68
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT OLEH MARUTI NURHAYATI H14103128 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

  • Upload
    vancong

  • View
    233

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA BARAT

OLEH MARUTI NURHAYATI

H14103128

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

RINGKASAN

MARUTI NURHAYATI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Barat (dibimbing oleh WIDYASTUTIK).

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Data BPS pada tahun 2004 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat mencapai 12,10 persen dari total penduduk Jawa Barat, angka tersebut menunjukkan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan dibandingkan tahun 1996 sebesar 9,88 persen dari total penduduk Jawa Barat. Jawa Barat merupakan propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 39.140.812 jiwa dengan kepadatan sebesar 1.194/km. Kepadatan penduduk ini disebabkan oleh meningkatnya migrasi penduduk yang umumnya tidak memiliki keterampilan memadai. Penduduk yang lebih padat dan dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat menghendaki jumlah dan tingkat kesempatan kerja yang cepat pula. Dalam keadaan kurang berkembangnya kesempatan kerja non-pertanian dan persediaan lahan pertanian rata-rata per orang sudah sedemikian terbatas, tidak saja sebagian dari angkatan kerja bertambah sulit memperoleh pekerjaan, tetapi banyak juga yang terlibat dalam pengangguran terselubung dilihat dari jumlah jam kerja maupun dari sangat rendahnya tingkat penghasilan yang diterima. Keadaan seperti ini menyebabkan meluasnya kemiskinan di Jawa Barat.

Kemiskinan juga tidak terlepas dari laju pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tidak merata serta tingkat pendapatan perkapita yang rendah. Tidak meratanya laju pertumbuhan yang disebabkan oleh kekayaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang berbeda-beda menyebabkan pendapatan perkapita yang tidak merata. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi kehidupan yang kurang layak dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan. Ini semua faktor-faktor yang membuat mereka tidak mempunyai kapasitas untuk bekerja secara intensif sehingga tingkat produktivitas rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan mengetahui seberapa besar faktor pendapatan mempengaruhi tingkat kemiskinan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kemiskinan, pendapatan, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja, lahan dan investasi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari 25 kota/kabupaten di Jawa Barat untuk tahun 2004. Penelitian ini menggunakan model ekonometrika persamaan simultan 2SLS karena variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan tersebut saling terkait satu sama lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pada taraf nyata 10 persen adalah tenaga kerja dan investasi, sedangkan variabel lahan dan variabel dummy kota/kabupaten berpengaruh nyata satu persen. Koefisien regresi tenaga kerja bernilai positif yaitu

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

sebesar 0,0016. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,0016 persen. Lahan memiliki koefisien regresi bernilai positif yaitu sebesar 0,0015 yang berarti setiap kenaikan luas lahan pertanian sebesar satu persen akan menyebabkan pendapatan meningkat sebesar 0,0015 persen. Untuk koefisien regresi variabel investasi bernilai positif yaitu sebesar 0,0001. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan investasi sebesar satu persen akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,0001 persen. Koefisien regresi variabel dummy antara kotamadya dan kabupatan memiliki tanda positif . Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan di kotamadya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan di kabupaten.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan pada taraf nyata 10 persen adalah pendapatan dan pendidikan, sedangkan variabel jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan berpengaruh nyata satu persen. Koefisien regresi untuk pendapatan bernilai negatif yaitu sebesar 0,002 yang berarti setiap kenaikan pendapatan sebesar 1 persen akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,002 persen. Tingkat pendidikan memiliki koefisien regresi bernilai negatif yaitu 0,38 yang berarti jika tingkat pendidikan meningkat satu persen maka akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,38 persen. Nilai koefisien regresi untuk tingkat pengangguran bernilai positif yaitu sebesar 0,17 yang berarti jika tingkat pengangguran meningkat satu persen maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,17 persen. Koefisien regresi untuk variabel tingkat ketergantungan bernilai positif sebesar 0,23. Hal tersebut berarti jika tingkat ketergantungan meningkat sebesar satu persen maka akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0,23 persen.

Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan mempengaruhi tingkat kemiskinan, maka pemerintah perlu membuat kebijakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kemudian untuk mengurangi pengangguran, pemerintah daerah perlu mendorong program pembangunan yang padat karya. Pemerintah daerah melalui Departemen Kesehatan juga perlu lebih menggalakkan program yang dapat menekan tingkat kelahiran untuk mengurangi tingkat ketergantungan sehingga beban dalam memenuhi kebutuhan hidup berkurang.

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA BARAT

Oleh MARUTI NURHAYATI

H14103128

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

Maruti Nurhayati H14103128

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Maruti Nurhayati

Nomor Registrasi Pokok : H14103128

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Analisis : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kemiskinan di Jawa Barat

Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Widyastutik, S.E., M.Si. NIP. 132 311 725

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Ir. Rina Oktaviani, M.S., Ph.D. NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 Maret 1984 sebagai anak

kandung dari Bapak Sri Hartoyo dan Ibu Andayati. Penulis adalah anak ketiga

dari enam bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Polisi I Bogor

pada tahun 1996, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Bina

Insani Bogor pada tahun 2000 dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di

SMU Plus Bina Bangsa Sejahtera pada tahun 2002. Pada tahun 2003 penulis

diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul

skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di

Jawa Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Widyastutik, S.E. M.Si., sebagai dosen pembimbing dan atas arahan serta

bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik.

2. Wiwiek Rindayanti, M.S., yang telah menguji hasil penelitian ini. Semua

kritikan dan saran beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam

penyempurnaan skripsi ini.

3. Henny Reinhard, M.Sc., terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi

ini.

4. Orangtua penulis yaitu Dr.Ir. Sri Hartoyo, M.S. dan Ibu Andayati serta

saudara-saudara penulis yaitu Hardian Novianto, Muhammad Arianto, Vera

Rahmasari, Muhammad Harizananto dan Muhammad Yuqa Banianto atas

dukungan, dorongan dan doa yang sangat besar artinya dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi yang

telah membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di Departemen

Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

6. Sahabat-sahabat penulis (Annisa Anjani, Eva Dwi Prihartanti, Aditya

Kusumaningrum, Ana Pertiwi, Tuti Ratna Dewi, Vivi dan Yudis) yang telah

memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman di Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan kritik dan

saran baik pada saat pengerjaan skripsi ini maupun pada seminar hasil

penelitian.

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2007

Maruti Nurhayati H14103128

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL …………………………………………………….......

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...

I. PENDAHULUAN…………………………………………………….

1.1. Latar Belakang ……………………………………………......

1.2. Perumusan Masalah ………………………………………......

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………......

1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………………….

vi

vii

viii

1

1

5

6

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...

2.1. Definisi Kemiskinan ………………………………………….

2.2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan ………………………………….

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan …………......

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................

2.5. Kerangka Pemikiran ..................................................................

2.6. Hipotesis Penelitian ...................................................................

8

8

13

15

18

21

23

III. METODE PENELITIAN …………………………………………......

3.1. Jenis dan Sumber Data ……………………………………......

3.2. Model Ekonometrika ………………………………………….

3.3. Identifikasi dan Pendugaan Model ……………………………

3.4. Uji Evaluasi Hasil …………………………………………….

3.5. Definisi Operasional ………………………………………….

24

24

24

25

26

32

IV. PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PENDAPATAN DI JAWA BARAT .....................................................................................

4.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan .........................................

4.2. Perkembangan Tingkat Pendapatan ..........................................

4.3. Perkembangan Tenaga Kerja ....................................................

4.4. Perkembangan Investasi ............................................................

4.5. Perkembangan Tingkat Pengangguran ......................................

33

33

34

35

36

37

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

4.6. Perkembangan Tingkat Ketergantungan ................................... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

5.1. Pendugaan Model Analisis ........................................................

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan .......................

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan ......................

39

39

40

42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................

6.1. Kesimpulan ...............................................................................

6.2. Saran ..........................................................................................

45

45

46

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

LAMPIRAN .................................................................................................

47

50

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Propinsi di Indonesia Periode Tahun 2004 ..............................................................................

1.2. PDRB Perkapita atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2003-2005.................................

3.1. Order Condition (kondisi ordo) ............................................................

4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Barat Periode Tahun 1999-2004 ..................................................................................

4.2. Nilai Pendapatan di Jawa Barat Tahun 2001-2005 ..............................

4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Persentase Kontribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Jawa Barat Tahun 2001-2005 ...........

4.4. Persentase Tenaga Kerja Jawa Barat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2001-2005 ..................................................................................

4.5. Nilai Investasi di Jawa Barat periode Tahun 2000-2005 ......................

4.6. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Barat Tahun 2000-2005 ........................................................................

4.7. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Persentase Tingkat Ketergantungan di Jawa Barat Periode Tahun 2000-2005.....................

5.1. Hasil Estimasi Model Pendapatan …………………………………….

5.2. Hasil Estimasi Model Kemiskinan ……………………………………

2

4

25

33

34

35

36

36

37

38

41

43

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 22

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data yang dimasukkan dalam Model .......................................................

2. Hasil Estimasi Model Kemiskinan dan Model Pendapatan .....................

3. Uji Heteroskedastisitas dan Uji Multikolinearitas ...................................

4. Uji Normalitas ..........................................................................................

51

52

53

54

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan

kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh

(2003), kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kebutuhan konsumsi

dasar dan kualitas hidupnya. Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu

kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah

ketidakmampuan seseorang melampaui garis kemiskinan yang ditetapkan.

Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan

suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya.

Berdasarkan data dari BPS tahun 2004 jumlah penduduk miskin di

Indonesia mencapai 37,88 juta. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan angka

tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk

miskin sebesar 22,5 juta jiwa. Secara statistik kemiskinan di perkotaan tidak

sebesar yang terjadi di pedesaan, akan tetapi fenomena ini bukan berarti masalah

kemiskinan di perkotaan tidak perlu ditanggulangi. Kehidupan kota tidak terlepas

dengan para migran. Ketika kondisi ekonomi sudah tidak dapat memberikan

harapan namun masih banyak migran yang berupaya untuk tetap hidup di kota

dengan pekerjaan yang tidak layak dan penghasilan yang rendah. Inilah salah satu

yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

2

Tabel 1.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Propinsi di Indonesia Periode Tahun 2004

Propinsi Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa)

Tingkat Kemiskinan (%)

Nanggroe Aceh Darussalam 1157,2 3,22Sumatra Utara 1800,1 5,01Sumatra Barat 472,4 1,31Riau 744,4 2,07Jambi 325,1 0,90Sumatra Selatan 1379,3 3,84Bengkulu 345,1 0,96Lampung 1561,7 4,35Bangka Belitung 91,8 0,25DKI Jakarta 277,1 0,77Jawa Barat 4654,2 12,96Jawa Tengah 6843,8 19,06DI Yogyakarta 616,2 1,71Jawa Timur 7312,5 20,37Banten 779,2 2,17Bali 231,9 0,64Nusa Tenggara Barat 1031,6 2,87Nusa Tenggara Timur 1152,1 3,21Kalimantan Barat 558,2 1,55Kalimantan Tengah 194,1 0,54Kalimantan Selatan 231,0 0,64Kalimantan Timur 318,2 0,88Sulawesi Utara 192,2 0,53Sulawesi Tengah 486,3 1,35Sulawesi Selatan 1241,5 3,45Sulawesi Tenggara 418,4 1,16Maluku 397,6 1,10Maluku Utara 107,8 0,30Papua 966,8 2,69

Sumber : BPS, 2004

Data BPS pada tahun 2004 menunjukkan jumlah penduduk miskin di Jawa

Barat mencapai 12,10 persen dari total penduduk Jawa Barat, angka tersebut

menunjukkan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 1996 sebesar 9,88 persen dari total penduduk Jawa Barat. Tingginya angka

kemiskinan di Jawa Barat juga dapat dilihat dari perbandingan antar propinsi di

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

3

Indonesia (Tabel 1.1). Jawa Barat merupakan propinsi dengan jumlah penduduk

terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 39.140.812 jiwa dengan kepadatan sebesar

1.194/km (BPS, 2004). Kepadatan penduduk ini disebabkan oleh meningkatnya

migrasi penduduk yang umumnya tidak memiliki keterampilan memadai.

Penduduk yang lebih padat dan dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat

menghendaki jumlah dan tingkat kesempatan kerja yang cepat pula. Dalam

keadaan kurang berkembangnya kesempatan kerja non-pertanian dan persediaan

lahan pertanian rata-rata per orang sudah sedemikian terbatas, tidak saja sebagian

dari angkatan kerja bertambah sulit memperoleh pekerjaan, tetapi banyak juga

yang terlibat dalam pengangguran terselubung dilihat dari jumlah jam kerja

maupun dari sangat rendahnya tingkat penghasilan yang diterima. Keadaan seperti

ini menyebabkan meluasnya kemiskinan di Jawa Barat.

Kemiskinan juga tidak terlepas dari laju pertumbuhan ekonomi yang

lambat dan tidak merata serta tingkat pendapatan perkapita yang rendah. Tidak

meratanya laju pertumbuhan yang disebabkan oleh kekayaan sumber daya baik

sumber daya alam maupun sumberdaya manusia yang berbeda-beda menyebabkan

pendapatan perkapita yang tidak merata (Tabel 1.2). Hal ini erat kaitannya dengan

kondisi kehidupan yang kurang layak dalam memenuhi kebutuhan pangan,

sandang, tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan. Ini semua faktor-faktor yang

membuat mereka tidak mempunyai kapasitas untuk bekerja secara intensif

sehingga tingkat produktivitas rendah.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

4

Tabel 1.2. PDRB Perkapita atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2003-2005 (Rupiah)

Kabupaten/Kota 2003 2004 2005*

Bogor 5.403.945,98 5.500.975,57 5.618.278,77Sukabumi 3.348.317,80 3.505.333,41 3.564.086,46Cianjur 3.100.933,47 3.173.731,94 3.245.536,28Bandung 4.682.657,52 4.820.921,56 4.937.145,10Garut 3.753.361,17 3.843.508,99 3.942.940,88Tasikmalaya 3.036.100,49 3.106.077,51 3.187.286,88Ciamis 3.522.317,79 3.641.197,93 3.773.513,21Kuningan 2.939.547,98 3.033.410,78 3.129.543,32Cirebon 2.811.526,57 2.899.083,89 3.001.121,19Majalengka 2.754.259,37 2.847.125,06 2.953.844,36Sumedang 4.096.141,74 4.212.797,78 4.341.731,43Indramayu 9.660.946,12 9.945.708,30 9.837.979,50Subang 3.865.560,97 4.107.972,81 4.351.015,48Purwakarta 6.618.777,16 6.756.653,34 3.856.685,20Karawang 6.276.500,61 6.530.634,94 6.820.581,86Bekasi 18.739.868,62 19.057.598,80 19.345.130,91Kota Bogor 4.002.528,64 4.161.551,26 4.326.942,50Kota Sukabumi 4.808.440,56 5.016.745,58 5.242.390,66Kota Bandung 8.391.545,98 8.928.178,55 9.509.358,43Kota Cirebon 15.753.265,31 16.352.426,91 17.010.378,19Kota Bekasi 5.652.150,73 5.723.822,79 5.810.894,96Kota Depok 3.280.844,29 3.380.342,53 3.501.315,46Kota Cimahi 9.835.190,51 9.999.797,70 10.186.556,15Kota Tasikmalaya 3.288.672,39 3.402.507,41 3.486.594,07Kota Banjar 3.343.293,27 3.454.897,19 3.576.584,64

Sumber : BPS Propinsi Jawa Barat, 2004 Catatan : *) Angka sementara

Masih tingginya angka kemiskinan menunjukkan bahwa penanganan yang

dilaksanakan pemerintah untuk masyarakat miskin belum mampu untuk

menjangkaunya. Sejalan dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang mulai

diberlakukan sejak tahun 2001, pemerintah daerah kini berwenang penuh

merancang dan melaksanakan kebijakan dan program pembangunan sesuai

dengan kebutuhannya. Sesuai UU No. 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa otonomi

daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

5

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah tidak hanya

melaksanakan program pembangunan tetapi juga bertanggung jawab secara

langsung dan aktif dalam penanganan kemiskinan, sehingga untuk menanggulangi

kemiskinan perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan, khususnya di Jawa Barat.

1.2. Perumusan Masalah

Negara Indonesia merupakan negara yang subur dengan kekayaan

alamnya yang melimpah, namun sebagian besar rakyatnya tergolong miskin.

Ketika angka kemiskinan menunjukkan tingkat terendah, justru tak lama setelah

itu terjadi krisis ekonomi yang parah, yang tidak segera diatasi. Dampak dari

krisis tersebut masih terlihat hingga sekarang.

Tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan dan pertumbuhan

ekonomi di suatu daerah. Jika pendapatan dan tingkat pertumbuhan ekonomi

meningkat maka tingkat kesejahteraan penduduk juga akan meningkat.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2004, pendapatan perkapita di Jawa Barat

mengalami peningkatan sebesar Rp. 4.280.422 pada tahun 2003 menjadi Rp.

5.707.335 pada tahun 2004. Hal ini juga ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi

yang meningkat dari tahun 2003 sebesar 4,53 persen menjadi 5,47 persen pada

tahun 2004. Namun peningkatan pendapatan dan laju pertumbuhan ekonomi tidak

diiringi oleh penurunan kemiskinan. Pada kenyataannya jumlah penduduk miskin

masih mengalami peningkatan pada tahun 2004 sebesar 4,65 juta jiwa bila

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

6

dibandingkan dengan tahun 1996 (sebelum krisis) dengan jumlah penduduk

miskin sebesar 3,96 juta jiwa (BPS, 2004; 1996). Hal tersebut dikarenakan

pelaksanaan pengentasan kemiskinan belum dipahami apa saja masalah-masalah

yang terkait dengan masalah kemiskinan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti

adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan dan seberapa besar

faktor pendapatan mempengaruhi tingkat kemiskinan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan mengetahui

seberapa besar faktor pendapatan mempengaruhi tingkat kemiskinan.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Jawa

Barat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa kegunaan, antara

lain :

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan serta

menyelaraskan apa yang di dapat selama kuliah dengan kenyataan di lapang.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

7

2. Sebagai masukan bagi pembuat kebijakan di daerah, agar program-program

yang dilaksanakan tepat sasaran.

3. Sebagai sumber informasi bagi pembaca secara umum yang tertarik dengan

topik kajian dari penelitian ini.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kemiskinan

Kemiskinan dapat dicirikan dengan ketidakmampuan untuk memenuhi

berbagai kebutuhan pangan, perumahan dan pakaian, tingkat pendapatan rendah,

pendidikan dan keahlian rendah, keterkucilan sosial karena keterbatasan

kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Secara

singkat kemiskinan menurut Suparlan (1984) dapat didefinisikan sebagai suatu

standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi

pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan

yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan

yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan

kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong

sebagai orang miskin.

Menurut Saldanha (1998) persoalan kemiskinan mengandung enam

masalah pokok, yaitu;

1. Masalah kemiskinan adalah kerentanan. Pembangunan infrastruktur ekonomi

dan pertanian dapat saja meningkatkan pendapatan petani dalam jumlah besar

yang memadai, akan tetapi kekeringan musim dua tahun berturut-turut akan

dapat menurunkan tingkat hidupnya sampai titik yang terendah.

2. Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena

hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi peluang bagi mereka

untuk berpartisipasi dalam poses produksi, atau mereka terperangkap dalam

hubungan produksi yang eksploitatif yang menuntut kerja keras dalam jam

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

9

kerja panjang dengan imbalan rendah. Hal ini disebabkan oleh posisi tawar

menawar mereka dalam struktur hubungan produksi amat lemah. Kemiskinan

dengan demikian juga berarti hubungan dependensi kepada pemilik tanah,

pimpinan proyek, elit desa dan sebagainya.

3. Kemiskinan adalah masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi emosional

dan sosial menghadapi elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan

menyangkut dirinya tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan

diri; ketidakberdayaan menghadapi penyakit dan kematian, kekumuhan dan

kekotoran.

4. Kemiskinan juga berarti menghabiskan semua atau sebagian terbesar

penghasilannya untuk konsumsi gizi mereka amat rendah yang mengakibatkan

produktivitas mereka rendah.

5. Kemiskinan juga ditandai oleh tingginya rasio ketergantungan, karena

besarnya keluarga dan beberapa diantaranya masih balita. Hal ini akan

berpengaruh pada rendahnya konsumsi yang akan mengganggu tingkat

kecerdasan mereka sehingga di dalam kompetisi merebut peluang dan sumber

dalam masyarakat, anak-anak kaum miskin akan berada pada pihak yang

lemah.

6. Kemiskinan juga terefleksikan dalam budaya kemiskinan yang diwariskan dari

satu generasi ke generasi lainnya.

Secara umum SMERU dalam Krisnamurti (2006) menyebutkan definisi

kemiskinan yang memadai harus mencangkup berbagai dimensi, antara lain :

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

10

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang,

dan papan).

2. Tidak hanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak ada jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan

dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual dan massal.

5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.

6. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda, kelompok marjinal dan

terpencil).

Menurut Sumodiningrat (1999), klasifikasi kemiskinan ada lima kelas, yaitu :

1. Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut selain dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar

minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup layak, juga ditentukan oleh

tingkat pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, tingkat

pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan yang disebut miskin

atau sering disebut dengan istilah garis kemiskinan. Seseorang termasuk golongan

miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan,

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

11

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan,

sandang, kesehatan, papan dan pendidikan.

Menurut Sunarso dan Mardimin (1996), kemiskinan absolut adalah suatu

keadaan apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimum,

memelihara fisik, sehingga tidak dapat bekerja penuh dan efisien. Kemiskinan

jenis ini ditentukan oleh nutrisi yang dibutuhkan setiap orang. Nutrisi akan

mempengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan terutama untuk dapat bekerja.

2. Kemiskinan Relatif

Sekelompok orang dalam masyarakat dikatakan mengalami kemiskinan

relatif apabila pendapatannya lebih rendah dibanding kelompok lain tanpa

memperhatikan apakah mereka masuk dalam kategori miskin absolut atau tidak.

Penekanan dalam kemiskinan relatif adalah adanya ketimpangan pendapatan

dalam masyarakat antara yang kaya dan yang miskin atau dikenal dengan istilah

ketimpangan distribusi pendapatan.

Kemiskinan relatif untuk menunjukkan ketimpangan pendapatan berguna

untuk mengukur ketimpangan pada suatu wilayah. Kemiskinan relatif juga dapat

digunakan untuk mengukur ketimpangan antar wilayah yang dilakukan pada suatu

wilayah tertentu. Pengukuran relatif diukur berdasarkan tingkat pendapatan,

ketimpangan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia berupa kualitas

pendidikan, kesehatan serta perumahan.

3. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat

yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk memperbaiki

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

12

tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.

Alfian, dkk (1980) mendefinisikan kemiskinan struktural sebagai kemiskinan

yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat

tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya

tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural meliputi kekurangan fasilitas

pemukiman sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia

sekitarnya. Kemiskinan struktural juga dapat diukur dari kurangnya perlindungan

dari hukum dan pemerintah sebagai birokrasi atau peraturan resmi yang mencegah

seseorang memanfaatkan kesempatan yang ada.

4. Kemiskinan Kronis

Kemiskinan Kronis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

• Kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat

yang tidak produktif.

• Keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (daerah-daerah kritis sumberdaya

alam dan daerah terpencil).

• Rendahnya pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan

kerja dan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.

5. Kemiskinan Sementara

Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya (i) perubahan siklus ekonomi

dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi; (ii) perubahan yang bersifat musiman

dan (iii) bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan menurunnya

tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

13

2.2. Ukuran-Ukuran Kemiskinan

Menurut Sajogyo (1977), cara mengukur kemiskinan dengan pendekatan

kemiskinan absolut adalah dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok

berdasarkan atas kebutuhan beras dan gizi (kalori dan protein) dengan

mengungkapkan masalah garis kemiskinan dan tingkat pendapatan petani. Ada

tiga golongan orang miskin, yaitu golongan paling miskin yang mempunyai

pendapatan per kapita per tahun beras sebanyak 240 kg atau kurang, golongan

miskin sekali yang memiliki pendapatan per kapita per tahun beras sebanyak 240-

360 kg dan lapisan miskin yang memiliki pendapatan per kapita per tahun beras

sebanyak lebih dari 360 kg tetapi kurang dari 480 kg. Bank dunia (2000)

menetapkan bahwa seseorang dikatakan miskin apabila pendapatannya dibawah

US$ 2 per hari.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga memberikan alternatif untuk mengukur

garis kemiskinan dengan cara menentukan berapa besar kalori minimum yang

harus dipenuhi oleh setiap orang dalam sehari. Badan ini mengusulkan bahwa

setiap orang harus memenuhi 2100 kalori setiap harinya. Jadi, 2100 kalori ini

merupakan batas garis kemiskinan dengan memperhitungkan kebutuhan non

pangan seperti kebutuhan perumahan, bahan bakar, penerangan air, sandang, jenis

barang yang tahan lama serta jasa-jasa. Kemudian kriteria-kriteria ini diubah

dalam angka rupiah. Garis kemiskinan yang ditetapkan BPS sendiri akan selalu

mengalami penyesuaian, karena harga kebutuhan itu berubah-ubah.

Menurut Salim dalam Fithrajaya (2004), aktor kemiskinan atau mereka yang

hidup di bawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri, yaitu :

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

14

1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang

cukup, modal maupun ketrampilan. Faktor produksi yang dimiliki sedikit

sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.

2. Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan

maupun modal usaha, sedangkan syarat tidak terpenuhi untuk memperoleh

kredit perbankan seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka

yang perlu kredit terpaksa berpaling kepada ”lintah darat” yang biasanya

meminta syarat yang berat dan memungut bunga yang tinggi.

3. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tak sampai tamat sekolah dasar.

Waktu mereka tersita habis untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi

untuk belajar. Anak-anak mereka tidak bisa menyelesaikan sekolah, karena

harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-

adik di rumah, sehingga secara turun temurun mereka terjerat dalam

keterbelakangan di bawah garis kemiskinan.

4. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak di antara mereka tidak

memiliki tanah, kalaupun ada maka kecil sekali. Umumnya mereka menjadi

buruh tani atau pekerja kasar di luar petani. Karena pertanian bekerja dengan

musiman maka kesinambungan kerja kurang terjamin. Banyak diantara

mereka yang lalu bekerja sebagai ”pekerja bebas” (self employed), berusaha

apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar, maka tingkat

upah menjadi rendah sehingga mengurung mereka di bawah garis kemiskinan.

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

15

Didorong oleh kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka mencoba

berusaha di kota.

5. Kebanyakan diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan

tidak mempunyai ketrampilan (skill) atau pendidikan, sedangkan kota di

banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi

penduduk desa ini. Apabila di negara negara pertumbuhan industri menyertai

urbanisasi dan pertumbuhan kota sebagai penarik bagi masyarakat desa untuk

bekerja di kota, maka urbanisasi di negara berkembang tidak disertai proses

penyerapan tenaga dalam perkembangan industri. Bahkan sebaliknya,

perkembangan teknologi di kota-kota negara berkembang justru menapik

pekerjaan lebih banyak tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah

ke kota dalam kantong-kantong kemelaratan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Menurut Suryadiningrat (2003), kemiskinan pada hakikatnya disebabkan

oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran

ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan orang lain. Penganiayaan manusia

terhadap diri sendiri tercermin dari adanya : 1) keengganan bekerja dan berusaha,

2) kebodohan, 3) motivasi rendah, 4) tidak memiliki rencana jangka panjang, 5)

budaya kemiskinan dan 6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan. Sedangkan

penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja

dan berusaha akibat : 1) Ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

16

memerlukan atau orang tidak mampu dan 2) kebijakan yang tidak memihak

kepada orang miskin.

Beberapa faktor yang dinilai sebagai sebab-sebab kemiskinan menurut

Handayani (2001) antara lain: (1) Kesempatan kerja, dimana seseorang itu miskin

karena menganggur, sehingga tidak memperoleh penghasilan atau jika tidak

bekerja penuh, baik dalam ukuran hari, minggu, bulan, maupun tahun, (2) upah

gaji di bawah minimum, (3) produktivitas kerja yang rendah, (4) ketiadaan aset,

(5) diskriminasi, (6) tekanan harga, dan (7) penjualan tanah.

Menurut Kartasasmita dalam Rahmawati (2006), kondisi kemiskinan dapat

disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, yaitu :

1. Rendahnya taraf pendidikan

dimana taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan

pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang

dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan

untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

2. Rendahnya derajat kesehatan

Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan

fisik, daya pikir dan prakarsa.

3. Terbatasnya lapangan kerja

Keadaan kemiskinan karena kondisi pendidikan dan kesehatan diperberat oleh

terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan

usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan

itu.

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

17

4. Kondisi keterisolasian

Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karenan terpencil dan

terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau

oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati

masyarakat lainnya.

Menurut Todaro (1998) bahwa tinggi rendahnya tingkat kemiskinan

tergantung pada dua faktor yakni tingkat pendapatan nasional rata-rata dan lebar

sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Pendapatan nasional

diperoleh dari faktor-faktor yang digunakan dimana faktor-faktor produksi

merupakan faktor input yang digunakan perusahaan atau industri di dalam

menghasilkan suatu output. Hubungan antara input dan output dapat

diformulasikan ke dalam sebuah fungsi produksi, yang secara sistematis bisa

ditulis :

Y = f (K, T)................................................................................... (1)

dimana :

Y = output yang dihasilkan selama periode tertentu

K = kapital

T = tenaga kerja

Kapital merupakan semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan,

langsung maupun tidak langsung, dalam produksi untuk menambah output.

Kapital yang digunakan di perkotaan dan di pedesaan relatif berbeda. Penggunaan

kapital di perkotaan dengan investasi yang dapat berupa investasi perbaikan-

perbaikan pendidikan, kesehatan, keahlian dan lain-lain. Peningkatan investasi

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

18

yang dapat meningkatkan produktivitas akan meningkatkan pula pendapatan

nasional dan pendapatan perkapita.

Penggunaan kapital di pedesaan lebih banyak menggunakan lahan sebab

pedesaan masih menonjol di sektor pertanian. Hal ini juga disebutkan oleh

Thomas Robert Malthus (tokoh mahzab klasik) bahwa lahan sebagai salah satu

faktor produksi utama yang jumlahnya tetap, walaupun pemakaian lahan untuk

produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Dalam

banyak hal, justru jumlah lahan untuk pertanian berkurang. Hal ini karena

sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik, dan bangunan

lain serta untuk pembuatan jalan. Penggunaan lahan di perkotaan dapat juga

digunakan untuk sewa lahan. Hal ini dikemukakan oleh David Ricardo (tokoh

mahzab klasik) bahwa keuntungan sewa lahan yang subur lebih tinggi

dibandingkan dengan keuntungan sewa lahan yang kurang subur, karena semakin

rendah tingkat kesuburan lahan, maka akan akan semakin tinggi biaya rata-rata

dan biaya marginal untuk mengolah lahan tersebut (Deliarnov, 1995).

Tenaga Kerja adalah bagian dari penduduk yang mampu bekerja untuk

memproduksi barang dan jasa. Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan

nasional diperoleh dari upah tenaga kerja yang bekerja pada suatu perusahaan atau

industri. Semakin banyak tenaga kerja yang bekerja pada suatu daerah semakin

besar pendapatan yang diperoleh daerah tersebut.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

19

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Intania (2002) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan adalah

1) umur, 2) tingkat pendapatan, 3) jumlah beban keluarga, 4) pendapatan, 5)

pengalaman dan 6) pelayanan pengelolaan kegiatan. Untuk hasil analisis umur

maka partisipasi juga semakin tinggi, namun hal ini terjadi pada rentan umur

sampai dengan umur 60 tahun.

Faktor–faktor yang berhubungan dengan efektifitas komunikasi dalam

kelompok Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) menurut Nur

(2004) adalah faktor internal, faktor eksternal, dukungan pemimpin formal,

pendidikan formal, pengalaman berusaha dan motivasi anggota kelompok dengan

tingkat pemecahan masalah yang dihadapinya, namun yang berhubungan nyata

dengan pola komunikasi dalam kelompok P2KP adalah dukungan pemimpin

formal.

Menurut penelitian Rahmawati (2006), faktor-faktor yang berpengaruh

nyata terhadap peluang suatu rumah tangga berada dalam kemiskinan antara lain

jumlah anggota rumah tangga yang termasuk tenaga kerja, umur, pendidikan,

jenis kelamin dan pendapatan. Berdasarkan analisis tersebut, jika kepala rumah

tangga berjenis kelamin wanita maka peluang rumah tangga menjadi miskin

menjadi lebih berkurang.

Penelitian Allen dan Thompson (1990) menunjukkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kemiskinan adalah ras, umur, tipe kepala keluarga, ukuran

keluarga, daerah, pendidikan, pendapatan, lama bekerja dan struktur industri.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

20

Model kemiskinan ini menggunakan model logit dan dari semua variabel bebas

yang dimasukkan, hanya variabel tipe kepala keluarga yang tidak signifikan pada

taraf nyata 0,05.

Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian McDowell (1995)

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah faktor umur,

pendidikan, ras, tipe keluarga, ukuran keluarga, pendapatan, lama bekerja,

struktur industri dan interaksi. Model kemiskinan ini juga menggunakan model

regresi logistik dan semua variabel bebas signifikan terhadap taraf nyata satu

persen.

Penelitian Wiraswara (2005) menunjukkan pertumbuhan ekonomi tidak

berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Dari hasil penelitian ini

terdapat variabel-variabel lain yang berpengaruh terhadap kemiskinan di

Indonesia. Variabel-variabel tersebut adalah angka melek huruf, keterjangkauan

rumah tangga terhadap listrik dan dummy kabupaten/kota di Jawa. Ketiga variabel

ini menurut data tahun 2002 memiliki kemampuan untuk mengurangi angka

kemiskinan. Angka kemiskinannya lebih tinggi dari kabupaten/kota di luar Jawa

dan persentase penduduk melek huruf kabupaten/kota di Jawa lebih rendah dari

kabupaten di kabupaten/kota di luar Jawa. Kabupaten/kota di Jawa lebih unggul

dalam persentase rumah tangga yang terjangkau listrik.

Widiyanti (2001) dari hasil penelitiannya tentang telaah terhadap

partisipasi, pendapatan dan tingkat kemiskinan peserta program perhutanan sosial

dapat disusun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan pesanggem

(orang yang menggarap lahan). Adapun faktor-faktor tersebut adalah jenis mata

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

21

pencaharian pesanggem, luas penguasaan lahan pesanggem, pola usaha tani

pesanggem dan pendapatan rumah tangga pesanggem.

Penelitian-penelitian terdahulu lebih berfokus pada upaya penanggulangan

kemiskinan, ada pula yang lebih membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kemiskinan pesanggem. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi

kemiskinan dilihat faktor pendapatan, pendidikan, pengangguran dan tingkat

ketergantungan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan di Pulau Jawa lebih meluas bila dibandingkan dengan pulau-

pulau lainnya di Indonesia. Sebagai alasan dapat dihubungkan dengan

penduduknya yang lebih padat dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.

Pertumbuhan yang cepat menghendaki pemenuhan hidup yang meningkat pula.

Tingkat pertumbuhan kesempatan kerja akan meningkat seiring dengan

peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam keadaan terbatasnya lapangan

pekerjaan, maka akan sulit bagi sebagian angkatan kerja untuk memperoleh

pekerjaan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran yang

dapat menyebabkan kemiskinan.

Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di

Indonesia yaitu sebesar 39.140.812 jiwa pada tahun 2004, dengan kepadatan

penduduk sebesar 1.194,96 jiwa/km. Daerah dengan kepadatan penduduk terbesar

berada di dekat Jakarta serta Bandung yang merupakan ibukota provinsi Jawa

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

22

Barat dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia. Kepadatan penduduk

ini disebabkan oleh meningkatnya migrasi penduduk yang umumnya tidak

memiliki ketrampilan memadai sehingga mereka bekerja secara tidak layak dan

memperoleh penghasilan yang rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup

di kota yang relatif lebih mahal dibandingkan di pedesaan. Keadaan ini akan

meningkatkan jumlah penduduk miskin.

Penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

kemiskinan. Faktor-faktor yang akan diteliti yaitu faktor pendapatan, pendidikan,

pengangguran dan tingkat ketergantungan. Bagan dibawah ini untuk

mempermudah alur penelitian.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

Rekomendasi kebijakan dalam rangka program kegiatan pengentasan

kemiskinan

Pendidikan pengangguran Beban Ketergantungan Hidup

Pendapatan

Tenaga Kerja

Lahan

Investasi

Dummy Kota/Kab

Keadaan Masyarakat di Jawa Barat

Miskin

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

23

2.6. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis penelitian untuk faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

adalah sebagai berikut :

1. Lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan.

2. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan.

3. Investasi berpengaruh positif terhadap pendapatan.

4. Variabel dummy kota berpengaruh positif terhadap pendapatan.

b. Hipotesis penelitian untuk faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kemiskinan adalah sebagai berikut.

1. Pendapatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.

2. Pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.

3. Jumlah pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.

4. Tingkat ketergantungan berpengaruh positif terhadap tingkat

kemiskinan.

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data kemiskinan, data

pendapatan, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja, lahan dan investasi. Data

yang menunjang penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

perpustakaan IPB dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Data

yang digunakan merupakan data dari 25 kabupaten/kota di Jawa Barat untuk

tahun 2004.

3.2. Model Ekonometrika

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

persamaan simultan, yang dapat ditulis sebagai berikut :

Yi= α0 + α1Ei + α2Li + α3Ii + α4Dki + ε1 (3.1)

Mi=β0 + β1Yi + β2Pdi+ β3Ui + β4Depi + ε2 (3.2)

dimana :

Mi : Tingkat kemiskinan di kota/kabupaten i (persen)

Yi : Tingkat Pendapatan di kota/kabupaten i (miliar Rp)

Ei : Jumlah tenaga kerja di kota/kabupaten i (orang)

Pdi : Tingkat pendidikan di kota/kabupaten i (persen)

Ui : Tingkat Pengangguran di kota/kabupaten i (orang)

Depi : Tingkat Ketergantungan di kota/kabupaten i (persen)

Li : Luas Lahan di kota/kabupaten i (Ha)

Ii : Investasi di kota/kabupaten i (juta Rp)

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

25

Dki : Variabel dummy dengan nilai 1 untuk kota dan 0 untuk kabupaten

ε1, ε2 : Galat 1

Model analisis di atas terdiri dari persamaan pendapatan dan persamaan tingkat

kemiskinan, dua variabel endogen dan tujuh variabel eksogen.

3.3. Identifikasi dan Pendugaan Model

Identifikasi model digunakan untuk menentukan metode pendugaan dari

persamaan struktural yang sudah dibangun. Untuk mengetahui persamaan

struktural teridentifikasi atau tidak, dapat menggunakan order condition. Order

condition yaitu jika suatu persamaan teridentifikasi, maka jumlah variabel

eksogen diluar persamaan tersebut harus lebih banyak dari atau sama dengan

jumlah peubah endogen dalam persamaan tersebut dikurangi 1. Rumus order

conditon dapat ditulis debagai berikut :

K - M > G-1 (3.3)

dimana :

K : Jumlah semua variabel yang terdapat dalam model persamaan simultan.

M : Jumlah semua variabel di dalam persamaan yang akan di identifikasi.

G : Jumlah persamaan.

Tabel 3.1. Order Condition (kondisi ordo)

Persamaan K-M <, =, > G-1 Kesimpulan (3.3) 9-5 > 2-1 overidentified (3.4) 9-5 > 2-1 overidentified

Hasil dari pengujian order conditon menghasilkan kesimpulan dapat

diidentifikasi untuk persamaan dalam model. Berdasarkan hasil identifikasi model

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

26

bahwa kedua model dapat dikatakan overidentified, maka metode yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel yang digunakan dengan analisis

regresi berganda adalah dengan menggunakan metode 2SLS (Two-Stage Least

Square).

3.4. Uji Evaluasi Hasil

Untuk lebih mengukur validitas dari suatu persamaan maka dilakukan

pengujian orde I atau pengujian orde II. Pengujian orde I meliputi uji koefisien

determinasi (R2), uji t, uji F. Uji orde kedua adalah uji penyimpangan klasik yang

meliputi uji mulikolinearitas, heteroskedastisitas dan uji normalitas. Uji

autokorelasi tidak dilakukan pada model ini karena data yang digunakan

merupakan data cross section dimana tidak terlalu penting untuk melakukan uji

tersebut. Adapun penjelasan mengenai pengujian tersebut adalah :

A. Koefisien Determinasi (R2)

Uji keragaman digunakan untuk melihat sejauh mana besar keragaman

yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Uji ini

juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam

model dapat menerangkan model. Dua sifat R2 adalah merupakan besaran negatif

dan batasnya antara nol sampai satu. Suatu R2 sebesar 1 berarti kecocokan

sempurna sedangkan (R2) yang bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara

variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan. Rumus untuk menghitung

(R2) adalah :

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

27

( )( ) JKG

JKT

YY

YYR =

−=∑∑

2

1

2

2

ˆ

ˆ (3.4)

JKT = jumlah kuadrat total

JKG = jumlah kuadrat galat

B. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis yang telah

disebutkan dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara

statistik bersifat signifikan atau tidak. Melalui uji ini apakah koefisien regresi satu

persatu secara statistik signifikan atau tidak.

j

jj s

tˆβ̂

= (3.5)

dimana, ( )1'21ˆ jjij XXkN

s ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

−= ∑l

N = jumlah observasi

K = jumlah variabel bebas

Jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel atau p-value lebih besar dari

α tertentu maka hipotesis nol βj= 0 diterima. Namun, jika nilai tj lebih besar dari

nilai t tabel atau p-value lebih kecil dari α yang telah ditentukan maka hipotesis

nol ditolak.

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

28

C. Uji F

Uji F digunakan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh

koefisen regresi juga signifikan dalam menentukan nilai dari variabel tak bebas.

Untuk uji F hipotesis diuji adalah :

0...210 ===== kH βββ

Jika seluruh nilai sebenarnya dari parameter regresi sama dengan nol, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara variabel tak bebas

dengan variabel-variabel bebas. Untuk mengujinya dapat digunakan F statistik

dengan formula sebagai berikut :

( )( )kN

Rk

RF

−−

−= 2

2

11 (3.6)

Jika nilai F satistik lebih kecil dari nilai t tabel maka hipotesis diterima. Namun

jika nilai F statistik lebih besar dari nilai F tabel berdasarkan suatu level of

significance tertentu maka hipotesis ditolak.

D. Multikolinier

Multikolinier adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas di

antara satu dengan yang lainnya. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal

adalah variabel bebas yang nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol.

Jika terdapat korelasi sempurna di antara sesama variabel bebas ini sama dengan

satu, maka konsekuensinya adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat

ditaksir, nilai standar error setiap koefisien menjadi tidak terhingga. Hal-hal utama

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

29

yang sering menyebabkan terjadinya multikolinearitas pada model regresi, antara

lain :

1. Kesalahan teoritis dalam pembentukan model fungsi regresi yang

dipergunakan.

2. Terlampau kecilnya jumlah pengamatan yang akan dianalisis dengan model

regresi.

Untuk mendeteksi multikolinier dapat dilihat dengan menghitung

koefisien korelasi parsial. Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana

yang saling berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan

sisa variabel eksogen yang lain dan menghitung nilai R2 yang cocok.

Dalam model regresi :

Yi= α0 + α1Ei + α2Li + α3Ii + α4Dki + ε1

Diregresikan setiap variabel bebas atas variabel bebas yang lain dan kemudian

menghitung R2 yang bersangkutan yang kita nyatakan dengan simbol Ri,

kemudian kita tentukan nilai F masing-masing regresi tersebut dan dinyatakan

dengan Fi. Formula hubungan antara F dan R2 dinyatakan sebagai berikut :

( )( )

( )11

2,,,

2,,,

+−−

−=

kNR

kR

FiIiI

iIIi

DkIlE

DkILE

i (3.7)

N = jumlah observasi

K = jumlah variabel bebas

Jika Fi lebih besar dari nilai Fi tabel pada suatu level of significance tertentu, maka

dapat diartikan bahwa variabel bebas Xk tertentu mempunyai variabel bebas yang

lain. Jika Fi lebih kecil dari nilai F tabel pada suatu level of significance tertentu,

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

30

maka dapat diartikan bahwa variabel bebas Xk tertentu tidak mempunyai korelasi

dengan variabel bebas lain.

E. Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas

(tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memiliki ragam error yang sama. Gejala

adanya heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh probability Obs*R-squared

pada uji White Heteroskedastisicity.

00

1

0

≠===

γγ

HH

Kriteria uji :

Probality Obs*R-squared < α, maka tolak H0

Probability Obs*R-squared.> α,maka terima H0

Heteroskadastisitas dapat juga dideteksi dengan menggunakan metode

grafik yang memetakan hubungan antara variabel tak bebas dengan kuadrat

residual. Jika terdapat pola yang sistematis antara dua variabel tersebut maka

dapat dikatakan bahwa persamaan regresi mengandung heteroskedastisitas.

Akibat yang ditimbulkan pada model regresi yang mengandung

heteroskedastisitas pada faktor-faktor gangguannya yang diterapkan adalah

sebagai berikut :

1. Penaksir-penaksir OLS tidak akan bias (unbiased)

Artinya, penaksir-penaksir OLS adalah tidak bias sekalipun dalam kondisi

heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena tidak menggunakan asumsi

homoskedastisitas.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

31

2. Varian yang diperoleh menjadi tidak efisien

Artinya, cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varian yang

terkecil. Kecenderungan semakin membesarnya varian tersebut akan

mengakibatkan uji hipotesis yang dilakukan juga tidak akan memberikan hasil

yang baik (tidak valid). Pada uji t terhadap koefisien regresi, t hitung diduga

terlalu rendah. Kesimpulan tersebut akan semakin buruk jika sampel

pengamatan semakin kecil jumlahnya. Dengan demikian, model diperbaiki

dulu agar pengaruh dari heteroskedastisitasnya hilang.

F. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk sampel kurang dari 30, karena jika sampel lebih

dari 30 maka error term terdistribusi secara normal. Untuk menguji error term

terdistribusi secara normal atau tidak dapat ditunjukan dengan menggunakan uji

Jarque-Bera.

Kriteria uji :

a. H0 = error term terdistribusi normal

H1 = error term tidak terdistribusi normal

b. Statistik J-B dapat dihitung melalui tahapan berikut.

1) hitung kecondongan (α3)dan ketinggian (α4) error term.

(2) hitung statistik J-B = ( )⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡ −+

243

24

24

23 αα

Pada software Eviews, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

descriptive statistic test. Jika nilai probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

32

nyata yang digunakan maka model persamaan tidak mempunyai masalah

normalitas atau error term terdistribusi secara normal.

3.5. Definisi Operasional

1. Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

dasar hidupnya.

2. Karakteristik kemiskinan adalah hubungan atau gambaran kondisi; atribut dari

karakteristik masyarakat dengan proses dan kejadian kemiskinan dilihat

kaitannya dengan faktor ekonomi, sosial dan budaya.

3. Garis kemiskinan adalah besarnya pengeluaran (dalam rupiah) untuk

memenuhi kebutuhan dasar minimal makanan dan non makanan.

4. Tingkat pendapatan adalah pendapatan regional dibagi dengan jumlah

penduduk pada tengah tahun berdasarkan harga konstan.

5. Investasi adalah pembelian dari modal barang-barang yang tidak dikonsumsi

tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.

6. Luas lahan diukur dari jumlah lahan sawah dan lahan kering.

7. Tingkat pendidikan dilihat dari jumlah murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) umum.

8. Tingkat ketergantungan adalah jumlah penduduk umur 0-14 tahun dan 65

tahun ke atas dibagi dengan jumlah penduduk umur 15-64 tahun.

9. Tingkat pengangguran adalah jumlah angkatan kerja yang sedang mencari

pekerjaan.

10. Tenaga kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja.

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

IV. PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT

4.1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tahun 1996-2004

berfluktuasi dari tahun ke tahun meskipun terlihat adanya kecenderungan

menurun pada periode tahun 1999-2004. Pada periode tahun 1996-1998 jumlah

penduduk miskin meningkat sebesar 4431,3 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari

3962,1 ribu pada tahun 1996 menjadi 14853,2 ribu pada tahun 1998. Persentase

penduduk miskin meningkat dari 9,88 persen menjadi 35,72 persen pada periode

yang sama.

Pada periode tahun 1999-2004 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin

sebesar 37392,2 ribu, yaitu dari 8393,4 ribu pada tahun 1999 menjadi 4654,2 ribu.

Secara relatif juga terjadi penurunan pada persentase penduduk miskin dari 19,78

persen pada tahun 1999 menjadi 12,10 persen pada tahun 2004.

Tabel 4.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Barat Periode Tahun 1996-2004

Tahun Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin 1996 3962,1 9,881997 5675,1 13,901998 14853,2 35,721999 8393,4 19,782000 6658,4 15,402001 6513,6 15,342002 4938,2 13,382003 4889,0 12,902004 4654,2 12,10

Sumber : BPS, 1996-2004

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

34

4.2. Perkembangan Pendapatan di Jawa Barat

Besarnya pendapatan yang diperoleh atau diterima rumah tangga dapat

menggambarkan kesejahteraan suatu masyarakat. Pendapatan perkapita adalah

nilai PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Semakin tinggi

pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi tingkat

kesejahteraan penduduk.

Secara umum pendapatan perkapita baik harga berlaku maupun dengan

harga konstan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun peningkatan

pendapatan perkapita berdasarkan harga berlaku belum mencerminkan tingkat

kesejahteraan masyarakat Jawa Barat secara umum karena sama seperti PDRB

harga berlaku, dalam pendapatan perkapita harga berlaku masih mengandung

faktor inflasi. Untuk melihat kesejahteraan masyarakat Jawa Barat dapat dilihat

perolehan pendapatan perkapita berdasarkan harga konstan. Peningkatan

pendapatan perkapita terlihat dari jumlah pendapatan pada tahun 2000 sebesar Rp.

1.599.581 menjadi Rp. 1.725.993 pada tahun 2004 dan terlihat pula pertumbuhan

ekonomi yang meningkat dari 3,89 persen pada tahun 2001 menjadi 5,47 persen

pada tahun 2004.

Tabel 4.2. Nilai Pendapatan di Jawa Barat Tahun 2001-2005

Pendapatan Perkapita Tahun Harga Berlaku (Rp) Harga Konstan (Rp) Laju Pertumbuhan

Ekonomi (%) 2001 4.191.621 1.599.581 3,892002 5.250.077 1.571.542 3,942003 5.707.335 1.613.756 4,532004 7.134.248 1.659.231 5,47

2005* 7.880.887 1.725.993 5,47Sumber : BPS, 2005 Keterangan : *) angka sementara

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

35

4.3. Perkembangan Tenaga Kerja

Perkembangan tenaga kerja di Jawa Barat pada periode tahun 2001-2005

mengalami peningkatan yaitu dari 14.499.420 orang pada tahun 2001 menjadi

14.629.276 orang pada tahun 2005. Dari kontribusi tenaga kerja berdasarkan

sektor ekonomi terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja paling tinggi terjadi di

sektor Pertanian, kurang lebih sebesar 30 persen dari jumlah pekerja yang ada di

Jawa Barat. Sektor non-pertanian memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga

kerja kurang lebih sebesar 70 persen yang terbagi dari beberapa sektor, yaitu

sektor pertambangan dan galian, industri, listrik, gas dan air, konstruksi,

perdagangan, komunikasi, keuangan dan lain-lain. Kendala yang terjadi dalam

tenaga kerja adalah rendahnya kualitas tenaga kerja di Jawa Barat, sekitar 50

persen tenaga kerja di Jawa Barat berpendidikan Sekolah Dasar (SD), yang berarti

bahwa banyak dari pekerja di Jawa Barat yang menempati posisi sebagai pekerja

yang tidak berpendidikan.

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Persentase Kontribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Jawa Barat Tahun 2001-2005

Sektor Ekonomi Tahun Tenaga Kerja (orang) Pertanian Non Pertanian

2001 14.499.420 32,67 67,332002 14.417.739 31,81 68,192003 14.345.796 34,57 65,432004 14.618.934 30,34 69,662005 14.629.276 30,06 69,94

Sumber : BPS, 2001-2005

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

36

Tabel 4.4. Persentase Tenaga Kerja Jawa Barat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2001-2005

Tingkat Pendidikan 2001 2002 2003 2004 2005

Tdk/blm sekolah 4,46 3,56 1,89 2,26 2,67Tdk/blm sekolah SD 14,00 14,70 11,1 11,80 11,80SD 45,50 45,40 48,3 45,90 44,90SLTP 15,29 15,16 16,1 17,97 17,3SLTA 16,22 16,55 18,1 17,02 18,14Diploma 2,36 2,43 1,95 2,41 2,50Universitas 2,26 2,31 2,48 2,75 2,77

Sumber : BPS, 2001-2005

4.4. Perkembangan Investasi

Perkembangan investasi pada periode tahun 2001-2005 berfluktuasi.

Peningkatan nilai investasi terjadi pada tahun 2001 yaitu pada PMA di tahun 2001

sebesar 7,68 persen menjadi 19,26 persen di tahun 2002, sedangkan pada PMDN

di tahun 2001 sebesar 8,39 persen menjadi 9,32 persen di tahun 2002. Pada

periode tahun 2002-2003, nilai investasi mengalami penurunan baik pada PMA

maupun pada PMDN. Pada tahun 2005 peningkatan terjadi pada PMA sedangkan

pada PMDN mengalami penurunan sebesar 9,43 persen yaitu pada tahun 2004

sebesar 20,02 persen menjadi 10,59 persen pada tahun 2005. Peningkatan

investasi akan membawa dampak yang baik terhadap peningkatan penyerapan

tenaga kerja di Jawa Barat.

Tabel 4.5. Nilai Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2000-2005

Tahun PMA PMDN 2001 7,89 8,392002 19,26 9,322003 7,21 6,922004 8,84 20,022005 11,65 10,59

Sumber : BPS, 2001-2005

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

37

4.5. Perkembangan Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran di Jawa Barat pada periode tahun 2000-2004

mengalami fluaktuasi. Pada periode tahun 2000 hingga tahun 2004 mengalami

peningkatan yaitu dari 8,99 persen pada tahun 2000 menjadi 13,19 persen pada

tahun 2002, kemudian pada tahun 2003 tingkat pengangguran menurun sebesar

12,49 persen. Namun tidak lama kemudian tingkat pengangguran kembali

meningkat pada tahun 2004 dan 2005. Pengangguran meningkat di Jawa Barat

disebabkan oleh meningkatnya jumlah migrasi dari daerah lain ke Jawa Barat

serta lapangan kerja tidak mampu menampung tenaga kerja tersebut.

Tabel 4.6. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Barat Tahun 2000-2005

Tahun Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran (%) 2000 17.048.013 8,992001 14.499.420 11,772002 14.417.739 13,192003 14.345.796 12,492004 14.618.934 13,692005 14.629.276 14,73

Sumber : BPS, 2001-2005

4.6. Perkembangan Tingkat Ketergantungan

Pada periode tahun 2000-2005, tingkat ketergantungan di Jawa Barat

mengalami penurunan sebagai akibat dari berhasilnya program Keluarga

Berencana yang dijalankan oleh pemerintah. Tingkat ketergantungan adalah angka

yang menyatakan perbandingan antara penduduk tidak produktif dan penduduk

usia produktif. Pada tahun 2000, tingkat ketergantungan sebesar 0,50 yang berarti

tiap orang yang produktif harus menanggung 50 orang yang tidak produktif.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

38

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Persentase Tingkat Ketergantungan di Jawa Barat Periode Tahun 2000-2005

Jumlah Penduduk menurut Umur

(ribu) Tahun <15 th 15-64 th >65 th

Tingkat Ketergantungan (persen)

2000 42.831,97 23.901,57 1.477,68 50,972001 10,805,39 24.473,72 1.515,88 50,342002 10.904,81 25.078,30 1.565,42 49,722003 11.000,17 25.708,06 1.625,41 49,112004 11.091,96 26.349,61 1.697,91 48,542005 11.180,84 26.990,05 1.785,27 48,04

Sumber :BPS, 2005

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pendugaan Model Analisis

Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan

kemiskinan, maka perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi dari metode

pendugaan yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan multikolineritas. Untuk

menguji asumsi normalitas error term dilakukan dengan mengunakan uji Jarque-

Bera Test. Hasil pengujian normalitas untuk model pendapatan dapat ditunjukkan

oleh nilai probabilitas sebesar 0,02. Ini berarti bahwa pada taraf nyata 1 persen

dapat dikatakan error term terdistribusi normal. Hal yang sama juga ditunjukkan

oleh model kemiskinan, yaitu bahwa probabilitas ketidaknormalan sebesar 0,98

yang berarti error term tersebut tersebar normal.

Dalam asumsi model regresi linier, gangguan μi semuanya mempunyai

varians yang sama. Jika asumsi ini terpenuhi maka model regresi bersifat

homoskedastisitas tetapi sebaliknya jika asumsi tersebut dilanggar maka model

tersebut mengandung heteroskedastisitas. Untuk menguji asumsi

heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity.

Jika nilai probabilitas dalam uji yang digunakan lebih kecil dari taraf nyata maka

dalam model terdapat heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas

(probabilitas Obs*R-square) untuk model pendapatan dan model kemiskinan

berturut-turut adalah sebesar 0,114 dan 0,58. Berdasarkan nilai tersebut maka

pada taraf nyata satu persen, kedua model tersebut memenuhi asumsi

homoskedastisitas.

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

40

Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dilihat dari

korelasi antara variabel-variabel independent yang menyusun model. Suatu model

dikatakan terbebas dari multikolinearitas jika korelasi antara variabel-variabelnya

tidak lebih dari 0,8. Dalam model pendapatan dan kemiskinan (Lampiran 3) dapat

terlihat bahwa korelasi diantara variabel tidak lebih dari 0,8, sehingga tidak terjadi

masalah multikolinearitas diantara variabel bebas.

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Dari model faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan (Tabel 5.1)

menunjukkan nilai probabilitas F statistik sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil

dari taraf nyata yang dikehendaki yaitu 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa secara

keseluruhan variabel-variabel bebas dalam model secara signifikan berpengaruh

terhadap variabel pendapatan. Disamping itu juga ditunjukkan nilai koefisien

determinasi adalah sebesar 0,66, yang berarti bahwa besarnya variabel pendapatan

yang dapat dijelaskan oleh variabel tenaga kerja, lahan, investasi dan dummy

kota/kabupaten adalah sebesar 66 persen. Dari empat variabel yang dimasukkan

dalam model, dua variabel pengaruh yang nyata pada taraf <1 persen yaitu tenaga

kerja dan investasi dan dua variabel berpengaruh nyata pada taraf <10 persen

terhadap pendapatan yaitu variabel lahan dan dummy kota/kabupaten.

Koefisien regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,0016. Hal ini bahwa setiap

kenaikan tenaga kerja sebesar satu orang akan meningkatkan pendapatan sebesar

16 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya tenaga kerja

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

41

maka akan menurunkan pengangguran yang akan meningkatkan pendapatan

nasional selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perkapita.

Tabel 5.1. Hasil Estimasi Model Pendapatan

Variabel Koefisien Peluang untuk satu sisi Konstan -490,4733 0,2448 Lahan (L) 0,001473 0,0472 Tenaga Kerja (Tk) 0,001570 0,0047 Investasi (I) 0,000113 0,0084 Dummy Kotamadya (Dk) 774,9002 0,0317 R2 0,656506 F-statistik 9,556285 Peluang (F-stat) 0,000173

Sumber : Lampiran 2

Koefisien regresi lahan adalah sebesar 0,0015 yang berarti setiap kenaikan

luas lahan pertanian sebesar satu hektar akan menyebabkan pendapatan meningkat

sebesar 15 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian

masih sangat penting dalam meningkatkan pendapatan. Pentingnya sektor

Pertanian juga ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang

masih tinggi yaitu pada tahun 2004 sebesar 13,43 persen. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Syafwannur (2004).

Untuk koefisien regresi variabel investasi adalah sebesar 0,0001. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan investasi sebesar satu juta rupiah akan

meningkatkan pendapatan sebesar 100 ribu rupiah. Ini menunjukkan bahwa

pentingnya Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) yang menginvestasikan dananya ke kotamadya/kabupaten di

Jawa Barat. Dengan meningkatnya investasi di bidang usaha akan memperluas

lapangan kerja yang akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

42

selanjutnya akan meningkatkan pendapatan. Hal ini terlihat dari peningkatan

investasi dari 221 proyek pada tahun 2003 menjadi 350 proyek pada tahun 2004

yang meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 97.832 orang pada

tahun 2004 dari 58.281 orang pada tahun 2003 (BPMD, 2004).

Koefisien regresi variabel dummy antara kotamadya dan kabupatan

memiliki tanda positif . Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan di kotamadya

lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pendapatan di kabupaten. Hasil ini

sesuai dengan kenyataan dimana pendapatan di kotamadya yang lebih tinggi

karena merupakan pusat suatu daerah dengan berbagai lapangan usaha seperti

industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, dan lain-lain, sedangkan

sebagian besar lapangan usaha di kabupaten adalah di sektor pertanian.

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Berdasarkan model kemiskinan pada Tabel 5.2, dapat ditunjukkan bahwa

nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000, yang berarti bahwa pendapatan,

pendidikan, jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat kemiskinan. Di

samping itu juga ditunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah sebesar 0,73.

Artinya dengan model tersebut variabel tingkat kemiskinan dapat dijelaskan oleh

variabel pendapatan, pendidikan, jumlah pengangguran dan tingkat

ketergantungan sebesar 73 persen. Dari empat variabel bebas yang dimasukkan

dalam model kemiskinan, dua variabel pengaruh yang nyata pada taraf <1 persen

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

43

dan dua variabel berpengaruh nyata pada taraf <10 persen terhadap tingkat

kemiskinan.

Tabel 5.2. Hasil Estimasi Model Kemiskinan

Variabel Koefisien Peluang untuk satu arahKonstan 3,985094 0,6544 Pendapatan (Y) -0,00216 0,0084 Pendidikan (Pd) -0,38908 0,0022 Jumlah pengangguran (U) 0,17250 0,0830 Tingkat ketergantungan (Dep) 0,235907 0,0872 R2 0,738774 F-statistik 14,15245 Peluang (F-stat) 0,000012

Sumber : Lampiran 2

Dari Tabel 5.2. juga dapat ditujukkan bahwa pendapatan mempunyai

pengaruh yang sangat nyata pada taraf <1 persen terhadap tingkat kemiskinan.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen dan Thompson

(1990), McDowel dan Allen (1995) serta Intania (2002). Nilai koefisien regresi

untuk pendapatan bernilai -0,002 yang berarti setiap kenaikan pendapatan sebesar

satu miliar rupiah akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,002 persen.

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel tingkat

pendidikan mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf 1 persen terhadap tingkat

kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen and

Thompson (1990), McDowel and Allen (1995).Nilai koefisien regresi untuk

variabel tingkat pendidikan bernilai negatif yaitu 0,38 yang berarti jika tingkat

pendidikan meningkat satu persen maka akan menurunkan tingkat kemiskinan

sebesar 0,38 persen. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi

kemiskinan. Dengan pendidikan yang layak, seseorang diharapkan dapat

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

44

memperoleh penghasilan lebih tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya lebih baik.

Nilai koefisien regresi untuk jumlah pengangguran berpengaruh nyata pada

taraf 10 persen terhadap kemiskinan. Nilai koefisien regresi untuk jumlah

pengangguran bernilai positif yaitu sebesar 0,17 yang berarti jika tingkat

pengangguran meningkat satu orang maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan

sebesar 0,17 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pengangguran merupakan

masalah yang penting dalam mengurangi kemiskinan. Untuk itu diperlukan

penciptaan lapangan kerja yang memadai bagi penduduk miskin khususnya di

pedesaan.

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variabel tingkat

ketergantungan mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf 10 persen terhadap

tingkat kemiskinan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Intania

(2002). Koefisien regresi untuk variabel tingkat ketergantungan sebesar 0,236.

Artinya bahwa jika tingkat ketergantungan meningkat sebesar satu persen maka

akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0,236 persen. Hal ini terlihat bahwa

peningkatan tingkat ketergantungan mengindikasikan jumlah anggota rumah

tangga yang menjadi tanggungan dalam keluarga lebih banyak daripada mereka

yang produktif bekerja sehingga pendapatan perkapita menjadi rendah yang

selanjutnya menyebabkan kemiskinan meningkat.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pada taraf nyata

satu persen adalah tenaga kerja dan investasi, sedangkan variabel lahan dan

variabel dummy kota/kabupaten berpengaruh nyata 10 persen. Koefisien

regresi tenaga kerja adalah sebesar 0,0016. Hal ini bahwa setiap kenaikan

tenaga kerja sebesar satu orang akan meningkatkan pendapatan sebesar 16 juta

rupiah. Lahan memiliki koefisien regresi sebesar 0,0015 yang berarti setiap

kenaikan luas lahan sebesar satu hektar akan menyebabkan pendapatan

meningkat sebesar 15 juta rupiah. Untuk koefisien regresi variabel investasi

adalah sebesar 0,0001. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan investasi

sebesar satu juta rupiah akan meningkatkan pendapatan sebesar 100 ribu

rupiah. Koefisien regresi variabel dummy antara kota dan kabupaten memiliki

tanda positif . Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan di kota lebih tinggi

apabila dibandingkan dengan pendapatan di kabupaten.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan pada taraf nyata satu persen

adalah pendapatan dan pendidikan, sedangkan variabel jumlah pengangguran

dan tingkat ketergantungan berpengaruh nyata 10 persen. Koefisien regresi

untuk pendapatan bernilai negatif yaitu sebesar 0,002 yang berarti setiap

kenaikan pendapatan sebesar satu miliar rupiah akan menurunkan kemiskinan

sebesar 0,002 persen. Tingkat pendidikan memiliki koefisien regresi bernilai

negatif yaitu 0,38 yang berarti jika tingkat pendidikan meningkat satu persen

maka akan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0,38 persen. Nilai

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

46

koefisien regresi untuk tingkat pengangguran bernilai positif yaitu sebesar

0,17 yang berarti jika tingkat pengangguran meningkat satu orang akan

meningkatkan tingkat kemiskinan sebesar 0,17 persen. Koefisien regresi untuk

variabel tingkat ketergantungan bernilai positif sebesar 0,23. Hal tersebut

berarti jika tingkat ketergantungan meningkat sebesar satu persen maka akan

menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0,23 persen.

6.2. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat

kemiskinan, maka pemerintah perlu membuat kebijakan untuk peningkatan

kualitas sumberdaya manusia.

2. Dari hasil penelitian, bahwa pengangguran mempengaruhi tingkat kemiskinan.

Maka untuk mengurangi pengangguran, pemerintah daerah perlu mendorong

program pembangunan yang padat karya.

3. Pemerintah daerah melalui Departemen Kesehatan perlu lebih menggalakkan

program yang dapat menekan tingkat kelahiran untuk mengurangi tingkat

ketergantungan, sehingga beban dalam memenuhi kebutuhan hidup berkurang.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

DAFTAR PUSTAKA

Alfian dkk. 1980. Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai. Penerbit Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial dan HIPIS, Jakarta.

Allen, J dan Thompson. 1990. Rural Poverty Among Racial and Ethnic

Minorities. American Agricultural Economics Assosiation. Badan Pusat Statistik. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004. BPS,

Jakarta. --------------------------. 1996-2004. Indonesia dalam Angka. BPS, Jakarta. --------------------------. 2005. Jawa Barat dalam Angka, BPS, Jakarta. BPMD. Perkembangan Realisasi Investasi di Jawa Barat. Berbagai edisi,

Bandung. Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta. Rintuh, C.. M,. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Dikti, Jakarta. Fithrajaya, A. 2004. Identifikasi Wilayah Miskin dan Alternatif Upaya

Penanggulangannya (Studi Kasus di Banten) [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor.

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Penerbit Erlangga, Jakarta. Hendriawan. 2003. Penanggulangan Kemiskinan Dalam Rangka Kebijakan

Desentralisasi. IPB, Bogor. Intania, O. I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [skripsi]. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Krisnamurti, B. 2006. 22 Tahun Studi Pembangunan Pengurangan Kemiskinan,

Pembangunan Agribisnis dan Revitalisasi Pertanian. Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB, Bogor.

McDowell, D. R dan Joyce E. 1995. Poverty Among Southern Workers: Metro

and NonMetro Differentials. Journal Agricultural Economic. 77: 796-802. American Agricultural Economics Assosiation.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

48

Lu'lu. 2005. Analisis Gender Terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek P2KP [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Nur, N. S. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi

dalam Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan [Tesis]. IPB, Bogor.

Rahmawati, Y. I. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskian

Rumah Tangga di Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur [skripsi]. Program Studi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Sajogyo. 1977. Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Lembaga

Penelitian Sosiologi Pedesaan. IPB, Bogor. Sumodiningrat, G dkk. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Penerbit

IMPAC, Jakarta Sunarso dan Mardimin. 1996. ’Konsep Ketidakadilan dan Kemiskinan’ dalam

Dimensi Proses Pembangunan di Indonesia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Suparlan, P. 1984. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi

Perkotaan. Sinar Harapan, Jakarta. Suryadiningrat, B. 2003. Persepsi dan Tindakan Tokoh Masyarakat Desa

terhadap Kemiskinan [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Syafwannur, E. 2004. Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan

Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir [Tesis]. IPB, Bogor. The World Bank Group, 2000, http://www.worldbank.org/ Todaro, M. 1998. Pembangunan Ekonomi. Haris Munandar [penerjemah].

Penerbit Erlangga, Jakarta. Widiyanti, R. 2001. Telaah terhadap Partisipasi, Pendapatan dan Tingkat

Kemiskinan Peserta Program Perhutanan Sosial [skripsi]. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

49

Wiraswara, A. 2005. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengurangan Angka Kemiskinan di Indonesia [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB, Bogor.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

LAMPIRAN

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

52

Lampiran 2. Hasil Estimasi Model Kemiskinan dan Model Pendapatan

2.1. Hasil Estimasi Model Pendapatan Dependent Variable: Y Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/28/02 Time: 02:47 Sample: 1 25 Included observations: 25 Instrument list: C L TK I DK PD U DEP

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -490.4733 409.2786 -1.198385 0.2448 L 0.001473 0.000839 1.756058 0.0944

TK 0.001570 0.000547 2.869492 0.0095 I 0.000113 4.31E-05 2.608950 0.0168

DK 774.9002 394.4328 1.964594 0.0635 R-squared 0.656506 Mean dependent var 1235.327 Adjusted R-squared 0.587807 S.D. dependent var 1051.138 S.E. of regression 674.8543 Sum squared resid 9108568. F-statistic 9.556285 Durbin-Watson stat 2.752628 Prob(F-statistic) 0.000173 2.2. Hasil Estimasi dari Model Kemiskinan Dependent Variable: M Method: Two-Stage Least Squares Date: 05/10/06 Time: 09:41 Sample: 1 25 Included observations: 25 Instrument list: C PD U DEP TK L I DK

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.985094 8.769928 0.454404 0.6544 Y -0.002163 0.000829 -2.608668 0.0168

PD -0.389076 0.121223 -3.209593 0.0044 U 0.172501 1.20E-05 1.437346 0.1661

DEP 0.235907 0.167533 1.408126 0.1744 R-squared 0.738774 Mean dependent var 11.62480 Adjusted R-squared 0.686529 S.D. dependent var 4.703081 S.E. of regression 2.633182 Sum squared resid 138.6730 F-statistic 14.15245 Durbin-Watson stat 2.357329 Prob(F-statistic) 0.000012

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

53

Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas dan Uji Multikolinearitas

3.1. Uji Heteroskedastisitas dari Model Pendapatan White Heteroskedasticity Test: F-statistic 2.863968 Probability 0.044436 Obs*R-squared 19.29834 Probability 0.114140

3.2. Uji Heteroskedastisitas dari Model Kemiskinan White Heteroskedasticity Test: F-statistic 0.684046 Probability 0.749439Obs*R-squared 12.22968 Probability 0.587863 3.3. Uji Multikolinearitas Model Kemiskinan

Y PDDK JU DEP Y 1.000000 0.070016 0.568946 0.075528

PDDK 0.070016 1.000000 0.011936 -0.745294 JU 0.568946 0.011936 1.000000 0.204485

DEP 0.075528 -0.745294 0.204485 1.000000 3.4. Uji Multikolinearitas Model Pendapatan

LAHAN TK INV DK LAHAN 1.000000 0.398817 -0.161926 -0.507581

TK 0.398817 1.000000 0.275290 -0.518837 INV -0.161926 0.275290 1.000000 0.290873 DK -0.507581 -0.518837 0.290873 1.000000

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

54

Lampiran 4. Uji Normalitas

4.1. Uji Normalitas dari Model Pendapatan

4.1. Uji Normalitas dari Model Kemiskinan

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15207/H07mnu.pdfanalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di jawa barat oleh maruti

Lampiran 1. Data yang dimasukkan dalam Model No Kabupaten/Kota M Y Tk I L Pd U Dep Dk 1 Bogor 11,94 2.706,73 1.340.253 4.159.666 189.707 2,15 194.902 59,34 02 Sukabumi 14,70 927,95 823.478 942.452 315.559 1,63 117.451 49,97 03 Cianjur 17,36 925,82 775.245 622.766 262.936 1,52 94.797 55,78 04 Bandung 11,84 2.682,36 1.461.516 6.064.238 194.474 9,40 293.148 54,03 05 Garut 15,37 1.143,09 816.476 543.468 204.771 2,21 84.975 55,72 06 Tasikmalaya 16,14 692,40 671.641 508.553 215.231 1,28 78.955 53,33 07 Ciamis 14,73 749,39 684.812 558.024 177.133 1,04 57.480 49,98 08 Kuningan 18,95 399,59 435.484 339.282 70.799 3,89 45.655 50,64 09 Cirebon 16,59 780,43 804.608 1.534.740 71.962 1,21 114.588 52,56 010 Majalengka 17,42 440,81 495.728 385.008 87.715 2,57 44.608 51,02 011 Sumedang 11,74 595,59 414.520 858.999 106.254 1,80 38.320 48,05 012 Indramayu 16,49 2.175,99 766.150 749.626 962.507 2,69 70.170 52,87 013 Subang 14,67 748,30 568.643 948.014 164.787 6,25 51.224 46,45 014 Purwakarta 12,60 675,87 281.010 4.874.694 69.424 1,78 32.485 52,01 015 Karawang 13,28 1.904,23 624.351 3.020.166 131.333 4,11 123.830 50,04 016 Bekasi 6,35 4.484,72 696.764 11.626.301 104.845 6,96 82.280 50,89 017 Kota Bogor 7,85 434,72 264.216 10.105.251 1.422 9,89 51.012 43,32 118 Kota Sukabumi 6,16 1.931,65 84.378 223.102 2.685 1,09 21.609 47,32 119 Kota Bandung 3,38 2.805,94 869.022 14.708.214 8.309 12,17 143.154 38,03 120 Kota Cirebon 7,52 562,56 105.984 635.161 1.077 11,02 14.112 49,26 121 Kota Bekasi 3,04 1.514,59 656.493 956.966 14.325 29,22 123.304 38,55 122 Kota Depok 4,84 644,03 512.775 716.317 6.476 17,69 75.843 43,71 123 Kota Cimahi 8,85 615,58 162.174 844.372 699 16,23 40.454 43,56 124 Kota Tasikmalaya 8,48 261,28 223.872 486.906 12.799 5,15 32.486 50,49 125 Kota Banjar 10,33 79,42 58.718 57.770 9.896 12,63 10.904 49,97 1