ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA

  • Upload
    ledieu

  • View
    237

  • Download
    18

Embed Size (px)

Citation preview

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU

    PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010

    Skripsi

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

    untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Oleh :

    TINO PAHLEVI

    NIM. F0106078

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi dengan judul:

    ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU

    PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010

    Surakarta, 19 Maret 2011

    Disetujui dan diterima oleh

    Pembimbing I

    Dr. Guntur Riyanto, M.si__

    NIP: 195809271986011001

    Pembimbing II

    Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si

    NIP: 197306052009122001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

    Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh Tim Penguji Skripsi

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas

    tugas dan memenuhi syarat syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi

    Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    Surakarta, April 2011

    Tim Penguji Skripsi

    1.Nurul Istiqomah, SE, M.Si (.)

    NIP: 198006012005012021 Ketua

    2. Dr. Guntur Riyanto, M. Si (.)

    NIP: 195809271986011001 Pembimbing

    3. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si (.)

    NIP: 197306052009122001 Anggota

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    MOTTO

    Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya

    untuk

    Allah, Tuhan seluruh alam

    (QS AL Anaam: 162)

    Kejujuran adalah mata uang yang laku dimana-mana. Bawalah

    sekeping kejujuran dalam saku anda, itu melebihi mahkota raja

    diraja sekalipun.

    (anonim)

    Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi

    tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri

    (Muhammad Ali )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini dengan judul Analisis Determinan Produksi Tebu pada Pabrik

    Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten Tahun 2010. Skripsi ini disusun

    untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

    Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Penulis tentunya tidak dapat melupakan jasa baik dari semua pihak. Maka

    pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

    1. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan

    waktunya dan memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga penulis

    mampu menyelesaikan skripsi ini.

    2. Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si selaku pembimbing II skripsi yang dengan sabar

    telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    3. Orang tua, Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan dan memberikan

    restunya yang senantiasa mengiringi setiap langkahku dalam meraih cita-cita

    yang telah banyak memberi dukungan doa, dana, dan apapun itu sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak. selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

    Pembangunan FE UNS

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis dari awal hingga

    sekarang.

    7. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX dan PG. Gondang

    Baru Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data

    yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

    8. Semua pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    atas pelayanan yang diberikan.

    9. Mbak-mbak ku tersayang (Pipit dan Lenny)

    10. Yunika Wulansari yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka.

    Terima kasih untuk kebersediaannya mendengarkan keluh kesah dan selalu

    memberi dukungan serta semangat kepada penulis selama penelitian sampai

    menyusun skripsi ini.

    11. Semua sahabat-sahabat terbaikku Rahadian, Raka, Apri, Mario, Darmo,

    Darmin. Penghuni DKriuks kalian tetap sahabatku semua

    12. Kakak tingkat, teman seangkatan dan adik-adik tingkat Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret semua jurusan terutama jurusan Ekonomi

    Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga aku dapat

    berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu,

    semoga dapat terwakili.

    13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang bermanfaat dalam

    penyusunan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat

    disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis

    mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan berguna bagi penulis

    demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak

    yang membaca.

    Surakarta, Maret 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... ii

    HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI.. iii

    HALAMAN MOTTO. iv

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

    DAFTAR ISI........................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

    ABSTRAK ............................................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang Masalah ................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah .. 8

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori ..................................................................................... 11

    1. Teori Produksi ............................................................................ 11

    2. Ekonomi Pertanian .. 33

    3. Perkebunan ...... 36

    B. Kerangka Pemikiran .. 42

    C. Hipotesis. 42

    D. Penelitan Terdahulu ... 43

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 46

    B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 46

    C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 47

    D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 48

    1. Produksi Tebu (Kw) ................................................................... 48

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    2. Luas Lahan (Ha) ......................................................................... 48

    3. Tenaga Kerja (HOK) ... 48

    4. Pupuk (Kw)...... 48

    5. Jumlah Bibit (Kw) ... 48

    6. Jenis (Varietas Unggul) ....... 49

    E. Teknik Analisis Data...... 49

    1. Metode Regresi Linier Berganda....... 49

    2. Uji Statistik ....... 50

    a. Uji t ... 50

    b. Uji F .. 51

    c. Uji koefisien determinasi (R2) ... 53

    3. Uji Asumsi Klasik... 53

    a. Uji multikolinearitas 53

    b. Uji heteroskedastisitas .. 53

    c. Uji autokorelasi . 54

    4. Pendekatan Dummy... 55

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Daerah Penelitian........................... ..................... 57

    B. Gambaran Umum PG. Gondang Baru Klaten................................... 69

    C. Keadaan Pertanian ............................................................................ 73

    D. Karakteristik Responden .................................................................. 75

    E. Hasil Analisis Kuantitatif .................................................................. 78

    1. Data Penelitian .... 78

    2. Analisis Data ....... 78

    3. Metode Regresi Linier Berganda ............................ 79

    4. Uji Asumsi Klasik..... 79

    5. Uji Statistik............... 87

    6. Interprestasi Ekonomi............... 93

    7. Pendekatan Dummy............. 97

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 101

    B. Saran ................................................................................................ 102

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR TABEL

    TABEL Halaman

    1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,

    Indonesia (Ton),1995-2008.................................................................... 4

    4.1 Luas Wilayah Kabupaten Klaten Menurut Kecamatan ......................... 58

    4.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten

    Tahun 2005 s/d 2009.............................................................................. 61

    4.3 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

    Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 62

    4.4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

    Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 63

    4.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencharian

    Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 64

    4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

    Kabupaten Klaten Tahun 2009............................................................... 66

    4.7 Kepadatan Penduduk per km2 Kabupaten Klaten Tahun 2009.............. 67

    4.8 Pasar Menurut Jenisnya Kabupaten Klaten 2006-2009.......................... 68

    4.9 Sarana Kesehatan Kabupaten Klaten 2005-2009.................................... 69

    4.10 Luas Panen, Produksi Tani Tebu Kabupaten Klaten 2009.................... 74

    4.11 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Umur............................................ 75

    4.12 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan..................... 76

    4.13 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Pendidikan................................... 77

    4.14 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Luas Garapan............................... 77

    4.15 Hasil Regresi Linier............................................................................... 79

    4.16 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan dan Tenaga Kerja.................. 80

    4.17 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Pupuk.... 80

    4.18 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Jumlah Bibit... 81

    4.19 Hasil Regresi Persamaan Luas Lahan Dan Variabel Dummy... 81

    4.20 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Pupuk..... 81

    4.21 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Jumlah Bibit.... 82

    4.22 Hasil Regresi Persamaan Tenaga Kerja Dan Variabel Dummy. 82

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    4.23 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk Dan Jumlah Bibit .. 82

    4.24 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Pupuk dan Variabel Dummy 83

    4.25 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Bibit dan Variabel Dummy .. 83

    4.26 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan dan

    variabel dummy. 84

    4.27 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Tenaga Kerja dan

    variabel dummy................. 84

    4.28 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Pupuk dan

    variabel dummy............. 85

    4.29 Hasil Regresi Persamaan Jumlah Produksi, Jumlah Bibit dan

    variabel dummy..... 85

    4.30 Hasil Uji Park.. 86

    4.31 Tabel Hasil Uji B-G Persamaan Jumlah Produksi, Luas Lahan

    Tenaga Kerja, Jumlah Pupuk, Jumlah Bibit dan Jenis Bibit... 87

    4.32 Varietas bibit unggul..... 97

    4.33 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu.. 98

    4.34 Hasil Estimasi Pendekatan Dummy Produksi Tebu.. 99

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    TABEL Halaman

    2.1 Kurna Isoquant...................................................................................... 15

    2.2 Kurva TC, VC, TC ... 25

    2.3 Kurva AFC, AVC, ATC, MC ...... 26

    2.4 Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi Dengan Kurva Biaya.. 29

    2.5 Kurva TPP............................................................................................. 30

    2.6 Kurva APP............................................................................................ 31

    2.7 Kurva MPP............................................................................................ 31

    2.8 Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP.. 32

    2.9 Skema Kerangka Pikiran....................................................................... 42

    3.1 Daerah Kritis Uji t................................................................................. 51

    3.2 Daerah Kritis Uji F................................................................................ 52

    4.1 Daerah Kritis Uji t Luas Lahan Terhadap Produksi.. 88

    4.2 Daerah Kritis Uji t Tenaga Kerja Terhadap Produksi... 89

    4.3 Daerah Kritis Uji t Jumlah Pupuk Terhadap Produksi.. 90

    4.4 Daerah Kritis Uji t Jumlah Bibit Terhadap Produksi. 91

    4.5 Daerah Kritis Uji t Jenis Bibit Terhadap Produksi 92

    4.6 Daerah Kritis Uji F................................................................................ 92

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    ABSTRAK

    ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA

    GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010

    Tino pahlevi

    F0106078

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten

    Klaten.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga

    kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam

    penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan

    data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah

    disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil

    (Ordinary Least Squares/ OLS).

    Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah

    pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel

    jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai

    berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih

    dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan

    antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang

    berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar

    panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan

    bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada

    kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan

    inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk

    menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga

    dapat meningkatkan produksi tebu.

    Kata kunci: tebu, faktor produksi, Kabupaten Klaten

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    ABSTRAK

    ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA

    GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010

    Tino pahlevi

    F0106078

    The purpose of this study was to analyze the factors affecting sugarcane

    production in New Gondang Sugar Factory in Klaten district..

    Variables used in this study are land, labor, the amount of fertilizer, seed

    number and types of seeds. Data used in this research using primary and

    secondary data. Methods of data collection using the interview method with

    accompanying questionnaire have been prepared in advance. Data processing was

    done using Eviews program support version 3. The method used is least squares

    methods (Ordinary Least Squares / OLS).

    The results showed variable land, labor, the amount of fertilizer and seed

    number affect the production of sugarcane while the variable type seedlings did

    not affect the production of sugar cane.

    Based on the results of research on the factors that affect the amount of

    sugar cane production New PG.Gondang Klaten, then proposed the following

    suggestions as a result of production of sugarcane in the Sugar Factory Gondang

    in Klaten regency still can be improved by adding the factors of production such

    as land use, energy work, the amount of fertilizer, seed number. Farmers who

    work in the area can be used as guidance in determining how much panambahan

    these production factors, Based on empirical results found that the factor type of

    seed has no effect on sugarcane production. There is a tendency of the farmers are

    not willing to try new things or implement new innovations of this type of cane is

    used. Farmers are expected to use new varieties of sugar cane or sugar cane

    varieties superior in order to increase sugar cane production.

    Key words: sugarcane, production factors, Klaten Regency

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    ABSTRAK

    ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU PADA PABRIK GULA

    GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010

    Tino pahlevi

    F0106078

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten

    Klaten.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, tenaga

    kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit. Data yang digunakan dalam

    penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan

    data menggunakan metode wawancara dengan disertai kuisioner yang telah

    disusun terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program Eviews versi 3. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil

    (Ordinary Least Squares/ OLS).

    Hasil penelitian menunjukkan variabel luas lahan, tenaga kerja, jumlah

    pupuk dan jumlah bibit berpengaruh terhadap produksi tebu sedangkan variabel

    jenis bibit tidak berpengaruh terhadap produksi tebu.

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    jumlah produksi tebu PG.Gondang Baru Klaten, maka diajukan saran sebagai

    berikut hasil produksi tebu di Pabrik Gula Gondang di Kabupaten Klaten masih

    dapat ditingkatkan dengan menambah faktor-faktor produksi yang digunakan

    antara lain luas lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk, jumlah bibit. Petani yang

    berhasil didaerah tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan berapa besar

    panambahan faktor produksi tersebut, Berdasarkan hasil empirik ditemukan

    bahwa faktor jenis bibit tidak berpengaruh pada produksi tebu. Ada

    kecenderungan para petani tidak mau mencoba hal yang baru atau menerapkan

    inovasi baru dari jenis tebu yang digunakan. Petani diharapkan untuk

    menggunakan jenis varietas tebu yang baru atau varietas tebu unggul sehingga

    dapat meningkatkan produksi tebu.

    Kata kunci: tebu, faktor produksi, Kabupaten Klaten

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pertanian Indonesia adalah pertanian tropikal, karena sebagian besar

    daerahnya berada di daerah khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir

    menjadi dua. Disamping pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang

    ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai

    kepulauan dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Letaknya yang

    berhubungan antara dua lautan besar yaitu Lautan Indonesia dan Lautan

    pasifik, serta dua benua (daratan) yaitu Australia dan Asia, juga ikut

    mempengaruhi iklim Indonesia terutama dalam perubahan arah angin dari

    daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Bentuk tanah bergunung-

    gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada

    suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yang makin tinggi, pengaruh

    iklim tropik makin berkurang dan digantikan oleh semacam iklim sub-tropik

    (setengah panas) dan iklim setengah dingin (Mubyarto, 1994 : 6).

    Kondisi tanah yang beragam dan iklim yang baik untuk pertanian

    memungkinkan penanaman berbagai jenis komoditi pertanian, seperti karet,

    kopi, lada, tanaman holtikultura. Usaha tani merupakan tumpuan sebagian

    besar petani di Indonesia. Kegiatan ini belum mampu meningkatkan

    pendapatan petani secara riil. Keseluruhan mata rantai kegiatan ekonomi di

    sektor pertanian memiliki nilai tambah yang paling kecil.

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Umumnya jenis tanah di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu:

    1. Tanah pegunungan berapi yang umunya sangat subur dengan susunan

    tanah yang baik

    2. Tanah datar aluvial yang subur tapi dengan susunan yang agak berat

    3. Tanah tersier yang kurang subur

    Perkembangan ekonomi di sektor pertanian sangatlah penting karena

    merupakan salah satu penopang hidup di negara agraris, perkembangan di

    sektor pertanian akan memberikan dampak yang positif bagi sektor lain

    sehingga perlu penanganan yang serius. Usaha-usaha di sektor pertanian

    meliputi bidang-bidang pertanian, tanaman pangan, perkebunan, perikanan,

    peternakan dan kehutanan. Sektor pertanian khususnya yang menyangkut

    tanaman perkebunan rakyat masih mempunyai prospek yang cerah dalam

    rangka usaha peningkatan produksi untuk mencukupi kebutuhan domestik

    maupun ekspor.

    Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku

    gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.

    Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam

    sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak

    dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera.

    Proses pembuatan gula adalah batang tebu yang sudah dipanen diperas

    dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air

    perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula

    pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun

    tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang

    mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai

    dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak, selain menghemat minyak

    tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Konversi energi

    pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan

    bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit

    listrik.

    Secara historis, industri gula merupakan salah satu industri perkebunan

    tertua dan terpenting di Indonesia. Sejarah menunjukkan bahwa Indonesia

    pernah mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an dengan

    jumlah pabrik gula (PG) yang beroperasi 179 pabrik, produktivitas sekitar

    14,80%, dan rendemen 1113,80%. Produksi puncak mencapai sekitar 3 juta

    ton dan ekspor gula 2,40 juta ton. Berbagai keberhasilan tersebut didukung

    oleh kemudahan dalam memperoleh lahan yang subur, tenaga kerja murah,

    prioritas irigasi, dan disiplin dalam penerapan teknologi (Simatupang, 1999).

    Industri gula Indonesia kini hanya didukung oleh 60 PG yang aktif,

    yaitu 43 PG dikelola oleh BUMN dan 17 PG oleh swasta (Dewan Gula

    Indonesia 2000). Luas areal tebu yang dikelola pada tahun 1999 mencapai

    341.057 ha yang umumnya terkonsentrasi di Jawa Timur, Jawa Tengah,

    Lampung, dan Sulawesi Selatan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    Tabel 1.1 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (Ton) 1995 - 2008*

    Tahun Karet Kering

    Minyak Sawit

    Biji Sawit Coklat Kopi Teh Kulit Kina

    Gula Tebu 1)

    Tembakau 1)

    1995 341,000 2,476,400 605,300 46,400 20,800 111,082 300 2,104,700 9,900 1996 334,600 2,569,500 626,600 46,800 26,500 132,000 400 2,160,100 7,100 1997 330,500 4,165,685 838,708 65,889 30,612 121,000 500 2,187,243 7,800 1998 332,570 4,585,846 917,169 60,925 28,530 132,682 400 1,928,744 7,700 1999 293,663 4,907,779 981,556 58,914 27,493 126,442 917 1,801,403 5,797 2000 375,819 5,094,855 1,018,971 57,725 28,265 123,120 792 1,780,130 6,312 2001 397,720 5,598,440 1,117,759 57,860 27,045 126,708 728 1,824,575 5,465 2002 403,712 6,195,605 1,209,723 48,245 26,740 120,421 635 1,901,326 5,340 2003 396,104 6,923,510 1,529,249 56,632 29,437 127,523 784 1,991,606 5,228 2004 403,800 8,479,262 1,861,965 54,921 29,159 125,514 740 2,051,642 2,679 2005 432,221 10,119,061 2,139,652 55,127 24,809 128,154 825 2,241,742 4,003 2006 554,634 10,961,756 2,363,147 67,200 28,900 115,436 800 2,307,000 4,200 2007 578,486 11,437,986 2,593,198 68,600 24,100 116,501 500 2,623,800 3,100

    2008* 613,487 11,623,822 2,646,577 71,300 25,600 114,861 500 2,800,900 3,200 Catatan :

    1) Termasuk produksi yang menggunakan bahan mentah dari perkebunan rakyat

    *) Angka sementara

    Sumber : www.bps.go.id

    Produktifitas gula dari tahun 1995-1997 terus mengalami kenaikan

    tetapi pada saat krisis moneter terjadi yaitu pada tahun 1998 produksi gula

    mengalami penurunan yang cukup banyak dari 2,187,243 ton menjadi

    1,928,744 ton dan puncaknya pada tahun 2000 sebesar 1,780,130 ton. Tahun

    2001 sektor perkebunan khususnya gula mulai mengalami peningkatan dalam

    hal hasil produksi dengan meningkatnya produksi sebesar 44,445 ton dari

    tahun sebelumnya setelah itu produksi gula terus meningkat dari tahun ke

    tahun.

    Penurunan produksi dan kenaikan defisit gula disebabkan oleh

    berbagai faktor internal dan eksternal yang saling terkait. Penurunan produksi

    disebabkan oleh penurunan areal dan produktivitas. Contoh, rendemen ( kadar

    kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen) yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    dicapai pada tahun 1970-an masih sekitar 10%, tetapi rata-rata rendemen pada

    5 tahun terakhir hanya 6,92% (Dewan Gula Indonesia 1999). Kebijakan

    pemerintah yang lebih memihak kepada usaha tani padi juga menyebabkan

    menurunnya areal tebu (Soentoro, 1999). Contoh, rasio antara harga dasar

    gabah dan harga provenue (harga jual) yang semula sekitar 2,40, pada dekade

    terakhir terus menurun menjadi 1,80 pada tahun 1998. Harga gula di pasar

    internasional yang terus menurun dan mencapai titik terendah pada tahun 1999

    juga menjadi penyebab kemunduran industri gula Indonesia. Penurunan harga

    gula ini terutama disebabkan oleh kebijakan hampir semua negara produsen

    dan konsumen utama yang melakukan intervensi terhadap industri dan

    perdagangan gula. Hampir semua negara menerapkan tarif impor lebih dari

    50%. Di samping itu, kebijakan dukungan harga (price support) dan subsidi

    ekspor masih dilakukan oleh negara-negara besar seperti Eropa Barat dan

    Amerika Serikat. Hal ini memposisikan Indonesia pada situasi persaingan

    yang tidak adil (unfair).

    Ada dua tipe pengusahaan tanaman tebu secara umum. Pabrik gula

    (PG) swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen

    perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan HGU

    (Hak Guna Usaha) untuk pertanaman tebunya, seperti Indo Lampung dan

    Gula Putih Mataram. Untuk PG milik BUMN, terutama yang berlokasi di

    Jawa, sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat, dengan demikian PG

    di Jawa umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu. Pabrik

    Gula secara umum lebih berkonsentrasi pada pengolahan, sedangkan petani

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    sebagai pemasok bahan baku tebu dengan sistem bagi hasil petani

    memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani, sedangkan PG sekitar 34%

    (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian).

    Industri gula terus mengalami kemunduran dengan membiarkannya

    jelas akan menimbulkan masalah bagi Indonesia karena alasan berikut.

    Pertama, industri gula melibatkan sekitar 1,40 juta petani dan tenaga kerja

    yang mempunyai ketergantungan ekonomi yang sangat kuat pada industri

    gula. Walaupun sebagian dari mereka dapat melakukan kegiatan lain di non

    gula, sebagian dari mereka sulit untuk beralih pada usaha tani yang lain

    (Bakrie dan Susmiadi 1999).

    Kebangkrutan industri gula juga berkaitan dengan investasi yang

    sangat besar yang tidak dapat dialihkan ke bidang lain atau disebut investasi

    terperangkap. Nilai investasi untuk membangun satu PG berkisar antara US$

    130170 juta sehingga investasi yang terperangkap untuk 60 PG sekitar Rp50

    triliun (Susmiadi, 1998). Kedua, gula merupakan kebutuhan pokok yang

    mempunyai pengaruh langsung terhadap inflasi dengan ketergantungan

    kebutuhan pokok yang harganya sangat fluktuatif dengan koefisien keragaman

    harga tahunan sekitar 48% akan berpengaruh negatif terhadap upaya

    pencapaian ketahanan pangan (Pakpahan, 2000). Simatupang et al. (2000)

    menyebutkan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu indikator

    stabilitas ekonomi. Beban devisa untuk mengimpor gula akan terus meningkat

    yang pada 5 tahun terakhir telah mencapai US$ 200 juta (Direktorat Jenderal

    Perkebunan, 2000).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    Perbaikan sistem produksi tebu di tingkat petani di Pulau Jawa

    memiliki arti yang sangat strategis, khususnya pada wilayah-wilayah yang

    secara teknis dan ekonomis mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sekitar

    80 persen bahan baku pabrik gula (PG) di Pulau Jawa sampai saat ini berasal

    dari tebu rakyat. Produktifitas tebu dan harga gula yang rendah serta biaya

    usahatani yang makin meningkat, telah mendorong terjadinya penurunan

    kualitas bahan baku yang disediakan petani.

    Pertanian seharusnya tidak lagi dilihat sebagai usaha kecil yang tidak

    memiliki prospek dimasa depan, baik dilihat secara keuntungan maupun

    kualitas produk. Pentingnya usahatani yang baik dalam aspek pertanian

    maupun aspek ekonomi yang mampu meningkatkan efisiensi. Analisis

    usahatani digunakan untuk mengoptimalisasi produk sehingga dapat dilihat

    efisiensi penggunaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi di dalam

    pertanian lebih berhubungan dengan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja

    dan modal. Faktor pendukung lain seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat

    produksi yang mampu menunjang produksi. Kegiatan penyelenggaraan

    usahatani setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak, dengan

    penelitian yang lebih mendalam tampak bahwa petani mengadakan

    perhitungan-perhitungan ekonomi dan keuangan walaupun tidak secara

    tertulis. Petani harus mengahadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal

    yang sudah biasa digunakan dengan bibit unggul yang belum pernah

    digunakan, walaupun tanpa ditulis diatas kertas petani akan memperhitungkan

    untung ruginya (Mubyarto, 1989:67).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    Pabrik gula seharusnya menjadi lebih ringan dan sederhana tugas dan

    pekerjaanya, dimana hanya bertugas menggiling tebu untuk dijadikan gula

    namun kenyataan yang terjadi tidak demikian, pekerjaan teknis memang

    menjadi jauh lebih ringan, tetapi dalam pekerjaan non-teknis beban pekerjaan

    menjadi lebih berat. Pabrik gula menjadi bagian dari pemerintah yang

    bertugas mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada petani Tebu Rakyat

    Intensifikasi dan menjadi salah satu anggota terpenting dalam satuan

    pelaksana program-program pemerintah yang berhubungan dengan Tebu

    Rakyat Intensifikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan sebuah

    penelitian yang berjudul ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI TEBU

    PADA PABRIK GULA GONDANG BARU DI KABUPATEN KLATEN

    TAHUN 2010.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti

    dalam penelitian ini adalah :

    1. Apakah terdapat pengaruh luas lahan terhadap jumlah produksi tebu pada

    Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

    2. Apakah terdapat pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap jumlah produksi

    tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

    3. Apakah terdapat pengaruh jumlah pupuk terhadap jumlah produksi tebu

    pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

    4. Apakah terdapat pengaruh jumlah bibit terhadap jumlah produksi tebu

    pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    5. Apakah terdapat pengaruh jenis bibit terhadap jumlah produksi tebu pada

    Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap

    jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten

    Klaten tahun 2010

    2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja

    terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang di Kabupaten

    Baru Klaten tahun 2010

    3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah pupuk

    terhadap jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di

    Kabupaten Klatentahun 2010

    4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah bibit terhadap

    jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten

    Klaten tahun 2010

    5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis bibit terhadap

    jumlah produksi tebu pada Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten

    Klaten tahun 2010

    D. Manfaat

    Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah :

    1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana

    penambah pengetahuan dan sebagai salah satu satu syarat untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    memperoleh gelar gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas

    Sebelas Maret Surakarta

    2. Bagi Pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Klaten, hasil

    penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam menentukan

    kebijakan mengenai peningkatan pendapatan masayarakat melalui

    peningkatan produksi tebu.

    3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

    informasi dan wawasan serta dapat dijadikan bahan kajian dan

    pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan usaha tani

    khususnya tebu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Teori Produksi

    a. Definisi Produksi

    Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi

    output. Input merupakan faktorfaktor produksi yang digunakan dalam

    proses produksi dan output adalah barang dan jasa yang dihasilkan

    dalam proses produksi (Sugiarto, 2002:202 ). Sesuai dengan pengertian

    produksi di atas, maka produksi pertanian dapat diartikan sebagai

    usaha untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditi untuk

    kebutuhan manusia. Proses produksi adalah untuk menambah guna dan

    manfaat, maka dilakukan proses penanaman dari bibit dan dipelihara

    untuk memperoleh manfaat atau hasil dari suatu komoditi pertanian.

    Proses produksi pertanian membutuhkan macam-macam faktor

    produksi seperti modal, tenaga kerja tanah dan manajemen pertanian

    yang berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi yang lain

    sehingga benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output).

    Sumbangan tanah adalah berupa unsur-unsur tanah yang asli dan sifat-

    sifat tanah yang dapat diusahakan dengan hasil pertanian tetapi untuk

    memungkinkan diperolehnya produksi diperlukan tangan manusia

    yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor produksi modal adalah

    11

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    sumber-sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia.

    Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai

    sumber-sumber ekonomi non-manusiawi (Mubyarto, 1994:70). Modal

    juga sering diartikan sebagai barang dan jasa yang diinvestasikan

    dalam bentuk bibit, obat-obatan, tanah serta faktor produksi lainnya.

    Teori produksi mengandung pengertian mengenai usaha tani yang

    dilakukan petani dalam tingkat teknologi tertentu mampu

    mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi seefisien

    mungkin untuk menghasilkan produksi maksimal

    b. Faktor Produksi

    Faktor produksi merupakan input yang digunakan dalam proses

    produksi, dibidang pertanian output yang dihasilkan dalam bentuk

    hasil produksi fisik membutuhkan sumber daya yang digunakan

    sebagai faktor produksi berupa tanah, tenaga kerja, bibit, pupuk serta

    teknologi sebagai penunjang dalam usaha tani dengan tujuan

    menghasilkan output yang maksimal.

    1) Tanah merupakan faktor produksi yang paling penting. Hal ini

    terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah

    dibandingkan faktor-faktor produksi lain. Tingkat produktifitas

    tanah dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, sarana dan

    prasarana yang ada sebagai penunjang dalam meningkatkan

    produksi pertanian. Ada kemungkinan pemilik faktor produksi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    tanah menyakapkan tanahnya pada petani penggarap dengan sistem

    bagi hasil.

    2) David Ricardo dalam Mubyarto (1994:90), mengungkapkan

    teorinya tentang sewa tanah diferensial, dimana ditunjukan bahwa

    tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan

    kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi harga tanah.

    3) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam

    usaha tani. Tenaga kerja adalah manusia yang dengan aktifitasnya

    mencurahkan tenaga kerja untuk memenuhi apa yang menjadi

    tuntutan hidup, dalam hal ini adalah syarat hidup yang baik bagi

    usaha tani tebu. Tenaga kerja dalam usaha tani tidak hanya

    mengembangkan tenaga (labor) saja, tapi juga mengatur organisasi

    produksi secara keseluruhan. (Mubyarto, 1994:124).

    4) Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

    menentukan keberhasilan usaha tani. Pemilihan bibit yang baik dan

    tahan terhadap hama sangat menunjang untuk menghasilkan output

    yang maksimal.

    5) Pupuk juga merupakan faktor produksi yang mendukung

    keberhasilan usaha tani. Pupuk dibedakan menjadi dua yaitu :

    i) Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari sisa kotoran

    ternak atau sisa-sisa mahluk hidup yang karena alam dengan

    bantuan mikro organisme mengalami pembusukan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    ii) Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang dihasilkan oleh

    manusia melalui proses pabrikasi, dengan meramu bahan-

    bahan kimia yang mengandung kadar hava tinggi.

    c. Fungsi Produksi

    Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah output

    maksimum yang diproduksi dan input yang diperlukan guna

    menghasilkan output tersebut, dengan tingkat pengetahuan teknik

    tertentu (Samuelson dan Nordhes, 1996:128). Fungsi produksi

    menggambarkan tingkat pengetahuan teknik atau teknologi yang

    dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian

    secara keseluruhan.

    Penyajian fungsi dapat dilakukan melalui bentuk tabel, grafik

    atau dalam persamaan matematis. Fungsi produksi yaitu suatu fungsi

    yang menunjukan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan

    faktor-faktor produksi (input). Bentuk matematis sederhana fungsi

    produksi ini dijelaskan sebagai berikut: (Mubyarto, 1994: 68).

    Y = f (X1,X2,X3,Xn)

    Dimana:

    Y = Hasil produksi fisik

    X1,X2,X3.Xn = Faktor-faktor produksi

    Fungsi diatas menunjukkan semua faktor produksi merupakan

    variabel. Berdasarkan faktor produksi yang digunakan dalam jangka

    pendek faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor tetap dan berlaku

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    tambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing return),

    produk marginal setiap unit input akan menurun sebanyak penambahan

    jumlah input yang bersangkutan, dengan asumsi semua input lainnya

    konstan (Samuelson dan Nordhes, 1996:130).

    Berbagai kombinasi input menghasilkan tingkat output yang

    menunjukkan kombinasi dua faktor produksi yang menghasilkan

    output yang sama, jumlah output yang berbeda kurva isoquantnya juga

    berbeda. Kombinasi input K dan L menghasilkan satu tingkat produksi

    tertentu.

    Gambar 2.1. Kurva Isoquant Sumber : Nopirin, (2000:319.).

    Kurva yang semakin tinggi (ke kanan atas) menunjukan jumlah

    output yang semakin lebih besar. Titik yang terletak pada kurva yang

    lebih tinggi mengambarkan jumlah kedua faktor produksi yang lebih

    banyak sehingga outputnya lebih besar jumlahnya. Turun miring dari

    kiri ke kanan bawah (berlereng negatif) untuk memperoleh jumlah

    yang sama, apabila salah satu faktor produksi dikurangi, maka faktor

    produksi yang lain harus ditambah. Kurva isoquant cembung ke arah 0,

    ciri ini mencerminkan berlakunya the law of disminishing return. Hal

    Qo L O

    K

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    ini menjelaskan bahwa setiap unit input (K dan L) akan menurun

    sebanyak penambahan jumlah input yang bersangkutan.

    Kurva isoquant ini digambarkan hanya dengan dua dimensi

    (absis dan ordinat) maka hanya menganalisa dua faktor produksi saja

    (K dan L) dalam kenyataannya digunakan lebih dari dua faktor

    kombinasi kurva isoquant menggambarkan kemungkinan secara teknis

    kombinasi faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah output.

    Makin produktif faktor tenaga kerja (L) menggantikan modal (K)

    maka kurva isoquant makin curam, sebaliknya makin produktif faktor

    modal maka semakin besar kemampuannya untuk menggantikan

    tenaga kerja sehingga kurva isoquant semakin landai.

    d. Fungsi Produksi Constant Elasticity of Substitution (CES)

    Fungsi produksi CES ini secara terpisah berasal dari kelompok

    ekonom yang berbeda: yang satu terdiri dari K.J. Arrow, H.B.

    Chenery, B.S. Minhas, dan RM. Solow; dan kelompok lainnya terdiri

    dari Murray Brown dan De Cani. Keduanya berbeda satu sarna lain,

    dan pada akhirnya mungkin akan termasuk dalam tingkatan returns to

    scale. Murray Brown dan De Cani ( 1963 ) menggunakan fungsi ini

    dengan ambisius sekali untuk memisahkan efek atau pengaruh

    perubahan output, keekonomisan skala, perubahan teknis dan

    perubahan faktor harga relatif pada permintaan pekerja, data ekonomi

    Amerika Serikat selama periode 1890 sampai 1958.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    Fungsi produksi ini menyatakan bahwa penghitungan dasar

    tingkatan substitusi akan sangat diperlukan, tapi tidak hanya terbatas

    pada nilai apapun. Fungsi ini disebut Produksi CES ( Constant

    Elasticity of Substitution ). Di sini dijelaskan fungsi produksi Cobb-

    Douglas dan Leontief adalah kasus istimewa dalam hubungan CES,

    ketika substitusi elastisitas tersebut dinyatakan konstan, maka hal itu

    hanya dianggap perubahan relatif faktor input dan harga tidak

    menunjukkan elastisitas tersebut. Nilai elastisitas ditentukan oleh

    teknik yang dipakai dan perubahan teknik yang dipakai tersebut akan

    mempengaruhi variasi-variasi elastisitas pada setiap level pada faktor

    input dan harga. Jadi konstansi elastisitas mengacu pada invariannya

    dalam kaitannya dengan perubahan faktor persediaan relatif dan bukan

    pada transformasi dari teknik yang dipakai.

    Karakteristik dari teknik-teknik yang bersifat abstrak akan

    mudah dikenali dengan penggunaan fungsi produksi CES. Hal tersebut

    berarti fungsi produksi tersebut memungkinkan kita untuk mengetahui

    perubahan efisiensi suatu teknik, yaitu perubahan returns to scale yang

    ditentukan secara teknis, perubahan dalam intensitas modal sebuah

    teknik dan perubahan substitusi pekerja untuk modal, dan lain-lain.

    Beberapa penelitian terkini menggunakan fungsi CES dengan

    elastisitas substitusi di bawah kesatuan yang juga dianggap lebih

    sesuai untuk fungsi produksi jika dibandingkan dengan penggunaan

    bentuk Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas, elastisitas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    substitusi seimbang dengan kesatuan, tapi dalam fungsi produksi CES,

    elastisitas substitusi adalah konstan dan tidak semata-mata berbanding

    lurus dengan kesatuan. Keempat ekonom, Arrow, Chenery, Minhas

    dan Solow dalam Agung (2008:39) juga telah mengusulkan fungsi

    produksi CES ini. Persamaan fungsi tersebut ialah:

    Q=Q(K,L)=A[ +(1)

    dimana,

    Q = output

    K = input kapital

    L = input tenaga kerja

    dengan A>0,0

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    InQ=InA-1/ .In[ +(1-)

    diperoleh turunan partial terhadap K sebagai berikut:

    InQ/K=-1/ .( ) /[ +(1-)

    Selanjutnya, diperoleh elastisitas output terhadap K sebagai

    berikut:

    (InQ/K)*K= (InQ/ InK)= /[ +(1+)

    = (Q/K

    Dengan cara yang sama, diperoleh elastisitas untuk L seperti

    ini:

    (InQ/L)*L== (InQ/ InL=(1+) +(1+)

    Dengan menjumlahkan kedua elastisitas untuk di atas,

    diperoleh:

    (InQ/K)+ (InQ/L)=1

    Elastisitas untuk K dan L merupakan fungsi dari input bivariat

    (K, L) sehingga bukanlah suatu konstanta. Akan tetapi,

    jumlahnya konstan, yaitu sama dengan satu sesuai dengan

    pengertian constan return to scale

    2. Keuntungan Fungsi Produksi CES dibandingkan dengan Fungsi

    Produksi Cobb Douglas:

    a. Fungsi CES menunjukan fungsi produksi semua tipe returns

    dapat dianalisa, karena s tidak semata-mata berbanding lurus

    dengan satu ( s 1 ), tapi lebih menunjukan bentuk umum

    teknik-teknik produksi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    b. Fungsi produksi CES akan menjadi pertimbangan sejumlah

    parameter penting. Maka dari itu fungsi tersebut meliputi

    lingkup variasi substitutabilitas dan efisiensi yang luas.

    c. Estimasi fungsi CES ini sangat mudah. Beberapa perubahan

    akan dibutuhkan, jika kita menulis output per unit pekerja

    sebuah fungsi modal per unit pekeja, maka , sehingga

    fungsi produksi akan menjadi lebih mudah.

    d. Fungsi tersebut akan melenyapkan semua kesulitan dalam

    fungsi produksi Cobb-Douglas dan terbebas dari asumsi-asumsi

    yang tidak realistis dalam fungsi tersebut.

    3. Batasan-batasan Dalam Fungsi Produksi CES

    a. Fungsi produksi CES yang mengombinasikan dua unsur

    kekuatan yang mempengaruhi dalam satu parameter v.

    Pertama-tama, pada skala ekonomi, dapat memberikan hasil

    sebuah ekspansi skala operasi teknologi yang bersangkutan.

    Dengan kata lain, kaitannya dengan skala operasi, sebuah

    perubahan teknis dapat mengakibatkan tindakan output. Dalam

    aplikasi empiris kedua kekuatan tersebut dapat mempengaruhi

    homogeniatas parameter v, dan dengan mudah menentukan

    salah satunya.

    b. Uzawa dalam Agung (2008:39) telah mempelajari fungsi ini

    dan menyimpulkan bahwa sangat sulit untuk

    menggeneralisasikannya ke dalam n faktor produksi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    c. Batasan dalam fungsi produksi CES diasosiasikan dengan

    bentuk dasarnya spesifikasi elastisitas substitusi yang bervariasi

    terhadap perubahan dalam faktor proporsi. Perlu diingat bahwa

    kita memungkinkan elastisitas substitusi (s) terhadap perubahan

    dalam kaitannya dengan variasi-variasi tertentu dari teknik-

    teknik yang mendasarinya, dan bukan sebagai respon terhadap

    perubahan dalam faktor proporsi. Tapi hal tersebut merupakan

    spesifikasi apriori tapi kita tidak tahu apakah elastisitas

    substitusi ( s ) bisa berubah bervariasi manakala faktor proporsi

    berubah. Jika struktur sesungguhnya menggambarkan

    elastisitas sebuah variabel yang mengacu pada perubahan

    faktor proporsi dan selanjutnya dinyatakan bahwa elastisitas

    berubah dengan alasan teknis, maka kita menganggapnya

    berasal dari perubahan teknis lebih dari sebelumnya. Kecuali

    jika fungsi umum tersebut ditentukan seluruhnya tingkatan

    polinomial n, maka kesulitannya akan tampak. Karena dengan

    adanya data yang tersedia itu sudah tidak memungkinkan dan

    teknik-teknik statistik untuk memperoleh estimasi keseluruhan

    dari fungsi produksi umumnya, dan juga karena mereka

    semata-mata tidak puas dengan kriteria neoklasik ( sifat-sifat

    fungsi CES ), maka kita tanpa ada potensi-potensi kesalahan

    yang spesifik.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    d. Kesulitan yang keempat dari fungsi CES ini yaitu bahwa K

    parameter intesitas modal, berdimensi (bukan tidak

    berdimensi).

    Masih terdapat suatu permasalahan empirik selain

    kesulitan-kesulitan teoritis diatas, yaitu fungsi produksi CES

    relatif sulit untuk disesuaikan dengan data. Terlepas dari

    batasan-batasan tersebut diatas, fungsi produksi CES dalam

    aplikasinya sangat berguna untuk membuktikan teorema Euler,

    yaitu untuk menggambarkan constant return to scale, yang

    menunjukan rata-rata tersebut, dan produk marginal (K) dan

    pekerja (L) bersifat homogen dalam tataran 0, dan juga untuk

    menentukan elastisitas substitusi.

    e. Biaya Produksi

    1. Definisi Biaya Produksi

    Produksi adalah kegiatan untuk mengubah input menjadi

    output, perusahaan tidak hanya menentukan input apa saja yang

    diperlukan, tetapi juga harus mempertimbangkan harga dari input

    input tersebut yang merupakan biaya produksi dari output.

    Biaya produsi sebenarnya merupakan cerminan dari

    produksi. Bila produksi merujuk kapada jumlah input yang dipakai

    dan jumlah fisik output yang dihasilkan, biaya produksi merujuk

    kepada biaya perolehan input tersebut (nilai uang). Biaya produksi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    sangat penting peranannya bagi perusahaan dalam menentukan

    jumlah output ( Sugiarto, 2002 : 248 ).

    Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur

    dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

    terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorbanan sumber

    ekonomis mengandung sifat ekonomis adanya kelangkaan. Biaya

    dibedakan menjadi dua macam: pengorbanan sumber ekonomi

    yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi. Pengorbanan

    yang telah terjadi mengandung biaya historis untuk mencapai

    tujuan tertentu dan biaya yang akan terjadi saat melakukan suatu

    proses produksi.

    Biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua

    pengeluaran yang dilakuakn oleh firma (perusahaan) untuk

    memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang

    akan digunakan untuk menciptakan barang-barang firma tersebut

    (Sukirno, 1994:207).

    Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan ada dua jenis

    yaitu: biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah

    pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran

    dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan

    mentah yang diperlukan dalam kegiatan produksi firma tersebut,

    sedangkan biaya tersembunyi adalah tafsiran pengeluaran keatas

    faktor-faktor produksi yang dimiliki firma itu sendiri. Pengeluaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    seperti antara lain adalah pembayaran untuk keadilan produsen,

    modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan dan

    pembangunan perusahaan yanb dimilikinya.

    Berdasarkan definisi diatas biaya produksi dapatlah

    didefinisikan sebagai semua pengorbanan ekonomis yang

    dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi

    untuk menghasilkan suatu output.

    Secara umum biaya produksi yang dikeluarkan digolongkan

    menjadi dua yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel

    (variable cost). Biaya tetap merupakan total rupiah yang harus

    dikeluarkan walaupun tidak beroperasi, biaya tetap tidak berubah

    meskipun output berubah, biaya variabel merupakan biaya yang

    bervariasi sesuai dengan perubahan tingkat ouput termasuk biaya

    bahan baku dan termasuk pula semua biaya yang tidak tetap

    contohnya bibit, pupuk, tenaga kerja dan lain-lain. Jumlah dari biya

    tetap dan biaya variabel disebut biaya total.

    TC = TFC + VC

    Dimana :

    TC = Total Cost

    FC = Fixed Cost

    VC = Variabel Cost

    2. Kurva biaya rata-rata (AC), biaya Marginal (MC), biaya Tetap

    rata-rata (AFC) dan biaya variabel rata-rata jangka pendek (MC)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Kurva biaya total dan biaya rata-rata diperoleh dari upaya

    petani mencari kombinasi penggunaan faktor produksi dengan

    biaya paling rendah (least cost combination) dengan begitu bentuk

    serta kedua kurva biaya ini tergantung pada teknologi produksi

    (yang tercermin pada fungsi produksi) dan harga faktor produksi.

    Jika harga faktor produksi turun atau petani tersebut menggunakan

    teknologi baru yang lebih efisien maka kedua kurva biaya tersebut

    akan bergeser kebawah, sebaliknya apabila harga faktor produksi

    naik atau teknologinya sudah usang, kedua kurva akan bergeser

    keatas. Kedua kurva selalu bergerak bersama-sama

    Gambar 2.2: Kurva TC, VC, TC Sumber : Samuelson dan Nordhes (1996:145)

    Besarnya biaya tetap untuk jangka pendek adalah tetap,

    berapapun output yang diproduksi, jadi besarnya biaya tetap (FC)

    tidak tergantung dengan berapapun output yang dihasilkan.

    Sedangkan biaya variabel sangat tergantung dengan jumlah output

    yang akan dihasilkan dari faktor produksi (input) yang ada. Biaya

    0 Q

    Biaya tetap

    Biaya variabel

    T

    Biaya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    variabel rata-rata diperoleh dengan membagi total biaya variabel

    dengan jumlah output yang dihasilkan.

    AVC =

    Dimana :

    AVC = Average Variabel Cost

    TVC = Total Variabel Cost

    Q = Quantitas

    Biaya marginal setiap output adalah tambahan biaya yang

    diperlukan untuk memproduksi 1 unit output tambahan, biaya tetap

    rata-rata didefinisikan sebagai pembagian antara biaya tetap

    dengan kuantitas output yang dihasilkan oleh karena biaya tetap

    total adalah konstan, maka dengan membagi biaya ini dengan

    kenaikan output akan diperoleh kurva biaya rata-rata yang

    menurun.

    Gambar 2.3 : Kurva AFC, AVC, ATC, MC Sumber : Nopirin, (2000: 340)

    Bia

    ya (

    Rp)

    0 Produks

    MC AT

    AV

    AF

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Hubungan antara MC dan AC biaya total rata-rata (AC)

    adalah biaya tetap rata-rata (AFC) ditambah dengan biaya variabel

    rata-rata (AVC). Biaya variabel rata-rata adalah biaya variabel total

    TVC dibagi dengan jumlah output maka apabila MC dibawah AC,

    AC akan menurun dan apabila MC diatas AC maka AC menaik.

    Dan pada MC=AC maka AC minimum dengan demikian MC

    memotong AC dari bawah dan pada titik AC minimum.

    Keuntungan maksimum diperoleh apabila jarak vetikal TR-TC

    paling besar. Jarak vertikal TR-TC paling besar apabila lereng

    kurva TC adalah MC. Dengan demikian keuntungan maksimum

    akan diperoleh apabila produsen menghasilkan sejumlah output

    dimana : MR=MC (Nopirin, 2000 : 341).

    3. Hubungan Antara Biaya Produksi Dan Fungsi Produksi

    Biaya produksi perusahaan ditentukan oleh bagaimana

    fungsi produksi perusahaan tersebut, yang menunjukkan kombinasi

    input yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output

    tertentu, beserta harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan

    input tersebut. Fungsi produksi jangka pendek menghubungkan

    output dengan jumlah input variabel saja, karana besarnya input

    tetap tidak berubah. Hubungan antara fungsi produksi dengan

    biaya produksi digambarkan dengan ilustrasi berikut ( Sugiarto,

    2002 : 253 ).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Diketahui fungsi produksi jangka pendek perusahaan adalah:

    Q = F ( K, L )

    Q = output ( fungsi dari L dan pemakaian K tetap )

    L = tenaga kerja ( input variabel )

    K = kapital ( input tetap )

    Diketahui untuk setiap kapital sewanya adalah sebesar r (

    rent ) dan upah setiap unit tenaga kerja adalah w ( wage ), maka

    biaya total ( TC ) yang diperlukan untuk memproduksi Q adalah

    jumlah kapital dikalikan dengan sewa kapital ditambah dengan

    jumlah tenaga kerja yang dipakai dikalikan dengan upahnya.

    Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

    TC = ( K x r ) + ( L x w )

    K tetap maka besarnya K x r juga tetap, dalam sudut

    pandang ekonomi biaya ini disebut biaya tetap total ( TFC ),

    sedangkan L x w akan bervariasi sesuai dengan jumlah L yang

    digunakan. Biaya ini dalam ekonomi disebut sebagai biaya variabel

    total ( TVC ). Sebagimana telah dikemukakan sebalumnya biaya

    total merupakan jumlah biaya tetap dan biaya variabel.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    Gambar 2.4 : Kurva Hubungan Antara Kurva Produksi Dengan Kurva Biaya Sumber : Sugiarto ( 2002: 254 )

    Gambar di atas menunjukkan jumlah output yang

    dihasilkan dari pemakaian sejumlah input variabel dalam ukuran

    fisik. Jika input variabel diukur dengan satuan uang, maka gambar

    2.4 juga menunjukkan hubungan antara jumlah output yang

    dihasilkan dengan biayanya, sehingga kurva TP juga

    mencerminkan kurva biaya variabel total.

    Kurva TVC bermula dari titik 0 dan semakin lama semakin

    bertambah tinggi. Keadaan ini menggambarkan bahwa waktu tidak

    ada produksi TVC=0, dan semakin besar produksi semakin besar

    nilai ongkos berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada

    akhirnya semakin tegak menggambarkan bahwa produksi

    dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang, yaitu

    apabila produksi sudah semakin banyak, sejumlah ongkos produksi

    tertentu yang dikeluarkan akan menghasilkan jumlah produksi

    yang semakin sedikit.

    Output unit (Q) TP

    TVC

    Input variabel

    Biaya variabel

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    4. Hubungan TPP, APP,MPP

    Produksi total atau Total Physical Product (TTP)

    menunjukkan total output yang diproduksi dalam unit fisik, jadi

    kurva produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara

    jumlah output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan

    input variabel dan input-input yang lain dianggap konstan. Kurva

    produksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

    TPP f(x) atau Q = f(x)

    dimana, TPP = Q = produksi total

    x = jumlah input variabel yang digunakan

    Gambar 2.5 : Kurva TPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

    Produksi rata-rata atau Average Physical Product (APP)

    adalah output rata-rata per unit input yang digunukan pada suatu

    proses produksi, jadi kurva produksi rata-rata adalah kurva yang

    menunjukkan output rata-rata per unit input pada berbagai tingkat

    penggunaan input tersebut. APP dapat dirumuskan sebagai berikut:

    AAPx= , dimana:

    AAPx = average physical product

    TPPx = total physical product

    X

    Y

    TPP

    0

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    X = jumlah input X yang digunakan

    Gambar 2.6 : Kurva APP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

    Produktifitas marginal atau Marginal Physical Product

    (MPP) adalah mengukur seberapa besar tambahan output yang

    dihasilkan apabila satu input variabel bertambah satu unit sedang

    input yang lain tetap. Kurva marginal adalah kurva yang

    menunjukkan tambahan atau kenaikan dari TPP yaitu DTPP atau

    DQ, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input

    variable. MPP dapat dirumuskan sebagai berikut :

    MPP= , dimana:

    MPPx = marginal physical product

    TPP = tambahan atau kenaikan output

    X = tambahan input x yang digunakan

    Gambar 2.7 : Kurva MPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

    Y

    0 X

    MPP

    X

    Y

    AP

    0

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    Dalam fungsi produksi terdapat tiga tahap yang masing-

    masing mempunyai sifat-sifat khusus yang dapat digunakan untuk

    melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi.

    Hubungan antara TPP, APP dan MPP dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Gambar 2.8 : Kurva Hubungan TPP, APP dan MPP Sumber : Sadono Sukirno ( 1997)

    Terdapat hubungan yang istimewa antara TPP, MPP dan

    APP. Hubungan antara ketiga kurva tersebut dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    a) Penggunaan input variabel (X) sampai pada titik dimana TPP

    cekung terhadap titik origin, maka MPP naik demikian pula APP.

    b) Pada titik A, MPP mencapai nilai maksimum, kurva TPP

    telah berubah bentuknya dari cekung menjadi cembung terhadap

    titik origin.. Titik ini disebut titik infeksi.

    APP

    TPP

    MPP Tenaga Kerja

    MPP APP

    Tenaga Kerja

    TPP C B

    A

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    c) Pada titik B, APP mencapai nilai maksimum, kurva MPP

    memotong APP dari atas (MPP-APP), dan kurva TPP

    bersinggungan dengan garis lurus dari titik origin dengan slope

    terbesar.

    d) Pada titik C, TPP mencapai maksimum dan MPP bernilai nol.

    Gambar ini menunjukkan berlakunya Law of Dcminishing Return

    atau hukum hasil lebih yang semakin berkurang. Hukum ini

    menyatakan hahwa :

    Apabila faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya

    (tenaga kerja) terus menerus ditambah satu unit, pada mulanya

    produk total akan semakin bamyak pertambahannya, tetapi

    sesudah mencapai suatu tingkat terten/u produksi tamhahan akan

    semakin berkurang dan akhirnya ia mencapai tingkat yang

    maksimum dan kemudian menurun (Sukirno, 1996).

    2. Ekonomi Pertanian

    a. Definisi Ekonomi Pertanian

    Pertanian merupakan mata pencaharian sebagaian besar

    penduduk Indonesia yang merupakan negara agrikultur. Ekonomi

    pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu

    pertanian yang memberikan arti sebagai berikut, suatu ilmu yang

    mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara

    ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian (Daniel,

    2002; 9).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    Pengertian ekonomi pertanian yang demikian mempunyai arti

    ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam

    tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian,

    baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor

    perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan.

    Ilmu ekonomi pertanian menjadi satu ilmu tersendiri yang

    mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

    pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara.

    Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis)

    produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian,

    hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi

    dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional,

    pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi

    pertumbuhan industri. Salah satu subsektor pertanian yang

    berkembang adalah subsektor perkebunan.

    b. Sejarah Ekonomi Pertanian

    Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih

    sangat muda. Ilmu ekonomi modern dianggap lahir dengan penerbitan

    buku Adam Smith yang berjudul Wealth of Nations pada tahun 1776 di

    Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian dilahirkan awal abad ke-20 atau

    akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890.

    Di Amerika Serikat mata pelajaran Rural Economic pertama-

    tama diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Mata pelajaran

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    Economic of Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada

    tahun 1901 dan Farm Management pada tahun 1903. Tahun1910

    beberapa universitas di Amerika Serikat sudah memberikan kuliah-

    kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.

    Di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian baru dikembangkan

    mulai tahun 1950-an yang di pelopori oleh Prof. Sukanto

    Reksohadiprodjo dan Prof. Ir. Teko Sumodiwirjo, masing-masing

    dosen di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia

    (Mubyarto, 1984;1).

    c. Fungsi Ekonomi Pertanian

    Ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah

    pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia

    bisa berada di awal atau sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa

    juga sesudah. Semua fungsinya amat menentukan akan kemajuan

    pertanian. Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu

    ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat

    penting bagi pertanian dan juga bagi ekonomi.

    Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau

    faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi dan

    kebijakan serta kemitraan, kelembagaan dan faktor pendukung lainnya.

    Sebelum proses produksi atau usaha tani dijalankan (baik dalam

    subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan) perlu dilakukan

    perencanaan yang matang.

    Dalam pelaksanaan di lapangan, pertanian juga membutuhkan

    ilmu ekonomi pertanian, kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa

    hasil yang akan diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa

    keuntungan yang akan diperoleh, begitu juga dengan pengaturan

    tenaga kerja dan obat-obatan. Di ekonomi pertanian, semua itu akan

    diperhitungkan dan dipelajari secara mendalam (Daniel, 2002:6).

    3. Perkebunan

    a. Pengertian Perkebunan

    Pengertian perkebunan sudah lama dikenal, sejak pemerintahan

    kolonial Belanda. Tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan

    besar. Pada tahun 1870 dengan keluarnya undang-undang agraria

    pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia lebih tegas

    dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama

    mengundang penanaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha

    mengembangkan produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran

    dunia, terutama Eropa, setelah merdeka pemerintah Indonesia

    mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Belanda,

    tepatnya sejak tahun 1957 (Syamsulbahri, 1996:1).

    Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program

    lima tahunan (Pelita) tahap demi tahap telah memfokuskan program

    pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    sektor perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan

    produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Pada tahun 1992

    pemerintah telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang

    budidaya tanaman, dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah

    telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan

    jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah

    dalam menjamin penghasilan petani (Syamsulbahri, 1996: 1).

    Sejarah perkebunan sebelum penjajahan Belanda di Indonesia,

    perkebunan belum terorganisir secara struktural. Selama dekade

    penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang pengelolaan perkebunan

    beralih ke penguasa, dalam hal ini penjajah. Pada zaman Belanda

    dikenal sistem tanam paksa, setelah merdeka pengelolaan

    perkebunan masih seperti zaman Belanda, barulah tahun 1957 terjadi

    perubahan pengelolaan perkebunan. Pada tahun tersebut terjadi

    pengambilalihan perkebunan dari orang-orang asing oleh pemerintah

    Republik Indonesia. Dambaan petani untuk menjadi tuan di tanahnya

    sendiri sangat diharapkan, karena manejer-manejer perkebunan telah

    diisi oleh putra-putri Indonesia. Kenyataan tersebut tidak bisa

    terwujud, karena di dalam negeri sudah terlalu lama mengalami

    peperangan untuk merebut kemerdekaan.

    Tahap dicanangkannya program-program Pelita, subsektor

    perkebunan mulai dilakukan pembenahan-pembenahan oleh

    pemerintah. Pada Pelita III hingga V dilaksanakan serangkaian usaha-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    usaha intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi perkebunan. Pada

    Pelita III perkembangan sektor perkebunan amat mencolok, terutama

    ditinjau dari perluasan areal perkebunan baik di Jawa maupun diluar

    Jawa (Syamsulbahri, 1996: 3).

    Kesatuan pengertian dari perkebunan itu sendiri perlu diketahui

    sebelum mempelajari lebih jauh tentang perkebunan. Hal ini

    dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemahaman selanjutnya,

    terutama tanaman perkebunan tahunan. Perkebunan dapat diartikan

    berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman dan produk yang

    dihasilkan.

    Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai

    usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan

    dan devisa negara dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam

    (SDA).

    Perkebunan berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi 4,

    yaitu:

    1. Perkebunan rakyat

    2. Perkebunan besar

    3. Perkebunan perusahaan inti rakyat

    4. Perkebunan unit pelaksana proyek

    Perkebunan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan

    sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat,

    pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan hortikultura.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha

    budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri

    (misalnya karet, tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan

    (misalnya kelapa, kelapa sawit dan kakao) dan makanan (misalnya,

    tebu, teh, kopi dan kayu manis).

    Pengertian perkebunan dapat diartikan sebagai: usaha

    budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat maupun secara

    bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang

    digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan

    pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga

    kerja dan pelestarian sumber daya alam (Syamsulbahri, 1996: 15).

    b. Manajemen Perkebunan

    Manajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-

    sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana

    sifatnya universal yang berarti dapat berlaku secara umum untuk

    berbagai organisasi. Dalam perkembangannya, perkebunan dijadikan

    sebagai satu subsektor dari sektor pertanian. Dimana subsektor

    perkebunan dijadikan andalan dalam memasukkan devisa negara dari

    sektor non migas. Pengelolaannya ada yang dilakukan oleh

    pemerintah, swasta maupun oleh rakyat. Sistem pengelolaan

    perkebunan di Indonesia ada keterpaduan antara unsur-unsur yang

    membentuk subsektor perkebunan yang meliputi pemerintah, swasta

    dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996: 16).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    1. Perkebunan Rakyat

    Perkebunan rakyat yang sering disebut juga pola swadaya

    menduduki hampir 80% dari total areal perkebunan yang ada di

    Indonesia. Pengelolaannya masih terbatas, dalam artian belum ada

    pembagian pengelolaan untuk masing-masing sistem. Seorang

    petani tanaman perkebunan dapat berfungsi dan bertindak sebagai

    pelaksanaan setiap kegiatan usahanya.

    2. Perkebunan Besar

    Perkebunan besar swasta dan perkebunan milik negara

    sering disebut sebagai satu plantation atau estate dimana

    pengelolaannya jelas untuk masing-masing sub-sistem, akan tetapi

    merupakan satu kesatuan manajemen. Manajemen perkebunan

    yang meliputi manajemen tanaman, manajemen pengolahan hasil

    dan manajemen pemasaran komoditi perkebunan.

    Beberapa ciri dari perkebunan besar, antara lain: hamparan

    lahan relatif luas, tanaman dan tata tanam yang seragam,

    pemakaian bibit unggul dan teknologi relatif maju, perencanaan

    terperinci dan pengawasan yang ketat, standarisasi (prosedur,

    prestasi, hasil, mutu dan biaya), penggunaan tenaga kerja terampil

    atau terlatih, disiplin dalam berbagai bidang, akomodasi pekerja di

    sekitar unit kerja, wadah organisasi dan mekanisme koordinasi.

    Pola organisasi perusahaan perkebunan umumnya dapat

    digambarkan sebagai organisasi intern yang mengatur hubungan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    antara kantor direksi dengan kebun atau pabrik. Atas dasar laporan-

    laporan harian, bulanan serta tugas-tugas pengawasan dilakukan

    oleh aparat direksi. Seluruh kegiatan administrasi kebun/pabrik

    dikoordinir oleh kantor direksi.

    3. Perusahaan Perkebunan Inti Rakyat

    Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Direktorat

    Jenderal Perkebunan mengartikan sebagai usaha pengembangan

    perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar inti yang

    membantu dan membimbing perkebunan rakyat sekitarnya sebagai

    plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan,

    utuh dan berkesinambungan. Perusahaan inti merupakan

    perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun milik

    negara, sedangkan kebun plasma merupakan areal wilayah plasma

    yang dibangun oleh perusahaan inti dengan tanaman perkebunan

    yang diperuntukkan bagi petani peserta.

    4. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek

    Unit pelaksana proyek merupakan salah satu pendekatan

    yang dilakukan dalam pembinaan dan pelaksanaan proyek

    perkebunan, setiap unit pelaksanaan proyek perkebunan ditentukan

    oleh luas areal perkebunan rakyat yang dibina, dimana

    pembinaannya dilaksanakan mulai dari pembibitan, penanaman

    sampai dengan pengolahan dan pemasaran hasil. Pembinaan

    dilakukan secara menyeluruh termasuk juga peningkatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    keterampilan para petani dengan mengadakan kursus-kursus,

    latihan-latihan dan bimbingan di dalam inti proyek.

    B. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara sederhana tentang

    hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan demikian

    kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian ini adalah produksi tebu

    sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh luas lahan, jumlah tenaga kerja,

    jumlah pupuk, jumlah bibit dan jenis bibit sebagai variabel bebas. Berdasarkan

    rumusan masalah dan tujuan penelitian dapat disusun kerangka konseptual

    sebagai berikut :

    Gambar 2.9 Skema Kerangka Pikiran

    C. Hipotesis

    Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Luas lahan diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu pada

    PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

    Luas lahan (X1)

    Jumlah tenaga kerja (X2)

    Jumlah produksi tebu (Y)

    Jenis bibit (X5)

    Jumlah bibit (X4)

    Jumlah pupuk (X3)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    2. Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi

    tebu pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

    3. Jumlah pupuk diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi tebu

    pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

    4. Jumlah bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu

    Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

    5. Jenis bibit diduga berpengaruh positif terhadap jumlah produksi Tebu

    Pada PG. Gondang Baru di Kabupaten Klaten tahun 2010

    D. Penelitian terdahulu

    Studi Anugrahadi (2009) dengan mengambil judul Analisis

    Usahatani Tebu Wilayah Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini

    menganalisis tentang bagaimana faktor produksi luas lahan, tenaga kerja,

    pupuk dan bibit terhadap produksi tebu, faktor produksi luas lahan, tenaga

    kerja, pupuk dan bibit secara bersama-sama terhadap produksi tebu, dan yang

    ketiga untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani dari usaha tani tebu

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

    dengan cara wawancara dengan sampel petani tebu yang ada di Karanganyar.

    Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien

    determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas, uji

    heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

    Hasil regresi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial

    luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

    produksi, tenaga kerja dan bibit berpengaruh positif dan tidak signifikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    terhadap jumlah produksi jumlah produksi dan secara bersama-sama luas

    lahan, tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah bibit signifikan terhadap jumlah

    produksi. Berdasarkan perhitungan pendapatan usahatani tebu disimpulkan

    usaha tsni tebu mampu memberi tingkat kesejahteraan pada tingkat tertentu.

    Studi yang dilakukan oleh Sukatami (2009) dengan mengambil judul

    Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei

    Bingai Kabupaaten Langkat. Penelitian ini menganalisis tentang luas lahan,

    benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara parsial terhadap produksi

    usahatani padi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross section.

    Pengujian yang dilakukan adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien

    determinasi dan uji asumsi klasik yaitu uji multikololinearitas dan uji

    heteroskedastisitas.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, tenaga

    kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tani

    sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan

    Studi oleh Sihombing (2010) dengan mengambil judul Faktor-Faktor

    Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan

    Nusantara III (Persero) Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk secara parsial

    terhadap hasil produksi kelapa sawit. Jenis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat

    kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Pengujian yang dilakukan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    adalah uji statistik yaitu uji t, uji f, koefisien determinasi dan uji asumsi klasik

    yaitu uji multikololinearitas dan uji autokolerasi.

    Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah variabel luas lahan dan

    tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil

    produksi kelapa sawit dan variabel pupuk berpengaruh positif dan secara

    statistik tidak signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini berjudul Analisis Determinan Produksi Tebu pada

    Pabrik Gula Gondang Baru di Kabupaten Klaten. Metode yang digunakan

    adalah metode survei dengan petani tebu sebagai unit analisisnya. Obyek

    penelitian dibatasi petani yang melakukan usaha tani di wilayah Kabupaten

    Klaten dan melakukan pengolahan tebu di Pabrik Gula Gondang Baru

    Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.

    B. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak,

    yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap

    anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan

    penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel (Weirsma dalam

    Sevilla,1993:163). Pengambilan sampel dengan cara dipermudah, merupakan

    strategi pengambilan sampel yang memudahkan peneliti (Sevilla,1993:167).

    Populasi dari penelitian ini adalah 157 petani tebu di wilayah

    Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik Gula Gondang

    Baru Klaten. Perhitungan mencari sampel dalam penelitian menggunakan

    rumus Slovin dalam Sevilla,(1993:161) sebagai berikut:

    n=

    46

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    Keterangan:

    n = ukuran sampel

    N = ukuran populasi

    e =nilai kritis (batasan ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

    ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel).

    n=

    =61,08

    Hasil perhitungan n diperoleh 61 sampel, maka sampel ditentukan 61

    petani tebu wilayah Kabupaten Klaten yang melakukan proses giling di Pabrik

    Gula Gondang Baru.

    C. Jenis dan Sumber Data

    1. Data Primer

    Data yang diperoleh melalui metode interview yaitu metode

    pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung dengan

    responden mengenai permasalahan yang diteliti disertai kuisioner yang

    telah disusun terlebih dahulu dalam hal ini petani sebagai obyek

    penelitian.

    2. Data Sekunder

    Merupakan data yang dikumpulkan dan diterbitkan oleh instansi

    atau lembaga yang relevan dengan penelitian dan diperoleh dengan cara

    mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik Kabupaten

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Klaten, data Pabrik Gula Gondang Baru Klaten yang telah ada dan diambil

    keterkaitan dengan masalah yang diteliti dan sebagainya.

    D. Definisi Operasional Variabel

    1. Produksi Tebu

    Produksi tebu adalah jumlah hasil produksi tebu dalam satu musim tanam.

    Produksi tebu dihasilkan petani dari lahan tebu yang dimiliki atau disewa

    dihitung dalam satuan kwintal (Kw).

    2. Luas lahan

    Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan petani untuk produksi tebu

    dalam satu musim tanam diukur dalam satuan hektar (Ha).