22
Penetapan Kadar Sediaan Papverin-Fenobarbital BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik kuantitatif pada dasarnya menyangkut penentuan kadar atau jumlah komposisi kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli kimia analitik. Tetapi dalam kimia analitik modern aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat, elusidasi struktur dan analisis kuantitatif komposisinya. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetik yang sesuai. Sekarang ini semakin banyak sediaan farmasi dalam bentuk tablet yang beredar dipasaran sehingga merupakan tugas bagi seorang ahli farmasi untuk mengontrol atau menganalisis kandungan atau kadar zat aktif yang terdapat dalam sediaan tablet tersebut. Dalam buku-buku resmi telah tercantum jelas tentang persyaratan dari kadar zat aktif yang boleh terkandung dalam suatu sediaan tablet. Penentuan kadar obat dalam suatu sediaan dapat ditentukan dengan berbagai cara analisis kuantitatif, semakin banyak cara analisis yang diterapkan maka semakin baik pula hasil yang didapatkan dalam penentuan kadar obat. Nunu Alfiyana Nur Jahiria Ipaenin 150 2012 0004

anfar nunu1 (Repaired).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Penetapan Kadar Sediaan Papverin-Fenobarbital

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKimia analitik kuantitatif pada dasarnya menyangkut penentuan kadar atau jumlah komposisi kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli kimia analitik. Tetapi dalam kimia analitik modern aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat, elusidasi struktur dan analisis kuantitatif komposisinya.Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetik yang sesuai.Sekarang ini semakin banyak sediaan farmasi dalam bentuk tablet yang beredar dipasaran sehingga merupakan tugas bagi seorang ahli farmasi untuk mengontrol atau menganalisis kandungan atau kadar zat aktif yang terdapat dalam sediaan tablet tersebut. Dalam buku-buku resmi telah tercantum jelas tentang persyaratan dari kadar zat aktif yang boleh terkandung dalam suatu sediaan tablet.Penentuan kadar obat dalam suatu sediaan dapat ditentukan dengan berbagai cara analisis kuantitatif, semakin banyak cara analisis yang diterapkan maka semakin baik pula hasil yang didapatkan dalam penentuan kadar obat.Oleh karena itu, dalam praktikum ini sampel yang digunakan adalah tablet Papaverin dan Fenobarbital yang akan kita tentukan kadarnya dalam suatu sediaan menggunkan metode ekstraksi cair-cair yang berdasarkan prinsip pemisahan antara fase air dan fase organik.1.2 Maksud PraktikumAdapun maksud dari praktikum ini adalah menganalisis kadar dari sediaan papaverin dan fenobarbital menggunakan metode ekstraksi cair-cair.1.3 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum adalah menentukan kadar papaverin dan fenobarbital dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair.BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Teori UmumTablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetik yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral (Ansel, 2008).Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula dikatakan ekstraksimerupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogeny menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponene-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan bantuan pelarut, ektraksi cair-cair tidak dapatdigunakan apabila pemisahan campuran dengan cara destilasi karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti pada ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair sempurna (Wibawads, 2012).Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Misalnya idion sebagai pencemar dalam air yang juga mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam kasus seperti ini, hampir semua iodion dapat diambil dengan mengaduk larutan air dengan tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian mengurangi lapisan air dari lapisan karbontetraklorida yang lebih besar. Makin besar tetapan keseimbangan untuk partisi zat terlarut dari pelarut awalnya dalam pelarut pemisah maka makin sempurna proses pemisahannya (Gillis, 2001).Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna sebagai media pembawa dan masuk ke dalam pelarut kedua sebagai media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut atau hanya dalam daerah yang sempit. Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil. Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekalidipisah. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan Pembentukan fasa homogen ikut menentukan keluaran sebuah ekstraktor cair-cair (Yazid, 2005).Suatu campuran papaverin (sebagai garam klorida) dan barbiturat merupakan kombinasi obat yang umum ditemukan. Campuran ini, dari sediaannya dapat dipisahkan secara ekstraksi pelarut cair-cair (Anonim, 2015).Suatu sampel berupa sediaan yang mengandung papaverin-fenobarbital dilarutkan dalam larutan (air) alkalis, sehingga papaverin dapat diekstraksi secara kuantitatif dengan menggunakan beberapa porsi volume pelarut pengekstrak (kloroform), sementara garam alkali fenobarbital tetap berada dalam air. Selanjutnya larutan air diasamkan, lalu asam barbiturat bebasnya diekstrak dengan beberapa porsi volume pelarut pengekstrak (eter) sampai proses ekstrak optimal (Anonim, 2015).Pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air. (Yazid, 2005).Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes yanglain pelarut organik seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan didalam fase air,sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom.(Rohman, 2009).Bila suatu zat-zat membagi diri antara kedua cairan yang tidak dapat bercampur, ada satu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi yang menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat bercampur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada keseimbangan adalah konstanta pada temperatur tertentu (Underwood, 1986).Mekanisme reaksi di bagi atas tiga tahap, antara lain (Khopkar, 2009) :1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organikDalam penetapan kadar zat berkhasiat pada sediaan tablet biasanya menggunakan 20 tablet yang kemudian dihitung, ditimbang dan kemudian diserbukkan. Sejumlah serbuk tablet yang digunakan dalam penetapan mewakili seluruh tablet maka, harus ditimbang seksama. Kadar zat berkhasiat tertera pada masing-masing monografi, baik persyaratan maupun cara penetapannya (Siregar, 2008). 2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)1. Penentuan Koefisien Distribusi Papaverina. Disiapkan fase air dengan mencampurkan 100 ml air, 50 ml NaOH 1 N dan 30 mg NaCl, dikocok campuran dalam corong pisah dengan 50 ml koloform sampai setimbang, dan dipisahkan kedua fase.b. Ditimbang 200 mg papaverin HCl, dimasukkan dalam corong pisahc. Ditambahkan 25 ml fase aird. Ditambahkan 25 ml fase koloform, dan dikocok hingga setimbang.e. Dipisahkan kedua fase dan dikumpulkan fase koloform dalam gelas kimiaf. Diuapkan pelarut fase koloform diatas waterbath/oven sampai berat konstan g. Ditimbang berat papaverin dalam fase koloform, dan berat papaverin dalam fase air yang diperoleh dari pengurangan jumlah sampel yang ditimbang mula-mulah. Dihitung koefisien distribusi papaverin.

2. Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbitala. Disiapkan lagi fase air dengan memipet 50 ml fase air yang telah disiapkan sebelumnyab. Diasamkan dengan HCl pekat hingga pH 4c. Dikocok campuran dengan 50 ml eter di dalam corong pisah sampai setimbangd. Dipisahkan kedua fasee. Ditimbang 200 mgg fenobarbital, dan dimasukkan ke dalam corong pisahf. Ditambahkan 25 ml fase air yang baru disiapkang. Ditambahkan 25 ml eter, dikocok sampai setimbangh. Dipisahkan fase eter dalam gelas kimia, dan diuapkan pelarutnya diatas waterbath/oven sampai berat konstani. Ditimbang berat fenobarbital dalam fase eter, dan berat fenobarbital dalam fase air dengan mengurangkan jumlah yang ditimbang mula-mulaj. Dihitung koefisien distribusi fenobarbital.3. Penetapan Kadar Sediaan (Campuran Papaverin-Fenobarbital)a. Ditimbang sampel dan dimasukkan ke dalam corong pisahb. Ditambahkan 25 ml eter dan 25 ml kloroform, dikocok sampai setimbangc. Dipisahkan kedua fase hingga diperoleh fase air dan fase kloroformd. Pada fase air ditambahkan 25 ml kloroform, dikocok sampai setimbange. Dipisahkan kedua fase, dan diuapkan fase kloroformf. Ditambahkan HCl secukupnya pada fase air, hingga pH 4 dan ditambahan 25 ml eterg. Dipisahkan kedua faseh. Ditambahkan 25 ml eter pada fase air, dikocok dan i. Dipisahkan lagi kedua fase hingga diperoleh fase air dan fase eterj. Diuapkan fase eter, dan k. Dihitung berat papaverin HCl dan fenobabital dan ditentukan persentasenya dan dibandingakn dengan persyaratan menurut Farmakope Indonesia.

BAB 3 METODE KERJA3.1 Alat PraktikumAdapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, corong pisah, corong, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, statif, timbangan analitik, dan water bath.3.2 Bahan PraktikumAdapun bahan yang digunakan adalah aquadest, eter, Fenobarbital, larutan NaOH 1 N, kloroform, NaCl, dan Papaferin.3.3 Cara Kerjaa. Penentuan Koefisien Distribusi Papaverin100 ml air, 500 ml NaOH 1 N dan 30 mg NaCl dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Kemudian ditambah 50 ml kloroform sampai seimbang dan dipisahkan kedua fase yaitu fase air dan fase kloroform. Fase air diambil 20,5 ml dan ditambahkan 200 mg sampel dan 25 ml fase kloroform. Dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Dipisahkan fase air dan kloroform dan diuapkan di waterbath. Setelah itu, ditimbang berat papaverin pada fase kloroform.b. Penentuan Koefisien Distribusi Fenobarbital20 ml fase air, tambah HCL pekat hingga pH 4 dan 50 ml eter. Dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Dipisahkan kedua fase yaitu fase air dan fase eter. Dikumpulkan fase eter dan diuapkan di water bath. Setelah itu, ditimbang berat wadah eter.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil dan Perhitungan 1. Diketahui : Sampel Papaverin 200 mga = berat wadah kosong 205,165 grb = berat wadah + isi papaverin dalam kloroform setelah diuapkan 67636,7 mgDitanyakan :c = berat papaverin dalam kloroformPenyelesaian :c = b a = 67636,7 mg 205,165 mg = 67,43 mgJadi, berat papaverin dalam fase kloroform 67,43 mg.Untuk, menentukan berat papaverin dalam fase air yaitu berat sampel mula-mula dikurang hasil papaverin kloroform.200 mg 67,43 mg = 132,57 mg. Jadi, berat papaverin dalam fase air adalah 132,57 mg.2. Diketahui Sampel fenobarbital 200 mga = berat wadah kosong 67837 mgb = berat wadah + isi papaverin dalam kloroform setelah diuapkan 207359,9 mg Ditanyakan : c = berat papaverin dalam kloroformJawab :c = b a = 207359,9 mg 67837 mg = 3,056 mgJadi, berat dalam fase eter adalah 3,056 mgUntuk menentukan berat fenobarbital dalam fase air yaitu berat sampai mula-mula dikurang hasil berat fenobarbital 200 mg 3,056 mg = 196,944 mg. Jadi berat fenobarbital dalam fase air adalah 196,944 mg.3. Penentuan Kadar Berat rata-rata tablet (BT) = = = 139,175 mgBerat sampel (BS) = kadar obat sesuai etiket= 200 mg= 287,407 mg%kadar obat = 100%= 100%= 0,369%Jadi kadar obat papaverin dan fenobarbital dalam sampel adalah 0,369%.

4.2 PembahasanEkstraksi merupakan proses penarikan senyawa kimia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sedangkan ekstraksi cair-cair adalah proses ekstraksi dengan mengggunakan pelarut yang dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi keseimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. Tujuan diketahuinya koefeisien distribusi adalah untuk mengetahui seberapa banyak pelarut yang digunakan untuk melarutkan suatu sampel.Untuk itu, pada percobaan kali ini kita akan menetapkan kadar dari sediaan papaverin dan fenobarbital menggunakan ekstraksi cair-cair. Untuk menentukan koefisien distribusi Papaverin yaitu pertama-tama 100 ml air, 500 ml NaOH 1 N dan 30 mg NaCl dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Kemudian ditambah 50 ml kloroform sampai seimbang dan dipisahkan kedua fase yaitu fase air dan fase kloroform. Fase air diambil 20,5 ml dan ditambahkan 200 mg sampel dan 25 ml fase kloroform. Kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok hingga terbentuk dua fase. Dipisahkan fase air dan kloroform dan diuapkan di water bath. Setelah itu, ditimbang berat papaverin pada fase kloroform.Dan untuk penentuan koefien distribusi Fenobarbital adalah 20 ml fase air, tambah HCL pekat hingga pH 4 dan 50 ml eter. Dimasukkan ke dalam corong pisah dan dikocok. Dipisahkan kedua fase yaitu fase air dan fase eter. Dikumpulkan fase eter dan diuapkan kemudian ditimbang.Dari hasil praktikum didapatkan berat papaverin dalam fase kloroform adalah 67,43 mg dan dalam fase air adalah 132,57 mg. Sedangkan berat fenobarbital dalam fase eter adalah 3,056 mg dan dalam fase air adalah 196,944 mg.Adapun faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi hasil praktikum Masih terdapat banyak kesalahan yang didapatkan dari praktikum ini adalah kesalahan dalam menimbang, kesalahan dalam membaca timbangan maupun saat pengukuran volume pereaksi.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanDari hasil praktikum didapatkan berat papaverin dalam fase kloroform adalah 67,43 mg dan dalam fase air adalah 132,57 mg. Sedangkan berat fenobarbital dalam fase eter adalah 3,056 mg dan dalam fase air adalah 196,944 mg.5.2 SaranSebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum dilengkapi agar praktikan juga lebih mudah dalam menentukan hasil praktikum

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Kuantitatif. UMI; Makassar.

Ansel, C. Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. UI-Press. Jakarta.

Gillis, Oxtoby. 2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S.M. 2009. Konsep Dasar Kimia Analitik. ur Press; Jakarta.

Rohman, A.. 2009.Kromatografi untuk Analisis Obat.Graha Ilmu; Yogyakarta.

Siregar, Tirena Bahnur. 2008. Kinetika Kimia Reaksi Elementer. USU Press; Medan.

Underwood, A. L dan Day, R. A. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.

Wibawads, Indra.Ekstraksi Cair-cair. http// indrawibawads. Wordpress.com/ 17 April 2015.

Yazid, E., 2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Andi; Yogyakarta.

LAMPIRANA. Skema KerjaPenetapan Kadar Sediaan Papaverin100ml air + 50 ml NaOH 1 N+ 30 mg NaCl

Corong pisah (kocok)+ 50 ml kloroform sampai seimbang

Dipisahkan kedua fase

Fase airfase kloroform

Diambil 20,5 ml + 200 mg sampel + 25 ml fase kloroform, kemudian dikocok

Pisahkan fase air dan fase kloroform

Diuapkan

Ditimbang berat papverin pada fase kloroform

Berat sampel fase air(Berat sampel Berat pada fase kloroform)

Penetapan Kadar Sediaan 20 ml fase air

+HCl pekat (hingga pH < 4) + 50 ml eter

Dikocok dalam corong pisah

Dipisahkan kedua fase

Fase air Fase Eter

Dikumpulkan fase eter dan diuapkan

Ditimbang berat (wadah-eter)

Nunu Alfiyana NurJahiria Ipaenin150 2012 0004