167
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN PM2.5 PADA PEDAGANG TETAP DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Disusun oleh: AVITA FALAHDINA 1113101000087 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN PM2.5 PADA

PEDAGANG TETAP DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (S.KM)

Disusun oleh:

AVITA FALAHDINA

1113101000087

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2017

Page 2: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2017

Avita Falahdina

Page 3: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Desember 2017

Avita Falahdina, NIM: 1113101000087

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan PM2.5 Pada Pedagang Tetap

Di Terminal Kampung Rambutan

(xvi + 151 halaman, 20 tabel, 17 gambar, 4 lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang: Particulate Matter ≤ 2,5 mikrometer (PM2.5) merupakan salah

satu polutan yang dikeluarkan dari emisi kendaraan, disebut sebagai debu

respirable karena dapat berpenetrasi ke parenkim paru dan dapat menyebabkan

penurunan kapasitas vital paru. Pedagang di terminal merupakan populasi berisiko

yang diasumsikan terpajan dengan konsentrasi polutan yang tinggi dan dalam

waktu yang lama. Tujuan: Untuk mengetahui estimasi risiko kesehatan akibat

pajanan PM2.5 pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan pada tahun

2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL),

dilakukan selama bulan Juli – Oktober 2017 dengan 66 responden yang terbagi pada

3 titik lokasi. Nilai estimasi risiko kesehatan non karsinogenik dinyatakan dengan

Risk Quotient (RQ). Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa konsentrasi minimum

PM2.5 di tiga lokasi masing-masing yaitu 0.266 mg/m3 di lokasi AKAP, 0.017

mg/m3 di lokasi Jalur Keluar DK, dan 0 mg/m3 di lokasi Ruang Tunggu DK.

Sedangkan konsentrasi maskimum PM2.5 di tiga lokasi masing-masing yaitu 1.341

mg/m3 di lokasi AKAP, 3.964 mg/m3 di lokasi Jalur Keluar DK, dan 1.116 mg/m3

di lokasi Ruang Tunggu DK. Nilai intake maksimum di tiga lokasi lebih dari RfC

masing-masing sebesar 0.032 mg/kg/hari untuk lokasi AKAP, 0.244 mg/kg/hari

untuk lokasi Jalur Keluar DK dan 0.058 mg/kg/hari. Berdasarkan hasil karakteristik

risiko, dapat disimpulkan bahwa di 3 lokasi memiliki RQ > 1 masing-masing

sebesar 1.79, 13.56, dan 3.22 yang menunjukkan bahwa pedagang sudah berisiko.

Kesimpulan: Pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan berisiko terhadap

penurunan fungsi paru akibat paparan PM2.5 dalam pajanan realtime maupun

lifespan 30 tahun mendatang. Selanjutnya, pihak terminal dan Badan Lingkungan

Hidup setempat perlu melakukan uji emisi kendaraan umum dan pengukuran

indikator ISPU secara rutin agar konsentrasi PM2.5 di area terminal dapat terpantau,

serta menghimbau masyarakat yang beraktivitas di area terminal untuk

menggunakan masker.

Daftar Pustaka : 88 (1992 – 2017)

Kata Kunci : Konsentrasi PM2.5, ARKL, Kapasitas Vital Paru, Pedagan Tetap,

Terminal Bus

Page 4: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH MAJOR

DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Undergraduated Thesis, Desember 2017

Avita Falahdina, NIM: 1113101000087

Environmental Health Risk Assessment of PM2.5 Concentration on

Permanent Traders at Kampung Rambutan Terminal

(xvi + 151 pages, 20 tables, 17 pictures, 4 appendices)

ABSTRACT

Background: Particulate Matter ≤ 2.5 micrometer (PM2.5) is one of the pollutants

emitted from vehicle emissions, referred to as respirable dust as it penetrates into

the pulmonary parenchyma and may cause decreased vital pulmonary capacity.

Terminal traders are risk populations that assumed to be exposed to high

concentration of pollutants and for a long time. Objective: To estimate health risk

from exposure of PM2.5 to permanent traders at Kampung Rambutan Terminal in

2017. This research is a quantitative study using design of Environmental Health

Risk Assessment (EHRA), conducted during the month of July - October 2017 with

66 respondents are divided into 3 points location. Non-carcinogenic health risk

estimation value is expressed by Risk Quotient (RQ). Results: The minimum PM2.5

concentrations in the three sites were 0.266 mg/m3 at the AKAP location, 0.017

mg/m3 at the DK Exit location and 0 mg/m3 at the DK waiting room. While PM2.5

maximum concentration in three locations are 1,341 mg/m3 at AKAP location,

3,964 mg/m3 at DK Exit location and 1,116 mg/m3 at DK waiting room. The

maximum intake value at three sites was more than RfC of 0.032 mg/kg/day for

AKAP location, 0.244 mg/kg/day for DK Exit location and 0.058 mg/kg/day,

respectively. Based on the results of risk characteristics, it can be concluded that in

3 locations have RQ > 1 respectively of 1.79, 13.56, and 3.22 indicating that traders

are at risk. Conclusion: It can be concluded that traders remain at Kampung

Rambutan Terminal are at risk of decreasing vital capacity of the lung due to PM2.5

exposure in realtime and 30 years of lifespan exposure. Furthermore, terminal

manager and local environmental agency need to conduct public vehicle emission

test and ISPU indicator meamsurements on a regular basis so that the concentration

of PM2.5 in the terminal area can be monitored, and to urge people in the terminal

to use the mask.

References : 88 (1992 – 2017)

Keywords : PM2.5 Concentration, EHRA, Vital Lung Capacity, Permanent

Traders, Bus Station

Page 5: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN PM2.5 PADA

PEDAGANG TETAP DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian

Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

AVITA FALAHDINA

NIM. 1113101000087

Tangerang Selatan, Desember 2017

Mengetahui

Pembimbing Skripsi

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 6: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

vi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Desember 2017

Penguji I

Penguji II

Siti Rahma Lubis, M.KKK

Penguji III

Dr. dr. Satria Pratama, Sp.P

Page 7: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Avita Falahdina

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Agustus 1995

Alamat : Jalan Teratai 1 No. 7 RT 001/RW 006 Komplek

Larangan Indah, Kecamatan Larangan, Kota

Tangerang, Banten 15154

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan Darah : O

Status : Belum Menikah

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Nomor Telepon : 087808116531

Alamat Email : [email protected]

II. Riwayat Pendidikan

1. SD Islam Al-Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat

2. SMP Islam Al-Azhar 10 Kembangan Jakarta Barat

3. SMA Negeri 78 Jakarta

4. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. Pengalaman Organisasi

1. Staf Divisi Marketing & Communication AIESEC South Tangerang

2. Staf Divisi Finance AIESEC South Tangerang

3. Staf Divisi Marketing & Communication UIN Community

4. Ketua Divisi Fosil ENVIHSA UIN Jakarta

5. Pengalaman Belajar Lapangan Puskesmas Desa Sukawali, Kecamatan Paku

Haji, Kabupaten Tangerang

6. Departemen K3PL (SHE) PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) LNG

Indonesia

Page 8: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan

kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian

yang berjudul “ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN PM2.5

PADA PEDAGANG TETAP DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN TAHUN

2017”.

Penyusunan penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi perkuliahan pada Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarya. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya sehingga dalam pelaksanaan

penelitian ini berjalan dengan lancar sesuai dengan izin-Nya.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan

penelitian ini.

5. Para dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen Peminatan

Kesehatan Lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yangbermanfaat.

6. Kedua Orang Tua saya yang telah membimbing, senantiasa mendoakan,

menemani dan memberi motivasi anak-anaknya hingga saat ini. Kepada

saudari penulis Shiela Zhafira yang selalu memberi semangat, meluangkan

waktunya memberi nasihat dan menjadi tempat bercerita bagi penulis.

Page 9: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

ix

7. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Lingkungan 2013; Dini Fadiah, Lilis

Amaliah, Luthfiati Rahmah, Diah Ayu Srikandi, Nadila Safira, Inayah

Robbaniyah, Rizki Zahrotul, Sonia Nur Anggraeni, Iffa Iffatunnufus, Luthfi

Rofiana, Khoirunnisa, Mega Trisna Nirwanti, Muhammad Farhan,

Azzindani, Darmawan Abiyanto, Achmad, dan Tirta Indah Perdana.

Keluarga ENVIHSA, dan teman-teman Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Sahabat penulis sejak awal perkuliahan “Selalu Berlima”; Rizqi

Suryaramadhanty, Wihdaturrahmah, Ana Muslimah, dan Dinda Apriliani

yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

9. Sahabat penulis through ups and downs, thick and thin yang selalu menjadi

tempat berkeluh kesah; Ihsan Hakim Sutiono, Yudhya Patria Wicaksono,

Dhara Nandary, Rioadam Sayyid Abidin, dan Girham Nurrachman.

Pada penulisan skripsi ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik

teknis maupun materi mengingat kemampuan penulis yang belum mencapai

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan

bagi penulis demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis. Aamiin yarabbal’alamin.

Jakarta, Desember 2017

Avita Falahdina

Page 10: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................................ ii

ABSTRAK ..........................................................................................................................iii

ABSTRACT ....................................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................x

DAFTAR TABEL............................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xvi

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 6

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7

1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................................... 7

1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 7

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8

1.5.1. Bagi Peneliti ...................................................................................................... 8

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ..................................................... 8

1.5.3. Bagi Pihak Terminal Kampung Rambutan ....................................................... 8

1.5.4. Bagi Masyarakat di Sekitar Terminal ............................................................... 9

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 9

BAB II .............................................................................................................................. 11

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 11

2.1. Particulate Matter ................................................................................................ 11

2.1.1. Definisi dan Karakteristik ............................................................................... 11

2.1.2. Mekanisme Pajanan ke Manusia ..................................................................... 12

Page 11: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xi

2.1.3. Dampak Terhadap Kesehatan ......................................................................... 14

2.1.4. Baku Mutu ...................................................................................................... 15

2.1.5. Cara Pencegahan dan Pengendalian................................................................ 15

2.1.6. Cara Pengukuran PM2.5 ................................................................................... 17

2.2. Sistem Pernapasan Manusia ................................................................................. 19

2.2.1. Anatomi dan Fisiologis Paru-Paru .................................................................. 19

2.2.2. Kapasitas Paru-Paru ........................................................................................ 20

2.2.3. Definisi dan Karakteristik Penurunan Fungsi Paru ......................................... 22

2.2.4. Cara Pengukuran ............................................................................................. 24

2.2.5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ..................................................... 26

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru ................................... 30

2.3.1. Umur ............................................................................................................... 30

2.3.2. Lama dan Masa Kerja ..................................................................................... 30

2.3.3. Jenis Kelamin .................................................................................................. 31

2.3.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pernapasan ...................................... 31

2.3.5. Status Merokok ............................................................................................... 32

2.3.6. Berat Badan .................................................................................................... 32

2.4. Macam Gangguan Fungsi Paru ............................................................................ 33

2.4.1. Penyakit Paru Obstruksi .................................................................................. 33

2.4.2. Penyakit Paru Restriksi ................................................................................... 36

2.5. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan ............................................................... 37

2.5.1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) ................................................... 38

2.5.2. Dosis-Respon (Dose-Response Assessment) .................................................. 39

2.5.3. Analisis Pajanan (Exposure Assessment) ........................................................ 40

2.5.4. Karakteristik Risiko (Risk Characterization) ................................................. 42

2.5.5. Manajemen Risiko (Risk Management) .......................................................... 43

2.9. Kerangka Teori .................................................................................................... 45

BAB III ............................................................................................................................. 46

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ..................... 46

3.1. Kerangka Konsep ................................................................................................. 46

3.2. Definisi Operasional ............................................................................................ 48

Page 12: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xii

BAB IV ............................................................................................................................. 50

METODE PENELITIAN ................................................................................................. 50

4.1. Desain Penelitian ................................................................................................. 50

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 51

4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 51

4.3.1. Populasi ........................................................................................................... 51

4.3.2. Sampel ............................................................................................................ 52

4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 55

4.4.1. Pengumpulan Data Konsentrasi PM2.5 ............................................................ 55

4.4.2. Pengukuran Fungsi Paru ................................................................................. 56

4.5. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 58

4.6. Pengolahan Data .................................................................................................. 58

4.7. Analisis Data ........................................................................................................ 59

4.7.1. Analisis Univariat ........................................................................................... 59

BAB V .............................................................................................................................. 62

HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 62

5.1. Gambaraan Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 62

5.1.1. Gambaran Umum Terminal Kampung Rambutan .......................................... 62

5.1.2. Gambaran Angkutan Umum di Terminal Kampung Rambutan ..................... 64

5.2. Analisis Univariat ................................................................................................ 66

5.2.1. Karakteristik Individu Pedagang Terminal Kampung Rambutan ................... 66

5.2.2. Pola Aktivitas Pedagang Terminal Kampung Rambutan ............................... 69

5.2.3. Konsentrasi PM2.5 pada Udara Ambien Terminal ........................................... 74

5.2.4. Kapasitas Vital Paru........................................................................................ 74

5.3. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) PM2.5 ....................................... 75

5.3.1. Analisis Pajanan dan Perhitungan Intake PM2.5 pada Pedagang Tetap Terminal

75

5.3.2. Analisis Dosis Respon .................................................................................... 80

5.3.3. Karakteristik Risiko ........................................................................................ 81

5.3.4. Manajemen Risiko .......................................................................................... 86

BAB VI ............................................................................................................................. 90

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 90

Page 13: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xiii

6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 90

6.2. Karakteristik Individu dan Pola Aktivitas Pedagang ............................................ 91

6.2.1. Distribusi Umur Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan .............. 91

6.2.2. Distribusi Berat Badan Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan ... 92

6.2.3. Distribusi Tinggi Badan Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan . 94

6.2.4. Distribusi Jenis Kelamin Pedagang Tetap di Terminal Kampung Rambutan . 95

6.2.5. Laju Inhalasi Pedagang ................................................................................... 95

6.3. Konsentrasi PM2.5 Udara Ambien di Terminal Kampung Rambutan .................. 96

6.4. Kapasitas Vital Paru ............................................................................................. 98

6.5. Analisis Pajanan dan Perhitungan Intake PM2.5 pada Pedagang Tetap Terminal 99

6.6. Karakteristik Risiko ........................................................................................... 102

6.7. Manajemen Risiko ............................................................................................. 103

BAB VII .......................................................................................................................... 107

PENUTUP ...................................................................................................................... 107

7.1. Simpulan ............................................................................................................ 107

7.2. Saran .................................................................................................................. 108

7.2.1. Bagi Pihak Terminal ..................................................................................... 108

7.2.2. Bagi Masyarakat Berisiko Di Sekitar Terminal ............................................ 109

7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................................. 110

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 111

LAMPIRAN 1 ................................................................................................................ 118

LAMPIRAN 2 ................................................................................................................ 120

LAMPIRAN 3 ................................................................................................................ 123

Page 14: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Jalur Inhalasi .................... 41

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................................... 48

Tabel 5.1 Data Kendaraan Kedatangan dan Keberangkatan Angkutan Antar Kota Antar

Provinsi Terminal Kampung Rambutan Tahun 2016........................................................65

Tabel 5.2 Data Kendaraan Angkutan Dalam Kota Terminal Kampung Rambutan Tahun

2016.................................................................................................................................. 65

Tabel 5.3 Distribusi Umur Pedagang Terminal Kampung Rambutan .............................. 66

Tabel 5.4 Distribusi Berat Badan Pedagang Terminal Kampung Rambutan .................... 67

Tabel 5.5 Distribusi Tinggi Badan Pedagang Terminal Kampung Rambutan .................. 68

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pedagang Berdasarkan Titik Sampling .... 68

Tabel 5.7 Distribusi Lama Pajanan Pedagang Terminal Kampung Rambutan ................. 70

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pajanan Pedagang Terminal Kampung Rambutan .......... 71

Tabel 5.9 Distribusi Durasi Pajanan Pedagang Terminal Kampung Rambutan ............... 72

Tabel 5.10 Distribusi Laju Inhalasi Pedagang Terminal Kampung Rambutan ................ 73

Tabel 5.11 Konsentrasi PM2.5 Berdasarkan Titik Lokasi Sampling.................................. 74

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pedagang Berdasarkan Titik

Sampling ........................................................................................................................... 75

Tabel 5.13 Karakteristik Individu & Pola Aktivitas Pedagang Terminal ......................... 76

Tabel 5.14 Intake Populasi PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling ........................................ 76

Tabel 5.15 Proyeksi Intake Populasi Berdasarkan Titik Sampling ................................... 77

Tabel 5.16 Tingkat Risiko Populasi PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling .......................... 82

Tabel 5.17 Proyeksi Tingkat Risiko Populasi Berdasarkan Titik Sampling ..................... 83

Tabel 5.18 Konsentrasi Aman PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling ................................... 87

Page 15: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat High Volume Air Sampler .................................................................... 17

Gambar 2.2 Alat Haz-Dust ............................................................................................... 18

Gambar 2.3 Alat Dust Trak ............................................................................................... 19

Gambar 2.4 Alat Spirometri .............................................................................................. 25

Gambar 2.5 Normal Spirometri ........................................................................................ 28

Gambar 2.6 Spirometri Obstruktif .................................................................................... 29

Gambar 2.7 Spirometri Restriktif ..................................................................................... 29

Gambar 2.8 Proses risk analysis (National Risk Council, 1986) ...................................... 38

Gambar 2.9 Kerangka Teori ............................................................................................ 45

Gambar 3.1 Kerangka Konsep..........................................................................................47

Gambar 5.1 Denah Terminal Kampung Rambutan...........................................................64

Gambar 5.2 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

AKAP ............................................................................................................................... 78

Gambar 5.3 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

Jalur Keluar DK ................................................................................................................ 79

Gambar 5.4 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

Ruang Tunggu DK ............................................................................................................ 80

Gambar 5.5 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

AKAP ............................................................................................................................... 83

Gambar 5.6 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

Jalur Keluar DK ................................................................................................................ 84

Gambar 5.7 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di Titik Lokasi

Ruang Tunggu DK ............................................................................................................ 85

Page 16: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

xvi

DAFTAR SINGKATAN

AKAP : Antar Kota Antar Provinsi

ARKL : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

ATS : American Thoracic Society

ATSDR : Agency for Toxic Substances and Disease Registry

CDC : Center for Disease Control and Prevention

DK : Dalam Kota

ECR : Excess Cancer Risk

EPA : Environemntal Protection Agency

ERV : Expiratory Reserve Volume

FET : Force Expiratory Time

FEV1 : Force Expired Volume

FRC : Functional Residual Capacity

FVC : Forced Vital Capacity

HVAS : High Volume Air Sampler

IC : Inspiratory Capacity

IRIS : Integrated Risk Information System

IRV : Inspiratory Reserve Volume

LOAEL : Low Observed Adverse Effect Level

MRLS : Minimal Risk Levels

MVV : Maximal Voluntary Ventilation

NAAQS : National Ambient Air Quality Standar

NOAEL : No Observed Adverse Effect Level

OVD : Obstructive Ventilatory Defects

PM : Particulate Matter

RfC : Reference Concentration

RfD : Reference Dose

RQ : Risk Quotient

RV : Residual Volume

RVD : Restrictive Ventilatory Defects

SF : Slope Factor

SVC : Slow Vital Capacity

TLC : Total Lung Capacity

TSP : Total Suspended Particulate

TV : Tidal Volume

TWA : Time Weighted Average

VC : Vital Capacity

WHO : World Health Organization

Page 17: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan suatu negara biasanya diikuti dengan peningkatan industri

dan alat transportasi. Tingginya jumlah kendaraan bermotor dan industri

berimplikasi kepada penurunan kualitas udara akibat polusi udara, sedangkan udara

merupakan faktor yang paling penting bagi kehidupan manusia yang harus selalu

dijaga kualitasnya. Kualitas udara khususnya diperkotaan merupakan komponen

lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung bagi kesehatan

masyarakat dan kenyamanan kota. Pencemaran udara dari tahun ke tahun

cenderung meningkat, terutama Provinsi DKI Jakarta yang merupakan daerah

dengan aktvitas masyarakatnya yang sangat padat.

Pencemaran udara merupakan dimasukkannya komponen lain ke dalam

udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun

akibat proses alam sehingga kualitas udara mengalami penurunan (Chandra, 2012).

Setiap substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi udara normal

disebut sebagai polutan. Menurut WHO, setiap tahun diperkirakan terdapat 200 ribu

kematian akibat outdoor pollution yang menimpa daerah perkotaan, dimana sekitar

93 persen kasus terjadi di negara berkembang. Peningkatan jumlah transportasi

berkontribusi besar dalam penurunan kualitas udara pada wilayah perkotaan. Lebih

dari 50% partikulat di udara ambien bersumber dari transportasi (Han, 2005). Zat-

zat pencemar udara seperti SOx, NOx, CO, PM10, PM2.5, dam O3.

Page 18: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

2

Particulate Matter (PM) merupakan jenis polutan berbahaya dengan

berbagai ukuran, yang dapat mengakibatkan tingginya kematian akibat pajanan

polusi udara. Particulate Matter <2,5µm (PM2.5) atau yang disebut dengan fine

particle merupakan salah satu jenis partikulat yang berukuran sangat kecil dan

dapat menimbulkan berbagai penyakit. Apabila terhirup ke dalam tubuh dapat

berpenetrasi ke dalam saluran pernapasan bawah serta dapat melewati aliran darah

(Irniza et. al., Cheng et. al., 2012). Di dalam tubuh, partikulat dapat mengendap ke

dalam saluran pernapasan melalui beberapa mekanisme fisik seperti sedimentasi,

impaksi, difusi, intersepsi dan elektronik presipitasi (Hastiti, 2013). Partikulat

dengan ukuran lebih kecil dari 2,5 mikron lebih toksik daripada partikulat yang

lebih besar dan telah terbukti mengakibatkan efek terhadap kesehatan (Burnet,

2000).

PM2.5 dapat terhirup dan mengendap di organ pernapasan. Jika terpapar

dalam jangka panjang, PM2.5 dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut.

Berdasarkan penelitian di China, paparan PM2.5 dalam waktu singkat berdampak

pada peningkatan risiko sistem kardiovaskular dan beberapa gangguan fisiologis

pada sistem pernapasan, seperti penurunan fungsi paru-paru, serta mengganggu

rongga pernapasan seseorang yang memiliki riwayat penyakit asma (Pui et. al.,

2014). Hal tersebut juga dapat memperburuk kerja pembuluh darah dan jantung

serta menimbulkan gumpalan pada darah yang dapat mengganggu pengangkutan

oksigen ke jantung (Pope et. al., 2006).

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan bahaya PM2.5 terhadap

kesehatan. Mulai dari pajanan jangka pendek maupun pajanan jangka panjang.

Page 19: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

3

Menurut WHO (2005), pajanan jangka pendek partikulat berupa perubahan

fisiologis (fungsi paru dan tekanan darah), gejala akut (batuk, sesak, infeksi saluran

pernapasan) sedangkan efek dari pajanan jangka panjang yaitu kematian akibat

penyakit respirasi, meningkatkanya insiden dan prevalensi paru kronik, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan janin dan kanker. PM2.5 juga dapat mengakibatkan

infeksi saluran pernapasan (ISPA), kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular,

kematian dini dan penyakit paru-paru obstruktif kronis (WHO, 2010).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2013) terkait

dengan kejadian ISPA ditinjau dari pajanan PM10 dan karakteristik individu di

lingkungan Terminal Kampung Rambutan menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara PM10 dengan kejadian ISPA dengan nilai pvalue = 0,000.

Pengukuran konsentrasi PM10 yang dilakukan di 5 titik berbeda di area terminal pun

mengalami fluktuasi dengan konsentrasi tertinggi mencapai 245 µg/m3 dan

konsentrasi terendah 97 µg/m3 , sedangkan baku mutu yang ditetapkan berdasarkan

PP No. 41 Tahun 1999 yaitu 65 µg/m3.

Penelitian serupa dilakukan oleh Marpaung (2012) terkait dengan pengaruh

pajanan debu respirable PM2.5 terhadap kejadian gangguan fungsi paru pada

pedagang di terminal terpadu kota depok, menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara intake PM2.5 udara ambien terminal terhadap kejadian

gangguan fungsi paru pedagang dengan nilai OR = 6.5 (pvalue = 0.004) yang berarti

pedagang yang memiliki intake PM2.5 diatas RfC mempunyai peluang 6,5 kali lebih

tinggi untuk mendapat gangguan fungsi paru dibanding pedagang yang memiliki

intake dibawah RfC. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Komariah (2016) terkait

Page 20: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

4

dengan analisis risiko pajanan PM2.5 dan dampaknya terhadap penurunan fungsi

paru pekerja di PT Indocement, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara gangguan fungsi paru dengan konsentrasi PM2.5 dengan proporsi

sampel 50% mengalami restriktif dan 10,9% mengalami obstruktif.

Pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Greenpeace sejak Januari

2017 di 21 lokasi di Jabodetabek menunjukkan selama enam bulan terakhir

terindikasi telah memasuki level tidak sehat (unhealthy) bagi manusia dan akan

menimbulkan dampak kesehatan yang lebih serius bagi kelompok sensitif, seperti

anak-anak, ibu hamil, dan kelompok lanjut usia (usila). Angka PM2.5 harian di

lokasi tersebut jauh melebihi standar yang dapat ditoleransi, seperti standar WHO

yaitu 25µg/m3 dan juga Baku Mutu Ambien Nasional yaitu 65 µg/m3.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995,

Terminal Kampung Rambutan termasuk ke dalam Terminal Penumpang Tipe A

yang berfungsi melayani kendaraan umum angkutan antar kota dalam provinsi,

angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Berdasarkan data BPLHD DKI Jakarta

(2015), menyebutkan bahwa konsentrasi TSP di wilayah Ciracas pada bulan

Agustus melebihi baku mutu yang ditetapkan yakni mencapai 314 µg/m3. Data

tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Riani (2017), rata-rata

konsentrasi TSP udara ambien di Terminal Kampung Rambutan mencapai 133

µg/m3 melebihi baku mutu udara yang ditetapkan yaitu 90 µg/m3. Konsentrasi

PM2.5 yang merupakan kelompok polutan TSP diasumsikan akan ikut meningkat

seiring dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi.

Page 21: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

5

Terminal Kampung Rambutan yang merupakan terminal yang cukup besar

dan ramai di Jakarta Timur menarik para pedagang untuk berdagang di sekitar area

terminal. Pedagang di Terminal Kampung Rambutan merupakan kelompok

masyarakat termasuk ke dalam populasi berisiko karena melakukan aktivitas

berdagang di area terminal yang diasumsikan memiliki tingkat polusi yang tinggi,

terpajan dalam waktu yang lama dan dengan konsentrasi yang tinggi. Para

pedagang memiliki risiko untuk mengalami penurunan fungsi paru akibat dari

pajanan personal yang dihirup oleh pedagang setiap harinya.

Hasil studi pendahuluan berupa pemeriksaan paru terhadap 12 pedagang di

4 titik lokasi di sekitar area Terminal Kampung Rambutan menunjukkan bahwa 3

dari 11 pedagang atau sekitar 27% mengalami restriksi dengan masing-masing nilai

FVC 64,77% pada pedagang yang berlokasi di area ruang tunggu dalam kota, FVC

68,57% pada pedagang yang berlokasi di area ruang tunggu antar kota, dan FVC

73,75% pada pedagang yang berlokasi di area jalur keluar antar kota. Sedangkan 1

pedagang lainnya, memperoleh hasil yang tidak acceptable dikarenakan batuk

selama pemeriksaan berlangsung.

Berdasarkan pernyataan diatas dan hasil studi pendahuluan yang

menunjukkan beberapa pedagang memiliki kapasitas vital paru tidak normal , maka

peneliti tertarik untuk melihat analisis estimasi risiko kesehatan akibat pajanan

PM2.5 pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan Tahun 2017.

Page 22: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

6

1.2. Rumusan Masalah

Terminal Kampung Rambutan merupakan salah satu area yang berpotensi

mengalami penurunan kualitas udara. Hal ini dikarenakan fungsinya sebagai pusat

keluar masuknya berbagai jenis kendaraan umum. Salah satu populasi yang rentan

terkena dampak dari polusi kendaraan di area terminal adalah pedagang yang

beraktivitas di luar ruangan dan terpapar langsung oleh polutan di udara ambien

dalam jangka waktu yang lama. Konsentrasi PM2.5 yang melebihi baku mutu atau

batas aman dapat memicu terjadinya pro-inflamasi yang apabila terjadi terus

menerus dapat mengakibatkan penurunan kapasitas vital paru pada pedagang. Oleh

karena itu, rumusan masalah penelitian ini akan dilihat bagaimana risiko kesehatan

lingkungan pajanan PM2.5 terhadap penurunan fungsi paru pada pedagang tetap di

Terminal Kampung Rambutan Tahun 2017.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik individu pedagang tetap (umur, BB, TB,

jenis kelamin) di Terminal Kampung Rambutan?

2. Bagaimana konsentrasi PM2.5, di Terminal Kampung Rambutan?

3. Berapa lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan PM2.5 pada

pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan?

4. Berapa laju inhalasi pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan?

5. Bagaimana gambaran nilai intake dan tingkat risiko (RQ) realtime dan

lifespan/proyeksi dalam 30 tahun yang akan datang?

Page 23: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

7

6. Bagaimana gambaran kapasitas vital paksa pada pedagang tetap di Terminal

Kampung Rambutan?

7. Bagaimana manajemen risiko kesehatan yang dapat dilakukan terhadap

populasi berisiko di Terminal Kampung Rambutan?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi tingkat risiko

pajanan PM2.5 pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran karakteristik pedagang tetap (umur, BB, TB,

jenis kelamin) di Terminal Kampung Rambutan.

2. Diketahuinya gambaran konsentrasi PM2.5, di Terminal Kampung

Rambutan.

3. Diketahuinya lama pajanan, frekuensi pajanan, dan durasi pajanan PM2.5

pada pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan.

4. Diketahuinya laju inhalasi pada pedagang tetap di Terminal Kampung

Rambutan.

5. Diketahuinya gambaran nilai intake dan tingkat risiko (RQ) realtime

dan lifespan/proyeksi dalam 30 tahun yang akan datang.

6. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paksa pada pedagang tetap di

Terminal Kampung Rambutan.

Page 24: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

8

7. Diketahuinya manajemen risiko yang dapat dilakukan terhadap populasi

berisiko di Terminal Kampung Rambutan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

1. Menambah ilmu dan pengetahuan peneliti terkait dengan dampak dari

pajanan polutan udara terhadap kesehatan. Serta mengembangkan pola

pikir peneliti dalam mengkaji permasalahan lingkungan yang ada di

masyarakat, sehingga dapat menemukan solusi pemecahan masalahnya.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian serupa khususnya mengenai analisis risiko kesehatan akibat

pajanan PM2.5.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Informasi dari penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

juga referensi serta membuka wawasan ilmiah para civitas akademik

program studi kesehatan masyarakat terkait efek pajanan polutan PM2.5

terhadap kesehatan khususnya penurunan fungsi paru.

1.5.3. Bagi Pihak Terminal Kampung Rambutan

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan

pertimbangan bagi pemerintah yang berwenang untuk mengambil

Page 25: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

9

kebijakan dalam menurunkan tingkat risiko akibat suatu kegiatan

terminal bus.

2. Sebagai landasan dan pedoman bagi pemerintah dalam membuat

landasan hukum dan regulasi terkait dengan penyehatan lingkungan di

area terminal.

1.5.4. Bagi Masyarakat di Sekitar Terminal

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

kepada masyarakat di sekitar terminal khususnya pedagang dan supir

untuk lebih waspada terhadap dampak kesehatan dari polusi di area

terminal, serta lebih memperhatikan dan menjaga lingkungan terminal

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini meliputi pencemaran udara dalam bentuk partikulat (PM2.5)

terhirup dari lingkungan Terminal Kampung Rambutan dan dampaknya terhadap

kesehatan para pedagang tetap di area Terminal Kampung Rambutan, Jakarta

Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL) dan dilakukan di area Terminal Kampung Rambutan dimulai

sejak bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017. Sasaran penelitian ini

adalah pedagang tetap yang beraktivitas di area Terminal Kampung Rambutan

dengan jumlah sebanyak 66 pedagang.

Penelitian dilakukan dengan mengukur konsentrasi PM2.5 di beberapa titik

terminal dengan menggunakan alat EPAM-5000, kemudian menentukan

Page 26: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

10

konsentrasi PM2.5 terhirup tiap-tiap individu pedagang dengan metode Exposure

Assessment. Sedangkan data terkait dengan karakteristik individu seperti umur,

lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan, tinggi badan, dan

gambaran kapasitas vital paru diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan

pengukuran langsung. Pengukuran terhadap kapasitas vital paru pedagang

dilakukan sebagai pilot study atau alasan dilakukannya studi ARKL.

Setelah data diambil, data diolah dengan menggunakan software analisis

data. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik

individu pedagang (berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan umur), konsentrasi

pajanan personal (intake) PM2.5, gambaran tingkat risiko (RQ) realtime dan

lifespan/proyeksi 30 tahun yang akan datang, gambaran kapasitas vital paksa pada

pedagang tetap, gambaran laju inhalasi, lama pajanan, frekuensi pajanan, dan durasi

pajanan. Selain itu, dilakukan pula pengukuran konsentrasi aman sebagai upaya

manajemen risiko yang dilakukan terhadap populasi berisiko di Terminal Kampung

Rambutan dalam hal ini yaitu pedagang tetap.

Page 27: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Particulate Matter

2.1.1. Definisi dan Karakteristik

Material partikulat atau disebut juga dengan PM (Particulate Matter)

merupakan gabungan dari partikel-partikel kecil dan butiran cair. Partikel-

partikel polutan dapat dibentuk dari berbagai komponen seperti asam nitrat dan

asam sulfat, komponen organik kimiawi, logam serta partikel debu. Ukuran

partikel dapat berpengaruh pada masalah kesehatan. Partikulat yang memiliki

diameter 10 mikron atau lebih kecil dapat masuk ke dalam paru-paru manusia,

karena partikel ini tidak dapat disaring melalui organ pernapasan manusia

(EPA. 2011).

Particulate Matter terdiri dari beberapa klasifikasi diantaranya

berdasarkan ukuran fisik dan mekanisme terbentuknya. Ukuran fisik partikulat

merupakan faktor penentu dan memiliki keeratan hubungan dengan mekanisme

pembentukannya, sifat fisik dan kimia, perubahan, transport, dan pembersihan

partikulat dari atmosfer. Sedangkan berdasarkan mekanisme terbentuknya,

terdiri dari primary particles dan secondary particles. Primary particles

merupakan partikulat yang dihasilkan langsung dari sumbernya, sebaliknya

secondary particles merupakan hasil dari konversi gas-gas prekursor di

atmosfer menjadi partikulat (Vallius, 2005).

Page 28: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

12

Sebagian besar komposisi PM (± 90%) berasal dari emisi alam, PM

yang berasal dari emisi alam terakumulasi dalam ukuran partikulat kasar (> 2,5

µm) yang teremisi secara primer ke atmosfer. Sedangkan komposisi ±10%

merupakan partikulat halus (< 2,5 µm). Partikel debu ≤ 2,5 mikrometer (PM2.5)

merupakan suatu polutan yang terdapat di udara. Partikel debu ini memiliki

diameter ≤ 2,5 mikrometer dan lebih kecil 1/30 bagian dari diameter rambut

manusia. Komposisi pembentuk PM2.5 terdiri dari sulfat, nitrat, organic

compounds, ammonium compounds, metal, acidic material, dan bahan

kontaminan lain yang dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia

(EPA, 2011). Sumber utama PM2.5 adalah pembakaran, asap rokok, emisi

kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan sebagainya.

Komposisi dan ukuran partikulat sangat menentukan seberapa parah

pajanan yang terjadi. PM2.5 ketika terhirup akan langsung masuk ke dalam paru-

paru, berpenetrasi ke parenkim paru dan mengendap di alveoli.

2.1.2. Mekanisme Pajanan ke Manusia

Particulate Matter masuk ke tubuh manusia melalui jalur inhalasi dan

masuk ke saluran pernapasan. Sistem pernapasan manusia memiliki beberapa

mekanisme pertahanan yang berperan untuk mencegah partikel-partikel asing

dan berbahaya masuk ke dalam paru-paru. Seperti halnya rambut-rambut

hidung dan membran mukosa akan akan melakukan upaya proteksi terhadap

partikel yang akan masuk ke dalam saluran pernapasan dengan mekanisme

penyaringan. Hal ini dikarenakan, ketika manusia bernapas bukan hanya

Page 29: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

13

oksigen yang masuk ke dalam tubuh melainkan partikel lain pun juga ikut turut

masuk. Sistem pernapasan manusia dimulai dari hidung, tenggorokan, bronkus,

bronkhioli sampai alveoli.

Ukuran partikulat sangat berpengaruh terhadap organ pernapasan yang

dapat dicapai oleh partikulat tersebut. Partikulat yang berukuran lebih dari 5

mikron akan tertahan di saluran pernapasan bagian atas. Partikulat dengan

ukuran 3-5 mikron akan tertahan di saluran pernapasan bagian tengah

(Wardhana, 2004). Ukuran yang lebih kecil yakni 1-3 mikron akan menempel

di permukaan atau selaput lendir paru-paru (Soedomo, 2001). Pengeluaran

partikel kecil yang terdapat pada alveoli sangat lambat, sehingga partikel dalam

alveoli dapat mengendap. Apabila terjadi ketidaksesuaian selama proses

pernapasan berlangsung, maka manusia akan mengalami gangguan pada

sistem pernapasannya.

Partikulat yang masuk saluran pernapasan akan menyebabkan

timbulnya reaksi mekanisme pertahanan tubuh non spesifik berupa batuk,

bersin, gangguan transport mikrosiliar, dan fagositosis oleh makrofag.

Gangguan pada saluran pernapasan muncul dalam beberapa bentuk gejala yang

berbeda seperti iritasi, sekresi lender yang berlebihan, dan penyempitan saluran

pernapasan (Soedomo, 2001).

Deposisi partikel debu di dalam paru terdapat tiga mekanisme, yaitu

(Djojodibroto, 2009):

Page 30: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

14

a. Inertia (kelambanan). Partikel berukuran 2-100 µm, karena ukuran

partikel relative besar, partikel sulit mengikuti aliran udara yang

berkelok-kelok, sehingga mudah membentur selaput lender dan

terperangkap di percabangan bronkus besar.

b. Sedimentasi (gravitasi). Partikel berukuran 0.5-2 µm. partikel umumnya

akan mengendap di percabangan bronkiolus terminalis dan bronkiolus

resporatorus. Gravitasi pengendapan partikel dimungkinkan karena

kecepatan aliran udara cukup lamban.

c. Gerakan brown (proses difusi). Partikel berukuran ±1 µm. akibat

gerakan brown ini maka partikel akan membentur permukaan alveoli

dan mengendap. Partikel ini akan difagositosis oleh makrofag alveolar,

dibawa oleh jaringan limfatik, atau diangkut oleh system transport

mukosilier.

2.1.3. Dampak Terhadap Kesehatan

Konsentrasi PM2.5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila

terhirup oleh manusia. PM2.5 yang terhirup akan masuk ke dalam alveoli dan

menimbulkan reaksi radang, akibat adanya inflamasi membuat daya kembang

paru menjadi terbatas (Fordiastiko, 2002). Salah satu dampak negatif

terpaparnya polutan PM2.5 adalah penurunan fungsi paru pada manusia

(Lagorio, et. al., 2006). Berdasarkan penelitian (Borm, et. al., 2002) yang

dilakukan pada pekerja di industri pengelolaan kayu menyatakan bahwa

penurunan fungsi paru dapat terjadi setelah terpapar selama 5-6 tahun.

Page 31: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

15

Berbagai penelitian telah menghubungkan antara PM2.5 dengan

berbagai masalah kesehatan diantaranya, kematian prematur, penyakit

pernapasan kronis, asma, penyakit kardiovaskular, gejala pernapasan akut, dan

penurunan fungsi paru. PM2.5 digolongkan sebagai partikulat yang cukup

berbahaya karena memiliki komposisi berbagai macam logam toksik dan asam,

serta secara aerodinamis dapat melakukan penetrasi sampai ke bagian paru-

paru yang terdalam (Fordiastiko, 2002).

2.1.4. Baku Mutu

Baku mutu PM2.5 yang telah ditetapkan oleh Environemntal Protection

Agency (EPA) pada tahun 2006, yaitu 35 µg/m3 (rata-rata per 24 jam) dan 15

µg/m3 (rata-rata per tahun). Sedangkan, World Health Organization (WHO)

juga telah menetapkan baku mutu PM2.5 adalah 10 µg/m3 (rata-rata per tahun)

dan 25 µg/m3 (rata-rata per 24 jam) (WHO, 2005). Sementara itu, baku mutu

PM2.5 di udara ambien yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah RI

Nomor 41 Tahun 1999, yaitu 65 µg/m3 (rata-rata per 24 jam).

2.1.5. Cara Pencegahan dan Pengendalian

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999,

pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau

penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. Pengendalian

pencemaran udara dapat meliputi pengendalian sumber bergerak, sumber

bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber bergerak tidak spesifik

yang dapat dilakukan dengan upaya pengendalian emisi dan/atau sumber

Page 32: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

16

gangguan yang memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu

udara ambien (Sastrawijaya, 2009).

Upaya pengendalian dapat berupa tindakan pencegahan (preventive),

pendeteksian (detective), perlindungan (protective), dan mitigasi (mitigating).

Kontrol pencegahan merupakan pengendalian yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Kontrol pendeteksian merupakan

pendeteksian kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ketika terjadi suatu

insiden. Kontrol perlindungan merupakan pengendalian untuk mengurangi

dampak langsung dari suatu kejadian. Sedangkan pengendalian mitigasi

merupakan pengendalian terhadap sutau dampak yang berlangsung dalam

jangka panjang (Australian Government, 2016). Hirarki pengendalian dapat

dilakukan dengan eliminasi risiko, minimisasi risiko, pengendalian

engineering, pengendalian administratif, dan penggunaan alat pelindung diri

(personal protective equipment).

Pemerintah provinsi DKI Jakarta juga telah berkomitmen untuk

melakukan penanggulangan pencemaran udara sebagai salah satu upaya

pengendalian pencemaran udara yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2005. Upaya pencegahan pencemaran udara yang dilakukan diantaranya

yaitu; penetapan baku mutu udara ambien, status mutu udara ambien, baku

mutu emis, ambang batas emisi gas buang, baku tingkat gangguan, dan baku

mutu udara dalam ruangan dan ISPU; kawasan dilarang merokok; larangan

pembakaran sampah. Sedangkan upaya penanggulangan pencemaran udara

Page 33: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

17

yang dilakukan oleh pemerintah yaitu; pentaatan baku mutu udara ambien,

emisi dan tingkat gangguan oleh industri (sumber tidak bergerak), pemeriksaan

emisi kendaraan bermotor, penggunaan bahan bakar gas untuk angkutan umum

dan kendaraan operasional Pemda, serta pengelolaan kualitas udara dalam

ruangan.

2.1.6. Cara Pengukuran PM2.5

PM2.5 dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode. Alat-alat

yang digunakan dalam pengukuran ini diantaranya:

1. High Volume Air Sampler (HVAS)

Gambar 2.1 Alat High Volume Air Sampler

High Volume Air Sampler (HVAS) merupakan alat atau

instrument yang digunakan untuk mengukur jumlah partikel. Metode

pengukuran yang digunakan adalah metode gravimetri dengan waktu

sampling selama 7 hari. Cara pengukurannya adalah dengan meletakkan

Page 34: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

18

kertas saring pada desikator selama 24 jam. Setelah itu kertas saring

akan ditimbang dengan neraca. Selanjutnya kertas saring siap dianalisis

secara kimia terkait dengan kandungan yang ada dalam partikel debu.

Dari hasil sampling, kertas saring hasil pengukuran juga digunakan

untuk menganalisis kandungan ion yang ada di atmosfer (Kristianto,

2002).

2. Haz-Dust (EPAM-5000)

Gambar 2.2 Alat Haz-Dust

Haz-Dust atau EPAM-5000 merupakan microprocessor portable

berbasis partikulat monitor yang berfungsi untuk melihat kualitas udara

ambien dan kualitas udara dalam ruang. Alat ini merupakan instrumen

digital yang digunakan untuk mengukur konsentrasi PM10, PM2.5, PM1, dan

kadar debu total (TSP) di udara (Kusnoputranto, 2000). Alat ini dapat

langsung memperlihatkan hasil pengukuran tanpa melalui proses

pengolahan terlebih dahulu.

Page 35: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

19

3. Dust Trak

Gambar 2.3 Alat Dust Trak

Dust Trak merupakan alat aerosol monitor yang digunakan untuk

menangkap debu dengan ukuran diameter 10 µm; 2,5 µm; dan 1 µm. Alat

ini adalah instrumen portable yang dapat dioperasikan dengan

menggunakan baterai dan dengan teknik laser photometer berfungsi untuk

mengukur dan merekam konsentrasi debu di udara. Dust trak lebih cocok

digunakan untuk menngetahui dan mengukur kualitas udara di dalam ruang.

2.2. Sistem Pernapasan Manusia

2.2.1. Anatomi dan Fisiologis Paru-Paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga

dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung

beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam

mediastinum. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga,

permukaan dalam yang memuat tampuk paru-paru, sisi belakang yang

Page 36: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

20

menyentuh tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan

jantung (Pearce, 2002).

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen masuk

melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; kemudian masuk melalui

trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah

di dalam kapiler pulmonaris (Pearce, 2002). Udara yang masuk ke dalam

rongga hidung mengalami tiga proses penting diantaranya filtrasi, yaitu

partikel-partikel yang ada dalam udara pernapasan yang dihirup akan disaring

oleh silia khususnya partikel dengan ukuran diameter >2 mm. Proses kedua

yaitu heating, yang dilakukan oleh pembuluh darah bertujuan untuk mencegah

iritasi saluran pernapasan dan melembabkan (humidifikasi) (Asmadi, 2008).

2.2.2. Kapasitas Paru-Paru

Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml

atau 4½ sampai 5 liter udara. Hanya sebagain kecil dari udara, sekitar 1/10 nya

atau 500 ml yang merupakan udara pasang surut (tidal air), yaitu udara yang

dihirup masuk dan dihembuskan keluar pada pernapasan biasa dan dalam

keadaan tenang. (Perace, 2002). Berikut ini empat jenis volume paru, apabila

semuanya dijumlahkan maka sama dengan volume maksimal paru yang

mengembang. Volume ini disebut sebagai volume statis (Uyainah, 2004):

Page 37: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

21

1) TV. Volume Tidal (tidal volume) merupakan volume udara yang

diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal. Besarnya sekitar

500 ml pada laki-laki dewasa.

2) IRV. Volume Cadangan Inspirasi (inspiratory reserve volume) yaitu

jumlah udara yang dapat diinspirasikan secara paksa setelah inspirasi

normal. Besarnya mencapai 3.100 ml.

3) ERV. Volume Cadangan Ekspirasi (expiratory reserve volume) yaitu

jumlah udara yang dapat diekspirasikan secara paksa setelah ekspirasi

normal. Besarnya mencapai 1.200 ml

4) RV. Volume Residu (residual volume) merupakan volume yang

tertinggal dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimal. Volume ini

besarnya sekitar 1.200 ml.

5) IC. Kapasitas Inspirasi (inspiratory capacity) adalah volume ekstra

maksimal yang dapat diekpirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir

ekspirasi tidak normalnya. Besarnya sekitar 3.600 ml (IRV + TV).

6) VC. Kapasitas Vital (vital capacity) yaitu jumlah udara maksimal yang

dapat diekspirasi setelah inspirasi maksimal (TV + IRV + ERV,

seharusnya 80% dari TLC).

7) FRC. Kapasitas Residu Fungsional (functional residual capacity)

adalah volume udara yang tertinggal di dalam paru setelah ekspirasi

tidak normalnya. Besarnya sekita 2.400 ml.

Page 38: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

22

8) TLC. Kapasitas Paru Total (total lung capacity) merupakan jumlah

udara maksimal yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah inspirasi

maksimal (TV + IRV + ERV + RV). Besarnya sekitar 6.000 ml.

Selain volume statis, terdapat pula volume dinamis. Volume dinamis

merupakan faktor terpenting dalam menentukan ada atau tidaknya gangguan

fungsi paru. Volume dinamis antara lain (Ikawati, 2009):

1) FVC. Kapasitas Vital Paksa (forced vital capacity) merupakan

pengukuran yang diperoleh dari ekspirasi yang dilakukan secepat dan

sekuat mungkin.

2) SVC. Kapasitas Vital Lambat (slow vital capacity) yaitu volume gas

yang diukur pada eskpirasi lengkap yang dilakukan secara perlahan

setelah atau sebelum inspirasi maksimal.

3) FEV1. Volume Ekspirasi Maksimum (forced expired volume)

merupakan jumlah udara yang dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam

1 detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi

maksimal.

4) MVV. Maximal Voluntary Ventilation yaitu jumlah udara yang

bisadikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam 2 menit dengan bernapas

cepat dan dalam secara maksimal.

2.2.3. Definisi dan Karakteristik Penurunan Fungsi Paru

Proses respirasi manusia terbagi menjadi tiga tahapan antara lain,

ventilasi, difusi, dan perfusi.

Page 39: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

23

a. Ventilasi adalah peristiwa keluar masuknya udara ke dalam alveoli serta

keluarnya CO2 dari alveoli ke udara luar. Frekuensi bernapas normal

yaitu 12-15 kali per menit. Pada orang dewasa setiap satu kali bernapas

(tidal volume, TV) udara masuk 500 cc atau 10 ml/kg BB sehingga tiap

menitnya udara yang masuk ke sistem pernapasan yaitu sekitar 6-8 liter

(minute volume, VA). Ventilasi Alveolair lebih kecil dari Minute

Volume karena sebagian udara di jalan napas tidak ikut pertukaran gas

(Dead Space).

b. Difusi adalah perpindahan O2 dari alveoli ke dalam darah dan CO2 dari

darah ke alveoli. Tahap difusi O2 akan berjalan lancer bila alveoli

mengembang dengan kondisi baik dari jarak difusi trans-membran

pendek. Edema merupakan kondisi yang menyebabkan jarak difusi O2

menjauh sehingga kadar O2 dalam darah menurun (hipoksemia). Difusi

CO2 tidak pernah terganggu karena kapasitas difusi CO2 jauh lebih besar

daripada O2.

c. Perfusi adalah distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru

untuk dapat dialirkan ke seluruh tubuh. Tahap perfusi ikut menentukan

jumlah O2 yang akan diangkut ke seluruh tubuh. Masalah akan muncul

apabila terjadi ketidakseimbangan antara Ventilasi Alveolar (VA)

dengan perfusi (Q) sehingga dapat terjadi hal sebagai berikut:

Jika ventilasi normal dan perfusi normal, maka semua O2

diambil darah.

Page 40: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

24

Jika ventilasi normal dan perfusi kurang, maka ventilasi

berlebihan sehingga tidak semua O2 sempat diambil. Kondisi ini

disebut “dead space” yang terjadi pada shock dan emboli paru.

Jika ventilasi berkurang dan perfusi normal, maka darah tidak

mendapat O2 yang cukup (desaturasi). Kondisi ini disebut

“shunt”. Biasanya terjadi pada atelektasis edema paru dan

aspirasi cairan.

Ada atau tidaknya gangguan pada fungsi paru dapat dinilai dengan uji

fungsi paru yang dapat melihat gambaran restriktif, obstruktif, maupun

campuran keduanya. Restriktif ataupun obstruktif, keduanya sebagian besar

merupakan bentuk penyakit pernapasan yang menyebabakan perubahan pada

volume paru dan bagian di dalamnya. Penyakit restriktif dapat menurunkan

kapasitas paru dan kapasitas vital. Sedangkan penyakit obstruktif

menyebabkan gas terperangkap sehingga dapat menaikkan volume residu dan

fungsi kapasitas residu (Behrman, 2000).

2.2.4. Cara Pengukuran

Spirometri merupakan suatu alat sederhana yang digunakan untuk

mengukur volume udara dalam paru. Alat ini juga dapat digunakan untuk

mengukur volume statis dan volume dinamis paru. Spirometri merupakan tes

yang membantu mendiagnosa berbagai kondisi paru-paru, yang paling umum

adalah obstruksi paru-paru kronis. Spirometri mengukur kemampuan paru-

paru menarik dan menghembuskan napas. Kemampuan ini dapat dipengaruhi

Page 41: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

25

oleh adanya penyakit dalam paru-paru seperti obstruksi paru kronis, asma,

fibrosis paru dan sistik (Irianto, 2013). Nilai normal setiap volume atau

kapasitas paru dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, tinggi badan, ras dan

bentuk tubuh (Kee, 1996).

Gambar 2.4 Alat Spirometri

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatiakan subjek yang ingin

melakukan pemeriksaan fungsi paru, yaitu:

a. Subjek tidak boleh merokok < 1 jam sebelum pemeriksaan

b. Subjek tidak sedang sakit atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu

c. Subjek tidak boleh makan < 2 jam sebelum pemeriksaan

d. Subjek tidak boleh berpakaian ketat

Selain itu, untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang baik maka subjek

harus memperhatikan hal-hal, seperti:

a. Subjek dalam keadaan berdiri tegak

b. Subjek menghirup udara semaksimal mungkin

c. Subjek mengeluarkan udara melalui mulut sekuat-kuatnya sampai semua

udara keluar

Page 42: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

26

Dalam pemeriksaan fungsi paru, ada beberapa parameter yang

digunakan yaitu:

a. FVC (Force Vital Capacity) atau KVP merupakan

ekspirasi/pengeluaran napas dengan kekuatan penuh.

b. FEV1 (Force Expiratory Volume in 1 Second) merupakan pengeluaran

napas pada detik pertama.

2.2.5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri

American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan bahwa hasil

spirometri yang baik adalah suatu usaha ekspirasi yang menunjukkan

gangguan minimal pada saat awal ekspirasi paksa, tidak ada batuk pada detik

pertama ekshalasi paksa, dan memenuhi 1 dari 3 kriteria valid end-of test, yaitu

peningkatan kurva linier yang halus dari volume-time ke fase plateau ekspirasi

dengan durasi sedikitnya 1 detik; jika pemeriksaan gagal untuk

memperlihatkan gambaran plateau ekspirasi, waktu ekspirasi paksa/ forced

expiratory time (FET) dari 15 detik; atau ketika pasien tidak mampu untuk

sebaiknya tidak melanjutkan ekshalasi paksa berdasarkan alasan medis

(Uyainah, 2014).

Hasil spirometri minimal terdapat tiga hasil acceptable yang sesuai

dengan kriteria, yaitu: (1) inspirasi penuh sebelum pemeriksaan dimulai; (2)

memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-

ragu; (3) tidak batuk atau glottis menutup selama detik pertama; (4) memenuhi

lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada subjek

Page 43: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

27

dengan kelainan obstruksi; (5) tidak terjadi kebocoran; (6) tidak terjadi

obstruksi pada mouthpiece. Hasil yang reproducible, diantaranya: (1) Nilai

FVC dan FEV1 diambil dua nilai terbesar dengan perbedaan diantaranya

kurang dari 5% atau 0,1 liter; (2) jika tidak memenuhi kriteria ulangi

pemeriksaan; (3) jika tidak didapat setelah 8 kali pemeriksaan maka

pemeriksaan dihentikan dan interpretasi hasil yang didapat dengan

menggunakan 3 hasil terbaik yang acceptable. Seleksi nilai untuk interpretasi

yaitu: (1) pilih hasil yang acceptable dan reproducible; (2) pilih nilai FVC dan

FEV1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang digunakan; (3)

untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan

nilai terbesar kombinasi FVC dan FEV1 (Irianto, 2013).

Setelah standar terpenuhi, selanjutnya menentukan nilai referensi

normal FEV1 dan FVC responden berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tinggi

badan. Kemudian pilih 3 hasil FEV1 dan FVC yang konsisten dari hasil

pemeriksaan spirometri yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai normal

yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan persentase nilai

prediksi.

a. Fungsi Paru Normal

Hasil spirometri normal menunjukkan FEV1> 80% dan FVC > 80%

Page 44: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

28

Gambar 2.5 Normal Spirometri

b. Obstructive Ventilatory Defects (OVD)

Gangguan obstruktif pada paru, dimana terjadi penyempitan saluran

napas dan gangguan aliran udara di dalamnya, akan mempengaruhi

kerja pernapasan dalam mengatasi resistensi nonelastik dan akan

bermanifestasi pada penurunan volume dinamik. Kelainan ini berupa

penurunan rasio FEV1:FVC <70%. FEV1 akan selalu berkurang pada

OVD dalam jumlah yang besar, sedangkan FVC dapat tidak berkurang.

Pada orang sehat ditemukan penurunan rasio FEV1:FVC, namun nilai

FEV1 dan FVC tetap normal. Ketika sudah ditetapkan diagnosis OVD,

maka selanjutnya menilai; beratnya obstruksi, kemungkinan

reversibilitas dari obstruksi, menentukan adanya hiperinflasi, dan air

trapping (Uyainah, 2014).

Page 45: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

29

Gambar 2.6 Spirometri Obstruktif

c. Restrictive Ventilatory Defects (RVD)

Gangguan restriktif yang menjadi masalah adalah hambatan dalam

pengembangan paru dan akan mempengaruhi kerja pernapasan dalam

mengatasi resistensi elastik. Manifestasi spirometrik yang biasanya

timbul akibat gangguan ini adalah penurunan pada volume statis. RVD

menunjukkan reduksi patologik pada TLC (<80%).

Gambar 2.7 Spirometri Restriktif

Page 46: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

30

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru

2.3.1. Umur

Fungsi paru pada manusia akan terus meningkat seiring dengan

bertambahnya umur. Fungsi paru akan mencapai nilai optimal pada umur 20-

25 tahun (Gotschi, et. al., 2008). Setelah mencapai nilai optimal, fungsi paru

akan mengalami penurunan sesuai dengan pertambahan umur orang tersebut.

Penurunan nilai FEV1 pertahunnya bisa mencapai 28 ml (Indriani, 2016). Umur

merupakan faktor risiko yang lebih tinggi dalam menurunkan nilai FVC. Umur

yang lebih tua secara patifisiologi menyebabkan penurunan FVC. Dengan

bertambahnya umur seseorang maka akan menimbulkan degenerasi sel dan

berisiko menyebabkan kerusakan pada jaringan paru serta mengganggu

elastisitas jaringan. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Elizabeth (2010)

yang meneliti terkait pengaruh umur terhadap fungsi paru pada beberapa ras di

Amerika yang berumur 23 sampai 80 tahun menyebutkan bahwa semakin tua

umur subjek maka FVC dan FEV1 akan semakin rendah.

2.3.2. Lama dan Masa Kerja

Gangguan fungsi paru akibat penurunan kapasitas paru yang timbul

pada individu sangat bergantung pada lamanya pajanan dan banyaknya partikel

polutan yang terhirup. Hal ini dipengaruhi oleh tiga hal yaitu, kadar partikel

polutan di dalam udara, jumlah partikel polutan dengan lamanya paparan

berlangsung/dosis kumulatif, dan waktu tinggal (retensi) lamanya partikel

polutan mengendap di dalam paru-paru (WHO, 2005). Berdasarkan penelitian

Page 47: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

31

(Soedjono dan Setiani, 2002) terkait dengan pengaruh kualitas udara (debu,

COx, NOx, SOx) terminal terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap

Terminal Bus Induk Jawa Tengah, menyebutkan 52,2% dari total responden

yang mengalami gangguan fungsi paru diketahui memiliki jam kerja diatas

waktu standar 8 jam dan 93,5% dari mereka memiliki masa kerja lebih dari 3

tahun.

2.3.3. Jenis Kelamin

Menurut Guyton (2008) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita

kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria, dan lebih besar

lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar dibandingkan orang yang

bertubuh kecil dan astenis. Volume paru pria dan wanita terdapat perbedaan

yang terletak pada kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional, pria

adalah 6 liter dan wanita 4,2 liter. Sedangkan kapasitas vital rata-rata pria

dewasa muda sekitar 4,6 liter dan perempuan sekitar 3,1 liter (Yulaekah, 2007).

2.3.4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pernapasan

Alat pelindung diri merupakan seperangkat alat yang digunakan

individu untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi

bahaya atau kecelakaan yang juga dapat mengancam kesehatan. Alat pelindung

diri tidak secara sempurna melindungi tubuh, akan tetapi dapat mengurangi

tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng, 2003). Berdasarkan

penelitian Muslikatul (2011) terkait dengan hubungan antara masa kerja,

pemakaian alat pelindung pernapasan pada tenaga kerja bagian pengamplasan

Page 48: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

32

dengan kapasitas fungsi paru PT. Accent House Pecangaan Jepara,

menyebutkan bahwa seluruh responden yang tidak memakai masker 100%

memiliki kapasitas paru tidak normal.

2.3.5. Status Merokok

Perokok pasif merupakan seseorang yang menghirup asap rokok dari

orang yang sedang merokok, sedangkan perokok aktif merupakan orang yang

merokok. Bahaya yang harus ditanggung oleh perokok pasif hampir tiga kali

lipat dibandingkan perokok aktif itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil

penelitian Williamson (2010) yang menyatakan bahwa perokok pasif memiliki

risiko lebih besar untuk terkena gangguan fungsi paru yakni sebesar 2,5%

dibandingkan perokok aktif yang hanya memiliki risiko sebesar 1,4% untuk

terkena gangguan fungsi paru. Penelitian sejalan juga dilakukan oleh Cui, et.

al (2010) yang menyatakan bahwa laki-laki yang merokok satu bungkus per

hari dapat menurunkan FEV1 rata-rata sebesar 12,6 ml per tahun. Sedangkan,

perempuan yang merokok satu bungkus per hari dapat menurunkan FEV1

sebesar 7,2 ml per tahun.

2.3.6. Berat Badan

Penurunan kapasitas vital paru pada individu dengan berat badan

berlebih dapat disebabkan oleh karena menurunnya elastisitas dan kemampuan

mengembang dinding rongga dada. Hal ini disebabkan oleh dinding dada yang

tebal oleh lipatan lemak pada keadaan yang lanjut akan sangat menghambat

gerakan diafragma, bahkan dapat menyebabkan sumbatan saluran pernapasan

Page 49: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

33

dan mengurangi eskpansi paru selama inspirasi dan dapat mengurangi

kapasitas paru (Mandal, 2017). Pada orang obesitas, bernapas lebih cepat

sehingga partikulat yang dihirup lebih banyak (Bennet et. al, 2004). Individu

BB lebih, cadangan paru rendah dan sulit menyediakan O2 untuk tubuh atau

biasa disebut dengan sindroma hipoventilasi (Zammit et. al, 2010).

2.4. Macam Gangguan Fungsi Paru

2.4.1. Penyakit Paru Obstruksi

2.4.1.1. Akut

Secara umum, kondisi obstruktif menghambat aliran udara di

dalam paru, yang menimbulkan sedikit tahanan pada inspirasi dan lebih

banyak tahanan pada ekspirasi. Ini menimbulkan perpanjangan fase

ekspirasi pernapasan. Klasifikasi penyakit obstruksi jalan napas akut

bergantung pada sifat episodik kondisinya. Dua klasifikasi utama adalah

bronkitis akut dan asma. Pada keduanya, obstruksi adalah intermiten dan

reversibel.

a. Bronkitis Akut

Bronkitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan oleh infeksi

dan inhalan yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa

percabangan trakeobronkial. Penyebab infeksi paling umum dari

bronkitis akut mencakup virus influenza, adenovirus, rinovirus,

dan organisme Mycoplasma pneumoniae. Bronkitis

menyebabkan sekret mukus berlebihan, bronki membengkak,

Page 50: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

34

disfungsi silia yang menghambat aliran udara ekspirasi. Gejala

bronkitis akut adalah batuk, dengan banyak mukus purulen.

b. Asma Bronkial

Asma adalah obstruksi jalan napas akut, episodik yang

diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respon

pada orang sehat. Patogenesis asma mengacu pada non spesific

hyperirritability pada percabangan trakea. Penyebab asma dibagi

menjadi dua kategori utama yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Asma

ekstrinsik secara umum mempengaruhi anak atau remaja muda

yang mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi,

sedangkan asma intrinsik biasanya mempengaruhi orang dewasa

termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau tidak

mempunyai riwayat keluarga tentang alergi. Agen penyebab

asma adalah alergen, lingkungan (polusi), dan emosi atau stress

(Tambayong, 2000).

2.4.1.2. Menahun

Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) serupa dengan asma

yaitu aliran udara ekspirasi disumbat dan eksaserbasi serta kambuhan

umum terjadi. Penyakit obstruksi menahun dan akut berbeda dalam

jaringan paru yang tidak kembali ke normal di antara eksaserbasi pada

kondisi menahun.

Page 51: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

35

a. Bronkitis Menahun

Inflamasi bronkus terus menerus atau ditandai dengan batuk

produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan berturut-turut

dalam 2 tahun terakhir. Biasanya inflamasi dan batuk ini adalah

respon pada mukosa bronkial terhadap iritasi kronis dari

merokok, polusi atau infeksi.

b. Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah penyakit menahun pada bronkus dan

bronkiolus, yang dikarakteristikkan oleh dilatasi irrreversibel

percabangan bronkial dan dihubungkan dengan infeksi menahun.

Gejala paling umum yaitu batuk menahun dengan sputum purulen

produktif, khususnya pada penyakit berat dan infeksi akut.

c. Fibrosis Kistik

Fibrosis Kistik adalah gangguan herediter yang mempengaruhi

kelenjar keringat, bronki, pankreas, dan mukus dari usus halus.

Tanda dan gejala paru umum terjadi dan meliputi batuk menahun,

infeksi paru menetap, dan korpulmonale.

d. Emfisema

Emfisema adalah penyakit paru menahun yang paling umum dan

sering diklasifikasikan dengan bronkitis menahun karena

kejadian simultan dari dua kondisi. Emfisema mengakibatkan

pembesaran bronkiolus terminal (acinus) permanen dan abnormal

yang disertai dengan destruktif.

Page 52: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

36

2.4.2. Penyakit Paru Restriksi

Penyakit paru restriktif adalah keadaan abnormal yang menyebabkan

penurunan kapasitas vital paru. Fase inspirasi dari pernapasan akan mengalami

kesulitan.

2.4.2.1. Atelaktasis

Atelaktasis adalah penyakit restriktif akut, akibat kolapsnya

jaringan paru yang tadinya sudah berkembang, atau pengembangan paru

yang tidak sempurna saat lahir. Dua perubahan utama pada atelaktasis

ialah kompresi jaringan paru oleh sumber alveoli dan absorpsi yang

melibatkan absorpsi gas dari alveoli. Atelaktasis adalah komplikasi pasca-

bedah yang umum, akibat sekret yang tertahan, karena pasien bedah

kurang memiliki respon batuk akibat obat dan nyeri. Refleks batuk yang

tidak efektif berakibat menurunnya “volume tidal”.

2.4.2.2. Efusi Pleural

Efusi pleural dapat terjadi akibat penyakit atau trauma seperti

gagal jantung, kongestif, neoplasma, infeksi, tromboemboli dan defek

kardiovaskular dan imunologis. Efusi pleural seringkali cairan berkumpul

dalam ruang pleural dan mengubah tempat jaringan paru.

2.4.2.3. Pneumotoraks

Pneumotoraks terjadi bila udara masuk ke dalam rongga pleura.

Akibatnya, jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan

Page 53: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

37

cairan. Gejala klinik pneumotoraks adalah dispnea dan nyeri dada

mendadak.

2.4.2.4. Edema Paru

Edema paru terjadi akibat keluarnya cairan paru pada tekanan

tertentu ke jaringan interstisial. Penyebaran cairan edema paru tergantung

posisi. Penyebab paling umum adalah gagal jantung kiri, radang akut,

keracunan gas tertentu, aspirasi getah lambung, kelebihan beban (volume),

asap rokok. Gejala mulai dengan bronki kering, dispnea, batuk kering.

2.5. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 876 Tahun 2001 tentang

Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) didefinisikan sebagai suatu pendekatan

untuk mencermati potensi besarnya risiko. Pada aplikasinya, ARKL dapat

digunakan untuk memprediksi besarnya risiko dengan titik tolak dari kegiatan

pembangunan yang sudah berjalan, risiko saat ini dan memprakirakan besarnya

risiko di masa yang akan datang. Analisis risiko menggunakan berbagai macam

ilmu seperti science, engineering, probability, dan statistic untuk mengestimasi dan

mengevaluasi seberapa besar dan seberapa mungkin risiko tersebut berdampak

pada kesehatan dan lingkungan (Louvar, 1998). Pada dasarnya ARKL terdiri dari

empat langkah dasar, yaitu identifikasi bahaya, analisis dosis respon, analisis

pemajanan, dan karakterisasi risiko.

Page 54: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

38

Gambar 2.8 Proses risk analysis (National Risk Council, 1986)

2.5.1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Bahaya (hazard) adalah suatu benda (material) atau keadaan yang dapat

menimbulkan kerusakan dan kerugian. Bahaya lingkungan dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu bahaya fisik, kimia, biologi. Pada analisis

risiko bahaya diartikan sebagai bahan toksik atau kondisi yang berpotensi

berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Louvar, 1998).

Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama yang dilakukan sebelum dapat

menilai toksisitas suatu zat.

Page 55: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

39

Dari hasil identifikasi tersebut akan diperoleh karakteristik suatu

bahaya. Penilaian tersebut dilakukan untuk menilai efek dari suatu bahan dan

dampaknya terhadap manusia dan lingkungan. Tahapan ini harus menjawab

pertanyaan agen risiko spesifik apa yang berbahaya, di media lingkungan

mana agen risiko eksisting, seberapa besar kandungan/konsentrasi agen risiko

di media lingkungan, gejala kesehatan apa yang potensial (Dirjen PP&PL,

2012).

2.5.2. Dosis-Respon (Dose-Response Assessment)

Analisis dosis-respon dilakukan dengan mencari nilai RfD, dan/atau

RfC, dan/atau SF agen risiko. Dosis/konsentrasi referensi (RfC/RfD)

merupakan dosis/konsentrasi dari pajanan harian agen risiko non karsinogenik

yang diestimasi tidak menimbulkan efek yang menganggu walaupun

pajanannya terjadi seumur hidup (Dirjen PP&PL, 2012). Langkah analisis

dosis respon ini dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui jalur pajanan (pathways) dari suatu agen risiko masuk ke

dalam tubuh manusia.

2. Memahami perubahan gejala atau efek kesehatan yang terjadi akibat

peningkatan konsentrasi atau dosis agen risiko yang masuk ke dalam

tubuh.

3. Mengetahui dosis referensi (RfD) atau konsentrasi referensi (RfC)

atau slope factor (SF) dari agen risiko tersebut.

Page 56: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

40

Untuk mengetahui RfC, RfD, dan SF suatu agen risiko dapat dilihat

pada Integrated Risk Information System (IRIS). Jika tidak ada, maka nilai

dapat diturunkan dari dosis eksperimental yang lain seperti NOAEL (No

Observed Adverse Effect Level), LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect

Level), maupun NAAQS (National Ambient Air Quality Standard) (Dirjen

PP&PL, 2012).

2.5.3. Analisis Pajanan (Exposure Assessment)

Analisis pemajanan dilakukan dengan mengukur atau menghitung

intake/asupan dari agen risiko. Intake atau asupan merupakan jumlah asupan

risk agent yang diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per

hari (Dirjen PP&PL, 2012). Untuk menghitung intake digunakan persamaan

atau rumus. Data yang digunakan untuk melakukan perhitungan dapat berupa

data primer yaitu hasil pengukuran konsentrasi agen risiko pada media

lingkungan yang dilakukan sendiri, maupun data sekunder yaitu pengukuran

konsentrasi agen risiko yang dilakukan oleh pihak lain/badan/institusi yang

terpercaya. Perhitungan intake membutuhkan nilai-nilai default beberapa

variable faktor pemajanan (Djafri, 2014). Berikut ini rumus perhitungan yang

digunakan:

Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑋 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Page 57: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

41

Tabel 2.1 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Jalur Inhalasi

Notasi Arti Notasi Satuan Nilai Default

Ink (intake

non

karsinogenik)

Jumlah konsentrasi agen

risiko (mg) yang masuk ke

dalam tubuh manusia

dengan berat badan tertentu

(kg) setiap harinya

mg/kg x

hari

Tidak ada nilai

default

C

(concentratio

n)

Konsentrasi agen risiko

pada media udara (udara

ambien)

mg/m3 Tidak ada nilai

default

R (rate) Laju inhalasi atau

banyaknya volume yang

masuk setiap jamnya

m3/jam Dewasa: 0,83

m3/jam

Anak-anak (6-12

tahun ): 0,5 m3/jam

tE (time of

exposure)

Lamanya atau jumlah jam

terjadinya pajanan setiap

harinya

Jam/hari Pajanan pada

pemukiman: 24

jam/hari

Pajanan pada

lingkungan: 8

jam/hari

Pajanan pada

sekolah dasar: 6

jam//hari

fE (frequency

of exposure)

Lamanya atau jumlah hari

terjadinya pajanan setiap

tahunnya

Hari/tahun Pajanan pada

pemukiman: 350

hari/tahun

Pajanan pada

lingkungan: 250

hari/tahun

Dt (duration

time)

Lamanya atau jumlah

terjadinya pajanan

Tahun Residensial

(pemukiman)/pajanan

seumur hidup: 30

tahun

Wb (weight of

body)

Berat badan

manusia/populasi/kelompk

populasi

Kg Asia/Indonesia

Dewasa: 55 kg

Anak-anak: 15 kg

Page 58: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

42

tavg (time

average)

Periode waktu rata-rata

efek non karsinogenik

Hari 30 tahun x 365

hari/tahun = 10.950

hari

2.5.4. Karakteristik Risiko (Risk Characterization)

Karakteristik risiko dilakukan untuk menetapkan tingkat risiko atau

menentukan apakah agen risiko pada konsentrasi tertentu yang dianalisis

berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat (dengan

karakteristik seperti berat badan, laju inhalasi/konsumsi, waktu, frekuensi,

durasi pajanan) atau tidak. Karakteristik risiko dilakukan dengan

membandingkan/membagi intake dengan dosis/konsentrasi agen risiko

tersebut. Tingkat risiko dikatakan “aman” jika intake ≤ RfD atau RfC nya atau

dinyatakan dengan RQ ≤ 1. Sedangkan, tingkat risiko dikatakan “tidak aman”

jika intake > RfD atau RfC nya atau dinyatakan dengan RQ > 1 (Dirjen PP&PL,

2012).

Sedangkan untuk karakterisasi risiko kesehatan karsinogenik

dinyatakan dalam notasi ECR (Excess Cancer Risk). Untuk melakukan

kakrakteristik risiko efek karsinogenik dilakukan perhitungan dengan

mengkali intake dengan nilai Slope Factor. Rumus untuk menentukan ECR

sesuai dengan persamaan berikut.

ECR = intake x SF

Tingkat risiko dinyatakan dalam bilangan eksponen tanpa satuan.

Tingkat risiko efek kesehatan karsinogenik dikatakan acceptable atau aman

Page 59: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

43

bilamana ECR ≤ 1E-4 atau dinyatakan dengan ECR ≤ 1/10.000. Sedangkan

tingkat risiko efek kesehatan karsinogenik dikatakan tidak aman atau

unacceptable bilaman ECR > 1E-4 atau dinyataan dengan ECR > 1/10.000.

2.5.5. Manajemen Risiko (Risk Management)

Manajemen risko merupakan langkah tindak lanjut yang harus

dilakukan bilamana hasil karateristik risiko menunjukkan tingkat risiko yang

tidak aman (RQ > 1) ataupun unacceptable. Dalam melakukan manajemen

risiko perlu dibedakan antara strategi pengelolaan risiko dengan cara

pengelolaan risiko. Berdasarkan nilai tingkat risiko yang telah didapatkan,

manajemen risiko merupakan pilihan yang dilakukan untuk memperkecil

dampak pajanan dari suatu polutan melalui strategi pengelolaan risiko meliputi

penentuan batas aman yaitu konsenrtasi agen risiko (C), jumlah konsumsi/laju

inhalasi (R), waktu pajanan (tE), frekuensi pajanan (fE), dan durasi pajanan

(Dt). Manajemen risiko dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

C aman = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

fE aman = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝐷𝑡

tE aman = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

Dt = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸

Page 60: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

44

Hal ini dilakukan agar nilai asupan (intake) lebih kecil atau sama dengan dosis

referensi toksisitasnya. Adapun cara pengelolaan risiko adalah cara atau metode

yang akan digunakan untuk mencapai batas aman tersebut. Cara pengelolaan risiko

meliputi beberapa pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial-

ekonomis, dan pendekatan institusional (Rahman, 2007).

Komunikasi risiko dilakukan untuk menyampaikan informasi risiko kepada

masyarakat (populasi yang berisiko), pemerintah, dan pihak yang berkepentingan

lainnya. Komunikasi risiko merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ARKL dan

merupakan tanggung jawab dari pemrakarsa atau pihak yang menyebabkan

terjadinya risiko. Komunikasi risiko dapat dilakukan dengan teknik atau metode

ceramah ataupun diskusi interaktif dengan menggunakan media komunikasi yang

ada seperti media massa, televise, radio ataupun dalam format pemetaan dengan

menggunakan geographical information system (GIS) (Dirjen PP&PL, 2012).

Page 61: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

45

2.9. Kerangka Teori

Faktor Iklim

Curah Hujan

Kelembaban

Suhu

Kecepatan Angin

Manajemen

Risiko

Sumber Partikulat Alami

Aktivitas Gunung Berapi

Pembukaan Lahan

Padang Pasir

Sumber Partikulat

Antropogenik

Emisi Transportasi

Industri

Pembakaran Sampah

Konsentrasi

PM2.5 udara

ambien

Paparan

PM2.5 Intake PM2.5

Masuk ke dalam alveoli

Saluran

Pernapasan

Manusia

Tingkat Risiko

(RQ) PM2.5

Pola Aktivitas

Lama Pajanan

Durasi Pajanan

Frekuensi Pajanan

Laju Inhalasi

Antropometri

Berat Badan

Gambar 2.9 Kerangka Teori

RQ ≤ 1 RQ > 1

Page 62: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

46

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Polutan PM2.5 yang dihasilkan oleh sumber tidak bergerak (aktivitas

industri, pembakaran lahan atau hutan dan pembakaran sampah) maupun sumber

bergerak (kepadatan kendaraan bermotor) berkumpul di udara ambien atau udara

bebas. Keberadaan tinggi rendahnya PM2.5 di udara ambien dipengaruhi oleh

faktor iklim seperti curah hujan, kelembaban, suhu dan kecepatan angin.

Jumlah konsentrasi pajanan personal (intake) PM2.5 yang diperoleh oleh

seseorang dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, jenis kelamin, berat

badan, laju inhalasi, dan waktu yang dihabiskan seseorang di daerah atau lokasi

tersebut (jam/hari, hari/tahun dan tahun). Saat manusia bernapas, tidak hanya

oksigen yang masuk ke dalam saluran pernapasan melainkan partikel lain juga

ikut masuk, terutama partikel yang berukuran 0,5-5 mikron dapat masuk ke paru-

paru bahkan beberapa partikel bisa mencapai alveoli karena dipengaruhi oleh

gerakan brown (Fordiastiko, 2002).

PM2.5 yang terhirup terdeposit pada dinding saluran pernapasan dan

berinteraksi pada sel-sel epitel di dinding saluran pernapasan. Pada saat yang

sama terjadinya pro-inflamasi pada sel-sel epitel paru yang menyebabkan

kerusakan akut pada jaringan dan respon perbaikan organ dan meningkatnya

produksi mukus yang berlebihan, sehingga dapat memperlemah pembersihan

Page 63: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

47

partikulat di paru. Inflamasi yang terjadi terus menerus akan menyebabkan

perubahan bentuk pada saluran pernapasan yang sangat berhubungan dengan

penurunan kapasitas paru. Penurunan kapasitas paru nantinya akan

mengakibatkan destruksi atau gangguan fungsi paru (Lazaridis, 2010).

Pada penelitian ini dilakukan penyederhanaan pemikiran dan

memfokuskan penelitian pada beberapa variabel tertentu. PM2.5 menimbulkan

risiko kesehatan terhadap populasi berisiko di Terminal Kampung Rambutan

dalam hal ini yaitu pedagang tetap di area Terminal. Besarnya risiko dipengaruhi

oleh berat badan (Wb), laju inhalasi (R), lama pajanan (tE), frekuensi pajanan

(fE), dam durasi pajanan (Dt). Kelima karakteristik individu tersebut

berpengaruh terhadap dosis yang akan diterima oleh pedagang. Dosisi yang

diterima bisa dilakukan manajemen risiko seperti menetapkan pajanan aman.

Besarnya risiko yang dapat mengakibatkan masalah kesehatn disebut Risk

Quotient (RQ). Variabel independen pada kerangka konsep tersebut adalah

Intake (Asupan)

PM2.5 pedagang

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Tingkat Risiko

(RQ) PM2.5

Pola Aktivitas

Laju Inhalasi

Lama Pajanan

Frekuensi Pajanan

Durasi Pajanan

Antropometri

Berat Badan

Konsentrasi

PM2.5

Page 64: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

48

konsentrasi PM2.5 sedangkan variabel dependen adalah Risk Quotient (RQ). Pada

konsentrasi tertentu yang melebihi baku mutu, pajanan PM2.5 dapat

meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan.

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala

Ukur Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Konsentrasi

PM2.5 Udara

Ambien

Konsentrasi

agen risiko

(PM2.5) pada

media udara

Rasio Haz-Dust

EPAM 5000 Sensor Optik mg/m3

Pajanan

Personal

PM2.5 (intake)

Jumlah PM2.5

yang terhirup

oleh pedagang

Rasio Exposure

Assessment

Persamaan

Intake

Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

mg/kg/hari

Waktu

Pajanan (tE)

Periode waktu

sampel

terpajan PM2.5

dihitung

berdasarkan

jumlah jam

pedagang

berada di

lokasi

penelitian

dalam satu hari

Rasio Kuesioner Wawancara Jam/hari

Frekuensi

Pajanan (fE)

Jumlah hari

pemajanan

PM2.5 yang

diterima

pedagang

dalam satu

tahun

dikurangi lama

responden

meninggalkan

lokasi

penelitian

Rasio Kuesioner Wawancara Hari/tahun

Page 65: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

49

Durasi

Pajanan (Dt)

Lamanya

waktu terpajan

oleh PM2.5 di

lokasi

penelitian

Rasio Kuesioner Wawancara Tahun

Laju Inhalasi

(R)

Volume udara

yang dihirup

per jam

Rasio

Rumus

Perhitungan

Laju Inhalasi

Persamaan

y = 5.3 ln(x) –

6.9

mg/m3

Berat Badan

(Wb)

Berat badan

yang diukur

pada saat

pengukuran

langsung atau

observasi

dilakukan

Rasio Timbangan Menimbang kg

Tingkat

Risiko (RQ)

Besarnya

risiko PM2.5

terhadap

pedagang

Rasio Software

Komputer

Persamaan

RQ = 𝐼

𝑅𝑓𝐶

Tidak ada

satuan

Page 66: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain studi dalam penelitian ini menggunakan metode Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan (ARKL). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

(ARKL) merupakan metode untuk menghitung estimasi risiko akibat pajanan

suatu agen baik kimia maupun biologi pada populasi berisiko dengan

mempertimbangkan karakteristik agen dan populasi.

Prosedur penelitian dalam metode ARKL meliputi langkah-langkah

sebagai berikut yaitu:

a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Penelitian ini dimulai dengan melakukan analisis PM2.5 yang terdapat di

dalam udara ambien lingkungan sekitar area Terminal Kampung

Rambutan, Jakarta Timur.

b. Analisis Dosis Respon (Dose-Response Assessment)

Analisis dosis respon dilakukan dengan melakukan kajian literature

terhadap PM2.5. dosis respon diperoleh dari penurunan rumus IRIS-US

EPA dikarenakan belum adanya RfC untuk partikulat tersebut.

c. Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)

Analisis pajanan dilakukan dengan mengestimasi jumlah asupan atau

intake inhalasi setiap harinya dengan menghitung konsentrasi PM2.5, laju

inhalasi, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan.

Page 67: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

51

d. Karakteristik Risiko (Risk Characteristic)

Karakteristik risiko adalah prakiraan risiko numerik yang didapatkan dari

perbandingan asupan (intake) dengan dosis referensi (RfC). Tingkat risiko

dinyatakan dengan Risk Quotients (RQ). Risiko kesehatan perlu

dikendalikan jika RQ > 1, jika RQ ≤ 1, risiko tidak perlu dikendalikan

tetapi segala kondisi harus dipertahankan agar nilai RQ tidak melebihi 1.

e. Manajemen Risiko

Langkah tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakteristik

risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable.

Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan salah satunya adalah penentuan

batas aman.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Oktober 2017 di kawasan Terminal

Kampung Rambutan, khususnya pada beberapa titik dimana terdapat pedagang

tetap yang melakukan aktivitas berdagang di lokasi tersebut.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi target dalam

penelitian ini adalah seluruh pedagang di Terminal Kampung Rambutan.

Page 68: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

52

Pedagang yang dimaksud adalah orang yang pekerjaan utamanya sebagai

pedagang di terminal baik yang memiliki kios permanen, semi permanen,

lapak maupun gerobak dengan mobilitas tinggi maupun rendah. Populasi

studi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang tetap yang berdagang di

area Terminal Kampung Rambutan yang memiki kios permanen dan semi

permanen. Berdasarkan Profil Terminal Kampung Rambutan Tahun 2016

dan didukung dengan observasi langsung, pedagang tetap atau pedagang

kios di Terminal Kampung Rambutan berjumlah 106 pedagang. Sedangkan

sampel pada penelitian ini adalah populasi studi yang memenuhi kriteria

inklusi.

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Sampel Udara/Data Pajanan PM2.5

PM2.5 diukur dengan menggunakan Haz-Dust (EPAM-5000).

Langkah-langkah pengambilan sampel PM2.5 di Terminal Kampung

Rambutan dimulai dari penentuan lokasi dan penempatan peralatan

pengambilan contoh uji. Disesuaikan dengan SNI 19-7119.6-2005 udara

ambien bagian 6 tentang penentuan lokasi pengambilan contoh uji

pemantauan kualitas udara ambien:

1. Menentukan 3 titik yang merupakan area terbuka dan terdapat

banyak pedagang. Tiga titik ini dipilih berdasarkan Sampling

point untuk PM2.5 harus dekat dengan lokasi pedagang sebagai

Page 69: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

53

objek penelitian ini agar didapatkan nilai intake PM2.5 yang

mewakili setiap individu.

2. Menempatkan peralatan sampling pada daerah yang aman. Tiga

titik yang dijadikan lokasi pengambilan sampel udara yaitu area

antar kota antar provinsi (AKAP), area jalur keluar dalam kota,

dan area ruang tunggu dalam kota.

Pengumpulan data PM2.5 dilakukan oleh dua orang tenaga yaitu

peneliti dan satu orang operator atau laboran dari Laboratorium K3

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

4.3.2.2. Sampel Pedagang

Sampel merupakan pedagang tetap yang melakukan aktivitas

berjualan di area terminal. Sampel yang diambil ialah sampel yang

selama satu tahun terakhir berada pada lokasi penelitian secara intense.

Kemudian dilakukan wawancara serta pengukuran langsung untuk

mengukur konsentrasi PM2.5. Data terkait karakteristik individu seperti

umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, waktu pajanan, frekuensi

pajanan, durasi pajanan didapatkan melalui wawancara. Hanya saja,

umur, jenis kelamin, dan tinggi badan merupakan data pelengkap dan

tidak diteliti.

Sampel outcome yang berupa kapasitas vital paru pada

pedagang diambil dengan menggunakan metode simple random

sampling. Hal ini dikarenakan populasi penelitian homogen atau relatif

Page 70: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

54

homogen, sehingga diambil secara random sampel yang representatif

terhadap populasi (Sugiyono, 2012). Pengumpulan data outcome

didapatkan dari hasil spirometri. Data kapasitas paru, dilakukan oleh dua

orang tenaga yaitu peneliti dan satu operator atau dokter dari Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Balai K3). Besar sampel dalam

penelitian ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan rumus berikut

(Lemeshow, 1997):

n = Z21−𝛼/2P(1−P)𝑁

𝑑2 (𝑁−1)+ Z2 1−𝛼/2P(1−P)

Keterangan

n : Besar sampel minimal yang dibutuhkan

Z2 1-α/2 : 1,96 pada tingkat kepercayaan 95%

d : Derajat presisi yang diinginkan sebesar 5% (0,05)

N : Besar populasi (106 pedagang tetap)

P : Estimasi proporsi (prevalensi) penyakit pada populasi

dari penelitian terdahulu yakni 77,4% (Marpaung,

2012)

Berdasarkan perhitungan sampel diatas, didapatkan jumlah

sampel minimal sebesar 60 pedagang tetap di kawasan Terminal

Kampung Rambutan. Untuk meminimalisir terjadinya kehilangan

sampel (dropout), maka ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga

menjadi 66 sampel pedagang tetap. Jumlah pedagang berdasarkan titik

lokasi sampling nya masing-masing berjumlah 34 orang untuk area

Page 71: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

55

AKAP, 15 orang untuk area jalur keluar dalam kota, dan 17 orang untuk

area ruang tunggu dalam kota.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang

akan diteliti merupakan pedagang tetap terminal dengan kios permanen,

menetap, ketika berdagang di terminal tidak berpindah-pindah/bergerak,

termasuk dalam kategori orang dewasa berumur 18-65 tahun. Hal ini

diperlukan untuk menyesuaikan dengan ketentuan American Thoracic

Society, Medical Section of The Asian Lung Association. Sedangkan

kriteria eksklusi antara lain, pada saat penelitian (uji spirometri) sedang

mengalami gangguan pernapasan, perokok aktif, dan pedagang yang

tidak bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Pengumpulan Data Konsentrasi PM2.5

Pengukuran PM2.5 dilakukan dengan menggunakan alat sampel

digital direct reading Haz-Dust EPAM 5000. Alat ini menggunakan metode

laser analyzer dalam melakukan pengukuran partikulat. Hasil pengukuran

PM2.5 akan langsung terbaca di layar alat tersebut. Adapun langkah-langkah

yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Meletakkan Haz-Dust EPAM 5000 di titik pengukuran.

2. Menghidupkan Haz-Dust EPAM 5000.

Page 72: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

56

3. Melakukan kalibrasi.

4. Memasang inlet untuk PM2.5.

5. Menekan tombol start pada alat dan kemudian secara otomatis

melakukan pengukuran.

6. Waktu sampling dilakukan selama 30 menit sesuai dengan

rekomendasi EPA yaitu 15-60 menit.

7. Hasil pengukuran dicatat, yaitu nilai max, min dan time weighted

average (TWA) atau nilai rata-rata.

4.4.2. Pengukuran Fungsi Paru

Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan kapasitas vital

paru dengan menggunakan Spirometri (SpiroAnalyzer ST-75 seri

72/21157). Prosedur pemeriksaan fungsi paru sebagai berikut:

1. Mempersiapkan responden dengan syarat:

a. Tidak merokok.

b. Berpakaian tidak terlalu ketat.

2. Mejelaskan kepada responden tentang ketidaknyamanan dalam

melakukan pengukuran spirometri, seperti batuk, pusing dan

tenggorokan menjadi tidak nyaman.

3. Menyiapkan spirometri lengkap yang telah dikalibrasi

(menghidupkan alat; menekan tombol ID; masukkan data

responden), form, mouthpiece, dan tissue.

Page 73: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

57

4. Memasang mouthpiece ke mulut dengan posisi bibir rapat pada

mouthpiece.

5. Melakukan pernapasan biasa melalui alat (pernapasan dilakukan

melalui mulut).

6. Responden berdiri tegak, menghirup udara semaksimal mungkin,

kemudian keluarkan udara melalui mouthpiece sekuat-kuatnya.

Dalam proses pemeriksaan, responden diperiksa sampai 3 kali

pengulangan sehingga diperoleh hasil yang akurat. Pemeriksaan

dilakukan untuk memperoleh 3 nilai, yaitu:

a. Waktu ekspirasi maksimal 3 detik

b. Grafik flow volume mempunyai puncak

c. Permulaan uji baik/cepat (tidak ragu-ragu)

Adapun hal-hal yang menunjukkan pemeriksaan fungsi paru tidak

berjalan dengan baik adalah sebagai berikut (ATS, 2004):

a) Batuk selama detik pertama/selama dilakukan pemeriksaan

b) Akhir ekspirasi yang cepat (normal, ekspirasi berlangsung 6 detik)

c) Terjadi kebocoran

d) Mouthpiece tersumbat

Hasil pemeriksaan spirometri yang selanjutnya dibandingkan

dengan nilai normal yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mendapatkan

persentase nilai prediksi. Metode analisis yang digunakan mengacu pada

American Thoracic Society (ATS), dengan metode pengujian sesaat.

Page 74: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

58

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

bentuk pertanyaan terbuka, Haz-Dust EPAM 5000, dan SpiroAnalyzer ST-75.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner mengacu pada sumber

kepustakaan yang ada termasuk dari penelitian sebelumnya. Instrumen

penelitian yang telah disusun perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

sebelum dilakukan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

akan dilakukan pada beberapa pedagang tetap yang melakukan aktivitas atau

berdagang di sekitar area Terminal Kampung Rambutan.

4.6. Pengolahan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang dilakukan sebelum analisis

data tujuannya agar data yang akan dianalisis dapat menghasilkan informasi

yang valid. Didalam proses pengolahan data terdapat empat tahapan, diantaranya

yaitu (Notoatmodjo, 2010):

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekkan isian formulir

atau kuesioner apakah daftar jawaban yang ada pada kuesioner

lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

2. Coding

Merupakan kegiatan mengubah data menjadi bentuk-bentuk kode

angka yang berguna memudahkan peneliti dalam melakukan entry

Page 75: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

59

data dan analisis. Proses coding ini tidak berlaku untuk data yang

sudah dalam bentuk angka, seperti konsentrasi PM2.5 udara ambien.

3. Entry atau Processing

Data yang sudah diperoleh, dilanjutkan dengan memproses data yang

sudah dimasukkan ke dalam software computer untuk dianalisis lebih

lanjut. Pemrosesan dilakukan dengan cara memasukkan hasil

jawaban responden dari kuesioner ke dalam software komputer.

4. Cleaning

Data yang sudah di entry dilakukan pengecekkan ulang dengan

tujuan untuk melihat apakah data yang masuk sudah relevan dengan

daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner dan memberikan

kesempatan untuk dilakukan perbaikan sebelum dilakukannya

analisis data apabila terdapat data yang data baik itu missing data

ataupun data yang tidak bervariasi/tidak konsisten.

4.7. Analisis Data

4.7.1. Analisis Univariat

Data akan diolah kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif

untuk mengetahui jenis sebaran datanya, apakah merupakan data dengan

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan sebelum data

dianalisis berdasarkan model penelitian yang akan dilakukan. Uji normalitas

data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu variabel yang

akan digunakan dalam penelitian. Uji normalitas data menggunakan uji

Page 76: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

60

Kolomogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal apabila nilai uji lebih

dari 0.05 (p > 0.05). Pada analisis univariat, distribusi data kategorik

disajikan dengan menggunakan tabel dan analisis yang ditampilkan adalah

jumlah dan persentase. Sedangkan, data numerik yang ditampilkan meliputi

nilai mean, median, minimum-maksimum, standar deviasi, dan kenormalan

distribusi. Variabel kategorik yang disajikan meliputi jenis kelamin dan

kapasitas vital paru. Sedangkan variabel numerik yang disajikan meliputi

konsentrasi PM2.5, berat badan, laju inhalasi, lama pajanan, frekuensi

pajanan, dan durasi pajanan.

Kegiatan mengolah data akan dilaksanakan dengan bantuan

software analisis data. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi. Adapun untuk analisis univariat variabel yang akan dianalisis

adalah sebagai berikut:

4.7.1.1. Konsentrasi Pajanan PM2.5

Data mengenai konsentrasi PM2.5 dalam udara ambien, data

antropometri, dan data karakteristik pekerjaan kemudian dianalisis

dengan analisis deskriptif untuk mengetahui sebaran datanya.

Selanjutnya, data tersebut disubstitusikan dan dianalisis untuk

mendapatkan nilai intake dan tingkat risiko (RQ) dengan menggunakan

persamaan berikut (Rahman, 2006) :

Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Page 77: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

61

Keterangan

Ink : Intake PM2.5 (mg/kg/hari)

C : Konsentrasi PM2.5 udara ambien (mg/m3)

R : Laju Inhalasi (mg/m3)

tE : Lama Pajanan (jam/hari)

fE : Frekuensi Pajanan (hari/tahun)

Dt : Durasi Pajanan (tahun)

Wb : Berat Badan (kg)

tavg : Periode Waktu Rata-Rata

Sedangkan untuk mengetahui karakteristik risiko (RQ), digunakan

rumus:

RQ = 𝐼

𝑅𝑓𝐶

Keterangan

RQ : Tingkat Risiko PM2.5

I : Intake PM2.5 (mg/kg/hari)

RfC : Dosis Referensi PM2.5 (mg/kg/hari)

4.7.1.2. Kapasitas Vital Paru Pedagang

Data kondisi kapasitas vital paru pedagang akan disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi. Adapun informasi dalam tabel akan berisi

jumlah dan persentase sampel dengan kondisi paru-paru normal,

mengalami paru obstruksi, paru restriksi, maupun campuran keduanya.

Selanjutnya, kelompok paru obstruksi, paru restriksi dan campuran

masuk dalam kategori menderita penurunan fungsi paru. Sedangkan,

kelompok paru normal masuk ke dalam kategori tidak menderita

penurunan fungsi paru.

Page 78: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

62

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaraan Umum Lokasi Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Terminal Kampung Rambutan

Terminal bus adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan

menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau moda

transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan

umum. Terminal Bus Kampung Rambutan terletak di Jalan Letjen TB

Simatupang No. 1 Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Kota Administrasi

Jakarta Timur. Terminal ini merupakan terminal terbesar kedua di DKI

Jakarta dengan luas area sekitar 141.000 m2 yang telah beroperasi sejak tahun

1992. Lokasinya di sebelah Utara berbatasan dengan Taman Mini Indonesia

Indah dan sebelah Timur dengan Tol Jagorawi dan sebelah Selatan dengan

Pasar Rebo. Terminal ini merupakan jenis terminal tipe A yang berfungsi

melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dan antar provinsi.

Terminal Kampung Rambutan dibagi menjadi dua terminal inti yaitu

Terminal Bus Dalam Kota dan Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi

(AKAP). Terminal Bus Dalam Kota telah dibangun sejak 1 Oktober 1990 dan

diresmikan pada 1 Oktober 1992 dengan luas tanah sekitar 8,72 hektar.

Terminal ini berfungsi melayani angkutan umum di dalam kota yang terdiri

dari bus Mayasari Bakti, Kopaja, Metro Mini, Koantas Bima, KWK, Koasi,

dan Angkot.

Page 79: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

63

Sedangkan, Terminal Bus Antar Kota Antar Provinsi telah dibangun

sejak November 1991 dan diresmikan pada 1 Oktober 1992 dengan luas tanah

sekitar 15 hektar. Terminal ini berfungsi untuk melayani angkutan umum

antar kota atau antar provinsi pada beberapa wilayah di pulau Jawa dan

Sumatera. Adapun fasilitas yang disediakan di dalam terminal diantaranya

yaitu ruang tunggu, kios, musholla, ruang kesehatan, dan toilet.

Dalam penelitian ini area terminal dibagi menjadi tiga titik lokasi

yaitu Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Jalur Keluar Dalam Kota, dan

Ruang Tunggu Dalam Kota. Tidak adanya pohon di sekitar kios pedagang

merupakan kesamaan dari ketiga lokasi ini, namun di lokasi Dalam Kota

kendaraan umum parkir dengan posisi membelakangi kios pedagang yang

berada di Jalur Keluar Dalam Kota. Hal ini dapat berpengaruh terhadap

konsentrasi PM2.5 yang mungkin lebih tinggi serta tingkat risiko pada

pedagang yang lebih tinggi pula di lokasi ini. Di area ruang tunggu

penumpang pun baik di lokasi AKAP maupun Dalam Kota tidak terdapat

tanaman. Berikut ini adalah denah Terminal Kampung Rambutan.

Page 80: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

64

Gambar 5.1 Denah Terminal Kampung Rambutan

= Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien (PM2.5)

5.1.2. Gambaran Angkutan Umum di Terminal Kampung Rambutan

Terminal Kampung Rambutan melayani rute keberangkatan untuk

Angkutan Dalam Kota dan Angkutan Dalam Kota Antar Provinsi (AKAP).

Berikut ini merupakan data jumlah PO dan trayek yang terdapat di Terminal

Angkutan Antar Kota Antar Provinsi maupun Terminal Dalam Kota Terminal

Kampung Rambutan berdasarkan data profil terminal tahun 2016.

Page 81: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

65

Tabel 5.1 Data Kendaraan Kedatangan dan Keberangkatan Angkutan

Antar Kota Antar Provinsi Terminal Kampung Rambutan

Tahun 2016

No Jurusan

Kedatangan

Bus/bulan Kapasitas/

seat PNP/bulan

Rata-rata

PNP/hari

1 Sumatera 379 59 2.999 100

2 Jawa Barat 14.317 59 252.183 8.406

3 Jawa

Tengah 2.242 59 45.545 1.418

4 Jawa Timur 77 59 591 20

No Jurusan

Keberangkatan

Bus/bulan Kapasitas/

seat PNP/bulan

Rata-rata

PNP/hari

1 Sumatera 73 59 172 6

2 Jawa Barat 11.475 59 26.285 876

3 Jawa

Tengah 756 59 2.776 93

4 Jawa Timur 5 59 30 1

Tabel 5.2 Data Kendaraan Angkutan Dalam Kota Terminal Kampung

Rambutan Tahun 2016

No Trayek/Jurusan Jumlah

Maya Sari Bakti Bus Besar

1 Trayek AC. 10 5.625

2 Trayek AC. 70 Tanah Abang 20.025

3 Trayek AC. 74 Tangerang 17.850

4 Trayek AC. 42 Tanjung Priok 7.800

5 Trayek AC. 02 Kalideres 19.800

6 Trayek AC. 73 Ciledug 18.675

7 Trayek P. 17 Kota 21.600

8 Trayek P. 98 Pulo Gadung 5.700

9 Trayek P. 9B Bekasi Barat 20.775

10 Trayek P. 9BT Bekasi Timur 30.375

11 Trayek P. 9BC Cikarang 2.875

Page 82: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

66

Kopaja

1 T. 57 Blok M 66.240

2 S. 605 Blok M 12.288

3 T. 53 Kampung Melayu 30.336

4 S. 76 Blok M 24.096

5 T. 509 Lebak Bulus 76.704

6 T. 510 Ciputat 23.932

7 PO. Miniarta Cibinong 39.168

8 PO Mekar Jaya 48.924

Bus Kecil

1 T. 03 Cililitan 122.670

2 K. 28 Setu 72.270

3 91 Wanaherang 21.897

4 19 Depok 29.565

5 121 Cileungsi 21.870

6 K. 44 Komsen 68.364

7 K. 06 Pondok Gede 90.972

8 K. 40 Bekasi 13.572

9 A. 112 Depok 150.300

10 A. 37 Cisalak 88.398

11 A. 41 Bojong Gede 838.546

5.2. Analisis Univariat

5.2.1. Karakteristik Individu Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

5.2.1.1. Umur

Rata-rata umur keseluruhan pedagang di Terminal Kampung

Rambutan yaitu 38.77 tahun. Umur tertua responden adalah 67 tahun

dan umur termuda adalah 17 tahun. Dengan nilai median 38.74 tahun

dan standar deviasi 11.497.

Tabel 5.3 Distribusi Umur Pedagang Terminal Kampung Rambutan

Variabel N Mean Median SD Min Maks

Umur (tahun) 66 38.77 38.74 11.497 17 67

Page 83: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

67

5.2.1.2. Berat Badan

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data karakteristik berat

badan dari keseluruhan populasi pedagang diperoleh nilai p = 0.200

yang berarti data berdistribusi normal, maka digunakan nilai mean

62.48 kg. Berat badan responden tertinggi yaitu 98 kg dan terendah

yaitu 39 kg. Apabila berdasarkan lokasi, nilai berat badan untuk tiap

lokasi pun berdistribusi normal sehingga digunakan nilai mean.

Masing-masing nilai tiap lokasi yaitu 63.12 kg untuk lokasi AKAP,

62.13 kg untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 61.53 kg untuk lokasi

Ruang Tunggu DK. Nilai mean dari tiap lokasi ini nantinya akan

disubstitusikan ke dalam rumus intake untuk diperoleh nilai intake

PM2.5 dan tingkat risiko (RQ) populasi yang ditinjau dari tiga lokasi

berbeda.

Tabel 5.4 Distribusi Berat Badan Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Kelompok

Populasi

Berat Badan (kg)

N Mean Median SD Min Maks

Semua

Kelompok 66 62.48** 62 10.766 39 98

Kelompok

Lokasi

AKAP

34 63.12** 65 12.36 39 98

Kelompok

Lokasi Jalur

Keluar DK

15 62.13** 60 7.36 52 77

Kelompok

Lokasi Ruang

Tunggu DK

17 61.53** 61 10.31 45 84

Page 84: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

68

Keterangan

** : distribusi normal (nilai p > 0.05) menggunakan nilai mean

5.2.1.3. Tinggi Badan

Rata-rata tinggi badan keseluruhan pedagang di Terminal

Kampung Rambutan yaitu 159.02 cm. Tinggi badan responden tertinggi

yaitu 177 cm dan terendah yaitu 138 cm. Dengan nilai median 160.50

cm dan standar deviasi 8.225.

Tabel 5.5 Distribusi Tinggi Badan Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Variabel N Mean Median SD Min Maks

TB (cm) 66 159.02 160.50 8.225 138 177

5.2.1.4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin terbagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki

dan perempuan. Adapun distribusi responden menurut jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pedagang Berdasarkan

Titik Sampling

Jenis

Kelamin

Titik Sampling

AKAP Jalur Keluar DK Ruang Tunggu DK

N % N % N %

Laki-Laki 24 70.6 7 46.7 12 70.6

Perempuan 10 29.4 8 53.3 5 29.4

Total 34 100 15 100 17 100

Berdasarkan tabel diatas jumlah responden di titik lokasi

AKAP dan Ruang Tunggu DK lebih banyak berjenis kelamin laki-laki

Page 85: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

69

dengan masing-masing berjumlah 24 orang (70.6%) dan 12 orang

(70.6%). Sedangkan responden di titik lokasi Jalur Keluar DK lebih

banyak berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 8 orang (53.3%).

Dari total keseluruhan titik lokasi penelitian, responden berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden dengan jenis

kelamin perempuan yaitu berjumlah 43 orang (65.15%) berbanding 23

orang (34.85%).

5.2.2. Pola Aktivitas Pedagang Terminal Kampung Rambutan

5.2.2.1. Lama Pajanan

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data karakteristik

tinggi badan dari keseluruhan pedagang diperoleh nilai p = 0.000 yang

berarti data berdistribusi tidak normal, maka digunakan nilai median 12

jam/hari dengan standar deviasi sebesar 3.944. Lama pajanan terendah

sebesar 6 jam/hari dan tertinggi sebesar 24 jam/hari responden selalu

terpajan polutan PM2.5. Apabila berdasarkan lokasi, nilai lama pajanan

untuk tiap lokasi pun tidak berdistribusi normal sehingga digunakan

nilai median. Nilai median untuk ketiga lokasi sama besar yaitu 12

jam/hari. Nilai median dari tiap lokasi ini nantinya akan disubstitusikan

ke dalam rumus intake untuk diperoleh nilai intake PM2.5 dan tingkat

risiko (RQ) populasi yang ditinjau dari tiga lokasi berbeda.

Page 86: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

70

Tabel 5.7 Distribusi Lama Pajanan Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Kelompok

Populasi

Lama Pajanan (jam/hari)

N Mean Median SD Min Maks

Semua

Kelompok 66 12.65 12* 3.944 6 24

Kelompok

Lokasi

AKAP

34 13.29 12* 4.51 8 24

Kelompok

Lokasi Jalur

Keluar DK

15 11.87 12* 1.85 8 16

Kelompok

Lokasi Ruang

Tunggu DK

17 12.06 12* 4.054 6 24

Keterangan

* : distribusi tidak normal (nilai p ≤ 0.05) menggunakan nilai median

5.2.2.2. Frekuensi Pajanan

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data karakteristik

tinggi badan pedagang diperoleh nilai p = 0.000 yang berarti data

berdistribusi tidak normal, maka digunakan nilai median 335 hari/tahun

dengan standar deviasi sebesar 59.24. Frekuensi pajanan terendah

sebesar 104 hari/tahun dan tertinggi sebesar 365 hari/tahun. Apabila

berdasarkan lokasi, nilai frekuensi pajanan untuk tiap lokasi pun tidak

berdistribusi normal sehingga digunakan nilai median. Nilai median

untuk ketiga lokasi masing-masing yaitu 338 hari/tahun untuk lokasi

AKAP, 323 hari/tahun untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 335

hari/tahun untuk lokasi Ruang Tunggu DK. Nilai median dari tiap

lokasi ini nantinya akan disubstitusikan ke dalam rumus intake untuk

Page 87: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

71

diperoleh nilai intake PM2.5 dan tingkat risiko (RQ) populasi yang

ditinjau dari tiga lokasi berbeda.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pajanan Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Kelompok

Populasi

Frekuensi Pajanan (hari/tahun)

N Mean Median SD Min Maks

Semua

Kelompok 66 309.39 335* 59.24 104 365

Kelompok

Lokasi

AKAP

34 316.35 338* 63.92 104 365

Kelompok

Lokasi Jalur

Keluar DK

15 297.13 323* 53.23 197 360

Kelompok

Lokasi Ruang

Tunggu DK

17 306.29 335* 55.65 197 358

Keterangan

* : distribusi tidak normal (nilai p ≤ 0.05) menggunakan nilai median

5.2.2.3. Durasi Pajanan

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov data karakteristik

tinggi badan pedagang diperoleh nilai p = 0.007 yang berarti data

berdistribusi tidak normal, maka digunakan nilai median 8 tahun

dengan standar deviasi sebesar 7.363. Durasi pajanan terendah sebesar

1 tahun dan tertinggi sebesar 24 tahun. Apabila berdasarkan lokasi, nilai

durasi pajanan untuk lokasi AKAP tidak berdistribusi normal, sehingga

menggunakan nilai median sebesar 4 tahun. Sedangkan nilai durasi

pajanan untuk lokasi Jalur Keluar DK dan Ruang Tunggu DK

Page 88: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

72

berdistribusi normal, sehingga menggunakan nilai mean masing-

masing sebesar 11.87 tahun dan 10.29 tahun. Nilai mean dan median

dari tiap lokasi ini nantinya akan disubstitusikan ke dalam rumus intake

untuk diperoleh nilai intake PM2.5 dan tingkat risiko (RQ) populasi yang

ditinjau dari tiga lokasi berbeda.

Tabel 5.9 Distribusi Durasi Pajanan Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Kelompok

Populasi

Durasi Pajanan (tahun)

N Mean Median SD Min Maks

Semua

Kelompok 66 9.38 8* 7.363 1 24

Kelompok

Lokasi

AKAP

34 6.65 4* 6.44 1 22

Kelompok

Lokasi Jalur

Keluar DK

15 14.53** 15 6.653 2 24

Kelompok

Lokasi Ruang

Tunggu DK

17 10.29** 10 7.372 1 24

Keterangan

* : distribusi tidak normal (nilai p ≤ 0.05) menggunakan nilai median

** : distribusi normal (nilai p > 0.05) menggunakan nilai mean

5.2.2.4. Laju Inhalasi

Laju inhalasi adalah banyaknya PM2.5 yang masuk ke dalam

tubuh setiap satu jam melalui jalur inhalasi (pernapasan) yang ada di

wilayah penelitian. Laju inhalasi pada penelitian ini dihitung dengan

persamaan y = 5.3 Ln(x) – 6.9 dengan y = R dalam satuan m3/jam dan

Page 89: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

73

x = Wb atau berat badan responden. Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-

Smirnov diperoleh nilai p = 0.200 yang berarti data laju inhalasi

pedagang berdistribusi normal, maka digunakan nilai mean 0.6224

m3/jam dengan standar deviasi sebesar 0.3836. Apabila berdasarkan

lokasi, nilai laju inhalasi untuk tiap lokasi pun berdistribusi normal

sehingga digunakan nilai mean. Nilai mean untuk ketiga lokasi masing-

masing yaitu 0.624 m3/jam untuk lokasi AKAP, 0.623 m3/jam untuk

lokasi Jalur Keluar DK, dan 0.619 m3/jam untuk lokasi Ruang Tunggu

DK. Nilai mean dari tiap lokasi ini nantinya akan disubstitusikan ke

dalam rumus intake untuk diperoleh nilai intake PM2.5 dan tingkat risiko

(RQ) populasi yang ditinjau dari tiga lokasi berbeda.

Tabel 5.10 Distribusi Laju Inhalasi Pedagang Terminal Kampung

Rambutan

Kelompok

Populasi

Laju Inhalasi (m3/jam)

N Mean Median SD Min Maks

Semua

Kelompok 66 0.6224** 0.624 0.3836 0.5215 0.7250

Kelompok

Lokasi

AKAP

34 0.624** 0.634 0.044 0.522 0.725

Kelompok

Lokasi Jalur

Keluar DK

15 0.623** 0.616 0.026 0.585 0.672

Kelompok

Lokasi Ruang

Tunggu DK

17 0.619** 0.620 0.037 0.553 0.691

Keterangan

** : distribusi normal (nilai p > 0.05) menggunakan nilai mean

Page 90: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

74

5.2.3. Konsentrasi PM2.5 pada Udara Ambien Terminal

Pengukuran konsentrasi PM2.5 udara ambien dilakukan pada tiga

titik lokasi yaitu Terminal Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Jalur Keluar

Terminal Dalam Kota, dan Ruang Tunggu Terminal Dalam Kota. Waktu

pengukuran dilakukan pada siang hari (11.00-14.00).

Tabel 5.11 Konsentrasi PM2.5 Berdasarkan Titik Lokasi Sampling

Lokasi Waktu

Pengukuran

Maks

(mg/m3)

Min

(mg/m3)

Rata-

Rata

(mg/m3)

NAB

(mg/m3)

Jalur Keluar

Dalam Kota

11.17-11.50

(Siang) 3.964 0.017 1.986 0.065

Ruang

Tunggu

Dalam Kota

11.52-12.22

(Siang) 1.116 0 0.147 0.065

AKAP 12.41-13.11

(Siang) 1.341 0.266 0.958 0.065

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan konsentrasi maksimal

PM2.5 tertinggi berada di lokasi Jalur Keluar Dalam Kota sebesar 3.964 mg/m3

pada pengukuran siang hari. Konsentrasi minimal PM2.5 tertinggi berada di

lokasi Ruang Tunggu AKAP sebesar 0.266 mg/m3 pada pengukuran siang

hari.

5.2.4. Kapasitas Vital Paksa Paru

Distribusi kapasitas vital paru pedagang berbeda pada masing-

masing titik lokasi sampling. Pedagang dengan kapasitas vital paru tidak

normal terbanyak berada di titik lokasi AKAP yaitu berjumlah 4 orang

(11.8%) dari 34 orang total pedagang di lokasi tersebut. Sedangkan di titik

Page 91: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

75

lokasi Jalur Keluar DK dan Ruang Tunggu DK pedagang dengan kapasitas

paru tidak normal masing-maisng berjumlah 3 orang (20%) dan 1 orang

(5.9%).

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pedagang Berdasarkan

Titik Sampling

Kapasitas Vital

Paru

Titik Sampling

AKAP Jalur Keluar DK Ruang Tunggu DK

N % N % N %

Normal 30 88.2 12 80 16 94.1

Tidak Normal 4 11.8 3 20 1 5.9

Total 34 100 15 100 17 100

5.3. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) PM2.5

5.3.1. Analisis Pajanan dan Perhitungan Intake PM2.5 pada Pedagang

Tetap Terminal

Konsentrasi pajanan personal (intake) PM2.5 adalah jumlah

konsentrasi risk agent yang diterima dan masuk ke dalam tubuh rata-rata

sampel per berat badan rata-rata sampe per hari. Dalam perhitungan intake

dibawah ini dibedakan menjadi dua perhitungan, yaitu intake minimum dan

intake maksimum disesuaikan dengan hasil pengukuran konsentrasi udara

ambien PM2.5 di Terminal. Perhitungan intake dibedakan berdasarkan lokasi.

Pada penelitian ini intake non karsinogenik dihitung untuk pajanan realtime

atau lama responden bermukim atau melakukan aktivitas di area penelitian

sampai saat penelitian ini dilakukan dan proyeksi intake hingga 30 tahun

mendatang (lifespan).

Page 92: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

76

5.3.1.1. Intake Populasi PM2.5 Realtime

Ringkasan statistik nilai variabel pola aktivitas responden

sebagai faktor pemajanan dicantumkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.13 Karakteristik Individu & Pola Aktivitas Pedagang

Terminal

Karakteristik

Individu

Nilai

AKAP Jalur Keluar

DK

Ruang Tunggu

DK

Berat Badan

(Wb)

39 kg (min)

98 kg (maks)

52 kg (min)

77 kg (maks)

45 kg (min)

84 kg (maks)

Lama

Pajanan (tE) 12 jam/hari 12 jam/hari 12 jam/hari

Frekuensi

Pajanan (fE) 338 hari/tahun 323 hari/tahun 335 hari/tahun

Durasi

Pajanan (Dt) 4 tahun 14.53 tahun 10.29 tahun

Laju Inhalasi

(R) 0.634 m3/jam 0.623 m3/jam 0.619 m3/jam

Intake PM2.5 yang diterima populasi dihitung menggunakan

persamaan berikut ini:

Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Tabel 5.14 Intake Populasi PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling

Kelompok Populasi Intake Populasi PM2.5 (mg/kg/hari)

Minimum Maksimum

Kelompok Lokasi AKAP

(N = 34) 2.55 x 10-3 0.032

Kelompok Lokasi Jalur

Keluar DK (N = 15) 7.07 x 10-4 0.244

Kelompok Lokasi Ruang

Tunggu DK (N = 17) 0 0.058

Page 93: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

77

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil intake populasi PM2.5

realtime. Kelompok populasi di lokasi AKAP memiliki nilai intake

minimum sebesar 2.55 x 10-3 mg/kg/hari dan nilai intake maksimum

sebesar 0.013 mg/kg/hari. Kelompok populasi di lokasi Jalur Keluar

DK memiliki nilai intake minimum sebesar 7.07 x 10-4 mg/kg/hari dan

nilai intake maksimum sebesar 0.244 mg/kg/hari. Kelompok populasi

di lokasi Ruang Tunggu DK memiliki nilai intake minimum sebesar 0

mg/kg/hari dan nilai intake maksimum sebesar 0.058 mg/kg/hari.

5.3.1.2. Proyeksi Intake Populasi PM2.5 30 Tahun Mendatang

Pada penelitian ini intake populasi non karsinogenik selain

dihitung untuk pajanan realtime, nilai intake diproyeksikan pula hingga

30 tahun mendatang.

Tabel 5.15 Proyeksi Intake Populasi Berdasarkan Titik Sampling

Proyeksi

Intake Minimum

(mg/kg/hari)

Intake Maksimum

(mg/kg/hari)

AKAP

Jalur

Keluar

DK

Ruang

Tunggu

DK

AKAP

Jalur

Keluar

DK

Ruang

Tunggu

DK

5 Tahun 0.0032 0.0002 0 0.04 0.084 0.028

10 Tahun 0.0064 0.0004 0 0.081 0.168 0.056

15 Tahun 0.0096 0.0007 0 0.121 0.252 0.085

20 Tahun 0.013 0.0009 0 0.161 0.336 0.113

25 Tahun 0.016 0.0012 0 0.202 0.42 0.141

30 Tahun 0.019 0.0014 0 0.242 0.504 0.17

Page 94: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

78

Gambar 5.2 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi)

di Titik Lokasi AKAP

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai

intake minimum maupun intake maksimum di titik lokasi AKAP dari

tahun ke-5 hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan. Untuk nilai

intake minimum di tahun ke-30 diperoleh nilai > RfC (0.018

mg/kg/hari) yaitu sebesar 0.019 mg/kg/hari. Sedangkan, nilai intake

maksimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai > RfC

(0.018 mg/kg/hari) yaitu dengan rentang nilai sebesar 0.04 – 0.242

mg/kg/hari.

0.0032 0.0064 0.0096 0.013 0.016 0.0190.04

0.081

0.121

0.161

0.202

0.242

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

Intake minimum Intake maksimum

Page 95: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

79

Gambar 5.3 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi)

di Titik Lokasi Jalur Keluar DK

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai

intake minimum maupun intake maksimum di titik lokasi Jalur Keluar

DK dari tahun ke-5 hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan,

meskipun intake minimum tidak signifikan peningkatannya. Untuk

nilai intake minimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai

< RfC (0.018 mg/kg/hari) atau masih di bawah batas aman. Sedangkan,

nilai intake maksimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai

> RfC (0.018 mg/kg/hari) yaitu dengan rentang nilai sebesar 0.084 –

0.504 mg/kg/hari.

0.0002 0.0004 0.0007 0.0009 0.0012 0.0014

0.084

0.168

0.252

0.336

0.42

0.504

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

Intake minimum Intake maksimum

Page 96: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

80

Gambar 5.4 Proyeksi Intake PM2.5 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi)

di Titik Lokasi Ruang Tunggu DK

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai

intake minimum di titik lokasi Jalur Keluar DK mengalami stagnan

yaitu 0, sedangkan intake maksimum di titik lokasi yang sama dari

tahun ke-5 hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan. Untuk nilai

intake maksimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai >

RfC (0.018 mg/kg/hari) yaitu dengan rentang nilai sebesar 0.028 – 0.17

mg/kg/hari.

5.3.2. Analisis Dosis Respon

Analisis dosis respon bertujuan untuk menetapkan nilai-nilai

kuantitatif toksisitas suatu risk agent apakah mempunyai potensi

menimbulkan efek merugikan bagi kesehtaan pada populasi berisiko atau

tidak. Nilai toksisitas dari suatu risk agent dengan efek non karsinogenik

0 0 0 0 0 0

0.028

0.056

0.085

0.113

0.141

0.17

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

Intake minimum Intake maksimum

Page 97: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

81

dalam analisis risiko kesehtaan lingkungan untuk jalur pemajanan terhirup

(inhalasi) dinyatakan dengan Reference Concentration (RfC).

Reference Concentration (RfC) merupakan dosis/konsentrasi dari

pajanan harian agen risiko non karsinogenik yang diestimasi tidak

menimbulkan efek yang mengganggu walaupun pajanannya terjadi seumur

hidup (Dirjen PP&PL, 2012). Data dosis acuan ini diambil dari nilai yang

diturunkan dari National Ambient Quality Standar (NAAQS) EPA oleh

karena dosis acuan untuk PM2.5 belum tersedia di daftar Integrated Risk

Information System (IRIS) EPA maupun tabel Minimal Risk Levels (MRLs)

ATSDR CDC. Oleh karena itu dengan konsentrasi aman, maka RfC, berlaku

persamaan di bawah ini:

RfC = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

Kemudian dilakukan substitusi nilai default EPA, R = 0,83 m3/jam, tE = 24

jam/hari, fE = 350 hari/tahun, tavg = 365 hari/tahun dan nilai C = baku mutu

PM2.5 udara ambien berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 = 65 µg/m3,

didapatkan:

RfCPM2.5 = 65

µg

m3x 0,83

m3

jam 𝑥 24

jam

hari 𝑥 350

hari

tahun 𝑥 30 tahun

70 kg 𝑥 30 𝑥 365hari

tahun

RfCPM2.5 = 0,0177 = 0,018 mg/kg/hari

5.3.3. Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko merupakan upaya untuk mengetahui seberapa

besar tingkat risiko atau tingkat bahaya dari risk agent yang memajan ke

dalam tubuh suatu populasi. Karakteristik risiko dinyatakan dengan RQ,

Page 98: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

82

apabila nilai RQ ≤ 1 berarti pemajanan masih dianggap aman bagi manusia,

sedangkan apabila nilai RQ > 1 berarti pemajanan tidak aman bagi manusia

sehingga perlu dilakukan pengendalian. Sedangkan tingkat risiko kesehatan

karsinogenik (ECR, Excess Cancer Risk) yang bertujuan untuk menghitung

besaran tingkat bahaya karsinogenik suatu toksik yang menjadi pajanan suatu

populasi, tidak dihitung dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan di dalam

PM2.5 mengandung berbagai substansi kimia lainnya, sehingga tidak

memungkinkan untuk melihat tingkat risiko karsinogeniknya. Nilai slope

factor (SF) masing-masing substansi pun berbeda. Nilai tingkat risiko

realtime dan lifespan pajanan PM2.5 pada populasi pedagang tetap di Terminal

Kampung Rambutan dapat dilihat sebagai berikut.

5.3.3.1. Tingkat Risiko PM2.5 Realtime

Tabel 5.16 Tingkat Risiko Populasi PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling

Kelompok Populasi Tingkat Risiko (RQ) Populasi PM2.5

Minimum Maksimum

Kelompok Lokasi AKAP

(N = 34) 0.142 1.79

Kelompok Lokasi Jalur

Keluar DK (N = 15) 0.039 13.56

Kelompok Lokasi Ruang

Tunggu DK (N = 17) 0 3.22

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil tingkat risiko (RQ)

populasi PM2.5 realtime. Kelompok populasi di lokasi AKAP memiliki

nilai RQ minimum sebesar 0.142 dan nilai RQ maksimum sebesar 1.79.

Kelompok populasi di lokasi Jalur Keluar DK memiliki nilai intake

minimum sebesar 0.038 dan nilai intake maksimum sebesar 13.42.

Page 99: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

83

Kelompok populasi di lokasi Ruang Tunggu DK memiliki nilai intake

minimum sebesar 0 dan nilai intake maksimum sebesar 3.22. Ketiga

lokasi memiliki nilai RQ maksimum > 1 atau dapat dikatakan berisiko.

5.3.3.2. Proyeksi Tingkat Risiko PM2.5 30 Tahun Mendatang

Tabel 5.17 Proyeksi Tingkat Risiko Populasi Berdasarkan Titik

Sampling

Proyeksi

RQ Minimum RQ Maksimum

AKAP

Jalur

Keluar

DK

Ruang

Tunggu

DK

AKAP

Jalur

Keluar

DK

Ruang

Tunggu

DK

5 Tahun 0.177 0.014 0 2.243 4.67 1.57

10 Tahun 0.354 0.027 0 4.486 9.34 3.13

15 Tahun 0.531 0.041 0 6.73 14 4.7

20 Tahun 0.708 0.054 0 8.97 18.68 6.26

25 Tahun 0.885 0.068 0 11.22 23.35 7.83

30 Tahun 1.062 0.081 0 13.46 28.02 9.39

Gambar 5.5 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi)

di Titik Lokasi AKAP

0.177 0.354 0.531 0.708 0.885 1.062

2.243

4.486

6.73

8.97

11.22

13.46

1 1 1 1 1 1

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

RQ minimum RQ maksimum Batas RQ (IRIS)

Page 100: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

84

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai RQ

minimum maupun RQ maksimum di titik lokasi AKAP dari tahun ke-5

hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan. Untuk nilai RQ minimum

di tahun ke-30 diperoleh nilai > 1 yaitu sebesar 1.062 yang berarti

kelompok populasi dinyatakan berisiko di tahun tersebut. Sedangkan,

nilai RQ maksimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai >

1 yaitu dengan rentang nilai sebesar 2.243 – 13.46 yang berarti

kelompok populasi dinyatakan berisiko di proyeksi tahun ke-5 hingga

tahun ke-30.

Gambar 5.6 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di

Titik Lokasi Jalur Keluar DK

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai RQ

minimum maupun RQ maksimum di titik lokasi Jalur Keluar DK dari

tahun ke-5 hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan. Untuk nilai RQ

minimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai < 1 yang

0.014 0.027 0.041 0.054 0.068 0.081

4.67

9.34

14

18.68

23.35

28.02

1 1 1 1 1 1

0

5

10

15

20

25

30

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

RQ minimum RQ maksimum Batas RQ (IRIS)

Page 101: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

85

berarti kelompok populasi dinyatakan tidak berisiko pada proyeksi di

tahun tersebut. Sedangkan, nilai RQ maksimum di tahun ke-5 hingga

tahun ke-30 diperoleh nilai > 1 yaitu dengan rentang nilai sebesar 4.67

– 28.02 yang berarti kelompok populasi dinyatakan berisiko di proyeksi

tahun ke-5 hingga tahun ke-30.

Gambar 5.7 Proyeksi Besar Risiko 30 Tahun Mendatang (Per-Populasi) di

Titik Lokasi Ruang Tunggu DK

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proyeksi nilai RQ

minimum di titik lokasi Jalur Keluar DK mengalami stagnan yaitu 0,

sedangkan RQ maksimum di titik lokasi yang sama dari tahun ke-5

hingga tahun ke-30 mengalami peningkatan. Untuk nilai intake

maksimum di tahun ke-5 hingga tahun ke-30 diperoleh nilai > 1 yaitu

dengan rentang nilai sebesar 1.57 – 9.39 yang berarti kelompok

populasi dinyatakan berisiko di proyeksi tahun ke-5 hingga tahun ke-

30.

0 0 0 0 0 0

1.57

3.13

4.7

6.26

7.83

9.39

1 1 1 1 1 1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Dt tahun ke-5 Dt tahun ke-10 Dt tahun ke-15 Dt tahun ke-20 Dt tahun ke-25 Dt tahun ke-30

RQ minimum RQ maksimum Batas RQ (IRIS)

Page 102: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

86

5.3.4. Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan suatu upaya untuk melindungi

populasi yang terpajan dengan berbagai cara, dapat dilakukan dengan

menghindari kontak, mengurangi kontak atau menggunakan alat perlindung

diri. Namun dalam perhitungan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan,

manajemen risiko yang dilakukan adalah dengan menentukan batas aman

yang dapat melindungi populasi, yaitu dengan menurunkan konsentrasi

pajanan, mengurangi waktu pajanan dan frekuensi pajanan. Berdasarkan hasil

perhitungan estimasi untuk efek kesehatan akibat pajanan PM2.5 pada

pedagang tetap di Terminal Kampung Rambutan diketahui pada proyeksi 30

tahun yang akan datang populasi dengan nilai RQ minimum > 1 berjumlah

32 orang dari total sampel, sedangkan populasi dengan nilai RQ maksimum

> 1 berjumlah 66 orang atau dikatakan bahwa seluruh populasi pedagang

tetap berisiko terhadap penurunan fungsi paru.

Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen risiko untuk

melindungi populasi tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan yakni

penentuan konsentrasi aman, frekuensi pajanan aman, dan durasi pajanan

aman. Manajemen risiko dilakukan dengan tujuan agar individu atau populasi

yang berisiko terpajan oleh risk agent bisa tetap aman dari gangguan

kesehatan akibat risk agent dengan cara memanipulasi komponen yang ada

agar diperoleh nilai RQ = 1. Batas aman dihitung dengan persamaan sebagai

berikut.

Page 103: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

87

C aman = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

Hasil rumusan manajemen risiko dapat dilihat berikut ini.

Menurunkan Konsentrasi

Besaran penurunan konsentrasi suatu polutan secara kuantitatif

berbeda-beda untuk setiap populasi dan lokasi penelitian karena perbedaan

pola pajanan dan karakteristik antropometri.

C aman AKAP = 0.018 𝑥 63.12 𝑥 30 𝑥 365

0.634 𝑥 12 𝑥 338 𝑥 30

= 0.161 mg/m3

C aman Jalur Keluar DK = 0.018 𝑥 62.13 𝑥 30 𝑥 365

0.623 𝑥 12 𝑥 323 𝑥 30

= 0.169 mg/m3

C aman Ruang Tunggu DK = 0.018 𝑥 61.53 𝑥 30 𝑥 365

0.619 𝑥 12 𝑥 335 𝑥 30

= 0.162 mg/m3

Tabel 5.18 Konsentrasi Aman PM2.5 Berdasarkan Titik Sampling

Lokasi

Konsentrasi (C)

Data Awal Rekomendasi

yang Aman Min Maks

AKAP 0.266 mg/m3 1.341 mg/m3 0.161 mg/m3

Jalur Keluar DK 0.017 mg/m3 3.964 mg/m3 0.169 mg/m3

Ruang Tunggu DK 0 mg/m3 1.116 mg/m3 0.162 mg/m3

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi

aman yang direkomendasikan adalah 0.161 mg/m3 untuk lokasi AKAP, 0.169

Page 104: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

88

mg/m3 untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 0.162 mg/m3 untuk lokasi Ruang

Tunggu DK. Nilai konsentrasi yang direkomendasikan sudah lebih kecil

dibandingkan dengan nilai konsentrasi PM2.5 maksimum pada tiap-tiap

lokasi. Meskipun sudah dilakukan perhitungan untuk menurunkan

konsentrasi PM2.5 udara ambien, akan tetapi hal ini masih belum sesuai

dengan batas konsentrasi aman yang direkomendasikan oleh WHO maupun

Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 yakni 0.025 mg/m3 atau 0.065

mg/m3. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pengukuran debu tidak

dilakukan selama 24 jam.

Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan menghitung durasi

pajanan berapa lama risiko mulai harus dikendalikan dengan persamaan

berikut.

Dt = 𝑅𝑓𝐶 𝑥 𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸

Dt AKAP = 0.018 𝑥 63.12 𝑥 30 𝑥 365

1.341 𝑥 0.634 𝑥 12 𝑥 338

= 3.6 tahun

Diketahui bahwa, efek toksik PM2.5 diperkirakan akan ditemukan

pada pedagang di lokasi AKAP dengan rata-rata berat badan 61.53 kg yang

telah terpapar PM2.5 dengan konsentrasi maksimum 1.341 mg/m3 selama 12

jam/hari dalam 338 hari/tahun dengan laju inhalasi 0.634 mg/m3. Sehingga

manajemen risiko ditargetkan pada pedagang tetap yang telah berjualan atau

beraktivitas di Terminal Kampung Rambutan selama 3.6 tahun atau lebih.

Page 105: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

89

Dt Jalur Keluar DK = 0.018 𝑥 62.13 𝑥 30 𝑥 365

3.964 𝑥 0.623 𝑥 12 𝑥 323

= 1.3 tahun

Diketahui bahwa, efek toksik PM2.5 diperkirakan akan ditemukan

pada pedagang di lokasi Jalur Keluar DK dengan rata-rata berat badan 62.13

kg yang telah terpapar PM2.5 dengan konsentrasi maksimum 3.964 mg/m3

selama 12 jam/hari dalam 323 hari/tahun dengan laju inhalasi 0.623 mg/m3.

Sehingga manajemen risiko ditargetkan pada pedagang tetap yang telah

berjualan atau beraktivitas di Terminal Kampung Rambutan selama 1.3 tahun

atau lebih.

Dt Ruang Tunggu DK = 0.018 𝑥 61.53 𝑥 30 𝑥 365

1.116 𝑥 0.619 𝑥 12 𝑥 335

= 4.4 tahun

Diketahui bahwa, efek toksik PM2.5 diperkirakan akan ditemukan

pada pedagang di lokasi Ruang Tunggu DK dengan rata-rata berat badan

61.53 kg yang telah terpapar PM2.5 dengan konsentrasi maksimum 1.116

mg/m3 selama 12 jam/hari dalam 335 hari/tahun dengan laju inhalasi 0.619

mg/m3. Sehingga manajemen risiko ditargetkan pada pedagang tetap yang

telah berjualan atau beraktivitas di Terminal Kampung Rambutan selama 4.4

tahun atau lebih.

Page 106: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

90

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini menampilkan estimasi risiko kesehatan akibat pajanan

PM2.5 pada pedagang tetap yang berada dan melakukan aktivitas di area

Terminal Kampung Rambutan pada tahun 2017, yang mana data diambil dan

diolah dari bulan Juli - Oktober 2017. Namun dalam proses pelaksanaan

penelitian terdapat beberapa keterbatasan yang berpengaruh terhadap hasil

penelitian, diantaranya yaitu:

1. Pada saat pelaksanaan pengukuran konsentrasi PM2.5 udara ambien di

tiga titik lokasi sampling hanya dilakukan pada siang hari dengan durasi

pengukuran 30 menit, hal ini dapat mempengaruhi hasil konsentrasi yang

kurang menggambarkan kualitas udara di terminal dalam satu hari.

2. Dalam menentukan frekuensi pajanan (hari/tahun) hanya mengandalkan

daya ingat responden, sehingga dapat terjadi ketidaktepatan hasil

frekuensi pajanan yang juga dapat berpengaruh terhadap perhitungan

intake personal PM2.5.

3. Estimasi dosis pajanan per individu diperoleh berdasarkan perhitungan

intake, mengacu pada rumus Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

(ARKL) yang salah satunya dipengaruhi oleh konsentrasi PM2.5 udara

ambien. Pengukuran pajanan per individu tidak menggunakan Personal

Page 107: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

91

Dust Sampler yang dapat menunjukkan hasil yang lebih akurat, hal ini

dikarenakan keterbatasan biaya yang dimiliki oleh peneliti.

6.2. Karakteristik Individu dan Pola Aktivitas Pedagang

6.2.1. Distribusi Umur Pedagang Tetap di Terminal Kampung

Rambutan

Cara pengukuran umur pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode wawancara dan alat ukur kuesioner. Berdasarkan hasil

penelitian rata-rata umur keseluruhan pedagang di terminal yaitu 38.77 tahun.

Umur tertua responden adalah 67 tahun dan umur termuda adalah 17 tahun.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novirsa (2012) tentang

analisis risiko dan gambaran spasial pajanan PM2.5 di udara ambien (outdoor)

siang hari terhadap masyarakat di kawasan industri yang menyatakan bahwa

kelompok umur terbanyak yaitu responden dengan umur produktif (30

sampai 50 tahun). Hal ini dikarenakan pada rentang umur tersebut,

masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah salah satunya di

tempat kerja atau tempat umum seperti terminal. Rata-rata umur seseorang

mulai bekerja adalah 20 tahun, gangguan fungsi paru nampak setelah lebih

dari 10 tahun terpajan atau terpapar. Semakin bertambahnya umur seseorang

akan mempengaruhi gangguan kapasitas paru. Akibat pertambahan umur,

membuat perubahan struktur musculo skeletal yang ada hubungannya dengan

paru-paru. Secara fisiologi pada usia lanjut terjadi peningkatan volume udara

residual di dalam saluran udara perifer akibat dari disfungsi serabut elastik

Page 108: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

92

alveolus dan terminal bronkiolus, karena kapasitas paru total sifatnya

konstan, maka meningkat volume residual akan berakibat pada menurunnya

udara melalui respirasi maksimal, sehingga mengakibatkan kapasitas vital

tidak normal (Guyton, 2008).

6.2.2. Distribusi Berat Badan Pedagang Tetap di Terminal Kampung

Rambutan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh berat badan pedagang yang

terukur berkisar antara 39 sampai 98 kg dengan rata-rata 62.48 kg. Berat

badan rata-rata ini lebih kecil dibandingkan dengan berat badan standar

dewasa yang ditetapkan US EPA yaitu 70 - 80 kg (EPA, 2011). Sedangkan

distribusi berat badan populasi pedagang ditinjau dari lokasinya, setelah

dilakukan uji normalitas diperoleh nilai mean masing-masing yaitu 63.12 kg

untuk lokasi AKAP dari total 34 pedagang, 62.13 kg untuk lokasi Jalur Keluar

DK dari total 15 pedagang, dan 61.53 kg untuk lokasi Ruang Tunggu DK dari

total 17 pedagang. Dalam studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

(ARKL), semakin kecil berat badan maka intake yang akan diterima akan

semakin besar karena berat badan berfungsi sebagai denominator atau

pembagi dalam rumus intake. Berat badan juga akan mempengaruhi besarnya

nilai risiko dan secara teoritis semakin besar berat badan seseorang, maka

semakin kecil kemungkinannya berisiko mengalami gangguan kesehatan

(Almunjiat, et. al., 2016). Pada orang yang obesitas, volume paru yang

dimiliki tidak lebih besar dibandingkan orang dengan nilai IMT yang normal,

Page 109: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

93

dan bernapasnya pun akan lebih cepat sehingga partikulat yang dihirup akan

semakin banyak (Bennet, et. al., 2004).

Penurunan kapasitas vital paru pada individu dengan berat badan

berlebih dapat disebabkan oleh karena menurunnya elastisitas dan

kemampuan mengembang dinding rongga dada. Dinding rongga dada yang

elastis akan mengembang menjadi lebih besar secara bebas, sehingga tekanan

intra thorakal menjadi lebih negatif dan udara inspirasi dapat masuk lebih

banyak. Selain itu, dapat pula disebabkan karena berkurangnya kemampuan

diafragma untuk turun pada levelnya pada individu dengan berat badan

berlebih dan individu dengan kegemukan sentral, sehingga tekanan intra

thorakal akan menjadi kurang negatif dibanding normal (Liwijaya, 1992).

Dinding dada yang tebal oleh lipatan lemak pada keadaan yang lanjut

akan sangat menghambat gerakan bernapas dinding dada, bahkan dapat

menyebabkan sumbatan jalan nafas secara intermiten. Pada individu yang

mempunyai berat badan normal-berlebih akan mempunyai lipatan lemak

lebih banyak. Sementara volume O2 maksimum seseorang juga sangat

ditentukan oleh faktor jenis kelamin, usia, genetik, dan aktivitas fisik atau

latihan (Liwijaya, 1992).

Obesitas merupakan bentuk peningkatan berat badan yang melampaui

batas kebutuhan fisik dan skeletal akibat penimbunan lemak yang berlebihan.

Obesitas berkaitan dengan kondisi paru seseorang. Obesitas di sekitar

abdomen menyebabkan memburuknya fungsi paru dan gejala pernapasan.

Page 110: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

94

Diasumsikan bahwa pengendapan jaringan lemak di dinding abdomen dan di

sekitar organ abdomen dapat menghambat gerakan diafragma dan

mengurangi eskpansi paru-paru selama inspirasi dan mengurangi kapasitas

paru-paru (Mandal, 2017). Fungsi otot pernapasan juga memburuk pada

individu yang mengalami obesitas, seperti pada penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK).

Selain itu, penderita obesitas lebih berisiko pula mengalami asma.

Studi menunjukkan prevalensi asma lebih tinggi sebesar 38% pada individu

yang memiliki kelebihan berat badan dan 92% pada penderita obesitas.

Disamping asma, individu dengan berat badan lebih dari normal memiliki

cadangan paru-paru yang rendah dan dapat mengalami kesulitan dalam

menyediakan O2 untuk tubuh mereka, atau biasa disebut dengan sindroma

hipoventilasi (Zammit, et. al, 2010). Berat badan juga erat kaitannya dengan

laju inhalasi. Semakin besar nilai berat badan yang terukur maka semakin

tinggi pula nilai laju inhalasi seseorang.

6.2.3. Distribusi Tinggi Badan Pedagang Tetap di Terminal Kampung

Rambutan

Indeks massa tubuh yang tidak normal akan mempengaruhi

penurunan fungsi paru. Berdasarkan tinggi badan seseorang dapat ditaksir

besar kapasitas vital parunya, orang yang semakin tinggi cenderung memiliki

kapasitas vital paru yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggi

badannya rendah (Pinzon, 1999). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-

Page 111: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

95

rata tinggi badan keseluruhan pedagang di Terminal Kampung Rambutan

yaitu 159.02 cm. Tinggi badan pedagang tertinggi yaitu 177 cm dan terendah

yaitu 138 cm

6.2.4. Distribusi Jenis Kelamin Pedagang Tetap di Terminal Kampung

Rambutan

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden wanita ditinjau dari

titik lokasinya masing-masing berjumlah 10 orang (29.4%) di titik lokasi

AKAP, 8 orang (53.3%) di titik lokasi Jalur Keluar DK, 5 orang (29.4%) di

titik lokasi Ruang Tunggu DK. Sedangkan untuk jumlah responden lakik-laki

masing-masing berjumlah 24 orang (70.6%) di titik lokasi AKAP, 7 orang

(46.7%) di titik lokasi Jalur Keluar DK, dan 12 orang (70.6%) di titik lokasi

Ruang Tunggu DK. Salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan fungsi

paru adalah jenis kelamin. Hal ini disebabkan jenis kelamin mempunyai

kapasitas paru yang berbeda. Volume dan kapasitas paru pada wanita kira-

kira 20% sampai 25% lebih kecil dibandingkan dengan pria (Guyton, 2008).

6.2.5. Laju Inhalasi Pedagang

Nilai laju inhalasi terdiri dari tiga referensi yaitu nilai default faktor

pemajanan (0.83m3/jam), kedua nilai default laju inhalasi menurut (EPA,

2011) yang menunjukkan rata-rata laju inhalasi harian untuk pajanan jangka

panjang dilihat dari umur (0.67 m3/jam), dan laju inhalasi yang didapat dari

kurva logaritmik. Salah satunya yang cocok dengan penelitian ini adalah

rumus laju inhalasi yang didapat dari kurva logaritmik berat badan terhadap

Page 112: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

96

laju inhalasi normal (Abrianto, 2004) dengan persamaan y = 5.3 Ln(x) – 6.9.

Nilai x merupakan berat badan responden. Persamaan laju inhalasi ini

diperkirakan bisa sesuai dengan karakteristik antropometri masyarakat

Indonesia. Menurut Saminan (2014), laju inhalasi berkurang akibat obstruksi

saluran pernapasan. Walaupun baik KV maupun FEV1 lebih besar

dibandingkan KV. Akibatnya perbandingan FEV1 terhadap KV jauh lebih

rendah daripada nilai normal sebesar 80%, yaitu jumlah yang dapat

dihembuskan ke luar selama detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% KV.

6.3. Konsentrasi PM2.5 Udara Ambien di Terminal Kampung Rambutan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh PM2.5 udara terminal

terhadap kapasitas vital paru pedagang terminal. Pengaruh PM2.5 ini dinyatakan

dalam dosis pajanan harian (daily intake) yang didapatkan pedagang setiap

harinya. Oleh karena itu, hasil pengukuran konsentrasi PM2.5 udara ambien

berpengaruh terhadap nilai intake individu. Berdasarkan hasil perhitungan

penurunan rumus dosis referensi (RfC), didapatkan dosis referensi yang masih

diperbolehkan sebesar 0.018 mg/kg/hari. Selanjutnya, hasil intake PM2.5 per

individu dibandingkan dengan nilai dosis referensi untuk mendapatkan nilai

tingkat risiko (RQ) per individu.

Pengukuran PM2.5 udara ambien di Terminal Kampung Rambutan hanya

dilakukan pada 2 periode waktu (pagi dan siang). Pengukuran di pagi hari hanya

pada dua titik lokasi, sedangkan pengukuran di siang hari dilakukan di tiga

lokasi. Masing-masing titik dilakukan pengukuran dengan durasi 30 menit.

Page 113: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

97

Pengukuran dilakukan pada periode waktu siang hari (11.00-14.00). Pada

umumya, kegiatan yang secara langsung mempengaruhi tinggi rendahnya

konsentrasi PM2.5 adalah asap kendaraan bermotor baik berukuran kecil, sedang

maupun besar, maupun para pengguna terminal yang merokok di area terminal.

Kendaraan bermotor banyak mengeluarkan zat-zat berbahaya ke udara

bebas, salah satunya menyumbang sekitar 13-44% Suspended Particulate

Matter (SPM) (Suparmin, 2008). Berdasarkan pemantauan kualitas udara yang

dilakukan oleh Greenpeace Indonsia sejak Januari hingga Juni 2017 di 21 lokasi,

kualitas udara di Jabodetabek terindikasi telah memasuki level tidak sehat.

Temuan ini serupa dengan hasil pemantauan udara yang juga dilakukan oleh

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Angka Particulate Matter (PM2.5)

harian di sejumlah lokasi tersebut jauh melebihi standar WHO yaitu 25 µg/m3

dan juga baku mutu udara ambien nasional yaitu 65 µg/m3 (Siadari, 2017).

Dari hasil pengukuran langsung di beberapa titik sampling area Terminal

Kampung Rambutan, didapatkan hasil konsentrasi PM2.5 yang masih berada di

bawah baku mutu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999

sebesar 0.065 mg/m3 yaitu di titik lokasi Jalur Keluar DK dan Ruang Tunggu

DK dengan nilai konsentrasi minimum masing-masing sebesar 0.017 mg/m3 dan

0 mg/m3. Sedangkan untuk nilai konsentrasi minimum di titik lokasi AKAP dan

nilai maksimum di ketiga titik lokasi berada di atas nilai baku mutu yang

ditetapkan, salah satunya mencapai 3.964 mg/m3.

Page 114: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

98

6.4. Kapasitas Vital Paksa Paru

Lingkungan kerja yang penuh dengan uap, gas, debu, dan partikel lainnya

selain dapat menurunkan produktivitas, hal ini juga mengganggu kesehatan.

Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan

pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi paru,

bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Suma’mur, 2009). Menurut

American Thoracic Society, pemeriksaan kapasitas fungsi paru dpat

menggunakan FEV1 dan FVC sebagai acuan standar dari hasil pengukuran.

Untuk paru normal nilai FEV1 dan FVC sebesar, untuk obstruksi FEV1 < 80%

atau FEV1/FVC < 75%, sedangkan nilai restriksi FVC < 80% atau VC < 80%.

Kelainan fungsi paru restriktif merupakan gangguan pernapasan yang

ditandai dengan ketidakmampuan seseorang menarik nafas secara penuh pada

pernapasan dalam (pernapasan menjadi terhambat), hal ini terjadi karena

kekakuan paru, toraks atau keduanya. Kelainan fungsi paru obstruktif terjadi

karena adanya penimbunan debu yang dapat menyebabkan penurunan dan

penyumbatan saluran nafas (Guyton, 1997). Kapasitas vital paru bukan hanya

dipengaruhi oleh kadar debu yang tinggi, akan tetapi dapat dipengaruhi oleh

faktor luar yaitu jenis kelamin, umur, masa kerja, status gizi, pemakaian APD

(masker), riwayat penyakit saluran pernapasan, kebiasaan merokok, dan

kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik.

Pada penelitian ini yang dilakukan terhadap 66 pedagang di tiga titik lokasi

sekitar Terminal Kampung Rambutan terdapat 4 orang (11.8%) yang memiliki

Page 115: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

99

kapasitas vital paru tidak normal dari 34 orang total pedagang di lokasi AKAP.

Untuk di lokasi Jalur Keluar DK dan Ruang Tunggu DK, pedagang yang

memiliki kapasitas vital paru tidak normal masing-masing sejumlah 3 orang

(20%) dari 15 orang total pedagang dan 1 orang (5.9%) dari 17 orang total

pedagang. Berdasarkan Permenkes No. 1022 Tahun 2008 gangguan fungsi paru

yang terjadi adalah penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC, yaitu gangguan

obstruksi saluran napas.

6.5. Analisis Pajanan dan Perhitungan Intake PM2.5 pada Pedagang Tetap

Terminal

Intake pajanan PM2.5 dihitung berdasarkan realtime dan lifespan. Intake

pajanan lifespan bertujuan untuk mengestimasi besar pajanan yang diterima oleh

individu per kilogram berat badan per hari berdasarkan faktor aktivitas rata-rata

responden dan durasi pemajanan lifespan yaitu 30 tahun untuk polutan non

karsinogenik. Intake minimum dan intake maksimum yang dimiliki oleh tiap

pedagang berbeda-beda. Berdasarkan perhitungan intake minimum populasi dan

intake maksimum populasi dalam kondisi realtime. Diperoleh hasil intake

maksimum populasi masing-masing sebesar 0.032 mg/kg/hari untuk lokasi

AKAP, 0.244 mg/kg/hari untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 0.058 mg/kg/hari

untuk lokasi Ruang Tunggu DK. Ketiga nilai intake maksimum lebih besar

dibandingkan nilai RfC atau dikatakan melebihi batas aman, sedangkan nilai

intake minimum di tiga lokasi tersebut masih dibawah nilai RfC. Dalam kondisi

lifespan (proyeksi 30 tahun) menunjukkan bahwa nilai intake minimum yang

melebihi batas aman/RfC adalah lokasi AKAP di tahun ke-30 dengan nilai 0.019

Page 116: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

100

mg/kg/hari, sedangkan nilai intake maksimum yang melebihi RfC berada di

ketiga lokasi untuk proyeksi di tahun ke-5 sampai tahun ke-30.

Besarnya nilai intake berbanding lurus dengan nilai konsentrasi polutan,

lama pajanan, frekuensi pajanan, dan laju inhalasi, yang dapat diartikan semakin

besar nilai tersebut maka akan semakin besar asupan seseorang. Asupan

berbanding terbalik dengan nilai berat badan, yaitu semakin besar berat badan

seseorang, maka akan semakin kecil risiko kesehatannya (Djafri, 2014). Dalam

penelitian ini, menggunakan periode waktu saat ini (realtime) dan proyeksi 30

tahun yang akan datang (lifespan) untuk melihat tingkat risikonya. Perhitungan

tingkat risiko ini merupakan salah satu bagian dari studi ARKL yang dilakukan

pada populasi berisiko di tiga titik area Terminal Kampung Rambutan. Besarnya

tingkat risiko diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai intake dengan nilai

dosis referensi yang dikeluarkan oleh IRIS EPA. Nilai dosis referensi (RfC)

untuk PM2.5 adalah 0.018 mg/kg/hari, dihasilkan melalui penurunan rumus

intake.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soedjono (2002) yang

dilakukan di Terminal Induk Jawa Tengah yang menyebutkan bahwa dalam

konsentrasi debu yang sangat tinggi, pedagang tetap terminal mempunyai

peluang 3.273 kali terkena gangguan fungsi paru. Dapat diartikan bahwa debu

merupakan faktor risiko yang kuat untuk terjadinya gangguan fungsi paru.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Petters, et. al (1999) menunjukkan bahwa

PM2.5 secara signifikan terkait dengan FVC yang lebih rendah, sedangkan FEV1

memiliki nilai maksimal. Pajanan jangka panjang PM2.5 dapat menyebabkan

Page 117: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

101

penurunan harapan hidup, hal ini dikarenakan meningkatnya kematian akibat

kanker paru.

Konsentrasi PM2.5 yang dihirup oleh pedagang dari udara ambien terminal

kemungkinan besar berasal dari emisi kendaraan di dalam terminal, mengingat

jumlah kendaraan yang cukup besar, berlokasi di samping tol jagorawi yang

padat lalu lintas, serta minimnya ruang terbuka hijau di area terminal.

Kandungan pencemaran lainnya yang ikut menempel pada debu PM2.5 yang

berasal dari emisi kendaraan, erat kaitannya dengan bahan bakar yang digunakan

oleh puluhan kendaraan umum yang ada di terminal yang mayoritas

menggunakan solar. Berdasarkan hasil studi Fuel Quality Monitoring (2006)

yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia,

solar Indonesia masih tergolong buruk karena kandungan sulfur yang cukup

tinggi. Emisi solar diperkirakan mengandung 450 zat kontaminan yang bersifat

toksik dan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan

(Mauderly, 1992).

Ukuran partikel halus dianggap lebih aktif secara biologis dari pada PM10.

Mengacu pada paparan debu berukuran halus, partikel yang berukuran kurang

dari 2 mikron akan berhenti di bronkiolus respiratorius dan alveolus. Sebagian

partikulat akan masuk ke paru-paru, sebagian lagi ada yang menempel pada

mukosa bronkus yang kemudian dapat menimbulkan reaksi tubuh yaitu batuk,

karena terjadi akumulasi debu yang besar akan terjadi gangguan pada saluran

pernapasan atas yaitu sesak nafas. Debu yang masuk alveoli dapat menyebabkan

Page 118: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

102

pengerasan pada jaringan yang kemudian terjadi restriktif, obstruktif, dan

campuran. Bila alveoli mengeras, akibatnya akan mengurangi aktivitas dalam

menampung udara dan dapat menyebabkan penurunan kemampuan dalam

mengangkat oksigen yang disebut penurunan kapasitas vital paru (Suma’mur,

2009). Pajanan PM2.5 dengan tingkatkan dosis tertentu menimbulkan dampak

yang berbeda-beda. Semakin tinggi dosis pajanan PM2.5 maka terjadi penurunan

fungsi paru yang lebih parah (Wegesser et. al, 2002).

6.6. Karakteristik Risiko

Karakteristik risiko yang dinyatakan dalam RQ merupakan upaya untuk

mengetahui seberapa besar tingkat risiko dari rsik agent yang masuk ke dalam

tubuh manusia, apakah berisiko terhadap kesehatan atau masuk dalam batas

aman. Penentuan risiko dihitung dengan membandingkan nilai intake tiap-tiap

lokasi dengan nilai dosis referensinya (RfC). Apabila nilai RQ > 1 berarti

pajanan PM2.5 tersebut memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan, sedangkan

apabila nilai RQ ≤ 1 maka pajanan PM2.5 masih dianggap aman bagi manusia.

Berdasarkan hasil perhitungan besar risiko diketahui pada kondisi realtime

ketiga lokasi memiliki nilai RQ minimum < 1 atau dapat dikatakan tidak

berisiko, akan tetapi lain halnya dengan nilai RQ maksimum yang dimiliki oleh

ketiga lokasi tersebut dengan masing-masing sebesar 1.79 untuk lokasi AKAP,

13.56 untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 3.22 untuk lokasi Ruang Tunggu DK.

Ketiga lokasi tersebut berisiko karena memiliki nilai RQ > 1. Sedangkan pada

kondisi lifespan, lokasi AKAP memiliki nilai RQ minimum > 1 pada proyeksi

Page 119: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

103

tahun ke-30 dengan nilai sebesar 1.062. Untuk RQ maksimum, ketiga lokasi

memiliki nilai RQ > 1 atau dikatakan berisiko dengan rentang nilai 1.57 – 28.02.

Selanjutnya, lokasi dengan nilai RQ > 1 dilakukan manajemen risiko untuk

meminimalisir dampak atau besar risiko. Nilai RQ untuk pemajanan PM2.5 pada

penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian (Novirsa, 2012) di

Kawasan Industri Semen pada siang hari, yaitu 1.4596 untuk pajanan realtime.

Nilai ini bisa jadi disebabkan

6.7. Manajemen Risiko

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) pada prinsipnya harus

dilakukan dalam bentuk pengelolaan risiko jika nilai RQ > 1. Manajemen risiko

pada dasarnya dilakukan dengan tujuan agar individu atau populasi yang

berisiko terpajan oleh risk agent tetap aman dari gangguan kesehatan.

Manajemen risiko yang dapat dilakukan yaitu menurunkan konsentrasi pajanan

(C), mengurangi waktu pajanan, diantaranya dapat dilakukan dengan

mengurangi lama pajanan (tE), dan mengurangi frekuensi pajanan (fE)

(Rahman, 2006).

Konsentrasi pajanan PM2.5 terhadap pedagang tetap dipengaruhi oleh

komposisi partikulat dan dipengaruhi oleh kondisi udara ambien di lingkungan

Terminal. Sedangkan variabel waktu pajanan berhubungan dengan pembagian

shift masing-masing pedagang. Menurunkan konsetrasi pajanan yang aman

dilakukan dengan mengganti nilai intake dengan nilai RfC, sedangkan nilai

Page 120: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

104

komponen lain yang digunakan sesuai dengan keadaan saat sampling. Nilai RfC

dianggap sebagai nilai asupan aman.

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa pedagang tetap di Terminal

Kampung Rambutan, pada pajanan realtime dan lifespan (proyeksi selama 30

tahun) sudah berisiko efek non karsinogenik (RQ > 1) terhadap pajanan PM2.5.

Oleh karena itu, diperlukan langkah manajemen risiko lebih lanjut salah satunya

melalui pengendalian risiko. Pengendalian risiko merupakan langkah penting

dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Berdasarkan hasil

perhitungan langkah manajemen risiko terhadap konsentrasi, diperoleh nilai

konsentrasi aman ketiga lokasi masing-masing sebesar 0.161 mg/m3 untuk lokasi

AKAP, 0.169 mg/m3 untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 0.162 mg/m3 untuk

lokasi Ruang Tunggu DK.

Berbeda dengan skenario manajemen risiko penurunan konsentrasi,

skenario pengurangan waktu kontak (lama pajanan dan frekuensi pajanan) tidak

wajib dilakukan. Hal ini dikarenakan rata-rata perubahan lama pajanan (tE) bisa

lebih fleksibel karena tidak ada ketentuan jam kerja bagi pedagang. Selain itu

frekuensi pajanan (fE) bisa juga diubah namun bersifat fleksibel menjadi lebih

singkat, tetapi perubahan ini sangat berkaitan dengan tradisi atau budaya para

pedagang. Misalnya, kebiasaan pulang kampung pada momen tertentu yang

akan mengubah pola pajanan tahunan.

Selain perhitungan konsentrasi aman, cara lain yang dapat dilakukan

adalah degan survei epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) agar bisa

Page 121: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

105

menemukan gejala atau penyakit berbasis toksisitas PM2.5 dan surveilansnya

lebih tepat sasaran, yaitu dengan menghitung durasi pajanannya. Diketahui

durasi pajanan masing-masing lokasi yaitu, 3.6 tahun untuk lokasi AKAP, 1.3

tahun untuk lokasi Jalur Keluar DK, dan 4.4 tahun untuk lokasi Ruang Tunggu

DK. Oleh karena itu, survei epidemiologi seharusnya ditargetkan kepada

pedagang yang telah beraktivitas di area terminal dengan durasi tersebut atau

lebih untuk konsentrasi PM2.5 maksimum.

Untuk mengurangi semakin tinggi konsentrasi polutan di area terminal,

perlu adanya pohon baik di dalam ruang tunggu maupun di jalur keluar terminal

yaitu melalui fitoremediasi. Fitoremediasi yaitu cara dengan penggunaan

tanaman hijauan untuk memindahkan, menyerap, dan atau mengakumulasikan

serta mengubah kontaminan zat yang berbahaya menjadi tidak berbahaya. Dari

cara Fitoremediasi ini banayak memiliki keuntungan bagi lingkungan.

Kemampuannya yaitu untuk menghasilkan buangan sekunder yang lebih rendah

sifat kandungan toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan serta lebih

ekonomis. Salah satu tanaman yang dapat ditanam di area terminal khususnya di

ruang tunggu adalah Palem Kuning (Chrysalidocarpus lutescens). Tanaman ini

sangat efektif untuk menyerap gas beracun dari asap kendaraan maupun

kendaraan pabrik. Sedangkan untuk area jalur keluar terminal, tanaman yang

cocok adalah yang memiliki daun lebar seperti pohon angsana (Pterocarpus

indicus), ketapang (Terminalia catappa), dan mahoni (Swietenia mahagoni). Hal

ini dikarenakan partikel padat akan menempel pada permukaan daun, khususnya

Page 122: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

106

daun yang berbulu dan permukaannya kasar. Sebagian partikel yang lain akan

terserap masuk ke dalam ruang stomata daun.

Penggunaan APD berupa masker merupakan salah satu manajemen risiko

yang bertujuan untuk meminimalisisr kemungkinan terpajan PM2.5 terinhalasi

dari udara ambien, sehingga risiko kesehatan pedagang pun dapat dicegah.

Disamping itu, sosialisasi terkait dengan eco driving kepada para supir perlu

dilakukan. Eco driving yang dimaksud yakni dengan mematikan mesin

kendaraan ketika menunggu penumpang, hal ini diharapkan dapat menurunkan

jumlah konsentrasi PM2.5 udara ambien di area terminal. Selain itu, uji emisi

rutin terhadap kendaraan pun juga perlu dilakukan oleh pihak terminal.

Page 123: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

107

BAB VII

PENUTUP

7.1. Simpulan

1. Rata-rata umur responden yaitu 38.77 tahun, nilai rata-rata berat badan

responden yaitu 62.48 kg, nilai rata-rata tinggi badan yaitu 160.5 cm, dan

jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki terutama di lokasi AKAP dan

Ruang Tunggu DK dengan jumlah masing-masing 24 orang dan 12

orang.

2. Konsentrasi PM2.5 pada pengukuran siang hari diperoleh konsentrasi

minimum dengan rentang nilai 0 – 0.266 mg/m3, sedangkan konsentrasi

maksimum dengan rentang nilai 1.116 – 3.964 mg/m3.

3. Nilai median lama pajanan untuk ketiga lokasi yaitu 12 jam/hari. Nilai

median frekuensi pajanan yaitu 338 hari/tahun untuk lokasi AKAP, 323

hari/tahun untuk lokasi jalur keluar DK, dan 335 hari/tahun untuk lokasi

ruang tunggu DK. Nilai mean durasi pajanan lokasi AKAP yaitu 4 tahun,

nilai median durasi pajanan lokasi jalur keluar DK dan ruang tunggu DK

masing-masing yaitu 14.53 tahun dan 10.29 tahun.

4. Rata-rata laju inhalasi pedagang berdasarkan lokasi diperoleh masing-

masing sebesar 0.634 m3/jam untuk lokasi AKAP, 0.623 m3/jam untuk

lokasi jalur keluar DK, dan 0.619 m3/jam untuk lokasi ruang tunggu DK.

5. Intake PM2.5 minimal populasi pajanan realtime diperoleh nilai dengan

rentang 0 – 2.55 x 10-3 mg/kg/hari, sedangkan intake maksimum

diperoleh nilai dengan rentang 0.032 – 0.244 mg/kg/hari. Diperoleh nilai

Page 124: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

108

tingkat risiko (RQ) maksimum pajanan realtime dengan nilai 1.79 –

13.56 yang berarti berisiko. Sedangkan untuk pajanan lifespan, proyeksi

di tahun ke-5 sampai tahun ke-30 baik nilai RQ maksimum diperoleh

nilai > 1 atau seluruh lokasi berisiko.

6. Ditemukan 8 orang (12.12%) dari total 66 pedagang tetap di Terminal

Kampung Rambutan yang memiliki kapasitas vital paksa paru yang tidak

normal diantaranya, 2 orang mengalami obstruksi, 4 orang mengalami

restriksi, dan 2 orang mengalami restriksi dan obstruksi (campuran).

7. Manajemen risiko yang dapat dilakukan terhadap pajanan PM2.5 lifespan

adalah dengan menurunkan nilai konsentrasi masing-masing lokasi

menjadi 0.161 mg/m3 untuk lokasi AKAP, 0.169 mg/m3 untuk lokasi

Jalur Keluar DK, dan 0.162 mg/m3 untuk lokasi Ruang Tunggu DK.

Lokasi yang paling membutuhkan tindakan pengelolaan lingkungan

segera adalah Jalur Keluar DK.

7.2. Saran

7.2.1. Bagi Pihak Terminal

Diperlukan pengukuran indikator ISPU salah satunya PM2.5 secara

rutin di area Terminal Kampung Rambutan, sehingga kualitas udara

dapat terpantau. Kemudian, hasilnya dikomunikasikan pula kepada

masyarakat yang beraktivitas di area Terminal melalui papan ISPU.

Pihak Terminal sebaiknya membuat area ruang terbuka hijau (RTH),

serta harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik sehingga RTH

Page 125: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

109

yang ada dapat berfungsi sesuai peranannya dengan maksimal.

Beberapa tanaman yang cocok untuk mengurangi konsentrasi

polutan di terminal adalah pohon angsana (Pterocarpus indicus),

ketapang (Terminalia catappa), dan mahoni (Swietenia mahagoni).

Khusus di ruang tunggu terminal, tanaman hias yang cocok untuk

fotoremediasi yaitu palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens).

Pihak Terminal sebaiknya melakukan sosialisasi dan menghimbau

para supir bus untuk tidak menyalakan mesin pada saat menunggu

penumpang.

Pihak Terminal bekerja sama dengan BLH setempat untuk

melaksanakan uji emisi kendaraan umum yang bertujuan mengukur

pencemaran udara dari kendaraan umum. Kendaraan yang melebihi

batas kadar emisi hendaknya pemilik diberikan peringatan untuk

dilakukan perbaikan.

7.2.2. Bagi Masyarakat Berisiko Di Sekitar Terminal

Populasi berisiko di terminal khususnya pedagang sebaiknya

membiasakan diri untuk menggunakan masker saat beraktivitas atau

bekerja di terminal.

Populasi berisiko di sekitar terminal (supir dan pedagang) agar lebih

waspada terhadap pajanan PM2.5 dengan memperhatikan waktu kerja

harian yang aman yaitu 8 jam/hari sesuai dengan Kementerian

Tenaga Kerja

Page 126: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

110

7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan perhitungan konsentrasi selama 24 jam agar lebih

menggambarkan terhadap kondisi udara ambien di terminal dalam 1

hari.

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan cakupan kelompok

berisiko yang lebih luas dengan menggunakan sampel yang lebih

banyak dengan memperhitungkan sumber pajanan PM2.5 yang lain,

serta pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan

personal dust sampler.

Page 127: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

111

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta:

Rajawali Press.

Ahmad, Amiratul Adila. Khoiron. Ellyke. 2014. Environmental Health Risk

Assessment with Risk Agent Total Suspended Particulate in Industrial

Area Probolinggo. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol. 2

Almunjiat, Ece. Sabilu, Yusuf. Ainurafiq. 2016. Skripsi. Analisis Risiko

Kesehatan Akibat Pajanan Timbal (Pb) Melalui Jalur Inhalasi Pada

Operator di SPBU Kota Kendari.

Amaliah, Rizki. 2013. Skripsi. Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas

Vital Paru Pada Pedagang Kaki Lima Terminal Induk Kabupaten

Pemalang.

Amaliana, Annisa. Hanani, Yusniar. Astorina, Nikie. 2016. Analisis Risiko

Kesehatan Lingkungan Nitrogen Dioksida (NO2) Pada Pedagang Kaki

Lima di Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Jurnal Kesehatan

Masyarakat. Vol. 4 No.4.

American Thoracic Society. 2004. Standard for The Diagnosis and Care of

Patient With Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) and

Asthma. Am. Rev. Respir Dis.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Australian Government. 2016. Risk Management Indonesia. Retrieved from

https://industry.gov.au/resource/Documents/LPSDP/LPSDP-Risk-

Management-Indonesian.pdf

Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 19-7119.6-2005 Penentuan Lokasi

Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara.

Behrman, Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Bennet, et. al. 2004. The Influence of Body Mass Index, Age, and Gender On

Current Illness: A Cross Sectional Study.

Page 128: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

112

Borm, Jetten, Hidayat, et. al,. 2002. Respiratory Symptoms, Lung Function, and

Nasal Cellularity in Indonesian Wood Workers: A Dose Response

Analysis. Occupational Environmental Medicine, 59:338-344.

BPLHD DKI Jakarta. 2015. Kondisi Lingkungan dan Kecenderungannya. Status

Lingkungan Hidup DKI Jakarta Tahun 2017.

Budiono, Irwan. 2007. Tesis. Faktor Risiko Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja

Pengecatan Mobil. Semarang: Universitas Diponegoro.

Chandra, B. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Cheng, YH, et. al,. 2012. Temporal Variations in Airborne Particulate Matter

Levels at An Indoor Bus Terminal and Exposure Implications for

Terminal Workers. Aerosol and Air Quality Research. Vol. 12 pg. 30-38.

Dirjen PP & PL. 2012. Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

(ARKL). Kementerian Kesehatan RI.

Djafri, Defriman. 2014. Prinsip dan Metode Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. ISSN 1978-3833.

Vol. 8.

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Elizabeth, M. 2010. Similar Relation of Age and Height to Lung Function

Among Whites, African, Americans, and Hispanics, New York.

Columbia University Medical Center.

EPA. 2011. Particulate Matter. Retrieved from https://www/epa.gov/pm/

Fordiastiko. 2002. Prevalensi Kelainan Foto Toraks dan Penurunan Faal Paru

Pekerja di Lingkungan Kerja Pabrik Semen. Skripsi. FK UI.

Gotschi, Thomas, et. al., 2008. Air Pollution and Lung Function in the European

Community Respiratory Health Survey. International Journal of

Epidemiology. Vol. 37. pg. 1349-1358.

Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarya: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Habibah, et. al. 2005. Hubungan Berat Badan dan Kapasitas Vital Paru Terhadap

VO2 Max Pada Anggota Ekstrakurikuler Futsal SMAN 1 Cibungbulang.

Page 129: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

113

Han, Xianghu. 2005. A Review of Traffic-Related Air Pollution Exposure

Assessment Studies in The Developing World. Environmental

International. 32: 106-120.

Hastiti, LR. 2013. Skripsi. Pajanan PM2.5 dan Gangguan Fungsi Paru Serta

Kadar Profil Lipid Darah (HDL, LDL, Kolesterol Total, Trigliserida)

Pada Karyawan PT. X Kalimantan Selatan. Depok: FKM UI.

Ikawati, Zullies. 2009. Uji Fungsi Paru-Paru. Fakultas Farmasi Universitas

Gadjah Mada.

Indriani, Aisyah. 2016. Gambaran Konsentrasi Pajanan Personal Particulate

Matter 2,5 (PM2.5) dan Keluhan Pernapasan Subjektif Pada Petugas Uji

Mekanis di Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Unit Ujung

Menteng Tahun 2015.

Iranto, Koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Irniza, R., et. al,. 2014. PM2.5 Respiratory Health Risk and II-6 Levels Among

Workers at A Modern Bus Terminal in Kuala Lumpur. International

Journal of Public Health and Clinical Sciences. Vol. 1. pg. 2289-7577.

Komariah, Vivi Hali. 2016. Skripsi. Analisis Risiko dan Dampaknya Terhadap

Penurunan Fungsi Paru Pekerja Industri Semen di Plant 06 PT

Indocement Citereup-Bogor Tahun 2016.

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Kusnoputranto, H. Susana, D. 2000. Kesehatan Lingkungan. Depok: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Lagorio, Susanna, et. al., 2006. Air Pollution and Lung Function Among

Susceptible Adult Subjects: A Panel Study. Environmental Health:

Global Access Science Source. BioMed Central Journal.

Lazaridis. Colbeck. 2010. Human Exposure to Pollutants via Dermal Absorption

and Inhalation. Springer Science.

Lemeshow, S. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Liwijaya, Kathelen. 1992. Olah Raga Sumber Kesehatan. Bandung: Penerbit

Advent Indonesia.

Page 130: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

114

Louvar, F. J. 1998. Health and Environment Risk Analysis. USA: Prentice Hall

Inc.

Mandal, Ananya. 2017. Article. Obesity and Respiratory Disorders. News

Medical Life Sciences.

Marpaung, Yosi Marin. 2012. Skripsi. Pengaruh Pajanan Personal Debu

Respirable PM2.5 Terhadap Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pedagang

Terminal Terpadu Kota Depok Tahun 2012.

Mauderly, JL. Jones, RK. McClellan, RO. 1992. Carcinogenicity of Diesel

Exhaust Inhales Chronically By Rats. Dev Toxicol Environ Sci. PubMed.

Vol. 13. Pg. 397-409.

Muslikatul, Siti. 2011. Skripsi. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian Alat

Pelindung Pernapasan (Masker) Pada Tenaga Kerja Bagian

Pengamplasan dengan Kapasitas Fungsi Paru PT. Accent House

Pecangaan Jepara.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novirsa, Randy. 2012. Skripsi. Analisis Risiko dan Gambaran Spasial Pajanan

PM2.5 di Udara Ambien (Outdoor) Siang Hari Terhadap Masyarakat di

Kawasan Industri (Studi Kasus PT Semen Padang).

OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management System -

Requirements.

Pavlica, T. 2010. Correlation of Vital Lung Capacity With Body Weight,

Longitudinal and Circumtances Dimensions. Biotechnol EQ. 24.

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta:

Kompas Gramedia.

Petters, et. al. 1999. A Study of Twelve Southern California Communities With

Differing Levels and Types of Air Pollution: Effect on Pulmonary

Function. Am J Respir Crit Care Med. Pg. 75.

Page 131: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

115

Pinzon, Rizaldy. 1999. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Kapasitas Vital

Paru-Paru Golongan Usia Muda. Buletin Peneliti Kesehatan Fakultas

Kedokteran UGM. Vol. 26.

Pope, C. A, et. al. 2006. Ischemic Disease Events Triggered by Short-Term

Exposure to Fine Particulate Air Pollution. Vol. 114. Pg. 2443-2448.

Pui, D.Y, et. al. 2014. PM2.5 in China: Measurements, Sources, Visibility and

Health Effects, and Mitigation. Particulogy. Vol. 13. Pg. 1-26.

Rahman, A. 2006. Prinsip-Prinsip Dasar Metode, Teknik, dan Prosedur Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan. Depok: FKM-UI.

Riani. 2017. Skripsi. Gambaran Kualitas Udara Ambien (SO2, NO2, TSP)

Terhadap Keluhan Subjektif Gangguan Pernapasan Pada Pedagang Tetap

di Kawasan Terminal Bus Kampung Rambutan Jakarta Timur.

Sabri, L., & Priyo, S. 2011. Statistik Kesehatan. Rajawali Press.

Saminan. 2014. Efek Paparan Partikel Terhadap Kejadian Penyakit Paru

Obstruktif Kronik (PPOK). Idea Nursing Journal. Vol. 5 No. 1.

Sari, Nilam. 2013. Skripsi. Kejadian ISPA Ditinjau dari Pajanan PM10 dan

Karakteristik Individu di Lingkungan Terminal Kampung Rambutan

Jakarta Timur.

Sastrawijaya, A. T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Siadari. 2017. Artikel. Kualitas Udara Jabodetabek Tidak Sehat. Retrieved from

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kualitas-udara-

jabodetabek-tidak-sehat.

Soedjono. 2002. Tesis. Pengaruh Kualitas Udara (Debu, COx, NOx, SOx)

Terminal Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pedagang Tetap

Terminal Bus Induk Jawa Tengah. Semarang: FKM Universitas

Diponegoro.

Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: ITB. Soedjono. Setiani,

Onny. 2002. Pengaruh Kualitas Udara (Debu, COx, NOx, SOx) Terminal

Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pedagang Tetap Terminal Bus

Induk Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 2.

No.1.

Page 132: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

116

Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Sugeng, Budiono. 2003. Bungan Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Jakarta: Tri Tunggal Fajar.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suma'mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:

CV Agung Seto.

Suparmin. 2008. Artikel. Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Menurunkan

Kecerdasan Anak the Lost Generation. Retrieved from

http://hseindonesia.com/2008/10/pencemaran-udara-oleh-timbal-

pb.html.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Uyainah, Anna. 2014. Spirometri: Update Knowledge in Respirology.

MedJournal: Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Vol. 1

Vallius, Marko. 2005. Characteristics and Sources of Fine Particulate Matter in

Urban Air. Finland: National Public Health Institute, Department of

Environmental Health.

Wardhana, W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada Press.

Wegesser, et. al. 2002. Particulate Matter Exposure Assessment. Environmental

Health Perspective, 108.

WHO. 2005. Air Quality Guidelines For Particulate Matter, Ozone, Nitrogen

Dioxide, and Sulfur Dioxide.

WHO. 2010. Exposure to Air Pollution: Major Public Health Concern. Geneva:

WHO Document Production.

Williamson, J.M. 2010. Environmental Tobacco Smoke and Children's Health.

Eastern Economic Journal. Vol. 36.

Page 133: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

117

Yolanda Ardam, Kiky Aunillah. 2015. Hubungan Paparan Debu dan Lama

Paparan Dengan Gangguan Faal Paru Pada Pekerja Overhaul Power

Plant. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol.

4.

Yulaekah, S. 2007. Paparan Debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru Pada

Pekerja Industri Batu Kapur Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo

Kabupaten Grobogan.

Zammit, et. al. 2010. Obesity and Respiratory Diseases. International Journal

of General Medicine. Vol. 3. Pg. 335-343.

Page 134: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

118

LAMPIRAN 1

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Perkenalkan saya Avita Falahdina, mahasiswa Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai

“ANALISIS KONSENTRASI PAJANAN PERSONAL (INTAKE) PM2.5

TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG TETAP DI

TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN TAHUN 2017”. Penelitian ini saya

lakukan sebagai persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Adapun manfaat penelitian ini untuk memberikan informasi kepada

instansi terkait seperti Dinas Kesehatan Jakarta Timur, pengelola Terminal

Kampung Rambutan, serta para pedagang yang berada di area kawasan terminal

terkait kualitas udara di terminal, gambaran konsentrasi polutan yang terhirup

dan dampaknya terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara di

kawasan terminal. Agar kedepannya pihak terkait dapat melakukan pemantauan

rutin serta program lingkungan untuk meminimalisir pencemaran udara yang ada

di kawasan terminal. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan serta

produktivitas pekerja, pengunjung maupun pedagang yang melakukan

aktivitasnya di terminal.

Oleh sebab itu, saya meminta kesediaan bapak/ibu untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini dan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian

ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Contact Person:

Avita Falahdina (0878-0811-6531)

Page 135: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

119

KUESIONER

ANALISIS KONSENTRASI PAJANAN PERSONAL (INTAKE) PM2.5

TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG TETAP

DI TERMINAL KAMPUNG RAMBUTAN TAHUN 2017

Tanggal Wawancara

Lokasi Pedagang di Titik Pengamatan

A. Identitas Responden

A1. Nama Responden

A2. Jenis Kelamin 1. Laki-Laki

2. Perempuan

A3. Umur ____Tahun

B. Karakteristik Individu

B1. Berat Badan (BB) _______kg

B2. Tinggi Badan (TB) _______cm

B3. Apakah anda memiliki riwayat

penyakit pernapasan?

1. Ya, (_________________)

2. Tidak

C. Karakteristik Pekerjaan

C1. Durasi bekerja sebagai pedagang di

Terminal Kampung Rambutan

_______Tahun

C2. Lama bekerja setiap hari di Terminal

Kampung Rambutan

_________Jam

(_______ s.d. _______)

C3. Frekuensi kerja dalam seminggu _________Hari

C4. Lama meninggalkan tempat

kerja/tidak berdagang (libur

nasional/mudik/urusan pribadi)

_________Hari

(dalam setahun)

D. Pengukuran Kapasitas Vital Paru (diisi oleh peneliti)

D1. FVC (%)

D2. FEV1/FVC (%)

Kesimpulan: 1. Normal

2. Tidak Normal (Restriksi,

Obstruksi, Campuran)

E. Perhitungan Intake & RQ (diisi oleh peneliti)

E1. Konsentrasi PM2.5 ________µg/m3

E2. Intake (Exposure Assessment)

Ink = 𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑋 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡

𝑊𝑏 𝑥 𝑡𝑎𝑣𝑔

_____mg/kg/hari

E3. RQ (Risk Quotient)

RQ = 𝐼

𝑅𝑓𝐶

Page 136: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

120

LAMPIRAN 2

Dokumentasi

Kondisi Lokasi AKAP

Kondisi Lokasi Jalur Keluar DK

Page 137: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

121

Kondisi Lokasi Ruang Tunggu DK

Pemeriksaan Spirometri

Page 138: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

122

Ruang Pemeriksaan Spirometri

Wawancara Pedagang

Perizinan dengan Petugas Terminal dan Dishub

Page 139: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

123

LAMPIRAN 3

Output SPSS

UMUR

Descriptives

Statistic Std. Error

UMUR Mean 38.77 1.415

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 35.95

Upper Bound 41.60

5% Trimmed Mean 38.74

Median 41.00

Variance 132.178

Std. Deviation 11.497

Minimum 17

Maximum 67

Range 50

Interquartile Range 20

Skewness -.139 .295

Kurtosis -.690 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

UMUR .105 66 .070 .964 66 .051

a. Lilliefors Significance Correction

kat_umur AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 38.77 13 38.2 38.2 38.2

< 38.77 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 140: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

124

kat_umur Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 38.77 13 38.2 38.2 38.2

< 38.77 21 61.8 61.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_umur Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 38.77 10 58.8 58.8 58.8

< 38.77 7 41.2 41.2 100.0

Total 17 100.0 100.0

BB Seluruh Kelompok Populasi

Descriptives

Statistic Std. Error

BB Mean 62.48 1.325

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 59.84

Upper Bound 65.13

5% Trimmed Mean 62.18

Median 62.00

Variance 115.915

Std. Deviation 10.766

Minimum 39

Maximum 98

Range 59

Interquartile Range 13

Skewness .404 .295

Kurtosis .924 .582

Page 141: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

125

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BB .065 66 .200* .978 66 .296

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

kat_BB AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 62.48 18 52.9 52.9 52.9

< 62.48 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_BB Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 62.48 7 46.7 46.7 46.7

< 62.48 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

kat_BB Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 7 41.2 41.2 41.2

2.00 10 58.8 58.8 100.0

Total 17 100.0 100.0

Page 142: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

126

BB Lokasi AKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

BB Mean 63.1176 2.12017

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 58.8041

Upper Bound 67.4312

5% Trimmed Mean 62.7255

Median 65.0000

Variance 152.834

Std. Deviation 12.36261

Minimum 39.00

Maximum 98.00

Range 59.00

Interquartile Range 15.50

Skewness .333 .403

Kurtosis .790 .788

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BB .090 34 .200* .975 34 .598

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 143: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

127

BB Lokasi Jalur Keluar DK

Descriptives

Statistic Std. Error

BB Mean 62.1333 1.90205

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 58.0539

Upper Bound 66.2128

5% Trimmed Mean 61.8704

Median 60.0000

Variance 54.267

Std. Deviation 7.36659

Minimum 52.00

Maximum 77.00

Range 25.00

Interquartile Range 12.00

Skewness .477 .580

Kurtosis -.507 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BB .147 15 .200* .945 15 .454

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 144: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

128

BB Lokasi Ruang Tunggu DK

Descriptives

Statistic Std. Error

BB Mean 61.5294 2.50017

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 56.2293

Upper Bound 66.8295

5% Trimmed Mean 61.1993

Median 61.0000

Variance 106.265

Std. Deviation 10.30848

Minimum 45.00

Maximum 84.00

Range 39.00

Interquartile Range 13.50

Skewness .387 .550

Kurtosis .231 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BB .105 17 .200* .971 17 .829

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 145: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

129

TB

Descriptives

Statistic Std. Error

TB Mean 159.02 1.012

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 156.99

Upper Bound 161.04

5% Trimmed Mean 159.23

Median 160.50

Variance 67.646

Std. Deviation 8.225

Minimum 138

Maximum 177

Range 39

Interquartile Range 13

Skewness -.294 .295

Kurtosis -.432 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TB .127 66 .011 .978 66 .302

a. Lilliefors Significance Correction

kat_TB AKAP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ≥160.50 19 55.9 55.9 55.9

<160.50 15 44.1 44.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_TB Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥160.50 5 33.3 33.3 33.3

<160.50 10 66.7 66.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Page 146: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

130

kat_TB Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥160.50 9 52.9 52.9 52.9

<160.50 8 47.1 47.1 100.0

Total 17 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

JNS_KEL AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 24 70.6 70.6 70.6

P 10 29.4 29.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

JNS_KEL Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 7 46.7 46.7 46.7

P 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

JNS_KEL Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid L 12 70.6 70.6 70.6

P 5 29.4 29.4 100.0

Total 17 100.0 100.0

Page 147: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

131

LAMA PAJANAN (tE) Seluruh Kelompok Populasi

Descriptives

Statistic Std. Error

tE Mean 12.65 .485

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 11.68

Upper Bound 13.62

5% Trimmed Mean 12.31

Median 12.00

Variance 15.554

Std. Deviation 3.944

Minimum 6

Maximum 24

Range 18

Interquartile Range 2

Skewness 1.725 .295

Kurtosis 3.155 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tE .278 66 .000 .780 66 .000

a. Lilliefors Significance Correction

kat_tE AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 12 24 70.6 70.6 70.6

< 12 10 29.4 29.4 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_tE Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 12 10 66.7 66.7 66.7

< 12 5 33.3 33.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Page 148: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

132

kat_tE Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 12 10 58.8 58.8 58.8

< 12 7 41.2 41.2 100.0

Total 17 100.0 100.0

LAMA PAJANAN (tE) Lokasi AKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

tE Mean 13.29 .773

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 11.72

Upper Bound 14.87

5% Trimmed Mean 12.99

Median 12.00

Variance 20.335

Std. Deviation 4.509

Minimum 8

Maximum 24

Range 16

Interquartile Range 3

Skewness 1.538 .403

Kurtosis 1.653 .788

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tE .291 34 .000 .777 34 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 149: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

133

LAMA PAJANAN (tE) Lokasi Jalur Keluar DK

Descriptives

Statistic Std. Error

tE Mean 11.87 .477

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.84

Upper Bound 12.89

5% Trimmed Mean 11.85

Median 12.00

Variance 3.410

Std. Deviation 1.846

Minimum 8

Maximum 16

Range 8

Interquartile Range 1

Skewness .460 .580

Kurtosis 2.145 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tE .338 15 .000 .844 15 .014

a. Lilliefors Significance Correction

Page 150: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

134

LAMA PAJANAN (tE) Lokasi Ruang Tunggu DK

Descriptives

Statistic Std. Error

tE Mean 12.06 .983

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.97

Upper Bound 14.14

5% Trimmed Mean 11.73

Median 12.00

Variance 16.434

Std. Deviation 4.054

Minimum 6

Maximum 24

Range 18

Interquartile Range 3

Skewness 1.642 .550

Kurtosis 4.275 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tE .270 17 .002 .836 17 .007

a. Lilliefors Significance Correction

Page 151: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

135

FREKUENSI PAJANAN (fE) Seluruh Kelompok Populasi

Descriptives

Statistic Std. Error

fE Mean 309.39 7.292

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 294.83

Upper Bound 323.96

5% Trimmed Mean 314.88

Median 335.00

Variance 3509.319

Std. Deviation 59.240

Minimum 104

Maximum 365

Range 261

Interquartile Range 79

Skewness -1.380 .295

Kurtosis 1.404 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fE .213 66 .000 .818 66 .000

a. Lilliefors Significance Correction

kat_fE AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 335 21 61.8 61.8 61.8

< 335 13 38.2 38.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_fE Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 335 6 40.0 40.0 40.0

> 335 9 60.0 60.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

Page 152: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

136

kat_fE Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 335 9 52.9 52.9 52.9

> 335 8 47.1 47.1 100.0

Total 17 100.0 100.0

FREKUENSI PAJANAN (fE) Lokasi AKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

fE Mean 316.35 10.962

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 294.05

Upper Bound 338.66

5% Trimmed Mean 324.26

Median 338.00

Variance 4085.569

Std. Deviation 63.918

Minimum 104

Maximum 365

Range 261

Interquartile Range 47

Skewness -2.019 .403

Kurtosis 3.579 .788

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fE .282 34 .000 .703 34 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 153: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

137

FREKUENSI PAJANAN (fE) Lokasi Jalur Keluar DK

Descriptives

Statistic Std. Error

fE Mean 297.13 13.745

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 267.65

Upper Bound 326.61

5% Trimmed Mean 299.20

Median 323.00

Variance 2833.838

Std. Deviation 53.234

Minimum 197

Maximum 360

Range 163

Interquartile Range 106

Skewness -.387 .580

Kurtosis -1.304 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fE .220 15 .049 .882 15 .050

a. Lilliefors Significance Correction

Page 154: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

138

FREKUENSI PAJANAN (fE) Lokasi Ruang Tunggu DK

Descriptives

Statistic Std. Error

fE Mean 306.29 13.496

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 277.68

Upper Bound 334.90

5% Trimmed Mean 309.49

Median 335.00

Variance 3096.471

Std. Deviation 55.646

Minimum 197

Maximum 358

Range 161

Interquartile Range 99

Skewness -.771 .550

Kurtosis -.775 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

fE .226 17 .021 .848 17 .010

a. Lilliefors Significance Correction

Page 155: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

139

DURASI PAJANAN (Dt) Seluruh Kelompok Populasi

Descriptives

Statistic Std. Error

Dt Mean 9.38 .906

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 7.57

Upper Bound 11.19

5% Trimmed Mean 9.03

Median 8.00

Variance 54.208

Std. Deviation 7.363

Minimum 1

Maximum 24

Range 23

Interquartile Range 13

Skewness .562 .295

Kurtosis -.853 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Dt .131 66 .007 .900 66 .000

a. Lilliefors Significance Correction

kat_Dt AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 8 10 29.4 29.4 29.4

< 8 24 70.6 70.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

kat_Dt Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥ 8 14 93.3 93.3 93.3

< 8 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Page 156: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

140

kat_Dt Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 11 64.7 64.7 64.7

2.00 6 35.3 35.3 100.0

Total 17 100.0 100.0

DURASI PAJANAN (Dt) Lokasi AKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

Dt Mean 6.65 1.104

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4.40

Upper Bound 8.89

5% Trimmed Mean 6.15

Median 4.00

Variance 41.447

Std. Deviation 6.438

Minimum 1

Maximum 22

Range 21

Interquartile Range 9

Skewness 1.110 .403

Kurtosis .042 .788

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Dt .190 34 .003 .820 34 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 157: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

141

DURASI PAJANAN (Dt) Lokasi Jalur Keluar DK

Descriptives

Statistic Std. Error

Dt Mean 14.53 1.718

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.85

Upper Bound 18.22

5% Trimmed Mean 14.70

Median 15.00

Variance 44.267

Std. Deviation 6.653

Minimum 2

Maximum 24

Range 22

Interquartile Range 10

Skewness -.002 .580

Kurtosis -.711 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Dt .123 15 .200* .947 15 .483

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 158: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

142

DURASI PAJANAN (Dt) Lokasi Ruang Tunggu DK

Descriptives

Statistic Std. Error

Dt Mean 10.29 1.788

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 6.50

Upper Bound 14.08

5% Trimmed Mean 10.05

Median 10.00

Variance 54.346

Std. Deviation 7.372

Minimum 1

Maximum 24

Range 23

Interquartile Range 13

Skewness .495 .550

Kurtosis -.564 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Dt .163 17 .200* .922 17 .162

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 159: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

143

LAJU INHALASI (R) Seluruh Kelompok Populasi

Descriptives

Statistic Std. Error

R3 Mean .622385 .0047213

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .612956

Upper Bound .631814

5% Trimmed Mean .622561

Median .623909

Variance .001

Std. Deviation .0383562

Minimum .5215

Maximum .7250

Range .2035

Interquartile Range .0477

Skewness -.211 .295

Kurtosis .359 .582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

R3 .077 66 .200* .983 66 .485

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

kat_R AKAP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥0.6224 19 55.9 55.9 55.9

<0.6224 15 44.1 44.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

Page 160: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

144

kat_R Jalur Keluar DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥0.6224 7 46.7 46.7 46.7

<0.6224 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

kat_R Ruang Tunggu DK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ≥0.6224 8 47.1 47.1 47.1

<0.6224 9 52.9 52.9 100.0

Total 17 100.0 100.0

LAJU INHALASI (R) Lokasi AKAP

Descriptives

Statistic Std. Error

R3 Mean .6236659 .00756080

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .6082833

Upper Bound .6390484

5% Trimmed Mean .6238786

Median .6343400

Variance .002

Std. Deviation .04408665

Minimum .52154

Maximum .72501

Range .20347

Interquartile Range .05505

Skewness -.309 .403

Kurtosis .200 .788

Page 161: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

145

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

R3 .125 34 .196 .974 34 .581

a. Lilliefors Significance Correction

LAJU INHALASI (R) Lokasi Jalur Keluar DK

Descriptives

Statistic Std. Error

R3 Mean .6229640 .00666812

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .6086623

Upper Bound .6372657

5% Trimmed Mean .6223583

Median .6166700

Variance .001

Std. Deviation .02582550

Minimum .58507

Maximum .67176

Range .08669

Interquartile Range .04359

Skewness .281 .580

Kurtosis -.794 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

R3 .130 15 .200* .954 15 .584

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 162: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

146

LAJU INHALASI (R) Lokasi Ruang Tunggu DK

Descriptives

Statistic Std. Error

R3 Mean .6193171 .00897901

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .6002824

Upper Bound .6383517

5% Trimmed Mean .6190128

Median .6203200

Variance .001

Std. Deviation .03702142

Minimum .55314

Maximum .69097

Range .13783

Interquartile Range .04847

Skewness -.065 .550

Kurtosis .018 1.063

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

R3 .101 17 .200* .974 17 .884

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 163: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

147

LAMPIRAN 4

Page 164: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

148

Page 165: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

149

Page 166: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

150

Page 167: ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37275/1/AVITA... · Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri ... Faktor-Faktor

151