33
Hipertensi Grade 1, Obesitas, Sindroma Dispepsia pada Ibu Rumah Tangga dengan Stressor Konflik dengan Anak Bungsunya Abstrak Latar belakang Hipertensi merupakan epidemik diseluruh dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 17-21 % dari total penduduk. Faktor resiko hipertensi, antara lain,faktor genetik, lingkungan, hormon ,system kadiovaskuler,volume cairan tubuh dan factor lainnya seperti obesitas, asupan tinggi garam, alcohol,merokok, Resistensi insulin, dislipedemia, stress dan usia diatas 50 tahun. Dispepsia merupakan keluhan yang sangat umum, terjadi pada lebih dari seperempat populasi, tetapi hanya kurang lebih seperempatnya berkonsultasi ke dokter. Dispepsia juga merupakan istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak flatus, rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi ( suara keroncongan dari perut ). Gejala ini bisa akut, intermiten atau kronis. Stress juga merupakan salah satu factor pemicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan

Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Hipertensi Grade 1, Obesitas, Sindroma Dispepsia pada Ibu Rumah

Tangga dengan Stressor Konflik dengan Anak Bungsunya

Abstrak

Latar belakang

Hipertensi merupakan epidemik diseluruh dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia telah

mencapai 17-21 % dari total penduduk. Faktor resiko hipertensi, antara lain,faktor genetik,

lingkungan, hormon ,system kadiovaskuler,volume cairan tubuh dan factor lainnya seperti

obesitas, asupan tinggi garam, alcohol,merokok, Resistensi insulin, dislipedemia, stress dan usia

diatas 50 tahun. Dispepsia merupakan keluhan yang sangat umum, terjadi pada lebih dari

seperempat populasi, tetapi hanya kurang lebih seperempatnya berkonsultasi ke dokter.

Dispepsia juga merupakan istilah non spesifik yang dipakai pasien untuk menjelaskan keluhan

perut bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa nyeri atau tidak nyaman, kembung, banyak flatus,

rasa penuh, bersendawa, cepat kenyang dan borborygmi ( suara keroncongan dari perut ). Gejala

ini bisa akut, intermiten atau kronis. Stress juga merupakan salah satu factor pemicu terjadinya

hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).

Selain itu stress juga dapat dapat mengubah sekresi asam lambung, motilitas dan vaskularisasi

saluran pencernaan sehingga menyebabkan peningkatan asam lambung. Untuk itulah partisipasi

anggota keluarga sangat penting dan diperlukan dalam hal penatalaksanaan untuk pasien. 4,6,7,10

Tujuan

Diketahui faktor internal dan eksternal pasien dalam penatalaksanaan hipertensi derajat I

terkontrol,obesitas dan sindroma dyspepsia melalui pendekatan keluarga.

Page 2: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Metode

Pendekatan kedokteran keluarga dengan cara kunjungan rumah, evaluasi, intervensi serta

referensi kepustakaan pada pasien dengan hipertensi grade I terkontrol,obesitas dan sindrom

dyspepsia.

Hasil dan Kesimpulan

Klinis pasien membaik dan coping score keluarga juga membaik. Pasien sudah berupaya unutk

mengubah pola makan dan berolahraga teratur. Pemahanan keluarga terhadap penyakit hipertensi

sudah meningkat, keluarga juga berupaya memperbaiki komunikasi serta berusaha meningkatkan

kesehatan keluarga.

Kata kunci

Hipertensi grade I,obesitas,sindrom dyspepsia, pendekatan keluarga

Page 3: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Abstract

Background

Hypertension is a worldwide epidemic. Prevalensi hypertension in Indonesia has reached 17-

21% of the total population. Risk factors of hypertension, in particular, genetic factors,

environment, hormones, kadiovaskuler system, the volume of body fluids and other factors such

as obesity, high consumption of salt, alcohol, smoking, insulin-ristensi, dislipedemia, stress and

age over 50 years. Dyspepsia is a very common complaint that occur in more than a quarter of

the population, but only about a quarter to see a doctor. Indigestion as nonspecific term used to

describe patients with upper abdominal complaints. Symptoms may include pain or discomfort,

bloating, gas, belching, feeling a sense of the rapid saturation and borborygmi (voice of crash

from the abdominal cavity). These symptoms may be acute, recurrent or chronic. Stress is one of

the factors causing occurrence of hypertension, in which the relationship between stress with

suspected hypertension by increasing neuronal activity of the sympathetic nervous system can

increase blood pressure in intermittent (unpredictable). Furthermore stress can also can change

the secretion of gastric acid, mobility and vascularization of the digestive tract, causing increased

gastric acid. For the participation of a family member that is a very important and necessary in

terms of management for patients. 4,6,7,10

Purpose

To identify internal and external factors in the management of patients with hypertension stage I

controlled, obesity and syndrome of dyspepsia through a family approach.

Method

Family medicine approach by history talking,physical examination, home visit, evaluation,

intervention and reference literature on patient with hypertension stage I controlled, obesity and

syndrome of dyspepsia.

Result

Clinical improvement in the assessment of the patient and his family are also improved. The

patient tried to change his diet and exercise on a regular basis. Pemahanan families of

Page 4: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

hypertension increased family also seeks to improve communication and work to improve the

health of the family.

Keyword : hypertension stage I controlled, obesity, syndrome of dyspepsia, Family medicine.

Page 5: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Pendahuluan

Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi

darah yang terbanyak pada rawat jalan

maupun rawat inap di Rumah Sakit. Hasil

pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit

(SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit)

menunjukkan kasus baru penyakit system

sirkulasi darah terbanyak pada kunjungan

rawat jalan maupun jumlah pasien rawat

inap dengan diagnosis penyakit Hipertensi

tertinggi pada tahun 2007. Lebih kurang

seperlima dari seluruh penduduk dewasa di

seluruh dunia diperkirakan mengalami

hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia

diperkirakan mencapai 1 miliar orang

dengan angka kematian mencapai 7,1 juta

orang per tahun. Mengingat hipertensi

bersifat kronis, diperlukan penatalaksanaan

jangka panjang dan holistik serta dukungan

keluarga. Penatalaksanaan hipertensi

bertujuan untuk menurunkan mortilitas dan

morbiditas penyakit-penyakit yang

merupakan komplikasi dari hipertensi antara

lain penyakit kardiovaskuler dan ginjal.

Penurunan tekanan darah hingga mencapai

tekanan darah target berhubungan dengan

penurunan resiko komplikasi.1,4,6,10

Sindroma dispepsia lebih dikenal

masyarakat umum sebagai penyakit maag

(walaupun sebenarnya kurang tepat, karena

maag berasal dari bahasa Belanda, yang

berarti lambung. Padahal keluhan yang

muncul pada penyakit maag tidak selalu

berasal dari lambung). Prevalensi penyakit

ini beragam, sebagian besar penelitian

menunjukkan, hampir 25 % orang dewasa

mengalami gejala dyspepsia pada suatu

waktu dalam hidupnya.Suatu survey

menyebutkan, sekitar 30% orang yang

berobat ke dokter umum disebabkan

gangguan saluran cerna terutama dyspepsia.

Dan 40 – 50 % yang datang ke specialis

disebabkan gangguan pencernaan, terutama

dyspepsia.6

Obesitas adalah kelebihan berat badan

sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh

yang berlebihan.Setiap orang memerlukan

sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan

energi, sebagai penyekat panas, penyerap

guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata

wanita memiliki lemak tubuh yang lebih

banyak dibandingkan pria. Perbandingan

yang normal antara lemak tubuh dengan

berat badan adalah sekitar 25-30% pada

wanita dan 18-23% pada pria. Wanita

dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria

dengan lemak tubuh lebih dari 25%

dianggap mengalami obesitas. Seseorang

yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi

Page 6: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

dari nilai tengah kisaran berat badannya

yang normal dianggap mengalami obesitas.

Stress merupakan masalah yang memicu

terjadinya hipertensi dimana hubungan

antara stress dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan

saraf dapat menaikan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu). Stress yang

berkepanjangan dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih

tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.

Stres tidak menyebabkan hipertensi yang

menetap, tetapi stress berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang

nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika

periode stress sering terjadi maka akan

mengalami kerusakan pada pembuluh darah,

jantung dan ginjal sama halnya seperti yang

menetap.2,4

Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi

sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat

bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal

mengsekresi epinefrin yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapt

memperkuat respon vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke

ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin

II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron

oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mencetus keadaan hipertensi.2

Selain dapat meningkatakan tekanan darah,

factor stress juga dapat menyebabkan

peningkatan asam lambung dengan cara

mengubah sekresi asam lambung, motilitas

dan vaskularisasi saluran pencernaan,

sehingga menyebakan gejala-gejala

dyspepsia. Meskipun belum diketahui secara

pasti penyebabnya, beberapa penelitian

menghubungkan pepsinogen serum yang

tinggi dapat menimbulkan gejala-gejala

dyspepsia dan menurunkan proteksi mukosa

lambung.5,6

Page 7: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Penatalaksanaan yang dilakukan tidak hanya

dilakukan oleh pasien saja tapi juga

memerlukan partisipasi keluarga dalam

penatalaksanaan masalah kesehatan yang

ada, apalagi salah satu sumber masalahnya

adalah anggota keluarga itu sendiri

Tinjauan Pustaka

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah

yang sama atau melebihi 140mmHg sistolik

dan / atau sama atau melebihi 90 mmHg

diastolik pada seseorang yang tidak sedang

makan obat anti hipertensi.4

Diagnosis

Klasifikasi berdasarkan hasil rata-

rata pengukuran tekanan darah yang

dilakukan minimal 2 kali tiap

kunjunagan atau lebih dengan

menggunakancuff yang meliputi

yang meliputi minimal 80% lengan

atas pada pasien dengan posisi duduk

dan telah beristirahat 5 menit.

Tekanan sistolik = suara fase 1 dan

tekanan diastolik = suara fase 5

Pengukuran pertama harus pada

kedua sisi lengan untuk

menghindarkan kelainan pembuluh

darah perifer

Pengukuran tekanan darah pada

waktu berdiri diindikasikan pada

pasien dengan

risiko hipotensi postural (lanjut usia,

pasien DM, dll)

Faktor risiko kardiovaskular:

- Hipertensi

- Merokok

-Obesitas (IMT >30)

- Inaktivitas fisik

- Dislipidemia

- Diabetes melitus

-Mikroalbuminuria atau LFG <60

ml/menit

-Usia (laki-laki > 55 tahun,

perempuan >65 tahun)

-Riwayat keluarga dengan penyakit

kardiovaskular dini (laki-laki <55

tahun atau

perempuan <65 tahun)

Kerusakan organ sasaran :

- Jantung: hipertrotrofi ventrikel kiri,

angina atau riwayat infark miokard,

riwayat revaskularisasi koroner,

gagal jantung

- Otak: strok atau transient ischemic

attack(TIA)

- Penyakit ginjal kronik

- Penyakit arteia perifer

- Retinopati

Page 8: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Penyebab hipertensi yang telah

diindetifikasi: sleep apnea, akibat

obat atau berkaitan dengan obat,

penyakit ginjal kronik,

aldosteronisme primer, penyakit

renovaskular, terapi steroid kronikn

dan sindrom cushing,

feokromositoma, koarktasi aorta,

penyakit tiroid atau paratiroid

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint

National Committee 7

Kategori Sistol

(mmHg)

Dan/atau Diastole

(mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi120-139 Atau 80-89

Hipertensi

tahap 1

140-159 Atau 90-99

Hipertensi

tahap 2

≥ 160 Atau ≥ 100

Terapi

Modifikasi gaya hidup dengan target

tekanan darah <140/90 mmhg atau <130/80

pada pasien DM atau penyakit ginjal kronis.

Bila target tidak tercapai maka diberikan

obat inisial.

Obat inisisal dipilih bedasarkan:1,2

1.Hipertensi tanpa compelling indication

a. Pada hipertensi stage I dapat diberikan

diuretik. Pertimbangkan pemberian

penghambat ACE, penyekat reseptor

Pada hipertensi stage I dapat diberikan

diuretik, penyekat reseptor beta,

penghambat kalsium, atau kombinasi.

b. Pada hipertensi stage II dapat diberikan

kombinsi 2 obat, biasanya golongan

diuretik, tiazid dan penghambat

ACEatau antagonis reseptor AII atau

penyekat reseptor beta, atau

penghambat kalsium.

2. Hipertensi dengan compelling indication.

Latihan tabel petunjuk pemilihan obat

pada compelling indication. Obat

antihipertensi lain dapat diberikan bila

dibutuhkan misalnya diuretik, antagonis

reseptor beta, atau penghambat kalsium.

Bila target tidak tercapat maka dilakukan

optimalisasi dosis atau ditambahkan obat

lain sampai target tekanan darah tercapai.

Pertimbangkan untuk b erkonsultasi pada

spesialis hipertensi.

Pada penggunaan penghambatan ACE atau

antagonis reseptor AII: evaluasi kretinin dan

kalium serum, bila terdapat peningkatan

kreatinin >35% atau timbul hiperkalemi

harus dihentikan

Kondisi khusus lain:

Page 9: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Obesitas dan sindrom metabolik

(terdapat 3 atau lebih keadaan

berikut: lingkar pinggang laki – laki

>102 cm atau perempuan >89 cm,

toleransi gluikosa tergantung dengan

gula darah puasa≥110 mg/dl, tekanan

darah minimal 130/85 mmhg,

trigliserida tinggi ≥150 mg/dl,

kolesterol HDL rendah <40 mg/dl

pada leki – laki atau <50 mg/dl pada

perempuan)-> modifikasi gaya hidup

yang intensif dengan pilihan terapi

utama golongan penghambat ACE.

Pilihan lain adalah antagonis reseptor

AII, penghambata kalsium, dan

penghambat α.1,2,3

Hipertrofi ventrikel kiri - >

tatalaksana tekanan darah yang

agresif termasuk penurunan berat

badan , restriksi asupan natrium, dan

terapi dengan semua kelas

antihipertensi kecuali vasodilator

langsung, hidralazin dan

minoksidil.1,2

Penyakit arteri perifer→ semua kelas

anti hipertensi, tatalaksana faktor

risiko lain, dan dan pemberian

aspirin

Lanjut usia, termasuk penderita

hipertensi sistolik terisolasi ->

diuretika ( tiazid ) sebagai lini

pertama, dimulai dengan dosis

rendah 12,5 mg/hari. Penggunaan

obat antihipertensi lain dengan

mempertimbangkan penyakit

penyerta.

Kehamilan -> pilihan terapi adalah

golongan metildopa, penyekat

reseptorβ,antagonis kalsium, dan

vasodilator. Penghambat ACE dan

antagonis reseptor AII tidak boleh

digunakan selama kehamilan

Komplikasi

Hipertropfi ventrikel kiri, proteinuria dan

gangguan fungsi ginjal, eterosklerosis

penbuluh darah,

retinopati, strok atau TIA, infark miokard,

angina pektoris, gagal jantung.1,2

Dispepsia merupakan kumpulan

keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa

tidak enak/sakit, rasa penuh dan panas di

perut bagian atas yang menetap atau

mengalami kekambuhan keluhan rasa nyeri

dan panas pada ulu hati.6

Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:6

1. Dispepsia organik, dyspepsia yang telah

diketahui adanya kelainan organik

sebagai penyebabnya. Dispepsia organic

dikategorikan menjadi :

a. Gastritis

Page 10: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

b. Ulkus peptikum

c. Stomach cancer

d. Gastro-Esophangeal reflux

Disease

e. Hyperacidity

f. dll.

2. Dispepsia non organik, atau

dispepsia fungsional, atau dispepsia

non ulkus (DNU), Dispepsia yang

tidak jelas penyebabnya.

Dispepsia fungsional dibagi atas 3 subgrup

yaitu:

1. Dispepsia mirip ulkus {ulcer-

likedyspepsia) bila gejala yang dominan

adalah nyeri ulu hati;

2. Dispepsia mirip dismotilitas

(dysmotility-likedyspepsia) bila gejala

dominan adalah kembung, mual, cepat

kenyang;

3. Dyspepsia non-spesific yaitu bila

gejalanya tidak sesuai dengan (a)

maupun (b).

Dispepsia Fungsional

Terdapat bukti bahwa dispepsia fungsional

berhubungan dengan ketidaknormalan

pergerakan usus (motilitas) dari saluran

pencernaan bagian atas (esofagus, lambung

dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa

juga dispepsia jenis itu terjadi akibat

gangguan irama listrik dari lambung atau

gangguan pergerakan (motilitas)

piloroduodenal. 6

Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan

dispepsia adalah menelan terlalu banyak

udara. Misalnya, mereka yang mempunyai

kebiasaan mengunyah secara salah (dengan

mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau

mereka yang senang menelan makanan

tanpa dikunyah (biasanya konsistensi

makanannya cair).6

Keadaan itu bisa membuat lambung merasa

penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain

yang bisa menyebabkan dispesia adalah

merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol,

atau minuman yang sudah dikarbonasi.6

Mereka yang sensitif atau alergi terhadap

bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi

makanan jenis tersebut, bisa menyebabkan

gangguan pada saluran cerna. Begitu juga

dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti

Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS),

Antibiotik makrolides, metronidazole), dan

kortikosteroid. Obat-obatan itu sering

dihubungkan dengan keadaan dispepsia.

Yang paling sering dilupakan orang adalah

faktor stres/tekanan psikologis yang

berlebihan.6

Page 11: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Etiologi /Penyebab

a. Perubahan pola makan

b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan

secara berlebihan dan dalam waktu

yang lama

c. Alkohol dan nikotin rokok

d. Stres

e. Tumor atau kanker saluran

pencernaan

Manifestasi Klinik / Gejala klinis

a. Nyeri perut (abdominal discomfort)

b. Rasa perih di ulu hati

c. Mual, kadang-kadang sampai

muntah

d. Nafsu makan berkurang

e. Rasa lekas kenyang

f. Perut kembung

g. Rasa panas di dada dan perut

h. Regurgitasi (keluar cairan dari

lambung secara tiba-tiba)

Patofisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur,

obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti

nikotin dan alkohol serta adanya kondisi

kejiwaan stres, pemasukan makanan

menjadi kurang sehingga lambung akan

kosong, kekosongan lambung dapat

mengakibatkan erosi pada lambung akibat

gesekan antara dinding-dinding lambung,

kondisi demikian dapat mengakibatkan

peningkatan produksi HCL yang akan

merangsang terjadinya kondisi asam pada

lambung, sehingga rangsangan di medulla

oblongata membawa impuls muntah

sehingga intake tidak adekuat baik makanan

maupun cairan.7

Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih

makanan yang seimbang dengan kebutuhan

dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya

tidak mengkomsumsi makanan yang

berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan

pantang rokok, bila harus makan obat karena

sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala,

gunakan obat secara wajar dan tidak

mengganggu fungsi lambung.6

Pengobatan

Penatalaksanaan non farmakologis

Menghindari makanan yang dapat

meningkatkan asam lambung

Menghindari faktor resiko seperti

alkohol, makanan yang peda, obat-

obatan yang berlebihan, nikotin

rokok, dan stres

Atur pola makan

Page 12: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen

pengobatan yang memuaskan terutama

dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini

dapat dimengerti karena proses

patofisiologinya pun masih belum jelas.

Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF

reponsif terhadap placebo.7

Obat-obat yang digunakan untuk kondisi

dyspepsia antara lain :

a. Antacid (menetralkan asam

lambung)

Contohnya : Al, Mg, Ca, OH,

Almagate, Hidrotalcite

b. Golongan antikolinergik

(menghambat pengeluaran asam

lambung)

Contohnya : Pirenzepin,

c. Golongan obat antagonis reseptor H2

Contohnya : Ranitidin, Simetidin,

Famotidin,

d. Golongan Penghambat pompa asam

(proton pump inhibitor = PPI)

Contohnya : Omeprazole,

Esomeprazole, pantoprazole,

Lansoprazole, Rabeprazole

e. Golongan Sitoprotektif

Contohnya : Sucralfat, koloid

bismuth

Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid

(menetralkan asam lambung) golongan

antikolinergik (menghambat pengeluaran

asam lambung) dan prokinetik (mencegah

terjadinya muntah).6,7

Obesitas adalah kelebihan berat badan

sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh

yang berlebihan. Setiap orang memerlukan

sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan

energi, sebagai penyekat panas, penyerap

guncangan dan fungsi lainnya.

Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang

lebih banyak dibandingkan pria.

Perbandingan yang normal antara lemak

tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-

30% pada wanita dan 18-23% pada pria.

Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30%

dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%

dianggap mengalami obesitas. 8,9

Seseorang yang memiliki berat badan 20%

lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat

Page 13: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

badannya yang normal dianggap mengalami

obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

Obesitas ringan : kelebihan berat

badan 20-40%

Obesitas sedang : kelebihan berat

badan 41-100%

Obesitas berat : kelebihan berat

badan >100%.

Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari

antara orang-orang yang gemuk.

Penyebab

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat

mengkonsumsi kalori lebih banyak dari

yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab

terjadinya ketidakseimbangan antara asupan

dan pembakaran kalori ini masih belum

jelas. Terjadinya obesitas melibatkan

beberapa faktor: 9,10

1. Faktor genetik.

2. Faktor lingkungan.

3. Faktor psikis

4. Faktor kesehatan.

5. Obat-obatan.

6. Faktor perkembangan.

7. Aktivitas fisik.

Gejala

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah

diafragma dan di dalam dinding dada bisa

menekan paru-paru, sehingga timbul

gangguan pernafasan dan sesak nafas,

meskipun penderita hanya melakukan

aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan

bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan

terhentinya pernafasan untuk sementara

waktu (tidur apneu), sehingga pada siang

hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai

masalah ortopedik, termasuk nyeri

punggung bawah dan memperburuk

osteoartritis (terutama di daerah pinggul,

lutut dan pergelangan kaki). Sering

ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang obesitas memiliki

permukaan tubuh yang relatif lebih sempit

dibandingkan dengan berat badannya,

sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang

secara efisien dan mengeluarkan keringat

yang lebih banyak. Sering ditemukan

edema (pembengkakan akibat penimbunan

sejumlah cairan) di daerah tungkai dan

pergelangan kaki. 8,9

Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang

mata tetapi merupakan dilema kesehatan

Page 14: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

yang mengerikan. Obesitas secara langsung

berbahaya bagi kesehatan seseorang.

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya

sejumlah penyakit menahun seperti: 8,9,10

Diabetes tipe 2 (timbul pada masa

dewasa)

Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Stroke

Serangan jantung (infark

miokardium)

Gagal jantung

Kanker (jenis kanker tertentu,

misalnya kanker prostat dan kanker

usus besar)

Batu kandung empedu dan batu

kandung kemih

Gout dan artritis gout

Osteoartritis

Tidur apneu (kegagalan untuk

bernafas secara normal ketika sedang

tidur, menyebabkan berkurangnya

kadar oksigen dalam darah)

Sindroma Pickwickian (obesitas

disertai wajah kemerahan,

underventilasi dan ngantuk).

Diagnosa

1. Mengukur lemak tubuh.

Cara-cara berikut memerlukan peralatan

khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

Underwater weight, pengukuran

berat badan dilakukan di dalam air

dan kemudian lemak tubuh dihitung

berdasarkan jumlah air yang tersisa.

BOD POD merupakan ruang

berbentuk telur yang telah

dikomputerisasi. Setelah seseorang

memasuki BOD POD, jumlah udara

yang tersisa digunakan untuk

mengukur lemak tubuh.

DEXA (dual energy X-ray

absorptiometry), menyerupai skening

tulang. Sinar X digunakan untuk

menentukan jumlah dan lokasi dari

lemak tubuh.

Cara berikut lebih sederhana dan tidak

rumit:

Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit

di beberapa bagian tubuh diukur

dengan jangka (suatu alat terbuat

dari logam yang menyerupai

forseps).

Bioelectric impedance analysis

(analisa tahanan bioelektrik),

penderita berdiri diatas skala khusus

dan sejumlah arus listrik yang tidak

berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh

lalu dianalisa. Pemeriksaan tersebut

bisa memberikan hasil yang tidak

tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga

ahli.

Page 15: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

2.Tabel berat badan-tinggi badan.

Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk

menentukan apakah seseorang mengalami

kelebihan berat badan. Tabel biasanya

memiliki suatu kisaran berat badan untuk

tinggi badan tertentu.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa

kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang

harus digunakan. Banyak tabel yang bisa

digunakan, dengan berbagai kisaran berat

badan yang berbeda. Beberapa tabel

menyertakan ukuran kerangka, umur dan

jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.

Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak

membedakan antara kelebihan lemak dan

kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang

yang sangat berotot bisa tampak gemuk,

padahal sesungguhnya tidak. 8

3.Body Mass Index (BMI).

BMI merupakan suatu pengukuran yang

menghubungkan (membandingkan) berat

badan dengan tinggi badan. BMI

merupakan rumus matematika dimana berat

badan (dalam kilogram) dibagi dengan

tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.

Seseorang dikatakan mengalami obesitas

jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau

lebih.

Pengobatan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan

aktivitas fisik merupakan komponen yang

paling penting dalam pengaturan berat

badan. Kedua komponen ini juga penting

dalam mempertahankan berat badan setelah

terjadi penurunan berat badan.

Harus dilakukan perubahan dalam pola

aktivitas fisik dan mulai menjalani

kebiasaan makan yang sehat.

Langkah awal dalam mengobati obesitas

adalah menaksir lemak tubuh penderita dan

resiko kesehatannya dengan cara

menghitung BMI. Resiko kesehatan yang

berhubungan dengan obesitas akan

meningkat sejalan dengan meningkatnya

angka BMI: 8,9,10

Resiko rendah : BMI < 27

Resiko menengah : BMI 27-30

Resiko tinggi : BMI 30-35

Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau

lebih.

Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah

pembatasan kalori pada setiap penderita

berbeda-beda dan obat yang diberikan

disesuaikan dengan keadaan penderita.

Penderita dengan resiko kesehatan

rendah, menjalani diet sedang (1200-

1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-

Page 16: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

2000 kalori/hari untuk pria) disertai

dengan olah raga

Penderita dengan resiko kesehatan

menengah, menjalani diet rendah

kalori (800-1200 kalori/hari untuk

wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk

pria) disertai olah raga

Penderita dengan resiko kesehatan

tinggi atau sangat tinggi,

mendapatkan obat anti-obesitas

disertai diet rendah kalori dan olah

raga.

Peluang penurunan berat badan jangka

panjang yang berhasil akan semakin tinggi

bila dokter bekerja dalam suatu tim

profesional yang melibatkan ahli diet,

psikologis dan ahli olah raga.

Tim ini akan membantu penderita untuk:

mencapai perubahan gaya hidup yang

permanen memantau perkembangan

penderita memberikan dukungan dan

dorongan yang positif menemukan dan

membantu mengurangi sumber stres

mencegah kekambuhan.

Pencegahan

Apakah Anda beresiko menjadi gemuk,

yang saat ini kelebihan berat badan atau

dengan berat badan yang sehat, Anda dapat

mengambil langkah-langkah untuk

mencegah penambahan berat badan dan

tidak sehat yang terkait masalah kesehatan.

Tidak mengherankan, langkah-langkah

untuk mencegah penambahan berat badan

adalah sama dengan langkah-langkah untuk

menurunkan berat badan:

1. setiap hari olahraga, diet sehat,

sebuah komitmen jangka panjang

untuk memantau apa yang Anda

makan dan minum.

2. Berolahragalah secara teratur. Salah

satu hal paling penting yang dapat

Anda lakukan untuk mencegah

penambahan berat badan adalah

dengan berolahraga secara teratur.

Menurut American College of Sports

Medicine, Anda perlu untuk

mendapatkan 150-250 menit

intensitas moderat-kegiatan per

minggu untuk mencegah

penambahan berat badan. Aktivitas

fisik yang cukup intens termasuk

berjalan cepat dan berenang.

3. Makan makanan sehat dan makanan

ringan. Fokus pada rendah kalori,

gizi makanan padat, seperti buah-

buahan, sayuran dan biji-bijian.

Hindari lemak jenuh dan membatasi

permen dan alkohol. Ingat bahwa

tidak ada satu makanan menawarkan

Page 17: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

semua nutrisi yang Anda butuhkan.

Pilih berbagai makanan sepanjang

hari. Anda masih dapat menikmati

sejumlah kecil makanan lemak

tinggi, berkalori tinggi sesekali.

Pastikan untuk memilih makanan

yang mempromosikan berat badan

yang sehat dan kesehatan yang baik

lebih sering daripada Anda memilih

makanan yang tidak sehat.

4. Ketahui dan hindari jebakan

makanan yang menyebabkan Anda

makan. Mengidentifikasi situasi yang

memicu out-of-kontrol makan.

Cobalah membuat jurnal dan tulis

apa yang Anda makan, berapa

banyak Anda makan, ketika Anda

makan, perasaan Anda dan

bagaimana rasa lapar Anda. Setelah

beberapa saat, Anda akan melihat

pola muncul. Anda dapat

merencanakan ke depan dan

mengembangkan strategi-strategi

untuk menangani jenis situasi ini dan

tetap memegang kendali atas

perilaku makan Anda.

5. Monitor berat badan Anda secara

teratur. Orang-orang yang

menimbang berat sekurang-

kurangnya sekali seminggu lebih

berhasil dalam menjaga berat badan

turun. Pemantauan berat badan Anda

dapat memberitahu Anda apakah

usaha Anda bekerja dapat membantu

Anda mendeteksi berat badan kecil

sebelum mereka menjadi masalah

besar.

6. Jadilah konsisten. Pegang rencana

berat badan yang sehat- selama

seminggu, di akhir pekan, dan di

tengah-tengah liburan dan hari libur

meningkatkan peluang Anda untuk

sukses jangka panjang.

Jika Anda benar-benar ingin untuk

mencegah penambahan berat badan,

pendekatan terbaik adalah dengan fokus

pada gaya hidup aktif yang mencakup

rencana makan yang menyenangkan, namun

sehat dan rendah kalori. 8,9

Ilustrasi kasus

Pasien Ny.S , wanita usia 57 tahun,datang ke

KDK Kiara pada tanggal 20 juli 2011.

Page 18: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Pasien mengeluh pusing dan lemas sejak 1

hari yang lalu. pusing dirasakan diseluruh

daerah kepala terasa berat. Selain itu pasien

merasa perutnya perih karena telat makan

dan perih berkurang bila diisi makanan,

Pasien juga sering merasa mual dan nyeri

ulu hati bila telat makan. Pola makan pasien

tidak teratur dan pasien suka makan-

makanan pedas serta asam.

Pasien sudah 10 tahun menderita Hipertensi

Grade I dan hampir 6tahun terakhir tekanan

darah pasien terkontrol dengan pemeriksaan

rutin ke KDK Kiara dan diet rendah garam

yang djalankan selain itu pasien

mengkonsusmsi obat captopril 25mg 2x 1

sehari secara teratur. Pemeriksaan tekanan

darah yang dilakukan di KDK didapatkan

140/80mmHg. Selain itu dilakukanan

pemeriksaan TB dan BB didapatkan IMT

25,5 termasuk dalam status gizi Obesitas.

Riwayat penyakit keluarga Orang tua,kakak

dan adek pasien juga menderita hipertensi.

Anak pertama pasien meninggal karena over

dosis obat-obatan pada usia 24 tahun. Anak

ketiga pasien meninggal karena penyakit

demam berdarah pada usia 8 tahun.

Selanjutnya dilakukan kunjungan rumah

untuk menilai faktor resiko dan lingkungan

tempat tinggal. Pasien tinggal di rumah

pribadi sejak pertama kali menikah sampai

sekarang. Pasien tinggal dengan suami,anak

kedua,menantu serta cucu. Dalam 1 rumah

terdapat 2 kepala keluarga, terdiri dari 4

orang dewasa dan 1 anak kecil. Pasien

merupakan Ibu Rumah Tangga sejak dulu

tidak bekerja. Pasien tinggal didaerah yang

padat penduduk,sehingga masalah yang

dihadapi pasien dan anak bungsunya

diketahui oleh lingkungan sekitar rumah

pasien. Hubungan pasien dan tetangga

diserikat rumah pasien cukup baik,serta

hubungan pasien dengan keluarga besar

pasien juga baik. Hanya saja hubungna

pasien dengan anak bungsunya kurang baik.

Genogram

Tn. A (70), Ny.S (68) Tn. C (78) Ny.H(86)

Hipertensi Hipertensi

Tn. I (66) Ny. S (57)

Tn. D (24) Tn. A (29) Ny.N(22) DBD (8) Tn.B(24) Ny.T (23)

Narkoba

An. A (2) An.D(4) An.T(2)

Keterangan :

: Pasien

Wanita

Page 19: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

: meningga

: Pria

: yang tinggal satu rumah

Hubungan pasien dengan suami baik, begitu

pula dengan hubungan pasien dengan anak

kedua dan istrinya. Sedangkan hubungan

pasien dengan anak bungsunya kurang

harmonis tetapi hubungan pasien dengan

istri anak bungsunya baik. Selain pasien

anggota keluarga yang lain seperti

suami,anak kedua serta istrinya mempunyai

hubungan kurang harmonis pula dengan

anak bungsu tersebut.

Pasien sering merasa pusing dan lemas kalau

sudah memikirkan anak bungsunya yang

tidak bekerja. Anak bungsunya sering

meminta paksa pasien untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi bagi keluarga anak

bungsunya tersebut dan bila tidak penuhi

anaknya suka marah dan mengamuk dengan

pasien. Nafsu makan pasien sangat

berkurang setelah berkomunikasi dengan

anak bungsunya, dikarenakan sikap anak

bungsunya yang tidak baik, selalu berbicara

kasar bila bertemu atau berkomunikasi

melalui telpon.

Dari data, keluhan dan pemeriksaan

ditegakkan diagnosis holistik yaitu:

Aspek personal

Keluhan Utama: Pusing dan perut terasa

perih sejak 1hari yang lalu

Harapan : Ingin sembuh.

Kekhawatiran : Tekanan darah kembali naik

Aspek klinik

1. Hipertensi Grade I Terkontrol

2. Obesitas

3. Sindroma Dispepsia

Aspek risiko internal

Usia pasien yang termasuk faktor resiko

tinggi,Tingkat pengetahuan yang kurang

tentang penyakit yang diderita,Riwayat

orang tua dan sodara kandung

hipertensi,Nafsu makan menurun dan Pola

makan yg tidak teratur,suka makan pedas

dan asam

Aspek psikososial

Pasien sering memikirkan kondisi anak

bungsunya yang tidak bekerja dan

Komunikasi dan hubungan dengan anak

bungsunya tidak baik,karena sikap kasar

anaknya tersebut.

Derajat fungsional

Derajat 1

Page 20: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

Dari data kunjungan pertama didapatkan

adanya faktor psikologis stress yang

menyebabkan naiknya tekanan darah dan

timbulnya gejala-gejala dispepsia pada

pasien.

Berdasarkan diagnosis yang dibuat,

dilakukan penatalaksanaan berupa terapi

farmakologis, non Farmakologis dan

konseling.

Terapi farmakologis yang diberikan berupa,

Pasien mendapatkan obat hipertensi

Captopril tab 25mg 2x1sehari dan HCT tab

12,5mg 1x1sehari, Pasien juga mendapatkan

obat lambung berupa Antasid 3x1sehari

dikunyah ½-1 jam sebelum makan,Pasien

juga mendapatkan vitamin untuk

pencernaanya yaitu vitazym 3x1sehari

Terapi non farmakologis berupa

melanjutkan diet rendah garam, mengurangi

konsumsi makanan pedas dan asam,

olahraga teratur serta menghindari faktor

stress.

Konseling yang diberikan kepada pasien

antara lain : Memberi edukasi pada pasien

tentang kepatuhan minum obat hipertensi

dan obat lambung, Memberikan penjelasan

pada pasien tentang pola makan yang baik

3xsehari, sesuai dengan kalori yang

dibutuhkan yaitu 1300 kalori , diselingi

makan snack pada jam 10 pagi danjam 4

sore,serta mengurangi makanan pedas serta

asam. Meneruskan diet rendah garam dan

olahraga teratur.

Menjelaskan kepada pasien dan seluruh

anggota keluarga berupa faktor-faktor yang

dapat memberat penyakit yang diderita

pasien termasuk melakukan family

conference dan serta terapi Farmakologis.

Intervensi juga dilakukan kepada anggota

keluarga lain untuk membantu menurunkan

tingkat stress yang dialami pasien dan

mendukung perubahan pola hidup pasien

menjadi baik, menghindari faktor- faktor

yang mempengaruhi kesehatan pasien serta

mencegah terjadi penyakit serupa terhadap

anggota keluarga yang lain dengan cara

melakukan cek up setiap bulan untuk

mengetahui faktor resiko yang mungkin ada,

Pemeriksaan rutin tekanan darah,mengatur

pola makan dan olahraga yang teratur.

Kesimpulan

Pasien menderita hipertensi grade I

terkontrol dengan mengkonsumsi obat

secara teratut dan melakukan pemeriksaan

rutin setiap 2x dalam 1 bulan. Selain itu

pasien sudah menerapkan diet rendah garam

dan melakukan olahraga teratur. Pasien juga

menderita dyspepsia dikarenakan pola

Page 21: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

makan yang tidak teratur dan stress yang

dalami pasien.

Anggota keluarga serta pasien sudah

mengerti mengenai kondisi kesehatan yang

dialami pasien, sehingga anggota keluarga

akan membantu memotivasi pasien untuk

tidak stress dan melakukan pola hidup

sehat,makan teratur,menghindari makan

pedas dan asam,melanjutkan diet rendah

garam serta olahrag teratur.

Perlunya partisipasi seluruh anggota

keluarga dalam penatalaksanaan masalah

kesehatan yang dalami oleh pasien.

Saran

Saran untuk pasien melakukan kontrol

secara rutin 2x dalam 1 bulan,

mengkonsumsi obat secara teratur.

Melanjutkan program diet rendah garam dan

olahraga teratur serta menghindari faktor

pemicu stress.

Saran untuk anggota keluarga, berpartisipasi

terhadap proses kesembuhan pasien serta

membantu pasien untuk menghindari faktor

stress. Anggota keluarga terutama anak

pasien disarankan untuk mengkontrol

tekanan darah untuk mengetahui faktor

resiko.

Saran untuk petugas kesehatan, memberikan

penyuluhan dan pengetahuan lebih rinci

mengenai penyakit yang diderita pasien

bukan hanya kepada pasien tetapi juga

kepada seluruh anggota keluarga terutama

pelaku rawat, serta melakukan

penatalaksanaan secara menyeluruh bukan

hanya secara klinis saja tetapi semua faktor

yang mungkin bisa memperberat masalah

kesehatan pasien.

Daftar Pustaka

1. Susilat E, Kapojos EJ, Lubis HR.

Hipertensi Primer. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi 3,

Editor: Suyono S, dkk. Jakarta: Balai

Perintis FKUI. 2001: 453-471.

2. Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I.,

Simadibrata M., Setiati S. Ilmu Penyakit

Dalam Edisi 4. Balai Penerbit FKUI,

Jakarta.2006.

3. Wahyuni T. Cegah Hipertensi Lewat

Diet Rendah Garam. Available at:

Surakarya Online.

4. Sat Sharma. Hypertension. 2004.

Available from: URL:

http://www.emedicine.com/med/topic11

06.htm

5. Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli

Gizi Indonesia. Penuntun Diet. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001.

Page 22: Ani,Ani - Manuskrip Hipertensi

6. Artikel Kesehatan. Dispepsia. Available

from: URL:

http://www.tbmcalcaneus.org/dispepsia/

7. Dispepsia. Available from: URL:

http://www.medicinesia.com/harian/dis

pepsia/

8. Obesitas. Available from: URL:

http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas

9. Obesitas. Available from: URL:

http://medicastore.com/penyakit/42/Obe

sitas.html

10. Obesitas. Available from: URL:

http://biotest.co.id/news.php