Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Pada an NILAKANDI

Embed Size (px)

Citation preview

Latar Belakang Persimpangan merupakan titik pertemuan dari jaringan jalan raya,oleh karenanya sering terjadi berbagai hambatan karena kesibukan lalu lintas yang padat. Salah satu persimpangan yang penting di Kota Palembang adalah Nilakandi.

Rumusan Masalah Adapun hal yang di bahas dalam penelitian ini meliputi: - Kinerja simpang tak bersinyal dengan menggunakan metode MKJI 1997. - Kondisi simpang tak bersinyal dengan menganalisis nilai LHR di lapangan menggunakan metode MKJI 1997. - Nilai GAP/LAG kritis pada simpang tak bersinyal terutama kendaraan yang melakukan crossing (untuk melakukan belok ke kanan).

Mulai

Studi Literatur Pengumpulan Data Data Sekunder: 1. Arus Lalu Lintas 2010 Data Primer: 1. Geometri Simpang 2. Survei Arus Lalu Lintas 2011

Pengolahan Data: Perhitungan tingkat layanan persimpanga tak bersinyal menggunakan metode MKJI 1997 Analisa Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Simpang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jaringan jalan. Simpang dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan,termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalulintas di dalamnya (Khisty,2005).

1. Simpang Tak Bersinyal Jenis simpang ini yang paling banyak dijumpai di perkotaan. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalu lintas minor dan pergerakan belok sedikit. Namun jika arus lalulintas di jalan utama sangat tinggi sehingga risiko kecelakaan bagi pengendara meningkat maka dipertimbangkan adanya sinyal laulintas. (Ahmad Munawar,2006).

Simpang tak bersinyal secara formil dikendalikan oleh aturan dasar lalulintas Indonesia yaitu memberikan jalan kepada kendaraan dari kiri. Ukuran-ukuran yang menjadi dasar kinerja simpang tak bersinyal adalah kapasitas,derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. (MKJI,1997).

Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalulintas yang dapat dipertahankan dari suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu,dalam kendaraan/jam atau smp/jam (MKJI,1997). Menurut Ahmad Munawar (2006),pengertian kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan yang melewati suatu persimpangan atau ruas jalan selama waktu tertentu pada kondisi jalan dan tingkat kepadatan yang ditetapkan.

Menurut MKJI (1997), Volume adalah jumlah kendaraan yang lewat pada suatu jalan dalam satuan waktu (hari,jam,menit). Volume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan yang lebih besar. Satuan volume lalulintas yang digunakan sehubungan dengan analisis panjang antrian adalah volume jam perencanaan (VJP) dan Kapasitas.

Manual kapasitas jalan indonesia (MKJI 1997) menyatakan ukuran kinerja lalulintas diantaranya adalah Level of Performance (LoP). Ukuran kinerja simpang tak bersinyal berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu sehubungan dengan geometrik,lingkungan dan lalulintas adalah:

C = Co x FW x FCS x FRSU x FLT x FMI Ket: C : Kapasitas aktual Co : Kapasitas dasar FW : Faktor penyesuaian lebar masuk FM : Faktor penyesuaian median FCS : Faktor penyesuaian ukuran kota FRSU : Faktor penyesuaian tipe lingkungan,hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor

FLT

: Faktor penyesuaian rasio belok kiri FRT : Faktor penyesuaian rasio belok kanan FMI : Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

DS = Qsmp / C Ket : DS : Derajat kejenuhan C : Kapasitas (smp/jam) Qsmp : Arus total sesungguhnya (Qkend x Fsmp)

1.-

-

Tundaan lalulintas rata-rata untuk seluruh simpang (Dti) Untuk DS 0,6 Dti = 2 + (8,2078 x DS)-{(1-DS)x2} Untuk DS > 0,6 Dti = (1,0504/[0,2742-(0,2742xDS)]) - [(1DS)X1,8]

KESIMPULAN Hasil yang diperoleh dari Pengumpulan data pada persimpangan Nilakandi sebagai berikut:

Berdasarkan survei karakteristik persimpangan Nilakandi,kapasitas simpang yang didapat sebesar 2900 smp/jam,setelah diketahui kapasitas jalan maka didapat derajat kejenuhan maksimal sebesar 0,2685 yang terjadi pada senin spagi,derajat kejenuhan maksimal sebesar 0,3948 yang terjadi pada kamis sore dan derajat kejenuhan maksimal sebesar 0,2986 yang terjadi pada sabtu sore. Setelah dihitung nilai derajat kejenuhan didapat peluang antrian(QP%) maksimum sebesar 3%-12% pada senin sore, 4%-13% pada hari kamis , 5%-14% pada sabtu sore. Hasil analisis Kinerja Persimpangan Nilakandi terlihat dari derajat kejenuhan dengan nilai < 0,75 dan peluang antrian < 35% sehingga Persimpangan di Nilakandi sudah memenuhi fungsional yang diinginkan.

SARAN

Kinerja lalu lintas persimpangan Nilakandi dibutuhkan pengawasan yang rutin setidaknya setiap tahun agar fungsional kinerja lalu lintas pada persimpangan Nilakandi dapat dikontrol sehingga jika terjadi kondisi buruk dapat segera diatasi. Berdasarkan survei pengamatan di persimpangan Nilakandi, perlunya perbaikan geometrik jalan seperti jalan yang bergelombang,adanya tambalan-tambalan yang menyebabkan fungsional kinerja lalu lintas terganggu.