Upload
wahyu-nugraha
View
40
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
12
Citation preview
ACARA III
BIOFILM ORGANIK DAN ANORGANIK
Abstrak
Praktikum Mikrobiologi Air dengan judul “Biofilm Organik dan Anorganik” bertujuan untuk mengetahui keragaman mikroorganisme penyusun biofilm dan proses pembentukan biofilm. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015 di Labolatorium mikrobiologi umum Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. alat dan bahan yang dipergunakan yaitu sampel cawan petri, gelas beker, jarum ose, pipet, Dryglasky, larutan garam fisiologis, medium TSA (konsentrasi 100, 10-1 dan 10-2) dan sampel biofilm organik (biofilm eceng gondok dan permukaan cangkang keong) dan anorganik (biofilm batu, sendok plastik dan gelas plastik). Sampel biofilm ditumbuhkan dengan cara surface plate pada setiap konsentrasi medium TSA dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 4-5 hari. Hasil penumbuhan biofilm didapatkan keragaman mikroorganisme banyak didapatkan pada permukaan gelas plastik dan sendok plastik. Pembentukan biofilm dapat terjadi jika kondisi lingkungan tersebut memiliki nutrisi yang mencukupi dan adanya mikroorganisme penginduksi seperti Staphylococcus epidermidis.
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Biofilm terdapat di sekitar kita, baik dalam tubuh kita maupun dilingkungan sekitar
kita. Biofilm adalah kumpulan dari mikroorganisme yang melekat pada permukaan dengan
kuat yang memproduksi matriks polimerik ekstraseluler serta diselimuti oleh karbohidrat.
Mikroorganisme akan hidup dengan membentuk koloni dan menempel pada permukaan
benda padat dibandingkan dengan melayang-layang (planktonik) atau dialam cairan. Biofilm
dapat tumbuh di berbagai permukaan, termasuk batu dan air, gigi, makanan, pipa, alat-alat
medis dan jaringan implant. Biofilm biasanya mengakibatkan kerugian seperti infeksi,
adakalanya biofilm juga menguntungkan sehingga biofilm memberi dampak kepada berbagai
kehidupan sehari-hari, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan
sifat yang dimiliki mikroorganisme pada suatu biofilm.
b. Tujuan
1. Mengetahui keragaman mikroorganisme pada biofilm anorganik dan organik.
2. Mengetahui proses-proses pembentukan biofilm.
II. Tinjauan Pustaka
Biofilm merupakan kumpulan dari suatu asosiasi sel mikrobia pada permukaan. Sel-
sel tersebut saling menempel satu dengan yang lainnya dan ditutupi oleh lapisan substansi
lapisan polimer extracellular polymeric substance. Asosiasi mikroorganisme dalam
pembentukan biofilm seperti mikroorganisme pada permukaan gigi. Hal tersebut disebabkan
mikroorganisme membentuk kondisi (membentuk biofilm) untuk dapat tumbuh dengan baik
dan memiliki sifat ketahanan (resisten antibiotik) khususnya mikrooranisme air. Permukaan
yang digunakan mikroorganisme membentuk biofilm dapat bermacam macam seperti
jaringan hidup, pipa air industri, sistem perairan alami, dan peralatan medis (Donlan, 2002).
Biofilm mikrobia mulut merupakan struktur tiga dimensi suatu komunitas bakteria
yang berada dipermukaan padat seperti email gigi. Pembentukan biofilm pada permukaan
gigi dapat menyebabkan timbulnya penyakit karies gigi. Biofilm tersebut dilapisi oleh lapisan
exopolisakarida dalam pembentukannya diawali dengan adanya dominasi bakteri gram positif
Coccus kemudian setelah tiga minggu mikroorganisme lainnya membentuk percabangan
filamen hingga filamen mendominasi dan menghilangkan Coccus. Pengujian jenis
mikroorganisme yang berada pada biofilm dapat dilakukan dengan metode FISH
(Fluorescent in situ hybridization) sehingga dapat dihitung jumlah dan pelekatan antara
Streptococcus spp. dan Actinomyces spp. serta proporsi peningkatan Fusobacterium
nucleatum dan penurunan streptococcus. Pada umumnya mikroorganisme pembentuk biofilm
pada mulut terdapat 9 filum yaitu Deferribacteres, Spirochaetes, Fusobacteria,
Actinobacteria, Firmicutes, Bacteroidetes, Proteobacteria, OP11 dan TM7 (Zijnge et.al.,
2010).
Pemeriksaan lingkungan yang telah dilakukan diketahui biofilm memiliki konsentrasi
oksigen yang berbeda-beda. Pada bagian mendekati hingga permukaan memiliki konsentrasi
oksigen lebih tinggi, sedangkan pada bagian tengah konsentrasi oksigen sangat kecil. Kondisi
tersebut menjadikan bagian permukaan memiliki kemampuan sintesis protein dan metabolik
yang lebih tinggi dari pada bagian tengah dan pada bagian tengah dimungkinkan terdapat
mikroorganisme anaerob dan tumbuh lambat hingga tidak tumbuh (sebagai sumber makanan
mikroorganisme permukaan). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya ketahanan
antibiotik. Selain itu ketahanan terhadap antibiotik juga disebabkan dengan adanya mutasi.
Hal tersebut disebabkan dengan peningkatan transfer gen secara horizontal pada biofilm.
Mutasi yang terjadi menyebabkan mikroorganisme didalam biofilm mampu memproduksi
enzim pendegradasi antibiotik. Seperti pada infeksi penyakit cystic fibrosis yang menyerang
paru-paru dimana P. aeruginosa yang resisten antibiotik dengan keberadaannya pada biofilm
dapat melakukan transfer gen resistensinya ke mikroorganisme lain (Høibya, 2010).
Proses pembentukan biofilm terjadi dengan 4 proses diawali dengan pembentukan
koloni pada permukaan kemudian akumulasi lapisan-lapisan bakteri, pematangan
pembentukan biofilm dan pelepasan sel yang dapat memulai siklus biofilm baru pada bagian
permukaan lainnya. Pelekatan pertama dilakukan dengan diproduksi ekstraselular matrik
(ECM) yang berupa protein (fibrinogen, fibronectin dan vitronectin) pada permukaan oleh
koloni Staphylococcus epidermidis. Adanya ECM dapat meningkatkan kemampuan pelekatan
bakteri pembentuk biofilm pada permukaan yang bersifat hidrofobik. Koloni Staphylococcus
epidermidis akan semakin membesar yang kemudian akan membentuk senyawa
polysaccharide intercellular adhesin (PIA) yang dapat melekatkan mikroorganisme lain
sehingga mempercepat kolonisasi biofilm (Rohde et.al., 2010).
III. Metodologi
Praktikum mikrobiologi air acara III berjudul “Biofilm Organik dan Anorganik”
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2015. Praktikum dilaksanakan pada Labolatorium
mikrobiologi umum dengan alat dan bahan yang dipergunakan yaitu sampel cawan petri,
gelas beker, jarum ose, pipet, Dryglasky, larutan garam fisiologis, medium TSA (konsentrasi
100, 10-1 dan 10-2) dan sampel biofilm organik dan anorganik. Sampel biofilm organik yang
dipergunakan berasal dari cangkang keong, eceng gondok, cangkang permukaan keong
sedangkan sampel biofilm anorganik yang digunakan berasal dari batu, sendok plastik dan
gelas plastik.
Cara pengerjaan dilakukan dengan direndamnya sampel biofilm anorganik dan
organik pada larutan garam fisiologis selama beberapa saat. Kerik permukaan sampel dan
pada saat dilarutan garam fisiologis atau biofilm yang telah didapatkan dilarutkan pada
larutan garam fisiologis. Ambil larutan garam fisiologis yang telah berisi biofil sebanyak 0.1
mL dan dituangkan pada cawan petri. Medium TSA konsentrasi 100, 10-1 dan 10-2 dituangkan
pada setiap cawan perti secara surface plate. Inkubasi pada suhu 37oC selama 4-5 hari
kemudian amati dan hitung jumlah mikrobia yang tumbuh berdasarkan kemiripannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Biofilm pada sampel air sumur
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
2. Biofilm pada sampel air kolam renang
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
3. Biofilm sampel air Kolam Perikanan UGM
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
4. Biofilm sampel air Selokan Mataram
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
5. Biofilm sampel Sungai Gadjah Wong
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
6. Biofilm sampel Air Sawah
Minggu I Minggu II Minggu III
b. Pembahasan
Biofilm merupakan lapisan yang dibentuk oleh suatu asosiasi mikroorganisme pada
suatu permukaan benda padat pada lingkungan berair maupun lingkungan lembab.
Pembentukan biofilm oleh mikroorganisme bertujuan membantu kehidupan mikroorganisme
tersebut. Biofilm dapat tumbuh pada berbagai macam permukaan organik maupun anorganik.
Biofilm dapat memberi keuntungan maupun kerugian, kerugian yang ditimbulkan ialah
infeksi patogen pada jaringan makhluk hidup dan sulit untuk diatasi (cystic fibrosis, karies
gigi dan lain-lain) sedangkan pada bidang industri dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan dan pengkaratan pada pipa-pipa saluran dan pada bidang medis dapat
mengakibatkan kontaminasi pada peralatan medis. Keuntungan yang didapatkan dari biofilm
antara lain sebagai sarana penjernih air dengan mendegradasi senyawa berbahaya dan kotoran
lainnya.
Faktor pembentuk biofilm akibat adanya interaksi antara bakteri pada lingkungan
tersebut dengan permukaan. Interaksi tersebut dapat terjadi jika kondisi lingkungan memiliki
pH, suhu, kadar air dan nutrisi yang mencukupi serta kondisi permukaan yang sesuai dan
terdapat mikroorganisme yang dapat menjadi penginduksi pembentuk biofilm seperti S.
epidermidis. Pembentukan biofilm oleh S. epidermidis diawali dengan pendekatan S.
epidermidis ke permukaan padat kemudian terjadi kolonisasi dan pembentukan lapisan
ekstraselular protein (ECM) seperti fibrinogen. Keberadaan ECM dapat meningkatkan
kemampuan mikroorganisme dalam melekat pada permukaan yang bersifat hidrofobik serta
sebagai salah satu sarana pendapatan oksigen dan nutrisi dalam siklus biofilm. Kemudian
akan terjadi penebalan biofilm akibat adanya pelekatan mikroorganisme lain dengan bantuan
senyawa polysaccharide intercellular adhesin (PIA).
Jenis biofilm dapat dibedakan berdasarkan tempat pelekatannya yaitu organik dan
anorganik. Perbedaan tempat pelekatan akan menentukan jenis mikroorganisme yang tumbuh
pada permukaan tersebut dan juga sifat yang dimilikinya. Biofilm anorganik memiliki
kemampuan untuk dapat melekat pada permukaan benda anorganik dimana tidak terdapat
sumber karbon pada permukaan tersebut sehingga memerlukan suplai nutrisi dari lingkungan
maupun simbiotik dengan organisme pada biofilm. Sedangkan biofilm organik dapat melekat
pada permukaan organik seperti jaringan makhluk hidup. Biofilm pada jaringan makhluk
hidup dapat menimbulkan penyakit akibat adanya infeksi yang dilakukan mikroorganisme
dan pengeluaran zat toksik. Pada kondisi yang tidak menguntungkan biofilm menjadi asosiasi
yang sangat baik dimana akan dilakukannya optimalisasi penggunaan nutrisi yang tersedia
dalam melakukan pertumbuhan (seperti perombakan sel-sel yang telah mati) (Myszka and
Czaczyk, 2014)
Keberadaan biofilm memiliki keuntungan dan kerugian bergantung letak tumbuhnya
dan zat yang dihasilkan. Kerugian terbentuknya biofilm salah satunya pada bidang industri
(pangan dan farmasi) selama proses produksi. Dampak yang timbul pada bagian pengelolaan
dan pendistrubusian air yang menimbulkan korosi dan kontaminasi produk. Keuntungan yang
didapatkan dengan adanya biofilm dapat diaplikasikan untuk bioremediasi (mendegradasi
polutan pada lingkungan), biofiltrasi (pemindahan selektif pada spesies kimia suatu larutan)
dan lain-lain (Anonim, 2010).
Bahan yang digunakan medium NA dengan supplement yeast ekstrak sebagai media
pertumbuhan umum. Penggunaan medium tersebut berguna untuk menumbuhkan seluruh
mikroorganisme pada sampel. Deckglass digunakan sebagai permukaan sehingga dapat
digunakan untuk media pelekatan bakteri biofilm. Berbagai macam air sampel yang
digunakan berfungsi untuk membedakan proses pembentukan biofilm oleh mikroorganisme
setiap sampel serta membedakan kecepatan pembentukan biofilm antar sampel.
Biofilm anorganik pada permukaan plastik (gelas dan sendok) memerlukan nutrisi
yang banyak untuk dapat hidup dan membentuk biofilm lebih optimal. Hal tersebut
disebabkan sifat permukaan plastik yang sulit didegradasi dan hidrofobik sehingga dibutukan
sintesis ECM dan keperluan nutrsi yang sangat banyak untuk menunjang kehidupan
komunitas biofilm pada permukaan tersebut. Selain itu keanekaragaman jenis
mikroorganisme sangat dibutuhkan sangat tinggi sehingga biofilm pada permukaan plastik
membutuhkan asosiasi mikroorganisme yang sangat beragam. Hal tersebut menunjukan
aplikasi untuk melakukan degradasi limbah plastik memerlukan beragam jenis
mikroorganisme serta nutrisi yang sangat banyak.
Biofilm organik pada permukaan eceng gondok dan cangkang keong serta biofilm
anorganik pada permukaan batu memerlukan nutrisi yang sedikit dalam melakukan siklus
biofilmnya. Hal tersebut dapat disebabkan kondisi permukaan yang mudah untuk ditempati,
seperti permukaan batu memiliki permukaan yang kasar sehingga mempermudah dan
memperkuat penempelan. Selain itu tersedianya nutrsi dari permukaan atau sisa-sisa
metabolisme inang membantu dalam suplai nutrsi. Pada saat nutrisi sangat banyak dapat
terjadi blooming suatu spesies mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya.
Pada hasil Tabel 2. terlihat pada pengenceran TSA 1x memiliki koloni terbanyak
dari pada pengenceran TSA lainnya. Hal tersebut menunjukan pertumbuhan koloni
berbanding lurus terhadap jumlah nutrsi yang terdapat pada media. Akan tetapi ketersediaan
nutrisi tidak menentukan pertumbuhan kekeragaman dikarenakan terjadinya blooming spesies
tertentu yang dapat menghambat mikroba lainnya. Pertumbuhan keanekaragaman
mikroorganisme ditentukan dengan proses simbiotik yang dilakukan sistem biofilm tersebut.
V. Kesimpulan
a. Kesimpulan
Keragaman mikroorganisme pada biofilm dipengaruhi oleh faktor permukaan yang
ditempatinya. Berdasarkan hasil yang didapatkan biofilm anorganik (gelas plastik dan sendok
plastik) memiliki keanekaragaman terbanyak akibat kondisi permukaan yang sulit untuk
ditempati dan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak.
Proses pembentukan biofilm diawali dengan pembentukan koloni pada permukaan
(pelekatan pertama) dimana S. epidermidis membentuk koloni kemudian memproduksi
ekstraselular matrik protein. Kemudian terjadi akumulasi lapisan-lapisan bakteri dengan
dibantu oleh senyawa polysaccharide intercellular adhesion. Kemudian pematangan
pembentukan biofilm dan diakhiri dengan pelepasan sel pada biofilm.
b. Saran
Penentuan keragaman mikroorganisme pada suatu sampel biofilm dapat dilakukan
dengan mudah dengan menumbuhkannya pada medium umum. Akan tetapi hal tersebut
hanya dapat mengetahui keanekaragaman berdasarkan jenis atau bentuk koloninya saja.
Perkembangan teknologi dapat membantu mengetahui sifat dan jenis keanekaragaman
tersebut lebih spesifik dan akurat. Seperti penggunaan pengamatan secara mikroskopik,
pengujian enzimatik dan identifikasi genetik.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Seminar tentang Biofilm oleh PERMI. <main.permi.or.id>, diakses 22 Maret
2015.
Donlan, R. M. 2002. Biofilms: Microbial life on surfaces. Emerging Infectious Diseases 8
(9), pp: 881-890.
Høibya, N., T. Bjarnsholta, M. Givskovb, S. Molinc, O. Ciofub. 2010. Antibiotic resistance
of bacterial biofilms. International Journal of Antimicrobial Agents 35, pp: 322–332.
Myszka, K. and K. Czaczyk. 2014. Mechanisms Determining Bacterial Biofilm Resistance to
Antimicrobial Factors. Poznań University of Life Sciences, Poland.
Rohde, H., S. Frankenberger, U. Z¨ahringer and D. Mack. 2010. Structure,function and
contribution of polysaccharide intercellular adhesion (PIA) to Staphylococcus
epidermidis biofilm formation and pathogenesis of biomaterial-associated infections.
European Journal of Cell Biology 89, pp: 103–111.
Zijnge, V., M. Barbara, M. van Leeuwen, J. E. Degener, F. Abbas, T. Thurnheer, R. Gmu¨ r,
H. J. M. Harmsen. 2010. Oral Biofilm Architecture on Natural Teeth. PLoS ONE. 5
(2), pp: e9321.
Lampiran
Tabel 1.1. Sampel Tempurung Molusca (Keong) Kelompok I
Sampel Konsentrasi UlanganRagam Koloni
Jumlah KoloniWarna Koloni Bentuk Koloni
Cangkang Keong
1x
1
Putih (Opaque)PutihBening Transparan KeemasanPutih Tengah Berwarna Coklat
SirkularSirkularSirkularIrregular
1813117
2KuningKuning
SirkularIrregular
1929
3PutihPutihPutih
RhizoidIrregularSirkular
1922
0,1x
1
KuningPutih Tengah HitamPutihPutih (Spreader)Putih
SirkularSirkularIrregularSpreaderFilamentous
9249
Spreader1
2
PutihPutih (Spreader)Putih (Spreader)
SirkularRhizoid (Spreader)Irregular (Spreader)
22SpreaderSpreader
3
PutihPutihPutihPutih
IrregularRhizoidSirkularSirkular
SpreaderSpreader
4211
0,01x 1 TransparanPutihPutihPutih
SirkularSirkularRhizoidIrregular
1334
Spreader2
2
Putih SusuPutih TranparanPutihKuningKemerahanPutih TransparanPutih KecoklatanHijau
SirkularBiconvexFilamentousFilamentousRhizoidSirkularSirkularFilamentous
4517454571614
3
HijauPutihKuningMerahPutih TransparanPutih Transparan
SirkularFilamentousSirkularSirkularIrregularSirkular
132938261
Tabel 1.2. Sampel Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Kelompok II
Sampel Konsentrasi UlanganRagam koloni
Jumlah KoloniBentuk Koloni Warna Koloni
Eceng Gondok
1x
1 Circular Kuning 192Iregular Putih 86
2 Iregular Kuning Spreader3 Circular Kuning 114
Iregular Putih TMTC
0.1x
1 Circular Putih 62Circular Kuning 45Circular Merah 4Iregular Putih 19Rhizoid Putih 1
2 Circular Kuning 5Iregular Putih 40Iregular Kuning 2
3 Circular Putih 144Circular Kuning 32Circular Orange 24Rhizoid Putih 1
0.01x
1 Circular Putih TMTCCircular Kuning 61Circular Merah 13Iregular Putih TMTC
2 Circular Putih 44Circular Kuning 63Circular Merah 2Circular Bening TMTC
Filamentous Bening 53 Circular Putih 74
Circular Kuning 79
Tabel 1.3. Sampel Cangkang Permukaan Keong Kelompok IIISampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah Koloni
CangkangPermukaa
nkeong
1X
1
1. Kuning Tua, Irregular (6)
442. Kuning Bening, Irregular (3)3. Kuning Bening, Circular (21)4. Kuning Tua, Circular (14)
21. Putih Bening, Reguler (8)
142. Putih, Reguler (5)3. Putih Kusam, Irreguler (1)
3
1. Kuning Tua, Irregular (28)
422. Kuning Tua, Circular (6)3. Kuning Bening, Circular (TMTC)4. Putih Susu, Irreguller (8)
0,1 X
11. Kuning Bening, Circular (70)
1822. Putih Bening, Irregeluar (112)
2
1. Putih, Irregular (14)
2852. Putih, Bikonvex (4)3. Putih, Reguler (167)4. Kuning Bening, Circular (100)
3
1. Kuning, Irregular (24)
1542. Putih, Irregular (TMTC)3. Putih, Reguler (32)4. Putih Bening, Irreguler (84)5. Krem, Irregular (14)
0,01X
1
1. Putih, Fillamentous (39)
1082. Bening Kusam, Circular (6)3. Kuning Bening, Circular (62)4. Hitam, Fillamentous (1)
21. Kuning, Circular (29)
482. Putih Susu, Irreguler (16)3. Putih, Circular (3)
3
1. Kuning, Reguler (16)
312. Putih Susu, Irreguler (6)3. Putih Bening, Reguler (TMTC)4. Putih Susu, Irreguller (9)
Tabel 1.4. Sampel Sendok Plastik Kelompok IVSampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah koloni
Sendok Plastik
1x
1
1. Putih Bening, Circular (31)
105
2. Putih Bening, Irregular (35)3. Putih Susu, Irregular (8)4. Kuning, Irregular (10)5. Putih Kekuningan, Circular (14)6. Kuning, Biconvex (6)7. Kuning, Filamentous (1)
21.Putih Bening, Circular (170)
1822.Putih Coklat Tua, Circular (11)3.Jamur Putih, Kecoklatan (1)
31.Putih Susu, Irregular (1)
892.Putih Coklat Muda, Circular (14)3.Putih Coklat Tua, Circular (74)
0,1x
1
1.Jamur, Putih (1)
107
2.Oranye Muda, Filamentous (1)3.Merah, Circular (3)4.Oranye, Circular (5)5.Putih Bening, Filamentous (10)6.Putih Coklat Muda, Circular (18)7.Putih Bening, Irregular (69)
2
1.Oranye, Circular (1)
123
2.Putih Susu, Circular (20)3.Putih Bening, Circular (43)4.Putih Bening, Irregular (36)5.Hijau Bening, Circular (2)6.Hijau Bening, Irregular (2)7.Kuning Emas, Circular (2)8.Putih Kekuningan, Circular (10)9.Putih Susu, Irregular (7)
3
1.Oranye Muda, Circular (1)
87
2.Kuning, Circular (3)3.Oranye, Circular (9)4.Putih Bening, Filamentous(28)
5.Putih Bening, Irregular (19)6.Putih Coklat Muda (27)
0,01x
11.Putih Coklat Muda, Irregular (44)
532.Putih Coklat Muda, Circular (6)3.Jamur Putih (1)4.Kuning, Circular (2)
21.Putih Coklat Muda, Circular (9) 272..Putih Coklat Muda, Filamentous (18)
31.Putih Kekuningan, Circular (6)
492.Putih Coklat Muda, Circular (3)3.Jamur, Putih (1)4.Putih Coklat Muda, Filamentus (39)
Tabel 1.5. Sampel Batu Kelompok V
Sampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah koloni
Batu
1x
I
Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised
66
Round, Coklat, Smoth, Raised
62
II
Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised
TMTC
Round, Coklat, Smoth, Raised
56
III
Round, Kuning Kecoklatan, Undulate, Raised
41
Round, Coklat, Smoth, Raised
75
0,1X
ISPREADER TMTC
IISPREADER TMTC
IIISPREADER TMTC
0,01X
IPutih Susu, Sirkular, Raised 33Bening, Irreguler, Convex 22Kuning, Sirkular TMTC
II
Putih, Irreguler 1Circular, Putih Krem Besar 45Circular, Putih Krem Kecil TMTCPutih, Filamentous 4
III
Putih Susu, Sirkular 23Irregular 28Circular Kecil TMTCFilamentous 1Rhizoid 3
Tabel 1.6. Sampel Gelas Plastik Kelompok VI
Sampel Konsentrasi Ulangan Ragam Koloni Jumlah Koloni
Gelas Plastik
1x
11. Circular Spreader2. Entire, Kuning Gading Spreader3. Punctiform Spreader
21. Lobate, Kuning Gading Spreader2. Circular, Putih Susu Spreader3. Entire, Kuning Gading Spreader
3
1. Undulate, Kuning Gading 92. Erose, Putih Susu Tmtc3. Irreguler, Kuning Spreader
0.1x
1
1. Undulate, Circular Spreader2. Filamentous, Kuning Gading Spreader3. Filamentous, Putih Susu Spreader
2
1. Filamentous, Kuning Gading Spreader2. Lobate, Putih Susu Spreader3. Circular, Putih Susu Spreader
31. Filamentous, Merah 182. Circular, Putih Susu 23. Lobate, Putih Susu 19
0.01x
11. Circular, Putih Susu Spreader2. Entire, Putih Susu Spreader3. Lobate, Kuning Gading Spreader
21. Circular, Pink 192. Filamentous, Putih Susu 2
31. Circular, Pink 202. Undulate, Putih Susu Spreader3. Erose, Kuning Gading 3
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI AIR
ACARA III
BIOFILM ORGANIK DAN ANORGANIK
Disusun oleh :
Nama : Wahyu Nugraha
NIM : 12/331210/PN/12651
Kelompok : 4
Jurusan : Mikrobiologi
Asisten : Hanifah Lutfia
Nabila Dyas Faradila
Ayuni Dwi Rahmawati
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI AIR