Upload
others
View
19
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PENGARUH ELEMEN-ELEMEN
BRAND EQUITY TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN SURAT KABAR HARIAN SUARA
MERDEKA ( Studi pada Pembeli Surat Kabar Harian Suara Merdeka di Semarang )
Nama : Ema Fitria
Dosen Pembimbing : Imroatul Khasanah,SE., MM
ABSTRACT
This research is motivated by increasingly tight competition in the
purchase of services in particular this tutoring at the institution. Based on data on
the number of student Prima Mandiri Magelang from year to year 2007/2008 to
2009/2010, the fluctuations seen the number of students who participate in the
tutoring. Tutoring institutions that can offer advantages over existing attractions
will be able to influence consumer attitudes, which in turn will encourage the
willingness of consumers to use their services. The problem of this research is
"what factors are that can increase the purchasing decision by consumers on
educational institutions Prima Mandiri Magelang?". This study specifically tested
the four variables of facility, quality of service, location, and word of mouth. The
purpose of this study is to analyze the influence of four variables on the decision
to purchase tutoring services.
After a review of the literature and formulation of hypotheses, data were
collected through questionnaire method for 79 students of educational institutions
Prima Mandiri Magelang obtained using systematic sampling technique. Then
performed an analysis of the data obtained by using multiple regression
2
analysis. This analysis includes: testing the validity and reliability, the classic
assumption test, multiple regression analysis, hypothesis testing by t test and F
test, and analysis of the coefficient of determination (R 2). From the analysis of the
obtained regression equation:
Y = 0,241 X1 + 0,334 X2 + 0,259 X3 + 0,177X4
Buying decision variables (Y), facilities (X 1), quality of service (X 2), location
(X 3), and Word of mouth (X 4). Testing the hypothesis using the t test showed that
the four independent variables studied proved to be significantly affect the
dependent variable purchasing decisions. Then the F test can be seen that the
variables of facility, quality of service, location and Word of mouth is worth to
test the dependent variable purchasing decisions. Figures Adjusted R Square of
0.593 indicate that 59.3 percent of purchase decisions variation can be explained
by four independent variables in the equation regression. While the other 40.7
percent is explained by other variables outside of the four variables used in this
study.
Keywords: purchasing decisions, facilities, quality of service, location, Word of
mouth.
3
PENDAHULUAN
Pentingnya sebuah informasi menjadikan media massa sebagai salah satu
kebutuhan penting bagi masyarakat pada umumnya. Salah satu bentuk media
informasi yang dikenal dan melekat pada masyarakat adalah surat kabar. Seiring
dengan perkembangan teknologi, peranan surat kabar semakin tergeser oleh media
elektronik seperti internet, radio, dan TV. Internet untuk kalangan terbatas yang
lebih suka paperless. Namun karena surat kabar telah melekat pada jiwa
masyarakat sebagai suatu kebutuhan yang susah untuk tergantikan, keberadaan
surat kabar yang dapat menyajikan berita yang selalu update, akurat, dan dapat
dipercaya selalu dinanti masyarakat. Bahkan perkembangan perusahaan surat
kabar di Indonesia tetap meningkat, ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan
yang berlomba-lomba untuk melakukan promosi, differensiasi, dan berbagai
perubahan internal maupun eksternal perusahaan untuk menarik minat konsumen
dan meningkatkan penjualannya. Bahkan beberapa tahun belakangan ini, banyak
merek-merek baru mulai bermunculan untuk meramaikan persaingan usaha di
bidang media massa.
Di Indonesia terdapat berbagai macam merek surat kabar yang tersebar di
berbagai penjuru kota. PT. Suara Merdeka Press merupakan salah satu dari
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang media massa. Produk yang
dihasilkan dari perusahaan yang telah eksis dari tahun 1950 ini berbagai macam,
salah satunya adalah surat kabar Harian Suara Merdeka. Pergerakan dan pasar dari
Suara Merdeka meliputi wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Harian lokal
terbatas pada wilayah daerahnya, namun biasanya mempunyai kesadaran
branding yang cukup kuat di pikiran masyarakat.
Sejauh ini Suara Merdeka masih menempati posisi sebagai pemimpin
pasar (market leader) di bidang surat kabar di Semarang dengan pangsa pasar
terbesar di Jawa Tengah. Hal itu dibuktikan keberadaan Suara Merdeka yang tetap
eksis di Semarang bila dibandingkan dengan pesaing-pesaing lainnya. Merupakan
perjuangan yang cukup panjang yang telah dihadapi oleh perusahaan untuk dapat
tetap mempertahankan posisi perusahaan dengan strategi terbaik untuk tetap eksis
sebagai korannya Jawa Tengah. Terbukti dengan pengalaman selama lebih dari
4
setengah abad, Suara Merdeka tetap dapat menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi meskipun harus selalu meningkatkan kewaspadaan dan menjaga mental
juara untuk dapat selalu meningkatkan penjualannya. (sumber: Suara Merdeka).
Namun walaupun jumlah penjualan Suara Merdeka menempati angka
penjualan tertinggi di Semarang, namun belakangan tahun terakhir terlihat adanya
penurunan penjualan. Hal itu pada dasarnya tidak sesuai dengan target
perusahaan, dimana target penjualan surat kabar harian Suara Merdeka adalah
mengalami peningkatan sebesar 5% untuk setiap tahunnya.
Dengan adanya kondisi penjualan yang tidak stabil tersebut, agar media
masa tersebut tidak ditinggalkan oleh pembacanya, surat kabar harian Suara
Merdeka harus selalu mengembangkan strategi keunggulan bersaingnya, salah
satunya dengan menciptakan nilai ekuitas yang tinggi dalam benak masyarakat.
Selain itu juga harus menciptakan differensiasi. Salah satu differensiasi adalah
merek. Maka sebuah perusahaan harus memiliki ekuitas merek yang kuat, yang
dapat dibangun melalui adanya empat elemen-elemen yang kuat di dalamnya,
yang terdiri dari kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas
merek.
Disini merek yang eksis memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk tersebut. Jadi ,
ekuitas merek (brand equity) harus senantiasa dijaga keberadaannya agar produk
tetap memiliki tempat di benak pelanggan yang akan tersalurkan dengan adanya
keputusan pembelian.
5
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian diartikan sebagai proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif, dan memilih salah satu di antaranya. Hasil dari proses pengintegrasian
ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan
berperilaku untuk mengambil suatu keputusan pembelian. (Setiadi, 2003)
Dalam proses pembelian, kegiatan pembeli baik yang bersifat mental
maupun fisik, dapat dibagi dalam beberapa tahap. Dapat diketahui bahwa ada lima
tahap yang terdapat dalam proses pembelian, seperti pada gambar berikut :
Tahapan dalam Proses Pembelian
Sumber : Assauri, “Manajemen Pemasaran – Dasar, Konsep, dan Strategi”, 1987.
Menurut Sutisna (2001), pengambilan keputusan konsumen untuk
melakukan pembelian suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas
pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari adanya
kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan mencari informasi mengenai
keberadaan produk yang diinginkannya. Proses pencarian informasi ini akan
dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan
produk yang diinginkan. Dari berbagai informasi inilah konsumen akan
melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah
yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Dengan menggunakan berbagai
kriteria yang ada dalam benak konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk
dibeli.
Dengan dibelinya merek produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir
karena konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian (post purchase
evaluation). Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas
Timbulnya Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Perilaku
Keputusan untuk
Membeli
Perasaan/ Perilaku Setelah
Pembelian Dilakukan
6
atau tidak atas keputusan pembeliannya. Seandainya konsumen merasa puas,
maka kemungkinan untuk melakukan pembelian kembali pada masa depan akan
terjadi, sementara itu jika konsumen tidak puas atas kebutuhan pembeliannya, dia
akan mencari kembali berbagai informasi produk yang dibutuhkannya. Proses itu
akan terus berulang sampai konsumen merasa terpuaskan atas keputusan
pembelian produknya. (Sutisna 2001, h.16)
Merek
Dalam perkembangannya, merek memiliki banyak definisi. Keagan
mendefinisikan merek sebagai kumpulan citra dan pengalaman kompleks dalam
benak pelanggan yang mengkomunikasikan harapan mengenai manfaat yang akan
diperoleh dari suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu (dikutip dari
Sadat 2008, h.18). Kotler (2005) juga mendefinisikan merek sebagai nama, istilah,
tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari kesemuanya, yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing.
Adapun dua fungsi merek yang dikemukakan oleh Ambadar, et al. (2007)
yaitu pertama, merek memberikan identifikasi terhadap suatu produk sehingga
konsumen mengenali merek dagang yang berbeda dengan produk lain. Kedua,
merek membantu untuk menarik calon pembeli. Kebanyakan pengusaha selalu
berusaha agar produknya dapat terus bertahan pada tahap kejayaan di pasar.
Sadat (2008, h.21) mengemukakan bahwa merek-merek yang kuat akan
memberikan jaminan kualitas dan nilai yang tinggi kepada pelanggan, yang
akhirnya juga berdampak luas terhadap perusahaan.
Ekuitas Merek ( Brand Equity )
Ada banyak pendapat mengenai ekuitas merek. Menurut Hana dan
Wozniak (dikutip dari Simamora, 2002) mengemukakan bahwa ekuitas merek
adalah nilai tambah yang diberikan merek kepada produk. Sepanjang nilai tambah
ada, maka merek memiliki ekuitas. Menurut Aaker (dalam Humdiana, 2005),
ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan
7
suatu merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan.
Menurut Peter dan Olson (dikutip dari Simamora, 2002) mengemukakan
bahwa ekuitas merek memberikan nilai kepada perusahaan dan konsumen. Dari
perspektif perusahaan, ekuitas merek memberikan keuntungan, aliran kas dan
pangsa pasar yang lebih tinggi. Sedangkan dari perspektif konsumen, ekuitas
merek terkait dengan sikap merek yang positif dan kuat yang didasarkan pada arti,
keyakinan positif dan jelas tentang merek dalam memori. Bagi Peter dan Olson,
sebuah merek yang memiliki ekuitas berarti disikapi secara positif oleh konsumen.
Menurut Aaker (dalam Sadat, 2008), konsep dasar ekuitas merek dibentuk
dari empat dimensi, yaitu: kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas
(perceived quality), asosiasi merek (brand association), dan loyalitas merek
(brand loyalty), seperti terlihat pada tampilan gambar berikut ini :
Gambar 2.2
Dimensi Ekuitas Merek
Sumber : Aaker, dikutip dari Andi M. Sadat, “Brand Belief”, 2008
Dari dimensi-dimensi ekuitas merek tersebut pada umumnya dapat
menambah atau bahkan mengurangi nilai bagi para pelanggan atau perusahaan.
Oleh karenanya pengelolaan ekuitas merek dapat berpengaruh pada penciptaan
nilai kepada pelanggan dan perusahaan dalam menghasilkan firm equity, dan
bahkan dapat ditingkatkan oleh perusahaan. ( dikutip dalam Muafi dan Effendi,
2001)
Ekuitas Merek
(Brand Equity)
Kesadaran Merek
(Brand Awareness)
Persepsi Kualitas
(Perceived Quality)
Asosiasi Merek
(Brand Associations)
Loyalitas Merek
(Brand Loyality)
8
Menurut Fansury (2008), dimensi-dimensi dalam ekuitas merek
memberikan landasan bagi terbentuknya keunggulan bersaing yang
berkesinambungan. Mengelola ekuitas merek yang tepat dapat memberikan
rintangan bagi pesaing untuk menyerang sehingga memungkinkan keunggulan
bersaing dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. Tantangan yang ada adalah
mengidentifikasi dimensi-dimensi ekuitas merek sebagai kunci yang dapat
menjadi tumpuan keunggulan bersaing sebuah perusahaan.
Kesadaran Merek ( Brand Awareness )
Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka
merasa aman dengan sesuatu yang dikenal. Dengan kata lain, sebuah merek yang
dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan dalam bisnis, dan
kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut Aaker , kesadaran merek
adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
(dikutip dari Humdiana, 2005)
Sebagaimana yang dikemukan oleh Simamora (2001), kesadaran merek
memberikan nilai melalui empat cara dari tingkatan dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi, yaitu sebagai berikut:
Piramida Kesadaran Merek
Sumber : Aaker, dikutip dari Bilson Simamora, “Remarketing for Business Recorvery”, 2001.
Puncak Pikiran
Pengingatan kembali Merek
Pengenalan Merek
Tidak menyadari Merek
(Top of Mind)
(Brand Recall)
(Brand Recognition)
(Unaware Recognition)
9
Gambar tersebut menunjukkan adanya empat tingkatan kesadaran merek
yang berbeda, yaitu ( Humdiana, 2005) :
1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek)
Kategori ini termasuk merek yang tetap tidak dikenal walaupun sudah
dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
2. Brand Recognition (pengenalan merek)
Kategori ini meliputi merek produk yang dikenal konsumen setelah
dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
3. Brand Recall (pengingatan kembali merek)
Kategori ini meliputi merek dalam kategori suatu produk yang disebutkan
atau diingat konsumen tanpa harus dilakukan pengingatan kembali, diistilahkan
dengan pengingatan kembali tanpa bantuan (unaided recall).
4. Top of Mind (puncak pikiran)
Kategori ini meliputi merek produk yang pertama kali muncul di benak
konsumen pada umumnya.
Dengan demikian, seorang pelanggan yang memiliki kesadaran terhadap
sebuah merek akan secara otomatis mampu menguraikan elemen-elemen merek
tanpa harus dibantu. Kesadaran merek yang tertinggi ditandai dengan
ditempatkannya merek pada level tertinggi dalam pikiran pelanggan. (Sadat,
2008)
Pada umumnya, jika sebuah merek berada dalam ingatan konsumen, maka
merek tersebut akan dipertimbangkan untuk dipilih dalam keputusan
pembeliannya. Saat pengambilan keputusan pembelian dilakukan, kesadaran
merek memegang peranan penting. Merek menjadi bagian dari consideration set
sehingga memungkinkan preferensi pelanggan untuk memilih merek tersebut.
Pelanggan cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa
aman dengan sesuatu yang dikenal dan beranggapan merek yang sudah dikenal
bisa diandalkan dan kualitasnya bisa dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
10
H1: Kesadaran merek (X1) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y).
Persepsi kualitas ( Perceived Quality )
Menurut Zeithaml (dikutip dari Muafi dan Effendi, 2001) persepsi kualitas
diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang
diharapkan. Sebagaimana yang diungkapkan Aaker (dalam Astuti dan Cahyadi,
2007), kesan kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap
penting baginya. Kesan kualitas yang positif dapat dibangun melalui upaya
mengidentifikasi dimensi kualitas yang dianggap penting oleh pelanggan, dan
membangun persepsi kualitas pada dimensi penting pada merek tersebut.
Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa jika sebuah produk
memiliki perceived quality tinggi, banyak manfaat atau nilai yang bisa diperoleh,
yaitu : (dikutip dari Simamora, 2001)
a. Alasan membeli. Perceived quality merupakan alasan mengapa sebuah
merek dipertimbangkan dan dibeli.
b. Differensiasi dan pemosisian produk. Jika kita ingin memilih aspek
tertentu sebagai keunikan dan kelebihan produk. Tentu yang dipilih adalah
aspek yang memiliki perceived quality yang tinggi.
c. Harga optimum. Sebuah merek yang memiliki perceived quality tinggi
memiliki alasan untuk menetapkan harga tinggi bagi produknya.
d. Minat saluran distribusi. Perceived quality juga mempunyai arti penting
bagi para pengecer, distributor, dan berbagai pos saluran lainnya. Mereka
lebih mudah menerima produk yang dianggap berkualitas tinggi oleh
konsumen.
e. Perluasan merek (brand extention). Sebuah merek dengan perceived
quality dapat digunakan untuk berbagai perluasan merek, yaitu dengan
menggunakan merek tersebut untuk masuk dalam kategori produk baru.
Persepsi kualitas yang terbangun dengan baik di benak pelanggan akan
membantu efektivitas program pemasaran dan harus dipahami bahwa informasi
11
yang begitu banyak membuat pembeli enggan untuk merespon lebih jauh,
sehingga persepsi kualitas yang tinggi akan berperan menuntun pelanggan dalam
proses keputusan pembeliannya. Sebagaimana yang diungkapkan Simamora
(2001), persepsi kualitas merupakan faktor yang menjadi alasan mengapa sebuah
merek dipertimbangkan dan dibeli. Hal ini sangat mempengaruhi merek apa yang
akan dipilih oleh pelanggan untuk selanjutnya dapat mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian terhadap suatu merek tersebut.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Persepsi kualitas (X2) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y).
Asosiasi merek ( Brand Association )
Dalam Humdiana (2005), nilai yang mendasari merek seringkali
didasarkan pada asosiasi-asosiasi spesifik yang berkaitan dengannya. Suatu merek
bukan hanya sekedar nama atau pembeda antara suatu produk dengan produk
yang lain tetapi lebih dari itu merek mampu memberikan asosiasi tertentu dalam
benak konsumennya. Menurut Aaker (dikutip dari Humdiana, 2005) : “Suatu
asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah
merek.”
Asosiasi tidak hanya eksis namun juga mempunyai suatu tingkatan
kekuatan. Kaitan pada merek akan lebih kuat jika dilandasi pada pengalaman
untuk mengkomunikasikannya dan apabila kaitan itu didukung dengan suatu
jaringan dari ikatan-ikatan lain. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai
posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai
asosiasi yang kuat. (Humdiana, 2005)
Humdiana (2005) mengemukakan bahwa asosiasi merek yang dapat
menciptakan nilai bagi perusahaan dan para pelanggannya dapat digunakan untuk:
1. Memproses/ menyusun informasi
2. Membedakan/memposisikan merek
3. Membangkitkan alasan untuk membeli
4. Menciptakan sikap/ perasaan positif
5. Memberikan landasan bagi perluasan
12
Menurut Sadat (2008), asosiasi positif yang melekat pada merek dapat
memudahkan pelanggan memproses dan mengingat kembali berbagai informasi
mengenai merek yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan
pembelian. Tingginya kesadaran merek dapat menjadi tanda terhadap tingginya
kualitas, komitmen, dan mendorong konsumen untuk memikirkan merek tertentu
dalam proses pembeliannya.
Dalam Humdiana (2005), pada dasarnya asosiasi merek membutuhkan
berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan (customer benefits) yang bisa
menyodorkan suatu alasan spesifik untuk membeli dan menggunakan merek
tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan landasan dari keputusan pembelian
terhadap loyalitas merek. Beberapa asosiasi juga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen melalui penciptaan kredibilitas merek yang baik di benak
pelanggan. Merek dengan kredibilitas yang baik menciptakan kepercayaan yang
besar atas merek tersebut. Kesan-kesan yang terkait merek akan meningkat
dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu
merek atau dengan semakin seringnya penampakan tersebut dalam strategi
komunikasinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Asosiasi merek (X3) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y).
Loyalitas Merek ( Brand Loyalty )
Menurut Assael (1995), loyalitas merek didasarkan atas perilaku konsisten
pelanggan untuk membeli sebuah merek sebagai bentuk proses pembelajaran
pelanggan atas kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan
menurut Aaker (dikutip dari Humdiana, 2005), “loyalitas merek merupakan satu
ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek”. Hal tersebut
mencerminkan bagaimana seorang pelanggan mungkin akan beralih ke merek
lain, terutama jika merek tersebut membuat suatu perubahan, baik dalam harga
atau dalam unsur-unsur produk.
Aaker menyatakan bahwa terdapat beberapa tingkatan loyalitas pelanggan
berturut-turut dimulai dari tingkatan yang paling rendah sampai yang paling
13
tinggi, sebagaimana dikutip dari Humdiana (2005) yang akan dijabarkan dengan
piramida loyalitas sebagai berikut :
Piramida Loyalitas
1. Switcher/Price buyer merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar.
Pembeli tidak loyal sama sekali terhadap suatu merek. Dalam hal ini
merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian. Apapun
yang diobral atau menawarkan kenyamanan akan lebih disukai.
2. Habitual buyer adalah pembeli yang puas dengan produk, atau setidaknya
tidak mengalami ketidakpuasan, dan membeli merek produk tertentu
karena kebiasaan.
3. Satisfied buyer adalah orang-orang yang puas, namun mereka memikul
biaya peralihan (switching cost), yaitu biaya dalam waktu, uang, atau
risiko kinerja sehubungan dengan tindakan beralih merek.
4. Liking the brand adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek
tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandasi pada suatu asosiasi, seperti
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan produk, atau
perceived quality yang tinggi.
5. Committed buyer adalah pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu
kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek.
Rasa percaya mereka mendorong mereka merekomendasikan merek
tersebut kepada orang lain.
Sumber : Aaker, dikutip dari Humdiana (2005).
Committed Buyer
Liking the Brand
Satisfied Buyer with Switching Cost
Habitual Buyer
Switcher
14
Loyalitas merek membuat konsumen membeli suatu merek secara teratur
dan tidak mau beralih ke merek lainnya. Pada tingkatan ini, pelanggan cukup
membutuhkan informasi yang relatif sedikit, karena sudah menjadi kebiasaannya
untuk membeli produk dengan merek tersebut. Pelanggan yang loyal pada
umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada
banyak alternatif pilihan pada merek lain.
Menurut Astuti dan Cahyadi (2007), pelanggan yang membuat keputusan
pembelian dengan yakin dan confidence, berarti pelanggan tidak ragu akan apa
yang diputuskan dan dibeli. Dengan demikian keyakinan tersebut sangat berperan
dalam membangun loyalitasnya lebih lanjut, terutama kemauan pelanggan untuk
merekomendasi calon pelanggan lain dan memberikan informasi dari mulut ke
mulut (Word-of-Mouth) yang bernada positif atas merek tersebut, yang
selanjutnya akan berdampak pada keputusan pembeliannya terhadap suatu merek.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Loyalitas merek (X4) berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Y).
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kesadaran Merek (X )
Persepsi Kualitas
(X )
Asosiasi Merek (X3)
Loyalitas Merek (X4)
Keputusan Pembelian (Y)
H1
H2
H3
H4
15
METODELOGI PENELITIAN
Variabel Bebas : Elemen-Elemen Ekuitas Merek
1. Kesadaran Merek, dengan indikator pengukuran sebagai berikut :
a. Kemampuan mengenali merek.
b. Kemampuan mengingat posisi merek dalam level top of mind.
c. Kemampuan memahami ciri khas merek.
d. Kemampuan pengenalan slogan atau iklan merek.
2. Persepsi Kualitas, dengan indikator pengukuran sebagai berikut :
a. Persepsi pelanggan terhadap kelengkapan informasi produk.
b. Persepsi pelanggan terhadap kualitas produk dibandingkan merek lain.
c. Persepsi pelanggan terhadap popularitas merek.
d. Persepsi pelanggan terhadap kemudahan pencarian informasi melalui
produk.
3. Asosiasi Merek, dengan indikator pengukuran sebagai berikut :
a. Produk merupakan pemimpin merek.
b. Produk memberikan informasi yang akurat dan terpercaya.
c. Produk memiliki keunggulan diferensiasi merek yang tidak ditemukan
dalam merek lain.
3. Loyalitas Merek, dengan indikator pengukuran sebagai berikut :
a. Komitmen pelanggan terhadap merek.
b. Kemungkinan pelanggan merekomendasikan merek kepada orang lain.
c. Harga optimum yang ditawarkan produk.
Variabel Terikat : Keputusan pembelian
Tingkat keputusan pembelian dalam menentukan pembelian terhadap surat
kabar harian Suara Merdeka dapat diukur oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kemantapan melakukan pembelian terhadap produk.
b. Keyakinan memutuskan pembelian dilihat dari kesesuaian manfaat dan
harga.
c. Kecepatan memutuskan pemilihan merek.
16
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada masyarakat di
Semarang yang melakukan keputusan pembeliannya terhadap surat kabar harian
Suara Merdeka. Karena populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh orang yang
pernah membeli surat kabar harian Suara Merdeka di Semarang dengan jumlah
yang sangat banyak (tersebar dan sulit diketahui secara pasti), maka dilakukan
pengambilan sampel untuk penelitian ini.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non
probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan
penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui metode
accidental sampling. Accidental sampling merupakan teknik penelitian sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu memilih responden dengan cara mendatangi
responden kemudian memilih calon responden yang ditemui secara kebetulan,
namun calon responden harus memiliki karakteristik tertentu, yaitu responden
yang dipilih pernah melakukan keputusan pembelian secara berulang terhadap
surat kabar harian Suara Merdeka. Jumlah sampel yang diambil untuk penelitian
ini adalah sejumlah 120 responden.
Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini merupakan metode pengumpulan data
dengan cara memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden
di Semarang yang pernah melakukan pembelian secara berulang terhadap surat
kabar harian Suara Merdeka, dengan harapan mereka akan memberikan respon
atas daftar pertanyaan tersebut.
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini merupakan metode pengumpulan data dengan
cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan pihak yang dapat
membantu memberikan data-data yang bersangkutan dengan materi penelitian.
17
Metode Analisis
Agar data yang telah dikumpulkan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka
data tersebut harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan. Adapun teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu :
Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah bentuk analisa yang berdasarkan dari data
yang dinyatakan dalam bentuk uraian. Data kualitatif ini merupakan data yang
hanya dapat diukur secara langsung. Dalam penelitian ini analisis kualitatif
tersebut adalah hasil pertanyaan responden dari sangat tidak setuju sampai sangat
setuju, kemudian jawaban dengan skor terbanyak yang selanjutnya akan
disimpulkan.
Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-
angka dan perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus
diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu
untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS
for Windows. (Srivastava, et al., 1989)
Sedangkan alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas
Menurut Ghozali (2006), uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur
kehandalan suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap suatu pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu
variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 60%. Jika
nilai Alpha < 60%, hal ini mengindikasikan ada beberapa responden yang
menjawab dengan tidak konsisten.
Ghozali (2006) juga melihat uji validitas sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
18
dikatakan sah atau valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
kriteria putusan : rxy hitung > r tabel, maka valid/shahih
rxy hitung < r tabel, maka tidak valid/shahih
Dalam melakukan uji validitas, digunakan alat ukur berupa program komputer
yaitu SPSS for Windows 16, dan jika suatu alat ukur mempunyai korelasi yang
signifikan antara skor item terhadap skor totalnya maka dikatakan skor tersebut
adalah valid.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Dasar analisisnya adalah :
1. Jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam
model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model
regresi.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau
yang tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Adapun dasar analisisnya sebagai berikut :
19
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
3. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, regresi linear berganda digunakan untuk menghitung
seberapa besar pengaruh X terhadap Y, untuk mengetahui pengaruh variabel
independen dan variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi linear
berganda ini adalah sebagai berikut :
Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y = Keputusan pembelian
b1, b2,b3,b4 = Koefisien Regresi
X1 = Kesadaran merek
X2 = Persepsi kualitas
X3 = Asosiasi merek
X4 = Loyalitas merek
e = standard error
20
4. Uji Goodness of Fit
a. Pengujian Signifikasi (Uji F dan Uji t)
Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Kriteria
yang digunakan adalah :
Jika probabilitas > 0,05 dan jika F hitung < F tabel maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05 dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak.
Sedangkan uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. (Ghozali, 2006)
b. Koefisien Determinasi (R²)
Ghozali (2009) mengemukakan bahwa uji kebaikan model koefisien
determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Reliabilitas
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Alpha Keterangan
Kesadaran merek 0,621 Reliabel
Persepsi kualitas 0,609 Reliabel
Asosiasi merek 0,632 Reliabel
Loyalitas merek 0,631 Reliabel
Keputusan pembelian 0,635 Reliabel
Menurut kriteria Nunnally dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini dikatakan reliabel karena nilai Apha yang
lebih besar dari 0,6 atau > 60%. Hal ini berarti kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan kuesioner yang reliabel atau handal.
Uji Validitas
Hasil Pengujian Validitas
No Indikator Korelasi Sig Keterangan 1.
Kesadaran merek - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4
0,646 0,707 0,752 0,652
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
2. Persepsi kualitas - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3 - Indikator 4
0,700 0,574 0,767 0,663
0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid
3. Asosiasi merek - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3
0,861 0,751 0,663
0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid
4. Loyalitas merek - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3
0,723 0,795 0,757
0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid
22
5. Keputusan pembelian - Indikator 1 - Indikator 2 - Indikator 3
0,831 0,756 0,692
0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid
Hasil tersebut menunjukkan semua indikator yang digunakan dalam
variabel penelitian ini valid, karena seluruh indikator tersebut mempunyai nilai
korelasi item total dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel independen Tolerance VIF
Kesadaran merek 0,651 1,536
Persepsi kualitas 0,510 1,961
Asosiasi merek 0,671 1,489
Loyalitas merek 0,668 1,497
Tabel tersebut menunjukan hasil bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan tidak ada satupun variabel
yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang menunjukkan angka
lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar
variabel dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heterokedastisitas
23
Berdasarkan gambar scatterplot di atas dapat terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah nol pada sumbu Y dan tidak
membentuk suatu pola khusus tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data penelitian homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
Uji Normalitas
Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot
Dengan melihat tampilan pada grafik normal plot terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena
itu, model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas.
Analisis Regresi Berganda
Ringkasan Perhitungan Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.279 1.049 1.219 .226
Kesadaran Merek .244 .058 .359 4.210 .000 .651 1.536
Persepsi Kualitas .086 .073 .113 1.177 .242 .510 1.961
Asosiasi Merek .187 .078 .202 2.403 .018 .671 1.489
Loyalitas Merek .266 .081 .277 3.289 .001 .668 1.497
a. Dependent Variabel: Keputusan Pembelian
24
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan
regresi yang terbentuk menggunakan standardize adalah sebagai berikut:
Y = 0,359 X1 + 0,113 X2 + 0,202 X3 + 0,277 X4
Hasil persamaan regresi berganda tersebut memberikan pengertian bahwa:
a. Variabel independen kesadaran merek (X1) berpengaruh positif dengan nilai
0,359 terhadap variabel dependen keputusan pembelian (Y).
b. Variabel independen persepsi kualitas (X2) berpengaruh positif dengan nilai
0,113 terhadap variabel dependen keputusan pembelian (Y).
c. Variabel independen asosiasi merek (X3) berpengaruh positif dengan nilai
0,202 terhadap variabel dependen keputusan pembelian (Y).
d. Variabel independen loyalitas merek (X4) berpengaruh positif dengan nilai
0,277 terhadap variabel dependen keputusan pembelian (Y).
Uji Goodness of Fit
Uji F
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 68.600 4 17.150 29.016 .000a
Residual 56.150 95 .591
Total 124.750 99
a. Predictors: (Constant), Loyalitas Merek, Kesadaran Merek, Asosiasi Merek,
Persepsi Kualitas
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F test didapatkan Fhitung sebesar 29,016
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena F hitung > F tabel (29,016 lebih besar
dari 2,46) dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa
variabel X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama berpengaruh secara nyata
terhadap variabel Y.
25
Uji T
Variabel Bebas t hitung Signifikansi
Kesadaran merek 4,210 0,000
Persepsi kualitas 1,177 0,242
Asosiasi merek 2,403 0,018
Loyalitas merek 3,289 0,001
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :
1. Nilai thitung pada variabel kesadaran merek (X1) adalah sebesar 4,210
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 4,210 > 1,6602 dan 0,000 <
0,05, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 1 (H1) diterima.
2. Nilai thitung pada variabel persepsi kualitas (X2) adalah sebesar 1,177
dengan tingkat signifikansi 0,242. Karena 1,177 < 1,6602 dan 0,242 >
0,05, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 2 (H2) ditolak.
3. Nilai thitung pada variabel asosiasi merek (X3) adalah sebesar 2,403 dengan
tingkat signifikansi 0,018. Karena 2,403 > 1,6602 dan 0,018 < 0,05, maka
hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 3 (H3) diterima.
4. Nilai thitung pada variabel loyalitas merek (X4) adalah sebesar 3,289 dengan
tingkat signifikansi 0,001. Karena 3,289 > 1,6602 dan 0,001 < 0,05, maka
hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 4 (H4) diterima.
Koefisien Determinasi ( R2 )
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .742a .550 .531 .76880
a. Predictors: (Constant), Loyalitas Merek, Kesadaran Merek, Asosiasi
Merek, Persepsi Kualitas
Tampilan output SPSS model summary yang menunjukkan bahwa
koefisien determinasi memiliki adjusted R square sebesar 0,531. Hal ini berarti
53,1% variabel dependen keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-
variabel independen yaitu variabel kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi
merek, dan loyalitas merek.
26
PENUTUP
a. Penelitian ini memenuhi syarat reliabilitas, validitas dan normalitas.
b. Dalam penelitian tidak terjadi multikolinearitas dan heteroskedastisitas.
c. Variabel kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan
loyalitas merek layak digunakan sebagai model, karena telah lolos dalam
uji F dengan signifikansi 0,000 dan nilai f hitung > f tabel.
d. Nilai koefisien determinasi (��) pada adjusted �� adalah sebesar 0,531
yang artinya 53,1 % variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh
variabel kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas
merek, dan sisanya 46,9% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
e. Persamaan regresi yang diperoleh :
Y = 0,359 X1 + 0,113 X2 + 0,202 X3 + 0,277 X4
Y : Keputusan Pembelian.
X1 : Kesadaran Merek
X2 : Persepsi Kualitas
X3 : Asosiasi Merek
X4 : Loyalitas Merek
Setelah dilakukan pengujian keseluruhan hipotesis, maka diperoleh hasil
untuk mendukung hipotesis-hipotesis yang diajukan sebelumnya, yaitu :
1. Terlihat bahwa kesadaran merek memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap
keputusan pembelian surat kabar harian Suara Merdeka. Hasil analisis regresi
berganda menunjukkan besarnya pengaruh kesadaran merek (X1) sebesar 0,359
terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 4,210 dengan tingkat
signifikansi 0,000 . Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H1)
diterima dan mengindikasikan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian surat kabar harian Suara Merdeka.
2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap keputusan pembelian surat kabar harian Suara
Merdeka. Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi
berganda menunjukkan besarnya pengaruh persepsi kualitas (X2) sebesar 0,113
terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 1,177 dengan tingkat
27
signifikansi 0,242 maka hipotesis 2 (H2) ditolak dan mengindikasikan bahwa
persepsi kualitas berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keputusan
pembelian surat kabar harian Suara Merdeka.
3. Terlihat bahwa asosiasi merek memiliki pengaruh yang kuat terhadap
keputusan pembelian surat kabar harian Suara Merdeka. Hal ini ditunjukkan
pada hasil pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda
menunjukkan besarnya pengaruh asosiasi merek (X3) sebesar 0,202 terhadap
keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 2,403 dengan tingkat
signifikansi 0,018 maka hipotesis 3 (H3) diterima dan mengindikasikan bahwa
asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian surat kabar harian Suara Merdeka.
4. Diketahui bahwa loyalitas merek memiliki pengaruh yang kuat terhadap
keputusan pembelian surat kabar harian Suara Merdeka. Hal ini ditunjukkan
pada hasil pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda
menunjukkan besarnya pengaruh loyalitas merek (X4) sebesar 0,277 terhadap
keputusan pembelian (Y) dan nilai t hitung sebesar 3,289 dengan tingkat
signifikansi 0,001 maka hipotesis 4 (H4) diterima dan mengindikasikan bahwa
loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian surat kabar harian Suara Merdeka.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Besarnya nilai koefisien determinasi yang dihasilkan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini besarnya koefisien determinasi hanya 0,531. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini hanya menjelaskan 53,1%
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian surat kabar harian
Suara Merdeka. Berarti masih sangat mungkin terdapat variabel lain yang
juga mempengaruhi keputusan pembelian surat kabar harian Suara
Merdeka di Semarang.
b. Terdapat keterbatasan peneliti untuk bisa mendapatkan data-data internal
PT Suara Merdeka Press .
28
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2010, Statistik Sosial Budaya 2009 – Survei Sosial Ekonomi Nasional, Jakarta.
Ambadar, Abidin, dan Yanty Isa, 2007, Mengelola Merek, Jakarta : Yayasan Bina Karsa Mandiri.
Assauri, Sofjan, 1987, Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep & Strategi), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Astuti, SW dan I Gde Cahyadi, 2007,”Pengaruh Elemen Ekuitas Merek Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan di Surabaya atas Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda”. Majalah Ekonomi, TH XVII, No. 2, h.145-156
Dian, Ayu Permatasari, 2009, “Analisis Pengaruh Kesadaran Merek terhadap merek, preferensi merek, dan ketersediaan merek terhadap pemilihan merek mie instan indomie di Magelang”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang
Fansury, Irwansyah, 2008, “ Analisis Pengaruh Kepribadian Merek dan Strategi Corperate Brand Rejunevation terhadap citra merek dan Dampaknya pada Ekuitas Merek”, Tesis Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang
Ferdinand, Agusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen (Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi Ilmu Manajemen), Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
---------------. Ghozali, 2009, Ekonometrika (Teori, Konsep & Aplikasi dengan SPSS 17), Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Griffin, Jill, 2002, Customer Loyality (Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan), Jakarta : Erlangga.
Hanggadhika, Hardian, 2010, “Analisis Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Produk Handphone Merek Nokia di Semarang”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang
Hasan,M Iqbal, 2002, Teori Pengambilan Keputusan, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Humdiana, 2005, “Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek Produk Rokok Djarum Black” . Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 12, No. 1, h. 42-59
Kasali, R, 1999, “Membangun Pasar Media Masa Depan” Cakram Edisi Khusus Media Cetak, 1999.
Kotler, Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
---------------, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid II, Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
Malhotra, Naresh K, 2004, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
Muafi, dan M.I. Effendi, 2001,”Mengelola Ekuitas Merek : Upaya Memenangkan Persaingan di Era Global”. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 2, No. 3, h. 129-139
29
Muhammad, Ulinnuha, 2008, “Analisis Pengaruh Brand Equity terhadap keputusan pembelian konsumen (studi kasus pada lensa kontak X2 di Semarang)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang
Refreshing Produk, Refreshing SDM, 2007, Laporan Panduan Program Redaksi 2008, Semarang
Sadat, Andi M, 2008, Brand Belief : Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan, Jakarta : Salemba Empat.
Setiadi, Nugroho J, 2003, Perilaku Konsumen (Konsep & Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Jakarta : Prenada Media.
Shenoy, Srivastava, dan S.C Sharma, 1989, Teknik Kuantitatif untuk Keputusan Manajemen, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Simamora, Bilson, 2001, Remarketing for Business Recorvery, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
---------------, 2002, Aura Merek : 7 Langkah Membangun Merek yang Kuat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Sutisna, 2001, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tjiptono, Fandy, 1997, Strategy Pemasaran, Yogyakarta : Andi.
Umar, Husein, 2003, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Widyaningrum, Citra I, 2010, “Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Keputusan Penggunaan Telkom Speedy di Semarang”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang
Yusuf, Kurniawan, 2010, “Analisis Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (studi pada konsumen minuman isotonik fatigon hydro di Purwokerto)”, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang