If you can't read please download the document
Upload
ledieu
View
237
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU
PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
TINO PAHLEVI
NIM. F0106078
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU
PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010
Surakarta, 19 Maret 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing I
Dr. Guntur Riyanto, M.si__
NIP: 195809271986011001
Pembimbing II
Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si
NIP: 197306052009122001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas
tugas dan memenuhi syarat syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Surakarta, April 2011
Tim Penguji Skripsi
1.Nurul Istiqomah, SE, M.Si (.)
NIP: 198006012005012021 Ketua
2. Dr. Guntur Riyanto, M. Si (.)
NIP: 195809271986011001 Pembimbing
3. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si (.)
NIP: 197306052009122001 Anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya
untuk
Allah, Tuhan seluruh alam
(QS AL Anaam: 162)
Kejujuran adalah mata uang yang laku dimana-mana. Bawalah
sekeping kejujuran dalam saku anda, itu melebihi mahkota raja
diraja sekalipun.
(anonim)
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi
tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri
(Muhammad Ali )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Analisis Determinan Produksi Tebu pada Pabrik
Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten Tahun 2010. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis tentunya tidak dapat melupakan jasa baik dari semua pihak. Maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si selaku pembimbing II skripsi yang dengan sabar
telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Orang tua, Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan
restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih cita-cita
yang telah banyak memberi dukungan doa, dana, dan apapun itu sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis dari awal hingga
sekarang.
7. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX dan PG. Gondang
Baru Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data
yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
8. Semua pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas pelayanan yang diberikan.
9. Mbak-mbak ku tersayang (Pipit dan Lenny)
10. Yunika Wulansari yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka.
Terima kasih untuk kebersediaannya mendengarkan keluh kesah dan selalu
memberi dukungan serta semangat kepada penulis selama penelitian sampai
menyusun skripsi ini.
11. Semua sahabat-sahabat terbaikku Rahadian, Raka, Apri, Mario, Darmo,
Darmin. Penghuni DKriuks kalian tetap sahabatku semua
12. Kakak tingkat, teman seangkatan dan adik-adik tingkat Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret semua jurusan terutama jurusan Ekonomi
Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga aku dapat
berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu,
semoga dapat terwakili.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat
disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan berguna bagi penulis
demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak
yang membaca.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI.. iii
HALAMAN MOTTO. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
ABSTRAK ............................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ..................................................................................... 11
1. Teori Produksi ............................................................................ 11
2. Ekonomi Pertanian .. 33
3. Perkebunan ...... 36
B. Kerangka Pemikiran .. 42
C. Hipotesis. 42
D. Penelitan Terdahulu ... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 46
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 46
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 47
D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 48
1. Produksi Tebu (Kw) ................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Luas Lahan (Ha) ......................................................................... 48
3. Tenaga Kerja (HOK) ... 48
4. Pupuk (Kw)...... 48
5. Jumlah Bibit (Kw) ... 48
6. Jenis (Varietas Unggul) ....... 49
E. Teknik Analisis Data...... 49
1. Metode Regresi Linier Berganda....... 49
2. Uji Statistik ....... 50
a. Uji t ... 50
b. Uji F .. 51
c. Uji koefisien determinasi (R2) ... 53
3. Uji Asumsi Klasik... 53
a. Uji multikolinearitas 53
b. Uji heteroskedastisitas .. 53
c. Uji autokorelasi . 54
4. Pendekatan Dummy... 55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian........................... ..................... 57
B. Gambaran Umum PG. Gondang Baru Klaten................................... 69
C. Keadaan Pertanian ............................................................................ 73
D. Karakteristik Responden .................................................................. 75
E. Hasil Analisis Kuantitatif .................................................................. 78
1. Data Penelitian .... 78
2. Analisis Data ....... 78
3. Metode Regresi Linier Berganda ............................ 79
4. Uji Asumsi Klasik..... 79
5. Uji Statistik............... 87
6. Interprestasi Ekonomi............... 93
7. Pendekatan Dummy............. 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 101
B. Saran ................................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,
Indonesia (Ton),1995-2008.................................................................... 4
4.1 Luas Wilayah Kabupaten Klaten Menurut Kecamatan ......................... 58
4.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten
Tahun 2005 s/d 2009.............................................................................. 61
4.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 62
4.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 63
4.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencharian
Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 64
4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 66
4.7 Kepadatan Penduduk per km2 Kabupaten Klaten Tahun 2009.............. 67
4.8 Pasar Menurut Jenisnya Kabupaten Klaten 2006-2009.......................... 68
4.9 Sarana Kesehatan Kabupaten Klaten 2005-2009.................................... 69
4.10 Luas Panen, Produksi Tani Tebu Kabupaten Klaten 2009.................... 74
4.11 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Umur............................................ 75
4.12 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan..................... 76
4.13 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Pendidikan................................... 77
4.14 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Luas Garapan............................... 77
4.15 Hasil Regresi Linier............................................................................... 79
4.16 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan dan Tenaga Kerja.................. 80
4.17 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Pupuk.... 80
4.18 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Bibit... 81
4.19 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Variabel Dummy... 81
4.20 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Pupuk..... 81
4.21 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Bibit.... 82
4.22 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Variabel Dummy. 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.23 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk Dan Jumlah Bibit .. 82
4.24 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk dan Variabel Dummy 83
4.25 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Bibit dan Variabel Dummy .. 83
4.26 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan dan
variabel dummy. 84
4.27 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan
variabel dummy................. 84
4.28 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Pupuk dan
variabel dummy............. 85
4.29 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Bibit dan
variabel dummy..... 85
4.30 Hasil Uji Park.. 86
4.31 Tabel Hasil Uji B-G Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan
Tenaga Kerja, Jumlah Pupuk, Jumlah Bibit dan Jenis Bibit... 87
4.32 Varietas bibit unggul..... 97
4.33 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu.. 98
4.34 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu.. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
TABEL Halaman
2.1 Kurna Isoquant...................................................................................... 15
2.2 Kurva TC, VC, TC ... 25
2.3 Kurva AFC, AVC, ATC, MC ...... 26
2.4 Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi Dengan Kurva Biaya.. 29
2.5 Kurva TPP............................................................................................. 30
2.6 Kurva APP............................................................................................ 31
2.7 Kurva MPP............................................................................................ 31
2.8 Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP.. 32
2.9 Skema Kerangka Pikiran....................................................................... 42
3.1 Daerah Kritis Uji t................................................................................. 51
3.2 Daerah Kritis Uji F................................................................................ 52
4.1 Daerah Kritis Uji t Luas Lahan Terhadap Produksi.. 88
4.2 Daerah Kritis Uji t Tenaga Kerja Terhadap Produksi... 89
4.3 Daerah Kritis Uji t Jumlah Pupuk Terhadap Produksi.. 90
4.4 Daerah Kritis Uji t Jumlah Bibit Terhadap Produksi. 91
4.5 Daerah Kritis Uji t Jenis Bibit Terhadap Produksi 92
4.6 Daerah Kritis Uji F................................................................................ 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA
GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010
Tino pahlevi
F0106078
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten
Klaten.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga
kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan
data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah
disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Squares/ OLS).
Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah
pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel
jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai
berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih
dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan
antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang
berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar
panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan
bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada
kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan
inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk
menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga
dapat meningkatkan produksi tebu.
Kata kunci: tebu, faktor produksi, Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA
GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010
Tino pahlevi
F0106078
The purpose of this study was to analyze the factors affecting sugarcane
production in New Gondang Sugar Factory in Klaten district..
Variables used in this study are land, labor, the amount of fertilizer, seed
number and types of seeds. Data used in this research using primary and
secondary data. Methods of data collection using the interview method with
accompanying questionnaire have been prepared in advance. Data processing was
done using Eviews program support version 3. The method used is least squares
methods (Ordinary Least Squares / OLS).
The results showed variable land, labor, the amount of fertilizer and seed
number affect the production of sugarcane while the variable type seedlings did
not affect the production of sugar cane.
Based on the results of research on the factors that affect the amount of
sugar cane production New PG.Gondang Klaten, then proposed the following
suggestions as a result of production of sugarcane in the Sugar Factory Gondang
in Klaten regency still can be improved by adding the factors of production such
as land use, energy work, the amount of fertilizer, seed number. Farmers who
work in the area can be used as guidance in determining how much panambahan
these production factors, Based on empirical results found that the factor type of
seed has no effect on sugarcane production. There is a tendency of the farmers are
not willing to try new things or implement new innovations of this type of cane is
used. Farmers are expected to use new varieties of sugar cane or sugar cane
varieties superior in order to increase sugar cane production.
Key words: sugarcane, production factors, Klaten Regency
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAK
ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA
GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010
Tino pahlevi
F0106078
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten
Klaten.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga
kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan
data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah
disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Squares/ OLS).
Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah
pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel
jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai
berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih
dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan
antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang
berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar
panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan
bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada
kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan
inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk
menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga
dapat meningkatkan produksi tebu.
Kata kunci: tebu, faktor produksi, Kabupaten Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertanian Indonesia adalah pertanian tropikal, karena sebagian besar
daerahnya berada di daerah khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir
menjadi dua. Disamping pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang
ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai
kepulauan dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Letaknya yang
berhubungan antara dua lautan besar yaitu Lautan Indonesia dan Lautan
pasifik, serta dua benua (daratan) yaitu Australia dan Asia, juga ikut
mempengaruhi iklim Indonesia terutama dalam perubahan arah angin dari
daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Bentuk tanah bergunung-
gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada
suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yang makin tinggi, pengaruh
iklim tropik makin berkurang dan digantikan oleh semacam iklim sub-tropik
(setengah panas) dan iklim setengah dingin (Mubyarto, 1994 : 6).
Kondisi tanah yang beragam dan iklim yang baik untuk pertanian
memungkinkan penanaman berbagai jenis komoditi pertanian, seperti karet,
kopi, lada, tanaman holtikultura. Usaha tani merupakan tumpuan sebagian
besar petani di Indonesia. Kegiatan ini belum mampu meningkatkan
pendapatan petani secara riil. Keseluruhan mata rantai kegiatan ekonomi di
sektor pertanian memiliki nilai tambah yang paling kecil.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Umumnya jenis tanah di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Tanah pegunungan berapi yang umunya sangat subur dengan susunan
tanah yang baik
2. Tanah datar aluvial yang subur tapi dengan susunan yang agak berat
3. Tanah tersier yang kurang subur
Perkembangan ekonomi di sektor pertanian sangatlah penting karena
merupakan salah satu penopang hidup di negara agraris, perkembangan di
sektor pertanian akan memberikan dampak yang positif bagi sektor lain
sehingga perlu penanganan yang serius. Usaha-usaha di sektor pertanian
meliputi bidang-bidang pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan. Sektor pertanian khususnya yang menyangkut
tanaman perkebunan rakyat masih mempunyai prospek yang cerah dalam
rangka usaha peningkatan produksi untuk mencukupi kebutuhan domestik
maupun ekspor.
Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku
gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.
Proses pembuatan gula adalah batang tebu yang sudah dipanen diperas
dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air
perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula
pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun
tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang
mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai
dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak, selain menghemat minyak
tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Konversi energi
pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan
bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit
listrik.
Secara historis, industri gula merupakan salah satu industri perkebunan
tertua dan terpenting di Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia
pernah mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an dengan
jumlah pabrik gula (PG) yang beroperasi 179 pabrik, produktivitas sekitar
14,80%, dan rendemen 1113,80%. Produksi puncak mencapai sekitar 3 juta
ton dan ekspor gula 2,40 juta ton. Berbagai keberhasilan tersebut didukung
oleh kemudahan dalam memperoleh lahan yang subur, tenaga kerja murah,
prioritas irigasi, dan disiplin dalam penerapan teknologi (Simatupang, 1999).
Industri gula Indonesia kini hanya didukung oleh 60 PG yang aktif,
yaitu 43 PG dikelola oleh BUMN dan 17 PG oleh swasta (Dewan Gula
Indonesia 2000). Luas areal tebu yang dikelola pada tahun 1999 mencapai
341.057 ha yang umumnya terkonsentrasi di Jawa Timur, Jawa Tengah,
Lampung, dan Sulawesi Selatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton) 1995 - 2008*
Tahun Karet Kering
Minyak Sawit
Biji Sawit Coklat Kopi Teh Kulit Kina
Gula Tebu 1)
Tembakau 1)
1995 341,000 2,476,400 605,300 46,400 20,800 111,082 300 2,104,700 9,900 1996 334,600 2,569,500 626,600 46,800 26,500 132,000 400 2,160,100 7,100 1997 330,500 4,165,685 838,708 65,889 30,612 121,000 500 2,187,243 7,800 1998 332,570 4,585,846 917,169 60,925 28,530 132,682 400 1,928,744 7,700 1999 293,663 4,907,779 981,556 58,914 27,493 126,442 917 1,801,403 5,797 2000 375,819 5,094,855 1,018,971 57,725 28,265 123,120 792 1,780,130 6,312 2001 397,720 5,598,440 1,117,759 57,860 27,045 126,708 728 1,824,575 5,465 2002 403,712 6,195,605 1,209,723 48,245 26,740 120,421 635 1,901,326 5,340 2003 396,104 6,923,510 1,529,249 56,632 29,437 127,523 784 1,991,606 5,228 2004 403,800 8,479,262 1,861,965 54,921 29,159 125,514 740 2,051,642 2,679 2005 432,221 10,119,061 2,139,652 55,127 24,809 128,154 825 2,241,742 4,003 2006 554,634 10,961,756 2,363,147 67,200 28,900 115,436 800 2,307,000 4,200 2007 578,486 11,437,986 2,593,198 68,600 24,100 116,501 500 2,623,800 3,100
2008* 613,487 11,623,822 2,646,577 71,300 25,600 114,861 500 2,800,900 3,200 Catatan :
1) Termasuk produksi yang menggunakan bahan mentah dari perkebunan rakyat
*) Angka sementara
Sumber : www.bps.go.id
Produktifitas gula dari tahun 1995-1997 terus mengalami kenaikan
tetapi pada saat krisis moneter terjadi yaitu pada tahun 1998 produksi gula
mengalami penurunan yang cukup banyak dari 2,187,243 ton menjadi
1,928,744 ton dan puncaknya pada tahun 2000 sebesar 1,780,130 ton. Tahun
2001 sektor perkebunan khususnya gula mulai mengalami peningkatan dalam
hal hasil produksi dengan meningkatnya produksi sebesar 44,445 ton dari
tahun sebelumnya setelah itu produksi gula terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Penurunan produksi dan kenaikan defisit gula disebabkan oleh
berbagai faktor internal dan eksternal yang saling terkait. Penurunan produksi
disebabkan oleh penurunan areal dan produktivitas. Contoh, rendemen ( kadar
kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dicapai pada tahun 1970-an masih sekitar 10%, tetapi rata-rata rendemen pada
5 tahun terakhir hanya 6,92% (Dewan Gula Indonesia 1999). Kebijakan
pemerintah yang lebih memihak kepada usaha tani padi juga menyebabkan
menurunnya areal tebu (Soentoro, 1999). Contoh, rasio antara harga dasar
gabah dan harga provenue (harga jual) yang semula sekitar 2,40, pada dekade
terakhir terus menurun menjadi 1,80 pada tahun 1998. Harga gula di pasar
internasional yang terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 1999
juga menjadi penyebab kemunduran industri gula Indonesia. Penurunan harga
gula ini terutama disebabkan oleh kebijakan hampir semua negara produsen
dan konsumen utama yang melakukan intervensi terhadap industri dan
perdagangan gula. Hampir semua negara menerapkan tarif impor lebih dari
50%. Di samping itu, kebijakan dukungan harga (price support) dan subsidi
ekspor masih dilakukan oleh negara-negara besar seperti Eropa Barat dan
Amerika Serikat. Hal ini memposisikan Indonesia pada situasi persaingan
yang tidak adil (unfair).
Ada dua tipe pengusahaan tanaman tebu secara umum. Pabrik gula
(PG) swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen
perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan HGU
(Hak Guna Usaha) untuk pertanaman tebunya, seperti Indo Lampung dan
Gula Putih Mataram. Untuk PG milik BUMN, terutama yang berlokasi di
Jawa, sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat, dengan demikian PG
di Jawa umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu. Pabrik
Gula secara umum lebih berkonsentrasi pada pengolahan, sedangkan petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sebagai pemasok bahan baku tebu dengan sistem bagi hasil petani
memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani, sedangkan PG sekitar 34%
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian).
Industri gula terus mengalami kemunduran dengan membiarkannya
jelas akan menimbulkan masalah bagi Indonesia karena alasan berikut.
Pertama, industri gula melibatkan sekitar 1,40 juta petani dan tenaga kerja
yang mempunyai ketergantungan ekonomi yang sangat kuat pada industri
gula. Walaupun sebagian dari mereka dapat melakukan kegiatan lain di non
gula, sebagian dari mereka sulit untuk beralih pada usaha tani yang lain
(Bakrie dan Susmiadi 1999).
Kebangkrutan industri gula juga berkaitan dengan investasi yang
sangat besar yang tidak dapat dialihkan ke bidang lain atau disebut investasi
terperangkap. Nilai investasi untuk membangun satu PG berkisar antara US$
130170 juta sehingga investasi yang terperangkap untuk 60 PG sekitar Rp50
triliun (Susmiadi, 1998). Kedua, gula merupakan kebutuhan pokok yang
mempunyai pengaruh langsung terhadap inflasi dengan ketergantungan
kebutuhan pokok yang harganya sangat fluktuatif dengan koefisien keragaman
harga tahunan sekitar 48% akan berpengaruh negatif terhadap upaya
pencapaian ketahanan pangan (Pakpahan, 2000). Simatupang et al. (2000)
menyebutkan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu indikator
stabilitas ekonomi. Beban devisa untuk mengimpor gula akan terus meningkat
yang pada 5 tahun terakhir telah mencapai US$ 200 juta (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Perbaikan sistem produksi tebu di tingkat petani di Pulau Jawa
memiliki arti yang sangat strategis, khususnya pada wilayah-wilayah yang
secara teknis dan ekonomis mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sekitar
80 persen bahan baku pabrik gula (PG) di Pulau Jawa sampai saat ini berasal
dari tebu rakyat. Produktifitas tebu dan harga gula yang rendah serta biaya
usahatani yang makin meningkat, telah mendorong terjadinya penurunan
kualitas bahan baku yang disediakan petani.
Pertanian seharusnya tidak lagi dilihat sebagai usaha kecil yang tidak
memiliki prospek dimasa depan, baik dilihat secara keuntungan maupun
kualitas produk. Pentingnya usahatani yang baik dalam aspek pertanian
maupun aspek ekonomi yang mampu meningkatkan efisiensi. Analisis
usahatani digunakan untuk mengoptimalisasi produk sehingga dapat dilihat
efisiensi penggunaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi di dalam
pertanian lebih berhubungan dengan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja
dan modal. Faktor pendukung lain seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat
produksi yang mampu menunjang produksi. Kegiatan penyelenggaraan
usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak, dengan
penelitian yang lebih mendalam tampak bahwa petani mengadakan
perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak secara
tertulis. Petani harus mengahadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal
yang sudah biasa digunakan dengan bibit unggul yang belum pernah
digunakan, walaupun tanpa ditulis diatas kertas petani akan memperhitungkan
untung ruginya (Mubyarto, 1989:67).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pabrik gula seharusnya menjadi lebih ringan dan sederhana tugas dan
pekerjaanya, dimana hanya bertugas menggiling tebu untuk dijadikan gula
namun kenyataan yang terjadi tidak demikian, pekerjaan teknis memang
menjadi jauh lebih ringan, tetapi dalam pekerjaan non-teknis beban pekerjaan
menjadi lebih berat. Pabrik gula menjadi bagian dari pemerintah yang
bertugas mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada petani Tebu Rakyat
Intensifikasi dan menjadi salah satu anggota terpenting dalam satuan
pelaksana program-program pemerintah yang berhubungan dengan Tebu
Rakyat Intensifikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan sebuah
penelitian yang berjudul ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU
PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN
TAHUN 2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh luas lahan terhadap jumlah produksi tebu pada
Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?
2. Apakah terdapat pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap jumlah produksi
tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?
3. Apakah terdapat pengaruh jumlah pupuk terhadap jumlah produksi tebu
pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?
4. Apakah terdapat pengaruh jumlah bibit terhadap jumlah produksi tebu
pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Apakah terdapat pengaruh jenis bibit terhadap jumlah produksi tebu pada
Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk :
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap
jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten
Klaten tahun 2010
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja
terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang di Kabupaten
Baru Klaten tahun 2010
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah pupuk
terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di
Kabupaten Klatentahun 2010
4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit terhadap
jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten
Klaten tahun 2010
5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bibit terhadap
jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten
Klaten tahun 2010
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana
penambah pengetahuan dan sebagai salah satu satu syarat untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memperoleh gelar gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta
2. Bagi Pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Klaten, hasil
penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam menentukan
kebijakan mengenai peningkatan pendapatan masayarakat melalui
peningkatan produksi tebu.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dan wawasan serta dapat dijadikan bahan kajian dan
pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan usaha tani
khususnya tebu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Produksi
a. Definisi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi
output. Input merupakan faktorfaktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan
dalam proses produksi (Sugiarto, 2002:202 ). Sesuai dengan pengertian
produksi di atas, maka produksi pertanian dapat diartikan sebagai
usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk
kebutuhan manusia. Proses produksi adalah untuk menambah guna dan
manfaat, maka dilakukan proses penanaman dari bibit dan dipelihara
untuk memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian.
Proses produksi pertanian membutuhkan macam-macam faktor
produksi seperti modal, tenaga kerja tanah dan manajemen pertanian
yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain
sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output).
Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-
sifat tanah yang dapat diusahakan dengan hasil pertanian tetapi untuk
memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia
yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal adalah
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia.
Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai
sumber-sumber ekonomi non-manusiawi (Mubyarto, 1994:70). Modal
juga sering diartikan sebagai barang dan jasa yang diinvestasikan
dalam bentuk bibit, obat-obatan, tanah serta faktor produksi lainnya.
Teori produksi mengandung pengertian mengenai usaha tani yang
dilakukan petani dalam tingkat teknologi tertentu mampu
mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi seefisien
mungkin untuk menghasilkan produksi maksimal
b. Faktor Produksi
Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam proses
produksi, dibidang pertanian output yang dihasilkan dalam bentuk
hasil produksi fisik membutuhkan sumber daya yang digunakan
sebagai faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, bibit, pupuk serta
teknologi sebagai penunjang dalam usaha tani dengan tujuan
menghasilkan output yang maksimal.
1) Tanah merupakan faktor produksi yang paling penting. Hal ini
terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah
dibandingkan faktor-faktor produksi lain. Tingkat produktifitas
tanah dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, sarana dan
prasarana yang ada sebagai penunjang dalam meningkatkan
produksi pertanian. Ada kemungkinan pemilik faktor produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tanah menyakapkan tanahnya pada petani penggarap dengan sistem
bagi hasil.
2) David Ricardo dalam Mubyarto (1994:90), mengungkapkan
teorinya tentang sewa tanah diferensial, dimana ditunjukan bahwa
tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan
kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi harga tanah.
3) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam
usaha tani. Tenaga kerja adalah manusia yang dengan aktifitasnya
mencurahkan tenaga kerja untuk memenuhi apa yang menjadi
tuntutan hidup, dalam hal ini adalah syarat hidup yang baik bagi
usaha tani tebu. Tenaga kerja dalam usaha tani tidak hanya
mengembangkan tenaga (labor) saja, tapi juga mengatur organisasi
produksi secara keseluruhan. (Mubyarto, 1994:124).
4) Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
menentukan keberhasilan usaha tani. Pemilihan bibit yang baik dan
tahan terhadap hama sangat menunjang untuk menghasilkan output
yang maksimal.
5) Pupuk juga merupakan faktor produksi yang mendukung
keberhasilan usaha tani. Pupuk dibedakan menjadi dua yaitu :
i) Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari sisa kotoran
ternak atau sisa-sisa mahluk hidup yang karena alam dengan
bantuan mikro organisme mengalami pembusukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
ii) Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang dihasilkan oleh
manusia melalui proses pabrikasi, dengan meramu bahan-
bahan kimia yang mengandung kadar hava tinggi.
c. Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah output
maksimum yang diproduksi dan input yang diperlukan guna
menghasilkan output tersebut, dengan tingkat pengetahuan teknik
tertentu (Samuelson dan Nordhes, 1996:128). Fungsi produksi
menggambarkan tingkat pengetahuan teknik atau teknologi yang
dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian
secara keseluruhan.
Penyajian fungsi dapat dilakukan melalui bentuk tabel, grafik
atau dalam persamaan matematis. Fungsi produksi yaitu suatu fungsi
yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan
faktor-faktor produksi (input). Bentuk matematis sederhana fungsi
produksi ini dijelaskan sebagai berikut: (Mubyarto, 1994: 68).
Y = f (X1,X2,X3,Xn)
Dimana:
Y = Hasil produksi fisik
X1,X2,X3.Xn = Faktor-faktor produksi
Fungsi diatas menunjukkan semua faktor produksi merupakan
variabel. Berdasarkan faktor produksi yang digunakan dalam jangka
pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor tetap dan berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing return),
produk marginal setiap unit input akan menurun sebanyak penambahan
jumlah input yang bersangkutan, dengan asumsi semua input lainnya
konstan (Samuelson dan Nordhes, 1996:130).
Berbagai kombinasi input menghasilkan tingkat output yang
menunjukkan kombinasi dua faktor produksi yang menghasilkan
output yang sama, jumlah output yang berbeda kurva isoquantnya juga
berbeda. Kombinasi input K dan L menghasilkan satu tingkat produksi
tertentu.
Gambar 2.1. Kurva Isoquant Sumber : Nopirin, (2000:319.).
Kurva yang semakin tinggi (ke kanan atas) menunjukan jumlah
output yang semakin lebih besar. Titik yang terletak pada kurva yang
lebih tinggi mengambarkan jumlah kedua faktor produksi yang lebih
banyak sehingga outputnya lebih besar jumlahnya. Turun miring dari
kiri ke kanan bawah (berlereng negatif) untuk memperoleh jumlah
yang sama, apabila salah satu faktor produksi dikurangi, maka faktor
produksi yang lain harus ditambah. Kurva isoquant cembung ke arah 0,
ciri ini mencerminkan berlakunya the law of disminishing return. Hal
Qo L O
K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ini menjelaskan bahwa setiap unit input (K dan L) akan menurun
sebanyak penambahan jumlah input yang bersangkutan.
Kurva isoquant ini digambarkan hanya dengan dua dimensi
(absis dan ordinat) maka hanya menganalisa dua faktor produksi saja
(K dan L) dalam kenyataannya digunakan lebih dari dua faktor
kombinasi kurva isoquant menggambarkan kemungkinan secara teknis
kombinasi faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah output.
Makin produktif faktor tenaga kerja (L) menggantikan modal (K)
maka kurva isoquant makin curam, sebaliknya makin produktif faktor
modal maka semakin besar kemampuannya untuk menggantikan
tenaga kerja sehingga kurva isoquant semakin landai.
d. Fungsi Produksi Constant Elasticity of Substitution (CES)
Fungsi produksi CES ini secara terpisah berasal dari kelompok
ekonom yang berbeda: yang satu terdiri dari K.J. Arrow, H.B.
Chenery, B.S. Minhas, dan RM. Solow; dan kelompok lainnya terdiri
dari Murray Brown dan De Cani. Keduanya berbeda satu sarna lain,
dan pada akhirnya mungkin akan termasuk dalam tingkatan returns to
scale. Murray Brown dan De Cani ( 1963 ) menggunakan fungsi ini
dengan ambisius sekali untuk memisahkan efek atau pengaruh
perubahan output, keekonomisan skala, perubahan teknis dan
perubahan faktor harga relatif pada permintaan pekerja, data ekonomi
Amerika Serikat selama periode 1890 sampai 1958.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Fungsi produksi ini menyatakan bahwa penghitungan dasar
tingkatan substitusi akan sangat diperlukan, tapi tidak hanya terbatas
pada nilai apapun. Fungsi ini disebut Produksi CES ( Constant
Elasticity of Substitution ). Di sini dijelaskan fungsi produksi Cobb-
Douglas dan Leontief adalah kasus istimewa dalam hubungan CES,
ketika substitusi elastisitas tersebut dinyatakan konstan, maka hal itu
hanya dianggap perubahan relatif faktor input dan harga tidak
menunjukkan elastisitas tersebut. Nilai elastisitas ditentukan oleh
teknik yang dipakai dan perubahan teknik yang dipakai tersebut akan
mempengaruhi variasi-variasi elastisitas pada setiap level pada faktor
input dan harga. Jadi konstansi elastisitas mengacu pada invariannya
dalam kaitannya dengan perubahan faktor persediaan relatif dan bukan
pada transformasi dari teknik yang dipakai.
Karakteristik dari teknik-teknik yang bersifat abstrak akan
mudah dikenali dengan penggunaan fungsi produksi CES. Hal tersebut
berarti fungsi produksi tersebut memungkinkan kita untuk mengetahui
perubahan efisiensi suatu teknik, yaitu perubahan returns to scale yang
ditentukan secara teknis, perubahan dalam intensitas modal sebuah
teknik dan perubahan substitusi pekerja untuk modal, dan lain-lain.
Beberapa penelitian terkini menggunakan fungsi CES dengan
elastisitas substitusi di bawah kesatuan yang juga dianggap lebih
sesuai untuk fungsi produksi jika dibandingkan dengan penggunaan
bentuk Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas, elastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
substitusi seimbang dengan kesatuan, tapi dalam fungsi produksi CES,
elastisitas substitusi adalah konstan dan tidak semata-mata berbanding
lurus dengan kesatuan. Keempat ekonom, Arrow, Chenery, Minhas
dan Solow dalam Agung (2008:39) juga telah mengusulkan fungsi
produksi CES ini. Persamaan fungsi tersebut ialah:
Q=Q(K,L)=A[ +(1)
dimana,
Q = output
K = input kapital
L = input tenaga kerja
dengan A>0,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
InQ=InA-1/ .In[ +(1-)
diperoleh turunan partial terhadap K sebagai berikut:
InQ/K=-1/ .( ) /[ +(1-)
Selanjutnya, diperoleh elastisitas output terhadap K sebagai
berikut:
(InQ/K)*K= (InQ/ InK)= /[ +(1+)
= (Q/K
Dengan cara yang sama, diperoleh elastisitas untuk L seperti
ini:
(InQ/L)*L== (InQ/ InL=(1+) +(1+)
Dengan menjumlahkan kedua elastisitas untuk di atas,
diperoleh:
(InQ/K)+ (InQ/L)=1
Elastisitas untuk K dan L merupakan fungsi dari input bivariat
(K, L) sehingga bukanlah suatu konstanta. Akan tetapi,
jumlahnya konstan, yaitu sama dengan satu sesuai dengan
pengertian constan return to scale
2. Keuntungan Fungsi Produksi CES dibandingkan dengan Fungsi
Produksi Cobb Douglas:
a. Fungsi CES menunjukan fungsi produksi semua tipe returns
dapat dianalisa, karena s tidak semata-mata berbanding lurus
dengan satu ( s 1 ), tapi lebih menunjukan bentuk umum
teknik-teknik produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Fungsi produksi CES akan menjadi pertimbangan sejumlah
parameter penting. Maka dari itu fungsi tersebut meliputi
lingkup variasi substitutabilitas dan efisiensi yang luas.
c. Estimasi fungsi CES ini sangat mudah. Beberapa perubahan
akan dibutuhkan, jika kita menulis output per unit pekerja
sebuah fungsi modal per unit pekeja, maka , sehingga
fungsi produksi akan menjadi lebih mudah.
d. Fungsi tersebut akan melenyapkan semua kesulitan dalam
fungsi produksi Cobb-Douglas dan terbebas dari asumsi-asumsi
yang tidak realistis dalam fungsi tersebut.
3. Batasan-batasan Dalam Fungsi Produksi CES
a. Fungsi produksi CES yang mengombinasikan dua unsur
kekuatan yang mempengaruhi dalam satu parameter v.
Pertama-tama, pada skala ekonomi, dapat memberikan hasil
sebuah ekspansi skala operasi teknologi yang bersangkutan.
Dengan kata lain, kaitannya dengan skala operasi, sebuah
perubahan teknis dapat mengakibatkan tindakan output. Dalam
aplikasi empiris kedua kekuatan tersebut dapat mempengaruhi
homogeniatas parameter v, dan dengan mudah menentukan
salah satunya.
b. Uzawa dalam Agung (2008:39) telah mempelajari fungsi ini
dan menyimpulkan bahwa sangat sulit untuk
menggeneralisasikannya ke dalam n faktor produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Batasan dalam fungsi produksi CES diasosiasikan dengan
bentuk dasarnya spesifikasi elastisitas substitusi yang bervariasi
terhadap perubahan dalam faktor proporsi. Perlu diingat bahwa
kita memungkinkan elastisitas substitusi (s) terhadap perubahan
dalam kaitannya dengan variasi-variasi tertentu dari teknik-
teknik yang mendasarinya, dan bukan sebagai respon terhadap
perubahan dalam faktor proporsi. Tapi hal tersebut merupakan
spesifikasi apriori tapi kita tidak tahu apakah elastisitas
substitusi ( s ) bisa berubah bervariasi manakala faktor proporsi
berubah. Jika struktur sesungguhnya menggambarkan
elastisitas sebuah variabel yang mengacu pada perubahan
faktor proporsi dan selanjutnya dinyatakan bahwa elastisitas
berubah dengan alasan teknis, maka kita menganggapnya
berasal dari perubahan teknis lebih dari sebelumnya. Kecuali
jika fungsi umum tersebut ditentukan seluruhnya tingkatan
polinomial n, maka kesulitannya akan tampak. Karena dengan
adanya data yang tersedia itu sudah tidak memungkinkan dan
teknik-teknik statistik untuk memperoleh estimasi keseluruhan
dari fungsi produksi umumnya, dan juga karena mereka
semata-mata tidak puas dengan kriteria neoklasik ( sifat-sifat
fungsi CES ), maka kita tanpa ada potensi-potensi kesalahan
yang spesifik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Kesulitan yang keempat dari fungsi CES ini yaitu bahwa K
parameter intesitas modal, berdimensi (bukan tidak
berdimensi).
Masih terdapat suatu permasalahan empirik selain
kesulitan-kesulitan teoritis diatas, yaitu fungsi produksi CES
relatif sulit untuk disesuaikan dengan data. Terlepas dari
batasan-batasan tersebut diatas, fungsi produksi CES dalam
aplikasinya sangat berguna untuk membuktikan teorema Euler,
yaitu untuk menggambarkan constant return to scale, yang
menunjukan rata-rata tersebut, dan produk marginal (K) dan
pekerja (L) bersifat homogen dalam tataran 0, dan juga untuk
menentukan elastisitas substitusi.
e. Biaya Produksi
1. Definisi Biaya Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk mengubah input menjadi
output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang
diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input
input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output.
Biaya produsi sebenarnya merupakan cerminan dari
produksi. Bila produksi merujuk kapada jumlah input yang dipakai
dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk
kepada biaya perolehan input tersebut (nilai uang). Biaya produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sangat penting peranannya bagi perusahaan dalam menentukan
jumlah output ( Sugiarto, 2002 : 248 ).
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorbanan sumber
ekonomis mengandung sifat ekonomis adanya kelangkaan. Biaya
dibedakan menjadi dua macam: pengorbanan sumber ekonomi
yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi. Pengorbanan
yang telah terjadi mengandung biaya historis untuk mencapai
tujuan tertentu dan biaya yang akan terjadi saat melakukan suatu
proses produksi.
Biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua
pengeluaran yang dilakuakn oleh firma (perusahaan) untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang
akan digunakan untuk menciptakan barang-barang firma tersebut
(Sukirno, 1994:207).
Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan ada dua jenis
yaitu: biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah
pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran
dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan
mentah yang diperlukan dalam kegiatan produksi firma tersebut,
sedangkan biaya tersembunyi adalah tafsiran pengeluaran keatas
faktor-faktor produksi yang dimiliki firma itu sendiri. Pengeluaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
seperti antara lain adalah pembayaran untuk keadilan produsen,
modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan dan
pembangunan perusahaan yanb dimilikinya.
Berdasarkan definisi diatas biaya produksi dapatlah
didefinisikan sebagai semua pengorbanan ekonomis yang
dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan suatu output.
Secara umum biaya produksi yang dikeluarkan digolongkan
menjadi dua yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost). Biaya tetap merupakan total rupiah yang harus
dikeluarkan walaupun tidak beroperasi, biaya tetap tidak berubah
meskipun output berubah, biaya variabel merupakan biaya yang
bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat ouput termasuk biaya
bahan baku dan termasuk pula semua biaya yang tidak tetap
contohnya bibit, pupuk, tenaga kerja dan lain-lain. Jumlah dari biya
tetap dan biaya variabel disebut biaya total.
TC = TFC + VC
Dimana :
TC = Total Cost
FC = Fixed Cost
VC = Variabel Cost
2. Kurva biaya rata-rata (AC), biaya Marginal (MC), biaya Tetap
rata-rata (AFC) dan biaya variabel rata-rata jangka pendek (MC)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Kurva biaya total dan biaya rata-rata diperoleh dari upaya
petani mencari kombinasi penggunaan faktor produksi dengan
biaya paling rendah (least cost combination) dengan begitu bentuk
serta kedua kurva biaya ini tergantung pada teknologi produksi
(yang tercermin pada fungsi produksi) dan harga faktor produksi.
Jika harga faktor produksi turun atau petani tersebut menggunakan
teknologi baru yang lebih efisien maka kedua kurva biaya tersebut
akan bergeser kebawah, sebaliknya apabila harga faktor produksi
naik atau teknologinya sudah usang, kedua kurva akan bergeser
keatas. Kedua kurva selalu bergerak bersama-sama
Gambar 2.2: Kurva TC, VC, TC Sumber : Samuelson dan Nordhes (1996:145)
Besarnya biaya tetap untuk jangka pendek adalah tetap,
berapapun output yang diproduksi, jadi besarnya biaya tetap (FC)
tidak tergantung dengan berapapun output yang dihasilkan.
Sedangkan biaya variabel sangat tergantung dengan jumlah output
yang akan dihasilkan dari faktor produksi (input) yang ada. Biaya
0 Q
Biaya tetap
Biaya variabel
T
Biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
variabel rata-rata diperoleh dengan membagi total biaya variabel
dengan jumlah output yang dihasilkan.
AVC =
Dimana :
AVC = Average Variabel Cost
TVC = Total Variabel Cost
Q = Quantitas
Biaya marginal setiap output adalah tambahan biaya yang
diperlukan untuk memproduksi 1 unit output tambahan, biaya tetap
rata-rata didefinisikan sebagai pembagian antara biaya tetap
dengan kuantitas output yang dihasilkan oleh karena biaya tetap
total adalah konstan, maka dengan membagi biaya ini dengan
kenaikan output akan diperoleh kurva biaya rata-rata yang
menurun.
Gambar 2.3 : Kurva AFC, AVC, ATC, MC Sumber : Nopirin, (2000: 340)
Bia
ya (
Rp)
0 Produks
MC AT
AV
AF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Hubungan antara MC dan AC biaya total rata-rata (AC)
adalah biaya tetap rata-rata (AFC) ditambah dengan biaya variabel
rata-rata (AVC). Biaya variabel rata-rata adalah biaya variabel total
TVC dibagi dengan jumlah output maka apabila MC dibawah AC,
AC akan menurun dan apabila MC diatas AC maka AC menaik.
Dan pada MC=AC maka AC minimum dengan demikian MC
memotong AC dari bawah dan pada titik AC minimum.
Keuntungan maksimum diperoleh apabila jarak vetikal TR-TC
paling besar. Jarak vertikal TR-TC paling besar apabila lereng
kurva TC adalah MC. Dengan demikian keuntungan maksimum
akan diperoleh apabila produsen menghasilkan sejumlah output
dimana : MR=MC (Nopirin, 2000 : 341).
3. Hubungan Antara Biaya Produksi Dan Fungsi Produksi
Biaya produksi perusahaan ditentukan oleh bagaimana
fungsi produksi perusahaan tersebut, yang menunjukkan kombinasi
input yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu, beserta harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan
input tersebut. Fungsi produksi jangka pendek menghubungkan
output dengan jumlah input variabel saja, karana besarnya input
tetap tidak berubah. Hubungan antara fungsi produksi dengan
biaya produksi digambarkan dengan ilustrasi berikut ( Sugiarto,
2002 : 253 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Diketahui fungsi produksi jangka pendek perusahaan adalah:
Q = F ( K, L )
Q = output ( fungsi dari L dan pemakaian K tetap )
L = tenaga kerja ( input variabel )
K = kapital ( input tetap )
Diketahui untuk setiap kapital sewanya adalah sebesar r (
rent ) dan upah setiap unit tenaga kerja adalah w ( wage ), maka
biaya total ( TC ) yang diperlukan untuk memproduksi Q adalah
jumlah kapital dikalikan dengan sewa kapital ditambah dengan
jumlah tenaga kerja yang dipakai dikalikan dengan upahnya.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
TC = ( K x r ) + ( L x w )
K tetap maka besarnya K x r juga tetap, dalam sudut
pandang ekonomi biaya ini disebut biaya tetap total ( TFC ),
sedangkan L x w akan bervariasi sesuai dengan jumlah L yang
digunakan. Biaya ini dalam ekonomi disebut sebagai biaya variabel
total ( TVC ). Sebagimana telah dikemukakan sebalumnya biaya
total merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.4 : Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi Dengan Kurva Biaya Sumber : Sugiarto ( 2002: 254 )
Gambar di atas menunjukkan jumlah output yang
dihasilkan dari pemakaian sejumlah input variabel dalam ukuran
fisik. Jika input variabel diukur dengan satuan uang, maka gambar
2.4 juga menunjukkan hubungan antara jumlah output yang
dihasilkan dengan biayanya, sehingga kurva TP juga
mencerminkan kurva biaya variabel total.
Kurva TVC bermula dari titik 0 dan semakin lama semakin
bertambah tinggi. Keadaan ini menggambarkan bahwa waktu tidak
ada produksi TVC=0, dan semakin besar produksi semakin besar
nilai ongkos berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada
akhirnya semakin tegak menggambarkan bahwa produksi
dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang, yaitu
apabila produksi sudah semakin banyak, sejumlah ongkos produksi
tertentu yang dikeluarkan akan menghasilkan jumlah produksi
yang semakin sedikit.
Output unit (Q) TP
TVC
Input variabel
Biaya variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Hubungan TPP, APP,MPP
Produksi total atau Total Physical Product (TTP)
menunjukkan total output yang diproduksi dalam unit fisik, jadi
kurva produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara
jumlah output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan
input variabel dan input-input yang lain dianggap konstan. Kurva
produksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
TPP f(x) atau Q = f(x)
dimana, TPP = Q = produksi total
x = jumlah input variabel yang digunakan
Gambar 2.5 : Kurva TPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)
Produksi rata-rata atau Average Physical Product (APP)
adalah output rata-rata per unit input yang digunukan pada suatu
proses produksi, jadi kurva produksi rata-rata adalah kurva yang
menunjukkan output rata-rata per unit input pada berbagai tingkat
penggunaan input tersebut. APP dapat dirumuskan sebagai berikut:
AAPx= , dimana:
AAPx = average physical product
TPPx = total physical product
X
Y
TPP
0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
X = jumlah input X yang digunakan
Gambar 2.6 : Kurva APP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)
Produktifitas marginal atau Marginal Physical Product
(MPP) adalah mengukur seberapa besar tambahan output yang
dihasilkan apabila satu input variabel bertambah satu unit sedang
input yang lain tetap. Kurva marginal adalah kurva yang
menunjukkan tambahan atau kenaikan dari TPP yaitu DTPP atau
DQ, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input
variable. MPP dapat dirumuskan sebagai berikut :
MPP= , dimana:
MPPx = marginal physical product
TPP = tambahan atau kenaikan output
X = tambahan input x yang digunakan
Gambar 2.7 : Kurva MPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)
Y
0 X
MPP
X
Y
AP
0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dalam fungsi produksi terdapat tiga tahap yang masing-
masing mempunyai sifat-sifat khusus yang dapat digunakan untuk
melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi.
Hubungan antara TPP, APP dan MPP dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.8 : Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)
Terdapat hubungan yang istimewa antara TPP, MPP dan
APP. Hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a) Penggunaan input variabel (X) sampai pada titik dimana TPP
cekung terhadap titik origin, maka MPP naik demikian pula APP.
b) Pada titik A, MPP mencapai nilai maksimum, kurva TPP
telah berubah bentuknya dari cekung menjadi cembung terhadap
titik origin.. Titik ini disebut titik infeksi.
APP
TPP
MPP Tenaga Kerja
MPP APP
Tenaga Kerja
TPP C B
A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c) Pada titik B, APP mencapai nilai maksimum, kurva MPP
memotong APP dari atas (MPP-APP), dan kurva TPP
bersinggungan dengan garis lurus dari titik origin dengan slope
terbesar.
d) Pada titik C, TPP mencapai maksimum dan MPP bernilai nol.
Gambar ini menunjukkan berlakunya Law of Dcminishing Return
atau hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Hukum ini
menyatakan hahwa :
Apabila faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya
(tenaga kerja) terus menerus ditambah satu unit, pada mulanya
produk total akan semakin bamyak pertambahannya, tetapi
sesudah mencapai suatu tingkat terten/u produksi tamhahan akan
semakin berkurang dan akhirnya ia mencapai tingkat yang
maksimum dan kemudian menurun (Sukirno, 1996).
2. Ekonomi Pertanian
a. Definisi Ekonomi Pertanian
Pertanian merupakan mata pencaharian sebagaian besar
penduduk Indonesia yang merupakan negara agrikultur. Ekonomi
pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu
pertanian yang memberikan arti sebagai berikut, suatu ilmu yang
mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara
ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel,
2002; 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Pengertian ekonomi pertanian yang demikian mempunyai arti
ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam
tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian,
baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor
perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan.
Ilmu ekonomi pertanian menjadi satu ilmu tersendiri yang
mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses
pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis)
produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian,
hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi
dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional,
pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi
pertumbuhan industri. Salah satu subsektor pertanian yang
berkembang adalah subsektor perkebunan.
b. Sejarah Ekonomi Pertanian
Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih
sangat muda. Ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan
buku Adam Smith yang berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di
Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian dilahirkan awal abad ke-20 atau
akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890.
Di Amerika Serikat mata pelajaran Rural Economic pertama-
tama diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Economic of Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada
tahun 1901 dan Farm Management pada tahun 1903. Tahun1910
beberapa universitas di Amerika Serikat sudah memberikan kuliah-
kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.
Di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian baru dikembangkan
mulai tahun 1950-an yang di pelopori oleh Prof. Sukanto
Reksohadiprodjo dan Prof. Ir. Teko Sumodiwirjo, masing-masing
dosen di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia
(Mubyarto, 1984;1).
c. Fungsi Ekonomi Pertanian
Ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah
pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia
bisa berada di awal atau sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa
juga sesudah. Semua fungsinya amat menentukan akan kemajuan
pertanian. Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu
ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat
penting bagi pertanian dan juga bagi ekonomi.
Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau
faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi dan
kebijakan serta kemitraan, kelembagaan dan faktor pendukung lainnya.
Sebelum proses produksi atau usaha tani dijalankan (baik dalam
subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan) perlu dilakukan
perencanaan yang matang.
Dalam pelaksanaan di lapangan, pertanian juga membutuhkan
ilmu ekonomi pertanian, kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa
hasil yang akan diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa
keuntungan yang akan diperoleh, begitu juga dengan pengaturan
tenaga kerja dan obat-obatan. Di ekonomi pertanian, semua itu akan
diperhitungkan dan dipelajari secara mendalam (Daniel, 2002:6).
3. Perkebunan
a. Pengertian Perkebunan
Pengertian perkebunan sudah lama dikenal, sejak pemerintahan
kolonial Belanda. Tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan
besar. Pada tahun 1870 dengan keluarnya undang-undang agraria
pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia lebih tegas
dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama
mengundang penanaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha
mengembangkan produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran
dunia, terutama Eropa, setelah merdeka pemerintah Indonesia
mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Belanda,
tepatnya sejak tahun 1957 (Syamsulbahri, 1996:1).
Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program
lima tahunan (Pelita) tahap demi tahap telah memfokuskan program
pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sektor perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan
produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Pada tahun 1992
pemerintah telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang
budidaya tanaman, dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah
telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan
jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah
dalam menjamin penghasilan petani (Syamsulbahri, 1996: 1).
Sejarah perkebunan sebelum penjajahan Belanda di Indonesia,
perkebunan belum terorganisir secara struktural. Selama dekade
penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang pengelolaan perkebunan
beralih ke penguasa, dalam hal ini penjajah. Pada zaman Belanda
dikenal sistem tanam paksa, setelah merdeka pengelolaan
perkebunan masih seperti zaman Belanda, barulah tahun 1957 terjadi
perubahan pengelolaan perkebunan. Pada tahun tersebut terjadi
pengambilalihan perkebunan dari orang-orang asing oleh pemerintah
Republik Indonesia. Dambaan petani untuk menjadi tuan di tanahnya
sendiri sangat diharapkan, karena manejer-manejer perkebunan telah
diisi oleh putra-putri Indonesia. Kenyataan tersebut tidak bisa
terwujud, karena di dalam negeri sudah terlalu lama mengalami
peperangan untuk merebut kemerdekaan.
Tahap dicanangkannya program-program Pelita, subsektor
perkebunan mulai dilakukan pembenahan-pembenahan oleh
pemerintah. Pada Pelita III hingga V dilaksanakan serangkaian usaha-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
usaha intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi perkebunan. Pada
Pelita III perkembangan sektor perkebunan amat mencolok, terutama
ditinjau dari perluasan areal perkebunan baik di Jawa maupun diluar
Jawa (Syamsulbahri, 1996: 3).
Kesatuan pengertian dari perkebunan itu sendiri perlu diketahui
sebelum mempelajari lebih jauh tentang perkebunan. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemahaman selanjutnya,
terutama tanaman perkebunan tahunan. Perkebunan dapat diartikan
berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman dan produk yang
dihasilkan.
Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai
usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan
dan devisa negara dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam
(SDA).
Perkebunan berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi 4,
yaitu:
1. Perkebunan rakyat
2. Perkebunan besar
3. Perkebunan perusahaan inti rakyat
4. Perkebunan unit pelaksana proyek
Perkebunan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan
sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat,
pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan hortikultura.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha
budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri
(misalnya karet, tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan
(misalnya kelapa, kelapa sawit dan kakao) dan makanan (misalnya,
tebu, teh, kopi dan kayu manis).
Pengertian perkebunan dapat diartikan sebagai: usaha
budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat maupun secara
bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang
digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan
pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga
kerja dan pelestarian sumber daya alam (Syamsulbahri, 1996: 15).
b. Manajemen Perkebunan
Manajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-
sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana
sifatnya universal yang berarti dapat berlaku secara umum untuk
berbagai organisasi. Dalam perkembangannya, perkebunan dijadikan
sebagai satu subsektor dari sektor pertanian. Dimana subsektor
perkebunan dijadikan andalan dalam memasukkan devisa negara dari
sektor non migas. Pengelolaannya ada yang dilakukan oleh
pemerintah, swasta maupun oleh rakyat. Sistem pengelolaan
perkebunan di Indonesia ada keterpaduan antara unsur-unsur yang
membentuk subsektor perkebunan yang meliputi pemerintah, swasta
dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996: 16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Perkebunan Rakyat
Perkebunan rakyat yang sering disebut juga pola swadaya
menduduki hampir 80% dari total areal perkebunan yang ada di
Indonesia. Pengelolaannya masih terbatas, dalam artian belum ada
pembagian pengelolaan untuk masing-masing sistem. Seorang
petani tanaman perkebunan dapat berfungsi dan bertindak sebagai
pelaksanaan setiap kegiatan usahanya.
2. Perkebunan Besar
Perkebunan besar swasta dan perkebunan milik negara
sering disebut sebagai satu plantation atau estate dimana
pengelolaannya jelas untuk masing-masing sub-sistem, akan tetapi
merupakan satu kesatuan manajemen. Manajemen perkebunan
yang meliputi manajemen tanaman, manajemen pengolahan hasil
dan manajemen pemasaran komoditi perkebunan.
Beberapa ciri dari perkebunan besar, antara lain: hamparan
lahan relatif luas, tanaman dan tata tanam yang seragam,
pemakaian bibit unggul dan teknologi relatif maju, perencanaan
terperinci dan pengawasan yang ketat, standarisasi (prosedur,
prestasi, hasil, mutu dan biaya), penggunaan tenaga kerja terampil
atau terlatih, disiplin dalam berbagai bidang, akomodasi pekerja di
sekitar unit kerja, wadah organisasi dan mekanisme koordinasi.
Pola organisasi perusahaan perkebunan umumnya dapat
digambarkan sebagai organisasi intern yang mengatur hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
antara kantor direksi dengan kebun atau pabrik. Atas dasar laporan-
laporan harian, bulanan serta tugas-tugas pengawasan dilakukan
oleh aparat direksi. Seluruh kegiatan administrasi kebun/pabrik
dikoordinir oleh kantor direksi.
3. Perusahaan Perkebunan Inti Rakyat
Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Direktorat
Jenderal Perkebunan mengartikan sebagai usaha pengembangan
perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar inti yang
membantu dan membimbing perkebunan rakyat sekitarnya sebagai
plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan,
utuh dan berkesinambungan. Perusahaan inti merupakan
perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun milik
negara, sedangkan kebun plasma merupakan areal wilayah plasma
yang dibangun oleh perusahaan inti dengan tanaman perkebunan
yang diperuntukkan bagi petani peserta.
4. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek
Unit pelaksana proyek merupakan salah satu pendekatan
yang dilakukan dalam pembinaan dan pelaksanaan proyek
perkebunan, setiap unit pelaksanaan proyek perkebunan ditentukan
oleh luas areal perkebunan rakyat yang dibina, dimana
pembinaannya dilaksanakan mulai dari pembibitan, penanaman
sampai dengan pengolahan dan pemasaran hasil. Pembinaan
dilakukan secara menyeluruh termasuk juga peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
keterampilan para petani dengan mengadakan kursus-kursus,
latihan-latihan dan bimbingan di dalam inti proyek.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara sederhana tentang
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan demikian
kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian ini adalah produksi tebu
sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah tenaga kerja,
jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit sebagai variabel bebas. Berdasarkan
rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat disusun kerangka konseptual
sebagai berikut :
Gambar 2.9 Skema Kerangka Pikiran
C. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Luas lahan diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu pada
PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010
Luas lahan (X1)
Jumlah tenaga kerja (X2)
Jumlah produksi tebu (Y)
Jenis bibit (X5)
Jumlah bibit (X4)
Jumlah pupuk (X3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi
tebu pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010
3. Jumlah pupuk diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu
pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010
4. Jumlah bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu
Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010
5. Jenis bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu
Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010
D. Penelitian terdahulu
Studi Anugrahadi (2009) dengan mengambil judul Analisis
Usahatani Tebu Wilayah Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini
menganalisis tentang bagaimana faktor produksi luas lahan, tenaga kerja,
pupuk dan bibit terhadap produksi tebu, faktor produksi luas lahan, tenaga
kerja, pupuk dan bibit secara bersama-sama terhadap produksi tebu, dan yang
ketiga untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani dari usaha tani tebu
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan cara wawancara dengan sampel petani tebu yang ada di Karanganyar.
Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien
determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Hasil regresi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial
luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
produksi, tenaga kerja dan bibit berpengaruh positif dan tidak signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
terhadap jumlah produksi jumlah produksi dan secara bersama-sama luas
lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah bibit signifikan terhadap jumlah
produksi. Berdasarkan perhitungan pendapatan usahatani tebu disimpulkan
usaha tsni tebu mampu memberi tingkat kesejahteraan pada tingkat tertentu.
Studi yang dilakukan oleh Sukatami (2009) dengan mengambil judul
Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei
Bingai Kabupaaten Langkat. Penelitian ini menganalisis tentang luas lahan,
benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara parsial terhadap produksi
usahatani padi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross section.
Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien
determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas dan uji
heteroskedastisitas.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, tenaga
kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tani
sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan
Studi oleh Sihombing (2010) dengan mengambil judul Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk secara parsial
terhadap hasil produksi kelapa sawit. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat
kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Pengujian yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien determinasi dan uji asumsi klasik
yaitu uji multikololinearitas dan uji autokolerasi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah variabel luas lahan dan
tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil
produksi kelapa sawit dan variabel pupuk berpengaruh positif dan secara
statistik tidak signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul Analisis Determinan Produksi Tebu pada
Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten. Metode yang digunakan
adalah metode survei dengan petani tebu sebagai unit analisisnya. Obyek
penelitian dibatasi petani yang melakukan usaha tani di wilayah Kabupaten
Klaten dan melakukan pengolahan tebu di Pabrik Gula Gondang Baru
Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
B. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak,
yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel (Weirsma dalam
Sevilla,1993:163). Pengambilan sampel dengan cara dipermudah, merupakan
strategi pengambilan sampel yang memudahkan peneliti (Sevilla,1993:167).
Populasi dari penelitian ini adalah 157 petani tebu di wilayah
Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik Gula Gondang
Baru Klaten. Perhitungan mencari sampel dalam penelitian menggunakan
rumus Slovin dalam Sevilla,(1993:161) sebagai berikut:
n=
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e =nilai kritis (batasan ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel).
n=
=61,08
Hasil perhitungan n diperoleh 61 sampel, maka sampel ditentukan 61
petani tebu wilayah Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik
Gula Gondang Baru.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui metode interview yaitu metode
pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan
responden mengenai permasalahan yang diteliti disertai kuisioner yang
telah disusun terlebih dahulu dalam hal ini petani sebagai obyek
penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh instansi
atau lembaga yang relevan dengan penelitian dan diperoleh dengan cara
mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Klaten, data Pabrik Gula Gondang Baru Klaten yang telah ada dan diambil
keterkaitan dengan masalah yang diteliti dan sebagainya.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Produksi Tebu
Produksi tebu adalah jumlah hasil produksi tebu dalam satu musim tanam.
Produksi tebu dihasilkan petani dari lahan tebu yang dimiliki atau disewa
dihitung dalam satuan kwintal (Kw).
2. Luas lahan
Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan petani untuk produksi tebu
dalam satu musim tanam diukur dalam satuan hektar (Ha).