Upload
resky-yulanda
View
151
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Analisa Tata Letak Pabrik
Citation preview
ANALISA TATA LETAK PABRIK
Oleh:
Resky Yulanda
13109006
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK DAN I,MU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2013
1. Contoh Tata Letak Pabrik
Gambar 1 Tata Letak UKM Anugarah Saat Ini
Tabel 1 Jarak Perpindahan Material Antar fasilitas Saat Ini
Fasilitas yang ada saat ini diletakkan tanpa memperhitungkan hubungan
aktivitas antar fasilitas. Hal tersebut dapat terlihat dari urutan peletakan mesin
yang tidak sesuai dengan proses dan jarak tempuh yang jauh antar fasilitas
seperti pada Tabel 1. Tata letak fasilitas yang ada saat ini menimbulkan
berbagai permasalahan seperti langkah balik yang terjadi pada aliran produksi.
Langkah balik terjadi karena peletakan mesin tidak memperhitungkan
hubungan antar fasilitas sehingga operator harus memindahkan material secara
berulang. Langkah balik pada aliran produksi mengakibatkan jarak antar
fasilitas menjadi jauh sehingga waktu tempuh material yang berpindah
bertambah.
Urutan tata letak fasilitas pada UKM Anugrah saat ini digambarkan
pada Gambar 1. Urutan tata letak saat ini terdiri dari 8 mesin yang
digambarkan dengan warna biru tua, kantor digambarkan dengan warna hijau
tua, gudang bahan baku digambarkan pada warna kuning, gudang produk
digambarkan dengan warna coklat, mushala digambarkan dengan warna hijau
muda, dan toilet digambarkan dengan warna biru muda. Skala yang digunakan
untuk membuat templet tata letak yang ada saat ini yaitu 1:25.
2. Analisa Tata Letak
Penyelesaian masalah tata letak UKM Anugrah menggunakan metode
yang diklasifikasikan oleh Wignjosoebroto (2003), yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif yaitu analisa bahan diukur menggunakan
tolok ukur derajat kedekatan hubungan antara satu fasilitas dengan lainnya.
Pendekatan kuantitatif yaitu analisa aliran bahan berdasarkan kuantitas material
yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit satuan kuantitatif lainnya.
Analisa dapat dilakukan jika data yang dibutuhkan untuk menganalisis
sudah terpenuhi. Data yang dibutuhkan untuk melakukan analisa tata letak
fasilitas pabrik menghasil armprem bagasi bis yaitu jumlah produksi 20
produk/hari, jenis dan ukuran mesin-mesin dan peralatan yang digunakan
selama produksi, waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses, dan persentase
sekrap.
1.1 Menggunakan Metode Kuantitatif
Jumlah produk yang dihasilkan setiap hari harus sesuai dengan
target produksi agar kebutuhan konsumen terpenuhi. Keberhasilan untuk
mencapai target tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan
jumlah mesin yang dibutuhkan. Perhitungan bahan baku dipengaruhi oleh
sekrap yang merupakan pembuangan hasil proses. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan yaitu efisiensi kerja mesin. Persentase efisiensi kerja
mesin yang digunakan sebesar 80% dan 90 % seperti ketepapan menurut
Wignjosoebroto (2003). Uraian mengenai lembar urutan proses yang telah
dibuat memberikan informasi bahwa banyaknya mesin yang dibutuhkan
sebanyak 1 buah mesin untuk setiap jenis mesinnya.
Jumlah kebutuhan mesin yang didapatkan dari lembar urutan
proses digunakan sebagai masukan pembuatan peta proses produk darab.
Informasi lain yang dibutuhan sebagai masukan pembuatan peta proses
produk darab yaitu mesin-mesin yang digunakan dan keterkaiatan antar
aktivitas dalam memproduksi armprem bagasi bis. Peta proses darab ini
menggambarkan keterkaitan antar fasilitas selama proses produksi dan
jumlah mesin yang dibutuhkan.
Gambar 2 Peta Proses Produk Darab
Informasi yang terdapat pada lembar urutan proses digunakan
sebagai masukan pada luas kebutuhan area produksi. Perhitungan untuk
menentukan luas area produksi yang dibutuhkan memerlukan informasi
mengenai ukuran mesin, ukuran peralatan, ukuran material, jumlah mesin,
ruang bergerak untuk operator, dan kelonggaran. Informasi seperti ukuran
mesin, ukuran peralatan, ukuran material, jumlah mesin, dan ruang
bergerak untuk operator diperoleh dari pengukuran dan pengolahan data
yang telah dilakukan. Kelonggaran sebesar 150% merupakan nilai
kelonggaran yang lazim digunakan menurut Wignjosoebroto (2003) agar
operator merasa nyaman dalam bekerja. Perhitungan mengenai luas
kebutuhan area produksi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa luas
area produksi yang diperlukan sebesar 56,1 m2.
Setelah mengetahui informasi luas area produksi yang dibutuhkan
selanjutnya menentukan urutan mesin pada tata letak fasilitas. Pengaturan
urutan mesin ditentukan berdasarkan persentase volume material yang
berpindah. Nilai persentase volume material yang berpindah dihitung
untuk mendapatkan jarak yang minimum. Tata letak fasilitas urutan mesin
diatur berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan peta dari-ke.
Informasi yang dibutuhkan sebagai masukan untuk membuat peta dari-ke
yaitu volume material yang berpindah antar fasilitas dan mesin-mesin yang
dilalui untuk memproduksi komponen pembentuk produk. Urutan mesin
diatur secara berulang-ulang untuk mendapatkan jarak paling minimum
untuk antar fasilitas. Maka didapatkan urutan mesin yang memiliki total
momen paling minimum yaitu angka momen untuk proses maju sebesar
370 dan untuk proses balik sebesar 20 dan total momen sebesar 390.
Urutan mesin yang digunakan yaitu meja ukur, gerinda potong, mesin
potong, mesin press, mesin bor, gerinda, mesin bubut, mesin las, dan
kompresor.
1.2 Menggunakan Metode Kualitatif
Metode kedua yang digunakan yaitu metode kualitatif yang
menganalisa menggunakan tolok ukur kedekatan antar fasilitas.
Penyusunan tata letak fasilitas berdasarkan derajat kedekatan antar fasilitas
karena diharapkan fasilitas yang memiliki intensitas aktivitas yang tinggi
memiliki jarak yang dekat sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.
Penilaian tolok ukur kedekatan antar fasilitas menggunakan peta hubungan
aktivitas.
Gambar 3 Peta Hubungan Aktivitas
Tabel 2 merupakan keterangan mengenai alasan keterakaitan antar
fasilitas yang digunakan pada peta hubungan aktivitas. Tabel tersebut
menguraikan 7 alasan mengenai keterkaitan hubungan antar fasilitas.
Tabel 2 Deskripsi Alasan
Informasi kedekatan hubungan antar fasilitas yang didapat setelah
membuat peta hubungan antar aktivitas digunakan sebagai masukan untuk
menganalisa dan merencanakan penentuan letak masing-masing fasilitas
tersebut. Analisa dilakukan dengan mengelompokan alasan perlunya
kedekatan antar fasilitas ke derajat hubungan. Analisa penentuan letak
masing-masing fasilitas menggunakan lembar kerja pembuatan diagram
hubungan aktivitas. Tabel 3 merupakan tabel lembar kerja pembuatan
diagram hubungan aktivitas.
Tabel 3 Lembar Kerja Pembuatan Diagram Hubungan Aktivitas
Analisa penentuan masing-masing fasilitas yang telah dilakukan
dilanjutkan dengan membuat diagram hubungan aktivitas. Proses tata letak
diawali dengan meletakkan fasilitas yang memiliki derajat hubungan
mutlak yaitu gudang bahan baku. Gudang bahan baku dipilih karena untuk
mempermudah proses pengangkutan saat penyimpanan bahan baku.
Selanjutnya peletakan fasilitas didasarkan pada kedekatan hubungannya.
Gambar 4 merupakan bentuk diagram templet blok aktivitas.
Gambar 4 Diagram Templet Blok Aktivitas
Diagram templet blok aktivitas kemudian dibuat dalam bentuk
templet, dimana peletakannya disesuaikan dengan area yang telah tersedia.
Peletakan ini dilakukan sesuai dengan prinsip dasar dalam perencanaan
tata letak yaitu pemanfaatan ruang dan fleksibilitas. Penerapan prinsip ini
dilakukan agar dapat dilakukan untuk memudahkan penyesuaian dan
pengaturan kembali suatu tata letak dengan menggunakan luas area dan
peralatan yang tersedia.
Gambar 5 Tata Letak Pabrik Setelah Perbaikkan
Setelah melakukan penyusunan tata letak baru kemudian dilakukan
pengukuran jarak antara fasilitas seperti terdapat pada tabel 4 yaitu jarak
perpindahan bahan antar fasilitas pada tata letak sebelum perbaikan.
Tabel 4 Jarak Perpindahan Material Antar Fasilitas Pada Tata Letak
Setelah Perbaikan
Pengukuran jarak yang dilakukan setelah penyusunan ulang
fasilitas diketahui bahwa jarak tempuh lebih pendek dibanding dengan
jarak pada tata letak sebelum perbaikan, terdapat selisih sebesar 819,5 cm
sehingga dalam melakukan proses produksi semakin besar pula efesinsi
kerja karena operator menghemat jarak tempuh pada perpindahan material.
Selisih jarak tersebut membuktikan bahwa tata letak setelah perbaikan
lebih baik karena jarak tempuh material lebih kecil sehingga waktu yang
diperlukan dalam proses produksi lebih singkat. Selain itu dengan
meminimasi besar jarak tempuh dapat berdampak pada peningkatan
kapasitas produksi pada UKM Anugrah.