81
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA KEMITRAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI WINDA APSARIH.D 105960086311 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADAPOLA KEMITRAAN YANG BERBEDA DI KECAMATANBONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

SKRIPSI

WINDA APSARIH.D105960086311

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

i

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADAPOLA KEMITRAAN YANG BERBEDA DI KECAMATANBONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WINDA APSARIH.D105960086311

SKRIPSI

Sebagai Salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola

Kemitraan yang Berbeda dikecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulaua Selayar

Nama : Winda Apsarih.D

Nim : 105960086311

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Ir. Kasifah, MP St. Aisyah R, S.Pt.,M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt.,M.Si

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Penelitian : Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola

Kemitraan yang Berbeda diKecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama : Winda Apsarih.D

Stambuk : 105960086311

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr.Ir. Kasifah, MP (___________)Ketua Sidang

2. St. Aisyah R, S.Pt.,M.Si (___________)Sekretaris

3. Ir. Siti Wardah, M.Si (___________)Anggota

4. Ir. Nurdin Mappa, MM (___________)Anggota

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : Analisis

Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan Yang Berbeda Di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar adalah benar merupakan

hasil karya yang belum diajukan diperguruan tinggi manapun. Semua sumber data

dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, September 2015

Winda Apsarih.D

105960086311

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

v

ABSTRAK

WINDA APSARIH.105960086311 Analisis Pendapatan Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten KepulauanSelayar. Dibimbing oleh KASIFAH, dan ST.AISYAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau menguraikan variabelpenelitian yang membandingkan pola dan pendapatan usaha peternakan ayam broileryang bekerjasama dengan kemitraan perseorangan (bakul) dan yang bekerjasamadengan perusahaan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, dua orang yang bermitradengan perusahaan perseorangan (bakul) dan satu orang yang bermitra denganperusahaan begitupun dengan sampel yaitu keseluruhan dari populasi. Analisa datayang digunakan pada penelitian ini yaitu analisa data deskriptif kuantitatif yaitumelihat pola dengan menghitung rata-rata penerimaan, dan pendapatan rata-ratapeternak. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli - September 2015 diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan.Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitumelihat pola dan menghitung rata-rata biaya, penerimaan, dan pendapatan rata-rata.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola kerjasama dengan kemitraanperseorangan (bakul) memberikan uang jaminan sedangkan yang bekerjasama denganperusahaan menyepakati kontrak yang bersifat tertulis tidak memakai uang jaminan.Pendapatan peternak yang bermitra dengan perusahaan cenderung lebih tinggidibandingkan pendapatan peternak yang bermitra dengan kemitraan perseorangan(bakul).

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

vi

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan iringan

rahmat, inayah dan hidayah-Nya jualah sehingga penulisan skripsii yang berjudul

Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan yang Berbeda di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ini dapat penulis selesaikan

dengan baik, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis

tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Kasifah, MP, selaku pembimbing I atas bimbingan, arahan, waktu, dan

kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. St. Aisyah R, S.Pt., M.Si, selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya dalam memberikan arahan, saran dan bimbingan kepada penulis.

3. Ir. Siti Wardah, M.Si, dan Ir. Nurdin Mappa, MM, selaku dosen penguji

pada ujian skripsi yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan

saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh peternak ayam broiler dan staf Kecamatan Bontomanai yang telah telah

membantu penulis selama menjalankan kegiatan penelitian.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Pertanian Unismuh Makassar atas perhatian dan

bantuannya selama penulis menempuh studi hingga akhir.

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

vii

6. Ayahanda Muhammad Dahlan dan Ibunda Nur Wisama, S.Pd beserta segenap

keluarga besar yang telah tulus dan penuh kasih sayang telah memberikan doa,

perhatian, motivasi dan bantuan moril maupun materil selama penulis

menempuh pendidikan.

7. Seluruh rekan – rekan seangkatan khususnya pada Jurusan Agribisnis atas

seluruh kerjasama, kebersamaan dan bantuannya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu melalui kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan

saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Makassar, September 2015

Penulis

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ...... .. ..................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1. Latar Belakang ................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................4

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................4

1.4. Kegunaan Penelitian.........................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6

2.1. Ayam Broiler ...................................................................................6

2.2. pola Kemitraan................... ..............................................................8

2.3. Biaya Penerimaan dan Pendapatan ................................................11

2.4. Kerangka Pikir ...............................................................................17

III. METODE PENELITIAN...........................................................................19

3.1. Waktu dan Tempat .........................................................................19

3.2. Jenis Penelitian ............................................................................. 19

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

ix

3.3. Tehnik Penentuan Informan .........................................................19

3.4. Metode Pengumpulan Data ...........................................................20

3.5. Jenis dan Sumber Data ..................................................................20

3.6. Analisa Data ..................................................................................21

3.7. Konsep Operasional .......................................................................21

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................24

4.1. Letak dan Keadaan Geografis .......................................................24

4.1.1. Keadaan Penduduk .........................................................................24

4.1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ..................................26

4.1.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan .....................................27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................28

5.1. Identitas Responden .......................................................................28

5.2. Gambaran Pola Kemitraan .............................................................29

5.3. Pendapatan .....................................................................................32

5.3.1. Biaya Produksi..........................................................................32

5.3.1.1. Biaya Tetap...................................................................33

5.3.1.2. Biaya Variabel ..............................................................38

5.3.1.3. Biaya Total....................................................................46

5.4. Penerimaan Hasil Produksi ............................................................47

5.4.1. Total Penerimaan......................................................................51

5.5. Pendapatan Peternak ......................................................................52

VI. Kesimpulan dan Saran ...............................................................................56

6.1. Kesimpulan.....................................................................................56

6.2. Saran .....................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar .............................................................. 26

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar .......................................................... 26

3. Sarana Pendidikan di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar .......................................................... 27

4. Identitas Responden diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ................... 28

5. Biaya Produksi diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ................... 32

6. Biaya Penyusutan Kandang Peternak Ayam Broilerpada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 34

7. Biaya Penyusutan Peralatan Kandang Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan Yang Berbeda Di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 36

8. Biaya Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 38

9. Biaya Bibit (DOC) Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Keputauan Selayar ........................................................... 40

10. Biaya Pakan Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 41

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

xi

11. Biaya Vaksin Dan Obat-Obatan Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 43

12. Biaya Listrik Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan Yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 44

13. Biaya Tenaga Kerja Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 45

14. Biaya Total Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan Yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 46

15. Penerimaan Hasil Penjualan Daging Ayam Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 48

16. Penerimaan Hasil Penjualan Feses Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 49

17. Penerimaan Hasil Penjualan Karung PakanPada Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan yang Berbedadi Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ............... 50

18. Total Penerimaan Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 51

19. Total Pendapatan Pada Peternak Ayam BroilerPada Pola Kemitraan yang Berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ................................................ 53

20. Total pendapatan rata-rata per ekor pada peternak ayam broilerpada pola kemitraan yang berbeda di Kecamatan BontomanaiKabupaten Kepulauan Selayar ........................................................... 53

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Keadaan Umum Responden .................................................................................. 28

2. Penyusutan Kandang .............................................................................................33

3. Penyusutan Peralatan ............................................................................................ 35

4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ........................................................................ 37

5. Biaya Bibit (DOC) ................................................................................................ 39

6. Biaya Pakan .......................................................................................................... 41

7. Biaya Vaksin dan Obat-obatan ............................................................................. 42

8. Biaya Listrik ......................................................................................................... 44

9. Biaya Tenaga Kerja .............................................................................................. 45

10. Total Biaya ..........................................................................................................46

11. Penerimaan ..........................................................................................................47

12. Pendapatan .......................................................................................................... 52

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi daging ayam broiler Indonesia adalah 545.1 ribu ton per tahun

(BPS, 2012). Konsumsi daging ayam broiler sebesar 4,5 kilogram per kapita per

tahun. Konumsi per kapita tersebut didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan

asupan gizi masyarakat mengingat kandungan ayam broiler yang baik dan juga

mudah di akses masyarakat karena harga yang relatif murah dibanding harga

daging jenis lain. Dengan jumlah konsumsi per kapita tersebut, individu

memperoleh asupan gizi harian sebesar 19,73 kalori, 1,19 protein dan 1,63 lemak.

Jumlah ini termasuk kecil dibanding dengan konsumsi per kapita negara lain.

(BPS, 2012).

Kabupaten Kepulauan Selayar, khususnya Kecamatan Bontomanai

merupakan wilayah yang mengembangkan peternakan ayam pedaging (broiler).

jumlah populasi untuk ayam ras pedaging yang ada di Kecamatan Bontomanai

Kabupaten selayar berdasarkan dari data Dinas Peternakan Kabupaten Selayar

tahun 2012 yaitu berjumlah 91.800 ekor.

Dalam upaya memenuhi protein hewani dan peningkatan pendapatan

peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya mendayagunakan

sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah

ayam pedaging (broiler). Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak

penghasil daging yang relatif lebih cepat dibandingkan ternak potong lainnya. Hal

inilah yang mendorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan peternakan

ayam broiler ini. Perkembangan itu didukung oleh semakin kuatnya industri hilir

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

2

seperti perusahaan pembibitin (breeding farm), perusahaan pakan ternak (feed

mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih, 2000).

Pengertian pola kemitraan secara konseptual adalah adanya kerja sama

antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai dengan

pembinaan dan pengembangan berkelanjutan oleh usaha menengah dengan

memperhatikan prinsip-prinsip saling memerlukan, memperkuat dan

menguntungkan (Soemardjo 2004).

Menurut Martodireso dan Widada (2002), saling memerllukan berarti

bahwa pengusaha memerlukan pasokan bahan baku dan pemasaran sarana

peternakan memerlukan adanya bimbingan dan penampung hasil. Saling

memperkuat berarti peteernak dan pengusaha samam-sama melaksanakan etika

bisnis,sama-sama mempunyai hak dan kewajiban masing-masing dan saling

membutuhkan sehingga memperkuat kesinambungan dalam bermitra. Saling

menguntungkan berarti peternak dan pengusaha memperoleh peningkatan

disamping adanya kesinambungan dalam usaha.

Maksud dan tujuan pola Kemitraan (Kusnaedi 1998) adalah sebagai

berikut:

1. Bentuk kerja sama yang seimbang dan saling menguntungkan antara

pengusaha besar dengan pengusaha kecil atau peternak.

2. Memberikan iklim usaha yang lebih baik pada peternakan kecil.

3. Mendorong terciptanya pemerataan berusaha dan pemerataan berusaha

dan peningkatan pendapatan semua pihak.

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

3

Pola kemitraan pada dasarnya merupakan suatu pola kerjasama antara

pengusaha atau pemilik modal sebagai inti dengan peternak plasma dalam upaya

pengelolaan usah peternakan. Pola kemitraan salah satu bentuk pengembangan

wilayah melalui pembangunan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi kerakyatan

yang pelaksananannya lebih ditekankan pada pembangunan yang berpihak pada

rakyar (Marindo 2008).

Pola kemitraan usaha peternak ayam broiler yang dilaksanakan dengan

pola inti plasma, yaitu kemitraan antara peternak mitra dengan perusahaan mitra,

dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma, sedangkan mitra sebagai inti.

Pada pola inti plasma kemitraan ayam broiloer yang berjalan selaqma ini,

perusahaan mitra menyediakan sarana produksi peternakan (sapronak) berupa :

DOC, pakan, oabat-obatan/vaksin, bimbingan teknis dan memasarkan hasil,

sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja (Yunus 2009).

Pola kemitraan perseorangan adalah pola kemitraan dimana semua

kebutuhan budidaya ternak ayam broiler ditanggung sepenuhnya oleh peternak,

artinya peternak harus menyediakan sendiri mulai dari pembuatan kandang

pengaturan penyediaan bibit, pemberian pakan, penyiapan obat-obatan, aneka

perawatan sampai sistem panen.

Peternak yang bekerjasama dengan perusahaan kemitraan merupakan

sebuah usaha budidaya ayam broiler secara kerjasama antara perusahaan sebagai

inti dan peternak sebagai plasma. Pada sistem mitra usaha ini umumnya seorang

peternak hanya perlu menyediakan kandang dengan ukuran yang memang sudah

ditetapkan oleh perusahaan inti, kemudian tugas lainnya yaitu merawat ayam

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

4

potong tersebut sampai masa panen tiba jadi semuanya sudah ditanggung

perusahaan.

Adapun survei awal lokasi yang telah dilakukan sebelumnya diketahui

bahwa peternak yang memelihara ayam ras pedaging di Kecamatan Bontomanai

bekerja sama dengan beberapa perusahaan kemitraan, namun pada daerah tersebut

juga terdapat peternak yang tidak bermitra dengan perusahaan sebagaimana

peternak kebanyakan. Peternak yang dimaksud juga bukan peternak yang mandiri

melainkan peternak yang melakukan kerjasama dengan pedagang pengumpul

(bakul) atau kemitraan perseorangan.

Bentuk kerja sama peternak dengan kemitraan perseorangan (bakul) ini

merupakan pola yang telah dilakukan peternak lokal sebelum konsep kemitraan

perusahaan diperkenalkan oleh perusahaan-perusahaan mitra kira-kira dimulai

tahun 1997, sedangkan keberadaan perusahaan-perusahaan kemitraan menurut

masyarakat setempat diperkirakan pada awal tahun 2007, sejak masuknya

kemitraan peternak berangsur-angsur beralih untuk bermitra dengan perusahaan-

perusahaan tersebut sehingga peternak yang menggunakan kerjasama dengan

kemitraan perseorangan ini semakin berkurang.

Ditengah arus pesatnya kemitraan yang diadopsi peternak ayam broiler,

ternyata menyisakan peternak-peternak yang masih bertahan dengan pola

kerjasama dengan kemitraan perseorangan tersebut, walaupun dengan jumlah

yang sangat sedikit, misalkan saja di Kecamatan Bontomanai hanya 1.500 ekor

yang merupakan gabungan populasi dari dua peternak. Hal tersebut disertai

dengan populasi yang lebih rendah dibandingkan dengan peternak yang bermitra

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

5

dengan perusahaan, populasi yang dipelihara maksimal 500 ekor dikarenakan

jaminan yang sebanyak Rp.1.000.000 yang harus disediakan per 100 ekor, dan

pembatasan yang dilakukan bakul demi menghindari kerugian besar apabila

terjadi gagal panen. Sedangkan untuk bermitra dengan perusahaan minimal untuk

pemeliharaan 1.500 ekor tanpa jaminan uang namun kadang dengan jaminan

berupa sertifikat tanah, kendaraan bermotor atau surat berharga lainnya bila

peternak baru bekerja sama dengan perusahaan mitra. Adapun hal lainnya dimana

pada pola tersebut kerjasama yang berlaku tanpa kontrak perjanjian tertulis dan

penentuan harga sapronas maupun ayam hidup yang sebagaimana sebaliknya

disediakan oleh perusahaan-perusahaan kemitraan.

Berdasarkan dari fakta tersebut sehingga menimbulkan ketertarikan untuk

melakukan penelusuran lebih jauh tentang Perbedaan pendapatan peternak yang

bekerjasama dengan kemitraan perseorangan (bakul) dan peternak yang

bekerjasama dengan perusahaan kemitraan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola kemitraan yang dilakukan peternak dengan kemitraan

perseorangan (bakul) dan pola kemitraan yang dilakukan dengan

perusahaan di kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ?

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

6

2. Bagaimana pendapatan peternak yang melakukan kemitran dengan

kemitraan perseorangan (bakul) dan bermitra dengan perusahaan

kemitraan di kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pola dan pendapatan peternak yang

bekerjasama dengan pedagang pengumpul (bakul) dan yang bermitra

dengan perusahaan tersebut di Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar.

2. Untuk mengetahui pendapatan peternak yang bekerjasama dengan

pedagang pengumpul (bakul) dan yang bermitra dengan perusahaan.

1.4. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswaa dan

memperkaya khasanah peneliti tentang analisis pendapatan peternak

pada pola kemitraan yang berbeda

b. Sebagai input bagi peternak, apakah dalam produksi selanjutnya

peternak dapat melakukan peningkatan produksi atau tidak

c. Sebagai bahan informasi dan

d. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak pelaku kerjasama

e. Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki sifat atau hasil budidaya teknologi yang memiliki

karakteristik ekonomis dengan ciri khas, pertumbuhan cepat sebagai penghasil

daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta

menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Menurut Murtidjo ( 2006). Pada

umumnya ternak unggas, khususnya ayam pedaging termasuk golongan yang

memiliki pertumbuhan yang cepat. Pertumbuhan ayam yang cepat ini harus

diimbangi dengan ketersediaan pakan yang cukup, karena kekurangan pakan akan

sangat mengganggu laju pertumbuhan (Amrullah, 2004).

Rasyaf (2002) menyebutkan bahwa ayam broiler memiliki pertumbuhan

yang sangat pesat pada umur 1 - 5 minggu dan sudah dapat dipasarkan pada umur

5 - 6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3 - 1,4 kg. Broiler merupakan ternak

yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang

dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif

cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat

dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003). Keunggulan ayam ras pedaging

antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi

dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia

muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang

pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya penanganan untuk

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

8

mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam. Perkembangan

tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan

pembibitan (Breeding Farm), perusahaan pakan ternak (Feed Mill), perusahaan

obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih B, 2000).

Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan ayam potong menempati

posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam

kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang

cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang

lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam

penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nuroso, 2009).

Rasyaf (2002) juga mengemukakan bahwa ciri khas ayam broiler adalah

rasanya yang khas dan enak, pengelolahannya mudah tapi mudah hancur dalam

proses perebusan yang lama, daging ayam merupakan sumber protein yang

berkualitas bila dilihat dari kandungan gizinya.

Sedangkan menurut Soekartawi (2007) menyatakan bahwa ayam broiler

mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan

timbunan daging yang baik dan banyak. Pada umumnya ternak unggas, khususnya

ayam pedaging termasuk golongan yang memiliki pertumbuhan yang cepat.

Pertumbuhan ayam yang cepat ini harus diimbangi dengan ketersediaan pakan

yang cukup, karena kekurangan pakan akan sangat mengganggu laju pertumbuhan

(Amrullah, 2004).

Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu minggu

hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

9

pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, sehingga ayam broiler dapat dijual

sebelum umur delapan minggu. Adapun jenis yang banyak dikembangkan saat ini

merupakan hasil persilangan dominan dari pejantan ras White Cornish (asal

Inggris) dengan betina plymount rock (asal Amerika). Cikal bakal (parrent stock)

ayam pedaging ini merupakan tipe berat yang dikembangkan dari dua ras tersebut

untuk menghasilkan anak anak ayam umur sehari (DOC: day old chicken) dengan

kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan hemat.

2.2. Pola Kemitraan

Kemitraan adalah kerjasama usaha kecil termasuk kopersi dengan usaha

menengah atau usaha besar disrtai pedoman dan pengembangan oleh usaha

menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,

saling memperkuat dan saling menguntungkan. Maksud dan tujuan kemitraan

adalah untuk meningkatkan pemberdayaan usaha kecil dibidang manajemen,

produk, pemasaran, permodalan dan teknis, disamping agar bisa mandiri demi

kelangsunagan usahanya, sehingga bisa melepaskan diri dari sifat ketergantungan

(Tohar, 2000).

Selanjutnya dinyatakan bahwa, umtuk mengembangkan dan melaksanakan

kemitraan bisa dengan salah satu atau lebih pola - pola kemitraan yang ada.

Sekurang-kurangnya ada tujuh pola kemitraan, salah satunya adalah pola inti

plasma, dimana dalam pola ini usaha menengah atau usaha besar bertindak

sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma

dalam hal :

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

10

1. Penyediaan dan penyiapan lahan.

2. Penyediaan sarana produksi.

3. Memberikan teknis manajemen usaha dan produksi

4. Pemberian bantuaan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan

efisiensi dan produktifitas usaha.

Menurut Wahyuni (2006), Menyatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama

usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar disertai pembinaan

dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar atas dasar prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Disamping itu,

kerjasama kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar dan usaha menengah

dapat mendorong upaya dalam rangka pemerataan pembangunan.

Kemitraan dimaksudkan sebagai upaya pengembangan usaha yang

dilandasi kerjasama antara perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya

merupakan kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut

mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak harus memperoleh keuntungan

dan manfaat (Murdikdjo dan Muladna, 20008).

Peternak pola kemitraan (sistim kontrak harga) adalah peternak yang

menyelenggarakan usaha ternak dengan pola kerjasama antara perusahaan inti

dengan peternak sebagai plasma dimana dalam kontrak telah disepakati harga

output dan input yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima

selisih dari perhitungan input dan output. Peternak plasma yang mengikuti pola

kemitraan cukup dengan menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik

dan air, sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis serta

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

11

pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen perusahaan inti akan

memotong utang peternak plasma berupa DOC, pakan dan obat-obatan. Apabila

terjadi kerugian, maka yang menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya

DOC, pakan dan obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed

Conversion Ratio (FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti. Sedangkan

bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan investasi serta pemasaran

diusahakan sendiri (Gunadarma, 2008).

Menurut Saptana et al. (2006), kemitraan adalah suatu jalinan kerjasama

berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi hingga

pemasaran. Kemitraan dilandasi oleh azas kesetaraan kedudukan, saling

membutuhkan dan saling menguntungkan serta adanya persetujuan diantara pihak

yang bermitra untuk saling berbagi, risiko dan manfaat.

Penetapan konsep kemitraan antara peternak sebagai mitra dan pihak perusahaan

perlu dilakukan upaya khusus agar usaha ternak ayam broiler, baik sebagai usaha

pokok maupun pendukung dapat berjalan seimbang. Upaya khusus tersebut

meliputi antara lain pembinaan manajemen yang baik, terarah dan konsisten

terhadap peternak ayam broiler sebagai mitra akan meningkatkan kinerja usaha,

yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan (Hermawan et al, 2007).

Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar

(perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha

besar, sehingga saling memerlukan dan menguntungkan (LIPTAN, 2000).

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

12

Suharno (2003), menyatakan bahwa perkembangan usaha ayam broiler

tersebut didukung oleh makin kuatnya industri hulu, seperti perusahaan

pembibitan (breding farm), perusahaan pakan ternak (feed mill), perusahaan obat

hewan, dan peralatan peternakan. Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut: (1) pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan

ekonomi peternak rakyat dan inti melalui secara progresif, (2) pola kemitraan

mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja sistem secara keseluruhan, dan

(3) mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor eksternal dan mengelola

resiko yang mungkin timbul serta mampu memanfaatkan peluang-peluang yang

ada (Ditjen Peternakan, 1997).

Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan selaku

mitra usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha plasma, yang

dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui kemitraan diharapkan terjadi

kesetaraan hubungan antara peternak dengan mitra usaha inti sehingga

memperkuat posisi tawar peternak, berkurangnya resiko usaha dan terjaminnya

pasar yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan peternak (Hertanto, 2009).

2.2. Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Rumusnya,

Pd=TR-TC dimana Pd adalah pendapatan, TR adalah total penerimaandan TC

adalah total biaya, selanjutnya dikatakan bahwa penerimaan diperoleh dari

produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Total pendapatan bersih diperoleh

dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu produksi,

Soekartawi (2006). Pendapatan selain diukur dari nilai mutlak dapat pula dilihat

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

13

dalam analisis efisiennya. Ukuran efisien antara lain dapat dihitung melalui

perbandingan, Kadarsan (2000) menerangkan bahwa pendapatan adalah selisih

antara penerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis

pendapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan

penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2002) menambahkan bahwa

pendapan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan

biaya tetap tertutupi. Hasil pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan

negatif berarti rugi.

Suharti (2003) menambahkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang

yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi. Hasil

pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan negatif berarti rugi.

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari semua biaya, yang meliputi

pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Dalam analisis pendapatan peternak pola

kemitraan ayam pedaging ada dua pendapatan yaitu: Pendapatan kotor Perusahaan

inti-plasma (Gross Farm Income) Pendapatan bersih peternak plasma (Net Farm

Income). Pendapatan kotor yaitu nilai produksi komoditas perusahaan secara

keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi, sedangkan pendapatan bersih

merupakan penerimaan atau total dari semua keuntungan yang diperoleh selama

memproduksi ayam pedaging dan tanpa melakukan potongan – potongan apapun

(Kadarsan 2008).

Pendapatan usaha tani ada 2 (dua) macam yakni pendapatan kotor dan

pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor usaha tani yaitu keseluruhan

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

14

hasil atau nilaiuang dari hasil usaha tani. Pendapatan bersih usaha tani yaitu

jumlah pendapatan kotor usaha tani dikurangi dengan biaya (Cahyono, 1995).

Sedangkan Soekartawi (2003) menyatakan bahwa dalam menaksir

pendapatan kotor petani peternak semua komponen produk yang tidak dijual harus

dinilai berdasarkan harga pasar, sehingga pendapatan kotor petani peternak semua

komponen produk yang tidak terjual harus dinilai berdasarkan harga pasar,

sehingga pendapatan kotor petani peternak dihitung sebagai penjualan ternak

ditambah nilai ternak yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga atau dengan

kata lain pendapatan kotor usaha tani adalah nilai produk total usaha tani dalam

jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Sedangkan

pendapatan bersih ussaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor usaha tani

dengan pengeluaran total usaha tani. Dikatakan pula total pendapatan diperoleh

dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi.

Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang

yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi.

2.2.1. Penerimaan

Penerimaan dari usaha ayam broiler diperoleh dari penjualan daging,

penjualan feses dan penjualan karung pakan. Menurut Himawati (2006) bahwa

penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi dengan

rumus sebagai berikut TR=Pq x Q, dimana TR adalah total revenue, Pq adalah

harga persatuan unit dan Q adalah total produksi.

Rasyaf menyatakan bahwa penerimaan dalam suatu peternak ayam broiler

terdiri dari : (1). Hasil produksi utama berupa penjuala daging, baik hidup

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

15

ataupun dalam bentuk karkas; dan (2). Hasil sampingan yaitu berupa kotoran atau

alas “litter” yang laku dijual kepada petani sayur mayur atau petani palawija

lainnya. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualan outputnya.

Apabila hasil produksi peternakan dijual kepasar atau kepihak lain, maka

diperoleh sejumlah uang sebagai produk yang terjual tersebut. Besar atau kecilnya

uang diperoleh tergantung daripada jumlah barang dan nilai barang yang dijual.

Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi penawaran atau

produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga yang

ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti produk

peternakan yang dijual inilah yang dinamakan penerimaan. (Rasyaf, 2002).

Sedangkan soekartawi (2006) menyatakan bahwa penerimaan kotor usaha

tani adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha tani

dikalikan dengan harga jual yang berlaku dipasaran.

Adapun penerimaan usahatani adalah merupakan hasil perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan

sebagai berikut Tri = Yi x Pyi. Dimana TR adalah total penerimaan, Y adalah

produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (i), Py adalah harga Y.

2.2.1. Biaya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian, sebaliknya

apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya

operasi atau non operasi akan menghasilkan keuntungan, selanjutnya dikatakan

bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

16

pengeluaran, Untuk menganalisis pendapatan yang diperlukan dua keterangan

pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu.

Pendapatan pada dasarnya mempunyai sifat menambah atau menaikkan kekayaan

pemilik perusahaan, termasuk dalam bentuk tagihan Soekartawi (2007).

Secara umum ada dua golongan biaya yaitu biaya variabel dan biaya tetap.

Biaya variabel (Zulkifli; 2003) adalah biaya yang jumlahnya berubah ubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya per unitnya tetap.

Artinya jika volume kegiatan diperbesar 2 (dua) kali lipat, maka total biaya juga

menjadi 2 (dua) kali lipat dari jumlah semula. Sedangkan biaya tetap adalah biaya

yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak

terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan.

Biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan dari pembuatan kandang dan

pengadaan peralatan serta pajak yang besarnya tidak tergantung pada besar

kecilnya skala usaha. Biaya pembuatan kandang dikeluarkan sekali dengan masa

pemakaian selama 10 tahun. Biaya pengadaan peralatan dikeluarkan sekali dengan

masa pemakaian selama 5 tahun. Sedang pajak bumi dan bangunan (PBB)

dikeluarkan sekali setahun (6 periode). Selanjutnya, semua biaya dihitung pada

satuan waktu yang sama, yaitu satu periode pemeliharaan ayam mulai dari DOC

sampai dengan ayam yang siap jual (Yunus 2009).

Menurut Soekartawi (2006), menyatakan bahwa biaya total usahatani

diartikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam

produksi, berdasarkan jumlah output yang dihasilkan biaya terdiri atas :

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

17

1. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar

kecilnya produksi, misalnya : pajak, sewa tanah, penyusutan dan bunga

pinjaman.

2. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

produksi. Misalnya : pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-

obatan dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya produksi dapat digolongkan dalam biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak bergantung pada besar

kecilnya jumlah produksi, sehingga batas kapasitasnya memungkinkan, misalnya

sewa tanah, bunga pinjaman, listrik. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

berubah ubah mengkuti besar kecilnya volume produksi, misalnya pengeluaran

untuk sarana produksi biaya pengadaan bibit, pupuk, obat obatan, pakan, dan lain

sebagainya. (Soekartawi, 2006).

Selanjutnya dikatakan bahwa biaya usaha tani biasanya diklasifikasikan

menjadi dua yaitu : (a). Biaya tetap ( fixed cast ); dan biaya tidak tetap ( variable

cast ). Biaya tetap ini umumnya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap

jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikikit. Jadi besarnya biaya tetap bergantung pada besar kecilnya produksi yang

diperoleh. (b). Biaya tidak tetap biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar

kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. (soekartawi, 2006).

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

18

2.3. Kerangka Pikir

Usaha peternak ayam broiler memberikan konstribusi yang cukup besar

dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya peternak. Kenyataan

ini tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki oleh usaha ternak ayam broiler

yaitu masa produktif yang relatif lebih singkat jika dibandingkan dengan usaha

ternak lainnya.

Peternak mempunyai dua sistem pola kemitraan antara lain pola kemitraan

dengan pedagang pengumpul (Bakul) dan pola kemitraan dengan perusahaan.

Program kemitraan dengan pedagang pengumpul (bakul) merupakan sistem pola

kemitraan perseorangan antara peternak menjual hasil produksi kepedagang

pengumpul (bakul) kemudian menjual kembali kekonsumen, sedangkan kemitraan

dengan perusahaan merupakan pola kemitraan dimana produksi peternak dijual

langsung ke perusahaan oleh peternak itu sendiri.

Peternak yang mengikuti pola kemitraan dengan perusahaan melakukan

proses produksi dan mengeluarkan biaya produksi. Setelah proses produksi

peternak memperoleh penerimaan sesuai dengan harga pasar dan sistem bagi hasil

yang ditetapkan dalam pola kemitraan tersebut. Dari hasil penerimaan tersebut

didapatkan pendapatan akhir peternak setelah dikurangkan dengan total biaya

produksi begitu juga dengan peternak pengumpul hanya saja total penerimaan

yang didapat peternak tidak dibagi lagi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 1.

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

19

Gambar 1 Kerangka pikir Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola

Kemitraan Yang Berbeda Di Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar

PETERNAK

KEMITRAAN

POLA KEMITRAAN I

PERUSAHAAN

PENDAPATAN PETERNAKSISTEM A

PENDAPATAN PETERNAKSISTEM B

PRODUKSI

PERBANDINGAN PENDAPATAN

PRODUKSI

BIAYA

PETERNAK PENGUMPUL(BAKUL)

POLA KEMITRAAN II

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

20

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksakan selama kurang lebih dua bulan yaitu dimulai pada

juli sampai september 2015 di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar, Sulawesi Selatan. Penentuan lokasi tersebut diambil karena adanya dua

bentuk kerjasama yang berbeda dikecamatan tersebut yaitu kerjasama dengan

kemitraan perseorangan (bakul) dan kerjasama dengan perusahaan kemitraan.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan atau

menguraikan variabel penelitian yaitu perbandingan pola dan pendapatan usaha

peternakan ayam broiler yang bekerjasama dengan kemitraan perseorangan

(bakul) dan yang bekerjasama dengan perusahaan di Kecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.3. Tehnik Penentuan Informan

Peternak ayam broiler di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan

Selayar yang bekerjasama dengan kemitraan perseorangan (bakul) berjumlah 2

orang yang masing-masing memiliki populasi ternak 500-1.000 ekor dan peternak

yang bermitra dengan perusahaan yang memiliki populasi ternak berjumlah 1.500

ekor di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar yakni berjumlah 1

orang. Sedangkan untuk sampel digunakan sekaligus merupakan keseluruhan dari

jumlah populasi, hal tersebut dikarenakan jumlahnya yang cukup kecil. Khusus

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

21

pengambilan sampel untuk peternak yang bermitra dengan perusahaan yang

memiliki populasi 1500 ekor dimaksudkan agar meminimalisir pembiasan dalam

melakukan perbandingan dengan pola kerjasama antara peternak dengan

kemitraan perseorangan (bakul) yang memiliki populasi maksimal 500 ekor.

3.4. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang berupa

angka-angka berdasarkan hasil kuesioner dari hasil usaha ayam ras pedaging

meliputi jumlah penjualan ayam, feses, dan karung pakan serta biaya-biaya di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian yaitu :

1. Data Primer yaitu data mentah yang bersumber dari hasil wawancara

langsung dengan peternak meliputi identitas responden, hasil usaha dan

biaya-biaya.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait,

seperti gambaran umum lokasi, keadaankondisi wilayah, kependudukan

dan sejarah singkat dan lain sebagainya.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini antara lain :

a. Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan secara langsung terhadapa kondisi lokasi penelitian, serta

berbagai aktifitas peternak dalam melakukan usaha peternakan ayam

ras pedaging.

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

22

b. Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara langsung dengan pihak peternak yang melakukan usaha

peternakan ayam ras pedaging.

c. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,

administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

3.6. Analisa Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik

deskriptif yaitu dengan menghitung pendapatan dan melakukan penyederhanaan

data serta penyajian data dengan menggunakan tabel. Untuk mengetahui seberapa

besar pendapatan peternak dari usaha ayam broiler digunakan rumus menurut

Soekarwati (2006):

Pd =TR – TC

Keterangan : Pd = Total pendapatan (Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

3.7. Konsep Operasional

1. Kemitraan adalah kerjasama yang diakukan antara peternak dengan

kemitraan perseoranagn (bakul) dan yang bermitra dengan perusahaan

di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

23

2. Kemitraan perusahaan adalah kerjasama yang dilakukan oleh peternak

ayam broiler dengan perusahaan mitra tertentu dengan pola inti-

plasma.

3. Kemitraan perseorangan (bakul) yaitu kerjasama yang dilakukan oleh

peternak ayam broiler dengan seorang pedagang pengumpul ayam.

4. Ayam ras pedaging adalah ayam yang akan dimanfaatkan dagingnya

untuk suatu usaha dan mempunyai kriteria untuk dijadikan alat

produksi yang mampu menghasilkan daging dengan keuntungan lain

berupa feses (pupuk kandang) yang dipelihara oleh peternak di

Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar.

5. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, yang terdiri atas biaya

penyusutan kandang, penyusutan peralatan, dan pajak bumi dan

bangunan yang dinyatakan dalam rupiah/periode.

6. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

jumlah produksiseperti bibit (DOC) , pakan, vaksin dan obat obatan,

listrik dan tenaga kerja yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

7. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu

periode produksi yang meliputi biaya variabel yang dinyatakan dalam

rupiah (Rp).

8. Penerimaan adalah nilai ternak ayam, feses serta karung pakan ayam

yang diperoleh dengan mengalikan harga jual yang dinyatakan dalam

rupiah/periode.

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

24

9. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usaha ayam

pedaging (pendapatan kotor) dengan total biaya yang dikeluarkan

selama proses pemeliharaan dinyatakan dalam rupiah/periode.

10. Satu periode produksi adalah mulai dari anak ayam berumur satu hari

(DOC), hingga anak ayam tersebut dijual oleh peternak selama 25-35

hari atau berat 1,5-2 kg.

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

25

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Bontomanai merupakan salah satu dari 11 Kecamatan yang ada

di Kabupaten Kepulauan Selayar dan merupakan salah satu Kecamatan yang

memiliki banyak Desa dengan luas wilayah 115,56 km2. adapun batas-batas

wilayah Kecamatan Bontomanai sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Buki

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Flores

Sebelah Barat : Selat Makassar

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Benteng dan Bontoharu

4.1.1. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

suatu daerah, penduduk dengan jumlah tinggi disuatu daerah padat, diimbangi

dengan kualitas sumber manusia yang handal diberbagai bidang akan

mempercepat kemajuan suatu daerah dan sebaliknnya, tak terkecuali di

Kecamatan Bontomanai. Oleh karena itu pengembangan dan peningkatan kualitas

sumber daya manusia sangat penting untuk dapat meningkatkan persainngan

hingga menjadi sumber daya yang handal dalam pembangunan daerah. Adapun

kondisi penduduk di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

berdasarkan data sensus 2014 dan penyebarannya di 10 Kelurahan/Desa dapat di

lihat pada Tabel 1.

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

26

Tabel 1. Persentaase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di KecamatanBontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

NO Jenis KelaminJumlah orang

(jiwa)

Persentase

(%)

1 Laki-laki 6.064 49

2 Perempuan 6.259 51

Jumlah 12.326 100

Sumber : Kecamatan Bontomanai 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Bontomanai

berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6.064 jiwa (49 %) dan berjenis

kelamin perempuan sebanyak 6.259 jiwa (51 %). Jadi jumlah penduduk

keseluruhan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar sebanyak

12.326 jiwa (100 %).

4.1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

pertanian, karena petani akan lebih respon terhadap teknologi baru bagi yang

berpendidikan dibandingkan yang kurang pendidikanya untuk lebih jelasnya

tingkat pendidikan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di KecamatanBontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tingkat Pendidikan Jumlah(jiwa)

Persentase(%)

123456

Tidak Tamat SDSDSMPSMADiploma IIIDiploma IV/S1

510142812651539937821

18,1814,5429,4930,116,081,60

Total 6500 100Sumber : Kecamatan Bontomanai 2014

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

27

Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk di Kecamatan Bontomanai yang

pernah mengikuti pendidikan formal sebanyak 6500 orang (81,18 %) dari total

penduduk yang ada. Tingkat pendidikan yang terbesar adalah Sekaloh Menengah

Atas sebanyak 1265 orang (30,11 %), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1539

orang (29,49 %), Sekolah Dasar sebanyak 1428 orang (14,54 %), Diploma III

sebanyak 937 orang (6,08%) dan Diploma IV/S1 sebanyak 821 orang (1,60 %).

Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar tergolong tinggi.

4.1.3. Jumlah Penduduk Berdasakan Pekerjaan

Penduduk Kecamatan Bontomanai didominasi oleh PNS,Keadaan

penduduk di Kecamatan Bontomanai berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Bontomanai KabupatenKepulauan Selayar

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase(%)12345

PetaniPedagangPNS/TNI/POLRITukang/BuruhPeternak

47586

142023175

83,776,777,411,591,06

Total 2287 100Sumber : Kecamatan Bontomanai 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terdata memiliki

pekerjaan tetap sebanyak 2287 kepala rumah tangga, yang terdiri dari petani 475

orang (83,77 %), pedagang 86 orang (6,77 %), PNS/TNI/POLRI 1420 orang

(7,41 %), tukang/buruh 231 orang (1,59 %) dan lainnya 75 orang (1,06%)

dengan berbagai profesi.

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah tiga orang peternak ayam broiler,

dua orang bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul) dan satu orang yang

bermitra dengan perusahaan. Adapun penjelasan lebih lanjut dari responden

tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4. Identitas Responden

No Nama JenisKelamin

Umur(tahun)

PendidikanTerakhir

Lamabeternak(tahun)

Populasiternak ayam

(ekor)1 Saiyed

MurtalakL 41 S1 10 1500

2 Zainal L 36 SMA 6 500

3 H.Syaripuddin L 39 SMP 6 1000

Sumber : Kecamatan Bontomanai 2014

Tabel 4 menunjukkan peternak yang bermitra dengan perusahaan

perseorangan (bakul) ada 2 orang dan yang bermitra dengan perussahaan 1 orang.

Nama saiyed Murtalak, jenis kelamin laki-laki, umur 41 tahun, pendidikan

terakhir S1, lama betrnak 10 tahun dengan jumlah populasi 500 ekor bermitra

dengan perusahaan perseorangan (bakul). Nama Zainal, jenis kelamin laki-laki,

umur 36 tahun, pendidikan terakhir SMA, lama beternak 6 tahun, jumlah populasi

1000 ekor juga bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul). Sedangkan

H.Syaripuddin, jenis kelamin laki-laki, umur 39 tahun, pendidikan terakhir SMP,

lama beternak 6 tahun dengan jumlah populasi 1500 ekor, bermitra dengan

perusahaan.

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

29

5.2. Gambaran Pola Kemitraan

Salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mencoba

menjelaskan perbedaan pola kemitraan yang dilakukan oleh peternak ayam broiler

di Kecamatan Bontomanai.Sejak tahun 2003 peternak ayam broiler di kecamatan

tersebut telah mengenal dua bentuk kemitraan yang berbeda, selanjutnya masing-

masing akan dijelaskan secara lebih rinci berdasarkan hasil wawancara dengan

peternak yang berbeda.

Bentuk kemitraan dengan perusahaan perseorangan (bakul) merupakan

kemitraan yang lebih awal dikenal oleh masyarakat (peternak) pada lokasi

tersebut ataupun kabupaten kepulauan selayar secara umum. Pola yang berlaku

antara peternak dengan perusahaan yakni:

a. Awal kerjasama yang dilakukan tidak menggunakan perjanjian secara

tertulis, namun mengharuskan penggunaan jaminan berupa uang

RP.1.000.000/ boks DOC. Perusahaan mitra hanya mampu menyediakan

maksimal 10 boks DOC dikarenakan kekhawatiran resiko kerugian besar.

b. Saat berlangsungnya pemeliharaan pihak perusahaan tidak melakukan

pengawasan (intensif) dan pembinaan budidaya kepada peternak.

c. Resiko kerugiaan atas kegagalan pemeliharaan atau panen ditanggung

secara sepihak kepada peternak.

d. Penyediaan sapronak dilakukan oleh pihak perusahaan dengan menunggu

permintaan dari pihak peternak.

e. Hasil produksi hanya dapat dipasarkan oleh pihak perusahaan yang juga

sebagai pedagang pengumpul (bakul)

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

30

f. Harga penjualan tersebut dihargai sesuai dengan harga dipasaran

g. Semua biaya yang dikeluarkan(ditanggung) oleh perusahaan selama

pemeliharaan dibayar setelah panen dengan memotong dari hsil

penjualan.

h. Pengembalian uang jaminan (awal) pada saat pembayaran pendapatan

peternak.

Bentuk kemitraan dengan perusahaan (inti) pada lokasi tersebut

diperkenalkan oleh perusaan CELEBES (inti) diperkenalkan pada tahun 2003

yang hingga sat ini telah menyusul masuknya tiga perusahaan mitra lainnya antara

lain :

Secara umum pola yang berlaku dari bentuk kemitran dengan perusahaan mitra

(inti) yaitu:

a. Penawaran dan penyepakatan kontrak/perjanjian kerjasama secara tertulis

oleh perusahaan kepada peternak.

b. Kesepakatan atas penentuan harga kontrak oleh perusahaan yang berupa

sapronak (DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin) selanjutnya kontrak harga

jual ayam hidup dan berbagai bonus atas prestasi peternak.

c. Penyediaan jasa penyuluh oleh pihak perusahaan yang berperan untuk

mengontrol, mengawasi , dan membina peternak

d. Hasil penjualan dan tambahan bonus secara langsung akan mendapat

potongan berdasarkan semua biaya sapronak pada saat pemeliharaan yang

kemudian menjadi pendapatan peternak.

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

31

e. Pemasaran hasil panen (ayam hidup)meruapan hak sepenuhnya pihak

perusahaa

f. Resiko kegagalan perusahaan dan panen akan mendapat keringanan oleh

perusahaan berupa uang atas biaya persiapan kandang

Dengan melihat perbedaan pola tersebut dapat dilihat kedua pola tersebut

sangat jauh berbeda mulai dari awal kerjasama, pengawasan, resiko kerugian

sampai penyediaan sapronak.

Hal ini sesui dengan pendapat Sumardjo (2004) ada beberapa jenis pola

kemitraan yang telah banyak dilaksanakan yaitu :

a. Pola inti plasma, merupakan hubungan kemitraan antara peternak mandiri

sebagai inti dengan peternak kecil yang disebut dengan peternak plasma.

b. Poloa sub kontrak, merupakan hubungan kemmitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya kelompok mitra

memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian

dari produksinya.

c. Pola dagang umum, merupakan hubungan kermitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra

memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra

memasok kebutuhan yang diperlukan perusahhan mitra.

d. Pola keagengan, merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya

kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa

usaha perusahaan mitra.

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

32

Pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), merupakan hubungan

kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan

tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal atau

sarana lainnya untuk mengusahakan suatu komoditi.

5.3. Pendapatan

5.3.1 Biaya Produksi

Untuk mengetahui biaya produksi maka dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 5. Biaya Produksi

Biaya Produksi

Biaya Tetap Biaya Variabel

a. Penyusutan Kandang a. Bibit (DOC)

b. Penyusutan Peralatan b. Pakan

c. Pajak Bumi dan Bangunan c. Vaksin dan obat-obatan

d. Listrik

e. Tenaga Kerja

Sumber : Kecamatan Bontomanai 2014

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga

yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya,

apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya

operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Pada saat

produksi dimulai maka saat itu pula peternak akan mengeluarkan biaya produksi.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Rasyaf (1995) bahwa sejak

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

33

awal anak ayam masuk sebagai tanda dimulainya kegiatan produksi dikandang

yang bersangkutan maka saat itu pula biaya produksi di kandang tersebut mulai

sudah terbentuk. Biaya produksi dapat digolonngakan dalam biaya tetap dan biaya

tidak tetap. Biaya tetap adalah biayaya yang jumlahnya tetap dan tidak tergantung

pada besar kecilnya jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang

berubah ubah mengikuti besar kecilnya volume produksi, misalnya pengeluaran

untuk sarana produksi biaya pngadaan bibit, pupuk, obat-obatan, pakan dan lain

sebagainya (Soekartawi,2006).

Adapun biaya produksi pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut :

5.3.1.1 Biaya Tetap (FC)

Biaya tetap adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi dan tidak

berubah meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya

penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan,tempat minum

dan lain-lain), penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya

dan biaya lain-lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2001), bahwa

biaya tetap dalam usaha peternak ayam ras petelur adalah biaya tetap yang terlibat

dalam proses produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah daging

yang dihasilkan.

1. Biaya Penyusutan Kandang

Biaya penyusutan kandang merupakan komponen biaya tetap tertinggi

yang dikeluarkan peternak selama produksi. Perhitungan nilai penyusutan

kandang dilakukan dengan membagi biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

34

kandang dengan periode pemakaian kan dang tersebut. Adapun biaya penyusutan

kandang pada peternak ayam broiler pada pola kemitraan yang berbeda di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya penyusutan kandang peternak ayam broiler pada pola kemitraanyang berbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kemitraan

Skala

Usaha

(ekor)

Lama

Pemakaian

(periode)

Biaya Penyusutan

Kandang

(Rp/periode)

1.

Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1 500 8 122.656

Bakul 2 1000 8 386.718

2. Kemitraan Perusahaan 1500 8 468.750

Primer yang telah Diolah 2014

Tabel 6 menunjukkan biaya penyusutan kandang pada peternak dengan

pola kemitraan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500 memiliki biaya

penyusutan kandanng Rp122.656./periode, sedangkan skala usaha 1.000 memiliki

biaya penyusutan Rp.386718/periode. Lama pemakaian dari kandang tersebut

adalah 8 tahun atau sekitar 64 periode. Sedangkan biaya penyusutan kandang pada

pola kemitraan perusahaan pada skala usaha 1.500 memiliki biaya penyusutan

Rp.468.750/periode. Adapun pemakaian kandang tersebut adalah 8 tahun atau

sekitar 64 periode. Biaya penyusutan kandang dihitung dengan biaya

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

35

menggunakan metode garis lurus yaitu dengan cara membagi biaya pembuatan

kandang dengan lama pemakaian.

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa penyusutan kandang yang

terbanyak adalah yang bermitra dengan perusahaan, dikarenakan kandang yang

bermitra dengan perusahaan harus memenuhi standar perusahaan, karena

dikhawatirkan ayam yang akan dikandangkan akan mengalami stres, pendapat ini

sesuai dengan pendapat Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) yang menyatakan

bahwa ukuran luas kandang tergantung dari kepadatan jumlah populasi ternak

yang dipelihara. Luas yang cukup bagi ayam untuk ruang geraknya maka tidak

akan terjadi saling patuk dan stres.

Disamping itu model kandang kedua pola tersebut berbeda dimana pola

yang bermitra dengan perseorangan model kandang mengikuti bentuk lahan atau

tidak sesuai dengan prosedur arah kandang yang baik sedangkan bentuk kandang

yang bermitra dengan perusahaan bentuknya memanjang dari arah timur ke barat

sesuai dengan prosedur kandang yang baik. Untuk ukuran populasi tiap

perseginya yang bermitra dengan perusahaan yaitu 4 x 4 meter untuk 100 ekor

populasi, sedangkan yang kemitraan perseorangan tidak memakai aturan seperti

kemitraan perusahaan.

2. Biaya Penyusutan Peralatan

Tidak hanya kandang yang mengalami penyusutan tetapi peralatan

kandang juga mengalami penyusutan seiring dengan berjalannya waktu,

penyusutan peralatan termasuk dalam biaya tetap karena nilai peralatan kandang

dari tahun ke tahun menyusut meskipun kandang di kosongkan. Adapun biaya

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

36

penyusutan peralatan pada peternak ayam broiler padapola kemitraan yang

berbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya penyusutan peralatan kandang pada peternak ayam broiler padapola kemitraan yang berbeda di Kecamatan Bontomanai KabupatenKepulauan Selayar

No Jenis

Kemitraan

Skala

Usaha

(ekor)

Lama

Pemakaian

(periode)

Biaya Total

Penyusutan Peralatan

Kandang (Rp/periode)

1. KemitraanPerseorangan

Bakul 1

Bakul 2

500

1000

8

8

Rp. 61.563

Rp. 123.125

2. Kemitraan perusahaan 1.500 8 Rp. 139.000

Sumber : Data Primer yang telah Diolah 2014

Tabel 7 menunjukkan bahwa biaya penyusutan peralatan kandang pada

peternak dengan pola kemitraan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500

memiliki biaya penyusutan peralatan Rp.61.563/periode, sedangkan sakala usaha

1.000 memiliki penyusutan Rp.123.125/periode. Lama pemakaian dari tersebut

adalah 4 tahun atau sekitar 32 periode. Sedangkan biaya penyusutan kandang pada

pola kemitraan perusahaan pada skala usaha 1.500 memiliki biaya penyusutan

Rp.139.000 /periode. Besar kecilnya biaya penyusutan peralatan kandang yang

ditanggung tiap periodenya dipengaruhi skala usaha. Besarnya nilai penyusutan

peralatan kandang diperoleh dari nilai investasi yang dikeluarkan di bagi dengan

masa pemakain.

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

37

Berdasarkan Tabel 7, biaya penyusutan peralatan kandang pada pola

kemitraan perseorangan lebih rendah dibandingkan yang bermitra dengan

perusahaan. Perbedaan tersebut dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki oleh

mitra perseorangan lebih kecil dibanding yang mitra perusahaan. Pendapat ini

sesuai dengan pendapat Cahyano (2004) yang menyatakan bahwa kebutuhan

tempat pakan dan minum tergantung dari jumlah ayam yang dipelihara dan umur

ayam. Pemeliharaan awal dengan jumlah ayam 500 ekor diperlukan tempat pakan

sejumlah 10 buah dan tempat minum sebanyak 12 buah, sedangkan pada

pemeliharaan akhir dengan jumlah ayam 500 ekor diperlukan tempat pakan 14

buah dan tempat minum 16 buah.

3. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak, bumi dan bangunan (PBB) termasuk dalam biaya tetap karena

peternak wajib membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) meskipun tidak ada

kegiatan produksi. Biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yaitu jumlah luas

kandang dibagi dengan luas lahan kandang dikali dengan jumlah pajak yang

dibayar. Adapun besarnya jumlah pajak bumi dan bangunan yang harus

dikeluarkan peternak di Kecamatan Bontomanai Kabupatan Kepulauan Selayar

dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

38

Tabel 8. Biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) pada peternak ayam broiler padapola kemitraan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis

Kemitraan

Skala

Usaha

(ekor)

Biaya

Pajak/Tahun

Biaya Pajak/

Periode

1. Kemitraan

Perseorangan

bakul 1

bakul 2

500

1000

9.800

15.000

1.225

1.8752. Kemitraan Perusahaan 1.500 75.000 9.375

Sumber : Data Primer yanng telah Diolah, 2014

Tabel 8 menunjukkan bahwa biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500 memiliki

biaya pajak Rp.1.225/periode. Sedangkan pada skala usaha 1.000 memiliki biaya

pajak Rp.1875/periodenya. Sedangkan biaya pajak bumi dan bangunan (PBB)

yang barmitra dengan perusahaan pada skala usaha 1.500 memiliki biaya pajak

Rp.93775/periodenya.

Berdasarkan tabel 8 tersebut biaya pajak bumi dan bangunan yang paling

tinggi adalah yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (bakul) dengan skala

1000 karena lahan yang digunakan hampir ½ dari luas lahan.

5.3.1.2 Biaya Variabel (VC)

Biaya variabel atau disebut dengan biaya tidak tetap biasa didefenisikan

sebagai biaya yang dikeluarkan atau ditanggungoleh peternak selaama masa

produksi yang besar kecilnya dipengaruhi oleh skala atau jumlah produksi.

Artinya bahwa semakin tinggi skala produksi maka akan semakin meningkat pula

biaya variabel yang harus ditanggung oleh peternak selama masa produksi

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

39

berlangsung.Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel (2000), bahwa biaya variabel

adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti besar kecilnya volume produksi,

misalnya pengeluaran sarana untuk produksi biaya pengadaan bibit,pupuk,obat-

obatan,pakan dan lain sebagainya.

Yang termasuk dalam komponen biaya variabel untuk usaha peternakan

ayam broiler yaitu bibit (DOC), biaya pakan, biaya vaksin obat-obatan, biaya

tenaga kerja, biaya listrik dan air dan biaya lain-lain yang dikeluarkan untuk

mendukung biaya operasional lainnya.

1. Biaya Bibit (DOC)

Bibit merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan, bibit ayam broiler yang

berkualitas baik yaitu bibit dengan produksi daging yang tinggi dengan konversi

pakan yang sedikit. Bibit ayam ras yang digunakan oleh peternak dikenal sebagai

DOC (day old chick) baik untuk ayam ras pedaging maupun ayam ras petelur.

Bibit ini umumnnya berasal dari ternak golongan commersial stock yang sudah

diketahui prestasinya dalam penyediaan bibit ayam yang bagus dimana bibit yang

bagus biasanya dapat diketahui dengan ciri-ciri berwarnah cerah, bersih atau tidak

cacat, pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rasyaf (2004) yang menyatakan

bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu anak ayam harus berasal dari induk

yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan; ukuran atau bobopt ayam yaitu

sekitar 35 sampai 40 gram; anak ayam memiliki mata yang cerah dan bercahaya,

aktif serta tampak tegar,tidak memperlihatkan cacat fisik seperti kaki bengkok,

mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat dan tidak ada lekatan

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

40

tinja di duburnya.Adapun rata-rata biaya bibit (DOC) peternakan di Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Bibit (DOC)

No Jenis

Kemitraan

Skala Usaha

(ekor)

Harga

(Rp/Ekor)

Total Biaya

(DOC)

1. Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1

Bakul 2

500

1000

Rp. 5.000

Rp. 5.000

Rp. 2.500.000

Rp. 5.000.000

2. Kemitraan

Perusahaan1.500 Rp.4.250 Rp. 6.375.000

Sumber : Data Primer yang telah diolah 2014

Tabel 9 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang bermitra

dengan perusahaan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500 yaitu total biaya

DOC Rp.2.500.000 dengan harga per ekornya Rp.5000, sedangkan skala usaha

1.000 total biaya DOC adalah Rp.5.000.000 dengan harga per ekornya Rp.5000.

sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang bermitra dengan

perusahann dengan skala usaha 1.500 yakni total biaya DOC Rp.6.375.000

dengan harga per ekornya Rp.4.250.

Berdasarkan tabel 9 tersebut dapat terlihat bahwa biaya DOC yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul) lebih mahaldibanding dengan

yang bermitra dengan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain harga bibit atau jumlah bibit yanng dibeli

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

41

2. Biaya Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya

laju pertumbuhan broiler. Dalam usaha perternakan ayam broiler, pakan ternak

memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup

usaha tersebut. Pakan merupakan hal yang sangat pentingdan lebih penting lagi

adalah harga daripakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2001),

yang yang menyatakan bahwa biaya variabel terdiri dari biaya bibit ayam yang

porsinya antara10-16% dari total biaya produksi, biaya kesehatan dalam kondisi

normal porsinya hanya 1-2%, serta biaya pakan yang porsinya 70-80% dari total

biaya produksi. Dengan demikian, keberadaan pakan sangat mempengaruhi

keberhasilan usaha perternakan ayam broiler.

Besarnya biaya pakan yang di keluarkan oleh peterak di Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Pakan Peternak Ayam Broiler Pada Pola Kemitraan yang

Berbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

No Jenis Kemitraan Skala

Usaha

(ekor)

Harga

(Rp/Karung)

Jumlah

Pemakaian

(Karung)

Total Biaya

Pakan

1. Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1

Baklul 2

500

1000

Rp. 340.000

Rp. 340.000

8

16

Rp.21.760.000

Rp.43.500.000

2. Kemitraan perusahaan 1.500 Rp.330.000 37 Rp.97.600.000

Sumber : Data primer yang telah diolah.2014

Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya pakan yang bermitra dengan

perusashaan perseorangan (bakul) pada skala 500 total biaya pakan yakni

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

42

Rp.21.760.000 dengan jumlah pemakaian 8 karung dan setiap karung itu

mempunyai harga Rp.340.000/karung. Sedangkan pada skala usaha 1.000 total

biaya pakan yaitu Rp.43.520.000 dengan jumlah pemakaian 16 karung dan harga

setiap karung tersebut adalah Rp.340.000/karung.biaya pakan yang bermitra

dengan perusahaan dengan skala 1.500 memiliki biaya pakan total Rp.97.600.000

dengan jumlah pemakaian 37 karung dan setiap karung itu mempunyai harga

Rp.330.000/karung.

Berdasarkan tabel 10 tersebut biaya yang paling tinggi adalah yang

bermitra dengan perusahan perseorangan (bakul) di karenakan jumlah pemakaian

dalam setiap periode banyak di bandingkan dengan yang bermitra dengan

perusahaan ini disebabkan perusahaan perseorangan ini membeli pakan dengan

eceran atau tidak dalam parti besar.

2. Biaya Vaksin dan obat-obatan

Untuk memperoleh hasil ayam broiler yang menguntungkan, maka salah

satu cara yang harus di lakukan dengan memperhatikan kondisi kesehatan ayam

yang di pelihara. pecahan secara cepat dan tepat dapat mennghindarkan

kemungkinan kemungkinan terserang penyakit bagi broiler.salah satu tindakan

pencegahan penyakit yangdilakukan yaitu melakukan vaksinasi guna menciptakan

kekebalam virus yang dapat menular. Besarnyabiaya vaksin dan obat-obatan yang

dikeluarkan perternakan pada Tabel 11.

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

43

Tabel 11. Biaya Vaksin dan Obat-Obatan Peternak Pada Pola Kemitraan yangBerbeda Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

No Jenis Kemitraan Skala Usaha Total

Biaya/periode

1. Kemitraan

Perseorangan

bakul 1

bakul 2

500

1.000

Rp.1.008.000

Rp.2.016.000

2. Kemitraan Perusahaan 1.500 Rp.2.758.400

Sumber :Data Primer yang telah diolah 2014

Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya vaksin dan obat-obatan pada pola

kemitraan perseorangan (bakul) pada skala 500 biaya totalnya Rp.1.008.000

sedangkan biaya vaksin dan obat-obatan pada skala 1.000 adalah senilai

Rp.2.016.000, sedangkan biaya vaksin dan obat-obatan pada pola kemitraan

perusahaan yaitu sebesar Rp.2.758.000

Berdasarkan tabel 11 tersebut biaya vaksin dan obat-obatan yang tertinggi

yaitu yang bermitra dengan perusahaan. Hal ini disebabkan yang bermitra dengan

perusahaan memilikki banyak macanm obat-obatan dibandingkan dengan yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul), disamping itu yang bermitra

dengan perusahaan memiliki sandar dan ketentuan dalam pemberian obat-obattan,

demi penanggaan penyakit untuk meningkatkan penghasilan. Senada dengan

pendapat tersebut Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pengobatan terhadap ayam

yang sakit dilakukan dengan pemberian obat sesui anjuran mantri hewan serta

melakukan isolasi terhadap ayam sakit dengan tujuan penularan penyakit. Nilai

mortalitas yang rendah secara tidak langsung akan menambah pendapatan namun

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

44

disisi lain hal tersebut perlu didukung penanganan penyakit yang juga menambah

biaya dalam produksi.

3. Biaya Listrik

Pada usaha peternak ayam broiler, kebutuhan listrik digunakan sebagai

penerangan serta menghangatkan tubuh ayam broiler pada malam hari saat udara

dingin dan juga penggerak dinamo untuk air. Listrik salah satu penunnjang

peningkatan produktivitas usaha peternakan. Besarnya biaya tergantung

pemakaian tiap bulannya. Adapun biaya listrik yang dikeluarkan peternak di

Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel

Tabel 12. Biaya Listrik Peternak Pada Pola Kemitraan yang Berbeda diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

No Jenis kemitraan Skala Usaha

(ekor)

Total Biaya Listrik

(Rp/periode)

1. Kemitraan

Perseorangan

(bakul)

Bakul 1

Bakul 2

500

1.000

Rp.14.000

Rp.21.000

2. Kemitraan Perusahaan 1.500 Rp.30.000

Sumber : Data Primer yang telah Diolah. 2014

Tabel 12 menunjukkan biaya listrik yang bermitra dengan perusahaan

perseorangan (bakul) dengan skala usaha 500 memiliki total biaya listrik adalah

Rp.14.000/bulannya. Sedangkan skala usaha 1.000 memiliki total biaya listrik

adalah Rp.21.000. sedangkan biaya listrik yang bermitra dengan perusahaan

dengan skala usaha 1.500 memiliki biayabtotal Rp.30.000/bulannya.

Berdasarkan tabel 12 tersebut biaya listrik yang bermitra dengan

perusahaan tinggi ini dikarenakan air yang digunakan untuk galong otomatis

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

45

memerlukan listrik untuk menggerakkanya, berbeda dengan yang bermitra dengan

perusahaan perseorangan (bakul) hanya mengambil air di sumur dan hanya pda

saat cuci kandang saja dia menggunakan air yang digerakkan oleh listrik.

4. Biaya Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga tenaga kerja pada usaha ternak ayam broiler juga penting.

Hal ini disebabkan karena pada usaha ternak ayam broiler tenaga kerja sibuk pada

waktu-waktu tertentu, yaitu pada saat pemberian pakan, membersihkan dan

pengawasan di malam hari jika perlu. Adapun biaya tenaga kerja yang di

keluarkan peternak di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Biaya Tenaga Kerja Peternak Pada Pola Kemitraan yang Berbeda diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar.

No Jenis kemitraan Skala Usaha

(ekor)

Total Biaya Tenaga Kerja

(Rp/periode)

1. Kemitraan

Perseorangan

(bakul)

500

1.000

Rp.480.000

Rp.480.000

2. Kemitraan

Perusahaan1.500 Rp.560.000

Sumber : Data Primer yang telah diolah. 2014

Tabel 13 menunjukkan biaya tenaga kerja pada pola kemitraan

perseorangan (bakul) dengan skala 500 adalah senilai Rp.480.000/periode, skala

1.000 sebesar Rp.480.000/periode. Sedangkan pada pola kemitraan perusahaan

sebesar Rp.560.000/periode.

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

46

5.3.1.3 Total Biaya (TC)

Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang di keluarkan oleh peternak

ayam ras pedaging selama proses produksi (satu periode). Biaya ini merupakan

hasil penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel selama satu periode.

Hal ini disesuai dengan pendapat Swastha dan Skutjo (1997), yang menyatakan

bahwa biaya total adalah seluruh biaya yang di keluarkan oleh perusahaan untuk

proses produksi atau dengan kaya lain biaya total merupakan jumlah dari biaya

variabel dan biaya tetap.

Adapun total biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak di Kecamatan

Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 14 :

Tabel 14. Biaya Total peternak pada pola kemitraan yang berbeda di KecamatanBontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kemitraan

Skala

Usaha

(ekor)

Total Biaya

Tetap

(Rp/periode)

Total Biaya

Variabel

(Rp/periode)

Total Biaya

(Rp/Periode)

1 Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1

Bakul 2

500

1.000

194.017

514.843

25.002.000

51.013.000

25.195.017

51.551.843

2 Kemitraan Perusahaan 1.500 682.750 107.403.000 108.085.750

Sumber data primer yang telah diolah 2014

Tabel 14 menunjukkan bahwa total biaya produksi tersebut biaya variabel

merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan oleh peternak dalam masa satu

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

47

periode produksi dibandingkan dengan biaya tetap. Biaya variabel merupakan

komponen biaya terbesar karena berkaitan dengan jumlah skala usaha atau jumlah

ternak yang dipelihara peternak dimana semakin tinggi jumlah ternak makin

tinggi juga biaya variabel yang dikeluarkan.

5.4. Penerimaan Hasil Produksi

Penerimaan dari usaha ayam pedaging diperoleh dari penjualan daging,

penjualan fases dan penjualan karung pakan. Menurut Himawti (2006) bahwa

penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi dengan

sebagai berikut TR=Pq x Q, dimana TR adalah total revenu, Pq adalah harga per

satuan unit dan Q, adalah total produksi.

Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain, maka

di peroleh sejumlah uang sebagai produksi yang terjual tersebut. Besar atau

kecilnya uang di peroleh tergantung dari pada jumlah barang dan nilai barang

yang di jual. Barang yang di jual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi

penawaran atau produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual di kalikan dengan

harga yang di tawarkan merupakan jumlah uang yang di terima sebagai ganti

produk peternakan yang di jual inilah yang dinamakan penerimaan (Rasyaf,

2002).Pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Bontomanai Kabupaten

Kepulauan Selayar sumber penerimaan peternak berasal dari 3 komponen yaitu :

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

48

1. Penjualan Daging/Ayam

Ayam broiler memliki pertumbuhan yang sangat pesat pada umur 1-5

minggu atau kurang dari 1 bulan dan sudah dapat di pasarkan pada umur 5-6

minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,7 kg. Adapun besarnya penerimaan yang

di dapatkan peternak dari penjualan daging/ayam di Kecamatan Bontomanai

kabupaten kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Penerimaan Hasil Penjualan Daging Ayam Peternak pada PolaKemitraan yang berbeda di Kecamatan Bontomanani KabupatenKepulauan Selayar.

No Jenis kemitraan

Skala

Usaha

(ekor)

Ayam

yang

Dijual

(kg)

Harga

(Rp/Kg)

Total

Penerimaan

(Rp/Periode)

1.Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1

Bakul 2

500

1.000

829

1.527

Rp.30.000

Rp.30.000

199.920.000

338.560.0002. Kemitraan Perusahaan 1.500 2.410 Rp.25.000 485.220.000

Sumber : Data Primer yang Telah Diolah. 2014

Tabel 15 Merupakan penerimaan hasil penjualan daging /ayam yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500 yakni

Rp.199.920.000 sedangkan pada skala usaha 1000 yakni Rp.338.560.000 dengan

harga perkilonya yakni Rp. 30.000/Kg. Sedangkan penerimaan hasil penjualan

daging/ ayam yang bermitra dengan perusahaan dengan skala usaha 1500

memperoleh penerimaan sebesar Rp. 485.220.000 dengan harga perkilonya

Rp.25.000/Kg.

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

49

Berdasarkan tabel 15 tersebut bahwa hasil penjualan daging/ayam

merupakan kommponen terbesar dalam penerimaan, sehingga hasil dari penjuala

dapat menekan biaya produksi agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal

sesuai apa yang diharapkan peternak.

2. Penjualan Feses

Selain penjualan daging ayam komponen penerimaan lainnya yang di

dapatkan peternak dari usaha peternakan broiler adalah penjualan sisa makanan

yang tidak diceerna oleh ternak dalam bentuk fases, pejualan fases di lakukan tiap

periodenya dalam per karung. Adapun besarnya penerimaan yang didapat petrnak

dari penjualan fases di Kecamatan Bontomanai kabupaten kepulauan Selayar

dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penerimaan hasil penjualan feses peternak pada pola kemitraan yangberbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kemitraan Skala

Usaha

(ekor)

Feses

yang

Dijual

(karung)

Harga

(Rp/Karung)

Total

Penerimaan

(Rp/Karung)

1 Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1

Bakul 2

500

1.000

10

22

Rp.10.000

Rp.10.000

Rp.800.000

Rp.1.760.000

2 Kemitraan Perusahaan 1.500 31 Rp.10.000 Rp.2.480.000

Sumber : Data Primer yang telah Diolah. 2014

Tabel 16 menunjukkan penerimaan hasil penjualan feses yang bermitra

dengan perusahaan (bakul) pada skala usaha 500 yakni Rp.800.000 Sedangkan

pada skala usaha 1.000 yaitu Rp.1.760.000dengan harga per karungnya yakni

Rp.10.000/karungnya. Sedangkan yang penerimaan hasil penjualan daging/ayam

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

50

yang bermitra dengan perusahaan dengan skala 1.500 memperoleh penerimaan

sebesar Rp.2.480.000 dengan harga per karungnya Rp.10.000/karungnya. Feses

yang dihasilkan oleh ayam biasanya dijual ke petani untuk dimnfaatkan sebagai

pupuk kandang untuk tanaman

3. Penjualan Karung Pakan

Selain penjualan daging/ayam dan fases komponen penerimaan lainnya

yang masih baru yakni penjualan karung pakan yang di lakukan tiap periodenya.

Adapun besarnya penerimaan yang didapatkan peternak dari penjualan karung

pakan di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada

Tabel 17.

Tabel 17. Penerimaan Hasil penjualan karung pakan peternak pada pola kemitraanyang berbeda di Kecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis kemitraan Skala

usaha

(ekor)

Karung

yang

dijual

(unit)

Harga

(Rp/Karung)

Total

Penerimaan

(Rp/Periode)

1. Kemitraan

perusahaan

Bakul 1

Bakul 2

500

1.000

26

45

Rp.2.500

Rp.2.500

Rp.160.000

Rp.320.000

2. Kemitraan perusahaan 1.500 83 Rp.2.500 Rp.740.000

Sumber : Data Primer yang telah Diolah. 2014

Tabel 17 menunjukkan penerimaan hasi penjualan karung pakan yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul) pada skala usaha 500 yakni

Rp.160.000 sedangkan pada skala usaha 1.000 yaitu Rp.320.000 dengan harga per

karungnya yakni Rp.2.500/karungnya. Sedangkan yang penerimaan hasil

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

51

penjualan daging/ayam yang bermitra dengan perusahaan dengan skala 1.500

memperoleh penerimaan sebesar Rp.740.000 dengan harga per karungnya

Rp.2.500/karung. Karung pakan yang dihasilkan biasanya dijual ke petani sawah

untuk dimanfaatkan sebagai tempat beras atau gabah.

5.4.1 Total penerimaan (TR)

Total penerimaan merupakan penjumlahan komponen penerimaan hasil

produksi dinyatakan dalam bentuk rupiah yaitu penjualan daging/ayam, penjualan

fases dan penjualan karung pakan. Adapun total penerimaan yang di dapatkan

peternak di Kecamatan Bontomanai kabupaten kepulauan Selayar dapat di lihat

pada Tabel 18.

Tabel 18. Total Penerimaan Peternak pada Pola Kemitraan yang Berbeda diKecamatan Bontomanai Kabupaten Keepulauan Selayar

Sumber data primer yang telah diolah 2014

Tabel 18 menunjukkan total penerimaan dari semua komponen yang

bermitra dengan perusahaan perseorangan pada skala usaha 500 yakni

Rp.199.920.000 sedangkan pada skala usaha 1.000 total penerimaannya adalah

Rp.338.560.000 sedangkan yang bermitra dengan perusahaan total penerimaanya

adalah Rp.485.220.000.

No

Jenis kemitraan

Skala

usaha

(Ekor)

Sumber penerimaan (Rp)Total (Rp)

Daging/

ayamFeses

Karung

pakan

1. Kemitraan

perseorangan

Bakul 1500 196.960.000 800.000 160.000 199.920.000

Bakul 2 1000 336.480.000 1.760.000 320.000 338.560.000

2. Kemitraan perusahaan 1.500 482.000.000 2.480.000 740.000 485.220.000

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

52

Berdasarkan tabel 18 tersebut komponen penerimaan usaha peternakan

ayam, penjualan fases dan penjualan karung pakan. Dari tabel tersebut juga di

lihat sumber penerimaan daging/ayam yang paling besar memperoleh penerimaan

adalah dari penjualan daging ayam.

5.5. Pendapatan Penternak

Pendapatan atau keuntungan merupakan tujuan setiap jenis usaha.

Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha

lebih besar dari pada julah pengeluarannya. Semakin tinggi selisih tersebu,

semakin mmeningkat keuntungan yang dapat diperoleh. Bisa diartikan pula bahwa

secara ekonomi usaha tersebut layak dipertahankan atau di lanjutkan.

Jika situainya terbalik, usaha tersebut mengalmi kerugian dan secara

ekonomis sudah tidak layak di lanjutkan. Hal inin sesuai dengan pendapat

Soekartawi (2002), yang menyatakan bahwa pendapatan (keuntungan) adalah

selisih antara penerimaan dengan semua biaya.

Adapun besarnya pendapatan peternak di Kecamatan Bontomanai

Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilihat pada Tabel 19

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

53

Tabel 19. Total pendapatan peternak pada pola kemitraan yang berbeda diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kemitraan

Skala

usaha

(ekor)

Total

penerimaan

(TR)

(Rp/Periode)

Total Biaya

(TC)

(Rp/Periode)

Total

pendapatan

(Pd)

(Rp/Periode)

1. Kemitraan

perseorang

an (bakul)

Bakul 1 500 199.920.000 25.196.017 174.723.983

Bakul 2 1000 338.560.000 51.551.843 287.008.157

2. Kemitraan perusahaan 1500 480.220.000 108.085.750 337.134.250

Hal ini sejalan dengan pendaapat Gusasi dan Saade (2006) bahwa

perbedaan pendapatan pada setiap tingkatan skala usaha sangat nyata sehingga

manfat dan keuntungan dapat diperoleh pada skala usaha yang lebih besar.

Dari data tersebut rata-rata pendapatan per ekor dari dua pola kemitraan

berbeda ini adalah sebagai berikut :

Tabel 20. Total pendapatan peternak pada pola kemitraan yang berbeda diKecamatan Bontomanai Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis KemitraanSkala Usaha

(ekor)Total Pendapatan

1 Kemitraan

Perseorangan

Bakul 1 500 174.723.983

Bakul 2 1.000 287.008.157

2 Kemitraan Perusahaan 1.500 337.134.250

Sumber : Data Primer yang telah Diolah, 2014

Dari Tabel 20 diatas menunjukkan pendapatan yang tinggi adalah peternak

yang bermitra dengan perusahaan skala usaha 1.500 dengan pendapatan

Rp.337.134.250/ekor, sedangkan yang bermitra dengan perusahaan perseorangan

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

54

(bakul) skala 500 memperoleh pendapatan Rp.174.723.000,sakala 1000

memperoleh pendapatan Rp. 337.134.250/ekor. Jadi kemitraan perseorangan atau

(bakul) dengan skala 500 dan 1000 ekor memiliki selisih pendapatan sebanyak

Rp. 112.284.174 sedangkan skala 1000 dan 1500 ekor memiliki selisih sebanyak

Rp.50.126.093/ekor.

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

55

VI KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

a. Pola kerjasama antara peternak dengan kemitraan perseorangan

(bakul) wajib memberikan uang jaminan tanpa kontrak tertulis

sedangkan peternak yang bermitra dengan perusahaan tidak

memberikan uang jaminan namun terdapat kesepakatan kontrak yang

bersifat tertulis.

b. Pendapatan peternak yang bermitra dengan perusahaan cenderung

lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak yang bermitra dengan

kemitraan perseorangan (bakul).

4.2 Saran

Peternak yang mengikuti kemitraan perseorangan (bakul) agar dapat

mempertimbangkan tawaran kemitraan oleh perusahaan yang berdasarkan

pola dan pendapatannya lebih menguntungkan.

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2012. Profil Pangan dan Pertanian. diakses 25 Januari 2013.

Cahyono, B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV Aneka. Yogyakarta2004. CaraMeningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). PustakaNusatama. Yogyakarta

Gusasi. A dan Saade. M.A 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Ternak AyamPotong pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Agrisistem, Juni 2006 Vol 2 No.1

Himawati, D. 2006. Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam PedagingKabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Hardjosworo, P. S. dan Rukmiasih, M. S. 2000. Meningkatkan Produksi Daging.Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Maulana, M.L. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pdaging PolaKemitraan Inti Plasma. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mutidjo,B.A. 1994. Usaha Peternakan Ayam Broiler. PenerbitKanisius,yogyakartaa

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.2002. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.2001. Pengolahan Produksi Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta

Salam, T dkk. 2006. Analisis Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler PolaKemitraan, Jurnal Agrisistem, Juni 2006 Vol 2 No.1

Saragih B. 2000. Agrbisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda,Bogor.

Suharno, B. 2003. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penerbit Penebar Swadaya,Jakarta

Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian EdisiRevisi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumardjo, J. Sukalaksana dan W. A. Darmono. 2004. Teori dan PraktikKemitraan Agribisnis. Penerbit Swadaya, Jakarta

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Swastha dan Sukotjo. 1997. Pengantar Bisnis Modern. Penerbit Liberty,Yogyakarta.

Tohar, M. 2002. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Yunus, M dkk. 2007. Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus PadaUsaha Peternakan Ayam Broiler di Kelurahan Borongloe, KecamatanBontomaranno, Kabupaten Gowa ) Jurnal Agrisistem,juli 2007,Vol 3 No.1

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 1 : Keadaan Umum Respoden

Nama JenisKelamin

Umur(tahun)

Pendidikanterakhir pekerjaan Alamat

(Desa)

Lamabeternak(tahun)

Populasi(ekor) Jenis Mitra

Saiyed Murtalak L 41 S1 Peternak Parak 10 1.500 KemitraanPerusahaan

Zinal L 36 SMA Peternak Parak 6 500Kemitraanperseoranganbakul 1

H. Syaripuddin L 39 SMA Peternak Barugaia 6 1.000Kemitraanperseoranganbakul 2

Lampiran 2 : Penyusutan KandangTabel penyusutan kandang untuk yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (bakul)

No Skala Usaha Biaya PembuatanKandang (Rp)

LamaPemakaian

(tahun)

Periodepertahun Biaya Penyusutan Kandang

(periode/Rp)

1 500 7.850.000 8 64 122.656

2 1000 24.750.000 8 64 386.718Tabel penyusutan kandang untuk yang bermitra dengan perusahaan

No Skala Usaha Biaya Pembuatan Kandang(Rp)

LamaPemakaian

(tahun)

Periodepertahun

Biaya Penyusutan Kandang(periode/Rp)

1 1.500 30.000.000 8 64 468.750

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 3 : Penyusutan Peralatan

Tabel penyusutan peralatan yang bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul)

No Skalausaha

JenisPeralatan

Jumlah(Unit)

Harga(Rp)/Unit

Harga Awal(Rp) Periode Harga

(Rp)/unitHarga

Akhir (Rp)Biaya

Penyusutan(Rp)/Periode

1 500 TempatMinum 10 21.000 210.000 8 2.500 25.000 23.125

TempatPakan 15 23.000 345.000 8 2.500 37.500 38.438

2 1000 TempatMinum 20 21.000 420.000 8 2.500 50.000 46.250

TempatPakan 30 23.000 690.000 8 2.500 75.000 76.875

Tabel Penyusutan Untuk yang Bermitra dengan Perusahaan

No Skalausaha

JenisPeralatan

Jumlah(Unit)

Harga(Rp)/Unit

Harga Awal(Rp) Periode Harga

(Rp)/unitHarga

Akhir (Rp)Biaya

Penyusutan(Rp)/Periode

1 1500 TempatMinum 16 21.000 336.000 8 2.500 40.000 37.000

TempatMakan 40 23.000 920.000 8 2.500 100.000 102.000

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 4 : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

No Jenis Kemitraan Luas Kandang(meter) Skala Usaha Pajak (Rp)

1 Kemitraan PerseoranganBakul

Bakul 1 50 500 9.800Bakul 2 120 1000 15.000

2 Kemitraan Perusahaan 192 1500 75.000

LAMPIRAN 5 : Biaya Bibit DOC

Tabel biaya bibit DOC yang bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul)

No Skala Usaha Harga(Rp)/ekor

Harga Total(Rp)

1 500 5.000 2.500.000

2 1000 5.000 5.000.0000

Tabel biaya bibit DOC yang bermitra dengan Perusahaan

No Skala Usaha Harga(Rp)/ekor

Harga Total(Rp)

1 1500 4.250 6.375.000

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 6 : Biaya Pakan

Biaya pakan yang bermitra dengan kemitraan perseorangan (bakul)

No Skala Usaha Merek JumlahPakan(Karung)

Harga(Rp)/Karung

Harga Total(Rp)

1 500 BP 11 8 340.000 21.760.0002 1000 BP11 16 340.000 43.520.000

Tabel biaya pakan yang bermitra dengan perusahaan

No Skala Usaha Merek JumlahPakan(Karung)

Harga(Rp)/Karung

Harga Total(Rp)

1 1500 s10 16 330.000 42.240.000s11 10 330.000 26.400.000s12 11 330.000 29.040.000

97.680.000

Lampiran 7 : Biaya vaksin dan obat-obatan

Tabel Biaya vaksin dan obat-obatan yang bermitra dengan perusahaan perseorangan (bakul)

No Skala Usaha Merek Jumlah(Unit)

Jumlah(Periode)

Harga(Rp)/Unit

Harga Total(Rp)

1 500 Vitachick 3 8 17.000 408.000Vitastress 3 8 17.000 408.000

ND Lasota 1 8 24.000 192.0001.008.000

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

2 1000 Vitachick 6 8 17.000 816.000Vitastress 6 8 17.000 816.000

NDLasota 2 8 24.000 384.000

2.016.000

Tabel biaya vaksin dan obat-obatan yang bermitra dengan perusahaan

No Skala Usaha Merek Jumlah (unit)Jumlah

(periode) Harga (Rp)/unit Harga Total (Rp)

1 1500 Anasol 2 8 12.400 198.400

Collie Am 1 8 42.000 336.000

Orange 1 8 100.000 800.000

Virukil 1 8 120.000 960.000

ND Lassota 1 8 24.000 192.000

Susu Skim 1 8 34.000 272.000

2.758.400

Page 76: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 8 :Biaya Listrik (Biaya Variabel)

NO Jenis Kemitraan Skala Usaha Biaya Listrik(Rp/Bulan)

1 Kemitraanperseorangan

Bakul 1 500 14.000Bakul 2 1000 21.000

2 Kemitraan perusahaan 1500 30.000

Lampiran 9 : Biaya Tenaga Kerja (Biaya Variabel)

No Jenis Kemitraan Skala Usaha Jumlah TenagaKerja Upah/hari Biaya Tenaga Kerja

1 Kemitraanperseorangan

Bakul 1 500 2 12.000 480.000Bakul 2 1000 2 12.000 480.000

2 Kemitraan perusahaan 1500 2 14.000 560.000

Lampiran 10 : Total Biaya

No Jenis Kemitraan Skala Usaha(Ekor)

Total Biaya Tetap(Rp/Periode)

Total Biaya Variabel(Rp/Periode)

Total Biaya(Rp/Periode)

1 KemitraanPerseorangan

Bakul 1 500 194.017 25.002.000 25.196.017Bakul 2 1000 514.843 51.037.000 51.551.843

2 Kemitraan Perusahaan 1500 682.750 107.403.000 108.085.750

Page 77: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Lampiran 11 : Penerimaan

Lampiran 12 : Pendapatan

SkalaUsaha

Total penerimaan (TR)(Rp/Periode)

Total Biaya (TC)(Rp/Periode)

Total Pendapatan (Td)(Rp/ Periode)

500 199.920.000 25.196.017 174.723.9831000 338.560.000 51.551.843 287.008.1571500 485.220.000 108.085.750 337.134.250

No JenisKemitraan

SkalaUsaha(ekor)

PenjualanAyam(Kg)

Harga(Rp/Kg)

TotalPenerimaanAyam (Rp/

periode)

PenjualanFeses(karung)

Harga(Rp/Kg)

TotalPenerimaanFeses(Rp/periode)

PenjualanKarungPakan(buah)

Harga(Rp/kg)

TotalPenerimaankarung (Rp/

Periode)

TotalPenerimaan

usaha(Rp/Periode)

1 KemitraanPerseorangan

500 829 30.000 198.960.000 10 10000 800.000 8 2500 160.000 199.920.0001000 1527 30.000 336.480.000 22 10000 1.760.000 16 2500 320.000 338.560.000

2 Kemitraanperusahaan 1500 2410 25.000 482.000.000 31 10000 2.480.000 37 2500 740.000 485.220.000

Page 78: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

PETA LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian DesaParak KecamatanBontomanai KabupatenKepulauan Selayar

Page 79: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

LAMPIRAN DOKUMENTASI PENELITIAN

(a)

(b)

Gambar (a) dan (b) pengambilan data responden

Page 80: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

Gambar 1 Kandang ayam broiler

Gambar 2 Jenis ayam broiler yang dipelihara

Page 81: ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PADA POLA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dodak jampea Kabupaten

Kepulauan Selayar pada tanggal 23 April 1993, Penulis

merupakan putri tunggal dari ayah Muhammad Dahlan dan

Ibu Nur Wisama, S.Pd. Tahun 2005 tamat pada Sekolah

Dasar Negeri 63 Dodak Jampea, tahun 2008 tamat pada

Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Benteng Selayar. Pada tahun 2011 tamat

pada Sekolah Madrasah Aliya (MAN) Negeri Benteng Selayar. Tahun 2011

melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Jurusan

Agribisnis.