14
1 Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat Pada Substrat Bekas Penambangan Bauksit di Pulau Bintan Heri Gustian Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Risandi Dwirama Putra S.T., M.Eng. Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected] Tri Apriadi, S.Pi., M.Si. Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected] ABSTRAK Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik sedimen dan konsentrasi logam berat pada substart bekas penambangan bauksit di Pulau Bintan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2016. Pengambilan sampel sedimen bauksit dilakukan pada kawasan Senggarang, Dompak, dan Kijang Pulau Bintan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik Purposive sampling untuk 3 stasiun yang berjumlah 2 titik tiap stasiun yang merupakan daerah pertambangan (sumber) dan pesisir (akibat) dari pertambangan bauksit untuk setiap level kedalaman tanah pertambangan (30 cm, 60 cm, dan 100 cm). Hasil tekstur soil (tanah) pertambangan menunjukan bahwa ada perbedaan kondisi di setiap stasiun untuk daerah Senggarang rata-rata tekstur sedimen berkisar antara 0,07-1,08, Dompak berkisar antara 0,08-1,12, sedangkan Kijang berkisar antara -0,05-025. Untuk konsentrasi logam berat Cadmium (Cd) diketahui bahwa tiap stasiun Senggarang, Kijang, dan Dompak sama yaitu dengan kisaran rata-rata sebesar < 0,007 mg/L, logam Chrom (Cr) untuk nilai tertinggi adalah di kawasan Senggarang 1 dengan rata-rata 92.33 mg/L, dan yang paling rendah dikawasan Dompak 1 dengan rata-rata 16,34 mg/L, untuk logam berat Timbal (Pb) nilai tertinggi dari setiap stasiun yaitu di kawasan Kijang 1 dengan rata-rata 0.69 mg/L, dan yang paling rendah dikawasan Dompak 2 dengan rata-rata 0.13 mg/L. Dari hasil analisis karakteristik sedimen dan konsentrasi logam berat yang terdapat di kawasan Senggarang, Dompak, dan Kijang memberikan gambaran karakteristik sedimen dan konsentrasi logam berat dari 3 stasiun 2 titik sampling lebih banyak didominasi oleh pasir berkerikil dan untuk kandungan logam berat Cadmium (Cd), dan Timbal (Pb) masih dibawah ambang batas, sedangkan kandungan logam berat Chrom (Cr) sudah di atas ambang batas. Kata kunci : Karakteristik Sedimen, Konsentrasi Logam Berat

Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

1

Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat Pada

Substrat Bekas Penambangan Bauksit di Pulau Bintan

Heri Gustian

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Risandi Dwirama Putra S.T., M.Eng.

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.

Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP, UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik sedimen

dan konsentrasi logam berat pada substart bekas penambangan bauksit di Pulau

Bintan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2016.

Pengambilan sampel sedimen bauksit dilakukan pada kawasan Senggarang, Dompak,

dan Kijang Pulau Bintan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan teknik

Purposive sampling untuk 3 stasiun yang berjumlah 2 titik tiap stasiun yang

merupakan daerah pertambangan (sumber) dan pesisir (akibat) dari pertambangan

bauksit untuk setiap level kedalaman tanah pertambangan (30 cm, 60 cm, dan 100

cm). Hasil tekstur soil (tanah) pertambangan menunjukan bahwa ada perbedaan

kondisi di setiap stasiun untuk daerah Senggarang rata-rata tekstur sedimen berkisar

antara 0,07-1,08, Dompak berkisar antara 0,08-1,12, sedangkan Kijang berkisar

antara -0,05-025. Untuk konsentrasi logam berat Cadmium (Cd) diketahui bahwa tiap

stasiun Senggarang, Kijang, dan Dompak sama yaitu dengan kisaran rata-rata sebesar

< 0,007 mg/L, logam Chrom (Cr) untuk nilai tertinggi adalah di kawasan Senggarang

1 dengan rata-rata 92.33 mg/L, dan yang paling rendah dikawasan Dompak 1 dengan

rata-rata 16,34 mg/L, untuk logam berat Timbal (Pb) nilai tertinggi dari setiap stasiun

yaitu di kawasan Kijang 1 dengan rata-rata 0.69 mg/L, dan yang paling rendah

dikawasan Dompak 2 dengan rata-rata 0.13 mg/L. Dari hasil analisis karakteristik

sedimen dan konsentrasi logam berat yang terdapat di kawasan Senggarang, Dompak,

dan Kijang memberikan gambaran karakteristik sedimen dan konsentrasi logam berat

dari 3 stasiun 2 titik sampling lebih banyak didominasi oleh pasir berkerikil dan

untuk kandungan logam berat Cadmium (Cd), dan Timbal (Pb) masih dibawah

ambang batas, sedangkan kandungan logam berat Chrom (Cr) sudah di atas ambang

batas.

Kata kunci : Karakteristik Sedimen, Konsentrasi Logam Berat

Page 2: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

2

Analysis of Sediment Characteristics and Heavy Metal Concentration

Substrates Used In Bauxite Mining in Bintan Island

ABSTRACT

This study was conducted to determine the characteristics of sediment and

concentration from heavy metals in substrate former bauxite mining on Bintan Island.

This study was conducted from April to June 2016. Sampling was conducted on a

regional sedimentary bauxite Senggarang, Dompak, and Kijang Bintan Island.

Location research selected using purposive sampling technique with 3 stations which

2 points sampling samples each station that were mining areas (as source) and coastal

(as result) from bauxite mining to any level depth of sediments (30 cm, 60 cm, and

100 cm). Results of soil texture mining, shows that there was different conditions in

each station, the area Senggarang station has average texture (Mz) sediments ranged

from 0.07 to 1.08, Dompak station has average texture (Mz) ranged from 0.08 to

1.12, and Kijang station has average texture (Mz) ranged from -0.05 -025. the

concentration of heavy metals Cadmium (Cd) each station Senggarang, Kijang, and

Dompak have similar value of concentration that average range of <0,007 mg / L.

The metal chromium (Cr) for the highest value was in the region Senggarang on

mining areas with an average of 92.33 mg / L, and the lowest area of Dompak station

on mining areas with an average of 16.34 mg / L, for the heavy metals lead (Pb)

highest value of each station is in the area of Kijang station on mining area with an

average of 0.69 mg / L, and the Dompak lowest on coastal areas with an average of

0.13 mg / L From the analysis of the characteristics of the sediment, and the

concentration of heavy metals, which are found in the Senggarang, Dompak, and

Kijang, delineation characteristics of the sediment, and the concentration of heavy

metals, from 3 stations 2 sampling points, more dominated by sand gravelly, and for

metal content weight Cadmium (Cd) and lead (Pb), still below the threshold, whereas

the heavy metal content of chromium (Cr) is already above the threshold.

Keywords: Characteristics of Sediment, Heavy Metal Concentration

Page 3: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

3

I. PENDAHULUAN

Pulau Bintan merupakan salah

satu daerah di Indonesia yang kegiatan

penambangan bauksitnya cukup tinggi.

Bauksit di daerah Bintan ditemukan

pada tahun 1924 dan pihak pertama

yang memanfaatkannya adalah

perusahaan Belanda. Saat ini

penambangan bauksit Pulau Bintan

dimanfaatkan oleh PN. Aneka

Tambang (Persero) yang kemudian

menjadi PT. Aneka Tambang.

Terdapat beberapa wilayah bekas

tambang bauksit di Pulau Bintan di

antaranya Pulau Koyang, daerah

Wacopek, Dompak, serta daerah

Tanjungpinang dan sekitarnya (Lahar

et al., 2003).

Kajian LIPI-COREMAP

(2010) dalam Zulfikar (2011)

menyatakan bahwa kegiatan

pertambangan yang dilakukan oleh

perusahaan pertambangan bauksit di

Pulau Bintan, pada umumnya belum

menerapkan konsep pengelolaan

pertambangan yang baik dan benar

(good mining practice). Hal tersebut

diduga dapat menimbulkan dampak

terhadap lingkungan masyarakat di

sekitar pertambangan tersebut, yaitu

dapat mengakibatkan terjadinya

akumulasi logam berat dan degradasi

kualitas air permukaan.

Salah satu tahap dalam

penambangan bauksit adalah proses

pencucian yang menghasilkan limbah

tailing berupa lumpur merah (red mud)

yang dialirkan ke kolam pengendapan.

Rosenthal et al., (1973) dalam Effendi

(2003) menyatakan bahwa red mud

limbah bauksit mempunyai efek

fisiologi terhadap organisme laut

dimana ikan lebih cepat terpengaruh

dibandingkan alga. Efek tidak

langsung dari red mud tersebut adalah

potensi terjadinya akumulasi logam-

logam berat tertentu pada ikan yang

walaupun tidak berpengaruh terhadap

fisiologi ikan, tetapi dapat

membahayakan bila ikan tersebut

dikonsumsi oleh manusia. Jenis logam

yang terdeteksi pada pertambangan

bauksit dari yang terbesar hingga

terkecil yaitu Fe, Ni, Mn, Zn, Pb, Cu,

Cd, dan Cr (Zulfikar, 2011).

Kegiatan pertambangan yang

dilakukan oleh perusahaan

pertambangan bauksit di Pulau Bintan,

pada umumnya belum menerapkan

konsep pengelolaan pertambangan

yang baik dan benar (good mining

practice) sehingga berpotensi

menimbulkan dampak terhadap

lingkungan di sekitar pertambangan

tersebut. Dampak negatif dari

penambangan bauksit adalah dapat

mengakibatkan terjadinya akumulasi

logam berat pada perairan sekitar

pertambangan bauksit dan degradasi

kualitas air permukaan. Oleh karena

itu, perlu dilakukan kajian terhadap

kandungan pada logam (Cd, Cr, Pb)

pada sedimen di sekitar area

pertambangan bauksit.

Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui karakteristik

sedimen yang berada di bekas

penambangan bauksit dan mengetahui

kandungan logam berat pada substrat

bekas penambangan bauksit di Pulau

Bintan. Manfaat dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

informasi dasar kepada LSM, kepada

masyarakat, permerintah, dan pihak

terkait untuk pengelolaan

pertambangan bauksit di Pulau Bintan.

Page 4: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bauksit merupakan bahan

tambang yang mengandung mineral-

mineral aluminium oksida yang

mengandung pengotor seperti silika,

besi oksida, dan titan. Warna bauksit

sangat bervariasi, mulai dari putih

sampai cokelat tua. Hal ini

tergantung pada kandungan

aluminium dan besi yang terdapat

dalam bauksit tersebut. Pada

umumnya, bauksit mengandung

kadar aluminium sebesar 48 – 60%,

besi 10 – 15%, silika kurang dari

2%, titan 5%, dan air sekitar 20%.

Oleh karena kandungan aluminium

yang besar itulah, bauksit

merupakan sumber utama untuk

memproduksi aluminium dalam

berbagai bentuk (Husaini, 2008

dalam Pratama et al., 2012).

Logam berat ialah unsur

logam dengan berat molekul tinggi.

Dalam kadar rendah logam berat

pada umumnya sudah beracun bagi

tumbuhan, hewan, dan manusia.

Termasuk logam berat yang sering

mencemari habitat ialah Hg, Cr,

Cd, As, dan Pb

(Am.geol.Inst.,1976).

Cadmium (Cd) adalah logam

berwarna putih perak, lunak,

mengkilap, tidak larut dalam basa,

mudah bereaksi, serta menghasilkan

kadium oksida bila dipanaskan. Cd

umumnya terdapat dalam kombinasi

dengan klor (Cd klorida) atau

belerang (Cd sulfit). Kadmium biasa

membentuk ion Cd+2

yang bersifat

tidak stabil (Wahyu et al., 2008).

Khromium berasal dari

bahasa Yunani yaitu Chroma, yang

berarti warna. Sebagai salah satu

unsur logam berat, chromium

mempunyai nomor atom (NA) 24

dan mempunyai berat atom (BA) 51,

996. Kadar kromium maksimum

yang diperkenankan bagi

kepentingan air minum adalah 0,05

mg/liter Sawyer dan McCarty,

(1978) dalam Effendi (2003). Kadar

kromium pada perairan tawar

biasanya kurang dari 0,001 mg/liter

dan pada perairan laut sekitar

0,00005 mg/liter (McNeely et al.,

1979 dalam Effendi 2003).

Timbal atau dalam

keseharian lebih dikenal dengan

nama timah hitam, dalam bahasa

ilmiahnya dinamakan plumbum, dan

logam ini disimbol dengan Pb.

Logam ini termasuk dalam

kelompok logam-logam golongan

IV-A pada Tabel Periodik unsur

kimia, mempunyai nomor atom

(NA) 82 dengan bobot atau berat

atom (BA) 207,2 (Palar, 2008).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan

Bulan April sampai Juni 2016.

Lokasi penelitian dilaksanakan pada

bekas penambangan bauksit di

Pulau Bintan tepatnya di daerah

Senggarang, Dompak, dan Kijang,

Provinsi Kepulauan Riau. Analisis

sampel sedimen permukaan dasar

dilakukan di Laboratorium FIKP

UMRAH Tanjungpinang. Analisis

logam dilakukan di Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan (BTKL)

Batam. Peta lokasi penelitian

disajikan pada Gambar 3.

Page 5: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

5

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

B. Metode Penelitian

Penentuan lokasi menggunakan

metode Purposive sampling. Jumlah

stasiun yang dipilih sebanyak 3

stasiun, yaitu Senggarang, Dompak,

dan Kijang. Setiap stasiun diambil 2

titik sampel yaitu pada lokasi

penggalian bauksit (1) dan pesisir

pantai (2) dekat pertambangan bauksit.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Bahan atau materi yang

digunakan selama penelitian

N

o

Bahan Kegunaan

1 Sampel

sedimen

Untuk mengetahui logam

berat yang terkandung

dalam tanah bekas

tambang bauksit

2 Aquades Kalibrasi

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan selama

penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Alat yang digunakan

selama penelitian

No Alat Kegunaan

1 GPS (

Garmin)

Penentuan titik

stasiun

2 Core

Sampler

Untuk

mengambil

sampel tanah

bekas tambang

bauksit

3 Kantong

sampel

Tempat sampel

bekas tambang

bauksit

4 Centrifuge Untuk

mengukur

logam dalam

sedimen

5 Alat tulis

Untuk mencatat

hasil penelitian

6 Kamera Untuk

dokumentasi

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara mengumpulkan data

primer dan skunder yang diperoleh

melalui pengamatan di lapangan,

pengukuran, penyelidikan, dan

pengujian sampel di laboratorium.

F. Prosedur penelitian

1. Pengambilan Sampel Limbah

Bauksit

Limbah bauksit diambil dari

lokasi penambangan bauksit di Daerah

Pulau Bintan Provinsi Kepulauan

Riau. Sampel diambil langsung pada 3

stasiun, setiap stasiun 2 titik

menggunakan alat Core Sampler di

lokasi penggalian (1) dan pesisir (2).

Sampel kemudian dibawa ke

Laboratorium FIKP UMRAH untuk

dianalisis.

Page 6: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

6

Langkah-langkah dalam pengambilan

sampel penelitian di lapangan sebagai

berikut:

1. Siapkan alat pipa stainless dan

alat pendorong sedimen

terlebih dahulu

2. Sebelum pipa stainless di tarik,

tekan terlebih dahulu,, kerok

sedimen yang ada di pinggir

tabung modifikasi

3. Setelah sedimen di angkat

keatas dan masukan alat

pendorong dari atas, dan

dorong sedimen agar keluar

4. Ukurlah sedimen tersebut

sampai panjang 100 cm,

sampai 3 potongan. Sepanjang

1 m. Masukan tiap – tiap

sampel sedimen yang terambil

kedalam kantong sampel dan di

beri lebel tanda

5. Setelah semua sampel

diperoleh dan telah dipotong /

di ukur, simpanlah sampel

sedimen yang telah di beri

tanda ke dalam icebox agar

aman dari kerusakan

6. Proses pengambilan sampel

selesai dan siap dibawah ke

laboraterium untuk dianalisis

sesuai dari tujuan penelitian.

2. Klasifikasi Butiran Sedimen

a. Analisis Tekstur Kerikil

Grave (kerikil) dianalisis

dengan metoda pengayakan sebagai

berikut :

1. Siapkan ayakan dengan ukuran 2

mm (Ø- 1), dimana ayakan dengan

mesh size terbesar pada tingkat

teratas dan seterusnya.

2. Masukan sampel tersebut dengan

ayakan ukuran 2 mm (Ø- 1),

kemudian ayakan digoyang

sampai semua partikel dalam

ayakan terayak secar sempurna.

3. Timbang sampel pada masing-

masing ayakan.

a. Analisis Tekstur Pasir

Tekstur pasir di analisis dengan

metoda pengayakan sebagai berikut:

1. Bersihkan screen ayakan dengan

menggunakan sikat baju.

2. Susunlah ayakan berdasarkan

mesh size yang ada dalam

populasi pasir, dimana ayakan

dengan mesh size terbesar berada

pada tingkat teratas dan

seterusnya. Urutan mesh size dari

atas kebawah sebagai berikut :

1mm (0Ø), 0,5 mm (1Ø; 500 um),

0,25mm (2Ø: 250 um), 1/8 mm

(3Ø:125 um), 1/16 mm (4Ø;

63um).

3. Masukan sampel yang diperoleh

diayakan paling atas, kemudian

ayakan digoyang sampai semua

partikel dalam populasi ini terayak

secara sempurna.

4. Timbang sedimen yang tertahan

pada masing-masing ayakan dan

catat beratnya.

b. Analisis Tekstur Lumpur

Prosedur pelaksanaan dengan

metoda analisis tekstur lumpur adalah

sebagai berikut :

1. Sedimen yang lolos dari ayakan

1/16 mm (4Ø; 63 um) ditampung

dalam sebuah cawan, kemudian

dimasukan dalam tabung silinder

atau tabung ukur yang mempunyai

volume 1.000 mL.

2. Tambahkan air sehingga volume

persis 1.000 mL.

Page 7: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

7

3. Aduk larutan tersebut dengan

menggunakan sebatang stik dan

biarkan selama 4 menit supaya

partikel-partikel lengket satu sama

lain.

4. Setelah selesai diaduk selama 4

menit, letakan silinder pada meja

datar dan langsung hidupkan

stopwatch.

5. Ambil larutan dari tabung silinder

dengan menggunakan pipet yang

bervolume 20 mL. Pada pipet

harus diberi tanda sesuai

kedalaman pengambilan pada

tabung silinder (10 dan 20 cm).

6. Ambil larutan dari tabung silinder

setelah 4 menit sebanyak 20 mL

pada kedalaman 10 cm untuk

partikel lumpur Ø5.

7. Setelah 15 menit ambil larutan

dari tabung silinder dengan

kedalaman 10 cm sebanyak 20 mL

untuk Ø6.

8. Ambil sebanyak 20 mL pada

kedalaman 20 cm setelah 30 menit

untuk ukuran Ø7.

9. Tunggu selama 1 jam, ambil

sebanyak 20 mL pada kedalaman

20 cm untuk partikel lumpur Ø >

7.

10. Setelah itu hasil yang diperoleh

dihitung dan masukkan pada

Tabel 7.

c. Analisis Data Sampel

1. Parameter Statistika Sedimen

Gambaran lingkungan

pengendapan dapat diperoleh dengan

cara menghitung parameter statistika

sedimen. Ukuran butir (tekstur)

sedimen dianalisis dan ditentukan

kelas masing-masing sub-populasi

sedimen berdasarkan skala Wenworth

(Rifardi, 2008). Hasil dari metode

pengayakan dan metode pipet

digabungkan, sehingga dapat dihitung

dengan cara menentukan persentase

masing-masing kelas ukuran (fraksi)

sedimen. Persentase ukuran sedimen

tersebut diplotkan dalam “kertas grafik

probabilitas“, dengan menggunakan

metode grafik didapatkan parameter

statistika sedimen sebagai berikut :

a. Diameter rata-rata ( Mz )

Mean Size

Klasifikasi :

Ø1 = coarse sand ( pasir kasar )

Ø2 = medium sand ( pasir

menengah )

Ø3 =fine sand ( pasir halus )

Ø4 = very fine sand ( pasir sangat

halus )

Ø5 = coarse silt ( lumpur kasar )

Ø6 = medium silt ( lumpur

menengah )

Ø7 = fine silt ( lumpur halus )

Ø8 = very fine silt ( lumpur sangat

halus )

>Ø8 = clay ( liat )

b. Skweness ( SK 1 )

Sk1 = +

Klasifikasi :

+ 1,0 s.d +0,3 = very fine skewed

+ 0,3 s.d + 0,1 = fine skewed

+ 0,1 s.d – 0,1 = near symmitrical

+ 0,1s.d - 0,3 = coarse skewed

> - 0,3 = very coarse skewed

c. Sorting Koefisien

δ1 +

Klasifikasi :

<0,25Ø = Very well sorted

(terpilah sangat baik)

Page 8: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

8

0,35 – 0,50Ø = well sorted (terpilah

baik)

0,50 – 0,71Ø = moderately well

sorted (terpilah sangat sedang)

0,71 – 1,0Ø = moderately sorted

(terpilah sedang)

1,0 – 2,0Ø = poorly sorted

(terpilah buruk)

>2,0Ø = very poorly sorted

(terpilah sangat buruk)

d. Kurtosis ( KG )

KG

e. Prosedur Analisis Logam

dalam Sedimen

Analisis logam berat dalam

sedimen menggunakan prosedur

Bendell-Young et al.(1992) dalam

Thomas dan Bendell-Young (1998).

Konsentrasi hasil destruksi

menggunakan aqua regia sebagai

nilai yang mendekati konsentrasi

logam berat dalam sedimen.

Ekstraksi sampel untuk analisis

logam berat menggunakan metode

destruksi basah yaitu sebagai

berikut.

1. 5 gr sedimen dimasukan ke

dalam Erlenmeyer.

2. Selanjutnya ditambahkan 20

mL aqua regia (3:1

campuran HCl pekat :

HNO3 pekat).

3. Sampel dipanaskan di water

bath 85 oC selama 8 jam.

4. Sampel didinginkan, lalu

dipindahkan kebotol

corning, dan ditambah

aquades hingga volumenya

25 mL.

5. Sampel dikocok, lalu

dibiarkan 24 jam.

6. Sampel dicentrifuge pada

250 RPM lalu diambil

supernatannya.

Pengukuran logam berat

menggunakan metode

spektrofotometrik dengan Atomic

Absorption Spektrofotometer

(AAS). Ringkasan metode uji

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Metode uji parameter

kimia dan baku mutu yang

digunakan dalam penelitian No Parameter

Kimia

Satuan Baku

Mutu*

Metode Uji

1 Cadmium (Cd)

mg/L 0.1 SNI 6989.16:2009

2 Chrom (

Cr)

mg/L 0.1 SNI

6989.17:2009

3 Timbal

(Pb)

mg/L 1 SNI

6989.8:2009

*Permen LH No.34 Tahun 2009

tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi

Usaha dan/atau Kegiatan

Pertambangan Bijih Bauksit.

G. Analisis data

Data akan dianalisis secara

deskriptif menggunakan R analisis.

Hubungan perbandingan kedalaman

substrat terhadap kondisi fisik,

komposisi jenis substar, serta

konsentrasi logam berat yang

terkandung didalam substrat. Sampel

lapisan sedimen yang dianalisis

bertujuan untuk mendapatkan data

ukuran butiran sedimen. Hasil analisis

ukuran sedimen dan logam berat yang

telah diuji di laboratorium ini

digunakan untuk mengetahui

Page 9: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

9

konsentrasi logam berat pada substrat,

menentukan kelas ukuran dan jenis

masing-masing sedimen pada substrat

bekas penambangan bauksit

berdasarkan skala Wenworth dan

Sheppard (Rifardi, 2008). Selanjutnya

hasil dari data tersebut ditampilkan

dalam bentuk tabel dan gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Pulau Bintan adalah pulau yang

berada di Provinsi Kepulauan Riau,

beribukota di Tanjungpinang. Posisi

Pulau Bintan berada di Semenanjung

Selatan Malaysia, Kepulauan Riau.

Wilayah Pulau Bintan berbatasan

dengan:

B. Sebelah utara : Kabupaten

Natuna

C. Sebelah selatan : Kabupaten

Lingga

D. Sebelah barat : Kabupaten

Karimun dan Kota Batam

E. Sebelah timur : Provinsi

Kalimantan Barat

F. Tekstur Sedimen

Tekstur substrat terdiri atas

campuran pasir, lumpur, dan liat.

Tidak ada substrat yang terdiri atas

satu fraksi saja, sehingga semua tipe

substrat terdiri atas ketiga fraksi

tersebut. Tekstur atau tipe sedimen

dapat ditentukan dengan mengukur

komposisi dari fraksi-fraksi

pembentuknya, yaitu kandungan

lumpur (debu), pasir, dan liat. Sebaran

nilai fraksi sedimen pada setiap stasiun

penelitian di Senggarang, Dompak,

dan Kijang pada Tabel 9.

Koordinat Lokasi Kedal

aman

Jenis

N 00. 951 700E 104.

429 710

Sengga

rang 1

0-30 Pasir

Berkerikil

30-60 Pasir

Berkerikil

60 -

100

Pasir

Berkerikil

N 00. 951 200 E 104.

429 750

Sengga

rang 2

0-30 Kerikil

berpasir

30-60 Pasir

Berkerikil

60 -

100

Pasir

Berkerikil

N 00. 861 550E 104.

458 62 0

Dompa

k 1

0-30 Pasir

Berkerikil

30-60 Pasir

Berkerikil

60 -

100

SedikitPai

sir

Berkerikil

N 00. 860710 E 104.

458 00 0

Dompa

k 2

0-30 Pasir

Berkerikil

30-60 Pasir

Berkerikil

60 -

100

Kerikil

Berpasir

N 00. 819 010 E 104.

558 660

Kijang

1

0-30 Kerikil

Berpasir

30-60 Pasir

Berkerikil

60 -

100

Kerikil

Berpasir

N 00. 814 020 E 104.

557 31 0

Kijang

2

0-30 Kerikil

Berpasir

30-60 Kerikil

Berpasir

60 -

100

Kerikil

Berpasir

G. Parameter Statistika Sedimen

Bauksit

Hasil analisis di laboratorium

digunakan untuk menentukan nilai

persen kumulatif, kemudian hasil

tersebut diplotkan ke dalam grafik

probabilitas dengan mencari nilai Ø5,

Ø16, Ø25, Ø50, Ø75, Ø84, Ø95.

Setelah itu masing-masing nilai

dimasukkan ke dalam rumus Mz, So,

SKW, dan Kg.

Page 10: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

10

1. Diameter rata – rata (MZ)

Berdasarkan hasil analisis

diameter rata-rata mean size untuk

menggambarkan perbedaan jenis

sedimen, ketahanannya terhadap erosi,

abrasi dan weathering serta proses

transportasi dan pengendapannya.

Nilai ini juga digunakan untuk

mengkalsifikasikan kelas ukuran butir

yang mengacu pada Skala Wenworth

(Rifardi, 2008). Secara keseluruhan

hasil analisis diameter rata-rata bisa

dilihat pada Gambar 4.

-0.50

0.51

1.5

Me

an S

ize

Stasiun

Kedalaman1-30 Cm

kedalaman30-60 Cm

Kedalaman60-100 Cm

Gambar 4. Grafik karakteristik

sedimen nilai mean Size

2. Skweness (SK)

Skweness mencirikan ke arah

mana dominan ukuran butir dari suatu

populasi tersebut, mungkin simetri,

condong ke arah sedimen berbutir

kasar atau condong ke arah berbutir

halus. Sehingga skewness dapat

digunakan untuk mengetahui dinamika

sedimentasi, secara keseluruhan hasil

analisis nilai skewness bisa dilihat

pada Gambar 5.

-1

0

1

2

Skw

en

ess

Stasiun

Kedalaman 1-30 Cm

Kedalaman30-60 Cm

Kedalaman60-100 Cm

Gambar 5. Grafik karakteristik

sedimen nilai Skweness

3. Sorting (δ1)

Dari hasil yang dianalisis

tekstur sedimen pada lokasi

pertambangan bauksit di Senggarang,

Dompak, dan Kijang diketahui

karakteristik partikel sedimen pada

seluruh titik sampling berdasarkan

kedalaman didominasi oleh klasifikasi

sebaran butiran partikel oleh nilai

sorting terpilah buruk. Secara

keseluruhan hasil analisis nilai sorting

koefisien bisa dilihat pada Gambar 6.

0

5

Sort

ing

Stasiun

Kedalaman 1-30 Cm

Kedalaman30-60 Cm

Gambar 6. Grafik karakteristik

sedimen nilai sorting

4. Kurtosis (KG)

Dari hasil yang didapat dari 6

titik sampling nilai kurtosis

menggambarkan klasifikasi sedimen

yang mendominasi yaitu puncak

Page 11: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

11

tumpul dan puncak sangat tumpul.

Artinya distribusi ukuran sedimen

pada daerah tersebut sama. Secara

keseluruhan hasil analisis nilai kurtosis

bisa dilihat pada Gambar 8.

00.5

11.5

Ku

rto

sis

Stasiun

Kedalaman 1-30Cm

Kedalaman 30-60Cm

Gambar 8. Grafik karakteristik

sedimen nilai Kurtosis

H. Grafik Bivariat Hubungan Antara

Titik Stasiun.

Bivariat plot mean, skewness

dan sorting pada daerah Senggrang,

Dompak, dan Kijang titik 1 dan 2

disajikan pada Gambar 9, 10, dan 11.

Gambar 9. Grafik Bivariat plot

Senggarang

Keterangan :

1. Plot A Pasir kasar

2. Plot B Pasir sedang

3. Nilai 1 katagori buruk

4. Titik merah : Stasiun 1 (Penggalian

Bauksit)

5. Titik Hitam : Stasiun 2 ( Pesisir)

Gambar 10. Grafik Bivariat plot

Dompak

Keterangan :

1. Plot A pasir sangat kasar

2. Plot B Pasir kasar

3. Plot C Pasir sedang

4. Nilai 1 katagori terpilah buruk

5. Titik merah : Stasiun 1 (Penggalian

Bauksit)

6. Titik Hitam : Stasiun 2 ( Pesisir)

Gambar 11. Grafik Bivariat plot

Kijang

Keterangan:

1. Plot A Pasir sangat kasar

2. Plot B Pasir kasar

Page 12: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

12

3. Nilai 1 katagori buruk

4. Titik merah : Stasiun 1 (Penggalian

Bauksit)

5. Titik Hitam : Stasiun 2 (Pesisir)

I. Konsentrasi Logam Cd, Cr, dan Pb

pada Sedimen

1. Logam Cadmium (Cd)

Nilai rata-rata logam berat

Cadmium (Cd) pada sedimen bauksit

di Senggarang, Dompak, dan Kijang

masih di bawah kisaran baku mutu

maksimal yang berdasarkan Standar

Nasional Indonesia yaitu untuk logam

berat Cadmium (Cd) sebesar 0,1 mg/L.

Rata-rata konsentrasi logam Cadmium

(Cd) pada sedimen dapat dilihat pada

Gambar 13.

00.0020.0040.0060.008

Ko

nse

ntr

asi (

mg/

L)

STASIUN

Gambar 13. Nilai konsentrasi logam

Cadmium (Cd)

2. Logam Chrom (Cr)

Nilai rata-rata logam berat

Chrom (Cr) pada sedimen bauksit di

Senggarang, Dompak, dan Kijang

berada diatas kisaran baku mutu

maksimal yang berdasarkan Standar

Nasional Indonesia yaitu untuk logam

berat Chrom (Cr) sebesar 0,1 mg/L.

Rata-rata konsentrasi logam Chrom

(Cr) pada sedimen dapat dilihat pada

Gambar 14.

020406080

100

Ko

nse

ntr

asi (

mg/

L)

STASIUN

Gambar 14. Nilai konsentrasi logam

Chrom (Cr)

3. Logam Timbal (Pb)

Nilai rata-rata logam Timbal

(Pb) pada sedimen bauksit di

senggarang, dompak, dan kijang masih

dibawah kisaran baku mutu maksimal

yang berdasarkan Standar Nasional

Indonesia yaitu untuk logam berat

Timbal (Pb) sebesar 1 mg/L. Rata-rata

konsentrasi logam Timbal(Pb) pada

sedimen dapat dilihat pada Gambar 15.

00.20.40.60.8

Ko

nse

ntr

asi (

mg/

L)

STASIUN

Gambar 15. Nilai konsentrasi logam

Timbal (Pb)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sedimen pada bekas

penambangan bauksit di Senggarang,

Page 13: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

13

Dompak, dan Kijang didominasi oleh

pasir berkerikil. Pola sebaran sedimen

yaitu dengan bertambahnya kedalaman

maka butiran semakin kasar.

Kandungan logam berat Cadmium

(Cd), dan Timbal (Pb) masih dibawah

ambang batas, sedangkan kandungan

logam berat Chrom (Cr) sudah di atas

ambang batas.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian

lanjutan dengan analisis parameter

perairan lengkap yaitu fisika, kimia

dan biologi yang berpengaruh terhadap

jenis sedimen dan logam berat di Pulau

Bintan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Eko Tri Sumarnadi, Eko

Soebowo Ade

Suriadharma, Ade Tatang

dan Dady Sukmayadi.

2010. Kajian Dampak

Penambangan Bauksit Di

Daerah Kijang Dan Sekitar

Pulau Mamot Korelasinya

Dengan Kemungkinan

Perubahan Ekosistem

Perairan Pesisir Timur

Pulau Bintan Dan Perairan

Pesisir Pulau Mamot

(Kepulauan Lingga).

Laporan Penelitian

COREMAP II – LIPI.

American Geological Institute. 1976.

Dictionary of Geological

Terms. Revised

Edition.Anchor Books.

New York. viii + 472 h.

Bendell-Young, L. H., M. Dutton, &

F. R. Pick. 1992.

Contrasting Two Methods

for Determining Trace

Metal Partitioning in

Oxidized Lake Sediments.

J.Biogeochem. 17:205-

219.

Effendi, Hefni. 2003, Telah Kualitas

Air Bagi pengelolaan

Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan.

Cetkan keempat.

Kanisius, Yogyakarta.

Lahar, H., Harahap, I.A., dan Bagja,

M. 2003. Pemantauan dan

Evaluasi Konservasi

Sumber Daya Mineral di

Daerah Kijang, Kabupaten

Kijang, Provinsi Riau,

Direktorat Inventarisasi

Sumber Daya Mineral,

Bandung

LIPI. 2010. Kajian Dampak

Penambangan Bauksit Di

Daerah Kijang dan Sekitar

Pulau Mamot Korelasinya

dengan Kemungkinan

Perubahan Ekosistem

Pesisir Timur Pulau

Bintan dan Perairan

Pesisir Pulau Mamot.

COREMAP-LIPI.Jakarta.

Palar, Heryando., 2008. Pencemaran

dan Toksikologi Logam

Berat, Cetakan Keempat,

Rineka Cipta, Jakarta.

Pemerintah Kabupaten bintan. 2015.

Rencana Pembangunan

Jangka Menengah

Daerah. Kabupaten

Bintan.

Pratama,Y,E., Abdulloh,A.S., dan

Azizah,N.Y., 2012.

Menggagas Teknologi

Page 14: Analisis Karakteristik Sedimen dan Konsentrasi Logam Berat ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · dan konsentrasi logam berat pada substart bekas

14

Alternatif Pengolahan

Bauksit Yang Efisien dan

Ramah Lingkungan

Dengan Menggunakan 1-

etil-3-Metilimidazolium

klorida ([emim]cl).

id.scribd.com/doc/111782

557/PKMGT-Bauksit. 20

Maret 2016

Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen

Sampling dan Analisis.

Universitas Riau Press

Widowati,W., Sastiono,A., dan

Rumampuk.R.J., 2008.

Efek Toksik Logam

Pencegahan dan

Penanggulangan

Pencemaran, Ed.1, ANDI,

Yogyakarta.

Zulfikar, Andi. 2011, Analisis

Kandungan Logam Pad

Limbah Tailing (Red Mud)

Tambang Bauksit.

Tanjungpinang.