115

Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

PRIMA MASHITA PATRIOTIKA

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

PERNYATAAN MENGENAI TESISDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKSPEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT adalah karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepadaperguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karyayang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalamteks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

Prima Mashita PatriotikaNIM. H141070071

Page 3: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

ABSTRACT

PRIMA M. PATRIOTIKA,The Analysis Of Factors That Influence HumanDevelopment Index In West Java, Under Direction of DEDI B. HAKIM andBAMBANG JUANDA.

Human Development Index (HDI) is a measure for the quality of humandevelopment. The increas development will have an impact on improving thequality of economic growth. The United Nations Development Programme(UNDP) since 1990 has used the HDI to measures achievement of humandevelopment process. Human Development Index devided in three aspects:longevity, knowledge and decent living.

This study examines the factors that influence human development index inWest Java province and discussed the policy implications compared to the realitythat occure in this province.The study was conducted in West Java province byusing secondary data derived from BPS and Bappeda Jawa Barat from 2005-2009. This study used panel data regression model to determine the factors thatinfluence human development index and used descriptive analysis to discusspolicy implication.

This study showsed GDP per capita, poverty, education facilities, teacher,health fascilities, health care, and infrastructure significantly influence the humandevelopment index. Factors above should be priority to improve so that West Javawould achieve higher HDI.This study also found that Kabupaten Sukabumi,Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, and KabupatenPurwakarta have the lowest HDI in West Java Province.

Keyword: HDI, West Java, PDRB per capita, poverty, education facilities, healthfacilities, health care, infrastructure

Page 4: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

RINGKASAN

PRIMA M. PATRIOTIKA, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi IndeksPembangunan Manusia di Jawa Barat. Dibimbing oleh DEDI B. HAKIM danBAMBANG JUANDA.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan komponen utama pembangunanekonomi. Dampak pembangunan manusia mempunyai pengaruh yang besar dalampertumbuhan ekonomi. Dengan pembangunan manusia yang baik, pembangunannegara dapat tercapai dan derajat sosial bangsa akan meningkat sehinggamendorong pembangunan manusia yang berkualitas. IPM memiliki tiga aspekyaitu berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), danhidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapanhidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah angkamelek huruf penduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur denganpengeluaran perkapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritasdaya beli dalam rupiah).

Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunanmanusia di Jawa Barat dan bagaimana efektivitas kebijakan yang dibuatPemerintah Provinsi Jawa Barat dalam peningkatan IPM dalam selang tahun2005-2009. Faktor yang dimasukkan dalam penelitian ini meliputi indikatorpembangunan daerah, indikator kemiskinan, indikator pendidikan, dan indikatorkesehatan. Dari indikator-indikator tersebut ditetapkan variabel-variabelindependent yang diuji dalam mempengaruhi IPM yaitu jumlah penduduk miskin,PDRB per kapita, rasio jumlah sekolah SD dan SMP terhadap usia penduduk 5-14tahun, rasio jumlah guru SD dan SMP terhadap murid SD dan SMP, rasio jumlahsarana kesehatan terhadap jumlah penduduk, rasio jumlah pelayan kesehatanterhadap penduduk, dan rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk. Denganmenggunakan metode regresi berganda dengan model panel data yang terdiri dari25 unit cross section yaitu Kabupaten/ Kota di provinsi Jawa Barat dan 5 unit timeseries yaitu tahun 2005-2009, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwaseluruh faktor-faktor yang dianalisis berpengaruh secara signifikan terhadapindeks pembangunan manusia di Jawa Barat.

Berdasarkan hasil regresi tersebut diketahui seluruh faktor-faktor yang dianalisisyaitu PDRB perkapita, kemiskinan, sarana pendidikan, pelayan pendidikan, saranakesehatan, pelayan kesehatan dan sarana infrastruktur berpengaruh nyata terhadapindeks pembangunan manusia di Jawa Barat. Selain itu, dari penelitian inidisimpulkan Kabupaten Sukabumi, Kabupaten, Kuningan, Kabupaten Cirebon,Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta merupakan daerah yangmemiliki IPM rendah di Provinsi Jawa Barat, dengan demikian kebijakan didaerah-daerah ini belum efektif dijalankan. Kelima kabupaten ini perlumenekankan kebijakan pada PDRB per kapita yang tergolong rendah dan tingkatkemiskinan yang masih tinggi.

Page 5: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

© HAK CIPTA MILIK IPB, Tahun 2011Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,penelitian, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauansuatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajarIPB.Dilarang mengumpulkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulisapapun tanpa izin IPB.

Page 6: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

PRIMA MASHITA PATRIOTIKA

TesisSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains padaProgram Studi lmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 7: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Parulian Hutagaol, Ph.D

Page 8: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

Judul Penelitian : Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi IndeksPembangunan Manusia di Jawa Barat

Nama : Prima Mashita PatriotikaNIM : H151070071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dedi B Hakim, M.Ec Prof. Dr.Ir. Bambang Juanda, MSKetua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah PascasarjanaIlmu Ekonomi

Dr. Ir. R Nunung Nuryartono, M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc, Agr

Tanggal Ujian: 21 September 2011 Tanggal Lulus:

Page 9: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

PRAKATA

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmatdan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat dansalam semoga selalu tercurah kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas segalapedoman dan teladan kejujuran dalam menulis karya ilmiah ini.

Tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiIndeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat”, merupakan sumbanganpemikiran penulis dalam rangka melihat potensi kependudukan yang potensialdikembangkan di Provinsi Jawa Barat dan dalam rangka memenuhi tugas akhirsebagai syarat dalam memenuhi gelar Magister Sains pada Program Studi IlmuEkonomi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedi BudimanHakim, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. BambangJuanda, Ph.D, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikanbimbingan dan masukan dalam menyusun karya ilmiah ini. Ucapan terima kasihjuga diberikan kepada Bapak Parulian Hutagaol, Ph.D dan Ibu Dr. Sri Mulatsihsebagai dosen penguji, Bapak Dr.Ir. R. Nunung Nuryartono, M.Si selaku KetuaProgram Studi Ilmu Ekonomi dan Ibu Lukytawati Anggraeni, PhD selakuSekretaris Program Studi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Asdep DukunganInformatika Sekretariat Negara Bapak Hasudungan Simatupang, Kabid Basis DataKebijakan: Bapak Hamidi Rahmat, Kasubbid Ekonomi: Ibu Irma Dwi Santi, danrekan-rekan kerja di Sekretariat Negara yang telah memberikan dukungan dalampenyelesaian tesis ini. Terima Kasih yang tak terhingga juga penulis berikankepada keluarga Solver Abdi Muzacky, Intan Yustisiawati dan Winner JihadAkbar serta orang tua tercinta Alm. Abdul Jalal dan Alm. Noorcholissiyah.Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga dihaturkan untuk semua pihak yangtelah membantu dalam pembuatan penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satupersatu.

Penulis sangat mengharapkan penelitian ini dapat memberi sumbanganuntuk kemajuan bangsa, negara, dan umat. Dan semoga karya kecil ini dapatbermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, September 2011

Prima Mashita Patriotika

Page 10: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Prima Mashita Patriotika lahir pada tanggal 4 Mei 1985

di Jakarta. Penulis anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Abdul Jalal

dan Noorcholissiyah. Penulis mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN 06

pagi, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 98 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 109 Jakarta.Tahun 2007 lulus sebagai

Sarjana Ekonomi di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Di tahun yang

sama penulis melanjutkan studinya pada Magister Sains Program Studi Ilmu

Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja di

Sekretariat Negara RI sejak tahun 2008.

Page 11: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

i

DAFTAR ISI

HalamanDaftar IsiDaftar TabelDaftar GambarDaftar LampiranBAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Perumusan Masalah1.3 Tujuan Penelitian1.4 Manfaat Penelitian1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKAPEMIKIRAN2.1 Tinjauan Teori-teori

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi2.1.2 Modal Manusia dalam Pembangunan dan

Pertumbuhan Ekonomi2.1.3 Pendidikan2.1.4 Kesehatan2.1.5 Pendapatan per Kapita2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia2.1.7 Kemiskinandan Pembangunan Manusia2.1.8 Kebijakan Pro Poor Growth2.1.9 Pembangunan Infrastruktur dalam Pembangunan

Manusia2.1.10 Analisis Panel Data

2.2 Penelitian-PenelitianTerdahulu2.3 KerangkaPemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian3.2 Jenis dan Sumber Data3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data3.4 Spesifikasi Panel Data3.5 Pengujian Model dan Hipotesis

3.5.1 Uji F3.5.2 Uji T3.5.3 Uji Statistik R2

3.5.4 Multikolinearitas3.5.5 Heteroskedastisitas3.5.6 Autokorelasi

iiiiivv116131313

15

151517

21222324272930

324044

464646464750505252535354

Page 12: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

ii

BAB IV PROFIL PROVINSI JAWA BARAT4.1 Geografi4.2 Populasi4.3 Capaian IPM Jawa Barat Hingga Tahun 20094.4 Kebijakan Jawa Barat dalam Meningkatkan IPM

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWABARAT5.1 Analisis Model Regresi Panel Data5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan

Manusia5.2.1 PDRB Per Kapita5.2.2 Kemiskinan5.2.3 Pendidikan5.2.4 Kesehatan5.2.5 Sarana Infrastruktur5.2.6 Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IPM

di tiap Kabupaten/Kota5.3 Kebijakan Kabupaten/Kota dengan Nilai IPM Terendah

dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

5658596063

66

6667

676871737577

85

888888

89

Page 13: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

iii

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1.1 IPM 33 Provinsi di IndonesiaTabel 2.2 Perhitungan Indeks Pembangunan ManusiaTabel 2.3 Dimensi dan Indikator KemiskinanTabel 2.4 Ringkasan Penelitian TerdahuluTabel 3.1 Definisi Data dalamTabelTabel 3.2 Variabel dalam PenelitianTabel 4.1 Monografi Provinsi Jawa BaratTabel 4.2 PerkembanganIndeks Pembangunan Manusia IPM beserta

Komponennya di ProvinsiJawa Barat tahun 2004-2009Tabel 5.1 Hasil Regresi Data Panel Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Jawa BaratTabel 5.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Kota di IndonesiaTabel 5.3 Efek Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IPM untuk Tiap

Kabupaten/KotaTabel 5.4 Pengelompokan Kabupaten/Kota berdasarkan Nilai IPMTabel 5.5 Karakteristik Daerah dengan IPM Terendah di Jawa Barat

527254247485761

66

7077

7985

Page 14: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

iv

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Pulau Jawa Tahun 2005-2009Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau JawaTahun 2005-2009Gambar 1.3 Kepadatan Penduduk Pulau Jawa tahun 2005-2009Gambar 1.4 Pergerakan IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009Gambar 1.5 Pergerakan IPM Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun

2007-2009Gambar 1.6 PersentaseAngka Melek Huruf di Provinsi Jawa Barat Tahun

2005-2009Gambar 1.7 Rata-Rata Lama Sekolah di ProvinsiJawa Barat tahun 2005-

2009Gambar 1.8 Jumlah SD dan SMP di Jawa Barat tahun 2005-2009Gambar 1.9 Angka Harapan Hidup Jawa Barat Tahun 2005-2009Gambar 1.10 Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2005-2009Gambar 1.11 Pengeluaran Per Kapita Jawa Barat Tahun 2005-2009Gambar 2.1 Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan EkonomiGambar 2.2 Alur Konsep IPMGambar 2.3 Hubungan Infrastruktur dengan Pembangunan ManusiaGambar 2.3 Bagan Kerangka PemikiranGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa BaratGambar 4.2 Jumlah Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Jenis KelaminGambar 4.3 LajuPertumbuhan Penduduk Jawa BaratGambar 4.4 Pergerakan Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat tahun

2004-2008Gambar 5.1 Pergerakan Pendapatan per Kapita di Jawa BaratGambar 5.2 Pergerakan Persentase Kemiskinan di Jawa barat tahun 2004-

2009Gambar 5.3 Jumlah Sekolah SD dan SMP di Jawa barat tahun 2004-2009Gambar 5.4 Jumlah Guru SD dan SMP di Jawa Barat tahun 2004-2009Gambar 5.5 Jumlah Pelayan Kesehatan di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-

2009Gambar 5.6 Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009Gambar 5.7 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi Jawa Barat tahun

2005-2009Gambar 5.8 Pembagian Daerah Berdasarkan IPMGambar 5.9 PDRB per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa BaratGambar 5.10 Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di jawa Barat tahun

2005-2009Gambar 5.11 Rasio Jumlah Sekolah SD dan SMP terhadapPenduduk SD

dan SMP Kabupaten/Kota di Jawa Barat tahun 2005-2009Gambar 5.12 Rasio Jumlah Puskesmas terhadap Penduduk Kabupaten/

Kota di Jawa Barat tahun 2005-2009

23368

9

10

1011121220263045585960

616870

727374

757774808182

83

84

Page 15: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

v

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Jawa Barat

Tahun 2005-2009Lampiran 2. PDRB perkapita Provinsi Jawa Barat atas HargaKonstan 2000

menurut Kabupaten/ KotaLampiran 3. Rasio Jumlah Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama terhadap Jumlah Penduduk Usia Sekolah Dasar danSekolah Lanjutan Tingkat Pertamadi Provinsi Jawa Baratmenurut Kabupaten/ Kota Tahun 2005-2009

Lampiran 4. Rasio Jumlah Guru SD dan SMP terhadap Jumlah Murid SDdan SMP di Provinsi Jawa Barat menurut Kabupaten/ KotaTahun 2005-2009

Lampiran 5. Rasio Jumlah Puskesmas terhadap Penduduk MenurutKabupaten/ Kota Tahun 2005-2009

Lampiran 6. Rasio Jumlah Dokter dan Bidan terhadap Jumlah Penduduk diProvinsi Jawa Barat menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2005-2009

Lampiran 7. Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah Penduduk di ProvinsiJawa Barat menurut Kabupaten/ kota tahun 2005-2009

Lampiran 8. Hasil Output Regresi Data Panel dengan Eviews 6.0

92

93

94

95

96

97

98

99

Page 16: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar

dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat

menjadi faktor pendorong maupun penghambat pembangunan. Peubah ini

dipandang sebagai faktor pendorong pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa

ke masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada

mereka sebelum menjadi tenaga kerja, membuat masyarakat memperoleh tenaga

ahli, terampil, terdidik, dan juga enterpreneur yang berpendidikan. Selain itu,

perkembangan penduduk juga merupakan perluasan pasar. Luas pasar barang-

barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat

dan jumlah penduduk. Dengan demikian, apabila penduduk bertambah dengan

sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Karena perannya ini, maka

perkembangan penduduk akan merupakan pendorong bagi sektor produksi untuk

meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan penduduk dapat

menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi.

Pertambahan penduduk, di sisi lain dapat juga menjadi penghambat

pembangunan. Pertambahan penduduk menghambat ketika produktivitas sangat

rendah sementara terdapat banyak pengangguran. Dengan adanya kedua keadaan

ini, pertambahan penduduk tidak akan menaikkan produktivitas secara signifikan

namun justru dapat menurunkan pendapatan perkapita. Keadaan bertambah buruk

saat jumlah penduduk sudah sangat berlebihan. Pertambahan penduduk

menimbulkan implikasi yang tidak mendukung terhadap tingkat tabungan,

penanaman modal, pembagian pendapatan, migrasi penduduk, kemampuan

mengekspor dan beberapa faktor lain yang mempengaruhi laju

pertumbuhan.Dengan demikian perlunya pengelolaan yang tepat dalam menyikapi

pertambahan penduduk. Sehingga pertambahan penduduk menjadi modal dalam

pembangunan dan bukan menjadi beban atau permasalahan yang justru merugikan

dan menghambat pembangunan.

Page 17: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

2

Pengelolaan penduduk yang ekstra hati-hati harus diterapkan di Jawa Barat

dikarenakan laju pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menimbulkan social

costseperti pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas. Jawa Barat merupakan

salah satu provinsi terpadat di Indonesia. Letaknya yang startegis dan dekat

dengan Ibu Kota Jakarta membuat Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang

lebih banyak dibandingkan dengan provinsi lain (Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk di Pulau JawaTahun 2005-2009Sumber: BPS (2010)

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Jawa barat

selalu lebih banyak dibandingkan dengan provinsi Jawa Tengah dan Jawa

Timur.Terdapat lebih dari 40 juta jiwa penduduk yang tinggal di Jawa

Barat.Selain itu, laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat juga sangat pesat.Pada

tahun 2009, laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat mencapai 1,68 persen jauh

lebih tinggi dari pada Jawa Tengah yang hanya sebesar 0,57 persen dan Jawa

Timur sebesar 0,83 persen (Gambar 1.2).

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

pend

uduk

(Jut

a)

Tahun

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Page 18: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

3

Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Pulau Jawa Tahun 2005- 2009Sumber: BPS (2010)

Kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat juga lebih tinggi dari pada di

Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.Pada tahun 2009, kepadatan penduduk di

Provinsi Jawa Barat sebesar 1.124 orang/km2 lebih tinggi dari kepadatan

penduduk di Provinsi Jawa Tengah (1.002 orang/km2) dan Provinsi Jawa Timur

(798 orang/km2). Keadaan ini dapat digambarkan pada Gambar 1.3 sebagai

berikut:

Gambar 1.3 Kepadatan Penduduk Pulau Jawa Tahun 2005-2009Sumber: BPS (2010)

00,20,40,60,8

11,21,41,61,8

2

2005 2006 2007 2008 2009

Laju

Per

tum

buha

n Pe

ndud

uk (%

)

Tahun

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2005 2006 2007 2008 2009

Rata

-rat

a Ke

pada

tan

pend

uduk

(Ora

ng/k

m2)

Tahun

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Page 19: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

4

Paparan diatas menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki modal manusia

yang potensial untuk dikembangkan.Modal manusia ini kemudian haruslah diolah

hingga menjadi modal manusia yang berkualitas sehingga modal manusia dapat

menjadi faktor pendukung pembangunan di provinsi Jawa Barat.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan indikator kualitas

pembangunan manusia melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang pencapaiannya tergantung pada derajat

kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Indeks ini dikembangkan oleh

ekonom Pakistan bernama Mahbub ul Haq pada tahun 1990 dan digunakan oleh

United Development Program (UNDP) pada laporan tahunannya sejak tahun

1993.

UNDP memasukkan pembangunan manusia sebagai komponen utama

dalam pembangunan ekonomi.Pembangunan manusia (human development)

dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice

ofpeople), yang dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” dan

sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Di antara berbagai

pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat,

untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya

yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Di antara pilihan lain yang tak

kalah pentingnya adalah kebebasan politik, jaminan atas hak asasi manusia dan

harga diri. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan

peningkatan kemampuan manusia, seperti meningkatkan kesehatan dan

pendidikan. Pembangunan manusia juga mementingkan apa yang bisa dilakukan

oleh manusia dengan kemampuan yang dimilikinya, untuk menikmati kehidupan,

melakukan kegiatan produktif, atau ikut serta dalam berbagai kegiatan budaya,

dan sosial politik. Pembangunan manusia harus menyeimbangkan berbagai aspek

tersebut.

Jawa Barat masih harus meningkatkan IPM-nya dalam konsep

pembangunan manusia. Pada tahun 2009, Jawa Barat menempati urutan 15 dari 33

provinsi, dengan angka IPM 71,64. Berikut dapat dilihat Peringkat IPM tahun

2009 untuk tiap-tiap provinsi di Indonesia pada Tabel 1.1.

Page 20: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

5

Tabel 1.1 IPM 33 Provinsi di Indonesia

Provinsi Tahun 2009 Provinsi Tahun 2009IPM Ranking IPM Ranking

DKI Jakarta 77,36 1 Jawa Timur 71,06 18Sulawesi Utara 75,68 2 Maluku 70,96 19

Riau 75,6 3 SulawesiSelatan 70,94 20

Yogyakarta 75,23 4 Lampung 70,93 21

Kalimantan Timur 75,11 5 SulawesiTengah 70,7 22

Kepulauan Riau 74,54 6 Banten 70,06 23Kalimantan Tengah 74,36 7 Gorontalo 69,79 24

Sumatera Utara 73,8 8 SulawesiTenggara 69,52 25

Sumatera Barat 73,44 9 KalimantanSelatan 69,3 26

Sumatera Selatan 72,61 10 Sulawesi Barat 69,18 27

Bangka Belitung 72,55 11 KalimantanBarat 68,79 28

Bengkulu 72,55 12 Maluku Utara 68,63 29Jambi 72,45 13 Irian Jaya Barat 68,58 30

Jawa Tengah 72,1 14 Nusa TenggaraTimur 66,6 31

Jawa Barat 71,64 15 Nusa TenggaraBarat 64,66 32

Bali 71,52 16 Papua 64,53 33Nanggroe AcehDarussalam 71,31 17 Indonesia

(BPS) 71,76

Sumber: BPS (2010)

Makin tinggi nilai IPM berarti makin baik kondisi sumber daya manusia di

suatu daerah.Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa IPM Jawa Barat masih jauh tertinggal

dari IPM DKI Jakarta. Padahal sebagai Provinsi penopang ibu kota Jakarta,

kualitas sumber daya manusia di Provinsi Jawa Barat perlu diperhatikan karena

dapat menjadi potensi pembangunan daerah dan juga menopang pembangunan Ibu

Kota Jakarta. Bahkan pada jangka panjang akan memajukan pembangunan

Indonesia.

Dampak pembangunan manusia mempunyai pengaruh yang besar dalam

pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dalam mengentaskan kemiskinan, nilai

pembangunan manusia tidak boleh dikesampingkan. Dengan pembangunan

manusia yang baik, pembangunan negara dapat tercapai dan derajatsosial bangsa

akan meningkat sehingga mendorong pembangunan manusia yang berkualitas.

Page 21: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

6

1.2 Perumusan Masalah

Pentingnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah dipaparkan

diatas memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk yang besar di Jawa Barat

tidak bisa diabaikan. Diperlukan kebijakan pembangunan manusia yang tepat

sehingga Jawa Barat dapat memaksimalkan potensi modal manusia dalam

pembangunan era globalisasi.Pembangunan manusia dilakukan dengan berbagai

kebijakan seperti dengan membangun pendidikan yang baik agar lulusan sekolah

mempunyai kualitas yang baik. Selain itu juga dengan membangun fasilitas-

fasilitas kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Penggunaan konsep IPMmembuat pembangunan manusia tak hanya terpusat

pada besarnya penghasilan. Namun memberikan suatu ukuran gabungan tiga

dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat

(diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca

tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi)

dan memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP,

penghasilan).

Indeks pembangunan manusia di Jawa Barat terus meningkat dari tahun ke

tahun, namun nilai IPM di Jawa Barat belum dapat menembus nilai 80 dimana

pada nilai tersebut, IPM dikategorikan tinggi. Pergerakan IPM Jawa Barat dapat

dilihat pada Gambar 1.4. Pada gambar tersebut terlihat bahwa IPM Provinsi Jawa

Barat konsisten meningkat, namun dengan besaran yang tidak terlalu besar. Pada

Tahun 2009 IPM Provinsi Jawa Barat sebesar 71,64 naik dari tahun 2008 sebesar

0,52 poin.

Gambar 1.4 Pergerakan IPM Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009Sumber: Bappeda Jawa Barat(2010)

69,970,32

70,7171,12

71,64

69,0

69,5

70,0

70,5

71,0

71,5

72,0

2005 2006 2007 2008 2009

IPM

Tahun

Page 22: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

7

Jawa Barat menetapkan target IPM mencapai 80 pada tahun 2025 dan

menetapkan visi sebagai provinsi termaju di Indonesia. Dengan target tersebut

Pemerintah Provinsi harus mendorong peningkatan kualitas di sektor pendidikan,

kesehatan, dan perekonomian. Peningkatan di salah satu sektor tersebut dapat

mendorong peningkatan IPM. Peningkatan dalam sektor tersebut meliputi akses

masyarakat terhadap pendidikan yang mudah, yakni dari segi menjangkau dan

mengenyam pendidikan. Akses terhadap kesehatan juga sangat menentukan

peningkatan IPM. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana kesehatan di setiap Kabupaten/kota akan mendukung

peningkatan IPM Jawa Barat. Selain itu, yang tidak bisa dilepaskan dari

peningkatan IPM adalah daya beli masyarakat. Daya beli menandakan

kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam

mengakses pendidikan dan kesehatan.

Perbedaan karakteristik tiap Kabupaten/Kota di Jawa Barat juga sangat

mempengaruhi pemenuhan target tersebut. Provinsi Jawa Barat merupakan

wilayah luas yang memiliki 26 kabupaten/ kota dengan angka IPM yang berbeda-

beda (Gambar 1.5). Dengan demikian diperlukan penerapankebijakan yang

berbeda untuk tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.Namun dengan adanya

otonomi daerah yang dimulai tahun 1999, Pemerintah Provinsi hanya berperan

sebagai pengawas dan Pemerintah Kabupaten/Kota lebih memiliki kewenangan

dalam peningkatan kesejahteraan daerah masing-masing.

Gambar 1.5 memperlihatkan pergerakan nilai IPM untuk setiap

kabupaten/kota di Jawa Barat untuk selang tahun 2007-2009. Terlihat bahwa IPM

untuk daerah kota memiliki kecenderungan lebih tinggi daripada wilayah

kabupaten. Daerah-daerah yang letaknya lebih dekat dengan Ibu Kota Jakarta juga

memiliki perkembangan lebih cepat pada IPM daripada daerah-daerah yang

letaknya lebih jauh dari Ibu Kota Jakarta. Bukan hanya letak daerah saja yang

mempengaruhi perbedaan nilai IPM kabupaten/kota di Jawa Barat, faktor-faktor

lain berupa geografis daerah, karakteristis budaya, dan kearifan lokal secara

langsung maupun tidak sangat mempengaruhi IPM tiap kabupaten/kota yang

selanjutnya sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membuat

kebijakan di daerah tersebut.

Page 23: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

8

Gambar 1.5 Pergerakan IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun2007-2009Sumber: Bappeda Jawa Barat (2010)

Kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan IPM meliputi sektor

pendidikan, sektor kesehatan dan sektor perekonomian. Pada sektor pendidikan,

Provinsi Jawa Barat membuat misi meningkatkan kualitas dan produktivitas

sumber daya manusia. Kualitas pendidikan di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat

dari indikator pendidikan berupa angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

60,00 65,00 70,00 75,00 80,00

Kab. Bogor

Kab. Sukabumi

Kab. Cianjur

Kab. Bandung

Kab. Garut

Kab. Tasikmalaya

Kab. Ciamis

Kab. Kuningan

Kab. Cirebon

Kab. Majalengka

Kab. Sumedang

Kab. Indramayu

Kab. Subang

Kab. Purwakarta

Kab. Karawang

Kab. Bekasi

Kota Bogor

Kota Sukabumi

Kota Bandung

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

Kota Cimahi

Kota Tasikmalaya

Kota Banjar

IPM

Kabu

pate

n/Ko

ta d

i jaw

a Ba

rat

2009

2008

2007

Page 24: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

9

Kedua indikator tersebut merupakan komponen penyusun IPM dalam sektor

pendidikan.

Angka melek huruf di Provinsi Jawa Barat sudah tergolong tinggi. Terlihat

dari Gambar 1.6 pada tahun 2009 angka melek huruf Provinsi Jawa Barat telah

mencapai 95,98 persen. Meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 95,53

persen. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk provinsi Jawa Barat yang buta

huruf masih ada sebesar 4,02 persen.

Gambar 1.6Persentase Angka Melek Huruf di Provinsi Jawa Barat tahun2005-2009Sumber: Bappeda Jawa Barat (2010)

Pendidikan memang merupakan hal penting dalam membangun negara.

Kesadaran inilah yang mendorong Pemerintah Pusat menetapkan Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab IV pasal 6 ayat 1 mengenai

hak dan kewajiban warga negara berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun

mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 11 ayat 2 dinyatakan bahwa Pemerintah

pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya

pendidikan bagi setiap warga negaraberusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.

Dengan demikian, seharusnya sudah tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang

tidak bersekolah.

Rata-rata lama bersekolah juga menjadi indikator pendidikan dikarenakan

rata-rata lama bersekolah dapat menjadi cerminan tingkat drop out murid.Gambar

1.6 memaparkan pergerakan rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Barat. Pada

94,694,91

95,3295,53

95,98

93,5

94,0

94,5

95,0

95,5

96,0

96,5

2005 2006 2007 2008 2009

Angk

a M

elek

Hur

uf (P

erse

n)

Tahun

Page 25: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

10

tahun 2009, rata-rata lama sekolah di Provinsi Jawa Barat mencapai 7,72 tahun.

Angka ini tergolong masih rendah karena angka maksimal rata-rata lama sekolah

yang ditetapkan oleh BPS adalah 15 tahun.

Gambar 1.7Rata-Rata Lama Sekolah di Provinsi Jawa Barat tahun 2005-2009Sumber: Bappeda Jawa Barat (2010)

Program wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah pusat,

harus mendorong pemerintah daerah menggiatkan pembangunan sarana prasarana

pendidikan yang berkualitas.Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan

merupakan kebijakan tepat untuk memperluas akses masyarakat terhadap

pendidikan. Pembangunan sekolah akan memberikan dampak positif terhadap

peningkatan angka melek huruf dan peningkatan partisipasi bersekolah.Pada tahun

2009 jumlah SD dan SMP sebanyak 29.600 sekolah meningkat dari tahun 2008

yang sebesar 28.130 sekolah (Gambar 1.8).

Gambar 1.8 Jumlah SD dan SMP di Jawa Barat Tahun 2005-2009Sumber: BPS (2010)

7,4

7,50 7,50 7,50

7,72

7,1

7,2

7,3

7,4

7,5

7,6

7,7

7,8

2005 2006 2007 2008 2009Rata

-Rat

a La

ma

Seko

lah

(Tah

un)

Tahun

22,7622,88 27,18 28,13

29,60

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

seko

lah

SD d

an S

Mp

(rib

u)

Page 26: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

11

Sektor kesehatan juga menjadi fokus dalam peningkatan IPM di Jawa Barat.

Tolak ukur kondisi kesehatan di Jawa Barat salah satunya bisa dilihat dari angka

harapan hidupnya. Provinsi Jawa Barat memiliki angka harapan hidup sebesar 68

tahun pada tahun 2009. Dibandingkan dengan nilai maksimal IPM menurut

UNDP sebesar 85 tahun, usia harapan hidup di Jawa Barat masih termasuk

rendah. Namun tren meningkatnya usia harapan hidup tiap tahun di Provinsi Jawa

Barat menandakan adanya perbaikan di sektor pendidikan di provinsi ini. (Gambar

1.9)

Gambar 1.9 Angka Harapan Hidup Jawa Barat Tahun 2005-2009Sumber: BPS, 2010

Perbaikan sektor kesehatan juga terlihat dari jumlah sarana prasarana

kesehatan yang meningkat di Jawa Barat. Pada tahun 2009, jumlah puskesmas di

Jawa Barat sebanyak 3.337 Puskesmas yang terdiri dari puskesmas umum,

puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling (Gambar 1.10). Dengan

meningkatnya jumlah puskesmas, akses masyarakat terhadap sarana kesehatan

pun akan meningkat.

67,2

67,40

67,60

67,80

68,00

66,8

67,0

67,2

67,4

67,6

67,8

68,0

68,2

2005 2006 2007 2008 2009

Angk

a Ha

rapa

n Hi

dup

(Tah

un)

Tahun

Page 27: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

12

Gambar 1.10 Jumlah Puskesmas di Jawa Barat Tahun 2005-2009Sumber: BPS (2010)

Sektor perekonomian juga menjadi penentu peningkatan IPM. Dalam

penghitungan IPM, komponen pengeluaran per kapita menjadi indikator.

Pendapatan per kapita mencerminkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat

akan menentukan akses masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang

menyangkut kualitas hidup termasuk akses terhadap pendidikan dan kesehatan. Di

Jawa Barat pengeluaran per kapita masyarakat adalah Rp 628.710,- pada tahun

2009 (Gambar 1.11). Jumlah ini masih dibawah standar maksimal yang ditetapkan

oleh UNDP yakni sebesar Rp 732.720,-.

Gambar 1.11 Pengeluaran Per Kapita Jawa Barat Tahun 2005-2009Sumber: BPS (2010)

29853031

3094

3230

3337

2800

2900

3000

3100

3200

3300

3400

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

Pusk

esm

as

619,7621,11

623,64

626,81628,71

614,0616,0618,0620,0622,0624,0626,0628,0630,0

2005 2006 2007 2008 2009Peng

elua

ran

Per K

apita

(Rib

uRp

)

Tahun

Page 28: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

13

Berdasarkan paparan di atas, terdapat bebarapa permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia di Jawa

Barat

2. Bagaimana implikasi kebijakan peningkatan sumber daya manusia dengan

realitas yang terjadi di provinsi Jawa Barat.

1.3 Tujuan Panelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan menjadi dua poin sebagai

berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia di

Jawa Barat

2. Mengkaji implikasi kebijakan peningkatan sumber daya manusia dengan

realitas yang terjadi di provinsi Jawa Barat

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan arahan

dan sebagai dasar pertimbangan antara lain:

1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

perumusan dan perencanaan kebijakan pembangunan daerah baik

pembangunan ekonomi maupun pembangunan manusia.

2. Sebagai informasi dan studi pustaka kepada masyarakat, pemerintah,

praktisi dan akademisi, khususnya tentang kajian pembangunan manusia

di Jawa Barat.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan penelitian meliputi beberapa hal. Pertama, memberikan

gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan manusia yang meliputi

tiga aspek besar dalam penghitungan indeks pembangunan manusia yakni peluang

hidup (longevity), pengetahuan (knowladge), dan hidup layak (decent living).

Adapun peluang hidup diukur dengan pendekatan kesehatan meliputi ketersediaan

sarana kesehatan dan pelayan kesehatan. Sementara aspek pengetahuan diukur

dengan pendekatan pendidikan yaitu ketersedian sekolah dasar dan menengah di

Page 29: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

14

suatu wilayah. Sedangkan untuk aspek hidup layak memakai pendekatan variabel

kemiskinan dan variabel PDRB per kapita. Selain ketiga aspek tersebut,

dimasukkan juga sarana infrastruktur yang dapat menunjang perekonomian suatu

wilayah. Dengan memasukkan sarana infrastruktur dengan pendekatan panjang

jalan, diduga akan memberikan pengeruh positif terhadap kesejahteraan

masyarakat.

Penelitian ini hanya meneliti Provinsi Jawa Barat yang meliputi 25

Kabupaten Kota. Adapun Kabupaten Bandung Barat yang baru terbentuk tahun

2007 dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Bandungtidak menjadi objek

penelitian terkait dengan ketersedian data. Penelitian ini juga meneliti kebijakan-

kebijakan yang diterapkan Provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu tahun 2005-

2009 dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Barat.

Page 30: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

15

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Teori-Teori

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Simon Kuznet menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan

berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya

kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan),

dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2003).

Sementara Robinson Tarigan menekankan pertumbuhan ekonomi dalam sisi

kewilayahan dimana pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan

pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai

tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.

Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow,

pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian

mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian

dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian

modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan

ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan

John Stuart Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan,

empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah

penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan

(4) tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah penduduk sangat erat kaitannya

dengan pertumbuhan ekonomi dimana penduduk sebagai penggerak

perekonomian. Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah tidak berarti

pembangunan di daerah tersebut menjadi lebih baik. Jumlah penduduk yang

berlebihan justru akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi suatu

wilayah. Jumlah stok barang modal menjadi faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan produksi barang dan jasa yang

selanjutnya akan diperjualbelikan. Sementaraluas tanah dan kekayaan merupakan

pendukung kegiatan-kegiatan perekonomian. Tingkat teknologi tidak bisa

Page 31: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

16

dilepaskan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dikarenakan teknologi dapat

menentukan efektivitas dan efisiensi kegiatan ekonomi.

Keempat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat

menentukan perkembangan kegiatan perekonomian. Menurut Kuncoro, 2003

suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila

tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa

sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menitik beratkan pada

capaiaan yang lebih baik dari sebelumnya berkenaan dengan kualitas dan

kuantitas kegiatan perekonomian suatu wilayah.

Schumpeter menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan

perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator

atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa

diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Inovasi yang

diperlukan dalam perkembangan ekonomi adalah inovasi yang memberikan

perbaikan dalam poses produksi sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas

kegiatan-kegiatan ekonomi.

Menurut Todaro (2003: hal 92-98), ada tiga faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Akumulasi modal “termasuk semua investasi baru yang berwujud

tanah/(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human

resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari

pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali

dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang.

Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa

jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi

menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan

sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal

manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka

produksi.”

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. “Pertumbuhan penduduk

dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja

(labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif

Page 32: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

17

dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak

angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin

banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.”

3. Kemajuan Teknologi. “Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi

cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi,

yakni :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output

yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi

input yang sama.

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor

saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output

yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau

input modal yang sama

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan

barang modal yang ada secara lebih produktif.”

2.1.2 Modal Manusia dalam Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Manusia merupakan aset berharga dalam pembangunan dan juga merupakan

subjek dari pembangunan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh

Todaro dan Smith (2003) dimana pembangunan memiliki tiga nilai inti yaitu

tercapainya kemampuan hidup (life sustenance), kemandirian (self esteem) dan

kemerdekaan atau kebebasan (freedom). Kemampuan hidup diartikan

kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Kemandirian berarti

mempunyai harga diri, bermartabat atau berkepribadian. Adapun kemerdekaan

berarti memiliki kesanggupan untuk melakukan pilihan-pilihan dalam hidup.

Menurut UNDP (1995), paradigma pembangunan manusia terdiri dari 4

(empat) komponen utama, yaitu : (1) Produktifitas, masyarakat harus dapat

meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses

memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan

ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia, (2) Ekuitas,

Page 33: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

18

masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua

hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat

dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-

kesempatan ini, (3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus

dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan

datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, lingkungan hidup, harus

dilengkapi, (4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat

dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam

mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan

mereka.Dengan peningkatan kemampuan, kreatifitas dan produktifitas manusia

akan meningkat sehingga mereka menjadi agen pertumbuhan yang efektif.

Pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasilnya.

Pemerataan kesempatan harus tersedia baik, semua orang, perempuan maupun

laki-laki harus diberdayakan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kehidupan

mereka. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang

menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh

kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya

(pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia

hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis

dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan

ekonomi).

UNDP membahas pembangunan manusia dengan menghubungannyadengan

model sosial dan reproduksi sosial. Pembangunan manusia merupakan model

sosial, LSM, dan organisasi kemasyarakatan yang dapat mengembangkan

kemampuan pekerja, petani dan pengusaha sehingga dapat menghasilkan produk

yang berkualitas dengan teknologi dan penelitian serta pengembangan produk.

Produk ini kemudian menjadi komposisi output yang berkualitas yang dapat

diekspor.

Kekuatan timbal balik antar pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan

manusia tidak terlepas dari kebijakan institusi dan pemerintah. Kebijakan ini yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menentukan distribusi sumberdaya

Page 34: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

19

swasta dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi disusun oleh tiga faktor penting

yaitu tabungan luar negeri, modal fisik, dan tabungan dalam negeri. Makin baik

tiga faktor ini akan menentukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat

menguatkan kredibelitas institusi dan pemerintah.

Komitmen pemerintah dalam pendistribusian sumber daya dilakukan

melalui dua saluran, yakni dari kebijakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan

pada prioritas sosial seperti pembangunan infrastruktur dan melalui kegiatan

pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan individu rumah tangga seperti

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Keduanya bermuara di

tempat sama yakni model sosial yang selanjutnya dapat membangun manusia

yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi dengan sasaran pengeluaran rumah

tangga menggunakan pendekatan ketenagakerjaan yaitu dengan penyediaan

lapangan pekerjaan yang merupakan jembatan antar pengeluaran pemerintah dan

pengeluaran rumah tangga (Gambar 2.1). Model UNDP ini telah banyak

digunakan dalam berbagai penelitian.

Teori-teori bahwa pembangunan ditentukan oleh modal manusia banyak

disebut-sebut oleh pakar-pakar ekonomi. Adam Smith tak hanya mengangkat

tentang kebijakan laissez-faire, tetapi juga sangat memperhatikan tentang

pembangunan. Smith pun berpendapat bahwa faktor penentu pembangunan adalah

perkembangan penduduk. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan

perluasan pasar akan meninggikan tingkat spesialisasi dalam perekonomian

tersebut. Sebagai akibat dari spesialisasi yang terjadi, maka tingkat kegiatan

ekonomi akan bertambah tinggi.

Page 35: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

20

Pembangunan Manusia

Model Sosial, LSM, dan Organisasi kemasyarakatan

Reproduksi Sosial

Kemampuan Pekerjadan petani

pengusaha Manajer

Pengeluaranprioritas sosial

Pengeluaranrumah tangga

untuk kebutuhandasar

Produk R&D danTeknologi

Kebijaksanaan danpengeluaran pemerintah

Kegiatan danpengeluaran

rumah tangga

Komposisi outputdan ekspor

Ketenagakerjaan

Distribusi sumber daya swasta dan masyarakat

Tabungan Luarnegeri Modal Fisik

Tabungandalam negeri

Institusi dan pemerintah

Pertumbuhan Ekonomi

Gambar 2.1 Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan EkonomiSumber: UNDP (1996)

Page 36: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

21

2.1.3 Pendidikan

Menurut Schweke (2004), pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber

daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan

kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan

tidak saja berguna bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan

masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan

meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan

jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem

krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare

dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat

strategis khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat mendukung

proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi,World Commision

on Environmental and Development, 1997 dalam McKeown (Satria, 2008), bahwa

sustainable development adalah: “Sustainable development is development that

meets the needs of thepresent without comprimising the ability of future

generations to meet their ownneeds.” Dalam konteks ini, pendidikan dianggap

sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan pendidikan

aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan

kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. Di sisi lain, dengan pendidikan,

usaha pembangunan yang lebih hijau (greener development) dengan

memperhatikan aspek-aspek lingkungan juga mudah tercapai.

Analisis atas investasi dalam bidang pendidikan menyatu dalam pendekatan

modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering

digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia

yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut

ditingkatkan. Pendidikan memainkan kunci dalam membentuk kemampuan

sebuah negara untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan

Page 37: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

22

kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan

(Todaro, 2003).

Memasuki abad ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk knowledge-

based economymenjadi semakin dominan. Paradigma ini menegaskan tiga

hal:Pertama, kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan

dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi

penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses

transformasi struktural berjangka panjang.1

2.1.4 Kesehatan

Laporan Komisi Makroekonomi dan Kesehatan tahun 2001 dalam

Atmawikarta(2002) menekankan pentingnya pembangunan manusia sebagai

sentral pembangunan. Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan

keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk

belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih

enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi.

Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana

proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. Pada tingkat

makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input)

penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan

ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan

berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat

didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan

penyakit dan peningkatan gizi.

Dengan demikian menurut Atmawikarta (2002), terdapat korelasi yang kuat

antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10 persen dari angka

harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

minimal 0,3–0,4 persen pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap.

Dengan demikian, perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara

1(Amich Alhumami- Kompas, 6/8/2004)

Page 38: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

23

maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang

berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1,6 persen, dan

pengaruh ini akan terakumulasi terus menerus.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah

panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan

antar kelompok masyarakat, dapat merujuk pada angka harapan hidup. Di negara-

negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata

hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk

memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih

panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan

dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan

meningkat, dan pada selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.1.5 Pendapatan Per Kapita

Pembangunan manusia dapat diartikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus-menerus bertambah

dalam jangka panjang. Menurut Sukirno (2006), pendapatan perkapita dapat

digunakan untuk tiga tujuan berikut: (i) menentukan tingkat kesejahteraan yang

dicapai suatu negara pada suatu tahun tertentu; (ii) menggambarkan tingkat

kelajuan atau kecepatan pembangunan ekonomi dunia dan di berbagai negara;

dan (iii) menunjukkan jurang pembangunan di antara berbagai negara.

Merujuk pada penggunaan pendapatan perkapita tersebut, maka pendapatan

per kapita dapat digunakan dalam mengukur daya beli masyarakat yang kemudian

berkaitan dengan kesejahteraan yang dicapai dalam suatu negara. Pendapatan

perkapita didefinisikan sebagai besarnya pendapatan rata–rata penduduk di suatu

negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan

nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan

perkapita juga merefleksikan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita.

Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per

kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan

ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan

penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik

Page 39: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

24

bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB

nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di negara

maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai PDB atau

PDRB rata-rata (Prastyo, 2010).

Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan PDB

sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu negara, yaitu dengan

memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik orang asing.

Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat pengukur yang lebih baik,

namun tetap belum mencerminkan kesejahteraan penduduk secara tepat, karena

PDB rata-rata tidak mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya

dirasakan oleh setiap orang di suatu negara. Dapat saja angka-angka rata-rata

tersebut tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk

yang tidak menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan

unsur distribusi pendapatan di antara penduduksuatunegara. Dengan

memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per kapita

yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan mencerminkan

kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila pendapatan per kapitanya

tinggi namun ada distribusi pendapatan yang tidak merata. Meskipun demikian,

demi sederhananya pengukuran, pendapatan per kapita tetap merupakan alat

pengukur yang unggul dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain (Prastyo,

2010).

2.1.6 Indeks Pembangunan Manusia

Perkembangan manusia secara berkelanjutan merupakan hal penting yang

perlu diukur dengan pengukuran indikator komposit yang cukup representatif.

Ukuran pembangunan manusia yang populer adalah Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang diperkenalkan oleh UNDP dalam laporannya pada Human

development Report tahun 1997. UNDP berupaya menggantikan ukuran

kemiskinan “pendapatan” Bank Dunia dengan ukuran kemiskinan “manusia”.

Satuan inilah yang kemudian dinamakan Indeks Kemiskinan Manusia (Human

Poverty Indeks-HPI atau populer juga dengan Indeks Pembangunan Manusia.

Menurut UNDP, kemiskinan manusia harus diukur dalam satuan hilangnya tiga

Page 40: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

25

hal utama, yaitu kehidupan yang diukur dari harapan hidup penduduknya. Di

negara-negara miskin lebih dari 30 persen penduduknya cenderung memiliki

harapan hidup tidak lebih dari 40 tahun. Kemiskinan juga dihitung dari

pendidikan dasar yang diukur melalui persentase penduduk dewasa yang buta

huruf dan keseluruhan ketetapan ekonomi yang diukur oleh persentase penduduk

yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dan air bersih ditambah

persentase anak dibawah 5 tahun yang kekurangan berat badan. Angka HPI yang

rendah berarti menunjukkan hal yang bagus (yakni, sedikitnya persentase

penduduk yang mengalami kehilangan 3 hal tersebut). Sementara HPI yang lebih

tinggi menunjukkan kehilangan yang lebih besar.

Dengan kata lain Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang

dianggap mendasar bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk

menghasilkan suatu ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia.

Ketiga aspek tersebut berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan

(knowledge), dan hidup layak(decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan

angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama

sekolah angka melek hurufpenduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur

dengan pengeluaran perkapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity

(paritas daya beli dalamrupiah).Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup

atau e0 yang dihitungmenggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian

Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang

masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-

rata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Suseda. Sebagai catatan, UNDP

dalam publikasi tahunan Human Development Report (HDR). Indikator angka

melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis,

sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua

variabel secara simultan; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan

jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak

diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai

catatan, UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita

riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP percapita) sebagai ukuran

komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk

Page 41: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

26

keperluan perbandingan antar negara. Secara singkat konsep IPM dapat

digambarkan sebagai berikut:

IPM Dimensi UmurPanjang danHidup Sehat

Pengetahuan StandarKehidupanLayak

Indikator HarapanHidup saatlahir

TingkatMelekHurufDewasa(Lit)

Rata-ratalamanyabersekolah(MYS)

Pengeluaranriil perkapita(PPP rupiah)

Dimension Indeks IndeksHarapanHidup

IndeksPendapatan

Indeks Pendidikan

Indeks Pembangunan ManusiaGambar 2.2Alur Konsep IPM

Sumber: BPS, 2010

BPS memberikan ilustrasi penghitungan IPM sebagai berikut:

IPM = 1/3 (X(1) + X(2) + X(3)) (1)

Dimana:

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pedidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-

rata lama sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan

antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai

maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat

disajikan sebagai berikut:

Indeks X(i) = (X(i) – X (i) min) / X(i)maks – X(i)min) (2)

Dimana:

X(i) : Indikator ke-i

X(i)maks : Nilai maksimum X(i)

X(i)min : Nilai minimum X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel di bawah

ini:

Page 42: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

27

Tabel 2.1 Perhitungan Indeks Pembangunan ManusiaIndeks Komponen

IPM(X(1))

NilaiMaksimum

NilaiMinimum

Catatan

(1) (2) (3) (4)Angka HarapanHidup

85 25 Sesuai standar global(UNDP)

Angka MelekHuruf

100 0 Sesuai standar global(UNDP)

Rata-rata LamaSekolah

15 0 Sesuai standar global(UNDP)

Konsumsi perKapita yangdisesuaikan 1996

732.720a) 300.000b) UNDP menggunakan PDBper kapita riil yangdisesuaikan.

Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/ unit/ tahun untuk provinsi yang memiliki

angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan

formula Atkitson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per

tahun selama kurun 1993-2018

b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk provinsi yang

memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi

Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya.

2.1.7 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia

BPS mendefinisikan kemiskinan dengan kondisi kehidupan yang serba

kekurangan yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Sementara

Chambers mengartikan kemiskinan sebagai keadaan kekuranganuang dan barang

untuk menjamin kelangsungan hidup. Dengan demikian, kemiskinan memiliki arti

luas sebagai suatu konsep yang terintegrasi dengan memiliki lima dimensi, yaitu:

1) kemiskinan(proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan

menghadapi situasidarurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence),

dan 5) keterasingan(isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan

dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap

ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam menentukan jalan hidupnya

sendiri (Prasetyo, 2010).

Page 43: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

28

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di

bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga

menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif

meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya

akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya

dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi

seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Sementara BPS menjabarkan kemiskinan melalui indikator dan dimensi

kemiskinan sebagai berikut:

Page 44: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

29

Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Kemiskinan

Kebutuhan Dasar Contoh Indikator1. Konsumsi a. Persentase penduduk dibawah Garis

Kemiskinanb. Indeks Kedalaman Kemiskinanc. Indeks Keparahan Kemiskinan

Persentase pengeluaran makanand. Persentase penduduk dengan

konsumsi energi < 2100 kkalperkapita perhari

e. Persentase balita kurang gizi

2. Kesehatan a. Persentase penduduk meninggalsebelum 40 tahun

b. Persentase penduduk tanpa aksespada pelayanan kesehatan dasar

c. Angka Kematian Bayi

3. Pendidikan Dasar a. Persentase penduduk usia 7-15tahun tidak sekolah

b. Persentase penduduk dewasa butahuruf

4. Ketenagakerjaan a. Persentase penduduk penganggurterbuka

b. Persentase penduduk setengahpenganggur

c. Persentase pekerja sektor informal5. Perumahan a. Persentase rumahtangga tanpa akses

pada listrikb. Persentase rumahtangga dengan

lantai tanahc. Persentase penduduk dengan luas

lantai < 10 m2

6. Air dan Sanitasi a. Persentase penduduk tanpa aksespada air bersih

b. Persentase penduduk tanpa jambansendiri

Sumber: BPS (2004)

2.1.8 Kebijakan Pro Poor Growth

Pro poor growth merupakan hubungan timbal balik antara tiga unsur:

pertumbuhan, kemiskinan, dan ketidakmerataan. Tingkat kemiskinan tidak hanya

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh level dan

perubahan ketidakmerataan (Suparno, 2010).

Page 45: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

30

Revalion (1998) mendefinisikan pro poor growth sebagai peningkatan PDB

yang menurunkan kemiskinan. Menurut Zepeda (2004) definisi ini masih sangat

luas, implikasinya sebagian besar pertumbuhan ekonomi di dunia tergolong

sebagai pro poor growthselama terjadi penurunan kemiskinan walaupun distribusi

pendapatan memburuk. Sedangkan badan-badan internasional seperti PBB,

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), UNDP, dan

Bank Dunia lebih sering menggunakan pro poor growth sebagai pertumbuhan

ekonomi yang lebih menguntungkan penduduk miskin dan memberikan mereka

kesempatan untuk memperbaiki situasi ekonomi mereka seperti dikemukakan

Kakwani (2004).

2.1.9 Pembangunan Infrastruktur dan Pembangunan Manusia

Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi

merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena

pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan

pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Dengan demikian,

pembangunan infrastruktur tidak dapat diabaikkan karena merupakan faktor

utama dalam peningkatan produktivitas (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Hubungan Infrastruktur dengan Pembangunan Manusia

Infrastruktur yang baik adalah sektor pendukung yang sangat penting dalam

setiap aktivitas agar berlangsung efektif dan efisien. Pembangunan akan tercapai

jika didukung oleh infrastruktur yang memadai yang diindikasikan dengan

kualitas layanan sarana dan prasarana yang baik (Indratno, 2008).

Aspek PembangunanManusia

Pendidikan

Ekonomi(pendapatan)

Kesehatan

Infrastruktur

Page 46: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

31

Infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni

infrastruktur ekonomi dan infrasturktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah

infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang

dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua

prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air

bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Sedangkan infrastruktur sosial

antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan (Ramelan, 1997).

Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan

sebagainya yang merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang

sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh

laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat

dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem

infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang

mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam

mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas

transportasi memungkinkan orang, barang dan jasa diangkut dari satu tempat ke

tempat lain diseluruh penjuru dunia. Perannya sangat penting baik dalam proses

produksi maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi.

Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses

produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan, industri dan pertanian.

Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas

bagi faktor-faktor produksi.

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi

mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat

mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan

pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan

Page 47: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

32

tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang bersangkutan

memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.

Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal atau capital. Infrastruktur

tergolong sebagai social overhead capital, berbeda dengan modal yang

berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur

tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan

produktifitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas.

Teori Wagner menyebutkan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan

ekonomi dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur.

Teori ini menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah akan tumbuh lebih cepat

dari GDP, dengan kata lain elastisitas pengeluaran pemerintah terhadap GDP lebih

besar dari satu. Dalam, suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita

meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Dasar dari teori

Wagner ini adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju

(Mangkoesoebroto, 2001). Pengeluaran pemerintah akan meningkat guna

membiayai tuntutan masyarakat akan kemudahan mobilitas untuk mendukung

kegiatan ekonomi.

Dalam Yanuar (2006) dijelaskan ada dua kendala utama dalam pengadaan

infrastruktur. Yang pertama adalah adanya kemungkinan terjadinya kegagalan

pasar (market failure), dan yang kedua adalah menyangkut aspek pembiayaan.

Dalam pengadaan infrastruktur dibutuhkan dana investasi yang besar dan

pengadaan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang. Kegagalan pasar

terjadi, karena beberapa jenis infrastruktur memiliki manfaat yang tidak hanya

dapat dinikmati atau dirasakan secara pribadi akan tetapi juga dapat dirasakan

orang lain. Dengan adanya kendala tersebut, maka pengadaan infrastruktur

dilaksanakan oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah dengan dana yang

terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui

pengeluaran pembangunan.

2.1.10 Analisis Panel Data

Ketersediaan data seringkali menjadi kendala dalam dalam suatu penelitian.

Data dengan series yang pendek menjadi permasalahan dalam pengolahan data

Page 48: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

33

time series karena akan mempengaruhi validitas analisis sebagai konsekuensi

minimnya jumlah data. Permasalahan lain juga terjadi apabila penelitian memiliki

jumlah unit cross section yang terbatas sehingga menyulitkan analisis prilaku dari

model yang diteliti.

Teori ekonometrika memberikan solusi untuk permasalah tersebut. Salah

satunya dengan menggunakan data panel (Pooled data). Menurut Gujarati (2003)

data panel (pooled data) atau yang disebut juga data longitudinal merupakan

gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah

data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu. Metode data

panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik

yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau

cross section.

Baltagi (2005) mengemukakan kelebihan yang diperoleh dari penggunaan

data panel:

1. Dapat mengendalikan keheterogenan individu atau unit cross section;

2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas

diantara variabel, memperbesar derajat bebas, dan lebih efisien;

3. Panel data lebih baik untuk studi dynamic of adjustment;

4. Dapat lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak

dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series;

5. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model prilaku (behavioral

models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section

atau time series.

Analisis menggunakan data panel adalah kombinasi antara data deret waktu

dan kerat lintang. Jika T adalah jumlah observasi dan n adalah jumlah unit cross

section, maka panel data terjadi jika T 1 dan n 1. Jika observasi untuk setiap

unit cross section sama banyaknya disebut balance panels sedangkan jika tidak

sama banyak disebut unbalance panels (Johnston, 2000). Proses mengkombinasi

data cross section dan time series untuk membentuk panel disebut pooling.

Bentuk panel data dapat dinotasikan sebagai berikut:

Yit= Nilai variabel terikat (dependent variabel) untuk setiap unit

individu (cross section) i pada periode t

Page 49: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

34

dimana i = 1, 2, …. ,n dan t = 1, 2,… ,T

Xitj = Nilai variabel bebas (independent variabel) atau disebut juga

variabel penjelas ke-j untuk unit individu (cross section) i pada

waktu t.

K merupakan indeks variabel penjelas j = 1,…,K

Dalam bentuk matrik, cara umum dalam mengelompokkan data dalam unit-

unit sebagai berikut :

Dimana it berarti disturbance term untuk unit ke-i pada waktu t. Seringkali data

tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut :

Dimana y = nT x 1, X = nT x k, dan = nT x 1. Sehingga Model linear standar

dapat diperlihatkan sebagai berikut :

dimana

Pada persamaan di atas secara sederhana dapat dilakukan perhitungan

dengan mengasumsikan bahwa it ~ (0,2) untuk semua i dan t. Untuk semua

individual yang ditentukan, observasi tidak terjadi serial korelasi. Dan lintas

individu dan waktu terjadi homokedastisitas pada galatnya.

Analisis panel data memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuadrat

terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan

iT

i

i

i

y

yy

y

2

1

KiTiTiT

Kiii

KiiI

i

XXX

XXXXXX

X

21

222

12

121

11

iT

i

i

i

2

1

ny

yy

y

2

1

nX

XX

X

2

1

n

2

1

Xy

k

2

1

...…….(3.2)

……..(3.1)

.………………………..(3.3)

………….……………(3.4)

Page 50: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

35

efek acak (random effect). Ketiga pendekatan tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Pendekatan kuadrat terkecil merupakan pendekatan pengolahan panel

data yag paling sederhana. Pendekatan ini biasa diterapkan pada data

berbentuk pool.Jika efek individu konstan sepanjang waktu dan spesifik

terhadap setiap unit cross section maka modelnya akan sama dengan model

regresi biasa. Apabila nilai individunya sama untuk setiap unit cross section-

nya, maka OLS pendekatan kuadrat terkecil akan menghasilkan setimasi yang

konsisten dan efisien untuk variabel-variabelnya.Persamaannya dapat ditulis

seperti berikut:= ∝ + + untuk i = 1,2,….,N dan t = 1,2,…,T (3.5)

adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah time

series (periode waktu). Dengan mengasumsikan komponen error dalam

pengolahan kuadrat terkecil biasa, maka proses estimasi secara terpisah untuk

setiap unit cross sectiondapat dilakukan.

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Terdapat kasus dimana intersep dan slope dianggap konstan untuk tiap

cross section dan time series. Oleh karena itu diperlukan metode dengan

memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan

terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas cross

section maupun time series. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka

inilah yang disebut model efek tetap (fixed effect) atau sering disebut juga

Least Square Dummy Variable atau Covariance model. Persamaan untuk

pendekatan ini dapat ditulis:= ∝ + + ∑ ∝ + ...................………………....(3.6)

dimana:

= Variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i∝ = intercept yang berubah-ubah untuk antar cross section unit

= variabel bebas j di waktu t untuk cross section i

Page 51: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

36

= parameter untuk variabel ke j

= komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Model telah ditambahkan sebanyak (N-1) variabel boneka (Di) dan

menghilangkan satu sisanya untuk menghindari terjadinya kolinearitas

sempurna antar variabel penjelas. Dengan menggunakan pendekatan ini akan

terjadi degree of freedom sebesar NT-N-K. Namun pengurangan degree of

freedom ini akan mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi.

Keputusan memasukkan variabel boneka harus berdasarkan pertimbangan

statistik yaitu dengan menggunakan statistik F. Statistik F ini berusaha

memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat dari error dari proses

pendugaan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang

telah memasukkan variabel boneka. Rumusan uji F adalah sebagai berikut:

, = /( )/ ( ) ……………………… (3.6)

dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan

metode kuadrat terkecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F

mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik

F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel

yang akan menentukan pilihan model yang akan digunakan.

c. Pendekatan Efek Acak ( Random Effect)

Keputusan memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap akan

dapat menimbulkan konsekuensi. Penambahan ini akan mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi keefisienan dari parameter yang diestimasi. Dengan demikian,

dalam model data panel diperkenalkan pendekatan ketiga yakni model efek

acak (random effect). Dalam pendekatan ini, parameter-parameter yang

berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error.

Karena hal ini, model efek acak sering disebut juga model komponen error

(error component model). Bentuk model efek acak adalah:= ∝ + + ……………………………………….(3.7)= + + ……………………………………………… (3.8)

dimana:

Page 52: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

37

~ (0, ) = komponen cross section error~ (0, ) = komponen time series error~ (0, ) = komponen error kombinasi

Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat

pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang

terjadi di model efek tetap. Dengan demikian parameter akan menjadi lebih

efisien.

Pemilihan antara model efek tetap dengan efek acak dapat ditentukan

secara teoritis. Menurut Gujarati (2003) beberapa pertimbangan untuk

menentukan apakah FEM atau ECM adalah:

a. Jika T (jumlah data deret waktu) adalah besar dan N (jumlah unit kerat

lintang) adalah kecil, maka sedikit perbedaan dalam nilai parameter yang

dihitung dengan FEM dan ECM. Oleh karena itu maka yang dipilih

berdasarkan perhitungan yang tepat. Pada sebab ini maka FEM lebih

disenangi.

b. Ketika N besar dan T kecil, menghasilkan dua metode yang secara

signifikan berbeda. Mengingat bahwa ECM 1i = 1 + i, dimana i adalah

komponen acak dari kerat lintang, padahal di FEM kita memperlakukan

1i sebagai fixed bukan acak (random). Pada kasus terakhir, statistik

inferen adalah merupakan kondisi pengamatan unit kerat lintang di dalam

sampel. Hal ini tepat jika kita percaya bahwa individu atau kerat lintang,

unit di dalam sampel bukanlah acak yang ditarik dari sampel yang besar.

Pada kasus itu, FEM lebih tepat. Namun jika unit kerat lintang dalam

sampel yang diperhatikan ditarik secara acak, maka ECM yang lebih tepat,

untuk kasus statistik inferensia maka tidak bersyarat.

c. Jika komponen galat individu i dan satu atau lebih regressors berkorelasi,

kemudian estimator ECM akan bias, sebaliknya estimator FEM adalah

tidak bias.

d. Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi pokok yang mendasari bagi ECM

dipegang, maka ECM lebih efisien dibandingkan FEM.

Jika tidak dapat ditentukan secara teoritis dampak dari gangguannya, maka

model efek acak dipilih jika data diambil dari sampel individu yang

Page 53: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

38

merupakan sampel acak dari populasi yang lebih besar, dengan kata lain

menarik kesimpulan suatu populasi atau hanya meliputi beberapa individu.

Namun jika evaluasi meliputi seluruh individu dalam populasi atau hanya

meliputi beberapa individu dengan penekanan pada individu-individu tersebut

maka lebih baik digunakan model efek tetap. Cara lain dengan menggunakan

ukuran relatif jumlah individu dan rentang waktu yang digunakan untuk

jumlah individu yang tetap, semakin panjang waktu semakin kecil perbedaan

hasil estimasi antara model efek tetap dan model efek acak, Jika jangka waktu

cukup panjang maka dapat dipilih model efek tetap dengan alasan lebih

mudah dikerjakan.

d. Uji Chow

Beberapa buku menyebut uji Chow dengan pengujian F statistik. Uji Chow

digunakan untuk memilih model yang digunakan pooled least square atau

fixed effect. Terkadang asumsi bahwa setiap cross section memiliki prilaku

yang sama cenderung tidak realistis memingat bisa saja setiap unit cross

section memiliki prilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan

hipotesa sebagai berikut:

H0= Model Pooled Least Square

H1 = Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dasar penolakan terhadap hipotesis nol tersebut adalah dengan

menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow (Baltagi, 2001):

CHOW = ( )/ ( )/( ) ………………………………………… (3.9)

dimana:

RRSS = Restricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat yang

diperoleh dari estimasi data panel dengan metode Pooled Least

Square

URSS = Unrestricted Residual Sum Square yaitu jumlah error kuadrat

yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Page 54: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

39

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1,NT-N-K. Jika nilai

Chow Statistics (F stat) hasil pengujian lebih besar dari F tabel, maka cukup

bukti bagi kita untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga

model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

Pengujian ini disebut uji Chow karena memiliki kemiripan dengan uji

Chow yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter.

e. Uji Hausman

Pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek

individu digunakan untuk memilih apakah fixed atau random effects yang

lebih baik. Alat ujinya dapat digunakan Hausman Test. Dalam uji ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0: E(τi xit) = 0 ………………..(3.10)

atau REM adalah model yang tepat

H1: E(τi xit)≠ 0 ………………..(3.11)

atau FEM adalah model yang tepat

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan

dengan:

H = (βREM – βfEM )’ (MFEM –MREM)-1 (βREM – βfEM ) ~ χ2 (k)

………………………………………………………………..….(3.12)

dimana:

M= matriks kovarians untuk parameter β

k = degrees of freedom

Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti

untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan

adalah model fixed effects, begitu juga sebaliknya

Page 55: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

40

2.2 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pembangunan manusia telah dilakukan oleh Cahyadi

(2005). Cahyadi meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi indeks

pembangunan manusia di provinsi Bali. Teknik pengolahan data yang dilakukan

adalah dengan model ekonometrika OLS dengan data panel yang terdiri dari 9

kabupaten/ kota dengan tahun analisis 1996,1999, dan 2002. Variabel terikat yang

digunakan adalah indeks pembangunan manusia, sedangkan untuk variabel bebas

digunakan PDRB, investasi bruto,realisasi anggaran pembangunan sosial, rata-rata

pengeluaran rumah tangga sebulan, jumlah penduduk miskin, rasio jumlah murid

SD terhadap jumlah ruangan kelas SD, rasio jumlah sarana kesehatan terhadap

jumlah penduduk, dan persentase rumah tangga yang mempunyai akses air bersih.

Hasil dari penelitian tersebut adalah jumlah penduduk miskin berpengaruh

signifikan negatif terhadap IPM, anggaran pembangunan sosial sebagai indikator

pembiayaan pembangunan manusia dan persentase rumah tangga yang

mempunyai akses air bersih sebagai indikator kesehatan yang juga digunakan

sebagai proksi distribusi pendapatan berpengaruh signifikan secara positif

terhadap IPM dan bersifat inelastis. Sedangkan rata-rata pengeluaran rumah

tangga sebagai indikator pembiayaan pembangunan manusia, PDRB, investasi,

rasio sarana prasarana pendidikan dan kesehatan berpengaruh signifikan secara

positif terhadap IPM dan bersifat elastis.

Kajian tentang IPM juga telah dilakukan oleh Alam (2006) dengan studi

kasus Kabupaten Bekasi. Penelitian ini berfokus pada ketimpangan pendapatan

antar kecamatan di Kabupaten Bekasi pada tahun 1996-2004, kemajuan ekonomi

antar kecamatan, serta menganalisis faktor-faktor sosial dan ekonomi yang

mempengaruhi IPM di Kabupaten Bekasi. Teknik analisis yang digunakan adalah

dengan Analisis Weighted Coefficient Variation (CVw)atau Williamson (Iw)

Nilai indeks berkisar antara nol dan satu. Alat Analisis yang kedua adalah

TipelogiKlaasen dengan melihat perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi

(LPE) dan PDRB per kapitakecamatan terhadap angka LPE dan PDRB perkapita

rata-rata Kabupaten. Sedangkan alat Analisisselanjutnya adalah regresi data panel

dengan IPM sebagai Variabel babas, dan variabel terikatnya terdiridari: PDRB per

kapita kecamatan; Sarana pendidikan (jumlah gedung SD dan MI); Rasio guruSD

Page 56: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

41

dan MI; ]umlah sarana kesehatan kecamatan; Rasio Tenaga Medis per 1000

penduduk; KepadatanPenduduk kecamatan; dan Akses penduduk terhadap air

bersih. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan PDRB, rasio guru terhadap murid

SD, kepadatan penduduk, dan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air

bersih signifikan mempengaruhi IPM di kabupaten Bekasi dan disparitas

pendapatan yang tinggi di Kabupaten Bekasi tidak serta merta menyebabkan

tingginya disparitas IPM.

Muhammad (2010) juga melakukan penelitian tentang indeks

pembangunan manusia. Muhammad mengkaji pengaruh Foreign Direct

Investment (FDI) terhadap indeks pembangunan manusia di Pakistan. Variabel

yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah FDI, IPM, Ekspor-impor dan real

GDP. Penelitian ini menghasilkan FDI berpengaruh signifikan terhadap IPM

dimana kenaikan IPM menyebabkan kesempatan kerja meningkat dan menaikkan

standar hidup. Ekspor impor atau balance of trade berpengaruh signifikan

terhadap HDI dimana standar hidup meningkat dikarenakan banyaknya ekspor.

Sementara real GDP justru tidak berpengaruh terhadap IPM Peningkatan RGDP

justru menyebakan makin tingginya kesenjangan sosial karena pergerakan sumber

daya yang tidak efektif dan kegagalan pemerintah terhadap kebijakan fiskal.

Penelitian tentang Indeks Pembangunan Manusia juga dilakukan oleh

Yanuarta (2009). Penelitian Yanuarta mengaitkan alokasi anggaran pembangunan

dengan peningkatan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Lampung Barat.

Metode analisis yang digunakan adalah dengan regresi berganda dengan

memasukkan variabel-variabel berupa belanja pembangunan sektor pendidikan,

belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor perekonomian. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan Belanja pembangunan, belanja pendidikan, dan belanja

kesehatan mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan IPM. Prioritas

utama pembangunan sektor pendidikan adalah program sekolah gratis, rehabilitasi

sekolah, pemerataan guru, peningkatan kompetisi guru, pengadaan sarana

pendidikan, pembentukan PKBM, pembangunan sekolah, peningkatan insentif

guru, dan pendidikan D2 bagi guru SD. Prioritas pembangunan dalam bidang

kesehatan adalah pengobatan gratis, revitalisasi posyandu, dan pengadaan dokter

danbidan.

Page 57: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

42

Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian TerdahuluNo Nama Tahun Lokasi Model Hasil1 Cahyadi 2005 Bali Model 1: IPM = α10 + α11

LOGPDRB + α12 APSOS + α13LOGPDDMISKIN + α14RTAKSESAIR + ε 15Model 2 : IPM = α20 + α21LOGPENGLRT + α22 APSOS + α23LOGPDDKMISKIN + α24LOGSRPEN + α25 LOGSRNKES +α26 LOGINV + ε27Model 3: IPM = α30 + α31APSOS +α32 LOGPDDKMISKIN +α33LOGSRNPEN + ε34

1. Penduduk miskin berpengaruh signifikannegatif terhadap IPM

2. Anggaran pembangunan sosial sebagaiindikator pembiayaan pembangunanmanusia dan persentase rumah tangga yangmempunyai akses air bersih sebagaiindikator kesehatan yang juga digunakansebagai proksi distribusi pendapatanberpengaruh signifikan secara positifterhadap IPM dan bersifat inelastis.

3. Pengeluran rumah tangga, PDRB, investasi,sarana pendidikan, sarana kesehatanberpengaruh signifikan secara positifterhadap IPM dan bersifat elastis.

2 Alam,Jauharul

2006 KabupatenBekasi

IPM= f (PDRB per kapita, jumlahgedung SD/MI, rasio guru terhadapmurid SD/MI, jumlah saranakesehatan, rasio tenaga medis, rumahtangga yang dapat mengakses airbersih, kepadatan penduduk)

1. PDRB, rasio guru terhadap murid SD,kepadatan penduduk, dan rumah tanggayang memiliki akses terhadap air bersihsignifikan mempengaruhi IPM di kabupatenBekasi

2. Disparitas pendapatan yang tinggi diKabupaten Bekasi tidak serta mertamenyebabkan tingginya disparitas IPM

3 Muhammad,Sulaiman

2010 Pakistan ΔHDI = α + β1 ΔFDI + β2 Δ (Ex-Im)+ β3 ΔRGDP + β4µt-1 + εt

1. FDI berpengaruh signifikan terhadapHDI dimana kenaikan HDI menyebabkankesempatan kerja meningkat danmenaikkan standar hidup.

Page 58: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

43

2. (Ex-IM) atau balance of tradeberpengaruh signifikan terhadap HDIdimana standar hidup meningkatdikarenakan banyaknya ekspor.

3. GDP riil tidak signifikan terhadap HDI.Peningkatan GDP riil justru menyebakanmakin tingginya kesenjangan sosialkarena pergerakan sumber daya yangtidak efektif dan kegagalan pemerintahterhadap kebijakan fiskal.

4 Yanuarta,Hendra

2009 Lampung Barat IPMt = β0 + β1Pendidikant-1 +β2Kesehatant-1 + β3Ekonomit-1+εt

IPt = β0 + β1Sarprast-1 + β2Buku t-1 +β3Gurut-1 + β4Oprst-1 + β5 iswat-1+ εt

1. Belanja pembangunan, belanjapendidikan, dan belanja kesehatanmempunyai pengaruh signifikan terhadappeningkatan IPM.

2. Prioritas utama pembangunan sektorpendidikan adalah program sekolahgratis, rehabilitasi sekolah, pemerataanguru, peningkatan kompetisi guru,pengadaan sarana pendidikan,pembentukan PKBM, pembangunansekolah, peningkatan insentif guru, danpendidikan D2 bagi guru SD. Prioritaspembangunan dalam bidang kesehatanadalah pengobatan gratis, revitalisasiposyandu, pengadaan dokter dan bidan.Sementara prioritas utama bidangperekonomian adalah diklat angkatankerja.

Page 59: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

44

2.3 Kerangka Pemikiran

Indeks pembangunan mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar

bagimanusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu

ukuranyang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut

berkaitandengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup

layak(decent living).

Dalam mencapai indeks pembangunan yang berkualitas terdapat faktor-

faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor penghambat diantaranya adalah

tingkat kemiskinan, sementara faktor pendukung adalah sarana infrastruktur.

Dengan demikian kebijakan yang efektif sangat menentukan peningkatan IPM

sehingga faktor penghambat tidak mempengaruhi laju IPM di suatu daerah.

Kebijakan pemerintah terdiri dari pro growth dan pro poor, dimana tiap-tiap

kebijakan tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Kebijakan pro growth salah

satunya adalah dengan melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur. Perbaikan

infrastruktur ini akan meningkatkan investasi sehingga akan membuka lapangan

pekerjaan yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi

masyarakat. Pendapatan perkapita ini akan memudahkan masyarakat mengakses

pendidikan dan kesehatan yang selanjutnya meningkatkan indeks pembangunan

manusia.

Kebijakan pro poor terdiri dari jaminan sosial dan pelayanan sosial.

Pelayanan sosial dilakukan dengan membangun sarana dan prasarana kesehatan

dan pendidikan. Sementara Jaminan sosial lebih menekankan pada peningkatan

pendapatan per kapita masyarakat. Dengan demikian jaminan sosial dan

pelayanan sosial ini dapat meningkatkan pembangunan manusia.

Pembangunan manusia menyatukan antara aspek produksi dan distribusi

komoditas, serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia.

Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat;

pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun

nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Dengan demikian, pembangunan

manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan

yang komprehensif dari semua sektor.

Page 60: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

45

Pro Growth Pro Poor

PelayananSosial

Jaminan SosialPembangunanInfrastruktur

MeningkatkanInvestasi

MembukaLapanganPekerjaan

Indeks PembangunanManusia

Kesehatan Pendidikan Pendapatan

Faktor Penghambat:Kemiskinan

Faktor Pendukung:Sarana Infrastruktur

Efektivitas Kebijakan

MeningkatkanPendapatanperkapita

Gambar: 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Page 61: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

46

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data

tahun 2005 sampai dengan data tahun 2009. Pemilihan dilakukan secara sengaja

(purposive) melihat provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah

penduduk terbesar di Indonesia dengan geografis yang strategis dan kaya akan

sumber daya alam akan tetapi kemiskinan dan ketimpangan masih relatif tinggi.

3.2 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari BPS,

situs Provinsi Jawa Barat, penelitian-penelitian terdahulu, jurnal-jurnal, dan bahan

literatur sebagai pelengkap. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk miskin, PDRB per kapita,

jumlah SD dan SMP, jumlah guru, jumlah murid jumlah puskesmas, jumlah

rumah sakit, dan jumlah pelayan kesehatan, dan panjang jalan.

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu

analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk

melihat keadaan sumber daya manusia di Jawa Barat dan bagaimana implementasi

kebijakan pemerintah daerah dengan realitas keadaan pembangunan manusia di

Jawa Barat.

Sementara analisis kuantitatif digunakan dalam mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi indeks pembangunan manusia di Jawa Barat, dan seberapa besar

sarana prasarana pendidikan dan kesehatan mempengaruhi pembangunan manusia

di provinsi tersebut. Data yang digunakan adalah data panel atau pooled data

(pooling cross section-time series regression) dengan unit cross section-nya 25

kabupaten/kota dan unit time series yang digunakan adalah tahun 2005,2006,

2007, 2008dan 2009.

Page 62: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

47

3.4 Spesifikasi Model Panel Data

Spesifikasi model data panel dalam mengukur faktor-faktor yang

mempengaruhi pembangunan manusia di Jawa Barat didasarkan dan dimodifikasi

dari model umum yang digunakan Cahyadi (2005) yaitu:

PM = f( IPD, IPPM, IKEM, IPEN, IKES)

Dimana:

PM = Pembangunan Manusia

IPD = Indikator Pembangunan Daerah

IPPM = Indikator Pembiayaan Pembangunan

IKEM = Indikator Kemiskinan

IPEN = Indikator Pendidikan

IKES = Indikator Kesehatan

Tabel 3.1 Definisi Data dalam TabelNo. Indikator Variabel Keterangan1. Pembangunan

ManusiaTingkat Pembangunan Manusia:diwakili dengan menggunakan variabelindeks pembangunan manusia (IPM)tiap Kab/Kota di Jawa Barat

Variabel Terikat

2. PembangunanDaerah

Faktor pendapatan daerah, yaknidiwakili dengan menggunakan variabelPDRB tiap kab/kota di Jawa Barat

Variabel Bebas

3. PembiayaanPembangunan

Faktor peran pemerintah daerah yaknidapat diwakilkan dengan variabelRealisasi anggaran tiap kab/kota diJawa Barat

Variabel Bebas

4. Kemiskinan Faktor kemiskinan daerah, dapatdiwakilkan dengan variabel Jumlahpenduduk miskin di Jawa Barat

Variabel Bebas

5. Pendidikan Faktor Sarana Pendidikan, dapat dilihatdari rasio jumlah sekolah denganpenduduk di tiap kabupaten/kota diJawa Barat.Faktor Pelayan Pendidikan, dapatdilihat dari rasio guru terhadap muridsekolaha tiap kab/kota di Jawa Barat.

Variabel Bebas

6. Kesehatan Fator Sarana Kesehatan, dapat dilihatdari rasio jumlah puskesmas terhadappenduduk di tiap Kab/ Kota di JawaBarat.Faktor Pelayan Kesehatan, dapat dilihatdari rasio jumlah dokter, bidan danperawat terhadap penduduk di tiapKab/kota di Jawa Barat

Variabel Bebas

Page 63: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

48

Dengan dasar model umum diatas, penulis memodifikasi dan memasukkan

variabel-variabel sebagai berikut:

Tabel. 3.2 Variabel dalam PenelitianNo. Variabel ID Satuan Sumber Keterangan1. Indeks

PembangunanManusia

IPM % BPS

2. PDRB per kapita PDRBk Rp BPS PDRBperkapitamenuruttahun dasar2000

3. Kemiskinan POV % BPS Persentasetingkatkemiskinan

4. Sarana Pendidikan SRNPEN sekolahper orang

BPS Rasio Jumlahsekolah SDdan SMPterhadap usiapenduduk 5-14 tahun.

5. Jumlah Guru GR guru perorang

BPS Rasio jumlahguru SD danSMPterhadapmurid SDdan SMP.

6. Sarana Kesehatan SRNKES puskesmasper orang

BPS Rasio jumlahpuskesmasterhadappenduduk

7. Pelayan Kesehatan PKES pelayankesehatanper orang

BPS Rasio JumlahDokter,Perawat, danBidanterhadapjumlahpenduduk

8. Sarana Infrastruktur SRNINF km perorang

BPS RasioPanjang JalanRayaterhadapjumlahpenduduk

Page 64: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

49

Variabel PDRB per kapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata

pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu

wilayah atau daerah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil pembagian antara

PDRB dengan jumlah penduduk. Dihipotesiskan bahwa PDRB per kapita

berhubungan positif dengan IPM, dimana makin besar pendapatan per kapita

masyarakat di suatu wilayah maka IPM di wilayah tersebut akan membaik.

Jumlah penduduk miskin dimasukkan dalam permodelan dikarenakan erat

kaitannya dengan pembangunan manusia di suatu wilayah. Diduga hubungan

antara jumlah penduduk miskin dan indeks pembangunan bersifat negatif, artinya

jika penduduk miskin di suatu wilayah meningkat, maka indeks pembangunan

manusia di wilayah tersebut akan menurun.

Jumlah SekolahDasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dimasukkan untuk melihat hubungan sarana prasarana pendidikan dalam

mempengaruhi IPM. Adapun tingkat SD dan SMP diperhitungkan sebagai jenjang

minimal dalam mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak

sehingga dapat berpengaruh positif terhadap IPM.Rasio antara guru SD dan SMP

terhadap murid dimasukkan dalam model untuk melihat ketercukupan pengajar

dalam mendidik murid sehingga tercapai pendidikan yang meningkatkan kualitas.

Jumlah Puskesmas, jumlah rumah sakit, dan jumlah pelayan kesehatan

merupakan variabel-variabel yang menunjukkan prasarana kesehatan. Jumlah

pelayan kesehatan disini adalah jumlah dokter, perawat, dan bidan. Diduga ketiga

variabel ini berhubungan positif terhadap IPM, artinya makin banyak jumlah

puskesmas, rumah sakit, dan pelayan kesehatan, maka IPM akan meningkat.

Rasio jumlah dokter dan perawat terhadap penduduk dimasukkan dalam

model untuk melihat ketercukupan pelayan kesehatan dalam melayani penduduk,

sehingga akses kesehatan di dapat oleh semua lapisan masyarakat.

Sarana infrastruktur tidak dapat dilepaskan dalam mengukur IPM. Sarana

infrastruktur diukur dengan panjang jalan kabupaten/kota. Sarana infrastruktur

yang baik dapat menopang kelancaran masyarakat dalam mengakses sarana-

sarana pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian infrastruktur yang baik akan

mendukung peningkatan IPM.

Page 65: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

50

Dengan demikian spesifikasi dalam mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi pembangunan manusia dapat dirumuskan sebagai berikut:

LNIPMit = α + β1LNPDRBkit+ β2LNPOVit+ β3LNSRNPENit +β4LNGRit +

β5LNSRNKESit + β6LNPKES + β7LNSRNINFit +uit

Dimana:

LNIPMit = Natural logaritma dari indeks pembangunan manusia

untuk kabupaten/kota ke-i pada tahun ke-t

LNPovit = Natural logaritma jumlah penduduk miskin untuk

kab/kota ke-i pada tahun ke-t

LNPDRBkit = Natural logaritma PDRB perkapita menurut tahun

dasar 2000 untuk kab/kota ke-i pada tahun ke-t (Rp)

LNSRNPENit = Natural logaritma Rasio Jumlah sekolah SD dan SMP

terhadap usia penduduk 5-14 tahun kab/kota ke-i pada

tahun ke-t

LNGRit = Natural logaritma Rasio jumlah guru SD dan SMP

terhadap murid SD dan SMP kab/kota ke-i pada tahun

ke-t

LNSRNKESit = Natural logaritma Rasio jumlah sarana kesehatan

(Puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas

keliling) terhadap jumlah penduduk pada kab/kota ke-i

pada tahun ke-t

LNPKESit = Natural logaritma Rasio jumlah pelayan kesehatan

(dokter umum, dokter gigi, dan bidan) terhadap

penduduk pada kab/kota ke-i pada tahun ke-t

LNSRNIINFit = Natural logaritma Rasio panjang jalan terhadap jumlah

penduduk pada kab/kota ke-i pada tahun ke-t

uit = Error term

3.5 Pengujian Model dan Hipotesis

Permodelan diatas harus diuji terlebih dahulu dengan kriteria ekonomi dan

pengujian statistik. Pengujian dengan kriteria ekonomi dapat dilakukan dengan

melihat tanda pada koefisien masing-masing peubah bebas. Dengan demikian

Page 66: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

51

sebelum dilakukan estimasi model perlu dibuat hipotesis agar dapat dibandingkan

dengan hasil estimasi. Hipotesis tersebut dapat menjadi dasar kesesuaian hasil

estimasi. Sedangkan untuk pengujian berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan

dengan cara uji koefisien regresi (uji t) dan uji statistik R2.

3.5.1 Uji F

Uji F ditujukan untuk mengetahui apakah variable-variabel independen

secara bersama-sama memberi pengaruh yang signifikan terhadap variable

dependennya atau tidak.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan uji F adalah

sebagai berikut:

1. Perumusan hipotesis

Ho: = (atau ≤ )

H1: > (atau / > 1)

Dimana: adalah keragaman dari model regresi, adalah

keragaman sisaan.

2. Penghitungan nilai F-statistik. F-statistik ini dapat diperoleh dari

perhitungan komputer atau dengan manual. Secara manual, penghitungan

F dirumuskan sebagai berikut:

Fhit = KTR/KTS~ F (dbr, dbe)

KTR = kuadrat terkecil regresi

KTS = kuadrat terkecil sisa/ galat

Dapat ditunjukkan : Fk-1,n-k =

Dimana:

dbr = derajat bebas dari model regresi (k-1)

dbe = derajat bebas total model dikurangi derajat bebas model regresi

(n-k)

Bandingkan F-statistik dengan F-tabel pada α (taraf nyata 5%). Bisa juga

dilakukan dengan membandingkan probabilitas F-Statistik dengan α

(taraf nyata 5%).

3. Jika F-statistik > F-tabel pada α atau prob (F-statistic) < α (0,05), maka

terima H1, artinya, variable-variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variable dependennya.

Page 67: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

52

3.5.2 Uji t

Uji t dalam beberapa buku disebut juga uji statistik parsial. Uji dilakukan

untuk mengetahui apakah masing-masing parameter bebas yang dipakai

berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas. Dalam Ramanathan

(1998), langkah-langkah analisisnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perumusan Hipotesis

H0 : β = 0artinya perubahan X tidak tidak mempengaruhi Y

H1 : β ≠ 0artinya perubahan X mempengaruhi Y

2. Penghitungan nilai t-statistik. T-statistik ini dapat diperoleh dari

perhitungan komputer atau dengan menggunakan cara manual. Formula

untuk menghitung t-statistik secara manual dalam Juanda (2009) adalah:= ( )= ( / ∑ ̅)dimana = koefisien yang diestimasi

= standard error untuk

= Nilai Slope

= satuan perubahan Y akibat perubahan X

KTG = kuadrat tengah galat

3. a. Bandingkan dengan t-tabel yaitu nilai t pada df n-k dan taraf nyata α

untuk one-tailed test dan α/2 untuk two-tailed test.

b. Uji t-statistik juga dapat dilakukan dengan pendekatan p-value, p-value

adalah peluang nilai t lebih besar dari tc

4. a. Tolak hipotesis nol jika | thit| > t* artinya variabel tersebut berpengaruh

nyata terhadap nilai variabel tidak bebas.

b. Tolak H0 atau dapat disimpulkan bahwa koefisien adalah signifikan

jika p-value lebih kecil dari taraf nyata α (one-tailed test) atau α/2

(two-tailed t-test). Taraf nyata yang digunakan pada peneletian ini

adalah lima persen (5%).

3.5.3 Uji Statistik R2

Nilai R2 menunjukkan persentase variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh

variabel bebas. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model karena semakin

besar keragaman peubah dependen yang dapat dijelaskan oleh peubah

Page 68: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

53

independen. Perhitungan R2 dapat dilakukan dengan mengikuti rumus berikut

(Ramanathan, 1998): = 1 − ∑∑( − ) = 1 − =Dimana:

ESS = Error Sum Square atau Jumlah Kuadrat Terkecil

RSS = Regression Sum Square atau Jumlah Kuadrat Regresi

TSS = Total Sum Square atau Jumlah Kuadrat Total

= Variabel pengganggu (error term) dari model yang

diestimasi

= estimated y

= Variabel dependen rata-rata

3.5.4 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara variabel bebas

dalam persamaan regresi berganda (Ramanathan, 1998). Gejala multikolinearitas

ini dapat dideteksi dari nilai R2 tinggi tetapi tidak terdapat atau sedikit sekali

koefisien dugaan yang berpengaruh nyata dan tanda koefisien regresi tidak sesuai

dengan teori (Gujarati, 2003). Uji formal untuk menentukan ada atau tidaknya

multikolinearitas dilakukan jika terdapat suatu keraguan apakah nilai koefisien

determinasi termasuk tinggi atau tidak. Akan tetapi jika suatu model sudah

ditetapkan memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi, uji formal

menentukan multikolinearitas dapat dideteksi dari dampak yang ditimbulkan

akibat adanya multikolinearitas (Nachrowi, 2006). Multikolinearitas dalam pooled

data dapat diatasi dengan memberikan pembobotan (cross section weight) atau

GLS, sehingga parameter dugaan pada taraf uji tertentu menjadi signifikan

(Gujarati, 2003).

3.5.5 Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εt)

sama atau homogen. Dengan pengertian lain, Var (εi) = E (εi2) = σ2 untuk setiap

pengamatan ke-i dan peubah-peubah bebas dalam model regresi. Asumsi ini

Page 69: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

54

disebut homoskedastisitas (homoscedasticity). Jika ragam tidak sama atau Var (εi)

= E (εi2) = σi

2 untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model

regresi, maka dikatakan bahwa ada masalah heteroskedatisitas (Juanda, 2009).

Apabila asumsi homoskedastisitas tidak terpenuhi maka akan menyebabkan

dugaan parameter koefisien regresi dengan metode OLS tetap tidak bias, dan

masih konsisten, tapi standar errornya bias ke bawah. Hal ini menyebabkan

penduga OLS tidak efisien lagi.

Heteroskedatisitas dapat dideteksi dengan membandingkan sum square

residual pada weighted statistics dengan sum square residual unweighted

statistics. Jika sum square residual pada weighted statistics lebih kecil

dibandingkan dengan sum square residual unweighted statistics maka dapat

disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Masalah heteroskedatisitas dapat diatasi

dengan metode white heteroskedasticity yang diestimasi dengan GLS.

3.5.6 Autokorelasi

Asumsi lain dalam persamaan linear adalah tidak adanya autokorelasi yakni

korelasi serial antara sisaan (εt) tidak ada. Dengan pengertian lain, sisaan

menyebar bebas atau Cov (εi, εj) = E (εi, εj) = 0 untuk semua i≠j, dan dikenal juga

sebagai bebas serial (serial independence) (Juanda, 2009).

Masalah autokorlasi ini akan membuat model menjadi tidak efisien

meskipun nasih tidak bias dan konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi

standard error dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate.

Sehingga R2 akan besar dan uji-t serta uji-F menjadi tidak valid. Autokorelasi

yang kuat dapat menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi

berhubungan. Bila OLS digunakan, maka akan terlihat koefisien signifikan dan R2

yang besar atau disebut juga sebagai regresi lancung atau palsu (Nachrowi, 2006).

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin

Watson (DW) yaitu dengan membandingkan nilai DW dari model dengan DW-

tabel. Jika d < dL, maka terjadi autokorelasi. Jika d > 4 – dL, maka ada

autokorelasi dan jika du < d < du-4, dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi. dL

disini merupakan symbol untuk DW tabel dan d adalah DW hasil perhitungan.

Untuk mengatasi permasalahan ini bisa dilakukan dengan metode pembedaan

tingkat pertama (The first-difference methode) (Nachrowi, 2006).

Page 70: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

55

Metode Pembedaan Pertama (The first-difference methode) memberikan

sebuah kriteria untuk menggunakan metode ini jika statistik DW lebih kecil

dibandingkan dengan R2. Pada metode pembeda pertama tersebut dapat

diasumsikan bahwa ρ mendekati satu atau diasumsikan mempunyai autokorelasi

yang kuat. Akan tetapi jika diinginkan nilai ρ yang lebih tepat, ρ dapat diestimasi

berdasarkan Durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:= 1 − 2Dimana:

= estimasi koefisien korelasi

= statistik Durbin-Watson

Kemudian data variabel bebas dan variabel terikat ditransformasikan dengan

cara: ∗ = −∗ = −Setelah ditransformasikan dapat dilakukan estimasi dengan metode Least

Square biasa.

Page 71: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

56

IV. PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan

Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378).

Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak

pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5

wilayah, yakni Kabupaten Subang(1968); Kota Tangerang (1993); Kota

Bekasi(1996); Kota Cilegon dan Kota Depok(1999). Dalam kurun waktu tersebut

telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun

kemasyarakatan. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang

memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut

sumber daya air, sumber daya alam dan pemanfaatan lahan, sumber daya hutan,

sumber daya pesisir dan laut serta sumber daya perekonomian.

Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah

Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5

kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya.

Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip

Depok pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom.

Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah

Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi

Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi: Kabupaten Serang, Kabupaten

Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota

Cilegon.Tahun 2007 terbentuk Kabupaten Bandung Barat yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Bandung. Dengan adanya pemekaran ini, Provinsi

Jawa Barat terdiri dari 17 Kabupaten dan 9 Kotamadya.

Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Jawa Barat terdapat pada

Kabupaten Sukabumi dengan kepadatan penduduk 562 orang/km2 dan kepadatan

tertinggi terdapat di Kota Bandung dengan kepadatan14.228 orang/km2.

Sementara itu, kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah

Page 72: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

57

terkecil adalah Kota Cirebon dengan luas 40,16 km2 dan yang memiliki wilayah

terluas adalah Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 4.160,75 km2.

Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Provinsi Jawa Barat berada di

Kabupaten Bekasi dengan laju pertumbuhan sebesar 4,69 persen dan laju

pertumbuhan terendah terdapat di Kabupaten Majalengka sebesar 0,40 persen.

Untuk jumlah penduduk terbanyak berada di Kabupaten Bogor sebanyak

4.763.200 orang dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kota

Cirebon sebanyak 2.065.142 orang (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Monografi Provinsi Jawa Barat

Kabupaten/KotaJumlah

Penduduk(orang)

LajuPertumbuhan

penduduk(%)

LuasWilayah

(km2)

Kepadatanpenduduk

(Orang/km2)

01. Bogor 4.763.200 3,13 2.997,13 1.58902. Sukabumi 2.339.348 1,22 4.160,75 56203. Cianjur 2.168.514 1,10 3.594,65 60304. Bandung 3.174.499 2,56 1.756,65 1.80705. G a r u t 2.401.248 1,60 3.094,40 77606. Tasikmalaya 1.675.544 0,88 2.702,85 61907. C i a m i s 1.531.359 0,47 2.740,76 55808. Kuningan 1.037.558 0,53 1.189,60 87209. Cirebon 2.065.142 0,68 1.071,05 1.92810. Majalengka 1.166.733 0,40 1.343,93 86811. Sumedang 1.091.323 1,21 1.560,49 69912. Indramayu 1.663.516 0,46 2.092,10 79513. Subang 1.462.356 0,96 2.164,48 67514. Purwakarta 851.566 1,99 989,89 86015. Karawang 2.125.234 1,76 1.914,16 1.11016. B e k a s i 2.629.551 4,69 1.269,51 2.07117. Bandung Barat 1.513.634 1,99 1.335,60 1.184Kota/city18 Bogor 949.066 2,39 111,73 8.49419 Sukabumi 299.247 1,73 48,96 6.11220. Bandung 2.393.633 1,15 168,23 14.22821. Cirebon 295.764 0,84 40,16 7.36422. Bekasi 2.336.489 3,48 213,58 10.93923. Depok 1.736.565 4,30 199,44 8.70724. Cimahi 541.139 2,06 41,20 13.13425. Tasikmalaya 634.424 1,86 184,38 3.44026. Banjar 175,165 1,14 130,86 1.338

Jawa Barat 43.021,826 1,89 37.173,97 1.157Sumber : BPS Jawa Barat, 2010

Page 73: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

58

4.1 Geografi

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50' - 7°50' LS dan

104°48' - 104°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan

dengan Laut Jawa bagian barat dan DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan

dengan Provinsi Jawa Tengah, antara Samudra Indonesia di Selatan dan Selat

Sunda di barat. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera

Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat

Sunda); luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau 4.435.461 Ha.

Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah

Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara

merupakan daerah berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit

dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan

tengah.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Barat

Page 74: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

59

4.2 Populasi

Berdasarkan hasil Sensusnas tahun 1999 jumlah penduduk Jawa Barat

setelah Banten terpisah berjumlah 34.555.622 jiwa. Pada tahun 2000 berdasarkan

sensus penduduk meningkat menjadi 35.500.611 jiwa, dengan kepadatan

penduduk sebesar 1.022 jiwa per Km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk

selama dasawarsa 1990 - 2000 mencapai angka 2,17 %.Sedangkan pada tahun

2003, jumlah penduduk telah bertambah menjadi 38.059.540 jiwa dengan

kepadatan penduduknya mencapai rata-rata 1.064 jiwa per kilometer persegi.

Menurut Hasil Angka Sementara SensusPenduduk (SP) Jumlah penduduk

Jawa Baratpada tahun 2010 mencapai 43 021 826 jiwadengan jumlah penduduk

laki-laki yang lebih banyak dari pada penduduk perempuan (Gambar

4.2).Bedasarkan periode Sensus per sepuluh tahunpada tahun 1980 sebesar 23,4

juta, tahun 1990sebesar 29,4 juta dan pada tahun 2000mencapai 35,7 juta.Sex

rasio hasil angka sementara sensuspada tahun 2010 sebesar 103,46 naik

biladibandingkan tahun 2000 sebesar 102,11ataupun tahun 1990 sebesar 100,97

persen.

Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Jawa Barat berdasarkan jenis kelaminSumber: BPS (2010)

Jumlah penduduk di Jawa Barat memang selalu meningkat setiap tahunnya,

tetapi pertumbuhan penduduk tiap tahun relatif menurun. Hal ini menandakan

kebijakan pengendalian laju penduduk telah berhasil diterapkan di Provinsi Jawa

19,32

19,83

20,27

20,58

20,48

20,80

21,28

18,81

19,31

19,69

20,16

19,85

20,12

20,56

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa)

Tahu

n

Penduduk Perempuan Penduduk laki-laki

Page 75: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

60

Barat. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Provinsi

Jawa memiliki tren menurun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Namun

pada tahun 2009 laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,89 persen.

Gambar 4.3Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa BaratSumber: BPS (2010)

Peningkatan laju pertumbuhan yang cukup signifikan di tahun 2009

dibandingkan tahun 2008 yakni 0,18 persen harus diwaspadai. Dengan laju

pertumbuhan yang meningkat, Jawa Barat yang telah menjadi provinsi terpadat di

Pulau Jawa akan mengalami masalah-masalah krusial seperti peningkatan

kemiskinan, peningkatan pengangguran, dan peningkatan kriminalitas yang pada

jangka panjang akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi.

4.3 Capaian IPM Jawa Barat Hingga Tahun 2009

Berbagai program dan kebijakan dibuat oleh Provinsi Jawa Barat dalam

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Pergerakan IPM Jawa Barat dalam

kurun waktu tahun 2004-2009 pun meningkat. Meski meningkat, IPM Provinsi

Jawa Barat tidak mencapai target pada tahun 2009. Target yang tercantum dalam

bukuLKPJ Gubernur adalah sebesar 72,39. Namun pada tahun 2009 IPM hanya

mencapai 71,64. Hal ini dapat ditunjukkan melalui data dan grafik sebagai

berikut:

1,81 1,81

1,75 1,75 1,71

1,89

1,6

1,65

1,7

1,75

1,8

1,85

1,9

1,95

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Laju

Per

tum

buha

n Pe

ndud

uk (%

)

Tahun

Page 76: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

61

Tabel 4.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM BesertaKomponennya di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 – 2009

No Indikator Indeks2004 2005 2006 2007 2008 2009

1Angka

HarapanHidup

66,7 67,2 67,40 67,60 67,80 68

2 Angka MelekHuruf 94,0 94,6 94,91 95,32 95,53 95,98

3 Rata – rataLama Sekolah 7,2 7,4 7,50 7,50 7,50 7,72

4 Pengeluaranperkapita 616,1 619,7 621,11 623,64 626,81 628,71

5Indeks

PembangunanManusia

69,1 69,9 70,32 70,71 71,12 71,64

Sumber: BPS (2010)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, IPM

menunjukkan tren peningkatan. Hal tersebut menggambarkan secara jangka

panjang perkembangan dari tiga dimensi dasar pembangunan manusia Jawa Barat,

yaitu angka harapan hidup, persentase melek huruf orang dewasa, angka

partisipasi sekolah bagi anak, dan GDP per kapita cenderung meningkat. Secara

grafik, IPM Jawa Barat tahun 2004-2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 4.4Pergerakan Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat Tahun2004-2008Sumber: BPS (2010)

Peningkatan IPM ini sebagai dampak dari meningkatnya komponen-

komponen penyusun IPM. Pada tahun 2010 diprediksikan IPM Jawa Barat akan

meningkat lebih dari 0,5 poin, seiring dengan meningkatnya berbagai fasilitas dan

69,10

69,9070,32

70,7171,12

71,64

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 77: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

62

sarana pendidikan serta kesehatan yang menjadi prioritas pembangunan di Jawa

Barat.

Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM

merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata

lama sekolah (RLS). Indeks Pendidikan pada tahun 2009 mencapai angka 81,14

meningkat dari tahun 2008 yang mencapai angka 80,35. Angka Melek Huruf

(AMH) yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 Tahun ke atas yang

dapat membaca dan menulis (latin dan huruf lainnya) sebagai salah satu variabel

dari indeks pendidikan di samping variabel rata-rata lama sekolah(RLS), pada

periode Tahun 2006–2009 mengalami peningkatan walaupun relatif kecil. Kondisi

ini memberikan gambaran bahwa sampai dengan Tahun 2009, telah terjadi

peningkatan terhadap kemampuan baca masyarakat. Pada tahun 2009 AMH Jawa

Barat telah mencapai 95,98%.Sementara untuk nilai Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15 Tahun ke atas yang

bersekolah (dalam Tahun), pada tahun 2009 mencapai 7,72 tahun, jika

dikonversikan pada tingkat kelulusan, maka rata-rata tingkat pendidikan penduduk

Jawa Barat adalah tidak tamat SLTP atau baru mencapai kelas 1 SLTP. Oleh

karena itu untuk mencapai tujuan pencapaian RLS maksimal 15 Tahun, masih

memerlukan rentang waktu yang cukup lama dan biaya yang besar.

Indeks Kesehatan mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat suatu

wilayah pada periode waktu tertentu, yang diukur melalui angka harapan hidup

waktu lahir (AHHe0). Pada tahun 2009, indeks kesehatan Jawa Barat mencapai

angka 71,67 meningkat 0,34 poin dari tahun 2008 yang mencapai 71,33 poin.

Angka tersebut merupakan gambaran kinerja pembangunan kesehatan yang dilihat

dari meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Jawa Barat yangmencapai 68

Tahun pada tahun 2009 dari 67,8 tahun pada tahun 2008.

Indeks Daya Beli Masyarakat sebagai komponen utama IPM

merupakanindikator dengan fluktuasi perubahan yang dinamis, sebab indeks ini

sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal Jawa Barat, seperti kebijakan fiskal dan

moneter. Terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap dinamika

naik turunnya kekuatan daya beli masyarakat, yaitu faktor pendapatan dan inflasi

(tingginya harga barang dan jasa). Pada tahun 2009, indeks daya beli meningkat

Page 78: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

63

sebesar 0,44 poin dari tahun 2008 yaitu mencapai 62,10 poin dari angka 61,66

poin. Angka ini dipengaruhi oleh nilai Paritas Daya Beli masayarakat Jawa Barat

yang ada tahun 2009 mencapai Rp. 628,71.

4.4Kebijakan Jawa Barat dalam Meningkatkan IPM

Jawa Barat membuat beberapa kebijakan dalam rangka terus meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusianya. Kebijakan-kebijakan tersebut bermula pada

tahun 2003 dimana Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat program akselerasi

IPM generasi pertama dengan leading sector berbasis kelompok masyarakat. Pada

tahun ini digulirkan program “Raksa Desa” untuk mendorong perekonomian

pedesaan melalui pemberian bantuan permodalan bergulir dan pembangunan atau

perbaikan infrastruktur pedesaan. Sementara itu dalam bidang pendidikan dan

kesehatan, digulirkan program “Desa Cerdas” dan “Desa Sehat” dimana

implementasinya kurang optimal.

Pada tahun 2005, digulirkan program akselerasi IPM generasi ke-2 dengan

leading sector Pemerintah Kabupaten/ Kota yang berbasis multistakeholder.

Program akselerasi IPM generasi ke-2 ini membuat sebuah program yang

melibatkan seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat. Program tersebut

adalah Pendanaan Kompetisi Akselerasi Peningkatan IPM (PPK-IPM). Melalui

PPK-IPM Pemerintah Provinsi Jawa Barat memfasilitasi Pemerintah

Kabupaten/Kota untuk menggalang peran serta stakeholders pembangunan di

daerahnya masing-masing untuk bersama-sama menyusun strategi dan

menjalankan upaya-upaya peningkatan IPM di Kabupaten/Kota masing-

masing.Strategi dan upaya tersebut dituangkan ke dalam sebuah proposal dan

diajukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, untuk kemudian dinilai dan

diseleksi oleh sebuah Tim Reviewer Independen yang terdiri unsur Perguruan

Tinggi, Konsultan, LSM dan masyarakat profesional, serta unsur Pemerintah

Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.Proposal yang dinilai layak serta

Pemerintah Kabupaten/Kota dan stakeholdersnya yang dinilai memiliki kesiapan

dan komitmen yang kuat dalam upaya peningkatan IPM, akan dipilih dan

ditetapkan sebagai Kabupaten/Kota yang berhak mendapatkan dana stimulan

antara 15 sampai dengan 25 milyar rupiah per tahun per Kabupaten/Kota, selama

dua tahun. Kegiatan ini mulai di implementasikan pada tahun 2006. Pada tahun

Page 79: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

64

2006 juga diterapkan kebijakan 10 Kabupaten dengan IPM terendah, yakni

memberi perhatian khusus kepada 10 Kabupaten dengan IPM terendah dengan

jalan memprioritaskan program dan kegiatan sektoral yang terkait dengan IPM

untuk diarahkan ke 10 Kabupaten tersebut.

Tahun 2008, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus melakukan komitmen

dalam meningkatkan IPM. Upaya yang dilakukan yakni dengan pemerataan

pendidikan di Jawa Barat melalui kegiatan Akselerasi Penuntasan Wajar Dikdas

Sembilan Tahun, yang pada tahun 2008 memasuki tahun atau fase yang ke-4.

Pada tahun ini juga dibuat MoU Role Sharing Pendanaan Peningkatan Sarana dan

Prasarana Pendidikan Dasar. Beasiswa juga diberikan kepadasiswa

SMP/MTs/PKBM yang berasal dari keluarga tidak mampu, upaya tersebut

diharapkan telah optimal memenuhi sasaran. Selain itu, upaya Rintisan Wajib

Belajar 12 Tahun di kabupaten/kota Jawa Barat telah menjadi agenda stakeholders

terkait, baik dalam tataran perencanaan maupun pelaksanaannya.

Komitmen dalam bidang kesehatan pada tahun 2008 lebih difokuskan

pada pelayanan kesehatan dasar yang masih belum mencapai standar pelayanan

minimal (SPM), prasarana pelayanan kesehatan dasar belum dapat diakses

sepenuhnya oleh masyarakat terutama penduduk miskin, tenaga kesehatanbelum

merata terutama di perdesaan, masih munculnya kasus-kasus penyakit seperti

DBD, diare, suspect flu burung, gizi buruk dan peran serta masyarakat belum

menunjukkan yang lebih baik, terutama dalam pemahaman terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS). Di samping itu juga, kesehatan lingkungan, air

bersih dan sanitasi perumahan masih belum sesuai dengan apa yang

diharapkan.Dengan demikian, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memfokuskan

kebijakan dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas kesehatan sehingga

permasalahan diatas dapat diatasi.

Pada bidang pendidikan tahun 2010 telah diprioritaskan untuk

menciptakan sumber daya manusia Jawa Barat yang Mandiri dan Dinamis serta

berdaya Saing, dengan sasaran : tuntasnya pemberantasan Buta Aksara dalam

rangka Jabar bebas Buta Aksara; meningkatnya angka partisipasi jenjang

pendidikan dasar dan menengah; meningkatnya angka yang melanjutkan antar

jenjang dalam rangka Jabar Bebas Putus Jenjang Sekolah; meningkatnya mutu

Page 80: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

65

pendidikan dasar dan menengah bertaraf internasional; meningkatnya kompetensi

dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Beberapa upaya yang

dilakukan adalah melalui penuntasan dan pemeliharaan Bebas Buta Aksara

melalui Program Keaksaraan Fungsional (KF); BOS Provinsi Untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah; pengadaan Paket Buku Teks Pelajaran untuk

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah; peningkatan Kesejahteraan Guru PNS,

Non PNS dan Guru Bantu Negeri/Swasta Daerah Terpencil dan Perbatasan;

bantuan Baju Seragam Sekolah untuk Siswa SD/MI dan SMP/MTs dari Keluarga

Tidak Mampu; pembinaan dan pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN)

dan Sekolah bertaraf Internasional (SBI) jenjang SD, SMP, SMA dan SMK;

Revitalisasi Sarana dan Prasarana Daerah Khusus; rehabilitasi pembinaan

Kelembagaan dan Peningkatan Mutu SD-SMP Satu Atap; pembinaan SMP

Terbuka; beasiswa Reguler, Satu Siklus, Tahun Pertama dan Tugas Akhir bagi

Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Tidak Mampu; peningkatan Sarana dan

Prasarana SMA/SMK Dalam Rangka Pencanangan Wajib Belajar 12 Tahun;

peningkatan RLS Melalui Program Paket B dan C berbasis life skill; perluasan

Peningkatan Layanan PAUD Non Formal; pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan bagi Siswa SMA/SMK; optimalisasi Pendidikan Kejuruan melalui

Pemberdayaan Lembaga Tri Partit Bidang Pendidikan; Sertifikasi Guru dan Siswa

Pendidikan Menengah Kejuruan; rehabilitasi bangunan sekolah yang mengalami

kerusakan berat akibat bencana gempa bumi Jawa Barat 2009.

Pada bidang kesehatan beberapa kegiatan difokuskan pada peningkatan

prilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit serta kualitas pelayanan

kesehatan dasar, dengan sasaran : menurunkan angka kematian ibu dan angka

kematian anak; meningkatkan pengendalian, pencegahan penyakit menular;

meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat; meningkatkan kuantitas dan

kualitas tenaga kesehatan; meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar, dan

penanganan gizi buruk. Kegiatan yang telah dilakukan adalah: peningkatan

kualitas tenaga kesehatan melalui fasilitasi dan bimbingan teknis; peningkatan

kuantitas sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan;

perbaikan sanitasi, screening penderita dan Pengobatan TB paru; pendidikan

kesehatan mengenai PHBS dan gizi masyarakat.

Page 81: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

66

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

5.1 Analisis Model Regresi Data Panel

Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi indeks pembangunan manusia. Data yang digunakan dalam

persamaan regresi adalah data panel yang berasal dari data sekunder BPS menurut

Kabupaten/ Kota di Jawa Barat selama tahun 2004-2008. Tabel 5.1 menyajikan

hasil estimasi regresi dari model data panel. Pada model data panel, koefisien

estimasi yang disajikan merupakan hasil dari dua metode estimasi, yaitu Fixed

Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Penggunaan kedua

metode estimasi ini diharapkan dapat menunjukkan variasi hasil estimasi, melihat

kebaikan serta validitas kedua metode estimasi yang digunakan.

Tabel 5.1 Hasil Regeresi Data Panel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia di Jawa Barat.

Variabel FEM REMKoefisien P-Value Koefisien P-Value

(1) (2) (3) (4) (5)C 4,195010 0,0000 4,284716 0,0000LNPDRBK 0,006177 0,0000 0,007869 0,0280LNPOV -0,008545 0,0883 -0,025559 0,0000LNSRNPEN 0,014065 0,0248 0,016927 0,0000LNGR 0,014856 0,0000 0,091829 0,7192LNSRNKES 0,005097 0,0130 -0,013509 0,0768LNPKES 0,003635 0,0000 0,006641 0,0877LNSRNINF 0,013470 0,0130 0,005178 0,3393Hausman Test 34,660205 0,0000F-Statistic 339,7745 0,0000 14,84418 0,0000Adjusted R-Squared 0,988331 0,438684

Dari hasil regresi data panel tersebut, terlihat bahwa FEM lebih baik

dibandingkan dengan metode REM. Hal ini tercermin dari statistik uji Hausman

(34.6602) yang signifikan terhadap taraf uji 10 persen dengan p-value 0,0000,

artinya cukup bukti untuk menolak hipotesis tidak adanya korelasi antara peubah

penjelas dengan komponen error.

Page 82: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

67

Uji model FEM secara keseluruhan valid dalam taraf uji 10 persen yang

ditunjukkan dengan nilai statistik uji F (339,7745) dan p-value0,00. Nilai adjusted

R2bernilai 0,988331yang berarti keragaman tingkat indeks pembangunan manusia

dapat dijelaskan oleh PDRB perkapita, kemiskinan, sarana pendidikan, pelayan

pendidikan, sarana kesehatan, pelayan kesehatan dan sarana infrastruktur sebesar

98,83 persen, sedangkan sisanya 1,17 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

diluar model.

Model FEM yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pembobotan pada cross section (Panel EGLS /Cross-section weights). Hal ini

dilakukan untuk mengurangi heteroskedastis antar unit cross section.Berdasarkan

hasil estimasi pada tabel 5.1, semua variabel yang diuji signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia. Selain itu bentuk natural logaritma dari model dilakukan

untuk memudahkan mengukur elastisitas antar variabel. Dengan demikian

koefisien parameter dari hasil regresi tersebut juga menunjukkan elastisitas dari

variabel-variabel yang dimasukkan dalam model.

5.2 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia

5.2.1 PDRB per kapita

Berdasarkan tabel 5.1, PDRB per kapita mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap IPM Jawa Barat. PDRB per kapita berpengaruh positif

terhadap peningkatan IPM. Nilai koefisien PDRB per kapita adalah

0,006177yang berarti kenaikan 1 persen PDRB per kapita akan menaikan

IPM sebesar 0,006177, dengan asumsi cateris paribus.

PDRB per kapita juga menggambarkan kemampuan masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. PDRB per kapita juga

menggambarkan kesejahteraan keluarga dalam suatu kabupaten/ kota.

Peningkatan PDRB per kapita tentu memberikan kemudahan dalam

memenuhi segala kebutuhan dasar termasuk akses terhadap pendidikan

dan kesehatan yang selanjutnya menentukan Indeks Pembangunan

Manusia.

PDRB per kapita di Jawa Barat dalam selang waktu 2005-2009

mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan adanya perbaikan dalam

Page 83: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

68

daya beli masyarakat di Provinsi Jawa Barat. Meski nilai ini masih bersifat

kasar karena PDRB per kapita tidak dapat mencerminkan pemerataan

pendapatan. Menurut Adiyas (2008), PDRB per kapita di suatu daerah

yang besarnya diatas Rp. 2 juta sudah dapat dikatakan tinggi dan

sebaliknya apabila besarnya dibawah Rp. 2 juta dikatakan

rendah.Berdasarkan hal itu, PDRB per kapita di Jawa Barat pada tahun

2009 yang berada pada posisi Rp. 6,96 juta dianggap tinggi (Gambar 5.1).

Dengan nilai yang tergolong tinggi tersebut, maka penduduk Provinsi

Jawa Barat memiliki daya beli yang tinggi. Dengan daya beli yang tinggi

penduduk Jawa Barat memiliki kemampuan dalam mengakses pendidikan

dan kesehatan sehingga IPM di Jawa Barat dapat meningkat.

Gambar 5.1 Pergerakan Pendapatan per kapita di Jawa BaratTahun 2005-2009. Sumber: BPS 2010

5.2.2 Kemiskinan

Hasil regresi Tabel 5.1 menununjukkan tingkat kemiskinan

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap IPM Jawa Barat. Tingkat

kemiskinan berpengaruh negatif terhadap peningkatan IPM. Nilai

koefisien tingkat kemiskinan adalah -0,008545 yang berarti kenaikan 1

persen tingkat kemiskinan akan menurunkan IPM sebesar 0,008545,

dengan asumsi cateris paribus.

5,53

6,246,55

6,776,96

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

2005 2006 2007 2008 2009

PDRB

per

kap

ita (R

p Ju

ta)

Page 84: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

69

Kemiskinan terkait erat dengan variabel ekonomi makro lainnya baik

secara langsung maupun tidak antara lain tingkat upah tenaga kerja,

tingkat pengangguran, produktifitas tenaga kerja, kesempatan kerja, gerak

sektor riil, distribusi pendapatan, tingkat inflasi, pajak dan subsidi,

investasi, alokasi dan kualitas sumber daya alam. Sedangkan dalam aspek

sosial, kemiskinan sangat terkait dengan tingkat dan jenis pendidikan,

kesehatan, kondisi fisik dan alam suatu wilayah, etos dan motivasi kerja,

kultur atau budaya, hingga keamanan dan politik serta bencana alam

(Yudhoyono dan Harniati, 2004). Upaya penanggulangan kemiskinan

tidak dapat lepas dari penciptaan stabilitas ekonomi sebagai landasan bagi

peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, dan

peningkatan pendapatan masyarakat (Bappenas).

Dengan demikian kemiskinan merupakan hambatan dalam

meningkatkan IPM, hal ini dikarenakan kemiskinan membuat akses

terhadap pendidikan dan kesehatan sebagai tolak ukur peningkatan IPM

terganggu. Hal ini sesuai dengan definisi yang diberikan oleh BPS

mengenai kemiskinan yaitu kondisi kehidupan yang serba kekurangan

yang dialami seseorang atau rumahtangga sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal/yang layak bagi kehidupannya. Dengan

demikian ketidakmampuan ini akan mengganggu kebutuhan terhadap

pendidikan dan kesehatan yang pada akhirnya akan membuat indeks

pembangunan manusia menjadi rendah.

Jawa Barat masih menghadapi masalah kemiskinan yang antara lain

ditandai oleh masih tingginya proporsi penduduk miskin. Jumlah

penduduk miskin pada tahun 2009 adalah sebesar 11,58 persen dari jumlah

penduduk Jawa Barat, menurun dari tahun 2008 yang mencapai angka

11,74 persen (Gambar 5.2). Tingkat kemiskinan ini dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita

perbulan dibawah Garis Kemiskinan.

Page 85: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

70

Gambar 5.2 Pergerakan Persentase Kemiskinan di Jawa Barat Tahun 2004-2009. Sumber: BPS: 2010

Meski persentase angka kemiskinan di Jawa Barat terus menurun,

namun angka tersebut masih dianggap tinggi. Kemiskinan di Provinsi

Jawa Barat terdiri dari kemiskinan perkotaan dan pedesaan. Pada tahun

2009, kemiskinan di perkotaan mencapai 2,53 juta orang dan di pedesaan

mencapai 2,45 juta orang. angka kemiskinan di perdesaan secara berurutan

menurun 3,2 dan 10 persen, sedangkan di perkotaan secara berurutan

menurun 1 dan 3,4 persen. Meski demikian, bila dibandingkan dengan

Jawa Tengah dan Jawa Timur, penurunannya masih relatif lebih lambat.

Tabel. 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Desa dan Kota di Indonesia

13,06

14,49

13,55

12,74

11,58

9,00

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

15,00

2005 2006 2007 2008 2009

Pers

enta

se K

emisk

inan

Tahun

Page 86: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

71

5.2.3 Pendidikan

Sarana pendidikan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap IPM

Jawa Barat. Tingkat sarana pendidikan berpengaruh positif terhadap

peningkatan IPM. Nilai koefisien sarana pendidikan adalah 0,014065yang

berarti kenaikan 1 persen sarana pendidikan akan menaikkan IPM sebesar

0,014065, dengan asumsi cateris paribus.

Dalam model ini, sarana pendidikan merupakan penghitungan rasio

dari jumlah sekolah SD dan SMP terhadap penduduk usia sekolah SD dan

SMP. Hal ini dikarenakan adanya program wajib belajar 9 tahun yang

dicanangkan pemerintah.Pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan

peningkatan IPM. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan Todaro(2003)

dimana desebutkan pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk

kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern

dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta

pembangunan yang berkelanjutan.

Aspek pendidikan tidak hanya berkaitan dengan sarana pendidikan,

tetapi terdapat aspek-aspek lain yang lebih menyentuh terhadap kualitas

pendidikan tersebut. Dengan demikian dalam penelitian ini dimasukkan

juga rasio jumlah guru terhadap jumlah murid. Rasio jumlah guru terhadap

jumlah murid mempunyai pengaruh nyata terhadap indeks pembangunan

manusia. Hal ini terlihat dari probabilitasnya yang sebesar 0,0000. Nilai

koefisien rasio jumlah guru-murid adalah 0,014856yang berarti kenaikan 1

persen rasio jumlah guru-murid akan menaikkan IPM sebesar 0,014856,

dengan asumsi cateris paribus.

Dengan demikian investasi pendidikan berupa pembangunan sekolah

harus juga diikuti dengan mendorong partisipasi masyarakat terhadap

pendidikan. Biaya murah terhadap pendidikan juga sangat menentukan

tingkat partisipasi masyarakat untuk bersekolah. Dengan meningkatnya

partisipasi masyarakat pada pendidikan maka akan menjadi investasi tak

hanya bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat

umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan

meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan

Page 87: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

72

merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial

dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan

melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas,

penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban

sosial politik bagi pemerintah.

Di Provinsi Jawa Barat, sektor pendidikan merupakan variabel yang

memiliki pengaruh yang yang paling besar terhadap indeks pembangunan

manusia diantara variabel-variabel lain yang diuji dalam penelitian ini.

Angka melek huruf di Jawa Barat memang sudah cukup tinggi, yaitu pada

tahun 2009 sebesar 95,98 persen. Begitu juga dengan angka lama sekolah

yang menunjukkan angka sedikitnya drop out di Provinsi Jawa Barat yang

sudah cukup baikyaitu 7,72 tahun. Keadaan ini merupakan dampak dari

dilakukannya perbaikan sarana prasarana pendidikan di Jawa Barat. Pada

Gambar 5.3 terlihat bahwa jumlah sekolah SD dan SMP pada tahun 2009

meningkat dari tahun 2008. Pada tahun 2009 banyaknya jumlah sekolah

SD dan SMP sebesar 23.110 sekolah.

Gambar 5.3 Jumlah Sekolah SD dan SMP di Jawa Barat Tahun 2004-2009. Sumber: BPS: 2010

Jumlah guru juga menjadi penentu peningkatan IPM. Jumlah guru

yang memadai akan dapat menjamin adanya kegiatan belajar yang

berkualitas, sehingga murid mendapatkan transfer ilmu yang optimal.

22,7622,87 22,88

22,90

23,11

22,50

22,60

22,70

22,80

22,90

23,00

23,10

23,20

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

seko

lah

SD d

an S

MP

(rib

u)

Page 88: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

73

Dengan demikian hal ini akan memberi dampak lulusan-lulusan sekolah

yang berkualitas yang dapat bersaing di dunia kerja dan akan memberikan

kemudahan dalam penguasaan teknologi yang selanjutnya dapat

meningkatkan produktivitas suatu daerah.Provinsi Jawa Barat pada tiap

tahun menambah jumlah. Pada tahun 2009, jumlah guru di Provinsi Jawa

Barat sebesar 286.200 ribu orang yang meningkat sebesar 3.100 orang dari

tahun 2008.

Gambar 5.4 Jumlah Guru SD dan SMP di Jawa Barat Tahun 2004-2009.Sumber: BPS: 2010

5.2.4 Kesehatan

Dalam Penelitian ini digunakan dua variabel dalam mengukur

kesehatan. Variabel tersebut adalah sarana kesehatan dan pelayan

kesehatan. Kedua variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap

peningkatan IPM di Jawa Barat.

Berdasarkan tabel 5.1, sarana kesehatan mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap IPM Jawa Barat. Sarana kesehatan berpengaruh positif

terhadap peningkatan IPM. Nilai koefisien sarana kesehatan adalah

0,005097yang berarti kenaikan 1 persen sarana kesehatan akan menaikan

IPM sebesar 0,005097, dengan asumsi cateris paribus.

Pelayan kesehatan juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

IPM Jawa Barat. Pelayan kesehatan berpengaruh positif terhadap

215,8 207,2

157,5

283,1 286,2

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

Jum

lah

Guru

SD

dan

SMP

(rib

u or

ang)

Page 89: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

74

peningkatan IPM. Nilai koefisien pelayan kesehatan adalah 0,003635yang

berarti kenaikan 1 persen pelayan kesehatan akan menaikan IPM sebesar

0,003635, dengan asumsi cateris paribus.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bappenas yang

menyatakan bahwa penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik

merupakan masukan (input) penting dalam menurunkan kemiskinan,

pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Dengan kata lain, kesehatan merupakan faktor penting pembentukan

modal manusia dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi

berkelanjutan.

Sejarah juga menulis tentang keberhasilan negara-negara dunia dalam

keberhasilan pembangunan ekonomi melalui perbaikan kesehatan. Hal ini

antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika

Selatan pada awal abad ke-20, dan pembangunan di Eropa Selatan dan

Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Mereka

melakukan teroboson di bidang kesehatan dengan pemberantasan penyakit

dan peningkatan gizi masyarakatnya.

Perkembangan sarana prasarana kesehatan di Jawa Barat tergolong

mengalami peningkatan. Jumlah dokter, perawat, dan bidan selalu

bertambah tiap tahun. Pada tahun 2009, pelayan kesehatan di Jawa Barat

mencapai 11.423 orang dan Puskesmas mencapai 3.337 puskesmas.

Gambar 5.5 Jumlah Pelayan Kesehatan di Provinsi Jawa BaratTahun 2005-2009.Sumber: BPS, 2010

8509 8909 87459563

11423

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

2005 2006 2007 2008 2009Jum

lah

Pela

yan

Kesa

hata

n (o

rang

)

Tahun

Page 90: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

75

Gambar 5.6 Jumlah Puskesmas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2009Sumber: BPS, 2010

5.2.5 Sarana Infrastruktur

Sarana infrastruktur mempunyai pengaruh yang nyata terhadap IPM

Jawa Barat. Sarana infrastruktur berpengaruh positif terhadap peningkatan

IPM. Nilai koefisien sarana infrastruktur adalah 0,013470yang berarti

kenaikan 1 persen sarana infrastruktur akan menaikan IPM sebesar

0,013470, dengan asumsi cateris paribus.

Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Bappenas (2003)

dimana ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara,

sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih,

sanitasi, dan sebagainya yang merupakan social overhead capital,

memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan

wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa

daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik,

mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang

mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci

dalam mendukung pembangunan nasional. Infrastruktur merupakan roda

penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi memungkinkan

29853031

3094

3230

3337

2800

2900

3000

3100

3200

3300

3400

2005 2006 2007 2008 2009

Jum

lah

Pusk

esm

as

Page 91: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

76

orang, barang dan jasa diangkut dari satu tempat ke tempat lain diseluruh

penjuru dunia. Perannya sangat penting baik dalam proses produksi

maupun dalam menunjang distribusi komoditi ekonomi. Telekomunikasi,

listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses produksi

dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan, industri dan pertanian.

Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan

produktivitas bagi faktor-faktor produksi.

Dalam permasalahan penelitian ini, ketersediaan infrastruktur dapat

memudahkan masyarakat dalam mengakses aspek-aspek yang menentukan

pembangunan manusia seperti sarana kesehatan dan sarana pendidikan.

Sarana infrastruktur yang memadai juga akan mempengaruhi biaya yang

dikeluarkan menjadi lebih rendah. Dengan demikian pendapatan

masyarakat tidak terbuang hanya untuk biaya transportasi dan dapat

dialihkan untuk pengeluaran kesehatan maupun pendidikan.

Pada pembangunan bidang fisik, telah cukup banyak

dilakukanprogram dan kegiatan strategis oleh Pemerintah Provinsi Jawa

Barat, meliputi sub bidang infrastruktur wilayah,tata ruang, energi dan

lingkungan hidup.Mengenai pembangunan Infrastruktur Wilayah, meliputi

infrastruktur transportasi, sumberdaya air dan irigasi, listrik dan energi,

serta saranadan prasarana permukiman, kondisinya masih mengalami

beberapakendala terkait beberapa isu pelayanan infrastuktur wilayah.Pada

aspek infrastruktur jalan, dengan berbagai upaya yang telahdilakukan

selama tahun 2009, panjang jalan telah mencapai 22.760 km. Panjang

jalan ini telah meningkat dari tahun 2008.

Page 92: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

77

Gambar 5.7 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi Jawa Barat Tahun

2005-2009. Sumber: BPS, 2010

5.2.6 Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IPM di Tiap

Kabupaten/Kota

Dengan menggunakan FEM dapat dilihat pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi IPM untuk tiap kabupaten/kota. Perbedaan pengaruh

tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3. Efek Faktor-Faktor yang mempengaruhi IPM untuk tiapKabupaten/Kota

No. Kabupaten/ Kota Efek No. Kabupaten/ Kota Efek1 Kab. Bogor -0,005033 14 Kab, Purwakarta -0,0264282 Kab. Sukabumi -0,026213 15 Kab, Karawang -0,0444783 Kab. Cianjur -0,055834 16 Kab, Bekasi 0,0107004 Kab. Bandung 0,026304 17 Kota Bogor 0,0370815 Kab. Garut -0,006282 18 Kota Sukabumi 0,0270456 Kab. Tasikmalaya 0,001231 19 Kota Bandung 0,0462487 Kab. Ciamis -0,020846 20 Kota Cirebon 0,0171198 Kab. Kuningan -0,015696 21 Kota Bekasi 0,0667929 Kab. Cirebon -0,035562 22 Kota Depok 0,10249010 Kab. Majalengka -0,037271 23 Kota Cimahi 0,05863311 Kab. Sumedang -0,010724 24 Kota Tasikmalaya 0,01227112 Kab. Indramayu -0,070364 25 Kota Banjar -0,03006113 Kab. Subang -0,021119

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi IPM

memberikan efek yang berbeda-beda untuk setiap Kabupaten/ Kota di

21,72

21,29

21,74 21,75

22,76

20,50

21,00

21,50

22,00

22,50

23,00

2005 2006 2007 2008 2009

Panj

ang

Jala

n (r

ibu

km)

Page 93: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

78

Jawa Barat. Efek individu dalam model menunjukkan adanya perbedaan

karakteristik indeks pembangunan manusia tiap kabupaten/kota di Jawa

Barat dan dimasukkan sebagai bagian dari intersep dalam

menginterprestasikan model untuk tiap kabupaten/kota.

Adanya perbedaan karakteristik juga dapat dibagi melalui

pengelompokan besaran IPM tiap Kabupaten/ Kota di Jawa Barat.

Pengelompokan ini diperlukan karena banyaknya jumlah kabupaten/kota

yang ada di Provinsi Jawa Barat, hal ini juga berkaitan dengan

karakteristik yang berbeda di tiap kabupaten/kota sehingga kebijakan yang

diterapkan untuk tiap daerah tersebut juga akan berbeda. Di Provinsi Jawa

Barat besaran IPM tiap kabupaten/kota berada dalam selang 67,39-78,61.

Dengan demkian pengelompokan berdasarkan selang IPM tersebut dapat

dibuat sebagai berikut:

IPM rendah = Nilai IPM yang kurang dari 70

IPM sedang = Nilai IPM yang lebih besar dari 70 namun kurang

dari 75

IPM tinggi = Nilai IPM yang lebih besar dari 75

Dengan pengelompokan tersebut, maka kabupaten/kota di Jawa Barat

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Page 94: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

79

Tabel 5.4. Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Nilai IPMIPM

Rendah Sedang TinggiKab. SukabumiKab. KuninganKab. CirebonKab. SumedangKab. Purwakarta

Kab. BogorKab. CianjurKab BandungKab. GarutKab. TasikmalayaKab. CiamisKab. MajalengkaKab. IndramayuKab. SubangKab. KarawangKab. BekasiKota BogorKota BandungKota CimahiKota TasikmalayaKota Banjar

Kota SukabumiKota CirebonKota BekasiKota Depok

X1 Min: 3,22Rata-rata: 4,66Max: 8,28

Min: 2,74Rata-rata: 7,14Max: 24,24

Min: 4,11Rata-rata: 9,13Max: 19,97

X2 Min: 10,48Rata-rata: 14,02Max: 18,22

Min: 4,50Rata-rata: 12,15Max: 23,55

Min: 13,06Rata-rata: 7,73Max: 2,93

X3 Min: 2,63Rata-rata: 3,51Max: 4,34

Min: 2,03Rata-rata: 3,31Max: 4,81

Min: 2,45Rata-rata: 3,23Max: 4,64

X4 Min: 4,44Rata-rata: 5,12Max: 5,87

Min: 2,65Rata-rata: 4,69Max: 6,68

Min: 3,96Rata-rata: 5,33Max: 6,04

X5 Min: 8,05Rata-rata: 10,67Max: 12,10

Min: 2,07Rata-rata: 8,23Max: 13,74

Min: 2,57Rata-rata: 11,78Max: 20,62

X6 Min: 2,29Rata-rata: 3,47Max: 4,38

Min: 1,42Rata-rata: 2,89Max: 4,68

Min: 1,34Rata-rata: 3,27Max: 7,10

X7 Min: 3,54Rata-rata: 6,71Max: 8,80

Min: 0,41Rata-rata: 6,00Max: 12,37

Min: 2,58Rata-rata: 3,81Max: 4,87

Dimana X1 = PDRB per kapita (Rp juta)

X2 = Tingkat kemiskinan (persen)

X3 = Rasio sarana pendidikan (1/100.000) sekolah per orang)

X4 = Rasio jumlah guru (1/100) guru per murid)

X5 = Rasio sarana kesehatan (1/100.000 puskesmas per orang)

X6 = Rasio jumlah tenaga medis (1/10.000 tenaga medis per orang)

X7 = Rasio sarana infrastruktur

Page 95: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

80

Dari klasifikasi tersebut terlihat bahwa sebagian besar dari

kabupaten/kota di Jawa Barat memiliki IPM sedang yakni IPM diantara 70

sampai dengan 75. Sementara kabupaten/kota dengan IPM rendah dimiliki

oleh Kabupaten Bogor, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta. Sementara daerah yang

memiliki IPM tinggi, dimiliki oleh Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota

Bekasi, dan Kota Depok. Klasifikasi berdasarkan nilai IPM ini dapat

dipetakan dalam Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Pembagian daerah berdasarkan nilai IPM

Dengan perbedaan IPM, maka PDRB per kapita untuk tiap

kabupaten/kota juga memiliki perbedaan. Perbedaan ini dapat dilihat dari

Gambar 5.9. Pendapatan per kapita untuk daerah ekstrim rendah memiliki

PDRB per kapita rendah.Dari Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa Kabupaten

Bekasi memiliki PDRB per kapita yang tinggi meski IPM di Kabupaten

tersebut tergolong sedang. Kota Cirebon juga memiliki PDRB per kapita

yang tinggi dan Kota Cirebon termasuk dalam daerah dengan IPM tinggi.

Sementara Daerah dengan IPM rendah memiliki karakteristik yang sama

dimana Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,

Page 96: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

81

dan Kabupaten Sumedang memiliki PDRB per kapita yang cenderung

rendah.Hanya Kabupaten Purwakarta saja yang meski tergolong IPM

rendah namun memiliki PDRB per kapita sedang. Hal ini dikarenakan

daerah dengan IPM rendah memiliki daya beli yang rendah sehingga tidak

dapat mengakses sektor pendidikan dan kesehatan.

Gambar 5.9 PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota di Jawa BaratTahun 2005-2009, Sumber: BPS, 2010

Dari Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa tingkat kemiskinan di

kabupaten/kota dengan IPM rendah memiliki persentasi kemiskinan yang

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kab. Sukabumi

Kab. Kuningan

Kab. Cirebon

Kab. Sumedang

Kab. Purwakarta

Kab. Bogor

Kab. Cianjur

Kab. Bandung

Kab. Garut

Kab. Tasikmalaya

Kab. Ciamis

Kab. Majalengka

Kab. Indramayu

Kab. Subang

Kab. Karawang

Kab. Bekasi

Kota Bogor

Kota Bandung

Kota Cimahi

Kota Tasikmalaya

Kota Banjar

Kota Sukabumi

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

2009

2008

2007

2006

2005

Daerahdengan

IPMTinggi

Daerahdengan

IPMSedang

Daerahdengan

IPMRendah

Page 97: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

82

tinggi. Sementara Kota Tasikmalaya memiliki kemiskinan yang tinggi

padahal Kota Tasikmalaya merupakan daerah dengan IPM sedang.

Keadaan ini dipicu oleh terjadinya bencana alam berupa gempa bumi yang

terjadi pada tahun 2008. Bencana ini menyebabkan kemiskinan di Kota

Tasikmalaya meningkat tajam di tahun 2008.

Gambar 5.10 Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa BaratTahun 2005-2009, Sumber: BPS, 2010

Sementara untuk sarana dan prasarana pendidikan, setiap

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat telah memiliki sarana prasarana

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Kab. Sukabumi

Kab. Kuningan

Kab. Cirebon

Kab. Sumedang

Kab. Purwakarta

Kab. B o g o r

Kab. Cianjur

Kab. Bandung

Kab. G a r u t

Kab. Tasikmalaya

Kab. C i a m i s

Kab. Majalengka

Kab. Indramayu

Kab. Subang

Kab. Karawang

Kab. B e k a s i

Kota Bogor

Kota Bandung

Kota Cimahi

Kota Tasikmalaya

Kota Banjar

Kota Sukabumi

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

2009

2008

2007

2006

2005

Daerahdengan

IPMTinggi

Daerahdengan

IPMSedang

Daerahdengan

IPMRendah

Page 98: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

83

pendidikan yang memadai. Pada Gambar 5.11 terlihat rasio antara jumlah

sekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah memiliki nilai yang cukup

tinggi.Hal ini bermakna bahwa ketersediaan bangunan sekolah SD dan

SMP sudah dapat menampung penduduk usia sekolah SD dan SMP

untuk tiap kabupaten/kota. Dari Gambar 5.11, diketahui Kota Cirebon

memiliki rasio jumlah sekolah terhadap penduduk usia sekolah yang

paling tinggi yaitu sebesar 4,64.

Gambar 5.11 Rasio Jumlah Sekolah SD dan SMP terhadap PendudukSD dan SMP Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun2005-2009, Sumber: BPS, 2010

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

Kab. Sukabumi

Kab. Kuningan

Kab. Cirebon

Kab. Sumedang

Kab. Purwakarta

Kab. Bogor

Kab. Cianjur

Kab. Bandung

Kab. Garut

Kab. Tasikmalaya

Kab. Ciamis

Kab. Majalengka

Kab. Indramayu

Kab. Subang

Kab. Karawang

Kab. Bekasi

Kota Bogor

Kota Bandung

Kota Cimahi

Kota Tasikmalaya

Kota Banjar

Kota Sukabumi

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

2009

2008

2007

2006

2005

Daerahdengan

IPMTinggi

Daerahdengan

IPMSedang

Daerahdengan

IPMRendah

Page 99: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

84

Gambar 5.12 Rasio Jumlah Puskesmas terhadap PendudukKabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2005-2009,Sumber: BPS, 2010

Jumlah sarana prasarana kesehatan di setiap kabupaten/kota di Jawa

Barat juga sudah tergolong bagus dan sudah memadai. Namun di daerah-

daerah seperti Kota Bekasi, Kota Depok, dan Kota Bandung, jumlah

puskesmas masih tergolong rendah.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

Kab. Sukabumi

Kab. Kuningan

Kab. Cirebon

Kab. Sumedang

Kab. Purwakarta

Kab. Bogor

Kab. Cianjur

Kab. Bandung

Kab. Garut

Kab. Tasikmalaya

Kab. Ciamis

Kab. Majalengka

Kab. Indramayu

Kab. Subang

Kab. Karawang

Kab. Bekasi

Kota Bogor

Kota Bandung

Kota Cimahi

Kota Tasikmalaya

Kota Banjar

Kota Sukabumi

Kota Cirebon

Kota Bekasi

Kota Depok

2009

2008

2007

2006

2005

Daerahdengan

IPMTinggi

Daerahdengan

IPMSedang

Daerahdengan

IPMRendah

Page 100: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

85

5.3 Kebijakan Kabupaten/Kota Dengan Nilai IPM Terendah Dalam

Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia

Perbedaan karakteristik antar kabupaten/kota di Jawa Barat sudah terlihat

dalam bahasan sebelumnya. Daerah dengan IPM yang rendah perlu menjadi

perhatian. Hal ini penting untuk mencapai target Provinsi Jawa Barat untuk

menjadi provinsi termaju pada tahun 2025. Dari paparan diatas, dapat dipetakan

karakteristik daerah-daerah dengan IPM terendah. Karakteristik tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Karakteristik Daerah dengan IPM terendah di Provinsi Jawa Barat

Variabel Kab.Sukabumi

Kab.Kuningan

Kab.Cirebon

Kab.Sumedang

Kab.Purwakarta

PDRB PerKapita

R R R R S

Kemiskinan T T T S SSaranaPendidikan

S S S T T

Jumlah Guru R R R R RSaranaKesehatan

S S S S S

PelayanKesehatan

R S S S S

SaranaInfrastruktur

S R S S S

Ket: R = Rendah S = Sedang T= Tinggi

Tabel 5.5 diatas memperlihatkan bahwa semua daerah yang memiliki IPM

terendah di Jawa Barat juga memiliki PDRB per kapita yang rendah. Kemiskinan

di daerah ini juga cenderung tinggi, terlihat di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

Kuningan, dan Kabupaten Cirebon. Selain itu, permasalahan yang terjadi di

daerah dengan IPM rendah di Provinsi Jawa Barat adalah karena rasio jumlah

guru yang rendah. Jumlah guru SD dan SMP di kabupaten Sukabumi, Kabupaten,

Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta

belum memadai dalam melakukan pengajaran terhadap jumlah penduduk usia

sekolah di daerah tersebut.

Kebijakan-kebijakan yang perlu diterapkan dalam mengangkat IPM ke lima

kabupaten ini dapat difokuskan pada PDRB per kapita dan kemiskinan. Kedua

variabel tersebut memang berkaitan. Ketika PDRB per kapita ditingkatnya maka

kemiskinan pun akan menurun. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan yang bisa

Page 101: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

86

direkomendasikan untuk Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Kuningan, dan

Kabupaten Cirebon adalah:

1. Program pemberian bantuan permodalan bagi koperasi dan usaha mikro

kecil dan menengah. Program ini dapat mendorong pemerataan

pendapatan.Program ini juga akan berdampak pada peningkatan lapangan

pekerjaan dan selanjutnya meningkatkan daya beli masyarakat. Dengan

demikian program ini akan efektif untuk meningkatkan pendapatan per

kapita sekaligus mengurangi persentase kemiskinan.

2. Penanganan pengangguran, yaitu dengan penciptaan lapangan pekerjaan

yang lebih bersifat padat karya bukan padat modal.Penanganan terhadap

pengangguran mutlak dilakukan, yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan

yang bersifat padat karya. Pemberian pendidikan terhadap angkatan kerja

juga sangat dibutuhkan agar dapat meningkatkan ketersediaan angkatan

kerja yang siap bekerja ataupun dapat menciptakan lapangan pekerjaan

sendiri sehingga akan meningkatkan jumlah penduduk yang bekerja dan

memperoleh pekerjaan. Pada akhirnya tujuan meningkatkan daya beli

masyarakat.

3. Program pembangunan infrastruktur sangat penting dilakukan, terutama di

Kabupaten Kuningan yang memiliki sarana infrastruktur rendah. Investasi

merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah. Oleh karena itu kabupaten-kabupaten dengan IPM

rendah harus membuat kebijakan yang mendukung iklim investasi.

Kemudahan pengurusan ijin investasi perlu diperhatikan. Perbaikan

infrastruktur sebagai dukungan terhadap investasi juga mutlak dilakukan.

Program perbaikan infrastruktur yang dapat dilakukan adalah dengan

pembangunan serta perbaikan jalan dan jembatan. Dengan program ini akan

memberikan kelancaran arus distribusi barang dan jasa serta meningkatkan

produktivitas barang dan jasa.

4. Pengadaan guru agar ketersediaan guru memadai untuk menciptkan

pelayanan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya

manusia.

Page 102: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

87

5. Untuk Kabupaten Sukabumi, diperlukan lebih banyak tenaga medis untuk

memberikan akses kesehatan yang lebih memadai kepada penduduk di

kabupaten tersebut. Perekruitan Dokter dan Bidan sangat berpengaruh

terhadap penurunan angka kematian bayi dan dapat meningkatkan harapan

hidup di Kabupaten Sukabumi.

Page 103: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

88

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Seluruh Faktor-faktor yang dianalisis yaitu PDRB perkapita, kemiskinan,

sarana pendidikan, pelayan pendidikan, sarana kesehatan, pelayan

kesehatan dan sarana infrastrukturberpengaruh nyata terhadap indeks

pembangunan manusia di Jawa Barat.

2. Kabupaten Sukabumi, Kabupaten, Kuningan, Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta merupakan daerah yang

memiliki IPM rendah di Provinsi Jawa Barat, dengan demikian kebijakan

di daerah-daerah ini belum efektif dijalankan. Kelima kabupaten ini perlu

menekankan kebijakan pada PDRB per kapita yang tergolong rendah dan

tingkat kemiskinan yang masih tinggi.

6.2 Saran

1. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih bersifat makro

sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut dengan mengambil variebel-

variabel lain yang bisa lebih menggambarkan tingkat IPM di Jawa Barat

serta memasukkan ketidakmerataan sarana-prasarana kesehatan dan

pendidikan antara Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.

2. Pemerataan pembangunan di Jawa Barat masih harus terus ditingkatkan.

Perhatian khusus harus diperhatikan pada daerah-daerah yang memiliki

IPM terendah seperti Kabupaten Sukabumi, Kabupaten, Kuningan,

Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Purwakarta

Selain itu, diperlukan tinjauan ulang terhadap kebijakan-kebijakan yang

telah diterapkan di Provinsi Jawa Barat dan pembuatan Sistem Informasi

Manajemen Pembangunan Manusia yang memuat data yang terus dapat

diperbarui dan dapat dipergunakan untuk melakukan perencanaan,

pelasanaan, dan evaluasi kebijakan yang berkesinambungan.

Page 104: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

89

DAFTAR PUSTAKA

Adiyas. 2008. Perekonomian Indonesia. Universitas Marcubuana. Jakarta.

Alam, Jauharul. 2006. Disparitas Pendapatan dan Faktor-Faktor yangBerpengaruh Terhadap Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia diKabupaten Bekasi.[Tesis]. Magister Perencanaan dan Kebijakan PublikProgram Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok.

Atmawikarta, Arum. 2002. Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi.Bappenas. Jakarta.

Baltagi, Badi H. 2005. Econometrics Analysis of Panel Data. John Willey &Sons, Ltd. England.

BPS dan Bappeda Provinsi Jawa Barat. 2004. Penyusunan Data Sosial EkonomiDaerah (Suseda) 2004 Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. JawaBarat.

______________________________. 2005. Penyusunan Data Sosial EkonomiDaerah (Suseda) 2005 Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. JawaBarat.

______________________________. 2006. Penyusunan Data Sosial EkonomiDaerah (Suseda) 2006 Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. JawaBarat.

______________________________. 2006. Penyusunan Data Basis IndeksPembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Barat Tahun 2006. BadanPusat Statistik. Jawa Barat.

______________________________. 2007. Penyusunan Data Sosial EkonomiDaerah (Suseda) 2007 Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. JawaBarat.

BPS-Bappenas and UNDP. 2001. Indonesia Human Development Report 2001:Toward a New Consensus, Democracy and Human Development inIndonesia. Jakarta.

BPS Provinsi Jawa Barat. 2006. Jawa Barat dalam Angka 2006. Badan PusatStatistik. Jawa Barat.

___________________. Jawa Barat dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik.Jawa Barat.

___________________. Jawa Barat dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik.Jawa Barat.

___________________. Jawa Barat dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik.Jawa Barat.

___________________. Jawa Barat dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik.Jawa Barat.

Page 105: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

90

BPS-UNDP-Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah. 1996. IndeksPembangunan Manusia Daerah tingkat II Tahun 1990-1996. Jakarta.

Cahyadhi, Putu Eka. 2005. Pelacakan Faktor-faktor yang Mempengaruhi IndeksPembangunan Manusia (Studi Kasus Kab/Kota di Provinsi Bali). [Tesis].Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia. Depok.

Dornbusch, et al. 2008. Makroekonomi. PT Media Global Edukasi. Jakarta.

Gujarati, D. 2003. Essensial of Econometrics. Irwin McGraw-Hill. Singapore.

Indratno, Imam. 2008. Indeks Pembangunan Desa Sebagai Ukuran KeberhasilanPengembangan Perdesaan [Makalah]. Universitas Islam Bandung.Bandung.

Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo.Jakarta.

Johnston, Jack dan John Dinardo. 2000. Econometric Method. Irwin McGraw-Hill. Singapore.

Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika: Permodelan dan Pendugaan. IPB Press.Bogor.

Kakwani, et all. 2004. Pro Poor Growth: Concept and Measurement with countrycase study. UNDP. Brazil.

Kuncoro, Mudrajat. 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, danKebijakan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Mankiw. 2003. Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.

Mangkoesoebroto. 2001. Ekonomi Publik. BPFE, UGM. Yogyakarta

Maqin, Abdul. 2007. Indeks Pembangunan Manusia: Tinjauan Teoritis, Empirisdi Jawa Barat [Makalah Pelatihan Program pendanaan Kompetisi IndeksPembangunan Manusia (PPK-IPM). Sumedang.

Muhammad, Sulaiman D, et all. 2010. Impact of Globalization on HDI (Humandeveloment Index): Case Study of Pakistan.European Journal of SocialScience-Volume 13, Number 1 (2010).

Nachrowi, D dan Hardius Usman. 2006. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomidan Keuangan. LP Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia. Jakarta.

Pindyck, R.S dan Rubinfeld D.L. 1998. Econometric Models and EconomicForecast. Irwin McGraw-Hill. Singapore.

Prasetyo, Agus. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan(Studi Kasus 35 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah). [Tesis]. FakultasEkonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Ramanathan, Ramu. 1998. Statistical Menthods in Econometrics. Emerald GroupPublishing. England.

Page 106: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

91

Ramelan,Rahardi. 1997. Kemitraan pemerintah-swasta dalam pembangunaninfrastruktur di indonesia. Koperasi Jasa Profesi LPPN. Indonesia.

Revalion, Martin. 1998. Poverty Line in Theory and Parctice: Living StandarsMeasurement Study. World Bank: Working Paper no.13.

Satria, Dian. 2008. Modal Manusia dan Globalisasi: Peran SubsidiPendidikan.http://www.diassatria.web.id/wp.content/uploads/2008/12/jurnalindef-subsidi.pdf.

Sukirno, Sudiro. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan DasarKebijakan. Kencana. Jakarta.

Suparno. 2010. Desentralisasi Fiskal dan Pengaruhnya terhadap perekonomiandi Indonesia. [Tesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharto, Edi. 2007. Merentas Kebijakan Sosial Pro Poor: Menggagas PelayananSosial yang Berkeadilan. UGM. Yogyakarta.

Todaro dan Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga.Jakarta.

Wibowo, E. 2008. Strategi Perancangan Kebijakan Umum APBD untukMeningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia di Kabupaten Bogor. Tesis.Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yanuar. 2006. Kaitan Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Output sertaDampaknya terhadap Kesenjangan di Indonesia. [Tesis]. Institut PertanianBogor. Bogor.

Yanuarta, H. 2009. Strategi Alokasi Anggaran Pembangunan dalam RangkaPeningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lampung.[Tesis]. Manajemen Pembangunan Daerah Sekolah Pascasarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Yudhoyono, S.B. dan Harniati. 2004. Pengurangan Kemiskinan di Indonesia:Mengapa Tidak Cukup dengan Memacu Pertumbuhan Ekonomi?BrightenPress. Bogor.

Zepeda, Eduardo. 2004. Pro-Poor Growth: What is It? IPC-IG Collection. Brazil.

Page 107: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

92

LAMPIRAN

Lampiran 1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Jawa BaratTahun 2005-2009

(persen)

Kabupaten/ Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. B o g o r 69,2 69,73 70,08 70,66 71,0902. Sukabumi 68,7 68,88 69,21 69,66 70,1403. Cianjur 66,8 67,1 67,65 68,17 68,604. Bandung 72,4 72,62 72,97 73,41 73,7705. G a r u t 68,7 69,46 69,99 70,52 70,9606. Tasikmalaya 70,4 70,86 71,24 71,35 71,7507. C i a m i s 69,3 69,8 70,14 70,57 70,9208. Kuningan 68,5 69,21 69,7 70,12 70,409. Cirebon 66 66,32 67,3 67,7 68,1710. Majalengka 66,9 68,41 68,94 69,4 69,9311. Sumedang 70,2 70,56 71,3 71,68 72,1312. Indramayu 63 65,26 66,22 66,78 67,3913. Subang 68,2 69,86 70,03 70,43 70,7814. Purwakarta 68,6 68,86 69,88 70,31 70,715. Karawang 66,4 66,95 68,45 69,06 69,4416. B e k a s i 70,4 70,72 71,55 72,1 72,44Kota17. B o g o r 74,3 74,57 74,73 75,16 74,4918. Sukabumi 72,4 73 73,66 74,17 75,619. Bandung 74,3 74,52 74,86 75,35 74,5920. Cirebon 73,7 73,8 73,87 74,26 75,9921. Bekasi 74,6 74,82 75,31 75,73 78,6122. Depok 77,1 77,67 77,89 78,36 75,1223. Cimahi 73,1 73,35 74,42 74,79 73,8924. Tasikmalaya 72,1 72,27 72,75 73,35 70,925. Banjar 69,4 69,64 70,17 70,61 71,64Sumber: BPS

Page 108: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

93

Lampiran 2. PDRB Perkapita Provinsi Jawa Barat atas Harga Konstan 2000menurut Kabupaten tahun 2005-2009

(Juta Rupiah)

Kabupaten/ Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

Kab/Reg.01. Bogor 6,11 6,30 6,52 6,75 6,9602. Sukabumi 3,20 3,30 3,42 3,52 3,6403. Cianjur 3,25 3,32 3,42 3,52 3,6404. Bandung 5,34 4,01 6,15 6,31 6,5205. G a r u t 3,78 3,84 3,94 4,03 4,1706. Tasikmalaya 2,56 2,59 2,63 2,66 2,7407. C i a m i s 3,82 3,91 4,05 4,20 4,3508. Kuningan 2,92 0,30 3,04 3,11 3,2209. Cirebon 3,01 3,12 3,25 3,36 3,4810. Majalengka 2,97 3,08 3,21 3,34 3,4611. Sumedang 4,22 4,31 4,42 4,53 4,6812. Indramayu 7,00 7,10 7,22 7,30 7,5513. Subang 4,24 4,34 4,44 4,59 4,7614. Purwakarta 7,45 7,60 7,76 8,03 8,2815. Karawang 7,29 7,66 7,92 8,31 8,5816. B e k a s i 7,03 21,99 22,87 23,75 24,24Kota/City17. Bogor 4,22 4,42 4,63 4,85 4,9518. Sukabumi 4,94 5,12 5,35 5,58 5,7119. Bandung 9,23 9,84 10,55 11,29 11,6520. Cirebon 17,50 18,20 18,98 19,48 19,9721. Bekasi 5,89 6,10 6,36 6,60 6,7322. Depok 3,46 3,64 3,84 4,03 4,1123. Cimahi 10,37 10,60 10,87 11,10 11,2524. Tasikmalaya 4,96 5,07 5,26 5,45 5,6525. Banjar 3,39 3,48 3,58 3,67 3,80Sumber: BPS

Page 109: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

94

Lampiran 3. Jumlah Rasio Jumlah Sekolah Dasar dan Sekolah LanjutanTingkat Pertama terhadap Jumlah Penduduk Usia SekolahDasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamadi Provinsi JawaBarat menurut Kabupaten Tahun 2005-2009

(1/100.000 sekolah/orang)

Kabupaten/ Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. Bogor 2,010 1,894 2,155 2,404 2,53002. Sukabumi 2,757 2,700 2,876 3,007 3,12703. Cianjur 2,470 2,846 2,967 3,060 3,19704. Bandung 2,847 2,717 2,920 2,797 2,94705. G a r u t 2,949 3,085 2,848 3,143 3,24206. Tasikmalaya 3,418 3,273 3,424 3,665 3,78707. C i a m i s 4,219 3,928 4,140 4,302 4,46908. Kuningan 3,417 3,496 3,943 4,127 4,25709. Cirebon 2,204 2,139 2,307 2,509 2,62710. Majalengka 4,111 3,823 4,312 4,541 4,80511. Sumedang 3,389 3,596 3,874 4,106 4,33612. Indramayu 3,013 2,842 2,514 3,208 3,30613. Subang 3,671 3,653 3,885 4,043 4,23414. Purwakarta 3,096 2,742 2,492 3,056 3,21415. Karawang 2,968 2,684 2,522 3,157 3,28116. B e k a s i 1,977 1,978 2,015 2,610 2,648Kota/City17. Bogor 2,401 2,363 3,069 2,917 3,04818. Sukabumi 2,721 2,648 2,330 3,059 3,23619. Bandung 2,780 2,842 2,578 2,657 2,86820. Cirebon 3,362 3,575 3,529 4,410 4,64421. Bekasi 1,849 1,982 2,171 2,315 2,58522. Depok 1,862 1,983 1,863 2,347 2,44523. Cimahi 2,449 1,849 1,279 1,904 2,02624. Tasikmalaya 2,305 2,638 2,766 2,985 3,06425. Banjar 2,953 3,059 3,171 3,350 3,541Jawa Barat 2,843 2,683 3,423 2,974 3,110

Sumber: BPS

Page 110: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

95

Lampiran 4. Rasio Jumlah Guru SD dan SMP terhadap Jumlah Murid SDdan SMPdi Provinsi Jawa Baratmenurut Kabupaten Tahun2005-2009

(1/100 guru per murid)

Kabupaten/ Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. Bogor 2,734 7,503 4,176 3,519 3,10302. Sukabumi 3,357 8,719 3,398 4,127 4,44403. Cianjur 3,316 11,642 12,100 4,219 4,74904. Bandung 3,270 7,515 3,684 5,106 4,37405. G a r u t 3,873 7,702 3,494 4,912 4,82106. Tasikmalaya 4,881 6,546 2,567 5,930 6,25907. C i a m i s 5,830 13,700 5,921 6,883 5,77208. Kuningan 5,255 12,186 5,807 6,404 5,87309. Cirebon 3,089 6,871 3,124 4,125 4,54310. Majalengka 3,937 11,316 5,012 5,836 6,68111. Sumedang 5,460 10,980 6,077 6,587 5,62112. Indramayu 3,698 8,823 3,809 4,456 4,69313. Subang 4,097 6,373 0,780 5,137 5,12714. Purwakarta 3,682 7,937 3,851 4,780 4,97615. Karawang 3,264 6,633 3,304 1,701 3,67516. B e k a s i 2,924 4,742 2,469 3,431 2,800Kota/City17. Bogor 6,009 7,496 14,444 5,429 4,62418. Sukabumi 4,519 6,334 5,200 5,006 6,02419. Bandung 4,906 6,752 4,219 4,312 4,72620. Cirebon 4,203 6,452 4,735 5,405 6,04321. Bekasi 3,354 11,291 5,679 4,922 3,95922. Depok 4,259 7,635 5,387 6,171 5,28523. Cimahi 4,557 7,407 3,347 5,566 5,07324. Tasikmalaya 5,329 9,911 6,258 5,661 2,65125. Banjar 5,045 9,561 5,196 9,219 5,939Jawa Barat 3,804 7,667 2,715 4,557 4,521Sumber: BPS

Page 111: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

96

Lampiran 5. Rasio Jumlah Puskesmas terhadap penduduk di Provinsi JawaBaratmenurut Kabupaten Tahun 2005-2009

(1/100.000 puskesmas per orang)

Kabupaten / Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. B o g o r 5,00 4,86 4,73 4,93 4,8702. Sukabumi 9,21 8,39 8,77 8,70 10,0303. Cianjur 8,53 8,47 8,93 8,99 9,4104. Bandung 5,56 5,34 7,74 6,55 6,1905. G a r u t 8,83 8,46 8,85 8,66 9,3806. Tasikmalaya 12,22 11,99 11,55 12,88 12,9607. C i a m i s 12,96 11,95 12,86 12,77 13,7408. Kuningan 11,58 11,80 11,75 12,21 12,1009. Cirebon 7,02 8,20 8,09 7,98 8,0510. Majalengka 11,83 12,69 12,62 12,64 11,1611. Sumedang 10,96 11,74 11,06 10,84 11,1012. Indramayu 8,07 8,66 8,52 8,44 9,1413. Subang 10,20 9,30 9,25 10,77 10,7014. Purwakarta 11,29 10,19 10,65 10,99 12,0915. Karawang 6,70 6,55 6,66 6,58 5,3916. B e k a s i 4,91 4,82 4,87 4,77 5,99Kota/City17. B o g o r 6,16 7,48 6,58 6,50 6,8118. Sukabumi 17,03 16,63 16,63 16,02 19,5819. Bandung 3,45 3,59 3,55 3,51 2,0720. Cirebon 17,79 17,87 17,90 19,40 27,6221. Bekasi 3,26 3,19 3,12 3,05 2,5722. Depok 2,77 3,52 3,68 3,84 4,3723. Cimahi 3,04 3,56 3,47 3,57 8,7624. Tasikmalaya 7,57 7,70 7,69 7,53 2,8125. Banjar 9,79 8,47 10,51 10,29 32,26Jawa Barat 7,47 7,44 7,46 7,65 0,06

Sumber: BPS

Page 112: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

97

Lampiran 6. Rasio Jumlah Pelayan Kesehatan terhadap Jumlah PendudukdiProvinsi Jawa Baratmenurut Kabupaten Tahun 2005-2009

(1/10.000 pelayan kesehatan per orang)

Kabupaten/ Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. B o g o r 1,800 1,878 1,689 2,045 2,17102. Sukabumi 1,573 1,754 1,045 1,419 2,29303. Cianjur 1,939 1,520 1,629 2,212 2,27504. Bandung 1,414 1,475 1,448 1,489 1,99705. G a r u t 1,736 1,987 1,795 2,039 2,55206. Tasikmalaya 2,480 1,618 2,595 2,142 3,18307. C i a m i s 3,124 4,434 3,089 3,269 3,99208. Kuningan 3,510 3,638 3,752 4,161 4,38009. Cirebon 2,993 3,879 2,811 2,842 3,18810. Majalengka 2,543 3,297 4,426 4,196 4,15911. Sumedang 2,558 2,642 3,111 3,262 3,57512. Indramayu 2,431 2,536 3,375 2,749 2,41813. Subang 2,708 2,671 2,255 2,940 3,32314. Purwakarta 2,297 2,752 2,969 3,284 3,89515. Karawang 2,135 2,506 2,002 1,699 2,85816. B e k a s i 1,838 1,933 2,520 2,384 2,456Kota17. B o g o r 2,581 2,372 2,298 2,282 2,64618. Sukabumi 4,761 3,088 2,993 2,845 3,08119. Bandung 1,654 3,050 1,476 1,414 1,88820. Cirebon 6,795 9,567 5,646 7,090 7,10221. Bekasi 0,917 1,480 1,473 1,461 1,56722. Depok 0,728 1,464 1,331 1,377 1,34423. Cimahi 1,519 1,462 1,368 1,597 1,42424. Tasikmalaya 6,042 2,130 2,658 2,904 4,20125. Banjar 5,473 2,033 2,822 2,926 4,678

Sumber: BPS

Page 113: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

98

Lampiran 7. Rasio Panjang Jalan terhadap Jumlah Penduduk di ProvinsiJawa Barat Menurut Provinsi Tahun 2005-2009

(1/10.000 km per orang)

Kabupaten / Kota Tahun2005 2006 2007 2008 2009

01. B o g o r 3,68 3,58 3,49 37,12 3,9302. Sukabumi 7,10 5,87 5,83 7,60 7,5403. Cianjur 0,43 5,00 0,45 0,42 0,4104. Bandung 7,66 7,43 10,75 10,48 8,9305. G a r u t 4,92 3,49 3,41 3,34 3,3106. Tasikmalaya 6,21 6,11 5,94 7,09 7,0107. C i a m i s 5,00 4,87 4,81 4,81 4,7808. Kuningan 3,79 3,72 3,65 3,58 3,5409. Cirebon 3,04 3,00 2,97 2,94 2,9110. Majalengka 5,75 5,79 5,75 5,91 5,8711. Sumedang 7,09 7,30 7,16 7,02 6,9612. Indramayu 4,45 4,45 4,44 4,40 4,3713. Subang 7,22 7,32 7,23 7,14 7,0914. Purwakarta 8,67 9,05 9,01 8,90 8,8015. Karawang 13,09 4,24 12,73 12,50 12,3716. B e k a s i 4,81 4,65 4,56 4,46 4,37Kota/City17. B o g o r 6,83 8,64 9,17 8,55 8,3718. Sukabumi 5,79 4,84 4,14 4,08 4,5719. Bandung 5,07 4,80 4,99 4,96 4,9120. Cirebon 5,94 4,99 5,10 4,95 4,8721. Bekasi 1,54 4,79 2,70 2,64 2,5822. Depok 3,16 3,61 3,44 3,28 3,2223. Cimahi 2,17 1,97 2,43 2,40 2,1724. Tasikmalaya 10,85 10,57 10,42 10,22 10,1725. Banjar 12,50 12,25 10,49 10,27 11,01Jawa Barat 5,43 5,23 5,24 8,94 5,33Sumber: BPS

Page 114: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

99

Lampiran 8, Hasil Output Regresi data Panel dengan Eviews 6.0

FEM

Dependent Variable: LNIPMMethod: Panel EGLS (Cross-section weights)Date: 07/27/11 Time: 14:12Sample: 2005 2009Periods included: 5Cross-sections included: 25Total panel (balanced) observations: 125Linear estimation after one-step weighting matrixWhite diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPDRBK 0.006177 0.001245 4.961399 0.0000LNPKES 0.003635 0.000794 4.576748 0.0000LNPOV -0.008545 0.004960 -1.722774 0.0883LNGR 0.014856 0.002719 5.464718 0.0000

LNSRNINF 0.013470 0.005321 2.531621 0.0130LNSRNKES 0.005097 0.002754 1.850652 0.0674LNSRNPEN 0.014065 0.006164 2.281837 0.0248

C 4.195010 0.021840 192.0829 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.991248 Mean dependent var 7.929682Adjusted R-squared 0.988331 S.D. dependent var 6.651694S.E. of regression 0.008418 Sum squared resid 0.006590F-statistic 339.7745 Durbin-Watson stat 1.363965Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.965404 Mean dependent var 4.264595Sum squared resid 0.007463 Durbin-Watson stat 1.219967

Page 115: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks ... · daya beli dalam rupiah). Penelitian ini membahas faktor apa saja yang mempengaruhi indeks pembangunan

100

REM

Dependent Variable: LNIPMMethod: Panel EGLS (Cross-section random effects)Date: 07/27/11 Time: 14:16Sample: 2005 2009Periods included: 5Cross-sections included: 25Total panel (balanced) observations: 125Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPDRBK 0.007869 0.003537 2.224846 0.0280LNPKES 0.006641 0.004212 1.576668 0.1176LNPOV -0.025559 0.004421 -5.781458 0.0000LNGR 0.016927 0.003511 4.821173 0.0000

LNSRNINF 0.005178 0.005396 0.959506 0.3393LNSRNKES -0.013509 0.007566 -1.785483 0.0768LNSRNPEN 0.006048 0.009229 0.655323 0.5135

C 4.284716 0.019983 214.4206 0.0000

Effects SpecificationS.D. Rho

Cross-section random 0.021775 0.8569Idiosyncratic random 0.008898 0.1431

Weighted Statistics

R-squared 0.470371 Mean dependent var 0.766645Adjusted R-squared 0.438684 S.D. dependent var 0.013206S.E. of regression 0.009894 Sum squared resid 0.011454F-statistic 14.84418 Durbin-Watson stat 1.005897Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.550092 Mean dependent var 4.264595Sum squared resid 0.097053 Durbin-Watson stat 0.118713

Correlated Random Effects - Hausman TestEquation: EQ06Test cross-section random effects

Test SummaryChi-Sq.Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 34.660205 7 0.0000