Upload
trinhdat
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS BENTUK CAMPUR KODE DAN KATA SERAPAN PADA
UNGKAPAN DI TAS PADA LAMAN GOOGLE
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
BETARIA ANDRIYANI
A 310090230
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
2
1
ANALISIS BENTUK CAMPUR KODE DAN KATA SERAPAN PADA
UNGKAPAN DI TAS PADA LAMAN GOOGLE
BETARIA ANDRIYANI
A 310090230
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan
kata serapan pada ungkapan di tas pada laman google. Objek penelitian ini adalah
bentuk campur kode dan kata serapan yang terdapat pada ungkapan di tas yang
diambil pada laman google. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualtatif. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
dokumentasi yaitu dipakai untuk mengambil data dari ungkapan di tas dalam
laman google. Teknik pengumpulan data dengan mengkaji dokumen yaitu dengan
menganalisis ungkapan yang mengandung campur kode dan kata serapan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan referensial dan
metode agih bagi unsur langsung.
Berdasarkan analisis penelitian dapat disimpulkan bentuk campur kode
dan kata serapan pada ungkapan di tas yang diambi pada laman google berupa
yang pertama, bentuk campur kode data yang dikumpulkan dianalisis berdasarkan
jenis-jenis campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud campur
kode terdiri dari tiga yaitu (1) Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, (2)
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase, dan (3) Penyisipan unsur-unsur yang
berwujud klausa. Kedua, bentuk kata serapan terdiri atas tiga cara yaitu melalui
cara adopsi, adaptasi, dan kreasi.
Kata kunci : bentuk campur kode, kata serapan, ungkapan.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan bahasa telah menempatkan bahasa
asing, terutama bahasa Inggris pada posisi strategis yang memungkinkan
bahasa tersebut masuk dan mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
Hal ini berdampak pada penggunaan bahasa asing pada masyarakat Indonesia.
Penggunaan bahasa asing akan menimbulkan pemekaran kosakata Indonesia,
yang merupakan akibat dari kontak budaya dan kontak kebahasaan. Akibat
kontak budaya dan kebahasaan tersebut muncul kata dari bahasa asing yang
kemudian mengalami penyerapan yang disebut dengan kata serapan.
2
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana orang
mencampur dua atau lebih bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur
bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa satu ke dalam bahasa
yang lain, unsur-unsur yang menyisip tersebut tidak lagi mempunyai fungsi
sendiri (Suwito dalam Rohmadi, 2010: 171). Campur kode terjadi tidak hanya
pada kalangan masyarakat berpendidikan rendah tetapi juga pada masyarakat
berpendidikan tinggi. Peristiwa campur kode inipun tidak hanya tejadi pada
bahasa lisan tetapi banyak juga terjadi pada bahasa tulis. Peneliti memilih
campur kode pada ungkapan di tas yang di ambil pada laman google karena
banyak sekali bahasa yang mengandung campur kode yang masih belum
diteliti oleh peneliti sebelumnya. Campur kode yang terjadi pada ungkapan di
tas dapat dilihat dari salah satu data yang telah saya peroleh “Muslim
Creative”. Dari salah satu bahasa yang mengandung campur kode tersebut
maka peneliti mengkaji bahasa campur kode pada ungkapan di tas yang ada
pada laman google. Berdasarkan uraian tersebut dikatakan bahwa campur kode
tidak hanya terjadi pada bahasa lisan namun juga bahasa tulis dalam hal ini
adalah campur kode yang terjadi dalam ungkapan di tas. Selain campur kode
aspek lain yang diteliti adalah kata serapan yang terjadi pada ungkapan di tas
yang ada pada laman google. Kata serapan adalah kata yang diambil atau
dipungut dari bahasa lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah, baik
mengalami adaptasi struktur, tulisan, dan lafal, maupun tidak dan sudah
dikategorikan sebagai kosakata bahasa Indonesia (Al-Ma’ruf, 2009: 56). Kata
serapan dalam ungkapan di tas yang ada pada laman google juga masih kurang
diminati oleh peneliti yang lain untuk dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu
sebagai peneliti saya ingin mengkaji lebih lanjut tentang kata serapan dalam
ungkapan di tas yang ada pada laman google. Kata serapan yang terdapat pada
ungkapan di tas salah satunya “I love islam”. Setelah sepintas kami membaca
dan menemukan kata serapan banyak terkandung di dalamnya, sayapun
berinisiatif mengambil kata serapan untuk dijadikan rumusan masalah dalam
penelitian ini. Apalagi setelah kami telusuri lebih lanjut belum ada peneliti
3
yang meneliti tentang kata serapan pada ungkapan di tas yang ada pada laman
google yang akan saya teliti ini.
laman adalah halaman muka atau beranda (Bahasa Melayu: laman,
yakni "muka surat" atau "halaman muka") kata laman dalam bahasa Indonesia
sendiri berarti "halaman depan" atau "halaman muka" yang bisa mengacu
kepada halaman depan buku, surat, situs web, dan lain sebagainya (dalam blog
Jasmadi). Ungkapan adalah bentuk bahasa yang merupakan gabungan kata
yang menyatakan makna khusus (makna unsur yang membentuknya, sudah
menyatu dan tidak dapat ditafsirkan menjadi kabur), dan ungkapan disebut
idiom.
Peneliti memilih ungkapan di tas sebagai objek penelitian, karena dalam
ungkapan di tas itu sendiri banyak terdapat variasi bahasa campur kode maupun
berbagai bentuk kata serapan yang digunakan untuk menarik minat para pembaca.
Dengan adanya campur kode dan penggunaan kata serapan yang bervariasi, maka
penelitian ini ditulis untuk meneliti bagian-bagian bahasa yang mengandung unsur
campur kode dan kata serapan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
peneliti tertarik untuk mendeskripsikan campur kode dan kata serapan yang terjadi
pada bahasa tulis ungkapan di tas dengan mengangkat “Campur Kode dan kata
serapan pada ungkapan di tas yang ada pada laman google”.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini ada dua rumusan masalah yang perlu dicari jawabannya.
1. Campur kode apa saja yang terdapat pada ungkapan di tas dalam laman
google?
2. Bentuk kata serapan yang terdapat pada pada ungkapan di tas dalam laman
google?
2. LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Andoko (2011) meneliti “Penggunaan Campur Kode dalam Bahasa
Politik di Acara DEMOCRAZY”. Penelitian ini membahas adalah
berdaasarkan bentuknya ditemukan 6 campur kode yang digunakan dalam
bahasa debat di acara DEMOCRAZY atau sekiitar 75% dari jumlah
4
keseluruhan data. Terdapat pula 3 campur kode metaphorical yang digunakan
dalam bahasa debat di acara DEMOCRAZY atau sekitar 37,5% dari
keseluruhan data. Penggunaan campur kode situasional lebih dominan dalam
bahasa debat di acara DEMOCRAZY, hal itu disebabkan karena didalamnya
partisipan terdiri dari orang-orang dengan beragam pendidikan tinggi,
sehingga mereka pandai dalam mengatur gaya bahasa mereka untuk
menunjukkan kemempuan mereka dalam debat.
Di dalam campur kode dalam acara debat DEMOCRAZY berdasarkan
faktor penggunaannya terdapat 5 campur kode need feeling motive atau
sekitar 50% dan ada 5 campur kode presting filling motive atau sekitar 50%.
Dalam label ini menunjukkan ketidak seimbangan dalam penggunaan campur
kode karena dapat dilihat dari dominasi penggunaan campur kode
berdasarkan faktor penggunaannya lebih banyak need feeling motive.
Persamaan penelitian ini dengan Andoko (2011) adalah sama-sama
membahas campur kode. Perbedaan pada objek yang dikaji, Andoko (2011)
menggunakan campur kode yang digunakan dalam Bahasa Politik Di Acara
DEMOCRAZY, sedangkan penelitian ini menggunakan campur kode pada
ungkapan di tas.
Riza Dwi Ariyanti (2010) meneliti “Analisis Alih Kode dan Campur
Kode Penggunaan Bahasa Indonesia pada Percakapan Bukan Empat Mata
Bulan Juli 2010”. Penelitian ini membahas a) wujud alih kode pemakaian
bahasa Indonesia pada percakapan Bukan Empat Mata bulan Juli 2010
terdapat alih kode ekstern sebanyak dua data yang ditandai adanya peralihan
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ke dalam
bahasa Jawa. b) wujud campur kode dalam pemakaian bahasa Indonesia pada
percakapan Bukan Empat Mata bulan Juli 2010 terdiri dari: Campur kode
intern yang berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. bentuk campur
kode yang ditemukan berupa campur kode berwujud kata, frasa, perulangan
kata, dan klausa berjumlah 15 data. Campur kode ekstern berasal dari bahasa
asing yaitu bahasa Inggris, dan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam penelitian ini ditemukan campur kode ekstern meliputi campur kode
5
berwujud kata, frasa, dan klausa berjumlah 47 data. Persamaan penelitian ini
dengan Riza Dwi Ariyanti (2010) adalah sama-sama membahas campur kode.
Perbedaan pada objek yang dikaji, Riza Dwi Ariyanti (2010) menggunakan
campur kode yang digunakan dalam percakapan di Bukan Empat Mata
sedangkan penelitian ini menggunakan campur kode pada ungkapan di tas.
Rizqi Fardianto Rahman (2008) meneliti “Penyerapan Istilah Asing
Register Kedokteran pada Rubrik Kesehatan Surat Kabar Republika Edisi
Januari–Maret 2008”. Hasil penelitian ini adalah: 1) Bentuk register
kedokteran yang diserap berdasarkan penyesuaian ejaan dan lafal pada rubrik
kesehatan surat kabar Republika edisi Januari sampai dengan Maret 2008
terdapat dua bentuk, yaitu bentuk penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan
lafal serta bentuk penyerapan utuh atau penyerapan tanpa penyesuaian ejaan
dan lafal. Bentuk penyerapan dengan pengubahan yang berupa penyesuaian
ejaan dan lafal terdiri dari tiga jenis bentuk penyerapan, yaitu penyerapan
dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal, penyerapan dengan
penyesuaian lafal tanpa penyesuaian ejaan, dan penyerapan dengan
penyesuaian ejaan dan lafal sekaligus. 2) Berdasarkan proses penyesuaian
ejaannya, terdapat sejumlah istilah yang tidak sesuai dengan kaidah
penyesuaian ejaan, yaitu: istilah pasien, multipatologis, eklamsia, imobilisasi,
menopause, dan stroke. Persamaan penelitian ini dengan Rizqi Fardianto
Rahman (2008) adalah sama-sama membahas kata serapan atau penyerapan
bahasa asing. Perbedaan pada objek yang dikaji, Rizqi, Fardianto Rahman
(2008) menggunakan kata serapan yang digunakan dalam percakapan di
Bukan Empat Mata sedangkan penelitian ini menggunakan kata serapan pada
ungkapan di tas.
Kajian Teori
Campur kode ialah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam
bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab
(Suwandi, 2008: 87). Dengan kata lain campur kode merupakan dua unsur bahasa
yang saling mempunyai keterkaitan dalam penggunaannya. Dalam pendapat yang
6
telah diungkapkan oleh ahli di atas campur kode terjadi apabila bahasa digunakan
mengandung unsur yang berbeda jenisnya tetapi masih mempunyai keterkaitan
dalam fungsinya. Sebagai bahan acuan untuk mengkaji lebih jauh lagi tentang
campur kode, pendapat di atas sangat berguna untuk mencari bahasa yang
terindikasi bahasa yang mengandung campur kode. Dengan kata lain, campur
kode dalam bahasa tulis terjadi apabila terdapat dua unsur bahasa yang sengaja
digunakan secara berdampingan dan saling melengkapi satu sama lain. (Al-
Ma’ruf, 2009: 56) kata serapan adalah kata yang diambil atau dipungut dari
bahasa lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah, baik mengalami adaptasi
struktur, tulisan, dan lafal, maupun tidak dan sudah dikategorikan sebagai
kosakata bahasa Indonesia. Dengan pengertian itu peneliti dapat mencari jenis
bahasa yang mengandung unsur kata serapan.
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang bersifat karakteristik, data yang
dinyatakan dalam bentuk sebenarnya, senyatanya dengan tidak diubah ke
dalam bentuk simbol atau bilangan, digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data. Adapaun objek atau Sasaran dalam penelitian ini adalah
campur kode dan kata serapan dalam ungkapan di tas pada laman google.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode simak dan
dokumentasi. Metode simak mkemiliki teknik lanjutan yang berupa teknik
catat. Teknik catat disebut teknik dasar dalam metode simak karena pada
hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan pencatatan. Selain metode simak
peneliti juga menggunakan metode dokumentasi. Dalam metode dokumentasi
ini peneliti mengumpulkan ungkapan di tas setiap harinya pada bulan
September sampai Oktober 2012.
Teknik analisis data dilaksanakan sesudah data yang terjaring
diklasifikasikan. Klasifikasi data dilakukan sesuai dengan pokok persoalan
yang diteliti. Metode analisis bahasa yang digunakan ada dua yaitu metode
padan dan metode agih. Metode agih digunakan karena bahasa yang digunakan
sebagai penentu adalah dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Metode
7
padan digunakan karena alat penentunya dari luar, terlepas dan tidak menjadi
bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan adalah metode yang
menggunakan alat penentu referen, organ wicara, dan seterusnya.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Bentuk Campur Kode
Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana orang
mencampur dua atau lebih bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain,
unsur-unsur yang menyisip tersebut tidak lagi mempunyai fungsi sendiri.
Pada penelitian ini, penelit mendapatkan beberapa bentuk campur kode
yang terdapat pada ungkapan di tas.
NO Bentuk Campur
Kode
Bentuk Kata Bentuk Frasa Bentuk Klausa
1. Bentuk Bahasa
Indonesia-Inggris
Seminar Technology,
muslim girl, facial bisa
jadi awal penularan HIV
dan Hepatitis, Macan
group, Seminar dan
workshop, TK Islam plus
nurul ikhlas, love Islam,
Good muslim, muslim
creative, Enjoy Jakarta,
Smart sholeh mandiri
aktif rajin kreatif
Pondok indah
healthcare
group, Happy
birthday
Eyang.
Islam is my
lifestyle, Membuat
Indonesia jadi hijau
STOP! GLOBAL
WARMING, I love
Islam.
2. Bentuk Bahasa
Jawa-Inggris
Diet tas kresek
3. Bentuk Bahasa
Arab-Inggris
Dai kids generation Dai kids generation
4. Bentuk Bahasa Kalau Anda suka Jogger, Semboyan becak
8
Jawa-Indonesia berarti Anda waras, Surabaya
“telugewu njaluk
slamet”,
5. Bentuk Bahasa
Arab-Indonesia
Selamat Idul
Fitri.
Campur kode dalam analisis ini diklasifikasikan ke dalam beberapa
kelas kata, frasa, dan klausa. Pertama, kelas kata sendiri masih dibagi menjadi
tiga, antara lain kata kerja, kata benda, dan kata sifat. Kedua, kelas frasa
dibagi menjadi dua, antara lain frasa nominal dan frasa verbal. Ketiga, kelas
klausa. Hasil analisis bentuk campur kode dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1) Campur Kode Kata Benda
Campur kode kata benda adalah percampuran pemakaian bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa yang berwujud kata benda. Kata benda adalah
nama benda atau segala sesuatu yang dibendakan (Rohmadi, dkk, 2009:
158).
Contoh:
(1) Muslim girl
Pada data (1) kata girl merupakan bentuk campur kode kata benda
karna mengalami percampuran bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia,
kata girl berasal dari bahasa Inggris sedangkan arti dalam bahasa
Indonesia yaitu wanita atau perempuan.
2) Campur Kode Kata Kerja
Campur kode kata kerja adalah percampuran pemakaian bahasa
Indonesia ke bahasa asing berwujud kata kerja. Kata kerja adalah semua
kata yang menyatakan perbuatan atau laku (Rohmadi, dkk, 2009: 161).
Contoh:
9
(2) Seminar dan workshop
Pada data (2) merupakan bentuk campur kode berupa kata kerja
yaitu workshop yang berasal dari bahasa asing yaitu dari bahasa Inggris
dalam bahasa Indonesia berarti lokakarya yaitu suatu acara pertemuan
antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah praktis atau yang
bersangkutan dengan pelaksanaan dalam bidang keahliannya.
3) Campur Kode Kata Sifat
Campur kode kata sifat adalah percampuran pemakaian bahasa
Indonesia ke bahasa asing berwujud kata sifat. Kata sifat adalah kata yang
menyatakan sifat atau keadaan suatu benda atau sesuatu yang dibendakan
(Rohmadi, dkk, 2009: 171).
Contoh:
(3) Muslim creative
Pada data (3) terdapat bentuk campur kode berupa kata sifat yaitu
creative yang berasal dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia berarti
kreatif yaitu dapat menciptakan sesuatu yang baru.
4) Campur Kode Frasa Nominal
Campur kode frase nominal adalah percampuran pemakaian bahasa
Indonesia ke bahasa asing berwujud frase nominal. Frase nominal adalah
kelompok kata yang menyatakan nama benda atau yang dibendakan.
Contoh:
(4) Pondok Indah Healthcare Group
10
Pada data (4) terdapat campur kode yang berasal dari bahasa
Inggris berupa frasa Healthcare Group dalam bahasa Indonesia berarti
balai kesehatan yaitu suatu tempat untuk mengobati penyakit.
5) Campur Kode Frasa Verbal
Campur kode frasa verbal adalah percampuran pemakaian bahasa
Indonesia ke bahasa asing berwujud klausa verbal.
Contoh:
(5) Selamat Idul Fitri
Data (5) terdapat campur kode dari bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia yang memiliki arti hari raya islam yaitu hari dimana umat islam
merayakan kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan.
6) Campur Kode Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata,
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi
menjadi kalimat.
Contoh:
(6) Semboyan becak Surabaya “telungewu njaluk slamet”
Pada data (6) telungewu njaluk slamet berasal dari bahasa Jawa
yang artinya adalah tiga ribu minta selamat yaitu suatu celotehan tukeng
becak dari kota Surabaya.
11
b. Bentuk Kata Serapan
Kata serapan sering digunakan dalam memperluas kosa kata dalam
bahasa Indonesia. Pada penelitian ini, penelit mendapatkan beberapa
bentuk kata serapan yang terdapat pada ungkapan di tas.
NO Bentuk Kata Serapan Jumlah Deskripsi
1. Adopsi 26 Group, Technology, Good, Girl,
Creative, Enjoy, Workshop,
Laundry, Diet, Hepatitis, Smart,
Plus, Waras, Telungewu njaluk
slamet, Idul Fitri, Muslim, Dai,
Stop, Zakat, Love, Villa, Aqiqah,
Alhamdulillah, Princess, Program,
Vote.
2. Adaptasi 7 Aktif, Energi, Diskon, Renovasi,
Kompetensi, Fakultas, Produk.
3. Kreasi 17 Technology, Creative, Quick
smart, Kresek, Think green, Bless
collection, Say no to plastic bag!,
Happy shopping, Plastic bag is
dead, Full day scholl, Play group,
Kids generation, STOP!
GLOBAL WARMING, I love,
Islam is my lifestyle, Healthcare
group, Happy birtday.
Kata serapan yaitu kata yang diambil atau dipungut dari bahasa
lain, baik bahasa asing maupun bahasa daerah, baik mengalami adaptasi
struktur, tulisan, dan lafal, maupun tidak dan sudah dikategorikan sebagai
kosakata bahasa Indonesia. Kata serapan masuk ke bahasa Indonesia
12
melalui tiga cara yaitu adopsi, adaptasi, dan kreasi. Hasil analisis dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1) Bentuk Kata Serapan Adopsi
Adopsi adalah pemakai bahasa yang mengambil bentuk dan makna
kata asing secara keseluruhan.
Contoh:
(1) Seminar Technology
Kata technology pada data (1) merupakan kata serapan yang
mengalami bentuk penyerapan adopsi yaitu pengambilan bentuk dan
makna asing secara keseluruhan. Kata technology berasal dari bahasa
Inggris sedangkan dalam bahasa Indonesia kata technology artinya
teknologi atau ilmu teknik. Kata teknologi pada tataran bahasa Indonesia
sudah diakui karna sudah mengalami penyesuaian dari bahasa Inggris
yaitu kata technology.
2) Bentuk Kata Serapan Adaptasi
Adaptasi adalah bahasa yang hanya mengambil makna asing,
sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa
Indonesia.
Contoh:
(2) Hemat enegri
Kata energi pada data (2) merupakan kata serapan yang mengalami
bentuk penyerapan adaptasi yaitu bahasa yang mengambil makna kata
asing, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan
bahasa Indonesia. Kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari bahasa
asalnya yaitu energy dari bahasa Inggris. Pedoman pengadaptasiannya
13
adalah Pedoman Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Dengan demikian, kata energy sudah dianggap menjadi bentuk
bahasa Indonesia dan tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau
pungutan, karena telah mengalami penyesuaian dari kata energy menjadi
energi.
3) Bentuk Kata Serapan Kreasi
Kreasi adalah pemakai bahasa yang hanya mengambil konsep dasar
yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian mencari padanannya dalam
bahasa Indonesia.
Contoh:
(3) Think green
Ungkapan think green pada data (3) merupakan kata serapan yang
mengalami bentuk penyerapan kreasi yaitu bahasa yang mengambil konsep
dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian mencari padanannya
dalam bahasa Indonesia. Meskipun sekilas mirip penerjemahan, namun
cara terakhir ini memiliki perbedaan. Kata think green dalam bahasa
Indonesia mempunyai arti. Pemadanan dalam bahasa Indonesia pikirkan
hijau menjadi think green.
Pembahasan
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu penelitian dari Andoko (2011) penelitian ini membahas berdasarkan
bentuknya ditemukan 6 campur kode yang digunakan dalam bahasa debat di acara
DEMOCRAZY atau sekiitar 75% dari jumlah keseluruhan data. Di dalam campur
kode dalam acara debat DEMOCRAZY berdasarkan faktor penggunaannya
14
terdapat 5 campur kode need feeling motive atau sekitar 50% dan ada 5 campur
kode presting filling motive atau sekitar 50%. Persamaannya adalah sama-sama
menganalisis bentuk campur kode dan perbedaannya yaitu pada penelitian pada
objek yang dikaji, Andoko (2011) menggunakan campur kode yang digunakan
dalam Bahasa Politik Di Acara DEMOCRAZY, sedangkan penelitian ini
menggunakan campur kode pada ungkapan di tas.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu penelitian dari Riza Dwi Ariyanti (2010) penelitian ini membahas a) wujud
alih kode pemakaian bahasa Indonesia pada percakapan Bukan Empat Mata bulan
Juli 2010 terdapat alih kode ekstern sebanyak dua data yang ditandai adanya
peralihan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ke dalam
bahasa Jawa. b) wujud campur kode dalam pemakaian bahasa Indonesia pada
percakapan Bukan Empat Mata bulan Juli 2010 terdiri dari: Campur kode intern
yang berasal dari bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Bentuk campur kode yang
ditemukan berupa campur kode berwujud kata, frasa, perulangan kata, dan klausa
berjumlah 15 data. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas campur
kode. Perbedaan pada objek yang dikaji, Riza Dwi Ariyanti (2010) menggunakan
campur kode yang digunakan dalam percakapan di Bukan Empat Mata sedangkan
penelitian ini menggunakan campur kode pada ungkapan di tas.
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan Rizqi Fardianto Rahman
(2008) hasil penelitian ini adalah: 1) Bentuk register kedokteran yang diserap
berdasarkan penyesuaian ejaan dan lafal pada rubrik kesehatan surat kabar
Republika edisi Januari sampai dengan Maret 2008 terdapat dua bentuk, yaitu
bentuk penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal serta bentuk penyerapan
utuh atau penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal. Bentuk penyerapan
dengan pengubahan yang berupa penyesuaian ejaan dan lafal terdiri dari tiga jenis
bentuk penyerapan, yaitu penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa
penyesuaian lafal, penyerapan dengan penyesuaian lafal tanpa penyesuaian ejaan,
dan penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal sekaligus. 2) Berdasarkan
proses penyesuaian ejaannya, terdapat sejumlah istilah yang tidak sesuai dengan
kaidah penyesuaian ejaan, yaitu: istilah pasien, multipatologis, eklamsia,
15
imobilisasi, menopause, dan stroke. Persamaan penelitian ini dengan Rizqi
Fardianto Rahman (2008) adalah sama-sama membahas kata serapan atau
penyerapan bahasa asing. Perbedaan pada objek yang dikaji, Rizqi, Fardianto
Rahman (2008) menggunakan kata serapan yang digunakan dalam percakapan di
Bukan Empat Mata sedangkan, penelitian ini menggunakan kata serapan pada
ungkapan di tas.
7) PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dengan judul
“Analisis Bentuk Campur Kode dan Kata Serapan pada Ungkapan di Tas
pada Laman Google” diperoleh sebagai berikut.
1. Campur kode yang ditemukan dalam ungkapan di tas pada laman google
sebanyak 24 buah campur kode. Campur kode yang ditemukan di
dalamnya antara lain. Campur kode antara Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Inggris, campur kode antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa
Jawa, dan yang terakhir campur kode antara Bahasa Indonesia dengan
Bahasa Arab. Campur kode yang ditemukan campur kode kata 16, frasa 3,
dan klausa 5.
2. Kata serapan yang ditemukan dalam ungkapan di tas pada laman google
sebanyak 50 data. Kata serapan bentuk adopsi terdapat 26 data, kata
serapan bentuk adaptasi terdapat 7 data, dan kata serapan bentuk kreasi
terdapat 17 data.
Saran
Penelitian tentang campur kode sebagai strategi komunikasi masih
sangatjarang dilakukan. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat
mendorongpenelitian lain yang berkaitan dengan campur kode sehingga lebih
mendalam.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian
Estetika Bahasa. Surakarta: Cakra Books.
Andoko. 2011. “Penggunaan Campur Kode dalam Bahasa Politik di Acara
“DEMOCRAZY”. Skripsi.PBSID FKIP Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Ariyanti, Riza Dwi. 2010. “Analisis Alih Kode dan Campur Kode Penggunaan
Bahasa Indonesia pada Percakapan Bukan Empat Mata Bulan Juli 2010”.
Skripsi.PBSID FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rizqi, Fardianto Rahman. 2008. “Penyerapan Istilah Asing Register Kedokteran
pada Rubrik Kesehatan Surat Kabar Republika Edisi Januari–Maret
2008”.Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rohmadi, Muhammad dll. 2010. Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis.
Surakarta: Pustaka Pelajar.
Rohmadi, Muhammad, dkk. 2009. Morfologi, Telaah Morfem dan Kata.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Sosiolinguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.