26
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (PIPER BETLE L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN DARI SUSU SEGAR M ARDIYANSAH ALI SHAHAB DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

  • Upload
    lemien

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU

(PIPER BETLE L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN DARI

SUSU SEGAR

M ARDIYANSAH ALI SHAHAB

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,
Page 3: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu

Segar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

M Ardiyansah Ali Shahab

NIM D14120073

Page 4: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

ABSTRAK

M ARDIYANSAH ALI SHAHAB. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih

Hijau (Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu Segar. Dibimbing oleh

IYEP KOMALA dan MASNIARI POELOENGAN

Efek antibakteri pada tanaman sirih (Piper betle L) telah lama diketahui.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih

hijau (Piper betle L) terhadap bakteri patogen yang berasal dari susu segar. Bakteri

patogen yang diteliti terdiri dari 3 jenis bakteri yaitu Streptococcus dysgalactiae,

Staphylococcus epidermidis dan Coliform. Penelitian ini menggunakan metode

difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan

yaitu 50%, 25%, 12.5% dan 6.25% serta kontrol positif menggukan antibakteri.

Data dianalisis menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dan dilanjutkan

dengan uji banding menggunakan Tukey test. Hasil penelitian menunjukan bahwa

ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat digunakan sebagai antibakteri pada

konsentrasi 50%, 25% dan 12.5% untuk bakteri Streptococcus dysgalactiae

sedangkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis dan Coliform dapat

digunakan pada semua konsentrasi yang diujikan.

Kata kunci: Coliform, ekstrak daun sirih hijau, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus dysgalactiae

ABSTRACT

M ARDIYANSAH ALI SHAHAB.Activity Antibacteria of Leaf Extract of Sirih

(Piper betle L.) to Bacteria Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus

epidermidis, and Coliform from Whole milk. Supervised by IYEP KOMALA and

MASNIARI POELOENGAN.

Bacterisidial effect had been known in sirih plant (Piper betle L.). This

research was to identify bacterisidial activity antibacteria of leaf extract of green

sirih (Piper betle L.) based on in-vitro test to bacteria of Streptococcus

dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, and Coliform which had collected from

whole milk. This research was used diffusion method that sensitivity knowledge

able inhibition zone test with five treatment were consisted of positif control with

antibacteri, leaf extract of green sirih was 50%, 25%, 12.5%, and 6.25%. The data

was anilyzed by multiple comparison with Tukey test use minitab 16. The result

showed that leaf extract of green sirih (Piper betle L.) can be used as

antimicrobial at concentration 50%, 25%, and 12.5% to Streptococcus

dysgalactiae. While to Staphylococcus epidermidis, and Coliform the leaf extract

of green sirih (Piper betle L.) can be used as antimicrobial in the all concentration

was used.

Key words: Coliform, leaf extract of green sirih, Staphylococcus epidermidis,

Streptococcus dysgalactiae

Page 5: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU

(PIPER BETLE L.) TERHADAP BAKTERI PATOGEN DARI

SUSU SEGAR

M ARDIYANSAH ALI SHAHAB

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 6: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,
Page 7: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,
Page 8: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Januari sampai Maret 2016 ini

adalah mikrobiologi dengan judul Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau

(Piper betle L.) terhadap Bakteri Patogen dari Susu Segar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Iyep Komala, SPt MSi selaku

pembimbing utama dan Ibu Dra Masniari Poeloengan, MS selaku pembimbing

anggota, serta Bapak Sirajudin, SPt yang telah banyak memberikan bantuan dan

saran. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr Ir Lucia Cyrilia ENSD,

MSi dan bapak Sigid Prabowo, SPt MSc selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Supartono beserta staf bakteriologi dari Balai Besar Penelitian Veteriner yang

telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada abah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih

sayangnya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga

TORERO (IPTP 49), Omda KKB MK, Imagora, KMNU IPB dan Kosan Hikari

yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir

ini serta Fima Diah Rovvy Anggraeni yang telah mendampingi penulis selama

penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016

M Ardiyansah Ali Shahab

Page 9: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat 2 Bahan 2 Prosedur 2

Model Statistik 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Bakteri Patogen pada Susu 4 Dampak Antibakteri 5 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau 6 Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Bakteri Patogen Susu 6

Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Streptococcus dysgalactiae 8 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Staphylococcus epidermidis 9 Antibakteri Ekstrak Daun Sirih pada Coliform 10

SIMPULAN DAN SARAN 11 DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 16

Page 10: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi zona hambat antibakteri 4 2 Rataan zona hambat (mm) masing-masing bakteri pada konsentrasi estrak

daun sirih hijau yang berbeda 6

DAFTAR GAMBAR

1 Diameter zona hambat (mm) ekstrak daun sirih dan kontrol 7 2 Zona hambat Streptococcus dysgalactiae 9

3 Zona hambat Staphylococcus epidermidis 10 4 Zona hambat coliform 11

LAMPIRAN

1 Tabel sensitivitas bakteri Streptococcus sp 13 2 Tabel sensitivitas bakteri Staphylococcus sp 14 3 Tabel sensitivitas bakteri Enterobactericeae sp 15

Page 11: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kandungan gizi

lengkap. Kondisi ini menyebabkan susu sangat mudah mengalami pencemaran

oleh mikroorganisme. Selain itu, susu memiliki aktivitas air yang tinggi sehingga

sangat potensial untuk pertumbuhan berbagai macam mikroba (Virgihani 2011).

Pencemaran mikroba pada susu dapat berasal dari lingkungan ataupun dari dalam

tubuh hewan itu sendiri yang ditandai dengan radang ambing (mastitis). Kejadian

mastitis terutama mastitis sub klinis sangat tinggi di peternakan rakyat. Penelitian

Winata (2011) dari 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7

kandang peternakan rakyat Kunak, Bogor diidentifikasi 143 sampel (69.76%)

positif mastitis subklinis. Ternak yang mengalami mastitis akan mengalami

penurunan produksi susu dan susu yang dihasilkan mengandung cemaran mikroba

yang sangat tinggi. Menurut SNI (2011) menetapkan cemaran mikroba pada susu

segar maksimal 1x106 cfu mL

-1.

Bakteri penyebab mastitis diantaranya adalah Streptococcus dysgalactiae,

Staphylococcus epidermidis, dan Coliform. Selama ini pengobatan bakteri tersebut

dapat dilakukan dengan antibiotik (Wahyuni et al. 2005). Hal ini tentu dapat

menimbulkan kerugian bagi peternak dan konsumen diantaranya residu

antibakteri, biaya pengobatan yang mahal dan menyebabkan bakteri menjadi

resisten. Sehingga diperlukan suatu bahan alami yang berfungsi sebagai pengganti

antibakteri agar susu yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi.

Bahan alami yang digunakan dapat berasal dari tanaman obat. Indonesia

mempunyai lebih dari 1000 jenis tanaman obat, salah satunya yaitu sirih hijau

(Sostroamidjojo 1997). Daun sirih hijau (Piper betle L.) merupakan salah satu

bahan alam yang dapat digunakan sebagai antibakteri alami. Penelitian

sebelumnya menunjukan bahwa daun sirih dapat digunakan sebagai antibiotik

terhadap bakteri mastitis Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae

(Komala 2003). Penelitian tentang penggunaan daun sirih sebagai antibakteri pada

bakteri lain yaitu Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis dan

Coliform perlu dilakukan supaya dapat memberikan pengobatan yang efektif

sehingga menghasilkan susu segar yang aman dan sehat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas antibakteri ekstrak

daun sirih hijau terhadap bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus

epidermidis, dan Coliform dari susu segar.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan daun sirih hijau yang berasal dari labaoratorium

biofarmaka IPB. Daun sirih kemudian diekstraksi menggunakan metode maserasi

dengan pelarut alkohol absolut. Bakteri yang digunakan berasal dari koleksi

Page 12: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

2

laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET) yang dikolesi dari

susu segar yang berasal dari Kunak Bogor. Pengujian daya antibakteri

menggunakan metode difusi kertas cakram dengan konsentrasi ekstraksi 50%,

25%, 12.5%, dan 6.25%.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Veteriner

(BBLITVET) dan ekstraksi daun sirih dilakukan di Balai Penelitian Tanaman

Obat dan Aromatik (Balitro) tanggal 25 Januari 2016 sampai 15 Maret 2016.

Alat

Alat yang digunakan yaitu vakum Rotavapor merek Heidolph VV 2000,

timbangan analitik, blender, cawan petri, api Bunsen, sengkelit (ose), tabung

reaksi, alat homogenitas (vortex), alat penggiling, inkubator, autoklaf, mikropipet,

kertas cakram, rak tabung reaksi, gelas piala, erlenmeyer, kertas saring, kapas,

tissue, aluminium foil, mistar, dan kamera.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun sirih hijau,

bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis dan Coliform

(koleksi laboratorium BBLITVET Bogor) yang diambil dari susu segar, agar

Mueller-Hinton, Nutrient blood, aquades steril, larutan Saline Physiologis (SLP),

dan etanol absolut.

Prosedur

Penyiapan Bahan

Penyiapan Daun Sirih Hijau.

Daun sirih hijau dikumpulkan, dicuci dan ditimbang, kemudian dikeringkan

dalam udara terbuka yang terlindung dari sinar matahari selama 6 hari, kemudian

dikeringkan di dalam oven pada suhu 45 oC selama 2 jam.

Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau.

Satu bagian simplisia dimaserasi dalam 10 bagian pelarut etanol absolut,

kemudian didiamkan selama 24 jam. Filtrat yang diperoleh disaring dan

dipekatkan dengan vakum rotavapor pada suhu 50 oC dengan kecepatan putaran

120 kali menit-1

sampai diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak etanol daun sirih

Page 13: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

3

ditimbang dan dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12.5% dan 6.25%, kemudian

dengan spatula dimasukkan ke dalam tabung reaksi (Poeloengan 2009).

Pembuatan Media Mueller Hinton.

Agar Mueller Hinton sebanyak 5 g dilarutkan dalam 125 mL aquades,

kemudian dipanaskan dan diaduk sampai larut. Media agar disterilkan di autoklaf

selama 15 menit pada suhu 121 oC. Media agar didinginkan kemudian

dimasukkan ke dalam cawan petri masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan

memadat pada suhu kamar.

Penyiapan Bakteri Uji

Peremajaan Bakteri.

Stok bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan

Coliform dalam agar miring nutrien diremajakan pada media agar (Streptococcus

dysgalactiae ditambahkan dengan nutrient blood) kemudian diinkubasi selama 24

jam pada suhu 37 oC.

Pembuatan Suspensi Bakteri.

Bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diremajakan (umur 24

jam) diambil dengan sengkelit dan dimasukkan dalam tabung berisi 5 mL larutan

SLP.

Pengujian Bakteri

Pengujian Daya Antibakteri Ekstrak Daun Sirih dengan Metode Difusi Agar

Menggunakan Kertas Cakram.

Sebanyak 1 mL suspensi bakteri dipindahkan di atas permukaan media

nutrien agar dengan menggunakan mikropipet secara aseptik. Suspensi bakteri

diratakan dengan media agar dengan cara digoyang-goyangkan secara perlahan

dan dibiarkan selama 15 menit.

Biakan tersebut diletakkan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan

ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 50%, 25%, 12.5% dan 6.25% dengan

menggunakan pinset dan kertas cakram antibakteri Lactaclox sebagai kontrol ke

dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Pengujian

dilakukan triplo.

Pengamatan. Setelah dilakukan inkubasi, dilakukan pengamtan peubah yaitu diameter

zona hambat yang merupakan zona bening disekitar cakram diukur dalam satuan

milimeter (mm). Diameter zona hambat yang didapat kemudian dibandingkan

dengan standar pada Tabel 1.

Page 14: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

4

Tabel 1 Klasifikasi zona hambat antibakteri

Diameter zona hambat (mm) Aktivitas antibakteri

≤ 10 Tidak aktif

11-15 Lemah

16-19 Sedang

≥ 20 Kuat Sumber : Greenwood et al. 2007

Model Statistik

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

dengan 4 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%, 12.5%, dan 6.25% pada masing-masing

bakteri. Kemudian dilanjutkan dengan uji banding Tukey dengan P<5%. Model

rancangan percobaan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ai+ єij

Keterangan :

Yij : Nilai pengamatan daerah hambat pada perlakuan ke- i ( Ekstrak daun sirih) dan

perlakuan ke-j (Jenis Bakteri)

µ : Rataan umumdaerah hambat.

Ai : Pengaruh penambahan herbal ke-i (Ekstrak daun sirih) terhadap daerah hambat.

єij : Pengaruh galat percobaan penambahan ekstrak daun sirih taraf i.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri Patogen pada Susu

Susu merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Total

mikroba pada susu segar yaitu (TPC) maksimal 1x106 cfu mL

-1 (SNI 2011).

Namun kondisi dilapang susu segar yang diperah dari peternakan rakyat

mengandung jumlah bakteri patogen lebih banyak daripada yang ditetapkan SNI

yang ditandai dengan gejala mastitis. Menurut Poeloengan (2009) kasus mastitis

pada sapi perah sangat tinggi terutama kasus mastitis subklinis (MSK). Kejadian

MSK perlu dilakukan pemeriksaan khusus terhadap susu karena banyak tidak

diketahui oleh para peternak. Bakteri patogen penyebab mastitis subklinis

diantaranya adalah Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan

Coliform.

Streptococcus dysgalactiae merupakan jenis bakteri Gram positif berbentuk

bulat. Bakteri ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan meningitis pada

manusia dan mortalitas yang tinggi pada ternak (Abdelsalam et al. 2013).

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram positif yang memiliki ciri

berbentuk bulat dan memiliki pigmen warna putih keperakan. Bakteri ini

merupakan bakteri patogen yang dapat menginfeksi aliran darah karena memiliki

kemampuan membentuk kumpulan mikroorganisme pada permukaan pembuluh

Page 15: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

5

darah (França dan Cerca 2015). Dampak negatif lain akibat mengkonsumsi susu

yang mengandung Staphylococcus epidermidis adalah infeksi kulit, infeksi

saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011). Bakteri patogen lain penyebab

mastitis adalah Coliform. Bakteri Coliform termasuk family Enterobactericeae

golongan Gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri ini mampu menghasilkan

racun yang disebut endotoksin yang menyebabkan demam tinggi, penurunan nafsu

makan dan bobot badan, abnormalitas susu dan penurunan produksi (Ruegg

2005).

Dampak Antibakteri

Penanganan mastitis di peternakan rakyat sapi perah selama ini masih

menggunakan antibakteri. Antibakteri merupakan zat yang berperan untuk

membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Berdasarkan cara kerjanya,

antibakteri dibedakan menjadi bakterisida dan bakteriostatik. Bakteriostatik

adalah zat yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida

adalah zat yang bekerja mematikan bakteri (Siregar et al. 2012). Namun

penggunaan antibiotik memiliki dampak negatif. Menurut Oliver dan Murinda

(2012) peningkatan penggunaan antibakteri umumnya diikuti dengan peningkatan

kejadian penyakit dan resistensi bakteri.

Bakteri dapat menjadi resisten terhadap suatu antibakteri melalui tiga

mekanisme, yaitu obat tidak dapat mencapai tempat kerja aktif dalam sel bakteri,

inaktivasi obat, dan mekanisme bakteri merubah ikatan (binding site) (Setyabudi

2007). Selain mikroba menjadi resisten penggunaan antibakteri juga dapat

menyebabkan residu dalam susu.

Residu antibakteri sangat berbahaya bagi manusia dan hewan yang

mengkonsumsinya. Menurut Nurhayati dan Martindah (2015) menyatakan

ancaman potensial residu antibakteri dalam susu terhadap kesehatan secara umum

dibagi menjadi 3 kategori yaitu aspek toksikologis, mikrobiologis, dan

imunopatologis. Ditinjau dari aspek toksikologi, residu antibakteri bersifat toksik

terhadap hati, ginjal, dan pusat hemopoitika (pembentukan darah), sedangkan dari

aspek mikrobiologis, residu antibakteri dapat mengganggu mikroflora dalam

saluran pencernaan dan menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yang dapat

menimbulkan masalah kesehatan manusia dan hewan. Bahaya potensial residu

antibakteri dari aspek imunopatologis dapat menimbulkan reaksi alergi ringan dan

lokal, hingga menyebabkan shock yang berakibat fatal. Berdasarkan hal tersebut

maka diperlukan alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti antibakteri.

Bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti antibakteri adalah bahan herbal.

Bahan herbal yang dapat dipakai diantaranya adalah daun sirih hijau (Piper betle

L).

Page 16: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

6

Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau

Tanaman sirih hijau telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai

tanaman obat. Bagian dari tanaman sirih yang digunakan sebagai obat adalah

daunnya. Daun sirih hijau (Piper betle L) memiliki kandungan antibakteri dan

dapat digunakan sebagai antibakteri alami. Menurut Mursito (2002) Kandungan

antibakteri dalam daun sirih hijau diantaranya adalah saponin yang bekerja

sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada luka. Selain

mengandung saponin, menurut Kartasapoetra (1992) daun sirih hijau juga

mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang

mempunyai daya antibakteri 5 kali lipat dari fenol biasa terhadap bakteri Gram

positif.

Harapini et al. (1996) menyatakan daya antibakteri minyak atsiri daun sirih

hijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat

mendenaturasi protein sel bakteri. Menurut Cowan (1999) Kehadiran fenol yang

merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu

dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka

kovalen. Inayatullah (2012) juga menyatakan daun sirih hijau mempunyai peran

sebagai antibakteri dengan efektifitas kuat karena mengandung minyak atsiri

dengan bethel phenol dan turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri.

Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Bakteri Patogen Susu

Penambahan ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri pada bakteri

Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan Coliform

mengahasilkan zona hambat yang berbeda-beda. Selain penambahan ekstrak daun

sirih, digunakan juga antibakteri sebagai kontrol. Hasil pengamatan dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan zona hambat (mm) masing-masing bakteri pada konsentrasi estrak

daun sirih hijau yang berbeda

Konsentrasi EDSH Diameter Zona Hambatan EDS

S. dysgalactiae (mm) S. epidermidis (mm) Coliform (mm)

Kontrol 29.67±0.57a

30.67±1.15a

30.00±0.00a

50% 25.33±0.57b 18.33±0.57b 20.00±0.00b

25% 19.67±0.57c 15.00±0.00c 17.67±0.57c

12.50% 17.33±0.57d 13.33±0.57cd 15.00±0.00d

6.25% 09.67±0.57e 12.67±0.57d 12.67±0.57e

Rataan Perlakuan 18.00±5.89 14.83±2.32

16.33±2.90

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berpengaruh nyata

pada taraf uji 5% (uji Tukey). EDS: Ekstrak Daun Sirih Hijau.

Hasil pengamatan setelah dilakukan pengolahan statistik menunjukan

perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P<5%) terhadap ketiga bakteri. Setelah

Page 17: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

7

dilakukan uji banding menggunakan Tukey test pada semua bakteri menunjukan

bahwa diameter zona hambat tertinggi terdapat pada kontrol.

Gambar 1 Diameter zona hambat (mm) ekstrak daun sirih hijau dan kontrol

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa penurunan konsentrasi ekstrak daun

sirih hijau menyebabkan penurunan diameter zona hambat. Hal ini karena terjadi

penurunan kandungan senyawa antibakteri pada ekstrak daun sirih hijau. Hasil

pengamatan zona hambat pada kontrol menggunakan antibakteri memiliki

diameter zona hambat 29.67±0.57 mm untuk bakteri Streptococcus dysgalactiae,

30.67±1.15 mm untuk bakteri Staphylococcus epidermidis, dan 30.00±0.00 mm

untuk bakteri Coliform. Berdasarkan standar, hasil ini menunjukan bahwa kontrol

yang digunakan bersifat kuat sebagai antibakteri.

Berdasarkan Gambar 1 pada konsentrasi 50% zona hambat terbesar

terdapat pada bakteri Streptococcus dysgalactiae dengan diameter 25.33±0.57

mm. Zona hambat terbesar selanjutnya pada bakteri Coliform sebesar 20.00±0.00

mm dan diameter zona hambat terkecil terdapat pada Staphylococcus epidermidis

sebesar 18.33±0.57 mm. Hasil pengamatan konsentrasi 25% zona hambat terbesar

terdapat pada bakteri Streptococcus dysgalactiae dengan diameter 19.67±0.57 mm

kemudian zona hambat bakteri Coliform dengan diameter 17.67±0.57 mm dan

zona hambat bakteri Staphylococcus epidermidis dengan diameter 15.00±0.00

mm.

Selanjutnya pada konsentrasi 12.5% zona hambat terbesar terdapat pada

bakteri Streptococcus dysgalactiae yaitu 17.33±0.57 mm kemudian Coliform yang

memiliki diameter zona hambat 15.00±0.00 mm dan terakhir Staphylococcus

epidermidis 13.33±0.57 mm. Pengujian terakhir pada konsentrasi 6.25%

menunjukan bahwa zona hambat tertinggi terdapat pada bakteri Staphylococcus

epidermidis dan Coliform yaitu 12.67±0.57 mm. Hasil ini lebih kecil

dibandingkan diameter zona hambat Streptococcus dysgalactiae sebesar

9.67±0.57 mm. Seluruh hasil pengujian kemudian dirata-rata untuk mengetahui

perbedaan diameter zona hambat pada masing-masing bakteri.

Nilai rataan dari ketiga bakteri tersebut adalah Streptococcus dysgalactiae

18.00±5.89 mm, Staphylococcus epidermidis 14.83±2.32 mm dan Coliform

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

50% 25% 12.50% 6.25% Kontrol

Dia

met

er (

mm

) Z

on

a

Ham

ab

at

Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau

Page 18: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

8

16.33±2.90 mm dan semua nilai rataan tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukan

bahwa ekstrak daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri pada ketiga jenis

bakteri tersebut. Bakteri Streptococcus dysgalactiae memiliki rataan diameter

zona hambat terbesar, kemudian rataan diameter zona hambat Coliform dan

terakhir rataan diameter zona hambat Staphylococcus epidermidis. Perbedaan ini

dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan

dinding sel dan tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bakteri

Streptococcus dysgalactiae (Gram positif) mempunyai nilai rataan yang lebih

besar dari bakteri Coliform (Gram negatif). Hal ini menunjukan bahwa perbedaan

struktur dinding sel berpengaruh terhadap perbedaan diameter zona hambat

(Hermawan et al. 2007).

Berdasarkan hasil, Staphylococcus epidermidis yang bersifat Gram positif

mempunyai nilai rataan zona hambat yang paling kecil diantara kedua bakteri

lainnya. Hal ini menunjukan bahwa selain perbedaan dinding sel, faktor lain yang

mempengaruhi diameter zona hambat adalah tingkat resistensi bakteri terhadap

jenis antibakteri tertentu. Staphylococcus epidermidis yang diujikan mempunyai

tingkat resistensi yang lebih tinggi terhadap antibakteri yang terdapat pada ekstrak

daun sirih hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhayati dan Martindah (2015)

yang menyatakan beberapa bakteri mempunyai tingkat resistensi yang berbeda

dengan beberapa antibakteri.

Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Streptococcus dysgalactiae

Hasil pengujian ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L) pada Streptococcus

dysgalactiae berbeda nyata pada tiap perlakuan. Zona hambat tertinggi terdapat

pada konsentrasi 50% yaitu sebesar 25.33±0.57 mm. Hasil ini masih lebih kecil

dari pada zona hambat kontrol sebesar 29.67±0.57 mm. Namun berdasarkan

standar diameter zona hambat pada Tabel 1 konsentrasi 50% bersifat kuat sebagai

antibakteri pada Streptococcus dysgalactiae. Hasil lainnya pada konsentrasi 25%

dan 12.5% yaitu sebesar 19.67±0.57 mm dan 17.33±0.57 mm bersifat sedang

sebagai antibakeri, sedangkan pada konsentrasi 10% hanya memiliki zona hambat

9.67±0.57 mm sehingga dikategorikan tidak aktif sebagai antibakteri.

Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan

beberapa antibakteri terhadap bakteri Streptococcus dysgalactiae pada Lampiran

1. Berdasarkan lampiran 1 ekstrak daun sirih pada konsentrasi 50% memiliki

kemampuan sensitivitas bakteri yang sama dengan antibakteri Methilcillin,

golongan B-Lactam, golongan Cephalosporin, golongan Carbapenem, golongan

Aminoglycoside, Nalixid Acid, golongan Fluoroquinolones, golongan Folate

Pathway Inhibitions, fosfomycin, Erythromycin, Nitrofurantion, Linezolid,

Teicoplanin dan Chloramphenicol. Konsentrasi 25% memiliki sensitivitas yang

sama dengan antibakteri Methicillin, Ampicilim-Sulbactam, Piperazin-

Tazobactam, Cefepime, Cefaclor, Cefditoren, Imipenem, Meropenem, golongan

Aminoglycoside, Levofloxacin, Ofloxacin, golongan Folats Pathways Inhibitors,

Nitrofuranatoin, Teicoplanin Chloromphenicol. Hasil pada konsentrasi 12.5%

memiliki sensitivitas yang sama dengan antibakteri Methicilin, Ampicilim-

Sulbactam, Cefditoren, golongan Carbapenem, Amikacin, Netilmycin,

Tobramycin, Levofloxacin, Ofloxacin, golongan Folate Pathway Inhibitors,

Fosfomycin, Nitrofurantoin dan Teicoplanin.

Page 19: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

9

Gambar 2 Zona hambat Streptococcus dysgalactiae

Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau pada Staphylococcus epidermidis

Hasil pengujian pada bakteri Staphylococcus epidermidis berbeda nyata

pada tiap perlakuan. Zona hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 50% dengan

diameter zona hambat 18.3±0.57 mm. Hasil ini masih lebih kecil dibandingkan

kontrol yaitu sebesar 30.67±1.15 mm. Diameter zona hambat pada konsentrasi ini

berdasarkan Tabel 1 tergolong sedang sebagai antibakteri. Pada konsentrasi 25%,

12.5% dan 6.25% yang memiliki diameter zona hambat masing-masing sebesar

15.00±0.00 mm, 13.33±0.57 mm dan 12.57±0.57 mm tergolong lemah sebagai

antibakteri. Berdasarkan uji banding konsentrasi 12.5% tidak berbeda nyata

dengan konsentrasi 25% dan 6.25% tetapi konsentrasi 6.25% berbeda nyata

dengan konsentrasi 25%. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun sirih hijau

bekerja aktif sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis

pada semua konsentrasi yang diujikan.

Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan

beberapa antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis pada Lampiran

2. Berdasarkan Lampiran 2 kemampuan ekstrak daun sirih hijau sebagai

antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis, pada konsentrasi 50% ekstrak

daun sirih hijau memiliki sensitivitas yang sama dengan antibakteri Ampicillin-

sulbactam Piperazin-Tazobactam, Meropenem, golongan Amiglycoside,

Fluoroquinolones dan Fosfomycin. Konsentrasi 25% memiliki sensitivitas sama

dengan antibakteri Ampicillin-sulbactam, Netilmycin dan Tobramycin. Hasil pada

konsentrasi 12.5% hanya bersifat sedang (intermediet) yang sama dengan

beberapa antibakteri diantaranya Ampicillin-sulbactam, Nethilmycin, Tobramycin

dan Ofloxacin, sedangkan pada konsentrasi 6.25% juga memiliki sifat intermediet

sama dengan antibakteri Ampicilim-Sulbactam.

Page 20: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

10

Gambar 3 Zona hambat Staphylococcus epidermidis

Antibakteri Ekstrak Daun Sirih pada Coliform

Hasil pengujian pada bakteri Coliform berbeda nyata pada tiap perlakuan.

Zona hambat tertinggi terdapat konsentrasi 50% sebesar 20.00±0.00 mm. Hasil

ini juga masih lebih kecil daripada kontrol yaitu sebesar 30.00±0.00 mm.

Meskipun demikian pada konsentrasi ini ekstrak daun sirih hijau bersifat kuat

sebagai antibakteri berdasarkan Tabel 1. Hasil pada konsentrasi 25% memiliki

diameter zona hambat sebesar 17.67±0.57 mm. Sehingga pada konsentrasi ini

ekstrak daun sirih hijau bersifat sedang sebagai antibakteri. Hasil lain pada

konsentrasi 12.5% dan 6.25% menunjukan diameter zona hambat sebesar

15.00±0.00 mm dan 12.57±0.57 mm. Ekstrak daun sirih hijau pada konsentrasi ini

bersifat lemah sebagai antibakteri, meskipun demikian semua konsentrasi ekstrak

daun sirih hijau yang diujikan dapat digunakan sebagai antibakteri pada bakteri

Coliform. Selanjutnya nilai rataan zona hambat dibandingkan dengan kemampuan

beberapa antibakteri pada Lampiran 3 terhadap bakteri Enterobactericeae sp. Hal

itu karena bakteri Coliform merupakan family dari Enterobactericeae.

Berdasarkan kemampuan ekstrak daun sirih hijau sebagai antibakteri

terhadap family Enterobactericeae pada Lampiran 3 sensitivitas antibakteri pada

konsentrasi 50% ekstrak daun sirih hijau mempunyai sensitivitas yang sama

dengan antibakteri golongan Penicilins, Amoxycilin-Clavunalic Acid, Ampicilim

Sulbactam, Cefepime, Cefaclor, Cefditoren, golongan Carbapenem, golongan

Aminoglycoside, Nalidixcid Acid, Levofloxacin, Ofloxacin, Golongan Pathways

Inhibitors, Fosfomycins, Nitrofurantoin, dan Chloramphenicol. Hasil lainnya pada

konsentrasi 25% memiliki sifat sensitivitas yang sama dengan antibakteri

golongan Penicilins, Ampicilim Sulbactam, golongan Carbapenem, Amikacin,

Netilmycin, Tobramycin, Levofloxacin, Ofloxacin, Golongan Pathways Inhibitors

dan Nitrofurantoin. Hasil pada konsentrasi 12.5% juga memiliki sensitivitas sama

dengan beberapa antibakteri yaitu Ampicilim Sulbactam, Netimycin dan

Tobramycin. Sementara hasil pada konsentrasi 6.25% memiliki sifat intermediet

yang sama dengan beberapa antibakteri diantaranya Ampicilim Sulbactam dan

golongan Pathways Inhibitors.

Page 21: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

11

Gambar 4 Zona hambat Coliform

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat digunakan sebagai antibakteri

pada bakteri Streptococcus dysgalactiae, Staphylococcus epidermidis, dan

Coliform. Antibakteri ekstrak daun sirih hijau pada bakteri Streptococcus

dysgalactiae dapat digunakan pada semua konsentrasi yang diujikan sampai

dengan taraf 12.5%, sedangkan pada Staphylococcus epidermidis dan Coliform

aktivitas ekstrak daun sirih hijau dapat digunakan pada semua konsentrasi yang

diujikan.

Saran

Penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan daun sirih hijau sebagai

antibakteri pada bakteri patogen perlu dilakuakan secara invivo pada ternak sapi

perah yang terkena mastitis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelsalam M, Asheg A, Eissa AE. 2013 Streptococcus dysgalactiae: An

emerging pathogen of fishes and mammals J Vet Sci Medicine. 1(1):1-

6.10.1016/j.ijvsm.2013.04.002.

[SNI] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standarisasi Nasional Indonesia SNI

Susu Segar-bagian 1: Sapi. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.

Cowan MM. 1999. Plant product as antimicrobial agents. J Microbiol Rev.

12(4):564-582.

França A, Cerca N. 2015. Plasma is the main regulator of Staphylococcus

epidermidis biofilms virulence genes transcription in human blood. FEMS

Pathogens Disease 74(2): 1-5.10.1093/femspd/ftv125.

Greenwood D, Finch R, Davey P, Wilcox M. 2007. Antimicrobial Chemoterapy

Ed ke-5. Great Clarendon street (UK): Oxford University Press.

Page 22: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

12

Harapini M, Agusta A, Rahayu RD. 1995. Analisis komponen kimia minyak atsiri

dari dua macam sirih (daun kuning dan hijau). Simposium Nasional I

Tumbuhan Obat dan Aromatika.Okt 10-12; Bogor.

Hermawan A. 2007. Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap

pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan metode

difusi disk [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.

Inayatullah S. 2012. Efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif

Hidayatullah.

Kartasapoetra G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta (ID): Rineka

Cipta.

Komala I. 2003.Daya antibakteri ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap

bakteri penyebab mastitis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

Nurhayati IS, Martindah E. 2015. Pengendalian mastitis subklinis melalui

pemberian antibiotik saat periode kering pada sapi perah. WARTAZOA. 2(25):

065-74.10.14334/wartazoa.v25i2.1143

Oliver SP, Murinda SE. 2012. Antimicrobial resistance of mastitis pathogens. Vet

Clin North Am-Food Anim Pract. 28:165-185

Poeloengan M. 2009. Aktivitas air perasan dan ekstrak etanol daun encok

(Plumbago zeylanica L) terhadap bakteri yang diisolasi dari sapi mastitis

subklinis. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009; 2009

ags 13-14; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): BBLITVET. hlm 300-305.

Radji M. 2011.Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran. Jakarta (ID): EGC

Ruegg PL. 2005. Milk money fact sheet 04 Coliformmastitis[internet].[diunduh

2016 Apr 28]. Tersedia pada :http://milkquality.wisc.edu/wp-

content/uploads/2011/09/coliform-mastitis.pdf.

Setyabudi R. 2007. Pengantar Antimikroba. Di dalam: Sulistia GG, Editor.

Farmakologi dan Terapi. Ed ke-5. Jakarta (ID): UI Pr. hlm 585-598.

Sastroamidjojo S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta (ID): Dian Rakyat Virgihani K. 2011. Tinjauan resistensi Streptococcus agalactiae penyebab

mastitis subklinis di peternakan sapi perah kunak Bogor terhadap beberapa

antibiotik (studi kasus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wahyuni AETH, Wibawan IWT, Wibowo MH. 2005. Karakterisasi hemaglutinin

Streptococcus agalactiae dan Staphylococcus aureus penyebab mastitis

subklinis pada sapi perah. J Sains Vet. 3(2):79-86.

Wikler MA, Cockerill FR, Craig WA, Dudley MN, Eliopoulos GM, Hecht DW,

Hindler JF, Low DE, Sheehan DJ, Tenover FC, et al. 2006. Performance

standards for antimicrobial susceptibility testing; sixteenth informational

supplement. CLSI. 26(3):1–183. Winata F. 2011. Hubungan antara penggunaan metode Breed dengan uji mastitis

IPB-1 untuk diagnosa mastitis subklinis [Skripsi]. Bogor. Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Page 23: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Zona hambat bakteri Streptococcus sp

Sumber : Wikler et al. (2006)

Page 24: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

14

Lampiran 2 Zona hambat bakteri Staphylococcus sp

Sumber : Wikler et al. (2006)

Page 25: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

15

Lampiran 3 Zona hambat bakteri Enterobactericeae sp

Sumber : Wikler et al (2006)

Page 26: AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU … · Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram untuk menguji zona hambat dengan menggunakan 5 taraf perlakuan yaitu 50%, 25%,

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap M Ardiyansah Ali Shahab

dilahirkan di Jepara Jawa Tengah pada tanggal 15 Desember

1993, anak dari pasangan bapak Muchozin dan ibu Fuizah.

Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara laki-laki.

Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di

SD N Ujungpandan 01. Penulis melanjutkan studi di SMP N 1

Welahan dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan studi

ke SMA N 2 Kudus dan lulus pada tahun 2012. Tahun 2012

penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi di IPB melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Jalur Tulis. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa aktif di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi

Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Selama perkuliahan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak

(HIMAPROTER) sebagai anggota divisi Ruminansia periode tahun 2013-2014,

Kepala divisi Non Ruminansia dan Satwa Harapan Periode 2014-2015. Selain itu,

penulis juga aktif di Organisasi Kepal-D sebagai eksternal tahun 2013-2015,

Keluarga Mahasiswa Nahdhatul ulama (KMNU IPB) tahun 2013-2015 sebagai

eksternal dan bisnis, UKM Merpati putih serta Organisasi Mahasiswa Daerah

KKB-MK dan Imagora.