55
ARANG KOMPOS BIOAKTIF INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENUNJANG PEMBANGUNAN KEHUTANAN Oleh : GUSMAILINA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN LITBANG KEHUTANAN BOGOR ========================================= Disampaikan sebagai materi pada acara magang dari Forum Penyuluh Kehutanan Swadaya Nusantara (FPKSN) tanggal 19-29 Oktober 2009 di Pusat Penelitian dan Pengembangan

Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelatihan arang kompos bioaktif..

Citation preview

Page 1: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

1

ARANG KOMPOS BIOAKTIF

INOVASI TEKNOLOGI UNTUK

MENUNJANG PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Oleh :

GUSMAILINA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL

HUTAN

BADAN LITBANG KEHUTANAN

BOGOR

=========================================

Disampaikan sebagai materi pada acara magang dari Forum Penyuluh Kehutanan Swadaya Nusantara (FPKSN) tanggal 19-29 Oktober 2009 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Penulis adalah Peneliti Utama, pada Puslitbang Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu, No.5. PO.Box 182. Bogor. Telp/Fax (0251) 8633378 – 8633413;

Email:[email protected]

Page 2: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

II. MENGENAL ARANG DAN MANFAATNYA

DI BIDANG PERTANIAN ....................................................................... 2

A. Arang Serbuk Gergaji (ASG) ....................................................................... 2

B. Manfaat Arang ................................................................................... 3

C. Arang Sebagai PKT (Pembangun Kesuburan Tanah) .................................. 5

D. Komponen hara yang terkandung pada ASG .............................................. 6

E. Penggunaan Arang Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Populasi

Mikroba Tanah .................................................................................. 7

F. Potensi Arang + Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Organik ...................... 9

III. MENGENAL ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA) ...................... 10

A. Pengertian Arang Kompos Bioaktif (Arkoba) .................................. 10

B. Kualitas dan mutu arang kompos bioaktif .............................................. 11

C. Manfaat Arang kompos bioaktif .............................................. 13

D. Pemanfaatan Arang Kompos Bioaktif di kabupaten Garut ...................... 15

E. Sosialisasi Pembuatan Arang Kompos Bioaktif Dari Gulma

(Tumbuhan Pengganggu) ...................................................................... 16

IV. ARANG KOMPOS BIO AKTIF DARI SAMPAH KOTA ...................... 19

V. TPA SEBAGAI EMITTER GRK (Gas Rumah Kaca),

SALAH SATU PEMICU PEMANASAN GLOBAL ....................... 20

VI. DISEMINASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF........................................... 21

VII. KUALITAS ARANG KOMPOS LIMBAH INDUSTRI KERTAS ............ 22

VIII. TEKNIK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA)...... 25

IX. PENGEMBANGAN, EFISIENSI APLIKASI ARANG

KOMPOS BIOAKTIF .................................................................................. 28

X. PENUTUP .............................................................................................. 29

XI. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 30

2

Page 3: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

I. PENDAHULUAN

Arang kompos bioaktif (ARKOBA) adalah gabungan antara arang dan kompos

yang dihasilkan melalui teknologi komposting dengan bantuan mikroba lignoselulotik

yang tetap bertahan di dalam kompos, mempunyai kemampuan agen hayati sebagai

biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit akar, sehingga disebut

bioaktif. Keunggulan lain dari ARKOBA adalah karena keberadaan arang yang menyatu

dalam kompos, yang bila diberikan pada tanah ikut andil dan berperan sebagai agent

pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu meningkatkan pH tanah sekaligus

memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Oleh sebab itu ARKOBA cocok dan

tepat dikembangkan secara luas di Indonesia mengingat 2/3 dari lahan pertanian maupun

kehutanan berada dalam kondisi masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat

menurunnya kandungan bahan organik tanah yang tak bisa digantikan perannya oleh

pupuk kimia. Pengembangan produksi ARKOBA saat ini minimal dapat memenuhi

konsumsi lokal serta mendongkrak suksesnya program GERHAN yang berlangsung

hingga tahun 2009 dan Go Organik 2010, serta yang tidak kalah pentingnya yaitu solusi

tepat untuk mengatasi persoalan sampah kota.

Produk ini dibuat atas dasar pemikiran bahwa perlu ditingkatkan optimalisasi dan

pemanfaatan limbah di sektor kehutanan yang selama ini menjadi sumber polutan terutama

serbuk gergaji pada berbagai industri perkayuan, juga masih tingginya volume limbah

pada saat pemanenan hutan. Serbuk gergaji belum dapat digunakan langsung sebagai

sumber bahan organik terutama pada tanaman, karena butuh waktu untuk proses degradasi

dari bahan komplek menjadi sederhana. Oleh sebab itu sebelum serbuk gergaji digunakan

perlu perlakuan terlebih dahulu, antara lain dibuat arang serbuk gergaji (ASG), yang

selanjutnya dapat digunakan langsung sebagai PKT (pembangun kesuburan tanah) atau

sebagai bahan pembuat arang kompos atau arang kandang. Produk ini merupakan hasil

pengembangan dari Puslitbang Teknologi Hasil Hutan) Bogor yang dapat digunakan

sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT) atau soil conditioning. Dari beberapa hasil

penelitian yang diperoleh sangat baik dan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan

disosialisasikan.

3

Page 4: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

II. MENGENAL ARANG DAN MANFAATNYA DI BIDANG PERTANIAN

A. Arang Serbuk Gergaji (ASG)

Serbuk gergaji merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan oleh industri

penggergajian dan pengolahan kayu, yang dapat ditemui pada lokasi perindustrian di

perkotaan maupun di lokasi penggergajian kayu di sekitar hutan. Limbah serbuk

gergaji ini dapat mencemari lingkungan jika dibiarkan menumpuk, karena serbuk

gergaji adalah limbah yang membutuhkan waktu lama untuk hancur secara alami, juga

akan membutuhkan tempat yang luas apalagi bagi industri skala besar. Kondisi ini akan

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Sesuai dengan salah satu kebijakan Departemen Kehutanan yaitu memanfaatkan kayu

secara optimal, dengan volume limbah serendah mungkin atau bahkan tanpa limbah

(Zero waste). Kebijakan ini berarti bahwa semua industri pengolahan kayu baik besar

maupun kecil harus mengusahakan tidak menghasilkan limbah kayu. Namun kenyataan

di lapangan umumnya rendemen industri penggergajian kayu masih berkisar antara 50

– 60 %. Sebanyak 15 -20 % terdiri dari serbuk gergaji kayu. Sampai tahun 2001

Indonesia memiliki 300 unit industri penggergajian HPH (Hak Pengusahaan Hutan)

dan 2505 unit industri kecil yang membutuhkan log sebanyak 15,6 juta m3. Dari jumlah

ini akan dihasilkan limbah sebanyak 7,8 juta m3 termasuk serbuk gergaji sebanyak

0,78 juta m3 (Pari, 200). Untuk industri besar dan terpadu, limbah serbuk gergaji sudah

dimanfaatkan menjadi briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial.

Namun untuk industri penggergajian kayu skala kecil yang jumlahnya mencapai ribuan

unit dan tersebar di pedesaan, limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh

sebab itu potensi limbah yang besar ini perlu diberdayakan sehingga dapat digunakan

sebagai bahan baku beberapa produk berguna dan mempunyai nilai ekonomis. Dengan

demikian pemanfaatan serbuk gergaji dapat ditujukan untuk : mencari peluang strategis

dalam peningkatan pengelolaan hasil hutan melalui pemanfaatan kembali limbah

serbuk gergaji.

Arang merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung karbon yang

berbentuk padat dan berpori. Sebahagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan

hidrokarbon, ter dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air,

nitrogen dan sulfur. Proses pengarangan akan menentukan dan berpengaruh terhadap

kualitas arang yang dihasilkan (Sudradjat dan Soleh, 1994). Arang serbuk yang

dihasilkan dapat diolah lebih lanjut menjadi arang kompos, arang kandang, briket arang

4

Page 5: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

dan arang aktif. Briket arang serbuk gergaji (BASG) dapat digunakan sebagai

sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan kayu bakar yang harganya

semakin naik, sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya bulanan. Penggunaan

briket arang serbuk gergaji dapat menekan penggunaan kayu bakar, sehingga

selanjutnya selain dapat mencegah kerusakan hutan secara fisik, juga pelepasan sebesar

3,5 juta ton CO2/bulan ke atmosfir dapat dicegah (Indonesia). Pada tahun 2000

kebutuhan kayu bakar dunia mencapai 1,70 x 10 9 m 3. Seandainya BASG digunakan

sebagai pengganti kayu bakar, maka sekitar 6,07 x 10 9 ton penambahan CO2/tahun ke

atmosfir dapat dicegah (Moreira, 1997; Turker and Ayaz, 1997). Briket arang ini pada

masa yang akan datang merupakan sumber energi alternatif karena sifatnya yang dapat

diperbaharui, mengingat sumber energi yang digunakan oleh hampir semua penduduk

saat ini menggunakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak

tanah, bensin dan solar.

B. Manfaat Arang 1. Untuk Pertanian : Memeperbaiki kondisi tanah (struktur, tekstur dan pH tanah), sehingga memacu

pertumbuhan akar tanaman; Meningkatkan perkembangan mikroorganisme tanah (arang sebagai rumah

mikroba); Meningkatkan kemampuan tanah menahan air/ menjaga kelembaban tanah; Menyerap residu pestisida serta kelebihan pupuk di dalam tanah; Meningkatkan rasa buah dan produksi.

2. Untuk peternakan: Bahan pembuat silase; Membantu proses penguraian serta membantu pencernaan ternak; Mengurangi dan menghilangkan bau kotoran ternak (dapat dipakai sebagai alas

lapisan tempat pembuangan kotoran ternak unggas); Mencegah diare; Meningkatkan produksi dan kualitas daging dan telur.

3. Untuk keperluan sehari-hari : Menghilangkan bau limbah/MCK, bau lemari es, dan penjernihan air minum; Menjaga tingkat kelembaban ruangan, gudang, tempat makanan, produksi

pertanian, dll.

Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan air dan unsur

hara tanah. Keuntungan pemberian arang pada tanah sebagai PKT karena arang

mempunyai kemampuan dalam memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah,

meningkatkan pH tanah sehingga pada akhirnya dapat merangsang dan memudahkan

pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman.

5

Page 6: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Arang selain dapat digunakan langsung sebagai agent pembangun kesuburan tanah,

juga digunakan sebagai campuran dalam proses pengomposan. Pembuatan arang

kompos merupakan salah satu teknik yang relatif baru dikembangkan oleh P3THH

dengan memanfaatkan arang pada proses pengomposan. Tujuan penambahan arang

pada proses pengomposan adalah selain meningkatkan kualitas dari kompos tersebut,

juga diharapkan dengan adanya arang pada pengomposan dapat menambah jumlah dan

aktivitas mikroorganisme yang berperan, sehingga proses dekomposisi dapat

berlangsung lebih cepat. Selain dapat meningkatkan pH tanah, arang kompos dapat

memacu perkembangan mikroorganisme (mikoriza) tanah, sehingga cocok digunakan

untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan tanah dengan produktivitas

yang rendah.

Di sektor kehutanan kandungan bahan organik pada lahan yang dicadangkan untuk

hutan tanaman umumnya rendah. Pada pemanenan kayu telah terjadi proses

pengeluaran hara secara besar-besaran akibat penggunaan alat pemanenan hutan. Selain

itu bahan organik pada lapisan permukaan tanah semakin terancam akibat penyiapan

lahan hutan tanaman secara mekanis. Rendahnya bahan organik akan menurunkan

produktivitas lahan hutan, terutama pada rotasi berikutnya. Kenyataan juga

menunjukkan bahwa program rehabilitasi kerusakan lahan yang masih meninggalkan

lahan kritis seluas 7.269.700 ha yang harus dihijaukan, serta hutan seluas 5.830.200 ha

yang masih harus dihutankan kembali.

Di sektor pertanian, terjadi penurunan produksi padi jenis IR 36 akibat pemberian

pupuk kimia/anorganik secara intensif selama 25 musim tanam (Martodiresi dan

Suryanto, 2001). Hal ini akibat menurunnya kandungan bahan organik tanah dari

musim ke musim yang tak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia NPK, sehingga

kemampuan padi membentuk anakan menurun. Keadaan ini menunjukkan betapa

pentingnya pemeliharaan stabilitas bahan organik tanah bagi kelestarian produktivitas

baik pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Bahan organik tanah bukan hanya

berfungsi sebagai pemasok hara, tetapi juga berguna untuk menjaga kehidupan biologis

di dalam tanah. Oleh sebab itu untuk membangun kembali kesuburan lahan diperlukan

suatu teknologi, salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah dengan penambahan

arang. Hal ini dimungkinkan karena arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat

dan menyimpan hara tanah yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan

kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu arang bersifat higroskopis sehingga hara

dalam tanah tidak mudah tercuci dan lahan berada dalam keadaan siap pakai.

6

Page 7: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Serbuk gergaji merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan arang. Dengan demikian pemanfaatan serbuk gergaji sebagai arang dapat

ditujukan untuk : mencari peluang strategis dalam peningkatan pengelolaan hasil hutan

melalui pemanfaatan kembali limbah serbuk gergaji. Arang serbuk gergaji (ASG)

selain dapat digunakan sebagai sumber energi juga dapat dimanfaatkan langsung

sebagai pembangun kesuburan tanah (PKT), untuk arang kompos, kompos arang

kandang, atau arang kandang.

C. Arang Sebagai PKT (Pembangun Kesuburan Tanah)

Menurut Ogawa (1989), keuntungan pemberian arang sebagai pembangun

kesuburan tanah (PKT), pada tanah yaitu karena arang mempunyai kemampuan dalam

memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah, sehingga dapat merangsang

pertumbuhan akar serta memberikan habitat yang baik untuk pertumbuhan semai

tanaman. Selain dapat meningkatkan pH tanah, arang juga dapat memudahkan

terjadinya pembentukan dan peningkatan jumlah spora dari ekto mupun endomikoriza.

Suhardi (1998), mengemukakan bahwa pemberian arang pada tanah selain dapat

membangun kesuburan tanah, berfungsi sebagai pengikat. Hal ini erat kaitannya

dengan isu tentang peranan ekosistem hutan (hutan dan tanah) sebagai potensi rosot

dalam penyerapan karbondioksida udara.

Di Jepang, penggunaan arang dapat meningkatkan produksi padi sampai 50 %.

Selain itu penggunaan arang dapat menambah jumlah daun serta memperluas tajuk

pohon tanaman hutan kota, sehingga efektif untuk mengurangi serta menurunkan polusi

dan suhu udara melalui penyerapan CO2 udara (Japan Domestic Fuel Dealers

Association/JDFDA, 1994).

Hasil penelitian JDFDA (1994), menunjukkan bahwa pemberian arang dan kalsium

posfat secara bersamaan pada beberapa jenis tanaman kehutanan dapat meningkatkan

populasi mikoriza 4 kali lebih banyak dibanding tanpa pemberian arang. Pada tanaman

Pinus, secara nyata meningkatkan pembentukan cabang dan daun. Demikian juga pada

tanaman bambu dapat meningkatkan jumlah anakan. Di Indonesia, Faridah (1996),

menyimpulkan bahwa pemberian serbuk arang pada kadar 10 % volume media

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan awal tinggi semai kapur (Dryobalanops sp).

Sunarno dan Faiz (1997) menyarankan pemberian arang sekam padi sebagai bahan

utama media semai di dalam pot tray sebagai alternatif pengganti gambut.

7

Page 8: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gambar 1. Arang berperan sebagi pembangun kesuburan tanah

D. Komponen hara yang terkandung pada ASG

Kandungan hara yang terdapat pada arang serbuk gergaji bergantung kepada bahan

baku serbuk gergaji. Secara umum arang yang dihasilkan dari serbuk gergaji campuran

mempunyai kandungan hara N berkisar antara 0,3 sampai 0,6 %; kandungan P total dan

P tersedia berkisar antara 200 sampai 500 ppm dan 30 sampai 70 ppm ; kandungan hara

K berkisar antara 0,9 sampai 3 meq/100 gram; kandungan hara Ca berkisar antara 1

sampai 15 meq/100 gram; dan kandungan hara Mg berkisar antara 0,9 sampai 12

meq/100 gram (Gusmailina dkk. 1999). Pemberian arang sebagai campuran media

semai tanaman secara nyata meningkatkan diameter batang Eucalyptus urophylla

(Gambar 2)

Gambar 2. Pengaruh pemberian beberapa jenis arang terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman E urophylla (Sumber: Gusmailina, dkk. 1999)

Keterangan : ASP = arang sekam padi; ASG = arang serbuk gergaji;

AB = arang bambu; Kp = kompos; K = kontrol

8

Page 9: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Aplikasi arang pada tanah memberikan respon positif, baik terhadap tinggi tanaman

maupun diameter batang tanaman Acacia mangium sampai umur 1,5 bulan.

Penambahan 20 % beberapa jenis arang menunjukkan bahwa media yang dicampur

dengan arang serasah memberikan respon terbaik, kemudian diikuti oleh perlakuan

penambahan arang sekam padi. Demikian juga perlakuan penambahan 30 %,

menunjukkan bahwa pertumbuhan anakan lebih baik pada media yang dicampur dengan

arang serasah. Hasil sementara aplikasi arang pada tanaman Eucalyptus urophylla di

lapangan sampai umur 15 bulan menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi pada

perlakuan penambahan arang bambu memberikan hasil yang lebih baik diabanding

ASG. Gambaran hasil secara umum hingga saat ini menunjukkan bahwa pemberian

arang baik sebagai campuran media, ataupun di lapangan memiliki prospek untuk

dikembangkan. Pemberian arang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman

Acacia mangium dan Eucalyptus urophylla. Serbuk gergaji dan serasah merupakan

bahan baku yang potensial dan mempunyai prospek yang baik serta dapat disarankan

sebagai arang untuk PKT

E. Penggunaan Arang Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Populasi

Mikroba Tanah

Umumnya arang dikenal sebagai sumber energi, baik itu arang batu bara, maupun

arang kayu. Ketika mendengar nama arang kayu, anggapan selalu tertuju pada sumber

energi yang erat kaitannya dengan pedesaan, atau arang untuk membakar sate, bakar

ayam, jagung dll. Pada hal arang yang berasal dari kayu ternyata juga sangat baik dan

mempunyai peranan yang cukup penting jika diberikan pada tanah, seperti:

meningkatkan pH tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, membangun kondisi

mikroorganisme tanah melalui efek kelembaban yang selalu terjaga, serta meningkatkan

nilai KTK tanah. Tentunya arang yang diperuntukkan dengan tujuan perbaikan lahan

adalah arang yang berasal dari limbah, karena sangat disayangkan jika menggunakan

arang yang berasal dari kayu yang masih mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dari

beberapa pengamatan ternyata penambahan arang dapat meningkatkan aktivitas

mikroba perombak bahan organik tanah, selain juga dapat meningkatkan populasi

bakteri pengikat N dalam tanah.

9

Page 10: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Informasi positif dari pengembangan pengunaan arang untuk soil conditioner yang

berdampak pada peningkatan aktivitas dan populasi mikroba tanah. Arang yang

digunakan terutama adalah arang yang dibuat dari limbah serbuk gergaji kayu, kulit

kayu atau potongan kayu yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Penggunaan arang sangat tergantung pada jenis dan kualitas arang. Secara fisik

(arang aktif) berguna untuk penyerap radiasi sinar matahari, isolator gelombang

elektromagnetik, electrode, filament karbon, air battery. Morfologi arang aktif

mempunyai porositas berguna untuk penjernihan air, purifikasi udara, penghisap gas,

penyuburan tanah, filter, anti embun, penumbuh mikroorganisme, dll. Secara kimia

arang bersifat reaktivitas meliputi penyalaan api, produksi karbon sulfat, gasifikasi,

bahan farmasi dan pembuatan baja. Sebagai sumber energi untuk rumah tangga,

memasak, dan power supply. Sebagai komponen non organic berguna sebagai pupuk,

glasir, mikroelement, serta penggunaan untuk keramik. Manfaat arang secara terpadu di

bidang pertanian antara lain: mem-perbaiki dan meningkatkan kondisii tanah,

meningkatkan aliran air tanah, mendorong pertumbuhan akar tanaman, menyerap residu

pestisida dan kelebihan pupuk dalam tanah, meningkatkan bakteri tanah serta sebagai

media mikro-organisme untuk simbiosis, mencegah penyakit tertentu, serta

meningkatkan rasa buah dan produksi (Anonimus, 2002).

Di bidang pertanian arang dapat digunakan untuk menaikkan pH tanah dari asam ke

tingkat netral biasanya dilakukan dengan menambahkan kapur pertanian yang

mengandung senyawa Ca dan Mg ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi dan

menetralkan sifat racun dari Al serta akibat buruk lainnya akibat kondisi tanah yang

asam

10

Gambar 3. Pengaruh penambahan arang terhadap perkembangan mikroorganisme tanah

0

5

10

15

20

25

30

kontrol charcoal

SB NFB

Page 11: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gambar 4. Jumlah bintil akar soybean meningkat setelah aplikasi arang

F. Potensi Arang + Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Organik Ternak sapi atau kambing disamping penghasil produk utama daging dan susu juga

menghasilkan hasil samping berupa kotoran ternak faeses dan urine) yang dengan

sentuhan teknologi sederhana dapat diubah menjadi kompos yang sangat bermutu untuk

pemeliharaan lingkungan maupun untuk pertanian secara terpadu antara tanaman

dengan ternak yang berkelanjutan. Ada 2 aspek penting dalam penggunaan kotoran

ternak sebagai pupuk yaitu nilai penggunaannya dan sebagai sumber hara yang

dibutuhkan tanaman.

Berkurangnya kandungan bahan organik pada lahan pertanian di Indonesia saat ini

menunjukkan bahwa sebenarnya diperlukan 100% tambahan bahan organik untuk

mengembalikan pada keadaan kesehatan tanah yang normal. Hal ini berarti akan

diperlukan pupuk organik yang sangat besar untuk membuat keadaan kesehatan tanah

menjadi normal kembali.

Dilain pihak menurut Haryanto (2000), seekor sapi dapat menghasilkan kotoran

(faeses) sebanyak 8 - 10 kg setiap hari. Apabila kotoran sapi ini diproses menjadi

pupuk organik diharapkan dapat menghasilkan 4 - 5 kg per hari. Dengan demikian, satu

ekor ternak akan menghasilkan sekitar 7,3 - 11,0 ton pupuk organik per tahun.

Sementara itu, penggunaan pupuk organik pada lahan persawahan adalah 2 ton per

hektar untuk setiap kali tanam, sehingga potensi pupuk organik yang ada dapat

menunjang kebutuhan pupuk organik untuk 1,8 - 2,7 hektar dengan dua kali tanam

setahun. Kotoran ternak sebagai limbah dengan penggunaan mikroba dan cacing justru

muncul sebagai komoditas baru yang mempunyai keunggulan antara lain :

11

Page 12: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

1) Proses pengomposan dipercepat. 2) Dapat diproduksi secara massal dan dijadikan kemasan ekonomis. 3) Peningkatan kualitas dan penghematan penggunaan. 4) Kompos dapat menjadi cabang usaha dan penyerapan tenaga kerja. 5) Memungkinkan perluasan penggunaan lahan-lahan marginal. 6) Memutus daur ulang kuman/hewan parasit dan kuman patogen yang sering ada di

kotoran ternak.

Pulitbang Teknologi Hasil Hutan sejak tahun 2000, telah mensosialisasikan

penggunaan arang dan kotoran ternak domba pada beberapa jenis tanaman pertanian

dan perkebunan di Pelabuhan ratu, Kabupaten Sukabumi. Percontohan ini dilakukan

bekerjasama dengan kelompok tani setempat. Hasil yang diperoleh sungguh

memuaskan

III. MENGENAL ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA)

A. Pengertian Arang Kompos Bioaktif (Arkoba)

Arang kompos bioaktif (Arkoba) adalah gabungan arang dan kompos yang

dihasilkan melalui teknologi pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang

tetap hidup di dalam kompos. Apabila diberikan ke tanah mikroba tersebut berperan

secara hayati sebagai biofungisida untuk melindungi tanaman dari serangan penyakit

akar, sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain Arkoba adalah keberadaan arang

yang menyatu dalam kompos, sehingga bila diberikan pada tanah ikut andil dan

berperan sebagai agent pembangun kesuburan tanah, sebab arang mampu

meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah.

Oleh sebab itu Arkoba cocok dan tepat dikembangkan secara luas di Indonesia

mengingat 2/3 (66,67%) dari lahan pertanian maupun kehutanan berada dalam kondisi

masam (pH rendah), kritis dan marjinal akibat menurunnya kandungan bahan organik

tanah dimana tidak bisa digantikan perannya oleh pupuk kimia. Pengembangan

produksi Arkoba saat ini minimal dapat memenuhi konsumsi lokal serta mendongkrak

suksesnya program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (GERHAN) yang berlangsung

hingga tahun 2009 dan Go Organik 2010, serta yang tidak kalah pentingnya adalah

solusi tepat mengatasi persoalan limbah dan sampah kota.

Produk Arkoba ini dibuat dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan

limbah di sektor kehutanan dimana selama ini sebagai sumber polutan terutama serbuk

gergaji dari industri perkayuan. Selain itu juga karena volume limbah pada saat

12

Page 13: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

pemanenan hutan masih tinggi. Oleh sebab itu teknologi Arkoba merupakan salah satu

solusi alternatif untuk mengurangi limbah, menaikkan efisiensi dan menurunkan tingkat

pencemaran. Selain itu Inovasi produk Arkoba dilatar belakangi oleh perbandingan dari

beberapa hasil uji coba pengamatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada beberapa

jenis media arang serbuk gergaji. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada media campuran arang serbuk

gergaji dan kompos, sehingga sejak tahun 1999 kelompok peneliti Pengolahan Kimia

dan Energi Hasil Hutan (PKEHH) pada Puslitbang Hasil Hutan (P3HH) mulai

mengembangkan produk arang kompos dengan bahan baku utama arang adalah serbuk

gergaji, sedangkan bahan baku sekunder kompos dapat berasal dari limbah organik

pertanian, serasah mangium, serasah tusam, dan serasah campuran dari beberapa jenis

pohon.

B. Kualitas dan mutu arang kompos bioaktif

Beberapa jenis arang kompos yang telah dibuat di P3HH mempunyai kandungan

unsur hara makro yang bervariasi walaupun dengan kadar yang tidak jauh berbeda.

Pengujian mutu dan kualitas arang kompos yang dapat dilakukan di lapangan adalah

penampakan secara visual berupa perubahan bentuk, warna, serta penyusutan volume.

Bentuk berubah ukuran menjadi lebih halus dan hancur, sedangkan warna menjadi

coklat kehitaman sampai hitam, sedangkan volume akan menyusut maksimum 20-30 %,

serta tidak memberikan bau yang menyengat. Selain itu pengujian suhu dan pH arang

kompos juga dapat dilakukan di lapangan. Suhu konstan berkisar antara 25 - 30 oC,

sedang pH netral antara 6-7. Analisis kimia di laboratorium diperlukan sebagai upaya

pendukung. untuk mengetahui apakah arang kompos telah dapat digunakan secara benar

perlu di diketahui rasio C/N, yaitu perbandingan kadar C (carbon) dan kadar N

(nitrogen). Arang kompos dapat digunakan apabila nisbah C/N nya 20, tergantung pada

jenis tanaman. Tanaman sayuran dan bunga biasanya membutuhkan kompos dengan

C/N yang rendah (dibawah 20), sedangkan tanaman perkebunan, buah-buahan,

tanaman kehutanan serta tanaman keras lainnya dapat menggunakan kompos dengan

C/N yang berkisar antara 20-30.

13

Page 14: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Tabel 1 : Analisis kandungan unsur hara makro dari beberapa jenis arang kompos

Jenis unsur hara

AKSr camp

AKSr mangium

AKSR tusam

AKSG Ar.kompsl.d.pisang

Ar.kompsLb.jgng

C organikN totalP totalK CaMg

30 – 351,6 – 1,80,6 – 1,21,3 – 1,60,8 – 10,3 – 0,5

30 - 351,5 - 1,60,5 - 1,21 - 1,50,5 - 1,20,4 - 1

30 – 401,5 - 1,81 – 1,31,4 – 1,70,5 - 1,50,6 – 1,1

30 – 391,4 – 1,71 – 1,50,5 – 11 – 1,80,4 – 1,3

30 – 351,6 – 21 – 1,51 – 1,50,4 – 1,00,5 – 1,1

30 – 371,6 – 21 – 1,70,7 – 1,80,5 – 1,80,4 – 1,1

Keterangan : AKSR camp = Arang kompos serasah daun campuram AKSr mangium = Arang Kompos serasah daun Acacia mangium AKSR tusam = Arang kompos serasah daun tusam ( Pinus merkusii)

AKSG = Arang kompos serbuk gergaji Ar.komps ld.pisang : Arang kompos dari limbah daun pisang Ar.komps Lb.jgng : Arang kompos dari limbah kulit jagung

Pembuatan arang kompos cukup mudah dan murah untuk diterapkan, baik skala

kecil mupun di lapangan/di areal tegakan hutan. Hanya perlu motivasi dan kesadaran

yang tinggi bagi pengelola untuk menyadari pentingnya hal ini dilakukan, sehingga

produktivitas lahan menjadi lebih baik dan akhirnya produktivitas tanamanpun akan

meningkat.

Aplikasi arang kompos baik di lapangan maupun skala laboratorium memberikan

hasil yang baik sekali untuk dikembangkan dalam rangka menunjang system pertanian

organik. Karena akhir-akhir ini produk budidaya organik menjadi trend yang cukup

mengemuka serta menempati urutan tertinggi dalam permintaan maupun harga, karena

kecenderungan konsumen saat ini menginginkan pangan yang bebas dari bahan-bahan

kimiawi. Umumnya konsumen produk organik masih terbatas pada kalangan tertentu,

seperti pada hotel-hotel berbintang yang sering dikunjungi oleh turis luar negeri. Oleh

sebab itu keberadaan pupuk organik di pasaran perlu ditingkatkan, dan pembuatan

arang kompos mempunyai prospek yang besar dalam menunjang sistem pertanian dan

budidaya organik tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah lokasi pembuatan arang

kompos sebaiknya tidak jauh dari sumber bahan baku yang akan dibuat, karena hal ini

akan berpengaruh terhadap investasi biaya. Oleh sebab itu sebaiknya setiap industri

pengolahan kayu mempunyai satu unit peralatan untuk membuat arang kompos,

sehingga limbah yang sebelumnya dapat mencemari lingkungan, dapat dimanfaatkan

menjadi produk baru yang berguna. Selain itu, membuat arang kompos dari serasah di

bawah tegakan hutan tanaman sangat dianjurkan, sebagai salah satu upaya antisipasi

kebakaran hutan sekaligus meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman.

14

Page 15: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

C. Manfaat Arang kompos bioaktif

Arang kompos bioaktif dapat memacu perkembangan mikroorganisme tanah,

meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah, pH tanah pada tingkat yang lebih

sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang

mempunyai tingkat kesuburan dan keasaman tanah yang rendah. Arang kompos

bioaktif mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos konvensional karena keberadaan

arang yang menyatu dalam kompos. Morfologi arang yang mempunyai pori sangat

efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan

sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tanaman (efek slow release). Karenanya hara

tersebut tidak mudah tercuci, lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai. Dari

beberapa aplikasi arang kompos yang telah diuji cobakan, baik di laboratorium, maupun

di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman yang diberi arang kompos

bioaktif meningkat hingga 2 kali lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang

kompos.

Aplikasi arang kompos bioaktif pada tanaman pak choi, brokoli, dan wortel secara

tumpang sari dengan pinus di Ciloto, menunjukkan bahwa hasil dalam satuan luas 400

m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, jika dibandingkan dengan pupuk yang yang

biasa digunakan oleh petani seperti pupuk bokasi, selain itu juga mengurangi

penggunaan pupuk kimia sebesar 40 % (Gambar 5 dan 6).

Gambar 5. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pada tanaman sayuran di bawah tegakan Pinus di Ciloto

Di desa Karyasari, Kabupaten Bogor, produksi arang kompos bio aktif difokuskan

untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera. Selain itu juga

diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tanaman Melaleuca bracteata. Hasil

yang diperoleh sangat meyakinkan, karena hanya dengan memberi arang kompos

15

Page 16: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

bioaktif 0,5 kg/rumpun pada tanaman murbei yang berumur sekitar 10 bulan,

meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat, selain meningkatkan kualitas

benang sutera yang dihasilkan.

Gambar 6. Aplikasi Arang Kompos Bioaktif pd tanaman Murbei, nilam, cabai dan pepaya di kampung Cibogo, Desa. Karyasari, Kecamatan. Leuwiliang, Kabupaten. Bogor.

Salah satu daerah yang menggunakan Arang Kompos untuk menunjang program

GERHAN 2003-2004 adalah Kabupaten Garut, yang telah mengembangkan arang

kompos sebanyak 360 ton sampai dengan bulan April 2004, dan hingga tahun 2008

kelompok ini telah melakukan produksi secara besar-besaran untuk memenuhi

kebutuhan GERHAN di Kabupaten Garut. Arang kompos yang dihasilkan juga

digunakan pada persemaian bibit, serta sebagian juga sudah diaplikasi di lapangan

dengan hasil yang memuaskan. Untuk itu bagi daerah-daerah lain yang akan

menggunakan arang kompos sebagai sarana penunjang program gerakan nasional

rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL) dapat mencontoh keberhasilan Kabupaten Garut.

Kegiatan tersebut langsung dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut bekerja

sama dengan Koperasi Lestari Dinas Kehutanan Kabupaten Garut (Gambar 6 dan 7).

Aplikasi arang kompos bioaktif sebagai campuran media tumbuh anakan jati di

KRPH Jembolo Utara (Jawa Tengah) selama 4 bulan menunjukkan bahwa pemberian

16

Page 17: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

arang kompos bioaktif dari serbuk gergaji dapat meningkatkan tinggi dan jumlah anakan

yang hidup sebesar 100 %. Demikian juga pada percobaan penggunaan arang kompos

bioaktif pada anakan Gmelina, dimana hasil yang diperoleh dapat meningkatkan

pertambahan tinggi dan diamater batang tanaman masing-masing 2,2 dan 1,6 kali lebih

baik dibanding kontrol.

D. Pemanfaatan Arang Kompos Bioaktif di kabupaten Garut

Pemanfaatan Arang kompos bioaktif pada tanaman Kol di Cibeureum,

menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan produksi kol yang

lebih besar dan lebih padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya

maksimum hanya 2kg/buah (Gambar 7).

Gambar 7. Aplikasi Arang Kompos pada tanaman sayuran kol

Penggunaan arang kompos bioaktif sebagai campuran media tanaman hias (bunga

ros/mawar dan algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan adalah selain warna bunga

dan daun lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak mudah gugur), bahkan jika

dibiarkan kelopak bunga sama sekali tidak rontok sampai kering (Gambar 8).

17

Page 18: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gambar 8. Aplikasi Arang kompos pada tanaman bunga

Pemanfaatan arang kompos bioaktif di lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, pada

tanaman Suren, tahun tanam 2004. Rata-rata tinggi tanaman yang ditanam pakai arang

kompos bioaktif sekitar 6 m dengan diameter kl 15-20 cm, sedangkan yang tidak pakai

arang kompos baru mencapai 3m.

Gambar 9. Aplikasi arang kompos bioaktif pd lahan Gerhan di lokasi Ranca Salak, Kab. Garut

Penggunaan arang kompos bioaktif pada tanaman tembakau hasilnya sangat bagus.

Tembakau yang ditanam dengan arang kompos bioaktif menghasilkan daun rajangan

seberat 7,5 ons, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos hanya mempunyai

berat 3 ons. Dengan demikian daun tembakau yang ditanam dengan arang kompos

bioaktif menhasilkan daun 2 kali lebih banyak dibanding daun tembakau yang tanpa

menggunakan arang kompos bioaktif. Pengeringan daun tembakau yang ditanam

dengan menggunakan arang kompos bioaktif juga lebih efisien, yaitu hanya perlu 3-4

hari pengeringan, sedangkan yang tidak menggunakan arang kompos bioaktif

memerlukan waktu lebih lama. Demikian juga aroma rajangan daun tembakau yang

18

Page 19: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

ditanam dengan arang kompos bioaktif lebih tajam dibanding dengan aroma rajangan

daun yang tidak pakai arang kompos bioaktif.

F. Sosialisasi Pembuatan Arang Kompos Bioaktif Dari Gulma (Tumbuhan Pengganggu)

Hasil pembuatan kompos dan arang kompos bioaktif selama seminggu,

memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Kompos yang terbentuk berwarna cokelat

kehitaman dan tidak memberikan aroma bau yang menyengat, walaupun dari bentuk

luar keadaan keragaan kompos secara visual masih sama seperti bahan mentahnya

(gulma) saat dikomposkan. Ini memang merupakan ciri khas dari aktivator orgadec,

karena bioaktivator ini bukan bersifat penghancur bahan/limbah organik akan tetapi

bersifat pengurai komponen kimia yang kompleks pada bahan menjadi komponen

kimia sederhana yang dapat langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil analisis

kandungan unsur hara makro kompos (lokasi 1) dan arang kompos bioaktif (lokasi 2)

dari gulma dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis kandungan unsur hara makro kompos dan arang kompos bioaktif dari gulma/tumbuhan pengganggu

No. Komponen hara Metode Analisis Lokasi 1/ Kadar (%) Lokasi 2/ Kadar (%)

1. N Kjeldahl 1,80 1.92

2. P2O5 Spektrofotometri 0,75 1,05

3. K2O AAS 3,37 3,51

4. CaO AAS 3,09 3,24

5. MgO AAS 1,92 1,68

6. C-Organik Volumetri 32,9 35,8

7. Nisbah C/N (karbon/nitrogen)

Perhitungan 18,27 18,6

Keterangan: Dianalisis di laboratorium Natural products, Biotrop Bogor Lokasi 1: Angestitani, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo - Jawa Tengah

Lokasi 2 : Karyasari, Kecamatan leuwiliang, Kabupaten Bogor

Sebagai salah satu tolak ukur tingkat kematangan bahan organik yang

dikomposkan adalah nisbah C (karbon) dan N (nitrogen). Makin matang tingkat

dekomposisi bahan organik, makin rendah nilai C/N-nya. Inbar dkk. (1993)

mengemukakan bahwa nilai C/N yang dianggap tidak menggangu proses kimia tanah

adalah < 20. Atas dasar batasan ini, pada Tabel 1 terlihat bahwa tingkat kematangan

kompos (lokasi 1)dari bahan baku gulma atau tumbuhan pengganggu yang diproses

19

Page 20: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

selama seminggu mampu memberikan nilai C/N 18.27% dan diharapkan kompos ini

tidak mengganggu berlangsungnya proses kimia yang ada di tanah. Demikian juga

dengan arang kompos bioaktif mempunyai nilai C/N sebesar 18,6 dan 18,27

Kandungan terbesar dari kompos adalah bahan organik (dapat mencapai 18%,

bahkan ada yang mencapai 59%). Selain bahan organik, kompos juga mengandung

unsur-unsur lain (Tabel 2) yang berada dalam jumlah relatif sedikit sekali, yaitu berkisar

antara 2-3%. Besarnya persentase dari unsur-unsur tersebut sangat tergantung dari

bahan dasar yang digunakan dan teknik pengomposannya.

Dari Tabel 2 terlihat pula bahwa pengaruh dekomposisi gulma atau tumbuhan

pengganggu terhadap kadar hara dalam kompos, memberikan nilai yang nyata

meskipun tidak dapat dinyatakan meningkat/menurun karena analisis terhadap gulma

yang masih segar tidak dilakukan. Meskipun demikian, hasil analisis kimia dari

kompos yang diperoleh menunjukkan bahwa gulma yang terdapat disekitar kebun

petani yang pada mulanya tidak mempunyai manfaat, apabila diproses lebih lanjut

menjadi kompos atau arang kompos dapat memberikan nilai tambah tersendiri dan

mempunyai arti penting bagi penggunaan tanaman tersebut dalam mengurangi

ketergantungan pupuk kimia dan penyediaan bahan organik untuk kesuburan dan

kelestarian tanah.

Meskipun teknologi pengomposan dari gulma atau tumbuhan pengganggu yang

sederhana, murah dan cepat telah diperoleh dari kegiatan ini, namun kompos dan arang

kompos tersebut belum mempunyai arti bagi kelestarian lingkungan terutama bagi

kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. Oleh

karena itu, pada kegiatan berikutnya kompos yang telah ada akan diuji coba

penggunaannya terhadap tanaman kentang dan murbei.

Jika dibandingkan kompos dan arang kompos gulma yang dihasilkan dengan

kualitas kompos menurut beberapa standar yang berlaku (Tabel 2), maka kompos dan

arang kompos gulma cukup baik, bahkan jika dibanding dengan standar kualitas

kompos Perhutani (Perhutani, 1977 dalam Mindawati, 1998), kompos dan arang

kompos gulma lebih baik kualitasnya, kecuali untuk unsur CaO. Namun unsur ini jauh

kalah penting dibanding unsur hara N (nitrogen), P (fosfor), dan K (kalium). Walaupun

kualitas kompos sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan, namun jika

dibanding dengan Standar kualitas kompos dari Pusri (Radiansyah, 2004), maka

kompos dan arang kompos gulma sedikit lebih rendah kualitasnya, terutama untuk

unsur hara N dan P, tetapi tidak untuk unsur K, karena kompos dan arang kompos

20

Page 21: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

gulma mempunyai kandungan hara K yang lebih tinggi. Akan tetapi untuk

meningkatkan kandungan unsur hara N pada kompos dapat diatasi dengan penambahan

jerami sebagai bahan baku atau dedaunan dari tumbuhan leguminosae (kacang-

kacangan).

Tabel 3. Perbandingan kandungan unsur hara makro gulma dengan beberapa standar yang berlaku

No. Komponen hara

Lokasi 1/ Kadar

Lokasi 2/ Kadar

Standar Perhutani

Standar Pusri

1. N, % 1,80 % 1.92 1,1 ≥ 2, 12

2. P2O5, % 0,75 % 1,05 0,9 ≥ 1, 30

3. K2O, % 3,37 % 3,51 0,6 ≥ 2,00

4. CaO, % 3,09 % 3,24 4,9 ≥ 0,97

5. MgO, % 1,92 % 1,68 0,7 ≥ 3,19

6. C-Organik, %

32,9 % 35,8 19,6 -

7. Nisbah C/N 18,27 % 18,6 10 – 20 -

Keterangan : Lokasi 1: Angestitani, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo - Jawa Tengah Lokasi 2: Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor

IV. ARANG KOMPOS BIO AKTIF DARI SAMPAH KOTA

Akhir-akhir ini sampah di perkotaan makin menimbulkan masalah yang cukup

serius, karena jumlahnya sangat besar dengan jenis yang bervariasi. Di negara maju,

sampah organik yang berasal dari rumah tangga, kebun/perkebunan, pasar, pangkasan

taman kota dan lain-lain dikelola secara cermat dan di daur ulang menjadi kompos yang

bermanfaat sebagai bahan dasar pupuk organik. Dampak penggunaan kompos/pupuk

organik ini, memiliki nilai yang lebih tinggi dari pupuk kimia terutama untuk

dikonsumsi manusia sehari-hari karena lebih sehat dan bebas dari bahan beracun akibat

21

Page 22: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

kelebihan pemberian bahan-bahan kimia. Oleh sebab itu di negara maju kompos

menjadi pilihan utama bagi para petani.

Di Indonesia, sampah masih terasa sebagai beban, baik bagi RT/RW, kelurahan,

maupun dinas kebersihan, karena pembuangannya menimbulkan berbagai persoalan

antara lain, menyangkut biaya, lahan, sarana transportasi, maupun masalah SDM.

Kenyataan juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki kesadaran

yang kurang terhadap persoalan sampah, sehingga dapat dilihat bahwa sampah menjadi

penyebab timbulnya banjir bila hujan, karena memenuhi selokan/got maupun

kali/sungai, sehingga air tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya. Di wilayah

pedesaan, sampah pertanian dan peternakan lebih berdaya guna, namun pengelolaannya

belum optimal dan efisien sehingga manfaatnya belum terasa dibanding potensi yang

ada.

Masalah sampah juga masalah bagi seluruh umat manusia, bukan hanya

persoalan bagi Dinas Kebersihan, karena dampak pencemaran dari sampah yang tidak

dikelola akan menimpa seluruh manusia yang ada. Dengan demikian, selain dituntut

peran aktif dan kesadaran yang tinggi dari masyarakat, juga perlu teknologi inovatif

yang dapat membantu menyelesaikan masalah sampah, sehingga sampah yang

sebelumnya merupakan barang tak berharga, dijadikan sumberdaya hingga menjadi

produk yang berharga dan bernilai, baik bagi lingkungan maupun kesehatan.

Pengembangan produksi ARKOBA saat ini minimal dapat memenuhi konsumsi

lokal serta mendongkrak suksesnya program GERHAN yang berlangsung hingga tahun

2009 dan Go Organik 2010, sekaligus memberi solusi sistem pengelolaan sampah.

Dalam skala kecil cara ini telah diterapkan di TPA 1 kota Palembang dan TPA

Bangkonol, Pandeglang, Banten.

V. TPA SEBAGAI EMITTER GRK (Gas Rumah Kaca), SALAH SATU PEMICU

PEMANASAN GLOBAL

Untuk mengaitkan sampah dengan Gas Rumah Kaca (GRK), maka perlu

dijelaskan bahwa pemanasan global adalah gejala naiknya suhu permukaan Bumi akibat

meningkatnya konsentrasi GRK. Enam jenis GRK utama adalah gas karbon dioksida

(CO2), Methana (CH4), Nitrat oksida (N2O). Dalam laporan yang disusun oleh

International Panel on Climate Change (IPCC) 1988, dilaporkan bahwa rata-rata

temperatur global telah meningkat 0,6.% serta dilaporkan bahwa tahun 1990-an adalah

22

Page 23: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

dekade terpanas. Meningkatnya suhu bumi diperkirakan akan mengakibatkan

terjadinya perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Menyadari besarnya

ancaman pemanasan global, disepakati Kyoto Protocol 1997. Negara-negara industri-

penyumbang GRK terbesar-berkomitmen menguranginya. Salah satu GRK yang

berpengaruh adalah CH4 (methana). Kekuatannya dalam efek pemanasan global 23 kali

lebih tinggi dari CO2. Untuk mengejar target pengurangan emisi GRK, produksi gas

methana perlu dikendalikan. Berbagai sumber gas methana antara lain adalah rawa,

TPA, penambangan gas alam, pembakaran biomassa. Dalam hubungannya dengan

persampahan, TPA menjadi sumber gas methana karena adanya proses penguraian

sampah oleh jasad renik.

Meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk, maka jumlah sampah juga akan

meningkat. Timbunan sampah kota diperkirakan meningkat lima kali lipat tahun 2020.

Kalau tahun 1995 jumlah rata-rata produksi sampah perkotaan di indonesia 0,8 kg per

kapita per hari, tahun 2000 menjadi 1,0 kg, maka tahun 2020 diperkirakan 2,1 kg per

kapita. Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 450 TPA sebagai sumber emisi gas

methana. Sebagai contoh, sampah sebanyak 1000 ton, dengan kandungan sampah

organik 56 persen akan menghasilkan gas methana 21.000 ton setiap tahunnya atau

setara dengan CO2 486.500 ton. Masyarakat Eropa sepakat tahun 2005 tidak membuang

sampah organiknya langsung ke TPA. Sampah organik diolah terlebih dahulu agar gas

tidak diproduksi dalam jumlah besar. Pengolahan dapat berupa insinerasi,

pengomposan, dan produksi biogas. Pengomposan adalah proses yang dipilih oleh

Global Environment Facility yang dianggap sesuai untuk diterapkan di Indonesia untuk

mereduksi produksi GRK sekaligus untuk membantu perbaikan sistem pengelolaan

sampah di Indonesia. Dengan demikian penerapan teknologi produksi ARKOBA

memberi dampak yang multi use, serta juga demi ”kemaslahatan bumi dan ummat

manusia”.

Penerapan teknologi arang kompos bioaktif untuk pengelolaan sampah, dapat

dilakukan oleh siapa saja, karena merupakan teknologi inovatif, tepat guna, serta mudah

dilakukan oleh masyarakat. Dapat dikelola oleh perorangan, kelompok, badan usaha,

atau bahkan skala pabrik. Hanya perlu kesadaran yang tinggi serta ketekunan agar

dapat berjalan lancar dan berkesinambungan.

Penerapan teknologi ini sudah diuji cobakan di TPA Bangkonol, Pandeglang,

Banten TPA Padang, dan TPA 1. Palembang (Sum-Sel) pada tahun 2004. hasil yang

diperoleh telah diaplikan di lahan areal GERHAN baik di Pandeglang, Banten, maupun

23

Page 24: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

wilayah Palembang. Selain itu uji coba penggunaan aktivator khusus sampah organik

kota juga telah dilakukan di TPA, Btr Gebang.

VI. DISEMINASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF

Pembuatan arang kompos cukup mudah untuk terapkan pada masyarakat pedesaan

dan sekitar hutan, dengan menggunakan bahan baku yang terdapat di sekitarnya.

Sejalan dengan program pengembangan tersebut, Puslitbang Hasil Hutan, sejak tahun

2000 juga telah melaksanakan sosialisasi/diseminasi sekaligus peragaan pembuatan

arang kompos di beberapa daerah di Jawa dan Sumatera yang dikemas dalam bentuk

acara Gelar Teknologi dan Temu Lapang antara lain di Kabupaten Serang; Ciamis;

Tasikmalaya; Garut; Pandeglang; Lw Liang; Ciloto (KPH Cianjur); KRPH Jembolo

Utara, Kota Semarang; dan Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Sebagian besar

dana yang diperoleh untuk menunjang kegiatan ini bersumber dari dana Kerjasama

P3THH dengan JIFPRO-Jepang. Kerjasama ini dimulai sejak tahun 2000 hingga tahun

2003/2004, sedang sebagai dana pendamping adalah dana DIK-S DPL. Pada bulan

April 2006 kegiatan ini juga dilakukan di desa Karyasari, Kabupaten Lw Liang, Bogor.

Produksi arang kompos bio aktif difokuskan untuk memacu produktivitas daun murbei

untuk budidaya ulat sutera. Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya,

dan tanaman Melaleuca bracteata.

Salah satu daerah yang menggunakan Arang Kompos untuk menunjang program

GNRHL 2003-2004 adalah Kabupaten Garut, yang telah mengembangkan arang

kompos sebanyak 750 ton sampai dengan bulan April 2005. Arang kompos yang

dihasilkan langsung digunakan pada persemaian bibit, serta sebagian juga sudah

diaplikasi di lapangan dengan hasil yang memuaskan. Untuk itu bagi daerah-daerah

lain yang akan menggunakan arang kompos sebagai sarana penunjang program

GNRHL dapat mencontoh keberhasilan Kabupaten Garut. Kegiatan tersebut langsung

dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Garut bekerja sama dengan Koperasi Lestari

DISHUT Kab. Garut.

VII. KUALITAS ARANG KOMPOS LIMBAH INDUSTRI KERTAS

24

Page 25: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Saat ini penanggulangan sludge di beberapa industri pulp dan kertas di Indonesia,

sebagian besar hanya dibenamkan ke dalam tanah atau dibakar. Penanggulangan

dengan cara ini mempunyai beberapa resiko, yaitu jika dibenamkan ke dalam tanah

membutuhkan areal yang luas, sedangkan jika dibakar memerlukan biaya yang cukup

besar dan dapat mencemari udara. Sludge masih mempunyai kandungan bahan organik

yang cukup tinggi, sehingga sludge dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Carter

1983 dan Alton 1991 dalam Rina et.al. 2002). Pengomposan dipandang sebagai

alternatif penanganan yang paling baik, karena di samping tidak mencemari

lingkungan, juga menghasilkan produk yang bermanfaat dengan investasi yang relatif

murah. Karakteristik dari sludgeadalah bersifat menyerap air, sehingga jika

sludgeditumpuk pada saat proses pengomposan, rongga udara yang tercipta akan

sedikit. Kondisi ini mengganggu proses pengomposan sehingga perlu bahan lain untuk

menanggulanginya. Bahan lain sebagai campuran dapat digunakan serbuk gergaji dan

atau arang serbuk gergaji. Hasil penelitian Komarayati, dkk (2007) menyimpulkan

bahwa Sludge limbah industri pulp dan kertas dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

arang kompos, penambahan arang ke dalam campuran kompos dapat mempercepat

proses dekomposisi selama pengomposan serta kualitas arang kompos terbaik adalah

arang kompos dengan penambahan arang 30 kg dan Arang kompos hasil penelitian,

telah memenuhi standar mutu SNI 19-7030- 2004, kecuali rasio C/N. Penelitian

Komarayati dan Gusmailina juga menyimpulkan bahwa pemanfaatan limbah padat

industri pulp Untuk pupuk organik menunjukkan kualitas pupuk organik yang

dihasilkan antara lain : unsur hara makro N, P dan K masih rendah yaitu 0,38 – 0,85%;

0,47 – 0,65% dan 0,09 – 0,22%. Nisbah C/N 9,00 – 14,00 dan KTK 25,22 – 35,89

meq/100 gr telah memenuhi standar. Logam berat Pb 0,01 – 0,06 ppm dan Cd 0,03

ppm termasuk rendah dan telah memenuhi persyaratan baku mutu. Peningkatan unsur

hara N,P dan K pupuk organik dengan mencampur berbagai bahan organik pada

perbandingan 10 bagian PO dan 1 bagian ZEOREA menunjukkan terjadi peningkatan

N 4,72%; P 2,90% dan K 4,09%. Kadar N,P,K ini telah melebihi standar pupuk organik

yang ditetapkan.

Hasil penelitian teknologi inovasi penanganan limbah industri pulp dan kertas

menjadi arang kompos bio aktif (Gusmailina & Komarayati, 2008) menyimpulkan

bahwa hasil uji coba pembuatan arang kompos bioaktif dari limbah sludge pabrik pulp

dan kertas yang dilakukan di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas arang kompos

yang dihasilkan lebih baik dengan waktu yang lebih singkat, karena teknologi

25

Page 26: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

pengomposan yang diterapkan secara anaerobik, menggunakan aktivator serta bernilai

plus apabila dilakukan penambahan bahan baku kotoran ternak. Selain itu kandungan

unsur logam yang berbahaya juga menurun tajam, jauh di bawah ambang batas yang

diperbolehkan baik skala internasional maupun skala nasional. Dengan demikian

limbah sludge pabrik pulp dan kertas layak dipakai dan dikembang luaskan untuk

konsumsi kalangan industri sendiri, maupun dijual ke pasar umum, bebas maupun

ekspor. Pada Tabel berikut dapat dilihat kualitas arang kompos yang dihasilkan dengan

menggunakan bahan baku sludge.

Tabel 4. Kualitas dan kandungan unsur hara Arang kompos hasil uji coba di laboratorium (GA) dibandingkan dengan beberapa kualitas kompos lainnya

No. Parameter

Nilai

PT. AASK

ARANG KOMPOS

GA**)

US EPA

(1993)

Standar pasar

khusus***)

Lab. PT AA

Lab. IPB

1 pH (1 : 1) 7,68 7- 7,15 7,10 - 7

2 Kadar air (Moisture content),% - 26,00 24,5 - ≥20

3 C organik (Organic C),% 14 - 18,03 19 - ≥ 15

4 N total (Total N),% 0,60 - 0,71 1,78 - ≥ 2,30

5 Nisbah C/N (C/N ratio) 26 - 25,60 13,76 - ≥ 15

6 P2O5 total,% 0,11 - 0,58 1,01 - ≥ 1,60

7 CaO total,% 5,57 - 0,28 2,41 - ≥ 1,00

8 MgO total,% 0,26 - 0,19 1,03 - ≥ 3,25

9 K2O total,% 0,29 - 1,42 2,84 - ≥ 2,40

10 KTK (Cation exchange capacity), meq/100 g

- - 5,33 - - -

11 Unsur logam

Zn (mg/kg)

Cu mg/kg

Co mg/kg

Mo mg/kg

Se mg/kg

Pb mg/kg

Cr mg/kg

34,60

76,90

20,00

7,19

<0,003

16,25

20,28

40,50

21,10

-

-

-

4,81

18,90

0,01

23,76

19,92

*

*

*

3,01

-

7500

4300

-

75

100

840

3000

< 400

< 150

≥ 0,10

< 150

< 45

26

Page 27: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Cd mg/kg

Ni mg/kg

Hg mg/kg

As mg/kg

1,33

8,62

<0,01

2,00

0,24

19,30

-

-

0,03 0,21

-

*

*

85

420

57

75

< 3

< 50

< 1

< 10

Keterangan: 1. Batas maksimum konsentrasi unsur dalam sludge yang diizinkan untuk diaplikasikan ke

dalam tanah menurut US EPA (1993) dalam Alloway (1995) dalam Anonimus (2003)2. SK : Analisis kompos Sludge yang dilakukan oleh Komarayati (2007 )3. GA : Kompos sludge hasil uji coba di laboratorium4. * : tidak terdeteksi 5. **) : Dianalisis di Lab Natural Products. Biotrop Bogor.6. ***) : Sumber Radiansyah (2004)

VIII. TEKNIK PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIOAKTIF (ARKOBA)

1. Pembuatan Arang : pembuatan arang biasanya dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu: menggunakan tungku drum dan tungku semi kontinyu. Tungku drum

digunakan untuk membuat arang tempurung kelapa, atau potongan-potongan kayu

limbah. Sedangkan untuk membuat arang serbuk gergaji lebih cocok menggunakan

tungku semi kontinyu (Gusmailina, dkk., 2002). Arang serbuk gergaji juga dapat

digunakan langsung sebagai campuran pada media tumbuh tanaman, baik di dalam

polybag maupun pada tanah. Arang serbuk gergaji yang dicampur dengan kotoran

ternak (pupuk kandang) akan memberikan hasil yang lebih baik lagi dibanding jika

hanya menggunakan arang saja.

2. Pembuatan arang Kompos :

a. Bahan arang : serbuk gergaji, sekam padi, kulit kayu, limbah pertanian/perkebunan

(tongkol jagung, tempurung kelapa/kelapa sawit)

b. Bahan kompos : serbuk gergaji, serasah tumbuhan hutan/dedaunan seperti serasah

tusam, serasah mangium, atau serasah campuran, limbah organik pertanian, limbah

sayuran, jerami, kulit/tongkol jagung, sampah organic pasar dan kotoran hewan

Jika bahan baku yang akan dikomposkan berukuran besar sebaiknya

digiling/dicacah dahulu dengan alat giling (chopper), golok atau parang sampai

mencapai ukuran 2-3 cm

c. Aktivator : Berguna untuk mempercepat proses pengomposan dengan bahan aktif

mikroorganisme. Jenis activator yang digunakan disesuaikan dengan jenis bahan

baku yang akan dikomposkan. Untuk limbah yang sulit hancur disarankan

27

Page 28: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

menggunakan activator yang mengandung bahan aktif khusus mikroorganisme

pengurai lignoselulosa diantaranya yang mengandung mikroorganisme

Trichoderma dan Cytophaga sp.

d. Peralatan pengomposan : Proses pengomposan dapat berlangsung pada beberapa

macam tempat seperti : kotak kayu dengan ukuran 1m x 1m x 1m, bak semen

permanent, kombinasi bak semen dengan penutup kayu, dan kantong plastic jumbo.

Pembuatan arang kompos prinsipnya sama dengan pengomposan biasa yaitu melalui

proses fermentasi, langkah-langkah pembuatan arang kompos adalah sbb:

o Pada bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang serbuk sebanyak 10-30 %

dari berat volume bahan yang akan dikomposkan;

o Tambahkan aktivator sebanyak 0,5-10 % tergantung jenis bahan yang akan

dikomposkan,

o Aduk campuran hingga rata; tambahkan air hingga kondisi kadar air campuran

bahan berkisar antara 20%-30 %;

o Masukkan ke dalam wadah pengomposan

o Khusus untuk bahan yang sulit hancur seperti limbah kehutanan, sebaiknya pada

minggu ke dua, ke tiga dan ke empat dibalik kemudian di aduk ulang, tambahkan

air bila kondisi agak kering;

o Pengukuran suhu dilakukan guna mengetahui apakah proses berjalan dengan

sempurna. Proses berjalan dengan sempurna apabila pada minggu pertama dan ke

dua suhu meningkat hingga mencapai 55 oC - 60 oC, lalu menurun pada minggu-

minggu berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil berarti proses pengomposan

sudah selesai dan kompos dapat dibongkar;

o Proses pengomposan berlangsung antara 2 sampai 10 minggu tergantung bahan

baku yang digunakan, untuk limbah sayuran/dedaunan segar pengomposan

berlangsung selama 2 minggu, pengomposan serasah dedaunan kering berlangsung

selama 1 bulan, sedangkan serbuk gergaji selama 2-3 bulan;

o Secara visual kompos yang sudah matang akan mengalami perubahan warna,

sedangkan indikator kompos yang siap pakai yaitu mempunyai nisbah C/N di

bawah atau sama dengan 20;

o Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos digiling hingga halus kemudian

dikemas lalu disimpan ditempat yang kering dan teduh;

28

Page 29: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

o Arang kompos siap digunakan atau dipasarkan.

Pembuatan arang kompos juga dapat dilakukan di areal tegakan hutan. Bahan baku

yang dapat digunakan berupa limbah pemanenan hutan. Ranting dan cabang yang

tertinggal dijadikan arang kemudian sebagai bahan untuk kompos adalah dedaunan

segar atau serasah. Proses pengomposan dapat dilakukan dengan jalan membuat

lobang persegi atau lobang sepanjang larikan sedalam 0,5 m. Lobang ini sebelumnya

dialas dengan plastik agar proses pengomposan tidak ada kontak langsung dengan

tanah, kemudian semua bahan yang akan dikomposkan dimasukkan ke dalam lobang

lalu ditutup lagi dengan plastik, kemudian biarkan sampai kompos terbentuk. Kompos

yang terbentuk kemudian dapat dibongkar lalu dipindahkan, atau dibiarkan sebagai

pengganti pupuk pada penanaman berikutnya.

29

Gambar 10.

Arang Kompos Bio Aktif produksi

Kelompok tani binaan Dishut Kab. Garut

Page 30: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gambar 11. Skema pembuatan arang kompos bioaktif

IX. PENGEMBANGAN, EFISIENSI APLIKASI ARANG KOMPOS BIOAKTIF

Aspek teknis yang terpenting pada pertanian maupun kehutanan yang berkelanjutan

diantaranya adalah peningkatan efisiensi pupuk. Maksudnya untuk mengurangi

volume pemakaian pupuk serta biaya produksi tanpa mempengaruhi produksi. Namun

kebutuhan bahan organik maupun pupuk organik untuk mendukung budidaya organik

jauh lebih besar dibanding jika menggunakan pupuk kimia, biasanya berkisar antara 2

– 20 ton per hektar. Sehingga menimbulkan masalah bagi petani karena biaya produksi

jadi meningkat. Oleh sebab itu pengolahan lanjutan dari bahan/pupuk organik perlu

dilakukan agar volume menjadi sedikit serta mudah dalam transportasi tetapi tetap

memiliki efek yang sama. Bahan organik seperti kompos, arang kompos, pupuk

LIMBAH ORGANIKLIMBAH ORGANIK

CACAH (ukuran 1-3 cm)CACAH (ukuran 1-3 cm)

LIMBAH KEHUTANAN(KULIT KAYU, SERBUK

GERGAJI)

LIMBAH KEHUTANAN(KULIT KAYU, SERBUK

GERGAJI)

ARANGARANG

BIOACTIVATOR (0,5-10%)BIOACTIVATOR (0,5-10%)

KOMPOSTINGKOMPOSTING

ARANG KOMPOSBIOAKTIF

ARANG KOMPOSBIOAKTIF

APLIKASIAPLIKASI

analisis unsur hara makro

(C,N,P,K, Ca, Mg)

analisis unsur hara makro

(C,N,P,K, Ca, Mg)

KILN/TUNGKUKILN/TUNGKU

DIKEMASDIKEMAS DIJUALDIJUAL

SKEMA PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIFSKEMA PEMBUATAN ARANG KOMPOS BIO AKTIF

5-30%5-30%

Termofilik(55-65oC)Termofilik(55-65oC)

C/N </= 20C/N </= 20

Dipakai Dipakai

Disimpan Disimpan

30

Page 31: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

kandang atau pupuk organik yang berbentuk serbuk, perlu dirobah bentuknya sehingga

menjadi lebih padat dengan cara cetak dan press. Pupuk terutama pupuk organik akan

lebih efisien jika bentuknya dipadatkan, karena akan lebih mengurangi resiko

tercuci/hilang dalam aplikasinya. Selain itu volume akan lebih sedikit jika

menggunakan pupuk yang telah dipadatkan, tetapi tidak mengurangi kualitas dari

pupuk tersebut, sehingga dalam aplikasi juga tetap akan memberikan respon yang

sama.

Tablet, maupun briket media yang dibuat dari arang kompos dan pupuk organik

diharapkan dapat menunjang kegiatan GERHAN yang pelaksanaannya hingga tahun

2009. Aplikasi tablet arang kompos dan pupuk organik, diharapkan lebih efisien dan

ekonomis jika dibandingkan apabila aplikasinya secara konvensional tanpa dicetak.

Aplikasi tablet dan briket media, akan memudahkan penanaman terutama untuk areal

target yang sulit dijangkau, sehingga operasionalnya dapat menggunakan alat sistem

kabel layang. Briket media yang berisi bibit tanaman dapat disebar secara otomatis

yang diatur penempatannya sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan, selain

itu produk ini juga diperuntukkan untuk media tanaman anggrek.

Gambar 12. Pengembangan dalam rangka efisiensi Arang Kompos Bioaktif

31

Page 32: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gambar 13. Briket Media Arang Kompos Bioaktif

X. PENUTUP

Target produksi arang kompos bioaktif yaitu : pertama, meningkatkan efisiensi

industri pengolahan kayu melalui pemanfaatan limbah. Ke dua, volume serasah daun di

areal hutan tanaman cukup tinggi. Serasah daun tusam (Pinus merkusii) dan mangium

(Acacia mangium) masing-masing mencapai 12,56 - 16,65 ton/hektar dan 8-9 ton/hektar.

Pada musim kemarau dan kering dapat menjadi pemicu kebakaran hutan. Ke tiga,

meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk, maka jumlah sampah juga meningkat.

Timbunan sampah kota diperkirakan meningkat lima kali lipat tahun 2020. Kalau tahun

1995 jumlah rata-rata produksi sampah perkotaan di indonesia 0,8 kg per kapita per hari,

tahun 2000 menjadi 1,0 kg, maka tahun 2020 diperkirakan 2,1 kg per kapita. Di Indonesia

terdapat sekitar 450 TPA sebagai sumber emisi gas CH4 (methana). Sebagai contoh,

sampah sebanyak 1000 ton, dengan kandungan sampah organik sekitar 56% akan

menghasilkan gas methana 21.000 ton setiap tahunnya atau setara dengan CO2 486.500

ton. Kekuatan efek CH4 dalam pemanasan global 23 kali lebih tinggi dari CO2.

International Panel on Climate Change (IPCC) 1988, melaporkan bahwa rata-rata

temperatur global telah meningkat 0,6.%, dilaporkan bahwa tahun 1998 adalah dekade

terpanas. Meningkatnya suhu Bumi diperkirakan akan mengakibatkan terjadinya

perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.Untuk mengejar target pengurangan

emisi GRK, maka produksi gas methana perlu dikendalikan. Komposting merupakan

proses yang dipilih oleh Global Environment Facility yang dianggap sesuai untuk

diterapkan di Indonesia untuk mereduksi produksi GRK sekaligus untuk membantu

perbaikan sistem pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan demikian penerapan teknologi

32

Page 33: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

produksi ARKOBA memberi dampak yang multi use, dan demi ”kemaslahatan bumi dan

ummat manusia”.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. TAPPI Test Method. Atlanta, Georgia.

Anonim. 2000. Pedoman Pengharkatan Hara Kompos. BIOTROP. Bogor.

Anonim. 2002. Pengembangan Industri Pedesaan di Sekitar Hutan Tanaman Industri di Indonesia. Seameo-Biotrop Bogor.

Anonim. 2003. Departemen kehutanan siap laksanakan GN RHL. Siaran Pers No. 1428/II/PIK-1/2003. www. dephut.go.id

Anonim. 2003. Study on utilization of economic instruments to encourage the suistanable use of natural resources and internalize environmental impacts resulting from trade liberalization and expose Growth in the Industrial sector. By prepared. Ministry for Environment Republic of Indonesia. Jakarta. (Unpublished).

Anonim. 2004. Gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan gagalribuan jenis pohon mati akibat kekeringan. Cianjur. Pikiran Rakyat Cyber Media Online 24 Juni 2004.

Anonim. 2004. Partisipasi masyarakat dalam GNRHL 15 %. Kolom lingkungan. Media Indonesia Online. 7 Juni 2004

Away, Yufnal, 2003. Uji coba penggunaan bioaktivator “orgadec plus” pada sampah kota di TPA Bantar Gebang. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor

Away, Y., D.H. Goenadi, dan P. Faturarchim. 1997. Pemanfaatan sampah pangkasan tanaman teh sebagai bahan baku kompos bioaktif. Warta Puslit. Biotek. Perkeb., 1997, III(1):33-40. Bogor

Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004.

Dalzell, H.W.,A.J. Biddlestone, K. R. Gray and K. Thurairajan. 1987. Soil Management Compost Production and Use In Tropical and Subtropical Environment. Soil Bulletin.Vol. 56. FAO, Rome.

Gaur, A.C. 1982. A manual of Rural Composting. Food Agriculture Organization of United Nations. Rome.

33

Page 34: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Gusmailina; G. Pari, and S. Komarayati. 1999. The utilization technology of charcoal and activated charcoal as a soil conditioning on plants. Project Report. Forest products Research Centre. Bogor.

Gusmailina ; G. Pari dan S. Komarayati. 2000. Teknik penggunaan arang sebagai “ Soil Conditioning” pada tanaman. Laporan Proyek Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor (Tidak diterbitkan).

Gusmailina ; S. Komarayati ; G. Pari dan D. Hendra. 2000. Arang serbuk gergaji memperbaiki kesuburan tanah. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta.

Gusmailina, S. Komarayati, G. Pari dan M. Ali. 2005. Mengenal manfaat arang dan arang kompos. Diskusi Intern BP2HT IBB. 17 Pebruari 2005. Palembang.

Gusmailina ; G. Pari dan S. Komarayati. 2002. Kajian Teknis dan Implementasi Produksi POSG (Pupuk Organik Serbuk Gergaji). Laporan Kerjasama antara P3THH Bogor, JIFPRO Jepang, Dinas Kehutanan Propinsi Tk I Jambi dan Koperasi Sawmill Siginjai, Sengeti – Muaro Jambi, Jambi.

Goenadi, D.H. & Y. Away. 1995. Cytophaga sp., and Trichoderma sp. As activators for composting. Proc. Int. Cong. On Soils of Trop. Forest Ecosystem. 3rd Conf. On Forest Soils (ISSS-AISS-IBG). Poster Session, 8:184-192.

Gusmailina, S.Komarayati dan T. Nurhayati. 1990. Pemanfaatan residu fermentasi padat sebagai kompos pada pertumbuhan anakan Eucalyptus urophylla, Jurnal Penelitian Hasil Hutan. (4):157-163 

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2001. Teknik penggunaan arang sebagai soil conditioning pada tanaman. Laporan hasil penelitian (Tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2001. Laporan kerjasama penelitian Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan – JIPFRO (Jepang) Bogor (tidak diterbitkan)

Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2002. Laporan kerjasama penelitian Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan – JIPFRO (Jepang) Bogor

Gusmailina, G. Pari., and S. Komarayati. 2002. Implementation study of compos and charcoal compost production. Laporan Kerjasama P3THH dengan JIFPRO, Jepang .Tahun ke 3. Bogor (Tidak dipublikasi).

Gusmailina, Gustan Pari dan Sri Komarayati. 2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. ISBN: 979-3132-27 Gusmailina, G. Pari, dan S. Komarayati. 2002. Implementation study of compost and

charcoal compost production. Laporan kerjasama Puslitbang Teknologi Hasil Hutan dengan JIFPRO - Jepang (Tidak diterbitkan)

Gusmailina dan S. Komarayati. Teknologi Inovasi Penanganan Limbah Industri Pulp Dan Kertas Menjadi Arang Kompos Bio Aktif. Seminar Teknologi Pemanfaatan

34

Page 35: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Limbah Industri Pulp dan Kertas Untuk Mengurangi Beban Lingkungan, Bogor 24 November 2008.

Harjadi, W; S. Saeni; H. Adijuwana; E. Djohan. 1974. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. IPB. Bogor.

Inbar, Y.Y., Chen and H.A.J. Hoitink. 1993. Properties for Establishing Standards for Utulization of Composts in Container Media. In: Science and Engineering of Composting: Design, Environmental, Microbiological and Utilization Aspects. H.A.J. Hoitink & H.M.Keener (Eds.). p.: 668-694. Renaissance Pub. Columbus, OH-USA.

Komarayati, S; Gusmailina; G. Pari. 2002. Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Kompos. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan, tanggal 30 Agustus - 1 September 2002 di Bogor. pp 525 - 530.

Komarayati, S; Gusmailina; G. Pari. 2002. Peranan Arang pada Pembuatan Arang Kompos. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI V. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan, tanggal 30 Agustus - 1 September 2002 di Bogor. pp 521 - 524.

Komarayati, S. dan I. Indrawati. 2003. Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme dalam Arang Kompos. Buletin Penelitian Hasil Hutan. (21) 2: 251-258. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Komarayati, S. ; Gusmailina dan G. Pari. 2001. Pemanfaatan limbah kulit kayu dan serasah tusam untuk kompos dan arang kompos. Laporan Hasil Penelitian. Proyek DIK-S. Sumber Dana Reboisasi. Tahun Anggaran 2001.

Komarayati, S. ; Gusmailina dan G. Pari. 2002. Pembuatan kompos dan arang kompos dari serasah dan kulit kayu tusam. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 20 (3) : 231 – 242. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan, Bogor.

Komarayati, S. ; Gusmailina dan G. Pari. 2003. Aplikasi arang kompos pada anakan tusam (Pinus merkusii). Buletin Penelitian Hasil Hutan. 21 (1) : 15 – 21. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Komarayati, S. 2004. Penggunaan arang kompos pada media tumbuh anakan mahoni. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 22 (4) : 193 – 203. Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. Bogor.

Komarayati, S ; Gusmailina dan G.Pari. 2004. Application of compost charcoal on two species of forestry plants. Voluntary paper. Proceeding of The International Workshop on “ Better Utilization of Forest Biomass for Local Community and Environment”. 16 -17 Maret 2004 di Bogor.

Leiwakabessy, F.M.; A. Sutandi; Wahyudin. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Murbandono, H.S. 2002. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

35

Page 36: Arang Kompos Bioaktif Teori-1

Mindawati, N., N.H.L. Tata, Y. Sumarna dan A.S. Kosasih. 1998. Pengaruh beberapa macam limbah organik terhadap mutu dan proses pengomposan dengan bantuan efektif mikroorganisme 4 (EM4). Buletin Penelitian Hutan Bogor. No. 614 : 29-40.

Prihatini T. 2001. Menuju Quality Control Pupuk Organik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Radiansyah, A.D. 2004. Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Kompos. Makalah pada stadium Generale Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Rao dkk., 1998 dalam Saad A., 2002. Pembangkitan criteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku spesifik lokasi Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Unpublished.

Reintjes, C., B. Haverkort., dan W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Penerbit Kanisius. Jakarta

Rina, S.S.; S. Purwati; H. Hardiani; A. Surahman. 2002. Pengaruh Kompos dari Limbah Lumpur IPAL Industri Kertas terhadap Tanaman dan Tanah. Prosiding Seminar Teknologi Selulosa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Selulosa, 22 Oktober 2002 di Bandung.

Saeni, S.M. dan D. Latifah. 1990. Panduan Praktikum Kimia Lingkungan. Jurusan Kimia.FMIPA IPB. Bogor.

Saifudin, S. 1989. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Jakarta.

Sukmana, S. 1983. Evaluation of Unite Process in the Composting of City Waste. Fakulteit Van de Landbouwwetenschafen Laboratory Voor Bodenu Fysica. Boden condionering an Tuinbouwbodem kunde.

Supriyanto, A. 2001. Aplikasi Wastewater Sludge untuk Proses Pengomposan Serbuk gergaji. http://sinergy- forum.net/zoa/paper/html/paperAgusSupriyanto.html [2 Agustus 2005].

Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika (Terjemahan) PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

36