34
ADSORPSI ASAM ASETAT I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Menentukan jumlah asam asetat yang teradsorpsi oleh karbon aktif. 2. Menentukan persamaan kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi asam asetat dalam karbon aktif. II. DASAR TEORI Adsorpsi adalah salah satu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan atau gas terikat pada suatu padatan atau cairan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau fil (zat terserap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan adsorbsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi fapat terjadi karena interaksi gaya elektrostatik atau Van der Waals antar molekul (Adsorpsi Fisis) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul (Adsorpsi Kimia). Proses penyerapan terjadi pada permukaan padatan yang aktid. Mula-mula molekul mendifusi melalui pori-pori besar (macropore), kemudian melalui mesopore, lalu molekul terserap telah melampaui kemampuan adsorbent

Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum adsorpsi asam asetat

Citation preview

Page 1: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

ADSORPSI ASAM ASETAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Menentukan jumlah asam asetat yang teradsorpsi oleh karbon aktif.

2. Menentukan persamaan kesetimbangan yang sesuai untuk adsorpsi

asam asetat dalam karbon aktif.

II. DASAR TEORI

Adsorpsi adalah salah satu proses yang terjadi ketika suatu

fluida, cairan atau gas terikat pada suatu padatan atau cairan (zat

penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau

fil (zat terserap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan

adsorbsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan

membentuk suatu larutan.

Adsorpsi fapat terjadi karena interaksi gaya elektrostatik atau

Van der Waals antar molekul (Adsorpsi Fisis) maupun oleh adanya

interaksi kimiawi antar molekul (Adsorpsi Kimia). Proses penyerapan

terjadi pada permukaan padatan yang aktid. Mula-mula molekul

mendifusi melalui pori-pori besar (macropore), kemudian melalui

mesopore, lalu molekul terserap telah melampaui kemampuan

adsorbent maka terjadi desorpsi molekul dari padatan ke larutan.

Kesetimbangan terjadi saat kecepatan adsorpsi sama besar dengan

kecepatan desorpsi (McCabe, W.C., dkk, 1993).

Di sisi lain, adsorbsi adalah suatu fenomena fisik atau kimiawi

atau suatu proses sewaktu atom, molekul, atau ion memasuki suatu

fase limbah (bulk) lain yang bisa berupa gas, cairan, atau padatan.

Proses ini berbeda dengan adsorpsi karena pengikatan molekul

dilakukan memlalui volume bukan permukaan.

Pada proses adsorpsi digunakan zat seperti adsorben, adsorber,

dan adsorbate. Adsorben adalah zat padat yang dapat menyerap

partikel fluida dalam suatu proses adsorpsi. Adsorben bersifat spesifik

dan terbuat dari bahan-bahan yang berpori. Pemilihan jenis adsorben

Page 2: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

dalam proses adsorpsi harus disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat

yang akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Secara umum jenis

adsorben dibagi menjadi dua, yaiitu:

1. Adsorben Polar

Adsorben polar disebut juga hydrophilic. Jenis adsorben

yang termasuk dalam kelompok ini adalah silika gel,

alumina aktif, zeolit.

2. Adsorben Non Polar

Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis

adsorben yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimer

adsorben dan karbon aktif.

Adsorben yang paling banyak digunakan untuk menyerap zat-

zat dalam larutan adalah arang aktif atau karbon aktif. Selain karena

harganya yang murah, kegunaannya juga banyak. Selain itu, karbon

aktif memiliki kerapatan yang tinggi dan permukaan yang luas.

Akrbon aktif dibuat dengan cara membakar tempurung kelapaatau

kayu dengan kondisi udara (oksigen) yang terbatas (semi vakum).

Arang aktif banyak digunakan dalam berbagai bidang, baik bidang

industri maupun kesehatan dan sangat cocok digunakan untuk

mengadsorpsi zat-zat organik.

Adsorbat dalam hal ini adalah bahan yang diserap, sedangkan

adsorber adalah tempat terjadinya adsorpsi. Adsorpsi sendiri memiliki

dua macam tipe. Berikut beberapa perbandingan antara adsorpsi kimia

dan adsorpsi fisis.

Tabel 1. Perbandingan Adsorpsi Kimia dan Adsorpsi Fisis

Kriteria Adsorpsi Kimia Adsorpsi Fisis

Panas

Adsorpsi

10-100 kcal/mol 1-15 kcal/mol

Energi

Aktivasi

Tinggi, >20 kcal/mol

untuk desorpsi, kecuali

untuk adsorpsi kimia pada

Rendah, <2 kcal/mol untuk

desorpsi, kecuali jika

adsorpsi fisis terjadi pada

Page 3: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

permukaan yang tidak

diaktifkan

padatan yang porous,

tahanan difusi dapat

menaikkan energi aktivasi

Kecepata

n

Adsorpsi

Dapat cepat atau lambat

tergantung suhu

Cepat, namun dibatasi oleh

kecepatan difusi

Interval

Suhu

Dapat terjadi pada suhu

tinggi, biasanya di atas

titik didih

Terjadi pada suhu di

sekitar titik didih, tetapi

pada katalisator porous

adsorpsi ke mikropori

dapat terjadi > titik didih

Kegunaan

Proses

Adsorpsi

Keaktifan permukaan

katalisator, Reaksi

katalisis

Menemukan luas

permukaan katalisator da

distribusi pori

Adsorpsi fisis merupakan proses eksotermis dengan panas reaksi

adsorpsi sekitar 1-15 kcal/mol. Gaya tarik antar molekul dengan

permukaan adsorbent cukup lemah. Adsorpsi kimia biasanya

berlangsung lebih lambat daripada adsorpsi fisis. Jumlah gas

teradsorpsi menurun seiring dengan naiknya suhu dna di atas suhu

kritis hanya sedikit gas yang teradsorpsi. Panas adsorpsi hampir sama

dengan panas reaksi yaitu sekitar (10-100 kcal/mol) (Treybal, Robert

E., 1981).

Contoh dari adsorpsi fisis adalah pengambilan hidrogen murni

dengan memisahkan oksigen dan nitrogen pada proses sintesis gas,

sedangkan contoh dari adsorpsi kimia adalah pemurnian warna larutan

gula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan laju adsorpsi

adalah:

1. Luas Bidang Kontak

Semakin luas permukaan adsorbent, semakin banyak

adsorbat yang diserap.

Page 4: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

2. Waktu Kontak

Lebih lama waktu kontak memungkinkan penempelan

adsorbat berlangsung lebih baik.

3. Konsentrasi

Semakin besar konsntrasi, maka semakin cepat kecepatan

transfer massanya.

4. Porositas Bahan

Semakin besar porositas bahan, semakin cepat transfer

massanya.

5. Afinitas Solute untuk Adsorbant

Senyawa non polar lebih mudah diambil oleh adsorbent non

polar, begitu pula sebaliknya.

Adsorpsi biasanya digambarkan melalui kurva isotherm, yaitu

jumlah adsorbat pada adsorben sebagai fungsi dari tekanan parsial

(gas) atau konsentrasi (cair) pada suhu tertentu. Kuantitas bahan

teradsorpsi hampir selalu dinormalkan dengan massa adsorben untuk

memungkinkan perbandingan material yang berbeda (Perry, R.H.,

1984).

Beberapa contoh kurva isotherm diantaranya Isotherm Langmuir

dan Freundlich.

1. Isotherm Langmuir

Isotherm Langmuir dikembangkan untuk menggambarkan

kuantitas gas teradsorpsi atas permukaan padatan pada suhu

tetap. Pendekatan mengasumsikan bahwa hanya satu gas

yang teradsorpsi.

Secara umum, Isotherm Langmuir dinyatakan dnegan

persamaan:

θA=K A .P A

(1+K A . PA)(1)

dengan, θA = tingkat adsorpsi zat A

Page 5: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

KA = tetapan kesetimbangan zat A

PA = tekanan parsial zat A

θA=q A

qsat

(2)

dengan,qA = jumlah zat A yang teradsorpsi per-satuan

massa adsorbent

qsat = jumlah zat A yang teradsorpsi per-satuan

amssa adsorbent dalam keadaan jenuh

2. Isotherm Freundlich

Isotherm Freundlich adalh isotherm yang mengasumsikan

penurunan panas adsorpsi secara logaritmik. Hubungan

antara jumlah adsorpsi terserap dengan tekanan parsial

adalah:

q A=k .PAc (3)

dengan, PA = tekanan parsial

k dan c adalah konstanta

III. PELAKSANAAN PERCOBAAN

A. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Boraks

2. NaOH teknis

3. Asam asetat glasial

4. Larutan HCl X N

5. Arang aktif

6. Indikator phenolphtalein

7. Indikator methyl orange

8. Kerats saring

9. Aquadest

Page 6: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

B. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah

C. Cara Kerja

1. Standardisasi Larutan HCl dengan Larutan Boraks

Mula-mula larutan boraks 0,2 N dibuat dengan menimbang

3,8088 gram boraks dalam gelas arloji menggunakan neraca

analisis digital dan dilarutkan dengan aquadest sampai volume

larutan mencapai 100 ml ke dalam labu ukur 100 ml. Sampel

larutan boraks diambil sebanyak 10 ml dalam erlenmeyer 125

ml kemudian ditambah masing-masing sampel indikator methyl

orange sebanyak tiga tetes. Buret diisi dengan larutan HCl X N.

Lalu sampel dititrasi dengan larutan HCl X N sampai terjadi

perubahan warna sampel dari kuning menjadi merah abta dan

volume HCl X N yang diperlukan untuk titrasi dicatat. Titrasi

dilakukan sekali lagi untuk 10 ml sampel lain.

2. Standardisasi Larutan NaOH

Larutan NaOH 0,2 N dibuat dengan menimbang 4,0166 gram

NaOH teknis dalam botol timbang menggunakan neraca

analisis digital dan dilarutkan dengan aquadest sampai volume

500 ml ke dlaam gelas beker 600 ml dan diaduk samapi

homogen. Buret lalu diisi dengan larutan NaOH. Larutan HCl

yang telah distandardisasi (HCl X N) diambil sebanyak 25 ml

dalam erlenmeyer 125 dan ditambahkan masing-masing tiga

tetes indikator phenolphtalein. Larutan HCl dititrasi dengan

larutan NaOH sampai warna larutan menjadi pink tua dan

volume NaOH yang digunakan dicatat. Titrasi diulangi untuk

25 ml larutan HCl yang lain.

3. Adsorpsi Asam Asetat dengan Arang Aktif

Mula-mula larutan CH3COOH dibuat dengan melarutkan

28,60 ml CH3COOH glasial dengan aquadest dalam labu ukur

500 ml sampai volume 500 ml. Larutan CH3COOH diencerkan

Page 7: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

ke dalam labu ukur 100 ml sehingga diperoleh larutan dengan

konsentrasi 0,8 N; 0,6 N; 0,4 N; 0,25 N; 0,1 N dengan

kebutuhan larutan CH3COOh masing-masing konsentrasi per-

100 ml sebanyak 80 ml; 60 ml; 40 ml; 25 ml; 15 ml; 10 ml.

Sebanyak 75 ml larutan CH3COOH diambil untuk masing-

masing konsentrasi lalu dimasukkan dalm tujuh buah

erlenmeyer 250 ml dengan menambahkan 7,5 gram arang aktif

ke dalma masing-masing erlenmeyer. Larutan lalu dimasukkan

ke dalam shaker waterbath dan shaker waterbath dihidupkan

serta larutan dalam shaker waterbath (di luar erlenmeyer)

minimal sama dengan permukaan larutan dalam erlenmeyer.

Suhu air dalam shaker waterbath dicatat saat erlenmeyer

dimasukkan. Pencatatn dilakukan dengan selang waktu satu

jam hingga didapat tiga data. Masing-masing larutan disaring

dnegan kertas saring ke dalam erlenmeyer 250 ml dan masing-

masing filtrat diambil 5 ml untuk konsentrasi 1 N; 0,8 N; 0,6 N;

dan 0,4 N. Lalu 10 ml untuk konsentrasi 0,25 N dan 15 ml

untuk konsentrasi 0,15 N dan 0,1 N. Masing-masing larutan

dititrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandardisasi

dengan menambahkan phenolphtalein pada masing-masing

larutan. Perubahan warna diamati untuk masing-masing larutan

yang dititrasi sambil menggoyangkan erlenmeyer. Titrasi

dihentikan pada saat terjadi perubahan warna dari jernih

menjadi pink tua dan volume NaOH yang digunakan dicatat.

4. Titrasi Larutan Blangko

Mula-mula sebanyak 5 ml larutan asam asetat 1N; 0,8 N; 0,6

N; dan 0,4 N, 10 ml untuk larutan asam asetat 0,25 N, 15 ml

untuk larutan asam asetat 0,15 N; dan 0,1 N yang telah disaring

diambil dan dimasukkan masing-masing larutan ke dalam

erlenmeyer 250 ml. Masing-masing larutan dititrasi dengan

larutan NaOH yang telh distandardisasi dan dengan

Page 8: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

menambahkan indikator phenolphtalein pada masing-masing

larutannya. Perubahan warna yang terjadi diamati untuk

masing-masing larutan yang dititrasi sambil menggoyangkan

erlenmeyer 250 ml. Titrasi dihentikan pada saat terjadi

perubahan warna dari jernih menjadi pink tua dan volume

NaOH yang digunakan dicatat.

D. Analisis Data

1. Standardisasi Larutan HCl

Nboraks=WMr

×2V

(4)

dengan, W = berat boraks, gram

Mr= berat molekul boraks, gram/mol

V = volume larutan boraks, liter

Menghitung normalitas HCl

V HCl×N HCl=V Boraks×Nboraks (5)

Normalitas rata-rata HCl

N HCl=N HCl1+N HCl 2

2(6)

2. Menghitung Normalitas NaOH

V NaOH×N NaOH=V HCl×N HCl (7)

Normalitas rata-rata NaOH

N NaOH=N NaOH 1+N NaOH2

2(8)

3. Membuat Larutan Asam Asetat dalam berbagai konsentrasi

V 1 ×N1=V 2 ×N2 (9)

dengan, N1 = normalitas larutan CH3COOH sebelum

pengenceran, N

V1 = volume larutan CH3COOH 1 N yang diambil,

ml

N2 = normalitas larutan CH3COOH setelah

pengenceran, N

Page 9: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

V2 = volume larutan CH3COOH setelah

pengenceran, ml

4. Menghitung Suhu Rata-Rata Percobaan Adsorpsi

SuhuRata−Rata (T )=T1+T 2+T 3

3(10)

dengan, T1 = suhu air dalam shaker waterbath awal, ⁰C

T2 = suhu air dalam shaker waterbath setelah 1 jam,

⁰C

T3 = suhu air dalam shaker waterbath setelah 2 jam,

⁰C

T = suhu air dalam shaker waterbath rata-rata, ⁰C

5. Adsorpsi Asam Asetat

a. Menghitung Konsentrasi Awal dan Akhir Asam Asetat

Konsentrasi awal (sebelum adsorbsi) asam asetat:

C A0=

N NaOH×V NaOH

V CH 3COOH

(11)

dengan, CA0 = konsentrasi larutan CH3COOH awal

sebelum adsorpsi, N

NNaOH = konsentrasi larutan NaOH, N

VNaOH = volume larutan NaOH, N

VCH3COOH = volume larutan CH3COOH, N

Konsentrasi akhir (setelah adsorpsi) asam asetat:

C A=N NaOH×V NaOH

V CH 3COOH

(12)

dengan, CA = konsentrasi larutan CH3COOH awal setelah

adsorpsi, N

b. Menghitung Kadar Asam Asetat dalam Arang Aktif setelah

Setimbang

Daru neraca massa asam asetat, setelah kesetimbangan

diperoleh persamaan:

V 0 ×C A0=C A ×V 0+W 0 ×X A (13)

Page 10: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

X A=V 0 ׿¿ (14)

dengan, XA = kadar asam asetat setelah setimbang, mol

CH3COOH/gram arang aktif

V0 = volume asam asetat, L

W0 = berat arang aktif, gram

c. Mencari Hubungan/Persamaan yang Tepat antara XA VS

CA

i. Metode Langmuir

Hubungan XA VS CA adalah:

X A=X¿

A ×k ×C A

1+k×CA

(15)

1X A

= 1X¿

A ×k ×C A

+ 1X¿

A

(16)

Jika dimisalkan:

1X A

= y ;1CA

= x ;1

X¿A ×k

=A ;1

X¿A

=B

Maka persaman menjadi:

y=Ax+B (17)

A=n∑ xy−∑ x∑ y

n∑ x2−¿¿(18)

B=∑ y−A∑ x

n(19)

Setelah mendapatkan nilai A dan B, dapat dicari

konstanta Langmuir dari permisalan sebelumnya.

X ¿A=

1B

k= BA

Kesalahan Relatif =| y percobaan− y persamaan

y percobaan|×100 %

(20)

ii. Metode Freundlich

Page 11: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Hubungan XA VS CA adalah:

X A=k ×CA (21)

ln X A=lnX+ 1n

ln C A (22)

Jika dimisalkan: ln X A= y ; lnk=B;1n=A ; lnC A=x

Maka persamaan menjadi:

y=Ax+B (23)

A=n∑ xy−∑ x∑ y

n∑ x2−¿¿(24)

B=∑ y−A∑ x

n(25)

Setelah mendapat nilai A dan B, dapat dicari

konstanta dari pemisalan sebelumnya.

k=eB

n= 1A

Kesalahan Relatif =| y percobaan− y persamaan

y percobaan|×100 %

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan adsorpsi asam asetat dengan arang aktif ini,

adsorben yang digunakan adalah arang aktif. Hal ini dikarenakan arang

aktif memiliki kerapatan yang tinggi dan permukaan kontak yang luas

sehingga proses yang terjadi merupakan penyerapan pada permukaan

saja.

Asam asetat dipilih sebagai adsorbat pada percobaan ini karena

asam asetat tidak beracun, tidak volatil, dan tidak bereaksi dengan

arang aktif sehingga proses adsorpsi disebabkan oleh energi

intermolekuler saja dari interaksi adsorben dengan adsorbat.

Page 12: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Pada proses adsorpsi ini juga dilakukan penggojogan

menggunakan shaker waterbath. Penggojogan ini bertujuan untuk

memepercepat terjadinya adsorpsi. Selain itu, diharapkan penggojogan

terjadi dengan kecepatan yang konstan. Di dalam shaker waterbath,

terdapat air untuk memanaskan erlenmeyer berisi larutan asam asetat

dan karbon aktif. Air tersebut berfungsi agar proses adsorpsi tetap

berjalan isothermis sehingga pengaruh dari perubahan suhu terhadap

kecepatan adsorpsi dapat diabaikan. Di samping itu, ketinggian air

dalam shaker waterbath dijaga agar lebih tinggi dari permukaan larutan

dalam erlenmeyer supaya seluruh larutan berkontak dengan air

sehingga penyebaran suhu berjalan dengan efektif.

Dari percobaan diperoleh hubungan konsentrasi akhir asam

asetat (CA) dengan fraksi/kadar asam asetat setelah setimbang (XA).

0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.00000.0000

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

0.0006

0.0007

0.0008

Xa percobaanLinear (Xa percobaan)

Ca

Xa

Gambar 4. Grafik Hubungan XA VS CA Berdasarkan Hasil

Percobaan

Jika dilihat sepintas, garis grafik berwarna biru memeiliki

kecenderungan tersendiri, kecuali pada data dengan CA=0,1949 dan

CA=0,1234 yang mengalami penyimpangan. XA terendah terdapat

pada CA=0,1949, dan XA tertinggi terdapat pada CA=0,8647.

Kecenderungan grafik ini kurang lebih sesuai dengan garis

Keterangan:

Page 13: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

linierisasinya. Dengan artian, semakin tinggi XA, semakin tinggi pula

CA.

Hubungan antara XA dan CA dapat didekati dengan dua

metode, yaitu metode Langmuir dan metode Freundlich.

0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.00000.0000

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

0.0006

0.0007

0.0008

Xa percobaanXa persamaan

Ca

Xa

Keterangan:

Gambar 5. Grafik Hubungan XA VS CA Berdasarkan Metode

Langmuir

Gambar 6. Grafik Hubungan XA VS CA Berdasarkan Metode

Freundlich

Pada gambar 5, terlihat garis grafik yang dihasilkan memiliki

kecenderungan positif. Dalam artian, grafik pada gambar 5 memiliki

kesesuaian dengan grafik sebelmunya. Kesalahan reltif yang didapat

melalui metode ini adalah sebesar 42,0062%.

Sedangkan pada gambar 6, kesalahan relatof yang didapat jauh

lebih kecil daripada metode Langmuir, yakni hanya sebesar 4,1178%.

Meskipun demikian, kecenderungan garis grafik yang dimiliki metode

ini sama seperti grafik awal dan grafik dengan metode Langmuir.

Dari ketiga grafik yang ada, dapat dilihat bahwa penyimpangan

terjadi pada sampel 5 dan 6, dimana letak titiknya berada lebih rendah

dari sampel 7. Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan teori,

Keterangan:

y = 0,7354x-7,2957

Page 14: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

diaman seharusnya sampel 5 dan sampel 6 berada di titik yang lebih

tinggi dari sampel 7.

Jika dilihat dari perbandingan grafik awal dengan grafik yang

didekati dengan metode tertentu, metode Freundlich lebih baik

daripada metode Langmuir karena metode Freundlich dapat mendekati

garis grafik percobaan lebih dekat daripada metode Langmuir. Selain

itu, kesalahan relatif yang dihasilkan metode Freundlich jauh lebih

kecil daripada metode Langmuir.

Asumsi-asumsi yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Penimbangan dengan neraca analisis digital tepat.

2. Pengenceran dilakukan secara tepat.

3. Penggojogan dalam shaker waterbath terjadi secara

isothermal.

4. Penghentian titrasi tepat pada saaat terjadi kestimbangan.

5. Kesetimbangan adsorpsi padat-cair tercapai dalam waktu 2

jam.

Sedangkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan

relatif:

1. Perubahan suhu yang menyebabkan pengaruh terhadap hasil

percobaan, padahal proses isothermal yang dikehendaki

dalam proses ini.

2. Penjepitan erlenmeyer dalam shaker waterbath tidak kuat

sehingga ada sebagian erlenmeyer yang tergoyang dengan

kecepatan yang tidak sama dnegan erlenmeyer lain.

3. Penghentian titrasi tidak tepat pada saat terjadi

kesetimbangan.

4. Penimbangan tidak dilakukan secara tepat.

5. Pengenceran tidak dilakukan secara tepat.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

Page 15: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

1. Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan cairan atau gas

pada permukaan suatu padatan (adsorben).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah luas

bidang kontak, waktu kontak, konsentrasi, porositas bahan,

afinitas solute adsorbant.

3. Hasil Percobaan:

a. Metode Langmuir

- Persamaan:

y=426,3729 x+2616,1181

X A=y−2616,1181

426,3729

- Kesalahan Relatif Rata-Rata = 47,0062%

b. Metode Freundlich

- Persamaan:

y=0,7354 x−7,2957

X A=y+7,2957

0,7354

- Kesalahan Relatif Rata-Rata = 4,1178%

4. Berdasarkan hasil kesalahan relatif rata-rata, metode

Freundlich lebih baik daripada metode Langmuir karena

memiliki keslahan relatif yang lebih kecil.

5. Hasil percobaan sesuai dengan teori diaman semakin besar

konsentrasi adsorbat maka semakin besar pula kadar

penyerapan oleh adsorben.

VI. DAFTAR PUSTAKA

McCabe, W.C., Smith, J.C., and Harriot P., 1993, “Unit Operation of

Chemical Engineering”, 5.ed, PP.813-814, McGraw-Hill

International, New York.

Perry, R.H., 1984, “Perry’s Chemical Engineers Handbook”, 6.ed, PP

16.5-16.48, McGraw-Hill International, New York.

Page 16: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Treybal, Robert E., 1981, “Mass-Transfer Operation”, 3.ed, PP.580-

600, McGraw-Hill International, New York.

VII. LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

1. Hazard Proses

Pada percobaan ini digunakan shaker waterbath untuk

menggojog erlenmeyer. Dengand emikian, praktikan harus

berhati-hati karena dalam menyalakan shaker waterbath

memerlukan kontak listrik. Steker harus selalu dijaga agar tidak

terkena cairan apapun karena bahaya hubungan singkat. Jika

praktikan tidak berhati-hati, dapat terjadi luka bakar pada kulit.

2. Bahan Kimia

a. Aquadest

Bahan kimia ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak

perlu penanganan khusus untuk penyimpanan dan

pertolongan jika terpapar.

b. Phenplphtalein

Senyawa ini bersifat flammable, irritant, non-explosive,

non-corrosive, tidak berwarna, dan reaktif dengan

oksidator. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram mata

dengan banyak air minimal 15 menit. Jika terkena kulit,

segera siram dengan banyak air minimal 15 menit dan

gunakan sabun serta krim anti bakteri. Jika terhirup, segera

bawa korban ke tempat terbuka dan beri pernafasan buatan

jika pingsan. Lepaskan aksesoris yang sifatnya menekan

seperti ikat pinggang dan berhati-hati pada saat memberi

nafas buatan supaya tidak ikut terpapar bahan kimia yang

beracun ini. Segera hubungi petugas medis jika keadaan

semakin parah.

c. Natrium Hidroksida

Page 17: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Senyawa ini bersifat higroskopis, non-flammable, korosif,

irritant, beracun, non-explosive, dan berupa padatan. Jika

mata terpapar, segera basuh dan siram mata dengan banyak

air minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram

dengan air dan lepaskan pakaian yang terkena bahan kimia,

cuci kulit dengan desinfektan, lalu oleskan krim anti-

bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat

terbuka. Jiak korban pingsan, beri nafas buatan. Jika

tertelan, segera hubungi petugas medis.

d. Asam Hidroklorida

Senyawa ini bersifat korosif, irritant, non-flammable, non-

explosive, non-toxic, dan berwujud cairan. Jika mata

terpapar, segera basuh dan siram mata dengan banyak air

minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram dengan

banyak air pada bagian kulit yang terkena minimal 15

menit, dan gunakan sabun desinfektan dan krim anti

bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat

terbuka. Jika korban pingsan, beri nafas buatan. Jika

tertelan, segera hubungi petugas medis.

e. Methyl Orange

Senyawa ini bersifat toxic, non-explosive, non-flammable,

irritant, non-corrosive, dan berwujud cair. Jika mata

terpapar, segera basuh dan siram mata dengan banyak air

minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram dengan

banyak air pada bagian kulit yang terkena minimal 15

menit, dan gunakan sabun desinfektan dan krim anti

bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke tempat

terbuka. Jika korban pingsan, beri nafas buatan. Jika

tertelan, segera hubungi petugas medis.

f. Boraks

Page 18: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Senyawa ini bersifat non-explosive, non-flammable, dan

irritant. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram mata

dengan banyak air minimal 15 menit. Jika terkena kulit,

segera siram dengan banyak air pada bagian kulit yang

terkena minimal 15 menit, dan gunakan sabun desinfektan

dan krim anti bakteri. Jika terhirup, segera bawa korban ke

tempat terbuka. Jika korban pingsan, beri nafas buatan. Jika

tertelan, segera hubungi petugas medis.

g. Karbon Aktif

Senyawa ini bersifat non-explosive, non-toxic, flammable,

non-corrosive, irritant, dan berwujud padat. Jika mata

terpapar, segera basuh dan siram mata dengan banyak air

minimal 15 menit. Jika terkena kulit, segera siram dengan

banyak air pada bagian kulit yang terkena.

h. Asam Asetat

Senyawa ini bersifat non-explosive, non-toxic, corrosive,

dan irritant. Jika mata terpapar, segera basuh dan siram

mata dengan banyak air minimal 15 menit. Jika terkena

kulit, segera siram dengan banyak air pada bagian kulit

yang terkena minimal 15 menit, dan gunakan sabun

desinfektan dan krim anti bakteri. Jika terhirup, segera

bawa korban ke tempat terbuka. Jika korban pingsan, beri

nafas buatan. Jika tertelan, segera hubungi petugas medis.

B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri

Alat perlindungan diri yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Jas laboratorium lengan panjang untuk emlindungi tubuh dari

percikan zat berbahaya.

2. Masker untuk melindungi saluran pencernaan dan pernafasan

dari bahan kimia.

3. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat yang irritant

dan corrosive.

Page 19: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

4. Sepatu tertutup untuk emlindungi kaki dari percikan bahan

kimia corrosive.

5. Goggle untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia

corrosive, irritant dan toxic.

C. Manajemen Limbah

Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini adalah:

1. Limbah Boraks

Masukkan limbah ke wadah limbah non-halogen.

2. Limbah HCl

Masukkan limbah ke wadah limbah asam karena larutan ini

merupakan asam kuat.

3. Limbah NaOH

Masukkan limbah ke wadah limbah basa karena larutan ini

tergolong basa kuat.

4. Limbah Asam Asetat

Masukkan limbah ke wadah limbah asam.

5. Limbah Arang Aktif

Masukkan limbah ke ember yang telah disediakan setelah

terpisah dari larutan asam asetat.

6. Limbah Hasil Titrasi HCl dengan Boraks

Masukkan limbah ke wadah limbah halogen.

7. Limbah Hasil Titrasi NaOH dengan HCl

Masukkan limbah ke wadah limbah halogen.

8. Limbah Hasil Titrasi Asam Asetat dengan NaOH

Masukkan limbah ke wadah limbah non-halogen.

9. Limbah Filtrat Hasil Penyaringan

Masukkan limbah ke wadah limbah asam karena filtrat

merupakan hasil penyaringan larutan asam asetat.

D. Data Percobaan

Suhu air dalam shaker waterbath awal : 36,00 ⁰C

Suhu air dalam shaker waterbath setelah 1 jam : 35,50 ⁰C

Page 20: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

Suhu air dalam shaker waterbath setelah 2 jam : 35,00 ⁰C

a. Pembuatan Larutan Boraks 0,2 N

Berat Boraks : 3,8088 gram

Volume Boraks : 100,00 ml

Daftar II. Standardisasi Larutan HCl Standar

No Volume Boraks, ml Volume HCl, ml

1 10,00 18,70

2 10,00 18,60

b. Pembuatan NaOH 0,2 N

Berat NaOH : 4,0166 gram

Volume NaOH : 500,00 ml

Daftar III. Standardisasi Larutan NaOH 0,2 N

N

o Volume HCl Volume NaOH

1 25,00 16,40

2 25,00 16,30

c. Titrasi Larutan Asam Asetat dengan NaOH

Daftar IV. Hasil Titrasi Larutan Asam Asetat dengan Larutan

NaOH

No

Konsentrasi 

Asam Asetat,

N

Volume 

Asam As

etat, ml

Berat Arang 

Aktif, gram

Volume Larutan

NaOH 0.2 N

sebelum sesudah

1 1,00 5,00 7,5053 28,70 26,40

2 0,80 5,00 7,5080 22,80 20,60

3 0,60 5,00 7,5057 17,50 16,50

4 0,40 5,00 7,5005 11,80 10,80

5 0,25 10,00 7,5059 12,50 11,90

6 0,15 15,00 7,5078 12,40 11,30

7 0,10 15,00 7,5014 8,60 6,90

E. Perhitungan

Page 21: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

1. Standardisasi Larutan HCl

N Boraks=3,8088×2

381,37×0,10

N Boraks=0,1997 N

Menghitung normalitas HCl dapat dilakukan dengan persamaan

(5).

Contoh perhitungan untuk sampel 1:

N HCl1=10,00×0,1997

18,70

N HCl1=0,1068 N

Dengan cara yang sama, didapat daftar V.

Daftar V. Data Hasil Perhitungan Normalitas HCl

No Volume Boraks, ml Volume HCl, ml N HCl, N

1 10,00 18,70 0,1068

2 10,00 18,60 0,1074

Sehingga, normalitas rata-rata HCl dapat dicari dengan

persamaan (6).

N HCl=0,1068+0,1074

2

N HCl=0,1071N

2. Menghitung Normalitas NaOH

Menghitung normalitas NaOH dapat dicari dengan persamaan

(7).

Contoh perhitungan untuk sampel 1:

N NaoH1=25,00×0,1071

16,40

N NaOH 1=0,1633 N

Dengan cara yang sama, didapat daftar VI.

Daftar VI. Data Hasil Perhitungan Normalitas NaOH

No Volume HCl, ml

N HCl,

N Volume NaOH, ml N NaOH, N

1 25,00 0,1071 16,40 0,1633

Page 22: Adsorpsi Asam Asetat Resmi

2 25,00 0,1071 16,30 0,1643

Sehingga, normalitas rata-rata HCl dapat dicari dengan

persamaan (8).

N NaOH=0,1633+0,1643

2

N NaOH=0,1638 N

3. Membuat Larutan Asam Asetat dalam Berbagai Konsentrasi

Contoh perhitungan untuk membuat larutan asam asetat 0,80 N

menggunakan persamaan (9).