“Analisis Perolehan Laba Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada PT. Telkom Indonesia Tbk”

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB 11TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRA. Tinjauan Pustaka1. LAPORAN KEUANGANa. Pengertian Laporan KeuanganGuna mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perlu disusun laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang menyajikan informasi data keuangan mengenai kondisi perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.Menurut S. Munawir (2004: 5) mengemukakan bahwa :Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi pemrosesan untuk menambah daftar ketiga, yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagi (laba yang ditahan).Menurut Baridwan (2004: 17), menyatakan bahwa :Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan yaitu sebagai laporan keuangan pihak-pihak diluar perusahaan.Menurut Martono & Agus Harjito (2007: 50):Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan lapuran aliran kas.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu, untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.b. Bentuk-bentuk Laporan KeuanganMenurut Sofyan Syafri Harahap (2009: 4), laporan keuangan terdiri dari 4 (empat) macam yaitu:a. Daftar Neraca, yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/ rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.c. Laporan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama suatu periode. Dana biasa diartikan kas bisa juga modal kerja.d. Laporan arus kas, laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.Menurut Martono & Agus Harjito (2007: 50), laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu:(1) Laporan neraca(2) Laporan laba-rugi(3) Laporan perubahan modal(4) Laporan aliran kasDari keempat macam laporan keuangan tersebut dapat diringkas lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diiktisarkan dalam laporan neraca atau laporan keuangan laba-rugi. Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba-rugi.1. Neraca (balance sheet), merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun (31 Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau hutang dan mod

Citation preview

fikar skrpsi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPerusahaan merupakan suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk pemuasan kebutuhan. Sebagai unit organisasi ekonomi, perusahaan didefinisikan sebagai organisasi dari semua syarat kerja dan alat-alat untuk bertindak atau bekerja menurut prinsip ekonomi yang terus menerus. Berhasil tidaknya perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen mengelola sebaik mungkin semua unsur yang terkait dengan perusahaan itu sendiri, baik dari segi internal maupun eksternal perusahaan. Bagi suatu perusahaan, mempertahankan kelangsungan perusahaan dengan cara memperoleh laba yang maksimal merupakan tujuan utama yang ingin dicapai.Laba merupakan balas jasa atau risiko dan ketidak pastian atas modal yang ditanamkan dalam suatu perusahaan. Kemudian, perusahaan menetapkan kebijakan laba untuk menindak lanjuti perolehan laba yang dapat dialokasikan pada dua komponen yaitu dividen dan laba ditahan. Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Laba ditahan (retained earning ) merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan.Kebijakan dividen adalah salah satu dari keputusan keuangan yang yang ditetapkan oleh perusahaan dalam Rapat Umum pemegang Saham (RUPS). Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya laba yang dibagikan dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen memiliki arti penting bagi perusahaan karena akan berpengaruh pada sikap atau reaksi investor. Pembayaran dividen yang kecil ataupun pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, karena hal tersebut seringkali dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. Selain itu, kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan perusahaan yang berkaitan dengan sumber pembiayaan (financing) perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana dari sumber intern akan semakin besar dan hal ini akan menjadikan posisi financing dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena ketergantungan kepada sumber dana ekstern menjadi semakin kecil.PT. Telkom Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia. Dimana setiap tahunnya memperoleh laba yang besar dan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan laba yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan laba per saham (earning per share) juga semakin besar namun belum tentu akan membagikan deviden yang besar pula kepada para pemegang saham. Salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan serta perkembangan PT. Telkom Indonesia Tbk adalah laba ditahan. Apabila semakin tinggi dividen yang dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan, dan sebagai ak10ibatnya adalah menghambat tingkat pertumbuhan (internal growth). Begitupun sebaliknya, jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia sebagai laba ditahan, maka mengakibatkan pembayaran dividen semakin kecil. Berikut ini perbandingan perolehan laba dengan pembayaran dividen pada PT. Telkom Indonesia Tbk:Tabel 1.Data Perolehan Laba Bersih dan Pembayaraan Dividen PT. TELKOM INDONESIA Tbk (Angka Dalam Jutaan Rupiah)TahunLaba Bersih

(Rp)Pembayaran Dividen

(Rp)

20036.087.2273.738.775

20046.614.568 3.064.604

20057.993.566 4.400.090

(Sumber: PIPM Makassar tahun 2003- 2005)Berdasarkan dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perolehan laba PT.Telkom Indonesia Tbk dari tahun buku 2003 sampai dengan tahun buku 2005 terus mengalami peningkatan. Peningkatan perolehan laba ini tentunya didorong oleh pertumbuhan pendapatan perusahaan pada semua jenis bisnis perusahaan, seperti sambungan telepon tetap, layanan seluler, sampai layanan multimedia, serta unit bisnis lainnya. Sementara itu kenaikan perolehan laba PT. Telkom Indonesia Tbk tidak bisa menjamin pembayaran dividen juga akan mengalami kenaikan. Dari data di atas dapat dilihat pembayaran dividen pada tahun 2004 mengalami penurunan senilai Rp 3.064.604 juta dari tahun 2003 seniai Rp 3.738.775. Kemudian pada tahun 2005 pembayaran dividen mengalami kenaikan menjadi senilai Rp,4.400.090 juta. Hal ini dikarenakan di dalam menetapkan kebijakan dividen ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan perusahaan antara lain laba perusahaan, kebutuhan investasi, serta keadaan kas perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perolehan laba tidak selamanya berbanding lurus dengan pembayaran dividen.Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang Analisis Perolehan Laba Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada PT. Telkom Indonesia Tbk.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen pada PT. TELKOM INDONESIA. Tbk?2. Bagaimana penerapan kebijakan rasio pembayaran dividen konstan pada PT. TELKOM INDONESIA. Tbk?

C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen.

2. Untuk mengetahui kebijakan dividen yang diterapkan oleh PT. TELKOM INDONESIA Tbk.D. Manfaat Hasil PenelitianAdapun manfaat hasil penelitian yang diharapkan adalah:

1. Sebagai bahan acuan bagi pihak perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembayaran dividen.

2. Sebagai sumbangan pikiran bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham PT. Telkom Indonesia Tbk.3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan manajemen dalam membuat perencanaan perusahaan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini.BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka1. LAPORAN KEUANGANa. Pengertian Laporan Keuangan

Guna mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perlu disusun laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi yang menyajikan informasi data keuangan mengenai kondisi perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut S. Munawir (2004: 5) mengemukakan bahwa :

Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi pemrosesan untuk menambah daftar ketiga, yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagi (laba yang ditahan).Menurut Baridwan (2004: 17), menyatakan bahwa :

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan yaitu sebagai laporan keuangan pihak-pihak diluar perusahaan.Menurut Martono & Agus Harjito (2007: 50):Laporan keuangan (financial statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam, yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan lapuran aliran kas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu, untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.b. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2009: 4), laporan keuangan terdiri dari 4 (empat) macam yaitu:a. Daftar Neraca, yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan modal pada tanggal tertentu.

b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/ rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.

c. Laporan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama suatu periode. Dana biasa diartikan kas bisa juga modal kerja.d. Laporan arus kas, laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan.Menurut Martono & Agus Harjito (2007: 50), laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

(1) Laporan neraca

(2) Laporan laba-rugi

(3) Laporan perubahan modal

(4) Laporan aliran kasDari keempat macam laporan keuangan tersebut dapat diringkas lagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu laporan neraca dan laporan laba-rugi saja. Hal ini karena laporan perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diiktisarkan dalam laporan neraca atau laporan keuangan laba-rugi. Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba-rugi.

1. Neraca (balance sheet), merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca biasanya disusun pada akhir tahun (31 Desember). Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau hutang dan modal sendiri disajikan di sisi pasiva.

2. Laporan laba rugi (income statement), merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Sebagaimana halnya neraca, laporan laba-rugi biasanya juga disusun setiap akhir tahun (31 Desember). Dalam laporan ini disusun penghasilan dan biaya yang terjadi selama satu tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari 31 Desember tahun yang bersangkutan.2. LABA PERUSAHAANMenurut Lumbantoruan dan Magdalena (2003:236) menyatakan bahwa laba atau profit, adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Untuk keperluan analisis keuangan, biasanya laba dihitung secara bertingkat, sehingga ada beberapa macam-macam laba yaitu:

1. Laba Kotor atau Gross profit, yaitu selisih antara pendapatan dan harga pokok penjualan. Tingkat laba kotor yang tinggi menujukkan bahwa perusahaan mempunyai posisi kuat dalam persaingan harga. Dalam keadaan resesi, perusahaan mempunyai pengaman yang kuat. Sebaiknya, tingkat fleksibilitas perusahaan dalam menghadapi penurunan permintaan atas peningkatan persaingan. Tetapi tinggi rendahnya tingkat laba kotor ini harus juga dinilai dengan perimbangan kebijakan harga yang dianut perusahaan dalam rangka meningkatkan pangsa pasar.

2. Laba Operasi atau Operating Profit, adalah selisih antara laba kotor dan biaya-biaya operasi yang terdiri atas biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi. Tingkat laba operasi merupaka perbandingan antara laba operasi dan penjualan bersih. Dalam laba operasi, belum dihitung biaya bunga dan pajak, karena biaya bunga ditentukan oleh besarnya utang perusahaan (bukan keputusan operasional melainkan financial), sehingga besarnya pajak ditentukan oleh golongan pajak perusahaan ( yang berbeda-beda menurut besarnya laba yang dicapai). Tingkat laba operasi merupakan ukuran yang tepat untuk menilai efisiensi manajemen. Perusahaan yang laba operasinya tinggi dan dapat nilai sebagai perusahaan yang kuat dan menguntungkan.

3. Laba Bersih, Atau net profit, adalah operasi setelah ditambah dengan pendapatan lain-lain serta dikurangi biaya yang lain-lain. Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dari luar operasi normal perusahaan. Laba bersih, setelah dikurang dengan pajak penghasilan disebut laba bersih setelah pajak (net profit after tax). Tingkat laba bersih kurang menggambarkan prestasi manajemen dibandingkan dengan tingkat laba operasi, karena sudah memasukkan unsur-unsur diluar kekuasaan manajemen, seperti bunga dan pajak.

4. Laba Ditahan atau retainend earning merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor karena yang ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan tidak dibagikan, maka ini juga akan menambah akuitas pemilik saham di neraca.5. Laba per Saham (earning per share)adalah laba per saham yang diperoleh setelah pajak yang dibagikan dengan jumlah saham yang beredar. Dengan demikian earning per share akan meningkat apabila perolehan laba setelah pajak (earning after tax) meningkat, dengan asumsi jumlah saham tetap.Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan penghasilan perusahaan yang diukur berdasarkan selisih total pendapatan dan biaya.

3. DIVIDENDividen merupakan hak para pemegang saham yang harus dibagikan perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Baridwan (2004:237) bahwa: Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham. Dividen yang dibagikan perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk, yaitu:

a) Dividen Kas

Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah dalam bentuk kas (uang tunai), yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya uang kas adalah, apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.b) Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)

Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Dividen dalam bentuk ini disebut (Property Dividend). Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan, barang dagangan, atau aktiva-aktiva lainnya. Dalam hal ini, pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya sebesar harga pasar aktiva tersebut. Sedangkan perusahaan yang membagi property dividend akan mencatatnya sebesar nilai buku aktiva yang bersangkutan.c) Dividen Hutang (Scrip Dividend)

Dividen hutang (Scrip Dividend) timbul apabila laba yang tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, namun saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividend yaitu janji tertulis untuk membayarkan jumlah tertentu di masa yang akan datang. Scrip Dividend ini mungkin saja berbunga dan mungkin juga tidak.d) Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dicatat sebagai pengurangan modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk periode tersebut. Apabila perusahaan membagi deviden likuidasi, maka para pemegang saham akan diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya. e) Dividen Saham

Dividen saham tidak sama dengan dividen tunai, oleh karena itu dalam dividen saham tidak ada pembagian uang kas atau aktiva lain kepada para pemegang saham. Dividen saham tersebut biasanya dikeluarkan oleh perusahaan yang ingin menahan labanya untuk memperoleh fasilitas-fasilitas baru atau memperluas usahanya.Menurut Sundjaja, Ridwan S, dan Barlian Inge (2001: 234) Dividen saham adalah pembayaran kepada pemegang saham yang nyata dalam bentuk saham sebagai pengganti atau pelengkap dari dividen tunai.

Dividen saham dibagikan dalam bentuk sebagai berikut :

1) Dividen saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya dividen saham biasa untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham prioritas untuk pemegang saham prioritas yang disebut dividen saham biasa.

2) Dividen saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya dividen saham prioritas untuk pemegang saham biasa, atau dividen saham biasa untuk pemegang saham prioritas yang disebut dividen saham spesial (khusus).Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi/ pengumuman dividen, dan dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen sebesar yang diumumkan. Dalam pembayaran dividen perlu diperhatikan tiga tanggal, yaitu :

1) Tanggal Pengumuman, yaitu tanggal dimana secara resmi diumumkan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada investor untuk setiap lembar saham yang dimiliki.

2) Tanggal pencatatan, yaitu tanggal dimana perusahaan yang mengeluarkan saham mendaftar nama-nama investor yang berhak untuk menerima pembagian dividen.

3) Tanggal pembayaran, yaitu tanggal realisasi pembagian dividen kepada para pemegang saham (investor).Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai hasil atas investasi.4. KEBIJAKAN DIVIDEN

a. Pengertian Kebijakan DividenKebijakan dividen merupakan salah satu tugas dari manajer keuangan untuk membuat keputusan mengenai pembagian dividen kepada para pemegang saham (investor). Sebuah ciri umum dari seorang manajer adalah bahwa ia seorang pembuat keputusan. Seorang manajer harus memutuskan tujuan-tujuan yang hendak dikerjakan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, tindakan-tindakan khusus apa yang perlu, cara-cara baru apa yang dapat diperkenalkan, dan apa yang harus dilaksanakan untuk mempertahankan hasil kerja yang memuaskan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang akan ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing.Menurut Sartono (2001: 281) menyatakan bahwa:

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.

Menurut Riyanto (2004: 265) menyatakan bahwa :

Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) yaitu antara pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dengan yang digunakan dalam perusahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan.Martono (2004:253) menyatakan bahwa:

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau laba ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.Warsono (2003: 271):

Kebijakan dividen adalah keputusan yang berkaitan dengan berapa besarnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham yang biasa dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividend an berapa banyak jumlah yang ditahan.Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang akan dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen.b. Pentingnya Kebijakan Dividen

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua untuk dividen atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi dibagi dalam bentuk laba ditahan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk investasi yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Sedangkan apabila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen akan memperbesar jumlah dana yang tersedia untuk investasi perusahaan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk berkembang.Menurut Warsono( 2003: 272) Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena empat alasan berikut:

1. Kebijakan keuangan ini berpengaruh pada sikap para investor. Pemotongan dividen dapat dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan seperti itu sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan. 2. Kebijakan keuangan ini berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan.3. Kebijakan keuangan ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan. Perusahaan dengan likuidasi buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran dividennya.4. Kebijakan keuangan ini menurunkan nilai ekuitas pemegang saham biasa karena besarnya dividen ditentukan oleh besarnya laba ditahan perusahaan.Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata kebijakan dividen menimbulkan dua akibat yang bertentangan, Yakni para pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan untuk mengambil kebijakan dividen yang sesuai. Artinya manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang, agar nilai perusahaan dapat ditingkatkan.c. Bentuk dan Tipe Kebijakan DividenKebijakan dividen yang diambil oleh dewan direktur antara suatu perusahaan dengan peusahaan yang lain dapat berbeda. Hal ini tergantung pada jenis kebijakan dividen yang dianutnya. Menurut Gitosudarmo dan Indriyo (2000: 238), ada 3 kebijakan pembayaran dividen yaitu:

a) Pembayaran Dividen Stabil (Stable Dividend)Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, besarnya dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walau terjadi fluktuasi dalam pendapatan bersih.

b) Pembayaran Dividen Fluktuasi (Fluctuating Dividend)Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan juga tinggi atau dengan kata lain besarnya dividen selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.c) Kombinasi antara Pembayaran Dividen Stabil dengan Fluktuasi

Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap dan ada sebagian yang bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan maka para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya maka pemegang saham mendapat bagian dari keuntungan tersebut.Menurut Astuti (2002:146) ada tiga tipe kebijakan dividen, yaitu :

1) Kebijakan dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen tunai

Kebijakan ini dikenal dengan nama constant payout ratio dividend policy. Rumus dividen-payout-ratio atau DPR adalah :

Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat memperkirakan jumlah pembayaran dividen yang akan dilakukan setiap periode. Jumlah pembayaran dividen dengan persentase tetap dari EPS akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada saat laba menurun maka pembayaran dividen juga menurun dan hal ini akan mengakibatkan harga saham menurun juga.

2) Kebijakan dividen biasa

Pada kebijakan dividen biasa atau Regular Dividend Policy, perusahaan membayar dividen per lembar saham dalam jumlah rupiah yang tetap setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-raguan investor/ pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini pembayaran dividen perlembar saham hampir tidak pernah turun. 3) Kebijakan dividen rendah plus ekstra

Kebijakan ini dikenal dengan nama low-regular and ekstra dividend policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah. Jika laba perusahaan pada periode yang bersangkutan sangat baik, maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra. Dengan jumlah pembayaran reguler/ biasa yang tetap ini menjamin kepastian bagi pemilik saham karena jumlahnya rendah, hal ini juga menentramkan perusahaan. Bila ada laba yang sangat baik, perusahaan akan membayarkan ekstra dividen bagi pemegang saham. Pembayaran ekstra ini akan disambut baik oleh pasar dan menaikkan harga saham.Menurut Sutrisno (2005: 304), secara umum, ada empat macam jenis kebijakan dividen yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan kebijakan pembayaran divideni oleh dewan direksi suatu perusahaan, yaitu :

a) Kebijakan Dividen Mantap per saham

Dalam jenis kebijakan dividen ini pembayaran dividen dari waktu ke waktu mempunyai jumlah yang sama. Kenaikan jumlah dividen akan terlaksana jika manajemen yakin bahwa perusahaan sudah mampu membayarnya dari waktu ke waktu. Sekali besarnya jumlah dividen dinaikkan, maka jumlah ini tidak akan turun.

b) Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan

Dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan turun sangat drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang, atau bahkan tidak ada.

c) Kebijakan Dividen Reguler rendah dan Ekstra Tutup Tahun (Low Reguler and Extra Dividend Policy)Dalam kebijakan dividen ini, perusahaan secara reguler (misalnya per kuartal) membayar dalam jumlah yang kecil, namun di akhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen (apabila perusahaan mendapatkan laba cukup besar). Tujuan digunakannya cara ini adalah untuk menghapus konotasi dividen permanen.

d) Kebijakan Dividen Residual

Dalam kebijakan dividen ini, jumlah laba ditahan bergantung pada tersedianya peluang investasi untuk satu tahun tertentu. Dividen diambil dari laba residual setelah kebutuhan investasi perusahaan terpenuhi. Jadi, jika kebutuhan akan dana investasi besar, mungkin saja para pemegang saham tidak menerima dividen.Berdasarkan penjelasan masing-masing literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis kebijakan dividen yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah Kebijakan Dividen Stabil (Stable Dividend Policy), Kebijakan Rasio Pembayaran Dividen Konstan (Constant Dividend Payout Ratio Policy), Kebijakan Dividen Reguler Plus Ekstra (Regular Dividend Plus Extras Policy), dan Kebijakan Dividen Residual (Residual Dividend Policy).d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam menentukan kebijakan dividen tentu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Menurut Astuti (2002: 145-146) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah :

a) Peraturan pemerintah

Beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan dengan tujuan untuk melindungi kreditur.

b) Hambatan dalam perjanjian/ kontrak

Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas tertentu dari laba bisa dicapai, atau bank mengatur pembayaran denda sampai jumlah tertentu dari laba. Hal ini dilakukan oleh bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari bank kepada perusahaan.

c) Hambatan internal

Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada tersedianya uang kas perusahaan. Walaupun laporan laba rugi menyatakan adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut sama dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo dari laporan arus kas akan lebih menentukan jumlah pembayaran dividen tunai.

d) Perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang

Bila pimpinan perusahaan melihat adanya banyak peluang untuk mengembangkan perusahaan, maka pimpinan perusahaan cenderung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pengembangan.

e) Pertimbangan pemilik perusahaan

Dalam menentukan kebijakan dividen, pertama-tama perusahaan harus sepakat untuk mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak mungkin untuk membuat kebijakan yang dapat memaksimumkan kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidak-tidaknya perusahaan dapat membuat kebijakan yang memuaskan sebagian besar pemilik, misalnya bila sebagian pemilik tergolong dalam kelompok peringkat pajak tertinggi, maka dapat diputuskan untuk pembayaran dividen dengan persentase rendah sehingga memberi kesempatan kepada pemilik untuk menunda pembayaran pajak sampai mereka menjual sahamnya. Selain itu perusahaan juga tidak seharusnya menahan peluang investasi lain yang lebih menguntungkan bagi pemilik. Bila peluang investasi lain diluar perusahaan tampak lebih menguntungkan bagi pemilik maka perusahaan hendaknya menentukan persentase pembayaran dividen yang lebih besar.

f) Pertimbangan pasar

Perusahaan hendaknya ikut mempertimbangkan reaksi pasar atas kebijakan dividen yang diambilnya. Pada umumnya pasar akan bereaksi positif atas kebijakan dividen yang tetap. Sehingga beberapa pimpinan perusahaan enggan menurunkan pembayaran dividen walaupun laba perusahaan menurun. Reaksi negatif dari pasar akan menurunkan harga saham yang tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh pemilik maupun perusahaan.Sartono (2001: 127), menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah:

a) Posisi likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen tunai karena posisi likuiditasnya.b) Kebutuhan pelunasan hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan akan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tesebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.

c) Pembatasan dalam perjanjian hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

d) Tingkat ekspansi aktiva

Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba dari pada membayarkannya. Pemanfaatan aktiva yang optimal akan memberikan dorongan bagi perusahaan untuk meningkatkan tingkat ekspansi aktiva di masa yang akan datang.

e) Tingkat laba

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu di tempat lain) atau menggunakannya di perusahaan tersebut.

f) Stabilitas laba

Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang labanya berfluktuasi.g) Peluang ke Pasar Modal

Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke Pasar Modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang kecil atau baru.h) Kendali perusahaan

Sebagai suatu kebijakan, beberapa perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan laba internal saja. Kebijakan ini didukung oleh pendapat bahwa menghimpun dana melalui penjualan tambahan saham biasa akan mengurangi kekuasaan kelompok dominan dalam perusahaan itu. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran dividen.

i) Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak

Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen. Pada saat-saat tertentu didalam perusahaan besar sering terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah.Menurut Sugiarso (2005: 102), faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah:

a) Perjanjian utang

Perjanjian utang antar perusahaan dengan kreditur dapat membatasi pembayaran dividen sebab seringkali dividen hanya dapat dibayarkan jika kewajiban utang kepada kreditur telah dipenuhi perusahaan. Rasio- rasio keuangan yang menunjukkan perusahaan dalam kondisi sehat juga merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen

b) Pembatasan dari saham preferen

Apabila dividen pemegang saham preferen belum dibayar maka pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa belum dapat dilakukan.

c) Tersedianya kas

Cash dividen hanya dapat dibayarkan apabila tersedia uang tunai yang cukup. Keadaan demikian dapat ditunjukkan dalam ratio likuiditas perusahaan yang baik.d) Pengendalian terhadap perusahaan

Faktor yang penting khususnya pada perusahaan- perusahaan yang relatif kecil adalah apabila pihak manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap perusahaan. Keadaan demikian menyebabkan ada kecendrungan perusahaan segan menjual saham baru, dan lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan. Akibatnya dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas menjadi kecil.e) Kebutuhan dana untuk investasi

Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan dalam hal in manajemen cenderung lebih suka memanfaatkan laba ditahan, karena pemanfaatan laba ditahan tidak memerlukan flotation cost.f) Fluktuasi laba

Apabila laba perusahaan berfluktuasi dividen yang dibayarkan kecil hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan pembayaran dividen. Dengan laba yang berfluktuasi perusahaan juga tidak banyak mempergunakan utang sebagai sumber pambayaran dividen, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kebangkrutan. Dengan keadaan demikian laba ditahan akan menjadi besar dan dividen yang dibayarkan semakin mengecil.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang tentunya mempengaruhi keputusan manajer keuangan didalam menetapkan atau memutuskan kebijakan dividen, diantaranya adalah perolehan laba perusahaan, sebagaimana yang dibahas didalam skripsi ini.

5. HUBUNGAN LABA dan DIVIDENDividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Pembagian dividen dapat berupa kas, asset lain, wesel (pada intinya, disebut dividen tunai ditangguhkan), dan dividen saham. Laba bersih sering dijadikan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam pembayaran dividen, sehingga perusahaan cenderung memelihara kebijakan dividen yang teratur. Dividen juga dapat diperlakukan secara serupa sebagai suatu sinyal atau tanda apakah perusahaan termasul di dalam kategori baik atau buruk.Sutrisno dalam Septiani (2005:588) menyatakan bahwa laba merupakan determin dividend payout ratio. Kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen payout ratio kontinjen (suatu keadaan yang masih diliputi ketidak pastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang) terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

Menurut brief dan Zarowin dalam baridwan (2004:393) ada dua argument yang mendasarkan penggunaan dividen untuk menggantikan laba dalam regresi harga terhadap nilai buku dan laba.

Kedua argument tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dividen memiliki kandungan informasi dalam arti bahwa dividen memberikan informasi mengenai laba permanen perusahaan.

2. Modal penilaian akuntansi dapat diperoleh dari nilai buku dan dividen yang merupakan pemberi sinyal yang penting dalam penilaian pada karakteristik perusahaan secara keseluruhan dan kinerjanya.

Menurut La Porte et al. dalam Sustrisno (2005:588) pembayaran dividen bergantung pada laba yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain, dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba pada tahun yang bersangkutan, sehingga pemilik saham yang baru dapat mengetahui kebijakan pembayaran dividen jika perusahaan tersebut memperoleh laba.B. Kerangka KonseptualKebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang akan dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk dividen. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan dalam bentuk dividen kas.Penentuan kebijakan dividen yang tepat yang harus dibayarkan merupakan keputusan manajemen keuangan yang sulit. Perusahaan yang membayar dividen secara ekstrem enggan untuk mengurangi atau mengeliminasi dividennya, karena mereka percaya bahwa tindakan ini akan dipandang negatif oleh pasar sekuritas. Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang telah membayar dividen tunai akan melakukan setiap upaya untuk melanjutkan pembayaran tersebut di masa depan.

PT. Telkom Indoensia Tbk, adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri (lokal dan jarak jauh). Sebagai perusahaan yang telah go public yang mana sahamnya telah terdaftar pada Bursa Efek Jakarta, tentunya PT. Telkom Indonesia Tbk, mempunyai kewajiban membagikan dividennya kepada para investor yang telah menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut yang diperoleh dari laba perusahaan. Untuk itu, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran deviden pada PT. TELKOM INDONESIA. Tbk. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema kerangka konseptual pada Gambar 1.Gambar 1 Kerangka KonseptualC. HipotesisBerdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang dapat dikemukakan adalah Perolehan laba mempunyai pengaruh terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada PT. TELKOM INDONESIA. Tbk, serta telah menerapkan kebijakan pembayaran dividen konstanBAB 111METODE PENELITIANA. Variabel dan Desain Penelitian1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:2) bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.Berdasarkan topik penelitian yang akan dibahas maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :a. Perolehan laba sebagai variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat.b. Kebijakan pembayaran dividen sebagai variabel terikat (Y), merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya pengaruh variabel bebas.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rancangan atau tata cara untuk melaksanakan penelitian dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada PT. Telkom Indonesia Tbk. yang merupakan objek dari penelitian ini guna memperoleh data yang dibutuhkan berupa:

a. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang terdiri dari laporan keuangan perusahaan

b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi dari hasil studi kepustakaan dan beberapa sumber yang berguna bagi penulisan ini.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini hanya dengan menggunakan data sekunder yaitu berupa data yang diperoleh dari bahan tertulis melalui dokumen-dokumen, seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan perkembangan laporan keuangan.

Untuk memperoleh informasi dan data sebagai bahan penulisan ini maka metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan teknik observasi dan dokumentasi. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Regresi Linier Sederhana, metode ini dimaksudkan untuk membuktikan pengaruh laba (X) terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y). Desain penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Skema Desain Penelitian.B. Definisi Operasional dan Pengukuran VariabelDefinisi operasional adalah batasan-batasan terhadap lingkup variabel yang merupakan indikator penting sebagai penentu keberhasilan suatu penelitian dan merupakan batasan-batasan yang dipakai untuk menghindari interpretasi yang lain terhadap variabel yang diteliti. Adapun definisi operasional penelitian ini yaitu:

a. Perolehan laba merupakan penghasilan perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah laba bersih yang diperoleh PT. Telkom Indonesia Tbk. Dari tahun ke tahun, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).b. kebijakan pembayaran dividen merupakan keputusan perusahaan untuk menentukan besarnya laba yang akan dibagikan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk. dalam bentuk dividen, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).C. Populasi dan Sampel1. Populasi

Menurut Sugiyono (2005:90), populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tesebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan konsolidasi dari awal berdirinya PT.Telkom Indonesia Tbk. sampai sekarang.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2005:91), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2005:61) Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti memilih langsung objek atau data yang dianggap dapat mewakili populasi dalam penelitian ini, dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat berkaitan atau sesuai dengan tujuan penelitian. Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan konsolidasi 6 (Enam) tahun terakhir PT. Telkom Indonesia Tbk. 2005 - 2010.D. Teknik Pengumpulan DataAdapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi, dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan melalui PT Bursa Efek Indonesia di Kota Makassar.b. Dokumentasi, pengumpulan data melalui dokumen-dokumen menyangkut data perusahaan, misalnya dokumen kontrak, buku catatan harian dibutuhkan untuk penganalisaan.E. Teknik Analisis DataUntuk menguji data maka akan digunakan beberapa metode analisis sebagai berikut:a. Regresi Linear Sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:243) :

Y' = a + bX

Dimana:

Y'= Kebijakan Pembayaran Dividen (Variabel Dependen)X=Perolehan Laba (Variabel Independen)a =Harga Y bila X = 0 (harga konstanta)

b =Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.Korelasi Product Moment. Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menggunakan metode teknik analisis Korelasi Poduct Moment yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:212) :

Dimana:

r= Koefisien Korelasi

n=Jumlah data

x =perolehan labay =Kebijakan Pembayaran DividenUntuk dapat memberi interpretasi seberapa kuat hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman interpretasi nilai koefisien korelasi (r) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:216), sebagai berikut :Tabel 2. Interpetasi Korelasi Menurut Ukuran yang KonservatifInterval KoefisienTingkat Hubungan

0,00 0,199

0,20 0,399

0,40 0,599

0,60 0,799

0,80 1,000Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

Untuk menguji signifikan Koefisien Korelasi (r), maka dilakukan dengan uji t sebagai berikut :

Dimana:

t =nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitungr= Koefisien Korelasi

n=Jumlah data

Dengan kriteria pengujiannya yaitu tolak Ho jika t hitung > t tabel, sebaliknya terima Ho jika t hitung < t tabel, pada taraf signifikasinya 0,05 atau 5%.b. Metode analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen pada PT. Telkom Indonesia. Tbk. Serta untuk menjelaskan bagaimana penerapan kebijakan pembayaran dividen pada PT. Telkom Indonesia Tbk.1) Menjelaskan pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen berdasarkan analisis regresi linier sederhana yang dilakukan sebelumnya.

2) Membandingkan serta mengamati besarnya pembayaran dividen kepada pemegang saham yang dilakukan PT. Telkom Indonesia. Tbk. Selama 6 (Enam) tahun berturut- turut (2005- 2010).3) Menjelaskan bagaimana penerapan kebijakan dividen yang diterapkan oleh PT. Telkom Indonesia. Tbk.Untuk membandingkan bagaimana penerapan kebijakan pembayaran dividen yang diterapkan PT. Telkom Indonesia Tbk. maka dapat digunakan Jenis- jenis kebijakan dividen yang pada umumnya diterapkan oleh perusahaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno (2005: 304), sebagai berikut:a) Kebijakan Dividen Mantap per saham

Dalam jenis kebijakan dividen ini pembayaran dividen dari waktu ke waktu mempunyai jumlah yang sama. Kenaikan jumlah dividen akan terlaksana jika manajemen yakin bahwa perusahaan sudah mampu membayarnya dari waktu ke waktu. Sekali besarnya jumlah dividen dinaikkan, maka jumlah ini tidak akan turun.b) Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan

Dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan turun sangat drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang, atau bahkan tidak ada.

c) Kebijakan Dividen Reguler rendah dan Ekstra Tutup Tahun (Low Reguler and Extra Dividend Policy)Dalam kebijakan dividen ini, perusahaan secara reguler (misalnya per kuartal) membayar dalam jumlah yang kecil, namun di akhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen (apabila perusahaan mendapatkan laba cukup besar). Tujuan digunakannya cara ini adalah untuk menghapus konotasi dividen permanen.

d) Kebijakan Dividen Residual

Dalam kebijakan dividen ini, jumlah laba ditahan bergantung pada tersedianya peluang investasi untuk satu tahun tertentu. Dividen diambil dari laba residual setelah kebutuhan investasi perusahaan terpenuhi. Jadi, jika kebutuhan akan dana investasi besar, mungkin saja para pemegang saham tidak menerima dividen.Kebijakan pembayaran dividen yang selama ini diterapkan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk adalah kebijakan Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan. Dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan turun sangat drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang, atau bahkan tidak ada. Namun selain itu PT. Telkom Indonesia Tbk juga mempertimbangkan faktor- faktor lain yang dianggap relevan seperti kebutuhan investasi perusahaan serta keadaan keuangan perusahaan.BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan1. Riwayat Singkat PT. Telkom Indonesia, Tbk.

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM, Perseroan, Perusahaan) merupakan Badan Usaha Milik Negara dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoCom, telepon kabel tidak bergerak (fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed wireless), layangan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.

Sebagai BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa Perusahaan sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa listing).

Untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industri telekomunikasi dalam negeri maupun ditingkat global, Telkom bertekad melakukan transformasi secara fundamental dan menyeluruh diseluruh lini bisnis yang mencakup transformasi bisnis dan portofolio, transformasi infrastruktur dan sistem, transformasi organisasi dan sumber daya manusia serta transformasi budaya. Pelaksanaan transformasi ini dilakukan dalam rangka mendukung upaya diversifikasi bisnis TELKOM dari ketergantungan pada portofolio bisnis Legacy yang terkait dengan telekomunikasi, yakni layanan telepon tidak bergerak (Fixed), layanan telepon seluler (Mobile), dan multimedia (FMM), menjadi portofolio TIME. Konsistensi TELKOM dalam berinovasi telah berhasil memposisikan Perusahaan sebagai salah satu perusahaan yang berdaya saing tinggi dan unggul dalam bisnis New Wave.Komitmen PT. Telkom Indonesia Tbk. untuk mendukung mobilitas dan konektivitas tanpa batas diyakini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan ritel maupun korporasi terhadap kualitas, kecepatan, dan kehandalan layanan serta produk yang kami tawarkan. Hal itu terbukti dengan kontinuitas peningkatan di sisi jumlah pelanggan TELKOM, yakni mencapai 120,5 juta pelanggan per 31 Desember 2010, atau meningkat sebesar 14,6%. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8,3 juta pelanggan merupakan pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, dan 94,0 juta pelanggan telepon seluler.Berikut sejarah berkembangnya PT. Telkom Indonesia Tbk dari awal berdirinya samapai sekarang:

a. (1856- 1882), 23 Oktober 1856, pemerintah colonial Belanda melakukan pengoperasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor).

b. (1906- 1965), Pemerintah colonial Belanda membentuk lembaga pemerintah untuk mengendalikan jasa pos dan telekomunikasi di Tanah Air. Pada tahun 1965 terjadi pemisahan jasa pos dan telekomunikasi sehingga ditangani oleh dua perusahaan negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi.

c. 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu PT Industri Telekomunikasi Indonesia (PT INTI) yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) untuk melayani jasa telekomunikasi domestik dan internasional.

d. 1980, Bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat).

e. 1991, Status PERUMTEL berubah menjadi PT Telekomunikasi Indonesia atau TELKOM dengan operasi bisnis terbagi atas dua belas wilayah telekomunikasi (witel). Kedua belas witel tersebut kemudian dirombak menjadi tujuh divisi regional, yaitu Divisi I Sumatera, Divisi II Jakarta dan sekitarnya, Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Divisi V Jawa Timur, Divisi VI Kalimantan dan Divisi VII Indonesia Bagian Timur.

f. 1995, TELKOM melaksanakan penawaran saham perdana (Initial Public Offering) pada tanggal 14 November 1995 di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada Tanggal 26 Mei 1995, TELKOM mendirikan anak perusahaan yang menangani bisnis telepon seluler, Telkomsel.

g. 1999, Penerbitan Undang- Undang Telekomunikasi No.36 tahun 1999, yang berlaku efektif pada bulan September 2000 telah memfasilitasi masuknya pemain baru dan menumbuhkan persaingan usaha di Industri telekomunikasi.

h. 2001, TELKOM mengakuisisi 35,0 % saham Indosat di Telkomsel sehingga menjadikannya pemegang saham mayoritas di perusahaan seluler itu dengan kepemilikan 77,7 %. Indosat kemudian mengambil alih 22,5% saham TELKOM di Satelindo dan 37,7% saham TELKOM di PT Lintasarta Aplikanusa. Pada saat yang bersamaan, TELKOM kehilangan hak eksklusifnya sebagai penyelenggara tunggal jasa telepon tidak bergerak di Indonesia.

i. 2002, TELKOM melepaskan kepemilikan sahamnya sebesar 12,7 % di Telkomsel kepada Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (Singtel Mobile).

j. 2004, TELKOM meluncurkan layanan sambungan telepon langsung internasional tidak bergerak.

k. 2005, Satelit TELKOM-2 diluncurkan untuk menggantikan seluruh layanan transmisi satelit yang sebelumnya dilayani oleh satelit Palapa B-4. Peluncurannya menjadikan total satelit yang telah diluncurkan oleh TELKOM menjadi delapan satelit, termasuk satelit Palapa A-1.

l. 2009, TELKOM bertransformasi dari perusahaan Infocom menjadi perusahaan penyelenggara TIME. Wajah baru TELKOM diperkenalkan kepada publik dengan menampilkan logo dan tagline baru Perusahaan the world in your hand.

m. 2010, Proyek kabel bawah laut JaKaLaDeMa dan serat kabel optik yang menghubungkan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Denpasar dan Mataram telah berhasil dirampungkan pada bulan April 2010.

2. Visi, Misi,dan Tujuan

a. Visi

Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional.

b. MisiI. Menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.

II. Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.

c. TujuanMenciptakan posisi terdepan dengan memperkokoh bisnis legacy & meningkatkan bisnis new wave untuk memperoleh 60% dari pendapatan industri pada tahun 2015.d. Inisiatif Strategi

1. Mengoptimalkan layanan sambungan telepon kabel tidak bergerak / fixed wireline (FWL).

2. Memperkuat dan mengembangkan bisnis sambungan telepon nirkabel tidak bergerak / fixed wireless access (FWA) dan mengelola portofolio nirkabel.

3. Melakukan investasi pada jaringan broadband.

4. Mengintegrasikan solusi bagi UKM, Enterprise dan berinvestasi di bisnis wholesale.

5. Mengembangkan layanan Teknologi Informasi termasuk epayment.

6. Berinvestasi di bisnis media dan edutainment.

7. Berinvestasi pada peluang bisnis internasional yang strategis.

8. Mengintegrasikan Next Generation Network (NGN) dan OBCE (Operational support system, Business support system, Customer support system and Enterprise relations management).9. Menyelaraskan struktur bisnis dan pengelolaan portofolio.

10. Melakukan transformasi budaya perusahaan.3. Struktur OrganisasiSusunan organisasi perusahan merupakan suatu susunan yang merinci tentang pembagian akifitas keja dan menunjukkan bagaimana berbagai tingkatan aktifitas saling berhubungan satu sama lain dalam suatu perusahaan. dengan adanya struktur organisasi, maka batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam perusahaan dapat menjadi jelas, sehingga mereka dapat berjalan sesuai funginya masing-masing. Adapun struktur dari organisasi PT. Telkom Indonesia Tbk dapat dilihat pada gambar 3.

Berikut ini gambaran singkat dan penjelasan tentang tugas, wewenang serta tanggung jawab bagian-bagian tersebut:

a. KakandatelKepala Kantor Daerah Telekomunikasi merupakan puncak dalam pengelolaan usaha dan jasa telekomunikasi yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran operasional, penyelenggaraan jasa dan pengelolaan perangkat telekomunikasi.b. Deputy KakandatelMerupakan Wakil Kakandatel yang secara fungsional membawahi beberapa dinas dan unit organisasi dalam perusahaan. Deputy kakandatel bertanggung jawab atas operasional kegiatan operasional kegiatan yang dilakukan pada unit tersebut.c. Bagian Bang Bisnis (Pengembangan Bisnis)Merupakan unit kerja yang bertanggung jawab atas perumusan penyediaan stategi implementasi kebijakan, metode, program operasi, teknik, pelayanan, pemasaran, pengembangan usaha dan pengendalian kinerja.d. Bagian Sisfo (Sistem Informasi)

Merupakan unit kerja pendukung yang bertanggung jawab atas penyediaan dan pengelolaan system informasi untuk membantu manajemen dalam pengendalian jalan dan kecepatan layanan kepada pelanggan.

e. Bagian SDM dan ADM (Sumber Daya Manusia dan Administrasi)

Merupakan unit kerja penolong yang bertanggung jawab atas perencanaan dan penyediaan dukungan financial kepada unit-unit di kakandatel serta menyelenggarakan system akuntansi sesuai dengan kebijakan perusahaan.f. Bagian Keuangan

Merupakan unit kerja pendukung yang bertanggung jawab atas perencanaan dan penyediaan dukungan financial kepada unit- unit di kakandatel serta menyelenggarakan system akuntansi sesuai dengan kebijakan perusahaan.g. Bagian Pembangunan Logistik

Merupakan unit kerja pendukung yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengelolaan, pendistribusian, pengadministrasian, dan pengendalian kesesuaian teknik.

h. Dinans Operasi Harian Sentradaya

Merupakan unit kerja yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran operasi dan pemeliharaan perangkat sentral telepon, transmisi, dan perbaikan perangkat telekomunikasi di Kakandatel.

i. Dinas Operasi Harian Jaringan Akses PLG

Merupakan unit operasional yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran operasi dan pemeliharaan jaringan akses pelanggan meliputi jaringan kabel dan non kabel.

j. Dinas Niaga

Merupakan unit operasional yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran bisnis jasa telekomunikasi dalam lingkup pelayanan jasa telekomunikasi serta melaksanakan strategi retensi pelanggan melalui peran account management.Susunan Organisasi PT. Telkom Indonesia Tbk tampak pada bagan di bawah ini:

Gambar 3 Struktur Organisasi PT. Telkom Indonesia Tbk.

4. Anak Perusahaan

Sementara itu, TELKOM menumbuh kembangkan sinergi di antara jajaran TELKOM Group dalam upaya mengantisipasi tantangan yang muncul di Indonesia dari meningkatnya dinamika dari industri telekomunikasi baik di tingkat domestik, regional maupun global.

Ekspansi usaha PT. Telkom Indonesia Tbk. untuk mencapai visi Perusahaan didukung oleh anak Perusahaan dan Perusahaan asosiasi lainnya yang bergerak di berbagai bidang usaha, sebagai berikut:a. Kepemilikan langsung lebih dari 50%Tabel 3. Data Anak Perusahaan dan Perusahaan Asosiasi PT. TELKOM INDONESIA Tbk.(Kepemilikan langsung lebih dari 50%)Anak Perusahaan(*)Tanggal Pendirian/ AkuisisiJenis UsahaKepemilkan

PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel)26 Mei 1995Jasa telepon mobile seluler (GSM).TELKOM (65%)

PT Multimedia Nusantara (Metra)9 Mei 2003Multimedia, TV berlangganan, Layanan Sistem InformasiTELKOM (100%)

PT Telekomunikasi Indonesia International (TII)31 Juli 2003Telepon tidak bergerak (KSO-III Jabar & Banten), telekomunikasi internasional.TELKOM (100%)

PT Pramindo Ikat Nusantara (PIN)15 Agustus 2002Jasa pembangunan telekomunikasi.TELKOM (100%)

PT Infomedia Nusantara (Infomedia)22 September 1999Buku petunjuk telepon & layanan

informasi, Call Center.TELKOM (100%)

PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)17 Mei 2001Telepon tidak bergerak (KSO-VI Kalimantan), penyediaan sarana prasarana telekomunikasi & jasa telekomunikasi.TELKOM (100%)

PT Indonusa Telemedia (Indonusa)7 Mei 1997Multimedia (TV berlangganan, internet).TELKOM (100%)

PT Graha Sarana Duta (GSD)25 April 2001Jasa pengelolaan gedung, jasa kontruksi dan pengembangan.TELKOM (99,99%)

PT Napsindo Primatel Internasional (Napsindo)29 Des 1998Network access point.TELKOM (100%)

Sumber: www.telkom.co.id

b. Kepemilikan langsung antara 20% sampai dengan 50%

Tabel 4. Data Anak Peusahaan dan Perusahaan Asosiasi PT. TELKOM INDONESIA Tbk. (Kepemilikan langsung antara 20% sampai dengan 50%)Anak Perusahaan(*)Tanggal Pendirian/ AkuisisiJenis UsahaKepemilkan

PT Patra Telekomunikasi Indonesia (Patrakom)28 Sept 1995Layanan VSATTELKOM (40%)

PT Citra Sari Makmur (CSM)14 Februari 1986Layanan VSAT dan jasa konsultasi.TELKOM (25%)

PT Pasifik Satelit

Nusantara (PSN)2 Juli 1991Transponder satelit komunikasi dan seluler berbasis satelit.TELKOM (22,38%)

Sumber: www.telkom.co.idc. Kepemilikan langsung kurang dari 20%

Tabel 5. Data Anak Peusahaan dan Perusahaan Asosiasi PT. TELKOM INDONESIA Tbk. (Kepemilikan langsung Kurang dari 20%)

Anak Perusahaan(*)Tanggal Pendirian/ AkuisisiJenis UsahaKepemilkan

PT Batam Bintan Telekomunikasi (BBT)15 Juni 1996Telepon tidak bergerak

(di pulau Batam & Bintan)TELKOM (5%)

PT Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo)24 Des 1993Jasa konstruksi dan

pemeliharaan sarana

telekomunikasiTELKOM (2,11%)

Sumber: www.telkom.co.idd. Kepemilikan tidak langsung

Tabel 6.Data Anak Peusahaan dan Perusahaan Asosiasi. PT. Telkom Indonesia Tbk. (Kepemilikan Tidak langsung)

Anak Perusahaan(*)Tanggal Pendirian/ AkuisisiJenis UsahaKepemilkan

PT Metranet (Metra-Net)17 April 2009Jasa portal multimedia Metra (100%)

PT Sigma Cipta Caraka (Sigma) 1 Mei 1987 Penyedia IT & SolutionMetra (100%)

PT Telekomunikasi Indonesia International Pte Ltd (TII Pte Ltd)6 Desember 2007TelekomunikasiTII (100%)

PT Administrasi Medika (AdMedika) 25 Februari 2010Jasa administrasi asuransi kesehatanMetra (75%)

PT Balebat Dedikasi Prima (Balebat) 1 Oktober 2003PercetakanInfomedia (65%)

Telekomunikasi Seluler Finance Limited (TSFL) 22 April 2002KeuanganTelkomsel (65%)

PT Finnet Indonesia (Finnet) 31 Oktober 2005Penyedia infrastruktur komunikasi data perbankan & e-paymentMetra (60%)

PT Melon Indonesia (Melon)

16 Agustus 2010Jasa nilai tambah teleponi & jasa multimedia lainnyaMetra (51%)

Scicom Bhd (Scicom) 31 Desember 2007 Penyedia jasa contact centerTII (29,71%)

Sumber: www.telkom.co.id 5. Produk dan Layanan

TELKOM telah melakukan transformasi bisnis untuk mempertahankan kesinambungannya sebagai pemimpin pasar dalam bisnis telekomunikasi domestik. Pengembangan usaha dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan seluruh segmen pelanggan, baik pelanggan biasa, pelanggan korporasi, ataupun operator telekomunikasi berlisensi lainnya. Dalam waktu yang sama, tren permintaan yang dinamis menyediakan peluang usaha yang signifikan. Sebagai operator telekomunikasi terpadu, sesuai dengan strategi usaha TELKOM, pengembangan usaha yang perusahaan lakukan berbasis pada kemampuan inti di bidang telepon kabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak, seluler, data & internet serta jaringan & interkoneksi, dengan pergeseran paradigma bisnis ke arah TIME sebagai masa depan bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Kekuatan TELKOM sebagai penyedia solusi total bagi para pelanggan terlihat pada sinergi dari seluruh potensi yang dimiliki untuk meraih posisi pasar yang kuat di tengah persaingan bisnis telekomunikasi yang semakin ketat. Sinergi juga dilakukan bersama dengan TELKOMGroup, khususnya dalam berbagai kegiatan promosi dan pemasaran.a) Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak :TELKOM Lokal adalah layanan untuk panggilan antar pelanggan, dalam jarak kurang dari 30 km atau di dalam satu wilayah, lokal misalnya area 021 untuk Jakarta dan sekitarnya atau area 031 untuk Surabaya. Tarif yang dikenakan adalah tarif telepon lokal, yaitu Rp250 per pulsa (enam detik).

TELKOM SLJJ atau panggilan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh), adalah layanan telepon jarak jauh dalam wilayah Indonesia. Nomor pemanggil dan nomor yang dipanggil berbeda wilayah kode area. Biaya penggunaannya tergantung pada jarak, waktu dan tanggal panggilan itu dilakukan.

TELKOM SLI-007 adalah layanan jasa komunikasi antar negara dengan menggunakan kode akses 007. Layanan ini juga dilengkapi dengan panggilan melalui bantuan operator dengan memutar nomor akses 107. Sebelumnya, layanan ini dikenal dengan TELKOM International Call (TIC) 007, sesuai dengan saat diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bulan Mei 2006, kami mengubah namanya menjadi TELKOMSLI-007.TELKOM Speedy merupakan layanan internet broadband yang memanfaatkan teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan kecepatan tinggi hingga 3 Mbps (downstream). Speedy menyediakan layanan data, multimedia dan telepon/fax secara bersamaan (simultan) dengan hanya menggunakan saluran telepon kabel yang sudah ada.b) Sambungan Telepon Nirkabel TidakBergerak:TELKOMFlexi adalah layanan telekomunikasi suara dan data yang berbasis nirkabel dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) 2000-IX. Layanan ini terbatas pada satu kode area tertentu (limited mobility) dalam arti pelanggan hanya dapat menggunakannya dalam sebuah kode area tertentu. Biaya pemakaiannya mengacu pada tarif telepon rumah (PSTN TELKOM). TELKOMFlexi menawarkan tiga layanan dasar: suara, SMS dan data dengan kecepatan rendah. Layanan bernilai tambah juga tersedia seperti Ring Back Tone (RBT).c) SelulerTelkomsel merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan teknologi GSM dan 3G. Melalui penawaran serangkaian produknya, seperti Kartuhalo, Simpati dan kartu As, Telkomsel menawarkan layanan pascabayar dan layanan prabayar. Para pelanggan dan pengguna Telkomsel mendapatkan beragam fitur, aplikasi dan layanan bernilai tambah (value added service), termasuk SMS, WAP, GPRS, MMS, Wi-Fi, roaming internasional, mobile banking, CSD dan EDGE.Kartuhalo diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 dan merupakan kartu pascabayar yang paling banyak digunakan. Pada akhir tahun 2010 kami memiliki 2,1 juta pelanggan kartuhalo, dengan pangsa pasar sekitar 45,2% dari pelanggan pascabayar, kartuhalo merupakan layanan pasca bayar paling populer di Indonesia yang menyediakan layanan yang disesuaikan bagi pelanggan dengan berbagai kepentingan.Simpati merupakan layanan pra bayar isi ulang yang paling komprehensif dan menyediakan harga terbaik pada waktu off-peak.Kartu As adalah produk entry-model paling unggul dan kartu pra bayar pertama yang menyediakan tarif per detik. Produk ini disediakan bagi segmen pasar yang lebih memperhatikan biaya, dengan menyediakan rangkaian layanan yang inovatif dan efektif secara biaya.d) Data dan InternetTELKOM Global-01017 merupakan layanan premium panggilan VoIP internasional yang memanfaatkan jaringan internet dengan kode akses 01017 untuk panggilan ke lebih dari 232 kode negara tujuan. Tarif layanan ini adalah 25% dari tarif SLI untuk semua negara dan tidak mengenal tarif rata untuk setiap waktu (time band). Layanan TELKOMGlobal-01017, tidak memerlukan perangkat tambahan untuk mengakses dan hanya dengan metode one stage dialing.

TELKOM Save adalah layanan panggilan jarak jauh dan panggilan VoIP internasional yang sejenis dengan TELKOMGlobal-01017, namun menggunakan metode dialing dua tahap. Agar dapat melakukan panggilan internasional atau panggilan jarak jauh, pelanggan terlebih dahulu harus memutar nomor akses, memasukkan nomor PIN, selanjutnya memutar nomor tujuan. Tarif layanan yang dikenakan adalah 24% dari tarif SLI. Pelanggan pascabayar dan prabayar dapat memanfaatkan layanan ini.

TELKOM Net Instan merupakan layanan akses internet dial-up tanpa perlu berlangganan dan khusus dirancang dengan konsep yang mudah dan sederhana untuk memenuhi kebutuhan aksesibilitas. Dalam menggunakan layanan ini, pelanggan cukup mengakses konfigurasi koneksi internet di komputer dan mengisi dial number dengan 0809 8 9999. Pada saat login, pelanggan cukup mengisi user name: telkomnet@instan dan password: TELKOM. Biaya pemakaian dibebankan berdasarkan lama waktu pemakaian dan biaya pemakaian tersebut disatukan dengan tagihan penggunaan telepon.

Plasa.com (www.plasa.com) merupakan layanan portal web TELKOM yang menyajikan layanan informasi serta komunitas internet berbahasa Indonesia dengan fokus layanan pada komunitas pendidikan nasional. plasa.com memiliki beberapa layanan portal di antaranya: layanan email gratis, online web forum, online classified ads services, online blogging untuk netters, electronic cards services, online webchat services dan IRC-like webchat, online messaging services, RSS news clips dan Komunitas Sekolah Indonesia (KSI).

Kartu i-VAS. Untuk mendukung para pengguna internet, TELKOM mengeluarkan kartu Internet Value Added Service (i-VAS) yang merupakan alat pembayaran (micropayment) prabayar untuk mengakses berbagai konten atau layanan internet. Kartu i-VAS ini ditujukan untuk menjadi alat pembayaran online terpercaya yang dapat memfasilitasi proses pembayaran dengan nilai nominal yang tidak terlalu besar dan tidak bisa menggunakan kartu kredit.e) Jaringan dan InterkoneksiTELKOM Intercarrier merupakan layanan interkoneksi dan wholesale untuk penyelenggara jasa dan jaringan lainnya yang dikenal dengan OLO (Other Licensed Operator). TELKOMIntercarrier menyediakan layanan interkoneksi domestik dan internasional, layanan satelit, penyewaan jaringan, penggunaan bersama akan infrastruktur danf asilitas, layanan data dan layanan akses jaringan.f) Telkom Solution Business Partner (TSBP)PT. Telkom Indonesia Tbk memberikan solusi yang sesuai dengan pelanggan perusahaan maupun UKM. Layanan TSBP ini mencakup seluruh produk dan layanan TELKOM, TELKOMGroup maupun mitra pendukung. Layanan TSBP dalam bentuk konektivitas yang banyak digunakan oleh pelanggan perusahaan dan UKM terdiri dari jasa jaringan (XPDR, IDR,VSAT, penyewaan jaringan), DATAKOM (VPN IP, VPN Frame Relay, Dinaccess, Infonet, Metro Ethernet, ADSL Link, ISDN), dan akses internet (IP Transit, Astinet, Speedy).g) Lain- lainTELKOMVision. TELKOMVision merupakan nama produk dari PT Indonusa Telemedia, anak perusahaan kami yang bergerak di bidang TV berlangganan. Layanan yang diberikan TELKOMVision terdiri dari TV kabel, akses internet cepat dan TV satelit. TV kabel menggunakan Hybrid Fiber Coaxial (HFC), suatu teknologi yang menggabungkan dua physical access yaitu serat optik dan kabel coaxial. Saluran TV premium seperti HBO, Cinemax dan Star Movie juga disediakan dalam satu paket dasar tanpa harus menambah biaya sewa bulanan.

Pelanggan TELKOMVision dapat menggunakan layanan internet broadband dengan kecepatan tinggi (30 Mbps downstream dan 512 Kbps upstream), tanpa batas waktu dan tanpa tagihan pulsa tambahan. Dengan menyediakan kabel modem Data Over Cable Service Interface Specification (DOCSIS) 1.0, pelanggan sudah dapat tersambung dengan jaringan TELKOMNet melalui Divisi Multimedia kami.Selain melalui jaringan kabel, TELKOMVision juga melayani TV Satelit Direct to Home (DTH) yang menggunakan infrastruktur satelit TELKOM, yaitu satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 dengan teknologi perpanjangan C-band dengan tambahan perangkat berupa parabola mini dan dekoder.h) Layanan Bernilai TambahPT. Telkom Indonesia Tbk bertujuan untuk menggabungkan sebanyak mungkin layanan bernilai tambah bersama dengan produk inti kami untuk memaksimalkan pendapatan dan meningkatkan posisi pasar. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan1. Analisis Perolehan Laba Perolehan Laba Bersih dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama suatu periode tertentu, dimana laba dihasilkan dari kegiatan operasi perusahaan. Satu dari banyak definisi tentang laba yang diterima secara luas menyatakan bahwa laba adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa besar harta yang masuk melebihi harta yang keluar. Laba diukur sebagai selisih antara arus masuk sumber daya (pendapatan dan keuntungan) dan arus keluar (beban dan kerugian) selama periode waktu tertentu.

Pada PT. Telkom Indonesia Tbk ukuran laba sangatlah penting karena laba menggambarkan kinerja manajemen dalam menghasilkan keuntungan untuk membayar bunga kreditur, dividen, dan pajak pemerintah. Berikut ini perolehan laba PT. Telkom Indonesia Tbk dari tahun 2005 2010:Tabel 7.Data Perolehan Laba PT. TELKOM INDONESIA Tbk Periode Tahun 2005- 2010 (Angka dalam jutaan rupiah)

TahunLaba Bersih

Varibel X (Rp)Persentase Kenaikan Perolehan Laba

20057.993.566 -

200611.005.577 37.68%

200712.857.018 16.82%

200810.671.786 17.00%

200911.398.826 6.81 %

201012.214.235 7.15 %

(Sumber :PIPM Makassar, tahun 2005- 2010)Berdasarkan dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perolehan laba PT. Telkom Indonesia Tbk dari tahun buku 2005 sampai dengan tahun buku 2007 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 TELKOM membukukan laba bersih senilai Rp11,005 triliun atau naik sekitar 37,68 % dibanding tahun sebelumnya yakni Rp.7,993 triliun. Dimana pendapatan dari seluler memberikan kontribusi Rp20,622 triliun atau naik sebesar 41% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2007 TELKOM mencatat laba bersih sebesar Rp12,857 triliun atau melonjak 16,82 % dari tahun 2006. Layanan seluler memberikan kontribusi terhadap pendapatan Telkom, mencapai Rp22,6 triliun, naik 9,8 persen dari pendapatan tahun sebelumnya, pendapatan telepon tetap sebesar Rp11 triliun, sedangkan dari data dan internet tercatat Rp14,7 triliun atau tumbuh 62 % dibanding tahun 2006.Selanjutnya pada tahun buku 2008 perolehan laba PT. Telkom Indonesia Tbk mencatat perolehan laba senilai Rp 10.671.786 juta, turun sebesar 17% di bandingkan dengan tahun buku 2007 senilai Rp 12.857.018 juta. Hal ini disebabkan oleh kebijakan penurunan tarif interkoneksi yang tentunya juga tidak kecil pengaruhnya terhadap pendapatan Telkom, selain itu keluarnya kebijakan migrasi Flexi dari frekuensi 1.900 MHz ke 800 MHz di Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Namun demikian, karena regulasi tersebut ditujukan untuk kepentingann yang luas, Telkom mendukungnya, tentu dengan segala konsekuensinya. Kebijakan migrasi Flexi ini memakan biaya dan mengikis pangsa pasar Telkom Flexi di Jakarta, Jabar dan Banten, dan lain-lain.Kemudian pada tahun 2009- 2010 perolehan laba PT. Telkom Indonesia Tbk kembali mengalami kenaikan. dari Rp10.671.786 juta pada tahun buku 2008, menjadi Rp 11.398.826 juta pada tahun buku 2009, atau naik sebesar 6.81%. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mencatat laba bersih tahun buku 2010 senilai Rp12.214.235 juta, atau naik 7,15 % dibanding tahun buku 2009. Pertumbuhan ini didorong oleh Pertumbuhan pada pendapatan data, internet dan teknologi informatika, terutama berasal dari pendapatan internet dan data komunikasi yang disebabkan oleh peningkatan yang signifikan atas jumlah pelanggan dan user layanan pita lebar fixed maupun mobile, yaitu Speedy dan Flash, masing-masing sebesar 79% dan 67%. Disamping pendapatan internet, pendapatan SMS juga terus mangalami pertumbuhan tiap tahunnya. 2. Analisis Kebijakan Pembayaran DividenTidak semua laba yang diperoleh oleh perusahaan dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang memiliki tingkat akumulasi laba bersih yang cukup baik, dari suatu periode ke periode berikutnya, biasanya memiliki potensi untuk dapat membagikan membagikan sebagian dari laba bersih tersebut kepada pemilik perusahaan (pemegang saham).Didalam menentukan besarnya dividen yang dibayarkan, PT. Telkom Indonesia tentunya harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, seberapa besar persentase yang akan dibagikan, kedua apakah akan dibagikan dalam bentuk tunai atau bentuk lainnya, dan ketiga seberapa stabil dividen yang akan dibagikan tersebut. Berikut ini pembayaran dividen yang dilakukan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk dari tahun 2005- 2010:Tabel 8.

PT. TELKOM INDONESIA Tbk.Deskripsi data pembayaran dividen Periode tahun 2005- 2010 (angka dalam jutaan rupiah).TahunLaba Bersih

(Rp)Pembayaran Dividen

(Rp)Dividen

Terhadap Laba (%)

20057.993.566 4.400.09055%

200611.005.577 6.053.06755%

200712.857.018 7.071.36055%

200810.671.786 5.840.70854%

200911.398.826 5.666.07049%

201012.214.2356.345.35051%

(Sumber :PIPM Makassar Tahun 2005- 2010)Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pembayaran dividen oleh PT. Telkom Indonesia Tbk untuk tahun buku 2006 sampai dengan tahun buku 2007 mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan perolehan laba perusahaan. Namun pada tahun buku 2008- 2009 pembayaran dividen mengalami penurunan, dimana ini merupakan imbas dari menurunnya perolehan laba perusahaan yang tercatat pada tahun buku 2008. Hal ini disebabkan Karena PT.Telkom Indonesia menerapkan kebijakan dividen yang konstan, dimana dividen yang dibayarkan akan tergantung pada laba perusahaan. Kebutuhan investasi, keadaan keuangan perusahaan merupakan faktor- faktor lain yang juga mempengaruhi besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan.3. Pengaruh Perolehan Laba Terhadap kebijakan Pembayaran dividen PT. Telkom Indonesia Tbk.Sebelum melakukan analisis pengaruh perolehan laba (X) terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y) pada PT.Telkom Indonesia Tbk. Maka di bawah ini disajikan data mengenai varibel- variabel tersebut sebagai berikut:Tabel 9.PT. TELKOM INDONESIA Tbk.Deskripsi Data Perbandingan Laba Bersih dan Pembayaran Dividen

Periode Tahun 2006- 2010 (Angka Dalam jutaan rupiah)TahunLaba Bersih

Varibel X (Rp)Pembayaran Dividen

Variabel Y(Rp)

20057.993.566 4.400.090

200611.005.577 6.053.067

200712.857.018 7.071.360

200810.671.786 5.840.708

200911.398.826 5.666.070

201012.214.2356.345.350

(Sumber: PIPM Makassar Tahun 2005- 2010) Berdasarkan data tabel di atas maka diperoleh hasil pengolahan analisis regresi sederhana dengan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) 17 For Windows berikut ini:Tabel 10. Hasil perhitungan R Square Besarnya pengaruh perolehan laba (X) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Y)Model Summary

ModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the Estimate

1.960a.922.9022.76103E5

a. Predictors: (Constant), Perolehan Laba

Tabel 11. Uji-t pengaruh perolehan laba (X) terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (Y)Coefficientsa

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)353033.353814817.618.433.687

Perolehan Laba.503.073.9606.869.002

a. Dependent Variable: Kebijakan Dividen

a. Analisis RegresiHasil analisis regresi yang ditunjukkan pada tabel 8 diperoleh persamaan , yang berarti bahwa nilai konstanta sebesar adalah besarnya kebijakan dividen (Y) yang dicapai tanpa memperhatikan tinggi rendahnya laba, sedangkan nilai koefisien regresinya sebesar 0,503 X yang berarti setiap penambahan variabel bebas (Perolehan Laba) sebanyak Rp 1, maka akan meningkatkan tingkat variabel terikat (Kebijakan Pembayaran Dividen) sebesar 0,503, besarnya kontribusi pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat dilihat dari R Square. Hasil perhitungan berdasarkan data pada tabel 7 menunjukkan bahwa besarnya R Square adalah 0,922. Hal ini berarti bahwa kontribusi perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen sebesar 92 %, sedangkan sisanya 8 % ditentukan oleh faktor lain.b. Analisis KorelasiBerdasarkan hasil analisis diperoleh nilai korelasi perolehan laba dengan kebijakan pembayaran dividen yang tergolong sangat kuat, dimana diperoleh nilai koefisien korelasi , yang ditujukkan pada tabel 8.c. Uji-tUji-t dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh secara langsung dari variabel perolehan laba (X) terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y). Adapun keputusan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan adalah jika t-hitung t-tabel dan nilai probabiitas lebih kecil dari maka dikatakan bahwa perolehan laba (X) berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y). Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel atau probabilitas lebih besar maka dapat dikatakan bahwa perolehan laba (X) tidak berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y), berdasarkan persyaratan tersebut, maka pengaruh perolehan laba (X) terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y) dapat dijelaskan berdasarkan hasil perhitungan Uji-t yang disajikan dalam tabel 8 diatas.

Dari tabel 8, di atas menunjukkan bahwa nilai t-hitung = 6.869 > t-tabel = 2.776 selain itu, nilai probabilitas perolehan laba (X) sebesar 0,02 < = 0,05. Ini berarti variable X (perolehan laba) berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (kebijakan pembayaran dividen).d. Analisis DeskriptifAnalisis deskriptif dimaksudkan untuk menjekaskan bagaimana pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen berdasarkan analisis regresi sebelumnya. Serta bagaimana penerapan kebijakan dividen yang diterapkan PT. Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan perbandingan pembayaran dividen 6 tahun terkhir yakni 2004-2009.Berdasarkan analisis sebelumnya, didapatkan bahwa perolehan laba memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen, hasil analisis regresi diperoleh persamaan sebagai berikut yang berarti bahwa setiap penambahan variabel bebas (Perolehan laba) sebesar Rp.1, maka akan meningkatkan tingkat variabel terikat (kebijakan dividen) sebesar 0,503.Kemudian dari analisis selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi perolehan laba (X) terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y), didapatkan nilai r = 0.960 dimana nilai ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat, sedangkan koefisien determinasi diperoleh R2 = 0,922 atau 92 % yang artinya perolehan laba (X) memiliki kontribusi sebesar 98 % terhadap kebijakan pembayaran dividen (Y), kemudian sisanya sebesar 8 % dipengaruhi oleh faktor lain. Analisis selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen yang dilakukan dengan Uji-t, diperoleh nilai t-hitung sebesar = 6.869 , sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,132. Hal ini menunjukkan t-hitung > dari t-tabel yakni = 6.869 > 2,776, selain itu probabilitas perolehan laba (X) sebesar 0,02 < = 0.05. hal ini berarti laba berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen.

Selanjutnya untuk mengetahui dan membandingkan kebijakan dividen yang diterapkan PT. Telkom Indonesia Tbk. PT. Telkom Indonesia. Tbk. Berdasarkan Jenis- jenis kebijakan dividen yang pada umumnya diterapkan oleh perusahaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno (2005: 304),

PT. Telkom Indonesia di dalam penerapan kebijakan dividen, menerapkan kebijakan dividen yang bersifat Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan yakni dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dibakukan sekian persen dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Ini berarti dengan laba yang berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan juga berfluktuasi. Jika laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa perusahaan turun sangat drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang, atau bahkan tidak ada.Selanjutnya melihat serta membandingkan dengan besarnya pembayaran dividen yang dikeluarkan PT. Telkom Indonesia Tbk. pada tabel 9 di atas diperoleh tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan laba secara berturut- turut tiap tahunnya yang juga diikuti dengan peningkatan pembayaran dividen tiap tahunnya yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian pada tahun 2008 terjadi penurunan laba yang kemudian berdampak pada penurunan pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan. Pada tahun 2009 perusahaan kembali mengalami kenaikan perolehan laba namun tidak diikuti dengan naiknya pembayaran dividen, melainkan perusahaan kembali menurunkan pembayaran dividen. Hal ini berarti pembayaran dividen yang dilakukan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk. telah sesuai dengan kebijakan pembayaran dividen yang diterapkan, yakni Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan, dimana dividen yang dibayarkan akan tergantung pada perolehan laba perusahaan. Kebutuhan investasi, keadaan keuangan dan faktor- faktor lain yang dianggap relevan oleh pemegang saham.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. PT. Telkom Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bertujuan untuk menyelenggarakan jaringan dan atau jasa telekomunikasi dan informatika dengan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan, pengembangan, dan penelitian sarana fasilitas informatika, penyelenggara pelatihan dan pendidikan baik dalam maupun luar negeri, dan merupakan asset penting bagi Negara khususnya Negara Indonesia.

2. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan persamaan Nilai konstanta dari kebijakan pembayaran dividen tanpa memperhatikan tinggi rendahnya perolehan laba, sedangkan nilai 0,503 berarti setiap meningkatnya perolehan laba sebesar Rp 1 maka akan terjadi peningkatan sebesar 0,503 terhadap kebijakan pembayaran dividen.

3. Besarnya korelasi perolehan laba dengan kebijakan pembayaran dividen yaitu sebesar 0,960 dimana hubungannya tergolong sangat kuat, sedangkan koefisien R2 = 0,922, yang berarti kontribusi perolehan laba terhadap kebijakan pembayaran dividen sebesar 92 %, sedangkan sisanya 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.4. Berdasarkan hasil analisis Uji-t terlihat bahwa t-hitung > t-tabel yaitu 6,869 > 2,776 selain itu nilai probabilitas laba (X) sebesar 0,02 < = 0,05, sehingga hipotesis dinyatakan diterima dimana disimpulkan bahwa perolehan laba berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen.5. Analisis deskriptif, perolehan laba berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pembayaran dividen, dimana kebijakan pembayaran dividen yang diterapkan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk. Adalah kebijakan Kebijakan Rasio Pembayaran-Dividen Konstan yang didasarkan pada perolehan laba serta pembayaran dividen selama 6 tahun berturut-turut yakni tahun 2005- 2010B. SaranSetelah dikemukakan beberapa kesimpulan berdasarkan penelitian pada PT. Telkom Indonesia Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka diajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai besarnya dividen yang dibagikan, dan bagi investor sebelum berinvestasi pada perusahaan yang diminatinya yaitu:

1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan yang sekarang diterapkan TELKOM tidak akan memaksimalkan nilai pasar saham dari perusahaan. Hal ini dikarenakana pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan dividen ini untuk memberikan informasi mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Sebaiknya kebijakan dividen yang diterapkan oleh TELKOM adalah kebijakan Dividen yang stabil. Dimana pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, walau terjadi fluktuasi dalam pendapatan bersih. Sehingga akan memelihara kesan yang positif serta memberikan informasi yang baik kepada para investor terhadap perusahaan di masa mendatang.2. Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada salah satu perusahaan atau objek saham sebaiknya investor melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan, atau investor hendaknya meminta bantuan kepada pialang yang tepat sehingga mengahasilkan pengembalian tertentu dan meminimalisasi resiko.DAFTAR PUSTAKAAstuti, Dewi. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Surabaya: Ghalia Indonesia.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA

Darmaji, Tjipno, dan Frakbudi M Hendi.2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:Salemba empat.

Fakhruddin, Hadianto.2001.Perangkat dan Model Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Gramedia.

G. Sugiarso, F. Wanani. 2005. Manajemen Keuangan (Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Persahaan). Yogyakarta: Media Pressindo.Lumbantoruan,Magdalena.2003.Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen, Cetakan kedua. Jakarta: PT. Delta Pamungkas

Martono, dan D. Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.Martono.2005.Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekosinia.

Munawir.2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Riyanto, bambang.2004.Dasar-Dasar pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Penerbit Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.

Sartono, Agus.2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA

Sofyan Syafri Harahap. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.Stice, stice, skousen. 2009. Salemba empat. Jakarta.akuntansi keuangan intermediate accounting.

Sugiono. 2010. Statistik Untuk Penelitian.Bandung: Alfamedia.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Kedua Belas. Bandung: Alfabeta.

Sundjaja, Ridwan S. dan Barlian Inge. 2001. Manajemen Keuangan Dua. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Sutrisno.2005.Manajemen Keuangan :Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Malang: Bayu Media.

www.idx.co.idwww.telkom.co.idLAMPIRANPERUSAHAAN

Peolehan Laba

Kebijakan Dividen

Dividen

Laba Ditahan

Pemegang Saham

TEKNIK PENGUMPULAN DATA:

OBSERVASI

DOKUMENTASI

KESIMPULAN

ANALISIS DATA:

Analisis Deskriptif

Regresi Linier Sederhana

Korelasi Product Moment

DIVIDEN