30

Click here to load reader

AFH laporan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AFH laporan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mobilitas penduduk yang besar serta perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi tidak bisa kita pungkiri lagi dapat membuat kondisi lingkungan

semakin memburuk. Banyaknya kendaraan bermotor serta pabrik-pabrik yang

banyak menghasilkan gas emisi (CO dan CO2). Sejak dimulainya revolusi

industri di Inggris hingga revolusi telekomunikasi zaman sekarang telah

terjadi peningkatan persentase CO2 di muka bumi akibat aktivitas produksi

dan konsumsi. meningkatnya kadar CO2 di atmosfer menjadikan bumi tambah

panas, memberikan efek “Global Warming” dan selanjutnya “Global Climate

Change“ (Raub, 2004).

Selain itu, banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang banyak

mengeluarkan gas emisi (CO) memberikan kontribusi besar terhadap

terjadinya pencemaran lingkungan. Berdasarkan data Statistik tahun 2010,

hampir 200 juta orang di DKI Jakarta menggunakan kendaraan berbahan

bakar premium dan solar yang memicu terjadinya pencemaran di ibu kota

(Jakarta Express, 2011).

Banyaknya pencemaran yang terjadi akibat zat emisi tersebut (karbon

dioksida dan karbon monoksida) yang menyebabkan banyak kerugian bagi

lingkungan maupun manusia membuat kami berinisiatif untuk mengukur

besarnya kandungan CO dan CO2 pada tempat percobaan tertentu, dan

membandingkannya dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.

1

Page 2: AFH laporan

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui cara mengoperasikan alat ukur CO dan CO2 (Gas

probe)

2. untuk mengetahui seberapa besar kandungan CO dan CO2 pada

suatu tempat tertentu (Lab Terpadu dan Parkiran FKM Unhas)

3. untuk mengetahui dan membandingkan nilai CO dan CO2 yang

diperoleh dari hasil percobaan dengan Nilai Ambang Batasnya.

2

Page 3: AFH laporan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbon Monoksida

1. Sifat fisika dan kimia

Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon

monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan

karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon

monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada

suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO

mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu

membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.

2. Sumber dan distribusi

Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah,

tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, karbon monoksida

yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfer,

pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.

Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang

menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari

sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh

dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan

bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak

seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran

sampah domestik. Di dalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling

3

Page 4: AFH laporan

tidak 90% dari CO di udara perkotaan berasal dari emisi kendaraan

bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para

perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang

dihisapnya.

Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur

rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian

ditemukan kadar CO yang cukup tinggi di dalam kendaraan sedan

maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari

kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin

dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan

jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari.

Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi

jalan dan bangunan di sekitarnya. Pemajanan CO dari udara ambien

dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi hemoglobin (HbCO)

dalam darah yang terbentuk dengan sangat pelan karena butuh waktu 4-

12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO di udara dan

HbCO dalam darah, oleh karena itu kadar CO di dalam lingkungan,

cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan.

Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran

sepajang hari adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang

dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8

jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih

4

Page 5: AFH laporan

mendekati gambaran dari respons tubuh manusia terhadap keracunan CO

dari udara.

Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor)

terutama berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar

fosil dan tungku masak. Kadarnya akan lebih tinggi bila ruangan tempat

alat tersebut difungsikan tidak memiliki ventilasi yang cukup. Namun

umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih

kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok. Beberapa

individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya.

Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu

lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam,

industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran.

Pemajanan CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas

perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan

bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan di dalam darah

para pekerja bengkel tersebut bisa mengandung HbCO sampai lima kali

lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang bekerja di jalan raya

diketahui mengandung HbCO dengan kadar 4-7,6% (perokok) dan 1,4-

3,8% (bukan perokok) selama sehari bekerja. Sebaliknya kadar HbCO

pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang

dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara menunjukan bahwa 45 %

dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam

darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui

5

Page 6: AFH laporan

bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses

metabolismenya yang normal. Produksi CO di dalam tubuh sendiri ini

(endogenous) bisa sekitar 0,1-1% dari total HbCO dalam darah

(Wichaksana, 2003).

3. Dampak terhadap kesehatan

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah

kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin yaitu pigmen sel

darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini

menghasilkan pembentukan karboksi hemoglobin (HbCO) yang 200 kali

lebih stabil dibandingkan oksi hemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO

yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen

tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi

seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan

keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intraseluler

juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut.

Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah

menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang

parah. Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan

seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk

dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya

mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita

sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar

HbCO dalam darahnya sebesar 5-10%.

6

Page 7: AFH laporan

Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem saraf pusat dan sistim

kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat

berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka

waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas

jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya

perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak

dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi

dan terus menerus dapat terganggu atau terhambat pada kadar HbCO

yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar

ekuivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35

mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan

sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.

Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan

berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat

penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang

pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran

hilang pada HbCO 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan

pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak

proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap

pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6%

menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak

berbeda. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa paling sedikit untuk

orang bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO

7

Page 8: AFH laporan

dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO

yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan

denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal sehingga menyebabkan

gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal.

Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan

risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO kemungkinan

mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut. Namun

tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida

menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO

mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat

berakibat serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau

paru-paru.

Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit

jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat

sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan

gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terpajan CO

dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%.

Walaupun wanita hamil dan janin yang dikandungnya akan

menghasilkan CO dari dalam tubuh dengan kadar yang lebih tinggi,

pajanan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan

dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat badan rendah.

Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan

bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal.

8

Page 9: AFH laporan

Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang

perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi

terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah

pemajanan akut pada kadar tinggi, walaupun masih memerlukan

penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di

lingkungan kerja yang dapat menggangggu pertubuhan janin pada

pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling sedikit satu jenis senyawa

hidrokarbon halogen yaitu metilen klorida (diklorometan), dapat

menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada metabolisme di

dalam tubuh setelah absorpsi terjadi. Karena senyawa ini termasuk

kelompok pelarut (sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk

menggantikan karbon tetraklorida yang beracun, maka keamanan

lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.

4. Pencegahan dan pengendalian

Sebelum melakukan ini kita terlebih dahulu harus mengetahui NAB

dari karbon monoksida tersebut, agar kita dapat mengontrol jumlah

senyawa tersebut dalam tubuh. NAB karbon monoksida bisa kita lihat

seperti yang telah ditentukan dalam PERMENAKERTRANS No. 13

tahun 2011.

Tabel.1 NAB Karbon Monoksida

NAB

BDS µg/m3

25 29

Sumber: PERMENAKERTRANS No. 13 Tahun 2011

9

Page 10: AFH laporan

Pencegahan dan pengendalian dapat kita lakukan terhadap sumber

atau penghasil gas CO dengan cara antara lain:

a. Sumber bergerak

1) merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik

2) melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala

3) memasang filter pada knalpot.

b. Sumber tidak bergerak

1) memasang scruber pada cerobong asap

2) merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian

secara berkala

3) menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar

CO rendah.

c. Manusia

Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku

mutu (10.000 µg/m3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24

jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-

upaya:

1) menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas

2) menutup/menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung

CO seperti sumur tua , goa , dan lain-lain.

10

Page 11: AFH laporan

5. Penanggulangan

Setelah melakukan pencegahan dan kontrol tetapi masih juga

terpapar akan CO maka kita dapat melakukan penanggulangan lebih

lanjut yaitu dengan:

a. mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan

exhaust fan

b. bila terjadi korban keracunan maka sebaiknya berikan pengobatan

atau pernafasan buatan dan kirim segera ke rumah sakit atau

puskesmas terdekat.

B. Karbon Dioksida

1. Sifat fisik dan kimia

Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.

Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan,

sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan

kehidupan hewan.

Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98

kg/m³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida

(O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak

bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar,

namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium.

Pada suhu −78,51°C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi

padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut

sebagai "dry ice". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang

11

Page 12: AFH laporan

kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering

biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat

yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung

menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain

dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.

2. Sumber karbon dioksida

Sumber utama penghasil emisi karbon dioksida secara global ada 2

macam. Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit

listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan.

Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang

dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap

1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga

batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbon dioksida per tahun.

Kedua, pembakaran kendaraan bermotor. Kendaraan yang

mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh

jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbon

dioksida ke udara.

3. Penanggulangan

Gas CO2 merupakan salah satu partikel pencemar udara. Jika CO2

berada di udara melebihi batas normal yang menurunkan kualitas udara

sampai pada batas yang mengganggu kehidupan.

12

Page 13: AFH laporan

Gas CO2 berasal dari pembakaran minyak, gas buang kendaraan,

gunung meletus dan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari mesin

mobil dan mesin knalpot.

Sebelum mengetahui dampak dan penanggulangan karbon diokasida

ada baiknya kita mengetahui NAB CO2 sesuai dengan

PERMENAKERTRANS No.13 tahun 2011.

Tabel.2 NAB Karbon Dioksida

NAB PSD/KTD

BDS µg/m3 BDS µg/m3

5000 9000 30.000 94.000

Sumber: PERMENAKERTRANS No. 13 Tahun 2011

Adapun akibat dari gas CO2 apabila melebihi ambang batas dapat

menyebabkan :

a. gangguan pernapasan

b. meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca.

Polutan yang berupa gas CO2 akan mengembang di udara dan

mempunyai sifat seperti kaca. Sinar matahari yang jatuh ke bumi tidak

akan dipantulkan oleh CO2 yang mengembang tetapi diteruskan. Sebagai

akibatnya suhu bumi makin meningkat. Hal tersebut merupakan dampak

jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya dapat mencairkan

es di kutub sehingga permukaan air laut di seluruh permukaan bumi

meningkat. Peningkatan air laut akan mampu menenggelamkan pulau.

13

Page 14: AFH laporan

Adapun cara-cara untuk penanggulangan gas CO2 ini adalah :

a. memperbanyak penanaman tumbuhan pelindung (reboisasi)

b. melengkapi cerobong asap pabrik dengan alat penyaring udara

serta menambah tinggi cerobong

c. menggunakan bahan bakar murni untuk mengurangi sisa

pembakaran gas CO2 yang berlebihan

d. mengolah sampah organik menjadi pupuk secara biologis.

14

Page 15: AFH laporan

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari jumat, 27 April 2012 pukul 14.00

sampai selesai.

Pengukuran pertama dilaksanakan di Laboratorium Terpadu FKM Unhas

lantai 3 dan pengukuran kedua dilaksanakan di parkiran motor FKM Unhas.

B. Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Gas Probe.

gambar 1Gas Probe

Sumber: google.com

C. Prinsip Kerja

Adapun prinsip kerja dari alat ini adalah sebagai berikut:

1. alat akan menangkap besarnya CO dan CO2 yang ada di udara

2. alarm pada Gas Probe akan berbunyi dalam kurun waktu tertentu sebagai

tanda besarnya kandungan CO dan CO2 di udara

3. alat ukur yang dipakai tidak boleh dalam keadaan baterai lemah (lowbat).

15

Page 16: AFH laporan

D. Cara Kerja

Adapun cara kerja penggunaan dari alat ini adalah sebagai berikut:

1. alat dinyalakan dengan cara tombol ON ditekan terlebih dahulu

2. alat diletakkan pada lokasi percobaan yang akan diukur kandungan CO

dan CO2-nya

3. setiap perubahan angka yang tertera pada layar Gas probe saat alarm

berbunyi harus dicatat

4. ini dilakukan secara terus-menerus sampai didapatkan 5 kali perubahan.

16

Page 17: AFH laporan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengukuran

1. Pengukuran karbon dioksida

Tabel. 3Pengukuran I ( Laboratorium Terpadu FKM Unhas Lantai 3 )

Pengukuran Hasil Pengukuran CO2 (ppm)

I 1650

II 1700

III 1750

IV 1780

V 1740

Rata-rata 1724

Sumber: data primer, 2012

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan kadar

tertinggi CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas sebesar 1780 (ppm)

dan rata-rata sebesar 1724 (ppm).

2. Pengukuran karbon monoksida

Tabel. 4Pengukuran II ( Parkiran Motor FKM Unhas )

Pengukuran Hasil Pengukuran CO (ppm)

I 30

II 25

III 35

IV 40

V 37

Rata-rata 33,4

Sumber: data primer, 2012

17

Page 18: AFH laporan

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan kadar

tertinggi CO di parkiran motor FKM Unhas sebesar 40 (ppm) dan rata-

rata sebesar 33,4 (ppm).

B. Pembahasan

1. Pengukuran karbon dioksida

Pengukuran yang kami lakukan adalah mengukur kandungan gas

CO2 di dalam laboratorium terpadu FKM Unhas. Berdasarkan

pengukuran yang kami lakukan sebanyak 5 kali perubahan, didapatkan

rata-rata kandungan gas CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas

sebesar 1724 ppm. Jika dibandingkan dengan NAB yakni 5000 ppm,

kadar CO2 dalam udara memenuhi standar yang telah di tentukan

menurut MENAKERTRANS No.13 tahun 2011, Sehingga tidak

menimbulkan efek negatif bagi orang yang beraktifitas di sekitarnya.

2. Pengukuran karbon monoksida

Pengukuran kedua yang kami lakukan adalah mengukur kandungan

gas CO di parkiran motor FKM Unhas. Berdasarkan pengukuran yang

kami lakukan sebanyak 5 kali perubahan, didapatkan rata-rata CO yang

ada di parkiran motor FKM Unhas sebesar 33,4 ppm. Jika dibandingkan

dengan nilai ambang batas CO dalam udara yakni sebesar 25 ppm, maka

dapat dikatakan bahwa hasil percobaan yang kami lakukan di parkiran

FKM Unhas melewati nilai ambang batas maka sebaiknya dilaksanakan

kontrol terhadap ini karena akan berdampak negatif bagi orang yang ada

di sekitarnya.

18

Page 19: AFH laporan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kadar karbon dioksida dan

karbon monoksida dalam udara dapat kami simpulkan bahwa:

1. kandungan gas CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas rata-rata

sebesar 1761,4 ppm sedangkan kandungan gas CO di parkiran FKM

Unhas rata-rata sebesar 35 ppm

2. berdasarkan nilai ambang batas CO dan CO2 dapat dikatakan bahwa

kandungan CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas tidak melewati

nilai ambang batas yakni 1761,4 ppm (NAB CO2 = 5000 ppm)

sedangkan kandungan CO di parkiran motor FKM Unhas melewati

nilai ambang batas yakni 33,4 ppm (NAB CO = 25 ppm).

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui kesempatan ini adalah :

1. sebaiknya ketika melakukan praktikum, praktikan dilengkapi dengan

buku panduan praktikum agar lebih jelas dan terarah praktikum yang

dijalankan

2. alat yang digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil

pengukuran lebih optimal

3. sebaiknya orang yang beraktifitas di parkiran motor FKM Unhas

menggunakan masker untuk mengurangi jumlah CO yang masuk ke

dalam saluran pernapasan karena kadar CO di parkiran motor FKM

Unhas melebihi NAB.

19