Upload
ahmadhudory
View
97
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG
MEMPENGARUHI FEE IJARAH DEFAULT SUKUK PT BERLIAN LAJU
TANKER”
Oleh :
Dicky Ageng Prasetio
NIM: 109081000192
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H /2013 M
ii
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR MAKRO EKONOMI YANG
MEMPENGARUHI FEE IJARAH DEFAULT SUKUK PT BERLIAN LAJU
TANKER
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dicky Ageng P
NIM: 109081000192
Di Bawah Bimbingan
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19741127 200112 1 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 20 Maret 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Dicky Ageng Prasetio
2. NIM : 109081000192
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Maret 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP: 19570617 198503 1002
2. Leis Suzanawati, SE, M.Si
NIP: 19720809 200501 2 004
3. Herni Ali HT, SE, MM
NIDN: 0422125902
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 18 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Dicky Ageng P
2. NIM : 109081000192
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dicky Ageng Prasetio
No. Induk Mahasiswa : 109081000192
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 Mei 2013
Yang Menyatakan,
(Dicky Ageng P)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Dicky Ageng P
2. Tempat tanggal lahir : Depok , 21 Maret 1991
3. Alamat : Perumnas Klender Blok 63 / 3 no.14
RT 007 / 001 Durensawit , Jakarta Timur
4. Telepon : 089604416321
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 06 Jakarta Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 188 Jakarta Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 48 Jakarta Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Rudy Asbun
2. Ibu : Sri Lestari
3. Alamat : Perumnas Klender Blok 63 / 3 no.14
RT 007/001 Durensawit, Jakarta Timur
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
2009 :
Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Koordinator divisi Pubdekdok.
vii
2010:
BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff Departemen Seni dan
Budaya.
Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
Mentor
Kepanitiaan Management Expo.
2011:
BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah jakarta sebagai Koordinator divisi Acara.
BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah jakarta
sebagai Mentor
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 2009 : Seminar Training Motivasi "Gak Sekedar Ngampus"
2. 2009 : Visit Company "PT Indofood Sukses Makmur"
3. 2010 : Public Discussion "Membangun Brand Image Melalui
Public Relation dan Event
4. 2010 : Seminar Nasional “Insurance Goes to Campus”
5. 2010 : Seminar Investasi Emas
6. 2010 : Seminar Shell LiveWIRE Bright Ideas Workshop
7. 2012 : Seminar Islamic Economy Revivalism : Between Theory
and Practice
8. 2012 : Seminar Sosialisasi Hemat Energi
9. 2013 : Seminar Sekolah Pasar Modal Syariah
viii
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the effect of inflation rate, money
supply, exchange rate, and BI rate on Default Sukuk in PT Berlian Laju Tanker
during the period of 2007-2011. The analysis method used in this research is the
analysis of multiple regression with Ordinary Least Square. The result of this
research showed that simultaneously the variables inflation rate, money supply,
exchange rate and BI rate have significant impact on fee ijarah default sukuk.
While partially only the variable inflation rate and money supply have significant
impact on fee ijarah default sukuk. The result also showed that the value of
adjusted R square is 66,4 %.
Keywords: inflation rate, money supply, exchange rate, BI rate, fee ijarah default
sukuk
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, jumlah uang
beredar, kurs rupiah, dan BI rate terhadap terjadinya Default Sukuk yang
diterbitkan oleh PT Berlian Laju Tanker selama periode 2007-2011. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda . Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan variabel inflasi, jumlah uang beredar, kurs
rupiah, dan BI rate memiliki pengaruh signifikan terhadap fee ijarah default
sukuk. Sedangkan secara parsial hanya variabel inflasi dan jumlah uang beredar
yang memiliki pengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Hasil
penelitian juga menunjukkan memiliki nilai adjusted R square sebesar 66, 4 %.
Kata kunci : inflasi, jumlah uang beredar, kurs rupiah, BI rate, fee ijarah default
sukuk
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default
Sukuk PT Berlian Laju Tanker” dengan baik. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna
baik dalam proses maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan target
yang diharapkan.
Penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak
baik moral maupun materiil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi
terselesaikannya penulisan skripsi ini terutama kepada:
1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Kepada Mama Papa tercinta yang sangat berperan dalam mendidik
penulis, dengan penuh kesabaran dan pengertian dan tiada henti
memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil, semoga Allah
SWT selalu melindungi dan memberkahi dengan nikmat rohani dan
kesehatan jasmani.
3. Segenap keluarga, terutama Kak Bobby, Kak Dimas dan Mbak Dewi.
Serta Melina Ernomo, SE yang selalu menyemangati dan membantu
penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, Dr,. MA selaku Ketua Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
xi
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan
arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
7. Bapak Indo Yama Nasrudin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing Skripsi
II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu, waktu, serta solusi pada
setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa
perkuliahan.
9. Teman-teman Camar dan Pesona Kayangan (Irvan, Ismail, Rifki, Bianca,
Rizky, Arif) yang selalu kompak berkumpul.
10. Seluruh teman-teman Manajemen E terutama Sucayono, Fajar, Rian , Gita,
Ageng, Ami dan teman-teman Man E yang lain yang selalu kompak di
dalam kelas maupun luar kelas.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan konsentrasi Manajemen Keuangan
Angkatan 2009.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan Manajemen Angkatan 2009
serta atas doa, dukungan, kebersamaan, dan bantuan informasi selama ini.
13. Seluruh teman-teman di luar kampus UIN yang memberikan semangat
untuk penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah beberapa pihak yang mendukung skripsi ini, terima kasih
penulis ucapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 7 Mei 2013
Penulis
Dicky Ageng Prasetio
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
ABSTRACT . ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan Peneltian .................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
A. Landasan Teori ........... ................................................................ 10
1. Obligasi Syariah ................................................................... 10
a. Pengertian Obligasi Syariah .............................................. 10
b. Jenis - Jenis Obligasi Syariah .............................................14
2. Inflasi .................................................................................... 17
3. Kurs Valuta Asing ................................................................. 18
4. BI rate ................................................................................... 19
xiii
5. Jumlah Uang Beredar ........................................................... 20
6. Default Sukuk ....................................................................... 21
B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen ..................................................................................... 25
1.Inflasi dengan Sukuk ................................................................... 25
2.Jumlah Uang Beredar dengan Sukuk ......................................... 25
3.Kurs Rupiah dengan Sukuk ........................................................ 25
4.BI rate dengan Sukuk ................................................................. 26
C. Penelitian Terdahulu .................................................................. .27
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 30
E. Hipotesis .................. ................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 33
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 33
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 33
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 34
D. Metode Analisis Data ................................................................. 35
1. Analisis Regresi Berganda .................................................... 36
2. Uji t ....................................................................................... 37
3. Uji F ...................................................................................... 38
4. Koefisien Determinasi ........................................................... 39
5. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 40
a. Uji Normalitas ................................................................... 40
b. Uji Multikolinearitas ......................................................... 41
c. Uji Autokorelasi ................................................................ 41
d. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 42
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 43
1. Operasional Variabel Independen .......................................... 43
2. Operasional Variabel Dependen ............................................ 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 46
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ............................................. 46
1. Sejarah Berdirinya PT Berlian Laju Tanker ......................... 46
xiv
2. Skema Sukuk Ijarah PT BLTA ............................................. 49
3. Deskripsi Variabel Penelitian ............................................... 50
a. Fee ijarah default Sukuk ................................................... 50
b. Inflasi . ............................................................................. 51
c. Jumlah Uang Beredar ...................................................... 53
d. BI rate ............................................................................ 54
e. Kurs Rupiah .................................................................... 56
B. Pengujian dan Pembahasan ........................................................ 58
1. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 58
a. Uji Normalitas ................................................................... 58
b. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 61
c. Uji Multikolinieritas .......................................................... 62
d. Uji Autokorelasi ................................................................ 63
2. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... 64
3. Koefisien Determinasi ............................................................ 66
4. Pengujian Hipotesis ................................................................ 67
a. Uji F .................................................................................. 67
b. Uji t ................................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................ 74
B. Saran ........................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 77
LAMPIRAN ...................................................................................................... 80
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Jumlah Total Nilai dan Emisi Sukuk di Indonesia ............. 4
2.1 Karakteristik Umum Sukuk .............................................. 13
2.2 Perbandingan Obligasi dan Sukuk .................................... 14
2.3 Ringkasan Tinjauan Penelitian terdahulu......................... 27
4.1 Pembayaran Discount Rate (Ijroh) PT BLTA ................ 50
4.2 Data Inflasi ....................................................................... 52
4.3 Data Jumlah Uang Beredar .............................................. 53
4.4 Data BI rate ...................................................................... 55
4.5 Data Kurs ......................................................................... 57
4.6 Hasil Uji Normalitas ....................................................... 60
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................... 61
4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................... 62
4.9 Hasil Uji Autokorelasi...................................................... 63
5.0 Tabel Durbin Watson ...................................................... 64
5.1 Persamaan Regresi Linier Berganda ................................ 65
5.2 Hasil Adjusted R square ................................................... 66
5.3 Hasil Uji F ....................................................................... 68
5.4 Hasil uji t ......................................................................... 69
xvi
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Penerbitan Sukuk ............................................ 5
4.1 Perkembangan Inflasi .............................................................. 52
4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar ..................................... 54
4.3 Perkembangan BI rate ............................................................. 55
4.4 Perkembangan Kurs Rupiah .............................. ..................... 57
4.5 Normal P-P Plot.............................. ........................................ 59
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 31
4.1 Skema Sukuk Ijarah PT BLTA ............................................... 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp. Keterangan Halaman
1. Output Regresi Linier Berganda .................................................. 80
2. Output Uji Normalitas ................................................................ 80
3. Output Uji Multikolinieritas ....................................................... 81
4. Output Uji Autokorelasi ............................................................. 82
5. Output Uji Glejser ....................................................................... 83
6. Data Variabel Dependen dan Variabel Independen ................... 84
7. Lampiran Sukuk Ijarah BLTA 2007 ............................................ 85
8. Lampiran Sukuk Ijarah BLTA 2009 ............................................ 86
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama
Islam terbesar di dunia. Potensi ini seharusnya bisa menjadi pasar yang besar bagi
industri lembaga keuangan syariah yang pada akhirnya kalangan pengembang pasar
modal pun menyadari potensi penghimpun dana umat Islam yang cukup besar dan
perlu diinvestasikan ditempat yang benar. Hal ini dikarenakan keuangan yang bersifat
syariah menerapkan prinsip-prinsip yang adil dan melarang terhadap praktik yang
mengandung riba, gharar dan maysir sehingga lebih jelas kehalalannya bagi
penduduk muslim. Dalam rangka itu, Bapepam meluncurkan Pasar Modal Syariah
pada tanggal 14-15 Maret 2003 sekaligus melakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). DSN-MUI juga melakukan penandatanganan
Nota Kesepahaman dengan PT Danareksa Investment Management yang selanjutnya
membentuk Jakarta Islamic Index (JII) untuk kepentingan investasi syariah
(Bapepam, 2003:3) .
Di era globalisasi ini, pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak
berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga
ada tawar menawar harga. Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif bagi
para investor yang ingin menanamkan modalnya agar memperoleh keuntungan serta
2
menjadi sarana bagi pihak yang memiliki kelebihan dana untuk melakukan investasi
dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Menurut Rodoni (2009:62) Pasar
modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua
produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum
muamalat islam.
Menurut Sutedi (2009:126) sesuai dengan perkembangan kebutuhan akan
produk investasi yang memberikan kepastian hukum, kehadiran investasi syariah
sangat ditunggu oleh banyak investor di Indonesia. Selama ini investasi pada pasar
modal (konvensional) adalah obligasi yang dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai
surat berharga jangka panjang. Obligasi ini bersifat utang dengan memberikan tingkat
bunga (kupon) kepada investor (pemegang obligasi) pada waktu tertentu, serta
melunasi utang pokok pada saat jatuh tempo. Bentuk investasi ini dirasakan belum
mampu memenuhi kebutuhan sebagian investor di Indonesia. Atas dasar itu, praktisi
pasar modal di Indonesia berkeinginan kuat untuk meluncurkan produk investasi
obligasi berdasarkan konsep syariah.
Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah
saja, tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat digunakan siapa pun,
sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada
seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam
obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberi keuntungan kompetitif, sesuai
3
profil resikonya, dan juga likuid. Sementara obligasi konvensional, investor base-nya
justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di dalamnya
sehingga menyebabkan obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional.
Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-
instrumen yang punya komponen bunga (interest bearing instrument) ini keluar dari
daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan sukuk
(Soemitra, 2009:141). Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:135) fenomena
bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan Islam tahun-tahun
belakangan ini ditunjukkan dengan munculnya dan tumbuhnya bentuk sekuritisasi
Islam (sukuk), yang memiliki kemampuan besar untuk menawarkan solusi keuangan
yang inovatif, sehingga penggunaan sukuk atau sekuritas Islam menjadi terkenal
dalam beberapa tahun terakhir ini, baik government sukuk maupun corporate sukuk.
Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan
global. Perkembangan sukuk di dunia dimulai dengan penerbitan sovereign
sukuk, namun pada tahun-tahun berikutnya sukuk korporasi (corporate sukuk) lebih
mendominasi. Data Standard & Poor’s Reports (2008) menunjukkan bahwa pada
tahun 2003, sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar
42% dan sukuk yang diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%. Namun pada
tahun 2007, justru sukuk korporasi yang mendominasi pasar sukuk global, yaitu
sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%. Umumnya,
penerbitan sukuk korporasi ditujukan untuk ekspansi usaha, terutama oleh
4
perusahaan-perusahaan besar dari negara-negara Timur Tengah dan Asia Tenggara
seperti Malaysia dan Indonesia. (Bapepam, 2003:7)
Di Indonesia, PT. Indosat Tbk adalah perusahaan yang menerbitkan sukuk
korporasi yang pertama di pasar modal Indonesia dengan tingkat imbal hasil 16,75%,
imbal hasil ini cukup tinggi dibanding rata-rata return obligasi konvensional. Pada
akhir tahun 2008, sedikitnya telah ada 23 perusahaan yang telah menerbitkan obligasi
syariah di Indonesia. Emiten penerbit obligasi syariah tersebut berasal dari beragam
jenis usaha, mulai dari perusahaan telekomunikasi, perkebunan, transportasi, lembaga
keuangan, properti, sampai industri wisata. (Bapepam, 2003:8)
Adapun jumlah total nilai emisi sukuk dan sukuk yang beredar di Indonesia
tahun 2002-2013 :
Tabel 1.1
Jumlah Total Nilai dan Emisi Sukuk di Indonesia 2002-2013
Tahun Emisi Sukuk Sukuk Outstanding
Total Nilai Total Jumlah
(Rp miliar)
Total Nilai Total Jumlah
(Rp miliar)
2002 175.0 1 175.0 1 2003 740.0 6 740.0 6 2004 1,424.0 13 1,394.0 13 2005 2,009.0 16 1,979.4 16 2006 2,282.0 17 2,179.4 17 2007 3,174.0 21 3,029.4 20 2008 5,498.0 29 4,958.4 24 2009 7,015.0 43 5,621.4 30 2010 7,815.0 47 6,121.0 32 2011 7,915.4 48 5,876.0 31 2012 9,790.4 54 6,883.0 32 2013 Jan 9,790.4 54 6,883.0 32
Sumber : Statistik Pasar Modal Syariah
5
Fakta pesatnya pertumbuhan ekonomi syariah ini tentu membawa dampak positif
bagi para pelaku ekonomi di Indonesia, tidak terkecuali pelaku ekonomi di pasar
keuangan. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) global, obligasi syariah (sukuk)
negara dan obligasi syariah (sukuk) korporasi menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pelaku pasar keuangan tersebut. Khusus untuk obligasi syariah (sukuk) perusahaan, ini
menjadi peluang dan alternatif yang bagus bagi perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan dananya. Pertumbuhan obligasi syariah (sukuk) perusahaan dari tahun ke
tahun juga memberikan sinyal bahwa instrument keuangan syariah ini bisa menjadi
penyokong kebutuhan pendanaan perusahaan untuk saat ini dan masa mendatang,
dimana perusahaan bisa menerbitkan obligasi syariah (sukuk) sebagai alternatif
pendanaannya selain menerbitkan saham yang selama ini sudah biasa dilakukan.
Adapun perkembangan sukuk sampai dengan kuartal pertama 2013 dapat
dilihat dari grafik berikut :
Grafik 1.1
Perkembangan Penerbitan Sukuk di Indonesia
Sumber : Statistik Pasar Modal Syariah
6
Di sisi lain, meski sukuk masih terus diminati pasar keuangan syariah yang
selama ini dipercaya kokoh dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap krisis
ekonomi, tapi dewasa ini mulai dipertanyakan keabsahannya. Paling tidak karena
tiga indikasi yang sekarang ini mulai tampak di luar negeri. Pertama, munculnya
penerbit sukuk yang gagal bayar. Kedua, menurunnya nilai aset perusahaan keuangan
syariah karena turunnya nilai pasar surat berharga yang dimilikinya. Ketiga, mulai
meningkatnya pembiayaan bermasalah.
Pengumuman default oleh Dubai World, semacam BUMN milik keemiratan
Dubai sempat mengguncang pasar dunia dan dikhawatirkan akan memperlambat
proses recovery ekonomi dunia pasca krisis keuangan di Amerika Serikat. Akibat
pengumuman gagal bayar itu memberikan gelombang shock di pasar global. Masalah
Dubai memicu naiknya risiko harga surat berharga dan menurunnya harga komoditas
termasuk melemahnya harga minyak. Sebagian skema pembiayaan Nakheel , salah
satu anak perusahaan Dubai World adalah berbentuk sukuk. Dimana nilai sukuk yang
ditunda pembayaran pokoknya sebesar USD 3,52 miliar dengan jatuh tempo pada 14
desember 2009, diusulkan ditunda hingga 30 mei 2010. Penundaan ini memberikan
dampak negatif bagi pemegang sukuk yang membutuhkan likuiditas. Kejadian ini
juga berdampak pada penurunan harga sukuk Nakheel hingga -31,11 persen. (Rama ,
2009:1)
Gagal bayar sukuk tentunya memberikan dampak negatif terhadap citra sistem
keuangan Islam yang tahan krisis dan tidak berbasiskan pada transaksi ribawi. Dan
gagal bayar sukuk Nakheel bukanlah yang pertama kali terjadi dalam sistem
7
pembiayaan keuangan Islam global. Invesment Dar, perusahaan investasi yang
berbasis di Kuwait, adalah perusahaan yang pertama kali gagal memenuhi
kewajibannya atas sukuk yang diterbitkannya sebesar 100 juta dolar AS. Serta ada
beberapa perusahaan di Malaysia yang juga mengalami default sukuk seperti Johor
Corporation, Ingress Sukuk Berhad, Tracoma Holdings Berhad dan Nam Fatt
Corporation Berhad. (Rama , 2009:2)
Untuk Indonesia, default sukuk pertama kali terjadi pada sukuk ijarah yang
diterbitkan pada tahun 2007 dan 2009 oleh PT Berlian Laju Tanker yang jatuh tempo
pada tahun 2012. PT Berlian Laju Tanker merupakan salah satu pelopor penerbit
sukuk ijarah bersama dengan PT Indosat sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
mengapa sukuk yang diterbitkan PT Berlian Laju Tanker mengalami default
sedangkan sukuk merupakan salah satu instrument keuangan islam yang stabil. Akan
tetapi, default sukuk dapat terjadi karena kesalahan dari struktur sukuk itu sendiri dan
default juga dapat terjadi karena dipengaruhi oleh variabel-variabel makro ekonomi
yang pada akhirnya peneliti memutuskan memilih variabel-variabel makro ekonomi
tersebut yaitu BI rate, Kurs , Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar. Dengan mengetahui
variabel-variabel yang mempengaruhi default sukuk tersebut maka dapat dilihat
seberapa besar faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan sukuk mengalami default.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik dengan melakukan
penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi Yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker"
8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas ,maka permasalahan-
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate, dan Kurs
terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?
2. Berapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh Inflasi, Jumlah Uang Beredar,
BI Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan tercapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI
Rate, dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA;
b. Untuk menganalisa besarnya pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, BI Rate,
dan Kurs terhadap fee ijarah default sukuk BLTA.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir dari penulis untuk memperoleh
derajat pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori ilmu pengetahuan yang didapat
selama masa perkuliahan.
9
c. Menambah wawasan dalam aplikasi ilmu yang telah diperoleh dalam masa
perkuliahan dan mengetahui gambaran umum mengenai pasar modal syariah
khususnya tentang sukuk dan aktivitas didalamnya serta keadaan ekonomi
makro yang terjadi di Indonesia.
d. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk sumber referensi dan bahan
masukan yang bermanfaat yang dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
penulis lain dalam kerangka pengembangan yang ingin menulis tentang obligasi
syariah (sukuk).
e. Bagi Pemerintah, Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan
khususnya dalam bidang moneter yang berkaitan dengan kebijakan yang
mempengaruhi perdagangan di pasar modal syariah khususnya sukuk-sukuk
yang diduga akan mengalami kondisi default.
f. Bagi Investor, Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam
pengambilan keputusan terkait memprediksi apakah sukuk yang diterbitkan
oleh Emiten akan mengalami default atau tidak.
g. Bagi Perusahaan, Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk
peningkatan kinerja sehingga dapat mengurangi resiko default dari sukuk yang
diterbitkan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Obligasi Syariah
a. Pengertian Obligasi Syariah
Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:87) Secara umum dapat
diartikan bahwa obligasi (konvensional) adalah surat utang jangka panjang
yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan waktu jatuh
tempo tertentu serta dengan tingkat bunga tetap (fixed). Akan tetapi, Obligasi
syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi
pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrument-instrument yang punya
komponen bunga (interest-bearing instrument) ini keluar dari daftar investasi
halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah
(sukuk). Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap
kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga
tidak memungkinkan untuk disyariahkan.
Menurut Rodoni (2009:107) Karakteristik dan istilah sukuk merupakan
pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan istilah bond, dimana
istilah bond mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan Islamic
maka sangat kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari
11
mekanisme hutang (loan) adalah interest (bunga), sedangkan dalam Islam
interest tersebut termasuk riba yang diharamkan. Untuk itu, sejak tahun 2007
istilah bond ditukar dengan istilah sukuk sebagaimana disebutkan dalam
peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan.
Merujuk kepada Fatwa DSN-MUI No.33/DSN-MUI/IX/2002, "Obligasi
syariah dapat didefinisikan sebagai suatu surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar
kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo."
Menurut Rodoni (2009:109) , Obligasi Syariah pada prinsipnya adalah
pendanaan jangka panjang yang berarti modal dari sukuk itu harus kembali
kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan.
Praktek sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan
kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang terlibat. Pada prinsipnya terdapat
tiga pelaku pokok dalam sistem sukuk, yaitu perusahaan yang memerlukan
dana, investor yang kelebihan dana menginginkan agar dananya produktif dan
pihak yang mengatur pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu mediator (Special
Purpose Vehicle/SPV) dan Lembaga Pasar Modal Syariah.
Menurut Nafik (2009:246) kata sukuk berasal dari bahasa Arab shukuk,
bentuk jamak dari kata shakk, yang dalam peristilahan ekonomi berarti legal
instrument, deed, atau check. Secara istilah didefinisikan sebagai surat
12
berharga yang berisi kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Sukuk secara umum dapat dipahami sebagai obligasi yang sesuai dengan
syariah. Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan
perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi
hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying
transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan
sukuk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur
secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar dan maysir.
Sedangkan menurut Huda dan Mustafa Edwin (2008:136) kata sukuk,
sakk dan sakaik berasal dari bahasa Arab yang jika ditelusuri dalam literatur
Islam sering digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim
pada abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah (menggambarkan
transfer/pengiriman uang) dan mudharabah (kegiatan bisnis persekutuan).
Akan tetapi sejumlah penulis barat mengenai perdagangan Islam abad
pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata sakk merupakan kata dari
suara latin cheque atau check yang biasanya digunakan pada perbankan
kontemporer .
Sukuk sebagai produk keuangan Islam sering disejajarkan dengan obligasi
(bond) walaupun memiliki karakteristik yang agak berbeda. Menurut Adam
(2006:63), sukuk memiliki sifat-sifat umum yang membuatnya memiliki
13
kualitas yang sama dengan produk keuangan konvensional lainnya, seperti
dalam tabel berikut:
Tabel 2.1.
Karakteristik umum sukuk
Dapat diperdagangkan (Tradable) Sukuk mewakili pihak pemilik aktual
dari asset yang jelas, manfaat asset,
atau kegiatan bisnis, dan dapat
diperdagangkan menurut harga pasar
(market price)
Dapat diperingkat (Rateable) Sukuk dapat diperingkat oleh Agen
Pemberi Peringkat, baik regional
maupun Internasional.
Dapat ditambah (Enhanceable) Sebagai tambahan terhadap asset yang
mewadahinya (underlying asset) atau
aktivitas bisnis, sukuk dapat dijamin
dengan jaminan (collateral) lain
berdasarkan prinsip syariah.
Fleksibilitas Hukum (Legal Flexibility) Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan
secara nasional dan global dengan
perlakuan pajak yang berbeda.
Dapat ditebus (Reedemable) Struktur pada sukuk memungkinkan
untuk dapat ditebus.
Sukuk sebagai alternatif obligasi konvesional, hendaknya dapat memenuhi
fungsi utama obligasi konvensional tersebut dalam rangka menyuntikan dana
likuid pada sektor swasta dan pemerintah, dan menyediakan pemasukan yang
stabil bagi investor. Disamping itu, sukuk juga diharapkan mempunyai daya
kompetitif terhadap obligasi konvensional, namun bagaimanapun obligasi
syariah berbeda dengan obligasi konvensional dan berikut adalah
perbandingan antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional.
14
Tabel 2.2.
Perbandingan Obligasi dan Sukuk
Obligasi
Konvensional
Obligasi Syariah
Mudharabah
Obligasi Syariah
Ijarah
Akad Tidak Ada Mudharabah (Bagi
Hasil)
Ijarah (Sewa)
Jenis Transaksi - Uncertainly Contract Certainly Contract
Sifat Surat Hutang Investasi Investasi
Harga
Penawaran
100% 100% 100%
Pokok Obligasi
saat jatuh tempo
100% 100% 100%
Kupon Bunga Pendapatan/Bagi Hasil Imbalan/fee
Return Float tetap Indikatif Berdasarkan
Pendapatan
Ditentukan
sebelumnya
Fatwa DSN Tidak Ada No.33/DSN-
MUI/IX/2002
No.41/DSN-
MUI/III/2004
Sumber : Pramono dan Aziz Setiawan (2008:8)
b. Jenis-jenis Obligasi Syariah
Menurut Rodoni (2009:116), Terdapat berbagai macam sukuk yang
diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya ;
1) Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemiliknya
dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk
disewakan, atau kepemilikan manfaat, dan atau kepemilikan jasa sesuai
jumlah efek yang dibeli dengan harapan mendapatkan keuntungan dari
hasil sewa yang berhasil direalisasikan berdasarkan transaksi ijarah.
Sedangkan akad ijarah sendiri bermakna akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
15
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang atau objek
ijarah itu sendiri. Di Indonesia , dasar yang digunakan dalam menerapkan
sukuk adalah Manafi Wa Hiya Anwa’ sedangkan yang umum di negara-
negara lain adalah Ijarah Mumtahiya Bit Tamlik.
Terkait dengan dasar yang digunakan tersebut, tujuan dari transaksi
Ijarah di Indonesia adalah melakukan transaksi lease atau sublease.
Sedangkan dasar yang digunakan di negara-negara lain bertujuan untuk
menjual aset (kepada SPV) kemudian melakukan lease atas asset tersebut
dengan memberikan opsi apakah pada akhir masa sukuk , asset underlying
ijarah beralih kepemilikannya.
2) Sukuk al-Musyarakah
Sukuk Musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk mudharabah,
namun berbeda dari segi hubungan antara investor dengan pengelola.
Obligasi syariah Musyarakah adalah obligasi syariah yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau
lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek
baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sedangkan
kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai proporsi modal masing-
masing pihak.
16
3) Sukuk Murabahah
Sukuk Murabahah adalah sukuk yang menggunakan akad murabahah
yaitu suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap hutang
yang berakibat dari pembiayaan murabahah. Sukuk murabahah termasuk
non-tradable sukuk yang artinya sukuk ini tidak dapat diperjual belikan
karena melambangkan hutang.
4) Sukuk Istisna'
Sukuk Istisna' adalah suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan
terhadap hutang yang diakibatkan dari pembiayaan istisna'. Sukuk Istisna'
melambangkan suatu jual beli dimana para pihak menyepakati jual beli
dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu
penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.
5) Sukuk Salam
Sukuk Salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama yang
diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan barang yang akan
diserahkan berdasarkan akad salam adalah milik dari pemegang sukuk
salam. Dalam sukuk salam, investor berharap bahwa komoditi salam akan
mengalami kenaikan harga pada saat tanggal jatuh tempo, yang akan
menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak dapat diperdagangkan
selama aset yang mendasarinya merupakan hutang. Hutang tersebut
17
hanya dapat diubah menjadi aset nyata pada saat jatuh tempo ketika
subjek salam diserahkan.
2. Inflasi
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau
kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada
gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang
diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Inflasi adalah suatu
variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan
suatu perusahaan. Namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para
pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair,
2007: 212)
Menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan
jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan
penawaran barang dipasar. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang
digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen adalah indeks
harga dan barang–barang yang selalu digunakan para konsumen. Terdapat
berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari inflasi adalah :
a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
b. Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produksi rendah.
18
c. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan
mendorong kenaikan tingkat harga umum.
d. Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai
kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan
tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan
inflasi akan terus berlanjut.
3. Kurs Valuta Asing
Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai nilai suatu mata uang terhadap
mata uang lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk
memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2006:397).
Menurut Paul Krugman dan Obstfeld (2000) dalam Sukirno (2006:398)
perubahan nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua yaitu depresiasi dan apresiasi.
Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang domestic terhadap mata uang asing,
sedangkan apresiasi adalah kenaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang
asing. Bila kondisi lain tetap (ceteris paribus), maka depresiasi mata uang suatu
negara membuat harga barang-barang negara tersebut lebih murah bagi pihak luar
negeri sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih mahal bagi pihak luar
negeri. Dan sebaliknya, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga
barang Negara tersebut menjadi mahal bagi pihak luar negeri sedangkan harga
barang luar negeri menjadi lebih murah bagi pihak dalam negeri. Dalam kaitan
19
dengan perubahan terhadap nilai tukar mata uang terhadap mata uang negara lain,
maka suatu negara dapat memilih beberapa jenis sistem nilai tukar antara lain :
a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)
Nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan berdasarkan nilai dari suatu
mata uang tertentu atau nilai dari kumpulan mata uang tertentu. Biasanya
yang dijadikan patokan adalah mata uang negara yang memiliki ekonomi
kuat.
b. Sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate)
Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar.
c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating exchange rate)
Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar tetapi
pemerintah memiliki hak untuk mengaturnya.
4. BI rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal
(stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga Bank
Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk
berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh
RDG bulanan dalam triwulan yang sama (http://www.bi.go.id) . Sedangkan
menurut Siamat (2005:139) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan
yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu
yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter.
20
M1 = C + D
BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan
Gubernur (RDG) triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Dalam
kondisi tertentu, BI rate dapat disesuaikan dalam RDG pada bulan-bulan yang
lain. Pada dasarnya perubahan BI rate menunjukkan penilaian Bank Indonesia
terhadap prakiraan Inflasi ke depan dibandingkan dengan sasaran Inflasi yang
ditetapkan. Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank
Indonesia tersebut melalui penguatan dan transparansi yang akan dilakukan, antara
lain dalam Laporan Kebijakan Moneter yang disampaikan secara triwulanan dan
press release bulanan. Operasi Moneter dengan BI rate dilakukan melalui lelang
mingguan dengan mekanisme variabel rate tender dan multiple price allotments.
Dengan demikian sinyal respon kebijakan moneter melalui BI Rate yang
ditetapkan oleh Bank indonesia akan diperkuat melalui berbagai transaksi
keuangan di pasar keuangan. (Siamat,2005:140)
5. Jumlah Uang Beredar
Pengertian uang beredar telah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu
pengertian yang terbatas dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang terbatas
uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang
dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahaan-perusahaan, dan badan-
badan usaha pemerintah (Sukirno, 2001:236). Pengertian yang terbatas ini selalu
disingkat dengan M1. Menurut Ocktaviana (2007:27), M1 dirumuskan sebagai
berikut :
21
M2 = M1 +TD
Keterangan :
M1 = Jumlah uang yang beredar dalam arti sempit
C = Uang kartal (uang kertas + uang logam)
D = Uang giral atau cek
Sedangkan dalam pengertian yang luas, uang beredar meliputi mata uang
dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito
berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik
(Sukirno, 2001:236). Pengertian yang luas ini uang beredar dinamakan juga
sebagai M2. Menurut Ocktaviana (2007:27), M2 dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka (time deposit)
6. Default sukuk
Almilia dan Kristijadi (2003) dalam Rodoni (2010:134) mendefinisikan
financial distress terjadi pada perusahaan yang dalam beberapa tahun mengalami
laba bersih operasi negatif dan selama lebih dari setahun tidak melakukan
pembayaran dividen. Kemudian Almilia (2004) mendefinisikan financial distress
sebagai perusahaan yang mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku
ekuitas negatif berturut-turut.
22
Menurut Puspita (2001) dalam Almilia (2003:7) , Kondisi makro ekonomi
adalah salah satu indikator untuk melihat krisis keuangan perusahaan selain dilihat
dari rasio keuangan. Faktor makro seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
inflasi, money supply, dan BI rate merupakan variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap terjadinya financial distress. Ross (2005) dalam Rodoni
(2010:182), mengungkapkan bahwa ketidakpastian kondisi ekonomi makro
merupakan contoh dari risiko sistematis yang mempengaruhi sejumlah besar aset
perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi semua sekuritas berbagai tingkat.
Kepekaan perusahaan terhadap tekanan kondisi ekonomi makro merupakan inti
dari resiko sistematis. Berikut adalah beberapa faktor makro ekonomi terkait
dengan financial distress ,yaitu Inflasi, Kurs , Indeks Harga Saham Gabungan ,
Tingkat Suku Bunga / BI rate, GDP, dan Money Supply / Jumlah Uang Beredar.
Dalam hal ini default sukuk termasuk bagian dalam financial distress karena
default adalah kegagalan/wanprestasi dalam pembayaran hutang. Gagal bayar
(default) dapat dideskripsikan sebagai suatu keadaan dimana emiten selaku debitur
yang telah melakukan ingkar janji (wanprestasi) terhadap kewajibannya untuk
membayar pokok pinjaman dan atau bunga obligasi pada saat jatuh tempo
(maturity date) kepada pemegang obligasi selaku kreditur. Gagal bayar sukuk
tentu dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah struktur sukuk itu sendiri
serta variabel-variabel makro dan mikro ekonomi. (Bapepam, 2003:16).
Samsul (2006:200) menyatakan faktor makro merupakan faktor yang berada
di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan
23
kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makro
ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan antara
lain:
1. Tingkat bunga umum domestik.
2. Tingkat Inflasi.
3. Peraturan perpajakan.
4. Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu.
5. Kurs valuta asing.
6. Peredaran uang atau jumlah uang beredar.
7. Tingkat bunga pinjaman luar negeri.
8. Kondisi perekonomian Internasional.
Sriyana (2009:5) menjelaskan bahwa resiko sukuk dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, yaitu risiko pasar (market risk), risiko operasional (operational
risk) dan risiko ketentuan syariah (shariah compliance risk). Market risk terdiri
dari risiko suku bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dan resiko nilai
tukar (foreign exchange rate risk) dapat di jelaskan berikut :
a. Resiko tingkat bunga (interest rate risk atau rate of return risk) dalam hal ini
sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate menanggung
akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga
menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.
b. Resiko nilai tukar (foreign exchange rate) dapat dijelaskan bahwa sertifikat
sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga naik turunnya
24
nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap
investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap
dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada
investor.
c. Resiko operasional sukuk (operational risk) terdiri dari resiko pembayaran
kupon (coupon payment risk), resiko pelunasan asset (asset redemption risk),
resiko SPV (SPV specific risk), resiko investor (investor specific risks), resiko
berhubungan dengan aset (risk related to the asset).
d. Keterbatasan barang milik negara atau perusahaan yang dapat dijadikan
underlying asset. Sukuk merupakan sertifikat pembiayaan yang didasarkan
atas jaminan aset riil yang besarnya didasarkan atas aset yang marketable di
pasar keuangan global. Semakin banyak aset yang sesuai dengan standar yang
ditentukan semakin besar bagi negara untuk mendapatkan pembiayaan dari
investor internasional. Ini menunjukkan bahwa besarnya dana yang diperoleh
di dasarkan besar aset yang kita miliki sehingga perlu juga kita memperbaiki
sarana dan prasarana yang mendukung bagi persediaan aset yang layak jual.
25
B. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Inflasi dengan Sukuk
Menurut Raharjo (2004:53) kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi
yang rendah mengakibatkan tingkat daya beli terhadap produk investasi juga
sangat bagus, sehingga akan timbul dampak positif terhadap perdagangan dan
investasi pada obligasi. Akan tetapi inflasi tidak mempengaruhi obligasi syariah,
hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa inflasi berbanding terbalik dengan
obligasi syariah, ketika inflasi naik maka obligasi syariah turun, begitu juga
sebaliknya, ketika inflasi turun harga obligasi syariah justru naik.
2. Jumlah Uang Beredar dengan Sukuk
Dengan semakin meningkatnya jumlah uang beredar, masyarakat cenderung
menggunakan uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga seperti saham
atau obligasi. Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap suatu indeks
dikarenakan ketika bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia meningkatkan
penawaran uang dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat dan
perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang tinggi sehingga menyebabkan
harga obligasi syariah mengalami peningkatan. (Nugroho, 2008:52)
3. Kurs Rupiah dengan Sukuk
Menurut Rodoni (2010 : 186) Globalisasi mendorong investasi lintas negara
disamping untuk tujuan diversifikasi. Oleh karena itu, risiko nilai tukar mata uang
merupakan faktor ketidakpastian yang dihadap investor apabila melakukan
26
investasi di pasar global. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang yang
bersangkutan , dengan demikian investor harus mempertimbangkan pula premi
risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mempunyai
hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi return suatu perusahaan.
Dan return tersebut mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan , maka
dapat diasumsikan bahwa sensitifitas perusahaan terhadap nilai tukar
mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan.
Selain itu, sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga naik
turunnya nilai rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran terhadap
investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai rupiah terhadap dolar
menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar kepada investor.
4. BI rate dengan Sukuk
Menurut Rahardjo (2004:50) nilai harga suatu obligasi ditentukan oleh nilai
tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu faktor penentu apakah harga
obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang diberikan kepada
investor obligasi. Apabila tingkat suku bunga di pasar menurun maka
investor cenderung membeli obligasi yang kuponnya lebih tinggi dibanding
deposito sehingga harga obligasi cenderung naik. Begitu juga sebaliknya jika
suatu suku bunga lebih kecil dari pada tingkat kupon yang diberikan suatu
obligasi maka orang akan cenderung menanamkan uangnya dipasar modal
khususnya obligasi.
27
Dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas fixed rate
menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga
menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh investor.
C. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk
melihat hubungan antara informasi dengan kondisi financial distress berupa default
sukuk dan dengan hasil yang berbeda-beda. Berikut adalah ringkasan tinjauan
penelitian terdahulu :
Tabel.2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Luciana Spica
Almilia
2003 "Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Kondisi Financial
Distress Suatu
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta"
Logistic
Regression
Penelitian ini menunjukkan
bahwa rasio relatif industri
memiliki daya klasifikasi
yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio
keuangan yang tidak
disesuaikan berdasarkan
industrinya. Selain itu dalam
penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa
variabel makro ekonomi
(IHSG, Indeks Harga
Konsumen Umum, Money
Supply dan tingkat bunga
SBI) merupakan variabel
yang signifikan dalam
penentuan kondisi financial
distress suatu perusahaan.
28
No Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
2 A.H Manurung 2008 "Analisis Probabilitas
Default Perusahaan"
Regresi Panel Penelitian ini menggunakan
Merton Model untuk
memprediksi probabilitas
default perusahaan yang
terdaftar dalam LQ-45 di
Indonesia. Hasilnya
menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki
likuiditas saham yang tinggi
juga memiliki kesempatan
untuk default. Perusahaan di
sektor keuangan memiliki
probabilitas standar tinggi
daripada sektor lainnya.
3 Roikhan
Mochamad
Aziz
2008 “Analisis Pemodelan
Pengembangan Sukuk
Indonesia dan Malaysia
Dengan Metode System
Dynamics”
System
Dynamics
Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa Sukuk
Indonesia lebih tinggi
daripada Sukuk Malaysia di
tahun 2015, walaupun Sukuk
Indonesia baru berkembang
tahun 2002 lebih lambat 12
tahun dibandingkan
Malaysia.
4 Yiping Qu 2008 " Macro Economic
Factors and Probability
of Default"
Regresi Panel Penelitian ini menemukan
bahwa beberapa hasil yang
telah ditemukan. Di Swedia,
ada perubahan dalam faktor-
faktor makro seperti
Industrial Production,
Tingkat Penyebaran Bunga,
Nilai Tukar, dan Harga
Saham mempengaruhi
Probabilitas Default.
Namun, hasil ini tidak dapat
digunakan untuk
menggeneralisasi kasus
negara-negara lain, karena
dampak ini bervariasi untuk
tiap negara.
Lanjutan Tabel 2.3.
29
No Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
5 Mustika Rini 2010 Obligasi Syariah
(Sukuk) dan Indikator
Makroekonomi
Indonesia : Sebuah
Analisis Vector Error
Correction Models
(VECM)
Vector Error
Correction
Models
(VECM)
Penerbitan sukuk di
Indonesia dipengaruhi oleh
indikator makroekonomi,
yaitu pertumbuhan ekonomi
dan JUB dengan hubungan
yang positif, serta
pengangguran terbuka dan
inflasi dengan hubungan
yang negatif. Selain itu
penerbitan sukuk dalam
jangka panjang juga
dipengaruhi oleh bonus
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
6 Hafizi Ab
Majid ,
Shahida
Shahimi ,
Mohd
Hafizuddin
Syah Bangaan
Abdullah
2011 “Sukuk Defaults and Its
Implication: A Case
Study of Malaysian
Capital Market”
Metode
Kualitatif
Hasil penelitiannya adalah
meskipun permintaan sukuk
di Malaysia sangat tinggi
tetapi di Malaysia juga telah
mencatat beberapa kasus
default sukuk seperti Johor
Corporation, Ingress Sukuk
Berhad, Tracoma Holdings
Berhad dan Nam Fatt
Corporation Berhad.
7 Nurul Aini
Muhammed
dan Rafisah
Mat Radzi
2011 Implication Of Sukuk
Structuring : The
Comparison On The
Structure Of Asset
Based And Asset
Backed Ijarah Sukuk
Metode
Kualitatif
Hasil penelitian nya adalah
pemilihan struktur sukuk
sangat penting untuk proses
penerbitan sukuk karena
memiliki implikasi yang
berbeda bagi investor,
terutama dalam hal
terjadinya default. Akan
tetapi meskipun banyak
terjadi default sukuk di
Malaysia dan Timur Tengah,
tetapi prospek pasar sukuk
masih menunjukan tren
positif.
Lanjutan Tabel 2.3.
30
No Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
8 Misnen
Ardiansyah ,
Ibnu Qizam ,
Razaliharon ,
dan Abdul
Qoyum
2012
Predicting Sukuk
Default Probability And
Its Relationship With
Systematic and
Unsystematic Risks : A
Case Study Of Sukuk
Indonesia
Regresi Panel Hasil penelitiannya adalah
probabilitas default dengan
Merton Model menunjukkan
bahwa ada dua perusahaan
yang mengeluarkan sukuk
dengan risiko yang sangat
tinggi standar, yaitu, PT
Berlian Laju Tanker dengan
probabilitas standar rata-rata
74,456% dan PT
Pembangkit Listrik Negara
yang memiliki risiko default
dengan 61,339%. Variabel
sistematis dan tidak
sistematis mampu
menjelaskan sukuk default.
Jumlah uang beredar dan
nilai tukar adalah dua
variabel sistematis yang bisa
menjelaskan sukuk default.
Selain itu, variabel tidak
sistematis menunjukkan
bahwa rasio solvabilitas
(debt to equity ratio) dan
rasio profitabilitas (Return
on Asset) memiliki implikasi
yang signifikan pada
probabilitas default sukuk.
D. Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2009:91), Kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi. Kerangka berpikir adalah hasil pemikiran peneliti berdasarkan
teori/konsep yang ada tentang variabel yang diteliti dan dirumuskan dari masalah
Lanjutan Tabel 2.3.
31
penelitian. Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Uji Model Regresi
Uji Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik
Variabel Independen :
Inflasi
Jumlah Uang Beredar
Kurs
Suku bunga (BI Rate)
Sukuk Ijarah PT Berlian Laju Tanker
Variabel Dependen :
Fee ijarah default sukuk
32
E. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Ho1 = Tidak terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha1 = Terdapat pengaruh inflasi terhadap fee ijarah default sukuk.
2. Ho2 = Tidak terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah
default sukuk.
Ha2 = Terdapat pengaruh jumlah uang beredar terhadap fee ijarah default
sukuk.
3. Ho3 = Tidak terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha3 = Terdapat pengaruh BI rate terhadap fee ijarah default sukuk.
4. Ho4 = Tidak terdapat pengaruh kurs terhadap fee ijarah default sukuk.
Ha4 = Terdapat pengaruh kurs terhadap fee ijarah default sukuk
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas data-data yang didapat melalui studi kepustakaan
dan data dari internet (data sekunder) dimana ruang lingkup penelitian ini adalah PT
Berlian Laju Tanker periode 2007-2012.
Dari sumber diatas maka yang menjadi variabel dependen (terikat) adalah fee
ijarah sukuk default dan variabel independen (bebas) nya adalah Inflasi, Jumlah Uang
Beredar , BI rate dan Kurs . Keempat variabel makro diatas, dijadikan peneliti
sebagai variabel independen dikarenakan hal ini mudah dimengerti karena indikator
tersebut merupakan indikator yang sering diuji pada penelitian sebelum ini dan
digunakan sebagai acuan dalam berinvestasi termasuk berinvestasi pada instrumen
investasi obligasi syariah (sukuk) yang menjadi salah satu alternatif dari sedemikian
banyak alternatif instrumen investasi yang didominasi oleh instrumen keuangan.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan fee ijarah (discount rate) sukuk ijarah PT BLTA
selama periode 2007-2012 yang pada akhirnya pada tahun 2012 sukuk PT BLTA
dinyatakan default. Dari populasi tersebut selanjutnya diambil beberapa sampel yang
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi ,
34
sehingga sampel harus mewakili populasinya. Metode yang digunakan adalah
judgement sampling. Judgement sampling adalah salah satu jenis purposive sampling
selain quota sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian
terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang digunakan dengan maksud
penelitian (Kuncoro, 2009:118).
C. Metode Pengumpulan Data
Agar memperoleh hasil penelitian yang diharapkan , maka diperlukan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan data
sekunder (internet research).
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara
mengumpulkan pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara membaca dan
mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, serta literatur keterangan-
keterangan dari sumber lain yang mempunyai hubungan dengan permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder (Internet Research)
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengumpulakan
dokumen atau laporan yang bersumber dari perusahaan atau pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian. Selain melalui studi kepustakaan (Library
Research), Internet Research juga digunakan dalam penelitian ini yang dimana
35
berguna untuk mempermudah dalam mengumpulkan data melalui website-
website tertentu. Dalam penelitian ini sumbernya adalah (www.bps.co.id) ,
(www.bi.go.id) , dan (www.idx.co.id) .
D. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda atau model regresi majemuk
merupakan suatu model regresi yang terdiri atas lebih dari satu variabel independen.
Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator). Berikut adalah hasil estimasi yang bersifat BLUE (Ajija dkk., 2011:34) :
1. Efisien, artinya hasil nilai estimasi memiliki varian yang minimum dan tidak bias.
2. Tidak bias, artinya hasil nilai estimasi sesuai dengan nilai parameter.
3. Konsisten, artinya jika ukuran sampel ditambah tanpa batas, maka hasil nilai
estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. Jika asumsi
normalitas terpenuhi, di mana eror terdistribusi secara normal dengan rata-rata
sama dengan nol dan standar deviasi konstan.
4. Koefisien regresi akan memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas sangat
penting untuk penyederhanaan dalam melakukan pendugaan interval dan
pengujian hipotesis secara statistik.
Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien determinasi ,
koefisies regresi simultan (Uji F), dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t).
Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 18. Penelitian ini
36
harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, autokorelasi,
multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini metode-metode yang
digunakan adalah:
a. Uji Statistik
1) Metode Analisis Linier Berganda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi Linier
Berganda, yang digunakan untuk penelitian yang variabel X nya lebih dari
satu. Uji Regresi Linier Berganda ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh
BI rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Kurs Terhadap Fee Ijarah Default
Sukuk.
Rumus Regresi Linier Berganda adalah :
Keterangan :
Y : Variabel Dependen (Fee Ijarah Default Sukuk)
α : Konstanta
Inf : Variabel Independen 1 (Inflasi)
JUB : Variabel Independen 2 (Jumlah Uang Beredar)
Kurs : Variabel Independen 3 (Kurs)
BIrate : Variabel Independen 4 (BI rate)
b(1,2,3,4,) : Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e : Error term
37
2) Uji Parsial/ Signifikan Parameter Individual (Uji t)
Menurut Ghozali (2011:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
Rumus Uji t:
√
Keterangan:
t : Koefisien thitung
n : Jumlah sampel
r : Standar deviasi
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika tingkat signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.
Jika tingkat signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
38
3) Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98).
Rumus Uji F:
( )
( ) ( )
Keterangan:
F : Koefisien Fhitung
R2 : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel penjelas
n : Jumlah observasi
Adapun hipotesisnya sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan.
Ha = ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Fhitung> Ftabel : H0 ditolak Ha diterima
Fhitung< Ftabel : H0 diterima Ha ditolak
39
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Ghozali (2011:97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R2)
pada
intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Namun R2 ini memiliki kelemahan
yaitu Ŷ atau Y prediksi dengan nilai Y yang diobservasi. Apabila digunakan
untuk memperkirakan data yang tidak (atau belum) ada di dalam observasi,
belum tentu cocok. Dan nilai R2
tidak berkurang nilainya apabila variabel
independen ditambahkan lagi kedalam persamaan (Winarno, 2009:420).
Dan menurut Suliyanto (2011:59), untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R
Square (R2
adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan
ukuran sampel yang digunakan. Hasil nilai adjusted R square dari regresi
digunakan untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang dipengaruhi
oleh variabel-variabel independennya.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat
melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini lebih dari satu.
Rumus koefisien determinasi adalah:
( ∑ ) ( ∑ ) ( ∑ )
∑
40
Keterangan :
R2
: Koefisien determinasi
β : Koefisien variabel independen
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Seperti uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. (Ghozali, 2011: 160).
Model regresi yang baik adalah memnpunyai distribusi data normal
atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan Normal P-P Plot
dan Uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan
Asympotic Significance dengan α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan
adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asympotic
Significance-nya > 0,05.
41
2) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2011:105) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam sebuah model
regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat
nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model
regresi yang bebas multikolinearitas adalah data yang mempunyai nilai VIF
(Variance Inflation Factor) < 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE >
0,1 .
3) Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Uji autokorelasi yang biasa digunakan adalah uji Durbin
Watson (DW test). Uji Durbin-Watson (DW test) merupakan salah satu uji
yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam
42
suatu model regresi. Cara mudah untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:
∑ * ( )+
∑
Pengambilan keputusan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi dapat
dilakukan sebagai berikut:
1) Bila nilai DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai DW diantara -2 sampai +2 tidak ada autokorelasi.
3) Bila nilai DW dibawah -2 berarti ada autokorelasi negatif.
Selain durbin-watson, dapat juga digunakan metode lain untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi salah satunya adalah metode Run
test. Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat korelasi, maka dapat dikatakan
bahwa residual terjadi secara random atau acak.
4) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk menguji varians dalam model
regresi. Menurut Agung Nugroho (2005:62), heterokedastisitas menguji
terjadinya perbedaan variance residual suatu periode ke pengamatan
lainnya. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu
model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot tersebut dimana titik
43
menyebar dan membentuk pola atau tidak. Metode statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen lainnya
yang apabila nilai sig diatas 0,05 maka tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas
E. Operasional Variabel-variabel Penelitian
1. Operasional Variabel Independen Penelitian
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,
2009:59). Untuk memudahkan penelitian dan menghindari kesalahan persepsi dari
masing-masing variabel penelitian, maka variabel bebas (X) dari penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. BI rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan
sinyal (stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku
bunga Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur)
triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali
ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama . Data
variabel ini menggunakan data BI rate per kuartal yang dinyatakan dalam
persentase dan diambil dari www.bi.go.id .
44
b. Inflasi
Inflasi berarti kenaikan harga umum barang/komoditas dan jasa dalam
periode waktu tertentu. Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi dari
Badan Pusat Statistik berdasarkan laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen)
dengan skala kuartal yaitu periode 2007-2012.
c. Jumlah Uang Beredar (Money Supply)
Jumlah uang yang beredar dalam artian luas atau broad money (M2)
adalah penjumlahan dari M1 (uang kartal dan logam ditambah simpanan
dalam bentuk rekening koran atau demand deposit) yang memasukkan
deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta
maupun domestik sebagai bagian dari penyediaan uang atau uang kuasi (quasi
money). Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan triliun rupiah. Data
jumlah uang beredar diambil dari www.bi.go.id pada laporan tahunan statistik
ekonomi dan keuangan Indonesia. Pengukuran yang digunakan adalah data
dalam skala kuartal yaitu periode 2007-2012.
d. Kurs Rupiah terhadap US Dollar
Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari
www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah nilai kurs tengah akhir bulan
selama periode amatan antara tahun 2009-2012. Pengukuran dinyatakan
dalam satuan rupiah. Dengan Pengukuran sebagai berikut :
45
2. Operasional Variabel Dependen Penelitian
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:59). Variabel terikat
(Y) dalam penelitian ini adalah fee ijarah default sukuk yaitu fee ijarah sukuk yang
gagal dibayarkan oleh PT BLTA pada tahun 2012. Data variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah discount rate (fee ijarah) sukuk ijarah yang
dibayarkan PT BLTA selama periode kuartal III tahun 2007 sampai dengan kuartal I
tahun 2012 yang pada akhirnya pada kuartal kedua dan kuartal selanjutnya tahun
2012 sukuk PT BLTA dinyatakan default.
Kurs Tengah = Kurs Jual + Kurs Beli
2
46
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya PT. Berlian Laju Tanker
PT. Berlian Laju Tanker Tbk didirikan berdasarkan akta
No. 60 tanggal 12 Maret 1981 dengan nama PT. Bhaita Laju Tanker, yang
kemudian dengan akta No. 4 tanggal 5 September 1988 di ubah namanya
menjadi PT Berlian Laju Tanker. PT Berlian Laju Tanker adalah perusahaan
yang bergerak di bidang transportasi. Perusahaan ini bahkan disebut-sebut
sebagai a leading tanker operator in the world. Saat pertama didirikan BLTA
berfungsi sebagai penyalur domestik tanker minyak Pertamina, lalu BLTA
berkembang ke tanker untuk bahan-bahan kimia dan gas. BLTA tidak bergantung
pada Pertamina, tapi menjadi pilihan perusahaan minyak dan kimia terkemuka
dunia, seperti Exxon, Shell, BASF, SABIC dan Dow Chemical.
Pada tahun 1990, BLTA menjadi perusahaan pelayaran Indonesia pertama
yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. BLTA memiliki jaringan
internasional yang kuat, baik dalam wilayah pengoperasian, maupun penjualan
dan pemasaran. BLTA memperluas jaringan hampir di seluruh dunia dengan
pendirian anak perusahaan, antara lain : GBLT UK Shipmanagement (UK) di
Glasgow, GBLT Shipmanagement Pte Ltd di Singapore, dan Gold Bridge
Shipping Ltd di Hongkong. BLTA juga membuka cabang di Bangkok, Shanghai,
47
Beijing, Mumbai, Dubai, Westport, dan Sao Paolo. Kunci sukses BLTA, terletak
pada reputasi yang bagus dalam keamanan , keterjangkauan dan ketersediaan
armada tanker, serta dalam hal harga.
Perusahaan memiliki 100% saham Indigo Pacific International Corporation,
Diamond Pacific International Corporation dan Asean Maritime Corporation
(ketiganya berkedudukan di luar negeri dan bergerak dalam bidang investasi).
Perusahaan juga memiliki PT Banyu Laju Shiping, PT Brotojoyo Maritime dan
PT Buana Listya Tama yang bergerak dalam bidang agen perkapalan. BLTA
berkedudukan di Jakarta, mempunyai dua kantor cabang di Merak dan Dumai.
Kantor pusat beralamat di Wisma Bina Surya Group (BSG) Lt.10 Jl. Abdul
Muis No. 40 , Jakarta.
Sebelumnya , BLTA telah menerbitkan sukuk mudharabah pada tahun 2003
dengan margin bagi hasil 25% dan berhasil menarik banyak investor. Sehingga
pada perkembangan selanjutnya , BLTA membutuhkan dana yang lebih besar
untuk pengembangan usaha yang kemudian BLTA menerbitkan sukuk ijarah
pada tahun 2007 dengan kapal tanker milik BLTA sebagai underlying asset nya.
BLTA menerbitkan sertifikat sukuk ijarah tersebut dan memperoleh dana dari
investor dengan mentransfer manfaat kapal tanker kepada investor. Investor
memberikan kepercayaan kepada BLTA untuk menyewakan kapal tersebut
kepada pihak ketiga. Dari transaksi tersebut, BLTA memperoleh uang sewa
secara berkala, dan mendistribusikan kepada investor sebagai fee ijarah .
48
PT BLTA menerbitkan sukuk ijarah selama dua tahap yaitu pada tahun 2007
dan 2009 yang keduanya jatuh tempo pada tahun 2012. Sukuk BLTA I
diterbitkan tahun 2007 sebesar Rp 200 milyar dengan tenor 5 tahun dan jatuh
tempo pada tanggal 5 Juli 2012, dengan objek ijarah berupa kapal tanker.
Pembayaran cicilan dan fee ijarah sebesar Rp 5.150.000.000,- per kuartal
(3bulan) dengan discount rate sebesar 10,3% . Rating PEFINDO (PT
Pemeringkat Efek Indonesia) pada saat sukuk ijarah diterbitkan adalah id AA-
(sy).
Sukuk BLTA II diterbitkan pada tahun 2009 dan dibagi menjadi dua seri
yaitu seri A dengan nilai sebesar Rp 45 milyar dan seri B dengan nilai sebesar Rp
55 milyar. Berjangka waktu 3 tahun dan jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 2012 ,
dengan objek ijarah berupa kapal tanker. Discount rate untuk seri A adalah
15,5% dan discount rate untuk seri B adalah 16,25%. Pembayaran cicilan dan
fee ijarah dibayarkan per triwulan (3bulan).
Pada perkembangan selanjutnya , PT Berlian Laju Tanker menunda
pelunasan pokok dan pembayaran fee Ijarah ke-20 Sukuk Ijarah BLTA I tahun
2007 serta Sukuk Ijarah BLTA II tahun 2009 seri A dan seri B pada kuartal
kedua tahun 2012 yang seharusnya menjadi tanggal jatuh tempo ketiga sukuk
tersebut. Dan pada juli 2012, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
menurunkan peringkat sukuk ijarah milik PT Berlian Laju Tanker dari idCCC
menjadi idD atau default yang dikarenakan ketidakmampuan BLTA membayar
pokok pinjaman beserta fee ijarah.
49
2. Skema Sukuk Ijarah PT Berlian Laju Tanker
PT Berlian Laju Tanker (BLTA) menerbitkan sukuk ijarah untuk
memperoleh dana dari investor dengan mentransfer manfaat kapal tanker sebagai
underlying asset nya kepada investor. Kemudian PT BLTA membantu investor
untuk mencari end customer yang berminat untuk menyewa kapal tanker PT
BLTA tersebut. Dari transaksi dengan end customer tersebut, PT BLTA
memperoleh fee sewa secara berkala yang diteruskan kepada investor sebagai fee
ijarah (discount rate). Pada skema ini tidak digunakan SPV karena konsep SPV
tidak dikenal dalam rezim hukum di Indonesia. (Siskawati , 2010:6) . Berikut
adalah skema sukuk ijarah PT Berlian Laju Tanker (BLTA) :
Gambar 4.1
Skema Sukuk Ijarah PT BLTA
e a
f d
g c b
Keterangan :
a. PT BLTA (Originator) menerbitkan Sukuk Ijarah
b. Investor membeli Sertifikat Sukuk Ijarah
c. Investor menyetorkan dana
d. Dana atas pembelian kapal tanker oleh investor diserahkan kepada PT BLTA
Pihak Penyewa Tanker
(end customer) Originator
Sertifikat
Sukuk
Investor
50
e. Investor memberikan amanah kepada originator untuk mengelola penyewaan
kapal tanker kepada pihak ketiga
f. Originator menerima fee dari penyewaan kapal tanker
g. Originator mendistribusikan fee sewa atas kapal tanker dalam bentuk fee
ijarah (discount rate) secara periodik kepada investor
3. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Fee Ijarah Default Sukuk
Pada penelitian ini, yang dijadikan variabel dependen adalah fee ijarah
default sukuk. Default Sukuk dapat dideskripsikan sebagai suatu keadaan
dimana emiten selaku debitur yang telah melakukan ingkar janji (wanprestasi)
terhadap kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman dan atau discount
rate (fee ijarah) pada saat jatuh tempo kepada investor. PT BLTA dinyatakan
default setelah tidak mampu membayar discount rate (fee ijarah) dan pokok
pinjaman para investor pada tahun 2012. Sebelumnya , PT BLTA tetap teratur
melakukan pembayaran discount rate dari mulai kuartal III tahun 2007 hingga
kuartal I 2012. Berikut adalah tabel pembayaran discount rate (fee ijarah) PT
BLTA :
Tabel 4.1
Tabel Pembayaran Discount Rate (Fee ijarah) PT BLTA
2007 2008 2009 2010 2011 2012
kuartal I 0,103 0,103 0,140 0,140 0,140
kuartal II 0,103 0,103 0,140 0,140
kuartal III 0,103 0,103 0,140 0,140 0,140
kuartal IV 0,103 0,103 0,140 0,106 0,140
Sumber : Bursa Efek Indonesia (Data diolah)
51
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa pembayaran fee ijarah (discount
rate) pertama dilakukan pada kuartal III karena sukuk ijarah PT BLTA
diterbitkan pertama kali pada Juli 2007. Peningkatan pembayaran discount rate
pada pertengahan tahun 2009 disebabkan karena penerbitan sukuk ijarah kedua
yaitu seri A dan seri B. Namun pada kuartal kedua 2012 , PT BLTA mengalami
masalah yang berakibat pada kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran fee
ijarah (discount rate) dan pokok pinjaman yang jatuh tempo pada Mei 2012 .
Dan pada akhirnya pada juli 2012, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
menurunkan peringkat sukuk ijarah milik PT Berlian Laju Tanker dari idCCC
menjadi idD atau default yang dikarenakan ketidakmampuan BLTA membayar
pokok pinjaman beserta fee ijarah atau fee ijarah .
b. Inflasi
Krisis global yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 telah memberikan
dampak buruk baik pada negara maju maupun negara berkembang. Pada tahun
2007, tingkat inflasi di Indonesia hanya sebesar 6 % . Terjadinya krisis global
mengakibatkan naiknya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2008 sebesar 10,3
%. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya inflasi Indonesia mengalami
penurunan. Berikut adalah data inflasi periode tahun 2007 sampai tahun 2012 :
52
Tabel 4.2
Data Inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Jika ditinjau berdasarkan pergerakan inflasi periode tahun 2007 sampai tahun
2012 diperoleh sebagai berikut :
Grafik 4.1
Perkembangan Inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Berdasarkan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa perkembangan tingkat inflasi
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Tingkat Inflasi di Indonesia mempunyai
rata-rata tertinggi pada kuartal III tahun 2008 dan tingkat inflasi terendah terjadi
pada kuartal IV tahun 2009, dimana angka rata-rata tertinggi terjadi pada bulan
Juli - September 2008 sebesar 11,96% dan angka terendah berada pada bulan
Oktober - Desember 2009 sebesar 2,59%. Hal ini dikarenakan Indonesia masih
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kuartal I 0.064 0.076 0.086 0.037 0.068 0.037
Kuartal II 0.060 0.101 0.057 0.044 0.059 0.045
Kuartal III 0.065 0.120 0.028 0.062 0.047 0.045
Kuartal IV 0.067 0.115 0.026 0.063 0.041 0.044
53
terkena dampak krisis global yang melanda Amerika di tahun 2008. Namun pada
kuartal berikutnya Indonesia mengalami deflasi berturut-turut. Hal tersebut
menggambarkan kondisi perekonomian terarah lebih baik dibandingkan di tahun
2008 dan mulai stabil pada tahun 2012 yaitu sekitar 4 %.
c. Jumlah Uang beredar
Banyaknya jumlah uang beredar mencerminkan perkembangan ekonomi.
Apabila perekonomian suatu negara tumbuh dan berkembang, biasanya jumlah
uang beredar bertambah. Dan apabila perekonomian semakin maju, porsi
penggunaan uang kartal makin sedikit, digantikan uang giral atau near money
yang lebih banyak beredar di masyarakat. Berikut adalah data jumlah uang
beredar selama periode 2007-2012 :
Tabel 4.3
Data Jumlah Uang Beredar (dalam milyar Rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
kuartal I 1.368.891 1.590.616 1.897.035 2.084.141 2.436.076
2.872.231
kuartal II 1.409.549 1.648.246 1.939.075 2.163.467 2.477.516
2.989.890
kuartal III 1.491.083 1.707.567 1.991.585 2.243.001 2.609.744
3.032.416
kuartal IV 1.576.516 1.842.649 2.075.036 2.375.953 2.761.515
3.323.833
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Perubahan dalam uang beredar akan menimbulkan perubahan tingkat bunga.
Keynes berpendapat bahwa apabila uang beredar bertambah maka permintaan
akan uang untuk tujuan spekulasi akan bertambah, atau sebaliknya apabila uang
54
beredar berkurang maka permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi akan
berkurang. Perubahan ini akan menimbulkan perubahan atas tingkat bunga, yaitu
pertambahan uang beredar akan menambah uang untuk tujuan spekulasi, maka
tingkat bunga akan turun (Sukirno, 2001:250). Berikut adalah perkembangan
jumlah uang beredar tahun 2007-2012 :
Grafik 4.2
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan grafik 4.2 , jumlah uang beredar di Indonesia menunjukkan
kenaikan tiap tahun nya. Pada tahun 2007 rata-rata per tahun mencapai 1.461.510
milyaran Rupiah dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2012 mencapai
3.323.833 milyaran Rupiah.
d. BI rate
BI rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal
(stance ) dari kebijakan moneter Bank Indonesia. BI rate adalah suku bunga
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
55
Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur untuk berlaku
selama triwulan berjalan. Berikut adalah data BI rate selama periode 2007-2012 :
Tabel 4.4
Data BI rate
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kuartal I 0.093 0.080 0.083 0.065 0.067 0.058
Kuartal II 0.088 0.083 0.073 0.065 0.074 0.058
Kuartal III 0.083 0.090 0.066 0.065 0.068 0.058
Kuartal IV 0.082 0.094 0.065 0.065 0.058 0.058
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun
dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi
semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik. Apabila tingkat suku
bunga semakin tinggi, maka para investor lebih cenderung menggunakan dana
nya dalam bentuk deposito dibandingkan berinvestasi di pasar modal. Jika
ditinjau berdasarkan perkembangan BI rate tahun 2007 sampai tahun 2012 akan
diperoleh grafik sebagai berikut :
Grafik 4.3
Perkembangan BI rate
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
Kuartal I Kuartal II Kuartal III Kuartal IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
56
Berdasarkan grafik 4.3 dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga yang
tertinggi terjadi pada akhir tahun 2008 pada kuartal IV, BI rate terendah terjadi
pada tahun 2011 kuartal IV, dimana suku bunga tertinggi pada bulan November-
Desember tahun 2008 yaitu sebesar 9,41%, sedangkan suku bunga terendah pada
bulan Oktober-Desember tahun 2011 yaitu sebesar 6,16% dan mulai stabil di
tahun 2012. Dalam sektor keuangan, BI rate memiliki korelasi yang terbalik
dengan nilai surat berharga dalam pasar modal. Apabila BI rate naik maka nilai
surat berharga akan menurun, begitu juga sebaliknya, apabila BI rate turun maka
nilai surat berharga akan cenderung naik.
e. Kurs Rupiah
Kurs dalam keuangan dikenal sebagai nilai tukar mata uang asing terhadap
pembayaran saat kini atau di kemudian hari, untuk memperoleh atau membeli
satuan jenis mata uang. Pemerintah Indonesia biasanya berperan dalam
penentuan kurs agar sampai pada tingkat yang kondusif bagi dunia usaha.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan
cepat jika nilai kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin
rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik.
Kurs khususnya kurs Rupiah terhadap Dollar sangat sering digunakan
karena mata uang ini merupakan mata uang dunia yang sering digunakan dalam
perdagangan dan berkaitan erat mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal
dari dalam dan keluar Indonesia. Dalam hal ini Indonesia sebagai negara
pengimpor sehingga banyak komponen harga barang mengandung unsur kurs.
57
Akibatnya jika kurs meningkat maka berdampak terhadap perdagangan dan
kemampuan keuangan perusahaan-perusahan. Berikut adalah data nilai tengah
kurs Rupiah terhadap Dollar selama periode 2007-2012 :
Tabel 4.5
Data Kurs
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Kurs ini mengakibatkan investasi yang dilakukan mengandung risiko untuk
menjadi lebih besar dari sebelumnya. Jadi saat dimana nilai kurs tinggi
merupakan bukan saat yang tepat untuk melakukan investasi karena mengandung
risiko penurunan kemampuan keuangan suatu perusahaan. Berikut
perkembangan kurs Rupiah tahun 2007 sampai tahun 2012 diperoleh sebagai
berikut :
Grafik 4.4
Perkembangan Kurs Rupiah
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
kuartal I kuartal II kuartal III kuartal IV
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2007 2008 2009 2010 2011 2012
kuartal I 9122,67 9186,33 11636,67 9271,67 8863 9088,33
kuartal II 8988,33 9259 10426 9091,67 8569,33 9411,67
kuartal III 9244,33 9216,33 9887 8972,33 8636,33 9544,33
kuartal IV 9299,33 11365,3 9523,33 8977,33 9024,33 9630
58
Berdasarkan grafik 4.4, Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) cenderung
berfluktuasi selama periode pengamatan, ini bisa dilihat dari rata-rata nilai tengah
tukar Rupiah terhadap Dollar (USD) pada tahun 2009 sebesar Rp. 11.600 per
Dollar menjadi Rp 9.200 per Dollar pada tahun 2010, Namun pada tahun 2012
kurs Rupiah terhadap Dollar kembali melemah menjadi Rp 9600 per Dollar.
B. Pengujian dan Pembahasan
Model yang digunakan sebagai alat analisis untuk penelitian ini adalah Ordinary
Least Square (pangkat kuadrat terkecil) . OLS bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara suatu variabel dependen dan variabel independen. Pengolahan data dilakukan
secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18 untuk
mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan
diteliti. Penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian tahap awal
menggunakan pengujian asumsi klasik berupa : Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas,
Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi serta uji kesesuaian model dan hipotesis
menggunakan Adjusted R square, uji F, dan uji t.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependent, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal. Salah satu cara termudah untuk melihat data
59
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal , dan ploting data residual
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Berikut ini adalah uji normalitas dengan normal probability plot :
Grafik 4.5
Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
Berdasarkan tampilan grafik 4.5 , terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mendekati atau mengikuti garis diagonal
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Untuk melakukan uji normalitas juga dapat menggunakan uji statistik yaitu
dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
60
Pedoman Suatu regresi berdistribusi normal atau tidak, menggunakan hipotesis
sebagai berikut :
Ho = Data berdistribusi normal
Ha = Data berdistribusi tidak normal
Ho diterima apabila nilai sig lebih besar daripada 0,05 dan Ho ditolak (Ha
diterima) apabila nilai sig lebih kecil daripada 0,05. Berikut ini adalah uji
normalitas menggunakan uji kolmogorov-Smirnov :
Tabel 4.6
Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 19
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .00962055
Most Extreme Differences Absolute .116
Positive .070
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .506
Asymp. Sig. (2-tailed) .960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa nilai sig adalah 0,960 yang berarti nilai
sig > 0,05 yang artinya seluruh data pada model persamaan regresi dengan
variabel dependen fee ijarah default sukuk berdistribusi secara normal.
61
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual
terhadap variabel independen lainnya yang apabila nilai sig diatas 0,05 maka
tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Berikut ini adalah uji
heteroskedastisitas menggunakan uji glejser :
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .037 .019 1.960 .070
Inflasi .097 .087 .508 1.115 .283
JUB -5.039E-9 .000 -.402 -1.299 .215
Kurs 1.027E-6 .000 .166 .545 .594
BIrate -.470 .233 -1.218 -2.019 .063
a. Dependent Variable: AbsUt
Dalam tabel 4.7 menunjukan bahwa variabel inflasi, jumlah uang beredar,
kurs, dan BI rate memiliki nilai sig 0,283; 0,215; 0,594; dan 0,63 yang
kesemuanya diatas 0,05. Berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas
dalam model ini, dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat
dalam model ini memiliki sebaran varian yang sama / homogen.
62
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen yang
digunakan dalam penelitian. Pedoman bahwa suatu persamaan regresi tidak
terjadi masalah multikoliniearitas adalah data mempunyai nilai VIF (Variance
Inflation Factor) < 10 dan mempunyai nilai TOLERANCE > 0,1 . Berikut
adalah hasil dari uji multikolinieritas :
Tabel 4.8.
Uji Multikolinieritas
Dapat dilihat pada table 4.8 bahwa nilai VIF semua variabel kurang dari
10, dan nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 . Hal ini menandakan bahwa pada
persamaan regresi linier berganda dengan variabel dependent fee ijarah default
sukuk tidak terdapat masalah multikolinieritas.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi .241 4.145
JUB .523 1.912
Kurs .541 1.849
BIrate .137 7.279
a. Dependent Variable: Ijroh
63
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi salah satunya yang
umum digunakan adalah dengan Uji Durbin Watson. Suatu model regresi
dinyatakan tidak terdapat permasalahan autokorelasi apabila :
du < d < 4 - du
Dimana :
d = Nilai DW hitung
du = Nilai batas atas tabel Durbin Watson
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2.090a
Pada tabel 4.9 , nilai DW hitung sebesar 2,090 akan dibandingkan dengan
nilai DW tabel . Dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel
19 dan jumlah variabel independen 4 , maka di tabel DW akan diperoleh nilai :
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant),
BIrate, Kurs, JUB, Inflasi
b. Dependent Variable:
Ijroh
64
Tabel 5.0
Durbin Watson Tabel
Oleh karena nilai DW hitung lebih besar daripada batas atas 1,8482 dan
lebih kecil daripada 4 - du = 4 - 1,8482 = 2,1518 , atau :
du < d < 4 - du
1,8482 < 2,090 < 4 - 1,8482
1,8482 < 2,090 < 2,151
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif dan
negatif dalam model regresi ini.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji seberapa besar
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Analisis ini menggunakan
Ordinary Least Square (OLS) untuk menguji seberapa besar pengaruh antara
variabel inflasi, jumlah uang beredar, kurs Rupiah, dan BI rate terhadap fee ijarah
default sukuk. Berikut adalah hasil analisis dengan menggunakan regresi linier
berganda :
n
k = 4
dl du
17 0,7790 1,9005
18 0,8204 1,8719
19 0,8588 1,8482
20 0,8943 1,8283
21 0,9272 1,8116
65
Tabel 5.1
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .119 .042 2.811 .014
Inflasi -.416 .193 -.599 -2.154 .049
JUB 2.367E-8 .000 .518 2.744 .016
Kurs -4.845E-6 .000 -.215 -1.156 .267
BIrate .356 .518 .253 .687 .503
a. Dependent Variable: Ijroh
Berdasarkan tabel 5.1 , hubungan masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Ydefault sukuk = 0,119 – 0,416Inf + 2,367E-8JUB – 4,845E-6Kurs + 0,356BIrate
Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa :
a. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar 0,119 % menyatakan bahwa
jika nilai inflasi, jumlah uang beredar, kurs Rupiah, dan BI rate adalah nol,
maka dapat dikatakan bahwa dalam periode 2007-2012 nilai fee ijarah
default sukuk adalah sebesar 0,119 % .
b. Inflasi (Inf) menunjukan nilai sebesar - 0,416 % yang berarti jika nilai
inflasi naik satu % dan nilai jumlah uang beredar, kurs Rupiah serta BI rate
adalah konstan, maka akan menurunkan nilai fee ijarah default sukuk
sebesar 0,416 % .
66
c. Jumlah uang beredar (JUB) menunjukan nilai sebesar 2,367E-8 milyar
Rupiah menyatakan bahwa jika nilai jumlah uang beredar naik satu milyar
Rupiah dan nilai inflasi, kurs Rupiah, serta BI rate adalah konstan, maka
akan mengakibatkan kenaikan nilai fee ijarah default sukuk sebesar
2,367E-8 milyar Rupiah.
4. Koefisien Determinasi
Untuk menentukan seberapa besar prediktor dapat menjelaskan variabel
terikatnya dapat ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi yang diperoleh
dari nilai adjusted R square. Hasil nilai adjusted R square dari regresi digunakan
untuk mengetahui besarnya variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel-
variabel independennya. Berikut adalah hasil output SPSS 18 :
Tabel 5.2
Hasil Adjusted R square
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
d
i
m
e
n
s
i
o
n
0
1 .859a .739 .664 .010909
a. Predictors: (Constant), BIrate, Kurs, JUB, Inflasi
b. Dependent Variable: Ijroh
67
Berdasarkan hasil output SPSS 18 pada tabel 5.2 , diperoleh nilai adjusted R2
adalah sebesar 0,664 . Hal ini berarti 66,4 % variabel dependen yaitu fee ijarah
default sukuk dapat dijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu inflasi,
jumlah uang beredar, kurs Rupiah, dan BI rate. Sedangkan sisanya sebesar 33,6 %
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Pengujian model secara simultan dengan Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen nya
atau untuk menguji ketepatan model. Jika variabel independen memiliki
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen maka model persamaan
regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Kriteria keputusannya adalah
sebagai berikut :
1) Apabila F hitung > F tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima
2) Apabila F hitung < F tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak
Dari pengujian simultan diperoleh hasil output sebagai berikut :
68
Tabel 5.3
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .005 4 .001 9.896 .001a
Residual .002 14 .000
Total .006 18
a. Predictors: (Constant), BIrate, Kurs, JUB, Inflasi
b. Dependent Variable: Ijroh
Uji F ini digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel
independen yaitu inflasi, jumlah uang beredar, kurs Rupiah, dan BI rate
mempunyai kemampuan dalam menjelaskan variabel dependen yaitu default
sukuk. Berdasarkan hasil output uji F pada tabel 5.3 diatas diperoleh hasil
bahwa nilai F hitung sebesar 9,896 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
dan nilai F hitung > F table , yaitu 9,896 > 3,179 sehingga penelitian ini
menolak H0 dan membuktikan bahwa variabel Inflasi, jumlah uang beredar,
kurs Rupiah, dan BI rate berpengaruh terhadap variabel dependen fee ijarah
default sukuk secara simultan. Karena tingkat probabilitas lebih kecil dari 0,05
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen fee
ijarah default sukuk.
b. Uji t
Uji t merupakan pengujian untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inflasi, jumlah
uang beredar, kurs, dan BI rate secara individual mampu menjelaskan variabel
69
dependen nya yaitu fee ijarah default sukuk. Kriteria keputusannya adalah
sebagai berikut :
1) Apabila t hitung > t tabel atau memiliki tingkat signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak dan Ha diterima
2) Apabila t hitung < t tabel atau memiliki tingkat signifikansi > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak.
Dari pengujian secara parsial diperoleh hasil output sebagai berikut :
Tabel 5.4
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .119 .042 2.811 .014
Inflasi -.416 .193 -.599 -2.154 .049
JUB 2.367E-8 .000 .518 2.744 .016
Kurs -4.845E-6 .000 -.215 -1.156 .267
BIrate .356 .518 .253 .687 .503
a. Dependent Variable: Ijroh
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Berdasarkan tabel 5.4 hasil pengolahan data diketahui bahwa tidak
semua variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen fee ijarah default sukuk. Pembahasan mengenai hasil
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
70
1) Uji t terhadap variabel Inflasi
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel inflasi
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya default sukuk. Hal ini dapat
dilihat bahwa tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,049. Oleh karena
itu, dari hasil penelitian tersebut menolak Ho dan menerima hipotesis
alternatif (Ha) yaitu variabel inflasi berpengaruh terhadap fee ijarah default
sukuk.
Hasil ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Raharjo (2004:53)
kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan
tingkat daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga akan
timbul dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada obligasi. Hal
ini sesuai dengan teori yang ada bahwa inflasi berbanding terbalik dengan
obligasi syariah, ketika inflasi naik maka obligasi syariah turun, begitu juga
sebaliknya, ketika inflasi turun harga obligasi syariah justru naik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap fee ijarah default
sukuk.
2) Uji t terhadap variabel Jumlah Uang Beredar
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel jumlah
uang beredar berpengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk . Hal
ini dapat dilihat bahwa t hitung jumlah uang beredar adalah 2,744 yang lebih
besar dari t tabel yaitu sebesar 2,110 dengan tingkat signifikansi < 0,05 yaitu
sebesar 0,016. Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut menolak H0 dan
71
menerima Ha yaitu variabel jumlah uang beredar berpengaruh terhadap fee
ijarah default sukuk.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2010) yang
menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap
lancar atau tidaknya pembayaran kupon (fee ijarah) sukuk. Dengan semakin
meningkatnya jumlah uang beredar, masyarakat cenderung menggunakan
uangnya selain untuk tujuan transaksi juga menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat berharga seperti saham
atau obligasi.
Jumlah uang beredar juga berpengaruh terhadap suatu indeks . Hal
tersebut dikarenakan ketika bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia
meningkatkan penawaran uang dengan cepat, tingkat harga akan meningkat
dengan cepat dan perusahaan akan memperoleh profitabilitas yang tinggi
sehingga menyebabkan harga obligasi syariah mengalami peningkatan.
(Nugroho, 2008:52)
3) Uji t terhadap variabel Kurs Rupiah
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel kurs
Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Hal
ini dapat dilihat bahwa t hitung kurs sebesar -1,156 lebih kecil dari t tabel
yaitu sebesar 2,110 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,267 .
Oleh karena itu, H0 diterima dan Ha ditolak yaitu variabel kurs Rupiah tidak
berpengaruh terhadap fee ijarah default sukuk.
72
Perubahan nilai kurs lebih memberikan pengaruh pada perusahaan yang
bergerak di bidang ekspor dan impor. Perubahan-perubahan nilai tukar
secara langsung dapat mempengaruhi harga-harga domestik dan secara tidak
langsung mempengaruhi harga produsen dan konsumen domestik yang
menyebabkan perubahan-perubahan biaya produksi suatu perusahaan.
Sehingga hal ini akan menurunkan minat investor yang akan menanamkan
dananya untuk membeli sukuk perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori Rodoni (2010 : 186) yang
menyatakan bahwa globalisasi mendorong investasi lintas negara disamping
untuk tujuan diversifikasi. Semakin tinggi fluktuasi nilai tukar mata uang
yang bersangkutan , dengan demikian investor harus mempertimbangkan
pula premi risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar Rupiah terhadap US
Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam mempengaruhi
return suatu perusahaan. Dan return tersebut mempengaruhi kondisi
financial distress perusahaan , maka dapat diasumsikan bahwa sensitifitas
perusahaan terhadap nilai tukar mempengaruhi kondisi financial distress
perusahaan.
Selain itu, sukuk didenominasi di dalam Dolar Amerika (US$) sehingga
naik turunnya nilai Rupiah terhadap dolar akan menjadikan nilai pembayaran
terhadap investor akan berubah dari nilai awal. Seperti turunnya nilai Rupiah
terhadap dolar menjadikan beban pembayaran cicilan menjadi semakin besar
kepada investor.
73
4) Uji t terhadap variabel BI rate
Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa variabel BI rate
tidak berpengaruh signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Hal ini dapat
dilihat bahwa t hitung BI rate sebesar 0,687 yang lebih kecil dari t tabel
yaitu sebesar 2.110 dengan tingkat signifikansi > 0,05 yaitu sebesar 0,503.
Oleh karena itu, dari hasil penelitian tersebut menerima H0 yaitu variabel BI
rate tidak berpengaruh terhadap fee ijarah default sukuk.
Hasil ini sesuai dengan teori Rahardjo (2004:50) nilai harga suatu
obligasi ditentukan oleh nilai tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu
faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat
suku bunga yang diberikan kepada investor obligasi. Apabila tingkat suku
bunga di pasar menurun maka investor cenderung membeli obligasi yang
kuponnya lebih tinggi dibanding deposito sehingga harga obligasi cenderung
naik. Begitu juga sebaliknya jika suatu suku bunga lebih kecil dari pada
tingkat kupon yang diberikan suatu obligasi maka orang akan cenderung
menanamkan uangnya dipasar modal khususnya obligasi.
Dalam hal ini sukuk ijarah, istisna, dan salam yang didasarkan atas
fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga.
Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh
investor. Sehingga naik turunnya BI rate tidak mempengaruhi fee ijarah
default sukuk.
74
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk menganalisa seberapa besar pengaruh variabel
ekonomi makro sebagai variabel kontrol fee ijarah default sukuk PT Berlian Laju
Tanker (BLTA). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah discount rate
atau fee ijarah sukuk ijarah yang dikeluarkan oleh PT Berlian Laju Tanker yang
mengalami default. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan data time
series dimana sampel yang diambil adalah data selama 5 tahun per kuartalnya.
Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi,
Jumlah Uang Beredar, Kurs Rupiah dan BI rate. Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara simultan, variabel independen yaitu Inflasi, jumlah uang beredar, kurs
Rupiah, dan BI rate berpengaruh secara signifikan terhadap fee ijarah default
sukuk yang berarti H0 ditolak sedangkan Ha diterima.
2. Secara parsial, variabel independen yang mempengaruhi fee ijarah default
sukuk adalah Inflasi dan Jumlah Uang Beredar dengan nilai sig sebesar 0,049
dan 0,016 . Sedangkan variabel independen lain seperti Kurs, dan BI rate
tidak terlalu mempengaruhi terjadinya fee ijarah default sukuk PT BLTA yaitu
dengan nilai sig 0,267 dan 0,503 .
75
3. PT Berlian Laju Tanker adalah Emiten sukuk pertama yang dinyatakan
default. Ada beberapa penyebab terjadinya default pada sukuk ijarah BLTA ,
diantaranya adalah karena faktor makro jumlah uang beredar dan kurs .
Karena cakupan bisnis BLTA sudah mencapai luar negri, banyak investor
asing yang berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan BLTA sehingga ketika
kurs dan jumlah uang beredar mengalami fluktuasi menyebabkan BLTA tidak
dapat membayarkan kupon (fee ijarah) sukuk bahkan pada akhirnya BLTA
tidak dapat membayarkan pokok pinjaman dari investor.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat
sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Peneliti menggunakan jumlah sampel yang masih sedikit jika dibandingkan
dengan populasi sukuk ijarah di Indonesia. Sehingga memungkinkan adanya
ketidakakuratan pada hasil penelitian. Oleh karena itu , disarankan dalam
penelitian selanjutnya diharapkan agar jumlah sampel dapat ditambah menjadi
lebih banyak. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian nya.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Serta
menggunakan alat analisis penelitian yang lain sehingga dapat menghasilkan
informasi tentang default sukuk suatu perusahaan yang lebih akurat.
76
3. Bagi akademisi dan peneliti lain dengan topik sejenis disarankan untuk
melakukan kajian lebih lanjut karena pada penelitian ini peneliti memakai
variabel makro sebagai variabel penelitian, disarankan pada penelitian yang
akan datang dapat menggunakan variabel mikro seperti rasio keuangan atau
good governance suatu perusahaan untuk melihat apakah faktor mikro juga
mempengaruhi terjadinya default sukuk.
77
DAFTAR PUSTAKA
Almilia , Luciana Spica . "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi
Financial Distress Suatu Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta",
Tesis, Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2003.
Agung Nugroho, Bhuono. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2005.
Ajija, Shochrul dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta,
2011.
Bapepam, Panduan. "Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia", Jakarta, 2003.
Case and Fair. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”, Edisi Delapan, PT.Erlangga, Jakarta,
2007.
Fatwa – Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI. 2002.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Edisi 5, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. UIN, Jakarta, 2009.
Huda, Nurul dan Mustafa, E Nasution. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah”,
Kencana, Jakarta,2008.
Kuncoro, Mudrajad. "Metode Riset Untuk Ekonomi Dan Bisnis", Erlangga , Jakarta,
2009.
Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3”. Salemba Empat, Jakarta,
2003.
McEachern , William. "Ekonomi Makro", Salemba Empat , Jakarta , 2000.
Mochamad Aziz, Roikhan. “Modul Moneter Syariah”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
78
Nafik, Muhamad. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”, PT Serambi Ilmu Semesta,
Jakarta, 2009.
Nugroho, Heru. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs Dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Indeks Lq45 (Studi Kasus Pada Bei Periode 2002-2007)”,
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
Ocktaviana, Ana. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ Dan Tingkat Suku
Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Jakarta”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2007.
Pramono, IM. Sigit dan A. Aziz Setiawan, "Peran Obligasi Syariah dalam
Pengembangan Infrastruktur", Jakarta, 2008.
Raharjo, Sapto. "Panduan Investasi Obligasi", PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Rini, Mustika. "Obligasi Syariah Sukuk) dan Indikator Makro Ekonomi : Analisis
VECM (Vector Error Correction Model)", Skripsi, Universitas Pertanian
Bogor, Bogor, 2010.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN, Jakarta, 2009.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. "Manajemen Keuangan", Edisi 1, Mitra Wacana
Media, Jakarta , 2010.
Samsul, Mohamad. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta,
2008.
Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan", Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia , Jakarta, 2005.
Siskawati, Eka. "Perkembangan Obligasi Syariah Di Indonesia : Suatu Tinjauan",
Jurnal Akuntansi, Politeknik Negeri Padang, Padang, 2010.
Sriyana, Jaka. “Peranan Sukuk Negara Terhadap Peningkatan Fiscal
Sustainability”, Paper dalam Simposium Nasional Ekonomi Islam IV.
Yogyakarta. ISBN 978-979-3333-36-6. 2009.
79
Soemitra, Andri. " Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah" , Kencana , Jakarta, 2009.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi Ketiga , Rajawali Press,
Jakarta, 2006.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”, Edisi 2, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2001.
Suliyanto, ”Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS”, Penerbit
Andi , Yogyakarta, 2011.
Sutedi , Adrian." Aspek Hukum Obligasi Dan Sukuk", Sinar Grafika , Jakarta , 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Edisi 2, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2009.
http://www.suherilbs.wordpress.com/2007/12/30/dampak-pengembangan-
sukukterhadap-perkembangan-perbankan-syariah-di-indonesia-2/. Diakses pada
tanggal 12 Februari 2013.
http://dinaseptriani.blogspot.com/2010/03/sukuk.html Diakses pada tanggal 12
Februari 2013.
http://www.republika.co.id/koran/24/92940/Krisis_Dubai_dan_Sukuk_I_Default_I
Diakses pada tanggal 18 juni 2013.
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/29580/Berlian-Laju-Tanker-Tunda-
Pembayaran-Obligasi-dan-Sukuk Diakses pada tanggal 20 juni 2013.
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.bps.go.id
www.google.com
80
Lampiran 1 : Output Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .119 .042 2.811 .014
Inflasi -.416 .193 -.599 -2.154 .049
JUB 2.367E-8 .000 .518 2.744 .016
Kurs -4.845E-6 .000 -.215 -1.156 .267
BIrate .356 .518 .253 .687 .503
a. Dependent Variable: Ijroh
Lampiran 2 : Output Uji Normalitas
81
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 19
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .00962055
Most Extreme Differences Absolute .116
Positive .070
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .506
Asymp. Sig. (2-tailed) .960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 3 : Output Uji Multikolinieritas
Lampiran 4 : Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi .241 4.145
JUB .523 1.912
Kurs .541 1.849
BIrate .137 7.279
a. Dependent Variable: Ijroh
Model Durbin-
Watson
1 2.090a
82
Lampiran 5 : Output Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .037 .019 1.960 .070
Inflasi .097 .087 .508 1.115 .283
JUB -5.039E-9 .000 -.402 -1.299 .215
Kurs 1.027E-6 .000 .166 .545 .594
BIrate -.470 .233 -1.218 -2.019 .063
a. Dependent Variable: AbsUt
83
Lampiran 6 : Data kuartal variabel Dependen dan variabel Independen
periode 2007-2012
Ijroh inflasi JUB kurs Birate
2007 0.064 1,368,891 9122.67 0.093
0.060 1,409,549 8988.33 0.088
0.103 0.065 1,491,083 9244.33 0.083
0.103 0.067 1,576,516 9299.33 0.082
2008 0.103 0.076 1,590,616 9186.33 0.079
0.103 0.101 1,648,246 9259 0.082
0.103 0.120 1,707,567 9216.33 0.092
0.103 0.115 1,842,649 11365.33 0.110
2009 0.103 0.086 1,897,035 11636.67 0.088
0.103 0.057 1,939,075 10426 0.073
0.140 0.028 1,991,585 9887 0.066
0.140 0.026 2,075,036 9523.33 0.065
2010 0.140 0.037 2,084,141 9271.67 0.064
0.140 0.044 2,163,467 9091.67 0.065
0.140 0.062 2,243,001 8972.33 0.063
0.106 0.063 2,375,953 8977.33 0.063
2011 0.140 0.068 2,436,076 8863 0.066
0.140 0.059 2,477,516 8569.33 0.074
0.140 0.047 2,609,744 8636.33 0.068
0.140 0.041 2,761,515 9024.33 0.058
2012 0.140 0.037 2,872,321 9088.33 0.058
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (Data diolah)
84
Lampiran 7 : Sukuk Ijarah BLTA 2007
Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Tahun 2007
Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk, PT
ISIN Code : IDJ000001904
Short Code : SIKBLTA01
Type : Syari`ah Bonds
Listing Date : 06 July 2007
Stock Exchange : IDX
Status : Active
Originated Amount : 200,000,000,000.00
Current Amount : 200,000,000,000.00
Mature Date : 05 July 2012
Interest/Disc Rate : 10.3 %
Int. Type : FIXED
Int. Freq. : 3 MONTHS
Currency : IDR
Form : Electronic
Effective Date ISIN : -
Day Count Basis : 30/360
Activity Sector : TRANSPORTATION
Lampiran 8 : Sukuk Ijarah BLTA 2009 Seri A dan Seri B
Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009
Seri A
Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk, PT
ISIN Code : IDJ000003306
Short Code : SIKBLTA02A
Type : Syari`ah Bonds
Listing Date : 29 May 2009
Stock Exchange : IDX
Status : Active
Originated Amount : 45,000,000,000.00
Current Amount : 45,000,000,000.00
Mature Date : 28 May 2012
Interest/Disc Rate : 15.5 %
85
Int. Type : FIXED
Int. Freq. : 3 MONTHS
Currency : IDR
Form : Electronic
Effective Date ISIN : -
Day Count Basis : 30/360
Activity Sector : TRANSPORTATION
Securities Name : Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun 2009
Seri B
Issuer : Berlian Laju Tanker Tbk. PT
ISIN Code : IDJ000003405
Short Code : SIKBLTA02B
Type : Syari`ah Bonds
Listing Date : 29 May 2009
Stock Exchange : IDX
Status : Active
Originated Amount : 55,000,000,000.00
Current Amount : 55,000,000,000.00
Mature Date : 28 May 2012
Interest/Disc Rate : 16.25 %
Int. Type : FIXED
Int. Freq. : 3 MONTHS
Currency : IDR
Form : Electronic
Effective Date ISIN : -
Day Count Basis : 30/360
Activity Sector : TRANSPORTATION