23
ANAK ADOPSI MODUL IV MANUSIA SEBAGAI KESATUAN BIOPSIKOKULTURAL UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2010 1. NURTSANIAH HARAHAP 2. NURUL HADISAH 3. NURUL HAYATI 4. PURNAWATI 5. PUTRA BUDI TARIGAN 6. PUTRI INDAH LESTARI ASRI 7. PUTRI SATRIANI 8. PRITY INANDARY 9. RIDWANSYAH 10. RUDI ARDIAN 11. RUDI ALEXANDER

ANAK ADOPSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cerpen

Citation preview

Page 1: ANAK ADOPSI

ANAK ADOPSIMODUL IV MANUSIA SEBAGAI KESATUAN BIOPSIKOKULTURAL

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN

MEDAN

2010

1. NURTSANIAH HARAHAP2. NURUL HADISAH3. NURUL HAYATI4. PURNAWATI5. PUTRA BUDI TARIGAN6. PUTRI INDAH LESTARI ASRI7. PUTRI SATRIANI8. PRITY INANDARY9. RIDWANSYAH10. RUDI ARDIAN11. RUDI ALEXANDER12. ALFIN MARUBENI13. RINALDI ARDIANSYAH

Page 2: ANAK ADOPSI

BAB 2

SKENARIO

(ANAK ADOPSI)

Ika, seorang anak perempuan remaja usia 16 tahun adalah seorang siswa kelas I sekolah kejuruan ternama dikota ini. Akhir-akhir ini dia menunjukkan perilaku yang agak berbeda dari biasanya dan terlibat Adolescent Delinquency. Ika sering bolos dari sekolah dan banyak dan banyak berteman dengan siswa-siswa sesamanya, mereka sering berkumpul merokok bersama bahkan ada yang sudah memakai zat psikotropika. Sering tidur di tempat kawannya tanpa minta izin dari orangtuanya. Orangtua ika merasa cemas/gusar melihat perilaku anaknya ini dan tidak tau mau berbuat apa lagi. Hal ini diawali oleh suatu keadaan di pertemuan keluarga, saat itu ada seorang tua yang mengatakan bahwa ika bukanlah anak kandung dari orangtuanya sekarang melainkan dari orang lain.

Page 3: ANAK ADOPSI

STEP 1

(IDENTIFIKASI KONTEKS DAN ISTILAH-ISTILAH PENTING)

Adolescent Delinquency : Periode pubertasi yang ditandai oleh perubahan melanggar hukum

Zat Psikotropika : Zat yang memberikan efek terhadap jiwa

Adopsi : Pengangkatan anak yang dilandasi oleh hukum-hukum tertentu

STEP 2(IDENTIFIKASI MASALAH & JAWAB PERTANYAAN)

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa ika sering bolos,merokok,memakai zat psikotropika,dan tidur tempat temannya ?2. Apa penyebab orangtua ika merasa cemas atau gusar ?3. Kenapa ika menunjukkan prilaku yang berbeda dari biasanya ?4. Apa hubungannya anak adopsi dengan prilaku ika ?5. Mengapa orangtua ika merasa cemas atau gusar padahal ika bukan anak kandungnya ?6. Apa hubungannya usia ika dengan Adolescent Delinquency ?7. Apa dampak prilaku ika kalau ia sering bolos,merokok & memakai zat psikotropika ?8. Mengapa ika berprilaku Adolescent Delinquency setelah dia mengetahui bahwa dia anak adopsi ?9. Mengapa orangtua ika tidak langsung memberi tahu ika bahwa dia bukan anak kandung ?

MENJAWAB PERTANYAAN

1. Karena setelah ia mengetahui bahwa dia anak adopsi sehingga terjadinya gangguan psikologi dan terlibat Adolescent Delinquency

2. Karena anaknya menunjukkan prilaku yang berbeda dari biasanya dan terlibat Adolescent Delinquency

3. Karena setelah ia mengetahui bahwa ia anak adopsi sehingga terjadinya gangguan psikologi dan terlibat Adolescent Delinquency

Page 4: ANAK ADOPSI

4. Karena setelah ika mengetahui bahwa ia anak adopsi, maka terjadi gangguan yang menunjukkan prilaku yang berbeda

5. Karena adanya rasa kasih sayang dan tanggung jawab6. Karena Adolescent Delinquency itu terjadi pada masa pubertas (11-19 tahun)7. Karena itu dapat merusak dirinya dan merusak nama keluarga8. Karena setelah dia mengetahui bahwa dia anak adopsi, maka terjadi gangguan tingkah

laku9. Karena orangtua ika masih mempertimbangkan usia ika yang masih sangat labil

STEP 3(PERTANYAAN-PERTANYAAN BARU DARI MASALAH)

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan tingkah laku ?2. Bagaimana ciri-ciri gangguan tingkah laku ?3. Apa penyebab dari gangguan tingkah laku ?4. Apa contoh dari gangguan tingkah laku ?5. Bagaimana mengatasi gangguan tingkah laku ?6. Apakah gangguan tingkah laku mempengaruhi kesehatan ?7. Apa dampak dari gangguan tingkah laku ?8. Apa kaitannya usia dengan gangguan tingkah laku ?

Page 5: ANAK ADOPSI

STEP 4

SKEMA ATAU STRUKTURISASI

GANGGUAN PERILAKU

FAKTOR PENYEBAB

CIRI – CIRI

DEFENISI

CONTOH / BENTUK

DAMPAK

CARA MENGATASI

LINGKUNGAN

KESEHATANREMAJA

(USIA LABIL)

11-19 TAHUN

Page 6: ANAK ADOPSI

STEP 5

LEARNING OBJECTIVE

1. Defenisi gangguan perilaku

Menurut Carr 2001, gangguan perilaku adalah gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri.

Menurut Kauffman 1977, Anak yang mengalami gangguan tingkah laku adalah anak yang secara nyata dan menahun merespon lingkungan tanpa adanya kepuasan pribadi namun masih dapat diajarkan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat dan dapat memuaskan kpribadiannya.

Menurut Bruno, gangguan perilaku adalah respon atau perbuatan yang dilakukan seseorang. Suatu perubahan perilaku merupakan suatu kepribadian karena setiap respon atau tindakan seseorang yang menunjukkan perubahan sebagai cerminan fenomena psikologis baik diamati maupun diukur.

Menurut Moore 1982, gangguan perilaku adalah masalah sikap dimana individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian sosial. Gangguan ini meliputi semua bentuk gangguan perilaku pada individu kecuali yang disebabkan oleh neurosis, psikosisi,retardasimental, dan gangguan fisik atau kerusakan organik. Dengan demikian, individu yang menderita gangguan perilaku dipandang sebagai individu “norma” yang mengalami kesulitan penyesuaian sosial. Kesulitan perilaku ini diidentifikasi mulai usia 3 tahun hingga akhir remaja dan rentang perilaku yang tampak mulai dari ketidakpatuhan dirumah hingga tindak kriminal di masyarakat.

Teori-teori gangguan perilaku : Teori Differential Asociation

Teori yang di kemukakan oleh E.Sutherland ini pada dasarnya melandaskan diri pada proses belajar. Kejahatan seperti ini juga perilaku pada umumnya merupakan suatu yang dipelajari.

Teori AnomieTeori anomie yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang berorientasi pada kelas. Istilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari seorang pakar sosiologis prancis, Emile durkheim, yang berarti suatu keadaan tanpa norma. Konsep anomie ini kemudian oleh merton diformulasikan dalam rangka menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan keecenderungan pengadaptasiannya dalam sikap dan perilaku kelompok. Merton berusaha menunujukkan bahwa struktur sosial yang mungkin terdapat di masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang dengan kualitas tertentu cenderung berperilaku menyimpang ketimbang mematuhi norma-norma kemasyarakatan.

Teori Sub-budaya DelinkuenTeori in dilontarkan oleh Albert K cohen, yang menjelaskan terjadinya peningkatan perilak delinkuen di daerah kumuh. Fokus perhatiannya terarah pada satu pemahaman bahwa perilaku delinkuen di kalangan usia muda, kelas bawah merupakan cerminan

Page 7: ANAK ADOPSI

ketidak puasan mereka terhadap norma-norma dan nilai kelompok kelas menengah yang mendominasi.

Teori NetralisasiPada dasarnya teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia selalu dikendalikan oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku jahat atau menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka untuk merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai (yang seharusnya berfungsi sebagai pencegah perilaku jahat) menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri.

Teori kontrolTeori kontrol atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya membuat demikian, dan menjadi jahat apabila masyarakatnya membuat demikian.

2. Ciri-ciri gangguan perilaku

Menurut Grainger 2003, menyebutkan bahwa ciri-ciri umum yang disepakati di seluruh dunia tentang gangguan perilaku meliputi : Kelemahan kontrol diri Ketidakpatuhan Perilaku agresif Destruktif Kemarahan Mencuri Berbohong Bolos Konsep diri rendah Nekat Kurang adanya rasa bersalah Kemampuan akademiknya rendah

Untuk membedakan luapan emosi & agresi yang normal dapat dilihat dari :

Frekuensi Intensitas Durasi perilaku tersebut

Ciri-ciri gangguan perilaku antara lain :

1. ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alatindra maupun kesehatan.2. ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalinhubungan dengan teman sebaya dan pendidik.3. tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal.4. mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi.5. kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutan-ketakutan

Page 8: ANAK ADOPSI

yang diasosiasikan dengan permasalahan-permasalahan pribadi atau sekolah.

Berdasarkan DSM-IV (American Psikiatrik Association, 1994) gangguan perilaku disebut juga distruptiv behaviour disorder yang dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Conduct Disorder

Domain : Kognitif :

- Internalisasi peraturan dan norma sosial terbatas- Menunjukkan permusuhan karena adanya prasangka

Afeksi :- Mudah marah & tersinggung

Perilaku :- Menunjukkan perilaku antisosial, menentang, agresif, merusak, berbohong &

mencuri, bersifat kejam dan melarikan diri dari rumah, melakukan kekerasan seksual, menggunakan obat-obatan

Kondisi fisik :- Masalah fisik yang diakibatkan perilaku beresiko tinggi seperti berkelahi,

penyalahgunaan obat-obatan dan perilaku sex yang tidak nyaman Penyesuaian interpesonal :

- Hubungan bermasalah dengan orang tua, guru, & sebaya bahkan dapat meluas kemasyarakat

b. Oppositional defiant disorderDomain Kognitif :

- Internalisasi peraturan-peraturan dan norma sosial terbatas- Menunjukkan permusuhan karena adanya prasangka

Afeksi ;- Mudah marah & tersinggung

Perilaku :- Menunjukkan ketidakpatuhan kepada orang dewasa yang memegang otoritas- Agresif

Penyesuaian interpesonal : Hubungan bermasalah dengan orang tua dan guru

Karakteristik perilaku Ada 3 jenis umum gangguan perilaku yaitu masalah perilaku eksternal, masalah perilaku internal, dan gangguan insiden rendah

Perilaku eksternalisasi masalahRoss dan Ross 1982, mendefinisikan hiperaktif sebagai “sebuah kelas gangguan perilaku yang heterogen di mana tingkat tinggi aktivitas di tunjukkan dalam waktu yang tidak tepat dan tidak dapat dihambat dalam perintah (halaman.14). Pada dasarnya, defenisi yang berguna untuk hiperaktif adalah bahwa seorang anak terlalu banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan merepotkan.Banyak anak-anak dengan kelainan perilaku bertindak agresif terhadap obyek, diri sendiri, atau orang lain. Para pendidik dan profesional lebih berhasil dalam mengajar anak-anak yang sefat cara

Page 9: ANAK ADOPSI

untuk menghadapi frustasi dengan mengakui, menerima, dan menoleransi perasaan frustasi serta membangun sumber-sumber untuk mengatasi.

Masalah perilaku internalAda beberapa jenis masalah perilaku yang diinternalisasi : depresi, anoreksia dan bulimia, bisu elektif, ketakutan dan fobia, serta penarikan diri. Sulit untuk mengenali depresi pada anak-anak. Komponen depresi, seperti perasaan bersalah, perasaan penolakan, kelesuan, dan sistem diri yang rendah sering diabaikan atau mungkin salah sebagai masalah yang sama sekali berbeda. Beberapa anak mungkin juga memiliki gangguan kecemasan yang tidak diketahui. Gangguan kecemasan dapat terjadi dari kecemasan intens karena pemisahan dari keluarga dan teman-teman atau lingkungan yang akrab.

Rendah – insiden Behavioral DisordersAda dua ganguan perilaku yang sangat dikenal, serius namun jarang terjadi : skizofrenia dan autisme. Di Amerika serikat, satu persen dari populasi telah didiagnosis skizofrenia tetapi sangat jarang terjadi diantara anak-anak. Sebagai bentuk psikosis, perilaku skizofrenia termasuk khayalan aneh, halusinasi,dan ketidaklogisan. Anak-anak dengan skizofrenia memiliki kesulitan yang serius di sekolah dan seringkali tinggal dirumah sakit atau lingkungan pendidikan khusus selama bagian tertentu dari masa kecil mereka. Anak –anak ini juga membutuhkan anggota tim multidisiplin untuk memberikan perawatan dan pelayanan.

Tingkat prevalensi autisme adalah sekitar 4 dalam setiap 10.000 (Batshaw dan Parret, 1986). Gangguan ini sangat mempengaruhi seseorang dalam berpikir, berkomunikasi, dan berperilaku. Sering kali, orang-orang ini tampaknya terisolasi dengan kesulitan berat dalam membangun hubungan interpesonal yang memuaskan, bahasa tidak normal atau tidak adanya bahasa, ritual gerakan, dan perilaku yang merugikan diri sendiri.

3. Faktor-faktor penyebab dari gangguan perilakuFaktor penyebab gangguan perilaku ada 3 yaitu, Faktor lingkungan, Biologis Individu, Keluarga.

a. Faktor biologis individu

Ada beberapa kondisi bilogis yang mempengaruhi kerentanan anak utk mengalami gangguan perilaku. Pertama, Temperamen anak yg merupakan indicator paling awal akan masalah perilaku (Cartledge & Milburn, 1995; Grainger, 2003 ). Temperamen anak kemudian berinteraksi dengan gaya manajemen orangtua, bila gaya orang tua tidak sesuai dengan temperamen anak maka akan memperparah gangguan perilaku anak ( Grainger, 2003 ).Temperamen anak yg sulit cenderung membuat orang tua berusaha mengontrol perilaku anak secara berlebihan yg justru akan menambah intensitas perilaku melawan pada anak ( Cartlidge & Milburn, 1995 ). Kondisi biologis lainnya adalah faktor hormonal yaitu peningkatan testosteron yg omsetnya pada masa remaja dan terhambatnya neuropsikologik yg menyebabkan menurunnya fungsi eksekutif dan penalaran verbal anak sehingga anak kurang mampu mengontrol emosi dan perilakunya ( Cartledge & Milburn, 1995; CPPRG, 1999; Carr, 2001 )

Page 10: ANAK ADOPSI

b. Faktor keluarga

ada beberapa disfungsi keluarga yg memberi kontribusi pada gangguan perilaku , dapat dilihat dr 3 domain : Depresi, pelahgunaan obat2an / anti-sosial, Situasi perkawinan.*Ortu yg melakukan tindakan anti-sosial / pelahgunaan obat – obatan berpengaruh secara langsung kpd anak melalui proses Modeling ( peniruan ), *sedangkan depresi secara tidak langsung lewat perubahan sikap ortu yg cenderung mengabaikan anak. *Situasi dan hubungan perkawinan dianggap sebagai dasar berfungsinya keluarga dengan baik. Konflik antar pasangan akan berdampak negative bagi anak dan ortu. Anak – anak yg di asuh oelh pasangan yg berkonflik dgn menunjukkan permusuhan & perkelahian, akan lebih agresif kasar dibandingkan anak lainnya ( Hetherington & Parke, 1999 )

c. Faktor lingkungan

Faktor diluar keluarga yg mempengaruhi perkembangan perilaku anak adalah teman sebaya, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Anak – anak yg memiliki jiwa agresif dan anti sosial akan di tolak oleh teman sebaya dan lingkungannya, sehingga mereka memilih bergabung dengan teman sebaya yg memiliki perilaku yg sama dgn mereka, yg justru akan memperparah perilaku anak tersebut.Lingkungan tempat tinggal, jaringan sosial, politik juga berperan dalam perkembangan dan membentuk perilaku anak. Penelitian mengatakan bahwa anak yg tumbuh di daerah konflik memiliki pemahaman moral yg rendah, terlibat dalam kenakalan remaja, dan menunjukkan perilaku anti-sosial dan bolos dari sekolah (Hetherington & parke , 1999 )

D . Faktor masyarakat Masalah masyarakat, seperti kemiskinan ekstrim disertai dengan gizi buruk, keluarga yang tidak berfungsi, berbahaya dan lingkungan yang penuh kekerasan, dan perasaan putus asa , dapat mengakibatkan atau memperburuk ganggaun emosi atau perilaku.Kita tidak boleh melupakan contoh anak muda yang telah selamat dari situasi yang mengerikan dan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Kita belajar individual yang ulet ini bahwa lingkungan yang merugikan tidak terhindarkan untuk menyebabkan kesulitan emosional dan perilaku.

E. Faktor ingin dipuji

Pada lingkungan biologis, adanya penelitian yang dilakukan Peter C, pada tahun 1997, yang dilakukan terhadap sekelompok remaja penderita alergi gangguan cerna setelah dilakukan intervensi diet selama 3 minggu didapatkan beberapa gangguan perilaku emosi, agresif, gangguan tidur, dan gangguan konsentrasi anak.

F. Faktor-faktor sosiologis

Tingkat pengangguran tinggi, fasilitas pendidikan yang rendah, kehidupan keluarga yang terganggu, dan subkultur yang menganggap perilaku lriminal sebagai suatu hal yang dapat diterima terungkap sebagai faktor-faktor yang kontribusi (Lahey dkk,1999;Loeber & Farrington,1998).Kombonasi perilaku antisosial anak yang timbul di usia dini dan rendahnya status sosioekonomi

Page 11: ANAK ADOPSI

keluarga memprediksikan terjadinya penangkapan usia muda karena tindakan criminal (Patterson, Crosby, & Vuchinich,1992). Faktor-faktor sosial berperan korelasi terkuat dengan kenakalan adalah hiperaktivitas dan kurangnya pengawasan orang tua.

4. Contoh dan bentuk dari gangguan perilaku

Menurut pendapat Dalyono (2001:265), “Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat dibagi menjadi dua sifat, yaitu perilaku regresif dan agresif.” Contoh-contoh bentuk gangguan perilaku yang bersifat regresif antara lain: suka menyendiri, pemalu, penakut, mengantuk, atau tak mau masuk sekolah, sedangkan bentuk yang bersifat agresif, antara lain: berbohong, membuat onar, memeras teman, dan prilaku-prilaku lain yang dapat menarik perhatian orang lain atau merugikan orang lain seperti mengganggu orang lain.

Seseorang yang cenderung suka mengganggu sesamanya memperlihatkan keadaan jiwa yang tidak stabil, kurang sehat, atau sedang dilanda kegelisahan. Dalam usaha membebaskan diri dari berbagai belenggu tersebut, ia tak menemukan cara lain selain melakukan perbuatan yang menyimpang seperti mengganggu orang lain disekitarnya.

Kecenderungan anak mengganggu sesama teman menunjukkan bahwa adanya ketidaksenangan serta ketidakpuasan si pelaku terhadap kondisi hidupnya. Misalnya, ia tidak menyukai sikap keras kedua orang tuanya, merasa dirinya tidak aman, di rumah atau di sekolah acapkali diganggu orang lain, tengah menghadapi masalah besar, atau tak mampu membalaskan dendamnya.

Orang-orang yang suka mengganggu, sesungguhnya haus kasih sayang dari orang tua. Sikap dan tindakan si anak dimaksudkan untuk menarik perhatian orang lain, atau demi melampiaskan dendam terhadap pengasuhnya. Bila mereka mendapat curahan kasih sayang, dan tak lagi merasa dikucilkan, niscaya segenap problem dan kesulitan yang mereka hadapi selama ini akan segera terselesaikan.

Di sekolah para pendidik juga menemukan bentuk-bentuk perilaku menyimpang, misalnya: mengganggu teman, sering bolos, malas, mengganggu kelas, bergaul bebas, atau tidak pernah membuat pekerjaan rumah (tugas-tugas dari guru). Jadi, peranan menyimpang yaitu sebagai bentuk perlawanan dari berbagai aturan yang telah ditetapkan di sekolah. Aturan-aturan tersebut bisa terdapat dalam tata tertib sekolah maupun aturan berbentuk penegakan moral (norma) dalam tatanan pergaualan sehari-hari yang biasanya dilakukan normal dan wajar, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan perilaku terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Perilaku keagresifan sosial seperti mengganggu teman-teman yang lemah bertindak kasar, dan sering main pukul, suka berkelahi, merusak, pendendam, bermusuhan secara terang-terangan, sering melanggar aturan, pemarah. Bentuk perilaku ini bersifat agresif. Apabila ia bertindak, si pelaku tidak memandang belas kasihan.

Hasil penelitian Sheldon dalam Vembriarto (1997:51) menunjukkan bahwa “Banyak siswa nakal yang suka mengganggu orang-orang disekitarnya berasal dari keluarga yang bersikap menolak atau acuh tak acuh terhadap siswa.” Siswa-siswa nakal yang berasal dari keluarga yang bersikap menolak ini umumnya mempunyai sifat curiga terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi

Page 12: ANAK ADOPSI

terkesan oleh hukuman, karena sudah terlalu banyak mengalami hukuman dari orang tuanya.

Bentuk-bentuk gangguan perilaku dapat ditinjau dari berbagai segi. Menurut Prayitno dan Amti (2005:46), bentuk-bentuk gangguan perilaku tersebut digolongkan ke dalam empat dimensi kemanusiaan, yaitu: dimensi individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas. Permasalahn dimensi individualitas, seperti prestasi rendah, motivasi belajar menurun, atau kesulitan alat pelajaran. Permasalahn dimensi sosialitas, seperti bentrok dengan guru, pendiam, sering bertengkar, sukar menyesuaikan diri, pemalu, penakut, kurang bergaul, kasar, dan manja. Permasalahn dimensi moralitas, seperti melanggar tata tertib sekolah, membolos, tidak senonoh, minggat, nakal, kasar, terlibat narkoba, atau terlambat masuk sekolah. Permasalah dimensi religius, seperti tidak melakukan salat atau perbuatan-perbuatan lain yang menyimpang dari agama yang dianutnya.

5. Dampak dan pencegahan dari gangguan perilaku

DAMPAK :

Segala gangguan tingkah laku memiliki dampak. Adapun dampaknya antara lain :Bagi kesehatan : Anak cenderung bersikap nekat dan dapat melakukan segala sesuatu yg bersifat merugikan kesehatan , baik itu kesehatan dirinya maupun orang lain, seperti berkelahi, membunuh, menyalah gunakan obat obatan dll yg dapat berujung kematian atau penurunan kesehatan bagi dirinya.

Bagi Lingkungan : Seorang anak yg melakukan tindakan agresif atau anti-sosial cenderung dijauhi oleh teman sebayanya, di kucilkan oleh masyarakat, meresahkan orang lain, di hukum karena melanggar hukum / norma-norma, dan susah di terima oleh lapisan masyarakat dimana saja.

1. Dampak bagi pelakuBerbagai bentuk gangguan perilaku yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut ;a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan

mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan di masyarakat atau dijauhi dari pergaulan

b. Dapat menghancurkan masa depan penyimpanganc. Dapat menjauhkan pelaku dari tuhan dan dekat dengan perbuatan dosad. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya

2. Dampak bagi orang lain / kehidupan masyarakata. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.

PENCEGAHAN :

Page 13: ANAK ADOPSI

Beberapa gangguan perilaku atau emosional dapat dicegah dengan menghilangkan penyebab utama atau memperbaiki gejalanya. Sebagai contoh, mendidik wanita hamil untuk tidak minum untuk mencegah dampak perilaku sindrom alkohol janin. Di dalam kelas, guru dapat menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku masalah untuk mencegah berkembang menjadi masalah serius. Sebagai sebuah masyarakat, strategi umum untuk mencegah gangguan emosi dan perilaku meliputi:1. Memberikan terapi individu dan keluarga2. Mengajarkan keluarga cara-cara baru berinteraksi3. Mempromosikan dan memberikan pelatihan karakter4. Pendidikan moral5. Mempromosikan kesehatan bayi dan anak-anak, dan6. Memberikan intervensi medis

Cara mencegah gangguan tingkah laku :- Menerapkan / menjalankan keterampilan sosial : kemauan yg kompleks untuk

melakukan perbuatan yg akan di terima dan menghindarkan perbuatan yg akan di tolak oleh lingkungan. Bagi seorang anak, keterampilan sosial merupakan suatu hal yg penting untuk memulai dan memiliki hubungan yg positif.

- Menggunakang berbagai cara yg dapat dipergunakan untuk memulai pembicaraan atau berinteraksi dengan orang lain, memeliharanya dan mengakhirinya dengan cara positif.

- Memahami konsekuensi dari sebuah tindakan sosial baik bagi diri sendiri maupun org lain.

- Mengekspresikan emosi positf dan menghambat emosi negative dengan tepat- Bersikap sungguh – sungguh dan memperhatikan kepentingan sosial.

6. Cara mengatasi dari gangguan perilaku

1. Peran keluargaKeluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia. Kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat-bakat orang tua dan lingkungan dimana ia berada dan berkembang.Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting dalam mengatasi gangguan perilaku.1.    Memfungsikan komunikasi dan sosialisasi dalam lingkungan keluarga2.    Mendidik dan memberi pengalaman yang baik.3.    Pendekatan agama dengan menanamkan nilai-nilai ajaran agama dan membudayakan ibadah bersama-sama, seperti  mengaji dan shalat berjamaah antara ayah, ibu, dan anak.4.    Memberi rasa aman, kepercayaan, pengertian dan mengasuh anak dengan baik.5.    Melalui keteladanan orang tua6.    Disiplin dalam keluarga7.    Memelihara hubungan sosial yang hangat dalam keluarga dan Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis

Page 14: ANAK ADOPSI

2. Peran institusi pendidikanMasalah kenakalan remaja yang semakin meluas dapat mengancam generasi muda bangsa. Untuk itu perlu usaha secara positif dan terarah dalam penanganannya. Layanan pendidikan disekolah harus mampu membimbing siswa dengan menjunjung tinggi kedisiplinan, norma-norma yang berlaku dimasyarakat, tata karma, nilai-nilai agama, dan adapt istiadat. Untuk melaksanakannya yaitu dengan cara :1.    Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan bimbingan konseling terhadap siswa yang bermasalah dan tidak bermasalah.2.    Meningkatkan kemampuan siswa terhadap bidang tertentu yang sesuai dengan bakat dan minatnya, seperti PMR, Pramuka, teater, musik,.3.    Mengintensifkan pelajaran agam disekolah dan digiatkan budaya shalat berjamaah, ceramah-ceramah tentang agama dan membentuk organisasi kerohanian.4.    Memberikan sanksi yang berat kepada pelaku dengan skors atau dikeluarkan dari sekolah.5.    Memberikan bimbingan penyuluhan

3. Peran pemerintah  Peran pemerintah untuk menghindari dan menanggulangi kenakalan remaja, yaitu dengan :1.    Menggalakkan minat baca dan menyediakan wahana untuk berkreasi bagi remaja, seperti studio musik, tempat olah raga, perpustakaan secara geratis.2.    Memberikan totonan dan Informasi dimedia masa yang bersifat mendidik.3.    Memberikan dana pendidikan bagi remaja yang berprestasi.4.    Sosialisasi tentang pentingnya kesehatan, bahaya NARKOBA, bahaya seks diluar nikah pada remaja.5.    Mengadakan razia pelajar dilingkungan pasar atau tempat-tempat nongkrong bagi remaja pada waktu jam sekolah.

Intervensi keluarga, beberapa pendekatan yang paling menjanjikan untuk menangani gangguan tingkah laku mencakup intervensi bagi orang tua atau keluarga dari si anak antisosial. Gerald Patterson dan koleganya mengembangkan dan menguji sebuah program behavioral, yaitu pelatihan manajemen Pola Asuh (PMP), dimana orang tua diajari untuk mengubah berbagai respon untuk anak-anak mereka sehingga perilaku prososial dan bukannya perilaku antisosial yang dihargai secara konsisten. Para orang tua diajarkan untuk menggunakan teknik-teknik seperto penguatan positif bila si anak menunjukkan perilaku positif dan pemberian jeda serta hilangnya perilaku istimewa bila ia berperilaku agressif atau antisosial. PMP terbukti mengubah interaksi orangtua-anak, yang pada akhirnya berhubungan dengan berkurangnya perilaku antisosial dan agresif. PMP juga terbukti memperbaiki perilaku para ssaudara kandung fan mengurangi rasa depresi pada para ibu yang mengikuti program tersebut. (kazdin,1985)

Penanganan multisistemik (PMS), Henggeler menunjukkan keberhasilan dalam hal mengurangi tingkat penangkapan karena tindak kriminal dalam empat tahun setelah penanganan. Intervensi ini memandang masalah tingkah laku sebagai suatu hal yang dipengaruhi oleh berbagai konteks dalam keluarga dan antara keluarga dan berbagai sistem sosial lainnya. Teknik yang dipergunakan variasi meliputi teknik perilaku

Page 15: ANAK ADOPSI

kognitif, sistem keluarga, dan manajemen kasus. Keunikan dari terapi ini terletak pada penekanan kekuatan individu dan keluarga, mengidentifikasi konteks bagi masalah-masalah tingkah laku, yang berfokus pada masa kini dan berorientasi pada tindakan, dan menggunakan intervensi yang membutuhkan upaya harian atau mingguan oleh para anggota.Pendekatan kognitif, terapi dengan intervensi ini bagi orangtua dan keluarga merupakan komponen keberhasilan yang penting, tetapi penanganan semacam itu banyak memakan biaya dan waktu. Oleh karena itu, penanganan dengan terapi kognitif individual bagi anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku mereka, meski tanpa melibatkan keluarga. Contoh : mengajarkan keterampilan kognitif pada anak-anak untuk mengendalikan kemarahan mereka menunjukkan manfaat yang nyata dalam membantu mereka mengurangi perilaku agresif.Mereka belajar untuk bertahan dari serangan verbal tanpa merespon secara agresif dengan menggunakan teknik pengalihan seperti bersenandung, mengatakan hal-hal yang menyenangkan pada diri sendiri, atau beranjak pergi. Strategi lain dengan mengajarkan keterampilan moral kepada berbagai kelompok remaja yang mengalami gangguan perilaku.

7. Pengaruh usia terhadap gangguan perilaku

Moore (1982) menyebutkan bahwa untuk memudahkan pemahaman tentang konsep gangguan perilaku karena ruang lingkupnya yang cukup luas, maka gangguan prilaku ini dapat dikelompokkan menjadi 3 bentuk berdasarkan usia.

1. Masalah kontrol, secara umum ditandai dengan ketidakmatangan prilaku seperti tidak patuh,temperamen tinggi dan suka membantah. Biasanya terjadi pada usia muda

2. Perilaku agresif, ditandai sering dengan penyerangan fisik seperti berkelahi,menyakiti seseorang,mengancam,menentang. Biasa ini mulai muncul pada usia 4-6 tahun.

3. Prilaku yang menunjukkan kenakala/atau kejahatan sepeerti bolos, mencuri, merusak, lari dari rumah,dan mencoba obat-obatan terlarang. Biasa terjadi pada usia 11-18 tahun

pengaruh usia terhadap gangguan tingkah lakuPiaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, dalam Mu’tadin 2002), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun

Page 16: ANAK ADOPSI

sampai dengan 16 tahun (Hurlock, dalam Mu’tadin 2002) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.Pertumbuhan fisik dalam periode pubertas terus berlanjut sehingga mencaai kematangan pada akhir periode remaja. Masalah-masalah sehubungan dengan perkembangan fisik pada masa pubertas (malu, atau rendah diri, takut gemuk, pingin punya kumis, dan lain-lain).

Usia sangat berpengaruh dalam menentukan perkembangan perilaku seorang anak.

Hurlock 1995, kanak – kanak menengah dan akhir adalah anak yg berada pada periode perkembangan yakni di usia 6-13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun pd laki-laki. Usia2 ini setara dgn usia2 sekolah dasar sehingga di sebut “usia sekolah”. Pada masa ini prestasi menjadi tema sentral pada anak dan pengendalian diri mereka mulai meningkat.Memasuki masa pertengahan dan akhir kanak – kanak , interaksi anak dengan orang tua mengalami penurunan. Sebagai gantinya anak lebih banyak berinteraksi dengan orang dewasa di luar keluarga & teman sebaya.selama masa pertengahan dan akhir kanak – kanak ini anak banyak menghabiskan waktu luangnya dengan teman sebaya. Menurut penelitian anak usia 7 – 11 tahun menghabiskan 40 % waktu siangnya dgn teman sebaya, lebih banyak dari kanak2 yg awalnya hanya 10-20 %. Pada masa ini juga teman sebaya memiliki peran penting, teman sebaya merupakan sebuah informasi bagi seorang anak untuk mengetahui nilai dan bagaimana bersikap, baik dalam memainkan suatu permainan. Proses sosialisasi pada teman sebaya dilakukan dgn cara modeling ( meniru atau mencontoh ), dimana anak lain menjadi social model yg akan menjadi contoh atau yg akan di tiru.