23
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU ACARA IV PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH Disusun Oleh : Nama : Trian Aprilianti NIM : A1L010145 Kelompok : 4 (Empat) Rombongan : 1 (Satu) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

ACARA 4.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ACARA 4.doc

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

ACARA IV PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH

Disusun Oleh :

Nama : Trian ApriliantiNIM : A1L010145Kelompok : 4 (Empat)Rombongan : 1 (Satu)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO

2012

Page 2: ACARA 4.doc

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Metode pengendalian hama menurut Metcalf dan Luckman (1982)

dibagi menjadi tujuh, yaitu (1) pengendalian secara budidaya (bercocok

tanam), (2) pengendalian secara mekanik, (3) pengendalian secara fisik, (4)

pengendalian hayati, (5) pengendalian secara kimiawi, (6) pengendalian secara

genetok, (7) pengendalian secara perundang-undangan (karantina).

Pengendalian secara kimiawi, yaitu dapat berupa: a) zat pemikat

(attctans), zat penolak (repellent), insektisida, zat pemandul (streilant), dan

zat penghambat tumbuh. Untuk meminimalkan dampak negative penggunaan

insektisida, saat ini banyak dikembangkan pengendalian hama secara kimiawi

dengan menggunakan zat pemikat (attractant) yang berupa feromon sex (sex

feromon). Feromon sex tersebut sudah banyak beredar dipasaran adalah metil

eugenol yang digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah (Bactrocera

sp) yang merupakan hama penting pada tanaman cabe, belimbing, nangka dan

mangga.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik aplikasi feromon seks

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian hama lalat buah

dengan menggunakan feromon seks (metyluegenol)

Page 3: ACARA 4.doc

3. Untuk mengetahui keuntungan pengendalian dengan menggunakan

feromon seks.

Page 4: ACARA 4.doc

II. TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya kelompok serangga terdiri dari serangga

berguna (Helful or Beneficialinsect) dan serangga merugikan (Harmful or

injerious insect) Serangga merugikan terdiri dari :

- Poisonous insect seperti ulat bajra/ulat api, lebah

- Pest yaitu crop pest seperti serangga hama pada tanaman yang

dibudidayakan, Plant pest seperti serangga hama pada tanaman hutan atau

tanaman sayura lainnya.

- Stored groin pest seperti serangga hama gudang

- House hold pest seperti serangga hama pada rumah tangga, contohnya serangga

kecoa

- Dometic animal pest seperti serangga hama pada luka yang diderita hewan

ternak.

- Disease pests seperti serangga yang menyebabkan berbagai penyakit ataupun

vektor penyakit.

Feromon seks ini dapat berperan sebagai atraktan atau senyawa

pemikat bagi serangga jantan. Dengan sifat serangga yang seperti ini maka dapat

dikembangkan perangkap aroma dengan menggunakn atraktan yang memiliki

aroma yang sama dengan feromon seks yang dihasilakn oleh serangga

(Kusnaedi, 1999).

Page 5: ACARA 4.doc

Selain dari bahan kimia sintetik, metil eugenol juga dapat dibuat

secara langsung dari beberapa tanaman seperti  tanaman cengkeh, kayu putih,

daun wangi, dan selasih (Kardinan, 2003).

Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat

buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun

lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak

membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu,

serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya

memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari

penggunaannya. Namun ada pula yang berpendapat atraktan kurang baik untuk

upaya pengendalian laalat buah karena hanya menangkap serangga jantan saja

(Primatani, 2006).

Page 6: ACARA 4.doc

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan

Alat yang akan digunakan pada praktikum kali ini yaitu botol aqua

bekas, benang, kardus, label dan ATK. Bahan yang akan digunakan pada

praktikum kali ini yaitu feromon sex.

B. Prosedur kerja

Prosedur kerja dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam

setiap rombongan.

2. Setiap kelompok ditugaskan memasang perangkap yang telah diolesi

larutan feromon sex.

3. Alat tersebut dipasang pada pertanaman yang telah ditentukan.

4. Pengamatan dilakukan selama tiga hari.

5. Jumlah serangga dewasa lalat buah yang tertangkap, dihitung.

Page 7: ACARA 4.doc

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

PRESENTASI PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH

I. KOMODITAS MANGGA

Pepaya (Carica papaya L) adalah tumbuhan yang berasal dari Mexico

bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, hingga kini menyebar luas

dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. Pepaya

merupakan tumbuhan yang berbatang tegak, tidak bercabang atau bercabang

sedikit. Tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan menjari yang

membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip

lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.

Buah papaya dimakan dagingnya, baik ketika muda atau masak. Buah

pepaya matang sangat unggul dalam hal betacarotine. Betakarotin merupakan

provitamin A sekaligus antioksidan yang sangat ampuh untuk menangkal radikal

bebas. Salah satu ciri komoditas hortikultura termasuk pepaya adalah sifatnya

yang mudah rusak (perishable) seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya

karena karena kulitnya yang tipis dan daging buahnya yang lunak.

Klasifikasi mangga :

Kerajaan : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Page 8: ACARA 4.doc

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera. indica

II. LALAT BUAH

Lalat buah (Batricera spp) salah satu hama yang banyak menimbulkan

kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan secara luas

maupun tanaman pekarangan seperti pepaya. Akibat serangan hama ini produksi

dan mutu buah menjadi rendah, mengakibatkan gagal panen, karena buah

berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat di panen sehingga tidak

layak jual atau tidak layak konsumsi. Terdapat beberapa genus lalat buah, genus

yang paling banyak mengakibatkan kehilangan hasil pada berbagai komoditas di

Indonesia adalah Bactrocera spp. Lalat buah memiliki siklus hidup yang

melewati dua tempat berbeda, di dalam buah dan di luar buah. Fase merugikan

lalat buah adalah ketika masuk fase larva yang berada di dalam buah pepaya.

Setelah serangga betina dewasa dibuahi oleh pejantan dewasa, lalat betina

meletakkan telur di dalam buah pepaya. Telur-telur akan menetas setelah 2 – 3

hari, kemudian larva akan merusak daging buah. Fase inilah yang paling

merugikan , karena daging buah yang merupakan bagian ekonomi jadi rusak dan

tidak dapat digunakan.

III. GEJALA SERANGAN

Page 9: ACARA 4.doc

Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah

kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir

masak. Gejala awal ditandai dengan noda atau titik bekas tusukan ovipositor

(alat peletak telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah.

Selanjutnya karena aktivitas hama dalam buah noda tersebut berkembang

menjadi meluas. Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan busuk

sebelum masak. Apabila daging buah dibelah terdapat belatung-belatung kecil.

IV. FEROMON SEKS

Feromon seks digunakan serangga lain untuk melakukan proses

reproduksi. Feromon ini dihasilkan oleh serangga betina untuk menarik

serangga jantan agar datang melakukan kopulasi. Saat ini dapat berperan

sebagai araktan atau sinyal pemikat bagi serangga jantan.

Metileugenol merupkan atraktan yang sering digunakan untuk

mengendalikan lalat buah. Metileugenol sangat dibutuhkan oleh lalat jantan

untuk dikonsumsi. Zat ini bersifat volatile atau menguap dan melepaskan

aroma wangi denagn radius 20-100 m tetapi jika dibantu oleh angin jangkauan

bisa mencapai 3 km. Selain dari bahan kimia sintetik, metileugenol juga dapat

dibuat secara langsung dari beberapa tanaman seperti tanaman cengkeh, kayu

putih, daun wangi, dan selasih.

B. Pembahasan

Page 10: ACARA 4.doc

Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat

dilihat dengan panca indera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang, dan

dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang

merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gesekan

dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung

biasanya melalui suatu penyakit.

Berdasarkan gejala kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama,

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dilihat dari tipe alat mulut dan

cara hidup serangga tersebut. Ada empat macam tipe alat mulut pada serangga

yaitu menggigit – mengunyah, meraut – menghisap, menusuk – menghisap,

dan mengait – menghisap. Dari segi pengelompokan hama, terdapat dua jenis

pengelompokan hama yaitu hama langsung dan hama tidak langsung. Hal ini

dilihat dari bagian tanaman yang diserang oleh hama tersebut. Pengertian dari

hama langsung adalah hama yang menyerang bagian tanaman yang langsung

kita konsumsi atau kita pasarkan, sedangkan hama tidak langsung adalah hama

yang menyerang bagian tanaman yang tidak langsung kita konsumsi atau kita

pasarkan.

Umumnya serangga mempunyai kisaran inang tertentu. Kisaran

tumbuhan inang dari suatu spesies serangga fitofag. Adapun pengertian dari

serangga fitofag adalah serangga yang memakan tumbuhan untuk

kelangsungan hidupnya. Pengelompokkan serangga fitofag berdasarkan kisaran

tumbuhan inang terdiri dari tiga bagian yaitu monofag, oligofag, dan polifag.

Monofag adalah jenis hewan yang hidup dan makannya hanya pada satu atau

Page 11: ACARA 4.doc

beberapa spesies tumbuhan dari family tertentu, oligofag adalah hewan yang

hidup dan makannya pada sejumlah spesies tumbuhan dari satu family,

sedangkan polifag merupakan kelompok hewan yang hidup dan makan pada

berbagai jenis atau banyak spesies tumbuhan dan dari berbagai family.

Lalat buah merupakan salah satu hama penting pada tanaman

hortikultura. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga

menjadi sasaran serangan l a l a t   b u a h . D i I n d o n e s i a s a a t i n i t e l a h

d i i d e n t i f i k a s i s e b a n a k 6 6 s p e s i e s l a l a t b u a h buah

y a n g   t e r s e b a r   d i   s e l u r u h   I n d o n e s i a .   J u m l a h   i n i   s u d a h t e n t u

a k a n   m e n i n g k a t , tergantung dari kejelian melakukan identifikasi. Salah

satu spesies lalat buah yang d i k e n a l s a n g a t m e r u s a k   b u a h -

b u a h a n   a d a l a h  Bactrocera sp. S a s a r a n u t a m a serangan lalat buah

ini antara lain belimbing manis, jambu air, jambu biji (jambu bangkok),

mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai.

Gejala awal serangan lalat buah yaitu pada kulit buah yang terserang

tampak titik noda hitam yang merupakan bekas tusukan ovipositor saat

meletakkan telur. Apabila buah dibelah, akan terlihat belatung atau larva lalat

buah. Larva akan merusak daging buah sehingga menjadi busuk dan gugur

sebelum tua / masak. Buah yang gugur ini akan menjadi sumber serangan jika

tidak dimusnahkan.

Lalat buah, yang menyerang buah tanaman saat sedang memasuki

stadia masak / matang, sangat merugikan karena dapat menurunkan hasil

panen. Penurunan hasil panen tersebut berdampak penting terhadap

Page 12: ACARA 4.doc

produktivitas tanaman dalam satu kali masa panen. Buah yang terserang hama

lalat buah akan busuk, sehingga kualitas buah akan menurun dan bila buah

dijual tentunya produsen merugi, konsumen pun merugi.

Filum : Arthropoda

Kelas: insect

Ordo: Diptera

Page 13: ACARA 4.doc

Family: Tephritidae,

Genus: Bactrocera

Spesies: Bactrocera dorsalis complex.

Ciri-ciri lalat buah (Bactrocera sp) adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai tubuh yang berbuku-buku, baik ruas tubuh utama maupun

alat tambahan, misalnya kaki dan antena.

2. Mempunyai tiga bagian tubuh, yaitu kepala, rongga dada (torak), dan

perut (abdomen).

3. Lalat buah hanya mempunyai dua buah sayap. Sayap yang berkembang

adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah

bentuk menjadi alat keseimbangan yang disebut halter.

4. Pada permukaan Halter terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi sebagai

indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran

udara.

5. Mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis secara

sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosis ini, lalat buah akan

melalui tahap telur, larva, pupa (kepompong), dan lalat dewasa dalam

satu siklus kehidupannya.

6. Lalat buah dewasa memiliki mulut bertipe penjilat-penyerap. Apabila

dilihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa

Page 14: ACARA 4.doc

suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, tipe mulut

larva lalat buah berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang.

Nugroho S.P (1997:15)

Dalam penjelasan lainnya, Baga Kalie (1992:108) menyatakan sebagai berikut :

Lalat dewasa memiliki bercak-bercak atau bintik-bintik hiasan berwarna

hitam, putih, atau kekuningan pada sayapnya. Sayapnya memiliki struktur

transparan. Badannya pada beberapa bagian berwarna hitam, kemerah-merahan,

atau kekuning-kuningan. Pada ruas belakang badan terdapat alat peletak telur

atau ovipositor sama seperti serangga lain, namun bentuknya lebih pipih.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

1. Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat

dengan panca indera (mata).

2. Berdasarkan gejala kerusakan yang diakibatkan oleh seranag hama,

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dilihat dari tipe alat mulut

dan cara hidup serangga tersebut.

3. Gejala awal serangan lalat buah yaitu pada kulit buah yang terserang

tampak titik noda hitam yang merupakan bekas tusukan ovipositor saat

meletakkan telur.

Page 15: ACARA 4.doc

B. Saran

Sebaiknya dalam pengamatan lalat buah pada tanaman mangga

dalam pengamatannya lebih di intensifkan agar benar-benar mengetahui data

lalat yang tertangkap dengan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Baga Kalie. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan berulat. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Tanindo Press. Jakarta

Nugroho, S.P. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius.

Yogyakarta.

Page 16: ACARA 4.doc

LAMPIRAN

Page 17: ACARA 4.doc