24
ACARA III BIOFILM ORGANIK DAN ANORGANIK Abstrak Praktikum Mikrobiologi Air dengan judul “Biofilm Organik dan Anorganik” bertujuan untuk mengetahui keragaman mikroorganisme penyusun biofilm dan proses pembentukan biofilm. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015 di Labolatorium mikrobiologi umum Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. alat dan bahan yang dipergunakan yaitu sampel cawan petri, gelas beker, jarum ose, pipet, Dryglasky , larutan garam fisiologis, medium TSA (konsentrasi 10 0 , 10 -1 dan 10 -2 ) dan sampel biofilm organik (biofilm eceng gondok dan permukaan cangkang keong) dan anorganik (biofilm batu, sendok plastik dan gelas plastik). Sampel biofilm ditumbuhkan dengan cara surface plate pada setiap konsentrasi medium TSA dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 4-5 hari. Hasil penumbuhan biofilm didapatkan keragaman mikroorganisme banyak didapatkan pada permukaan gelas plastik dan sendok plastik. Pembentukan biofilm dapat terjadi jika kondisi lingkungan tersebut memiliki nutrisi yang mencukupi dan adanya mikroorganisme penginduksi seperti Staphylococcus epidermidis. I. Pendahuluan a. Latar Belakang Biofilm terdapat di sekitar kita, baik dalam tubuh kita maupun dilingkungan sekitar kita. Biofilm adalah kumpulan dari mikroorganisme yang melekat pada permukaan dengan kuat yang memproduksi matriks polimerik ekstraseluler serta diselimuti oleh karbohidrat. Mikroorganisme akan hidup dengan membentuk koloni dan menempel pada permukaan benda padat dibandingkan dengan melayang-layang (planktonik) atau dialam cairan. Biofilm dapat tumbuh di berbagai permukaan, termasuk batu dan air, gigi, makanan, pipa, alat-alat medis dan jaringan implant. Biofilm biasanya mengakibatkan kerugian seperti infeksi, adakalanya biofilm juga menguntungkan sehingga

acara biofilm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

12

Citation preview

ACARA III

BIOFILM ORGANIK DAN ANORGANIK

Abstrak

Praktikum Mikrobiologi Air dengan judul “Biofilm Organik dan Anorganik” bertujuan untuk mengetahui keragaman mikroorganisme penyusun biofilm dan proses pembentukan biofilm. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015 di Labolatorium mikrobiologi umum Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. alat dan bahan yang dipergunakan yaitu sampel cawan petri, gelas beker, jarum ose, pipet, Dryglasky, larutan garam fisiologis, medium TSA (konsentrasi 100, 10-1 dan 10-2) dan sampel biofilm organik (biofilm eceng gondok dan permukaan cangkang keong) dan anorganik (biofilm batu, sendok plastik dan gelas plastik). Sampel biofilm ditumbuhkan dengan cara surface plate pada setiap konsentrasi medium TSA dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 4-5 hari. Hasil penumbuhan biofilm didapatkan keragaman mikroorganisme banyak didapatkan pada permukaan gelas plastik dan sendok plastik. Pembentukan biofilm dapat terjadi jika kondisi lingkungan tersebut memiliki nutrisi yang mencukupi dan adanya mikroorganisme penginduksi seperti Staphylococcus epidermidis.

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Biofilm terdapat di sekitar kita, baik dalam tubuh kita maupun dilingkungan sekitar

kita. Biofilm adalah kumpulan dari mikroorganisme yang melekat pada permukaan dengan

kuat yang memproduksi matriks polimerik ekstraseluler serta diselimuti oleh karbohidrat.

Mikroorganisme akan hidup dengan membentuk koloni dan menempel pada permukaan

benda padat dibandingkan dengan melayang-layang (planktonik) atau dialam cairan. Biofilm

dapat tumbuh di berbagai permukaan, termasuk batu dan air, gigi, makanan, pipa, alat-alat

medis dan jaringan implant. Biofilm biasanya mengakibatkan kerugian seperti infeksi,

adakalanya biofilm juga menguntungkan sehingga biofilm memberi dampak kepada berbagai

kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan

sifat yang dimiliki mikroorganisme pada suatu biofilm.

b. Tujuan

          1.      Mengetahui keragaman mikroorganisme pada biofilm anorganik dan organik.

          2.      Mengetahui proses-proses pembentukan biofilm.

II. Tinjauan Pustaka

Biofilm merupakan kumpulan dari suatu asosiasi sel mikrobia pada permukaan. Sel-

sel tersebut saling menempel satu dengan yang lainnya dan ditutupi oleh lapisan substansi

lapisan polimer extracellular polymeric substance. Asosiasi mikroorganisme dalam

pembentukan biofilm seperti mikroorganisme pada permukaan gigi. Hal tersebut disebabkan

mikroorganisme membentuk kondisi (membentuk biofilm) untuk dapat tumbuh dengan baik

dan memiliki sifat ketahanan (resisten antibiotik) khususnya mikrooranisme air. Permukaan

yang digunakan mikroorganisme membentuk biofilm dapat bermacam macam seperti

jaringan hidup, pipa air industri, sistem perairan alami, dan peralatan medis (Donlan, 2002).

Biofilm mikrobia mulut merupakan struktur tiga dimensi suatu komunitas bakteria

yang berada dipermukaan padat seperti email gigi. Pembentukan biofilm pada permukaan

gigi dapat menyebabkan timbulnya penyakit karies gigi. Biofilm tersebut dilapisi oleh lapisan

exopolisakarida dalam pembentukannya diawali dengan adanya dominasi bakteri gram positif

Coccus kemudian setelah tiga minggu mikroorganisme lainnya membentuk percabangan

filamen hingga filamen mendominasi dan menghilangkan Coccus. Pengujian jenis

mikroorganisme yang berada pada biofilm dapat dilakukan dengan metode FISH

(Fluorescent in situ hybridization) sehingga dapat dihitung jumlah dan pelekatan antara

Streptococcus spp. dan Actinomyces spp. serta proporsi peningkatan Fusobacterium

nucleatum dan penurunan streptococcus. Pada umumnya mikroorganisme pembentuk biofilm

pada mulut terdapat 9 filum yaitu Deferribacteres, Spirochaetes, Fusobacteria,

Actinobacteria, Firmicutes, Bacteroidetes, Proteobacteria, OP11 dan TM7 (Zijnge et.al.,

2010).

Pemeriksaan lingkungan yang telah dilakukan diketahui biofilm memiliki konsentrasi

oksigen yang berbeda-beda. Pada bagian mendekati hingga permukaan memiliki konsentrasi

oksigen lebih tinggi, sedangkan pada bagian tengah konsentrasi oksigen sangat kecil. Kondisi

tersebut menjadikan bagian permukaan memiliki kemampuan sintesis protein dan metabolik

yang lebih tinggi dari pada bagian tengah dan pada bagian tengah dimungkinkan terdapat

mikroorganisme anaerob dan tumbuh lambat hingga tidak tumbuh (sebagai sumber makanan

mikroorganisme permukaan). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya ketahanan

antibiotik. Selain itu ketahanan terhadap antibiotik juga disebabkan dengan adanya mutasi.

Hal tersebut disebabkan dengan peningkatan transfer gen secara horizontal pada biofilm.

Mutasi yang terjadi menyebabkan mikroorganisme didalam biofilm mampu memproduksi

enzim pendegradasi antibiotik. Seperti pada infeksi penyakit cystic fibrosis yang menyerang

paru-paru dimana P. aeruginosa yang resisten antibiotik dengan keberadaannya pada biofilm

dapat melakukan transfer gen resistensinya ke mikroorganisme lain (Høibya, 2010).

Proses pembentukan biofilm terjadi dengan 4 proses diawali dengan pembentukan

koloni pada permukaan kemudian akumulasi lapisan-lapisan bakteri, pematangan

pembentukan biofilm dan pelepasan sel yang dapat memulai siklus biofilm baru pada bagian

permukaan lainnya. Pelekatan pertama dilakukan dengan diproduksi ekstraselular matrik

(ECM) yang berupa protein (fibrinogen, fibronectin dan vitronectin) pada permukaan oleh

koloni Staphylococcus epidermidis. Adanya ECM dapat meningkatkan kemampuan pelekatan

bakteri pembentuk biofilm pada permukaan yang bersifat hidrofobik. Koloni Staphylococcus

epidermidis akan semakin membesar yang kemudian akan membentuk senyawa

polysaccharide intercellular adhesin (PIA) yang dapat melekatkan mikroorganisme lain

sehingga mempercepat kolonisasi biofilm (Rohde et.al., 2010).

III. Metodologi

Praktikum mikrobiologi air acara III berjudul “Biofilm Organik dan Anorganik”

dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015. Praktikum dilaksanakan pada Labolatorium

mikrobiologi umum dengan alat dan bahan yang dipergunakan yaitu sampel cawan petri,

gelas beker, jarum ose, pipet, Dryglasky, larutan garam fisiologis, medium TSA (konsentrasi

100, 10-1 dan 10-2) dan sampel biofilm organik dan anorganik. Sampel biofilm organik yang

dipergunakan berasal dari cangkang keong, eceng gondok, cangkang permukaan keong

sedangkan sampel biofilm anorganik yang digunakan berasal dari batu, sendok plastik dan

gelas plastik.

Cara pengerjaan dilakukan dengan direndamnya sampel biofilm anorganik dan

organik pada larutan garam fisiologis selama beberapa saat. Kerik permukaan sampel dan

pada saat dilarutan garam fisiologis atau biofilm yang telah didapatkan dilarutkan pada

larutan garam fisiologis. Ambil larutan garam fisiologis yang telah berisi biofil sebanyak 0.1

mL dan dituangkan pada cawan petri. Medium TSA konsentrasi 100, 10-1 dan 10-2 dituangkan

pada setiap cawan perti secara surface plate. Inkubasi pada suhu 37oC selama 4-5 hari

kemudian amati dan hitung jumlah mikrobia yang tumbuh berdasarkan kemiripannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Biofilm pada sampel air sumur

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

2. Biofilm pada sampel air kolam renang

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

3. Biofilm sampel air Kolam Perikanan UGM

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

4. Biofilm sampel air Selokan Mataram

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

5. Biofilm sampel Sungai Gadjah Wong

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

6. Biofilm sampel Air Sawah

Minggu I Minggu II Minggu III

b. Pembahasan

Biofilm merupakan lapisan yang dibentuk oleh suatu asosiasi mikroorganisme pada

suatu permukaan benda padat pada lingkungan berair maupun lingkungan lembab.

Pembentukan biofilm oleh mikroorganisme bertujuan membantu kehidupan mikroorganisme

tersebut. Biofilm dapat tumbuh pada berbagai macam permukaan organik maupun anorganik.

Biofilm dapat memberi keuntungan maupun kerugian, kerugian yang ditimbulkan ialah

infeksi patogen pada jaringan makhluk hidup dan sulit untuk diatasi (cystic fibrosis, karies

gigi dan lain-lain) sedangkan pada bidang industri dapat menyebabkan terjadinya

penyumbatan dan pengkaratan pada pipa-pipa saluran dan pada bidang medis dapat

mengakibatkan kontaminasi pada peralatan medis. Keuntungan yang didapatkan dari biofilm

antara lain sebagai sarana penjernih air dengan mendegradasi senyawa berbahaya dan kotoran

lainnya.

Faktor pembentuk biofilm akibat adanya interaksi antara bakteri pada lingkungan

tersebut dengan permukaan. Interaksi tersebut dapat terjadi jika kondisi lingkungan memiliki

pH, suhu, kadar air dan nutrisi yang mencukupi serta kondisi permukaan yang sesuai dan

terdapat mikroorganisme yang dapat menjadi penginduksi pembentuk biofilm seperti S.

epidermidis. Pembentukan biofilm oleh S. epidermidis diawali dengan pendekatan S.

epidermidis ke permukaan padat kemudian terjadi kolonisasi dan pembentukan lapisan

ekstraselular protein (ECM) seperti fibrinogen. Keberadaan ECM dapat meningkatkan

kemampuan mikroorganisme dalam melekat pada permukaan yang bersifat hidrofobik serta

sebagai salah satu sarana pendapatan oksigen dan nutrisi dalam siklus biofilm. Kemudian

akan terjadi penebalan biofilm akibat adanya pelekatan mikroorganisme lain dengan bantuan

senyawa polysaccharide intercellular adhesin (PIA).

Jenis biofilm dapat dibedakan berdasarkan tempat pelekatannya yaitu organik dan

anorganik. Perbedaan tempat pelekatan akan menentukan jenis mikroorganisme yang tumbuh

pada permukaan tersebut dan juga sifat yang dimilikinya. Biofilm anorganik memiliki

kemampuan untuk dapat melekat pada permukaan benda anorganik dimana tidak terdapat

sumber karbon pada permukaan tersebut sehingga memerlukan suplai nutrisi dari lingkungan

maupun simbiotik dengan organisme pada biofilm. Sedangkan biofilm organik dapat melekat

pada permukaan organik seperti jaringan makhluk hidup. Biofilm pada jaringan makhluk

hidup dapat menimbulkan penyakit akibat adanya infeksi yang dilakukan mikroorganisme

dan pengeluaran zat toksik. Pada kondisi yang tidak menguntungkan biofilm menjadi asosiasi

yang sangat baik dimana akan dilakukannya optimalisasi penggunaan nutrisi yang tersedia

dalam melakukan pertumbuhan (seperti perombakan sel-sel yang telah mati) (Myszka and

Czaczyk, 2014)

Keberadaan biofilm memiliki keuntungan dan kerugian bergantung letak tumbuhnya

dan zat yang dihasilkan. Kerugian terbentuknya biofilm salah satunya pada bidang industri

(pangan dan farmasi) selama proses produksi. Dampak yang timbul pada bagian pengelolaan

dan pendistrubusian air yang menimbulkan korosi dan kontaminasi produk. Keuntungan yang

didapatkan dengan adanya biofilm dapat diaplikasikan untuk bioremediasi (mendegradasi

polutan pada lingkungan), biofiltrasi (pemindahan selektif pada spesies kimia suatu larutan)

dan lain-lain (Anonim, 2010).

Bahan yang digunakan medium NA dengan supplement yeast ekstrak sebagai media

pertumbuhan umum. Penggunaan medium tersebut berguna untuk menumbuhkan seluruh

mikroorganisme pada sampel. Deckglass digunakan sebagai permukaan sehingga dapat

digunakan untuk media pelekatan bakteri biofilm. Berbagai macam air sampel yang

digunakan berfungsi untuk membedakan proses pembentukan biofilm oleh mikroorganisme

setiap sampel serta membedakan kecepatan pembentukan biofilm antar sampel.

Biofilm anorganik pada permukaan plastik (gelas dan sendok) memerlukan nutrisi

yang banyak untuk dapat hidup dan membentuk biofilm lebih optimal. Hal tersebut

disebabkan sifat permukaan plastik yang sulit didegradasi dan hidrofobik sehingga dibutukan

sintesis ECM dan keperluan nutrsi yang sangat banyak untuk menunjang kehidupan

komunitas biofilm pada permukaan tersebut. Selain itu keanekaragaman jenis

mikroorganisme sangat dibutuhkan sangat tinggi sehingga biofilm pada permukaan plastik

membutuhkan asosiasi mikroorganisme yang sangat beragam. Hal tersebut menunjukan

aplikasi untuk melakukan degradasi limbah plastik memerlukan beragam jenis

mikroorganisme serta nutrisi yang sangat banyak.

Biofilm organik pada permukaan eceng gondok dan cangkang keong serta biofilm

anorganik pada permukaan batu memerlukan nutrisi yang sedikit dalam melakukan siklus

biofilmnya. Hal tersebut dapat disebabkan kondisi permukaan yang mudah untuk ditempati,

seperti permukaan batu memiliki permukaan yang kasar sehingga mempermudah dan

memperkuat penempelan. Selain itu tersedianya nutrsi dari permukaan atau sisa-sisa

metabolisme inang membantu dalam suplai nutrsi. Pada saat nutrisi sangat banyak dapat

terjadi blooming suatu spesies mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme lainnya.

Pada hasil Tabel 2. terlihat pada pengenceran TSA 1x memiliki koloni terbanyak

dari pada pengenceran TSA lainnya. Hal tersebut menunjukan pertumbuhan koloni

berbanding lurus terhadap jumlah nutrsi yang terdapat pada media. Akan tetapi ketersediaan

nutrisi tidak menentukan pertumbuhan kekeragaman dikarenakan terjadinya blooming spesies

tertentu yang dapat menghambat mikroba lainnya. Pertumbuhan keanekaragaman

mikroorganisme ditentukan dengan proses simbiotik yang dilakukan sistem biofilm tersebut.

V. Kesimpulan

a. Kesimpulan

Keragaman mikroorganisme pada biofilm dipengaruhi oleh faktor permukaan yang

ditempatinya. Berdasarkan hasil yang didapatkan biofilm anorganik (gelas plastik dan sendok

plastik) memiliki keanekaragaman terbanyak akibat kondisi permukaan yang sulit untuk

ditempati dan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak.

Proses pembentukan biofilm diawali dengan pembentukan koloni pada permukaan

(pelekatan pertama) dimana S. epidermidis membentuk koloni kemudian memproduksi

ekstraselular matrik protein. Kemudian terjadi akumulasi lapisan-lapisan bakteri dengan

dibantu oleh senyawa polysaccharide intercellular adhesion. Kemudian pematangan

pembentukan biofilm dan diakhiri dengan pelepasan sel pada biofilm.

b. Saran

Penentuan keragaman mikroorganisme pada suatu sampel biofilm dapat dilakukan

dengan mudah dengan menumbuhkannya pada medium umum. Akan tetapi hal tersebut

hanya dapat mengetahui keanekaragaman berdasarkan jenis atau bentuk koloninya saja.

Perkembangan teknologi dapat membantu mengetahui sifat dan jenis keanekaragaman

tersebut lebih spesifik dan akurat. Seperti penggunaan pengamatan secara mikroskopik,

pengujian enzimatik dan identifikasi genetik.

Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Seminar tentang Biofilm oleh PERMI. <main.permi.or.id>, diakses 22 Maret

2015.

Donlan, R. M. 2002. Biofilms: Microbial life on surfaces. Emerging Infectious Diseases 8

(9), pp: 881-890.

Høibya, N., T. Bjarnsholta, M. Givskovb, S. Molinc, O. Ciofub. 2010. Antibiotic resistance

of bacterial biofilms. International Journal of Antimicrobial Agents 35, pp: 322–332.

Myszka, K. and K. Czaczyk. 2014. Mechanisms Determining Bacterial Biofilm Resistance to

Antimicrobial Factors. Poznań University of Life Sciences, Poland.

Rohde, H., S. Frankenberger, U. Z¨ahringer and D. Mack. 2010. Structure,function and

contribution of polysaccharide intercellular adhesion (PIA) to Staphylococcus

epidermidis biofilm formation and pathogenesis of biomaterial-associated infections.

European Journal of Cell Biology 89, pp: 103–111.

Zijnge, V., M. Barbara, M. van Leeuwen, J. E. Degener, F. Abbas, T. Thurnheer, R. Gmu¨ r,

H. J. M. Harmsen. 2010. Oral Biofilm Architecture on Natural Teeth. PLoS ONE. 5

(2), pp: e9321.

Lampiran

Tabel 1.1. Sampel Tempurung Molusca (Keong) Kelompok I

Sampel Konsentrasi UlanganRagam Koloni

Jumlah KoloniWarna Koloni Bentuk Koloni

Cangkang Keong

1x

1

Putih (Opaque)PutihBening Transparan KeemasanPutih Tengah Berwarna Coklat

SirkularSirkularSirkularIrregular

1813117

2KuningKuning

SirkularIrregular

1929

3PutihPutihPutih

RhizoidIrregularSirkular

1922

0,1x

1

KuningPutih Tengah HitamPutihPutih (Spreader)Putih

SirkularSirkularIrregularSpreaderFilamentous

9249

Spreader1

2

PutihPutih (Spreader)Putih (Spreader)

SirkularRhizoid (Spreader)Irregular (Spreader)

22SpreaderSpreader

3

PutihPutihPutihPutih

IrregularRhizoidSirkularSirkular

SpreaderSpreader

4211

0,01x 1 TransparanPutihPutihPutih

SirkularSirkularRhizoidIrregular

1334

Spreader2

2

Putih SusuPutih TranparanPutihKuningKemerahanPutih TransparanPutih KecoklatanHijau

SirkularBiconvexFilamentousFilamentousRhizoidSirkularSirkularFilamentous

4517454571614

3

HijauPutihKuningMerahPutih TransparanPutih Transparan

SirkularFilamentousSirkularSirkularIrregularSirkular

132938261

Tabel 1.2. Sampel Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Kelompok II

Sampel Konsentrasi UlanganRagam koloni

Jumlah KoloniBentuk Koloni Warna Koloni

Eceng Gondok

1x

1 Circular Kuning 192Iregular Putih 86

2 Iregular Kuning Spreader3 Circular Kuning 114

Iregular Putih TMTC

0.1x

1 Circular Putih 62Circular Kuning 45Circular Merah 4Iregular Putih 19Rhizoid Putih 1

2 Circular Kuning 5Iregular Putih 40Iregular Kuning 2

3 Circular Putih 144Circular Kuning 32Circular Orange 24Rhizoid Putih 1

0.01x

1 Circular Putih TMTCCircular Kuning 61Circular Merah 13Iregular Putih TMTC

2 Circular Putih 44Circular Kuning 63Circular Merah 2Circular Bening TMTC

Filamentous Bening 53 Circular Putih 74

Circular Kuning 79

Tabel 1.3. Sampel Cangkang Permukaan Keong Kelompok IIISampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah Koloni

CangkangPermukaa

nkeong

1X

1

1. Kuning Tua, Irregular (6)

442. Kuning Bening, Irregular (3)3. Kuning Bening, Circular (21)4. Kuning Tua, Circular (14)

21. Putih Bening, Reguler (8)

142. Putih, Reguler (5)3. Putih Kusam, Irreguler (1)

3

1. Kuning Tua, Irregular (28)

422. Kuning Tua, Circular (6)3. Kuning Bening, Circular (TMTC)4. Putih Susu, Irreguller (8)

0,1 X

11. Kuning Bening, Circular (70)

1822. Putih Bening, Irregeluar (112)

2

1. Putih, Irregular (14)

2852. Putih, Bikonvex (4)3. Putih, Reguler (167)4. Kuning Bening, Circular (100)

3

1. Kuning, Irregular (24)

1542. Putih, Irregular (TMTC)3. Putih, Reguler (32)4. Putih Bening, Irreguler (84)5. Krem, Irregular (14)

0,01X

1

1. Putih, Fillamentous (39)

1082. Bening Kusam, Circular (6)3. Kuning Bening, Circular (62)4. Hitam, Fillamentous (1)

21. Kuning, Circular (29)

482. Putih Susu, Irreguler (16)3. Putih, Circular (3)

3

1. Kuning, Reguler (16)

312. Putih Susu, Irreguler (6)3. Putih Bening, Reguler (TMTC)4. Putih Susu, Irreguller (9)

Tabel 1.4. Sampel Sendok Plastik Kelompok IVSampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah koloni

Sendok Plastik

1x

1

1. Putih Bening, Circular (31)

105

2. Putih Bening, Irregular (35)3. Putih Susu, Irregular (8)4. Kuning, Irregular (10)5. Putih Kekuningan, Circular (14)6. Kuning, Biconvex (6)7. Kuning, Filamentous (1)

21.Putih Bening, Circular (170)

1822.Putih Coklat Tua, Circular (11)3.Jamur Putih, Kecoklatan (1)

31.Putih Susu, Irregular (1)

892.Putih Coklat Muda, Circular (14)3.Putih Coklat Tua, Circular (74)

0,1x

1

1.Jamur, Putih (1)

107

2.Oranye Muda, Filamentous (1)3.Merah, Circular (3)4.Oranye, Circular (5)5.Putih Bening, Filamentous (10)6.Putih Coklat Muda, Circular (18)7.Putih Bening, Irregular (69)

2

1.Oranye, Circular (1)

123

2.Putih Susu, Circular (20)3.Putih Bening, Circular (43)4.Putih Bening, Irregular (36)5.Hijau Bening, Circular (2)6.Hijau Bening, Irregular (2)7.Kuning Emas, Circular (2)8.Putih Kekuningan, Circular (10)9.Putih Susu, Irregular (7)

3

1.Oranye Muda, Circular (1)

87

2.Kuning, Circular (3)3.Oranye, Circular (9)4.Putih Bening, Filamentous(28)

5.Putih Bening, Irregular (19)6.Putih Coklat Muda (27)

0,01x

11.Putih Coklat Muda, Irregular (44)

532.Putih Coklat Muda, Circular (6)3.Jamur Putih (1)4.Kuning, Circular (2)

21.Putih Coklat Muda, Circular (9) 272..Putih Coklat Muda, Filamentous (18)

31.Putih Kekuningan, Circular (6)

492.Putih Coklat Muda, Circular (3)3.Jamur, Putih (1)4.Putih Coklat Muda, Filamentus (39)

Tabel 1.5. Sampel Batu Kelompok V

Sampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah koloni

Batu

1x

I

Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised

66

Round, Coklat, Smoth, Raised

62

II

Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised

TMTC

Round, Coklat, Smoth, Raised

56

III

Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised

41

Round, Coklat, Smoth, Raised

75

0,1X

ISPREADER  TMTC  

IISPREADER  TMTC  

IIISPREADER  TMTC  

0,01X

IPutih Susu, Sirkular, Raised 33Bening, Irreguler, Convex 22Kuning, Sirkular TMTC

II

Putih, Irreguler 1Circular, Putih Krem Besar 45Circular, Putih Krem Kecil TMTCPutih, Filamentous 4

III

Putih Susu, Sirkular 23Irregular 28Circular Kecil TMTCFilamentous 1Rhizoid 3

Tabel 1.6. Sampel Gelas Plastik Kelompok VI

Sampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah Koloni

Gelas Plastik

1x

11. Circular Spreader2. Entire, Kuning Gading Spreader3. Punctiform Spreader

21. Lobate, Kuning Gading Spreader2. Circular, Putih Susu Spreader3. Entire, Kuning Gading Spreader

3

1. Undulate, Kuning Gading 92. Erose, Putih Susu Tmtc3. Irreguler, Kuning Spreader

0.1x

1

1. Undulate, Circular Spreader2. Filamentous, Kuning Gading Spreader3. Filamentous, Putih Susu Spreader

2

1. Filamentous, Kuning Gading Spreader2. Lobate, Putih Susu Spreader3. Circular, Putih Susu Spreader

31. Filamentous, Merah 182. Circular, Putih Susu 23. Lobate, Putih Susu 19

0.01x

11. Circular, Putih Susu Spreader2. Entire, Putih Susu Spreader3. Lobate, Kuning Gading Spreader

21. Circular, Pink 192. Filamentous, Putih Susu 2

31. Circular, Pink 202. Undulate, Putih Susu Spreader3. Erose, Kuning Gading 3

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI AIR

ACARA III

BIOFILM ORGANIK DAN ANORGANIK

Disusun oleh :

Nama : Wahyu Nugraha

NIM : 12/331210/PN/12651

Kelompok : 4

Jurusan : Mikrobiologi

Asisten : Hanifah Lutfia

Nabila Dyas Faradila

Ayuni Dwi Rahmawati

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI AIR

JURUSAN MIKROBIOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015