201
ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROVINSI SUMATERA BARAT DESNIARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

  • Upload
    lamlien

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROVINSI SUMATERA BARAT

DESNIARTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 2: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ABSTRAK

DESNIARTI, Analisis Kapasitas Perikanan Pelagis di Perairan Pesisir Propinsi Sumatera Barat: Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI, DANIEL MONINTJA dan MENNOFATRIA BOER

Pemanfaatan sumberdaya ikan telah memberikan manfaat secara ekonomi kepada pelaku usaha akan tetapi pemanfaatan sumberdaya ikan ini juga memberikan dampak eksternalitas. Sumberdaya ikan bersifat renewable resources (sumberdaya yang dapat pulih) tetapi bukan berarti tak terbatas sehingga apabila tidak dikelola secara hati-hati, akan memberikan dampak negatif terhadap ketersediaan sumberdaya ikan dan lingkungan. Salah satu permasalahan dalam perikanan tangkap adalah terjadinya kelebihan kapasitas tangkap (overcapacity) yang mendorong terjadinya kelebihan tangkap (overfishing).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pemanfaatan dan merekomendasikan kebijakan pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Propinsi Sumatera Barat. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1) Melakukan analisis komparatif pemanfaatan sumberdaya ikan secara bioekonomi dan empiris (aktual), 2) Menentukan tingkat degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan dalam kaitannya dengan kapasitas perikanan, 3) Menganalisis dampak kapasitas perikanan terhadap kesejahteraan masyarakat khususnys pelaku usaha perikanan, 4) Menganalisis kapasitas perikanan baik antar waktu maupun antar alat tangkap dan dampaknya terhadap pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis bioekonomi dan data envelopment analysis (DEA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil telah mengarah kelebihan tangkap (overfishing), sedangkan untuk sumberdaya ikan pelagis besar masih dapat ditingkatkan tetapi perlu kehati-hatian dalam pengelolaannya, 2) Telah terjadi degradasi sumberdaya ikan pelagis di lokasi penelitian, dimana rata-rata per tahun 25% untuk ikan pelagis besar dan 26% untuk ikan pelagis kecil, 3) Telah terjadi depresiasi sumberdaya ikan dengan nilai berkisar antara Rp 56.95 milyar dan Rp 150.94 milyar untuk ikan pelagis besar dan antara Rp 52.63 milyar dan Rp 150.94 milyar untuk ikan pelagis kecil, masing-masing untuk discount rate 15% dan 5.66%, 4) Rata-rata nilai surplus produsen per tahun untuk ikan pelagis besar adalah Rp 144.92 milyar dan untuk ikan pelagis kecil Rp 170.16 milyar, 5) Tingkat efisiensi perikanan tangkap dari waktu ke waktu mengalami penurunan dan pada akhir periode pengamatan mengalami peningkatan, efisiensi untuk ikan pelagis besar rata-rata 85% sedangkan untuk ikan pelagis kecil rata-rata 89%, 6) Bila dibandingkan tingkat efisiensi dari empat alat tangkap maka yang paling efisien adalah alat tangkap pukat cincin kemudian diikuti oleh tonda, payang dan bagan, 7). Secara rata-rata selama tahun pengamatan kondisi perikanan tangkap di perairan pesisir Sumatera Barat sudah mengarah kepada kelebihan kapasitas (overcapacity) yang membutuhkan adanya pengurangan kapasitas. Kata kunci: kapasitas perikanan, efisiensi, degradasi, depresiasi, analisis bioekonomi, data envelopment analysis, Sumatera Barat

Page 3: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ABSTRACT DESNIARTI. Analysis of Capacity For Pelagic Fisheries In Coastal Area of West Sumatera. Under Supervision of: AKHMAD FAUZI, DANIEL MONINTJA dan MENNOFATRIA BOER.

Extraction of fishery resources has benefited both fishing industries and society. However, there is externalities associated with such an extraction. Fish is renewable resource, neverthelless, exploitation of the resource above and beyond its maximum capacity will have negative impacts biologically, economically and socially. Overcapacity seems to be the major problems faced by fishing industry nowadays.

This study attemps to analysis the policy of fisheries capture in West Sumatera Province. Specifically, the objectives are: 1) to identify current level of exploitation compared with its sustainable level, 2) to determine the degradation and depreciation level in fishery, 3) to determine welfare effect of fisheries capacity and 4) to analyse policy implication due to fisheries capacity across time and among gears. Analysis were conducted using bioeconomic modeling and data envelopment analysis.

Result indicate that: 1) Utilization of small pelagic fishing in West Sumatera tends to be in overfishing state for small pelagic, while there is still room for exploitation for big pelagic, 2) Pelagic fishery resources have been degraded at average of 25% per year for big pelagic and 26% per year for small pelagic 3) Fishery resources have been depreciated. These depreciation values were estimated between 56.95 billion rupiah (15% discount rate) to 150.94 billion rupiah (5.66% discount rate) for big pelagic and between 52.63 billion rupiah (15% discount rate) to 139.49 billion rupiah (5.66% discount rate) for small pelagic, 4) Fishing efficiency rate of big pelagic average of 85% per year and 89% per year for small pelagic, 5) Producer’s surplus values at average 144.92 billion rupiah per year for big pelagis and 170.16 billion rupiah per year for small pelagic, 6) In terms of efficiency only two fishing gears (purse seine and troll line) are economically efficient even through there are same variations among gears and across time, 4) In overall however, fishery is in overcapacity situation and calls for reduction in fishing capacity

Keywords: fisheries capacity, efficiency , degradation, depreciation, bioeconomic Analysis, data envelopment analysis, west Sumatera

Page 4: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN PESISIR PROVINSI SUMATERA BARAT

DESNIARTI

Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 5: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

Judul Disertasi : Analisis Kapasitas Perikanan Pelagis di Perairan Pesisir Provinsi Sumatera Barat Nama : Desniarti Nrp : C261020081

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc.

Ketua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja, M.Sc. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Manajemen Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc. Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro,MS Tanggal Ujian: 29 Januari 2007 Tanggal Lulus:

Page 6: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilakukan di sepanjang

perairan pesisir Propinsi Sumatera Barat yang dilakukan sejak bulan Agustus 2004

sampai dengan bulan Januari 2005. Judul disertasi ini adalah Analisis Kapasitas

Perikanan Pelagis di Perairan Pesisir Provinsi Sumatera Barat.

Dalam usaha perikanan tangkap, salah satu permasalahan yang sering terjadi

adalah tingkat penangkapan ikan di suatu wilayah yang melebihi potensi lestarinya

sehingga terjadi fenomena tangkap lebih yang berakibat pada penurunan hasil

tangkapan persatuan upaya yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan

pendapatan nelayan. Salah satu penyebab timbulnya permasalahan tangkap lebih

adalah terjadinya kelebihan kapasitas tangkap (overcapacity). Berdasarkan hal

tersebut maka pengukuran tentang kapasitas perikanan tangkap merupakan suatu

yang penting dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian.

Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada

Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Prof. Dr.

Daniel R Monintja, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku anggota

komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, petunjuk

dan saran serta meluangkan waktu dengan penuh kesabaran. Terima kasih juga

disampaikan kepada Pemda Provinsi Sumatera Barat, Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Sumatera Barat beserta staf, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Ketua Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan serta Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

dan Lautan, para Dosen dan Staf pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Pesisir dan Lautan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Orangtua,

Mertua, Suami, anak-anak, kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan

perhatian, do’a, motivasi, pengertian dan kasih sayangnya. Terima kasih juga

kepada teman-teman penulis satu angkatan di SPL terutama teman-teman satu

bimbingan Dr. Suzy Anna, Dr. Sofyan, Dr. Toni, Dr. Georgina, Dr. Parwinia dan

Indra, juga kepada Ir. Afridawati yang menemani dalam pengumpulan data serta

Page 7: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian disertasi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2007

Desniarti

Page 8: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Panjang Sijunjung Provinsi Sumatera Barat

pada tanggal 24 Agustus 1965 dari Ayah yang bernama Ishak Aman, BA dan Ibu

Rosni. Penulis merupakan anak ke dua dari enam bersaudara.

Pada tahun 1978, penulis lulus Sekolah Dasar Negeri 2 Air Bangis Kabupaten

Pasaman, tahun 1981 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri I Payakumbuh dan

tahun 1984 lulus Sekolah menengah Atas Negeri I Payakumbuh. Selanjutnya

penulis menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan Pengolahan Hasil Perikanan

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1989. Pada tahun 1990

penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada Pemda Popinsi Sumatera

Barat dan ditempatkan pada Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat sampai

sekarang. Pada Bulan Oktober tahun 2000 penulis diberi kesempatan untuk tugas

belajar pada program Magister Manajemen Agribisnis (MMA) Institut Pertanian

Bogor dan selesai pada bulan Juni tahun 2002. Selanjutnya tahun 2002 tepatnya

bulan September penulis mendapat kesempatan lagi untuk melanjutkan studi

program doktor (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lautan IPB Bogor. Artikel yang berjudul Analisis Kapasitas Perikanan Pelagis di

Perairan Pesisir Provinsi Sumatera Barat dimuat dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan

dan Perikanan Indonesia edisi Desember 2006 Volume XII Nomor 2. Artikel tersebut

merupakan bagian dari Disertasi penulis.

Penulis menikah pada tanggal 13 Agustus 1987 dengan Prof. Dr. Ir. Fauzan

Azima, MS di Payakumbuh dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Syifa Mardhatillah

Syafitri (18 Mei 1988) dan anak kembar laki-laki Ulul Azmi Kamili dan Ulil Amri

Kamili (12 Juni 1990).

Page 9: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Kapasitas Perikanan Pelagis di Perairan Pesisir Provinsi Sumatera Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2007

Desniarti Nrp. C261020081

Page 10: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertullis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 11: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ I1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………............ 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………… 1.4 Hipotesis Penelitian …………………………………………………………… 1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………………………………. 1.6 Kerangka Pemikiran ………………………………………………………….. I2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………… 2.1 Sumberdaya Perikanan Laut ………………………………………………... 2.2 Usaha Perikanan Tangkap ………………………………………………… 2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis .........................................................................

2.4 Perikanan yang Berkelanjutan …………………………………………….... 2.5 Kapasitas Perikanan …………………………………………………............ 2.6 Data Envelopment Analysis (DEA) …………………………………............ 2.7 Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan …………………………..

I3 METODOLOGI PENELITIAN …………………………………………………….

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………………. 3.2 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………..

3.3 Standardisasi Alat Tangkap …………………………………………………. 3.4 Analisis Data ………………………………………………………………….

3.4.1 Model bioekonomi sumberdaya perikanan …………………........... 3.4.2 Estimasi discount rate …………………………………………......... 3.4.3 Analisis laju degradasi dan depresiasi SDI ………………….......... 3.4.4 Pengelolaan sumberdaya secara optimal .................................... 3.4.5 Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan ...……………………. 3.4.6 Analisis kesejahteraan produsen .................................................... 3.4.7 Analisis kapasitas perikanan tangkap ………………………..........

3.5 Pemetaan Proses Penelitian ……………………………………………….. 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN …………………………………. 4.1 Karakteristik Geofisik ................................................................................ 4.2 Keragaan Potensi Sumberdaya Ikan ....................................................... 4.3 Perkembangan Perikanan di Provinsi Sumatera Barat ............................ 4.4 Sumbangan Sub Sektor Perikanan terhadap PDRB ................................ 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………………... 5.1 Standardisasi Alat Tangkap …………………………………………........... 5.2. Estimasi Parameter Biologi …………………………………………............ 5.3 Estimasi Sustainable Yield …………………………………………………... 5.4 Estimasi Parameter Ekonomi .....……………………………………………. 5.5 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Optimal............................... 5.6 Degradasi Sumberdaya Ikan ………………………………….....................

iiiivix

1124455

88

111219222528

35353536373740414244454650

5253515464

67677272798190

Page 12: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ii

5.7 Depresiasi Sumberdaya Ikan ……………………………………................ 5.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan .......................................... 5.9 Aspek Kesejahteraan Produsen .............................................................. 5.10 Kapasitas Perikanan Tangkap ………………………………………......... 5.10.1 Efisiensi perikanan tangkap ....................................................... 5.10.2 Efisiensi alat tangkap ................................................................. 5.10.2.1 Pukat cincin ................................................................... 5.10.2.2 Tonda ............................................................................. 5.10.2.3 Payang ........................................................................... 5.10.2.4 Bagan ............................................................................ 5.11 Implikasi Kebijakan ................................................................................. 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………......... 6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………............ 6.2 Saran ………………………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… LAMPIRAN ……………………………………………………………………………...

9398

102104104113113117120122124

128128129

131137

Page 13: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Potensi lestari sumberdaya ikan dan tingkat pemanfaatannya di Samudera Hindia ……………………………………………………................

2 Panjang garis pantai dan jumlah pulau kecil per kab/kota di Provinsi Sumatera Barat ……………………………………………………………………. 3 Perkembangan hasil tangkapan ikan di Provinsi Sumatera Barat tahun 1984-2004 ....................................................................................................... 4 Jumlah nelayan di wilayah kabupaten/kota Provinsi Sumatera Barat tahun 2004 ……………………………………………………………….........................

5 Perkembangan jumlah nelayan perikanan tangkap Provinsi Sumatera Barat 1995 – 2004 …………………………………………………………....................

6 Keragaan alokasi jumlah dan jenis armada kapal perikanan Sumatera

Barat selama 10 tahun (1995-2004) ...............................................................

7 Keragaan alokasi komposisi jumlah unit penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 1995 – 2004 ………………………………………..

8 Jenis dan nilai investasi yang digunakan untuk penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan ..................................................................

9 Rata-rata biaya operasional menurut alat tangkap ……………………........... 10 Kontribusi PDRB perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat

Selama 5 tahun (2000 – 2004) ………………………………………………….. 11 Hasil tangkapan ikan pelagis besar oleh alat tangkap tonda dan pukat

cincin ............................................................................................................. 12 Produksi ikan pelagis kecil oleh alat tangkap yang dianalisis ....................... 13 Parameter biologi perikanan pelagis di Propinsi Sumatera Barat ................... 14 Fungsi produksi lestari Gompertz ................................................................... 15 Keragaan effort, hasil tangkapan aktual dan hasil tangkapan lestari Gompertz untuk ikan pelagis besar ............................................................... 16 Keragaan effort, hasil tangkapan aktual dan hasil tangkapan lestari Gompertz untuk ikan pelagis kecil ................................................................ 17 Rata-rata biaya riil operasional penangkapan ikan per trip menurut alat tangkap yang dijadikan baseline ............................................................

8

54

55

56

57

58

59

63

64

65

69

70

72

72

73

77

80

Page 14: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

iv

18 Nilai optimal biomas, hasil tangkapan dan effort pada discount rate 15% dan 5.66% untuk ikan pelagis besar ......................................................................

19 Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal ikan pelagis besar

20 Nilai optimal biomas, hasil tangkapan dan effort pada discount rate 15% dan 5.66% untuk ikan pelagis kecil .......................................................................

21 Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal ikan pelagis kecil

22 Rente optimal sumberdaya ikan pelagis besar (Rp juta) .................................

23 Rente optimal sumberdaya ikan pelagis kecil (Rp juta) .................................

24 Perkembangan tingkat degradasi sumberdaya ikan pelagis besar dan kecil ................................................................................................................

25 Perubahan depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar …………………......

26 Perubahan depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil …………………........

27 Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan kondisi aktual dan rata-rata ikan pelagis besar ...............................................

28 Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan

kondisi aktual dan rata-rata ikan pelagis kecil ................................................ 29 Nilai surplus produsen untuk sumberdaya ikan pelagis besar & kecil …........

30 Skor efisiensi unit fisik DEA untuk ikan pelagis besar ...................................

31 Skor efisiensi unit fisik DEA untuk ikan pelagis kecil ......................................

32 Opportunity cost dari kelebihan kapasitas input ..............................................

33 Efisiensi teknis pendekatan input kapal pukat cincin .....................................

34 Efisiensi teknis pendekatan output kapal pukat cincin ....................................

35 Kapasitas kapal pukat cincin ..........................................................................

36 Efisiensi kapal pukat cincin dengan memasukkan nilai moneter ....................

37 Efisiensi teknis pendekatan input kapal tonda ...............................................

38 Efisiensi teknis pendekatan output kapal tonda .............................................

39 Efisiensi teknis pendekatan input perahu motor tempel payang .....................

40 Efisiensi teknis pendekatan output perahu motor tempel payang .................

41 Efisiensi teknis pendekatan input kapal bagan ...............................................

42 Efisiensi teknis pendekatan output kapal bagan .............................................

82

83

85

86

88

89

90

94

96

100

102

103

105

107

110

114

115

116

117

118

118

120

120

122

123

Page 15: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran ……………………………………………………………… 2 Jumlah perahu/kapal perikanan laut di Indonesia Tahun 2004 ………............

3 Tiga dimensi keberlanjutan ……………………………………………………… 4 Solusi Maximum Sustainable Yield (MSY) …………………………………… 5 Solusi Open Acces Equiblirium (OAE) …………………………………………

6 Solusi Maximum Economic Yield (MEY) ……………………………………… 7 Peta lokasi penelitian ....................................................................................... 8 Pemetaan proses penelitian ......................................................................... 9 Perkembangan hasil tangkapan ikan laut di Provinsi Sumatera Barat tahun 1984 – 2004 .................................................................................................... 10 Perkembangan nelayan perikanan tangkap tahun 1995 – 2004 .................... 11 Perkembangan armada perikanan tangkap dari tahun 1995 – 2004 ............. 12 Perkembangan hasil tangkapan ikan oleh beberapa jenis alat tangkap ........

13 Perkembangan PDRB total, PDRB pertanian dan PDRB

perikanan Provinsi Sumatera Barat .............................................................

14 Kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat ............................................................................................................. 15 Perkembangan effort yang telah distandardisasi untuk penangkapan

ikan pelagis besar dan pelagis kecil .............................................................

16 Perkembangan hasil tangkapan perikanan menurut jenis ikan pelagis besar 17 Perkembangan effort dan hasil tangkapan ikan pelagis besar ........................ 18 Perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis kecil ....................................... 19 Perkembangan effort dan hasil tangkapan ikan pelagis kecil ........................ 20 Hasil tangkapan aktual dan produksi lestari Gompertz ikan pelagis besar ..... 21 Kurva lestari Gompertz dan produksi aktual ikan pelagis besar .....................

22 Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz ikan pelagis besar ...................

7

12

21

30

31

32

35

51

56

57

58

60

66

66

68

68

69

70

71

74

75

76

Page 16: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

vi

23 Hasil tangkapan aktual dan produksi lestari Gompertz ikan pelagis kecil ...... 24 Kurva lestari Gompertz dan produksi aktual ikan pelagis kecil ...................... 25 Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz ikan pelagis kecil .................... 26 Perkembangan biaya penangkapan per trip untuk alat tangkap tonda

dan pukat cincin ............................................................................................ 27 Biomas dan hasil tangkapan optimal ikan pelagis besar pada discount rate

15% dan 5.66 %............................................................................................... 28 Perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis besar pada kondisi aktual,

lestari dan optimal .......................................................................................... 29 Biomas dan hasil tangkapan optimal ikan pelagis kecil pada discount rate

15% dan 5.66 %............................................................................................... 30 Perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis kecil pada kondisi aktual, lestari

dan optimal ..................................................................................................... 31 Rente optimal untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis besar.................. 32 Rente optimal untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil.................... 33 Perkembangan nilai koefisien degradasi sumberdaya ikan pelagis besar dan

pelagis kecil......................................................................................................

34 Perbandingan laju degradasi dengan hasil tangkapan aktual ikan pelagis besar..............................……………………………………………………………

35 Perbandingan laju degradasi dengan hasil tangkapan aktual ikan pelagis

kecil...................................... ……………………………………………………… 36 Perbandingan laju degradasi dengan effort ikan pelagis besar......................

37 Perbandingan laju degradasi dengan effort ikan pelagis kecil...................... 38 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar

pada discount rate 15% dan 5.66%………………………………...................... 39 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar

pada discount rate 15%.................................................................................... 40 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar

pada discount rate 5.66%................................................................................. 41 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar

pada discount rate 15% dan 5.66%.................................................................

77

78

79

80

82

84

85

87

87

89

91

91

92

92

93

94

95

95

97

Page 17: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

vii

42 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis kecil pada discount rate 15%....................................................................................

43 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis kecil

pada discount rate 5.66%................................................................................. 44 Rezim pengelolaan biomas ikan pelagis besar........................... .................... 45 Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis

besar........................................................................................... .................... 46 Rezim pengelolaan biomas ikan pelagis kecil........................... .................... 47 Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis

kecil.................................................................................................................. 48 Perkembangan surplus produsen untuk pemanfaatan sumberdaya ikan

pelagis besar dan kecil..................................................................................... 49 Perbandingan surplus produsen dan rente aktual pelagis besar..................... 50 Perbandingan surplus produsen dan rente aktual pelagis kecil....................... 51 Trajektori skor efisiensi DEA ikan pelagis besar ............................................. 52 Trajektori skor efisiensi DEA ikan pelagis kecil ............................................. 53 Perbandingan kapasitas pelagis besar pada kondisi aktual dan optimal ........ 54 Perbandingan kapasitas pelagis kecil pada kondisi aktual dan optimal ........ 55 Hubungan efisiensi dengan kelebihan kapasitas input ikan pelagis besar...... 56 Hubungan efisiensi dengan kelebihan kapasitas input ikan pelagis kecil ...... 57 Nilai kelebihan kapasitas sepanjang periode pengamatan dibandingkan

dengan rata-rata nilai kelebihan kapasitas untuk ikan pelagis besar............... 58 Nilai kelebihan kapasitas sepanjang periode pengamatan dibandingkan

dengan rata-rata nilai kelebihan kapasitas untuk ikan pelagis kecil............... 59 Trajektori skor efisiensi moneter ikan pelagis besar ...................................... 60 Trajektori skor efisiensi moneter ikan pelagis kecil ....................................... 61 Distribusi efisiensi kapal pukat cincin ............................................................ 62 Potensi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin .............................................. 63 Distribusi efisiensi kapal tonda ....................................................................... 64 Potensi perbaikan efisiensi kapal tonda ........................................................

97

98

99

99

101

101

103 104

104 106

106

108

108 109 109

111

111

112

113

114

115

119

119

Page 18: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

viii

65 Distribusi efisiensi perahu motor tempel payang ……………………………… 66 Potensi perbaikan efisiensi perahu motor tempel payang .............................. 67 Distribusi efisiensi kapal bagan …………………………………………………. 68 Potensi perbaikan efisiensi kapal bagan ......................................................... 69 Pengaruh pajak per unit upaya terhadap keseimbangan akses terbuka.......

121

121

123

123

127

Page 19: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Disagregasi hasil tangkapan ikan pelagis besar ………………...................

2 Standardisasi effort (trip) penangkapan ikan pelagis besar ….....................

3 Disagregasi hasil tangkapan ikan pelagis kecil ………………………………

4 Analisis CYP ikan pelagis besar……………………………………………

5 Analisis CYP ikan pelagis kecil ……………………………………...............

6 Output Maple untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis besar ................

7 Rezim pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil .....................................

8 Potensi perbaikan efisiensi fisik dari DMU penangkapan pelagis besar ..... 9 Potensi perbaikan efisiensi fisik dari DMU penangkapan pelagis kecil ........ 10 Potensi perbaikan efisiensi moneter dari DMU penangkapan pelagis besar 11 Potensi perbaikan efisiensi moneter dari DMU penangkapan pelagis kecil 12 Efisiensi teknis pendekatan input kapal tonda ............................................. 13 Ukuran kapasitas dan kapasitas optimal kapal tonda .................................. 14 Efisiensi kapal tonda dengan memasukkan nilai moneter ........................... 15 Efisiensi teknis pendekatan input perahu motor tempel payang .................... 16 Efisiensi perahu motor tempel payang dengan memasukkan nilai moneter .. 17 Efisiensi teknis pendekatan input kapal motor bagan .................................. 18 GAMS output untuk analisis DEA perikanan pelagis besar …..................... 19 GAMS Output untuk efisiensi teknis input kapal pukat cincin …………........ 20 Output Maple untuk perhitungan surplus produsen …………………………..

137

139

131

146

148

152 153

156

158 160 161 162 164

166

168

170

172

174

178 180

Page 20: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya kelautan di Indonesia selama ini telah dimanfaatkan

dalam berbagai aktivitas perekonomian, dimana salah satunya adalah dalam

usaha perikanan tangkap. Perikanan tangkap itu sendiri merupakan aktivitas

perekonomian yang unik bila dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Hal ini

berkaitan dengan kondisi sumberdaya laut dan ikan itu sendiri yang sering

dianggap sebagai sumberdaya milik umum (common property resources).

Pemanfaatan sumberdaya ikan telah memberikan manfaat secara ekonomi

kepada pelaku usaha akan tetapi pemanfaatan sumberdaya ikan ini juga

memberikan dampak eksternalitas baik positif maupun negatif. Sumberdaya

ikan bersifat renewable resources (sumberdaya yang dapat pulih) tetapi bukan

berarti tak terbatas sehingga apabila tidak dikelola secara hati-hati, akan

memberikan dampak negatif terhadap ketersediaan sumberdaya ikan dan

lingkungan.

Program pembangunan perikanan yang dilaksanakan pada tahap

pembangunan sebelumnya hanya mengejar keuntungan ekonomi semata dan

mengabaikan kelestarian lingkungan sehingga menyebabkan berbagai dampak

negatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan lautan seperti:

degradasi lingkungan, pencemaran, kelangkaan sumberdaya, tangkap lebih

(overfishing) dan sebagainya. Dalam rangka mengurangi dampak negatif dari

kegiatan pembangunan maka pembangunan yang dilakukan saat ini adalah

pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang secara ekologis

lestari (ramah lingkungan), secara teknologi tepat guna, secara ekonomi efisien

dan layak, secara sosial bisa diterima/berkeadilan sehingga kebutuhan generasi

mendatang tetap dapat dipertahankan (Dahuri 2003). Akan tetapi dalam

pelaksanaannya masih banyak ditemui aktivitas pemanfaatan yang bertentangan

dengan prinsip berkelanjutan.

Dalam usaha perikanan tangkap, permasalahan yang sering terjadi adalah

tingkat penangkapan ikan di suatu wilayah yang melebihi potensi lestarinya

(maximum sustainable yield/MSY) sehingga terjadi fenomena tangkap lebih

(overfishing) yang berakibat pada penurunan hasil tangkapan persatuan upaya

(catch per unit of effort) yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan

pendapatan nelayan. Menurut laporan FAO (2000) bahwa 47% sumberdaya

Page 21: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

2

ikan di dunia sudah dimanfaatkan secara penuh (fully exploited), 19%

dieksploitasi secara berlebihan (overexploited) dan 9% diantaranya sudah

terkuras (depleted). Dengan demikian, 75% sumberdaya ikan global sudah

dalam kondisi kritis. Mace (1996) mengidentifikasi bahwa kapasitas lebih

(overcapacity) merupakan problem kunci yang menyebabkan permasalahan

dalam perikanan tangkap.

Konsep kapasitas perikanan merupakan suatu ukuran untuk mengetahui

apakah perikanan dalam kondisi efisien atau tidak. Definisi umum dari kapasitas

perikanan adalah stok kapital maksimum yang ada dalam perikanan yang dapat

dipergunakan secara penuh pada kondisi efisien maksimum secara teknis pada

waktu dan kondisi pasar tertentu (Kirkley & Squires 1998). Sedangkan Johansen

(1968) mendefinisikan kapasitas dari sudut pandang ekonomi dan teknologi

sebagai jumlah maksimum yang dapat diproduksi per unit waktu dengan lahan

dan peralatan yang ada, dimana keberadaan dari berbagai faktor produksi

variabel tidak dibatasi.

1.2 Perumusan Masalah Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang

memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang cukup besar, memiliki garis

pantai sepanjang 375 km mulai dari Kabupaten Pasaman sampai ke Pesisir

Selatan dan bila dimasukkan garis pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai

maka panjang garis pantainya mencapai 2 420 km, sedangkan luas laut

termasuk ZEE adalah seluas 186 580 km2. Kawasan perairan pantai Sumatera

Barat meliputi 7 (tujuh) daerah kabupaten dan Kota yaitu Pasaman Barat, Agam,

Pariaman, Padang Pariaman, Padang dan Pesisir Selatan serta Kepulauan

Mentawai.

Salah satu potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang paling potensial

dan selama ini telah menopang perekonomian masyarakat adalah perikanan

laut. Potensi ikan di perairan laut Sumatera Barat diperkirakan sebesar 289 936

ton sedangkan produksi ikan laut pada tahun 2004 baru mencapai 102 368.0 ton

atau sekitar 35% dari potensi yang ada sehingga masih memiliki peluang yang

besar bagi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan para nelayan.

Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan ini dapat dilihat dari

sumbangan sektor perikanan terhadap pendapatan domestik regional bruto

(PDRB) yang masih berada di bawah 5%. Jumlah nelayan yang ada tercatat

Page 22: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

3

sebanyak 34 020 orang yang terdiri atas 24 287 orang (74%) nelayan tetap dan

sisanya sebanyak 9 733 orang sebagai nelayan musiman. Jumlah perahu

penangkapan ikan sebanyak 6 897 unit terdiri atas 4 005 unit (57%) perahu

tanpa motor, 1 551 unit (24.30%) perahu motor tempel dan 1 341 unit (17.90%)

kapal motor (DKP Sumbar 2005).

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan antara lain: jaring

insang (gillnet) pukat kantong (purse seine), bagan dan pancing tonda. Jenis

ikan laut yang tertangkap didominasi oleh ikan pelagis (90%) seperti: tuna,

cakalang, tongkol, layang, selar, teri, tembang, kembung, tenggiri, serta

beberapa jenis ikan demersal dan ikan karang seperti: ikan kuwe, kerapu, kakap

bawal serta udang seperti: lobster, udang kelong dan udang windu.

Walaupun tingkat penangkapan masih berada di bawah potensi lestari

yang ada, untuk beberapa jenis ikan tingkat penangkapannya hampir mendekati

potensi lestari seperti ikan pelagis kecil dan beberapa jenis ikan karang (Diskan

Sumbar 1999). Hasil penelitian Puslitbang Perikanan Universitas Bung Hatta

tahun 1995 menyatakan bahwa ikan teri yang tertangkap ukurannya semakin

kecil dan hasil tangkapan per unit upaya juga semakin kecil. Begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan oleh Merta et al. (1998) yang menyatakan bahwa

perikanan pelagis kecil di Sumatera Barat sudah mengalami kelebihan tangkap.

Selanjutnya apabila dilihat secara parsial menurut wilayah atau jenis ikan tertentu

ternyata ada wilayah penangkapan yang telah mengalami kelebihan tangkap

(overfishing) dan kelebihan kapasitas (overcapacity). Hal ini terutama terjadi

pada wilayah penangkapan sekitar pantai.

Berdasarkan alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan yang didominasi oleh

perahu tanpa motor dan motor tempel maka aktivitas penangkapan ikan banyak

dilakukan di perairan dekat pantai dan ikan yang banyak tertangkap adalah ikan

pelagis kecil. Sedangkan ikan pelagis besar yang memiliki potensi yang cukup

besar tingkat pemanfaatannya masih belum optimal dikarenakan terbatasnya

kemampuan nelayan untuk menangkap ikan jenis pelagis besar ini. Sehingga

menyebabkan terjadinya ketimpangan pemanfaatan potensi dimana sebagian

wilayah penangkapan mengalami overcapacity yang menyebabkan terjadinya

overeksploitasi dan akhirnya menyebabkan produktivitas nelayan menjadi

rendah, sedangkan wilayah lainnya berada dalam kondisi under capacity.

Kondisi ini menuntut adanya kebijakan pengaturan wilayah pengembangan

perikanan tangkap sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal kepada

Page 23: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

4

nelayan dan pembangunan yang berkelanjutan tetap dapat diwujudkan.

Berdasarkan kondisi di atas timbul beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi sumberdaya perikanan pada wilayah penelitian

ditinjau dari sisi biologi dan ekonomi (bioekonomi)?

2) Sejauhmana tingkat efisiensi di wilayah penelitian?

3) Seberapa besar ekstraksi sumberdaya ikan memberikan dapak

kesejahteraan kepada pelaku usaha perikanan?

4) Bagaimana kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang menjamin

keberlanjutan usaha perikanan tangkap?

1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola

pemanfaatan dan merekomendasikan kebijakan perikanan tangkap yang

berkelanjutan pada wilayah penelitian.

secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1) Melakukan analisis komparatif pemanfaatan sumberdaya ikan secara

bioekonomi dan empiris (aktual).

2) Menentukan tingkat degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan dalam

kaitannya dengan kapasitas perikanan.

3) Menganalisis dampak kapasitas perikanan terhadap kesejahteraan

masyarakat nelayan.

4) Menganalisis kapasitas perikanan baik antar waktu maupun antar alat

tangkap dan dampaknya terhadap pengelolaan perikanan yang

berkelanjutan.

1.4 Hipotesis Penelitian 1) Ekstraksi sumberdaya perikanan pelagis tidak efisien secara bioekonomi.

2) Telah terjadi degradasi dan depresiasi akibat adanya ekstraksi

sumberdaya ikan.

3) Kapasitas penangkapan tidak sesuai dengan kapasitas perikanan yang

seharusnya.

Page 24: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

5

1.5 Kegunaan Penelitian 1) Diperolehnya informasi tentang kondisi perikanan tangkap di Propinsi

Sumatera Barat.

2) Sebagai salah satu bahan acuan bagi Pemerintah Daerah Propinsi

Sumatera Barat dalam merumuskan kebijakan pengembangan perikanan

tangkap secara berkelanjutan.

1.6 Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan sumberdaya ikan telah memberikan manfaat bagi bangsa

Indonesia, sebagai sumber utama pangan, penyedia lapangan kerja, sumber

penerimaan dan devisa negara serta manfaat ekonomi bagi pelaku usaha

perikanan. Akan tetapi dengan adanya pemanfaatan ini juga memberikan

dampak negatif terhadap keberadaan sumberdaya ikan, telah terjadi

kecenderungan penurunan stok sumberdaya ikan yang dicirikan dengan

turunnya produksi per unit input.

Sumberdaya perikanan bersifat quasi open access yang menyebabkan

sulitnya pengendalian input. Akses terhadap sumberdaya yang tidak dibatasi

mendorong terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan penggunaan sumberdaya

yang tidak efisien serta berdampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai permasalahan yang terjadi terhadap sumberdaya ikan

seperti kelebihan tangkap (overfishing), overcapacity, kepunahan, depresiasi dan

degradasi. Berbagai permasalahan yang terjadi terhadap sumberdaya ikan pada

akhirnya juga akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan pelaku usaha

perikanan sebagai akibat biaya eksploitasi yang semakin meningkat, produksi

yang semakin menurun dan pada akhirnya menurunnya manfaat/keuntungan

dari kegiatan penangkapan ikan.

Terjadinya dampak negatif dari pemanfaatan sumberdaya ikan juga

disebabkan tidak meratanya pemanfaatan wilayah penangkapan ikan, dimana

ada suatu wilayah dengan tingkat pemanfaatan yang tinggi (input yang

berlebihan) dan wilayah penangkapan lainnya tingkat pemanfaatannya masih

rendah. Hal ini juga didukung dengan belum adanya data atau ukuran seberapa

besar sumberdaya dapat dimanfaatkan dan berapa besar tingkat upaya atau

kapasitas yang optimal. Sehingga ada suatu wilayah yang mengalami kelebihan

kapasitas dan wilayah lainnya yang berada di bawah kapasitas (under capacity).

Page 25: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

6

Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan analisis tentang tingkat pemanfaatan dan

kapasitas perikanan tangkap sehingga dapat diketahui kondisi perikanan apakah

sudah optimal dan efisien. Diharapkan dengan mengetahui tingkat pemanfaatan

dan kapasitas perikanan dapat dirumuskan kebijakan pengelolaan perikanan

tangkap yang berkelanjutan. Gambaran lengkap dari kerangan pemikiran ini

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 26: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

7

Gambar 1 Kerangka pemikiran.

Page 27: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

8

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Perikanan laut

Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar

baik dari segi kuantitas maupun keragamannya. Menurut Puslitbang Oseanologi

LIPI (2001) potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia adalah sebesar

6.41 juta ton per tahun yang antara terdiri dari ikan pelagis 4.77 juta ton, ikan

demersal 1.37 juta ton, ikan karang konsumsi 145 ribu ton, udang penaeid 94.80

ribu ton, lobster 4.80 ribu ton, dan cumi-cumi 28.25 ribu ton. Berdasarkan data

dari Direktorat Jenderal Perikanan tangkap Tahun 2005, produksi perikanan laut

Indonesia tahun 2004 adalah sebesar 4 506 060 ton, bila dibandingkan dengan

potensi lestari yang ada ternyata tingkat pemanfaatannya masih di bawahnya

yaitu sebesar 70.36%. Perairan Laut Sumatera Barat merupakan bagian dari

wilayah Pengelolaan Samudera Hindia dimana potensi, produksi dan tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikan di Samudera Hindia seperti pada Tabel 1.

Tingkat pemanfaatan ikan di Samudera Hindia ini secara keseluruhan masih

berada di bawah potensi lestari tetapi ada beberapa sumberdaya ikan yang

sudah melebihi potensi lestari yaitu ikan karang dan cumi-cumi.

Tabel 1 Potensi lestari sumberdaya ikan dan tingkat pemanfaatan di Samudera Hindia

No. Sumberdaya ikan Potensi (103ton/tahun)

Produksi (103ton/tahun)

Tingkat Pemanfaatan

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Ikan pelagis besar

Ikan pelagis kecil

Ikan demersal

Ikan karang

Udang penaeid

Lobster

Cumi-cumi

386.26

526.57

135.13

12.88

10.70

1.60

3.75

188.28

264.56

134.83

19.42

10.24

0.16

6.29

48.74

50.21

99.78

>100

95.70

10.00

>100

Jumlah 1.076.80 623.78 57.92

Sumber: Puslitbang Oseanologi LIPI (2001)

Page 28: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

9

Walaupun secara keseluruhan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di

perairan Indonesia masih berada di bawah potensi lestari yang ada, akan tetapi

pada beberapa wilayah telah mengalami tangkap lebih (overfishing), seperti

untuk jenis ikan karang dan udang penaeid. Berdasarkan penyebaran daerah

penangkapan ikan, potensi produksi perikanan tangkap di perairan laut Indonesia

dibagi berdasarkan 9 wilayah pengelolaan perikanan yaitu: wilayah I Selat

Malaka, wilayah II Laut Cina Selatan, wilayah III Laut Jawa, wilayah IV Selat

Makassar dan Laut Flores, wilayah V Laut Banda, wilayah VI Laut Seram

sampai Teluk Tomini, wilayah VII Laut Sulawesi dan Samudera Fasifik, wilayah

VIII Laut Arafura dan wilayah IX Samudera Hindia. Dari 9 wilayah pengelolaan

perikanan ini daerah yang telah mengalami tangkap lebih adalah: Laut Jawa,

perairan Selat Malaka, perairan Selat Makassar, sedangkan perairan Laut Cina

Selatan, Laut Banda, Laut Seram dan Teluk Tomini masih memiliki potensi yang

tinggi dengan tingkat pemanfaatan yang masih rendah (Aziz et al. 1998)

Menurut Dahuri (2003) terjadinya fenomena tangkap lebih disebabkan oleh

persepsi keliru tentang sumberdaya ikan laut yang selama ini dimiliki oleh

kebanyakan para nelayan, pengusaha perikanan, dan pejabat pemerintah.

Kekeliruan pertama adalah mereka menganggap bahwa karena ikan adalah

sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sehingga dapat dieksploitasi

secara tak terbatas (infinite). Selain itu, sumberdaya ikan laut dianggap sebagai

sumberdaya milik umum (common property resources), sehingga berlaku rejim

open access dalam pemanfaatannya dengan pengertian bahwa siapa saja,

kapan saja dapat mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-banyaknya. Oleh

karena itu, untuk mewujudkan perikanan tangkap berkelanjutan (sustainable

fisheries), maka rejim (pola) pemanfaatannya harus segera diubah dari rejim

open access menjadi perikanan tangkap yang bertanggung jawab seperti yang

dianjurkan oleh Kode Etik Perikanan yang bertanggung jawab atau Code

Conduct of Responsible Fisheries.

Salah satu unsur dari kode etik ini adalah praktek perikanan tangkap yang

terkendali, yang secara garis besar dapat dilakukan melalui dua pendekatan

yaitu: 1) pengendalian penangkapan ikan oleh pemerintah (public authorities);

dan 2) pemberian “hak pengusahaan perikanan” (fishery rights) kepada individu,

kelompok masyarakat atau perusahaan perikanan. Hanneson (2000) yang diacu

dalam Dahuri (2003) mengatakan bahwa pengendalian penangkapan ikan oleh

pemerintah dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: 1) pengendalian

Page 29: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

10

penangkapan (control of the catch) yang salah satu tekniknya adalah dengan

menerapkan kuota penangkapan ikan sesuai dengan potensi lestari stok ikan

dalam suatu wilayah perikanan, 2) pengendalian upaya tangkap dan kapasitas

penangkapan (control of fishing capacity and fishing effort), dan 3) pengendalian

secara tidak langsung melalui pengenaan pajak terhadap upaya tangkap atau

hasil tangkapan.

Selanjutnya Dahuri (2003) menyatakan bahwa pengendalian upaya

tangkap dan kapasitas penangkapan dapat dilakukan dengan cara memberikan

izin penangkapan ikan (fishing licence) pada setiap kapal ikan. Izin

penangkapan ikan diberikan untuk jangka pendek (satu tahun) dan jangka

panjang (selama umur teknis/pakai kapal ikan). Pelaku usaha perikanan

cenderung untuk memaksimalkan hasil tangkapannya untuk memperoleh rente

yang sebesar-besarnya karena mereka tidak perlu membayar untuk menangkap

ikan, dengan pengenaan pajak terhadap usaha penangkapan ikan secara tidak

langsung akan mengendalikan tingkat upaya ikan agar tidak melebihi potensi

lestarinya.

Fauzi (2002) menyatakan bahwa alternatif lain selain ketiga kebijakan

konvensional di atas yang dalam penerapannya memiliki kelebihan dan

kelemahan terutama pada perikanan yang bersifat multi spesies dan multi gear

adalah dengan penerapan user fee atau fishing fee. Ada beberapa hal yang

menjadikan user fee ini lebih menguntungkan (favourable) yaitu: Pertama, prinsip

netralitas yang didasarkan pada pemikiran bahwa resource rent tax atau pajak

rente sumberdaya tidak mempengaruhi penggunaan faktor produksi, user fee ini

tidak akan membuat distorsi pada pasar karena fishing fee yang didasarkan dari

perhitungan resource rent tax sudah memperhitungkan seluruh aspek

sumberdaya baik biologi maupun ekonomi dari pelaku perikanan. Kedua, aspek

kesetaraan (equity) dan keadilan (fairness), dimana fishing fee merupakan

kontrak sosial antara pelaku perikanan dengan pemerintah sebagai wakil publik

atas kepemilikan sumberdaya dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dan

juga merupakan penjabaran lebih nyata dari user fee principle atau prinsip biaya

pengguna. Prinsip ini menyatakan bahwa mereka yang memperoleh manfaat

atas pemanfaatan sumberdaya perikanan (pelaku perikanan) membayar biaya

(fee) yang mencerminkan nilai dari fishing privilege. Ketiga, fleksibilitas dimana

biaya sosial untuk merevisi fishing fee jauh lebih kecil dibanding biaya sosial

yang harus ditanggung untuk merevisi kuota atau limited entry, jika terjadi

Page 30: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

11

perubahan dalam teknologi atau sistem pengelolaan perikanan maka fishing fee

jauh lebih adaptable dibanding kuota. Keempat, aspek co-existence yakni share

atas pemanfaatan sumberdaya ikan dengan pihak ketiga (kapal dari daerah lain

atau kapal asing).

2.2 Usaha Perikanan tangkap

Dalam pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan laut sebagian besar

dilakukan melalui usaha perikanan tangkap. Perikanan tangkap merupakan

suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan

atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas (Monintja

1994). Menurut UU No.9 tahun 1985 penangkapan ikan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk memperoleh ikan pada perairan yang dalam keadaan tidak

dibudidayakan dengan alat tangkap atau cara apapun, termasuk kegiatan yang

menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, mengolah dan mengawetkan.

Dalam melakukan usaha perikanan tangkap diperlukan beberapa sarana

penangkapan berupa input atau dalam perikanan disebut effort yang terdiri dari

alat tangkap, tenaga kerja, kapal dan lain-lain. Berdasarkan skala usaha yang

ada atau investasi yang dibutuhkan, perikanan tangkap di Indonesia dibagi

menjadi 3 yaitu skala kecil, menengah dan skala besar. Perikanan tangkap

skala kecil adalah perikanan yang dalam usaha penangkapan ikan tidak

menggunakan perahu, perahu tanpa motor dan perahu yang memiliki mesin

diluar (outboard) atau perahu motor tempel. Perikanan skala menengah

menggunakan kapal motor (inboard engine) dan kapal yang berukuran

menengah, sedangkan usaha perikanan tangkap skala besar diusahakan oleh

perusahaan, memiliki fasilitas penangkapan yang lengkap, kapal motor dengan

mesin yang memiliki daya yang besar serta ukuran kapal yang besar. Pada

usaha perikanan tangkap skala besar ini, pemilik usaha juga melengkapinya

dengan berbagai fasilitas penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan (Bailey

et al. 1987).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjenkan Tangkap DKP (2005)

sampai saat ini usaha perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh

usaha perikanan skala kecil dan menengah, hal ini terlihat dari data jumlah

perahu/kapal perikanan tangkap di Indonesia pada tahun 2004 yang masih

didominasi oleh perahu tanpa motor sebesar 200 000 buah (42.58%), perahu

Page 31: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

12

motor tempel sebanyak 146 270 buah (31.14%) dan kapal motor sebanyak 123

440 buah (26.28%) seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Selanjutnya

dari 123 440 buah (26.28%) kapal motor sebagian besar masih didominasi oleh

perahu/kapal motor di bawah 5 GT dan antara 5 – 10 GT yaitu masing-masing

sebanyak 79 180 buah (64.14%) dan 24.060 buah (19.49%) yang dapat

dikatagorikan ke dalam usaha skala menengah, sedangkan kapal yang

berukuran di atas 200 GT hanya sebanyak 670 buah (0.54%).

perahu tanpa motor

42.58%

perahu motor tempel31.14%

kapal motor26.28%

Gambar 2 Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut di Indonesia tahun 2004.

(Sumber: Ditjenkan Tangkap DKP 2005)

2.3 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan

sampai tengah (mid layer). Ikan pelagis umumnya senang bergerombol baik

dengan kelompoknya maupun jenis ikan lain. Ikan-ikan ini bersifat fototaxis

positif dan tertarik pada benda-benda terapung. Bentuk tubuh ikan menyerutu

(stream line), perenang cepat dan mempunyai sifat hidup yang bergerombol.

Direktorat Jenderal Perikanan (1998) yang diacu dalam Bakosurtanal

(1998), mengelompokkan ikan pelagis berdasarkan ukurannya menjadi dua

kelompok yaitu: 1) Ikan pelagis besar yaitu ikan pelagis yang mempunyai ukuran

100 – 250 cm (ukuran dewasa) antara lain: tuna (Thunnus spp.), cakalang

(Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp.), tongkol (Euthynnus spp.),

setuhuk (Xiphias spp.) dan lemadang (Coryphaena spp.). Umumnya ikan pelagis

Page 32: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

13

besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat, 2) Ikan pelagis kecil yaitu ikan

pelagis yang mempunyai ukuran 5 – 50 cm (ukuran dewasa), terdiri dari 16

kelompok dimana produksinya didominasi oleh 6 kelompok besar yang masing-

masing mencapai lebih dari 100 000 ton. Kelompok ikan tersebut adalah

kembung (Rastrelliger sp.), layang (Decapterus sp.), jenis-jenis selar (Selaroides

sp. dan Atale sp.), lemuru (Sardinella sp.) dan teri (Stolephorus sp.).

2.3.1 Ikan pelagis besar Beberapa jenis ikan pelagis besar yang secara ekonomi dimanfaatkan

antara lain adalah:

Ikan tuna (Thunnus albacares)

Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Scombridae

Genus: Auxis, Thunnus, Katsuwonus, Euthynnus

Ada 4 jenis ikan tuna yang banyak ditemukan di perairan Indonesia yaitu

madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), albakora

(Thunnus alalunga) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Ikan

madidihang mendominasi di semua perairan Indonesia kecuali di Selatan Jawa,

Selatan Bali dan Nusa Tenggara. Ikan madidihang bersifat epipelagis dan

oseanis yang menyukai perairan di atas dan di bawah lapisan termoklin. Suhu

air yang sesuai bagi madidihang berkisar antara 18 - 310C. Tuna mata besar

banyak terdapat di Selatan Jawa, Selatan Bali-Nusa Tenggara dan Barat

Sumatera serta laut Banda dan Arafuru. Sifat hidup tuna mata besar ini

berhubungan erat dengan lapisan termoklin atau daerah renangnya berada pada

lapisan tersebut. Tuna mata besar bersifat epipelagis, mesopelagis dan oseanis,

terdapat pada kedalaman laut mulai dari permukaan hingga 250 meter (Uktolseja

et al. 1998). Suhu dan kedalaman lapisan termoklin merupakan faktor lingkungan

utama yang mempengaruhi sebarannya, baik vertikal maupun horisontal.

Kisaran suhu air dimana ditemukan tuna mata besar berkisar antara 13 - 290C

dengan suhu optimumnya antara 17 - 220C (Colette dan Nauen 1983 yang diacu

dalam Uktolseja et al. 1998).

Page 33: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

14

Ikan albakora banyak ditemukan pada perairan yang suhu airnya dingin

dan berkisar antara 15.6 – 19.40C, akan tetapi ukuran albakora yang besar

kisaran suhu air yang dissukai antara 13.5 – 25.20C. Albakora dapat tertangkap

di perairan Indonesia terutama dimana terdapat massa air karena sifatnya

beruaya bersama atau di dalam massa air tersebut. Lebih besar pengaruh

massa air terhadap ruayanya dibandingkan dengan pengaruh suhu atau kadar

oksigen perairan. Selain itu sesuai dengan kisaran suhu perairan

keberadaannya, maka albakora juga dapat tertangkap di air lapisan termoklin. Di

perairan Indonesia paling banyak ditemukan di perairan Selatan Bali-

Nusatenggara, Laut Flores-Selat Makasar dan Selatan Jawa. Selanjutnya tuna

sirip biru selatan hanya tertangkap di perairan Selatan jawa dan Selatan Bali

Nusa Tenggara (Uktolseja et al. 1998).

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Klasifikasi ikan cakalang menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Perciformes

Famili: Scombridae

Genus: Katsuwonus

Ikan Cakalang bersifat epipelagis dan oseanis, peruaya jarak jauh, dan

suhu air yang disenanginya berkisar antara 14.7 – 300 C. Cakalang menyenangi

daerah dimana terjadi pertemuan arus atau air yang umumnya terdapat banyak

pulau. Selain itu Cakalang juga menyukai batas perairan dimana terjadi

pertemuan antara masa air panas dan dingin, penaikan air dan parameter

hidrografi dimana terdapat percampuran yang tidak tetap. Penyebaran vertikal,

mulai dari permukaan sampai kedalaman 260 meter pada siang hari, sedangkan

pada malam hari akan menuju permukaan. Sebaran geografis terutama pada

perairan tropis dan perairan panas di daerah lintang selatan. Cakalang selalu

terdapat dalam kelompok/gerombolan yang besar. Di Indonesia penyebaran ikan

Cakalang hampir di semua wilayah perairan Indonesia dimana potensi tertinggi

terdapat di Laut Sulawesi-Utara Irian Jaya dan Barat Sumatera (Uktoselja et al.

1998).

Page 34: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

15

Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Scombridae

Genus: Auxis, Euthynnus

Ikan tongkol termasuk golongan ikan epipelagik dengan kisaran suhu 18

– 310 C. Ikan tongkol ini ditemui hampir di seluluh perairan Indonesia. Untuk

Samudera Pasifik potensi tertinggi terdapat di laut Sulawesi-Utara Irian Jaya

sedangkan untuk Samudera Hindia potensi tertinggi terdapat di Barat Sumatera

dan Selatan Bali-Nusatenggara. Umumnya tingkat pengusahaan ikan tongkol

baik di Samudera Pasifik maupun di Samudera Hindia telah berada pada tahap

berkembang sebesar 52.50% dan 58.10% (Uktolseja et al. 1998).

Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson)

Klasifikasi ikan tenggiri menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Scombridae

Genus: Scomberomorus

Genus: Scomberomorus commerson

Scomberomorus guttatus

Scomberomorus lineolatus

Ada tiga jenis ikan tenggiri yaitu tenggiri Scomberomorus commerson,

tenggiri papan Scomberomorus gutatus, terdapat di semua perairan Indonesia,

sedangkan Scomberomorus lineolatus hanya terdapat di perairan Indonesia

Barat, jenis ini merupakan ikan peruaya lokal sesuai dengan sifatnya yang

neuritis, lebih menyukai perairan yang lebih keruh dan salinitas rendah. Ikan

tenggiri Scomberomorus commerson daerah penyebarannya sangat luas,

bersifat epipelagis dan neritis. Tenggiri papan bersifat epipelagis dan neritis

juga, menyukai perairan yang keruh dengan salinitas rendah, itulah sebabnya

banyak tertangkap di perairan laut Jawa, Selatan Sumatera dan Selat Malaka

Page 35: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

16

(Uktolseja et al. 1998). Penyebaran ikan tenggiri cukup luas mencakup seluruh

wilayah Indo-Pasifik Barat dan Afrika Utara dan Laut Merah sampai ke perairan

Indonesia, perairan Australia dan perairan Fiji ke utara sampai ke perairan China

dan Jepang.

2.3.2 Ikan pelagis kecil Sumberdaya perikanan pelagis kecil merupakan sumberdaya yang poorly

behaved, karena makanan utamanya adalah plankton sehingga kelimpahannya

sangat tergantung kepada faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu kelimpahan

sumberdaya ini sangat berfluktuasi dan tergantung kepada lingkungan

perairannya (Merta et al. 1998).

Beberapa jenis ikan pelagis kecil yang banyak ditangkap di perairan

Indonesia termasuk perairan Sumatera Barat antara lain adalah:

Ikan kembung (Rastrelliger spp.)

Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Scombridae

Genus: Rastrelliger

Spesies: Rastrelliger brachysoma (Bleeker)

Rastrelliger kanagurta

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di

perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari

320/00, sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai

dekat pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji 1993). Daerah

penyebaran ikan kembung mulai dari pulau Sumatera bagian barat dan timur,

pulau Jawa bagian utara dan selatan, Nusa Tenggara, perairan barat, timur dan

selatan kalimantan, Malaka, Sulawesi bagian utara dan selatan, Maluku dan

Irian Jaya (Ditjenkan Deptan 1997).

Page 36: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

17

Ikan Layang (Decapterus spp.)

Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Carangidae

Genus: Decapterus

Spesies: Decapterus russeli (Ruppell)

Decapterus maerosoma (Bleeker)

Decapterus maruadsi (Tamminck dan Sengel)

Ikan layang (Decapterus spp.) hidup pada perairan dengan variasi salinitas

yang sempit (stenohaline) dengan salinitas berkisar antara 31 – 330/00. Makanan

utamanya adalah zooplankton, meskipun kadang-kadang juga makan ikan kecil

seperti teri (Stolephorus spp.) dan japuh (Dussumteria acuta). Ada lima jenis

ikan layang yang umum ditemukan di perairan Indonesia yakni Decapterus

russeli, Decapterus maerosoma, Decapterus maruadsi, Decapterus lajang dan

Decapterus kurroides. Akan tetapi dari kelima jenis yang ada, hanya Decapterus

russeli yang mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari

Kepulauan Seribu hingga pulau Bawean dan pulau Masalembo. Decapterus

maerosoma banyak dijumpai di selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu.

Decapterus lajang menyukai perairan yang dangkal seperti di Laut Jawa

(termasuk selat Sunda, selat Madura dan selat Bali), selat Makassar, Ambon dan

Ternate. Decapterus maruadsi termasuk ikan yang berukuran besar, hidup di

laut dalam seperti di Laut Banda. Ikan ini dapat tertangkap pada kedalaman

1000 meter atau lebih (Nontji 1993).

Ikan Selar (Selaroides spp.)

Klasifikasi ikan selar menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Percomorphi

Famili: Carangidae

Genus: Caranx

Spesies: Selar crumenophthalmus

Selaroides leptolepsis

Page 37: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

18

Jenis ikan selar (Selaroides spp.) yang tertangkap di perairan Indonesia

dan tercatat di dalam data statistik perikanan Indonesia adalah selar bentong

(Selar crumenophthalmus) dan selar kuning (Selaroides leptolepsis) (Nontji

1993). Kedua jenis ikan ini memakan ikan-ikan kecil dan udang kecil, hidup

secara bergerombol, dan umumnya di sekitar perairan pantai yang dangkal,

khusus untuk selar bentong (Selar crumenophthalmus) hidup sampai kedalaman

80 meter.

Ikan Tembang (Sardinella sp.)

Daerah penyebaran ikan tembang meliputi seluruh perairan pantai

Indonesia, ke utara sampai ke Taiwan dan ke selatan sampai ke ujung utara

Australia dan ke barat sampai laut Merah (Ditjenkan Deptan 1997).

Klasifikasi ikan tembang menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Malocopterigii

Famili: Clupeidae

Genus: Sardinella

Spesies: Sardinella fibriata (V)

Ikan Teri (Stolephorus spp.)

Klasifikasi ikan teri menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Malocopterigii

Famili: Clupeidae

Genus: Stolephorus

Spesies: Stolephorus spp.

Ikan teri (Stolephorus spp.) terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia

terutama di perairan Barat Sumatera, selat Malaka, selatan dan utara Sulawesi

dan timur Sumatera. Ikan teri termasuk ikan pelagis yang menghuni perairan

pesisir dan estuari, tetapi beberapa jenis dapat hidup pada salinitas antara 10 –

15 0/00. Pada umumnya hidup bergerombol sampai ratusan atau ribuan individu,

terutama untuk jenis-jenis ukuran kecil. Sebaliknya yang berukuran besar

cenderung untuk hidup soliter, hanya pada bulan-bulan tertentu mereka dapat

tertangkap dalam gerombolan kecil sekitar 100 – 200 ekor. Teri banyak

Page 38: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

19

memakan berbagai jenis plankton, walaupun komposisinya tidak selalu sama

untuk setiap spesies. Pada ukuran 40 mm, ikan ini umumnya memanfaatkan

fitoplankton dan zooplankton berukuran kecil, sedangkan teri yang berukuran

lebih dari 40 mm, banyak memanfaatkan zooplankton yang berukuran besar

(Nontji 1993).

Ikan Lemuru (Sardinella longiceps).

Klasifikasi ikan lemuru menurut Saanin (1984) adalah:

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Ordo: Malocopterigii

Famili: Clupeidae

Genus: Sardinella

Spesies: Sardinella longiceps

Ikan-ikan lemuru yang tertangkap di perairan Indonesia terdiri dari

beberapa jenis yang di dalam Statistik Perikanan Indonesia digabung menjadi

satu dengan nama lemuru. Jenis-jenis tersebut adalah Sardinella

longiceps/sardinella lemuru, Sardinella aurita, Sardinella leoigaster dan

Sardinellla elupeoides. Sebaran geografik ikan lemuru mulai dari utara

Kalimantan sampai Filipina, India sampai ke pantai timur Afrika. Lemuru juga

terdapat di Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam dan Australia. Di Indonesia

didapat dalam jumlah besar di selat Bali sampai Nusa Tenggara Timur.

Gerombolan lemuru pada siang hari berada pada lapisan kedalaman 40m – 80m,

dan berenang ke atas saat malam hari sampai saat matahari akan terbit lagi.

Pada saat bulan purnama terlihat bahwa gerombolan ikan lemuru terpencar di

permukaan atau berada tetap di bawah (Dwiponggo 1982).

2.4 Perikanan yang berkelanjutan (Sustainable fisheries) Sumberdaya ikan bersifat dapat pulih/diperbaharui (renewable resources),

dimana dia memiliki kemampuan regenerasi secara biologis, akan tetapi apabila

tidak dikelola secara hati-hati dan menyeluruh akan mengarah kepada

pengurasan sumberdaya ikan dan mengancam keberlanjutan sumberdaya.

Untuk itu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan rente ekonomi yang

sebesar-besarnya hendaknya diperoleh tanpa melakukan pengurasan terhadap

Page 39: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

20

sumberdaya ikan itu sendiri. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan

hendaknya diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

Perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan dimulai pada awal

tahun 1990-an yang merupakan proses dari terjadinya beberapa perubahan yang

menyangkut (Fauzi & Anna 2002a):

1) Meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dari para stakeholder

sebagai akibat Rio Summit yang menyerukan diperlukannya perbaikan

secara global terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan dan

kelautan.

2) Terjadinya collapse dari beberapa perikanan dunia seperti anchovy,

tuna dan salmon yang menyadarkan orang tentang konsekwensi yang

ditimbulkan tidak hanya ekologi, namun juga konsekwensi sosial dan

ekonomi.

3) Pemberdayaan para stakeholder yang menuntut diperlukan pandangan

yang lebih luas (holistik) mengenai pengelolaan perikanan.

The World Commission on Environment and Development (WCED) (1987)

mendefinisikan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah

pembangunan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa

menurunkan atau menghancurkan kemampuan generasi mendatang dalam

memenuhi kebutuhannya. Menurut Monintja (1997) perikanan tangkap yang

berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai usaha penangkapan ikan yang perlu

memiliki beberapa persyaratan khusus antara lain:

1) Produk-produk dapat diterima oleh masyarakat konsumen (marketable).

2) Usaha penangkapan menunjukkan keragaman yang menguntungkan

(profitable).

3) Usaha penangkapan tidak mengganggu habitat serta kegiatan-kegiatan

sub sektor lainnya (environmental friendly).

4) Usaha penangkapan akan dapat berjalan terus menerus tanpa

mengganggu kelestarian spesies sasaran (sustainable).

Keberlanjutan (sustainability) hendaknya dijadikan salah satu tujuan

dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan karena hal ini telah

diamanatkan dalam Deklarasi yang dihasilkan oleh United Nations Conference

on Environment and Development yang diselenggarakan di Rio de Janeiro,

Brasil, pada tahun 1992 dimana Indonesia merupakan salah satu peserta.

Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan keserasian antara laju kegiatan

Page 40: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

21

pembangunan dengan daya dukung (carrying capacity) lingkungan alam untuk

menjamin tersedianya aset sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan

(environmental services) yang minimal sama untuk generasi mendatang.

Pembangunan berkelanjutan mengandung tiga dimensi utama yang

meliputi dimensi ekonomi, ekologi dan sosial, jadi suatu kegiatan pembangunan

dinyatakan berkelanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis,

ekologis, dan sosial politik bersifat berkelanjutan (Gambar 3). Berkelanjutan

secara ekonomis berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat

membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital (capital

maintenance), dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien.

Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud

harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung

lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman

hayati (biodiversity), sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat

berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan

bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan

pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial,

partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan

pengembangan kelembagaan. Dengan demikian jelas bahwa konsep

pembangunan berkelanjutan hanya bisa dilaksanakan apabila pembangunan

harus berorientasi pada kepentingan dan mendapatkan dukungan dari

masyarakat yang terkena dampaknya.

Ecological Economic Integrity Stability Careful Development Use Evaluation Education Communities Social Fairness

Sustainability Triangle

Gambar 3 Tiga Dimensi Keberlanjutan (Doring 2001).

Page 41: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

22

Selanjutnya Charles (2001) menyatakan keberlanjutan selain terdiri dari aspek

ekologi, dan sosial ekonomi juga ada aspek masyarakat dan kelembagaan

dengan rincian sebagai berikut:

1) Ecologicall sustainability (keberlanjutan ekologi). Dalam pandangan ini

memelihara keberlanjutan stok/biomass sehingga tidak melewati daya

dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistem

menjadi konsern utama.

2) Socioeconomic sustainability (keberlanjutan sosio-ekonomi). Konsep ini

mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus

memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik

pada tingkat individu . Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai

tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan konsern

dalam kerangka keberlanjutan.

3) Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan

kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi

perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan.

4) Institutional sustainability (keberlanjutan kelembagaan). Dalam kerangka

ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek

finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga

pembangunan berkelanjutan di atas.

Dengan demikian jika setiap komponen dilihat sebagai komponen yang

penting untuk menunjang keseluruhan proses pembangunan berkesinambungan,

maka kebijakan pembangunan perikanan yang berkesinambungan haruslah

mampu memelihara tingkat yang reasonable dari setiap komponen sustainable

tersebut. Dengan kata lain keberlanjutan sistem akan menurun melalui kebijakan

yang ditujukan hanya untuk mencapai satu elemen keberlanjutan saja (Fauzi &

Anna 2002a).

2.5 Kapasitas Perikanan Konsep kapasitas dalam perikanan tangkap dapat didefinisikan dan diukur

baik dengan pendekatan teknologi-ekonomi atau secara eksplisit dinyatakan

dalam optimisasi berdasarkan teori mikroekonomi (Morrison 1993). Banyak

definisi dari kapasitas baik dari perspektif teknologi maupun perspektif ekonomi.

Menurut Johansen (1968), kapasitas merupakan jumlah maksimum yang dapat

diproduksi per unit waktu dengan lahan dan peralatan yang ada, dimana

Page 42: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

23

keberadaan dari berbagai faktor produksi variabel tidak dibatasi. Salz (1994)

yang diacu dalam Fauzi dan Anna (2002c) menyatakan bahwa kapasitas

perikanan adalah sejumlah ikan yang dapat ditangkap oleh kapal tertentu atau

alat tangkap tertentu per tahun, tergantung dari produktivitas per unit waktu

tangkap (misalnya CPUE per jam) dan jumlah unit waktu tangkap (misalnya jam

melaut per tahun). Menurut FAO (1998) kapasitas perikanan merupakan jumlah

maksimum ikan pada periode waktu tertentu (tahun, musim) yang dapat

diproduksi oleh armada perikanan jika digunakan secara penuh dengan

biomassa tertentu. Selanjutnya Kirkley dan Squires (1998) mendefinisikan

kapasitas perikanan sebagai stok kapital maksimum yang ada dalam perikanan

yang dapat dipergunakan secara penuh pada kondisi efisien maksimum secara

teknis pada waktu dan kondisi pasar tertentu.

Stok kapital itu sendiri pada dasarnya dapat berupa kapital itu sendiri

maupun sumberdaya manusia. Pada perikanan tangkap kapital merupakan

fungsi dari spesifikasi kapal, alat tangkap dan lain-lain sedangkan sumberdaya

manusia dapat berupa jumlah awak kapal dan kemampuan/keahlian. Stok kapital

ini merupakan manifestasi dari upaya (effort) yang diukur dari jumlah melaut (trip)

atau jumlah hari melaut (day fished). Jadi lebih lanjut Kirkley dan Squires (1999)

juga mendefinisikan kapasitas perikanan tangkap sebagai tingkat upaya yang

memungkinkan, kapasitas upaya, upaya potensial maksimum dan kapasitas

potensial perikanan.

Kapasitas perikanan telah menjadi pembicaraan utama pada masyarakat

perikanan internasional. Hal ini disebabkan banyaknya terjadi kelebihan

kapasitas (overcapacity) pada perikanan dunia yang dapat mengancam

keberlanjutan sumberdaya perikanan atau krisis perikanan global. Untuk itu FAO

Code of Conduct for Responsible Fisheries menyatakan bahwa negara

seharusnya mencegah overfishing dan kelebihan kapasitas perikanan serta

mengimplementasikan ukuran manajemen untuk menjamin upaya perikanan

yang setara dengan kapasitas produktif dari sumberdaya perikanan dan

keberlajutan pemanfatannya. Pada tempat yang telah terjadi kelebihan

kapasitas, hendaknya dilakukan mekanisme untuk mengurangi kapasitas pada

tingkat yang setara dengan penggunaan sumberdaya perikanan yang

berkelanjutan seperti menjamin bahwa nelayan beroperasi di bawah kondisi

ekonomi yang mendukung perikanan yang bertanggung jawab. Mekanisme

tersebut meliputi monitoring kapasitas armada perikanan (Ward 2000).

Page 43: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

24

Mengingat sangat krusialnya masalah kelebihan kapasitas FAO pada tahun 1999

mengeluarkan Internasional Plan of Action for the management of fishing

capacity (IPAMF). Mandat yang dikeluarkan oleh IPAMF adalah menyerukan

kepada seluruh negara untuk mencapai pengelolaan kapasitas perikanan yang

efisien, equitable, transparan pada tahun 2005 (Fauzi 2005).

Menurut Fauzi (2005), kelebihan kapasitas di sektor perikanan akan

menimbulkan berbagai masalah. Pertama, adalah tidak sehatnya kinerja sektor

perikanan sehingga permasalahan kemiskinan dan degradasi sumberdaya dan

lingkungan menjadi lebih persisten. Kedua, kelebihan kapasitas juga akan

menimbulkan tekanan yang intens untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan

melewati titik lestarinya agar armada yang ada terus beroperasi, dan pada saat

keuntungan usaha semakin menipis dan tersebar pada jumlah armada yang

begitu banyak, maka pengurangan armada akan sulit dilakukan secara politis

maupun sosial. Ketiga, kelebihan kapasitas juga akan menimbulkan inefisiensi

dan memicu economic waste sumberdaya yang ada disamping menimbulkan

komplikasi dalam pengelolaan perikanan, terutama dalam situasi akses yang

bersifat terbuka (open acsess).

Ward et al. (2004) menyatakan bahwa untuk mengatasi terjadinya

kelebihan kapasitas diperlukan instrumen pengelolaan yaitu incentive blocking

instruments yang merupakan solusi jangka pendek dan incentive adjusting

instrumens yang merupakan solusi jangka panjang. incentive blocking

instruments sesuai namanya adalah kebijakan untuk mengatasi kelebihan

kapasitas melalui pembatasan kegiatan dalam berbagai bentuk seperti program

pembatasan masuk (limeted entry programmes), program pembelian kembali

oleh pemerintah (buy back programmes), pembatasan kapal dan alat tangkap

(gear and vessel restrictions), pemberlakuan kuota secara agregat (aggregate

quotas), pembatasan hasil tangkapan per kapal tanpa dapat di pindah tangankan

(non-transferable vessel catch limits) dan pemberian kuota upaya kepada

individu (individual effort quotas). Sedangkan incentive adjusting instrumens

didesain untuk mengurangi kelebihan kapasitas dengan pendekatan kepada hak

kepemilikan sumberdaya (property rights) dimana nantinya pengurangan

kapasitas diserahkan kepada mekanisme pasar, kebijakannya antara lain:

pemberlakuan kuota kepada individu yang dapat dipindahtangankan (individual

transferable quotas/individual fishing rights), pemberlakuan pajak dan royalti

(taxes and royalties), pemberian hak kepada kelompok masyarakat dalam

Page 44: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

25

pengelolaan perikanan (group fishing rights) dan pemberian hak teritorial

(territorial use rights).

Kelebihan kapasitas terjadi ketika kapasitas output melebihi yang

diinginkan atau tingkat target dari output pada tingkat industri. Perbedaan antara

output observasi dan kapasitas output memberikan kelebihan kapasitas pada

stok sumberdaya. Tingkat target dari output yang merupakan target kapasitas

perikanan adalah jumlah maksimum dari ikan pada periode waktu tertentu

(tahun, musim) yang dapat diproduksi oleh armada perikanan jika digunakan

secara penuh (Kirkley & Squires 1998).

Melalui pengukuran kapasitas akan diketahui tingkat kapasitas yang

digunakan (capacity utilization/CU) yang merepresentasikan proporsi dari kapasitas yang tersedia yang telah digunakan. Dalam pendekatan teknologi-

ekonomi yang telah diadopsi oleh FAO, apabila nilai CU sama dengan 1

mengindikasikan bahwa produksi telah full capacity atau tidak dapat ditingkatkan

lagi sedangkan apabila nilai CU kurang dari 1 mengindikasikan bahwa

perusahaan/unit usaha memiliki potensi untuk meningkatkan produksi tanpa

memerlukan pengeluaran untuk pengadaan kapital dan peralatan baru. CU

pada umumnya mengacu kepada proporsi dari kapasitas potensial yang

digunakan dan diukur sebagai rasio antara output aktual dengan kapasitas

output (Kirkley & Squires 1999). Menurut Fare et al. (1989), CU diukur sebagai

rasio output technical efficiency (TE) dengan kapasitas output. Rasio ini

mengoreksi bias yang dapat muncul karena output aktual kemungkinan

diproduksi secara inefisien.

2.6. Data Envelopment Analysis (DEA) Ada beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis kapasitas

perikanan tangkap antara lain: metode “peak to peak” yang diperkenalkan oleh

Klein (1960), metode ini cocok digunakan pada data yang bersifat ekstrim,

misalnya pada kondisi data yang tersedia hanya data produksi dan jumlah kapal.

Selanjutnya “ frontier approach” yang terdiri dari nonparametric frontier dan

stochastic frontier. Metode yang ketiga adalah Data Envelopment Analysis

(DEA), yang merupakan metode yang berorientasi pada input dan output yang

pertama kali dikembangkan oleh Charnes et al. (1978), Fare et al.(1994), dan

disarankan untuk digunakan dalam perikanan oleh Kirkley dan Squires (1998).

Masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian

Page 45: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

26

ini yang akan digunakan adalah metode DEA sehingga yang akan dibicarakan

lebih lanjut adalah Metode DEA.

Penggunaan DEA sebagai alat yang layak (possible) untuk mengukur

kapasitas perikanan di dunia telah direkomendasikan oleh Food and Agricultural

Organization of the United Nations (FAO) dan International Plan of Action for the

Management of Fishing Capacity (Lindebo et al. 2002). DEA merupakan suatu

pendekatan matematis yang bersifat non parametrik yang dapat digunakan untuk

mengestimasi technical efficiency (TE) relatif, capacity, dan capacity utilization

(CU) dari aktivitas produksi. DEA dapat menentukan solusi optimal (optimisasi)

dari sebuah tujuan dengan serangkaian kendala yang ada. Untuk analisis

kapasitas perikanan, DEA memiliki kelebihan antara lain: 1) DEA memiliki

kemampuan untuk mengestimasi kapasitas di bawah kendala penerapan

kebijakan tertentu seperti: jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), pajak,

distribusi regional atau ukuran kapal, pelarangan penangkapan ikan pada waktu

tertentu dan kendala sosial ekonomi lainnya, 2) DEA memiliki kemampuan

mengakomodasi multiple outputs dan multiple inputs, serta tingkat input dan

output yang diskret maupun non diskret, 3) DEA dapat menentukan kombinasi

dari input variabel, output, faktor tetap dan karakteristik kapal yang

memaksimumkan output, meminimumkan input atau penerimaan, biaya dan

keuntungan relatif yang optimal (Kirkley & Squires 1998).

Terdapat dua orientasi utama pendekatan DEA yaitu input dan output.

Pengukuran yang berdasarkan input dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat

input relatif yang dapat dikurangi pada tingkat output tertentu seperti jumlah

tangkapan yang diperbolehkan (JTB). Pendekatan yang berdasarkan output

mengindikasikan bagaimana output dapat ditingkatkan untuk mencapai tingkat

fisik maksimal pada tingkat input yang telah ditentukan. Pengukuran yang

berdasarkan pendekatan input dan output ini memberikan informasi untuk

menilai kapasitas (Kirkley & Squires 1998).

Kemampuan DEA untuk mengakomodasi multiple input dan output pertama

diajukan oleh Charnes et al. (1978) dengan cara memasukkan faktor

pembobotan dari setiap input dan output yang digunakan seperti persamaan

berikut:

Page 46: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

27

Max ∑∑=

i ioi

r roro xv

yuvuh ),(

u,v

dengan kendala:

,

,

,1

ε

ε

∑∑

i ioi

i

i ioi

r

i iji

r rjr

xvv

xvu

xvyu

untuk r = 1, ...,s, dan

untuk j = 0,1, …,n,

untuk i = 1, ..., m

keterangan:

rjy = jumlah output r yang diproduksi oleh DMU j,

ijx = jumlah input i yang diproduksi oleh DMU j,

ru = bobot dari output r,

iv = bobot dari input i,

Estimasi rasio memberikan sebuah ukuran efisiensi teknis dari masing-

masing desicion making unit (DMU). Akan tetapi terdapat kendala dalam

pemecahan persamaan di atas karena berbentuk fraksional sehingga sulit untuk

dipecahkan melalui program linear. Dengan cara melalui linearisasi maka

persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan linear sehingga dapat

dipecahkan melalui linear programming yang menghasilkan persamaan seperti di

bawah ini:

Max ror

ro yuw ∑=u,v

dengan kendala:

,,

,0

,1

εε

≥≥

≤−

=

∑∑

i

r

iji

ir

rjr

ioi

i

vdanu

xvyu

xv

Page 47: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

28

Selanjutnya Fare et al. (1994) melakukan variasi pengembangan dari

pendekatan linear programming untuk model efisiensi, produktivitas dan

kapasitas. Model yang dikembangkan oleh Fare et al. antara lain input-oriented

technical efficiency, output oriented technical efficiency, dan output oriented

capacity.

Golany dan Roll (1989) yang diacu dalam Anna (2003), menyatakan bahwa

proses untuk mengaplikasikan model DEA terdiri dari tiga tahapan yaitu:

pertama, mendefinisikan dan menyeleksi DMU yang akan dianalisis yaitu seluruh

unit yang menjadi bahan pertimbangan harus mewakili tugas sama dengan

tujuan yang sama, dan berada pada set kondisi pasar yang sama serta harus

menggunakan input yang sama untuk memproduksi jenis output yang sama;

kedua, menentukan variabel input dan output yang akan digunakan dalam

menganalisis efisiensi relatif dari DMU yang terpilih; dan ketiga, mengaplikasikan

salah satu model DEA dan menganalisis hasilnya.

2.7 Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pada mulanya pengelolaan sumberdaya ikan banyak didasarkan pada

faktor biologis semata dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable

Yield (MSY) yaitu tangkapan maksimum yang lestari. Inti pendekatan ini adalah

bahwa setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi

kapasitas produksi (surplus), sehingga apabila surplus ini dipanen (tidak lebih

dan tidak kurang), maka stok ikan akan mampu bertahan secara

berkesinambungan. Akan tetapi, pendekatan pengelolaan dengan konsep ini

belakangan banyak dikritik oleh berbagai pihak sebagai pendekatan yang terlalu

sederhana dan tidak mencukupi. Kritik yang paling mendasar diantaranya adalah

karena pendekatan MSY tidak mempertimbangkan sama sekali aspek sosial

ekonomi pengelolaan sumberdaya alam (Fauzi 2000a). Pengelolaan perikanan merupakan sebuah proses yang kompleks yang

membutuhkan integrasi antara ekologi dan biologi sumberdaya dengan sosial

ekonomi dan faktor institusi yang mempengaruhi perilaku nelayan dan pembuat

keputusan. Tujuan dari bidang yang multidisiplin ini adalah untuk membantu

pengambil keputusan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dari

aktivitas perikanan sehingga generasi yang akan datang juga memperoleh

manfaat dari sumberdaya ( Seijo et al. 1998).

Page 48: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

29

Teori bioekonomi untuk perikanan komersial menyatakan bahwa tingkat

optimal secara sosial dari effort dan panen ditentukan oleh dinamika biologi dari

stok dan ekonomi dari industri (seperti biaya input dan harga output). Hal ini

karena masyarakat telah tertarik dalam konservasi stok dan keuntungan dari

industri. Tanpa pembatasan masuk atau effort, pemanenan akan berlanjut

sampai break event point yaitu suatu tingkat upaya dimana total penerimaan

hanya mampu menutupi total biaya dan dikenal sebagai open access equilibrium

(OAE). Pada kondisi seperti ini secara sosial tidak efisien karena effort terlalu

tinggi (Gordon 1954).

Optimasi sumberdaya perikanan dapat dilakukan secara statis dan

dinamik:

2.7.1 Optimasi statis Kondisi yang digunakan untuk menentukan solusi keseimbangan optimal

yaitu tingkat effort dan hasil tangkapan yang tepat pada model statis tergantung

kepada tujuan dari manajemen antara lain: memaksimumkan hasil tangkapan

yang lestari (maximum sustainable yield), open access equilibrium dan maximum

economic yield (MEY). Hasil tangkapan maksimum yang lestari dapat diestimasi menggunakan

model-model produksi surplus seperti model logistik dari Schaefer (Sparre &

Venema 1992). Secara matematik, MSY untuk model Schaefer adalah sebagai

berikut: Hubungan hasil tangkap (catch) dengan upaya tangkap adalah:

2bEaEh −= (1)

dalam hal ini h = hasil tangkapan, E = effort, sedangkan a dan b adalah

parameter yang dapat diestimasi menggunakan historik data tahunan. Dengan

menurunkan persamaan (1) terhadap upaya tangkap (effort)

bEabEaEaEh 2,02,2 ==−−=

∂∂

maka diperoleh upaya tangkap dan hasil tangkapan maksimal yang lestari yaitu:

baEMSY 2

= dan b

ahMSY 4

2

= , secara lebih jelas solusi MSY seperti terlihat pada

pada Gambar 4.

Selanjutnya pada sumberdaya perikanan dengan kondisi open access , dimana

tidak seorangpun nelayan dapat mencegah nelayan lainnya untuk menggunakan

dan mengeksploitasi sumberdaya. Entry akan selalu terjadi selama keuntungan

Page 49: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

30

dapat diperoleh. Oleh sebab itu tanpa adanya pembatasan entry atau effort

maka keseimbangan akan diperoleh pada saat total penerimaan (TR) sama

dengan total biaya (TC) atau zero profits. Dengan menggunakan curva seperti

Gambar 4, yaitu dengan mengalikan masing-masing titik pada kurva MSY

dengan harga (p) dengan asumsi bahwa p konstan maka diperoleh kurva total

revenue yang bentuknya sama dengan kurva MSY.

harvest

(ton)

MSY

h= aE-bE2

EMSY Effort (trip)

Gambar 4 Solusi Maximum Sustainable Yield (MSY).

Peningkatan effort akan meningkatkan biaya, ini beralasan untuk

mengasumsikan bahwa setiap tambahan unit effort akan terjadi peningkatan

yang sama dalam biaya. Diasumsikan bahwa peningkatan biaya dalam proporsi

langsung terhadap effort menghasilkan fungsi total biaya yang linear (TC = cE).

Total penerimaan (TR) di set sama dengan total cost untuk memperoleh tingkat

effort yang optimal pada perikanan open access.

Secara matematis, solusi open access equilibrium (OAE) adalah sebagai berikut:

pbcpaEcEbEaEpTCTR OAE −

=→=−→= )( 2

Secara grafis solusi open access equilibrium seperti terlihat pada Gambar 5.

OAE merupakan keseimbangan bioekonomi dimana tingkat effort dan hasil

tangkapan tidak akan berubah jika tidak ada komponen underlying yang

merubah model (seperti harga pasar, biaya operasional dan daya dukung stok).

Akan tetapi sumberdaya yang digunakan dalam kondisi open access tidak akan

Page 50: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

31

bisa mencapai suatu alokasi yang efisien dan rente yang maksimal (Milon et al.

1999).

Rp

TC=cE

TR*=TC* OAE

EOA Effort

Gambar 5 Solusi Open Access Equilibrium (OAE).

Pengelolaan perikanan yang optimal akan diperoleh melalui pendekatan

maximum economic yield (MEY). MEY merupakan total rente yang diperoleh

dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya yaitu:

cEbEaEpE −−= )()( 2π

Pada Gambar 6 rente lestari diperoleh pada titik EMEY dimana jarak antara total

penerimaan dan total biaya terbesar. Keseimbangan diperoleh pada persamaan

marginal revenue (MR) dengan marginal cost (MC) atau MR=MC. Secara

matematis solusi maximum economic yield (MEY) adalah sebagai berikut:

pbcpaEcbEap

ETC

ETRMCMR MEY

2)2( −

=→=−→∂∂

=∂∂

→=

Dengan MEY maka tingkat effort yang optimal dicapai lebih kecil dibandingkan

effort pada maximum sustainable yield, sehingga optimasi ekonomi lebih bersifat

konservasi daripada perikanan yang berdasarkan hasil tangkapan lestari (Milon

et al. 1999).

Page 51: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

32

Rp

MEY slope TR= p(a-2bE)

TR*

πmax Slope TC= cE

TC*

E MEY EOAE Effort

Gambar 6 Solusi Maximum Economic Yield (MEY). 2.7.2 Optimasi dinamik

Keseimbangan MEY statis menggambarkan rente maksimum lestari

tahunan dari perikanan. Akan tetapi solusi optimal tidak menggambarkan

perbedaan antar waktu dalam nilai uang. Untuk sumberdaya terbarukan seperti

ikan, tidak dimasukkannya faktor waktu ini bisa menyebabkan akibat yang serius

dalam pengelolaan sumberdaya ikan (Cunningham 1981). Hal ini karena

sumberdaya ikan memerlukan waktu untuk bereaksi terhadap setiap perubahan-

perubahan eksternal yang terjadi (Fauzi 2004). Solusi MEY statis akan optimal

dalam jangka panjang jika nilai uang hari ini sama dengan waktu yang akan

datang (discount rate=0). Dengan suatu non-zero discount rate, bagaimanapun,

masyarakat menghadapi suatu trade-off antar waktu. Sebagai contoh, dengan

suatu tingkat suku bunga yang positif, suatu satuan dari uang hari ini lebih

berharga dibandingkan satu nilai yang sama pada waktu yang akan datang. Hal

ini karena satu satuan uang hari ini akan sama dengan satuan uang ditambah

dengan bunga yang diterima pada masa yang akan datang. Prinsip yang sama

diaplikasikan pada keputusan untuk memanen ikan. Sejumlah ikan yang dipanen

Page 52: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

33

hari ini, akan menghasilkan keuntungan yang dapat diinvestasikan dan akan

dihargai lebih pada masa yang akan datang. Bagaimanapun, jika ikan telah

dipanen hari ini maka biaya akan lebih tinggi dan ukuran stok akan berkurang,

yang mana memiliki konsekwensi biologi dan ekonomi pada masa yang akan

datang (Milon et al. 1999).

Selanjutnya diasumsikan tujuan manajemen sumberdaya adalah untuk

memaksimalkan keuntungan disamping melestarikan stok, model yang tepat

untuk menemukan tingkat effort yang optimal secara ekonomi (solusi MEY). Hal

ini disempurnakan dengan memaksimalkan net present value dari pemanenan

yang berdasarkan kurva hasil tangkapan lestari. Solusi jangka panjang

digambarkan dengan tambahan cost yaitu marginal user cost dari peningkatan

effort pada periode sekarang. Marginal user cost merupakan present value dari

penurunan panen di masa yang akan datang. Dengan suatu discount rate yang

positif, tingkat optimum dari effort akan berada antara EMEY dan EOAE (Milon et al.

1999).

2.7.3 Keterkaitan model dinamik dengan model statik Menurut Fauzi (2004) terdapat keterkaitan antara model dinamik dengan

model statik. Secara matematis keterkaitan kedua pendekatan tersebut bisa

dilihat dari persamaan Golden Rule yaitu: hx ∂

∂=

∂∂ ππ

δ1

, dimana jika nilai δ sangat

tinggi dan mendekati tak hingga )( ∞=δ , komponen sebelah kanan dari

persamaan di atas akan menjadi nol, hal ini berarti net price atau rente

sumberdaya sama dengan nol, yang identik dengan konsep pengelolaan dalam

kondisi akses terbuka (open access), sebaliknya jika nilai δ = 0 maka persamaan

di atas akan menghasilkan ( 0) =∂∂

yang identik dengan maksimisasi rente

sumberdaya dalam kondisi sole owner (MEY).

Dalam konteks dinamik, perikanan yang open access dapat dilihat sebagai

kasus dimana discount rate tak terhingga. Dengan demikian, meski rente positif

dapat diperoleh dengan menekan tingkat upaya, namun pelaku ekonomi tidak

ada yang mau melakukan hal tersebut, karena jika melakukannya, pihak lain

akan mendapatkan keuntungan tanpa mengurangi terhadap keuntungan saat ini

Page 53: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

34

(current revenue). Akibatnya, kembali akan memicu entry ke industri yang pada

gilirannya menihilkan setiap manfaat yang diperoleh dari pengurangan upaya.

Dengan kata lain, dalam perikanan dengan akses terbuka, dampak positif masa

depan dari pengurangan upaya saat ini diabaikan, seolah-olah manfaat positif

tersebut didiskon dengan discount rate yang sangat tinggi (infinite). Dengan

logika yang sama, pengelolaan optimal dalam kondisi statik (MEY) dapat dilihat

dalam konteks dinamik sebagai kasus dengan discount rate nol. Jika discount

rate sama dengan nol, maka manfaat di masa mendatang sama bobotnya

dengan manfaat yang kita peroleh saat ini. Dengan kata lain, dalam kondisi

discount rate nol, manfaat ekonomi yang diperoleh dari sumberdaya ikan tidak

dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari aset finansial lainnya,

sehingga keputusan yang terbaik adalah melakukan pemanenan pada saat rente

yang diperoleh adalah yang terbesar, yakni pada tingkat upaya sebesar E0 (Fauzi

2004).

Untuk tingkat discount rate yang positif dan terbatas (finite), Sebagaimana

yang ditampilkan pada Gambar 6, maka tingkat optimal upaya pada model

dinamik berada di antara dua keseimbangan ekstrem tersebut ( dan ).

Posisi yang pasti dari tingkat optimal

MEYE OAE

∗E akan sangat tergantung dari nilai

discount rate itu sendiri dan fungsi biaya. Nilai discount rate yang tinggi akan

menyebabkan tingkat upaya yang optimal mendekati keseimbangan open

access. Selanjutnya semakin meningkat nilai discount rate , semakin berkurang

keseimbangan biomas, sehingga dapat disimpulkan bahwa keseimbangan

biomas yang optimal dalam kondisi dinamik akan berada antara open access

dan sole owner atau 0xxx ≤∗≤∞ (Fauzi 2004).

Page 54: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

35

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pesisir Propinsi Sumatera Barat selama tujuh

bulan dari bulan Juli 2004 sampai dengan bulan Januari 2005 (Gambar 7).

Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

3.2 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer

yaitu data yang dikumpulkan langsung di lapangan yang terdiri dari: data

spesifikasi kapal, pola usaha perikanan serta struktur pembiayaan dari usaha

perikanan tangkap yang terdiri dari biaya per trip dan biaya per kilogram output.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data

produksi dan input yang digunakan (effort) serta data penunjang lainnya. Data

sekunder ini kebanyakan merupakan data urut waktu (time series) yang

Page 55: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

36

diperoleh dari Dinas/ Instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan

Propinsi Sumatera Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota, Pusat

Pendaratan Ikan (PPI) dan sumber lainnya. Data sekunder yang diperoleh dari

Dinas Perikanan Propinsi merupakan data yang sudah direkapitulasi dari daerah

Kabupaten dan Kota, sedangkan data yang ada di kabupaten dan Kota sendiri

berasal dari laporan dari petugas statistik perikanan yang ada di kecamatan/desa

Jumlah sampel yang diambil didasarkan pada penentuan formula

sebagaimana dijelaskan dalam Fauzi (2001a) yaitu:

][ ] [ )25.0()1()25.0(

22

2

ZNdNZn

+−=

Keterangan:

n = jumlah sampel yang diambil

N = Jumlah populasi

Z = Jumlah standar deviasi (dari tabel statistik)

d = tingkat ketelitian yang diinginkan ( 5 atau 10%).

3.3 Standardisasi Alat Tangkap Alat tangkap yang digunakan untuk melakukan usaha penangkapan ikan di

perairan pesisir Sumatera Barat terdiri dari beberapa jenis. Untuk itu guna

mengukur dengan satuan yang setara, dilakukan standardisasi effort antar alat

dengan teknik standardisasi mengikuti yang dilakukan oleh King (1995) yaitu:

jtjtjt DE ψ=

dengan

st

jtjt U

U=ψ

Keterangan:

Ejt = effort dari alat tangkap j pada waktu t yang distandardisasi

Djt = jumlah hari melaut (fishing days) dari alat tangkap j pada waktu t

ψjt = nilai fishing power dari alat tangkap j pada periode t

Ujt = catch per unit effort (CPUE) dari alat tangkap j pada waktu t

Ust = catch per unit effort (CPUE) dari alat tangkap yang dijadikan basis

standardisasi

Page 56: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

37

3.4 Analisis Data 3.4.1 Model bioekonomi sumberdaya perikanan

Menurut Kirkey dan Squires (1998) kapasitas perikanan dapat diukur baik

berdasarkan ketersediaan sumberdaya (stok) maupun tidak berdasarkan

ketersediaan sumberdaya. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran

kapasitas dengan dan tanpa ketersediaan stok. Menurut Fauzi dan Anna

(2002b), untuk melakukan penilaian sumberdaya perikanan, perlu dilakukan

estimasi hasil tangkapan lestari maksimum (maximum sustainable yield) yang

idealnya dilakukan pada setiap spesies ikan. Akan tetapi karena keterbatasan

data, estimasi tangkapan lestari hanya dilakukan pada beberapa spesies ikan

yang cukup dominan pada wilayah studi. Untuk mengetahui nilai estimasi

tangkapan lestari, terlebih dahulu perlu diketahui produktivitas dari stok ikan,

yang bisanya diestimasi dengan model kuantitatif yaitu model surplus produksi.

Model ini mengasumsikan stok ikan sebagai penjumlahan biomass dengan

persamaan:

)( txFtx=

∂∂

(3.1)

)( txF merupakan laju pertumbuhan alami atau laju penambahan asset biomass,

merupakan laju penangkapan. Ada dua bentuk fungsional untuk

menggambarkan stok biomass, yaitu bentuk Logistik dan bentuk Gompertz,

sebagaimana persamaan di bawah ini:

th

Bentuk Logistik:

)1(Kx

rxtx t

tt −=

∂∂

(3.2)

Bentuk Gompertz:

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡=

∂∂

tt

t

xKrx

tx

ln (3.3)

Page 57: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

38

r merupakan laju pertumbuhan intrinsic sedangkan K adalah daya dukung

populasi yang dapat didukung oleh lingkungan. Bentuk fungsional logistik adalah

simetris sedangkan Gompertz tidak. Selanjutnya diasumsikan bahwa laju

penangkapan linear terhadap biomass dan effort seperti ditulis di bawah ini:

(3.4) ttt xqEh =

Dalam hal ini q merupakan koefisien kemampuan penangkapan dan Et

merupakan upaya penangkapan. Dengan mengasumsikan kondisi

keseimbangan (equilibrium) maka kurva tangkapan-upaya lestari (yield-effort

curve) dari kedua fungsi di atas adalah seperti di bawah ini:

Logistik: 22

Er

KqKEh

q

tt

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−= (3.5)

Gompertz: ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ −

= rqE

tt qKEh exp (3.6)

Estimasi parameter r, q dan K untuk persamaan upaya lestari dari kedua model

di atas melibatkan teknik non linear. Akan tetapi dengan menuliskan Ut = ht / Et,

persamaan ( 3.5 dan 3.6) dapat ditransformasikan menjadi persamaan linear

sehingga metode regresi biasa dapat digunakan untuk mengestimasi parameter

biologi dari fungsi di atas. Dalam penelitian ini teknik estimasi parameter yang

dikembangkan oleh Clarke, Yoshimoto dan Pooley (1992) atau sering dikenal

sebagai metode CYP digunakan untuk menduga parameter r, q dan K melalui

persamaan:

( ) ( ) ( ) )(

)2()ln(

)2()2(ln

22ln 11 ++ +

+−

+−

++

= tttt EEr

qUrrqK

rrU

(3.7)

Apabila )2(

2r

r+

= a , )2()2(

rr

+−

= b, dan )2( r

q+

= c

Maka persamaan (3.7) dapat ditulis dalam bentuk:

)()ln()ln(ln( 1)1 ++ +−+= tttt EEcUbqKaU (3.8)

Data produksi dan upaya yang digunakan merupakan data time series

selama dua puluh satu tahun. Menurut Fauzi (2001a) agar hasil analisa dapat

Page 58: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

39

dipercaya dan bermanfaat untuk penggunaan data time series perlu dilakukan

terlebih dahulu tes stationarity. Salah satu metoda untuk menguji apakah data

dalam kondisi stationary adalah uji Dickey Fuller dengan persamaan sebagai

berikut:

yt = αo + ρyt-1 + μt (3.9)

nilai-nilai saat ini untuk variabel yt tergantung pada nilai periode terakhir, yt+1 dan

disturbance term ut. Variabel yt akan bersifat stationary jika |ρ| < 1 dan akan

bersifat non stationary jika ρ = 1 . Dengan mengurangi kedua sisi persamaan di

atas dengan yt+1 akan dihasilkan persamaan berikut:

yt – yt+1 = αo + (ρ-1)yt-1 + μt (3.10)

Persamaan di atas akan menghasilkan persamaan regresi Dickey-Fuller sebagai

berikut:

Δyt = αo + γyt-1 + εt (3.11)

Δyt = αo + γyt-1 + α2t + εt (3.12)

dimana γ = ρ-1. Persamaan (3.11) merupakan suatu persamaan regresi dengan

sebuah konstanta dan tidak ada kecenderungan waktu, sedangkan persamaan

(3.12) konstan dan kecenderungan waktu linier. Parameter penting dalam uji

Dickey-Fuller adalah γ. Bila γ = 0 maka variabel series yt akan mengandung

suatu unit akar atau bersifat non-stationary. Hipotesis null dalam uji Dickey-

Fuller adalah γ = 0. Bila nilai absolut dari statistik-t untuk γ lebih kecil daripada

nilai-nilai kritisnya, maka hipotesis null nya tidak dapat ditolak , dimana time

seriesnya bersifat non-stationary. Sebaliknya, jika nilai absolut lebih besar

daripada nilai kritis maka hipotesis null ditolak dan time series bersifat stationary.

Dalam kondisi dimana data time series yang ada menunjukkan adanya

gejala non-stationarity, akan menimbulkan beberapa masalah ekonometrik.

Pertama asumsi stationarity yang merupakan dasar untuk melakukan regresi

time series, menjadi tidak dapat dilakukan. Kedua estimasi parameter yang

dihasilkan dari OLS menjadi tidak ada artinya (Dickey et al. 1994). Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah non-stationarity

ini. Salah satunya adalah differencing. Metode ini bagaimanapun tidaklah

merupakan solusi yang sempurna, karena menurut Gujarati (1995), dengan

melakukan differencing maka kemungkinan kita akan kehilangan hubungan long-

term yang penting diantara variabel. Sebagai contoh dalam model hubungan

Page 59: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

40

antara CPUE dan effort, hubungan dibangun dalam bentuk tingkat yang bukan

bentuk difference pertama atau kedua. Metode lain yang dapat digunakan untuk

mengatasi masalah variabel non-stationarity adalah dengan menggunakan teknik

modern yang disebut cointegration. Konsep cointegration ini secara sederhana

dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika pada data time series ditemukan adanya

variabel yang akan digunakan untuk regresi ternyata non-stationarity, maka

mungkin saja kombinasi linear dari variabel-variabel ini dapat stationer. Dengan

demikian variabel ini mungkin saja cointegrated. Variabel-variabel ini menjadi

tidak terlalu jauh satu sama lainnya. Dalam kondisi ini hasil yang diturunkan dari

estimasi OLS dapat menjadi berarti. Dalam menggunakan metode cointegration

ini, variabel yang diuji harus berada dalam order integrasi yang sama, misalnya

keduanya harus non-stationarity (Enders, 1995). Guna menghitung rente ekonomi, diperlukan data ekonomi berupa

informasi biaya dan harga per satuan unit ikan yang didaratkan yang diperoleh

melalui survei. Seluruh data ekonomi dikonversi ke nilai riil dengan

menyesuaikan nilai nominal ke indeks harga konsumen (consumer’s price index).

3.4.2 Estimasi discount rate Nilai discount rate eksploitasi sumberdaya ikan dalam penelitian ini

menggunakan real discount rate dengan pendekatan Ramsey. Teknik yang

digunakan untuk menentukan real discount rate ini adalah teknik yang

dikembangkan oleh Kulla (1984) dan telah dilakukan oleh Anna (2003). Dimana

pada dasarnya teknik yang dikembangkan oleh Kulla ini menggunakan formula

yang sama dengan formula yang digunakan Ramsey.

Real discount rate (r) Kulla didefinisikan sebagai berikut:

gr ηρ −= (3.13)

keterangan:

r = pure time preference konsumsi sumberdaya alam yang didasarkan pada

nominal discount rate

η = elastisitas pendapatan terhadap konsumsi sumberdaya ikan

g = laju pertumbuhan ekonomi karena ekstraksi sumberdaya alam

Kemudian laju pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh ekstraksi

sumberdaya ikan dihitung melalui laju konsumsi sumberdaya ikan yang didekati

Page 60: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

41

melalui PDRB perikanan. Nilai tersebut diperoleh melalui perhitungan dengan

persamaan:

ln Ct = a0 + at ln t (3.14)

keterangan:

Ct = PDRB perikanan Propinsi Sumatera Barat pada tahun ke t

Sehingga dari penurunan persamaan di atas dapat diperoleh nilai elastisitas

konsumsi sumberdaya ikan, yaitu:

t

Ca t

t lnln∂∂

= (3.15)

dimana dengan penyederhanaan matematis dapat ditulis sebagai berikut:

gtt

CC

=ΔΔ

(3.16)

Selanjutnya dengan mengikuti teknik yang dilakukan Brent yang diacu dalam

Anna (2003), dengan menggunakan standar elastisitas pendapatan terhadap

konsumsi sumberdaya alam sebesar 1, dan ρ menggunakan nilai market

discount rate dari Ramsey sebesar 15% maka diperoleh nilai real discount rate

sebagai berikut:

r = market discount rate – 1 (g) (3.17)

3.4.3 Analisis laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan Ekstraksi sumberdaya ikan akan menyebabkan terjadinya degradasi dan

penurunan kualitas dan kuantitas dari sumberdaya ikan tersebut. Dengan

diperolehnya hasil tangkapan aktual dan lestari dapat diketahui laju degradasi

sumberdaya ikan sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan oleh Anna

(2003) dengan rumus:

hahs

e+=

1

1φ (3.18)

keterangan:

φ = laju degradasi

ha = hasil tangkapan aktual

hs = hasil tangkapan lestari

Selanjutnya untuk mengetahui nilai moneter dari penurunan kualitas

sumberdaya ikan dilakukan penilaian depresiasi dengan metode present value,

Page 61: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

42

dimana seluruh rente yang akan datang yang diharapkan dihasilkan dari

sumberdaya ikan dihitung dengan nilai masa sekarang. Jika diansumsikan

bahwa kurva permintaan bersifat elastis, maka rente sumberdaya ikan dihitung

berdasarkan persamaan berikut (Fauzi & Anna 2005):

tttttt cEhUcEhbha −=−−= )()(π (3.19)

keterangan:

πt = rente sumberdaya ikan

Εt = tingkat upaya

ct = biaya per unit upaya

t = periode waktu

U(h) = utilitas (manfaat) yang dihasilkan dari sumberdaya perikanan

ht = tangkapan lestari

Selanjutnya jika diansumsikan bahwa per unit input adalah konstan, present

value dari rente perikanan pada periode tidak terbatas (t=0 sampai tak terhingga)

adalah sebagai berikut:

δπ t

tV = (3.20)

δ = nilai discount rate, dimana dalam penelitian ini digunakan dua discount rate

yaitu real discount rate dan market discount rate.

Perubahan present value dari sumberdaya antara periode (t-1) dan (t), Vt – Vt-1,

menyebabkan nilai bersih perubahan dalam stok sumberdaya terdepresiasi

sebagai berikut:

δππ 1

1(

)( −−

−=− tt

tt VV (3.21)

dimana:

δρ ,,),(,( tttttt cEHHVV = dan

),,(),(,( 111111 δρ −−−−−− = tttttt cEHHVV

3.4.4 Pengelolaan sumberdaya Secara Optimal Sumberdaya ikan akan tetap lestari apabila eksploitasinya dilakukan pada

tiingkat yang optimal. Eksploitasi optimal dari sumberdaya perikanan sepanjang

waktu dapat diketahui melalui pendekatan teori kapital ekonomi sumberdaya

Page 62: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

43

yang dikembangkan oleh Clark dan Munro (1975) yang diacu dalam Fauzi dan

Anna (2005), dimana manfaat sumberdaya perikanan sepanjang waktu adalah

sebagai berikut:

dtexh tt

tt

δπ −∞

=∫ ),(max

0 (3.22)

dengan kendala:

tt hxFxtx

−==∂∂ )(

.

tE( . )tx

max0 hht ≤≤

max0 EEt ≤≤

Kemudian dengan memberlakukan Pontryagin Maximum Priciple dan

mendefinisikan current value Hamiltonian sebagai:

)),()((),( ExhxFhxH −+= μπ (3.23)

dimana adalah current value shadow price, akan diperoleh Modified

Golden Rule sebagai berikut:

λμ δte−=

δππ

=∂∂∂∂

+∂∂

hhxxhx

xF

/),(/),(

(3.24)

keterangan:

=)(xF pertumbuhan alami dari stok ikan

xhx

∂∂ ),(π

= rente marjinal akibat perubahan biomas

hhx

∂∂ ),(π

= rente marjinal akibat perubahan produksi

Dengan memasukkan fungsi biologi Gompertz, diperoleh nilai optimal dari

sumberdaya perikanan melalui persamaan berikut:

0)()/ln()/ln( =−

−+− δ

cpqxxxkcxrxkr (3.25)

Hasil persamaan di atas menghasilkan tingkat biomas atau ∗x yang optimal

sehingga dapat diketahui tingkat tangkapan dan upaya yang optimal. Sehingga

dapat diketahui rente sumberdaya perikanan yang merupakan hasil dari

Page 63: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

44

perkalian antara harga produk ikan dengan tangkapan optimal dikurangi biaya

dari tingkat upaya yang optimal atau:

∗−∗∗= ttttt cEHHp )(π (3.26)

3.4.5 Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan

Untuk mengetahui keseimbangan dalam akses terbuka (open access)

dan terkendali dilakukan dengan pendekatan bioekonomi statik yang pendekatan

analitiknya diacu dari Fauzi (2004), dengan menggunakan parameter biologi r,q,

K dan parameter ekonomi yang telah diperoleh sebelumnya.

Dengan asumsi sistem dalam kondisi keseimbangan dimana , maka

rente ekonomi lestari didefinisikan sebagai fungsi dari biomas dalam bentuk:

)(xFh =

)()()()( xFqxcp

qxxcFxFx ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=−= ρρ (3.27)

dengan menggunakan model pertumbuhan logistik, rente ekonomi lestari dapat

ditulis menjadi:

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

Kxrx

qxcpx 1)(ρ (3.28)

sehingga maksimasi keuntungan statik diperoleh dengan menurunkan

persamaan di atas terhadap x, sehingga diperoleh:

021)(=+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −=

∂∂

qKcr

Kxpr

xxρ

(3.29)

persamaan di atas dapat dipecahkan untuk menentukan tingkat biomas yang

optimal, yaitu:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+=∗

pqKcKx 1

2 (3.30)

dengan mengetahui nilai biomas optimal tersebut dapat diperoleh hasil

tangkapan dan upaya yang optimal yaitu:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+=∗

pqKc

pqKcrKh 11

4 (3.31)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=∗

pqKc

qrE 1

2 (3.32)

Page 64: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

45

pqcxoa = (3.34)

hasil tangkapan dan upaya yang optimal pada kondisi akses terbuka adalah:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −==

pqKc

pqrc

KxoarxoaxoaFhoa 11)( (3.35)

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

pqKc

qrEoa 1 (3.36)

Selanjutnya untuk hasil tangkapan, upaya dan biomas serta rente yang optimal

pada rezim Maximum Sustainable Yield (MSY) berdasarkan rumus dari Tinungki

(2005) yaitu:

4MSY

rKh = (3.37)

2MSYrEq

= (3.38)

MSYhx

qK= (3.39)

* *MSY MSY MSYp h c Eπ = − (3.40)

3.4.5 Analisis kesejahteraan produsen Eksploitasi sumberdaya ikan diharapkan memberikan dampak yang positif

untuk meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha dan pengelola

sumberdaya. Untuk melihat sampai sejauhmana dampak kegiatan usaha

penangkapan terhadap kesejahteraan para pelaku usaha (nelayan) maka

dilakukan perhitungan surplus produsen.

Metode Analisis surplus produsen mengikuti seperti yang dilakukan oleh

Fauzi dan Anna (2005). Dimana dengan pendekatan numerik memerlukan kurva

suplai dari sumberdaya perikanan dilakukan dengan persamaan suplai perikanan

sebagai berikut:

24

2αβα +−±

=h

cS (3.41)

Page 65: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

46

keterangan: c = biaya per unit effort, h = hasil tangkapan lestari, α dan β adalah

koefisien biofisik. Dengan mengetahui kurva penawaran tersebut di atas, surplus

produsen didefinisikan sebagai berikut:

dhh

chpPSh

∫+−+

−=0

0200

4

2

αβα (3.42)

Integral dari persamaan di atas menghasilkan bilangan yang kompleks,

pemecahan integral dilakukan secara analitik dengan program MAPLE. Hasil

integrasi dari persamaan di atas menghasilkan surplus produsen yang eksplisit

sebagai berikut:

0

00

0

2

0

2

0

2

00

4ln(21

)4ln(21

4)ln(21

h

hh

hc

hcchchpPS

βαβαα

β

αβαα

βαβ

βα

+−+−

+−+

⎟⎟

⎜⎜

⎛ +−+−=

(3.43)

3.4.6 Analisis kapasitas perikanan tangkap

Kapasitas perikanan tangkap dianalisis dengan menggunakan alat analisis

Data Envelopment Analysis (DEA). Pendekatan yang berorientasi pada output

dan input yang pertama kali dikembangkan oleh Charnes et al. (1978) atau

dikenal sebagai CCR. Selanjutnya dikembangkan oleh Kirkley et al. (1998,

2003), Fare et al. (2000) dan Lindebo et al. (2002). Model yang digunakan

dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Fare et al. (2000)

dan Lindebo et al. (2002) serta Kirkley et al.(2003).

Mengukur teknik efisiensi (Technical Efficiency) Input Oriented Technical Efficiency Pengukuran efisiensi dapat dilakukan berdasarkan pendekatan input

dan output.

Model DEA untuk input-oriented technical efficiency adalah:

Min λ

λ,z

Page 66: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

47

Jjz

Nnxxz

Mmuzu

j

jnjn

J

jj

jm

J

Jjjm

,...,2,1,0

,...,2,1,

,...,2,1,

1

1

=≥

=≤

=≤

=

=

λ

keterangan:

λ = ukuran efisiensi yang dihitung untuk masing-masing DMU j

ujm = jumlah output m yang diproduksi oleh untuk masing- masing DMU j

xjn = jumlah input n yang digunakan oleh DMU j

zj = variabel intensitas untuk DMU j

Nilai λ=1.0 berarti bahwa suatu perusahaan atau unit usaha digambarkan efisien,

pada saat λ < 1.0 berarti suatu unit usaha tidak efisien, contohnya bila λ = 0.8

berarti bahwa unit usaha dapat mengurangi inputnya sebesar 20% untuk

memproduksi tingkat output yang sama (Walden & Kirkley 2000a)

Output Oriented Technical Efficiency

Model DEA untuk Output Oriented Technical Efficiency

Max θ

θ,z

dengan kendala:

Jjz

Nnxxz

Mmuzu

j

jnjn

J

jj

jm

J

jjjm

,...,2,1,0

,...,2,1,

,...,2,1,

1

1

−≥

=≤

=≤

=

=

θ

keterangan:

θ = ukuran output TE

ujm = jumlah output m yang diproduksi oleh DMU j

xjn = Jumlah input yang digunakan oleh DMU j

zj = intensitas variabel untuk DMU j Apabila nilai θ = 1.0 berarti bahwa DMU efisien, bila nilai θ >1.0 diindikasikan

bahwa DMU tidak efisien, contohnya bila θ = 1.25 berarti DMU masih

Page 67: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

48

memungkinkan untuk meningkatkan output sebesar 25% dengan tingkat input

yang sama (Walden & Kirkley 2000a).

Mengukur kapasitas Pengukuran kapasitas dengan orientasi output menggunakan model

matematika dari Fare et al. (1994) sebagai berikut:

Max θ

θ,z,λ

dengan kendala:

xjn

j

xjnjnjn

J

jj

xjnjn

J

jj

jm

J

jjjm

Vn

Jjz

Vnxxz

Fnxxz

Mmuzu

∈≥

=≥

∈=

∈≤

=≤

=

=

=

,0

,...,2,1,0

,,

,,

,,...,2,1,

1

1

1

λ

χ

θ

keterangan:

θ = ukuran kapasitas

= jumlah output m yang diproduksi oleh DMU j jmu

= jumlah input n yang digunakan oleh DMU j jnx

= input faktor tetap xFn∈

= input faktor tidak tetap (variabel) xVn∈

jnλ = tingkat penggunaan input dari input variabel n oleh

DMU j

jz = intensitas variabel untuk DMU j

Input tetap (fixed input) terdiri dari ukuran fisik/spesifikasi dari kapal seperti

berat kapal (tonnage), panjang kapal ( length) dan kekuatan mesin (engine

power) sedangkan input tidak tetap (variable inputs) terdiri dari jumlah awak

kapal (crew) dan jumlah melaut (trip) atau jumlah hari melaut (day at sea).

Kapasitas output ditentukan dengan mengalikan efisiensi yang diukur (θ) dengan

output observasi. Selanjutnya untuk kapasitas yang digunakan (capacity

Page 68: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

49

utilization) pada umumnya mengacu kepada proporsi dari kapasitas potensial

yang digunakan dan diukur sebagai rasio antara output aktual dengan kapasitas

output (Kirkley & Squires 1999). Menurut Fare et al. (1989), CU diukur sebagai

rasio output TE dengan kapasitas output. Rasio ini mengoreksi bias yang dapat

muncul karena output aktual kemungkinan diproduksi secara inefisien.

3.4.6.3 Modifikasi DEA Formulasi DEA di atas merupakan pengukuran dari aspek teknis atau

ukuran non moneter dari efisiensi dan kapasitas. Dengan melakukan modifikasi

terhadap DEA yaitu dengan menggabungkan antara DEA dengan cost benefit

analysis (CBA) yang dikenal dengan model DEA-CBA dapat diukur efisiensi

moneter, sebagaimana model yang dikembangkan oleh: Cooper et al. (1999)

yang diacu Fauzi dan Anna (2003). Dengan data harga dan biaya , model DEA-

CBA dapat ditulis sebagai:

=

+

=∑∑ + i

m

iir

s

rr scsp

11max

dengan kendala:

+

=

−= ∑ rj

n

jrjro syy λ

1sr ,...,1=

=

+= ∑ ij

n

jijio sxx λ

1mi ,...1=

−+≤ irj ss ,,0 λ rji ,,∀

dengan mendefinisikan:

iioi

rorr

xxs

yys

−=

−=−

+

maka persamaan di atas dapat dimodifikasi sebagai:

⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛−−⎟

⎞⎜⎝

⎛− ∑ ∑∑ ∑

= == =

s

r

m

iioirori

s

r

m

iirr xcypxcyp

1 11 1max

dengan kendala:

Page 69: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

50

+

=

−= ∑ rj

n

jrjro syy λ

1sr ,...,1=

=

+= ∑ ij

n

jijio sxx λ

1mi ,...1=

−+≤ irj ss ,,0 λ rji ,,∀

3.5 Pemetaaan Proses Penelitian Seluruh proses penelitian dapat dipetakan dalam suatu diagram

sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 8. Penelitian ini dilakukan berdasarkan

prinsip-prinsip input, proses dan output. Input penelitian berupa tujuan yang

diuraikan dalam beberapa tujuan khusus dan kaitannya dengan data yang

dibutuhkan. Data yang dibutuhkan berupa data urut waktu (time series), cross

section, dan data yang bersifat endogenous yang merupakan interaksi antara

data urut waktu dan cross section. Data diperoleh melalui instansi terkait dan

wawancara langsung di lapangan dengan responden yang terkait. Selanjutnya

dilakukan proses analisis data dengan beberapa pendekatan seperti produksi

surplus, CYP, cope eye ball dan data envelopment analysis. Masing-masing

metode ini akan menghasilkan beberapa kajian seperti estimasi parameter,

tingkat produksi lestari dan optimal, laju degradasi dan depresiasi, efisiensi,

kapasitas optimal dan lain-lain.

Page 70: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

51

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS

JENIS DATA METODE KELUARAN

Menganalisis kapasitas perikanan antar waktu dan antar alat tangkap dan dampaknya terhadap pengelolaan perikanan yang berkelanjutan

Menentukan tingkat degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan

Time series catch, effort, biaya,harga,IHK,PDRB

Endogenous, spesifikasi teknis alat tangkap, catch, effort

Endogenous, biaya, harga,discount rate

Produksi surplus,CYP,copes eye ball

Analisis degradasi dan depresiasi

Data envelopment analysis (DEA)

Menganalisis dan merekomen dasikan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan

Melakukan analisis komparatif pemanfaatan sumberdaya ikan secara bioekonomi dan empiris (aktual)

Data envelopment analysis (DEA)

Diperolehnya suatu hasil analisis tentang pengelolaan perikanan tangkap yang dapat dijadikan acuan untuk kebijakan perikanan tangkap yang berkelanjutan

Menganalisis dampak kapasitas perikanan terhadap kesejahteraan nelayan

Surplus produsen endogenous

Gambar 8 Pemetaan proses penelitian.

Page 71: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

52

4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Karakteristik Geofisik

Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0°54’ LU dan 3°30’ LS serta

98°36’ - 101°53’ BT memiliki luas daerah sekitar 42 200 km2 atau setara dengan

2,17% dari luas Republik Indonesia. Berdasarkan letak geografis tersebut ada

suatu daerah tepat dilalui garis khatulistiwa yakni di Kecamatan Bonjol

Kabupaten Pasaman. Karena pengaruh letak tersebut Provinsi Sumatera Barat

tergolong beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi.

Dampaknya terjadi 2 musim yaitu musim penghujan sekitar bulan November

sampai Maret dan musim kemarau pada bulan Juni sampai September. Provinsi

Sumatera Barat terletak diantara pebukitan dan daerah perairan Samudera

Hindia dengan kelembaban yang tinggi yang menyebabkan tidak adanya suhu

yang ekstrim. Berdasarkan data terakhir (2004) suhu maksimum mencapai

32oC dan suhu terendah 22oC. Berdasarkan data kelembaban selama 5 tahun

terakhir (2000 - 2004) yang berasal dari BMG Tabing, Sumbar, diketahui

kelembaban udara tertinggi 85%.

Iklim di pesisir pantai barat Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh

Samudera Hindia yang dicirikan oleh adanya angin muson dan curah hujan yang

tinggi, sekitar 2 800– 4 480 mm/tahun (BMG, 1999-2001). Gelombang dan arus

dari Samudera Hindia mempengaruhi pantai Sumatera Barat mengakibatkan

beberapa daerah di pesisir terkena abrasi. Di perairan Barat Sumatera termasuk

pantai Sumatera Barat tipe pasang surut yang ditemui mirip dengan tipe pasang

surut Samudera Hindia, yaitu tipe campuran yang didominasi pasang surut

Ganda (Pariwono 1985). Pengaruh pasang surut dari Lautan Hindia ini

diperkirakan menyusup memasuki perairan teritorial Barat Sumatera melalui

Kepulauan Mentawai. Karena kondisi geografis perairan Sumatera Barat yang

mempunyai kedalaman dengan gradien perubahan yang curam maka pasang

surut yang merambat sangat didominasi oleh pasang surut tipe ganda. Keadaan

ini berbeda dengan keadaan di perairan nusantara lainnya yang umumnya

bersifat ganda dan tunggal.

Angin musim barat dan timur di perairan Sumatera Barat berkekuatan rata-

rata 9-11 knot bertiup ke arah tenggara (hampir sejajar dengan garis pantai

Page 72: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

53

Padang) dan rata-rata 8 knot dengan pola berubah-ubah namun arah

dominannya hampir tegak lurus garis pantai. Lemahnya kecepatan angin timur

disebabkan karena arah angin musim timur telah mengalami pembelokan arah

akibat gaya coriolis pada saat ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) yang

berada di bagian selatan khatulistiwa.

Sebagaimana halnya suatu daerah dengan iklim tropis basah dan memiliki

bulan kering yang sangat pendek Sumatera Barat memiliki intensitas curah hujan

selama lima tahun terakhir (1998-2002), berkisar antara 3 821.0 mm sampai 5

723.0 mm dengan curah hujan rata-rata per tahun 376.14 mm. Jika mengacu

klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson serta Mahr, maka iklim Sumatera Barat

secara keseluruhan adalah Tipe A dan WB dengan jumlah bulan basah lebih dari

9 bulan.

4.2. Keragaan Potensi Sumberdaya Ikan Dari 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, ada dua kota dan lima

Kabupaten yang mempunyai wilayah pesisir dan laut, masing-masing daerah

tersebut adalah : Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang

Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat dan

Kabupaten Mentawai. Total luas perairan laut Sumatera Barat adalah 186

580.00 Km2 dengan luas perairan teritorial 57 880.00 Km2, 128 700.00 Km2

perairan ZEE serta memiliki panjang garis pantai 2 420.38 Km dengan rincian

sepanjang 375 km merupakan panjang garis pantai dari Air Bangis Kabupaten

Pasaman Barat sampai ke daerah Silaut Kabupaten Pesisir Selatan dan

selebihnya adalah garis pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Luas

perairan laut Sumatera Barat melebihi dua pertiga dari luas daratan yang

dimiliki.

Potensi sumberdaya kelautan dan pesisir di Sumatera Barat sangat kaya

dan beragam. Sumberdaya tersebut ada yang dapat diperbaharui (renewable

resources) seperti sumberdaya perikanan (perikanan tangkap, budidaya, industri

pengolahan dan bioteknologi, mangrove), energi gelombang, pasang surut, angin

dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); dan ada juga yang tidak dapat

diperbaharui (non-renewable resources) seperti sumberdaya minyak dan gas

bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya tersebut, juga

terdapat berbagai jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk

pembangunan pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan dan sebagainya.

Page 73: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

54

Tabel 2 Panjang garis pantai dan jumlah pulau kecil per Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

Pulau-Pulau Kecil No Kab/Kota

Daratan Sumatera Garis Pantai

(Km) Jumlah Total garis

pantai(Km) 1 Pasaman 135.40 7.55 5 142.95 2 Agam 36.97 1.49 2 38.47 3 Pd Pariaman 58.19 4.14 6 62.33 4 Padang 76.05 23.58 19 99.63 5 Pesisir Selatan 234.20 44.00 20 278.20 6 Mentawai - 1 798.80 323 1 798.80 Jumlah 540.81 1 879.57 375 2 420.38

Sumber CRITC Sumatera Barat ( 2000)

Berdasarkan hasil konvensi dari evaluasi potensi sumberdaya ikan laut

tahun 1997 yang dilaksanakan oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok

Sumberdaya Ikan, maka potensi lestari (MSY) perikanan laut Sumatera Barat +

289 936 ton/tahun (Propeda Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera

Barat Tahun 2001 – 2005) yang tersebar di perairan pantai sampai Zona

Ekonomi Ekslusif (ZEE).

4.3. Perkembangan Perikanan Tangkap di Propinsi Sumatera Barat Produksi perikanan tangkap di propinsi Sumatera Barat terdiri dari ikan

pelagis kecil seperti kembung (Rastrelliger sp.), layang (Decapterus sp.), selar

(selar sp.), lemuru (Sardinella longiceps), tetengkek (Megalaspis cordyla),

layaran (Istiopurus plepterus), tembang (Sardinella fimbriata) dan teri

(Stolephorus sp.), ikan pelagis besar terdiri dari ikan tuna (Thunnus sp.),

cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan tenggiri

(Scomberomurus sp.) serta ikan-ikan demersal dan ikan karang seperti kakap

merah (Lates calcariper), kerapu (Ephynephelus sp.), kuwe (Caranx sp.),

manyung (Tachysurus sp.) , bambangan (Lutjanus sp.), gerot-gerot (Pomadasys

sp.), kurisi (Nemipterus spp.), beloso (Synodontidae), layur (Trichioridae), ikan

sebelah (Psettodidae), lidah (Cynoglossus spp.), peperek (Leiognathidae),

swangi (Priacanthus spp.), pari (Trigonidae), bawal hitam (Formio niger) dan

bawal putih (Pampus argenteus), serta jenis udang-udangan seperti udang putih

(Penaeus merguiensis), udang windu (Penaeus monodon), udang dogol

(Metapenaeus spp.), udang lobster/barong (Panulirus sp.). Sebagai gambaran,

musim penangkapan yang terbanyak terjadi pada bulan Januari dan April-Mei

Page 74: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

55

serta puncak musim penangkapan terjadi pada bulan Nopember – Desember

(Merta et al., 1998).

Dari keseluruhan hasil tangkapan ikan, yang paling banyak didominasi oleh

ikan pelagis terutama pelagis kecil. Hal ini disebabkan sebagian besar nelayan

yang berada di Sumatera Barat melakukan penangkapan di perairan dekat

pantai, dimana kecenderungan ikan pelagis kecil umumnya berada di perairan

pantai. Perkembangan hasil tangkapan ikan dari tahun 1984 s/d 2004 dapat

dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 9.

Tabel 3 Perkembangan hasil tangkapan ikan di Provinsi Sumatera Barat tahun 1984– 2004

Hasil tangkapan ikan (ton) Tahun Pelagis kecil

Pelagis besar

Demersal +karang

Udang +bin.lunak

Jumlah

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

9 784.60 9 965.30

13 249.30 16 847.90 18 416.20 23 106.30 24 439.35 26 447.50 23 869.60 19 793.40 27 214.30 26 194.10 26 532.00 30 085.80 31 535.80 33 831.60 33 284.80 32 993.40 24 672.50 30 162.00 28 660.79

14 878.7414 931.4016 475.0617 216.3823 504.0019 575.8620 690.4722 064.4225 679.4430 964.6035 722.4834 454.9040 467.9043 750.3150 514.3045 413.7048 862.7849 126.8645 876.3039 791.7034 716.84

4 293.562 817.604 476.744 360.621 561.205 882.246 211.815 915.789 142.36

13 657.206 310.82

10 103.4010 682.7011 981.8911 689.50

9 908.2110 116.9211 834.9411 334.4018 373.5030 610.78

540.50563.90703.50820.20

1 209.801 647.101 687.73

984.201 098.201 239.201 605.303 025.002 501.402 652.002 834.002 972.003 315.806 924.403 861.805 585.308 379.60

29 497.40 28 278.20 34 904.60 39 245.10 44 691.20 50 211.50 53 029.36 55 411.90 59 789.60 65 658.70 70 852.90 73 777.40 80 184.00 88 470.10 96 573.60 92 125.60 95 580.30

100 879.60 85 745.00 98 441.00

102 368.00

Sumber: Diskan/DKP Sumbar (1985-2005)

Page 75: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

56

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(ton

)

Pel.besar Pel.kecil demersal+karang udang+bin.lunak Prod.total

Gambar 9 Perkembangan hasil tangkapan ikan laut di perairan

Sumatera Barat tahun 1984 – 2004.

Nelayan yang menangkap ikan terdiri dari nelayan penuh dan sambilan

utama, jumlah nelayan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Jumlah nelayan menurut wilayah kabupaten dan kota keadaan tahun 2004

seperti pada Tabel 4. Sedangkan perkembangan jumlah nelayan selama 10

tahun terakhir seperti pada Tabel 5 dan Gambar 10.

Tabel 4 Jumlah nelayan di wilayah Kabupaten/Kota Pesisir Provinsi Sumatera Barat tahun 2004

Nelayan

No. Kabupaten/Kota Penuh Sambilan

Jumlah

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pasaman Barat

Agam

Padang Pariaman

Pariaman

Padang

Pesisir Selatan

Kepulauan Mentawai

3 662

2 176

5 305

700

4 887

6 332

1 225

1 775

714

2 160

293

1 669

2 020

1 102

5 437

2 890

7 465

993

6 556

8 352

2 327

Jumlah 24 287 9 733 34.020

Sumber : BPS Sumbar (2004)

Page 76: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

57

Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan perikanan tangkap tahun 1995 – 2004

Jumlah Nelayan (orang) Tahun

Penuh Sambilan utama Jumlah

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

23 316 24 606 24 249 24 106 24 283 24 373 25 843 23 258 24 284 24 287

8 579 8 114 8 591 8 575 8 052 7 994 6 549 8 389 7 937 9 733

31 895 32 720 32 840 32 681 32 335 32 367 32 392 31 647 32 221 34 020

Sumber: Diskan/DKP Sumbar (1985-2005)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

jum

lah

nela

yan

(ora

ng)

Nelayan Penuh Sambilan Utama total nelayan

Gambar 10 Perkembangan nelayan perikanan tangkap tahun 1995-2004.

4.4. Armada dan Alat Tangkap yang digunakan

Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan di Provinsi

Sumatera Barat terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan

kapal motor. Alat tangkap pancing tonda, pancing rawai. Pukat cincin

pada umumnya menggunakan kapal motor, sedangkan untuk alat tangkap

jenis jaring masih banyak yang menggunakan perahu tanpa motor dan

motor tempel. Keragaan armada penangkapan ikan di Provinsi Sumatera

Page 77: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

58

Barat selama 10 (sepuluh) tahun dari tahun 1995 -2004 seperti pada

Tabel 6 dan Gambar 11. Tabel 6 Keragaan alokasi jumlah dan jenis armada kapal perikanan

Sumatera Barat selama 10 tahun 1995 – 2004

ALOKASI JUMLAH ARMADA PERIKANAN DALAM TAHUN Kategori perahu/ kapal

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Perahu Tanpa Motor

3 733 4 253 4 290 4 294 4 388 4 399 5 132 4 718 4 448 4 005

Motor Tempel 1 474 1 425 1 625 1 754 1 736 1 696 1 657 1 363 1 671 1 551

Kapal Motor 1 033 1 118 1 302 1 291 1 397 1 431 1 577 1 542 1 406 1 341

< 5 GT 777 867 640 547 672 540 392 619 421 389

5 – 10 GT 159 176 352 545 523 786 917 311 878 781

10 – 20 Gt 69 68 110 190 169 99 268 287 107 110

20 – 30 GT 3 3 10 5 31 6 - 61

30 – 50 GT 5 4 10 4 2 - -

> 50 GT 0 0 0 0 - - -

Jumlah 6 220 6 796 7 217 7 339 7 521 7 526 8 366 7 623 7 525 6 897

Sumber: Diskan/DKP Sumbar (1996-2005)

0100020003000400050006000700080009000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Jum

lah

Arm

ada

(uni

t)

P.tanpa motor Perahu Motor tempel Kapal Motor Jumlah

Gambar 11 Perkembangan armada perikanan tangkap dari tahun 1995 s/d 2004.

Dilihat dari jenis dan ukuran armada perikanan yang digunakan oleh pelaku

usaha perikanan pada umumnya masih didominasi oleh perahu tanpa motor

59.65%, setelah itu perahu motor tempel 20.20% dan kapal motor 20.15%. Alat

tangkap yang digunakan oleh para nelayan di Sumatera Barat beraneka ragam

Page 78: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

59

sesuai dengan jenis ikan yang dijadikan sasaran penangkapannya. Jenis alat

tangkap antara lain: pancing tonda (troll line), pancing rawai (set long line),

pancing ulur (hand line), pukat pantai/tepi (beach seine), dogol (danish seine),

payang (seine net), pukat cincin (purse seine), jaring insang hanyut (drift gillnet),

jaring insang tetap (fixed gillnet), trammel net, jaring klitik (shrimp gillnet), jaring

insang lingkar (encircling gillnet), bagan perahu (boat lift net), serok (scoop nets)

dan lain-lain. Di antara alat tangkap yang ada yang memiliki produktivitas lebih

tinggi adalah pukat cincin (purse seine). Sesuai dengan sifat perairan tropis

yang memiliki beraneka jenis ikan (multi species) hampir semua jenis ikan dapat

ditangkap oleh jenis alat tangkap yang ada, akan tetapi terdapat jenis ikan

tertentu yang menjadi target utama masing-masing alat tangkap. Ikan pelagis

kecil pada umumnya ditangkap menggunakan alat tangkap bagan, serok,

payang, jaring insang hanyut dan pukat cincin. Sedangkan sumberdaya pelagis

besar ditangkap menggunakan alat tangkap pancing tonda, pancing rawai dan

pukat cincin. Untuk menangkap ikan demersal dan ikan karang pada umumnya

menggunakan pancing rawai, trammel net dan jaring insang tetap. Udang-

udangan menggunakan pukat udang, trammel net, dogol dan jaring klitik.

Perkembangan jumlah alat tangkap selama 10 tahun terakhir (1995 s/d 2004)

seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Keragaan alokasi komposisi jumlah unit penangkapan ikan Sumatera Barat dari Tahun 1995 – 2004

ALOKASI JUMLAH KOMPOSISI UNIT PENANGKAPAN IKAN PER TAHUN Jenis dan Ukuran Kapal

Perikanan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Payang 928 926 884 726 711 922 1 725 1 825 1 007 1 062 Dogol 1.074 972 974 866 742 630 265 464 326 444 Pukat Pantai 348 390 448 628 453 491 376 466 489 505 Pukat Cincin 18 18 22 22 15 15 13 15 15 15 Jaring Insang 886 766 675 986 1 439 1.518 1 080 1 233 1 826 1 154 Jaring Lingkar 251 111 262 386 102 215 425 244 244 244 Jaring Klitik 595 422 307 868 411 407 31 117 Jaring Insang Tetap

480 376 276 514 684 792 2 626 1 359 1 222 1 293

Bagan Perahu Rakit

929 1 014 1 181 872 868 931 1 117 977 828 836

Serok 73 106 122 117 121 107 416 424 65 65 Rawai Tetap 223 152 98 158 41 104 34 184 142 268 Tonda 1 205 1 087 1 333 875 1 062 972 1 403 1 111 601 602 Pancing Ulur 1 201 1 015 990 1 187 1 500 1 452 2 893 2 986 2 786 3 653

Sumber: Diskan/DKP Sumbar (1996-2005) Dari beberapa jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Provinsi

Sumatera Barat, yang dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah alat tangkap

Page 79: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

60

payang, bagan, pancing tonda dan pukat cincin (mini purse seine), hal ini dengan

pertimbangan bahwa alat tangkap tersebut banyak digunakan oleh para nelayan

dan memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil tangkapan nelayan, hal ini

dapat dilihat pada Gambar 12 baik kontribusinya terhadap hasil tangkapan ikan

pelagis maupun hasil tangkapan total.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Prod

uksi

(ton

)

payang pukat cincin bagan tonda pelagis total produksi

Gambar 12 Perkembangan hasil tangkapan ikan oleh beberapa jenis alat tangkap. 4.4.1. Pancing tonda

Tonda merupakan alat tangkap jenis pancing, armada panangkapan yang

digunakan merupakan kapal motor dengan menggunakan mesin berkekuatan 16

– 45 pk, dan panjang kapal berkisar antara 9 – 13 meter. Tenaga kerja atau

anak buah kapal yang dibutuhkan untuk 1 unit kapal tonda sebanyak 3 – 5 orang.

Daerah pengoperasian untuk pancing tonda adalah di atas 12 mil laut, 1 trip

penangkapan ikan membutuhkan waktu 7 – 15 hari, sehingga jumlah trip

penangkapan untuk pancing tonda setiap bulannya adalah 2 – 4 kali. Rata-rata

hasil tangkapan dengan pancing tonda adalah 1 ton per trip dengan jenis ikan

antara lain: cakalang, tuna, tongkol, tenggiri, lemadang dan sunglir.

Biaya operasional yang dibutuhkan per trip berkisar antara Rp. 1 juta – Rp.

3 juta tergantung lamanya hari trip, lokasi penangkapan dan daya mesin

penggerak yang digunakan serta jumlah anak buah kapal (ABK). Hasil

Page 80: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

61

tangkapan dari alat tangkap pancing tonda di daratkan dan dijual di tempat-

tempat pendaratan ikan.

4.4.2 Alat tangkap payang Payang termasuk jenis alat tangkap pukat kantong. Bentuk alat tangkap ini

menyerupai trawl, memiliki sepasang sayap dan bagian yang berbentuk kantong

dioperasikan di permukaan maupun dasar perairan untuk menangkap jenis-jenis

ikan pelagis dan demersal. Prinsip dasar pengoperasiannya adalah ikan

tangkapan yang terkumpul di dalam kantong ditarik ke arah perahu. Ukuran ikan

yang tertangkap oleh pukat kantong sangat bervariasi mulai dari ikan yang

berukuran kecil hingga besar. Selektivitas alat tangkap ini sangat tergantung dari

ukuran mata jaring yang digunakan pada bagian sayap maupun pada bagian

kantong jaring. Alat tangkap payang ini digunakan oleh nelayan hampir di

sepanjang wilayah pesisir Provinsi Sumatera Barat.

Alat tangkap payang dioperasikan menggunakan perahu motor tempel

dengan mesin 40 PK berukuran 2 – 3 GT dengan panjang perahu rata-rata 12

meter. Operasi penangkapan bersifat harian (1 trip = 1 hari), operasi

penangkapan dilakukan mulai jam 6 pagi sampai jam 12 siang. Jumlah trip per

bulan rata-rata 24 kali karena pada umumnya hari Jumat nelayan tidak melaut.

Satu unit armada payang membutuhkan anak buah kapal (ABK) sebanyak 10 –

12 orang.

Jenis ikan yang tertangkap menggunakan alat tangkap payang antara lain:

Tongkol, bawal, cakalang, kembung dan teri. Jumlah ikan yang tertangkap

setiap melakukan operasi penangkapan ikan berkisar antara 50 kg – 1000 kg

dan rata-rata 300 kg/trip. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk satu trip

penangkapan ikan rata-rata Rp. 220.000,-.

4.4.3 Alat tangkap bagan Bagan merupakan alat tangkap yang termasuk jenis jaring angkat (lift net).

Prinsip dasar dari alat tangkap ini adalah memikat ikan dengan bantuan cahaya

sehingga ikan-ikan tertarik dan berkumpul di atas wilayah cakupan jaring. Ikan-

ikan yang telah terkumpul di atas jaring akan tertangkap pada saat jaring di

angkat dari kolom air ke atas permukaan air.

Alat tangkap bagan pada umumnya dioperasikan menggunakan kapal

motor, dengan tonnase berkisar antara 5 – 30 GT, menggunakan mesin

Page 81: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

62

penggerak dengan kekuatan 33 – 120 PK. Satu unit armada penangkapan ikan

membutuhkan anak buah kapal (ABK) sebanyak 8 – 12 orang. Adapun jenis –

jenis ikan yang menjadi target penangkapan adalah ikan-ikan pelagis kecil yang

memiliki sifat pototaxis. Alat tangkap bagan hampir terdapat di sepanjang

wilayah pesisir mulai dari kabupaten Pesisir Selatan sampai ke Air Bangis

Kabupaten Pasaman Barat. Hasil tangkapan per trip 5 – 50 keranjang, dimana

berat ikan per keranjangnya 25 kg. 1 trip membutuhkan waktu 1 hari dan jumlah

trip dalam 1 bulan 22 hari. Hal ini disebabkan pada hari terang bulan, nelayan

tidak melaut.

Pada umumnya penangkapan ikan dengan kapal bagan dilakukan di

daerah pantai sampai sejauh 4 mil laut. Tetapi akhir-akhir ini dengan telah

semakin berkembangnya bagan dan digunakannya mesin penggerak yang lebih

besar, maka nelayan telah melakukan operasi penangkapan jauh ke tengah,

yaitu mencapai 15 km ke tengah lautan (± 8 mil), bahkan beberapa bagan sudah

ada yang beroperasi sampai ke Perairan Kepulauan Mentawai. Kapal motor

bagan yang pengoperasiannya sampai ke Mentawai memiliki ukuran dan

tonnase yang lebih besar serta teknologi penangkapan yang lebih maju serta

waktu penangkapan yang lebih lama yaitu 4 – 7 hari/trip, dengan hasil per trip 2

– 3 ton.

Bekal yang dibutuhkan setiap kali melakukan operasi penangkapan ikan

menggunakan alat tangkap bagan antara lain: bahan bakar minyak berupa solar,

minyak tanah dan oli untuk mesin, bekal makanan atau ransum, es dan garam.

Garam digunakan untuk mengawetkan ikan-ikan yang akan dijadikan ikan olahan

seperti teri, sedangkan es untuk mengawetkan ikan-ikan yang akan dijual segar.

Kebutuhan akan bahan bakar tergantung kepada lamanya waktu untuk 1 trip

penangkapan ikan dan ukuran kapal. Untuk 1 hari trip penangkapan ikan

dibutuhkan bahan bakar solar 30 - 200 liter, minyak tanah 5 liter, dan es 5 – 10

batang, garam 50 kilogram, sedangkan untuk 1 trip penangkapan yang

membutuhkan waktu 3-4 hari dibutuhkan 3 – 4 drum (1 drum=200 liter) solar, 30

liter minyak tanah, 40-50 batang es dan garam 50 – 100 kilogram. Jenis dan

nilai investasi yang dibutuhkan untuk penangkapan ikan menggunakan alat

tangkap bagan dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 82: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

63

Tabel 8 Jenis dan nilai investasi yang digunakan untuk penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan

No Jenis Investasi Nilai (Rp) Umur Ekonomis (tahun)

1.

2.

3.

Kapal - ukuran 0 - 15 GT - diatas 15 GT

Mesin

Alat tangkap

30-125 juta 150-500 juta

7 - 100 juta

5 juta

15 - 20

8 -10

8

4.4.4 Alat tangkap pukat cincin Pukat cincin merupakan alat tangkap yang telah menerapkan teknologi

maju sehingga sangat efektif untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis dalam

jumlah besar. Pukat cincin yang dimiliki oleh nelayan di Sumatera Barat masih

tergolong kepada mini purse seine. Prinsip dasar pengoperasian dari purse

seine adalah melingkari kawanan ikan, kemudian ikan yang telah terkurung di

dalam lingkungan jaring terkumpul dan tertangkap pada bagian yang berbentuk

kantong setelah dilakukan proses pengerucutan jaring (pursing) dan hauling.

Pada saat ini pukat cincin diusahakan oleh nelayan di Sasak Kecamatan Ranah

Pesisir Kabupaten Pasaman Barat dan Kota Padang. Jenis ikan yang tertangkap

dengan pukat cincin antara lain: tenggiri, tuna, tongkol, kakap merah, alu-

alu/tete, layur, tongkol, tetengkek, cumi-cumi, kuwe, bawal dan lain-lain.

Alat tangkap pukat cincin dioperasikan dengan menggunakan kapal motor

dengan panjang berkisar antara 17 - 22 meter, tonnase antara 25 – 30 GT,

dengan mesin penggerak berkekuatan antara 90 – 160 PK. Satu unit kapal

membutuhkan anak buah kapal (ABK) sebanyak 13 - 19 orang. Hasil tangkapan

dari alat tangkap pukat cincin berkisar antara 300 kilogram – 3000 kg per trip

atau rata-rata 600 kilogram per trip. 1 kali trip penangkapan ikan membutuhkan

waktu 2 -3 hari jadi rata-rata trip per bulannya sebanyak 10 – 11 kali, dengan

biaya operasional berkisar antara Rp. 900 000 – Rp. 1 500 000 per trip.

Bekal atau input yang dibutuhkan setiap kali melakukan operasi

penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pukat cincin antara lain: bahan

bakar minyak berupa solar, minyak tanah dan oli untuk mesin, es dan bekal

makanan. 1 trip penangkapan ikan membutuhkan bahan bakar berupa solar

Page 83: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

64

sebanyak 200 – 300 liter, minyak tanah 5 liter, dan es 5 – 10 batang, ransum

rata-rata Rp.10 000 per orang per hari, dengan ABK sebanyak 15 orang berarti

dibutuhkan ransum (15 x 10 000 x 3 = Rp. 450 000,-).

Investasi yang dibutuhkan untuk 1 unit pukat cincin antara lain: 1 unit kapal

yang biasanya terbuat dari kayu dengan panjang antara 17 – 22 meter, lebar

kapal rata-rata 4.5 meter, tinggi 1.3 meter dengan tonnase 25 – 30 GT dan

tenaga mesin rata-rata 190 PK dengan harga sekitar Rp 500 000 000,-, alat

tangkap pukat cincin berupa jaring dengan ukuran 400 x 45 meter. Rata-rata

biaya per trip untuk ke empat jenis alat tangkap yaitu pukat cincin, pancing

tonda, bagan dan payang seperti pada Tabel 9.

Tabel 9 Rata-Rata biaya per trip menurut jenis alat tangkap

No Alat tangkap Biaya rata-rata

(Rp/trip) 1

2

3

4

Pukat cincin

Pancing tonda

Bagan

Payang

1 366 832.62

2 469 086.49

512 114.68

219 705.66

4.5. Sumbangan sektor Perikanan terhadap PDRB

Struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Barat masih didominasi oleh

sektor pertanian, dimana dari PDRB atas dasar harga berlaku terlihat bahwa

sumbangan sektor ini tahun 2001 sebesar 23.26 %, disusul sektor perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 17.72 %. Urutan ke tiga ditempati oleh sektor jasa-

jasa sebesar 18.40 % dan sektor angkutan dan komunikasi berada pada urutan

ke empat menggeser keberadaan sektor industri pengolahan turun ke urutan ke

lima sejak tahun 1999. Sedangkan sumbangan empat sektor lainnya angkanya

masih kurang dari 5 %.

PDRB Provinsi Sumatera Barat yang dihitung berdasarkan harga berlaku

dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama,

diperoleh PDRB perkapita penduduk. Pada tahun 2001 PDRB per kapita

Page 84: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

65

penduduk tercatat sebesar 5.90 juta rupiah/tahun, angka ini mengalami kenaikan

sebesar 608 000 rupiah dibandingkan tahun 2000.

Dalam perhitungan PDRB Sumatera Barat, sub sektor Perikanan masih

dimasukkan ke dalam sektor pertanian, dimana sebagai salah satu propinsi

agraris peranan sektor pertanian dari tahun ke tahun terhadap PDRB Sumatera

paling besar dibandingkan sektor lainnya yaitu sekitar 23.50 % per tahun,

dimana sumbangan terbesar berasal dari sub sektor tanaman pangan dan

hortikultura (12.50%). Sedangkan sub sektor perikanan setiap tahunnya hanya

sekitar 2.70 %.

Tabel 10 Kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat selama 5 tahun (2000 - 2004)

Atas dasar harga berlaku Atas dasar harga konstan (2000) Tahun Rp (juta) % Rp (juta) %

2000

2001

2002

2003

2004

646 242.48

757 307.79

786 136.25

898 168.11

1 006 839.41

2.82

2.90

2.63

2.71

2.71

646 242.48

672 803.05

673 812.25

723 332.45

761 891.34

2.82

2.84

2.71

2.77

2.76

Sumber: BPS Sumbar (2005)

Tabel 10 memperlihatkan kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB Sumatera

Barat selama 5 tahun terakhir baik berdasarkan harga berlaku maupun

berdasarkan harga konstan tahun 2000. Berdasarkan harga berlaku pada tahun

2000 PDRB Perikanan sebesar Rp 646 242.48 juta dan pada tahun 2004

meningkat menjadi Rp 1 006 839.41 juta sedangkan berdasarkan harga konstan

tahun 2000 maka pada tahun 2000 PDRB Perikanan adalah sebesar Rp 646

242.48 juta dan tahun 2004 meningkat menjadi Rp 761 891.34 juta.

Gambar 13 dan 14 memperlihatkan kontribusi sektor pertanian dan

perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat, dimana setiap tahunnya cenderung

mengalami peningkatan, akan tetapi secara keseluruhan kontribusi sub sektor

perikanan terhadap PDRB Sumatera Barat masih di bawah 5% (rata-rata 2.70 %

per tahun).

Page 85: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

66

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

PDRB

(Rp

mily

ar)

PDRB Sumbar PDRB Perikanan PDRB Pertanian

Gambar 13 Perkembangan PDRB total, PDRB Pertanian dan PDRB Perikanan Provinsi Sumatera Barat.

05000

10000150002000025000300003500040000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

PDR

B to

tal

/Pro

pins

i(mily

ar ru

piah

)

0

200

400

600

800

1000

1200

PDR

B P

erik

anan

(mily

arru

piah

)

PDRB Sumbar PDRB Perikanan

Gambar 14 Kontribusi PDRB Perikanan terhadap PDRB total Provinsi Sumatera Barat.

Page 86: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

67

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Standardisasi Alat Tangkap

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis bermacam-

macam, untuk itu dalam menganalisis perikanan tangkap terlebih dahulu perlu

dilakukan standardisasi alat tangkap sehingga dapat dijumlahkan total effort dari

perikanan tangkap yang dianalisis. Dalam penelitian ini penentuan standardisasi

effort dilakukan dengan menggunakan jumlah trip per tahun dari alat tangkap

bagan, payang, jaring insang hanyut, pukat cincin dan tonda. Ada beberapa

jenis alat tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan pelagis kecil dan

besar tetapi dalam penelitian ini pengkajian tidak dilakukan terhadap seluruh alat

tangkap yang digunakan akan tetapi dipilih beberapa alat tangkap yang dominan

menangkap ikan pelagis. Analisis juga dipisahkan antara ikan pelagis besar dan

pelagis kecil, dengan pertimbangan ikan pelagis kecil lebih banyak ditangkap di

perairan sekitar pantai sedangkan ikan pelagis besar lebih banyak di tangkap di

laut lepas.

Untuk ikan pelagis kecil alat tangkap yang digunakan sebagai baseline

adalah bagan dengan pertimbangan alat tangkap bagan ini paling dominan

digunakan dan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap hasil

tangkapan ikan pelagis kecil, sedangkan untuk ikan pelagis besar yang dijadikan

baseline adalah alat tangkap pancing tonda karena hasil tangkapan dari alat

tangkap pancing tonda ini yang paling besar kontribusinya terhadap hasil

tangkapan ikan pelagis besar di propinsi Sumatera Barat. Khusus untuk ikan

pelagis besar alat tangkap yang dianalisis hanya 2 yaitu alat tangkap pancing

tonda dan pukat cincin, dengan pertimbangan 2 jenis alat tangkap ini yang

memiliki operasi penangkapan ikan jauh dari perairan pantai dengan lama hari

upaya penangkapan lebih dari 1 hari. Selanjutnya dari keseluruhan jenis ikan

pelagis besar yang ada, dipilih empat jenis ikan yang dominan yaitu ikan tenggiri,

tongkol, tuna dan cakalang. Hasil tangkapan dari ke empat jenis ikan pelagis

besar ini oleh alat tangkap tonda dan pukat cincin seperti pada Tabel 11 dan

Gambar 16.

Perkembangan effort dari alat tangkap setelah distandardisasi selama 21

tahun seperti terlihat pada Gambar 15. Pada gambar terlihat bahwa effort dari

alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar dan pelagis

Page 87: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

68

kecil pada awal-awal periode pengamatan memiliki kecendrungan meningkat

setiap tahunnya selanjutnya berfluktuasi naik turun dan pada akhir pengamatan

mengalami penurunan.

500025000450006500085000

105000125000145000165000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Effo

rt (tr

ip)

Std Effort Pel kecil Std Effort Pel besar

Gambar 15 Perkembangan effort yang telah distandardisasi untuk penangkapan ikan pelagis besar dan pelagis kecil.

Pada Tabel 11 terlihat bahwa dari ke empat jenis ikan pelagis besar, yang

paling banyak hasil tangkapannya adalah cakalang, kemudian diikuti oleh

tongkol, tuna dan tenggiri. Hampir sama dengan effort, secara keseluruhan hasil

tangkapan ikan pelagis besar juga mengalami fluktuasi, pada tahun awal

pengamatan hasil tangkapan cenderung meningkat, kemudian turun naik dan

pada akhir tahun pengamatan cenderung menurun, perkembangan hasil

tangkapan ikan pelagis besar seperti pada Gambar 16, sedangkan trajektori

perkembangan hasil tangkapan dan effort ikan pelagis besar dapat dilihat pada

Gambar 17.

0

2000

4000

6000

8000

10000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(ton

)

tenggiri tuna cakalang tongkol

Page 88: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

69

Gambar 16 Perkembangan hasil tangkapan menurut jenis ikan pelagis besar.

Tabel 11 Hasil tangkapan ikan pelagis besar oleh alat tangkap tonda dan pukat cincin

Hasil tangkapan menurut jenis ikan (ton) Tahun Tenggiri Tuna Cakalang Tongkol

Jumlah

1984 119.70 785.00 2 713.40 2 537.70 6 155.801985 35.30 908.90 3 448.10 2 652.00 7 044.301986 112.20 1 017.70 4 047.30 3 043.40 8 220.601987 96.90 1 455.60 3 809.70 3 391.60 8 753.801988 88.50 2 086.80 5 070.40 3 984.10 11 229.801989 214.80 2 610.70 6 597.80 5 012.00 14 435.301990 227.02 2 759.53 6 973.90 5 297.67 15 258.121991 373.20 1 954.60 5 632.30 6 930.00 14 890.101992 294.30 3 371.00 4 079.40 4 428.80 12 173.501993 238.90 2 541.30 3 463.70 3 569.50 9 813.401994 296.60 3 383.40 6 390.20 3 814.90 12 885.101995 353.10 3 231.50 6 913.80 3 034.00 13 532.401996 445.70 4 479.20 5 647.30 4 068.60 14 640.801997 258.50 5 881.10 5 779.40 3 511.10 15 430.101998 535.00 6 763.00 6 486.90 3 660.10 17 445.001999 467.90 3 526.00 9 438.20 6 906.50 20 338.602000 417.40 4 789.00 8 749.40 4 212.00 18 167.802001 488.30 3 777.60 7 232.10 7 048.30 18 546.302002 537.80 3 455.20 3 445.20 2 890.20 10 328.402003 927.40 2 139.90 2 925.30 2 755.30 8 747.902004 732.40 2 938.10 2 228.30 3 801.40 9 702.50

579

11131517192123

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Tahun

Hasi

l tan

gkap

an (r

ibu

ton)

5

10

15

20

25

30

Effo

rt (r

ibu

trip

)

Hasil tangkapan effort

Gambar 17 Perkembangan effort dan hasil tangkapan ikan pelagis besar.

Page 89: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

70

Untuk ikan pelagis kecil, jenis ikan yang dipilih adalah ikan layang, selar, teri,

tembang, lemuru dan kembung dengan alat tangkap payang, pukat pantai, pukat

cincin dan jaring insang hanyut serta bagan. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil

oleh ke lima alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 18.

Tabel 12 Hasil tangkapan ikan pelagis kecil oleh alat tangkap yang dianalisis

Hasil tangkapan per jenis ikan (ton) Tahun layang Selar teri tembang kembung lemuru

Jumlah

1984 981.80 684.20 3 691.40 1 503.20 2 179.90 356.60 9 937.10 1985 1 165.70 763.80 3 094.80 1 297.70 2 200.50 242.40 8 764.90 1986 1 262.70 890.70 3 980.50 1 480.40 2 558.70 222.80 10 395.80 1987 1 007.50 1 058.70 4 624.20 1 540.50 3 275.70 294.50 11 801.10 1988 1 067.60 1 370.30 5 499.80 1 956.40 3 386.10 280.00 13 280.20 1989 1 416.30 1 013.90 5 171.70 2 807.50 2 865.60 300.30 13 575.30 1990 1 497.17 1 071.72 5 466.47 2 967.51 3 028.91 285.35 14 317.13 1991 1 359.90 995.30 7 803.30 2 584.80 1 790.30 205.80 14 739.40 1992 1 573.20 1 819.60 9 884.20 2 481.70 3 305.70 271.60 19 336.00 1993 2 580.40 3 083.90 9 635.40 2 925.10 3 054.60 300.80 21 580.20 1994 2 361.60 2 099.10 11 472.80 3 801.00 2 356.40 475.20 22 566.10 1995 1 690.30 1 585.00 13 213.80 2 887.00 3 114.20 533.70 23 024.00 1996 1 865.80 1 751.90 14 909.90 3 832.20 3 296.50 706.00 26 362.30 1997 2 128.01 1 991.30 17 885.40 3 453.80 3 377.70 872.90 29 709.11 1998 1 812.40 2 122.50 17 865.90 3 838.40 3 355.90 933.40 29 928.50 1999 1 836.00 2 343.20 17 148.50 7 675.50 3 319.00 1 511.30 33 833.50 2000 1 942.20 2 545.50 16 671.90 6 276.20 3 401.10 1 253.60 32 090.50 2001 2 124.00 3 307.00 15.684.50 6 850.10 4 437.20 1 209.20 33 612.00 2002 1 110.60 2 241.40 7 016.60 2 910.00 3 593.20 651.00 17 522.80 2003 1 044.00 3 018.10 8 931.30 3 709.80 4 675.60 627.00 22 005.80 2004 1 242.00 2 632.00 4 772.00 2 586.90 4 021.20 734.50 15 988.60

02000400060008000

100001200014000160001800020000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(ton)

layang selar teri tembang kembung Lemuru

Gambar 18 Perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis kecil.

Page 90: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

71

Tabel 12 dan Gambar 17 memperlihatkan bahwa hasil tangkapan ikan pelagis

kecil yang terbesar adalah ikan teri, kemudian diikuti oleh tembang, kembung,

selar, layang dan lemuru. Dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2000, hasil

tangkapan ikan teri selalu mengalami peningkatan, bahkan merupakan tujuan

tangkap utama dari alat tangkap bagan, hal ini juga dapat dilihat dari banyaknya

unit-unit pengolahan ikan tradisional yang mengolah ikan teri menjadi ikan teri

rebus kering, akan tetapi mulai tahun 2000, hasil tangkapan ikan teri mulai

mengalami penurunan, unit-unit pengolahan teri juga sudah mulai berkurang,

dan ikan teri bukan lagi menjadi hasil tangkapan utama dari alat tangkap bagan

dan kondisi ini juga mendorong beberapa pemilik bagan untuk memperluas

daerah penangkapannya. Gambar 19 memperlihatkan perkembangan effort dan

produksi ikan pelagis kecil, hasil tangkapan ikan pelagis kecil dari tahun 1984

sampai dengan 2001 mengalami peningkatan setiap tahunnya dan mulai tahun

2002 mulai mengalami penurunan, sedangkan untuk effort dari tahun 1984

sampai dengan 1993 mengalami peningkatan, kemudian berfluktuasi sampai

tahun 2001 dan sama halnya dengan produksi mulai tahun 2002 mengalami

penurunan.

510152025303540

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

525456585105125145165

Effo

rt (r

ibu

trip)

Hasil tangkapan Effort

Gambar 19 Perkembangan effort dan hasil tangkapan ikan pelagis kecil.

Page 91: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

72

5.2 Estimasi Parameter Biologi Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data time series,

untuk itu terlebih dahulu perlu dilakukan uji apakah data yang digunakan

stationary atan non stationary. Hasil uji stationary mengindikasikan bahwa

variabel logaritma dari catch per unit effort (CPUE) dan variabel effort

menunjukkan adanya gejala non stationary (trending) . Hal ini ditunjukkan

dengan besaran nilai kritis dari Dickey-Fuller test yang lebih kecil dari nilai

absolute 2.57 sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Selanjutnya

untuk melakukan analisis bioekonomi perlu dilakukan estimasi parameter biologi

yang terdiri dari parameter pertumbuhan intrisik (r), koefisien daya tangkap (q)

dan daya dukung/ carrying capacity (K). Ketiga parameter tersebut diestimasi

dengan menggunakan metode CYP.

Hasil estimasi menggunakan data time series yang sebelumnya telah dilakukan

uji stationary adalah seperti pada Tabel 13.

Tabel 13 Parameter biologi perikanan pelagis di Provinsi Sumatera Barat

Parameter Biologi Sumberdaya Pertumbuhan intrinsik (r)

Koefisien daya tangkap (q)

Carrying Capacity (K)(ton)

Pelagis besar Pelagis kecil

0.88865

0.67055

0.0000242

0.00000338

46 018.44

92 986.64

5.3. Estimasi Sustainable Yield Berdasarkan hasil perhitungan parameter biologi yang telah diperoleh

maka selanjutnya dilakukan pendugaan fungsi produksi tangkap lestari seperti

terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Fungsi produksi lestari Gompertz

No Sumberdaya Ikan Persamaan Gompertz

1 Pelagis Besar ht=1.11410580Etexp(-0,000027243579Et)

2 Pelagis Kecil ht=0.31429484Etexp(-0,000005040638Et)

Page 92: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

73

Tabel 14 di atas memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai persamaan

fungsi lestari Gompertz antara sumberdaya pelagis besar dan pelagis kecil. Hal

ini disebabkan karena terdapat perbedaan pengusahaan antara ikan pelagis

besar dan pelagis kecil. Dengan menggunakan persamaan yang ada pada

Tabel 14 maka dapat diperoleh nilai Sustainable yield dari ikan pelagis besar

dan pelagis kecil. Keragaan effort, hasil tangkapan aktual dan lestari Gompertz

untuk ikan pelagis besar seperti pada Tabel 15 sedangkan untuk ikan pelagis

kecil pada Tabel 16.

Tabel 15 dan Gambar 20 memperlihatkan bahwa nilai hasil tangkapan

lestari ikan pelagis besar pada awal periode pengamatan berada di atas hasil

tangkapan aktual, kecuali pada tahun 1990, 1991 dan 1995 sampai dengan

2001, hasil tangkapan lestari berada di bawah hasil tangkapan aktual, dan tahun

2002 sampai dengan 2004 kembali berada di atas hasil tangkapan aktual.

Tabel 15 Keragaan effort, hasil tangkapan aktual dan hasil tangkapan lestari Gompertz untuk ikan pelagis besar

Tahun Effort hasil tangkapan aktual (ton)

hasil tangkapan lestari (ton)

1984 15 551.77 6 155.80 11 341.01 1985 16 506.70 7 044.30 11 728.32 1986 21 437.29 8 220.60 13 317.41 1987 21 842.77 8 753.80 13 420.26 1988 25 968.85 11 229.80 14 259.27 1989 28 758.25 14 435.30 14 635.58 1990 24 260.33 15 258.12 13 955.71 1991 25 989.80 14 890.10 14 262.63 1992 21 702.25 12 173.50 13 385.06 1993 22 567.17 9 813.40 13 594.44 1994 24 619.39 12 885.10 14 024.22 1995 21 898.34 13 532.40 13 343.06 1996 22 327.76 14 640.80 13 538.21 1997 27 378.11 16 855.20 14 466.96 1998 21 386.49 17 445.00 13 304.06 1999 24 847.36 20 338.60 14 066.67 2000 23 266.32 18 167.80 13 751.22 2001 25 794.07 18 546.30 14 230.88 2002 23 462.51 10 328.40 13 793.27 2003 13 386.47 8 747.90 10 355.05 2004 13 603.42 9 702.50 10 460.87

Rataan 22 216.93 12 817.37 13 301.22

Page 93: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

74

0

5000

10000

15000

20000

25000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(ton)

aktual lestari

Gambar 20 Hasil tangkapan aktual dan hasil tangkapan lestari

Gompertz ikan pelagis besar.

Pada Gambar 21, kurva dengan garis hitam melengkung menunjukkan

kurva hasil tangkapan lestari (sustainable yield), sedangkan kurva dengan garis

putus-putus merupakan trajektori hasil tangkapan aktual dari ikan pelagis besar.

Jika hasil tangkapan aktual diplot terhadap hasil tangkapan lestari, maka terlihat

adanya pola ekspansi dan kontraksi. Pada awal-awal periode pengamatan

terjadi ekspansi ke arah titik maksimum sustainable yield, kemudian bergerak

menjauhi titik keseimbangan, dan pada tahun 2002 terjadi konstraksi kembali ke

titik keseimbangan.

Page 94: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

75

Effort

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000

Prod

uksi

(ton

)

0

5000

10000

15000

20000

25000

yr84yr85

yr86yr87

yr88

yr89yr90yr91

yr92

yr93

yr94yr95yr96

yr97yr98

yr00yr01

yr02

yr03yr04

yr99

.

Gambar 21 Kurva Lestari Gompertz dan hasil tangkapan aktual pelagis besar

Selanjutnya untuk melihat trajektori atau loop ekspansi dan kontraksi dari effort

dilakukan analisis dengan metode copes eye ball dengan cara melakukan

overlay antara hasil tangkapan aktual dan lestari. Dari Gambar 22 terlihat bahwa

ada 2 loop ekspansi dan 1 loop konstraksi. Loop ekspansi pertama adalah

ekspansi yang menuju titik keseimbangan, sedangkan loop ekspansi ke dua

adalah loop yang menjauhi titik keseimbangan, mendekati akhir tahun

pengamatan terdapat loop konstraksi yang kembali menuju titik keseimbangan.

Page 95: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

76

ekspansi

konstraksi Ha s i l t a n g k a p a n

Effort

Gambar 22 Copes Eye Ball Loop untuk Fungsi Gompertz ikan pelagis besar.

Tabel 16 dan Gambar 23 memperlihatkan bahwa nilai hasil tangkapan

lestari ikan pelagis kecil pada awal periode pengamatan berada di atas hasil

tangkapan aktual, kecuali pada tahun 1990, 1991 dan 1995 sampai dengan

2001, hasil tangkapan lestari berada di bawah hasil tangkapan aktual, dan tahun

2002 sampai dengan 2004 kembali berada di atas hasil tangkapan aktual.

Page 96: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

77

Tabel 16 Keragaan effort, hasil tangkapan aktual dan lestari Gompertz

Tahun Effort Hasil tangkapan Hasil tangkapan

untuk ikan pelagis kecil

aktual (ton)

lestari (ton)

1984 67 274.74 9 397.10 15 067.43 1985 67 784.96 8 764.90 15 142.69 1986 81 547.63 10 395.80 16 995.73 1987 94 948.09 11 801.10 18 495.53 1988 111 039.67 13 560.20 19 944.23 1989 114 820.99 13 575.30 20 233.87 1990 116 416.99 14 317.13 20 350.67 1991 118 146.60 14 739.40 20 473.67 1992 132 925.32 19 336.00 21 380.40 1993 116 492.46 21 580.20 20 356.11 1994 104 048.30 22 566.10 19 359.12 1995 98 424.58 23 024.00 18 839.55 1996 107 492.70 26 362.30 19 655.59 1997 115 066.10 29 709.11 20 252.02 1998 126 375.21 29 928.50 21 009.47 1999 137 553.65 33 833.50 21 614.13 2000 120 188.19 32 090.50 20 614.13 2001 141 395.42 33 612.00 21 791.81 2002 102 745.80 17 522.80 19 242.75 2003 83 801.61 22 005.80 17 268.10 2004 71 243.13 15 988.60 15 640.08

Rataan 106 177.72 20 195.73 19 225.11

05000

10000150002000025000300003500040000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Hasi

l tan

gkap

an (t

on)

aktual lestari

Gambar 23 Hasil tangkapan aktual dan lestari Gompertz ikan pelagis kecil.

Page 97: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

78

hitam melengkung menunjukkan

urva

Pada Gambar 24, kurva dengan garis

k hasil tangkapan lestari (sustainable yield), sedangkan kurva dengan garis

putus-putus merupakan trajektori hasil tangkapan aktual dari ikan pelagis kecil.

Jika hasil tangkapan aktual diplot terhadap hasil tangkapan lestari, maka terlihat

adanya pola ekspansi dan kontraksi. Pada awal-awal periode pengamatan

terjadi ekspansi ke arah titik maksimum sustainable yield, kemudian bergerak

menjauhi titik keseimbangan, dan pada tahun 2002 terjadi konstraksi kembali

mengarah mendekati titik keseimbangan.

Effort

0 1e+5 2e+5 3e+5 4e+5

Pro

duks

i (to

n)

0

3000

6000

9000

12000

15000

18000

21000

24000

27000

30000

33000

36000

39000

yr84yr85yr86

yr87yr88yr89yr90yr91

yr92yr02

yr04

yr93yr94yr95

yr96

yr97yr98

yr99yr00

yr01

yr03

Gambar 24 Kurva lestari Gompertz dan hasil tangkapan

aktual pelagis kecil.

op ekspansi dan 1 loop konstraksi,

loop

Dari Gambar 25 terlihat bahwa ada 2 lo

ekspansi pertama adalah ekspansi yang menuju titik keseimbangan,

sedangkan loop ekspansi ke dua adalah loop yang menjauhi titik keseimbangan,

mendekati akhir tahun pengamatan terdapat loop konstraksi yang kembali

mengarah mendekati titik keseimbangan.

Page 98: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

79

Ekspansi

konstraksi

Ha s i l t a n g k a p a n

Effort

Gambar 25 Copes Eye Ball Loop untuk fungsi Gompertz ikan pelagis kecil.

5.4. Estimasi Parameter Ekonomi Parameter ekonomi yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari biaya

operasional, harga dan discount rate. Biaya operasional dan harga output/kg

diperoleh dari hasil survey. Selanjutnya untuk memperoleh data time series dari

biaya dan harga disesuaikan dengan indeks harga konsumen, sehingga

diperoleh nilai riil setiap tahunnya. Rata-rata biaya riil penangkapan ikan per trip

per tahunnya seperti pada Tabel 17.

Untuk lebih jelas lagi perkembangan biaya yang digunakan per trip dari alat

tangkap standar untuk penangkapan ikan pelagis besar (tonda) dan ikan pelagis

kecil (bagan) dapat dilihat pada Gambar 26. dimana biaya memiliki

kecendrungan meningkat setiap tahunnya.

Page 99: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

80

Tabel 17 Rata-rata biaya riil penangkapan ikan per trip menurut alat tangkap yang dijadikan baseline (Rp per trip)

Alat tangkap Tahun Pancing tonda Bagan

1984 206 793.29 42 891.12 1985 241 656.09 50 122.03 1986 268 016.63 55 589.49 1987 265 799.17 55 129.56 1988 294 068.86 60 993.00 1989 265 146.97 54 994.29 1990 324 387.36 67 281.37 1991 339 767.17 70 471.31 1992 313 565.63 65 036.83 1993 340 972.85 70 721.38 1994 472 950.95 98 095.04 1995 452 101.47 93 770.63 1996 447 072.89 92 727.65 1997 320 976.17 66 573.86 1998 1 114 731.55 231 207.13 1999 2 012 588.05 417 432.07 2000 2 149 884.13 445 908.73 2001 2 290 890.92 475 155.04 2002 2 289 370.88 474 839.76 2003 2 323 348.42 481 887.06 2004 2 469 086.49 512 114.68

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Biay

a (R

p 00

0)

tonda bagan

Gambar 26 Perkembangan biaya per trip untuk alat tangkap tonda dan bagan.

Page 100: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

81

Sebagaimana dijelaskan dalam metodologi, bahwa dalam penelitian ini

digunakan 2 discount rate yaitu market discount rate sebesar 15% dan real

discount rate dengan menggunakan pendekatan Ramsey yang diacu dalam

Anna (2003). Dari hasil perhitungan discount rate dengan teknik Kula ini

diperoleh laju pertumbuhan dari PDRB Sumatera Barat sebagai g=0.093408

(9.34%). Dengan menggunakan standar elastisitas pendapatan terhadap

konsumsi sumberdaya alam sebesar 1 dan ρ menggunakan market discount rate

sebesar 15%, maka diperoleh nilai real discount rate sebesar 5.66%.

5.5 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Optimal Sumberdaya perikanan merupakan aset kapital yang dalam

pengelolaannya secara optimal juga memerlukan pendekatan kapital. Sehingga

dibutuhkan perhitungan aspek intertemporal dalam analisisnya. Pada

pendekatan kapital, biaya korbanan (opportunity cost) untuk mengeksploitasi

sumberdaya pada saat ini diperhitungkan melalui perhitungan rente ekonomi

optimal yang seharusnya didapat dari sumberdaya perikanan, jika sumberdaya

tersebut dikelola secara optimal.

Hasil analisis optimal dengan menggunakan discount rate 15% dan kula

5.66% sehingga diperoleh nilai biomas, produksi dan effort yang optimal untuk

ikan pelagis besar seperti pada Tabel 18. Langkah-langkah perhitungannnya

dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata nilai biomas, hasil tangkapan dan effort

yang diperoleh pada discount rate 15% berturut-turut adalah: 24 186.3 ton, 13

825.6 ton dan 23 611.7 trip. Sedangkan dengan discount rate 5.66% nilai

biomas, hasil tangkapan dan effort optimal berturut-turut adalah: 25 074.9 ton, 13

529.7 ton dan 22 287.4 trip. Dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan

menggunakan discount rate yang lebih rendah/konservatif akan menghasilkan

nilai biomas yang lebih tinggi dan effort yang lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan market discount rate. Perbedaan biomas dan hasil tangkapan

untuk kedua discount rate seperti pada Gambar 27. Selanjutnya dengan

diperolehnya nilai optimal dari ke tiga variabel tersebut maka dapat dilakukan

perbandingan pengelolaan sumberdaya ikan pelagis besar pada kondisi aktual,

optimal dan lestari.

Page 101: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

82

Tabel 18 Nilai optimal biomas, hasil tangkapan dan effort pada discount rate 15% dan 5.66% untuk ikan pelagis besar

Discount rate 15% Discount rate 5.66% Tahun Biomas optimal (ton)

Hasil tangkapan optimal (ton)

Effort optimal (trip)

Biomas optimal (ton)

hasil tangkapan optimal (ton)

Effort optimal (trip)

1984 24 185.7 13 825.8 23 612.2 25 074.6 13 529.7 22 287.4 1985 24 185.9 13 825.7 23 612.9 25 074.8 13 529.6 22 287.1 1986 24 194.9 13 822.9 23 598.2 25 083.3 13 526.6 22 274.7 1987 24 185.8 13 825.8 23 612.1 25 074.6 13 529.6 22 287.3 1988 24 186.3 13 825.6 23 611.2 25 074.2 13 529.5 22 286.5 1989 24 186.7 13 825.4 23 610.6 25 074.6 13 529.3 22 285.9 1990 24 185.8 13 825.7 23 612.0 25 074.7 13 529.6 22 287.2 1991 24 185.8 13 825.7 23 612.0 25 074.7 13 529.6 22 287.2 1992 24 185.9 13 825.7 23 611.9 25 074.7 13 529.6 22 287.1 1993 24 185.7 13 825.8 23 612.2 25 074.6 13 529.6 22 287.4 1994 24 185.8 13 825.8 23 612.7 25 074.6 13 529.6 22 287.3 1995 24 185.8 13 825.8 23 612.7 25 074.6 13 529.6 22 287.3 1996 24 185.7 13 825.8 23 612.7 25 075.5 13 529.3 22 287.0 1997 24 185.7 13 825.5 23 612.2 25 068.3 13 529.6 22 287.5 1998 24 185.8 13 825.9 23 612.1 25 074.6 13 529.8 22 287.3 1999 24 185.0 13 825.8 23 612.2 25 075.8 13 529.2 22 287.6 2000 24 186.9 13 825.4 23 612.4 25 075.7 13 529.3 22 287.7 2001 24 186.8 13 825.4 23 612.5 25 075.6 13 529.3 22 287.8 2002 24 185.8 13 825.8 23 612.1 25 074.6 13 529.6 22 287.3 2003 24 182.8 13 825.8 23 612.9 25 071.7 13 530.7 22 291.6 2004 24 185.8 13 825.8 23 612.1 25 074.7 13 529.6 22 287.2

Rataan 24 186.3 13 825.6 23 611.7 25 074.9 13 529.7 22 287.4

101214161820222426

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Bio

mas

dan

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

biomas opt. i=15% hsl tgkpn opt. i=15%

biomas opt. i=5.66% hsl tgkpn opt. i=5.66%

Page 102: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

83

Gambar 27 Biomas dan hasil tangkapan optimal ikan pelagis besar pada discount rate 15% dan 5.66% Hasil tangkapan lestari merupakan tingkat produksi yang hanya memasukkan

parameter biologi saja, akan tetapi karena eksploitasi sumberdaya ikan juga

bertujuan untuk menghasilkan pendapatan bagi pelaku usahanya perlu diketahui

hasil tangkapan yang optimal dengan memasukkan parameter biologi dan

ekonomi. Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal untuk ikan

pelagis besar dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 28.

Tabel 19 Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal untuk ikan pelagis besar

Hasil tangkapan (ton) Tahun

Aktual Lestari Optimal (DR 15%)

Optimal (DR 5.66%)

1984 6 155.80 11 341.01 13 825.8 13 529.7 1985 7 044.30 11 728.32 13 825.7 13 529.6 1986 8 220.60 13 317.41 13 822.9 13 526.6 1987 8 753.80 13 420.26 13 825.8 13 529.6 1988 11 229.80 14 259.27 13 825.6 13 529.5 1989 14 435.30 14 635.58 13 825.4 13 529.3 1990 15 258.12 13 955.71 13 825.7 13 529.6 1991 14 890.10 14 262.63 13 825.7 13 529.6 1992 12 173.50 13 385.06 13 825.7 13 529.6 1993 9 813.40 13 594.44 13 825.8 13 529.6 1994 12 885.10 14 024.22 13 825.8 13 529.6 1995 13 532.40 13 343.06 13 825.8 13 529.6 1996 14 640.80 13 538.21 13 825.8 13 529.3 1997 16 855.20 14 466.96 13 825.5 13 529.6 1998 17 445.00 13 304.06 13 825.9 13 529.8 1999 20 338.60 14 066.67 13 825.8 13 529.2 2000 18 167.80 13 751.22 13 825.4 13 529.3 2001 18 546.30 14 230.88 13 825.4 13 529.3 2002 10 328.40 13 793.27 13 825.8 13 529.6 2003 8 747.90 10 355.05 13 825.8 13 530.7 2004 9 702.50 10 460.87 13 825.8 13 529.6

Rataan 12 817.37 13 301.22 13 825.6 13 529.7

Gambar 28 memperlihatkan perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis

besar pada kondisi aktual, lestari dan optimal. Pada tahun 1984 sampai dengan

1988 produksi aktual masih berada di bawah hasil tangkapan lestari dan optimal,

kemudian tahun 1989 sampai dengan 1991 hasil tangkapan aktual telah

melewati hasil tangkapan lestari dan optimal, tahun 1992 sampai dengan 1994

produksi aktual kembali berada di bawah hasil tangkapan lestari dan optimal,

Page 103: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

84

selanjutnya tahun 1995 sampai dengan 2001 terjadi peningkatan hasil tangkapan

yang cukup signifikan sehingga hasil tangkapan aktual menjauhi hasil tangkapan

lestari dan optimal, dan terakhir tahun 2002 sampai dengan 2004 hasil

tangkapan kembali berada di bawah hasil tangkapan lestari dan optimal. Secara

rata-rata hasil tangkapan aktual ikan pelagis besar masih berada di bawah hasil

tangkapan lestari dan optimal. Apabila sumberdaya perikanan pelagis besar

dikelola secara optimal maka hasil tangkapan harus mengikuti trajektori optimal,

yaitu sebesar 13 825.6 ton untuk discount rate 15% dan 13 529.7 ton untuk

discount rate 5.66%. Sementara input yang harus digunakan mengikuti trajektori

optimal untuk masing-masing discount rate berturut-turut adalah pada tingkat

upaya sebesar 23 611.7 trip dan 22 287.4 trip.

0

5

10

15

20

25

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

lestari aktual optimal i=5.66% optimal i=15%

Gambar 28 Perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis besar pada kondisi aktual, lestari dan optimal.

Tabel 20 memperlihatkan hasil perhitungan optimal untuk pengelolaan ikan

pelagis kecil. Dengan discount rate 15% berturut-turut diperoleh rata-rata nilai

biomas, hasil tangkapan dan effort yang optimal adalah : 44 203.46 ton, 22

042.37 ton dan 147 531.45 trip. Sedangkan untuk discount rate 5.66% berturut-

turut diperoleh rata-rata nilai biomas, hasil tangkapan dan effort yang optimal

sebesar 46 294.06 ton, 21 650.26 ton dan 138 863.29 trip.

Page 104: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

85

Tabel 20 Nilai optimal biomas, hasil tangkapan dan effort pada discount rate 15% dan 5.66% untuk ikan pelagis kecil

Discount Rate 15% Discount Rate 5,66% Tahun Biomas optimal (ton)

Hasil tangkapan optimal (ton)

Effort optimal (trip)

Biomas optimal (ton)

Hasil tangkapan optimal (ton)

Effort optimal (trip)

1984 44 203.47 22 042.33 147 531.41 46 294.21 21 650.31 138 363.201985 44 203.13 22 042.39 147 532.96 46 293.90 21 650.37 138 364.541986 44 204.01 22 042.24 147 529.01 46 294.69 21 650.21 138 361.141987 44 203.90 22 042.26 147 529.49 46 294.60 21 650.23 138 362.551988 44 202.98 22 042.42 147 533.61 46 293.77 21 650.40 138 365.101989 44 204.83 22 042.10 147 525.31 46 295.44 21 650.06 138 357.961990 44 203.45 22 042.34 147 531.24 46 294.20 21 650.31 138 363.281991 44 203.51 22 042.33 147 526.64 46 294.25 21 650.30 138 363.061992 44 204.54 22 042.15 147 529.01 46 295.17 21 650.11 138 359.161993 44 207.52 22 041.64 147 513.26 46 297.86 21 649.57 138 347.591994 44 204.50 22 042.16 147 526.78 46 295.14 21 649.12 138 359.221995 44 203.73 22 042.99 147 530.27 46 294.44 21 650.26 138 362.221996 44 204.14 22 042.22 147 528.41 46 294.82 21 650.18 138 360.631997 44 205.05 22 042.06 147 524.35 46 295.63 21 650.02 138 357.131998 44 203.95 22 042.25 147 529.25 46 294.65 21 650.22 138 361.351999 44 203.67 22 042.30 147 530.54 46 291.39 21 650.27 138 362.462000 44 203.82 22 042.28 147 529.86 46 294.52 21 650.24 138 361.872001 44 190.97 22 044.48 147 537.55 46 282.95 21 652.59 138 411.492002 44 203.78 22 042.28 147 530.02 46 294.49 21 650.25 138 362.012003 44 203.88 22 042.27 147 529.61 46 293.58 21 650.23 138 361.652004 44 203.93 22 042.26 147 529.38 46 294.62 21 650.22 138 361.46

Rataan 44 203.46 22.042.37 147 531.45 46 294.06 21.650.26 138 363.29

Page 105: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

86

15

25

35

45

55

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Bio

mas

dan

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

biomas opt. i=15% hsl tgkpn opt. i=15%

biomas opt. i=5.66% hsl tgkpn opt. i=5.66%

Gambar 29 Biomas dan hasil tangkapan optimal ikan pelagis kecil pada discount rate 15% dan 5.66%.

Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal untuk ikan pelagis

kecil dapat dilihat pada Tabel 21 dan Gambar 30. Pada Gambar 30 terlihat

bahwa pada tahun 1984 sampai dengan 1992 hasil tangkapan aktual masih

berada di bawah hasil tangkapan lestari dan optimal, kemudian tahun 1993

sampai dengan 2001 terjadi peningkatan hasil tangkapan aktual sehingga

melewati hasil tangkapan lestari dan optimal, selanjutnya tahun 2002 terjadi

penurunan hasil tangkapan sehingga kembali berada di bawah hasil tangkapan

lestari dan optimal, tahun 2003 hasil tangkapan aktual berada di atas hasil

tangkapan lestari tetapi hampir sama dengan hasil tangkapan optimal. Terakhir

tahun 2004 hasil tangkapan berada di bawah hasil tangkapan optimal dan

hampir sama dengan hasil tangkapan lestari. Secara rata-rata hasil tangkapan

aktual dari ikan pelagis kecil telah berada di atas hasil tangkapan lestari akan

tetapi masih berada di bawah hasil tangkapan yang optimal.

Tabel 21 Perbandingan hasil tangkapan aktual, lestari dan optimal untuk Ikan pelagis kecil

Hasil tangkapan (ton) Tahun Aktual Lestari Optimal

(DR 15%) Optimal

(DR 5.66%) 1984 9 397.10 15 067.43 22 042.33 21 650.31 1985 8 764.90 15 142.69 22 042.39 21 650.37 1986 10 395.80 16 995.73 22 042.24 21 650.21 1987 11 801.10 18 495.53 22 042.26 21 650.23 1988 13 560.20 19 944.23 22 042.42 21 650.40 1989 13 575.30 20 233.87 22 042.10 21 650.06

Page 106: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

87

1990 14 317.13 20 350.67 22 042.34 21 650.31 1991 14 739.40 20 473.67 22 042.33 21 650.30 1992 19 336.00 21 380.40 22 042.15 21 650.11 1993 21 580.20 20 356.11 22 041.64 21 649.57 1994 22 566.10 19 359.12 22 042.16 21 649.12 1995 23 024.00 18 839.55 22 042.99 21 650.26 1996 26 362.30 19 655.59 22 042.22 21 650.18 1997 29 709.11 20 252.02 22 042.06 21 650.02 1998 29 928.50 21 009.47 22 042.25 21 650.22 1999 33 833.50 21 614.13 22 042.30 21 650.27 2000 32 090.50 20 614.13 22 042.28 21 650.24 2001 33 612.00 21 791.81 22 044.48 21 652.59 2002 17 522.80 19 242.75 22 042.28 21 650.25 2003 22 005.80 17 268.10 22 042.27 21 650.23 2004 15 988.60 15 640.08 22 042.26 21 650.22

Rataan 20 195.73 19 225.11 22.042.37 21.650.26

5

10

15

20

25

30

35

40

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

optimal i=15% optimal i=5.66% aktual lestari

Gambar 30 Perbandingan hasil tangkapan ikan pelagis kecil pada kondisi aktual, lestari dan optimal.

Apabila sumberdaya perikanan pelagis kecil dikelola secara optimal maka

hasil tangkapan harus mengikuti trajektori optimal (Gambar 30), yaitu sebesar

22 042.37 ton untuk discount rate 15% dan 21 650.26 ton untuk discount rate

5.66%. Sementara input yang harus digunakan mengikuti trajektori optimal untuk

masing-masing discount rate berturut-turut adalah pada tingkat 147 531.45 trip

dan 138 863.29 trip.

Rente optimal pengelolaan sumberdaya pelagis besar dapat dilihat pada

Tabel 22. Selama periode pengamatan rente optimal pelagis besar baik dengan

menggunakan discount rate 15% maupun 5.66% memperlihatkan trend yang

Page 107: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

88

meningkat (Gambar 31). Rata-rata nilai rente optimal adalah sebesar Rp 21.38

milyar untuk discount rate 15% dan Rp 21.71 milyar untuk discount rate 5.66%.

010203040506070

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Ren

te (

Rp

mily

ar)

Rentopt i=15% Rentopt i=5.66%

Gambar 31 Rente optimal untuk pengelolaan sumberdaya

ikan pelagis besar.

Tabel 22 Rente optimal sumberdaya ikan pelagis besar (Rp juta)

Discount Rate 15% Discount Rate 5.66% Tahun Rente optimal PV Rente

Optimal Rente optimal PV Rente

Optimal 1984 4 835.28 32 235.21 4 908.55 83 148.811985 5 650.36 37 669.05 5 735.98 97 167.181986 6 267.36 41 784.34 6 362.19 107 709.161987 6 214.83 41 432.18 6 309.02 106 876.111988 6 875.71 45.838.05 6 979.90 118 242.021989 6 199.73 41 331.51 6 293.64 106 606.931990 7 584.77 50 565.15 7 699.72 130 432.951991 7 944.42 52 962.78 8 064.81 136.616.241992 7 331.77 48 878.44 7 442.93 126 080.861993 7 972.58 53 150.53 8 093.38 137 102.231994 11 058.55 73 723.70 11 226.14 190 167.651995 10 570.99 70 473.28 10 730.71 181 785.291996 10 454.13 69 694.17 10 615.85 179 751.901997 7 501.51 50 010.04 7 618.08 129 112.441998 26 064.94 173 766.24 26 457.96 448 222.921999 47 061.85 313 745.65 47 772.04 809 182.362000 50 269.38 335 129.23 51 030.49 864 388.262001 53 566.43 357 109.54 54 380.49 921 084.672002 53 529.85 356 865.63 54 349.27 920 532.162003 54 321.44 362 142.92 55 137.65 934 368.232004 57 731.96 384 879.75 58 606.82 992 793.07

Page 108: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

89

Rente optimal untuk pengelolaan pelagis kecil dapat dilihat pada Tabel 23.

Sama halnya dengan sumberdaya pelagis besar, rente optimal untuk

sumberdaya pelagis kecil sepanjang kurun waktu pengamatan juga memiliki

kecendrungan meningkat baik untuk discount rate 15% maupun 5.66% (Gambar

32). Nilai rente optimal rata-rata untuk discount rate 15% adalah sebesar Rp

24.14 milyar dan Rp 24.95 milyar untuk discount rate 5.66%. Nilai rente optimal

yang cukup besar ini baik untuk sumberdaya pelagis besar maupun pelagis kecil

seharusnya dapat diterima oleh pemerintah selaku pengelola sumberdaya

tentunya akan memberikan manfaat bagi pembangunan perikanan, karena rente

tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarna

perikanan maupun untuk dikembalikan untuk pemulihan/perbaikan sumberdaya

perikanan.

Tabel 23 Rente optimal sumberdaya ikan pelagis kecil (Rp juta)

Discount Rate 15% Discount Rate 5.66% Tahun Rente optimal PV Rente

Optimal Rente optimal PV Rente

Optimal 1984 5 459.63 36 397.51 5 643.22 99 703.611985 6 380.01 42 533.42 6 594.57 116 511.881986 7 076.08 47 173.86 7 314.01 129 222.711987 7 017.52 46 783.47 7 253.43 128 152.441988 7 763.76 51 758.38 8 024.86 141 781.941989 7 000.42 46 669.48 7 235.77 127 840.401990 8 564.27 57 095.16 8 852.27 156 400.481991 8 970.33 59 802.21 9 271.98 163 815.841992 8 278.73 55 191.52 8 557.06 151 184.751993 9 002.83 60 018.85 9 305.33 164 405.101994 12 486.80 83.245.34 12 905.39 228 010.421995 11 936.98 79 579.86 12 337.52 217 977.431996 11 803.49 78 689.93 12 200.35 215 553.911997 8 474.46 56 496.38 8 759.35 154 758.781998 29 430.71 196 204.76 30 420.30 537 461.201999 53 135.30 354 235.31 54 922.02 970 353.802000 56 760.31 378 402.05 58 668.83 1 036 551.752001 60 468.73 403 402.05 62 507.15 1 104 366.612002 60 442.90 402 952.67 62 475.32 1 103 804.192003 61 340.10 408 933.98 63 402.59 1 120 187.162004 65 187.87 434 585.79 67 379.72 1 190 454.41

Page 109: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

90

01020304050607080

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Ren

te o

ptim

al (R

p m

ilyar

)

Rent optimal i=15% Rent optimal i=5.66%

Gambar 32 Rente optimal untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil

5.6. Degradasi Sumberdaya Ikan Laju degradasi sumberdaya ikan pelagis besar dan pelagis kecil dapat

dilihat pada Tabel 24 dan Gambar 33. Laju degradasi sumberdaya ikan pada

awal-awal periode pengamatan masih rendah akan tetapi dengan meningkatnya

eksploitasi sumberdaya ikan maka laju degradasi juga semakin meningkat. Hal

ini dapat dilihat pada Gambar 34, 35, 36 dan 37. Laju degradasi memiliki pola

yang hampir sama dengan produksi dan effort, laju degradasi akan meningkat

apabila hasil tangkapan dan effort meningkat begitu juga sebaliknya laju

degradasi akan menurun apabila hasil tangkapan dan effort menurun.

Tabel 24 Perkembangan tingkat degradasi sumberdaya ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil

Sumberdaya Ikan Tahun

Pelagis Besar Pelagis kecil 1984 0.14 0.17 1985 0.16 0.15 1986 0.17 0.16 1987 0.18 0.17 1988 0.22 0.19 1989 0.27 0.18 1990 0.29 0.19 1991 0.28 0.20

Page 110: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

91

1992 0.25 0.25 1993 0.20 0.28 1994 0.25 0.30 1995 0.27 0.31 1996 0.28 0.32 1997 0.30 0.34 1998 0.32 0.33 1999 0.33 0.35 2000 0.32 0.35 2001 0.32 0.34 2002 0.21 0.25 2003 0.23 0.31 2004 0.25 0.27

Rataan 0.25 0.26

0.00

0.050.10

0.150.20

0.25

0.300.35

0.40

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Koe

fisie

n de

grad

asi

pelagis besar pelagis kecil

Gambar 33 Perkembangan nilai koefisien degradasi sumberdaya ikan pelagis besar dan pelagis kecil.

Page 111: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

92

0,000,050,100,150,200,250,300,350,40

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Koe

fisie

n De

grad

asi

0

5

10

15

20

25

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

Koefisien Degradasi hasil tangkapan aktual

Gambar 34 Perbandingan laju degradasi dengan hasil tangkapan aktual ikan pelagis besar.

0,000,050,100,150,200,250,300,350,40

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Koef

isie

n de

grad

asi

0510152025303540

Has

il ta

ngka

pan

(rib

u to

n)

Koef degradasi Hasil tangkapan aktual

Gambar 35 Perbandingan laju degradasi dengan hasil tangkapan aktual ikan pelagis kecil.

Page 112: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

93

0,000,050,100,150,200,250,300,350,40

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Koe

fisie

n D

egra

dasi

0

510

15

20

2530

35

Effo

rt (r

ibu

trip)

Koefisien Degradasi Effort

Gambar 36 Perbandingan laju degradasi dengan effort ikan pelagis besar.

0,000,050,100,150,200,250,300,350,40

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Koef

isie

n de

grad

asi

020406080100120140160

Effo

rt (r

ibu

trip)

Koef degradasi Effort

Gambar 37 Perbandingan laju degradasi dengan effort ikan pelagis kecil.

5.7. Depresiasi Sumberdaya Ikan

Hasil perhitungan depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar dapat dilihat

pada Tabel 25. Dari 21 tahun pengamatan, depresiasi terjadi dalam kurun

waktu 7 tahun yaitu pada tahun 1987, 1989, 1992, 1995, 1996, 1997 dan 2003

dengan nilai berkisar antara Rp 451.83 juta sampai Rp 24.32 milyar atau

Page 113: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

94

diperkirakan sebesar 56.95 milyar untuk market discount rate 15% dan antara

1.20 milyar sampai 64.47 milyar atau sebesar 150.94 milyar untuk perhitungan

menggunakan real discount rate sebesar 5.66%. Rata-rata present value untuk

kedua tingkat suku bunga berturut-turut adalah 142.22 milyar dan 376.91 milyar.

Depresiasi terendah terjadi tahun 1987 dan tertinggi terjadi pada tahun 1997

(Gambar 38). Bila dilihat nilai depresiasi di atas merupakan kehilangan yang

cukup besar dan cukup signifikan untuk mengurangi rente sumberdaya.

Perhitungan present value dan depresiasi menggunakan discount rate dari kulla

yang lebih konservatif memberikan nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan market discount rate. Perbandingan laju depresiasi sumberdaya ikan

pelagis besar sesuai dengan perkembangan effort seperti pada Gambar 39 dan

40.

Tabel 25 Perubahan depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar

Tahun Rente Lestari (Rp juta)

PV Rente Lestari 15% (Rp juta)

ΔPV Rente Lestari 15% (Rp juta)

PV Rente Lestari 5,56% (Rp juta)

ΔPV Rente Lestari 5,56% (Rp juta)

1984 4 843.42 32 289.44 32 289.44 85 572.73 85 572.731985 5 750.84 38 338.91 6 049.47 101 604.89 16 032.161986 6 520.28 43 468.55 5 129.64 115 199.35 13 594.461987 6 452.51 43 016.72 -451.83 114 001.92 -1 197.431988 6 773.29 45 155.30 2 138.57 119 669.51 5 667.591989 5 710.43 38 069.51 -7 085.78 100 890.93 -18 778.581990 7 687.45 51 249.67 13 180.16 135 820.69 34 929.751991 7 822.67 52 151.15 901.48 138 209.76 2 389.071992 7 618.21 50 788.07 -1 363.08 134 597.36 -3 612.401993 8 234.50 54 896.69 4 108.62 145 485.92 10 888.561994 11 150.03 74 333.53 19 436.84 196 996.98 51 511.061995 10 971.47 73 143.11 -1 190 42 193 842.17 -3 154.811996 10 817.48 72 116.50 -1 026.61 191 121.48 -2 720.691997 7 169.80 47 798.70 -24 317.81 126 674.99 -64 446.481998 27 125.29 180 835.28 133 036.58 479 245.44 352 570.451999 47 281.02 315 206.80 134 371.52 835 353.71 356 108.282000 51 575.01 343 833.42 28 626.62 911 219.32 75 865.602001 52 943.10 352 953.99 9 120.58 935 390.46 24 171.142002 54 802.92 365 352.80 12 398.80 968 249.46 32 859.012003 51 575.04 343 833.60 -21 519.20 911 219.79 -57 029.672004 55 172.45 367 816.35 23 982.75 974 778.31 63 558.52

Page 114: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

95

-100-50

050

100150200250300350400

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Depr

esia

si (R

p m

ilyar

)

Depresiasi i=15% Depresiasi i=5.66%

Gambar 38 Perkembangan nilai depresiasi sumberdaya ikan pelagis

besar pada discount rate 15% dan 5.66%.

-40-20

020406080

100120140160

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Tahun

Depr

esia

si (R

p m

ilyar

)

0

5

10

15

20

25

30

35

Effo

rt (r

ibu

trip)

Depresiasi i=15% effort

Gambar 39 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar pada discount rate 15%.

Page 115: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

96

-100

0

100

200

300

400

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Tahun

Depr

esia

si (R

p m

ilyar

)

0

5

10

15

20

25

30

35

Effo

rt (r

ibu

trip)

Depresiasi i=5.66% effort

Gambar 40 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis besar pada discount rate 5.66%

Tabel 26 dan Gambar 41 memperlihatkan perkembangan perubahan

depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil, dimana dari 21 tahun pengamatan,

depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil terjadi selama kurun waktu 6 tahun

yaitu pada tahun 1989, 1992, 1995, 1996, 1997 dan tahun 2003, dengan nilai

berkisar antara 265.02 juta sampai 24.05 milyar atau diperkirakan sebesar 52.63

milyar untuk market discount rate 15% dan antara 702.34 juta sampai 63.73

milyar atau sebesar 139.49 milyar untuk discount rate 5.66%. Rata-rata present

value untuk kedua discount rate berturut-turut adalah: 167.89 milyar dan 444.88

milyar. Berdasarkan hasil tersebut, dengan menggunakan discount rate yang

lebih rendah menghasilkan rata-rata present value dan nilai depresiasi yang lebih

tinggi. Perbandingan laju depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar sesuai

dengan perkembangan effort seperti pada Gambar 42 dan 43.

Tabel 26 Perubahan depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil

Tahun Rente Lestari (Rp juta)

PV Rente Lestari 15% (Rp juta)

ΔPV Rente Lestari 15% (Rp juta)

PV Rente Lestari 5.66% (Rp juta)

ΔPV Rente Lestari 5.66% (Rp juta)

1984 5 172.01 34 480.06 34 480.06 91 378.25 91 378.251985 6 065.40 40 436.03 5 955.97 107 162.63 15 784.381986 7 246.29 48 308.61 7 872.58 128 026.36 20 863.731987 7 478.47 49 856.45 1 547.83 132 128.40 4 102.03

Page 116: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

97

1988 8 394.05 55 960.33 6 103.88 148 304.75 16 176.351989 7 559 14 50 394.24 -5 566.09 133 553.64 -14 751.111990 9 238.63 61 590.87 11 196.63 163 226.68 29 673.051991 9 662.63 64 418.87 2 828.01 170 721.39 7 494.711992 8 691.75 57 945.01 -6 473.86 153 564.52 -17 156.871993 9 710.45 64 736.35 6 791.33 171 562.75 17 998.231994 13 470.36 89 802.38 25 066.03 237 992.18 66 429.421995 12 796.43 85 309.53 -4 492.85 226 085.33 -11 906.841996 12 755.68 85 044.51 -265.02 225.382.99 -702 351997 9 149.53 60 996.84 -24 047.67 161 652.41 -63 730.571998 31 344.51 208 963.42 147 966.57 553 789.97 392 137.551999 55 073.12 367 154.12 158 190.71 973 023.30 419 233.332000 61 012.31 406 748.76 39 594.64 1 077 956.08 104 932.782001 61 914.08 412 760.53 6 011.77 1 093 888.33 15 932.252002 65 134.31 434 228.73 21 468.20 1 150 782.86 56 894.532003 63 365.98 422 439.89 -11 788.84 1 119 540.35 -31 242.512004 63 545.81 423 638.76 1 198.87 1 122 717.57 3 177.23

-100

0

100

200

300

400

500

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Nila

i Dep

resi

asi (

Rp

mily

ar)

Depresiasi i=15% Depresiasi i=5.66%

Gambar 41 Perkembangan nilai depresiasi sumberdaya ikan pelagis kecil pada discount rate 15% dan 5.66%.

Page 117: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

98

-50

0

50

100

150

200

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Tahun

Dep

resi

asi (

Rp m

ilyar

)

0

2040

6080

100

120140

160

Effo

rt (ri

bu tr

ip)

Depresiasi i=15% effort

Gambar 42 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis kecil pada discount rate 15%

-100

0

100

200

300

400

500

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

Tahun

Depr

esia

si (R

p m

ilyar

)

0

2040

6080

100

120140

160

Effo

rt (r

ibu

trip)

Depresiasi i=5.66% effort

Gambar 43 Perkembangan nilai depresiasi dan effort sumberdaya ikan pelagis kecil pada discount rate 5.66%.

5.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan yang berbeda akan

menghasilkan produksi, effort, biomas dan rente ekonomi yang berbeda pula.

Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan rezim pengelolaan pada kondisi

maximum economic yield (MEY), maximum sustainable yield (MSY), dan open

access (OA) menggunakan fungsi produksi Gompertz. Hasil perbandingan ke

tiga rezim ini untuk biomas, produksi, effort dan rente ekonomi sumberdaya ikan

Page 118: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

99

pelagis besar dapat dilihat pada Gambar 44 dan 45. Biomas tertinggi terdapat

pada kondisi MEY yaitu sebesar 26 599.61 ton, kemudian pada kondisi MSY

sebesar 16 929.23 ton dan terendah pada kondisi OA sebesar 12 019.17 ton.

Untuk produksi tertinggi terdapat pada kondisi MSY sebesar 15 044.16 ton,

kemudian pada kondisi OA sebesar 14 339.43 ton dan terendah pada kondisi

MEY sebesar 12 956.61 ton, sedangkan untuk effort tertinggi terdapat pada

kondisi OA sebesar 49 279.09 trip, selanjutnya pada kondisi MSY sebesar 36

705.90 trip dan terendah pada kondisi MEY sebanyak 20 120.15 trip. Untuk

rente ekonomi tertinggi terdapat pada kondisi MEY sebesar Rp. 60.26 milyar,

kemudian pada kondisi MSY sebesar Rp 37.02 milyar dan pada kondisi OA tidak

diperoleh rente ekonomi (0).

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Bio

mas

(ton

)

MEY MSY Open acces

Rezim pengelolaan

Gambar 44 Rezim pengelolaan biomas ikan pelagis besar.

Page 119: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

100

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

MEY MSY Openacces

aktual(2004)

rata-rata

Rezim Pengelolaan Pelagis Besar

Hasi

l tan

gkap

an (t

on),

effo

rt (tr

ip)

010000200003000040000500006000070000

rent

e ek

onom

i (R

p Ju

ta)

hasil tangkapan effort rente ekonomi

Gambar 45 Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis besar.

Bila dibandingkan dengan kondisi aktual tahun 2004, untuk hasil tangkapan

dan effort berada di bawah rezim MEY dan MSY sedangkan untuk rente ekonomi

lebih tinggi dibandingkan rezim MSY tetapi di bawah MEY, sedangkan untuk

rata-rata sepanjang tahun pengamatan, hasil tangkapan berada di bawah ke tiga

rezim, untuk effort berada antara MEY dan MSY dengan rente ekonomi yang

lebih rendah dari ke dua rezim tersebut. Untuk lebih jelasnya perbandingan

antara ke tiga rezim dengan kondisi aktual dan rata-rata ikan pelagis besar dapat

dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan kondisi aktual dan rata-rata ikan pelagis besar

Rezim

Pengelolaan Hasil

tangkapan (ton)

Effort (trip)

Nilai Rente (Rp milyar)

MSY 15 044.16 36 705.90 37.02

MEY 12 956.91 20 120.15 60.26

Open Access 14 339.43 49 279.09 0

Aktual (2004) 9 702.50 13 603.42 48.74

Rata-rata 12 827.37 22 216.93 24.13

Page 120: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

101

Selanjutnya perbandingan rezim pengelolaan pada kondisi maximum

economic yield (MEY), maximum sustainable yield (MSY), dan open acces (OA)

untuk biomas, produksi, effort dan rente ekonomi sumberdaya ikan pelagis kecil

dapat dilihat pada Gambar 46 dan 47. Biomas tertinggi terdapat pada kondisi

MEY yaitu sebesar 53 360.06 ton, kemudian pada kondisi MSY sebesar 34

207.87 ton dan terendah pada kondisi OA sebesar 23 724.24 ton. Untuk

produksi tertinggi terdapat pada kondisi MSY sebesar 22 938.09 ton, kemudian

pada kondisi OA sebesar 21 730.06 ton dan terendah pada kondisi MEY sebesar

19 872.30 ton, sedangkan untuk effort tertinggi terdapat pada kondisi OA

sebanyak 270 989.17 trip, selanjutnya pada kondisi MSY sebanyak 198 387.57

trip dan terendah pada kondisi MEY sebanyak 110 183.12 trip. Untuk rente

ekonomi tertinggi terdapat pada kondisi MEY sebesar Rp. 70.47 milyar,

kemudian pada kondisi MSY sebesar Rp 44.89 milyar dan pada kondisi OA tidak

diperoleh rente ekonomi (0).

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Bio

mas

(ton

)

MEY MSY Open acces

Rezim pengelolaan

Gambar 46 Rezim pengelolaan biomas ikan pelagis kecil.

Page 121: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

102

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

MEY MSY Openacces

aktual(2004)

rata-rata

Rezim pengelolaan pelagis kecil

Has

il ta

ngka

pan

(ton)

, ef

fort

(trip

)

01000020000300004000050000600007000080000

rent

e ek

onom

i (Rp

juta

)

hasil tangkapan effort rente ekonomi

Gambar 47 Rezim pengelolaan hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan pelagis kecil

Bila dibandingkan dengan kondisi aktual tahun 2004, untuk tingkat hasil

tangkapan dan effort berada di bawah ketiga rezim, untuk rente ekonomi berada

antara MSY dan MEY, selanjutnya untuk rata-rata sepanjang tahun pengamatan,

hasil tangkapan dan effort berada di antara rezim MEY dan MSY dengan rente

ekonomi yang lebih rendah dari ke dua rezim tersebut. Untuk lebih jelasnya

perbandingan antara ke tiga rezim dengan kondisi aktual dan rata-rata ikan

pelagis kecil dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Perbandingan rezim pengelolaan MSY, MEY dan open access dengan kondisi aktual dan rata-rata ikan pelagis kecil

Rezim Pengelolaan

Hasil tangkapan (ton)

Effort (trip)

Nilai Rente (Rp milyar)

MSY 22 938.09 198 387.57 44.89

MEY 19 872.30 110 183.12 70.47

Open Access 21 730.06 270 989.17 0

Aktual (2004) 15 988.6 71 682.64 65.60

Rata-rata 20 195.73 106 177.72 36.21

Page 122: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

103

Berdasarkan hasil perbandingan ketiga rezim pengelolaan di atas, untuk

mencapai pengelolaan yang optimal, maka rezim yang paling tepat digunakan

adalah rezim maximum economic yield (MEY) dimana dengan effort yang

rendah, produksi yang lebih rendah dibandingkan MSY diperoleh rente ekonomi

yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Millon et al. 1995,

bahwa rezim MEY lebih konservatif dibandingkan rezim MSY dan Open access.

5.9. Aspek Kesejahteraan Produsen Dengan menggunakan parameter biofisik dan ekonomi yang ada, sesuai

dengan metode yang diuraikan sebelumnya maka diperoleh surplus produsen

untuk setiap tahunnya baik untuk pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar

maupun pelagis kecil, seperti pada Tabel 29. Surplus yang seharusnya dapat

diterima nelayan setiap tahunnya untuk pemanfaatan sumberdaya pelagis besar

berkisar antara Rp 32.72 milyar sampai dengan Rp 396.55 milyar atau rata-rata

sebesar Rp 144.92 milyar, sedangkan untuk sumberdaya ikan pelagis kecil

berkisar antara Rp 38.43 milyar sampai dengan Rp 458.85 milyar atau rata-rata

sebesar Rp 170.16 milyar. Surplus produsen untuk pemanfaatan sumberdaya

ikan pelagis besar dan kecil memiliki kecenderungan mengalami peningkatan

setiap tahunnya, akan tetapi terjadinya peningkatan yang cukup besar antara

tahun 1997 dengan tahun 1998 disebabkan karena terjadinya krisis moneter

yang menyebabkan turunnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika (Gambar 48).

Tabel 29 Nilai Surplus Produsen untuk sumberdaya ikan pelagis besar dan pelagis kecil

Surplus Produsen (Rp juta) Tahun Pelagis Besar Pelagis Kecil

1984 32 716.65 38 430.09 1985 38 223.84 44 909.00 1986 42 392.17 49 807.33 1987 42 040.10 49 394.42 1988 46 511.74 54 646.63 1989 41 937.35 49 271.68 1990 51 307.57 60 280.10 1991 53 739.91 63 156.07 1992 49 596.67 58 258.08

Page 123: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

104

1993 53 946.21 63 366.63 1994 74 804.67 87 888.70 1995 71 509.18 84 014.11 1996 70 711.89 83 079.82 1997 50 767.81 59 646.73 1998 176 314.60 207 207.99 1999 318 323.40 373 991.36 2000 340 039.76 399 508.99 2001 362 340.06 425 835.64 2002 362 102.19 429 926.55 2003 367 496.98 431 861.96 2004 396 548.77 458 849.45

Rata-rata 144 922.45 170 158.63

0

100000

200000

300000

400000

500000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Surp

lus

prod

usen

(Rp

juta

)

pelagis besar pelagis kecil

Gambar 48 Perkembangan Surplus Produsen untuk pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar dan kecil.

Surplus produsen merupakan surplus yang diterima oleh produsen yang

merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang digunakan dalam

kegiatan perikanan. Surplus produsen juga menggambarkan tingkat

kesejahteraan nelayan dengan adanya pemanfaatan sumberdaya ikan melalui

kegiatan penangkapan. Dengan kecenderungan terjadinya peningkatan surplus

produsen setiap tahunnya hal ini juga menggambarkan terjadinya peningkatan

kesejahteraan nelayan dari tahun ke tahun. Akan tetapi bila dilihat kenyataan di

lapangan tingkat kesejahteraan nelayan masih memprihatinkan dan tidak terjadi

perbaikan yang signifikan setiap tahunnya. Hal ini karena surplus produsen itu

sendiri baru akan diperoleh oleh produsen apabila pengelolaan sumberdaya

Page 124: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

105

dilakukan secara optimal. Hal ini juga dapat dilihat dari perbandingan antara

surplus produsen dengan rente aktual/penerimaan bersih yang diterima oleh

produsen, dimana rente aktual jauh lebih kecil dibandingkan dengan surplus

produsen (Gambar 49 dan 50). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata

surplus produsen dengan penerimaan riil yang diperoleh produsen saat ini

dimana nilai surplus produsen lebih besar karena untuk pelagis besar rata-rata

penerimaan bersih adalah sebesar Rp 24.13 milyar sedangkan untuk ikan

pelagis kecil penerimaan sebesar Rp 36.21 milyar.

0

100000

200000

300000

400000

500000

19841986

19881990

19921994

19961998

20002002

2004

Tahun

Rp

juta

surplus produsen rente aktual

0

100000

200000

300000

400000

500000

19841986

19881990

1992

19941996

1998

20002002

2004

Tahun

Rp

juta

surplus produsen rente aktual

Gambar 49 Gambar 50 Perbandingan surplus produsen Perbandingan surplus produsen dan rente aktual pelagis besar. dan rente aktual pelagis kecil. 5.10 Kapasitas Perikanan Tangkap 5.10.1 Efisiensi perikanan tangkap

Pengukuran efisiensi perikanan tangkap dilakukan dengan menggunakan

data sekunder (time series) dan data primer. Hasil analisis unit fisik

menggunakan software GAMS dan DEA Solver untuk sumberdaya ikan pelagis

besar disajikan pada Tabel 30 dan Gambar 51. Analisis dilakukan dengan

menggunakan time reference terdiri dari tiga saat pengamatan yaitu di awal

tahun pengamatan (1984), periode pertengahan tahun (1994) dan akhir periode

pengamatan (2004). Dalam analisis ini sebagai output adalah produksi aktual

dan lestari sedangkan sebagai input adalah effort per tahun. Tabel 29

memperlihatkan, dengan time reference awal tahun pengamatan (1984),

efisiensi tertinggi terjadi awal dan akhir periode pengamatan (1984, 2003 dan

2004) dan terendah terjadi pada tahun 1989. Pada periode setelah 1984 terjadi

penurunan efisiensi hal ini disebabkan terjadinya peningkatan input. Selanjutnya

pada tahun 2003 terjadi kembali peningkatan efisiensi hal ini disebabkan oleh

Page 125: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

106

terjadinya penurunan input dan yang diikuti juga dengan penurunan produksi

akan tetapi dengan catch per unit effort (CPUE) yang lebih tinggi.

Tabel 30 Skor efisiensi unit fisik DEA untuk ikan pelagis besar

Skor DEA Tahun 1984 1994 2004 Min Max Avg

1984 0.94 0.72 0.92 0.73 0.94 0.86 1985 0.89 0.73 0.88 0.73 0.89 0.83 1986 0.80 0.66 0.79 0.66 0.80 0.75 1987 0.79 0.67 0.78 0.67 0.79 0.75 1988 0.71 0.65 0.71 0.65 0.71 0.69 1989 0.66 0.69 0.67 0.66 0.69 0.67 1990 0.75 0.82 0.76 0.75 0.82 0.78 1991 0.71 0.76 0.72 0.71 0.77 0.73 1992 0.75 0.74 0.76 0.74 0.76 0.75 1993 0.72 0.66 0.72 0.66 0.72 0.70 1994 0.70 0.72 0.71 0.70 0.72 0.71 1995 0.80 0.84 0.80 0.80 0.84 0.81 1996 0.79 0.86 0.80 0.79 0.86 0.82 1997 0.69 0.79 0.70 0.69 0.79 0.72 1998 0.81 1.00 0.83 0.81 1.00 0.88 1999 0.74 0.97 0.76 0.74 1.00 0.82 2000 0.77 0.96 0.79 0.77 1.00 0.84 2001 0.72 0.88 0.74 0.72 0.88 0.78 2002 0.76 0.68 0.76 0.68 0.76 0.73 2003 1.00 0.96 1.00 0.96 1.00 1.00 2004 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Sko

r E

fisie

nsi D

MU

Gambar 51 Trajektori Skor Efisiensi DEA ikan Pelagis Besar

Page 126: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

107

Untuk mencapai tingkat efisiensi perlu dilakukan upaya perbaikan efisiensi.

Potensi perbaikan efisiensi penangkapan pelagis besar ini adalah dengan

menurunkan effort dan meningkatkan produksi aktual (Lampiran 19). Sepanjang

periode pengamatan potensi perbaikan effort berkisar antara 0% sampai dengan

31.42%. Dengan perbaikan effort ini akan dapat meningkatkan produksi aktual

berkisar antara 0% sampai dengan 55.64%. Hasil penilaian efisiensi untuk

sumberdaya pelagis kecil disajikan pada Tabel 31 dan Gambar 52. Efisiensi

yang tinggi terjadi pada awal periode pengamatan (1984,1985,1986) kemudian

berfluktuasi naik turun sampai terjadi efisiensi terendah pada tahun 2001,

selanjutnya pada tahun 2003 dan 2004 terjadi lagi peningkatan efisiensi yang

disebabkan terjadinya penurunan input yang diikuti juga dengan penurunan

produksi akan tetapi dengan catch per unit effort (CPUE) yang lebih tinggi.

0.50

0.60

0.70

0.80

0.90

1.00

1.10

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Skor

Efis

iens

i DM

U

Gambar 52 Trajektori skor efisiensi DEA ikan pelagis kecil

Tabel 31 Skor efisiensi unit fisik DEA untuk ikan pelagis kecil

Skor DEA Tahun 1984 1994 2004 Min Max Avg

1984 1.00 0.92 0.92 0.92 1.00 0.95 1985 1.00 0.91 0.91 0.91 1.00 0.94 1986 0.93 0.86 0.86 0.86 0.93 0.88 1987 0.87 0.81 0.81 0.81 0.87 0.83 1988 0.81 0.75 0.75 0.75 0.81 0.77 1989 0.79 0.74 0.74 0.74 0.79 0.75 1990 0.78 0.74 0.74 0.74 0.78 0.75 1991 0.78 0.73 0.73 0.73 0.78 0.75 1992 0.73 0.71 0.71 0.71 0.73 0.72 1993 0.80 0.81 0.81 0.80 0.81 0.80 1994 0.86 0.88 0.88 0.86 0.88 0.87 1995 0.88 0.92 0.92 0.88 0.92 0.91 1996 0.85 0.90 0.90 0.85 0.90 0.88 1997 0.82 0.89 0.89 0.82 0.89 0.87

Page 127: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

108

1998 0.78 0.84 0.84 0.78 0.84 0.82 1999 0.74 0.81 0.81 0.74 0.81 0.79 2000 0.81 0.89 0.89 0.81 0.89 0.86 2001 0.72 0.79 0.79 0.72 0.79 0.77 2002 0.85 0.83 0.83 0.83 0.85 0.84 2003 0.95 1.00 1.00 0.95 1.00 0.99 2004 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Untuk mencapai tingkat efisiensi perlu dilakukan upaya perbaikan efisiensi.

Potensi perbaikan efisiensi penangkapan pelagis kecil ini adalah dengan

menurunkan effort (Lampiran 8). Sepanjang periode pengamatan potensi

perbaikan effort berkisar antara 0% sampai dengan 27.04%. Dengan perbaikan

effort ini akan dapat meningkatkan produksi aktual berkisar antara 0% sampai

dengan 7.75%. Bila dibandingkan potensi perbaikan antara ikan pelagis besar

dan pelagis kecil, ternyata prosentase potensi perbaikan lebih besar untuk ikan

pelagis besar.

Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi relatif pelagis besar dapat diketahui

bagaimana kondisi kapasitas penangkapan ikan pelagis besar yaitu dengan cara

mengalikan antara effort aktual atau kapasitas input yang digunakan dengan

efisiensi relatif sehingga diperoleh kapasitas yang optimal. Dari awal

pengamatan telah terjadi inefisiensi input sehingga terjadi kelebihan kapasitas

tangkap untuk menghasilkan output yang sama, selanjutnya pada akhir tahun

pengamatan (2004) terjadi peningkatan efisiensi sehingga kapasitas tangkap

aktual/kapasitas yang digunakan sama dengan kapasitas tangkap yang optimal

(Gambar 53).

Page 128: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

109

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

tahun

Effo

rt (t

rip)

E rata Effort akt Eff effort EE rata

Gambar 53 Perbandingan kapasitas pelagis besar pada kondisi aktual dan optimal.

Untuk perikanan pelagis kecil telah terjadi kelebihan kapasitas perikanan

tangkap sejak awal periode pengamatan, karena seharusnya dengan input yang

lebih rendah akan dapat dihasilkan output yang sama, kapasitas yang sesuai

dengan kapasitas yang lestari baru terjadi pada akhir tahun pengamatan (2004)

dimana dengan nilai efisiensi relatif sama dengan 1 maka output yang dihasilkan

sebanding dengan input yang digunakan (Gambar 54).

020000400006000080000

100000120000140000160000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Effo

rt (tr

ip)

Effort Eff effort E rata EE rata

Gambar 54 Perbandingan kapasitas pelagis kecil pada kondisi aktual dan optimal. Kelebihan kapasitas input setiap tahunnya untuk penangkapan ikan pelagis

sangat ditentukan oleh skor efisiensinya apabila efisiensi tinggi berarti kelebihan

Page 129: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

110

input berkurang atau lebih sedikit (Gambar 55 dan 56). Kelebihan input ini

setiap tahunnya apabila dikonversikan ke dalam unit moneter untuk pelagis

besar rata-rata mencapai 3.52 milyar per tahun sedangkan untuk pelagis kecil

rata-rata sebesar Rp 3.29 milyar (Tabel 32).

0

2000

4000

6000

8000

10000

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Kapa

sita

s in

put (

trip

)

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Skor

Efis

iens

i

kelebihan kapasitas efisiensi

Gambar 55 Hubungan efisiensi dengan kelebihan kapasitas input untuk penangkapan ikan pelagis besar.

05000

10000150002000025000300003500040000

198419

8519

8619

8719

8819

8919

9019

9119

9219

9319

9419

9519

9619

9719

9819

9920

0020

0120

0220

0320

04

Tahun

Kapa

sita

s in

put (

trip)

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20Sk

or E

fisie

nsi

kelebihan kap efisiensi

Gambar 56 Hubungan efisiensi dengan kelebihan kapasitas input untuk penangkapan ikan pelagis kecil

Perhitungan opportunity cost pada Tabel 32, dihitung dari biaya riil yang

digunakan setiap kali operasi penangkapan ikan (biaya per trip). Bila kelebihan

Page 130: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

111

kapasitas input dikonversikan kepada jumlah unit kapal, maka untuk

penangkapan ikan pelagis besar yang menggunakan kapal motor tonda

kelebihan kapasitas input rata-rata sebesar 4 935.74 trip setara dengan 188 unit

kapal motor tonda, bila untuk investasi kapal tonda diperlukan dana sebesar

Rp 75 000 000,- maka akan diperoleh opportunity cost yang dapat diinvestasikan

kepada alat tangkap lain yang lebih efisien sebesar Rp 14,1 milyar, demikian

juga untuk penangkapan ikan pelagis kecil menggunakan kapal motor bagan,

dengan kelebihan kapasitas sebesar 17 869.58 setara dengan 196 unit kapal

bagan, bila untuk investasi kapal bagan diperlukan dana sebesar Rp 110 000

000,-maka akan menghasilkan nilai investasi sebesar Rp 21.56 milyar. Bila

dibandingkan dengan kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB pada

tahun 2004 dengan harga konstan (2000) mencapai 5.57%.

Tabel 32 Opportunity cost dari kelebihan kapasitas input

Tahun Kelebihan kapasitas

pelagis besar (trip)

Nilai (Rp juta) Kelebihan kapasitas

pelagis kecil (trip)

Nilai (Rp juta)

1984 2 177.25 450.24 3 363.74 144.251985 2 806.14 678.12 4 067.10 203.851986 5 359.32 1 436.39 9 785.72 543.981987 5 460.69 1 451.45 16 141.18 889.861988 8 050.34 2 367.36 25 539.12 1 557.711989 9 490.22 2 516.30 28 705.25 1 578.621990 5 337.27 1 731.34 29 104.15 1 958.171991 7 017.25 2 384.23 29 536.65 2 081.491992 5 425.56 1 701.27 37 219.09 2 420.611993 6 770.15 2 308.44 23 298.49 1 647.701994 7 139.62 3 376.69 13 526.28 1 326.861995 4 160.68 1 881.05 8 958.21 830.641996 4 019.00 1 796.78 12 899.12 1 196.111997 7 665.87 2 460.56 14 958.59 995.851998 2 556.38 2 860.82 22 747.54 5 259.391999 4 472.53 9 001.35 28 886.27 12 058.052000 3 772.61 8 003.18 16 826.35 7 503.012001 5 674.70 13 000.11 32 520.95 15 452.492002 6 334.88 14 502.88 16 439.33 7 806.052003 0 0 838.02 403.832004 0 0 0 0

Rata-rata 4 935.74 3 519.46 17 869.58 3 292.93

Apabila nilai kelebihan kapasitas perikanan setiap tahunnya dibandingkan

dengan rata-rata nilai kelebihan baik untuk ikan pelagis besar maupun untuk ikan

Page 131: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

112

pelagis kecil (Gambar 57 dan 58) terlihat bahwa pada awal-awal periode

pengamatan nilainya masih di bawah rata-rata akan tetapi setelah tahun 1998

nilai kelebihan ini sudah di atas rata-rata yang menunjukkan bahwa telah tejadi

overkapasitas dan baru terjadi perbaikan kembali pada akhir periode

pengamatan.

02000400060008000

10000120001400016000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

nila

i kel

ebih

an k

apas

itas

(Rp

juta

)

trajektori per tahun rata-rata

Gambar 57 Nilai kelebihan kapasitas sepanjang periode pengamatan dibandingkan dengan rata-rata nilai kelebihan kapasitas untuk ikan pelagis besar

02000400060008000

1000012000140001600018000

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Nila

i kel

ebih

an k

apas

itas

(Rp

juta

)

trajektori per tahun rata-rata

Gambar 58 Nilai kelebihan kapasitas sepanjang periode pengamatan dibandingkan dengan rata-rata nilai kelebihan kapasitas untuk ikan pelagis kecil

Page 132: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

113

Selanjutnya penilaian efisiensi juga dilakukan untuk unit moneter.

Referensi output yang digunakan adalah rente lestari sedangkan referensi untuk

input adalah cost per unit effort (biaya per trip). Trajektori efisiensi unit moneter

untuk ikan pelagis besar dan pelagis kecil dapat dilihat pada Gambar 59 dan 60.

Hasil analisis efisiensi moneter menunjukkan bahwa untuk ikan pelagis besar

efisiensi tertinggi terjadi pada tahun 1999 dan 2004 dan efisiensi terendah terjadi

tahun 1984 dan 1986. Sedangkan untuk ikan pelagis kecil efisiensi tertinggi

terjadi pada tahun 2000, 2003 dan 2004 dan terendah pada tahun 1988 dan

1989. Bila dibandingkan dengan efisiensi fisik, rata-rata efisiensi fisik lebih tinggi

dibandingkan dengan efisiensi moneter, hal ini kemungkinan disebabkan karena

referensi input dan output yang digunakan berbeda dan biaya operasional yang

digunakan terlalu tinggi. Dari potensi perbaikan efisiensi yang dapat dilihat pada

lampiran 10 dan 11, untuk mencapai efisiensi ikan pelagis besar harus

menurunkan biaya per trip yang berkisar antara 0 – 51.64% atau rata-rata

sebesar 27.27%, sedangkan untuk ikan pelagis kecil biaya per unit effort yang

harus diturunkan berkisar antara 0 – 55.72% atau rata-rata sebesar 28.43%.

0.200.300.400.500.600.700.800.901.001.10

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Skor

Efis

iens

i

Gambar 59 Trajektori efisiensi DMU moneter ikan pelagis besar

Page 133: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

114

0.200.300.400.500.600.700.800.901.001.10

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Sko

r Ef

isie

nsi D

EA_C

BA

Gambar 60 Trajektori efisiensi DMU moneter ikan pelagis kecil.

5.10.2 Efisiensi alat tangkap 5.10.2.1 Pukat cincin

Pengukuran efisiensi dan kapasitas kapal dilakukan dengan metode Data

Envelopment Analysis (DEA). Efisiensi teknis input dan output menggunakan

data fisik dan produksi kapal pukat cincin dengan menggunakan data primer

yang dikumpulkan pertengahan tahun 2004 selama 6 bulan dengan hasil seperti

pada Tabel 33. Dari 13 kapal pukat cincin yang ada yang memiliki efisiensi teknik = 1.00

yang berarti bahwa input yang digunakan sudah efisien sebanyak 5 kapal (38%),

efisiensi di atas 0.90 sebanyak 5 kapal (38%) dan di bawah 0.90 sebanyak 3

kapal (24%). Menurut Fare et al. (2000) apabila efisiensi input kecil dari 1 berarti

input yang digunakan tidak efisien dan dapat dikurangi sebesar 1 dikurangi nilai

efisiensi input, seperti untuk kapal yang pertama efisiensi input = 0.98 berarti

input dapat dikurangi sebesar 2% untuk menghasilkan output yang sama.

Secara keseluruhan dari hasil efisiensi teknis input kapal pukat cincin tingkat

efisiensinya cukup tinggi karena ke 13 kapal mempunyai efisiensi di atas 80%

atau efisiensi teknis rata-rata adalah 95% (Gambar 61). Kapal-kapal yang

memiliki efisiensi di bawah 1 dapat meningkatkan efisiensinya dengan

memperbaiki variabel input dan output yang ada (Gambar 62).

Page 134: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

115

Tabel 33 Efisiensi teknis pendekatan input kapal pukat cincin

Output (kg) input Kapal Produksi pelagis kecil

Produksi pelagis besar

Tonnase kapal (GT)

Pan-jang kapal

Dayamesin (pk)

Upaya /trip

ABK (org)

Efisiensi teknis input

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

11 612.9 20 633.7 16 639.9 18 430.2 8 551.5 8 646.9 9 375.0

20 376.4 19 374.0 17 935.2 11 623.2 12 119.7 17 416.4

27 950.6 19 642.9 12 448.9 18 318.2 32 948.9 35 036.2 22 847.0 17 657.8 12 056.3 13 088.2 22 009.9 25 497.5 15 754.1

25 30 23 27 25 26 24 25 26 25 26 25 25

21 22 17 22 20 21 19 20 21 20 21 20 20

120 120 100 160 100 160 160 120 120 120 120 120 120

51 45 56 56 46 49 47 51 47 68 69 62 55

15 15 13 14 15 19 14 14 14 13 14 13 14

0.98 1.00 0.99 0.96 1.00 1.00 0.84 1.00 0.98 0.95 0.85 1.00 0.87

Gambar 61 Distribusi efisiensi kapal pukat cincin.

Page 135: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

116

Gambar 62 Potensi perbaikan efisiensi kapal pukat cincin.

Tabel 34 Efisiensi teknis pendekatan output kapal pukat cincin

Output (kg) Input Kapal Produksi pelagis

kecil

Produksi pelagis besar

Tonna se

kapal (GT)

Pan-jang kapal

Dayamesin (pk)

Upaya /trip

ABK (org)

Efisiensi

teknis output

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

11 612.9 20 633.7 16 639.9 18 430.2 8 551.5 8 646.9 9 375.0

20 376.4 19 374.0 17 935.2 11 623.2 12 119.7 17 416.4

27 950.6 19 642.9 12 448.6 18 318.2 32 948.9 35 036.2 22 847.0 17 657.8 12 056.3 13 088.2 22 009.9 25 497.5 15 754.1

25 30 23 27 25 26 24 25 26 25 26 25 25

21 22 17 22 20 21 19 20 21 20 21 20 20

120 120 100 160 100 160 160 120 120 120 120 120 120

51 45 56 56 46 49 47 51 47 68 69 62 55

15 15 13 14 15 19 14 14 14 13 14 13 14

1.03 1.00 1.02 1.05 1.00 1.00 1.20 1.00 1.02 1.06 1.18 1.00 1.15

Kapal yang efisien pada pendekatan input akan efisien juga pada

pengukuran efisiensi dengan pendekatan output begitu juga sebaliknya kapal-

kapal yang inputnya tidak efisien dengan pendekatan output juga tidak efisien.

Nilai efisiensi output mengindikasikan seberapa banyak masing-masing kapal

dapat meningkatkan produksinya dengan input yang ada. Kapal-kapal yang

mempunyai nilai efisiensi teknis output sama dengan 1 berarti efisien yaitu

Page 136: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

117

jumlah produksi yang dihasilkan sesuai dengan input yang digunakan,

sedangkan kapal-kapal yang memiliki nilai efisiensi teknis output lebih besar dari

1 berarti kapal tersebut seharusnya masih dapat meningkatkan outputnya

sebesar selisih antara nilai efisiensi yang ada dikurangi 1, contohnya untuk kapal

1 yang memiliki efisiensi teknis output 1.03 berarti masih dapat meningkatkan

produksi sebanyak 3%, jika penggunaan inputnya lebih efisien seperti kapal 2.

Kapasitas tangkap kapal pukat cincin di peroleh dari hasil perkalian ukuran

kapasitas dengan produksi aktual. Rata-rata ukuran kapasitas kapal pukat cincin

adalah 1.08 sehingga diperoleh kapasitas optimal untuk kapal pukat cincin

sebesar 38 634 kg per kapal selama 6 bulan pengamatan atau sebanyak 796.54

kg/trip (Tabel 35).

Tabel 35 Kapasitas kapal pukat cincin Output (kg) Input variabel Ka

pal Produksi pelagis kecil

Produksi pelagis besar

Ukuran kapasitas

(θ)

Kapasitas

(kg) upaya (trip)

ABK (org)

Upaya optimal

(trip)

ABK optimal

(org)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

11 612.90 20 633.65 16 639.92 18 430.23 8 551.47 8 646.86 9 374.97

20 376.37 19 374.02 17 935.21 11 623.17 12 119.72 17 416.41

27 950.60 19 642.85 12 448.58 18 318.17 32 948.90 35 036.24 22 847.03 17 657.83 12 056.28 13 088.16 22 009.93 25 497.48

15 754.09

1.03 1.00 1.02 1.13 1.00 1.00 1.20 1.00 1.05 1.14 1.24 1.07 1.15

40 631.70 40 276.50 29 757.50 41 488.90 41 512.00 43 671.00 38 537.50 38 034.20 33 127.50 35 242.50 41 604.10 40 212.80 38 146.10

51 45 56 56 46 49 47 51 47 68 69 62 55

15 15 13 14 15 19 14 14 14 13 14 13 14

47.74 45.00 41.50 54.71 46.00 49.00 45.54 51.00 49.82 51.00 50.30 48.05 50.88

15.57 15.00 11.83 15.54 15.00 19.00 16.04 14.00 14.20 14.00 15.54 15.35 14.07

Pengukuran efisiensi dengan memasukkan nilai moneter menunjukkan

bahwa rata-rata efisiensi kapal pukat cincin adalah 0.82 (Tabel 35). Bila

dibandingkan dengan efisiensi teknis, rata-rata efisiensi moneter ini lebih rendah.

Hal ini memerlukan adanya perbaikan dalam biaya operasional per unit upaya.

Potensi perbaikan biaya per unit upaya ini berkisar antara 0% sampai dengan

49.44% atau rata-rata sebesar 24.19%

Page 137: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

118

Tabel 36 Efisiensi kapal pukat cincin dengan memasukkan nilai moneter (DEA-CBA)

Output Input Kapal Produksi

(kg) Penerimaan

(RP) Upaya (trip)

Biaya operasional

(Rp)

Efisiensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13

39 564 40 277 29 089 36 748 41 512 43 671 32 222 38 034 31 430 31 023 33 633 37 617 33 171

254 605 228,- 299 120 750,-

201 301 058 249 329 200,- 325 917 900,- 289 014 400,- 190 996 700,- 254 661 725,- 203 004 850,- 207 044 696,- 246 510 750,- 239 996 450,- 205 102 700,-

51 45 56 56 46 49 47 51 47 68 69 62 55

63 915 000,- 58 230 000,- 89 342 000,- 50 847 000,- 64 519 500,- 64 908 000,- 61 860 000,- 47 728 000,- 55 594 500,- 71 854 500,- 70 576 000,- 66 949 500,- 52 792.500,-

0.88 1.00 0.58 0.92 1.00 0.99 0.77 1.00 0.79 0.57 0.66 0.75 0.80

5.10.2.2 Pancing tonda Salah satu jenis alat tangkap di Propinsi Sumatera Barat yang digunakan

untuk menangkap ikan pelagis besar dengan daerah tangkapan di laut lepas di

atas 12 mil dari pantai adalah alat tangkap pancing tonda yang dioperasikan

dengan menggunakan kapal motor. Hasil perhitungan efisiensi input alat tangkap

pancing tonda dengan menggunakan sampel sebanyak 82 kapal motor adalah

seperti pada Tabel 37. Dari 82 kapal yang ada, sebanyak 18 kapal (21.95%)

memiliki efisiensi 1, 16 kapal (20.73%) skor efisiensi antara 0.90-0.99, 17 kapal

(19.51%) skor efisiensi antara 0.80 – 0.89, 18 kapal (21.95%) efisiensi berada

antara 0.70-0.79 sedangkan sebanyak 13 kapal (15.85%) skor efisiensinya di

bawah 0.70 (Gambar 63).

Secara keseluruhan kapal tonda ini cukup efisien karena memiliki efisiensi

rata-rata 82% atau sebanyak 51 kapal (63.19%) efisiensinya di atas 80%, akan

tetapi perlu ditingkatkan lagi, dimana potensi perbaikannya untuk masing-masing

variabel input ditunjukkan pada Gambar 64. Besarnya input yang harus

dikurangi untuk masing-masing variabel adalah: GT sebesar 22.02%, panjang

kapal 18.03%, mesin 18.63%, upaya penangkapan (trip) sebesar 21.34% dan

ABK sebanyak 17.06%. Dengan adanya pengurangan input tersebut akan

meningkatkan output sebesar 2.90%.

Page 138: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

119

Tabel 37 Efisiensi teknis pendekatan input kapal tonda

Efisiensi Input

Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

0.90 – 0.99 0.80 – 0.89 0.70 – 0.79

< 0.70

18 16 17 18 13

21.95 20.73 19.51 21.95 15.85

Jumlah 82 100

Tabel 38 Efisiensi teknis pendekatan output kapal

tonda

Efisiensi Output

Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

1.01-1.10 1.11 – 1.20 1.21 – 1.30

1.31 - 1.40 > 1.40

17 15 9

14 10 17

20.73 18.29 10.98 17.07 12.20 20.73

Jumlah 82 100

Hasil penilaian efisiensi dengan pendekatan output untuk kapal tonda

disajikan pada Tabel 38. Kapal-kapal yang penggunaan inputnya efisien akan

sama dengan pendekatan output juga efisien. Efisiensi output kapal motor

tonda berkisar antara 1 – 1.68 atau rata-rata sebesar 1.22 yang berarti dengan

menggunakan input yang sama masih dapat ditingkatkan output atau produksi

sebesar 22% . Kapasitas tangkap kapal tonda diperoleh dari hasil perkalian

ukuran kapasitas dengan produksi aktual. Rata-rata ukuran kapasitas kapal

tonda adalah 1.30 sehingga diperoleh kapasitas optimal untuk kapal motor tonda

sebesar 15 900.18 kg per kapal selama 6 bulan pengamatan atau sebanyak

1 014.64 kg/trip (Lampiran 13).

Page 139: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

120

Gambar 63 Distribusi efisiensi kapal motor tonda.

Gambar 64 Potensi perbaikan efisiensi kapal motor tonda

Penilaian efisiensi dengan pendekatan moneter (Lampiran 14)

menghasilkan nilai efisiensi moneter rata-rata sebesar 0.70. Hasil ini lebih

rendah dibandingkan efisiensi teknis dengan pendekatan input. Faktor penentu

rendahnya efisiensi moneter ini adalah karena tingginya biaya operasional per

trip. Untuk memperbaiki efisiensi moneter maka biaya operasionalnya perlu

diturunkan sebesar 0 – 52.60% atau rata-rata sebesar 29.80%.

Page 140: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

121

5.10.2.3 Pukat payang Pengoperasian pukat payang menggunakan perahu motor tempel, dengan

mesin penggerak berkekuatan rata-rata 40 PK, panjang kapal rata-rata 12 meter

dan tonnase 2 GT. Hasil perhitungan efisiensi teknis input untuk alat tangkap

payang menunjukkan bahwa yang memiliki efisiensi input 1 sebanyak 13.10%,

efisiensi 0.90 – 0.99 sebanyak 8.33%, efisiensi antara 0.80 – 0.89% sebanyak

19.05%, efisiensi antara 0.70 – 0.79 sebanyak 28.57% dan efisiensi di bawah

0.70 sebanyak 30.95% secara keseluruhan rata-rata efisiensi teknis alat tangkap

payang adalah 78.90% (Tabel 39 dan Gambar 65).

Tabel 39 Efisiensi teknis pendekatan input perahu motor tempel payang

Efisiensi Input

Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

0.90 – 0.99

0.80 – 0.89

0.70 – 0.79

< 0.70

11

7

16

24

26

13.10

8.33

19.05

28.57

30.95

Jumlah 84 100

Tabel 40 Efisiensi teknis pendekatan output perahu motor tempel payang

Efisiensi Output

Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

1.01-1.10

1.11 – 1.20

1.21 – 1.30

1.31 – 1.40

>1.40

11

7

12

10

14

30

13.10

8.33

14.29

11.90

16.67

35.71

Page 141: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

122

Jumlah 84 100

Gambar 65 Distribusi efisiensi perahu motor tempel payang.

Potensi perbaikan efisiensi alat tangkap payang dapat dilakukan dengan

mengurangi input dan meningkatkan output. Besarnya input yang harus

dikurangi untuk masing-masing variabel adalah: GT sebesar 22.29%, panjang

kapal 18.79%, mesin 18.63%, upaya penangkapan (trip) sebesar 18.23% dan

ABK sebanyak 18.30%. Dengan adanya pengurangan input tersebut akan

meningkatkan output sebesar 3.75% (Gambar 66).

Gambar 66 Potensi perbaikan efisiensi teknis perahu motor tempel payang.

Hasil penilaian efisiensi dengan pendekatan output untuk payang disajikan

pada Tabel 40. Efisiensi output perahu motor tempel payang berkisar antara 1 –

1.65 atau rata-rata sebesar 1.30 yang berarti dengan menggunakan input yang

sama masih dapat ditingkatkan output atau produksi sebesar 30% .

Page 142: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

123

Kapasitas tangkap perahu motor payang di peroleh dari hasil perkalian

ukuran kapasitas dengan produksi aktual. Rata-rata ukuran kapasitas perahu

motor payang adalah 1.46 sehingga diperoleh kapasitas optimal untuk perahu

motor payang sebesar 31 403.65 kg per kapal selama 6 bulan pengamatan atau

rata-rata sebesar 260.90 kg/trip.

Hasil penilaian efisiensi moneter untuk alat tangkap payang diperoleh nilai

rata-rata efisiensi sebesar 0.59 (59%). Hasil ini lebih rendah dibandingkan

dengan efisiensi teknis. Untuk memperbaiki efisiensi moneter ini perlu dilakukan

pengurangan biaya operasional yang berkisar antara 0 – 64 % atau rata-rata

sebesar 41%.

5.10.2.4 Bagan Rata-rata efisiensi teknis kapal bagan adalah 0.50 (50%), rendahnya rata-

rata efisiensi ini disebabkan karena sebanyak 85.42% kapal bagan memiliki skor

efisiensi di bawah 0.70 (Tabel 41 dan Gambar 67 ). Gambar 63 menunjukkan

potensi perbaikan untuk bagan, dimana untuk output tidak ada lagi potensi untuk

peningkatan sedangkan untuk mencapai efisiensi perlu dilakukan pengurangan

input yang besarnya untuk setiap variabel adalah: tonnase kapal (GT) sebesar

21.29%, panjang sebesar 19.92%, mesin sebesar 20.15%, upaya penangkapan

(trip) sebesar 20.05% dan ABK sebanyak 18.59%.

Tabel 41 Efisiensi teknis pendekatan input kapal motor bagan

Efisiensi

Input Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

0.90 – 0.99 0.80 – 0.89 0.70 – 0.79

< 0.70

2 5 3 4

82

2.08 5.21 3.13 4.17

85.42

Jumlah 96

100

Page 143: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

124

Gambar 67 Distribusi efisiensi kapal motor bagan.

Gambar 68 Potensi perbaikan efisiensi kapal motor bagan.

Hasil penilaian efisiensi dengan pendekatan output untuk kapal motor

bagan disajikan pada Tabel 42. Efisiensi output kapal motor bagan berkisar

antara 1 – 4.61 atau rata-rata sebesar 2.25 yang berarti dengan menggunakan

input yang sama masih dapat ditingkatkan output atau produksi sebesar 125% .

Tabel 42 Efisiensi teknis pendekatan output kapal motor bagan

Efisiensi Output

Jumlah kapal Prosentase (%)

1.00

1.01-1.10 1.11 – 1.20 1.21 – 1.30 1.31 – 1.40

>1.40

2 6 4 2

82

2.08 6.25 4.17 2.08

85.42

Jumlah 96 100

Page 144: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

125

Kapasitas tangkap kapal motor bagan di peroleh dari hasil perkalian ukuran

kapasitas dengan produksi aktual. Rata-rata ukuran kapasitas kapal motor

bagan adalah 2.74 sehingga diperoleh kapasitas optimal untuk kapal motor

bagan sebesar 93 384.41 kg per kapal selama 6 bulan pengamatan atau rata-

rata sebesar 1 085.60 kg/trip. Hasil penilaian efisiensi moneter untuk kapal

bagan memberikan hasil rata-rata 0.52 (51.50%), nilai efisiensi moneter ini

hampir sama dengan nilai efisiensi teknis. Untuk memperbaiki efisiensi moneter

ini perlu dilakukan pengurangan biaya per unit effort yang berkisar antara 0 –

68% atau rata-rata sebesar 48.50%.

Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi input untuk ke empat alat tangkap,

diketahui bahwa yang memiliki efisiensi input tertinggi adalah kapal pukat cincin

dengan rata-rata 0.95 (95%) dan yang paling rendah adalah bagan dengan rata-

rata efisiensi 0.50 (50%). Begitu juga dengan efisiensi pendekatan output yang

paling efisien adalah pukat cincin dengan efisiensi output rata-rata 1.05 dan yang

memiliki efisiensi output paling rendah adalah kapal motor bagan dengan

efisiensi rata-rata 2.25. Selanjutnya untuk efisiensi moneter alat tangkap yang

paling efisien juga pukat cincin dengan efisiensi rata-rata sebesar 82% kemudian

diikuti oleh tonda sebesar 70%, payang 59% dan alat tangkap yang paling tidak

efisien secara moneter adalah bagan 51.50%.

5.11 Implikasi Kebijakan Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari berbagai analisis yang

telah dilakukan, agar memberikan manfaat bagi keberlajutan usaha perikanan

tangkap di propinsi Sumatera Barat khususnya untuk sumberdaya ikan pelagis

besar dan kecil perlu dijabarkan dalam berbagai implikasi kebijakan, antara lain:

Pertama, dari analisis bioekonomi, menunjukkan bahwa pemanfaatan

sumberdaya pelagis kecil telah mendekati overfishing, dimana secara rata-rata

produksi aktual telah melebihi produksi lestari, walaupun masih berada di bawah

produksi optimal. Sesuai dengan alat tangkap yang digunakan, bahwa

penangkapan ikan pelagis kecil banyak dilakukan di daerah sekitar pantai,

sehingga selain faktor kelebihan input (overcapacity) juga disebabkan oleh faktor

lingkungan lainnya, yang ditunjukkan dengan laju degradasi yang lebih tinggi

dibandingkan sumberdaya pelagis besar, maka kebijakan yang dapat dilakukan

adalah meningkatkan efisiensi input, mengurangi jumlah alat tangkap yang

Page 145: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

126

kurang efisien dimana dalam kajian ini alat tangkap bagan merupakan alat

tangkap yang paling tidak efisien, memperluas daerah jangkauan penangkapan,

pengalihan kepada bidang usaha lain yang masih berkaitan dengan kegiatan

perikanan seperti budidaya rumput laut dan ikan karang serta perbaikan

ekosistem yang mempengaruhi perairan sekitar pantai seperti ekosistem

mangrove dan terumbu karang.

Kedua, Pemanfaatan sumberdaya pelagis besar, yang wilayah penangkapannya

lebih jauh dari pantai, secara rata-rata tingkat pemanfaatannya masih berada

dibawah produksi lestari dan optimal, akan tetapi dilihat dari segi input secara

rata-rata telah terjadi kelebihan kapasitas hal ini disebabkan karena kurang

efisiennya penggunaan input baik fisik maupun moneter. Maka kebijakan yang

dapat dilakukan adalah memperbaiki efisiensi input seperti mengurangi jumlah

hari melaut, memperluas daerah jangkauan penangkapan, meningkatkan

kualitas hasil tangkapan sehingga memberikan harga jual dan penerimaan yang

lebih tinggi yang dapat mengimbangi biaya yang tinggi, serta melakukan

investasi untuk alat tangkap pukat cincin yang lebih efisien dibandingkan dengan

alat tangkap tonda.

Ketiga, Berdasarkan hasil perhitungan depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar

dan kecil ternyata menunjukkan nilai kehilangan yang cukup besar, untuk itu

perlu pengelolaan sumberdaya perikanan secara lebih hati-hati, dan kaitannya

dengan kontribusi perikanan yang rendah terhadap PDRB, hendaknya nilai

depresiasi ini diperhitungkan dalam statistik pendapatan sub sektor perikanan.

Keempat, Berdasarkan hasil kajian efisiensi alat tangkap baik dari pendekatan

input, output maupun moneter, maka alat tangkap yang paling efisien adalah

pukat cincin. Dalam pengembangan alat tangkap ke depan hendaknya alat

tangkap pukat cincin ini lebih ditingkatkan jumlahnya sehingga memberikan

dampak yang positif baik bagi kelestarian sumberdaya ikan maupun

kesejahteraan para pelaku usahanya. Investasi yang dibutuhkan untuk alat

tangkap pukat cincin ini cukup tinggi maka langkah-langkah yang dapat

dilakukan adalah: kerjasama antara pengusaha perikanan yang memiliki modal

yang kuat dengan para nelayan, subsidi dari pemerintah, melakukan sosialisasi

agar alat tangkap ini dapat lebih diterima oleh masyarakat (nelayan) dan

meningkatkan kemampuan para nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap

pukat cincin, selanjutnya mengalihkan investasi dari alat tangkap yang kurang

efisien kepada alat tangkap yang efisien. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

Page 146: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

127

kapasitas dimana dengan adanya kelebihan kapasitas input maka terdapat

oppurtunity cost rata-rata sebesar 42,47 milyar rupiah, sehingga nilai yang cukup

besar ini dapat dialihkan kepada investasi yang lebih efisien seperti pukat cincin.

Kelima, Dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan/pelaku

usaha perikanan, maka kebijakan yang dapat dilakukan antara lain adalah:

meningkatkan nilai tambah (value added) dari hasil tangkapan seperti dengan

cara meningkatkan mutu hasil tangkapan dan diversifikasi pengolahan hasil

perikanan, selanjutnya meningkatkan ketrampilan dan kemampuan para nelayan

baik dalam penguasaan teknologi penangkapan dan penanganan ikan maupun

dalam manajemen usaha.

Keenam, Salah satu upaya untuk melestarikan sumberdaya ikan adalah melalui

koservasi untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang kemungkinan penerapan

marine protected area (MPA) pada lokasi-lokasi yang memungkinkan sehingga

sumberdaya perikanan akan mengalami apresiasi yang pada akhirnya akan

memberikan manfaat terhadap kesejahteraan masyarakat perikanan secara

keseluruhan. Pengembangan MPA dilakukan dengan mempertimbangkan secara

seksama faktor sosial ekonomi, karena tanpa mempertimbangkan kedua faktor

tersebut pengembangan MPA tidak akan berhasil (Fauzi, 2000b).

Ketujuh, Kebijakan lainnya yang dapat diterapkan dalam rangka pengurangan

kapasitas input atau peningkatan efisiensi input adalah dengan menerapkan

instrumen ekonomi seperti penetapan pajak pada input, dengan penerapan pajak

pada input akan menyebabkan peningkatan biaya per unit upaya, sehingga akan

mengurangi jumlah effort. Dalam jangka panjang dengan pengenaan pajak input

akan tejadi pengendalian upaya penangkapan karena dengan terjadinya

peningkatan biaya akan mendorong pelaku usaha untuk keluar dari perikanan

sampai terjadinya titik keseimbangan. Sebagai contoh pada rezim open access

untuk ikan pelagis kecil dengan pengenaan pajak input sebesar 5% akan

menyebabkan pengurangan effort dari 147 771.75 trip menjadi 145 201.42 trip.

Secara teoritis pengenaan pajak input dapat dilhat pada Gambar 69.

Page 147: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

128

TC1

TR

TC2 Rp

Upaya/Effort E2 EMSY E1

Gambar 69 Pengaruh pajak per unit upaya terhadap keseimbangan

akses terbuka (Fauzi, 2004).

Dari Gambar 69 dapat dijelaskan bahwa dengan pengenaan pajak per satuan

upaya maka kurva total biaya (TC) bergeser dari TC1 menjadi TC2 dan

mengurangi jumlah upaya (effort) dari tingkat upaya sebesar E1 ke tingkat upaya

sebesar E2.

Page 148: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

129

6 KESIMPULAN DAN SARAN

.1 Kesimpulan umberdaya ikan pelagis kecil secara rata-rata telah berada di

2) na untuk sumberdaya ikan

3) antara Rp 451.83 juta

4) h

5) tangkap di

setara dengan nilai moneter sebesar 24.85 milyar rupiah

61) Pemanfaatan s

atas produksi lestari tetapi masih berada di bawah produksi optimal,

sedangkan untuk sumberdaya ikan pelagis besar rata-rata produksi aktualnya

masih berada di bawah produksi lestari dan optimal, akan tetapi tetap

diperlukan kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Telah terjadi degradasi sumberdaya ikan, dima

pelagis kecil rata-rata tingkat degradasi setiap tahunnya sebesar 26%

sedangkan untuk ikan pelagis besar sebesar 25%. Laju degradasi memiliki

pola yang hampir sama dengan effort, laju degradasi akan meningkat apabila

effort meningkat begitu juga sebaliknya laju degradasi akan menurun apabila

effort menurun, dengan demikian terjadinya kelebihan kapasitas tangkap

akan meningkatkan laju degradasi sumberdaya ikan.

Depresiasi sumberdaya ikan pelagis besar berkisar

rupiah sampai Rp 24.32 milyar rupiah atau diperkirakan sebesar 56.95 milyar

rupiah untuk market discount rate 15% dan antara 1.20 milyar rupiah sampai

64.47 milyar rupiah atau sebesar 150.94 milyar rupiah untuk perhitungan

menggunakan real discount rate sebesar 5.66%. Sedangkan untuk

sumberdaya pelagis kecil dengan nilai berkisar antara 265.02 juta rupiah

sampai 24.05 milyar rupiah atau diperkirakan sebesar 52.63 milyar rupiah

untuk market discount rate 15% dan antara 702.34 juta rupiah sampai 63.73

milyar rupiah atau sebesar 139.49 milyar rupiah untuk discount rate 5,66%.

Nilai depresiasi ini merupakan kehilangan yang cukup besar yang dapat

mengurangi manfaat secara ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya ikan.

Rata-rata nilai surplus produsen per tahun untuk ikan pelagis besar adala

Rp 144.92 milyar dan untuk ikan pelagis kecil Rp 170.16 milyar.

Secara rata-rata selama tahun pengamatan kondisi perikanan

perairan pesisir Sumatera Barat sudah mengarah kepada kelebihan tangkap

(overcapacity), dimana untuk sumberdaya perikanan pelagis besar rata-rata

kelebihan kapasitas adalah 4 935.74 trip pertahun atau setara dengan nilai

moneter sebesar 17.62 milyar rupiah dan untuk pelagis kecil 17 869.58 atau

Page 149: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

130

6)

alami peningkatan,

7)

i moneter, diketahui alat tangkap yang paling

6.2 1) alam mewujudkan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan di

Sumatera Barat, hendaknya Pemda menjadikan kapasitas perikanan

2)

beberapa upaya seperti

3)

eningkatan kemampuan ABK dan

Tingkat efisiensi perikanan tangkap dari waktu ke waktu mengalami

penurunan dan pada akhir periode pengamatan meng

efisiensi untuk ikan pelagis besar rata-rata 85% sedangkan untuk ikan

pelagis kecil rata-rata 89%.

Berdasarkan hasil analisis efisiensi alat tangkap, baik efisiensi teknis input

dan output, maupun efisiens

efisien adalah pukat cincin kemudian diikuti oleh tonda, payang dan terakhir

yang paling tidak efisien alat tangkap bagan.

Saran

D

Propinsi

sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan.

Dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan nelayan/pelaku usaha

perikanan, maka hendaknya dilakukan

meningkatkan nilai tambah (value added) dari hasil tangkapan seperti dengan

cara meningkatkan mutu hasil tangkapan dan diversifikasi pengolahan hasil

perikanan, selanjutnya meningkatkan ketrampilan dan kemampuan para

nelayan baik dalam penguasaan teknologi penangkapan dan penanganan

ikan maupun dalam manajemen usaha.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi perlu dilakukan perbaikan-perbaikan

baik dalam hal pengurangan input, p

peningkatan spesifikasi teknis kapal. Salah satu cara untuk meningkatkan

efisiensi melalui pengurangan input adalah dengan penetapan pajak pada

input, dengan penerapan pajak pada input akan menyebabkan peningkatan

biaya per unit upaya, sehingga akan mengurangi jumlah effort. Dalam jangka

panjang dengan pengenaan pajak input akan tejadi pengendalian upaya

penangkapan karena dengan terjadinya peningkatan biaya akan mendorong

pelaku usaha untuk keluar dari perikanan sampai terjadinya titik

keseimbangan. Cara lainnya yang dapat dilakukan untuk pengurangan effort

adalah dengan pembatasan masuk (limited entry) melalui izin usaha

penangkapan ikan. Alternatif lainnya adalah dengan memberlakukan kuota

yaitu dengan membatasi jumlah produksi sesuai dengan produksi lestari akan

tetapi untuk penerapannya diperlukan kajian lebih lanjut.

Page 150: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

131

4)

litian ini adalah alat

5)

perlu dilakukan penelitian tentang kemungkinan

6)

angkap dan jenis ikan serta

Dalam pengembangan alat tangkap hendaknya Pemda memilih alat tangkap

yang lebih efisien salah satunya sesuai dengan hasil pene

tangkap pukat cincin.

Salah satu upaya untuk melestarikan sumberdaya ikan adalah melalui

koservasi untuk itu

penerapan marine protected area (MPA) pada lokasi-lokasi yang

memungkinkan sehingga sumberdaya perikanan akan mengalami apresiasi

yang pada akhirnya akan memberikan manfaat terhadap kesejahteraan

masyarakat perikanan secara keseluruhan.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan seperti analisis kapasitas per wilayah

kabupaten/kota, kapasitas menurut alat t

memperhitungkan faktor musim penangkapan.

Page 151: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

132

DAFTAR PUSTAKA

nna S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan-Pencemaran [disertasi scasarjana Institut Pertanian Bogor.

Aziz Kdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional

Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut, Jakarta.

Bailey ternational Center for

Living Aquatic Resources Management, Manila, Philippines; Directorate

[BPS S

B) Sumatera Barat menurut lapangan usaha 2000-2004. Padang.

[Bakos Kelautan. Bogor.

harnes A, Cooper WW, Rhodes E. 1978. Measuring the Efficiency of Decision

ry. Marine Resources Economics: 2:115-140.

Cunninnagement.

esar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dickey Income. Di dalam: Rao BB, editor Cointegration

for the Applied Economist , New York. St. Martin’s Press, Inc, hlm 9-45.

[Diskan

A]. Bogor: Program Pa

A et al. 1998. Potensi Pemanfaatan dan Peluang Pengembangan Sumber

C, Dwiponggo A, Marahudin F. 1987. Indonesian Marine Capture Fisheries. ICLARM Studies and Reviews 10, In

General of Fisheries and Marine Fisheries Research Institute, Ministry of Agriculture, Jakarta, Indonesia.

umbar] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 2005. Produk Domestik Regional Bruto (PDR

urtanal] Badan Koordinasi Survey dan Pemetaaan Nasional. 1998. Indonesia Atlas Sumberdaya

Charles AT. 2001. Sustainable Fishery Systems. Blackwell Science.

CMaking Units. Eur Journal. Opl. Res 2:429-444.

Clarke RP, Yoshimoto SS, Pooley SG. 1992. A Bioeconomic Analysis of the

Northwestern Hawaiian Islands Lobster Fishe

gham S. 1981. The Evolution of the Objective of Fisheries Management During 1970s. Ocean Ma

Dahuri R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis

Kelautan Orasi Ilmiah: Guru B

Institut Pertanian Bogor.

DA, Jensen DW, Thornton DL. 1994. A Primer on Cointegration with an Application to Money and

Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1985. Statistik Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1984.

[Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1986. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1985 . [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1987. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1986

Page 152: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

133

Sumatera Barat.

tistik

n 2002.

. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1988. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1987. . [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1989. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1988. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1990. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1989. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1991. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1990. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1992. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1991. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1993. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1992. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1994. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1993. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1995. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1994. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1996. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1995. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1997. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1996. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1998. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1997. . [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1999. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1998. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 1999. Peluang

Pengembangan Investasi Perikanan di Propinsi [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2000. Sta

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 1999. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2001. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 2000. [Diskan Sumbar] Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2002. Statistik

Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 2001. [DKP Sumbar] Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2003.

Statistik Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahu

Page 153: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

134

Jakarta.

ngkap tahun 2004.

Doring

n Lemuru. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.

Enders

roup on the Management of Fishing. FAO Fisheries Report No. 615. Rome.

[FAO] ure 2000. Rome.

ange: a non parametric approach. Int.Econ.Rev.30.

Fare Rsity Press.

ssing Capacity in Fisheries When Data are Limited, presented at the International Institute Of Fisheries Conference

Fauzi

omi Perikanan, IPB, Bogor

an Seribu Marine Park. Paper presented at the International Conference on Economics of Marine

[DKP Sumbar] Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2004. Statistik Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 2003.

[DKP Sumbar] Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat. 2005.

Statistik Perikanan Propinsi Sumatera Barat tahun 2004. [Ditjenkan Deptan] Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. 1997.

Potensi dan Penyebaran Ikan Laut di Perairan Indonesia. [Ditjenkan Tangkap DKP] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen

Kelautan dan Perikanan. 2005. Perkembangan Perikanan Ta

R. 2001. Concept of Sustainable Fisheries. Paper. Botanical Institute University of Greifswald, Greifswald.

Dwiponggo. A. 1982. Beberapa aspek biologi ikan lemuru, Sardinella spp. Di

dalam: Prosiding Seminar Perikana

W. 1995. Applied Econometrics Time Series, New York, John Wiley and Son Inc.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1998. Report of the FAO Technical

Working G

Food and Agriculture Organization. 2000. The State of World Fisheries and Aquacult

Fare R, Grosskopf S, Kokkenlenberg E. 1989. Measuring plant capacity

utilization and technical ch

, Grosskopf S, Lovell C. 1994. Production Frontier. New York, NY. Cambridge Univer

Fare R, Grosskopf S, Kirkley JE, Squires D. 2000. Data Envelopment Analysis

(DEA): A Framework for Asse

IIFET X 2000, July.

A. 2000a. Teori Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Working Paper. Jurusan Sosial Ekon

Fauzi A. 2000b. An overview of Sosioeconomic Aspect of Indonesian Marine

Protected Area: A Perspective from Kepulau

Protected Area (MPA) Vancouver, Canada, July.2000.

Page 154: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

135

auzi A. 2001a. Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi: Panduan Singkat Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

or Indonesian Small Pelagic Fishery.

h (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir dan Lautan.

Fauzi kan Pembangunan Perikanan.

Jurnal Pesisir dan lautan,Volume 4 No.2.

Fauzi Jurusan

Sosial Ekonomi.

astal jects: A CBA-DEA Approach. Journal of Coastal and

Marine Resources. Special Issue.

Fauzi Amedia Pustaka Utama.

ohansen L. 1968. Production Functions and the Concept of Capacity. In:

r University Center for Study and Research.

King. M

paper prepared for FAO Technical Working Group on the Management of Fishing Capacity, La Jolla, USA, 15- 18 April

F

Fauzi A. 2001b. An Econometric Analysis of the Surplus Production Function:

An Application f Fauzi A. 2002. Menggagas Penerimaan Negara Melalui “Fishing (User) Fee”.

Warta Pesisir 04/III/2002.ISSN:1410-9514. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, teori dan aplikasi,

Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan, Isu, Sintesis dan Gagasan,

Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Fauzi A, Anna S. 2002a. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan

Perikanan: Aplikasi Pendekatan Rapfis

A, Anna S. 2002b. Penilaian Depresiasi Sumberdaya Perikanan sebagai Bahan Pertimbangan Penentuan Kebija

A, Anna S. 2002c. Data Envelopment Analysis (DEA) KapasitasPerikanan di Perairan Pesisir DKI Jakarta, Working Paper

Fauzi A, Anna S. 2003. Assessment of Sustainability of Integrated Co

Management Pro

, Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta, PT Gra

Gordon HS. 1954. The Economic Theory of a Common Property Resource: The

Fishery. Journal of Political Economy 62:124-142. Gujarati DN. 1995. Basic Econometrics: Ed ke-3. New York. Mc Graw-Hill, Inc.

JRecent Research on the Function of Production, Namur France: Namu

. 1995. Fisheries Biology, Assesment and Management. Fishing News Book. Great Britain.

Kirkley JE, Squires D. 1998. Measuring Capacity and Capacity Utilization in

Fisheries. Backgound

1998, 160 pp. Forthcoming, FAO Fisheries Report.

Page 155: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

136

Kirkleyrnia, Departemen of

economics. San Diego.

Kirkleyin Developing Country Fisheries: The Malaysian

Purse Seine Fishery. American Agricultural Economics Association, 85:3.

Klein L

Journal of Economics, 99: 873-882.

esentation, World Fisheries Congress, Sidney, Australia. National Marine Fisheries Service,

Merta

alternatif Pengelolaannya [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Merta Iya Ikan Laut di Perairan Indonesia.

Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, Jakarta.

Milon J 177.

Florida Sea Grant College Program University of Florida, Gainesville,

Monint

an. Makalah disampaikan pada Seminar Pengembangan Agribisnis Perikanan Berwawasan Lingkungan pada Sekolah Tinggi

Monint

akalang. Bahan Pelatihan Perencanaan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara

Morriso

mance Indicators. Berlin: Springer-Verlag.

Nontji.

JE, Squires D. 1999. Capacity and Capacity Utilization in Fishing Industries. Discussion Paper, University of Califo

JE, Squires D, Alam MF, Ishak HO. 2003. Excess Capacity and Asymmetric Information

R. 1960. Some Theoretical Issues in the Measurement of Capacity. Econometrica, 28.

Kula E. 1984. Derivation of Social Time Preference Rates for the US and

Canada. Quarterly Lindebo E, Hoff A, Vestergaard N. 2002. Economic and Physical Measures of

Capacity: A Comparative Analysis of Danish Trawlers. Mace PM. 1996. Developing and Sustaining World Fisheries Resources: The

State of the Science and Management. Keynote Pr

Silver Spring, Maryland.

IGS. 1992. Dinamika Populasi Ikan Lemuru. Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Perairan Selat Bali dan

GS, Nurhakim S, Widodo J. 1998. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil. Potensi dan Penyebaran Sumberda

W, Larkin SL, Ehrhardt NM. 1999. Bioeconomic Models of the Florida Commercial Spiny Lobster Fishery. Sea Grant Report Number

Florida.

ja DR. 1994. Pengembangan Perikanan Tangkap Berwawasan Lingkung

Perikanan Jakarta, Agustus 1994, Jakarta.

ja DR. 1997. Pengembangan Perikanan Tangkap yang Berkelanjutan: Catatan tentang Usaha Penangkapan C

Terpadu. PK-SPL IPB-Ditjen Bangda. November-Desember 1997.

n CJ. 1993. A Microeconomic Approach to the Measurement of Economic Performance: Productivity Growth, Capacity Utilization, and Perfor

A. 1993. Laut Nusantara, Jakarta, Djambatan.

Page 156: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

137

an Ekologis, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Pariwo al Phenomena in Asean Region, Australian Cooperative Programmes in Marine Sciences. Prelim. Rep. FIAM, South

[Puslitb ologi LIPI] Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2001. Potensi, Pemanfaatan dan

Saanin Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Volume I dan II, Jakarta,

Bina Cipta.

Seijo JC, Defeo O, Salas S. 1998. Fisheries Bioeconomics Theory, Modelling and Management. FAO Fisheries Technical Paper 368.

Sparre Tropis. Buku 1: Manual. Kerjasama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan

Tinung ga Hasil

Tangkapan Maksimum Lestari untuk Menunjang Pengelolaan Perikanan

Uktolse 998. Sumberdaya Ikan Pelagis Besar. Potensi dan

Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi

Walden g Technical Efficiency and Capacity in

Fisheries by Data Envelopment Analysis Using the General Algebraic

Walden JE. 2000b. Measuring Capacity of the New England Otter

Trawl Fleet. IIFET 2000 Proceedings, Oregon State University.

Ward J nt. IIFET 2000 Proceedings, Oregon State University.

Ward JM, Kirkley JE, Metzner R, Pascoe S. 2004. Measuring and Assessing Capacity in Fisheries, Basic Concept and Management Options. FAO

WCED ord Univ. Press

Nybakken JW. 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekat

no JI. 1985. Tides and Tid

Australia.

ang Osean

Peluang Pengembangan Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Jakarta.

H. 1984.

P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan

Bangsa-Bangsa dengan Badan Penelitian Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Jakarta, Indonesia.

ki GM. 2005. Evaluasi Model Produksi Surplus dalam Mendu

Lemuru di Selat Bali [disertasi] Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

ja JCB. et al. 1

Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

JB, Kirkley JE. 2000a. Measurin

Modeling system (GAMS): A Workbook. NOAA Technical Memorandum NMFS-Ne-160.

JB, and Kirkley

. 2000. Capacity, Excess Capacity and Fisheries Manageme

Fisheries Technical Paper. 4331:1. Rome.

. 1987. Our Common Future, New York. Oxf

Page 157: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

137

Lampiran 1. Disagregasi hasil tangkapan perikanan pelagis besar

Produksi (ton) Tahun tenggiri tuna cakalang tongkol

1984 1 007.40 1 281.20 3 602.30 3 150.80 1985 393.20 1 208.50 3 881.80 3 595.70 1986 613.80 1 404.70 4 500.50 4 696.70 1987 526.30 2 160.50 4 636.40 5 148.00 1988 637.70 2 669.90 5 428.60 5 544.60 1989 1 021.30 3 700.80 7 101.40 7 355.50 1990 1 079.46 3 911.74 7 507.23 7 774.76 1991 1 434.90 3 341.40 8 941.10 9 533.20 1992 3 471.80 5 488.30 5 898.00 6 395.70 1993 4 606.30 4 134.90 4 698.50 5 032.40 1994 2 376.20 5 094.60 6 719.00 6 025.60 1995 2 947.40 6 816.30 7 421.10 6 587.00 1996 2 274.40 6 322.90 8 157.20 7 209.70 1997 1 760.60 8 664.30 9 118.40 7 996.20 1998 1 669.30 8 843.80 9 392.20 8 903.20 1999 1 539.80 6 702.80 11 017.30 11 301.40 2000 1 541.20 5 715.80 10 157.50 9 864.20 2001 2 056.90 5 226.70 9 319.70 12 601.00 2002 1 547.80 4 336.60 4 689.70 4 778.40 2003 3 626.70 3 802.60 8 876.40 12 088.30 2004 2 963.30 3 266.00 9 293.10 8 736.40

Hasil tangkapan total alat tangkap Pukat Cincin dan Pancing Tonda

Produksi total per alat tangkap(ton) Tahun Pukat cincin Pancing Tonda

Jumlah

1984 990.20 6.251.80 7 242.00 1985 870.70 7.305.60 8 176.30 1986 1 188.50 8.347.80 9 536.30 1987 1 930.10 8.967.50 10 897.60 1988 2 271.50 11 645.00 13 916.50 1989 3 399.20 14 442.20 17 841.40 1990 3 579.40 15 207.60 18 787.00 1991 3 795.90 14 604.90 18 400.80 1992 4 998.30 11 633.40 16 631.70 1993 3 564.50 10 063.80 13 628.30 1994 4 511.30 13 044.00 17 555.30 1995 4 476.30 13 267.70 17 744.00 1996 5 021.80 14 686.20 19 708.00 1997 6 456.60 15 889.80 22 346.40 1998 6 479.80 20 192.70 26 672.50 1999 4 197.70 21 742.10 25 939.80 2000 5 037.30 21 360.50 26 397.80 2001 4 402.70 19 939.70 24 342.40 2002 3 588.40 10 459.80 14 048.20 2003 2 729.70 8 726.70 11 456.40 2004 2 500.70 10 382.90 12 883.60

Page 158: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

138

Page 159: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

139

Page 160: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

140

Lampiran 3. Disagregasi hasil tangkapan ikan pelagis kecil

Produksi per jenis ikan (ton) Tahun layang selar teri tembang kembung lemuru

1984 1 301.30 932.50 4 075.60 1 820.70 3 983.90 401.40 1985 1 624.30 1 114.00 3 477.50 1 658.20 3 823.20 283.50 1986 1 699.40 1 479.30 4 543.10 1 858.30 4 320.90 380.00 1987 1 274.90 1 889.30 4 992.10 1 837.00 4 637.70 434.80 1988 1 585.80 2 338.00 5 873.10 2 288.30 5 003.90 357.40 1989 1 614.60 1 653.20 5 627.70 3 138.60 4 164.20 348.20 1990 1 706.74 1 747.43 5 948.47 3 317.45 4 401.55 338.04 1991 1 588.70 1 110.30 8 993.50 2 954.20 4 206.80 236.40 1992 1 781.30 2 160.70 10 631.20 2 517.90 4 022.30 270.90 1993 2 696.30 3 354.90 10 367.70 3 034.50 3 640.90 291.30 1994 2 526.60 2 605.90 13 406.80 3 821.10 3 877.20 454.50 1995 1 812.90 1 914.70 14 355.90 3 252.00 3 759.30 511.10 1996 2 032.20 2 167.90 16 361.90 3 852.50 4 356.00 683.70 1997 2 273.01 2 456.50 19 839.60 3 472.20 4 330.10 850.20 1998 1 903.70 2 371.40 20 470.30 3 877.50 4 199.90 906.00 1999 1 918.20 2 513.70 19 838.30 7 769.60 3 543.90 1 490.10 2000 2 029.10 2 673.70 21 207.10 6 456.90 4 179.30 1 233.90 2001 2 305.30 3 472.60 19 897.90 7 619.40 5 047.80 1 233.90 2002 1 215.40 2 382.10 7 766.20 3 071.40 10 158.60 673.40 2003 1 072.80 4 219.60 11 814.30 4 477.60 8 742.10 1 192.00 2004 1 404.90 3 019.90 4 772.00 2 985.30 6 849.50 1 141.20 Hasil tangkapan ikan pelagis kecil per alat tangkap (ton)

Produksi per alat tangkap (ton) Tahun Payang Pkt.pantai Pkt.cincin J.i.hanyut Bagan

Jumlah

1984 2 620.90 3 148.80 990.20 1 852.20 6 325.10 14 937.201985 2 974.50 2 477.50 870.70 1 332.80 5 757.80 13 413.301986 4 385.10 3 090.10 1 188.50 1 373.30 6 161.30 16 198.301987 4 413.90 3 045.40 1 930.10 2 451.40 6 687.30 18 528.101988 4 827.60 3 352.10 2 271.50 2 057.90 7 630.20 20 139.301989 5 480.30 3 073.40 3 399.20 1 874.30 7 894.90 21 722.101990 5 770.80 3 236.30 3 579.40 1 973.60 8 313.30 22 873.401991 6 710.30 3 746.90 3 795.90 2 067.80 9 477.90 25 798.801992 10 042.80 2 869.40 4 998.30 2 021.70 10 739.40 30 671.601993 10 816.40 3 817.20 3 564.50 3 105.40 16 766.40 38 114.901994 9 057.70 3 875.40 4 511.30 2 057.70 18 432.50 37 934.601995 5 926.80 4 549.10 4 476.30 2 046.40 21 365.10 38 363.701996 8 718.90 4 124.40 5 021.80 2 251.60 24 232.40 44 349.101997 9 283.30 4 445.00 6 456.60 2 046.40 26 857.10 49 440.401998 8 474.40 4 761.60 6 479.80 2 251.60 22 260.80 44 503.601999 10 150.90 3 767.00 4 197.70 2 398.40 26 016.30 46 745.102000 10 910.20 3 368.30 5 037.30 2 526.80 27 566.90 51 178.202001 13 348.10 4 079.30 4 402.70 2 613.20 27 691.10 53 605.002002 6 847.10 2 548.80 3 588.40 4 295.50 17 857.00 33 099.202003 11 388.80 6 667.10 2 729.70 4 083.80 27 576.10 52 584.102004 8 261.90 6 590.90 2 500.70 2 257.90 21 591.40 42 164.00

Page 161: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

140

Lampiran 3. lanjutan

Share oleh payang Share oleh pukat pantai Tahun layang selar teri tembang kembung lemuru layang selar teri tembang kembung lemuru

1984 278.4 186.0 24.4 234.0 537.1 143.7 12.9 299.7 765.1 127.2 121.7 52.7 1985 374.1 235.5 38.6 292.6 578.1 131.2 13.3 301.2 523.5 103.3 92.7 17.3 1986 624.7 390.8 74.4 457.6 847.7 92.9 20.2 322.1 707.2 110.0 206.2 9.4 1987 598.5 340.1 133.4 455.4 771.1 104.6 34.5 587.1 809.6 96.5 196.6 32.5 1988 705.8 467.8 238.3 592.2 819.0 15.0 54.2 667.8 912.7 154.8 162.5 41.1 1989 915.4 284.4 332.7 711.5 523.7 78.4 43.7 451.0 865.7 173.9 139.4 25.5 1990 967.6 300.6 351.7 752.1 553.6 82.7 46.2 476.7 915.0 183.8 147.3 27.0 1991 694.0 341.6 516.6 307.7 447.8 35.1 71.9 288.1 1 715.1 225.7 68.3 4.9 1992 849.8 917.6 518.7 625.4 977.5 36.2 52.3 99.9 1 999.2 62.2 65.8 3.6 1993 1 271.3 1 168.9 638.9 1 016.3 920.0 43.8 57.8 114.7 1 472.9 77.3 75.7 4.0 1994 957.8 754.8 639.6 1 016.0 1 482.0 157.2 101.0 146.6 992.4 85.1 144.4 6.2 1995 370.3 348.3 915.9 379.9 1 053.6 262.2 104.5 120.8 994.0 88.2 168.2 7.7 1996 432.3 307.7 1 070.0 478.8 1 379.4 163.0 71.8 113.2 1 199.8 107.7 208.1 8.1 1997 369.1 318.10 683.9 255.7 1 447.6 231.3 27.1 69.9 1 528.2 106.2 145.5 13.3 1998 320.8 275.4 562.0 214.9 1 073.0 228.5 17.9 61.8 1 397.5 124.7 165.1 31.5 1999 116.0 613.1 731.2 2 559.2 879.3 874.9 12.3 16.2 1 557.8 88.6 99.6 18.3 2000 103.3 633.8 435.1 1 592.6 872.4 598.5 20.3 26.6 1 032.9 100.8 142 150.3 2001 115.0 874.4 558.1 2 038.1 1 715.8 508.4 34.2 20.5 825.3 80.6 165.7 27.5 2002 84.8 466.6 362.1 706.4 1 087.9 234.0 41.9 15.1 562.6 70.3 164.9 27.6 2003 115.2 803.4 561.1 418.1 643.7 230.0 31.4 23.5 1 462.6 173.1 125.6 15.7 2004 103.6 405.4 423.1 244.8 743.7 253.0 29.6 34.6 590.2 178.2 116.7 21.6

Page 162: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

141

Lampiran 3. lanjutan

Share oleh pukat cincin Share oleh jaring insang hanyut Tahun layang selar teri tembang kembung lemuru layang selar teri tembang kembung lemuru

1984 81.3 47.7 0.0 56.2 478.8 69.5 21.4 63.3 0.0 161.6 378.3 45.1 1985 15.6 40.7 0.0 25.4 519.1 35.0 25.9 38.6 0.0 117.0 307.5 24.4 1986 18.6 10.8 0.0 39.3 451.9 76.2 32.7 61.6 0.0 114.6 537.5 16.5 1987 22.0 19.0 0.0 63.7 658.2 104.3 33.3 39.8 0.0 26.1 1 095.1 17.1 1988 25.4 27.3 0.0 132.6 618.6 97.0 133.2 146.2 0.0 18.2 966.5 27.4 1989 35.7 38.9 0.0 167.4 826.1 135.6 387.1 132.4 0.0 7.6 694.2 29.2 1990 37.9 41.2 0.0 176.9 873.2 113.3 409.2 139.9 0.0 8.0 733.8 28.8 1991 58.7 57.2 0.0 192.8 184.6 140.6 435.6 76.4 0.0 11.6 453.7 18.3 1992 72.8 77.2 0.0 229.3 1 064.6 198.4 355.8 534.4 0.0 5.2 544.0 22.9 1993 86.1 89.4 0.0 239.4 832.9 207.4 576.2 969.9 0.0 31.3 456.4 33.5 1994 116.7 127.7 0.0 312.8 346.3 263.4 265.1 512.4 0.0 9.3 242.4 38.1 1995 137.5 156.9 0.0 382.2 730.0 211.0 117.5 283.2 0.0 19.4 438.7 40.7 1996 145.6 212.0 0.0 389.3 404.7 453.3 135.7 348.0 0.0 28.3 136.5 39.2 1997 449.5 451.6 0.0 314.1 458.8 476.3 168.2 348.4 0.0 123.7 144.9 35.3 1998 164.6 270.8 0.0 479.7 455.1 524.1 152.6 331.0 0.0 30.2 137.0 32.1 1999 137.2 223.0 0.0 358.0 375.8 437.5 121.9 386.3 0.0 244.0 466.6 28.9 2000 212.4 250.0 0.0 259.9 327.8 366.4 158.6 421.3 0.0 261.3 180.8 31.3 2001 197.2 306.4 0.0 224.2 445.4 353.3 281.5 457.1 0.0 345.3 374.9 29.2 2002 73.8 169.7 0.0 53.3 615.8 168.2 413.0 280.3 0.0 198.9 181.2 19.9 2003 103.0 337.3 0.0 24.5 1 252.0 113.2 224.3 375.5 0.0 70.2 279.1 11.3 2004 195.5 200.5 0.0 32.8 1 027.6 115.1 225.2 759.2 0.0 90.2 195.5 19.8

Page 163: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

142

Lampiran 3. lanjutan

Share oleh bagan Tahun layang selar teri tembang kembung lemuru

Jumlah

1984 587.8 87.5 2 901.9 924.2 664.0 45.6 9 397.11985 736.8 147.8 2 532.7 759.4 703.1 34.5 8 764.91986 566.5 105.4 3 198.9 758.9 515.4 27.8 10 395.81987 319.2 72.7 3 681.2 898.8 554.7 36.0 11 801.11988 149.0 61.2 4 348.8 1 058.6 819.5 31.6 13 280.21989 34.4 107.2 3 973.3 1 747.1 682.2 31.6 13 575.31990 36.4 113.3 4 199.8 1 846.7 721.1 33.4 14 317.11991 99.7 232.0 5 571.6 1 847.0 635.9 6.9 14 739.41992 242.5 190.5 7 366.3 1 559.6 653.8 10.5 19 336.01993 589.0 741.0 7 523.6 1 560.8 769.6 12.1 21 580.21994 921.0 557.6 9 840.8 2 850.9 141.3 10.3 22 566.11995 960.5 675.8 11 303.9 2 017.3 723.7 12.1 23 024.01996 1 080.4 771.0 12 640.1 2 828.1 1 167.8 42.4 26 362.31997 1 114.1 803.3 15 673.3 2 654.1 1 180.9 116.7 29 709.11998 1 156.5 1 183.5 15 906.4 2 988.9 1 525.7 117.2 29 928.51999 1 448.6 1 104.6 14 859.5 4 425.7 1 497.7 151.7 33 833.52000 1 447.6 1 213.8 15 203.9 4 061.6 1 878.1 107.1 32 090.52001 1 496.1 1 648.6 14 301.1 4 161.9 1 735.4 290.8 33 612.02002 497.1 1 309.7 6 091.9 1 881.1 1 543.4 201.3 17 522.82003 570.1 1 478.4 6 907.6 3 023.9 2 375.2 256.8 22 005.82004 688.1 1 232.3 3 758.7 2 040.9 1 937.7 325.0 15 988.6

Page 164: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

143

Standarisasi Effort untuk penangkapan ikan pelagis besar

Effort CPUE Indeks Tahun payang pk.pti pk.ccn j.i.hanyut bagan payang pk.pti pk.ccn j.i.hanyut bagan payang pk.pti pk.ccn j.i.hanyut bagan

1984 29 304.8 31 011.5 1 413.4 21 927.4 37 306.1 0.048 0.044 0.519 0.031 0.140 0.343 0.318 3.715 0.219 1.000 1985 33 845.2 38 050.9 1 409.3 27 233.5 38 005.7 0.049 0.028 0.451 0.019 0.129 0.377 0.214 3.489 0.146 1.000 1986 37 821.1 51 163.2 1 120.8 31 227.6 40 577.7 0.066 0.027 0.532 0.024 0.127 0.516 0.211 4.177 0.192 1.000 1987 40 803.0 54 785.5 1 243.7 29 705.8 44 755.0 0.059 0.032 0.697 0.041 0.124 0.474 0.258 5.610 0.328 1.000 1988 51 201.5 55 032.2 1 635.0 47 221.7 52 969.9 0.057 0.036 0.562 0.027 0.122 0.466 0.293 4.600 0.224 1.000 1989 45 479.5 49 687.3 1 929.6 47 161.7 55 274.1 0.063 0.034 0.624 0.027 0.119 0.526 0.287 5.244 0.223 1.000 1990 50 945.3 45 813.4 1 901.9 48 450.6 56 517.5 0.059 0.039 0.653 0.027 0.123 0.480 0.319 5.312 0.221 1.000 1991 34 301.1 51 591.4 1 018.8 34 540.3 67 276.6 0.068 0.046 0.622 0.029 0.125 0.547 0.369 4.987 0.231 1.000 1992 37 610.8 58 539.8 2 094.6 51 002.2 68 904.5 0.104 0.039 0.784 0.029 0.145 0.717 0.268 5.390 0.197 1.000 1993 45 363.9 38 791.4 1 381.9 49 882.4 60 904.5 0.112 0.046 1.053 0.041 0.185 0.602 0.251 5.684 0.224 1.000 1994 45 893.7 28 071.6 1 118.7 36 220.7 66 035.7 0.099 0.053 1.043 0.029 0.217 0.456 0.242 4.809 0.136 1.000 1995 48 901.1 24 930.0 1 461.7 31 855.2 67 086.8 0.068 0.068 1.107 0.028 0.234 0.291 0.254 4.731 0.121 1.000 1996 41 887.6 30 096.6 1 460.5 20 827.7 75 555.6 0.091 0.091 1.099 0.033 0.245 0.373 0.231 4.481 0.135 1.000 1997 34 938.6 30 763.4 1 731.5 21 225.8 83 435.7 0.095 0.095 1.242 0.039 0.258 0.366 0.238 4.810 0.150 1.000 1998 29 676.4 27 752.9 1 533.3 18 461.9 96 604.8 0.090 0.090 1.235 0.037 0.237 0.381 0.274 5.217 0.156 1.000 1999 46 271.4 32 275.6 1 449.5 32 202.3 95 492.1 0.125 0.125 1.057 0.039 0.246 0.507 0.226 4.296 0.158 1.000 2000 36 624.4 28 105.0 1 211.4 23 874.6 89 557.7 0.116 0.116 1.169 0.044 0.267 0.433 0.196 4.379 0.165 1.000 2001 42 052.8 18 044.9 1 218.0 33 603.3 99 420.6 0.138 0.138 1.253 0.044 0.238 0.581 0.269 5.272 0.186 1.000 2002 39 658.9 24 215.5 1 127.9 43 039.3 67 574.5 0.074 0.074 0.958 0.025 0.171 0.435 0.214 5.619 0.149 1.000 2003 24 716.6 22 953.5 2 274.8 22 146.5 55 644.8 0.112 0.112 0.804 0.043 0.263 0.427 0.304 3.064 0.165 1.000 2004 32 156.1 12 108.4 2 092.7 37 471.7 44 756.0 0.068 0.068 0.751 0.034 0.223 0.303 0.359 3.367 0.154 1.000

Page 165: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

144

lanjutan

Standarisasi Effort Tahun payang pk.pti pk.ccn j.i.hanyut bagan

Total standarisasi effort

1984 10 048.5 9 874.5 5 251.2 4 794.5 37 306.1 67 274.71985 12 761.4 8 130.4 4 917.1 3 970.5 38 005.7 67 785.01986 19 517.4 10 786.7 4 681.5 5 984.4 40 577.7 81 547.61987 19 334.6 14 134.7 6 977.2 9 746.6 44 755.0 94 948.11988 23 860.1 16 113.6 7 520.5 10 575.6 52 969.9 111 039.71989 26 933.3 15 819.4 8 573.6 10 524.8 55 274.1 114 821.01990 24 461.4 14 604.1 10 103.2 10 730.8 56 517.5 116 417.01991 18 779.2 19 029.3 5 081.2 7 980.4 67 276.6 118 146.61992 26 983.8 15 694.5 11 290.0 10 052.6 68 904.5 132 925.31993 27 310.2 9 729.6 7 855.3 11 159.5 60 904.5 116 492.51994 20 906.9 6 804.2 5 380.4 4 921.1 66 035.7 104 048.31995 14 236.2 6 341.3 6 915.0 3 845.3 67 086.8 98 424.61996 15 621.8 6 967.3 6 544.1 2 804.1 75 555.6 107 492.71997 12 803.3 7 321.0 8 328.3 3 177.9 83 435.7 115 066.11998 11 293.7 7 594.3 7 998.8 2 883.6 96 604.8 126 375.21999 23 473.6 7 288.8 6 226.5 5 072.7 95 492.1 137 553.62000 15 863.9 5 516.4 5 305.2 3 944.9 89 557.7 120 188.22001 24 440.1 4 853.7 6 421.5 6 529.6 99 420.6 141 395.42002 17 249.4 5 174.0 6 337.3 6 410.6 67 574.5 102 745.82003 10 554.3 6 976.2 6 968.9 3 657.4 55 644.8 83 801.62004 9 685.0 4 326.2 7 002.4 5 747.6 44 481.6 71 243.1

Page 166: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

145

Lampiran 4. Analisis CYP Pelagis Besar Data: E E2 U LNU LNU1 15551.77 32058.47 0.3958263 -0.9267797 -0.8515478 16506.70 37944.00 0.4267539 -0.8515478 -0.9584889 21437.29 43280.06 0.3834719 -0.9584889 -0.9143820 21842.77 47811.62 0.4007642 -0.9143820 -0.8383269 25968.85 54727.11 0.4324334 -0.8383269 -0.6892482 28758.25 53018.58 0.5019533 -0.6892482 -0.4637305 24260.33 50250.13 0.6289330 -0.4637305 -0.5570076 25989.80 47692.05 0.5729209 -0.5570076 -0.5781544 21702.25 44269.42 0.5609327 -0.5781544 -0.8327475 22567.17 47186.56 0.4348529 -0.8327475 -0.6474628 24619.39 46517.73 0.5233720 -0.6474628 -0.4813241 21898.34 44226.11 0.6179646 -0.4813241 -0.4220187 22327.76 49705.87 0.6557217 -0.4220187 -0.4850846 27378.11 48764.60 0.6156451 -0.4850846 -0.2037063 21386.49 46233.85 0.8157019 -0.2037063 -0.2002312 24847.36 48113.68 0.8185415 -0.2002312 -0.2473559 23266.32 49060.39 0.7808627 -0.2473559 -0.3298743 25794.07 49256.57 0.7190141 -0.3298743 -0.8205062 23462.51 36848.97 0.4402087 -0.8205062 -0.4254308 13386.47 26989.89 0.6534882 -0.4254308 -0.3379380 Hasil VARIABLE ESTIMATED STANDARD T-RATIO PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY NAME COEFFICIENT ERROR 17 DF P-VALUE CORR. COEFFICIENT AT MEANS LNU 0.71268 0.1660 4.293 0.000 0.721 0.7323 0.7499 E2 -0.99193E-06 0.6117E-05 -0.1622 0.873-0.039 -0.0281 0.0795 CONSTANT -0.96389E-01 0.3167 -0.3043 0.765-0.074 0.0000 0.1708 DURBIN-WATSON = 1.9898 VON NEUMANN RATIO = 2.0945 RHO = -0.00906 RESIDUAL SUM = -0.49613E-02 RESIDUAL VARIANCE = 0.34454E-01 SUM OF ABSOLUTE ERRORS= 2.6315 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.4808 RUNS TEST: 8 RUNS, 10 POS, 0 ZERO, 10 NEG NORMAL STATISTIC = -1.3784 VARIABLE : LNU1 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 19 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -6.6104 -11.2 A(1)=0 T-TEST -1.9448 -2.57 A(0)=A(1)=0 2.0930 3.78 AIC = -3.271 SC = -3.172 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -11.839 -18.2 A(1)=0 T-TEST -2.6837 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 2.5582 4.03

Page 167: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

146

A(1)=A(2)=0 3.6117 5.34 AIC = -3.337 SC = -3.188 --------------------------------------------------------------------------- VARIABLE : LNU DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 19 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -6.5460 -11.2 A(1)=0 T-TEST -2.0182 -2.57 A(0)=A(1)=0 2.2320 3.78 AIC = -3.287 SC = -3.187 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -11.857 -18.2 A(1)=0 T-TEST -2.6504 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 2.5365 4.03 A(1)=A(2)=0 3.5897 5.34 AIC = -3.337 SC = -3.188 --------------------------------------------------------------------------- VARIABLE : E2 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 19 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -5.1317 -11.2 A(1)=0 T-TEST -1.2695 -2.57 A(0)=A(1)=0 0.83276 3.78 AIC = 17.135 SC = 17.235 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -3.1745 -18.2 A(1)=0 T-TEST -0.92308 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 3.6070 4.03 A(1)=A(2)=0 5.3717 5.34 AIC = 16.818 SC = 16.967 ---------------------------------------------------------------------------

Page 168: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

147

Lampiran 5. Analisis CYP Pelagis Kecil Data E E2 U LNU LNU1 67274.74 135059.7 0.1396800 -1.968380 -2.045590 67784.96 149332.6 0.1293000 -2.045590 -2.059790 81547.63 176495.7 0.1274800 -2.059790 -2.085140 94948.09 205987.8 0.1242900 -2.085140 -2.102750 111039.7 225860.7 0.1221200 -2.102750 -2.135120 114821.0 231238.0 0.1182300 -2.135120 -2.095720 116417.0 234563.6 0.1229800 -2.095720 -2.081400 118146.6 251071.9 0.1247600 -2.081400 -1.927820 132925.3 249417.8 0.1454700 -1.927820 -1.686050 116492.5 220540.8 0.1852500 -1.686050 -1.528410 104048.3 202472.9 0.2168800 -1.528410 -1.452750 98424.58 205917.3 0.2339300 -1.452750 -1.405490 107492.7 222558.8 0.2452500 -1.405490 -1.354050 115066.1 241441.3 0.2581900 -1.354050 -1.440440 126375.2 263928.9 0.2368200 -1.440440 -1.402560 137553.6 257741.8 0.2459700 -1.402560 -1.320500 120188.2 261583.6 0.2670000 -1.320500 -1.436680 141395.4 244141.2 0.2377200 -1.436680 -1.768760 102745.8 186547.4 0.1705500 -1.768760 -1.337150 83801.61 155044.7 0.2625900 -1.337150 -1.494220 VARIABLE ESTIMATED STANDARD T-RATIO PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY NAME COEFFICIENT ERROR 17 DF P-VALUE CORR. COEFFICIENT AT MEANS LNU 0.90180 0.9882E-01 9.125 0.000 0.911 0.9043 0.9143 E2 0.48097E-06 0.8514E-06 0.5649 0.580 0.136 0.0579 -0.0608 CONSTANT -0.24853 0.2869 -0.8661 0.398-0.206 0.0000 0.1455 DURBIN-WATSON = 1.9904 VON NEUMANN RATIO = 2.0951 RHO = -0.00524 RESIDUAL SUM = -0.18125E-01 RESIDUAL VARIANCE = 0.24374E-01 SUM OF ABSOLUTE ERRORS= 2.2055 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.7872 RUNS TEST: 7 RUNS, 8 POS, 0 ZERO, 12 NEG NORMAL STATISTIC = -1.7270 DURBIN H STATISTIC (ASYMPTOTIC NORMAL) = -0.11238 MODIFIED FOR AUTO ORDER=1 VARIABLE : LNU1 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 19 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -2.6404 -11.2 A(1)=0 T-TEST -1.2194 -2.57 A(0)=A(1)=0 1.0680 3.78 AIC = -3.603 SC = -3.504 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -6.9846 -18.2 A(1)=0 T-TEST -1.7799 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 1.3195 4.03

Page 169: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

148

A(1)=A(2)=0 1.6408 5.34 AIC = -3.601 SC = -3.452 --------------------------------------------------------------------------- VARIABLE : LNU DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 19 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -1.7332 -11.2 A(1)=0 T-TEST -0.77980 -2.57 A(0)=A(1)=0 0.73129 3.78 AIC = -3.608 SC = -3.509 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -7.4927 -18.2 A(1)=0 T-TEST -2.1088 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 1.8862 4.03 A(1)=A(2)=0 2.3281 5.34 AIC = -3.723 SC = -3.574 --------------------------------------------------------------------------- VARIABLE : E2 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 1 NO.OBS = 18 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 T-TEST -3.0178 -2.57 A(0)=A(1)=0 4.6664 3.78 AIC = 19.353 SC = 19.501 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 T-TEST -2.2422 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 2.9036 4.03 A(1)=A(2)=0 4.2502 5.34 AIC = 19.464 SC = 19.662 --------------------------------------------------------------------------- Hasil setelah dilakukan uji Sationary VARIABLE ESTIMATED STANDARD T-RATIO PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY NAME COEFFICIENT ERROR 15 DF P-VALUE CORR. COEFFICIENT AT MEANS LNU 0.49782 0.2206 2.256 0.039 0.503 0.5041 0.4996 E2 -0.12662E-06 0.1876E-05 -0.6748 0.510-0.172 -0.1458 0.1641 CONSTANT -0.58102 0.5903 -0.9842 0.341-0.246 0.0000 0.3406 DURBIN-WATSON = 1.8293 VON NEUMANN RATIO = 1.9369 RHO = - 0.03471 RESIDUAL SUM = 0.91214E-01 RESIDUAL VARIANCE = 0.28976E-01 SUM OF ABSOLUTE ERRORS= 2.4032 R-SQUARE BETWEEN OBSERVED AND PREDICTED = 0.7510

Page 170: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

149

RUNS TEST: 12 RUNS, 8 POS, 0 ZERO, 10 NEG NORMAL STATISTIC = 1.0395 DURBIN H STATISTIC (ASYMPTOTIC NORMAL) = -0.23133 MODIFIED FOR AUTO ORDER=1 |_coint LnU1 LnU E2 ...NOTE..SAMPLE RANGE SET TO: 1, 18 REQUIRED MEMORY IS PAR= 4 CURRENT PAR= 500 ...NOTE..TEST LAG ORDER AUTOMATICALLY SET TOTAL NUMBER OF OBSERVATIONS = 18 VARIABLE : LNU1 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 17 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -2.6554 -11.2 A(1)=0 T-TEST -1.1332 -2.57 A(0)=A(1)=0 0.64222 3.78 AIC = -3.312 SC = -3.214 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST -2.3238 -18.2 A(1)=0 T-TEST -0.80899 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 0.41627 4.03 A(1)=A(2)=0 0.62421 5.34 AIC = -3.198 SC = -3.051 --------------------------------------------------------------------------- VARIABLE : LNU DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 0 NO.OBS = 17 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 Z-TEST -2.1128 -11.2 A(1)=0 T-TEST -0.90616 -2.57 A(0)=A(1)=0 0.42431 3.78 AIC = -3.370 SC = -3.272 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 Z-TEST 1.9013 -18.2 A(1)=0 T-TEST 0.53944 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 1.0326 4.03 A(1)=A(2)=0 1.5340 5.34 AIC = -3.397 SC = -3.250 ---------------------------------------------------------------------------

Page 171: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

150

VARIABLE : E2 DICKEY-FULLER TESTS - NO.LAGS = 1 NO.OBS = 16 NULL TEST ASY. CRITICAL HYPOTHESIS STATISTIC VALUE 10% --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, NO TREND A(1)=0 T-TEST -3.3775 -2.57 A(0)=A(1)=0 5.7937 3.78 AIC = 18.834 SC = 18.979 --------------------------------------------------------------------------- CONSTANT, TREND A(1)=0 T-TEST -3.3748 -3.13 A(0)=A(1)=A(2)=0 4.6070 4.03 A(1)=A(2)=0 6.8160 5.34 AIC = 18.830 SC = 19.023 --------------------------------------------------------------------------- |_stop TYPE COMMAND

Page 172: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

151

Lampiran 6. Output Maple untuk pengelolaan sumberdaya ikan pelagis besar TAHUN 2004 > r:=0.888649773; k:=46018.414; q:=0.00002421; p:=8485; c:=2469.09; i:=0.15;

r := 0.888649773

k := 46018.414

q := 0.00002421

p := 8485

c := 2469.09

i := 0.15

> f(x):=r*ln(k/x)-r+(c*r*ln(k/x)/(x*(p*q*x-c)))=i;

f x( ) := 0.888649773 ln 46018.414x

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

- 0.888649773 +

2194.156268 ln 46018.414x

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

x 0.20542185 x - 2469.09( ) = 0.15

> solve(f(x),x);

14305.95041

> g(x):=ln(k/x)-1-(i/r)+(c*r)/(p*q*x)+(c*i)/(p*q*r*x)=0;

g x( ) := ln 46018.414x

⎛⎜⎝

⎞⎟⎠

- 1.168795407 + 12710.07597x

= 0

> a:=fsolve(g(x),x);

a := 24185.77848

> optx:=a; optx := 24185.77848

> h:=r*optx*ln(k/optx);

h := 13825.74720

> E:=h/(q*optx); E := 23612.05311

> Go(y):=q*k*y*exp((-q/r)*y);

Go y( ) := 1.114105803 y e -0.00002724357867 y( )

Page 173: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

152

Lampiran 7. Rezim pengelolaan sumberdaya ikan pelagis kecil > r:=0.67055; K:=92986.64; q:=0.00000338; p:=6.385; c:=0.512; i:=0.15;

r := 0.67055

K := 92986.64

q := 0.00000338

p := 6.385

c := 0.512

i := 0.15

> hs:=q*K*E*exp((-q/r)*E);

hs := 0.3142948432 E e -0.000005040638282 E( )

> Emax:=diff(hs,E);

Emax := 0.3142948432 e -0.000005040638282 E( ) - 0.000001584246618 E e -0.000005040638282 E( )

> Esus:=solve(Emax=0,E); Esus := 1.983875740 105

> hsus:=q*K*Esus*exp((-q/r)*Esus);

hsus := 22938.08935

> Xsus:=(hsus/(q*Esus)); Xsus := 34207.87316

> pisus:=p*hsus-c*Esus;

pisus := 44885.2626

> pi:=p*hs-c*E;

π := 2.006772574 E e -0.000005040638282 E( ) - 0.512 E

> Eoa:=solve(pi=0,E); Eoa := 0., 2.709891733 105

> Xoa:=(c/(p*q));

Xoa := 23724.24275

> hoa:=(Eoa*q*Xoa); hoa := 0., 21730.06370

> Eopt:=diff(pi,E);

Eopt := 2.006772574 e -0.000005040638282 E( ) - 0.00001011541466 E e -0.000005040638282 E( ) - 0.512

Page 174: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

153

> Eopt:=solve(Eopt=0,E); Eopt := 1.101831229 105

> TR:=p*hs;

TR := 2.006772574 E e -0.000005040638282 E( )

> TC:=c*E; TC := 0.512 E

> plot({TC,TR},E=0..500000);

> plot(hs,E=0..500000);

Page 175: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

154

> hopt:=q*K*Eopt*exp((-q/r)*Eopt);

hopt := 19872.29847

> Xopt:=(hopt/(q*Eopt)); Xopt := 53360.06179

> phiopt:=hopt*p-c*Eopt;

phiopt := 70470.86678

>

Page 176: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

155

Lampiran 8. Potensi Perbaikan Efisiensi Fisik dari DMU Penangkapan ikan Pelagis Besar DMU Parameter Skor Data Proyeksi Perbedaan Persen (%)

Effort 15 551.77 14 661.70 -890.70 -5.73Produksi Aktual 6 155.80 9 580.84 3 425.04 55.64

1984

Produksi Lestari 11 341.01 11 341.01 0.00 0.00Effort 16 506.70 15 161.77 -1 344.93 -8.15Produksi Aktual 7 044.30 9 908.04 2 863.74 40.65

1985

Produksi Lestari 11 728.32 12 111.42 0.00 0.00Effort 21 437.29 17 216.06 -4 221.23 -19.69Produksi Aktual 8 220.60 11 250.49 3 029.89 36.86

1986

Produksi Lestari 13 317.41 13 317.41 0.00 0.00Effort 21 842.77 17 349.02 -4 493.75 -20.57Produksi Aktual 8 753.80 11 337.38 2 583.58 29.51

1987

Produksi Lestari 13 420.26 13 420.26 0.00 0.00Effort 25 968.85 18 433.64 -7 535.21 -29.02Produksi Aktual 11 229.80 12 046.17 816.37 7.27

1988

Produksi Lestari 14 259.27 14 259.27 0.00 0.00Effort 28 758.25 19 721.07 -9 037.18 -31.42Produksi Aktual 14 435.30 14 435.30 0.00 0.00

1989

Produksi Lestari 14 635.58 14 635.58 0.00 0.00Effort 24 260.33 20 000.05 -4 260.27 -17.56Produksi Aktual 15 258.12 15 258.12 0.00 0.00

1990

Produksi Lestari 13 955.71 13 955.71 0.00 0.00Effort 25 989.80 19 876.86 -6 112.94 -23.52Produksi Aktual 14 890.10 14 890.10 0.00 0.00

1991

Produksi Lestari 14 262.63 14 262.63 0.00 0.00Effort 21 702.25 17 383.73 -4 318.52 -19.90Produksi Aktual 12 173.50 12 173.50 0.0 0.00

1992

Produksi Lestari 13 385.06 13 385.06 0.00 0.00Effort 22 567.17 17 574.19 -4 992.99 -22.12Produksi Aktual 9 813.40 11 484.52 1 671.12 17.03

1993

Produksi Lestari 13 594.44 13 594.44 0.00 0.00Effort 24 619.39 18 226.15 -6 393.25 -25.97Produksi Aktual 12 885.10 12 885.10 0.00 0.00

1994

Produksi Lestari 14 024.42 14 024.42 0.00 0.00Effort 21 898.34 18 327.87 -3 570.47 -16.30Produksi Aktual 13 532.40 13 532.40 0.00 0.00

1995

Produksi Lestari 13 434.06 13 434.06 0.00 0.00Effort 22 327.76 19 273.01 -3.054.76 -13.68Produksi Aktual 14 640.80 14 640.80 0.00 0.00

1996

Produksi Lestari 13 538.21 13 538.21 0.00 0.00Effort 27 378.11 21 563.49 -5 814.62 -21.24Produksi Aktual 16 855.20 16 855.20 0.00 0.00

1997

Produksi Lestari 14 466.96 14 466.96 0.00 0.00Effort 21 386.49 21 386.49 0.00 0.00Produksi Aktual 17 445.00 17 445.00 0.00 0.00

1998

Produksi Lestari 13 304.25 13 304.25 0.00 0.00Effort 24 847.36 24 847.36 0.00 0.001999 Produksi Aktual 20 338.60 20 338.60 0.00 0.00

Page 177: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

156

Produksi Lestari 14 066.67 14 066.67 0.00 0.00Effort 23 266.32 22 266.35 -999 96 -4.30Produksi Aktual 18 167.80 18 167.80 0.00 0.00

2000

Produksi Lestari 13 751.22 13 751.22 0.00 0.00Effort 25 794.07 22 785.03 -3 009.04 -11.67Produksi Aktual 18 546.30 18 546.30 0.00 0.00

2001

Produksi Lestari 14 230.88 14 230.88 0.00 0.00Effort 23 462.51 17 831.23 -5 631.28 -24.00Produksi Aktual 10 328.40 11 652.50 1 324 .10 12.82

2002

Produksi Lestari 13 793.27 13 793.27 0.00 0.00Effort 13 386.47 13 386.47 0.00 0.00Produksi Aktual 8 747.90 8 747.90 0.00 0.00

2003

Produksi Lestari 10 355.05 10 355.05 0.00 0.00Effort 13 603.42 13 603.42 0.00 0.00Produksi Aktual 9 702.50 9 702.50 0.00 0.00

2004

Produksi Lestari 10 460.87 10 460.87 0.00 0.00

Page 178: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

157

Lampiran 9. Potensi Perbaikan Efisiensi Fisik dari DMU Penangkapan ikan Pelagis Kecil DMU Parameter Skor Data Proyeksi Perbedaan Persen

(%) Effort 67 274.74 67 274.74 0.00 0.00Produksi Aktual 9 397.10 9 397.10 0.00 0.00

1984

Produksi Lestari 15 067.43 15 067.43 0.00 0.00Effort 67 784.96 67 610.78 -174.18 -0.26Produksi Aktual 8 764.90 9 444.04 679.14 7.75

1985

Produksi Lestari 15 142.69 15 142.69 0.00 0.00Effort 81 547.63 75 884.45 -5 663.18 -6.94Produksi Aktual 10 395.80 10 599.72 203.92 1.96

1986

Produksi Lestari 16 995.73 16 995.73 0.00 0.00Effort 94 948.09 82 648.58 -12 299.50 -12.95Produksi Aktual 11 801.10 11 801.10 0.00 0.00

1987

Produksi Lestari 18 495.53 18 495.53 0.00 0.00Effort 111 039.70 89 334.46 -21 705.20 -19.55

Produksi Aktual 13 560.20 13.560.20 0.00 0.001988

Produksi Lestari 19 944.23 19.944.23 0.00 0.00Effort 114 821.00 90.585.60 -24 235.40 -21.11Produksi Aktual 13 575.30 13.575.30 0.00 0.00

1989

Produksi Lestari 20 233.87 20.233.87 0.00 0.00Effort 116 417.00 91.277.24 -25 139.70 -21.59Produksi Aktual 14 317.13 14.317.13 0.00 0.00

1990

Produksi Lestari 20 350.67 20.350.67 0.00 0.00Effort 118 146.60 91.914.29 -26 232.30 -22.20Produksi Aktual 14 739.40 14.739.40 0.00 0.00

1991

Produksi Lestari 20 473.67 20.473.67 0.00 0.00Effort 132 925.30 96.987.98 -35 937.30 -27.04Produksi Aktual 19 336.00 19,336.00 0.00 0.00

1992

Produksi Lestari 21 380.40 21.380.40 0.00 0.00Effort 116.492.50 93.888.53 -22 603.90 -19.40Produksi Aktual 21 580.20 21.580.20 0.00 0.00

1993

Produksi Lestari 20 356.11 20.356.11 0.00 0.00Effort 104 048.30 91.585.09 -12 463.20 -11.98Produksi Aktual 22 566.10 22.566.10 0.00 0.00

1994

Produksi Lestari 19 359.12 19.359.12 0.00 0.00Effort 98 424.58 90.321.90 -8.102,68 -8.23Produksi Aktual 23 024.00 23.024.00 0 0.00

1995

Produksi Lestari 18 839.55 18.839.55 0 0.00Effort 107 492.70 99.936.40 -7.556.30 -7.03Produksi Aktual 26 362.30 26.362.30 0.00 0.00

1996

Produksi Lestari 19 655.59 19.655.59 0.00 0.00Effort 115 066.10 111.785.00 -3 281.13 -2.85Produksi Aktual 29 709.11 29.709.11 0.00 0.00

1997

Produksi Lestari 20 252.02 20.252.02 0.00 0.00Effort 126 375.20 112.879.00 -13 496.20 -10.68Produksi Aktual 29 928.50 29.928.50 0.00 0.00

1998

Produksi Lestari 21 009.47 21.009.47 0.00 0.001999 Effort 137 553.60 126.716.20 -10.837.40 -7.88

Page 179: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

158

Produksi Aktual 33 833.50 33 833.50 0.00 0.00 Produksi Lestari 21 614.43 21 733.79 119 357.10 0.55Effort 120 188.20 120 188.20 0.00 0.00Produksi Aktual 32 090.50 32 090.50 0.00 0.00

2000

Produksi Lestari 20 614.13 20 614.13 0.00 0.00Effort 141 395.40 125 975.10 -15 420.30 -10.91Produksi Aktual 33 612.00 33 612.00 0.00 0.00

2001

Produksi Lestari 21 791.81 21 791.81 0.00 0.00Effort 102 745.80 87 321.52 -15 424.30 -15.01Produksi Aktual 17 522.80 17 522.80 0.00 0.00

2002

Produksi Lestari 19 242.75 19 242.75 0.00 0.00Effort 83 801.61 83 801.61 0.00 0.00Produksi Aktual 22 005.80 22 005.80 0.00 0.00

2003

Produksi Lestari 17 268.10 17 268.10 0.00 0.00Effort 71 682.64 71 682.64 0.00 0.00Produksi Aktual 15 988.60 15 988.60 0.00 0.00

2004

Produksi Lestari 15 701.73 15 701.73 0.00 0.00

Page 180: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

159

Lampiran 10. Potensi Perbaikan Efisiensi moneter dari DMU Penangkapan ikan Pelagis Besar

DMU Parameter Skor Data Proyeksi Perbedaan

Persen (%)

Biaya 3 085 750 969 1 492 192 493 -1 593 558 476 -51.641984 Rente 1 288 830 389 28 052 463 591 26 763 633 202 999.99Biaya 3 827 389 870 1 995 443 725 -1 831 946 145 -47.86

1985 Rente 2 022 546 355 32 101 427 804 30 078 881 449 999.99Biaya 5 512 851 824 2 582 671 435 -2 930 180 389 -53.151986 Rente 2 058 628 642 37 461 919 198 35 403 290 556 999.99Biaya 5 570 650 599 2 727 433 277 -2 843 217 321 -51.041987 Rente 2 425 220 460 39 891 753 433 37 466 532 973 999.99Biaya 4 021 110 435 51 175 079 703 47 153 969 268 999.991988 Rente 7 327 341 150 3 871 015 962 -3 456 325 188 -47.17Biaya 7 316 338 632 4 486 590 011 -2 829 748 621 -38.68

1989 Rente 5 836 758 647 65 782 794 710 59 946 036 063 999.99Biaya 7 551 012 398 5 801 881 458 -1 749 130 940 -23.161990 Rente 9 458 054 852 69 532 450 010 60 074 395 157 635.17Biaya 8 472 839 052 5 930 385 402 -2 542 453 650 -30.01

1991 Rente 8 912 956 377 67 855 353 994 58 942 397 618 661.31Biaya 6 529 467 691 4 474 533 972 -2 054 933 719 -31.471992 Rente 6 588 285 542 55 475 594 647 48 887 309 105 742.03Biaya 7 383 147 916 3 922 321 556 -3 460 826 359 -46.87

1993 Rente 4 115 713 551 44 720 433 771 40 604 720 220 986.58Biaya 11 172 182 971 7 143 446 489 -4 028 736 482 -36.061994 Rente 9 769 879 119 58 718 411 680 48 948 532 561 501.01Biaya 9 499 303 460 7 171 576 636 -2 327 726 824 -24.50

1995 Rente 11 525 226 286 61 668 208 568 50 142 982 282 435.07Biaya 9 577 853 111 7 672 679 263 -1 905 173 848 -19.891996 Rente 12 915 732 550 66 719 274 334 53 803 541 784 416.57Biaya 8 431 811 341 6 341 771 510 -2 090 039 831 -24.79

1997 Rente 10 160 022 857 76 810 468 878 66 650 446 021 656.01Biaya 22 874 647 960 22 795 292 270 -79 355 690 -0.351998 Rente 43 953 097 838 79 498 233 755 35 545 135 917 80.87Biaya 47 982 165 092 47 982 165 092 0.00 0.001999 Rente 92 684 595 990 92 684 595 990 0.00 0.00Biaya 47 994 040 381 47 686 442 635 -307 597 746 -0.642000 Rente 86 230 813 019 86 230 813 019 0.0 0.00Biaya 56 698 148 462 52 628 637 112 -4 069 511 350 -7.182001 Rente 89 310 047 742 89 310 047 742 0.00 0.00Biaya 51 538 900 516 27 717 438 920 -23 821 461 595 -46.222002 Rente 29 718 840 792 47 067 329 178 17 348 488 386 58.38Biaya 29 841 799 054 23 906 920 569 -5 934 878 485 -19.892003 Rente 40 002 939 511 40 002 939 511 0.00 0.00Biaya 32 227 689 993 31 818 102 535 -409 587 458 -1.272004 Rente 50 098 022 507 50 098 022 507 0.00 0.00

Page 181: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

160

Lampiran 11. Potensi Perbaikan Efisiensi Moneter dari DMU Penangkapan ikan Pelagis Kecil DMU Parame

ter Skor Data Proyeksi Perbedaan

Persen

(%) Biaya 2 748 084 812 1 437 663 450 -1 310 421 362 -47.681984 Rente 2 277 133 111 37 297 275 228 35 020 142 117 999.99Biaya 3 235 733 186 1 567 009 540 -1 668 723 646 -51.57

1985 Rente 2 241 601 878 34 788 060 960 32 546 459 082 999.99Biaya 4 317 324 707 2 061 325 577 -2 255 999 130 -52.251986 Rente 2 887 845 759 41 261 135 224 38 373 289 465 999.99Biaya 4 985 187 445 2 320 614 702 -2 664 572 743 -53.45

1987 Rente 3 126 303 871 46 838 798 639 43 712 494 768 999.99Biaya 6 450 135 159 2 950 136 217 -3 499 998 941 -54.261988 Rente 3 861 789 647 53 820 701 232 49 958 911 585 999.99Biaya 6 013 808 426 2 662 950 175 -3 350 858 251 -55.72

1989 Rente 3 294 284 469 53 880 633 430 50 586 348 961 999.99Biaya 7 459 709 525 3 435 949 936 -4 023 759 590 -53.941990 Rente 4 550 331 625 56 824 971 330 52 274 639 705 999.99Biaya 7 929 472 103 3 704 999 404 -4 224 472 700 -53.28

1991 Rente 5 021 006 260 58 500 969 288 53 479 963 028 999.99Biaya 8 233 373 206 4.485 615 263 -3 747 757 943 -45.521992 Rente 7 445 674 772 76 744 965 341 69 299 290 569 930.73Biaya 7 846 197 487 5 443 800 392 -2 402 397 096 -30.62

1993 Rente 11 182 096 855 85 652 239 401 74 470 142 546 665.98Biaya 9 720 592 046 7 895 861 913 -1 824 730.133 -18.771994 Rente 17 878 653 655 89 565 295 945 71 686 642.290 400.96Biaya 8 789 842 971 7 700 938 011 -1 088 904.960 -12.39

1995 Rente 18 128 064 492 91 382 710 075 73 254 645.583 404.10Biaya 9 492 900 809 8 719 439 480 -773 461.329 -8.151996 Rente 20 985 083 134 104 632 000 000 83 647 405.479 398.60Biaya 7 295 612 942 7 054 875 533 -240 737.408 -3.30

1997 Rente 17 364 043 646 117 916 000000 100 552 000 000 579.08Biaya 27 827 474 459 24 682 103 872 -3 145 370 587 -11.301998 Rente 58 446 507 623 118 787 000 000 60 340 299 121 103.24Biaya 54 685 051 629 50 376 587 628 -4 308 464 000 -7.881999 Rente 121 401591 590 134 286 000 000 12 884 237 169 10.61Biaya 51 040 917 030 51 040 917 030 0.00 0.002000 Rente 127 367 827 383 127 368 000 000 0.00 0.00Biaya 63 985 471 332 57 136 393 223 -6 849 078 109 -10.702001 Rente 135 138 417 336 135 138 417 332 0.00 0.00Biaya 46 464 563 905 29 678 817 141 -16 785 746 764 -36.132002 Rente 57 274 961 361 69 548 338 782 12 273 377 420 21.43Biaya 38 459 914 398 38 459 914 398 0 00 0.002003 Rente 93 753 677 108 93 753 677 108 0 00 0.00Biaya 34 747 287 539 29 614 507 018 -5 132 780 521 -14.772004 Rente 67 339 923 461 67 339 923 461 0.00 0.00

Page 182: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

161

Lampiran 12. Efisiensi Teknis Input Kapal Motor Tonda

output Input

Kapal

Produksi pelagis besar

Produksi ikan

lainnya

Tonnase kapal (GT)

Panjang kapal

Kekuatan mesin (pk)

Upaya /trip

ABK (org)

Efisiensi

teknis input

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

8 4367 9507 0457 6087 8039 6047 1388 0118 9178 3209 5748 9947 9147 8298 7747 4387 6688 7429 224

15 47213 25413 45114 63711 98410 37810 491

9 6659 473

10 1239 554

10 7369 079

10 1889 8979 995

10 67011 729

9 4267 6257 586

12 39210 645

8 4899 288

2 812 2 650 2 348 2 536 2 601 5 171 3 844 2 003 1 957 1 826 2 102 1 974 1 737 1 718 1 926 2 892 2 982 2 466 2 602 1 719 2 339 2 374 3 213 2 631 1 831 1 851 1 444 1 415 1 513 1 428 1 604 1 357 1 522 1 479 1 493 1 595 1 753 1 663 2 151 2 140 1 690 1 452 1.158 1.267

10.68.86.07.09.0

12.610.0

8.09.07.0

10.08.07.07.08.08.07.57.48.0

10.09.08.08.09.0

10.09.08.08.59.0

11.510.0

8.38.29.0

10.010.0

6.84.55.07.0

11.44.04.31.6

13.012.012.511.512.017.013.011.012.011.013.011.011.011.012.011.011.011.011.015.014.016.213.014.013.515.214.015.015.114.813.011.712.013.014.014.015.010.010.012.013.010.010.0

8.0

3322161622404033333333332233331616162222161633332416162224333322222233331612232316222314

12 12 12 12 12 22 17 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 17 15 14 14 14 14 14 13 12 13 12 13 15 13 12 13 22 22 23 22 18 18 18 18 18 18

3 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3

1.000.981.001.000.961.000.970.710.660.670.650.730.690.630.650.971.000.970.971.001.001.001.000.820.720.820.800.660.720.640.730.700.780.710.660.710.901.000.950.800.961.000.791.00

Page 183: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

162

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

10 8429 0237 5237 8738 3937 9799 333

11 3889 9958 838

10 79810 48010 44112 94710 00811 46414 98811 86312 610

9 85411 91710 74911 62912 32112 19912 92913 45813 06617 76816 62015 52012 21412 931

8 8048 977

14 29111 474

8 998

1.479 1.592 2.376 2.486 2.650 2.520 1.647 2.010 1.764 1.560 1.906 1.849 1.843 2.205 1.629 1.866 2.440 1.931 2.053 1.604 2.103 1.897 2.052 2.174 2.153 2.282 2.375 2.306 3.136 2.266 2.116 2.155 2.281 1.554 2.681 2.522 2.025 2.250

10.35.08.1

11.711.7

8.18.3

14.810.110.2

9.110.0

9.86.6

10.26.1

10.110.112.410.611.511.512.412.612.813.312.7

5.911.811.3

9.212.6

7.78.99.19.59.35.6

14.711.012.716.216.212.812.012.012.913.011.712.812.512.613.512.814.113.915.614.016.014.815.516.016.216.315.811.015.015.514.515.813.112.413.814.713.710.5

331622333322223322221622161633332222331640223333333333333737333326223333

23.422

14 18 18 18 18 18 13 13 13 12 12 12 12 22 22 22 15 12 12 18 22 12 12 14 12 12 12 23 12 12 12 12 22 12 16 12 12 18

5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3

0.640.880.740.670.720.780.720.800.730.651.000.930.961.000.670.811.000.870.860.890.800.780.800.830.840.890.921.001.000.961.000.840.900.790.750.980.820.95

Page 184: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

163

Lampiran 13. Ukuran kapasitas dan kapasitas optimal kapal motor tonda

Output (kg) Input variabel Kapal

Produksi pelagis besar

Produksi ikan

lainnya

Ukuran kapasitas(Theta)

kapasitas upaya ABK Upaya

optimal ABK

optimal

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41 43 44 45

8 4367 9507 0457 6087 8038 5046 4888 0118 9178 3209 5748 9947 9147 8298 7747 4387 6688 7429 224

15 47213 25413 45114 63711 98410 37810 491

9 665 9 473

10 1239 554

10 7369 079

10 1889 8979 995

10 67011 729

9 4267 6257 586

12 39210 645

7 6098 4089 962

2 812 2 650 2 348 2 536 2 601 4 579 3 494 2 003 1 957 1 826 2 102 1 974 1 737 1 718 1 926 2 892 2 982 2 466 2 602 1 719 2 339 2 374 3 213 2 631 1 831 1 851 1 444 1 415 1 513 1 428 1 604 1 357 1 522 1 479 1 493 1 595 1 753 1 663 2 151 2 140 1 690 1 452 1 038 1 147 1 358

1.281.211.101.111.231.001.031.411.521.531.381.441.581.541.541.031.001.051.091.051.001.001.001.281.421.271.371.711.661.821.441.491.351.481.651.551.111.001.111.391.051.101.381.001.60

14 408.6912 836.6010 304.1211 219.2612 838.5414 775.0011 300.4814 139.7716 474.1115 107.3917 851.0815 102.9413 926.3915 103.3516 478.0010 650.2310 650.0011 812.1812 913.9918 033.3615 593.0015 825.0017 850.0018 720.5317 336.7815 723.7115 163.7918 663.7519 290.8320 020.1917 707.9015 548.1515 548.1516 847.8622 309.1520 671.4114 965.0211 089.0010 840.4813 546.9314 814.2613 317.7013 350.0610 555,0019 662.72

121212121222171818181818181818181818171514141414141312131213151312132222232218181818181814

3 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 5

15.48 17.42 18.68 19.49 17.42 22.00 16.83 12.26 12.92 11.84 14.00 11.84 14.96 11.84 12.92 18.00 18.00 18.05 14.91 29.30 14.00 14.00 14.00 16.41 22.57 14.00 16.63 29.29 30.86 18.94 12.66 24.01 24.70 26.65 14.30 14.30 20.86 22.00 17.05 18.65 19.71 19.21 18.97 18.00 18.35

3.913.413.113.303.415.003.823.363.693.384.003.383.373.383.693.003.003.203.205.124.004.004.004.304.444.004.005.125.325.144.394.264.354.644.764.764.004.003.303.654.003.643.633.005.09

Page 185: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

164

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

9 0237 5237 8738 3937 9799 333

11 3889 9958 838

10 79810 48010 44110 79710 008

9 74414 98811 86312 610

9 85410 21710 74911 62912 32112 19912 92913 45813 06617 76816 62015 52012 21412 931

8 8048 977

14 29111 474

8 998

1 592 2 376 2 486 2 650 2 520 1 647 2 010 1 764 1 560 1 906 1 849 1 843 1 905 1 629 1 586 2 440 1 931 2 053 1 604 1 803 1 897 2 052 2 174 2 153 2 282 2 375 2 306 3 136 2 266 2 116 2 155 2 281 1 554 2 681 2 522 2 025 2 250

1.261.371.741.631.311.411.251.401.591.121.321.221.001.601.321.021.271.441.351.591.451.521.471.501.421.341.001.001.101.101.471.141.541.381.191.29

1.11

13 364.2913 718.6318 024.6618 033.2213 774.6915 525.7216 747.5016 403.8116 501.6314 177.6616 311.2714 923.8514 702.0020 181.2917 555.6117 758.5217 559.7621 099.0515 411.0122 235.7218 273.4720 837.6921 322.1521 526.2021 628.6221 136.2515 371.0020 904.0020.812.3719.417.2421.136.8017.281.9715.920.2516.076.3820.007.4717.427.2112.462.78

18181818181313131212121222222215121218221212141212122312121212221216121218

3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3

20.38 19.58 21.96 21.96 19.98 20.07 17.84 21.57 21.73 19.82 21.40 21.76 22.00 12.01 25.08 26.15 25.79 24.61 14.01 16.70 24.71 25.97 26.80 27.12 27.29 26.46 23.00 12.00 14.89 17.20 26.45 21.93 20.74 16.66 20.40 22.90 16.27

3.613.654.704.703.693.984.194.214.243.704.193.954.004.534.644.744.695.464.005.414.725.305.435.485.515.384.005.005.245.005.384.414.084.164.984.483.34

Page 186: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

165

Lampiran 14. Efisiensi kapal motor tonda dengan memasukkan nilai moneter (penerimaan dan biaya operasional)

Output Input Kapal Produksi

(kg) Penerimaan

(RP) Upaya (trip)

Biaya operasional

(Rp)

Efisiensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41 43 44 45

11 248 10 600

9 393 10 144 10 404 14 775 10 982 10 014 10 874 10 146 11 675 10 968

9 651 9 547

10 700 10 330 10 650 11 207 11 826 17 191 15 593 15 825 17 850 14 614 12 209 12 342 11 109 10 889 11 635 10 982 12 340 10 435 11 710 11 376 13 488 13 345 13 482 11 089

9 775 9 725

14 082 12 096

9 646 10 555 12 320

96 048 00091 094 50075 731 15083 551 00085 662 000

118 108 50091 584 50077 719 75084 012 50078 406 50091 475 85086 731 50076 545 96575 222 28284 868 12591 903 05081 577 12585 196 92594 037 840

136 450 800125 232 860121 837 800142 127 050115 525 47596 127 26095 816 30086 882 50087 710 20091 163 90088 229 37596 275 00084 470 00092 651 00089 288 750

103 515 850107 882 750103 848 00088 563 20078 105 65075 275 350

110 266 46096 396 90075 362 52583 880 90097 130 550

121212121222171818181818181818181818171514141414141312131213151312132222232218181818181814

32 715 000 33 150 000 31 424 000 31 545 000 32 226 000 49 082 000 39 410 000 25 756 000 25 748 500 26 347 500 25 909 000 24 166 000 24 079 450 24 859 500 27 406 500 30 994 500 28 487 500 27 271 500 27 779 500 50 238 000 56 956 500 49 158 000 54 078 000 48 600 500 42 195 500 40 979 500 41 234 000 42 871 000 43 971 000 45 877 000 46 398 500 42 669 000 41 768 150 41 425 000 38 263 000 38 999 000 34 830 500 36 454 500 28 387 000 27 690 000 50 842 500 32 699 000 31 724 000 29 226 000 32 781 000

0.78 0.73 0.63 0.69 0.70 0.53 0.53 0.68 0.74 0.67 0.78 0.79 0.70 0.67 0.68 0.65 0.65 0.72 0.74 0.80 0.69 0.77 0.82 0.72 0.65 0.69 0.64 0.59 0.64 0.57 0.60 0.57 0.67 0.63 0.52 0.55 0.67 0.53 0.60 0.61 0.60 0.65 0.47 0.58 0.69

Page 187: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

166

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

10 615 9 898

10 359 11 043 10 499 10 980 13 398 11 759 10 398 12 704 12 329 12 283 14 702 11 637 13 330 17 428 13 794 14 662 11 458 14 020 12 646 13 682 14 495 14 351 15 210 15 832 15 371 20 904 18 886 17 636 14 369 15 123 10 358 11 658 16 813 13 499 11 248

82 863 35078 639 32580 874 50086 022 87581 212 75086 860 000

106 372 25095 675 00084 720 750

100 625 00096 990 00097 140 000

112 200 00092 065 50095 101 225

144 196 950109 451 700114 348 45496 645 590

111 642 350100 317 860106 998 125118 165 050112 869 100119 519 875127 490 048125 552 000172 318 000150 107 000142 973 250114 226 717118 405 02283 257 43089 632 730

134 446 872106 161 42989 881 298

18181818181313131212121222222215121218221212141212122312121212221216121218

21 192 000 23 611 500 24 339 500 24 499 500 23 599 500 24 517 500 23 321 500 32 141 000 31 412 000 32 131 000 33 056 000 31 877 000 38 862 500 33 116 500 39 996 000 51 187 000 49 356 000 48 377 000 36 198 000 39 115 500 38 222 500 38 968 020 51 084 000 48 852 000 47 358 000 44 712 000 45 320 000 54 863 000 51 894 000 51 147 000 44 766 195 37 314 757 32 212 000 28 274 000 52 116 875 43 021 461 33 428 083

0.87 0.73 0.74 0.79 0.77 0.80 1.00 0.76 0.71 0.84 0.81 0.82 0.57 0.61 0.50 0.82 0.71 0.76 0.62 0.54 0.76 0.81 0.69 0.74 0.80 0.87 0.64 1.00 0.94 0.88 0.78 0.71 0.69 0.72 0.83 0.76 0.60

Page 188: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

167

Lampiran 15. Efisiensi Teknis Input Perahu Motor Tempel

output Input

Kapal

Produksi pelagis besar

Produksi ikan

lainnya

Tonnase kapal (GT)

Panjang kapal

Kekuatan mesin (pk)

Upaya /trip

ABK (org)

Efisiensi

teknis input

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41 43 44

9 609.78 6 714.99 5 774.25 6 488.75 9 450.78 5 271.50 6 450.75 7 060.75 7 599.38

11 196.06 7 277.75 5 921.40

11 665.10 10 805.40 10 686.50

9 833.90 8 966.80 6 038.08 5 102.70 6 439.95 9 036.50

11 425.42 11 123.52

8 568.83 11 901.76 10 804.04 11 899.68 10 999.56 12 232.48 10 760.88 10 936.12 10 968.88

9 522.24 10 127.52

9 824.36 8 470.28 9 265.36 9 361.04

15 191.37 10 974.06

9 955.35 10 380.24 11 941.48

8 321.76

22 422.8215 668.3117 322.7519 466.2528 352.3515 814.5019 352.2521 182.2522 798.1326 124.1421 833.2513 816.6017 497.65

7 824.607 738.507 121.106 493.20

20 214,4320 410.8017 411.7210 190.1012 883.9812 050.48

9 282.9010 986.24

9 972.9610 984.3210 153.4411 291.52

9 933.1210 094.8810 125.12

8 789.769 348.489 068.647 818.728 552.648 640.962 893.595 909.119 189.555 589.368 647.289 015.24

22222222222222222333333322332324233233332222

10111011111111111111111010

810

9101212121212121210

81212

8121014111313111212121211111010

4040404040404040404040404040404040404040404040401515404040404040404040404040404040404040

99

101 103 109 104

94 96

110 116 110 115

85 108

87 101

97 98

123 125 108 126 121 122 122 143 143 147 140 138 135 142 136 138 133 128 135 138 136 125 129 119 129 120 112

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 12 12 12 12 12 12 12

9 10 10 11 11 12 10 11 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 12

0.850.650.670.691.000.620.740.750.811.000.770.681.001.000.940.880.800.710.720.630.660.840.810.631.001.000.880.761.000.741.910.670.790.750.730.710.680.691.000.760.840.871.000.71

Page 189: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

168

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84

9 255.36 10 534.80

7 834.40 8 079.07

13 353.80 12 002.07

9 693.00 8 411.20 7 853.40

10 567.15 11 608.30

9 843.65 12 376.10

9 955.00 12 834.25 11 970.75 11 133.00 10 318.00 11 048.40 11 548.74

9 193.38 9 997.68 7 821.66 8 617.98 8 539.02 9 244.62 8 267.70 8 505.42 8 670.48 9 182.88 8 541,12

10 670.92 10 722.92 11 035.50

8 649.06 10 289.40

9 778.60 7 531.80 9 833.72

13 503.00

10 026.6415 802.2011 751.6012 118.60

8 902.5318 003.1014 539.5012 616.8011 780.10

8 465.859 497.707 759.35

10 125.908 145.00

10 500.759 794.259 108.908 442.009 039.60

15 948.2612 695.6213 806.3210 801.3411 901.0211 791.9812 766.3811 417.3011 745.5811 973.5212 681.1211 794.88

9 850.089 898.08

15 239.5011 943.94

8 418.609 026.40

17 154.209 077.289 002.40

2333333332333333333333333233332222333333

11121212121212121211111211111111111112101112121311101212121210101011111112121212

40404040404040404040404040404040404040404040404040404040404040404040404040404040

119 110 100 100

99 102 110 107 104 134 132 130 137 126 136 133 128 123 126 133 138 132 114 127 126 120 111 118 129 124 130 144 133 104 112 120 135 118 121 120

12 11 11 11 11 12 10 11 11 10 10 10 10 10 10 10 12 12 10 12 12 12 12 12 12 10 12 12 12 12 10 10 11 10 11 12 10 12 12 11

0.780.840.670.691.001.000.800.680.650.880.870.690.920.740.960.890.800.760.800.920.690.730.610.630.660.790.650.650.640.690.730.890.880.960.700.760.720,640.710.95

Page 190: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

169

Lampiran 16. Efisiensi Perahu Motor Tempel Payang dengan memasukkan nilai moneter (penerimaan dan Biaya Operasional)

Output Input No. Produksi

(kg) Penerimaan

(RP) Upaya (trip)

Biaya operasional

(Rp)

Efisiensi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41 43 44

32 033 22 383 23 097 25 955 37 803 21 086 25 803 28 243 30 398 37 320 29 111 19 738 29 163 18 630 18 425 16 695 15 460 26 253 25 514 23 852 19 277 24 309 23 174 17 852 22 888 20 277 22 884 21 153 23 424 20 694 21 031 21 094 18 312 19 476 18 893 16 289 17 818 18 002 18 085 16 883 19 145 15 970 20 589 17 377

146 587 675 95 300 200 118 952 050 127 109 000 121 156 150 86 220 400 155 237 500 141 074 500 168 311 500 175 203 950 119 872 650 129 305 750 173 169 000 79 625 000 77 330 000 75 525 000 72 575 000 95 880 000 90 055 000 82 665 833 87 179 000 111 098 650 107 967 375 86 528 935 79 057 510 78 661 950 86 868 500 78 760 165 84 122 618 73 487 573 80 674 171 79 351 903 65 813 489 73 437 725 69 347 418 63 223 920 65 271 169 65 192 000 102 173 750 81 833 743 121 283 350 73 876 667 114 119 623 76 290 450

99

101 103 109 104 94 96

110 116 110 115 85

108 87

101 97 98

123 125 108 126 121 122 122 143 143 147 140 138 135 142 136 138 133 128 135 138 136 125 129 119 129 120 112

22 537 500 22 982 500 23 530 500 24 794 500 23 763 000 21 595 500 21 920 000 25 140 000 26 390 000 25 480 000 26 162 500 19 337 500 24 570 000 21 522 500 24 660 000 23 776 000 24 100 500 27 973 500 28 403 500 24 570 000 28 764 000 27 529 500 27 573 000 27 765 000 33 367 500 33 267 500 34 152 500 32 624 000 17 940 000 27 075 000 21 425 000 17 000 000 24 403 500 23 529 000 22 747 500 19 195 000 20 345 000 20 722 500 29 107 500 30 047 500 27 682 500 30 017 500 28 075 000 26 030 000

0.96 0.65 0.73 0.74 1.00 0.65 1.00 0.81 0.91 1.00 0.74 0.94 0.98 0.62 0.53 0.51 0.47 0.61 0.58 0.62 0.45 0.60 0.57 0.45 0.45 0.41 0.44 0.43 0.84 0.49 0.64 0.81 0.48 0.54 0.54 0.55 0.57 0.56 0.51 0.40 0.63 0.36 0.59 0.45

Page 191: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

170

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84

19 282 26 337 19 586 20 198 22 256 30 005 24 233 21 028 19 634 19 213 21 106 17 243 22 502 18 100 23 335 21 765 20 242 18 760 20 088 27 497 21 889 23 804 18 623 20 519 20 331 22 011 19 685 20 251 20 644 21 864 20 336 20 521 20 621 26 275 20 593 18 708 18 805 24 506 18 911 22 506

75 541 700 145 743 374 92 686 500 96 630 667 119 417 500 118 337 313 112 520 867 85 186 100 80 408 250 77 892 614 86 399 712 65 006 491 89 026 655 69 351 625 81 893 625 80 461 075 75 401 020 79 532 615 73 659 500 97 196 463 81 904 162 89 337 504 78 724 371 83 971 184 81 378 552 77 808 500 77 990 316 75 818 716 92 645 461 82 218 071 75 732 500 74 012 031 74 587 016 125 249 322 86 776 017 68 783 914 66 608 904 94 769 028 74 868 141 114 491 510

119 110 100 100 99

102 110 107 104 134 132 130 137 126 136 133 128 123 126 133 138 132 114 127 126 120 111 118 129 124 130 144 133 104 112 120 135 118 121 120

27 697 500 25 635 000 23 260 000 23 315 000 23 037 500 23 795 000 25 590 000 24 837 500 24 135 000 23 831 000 23 454 000 23 162 500 31 847 500 29 345 000 31 590 000 30 952 500 22 803 000 21 882 000 22 413 000 35 077 500 36 255 000 35 772 000 32 168 000 34 336 500 34 773 000 21 370 000 31 017 500 32 712 000 35 487 500 34 187 000 23 042 500 33 352 875 21 086 750 23 707 962 25 193 571 25 609 731 21 993 750 26 982 333 33 351 000 27 807 000

.

0.46 0.82 0.58 0.61 0.75 0.84 0.65 0.56 0.54 0.53 0.60 0.48 0.47 0.41 0.48 0.46 0.58 0.57 0.58 0.58 0.45 0.51 0.47 0.46 0.46 0.66 0.51 0.48 0.47 0.50 0.57 0.40 0.63 0.76 0.54 0.47 0.55 0.59 0.45 0.60

..

Page 192: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

171

Lampiran 17. Efisensi Teknis Input Kapal Motor Bagan

output Input

Kapal

Produksi pelagis besar

Produksi ikan

lainnya

Tonnase kapal (GT)

Panjang kapal

Kekuatan mesin (pk)

Upaya /trip

ABK (org)

Efisiensi

teknis input

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 41 43 44 45

35 57516 22830 61523 17218 23319 27815 55320 22719 52021 13332 47154 60848 01430 83115 45141 77235 54028 19227 93125 29822 72222 48410 67722 36023 72925 72712 42125 58917 55415 79418 95921 18512 91615 18319 64520 26818 52920 84820 59622 44123 49834 97534 16030 61719 462

13 835

6 311 11 906

9 011 7 091 7 497 6 049 7 866 7 591 8 218

12 627 21 237 18 672 11 990

6 009 16 245 13 821 10 964 10 862

9 838 8 836 8 744 4 152 8 696 9 228

10 005 4 831 9 951 6 827 6 142 7 373 8 239 5 023 5 905 7 640 7 882 7 206 8 107 8 009 8 727 9 138

13 601 13 285 11 907

7 568

161614211816192121211830292415162522132517151623151919212212151914151314161212181229191912

403340

12033

12033

120120120100120120120100100190190120160100100

90120

8033

100120190100100

4533331640803333333340904040

181816211718212020202021212417192122152116161822181820202016171817171717181616171621191916

69 74 98 48 98 91 77 74 84

100 71 58 62 86 69 56 32 39 62 36 25 28 32 95 40

118 30 42 53 82 94

116 45 51

117 101 105 109 115 108 121 105

69 89 90

8 8 8 9 7 8 8 8 8 8 8

16 16 10 10 10 12 12 10 12 10 10

8 8 8 7 8

12 12

8 8 9 8 8 8 8 9 8 8 8 8

10 10 10

8

0.780.410.660.350.470.320.390.340.320.360.540.690.570.410.220.540.810.530.450.510.660.590.240.370.430.660.300.450.240.280.320.410.360.410.980.440.270.500.500.540.570.470.450.410.42

Page 193: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

172

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96

41 48522 26321 13831 68837 95192 46887 17188 86183 70090 31360 40945 65118 72317 89321 48721 06624 30118 64321 18813 79124 10122 89323 11140 40431 14418 53225 07326 35423 18618 66724 18219 24421 47922 48322 29427 32122 23322 89024 18425 05425 62222 73824 75626 47227 01772 35620 86922 58719 50023 67125 024

.

16 133 8 658 8 220

12 323 14 759 35 960 33 900 34 557 32 550 35 122 23 493 17 753

7 281 6 958 8 356 8 192 9 450 7 250 8 240 5 363 9 373 8 903 8 988

15 713 12 112

7 207 9 751

10 249 9 017 7 260 9 404 7 484 8 353 8 743 8 670

10 625 8 646 8 902 9 405 9 743 9 964 8 843 9 628

10 294 10 507 28 138

8 116 6 371 5 500 5 918 5 493

121212132029291922191921181315121819261514161415121217171715181416151818282020191620151813241718181514

3333333333

120120

90120

90909033339033

190100100

3333

10033

1003333333333

120100

33100

33100160160120120160

3345

100100

40100

9090454570

161616161821211920191920191417161916181417181717161719191717181718181819211919191717161616201718191717

85 84 71 90

125 90 78 84 78 66 54 60 73 90

123 123

93 97

122 51

123 123 126 121

71 83 88 84

118 85 95 96

109 119 122

98 102 119 120 120 121 121 103

96 103

70 67 93 85 91 85

8 8 8 8

11 16 16 12 12 12 12 10

8 6

10 7

12 8 8 6 8 8 6

10 8 8 8 8

10 8

10 8 8 8 8

12 10

8 8

11 10 10 10 10 10 14

9 8 8 8 8

1.000.540.530.760.920.930.870.980.931.000.820.610.470.490.300.540.280.310.350.380.580.380.630.570.790.450.600.640.560.310.320.460.360.540.370.320.300.380.400.300.620.440.350.350.570.760.310.380.380.390.48

Page 194: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

173

Lampiran 18. GAMS Output untuk Analisis DEA Perikanan Pelagis Besar GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:18:31 PAGE 1 Data Envelopment Analysis - DEA (DEA,SEQ=192) 18 19 sets i units 20 is(i) selected unit 21 j inputs and outputs 22 ji(j) inputs 23 jo(j) outputs 24 25 Parameter data(i,j) unit input output 26 vlo v lower bound 27 ulo u lower bound 28 norm normalizing constant 29 30 Variables v(ji) input weights 31 u(jo) output weights 32 eff efficiency 33 var dual convexicty 34 35 lam(i) dual weights 36 vs(ji) input duals 37 us(jo) output duals 38 Z 39 40 positive variables u,v,vs,us,lam; 41 42 Equations defe(i) efficiency definition - weighted output 43 denom(i) weighted input 44 lime(i) 'output / input < 1' 45 dii(i,ji) input duals 46 dio(i,jo) output dual 47 defvar variable return to scale 48 dobj dual objective; 49 50 * primal model 51 52 defe(is).. eff =e= sum(jo, u(jo)*data(is,jo)) - 1*var; 53 54 denom(is).. sum(ji, v(ji)*data(is,ji)) =e= norm; 55 56 lime(i).. sum(jo, u(jo)*data(i,jo)) =l= sum(ji, v(ji)*data(i,ji)) + var; 57 GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:18:31 PAGE 2 Data Envelopment Analysis - DEA (DEA,SEQ=192) 58 * dual model 59 60 dii(is,ji).. sum(i, lam(i)*data(i,ji)) + vs(ji) =e= z*data(is,ji); 61

Page 195: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

174

62 dio(is,jo).. sum(i, lam(i)*data(i,jo)) - us(jo) =e= data(is,jo); 63 64 defvar.. sum(i, lam(i)) =e= 1; 65 66 dobj.. eff =e= norm*z - vlo*sum(ji, vs(ji)) - ulo*sum(jo, us(jo)); 67 68 69 70 71 72 model deap primal / defe, denom,lime / 73 deadc dual with CRS / dobj, dii, dio / 74 deadv dual with VRS / dobj, dii, dio, defvar / 75 76 sets i units /1984*2004 / 77 j inputs and outputs /effort, prodact, prodsust / 78 ji(j) inputs / effort / 79 jo(j) outputs /prodact, prodsust / 80 81 82 Table data(i,j) 83 effort Prodact Prodsust 84 1984 15551.8 6155.80 11341.01 85 1985 17525.6 7479.10 12111.42 86 1986 21437.3 8220.60 13317.41 87 1987 21842.8 8753.80 13420.26 88 1988 25968.9 11229.80 14259.27 89 1989 28758.3 14435.30 14635.58 90 1990 24260.3 15258.12 13955.71 91 1991 25989.8 14890.10 14262.63 92 1992 23785.3 12173.50 13860.63 93 1993 25382.6 11037.70 14161.70 94 1994 26519.2 13879.40 14344.80 95 1995 21898.3 13532.40 13434.06 96 1996 22327.8 14640.80 13538.21 97 1997 27378.1 16855.20 14466.96 98 1998 21386.5 17445.00 13304.25 99 1999 24847.4 20338.60 14066.67 100 2000 23266.3 18167.80 13751.22 101 2001 25794.1 18546.30 14230.88 102 2002 23462.5 10328.40 13793.27 103 2003 13386.5 8747.90 10355.05 104 2004 13603.4 9702.50 10460.87 105 106 107 109 option limcol=0 // no column listing 110 limrow=0 // no row listing 111 solveopt=replace; // don't keep old var and equ values 112 113

Page 196: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

175

GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:18:31 PAGE 3 Data Envelopment Analysis - DEA (DEA,SEQ=192) 114 115 var.fx = 0; // to run CRS with the primal model 116 *var.lo = -inf; // to run VRS with the primal model 117 *var.up = +inf; // to run VRS with the primal model 118 vlo=1e-4; 119 ulo=1e-4; 120 norm=100; 121 122 v.lo(ji) = vlo; 123 u.lo(jo) = ulo; 124 125 *deadc.solprint=2; 126 *deadv.solprint=2; 127 *deap.solprint=2; 128 129 set ii(i) set of units to analyze / 1984,1994,2004 /; 130 131 *ii(i) = yes; // use to run all depots 132 is(i) = no; 133 134 parameter rep summary report; 135 136 loop(ii, 137 is(ii) = yes; 138 solve deap us lp max eff; 139 rep(i,ii) = sum(jo, u.l(jo)*data(i,jo))/sum(ji, v.l(ji)*data(i,ji)); 140 rep('MStat-p',ii) = deap.modelstat; 141 solve deadc us lp min eff ; 142 rep('MStat-d',ii) = deadc.modelstat; 143 rep('obj-check',ii) = deadc.objval - deap.objval; 144 is(ii) = no); 145 146 rep(i,'Min') = smin(ii, rep(i,ii)); 147 rep(i,'Max') = smax(ii, rep(i,ii)); 148 rep(i,'Avg') = sum(ii, rep(i,ii))/card(ii); 149 150 display rep; GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:18:31 PAGE 22 Data Envelopment Analysis - DEA (DEA,SEQ=192) E x e c u t i o n ---- 150 PARAMETER rep summary report 1984 1994 2004 Min Max 1984 0.939 0.724 0.922 0.724 0.939 1985 0.891 0.727 0.879 0.727 0.891 1986 0.801 0.654 0.790 0.654 0.801 1987 0.792 0.664 0.783 0.664 0.792 1988 0.709 0.653 0.707 0.653 0.709 1989 0.659 0.686 0.665 0.659 0.686 1990 0.746 0.824 0.757 0.746 0.824

Page 197: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

176

1991 0.711 0.765 0.720 0.711 0.765 1992 0.754 0.735 0.755 0.735 0.755 1993 0.721 0.659 0.718 0.659 0.721 1994 0.700 0.721 0.705 0.700 0.721 1995 0.795 0.837 0.802 0.795 0.837 1996 0.786 0.863 0.797 0.786 0.863 1997 0.686 0.788 0.699 0.686 0.788 1998 0.809 1.000 0.831 0.809 1.000 1999 0.737 0.971 0.763 0.737 0.971 2000 0.768 0.955 0.790 0.768 0.955 2001 0.717 0.883 0.737 0.717 0.883 2002 0.759 0.680 0.755 0.680 0.759 2003 1.000 0.955 1.000 0.955 1.000 2004 0.995 1.000 1.000 0.995 1.000 MStat-p 1.000 1.000 1.000 MStat-d 1.000 1.000 1.000 obj-check 2.84217E-14 + Avg 1984 0.862 1985 0.832 1986 0.748 1987 0.746 1988 0.690 1989 0.670 1990 0.776 1991 0.732 1992 0.748 1993 0.699 1994 0.709 1995 0.811 1996 0.815 1997 0.724 1998 0.880 1999 0.824 2000 0.838 2001 0.779 2002 0.731 2003 0.985 2004 0.998 EXECUTION TIME = 0.030 SECONDS 1.4 Mb WIN202-128 GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:18:31 PAGE 23 Data Envelopment Analysis - DEA (DEA,SEQ=192)

Page 198: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

177

Lampiran 19. GAMS Output untuk Efisiensi Teknis Input Pukat Cincin GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:29:38 PAGE 1 G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m C o m p i l a t i o n 1 Sets inout/spec1,spec2,fix1,fix2,fix3,var1,var2/ 2 Output(inout)/spec1,spec2/ 3 Input(inout)/fix1,fix2,fix3,var1,var2/ 4 Obs/1*15/ 5 Subobs(obs)/1*13/ 6 Actobs(obs); 7 Alias (subobs,subobs1); 8 Table act(obs,inout) input output table 9 10 spec1 spec2 fix1 fix2 fix3 var1 var2 11 1 11612.9 27950.6 25 21 120 51 15 12 2 20633.65 19642.85 30 22 120 45 15 13 3 16639.92 12448.58 23 17 100 56 13 14 4 18430.23 18318.17 27 22 160 56 14 15 5 8551.47 32948.90 25 20 100 46 15 16 6 8646.86 35036.24 26 21 160 49 19 17 7 9374.97 22847.03 24 19 160 47 14 18 8 20376.37 17657.83 25 20 120 51 14 19 9 19374.02 12056.28 26 21 120 47 14 20 10 17935.21 13088.16 25 20 120 68 13 21 11 11623.17 22009.93 26 21 120 69 14 22 12 12119.72 25497.48 25 20 120 62 13 23 13 17416.41 15754.09 25 20 120 55 14 24 25 ; 26 Variables 27 Lambda efficiency score 28 Weight(obs) intensity variable; 29 Positive variable weight; 30 Equations 31 Constr1(output,obs) DEA constraint for each output 32 Constr2(input,obs) DEA constraint for each input; 33 Constr1(output,actobs)..sum(subobs,weight(subobs)*act(subobs,output))=G= 34 act(actobs,output); 35 Constr2(input,actobs)..sum(subobs,weight(subobs)*act(subobs,input))=L= 36 lambda*act(actobs,input); 37 Parameter 38 Score1(obs) efficiency scores; 39 Model tedea/constr1,constr2/; 40 Loop(subobs1, 41 Actobs(obs)=no; 42 Actobs(subobs1)=yes; 43 Option LP=OSL; 44 Solve tedea minimizing lambda using LP; 45 Score1(subobs1)=lambda.l; 46 ); 47 Display score1;

Page 199: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

178

GAMS Rev 128 Windows NT/95/98 07/13/06 12:29:38 PAGE 80 G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m E x e c u t i o n ---- 47 PARAMETER Score1 efficiency scores 1 0.976, 2 1.000, 3 0.977, 4 0.957, 5 1.000, 6 1.000 7 0.836, 8 1.000, 9 0.980, 10 0.948, 11 0.849, 12 1.000 13 0.871 EXECUTION TIME = 0.030 SECONDS 1.4 Mb WIN202-128 USER: GAMS Development Corporation, Washington, DC G871201:0000XX-XXX Free Demo, 202-342-0180, [email protected], www.gams.com DC9999 **** FILE SUMMARY INPUT C:\WINDOWS\GAMSDIR\INPUTTEPKTCINCIN2.GMS OUTPUT C:\WINDOWS\GAMSDIR\INPUTTEPKTCINCIN2.LST

Page 200: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

179

Lampiran 20. Output Maple untuk perhitungan Surplus Produsen Pelagis Besar > AC:=2*c/(alpha+sqrt(-4*beta*h+alpha^2));

AC := 2 c

α + -4 β h + α2

> A:=int(AC,h);

A := c α ln h( )

2 β -

c -4 β h + α2

β -

c α ln -4 β h + α2

- α⎛⎝

⎞⎠

2 β +

c α ln α + -4 β h + α2⎛

⎝⎞⎠

2 β

> PS:=p0*h0-A;

PS := p0 h0 - c α ln h( )

2 β +

c -4 β h + α2

β +

c α ln -4 β h + α2

- α⎛⎝

⎞⎠

2 β -

c α ln α + -4 β h + α2⎛

⎝⎞⎠

2 β

> restart; > alpha:=1.1138270; beta:=0.000030340; p0:=8486; c:=2469.09; h:=10.461;

α := 1.1138270

β := 0.000030340

p0 := 8486

c := 2469.09

h := 10.461

> AC:=2*c/(alpha+sqrt(-4*beta*h+alpha^2)); AC := 2217.329974

> A:=1/2*c/beta*alpha*ln(h)-c/beta*(-4*beta*h+alpha^2)^(1/2)-1/2*c/beta*alpha*ln(alpha-sqrt(-4*beta*h+alpha^2))+1/2*c/beta*alpha*ln(alpha+sqrt(-4*beta*h+alpha^2));

A := 3.906375434 108

> PS:=abs(p0*h-A);

PS := 3.905487714 108

Pelagis Kecil > restart; > alpha:=0.314429467; beta:=0.000001586; p0:=6385; c:=512.115; h:=15.640;

Page 201: ANALISIS KAPASITAS PERIKANAN PELAGIS DI PERAIRAN … · penyusunan kebijakan perikanan tangkap di wilayah penelitian. Terima kasih dan penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan

180

α := 0.314429467

β := 0.000001586

p0 := 6385

c := 512.115

h := 15.640

> AC:=2*c/(alpha+sqrt(-4*beta*h+alpha^2)); AC := 1629.120696

> A:=1/2*c/beta*alpha*ln(h)-c/beta*(-4*beta*h+alpha^2)^(1/2)-1/2*c/beta*alpha*ln(alpha-sqrt(-4*beta*h+alpha^2))+1/2*c/beta*alpha*ln(alpha+sqrt(-4*beta*h+alpha^2));

A := 4.589493085 108

> PS:=abs(p0*h-A);

PS := 4.588494471 108