Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU
EBIET G. ADE DAN SKENARIO PEMBELAJARAN
SASTRA DI KELAS X SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Sadyo Dedy Kustanto
NIM 092110147
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2013
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujaadilah: 11).
“Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah
nasib mereka sendiri” (Q.S. Ar-Ra’d: 11)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak Suwarso dan ibu Rojiati tercinta yang
selalu memberi doa dan restunya.
2. Kakak-kakakku tercinta (Mas Eko, Mas Dwi,
Mas Tri, Mas Catur, dan Mas Ponco).
3. Calon istri yang selalu memberi motivasi dan
menemani dalam setiap langkah yang aku lalui.
4. Semua teman Uwuh-Uwuh PBSI Ddan
sahabatku yang senantiasa membantu segala
hal.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt.
Ataslimpahan rahmad, karunia, dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Skripsi ini penulis susun untuk menganalisis makna kias yang terdapat
dalam lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade dan skenario pembelajaran sastra di kelas X
SMA.
Keberasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
2. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
izin kepada penulis mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan
perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. H. Bagiya, M.Hum. selaku pembimbing I dan ibu Umi Faizah, M.Pd.
selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan,
memotivasi dengan penuh kesadaran dan tidak mengenal lelah, serta
mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
viii
ABSTRAK
Sadyo Dedy Kustanto. 2013. “Analisis Makna Kias Dalam Lirik Lagu-Lagu
Ebiet G. Ade dan Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas X SMA” (Skripsi).
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyad Purworejo
2013.
Tujuan dari penulisan ini adalah (1) mendeskripsikan makna kias yang
terkandung dalam lirik lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita
Renungkan, dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade dan (2) mendeskripsikan
lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada
Waktu karya Ebiet G. Ade tersebut dapat digunakan sebagai skenario
pembelajaran sastra di kelas X SMA.
Pada penelitian ini, penulis memilih objek penelitian berupa lirik-lirik lagu
Ebiet G. Ade yang terdiri dari tiga buah lagu diantaranya Titip Rindu Buat Ayah
dalam album Camellia IV, Untuk Kita Renungkan dalam album Tokoh-Tokoh, dan
Masih Ada Waktu album Sketsa Rembulan Emas. Teknik pengumpulan data yang
digunkan oleh penulis adalah teknik observasi dan studi kepustakaan. Teknik
observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh pancaindera dan studi kepustakaan
adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan
mengutip teori atau konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, atau karya
tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus, atau variable penelitian. Dalam
analisis data, penulis menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik penyajian hasil
analisis yang digunakan oleh penulis adalah teknik informal.
Dari analisis data disimpulkan bahwa (1) teknik penyajian hasil analisis
makna kias yang terdapat dalam lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade yang berjudul Titip
Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa makna yang bukan makna sebenarnya. Makna
kias yang terdapat pada lagu Titip Rindu Buat Ayah adalah metafora, hiperbola,
dan perbandingan (simile). Makna kias yang terdapat pada lagu Untuk Kita
Renungkan adalah metafora, metonimia, allegori, dan personifikasi. Makna kias
yang terdapat pada lagu Masih Ada Waktu adalah metafora, sinedoks (pars pro
toto), dan personifikasi. (2) skenario pembelajaran makna kias dalam lirik lagu
Ebiet G. Ade meliputi, perencanaan pembelajaran (menyusunan RPP dan
menyiapkan media pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran, dan refleksi.
Kata Kunci: Makna Kias, Lirik Lagu Ebiet G. Ade, Pembelajaran Ssatra di
kelas X SMA.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... iv
PERNYATAAN ..................................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ........................................................ 8
D. Penegasan Masalah .......................................................... 9
E. Rumusan Masalah ........................................................... 10
F. Tujuan Penelitian ............................................................. 11
G. Manfaat Penelitian ........................................................... 11
H. Sistematika Skripsi .......................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ................ 15
A. Tinjauan Pustaka ............................................................. 15
B. Kajian Teoretis ................................................................ 17
1. Makna Kias ................................................................ 18
2. Lirik ........................................................................... 26
3. Ebiet G. Ade .............................................................. 28
4. Skenario Pembelajaran Sastra ................................... 30
x
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 32
A. Objek Penelitian .............................................................. 32
B. Fokus Penelitian .............................................................. 32
C. Sumber Data .................................................................... 33
D. Instrumen Penelitian ........................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 33
F. Teknik Analisis Data ....................................................... 34
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis ..................................... 35
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA .......................... 36
A. Penyajian Data ................................................................. 36
1. Makna Kias Dalam Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade .. 36
2. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA ....................... 37
B. Pembahasan Data ............................................................. 39
1. Makna Kias Dalam Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade .. 40
a. Lagu Titip Rindu Buat Ayah ................................. 40
b. Lagu Untuk Kita Renungkan ................................ 48
c. Lagu Masih Ada Waktu ........................................ 57
2. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA ...................... 65
BAB V PENUTUP ................................................................................. 74
A. Simpulan .......................................................................... 74
B. Saran ................................................................................ 75
DAFTRA PUSTAKA ............................................................................ 76
LAMPIRAN ........................................................................................... 78
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Makna Kias dalam LirikLagu-Lagu Ebiet G. Ade ..................... 37
Tabel 2 Data Pembelajaran Sastra Lirik Lagu Ebiet G. Ade .......................... 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lirik Lagu Titip Rindu Buat Ayah ................................ 78
Lampiran 2 Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan ................................ 79
Lampiran 3 Lirik Lagu Masih Ada Waktu ......................................... 80
Lampiran 4 Silabus Kelas X ............................................................. 81
Lampiran 5 RPP ....................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang
masalah, identifikasi masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan era informasi seperti saat ini setiap orang
berusaha untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bidang sosial, seni,
dan budaya. Sastra sebagai suatu karya seni merupakan wujud keindahan
yang menjelma pengalaman jiwa seseorang (Najid, 2003: 7). Pengalaman
itu sendiri sangat terbatas karena terbatasnya kesempatan atau waktu yang
ada. Menghayati suatu karya sastra dalam arti yang sesungguhnya berarti
menghayati kembali pengalaman jiwa orang lain yang menjelma dalam
suatu karya tersebut. Pengalaman jiwa dalam karya sastra mencangkup
berbagai hal tentang hidup dan kehidupan yang semuanya terjalin dalam
keselarasan yang artistik. Menghayati pengalaman jiwa orang lain berarti
dapat memperkaya pengalaman sendiri sehingga kehidupan ini akan
menjadi lebih dewasa dan kemampuan akan bertambah besar, karena
sastra banyak relevasinya dengan masalah-masalah kehidupan (Rahmanto,
1988: 10).
2
Mengetahui bahwa tugas utama pengajaran adalah membina
individu-individu supaya memiliki keterampilan, pengetahuan, dan
kualitas kepribadian yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan
peluang pada era globalisasi ini. Oleh karena itu, pembinaan individu di
bidang sastra pada masa pendidikan adalah salah satu kebutuhan untuk
memperkaya dan mendewasakan individu dalam menghadapi tantangan
dan hambatan yang pasti akan dialaminya.
Sastra adalah hasil kreativitas pengarang yang bersumber dari
kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaannya dengan bahasa
sebagai medianya (Winarni, 2009: 5). Sastra dibagi menjadi 2 jenis yakni
imajinatif dan nonimajinatif. Yang termasuk sastra imajinatif ialah karya
prosa fiksi (cerpen, novelet, novel atau roman), puisi, dan drama.
Sedangkan yang termasuk sastra nonimajinatif ialah karya-karya yang
berbentuk kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah.
Lagu merupakan jenis sastra imajinatif karena lagu adalah karya
sastra yang cenderung berisi curhatan perasaan pribadi, susunan kata sama
persis dengan puisi. Sebuah lagu, seperti halnya karya sastra yang lain,
tentu mengandung beberapa unsur estetika yang saling terkait menjadi satu
kesatuan.
Lirik adalah bagian dari musik dan biasanya lirik merupakan alat
untuk menyampaikan pesan dari sebuah lagu. Lirik lagu termasuk dalam
genre sastra karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan
perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (KBBI, 2008: 678).
3
Lirik lagu sebagaimana bahasa, dapat menjadi media komunikasi
untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar di masyarakat. Lirik lagu
dapat pula sebagai sarana sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap
atau nilai. Oleh karena itu, sebuah lirik lagu mulai diperdengarkan dan
mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah
keyakinan, nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Sebuah lirik lagu dapat
mengajak bangsa Indonesia untuk selalu berbuat kebaikan dengan pesan
yang disampaikan.
Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang tentang suatu hal yang
sudah dilihat, didengar, maupun dialaminya (Aminuddin, 2005: 91).
Dalam mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pecipta lagu
melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya tarik
dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Lirik tidak jauh berbeda dengan
puisi, lirik adalah puisi pendek yang mengekspresikan emosi (Semi, 1988:
106).
Dalam lirik lagu biasanya mengandung gaya bahasa mencakup diksi
atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang
digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Menurut
Sudjiman (dalam Fillaili, 2007: 14) menyatakan bahwa majas merupakan
bagian dari gaya bahasa dan majas merupakan peristiwa pemakaian kata
yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti
harfiah. Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan
yang timbul atau hidup dalam hati pengarang (Sowikromo, 2007: 7).
4
Syair sebuah lagu mirip dengan sebuah puisi dalam hal
penulisannya atau dalam hal topografinya. Tapi, secara otomatis saja, kita
bisa membedakan bagaimana membaca sebuah puisi dan membaca
(menyanyikan) syair lagu. Harus diakui perbedaan puisi dengan syair
sebuah lagu tidak ada bedanya. Hanya beda dalam memperlakukan
pembacaannya itu. Dari pernyataan itu, secara tersirat, kita bisa melihat
syair atau lirik sebuah lagu adalah puisi, tapi ketika syair atau lirik itu
dipentaskan atau ditampilkan maka sudah tidak tampak lagi ke-puisi-
annya, yang ada adalah sebuah lagu seutuhnya.
Majas adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh
efek tertentu dari suatu benda atau hal dengan cara membandingkannya
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Menurut Perrine (dalam
Waluyo, 1987: 83), penggunaan majas dipandang lebih efektif untuk
menyatakan maksud penyair karena
a. majas mampu memberi kesenangan imajinatif;
b. majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi
sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih
nikmat dibaca;
c. majas adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk
puisinya dan menyampaikan sikap penyair;
d. majas adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
singkat.
5
Majas atau gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda,
dapat dipahami bahwa gaya bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah
matra hubungan. Matra hubungan tersebut dapat dikaitkan dengan dunia
proses kreatif pengarang, dunia luar yang dijadikan objek dan bahan
penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal kebahasaan itu
sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:54).
Menurut Soekanto (dalam Rachmawati, 2001: 1) menyatakan
bahwa musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat
dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya
interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Kedudukan
lirik sangat berperan terhadap musik sehingga musik tidak hanya bunyi
suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu
maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah
bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.
Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin
disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lagu berisi
barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang
menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara indah penyanyi.
Dalam lirik tersimpan kata-kata yang ingin diungkapkan atau
disampaikan seperti halnya puisi. Lirik lagu yang dapat dijadikan sebagai
sarana penggambaran, artinya lirik lagu dimanfaatkan oleh seorang
penyanyi atau pencipta untuk mengaca atau menggambarkan keberadaan
hidupnya atau permasalahan yang sedang dialaminya. Selain itu, lirik lagu
6
juga dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan realitas sosial yang penting.
realitas sosial tersebut adalah perilaku atau sikap manusia saat ini.
Abid Ghoffard Aboe Dja‟afar yang kini dikenal dengan nama Ebiet
G. Ade lahir di Wanadadi, Banjarnegara, 59 tahun silam, tepatnya 21 April
1954 adalah seorang penyanyi sekaligus penulis lagu berkewarganegaraan
Indonesia yang lebih dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam
dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre
balada, pada awal kariernya, ia ‟memotret‟ suasana kehidupan Indonesia di
akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya
tentang cinta, tetapi ada juga lagu-lagu bertemakan alam, sosial-politik,
bencana, religius, dan keluarga. Sentuhan musiknya sempat mendorong
pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya
sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain,
kecuali lagu Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (www.wikipedia.com/biografi Ebiet
G. Ade).
Semua karya-karyanya telah melegenda dan terkenal dengan balada
yang syahdu dan syair-syair sarat makna dari lagu-lagu yang dibuatnya.
Lagu-lagunya mampu bertahan sampai sekarang dengan penggemarnya
dari berbagai lapisan masyarakat.
Kepopuleran Ebiet G. Ade disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain keberanian untuk menciptakan lagu yang bertemakan cinta, ketuhanan
dan kemanusiaan dengan menggunakan bahasa kias. Beberapa lirik lagu
7
ciptaannya berbeda dari lirik lagu para pencipta lagu yang lain serta figur
Ebiet G. Ade yang sangat sederhana seperti penyanyi Iwan Fals, penyanyi
Chrisye, dan yang lainnya.
Ebiet mengatakan, lagu-lagu yang diciptakannya merupakan
renungan dari kejadian yang ada disekitarnya. Ia mengungkapkan setiap
rasanya dalam bait-bait puisi yang akan ditambahkan musik saat ia akan
membacanya. Ebiet G. Ade telah merilis 21 album mulai tahun 1979
sampai tahun 2009 yang terpopuler adalah lagu yang berjudul “Untuk Kita
Renungkan” yang banyak menginspirasikan musisi lain dan masyarakat
yang mendengarkannya (www.wikipedia.com/biografi Ebiet G. Ade).
Para penggemar lagu Ebiet G. Ade berpendapat bahwa lagu-lagu
yang diciptakan sangatlah menarik dari segi maknanya. Penulis
menganggap bahwa lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade
memiliki rasa yang tinggi sehingga menimbulkan adanya daya tarik
masyarakat untuk menikmatinya. Hal ini karena diduga oleh adanya
anggapan penulis bahwa nilai rasa tersebutlah yang dapat mengantarkan
pendengar untuk menjadikan lagu-lagu tersebut sebagai salah satu
tembang terlaris. Jadi, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji
lebih dalam mengenai makna kias lagu-lagu Ebiet G. Ade dalam lirik
lagunya dan kemungkinannya sebagai bahan atau skenario pengajaran
sastra di SMA. Siswa SMA tertarik pada lagu ciptaan Ebiet G. Ade karena
dalam lagu tersebut menggunakan bahasa yang puitis. Berdasarkan latar
belakang tersebut, penulis memilih judul “Analisis Makna Kias Dalam
8
Lirik Lagu Ebiet G. Ade Sebagai Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas X
SMA“.
B. Identifikasi Masalah
Suatu penelitian diawali dengan adanya masalah. Pradopo (1991:
10) menyatakan bahwa masalah merupakan kondisi atau keadaan yang
mengancam, menganggu, menghambat, menyulitkan, dan menunjukkan
kesenjangan dari apa yang diharapkan. Identifikasi masalah penelitian ini
dipaparkan dibawah ini.
1. Makna kias yang terkandung dalam lirik lagu yang berjudul Titip
Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu
karya Ebiet G. Ade.
2. Lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan,
dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade digunakan sebagai
skenario pembelajaran sastra di kelas X SMA.
C. Pembatasan Masalah
Dalam setiap lagu terdiri dari bebarapa lirik-lirik yang mengandung
banyak arti dan makna yang sulit untuk dimengerti oleh setiap orang
karena disajikan dengan bahasa kias atau majas. Akan tetapi, untuk
menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya
pembatasan masalah. Dengan pertimbangan tersebut, penelitian ini
dibatasi pada upaya mengungkap informasi mengenai makna kias dalam
9
lirik lagu Ebiet G. Ade sebagai skenario pembelajaan sastra di kelas X
SMA.
D. Penegasan Istiah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini,
penulis merasa perlu menjelaskan kembali istilah-istilah yang terdapat
dalam judul penelitian sebagai berikut.
1) Makna Kias
Makna kias adalah bagian dari gaya bahasa dan majas merupakan
peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang
lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Fillaili, 2007: 14).
Berdasarkan pendapat tersebut, makna kias adalah bahasa kias yang
dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari suatu benda atau
hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau hal lain yang
lebih umum.
2) Lagu-Lagu Ebiet G. Ade
Lagu Ebiet G. Ade adalah lagu ciptakan oleh Ebiet G. Ade yang
berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih
Ada Waktu.
3) Ebiet G. Ade
Seorang pencipta lagu dan penyanyi pop Indonesia yang telah
merilis 21 album yang bertemakan tentang cinta, alam, sosial-politik,
bencana, religius, dan keluarga. Lagu-lagunya mampu bertahan
10
sampai sekarang dengan penggemarnya dari berbagai lapisan
masyarakat.
4) Skenario
Rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan
yang tertulis secara terperinci (KBBI, 2008: 1324).
5) Pembelajaran
Proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar (KBBI, 2008: 23).
Jadi, maksud judul skripsi “Analisis Makna Kias Dalam Lirik Lagu
Ebiet G. Ade Sebagai Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas X SMA”
adalah penelitian mengenai analisis lagu-lagu Ebiet G. Ade dan
sebagai sumber belajar sastra untuk siswa di kelas X SMA.
E. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini dipaparkan dibawah ini.
1. Bagaimanakah makna kias yang terkandung dalam lirik lagu yang
berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih
Ada Waktu karya Ebiet G. Ade?
2. Bagaimanakah lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk
Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade
tersebut dapat digunakan sebagai skenario pembelajaran sastra di
kelas X SMA?
11
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam menyusun
rencana penelitian. Tujuan akan memudahkan peneliti atau pembaca
untuk meneliti masalah, sehingga dapat tercapai sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. mendeskripsikan makna kias yang terkandung dalam lirik lagu
yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan
Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade;
2. mendeskripsikan lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk
Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade
tersebut dapat digunakan sebagai bahan atau skenario pembelajaran
sastra di kelas X SMA.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu segi teoretis dan segi
praktis.
1. Segi Teoretis
Dari segi teoretis, penelitian ini bermanfaat antara lain:
a) Menambah khasanah penelitian sastra.
b) Memberi gambaran tentang gaya bahasa dan makna kias yang
digunakan pada 3 lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah,
Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G.
Ade.
12
c) Dapat memperkaya wawasan dibidang Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, dan hasilnya dapat digunakan untuk
mengembangkan teori analisis lagu yang sebelumnya digunakan
sebagai sumber atau bahan pembelajaran.
2. Segi Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-
manfaat, antara lain:
a) Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
dan mengembangkan pemahaman siswa tentang makna kias
yang digunakan pada lagu-lagu karya Ebiet G. Ade, dan
meningkatkan kreativitas dan keberanian siswa dalam berpikir.
b) Manfaat bagi guru
Penelitian ini untuk memperkaya khasanah metode dan
strategi dalam pembelajaran tentang analisis lagu atau puisi,
untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini
digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar
yang menarik dan tidak membosankan, dan dapat
mengembangkan keterampilan guru bahasa dan sastra Indonesia
khususnya dalam menerapkan pembelajaran mengenai analisis
makna kias dalam lagu-lagu karya Ebiet G. Ade.
13
c) Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah yang
dapat disampaikan dalam pembinaan guru ataupun kesempatan
lain dalam pembelajaran struktur karya sastra khususnya lagu
atau puisi.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
skripsi yang disusun. Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal
terdiri dari sampul, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan
pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, dan abstrak.
Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II yaitu berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Dalam bab
ini, penulis menjelaskan tentang buku-buku apa yang menjadi referensi
dan teori-teori apa yang digunakan sebagai pedoman penelitian.
Bab III yaitu berisi metode penelitian. Metode penelitian meliputi
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen, dan teknik
analisis data. Bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan
penulis untuk meneliti karya sastra.
Bab IV berisi tentang penyajian data dan pembahasan. Pada bab ini
penulis menyajikan dan membahas data yang diambil mengenai makna
14
kias yang digunakan dalam lirik lagu Ebiet G. Ade (Titip Rindu Buat
Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih Ada Waktu) sebagai skenario
pembelajaran sastra di kelas X SMA.
Bab V berisi penutup. Pada bab ini penulis menyimpulkan
pembahasan data dan memberikan saran-saran yang relevan dengan
kesimpulan tersebut. Selain itu, penulis juga melampirkan lirik-lirik lagu
Ebiet G. Ade (Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita Renungkan, dan Masih
Ada Waktu), dan daftar pustaka.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini dikemukakan dua hal pokok, yaitu tinjauan pustaka
dan kajian teoretis.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis untuk
membandingkan terhadap kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis
lakukan sehingga diketahui perbedaan dan kesamaan yang khas antara
kajian-kajian tersebut.
Penelitian melalui pendekatan nilai terhadap sastra telah banyak
dilakukan oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah
Purworejo, diantaranya yaitu: (1) Rasman (2013) “Analisis Majas dalam
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansi Pembelajaran
Menulis Di Kelas XI SMA” dan (2) Suryani (2004) “Analisis Struktur dan
Gaya Bahasa pada Novel Kubur Ngemut Wewadi Karya A.Y.Suharyono”.
Rasman (2013) menulis skripsi yang berjudul “Analisis Majas dalam
Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansi Pembelajaran
Menulis Di Kelas XI SMA”.Penelitian Rasman membahas majas yang
digunakan dalam novel Sang Pemimpi yang meliputi: (1) majas
perbandingan; (2) majas perulangan; (3) majas pertentangan; dan (4) majas
penegasan. Rasman juga menyatakan alasan pengarang mengguanakan
15
16
majas pada novel Sang Pemimpi adalah untuk berimajinasi membayangkan
keadaan dalam novel dan juga ikut terlarut merasakan cerita dalam novel.
Pemakaian majas juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan
dalam teks, dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan
singkat dan pemakaian majas digunakan untuk penekanan terhadap pesan
yang diungkapkan. Bahasa yang digunakan mempunyai fungsi estetik
yang dominan yakni untuk mendapatkan nilai sastra sebagai sarana sastra
yang menjadi ciri khas pengarang.
Persamaan penelitian penulis dengan peneltian Rasman adalah dari
segi fokus penelitian. Baik penulis maupun Rasman sama-sama
menganalisis penggunaan makna kias yang terdapat dalam teks sastra dan
skenario pembelajarannya di kelas X SMA. Perbedaannya, peneliti
menggunakan lirik lagu sebagai objek penelitian, sedangkan Rasman
menggunakan novel sebagai objek penelitiannya.
Skripsi Suryani (2004) berjudul “Analisis Struktur dan Gaya Bahasa
pada Novel Kubur Ngemut Wewadi Karya A.Y.Suharyono”,membahas
unsur-unsur struktur intrinsik dan gaya bahasa yang terdapat dalam novel
Kubur Ngemut Wewadi karya A.Y.Suharyono.
Adapun unsur instrinsik yang ditemukan dalam skripsi Suryani,
yakni (1) tema yaitu kehidupan dan proses pendewasaan seseorang pemuda
yang tertimpa banyak masalah; (2) tokoh utama yaitu Indro, sedangkan
tokoh tambahan yaitu Dhik Titik, Santo, Bu Sarti, dan Anton; (3) alur yaitu
maju (progresif); (4) latar, tempat berada di kost Indro, kamar Indro, di
17
rumah Dhik Titik. Latar waktu, siang hari, pagi hari, sore hari dan malam
hari; (5) gaya bahasa adalah metafora, hiperbola, eufimisme, personofikasi,
desenfikasi, perumpamaan, klimaks, antiklimaks, sinisme, sarkasme,
antitesis, tautologi, antifrasis, simile, epitet, slusi, sinedoks prasprototo.
Analisis yang dilakukan oleh Suryani dengan analisis yang
dilakukan penulis terdapat kesamaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat
pada fokus penelitian, yaitu sama-sama menganalisis penggunaan majas
yang terdapat dalam karya sastra, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian
yang dilakukan penulis berupa lirik lagu, dan penelitian yang dilakukan
Suryani berupa novel.
Adapun kesamaan simpulan penelitian yang dilakukan Rasman
dengan penelitian yang dilakukan Suryani, yaitu menjelaskan peserta didik
merasa lebih senang dan tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan pembelajaran analisis dan pembelajaran apresiasi pada sebuah karya
sastra sehingga peserta didik merasa lebih tertantang serta merasa tidak
cepat bosan.
B. Kajian Teoretis
Kajian teori merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat
beberapa materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas
masalah yang diteliti. Suatu karya ilmiah agar dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, harus menggunakan dasar analisis tertentu, yaitu
sebuah teori. Teori-teori tersebut harus dapat dijadikan landasan
18
pemikiran bagi pembahasan masalah penelitian. Teori-teori yang
mendukung harus sesuai dengan masalah yang diteliti, untuk kejelasan
uraian dalam suatu penelitian.
1. Makna Kias
Makna kias dapat diartikan sebagai bahasa yang mengiaskan atau
mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran menjadi
jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 2012: 61). Pendapat berbeda
juga dikemukakan oleh Chaer (1995: 77), menurutnya makna kias adalah
semua bentuk bahasa (baik kata, frasa, maupun kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti
denotasi). Makna kias dibagi menjadi 9, yaitu:
a. perbandingan (simile);
b. metafora;
c. perumpamaan epos (epic simile);
d. personifikasi;
e. hiperbola;
f. ironi;
g. metonimia;
h. sinedok (synecdoche);
i. allegori.
19
a. Perbandingan (Simile)
Perbandingan atau perumpamaan atau simile ialah bahasa
kiasan yang menyamakansatu hal dengan hal lain dengan
menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, bagaikan, bak,
seperti, semisal, laksana, penaka, se, dan kata-kata pembanding
yang lain (Pradopo, 2012: 62).
Perumpamaan atau perbandingan ini dapat dikatakan
bahasa kiasan yang paling sederhana dan paling banyak
dipergunakan dalam sajak. Namun, sesungguhnya perumpamaan
ini ada bermacam-macam corak pula. Perhatikan contoh di bawah
ini.
Sebagai kilat „nyinar di kalbu
Sebanyak itu curahan duka
Sesering itu pilu menyayat.
(St. Takdir Alisjahbana, “Bertemu” dalam Pradopo,
2000: 62).
Dalam suatu puisi, majas personifikasi berfungsi untuk
menghidupkan gambaran dengan menyamakan dua hal yang
berbeda.
b. Metafora
Metafora merupakan bahasa kiasan seperti perbandingan,
hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai,
laksana, seperti, dan sebagainya (Pradopo, 2012: 66). Metafora
melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Perhatikan
contoh di bawah ini.
20
Bumi ini perempuan jalang
Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
Ke rawa-rawa mesum ini
(Subagio, “Dewa Telah Mati” dalam Pradopo, 2000: 62)
Dalam suatu puisi, majas metafora mempunyai fungsi
memperindah bunyi penuturannya dengan membangkitkan suasana
dengan menyamakan dua hal yang berbeda.
c. Perumpamaan Epos (epic simile)
Perumpamaan atau perbandingan epos (epic simile) ialah
perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk
dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut
dalam kalimat-kalimat atau frasa-frasa yang berturut-turut
(Pradopo, 2012: 69). Kadang-kadang lanjutan ini sangat panjang.
Perbandingan epos ini ada bermacam-macam variasi. Perhatikan
contoh di bawah ini.
Rustam Effendi
DI TENGAH SUNYI
Di tengah sunyi menderu rinduku,
Seperti topan. Meranggutkan dahan,
Mencabut akar, meranggutkan kembang kalbuku.
Majas perumpamaan epos berfungsi untuk memperindah
bunyi penuturannya dengan menggambarkan sesuatu dengan
melanjutkan sifat-sifat pembandingnya.
21
d. Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan (Waluyo,
2010: 99). Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang
dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama
dari pembaca. Perhatikan contoh berikut.
W.S. Rendra
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Konggres-konggres dan konperensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Untuk melukiskan ketamakan pihak yang kaya dan
berkuasa, Rendra melukiskan sebagai benteng besar yang gemuk
dan menghabiskan rerumputan. Sedang rakyat kecil yang
menderita dilukiskan dengan burung kondor.
Majas hiperbola berfungsi untuk mengintensifkan makna
dengan melebih-lebihkan sesuatu.
e. Ironi
Dalam puisi pamflet, demontrasi, dan kritik sosial, banyak
digunakan ironi yakni kata-kata yang bersifat berlawanan untuk
memberikan sindiran (Waluyo, 2010: 101). Perhatikan contoh puisi
karya Rendra dibawah ini.
Apa gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
22
Di tengah kenyataan persoalannya, Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya? (“Sajak Seonggok Jagung”1975)
Rendra melukiskan potret kehidupan seseorang guru dengan
tujuan untuk menyindir guru yang menyelewengkan wewenang
demi memenuhi kebutuhanya dan melalaikan tugasnya sebagai
pendidik generasi muda.
Dalam sebuah puisi, majas ironi berfungsi untuk
membangkitkan suasana dan kesan tertentu dengan melukiskan
sebuah peristiwa dengan sindira.
f. Personifikasi
Personifikasi merupakan bahasa kiasan yang
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat
hidup, berpikir, dan sebagainya seperti manusia (Pradopo, 2012:
75). Personifikasi banyak digunakan penyair dari dulu hingga
sekarang. Personifikasi digunakan untuk membuat hidup lukisan,
di samping itu juga memberi kejelasan beberan, memberikan
bayangan angan yang konkret. Perhatikan contoh di bawah ini.
Rustam Effendi
ANAK MOLEK
Malas dan malu nyata pelita
seperti meratap mencucuri mata
seisi kamar berduka cita,
seperti takut, gentar berkata
(Jassin dalam Pradopo, 2000: 76)
23
Dalam puisi, majas personifikasi mempunyai fungsi untuk
menghidupkan gambaran dari obyek yang dilukiskan dengan
seperti manusia atau benda hidup.
g. Metonimia
Bahasa kiasan yang lebih jarang ditemui pemakaiannya
dibandingkan metafora, perbandingan, dan personifikasi ialah
metonimia dan sinedok (Pradopo, 2012: 77). Metonimia dalam
bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa
dalam metonimia berupa penggunaan sesuatu yang sangat dekat
hubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut.
Perhatikan contoh berikut.
Toto Sudarto Bachtiar
IBU KOTA SENJA
Klakson dan lonceng bunyi bergiliran
............
Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan
Di bawah bayangan samar istana kejang
O, kota kekasih setelah senja
Dari kutipan di atas terlihat bahwa penggunaan kata klakson
dan lonceng, dapat menggantikan orang-orang atau partai-partai
yang bersaing adu keras suaranya. Sungai kesayangan
menggantikan Sungai Ciliwung. Istana mengganti kaum kaya yang
memiliki rumah-rumah seperti istana. Kota kekasih adalah
Jakarta.Fungsi metonimia pada lirik di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran
24
h. Sinedok (synecdoche)
Sinedok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu
bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu
sendiri (Pradopo, 2012: 78). Sinedok dibagi menjadi dua macam:
a) Pars pro toto (sebagian untuk keseluruhan)
Pars pro toto adalah sinekdok yang menyatakan bagian
untuk keseluruhan (Pradopo, 2012: 78). Maksudnya, untuk
menonjolkan suatu hal dengan menyebutkan salah satu bagian
yang terpenting dari keseluruhan hal, keadaan, atau benda dalam
hubungan tertentu. Dapat menyebutkan suara, mata, hidung, atau
bagian tubuh yang lain untuk menggambarkan orang. Perhatikan
contoh berikut ini.
Toto Sudarto Bachtiar
KEPADA SI MISKIN
Terasa aneh dan aneh
Sepasang-sepasang mata memandangku
Menimpakan dosa
Terus terderikankah pandangan begini?
Dalam sebuah puisi, majas sinedoks pars pro toto berfungsi
untuk mengintensifkan atau mempertegas makna, yakni dengan
memberikan pengulangan yang bersifat menekankan kata
sebelumnya
25
b) Totum pro parte (Keseluruhan untuk sebagian)
Totum pro parte adalah sinedok yang menyebutkan
keseluruhan atau melihat sesuatu secara generalisasi untuk
menonjolkan sebagian (Pradopo, 2012: 79). Perhatikan contoh di
bawah ini.
Sitor Situmorang
Kujelalahi bumi dan alis kekasih
Dari kutipan di atas kata-kata kias dipakai dalam cerita,
lukisan, kiasan, ulasan, kisah, dan sebagainya. Dengan
menggunakan kata-kata kias, penuturan menjadi efektif, hidup,
mengesankan, dan menarik perhatian. Perhatikan contoh-contoh
berikut ini.
1) Awas penyakit demam berdarah mengganas kemana-mana.
2) Orang kecil sering disepelekan oleh orang besar.
3) Rapat itu dihentikan karena mengalami jalan buntu
Sama dengan majas sinedok pars pro toto, fungsi majas
sinedok totum pro parte berfungsi untuk mengintensifkan atau
mempertegas makna, yakni dengan memberikan pengulangan yang
bersifat menekankan kata sebelumnya.
26
i. Allegori
Allegori adalah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan yang
mengkiaskan hal lain atau kejadian lain (Pradopo, 2012: 71).
Allegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru.
Tetapi, pada waktu sekarang banyak juga terdapat dalam sajak-
sajak Indonesia modern. Perhatikan contoh di bawah ini.
Sarpadi Djoko Damono
DI KEBON BINATANG
Seorang wanita muda berdiri terpikat memandang ular yang
melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya, kata
kepada suaminya, “ Alangkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan
sepatu!”
Lelaki muda itu seperti teringat sesuatu, cepat-cepat menarik
lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu. (Akuarium
dalam Pradopo, 2000: 75).
Majas allegori berfungsi untuk memperindah bunyi
penuturannya.
Jadi, dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
makna kias adalah makna yang acuannya tidak sesuai dengan
makna sebenarnya.
2. lirik
Unsur dasar dalam susunan teks puisi bukanlah kalimat
melainkan lirik sajak. Kata-kata yang mewujudkan teks puisi tidak
hanya ditujukan kepada struktur kalimat secara logika-sintaktik,
27
melainkan pula kepada struktur ritma sebuah lirik sajak. Kesatuan
yang terwujud dalam lirik sajak tampak dengan makin jelas sejauh
lirik-lirik itu semakin pendek. Semakin pendek lirik lagu, peralihan
dari lirik sajak yang satu ke yang lain lebih tajam. Bila lirik-lirik
panjang sehingga makin menyerupai kalimat-kalimat, maka
pembahasan tidak begitu menyolok yang penting bagaimana kata-kata
dalam sebuah puisi memperoleh suatu makna tambahan karena bentuk
lirik sajak.
Lirik dalam sastra adalah sajakyang melukiskan perasaan dan
dapat terdiri dari satu kata dan huruf (fonetik), bahkan hanya terdiri
dari satu tanda baca yaitu tanda seru dalam satu baris (larik). Lirik
dalam lagu adalah sajak yang secara spontan melahirkan dan
mewujudkan perasaan batin seseorang.
Dalam sebuah lirik terdapat ungkapan pengalaman jiwa
pengarangnya yang memiliki unsur cipta, rasa, dan karsa yang dapat
dijadikan tambahan pengalaman serta ilmu bagi pendengarnya.
Lirik dalam karya sastra (puisi) terdiri dari satu larik (baris)
dalam satu bait tetapi sudah mempunyai pengertian seperti puisi
Malam Lebaran karya Sitor Situmorang, sedangkan lirik dalam lagu
harus terdiri dari dua larik (baris) dalam satu bait untuk memudahkan
pendengar mengerti atas apa yang disampaikan penyanyi.
Bentuk kesusastraan dapat dibedakan menjadi epik dan lirik.
Epik dalam karya sastra menceritakan tentang perbuatan pahlawan,
28
seperti puisi berjudul Diponegoro karya Chairil Anwar yang
menceritakan tentang Pangeran Diponegoro seorang pahlawan
perjuangan, sedangkan epik dalam lagu menceritakan tentang kejadian
pada masa sekarang seperti lagu-lagu Ebiet G. Ade yang penulis teliti.
Epik adalah karangan yang bersifat menceritakan sesuatu yang
dilihat, didengar, dialami, diangan-angankan, atau yang dipelajari oleh
pengarangnya. Epik bersifat objektif, karena pengarangnya
mengesampingkan perasaan, pendirian atau kesannya terhadap yang
diceritakannya. Buah sastra yang bersifat epik misalnya: kisah,
biografi, novel, cerpen, dogeng, esai, dan kritik.
Lirik adalah karya sastra yang bersifat curahan hati atau
perasaan. Pengarang mengemukakan pujaan, kebencian, kegembiraan,
kesediahan, kecintaan, dan sebagainya. Lirik bersifat subyektif, karena
pengarangnya mengutamakan perasaan dan pendiriannya terhadap
sesuatu yang diceritakannya itu. Jenis karangan yang tergolong lirik,
misalnya: lagu, ode (nyanyian kepahlawanan), hymne (nyanyian
pujaan), elegi (nyanyian ratapan), satire (sajak cemooh), epigram
(sajak cetusan), ballada (sajak romantis).
3. Deskripsi tentang Ebiet G. Ade
Banyak orang yang belum mengenal penyanyi dan pencipta
lagu yang bernama Ebiet G. Ade, terutama generasi muda. Lagu-
lagunya populer tahun 1980-an, tetapi sampai sekarang masih tidak
29
jemu didengar. Lirik lagunya begitu puitis dengan pesan yang tersurat
dan tersirat. Dia mengajak pendengar berlibur sambil berpikir. Dapat
dikatakan bahwa peminat lagu-lagu Ebiet G. Ade adalah mereka yang
suka berpikir dan tahu menghargai lagu sebagai suatu bentuk seni
yang berpesan.
Ebiet G. Ade mempunyai kelebihan yang sukar ditandingi oleh
penyanyi-penyanyi lain. Dia menciptakan lagu, menulis, dan
menyanyikannya sendiri. Dia tidak pernah menyanyikan lagu yang
diciptakan oleh orang lain. Dia dapat menyanyikan lagu dengan baik.
Pendengar yang pernah menyaksikan konsernya secara live akan
mengatakan bahwa suaranya tidak berubah seperti yang didengar di
dalam rekaman.
Kebanyakan lirik lagu karya Ebiet G. Ade mudah dipahami
oleh orang biasa, tetapi diolah dengan begitu indah, dan puitis. Lagu-
lagunya bertemakan cinta, ketuhanan, dan kemanusiaan. Kebanyakan
lagu cinta dihasilkan selama masa mudanya, seperti Cinta Yang
Hilang, Camellia I, Camellia II, Camellia III, Camellia IV, Elegi Esok
Pagi, dan Untuk Kekasih. Pada waktu itu tidak kurang juga lagu-lagu
yang bertemakan ketuhanan dan kemanusiaan yang dihasilkan di usia
mudanya, seperti Berita Pada Kawan dan Berjalan di Hutan Cemara.
Ebiet G. Ade adalah seseorang yang peka terhadap isu-isu
yang terjadi pada masa itu (pada saat diciptakannya lagu-lagu
tersebut). Berbagai isu dituangkan di dalam lagu-lagunya, seperti lagu
30
Berita Kepada Kawan yang mengupas tentang kerusakan yang
dilakukan oleh tangan manusia di atas muka bumi. Di dalam lagu
Saksikan Bahwa Sepi, Ebiet G. Ade membandingkan ketegangan serta
kedamaian di desa dengan kebisingan dan kehangatan udara kota.
Isu-isu kemasyarakatan juga dituangkan dalam lagu-lagunya.
Lagu Anak yang menceritakan tentang seorang anak yang terkait oleh
masalah rumah tangga yang dialami oleh bapak dan ibunya sehingga
terpaksa mencuri untuk mendapatkan makan.
Dalam lagu Gadis Remang-Remang terdapat suatu nasehat
kepada para gadis-gadis yang begitu mudah mengabaikan kehormatan
diri hanya untuk kesenangan sementara.
4. Deskripsi Skenario Pembelajaran Sastra
Sastra merupakan satu cabang ilmu seni. Seni merupakan satu
hasil kegiatan imajinatif yang memiliki unsur estetik yang dominan.
Dengan demikaian, sastra sebagai karya seni tentu merupakan suatu
wujud keindahan, artinya unsur-unsur yang membangun sastra itu
mampu menjelma menjadi keindahan. Pengajaran sastra tidak dapat
terlepas dari masalah keindahan dan juga masalah kehidupan yang
selalu menjadi dasar jelmaan sastra.
Pelaksanaan pengajaran sastra selalu berkaitan dengan seni.
Kepekaan terhadap nilai keindahan dan nilai-nilai kehidupan menjadi
perhatian pengajar sastra. Oleh karena itu, dalam kaitanya dengan
31
usaha pembentukan pribadi para siswa, pengajaran sastra mempunyai
peranan yang besar (Sawardi, 2000: 2).
Unsur-unsur fisik sastra tidak selalu berupa unsur bahasa.
Orang memandang bahwa sastra merupakan salah satu ragam fungsi
terapan dari bahasa, maka sastra masuk dalam wilayah bahasa. Akan
tetapi, berdasarkan kenyataan perkembangan sastra, terbukti bahwa
sastra tidak semata-mata merupakan unsur dalam wilayah bahasa saja,
melainkan satu unsur yang bagian-bagiannya ada yang keluar
menerobos wilayah bahasa seperti pemakaian kata dalam bentuk seni.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, pengajaran sastra
membekali para siswa dengan keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan diperoleh pada
waktu para siswa mendengarkan puisi, nyanyian, pembacaan cerpen,
pementasan drama, dan pembacaan karya sastra yang lain. Dalam
pengajaran sastra keterampilan dan kecermatan mendengarkan sangat
diperlukan, karena salah dengar satu dua kata saja dalam suatu bacaan
puisi (lagu) mungkin dapat berakibat salah tangkap keseluruhan puisi
(lagu) itu.
Pengajaran sastra merupakan suatu hal yang penting guna
membekali para siswa tentang bagaimana cara memahami dan
mengapresiasikan sebuah karya sastra baik yang berwujud lagu, puisi,
dan karya sastra lainnya, sehingga diharapkan siswa dapat berpikir
secara logis dan kritis tentang suatu hal dalam kehidupan.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang objek
penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data
yang digunakan dalam penelitian.
A. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu
penelitian. Titik perhatian tersebut berupa substansi atau materi yang diteliti
atau dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan
(Sugiyono, 1992: 2). Dalam penelitian ini, objek penelitian yang digunakan
penelitian adalah lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade yang terdiri dari tiga buah lagu
diantaranya Titip Rindu Buat Ayah dalam album Camellia IV, Untuk Kita
Renungkan dalam album Tokoh-Tokoh, dan Masih Ada Waktu album Sketsa
Rembulan Emas.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian skripsi ini adalah makna kiasdalam lirik-lirik lagu Titip
Rindu Buat Ayah dalam album Camellia IV, Untuk Kita Renungkan dalam
album Tokoh-Tokoh, dan Masih Ada Waktu album Sketsa Rembulan
Emasciptaan Ebiet G. Ade yang meliputi perbandingan (simile), metafora,
perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, hiperbola, ironi, metonimia,
32
33
sinedok (synecdoche), dan allegori sebagai skenario pembelajaran sastra di
kelas X SMA.
C. Sumber Data
Pada penelitian ini yang menjadi sumber data adalahlagu Ebiet G. Ade
yang terdiri dari tiga buah lagu diantaranya Titip Rindu Buat Ayah dalam
album Camellia IV, Untuk Kita Renungkan dalam album Tokoh-Tokoh, dan
Masih Ada Waktu album Sketsa Rembulan Emas.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam
penelitian ini adalah penulis selaku pelaku peneliti dengan alat bantu kartu
pencatat, serta buku yang berkaitan dengan analisis lagu dan sastra.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
observasi dan studi kepustakaan. Menurut Arikunto (2006: 156), metode
observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh pancaindera. Metode observasi ini
digunakan untuk mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak (kasat mata)
34
dan guna memperoleh dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks atau
fenomena (Widodo, 2012: 60).
Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-
konsep dari sejumlah literatur baik buku, jurnal, majalah, koran, atau karya
tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus, atau variable penelitian
(Widodo, 2012: 61).
Teknik observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Teknik observasi bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga diperoleh pemahaman terhadap informasi yang diperoleh
sebelumnya. Adapun aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah kata kata
yang digunakan dan makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif. Menurut Moelong (1991:
3), deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
Data ini bersifat kualitatif, karena data yang digunakan berupa bentuk-
bentuk bahasa atau kata-kata, yaitu lirik lagu dan bukan berupa data-data
angka.
35
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis adalah
sebagai berikut:
a. mengumpulkan data yang sesuai;
b. mengklasifikasikan data sesuai dengan kebutuhan;
c. mengidentifikasi data penelitian;
d. menganalisis data penelitian yang berupa makna kias;
e. mengumpulkan hasil analisis menjadi hasil penelitian;
f. menyusun laporan hasil analisis.
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Dalam penyajian hasil analisis, peneliti menggunakan metode informal.
Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa
(Sudaryanto, 1993: 145). Dengan demikian, penulis menyajikan hasil analisis
makna kias dalam lagu Titip Rindu Buat Ayah album Camellia IV, Untuk Kita
Renungkan album Tokoh-Tokoh, dan Masih Ada Waktu album Sketsa
Rembulan Emas ciptaan Ebiet G. Ade yang dipaparkan dengan kata-kata biasa
tanpa menggunakan tanda dan lambang.
36
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisi penyajian data dan pembahasan data. Pada subbab
penyajian data, dipaparkan data-data penelitian yang dikumpulkan untuk
menjawab rumusan masalah. Selanjutnya, pada subbab pembahasan data, data
yang telah disajikan diuraikan dengan jelas guna menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan tersebut. Di bawah ini dipaparkan kedua subbab itu.
A. Penyajian Data
Sesuai dengan permasalahan penelitian, data yang disajikan berupa
makna dalam lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade dan skenario pembelajaran sastra
dengan bahan pembelajaran lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade di SMA. Di bawah
ini disajikan data dari ketiga permasalahan tersebut.
1. Makna Kias dalam Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade
Data penelitian mengenai makna kias dalam lirik-lirik lagu Ebiet G.
Ade berupa kutipan baris-baris lirik lagu Ebiet G. Ade yang mengandung
gaya bahasa. Agar efektif, data disajikan dalam bentuk tabel yang
menggunakan nomor data dan jenis gaya bahasa yang ditemukan. Adapun
petikan lirik lagu tersebut, akan dipaparkan pada subbab pembahasan data.
Di bawah ini tabel sajian data makna kias dalam lirik-lirik lagu Ebiet G.
Ade.
36
37
Tabel 1
Sajian Data Makna Kias dalam Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade
2. Skenario Pembelajaran Sastra dengan Materi Lirik Lagu-Lagu Ebiet
G.Ade di SMA
Data yang digunakan sebagai acuan pembahasan pembelajaran
sastra dengan bahan lirik lagu Ebiet G. Ade di kelas X SMA meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan refleksi.
Skenario pembelajaran ini dapat digunkan pada kelas yang terdapat
kegiatan memaknai puisi seperti pada silabus kelas X 5.1. Mengidentifikasi
unsur-unsur suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui
rekaman. Di bawah ini disajikan tabel data kedua tahap tersebut.
No Judul Lagu Makna Kias yang terkandung
1
Titip Rindu Buat Ayah
Metafora
2 Hiperbola
3 Perbandingan (simile)
4
Untuk Kita Renungkan
Metafora
5 Metonimia
6 Allegori
7 Personifikasi
8
Masih Ada Waktu
Metafora
9 Sinedoks (Pras pro toto)
10 Personifikasi
38
Tabel 2
Sajian Data Pembelajaran Sastra Lirik Lagu-Lagu Ebiet G. Ade
No. Tahap Kegiatan
1 Perencanaan a. Menyusun RPP
b. Menyiapkan media pembelajaran
2 Pelaksanaan a. Kegiatan Awal
1) Guru menyampaikan informasi mengenai
standar kompetensi dan kompetensi dasar
pembelajaran yang akan dilaksanakan
2) Guru memberikan materi mengenai makna
kias.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa membentuk kelompok kecil
2) Guru memberikan lembar jawaban kepada
siswa tiap kelompok.
3) Setiap kelompok ditugaskan mendengarkan
dan mencatat lirik lagu Ebiet G. Ade yang
diputar melalui media audiovisual selama
3-4 kali.
4) Setiap kelompok ditugaskan
mengidentifikasi dan mendiskusikan
makna kias yang terdapat dalam lirik yang
telah dicatat.
5) Siswa disuruh mengisi lembar jawaban
yang telah disediakan.
6) Kelompok mengumpulkan hasil
pekerjaannya.
39
No. Tahap Kegiatan
7) Setiap kelompok perwakilan membacakan
hasil dari diskusinya di tempatnya di depan
kelas.
8) Kelompok lain mengomentari teman yang
sudah membacakan hasil diskusinya di
depan kelas.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru mengarahkan dan mengomentari
hasil kerja mereka serta melengkapi hal-
hal yang belum terdapat dalam laporan
kegiatannya
2) Guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan hasil pembelajaran
3 Refleksi Menganalisis hasil tes siswa
B. Pembahasan Data
Di bawah ini diuraikan (1) makna kias dalam lirik-lirik lagu Ebiet G.
Ade, dan (2) sebagai skenario pembelajaran sastra di kelas X SMA. Di bawah
ini dideskripsikan kedua hal tersebut.
40
1. Makna Kias dalam Lirik-Lirik Lagu Ebiet G. Ade
Di bawah ini diuraikan mengenai makna kias yang terdapat dalam lirik-
lirik lagu ciptaan Ebiet G. Ade yang berjudul (a) Titip Rindu Buat Ayah, (b)
Untuk Kita Renungkan, dan (c) Masih Ada Waktu.
a. Makna Kias dalam Lagu Titip Rindu Buat Ayah.
Lirik Lagu Titip Rindu Buat Ayah terdiri dari 23 larik dan 7 bait,
yaitu sebagai berikut.
Di matamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan
Terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah hmm...
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti
hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk hmm...
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Ayah,
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Dari lirik lagu di atas terkandung majas yakni majas
metafora, majas hiperbola, dan majas perbandingan. Di bawah ini
disajikan komponen-komponen tersebut satu persatu.
41
a. Majas Matafora
Bait pertama baris ketiga dan keempat terdapat lirik lagu yang
bermakna kias, yakni sebagai berikut.
Benturan dan hempasan
terpahat di keningmu
Penggunaan katabenturan dan hempasan bermakna penderitaan
hidup yang dideritanya. Frasa terpahat di keningmu bukanlah pahatan-
pahatan yang terdapat di kening, tetapi gambaran akibat dari
penderitaan yang dialaminya. Kata benturan, hempasan danfrasa
terpahat di keningmu tergolong metafora karena kata dan frasa tersebut
menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang
lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menyebutkan benturan dan
hempasan yang menggambarkan mengenai derita kehidupan yang
dialami oleh tokoh Ayah dan fras benturan yang melukiskan akibat dari
kerasnya kehidupan yang dialami.
Bait keempat baris kedua terdapat lirik lagu yang bermakna
kias, yakni sebagai berikut.
hitam dan merah jalan ini
Frasa hitam dan merah jalan ini bermakna liku-liku atau
manis-pahitnya kehidupan yang telah dialami oleh seorang Ayah. Frasa
42
hitam dan merah jalan ini tergolong metafora karena merupakan cerita
kiasan yang membandingkan sesuatu dengan perantaraan benda lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan mencantumkan nama warna
untuk menyebutkan pahit-manisnya kehidupan seorang Ayah dalam
lagu ini.
Bait keenam baris kedua terdapat lirik lagu yang bermakna kias,
yakni sebagai berikut.
Meski langkahmu kadang gemetar
Frasa langkahmu kadang gemetar bermakna ketidakkuatnya
kaki melangkah untuk bekerja sehingga sampai gemetar.Frasa
langkahmu kadang gemetar termasuk dalam metafora. Dikatakan
metafora karena merupakan kiasan yang membandingkan sesuatu
dengan perantaraan benda yang lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menggambarkan seorang
Ayah yang mampu berusaha sekuat tenaga yang digambarkan dengan
langkahmu kadang gemetar untuk menjalani menjalani kehidupannya.
Bait ketujuh baris ketiga terdapat lirik lagu yang bermakna kias,
yakni sebagai berikut.
Untuk menuai padi milik kita
Frasa padi milik kita bukanlah tanaman padi yang siap panen,
tetapi frasa padi milik kita adalah kebersamaan dan kerinduan yang
43
muncul bila bertemu. Frasa Padi milik kita tergolong metafora karena
melukiskan sustu benda yang berhubungan dengan dengan benda lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menggunakan sebuah kata
padi yang dilambangkan dengan kebersamaan dan kerinduan seorang
pengarang yang teringat oleh seorang Ayahnya.
b. Majas Hiperbola
Bait kedua baris kedua terdapat lirik lagu yang bermakna kias,
yakni sebagai berikut.
Keringat mengucur deras
Frasa keringat mengucur deras bermakna kerja keras yang
dilakukan seseorang untuk menghadapi kerasnya hidup yang dialami
oleh Ayah. Frasa keringat mengucur deras tergolong hiperbola, karena
menyatakan begitu beratnya beban yang harus dipikul oleh Ayah yang
digambarkan berlebih-lebihan.
Fungsi hiperbola pada lirik lagu di atas adalah untuk
mengintensifkan atau mempertegas makna, yakni dengan memberikan
pengulangan yang bersifat menekankan kata sebelumnya dengan
melebih-lebihkan suatu kerja keras seorang Ayah yang digambarkan
dengan mengunakan obyek keringat yang diberi frasa mengucur deras
agar kelihatan lebih mempertegas.
44
c. Majas Perbandingan
Bait kelima baris pertama dan kedua terdapat lirik lagu yang
bermakna kias, yakni sebagai berikut.
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Frasa keriput tulang pipimu bermakna mengambarkan akibat
dari kerasnya kehidupan yang dialamainya. Sama halnya dengan frasa
legam terbakar matahari yang bermakna melakukan kerja keras untuk
memenuhi hidupnya. Frasa keriput tulang pipimu tergolong
perbandingan (simile) karena membandingkan dengan kata sebagai,
bagai, seperti, dan sebagainya. Sedangkan frasa legam terbakar
matahari tergolong metafora, karena merupakan cerita kiasan yang
menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang
lain.
Fungsi perbandingan pada lirik lagu di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran dengan menggunakan obyek keriput tulang
pipi dan legam terbakar matahari untuk melukiskan akibat kerja keras
seorang Ayah dalam memenuhi kebutuhan dalam menjalani kerasnya
kehidupan.
Jadi pada lirik lagu Untuk Kita Renungkanterdapat majas yang
dominan yakni majas metafora yang menyamakan dua hal yang berbeda
dan berfungsi memperindah bunyi penuturannya.
45
Penafsiran lagu Titip Rindu Buat Ayah ciptaan Ebiet G. Ade
dipaparkansebagai berikut. Perhatikan bait pertama lagu Titip Rindu
Buat Ayah!
Di matamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan
Terpahat di keningmu
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa keadaan seorang ayah yang masih mempunyai bekas luka akibat
merasakan kerasnya dunia.Perhatikan bait kedua lagu Titip Rindu Buat
Ayah!
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah hmm...
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwabagaimana perjuangan ayah melawan terik matahari yang
membakar tubuhnya, bagaimana keringat itu mengalir. Namun, ayah
begitu tabah dan setia.Perhatikan bait ketiga lagu Titip Rindu Buat
Ayah!
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwaperjuangan seseorang Ayah walaupun nafasnya selalu
menghalangi untuk bekerja keras tetapi Ayah tetap tabah
menjalaninya.Perhatikan bait keempat lagu Titip Rindu Buat Ayah!
46
Engkau telah mengerti
hitam dan merah jalan ini
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwaseorang Ayah yang mengerti tentang liku-liku atau pahit-
manisnya kehidupan.Perhatikan bait kelima lagu Titip Rindu Buat
Ayah!
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk hmm...
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwapenggambaran seorang Ayah yang hidup dalam penderitaan yang
digambarkan dengan munculnya tulang dipipi karena bekerja keras
walau kepanasan hingga menjadi kurus dan bungkuk.Perhatikan bait
keenam lagu Titip Rindu Buat Ayah!
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwasemangat membara yang dimiliki oleh Ayah untuk tetap setia
berusaha menjalani penderitaan walaupun sudah tidak kuat untuk
melangkah.Perhatikan bait ketujuh lagu Titip Rindu Buat Ayah!
Ayah,
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
47
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakeriduan yang mendalam juga dirasakan ketika berada dalam
sepi. Kenangan dulu saat bersama Ayahnya. Namun kerinduan itu
hanya kerinduan semu. Ayah yang telah banyak pengalaman dalam
kehidupan membagi dengan anaknya. Sehingga anak yang ketika
ditinggal oleh ayahnya tidak kaget menghadapi ujian dalam
kehidupannya.
Dari analisis di atas, lagu Titip Rindu Buat Ayah
menggambarkan begitu dekat dan rindunya pengarang kepada sosok
ayah dalam hidupnya. Betapa pengarang begitu memperhatikan ayah,
sehingga pengarang dapat menggambarkan begitu detail keadaan ayah.
Kenangan bersama ayah begitu membekas. Bagaimana perjuangan ayah
dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.Kerinduan yang dialami oleh
pengarang kepada ayah yang begitu mendalam hanyalah tinggal
kerinduan yang tiada berarti. Anaknya sekarang harus hidup dengan
perjuangan dan beban yang begitu besar,kerena ayahnya yang telah
tiada
Dari lagu Titip Rindu Buat Ayah bahasa kiasan yang digunakan
yakni, metafora, hiperbola, dan perbandingan (simile). Pencipta lagu
menggunakan bahasa kiasan untuk menggantikan objek yang sangat
dekat hubungannya dengan objek tersebut serta melebih-lebihkan
semangat yang dimiliki melalui cerita kiasan. Pencipta lagu juga
48
membandingkansesuatu dengan menggunakan kata pembanding
sebagai, bagai, ibarat, gambaran, dan lainnya.
b. Makna Kias dalam Lagu Untuk Kita Renungkan.
Lirik Lagu Untuk Kita Renungkan terdiri dari 35 larik dan 9 bait,
yaitu sebagai berikut.
Kita mesti telanjang
Dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam hati
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Singkirkan debu yang masih melekat
Anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil
Agar kita sadar
Adalah dia di atas segalanya
Adalah dia di atas segalanya
Anak menjerit-jerit
Asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan satu hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan
Masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kitakan sembunyi
Hanya kepada-Nya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari kita runduk sujud pada-Nya
Kita mesti berjuang
Memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini
Di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
49
Berusahalah agar Dia tersenyum
Dari lirik lagu di atas terkandung majas yakni majas metafora,
majas metonimia, majas allegori, dan majas personifikasi.Di bawah ini
disajikan komponen-komponen tersebut satu persatu.
a. Majas Metafora
Bait pertama baris pertama terdapat lirik lagu yang bermakna
kias, yakni sebagai berikut.
Kita masih telanjang
Penggunaan kata telanjang dalam lirik di atas bukan bermakna
tidak tertutup dan tidak berpakaian, tetapi maknanya adalah tidak ada
yang bisa disembunyikan dari Tuhan sebab Dia tahu segala-galanya.
Oleh sebab itu kita harus berbuat baik kepada siapa saja. Makna kias
yang terdapat pada bait ini tergolong metafora. Dikatakan metafora
karena kata telanjang merupakancerita kiasan yang menyatakan sesuatu
sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menyebutkan telanjang
untuk menjelaskan sifat yang dimiliki oleh Tuhan yakni Maha Tahu
anak semua yang dilakukan oleh manusia.
Bait kedua baris pertama dan kedua terdapat lirik lagu sebagai
berikut.
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
50
Terdapat frasa tengoklah ke dalam, frasa ini bukan bermakna
melihat apa yang ada di dalam, tetapi maknanya adalah intropeksi diri
baik perasaan, sikap, ataupun perbuatan sendiri sebelum membicarakan
kejelekan orang lain. Selanjutnya frasa singkirkan debu yang masih
melekat bukan bermakna untuk membersihkan kotoran, debu, atau
noda, melainkan membersihkan dosa, kemunafikan, sifat-sifat yang
tidak terpuji yang ada di dalam diri kita sendiri.
Kedua frasa di atas tergolong majas metafora, karena frasa-
frasa tersebut merupakan kiasan yang membandingkan sesuatu hal yang
sama dengan perantaraan benda lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menyuruh manusia untuk
mengintropeksi diri sebelum bicara dan membersihkan diri dari dosa-
dosa yang melekat pada drinya.
Bait kesembilan baris ketiga terdapat lirik lagu sebagai berikut.
Bercermin dan banyaklah bercermin
Frasa bercermin dan banyaklah bercemin bukanlah bermakna
banyak-banyaklah melihat muka diri sendiri di depan cermin, tetapi
membayangkan dan mengambil pelajaran dari atas apa yang telah kita
lakukan selama ini. Frasa ini tergolong dalam metafora, karena frasa
bercermin dan banyaklah bercermin merupakan cerita kiasan yang
membandingkan sesuatu dengan perantaraan benda lain.
51
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menyuruh seseorang untuk
bercermin dan membayangkan atas semua yang dilakukannya dan
mengambil hikmahnya.
b. Majas Metonimia
Bait ketiga baris ketiga terdapat lirik lagu seperti berikut.
Hanya cambuk kecil
Kata cambuk kecil bermakna kias cobaan yang datangnya dari
Tuhan dan cobaan itu didatangkan kepada manusia bertujuan agar kita
sadar akan kekeliruan atau dosa-dosa yang telah kita lakukan selama
ini. Kata cambuk kecil tergolong metonimia, karena kata cambuk kecil
merupakan kata ganti suatu objek yang sama atau dekat hubungannya
dengan objek tersebut. Kata cambuk kecil menggantikan kata cobaan.
Fungsi metonimia pada lirik lagu di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran. Pada lirik ini pengarang mengibaratkan
cambuk kecil dengan dosa-dosa yang telah dilakukan selama ini.
Bait kedelapan baris keempat terdapat lirik lagu sebagai berikut.
Mari kita runduk sujud pada-Nya
Kata runduk bukan bermakna kias tunduk seperti posisi padi saat
mulai panen, tetapi meminta atau memohon ampun. Kata runduk
tergolong metonimia. Dikatakan metonimia karena kata runduk
merupakan penggunaan objek yang sangat dekat hubungannya untuk
menggantikan objek tersebut.
52
Fungsi metonimia pada lirik lagu di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran. Pada lirik ini penggunaan kata runduk
dikaitkan dengan memohon ampun.
c. Majas Allegori
Bait keempat baris pertama dan kedua terdapat lirik lagu
sebagai berikut.
Anak menjerit-jerit
Asap panas membakar
Terdapat frasa anak menjerit-jerit yang bermakna bukan berteriak
keras, tetapi bermakna menangis atas sesuatu. Selanjutnya pada frasa
asap panas membakar, bukan asap api yang menghanguskan, tetapi
gejolak jiwa yang menimbulkan amarah atau memanaskan suasana.
Makna kias yang terdapat pada frasa anak menjerit-jerit dan asap
panas membakar tergolong allegori, karena kedua frasa tersebut
merupakan cerita atau lukisan yang mengkiaskan hal lain atau kejadian
lain.
Fungsi allegori pada lirik lagu di atas adalah untuk memperindah
bunyi penuturannya yang menggambarkan tanggisan manusia dengan
anak yang menjerit dan gejolak jiwa atau amarah dengan frasa asap
panas membakar.
53
d. Majas Personifikasi
Bait keempat baris ketiga terdapat lirik lagu sebagai berikut.
Lahar dan badai menyapu bersih
Pada frasa lahar dan badai menyapu bersih bukan bermakna
lumpur yang keluar dari kawah gunung berapi dan angin ribut yang
keluar membersihkan semuanya bagai sapu, tetapi frasa tersebut
bermakna bencana atau kerusuhan yang terjadi dan menghabiskan
semua yang ada di muka bumi ini.
Frasa lahar dan badai menyapu bersih tergolong personifikasi
karena pencipta lagu melukiskan atau menyamakan lahar dan badai
seperti manusia yang dapat melakukan sesuatu. Lahar dan badai
dianggap dapat menyapu seperti manusia.
Fungsi personifikasi pada lirik lagu di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran dengan menggambarkan sesuatu yang dapat
menghabiskan isi muka bumi dengan frasa lahar dan badai menyapu
bersih.
Jadi pada lirik lagu Untuk Kita Renungkanterdapat majas yang
dominan yakni majas metafora yang menyamakan dua hal yang berbeda
dan berfungsi memperindah bunyi penuturannya.
Penafsiran lagu Untuk Kita Renungkan ciptaan Ebiet G. Ade
dipaparkan sebagai berikut. Perhatikan bait pertama lagu Untuk Kita
Renungkan!
54
Kita mesti telanjang
Dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam hati
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita mesti menyesali akan dosa-dosa yang telah kita lakukan dan
berniat untuk memperbaiki hidup atau perbuatan seperti pada waktu
kita lahir yang masih suci. Perhatikan bait kedua lagu Untuk Kita
Renungkan!
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwasebelum membicarakan orang lain tentang kejelekannya, terlebih
dahulu kita intropeksi diri dan menyingkirkan atau menjauhkan sifat-
sifat buruk kita yang ada di dalam diri kita. Perhatikan bait ketiga lagu
Untuk Kita Renungkan!
Anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil
Agar kita sadar
Adalah dia di atas segalanya
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwacobaan-cobaan yang datang dan kita alami selama ini yang
menyuruh kita agar menjadi orang yang sabar dan tabah menjalaninya,
mengingat semua adalah kehendak Tuhan. Perhatikan bait keempat lagu
Untuk Kita Renungkan!
Anak menjerit-jerit
Asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
55
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwatanggisan anak-anak yang ketakutan karena melihat bahkan
merasakan bencana yang menghabiskan semua yang ada di muka bumi.
Perhatikan bait kelima lagu Untuk Kita Renungkan!
Ini bukan satu hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa bencana yang terjadi bukanlah merupakan hukuman atau balasan
atas semua kesalahan kita, tetapi tanda agar kita mau bertobat.
Perhatikan bait keenam lagu Untuk Kita Renungkan!
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan
Masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwasaat manusia mengalami keputusasaan maka setiap manusia pasti
akan melakukan perbuatan nista atau jahat. Perhatikan bait ketujuh lagu
Untuk Kita Renungkan!
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwaTuhan telah mengetahui perbuatan baik dan perbuatan jahat yang
selama ini kita perbuat. Perhatikan bait kedelapan lagu Untuk Kita
Renungkan!
56
Kemanakah lagi kitakan sembunyi
Hanya kepada-Nya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari kita runduk sujud pada-Nya
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakemanapun kita pergi tak ada yang dapat menjawab kenapa
bencana terjadi, tetapi kita hanya dapat memohon ampunan kepada
Tuhan. Perhatikan bait kesembilan lagu Untuk Kita Renungkan!
Kita mesti berjuang
Memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini
Di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwadiri kita agar dapat melawan kejahatan yang ada dalam diri kita
sendiri dan mengambil pelajaran atas kesalahan sehingga Tuhan
mengampuni kita.
Dari analisis di atas, lagu Untuk Kita Renungkan menggambarkan
kejadian atau bencana yang terjadi di dalam bumi ini karena ulah
tangan dan dosa-dosa kita sendiri yang tidak dapat menahan emosi.
Oleh karena itu, hendaknya kita bertobat dan memohon ampun kepada
Tuhan.
Dari lagu Untuk Kita Renungkan bahasa kiasan yang digunakan
yakni, metafora, allegori, metonimia, dan personifikasi. Pencipta lagu
menggunakan bahasa kiasan untuk menggantikan objek yang sangat
dekat hubungannya dengan objek tersebut serta mencoba untuk
57
melukiskan keinginannya melalui cerita kiasan. Pencipta lagu juga
melukiskan benda-benda alam yang seolah-olah dapat berbuat seperti
manusia.
c. Makna Kias dalam lagu Masih Ada Waktu
Lirik lagu Masih Ada Waktu terdiri dari 30 larik dan 9 bait, yaitu
sebagai berikut.
Bila masih mungkin
Kita menoreh bakti
Atas nama hati dan jiwa tulus ikhlas
Mumpung ada waktu
Kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Kita pasti ingat
Tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka
Yang terpilih menghadap
Tentu ada nikmatnya
Yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur
Bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasih-Nya
Hanya atas kehendak-Nya
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat meminjam catatan-Nya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah
Segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu
58
Dari lirik lagu di atas terkandung majas yakni majas metafora,
majas sinedoks pars pro toto, dan majas personifikasi. Di bawah ini
disajikan komponen-komponen tersebut satu persatu.
a. Majas Metafora
Bait pertama baris kedua terdapat lirik lagu yang bermakna kias,
yakni sebagai berikut.
Kita menoreh bakti
Kata menoreh bakti bermakna kias memberikan sesuatu
sebagai bakti bukan mengiriskan tidak terlalu dalam (menorehkan).
Makna kias menorehkan bakti tergolong metafora. Dikatakan metafora
karena merupakan kiasan yang membandingkan sesuatu dengan
perantaraan benda yang lain.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menggunakan frasa menoreh
bakti untuk menyebutkan memberikan sebuah bakti tanpa pamrih.
Bait keempat baris kedua dan ketiga terdapat lirik lahu sebagai
berikut.
Yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kata petik bukanlah mengambil atau memetik bunga atau buah
dengan mematahkan tangkainya, tetapi kata petik bermakna dapat
melakukan sesuatu. Kemudian pada frasa atas nama jiwa mari
heningkan cipta bukanlah bermakna atas nama jiwa mari kita
merenungkan pikiran, tetapi frasa atas nama jiwa mari heningkan
59
cipta bermakna lubuk hati yang paling dalam mencoba untuk
renungkan dan sadari dan bertobat atas kesalahan atau dosa yang telah
kita perbuat.
Dari bait keempat baris kedua dan ketiga tersebut tergolong
metafora. Kata petik dan frasa atas nama jiwa mari heningkan
ciptamerupakan cerita kiasan yang menceritakan hal lain atau kejadian
lainnya.
Fungsi metafora pada lirik lagu di atas adalah untuk
memperindah bunyi penuturannya dengan menggunakan kata petik dan
frasa atas nama jiwa mari kita heningkan cipta untuk menyebutkan
melaksanakan sesuatu dari lubuk hati untuk bertaobat atas kesalahan
yang diperbuat.
b. Majas Sinedoks pars pro toto
Bait kedua baris ketiga terdapat lirik lagu sebagai berikut.
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Terdapat frasa bekal perjalanan abadi yang bukanlah bermakna
sesuatu makanan atau bekal yang disediakan untuk di alam setelah mati,
tetapi bermakna kias melakukan amal atau perbuatan baik sebagai bekal
kehidupan setelah mati. Frasa kiasan bekal perjalanan abadi termasuk
sinedoks (pars pro toto). Dikatakan sinedoks (pars pro toto) karena
frasa bekal perjalanan abadi menyebutkan suatu bagian yang penting
untuk menyatakan keseluruhan.
60
Fungsi sinedok pars pro toto pada lirik lagu di atas adalah
untuk mengintensifkan atau mempertegas makna dengan menggunakan
frasa bekal perjalanan abadi dalam menyebutkan dan ajakan kepada kita
untuk berbuat baik menggingat untuk bekal kita akhirat kelak.
c. Majas Personifikasi
Bait keenam baris keempat, kelima, dan keenam terdapat lirik
sebagai berikut.
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat meminjam ciptaan-Nya
Terdapat frasa kepada rumput ilalang yang bukanlah bermakna
rumput yang tidak terurus dan dianggap suatu hal yang sepele, tetapi
frasa kepada rumput ilalang bermakna dosa-dosa kecil yang kita sering
lakukan seperti menipu dan berbohong kepada orang lain yang kita
anggap hal yang sepele. Kemudian frasa kepada bintang gemintang
bukanlah bermakna bintang di langit yang mempunyai cahaya yang
kuat, tetapi dosa-dosa besar yang kita lakukan. Pada frasa meminjam
catatan-Nya bukanlah meminta dan meminjam catatan Tuhan, tetapi
bermakna mengharapkan karunia agar dapat mengintropeksi diri atas
kesalahan yang telah kita perbuat.
Makna kias yang terdapat pada bait keenam termasuk
personifikasi. Dikatakan personifikasi karena pencipta lagu mencoba
menyamakan rumput ilalang dan bintang gemintang sebagai seperti
manusia yang dapat melakukan perbuatan pencipta lagu menganggap
61
rumput ilalang dan bintang gemintang dapat menminjamkan cacatan
Tuhan.
Fungsi personifikasi pada lirik lagu di atas adalah untuk
menghidupkan gambaran dengan menggunakan benda mati seperti
rumput ilalang dan bintang gemilang untuk melukiskan dosa-dosa yang
telah kita lakukan selama hidup dan frasa meminjam catatan-Nya yang
berarti memohon karunia kepada Tuhan.
Jadi pada lirik lagu Masih Ada Waktu terdapat majas yang
dominan yakni majas metafora yang menyamakan dua hal yang berbeda
dan berfungsi memperindah bunyi penuturannya.
Penafsiran tentang lagu Untuk Kita Renungkan ciptaan Ebiet G.
Ade dipaparkan sebagai berikut. Perhatikan bait pertama lagu Masih
Ada Waktu!
Bila masih mungkin
Kita menoreh bakti
Atas nama hati dan jiwa tulus ikhlas
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita menolong orang lain harus dilakuakan dengan hati yang
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun atas apa yang kita
telah perbuat. Perhatikan bait kedua lagu Masih Ada Waktu!
Mumpung ada waktu
Kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita selagi masih hidup gunakanlah waktu atau kesempatan
62
sebaik-baiknya dengan melakukan perbuatan kebaikkan sehingga
nantinya memperoleh pahala di dunia maupun di akhirat. Perhatikan
bait ketiga lagu Masih Ada Waktu!
Kita pasti ingat
Tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka
Yang terpilih menghadap
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyedihkan
atau yang memilukan yang kita ingat yang terjadi akibat perbuatan kita
sendiri dan kenapa mereka yang harus dipanggil (mati) terlebih dahulu,
dibandingkan mereka yang sudah tidak tahan menanggung segala
penderitaan yang Tuhan berikan. Perhatikan bait keempat lagu Masih
Ada Waktu!
Tentu ada nikmatnya
Yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa atas kejadia yang memilukan tentu terdapat hikmahnya yang
dapat kita ambil karena dari lubuk hati kita yang paling dalam, kita
dapat mencoba merenungkan dan bertobat atas semua kesalahan yang
kita perbuat. Perhatikan bait kelima lagu Masih Ada Waktu!
Kita mesti bersyukur
Bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
63
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita mesti bersyukur atas nikmat-Nya karena kita masih diberi
kehidupan dan waktu untuk bertobat atau mengoreksi diri, karena kita
tidak tahu kapan waktunya kita dipanggil oleh Tuhan. Perhatikan bait
keenam lagu Masih Ada Waktu!
Hanya atas kasih-Nya
Hanya atas kehendak-Nya
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat meminjam catatan-Nya
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa karena kasih yang diberikan Tuhan pada para umat-umat-Nya
sehingga kita masih bisa menikmati kehidupan dan masih diberi waktu
untuk mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan, baik dosa kecil
maupun besar. Perhatikan bait ketujuh lagu Masih Ada Waktu!
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang tersisa
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita tidak akan mengetahui sampai kapan kita hidup. Perhatikan
bait kedelapan lagu Masih Ada Waktu!
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwa semua yang ada di dunia ini tidak dapat menjawab sampai kapan
peristiwa atau kejadian yang memilukan ini berhenti karena tidak ada
64
yang tahu tentang rahasia Tuhan. Perhatikan bait kesembilan lagu
Masih Ada Waktu!
Yang terbaik hanyalah
Segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu
Dari pemenggalan kutipan lirik lagu di atas dapat disimpulkan
bahwakita mesti berdoa dan memohon ampun kepada Tuhan dan
bertobat selagi kita masih hidup dan diberi kesempatan untuk bertobat.
Dari analisis di atas, lagu Masih Ada Waktu menggambarkan
bahwa selagi kita masih diberi waktu untuk hidup maka marilah kita
gunakan dengan sebaik-baiknya dan memohon ampun kepada Tuhan
atas dosa-dosa yang telah kita perbuat dan segeralah bertobat.
Jenis makna kias yang terdapat dalam lagu Masih Ada Waktu
adalah metafora, sinedoks (pras pro toto), dan personifikasi. Pada lagu
ini pencipta lagu menyiratkan apa yang diinginkan melalui cerita kiasan
untuk membandingkan, menyebutkan bagian terpenting dari suatu hal,
dan mempersamakan benda dengan manusia. Hal ini karena lirik lagu
tersebut merupakan peringatan dan himbauan bagi manusia agar selalu
bersyukur atas karunia Tuhan yang masih memberikan kesempatan
kepada kita, sehingga untuk mengungkapkan hal tersebut pencipta lagu
mencoba menggambarkan alam sebagai teman bagi kehidupan kita.
Alam disamakan dengan manusia yang dapat berkomunikasi dengan
kita.
65
2. Skenario Pembelajaran Sastra dengan Materi Lirik-Lirik Lagu Ebiet
G. Ade di SMA
Pembahasan mengenai pembelajaran lirik-lirik lagu Ebiet G.
Ade di kelas X SMA meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan refleksi. Di bawah ini diuraikan ketiga hal tersebut.
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan menyusun RPP
dan menyiapkan media pembelajaran. Di bawah ini diuraikan kedua
kegiatan perencanaan itu.
1) Menyusun RPP
Komponen penyusunan RPP meliputi standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, bahan/materi ajar, metode
pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, alokasi waktu,
dan evaluasi. Sesuai dengan standar kompetensi dalam pembelajaran
puisi ini dapat di lihat pada lampiran 5 yakni kompetensi dasar
nomor 5.1. Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman . Di bawah
ini disajikan komponen-komponen tersebut satu persatu.
a) Standar Kompetensi
Standar kompetensi disesuaikan dengan standar isi yang
telah ditetapkan oleh BSNP. Standar kompetensi yang menjadi
acuan pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi di kelas X
66
SMA adalah: memahami puisi yang disampaikan secara
langsung/tidak langsung.
b) Kompetensi Dasar
Dari standar kompetensi di atas, diambil salah satu
kompetensi dasar sebagai pijakan pembelajaran lirik lagu Ebiet G.
Ade. Kompetensi dasar yang dirujuk adalah:
mengidentifikasiunsur-unsur bentuk suatu puisi (makna kias)
yang disampaikan secara langsung maupun melalui rekaman.
c) Indikator
Setelah kompetensi dasar diketahui, guru merumuskan
indikator pencapaian. Kompetensi dasar menyatakan tingkah laku
yang harus diperlihatkan oleh siswa pada akhir suatu kegiatan
pembelajaran. Indikator merupakan subtujuan pembelajaran
(rincian dari kompetensi dasar) yang sangat penting untuk
mencapai kompetensi dasar.
Indikator dalam pembelajaran sastra khususnya apresiasi
puisi dengan materi/bahan pembelajaranlirik lagu Ebiet G. Ade
pada kelas X SMA adalah:
(1) siswa mengidentifikasi bentuk makna kias dalam lirik-lirik
lagu Ebiet G. Ade;
(2) siswa dapat memaknai isi dari lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade;
67
(3) siswa mengetahui fungsi penggunaan makna kias dalam lirik-
lirik lagu Ebiet G. Ade.
d) Bahan/Materi Ajar
Bahan/materi ajar yang digunakan adalah lirik-lirik lagu
Ebiet G. Ade yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita
Renungkan, dan Masih Ada Waktu. Dipilihnya lirik lagu Wali
sebagai bahan pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi pada
siswa kelas X SMA dengan pertimbangan:
(1) lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade kaya akan makna yang dapat
menumbuhkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa,
khususnya bahasa kiasan;
(2) lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade sangat puitis yang mempunyai
banyak makna yang menarik untuk dikaji;
(3) lirik-lirik lagu Ebiet G. Ade mengandung nilai-nilai
pendidikan dapat mengembangkan kepribadian siswa.
e) Sumber Belajar
Sumber utama untuk belajar adalah lirik-lirik lagu karya
Ebiet G. Ade. Selain itu, sebagai sumber teori, digunakan buku
mengenai pembelajaran sastra khususnya apresiasi puisi, buku
teks, dan LKS bahasa Indonesia.
68
f) Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan adalah media
audiovisual. Termasuk media audiovisual adalah laptop, LCD,
bahkan tape recorder.
g) Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sastra
disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman materi. Seorang guru
harus bisa mengatur dan menggunakan waktu yang tepat dengan
keluasan dan kedalaman materi. Dalam pembelajaran lirik-lirik
lagu Ebiet G. Ade, waktu yang digunakan adalah 2 x 45 menit
dalam dua kali pertemuan.
h) Evaluasi
Unsur evaluasi meliputi jenis, bentuk, dan contoh
instrumen. Di bawah ini diuraikan ketiga hal tersebut.
(1) Jenis Instrumen
Jenis instrumen evaluasi yang digunakan adalah tes.
Dengan tes dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam memahamibentuk, makna, dan fungsi lirik-lirik lagu
Ebiet G. Ade
(2) Bentuk Instrumen
Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang
membutuhkan analisis yang mendalam tentang materi yang
69
dikaji sehingga evaluasi yang tepat diterapkan dalam
pembelajaran sastra adalah tes uraian.
Tes uraian adalah suatu bentuk pernyataan yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan
menggunakan bahasa sendiri. Dalam tes uraian ini siswa dapat
menggunakan pemikiran sendiri dalam menjawab pertanyaan.
Siswa bebas untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya
sendiri.
Tes uraian mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tes uraian, yaitu (1) tepat untuk menilai proses
berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi tidak
hanya mengingat dan memahami konsep saja, (2) memberi
kesempatan peserta didik untuk mengemukakan jawabannya
kedalam bahasa yang runtut sesuai dengan gaya sendiri, (3)
tes uraian memaksa perserta didik menggunakan pikirannya
sendiri, dan (4) mudah disusun dan tidak menghabiskan
waktu.
Kelemahan tes uraian sebagai berikut. Pertama, kadar
validitas dan reabilitas rendah. Kedua, akibat terbatasnya hal-
hal yang diteskan, dapat terjadi hal-hal yang juga bersifat
kebetulan. Ketiga, penilaian yang dilakukan terhadap peserta
didik tidak mudah ditentukan standarnya. Keempat, waktu
yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan peserta didik
70
relatif lama, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar,
sehingga terasa kurang efisien.
(3) Contoh Instrumen
Contoh soal uraian untuk mengukur pemahaman
siswa mengenai nilai pendidikan karakter pada lirik-lirik lagu
Ebiet G. Ade adalah sebagai berikut.
(a) Dengarkanlah Lagu Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita
Renungkan, dan Masih Ada Waktu karya Ebiet G. Ade
dengan cermat!
(b) Tulislah lirik tersebut dengan benar!
(c) Isilah lembar jawaban di bawah ini dengan benar!
No Judul lagu kata kiasan
yang terdapat
dalam lirik
Tergolong dalam jenis
makna kias
Arti makna tersebut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
71
2) Menyiapkan Media Pembelajaran
Audiovisual menurut Media pembelajaran yang dibutuhkan
antara lain laptop dan LCD. Kedua media tersebut merupakan jenis
media audiovisual yang dapat memproyeksikan materi dengan
gambar bergerak yang dapat dilihat sekaligus didengar. Salah satu
hal yang layak ditayangkan adalah video klip Ebiet G. Ade sebagai
penunjang pemahaman siswa terhadap makna lirik dan apabila
terjadi keterbatasan sarana prasarana, maka dapat menggunakan tape
recorder.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran satra khususnya menganalisis
makna kias dalam sebuah lagu yang sama dengan puisi di SMA dapat
digambarkan dalam langkah-langkah sebagai berikut.
I. Kegiatan Awal
Kegiatan awal berisi kegiatan-kegiatan:
a) Guru menyampaikan informasi mengenai standar
kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran yang akan
dilaksanakan;
b) Guru memberikan materi mengenai makna kias;
Dengan kegiatan awal tersebut, diharapkan siswa mengetahui
tujuan pembelajaran dan termotivasi untuk mempelajari materi
secara sungguh-sungguh.
72
II. Kegiatan Inti
Kegiatan inti berisi:
a) siswa membentuk kelompok kecil;
b) guru memberikan lembar jawaban kepada siswa tiap
kelompok;
c) setiap kelompok ditugaskan mendengarkan dan mencatat
lirik lagu Ebiet G. Ade yang diputar melalui media
audiovisual selama 3-4 kali;
d) setiap kelompok ditugaskan mengidentifikasi dan
mendiskusikan makna kias yang terdapat dalam lirik yang
telah dicatat;
e) siswa disuruh mengisi lembar jawaban yang telah
disediakan;
f) kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya;
g) setiap kelompok perwakilan membacakan hasil dari
diskusinya di tempatnya di depan kelas;
h) kelompok lain mengomentari teman yang sudah
membacakan hasil diskusinya di depan kelas
III. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berisi kegiatan guru mengarahkan dan
mengomentari hasil kerja mereka serta melengkapi hal-hal yang belum
terdapat dalam laporan kegiatannya. Guru dan siswa juga bersama-sama
menyimpulkan hasil pembelajaran.
73
c. Refleksi
Refleksi merupakan perenungan terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Dalam tahap ini, guru merenungkan proses pembelajaran
dan menganalisis hasil pembelajaran agar diketahui apakah keduanya
sudah menunjukkan indikator terlaksananya atau belum, dan apakah
hasil pembelajarannya sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Dengan refleksi ini, guru senantiasa memperbaiki hal-hal
yang dirasakan kurang atau menghambat pembelajaran dan
memutuskan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada pembelajaran
selanjutnya.
74
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban atas
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang
berkaitan dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada analisis dan pembahasan data hasil
penelitian, peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Dari analisis makna kias yang terdapat dalam lirik-lirik lagu Ebiet
G. Ade yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah, Untuk Kita
Renungkan, dan Masih Ada Waktu dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa makna yang bukan makna sebenarnya, tetapi lebih
mengarah kepada makna kias. Makna kias yang terdapat pada
lagu Titip Rindu Buat Ayah adalah metafora, hiperbola, dan
perbandingan (simile).Makna kias yang terdapat pada lagu Untuk
Kita Renungkan adalah metafora, metonimia, allegori, dan
personifikasi.Makna kias yang terdapat pada lagu Masih Ada
Waktu adalah metafora, sinedoks (pras prototo), dan
personifikasi.
2. Skenario pembelajaran makna kias dalam lirik lagu Ebiet G. Ade
meliputi, perencanaan pembelajaran (menyusunan RPP dan
74
75
menyiapkan media pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran, dan
refleksi.
B. Saran
1. Bagi Peneliti.
Para peneliti hendaknya tidak hanya melakukan penelitian
seperti yang dilakukan oleh penulis yang hanya menganalisis
makna kias saja. Akan tetapi, dapat menindaklanjuti dengan
melakukan analisis yang lain seperti unsur-unsur puisi yang
terkandung dalam sebuah lagu.
2. Bagi Guru.
Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting,
khususnya dalam bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam
menumbuhkan rasa kencintaan sastra terhadap puisi, guru
hendaknya selalu menumbuhkembangkan minat siswa dalam dunia
kesusastraan, terutama makna kias puisi.
3. Bagi Siswa.
Para siswa hendaknya lebih kreatif dalam mengapresiasikan
puisi, sehingga selain memiliki daya imajinasi serta kecintaan juga
dapat menganalisis sebuah puisi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aminudddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang : IKIP Semarang Press.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Djajasurdharma, Fatimah. 2009. Sematik. Bandung: Refika Aditama.
Fillaili, Sirtu. 2007. “Lagu Permainan Rakyat Madura”.Skripsi. Surabaya:
Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya : University Press
dengan Kreasi Media Promo.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Racmad Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rachamawati. 2001. Musik Kreasi Manusia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Rahmanto, B.1988. Metode Pengajaran Sastra Pegangan Guru Pengajar Sastra.
Yogyakarta: Kanisius.
Rasman. 2013. “Analisis Majas dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata
dan Relevansi Pembelajaran Menulis Di Kelas XI SMA”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Sawardi. 2000. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta. Balai Pustaka.
Sowikromo, Vinna Reindah. 2007. Skripsi “Gaya Bahasa dalam Puisi Lery
Hermann Hesse”. Surabaya : Perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Data. Yogyakarta:
GadjahMada University Press.
77
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. 1992.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP
PRESS
Sufanti, Main, 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sasta Indonesia. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Suryani. 2004. “Analisis Struktur dan Gaya Bahasa pada Novel Kubur Ngemut
Wewadi Karya A.Y.Suharyono”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Waluyo, Herman J. 2010. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Winarni, Retno, 2009. Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press.
Widodo. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet.
78
LAMPIRAN 1
Titip Rindu Buat Ayah
(Ebiet G. Ade)
Di matamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan
Terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah hmm...
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti
hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk hmm...
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Ayah,
Dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
79
LAMPIRAN 2
Untuk Kita Renungkan
(Ebiet G. Ade)
Kita mesti telanjang
Dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam hati
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Singkirkan debu yang masih melekat
Anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil
Agar kita sadar
Adalah dia di atas segalanya
Adalah dia di atas segalanya
Anak menjerit-jerit
Asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan satu hukuman
Hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan
Masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kitakan sembunyi
Hanya kepada-Nya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari kita runduk sujud pada-Nya
Kita mesti berjuang
Memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini
Di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
Berusahalah agar Dia tersenyum
80
LAMPIRAN 3
Masih Ada Waktu
(Ebiet G. Ade)
Bila masih mungkin
Kita menoreh bakti
Atas nama hati dan jiwa tulus ikhlas
Mumpung ada waktu
Kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Kita pasti ingat
Tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka
Yang terpilih menghadap
Tentu ada nikmatnya
Yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur
Bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasih-Nya
Hanya atas kehendak-Nya
Kita masih bertemu matahari
Kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang
Kita dapat meminjam catatan-Nya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang tersisa
Semuanya menggeleng
Semuanya terdiam
Semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah
Segeralah bersujud
Mumpung kita masih diberi waktu
81
LAMPIRAN 4
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/1
Standar Kompetensi : Mendengarkan
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu Bahan/ Sumber / Alat
5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
Rekaman Puisi
majas
irama
kata-kata konotasi
kata-kata bermakna lambang
mendengarkan puisi
mendiskusikan unsur-unsur bentuk puisi tersebut
melaporkan hasil diskusi
Mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi, dan bermakna lambang)
Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
Jenis Tagihan
Tugas Kelompok
Laporan
Ulangan
Jenis Instrumen
Uraian bebas
Pilihan ganda
4 Rekaman Puisi atau tape Puisi yang dibacakan
82
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SEKOLAH : SMA
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : X
SEMESTER : 1
A. STANDAR KOMPETENSI :
5. Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/ tidak langsung
B. KOMPETENSI DASAR :
5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara
langsung ataupun melalui rekaman
C. MATERI PEMBELAJARAN :
Rekaman puisi atau pembacaan langsung :
majas,
irama
kata-kata konotasi
Kata-kata bermakna
lambang
D. INDIKATOR :
Mengidentifikasi (majas, rima, kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang)
Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang
E. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Siswa dapat:
Mengidentifikasi majas/gaya bahasa yang dipergunakan oleh penyair.
Mengidentifikasi rima atau persajakan akhir.
Mengidentifikasi kata-kata berkonotasi dan bermakna lambang.
Menanggapi unsur-unsur puisi yang ditemukan
Mengartikan kata-kata berkonotasi dan makna lambang
F. METODE PEMBELAJARAN :
Penugasan
Diskusi
Tanya Jawab
Ceramah
Demonstrasi
83
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
Kegiatan Awal :
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini.
Kegiatan Inti :
Mendengarkan pembacaan puisi “Blues untuk Bonnie” karya Rendra.
Mendiskusikan unsur-unsur bentuk puisi tersebut.
Melaporkan hasil diskusi.
Kegiatan Akhir :
Refleksi
Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Penugasan.
H. ALOKASI WAKTU :
4 x 45 menit
I. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
Buku teks atau buku paket yang terkait
Kaset lagu dan tape
Kumpulan puisi.
J. PENILAIAN :
Jenis Tagihan:
tugas individu
ulangan
Bentuk Instrumen:
uraian bebas
pilihan ganda
jawaban singkat
Mengetahui,
Kepala Sekolah
NIP
............, ......................
Guru Mata Pelajaran,
NIP