Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
STIMULASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Semester 3KEGIATAN BELAJAR I
1
PRODI D- III KEBIDANAN MEDANJURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
Modul ini membahas tentang konsep tumbuh kembang anak, dimana
modul ini akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa terhadap tumbuh
kembang anak. Pemahaman tentang tumbuh kembang anak sangat penting untuk
saudara pahami sebagai dasar dalam memberikan asuhan pada neonatus, bayi,
balita dan anak pra sekolah. Mater ini dalam modul ini akan menjelaskan tentang
konsep tumbuh kembang, deteksi dini tumbuh kembang dan stimulasi tumbuh
kembang, konsep bermain pada anak.
Pemahaman tentang tumbuh kembang neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah yang baik akan sangat mendukung saudara dalam memberikan asuhan
kebidanan pada anak. Karena anak mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap
tahap pertumbuhan dan perkembangan, maka pemahaman tentang tumbuh
kembang anak akan mampu mendasari saudara dalam memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar.
2
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar tentang stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain, diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang stimulasi tumbuh kem- bang dan konsep bermain pada anak secara benar.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar tentang stimulasi tumbuh kembang dan konsep bermain, diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang:
1. Pengertian Stimulasi Dan Bermain
2. Prinsip-Prinsip Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang
3. Fungsi Bermain Pada Anak
4. Alat Permainan Edukatif (APE)
5. Stimulasi dan Akivitas Bermain Pada Masa Balita dan Prasekolah
Berikut ini merupakan pokok-pokok materi yang akan saudara pelajari, meliputi:
1. Pengertian Stimulasi Dan Bermain,
2. Prinsip-Prinsip Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang,
3. Fungsi Bermain Pada Anak,
4. Alat Permainan Edukatif (APE),
5. Stimulasi dan Akivitas Bermain Pada Masa Balita dan Prasekola
3
1. Pengertian Stimulasi Dan Bermain
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar
individu anak (Soetjiningsih, 1995). Anak yang lebih banyak mendapat stimulasi
cenderung lebih cepat berkembang. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat
(reinforcement). Dengan memberikan stimulasi yang berulang dan terus menerus
pada setiap aspek perkembangan anak, berarti telah memberikan kesempatan pada
anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Menurut Moersintowarti (2002), stimulasi adalah perangsangan dan
latihan-latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan diluar
anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tuanya, anggota keluarga atau
orang dewasa lain di sekitar anak. Orang tua hendaknya menyadari pentingnya
memberikan stimulasi bagi perkembangan anak. Berdasarkan pedoman
pelaksanaan SIDTK (2005) stimulasi adalah kegiatan merang- sang kemampuan
dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus
pada setiap kesempatan.
Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan
menga- sah kemampuan anak secara terus menerus, akan semakin meningkatkan
kemampuan anak. Untuk memberikan stimulasi, dapat dilakukan dengan latihan
dan bermain. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat
berkembang dibanding anak yang kurang mendapat stimulasi. Aktivitas bermain
tidak selalu menggunakan alat-alat permainan, meskipun alat permainan penting
untuk merangsang perkembangan anak.
4
Membelai, bercanda, petak umpet dan sejenisnya yang dilakukan oleh
orang tua, mer- upakan aktivitas bermain yang menyenangkan bagi bayi dan balita
serta memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan anak. Meskipun
tidak menghasilkan komoditas tertentu misalnya keuntungan financial (uang),
orang tua harus memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain.
Dengan bermain anak akan memperoleh stimulasi mental yang merupakan
cikal bakal proses belajar untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, dan sebagainya. Selain
itu anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan
lainnya, sehingga dengan memberikan kebebasan bermain, orang tua tahu suasana
hati anak.
Bermain pada anak dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa
karena sama-sama melakukan suatu aktivitas. Misalnya dalam bermain, anak
dapat peran sebagai orang tua dan anak, akan ada pembagian tugas siapa yang
memerankan ibu, bapak dan anak. Walaupun stimulasi merupakan kebutuhan
yang penting bagi anak, tetapi saudara harus tahu bahwa dalam stimulasi ada
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Selanjutnya pelajari tentang prinsip-
prinsip dalam stimulasi tumbuh kembang berikut ini.
Membelai, bercanda, petak umpet dan sejenisnya yang dilakukan oleh
orang tua, merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan bagi bayi dan balita
serta memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan anak. Meskipun
tidak menghasilkan komoditas tertentu misalnya keuntungan financial (uang),
orang tua harus memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dengan
bermain anak akan memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal
proses belajar untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, dan sebagainya. Selain itu anak
bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya,
sehingga dengan memberikan kebebasan bermain, orang tua tahu suasana hati
5
anak. Bermain pada anak dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa
karena sama-sama melakukan suatu aktivitas. Misalnya dalam bermain, anak
dapat peran se- bagai orang tua dan anak, akan ada pembagian tugas siapa yang
memerankan ibu, bapak dan anak. Walaupun stimulasi merupakan kebutuhan
yang penting bagi anak, tetapi saudara harus tahu bahwa dalam stimulasi ada
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan. Selanjutnya pelajari tentang prinsip-
prinsip dalam stimulasi tumbuh kembang berikut ini.
2. Prinsip-Prinsip Dalam Stimulasi Tumbuh KembangPada dasarnya aktivitas bermain pada anak tidak hanya dengan alat
permainan saja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua
terhadap anaknya, seperti sentuhan, bercanda, dan belaian, merupakan aktivitas
yang menyenangkan bagi anak, terutama pada tahun pertama kehidupannya.
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak (2005) ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan agar aktivitas bermain bisa merupakan stimulasi yang efektif bagi
tumbuh kembang anak yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dari
orang-orang terdekatnya. Bermain yang dilakukan bersama orang
tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus mengetahui setiap
kelainan yang dialami anaknya.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan
meniru tingkah laku orang-orang didekatnya. Anak mudah sekali
meniru apa yang dilakukan orang-orang disekilingnya, karena belum
tahu makna perilaku yang baik dan buruk.
3. 3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok usia anak. Saat bermain
anak perlu teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya.
Namun saat-saat tertentu anak akan bermain sendiri untuk
menemukan kebutuhannya.
6
Teman diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam memahami perbe- daan.
4. Lakukan aktivits bermain secara bervariasi, menyenangkan bagi anak,
tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. Anak sehat memerlukan
aktivitas bermain yang bervariasi, baik secara aktif maupun pasif.
Pada anak sakit, keinginan untuk bermain umum ya menurun karena
energi yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya. Namun anak
tetap perlu bermain secara pasif, misalnya dengan nonton TV,
mendengar musik, dan menggambar.
5. Lakukan stimulasi terhadap 4 aspek perkembangan anak secara
bertahap dan berkelanjutan yaitu stimulasi terhadap motorik kasar,
matorik halus, bicara dan bahasa, mandiri dan sosialisasi.
6. Gunakan alat bantu permainan yang sederhana, aman dan ada
disekitar anak serta mempunyai unsur edukatif (alat permainan
edukatif/APE). Alat permainan harus dis- esuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya mem- perhatikan hal
ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
Namun hendaknya anak juga diperkenalkan perbedaan antara laki-laki
dan perempuan terutama dalam bentuk fisiknya. 8) Selalu beri pujian,
bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya. Hal ini perlu diberikan
untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya. Setelah saudara
mempelajari tentang prinsip-prinsip dalam stimulasi tumbuh
kembang, selanjutnya pelajari tentang fungsi bermain pada anak.
7
3. Fungsi BermainPada Anak Telah disinggung bahwa dunia anak tidak bisa
dipisahkan dengan dunia bermain. Keduanya bersifat universal pada
semua bangsa dan kultur. Diharapkan dengan bermain, anak mendapatkan
stimulasi yang cukup agar dapat berkembang secara optimal. Berkaitan
dengan hal tersebut, Wong (1995) menjelaskan bahwa bermain pada anak
hendaknya mempunyai fungsi-fungsi berikut.
1) Perkembangan sensori motor Aktivitas sensori motor merupakan
bagian yang berkembang paling dominan pada masa bayi.
Perkembangan sensori motor ini didukung stimulasi visual, stimulasi
pen- dengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.
Stimulasi sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan
direspons dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya.
2) Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting untuk
tahap permulaan perkembangan anak. Anak akan meningkatkan
perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatannya
misalnya dengan memberikan mainan berwarna-warni pada usia tiga
bulan pertama. Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) sangat pent-
ing untuk perkembangan bahasanya (verbal), terutama untuk tahun
pertama kehidupannya. Adanya sentuhan (stimulasi taktil) yang cukup
pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayang yang
diperlukan anak. Stimulasi semacam ini akan menimbulkan rasa aman
dan percaya diri anak sehingga akan lebih responsif dan berkembang.
Stimulasi kinetik akan membantu anak mengenal lingkungan yang
berbeda.
8
3) Perkembangan kognitif (Intelektual). Anak belajar mengenal
warna, bentuk/ukuran, tekstur dari berbagai macam obyek, angka, dan
benda. Anak belajar merangkai kata, berpikir abstrak, dan memahami
hubungan ruang seperti naik, turun, di bawah dan terbuka. Aktivitas
bermain juga dapat membantu perkembangan keterampilan dan
mengenal dunia nyata atau fan-tasi.
4) Sosialisasi Sejak awal masa anak, bayi telah menunjukkan
ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain, terutama terhadap
ibu. Dengan bermain, anak akan mengembangkan dan memperluas
sosialisasi, belajar mengatasi persoalan yang timbul, mengenal nilai-
nilai moral dan etika, belajar hal yang salah dan benar, serta
bertanggung jawab terhadap hal yang diperbuatnya. Pada tahun
pertama, anak hanya mengamati obyek di sekitarnya. Antara usia 2-3
tahun biasanya anak suka bermain peran seperti peran sebagai ayah,
ibu, dan lain-lain. Pada usia prasekolah, anak lebih banyak bergabung
dengan kelompok sebayanya (peer group) dan mempunyai teman
favorit.
5) Kreativitas Tidak ada situasi yang lebih
menguntungkan/menyenangkan untuk berkreasi daripada bermain.
Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya. Sekali anak
merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan berbeda, ia akan
memindahkan kreasinya ke situasi yang lain. Namun demikian, jika
terjadi perceraian, orang tua sibuk bekerja, atau orang tua tunggal
(single parent), dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk bermain
se- cara spontan dan perkembangan imaginasinya. Oleh karena itu
untuk mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkungan yang
mendukung.
9
6) Kesadaran Diri Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari
dirinya berbeda dengan yang lain, memahami dirinya sendiri. Anak
belajar memahami kelemahan dan kemampuannya dibanding anak
yang lain. Anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
7) Nilai-nilai Moral Anak belajar perilaku yang benar dan salah dari
lingkungan rumah maupun sekolah. Interaksi dengan kelompoknya
memberi makna untuk latihan moral mereka. Jika masuk dalam suatu
kelompok, anak harus taat terhadap aturan, misalnya kejujuran. Nilai
Terapeutik Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari
lingkungan. Dengan bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan
ketidakpuasan atas situasi sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat
diekspresikan di dunia nyata.
4. Alat Permainan Edukatif (APE)Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat
perkembangannya yang berguna untuk pengembangan aspek fisik, bahasa,
kognitif, dan sosial (Soetjiningsih, 1995). Pengem- bangan aspek fisik
dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, seperti belajar berjalan atau
merangkak, naik turun tangga, dan bersepeda. Pengembangan bahasa
dilakukan dengan melatih bicara dan menggunakan kalimat yang benar.
Pengembangan aspek kognitif dilakukan dengan pengenalan suara,
ukuran, bentuk, warna obyek, dan lain-lain, sedangkan pengembangan
aspek sosial dilakukan dengan berhubungan atau berinteraksi dengan
orang tua, saudara, keluarga dan masyarakat.
10
Untuk memberikan stimulasi berbagai aspek perkembangan,
diperlukan alat permainan yang bervariasi. Permainan yang monoton
membuat anak merasa bosan atau jenuh. Misalnya, saat anak bermain pasir
atau crayon perlu diselingi dengan aktivitas otot sep- erti bermain tali, naik
sepeda dan lain-lain. Dengan demikian ada keseimbangan antara bermain
aktif dan bermain pasif. Bermain pasif merupakan suatu hiburan atau
kesenan- gan yang diperoleh dari orang lain. Anak hanya melihat atau
mendengar saja, misalnya melihat gambar, mendengarkan cerita,
menonton TV, dan lain-lain.
Sedangkan bermain aktif merupakan aktivitas bermain yang
membuat anak memperoleh kesenangan yang dilakukan sendiri, yang bisa
dilakukan dengan:
1) Mengamati atau menyelidiki (exploratory play), misalnya memeriksa,
memperhatikan alat permainan, mencium, menekan dan kadang berusaha
membongkar;
2) Membangun (construction play), misalnya berusaha menyusun balok-
balok menjadi bentuk rumah, mobil, dan lain-lain;
3) Bermain peran (dramatic play), misalnya bermain sandiwara, rumah-
rumahan, dan boneka
4) Bermain bola voli, sepak bola dan lain-lain. Alat permainan hendaknya
tidak membahayakan anak dan sesuai tahapan usianya. Alat bermain untuk
anak dibawah satu tahun, tentunya tidak sesuai untuk anak diatas 1 tahun.
Sebaliknya mainan anak berusia 2-3 tahun seperti puzzle atau manik-
manik tentunya akan membahayakan bayi jika diberikan. Ada beberapa
syarat alat permainan edukatif yang perlu diperhatikan, yaitu;
11
1) Keamanan Alat
permainan untuk anak di bawah 1 tahun hendaknya tidak terlalu
kecil, catnya tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam dan tidak mudah
pecah, karena anak suka memasukkan benda kedalam mulut.
2) Ukuran dan berat
Prinsipnya mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia
anak. Bila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau
atau memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah
tertelan.
3) Desain APE
sebaiknya mempunyai desain yang sederhana, namun mempunyai
ukuran, susunan dan warna yang jelas. Selain itu, hendaknya tidak terlalu
rumit untuk menghindari kebingungan anak.
4) Fungsi yang jelas
APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli ke
4 aspek perkembangan anak.
5) Variasi APE
APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar
pasang), hendaknya tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi, sebaliknya
bila terlalu mudah, anak akan cepat bosan.
6) Universal
APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua kultur dan
bangsa. Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa
dimengerti oleh semua orang.
12
7) Tidak mudah rusak,
mudah didapat, dan terjangkau masyarakat luas Karena APE
berfungsi untuk stimulasi perkembangan anak, setiap lapisan mas-
yarakat, baik yang bertingkat sosial ekonomi tinggi maupun yang
rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bisa didesain sendiri
asal memenuhi persyaratan.
5. Stimulasi dan Aktivitas Bermain Pada Masa Balita dan
PrasekolahSebagaimana telah dijelaskan bahwa agar anak dapat tumbuh dan
berkembang optimal perlu ada stimulasi, salah satunya dengan aktivtas
bermain. Dalam melaksanakan aktivitas bermain, selalu harus
dipertimbangkan usia dan tingkat perkembangan anak, mengingat alat
permainan yang digunakan merupakan salah satu alat untuk menstimulasi
perkembangan anak. Menurut Wong (1998), aktivitas bermain dapat
diklasifikasikan berdasarkan isi dan karakteristik sosial (Wong, 1998).
Berdasarkan isi, bermain ditekank- an atau diutamakan pada aspek fisik,
meskipun demikian hubungan sosial tidak dapat diabaikan. Bermain diawali
dengan yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Bermain berdasarkan
isi, dapat dibedakan atas permainan yang berhubungan dengan orang lain
(social effective play), permainan yang berhubungan dengan kesenangan
(sense pleasure play), permainan dengan memperhatikan saja (unocupied
behavior), dan permainan tentang ketrampilan (skill play).
Berdasarkan karakteristik sosial, bermain merupakan interaksi antara
anak dan orang dewasa dan dipengaruhi oleh usia anak. Pada tahun-tahun
pertama, anak lebih suka bermain sendiri. Tipe bermain berdasarkan
karakteristik sosial di antaranya adalah permainan dengan mengamati teman-
temannya bermain (onlooker play),
13
permainan dengan bermain sendiri (solitary play), permainan bersama teman
tanpa interaksi (parallel play), permainan dengan bermain bersama tanpa
tujuan kelompok (associative play), permainan dengan bermain bersama yang
diorganisir (cooperative play). Agar stimulasi dapat efektif, tentunya
disesuaikan dengan usia dan tahap perkemban- gan anak.
Berikut ini stimulasi pada masa bayi, balita dan prasekolah yang meliputi
4 aspek yaitu motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian anak.
1) Masa bayi (0 – 1 tahun )
Stimulasi yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai
sejak dalam kandungan, misalnya dengan bisikan, sentuhan pada perut
ibu, gizi ibu cukup, dan menghindari pemicu stres yang mempengaruhi
psikologis ibu.
Setelah lahir, stimulasi langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun
pertama kehidupan, stimulasi diberikan untuk perkembangan sensori
motor, meskipun pada tahun berikutnya tetap harus dilakukan.
Stimulasi pada masa bayi bertujuan untuk:
a. Melatih dan mengevaluasi reflek-reflek fisiologis;
b. Melatih koordinasi mata dan tangan, mata dan telinga;
c. Melatih mencari obyek yang tidak kelihatan;
d. Melatih sumber asal suara;
e. Melatih kepekaan perabaan.
14
15
16
Karakteristik permainan pada masa bayi adalah permainan yang
memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (social affektive
play) dan permainan yang memberikan kesenangan (sense of pleasure play).
17
2) Masa Balita (1-5 tahun)Pada masa ini anak cenderung melekat pada satu macam mainan
yang diperlakukan sesuka anak. Tujuan bermain pada masa balita
terutama 1-3 tahun pertama (toddler) adalah :
a. Mengembangkan ketrampilan bahasa;
b. Melatih motorik halus dan kasar;
c. Mengembangkan kecerdasan (mengenal warna, berhitung);
d. Melatih daya imajinasi;
e. Menyalurkan perasaan anak.
Alat permainan yang dianjurkan misalnya lilin yang dapat
dibentuk, alat untuk meng- gambar, puzzle sederhana, manik-manik, alat-
alat rumah tangga. Pada masa ini keakuan anak sangat menonjol
(egosentris) dan belum mengerti makna memiliki sehingga sering anak
berebut mainan karena masing-masing menganggap mainan itu miliknya.
Berdasarkan karakteristik isi bermain, permainan anak pada masa
ini tergolong permainan untuk suatu ketrampilan (skill play), karena
mulai berkembang fase otonomi (kemandirian) dan independennya
(kebebasan). Pada tahun-tahun pertama, anak ter- kesan bermain bersama
dengan temannya tetapi tanpa interaksi (parallel play), karena
perkembangan sosialnya belum memadai. Yang perlu diperhatikan adalah
anak ber- main secara spontan dan bebas serta berhenti sesukanya.
Koordinasi motorik masih kurang, sehingga sering merusak
mainannya. Berikut ini stimulasi yang diperlukan pada masa balita yang
terbagi menjadi beberapa kelompok usia. Berdasarkan pedoman
pelaksanaan SDIDTKA (2005), pada masa balita kelompok stimulasinya
adalah usia 12-15 bulan, 15-18 bulan, 18-24 bulan, 24-36 bulan, 36-48
bulan dan 48-60 bulan.
18
19
20
21
22
1. Salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal adalah dengan bermain. Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.
2. Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menertus pada setiap kesempatan.
3. Stimulasi merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan mengasah kemampuan anak secara terus menerus, akan semakin meningkatkan kemampuan anak. Untuk memberikan stimulasi, dapat dilakukan dengan latihan dan bermain.
4. Prinsip-Prinsip Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang dari orang- orang terdekatnya.
b. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang didekatnya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok usia anak.
d. Lakukan aktivits bermain secara bervariasi, menyenangkan bagi anak, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
23
e. Lakukan stimulasi terhadap 4 aspek perkembangan anak secara bertahap dan berkelanjutan yaitu stimulasi terhadap motorik kasar, matorik halus, bicara dan bahasa, mandiri dan sosialisasi.
f. Gunakan alat bantu permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak serta mempunyai unsur edukatif (alat permainan edukatif/APE).
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Selalu beri pujian, bila perlu beri hadiah atas keberhasilannya. Hal ini perlu diberikan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.
5. Fungsi Bermain Pada Anak Bermain pada anak hendaknya mempunyai fungsi-fungsi berikut: Perkembangan sensori motor, Perkembangan kognitif (Intelektual), Sosialisasi, Kreativitas, Kesada- ran Diri, Nilai-nilai Moral, Nilai Terapeutik
6. Alat Permainan Edukatif (APE) Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak sesuai usia dan tingkat perkembangannya. syarat alat permainan edukatif yang perlu diperhatikan, yaitu; keamanan, Ukuran dan berat, Desain, Fungsi yang jelas,Variasi APE, Universal, Tidak mudah rusak, mudah didapat, dan terjangkau masyarakat luas
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu
alternative jawaban yang paling Anda anggap benar.
1. Yang dimaksud dengan stimulasi adalah:
a. upaya yang dilakukan orang tua untuk mengetahui kelainan anak
b. perangsangan yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mengetahui
tum- buh kembang anak
c. pelatihan yang diberikan oleh orang yang berada disekitar anak dengan
tujuan mengatasi masalah pertumbuhan anak
d. upaya pemerintah dalam program optimalisasi perkembangan anak balita
e. kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar anak
tum- buh dan berkembang secara optimal
2. Stimulasi kepada anak termasuk upaya untuk memenuhi kebutuhan akan:
a. Asih
b. Asuh
c. Asah
d. Aseh
e. Psikis
3. Salah satu upaya stimulasi dapat diberikan dalam bentuk:
a. Nutrisi B. Belajar
b. Bermain
c. Imunisasi
d. Penimbangan
24
4. Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan:.
a. Harganya
b. Kesukaan anak
c. Jenis permainan
d. Kemampuan orang tua
e. Usia dan jenis kelamin anak
5. Yang bukan merupakan prinsip stimulasi adalah:..
a. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik.
b. Lakukan stimulasi terhadap aspek pertumbuhan
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok usia anak.
d. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying
e. Lakukan aktivits bermain secara bervariasi, menyenangkan bagi anak,
tanpa paksaan dan tidak ada hukuman Evaluasi Formatif
6. Salah satu fungsi bermain bagi anak adalah: a. Meningkatkan fisik anak b. Mengurangi stressor pada anak c. Mengurangi gangguan pada anak d. Pengembangan kemampuan sosialisasi e. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam pengasuhan anak
7. Bentuk stimulasi yang berguna untuk meningkatkan pengembangan aspek fisik anak adalah: a. Menggambar b. Melatih bicara c. Bermain drama d. Belajar berjalan e. Bermain ular tangga
25
8. Stimulasi yang bertujuan untuk pengembangan aspek kognitif dilakukan dengan cara berikut: a. Belajar menggambar b. Belajar berjalan dan berlaric. Belajar berenang, main drama d. Mendengarkan radio, menonton tv, bermain drama. e. Pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna obyek ngkak, berjalan, berlari
9. Stimulasi pada masa bayi, balita dan prasekolah untuk mengoptimalkan 4 aspek berikut, yaitu:
a. Motorik halus, intelegensi, bahasa, social b. Motorik kasar, bahasa, social, kepribadian c. Kepribadian, intelegensia, bahasa, social dan motorik halus d. Kepribadian, motorik halus, motorik kasar, bahasa dan bicara e. Motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian anak
10. Pada tahun pertama kehidupan, stimulasi diberikan terutama untuk perkembangan a. Penglihatan a. Sensori motor b. Motrik dan intelensi: c. Sentuhan dan perabaan d. Bicara dan intelegensia
26
Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar saudara, Cocokkan jawaban
Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir
Kegiatan Belajar ini, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup kurang
dari 70% : kurang
KUNCI JAWABAN:
1. A
2. E
3. B
4. B
5. E
6. A
7. A
8. B
9. A
10. A
27
Lakukan pengkajian pada 2-3 orang tua yang mempunyai anak balita
dengan usia yang sama terhadap stimulasi apa saja yang sudah diberikan kepada
anaknya, lalu lakukan penilaian terhadap perkembangan pada masing-masing
anak. Lanjutkan analisa terhadaap hubungan antara stimulasi yang diberikan
dengan kemampuan anak. Buat kesimpulan juga kaitan antara stimulasi dengan
kemampuan . selesaikan tugas tersebut secara mandiri lalu diskusikan dengan
teman saudara secara berkelompok.
28
1. Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York Fakultas
Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta:
Medica Aesculapius.
2. Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London Nelson (1993), Ilmu
Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
3. Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
4. Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta
5. Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta:
CV. Sagung
6. Seto Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual,
Morsby, Philadelpia
29