugian-kerugian dan perbuatan itu harus ada hubungannya yang langsung;

Page 26: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

26

kerugian itu disebabkan karena kesalahan pembuat. Kesalahan adalah apabila pada pelaku ada

kesengajaan atau kealpaan (kelalaian).

Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana ketentuan pasal 1365 KUH Perdata yang berisi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian

tersebut.”

Bahwa sebagaimana berlaku dalam Yurisprudensi sejak Putusan Hoge Raad 1919 Arrest 31 Januari

1919, mengenai Perbuatan Melawan Hukum yang telah diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata dan

masih berlaku hingga saat ini, maka Perbuatan Melawan Hukum merupakan perbuatan tidak saja

melanggar undang-undang negara, tetapi juga termasuk pada bertentangan dengan kewajiban

hukum si pelaku, melanggar hak subyektif orang lain, melanggar kaidah tata susila dan perbuatan

tersebut bertentangan kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki oleh

seseorang dalam pergaulan seseama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain;

Dalam beberapa putusan perkara konsumen, ganti rugi tidak hanya atas kerugian materiil, tetapi

juga atas kerugian immaterial (kasus Hasjarjo Budi Wibowo melawan Air Asia) dan juga hukuman

bagi pelaku usaha untuk melakukan tindakan tertantu (kasus Ludmilla Arif melawan Nissan

March)

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BERBAGAI SALURAN PENGADUAN KONSUMEN

Idealnya, penyelesaian sengketa konsumen dan pelaku usaha sebaiknya diselesaikan secara mediasi

antara konsumen dengan pelaku usaha agar tercapai solusi yang menguntungkan bagi kedua belah

pihak.

Selain penyelesaian yang cepat dan tidak mengeluarkan biaya yang banyak, solusi ini dapat

menjaga agar nama baik pelaku usaha tidak terganggu akibat pemberitaan yang akan beredar

dikarenakan permasalahan tersebut diselesaikan langsung antara konsumen dengan pelaku usaha

sehingga tidak terekspos secara luas.

Penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha yang dilakukan diluar lembaga/peradilan

umum yang diselesaikan melalui Direktorat Pemberdayaan Konsumen atau Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat seperti YLKI hanya berlaku untuk kasus tertentu yang melibatkan

Page 27: A. PERLUNYA UU PERLINDUNGAN KONSUMEN - bpkn.go.id · Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi 1perlindungan kepada konsumen. Konsumen

27

konsumen dan pelaku usaha tertentu sehingga bentuk penyelesaian sengketa serta ganti rugi yang

dibayarkan tidak transparan. Bentuk penyelesaian sengketanya pun berupa perdamaian melalui

proses mediasi sehingga tidak mengikat konsumen lain dan kasus lain.

Penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha yang dilakukan melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen atau peradilan umum adalah penyelesaian yang paling efektif dikarenakan ada

sanksi terhadap pelaku usaha jika tidak melaksanakan putusan lembaga peradilan tersebut. Sisi

negatif penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha melalui jalur ini adalah proses yang

rumit, biaya yang banyak dan waktu yang sangat lama. Putusan Hakim tersebut hanya bersifat

personal dan kasusistik, artinya tidak berlaku untuk pelaku usaha lain pada kasus sejenisnya.25

Penulis :

David M.L Tobing, SH., M. Kn.

Anggota Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)

Catatan:

Tulisan ini termuat dalam Buku Panduan Bantuan Hukum Indonesia,

Diterbitkan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AUS AID, Tahun 2014.

25

Pasal 21 Algemeine Bepalingen van Wertgiving Voor Indonesie (AB) larangan bagi Hakim untuk mengeluarkan

putusan yang mengikat setiap orang (umum).