Aben 1 Varicell( Refrat )

  • Upload
    bul-jes

  • View
    104

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II VARISELA 2.2.1 Definisi Varisela Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel 2.1 Etiologi Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion bodies) 1,4,5 . VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster 2.2.4 Epidemiologi Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .

Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari 2.2.4 Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi. 1. Stadium Prodormal timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise . 2. Stadium erupsi 1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit dew drops on rose petals tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat

seperti tetesan air mata/embun tear drops. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan parutVarisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000 kelamilan). Sekitar 17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela pada 20 minggu pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit (cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis lainnya. Defisit neurologis yang mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala verisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada 25-30 %

karena mereka mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus

Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi yang terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun2.2.5 Komplikasi Varisela Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi diantaranya adalah: 1. Infeksi sekunder dengan bakteri Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, scarlet fever, atau sepsis2,7. 2. Varisela Pneumonia Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada kedua paru 3. Reye sindrom letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan

varisela harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta amonia1,2,7 . 4. Ensefalitis Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1 pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan1 . 5. Hemorrargis varisela terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata (purpura fulminan)7 . 6. Hepatitis 7. Komplikasi lain Komplikasi yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis optic, myelitis tranversa, orkitis dan arthritis. 2.3.4 Terapi Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh darah, maka pada varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat diberikan obat anti virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit

neurologis seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang2 . Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat antivirus secepat mungkin2 . Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster dengan komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir yang umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya 2.4 Pencegahan 1. Vaksinasi Vaksin varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari setelah kontak. vaksin varisela semula berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan (live attenuated). mengingat harga vaksin varisela yang cukup mahal, sehingga cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan daya perlindungan vaksin hanya selama 10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak dengan usia kurang dari 12 tahun dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa

anak yang telah divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah orang dewasa yang menderita varisela. Karena varisela pada ibu hamil cenderung menjadi berat dan beresiko terhadap anaknya maka imunisasi varisela dianjurkan untuk diberikan saat anak berusia 12 tahun. Di negara barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada umur berapapun jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi sebayak 2 dosis, dengan selang waktu 4-8 minggu8. Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi varisela adalah: Jika

mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya

reaksi terhadap vaksinasi varisela.

Orang-orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi varisela sampai mereka sembuh

Wanita hamil harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka melahirkan. Wanita yang baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan sebelum terjadinya kehamilan.

Beberapa

orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi

varisela yang ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah;Orang yang terkena virus HIV/IDS,

atau penyakit lain yang mempengaruhi

status imunitasnya.Orang-orang yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan

yang

mempengatuhi status imunitasnya, seperti steroid selama 2 mingguorang yang menderita kanker

orang-orang yang sedang diterapi dengan sinar-x atau

obat sitostatik

Orang-orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-produk darah lain. Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah : 1. RinganNyeri,

bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)

Demam (1:10) Ruam ringan

yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien

ini dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya, namun hal ini jarang terjadi. 2. Sedang Nyeri,

dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak

bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000) 3. BeratPneumonia (sangat jarang). Reaksi serebral8 .

Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak, mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan perubahan perilaku8 . 2. Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9 hari setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai

imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk terkena varisela. 3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya anak-anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau bayi kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit. Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10 kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625 IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari menjadi 35 hari3,5,7. 2.5 Prognosis Pada anak-anak sehat, prognosis varisela lebih baik dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus dan anak yang menderita leukemia, imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi sehingga angka kematian meningkat. Pada neonatus kematian umumnya disebabkan karena gagal napas akut, sedangkan pada anak dengan degenerasi maligna dan immunodefisiensi tanpa vaksinasi atau pengobatan antivirus, kematian biasanya disebabkan oleh komplikasinya. Komplikasi tersering yang menyebabkan kematian adalah pneumonia dan ensefalitis1 .

BAB III KESIMPULAN Varisela dan Herpes Zoster adalah dua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda, namun keduanya disebabkan oleh virus yang sama yaitu VZV (Varicella Zoster Virus). Varisela merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 5-9 tahun. Kasus varisela meningkat pada musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Namun kasus ini dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi padat. Varisela pada anak akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih ringan dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak sehat varisela biasanya ringan, namun pada anak dengan sistem imun yang menurun karena degenerasi maligna, immunodefisiensi, ataupun pada anak dengan pengobatan immunosupresan, kasus varisela dapat menjadi berat akibat timbulnya komplikasi sampai menyababkan kematian Herpes Zoster adalah penyakit yang terjadi akibat reaktivasi virus yang tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesat. Virus yang diam di dalam ganglia dorsalis ini akan aktif saat terjadi penurunan kekebalan alami ataupun saat pasien mendapat terapi dengan obat immunosupresif. Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri, pengobatan simptomatik dapat diberikan untuk menghilangkan gatal. Antibiotik dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder. Antivirus sebaiknya diberikan secepat mungkin pada orang dengan immunodefisiensi seperti leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau koetikosteroid, radioterapi. Antivirus yang biasa dipergunakan adalah asiklovir, Valacylovir, Famciclovir .

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan Vaksinasi virus yang telah dilemahkan, menggunakan VZIG (Varisela Zoster Immunoglobulin), ataupun menggunakan obat anti virus

Variola variola adalah penyakit exanthematous akut yang disebabkan oleh infeksi dengan poxvirus variolae. Hal ini ditandai dengan penyakit yang parah 3-hari prodromal dan ruam umum menyebar sentrifugal dengan cepat berturut papula, vesikula, pustula, umbilication, dan pengerasan kulit dalam waktu 14 hari. Epidemi terjadi di semua populasi, mengakibatkan ratusan juta kematian. Sinonim: variola, variola besar, variola minor (alastrim) Epidemiologi dan Etiologi Kasus terakhir dari cacar endemik terjadi pada 1977; pemberantasan penyakit itu dinyatakan pada tahun 1980. Etiologi Virus variola dari keluarga Poxviridae, genus Orthopoxvirus [termasuk vaccinia (vaksin cacar), virus monkeypox, poxvirus hewan lainnya]. Manusia adalah host hanya variola. Tidak lagi ada secara alami tetapi dipertahankan dalam laboratorium penelitian dan dapat digunakan sebagai senjata bioterorisme. DNA virus yang bereplikasi di sitoplasma sel. Pendudukan Laboratorium pekerja. Kerentanan Beberapa orang dalam populasi umum di Amerika Serikat di bawah usia 30 tahun telah divaksinasi; semua orang seperti itu rentan terhadap cacar. Beberapa orang yang lahir sebelum 1972 dan divaksinasi masih dapat dilindungi; mungkin memiliki penyakit ringan jika terkena dan kurang mungkin untuk menularkan infeksi. Transmisi Pernapasan-tetesan inti (kemungkinan besar dari pasien dengan penyakit parah atau yang batuk); pakaian yang terkontaminasi / tempat tidur. Kurang menular dibandingkan campak, cacar air, influenza. Sekunder serangan tingkat antara kontak tidak divaksinasi, 37 sampai 88%. Transmissibity maksimal: dari timbulnya enanthema melalui pertama 7 sampai 10 hari ruam. Musim Musim dingin, awal musim semi (endemik). Klasifikasi Jenis klinis variola Variola utama ("biasa"): 90% kasus, kematian 30% Labia variola (alastrim; dimodifikasi tipe): 2% kasus, terjadi pada orang yang tidak

divaksinasi dan 25% dari orang yang sebelumnya divaksinasi Variola sinus eruptione: terjadi pada kontak yang sebelumnya divaksinasi atau pada bayi dengan antibodi ibu Cacar dengan lesi datar: 97% kasus kematian antara orang-orang yang tidak divaksinasi Dengue cacar: hampir 100% kasus tingkat kematian Patogenesis Memasuki saluran pernafasan, pembibitan selaput lendir, melewati dengan cepat ke kelenjar getah bening lokal. Setelah periode singkat viremia, periode laten 4 sampai 14 hari terjadi, selama itu kelipatan virus di sistem retikuloendotelial. Periode singkat lain viremia mendahului prodrom, di mana mulut / faring terinfeksi. Virus menyerang endotelium kapiler lapisan dermal pada kulit, sehingga lesi kulit. Virus melimpah di kulit dan lesi orofaringeal pada penyakit dini. Acquired kekebalan melalui sel T sitotoksik dan sel B. Antibodi muncul selama minggu pertama sakit. Korelasi antara antibodi humoral dan perlindungan dari cacar tidak tertentu. Kematian dianggap berasal dari toksemia, terkait dengan kompleks imun, dan hipotensi. Infeksi cacar menganugerahkan kekebalan seumur hidup. Sejarah Inkubasi Periode 7 sampai 17 hari (rata-rata, 10 sampai 12). Prodrome 2 sampai 3 hari. Tiba-tiba sakit kepala berat, sakit punggung, demam ( 40 C); reda selama 2 sampai 3 hari. Ruam makulopapular atau petekie prodomal terjadi dalam distribusi "berenang-bagasi" telah dilaporkan. Pemeriksaan fisik Lesi kulit Makula merah kecil berevolusi untuk papula (2 sampai 3 mm) selama 1 sampai 2 hari; dalam 1 sampai 2 hari lebih, papula menjadi vesikel (2 sampai 5 mm). Ini berkembang untuk pustula (4 sampai 6 mm) 4 sampai 7 hari setelah onset ruam (Gambar 25-7A, B), tetap 5 sampai 8 hari, dan diikuti oleh umbilication dan pengerasan kulit (Gambar 25-7C). Lesi umumnya semua pada tahap yang sama pembangunan. Palm / sol lesi bertahan terpanjang. Bopeng / bekas luka diadu terjadi pada 65 sampai 85% dari kasus yang parah, terutama pada wajah. Superinfeksi bakteri hadir sebagai abses, selulitis. Gambar 25-7

Cacar: variola utama A. Beberapa pustula menjadi konfluen pada wajah. B. Beberapa pustula pada batang, semua dalam tahap pembangunan yang sama. C. Beberapa penyembuhan lesi berkerak pada batang, lengan, tangan.

Distribusi Lesi awal pada wajah dan ekstremitas, kemudian secara bertahap menjadi disebarluaskan. Peripheral / sentrifugal distribusi. Membran mukosa Enanthema (lidah, mulut, orofaring) exanthem mendahului satu hari. Temuan Umum Varian: Panophthalmitis, keratitis, infeksi sekunder mata (1%). Arthritis pada anak-anak (2%). Ensefalitis ( 38,3 C (101 F) diikuti dengan ruam ditandai oleh perusahaan, mendalam vesikel atau pustula pada tahap yang sama pembangunan tanpa sebab yang jelas lainnya. Laboratorium Kriteria untuk Konfirmasi PCR identifikasi variola DNA dalam spesimen klinis, atau Isolasi cacar (variola) virus dari spesimen klinis [Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Cacar Referensi Laboratorium atau laboratorium referensi yang sesuai dengan kemampuan] ditambah variola PCR konfirmasi. Manajemen Di Amerika Serikat, cacar mungkin harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan negara; diagnosis dikonfirmasi di laboratorium Biologi Tingkat Keselamatan 4 di mana anggota staf telah divaksinasi. Pejabat Negara menghubungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) (770-488-7100). CDC menginformasikan WHO Departemen Pengawasan Penyakit Menular dan Response Unit. Imunisasi Vaksinasi terhadap penyakit cacar tidak dilakukan di Amerika Serikat sejak 1972 dan di seluruh dunia sejak 1982. Sebuah populasi besar orang yang rentan ada. Militer AS diimunisasi terhadap cacar. Karena ancaman bioterorisme pada tahun 2001, petugas kesehatan perawatan yang dipilih telah divaksinasi di Amerika Serikat. Jika wabah terjadi, pengakuan cepat dan vaksinasi akan penting. Vaksinasi mulai 2 sampai 3 hari setelah terpapar menawarkan perlindungan substansial. Kewaspadaan Tersangka kasus harus dikelola di negatif-tekanan kamar. Ketat pernapasan dan kontak

penting isolasi. Obat Pilihan Tidak ada pengobatan yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk orthoviruses. Sidofovir mungkin efektif. Bakteri Superinfeksi Biasanya Staphylococcus aureus atau streptokokus grup A. (Lihat juga "Infeksi bakteri.") Cacar sapi, Monkeypox, Tanapox Cacar sapi, monkeypox, dan tanapox adalah infeksi zoonosis, sengaja dipindahkan ke manusia dari host hewan. Mereka jarang menyebabkan infeksi pada manusia di negara maju. Ketika infeksi pada manusia terjadi, diagnosis diferensial meliputi infeksi yang terkait dengan bioterorisme, yaitu, cacar, anthrax, tularemia, wabah. Identifikasi poxvirus dapat dibuat dari kulit-lesi kultur jaringan virus, PCR, immunohistologic analisis (IHC), atau elektron-mikroskopis (EM) metode. Cacar sapi Zoonosis dari kucing, sapi, hewan pengerat, dan kadang-kadang manusia. Jenner digunakan untuk vaksinasi cacar sapi mengisolasi. Reservoir: kucing (sumber yang paling umum untuk infeksi manusia), tikus kecil (tikus, tikus). Sumber wabah pada sapi tidak diketahui. Demografi: terjadi di Eropa dan di negara-negara bekas Uni Soviet. Penyakit pada sapi: pustula pada dot. Penyakit pada kucing: lepuh di situs dari gigitan / goresan. Penyakit pada manusia: papul menyakitkan (s), yang berevolusi untuk vesikel untuk pustula umbilikasi (dikelilingi oleh edema / eritema) untuk eschar atau ulkus. Beberapa lesi terjadi pada tangan / wajah, yang menyelesaikan dalam 3 sampai 4 minggu. Limfadenopati umum. Lesi dapat ekstensif pada dermatitis atopik. Kejadian mungkin telah meningkat akibat penghentian imunisasi cacar dan peningkatan jumlah host immunocompromised. Monkeypox Zoonosis primata di kandang dan binatang pengerat; kasus manusia di Afrika dan barubaru di barat tengah Amerika Serikat. Transmisi: ke manusia dari hewan peliharaan anjing padang rumput melalui luka terbuka atau goresan atau gigitan: orang-ke-orang transmisi dapat terjadi. Masa inkubasi: 4 sampai 24 hari (median 15). Penyakit manusia ditandai dengan demam, berkeringat membasahi, dan menggigil parah, dengan lesi kulit yang berkembang dari papula untuk vesicopustules ke serosa-ke-hemoragik kerak. Lesi terjadi pada kulit, konjungtiva, dan mukosa bukal. Limfadenopati regional dapat terjadi. Tanapox Zoonosis primata nonmanusia Afrika dan manusia. Penularan ke manusia: tidak diketahui;

mungkin oleh nyamuk yang telah makan pada monyet yang terinfeksi. Penyakit pada manusia: penyakit demam dengan 1 sampai 10 pruritus, indurated, papula umbilikasi yang menjadi nekrotik dengan warna merah halo; terjadi di situs terbuka. Limfadenopati umum. Vaccinia

Vaksinasi terhadap cacar terdiri dari pengenalan virus vaccinia ke dalam lapisan luar kulit utuh. Multiplikasi virus lokal terjadi, dan dalam beberapa kasus limfadenopati regional dan gejala sistemik terjadi. Infeksi adalah satu lokal, melainkan oleh jaringan parut menyembuhkan dan dibatasi oleh respon host. Komplikasi vaksinasi termasuk reaksi alergi terhadap komponen vaksin, superinfeksi bakteri, atau persisten / penyebaran infeksi vaccinia lokal. Sinonim: cacar sapi. http://www.bt.cdc.gov/training/smallpoxvaccine/reactions/sitemap.htm Epidemiologi dan Etiologi Etiologi Vaccinia virus, virus cacar sapi terkait (lihat "cacar sapi," di atas). Asal dari strain virus vaccinia saat ini digunakan untuk vaksinasi tidak diketahui. Infeksi dengan virus cacar sapi menganugerahkan kekebalan terhadap cacar. Umur, Jenis Kelamin Kebanyakan reaksi terjadi setelah pertama (primo) vaksinasi. Musim Superinfeksi lebih sering terjadi pada cuaca hangat. Transmisi Iatrogenik inokulasi. Transmisi sengaja: autoinoculation, transmisi ke orang lain. Bioterorisme menjadi perhatian baru-baru ini. Patofisiologi Reaksi yang normal Vaccinia bereplikasi di lapisan basal dan menyebarkan dari sel ke sel, menyebabkan

nekrosis dan pembentukan vesikel yang berisi cairan. Penyebaran awal virus diperlambat oleh mekanisme antivirus bawaan, dan, pada minggu kedua, respon sel-dimediasi kekebalan mulai untuk menghilangkan sel yang terinfeksi. Neutrofil, makrofag, dan limfosit menyusup ke situs inokulasi, membentuk bintil konfluen dan melepaskan sitokin dan kemokin yang menyebabkan hiperemia dan edema pada jaringan sekitarnya. Manifestasi klinis mungkin termasuk malaise dan gejala konstitusional ringan lainnya, demam, dan lembut, kelenjar getah bening aksila diperbesar. Lokal "satelit" pustula yang menyelesaikan bersama dengan lesi primer mungkin terjadi. Terbatas viremia terjadi pada beberapa vaksin. Puncak proses inflamasi 10 sampai 12 hari setelah vaksinasi dan mulai untuk menyelesaikan dengan hari ke-14, dengan penumpahan keropeng dengan 21 hari. Ini urutan kejadian, yang mensimulasikan pengembangan bintik cacar, dikenal sebagai reaksi "mengambil". Sebuah mengambil sukses diperlukan untuk pengembangan antibodi antivaccinia dan diperantarai sel tanggapan. Efek Samping (Komplikasi) Superinfeksi bakteri Abnormal virus replikasi Diubah reaktivitas atau "alergi" untuk beberapa komponen virus. Vaksinasi Kontraindikasi Karena reaksi merugikan, vaksinasi wajib dalam populasi umum Amerika Serikat dihentikan pada tahun 1972 karena risiko komplikasi melebihi ancaman cacar endemik. Sejak saat itu, jumlah orang yang immunocompromised telah meningkat tajam karena penyebaran infeksi HIV dan peningkatan jumlah pasien yang menerima obat imunosupresif. Orang-orang ini beresiko untuk vaccinia progresif. (Lihat juga "Manajemen, 'di bawah.) Vaksin Inokulasi terhadap cacar dilakukan menggunakan vaccinia, sebuah Orthopoxvirus terkait. Vaksin yang tersedia saat ini di Amerika Serikat, Dryvax (Wyeth), diperoleh dari pustula pada betis diinokulasi. Hampir semua efek samping dapat diprediksi dari sifat yang tidak biasa vaksinasi cacar, yang pada dasarnya menggunakan sebuah lingkaran kecil dari kulit sebagai "piring budaya" di mana untuk tumbuh virus vaccinia. Vaksin baru akan diproduksi pada kultur sel. Dua strain vaksin dilemahkan telah dikembangkan dan diuji: vaccinia Ankara dimodifikasi (MVA) dan strain Jepang (LC16m8). Metode Vaksin diberikan dengan menggunakan jarum terbagi dua, yang dicelupkan ke dalam vaksin dilarutkan. 15 jabs tegas ke dalam dermis dari deltoid atas diberikan di daerah dengan diameter sekitar 0,5 cm; sejumlah kecil darah akan muncul di situs vaksinasi dalam waktu 20 sampai 25 s.

Klasifikasi Virus vaccinia Komplikasi Sebelum tahun 1972 di Amerika Serikat, risiko komplikasi dari vaksinasi adalah 1254 per 1 juta vaksinasi. Anak-anak di bawah usia 5 yang sedang menjalani vaksinasi primer memiliki tingkat tertinggi komplikasi. Tingkat kematian kasus adalah 1 per 1 juta vaksinasi primer; pada tahun 1968, ada sembilan vaksin-terkait kematian. Ruam noninfectious Eritema multiforme seperti; makula ("letusan beracun"); makulopapular, vesikular; urtikaria. Paling umum 7 sampai 14 hari setelah primovaccination atau sebelumnya setelah vaksinasi ulang. Noninfectious kekebalan-Mediated Ensefalitis (sindrom meningoensefalitis), perikarditis / miokarditis. Bakteri Superinfeksi Kelompok A streptokokus (GAS); S. aureus, campuran; tetanus. Jarang. Vaksin mungkin tidak steril. Infeksi lebih sering terjadi pada orang dengan kolonisasi hidung oleh S. aureus atau kolonisasi orofaringeal dengan GAS. Kontaminasi dari tanah atau kotoran dapat menyebabkan tetanus. Faktor lain: trauma pada situs, manipulasi maserasi, situs. Terkadang Inokulasi Virus biasanya tetap lokal pada tempat implantasi tetapi dapat dialihkan ke kulit normal atau abnormal / mukosa (luka bakar, pioderma, exanthem, eksim, dermatitides lainnya, mukosa, kornea) di tempat lain pada tubuh atau untuk orang lain. Mungkin terjadi dalam divaksinasi atau dari seseorang divaksinasi. Kongenital Vaccinia Vaksinasi selama kehamilan dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke janin. Bayi lahir mati atau mungkin mengembangkan lesi segera setelah lahir. Generalized Vaccinia Jinak, menjadi ganas dengan perkembangan (lihat di bawah). Biasanya terjadi pada individu sehat yang antivaccinal respon antibodi tertunda tetapi memadai. Hampir selalu jinak, dengan normal-penyembuhan vaksinasi primer. Lesi viremic adalah self-terbatas, biasanya terjadi pada satu tanaman. Progresif Vaccinia (vaccinia Gangrenosa, vaccinia Necrosa, vaccinia diseminata)

Insiden selama vaksinasi universal: 1 per juta vaksin pada populasi umum. Ditandai dengan menyebar keluar tanpa henti dari infeksi dari tempat vaksinasi dan penyebarluasan akhirnya ke area lain dari tubuh. Hanya terjadi pada orang dengan cacat fungsi kekebalan seluler. Kongenital immunodeficiency: berat, dikombinasikan immunodeficiency. Acquired immunodeficiency: penyakit HIV, penerima transplantasi organ, imunosupresi kronis (misalnya, gangguan jaringan ikat), hypogammaglobulinemia, dysglobulinemia, keganasan (limfatik leukemia kronis, limfoma). Kursus ini kronis dan progresif, menyebarkan jauh ke dalam jaringan dan menyebabkan nekrosis dan osteomielitis dengan superinfeksi bakteri, menyebabkan kematian atau bulan minggu setelah vaksinasi. Pemeriksaan fisik Lesi kulit Reaksi normal Vaksinasi 6 sampai 8 hari setelah vaksinasi, loculated bisul (jerawat Jennerian) 1 sampai 2 cm dengan diameter berkembang di lokasi (Gambar 25-8). Krusta Tengah dimulai dan menyebar perifer lebih dari 3 sampai 5 hari. Edema lokal dan kerak gelap tetap sampai minggu ketiga. Reaksi lainnya diklasifikasikan sebagai samar-samar, dan vaksinasi lain diperlukan. Gambar 25-8

Vaksinasi situs: bahu pustula pembengkakan Dua dengan eritema sekitarnya (Jennerian pustula) pada hari ketujuh setelah inokulasi.

Ruam noninfectious Eritema multiforme-seperti; makular, makulopapular, vesikular, atau urtikaria. Biasanya menyebar. Bentuk vesikuler mungkin sulit untuk membedakan dari umum vaccinia. Intens eritema biasanya mengelilingi tempat vaksinasi (yang normal dalam semua hal lain). Bakteri Superinfeksi Hadir sebagai memperbesar situs inokulasi berkerak (impetigo atau ecthyma). Harus membedakan dari vaccinia progresif. Pewarnaan Gram eksudat menunjukkan coccus gram positif. Terkadang Inokulasi Keratitis dapat mengikuti inokulasi konjungtiva. Inokulasi pada situs eczematous (atopik)

dermatitis dapat mengakibatkan infeksi vaccinia progresif (vaccinatum eksim), infeksi serupa juga dapat terjadi pada luka bakar, lichen simplex chronicus, dermatitis herpetiformis, pemfigus, lesi herpes simpleks, dan varicella. Inokulasi mukosa dapat terjadi pada konjungtiva (keratitis), mulut, vagina, saluran napas, dll Generalized Vaccinia Beberapa lesi disebarluaskan, ditanggung dari situs vaksinasi primer, melalui aliran darah, ke situs kulit jauh. Progresif Vaccinia (vaccinia Gangrenosa, vaccinia Necrosa) Perkiraan diagnosa difteri dilakukan jika vaksinasi tidak menunjukkan bukti resolusi normal dalam 2 minggu; vesikel awal terbentuk pada kulit normal, tanpa sekitarnya eritema atau edema. Vesikel gagal untuk bertransformasi menjadi pustula pada akhir minggu pertama. Situs vaksinasi gagal untuk menyembuhkan dan terus untuk memperbesar, membentuk ulkus dangkal dengan tepi nekrosis pusat dan mengangkat mengandung vesikel. Temuan Umum Gangguan kekebalan-dimediasi: Ensefalitis, perikarditis / miokarditis, anemia hemolitik. Diagnosis Diferensial Nonhealing / Memperluas Lesi di Situs Vaksinasi Lesi abnormal vaksinasi besar (luar biasa kuat mengambil reaksi) atau superinfeksi bakteri dengan Staphylococcus GAS atau S. (baik yang disertai dengan respon inflamasi meningkat (bukan berkurang); vaccinia progresif (lambatnya pembangunan, respon inflamasi minimal); umum vaccinia (pocks tambahan banyak muncul bersama dengan lesi primer), dan vaccinatum eksim (beberapa daerah penyebaran infeksi muncul segera setelah vaksinasi atau kontak dekat dengan vaccinee terakhir). Pemeriksaan Laboratorium Budaya Mendeteksi GAS dan S. aureus. Dermatopathology Vaccinia bereplikasi di epitel basal, menyebabkan reaksi seluler lokal. Diagnosa

Klinis sejarah, pemeriksaan fisik, dan tentu saja klinis. Kegigihan virus dapat dikonfirmasikan oleh virus vaccinia kultur dari lesi kulit. Kursus dan Prognosis Reaksi normal Vaksinasi Sebuah bintil Jennerian diklasifikasikan sebagai reaksi utama, menunjukkan vaksinasi primer sukses; vaksinasi ulang yang sukses adalah ditunjukkan oleh peradangan teraba pada 6 sampai 8 hari. Sebuah vaksinasi yang sukses menganugerahkan kekebalan penuh untuk cacar di> 95% dari orang-orang selama 5 sampai 10 tahun; vaksinasi ulang mungkin berhasil memberikan perlindungan selama 10 sampai 20 tahun. Reaksi lain dari jerawat Jennerian diklasifikasikan sebagai samar-samar, dan vaksinasi lain diperlukan. Progresif Vaccinia Pada bayi yang benar-benar kurangnya fungsi kekebalan selular: mematikan. Infeksi pada orang dewasa dengan diperoleh immunodeficiency, banyak dipecahkan jika diobati dengan imunoglobulin vaccinia (Vig). Manajemen Kontraindikasi untuk Vaksinasi Jika ragu, jangan vaksinasi. Setiap kelainan kulit dalam individu divaksinasi atau dalam kontak: eksim, luka bakar, lichen simplex chronicus, pyodermas. Imunologi cacat / gangguan, gangguan hematologi apapun yang melibatkan sel-sel darah putih, ada lesi inflamasi struktur periorbital, negara atau S. aureus GAS operator, setiap penyakit akut paparan, demam atau inkubasi exanthematous, riwayat penyakit keluarga kejang demam atau postvaccinal ensefalitis. Vig Tersedia dari CDC melalui departemen kesehatan negara bagian untuk pengobatan komplikasi parah. Mungkin bermanfaat dalam pengelolaan inokulasi disengaja, vaccinatum eksim, umum vaccinia. Tanggapan vaccinia progresif tidak terdokumentasi dengan baik. Diperintah IM 0,6 kg mL /. Obat antivirus Sidofovir adalah pelindung terhadap orthopoxvirus pada hewan. Imunomodulator TH1 sitokin interleukin 2 dan interferon menstimulasi pembersihan orthopoxvirus. Pengobatan lokal atau sistemik dengan imunomodulator yang mempotensiasi respon TH1

bisa membantu menekan infeksi pada pasien imunodefisiensi vaccinia. Imunosupresi Lonjong atau penghentian terapi imunosupresif jika pasien iatrogenically imunosupresi. Myopericarditis Glukokortikoid dosis tinggi

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang Roseola infantum merupakan penyakit yang sering diderita pada bayi.Penyakit ini disebabkan oleh human herpesvirus 6 (HHV- 6). Virus ini telahd i i s o l a s i p a d a t a h u n 1 9 8 6 . I n s i d e n r o s e o l a

i n f a n t u m d i A m e r i k a S e r i k a t menunjukkan sekitar 12-30% anak mempunyai manifestasi klinik Roseola. Padausia 1 tahun diketahui 96% anak didapatkan antibodi terhadap HHV-6 sedangkan pada usia 4 tahun sebagian besar anak adalah seropositif terhadap HHV-6 (1). K e b a n y a k a n ( 7 0 - 9 5 %) b a y i b a r u l a h i r a d a l a h s e r o p o s i t i f u n t u k H H V 6 , menggambarkan antibodi transplasenta. Frekuensi seropositif turun antara umur 4dan 6 bulan (5-50%). Pada umur 1-2 tahun, lebih dari 90% bayi adalah seropositif.Hampir semua orang dewasa adalah seropositif, walaupun titer HHV-6 mungkinlebih rendah daripada pada anak. Pada masa dewasa akhir, prevalensi antiboditerhadap HHV-6 menurun sampai sekitar 60%.Infeksi yang terjadi sama pada kedua jenis kelamin dan terjadi di seluruhmusim dalam setahun dengan insiden agak lebih tinggi pada akhir musim semidan awal musim panas. Wabah kecil Roseola diperantarai HHV-6 terdokumentasi pada populasi yang padat, seperti panti asuhan. Masa inkubasi yang tercatat dariwabah kecil dan infeksi eksperimental adalah 5-15 hari (2) .Belum ada profilaksis dan pengobatan bagi penderita yang terkena infeksiHHV-6